PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

USAHA ERNEST FRANCOIS DOUWES DEKKER

DALAM MENGEMBANGKAN NASIONALISME DI HINDIA BELANDA

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh: Clemens Dimas C.W NIM : 131314018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA 2018

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

USAHA ERNEST FRANCOIS DOUWES DEKKER

DALAM MENGEMBANGKAN NASIONALISME DI HINDIA BELANDA

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh: Clemens Dimas C.W NIM : 131314018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2018 i

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

Makalah ini saya persembahkan untuk:

Kedua orang tua saya “Bapak Ignatius Yoseph Sumiran dan Ibu Rosalia Sukendah” adik saya “Eugenius Patria Chandra W” yang selalu mendoakan dan memberi dukungan dan semangat kepada saya selama mengerjakan makalah.

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MOTTO

Indie voor Indiers

(Hindia untuk orang Hindia)

(Ernest Francois Eugene Douwes Dekker)

Makin keras tindakan mereka, makin besar

pula kekuatan yang kami susun

(Dr Cipto Mangunkusumo)

Sebuah ide atau gagasan yang radikal

tidak akan pernah bisa dibendung oleh kekuatan manusia

(Clemens Dimas C.W.)

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa makalah yang saya tulis ini tidak memuat karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan maupun daftar pustaka, sebagaimana layaknya penulisan karya ilmiah.

Yogyakarta, 7 Maret 2018

Penulis

Clemens Dimas C.W.

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Clemens Dimas C.W.

NIM : 131314018

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“Usaha Ernest Francois Douwes Dekker Dalam Mengembangkan Nasionalisme di Hindia Belanda”

Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata

Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain dan mempublikasikannya di internet atau media lainnya untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini, saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 7 Maret 2018

Clemens Dimas C.W

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK

USAHA ERNEST FRANCOIS DOUWES DEKKER DALAM MENGEMBANGKAN NASIONALISME DI HINDIA BELANDA

Clemens Dimas C.W. Universitas Sanata Dharma 2018

Penulisan makalah ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis tiga permasalahan pokok yaitu : (1) Faktor-faktor yang melatarbelakangi Douwes Dekker mengembangkan nasionalisme; (2) Proses perjuangan Douwes Dekker mengembangkan nasionalisme; (3) Sumbangan Douwes Dekker terhadap keberlanjutan perjuangan nasionalisme di Hindia Belanda. Makalah ini disusun secara deskriptif analistis berdasarkan metode dan metodologi sejarah yang mencakup lima tahapan yaitu perumusan judul, pengumpulan sumber, verfikasi (kritik sumber), interpretasi dan penulisan sejarah. Hasil dari penulisan ini menunjukkan bahwa (1) Perjuangan Douwes Dekker dalam mengembangkan nasionalisme dipengaruhi oleh 3 hal yaitu latar belakang kehidupan Douwes Dekker, membela nasib buruh pribumi ketika ia bekerja sebagai pengawas perkebunan, perjuangannya dalam perang Boer serta perjumpaannya dengan tokoh-tokoh pergerakan dunia (2) Perjuangannya mengembangkan nasionalisme Douwes Dekker mulai ketika bekerja sebagai jurnalis di berbagai surat kabar, mendirikan Indische Partij dan mendirikan Ksatrian Instituut. Dalam mengembangkan nasionalisme ia lebih memilih bekerjasma dengan masyarakat pribumi dibandingkan golongan Eropa-. (3) Douwes Dekker telah memberikan sumbangan yang besar bagi keberlangsungan perjuangan di Hindia Belanda. Pemikirannya yang radikal dan kritis telah memberikan inspirasi bagi pemuda bumiputera untuk bersatu dan bangkit melawan pemerintah kolonial Hindia Belanda demi terwujudnya negara yang merdeka.

Kata kunci: Douwes Dekker, Nasionalisme, dan Hindia Belanda.

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT

ERNEST FRANCOIS DOUWES DEKKER'S EFFORTS IN DEVELOPING NATIONALISM IN THE

Clemens Dimas C.W Sanata Dharma University 2018

This paper aims to describe and analyze three main issues : (1) the factors why Douwes Dekker developed nationalism; (2) Douwes Dekker's struggle to develop nationalism; (3) Douwes Dekker's contribution to the sustainability of the nationalist struggle in the Indies. This paper is structured descriptively, analytically, based on historical method and metodology which includes five stages: title formulation, source collection, verification (source criticism), interpretation and historical writing. The results of this paper indicate that (1) Douwes Dekker's struggle in developing nationalism was influenced by 3 things: the life background of Douwes Dekker, defending the fate of the indigenous laborers when he worked as plantation supervisor, his struggle in the Boer war and his encounter with world movements figures ( 2) His struggle to develop nationalism Douwes Dekker began when working as journalist in various newspapers, establishing Indische Partij and establishing Ksatrian Instituut. In developing nationalism he prefers to work with indigenous peoples rather than the European-Indonesians. (3) Douwes Dekker has contributed greatly to the survival of the struggle in the Dutch East Indies. His radical and critical thinking has inspired the youth to unite and rise up against the colonial government of the Dutch East Indies for the sake of an independent state

Keywords: Douwes Dekker, nationalism, and Dutch East Indies.

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan rahmat-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir makalah yang berjudul “Usaha Ernest Francois

Douwes Dekker Dalam Mengembangkan Nasionalisme di Hindia Belanda”.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari peran serta dan bantuan dari berbagai pihak. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Ibu Dra. Theresia Sumini, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Sejarah Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan

penulis menyelesaikan makalah ini

3. Bapak Dr. Anton Haryono, M.Hum., selaku dosen pembimbing I yang telah

memberikan banyak dukungan dan bimbingan kepada penulis

4. Bapak Drs. Sutarjo Adisusilo, J.R, M.Pd., selaku dosen pembimbing akademik

yang telah memberi arahan dan bimbingan kepada penulis selama masa studi.

5. Seluruh dosen dan sekretariat program studi pendidikan sejarah yang telah

memberikan dukungan dan bantuan selama penulis menyelesaikan studi di

Universitas Sanata Dharma

6. Kedua orang tua dan adik saya yang telah memberikan semangat dan dukungan

serta doa dalam pengerjaan skripsi.

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah masih memiliki kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritikan guna menyempurnakan tugas akhir ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak yang membaca.

Yogayakarta, 7 Maret 2018

Penulis

Clemens Dimas C.W.

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………...... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……………….…………….…. ii

HALAMAN PENGESAHAN…...... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………...... iv

MOTTO………………………………………………………………………… v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…………………………………...... vi

LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH…………..…….. vii

ABSTRAK……………………………………………………………………… viii

ABSTRACT……………………………………………………………………. ix

KATA PENGANTAR………………………………………………………….. x

DAFTAR ISI…………………………………………………………………… xii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………… 1

A. Latar Belakang Masalah………………………………………………...... 1

B. Rumusan Masalah…………………………………………………………… 4

C. Tujuan Penulisan……………………………………………………………. 5

D. Manfaat Penulisan……………………………………………………...... 5

E. Sistematika Penulisan……………………………………………………….. 6

BAB II FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI DOUWES

DEKKER MENGEMBANGKAN NASIONALISME DI HINDIA

BELANDA……………………………………………………………………… 7

A. Latar Belakang Kehidupan Douwes Dekker………………………………... 7

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

B. Membela Nasib Buruh Perkebunan…………………………………………. 10

C. Perjuangan Dalam Perang Boer……………………………………………... 12

D. Perjalanan Keliling Eropa dan Perjumpaannya dengan Tokoh Pergerakan

Dunia…………………………………………………….…………………... 15

BAB III PROSES DOUWES DEKKER MENGEMBANGKAN

NASIONALISME DI HINDIA BELANDA ………………………………….. 18

A. Pers Sebagai Alat Mengembangkan Nasionalisme…………………………. 18

B. Perjuangan Melalui Organisasi Politik……………………………………… 25

1. Mendirikan Indische Partij………………………………………………. 25

2. Berjuang Melalui Insulinde dan Nationaal Indische Partij………………. 29

C. Menanamkan Nasionalisme Melalui Ksatriaan Instituut……………………. 30

D. Diasingkan Namun Berjuang………………………………………………... 34

1. Pengasingan Pertama…………………………………………………….. 35

2. Pengasingan Kedua………………………………………………………. 39

BAB IV SUMBANGAN DOUWES DEKKER TERHADAP

KEBERLANJUTAN PERJUANGAN NASIONALISME DI HINDIA

BELANDA……...... 41

A. Pemikiran Tentang Persatuan Masyarakat Dan Kesetaraan Ras di Hindia

Belanda……………………………………………………………………… 41

B. Pembakar Semangat Generasi Muda………………………………………... 44

C. Mempelopori Pentingnya Pers Bagi Keberlangsungan Pergerakan

Nasional……………………………………………………………………... 47

D. Pemikiran Tentang Kemandirian dan Kemerdekaan Hindia Belanda………. 50

xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB V KESIMPULAN………………………………………………………... 53

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………... 55

LAMPIRAN……………………………………………………………………. 58

xiv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ernest Douwes Dekker merupakan salah satu pejuang dalam pergerakan nasional Indonesia dan merupakan keturunan Eropa-Indonesia. Meskipun Ernest

Douwes Dekker merupakan keturunan Eropa-Indonesia, ia memilih jalan hidup sebagai warga bumiputera. Ia terkenal dengan nama samaran Dr Danudirja

Setiabudi yang merupakan nama pemberian Soekarno. dikenal sebagai tokoh radikal penyebar semangat nasionalisme dan penentang tindakan pemerintah Hindia Belanda terhadap masyarakat bumiputera.1

Ia dinobatkan sebagai pahlawan nasional pada tanggal 9 November 1961.2

Tokoh yang dikenal sangat radikal dan aktif dalam pergerakan nasional ini lahir pada akhir abad 19 yaitu ketika Belanda masih menancapkan kekuasaanya di

Indonesia. Ia terlahir dari pasangan berdarah campuran. Ayahnya merupakan keturunan campuran Portugis dan Perancis sedangkan ibunya campuran antara

Jerman dan Jawa..3 Meskipun ia merupakan keturunan Indo-Eropa, Ernest

Douwes Dekker cenderung berpihak kepada warga bumiputera yang mengalami ketertindasan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda. Keberpihakan Ernest

Douwes Dekker pada masyarakat bumiputera ia tuangkan ke dalam berbagai gagasan di pers Hindia Belanda, mendirikan organisasi yang bercorak politik dan

1 Kees van Dijk, The Indies And The Great War 1914-1918, Netherland, KITLV Press, 2007, hlm. 45. 2 Didi Junaedi, Pahlawan-Pahlawan Indonesia Sepanjang Masa, Yogyakarta, Indonesia Tera, 2014, hlm. 53. 3 Margono Djojohadikusumo, DR E.F.E Douwes Dekker, , Bulan Bintang, 1975, hlm. 19. 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2

mendirikan yayasan pendidikan. Permulaan Ernest Douwes Dekker menyebarkan gagasan nasionalismenya adalah melalui pers. Pada tahun 1902 ketika ia kembali ke Hindia Belanda, ia ditawari pekerjaan menjadi koresponden di Batavia oleh dua pimpinan de Locomotief, Pieter Brooshooft dan Vierhout. Mereka merasa tertarik dengan berbagai tulisan Ernest Douwes Dekker tentang perjuangannya di perang Boer dan pengasingannya di Srilanka.

Selama bekerja di de Locomotief Ernest Douwes Dekker seringkali mengkritisi berbagai kebijakan pemerintah Hindia Belanda seperti mengkritik politik etis yang dianggap memecah belah penduduk bumiputera, indo dan priyayi. Kritik itu kemudian dibalas dengan sindiran oleh tokoh politik di Belanda yang menganggapnya sebagai avonturir, oportunis dan penghianat. Setelah memiliki karier yang cemerlang di de Locomotief, ia kemudian pindah di

Soerabaia Handelsblad sebagai redaktur dan di sebagai korektor. Ketika bekerja sebagai korektor di koran Bataviaasch Nieuwsblad ia mulai berhubungan dengan pelajar STOVIA dan anggota Budi Utomo yang merupakan penggemar koran tersebut.4 Pada bulan Maret 1912 ia menerbitkan majalah Het Tijdschrift dan koran de Express. Setelah ia menerbitkan majalah Het

Tijdschrift dan koran de Express, pada bulan September 1912 Ernest Douwes

Dekker mendirikan organisasi Indische Partij. Indische Partij oleh Ernest Douwes

Dekker jadikan sebagai sarana lain selain pers dalam menyebarkan nasionalisme di Hindia Belanda.

4 Ibid, hlm. 27.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3

Indische Partij didirikan oleh Ernes Douwes Dekker bersama Dr Cipto

Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantoro) pada tahun 1912. Organisasi itu berupaya mengajak masyarakat Hindia Belanda untuk bersatu melawan penindasan kolonial Belanda.5 Namun pada tahun 1913 Indische

Partij dibubarkan oleh pemerintah karena dianggap membahayakan. Selain menggunakan Indische Partij sebagai wadah perjuangan penyebaran nasionalisme, Ernest Douwes Dekker juga menggunakan organisasi Insulinde di

Semarang dan berusaha merubah nama organisasi itu menjadi Nationaal Indische

Partij pada tahun 1918, walaupun gagal karena banyak para anggota Insulinde yang berasal dari golongan Indo pindah ke organisasi lainnya. Berulangkali gagal dalam mengembangkan nasionalisme di Hindia melalui sarana pers dan organisasi politik tidak membuat Ernest Douwes Dekker menyerah. Ia kemudian menggunakan sarana lainnya yang juga memiliki pengaruh besar yaitu dunia pendidikan.

Pada tahun 1924 Ernest Douwes Dekker mendirikan yayasan Ksatrian

Instituut di Kebon Kelapa, .6 Setiap mata pelajaran di dalam yayasan tersebut selalu ditanamkan doktrin bagaimana untuk tidak mudah tunduk pada penjajahan dan pentingnya menjadi bangsa yang merdeka. Penanaman doktrin tersebut membuat pemerintah kolonial menjadi marah dan mengasingkan kembali

Douwes Dekker di . Sekembalinya dari pengasingan di Suriname ia

5 J B Soedarmanta, Jejak-Jejak Pahlawan Perekat Kesatuan Bangsa Indonesia, Jakarta, PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2007, hlm. 25. 6 Paul W van der Veur, The Lion And The Gadfly : Ducth And The Spirit Of E.F.E Douwes Dekker, Netherland, KITLV Press, 2006, hlm. 487.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4

mengabdikan hidupnya kepada pemerintahan Republik Indonesia yang sedang mempertahankan eksistensinya dari ancaman Belanda.7

Dinamika hidup Ernest Douwes Dekker yang selalu mengalami pengasingan menginspirasi keberlanjutan perjuangan kemerdekaan Indonesia dari tangan penjajahan Belanda. Ia merubah pandangan masyarakat bumiputra bahwa golongan Indo ternyata memiliki semangat nasionalisme yang besar dalam memperjuangkan kemerdekaan Hindia Belanda dan bahkan ia rela dianggap sebagai penghianat oleh golongannya sendiri.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis akan menjabarkan pembahasan yang dirumuskan dalam rumusan masalah sebagai berikut:

1. Faktor-faktor apa saja yang melatarbelakangi Douwes Dekker

mengembangkan nasionalisme di Hindia Belanda?

2. Bagaimana proses perjuangan Douwes Dekker dalam mengembangkan

nasionalisme di Hindia Belanda?

3. Apa sumbangan Douwes Dekker terhadap keberlanjutan perjuangan

nasionalisme di Hindia Belanda?

7 Suhartono, Sejarah Pergerakan Nasional : Dari Budi Utomo Sampai Proklamasi, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 1994, hlm. 41.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5

C. Tujuan Penulisan

Penulisan Makalah berjudul Usaha Ernest Francois Douwes Dekker Dalam

Mengembangkan Nasionalisme di Hindia Belanda bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis:

1. Faktor-faktor yang melatarbelakangi Douwes Dekker mengembangkan

nasionalisme di Hindia Belanda.

2. Proses perjuangan Douwes Dekker dalam mengembangkan nasionalisme di

Hindia Belanda.

3. Sumbangan Douwes Dekker terhadap keberlanjutan perjuangan nasionalisme

di Hindia Belanda.

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Universitas Sanata Dharma

Untuk menambah bahan bacaan yang berguna bagi pembaca baik yang berada di lingkungan Universitas Sanata Dharma maupun pembaca di luar lingkungan Universitas Sanata Dharma.

