EVALUASI ALOKASI DANA DESA DI KECAMATAN BALARAJA KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2012
SKRIPSI
Diajukan Sebagai salah satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
Pada Konsentrasi Manajemen Publik Program Ilmu Administrasi Negara
Oleh:
ROSIPAH
NIM. 6661092346
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG
2014
MOTTO DANPERSEMBAHAN
Perjalanan hidup initelah memberikan banyak pelajaran. Cobaan dan tantangan merupakan bagian kecil dalam kehidupanini,tergantung kita memahaminya, tapi satu yang tidak bisa kita elakkan yaitu kehendak dan takdirNya. Maka jangan pernah iri terhadap keberhasilan orang lain, karena kitatidak pernah tahu apa yang sudah ia korbankan untuk mendapatkan semuaitu. (Tetap semangat ,berusaha dan tawakkal padaNya. . Kullu ma huwaa tinatin ” yang akan dating pastiakan datang)
“SesungguhnyaTiadaBerputusAsaDariRahmatALL AH, MelainkanKaumyang Kafir (Q.S.yusup:87)
ABSTRAK
Rosipah, 092346 Evaluasi Dana ADD. Di Kecamatan Balaraja Kabupaten Tangerang Tahun 2012 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Pembimbing Pertama: Oman Supriyadi, Kedua: Listyaningsih.
Alokasi Dana Desa ini sangat penting untuk mengetahui masyarakat perlu direncanakan dengan hati-hati melalui musyawarah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana evaluasi pelaksanaan alokasi dana tahun 2012 di Kecamatan Balaraja Kabupaten Tangerang pada tahun 2012. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah evaluasi kebijakan Dunn (2003: 601). Dunn menyatakan ada enam dimensi untuk mengukur evaluasi kebijakan, termasuk efektivitas, efisiensi, kecukupan, perataan, responsivitas dan ketepatan. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah 64 orang yang tersebar di 8 desa. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengambilan sampel jenuh. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan t- test dan tes yang tepat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa evaluasi ADD di Kecamatan Balaraja tahun 2012 mencapai 62,66%. Sehingga dapat menjadi baik bahkan harus dimaksimalkan. Saran-saran dari peneliti dari hasil yang diperoleh dari skor indikator perataan 53.38% menunjukkan bahwa belum merata ke seluruh desa. Sementara Indikator Kecukupan dari hasil yang diperoleh mencapai 59,37%. Dari indikator menunjukkan bahwa dalam ADD belum mencukupi. Sebaiknya Dana ADD dikeluarkan secara optimal akan jauh lebih baik sesuai dengan kebutuhan desa.
ABSTRACT
Rosipah, Fund Evaluation 092 346 ADD. In the District of Tangerang Regency Balaraja In 2012 the State Administration of Science Program, Faculty of Social and Political Sciences, University of Sultan Ageng Tirtayasa. First Supervisor: Oman Supriyadi, Second: Listyaningsih.
Fund Allocation village is very important to know the community needs to be planned carefully through deliberation. The purpose of this study was to determine the extent to which the evaluation of the implementation of funds allocated in 2012 in District Balaraja Tangerang District in 2012. theory used in this study is the evaluation of policies Dunn (2003: 601). Dunn stated there are six dimensions to measure the evaluation of policies, including the effectiveness, efficiency, adequacy, alignment, responsiveness and accuracy. The method used is descriptive quantitative. The population in this study was 64 people spread over 8 villages. The sampling technique used in this study is sampling saturated. Data analysis techniques in this study using a t-test and the exact test. The results showed that the evaluation of ADD in District Balaraja in 2012 reached 62.66%. So it can be good even to be maximized. The suggestions of researchers from the results obtained from leveling indicator scores 53.38% indicates that it is not evenly distributed throughout the village. While the adequacy of the indicator results reached 59.37%. Of indicators show that the ADD has not been sufficient. ADD Fund should optimally be issued will be much better suit the needs of the village. KATA PENGANTAR
Bismilahirrahmaanirrahiim Assalamu’alaikumWr. Wb. Segala puji bagi Allah SWT yang member ni’mat iman dan islam sampai saat ini, memberi kesempatan hidup dan menjadikan pribadi kita lebih baik. Shalawat dan salam semoga tercurah limpahkan kepada habibanawanabiyyana Muhammad SAW yang menuntun kita dari zamanjahiliyah kezaman modern sekarang ini. Ucapan syukur takhentinya penulis ucapkan dan sampaikan atas terselesaikannya Penelitian Skripsi pada Konsentrasi Manajemen Publik dengan judul “Evaluasi Alokasi Dana Desa Di Kecamatan Balaraja Kabupaten Tangerang”. Penelitian ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman masalah fenomena sosial yang ada di masyarakat dan sekaligus sebagai penelitian skripsi di Program Studi Ilmu Administrasi Negara Konsentrasi Manajemen Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Dalam proses penelitian ini, tentunya penulis mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi dan saran. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof. DR. H. Sholeh Hidayat, M.Pd selaku Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa; 2. DR. Agus Sjafari, S.Sos, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa; 3. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos, M.Si selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa; 4. Mia Dwianna W, M.I.Kom selaku Pembantu Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa; 5. Gandung Ismanto, MM selaku Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, terima kasih atas arahan dan bimbingannya;
i
6. Rina Yulianti, S.IP, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa; 7. Rahmawati,S.Sos, M. Si selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa terima kasih atas arahan dan bimbingannya; 8. Oman Supriadi, M.Si selaku Dosen Pembimbing I dalam penyusunan penelitian ini. Terima kasih atas arahan, bimbingan dan pembelajaran dalam proses penyusunan penelitianini; 9. Listyaningsih, M.Si selaku Dosen Pembimbing II dalam penyusunan penelitian ini. Terima kasih atas arahan, bimbingan dan pembelajaran dalam proses penyusunan penelitianini; 10. Dosen-dosen dan Staf Program Studi IlmuAdministrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa khususnya, umumnya seluruh dosen dan staf Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa; 11. Kepala Camat Balaraja Kabupaten Tangerang yang sudah memberikan data- data yang mendukung penelitian; 12. Kepala Bidang Pemerintahan Kecamatan Balaraja Kabupaten Tangerang yang sudah memberikan data-data yang mendukung penelitian; 13. Kepala Bidang Pembangunan Kecamatan Balaraja Kabupaten Tangerang yang sudah memberikan data-data yang mendukung penelitian; 14. Kepala Desa Talagasari, Desa Sentul, Desa Sentul Jaya, Desa Sukamurni, Desa Cengkudu, Desa Gembong , Desa Saga dan Desa Tobat; 15. Yang tercinta kedua orang tuaku Ibu dan Bapak yang selalu memberikan dorongan dan bantuan serta motivasi yang tinggi baik moril dan materil atas dukungan kalian semuahnya; 16. Sukmaji Antapraja penyemagat yang selalu setia menemani dan membantu penulis selama ini baik moril maupun materil terima kasih atas doa dan dukungana;
ii
17. Teman-teman terkasih dan seperjuangan, ANE FISIP 2009 yang telah membantu, menyemangat idan memberikan masukan dalam menyelesaikan penelitian ini, Hilman Suteja, Asep Hidayat, Iwan, Fika irnawati, Yulia Andeka sari, Nita Rahmawati, dan lain-lain;
Besar harapan penulis agar skripsi ini diterima dan bermanfaat baik untuk pribadi penulis maupun mahasiswa pada umumnya. Kritikdan saran yang membangun sangat diharapkan demi penyempurnaan skripsi ini.Terima kasih. Alhamdulillahirabbil’alamiin Wassalamu’alaikumWr. Wb
Serang, 08 Oktober 2014
Rosipah 6661092346
iii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
LEMBAR PERSETUJUAN
MOTTO DAN PERSEMBAHAAN
ABSTRAK
ABSTRACT
KATA PENGANTAR ...... i
DAFTAR ISI ...... ii
DAFTAR TABEL ...... iii
DAFTAR GAMBAR ...... iv
DAFTAR DIAGRAM ...... v
DAFTAR LAMPIRAN ...... vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ...... 1
1.2 Identifikasi Masalah ...... 16
1.3 Pembatasan Masalah dan Rumusan Masala ...... 16
1.4 Tujuan Masalah ...... 16
1.5 Kegunaan Peneliti ...... 17
1.6 Sistematika Penelitian ...... 17
BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1. DeskripsiTeori ...... 19 2.1.1 Kebijakan Publik ...... 19
2.1.2 Evaluasi Kebijakan ...... 23
2.1.3 Alokasi Dana Desa…………………………………………….28
2.2 Penelitian Terdahulu...... 32
2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian……………………………………………………….33
2.4 Hipotesis Penelitian ...... 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ...... 37 3.2 Intsrumen Penelitian ...... 37 3.2.1 Jenis dan Sumber Data ...... 39 3.2.2 Teknik Pengumpulan Data...... 40 3.3 Populasi dan Sampel ...... 42 3.3.1 Populasi...... 42 3.3.2 Sampel ...... 46 3.4 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ...... 48 3.4.1 Uji Validitas ...... 48 3.4.2 Uji Realiabilitas ...... 48 3.4.3 Uji T-tes ...... 49 3.5 Lokasi dan Jadwal Penelitian ...... 50
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian ...... 51 4.1.1 Gambar Umum Daerah Kabupaten Tangerang ...... 51 4.1.1.2 Keadaan Topografi ...... 52 4.1.2 Gambaran Umum Kecamatan Balaraja ...... 53 4.1.3 Visi Misi Kecamatan Balaraja ...... 62 4.1.4 Tugas Pokok dan Fungsi Kecamatan Balaraja ...... 64 4.3 Identitas Responden...... 67 4.3.1 Karakteristik Responden ...... 67 4.4 Pengujian Persyaratan Statistik...... 69 4.4.1 Uji Validitas Instrumen ...... 69 4.4.2 Uji Reliabilitas Instrumen ...... 71 4.5 Analisis Data ...... 72 4.5.1 Evektifitas ...... 73 4.5.1.2 Efisiensi ...... 78 4.5.1.3 Kecukupan ...... 84 4.5.1.4 Perataan ...... 90 4.5.1.5 Responsivitas ...... 94 4.5.1.6 Ketepatan ...... 100 4.6 Pengujian Hipotesis ...... 105 4.7 Interpretasi Hasil Penelitian ...... 108 4.8 Pembahasan ...... 110 BAB V KESIMPULAN ...... 118 5.1 Kesimpulan ...... 118 5.2 Saran ...... 118
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Alokasi Dana Desa Diseluruh Kecamatan Balaraja Kabupaten Tangerang ...... 5
Tabel 1.2 Pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan ...... 6
Tabel 1.3 Daftar Penerima Dana Alokasi Dana Desa ...... 7
Tabel 1.4 Angka Alokasi Dana Tahun 2012 ...... 10
Tabel 1.5 Jumlah Tingkat Pendidikan di Aparatur Desa di Kecamatan Balaraja Kabupaten Tangerang Tahun 2012 ...... 14
Tabel 2.1 Kriteria Evaluasi Kebijakan ...... 25
Tabel 3.1 Skoring Item Instrumen ...... 31
Tabel 3.2 Instrumen Penelitian ...... 32
Tabel 3.3 Tabel rencana waktu penelitian ...... 40
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Jenis Kelamin ...... 56
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Tingkat Usia ...... 57
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Tingkat Pendidikan ...... 57
Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas Instrumen ...... 59
Tabel 4.5 Uji Reliabilitas Instrumen ...... 61
Tabel 4.5 Reliability Statistics ...... 61
DAFTAR GAMBAR
2.1 Gambar Kerangka Berpikir ...... 27
4.1 Diagram Katagori Responden Berdasarkan perbaikan jalan atau perehaban Kantor Desa sesuai dengan anggaran desa ...... 62
4.2 Diagram Katagori Responden Berdasarkan Pemerintah maksimal dalam mencapai tujuan ADD ...... 63
4.3 Diagram Katagori Responden Berdasarkan Dana yang diberikan dimaanfaatkan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan ...... 65
4.4 Diagram Katagori Responden Anggaran dana bantuan ADD yang diberikan sudah memadai ...... 66
4.5 Diagram Katagori Responden Berdasarkan Pelaksanaan kegiatan program ADD disetiap desa di Kecamatan Balaraja sudah maksimal ...... 67
4.6 Diagram Katagori Responden Berdasarkan Tanggung jawab yang dipegang oleh setiap desa di Kecamatan Balaraja sudah optimal ...... 69
4.7 Diagram Katagori Responden Berdasarkan Pelaksanaan ADD sesuai kemampuan masing-masing desa ...... 70
4.8 Diagram Katagori Responden Berdasarkan Perbaikan jalan perebahan kantor desa sudah sesuai dengan bentuk ukuran yang diteteapkan ...... 71
4.9 Diagram Katagori Responden Berdasarkan Program ADD membantu masyarakat desa ...... 73
4.10 Diagram Katagori Responden Berdasarkan Adanya program ADD dapat mencapai hasil yang diinginkan masyarakat desa ...... 74
4.11 Diagram Katagori Responden Berdasarkan Program ADD sesuai dengan harapam masyarakat desa ...... 75
4.12 Diagram Katagori Responden Berdasarkan Mengenai target atau waktu yang diberikan sudah cukup dalam pelaksanaan perbaikan jalan atau perbaikan rehab kantor desa ...... 76
4.13 Diagram Katagori Responden Berdasarkan Bantuan program ADD diberikan secara merata ke setiap desa-desa di Kecamatan Balaraja...... 77 4.14 Diagram Katagori Responden Berdasarkan Dalam pelaksanaan pembangunan seperti gotong royong dalam perbaikan jalan atau rehab kantor desa masyarakat ikut bergotong royong ...... 79
4.15 Diagram Katagori Responden Berdasarkan Dana bantuan program ADD didistribusikan kepada desa yang mendapat bantuan ADD ...... 80
4.16 Diagram Katagori Responden Berdasarkan Ada tindakan yang dilakukan desa untuk mengantisipasikan kesenjangan presepsi masyarakat yang mendapatkan bantuan dan tidak mendapatkan bantuan ADD ...... 82
4.17 Diagram Katagori Responden Berdasarkan Masyarakat desa yang tidak dapat bantuan ADD ikut serta dalam membantu program ADD ...... 83
4.18 Diagram Katagori Responden Berdasarkan Adanya peran pendamping dalam membantu kegiatan program ADD ...... 84
4.19 Diagram Katagori Responden Berdasarkan Sosialisasi yang disampaikan oleh Dinas Pemerintaha Desa atau Kecamatan Balaraja mengenai Program ADD ...... 86
4.20 Diagram Katagori Responden Berdasarkan Pelaksanaan program ADD di desa-desa sesuai dengan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis program ADD ...... 87
4.21 Diagram Katagori Responden Berdasarkan Program ADD sudah sesuai dengan peraturan Bupati No.13 Tahun 2009 Tentang Perubahan atas Peraturan Bupati No.117 Tahun 2008 Bantuan Desa ...... 88
4.22 Diagram Katagori Responden Berdasarkan Sasaran program ADD telah sesuai yang telah di tetapkan oleh desa di Kecamatan Balaraja ...... 89
4.23 Diagram Katagori Responden Berdasarkan Pelaksanaan ADD sudah berjalan dengan efektif sesuai waktu yang ditetapkan ...... 90
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam menyelenggarakan otonomi daerah, desa mempunyai hak dan kewenangan lain sebagai akibat tugas-tugas yang dibebankan oleh pemerintah yang lebih tinggi, yaitu hak atas pelaksanaan tugas dekonsentrasi, desentralisasi dan tugas pembantuan di desa. Berbagai hak dan kewenangan ini menjadi segala sesuatu yang penting untuk dilakukan penyelenggaraan pemerintahan desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya untuk mencapai kesejahteraan
Lahirnya UU No.32 Tahun 2004 dan UU No.33 Tahun 2004 sebagai revisi terhadap UU yang telah ada. Dengan berbagai kelemahan dan kelebihan yang ada dalam UU tersebut, selain langkah fantastik Pilkada langsung yang mengikuti trend Pilpres langsung adalah adanya wacana baru yang digunakan dalam paradigma pemberdayaan masyarakat dalam proses pembangunan yakni UU No.
32 Tahun 2004 ini jika dikaji secara mendalam telah memberikan peluang bagi pemberdayaan masyarakat desa dengan telah mendudukan fungsi desa sebagai komponen pelaksanaan pembangunan yang sangat penting dan niscaya. Pasal 215 ayat (1) UU No.32 Tahun 2004 secara tegas menyebutkan bahwa pembangunan kawasan perdesaan yang dilakukan oleh kabupaten /kota dan pihak ketiga mengikutsertakan pemerintah desa dan badan permusyawaratan desa.
1 2
Secara umum Alokasi Dana Desa (ADD) atau yang di beberapa daerah dikenal juga dengan istilah perimbangan keuangan Kabupaten dan Desa, sebagaimana diketahui semua pihak bahwa permasalahan desa bersama masyarakat warganya, masing-masing sangatlah spesifik dan tidak mungkin disamaratakan. Dengan adanya fiscal transfer ke desa tersebut maka Kabupaten tidak perlu lagi terlalu repot terlibat dalam penyelesaian permasalahan- permasalahan skala desa karena masing-masing desa bersama warganya sudah mampu menyelesaikan masalah mereka sendiri.
Selama ini pembangunan desa hampir selalu dipilihkan dari atas, atau dikenal dengan istilah top down dan pelaksanaanya adalah dinas/instansi pemerintahan melalui mekanisme proyek. Meskipun pengusulan dimulai dari desa, namun pada kenyataannya keputusan pilihan ada tangan pemerintahan daerah. Maka bukan tidak mungkin proyek yang datang ke desa bukanlah kebutuhan yang didambakan masyarakat, melainkan kebutuhan yang dirumuskan oleh pemerintah daerah. Biaya pembangunannya pun sudah bukan rahasia lagi jauh lebih besar dari kebutuhan biaya dari sudut pandang masyarakat. Pernyataan di atas sering kita dengar dari masyarakat desa, dan mereka memang membuktikannya dengan sungguh-sungguh. Mereka juga sudah sangat faham kalau pembangunan desanya yang dikerjakan melalui proyek banyak potongannya disana sini.
Hal tersebut membuktikan betapa desa adalah potensi pembangunan yang besar bagi daerah. Pembangunan dengan melibatkan langsung masyarakat desa, menunjukan hasil yang jauh lebih baik dan efesien dari pada pembangunan desa, 3
menunjukan hasil yang jauh lebih baik dan efesien dari pada pembangunan desa yang selama ini dijalankan dengan mekanisme proyek. Budaya gotong royong potensi sosial yang masih hidup di masyarakat desa dan harus dilestarikan.
Memberikan kesempatan luas kepada desa mengatur rumah tangganya sendiri dengan memberikan kewenangan disertai dengan biaya perimbangan akan mempercepat pembangunan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Belanja investasi yang lebih efesien ini akan mempercepat kesejahteraan masyarakat secara lebih merata dalam jangka panjang. Otonomi daerah melahirkan ide reformasi desa menjadi gerakan pembaharuan pengelolaan desa yang lebih moderen di tengah-tengah tradisi masing-masing desa. Peranan desa dalam pembangunan dan fungsi pelayanan terbawah mulai bergerak pasti menuju kemajuan masa depan desa yang lebih baik. Kantor desa secara bertahap mulai dibenahi dan dilengkapi peralatan-peralatan yang moderen seperti komputer maupun kelengkapan lain semacam telepon dan bahkan sepeda motor dinas.
Peningkatan peranan desa dalam pembangunan berkontribusi besar mewujudkan kesejahteraan masyarakat diurai oleh mereka sendiri. Dari sudut pandang pemberdayaan masyarakat, masyarakat desa semakin maupun menyelesaikan masalahnya sendiri dan ini menjadi indikator keberdayaan mereka.
Sifat ketergantungan desa secara bertahap semakin berkurang membangun desa adalah kebutuhan warga desa yang akan terus berlanjut. Hal ini biasa disaksikan dari bertumpuknya usulan masyarakat setiap tahun.