2. Bagi Ilmu Pengetahuan

Penulisan ini diharapkan dapat menjadi penambah referensi dan penambah perbendaharaan pengetahuan menganai Usaha Ernest Francois Douwes Dekker

Dalam Mengembangkan Nasionalisme di Hindia Belanda.

3. Bagi Penulis

Untuk menambah pengalaman dan pengetahuan dalam menulis karya ilmiah khususnya mengenai Usaha Ernest Francois Douwes Dekker Dalam

Mengembangkan Nasionalisme di Hindia Belanda.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6

E. Sistematika Penulisan

Makalah dengan judul “Usaha Ernest Francois Douwes Dekker Dalam

Mengembangkan Nasionalisme di Hindia Belanda” memiliki sistematika sebagai berikut :

Bab I : Berisi pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.

Bab II : Berisi faktor-faktor yang melatarbelakangi Ernest Douwes Dekker mengembangkan nasionalisme di Hindia Belanda.

Bab III: Berisi tentang proses perjuangan Ernest Douwes Dekker dalam mengembangkan nasionalisme di Hindia Belanda.

Bab IV: Berisi tentang apa saja sumbangan Ernest Douwes Dekker terhadap keberlanjutan perjuangan nasionalisme di Hindia Belanda.

Bab V: Berisi tentang kesimpulan dari penelitian permasalahan yang telah diuraikan pada bab I,II,III,IV,V.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II

FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI DOUWES

DEKKER MENGEMBANGKAN NASIONALISME DI HINDIA BELANDA

A. Latar Belakang Kehidupan Ernest Douwes Dekker

Awal abad ke 20 merupakan permulaan munculnya suatu perubahan perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Perjuangan tidak lagi hanya mengutamakan kepentingan daerah masing-masing melainkan meluas menjadi kepentingan nasional. Perjuangan pergerakan nasional itu mempunyai tujuan kemerdekaan Indonesia.8 Kemunculannya tidak terlepas dari lahirnya kesadaran akan paham nasionalisme. Paham nasionalisme sendiri muncul sebagai akibat dari adanya masyarakat pribumi yang mendapatkan pendidikan Barat dan adanya kesadaran akan ketertindasan sebagai akibat kolonialisme Belanda. Namun dalam perjuangan pergerakan nasional tidak hanya penduduk pribumi saja yang berperan penting, tetapi juga penduduk keturunan terutama keturunan Indo-Eropa.

Salah satu tokoh keturunan Indo-Eropa yang memiliki peran sangat besar dalam perjuangan pergerakan nasional Indonesia adalah Ernest Francois Eugene

Douwes Dekker atau Dr Danudirja Setia Budi. Ia dilahirkan di kota kecil di Jawa

Timur, tepatnya di Pasuruan, Jawa Timur pada tanggal 8 Oktober 1879 dari pasangan Aguste Henri Edoerd Douwes Dekker dan Ernest Louisa Neumann.9

Aguste Henri Edoerd Douwes Dekker merupakan seorang pegawai bank

Nederlandsch Indische Escomptobank. Aguste memiliki darah Belanda dari

8A. Kardiyat Wiharyant, Sejarah Pergerakan : Dari Lahirnya Nasionalisme Sampai Masa Pendudukan Jepang, Yogyakarta, Universitas Sanata Dharma, 2015, hlm. 16. 9 H Nasruddin Anshrriy, Rekam Jejak Dokter Pejuang dan Pelopor Kebangkitan Nasional, Yogyakarta, LKis, 2008, hlm. 71. 7

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

8

ayahnya Jan yang merupakan adik Eduard Douwes Dekker atau dikenal sebagai

Multatuli dan dari ibunya Louise Bousquet.10

Louise Neumann, ibunda Ernest Douwes Dekker merupakan anak dari pasangan Jerman-Jawa. Sejak kecil Douwes Dekker sudah mengenal berbagai pengetahuan dari berbagai belahan dunia, termasuk penguasaan bahasa Inggris.

Ernest Douwes Dekker mengenyam pendidikan dasar di Europeesche Lagere

School 11 yang berdiri sejak 1817 dan hanya menerima anak-anak Eropa dan

Indo. Selama 7 tahun Ernest Douwes Dekker mengenal dan membaca buku

Max Havelar. Buku tersebut menjadi bahan bacaan wajib di sekolah dan bahan diskusi ketika di rumah. Selama berdikusi tentang buku ayah

Ernest Douwes Dekker selalu bercerita tentang pribadi dan kisah perjuangan pamannya kepada anak-anaknya. Ernest Douwes Dekker merasa tertarik dan kagum dengn kisah perjuangan kakeknya itu. Kisah perjuangan dan pribadi yang dimiliki oleh Multali ini kemudian menurun kepada Ernest Douwes Dekker yang memiliki sifat dan karakter yang serupa dengan kakeknya yaitu disiplin dan teguh dalam pendiriannya terutama dalam membela penduduk pribumi dan berupaya menghapus sistem kolonial. Pada saat Ernest Douwes Dekker berusia sepuluh tahun ayahnya menyebar pamphlet yang membantah Max Havelar sebagai tulisan

10 Nama samaran Eduard Douwes Dekker dalam setiap karangnya termasuk Max Havelar. adalah seorang asisten residen Hindia Belanda yang berulangkali dipecat karena membela masyarakat pribumi. Perjuangan dan penderitaan masyarakat pribumi ia tulis dalam buku yang berjudul Max Havelar 11 Sekolah Dasar .ELS atau Sekolah Rendah Eropa tersebut diperuntukkan bagi keturunan Eropa, keturunan timur asing atau pribumi dari tokoh terkemuka pada zaman kolonial Belanda di Indonesia. ELS menggunakan Bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar. ELS yang pertama didirikan pada tahun 1817 dengan lama sekolah 7 tahun.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9

yang tidak benar. Ayah Douwes Dekker menolak tuduhan bahwa Eduard Douwes

Dekker sakit jiwa.

Pada tahun 1892, keluarga Aguste pindah ke . Ernest dan Julius mendaftar di Hogere Burger School ( HBS).12 Mereka tercatat sebagai siswa kelas pertama dengan nomor induk 573 dan 574. Sama seperti di sekolah dasar tingkatan ini hanya untuk anak-anak Eropa. Di antara 35 juta penduduk Hindia

Belanda, hanya 91 ribu warga keturuan Eropa yang berhak masuk sekolah lanjutan dan hanya ada di Batavia, dan Surabaya. Pada tahun 1893 mereka kembali ke Batavia dan masuk HBS Gymnasium Koning Willem.13 Ketika

Ernest duduk di sekolah lanjutan, Ernest Douwes Dekker menulis sebuah karangan yang berjudul Gedenkboek van Lombok14, dan mendapat pujian dari ibunya yang mengatakan “Kau, anakku akan menjadi seorang penulis’’.

Perkataan ibunya kelak terbukti ketika Ernest mulai bergabung ke dalam berbagai media massa di Hindia Belanda seperti de Locomotief, Soerabaia Handelsbald,

Bataviaasch Niuewsblad, dan de Express.

Selama di sekolah Ernest selalu mendapatkan perilaku diskriminatif dari teman-temannya dan gurunya.15 Hal ini dikarenakan dirinya merupakan Indo atau

12 HBS adalah pendidikan menengah umum pada zaman Hindia Belanda untuk orang Belanda, Eropa atau elite pribumi dengan bahasa pengantar bahasa Belanda. Masa studi HBS berlangsung dalam lima tahun atau setara dengan MULO + AMS (SMP + SMA). 13 Koning Willem III School te Batavia disingkat KW III School adalah pendidikan menengah umum yang pertama kali didirikan pemerintah Hindia Belanda di Batavia pada tanggal 15 September 1860.Nama sekolah ini diambil dari nama raja Belanda kala itu, yakni Koning (raja) Willem III. Dari sisi kepemilikan, sekolah ini termasuk kategori Gouvernements HBS atau Openbare HBS dalam pengertian bahwa HBS tersebut diselenggarakan dan dimiliki pemerintah dan berstatus sekolah negeri. 14 Tulisan tersebut berisi ekspedisi militer Belanda untuk memadamkan huru-hara di Lombok akibat dominasi Bali terhadap warga muslim disana 15 Tim Penulis Tempo, Douwes Dekker Sang Inspirator Revolusi, Jakarta, Gramedia, 2012 ,hlm. 70.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

setengah Eropa yang selalu menjadi warga kelas bawah di hadapan orang Eropa.

Selain Ernest, tindakan diskriminasi juga diterima warga pribumi seperti

Mas Darna Koesoma yang menjadi sahabat karib Ernest. Pada tahun 1898, Ernest lulus dari HBS.16 Ia mendapatkan nilai cukup baik di antara lulusan lainnya.

Setelah lulus Ernest tidak langsung melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi karena keterbatasan biaya. Ia kemudian bekerja di perkebunan Belanda. Di sana ia melihat banyak ketidakadilan yang membuat dirinya tergugah untuk memperjuangkan nasib kaum pribumi walaupun pada akhirnya ia dipecat dari pekerjaannya.

B. Membela Nasib Buruh Perkebunan

Perjuangan Ernest Douwes Dekker menentang ketidakadilan dimulai ketika ia bekerja sebagai opzichter atau pengawas perkebunan di Soember Doeren,

Malang, Jawa Timur pada tahun 1898.17 Kesulitan ekonomi yang dialami membuat dirinya tidak bisa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dan ia harus bekerja di perkebunan tersebut. Di Soember Doeren, Ernest Douwes Dekker mengenal bagaimana manajemen sebuah perkebunan dan relasi antar manusia.

Pada zamannya, perkebunan Soember Doeren merupakan perkebunan besar dan terpandang dengan luas 900 hektare. Pemilik perkebunan tersebut adalah

Handelsvereniging . Kesuburan tanah di daerah perkebunan tersebut membuat produksinya selalu meningkat. Namun tingkat produksi yang dicapai

16 Paul W van der Veur, op.cit, hlm. 11. 17 Tim Penulis Tempo, op.cit, hlm. 72.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

dengan cukup signifikan itu harus dibayar dengan maraknya eksploitasi terhadap buruh perkebunanannya yang merupakan kaum pribumi.

Para buruh harus bekerja selama 14 hingga 18 jam per hari dengan imbalan yang tidak layak. Keadaan tersebut membuat Ernest Douwes Dekker menerapkan sistem sendiri. Para buruh yang berada di bawah pengawasannya selalu diperlakukan dengan baik dan sepantasnya. Kebijakan Ernest Douwes Dekker yang memperlakukan para buruh secara manusiawi dalam perkembangannya menimbulkan masalah. Atasan Ernest Douwes Dekker yaitu R.W. Jesse sering menegurnya dan memintanya agar tidak terlalu lembut pada buruh pribumi.

Teguran atasan itu selalu ia abaikan dan tetap memperlakukan buruh pribumi secara baik. Tak jarang hal tersebut menimbulkan konflik antara Ernest Douwes

Dekker dan atasanya yang berkepanjangan.

Konflik yang berkepanjangan pada akhirnya membuat dirinya tidak betah dan memilih mengundurkan diri. Setelah mengundurkan diri dari pekerjaannya di Soember Doeren, ia kemudian bekerja sebagai ahli kimia di Pabrik Gula

Pajarakan, Probolinggo pada tahun 1898.18 Di tempat kerja yang baru ini Ernest

Douwes Dekker harus mengalami konflik dengan pihak manajemen perkebunan.

Pada suatu hari Ernest Douwes Dekker memprotes kebijakan pabrik

Panjarakan yang mengalihkan air irigasi dari sawah masyarakat pribumi ke kebun tebu perusahaan. Akibatnya sawah penduduk pribumi menjadi kering dan rusak.

Protes Ernest Douwes Dekker membuat marah manajemen pabrik termasuk administrator Pabrik Gula Panjarakan saat itu adalah J. H Dahmen.

18 Josephus Primus, Dobel Dekker Untuk Indonesia, diakses dari http : //nasional. . Com/read/2008/05/20/10125155/Dobel.Dekker. demi. Indonesia, pada tanggal 3 September 2017.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

Di hadapan Ernest Douwes Dekker, Dahmen berulang kali menjelaskan bahwa persoalan pembagian air bukan urusan dia selaku juru kimia di laboratorium pabrik. Karena, itu Dahmen memintanya agar tidak ikut campur dalam permasalah tersebut. Namun, karena sifat Douwes Dekker yang keras kepala dalam memperjuangkan nasib penduduk pribumi. Ia kembali kehilangan pekerjaanya yang kedua kalinya setelah Soember Doeren.

C. Perjuangan Dalam Perang Boer

Gema perlawanan Perang Boer menggugah Ernest Douwes Dekker untuk turut bergabung dalam perlawanan para petani di Republik Tranvaal, Afrika

Selatan. Setelah kehilangan pekerjaannya di Soember Doeren dan Pabrik

Pajarakan, Ernest Douwes Dekker bersama kedua saudaranya, Julius dan Guido berniat bergabung menjadi sukarelawan dalam Perang Boer.19 Pada bulan

Februari 1900, dengan berbekal uang yang sedikit Douwes Dekker bersaudara meninggalkan kota Pasuruan dengan menumpang kapal berbendera Perancis,

Cale’donien dengan rute Singapura-Aden, Yaman.20 Di perjalanan mereka sempat menjadi kru kapal untuk mencari uang tambahan. Perjalan mereka mengalami hambatan. Kapal yang ditumpangi diberhentikan di Bombay, India, karena wabah penyakit sedang melanda dunia. Semua awak kapal harus masuk karantina. Ernest

Douwes Dekker bersama kedua saudaranya melarikan diri dan menumpang kapal lainnya Lourenco Marques.

19 K. H. Dewantara, Dr D D Setiabuddhy Berusia 70 Tahun, Jakarta, 1949, dalam Danudirja Setiabudhi, 70 jaar konsekuent, Bandung, Nix& Co, 1981, hlm. 40. 20 Paul W van der Veur, op.cit, hlm. 19.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

Di tengah perjalanan mereka dipindahkan ke kapal Herzog bersama 600 penumpang asal Belanda. Pada bulan April 1900 mereka bertiga sampai di

Tranvaal dan bergabung dengan para pejuang.21 Mereka mengucapkan sumpah setia kepada Transvaal dan resmi menjadi tentara. Mereka kemudian diperkenalkan dengan Presiden Republik Transvaal Paul Kruger dan dianugrahi kewarganegaraan secara penuh, meskipun harus kehilangan kewarganegaraan

Belanda mereka.

Para pejuang dalam Perang Boer kebanyakan tidak memiliki pengalaman dalam peperangan. Mereka hanya dimodali seragam dan senapan, sehingga tak jarang banyak dari relawan yang melarikan diri dari medan perang dan meninggalkan Transvaal. Namun Ernest Douwes Dekker tidak patah semangat meski ia terkena lima luka tembak di tubuhnya. Ia menunjukkan ketangkasan dan keberanian yang luar biasa dengan menumbangkan banyak musuh. Atas keberaniannya itu, Jendral De la Rey selaku pimpinan perang memberi penghormatan dan bintang jasa. Ia dianugrahi gelar The Boer Fighting Man dan

Jendral De la Rey memberinya julukan Brave Kerel.

Berbagai pertempuran berhasil dimenangkan oleh pasukan Boer dan Ernest

Douwes Dekker. Puncaknya ketika dalam pertempuran Silkaatsnek, Ernest

Douwes Dekker bersama pasukan Republik Transvaal berhasil mengalahkan pasukan Inggris. Sebanyak 104 tentara Inggris tewas dan 265 orang berhasil ditawan. Karena keberhasilanya tersebut Ernest Douwes Dekker diangkat menjadi perwira dan bertugas sebagai ajudan perwira tinggi.

21 Tim Penulis Tempo, op.cit, hlm. 16.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

Sejak pertengahan Juli 1900, Ernest Douwes Dekker tidak tampak lagi dalam pasukan Jendral De la Rey.22 Hal itu tidak mengherankan mengingat ia tertawan oleh pasukan Inggris dalam pertempuran Daspoort. Setelah ditawan ia ditempatkan di tahanan sementara di Ranee bersama 599 tahanan perang lainnya.

Selanjutnya Inggris mengirimnya ke sebuah kamp interniran di Kolombo,

Sri Lanka. Tak lama kemudian, ia dipindahkan ke Diyatalawa, .