Bertumpuknya usulan tersebut menunjukkan bahwa desa tidak mampu menyelesaikan masalahnya sendiri. Kemandirian desa adalah kunci bagi 4
kemandirian daerah dalam jangka panjang. Sehingga membangun kemandirian desa secara bertahap akan mengikis sifat ketergantungan desa yang terjadi selama ini. Kemampuan masyarakat menyelesaikan masalahnya, secara luas di seluruh daerah, maka kretifitas dan ketahanan masyarakat akan menjadi modal penting menghadapi tantangan global di masa depan.
Alokasi Dana Desa atau yang dibeberapa daerah disebut dengan
Perimbangan Keuangan Kabupaten Desa menjadi bagian dari Pemerintah Desa.
Semua Penerimaan dan belanja desa selanjutnya diputuskan dalam Pelaturan Desa
(perdes) tentang anggaran pendapatan dan belanja pembangunan. Belanja rutin dimaksudkan disini adalah untuk belanja aparatur meliputi pos belanja pegawai, belanja barang, belanja pemeliharaan, serta belanja perjalanan dinas. Sedangkan belanja pembangunan meliputi belanja pembangunan sarana dan prasarana pemerintahan, produksi, perhubungan, pembangunan lain-lain.
Berikut dapat dilihat pada tabel 1.1 Alokasi Dana Desa di Kabupaten
Tangerang tahun 2012 :
Tabel 1.1
Alokasi Dana Desa Diseluruh Kecamatan Kabupaten Tangerang Tahun 2012
No. Kecamatan Total ADD
1. Kecamatan Pagedangan 843.050.249
2. Kecamatan Cikupa 1065163.03
3. Kecamatan Balaraja 748.662.648
4. Kecamatan Kronjo 755.773.272
5. Kecamatan Jayanti 678.889.994 5
6. Kecamatan Tigaraksa 10436087.67
7. Kecamatan Jambe 724.328.925
8. Kecamatan Cisoka 818.079.072
9. Kecamatan Kresek 732.880.524
10. Kecamatan Mauk 910.689.87
11. Kecamatan Kemiri 749.022.411
12 Kecamatan Sukadiri 659.516.859
13. Kecamatan Rajeg 1091565.13
14. Kecamatan Pasar Kemis 575.180.786
15. Kecamatan Teluknaga 1.156.097.521
16. Kecamatan Kosambi 980.207.921
17. Kecamatan Pakuhaji 10197226.36
18. Kecamatan Sepatan 673.003.657
19. Kecamatan Curug 404.139.03
20. Kecamatan Panongan 638.615.83
21. Kecamatan Legok 870.995.447
22. Kecamatan Cisauk 504.675.986
23. Kecamatan Sukamulya 673.259.17
24. Kecamatan Kelapa Dua 87.195.844
25. Kecamatan Sindang Jaya 713.212.844
26 Kecamatan Sepatan Timur 691.454.166
27. Kecamatan Solear 690.453.865 6
28. Kecamatan Gunung Kaler 706.196.741
29. Kecamatan Mekar Baru 1.423.128.013
Sumber: Pemdes Kab.Tangerang Tahun 2012
Berdasarkan tabel 1.1 diatas dapat dilihat pendapatan ADD Kecamatan
Balaraja hanya 748.662.648 di tahun 2012 padahal jika dilihat dari PBB
Kecamatan Balaraja pendapatannya cukup tinggi yaitu sebesar 282.852.110 ditambah Kecamatan Balaraja memiliki kawasan industri yang luas yang menjadi potensi pendapatan Kecamatan Balaraja.
Berikut dapat dilihat pada tabel 1.2 jumlah pendapatan pajak bumi dan bangunan (PBB) Di Kecamatan Balaraja Tahun 2012:
Tabel 1.2 Pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kecamatan Balaraja Tahun 2012 DESA JUMLAH PBB
Cangkudu 36.349.247
Talagasari 45.848.230
Tobat 46.635.084
Sentul 16.324.522
Gembong 18.276.681
Sukamurni 49.879.741
Saga 48.875.050
Sentul jaya 20.663.555
Total 282.852.110
Sumber : ADD Kabupaten Tangerang Tahun 2012 7
Pendapatan pajak bumi dan bangunan (PBB) relevensinya dengan ADD ada karena kecil atau besarnya jumlah pendapatan pajak dan bangunan (PBB) yang menentukan besar kecilnya jumlah alokasi dana desa (ADD) tergantung dari pendapatan pajak dan bangunan maka bisa dilihat pada tabel 1.2 jumlah pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di setiap desa.
Penentuan besarnya alokasi dana desa (ADD) sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 5 didasarkan pada jumlah bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah tertentu bagain dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diteriman daerah dana alokasi umum setelah dikurangi belanja pegawai. Besarnya alokasi dana desa (ADD) sebagaimana dimaksud pada ayat(1) ditetapkan sebesar 10 %
(sepuluh persen) dari bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah tertentu ditambah 5% sampai dengan 10% dana alokasi umum setelah dikurangi belanja pegawai (Sumber: Peraturan Bupati Tangerang Nomor : 13 Tahun 2009 Tentang
Perubahan atas Peraturan Bupati Tangerang Nomor 117 Tahun 2008 Tentang
Bantuan Keuangan Desa)
Tabel 1.3
Daftar Penerima Dana Alokasi Dana Desa
No Nama Desa Jumlah
1 Talagasari Rp 84.740.259.58
2 Sukamurni Rp 79.423.270.92
3 Sentul Jaya Rp 71.266.449.84
4 Gembong Rp 96.434.214.48
5 Saga Rp 115.537.780.86 8
6 Cengkudu Rp 88.966.656.80
7 Tobat Rp 109.412.816.28
8 Sentul Rp 77.100.086..63
Sumber: ADD Kecamatan Balaraja Tahun 2012
Namun dalam melaksanakannya tidak begitu saja terlepas dari permasalahan-permasalahan yang terjadi. Dalam observasi awal penelitian, peneliti menemukan beberapa masalah diantaranya adanya ketidakmeratanya pembangunan, dimana pembangunan selama ini sering kali mengarah lebih mementingkan biaya operasional pegawai dari pada kepentingan masyarakat.
Atmosfir semacam ini berdampak pada pembangunan masyarakat yang tidak merata untuk semua warga. Ada desa yang selalu mendapatkan proyek-proyek dari tahun ketahun. Bahkan proyek-proyek bisa di dapatkan secara berulang seperti pembangunan jalan dan perbaikan jalan. Namun ada desa yang sama sekali tidak pernah mendapat bagian pembangunan. Strategi pembangunan akan sulit diwujudkan karena asas pembangunan tidak didasarkan kepada kebutuhan strategis melainkan lebih besar mementingkan biaya operasional pegawai dari pada kepentingan masyarakat
Penggunaan dana ADD dipergunakan untuk pembangunan berdasarkan permintaan warga. Namun dalam pelaksanaan sebuah pembangunan kerap dipersulit dengan tidak adanya dukungan langsung oleh warga yang bersangkutan.
Pembangunan melibatkan warga baik dari segi swadaya dana untuk fasilitas umum, juga menggunakan tenaga kerja warga masyarakat. Namun berdasarkan penuturan pihak desa justru penggunaan tenaga kerja yang berasal dari warga 9
masyarakat setempat malah memberatkan pihak desa sendiri. Karena mereka menetapkan harga yang cukup tinggi sebagai upah. Kondisi ini disebabkan oleh hilangnya sifat-sifat gotongroyong maupun kebersamaan diantara warga.
Jika sebelumnya dalam pemeliharaan kebersihan desa bisa dilakukan bersama-sama melalui kerja bakti tiap minggu pagi, kini masyarakat lebih acuh dan mengandalkan desa. Banyak pembangunan sanitasi warga yang rusak padahal belum lama dibangun. Hal ini terjadi karena hilangnya rasa peduli dan saling mengandalkan diantara warga. Pembangunan fisik lebih ditunjukan untuk kepentingan warga. Berdasarkan Surat Pertanggung jawaban (SPJ) pengunaan
ADD, pembangunan memang lebih dipusatkan pada pembangunan fisik saja sementara pembangunan sumber daya kurang diperhatikan.
Padahal untuk pembangunan sebuah masyarakat yang memiliki keunggulan bukan hanya pada pembangun fisik saja tapi membangun kemajuan desa melalui pembangunan secara personal yang manfaatnya memang tidak dirasakan saat itu tetapi secara pelan-pelan. Tidak semua kebutuhan warga terpenuhi, terkait dengan keterbatasan dana dan pengalokasian sesuai dengan rencana yang telah diterapkan. Hal ini juga terkait dengan jumlah pencairan dana kesetiap desa yang berbeda jumlahnya. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor secara administratif seperti luas wilayah maupunjumlah penduduk. Tetapi bukan hanya itu, kemampuan dan ketetapan masyarakat di suatu desa dalam membayar
Pajak Bumi dan Pembangunan (PBB) juga menjadi pertimbangan, kendala dalam pemenuhan kebutuhan akan dana desa juga menjadi masalah bagi desa-desa yang memiliki potensi apapun. Menurut Peraturan Bupati bahwa Alokasi dana sebesar 10
70% yang diangarkan untuk pemberdayaan masyarakat namun hal ini bertolak belakang yang terjadi di lapangan kegiatan Pembangunan yang dilakukan berdasarkan atas Daftar Rencana Kerja (DRK) yang berdasarkan keputusan bersama sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat tetapi Alokasi Dana
Desa (ADD) yang digunakan seharusnya untuk pemberdayaan masyarakat tetapi di lapangan terbalik untuk operasional pegawai atau keperluan pegawai desa seperti Belanja rutin yang dimaksud ini adalah belanja aparatur, meliputi pos belanja pegawai, komputer, belanja barang, belanja pemeliharaan , serta belanja perjalanan Dinas.
Tabel 1.4 Alokasi Dana Desa Tahun 2012 Di Desa Saga
Desa Saga Jumlah Total yang Jumlah biaya
diperlukan
Kegiatan fisik 4,354,102,27 34,243,505,00
Kegiatan non fisik 1,040,000.00 13,520,000,00
Biaya operasional 1,271,350,00 11,000,000,00
Sumber : Peneliti, 2014
Berdasarkan data di atas, terdapat jumlah dana ADD di Desa Saga sebesar
Rp 115,537,780,86. Jumlah tersebut dirasa kurang untuk Desa Saga Kecamatan
Balaraja Kabupaten Tan gerang Tahun 2012, hal itu disebabkan karna anggaran tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan masyarakat desa saga karena terbalik dengan anggaran pegawai desa harus nya 30% untuk operasional desa 70% masyarakat desa tetapi yang terjadi sebaliknya.