Pada tanggal 30 Oktober 1900, wabah tifus menyerang para tahanan dan menyebabkan satu orang tahanan meninggal.23 Para tahanan merasa sangat menderita dan stres, tak jarang mereka memukuli dinding tahanan dan berteriak kencang-kencang di malam hari. Hal tersebut membuat Inggris akhirnya memindahkan tahanan tersebut ke Ragama. Di tengah waktu luangnya Ernest

Douwes Dekker banyak membaca buku yang ia peroleh dari dermawan Belanda,

Perancis dan Jerman.

Selain itu Ernest Douwes Dekker juga mengisi waktu luangnya dengan menulis pengalamannya di Afrika Selatan dan selama pengasingannya di Sri

Lanka kepada keluarganya. Ia juga mengirimkan kado ulang tahun berupa puisi dan ilustrasi pengalamannya di penjara kepada Ratu Belanda, Wihelmia. Selama menjalani masa hukumannya ia menderita radang paru-paru. Ia kemudian harus dirawat di rumah sakit Jaffna, Sri Lanka karena penyakitnya semakin parah. Pada tahun 1902 setelah sembuh dari penyakitnya Ernest Douwes Dekker dipulangkan ke Hindia Belanda.24

22 Paul W van der Veur, op.cit, hlm. 22. 23 Paul W van der Veur, op.cit, hlm. 23. 24 Henry F Isnaeni, Indo Yang Menjadi Menteri, diakses dari http://historia.id/persona/indo- yang-jadi-menteri/ pada tanggal 8 Agustus 2017.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

Pengalaman selama perang di Afrika Selatan memberinya dasar politik yang kuat, kelak kemudian hari ia jadikan pedoman perjuangan di Indonesia selain pengalamannya memperjuangkan ketidakadilan pribumi di tempat ia dulu bekerja.

Perjuangan para petani Tranvaal mengilhaminya untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

D. Perjalanan Keliling Eropa dan Perjumpaan Dengan Tokoh Pergerakan

Dunia

Perjuangan dan pemikiran Ernest Douwes Dekker dalam memperjuangkan penanaman nasionalisme dan upaya perlawanan terhadap kolonialisme Belanda sangat dipengaruhi oleh perjalanan dan perjumpaannya dengan tokoh pergerakan anti kolonialisme dunia seperti Professor Dr Martin Hartman, Dr Shiamaji

Krishnavarna dan Mathilda Deromps. Ia kemudian bertukar pemikiran dengan tokoh-tokoh ini mengenai perjuangannya.25 Tidak hanya bertukar pemikiran, ia juga berupaya mencari dukungan pada tokoh-tokoh tersebut dalam memperjuangkan kemerdekaan Hindia Belanda26. Selama melakukan perjalanan ke Eropa ia selalu mencatat dan menuliskan ke dalam artikel yang berjudul

“Brieven van Een Barbaar In De Beschaafde Wererld” (Surat-Surat Orang

Barbar Di Tanah Orang Beradab)”. Ernes Douwes Dekker memulai perjalanannya berkeliling Eropa setelah ia keluar dari koran Bataviasch Niewsblad karena perselisihannya dengan Zaalberg mengenai keberpihakan dalam penulisan di koran.

25 Tashadi, Dr D D Setiabudhi, Jakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1981, hlm. 23. 26 Kees van Dijk, op.cit, hlm. 47.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

Perjalanan Ernest Douwes Dekker keliling Eropa di mulai di Jerman. Ketika di Berlin, Jerman, ia bertemu dengan Prof Dr Martin Hartman, seorang Jerman yang memahami Islam sangat baik. Melalui perjumpaannya dengan Hartman, ia memahami perjuangan yang mengutamakan nilai-nilai kemanusian. Dari Berlin

Ernest Douwes Dekker kemudian melanjutkan perjalanan ke Ausberg, Jerman. Di

Ausburg ia berjumpa dengan Houston Stewart Chamberlain, seorang yang menerbitkan buku terkenal dengan nama “ De Duitser geworden Brits” (Orang

Inggris Yang Menjadi Orang Jerman) dan “Grundlagen des neunzehnten

Jahrhunderts” (Fondasi Pemikiran Abad 19). Menurut Ernest Douwes Dekker, kedua buku itu yang dianggap sebagai pemicu pecahnya perang dunia karena buku itu membuat Adolf Hitler menjadi seorang yang chauvinistic dan rasis dengan mengembangkan ideologi nasionalisme-sosialisme, yang lebih dikenal sebagai nazisme. Hal itu terbukti di dalam buku Mein Kampf karangan Adolf

Hitler terdapat banyak buah pemikiran Chamberlain. Setelah dari Jerman

Ernes Douwes Dekker melanjutkan perjalanannya ke Perancis.

Di Perancis, tepatnya di Paris Ernest Douwes Dekker bertemu dengan

Dr Shiamaji Krishnavarna, seorang perdana menteri buangan salah satu kerajaan di India.27 Selama di Paris Ernest Douwes Dekker tinggal di rumah Dr Shiamaji

Krishnavarna dan bertemu dengan sekumpulan orang-orang buangan dan revolusioner dari negara India, Mesir, dan berbagai negara di Asia dan Eropa, termasuk tokoh revolusioner dari Perancis yaitu Dr Mathilda Deromps, seorang wanita yang telah memenangkan perlombaan mengarang buku yang

27Sulaiman, Dr Setiabudhy 70 Tahun, Mimbar Indonesia, 1949, No 51, dalam Danudirja Setiabuhi, 70 Jaar Konskuwent,Bandung, Nix & Co, 1949, hlm. 53.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

diselenggarakan oleh gerakan pemuda Mesir. Buku yang dikarangnya tentang bagaimana Mesir dapat terlepas dari Inggris. Buku itu mempengaruhi pemikiran pemuda-pemuda Asia, terutama di India, Mesir dan Burma yang merupakan daerah koloni Inggris.

Setelah bertemu dan bertukar pikiran dengan para tokoh pergerakan di

Eropa Ernest Douwes Dekker pada akhir tahun 1910 kembali ke Hindia Belanda dan menerbitkan majalah Het Tjidschrift dan koran de Express yang merupakan sarana penyambung gagasan organisasi Indische Partij.28 Pertemuan dan pertukaran pemikiran itu mempengaruhi arah perjuangan dan mempertebal tekad

Ernes Douwes Dekker untuk mengembangkan semangat nasionalisme di Hindia

Belanda.

28 Tashadi, op.cit, hlm. 24.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III

PROSES DOUWES DEKKER MENGEMBANGKAN NASIONALISME

DI HINDIA BELANDA

A. Pers Sebagai Alat Mengembangkan Nasionalisme

Pers merupakan sarana bagi seseorang untuk menunjukkan gagasannya kepada semua orang. Pers juga memiliki potensi untuk membangkitkan kesadaran kolektif mengenai kepentingan umum.29 Pada masa pergerakan nasional banyak masyarakat Hindia Belanda baik pribumi maupun non pribumi menggunakan pers sebagai senjata ampuh untuk mengembangkan nasionalisme. Hal itu disadari oleh

Ernest Douwes Dekker dalam mengembangkan gagasan nasionalismenya.

Pertama kali Ernest Douwes Dekker menggunakan pers sebagai alat mengembangkan nasionalisme adalah ketika ia bergabung dalam koran de Locomotief yang dipimpin oleh Pieter Brooshoft dan Vierhout sebagai koresponden. Mereka menawarinya pekerjaan di koran itu sebagai koresponden karena merasa tertarik dengan tulisan Ernest Douwes Dekker yang diterbitkan

Bataviaasch Niuewsblad tentang perjuangannya selama Perang Boer.

Kariernya di de Locomotief tidak berlangsung lama. Ia kemudian memutuskan untuk pindah di Soerabaia Handelsblad.30 Di Soerabaia

Handelsblad ia menjadi seorang redaktur. Namun kariernya di Soerabaia

Handelsblad juga tidak berlangsung lama akibat adanya perselisihan dengan pemilik koran tersebut yaitu M. van Geuns. Ia menuduh bahwa pemilik koran itu

29Sartono Kartodirjo, Pengantar Sejarah Indonesia Baru : Sejarah Pergerakan Nasional Jilid 2, Jakarta, Gramedia, 1990, hlm. 113. 30 Tim Penulis Tempo,op.cit , hlm. 34. 18

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

adalah sosok yang dapat dibeli oleh penjajahan dalam menentukan sikap redaksi.

Setelah menempuh karier yang tidak berjalan mulus di Soerabaia Handelsblad, ia kemudian pindah di Batavische Niuwesblad.31

Di koran itu Ernest Douwes Dekker diberi kebebasan oleh pemilik koran,

Zaalberg untuk menulis artikel yang mengkritisi pemerintah kolonial Hindia

Belanda. Ia banyak menulis artikel yang berisi pembelaannya pada masyarakat bumiputera dan kritikan terhadap kebijakan kolonial pemerintahan Hindia

Belanda. Artikel yang ia tulis antara lain tentang pengembalian tanah partikelir pada tahun 1904 dan tentang penderitaan masyarakat bumiputera di daerah Jawa

Barat karena masalah pembayaran upah minim yang diterapkan oleh pemerintah

Hindia Belanda. Beberapa tulisannya yang berisi pembelaan terhadap masyarakat bumiputera membuktikan konsistensi seorang Ernest Douwes Dekker yang peduli pada nasib masyarakat bumiputra. Kariernya di Batavische Niuwesblad semakin melejit hingga menghantarkannya sebagai seorang redaktur pada tahun 1907.32

Selama menjadi seorang redaktur semangat Ernes Douwes Dekker untuk selalu menyebarkan semangat anti kolonialisme kian bertambah. Artikel-artkel yang ia tulis tidak hanya diterbitkan di Hindia Belanda tetapi juga diterbitkan di

Belanda. Beberapa Artikel yang diterbitkan di Belanda pada tahun 1908 antara lain berjudul Hoe kan Holland he Spoedigst Kolonial vierlizen” (Bagaimana

Belanda Paling Cepat Bisa kehilangan Tanah Jajahannya), “Het Bankroet Der

Etische Begingselen In Ned. Oost Indie” (Kebangkrutan Politik Etis Di Hindia

Belanda) dan Nederlanse Pizzaro’s In Atjeh (Pizzaro Belanda Di Aceh).

31 Suhartono, op.cit, hlm. 39. 32 Paul W van der Veur, op.cit, hlm. 90.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

Salah satu adalah tulisannya yang berjudul Hoe kan Holland he Spoedigst

Kolonial vierlizen” (Bagaimana Belanda Paling Cepat Bisa kehilangan Tanah

Jajahannya) mengingatkan Belanda yang menerapkan politik etis33 akan mendapatkan perlawanan seperti orang Amerika Serikat melawan Inggris. Politik

Etis yang diterapkan Belanda akan menjadi senjata bagi kaum pribumi yang telah lama tertindas oleh politik kolonialisme Belanda dan menjadi sebuah awal terbebasnya Hindia Belanda dari kolonialisme Belanda.

Ernest Douwes Dekker mengakui terinspirasi oleh tulisan Benjamin

Franklin, bapak bangsa Amerika Serikat tentang cara menghilangkan tanah jajahan. Tulisannya yang radikal dan kritis telah membawa nafas untuk tumbuhnya nasionalisme di Hindia Belanda. Selama menjadi redaktur membuat

Ernest Douwes Dekker terkenal di antara kaum intelektual pribumi terutama pelajar Stovia. Mereka sangat tertarik dengan tulisan-tulisannya yang kritis dan radikal. Para pelajar Stovia yang tertarik dengan pemikiran Ernest Douwes

Dekker sering mengunjungi rumah Ernest Douwes Dekker yang tidak jauh dari sekolah mereka. Kunjungan mereka pada akhirmya menimbulkan kedekatan di antara mereka. Karena kedekatannya tersebut Ernest Douwes Dekker sampai-sampai merelakan rumahnya di Kramat, Jakarta untuk dijadikan rumah baca dan tempat perkumpulan pelajar STOVIA dalam membahas masalah perjuangan dan pergerakan.34 Selain itu kedekatannya dengan beberapa para

33 Politik Etis merupakan politik yang diterapkan oleh pemerintahan Hindia Belanda dalam rangka memperbaiki kesejahteraan masyarakat jajahan yang semakin merosot akibat diterapkannya tanam paksa dan politik liberal. Politik etis ini terkenal akan slogan 3 sila yaitu irigasi, edukasi dan emigrasi. 34 Akira Nagazumi, Bangkitnya Nasionalisme Indonesia, Jakarta, Pustaka Utama Grafiti, 1989, hlm. 56.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

pelajar Stovia yang memiliki pemikiran kritis seperti Suryapranoto, Ki

Cokrodirjo, Cipto dan Gunawan Mangunkusumo dimanfaatkannya untuk mengajak mereka bergabung di dalam koran Bataviasch Niuewsblad.

Berawal dari perkumpulan dan masukan dari ide-ide Ernest Douwes Dekker ini lahir sebuah gagasan tentang pendirian organisasi pribumi pertama yaitu Budi

Utomo. Ketika Budi Utomo mengadakan kongres pertama Ernest Douwes Dekker yang pada saat itu masih menjadi readaktur Bataviasch Niuewsblad hadir dalam kongres itu dan menulis sebuah artikel tentang kebangkitan nasional Jawa.

Ia beranggapan bahwa pendirian Budi Utomo merupakan sebuah gerakan kebangkitan pertama golongan bumiputera dalam menghadapi tekanan pemerintah kolonial. Ernest Douwes Dekker mendukung secara penuh gerakan itu. Dalam perkembangannya Sikap Ernest Douwes Dekker yang keras kepala dan selalu berpegang teguh pada pendiriannya dalam membela masyarakat bumiputera membuat keretakan hubungan Ernest Douwes Dekker dengan atasanya, Zaalberg.

Hingga pada akhirnya mereka selalu berselisih paham dan menimbulkan konflik.

Konflik dengan pemilik koran itu berawal dari sikap Ernest Douwes Dekker yang selalu menggunakan koran tersebut demi kepentingan golongan bumiputera, sedangkan Zaalberg lebih mengutamakan kepentingan golongan Indo.35

Perselisihan paham tersebut akhirnya membuat Ernest Douwes Dekker keluar dari koran tersebut dan pergi ke Belanda. Setelah kembali dari Belanda, ia menetap di Bandung dan mendirikan surat kabar de Express dan menerbitkan

35 Slamet Muljana. Kesadaran Nasional: Dari Kolonialisme Sampai Kemerdekaan. Yogyakarta. LKIS. 2008. Hlm. 84.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

majalah ilmiah Het Tijdschrift.36 Untuk mengembangkan surat kabar de Express,

Douwes Dekker mengajak beberapa pemuda bumiputera yang memiliki kesamaan paham tentang gerakan menuju Hindia Belanda merdeka. Beberapa tokoh yang diajak untuk bergabung adalah Dr Cipto Mangunkusomo dan Suwardi

Suryaningrat atau lebih dikenal sebagai Ki Hajar Dewantoro.

Pada bulan November 1912, Dokter Cipto Mangunkusumo diajak bergabung dalam koran tersebut sebagai redaktur harian.37 Dokter Cipto menyetujui bergabung karena haluan de Express adalah nasionalis-revolusioner yang sesuai dengan watak, sikap, dan pendiriannya terhadap persoalan Hindia

Belanda. Ernest Douwes Dekker mengajaknya bergabung karena ia mempunyai kepercayaan besar terhadap Dr Cipto. Di matanya Dr Cipto adalah seorang pemimpin nasionalis besar yang memiliki pendirian kuat dan tidak bisa disuap.

Ernest Douwes Dekker mengetahui alasan Cipto meninggalkan Budi Utomo tahun

1909 setelah berdebat dengan Dokter Rajiman Widyodipuro, Ketua Budi Utomo tentang haluan Budi Utomo. Selain itu Ernest Douwes Dekker dan Dr Cipto memiliki kesepahaman dalam perjuangan dan pengertian nasionalisme. Itulah sebabnya Cipto dijadikan wakil ketua Indische Partij dan redaktur harian de Express.

Setelah Dr Cipto bergabung dengan de Express, Ernest Douwes Dekker mengajak Suwardi Suryaningrat atau Ki Hajar Dewantoro untuk bergabung juga.

Ia mengenal Suwardi Suryaningrat lewat karangan-karangannya di surat kabar

36 Kamajaya, Tiga Bapak dan Pelopor Nasionalisme Pahlawan Nasional, Yogya, U.P Indonesia, 1981, hlm. 11. 37 Slamet Muljana. op.cit. Yogyakarta. LKIS. 2008. Hlm. 78.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

Mataram.38 Ernest Douwes Dekker merasa terharu dan tertarik dengan karangan

Suwardi tersebut sehingga berupaya untuk menariknya ke de Express. Suwardi kemudian diserahi tugas sebagai pemimpin harian de Express edisi Melayu.39

Selama menjadi redaktur de Express dan majalah Het Tijdschrift, Ernest Douwes

Dekker selalu menyuarakan pentingnya kemerdekaan dan kemandirian pada masyarakat bumiputera lewat tulisan-tulisan yang provokatif.

Salah satu tulisannya yang menyuarakan pentingnya kemerdekaan adalah dalam artikel majalah Het Tjidschrift yang berjudul “Nationalisme”. Tulisan itu mengatakan bahwa untuk menjadi bangsa yang merdeka sangat dibutuhkan semangat nasionalisme pada masyarakatnya dan nasionalisme yang dibutuhkan adalah nasionalisme persatuan seperti yang tertuang di dalam tujuan pokok

Indische Partij. Berbagai tulisannya yang berisi kritikan pedas membuat ia selalu diawasi dan berujung pada pembuangan yang dilakukan oleh pemerintah Hindia

Belanda.

Pada tahun 1913 Ernest Douwes Dekker dibuang oleh pemerintah Hindia

Belanda karena mendukung tokoh komite bumiputera, Dr Cipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat yang ditahan oleh pemerintah Hindia Belanda karena mengkritik perayaan ulang tahun kemerdekaan negeri Belanda di Hindia

Belanda.40 Ernest Douwes Dekker mendukung tindakan kedua rekannya itu dengan menulis sebuah artikel yang berjudul Onze Helden : Tjipto

Mangoenkoesoemo en Soewardi Soerjaningrat. Kritikan berisi sindiran pedas itu

38 Surat kabar Mataram merupakan surat kabar berbahasa Belanda yang terbit pertama kali di Yogyakarta pada tahun 1877-1942 oleh percetakan H Buning. Isi harian Mataram bertema tentang perdagangan dan ekonomi. 39 Slamet Muljana, op.cit, hlm. 85. 40 Tamar Djaja, Pusaka Indonesia, Jakarta, Bulan Bintang, 1966, hlm. 755.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

membuatnya ditangkap dan diasingkan bersama kedua rekannya tersebut ke

Belanda. Dengan ditangkap dan diasingkannya Ernest Douwes Dekker ke Belanda perjuangannya mengembangkan nasionalisme di Hindia Belanda melalui sarana pers harus berhenti sementara. Usahanya menggunakan pers sebagai sarana mengembangkan dilanjutkan kembali ketika ia kembali dari pengasingan di Belanda dengan mendirikan majalah De Beweging dan Nieuwe Expres sebagai sarana perjuangan National Indische Partij.

Di majalah itu ia menuliskan berbagai kecaman dan kritikan yang kali ini ditujukan pada masyarakat Eropa Indonesia yang memihak pemerintah kolonial.41

Tulisan itu berupa artikel berjudul De Tien Geboden (Sepuluh Perintah Tuhan), dan Njo Hendrik (Sinyo Hendrik) serta pampflet yang bertuliskan Een Natie in De Maak (Bangsa Tengah Terbentuk) dan “Ons Volk Het Buitenlandsche

Kapital” (Bangsa Kita dan Modal Asing). Tulisan itu berusaha mengajak masyarakat Eropa Indonesia yang cenderung memihak pemerintah kolonial untuk mau berjuang melawan pemerintahan kolonial bersama masyarakat bumiputera.

Meskipun Ernest Douwes Dekker berusaha mengajak masyarakat

Eropa-Indonesia untuk berjuang melawan pemerintah Hindia Belanda melalui artikel-artikel itu nampaknya masyarakat Eropa-Indonesia masih enggan berjuang dan lebih memilih hidup seperti orang Belanda. Bahkan artikel-artikel membuat ia selalu menjadi incaran pemerintahan Hindia Belanda. Berulangkali mengalami kecaman dan pengasingan tidak membuat ia putus asa dalam mengembangkan

41 A. Faidi, Jejak-Jejak Pengasingan Para Tokoh Bangsa, Yogyakarta, Saufa, 2014, hlm. 75.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

nasionalisme. Ernest Douwes Dekker kemudian terus mengembangkan nasionalisme lewat sarana lainnya yaitu organisasi politik dan pendidikan.

B. Perjuangan Melalui Organisasi Politik

1. Mendirikan Indische Partij

Awal abad ke 20 adalah awal kemunculan berbagai macam organisasi pergerakan nasional. Organisasi itu muncul sebagai reaksi terhadap sistem politik yang diterapkan pemerintahan Hindia Belanda yang menyengsarakan masyarakat bumi putera. Salah satu dari organisasi yang muncul pada awal abad 20 adalah

Indische Partaij. Organasasi itu tidak seperti organisasi sebelumnya, Budi Utomo dan yang bercorak kebudayaan dan agama tertentu saja. Indische

Partij merupakan organisasi yang mencakup kepentingan lebih luas yaitu kemerdekaan, kemandirian dan persatuan masyarakat Hindia Belanda, golongan bumiputra dan warga keturunan yang lahir di Hindia Belanda.42 Indische Partij didirikan oleh Ernest Douwes Dekker, bersama dengan tokoh bumiputera lainnya seperti Dr Cipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar

Dewantara) yang kemudian dikenal sebagai tiga serangkai pada tahun 1912.43

Melalui Indische Partij itulah Ernest Douwes Dekker berupaya menyebarkan semangat nasionalisme.

Pembentukan Indische Partij dimulai ketika Ernest Douwes Dekker menghadiri rapat Indische Bond pada tanggal 12 Desember 1911 di Jakarta.44

Dalam pertemuan itu ia menyampaikan melalui pidato tentang gagasan persatuan

42 Hans Van Miert, Dengan Semangat Berkobar : Nasionalisme dan Gerakan Pemuda di Indonesia, Jakarta, Hasta Mitra, 2003, hlm. 28. 43 Suhartono, op.cit, hlm. 38. 44 Tashadi, op.cit, hlm. 34.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

golongan kulit putih untuk bekerjasama dengan golongan sawo matang.45

Ia berpendapat bahwa jumlah bangsa Eropa-Indonesia sangat sedikit, sehingga untuk melakukan perjuangan melawan bangsa Belanda sangat memerlukan kerjasama dengan masyarakat bumiputera.

Selain itu Ernest Douwes Dekker juga berpendapat bahwa secara politik sikap menerima saja segala sesuatunya merupakan perbuatan yang salah.

Tindakan itu menurutnya akan membawa mereka pada hidup yang diperbudak, jika mereka tidak berupaya melawan penindasan pemerintahan kolonial Hindia

Belanda dengan menghadapi berbagai resiko yang ada. Pidato yang disampaikan

Ernest Douwes Dekker dalam pertemuan itu mendapatkan sambutan positif dari pendengarnya dan membangunkan semangat para anggota Indische Bond untuk keluar dari ketertindasan pemerintah kolonial. Meskipun pidato dan pemikiran itu dapat membangunkan semangat para anggota Indische Bond dan dapat memberikan arah baru bagi pergerakan nasional di Hindia Belanda tetapi pemikiran itu tidak lepas dari berbagai kritik.

Salah satu tokoh pribumi yang mengkritik pemikiran Ernest Douwes Dekker adalah Ahmad Djajadiningrat, Bupati pada masa kolonial Hindia Belanda.

Ahmad beranggapan bahwa pemikiran itu hanya wujud berpura-pura golongan

Eropa-Indonesia untuk menyamakan diri dengan golongan pribumi dan keberhasilan Indische Partij merupakan sebuah bentuk pergantian tuan bagi pribumi.46 Setelah menyampaikan pidato yang menggugah semangat anggota

Indische Bond Ernest Douwes Dekker kemudian kembali menyampaikan

45 D.M.G.Koch, Menuju Kemerdekaan : Sejarah Pergerakan Kebangkitan Indonesia Sampai 1942, Jakarta, Jajasan Pembangunan, 1951, hlm. 41. 46 Akira Nagazumi, op.cit, hlm. 150.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

gagasannya dengan menyampaikan usul tentang perubahan arah Indische Bond dari sosial menuju politik pada rapat Indische Bond tanggal 25 Agustus 1912.47

Usul Ernest itu kemudian diterima oleh beberapa anggota Indische Bond dengan membentuk panitia tujuh.

Setelah membentuk panitia tujuh Ernest Douwes Dekker kemudian mulai melakukan serangkain tur propaganda di Pulau Jawa yang dimulai tanggal 15

September hingga 3 Oktober guna mencari pendukung. 48 Dalam perjalan tur itu ia selalu berpidato mengenai pentingnya kesetaraan ras dan persatuan masyarakat

Hindia. Ia menyebut gagasan persatuan itu sebagai nasionalisme Hindia, maka setiap ia memulai pidatonya ia selalu mengatakan “Indie voor Indier” (Hindia untuk orang Hindia).

Ketika mendengar gagasan itu banyak masyarakat keturunan, seperti

Eropa-Indonesia dan Tionghoa serta masyarakat bumiputera tertarik untuk bergabung dengan Indische Partij. Perjalanan propaganda tersebut akhirnya memperoleh hasil yang gemilang yaitu Indische Partij berhasil memiliki 30 cabang dengan 7300 orang anggota.49 Dari hasil tersebut terlihat bahwa gerakan revolusioner dan gagasan Ernest Douwes Dekker dapat diterima oleh semua golongan masyarakat Hindia Belanda.

Keberhasilan dalam menarik simpatik anggota yang cukup banyak itu tidak terlepas dari peran de Express dan Het Tjidshrift yang merupakan alat Indische

Partij untuk menyuarakan gagasannya. Setelah berhasil mendapatkan anggota maka pada tanggal 25 Desember 1912 Indische Partij berhasil merumuskan

47 Tashadi, op.cit, hlm. 35. 48 Ibid, hlm. 36. 49 Ibid, hlm. 40.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

anggaran dasarnya lewat pertemuan wakil-wakil Indische Partij di Bandung.50

Di dalam anggaran dasar itu terdapat tujuan pokok Indische Partij yaitu untuk membangkitkan patriotisme semua Indiers terhadap tanah air, mendorong kerjasama untuk memajukan tanah air, dan mempersiapkan kehidupan rakyat yang merdeka. Kata mempersiapkan digunakan untuk menghindarkan diri dari larangan pemerintahan Hindia Belanda.51 Meskipun telah menggunakan kata persiapan, tetap saja pada 4 Maret 1913 Gubernur Jendaral Hindia Belanda

A.W.F Idenburg menolak pengajuan ijin badan hukum melalui surat dengan alasan organisasi Indische Partij bersifat revolusioner dan dapat menggangu ketertiban umum.52

Penolakan itu tidak membuat pengurus Indische Partij menyerah hingga pada tanggal 5 Maret 1913, mereka kembali mengajukan pengakuan badan hukum.53 Namun usaha itu sia-sia karena pengajuan itu kembali ditolak.

Ernest Douwes Dekker akhirnya membubarkan organisasi itu pada tanggal 31

Maret 1913 dalam kongres perdana Insulinde di Semarang.54 Pada kongres itu

Ernest Douwes Dekker menyampaikan sebuah pidato yang berjudul “Over Het

Koloniale Ideaal”(Kolonis Menguasai). Ia mengatakan kepada para anggota

Indische Partij bahwa :

“ Tentunya sudah terang bagi semua orang, bahwa penjajahan rakyat yang aktif seperti yang kita uraikan terlebih dahulu, yang ditunjang oleh keserakahan, tidak memberi tempat bagi pikiran untuk membina cita-cita rakyat yang dijajah.55”

50 D.M.G. Koch, op.cit, hlm. 46. 51 A Kardiyat Wiharyanto, op.cit, hlm. 28. 52 Akira Nagazumi, op.cit, hlm. 151. 53 Tashadi, op.cit, hlm. 39. 54 Tashadi, op.cit, hlm. 41. 55 Pitut Soeharto dan A. Zainoel Ihsan, Permata Terbenam, Jakarta, Aksara Jaya Sakti, 1982, hlm. 2.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

Pidatonya itu merupakan bentuk kekecewaanya terhadap pelarang keberadaan Indische Partij yang berusaha mempersiapkan kemerdekaan penuh

Hindia Belanda. Setelah Ernest Douwes Dekker menyampaikan pidato itu ia mengajak dan menganjurkan anggota Indische Partij berpindah ke organisasi

Insulide demi keselamatan anggotanya.

2. Berjuang Melalui Insulinde Dan National Indische Partij

Kegagalan dalam perjuangannya di Indische Partij tidak membuatnya menjadi jera dan putus asa. Sekembalinya dari pengasingan di Belanda Ernest

Douwes Dekker mulai masuk ke dalam Insulinde dan bergabung bersama kedua rekan seperjuangannya Dr Cipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat.

Kehadirannya dalam organisasi itu membawa arah pergerakan Insulinde semakin radikal dan selalu membela kepentingan masyarakat bumiputera yang mengalami ketertindasan.

Lewat propaganda dan pidato Ernest Douwes Dekker tentang nasionalisme, kemerdekaan dan pentingnya persatuan demi terbentuknya bangsa, banyak masyarakat Hindia Belanda bergabung di Insulinde. Hal itu membuat jumlah anggota Insulinde meningkat secara signifikan dan menggerakkan Ernest Douwes

Dekker merubah Insulinde cabang menjadi National Indische Partij.

Ia berharap National Indische Partij dapat menjadi wadah kelanjutan perjuangan

Indische Patij yang memiliki tujuan kemerdekaan Hindia Belanda.

Meskipun National Indische Partij memiliki tujuan yang mulia yaitu kemerdekaan Hindia Belanda, pemerintah Hindia Belanda tidak menghendaki

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

keberadaan organisasi itu. Mereka takut National Indische Partij akan mengganggu ketertiban umum dan sangat membahayakan. Ketakutan pemerintah terbukti ketika terjadi peristiwa pemogokan buruh di Polanharjo, Jawa Tengah yang menuntut kesejahteraan pada tahun 1919. Peristiwa itu berujung pada kerusuhan yang dicurigai didalangi oleh petinggi Insulinde, salah satunya Ernest

Douwes Dekker.56 Setelah peristiwa kerusuhan itu pemerintah menangkap Ernest

Douwes Dekker untuk diadili

Dengan ditangkapnya Ernest Douwes Dekker dan dibubarkannya National

Indische Partij, sebagian anggota Insulinde yang merupakan masyarakat

Eropa-Indonesia mendirikan organisasi IEV (Indo Europeesch Verbong). Setelah dibebaskan dari penjara, Ernest Douwes Dekker kemudian mencari sarana lainnya untuk menyebarkan gagasannya.57 Sarana yang ditempuh Ernest Douwes Dekker adalah melalui pendidikan.

C. Menanamkan Nasionalisme Melalui Ksatrian Instituut

Perjuangan yang dilakukan oleh Ernes Douwes Dekker dalam mengembangkan nasionalisme di Hinda Belanda meskipun mengalami berbagai hambatan dan kegagalan tetap tidak membuatnya jera dan menyerah. Ia kemudian menggunakan sarana lainnya yaitu melalui pendidikan. Pada tahun 1922 ia diminta oleh penggiat pendidikan dan pemilik sekolah di Bandung, H.E.Meyer

Elenbaas untuk mengajar di sekolah milik penggiat pendidikan tersebut.58 Namun permintaan itu sempat diprotes oleh Residen Priangan, S.A.Reitsma. Meskipun

56 Henry F Isnaeni, op.cit, diakses dari http://historia.id/persona/indo-yang-jadi-menteri/8 Agustus 2017. 57 Slamet Mulajana, op.cit, hlm. 98. 58 Sartono Kartodirjo,dkk, Sejarah Nasional Indonesia V, Jakarta, Balai Pustaka, 1977, hlm. 267.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

mendapat protes dari Reitsma,Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Dirk Fock mengizinkan Ernest Douwes Dekker mengajar di sekolah asuhan Meyer sebagai cara agar ia tidak menghasut rakyat kembali. Setelah memperoleh ijin untuk mengajar di sekolah asuhan Meyer, ia mulai mengajar di sekolah tersebut. Pada tahun 1923 ia diangkat menjadi pengurus Prianger Instituut van Vereeniging

Volksonderwijs (Institut Priangan dari Perkumpulan Pengajaran Rakyat).59

Di lembaga itu Ernest Douwes Dekker menjabat sebagai Direktur Meer

Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) atau setara dengan Kepala Sekolah Mengah

Pertama. Selama menjabat sebagai Direktur MULO, ia telah memberikan banyak kemajuan pada lembaga tersebut. Bahkan pada tahun 1924 ia merubah MULO menjadi sebuah yayasan bernama Schoolvereeniging Her Ksatrian Instituut.60

Awalnya Ksatrian Instituut hanya berupa sekolah dasar dengan murid kurang dari 50 orang.61 Dalam perjalanannya pernah terjadi pertentangan tentang praktek belajar mengajar antara Ernest Douwes Dekker dan para orang tua murid.