11
Tabel 1.5 Alokasi Dana Desa Tahun 2012 Di Desa Gembong
Desa Gembong Jumlah Jumlah biaya
Kegiatan fisik 36,769,970 26,051,780
Kegiatan non fisik 26,051,780 6,461,340
Biaya operasional 2,492,896 90,293,983
Sumber: Peneliti, 2014
Berdasarkan data di atas terdapat jumlah ADD di Desa Gembong
Kecamatan Balaraja Kabupaten Tangerang Tahun 2012 sebesar Rp96,434,214,48.
Dana yang harusnya untuk di pakai untuk perbaikan jalan atau pembuatan vaving blok , justru lebih di utamakan untuk perbaikan atau perluasan pembangunan kantor desa dan ruang parkir , gerasi atau atap. Semantara kantor desa masih layak pakai.
Tabel 1.6 Alokasi Dana Desa Tahun 2012 Di Desa Sentul Jaya
Desa Sentul Jaya Jumlah biaya Jumlah
Kegiatan fisik 29,483,653,19 31,427,018,90
Kegiatan non fisik 5.837,500,00 6.000,000,00
Biaya operasional 7,852,823,66 9,428,105,66
Sumber : Peneliti, 2014
Berdasarkan data di atas terdapat jumlah ADD di Desa Sentul Jaya
Kecamatan Balaraja Kabupaten Tangerang Tahun 2012 Rp 71.266,44984. Dari infrastruktur jalan dan kantor desa sudah mengalami perbaikan. Akan tetapi dari segi perlengkapan kantor desa, seperti komputer, dan peralatan lainnya terlihat kurang. 12
Tabel 1.7 Alokasi Dana Desa Tahun 2012 Di Desa Sukamurni
Desa Sukamurni Jumlah biaya Jumlah
Kegiatan fisik 511,750,00 23,200,000,00
Kegiatan non fisik 192,000,00 7,025,000,00
Biaya operasional 300,963,64 7,460,000,00
Sumber: Peneliti, 2014
Berdasarkan data di atas terdapat jumlah ADD di Desa Sukamurni
Kecamatan Balaraja Kabupaten Tangerang Tahun 2012 Rp 79,423,270,92. Akan tetapi kantor desa dan jalan masih terlihat kurang layak ini mengindikasikan bahwa dana alokasi desa di desa tersebut belum optimal di keluarkan.
Tabel 1.8 Alokasi Dana Desa Tahun 2012 Di Desa Talagasari
Desa Talagasari Jumlah biaya Jumlah
Kegiatan fisik 34,497,740,00 37,972,740,00
Kegiatan non fisik 16,487,460,00 17,145,160,00
Biaya operasional 11,258,495,94 11,923,386,33
Sumber: Peneliti, 2014
Berdasarkan data di atas terdapat jumlah ADD di Desa Talagasari
Kecamata Balaraja Kabupaten Tangerang Tahun 2012 Rp 84,740,259,58. Dari segi pelayanan kurang.
Alokasi Dana Desa merupakan kewenangan yang dimiliki sepenuhnya oleh desa, dimana pihak desa lah yang berhak menentukan uang tersebut dalam membiayai pembangunan desa masing-masing untuk menciptakan kemandirian desa, begitu juga dengan Alokasi dana 30% untuk belanja operasional pegawai 13
seharusnya Alokasi dana sebesar 70% dianggarkan untuk pemberdayaan masyarakat akan tetapi dana yang dialokasikan untuk pemberdayaan masyarakat hanya sebesar 30% sedangkan Operasional pegawai 70% hal ini terbalik dengan dengan petunjuk teknis pengelolaan Alokasi Dana Desa Kabupaten ( Peraturan
Bupati Tangerang Nomor : 13 Tahun 2009 Tentang Perubahan atas Peraturan
Bupati Tangerang Nomor 117 Tahun 2008 Tentang Bantuan Keuangan Desa)
Alokasi Dana Desa (ADD) yang diterima sebagaimana dimaksud dalam pasal 11, digunakan dengan ketentuan sebagai berikut: 30% (tiga puluh persen) untuk biaya operasional Pemerintah Desa 70% (tujuh puluh persen) untuk pemberdayaan masyarakat. Penggunaan dana ADD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dalam petunjuk teknis pelaksanaan ADD sebagaimana terlampir dalam Peraturan Bupati, ADD yang diterima sebagaimana dimaksud dalam pasal 11, selanjutnya dimaksud APBDes pada pos penerimaan bantuan dari pemerintah daerah dan ditetepkan dalam Peraturan Desa tentang APBDes,
APBDes disusun berdasarkan hasil musrembang desa sebagai syarat utama dalam pencairan ADD. Mekanisme penyaluran dan pencairan ADD, diatur lebih lanjut dalam petunjuk teknis pelaksanaan ADD sebagaimana terlampir dalam Peraturan
Bupati (Sumber: Peraturan Bupati Tangerang Nomor : 13 Tahun 2009 Tentang
Perubahan atas Peraturan Bupati Tangerang Nomor 117 Tahun 2008 Tentang
Bantuan Keuangan Desa)
Namun kondisi ini jauh berbeda dengan desa-desa yang memang memiliki kawasan industri seperti desa Talagasari, Cengkudu, Sentul, Sentul jaya.
Perbedaan yang nampak adalah bagaimana industri tersebut mampu menyerap 14
tenaga yang banyak yang memang diprioritaskan untuk masyarakat setempat.
Tidak mengherankan jika pemilihan kepala desa untuk daerah-daerah tersebut lebih meriah dan sarat akan persainagan.
Selain itu, masalah lainnya muncul dalam pengelolaan dana ADD oleh desa-desa di Kecamatan Balaraja. Dimana dalam pengelolaan kurang optimal, hal tersebut salah satunya disebabkan rendahnya kemampuan antara aparatur pemerintahan desa yang disebabkan oleh tingkat pendidikan yang dimiliki aparatur desa. Hal ini yang kemudian menjadi penghambat kelancaran implementasi Alokasi Dana Desa. Berikut dapat dilihat pada tabel 1.3 terkait tingkat pendidikan perangkat desa di Kecamatan Balaraja.
Tabel 1.9
Jumlah tingkat pendidikan di Aparatur desa di Kecamatan Balaraja
Kabupaten Tangerang Tahun 2012
Nama Desa Tingkat pendidikan Tingkat pendidikan
SMA sarjana
Desa Sukamurni 8 -
Desa Sentul jaya 7 -
Desa Sentul 5 2
Desa Gembong 6 1
Desa Cengkudu 6 1
Desa Saga 7 -
Desa Tobat 6 1
Desa Telagasari 5 3 15
Sumber : Struktur Organisasi Desa di Kecamatan Balaraja Kabupaten
Tangerang Tahun 2012
Berdasarkan tabel 1.4 dapat diketahui bahwa pendidikan yang dimiliki aparatur Desa khususnya bagian keuangan di Desa Talagasari, Desa Sentu, Desa
Sukamurni dan Desa Sentul Jaya, Desa Gembong, Desa Cengkudu, Desa Saga masih rendah yaitu rata – rata hanya lulusan SMA. Karena yang mengelola keuangan rata-rata hanya luluan SMA, maka pembukuan akan berbeda dengan jumlah Desa yang memiliki pengelola keuangan dengan latar pendidikan sarjana yaitu Desa Tobat. Sedangkan untuk Kepala Desa yang sarjana hanya Desa Sentul,
Talagasari, Desa Gembong, Desa Cengkudu dan Desa lainnya hanya lulusan
SMA. Rendahnya pendidikan perangkat dan aparatur desa itulah yang menjadi salah satu penyebab lemahnya administrasi desa dan implementasi ADD.
Meskipun manfaat Alokasi Dana Desa diserahkan luas bagi kemandirian desa, namun masih ada beberapa catatan hambatan dan tantangan ke depan.
Hambatan yang paling terasa di beberapa daerah terdapat pada kesiapan aparatur pemerintah desa, pengalaman yang baru ini diakui oleh semua pihak masih membutuhkan waktu untuk belajar banyak bagaimana mengelola secara mandiri pembangunan di desa. Berdasarkan permasalahan diatas maka judul penelitian ini adalah “Evaluasi Alokasi Dana Desa Di Kecamatan Balaraja Kabupaten
Tangerang Tahun 2012”
16
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, peneliti mengidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut:
1. Ketidakmerataanya pembangunan dimana pembangunan selama ini sering kali
mengarah kepada kepentingan Operasional pegawai dibanding kepentingan
masyarakat desa.
2. Kurang optimalnya dana ADD oleh perangkat desa yang disebabkan
rendahnya tingkat pendidikan aparatur desa yang berpengaruh pada
kemampuan desa dalam mengelola ADD di Kecamatan Balaraja.
3. Penggunaan anggaran tidak sesuai dengan Peraturan Bupati.No :13 Tahun
2009 Tentang perubahan atas Pelaturan Bupati Tangerang Nomor 117 Tahun
2008 Tentang Bantuan Keuangan Desa.
1.3 Batasan dan Rumusan Masalah
Penelitian mencoba untuk membatasi masalah hanya pada evaluasi
Alokasi Dana Desa Di Kecamatan Balaraja Kabupaten Tangerang Tahun 2012.
Sedangkan untuk perumusan masalah penelitian yaitu Bagaimana Evaluasi
Alokasi Dana Desa Di Kecamatan Balaraja Kabupaten Tangerang Tahun 2012.
1.4 Tujuan Masalah
Berdasarkan fokus penelitian Alokasi Dana Desa Di Kecamatan Balaraja
Kabupaten Tangerang Tahun 2012 sudah berjalan dengan baik 62,66%.