Ernest Douwes Dekker menginginkan semua kurikulum ditentukan berdasarkan ajaran lokal dan nasional serta meminimalisir ajaran asing.62 Namun para orang tua murid memiliki keinginan yang berbeda. Mereka menginginkan sekolah itu berpatokan pada ajaran Europe Lagere School (ELS), dimana bahasa Belanda dijadikan bahasa pengatar pelajaran. Setelah mengalami perdebatan yang panjang, akhirnya Ernest Douwes Dekker mengalah dan mengikuti kemauan orangtua

59 Tim Penulis Tempo, op.cit, hlm. 54. 60 Edi S. Ekajati dkk, Sejarah Pendidikan Daerah Jawa Barat, Jakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan R I, 1998, hlm. 113. 61 Paul W van Leur, , E.F.E. Douwes Dekker : Evangelist For Indonesia Political Nationalism diakses dari http://www.jstor.org/ stable/pdf/2941180.pdf?refreqid= excelsior: dec2b1d32c8bcc0 4c56697 e99563bc3, pada tanggal 9 September 2017. 62 Sartono Kartodirjo,dkk, op.cit, hlm. 268.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

murid, demi terwujudnya impiannya memiliki sebuah sekolah. Meskipun nampaknya mengikuti kemauan para orangtua murid tetapi Ernest Douwes

Dekker tetap tidak mau berkompromi dengan Belanda. Ia menjadikan Ksatrian

Instituut sebagai sekolah yang serius mengajarkan pentingnya bangsa yang merdeka dan mandiri.63

Sikap keras kepala untuk tetap mengajarkan pentingnya kemerdekaan dan kemandirian sebuah bangsa membuat pemerintah Hindia Belanda menjadi marah.

Puncak dari sikap pembangkangan tersebut terjadi pada 31 Agustus 192564.

Sementara sekolah lainnya secara meriah merayakan hari kelahiran Ratu Belanda,

Wihelmia, keheningan malah menyelimuti Ksatrian. Di depan Ernest Douwes

Dekker dan muridnya, Johanna, istri Ernest Douwes Dekker dan staff Ksatrian secara lantang berpidato. Ia mengatakan bahwa tidak perlu ada perayaan apapun dan dia ( Wilhelmina) bukan ratu kita.65

Pernyataan Johanna tersebut mengisyaratkan bahwa masyarakat Indo dan seluruh masyarakat Hindia Belanda perlu merdeka dan bebas dari hubungan keterikatan yang merugikan masyarakat Hindia Belanda. Seiring berjalannya waktu Ksatrian terus berkembang dan memiliki banyak murid meskipun iuran sekolah tidak murah. Perkembangan yang pesat tersebut membuat Ernest Douwes

Dekker memecah induk sekolah menjadi beberapa sekolah kejuruan. Sekolah kejuruan itu antara lain, Sekolah Guru, Sekolah Dagang Modern, dan Sekolah

Jurnalistik. Namun dari semua sekolah kejuruan itu, sekolah yang paling terkenal adalah Sekolah Jurnalistik, karena telah melahirkan sejumlah tokoh pers nasional,

63 Ibid, hlm. 269. 64 Tim Penulis Tempo, op.cit, hlm. 54. 65 Ibid, hlm. 56.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

seperti R M Hoedojo Hoeksamadiman, pengelola majalah Ksatrian dan

Burharuddin Mohammad Diah, menteri penerangan era Presiden Soeharto.

Dalam setiap materi pembelajaran di kelas selalu disusupi doktrin bagaimana untuk tidak mudah tunduk dengan penjajahan dan pentingnya menjadi bangsa yang merdeka. Doktrin itu merupakan soko guru pengajaran di Ksatrian.

Hal itu terbukti dari motto mereka yang tertera di dua pintu utama yang tertulis

“Door de will van onse Volk” (Karena Kemauan Rakyat) dan “ Des Volte

Toekomst gewijd” (Diabdikan Kepada Hari Kedepan Rakyat).

Doktrin yang diterapkan di sekolah tersebut ternyata telah membuat pemerintah kolonial menganggap sekolah Ksatrian sebagai sekolah liar. Meskipun dianggap sebagai sekolah liar, Ksatrian tidak pernah mengabaikan kondisi kesehatan muridnya. Hampir setiap minggu ada pemeriksaan kesehatan gratis.

Namun karena enggan tergantung dengan pemerintah kolonial maka para pegawai

Ksatrianlah, seperti Johanna yang melakukan pemeriksaan kesehatan itu. Sikap tidak mau tergantung dengan pemerintah kolonial dan kemandirian itu tercemin dari sikap Ksatrian yang suka menciptakan dan menerbitkan buku pelajaran sendiri.

Kebanyakan buku pelajaran itu selalu disusupi oleh paham-paham nasionalisme dan anti pemerintahan Belanda. Keberadaan buku-buku pelajaran yang anti penjajahan membuat marah pemerintah kolonial Belanda, bahkan dalam buku pelajaran dan sejarah yang diterbitkan Ksatrian terkesan memihak Jepang walaupun ia kurang bersimpati dengan fasisme. Keadaan itu membuat pemerintah

Hindia Belanda pada akhirnya melarang dan melakukan penyitaan terhadap buku

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

terbitan Ksatrian. Ernest Douwes Dekker kemudian dilarang mengajar lagi pada tahun 1933.66 Setelah tidak diperbolehkan mengajar ia kemudian bekerja di kantor dagang Jepang. Pada tahun 1942 ia kemudian ditangkap dan diasingkan oleh pemerintahan Hindia Belanda ke Suriname, Amerika Selatan karena dianggap sebagai kolabolator Jepang.67 Setelah Ernest Douwes Dekker ditangkap ia kemudian mengirim surat kepada istrinya Johanna untuk mengambil alih kepemimpinan Ksatrian Instituut. Ia mempercayakan alat penyambung gagasan nasionalisme terakhirnya kepada istrinya. Ia berharap istrinya Johanna akan melanjutkan semangat perjuangan ketika menimpin Ksatrian.

D. Diasingkan Namun Tetap Berjuang

Perjuangan dalam mengembangkan nasionalisme di Hindia Belanda demi kemerdekaannya dari tangan pemerintah kolonial Belanda merupakan tindakan yang cukup sulit dan memiliki resiko besar. Tak jarang orang yang secara lantang menentang kebijakan dan menyebarkan semangat nasionalisme ditangkap dan mengalami pembuangan karena dianggap membahayakan keamanan. Salah satu contohnya adalah Ernest Douwes Dekker. Meskipun resiko yang ditanggung sangat besar dan berungkali mengalami pembuangan semasa hidupnya, Ernest

Douwes Dekker tidak pernah jera dan semakin mempertebal semangat dalam berjuang menyebarkan semangat nasionalisme. Pembuangan yang dilakukan pemerintah Hindia Belanda terhadapnya antara lain sebagai berikut:

66 A. Faidi, op.cit, hlm.77. 67 Paul W van Leur, op.cit, diakses dari https://www.jstor.org/stable/pdf/294118. pdf?refreqid= excelsior%3A2.df5b6a6a7f44ef7b0aea85034dcab7b pada tanggal 9 November 2017.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

1. Pengasingan Pertama ( tahun 1913)

Pengasingan atau pembuangan Ernest Douwes Dekker dimulai ketika

Komite Bumi Putera yang diketuai oleh Dr Cipto Mangunkusumo sedang melancarkan kritikan pedas kepada pemerintahan kolonial. Kritik itu dilakukan karena pemerintah kolonial dianggap melukai perasaan kaum bumiputera dengan merayakan hari ulang tahun kemerdekaan Belanda atas Perancis di tanah jajahan serta menarik pajak demi terlaksananya acara tersebut secara megah.

Kritikan terhadap pemerintah Hindia Belanda terkait pelaksanaan acara tersebut pertama kali dilancarkan oleh Suwardi Suryaningrat melalui selebaran tulisan yang berjudul Als ik eens Nederlander Was (Andai Aku Orang Belanda).

“ Seandainya saya orang Belanda, pada saat ini saya akan memprotes gagasan peringatan ini. Saya akan menulis disemua surat kabar bahwa tindakan saya ini salah. Saya akan memperingatkan sesama kaum kolonial-ku, bahwa berbahaya mengadakan pesta di waktu dekat ini, akan saya nasehati semua orang Belanda untuk tidak menyakiti perasaan masyarakat Hindia Belanda. Akan tetapi saya bukan orang Belanda ”.68

Tulisan itu diterbitkan di de Express dan disebarkan pada masyarakat jajahan, hingga membuat gempar masyarakat Belanda, dengan segera pemerintahan Hindia Belanda melakukan penyitaan dan menangkap siapa saja yang memiliki tulisan tersebut, bahkan Dr Cipto Mangunkusumo, Suwardi

Suryaningrat dan selaku pengurus Komite Bumiputera dipanggil untuk dimintai keterangan di pengadilan. Meskipun telah dipanggil ke pengadilan karena mengkritik pemerintahan Hindia Belanda, nampaknya anggota Komite

Bumiputera tidak pernah jera. Setelah Suwardi Suryaningrat mengeluarkan

68 Pitut Soeharto dan A. Zainoel Ihsan, Belenggu Ganas, Jakarta, Aksara Jaya Sakti, 1982, hlm. 19.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

krtikan pedas, kritikan pedas juga dilakukan oleh Dr Cipto Mangunkusumo melalui tulisan yang berjudul Kracht of Vrees (Kekhawatiran) yang berisi:

“ Kemarin kami telah menerima penghormatan besar; pembantu Officier van justite (pembantu kejaksaan tinggi) telah datang ke kantor kami untuk menyita brosur R.M Soerwardi Soerjaningrat, sekertaris kami. Apakah itu sebuah bentuk suatu kekuatan yang hendak dipertunjukkan melalui penyitaan itu. Apakah rasa takut yang mendorong mereka melalukan tindakan itu. Jika benar demikian kami merasa bangga ”.69

Kritikan yang kedua kalinya itu membuat anggota Komite Bumiputera kembali dipanggil untuk diperiksa. Mendengar rekan seperjuangannya berulang kali dipanggil ke pengadilan hanya karena melakukan kritik pada pemerintah

Hindia Belanda membuat Ernest Douwes Dekker yang baru saja kembali dari perjalanan ke Eropa mengeluarkan sebuah artikel yang berjudul Onze Helden :

Tjipto Mangoenkoesomo en Soewardi Soerjaningrat. Penggalan isi dari tulisan tersebut mengatakan bahwa

“ Selama pemerintah tidak mau menjelaskan kepada kita kejahatan-kejahatan apa yang telah dilakukan pahlawan dalam barisan Oranje-Nassau, Dr Tjipto Mangunkusumo dan seorang keturunan raja, R,M Soewardi Soerjaningrat, kami tetap berpikir bahwa kami merasa iri hati dan ingin menikmati dengan para tahanan yang baik budi itu kepuasan yang dapat mereka rasakan”.70

Tulisan Ernest Douwes Dekker yang terkesan membela rekan-rekannya tersebut menimbulkan kecurigaan pemerintah Hindia Belanda. Hingga akhirnya pada tanggal 9 Agustus 1913 ketiga tokoh nasionalis itu ditangkap.71 Pada 18

Agustus 1913, Gubernur Jenderal Hindia Belanda mengeluarkan keputusan berisi perintah pembuangan ketiga tokoh itu dengan dalih menjaga ketertiban dan

69 Ibid, hlm. 32. 70 Ibid, hlm. 35. 71 Slamet Muljana, op.cit, hlm. 95.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

ketenteraman umum.72 Ketiganya dibuang di tempat yang terpisah yaitu Ernest

Douwes Dekker dibuang ke Timor, Dr Cipto Mangunkusumo dibuang ke Pulau

Banda dan Suwardi Suryaningrat dibuang ke Pulau Bangka. Meskipun demikian terdapat ketentuan lain, mereka boleh meninggalkan tanah air mereka dan menetap di mana pun asalkan bukan di tanah air mereka. Ketiganya kemudian memilih untuk menetap di Belanda.

Di negeri Belanda, Ernest Douwes Dekker tetap tidak jera untuk menyebarkan semangat nasionalisme pada masyarakat Hindia Belanda yang sedang menempuh pendidikan di Belanda. Dalam melancarkan pergerakannya ia mendapatkan kemudahan berkat dukungan dan bantuan dari rekan-rekan seperjuangannya di Belanda yang telah bergabung dengan organisasi Budi Utomo dan Sarekat Islam. Selama masa pembuangannya Ernest Douwes Dekker terlibat aktif dalam berbagai organisasi politik dan partai politik di Belanda seperti

Indische Vereening yang kelak berubah nama menjadi Perhimpunan Indonesia dan Sociaal Democratische Arbeider Partij (SDAP/Partai Buruh Sosial

Demokratik).

Ernest Douwes Dekker bahkan seringkali memberikan pidato pada pertemuan organisasi dan partai politik itu. Pidato-pidato yang ia sampaikan mendapatkan sambutan hangat dari para pengunjung. Namun kehadiran Ernest

Douwes Dekker di dalam pertemuan organisasi itu juga sering mendapatkan kecaman dari anggota parlemen di Belanda. Tetapi karena desakan dari anggota partai SDAP kecaman itu dapat diredam. Selama aktif dalam organisasi politik

72 Rosihan Anwar, Petite Historie Indonesia III, Jakarta, Kompas, 2009, hlm. 29.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

di Belanda Ernest Douwes Dekker berjumpa dengan Muhammad Hatta, Sutan

Sjahrir, dan Iwa Kusumasumantri.73 Ia kemudian bertukar pikiran dan berdiskusi tentang masalah pergerakan. Ernest Douwes Dekker bahkan pernah berdebat dengan Muhammad Hatta mengenai nama Indonesia yang dianggapnya merupakan nama yang kurang sesuai untuk pengganti Hindia Belanda.

Selain aktif dalam organisasi politik di Belanda, Ernest Douwes Dekker juga berkeinginan untuk memperdalam studinya. Ia kemudian melanjutkan studinya di Zurich, Swiss pada tahun 1914.74 Selama di Swiss ia memiliki hubungan dekat dengan gerakan Hindu di India. Hubungan dekat dengan gerakan itu tetap berlanjut sampai setelah ia lulus dari Swiss. Setelah lulus Ernest Douwes

Dekker yang telah bergabung dengan gerakan Hindu diberi tugas untuk mengadakan hubungan dengan gerakan revolusioner di Amerika, Jepang, dan

Cina. Dalam perjalanannya ke India dan Asia Tenggara ia tertangkap oleh tentara

Inggris di Hongkong karena dianggap menyelundupkan senjata untuk pergelokan di India. Ernest Douwes Dekker kemudian dibawa ke Singapura.75 Setelah itu ia sering berpindah-pindah penjara. Ia dipindahkan ke penjara Vancouver di kanada,

Seattle, Portland, San Fransisco.76 ,dan kembali lagi ke penjara di Singapura. Ia menjalani masa tahanan selama 3 tahun hingga Perang Dunia I berakhir.77

73 Ibid, hlm. 27. 74 Tashadi, op.cit, hlm. 46. 75“Siapakah D.D Setiabudhi atau Dr. E.F.E. Douwes Dekker”, Intisari, 1982, Nomor 228-233, hlm. 12. 76 Korespoden Spesial W.I, Dari Pendjara Ke Pendjara : Mengelilingi Dunia Dari Rumah Pendjara, Warta Indonesia, 1949. Dalam Danudirja Setiabudhi, 70 Jaar Konsekwent, Bandung, 1949, hlm. 45. 77 Kamajaya, op.cit, hlm. 15.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

2. Pengasingan Kedua ( tahun 1942)

Perang Dunia II yang melanda Eropa dan Asia membuat Ernest Douwes

Dekker terkena dampaknya. Berbagai tulisan di buku pelajaran yayasan Kstarian yang memuat dukungan dan rasa simpatik kepada Kekaisaran Jepang serta berbagai tuduhan yang menganggap Ernest Douwes Dekker sebagai kaki tangan

Kekaisaran Jepang membuat ia harus merasakan pengasingan kembali pada tahun

1942 ke Suriname. Sebelum diasingkan ke Suriname ia dipenjara di kamp tahanan simpatisan NSB (Nationaal Socialistische Bewengi), Ngawi, Jawa Timur pada tanggal 6 Januari 1941.78

Selama dipenjara Ernest Douwes Dekker banyak berkenalan dan berteman dengan simpatisan NSB. Para simpatisan NSB sangat tertarik dan bersimpati dengan berbagai perjuangan Ernest Douwes Dekker di Hindia Belanda.