17
1.5 Kegunaan penelitian
1.5.1 Kegunaan Teoritis
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis serta dapat
memahami dan mengerti hal-hal yang berhubungan dengan Alokasi Dana
Desa Di Kecamatan Balaraja dengan melihat aplikasi pelaksanaan di
lapangan, karena pembiayaan Alokasi Dana Desa adalah untuk membiayai
program pemerintah desa dalam meleksanakan kegiatan pemerintahan dan
pemberdayaan masyarakat kegiatan yang dibiayai dari Alokasi Dana Desa
meliputi bidang ekonomi, sosial, budaya prasarana fisik dan umum
1.5.2 Kegunaan Praktis
Sarana yang dapet diberikan distribusi informasi mengenai perekrutan
tenaga kerja lebih merata lagi, diseluruh masyarakat hendaknya ikut
berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan pembangunan desa serta turut
memeliharakan hasil-hasil pembangunan yang telah dilaksanakan, diharapkan
untuk peleksanakan ADD berikutnya diprioritaskan pula kegitan
pembangunan lebih merata.
1.6 Sistematika Penulisan
Secara garis besar penelitian ini berisikan tentang:
BAB I: PENDAHULUAN
Menjelaskan tentang latar belakang, di mana mengemukakan hal-hal
yang menjadi alasan keterkaitan peneliti terhadap topik atau judul penelitian
dan pentingnya dilakukan penelitian terhadap topik tersebut.Identifikasi 18
masalah dan pembatasan masalah berisikan aspek permasalahan yang muncul dan berkaitan.
BAB II : DESKRIPSI TEORI
Pada bab ini terdiri dari deskripsi teori, kerangka pemikiran da asumsi dasar penelitian. Deskripsi teori merupakan pendapat para ahli tentang teori yang berkaitan dengan Evaluasi Alokasi Dana Desa Di Kecamatan Balaraja
Kabupaten Tangerang Tahun 2012. Selanjutnya kerangka berpikir menggambarkan tentang alur pemikiran penelitian dalam penelitian ini, yang kemudian coba disimpulkan oleh penelitian tersebut dalam asumsi dasar penelitian.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini, penulis menggambarkan tentang metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, kemudian istrumen penelitian, jelas dan sumber data , informan penelitian, teknik pengumpulan data, teknk pengolahan data dan analisis data, pengujian keabsahan data serta lokasi dan jadwal penelitian.
BAB IV: HASIL PENELITIAN
Pada bab ini, penulis menguraikan tentang hasil penelitian yang terdiri dari deskripsi obyek penelitan, deskripsi data, kemudian dilakukan penganalisikan dan pembahasan mengenai Evaluasi Alokasi Dana Desa Di
Kecamatan Balaraja Kabupaten Tangerang Tahun 2012.
19
BAB V : PENUTUP
Bab ini memaparkan kesimpulan yang menyimpulkan hasil penelitian secara singkat, jelas serta sesuai dengan permaslahan dan asumsi dasar penelitian. Secara saran yang berisi masukan dari peneliti terhadap bidang yag diteliti baik secara teoritis praktis
DAFTAR PUSTAKAN
20
BAB II
DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Deskripsi Teori
Deskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang teori (dan bukan sekedar pendapat pakar atau penulis buku) dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang diteliti. Berapa jumlah kelompok teori yang perlu dikemukakan/dideskripsikan, akan tergantung pada jumlah variabel yang diteliti. Bila dalam suatu penelitian terdapat tiga variabel independen dan satu dependen, maka kelompok teori yang perlu dideskripsikan ada empat kelompok teori, yaitu kelompok teori yang berkenaan dengan tiga variabel independen dan satu dependen. Oleh karena itu, semakin banyak variabel yang diteliti, maka akan semakin banyak teori yang perlu dikemukakan
(Sugiyono, 2009:58).
2.1.1 Kebijakan Publik
Definisi kebijakan publik menurut Eystone (1971:18) dalam Wahab (2012:13) ialah “the relationship of governmental unit to its environment” (antar hubungan yang berlangsung di antara unit/satuan pemerintahan dengan lingkungannya). Demikian pula definisi menurut Wilson (2006:154) dalam Wahab (2012:13) yang merumuskan kebijakan publik sebagai berikut:
“The actions, objectives and pronouncements of governments on particular matters, the steps they take (or fail to take) to implement them,and the explanations they give for what happens (or does not happen)” (tindakan-tindakan, tujuan-tujuan dan pernyataan-pernyataan pemerintah mengenai masalah-masalah tertentu, langkah-langkah yang telah/sedang diambil (atau gagal diambil) untuk diimplementasikan dan penjelasan-penjelasan yang diberikan oleh mereka mengenai apa yang telah terjadi (atau tidak terjadi).
20 21
Definisi lain, yang tak kalah luasnya, dikemukakan oleh Dye dalam
Wahab (2012:14) yang menyatakan bahwa kebijakan publik ialah “whatever governments choose to do or not to do” (pilihan tindakan apa pun yang dilakukan atau tidak ingin dilakukan oleh pemerintah).
Sedangkan, pakar Inggris, W.I. Jenkins (1978:15) dalam Wahab (2012:15) merumuskan kebijakan publik adalah sebagai berikut:
“A set of interrelated decisions taken by a political actor or group of actors concerning the selection of goals and the means of achieving them within a specified situation where these decisions should, in principle, be within the power of these actors to achieve” (serangkaian keputusan yang saling berkaitan yang diambil oleh seorang aktor politik atau sekelompok aktor, berkenaan dengan tujuan yang telah dipilih beserta cara-cara untuk mencapainya dalam suatu situasi. Keputusan-keputusan itu pada prinsipnya masih berada dalam batas-batas kewenangan kekuasaan dari para aktor tersebut).
Chief J. O. Udoji, seorang pakar dari Nigeria (1981) dalam Wahab
(2012:15), telah mendefinisikan kebijakan publik sebagai “an santioned course of action addressed to a particular problem or group of related problems that affect society at large” (suatu tindakan bersanksi yang mengarah pada suatu tujuan tertentu yang saling berkaitan dan memengaruhi sebagian besar warga masyarakat).
Pakar Perancis, Lemieux dalam Wahab (2012:15) merumuskan kebijakan publik sebagai berikut:
“The product of activities aimed at the resolution of public problems in the environment by political actors whose relationship are structured. The entire process evolves over time” (produk aktivitas-aktivitas yang dimaksudkan untuk memecahkan masalah-masalah publik yang terjadi di lingkungan tertentu yang dilakukan oleh aktor-aktor politik yang hubungannya terstruktur. Keseluruhan proses aktivitas itu berlangsung sepanjang waktu). 22
Definisi lain mengenai kebijakan publik menurut Friedrich (1969:79) dalam Agustino (2008:7) adalah sebagai berikut:
“Serangkaian tindakan/kegiatan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat hambatan-hambatan (kesulitan-kesulitan) dan kemungkinan-kemungkinan (kesempatan-kesempatan) dimana kebijakan tersebut diusulkan agar berguna dalam mengatasinya untuk mencapai tujuan yang dimaksud”.
Sedangkan, Anderson (1984:3) dalam Agustino (2008:7) memberikan pengertian atas definisi kebijakan publik, dalam bukunya Public Policy Making, adalah serangkaian tindakan yang mempunyai maksud/tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang aktor atau sekelompok aktor yang berhubungan dengan suatu permasalahan atau suatu hal yang diperhatikan.
Laswell dan Kaplan dalam Subarsono (2011:3) berpendapat bahwa kebijakan publik hendaknya berisi tujuan, nilai-nilai, dan praktika-praktika sosial yang ada dalam masyarakat.
Menurut Agustino (2008:8) beberapa karakteristik utama dari suatu kebijakan publik adalah sebagai berikut:
1) Pada umumnya kebijakan publik perhatiannya ditujukan pada
tindakan yang mempunyai maksud atau tujuan tertentu daripada
perilaku yang berubah atau acak.
2) Kebijakan publik pada dasarnya mengandung bagian atau pola
kegiatan yang dilakukan oleh pejabat pemerintah daripada keputusan
yang terpisah-pisah. 23
3) Kebijakan publik merupakan apa yang sesungguhnya dikerjakan oleh
pemerintah dalam mengatur perdagangan, mengontrol inflasi, atau
menawarkan perumahan rakyat.
4) Kebijakan publik dapat berbentuk positif maupun negatif. Secara
positif, kebijakan melibatkan beberapa tindakan pemerintah yang jelas
dalam menangani suatu permasalahan; secara negatif, kebijakan
publik dapat melibatkan suatu keputusan pejabat pemerintah untuk
tidak melakukan suatu tindakan atau tidak mengerjakan apapun,
padahal dalam konteks tersebut keterlibatan pemerintah amat
diperlukan.
5) Kebijakan publik, paling tidak secara positif didasarkan pada hukum
dan merupakan tindakan yang bersifat memerintah.
Michael Howlet dan M. Ramesh (1995:11) dalam Subarsono (2011:13) menyatakan bahwa proses kebijakan publik terdiri dari lima tahapan sebagai berikut:
a. Penyusunan Agenda (Agenda Setting)
Penyusunan agenda yakni suatu proses agar suatu masalah bisa
mendapat perhatian dari pemerintah.
b. Formulasi Kebijakan (Policy Formulation)
Formulasi kebijakan yakni proses perumusan pilihan-pilihan kebijakan
oleh pemerintah.
c. Pembuatan Kebijakan (Decision Making) 24
Pembuatan kebijakan yakni proses ketika pemerintah memilih untuk
melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan sesuatu tindakan.
d. Implementasi Kebijakan (Policy Implementation)
Implementasi kebijakan yaitu proses untuk melaksanakan kebijakan
supaya mencapai hasil.
e. Penilaian/Evaluasi Kebijakan (Policy Evalution)
Evaluasi kebijakan yakni proses untuk memonitor dan menilai hasil
atau kinerja kebijakan.dipandang sebagai suatu kegiatan fungsional,
artinya evaluasi kebijakan.
2.1.2 Evaluasi Kebijakan
Menurut Lester dan Stewart dalam Agustino (2008:185) evaluasi ditujukan untuk melihat sebagian-sebagian kegagalan suatu kebijakan dan untuk mengetahui apakah kebijakan dan untuk mengetahui apakah kebijakan yang telah dirumuskan dan dilaksanakan dapat menghasilkan dampak yang diinginkan.
Evaluasi kebijakan menurut Dye dalam Parsons (2006:547) adalah pemeriksaan yang objektif, sistematis dan empiris terhadap efek dari kebijakan dan program publik terhadap tergetnya dari segi tujuan yang ingin dicapai.
Berbeda dengan evaluasi kebijakan dalam arti yang lebih spesifik menurut
Dunn (2003:608) yaitu:
“Berkenaan dengan produksi informasi mengenai nilai atau manfaat hasil
kebijakan. Ketika hasil kebijakan pada kenyataannya mempunyai nilai, hal
ini karena hasil tersebut memberi sumbangan pada tujuan atau sasaran.
Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa kebijakan atau program telah 25
mencapai tingkat kinerja yang bermakna, yang berarti bahwa masalah-
masalah kebijakan dibuat jelas atau diatasi”.
Menurut Agustino (2008:188-189), fungsi evaluasi kebijakan adalah sebagai berikut:
1. Evaluasi kebijakan harus memberi informasi yang valid dan dipercaya
mengenai kinerja kebijakan. kinerja kebijakan yang dinilai dalam
evaluasi kebijakan melingkupi:
a. Seberapa jauh kebutuhan, nilai, dan kesempatan telah dapat dicapai
melalui tindakan kebijakan/program. Dalam hal ini evaluasi
kebijakan mengungkapkan seberapa jauh tujuan-tujuan tertentu telah
dicapai.
b. Apakah tindakan yang ditempuh oleh implementing agencies sudah
benar-benar efektif, responsif, akuntabel, dan adil. Dalam bagian ini
evaluasi kebijakan harus juga memerhatikan persoalan-persoalan hak
azasi manusia ketika kebijakan itu dilaksanakan. Hal ini diperlukan
oleh para evaluator kebijakan karena jangan sampai tujuan dan
sasaran dalam kebijakan publik terlaksana, tetapi ketika itu
diimplementasikan banyak melanggar perikehidupan warga.
c. Bagaimana efek dan dampak dari kebijakan itu sendiri. Dalam
bagian ini evaluator kebijakan harus dapat memberdayakan output
dan outcome yang dihasilkan dari suatu implementasi kebijakan.
ketajaman penglihatan ini yang diperlukan oleh publik ketika
melihat hasil evaluasi kebijakan, sehingga fungsinya untuk memberi 26
informasi yang valid dan dapat dipercaya menjadi realisasi dari
perwujudan right to know bagi warga masyarakat.
2. Evaluasi kebijakan berfungsi memberi sumbangan pada klarifikasi dan
kritik terhadap nilai-nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan target.
3. Evaluasi kebijakan berfungsi juga untuk memberi sumbangan pada
aplikasi metode-metode analisis kebijakan lainnya, termasuk bagi
perumusan masalah maupun pada rekomendasi kebijakan.
Pendekatan-pendekatan evaluasi kebijakan menurut Dunn (2003:613) adalah sebagai berikut:
a. Evaluasi Semu
Evaluasi semu adalah pendekatan yang menggunakan metode-metode
deskriptif untuk menghasilkan informasi yang valid dan dapat dipercaya
mengenai hasil kebijakan, tanpa berusaha untuk menanyakan tentang
manfaat atau nilai dari hasil-hasil tersebut terhadap individu, kelompok,
atau masyarakat secara keseluruhan. Asumsi utama dari evaluasi semu
adalah bahwa ukuran tentang manfaat atau nilai merupakan sesuatu
yang dapat terbukti sendiri atau tidak kontroversial.
b. Evaluasi Formal
Evaluasi formal merupakan pendekatan yang menggunakan metode
deskriptif untuk menghasilkan informasi yang valid dan cepat dipercaya
mengenai hasil-hasil kebijakan tetapi mengevaluasi hasil tersebut atas
dasar tujuan program kebijakan yang telah diumumkan secara formal
oleh pembuat kebijakan dan administrator program. Asumsi utama dari 27
evaluasi formal adalah bahwa tujuan dan target diumumkan secara
formal adalah merupakan ukuran yang tepat untuk manfaat atau nilai
kebijakan program.
c. Evaluasi Keputusan Teoritis
Evaluasi keputusan teoritis adalah pendekatan yang menggunakan
metode-metode deskriptif untuk mengahasilkan informasi yang dapat
dipertanggungjwabkan dan valid mengenai hasil-hasil kebijakan yang
secara eksplisit dinilai oleh berbagai macam pelaku kebijakan.
Dunn menggambarkan kriteria-kriteria evaluasi kebijakan sebagai berikut:
Tabel 2.1
Kriteria Evaluasi Kebijakan
Tipe Kriteria Pertanyaan Ilustrasi
Efektivitas Apakah hasil yang diinginkan telah Unit Pelayanan
dicapai?
Efisiensi Seberapa banyak usaha diperlukan Unit biaya
untuk mencapai hasil yang Manfaat bersih
diinginkan? Rasio cost-benefit
Kecukupan Seberapa jauh pencapaian hasil yang Biaya tetap
diinginkan memecahkan masalah? Efektivitas tetap
Perataan Apakah biaya manfaat Kriteria Pareto
didistribusikan dengan merata Kriteria Kaldor-Hicks 28
kepada kelompok-kelompok yang Kriteria Rawls
berbeda?
Responsivitas Apakah hasil kebijakan memuaskan Konsistensi dengan
kebutuhan, preferensi, atau nilai survei warga negara
kelompok-kelompok tertentu?
Ketepatan Apakah hasil (tujuan) yang Program publik harus
diinginkan benar-benar berguna atau merata dan efisien
bernilai?
Sumber : Dunn, 2003:610
Sedangkan, Suchman dalam Winarno (2007:230) mengemukakan enam langkah dalam evaluasi kebijakan, yakni:
a. Mengidentifikasi tujuan program yang akan dievaluasi
b. Analisis terhadap masalah
c. Deskripsi dan standarisasi
d. Pengukuran terhadap tingkatan perubahan yang terjadi
e. Menentukan perubahan yang diamati merupakan akibat dari kegiatan
tersebut atau karena penyebab yang lain
f. Beberapa indikator untuk menentukan keberadaan suatu dampak.
Berdasarkan pemaparan teori-teori diatas dapat disimpulkan bahwa
Evaluasi Kebijakan adalah pemeriksaan yang objektif, sistematis dan
empiris terhadap efek dari kebijakan dan program publik terhadap 29
tergetnya dari segi tujuan yang ingin dicapai. Degan kriteria Efektifitas,
Efesiensi, Kecukupan, Perataan, Resvonsivitas dan Ketepatan.
2.1.3 Alokasin Dana Desa
2.1.3.1 Pengertian Alokasi Dana Desa
Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang Alokasi Dana Desa terdapat pada: 1)Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, pasal
212 ayat (3) mengenai Keuangan desa. Sumber pendapatan desa terdiri atas : a.
Pendapatan asli desa; b. Bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota; c. Bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima kabupaten/kota; d. Bantuan dari Pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota; e. Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga. Pada pasal 212 ayat
(5) dan (6) juga menjelaskan tentang pedoman pengelolaan keuangan desa secara umum. Pasal Pasal 212 ayat (5) berbunyi “Pengelolaan keuangan desa dilakukan oleh Kepala Desa yang dituangkan dalam Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan
Belanja Desa”. Pasal 212 ayat (6) berbunyi “Pedoman pengelolaan keuangan desa ditetapkan oleh Bupati/Walikota dengan berpedoman pada peraturan perundang- undangan”. 2) Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, pada Bab I
Ketentuan umum pasal (1) ayat (11) disebutkan bahwa “Alokasi Dana Desa adalah dana yang dialokasikan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota untuk desa, yang bersumber dari bagian dan perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh Kabupaten/Kota”.
Jadi Alokasi Dana Desa berasal dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang telah dikurangi belanja pegawai pada suatu Pemerintah Kabupaten yang kemudian dibagi 30
secara proporsional pada seluruh desa disuatu kabupaten dalam rangka menunjang pembangunan dan penyelengaraan pemerintahan di desa.
Dikaitkan dengan program Alokasi Dana Desa, Sadu Wasistiono (2007:110) menyatakan bahwa “Konsep tentang dana perimbangan desa sendiri bukan merupakan suatu gagasan ekonomi (semata), melainkan suatu gagasan untuk memberikan dukungan bagi perkembangan proses politik dan proses reform desa”. Lukas dalam Winarno dalam kajian tentang rencana penetapan Alokasi Dana Desa (2006:30) menjelaskan bahwa:
Alokasi Dana Desa merupakan hak desa yang diberikan dan diselenggarakan berdasar asas: 1.
Pancasila, sebagai landasan konstitusional penyelenggaraan negara; 2. pemerataan dan keadilan, biaya penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan dapat dirasakan secara merata dan adil hingga tingkat pemerintahan desa; 3. kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat, pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan hingga tingkat desa dapat memberi manfaat bagi peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat; 4. keistimewaan desa, biaya bagi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan desa berdasar atas penghormatan terhadap otonomi asli, hak asal usul, adat istiadat dan kearifan tradisional desa.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan besaran Alokasi Dana Desa menurut Sadu Wasistiono (2007:112) antara lain: 1. rumusan ADD dipergunakan untuk menghitung besarnya Alokasi Dana Desa untuk setiap desa; 2. hal yang sangat penting dalam menghitung besarnya Alokasi Dana Desa adalah tersedianya data sebagai prasyarat utama perhitungan; 3. rumusan yang dipergunakan berdasarkan asas merata dan adil. a. Asas merata adalah besarnya bagian Alokasi Dana Desa yang sama untuk setiap desa yang selanjutnya disebut Alokasi Dana Desa Minimal ( ADDM ). b. Asas adil adalah 31
besarnya bagian ADD yang dibagi secara proporsional untuk setiap desa
berdasarkan nilai bobot desa (BDx) yang dihitung dengan rumusan dan variabel tertentu (misalnya: variabel kemiskinan, variabel keterjangkauan, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain) selanjutnya disebut Alokasi Dana Desa Proporsional
(ADDP); Besarnya presentase perbandingan antara asas merata dan adil ditetapkan oleh daerah, misal besaran AADM adalah 60% dari jumlah ADD dan besarnya ADDP dalah
40% dari jumlah ADD. Dalam PP Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa telah dijelaskan mengenai sumber pembiayaan bagi Desa dalam rangka memberikan pelayanan pada masyarakat antara lain dari sumber - sumber Pendapatan Asli Desa, adanya kewajiban bagi Pemerintah dari pusat sampai dengan Kabupaten/Kota untuk memberikan transfer dana bagi Desa, hibah ataupun donasi. Salah satu bentuk transfer dana dari
pemerintah adalah Alokasi Dana Desa (ADD) yang telah ditetapkan sebesar 10% dari dana perimbangan pemerintahan pusat dan daerah yang diterima masing- masing Pemerintah Kabupaten/Kota. Ketentuan formal yang mengatur ADD secara lebih jelas sebagai pelaksanaan Peraturan Pemerintah tersebut terdapat dalam
Permendagri Nomor 37 Tahun 2007, bab IX. Dalam Permendagri tersebut telah cukup dijelaskan mulai tujuan ADD, tata cara penghitungan besaran anggaran per Desa, mekanisme penyaluran, penggunaan dana sampai dengan pertanggung-
jawabannya. Secara garis besar terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan ADD, yaitu :
1. Terdapat 8 tujuan ADD yang bila disimpulkan secara umum, ADD
bertujuan untuk meningkatan aspek pembangunan baik prasarana fisik maupun 32
nonfisik dalam rangka mendorong tingkat partisipasi masyarakat untuk
pemberdayaan dan perbaikan taraf hidupnya.