Ia kemudian banyak pemikiran dan pendapat mengenai arah perjuangan menghadapi pemerintah kolonial Belanda. Selama dipenjara Ernest Douwes

Dekker hampir mengalami kebutaan karena kamar penjara yang gelap. Pada bulan Januari 1942 ketika Jepang melakukan invasi ke Hindia Belanda para tahanan di kamp tahanan itu dibawa ke Suriname.79 Mereka dibawa ke tempat itu karena alasan keselamatan. Meskipun sebenarnya ada alasan lain yaitu adanya ketakutan pemerintah kolonial Hindia Belanda akan dibebasakannya para tahanan itu dan bergabung bersama tentara Jepang. Selama pengasingan di Suriname

Ernest Douwes Dekker sering mengirimkan surat kepada istrinya Johanna dan saudaranya Guido mengenai kondisinya dan lingkungan selama ia diasingkan.

78 Tashadi, op.cit, hlm. 70. 79 Paul W van der Veur, op.cit, hlm. 578.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

Selain menulis surat Ernest Douwes Dekker menghabiskan waktunya di pengasingan dengan menulis beberapa puisi mengenai keadaannya selama di pengasingan. Pengasingan Ernest Douwes Dekker pun pada akhirnya harus berakhir karena kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II. Ernest Douwes Dekker dan para tahanan lainnya dibawa kembali ke Belanda, meskipun sebenarnya

Ernest Douwes Dekker berkeinginan untuk kembali ke tanah kelahirannya, Hindia

Belanda. Namun keinginannya itu ditolak oleh Kementerian Seberang Lautan di

Belanda karena Ernest Douwes Dekker diangggap sebagai seorang agitator yang sangat berbahaya bagi kepentingan Belanda di Indonesia. Karena ditolak akhirnya

Ernest Douwes Dekker menetap di Belanda sambil memikirkan cara lain untuk kembali ke Hindia Belanda.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV

SUMBANGAN ERNEST DOUWES DEKKER TERHADAP

KEBERLANJUTAN PERJUANGAN NASIONALISME

DI HINDIA BELANDA

A. Pemikiran Tentang Persatuan Masyarakat Dan Kesetaraan Ras Di

Hindia Belanda

Praktik kolonialisme yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Hindia telah menyengsarakan masyarakat bumiputera, terlebih lagi praktek kolonialisme yang juga membagi masyarakat Hindia Belanda ke dalam beberapa status sosial ternyata menimbulkan perpecahan antara masyarakat bumiputera, keturunan

(Eropa dan Asia), dan timur asing. Masin-masing dari golongan masyarakat itu sering timbul rasa curiga dan iri hati terhadap golongan masyarakat lainnya.

Keadaan itu membuat mereka tidak mungkin melakukan perlawanan terhadap pemerintahan kolonial. Jikalau mereka mengadakan perlawan maka perlawanan itu sangat mudah dihancurkan. Kondisi semacam ini sangat marak di Hindia

Belanda sebelum abad 20. Dalam kondisi itu sosok tokoh Ernest Douwes Dekker yang merupakan masyarakat keturunan Eropa-Indonesia muncul dan melontarkan gagasan perlunya persatuan seluruh masyarakat Hindia Belanda untuk mewujudkan kemerdekaan. Ia juga berpendapat bahwa Hindia Belanda adalah milik seluruh masyarakat yang lahir dan mengakui Hindia Belanda sebagai tanah airnya.

41

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

Pemikiran semacam itu berusaha merombak dan meruntuhkan sekat-sekat di antara masyarakat Hindia Belanda yang telah lama dibangun oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda dalam mempertahankan kekuasaannya. Pemikiran persatuan itu disebut Ernest Douwes Dekker sebagai nasionalisme Hindia, bukan nasionalisme yang bersifat kedaerahan dan sektarian namun menyeluruh. Konsep persatuan ini tidak berasaskan pada suatu agama atau kebudayaan tertentu yang telah dicanangkan oleh organisasi pergerakan nasional sebelumnya yaitu Budi

Utomo dan Sarekat Islam. Pemikiran persatuan tanpa mengenal pembatasan budaya dan agama ini merupakan cikal bakal konsep Indonesia yang telah merdeka hingga saat ini yang berisi berbagai macam agama, suku, ras dan budaya yang melebur menjadi satu negara dengan berasaskan Bhineka Tunggal Ika.

Konsep pemikiran Ernest Douwes Dekker ini mirip dengan konsep kebangsaan yang dicetuskan oleh Ernest Renan. Renan berpendapat bahwa bangsa merupakan sekumpulan masyarakat yang memiliki rasa solidaritas karena persamaan nasib dan berkomitmen untuk hidup bersama.80 Dengan demikian dapat dikatakan akar pemersatu dari konsep kebangsaan itu adalah adanya persamaan nasib masyarakat Hindia Belanda yang mengalami penjajahan. Untuk merealisasikan pemikiran persatuan itu Ernest Douwes Dekker mendirikan

Indische Partij yang beranggotakan masyarakat keturunan Eropa-Indonesia, bumiputera dan etnis Tionghoa. Setiap anggota masyarakat yang kepentingannya

80 Ernest Renan, Apakah Bangsa itu ( Qu’est ce qu’une nation ?) terj, Jakarta, Erlangga, 1968, hlm. 36.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

tidak dapat diakomodasi oleh organisasi sebelumnya yaitu Budi Utomo dan

Sarekat Islam dapat bergabung dengan Indische Partij.81

Dalam setiap propaganda dan pidato guna mendapatkan anggota, Ernest

Douwes Dekker selalu mengucapkan slogan “Indie voor Indier” ( Hindia untuk masyarakat Hindia). Walaupun organisasi itu memiliki banyak pendukung dan tersebar di seluruh pulau Jawa, namun nyatanya Indische Partij hanya bertahan sementara dan terpakasa harus dibubarkan. Pembubaran itu disebabkan karena organisasi Indische Partij dianggap radikal dan dapat membahayakan keamanan pemerintahan Hindia Belanda.

Selain itu pemikiran Ernest Douwes Dekker dalam Indische Partij tentang persatuan masyarkat Hindia itu nampaknya masih terlalu premature jika diterapkan pada masyarakat Hindia Belanda yang masih terpengaruh semangat premordialisme dan mengunggulkan kelompoknya sendiri. Meskipun organisasi

Indische Partij telah dibubarkan dan para anggota berpindah ke organisasi lainnya seperti Sarekat Islam dan Insulinde, semangat Indische Partij dan pemikiran

Ernest Douwes Dekker tentang pentingya persatuan telah mempengaruhi perjuangan dan pemikiran para pejuang kemerdekaan lainnya seperti Soekarno.82

Bahkan Soekarno menganggap Ernest Douwes Dekker sebagai seorang guru dan memberikannya gelar bapak pelopor pergerakan nasional. Pertemuan

Soekarno dengan Ernest Douwes Dekker di Bandung ketika kampanye propaganda Indische Partij pada akhirnya membuat Soekarno mendirikan

81 Slamet Muljana, op.cit, hlm. 76. 82 Peter Kasenda, Muda : Biografi Pemikiran Politik, Jakarta, Komunitas Bambu, 2010, hlm. 14.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

organisasi pergerakan nasional yang melanjutkan perjuangan Indische Partij yaitu

PNI.83 Dalam perjuangannya Soekarno sangat terinspirasi dengan pemikiran

Ernest Douwes Dekker mengenai pentingnya rasa persatuan tanpa memikirkan perbedaan sosial di antara masyarakat. Hal itu dapat terlihat dari berbagai pidato

Soekarno yang selalu mengatakan pentingnya persatuan. Konsep persatuan inilah yang nantinya akan terwujud dengan munculnya sumpah pemuda yang salah satu isinya mengatakan :

“Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia84”

Selain itu pemikiran itu juga menghantarkan Hindia Belanda menjadi bangsa yang merdeka lewat perjuangan yang diteruskan oleh tokoh-tokoh perjuangan kemerdekaan Indonesia.

B. Pembakar Semangat Generasi Muda

Selama melakukan perjuangan mengembangkan nasionalisme Ernes

Douwes Dekker telah banyak menginspirasi generasi muda di Hindia Belanda.

Pemikirannya yang radikal yang ia tuangkan melalui media massa dan organisasi politik telah banyak menyumbangkan dan melahirkan gerakan baru para pemuda

Hindia Belanda yang dimotori oleh , Dr Cipto Mangunkusumo,

Ir Soekarno, , Muhammad Hatta, Sutan Syahrir dan tokoh perjuangan lainnya. Pengaruh Ernest Douwes Dekker terhadap para di Hindia

Belanda dimulai sejak ia menjadi redaktur Bataviaasch Niuwsblad. Saat menjadi redaktur di koran itu banyak pemuda Stovia yang sering berkumpul dan

83 Ibid, hlm. 31. 84 Salah satu isi Sumpah Pemuda, diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Sumpah_Pemuda, pada tanggal 28 Oktober 2017.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

berdiskusi dengan Ernest Douwes Dekker di rumahnya yang tidak jauh dari sekolah mereka.85 Bermula dari perkumpulan dan diskusi itu timbul kedekatan antara Ernest Douwes Dekker dengan para pelajar Stovia itu. Kedekatan itu akhirnya digunakan Ernest Douwes Dekker untuk mengajak para pelajar Stovia yang memiliki pemikiran radikal seperti Suryapranoto, Ki Cokrodirjo, Cipto dan

Gunawan Mangunkusumo untuk bergabung dengan Bataviaasch Niuwsblad.86

Ernest Douwes Dekker berharap dengan bergabungnya pelajar Stovia itu dapat membuat surat kabar itu menjadi semakin radikal. Hubungan antara Ernest

Douwes Dekker dengan para pelajar STOVIA tidak hanya dimanfaatkan oleh

Ernest Douwes Dekker sendiri demi keberlangasungan perjuangannya yang radikal, tetapi juga dimanfaatkan oleh para pelajar Stovia itu sendiri dengan membentuk organisasi Budi Utomo. Meskipun Ernest Douwes Dekker berperan penting dalam organisasi itu tetapi ia tidak diajak bergabung dalam organisasi itu karena Ernest Douwes Dekker bukanlah orang Jawa.87 Maka akhirnya ia membuat organisasi pergerakan sendiri yaitu Indische Partij yang sifatnya politis dan tidak terikat perbedaan ras ataupun agama. Ernest Douwes Dekker kemudian mengajak

Dr Cipto Mangunkusomo dan Suwardi Suryaningrat untuk bergabung. Ketika mencari dukungan dari masyarakat Hindia Belanda Ernest Douwes Dekker melakukan kampanye dan kunjungan ke seluruh daerah Jawa.

Namun organisasi yang dibentuk oleh Ernest Douwes Dekker bersama kedua priyayi Jawa tersebut tidak diberikan napas yang panjang oleh penguasa

85 Akira Nagazumi, op.cit, hlm. 56. 86 Slamet Muljana, op.cit, hlm. 84. 87 Akira Nagazumi, op.cit, hlm. 56.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

kolonial. Bahkan ketiganya ditangkap dan dibuang ke Belanda pada tahun 1913.88

Pembuangan ketiga tokoh itu membawa arah perkembangan baru bagi pergerakan organisasi pemuda Hindia Belanda di Belanda. Di Belanda telah ada organisasi perkumpulan pemuda Hindia Belanda yang bernama Indische Vereening. Indische

Vereening dibentuk pada tahun 1908, tepat saat Budi Utomo didirikan pada tahun yang sama di Hindia Belanda.

Indische Vereening awalnya adalah organisasi yang bersifat kooperatif dan sosial. Namun sifat kooperatif itu mulai bergeser semenjak kedatangan Ernest

Douwes Dekker beserta kedua rekannya yaitu Dr Cipto Mangunkusumo dan

Suwardi Suryaningrat ke Belanda. Kedatangan Ernest Douwes Dekker beserta gagasanya tentang kemerdekaan Hindia Belanda yang ia canangkan dalam cita-cita Indische Partij membawa arah perubahan pergerakan Indische Vereening menuju ke arah nonkooperatif. Arah perubahan pergerakan itu juga diikuti oleh perubahan nama organisasi tersebut menjadi Perhimpunan Indonesia.

Gagasan tentang sikap non koperatif dan kemerdekaan Hindia itu sempat

Ernest Douwes Dekker lanjutkan lewat organisasi National Indische Partij.

Dalam mengembangkan dan berupaya mencari pendukung Ernest Douwes Dekker melakukan perjalanan propaganda ke daerah Jawa seperti yang pernah ia lakukan ketika membentuk Indische Partij. Dalam propagandanya di Bandaung ia bertemu dengan Soekarno muda.

Pertemuan Soekarno dengan Ernest Douwes Dekker ini telah mempengaruhi jalan pikiran Soekarno tentang perjuangan mencapai

88 Tim Penulis Tempo, op.cit, hlm. 102.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

kemerdekaan.89 Dalam pemikiran Ernest Douwes Dekker sebuah bangsa yang merdeka hendaknya berisi masyarakat yang multirasial dan tidak terikat struktur sosial manapun.90 Dalam perkembangannya organisasi National Indische Partij memiliki nasib yang sama dengan Indische Partij yaitu mengalami pembubaran oleh pemerintah Hindia Belanda. Meskipun organisasi Indische Partij dan

National Indische Partij telah dibubarkan semangat dan pemikiran radikal mereka tetap berlanjut dan diteruskan oleh para pelajar itu ketika kembali ke Hindia

Belanda lewat pendirian organisasi pergerakan nasional yang memiliki nafas yang sama seperti Indische Partij.

Salah satu pelajar yang nampaknya terpengaruh gagasan itu dan melanjutkannya adalah Muhammad Hatta. Ia bersama dengan Ir Soekarno dan tokoh pemuda lainnya berjuang bersama melalui organisasi PNI yang memiliki cita-cita kemerdekaan yang selaras dengan Indische Partij. Berkat pemikiran

Ernest Douwes Dekker yang radikal menuntut kesetaraan dan kemerdekaan lahir para pemuda-pemuda pribumi yang mampu membawa Hindia Belanda mencapai kemerdekaan hingga saat ini. Maka gelar sebagai bapak pergerakan nasional yang diberikan oleh presiden Soekarno pada Ernest Douwes Dekker sangatlah pantas baginya.

C. Mempelopori Pentingnya Pers Bagi Keberlangsungan Pergerakan

Sebagai seorang jurnalis yang terkenal akan tulisannya yang radikal, Ernest

Douwes Dekker ternyata sangat berperan dalam perkembangan pers pada masa pergerakan nasional. Ia bahkan mendapat kehormatan dengan diberikan sebuah

89 John D Ledge, Sukarno Sebuah Biografi Politik, Jakarta, Sinar Harapan, 1985, hlm. 85. 90Ibid, hlm. 86.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

julukan sebagai salah satu tokoh perintis pers di Indonesia . Julukannya sebagai perintis pers terlihat dari tulisannya di berbagai surat kabar di Hindia Belanda yang cenderung radikal dan pemikirannya tentang perkembangan pers di Hindia

Belanda. Salah satu dari surat kabar itu adalah Bataviaasch Niuwsblad. Selama berkarier di Bataviasch Niewsblad Ernest Douwes Dekker selalu mengkritisi sikap dan kebijakan pemerintah Hindia belanda yang dianggap menyengsarakan penduduk bumiputera melalui tulisannya. Berkat tulisannya yang kritis tersebut banyak cendekiawan pribumi yang merasa tergugah semangatnya untuk mengadakan pergerakan melalui organisasi-organisasi.