2. Azas dan prinsip pengelolaan ADD yaitu transparan, akuntabel, dan
partisipatif.Hal ini berarti ADD harus dikelola dengan mengedepankan keterbukaan,
dilaksanakan secara bertanggungjawab, dan juga harus melibatkan peran serta
aktif segenap masyarakat setempat.
3. ADD merupakan bagian yang integral (satu kesatuan/tidak terpisahkan) dari
APBDes mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban, dan
pelaporannya.
4. Penggunaan ADD ditetapkan sebesar 30% untuk belanja aparatur dan
operasional Desa dan sebesar 70% untuk belanja pemberdayaan masyarakat.
5. Meskipun pertangungjawaban ADD integral dengan APBDes, namun tetap
diperlukan pelaporan atas kegiatan- kegiatan yang dibiayai dari anggaran
ADD secara berkala (bulanan) dan laporan hasil akhir penggunaan ADD.
Laporan ini terpisah dari pertanggungjawaban APBDes,hal ini sebagai
bentuk pengendalian dan monitoring serta bahan evaluasi bagi Pemda.
6. Untuk pembinaan dan pengawasan pengelolaan ADD, dibentuk Tim
Fasilitasi Kabupaten/Kota dan Tim Pendamping Kecamatan dengan kewajiban
sesuai tingkatan dan wewenangnya. Pembiayaan untuk Tim dimaksud dianggarkan
dalam APBD di luar anggaran ADD
33
2.2 Penelitian Terdahulu
Menurut Marjuki, SH dalam tesis dengan judul Evaluasi Alokasi Dana
Desa Kabupaten Sleman menyebutkan bahwa hasil penelitian menunjukkan bahwa ketimpangan fiskal horisontal antardesa atas dana transfer Dana Alokasi
Khusus Desa (DAKD) Tahun 2004-2006 menghasilkan rata-rata nilai Indeks
Williamson sebesar 0,817. Dana alokasi khusus desa dapat menurunkan Indeks
Williamson sebesar 0,220 dari 1,037.
Sedangkan menurut Drs. Joeliono dalam artikelnya yang berjudul kebijakan alokasi dana desa (ADD) dan penguatan otonomi desa Kebijakan alokasi dana desa (ADD) dan penguatan otonomi desa ( studi kasus tentang kebijakan penentuan besaran alokasi dana desa di kabupaten banyumas
) menyebutkan bahwa Pertama, bahwapenguatan pelaksanaan otonomi Desa dan pemberian kewenangan yang lebih besar kepada desa untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri tidak akan bermakna manakala tidak dibarengi dengan dukungan sumber pendanaannya. Kedua, kebijakan pemberian dan penentuan besaran Alokasi Dana Desa (ADD) di Kabupaten Banyumas telah dilaksanakan sejak tahun 2006, sudah adil dan merata tetapi tidak mencerminkan azas dinamis, karena besaran Total ADD Kabupaten dan besaran ADD yang diterima oleh masing-masing desa khususnya sejak tahun 2008 sampai dengan
2011 relatip tetap dan tidak ada perubahan (dinamis), walaupun sumber dana
ADD dari dana perimbangan semakin menurun jumlahnya.
Agar pembagiannya lebih proporsional, maka setiap tahun anggaran perlu dilakukan simulasi untuk mencari perbandingan yang ideal pembagian 34
antara Alokasi Dana Desa Merata dan Alokasi Dana Desa Proporsional sesuai dengan dinamika perkembangan dan kebutuhan desa. Sedangkan yang peneliti lakukan tentang Evaluasi Alokasi Dana Desa di Kecamatan Balaraja Kabupaten
Tangerang Tahun 2012 ini adalah untuk mengukur evaluasi Alokasi dana Desa
Bagi Masyarakat di Kecamatan Balaraja Kabupaten Tangerang Tahun 2012.
2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian
Kerangka berpikir dalam penelitian ini menggambarkan alur pemikiran peneliti mengenai fokus penelitian yaitu Evaluasi Alokasi Dana Desa (ADD) DI
Kecamatan Balaraja Kabupaten Tangerang Tahun 2012, dalam pelaksanaan program tersebut terdapat beberapa masalah, yaitu ketidak meratanya pembangunan dimana pembangunan selama ini sering kali mengarah kepada kepentingan operasional pegawai dibandingkan kepentinganmasyarakat desa, kurang optimalnya evaluasi dana ADD oleh perangkat desa yang disebabkan rendahnya tingkat pendidikan aparatur desa yang berpengaruh pada kemampuan desa dalam memperoleh ADD Di Kecamatan Balaraja Kabupaten Tangerang
Tahun 2012, penggunaan anggaran tidak sesuai dengan Peraturan Bupati No.13
Tahun 2009 Tentang perubahan atas Peraturan Bupati Tangerang Nomor :117
Tahun 2008 Tentang Bantuan Keuangan Desa.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori evaluasi kebijakan menurut William N. Dunn. Dunn (2003:610) menggambarkan kriteria-kriteria evaluasi kebijakan diantaranya yaitu efektivitas, efisiensi, kecukupan, perataan, responsivitas dan ketepatan. 35
Berdasarkan teori Dunn tersebut, dapat diketahui bagaimana Evaluasi
Pelaksanaan Program Alokasi Dana Desa (ADD) Dikecamatan Balaraja
Kabupaten Tangerang Tahun 2012. Untuk mempermudah memahami alur berpikir, peneliti menggambarkan kerangka berpikir sebagai berikut: 36
Gambar 2.2
Alur Kerangka Berpikir
Peraturan Bupati Tangerang No.13 Tahun 2009 Tentang Perubahan atas Peraturan Bupati Tangerang Nomor:117 Tahun 2008 Tentang Bantuan Keuangan Desa
Identifikasi masalah : a. Ketidakmeratanya pembangunan dimana pembangunan selama ini sering kali mengarah kepada kepentingan opresional pegawai di banding kepentingan masyarakat desa b. Kurang optimalnya Evaluasi dana Alokasi Dana Desa(ADD) oleh perangkat desa yang disebabkan rendahnya tingkat pendidikan aparatur desa yang berpengaruh pada kemampuan desa dalam mengelola ADD Di Kecamatan Balaraja Kabupaten Tangerang Tahun2012 c. Penggunaan anggaran tidak sesuai dengan Peraturan Bupati Tangerang No.13 Tahun 2009 Tentang Perubahan atas Peraturan Bupati Tangerang Nomor:117 Tahun 2008 Tentang Bantuan Keuangan Desa
Sumber: Peneliti, 2014
Teori evaluasi kebijakan Dunn (2003:601) : 1. Efektifitas 2. Efisiensi 3. Kecukupan 4. Perataan 5. Responsivitas 6. Ketepatan
Alokasi Dana Desa Di Kecamatan Balaraja Kabupaten Tangerang Tahun 2012 sudah dilaksanakan sesuai tujuan 62,66% atau sudah berjalan dengan baik.
37
2.4 Hipotesis Penelitian
Menurut Sugiyono (2009:64), hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.
Hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum menjadi jawaban yang empiris.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan hipotesis deskriptif. Hipotesis deskriptif merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah deskriptif.
Adapun, hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
Ha : Evaluasi Alokasi Dana Desa (ADD) Di Kecamatan Balaraja Kabupaten
Tangerang Tahun 2012 65%.
Sedangkan, pernyataan hipotesis dalam penelitian ini secara lebih jelas dirumuskan sebagai berikut:
1. Ho : µ ≤ 65%.
Hipotesis Nol : Evaluasi Alokasi Dana Desa (ADD) Di Kecamatan
Balaraja Kabupaten Tangerang Tahun 2012 kurang
dari 65%.
2. Ha : µ > 65%
Hipotesis Alternatif : Evaluasi Alokasi Dana Desa (ADD) Di Kecamatan
Balaraja Kabupaten Tangerang Tahun 2012 lebih dari
65%. 38
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian
Dalam penelitian Evaluasi Alokasi Dana Desa (ADD) Di Kcamatan
Balaraja Kabupaten Tangerang Tahun 2012, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian deksriptif adalah penelitian yang bertujuan mendeskripsikan atau menjelaskan sesuatu hal seperti apa adanya (Irawan, 2006:4.9). Menurut Sugiyono (2009:8), metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
3.2 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan Alokasi Dana Desa (ADD) dan mengukur mana saja yang indikator yang tidak berhasil mendominasi ADD. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian (Sugiyono, 2009:102). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk kuesioner, dengan jumlah variabel sebanyak satu variabel atau variabel mandiri. Sedangkan, skala pengukuran instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang
38 39
fenomena sosial. Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif (Sugiyono, 2009:93).
Jawaban dari setiap item instrumen diberi skor sebagai berikut:
Tabel 3.1
Skoring Item Instrumen
Pilihan Jawaban Skor
Sangat Setuju 4
Setuju 3
Tidak Setuju 2
Sangat Tidak Setuju 1
Sumber : Sugiyono (2009:94).