Organisasi yang terlahir karena jasanya adalah Budi Utomo. Organisasi yang didirikan pada tahun 1908 terbentuk berkat pertemuan Ernest Douwes

Dekker dengan pemuda Stovia di rumah Ernest Douwes Dekker. Dalam pertemuan itu Ernest Douwes Dekker memberikan sebuah masukan tentang penting pers bagi keberlangsungan organisasi pergerakan nasional. Maka ketika

Budi Utomo belum memiliki media surat kabar sebagai penyambung aspirasi organisasinya dan alat propagandanya, Ernest Douwes Dekker memperbolehkan anggota Budi Utomo menggunakan Bataviasch Nieuwsblad sebagai media pers dan alat propaganda sementara Budi Utomo.91

Komitmen pemikirannya tentang pentingnya pers ia lanjutkan ketika mendirikan Indische Partij. Guna menyalurkan gagasan-gagasan dan tujuan dari

Indische Partij kepada masyarakat Hindia Belanda Ernest Douwes Dekker mendirikan surat kabar de Express dan majalah Het Tjidrift. Dalam de Express ia

91 Slamet Muljana, op.cit, hlm. 84.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

menerbitkan edisi Melayu. Penerbitan edisi Melayu itu menunjukkan bahwa

Ernest Douwes Dekker memiliki kepedulian terhadap perkembangan surat kabar

Melayu di Hindia Belanda. Selain itu ia ingin bahwa gagasan Indische Partij dapat dipahami secara luas oleh seluruh masyarakat Hindia Belanda yang tidak bisa berbahasa Belanda. Setelah organisasi Indische Partij dilarang oleh pemerintah Hindia dan para pemimpinnya dibuang ke Belanda Ernest Douwes

Dekker mulai mencurahkan komitmennya menggunakan sarana lainnya. Ia kemudian menggunakan sarana pendidikan untuk mewujudkan komitmen tentang pentingnya pers. Sekolah Kstrian Instituut ia jadikan pilihan sebagai sarana mengembangkan pers di Hindia Belanda. Untuk mewujudkan komitmen itu ia mendirikan jurusan jurnalistik di sekolah tersebut.

Melalui jurusan jurnalistik di Kstrian Ernest Douwes Dekker berusaha mengajarkan kepada generasi muda tentang pentingnya kalimat-kalimat revolusioner. B.M Diah, salah satu murid Kstarian yang kelak menjadi menteri di era Orde Baru mengungkapkan bahwa dalam setiap kesempatan Ernest Douwes

Dekker selalu memeriksa hasil pekerjaan siswa jurusan jurnalistik.92 Ia menginginkan siswa-siswa di sekolahnya memiliki pemikiran yang radikal dan revolusioner demi kemerdekaan Hindia Belanda. Berbagai tindakan Ernest

Douwes Dekker demi kemajuan pers di Hindia Belanda membuktikan bahwa identitasnya sebagai seorang Eropa-Indonesia tidak menghalanginya untuk tetap peduli terhadap perkembangan masyarakat pribumi.

92 Dasman Djamaudin, B.M. Diah, Jakarta, Pustaka Merdeka, 1992, hlm. 22.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

D. Pemikiran Tentang Kemandirian dan Kemerdekaan Hindia Belanda

Kemandirian dan Kemerdekaan suatu bangsa yang sedang dalam bayang-bayang penjajahan merupakan sebuah angan-angan atau impian yang ingin dicapai. Dalam setiap perjuangannya mengembangkan nasionalisme Ernest

Douwes Dekker selalu mengobarkan pentingnya kemerdekaan dan kemandirian

Hindia Belanda. Berbagai sarana ia gunakan untuk berjuang demi kemerdekaan

Hindia Belanda, antara lain melalui media massa. Salah satu tulisannya mengenai kemerdekaan adalah tulisannya yang berjudul “Hoe kan Holland he Spoedigst

Kolonial vierlizen” (Bagaimana Cara Belanda Kehilangan Tanah Jajahannya) yang membuat gempar pemerintah Hindia Belanda dan membuat ia dicap sebagai penghianat. Namun meskipun begitu artikel-artikelnya yang radikal itu ternyata menginspirasi pemuda Hindia Belanda dalam melakukan pergerakan. Salah satunya adalah pelajar Stovia yang kemudian mendirikan Budi Utomo.

Selain menggunakan media massa, Ernest Douwes Dekker juga menggunakan sarana organisasi pergerakan yang sifatnya politik bernama

Indische Partij dan National Indische Partij. Indische Partij merupakan organisasi pertama di Hindia Belanda yang memiliki tujuan untuk mempersiapkan kemerdekaan Hindia Belanda. Kata mempersiapkan itu digunakan untuk menghindarkan diri dari larangan pemerintah kolonial.93 Namun tetap saja organisasi itu dilarang pemerintah karena kemerdekaan Hindia Belanda merupakan sesuatu hal yang tabu untuk dibicarakan dan mustahil diberikan. Pada akhirnya para anggota meninggalkan organisasi itu setelah para pemimpinnya

93 A Kardiyat Wiharyanto, op.cit, hlm. 28.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

ditangkap. Meskipun organisasi yang memiliki cita-cita kemerdekaan secara penuh itu akhirnya harus dibubarkan, tetapi semangat dan pemikiran Indische

Patij tetap tertanam dan akhirnya melahirkan berbagai organisasi-organisasi yang memiliki cita-cita yang serupa Indische seperti PI, PNI dan Partindo.

Setelah ditangkap dan diasingkan, Ernest Douwes Dekker kembali ke

Hindia Belanda dan bekerja sebagai guru di Bandung.94 Ia kemudian merubah

MULO dan mendirikan yayasan Ksatrian Instituut yang mengajarkan pentingnya kemerdekaan dan kemandirian.95 Para peserta didik didoktrin untuk tidak mudah tunduk dengan para penguasa kolonial. Materi yang diajarkan di sekolah itu sedikit berbeda dengan sekolah lainnya. Sekolah itu mengajarkan bahasa Melayu dan sejarah nasional sebagai mata pelajaran wajib yang diberikan oleh siswa.

Penggunaan bahasa melayu dan sejarah nasional sebagai mata pelajaran di sekolah tersebut dilakukan agar para peserta didik lebih mencintai tanah airnya dan menumbuhkan rasa nasionalisme pada peserta didik. Sebagai pendiri dan ketua yayasan Ksatrian Instituut Ernest Douwes Dekker banyak mengajak tokoh-tokoh pergerakan untuk bekerja sebagai pengajar. Salah satu tokoh yang berperan sebagai pengajar adalah Ir Soekarno. Ir Soekarno menganggap Ernest

Douwes Dekker sebagai mentor atau guru yang berperan penting dalam pergerakan nasional. Ernest Douwes Dekker berharap melalui pendidikan di yayasan itu akan muncul generasi penerus yang memiliki pemikiran radikal tentang kemerdekaan penuh Hindia Belanda. Ia juga berharap generasi penerus itu juga memiliki kepribadian yang mandiri dan bukan merupakan alat politik

94 Slamet Mulyana, op.cit, hlm. 100. 95 Edi S. Ekajati dkk,op.cit, hlm. 83.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

penguasa kolonial. Bagi Ernest Douwes Dekker kemerdekaan bukanlah pemberian semata dari pemerintah kolonial yang telah melakukan penindasan terhadap masyarakat Hindia Belanda melainkan sebuah hal yang harus direbut.96

Perjuangan Ernest Douwes Dekker untuk mengembangkan nasionalisme demi kemerdekaan Hindia Belanda menunjukkan bahwa meskipun ia seorang keturunan Indonesia-Eropa tetapi memiliki kepedulian terhadap perjuangan di

Hindia Belanda. bahkan pemikiran dan semangatnya dalam mewujudkan kemerdekaan Indonesia perlu di contoh oleh masyarakat Indonesia masa kini terutama generasi muda untuk berjuang demi kepentingan bangsa. Masyarakat

Indonesia masa kini perlu membuka mata mereka bahwa perjuangan kemerdekaan tidak hanya dilakukan oleh masyarakat pribumi saja. Banyak masyarakat keturunan seperti Ernest Douwes Dekker yang mengesampingkan status sosialnya demi kemerdekaan Indonesia. Maka sudah layaknya kita menghargai jasa mereka meskipun mereka bukannlah masyarakat pribumi dengan tidak bersikap diskriminatif. Hal ini perlu dilakukan demi kemajuan negara Indonesia di masa kini dan masa yang akan datang.

96 Sartono Kartodirjo, dkk, op.cit, hlm. 192.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan bab II sampai dengan bab IV, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Ernest Douwes Dekker merupakan tokoh pergerakan nasional yang berasal

dari masyarakat Eropa-Indonesia. Ia juga merupakan salah satu tokoh

pergerakan nasional yang berusaha mengembangkan nasionalisme di Hindia.

Pengembangan nasionalisme itu sangat dipengaruhi oleh latarbelakang

kehidupannya yang selalu dekat dengan masyarakat bumiputera dan selalu

membela mereka ketika mengalami ketertindasan oleh pemerintah kolonial

Hindia Belanda. Selain itu pengembangan nasionalisme oleh Ernest Douwes

Dekker juga dipengaruhi oleh keterlibatannya dalam perang Boer melawan

penindasan pemerintah Inggris di Afrika Selatan dan perjumpaanya dengan

tokoh-tokoh pergerakan dunia seperti Dr Martin Hartman, Dr Shiamaji

Krishnavarna dan Mathilda Deromps. Dari pemikiran dan sumbangan para

tokoh pergerakan dunia serta pengalaman dalam menghadapi ketertindasan

itu kian mempertebal semangat Ernest Douwes Dekker untuk

mengembangkan nasionalisme demi kemerdekaan Hindia Belanda

2. Dalam mengembangkan nasionalisme Ernest Douwes Dekker menggunakan

berbagai sarana seperti media massa, organisasi politik dan mendirikan

sekolah. Meskipun setiap perjuangannya ia selalu mengalami pembuangan

namun ia tidak menyerah untuk berjuang mengembangkan nasionalisme dan

demi kemerdekaan Hindia. Bahkan ketika Hindia Belanda merdeka dan 53

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

berubah nama menjadi Indonesia Ernest Douwes Dekker tetap setia

membantu Indonesia mempertahankan keberadaannya ditengah ancaman

invasi Belanda.

3. Berkat pemikiran Ernest Douwes Dekker banyak generasi muda dan

organisasi yang mulai merubah arah pergerakannya. Para generasi muda yang

pada awalnya hanya mementingkan kepentingan pribadi golongan tertentu

berubah menjadi kepentingan bersama seluruh masyarakat Hindia Belanda.

Persatuan para pemuda Hindia Belanda ini kemudian berakhir pada lahirnya

sumpah pemuda yang merupakan cikal bakal persatuan masyarakat Hindia

Belanda yang merdeka dan menjadi sebuah bangsa yang berkebhinekaan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Dasman Djamaudin. 1992. B.M. Diah. Jakarta : Pustaka Merdeka.

Dijk, Kess van. 2007. The Netherlands Indies And The Great War 1914-1918. Netherland : KITLV Press.

Edi S. Ekajati, dkk. 1998. Sejarah Pendidikan Daerah Jawa Barat. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan R I.

Faidi, A. 2014. Jejak-Jejak Pengasingan Para Tokoh Bangsa. Yogyakarta: Saufa . Kamajaya. 1981. Tiga Bapak dan Pelopor Nasionalisme Pahlawan Nasional. Yogyakarta : U.P Indonesia.

Kardiyat Wiharyanto, A. 2015. Sejarah Pergerakan : Dari Lahirnya Nasionalisme Sampai Masa Pendudukan Jepang. Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma.

Kasenda, Peter. 2010. Sukarno Muda : Biografi Pemikiran Politik. Jakarta : Komunitas Bambu.

Koch, D.M.G. 1951. Menuju Kemerdekaan : Sejarah Pergerakan Kebangsaan Indonesia Sampai 1942. Jakarta : Jajasan Pembangunan.

Ledge, John D. 1985. Sukarno Sebuah Biografi Politik. Jakarta : Sinar Harapan.

Margono Joyohadikusumo. 1975. Dr. E F E Douwes Dekker (Dr Danoedirjo Setia Budi). Jakarta : Bulan Bintang.

Miert, Hans Van. 2003. Dengan Semangat Berkobar : Nasionalisme dan Gerakan Pemuda di Indonesia. Jakarta : Hasta Mitra.

Nagazumi, Akira. 1989. Bangkitnya Nasionalisme Indonesia : Budi Utomo 1908-1918. Jakarta : Pustaka Utama Grafiti.

Nasruddin Anshrriy, H. 2008. Rekam Jejak Dokter Pejuang dan Pelopor Kebangkitan Nasional. Yogyakarta : LKis.

Pitut Soeharto dan A. Zainoel Ihsan. 1982. Belenggu Ganas. Jakarta : Aksara Jaya Sakti.

------. Permata Terbenam. Jakarta : Aksara Jaya Sakti. 55

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

Renan, Ernest. 1968. Apakah Bangsa itu ( Qu’est ce qu’une nation ?) terj. Jakarta : Erlangga.

Rosihan Anwar. 2009. Sejarah Kecil : Petite Histoire Indonesia. Jakarta : PT Kompas Media Nusantara.

Sartono Kartodirjo. 1990. Pengantar Sejarah Indonesia Baru : Sejarah Pergerakan Nasional. Jakarta : PT Gramedia.`

Setiabudhi. D. 1949. 70 Jaar Konsekwent. Bandung : Nix & Co.

------. 1977. Sejarah Nasional Indonesia V. Jakarta : Balai Pustaka.

Slamet Mulyana. 2008. Kesadaran Nasional Dari Kolonialisme Sampai Kemerdekaan. Yogyakarta : PT LKIS.

Sudarmanta. J B. 2007. Jejak-Jejak Pahlawan Perekat Kesatuan Bangsa. Jakarta : PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia.

Suhartono. 1994. Sejarah Pergerakan Nasional : Dari Budi Utomo Sampai Proklamasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Tashadi. 1982. Dr D.D. Setiabudhi. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Tim Penulis Tempo. 2012. Seri Buku Tempo : Douwes Dekker Sang Inspirator Revolusi. Jakarta : PT Gramedia.

Veur, Paul W van der. 2006. The Lion And The Gadfly : Ducth Colonialism And The Spirit Of E.F.E Douwes Dekker. Netherland : KITLV Press.

Sumber Internet :

Hendri, F Isnaeni.IndoYangJadiMenteri, (Diaksesdari http://historia.id/persona/ indo-yang-jadi-menteri, pada tanggal 8 Agustus 2017, pukul 12.00 WIB).

Primus, Josephus. Dobel Dekker Untuk Indonesia, (Diakses dari http : //nasional. kompas.Com/read/2008/05/20/10125155/Dobel.Dekker.demi.Indonesia, pada tanggal 3 September 2017, pukul 16.00 WIB).

Sumpah Pemuda, (Diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Sumpah_Pemuda, pada tanggal 28 Oktober 2017, pukul 09.00 WIB). Veur, Paul W van der. E. F. E. Douwes Dekker : Evangelist for Indonesian Political Nationalism, (Diakses dari http:// www.jstor.org/

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

stable/pdf/2941180.pdf?refreqid=excelsior:dec2b1dc32c8bcc 04c56697 e99563bc3, pada tanggal 9 September 2017, pukul 10.00 WIB).

Artikel Majalah :

“Siapakah D.D Setiabudhi atau Dr. E.F.E. Douwes Dekker”. 1982. Intisari. Nomor 228-233.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

KOMPETENSI INTI, KOMPETENSI DASAR, MATERI PEMBELAJARAN, DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN

Kurikulum 2013 menggunakan pembelajaran langsung (direct teaching) dan tidak langsung (indirect teaching). Pembelajaran langsung adalah pembelajaran yang mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir, dan keterampilan menggunakan pengetahuan melalui interaksi langsung dengan sumber belajar yang menghasilkan pengetahuan dan keterampilan langsung yang disebut dengan dampak pembelajaran (instructional effect). Pembelajaran tidak langsung adalah pembelajaran melalui keteladanan, ekosistem pendidikan, dan proses pembelajaran pengetahuan dan keterampilan yang diharapkan memiliki dampak pengiring (nurturant effect) terhadap pembentukan sikap dan perilaku peserta didik. Pembelajaran langsung dilaksanakan dalam proses pembelajaran Kompetensi Dasar pada Kompetensi Inti-3 dan Kompetensi Inti 4.

Kompetensi Sikap Spiritual dan Kompetensi Sikap Sosial dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching) pada pembelajaran Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan melalui keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran, serta kebutuhan dan kondisi peserta didik.

Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung, dan dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut. Kompetensi dasar, materi pembelajaran, dan kegiatan pembelajaran kelas X, XI, dan XII disajikan pada tabel berikut.

A. Kelas XI Alokasi waktu: 2 jam pelajaran/minggu

Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran

3.4 Menghargai nilai- Pendidikan dan  Membaca buku teks, nilai Sumpah Pemuda Pergerakan Nasional melihat gambar- dan maknanya bagi gambar aktifitas kehidupan  Munculnya organisasi pergerakan kebangsaan di golongan elite nasional, tokoh Indonesia pada masa baru Indonesia pergerakan nasional kini  Tumbuhnya dan pelaksanaan kesadaran awal Sumpah Pemuda 28 kebangsaan Oktober 1928. 4.4 Menyajikan  Organisasi- langkah-langkah organisasi  Membuat dan dalam penerapan kebangsaan mengajukan nilai-nilai Sumpah  Sumpah Pemuda pertanyaan/tanya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Pemuda dan jawab/berdiskusi maknanya bagi tentang informasi kehidupan tambahan yang belum kebangsaan di dipahami/ingin Indonesia pada masa diketahui sebagai kini dalam bentuk klarifikasi tentang tulisan dan/atau media munculnya golongan lain elite baru Indonesia, tumbuhnya kesadaran awal kebangsaan, organisasi-organisasi kebangsaan, dan Sumpah Pemuda.

 Mengumpulkan informasi terkait dengan pertanyaan tentang munculnya golongan elite baru Indonesia, tumbuhnya kesadaran awal kebangsaan, organisasi-organisasi kebangsaan, dan Sumpah Pemuda melalui bacaan, dan sumber-sumber lain.

 Menganalisis informasi dan data-data yang didapat baik dari bacaan maupun dari sumber-sumber terkait untuk mendapatkan kesimpulan tentang munculnya golongan elite baru Indonesia, tumbuhnya kesadaran awal kebangsaan, organisasi-organisasi kebangsaan, dan Sumpah Pemuda.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran

 Melaporkan dalam bentuk tulisan langkah-langkah dalam penerapan nilai-nilai Sumpah Pemuda dan maknanya bagi kehidupan kebangsaan di Indonesia pada masa kini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAAN Satuan Pendidikan : SMA Negeri 5 Yogyakarta Mata Pelajaran : Sejarah Kelas/Semester : XI/II Alokasi Waktu : 2 x 45 menit (1 Pertemuan)

A. Kompetensi Inti (KI)

No Kompetensi Inti (KI) KI 3 Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

KI 4 Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

B. Kompetensi Dasar (KD) Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)

No Kompetensi Dasar No Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) 3.4 Menghargai nilai-nilai 3.4.1 Menganalisis faktor-faktor yang Sumpah Pemuda dan melatarbelakangi Ernest Douwes makna bagi kehidupan Dekker mengembangkan nasionalisme berbangsa saat ini di Hindia Belanda.

3.4.2 Menganalisis proses Ernest Douwes Dekker dalam mengembangkan nasionalisme di Hindia Belanda.

3.4.3 Mendeskripsikan sumbangan Ernest Douwes Dekker bagi keberlangsungan perjuangan nasionalisme di Hindia Belanda. 4.4 Menyajikan langkah- 4.4.1 Menyajikan hasil deskripsi tentang langkah dalam perjuangan Ernest Douwes Dekker penerapan nilai-nilai dalam mengembangkan nasionalisme Sumpah pemuda dan di Hindia Belanda berupa laporan maknanya dalam diskusi dan presentasi. kehidupan kebangsaan Indonesia pada masa kini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

C. Tujuan Pembelajaran Melalui proses pembelajaran di kelas, peserta didik diharapkan mampu: 1. Menganalisis faktor-faktor yang melatarbelakangi Ernest Douwes Dekker dalam mengembangkan nasionalisme di Hindia Belanda. 2. Menganalisis proses Ernest Douwes Dekker dalam mengembangkan nasionalisme di Hindia Belanda. 3. Mendeskripsikan sumbangan Ernest Douwes Dekker bagi keberlangsungan perjuangan nasionalisme di Hindia Belanda.

D. Materi Pembelajaran 1. Faktor-faktor yang melatarbelakangi Ernest Douwes Dekker dalam mengembangkan nasionalisme di Hindia Belanda. 2. Proses Ernest Douwes Dekker dalam mengembangkan nasionalisme di Hindia Belanda. 3. Sumbangan Ernest Douwes Dekker bagi keberlangsungan perjuangan nasionalisme di Hindia Belanda.

E. Model Pembelajaran : Cooperative Learning. F. Metode Pembelajaran : Ceramah, diskusi kelompok dan penugasan. G. Media Pembelajaran : Laptop, video, powerpoint tentang Ernest Douwes Dekker dan LCD. H. Sumber Belajar: 1. Hapsari, Ratna, dkk. 2013. Sejarah Indonesia Kelompok Wajib untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Penerbit Erlangga. 2. Rachmawati, Hesti Dwi. 2016. Sejarah Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga. 3. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Sejarah Indonesia Kelas XI Edisi Revisi. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan Balitbang Kemdikbud. 4. Tashadi, 1982. Dr D.D Setiabudhi. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 5. Tim Penulis Tempo, 2012. Seri Buku Tempo : Douwes Dekker Sang Inspirator Revolusi. Jakarta: PT Gramedia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

I. Kegiatan Pembelajaran (2 x 45 menit) No Kegiatan a. Pendahuluan (10 Menit) 1. Guru mempersiapkan kelas agar lebih kondusif dan menyenangkan untuk proses belajar kerapihan siswa dan ruangan kelas, melakukan presensi siswa, menyiapkan media dan buku yang diperlukan. 2. Peserta didik bersama guru mengawali pembelajaran dengan berdoa 3. Guru menyampaikan kompetensi dan tujuan yang akan dicapai 4. Guru menyampaikan materi minggu lalu ke siswa b. Kegiatan Inti (70 Menit) Mengamati 1. Guru menampilkan video dan powerpoint tentang Ernest Douwes Dekker. 2. Siswa mengamati dengan seksama video dan powerpoint yang ditampilkan oleh guru. 3. Guru meminta siswa mencari materi di buku paket sejarah yang berkaitan dengan video dan powerpoint. 4. Siswa mencari materi di buku paket sejarah yang berkaitan dengan video dan powerpoint. Menanya 1. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan beberapa hal yang berkaitan dengan perjuangan Ernest Douwes Dekker. 2. Siswa membuat pertanyaan yang belum jelas dari informasi yang diperoleh, baik itu dari video maupun powerpoint terkait dengan materi Perjuangan Ernest Douwes Dekker dalam Mengembangkan Nasionalisme di Hindia Belanda.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

MENGUMPULKAN INFORMASI 1. Guru membentuk 3 kelompok diskusi setiap kelompok diberi pertanyaan yang berbeda (1) Faktor yang melatarbelakangi Ernest Douwes Dekker dalam mengembangkan nasionalisme di Hindia Belanda, (2) Proses Ernest Douwes Dekker dalam mengembangkan nasionalisme di Hindia Belanda, dan (3) Sumbangan Ernest Douwes Dekker bagi keberlangsungan perjuangan nasionalisme di Hindia Belanda. 2. Siswa berdiskusi dan memecahkan permasalahan yang diberikan oleh guru. 3. Siswa berusaha mencari sumber-sumber yang ada untuk memecahkan masalah dari pertanyaan yang menjadi bagian dalam kelompoknya dan menuliskan hasilnya dalam selembar kertas. MENGASOSIASI 1. Masing-masing kelompok mendiskusikan hasil kerja kelompok lain yang mereka peroleh. Jika ada koreksi dapat ditulis catatan pada kertas MENGKOMUNIKASIKAN 1. Setiap kelompok secara bergiliran mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas 2. Kelompok lain yang tidak presentasi menyimak presentasi dari kelompok temannya c. Penutup (10 Menit) 1. Guru dan siswa melakukan refleksi pembelajaran bersama 2. Guru memberikan penguatan terhadap pencapaian kompetensi siswa, baik sikap, keterampilan ataupun pengetahuan 3. Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran tentang materi Perjuangan Ernest Douwes Dekker dalam Mengembangkan Nasionalisme di Hindia Belanda.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

J. Penilaian, Pembelajaran Remedial dan Pengayaan 1. Teknik penilaian : a. Penilaian Sikap : Observasi/Pengamatan b. Penilaian Pengetahuan : Tes Tertulis dan Lisan c. Penilaian Ketrampilan : Unjuk kerja; Presentasi; Laporan penugasan 2. Bentuk Penilaian : a. Observasi : Instrument Penilaian Guru b. Tes Tertulis : Uraian ; Laporan c. Unjuk Kerja : Laporan 3. Instrumen penilaian sikap, pengetahuan dan ketrampilan (terlampir)

Yogyakarta, 28 Januari 2018 Peneliti

Clemens Dimas Chandra Wiratama

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

LAMPIRAN

A. INSTRUMEN OBSERVASI SISWA 1. Tabel Pengamatan On Task No Aspek yang Diamati Jumlah Persentase 1 Siswa siap mengikuti proses pembelajaran 2 Siswa mendengarkan penjelasan guru 3 Siswa menanggapi pertanyaan dari guru 4 Siswa mencatat hal-hal penting 5 Siswa mengerjakan tugas dengan baik 6 Siswa menyampaikan pendapat dengan santun 7 Siswa berpakaian dengan santun dan rapi Siswa bertanya kepada guru materi yang 8 kurang dipahami

2. Tabel Pengamatan Off Task No Aspek yang Diamati Jumlah Persentase 1 Siswa keluar masuk kelas tanpa izin guru 2 Siswa bermain handphone (HP) di kelas 3 Siswa tidak berpakaian dengan santun dan rapi 4 Siswa tidak mengerjakan tugas dengan baik 5 Siswa tidak mencatat hal-hal penting 6 Siswa mengobrol dengan teman sebangku 7 Siswa pasif bertanya

Cara menghitung On Task dan Off Task :

Skor Perolehan Nilai = ------x 100 Skor Maksimal

Keterangan: N = Nilai hasil pengamatan ∑Skor Perolehan = Hasil Perolehan dari aspek yang diamati ∑Skor Maksimal = Hasil skor maksimal dikali jumlah aspek yang diamati

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

B. INSTRUMEN PENILAIAN 1. Penilaian Sikap Pedoman Pengamatan Sikap

Kelas : ………………………. Hari, Tanggal : ………………………. Pertemuan Ke-: ………………………. MateriPokok : ……………………….

No Nama Aspek Penilaian Jumlah Peserta Jujur Displin Tanggung Kerjasama Didik Jawab 1 2 3 dst

Penilaian Skor Menggunakan Skala Likert : 5= Sangat Baik 4= Baik 3= Cukup 2= Kurang 1= Sangat Kurang

Skor Perolehan Nilai = ------x 100 Skor Maksimal

2. Penilaian Keterampilan Lembar Kinerja Hasil Diskusi dan Presentasi

Mata Pelajaran : ...... Materi : ...... Kelompok : ......

No Nama Kinerja Presentasi Jumlah Siswa Kreatifitas Penyajian Kelayakan Bahasa Isi Isi 1 2 Dst

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

Penilaian Skor Menggunakan Skala Likert : 5= Sangat Baik 4= Baik 3= Cukup 2= Kurang 1= Sangat Kurang

Skor Perolehan Nilai = ------x 100 Skor Maksimal

Keterangan : No Indikator Kriteria

1 Kreatifitas Baru, Unik, Tidak Asal Berbeda

2 Penyajian Isi Keterlibatan Peserta Didik untuk aktif dan Kontekstual 3 Kelayakan Isi Keakuratan Materi

4 Bahasa Jelas, Mudah Dipahami dan Komunikatif

3. Penilaian Pengetahuan a. Soal Tes Uji Kompetensi Dilakukan dalam bentuk mengerjakan Uji kompetensi. Jawablah pertanyaan di bawah ini secara singkat, dan jelas! 1. Analisislah faktor-faktor yang melatarbelakangi Ernest Douwes Dekker mengembangkan nasionalisme di Hindia Belanda! 2. Analisislah proses Ernest Douwes Dekker dalam mengembangkan nasionalisme di Hindia Belanda! 3. Deskripsikan sumbangan Ernest Douwes Dekker terhadap keberlangsungan perjuangan nasionalisme di Hindia Belanda!

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

b. KUNCI JAWABAN No Jawaban Skor 1. Dalam mengembangkan nasionalisme pemikiran 20 Ernest Douwes Dekker sangat dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu : latar belakang kehidupan Ernest Douwes Dekker, pembelaan nasib buruh perkebunan di Hindia Belanda, perjuangan dalam perang Boer dan perjalanannya keliling Eropa serta perjumpaanya dengan tokoh pergerakan dunia. Latar belakang kehidupan Ernest Douwes Dekker berasal dari golongan keturunan Eropa-Indonesia. Meskipun berasal dari keturunan Eropa-Indonesia ia tidak merasa menjadi bagian masyarakat tersebut. Selama hidupnya Ernest Douwes selalu mengalami ketertindasan dan diskriminasi dikalangan masyarakat Hindia Belanda. Diskriminasi inilah yang menyebabkan Ernest Douwes Dekker selalu membela kepentingan masyarakat pribumi. Sebagai contoh ketika ia menjadi pengawas buruh perkebunan ia selalu memperhatikan nasib buruh perkebuanan dan memperlakukan mereka seperti selayaknya manusia. Tindakan itu pada akhrinya membuat ia harus dipecat dan dikeluarkan dari perkebunan itu. Hal itu juga menjadi factor Ernest Douwes dalam mengembangkan nasionalisme. Setelah ia dipecat dari pekerjaannya ia kemudian bergabung kedalam perang Boer dalam menghadapi pemerintah kolonial Inggris terhadap bangsa Boer di Afrika Selatan. dan mempengaruhi ia dalam mengembangkan nasionalisme guna memperbaiki

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

nasib pribumi di Hindia Belanda. 2. Perjuangan Ernest Douwes Dekker dalam 20 mengembangkan nasionalisme di mulai ketika bergabung dengan beberapa surat kabar di Hindia Belanda. Beberapa surat kabar tersebut antara de Locomotief, Soerabaia Handelsblad, Bataviaasch Nieuwsblad dan de Express. Selama menjadi seorang jurnalis di berbagai surat kabar itu Ernest Douwes Dekker terkenal dengan tulisannya yang berisi sindiran dan kritikan bagi pemerintah Hindia Belanda. Karena hal itu ia sering mendapatkan teguran dan bahkan mengalami pembuangan karena tulisannya itu. Selain menggunakan surat kabar wadah Ernest Douwes Dekker dalam mengembangkan nasionalisme ia gunakan adalah organisasi pergerakan nasional dengan mendirikan Indische Partij dan Nationaal Indische Partij bersama Dr Cipto Mangunkusumo dan Ki Hajar Dewantoro yang bercorak politik serta mendirikan sekolah Ksatriaan Instituut yang mengajarkan pentingnya menjadi pemimpin, kemandirian dan kemerdekaan Hindia Belanda 3. Pemikiran Ernest Douwes tentang nasionalisme di 20 Hindia Belanda telah membawa pengaruh positif bagi keberlangsungan perjuangan nasionalisme di Hindia Belanda. Pemikiran yang mengajarkan pentingnya kemerdekaan dan persatuan di dalam perjuangan kemerdekaan telah mempengaruhi pemikiran generasi muda di Hindia Belanda seperti Soekarno, , Dr Cipto

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

Mangunkusumo,dan Dr Sutomo dan merubah arah perjuangan kemerdekaan dari kepentingan pribadi/golongan dan regional ke arah kepentingan nasional. c. Pedoman Penskoran Skor Perolehan Nilai soal no 1-3 = ------x 100 60 d. Pembelajaran Remedial dan Pengayaan 1. Remidial Pelaksanaan remidial dilakukan setelah diadakan penilaian bagi peserta didik yang mendapat nilai di bawah 75 dengan mengerjakan kembali soal uji kompetensi. 2. Pengayaan Kegiatan pengayaan merupakan kegiatan pembelajaran yang diberikan kepada peserta didik yang telah menguasai materi pembelajaran. Peserta didik membaca buku atau artikel yang relevan tentang pemikiran Ernest Douwes Dekker tentang nasionalisme di Hindia Belanda.