Berikut ini, instrumen penelitian Evaluasi Alokasi Dana Desa Di
Kecamatan Balaraja Kabupaten Tangerang Tahun 2012 :
Tabel 3.2
Instrumen Penelitian
Variabel Dimensi Sub Indikator No. Item
1.Efektifitas - Pelaksanaan kebijakan 1,2,3,4 Evaluasi Kebijakan sesuai prosedur (Dunn, 2009:601) - Hasil yang diharapkan 40
2. Efisiensi - Anggaran biaya 5,6,7,8
- Usaha yang dilakukan
untuk mencapai hasil
yang diinginkan
3. Kecukupan - Kebijakan sesuai 9,10,11,12
dengan keinginan
masyarakat
- Pencapaian hasil yang
diinginkan untuk
memecahkan masalah
4. Perataan - Pendistribusian secara 13,14,15
merata kepada
masyarakat
5. Responsivitas - Tanggapan tentang 16,17,18,19
pelaksanaan program
6. Ketepatan - Tujuan yang tepat 20,21,22,23
sasaran
Sumber : Analisis Konsep Peneliti, 2013.
3.2.1 Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
Dilihat dari jenis datanya, penelitian ini menggunakan jenis data
sebagai berikut: 41
1. Data Primer, yaitu data yang diambil langsung, tanpa perantara, dari
sumbernya. Sumber ini dapat berupa benda-benda, situs, atau
manusia (Irawan, 2006:5.5).
2. Data Sekunder, yaitu data yang diambil secara tidak langsung dari
sumbernya. Data sekunder biasanya diambil dari dokumen-dokumen
(laporan, karya tulis orang lain, koran, majalah). Atau, seseorang
yang mendapat informasi dari orang lain. Orang lain inilah yang
mendapatkan data primer. Bila orang lain ini bercerita kepada kita,
maka kita mendapatkan data sekunder (Irawan, 2006:5.5).
b. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Responden, yaitu pegawai desa Di Kecamatan Balaraja yaitu Desa
Cangkudu, Desa Talagasari, Desa Tobat, Desa Sentul, Desa
Gembong, Desa Sukamurni, Desa Saga, Desa Sentul Jaya.
2. Literatur, yaitu data kepustakaan yang memiliki hubungan dengan
penelitian.
3.2.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kuesioner (Angket)
Menurut Sugiyono (2009:142), kuesioner merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat 42
pernyataan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya.
2. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
pengamatan terhadap kegiatan yang dilakukan oleh sumber penelitian
di lapangan. Observasi yang dilakukan peneliti adalah observasi
nonpartisipan, maksudnya adalah peneliti tidak terlibat dan hanya
sebagai pengamat independen, karena peneliti tidak menjadi bagian dari
komunitas atau kelompok dari objek penelitian.
3. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2010:186).
Adapun, wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu
menggunakan wawancara terstuktur dan tidak terstruktur.
4. Studi Kepustakaan
Menurut Irawan (2006:4.13), studi kepustakaan adalah penelitian yang
datanya diambil terutama atau seluruhnya dari kepustakaan (buku,
dokumen, artikel, laporan, koran dan lain-lain sebagainya).
5. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu mengumpulkan dokumen dan data-data yang
berkaitan dengan permasalahan penelitian. 43
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian datarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009:80).Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka peneliti mengambil populasi yaitu pegawai desa
Di Kecamatan Balaraja Tahun 2012 yang berjumlah 64 pegawai desa.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.
Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (Sugiyono, 2009:81).
Adapun, teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan Nonprobability Sampling. Nonprobability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2009:84).
Dalam teknik Nonprobability Sampling terdapat beberapa teknik penentuan sampel, salah satunya yaitu SamplingJenuh. SamplingJenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau 44
penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil.
Istilah lain dari sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel (Sugiyono, 2009:85). Oleh karena itu, maka jumlah sampel yang akan diteliti sebanyak 64 orang pegawai desa Di Kecamatan Balaraja Tahun 2012.
3.4 Tabel Responden
Data kepegawaian Aparatur desa di Kecamatan Balaraja Tahun 2012
1. Desa Sukamurni Nama Tingkat Pendididkan
Kepala desa Ujen sujana SMA
Sekertaris desa Muklis alatas SMA
Ketua Umum Darma SMA
Ketua Keuangan Oyoh SMA
Kaur Perencanaan Artawiryo SMA
Kaur Pemerintahan Kosasih SMA
Kaur Pembangunan Supurdi SMA
Kaur Kesra Ridwan SMA
Trantib Purdi SMP
2. Desa Sentul Jaya
Kepala desa ROHADI SMA
Sekertaris desa Endang Iswara SMA
Ketua Pemerintahan Moch.Aliatas SMA
Ketua Kesra Ucup surip SMA
Kaur Ekbang Rochyaman SMA
Kaur Keuangan Dedi Mulyadi SMA 45
Kaur Pembangunan Abdul ajis SMA
Trantib surib SMP
3. Desa Sentul
Kepala desa M.NADI. SE S.I
Sekertaris desa A.NAWAWI.SH S.I
Ketua Pemerintahan AHMAD SMA
Ketua Pembangunan SATA.S SMA
Kaur Keuangan YOYO.S SMA
Kaur Kesra NURDAMAN SMA
Kaur Umum SAYUTI SMA
Trantib UJANG SMP
4. Desa Telagasari
Kepala desa JUNAEDI S.1
Sekertaris desa SUPRIADI SMA
Ketua Umum PUTRA SAGITA S.1
Ketua Keuangan YULIANTO SMA
Kaur Pemerintahan MULYANA S.1
Kaur Pembangunan RAHMAT .AR SMA
Kaur Kesra ANTO WIJAYA SMA
Trantib USUP SMP
46
5. Desa Gembong
Kepala desa H. SARDA SYARIF S1
Sekertaris desa ALM. OJI SAJANA SMA
Ketua Umum UJANG SUPANDI SMA
Ketua Keuangan LAILA SMA
Kaur Pemerintahan MURDANI SMP
Kaur Pembangunan DIDI SURYADI SMA
Kaur Kesra MAMAN SMA
Trantib SUHERMAN SMA
6. Desa Cengkudu
Kepala desa ENENG IDA S1
Sekertaris desa ZURAIDA SMP
Ketua Umum SUPRIYATNA SMA
Ketua Keuangan SUPENDI SMA
Kaur Pemerintahan LIA LIDIAWATI DIII
Kaur Pembangunan SUHALI SMP
Kaur Kesra GUGI GUSTAMAN SMP
Trantib ANAH SMP
7. Desa Saga
Kepala desa SAPUI SMA 47
Sekertaris desa M. HENDRA SMA
Ketua Umum ANDRI WIJAYA SMA
Ketua Keuangan MOH. HENDA SMA
Kaur Pemerintahan ENDAY SMA
Kaur Pembangunan JAJA SMA
Kaur Kesra M. JEN SMA
Trantib KUSNADI SD
8. Desa Tobat
Kepala desa ENDANG SMA
Sekertaris desa SUHERMAN SMA
Ketua Umum AHMAD ASMATA SMP
Ketua Keuangan JANUDIN S1
Kaur Pemerintahan SAMLAWI SMA
Kaur Pembangunan HARTAWAN SMA
Kaur Kesra JAYA.K SMA
Trantib DEDI SUHENDAR SMP
Sumber : Struktur Organisasi Desa, Tahun 2012
3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Menurut Bungin (2009:164-168), pengolahan data adalah kegiatan lanjutan setelah pengumpulan data dilaksanakan. Pada penelitian kuantitatif, 48
pengolahan data secara umum dilaksanakan dengan melalui tahap memeriksa
(editing), proses pemberian identitas (coding), dan proses pembeberan
(tabulating).
1. Editing, adalah kegiatan yang dilaksanakan setelah peneliti selesai
menghimpun data di lapangan. Kegiatan ini menjadi penting karena
kenyataannya bahwa data yang terhimpun kadang kala belum
memenuhi harapan peneliti, ada diantaranya kurang atau terlewatkan,
tumpang tindih, berlebihan bahkan terlupakan. Oleh karena itu, keadaan
tersebut harus diperbaiki melalui editing ini.
2. Coding, setelah tahap editing selesai dilakukan, kegiatan berikutnya
adalah mengklasifikasi data-data tersebut melalui tahapan coding.
Maksudnya bahwa data yang telah diedit tersebut diberi identitas
sehingga memiliki arti tertentu pada saat dianlisis.
3. Tabulasi (Proses Pembeberan), adalah bagian terakhir dari pengolahan
data. Maksud tabulasi adalah memasukan data pada tabel-tabel tertentu
dan mengatur angka-angka serta menghitungnya.
Setelah pengolahan data selesai dilakukan, maka tahap selanjutnya yaitu analisis data. Dalam penelitian kuantitatif, maka kegiatan dalam analisis data adalah megelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti serta melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.
49
3.5.1 Uji Validitas
Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti.
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data
(mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2009:121). Untuk menguji validitas instrumen, peneliti menggunakan rumus Korelasi Product Moment sebagai berikut:
n ∑xy − ( ∑x)( ∑y) r = {n∑x − (∑x) } {n∑y − (∑y) }
Keterangan:
r = Koefisien Korelasi Product Moment
n = Jumlah sampel
∑xy = Jumlah hasil kali skor X dan Y yang berpasangan
∑x = Jumlah skor dalam sebaran X
∑y = Jumlah skor dalam sebaran Y
∑x² = Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran X
∑y² = Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran Y
3.5.2 Uji Reliabilitas
Menurut Sugiyono (2009:121), instrumen yang reliabel adalah isntrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan 50
menghasilkan data yang sama. Adapun, pengujian reliabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach, yaitu perhitungan yang dilakukan dengan menghitung rata-rata interkorelasi diantara butir-butir pertanyaan dalam kuesioner. Variabel dikatakan reliabel jika nilai alphanya lebih dari 0.30
(Purwanto, 2007:181). Dengan dilakukan uji reliabilitas, maka akan menghasilkan suatu instrumen yang benar-benar tepat atau akurat dan mantap. Apabila koefisien reliabilitas instrumen yang dihasilkan lebih besar, berarti instrumen tersebut memiliki reliabilitas yang cukup baik.
Rumus Alpha Cronbach adalah sebagai berikut: