PemiluJurnal & Demokrasi JurnalJurnal #5 Februari #102013

EVALUASI PILKADA 2017: PILKADA TRANSISI GELOMBANGTRANSPARANSI, KEDUA MENUJU PILKADAPARTISIPASI, SERENTAK DAN NASIONAL DEMOKRASI

Jurnal Pemilu dan Demokrasi adalah jurnal tiga bulanan yang diterbitkan oleh Yayasan Perludem. Perludem menerima kontribusi tulisan dan pemikiran dari khalayak luas untuk dapat diterbitkan dalam i Jurnal Pemilu dan Demokrasi. Lebih lengkap hubungi Redaksi. PemiluJurnal & Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi dalam praktek penganggaran di yang berkaitan dengan siklus Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI 2009.” Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana EVALUASI PILKADA 2017: PILKADAkampanye TRANSISI diperlukan GELOMBANG oleh KEDUA partai MENUJU politik dan kandidatnya untuk dapat PILKADA SERENTAK NASIONAL Jurnalberkompetisi Pemilu dan Demokarsi di dalam #10 pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye DEWAN PENGARAH Prof. Topo Santoso, S.H., M.H., Ph.D.

PENANGGUNG JAWAB Titivi Anggraini

PEMIMPIN REDAKSI Khoirunnisa Nur Agustyati

REDAKTUR PELAKSANA Fadli Ramadhanil

TATA LETAK DAN DESAIN SAMPUL Effie Hardi

ALAMAT REDAKSI: Jalan Tebet Timur IVA No. 1, Tebet, Selatan Telp: 021-8300004 Fax: 021-83795697 Perludem.org, [email protected] KATA PENGANTAR

Pemilihan kepala daerah 2017 (Pilkada 2017) menyelenggarakan pemungut­ an suara di 101 daerah secara bersamaan. Jumlah ini jauh lebih sedikit diban­ dingkan dengan Pilkada 2015 yang menyelenggarakan pemungutan suara di 269 daerah. Secara keseluruhan, proses pelaksanaan Pilkada 2017 berjalan dengan lancar. Proses pemungutan suara berjalan tepat waktu tanpa menemui kendala berarti. Dalam catatan yang Kami rekam, praktik kekerasan yang paling dikha­ watirkan dalam Pilkada 2017 juga tidak terjadi secara meluas dan mengganggu tahapan Pilkada 2017. Namun, dalam kelancaran pelaksanaan tersebut, catat­ an kritis untuk perbaikan kedepan tetap perlu untuk diberikan. Karena, Pil­ kada 2017 adalah pilkada transisi gelombang kedua, sebelum dilaksanakannya pilkada serentak secara nasional pada tahun 2024. Sebelumnya, pada Desem­ ber 2015 sudah dilaksanakan pilkada untuk 269 daerah. Setelah Pilkada 2017, pada Juni 2018, akan dilaksanakan pilkada transisi gelombang ketiga, yang akan dilaksanakan di 171 daerah. Pelaksanaan Pilkada 2017 dimulai dengan dilaksanakannya revisi kedua UU Pilkada, yang memunculkan UU No. 10 Tahun 2016. Dalam proses pembahasan UU No. 10 Tahun 2016, terdapat salah satu poin kontroversial yang “dipaksakan” masuk mejadi norma di dalam UU No. 10 Tahun 2016. Poin tersebut adalah terkait ketentuan bahwa konsultasi penyusunan Peraturan KPU dengan DPR dan Pemerintah bersifat mengikat. Ketentuan ini kemudian diuji materi oleh KPU Periode 2012-2017 ke Mahkamah Konstitusi. Argumentasi utama yang disampaikan adalah, bahwa konsultasi penyusunan Peraturan KPU yang bersifat mengikat bertentangan dengan jaminan kemandirian lembaga penyelenggara pemilu sebagaimana diamanahkan oleh Pasal 22E Ayat (5) UUD NRI 1945. Dalam perkembangannya, MK mengabulkan sebagaian uji materi yang diajukan oleh KPU Periode 2012-2017. Mahkamah mengatakan di dalam Putusan Nomor 96/PUU_XIV/2016, ketika konsultasi penyusunan Peraturan KPU bersifat mengikat ini bertentangan dengan makna kemandirian KPU sebagai penyelenggara pemilu. KPU dan Bawaslu disebutkan oleh Mahkamah sebagai pemegang kekuasaan pelaksanaan pemilu, dan berwenang untuk mengaluarkan aturan sendiri dalam rangka melaksanakan pemilu. Ketika penyusunan Peraturan KPU digantungkan hasilnya dengan konsultasi dengan

iii PemiluJurnal & Demokrasi

DPRmerupakan dan suatu Pemerintah, upaya untuk menyelamatkanmaka potensi kebijakan kepentingan publik yang politikakan masuk di dalam dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. Peraturan KPU sangat besar. Oleh sebab itu, frasa mengikat dinyatakan Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan inkonstitusional oleh MK. Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran padaSelain Tahun persoalan Pemilu.” Yuna pengaturan, menjelaskan terdapatbahwa Political juga budget perdebatan cycles pengaturan syarat pencalonansudah menjadi ketikafenomena KPU universal menyusun didukung denganPeraturan berbagai KPU studi tentang Pencalonan Gubernurempiris di berbagai dan WakilNegara. BerbagaiGubernur, variabel Bupati yang mempengaruhi dan Wakil politcalBupati, dan Walikota dan budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara Wakil Walikota. Poin yang menjadi perdebatan panjang adalah, apakah agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi orangdalam praktek yang penganggaranberstatus terpidana di Indonesia percobaan, yang berkaitan atau dengan yang siklus yang sedang menjadi statusPemilu 2009sebagai ataupun terpidana, menjelang Pemilutetapi 2014. tidak Melihat menjalani perkembangan hukuman saat di dalam lembaga pemasyarakatanini, yang menjadi perhatian bisa tidak dinyatakan hanya political memenuhi budget cycles syarat, melainkan menjadi calon kepala daerahpolitical corruptionatau tidak. cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. Ketentuan ini akhirnya juga diuji ke Mahkamah Konstitusi, yang pada intinya Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi MKjuga perlumenyatakan dibatasi mengingat orang yangperbedaan berstatus hakikat terpidanaantara laki-laki percobaan, dan diperbolehkan menjadiperempuan. calon Seperti kepala halnya daerah,keterwakilan asalkan perempuan ancaman sebagai hukumansalah satu yang disandangnya tidaksyarat verifikasilebih dari faktual 5 tahun. untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi Banyak fenomena penting yang terekam dalam pelaksanaan Pilkada 2017. 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat Jikapraktik dilihat selama secara ini, pihak teknis, yang duduk beberapa baik di parlemen fenomena maupun tersebut pemerintah mestinya menjadi refleksi untukmayoritas membangun diduduki oleh sistem laki-laki. dan Apabila pelaksanaan tidak diperjuangkan, Pilkada hal2018 ini yang jauh lebih baik. Olehakan berdampak sebab itu, negatif Jurnal terhadap Pemilu mandeknya dan Demokrasi aspirasi perempuan edisi 10 dalam ini, mengangkat khusus temahukum terkait dan pemerintahan. dengan EvaluasiDan kondisi Pilkada tersebut telah2017. ditulis Terdapat oleh Nindita enam tulisan yang akan Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: memberikan catatan detail tentang beberapa fenomena yang terjadi dalam Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI Pilkada2009.” 2017. PertamaMasih berhubungan terdapat dengan tulisan tema akuntabilitas Juri Ardiatoro, keuangan politik,Komisioner Didik KPU RI periode 2012Supriyanto-2017, dan sekaligus Lia Wulandari Ketua dalam KPU tulisan RI berjudul dalam Transparansirentang 2016 dan -2017. Sebagai aktor penyelenggaraAkuntabilitas Pengelolaan selama Dana dua Kampanye, kali pelaksanaan menguraikan bahwapilkada dana serentak ere transisi kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana (Pilkada 2015 dan Pilkada 2017) Juri Ardiantoro mengulas detail beberapa kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat fenomenaberkompetisi dandi dalam evaluasi pemilu. penting Setiap dalampartai politik, penyelenggaraan kandidat/calon Pilkada 2017. Mulai darilegislatif perdebatan tidak akan dapatregulasi, bekerja fenomenasecara maksimal calon dalam tunggal, kampanye tantangan anggaran pelaksanaan pilkada sampai kepada persoalan daftar pemilih. vi Kedua, ada tulisan Partono Samino, tenaga ahli KPU RI. Partono dengan detail menuliskan catatan terdapat pendaftaran pemilih pada Pilkada 2017. Mulai dari proses persiapan, sampai kepada kendala yang muncul pada proses pelaksanaan pemutakhiran daftar pemilih. Ketiga, Usep Hasan Sadikin menuliskan catatan terhadap fenomena isu suku, agama, ras, dan antar golongan yang terjadi pada Pilkada 2017. Dalam tulisannya Usep menuliskan hubungan isu SARA dan demokrasi, serta

iv menariknya dalam konteks Pilkada 2017. Keempat ada tulisan dari dua peneliti KoDe Inisiatif Adelline Syahda dan Adam Mulya Bunga Mayang. Tulisan keduanya menggambarkan satu tahapan penting dalam proses pelaksanaan Pilkada 2017, yakni penyelesaian perselisihan hasil Pilkada 2017. Salah satu isu penting yang menjadi perhatian dalam penyelesaian sengketa adalah, mulai dikesampingkannya syarat ambang batas selisih suara dibeberapa daerah dalam mengajukan permohonan sengketa ke Mahkamah Konstitusi. Kelima Heroik Mutaqin Pratama menuliskan koalisi partai politik pendukung pasangan gubernur dan wakil gubernur, khusus untuk 6 provinsi yang melaksanakan Pilkada 2017. Tulisan Heroik coba menganalisis dukungan politik dari partai pendukung gubernur dan wakil gubernur terpilih di 6 provinsi, dan melihat kemungkinan jalannya efektifitas pemerintahan setelah Pilkada 2017. Keenam, ada tulisan Khorunnisa Nur Agutyati, yang spesifik mengulas tentang pencalonan anggota legislatif perempuan pada Pemilu 2014. Studi Khoirunnisa mengkaji dua partai politik, yakni PPP dan PKS. Tulisan ini bisa menjadi salah satu referensi penting, mengingat dalam waktu dekat juga akan dilaksanakan pencalonan anggota legislatif Pemilu 2019. Pendekatan tulisan ini berangkat dari peningkatan partisipasi politik perempuan di DPR. Enam tulisan diatas yang mengisi Jurnal Pemilu dan Demokrasi Edisi 10. Kepada para penulis, saya sampaikan ucapan terima kasih dan penghormatan yang sebesar-besarnya, karena telah berpartisipasi dalam penerbitan jurnal edisi ini. Terakhir, Kami sampaikan selamat membaca kepada seluruh pembaca yang budiman.

Jakarta, Agustus 2017

Titi Anggraini Direktur Eksekutif Perludem

v PemiluJurnal & Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI 2009.” Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

vi

vi DAFTAR ISI

Kata Pengantar...... iii

Catatan Singkat Penyelenggaraan Pilkada Serentak 2017...... 1 Juri Ardiantoro

Evaluasi Daftar Pemilih Tetap: Upaya dan Kendala Penyusunan DPT Pilkada 2017...... 15 Partono Samino

Mengelola SARA dalam Pilkada: Demokratisasi Regulasi Ragam Identitas Di Pemilu Serentak...... 39 Usep Hasan Sadikin

Penanganan Perselisihan Hasil Pilkada Tahun 2017 oleh Mahkamah Konstitusi: Varian Penerapan Ambang Batas Selisih Suara Dalam Perselisihan Hasil Pilkada 2017...... 59 Adelline Syahda dan Adam Mulya Bunga Mayang

Melihat Model Koalisi Partai Politik di 6 Provinsi Pilkada Serentak 2017...... 79 Heroik Mutaqin Pratama

Strategi Partai Politik dalam Memenuhi Kebijakan Afirmasi pada Pemilu 2014 (Studi Kasus: Partai Keadilan Sejahtera dan Partai Persatuan Pembangunan)...... 95 Khoirunnisa Nur Agustyati, Penulis Pendamping: Dra. Chusnul Mar’iyah, Ph.D

Profil Penulis...... 117

vii PemiluJurnal & Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI 2009.” Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

vi

viii CATATAN SINGKAT PENYELENGGARAAN PILKADA SERENTAK 2017 Juri Ardiantoro1

ABSTRAK Secara prosedural keseluruhan, pelaksanaan Pilkada 2017 selesai dilaksanakan. Namun, dibalik itu, terdapat beberapa catatan yang harus diperbaiki untuk kedepannya. Beberapa persoalan yang muncul antara lain, persoalan anggaran pelaksanaan Pilkada 2017 yang terlambat, berlarutnya proses sengketa pencalonan Pilkada 2017, politik uang, dan praktik politisasi birokrasi di beberapa daerah dalam pelaksanaan Pilkada 2017. Persoalan spesifik lainnya adalah masih adanya ketentuan yang kompleks dan memicu perdebatan di dalam UU Pilkada sebagai dasar hukum. Selain itu, juga masih terdapat persoalan partisipasi, baik dari partisipasi sebagai peserta pemilu, maupun partisipasi pemilih dalam memberikan hak suara. Persoalan lain yang juga terjadi adalah masih adanya konflik kepengurusan partai yang berdampak kepada persoalan pencalonan, dan fenomena calon tunggal yang meningkat dari segi jumlah pada Pilkada 2017 dibandingkan dengan Pilkada 2015. Hal lain adalah tantangan keterpilihan perempuan, dan pemenuhan hak pilih penyandang disabilitasl. Oleh sebab itu, pada pelaksanan Pilkada 2018, keseluruhan problem ini harus diperbaiki, setidaknya semakin diminimalisir. Meskipun, secara keseluruhan pelaksanaan Pilkada 2017 berjalan dengan baik. Kata Kunci: Pilkada 2017, evaluasi, perbaikan

ABSTRACT The whole procedure of the 2017 Local Elections has been completed. There are several problems that need to be addressed. Some of the problems are the difficulty in disbursing the election budget, complicated post-election

1 Penulis adalah Ketua KPU Republik Indonesia 2016-2017.

1 PemiluJurnal & Demokrasi

disputemerupakan resolution suatu upaya untuk process, menyelamatkan money kebijakan politics, publik and yang corrupt akan bureaucracy in dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. several electoral areas. Another more specific problem, to name just one, Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan is the fact that the Elections Law still contains ambiguous provisions that Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran canpada causeTahun Pemilu.”conflict Yuna and menjelaskan debate. Inbahwa addition, Political there budget is cycles also the lack of electoral participation,sudah menjadi fenomena both from universal the electiondidukung candidatedengan berbagai and thestudi voter. Political party facedempiris diinternal berbagai Negara.debacle Berbagai that variabelrendered yang mempengaruhithem unable politcal to propose any proper candidatebudget cycles for seperti the perubahan election. pola The pada number struktur of anggaran single candidate, baik secara where there is only agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi one participating candidate in an electoral area, is also increasing from the dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus 2015Pemilu Local 2009 ataupun Elections. menjelang Other Pemilu problems 2014. Melihat include perkembangan low representation saat of women inini, theyang electionmenjadi perhatian and minimum tidak hanya accommodationpolitical budget cycles ,for melainkan mentally disabled voters. Itpolitical is expected corruption that cycle these atau problemssiklus korupsi will politik be resolved,pada tahun-tahun or at least be minimized. DespitePemilu yang these telah chronic meningkat problems, dengan ekstrim. however, in average, the 2017 Local Elections processMasyarakat is a success.tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan perempuan.Keywords: Seperti 2017 halnya Local keterwakilan Elections, perempuan evaluation, sebagai salah improvementsatu syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun A.2012 PENGANTAR menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi 30%Pilkada keterwakilan Serentak perempuan. Tahun Kondisi 2017 ini patut telah diperjuangkan, dilaksanakan mengingat di 101 daerah. Hanya praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah terdapatmayoritas didudukilima daerah oleh laki-laki. di Provinsi Apabila tidak diperjuangkan, yang harus hal inimelanjutkan tahapan denganakan berdampak berbagai negatif alasan, terhadap mandeknyabaik karena aspirasi putusan perempuan MK dalam maupun rekomendasi Panwas.hukum dan Putusan pemerintahan. MK Dan tersebut kondisi tersebutmerupakan telah ditulis puncak oleh Ninditadari sengketa yang terjadi diParamastuti masing -dalammasing tulisannya daerah yang antara berjudul: pasangan “Perempuan calon dan dengan Korupsi: KPU Kabupten/Kota. Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI 2009.”Lima daerah tersebut adalah : 1). Kabupaten Tolikara, MK memerintahkan untukMasih Pemungutan berhubungan dengan Suara tema Ulang akuntabilitas (PSU); keuangan 2). politik,Kabupaten Didik Puncak Jaya, MK memerintahkanSupriyanto dan Lia Wulandari untuk PSU dalam di tulisan seluruh berjudul TPS Transparansi di enam distrik dan akibat KPU tidak mengikutsertakanAkuntabilitas Pengelolaan rekapitulasi Dana Kampanye, di 6 distrikmenguraikan berdasarkan bahwa dana kesepakatan KPU dan Panwaskampanye Puncakadalah salah Jaya satu yang hal terlambatpenting dalam datang proses saat pemilu. rekapitulasi Dana sehingga diduga adakampanye pihak diperlukan yang melakukan oleh partai perubahan politik dan kandidatnya hasil pilkada untuk di dapat enam distrik tersebut; 3). berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon Intanlegislatif Jaya, tidak MKakan memerintahkan dapat bekerja secara kepada maksimal KPU dalam Provinsi kampanye Papua untuk melakukan Rekapitulasi Penghitungan Suara Lanjutan di tujuh TPS di beberapa distrik; 4). Kabupaten Pegunungan Yapen, PSU di semua TPS di Kabupaten Kepulauan vi Yapen; Dan, 5). Kabupaten Jayapura, PSU 17 distrik berdasarkan rekomendasi Panwas kabupaten Jayapura untuk PSU di 19 distrik. Meskipun di awal pelaksanaan pilkada langsung mendapatkan tantangan dan masalah yang yang tidak ringan, namun secara umum pelaksnaan pilkada semakin membaik sejak pertama kali dilaksanakan secara langsung tahun 2005. Masalah-masalah apa saja yang muncul sejak awal pelaksanaannya?

2 CATATAN SINGKAT PENYELENGGARAAN PILKADA SERENTAK 2017

Perkembangan-perkembangan dan masalah-masalah apa saja yang terjadi? Apakah pilkada serentak dapat menjawab masalah-masalah yang ada? Evaluasi apa yang dapat diberikan kepada pelaksanaan Pilkada Serentak 2017 dan rekomendasi apa saja untuk perbaikan Pilkada 2018? Tulisan ini akan coba memberikan beberapa catatan terhadap beberapa pertanyaan diatas.

B. TENTANG PILKADA DAN PERMASALAHANNYA Sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 18 Ayat (4) UUD NRI 1945 bahwa memilih kepala daerah haruslah dengan mekanisme demokratis. Oleh karena itu, kebijakan pelaksanaan pilkada (langsung) dipahami dan dikonstruksi sebagai bagian dari cita-cita reformasi politik demokratik dalam segala aspeknya, khususnya memperkuat jaminan kedaulatan politik rakyat di daerah, selain untuk menata hubungan pusat-daerah. Inilah yang kita kenal dengan kebijakan desentralisasi politik sebagai antitesis atas praktik politik masa lalu yang sentralistik. Pilkada langsung merupakan salah satu respon yang nyata untuk menjalankan amanat reformasi politik tersebut. Singkatnya, sebagaimana pemilihan presiden langsung, pilkada merupakan arena untuk memberi kesempatan rakyat memilih kepala daerah secara demokratis, sehingga diharapkan pilkada dapat membuka ruang-ruang politik rakyat yang sebelumnya terasa sempit. Dengan terbukanya ruang-ruang politik tersebut diharapkan melahirkan penyelenggaraan pemerintahan yang responsif dan bertanggung jawab terhadap kepentingan masyarakat luas. Pengambilan keputusan pemimpin di daerah semata-mata pada kepentingan untuk mempertanggungjawabkan kepada publik. Demokrasi dengan demikian juga menjadi spirit dan praktik penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Sehingga, apa yang oleh banyak ahli dikatakan, akan melahirkan praktik penyelenggaraan pemerinhan di daerah yang efektif dan tidak terbelah. Perjalanan Pilkada langsung yang telah berlangsung sejak tahun 2005 sampai saat ini telah banyak memberikan pengalaman dan pelajaran penting. Sebagai arena kontestasi politik, desentralisasi politik melalui pilkada ini pun tidak luput dari permasalahan. Evaluasi dan penilaian atas pelaksanaannya setidaknya melahirkan dua persepsi atau kelompok utama terhadap keberlangsungan pilkada langsung. Kedua kelompok ini berasal dari individu maupun yang mewakili berbagai kelompok masyarakat, termasuk dari kalangan pemerintah, partai politik, DPR dan Lembaga Swadaya Masyarakat.

3 PemiluJurnal & Demokrasi

merupakanKelompok suatu pertamaupaya untuk merupakan menyelamatkan kelompok kebijakan publik yang yang pesimis akan yang menganggap dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. bahwa pilkada itu itu tidak lebih baik dari pilkada melalui DPRD. Oleh karenanya Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan banyak dari kelompok ini mengusulkan kembali ke pemilihan melalui DPRD. Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran Pesimismepada Tahun Pemilu.” ini disebabkan Yuna menjelaskan oleh bahwabanyak Political faktor, budget tetapi cycles yang paling menjadi perhatiansudah menjadi atas fenomena tuntutan universal pilkada didukung kembali dengan ke DPRDberbagai adalahstudi pada tiga (3) hal. Pertama,empiris di berbagai yakni Negara.pengeluaran Berbagai variabelbiaya yangyang mempengaruhi sangat besar politcal dan politik uang, kedua, lahirnyabudget cycles konflik seperti perubahanhorisontal pola yang pada strukturmenghawatirkan, anggaran baik secaradan ketiga, skandal buruk agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi yang menimpa kepala daerah terpilih hasil pilkada langsung, terutama korupsi. dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus PemiluBiaya 2009 pilkada ataupun menjelangmenjadi Pemilumasalah 2014. yangMelihat sangat perkembangan krusial, saat karena bukan hanya pengeluaranini, yang menjadi anggaranperhatian tidak negara hanya politicalyang budgetsangat cycles besar, melainkan untuk menyelenggarakan pilkada.political corruption Biaya negara cycle atauuntuk siklus pelaksanaan korupsi politik pilkada pada tahun-tahun dikelurakan tidak hanya untuk Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. penyelenggara (KPU, Bawalu/Panwaslu), tetapi juga unit-unit pemerintahan Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi yang terkait dengan pilkada, misalnya untuk kepentingan sosialisasi pilkada juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan olehperempuan. unit- unitSeperti pemerintah halnya keterwakilan daerah, perempuan biaya pengamanan,sebagai salah satu kebersihan dan lain- lain.syarat Pasanganverifikasi faktual calon untuk pun menjadi akan pesertamengeluarkan pemilu. UU biayaNo. 8 Tahunyang sangat tinggi, baik untuk2012 menegaskan mendapatkan setiap partaikendaraan politik peserta politik, pemilu kampanye, harus memenuhi maupun tidak jarang untuk melakukan30% keterwakilan politik perempuan. uang. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah mayoritasSebagai diduduki bagian oleh dari laki-laki. masalah Apabila pendanaan tidak diperjuangkan, pilkada, praktikhal ini politik uang sudah sangatakan berdampak meresahkan negatif terhadap karena mandeknya dua hal. aspirasi Pertama, perempuan kasus dalam politik uang ditengarai berlangsunghukum dan pemerintahan. masif dan Dan terasa kondisi dampaknya tersebut telah ditulistetapi oleh proses Nindita penegakan hukumnya lemahParamastuti dan dalam tidak tulisannya signifikan yang berjudul: untuk “Perempuan mewujudkan dan Korupsi: pilkada yang bersih. Kedua, Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI praktik politik uang sudah menyeret masyarakat luas secara masif. masyarakat 2009.” sudah asing lagi dengan praktik ini. Bahkan sudah diangap sebagai bagian dari Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik pilkadaSupriyanto itu dan sendiri. Lia Wulandari Pilkada dalam oleh tulisan masyarakat berjudul Transparansi yang seperti dan ini pada akhirnya menjadiAkuntabilitas ajang Pengelolaan transaksi Dana materi, Kampanye, bukan menguraikan transaski bahwa ide, dana gagasan, visi, misi dan programkampanye adalahkesejahteraan salah satu rakyat.hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat Masalah konflik juga sangat meresahkan dan mengkhawatirkan bagi berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon konsolidasilegislatif tidak demokrasiakan dapat bekerja di akar secara rumput. maksimal Sejatinya, dalam kampanye konflik dalam pemilu atau pilkada merupakan keniscayaan, sebab pemilu atau pilkada merupakan arena kontestasi. Namun, dalam banyak kasus, konflik mengarah pada tindakan vi destruktif yang merugikan fasilitas dan kepentingan umum. Konflik juga menyebabkan kerenggangan dan keretakan kohesi sosial di dalam masyarakat, sampai pada level terkecil, yakni ikatan kekeluargaan. Secara psikologis, konflik yang destruktif dianggap terganggunya kesehatan sosial masyarakat.2

2 Juri Ardiantoro (2015), “Konflik dan Struktur Politik Indonesia: Kajian Kes pada Pilkada Banyuwangi Jawa Timur”, DISERTASI, Universiti Malaya Kuala Lumpur.

4 CATATAN SINGKAT PENYELENGGARAAN PILKADA SERENTAK 2017

Masalah serius lainnya yang menjadi bahan “gugatan” terhadap pilkada langsung adalah mengenai kinerja dan skandal buruk sebagian kepala daerah hasil pemilihan langsung. Pilihan langsung belum memberikan garansi bahwa pilihan rakyat adalah yang terbaik. Ada banyak faktor yang membuat kenyataan tersebut terjadi. Sebut saja misalnya pilihan yang didasarkan pada transaksional, berdasarkan sentimen primordial, intimidasi, dan lain-lain. Akibatnya, pilihan tidak didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan rasional dan terukur, tetapi sebab yang sangat pramgamtis baik karena sentimen primordial (SARA), persoalan determinasi atau tuntutan ekonomi maupun karena alasan politik dan keamanan. Skandal korupsi yang melibatkan kepala daerah hasil pilkada langsung inilah sering menjadi contoh yang gamblang bagi para pengkritik sebagai noda pilkada langsung. Data sampai bulan Desember 2014, Kemnterian Dalam Negeri mencatat ada 343 orang yang ada masalah hukum baik di kejaksaan, polisi, dan KPK yang terlibat masalah korupsi.3 Sementara sejak 2004 sampai September 2016, KPK sudah mengusut 74 kasus yang melibatkan kepala daerah. 4 Di samping tiga tersebut, banyak juga masalah yang melingkupi pelaksanaan pilkada langsung ini, misalnya politisasi birokrasi,5 menyuburkan dinasti politik,6 konflik antara kepala daerah dengan wakil kepala daerah, konflik kepala daerah dengan DPRD, dan lain-lain. Kelompok kedua, merupakan kelompok yang optimis yang memiliki pandangan bahwa pilkada langsung adalah alternatif pilihan yang tepat untuk mengawal demokratisasi Indonesia pada umumnya. Sebab sejak awal Pilkada dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan demokrasi. LIPI misalnya menyebut sekurang-kurangnya terdapat lima alasan atau tujuan kenapa dilaksanakan pilkada langsung, yakni: pertama, pilkada langsung diperlukan untuk memutus mata rantai oligarki partai politik yang mewarnai praktik politik DPRD di mana kepentingan partai politik atau kepentingan elit parti politik sering melakukan

3 Dilihatdalam http://nasional.kompas.com/read/2015/02/04/21114211/Mendagri.343.Kepala.Daerah.Tersangkut.Kasus. Hukum), diakses pada 10 Juli 2017. 4 Dilihat dalam (http://jurnalpatrolinews.com/2016/09/13/sepanjang-tahun-2015-2016-inilah-kepala-daerah-yang- tersangkut-korupsi/), diakses pada 10 Juli 2017 5 Syafuan Rozi (Ed.), Netralitas Birokrasi dalam Pilkada Langsung di Indonesia 2005; Studi Kasus Malang, Gowa dan Kutai Kertanegara. Jakarta: LIPI, 2006. 6 Penulis juga sempat menulis tentang ini, Juri Ardiantoro, “Pilihan Raya dan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) dalam Pembentukan Stratifikasi Sosial: Dinasti Politik di Indonesia”, Jurnal MANUSIA DAN MASYARAKAT (MAN AND SOCIETY), New Series Volume 25, Jabatan Antropologi dan Sosiologi, Fakulti Sastera dan Sains Sosial, Universiti Malaya, 2014.

5 PemiluJurnal & Demokrasi

pengingkaranmerupakan suatu upayaterhadap untuk menyelamatkankepentingan kebijakanrakyat secara publik yang luas. akan dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. Kedua, Pilkada langsung diperlukan untuk meningkatkan kualitas dan Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan tanggungYuna Farhan jawabmelalui tulisannyapemimpin “Menelusuri daerah. Siklus Mekanisme Politisasi Anggaran pemilihan kepala daerah sebelumnyapada Tahun Pemilu.” cenderung Yuna menjelaskan menciptakan bahwa ketergantungan Political budget cyclespemimpin daerah kepada DPRD,sudah menjadi sehingga fenomena pemimpin universal daerah didukung lebih dengan bertanggung berbagai studi jawab kepada DPRD dibandingempiris di berbagai kepada Negara. rakyat. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara agregatKetiga, maupun Pilkada secara langsungspesifik pada diperlukan tahun-tahun dalam Pemilu, menciptakanterkonfirmasi kestabilan politik dandalam pemerintahan praktek penganggaran di tingkat di Indonesia daerah. yang berkaitanDPRD dengansebagai siklus institusi yang memilih seringPemilu 2009 melakukan ataupun menjelang pemecatan Pemilu 2014.dan Melihattindakan perkembangan over-reactive saat lainnya kepada pemimpinini, yang menjadi daerah perhatian di tidak beberapa hanya political tempat budget sehingga cycles, melainkan menimbulkan kekacauan political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun politik dan pemerintahan lokal. Keempat, Pilkada langsung diperlukan untuk Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. menciptakan rekrutmen pemimpin daerah dengan ukuran yang jelas, yaitu Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi pemimpinjuga perlu dibatasi yang mengingatberasal dari perbedaan wilayah hakikat sendiri, antara bukan laki-laki ditunjuk dan dari pemerintah pusat.perempuan. Dan Seperti kelima, halnya keterwakilanpilkada langsung perempuan sebagaidiperlukan salah satu untuk meningkatkan demokratisasisyarat verifikasi faktual di tingkat untuk pemerintahanmenjadi peserta pemilu. daerah. UU7 No. 8 Tahun 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi Hasilnya? Secara bertahap proses pematangan demokrasi mulai terlihat. 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat Diantaranyapraktik selama ini, adalah, pihak yang rakyat duduk baik memiliki di parlemen kesempatan maupun pemerintah dan keberanian untuk memilihmayoritas didudukifigur yang oleh dianggaplaki-laki. Apabila sesuai tidak dengan diperjuangkan, harapan halrakyat. ini Prestasi lain pilkada langsungakan berdampak ini adalah negatif diterhadap tengah mandeknya banyak aspirasikepala perempuan daerah terpilih dalam belum memberikan harapanhukum dan rakyat, pemerintahan. tetapi Dan melalui kondisi pilkada tersebut telah langsung ditulis oleh ini Ninditalahir pemimpin -pemimpin Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: daerah yang dianggap responsif dan memberikan harapan yang lebih nyata Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI untuk2009.” perbaikan dan kemajuan-kemajuan di daerah. Kelompok ini tanpa memungkiriMasih berhubungan bahwa dengan masih tema banyak akuntabilitas celah keuangan yang harus politik, diperbaiki, Didik seperti isu-isu kesejahteraanSupriyanto dan Lia di Wulandari daerah, dalamin-efisiensi, tulisan berjudul konflik Transparansi dan politik dan uang tadi. Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana C.kampanye TENTANG adalah salahPILKADA satu hal (SERENTAK)penting dalam proses 2017 pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat berkompetisiPilkada serentakdi dalam yangpemilu. dimulai Setiap sejakpartai tahunpolitik, 2015kandidat/calon merupakan salah satu usaha untuklegislatif menjawabtidak akan dapat beberapa bekerja masalahsecara maksimal pilkada dalam sebelumnya kampanye yang dilaksanakan secara parsial sesuai dengan akhir masa jabatan (AMJ) kepala daerah masing- masing.vi Jawaban keserentakan tersebut yakni untuk efisiensi anggaran dan waktu, meminimalisir konflik dan menata kelembagaan pemerintah, yakni mengatur siklus pergantian kepala daerah dengan pemilu nasional sehingga terjadi sinkronisasi dan kesinambungan program-program pembangunan antara pusat dan daerah.

7 Sri Nuryanti (Koord.), Analisis Proses dan Hasil Pemilihan Kepala Daerah Langsung 2005 di Indonesia. Jakarta: Pusat Penelitian Politik LIPI, 2006.

6 CATATAN SINGKAT PENYELENGGARAAN PILKADA SERENTAK 2017

Apakah tujuan-tujuan tersebut sudah terjawab? Jawabannya relatif belum sepenuhnya. Namun berkaca pada pelaksanaan Pilkada Serentak 2015 di 269 daaerah dan 101 daerah di tahun 2017 telah mulai menunjukkan perbaikan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Begitu juga harapan untuk lebih baik pada pilkada di 171 daerah tahun 2018 dan jawaban akan semakin nyata pada pelaksanaan pilkada serentak secara nasional pada tahun 2024 menurut UU Nomor 10 Tahun 2016. Dari Catatan KPU sebagai penyelenggara, Pilkada Serentak 2017 masih menyisakan masalah-masalah teknis dan substantif, misalnya terkait dengan integritas penyelenggara pilkada, akurasi daftar pemilih, dinasti politik, politik uang, pelanggaran kampanye, dan lain-lain. Sementara itu, Pilkada Serentak 2017 juga menampakan beberapa fakta masalah yang mesti menjadi refleksi para pihak, baik penyelenggara, partai politik, pemerintah, DPR, dan masyarakat. Catatan pertama adalah terkait dengan konstruksi UU sebagai dasar pelaksanaannya. Kerangka hukum pilkada serentak masih membutuhkan penyempurnaan agar menjadi arah panduan penyelenggaraan sekaligus menjadi alat untuk memecahkan masalah, bukan malah menjadi sumber masalah, seperti contoh beberapa ketentuan dalam UU Nomor 10 tahun 2016 dan PKPU No. 9 Tahun 2016. Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 1 tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota yang menjadi Undang-Undang UU Nomor 10 tahun 2016 misalnya sejak awal didesain untuk memperbaiki kualitas pelaksanaan Pilkada Serentak 2015, namun kemudian justru menjadi menjadi sumber perdebatan dan konflik, bukan saja antara penyelenggara pemilu dengan pembuat UU, tetapi juga dengan sesama penyelenggara pilkada dan peserta pilkada. Sumber konflik itu adalah ketentuan dalam Pasal 9 huruf a, yang menyatakan bahwa KPU dalam “menyusun dan menetapkan Peraturan KPU dan pedoman teknis untuk setiap tahapan Pemilihan setelah berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat, dan Pemerintah dalam forum rapat dengar pendapat yang keputusannya bersifat mengikat” . Pasal ini dipandang akan mereduksi dan mengancam prinsip kemandirian penyelenggara pemilu. Bagaimana praktik konsutltasi di bawah rezim pasal tersebut? Konsultasi berlangsung panjang sekali dan bertele-tele, karena ada

7 PemiluJurnal & Demokrasi

usahamerupakan untuk suatu menyamakan upaya untuk menyelamatkan persepsi kebijakan(dan kepentingan) publik yang akan antara penyelenggara dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. dan DPR dan/atau Pemerintah. Terhadap perihal yang memang berbeda Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan pandangan, konsultasi kadang-kadang berlangsung penuh ketegangan bukan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran 8 hanyapada Tahun antara Pemilu.” KPU Yuna dan menjelaskanpembuat UUbahwa tetapi Political di internal budget cycles pembuat UU. sudahAkibat menjadi penerapan fenomena pasaluniversal tersebut, didukung lahirlahdengan berbagai pasal kontroversialstudi dari PKPU No.empiris 9 Tahun di berbagai 2016 Negara. tentang Berbagai Perubahan variabel yang Ketiga mempengaruhi Atas Peraturan politcal Komisi Pemilihan budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara Umum Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Pencalonan Pemilihan Gubernur dan agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi Wakildalam praktek Gubernur, penganggaran Bupati di Indonesiadan Wakil yang Bupati,berkaitan dengandan/atau siklus Walikota dan Wakil Walikota.Pemilu 20099 ataupunKetentuan menjelang kontroversial Pemilu 2014. Melihattersebut perkembangan terdapat saat dalam Pasal 4 ayat (1) hurufini, yang f menjadi yang perhatianmengatur tidak bahwa hanya political calon budgetkepala cycles daerah, melainkan dan wakil kepala daerah haruspolitical memenuhi corruption cycle persyaratan atau siklus korupsi“tidak politikpernah pada sebagai tahun-tahun terpidana berdasarkan Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, terpidana Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi karena kealpaan ringan (culpa levis), terpidana karena alasan politik, juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan terpidanaperempuan. Sepertiyang tidakhalnya menjalaniketerwakilan perempuanpidana dalam sebagai penjara salah satu wajib secara terbuka dansyarat jujur verifikasi mengemukakan faktual untuk menjadi kepada peserta publik pemilu. bahwa UU No. yang 8 Tahun bersangkutan sedang menjalani2012 menegaskan pidana setiap tidak partai di politik dalam peserta penjara” pemilu. Pasalharus memenuhi ini berarti orang yang sedang menjalani30% keterwakilan pidana perempuan. tetapi Kondisitidak dikurungini patut diperjuangkan, dapat menjadi mengingat calon. praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah mayoritasKedua, diduduki tentang oleh anggaran. laki-laki. Apabila Kendatipun tidak diperjuangkan, dapat dibantu hal ini oleh APBN, faktanya masihakan berdampak sepenuhnya negatif terhadaptergantung mandeknya dengan aspirasi APBD perempuan yang dalam dalam pelaksanaanya menimbulkanhukum dan pemerintahan. masalah. Dan Walupun kondisi tersebut faktanya telah ditulis banyak oleh efisiensi Nindita dari anggaran yang tercantumParamastuti dalam dalam tulisannya NPHD, yang Pilkada berjudul: serentak “Perempuan 2015 dan di Korupsi: 269 daerah mendapatkan Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI alokasi 6,3 Trilyun Rupiah untuk dua putaran. Sementara untuk pilkada di 2009.” 101 daerah tahun 2017 dialokasikan anggaran 4,3 Trilyun rupiah untuk satu Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik putaran.Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan AkuntabilitasBesarnya Pengelolaan anggaran Dana yang Kampanye, dibutuhkan menguraikan ini menjadi bahwa problemdana tersendiri untuk daerah,kampanye karena adalah akansalah satumenyedot hal penting sumber dalam anggaran proses pemilu. daerah Dana yang sangat besar. Bagi kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat daerah-daerah yang memiliki sumber APBD yang melimpah saja tetap masih berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon menjadilegislatif tidak masalah, akan dapat apalagi bekerja bagi secara daerah maksimal-daerah dalam yang kampanye sumber APBD sebagaian besar untuk hanya untuk membayar pegawai dan operasional kantor saja. Ini adalah masalah serius yang harus dicari jalan keluarnya, bagaimana membuat vi pilkada dengan biaya murah. Masalah anggaran memiliki kadar serius, disamping masalah keterbatasan anggaran di daerah adalah juga adanya potensi politisasi oleh kepala daerah

8 Oleh karena itu dipandang mengancam kemandirian penyelenggara, maka KPU mengajukan judicial review UU ke Mahkamah Konstitusi melalui Registrasi No. 92/PUU – XIV/2016, pada tanggal 4 Oktober 2016. 9 PKPU ini juga diajukan judicial review ke MK oleh Koalisi LSM yang terdiri dari KoDe Inisiatif, Indonesia Corruption Watch (ICW) dan Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem).

8 CATATAN SINGKAT PENYELENGGARAAN PILKADA SERENTAK 2017

atau pihak yang memiliki akses kepada pemanfaatan anggaran daerah. Hal ini bisa mempengaruhi kelancaran pilkada dan bisa mempengaruhi integritas dan profesionalisme penyelengara. Ketiga, mengenai partisipasi, baik tentang keikutsertaan pasangan calon dalam pilkada maupun tingkat kehadiran pemilih pada pemungutan suara. Jumlah pasalangan calon mengalami penurunan di setiap daerah. Jumlah terbesar ada pada rata-rata 3-4 pasangan calon pada tahun 2015, sementara pada Pilkada Serentak 2017 jumlah terbanyak daerah rata-rata antara 2-3 pasangan calon. Selengkapnya adalah sebagai berikut:

TABEL. 1REKAPITULASI JUMLAH PASANGAN CALON PADA PILKADA SERENTAK 2015:10

1 PASLON 2 PASLON 3-4 PASLON 5-6 PASLON >6 PASLON TOTAL

3 88 102 + 50 = 152 18 + 5 = 23 3 269

TABEL. 2 REKAPITULASI JUMLAH PASANGAN CALON PADA PILKADA SERENTAK 2017:

1 PASLON 2 PASLON 3 PASLON 4 PASLON 5 PASLON 6 PASLON >6 PASLON TOTAL

9 34 26 16 9 5 2 101

Catatan menggembirakan adalah tentang tingkat kehadiran pemilih datang ke TPS pada hari pemungutan suara. Partisipasi tahun 2017 mencapai 74,5 persen meningkat signifikan dibanding pilkada tahun 2015 yang hanya mencapai angka 69,2 persen, dengan partsipasi terendah di pilkada Kota Medan sebesar 25,38 persen. Keempat, tentang konflik kepengurusan partai politik dan prosedur penyelesaiannya. Jika pada Pilkada 2015 terdapat konflik di dua partai, yakni Partai Golkar dan PPP, pada Pilkada 2017 konflik kepengurusan partai terjadi pada PKP Indonesia. Akibat dualisme kepengurusan menyebabkan terdapat 18 pencalonan yang tersebar di Provinsi , Papua, Tenggara dan , dukungan PKP Indonesia kepada pasangan calon dinyatakan tidak memenuhi syarat. Konflik ini sangat merugikan partai politik itu sendiri dan calon yang mendaftarakan diri melalui partai tersebut. Kelima, tentang calon parpol, perseorangan dan calon tunggal. Jumlah Pasangan calon berdasarkan Jenis Pemilihan dan Jenis Calon Pilkada 2017

10 Dilihat dalam, http://infopilkada.kpu.go.id/sitap-2015/index.php?r=dashboard/paslon&tahap=3, dikunjungi pada 10 Juli 2017.

9 PemiluJurnal & Demokrasi

menurutmerupakan datasuatu upayaKPU untuk adalah menyelamatkan sebagai berikut: kebijakan publik yang akan dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. TABEL.Pandangan 3 SEBARAN Hamdan PASANGAN tersebut berkaitan CALON denganDI PILKADA apa yang 2017 disampaikan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political JUMLAHbudget PASLONcycles sudah JENISmenjadi PEMILIHAN fenomena universalJUMLAH WILAYAHdidukung dengan berbagai studi TOTAL PERSEORANGAN PARPOL empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal Pemilihan Gubernur 7 4 21 25 budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara agregatPemilihan maupun Bupati secara spesifik76 pada tahun-tahun70 Pemilu, terkonfirmasi183 253 dalamPemilihan praktek Walikota penganggaran18 di Indonesia yang berkaitan16 dengan43 siklus 59 PemiluTOTAL 2009 ataupun menjelang101 Pemilu 2014. Melihat90 perkembangan247 saat 337 ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun PemiluJika yang dilihat telah meningkatdari matrik dengan di ekstrim.atas, jumlah calon perseorangan berjumlah 26,7 persenMasyarakat dari totaltidak sajajumlah dapat pasanganditafsirkan sebagaicalon satudi 101 kesatuan, daerah. tetapi Jumlah ini meningkat darijuga perluPilkada dibatasi Serentak mengingat sebelumnya perbedaan hakikat di tahun antara 2015, laki-laki yakni dan 16,6 persen atau 137 perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu dari 827 pasangan calon yang tersebar di 269 daerah. syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun 2012Sedangkan menegaskan calonsetiap partaitunggal, politik mengalami peserta pemilu peningkatan harus memenuhi jumlah, dari 3 daerah dari30% keterwakilan 269 daerah perempuan. atau 1% Kondisi pada ini Pilkada patut diperjuangkan, 2015 menjadi mengingat 9 dari 101 daerah atau 9%praktik daerah selama pada ini, pihak Pilkada yang duduk 2017. baik Tiga di parlemen daerah maupun pada pemerintah tahun 2015 yakni Kabupaten mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini Timor Tengah Utara (NTT), Blitar (Jawa Timur) dan Kabupaten Tasikmalaya akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam (Jawahukum danBarat). pemerintahan. Sementara Dan kondisi Sembilan tersebut daerah telah ditulis dengan oleh Nindita pasangan calon tunggal padaParamastuti pilkada dalam 2017 tulisannya adalah yang : Tebing berjudul: Tinggi, “Perempuan Tulang dan Korupsi:Bawang Barat, Pati, Buton, Landak,Pengalaman Maluku Perempuan Tengah, Menghadapi Tambrauw, Korupsi Kotadalam Sorong, Pemilu DPRdan RIJayapura. 2009.”Fenomena pasangan calon tunggal yang diijinkan dalam regulasi pilkada Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik 2015 dan 2017 disebabkan karena: 1) Sejak awal pendaftaran hanya ada satu Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan pasanganAkuntabilitas calonPengelolaan dan Danasetelah Kampanye, dilakukan menguraikan perpanjangan bahwa dana tetap hanya ada satu pasangankampanye adalah calon. salah 2) Setelah satu hal penetapan penting dalam pasangan proses pemilu. calon Danahanya ada satu pasangan dankampanye setelah diperlukan dibuka oleh pendaftaran partai politik kembalidan kandidatnya tetap sajauntuk tidakdapat ada yang mendaftar atauberkompetisi jika mendaftar di dalam dinyatakanpemilu. Setiap tidak partai memenuhi politik, kandidat/calon syarat. Dan, 3) sampai kurang legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye dari 30 hari sebelum pelaksanaan pemungutan suara terdapat pasangan calon yang berhalangan tetap atau dinyatakan tidak memenuhi syarat yang menyebabkanvi hanya ada satu pasangan calon.11 Keenam tentang pencalonan dan keterpilihan calon perempuan. Data KPU tentang Rekapitulasi Jumlah Paslon Memenuhi Syarat Penetapan berdasarkan

11 Ini adalah penjabaran dari Putusan MK yang mengabulkan Uji materi Undang-Undang Nomor 8 tahun 2015 tentang Pemilihan Kepala Daerah diajukan oleh Effendi Gazali dan Yayan Sakti Suyandaru atas lima pasal dalam UU Pilkada, yakni Pasal 49 ayat 8 dan 9, Pasal 50 ayat 8 dan 9, Pasal 51 ayat 2, Pasal 52 ayat 2, serta Pasal 54 ayat 4, 5 dan 6. MK mensyaratkan bahwa pilkada dengan satu pasangan calon dapat dilakukan jika usaha mendapatkan paling sedikit dua pasangan calon telah dilakukan secara sungguh-sungguh.

10 CATATAN SINGKAT PENYELENGGARAAN PILKADA SERENTAK 2017

Jenis Kelamin adalah sebagai berikut:

TABEL. 4 JUMLAH KEPALA DAERAH PILKADA 2017 BERDASARKAN JENIS KELAMIN

JENIS CALON KEPALA DAERAH CALON WAKIL KEPALA DAERAH TOTAL PEMILIHAN LAKI-2 PEREMPUAN LAKI-2 PEREMPUAN LAKI-2 PEREMPUAN

Pilgub 22 2 22 2 44 4

Pilbup 221 15 220 16 441 31

Pilwali 44 6 46 4 90 10

TOTAL 287 23 288 22 575 45

Dari data di atas, yakni terdapat 45 dari 620 calon kepala daerah atau calon wakil kepala daerah perempuan yang ditetapkan oleh KPU, berarti calon perempuan hanya sejumlah 7,25% di 101 daerah pada pilkada tahun 2017. Jika dibandingkan dengan Pilkada 2015, maka mengalami penurunan secara signifikan, dimana terdapat 122 calon perempuan dari total 654 calon 18,65% dari 269 daerah. Bagaimana dengan tingkat keterpilihan calon perempuan? Pada matrik di bawah ini menunjukkan bahwa tingkat keterpilihan calon perempuan berjumlah 15 berbanding dengan 171 calon laki laki.

TABEL. 5 REKAPITULASI JUMLAH PASANGAN CALON TERPILIH BERDASARKAN JENIS KELAMIN

CALON KEPALA DAERAH CALON WAKIL KEPALA DAERAH TOTAL JENIS PEMILIHAN LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI PEREMPUAN

Pemilihan Gubernur 7 0 6 1 13 1

Pemilihan Bupati 60 8 65 3 125 11

Pemilihan Walikota 16 2 17 1 33 3

TOTAL 83 10 88 5 171 15

Ketujuh, tentang jaminan hak politik bagi kaum disabilitas. KPU memiliki komitmen yang kuat dan nyata untuk mengakomodasi, memfasilitasi dan mendorong partisipasi politik kaum penyandang disabilitas dalam pemilu atau pilkada. Maka berbagai upaya dilakukan, antara lain: 1) dengan mendata nama, alamat dan jumlah pemilih penyandang disabilitas. Gunanya untuk memetakan

11 PemiluJurnal & Demokrasi

persebaranmerupakan suatu dan upaya menyediakan untuk menyelamatkan fasilitas kebijakan yang dimungkinkan publik yang akan untuk mereka dapat dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. menggunakan hak pilihnya. 2) Menyediakan alat bantu huruf braille bagi Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan penyandang tuna netra. 3) Menyusun regulasi untuk menghapuskan halangan- Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran halanganpada Tahun yang Pemilu.” dapat Yuna menghambat menjelaskan bahwa partisipasi Political mereka.budget cycles sudahContohnya menjadi fenomena adalah universalmembuat didukung aturan dengan bagi berbagaipenyandang studi gangguan mental. UUempiris Nomor di berbagai 1 Tahun Negara. Berbagai2015 pasal variabel 57 yang ayat mempengaruhi (1) disebutkan politcal bahwa “untuk dapat budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara menggunaan hak pilih, setiap warga negara antara lain harus memenuhi agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi syaratdalam praktek “tidak penganggaran sedang terganggu di Indonesia jiwa/ingatannya”. yang berkaitan dengan Untuk siklus memastikan tidak ada diskriminasiPemilu 2009 ataupun yang menjelang dialami Pemilu oleh 2014.pemilih Melihat jenis perkembangan ini, maka saat KPU mengatur bahwa setiapini, yang WNImenjadi yang perhatian punya tidak hak hanya pilih political dapat budget menggunakan cycles, melainkan hak pilihnya, kecuali yangpolitical oleh corruption doketr cycle nyat atau-nyata siklus dinyatakan korupsi politik tidak pada bias tahun-tahun menggunakan hak pilihnya Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. karena alas an terganggu ingatannya. Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi jugaPada perlu dibatasipilkada mengingat serentak perbedaan 2017, hakikat KPU antara berhasil laki-laki dan mendata sebanyak 50.108perempuan. pemilih Seperti halnyadisabilitas keterwakilan yang perempuan masuk sebagaidaftar salahpemilih satu tetap (DPT). Dari datasyarat tersebutverifikasi faktual pengguna untuk hakmenjadi pilih peserta penyandang pemilu. UU No. disabilitas 8 Tahun melonjak hingga mencampai2012 menegaskan angka setiap 129.000 partai politik orang. peserta pemilu harus memenuhi 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat praktikKedelapan, selama ini, pihakadalah yang isududuk SARA baik di parlemendan penggunaan maupun pemerintah media sosial. Isu SARA merupakanmayoritas diduduki penyakit oleh laki-laki. serius yangApabila pasti tidak menggerogoti diperjuangkan, halprisnip ini -prisnip demokrasi salamakan berdampak pilkada negatif atau terhadap pemilu. mandeknya Masalah aspirasi penggunaan perempuan dalamisu SARA dalam pilkada meratahukum dan terjadi pemerintahan. seluruh Dan daerah kondisi tersebutyang memiliki telah ditulis potensioleh Nindita penggunaan ini untuk Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: menyerang calon atau sebaliknya menaikan popularitas dan elektabilitas calon. Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI Penggunaan2009.” isu SARA semakin efektif ketika media sosial dijadikan sarananya. NamunMasih berhubungandemikian, isudengan ini tema sangat akuntabilitas menonjol keuangan sampai politik, menutup Didik berbagai dinamika lainSupriyanto dalam dan pilkada Lia Wulandari terjadi dalam di Pilkada tulisan berjudul Gubernur Transparansi DKI Jakarta. dan Isu ini begitu liar danAkuntabilitas mempengaruhi Pengelolaan perilaku Dana Kampanye, politik yangmenguraikan meluas bahwa tidak dana saja di Jakarta, nasional bahkankampanye internasional. adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat berkompetisiKesembilan, di dalam tentang pemilu. penyelesaian Setiap partai sengketa politik, kandidat/calon dan penegakan hukum pilkada yanglegislatif belum tidak terintegrasiakan dapat bekerja baik secaradi dalam maksimal satu dalamlembaga kampanye penegakan hukum secara hierarkis maupun antara lembaga. Kasus-kasus yang membutuhkan perhatian terutamavi pada tahap pencalonan dan pemungutan dan/atau penghitungan suara. Tanpa mengabaikan banyak putusan dan rekomendasi yang tepat dan dibutuhkan untuk menyelamatkan hak pemilih atau calon akibat kebijakan KPU dan jajarannya yang keliru, tidak sedikit juga putusan dan rekomendasi yang bermasalah. Munculnya beberapa kasus keluarnya rekomendasi atau putusan Bawaslu Provinsi atau panwas Kab/Kota pada tahap pencalonan yang menyebabkan

12 CATATAN SINGKAT PENYELENGGARAAN PILKADA SERENTAK 2017

pasangan calon tertentu dibatalkan atau sebaliknya pasangan calon yang telah dibatalkan oleh KPU direkomendasikan untuk disahkan adalah kasus-kasus yang seringkali tidak mencerminkan keputusan yang semestinya. Belum lagi, rekomendasi/putusan panwas dapat berbeda atau dibatalkan atau dikoreksi oleh Bawaslu Provinsi atau Bawaslu RI. Selanjutnya, hal sama juga pada kasus pemungutan suara ulang (PSU). Masalah lain yang mengemuka dan terkait dengan isu ini adalah mengenai kepastian waktu penyelesaian sengketa. Terlalu banyak kasus yang proses sengektanya melampaui batas akhir tahapan tersebut. Namun, dengan alasan kedaulatan, jaminan hak pilih, maupun jaminan hak politik peserta, proses penyelesaian sengketa yang melampaui jadwal diakomodir sekalipun dapat “mengganggu” tahapan berikutnya. Itulah sebagian fakta-fakta penting yang muncul pada pilkada serentak 2017, baik terkait dengan masalah-masalah maupun kemajuan-kemajuannya. Tentu saja ada beberapa kemajuan-kemajuan lain yang belum digambarkan di sini, termasuk juga permasalahan lain, seperti mulai dari profesionalitas dan integritas penyelenggara (terutama di level adhoc), logistik pilkada, politisasi birokrasi hingga politik uang, yang menurut data Bawaslu RI mencapai angka 600 temuan/dugaan politik uang pada 101 daerah yang Pilkada Serentak 2017.12

D. PENUTUP: HARAPAN PERBAIKAN Itulah catatan-catatan singkat atas pelaksanaan pilkada serentak 2017, dimana masih terdapat masalah-masalah lama yang belum teratasi dan munculnya masalah-masalah baru yang juga harus segera disiapkan penyelesainnya, baik pada level regulasi maupun implementasinya seperti yang tercermin di atas. Namun demikian, secara umum, pelaksanaan pilkada serentak semakin menunjukkan perbaikan, bukan saja kualitas penyelenggara, tetapi juga penyelenggaraannya yang menyankut proses dan hasilnya.

REFERENSI Juri Ardiantoro (2015), “Konflik dan Struktur Politik Indonesia: Kajian Kes pada Pilkada Banyuwangi Jawa Timur”, DISERTASI, Universiti Malaya Kuala Lumpur. Juri Ardiantoro, “Pilihan Raya dan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) dalam Pembentukan Stratifikasi Sosial: Dinasti Politik di Indonesia”, Jurnal

12 Dilihatdalam http://nasional.kompas.com/read/2017/02/14/19334401/bawaslu.temukan.600.dugaan.politik.uang. pada.pilkada.2017, dikunjungi pada 1 Agustus 2017.

13 PemiluJurnal & Demokrasi

merupakanMANUSIA suatu upaya DAN untuk MASYARAKAT menyelamatkan kebijakan (MAN publik AND yang akanSOCIETY), New Series dibuatVolume oleh politisi 25, dan Jabatan pemerintah Antropologi yang terpilih dan untuk Sosiologi, memerintah. Fakulti Sastera dan Sains PandanganSosial, Universiti Hamdan tersebut Malaya, berkaitan 2014. dengan apa yang disampaikan SyafuanYuna Farhan Rozi melalui (Ed .),tulisannya Netralitas “Menelusuri Birokrasi Siklus dalam Politisasi Pilkada Anggaran Langsung di Indonesia pada2005; Tahun StudiPemilu.” Kasus Yuna menjelaskanMalang, Gowa bahwa danPolitical Kutai budget Kertanegara. cycles Jakarta: LIPI, sudah2006. menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi Sriempiris Nuryanti di berbagai (Koord.) Negara. Berbagai, Analisis variabel Proses yang mempengaruhi dan Hasil Pemilihanpolitcal Kepala Daerah budgetLangsung cycles seperti 2005 perubahan di Indonesia pola pada. Jakarta:struktur anggaran Pusat baikPenelitian secara Politik LIPI, 2006. http://nasional.kompas.com/read/2015/02/04/21114211/Mendagri.343.agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi dalamKepala.Daerah.Tersangkut.Kasus.Hukum), praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan diakses siklus pada 10 Juli 2017. http://jurnalpatrolinews.com/2016/09/13/sepanjangPemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat -tahun-2015-2016- ini, yanginilah menjadi-kepala perhatian-daerah tidak-yang hanya- tersangkutpolitical budget-korupsi/), cycles, melainkan diakses pada 10 Juli 2017 http://infopilkada.kpu.go.id/sitappolitical corruption cycle atau siklus korupsi politik-2015/index.php?r=dashboard/ pada tahun-tahun Pemilupaslon&tahap=3, yang telah meningkat dikunjungi dengan ekstrim. pada 10 Juli 2017. http://nasional.kompas.com/read/2017/02/14/19334401/bawaslu.Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi juga temukan.600.dugaan.politik.uang.pada.pilkada.2017,perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan dikunjungi pada 1 perempuan.Agustus Seperti 2017. halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI 2009.” Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

vi

14 EVALUASI DAFTAR PEMILIH TETAP: UPAYA DAN KENDALA PENYUSUNAN DPT PILKADA 2017 Partono Samino1

ABSTRAK Dalam sebuah penyelenggaraan pemilihan umum atau pemilihan kepala daerah di Indonesia, daftar pemilih merupakan sebuah komponen yang wajib keberadaannya. Selain itu, daftar pemilih dalam konteks penyelenggara pemilu juga sangat penting untuk menghitung kebutuhan logistik pemilu, misalnya surat suara, tinta, bilik suara, kotak suara dan lain sebagainya. Selama penyelenggaraan pemilihan umum atau pemilihan kepala daerah pasca reformasi, daftar pemilih selalu saja menjadi perdebatan di kalangan pemerhati pemilu, ahli politik, dan masyarakat luas. Pemilihan kepala daerah yang terakhir, yaitu Pilkada Serentak 2017 juga tidak sepi dari permasalahan daftar pemilih. Tidak kurang dari 690 ribu warga tidak terdaftar dalam DPT di 138 daerah, ribuan pemilih yang masih tercatat atau terdaftar lebih dari 1 kali, komplain dari masyarakat bahwa masih terdapat pemilih yang tidak memenuhi syarat masih terdaftar di DPT. Kenapa permasalahan- permasalahan tersebut terus terjadi pada setiap event penyelenggaraan pemilu atau pemilihan kepala daerah? Ada banyak faktor dan kendala yang menyebabkan DPT Pilkada Serentak 2017 memiliki beberapa masalah. Faktor atau kendala tersebut antara lain adalah regulasi yang terlambat disahkan, inkonsistensi regulasi yang menyebabkan petugas lapangan jadi bingung, akses petugas terhadap pemilih yang sulit, proses konsultasi antara KPU dengan Komisi II DPR yang berkepanjangan, dan aspek teknis lainnya. Meskipun demikian, kita perlu mengapresiasi kinerja KPU dalam proses penyusunan daftar pemilih. Walaupun DPT Pilkada Serentak 2017 masih menyisakan beberapa persoalan, akan tetapi secara umum kualitas DPT

1 Penulis adalah Tenaga Ahli KPU Republik Indonesia

15 PemiluJurnal & Demokrasi

darimerupakan pemilu suatu ke upaya pemilu untuk terusmenyelamatkan meningkat. kebijakan Permasalahan publik yang akan pemilih yang belum dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. terdaftar di DPT, pemilih ganda, elemen data yang tidak lengkap, dan pemilih Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan yang tidak memenuhi syarat di DPT semakin berkurang. Keberhasilan dalam Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran meningkatkanpada Tahun Pemilu.” kualitas Yuna menjelaskan DPT selama bahwa ini, Political selain budget karena cycles komitmen yang kuat darisudah seluruhmenjadi fenomenajajaran KPUuniversal di didukungtingkat pusatdengan sampaiberbagai studilapangan, juga dibantu olehempiris pemanfaatan di berbagai Negara. teknologi Berbagai variabel dan informasi, yang mempengaruhi Sistem politcal Informasi Data Pemilih (SIDALIH),budget cycles seperti yang perubahan telah diimplementasikanpola pada struktur anggaran sejak baik secara Pemilu 2014 yang lalu. agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi Untuk perbaikan kualitas DPT kedepan seharusnya dilakukan beberapa dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus upayaPemilu 2009 perbaikan ataupun menjelang dari sisi Pemilu regulasi 2014. Melihatperundang-undangan perkembangan saat maupun dari sisi kapasitasini, yang menjadi penyelenggara. perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan politicalKata corruption Kunci: Daftar cycle atau Pemilih, siklus korupsi Pilkada politik pada 2017, tahun-tahun teknologi Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. ABSTRACTMasyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan perempuan.Electoral Seperti roll ishalnya an indispensable keterwakilan perempuan component sebagai in salahan election satu process. Electoral rollsyarat is verifikasi also important faktual untuk for menjadipeople peserta who workpemilu. forUU electionNo. 8 Tahun management body to calculate2012 menegaskan the needs setiap for partai logistics, politik peserta such aspemilu ballot harus papers, memenuhi ink, voting booth, ballot boxes,30% keterwakilan etc. It is perempuan. a well-known Kondisi factini patut that, diperjuangkan, in Indonesia, mengingat electoral roll has caused praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah prolongedmayoritas diduduki debates oleh andlaki-laki. conflicts Apabila tidakamong diperjuangkan, activists, halexperts, ini and the public in general.akan berdampak The latestnegatif terhadapwas in mandeknyathe 2017 aspirasiLocal Elections.perempuan dalam There were no less than 690,000hukum dan eligiblepemerintahan. voters Dan getting kondisi tersebut excluded telah inditulis the oleh electoral Nindita roll in 138 electoral areas,Paramastuti thousands dalam tulisannya of double-entries, yang berjudul: “Perempuanand reports dan fromKorupsi: the public about non- eligiblePengalaman voters Perempuan getting Menghadapi included Korupsi in the dalam electoral Pemilu roll. DPR Why RI do these problems 2009.” recur in every election in Indonesia? There are several possible answers: the Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik governmentSupriyanto dan Liaoften Wulandari late in dalam passing tulisan new berjudul laws Transparansi and regulations, dan inconsistencies inAkuntabilitas the laws Pengelolaanand regulations Dana Kampanye, that rendered menguraikan confusion bahwa danafor the census staffs, the difficultykampanye adalah to salah access satu hal voters penting indalam remote proses areas,pemilu. Dana and other technical difficulties. However,kampanye diperlukan we still needoleh partai to appreciate politik dan kandidatnyathe Elections untuk Commission’s dapat hard work in berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon managing the electoral roll. Despite the fact that the aforementioned problems legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye are still occurring in the recent elections, it is admirable that the quality of electoral roll is keep on increasing with every election. The available data will vi show us how the number of double-entry, unregistered voters, incomplete data element, or the case where non-eligible voter getting included in the roll is keep decreasing with every election. This success is without a doubt indebted to the strong commitment on behalf of the Elections Commission and the use of information technology, especially the Voters Data Information System (SIDALIH), which has been implemented since the 2014 Elections. In order to

16 EVALUASI DAFTAR PEMILIH TETAP: UPAYA DAN KENDALA PENYUSUNAN DPT PILKADA 2017

further improve the quality of electoral roll, the government need to conduct improvement on the legal framework and regulations. Keywords: Electoral roll, 2017 Local Elections, technology

A. PENDAHULUAN Pemilu diselenggarakan dengan tujuan untuk mengisi posisi-posisi di pemerintah (executive) maupun dewan perwakilan rakyat (legislative). Pengisian posisi-posisi tersebut diperebutkan melalui mekanisme yang demokratis. Pada masa modern ini, pemilu menjadi sebuah kata yang sangat penting diseluruh belahan dunia karena beberapa alasan. Pertama, pemilu merupakan mekanisme agar rakyat tetap berkuasa atas dirinya sendiri. Kedua, pemilu menjadi indikator dan unsur penting dari negara demokrasi. Ketiga, pemilu sebagai sarana untuk pergantian kepemimpinan dan kekuasaan secara damai. Dalam proses penyelenggaraan pemilu, daftar pemilih merupakan element yang sangat penting. Seperti yang disampaikan oleh Arend Lipjhart, pemilih dalam sebuah proses berdemokrasi melalui kegiatan pemilu adalah pemegang kekuasaan tertinggi untuk menentukan arah kebijakan melalui wakilnya di lembaga eksektutif maupun legislatif yang akan dipilihnya di bilik suara. Oleh karena rakyat, dalam hal ini pemilih, adalah pemegang kekuasaan. Oleh karena itu, dalam sebuah proses pemilu yang demokratis harus memastikan semua pemilih tanpa terkecuali diberikan keleluasaan untuk menggunakan hak politiknya. Sudah menjadi suatu keharusan, bahwa setiap terdapat pemilu atau pemilihan selalu ada yang disebut daftar pemilih. Daftar pemilih merupakan sebuah data yang memuat nama-nama dan informasi lainnya yang telah memenuhi syarat sebagai pemilih dan berhak menggunakan hak pilihnya di bilik suara. Daftar pemilih sangat penting, tidak saja semata berisi nama-nama yang berhak untuk memilih, memberikan kepastian kepada pemilih bahwa mereka akan dilayani, untuk kebutuhan perencanaan logistik pemilu, akan tetapi tidak jarang daftar pemilih ini juga dijadikan untuk alat memenangkan pemilu dengan cara memanipulasi daftar pemilih. Pascareformasi, daftar pemilih selalu menjadi pusat perhatian dan perdebatan oleh ahli politik, pemerhati pemilu, peserta pemilu, dan masyarakat luas. Mengapa daftar pemilih selalu menjadi isu di setiap penyelenggaraan pemilu? Seperti yang dijelaskan sebelumnya daftar pemilih merupakan elemen

17 PemiluJurnal & Demokrasi

utamamerupakan dalam suatu proses upaya untuk pemilu. menyelamatkan Bahkan, kebijakan banyak publik ahli pemiluyang akan berpandangan bahwa dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. keberhasilan pemilu sangat dipengaruhi oleh kualitas daftar pemilih. Jika Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan daftar pemilih bermasalah, maka dapat dipastikan kualitas penyelenggaraan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran pemilupada Tahun secara Pemilu.” keseluruhan Yuna menjelaskan rendah. bahwa Sebaliknya,Political budget jikacycles daftar pemilih yang disusunsudah menjadi dan ditetapkanfenomena universal memiliki didukung kualitas dengan yang berbagai baik, maka studi tingkat keberhasilan penyelenggaraanempiris di berbagai Negara. pemilu Berbagai akan variabel semakin yang mempengaruhitinggi. politcal budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara Selama penyelenggaraan pemilu dan pemilihan kepala daerah langsung, agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi daftardalam praktek pemilih penganggaran tidak pernah di Indonesia sepi yangdari berkaitan kritik, dengankomplain, siklus dan keberatan dari banyakPemilu 2009 pihak, ataupun terutama menjelang dariPemilu peserta 2014. Melihat pemilu perkembangan yang kalah. saat Berbagai tudingan kepadaini, yang menjadi KPU diarahkan perhatian tidak atas hanya kualitas political daftar budget pemilih cycles, melainkan yang ditetapkan. Tudingan- tudinganpolitical corruption tersebut cycle ada atau yang siklus dibarengi korupsi politik dengan pada data,tahun-tahun namun tidak sedikit pula Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. tudingan yang tanpa dibarengi dengan bukti dan data, serta tudingan yang Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi mengada-ada. juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan perempuan.Sesuai Sepertidengan halnya amanat keterwakilan Undang perempuan-Undang sebagai No. salah 15 satu Tahun 2011 tentang Penyelenggarasyarat verifikasi faktual Pemilihan untuk menjadi Umum peserta dan pemilu. Undang UU -No.Undang 8 Tahun No 10 Tahun 2016 tentang2012 menegaskan Perubahan setiap partaiKedua politik Atas peserta UU pemiluNo. 1harus Tahun memenuhi 2015 tentang Pemilihan 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat Gubernur, Bupati, dan Walikota, KPU memiliki tugas, wewenang, dan kewajiban praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah untukmayoritas melakukan diduduki oleh pemutakhiran laki-laki. Apabila datatidak diperjuangkan,pemilih, menyusun, hal ini dan menetapkan daftarakan berdampak pemilih negatif untuk terhadap penyelenggaraan mandeknya aspirasi Pemilihan perempuan Umum dalam Anggota DPR, DPD, DPRDhukum dan Provinsi, pemerintahan. dan DanDPRD kondisi Kabupaten/Kota, tersebut telah ditulis Pemilihan oleh Nindita Presiden dan Wakil Presiden,Paramastuti dandalam Pemilihan tulisannya yang Kepala berjudul: Daerah. “Perempuan dan Korupsi: Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI 2009.”Tahapan pemutakhiran dan penyusunan daftar pemilih merupakan tahapan yangMasih sangat berhubungan krusial dengan dan sangat tema akuntabilitas penting dalamkeuangan proses politik, Didikpenyelenggaraan pemilu, baikSupriyanto pemilu dan Lialegislatif Wulandari maupun dalam tulisan pemilu berjudul presiden Transparansi dan wakil dan presiden, maupun pemilihanAkuntabilitas kepalaPengelolaan daerah. Dana TahapanKampanye, inimenguraikan selain sangat bahwa krusialdana dan penting, KPU jugakampanye mencatat adalah sebagaisalah satu tahapanhal penting yang dalam paling proses kompleks pemilu. Dana karena membutuhkan kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat waktu yang sangat panjang dan membutuhkan sumber daya manusia dan berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon finansiallegislatif tidak yang akan sangat dapat bekerjabanyak. secara maksimal dalam kampanye Dalam rangka melaksanakan tugas, wewenang dan kewajiban KPU untuk memutakhirkanvi data pemilih, menyusun dan menetapkan daftar pemilih dan memastikan daftar pemilih lebih berkualitas, KPU jauh-jauh hari sebelum tahapan dimulai telah menyusun berbagai persiapan untuk menyelenggarakan tahapan ini, antara lain: 1. Menyiapkan sistem pemutakhiran data pemilih; 2. Menyiapkan sistem informasi dan teknologi untuk pemutakhiran data pemilih yang lebih dikenal dengan Sistem Informasi Data Pemilih (Sidalih);

18 EVALUASI DAFTAR PEMILIH TETAP: UPAYA DAN KENDALA PENYUSUNAN DPT PILKADA 2017

3. Menyusun regulasi berupa Peraturan KPU, petunjuk teknis, dan buku panduan untuk petugas di lapangan 4. Melakukan bimbingan teknis dan pelatihan kepada seluruh jajaran KPU dan operator Sidalih; 5. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat luas mengenai tahapan pemutakhiran dan penyusunan daftar pemilih, dan lain-lain.

B. PRINSIP-PRINSIP PENDAFTARAN PEMILIH Pemilih oleh Undang-Undang No 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Pertama atas Undang-Undang No 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota didefinisikan sebagai penduduk yang berusia paling rendah 17 tahun atau sudah/pernah kawin yang terdaftar dalam pemilihan. Untuk menggunakan hak pilihnya di dalam Pemilu atau Pemilihan Kepala Daerah, pemilih harus terdaftar dalam daftar pemilih. Selanjutnya tidak semua penduduk yang telah berusia 17 tahun pada hari pemungutan suara atau sudah/pernah kawin dapat didaftar sebagai pemilih dalam daftar pemilih Pemilihan Kepala Daerah. Terdapat beberapa syarat agar pemilih dapat didaftar, yaitu: 1. Tidak sedang terganggu jiwa/ingatannya yang dibuktikan dengan keterangan dokter; 2. Tidak sedang dicabut hak pilihnya oleh putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap; 3. Bukan anggota TNI/Polri; 4. Berdomisili daerah pemilihan yang ditunjukkan dengan KTP Elektronik atau Surat Keterangan yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah pemilihan.

Dalam proses penyusunan daftar pemilih harus dilakukan secara transparan dan melindungi hak warga negara yang telah memenuhi syarat sebagai pemilih. Transparansi dalam proses pendaftaran dan penyusunan daftar pemilih ini untuk memastikan bahwa proses dapat dikontrol oleh masyarakat luas dan menghindari pendaftaran atau pencoretan orang yang tidak sah atau tindah kecurangan lainnya.

19 PemiluJurnal & Demokrasi

merupakanACE Project suatu upaya menetapkan untuk menyelamatkan menetapkan kebijakan 3 (tiga) publik prinsipyang akan pendaftaran pemilih, dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. yaitu komprhensif, akurat, dan mutakhir (Hafidz, Sadikin, et all, 2017). Ketiga Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan prinsip tersebut masing-masing memiliki arti sebagai berikut: Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran 1.pada TahunKomprehensif Pemilu.” Yuna adalah menjelaskan daftar bahwa pemilih Political harusbudget cyclesmemuat semua warga/ sudah pendudukmenjadi fenomena yang telahuniversal memenuhi didukung syaratdengan sebagaiberbagai pemilih.studi Pendaftaran dan empirispemutakhiran di berbagai Negara. pemilih Berbagai variabeltidak yangdibenarkan mempengaruhi tindakan politcal diskriminatif dalam budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara rangka memasukkan atau menghapus nama-nama tertentu dalam daftar agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi dalam pemilihpraktek penganggaran karena alasan di Indonesia politik, suku,yang berkaitan agama, dengan kelas sosial,siklus atau alasan apapun; 2.Pemilu Akurat 2009 ataupun adalah menjelang daftar Pemilu pemilih 2014. harus Melihat memuat perkembangan informasi saat tentang identitas ini, yangpemilih menjadi secara perhatian benar, tidak hanya tanpa political kesalahan budget cycles penulisan,, melainkan tidak ganda, dan tidak political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun memuat nama yang tidak berhak atau telah meninggal; Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. 3. MasyarakatMutakhir tidak adalah saja dapat daftar ditafsirkan pemilih sebagai disusun satu kesatuan, berdasarkan tetapi keadaan terakhir juga perlumengacu dibatasi pada mengingat hari pemungutanperbedaan hakikat suara, antara meliputi laki-laki umurdan 17 tahun pada hari perempuan.pemungutan Seperti halnya suara, keterwakilan status telah/pernahperempuan sebagai kawin, salah satustatus pekerjaan bukan syarat anggotaverifikasi faktualTNI/Polri, untuk menjadialamat peserta pada pemilu. hari UUpemungutan No. 8 Tahun suara, dan status 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi meninggal. 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah C.mayoritas SISTEM diduduki PENDAFTARAN oleh laki-laki. Apabila PEMILIH tidak diperjuangkan, hal ini akanMenurut berdampak Hasyim negatif terhadap Asy’ari mandeknyasistem pendaftaran aspirasi perempuan pemilih dalam dibedakan berdasarkan skalahukum danwaktu pemerintahan. dan berdasarkan Dan kondisi tersebut hak telahdan ditulis kewajiban oleh Nindita (Asy’ari, 2012). Jika Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: berdasarkanPengalaman Perempuan pada skala Menghadapi waktu, Korupsiterdapat dalam 3 macam Pemilu sistemDPR RI pendaftaran pemilih yaitu;2009.” periodic list system, continuous list system, dan civil registry. PeriodicMasih berhubungan list system dengan adalah tema akuntabilitas sebuah sistem keuangan pendaftaran politik, Didik pemilih yang merujuk kepadaSupriyanto kegiatan dan Lia Wulandari pendaftaran dalam tulisan pemilih berjudul yang Transparansi dilaksanakan dan dalam tahapan pemiluAkuntabilitas yang Pengelolaan akan diselenggarakan. Dana Kampanye, menguraikan Artinya, daftarbahwa danapemilih disusun hanya kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana untukkampanye kepentingan diperlukan oleh pemilu partai yangpolitik terdekat. dan kandidatnya Continous untuk listdapat system adalah sebuah sistemberkompetisi pendaftaran di dalam pemilu.pemilih Setiap yang partai mengacu politik, padakandidat/calon sebuah proses penyusunan danlegislatif pemutakhiran tidak akan dapat daftar bekerja pemilih secara maksimalyang dilaksanakan dalam kampanye secara terus menerus. Berbeda dengan sistem periodic list yang hanya melakukan pemutakhiran daftarvi pemilih pada saat menjelang pemilu, continuous list system melakukan updating atau pemutakhiran daftar pemilih tidak sebatas menjelang pemilu, akan tetapi dilakukan juga diantara satu pemilu ke pemilu berikutnya. Civil registry adalah sebuah sistem pendaftaran yang mengacu pada pendaftaran pemilih berdasarkan pencatatan penduduk yang dilakukan oleh sebuah lembaga pemerintah yang menangani catatan sipil/penduduk. Sistem pendaftaran pemilih dibedakan menjadi 3 macam jika berdasarkan

20 EVALUASI DAFTAR PEMILIH TETAP: UPAYA DAN KENDALA PENYUSUNAN DPT PILKADA 2017

hak dan kewajiban, yaitu; voluntary registration, mandatory registration, dan mix strategy. Pada sistem voluntary registration, memilih dalam pemilu/ pemilihan adalah hak pemilih, sehingga pemilih dapat menggunakan atau tidak menggunakan hak suaranya dalam pemilu/pemilihan. Oleh karena memilih adalah hak, maka prinsip yang dianut dalam pendaftaran pemilih adalah self- initiated registration. Sebuah prinsip yang memberikan kemandirian dan kewenangan kepada pemilih untuk didaftar pada daftar pemilih. Oleh karena itu, pemilih harus aktif untuk mendaftarkan diri kepada petugas pendaftaran pemilih jika pemilih ingin menggunakan hak suaranya. Mandatory system, berlawanan dengan voluntary system, memiliki pandangan bahwa memilih adalah kewajiban. Karena memilih adalah kewajiban, maka pemilih harus didaftar dalam daftar pemilih agar mereka dapat melaksanakan kewajibannya. Prinsip yang dianut dalam sistem ini adalah state-initiated registration dimana pemerintah atau lembaga yang ditunjuk oleh undang-undang yang memiliki kewajiban memastikan semua pemilih terdaftar dalam daftar pemilih. Mix strategy merupakan sebuah sistem pendaftaran pemilih yang menggabungkan kedua sistem pendaftaran pemilih sebelumnya (voluntary dan mandatory system) dimana lembaga pemerintah memfasilitasi proses pendaftaran pemilih dan proses pendaftaran pemilih juga melibatkan keaktifan dari pemilih. Prinsip yang dianut adalah adanya pembagian tugas dan peran antara pemilih dan lembaga pemerintah dalam melaksanakan pendaftaran pemilih. Untuk konteks pendaftaran pemilih di Indonesia, sistem pendaftaran pemilih yang dianut saat ini adalah sistem pendaftaran pemilih yang berkala (periodic list system) dan mix strategy. Daftar pemilih yang kita miliki saat ini disusun dan dimutakhirkan secara berkala, yaitu setiap menjelang penyelenggaraan pemilu atau pemilihan kepala daerah. Proses pendaftaran pemilih yang dilaksanakan melibatkan lembaga pemerintah, penyelenggara pemilu, dan pemilih. Sumber data yang digunakan adalah Daftar Penduduk Potensial Pemilih Pemilu (DP4) yang disediakan oleh pemerintah. DP4 ini kemudian disinkronkan dengan DPT Pemilu/ Pemilihan terakhir dan dilakukan proses verifikasi data dengan cara door to door verification. Masyarakat pemilih memiliki peran yang sangat penting ketika KPU telah menyusun Daftar Pemilih Sementara. Pemilih harus aktif mengecek namanya apakah sudah terdaftar atau belum, apakah data di dalam DPS sudah akurat dan lengkap, dan seterusnya. Partisipasi pemilih dalam

21 PemiluJurnal & Demokrasi

prosesmerupakan pendaftaran suatu upaya untuk pemilih menyelamatkan sangat penting kebijakan untukpublik yang memastikan akan daftar pemilih dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. tetap (DPT) yang akan ditetapkan menjadi lebih komprehensif, akurat, dan Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan mutakhir. Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles D.sudah PENYUSUNAN menjadi fenomena DPTuniversal PILKADA didukung SERENTAKdengan berbagai 2017 studi empirisSesuai di berbagai dengan Negara. Peraturan Berbagai KPUvariabel No yang 7 mempengaruhiTahun 2017 politcaltentang Perubahan Kedua atasbudget Peraturan cycles seperti KPU perubahan No 3 polaTahun pada 2017 struktur tentang anggaran Tahapan, baik secara Program dan Jadwal agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi Penyelenggaraandalam praktek penganggaran Pemilihan di Indonesia Gubernur yang berkaitandan Wakil dengan Gubernur, siklus Bupati dan Wakil Bupati,Pemilu 2009 dan ataupun Walikota menjelang dan Pemilu Wakil 2014. Walikota Melihat perkembangan Tahuan 2017, saat penyusundan daftar pemilihini, yang menjadi dimulai perhatian dengan tidak hanyapenyerahan political budget Daftar cycles Penduduk, melainkan Potensial Pemilih Pemilupolitical corruption(DP4) oleh cycle Kementerianatau siklus korupsi Dalam politik Negeripada tahun-tahun kepada KPU. Serah terima DP4Pemilu ini yang dilaksanakan telah meningkat di dengan kantor ekstrim. KPU pada tanggal 14 Juli 2016, tepat 7 bulan Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi sebelum hari pemungutan suara. juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan perempuan.Jumlah Sepertipemilih halnya dalam keterwakilan DP4 yang perempuan diserahkan sebagai sebanyaksalah satu 41.802.538 pemilih yangsyarat verifikasiterdiri faktualdari 21.097.249untuk menjadi pesertapemilih pemilu. laki UU-laki No. 8dan Tahun 20.705.289 pemilih perempuan.2012 menegaskan Total setiap pemilih partai politik dalam peserta DP4 pemilu tersebut harus memenuhitersebar di 30 provinsi, 138 kabupaten/kota,30% keterwakilan perempuan. 1798 kecamatan, Kondisi ini patut dan diperjuangkan, 21.767 desa/kelurahan mengingat yang terlibat praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah dalammayoritas penyelenggaraan diduduki oleh laki-laki. Pemilihan Apabila tidakGubernur diperjuangkan, dan Wakil hal ini Gubernur, Bupati dan Wakilakan berdampak Bupati, negatifserta Walikotaterhadap mandeknya dan Wakil aspirasi Walikota perempuan tahun dalam 2017, yang totalnya 101 daerahhukum dan pemilihan. pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita ParamastutiSetelah dalamKPU menerimatulisannya yang DP4 berjudul: dari Kemendagri, “Perempuan dan KPU Korupsi: melakukan sinkronisasi Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI DP42009.” dengan DPT Pemilu atau Pemilihan Kepada Daerah yang terakhir. Hasil sinkronisasiMasih berhubungan kedua dengan data temaini akuntabilitaskemudian keuangandikirimkan politik, kepada Didik KPU Kabupaten/ KotaSupriyanto untuk dan disusunLia Wulandari menjadi dalam tulisanDaftar berjudul Pemilih Transparansi (Model danA-KWK) yang berbasis TPS.Akuntabilitas Daftar Pengelolaan Pemilih Danaini kemudian Kampanye, dilakukanmenguraikan verifikasibahwa dana atau pencocokan dan penelitiankampanye adalah (coklit) salah oleh satu Petugas hal penting Pemutakhiran dalam proses Datapemilu. Pemilih Dana (Pantarlih). Proses coklitkampanye oleh diperlukan Pantarlih oleh dilaksanakan partai politik dan selama kandidatnya 30 hari untuk mulai dapat tanggal 8 September berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon 2016legislatif sampai tidak akan dengan dapat bekerja7 Oktober secara 2016.maksimal Proses dalam kampanyecoklit yang dilakukan oleh Pantarlih dilakukan dengan cara mendatangi pemilih secara langsung dari rumah ke rumah lainnya (door to door verification). vi Tugas Pantarlih dalam proses coklit ini setidaknya ada beberapa hal, antara lain: 1. Mencocokkan dan memperbaiki data pemilih yang terdapat dalam Daftar Pemilih dengan kondisi faktual pemilih berdasarkan KTP Elektronik, Surat Keterangan, atau Kartu Keluarga pemilih; 2. Mendaftar pemilih yang belum terdaftar di dalam Daftar Pemilih;

22 EVALUASI DAFTAR PEMILIH TETAP: UPAYA DAN KENDALA PENYUSUNAN DPT PILKADA 2017

3. Mencoret pemilih di dalam Daftar Pemilih yang tidak memenuhi syarat sebagai pemilih karena beberapa alasan antara lain; meninggal dunia, terdaftar lebih dari sekali, anggota TNI/Polri, tidak dikenal, pindah domisili, dan lain sebagainya.

Setelah coklit selesai dilaksanakan oleh Pantarlih, PPS memulai menyusun Daftar Pemilih Hasil Pemutakhiran selama 14 (empat belas) hari, yaitu tanggal 8 – 21 Oktober 2016. Daftar pemilih tersebut kemudian dilakukan rekapitulasi di tingkat PPS (desa/kelurahan) dan PPK (kecamatan) dalam rapat pleno terbuka. Daftar ini kemudian direkapitulasi dan ditetapkan oleh KPU Kabupaten/Kota menjadi Daftar Pemilih Sementara (DPS) pada tanggal 2 – 3 November 2016. Jumlah pemilih terdaftar di DPS yang ditetapkan oleh KPU Kabupaten/Kota untuk Pilkada Serentak tahun 2017 adalah sebanyak 41.987.331 pemilih yang terdiri dari pemilih laki-laki sebanyak 20.881.926 dan pemilih perempuan sebanyak 20.783.404. Setelah DPS ditetapkan, KPU mengumumkan DPS tersebut selama 10 hari untuk mendapatkan masukan dan tanggapan dari masyarakat, pengawas pemilihan, dan peserta pemilihan. Pengumuman yang dilakukan oleh KPU tidak hanya secara konvensional dengan menempel DPS di tempat-tempat strategis, misalnya di kantor desa/kelurahan dan balai RT/RW, namun KPU juga mengumumkan DPS ini secara daring di laman KPU. Dengan demikian, masyarakat tidak perlu repot datang ke kantor desa/ kelurahan atau RT/RW untuk mengecek apakah namanya sudah terdaftar atau belum cukup mengakses laman KPU di komputer, laptop atau telepon genggam yang berbasis internet. Tidak berhenti disini, pengawas pemilihan dan semua peserta pemilihan mendapatkan soft file dari DPS ini dengan harapan kedua stakeholder ini memeriksa dan memberikan masukan terhadap DPS yang telah ditetapkan oleh KPU. Berdasarkan masukan dan tanggapan dari masyarakat, pengawas pemilihan, dan peserta pemilu, KPU Kabupaten/Kota kemudian menetapkan DPS hasil perbaikan tersebut menjadi Daftar Pemilih Tetap (DPT). Penetapan DPT dilakukan dalam sebuah rapat pleno terbuka yang dihadiri oleh seluruh PPK, pengawas pemilihan tingkat kabupaten/kota, dan seluruh peserta pemilihan. Dalam rapat pleno tersebut pengawas pemilihan dan perwakilan peserta pemilihan diberikan kesempatan untuk memberikan masukan dan perbaikan sebelum DPT ditetapkan oleh KPU Kabupaten/Kota.

23 PemiluJurnal & Demokrasi

merupakan DPT Pilkada suatu upaya Serentak untuk menyelamatkan tahun 2017 kebijakan ditetapkan publik yang oleh akan KPU Kabupaten/Kota dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. pada tanggal 30 November – 6 Desember 2016. Kebanyakan KPU Kabupaten/ Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan Kota melaksanakan rapat pleno penetapan DPT Pilkada Serentak tahun 2017 Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran padapada Tahun 2 hari Pemilu.” terakhir, Yuna yaitu menjelaskan tanggal bahwa 5 – 6 Political Desember budget 2016. cycles Jumlah pemilih yang ditetapkansudah menjadi dalam fenomena DPT universal sebanyak didukung 41.106.446 dengan pemilih. berbagai studi empirisBagaimana di berbagai pemilih Negara. Berbagai yang tidak variabel terdaftar yang mempengaruhi dalam DPT? politcal Jika pada Pemilukada budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara Serentak tahun 2015 memberikan kesempatan bagi pemilih yang belum terdaftar agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi didalam DPT praktek untuk penganggaran didaftar di di dalam Indonesia Daftar yang berkaitanPemilih denganTambahan siklus Satu (DPTb1) paling lamaPemilu 7 2009 hari ataupun setelah menjelang DPT diumumkan, Pemilu 2014. Melihat maka perkembangan untuk Pilkada saat Serentak tahun 2017 jenisini, yang pemilih menjadi perhatianDPTb1 initidak tidak hanya ada.political Artinya budget cyclespemilih, melainkan yang tidak terdaftar pada DPTpolitical tidak corruption perlu mendaftarkancycle atau siklus korupsi diri ke politik PPS untukpada tahun-tahun menggunakan hak pilihnya. Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. Pemilih yang terdaftar di DPT tetap bisa menggunakan hak pilihnya di TPS Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi denganjuga perlu cara dibatasi datang mengingat langsung perbedaan ke TPS hakikat dengan antara membawalaki-laki dan KTP Elektronik atau Suratperempuan. Keterangan Seperti halnya dari Dinas keterwakilan Pencatatan perempuan Sipil sebagai setempat. salah Pemilihsatu ini dikategorikan dalamsyarat verifikasi Daftar Pemilihfaktual untuk Tambahan menjadi (DPTb)peserta pemilu. yang dapatUU No. menggunakan8 Tahun hak suaranya di2012 TPS menegaskan sesuai alamatsetiap partai yang politik tertera peserta di pemiluKTP Elektronikharus memenuhi atau Surat Keterangan 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat pemilih. Pemilih DPTb juga dibatasi penggunaan suaranya pada pukul 12.00 – praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah 13.00mayoritas selama diduduki persediaan oleh laki-laki. surat Apabila suara tidak di TPS diperjuangkan, masih tersedia. hal ini Jumlah pemilih yang tidakakan berdampak terdaftar negatif di DPT terhadap dan mandeknyamenggunakan aspirasi hak perempuan pilihnya dalam pada hari pemungutan suarahukum padadan pemerintahan. Pilkada Serentak Dan kondisi tahun tersebut 2017 telah adalah ditulis olehsebanyak Nindita 691.611 pemilih yang terdiriParamastuti dari dalam 328.915 tulisannya laki- lakiyang danberjudul: 362.696 “Perempuan perempuan. dan Korupsi: Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI 2009.” E. PEMANFAATAN IT DALAM DAFTAR PEMILIH Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik SupriyantoSeperti dan yang Lia Wulandaridiketahui dalam publik, tulisan KPU berjudul saat Transparansi ini sangat dan memahami kelebihan danAkuntabilitas manfaat Pengelolaan kemajuan Dana teknologi Kampanye, dan menguraikan informasi bahwa (ICT) dana dalam penyelenggaraan Pemilu.kampanye Hampiradalah salah semua satu haltahapan penting pemilu dalam proses dan pemilihan,pemilu. Dana kecuali pemungutan dankampanye penghitungan diperlukan oleh suara, partai telahpolitik melibatkandan kandidatnya penggunaan untuk dapat ICT, salah satunya berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon adalahlegislatif tahapantidak akan pemutakhirandapat bekerja secara dan maksimal penyusunan dalam daftarkampanye pemilih. Aplikasi yang digunakan dalam proses penyusunan daftar pemilih disebut dengan Sistem Informasi Data Pemilih (SIDALIH). Aplikasi ini merupakan aplikasi yang vi berbasis web (internet) yang digunakan oleh masing-masing satuan kerja KPU di daerah. Setiap satuan kerja memiliki alamat portal masing-masing. Aplikasi SIDALIH pertama kali dikenalkan dan digunakan oleh KPU pada penyelenggaraan Pemilu Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota tahun 2014. Keberhasilan aplikasi SIDALIH dalam meningkatkan kualitas DPT, transparansi data pemilih, dan meningkatkan

24 EVALUASI DAFTAR PEMILIH TETAP: UPAYA DAN KENDALA PENYUSUNAN DPT PILKADA 2017

partisipasi publik pada Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014 dilanjutkan dalam penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah serentak tahun 2015 dan Pemilihan Kepala Daerah serentak tahun 2017. SIDALIH dikembangkan untuk digunakan oleh petugas PPS, PPK, sampai dengan KPU untuk melakukan pemutakhiran data pemilih, yaitu melakukan fungsi CRUDE (create, read, update and delate). Aplikasi ini akan sangat membantu PPS dalam mengalokasikan pemilih ke dalam TPS. PPS tidak lagi akan menggunting-gunting data pemilih dan mengelompokkan ke TPS secara manual, tetapi KPU Kab/Kota dan/atau PPS hanya cukup menjalankan manual aplikasi IT yang telah disiapkan. Aplikasi IT ini juga dirancang untuk membantu PPS dalam menyusun TPS secara komputerisasi. Aplikasi SIDALIH selain memiliki fungsi penyusunan dan pemutakhiran (CRUDE), juga memiliki fungsi untuk mempublikasikan daftar pemilih secara online di laman KPU. Yang tidak kalah penting adalah SIDALIH memiliki fitur monitoring. Fitur ini sangat membantu KPU dalam memantau proses penyusunan daftar pemilih, memberikan informasi hasil analisa daftar pemilih secara nasional yang berupa data potensi ganda, data pemilih yang belum lengkap elemen datanya, dan/atau elemen data yang belum valid.

GAMBAR 1. SALAH SATU PORTAL SIDALIH KPU KABUPATEN/KOTA

25 PemiluJurnal & Demokrasi

GAMBARmerupakan 2. suatu FITUR upaya MONITORING untuk menyelamatkan DALAM SIDALIHkebijakan publik yang akan dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat GAMBARpraktik selama 3. FITUR ini, pihak PUBLIKASI yang duduk DAFTAR baik di parlemenPEMILIH maupun pemerintah mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI 2009.” Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

vi

KPU dalam buku laporan tahapan penyelenggaraan Pemilu Legislatif 2014 menyebutkan bahwa pemanfaatan teknologi informasi SIDALIH telah berhasil mendorong nilai-nilai:

26 EVALUASI DAFTAR PEMILIH TETAP: UPAYA DAN KENDALA PENYUSUNAN DPT PILKADA 2017

1. Transparan, dengan memanfaatkan teknologi informasi, KPU berupaya transparan dalam proses pemutakhiran dan penyusunan daftar pemilih. Setiap aktivitas penambahan, penghapusan, dan perbaikan data pemilih dapat tercatat dan terlihat dengan baik sehingga dapat dipertanggungjawabkan; 2. Melayani pemilih, Sidalih memiliki fungsi untuk menyampaikan informasi daftar pemilih secara online, sehingga memudahkan pemilih untuk melakukan pengecekan nama pemilih tanpa harus datang ke kantor PPS atau kantor Desa/Kelurahan. Pemilih cukup mengakses website KPU; 3. Partisipatif, dengan adanya daftar pemilih online dan penyerahan salinan daftar pemilih kepada pengurus partai politik peserta Pemilu dan pengawas Pemilu di tingkat kabupaten/kota dan Kecamatan, diharapkan partisipasi masyarakat dan peserta Pemilu untuk memperbaiki kualitas daftar pemilih semakin tinggi.

F. PERMASALAHAN-PERMASALAHAN DAFTAR PEMILIH PILKADA 2017 Dalam setiap penyelenggaraan pemilihan umum atau pemilihan kepala daerah selalu saja terdapat beberapa kendala yang dihadapi oleh penyelenggara pemilu, tidak terkecuali untuk tahapan pemutakhiran dan penyusunan daftar pemilih untuk Pilkada Serentak tahun 2017. Pada bagian ini akan disampaikan dan dibahas beberapa permasalahan yang menjadi hambatan KPU dalam melaksanakan tahapan pemutakhiran dan penyusunan daftar pemilih. kendala- kendala tersebut antara lain sebagai berikut:

1. TERLAMBATNYA PENGESAHAN REGULASI

Penyelenggaraan Pilkada Serentak 2017 sempat dihantui oleh rasa was-was dan khawatir tertunda akibat dari pembahasan revisi terbatas terhadap UU No 8 Tahun 2015 tentang Revisi Pertama UU No 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota tidak kunjung selesai. Pembahasan revisi terbatas tersebut baru selesai di bulan Juni 2016 dan diundangkan menjadi UU No 10 Tahun 2016 pada tanggal 1 Juli 2016. Selama undang-undang belum disahkan KPU belum bisa mengeluarkan peraturan teknis berupa Peraturan KPU,

27 PemiluJurnal & Demokrasi

merupakanSurat suatu Edaran, upaya untuk atau menyelamatkan Petunjuk kebijakanteknis. KPUpublik harusyang akan menunggu bagaimana dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. undang-undang mengatur pemutakhiran daftar pemilih. Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan Yuna FarhanPenetapan melalui tulisannya UU No “Menelusuri 10 Tahun Siklus 2016 Politisasi yang Anggaran sangat terlambat tersebut pada Tahuntentu Pemilu.” bukan Yuna kondisi menjelaskan yang bahwa ideal Politicalbagi KPU budget untuk cycles mempersiapkan dan sudah menjadimelakukan fenomena sosialisasi universal dan didukung pelatihan dengan beberapa berbagai regulasistudi di bawah undang- empiris diundang. berbagai Negara. Ketika Berbagai undang variabel-undang yang mempengaruhi No 10 Tahun politcal 2016 ini diundangkan budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara beberapa tahapan atau kegiatan penyelenggaraan pemilihan kepala agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi dalam praktekdaerah penganggaran sudah berjalan. di Indonesia Misalnya yang berkaitan saja - dengan sesuai siklus dengan Peraturan KPU Pemilu 2009No ataupun4 Tahun menjelang 2016 Pemilu tentang 2014. Tahapan, Melihat perkembangan Program saat dan Jadwal Pemilihan ini, yang Gubernurmenjadi perhatian dan tidakWakil hanya Gubernur, political budget Bupati cycles dan, melainkan Wakil Bupati, dan Walikota political dancorruption Wakil cycle Walikota atau siklus Tahun korupsi 2017 politik - pada sosialisasi tahun-tahun atau bimbingan teknis Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. dimulai bulan April 2016, pembentukan PPK dan PPS dimulai bulan Juni Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi 2016, dan pengumuman minimal dukungan bagi calon perseorangan juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan perempuan.pada Seperti bulan halnya Mei keterwakilan 2016. perempuan sebagai salah satu syarat verifikasiUntuk faktual mengantisipasi untuk menjadi pesertaketerlambatan pemilu. UU revisiNo. 8 Tahun kedua terhadap UU No 2012 menegaskan1 Tahun setiap 2015 partai tersebut, politik KPUpeserta melakukan pemilu harus beberapamemenuhi kegiatan berupa uji 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat publik terhadap rancangan Peraturan KPU dan melakukan bimbingan praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah mayoritasteknis diduduki terpadu oleh laki-laki. kepada Apabila KPU tidak Provinsi, diperjuangkan, KPU Kabupatan/Kota,hal ini Bawaslu akan berdampakProvinsi negatif dan terhadap Bawaslu mandeknya Kabupaten/Kota aspirasi perempuan yang dalam akan menyelenggarakan hukum danPemilukada pemerintahan. Serentak Dan kondisi tahun tersebut 2017. telah ditulis Uji olehpublik Nindita terhadap serangkaian Paramastutirancangan dalam tulisannya PKPU yang dilakukan berjudul: pada“Perempuan bulan dan April Korupsi: 2016 dengan mengacu Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI pada draft perubahan kedua UU No 1 Tahun 2015 yang diterima oleh 2009.” KPU. Sedangkan Bimbingan teknis terpadu dilakukan pada bulan Juli Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik Supriyanto2016 dan diLia Palembang Wulandari dalam dan tulisan di Ambon. berjudul Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye2. KONSULTASI adalah salah satu PERATURAN hal penting dalamKPU DENGANproses pemilu. DPR Dana DAN PEMERINTAH kampanyeYANG diperlukan BERKEPANJANGAN oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidakSetelah akan dapatUU Nobekerja 10 Tahunsecara maksimal 2016 disepakati dalam kampanye dan diundangkan, bukan berarti permasalahan sudah selesai. Permasalahan baru yang muncul vi adalah KPU tidak bisa segera menetapkan Peraturan KPU sebagai pedoman penyelenggaraan Pilkada Serentak tahun 2017 karena KPU tidak bisa secepatnya melakukan konsultasi dengan DPR dan Pemerintah untuk membahas rancangan Peraturan KPU yang telah disiapkan KPU. Konsultasi dengan DPR dan Pemerintah untuk membahas beberapa rancangan Peraturan KPU tidak bisa secepatnya diselenggarakan karena DPR sedang menjalankan masa reses dan pada saat itu sedang

28 EVALUASI DAFTAR PEMILIH TETAP: UPAYA DAN KENDALA PENYUSUNAN DPT PILKADA 2017

menjelang libur Idul Fitri (Lebaran) 1437 H. Pasca reses DPR dan libur lebaran, KPU, DPR, dan Pemerintah mulai melakukan rapat konsultasi untuk membahas beberapa rancangan Peraturan KPU. Beberapa rancangan Peraturan KPU yang menjadi prioritas antara lain, Peraturan KPU tentang Tahapan, Program, dan Jadwal, Peraturan KPU tentang Pencalonan, Peraturan KPU tentang Pilkada di Wilayah Otonomi Khusus dan Peraturan KPU tentang Pemutakhiran Daftar Pemilih, diajukan terlebih dahulu agar segera dibahas dan disetujui karena tahapannya sudah semakin dekat. Semula rapat konsultasi akan berjalan dengan lancar dan cepat sehingga 4 peraturan KPU tersebut segera dapat disahkan dan disosialisasikan kepada KPU di daerah dan masyarakat luas, ternyata pembahasan rancangan Peraturan KPU (khususnya Peraturan KPU tentang Pencalonan) berjalan sangat panjang. Akibatnya, rancangan Peraturan KPU tentang Pemutakhiran Daftar Pemilih dibahas paling belakangan. Karena panjangnya pembahasan rancangan KPU yang belum jelas kapan berakhirnya, padahal proses pemutakhiran telah berjalan, KPU melakukan bimbingan teknis Pemutakhiran dan Penyusunan Daftar Pemilih dan Sistem Informasi Daftar Pemilih (SIDALIH) untuk Pilkada Serentak tahun 2017 kepada KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota. Bimtek ini diselenggarakan pada tanggal 10 – 13 Agustus 2016 di Kampus UI Depok, Jawa Barat. Bimtek ini diselenggarakan jauh hari sebelum Peraturan KPU tentang Pemutakhiran Daftar Pemilih ditetapkan. Celakanya, pembahasan rancangan Peraturan KPU tentang Pemutakhiran dan Penyusunan Daftar Pemilih juga cukup panjang dan alot. Materi terkait dengan KTP Elektronik atau Surat Keterangan dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) sebagai syarat untuk terdaftar dalam daftar pemilih menjadi salah satu materi perdebatan yang panjang. DPR dan Pemerintah dengan meyakinkan bahwa program KTP Elektronik telah berhasil, hanya sedikit WNI yang belum melakukan perekaman KTP Elektronik. Oleh karena itu, DPR dan Pemerintah bersepakat bahwa sudah saatnya di Pilkada Serentak tahun 2017 ini KTP Elektronik dijadikan dokumen wajib untuk menjadi pendukung calon perseorangan dan dokumen wajib untuk terdaftar sebagai pemilih. Pemerintah dalam hal

29 PemiluJurnal & Demokrasi

merupakanini suatu Kementerian upaya untuk Dalammenyelamatkan Negeri kebijakan berpandangan publik yang dengan akan adanya peraturan dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. ini diharapkan warga yang belum memiliki KTP Elektronik akan segera Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan melaporkan diri dan melakukan perekaman. Di lain pihak, Kementerian Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran pada TahunDalam Pemilu.” Negeri Yuna juga menjelaskan akan terpacubahwa Political untuk budget segera cycles merampungkan proses sudah menjadiperekaman fenomena kepada universal seluruh didukung warga dengan yang berbagai telah studi berhak memiliki KTP empiris diElektronik. berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara Di sisi lain, KPU berpendapat yang berbeda. KPU berpandangan agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi dalam praktekbahwa penganggaran ketentuan di Indonesiamengenai yang KTPberkaitan Elektronik dengan siklus sebagai syarat wajib Pemilu 2009pemilih ataupun untuk menjelang terdaftar Pemilu 2014.akan Melihat memunculkan perkembangan banyak saat permasalahan di ini, yang lapanganmenjadi perhatian dan berpotensitidak hanya political akan budgetmenghilangkan cycles, melainkan hak konstitusi pemilih. political Sebagaimanacorruption cycle ataudiketahui siklus korupsi bersama, politik Daftar pada tahun-tahun Penduduk Potensial Pemilih Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. Pemilu (DP4) untuk Pilkada Serentak tahun 2017 yang diserahkan oleh Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi Menteri Dalam Negeri, Tjahyo Kumolo, pada tanggal 14 Juli 2016 masih juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan perempuan.terdapat Seperti lebihhalnya dariketerwakilan 5 juta perempuanpemilih yangsebagai belum salah satu melakukan perekaman syarat verifikasiKTP-Elektronik. faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun 2012 menegaskanBelum setiap lagi, partai dari politik 36 juta peserta pemilih pemilu yangharus memenuhitelah dinyatakan melakukan 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat perekaman KTP Elektronik tidak diketahui berapa pemilih yang benar- praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah mayoritasbenar diduduki sudah oleh laki-laki. mendapatkan Apabila tidak fisik diperjuangkan, KTP Elektronik hal ini tersebut. Tentu hal akan berdampakini akan negatif berpotensi terhadap mandeknya semakin aspirasi banyak perempuan pemilih dalam yang kehilangan hak hukum dankonstitusional pemerintahan. Dankarena kondisi tidak tersebut didaftar telah ditulis dalam oleh daftar Nindita pemilih. Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Argumen yang disampaikan oleh KPU kepada Komisi II DPR dan Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI 2009.” Pemerintah dalam forum konsultasi tersebut ternyata tidak mengubah Masihpandangan berhubungan dengandari temaDPR akuntabilitas dan Pemerintah. keuangan politik, Akhirnya Didik Komisi II dan SupriyantoPemerintah dan Lia Wulandari tetap dalambersepakat tulisan berjudulbahwa TransparansiKTP Elektronik dan menjadi prasyarat Akuntabilitaskepada Pengelolaan pemilih Dana untuk Kampanye, terdaftar menguraikan dalam bahwadaftar dana pemilih. Karena hasil kampanyerapat adalah konsultasi salah satu halantara penting KPU dalam dengan proses DPRpemilu. dan Dana pemerintah memiliki kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat kekuatan mengikat kepada KPU, maka KPU menuangkan apa yang berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif menjaditidak akan hasil dapat konsultasi bekerja secara pada maksimal Pasal 4dalam Peraturan kampanye KPU No 8 Tahun 2016 tentang Pemutakhiran dan Penyusunan Daftar Pemilih. Peraturan KPU ini ditetapkan oleh KPU dan diundangkan pada tanggal 7 September vi 2016, hanya 1 hari sebelum dilaksanakannya proses pencocokan dan penelitian oleh PPDP.

3. INKONSISTENSI PENGATURAN KTP ELEKTRONIK

Secepatnya setelah Peraturan KPU disahkan dan diundangkan, KPU membuat dan mendistribusikan Surat Edaran (SE) KPU No.

30 EVALUASI DAFTAR PEMILIH TETAP: UPAYA DAN KENDALA PENYUSUNAN DPT PILKADA 2017

506 tahun 2016 tentang Daftar Pemilih Pemilihan Tahun 2017 yang ditandatangani oleh Ketua KPU pada tanggal 10 September 2016. Isi pokok dari Surat Edaran tersebut adalah memberikan penjelasan dan penekanan bahwa KTP Elektronik atau surat keterangan Disdukcapil merupakan dokumen yang wajib dimiliki dan ditunjukkan oleh pemilih untuk dapat didaftar dalam daftar pemilih. Bagi pemilih yang belum memiliki KTP Elektronik atau tidak mampu menunjukkan KTP Elektroniknya, maka PPDP mencatatnya dalam formulir tersendiri yaitu formulir Model AC-KWK. Oleh KPU Kabupaten/Kota pemilih yang belum memiliki KTP Elektronik atau pemilih yang tidak mampu menunjukkan KTP Elektronik direkapitulasi di tingkat kabupaten/kota dan dilaporkan kepada KPU. Pada tanggal 27 September 2016, di tengah-tengah proses pencocokan dan penelitian (coklit) oleh PPDP, KPU mendapat undangan dari Direktorat Jenderal Administrasi Kependudukan dan Catatan Sipil, Kemendagri untuk membahas format Surat Keterangan yang dimaksud dalam Pasal 200A UU No 10 Tahun 2016. Dalam rapat tersebut selain membahas format surat keterangan sebagai pengganti KTP Elektronik, juga disampaikan progres pemutakhiran daftar pemilih yang sedang berjalan. Direktur Jenderal Adminduk terkejut dengan pengaturan KTP Elektronik yang dijadikan dokumen wajib pemilih untuk diaftar. Apa yang disampaikan oleh Dirjend Adminduk pada rapat konsultasi dengan DPR, KPU dan Pemerintah ternyata berbeda. Perbedaan pandangan ini dapat dipahami karena Pemerintah dalam hal ini Menteri Dalam Negeri sering diwakili atau ditemani oleh Dirjend Otda. Dalam rapat koordinasi tersebut selain menyepakati rancangan format Surat Keterangan pengganti KTP Elektronik, juga dicapai kesepahaman bahwa KTP Elektronik bukan menjadi syarat wajib bagi pemilih untuk didaftar dalam DPT. KTP Elektronik baru menjadi dokumen wajib bagi pemilih yang tidak terdaftar dalam DPT yang ingin menggunakan hak pilihnya pada hari pemungutan suara. Oleh karena itu, surat keterangan pengganti KTP Elektronik hanya akan diberikan kepada pemilih yang tidak terdaftar di DPT dan belum memiliki atau melakukan perekaman KTP Elektronik. Setelah rapat koordinasi dilaksanakan, KPU mengeluarkan kembali

31 PemiluJurnal & Demokrasi

merupakanSurat suatu Edaran upaya untuk (SE) menyelamatkan No 556 tahun kebijakan 2016 publik tentang yang akan Tindak Lanjut Model dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. AB-KWK dan Model AC-KWK. Surat edaran ini ditandatangani oleh Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan Ketua KPU pada tanggal 11 Oktober 2016, 4 (empat) hari setelah Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran pada Tahunberakhirnya Pemilu.” Yuna masa menjelaskan coklit di bahwa lapangan. Political Surat budget edaran cycles ini pada pokoknya sudah menjadimemerintahkan fenomena universal kepada didukung KPU denganKabupaten/Kota berbagai studi untuk mencermati empiris dikembali berbagai Negara.pemilih Berbagai-pemilih variabel yang yang didaftar mempengaruhi dalam politcal Model AC-KWK – pemilih budget cyclesyang seperti belum perubahan memiliki pola KTPpada strukturElektronik anggaran atau baik belum secara dipastikan memiliki agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi KTP Elektronik – apakah mereka sudah terdaftar didalam DP4 atau dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus Pemilu 2009belum. ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat ini, yang menjadi Jika perhatian nama tidak-nama hanya pemilih political budgetdalam cycles Model, melainkan AC-KWK sudah pernah political terdaftarcorruption cycledi DP4 atau maka siklus pemilihkorupsi politik tersebut pada tahun-tahunberhak untuk didaftar. Nama- Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. nama pemilih dalam Model AC-KWK yang tidak ditemukan pada Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi DP4 kemudian diperintahkan untuk dilakukan koordinasi dengan juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan perempuan.Disdukcapil Seperti halnya setempat keterwakilan untuk perempuan diperiksa sebagai apakah salah merekasatu terdata di dalam syarat verifikasidata base faktual (SIAK) untuk Disdukcapil.menjadi peserta pemilu.Selama UU pemilihNo. 8 Tahun yang belum memiliki 2012 menegaskanKTP Elektroni setiap partai dinyatakan politik peserta terdaftar pemilu di harus SIAK memenuhi Disdukcapil setempat maka 30% keterwakilanpemilih perempuan. tersebut Kondisiberhak ini untuk patut diperjuangkan, didaftar dalam mengingat DPT. praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah mayoritas didudukiYang menjadi oleh laki-laki. permasalahan Apabila tidak diperjuangkan,adalah perubahan hal ini kebijakan tersebut akan berdampakterjadi negatifpada terhadapsaat proses mandeknya coklit aspirasi berjalan. perempuan Surat dalam Edaran tidak mampu hukum danmenjangkau pemerintahan. seluruh Dan kondisi petugas tersebut PPDP telah ditulis dengan oleh Ninditabaik, bahkan pemahaman ParamastutiKPU dalam Kabupaten/Kota tulisannya yang berjudul: mengenai “Perempuan perubahan dan Korupsi: kebijakan ini tidak optimal. Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI Dilain pihak perdebatan KTP Elektronik pada saat pembahasan 2009.” Peraturan KPU dengan Komisi II DPR RI mendapat liputan yang besar Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik Supriyantodari dan media Lia Wulandari massa. dalam Ada beberapatulisan berjudul petugas Transparansi yang masih dan memahami bahwa Akuntabilitaspemilih Pengelolaan yang Danatidak Kampanye, didaftar menguraikandalam Model bahwa AC dana-KWK adalah pemilih kampanyeyang adalah tidak salah berhak satu hal untuk penting didaftar dalam prosesdi DPT. pemilu. Sehingga Dana di beberapa tempat kampanyepemilih diperlukan-pemilih oleh partai tersebut. politik dan kandidatnya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidakSelain akan itu,dapat kesepahaman bekerja secara maksimaldan kerjasamasa dalam kampanye baik yang dimiliki oleh instansi di pusat antara KPU dengan Dirjend Adminduk tidak selalu dibarengi dengan kesepahaman dan kerjasama yang baik antara KPU vi Kabupaten/Kota dengan Disdukcapil Kabupaten/Kota. Di beberapa kabupaten/kota kerjasama antara KPU dengan Disdukcapil tidak berjalan sesuai harapan. Pemilih yang terdaftar pada Model AC-KWK, daftar pemilih belum memiliki KTP Elektronik, yang diserahkan oleh KPU Kabupaten/Kota kepada Disdukcapil tidak mendapatkan respon yang baik.

32 EVALUASI DAFTAR PEMILIH TETAP: UPAYA DAN KENDALA PENYUSUNAN DPT PILKADA 2017

4. AKSES TERHADAP PEMUKIMAN PEMILIH

Kesulitan yang dialami oleh PPDP dalam melakukan proses coklit tidak sedikit, salah satunya adalah akses PPDP kepada pemilih yang sangat sulit khususnya di pemukiman elit seperti apartemen, kompleks mewah, dan rumah susun di kota-kota besar. Kesulitan untuk bertemu dengan pemilih yang tinggal di apartemen dan komplek mewah/ ekslusif tentu sangat berpengaruh terhadap kualitas daftar pemilih yang dimutakhirkan dan disusun. Jika PPDP tidak bisa bertemu dengan pemilih atau anggota keluarganya maka potensi pemilih yang tidak terdaftar di DPT dan potensi pemilih yang tidak memenuhi syarat sebagai pemilih tetap terdaftar di DPT semakin tinggi. Pemilih yang belum terdaftar pada Daftar Pemilih (Model A-KWK) akan tetap tidak terdaftar di DPS dan DPT karena petugas tidak memiliki data siapa saja yang belum terdaftar. Demikian pula sebaliknya, pemilih yang sudah meninggal dunia, telah pindah domisili, pemilih yang telah menjadi anggota TNI/ Polri dan sebagainya, tetap akan masuk dalam DPT karena PPDP tidak dapat membuktikan bahwa pemilih-pemilih sudah tidak lagi memenuhi syarat. Contoh yang paling mudah akibat sulitnya akses petugas terhadap pemilih yang tinggal di apartemen atau perumahan mewah adalah Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta pada putaran I. Pada hari pemungutan suara tanggal 15 Februari 2017 yang lalu 237.003 pemilih yang terdaftar pada Daftar Pemilih Tambahan (DPTb). Artinya 237.003 pemilih tersebut merasa tidak terdaftar di DPT, sehingga mereka datang ke TPS menggunakan hak pilihnya dengan menunjukkan KTP Elektronik atau Surat Keterangan dari Disdukcapil. Berita yang berkembang di media sosial dan media massa masih terdapat ribuan pemilih DKI yang tidak bisa menggunakan hak suaranya karena belum terdaftar di DPT dan kehabisan surat suara. Sebenarnya, tidak semua pemilih yang terdaftar pada DPTb pada Pilgub DKI Jakarta Putaran I dan beberapa daerah lainnya adalah pemilih yang belum terdaftar di DPT. Tidak sedikit dari pemilih DPTb ini telah terdaftar di DPT, namun karena petugas TPS yang kurang memahami jenis-jenis pemilih secara baik dan benar sehingga pengadministrasian

33 PemiluJurnal & Demokrasi

merupakanpemilih suatu upaya pada untuk hari menyelamatkan pemungutan kebijakan suara tidak publik maksimal. yang akan Kasus yang banyak dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. terjadi adalah pemilih yang sebenarnya telah terdaftar di DPT, namun Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan ketika pemungutan suara pemilih tidak membawa surat pemberitahuan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran pada Tahunatau Pemilu.” C6 hanya Yuna membawa menjelaskan KTP bahwa Elektronik, Political budget oleh cycles petugas pemilih tersebut sudah menjadilangsung fenomena dicatat universal dalam didukung DPKTb dengan tanpa berbagai memeriksa studi terlebih dahulu di empiris diDPT berbagai . Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara agregat5. maupunTEKNIS secara PENYELENGGARA spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus Pemilu 2009Dalam ataupun melaksanakan menjelang Pemilu 2014.tahapan Melihat penyusunan perkembangan dan saat pendaftaran pemilih, ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan political KPUcorruption menghadapi cycle atau beberapasiklus korupsi kendala politik padateknis tahun-tahun yang menyebabkan kualitas Pemilu yangdaftar telah pemilihmeningkat dengantidak ekstrim.optimal. Kendala-kendala teknis tersebut ada Masyarakatyang tidakdisebabkan saja dapat ditafsirkandari dalam sebagai organisasi satu kesatuan, kelembagaan tetapi KPU sebagai juga perlupenyelenggara dibatasi mengingat dan perbedaan ada juga hakikat kendala antara teknislaki-laki danyang berasal dari luar perempuan.kelembagaan Seperti halnya KPU. keterwakilan Kendala perempuan-kendala sebagai teknis salah tersebut satu antara lain: syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun 2012 menegaskana. Terbatasnya setiap partai politikwaktu peserta dalam pemilu proses harus memenuhipenyusunan daftar pemilih 30% keterwakilankhususnya perempuan. Kondisiproses ini patutpencocokan diperjuangkan, dan mengingat penelitian (coklit) dan praktik selama ini,penyusunan pihak yang duduk DPS baik oleh di parlemen PPS. Sesuai maupun dengan pemerintah UU No 10/2016, masa mayoritas didudukicoklit oleh oleh laki-laki. PPDP Apabila dibatasi tidak 30diperjuangkan, hari, sedangkan hal ini PPS hanya diberi akan berdampakwaktu negatif palingterhadap lamamandeknya maksimal aspirasi perempuan7 hari. dalam Padahal dalam Pemilu hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita Paramastuti dalamLegislatif tulisannya tahun yang 2014,berjudul: PPDP “Perempuan memiliki dan Korupsi:waktu 60 hari untuk coklit Pengalaman Perempuandan PPS Menghadapimemiliki waktu Korupsi 30 dalam hari Pemiluuntuk DPRmenyusun RI DPS. 2009.” b. Pemilih yang tinggal di daerah sengketa wilayah administrasi. Masih berhubunganBeberapa dengan daerah tema akuntabilitas yang memiliki keuangan daerah politik, Didik sengketa antar wilayah Supriyanto dancukup Lia Wulandari merepotkan dalam tulisan KPU berjudulKab/Kota Transparansi untuk mencatatdan mereka dalam Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalahDPT. salah Beberapa satu hal pentingcontoh dalam wilayah proses yang pemilu. mengalami Dana sengketa antar kampanye diperlukanwilayah oleh antara partai lainpolitik di dan kandidatnya dan untuk di Maluku dapat Barat Daya. berkompetisic. diKualitas dalam pemilu. SDM khususnyaSetiap partai PPSpolitik,. Untuk kandidat/calon penyusunan daftar pemilih legislatif tidak dibutuhkanakan dapat bekerja anggota secara PPS maksimal yang dapat dalam mengoperasionalkan kampanye komputer (MS Excel). Pada kenyataannya KPU kekurangan anggota PPS yang vi mampu mengoperasionalkan komputer khususnya di Indonesia bagian timur. d. Infrastruktur jaringan dan listrik di daerah (khususnya di luar P. Jawa). Beberapa daerah di Indonesia bagian timur (Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara, NTT, dan sebagian di ) jaringan listrik dan jaringan internet menjadi kendala dalam

34 EVALUASI DAFTAR PEMILIH TETAP: UPAYA DAN KENDALA PENYUSUNAN DPT PILKADA 2017

penyusunan daftar pemilih berbasis teknologi. e. Ketidaktaatan petugas Pantarlih dalam melaksanakan pemutakhiran daftar pemilih. Tidak sedikit Pantarlih yang tidak melakukan pemutakhiran data pemilih dengan mendatangi rumah warga secara langsung. Hal ini dapat dengan mudah dilihat dari stiker pemutakhiran data pemilih yang tidak terlihat di rumah- rumah warga

G. PENUTUP Pemutakhiran dan penyusun dan daftar pemilih merupakan salah satu tugas dari KPU sebagai salah satu penyelenggara pemilu di Indonesia. KPU menyadari bahwa daftar pemilih merupakan salah satu elemen yang mendasar dari proses penyelenggaraan pemilu. Pengalaman Pemilu 2009 menjadikan pelajaran yang berharga bagaimana persoalan daftar pemilih menjadi permasalahan nasional yang menjadikan legitimasi hasil pemilu dipertanyakan oleh banyak pihak. Oleh karena itu, KPU harus bekerja ekstra keras untuk menyusun daftar pemilih yang lebih berkualitas yang merangkul semua pemilih yang telah memenuhi syarat, menghilangkan pemilih yang tidak memenuhi syarat, lengkap dan akurat datanya. Memastikan DPT yang berkualitas, komprehensif, akurat dan terkini bertujuan untuk memastikan pelayanan terhadap hak konstitusional warga negara Indonesia dalam pemilu atau pemilihan. Daftar pemilih yang bermasalah dapat menghilangkan hak konstitusional pemilih. Pada penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah Serentak tahun 2017, KPU telah berusaha maksimal untuk memastikan DPT yang ditetapkan telah memenuhi prinsip komprehensif, akurat, dan mutakhir. Meskipun demikian, DPT yang telah ditetapkan ternyata masih mengandung beberapa permasalahan diantaranya nomor kartu keluarga (NKK) yang invalid, elemen data pemilih tidak lengkap, pemilih terdaftar lebih dari sekali, pemilih yang belum terdaftar, dan pemilih yang tidak memenuhi syarat sebagai pemilih masih terdaftar di DPT. Permasalahan-permasalahan daftar pemilih tersebut muncul akibat beberapa kendala yang dihadapi oleh KPU dalam melakukan pemutakhiran dan penyusunan daftar pemilih. Untuk perbaikan kualitas daftar pemilih kedepan seharusnya regulasi yang akan dijadikan landasan proses pemutakhiran dan penyusunan daftar pemilih harus selesai jauh sebelum tahapan diselenggarakan. Dengan demikian, KPU

35 PemiluJurnal & Demokrasi

memilikimerupakan suatuwaktu upaya yang untuk cukup menyelamatkan untuk menyusun kebijakan publik regulasi yang akan teknis dan melakukan dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. sosialisasi dan pelatihan kepada petugas. Selain akses PPDP terhadap pemilih Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan yang sulit untuk bertemu dengan pemilih, konsistensi aturan terkait penggunaan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran KTPpada ElektronikTahun Pemilu.” juga Yuna menyebabkan menjelaskan bahwa tidak Political sedikit budget pemilih cycles yang tidak terdaftar di DPTsudah karenamenjadi padafenomena saat universalpencocokan didukung dan denganpenelitian berbagai pemilih studi yang tidak memiliki KTPempiris Elektronik di berbagai Negara. tidak didaftar.Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara Sempitnya waktu coklit dan penyusunan DPS menyebabkan kinerja PPDP agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi dandalam PPS praktek tidak penganggaran optimal. diOleh Indonesia karena yang itu berkaitan perbaikan dengan terhadap siklus regulasi di level undangPemilu 2009-undang ataupun maupun menjelang PeraturanPemilu 2014. MelihatKPU sangat perkembangan dibutuhkan saat agar proses coklit olehini, yang PPDP menjadi dan perhatian penyusunan tidak hanya DPS political oleh budgetPPDP cycles ditambah, melainkan alokasi waktunya. KPU haruspolitical meminimalisir corruption cycle kendalaatau siklus-kendala korupsi politik teknis pada yang tahun-tahun disebabkan karena kapasitas Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. kelembagaan penyelenggara pemilu. KPU harus menyediakan pelatihan dan Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi bimbingan teknis yang lebih dari memadai bagi petugas-petugas di lapangan, juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan membekaliperempuan. Seperti mereka halnya dengan keterwakilan buku perempuanpedoman sebagai teknis salah yang satu mudah dipelajari dan dipahami,syarat verifikasi dan faktual melakukan untuk menjadi monitoring peserta pemilu. dan supervisiUU No. 8 Tahun yang ketat agar setiap petugas2012 menegaskan bekerja setiap sesuai partai dengan politik peraturanpeserta pemilu perundang harus memenuhi-undangan. 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat Koordinasi yang baik antara KPU dengan lembaga-lembaga terkait seperti praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah Kementerianmayoritas diduduki Dalam oleh laki-laki.Negeri, Apabila Dinas tidak Administrasi diperjuangkan, Kependudukan hal ini dan Catatan Sipil,akan berdampak Kementrian negatif Hukum terhadap dan mandeknya HAM, aspirasi Kementrian perempuan Sosial, dalam dan lembaga lainnya harushukum dandiciptakan pemerintahan. agar Dan data kondisi awal tersebut yang telah akan ditulis dimutakhirkan oleh Nindita oleh PPDP lebih komprehensif.Paramastuti dalam KPU tulisannya juga yang harus berjudul: mengajak “Perempuan partai dan politik, Korupsi: pasangan calon, dan Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI masyarakat pemilih untuk berpartisipasi aktif dalam memeriksa dan mengecek 2009.” nama mereka di daftar pemilih. Kampanye tentang partisipasi masyarakat Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik dalamSupriyanto pendaftaran dan Lia Wulandari pemilih dalam yang tulisan sistematis berjudul Transparansi dan terstruktur dan harus digalakkan olehAkuntabilitas KPU menjelang Pengelolaan penyelenggaraanDana Kampanye, menguraikan pemilu. bahwa dana kampanyeSistem adalahpemutakhiran salah satu hal daftar penting pemilihdalam proses secara pemilu. periodik Dana yang diterapkan kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat di Indonesia saat ini perlu dikritisi karena sistem periodik belum mampu berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon menjawablegislatif tidak permasalahan akan dapat bekerja daftar secara pemilih maksimal di dalam setiap kampanye penyelenggaraan pemilu. Sistem pendaftaran pemilih yang berkelanjutan (continuous list system) perlu didiskusikan dan dipertimbangkan untuk diimplementasikan di Indonesia. vi Dengan demikian daftar pemilih yang telah digunakan setelah pemilu tetap dilakukan pemutakhiran secara berkelanjutan. Pemanfaatan teknologi dan informasi dalam pemutakhiran dan penyusunan daftar pemilih, SIDALIH, yang digunakan KPU terbukti membantu meningkatkan kualitas DPT sejak pemilu 2014 sebaiknya terus dilanjutkan. Jika terdapat kekurangan dalam aplikasi SIDALIH sebaiknya dilakukan perbaikan-

36 EVALUASI DAFTAR PEMILIH TETAP: UPAYA DAN KENDALA PENYUSUNAN DPT PILKADA 2017

perbaikan. Jangan mengganti aplikasi yang baru karena memiliki resiko yang lebih besar dibandingkan dengan melakukan perbaikan-perbaikan. Aplikasi yang baru membutuhkan uji coba yang intensif, evaluasi, dan pengenalan kepada operator.

REFERENSI

Asy’ari, Hasyim, 2012, Arah Sistem Pendaftaran Indonesia: Belajar Dari Pengalaman Menuju Perbaikan, Jurnal Pemilu & Demokrasi, Februari 2012, Jakarta. Asy’ari, Hasyim, 2012, Voter Registration in Indonesia, Makalah Seminar Internasional yang diselenggarakan E-MDP UNDP Indonesia di Hotel Mandarin Jakarta, Maret 2012. Hafidz, Sadikin, dkk, 2017, Penyelenggaraan Pilkada Serentak 2015 dan 2017, KPU, Jakarta Lee, Samino, dkk, 2017, Inovasi Pemilu Mengatasi Tantangan Memanfaatkan Peluan, KPU, Jakarta Prakarsa KPU, 2012, Rekomendasi Sistem Pemutakhiran Daftar Pemilih di Indonesia, Dokumen Rekomendasi tidak dipublikasikan. Samino, Partono, 2016, Panduan Pemutakhiran dan Penyusunan Daftar Pemilih Untuk PPDP, KPU, Jakarta Undang-Undang No 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Undang-Undang No 10 Tahun 2016 Tentang Perubahan Kedua atas Undang- Undang No 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi Undang-Undang Undang-Undang No 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum Peraturan KPU No 7 Tahun 2016 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan KPU No 3 Tahun 2016 Tentang Tahapan, Program, dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, Dan/ Atau Walikota dan Wakil Walikota Tahun 2017 Peraturan KPU No 8 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Peraturan KPU No 4 Tahun 2015 Tentang Pemutakhiran Data dan Daftar Pemilih Dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, Dan/ Atau Walikota dan Wakil Walikota. Surat Edaran KPU No 506 tahun 2016 tentang Daftar Pemilih Pemilihan Tahun 2017 Surat Edaran KPU No 556 tahun 2016 tentang Tindak Lanjut Model AB-KWK dan Model AC-KWK

37 PemiluJurnal & Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI 2009.” Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

vi

38 MENGELOLA SARA DALAM PILKADA: DEMOKRATISASI REGULASI RAGAM IDENTITAS DI PEMILU SERENTAK Usep Hasan Sadikin1

ABSTRAK Pilkada DKI Jakarta 2017 menggambarkan suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) belum baik dikelola dalam pesta demokrasi. Seiring itu ada ketidakjelasan pemaknaan “SARA”, “kampanye”, dan “ujaran kekerasan” yang berdampak pada tumpulnya penegakan hukum pemilu. Di tengah kebingungan, sebagian pihak bersikap ingin melarang kampanye SARA dalam pemilu tapi tak menggrubis regulasi soal SARA yang nyata diskriminatif. Sejatinya, ada permasalahan prinsipil dalam sistem kepemiluan Indonesia yang mendorong kontestan pemilu mempolitisasi SARA dan membelah massa. Desain pemilu Indonesia yang memisah pilkada dengan pemilu DPRD pun membiarkan pragmatisme partai politik. Agar inklusivitas demokrasi tak dihilangkan dengan dalih ancaman SARA, desain pemilu serentak dan sistem pemilu pluralitas menjadi bagian solusi demokrasi Indonesia berbhinneka. Kata kunci: SARA, pilkada, demokrasi, kampanye, ujaran kekerasan, pemilu serentak, sistem pemilu

ABSTRACT The electoral process of the 2017 Jakarta Local Elections shows how we are not yet able to properly manage racial/religious issue in elections. The election authorities in Indonesia is unable to define in a clear and distinguish manner terms such as “religious/racial expression”, “electoral campaign”, and “hate-speech”. This lack of clarity has rendered the law enforcement to become impotent. Amidst the confusion, there are some people who urge

1 Penulis adalah Redaktur Pelaksana portal berita rumahpemilu.org

39 PemiluJurnal & Demokrasi

themerupakan government suatu upaya to untuk regulate menyelamatkan more kebijakan the racial/religious publik yang akan expression, while, dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. paradoxically enough, they ignore the current regulations in Indonesian Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan Laws that are clearly racist and bigoted. In principle, the election system Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran implementedpada Tahun Pemilu.” in Indonesia Yuna menjelaskan inherently bahwa encourages Political budget candidates cycles to exploit racial/ religioussudah menjadi issue fenomena to gain universal more votes.didukung Government’s dengan berbagai decision studi to separate local electionempiris di berbagaiwith legislative Negara. Berbagai election variabel has yang encouraged mempengaruhi political politcal pragmatism. It is thereforebudget cycles important seperti perubahan to support pola pada and struktur promote anggaran the implementationbaik secara of concurrent agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi elections in Indonesia, because concurrent election is the solution for a more dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus diversePemilu 2009 and ataupun plural menjelang democracy Pemilu in 2014. Indonesia. Melihat perkembangan saat ini,Kata yang menjadi kunci: perhatian Religious/racist tidak hanya political budget expression, cycles, melainkan local elections, democracy,political corruption election cycle atau campaign, siklus korupsi politikhate-speech, pada tahun-tahun concurrent elections, Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. election system Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan A.perempuan. PENDAHULUAN Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu syaratPlatform verifikasi petisi faktual digital,untuk menjadi Change.org peserta pemilu. mempublikasikan UU No. 8 Tahun ajakan dukungan di2012 tengah menegaskan perumusan setiap partai undang politik -pesertaundang pemilu pemilu. harus memenuhi“Larang penggunaan SARA sebagai30% keterwakilan materi perempuan. kampanye!” Kondisi menjadi ini patut diperjuangkan,tajuk petisi. mengingat Tujuannya, mendesak DPR praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah danmayoritas Pemerintah diduduki olehmenambahkan laki-laki. Apabila pengaturan tidak diperjuangkan, larangan hal inipenggunaan isu SARA sebagaiakan berdampak materi negatif kampanye terhadap secaramandeknya spesifik aspirasi perempuandalam undang-undang dalam pilkada dan undanghukum dan-undang pemerintahan. pemilu Dan demi kondisi keadilan tersebut telah dan ditulis persatuan oleh Nindita Indonesia. Pembuat dan pendukungParamastuti dalam petisi tulisannya menginginkan, yang berjudul: pelanggaran “Perempuan larangan dan Korupsi: SARA diberikan sanksi tegas.Pengalaman Per 13Perempuan Juni 2017, Menghadapi petisi sudah Korupsi ditandatangani dalam Pemilu DPR 7.324 RI warganet (netizen).2 2009.” Pertanyaannya,Masih berhubungan denganapa temayang akuntabilitas mau dilarang? keuangan politik,Apakah Didik kita mau melarang penggunaanSupriyanto dan SARALia Wulandari dalam dalam kampanye tulisan berjudulatau penghinaan Transparansi SARAdan dalam kampanye? ApakahAkuntabilitas mau Pengelolaan melarang Dana SARA Kampanye, dalam menguraikan pemilu atau bahwa hanya dana melarang pernyataan negatifkampanye berdasarkan adalah salah satuSARA hal digunakanpenting dalam dalam proses kampanye? pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat berkompetisiJangan disampai, dalam pemilu. pengalaman Setiap partai traumatikpolitik, kandidat/calon atau penaklukan dalam keriuhanlegislatif tidak kontestasi akan dapat politik bekerja yangsecara sentimentilmaksimal dalam menjadi kampanye dasar mengubah atau mempertahankan regulasi pemilu. Regulasi jalan kekuasaan demokrasi harus diupayakanvi sungguh untuk bersih dari selera pemenang atau pecundang. Pemangku kepentingan perlu menimbang pengalaman dengan teori atau dasar yang lebih prinsipil dan sistematik. Artikel ini mencoba menjelaskan SARA dalam pemilu dan demokrasi. Perlu disadari, penerimaan SARA merupakan konsekuensi demokrasi. Larangan

2 Dilihat dalam https://www.change.org/p/lukmanedy-hm-larang-penggunaan-sara-sbg-materi-kampanye-tjahjo- kumolo, yang dikunjungi pada, Senin, 14 Agustus 2017.

40 MENGELOLA SARA DALAM PILKADA: DEMOKRATISASI REGULASI RAGAM IDENTITAS DI PEMILU SERENTAK

SARA dalam pemilu di sebagian regulasi menggambarkan belum tuntasnya Indonesia menerapkan demokrasi yang inklusif. Pengertian dan penerapanan kampanye yang bermasalah pun menambah ketaksesuaian penyikapan eksistensi SARA dalam pesta demokrasi. Semua permasalahan menyatu sebagai kompleksitas di tengah sistem pemilu yang tak mendukung Indonesia dengan keragamannya untuk berdemokrasi secara sehat. SARA dalam pesta demokrasi harus dikelola berdasarkan pendekatan kepemiluan yang demokratis. Solusi yang coba ditawarkan bukan untuk meniadakan keragaman dalam pesta demokrasi melainkan untuk membuat pemilu semakin memenuhi prinsip kebebasan dan keadilan (free and fair).

B. MENERIMA SARA KONSEKUENSI DEMOKRASI Keragaman identitas terlebih dulu ada dibandingkan dengan negara demokrasi. SARA dalam masyarakat pun bagian dari pembentukan negara yang secara keterwakilan menyetujui pilihan berdemokrasi. Sehingga, memilih demokrasi bukan untuk meniadakan keragaman beserta ekspresinya melainkan untuk menyediakan ruang tampungnya. Indonesia dengan representasi segala ragam SARA sudah memilih demokrasi. Tata kelola politik Indonesia bukan berasal dari identitas komunal tertentu. Kita tentu sepakat, keistimewaan Indonesia terletak pada kemajemukannya. “Bhinneka Tunggal Ika” sebagai slogan yang dicengkeram Garuda merupakan simbolisasi realitas segala perbedaan yang diikat satu kata, Indonesia. Demokrasi Indonesia seiring dengan identitas kebangsaan yang berarti pelampaun terhadap yang mayoritas/minoritas, asli/baru, bahkan yang bermula/pendatang. Benjamin Reilly dalam “Democracy and Diversity” pun menempatkan kompleksitas Indonesia itu. Keragaman warga dalam negara kepulauan nusantara tak hanya terkompleks di Asia Tenggara tapi juga di dunia dalam konteks kontemporer ini.3 Dan dalam demokrasi, ragam identitas SARA tak hanya penting secara antropologis tapi juga politik.4 Demokrasi dan SARA berinteraksi dalam keterlibatan antarindividu yang diikat secara komunal menyertakan akumulasi suara dalam pemilu. Pippa Norris dalam “Driving Democracy” mengatakan, setelah negara lepas

3 Reilly, Benjamin (2006: 14), Democracy and Diversity: Political Engineering in The Asia-Pasific, New York: Oxford University Press Inc. 4 Ibid (49)

41 PemiluJurnal & Demokrasi

darimerupakan konflik suatu upaya besar untuk identitas menyelamatkan atau kebijakan rezim publik otoritarian, yang akan reformasi kelembagaan dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. dilakukan untuk memfasilitasi rezim demokratis. Tujuannya untuk Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan menghasilkan kehidupan dan perdamaian abadi ragam identitas dalam Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran 5 kehidupanpada Tahun Pemilu.” bernegara. Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles sudahSinkronisasi menjadi fenomena SARA universaldalam didukungdemokrasi dengan tak berbagailepas daristudi karakter kebebasan inklusifempiris di demokrasi.berbagai Negara. Dibanding Berbagai variabel “krasi” yang lainnya, mempengaruhi demokrasi politcal jauh lebih mungkin budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara menampung keragaman SARA. Kerajaan meninggikan identitas keluarga raja. agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi Teokrasidalam praktek melebihkan penganggaran kedudukan di Indonesia yangpemuka berkaitan agama dengan dan siklus kaum agama tertentu. AristokrasiPemilu 2009 ataupun memposisikan menjelang Pemilu warga 2014. yang Melihat memenuhi perkembangan persyaratan saat tertentu lebih tinggiini, yang dibandingmenjadi perhatian warga tidak hanyalainnya. political Artinya, budget cycleshanya, melainkan dalam demokrasi ragam identitaspolitical corruption SARA diposisikan cycle atau siklus setara korupsi semuanya, politik pada tanpa tahun-tahun terkecuali. Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. Pemilu, sebagai jalan mencapai kekuasaan, dalam demokrasi harus menjamin Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi itu.juga perluPemilu dibatasi adalah mengingat syariat perbedaan bagi keyakinanhakikat antara yang laki-laki terus dan diaktualkan setelah bersyahadatperempuan. Seperti terhadap halnya keterwakilandemokrasi. perempuan Berdasar sebagai konstitusi salah satu demokratis, regulasi pemilusyarat verifikasi hendaknya faktual dirumuskanuntuk menjadi peserta dan diimplementasikanpemilu. UU No. 8 Tahun untuk menampung ragam2012 menegaskan identitas setiap berkontestasi. partai politik Sehinggapeserta pemilu politik harus SARA memenuhi merupakan konsekuensi 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat pengupayaan utuh pemilu demokratis. praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini C.akan LARANGAN berdampak negatif SARA terhadap DI mandeknya PILKADA aspirasi perempuan dalam hukumTapi dan pemilu pemerintahan. Indonesia Dan kondisibelum tersebut utuh menerapkantelah ditulis oleh nilai Nindita-nilai kesetaraan SARA demokrasi.Paramastuti dalam Di sejumlahtulisannya yang daerah, berjudul: atas “Perempuan nama otonomi, dan Korupsi: suatu identitas SARA Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI dilegalkan2009.” sedangkan identitas SARA lainnya dilarang. Keadaan ini biasa disebutMasih berhubungansebagai diskriminasi dengan tema akuntabilitasSARA melalui keuangan demokrasi politik, Didik prosedural. SupriyantoDi Aceh, dan Liamisalnya. Wulandari dalamPencalonan tulisan berjudul kepala Transparansi daerah dan dalam prakteknya mengharuskanAkuntabilitas Pengelolaan syarat Dana“orang Kampanye, Aceh” danmenguraikan “bisa membaca bahwa dana Al -Quran”. Dua syarat inikampanye menjadikan adalah salahidentitas satu Acehhal penting dan Islam/muslimdalam proses pemilu. ditempatkan Dana sebagai identitas kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat legalberkompetisi dalam di pencalonandalam pemilu. sedangkan Setiap partai identitas politik, kandidat/calon lainnya ilegal. Orang bersuku Jawa,legislatif Sunda, tidak akan Minang, dapat bekerjaatau lainnya secara maksimalmeski sudah dalam berkampanye-KTP warga provinsi Aceh, sangat mungkin menerima penolakan jika mencalonkan. Orang Kristen, Hindu,

Budha,vi Khonghucu, atau agama lainnya pun tak bisa mencalonkan. Padahal UU No.10/2016, sebagai undang-undang nasional penyelenggaraan pilkada, tak menyertakan identitas SARA tertentu sebagai syarat pencalonan. Pilkada merupakan pemilihan pemimpin daerah yang sejatinya menjadi demokratis jika tak menyertakan syarat suku atau agama tertentu kendati

5 Norris, Pippa (2008: xi), Driving Democracy: Do Power-Sharing Institutions Work? Cambridge: University of Cambridge.

42 MENGELOLA SARA DALAM PILKADA: DEMOKRATISASI REGULASI RAGAM IDENTITAS DI PEMILU SERENTAK

sebagai mayoritas. Bisa juga dimaknai sebagai diskriminasi SARA dalam syarat pencalonan adalah soal usia minimal yang tak memungkinkan golongan pemuda (warga usia 16 sampai 30 tahun) mencalonkan, apalagi terpilih jadi kepala daerah. Tapi kemudian, UU No.11/2006 menyertakan identitas SARA sebagai persyaratan calon. Dalam Pasal 67 Ayat (3) bertuliskan, calon gubernur/wakil gubernur, bupati/wakil bupati, dan walikota/wakil walikota harus memenuhi persyaratan b. menjalankan syari’at agamanya, dan j. mengenal daerahnya dan dikenal oleh masyarakat di daerahnya. Tak ada istilah “orang Islam” dan “orang Aceh” dalam persyaratan itu. Tapi syarat b dan j merupakan syarat kekhususan yang pemaknaannya adalah pencalonan pilkada di Aceh hanya diperuntukan warga ber-KTP Aceh, beragama Islam, dan “asli” Aceh. Pasal 66 Ayat (6) UU No.11/2006 bertuliskan, tata cara pelaksanaan tahapan pemilihan diatur oleh Komisi Independen Pemilihan (KIP) dengan berpedoman pada Qanun.6 Sehingga, posisi Qanun dalam prakteknya lebih tinggi dari pada umumnya undang-undang. Pun begitu dengan regulasi di Pilkada Papua. UU No.21/2001 tentang Otonomi Khusus Papua hanya menuliskan “orang asli Papua” hanya untuk Pilkada provinsi, tidak untuk Pilkada kabupaten/kota. Oleh pihak yang mengatasnamakan kepentingan rakyat Papua, KPU diminta mencantumkan “orang asli Papua” sebagai syarat calon kepala daerah dalam Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU).7 Untuk aspirasi ini, KPU relatif tak lebih terbebani dibanding “orang Aceh” di Pilkada Aceh. Permintaan “orang asli Papua” dituliskan sebagai syarat pencalonan Pilkada kabupaten/kota di PKPU sudah ditentang Mahkamah Konstitusi (MK). Sehingga KPU merujuk pada sifat Putusan MK yang bersifat final dan mengikat. Apa yang terjadi di Aceh dan Papua merupakan bagian dari proses demokrasi yang mencari bentuk menuju nilai (value) keidealannya. Di awal penerapan demokrasi Amerika Serikat pun, hak politik hanya untuk lelaki, kulit putih, dan pemilik tanah. Tapi nilai kebebasan demokrasi menyertakan koreksi keadilan.8 Harus orang Aceh atau orang Papua dalam perwujudan hak politik lokal

6 Hafidz Masykuruddin, Maharddhika, Sadikin Usep Hasan (2017: 140), Penyelenggaraan Pilkada Serentak 2015 dan 2017, Jakarta: Komisi Pemilihan Umum. 7 Ibid (141) 8 Holden, Matthew JR (2006: 179), Exclusion, Inclusion, and Political Institutions, New York: Oxford University Press.

43 PemiluJurnal & Demokrasi

merupakanmerupakan suatu proses upaya untuk kesetimbangan menyelamatkan kebijakanbersifat publik sementara. yang akan Tujuan mengurangi dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. konflik fisik dalam mencapai kekuasaan di Aceh dan Papua pun merupakan Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan bagian dari tujuan demokrasi. Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran padaSelain Tahun pelarangan Pemilu.” Yuna identitas menjelaskan luar bahwa Aceh Political dan Papua budget di cycles dua provinsi khusus itu, ragamsudah menjadi identitas fenomena SARA universal dibolehkan didukung dalam dengan pilkada. berbagai Istilahstudi SARA sendiri ada dalamempiris diUU berbagai No.8/2015 Negara. Berbagai Pasal variabel69 huruf yang mempengaruhib. Di sini dituliskan politcal dalam kampanye budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara dilarang: menghina seseorang, agama, suku, ras, golongan, Calon Gubernur, agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi Calondalam praktek Wakil penganggaran Gubernur, di Calon Indonesia Bupati, yang berkaitan Calon denganWakil siklusBupati, Calon Walikota, CalonPemilu 2009Wakil ataupun Walikota, menjelang dan/atau Pemilu 2014. Partai Melihat Politik. perkembangan saat ini,Berdasar yang menjadi UU perhatian No.8/2015 tidak hanya Pasal political 69 budget huruf cycles ,b, melainkan hal terkait SARA dalam political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun kampanye menjadi terlarang jika, mengandung unsur penghinaan. Selebihnya, Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. SARA diperbolehkan dalam pemilu. Peserta pemilu dan tim pemenangan Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi bisajuga perlumenggunakan dibatasi mengingat dasar perbedaan SARA dalamhakikat antaraberkampanye. laki-laki dan Pemilih pun berhak menjadikanperempuan. Seperti SARA halnya sebagai keterwakilan dasar menentukanperempuan sebagai pilihan. salah satu syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun D.2012 PENGERTIAN menegaskan setiap DANpartai politikBENTUK peserta KAMPANYE pemilu harus memenuhi 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat praktikSetelah selama menjelaskan ini, pihak yang duduk SARA baik dalam di parlemen regulasi maupun pemilu, pemerintah perlu juga menjelaskan pengertianmayoritas diduduki “kampanye”. oleh laki-laki. Perppu Apabila Nomor tidak diperjuangkan, 1 Tahun 2014 hal ini yang sudah disahkan menjadiakan berdampak UU negatifdengan terhadap UU No.1/2015mandeknya aspirasi tak mengalamiperempuan dalam perubahan pada revisi pertamahukum dan (UUpemerintahan. No.8/2015) Dan kondisi dan tersebutkedua telah (UU ditulis No.10/2016) oleh Nindita dalam mengartikan “kampanye”.Paramastuti dalam Redaksi tulisannya pengertiannya yang berjudul: “Perempuan masih menjelaskan dan Korupsi: kampanye sebagai Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI kegiatan2009.” yang memenuhi semua unsur-unsur kampanye secara akumulatif. SelainMasih berhubungan itu, Perppu dengan Nomor tema akuntabilitas 1 Tahun keuangan 2014 yang politik, sudah Didik disahkan menjadi UUSupriyanto dengan dan LiaUU Wulandari No.1/2015, dalam mengartikan tulisan berjudul Transparansikampanye danpada Bab I Ketentuan UmumAkuntabilitas Pasal Pengelolaan 1. Kampanye Dana Kampanye,melalui Pasalmenguraikan 1 angka bahwa 21 diartikan,dana kegiatan untuk meyakinkankampanye adalah pemilih salah satu dengan hal penting menawarkan dalam proses visi, pemilu.misi, dan Dana program Calon Kepala kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat Daerahberkompetisi dan di Calon dalam Wakil pemilu. Kepala Setiap Daerah.partai politik, kandidat/calon legislatifPengertian tidak akan kampanye dapat bekerja itu sering secara menjadimaksimal sebabdalam kampanyeketakpastian hukum pemilu. Saat peserta pemilu melanggar ruang dan waktu berkampanye, pelanggar selalu berkilahvi dengan menggunakan dasar akumulatif unsur pengertian kampanye. Pelaporan dan tindak lanjut penegakan hukum pemilu sering bertepuk sebelah tangan karena kesimpulannya berdasar pada pengertian akumulatif kampanye. Penyelenggara pemilu di Pilkada serentak menggunakan ruang kewenangannya membuat peraturan pelaksana pemilu untuk menguatkan kepastian hukum kampanye. Melalui PKPU No.7/2015, No.12/2016, dan No.13/2016, KPU melakukan terobosan dengan mengartikan kampanye

44 MENGELOLA SARA DALAM PILKADA: DEMOKRATISASI REGULASI RAGAM IDENTITAS DI PEMILU SERENTAK

tanpa harus akumulatif. Peraturan ini pun seiring dengan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) melalui Peraturan Bawaslu No.10/2015 tentang Pengawasan Kampanye Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan Walikota dan Wakil Walikota. Semua peraturan ini menambahkan kata atau (/) dalam pengertian kampanye sehingga kegiatan bisa dinilai kampanye tanpa harus memenuhi semua unsur-unsur kampanye secara akumulatif. Redaksi pengertian kampanye dalam semua peraturan: Kampanye Pemilihan, selanjutnya disebut Kampanye, adalah kegiatan menawarkan visi, misi, dan program Pasangan Calon dan/atau informasi lainnya, yang bertujuan mengenalkan atau meyakinkan Pemilih. Terobosan KPU dan Bawaslu ini penting diapresiasi dan dipahami bersama. 9 Kesepamahaman itu harus diperluas ke banyak pihak dan dikonkretkan bentuknya. KPU, Bawaslu, dan Dewan Kehormatan Penyelenggara pemilu penting menyepakati segala bentuk aktivitas yang masuk pengertian kampanye. Kesepakatan konkret ketiganya perlu disampaikan kepada pasangan calon serta tim suksesnya untuk ditaati. Setiap pemilu sebelum Pilkada serentak, ketakjelasan kampanye cenderung tak dipermasalahkan paslon beserta partai pengusung dan tim sukses. Semua lebih memanfaatkan celah dari sempitnya makna kampanye akumulatif yang semakin sumir menyertakan perbedaan pendapat antarpenyelenggara pemilu. Lalu bagaimana jika kampanye ada dalam materi khotbah? Jawabannya, regulasi tak mempermasalahkan materi khotbah. Menjadi bermasalah hukum, jika materi khotbah berisi kampanye disampaikan di tempat ibadah atau tempat pendidikan. UU No.8/2015 Pasal 69 huruf i bertuliskan, dalam kampanye dilarang: menggunakan tempat ibadah dan tempat pendidikan.10

E. KAMPANYE DI TEMPAT IBADAH DAN PENDIDIKAN Undang-undang pilkada melanjutkan larangan kampanye di rumah ibadah seperti undang-undang pemilu lalu. Revisi kedua tak menggubris Pasal 69 perihal yang dilarang dalam kampanye. Sehingga, larangan dalam kampanye Pilkada 2017 tetap merujuk pada revisi pertama, UU No.8/2015. Ketentuan huruf i berbunyi, melarang penggunaan tempat ibadah untuk berkampanye. Bagian Penjelasan UU No.8/2015 tak menjelaskan “tempat ibadah” seperti

9 Hafidz Masykuruddin, Maharddhika, dan Sadikin Usep Hasan (2017: 239),Penyelenggaraan Pilkada Serentak 2015 dan 2017, Jakarta: Komisi Pemilihan Umum. 10 Ibid (241)

45 PemiluJurnal & Demokrasi

apamerupakan yang dilarangsuatu upaya digunakan untuk menyelamatkan untuk kampanye. kebijakan publik Penjelasan yang akan Pasal 69 ketentuan dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. huruf i cuma bertuliskan, “cukup jelas”. Undang-undang pilkada berarti Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan melarang semua tempat ibadah, tanpa kecuali. Di mana pun lokasinya, siapa Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran punpada pemiliknya,Tahun Pemilu.” bagaimanaYuna menjelaskan pun bahwa bentuknya, Political budgettempat cycles ibadah dilarang untuk kampanye.sudah menjadi Titik. fenomena universal didukung dengan berbagai studi empirisBerarti, di berbagai Pasal Negara. 69 menyamakan Berbagai variabel yang“tempat mempengaruhi ibadah” politcal pada ketentuan huruf i budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara dengan fasilitas negara/Pemerintah daerah pada ketentuan huruf h. Sehingga, agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi undangdalam praktek-undang penganggaran pilkada di mencampuradukan Indonesia yang berkaitan kepemilikan dengan siklus masyarakat dengan kepemilikanPemilu 2009 ataupun negara/Pemda. menjelang Pemilu Semua 2014. Melihat masjid perkembangan (/mushola), saat gereja, wihara, pura, danini, yang tempat menjadi ibadah perhatian lainnya tidak hanya harus political bersih budget dari cycles kampanye, melainkan sama halnya ruang rapat,political aula, corruption atau gedungcycle atau serba siklus gunakorupsi milik politik negara/Pemda. pada tahun-tahun Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. Padahal, tempat ibadah jauh lebih banyak yang dimiliki masyarakat Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi dibandingjuga perlu dibatasi milik mengingatnegara/Pemda. perbedaan Tempat hakikat antara ibadah laki-laki plat danhitam tersebar luas di luarperempuan. area atau Seperti bangunan halnya keterwakilan pemerintahan. perempuan Sedangkan sebagai salah tempat satu ibadah plat merah biasanyasyarat verifikasi hanya faktual ada diuntuk area menjadi atau bangunanpeserta pemilu. milik UU Pemerintah.No. 8 Tahun 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi Menyamakan ketentuan huruf i dengan ketentuan haruf h berarti melanjutkan 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat sekulerisasipraktik selama ini,yang pihak sesat. yang duduk Di baiksatu di parlemensisi, anggaran maupun pemerintah negara/daerah dialokasikan bagimayoritas kepentingan diduduki oleh privat laki-laki. kelompok Apabila tidaktertentu diperjuangkan, dalam bentuk hal ini penyediaan tempat ibadah.akan berdampak Di sisi negatif lain, terhadap negara mandeknya melalui regulasiaspirasi perempuan pilkada dalammemisahkan politik dari perbincanganhukum dan pemerintahan. publik umatDan kondisi beragama tersebut di telah dalam ditulis tempat oleh Nindita ibadah. 11 Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: PengalamanJika negara Perempuan melarang Menghadapi tempat Korupsi ibadah dalam plat Pemilu hitam DPR untuk RI kampanye, negara tak2009.” hanya mensekulerkan tempat ibadah tapi juga telah memaksa keyakinan(/ tafsir)Masih beragama. berhubungan denganDi sini tema negara akuntabilitas melalui keuangan regulasi politik, Didikpublik, mengintervensi keyakinan.Supriyanto dan Negara Lia Wulandari menjadi dalam diskriminatif tulisan berjudul karena Transparansi menilai, dan pemeluk agama yang benarAkuntabilitas adalah Pengelolaan yang membersihkan Dana Kampanye, tempat menguraikan ibadah bahwa dari kampanyedana politik, secara kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana bersamaan negara menyalahkan sekaligus menghukum pemeluk agama yang kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat berkampanyeberkompetisi di didalam tempat pemilu. ibadah. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatifIntervensi tidak akan negara dapat terhadap bekerja secarakeyakinan maksimal agama dalam dan kampanye kewenangan tempat ibadah dalam masyarakat jelas tak relevan. Selain inkonstitusional, ketaatan beragama cenderungvi menempatkan kitab suci lebih tinggi dari konstitusi. Pelarangan kampanye di tempat ibadah berpotensi dilanggar sekaligus dibiarkan. Dampaknya, pilkada bukan hanya kehilangan tindak tegas penegakan hukum tapi juga akan terus diganggu pada pelaporan pelanggaran. Tak sedikit individu/kelompok warga yang berkeyakinan, berpolitik

11 Sadikin, Usep Hasan (2016), Berkampanye di Tempat Ibadah, Jakarta: rumahpemilu.org.

46 MENGELOLA SARA DALAM PILKADA: DEMOKRATISASI REGULASI RAGAM IDENTITAS DI PEMILU SERENTAK

merupakan bentuk kepedulian terhadap publik/umat. Sehingga, politik merupakan bagian dari keimanan. Karena berdasar iman, maka konsep keagamaan ditempatkan sebagai rujukan terluhur. Keberagamaan tak hanya urusan relasi vertikal terhadap Tuhan tapi juga berdampak secara horizontal terhadap keluarga, masyarakat, dan negara. Agama diyakini bisa memberikan solusi permasalahan diri dan keluarga sekaligus permasalahan publik dalam masyarakat dan negara. Pada konsepsi itu, membincangkan aspek publik para pejabat publik merupakan kebutuhan. Sewajarnya jamaat dalam tempat ibadah membincangkan kepentingan publik, termasuk memilih kepala daerah. Kriteria kepala daerah tentu tak bisa dilepaskan. Tempat ibadah menjadi pilihan tempat pemeluk agama menyertakan kolektivitasnya untuk menetapkan kriteria kepala daerah. Bisa jadi, kriteria menekankan pada kualitas jejak rekam yang baik seperti antikorupsi. Bisa juga, perbincangan mengarah pada kriteria kualitas jejak rekam sekaligus kriteria seiman. Sehingga, wajar jika di dalam tempat ibadah ada himbauan yang secara langsung/tak langsung memilih kandidat tertentu. Menjadi tak wajar (dan harus dihukum) jika himbauan menyertakan dan menganjurkan pemaksaan juga kekerasaan. Adalah tugas penyelenggara pemilu merinci ketentuan undang-undang menjadi peraturan yang lebih prospek dijalankan. UU No.8/2015 Pasal 69 ketentuan huruf i yang melarang tempat ibadah digunakan kampanye menjadi relevan dijalankan jika dikaitkan ketentuan huruf h. Artinya, dilarang/ diperbolehkan-nya tempat ibadah untuk kampanye berkait kepemilikan negara/Pemda. Tempat ibadah milik Pemerintah, dilarang untuk kampanye. Tempat ibadah milik masyarakat, boleh untuk kampanye. Jika peraturan penyelenggara pemilu tak mengaitkan ketentuan huruf h dan huruf i, pemilu jujur dan adil sebagai buah Reformasi kembali melanjutkan sandiwara kehidupan antar-SARA. Identitas SARA cenderung bersikap dua muka. Secara pengakuan menerima semua ragam identitas seperti penerimaan terhadap identitas yang melekat tapi diam-diam berkonsolidasi dalam kelompok berdasar klaim eksklusivisme identitas. Konflik tak disalurkan bebas-terbuka tapi dipendam sehingga berpotensi meledak, menghancurkan demokrasi.

47 PemiluJurnal & Demokrasi

F.merupakan KAMPANYE suatu upaya FITNAH untuk menyelamatkan DAN UJARAN kebijakan publikKEKERASAN yang akan dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. PermasalahanPandangan Hamdan SARA tersebut berkelindan berkaitan dengan juga apa dengan yang disampaikan belum jernihnya para pihak memahamiYuna Farhan melalui “kampanye tulisannya fitnah”. “Menelusuri Kampanye Siklus Politisasi fitnah Anggaran penting lebih dipopulerkan untukpada Tahun mengganti Pemilu.” penggunaanYuna menjelaskan istilah bahwa “kampanye Political budget hitam”. cycles Alasannya, pertama, selainsudah menjadilangsung fenomena menjelaskan universal maksud didukung bentukdengan tindakanberbagai studi terlarang, kata “fitnah” empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal pun tertuang dalam regulasi. Baik di regulasi umum dan pemilu, fitnah budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara 12 merupakanagregat maupun tindakan secara spesifik yang padadilarang. tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi dalamKedua, praktek kata penganggaran “hitam” dalam di Indonesia “kampanye yang berkaitan hitam” dengan telah siklus salah diartikan. Selama iniPemilu “hitam” 2009 ataupun diartikan menjelang sebagai Pemilu sesuatu 2014. Melihatyang buruk perkembangan seiring saat kekeliruan penggunaan istilahini, yang “pengusaha/konglomerat menjadi perhatian tidak hanya political hitam”. budget cycles, melainkan political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun PemiluPadahal yang telah hitam meningkat merupakan dengan ekstrim. jenis warna yang netral nilai. Memaknai hitam sebagaiMasyarakat yang tidak buruk saja dapatmerupakan ditafsirkan agitasisebagai satulayaknya kesatuan, iklan tetapi kecantikan. Banyak produkjuga perlu kosmetik dibatasi mengingat pemutih perbedaan selama hakikatini telah antara memposisikan laki-laki dan warna hitam kulit atauperempuan. wajah Seperti sebagai halnya keadaan keterwakilan yang perempuan buruk. sebagai Dampak salah satukultural pelanggengan pemaknaansyarat verifikasi dikotomi faktual untuk putih/hitam menjadi peserta sebagai pemilu. UUbaik/buruk No. 8 Tahun bertolak belakang 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi dengan30% keterwakilan agenda perempuan. hak asasi Kondisi manusia ini patut dan diperjuangkan, kesetaraan mengingat dalam keragaman. praktikDi Amerika selama ini, pihakSerikat yang misalnya, duduk baik di istilah parlemen “kampanye maupun pemerintah hitam” (black campaign) merupakanmayoritas diduduki jargon oleh kampanye laki-laki. Apabila untuk tidak mengatasi diperjuangkan, diskriminasi hal ini rasial. Kampanye hitamakan berdampak untuk negatifmembuat terhadap masyarakat mandeknya aspirasimenerima perempuan warga dalam kulit hitam layaknya hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita sebagaiParamastuti warga dalam negara. tulisannya Hitam yang berjudul: di sini “Perempuanbukanlah danhal Korupsi:buruk melainkan identitas wargaPengalaman negara. Perempuan Jika kita Menghadapi menjelek Korupsi-jelekan dalam kata Pemilu hitam DPR maka RI kita bisa dikenakan dugaan2009.” rasis atau diskriminatif.13 ParaMasih berhubunganpihak pun dengan belum tema akuntabilitasjernih memahami keuangan politik, istilah Didik “hate speech”. Ada kecenderunganSupriyanto dan Lia semuaWulandari pernyataan dalam tulisan buruk berjudul bisa Transparansi dinilai sebagai dan bentuk kebencian. Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana Sehingga,kampanye adalah kritik salah dan satu pendapat hal penting yang dalam bersifat proses pemilu.karikatur Dana bisa dinilai sebagai bentukkampanye kebencian.diperlukan oleh Dampaknya, partai politik dan kebebasan kandidatnya untuk bicara dapat berkurang signifikan. Ketakutanberkompetisi dinilaidi dalam benci pemilu. atau Setiap menjadi partai pribadi politik, yangkandidat/calon mudah melapor merupakan efeklegislatif samping tidak akan dari dapat luasnya bekerja pemaknaan secara maksimal hate dalamspeech kampanye. Padahal, ujaran yang termasuk hate speech harus menyertakan unsur kekerasanvi atau konsekuensi hilangnya hak warga. Artikel ini merekomendasikan mengubah istilah “ujaran kebencian” menjadi “ujaran kekerasan”. Istilah ini berarti ajakan kepada massa untuk melakukan kekerasan fisik atau ancaman kekerasan fisik terhadap suatu pihak (individu atau kelompok). Dari pengertian

12 UU No.1/2015, UU No.8/2015, dan KUH Pidana 13 Budijanto, Rohman (2014), “Istilah Kampanye Hitam yang Salah Kaprah”, Rubrik Bahasa Majalah Tempo Edisi Juni, Jakarta: Majalah Tempo.

48 MENGELOLA SARA DALAM PILKADA: DEMOKRATISASI REGULASI RAGAM IDENTITAS DI PEMILU SERENTAK

ini kita bisa membedakan pernyataan/ujaran yang perlu dilaporkan atau ditindak sebagai bentuk pelanggaran pidana. Dari pengertian itu kita bisa membedakan penyikapan terhadap pernyataan “orang kafir”, “bunuh kafir”, dan “orang kafir halal darahnya”. Mengatakan “orang kafir” bukan ujaran kekerasan sehingga tak dipidana karena tak menyertakan ujaran kekerasan fisik baik ancaman ataupun ajakan untuk melakukan kekerasan. Sedangkan, mengatakan “bunuh kafir”, dan “orang kafir halal darahnya” termasuk sebagai ujaran kekerasan harus dipidanakan sebagai bentuk kepastian dan ketegasan hukum. Regulasi di Indonesia sudah menempatkan ujaran kekerasan sebagai hal yang bisa dipidanakan. Dalam Perppu Nomor 1 Tahun 2014 yang sudah disahkan menjadi UU menjadi UU No.1/2015 tentang Pilkada, Pasal 69 melarang kampanye dengan cara: huruf d. menggunakan kekerasan, ancaman kekerasan atau menganjurkan penggunaan kekerasan kepada perseorangan, kelompok masyarakat dan/atau Partai Politik; huruf f. mengancam dan menganjurkan penggunaan kekerasan untuk mengambil alih kekuasaan dari pemerintahan yang sah. Kemudian di dalam Perppu Nomor 1 Tahun 2014 yang sudah disahkan menjadi UU dengan UU No. 1 Tahun 2015 Pasal 72 UU No.1/2015 menuliskan sanksi terhadap pelanggaran terhadap larangan Pasal 69 huruf d dan f adalah sesuai ketentuan peraturan dan perundang-undangan. Penggunaan kekerasan dan ancaman kekerasan merujuk Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUH Pidana) Pasal 335 ayat (1) bertuliskan: Barang siapa secara melawan hukum memaksa orang lain supaya melakukan, tidak melakukan atau membiarkan sesuatu dengan memakai kekerasan, sesuatu perbuatan lain maupun perlakuan yang tak menyenangkan atau memakai ancaman kekerasan baik terhadap orang itu sendiri maupun orang lain.14 Pun begitu dengan UU No.19/2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Pasal 45B berbunyi, setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak mengirimkan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang berisi ancaman kekerasan atau menakut-nakuti yang ditujukan secara pribadi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 tahun dan/atau denda paling banyak Rp750 juta. Di Pilkada DKI Jakarta, pemangku kepentingan pemilu sepertinya tak

14 Pasca-Putusan Mahkamah Konstitusi perkara Nomor: 1/PUU-XI/2013

49 PemiluJurnal & Demokrasi

memahamimerupakan suatu hal upaya tersebut. untuk menyelamatkan Sebagai gambaran, kebijakan publik pelanggaran yang akan kampanye di luar dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. jadwal serta penyelewengan kewenangan dan fasilitas aparatur sipil Basuki Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan Tjahaja Purnama selaku Gubernur DKI Jakarta di Kepulauan Seribu malah Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran 15 dijadikanpada Tahun kasusPemilu.” penistaan Yuna menjelaskan agama bahwa yang Political berakhir budget di cyclesjeruji besi. Sedangkan, Imamsudah menjadi Besar fenomenaFront Pembela universal didukungIslam (FPI), dengan Habibberbagai Rizieq studi yang menyerukan “bunuhempiris di Ahok!”berbagai Negara.di ruang Berbagai publik variabel dalam yang demonstrasi, mempengaruhi politcalmalah dibiarkan.16 budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara Keadaan jadi semrawut di tengah sentimentilnya publik dan warganet. Segala agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi perkataandalam praktek soal penganggaran SARA jika di Indonesiamembuat yang tersinggung berkaitan dengan sebagian siklus masyarakat bahkan seseorangPemilu 2009 ataupunbisa dilaporkan menjelang Pemilu dan 2014. dipidanakan. Melihat perkembangan Padahal saat ketersinggungan lebih soalini, yang rasa menjadi yang perhatianobjektivitasnya tidak hanya tak political perlu budget diukur. cycles Jika, melainkan disimpulkan menyinggung ataupolitical menghina corruption cycleSARA, atau mengapasiklus korupsi ada politik masyarakat pada tahun-tahun SARA lainnya yang tak Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. tersinggung/terhina? Jangan-jangan permasalahannya ada di masyarakat Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi Indonesia yang mudah tersinggung dan terhina. juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan perempuan.Ketersediaan Seperti halnyaregulasi keterwakilan karet di perempuan luar pemilu sebagai menambah salah satu keadan semrawut pemilusyarat verifikasi soal SARA. faktual Selain untuk KUHmenjadi Pidana peserta 17pemilu., ada UUUU No.19/2016No. 8 Tahun tentang ITE18 yang memperkuat2012 menegaskan semrawutnya setiap partai politik jagad peserta nyata pemilu dan harus maya. memenuhi Juga ada UU No.40/2008 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat tentang Penghapusan Antidiskriminasi Ras dan Etnis. Karena regulasi ini, praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah pesertamayoritas dandiduduki pendukung oleh laki-laki. di pemilu Apabila berpotensitidak diperjuangkan, jadi korban hal ini karena berpendapat danakan berdampakmengkritik negatif di terhadapruang publikmandeknya dan aspirasi dunia perempuan maya. dalamPendapat tak enak atau kritikhukum terhadapdan pemerintahan. seseorang, Dan kondisi kelompok, tersebut atautelah ditulisSARA oleh bisa Nindita dimaknai menghina dan mencemarkanParamastuti dalam yang tulisannya hukumannya yang berjudul: penjara “Perempuan dan denda.dan Korupsi: Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI 2009.”Pemilu sebetulnya relatif bersih dari regulasi karet. Sehingga, petisi di laman Change.comMasih berhubungan untuk dengan memasukan tema akuntabilitas pelarangan keuangan SARApolitik, Didik dalam regulasi pemilu malahSupriyanto akan dan menambahLia Wulandari regulasidalam tulisan karet berjudul di Indonesia. Transparansi Melarang dan identitas SARA baikAkuntabilitas keterlibatan Pengelolaan kelompok Dana Kampanye, dan dalam menguraikan kampanye bahwa bertentangan dana dengan sifat inklusivitaskampanye adalah demokrasi. salah satu halLarangan penting dalamSARA proses pun pemilu. menciptakan Dana iklim partisipasi kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat yang tak kondusif karena sifat karet regulasi. berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye G. TINGGI POTENSI MEMBELAH MASSA vi Belum idealnya regulasi pemilu menampung SARA salah satunya berbentuk penyertaan sistem pemilu yang tak sesuai. Pada dasarnya, sistem pemilu mayoritas yang biasa diterapkan di pemilu eksekutif memang berpotensi

15 https://youtu.be/8hAZzCV7I3U 16 https://youtu.be/xmkqFTBn3S8 17 KUH Pidana Pasal 156, Pasal 310, Pasal 311, dan Pasal 315 18 UU No.19/2016 Pasal Pasal 45 Ayat (3) dan Pasal 45A Ayat (2)

50 MENGELOLA SARA DALAM PILKADA: DEMOKRATISASI REGULASI RAGAM IDENTITAS DI PEMILU SERENTAK

membelah massa. Sistem pemilu berkursi satu dalam satu daerah pemilihan mendorong pembentukan massa mayoritas. Sebab, kemenangan yang dibutuhkan adalah perolehan suara mayoritas (50%+1). Kita refleksikan Pemilu Presiden Indonesia dengan Pemilu Presiden Amerika Serikat. Selalu, isu SARA berdasar kelompok mayoritas akan digunakan pemenangan raihan 50%+1 suara. Dari periode pemilu satu ke pemilu berikutnya, SARA tetap digunakan. Yang membedakan derajat sentimen dan polarisasi massanya. Di Indonesia paling tinggi saat vs Prabowo Subianto. Di Amerika Serikat, tentu saja Donald Trump vs Hillary Clinton. Ian Budge dalam “Direct Democray” mengingatkan kritik yang ditujukan dalam pemilu bersistem mayoritas (50%+1). Selain dilupakannya eksistensi kelembagaan utama demokrasi seperti partai politik dan parlemen oleh publik, pemilu bersistem mayoritas akan menghadirkan tirani mayoritas. Sehingga, demokrasi langsung cenderungan bersifat otoritarian terhadap minoritas.19 Ini sebab sistemik mengapa Pilkada DKI selalu terjadi pembelahan massa berdasar SARA. Sistem pemilu mayoritas Pilkada DKI dengan syarat keterpilihan 50%+1 mendorong kontestasi yang saling berhadapan. Jika Pilkada DKI pesertanya lebih dari dua pasangan calon, kemungkinan besar akan berlangsung dua putaran. Akhir kontestasi harus melalui pertarungan berhadapan langsung menyertakan massa kolosal di putaran kedua. Hingga 2017, DKI Jakarta sudah menyelenggarakan pemilihan gubernur langsung sebanyak tiga periode transisi pemerintahan. Semua kontestasi DKI 1 ini kuat menyertakan isu SARA. Di 2007, pilkada langsung pertama DKI, “Islam Vs Bhinneka” menjadi narasi kontestasi Ibu Kota antara Adang Daradjatun-Dani Anwar yang diusung Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dengan 29.3% kursi DPRD DKI melawan Fauzi Bowo- Prijanto yang diusung 70.7% kursi DPRD DKI melalui Partai Demokrat, Partai Golkar, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Kebangkitan Bansa (PKB), Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI), Partai Damai Sejahtera (PDS), Partai Bintang Reformasi (PBR), dll. Di 2012, isu SARA digunakan lagi di Pilkada DKI. Dengan jumlah peserta enam pasangan calon, isu SARA belum muncul. Setelah hasil penghitungan suara putaran pertama tak ada peserta yang memperoleh suara 50%+1,

19 Budge, Ian (2006: 596), Direct Democracy, Oxford Handbooks of Political Science, New York: Oxford.

51 PemiluJurnal & Demokrasi

pilkadamerupakan dilanjutkan suatu upaya untuk ke menyelamatkanputaran dua kebijakan antara publikFauzi yang Bowo akan- Nachrowi Ramli Vs dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. Joko Widodo-Basuki “Ahok” Tjahaja Purnama. Dalam penentuan berhadap- Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan hadapan ini isu SARA digunakan. Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran padaDi Tahun2017, Pemilu.” isu SARA Yuna menjadi menjelaskan meledak. bahwa Political Ahok sebagaibudget cycles petahana kepala daerah yangsudah mencalonkanmenjadi fenomena lagi universal sebagai didukung calon dengan gubernur berbagai mempunyai studi dua identitas minoritas,empiris di berbagai beragama Negara. BerbagaiKristen variabel dan beretnis yang mempengaruhi Tionghoa. politcal Dengan jumlah peserta budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara tiga pasangan calon, Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni dan Anies agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi Rasyiddalam praktek Baswedan penganggaran-Sandiaga di Indonesia Salahuddin yang berkaitan Uno sudahdengan siklusmemunculkan isu SARA berebutPemilu 2009 simpatik ataupun menjelangumat Islam Pemilu untuk 2014. melawanMelihat perkembangan Ahok-Djarot saat Saiful Hidayat. ini,Identitas yang menjadi SARA perhatian selalu tidak menjadi hanya political pertimbangan budget cycles , mengubahmelainkan -ubah elektabilitas political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun peringkat pertama dan kedua. Partai politik beserta para pakar di musim Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. pemilu sudah menghitung, siapa calon yang mempunyai elektabilitas tertinggi Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi pertamajuga perlu dandibatasi kedua. mengingat Keduanya perbedaan lah hakikat yang antaradidorong laki-laki menjadi dan calon yang saling berhadapan,perempuan. Seperti bukan halnya berpasangan. keterwakilan perempuan Pemilik sebagaielektabilitas salah satu tertinggi pertama dan keduasyarat verifikasi masing faktual-masing untuk tak menjadimau dijadikan peserta pemilu. calon UU wakil No. 8 eksekutif.Tahun 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi Dan perlu diingat, pada aspek keluwesan menampung ragam identitas, 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat kampanyepraktik selama dalamini, pihak yangpenyelenggaraan duduk baik di parlemen pilkada maupun lebih pemerintah bertantangan. Pasalnya, identitasmayoritas didudukidalam SARAoleh laki-laki. relatif Apabila lebih tidakkuat diperjuangkan, jadi tuntutan hal aspirasiini warga. Logika suaraakan berdampak mayoritas negatif menjadi terhadap mandeknyapemenang aspirasi pemilu perempuan melahirkan dalam kecenderungan suku,hukum danras, pemerintahan. agama, dan Dan golongan kondisi tersebut mayoritas telah ditulis dijadikan oleh Nindita identitas daerah dan Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: pemimpinnya. Politik ketokohan, (dinasti) kekerabatan/keluarga, dan keaslian Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI sering2009.” seiring dengan kebutuhan dan kepercayaan masyarakat lokal terhadap kepemimpinan.Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan H.Akuntabilitas SOLUSI Pengelolaan PEMILU Dana SERENTAK Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanyeDari tinggi adalah potensi salah satu terbelahnya hal penting dalammassa proses berdasar pemilu. SARA Dana dalam pilkada dan kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat pemiluberkompetisi presiden, di dalam jelas pemilu. bukan Setiap diatasi partai politik,dengan kandidat/calon pelarangan kampanye SARA dalamlegislatif pemilu.tidak akan Melarang dapat bekerja SARA secara berarti maksimal pelarangan dalam kampanye terhadap isi dalam ruang bebas demokrasi. Selain diskriminatif, melarang SARA di pemilu pun sangat mungkinvi dibatalkan melalui judicial review di Mahkamah Konstitusi (MK). Agar politik SARA terkelola dalam pemilu, pihak berkebijakan hendaknya didorong menerapkan pemilu serentak dalam perumusan undang-undang pemilu berikutnya. Yang dimaksud pemilu serentak di sini bukanlah yang sekarang tertuang dalam undang-undang pilkada dan undang-undang pemilu. Pemilu serentak (concurrent election) adalah penggabungkan pemilu eksekutif dan pemilu legislatif dalam satu tahapan penyelenggaraan khususnya

52 MENGELOLA SARA DALAM PILKADA: DEMOKRATISASI REGULASI RAGAM IDENTITAS DI PEMILU SERENTAK

tahap pemungutan suara. Tujuannya bukan semata efisiensi anggaran, melainkan untuk menciptakan pemerintahan kongruen atau menghindari pemerintahan terbelah (divided government) yang berwujud jumlah kursi mayoritas parlemen bukan dimiliki partai atau koalisi partai yang mengusung presiden terpilih.20 Pemilu serentak merupakan jawaban masalah laten negara presidensial yang menganut sistem kepartaian multipartai. Scott Mainwaring, dalam Presidentialism, Multiparty System, and Democracy: The Difficult Equation, yang diluncurkan September 1990, menilai kombinasi presidensial-multipartai berbahaya bagi stabilitas demokrasi. Ilmuwan politik University of Notre Dame ini merujuk bukti hasil penelitian di semua negara penganut presidensial- multipartai, sejak 1930 hingga 1990.21 Mainwaring menegaskan, salah satu konsekuensi terpisahnya pemilihan eksekutif dan legislatif adalah presiden terpilih bisa berasal dari partai peraih suara kecil di parlemen.22 Konsep pemilu serentak dikenal di negara penganut sistem pemerintahan presidensial, bukan parlementer. Sebab, dalam sistem ini, baik anggota legislatif maupun pemimpin eksekutif sama-sama dipilih melalui pemilu. Berbeda dengan sistem pemerintahan parlementer, di mana pemilu legislatif dengan sendirinya menghasilkan pemimpin eksekutif (biasanya bernama perdana menteri). Sebab, parpol atau koalisi parpol yang memenangi pemilu menguasai mayoritas kursi parlemen sehingga bisa membentuk pemerintahan. Penguatan presidensial sebagai tujuan pemilu serentak mempunyai dua wujud proses dan hasil. Pertama, efek tarikan mantel jauh lebih mungkin menghasilkan partai politik atau koalisi pengusung eksekutif terpilih sebagai partai mayoritas di parlemen. Sehingga, parlemen menjadi kondusif mendukung kerja pemerintahan. Kedua, pemilu serentak nasional dan pemilu serentak lokal menjawab kebuntuan periode tetap jabatan eksekutif yang dipilih langsung melalui pemilu. Pengalaman hasil Pemilu 2004, 2009, dan 2014 telah melahirkan ketakpuasan pemilih di tengah periode perintahan presiden terpilih. Pun begitu dengan kepala daerah hasil Pilkada Provinsi dan Kabupaten/Kota. Tapi

20 Agustyati Khoirunnisa Nur, Mellaz August, dan Supriyanto Didik (2013: 27), Manata Ulang Jadwal Pilkada Menuju Pemilu Nasional dan Daerah, Jakarta: Yayasan Perludem. 21 Sadikin, Usep Hasan (2016: 130), “Menarik Kerah Keterwakilan Perempuan”, Jurnal Perludem Kodifikasi UU Pemilu, Jakarta: Yayasan Perludem. 22 Mainwaring, Scott (1990: 4), Presidentialism, Multiparty Systems, And Democracy: The Difficult Equation, Kellogg: Kellogg Institute.

53 PemiluJurnal & Demokrasi

ketakpuasanmerupakan suatu itu upaya tak untuk bisa menyelamatkan jadi dasar kebijakanmemakzulkan publik yang eksekutif akan terpilih sehingga dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. harus menunggu periode pemerintahan habis hingga pemilu berikutnya. Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan YunaPemilu Farhan serentak melalui tulisannya lokal yang “Menelusuri hadir di Siklustengah Politisasi periode Anggaran pemerintahan hasil pemilu serentakpada Tahun nasional Pemilu.” Yunabisa menjawabmenjelaskan bahwadua kebutuhan Political budget pemerintahan cycles eksekutif yang dipilihsudah menjadi langsung. fenomena Selain universal menjawab didukung kebutuhan dengan berbagai ketakpuasan studi pemilih terhadap pemerintahanempiris di berbagai Negara.nasional, Berbagai pemilu variabel serentak yang mempengaruhi lokal pun politcal bisa menjadi momen budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara evaluasi politik. Pemerintahan nasional di awal periode didorong bekerja baik agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi karenadalam praktek di tengah penganggaran periode di bisa Indonesia kehilangan yang berkaitan kekuasaan dengan lokalsiklus dari pemilu serentak lokal.Pemilu Pun2009 begituataupun sebaliknya,menjelang Pemilu hasil 2014. pemilu Melihat serentak perkembangan lokal saat terdorong bekerja baik karenaini, yang menjadijika buruk perhatian bisa tidak kehilangan hanya political posisi budget keterpilihan cycles, melainkan di pemilu nasional. political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Pemilu serentak bisa mengelola SARA punya cukup penjelasan. Jika pemilu Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. eksekutif dan legislatif digabungkan pemungutan suaranya, setiap partai politik Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi berkepentinganjuga perlu dibatasi mengingatmencalonkan perbedaan peserta hakikat pemilu antara laki-lakieksekutif. dan Setiap partai politik inginperempuan. memanfaatkan Seperti halnya efek keterwakilan tarikan perempuan mantel ( coattailsebagai salah effect satu) dari pemilu serentak. syaratEfek verifikasi tarikan faktual mantel untuk ini menjadipenjelasannya, peserta pemilu. elektabilitas UU No. 8 Tahun peserta pemilu eksekutif 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi mempengaruhi elektabilitas partai politik yang mengusung peserta pemilu 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat eksekutifpraktik selama bersangkutan. ini, pihak yang duduk Sebagai baik di contoh parlemen dimaupun Pemilu pemerintah 2014, elektabilitas Jokowi menarikmayoritas didudukielektabilitas oleh laki-laki. PDIP Apabiladan elektabilitas tidak diperjuangkan, Prabowo hal ini menarik elektabilitas Gerindra.akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita Di pemilu serentak efek tarikan mantel akan lebih kuat. Jika pemilih diberikan Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: suratPengalaman suara Perempuan pemilu eksekutif Menghadapi dan Korupsi pemilu dalam partai Pemilu politik DPR secaraRI bersamaan, kuat kecenderungan2009.” pemilih akan memilih partai politik yang mengusung peserta pemiluMasih eksekutif berhubungan yang dengan dipilih. tema akuntabilitas Biasanya, keuangan semakin politik, dekat Didik karakter peserta pemilu eksekutifSupriyanto dandengan Lia Wulandari partai dalam politik tulisan pengusungnya, berjudul Transparansi elektabilitas dan partai politik tersebutAkuntabilitas akan Pengelolaan semakin Dana kuat. Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanyeKarena diperlukan adanya kerjaoleh partai optimal politik efek dan tarikankandidatnya mantel untuk calondapat pemimpin eksekutif terhadapberkompetisi elektabilitas di dalam pemilu. partai Setiap politik partai yang politik, mengusungnya, kandidat/calon kontestasi pemilu cenderunglegislatif tidak takakan memikirkan dapat bekerja secarapolitisasi maksimal SARA. dalam Yang kampanye dipikirkan setiap partai adalah, siapa sosok calon pemimpin yang ingin diusung partai politik dan itu bisavi mempengaruhi perolehan suara dan kursi bagi partai politik. Lebih tampak, politisasi SARA dalam pilkada selama ini merupakan salah satu bentuk pragmatisme partai politik. Partai politik membiarkan kontestasi pilkada hanya diikuti calon tunggal. Ada partai yang mengedepankan nasionalisme bisa berubah jadi Islamis demi pemenangan calon. Dan ada sejumlah partai dengan ragam klaim ideologi bisa bersatu mengusung satu pasangan calon sehingga menjadi calon tunggal.

54 MENGELOLA SARA DALAM PILKADA: DEMOKRATISASI REGULASI RAGAM IDENTITAS DI PEMILU SERENTAK

Melalui desain pemilu serentak, kontestasi pemilu beroposisi biner sangat mungkin dihindari. Sindrom Jokowi vs Prabowo, Ahok vs Anies, atau Islam vs Nasionalis bisa tak hadir. Sehingga, terbelahnya massa dalam pemilu dan pascapemilu memungkinkan diredam. Sekretariat Bersama Kodifikasi UU Pemilu (Sekber UU Pemilu) telah merekomendasikan desain pemilu serentak nasional dan pemilu serentak lokal. Pemilu serentak nasional adalah penggabungan pemilu presiden-wakil presiden dengan pemilu DPR dan DPD dalam satu hari pemungutan suara. Selang dua atau dua setengah tahun, diselenggarakan pemilu serentak lokal yaitu, penggabungan pemilu gubernur-wakil gubernur dengan pemilu DPRD provinsi serta pemilu bupati-wakil bupati/walikota-wakil walikota dengan pemilu DPRD kabupaten/kota dalam satu hari pemungutan suara.23 Salah satu hal mendasar dalam menerapkan konsep pemilu serentak Sekber UU Pemilu adalah menempatkan pilkada sebagai rezim pemilu. Dengan begitu, UU Pilkada dimasukan dalam kitab UU Pemilu bersama UU Pilpres, UU Pileg, dan UU Penyelenggara Pemilu. Jelas, pilkada merupakan rezim pemilu karena pilkada berasas pemilu: Luber dan Jurdil. Pilkada rezim pemilu pun karena layaknya pemilu pada umumnya yang diselenggara Komisi Pemilihan Umum.24 Untuk memasukan UU Pilkada, dikodifikasikan dalam UU Pemilu, yang tercepat saat periode pemerintahan 2019-2024. Merujuk UU Pilkada 10/2016 dan UU Pemilu pasca-Paripurna (21/8/2017), pemilihan langsung gubernur- wakil gubernur, bupati-wakil bupati/walikota-wakil walikota seluru daerah tak disatukan dengan Pemilu DPRD provinsi dan kabupaten/kota. Jika UU Pilkada dikodifikasikan dalam UU Pemilu, pilkada tak hanya menjadi rezim pemilu tapi juga berpeluang menjadi bagian dari desian pemilu serentak nasional dan lokal.

I. SOLUSI UNTUK DKI JAKARTA Tapi sayangnya, jika pun pilkada berhasil masuk rezim pemilu dan pilkada provinsi dan kabupaten/kota menjadi bagian dari desain pemilu serentak nasional dan lokal, polarisasi massa berdasar SARA beserta konfliknya masih terjadi di Pilkada DKI Jakarta. Pasalnya, Pilkada DKI berkemungkinan diselenggarakan dua putaran sehingga Pemilihan Gubernur dan Wakil

23 Sekretariat Bersama Kodifikasi Undang-undang Pemilu (2016: 73), Naksah Akademik Rancangan Undang-undang tentang Pemilihan Umum, Jakarta: Yayasan Perludem. 24 Ibid (95)

55 PemiluJurnal & Demokrasi

Gubernurmerupakan suatu DKI upaya tak serentakuntuk menyelamatkan dengan pemilu kebijakan DPRD publik yang provinsi. akan dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. UU No.29/2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan JakartaYuna Farhan sebagai melalui Ibu tulisannya Kota “MenelusuriNegara Kesatuan Siklus Politisasi Republik Anggaran Indonesia pada Pasal 11pada Ayat Tahun (1) Pemilu.”bertuliskan: Yuna menjelaskan Pasangan bahwa calon Political Gubernur budget dan cycles Wakil Gubernur yang memperolehsudah menjadi fenomenasuara lebih universal dari didukung50% (lima dengan puluh berbagai persen) studi ditetapkan sebagai Gubernurempiris di berbagai dan Wakil Negara. GubernurBerbagai variabel terpilih. yang mempengaruhi Ayat (2) bertuliskan: politcal dalam hal tidak budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara ada pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur yang memperoleh suara agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi sebagaimanadalam praktek penganggaran dimaksud padadi Indonesia ayat (1),yang diadakan berkaitan dengan pemilihan siklus Gubernur dan Wakil GubernurPemilu 2009 putaranataupun menjelang kedua Pemiluyang diikuti2014. Melihat oleh perkembangan pasangan calon saat yang memperoleh suaraini, yang terbanyak menjadi perhatian pertama tidak dan hanya kedua political pada budget putaran cycles, melainkan pertama. political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Dari regulasi itu, Pemilihan Pemimpin DKI mendorong kontestasi saling Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. berhadapan. Jika regulasi ini tak diubah, selamanya pemilihan gubernur dan Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi pemilihanjuga perlu dibatasi presiden mengingat akan membelahperbedaan hakikat massa antara berdasar laki-laki SARA. dan perempuan.Sistem pemiluSeperti halnya Pilkada keterwakilan DKI tak perempuan sesuai desain sebagai pemilu salah satu serentak lokal. Pemilu Gubernursyarat verifikasi-Wakil faktual Gubernur untuk menjadi DKI adalah peserta pilkadapemilu. UU satu No.- satunya8 Tahun yang menggunakan 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi sistem pemilu mayoritas. Seluruh daerah (provinsi dan kabupaten/kota) kecuali 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat DKIpraktik menggunakan selama ini, pihak yangsistem duduk pemilu baik di parlemen pluralitas maupun (first pemerintah past the post/FPTP) dalam pemilihanmayoritas diduduki kepala oleh daerah. laki-laki. Berapapun Apabila tidak jumlahdiperjuangkan, pasangan hal ini calon yang menjadi pesertaakan berdampak pilkada, negatif berapa terhadap pun mandeknya suara yang aspirasi diperoleh perempuan dan dalam selisih yang terjadi dari pemungutanhukum dan pemerintahan. suara, yang Dan kondisi mendapatkan tersebut telah suara ditulis olehterbanyak Nindita menjadi pasangan Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: calon terpilih. Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI 2009.”Penting untuk melakukan judicial review Pasal 11 UU No. 29/2007. MK lebih baikMasih menghapus berhubungan ketentuan dengan tema pemilihan akuntabilitas kepala keuangan daerah politik, Didik dalam UU No.29/2007. BiarSupriyanto ketentuan dan Lia PilkadaWulandari DKI dalam masuk tulisan berjudulmenjadi Transparansi satu kesatuan dan UU Pilkada yang diharapkanAkuntabilitas Pengelolaantelah dikodifikasi Dana Kampanye, dalam menguraikan UU Pemilu. bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanyePutusan diperlukan MK pada oleh 2012 partai menolak politik dan diubahnya kandidatnya syarat untuk keterpilihandapat Pilkada DKI. MKberkompetisi berpendapat, di dalam permohonan pemilu. Setiap uji partaimateri politik, mengenai kandidat/calon pengujian konstitusionalitas Pasallegislatif 11 tidak ayat akan (2) dapatUU 29/2007 bekerja secara tak beralasanmaksimal dalam menurut kampanye hukum karena tak ada permasalahan dalam syarat keterpilihan lebih dari 50%. vi Konteks permohonan dan putusan syarat keterpilihan Pilkada DKI saat itu adalah Pilkada DKI 2012. Pemohon merupakan bagian dari pasangan calon gubernur-wakil gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama. Dasar permohonan adalah Pasal 11 Ayat (1) dan (2) UU 29/2007 bertentangan dengan UU No.12/2008 tentang Pemerintahan Daerah. Permohonan uji materi Pasal 11 Ayat (1) dan (2) UU No.29/2007 bisa

56 MENGELOLA SARA DALAM PILKADA: DEMOKRATISASI REGULASI RAGAM IDENTITAS DI PEMILU SERENTAK

dilakukan kembali. Dengan legal standing dan alasan permohonan yang berbeda serta perkembangan politik, hukum, dan ketatanegaraan yang terjadi, memungkinkan diubahnya sistem pemilu Pilkada DKI dari mayoritas (50%+1) menjadi pluralitas (sekali putaran). Unsur masyarakat sipil atau akademisi penting untuk membedakan posisi pemohon di gugatan sebelumnya. Ketaksesuaian sistem pemilu mayoritas Pilkada DKI dengan desain pemilu serentak serta tinggi potensi membelah massa berdasar SARA bisa menjadi alasan permohonan yang berbeda serta perkembangan politik, hukum, dan ketatanegaraan yang terjadi. Jika tak ingin politik dan massa terbelah lagi, kita harus merevisi UU Kekhususan DKI. Dengan merevisi syarat keterpilihan dalam Pilkada DKI kita tak perlu mengorbankan kebebasan demokrasi dengan melarang identitas dan ekspresi SARA dalam pesta demokrasi. Jika kita tak merevisi sistem pemilu mayoritas Pilkada DKI, jangan-jangan kita menikmati politik belah massa dalam pemilu negara yang katanya berbhinneka ini.

REFERENSI Agustyati Khoirunnisa Nur, Mellaz August, dan Supriyanto Didik (2013), Manata Ulang Jadwal Pilkada Menuju Pemilu Nasional dan Daerah, Jakarta: Yayasan Perludem; Budge, Ian (2006), Direct Democracy, Oxford Handbooks of Political Science, New York: Oxford; Budijanto, Rohman (2014), “Istilah Kampanye Hitam yang Salah Kaprah”, Rubrik Bahasa Majalah Tempo Juni 2014, Jakarta: 2014; Dummett, Michael (1997), Principles of Electoral Reform, New York: Oxford University Press; Hafidz Masykuruddin, Maharddhika, Sadikin Usep Hasan (2017), Penyelenggaraan Pilkada Serentak 2015 dan 2017, Jakarta: Komisi Pemilihan Umum; Holden, Matthew, JR (2006), Exclusion, Inclusion, and Political Institutions, New York: Oxford University Press; Mainwaring, Scott (1990), Presidentialism, Multiparty Systems, And Democracy: The Difficult Equation, Kellogg: Kellogg Institute; Miljan, Lydia (2016), Counting Votes: Essays on Electoral Reform, Canada: Fraser Institute; Norris, Pippa (2008), Driving Democracy: Do Power-Sharing Institutions Work? Cambridge: University of Cambrige; Reilly, Benjamin (2006), Democracy and Diversity: Political Engineering in The Asia-Pasific, New York: Oxford University Press Inc;

57 PemiluJurnal & Demokrasi

Sadikin,merupakan suatuUsep upaya Hasan untuk menyelamatkan(2016), Berkampanye kebijakan publik di yang Tempat akan Ibadah, Jakarta: dibuatrumahpemilu.org. oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. Sadikin,Pandangan Usep Hamdan Hasan tersebut (2016), berkaitan “Menarik dengan apa Kerahyang disampaikan Keterwakilan Perempuan”, YunaJurnal Farhan Perludemmelalui tulisannya Kodifikasi “Menelusuri UU SiklusPemilu Politisasi, Jakarta: Anggaran Yayasan Perludem; Sekretariatpada Tahun Pemilu.” Bersama Yuna menjelaskan Kodifikasi bahwa Undang-undang Political budget cycles Pemilu (2016), Naksah sudahAkademik menjadi fenomena Rancangan universal Undang-undangdidukung dengan berbagai tentang studi Pemilihan Umum, empirisJakarta: di berbagai Yayasan Negara. Perludem. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI 2009.” Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

vi

58 PENANGANAN PERSELISIHAN HASIL PILKADA TAHUN 2017 OLEH MAHKAMAH KONSTITUSI: VARIAN PENERAPAN AMBANG BATAS SELISIH SUARA DALAM PERSELISIHAN HASIL PILKADA 2017 Adelline Syahda dan Adam Mulya Bunga Mayang1

ABSTRAK Perselisihan Hasil Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) pada Tahun 2017 masih diberikan proses penanganannya oleh Mahkamah Konstitusi sebelum dibentuknya badan peradilan khusus berdasarkan amanat Undang- Undang Pilkada. Dalam penanganan perselisihan hasil pilkada pada tahun 2017 terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh para pemohon perselisihan hasil pilkada agar permohonannya diperiksa pada sidang pembuktian, salah satu syaratnya yakni terkait syarat ambang batas selisih suara yang besaran selisihnya telah di tentukan oleh Undang- Undang Pilkada. Dengan diterapkannya persyaratan ambang batas selisih suara tersebut memunculkan ragam dari amar putusan yang dikeluarkan oleh Mahkamah Konstitusi, munculnya amar putusan yang beragam pada penanganan perselisihan hasil pilkada 2017 salah satunya diakibatkan dengan penanganan yang berbeda terhadap 4 daerah yang berselisih di Mahkamah Konstitusi tersebut. Kata Kunci: Perselisihan Hasil Pilkada, Ambang Batas Selisih Suara, Mahkamah Konstitusi

1 Penulis adalah Peneliti Konstitusi dan Demokrasi Inisiatif (KoDe Inisiatif)

59 PemiluJurnal & Demokrasi

ABSTRACTmerupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. ThePandangan disputes Hamdan resulted tersebut from berkaitan the Local dengan Elections apa yang disampaikan of 2017 are still being handled byYuna the Farhan Constitutional melalui tulisannya Court “Menelusuri before the Siklus government Politisasi Anggaran forms a special judiciary bodypada Tahun to handle Pemilu.” electoral Yuna menjelaskan disputes bahwa as mandated Political budget by thecycles Local Elections Laws. Theresudah menjadiare several fenomena requirements universal didukung that must dengan be berbagai fulfilled studi by the applicant before empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal their case can be handled by the Constitutional Court. One of the requirements budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara isagregat the maupun minimum secara votes spesifik difference pada tahun-tahun as Pemilu, specified terkonfirmasi in the Elections Laws. This particulardalam praktek requirement penganggaran dihas Indonesia rendered yang the berkaitan Constitutional dengan siklus Court to issue different decisionsPemilu 2009 for ataupun every menjelang case submitted Pemilu 2014. by Melihat applicants. perkembangan saat ini,Keywords: yang menjadi perhatianDispute tidak on hanya election political budgetresult, cycles minimum, melainkan votes difference political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun requirement,Pemilu yang telah meningkat Constitutional dengan ekstrim. Court Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi A.juga PENGANTARperlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan perempuan.Penyelenggaraan Seperti halnya pemilihan keterwakilan kepala perempuan daerah sebagai (Pilkada) salah satu secara serentak telah dilaksanakansyarat verifikasi faktualpada tahununtuk menjadi 2015 pesertaserta pemilu.tahun UU2017, No. pada8 Tahun pelaksanaan pilkada 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi serentak tahun 2017 dilaksanakan pada 101 daerah yakni pada tingkat Provinsi 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat sebanyakpraktik selama 7 ini,Provinsi, pihak yang pada duduk tingkat baik di parlemen Kabupaten maupun sebanyak pemerintah 76 Kabupaten, serta padamayoritas Tingkat diduduki Kota oleh sebanyak laki-laki. Apabila 18 Kota. tidak Adapun diperjuangkan, dasar hal hukum ini pelaksanaan dari penyelenggaranakan berdampak negatif Pilkada terhadap serentak mandeknya 2017 aspirasi adalah perempuan Undang dalam -Undang Nomor 10 Tahunhukum dan 2016 pemerintahan. tentang PerubahanDan kondisi tersebut Kedua telah Atas ditulis Undang oleh Nindita-Undang Nomor 1 Tahun Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI Nomor2009.” 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota MenjadiMasih berhubungan Undang-Undang dengan tema (UU akuntabilitas Pilkada). keuangan politik, Didik SupriyantoDalam danpenyelenggaran Lia Wulandari dalam Pilkada tulisan terdapat berjudul Transparansibeberapa tahapan dan yang dijalankan olehAkuntabilitas penyelenggara Pengelolaan pilkada Dana Kampanye, guna menjamin menguraikan dan bahwa menyalurkan dana hak pilih warga kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana Negara dalam memilih kepala daerah secara langsung yakni dalam tahapan kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat pelaksanaanberkompetisi di pemungutan dalam pemilu. suaraSetiap yang partai akhirnya politik, kandidat/calon akan dilakukan penetapan calon kepalalegislatif daerahtidak akan terpilih dapat bekerja oleh Komisisecara maksimal Pemilihan dalam Umum kampanye (KPU) di tiap daerah yang menyelenggaran pilkada melalui Surat Keputusan tentang penetapan perolehanvi suara hasil pemilihan. Penyelenggaraan pilkada yang berintegritas dapat dilihat apabila setiap tahapan penyelenggaran pilkada sesuai denganperaturan perundang-undangan dan menjanlankan sepenuhnya kedaulatan rakyat. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa dalam setiap penyelenggaraan Pilkada, selalu saja terjadi pelanggaran dan/atau kecurangan dalam tahapan penyelenggaran pilkada di Indonesia. Maka dari itu meskipun penyelenggaran pilkada telah dilakukan

60 PENANGANAN PERSELISIHAN HASIL PILKADA TAHUN 2017 OLEH MAHKAMAH KONSTITUSI: VARIAN PENERAPAN AMBANG BATAS SELISIH SUARA DALAM PERSELISIHAN HASIL PILKADA 2017

penetapan calon kepala daerah terpilih oleh KPU daerah, tetap diberikan ruang untuk mengajukan keberatan berupa permohonan pembatalan penetapan hasil penghitungan perolehan suara KPU daerah kepada Mahkamah Konstitusi sebagaimana diatur dalam Pasal 157 ayat (4) UU Pilkada. Adapun objek permohonannya adalah Surat Keputusan tentang penetapan perolehan suara hasil pemilihan, Sebenarnya kewenangan Mahkamah Konstitusi memeriksa dan mengadili terkait perselisihan hasil Pilkada ini bersifat sementara mengingat dalam Pasal 157 ayat (1) hingga ayat (3) UU Pilkada menegaskan bahwa perkara perselisihan hasil pilkada diperiksa dan diadili oleh badan peradilan khusus, namun sebelum terbentuknya badan peradilan khusus tersebut maka penanganan perselisihan hasil pilkada diperiksa dan diadili oleh Mahkamah Konstitusi. Pada pilkada serentak tahun 2017 yang diselenggarakan pada 101 daerah baik Provinsi, Kabupaten/Kota, terdapat 53 permohonan perselisihan hasil pilkada kepada Mahkamah Konstitusi (pada tingkat Provinsi ada 4 permohonan; pada tingkat Kabupaten ada 40 permohonan; serta pada tingkat Kota ada 9 permohonan). Meskipun terdapat 53 permohonan perselisihan hasil pilkada namun daerah yang bersengketa bukan 53 permohonan melainkan hanya 48 daerah saja yang bersengketa. Hal tersebut dikarenakan terdapat satu daerah yang mengajukan perselisihan hasil pilkada lebih dari satu permohonan oleh pemohon yang berbeda, yakni yang pertama pada Kabupaten Maluku Tenggara Barat yang diajukan sebanyak dua kali, lalu pada Kabupaten Sarmi yang diajukan sebanyak tiga kali oleh pemohon yang berbeda, serta yang terakhir pada Kabupaten Kepulauan Yapen yang diajukan sebanyak tiga permohonan oleh pemohon yang berbeda, maka dari itu meskipun ditingkat kabupaten terdapat 40 permohonan tetapi daerah yang bersengketa hanya 35 daerah saja. Adapun perbandingan jumlah penyelenggaran pilkada dengan jumlah daerah yang bersengketa berdasarkan tingkatan daerah dapat dilihat pada tabel berikut:

61 PemiluJurnal & Demokrasi

DIAGRAMmerupakan 1.suatu PERBANDINGAN upaya untuk menyelamatkan JUMLAH PENYELENGGARAN kebijakan publik yang PILKADA akan DENGAN JUMLAH dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. DAERAH YANG BERSENGKETA BERDASARKAN TINGKATAN DAERAH Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat praktikDari selama 53 permohonan ini, pihak yang duduk perselisihan baik di parlemen hasil maupun pilkada pemerintah tahun 2017 telah diperiksa mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini dan diadili oleh Mahkamah Konstitusi dengan beragam amar putusan, baik akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam padahukum putusandan pemerintahan. sela/dismissal Dan kondisi maupun tersebut telah pada ditulis putusan oleh Nindita akhir. Pemohon dalam menyampaikanParamastuti dalam tulisannyapermohonannya yang berjudul: harus “Perempuan memenuhi dan Korupsi: syarat formil pengajuan permohonanPengalaman Perempuan perselisihan Menghadapi hasil Korupsipilkada dalam sebagaimana Pemilu DPR diatur RI dalam UU Pilkada serta2009.” Peraturan Mahkamah Konstitusi terkait pedoman beracara dalam perkara perselisihanMasih berhubungan hasil Pilkadadengan tema baik akuntabilitas dengan keuangancalon tunggal politik, Didik ataupun tidak. Adapun Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan syarat-syarat dalam mengajukan permohonan perselisihan hasil pilkada 2017 Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana berdasarkankampanye adalah peraturan salah satu perundanghal penting -dalamundangan proses tersebutpemilu. Dana yakni: 1.kampanye Syarat diperlukan tenggang oleh partaiwaktu politik pengajuan dan kandidatnya permohonan untuk dapat yang diajukan paling berkompetisilambat di 3 dalamhari kerja pemilu. sejak Setiap diumumkan partai politik, penetapan kandidat/calon oleh KPU daerah. Secara legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye kontekstual bunyi norma tersebut maka pengajuan permohonan dihitung sejak hari ditetapkannya hasil pilkada. vi 2. Syarat terpenuhinya Kedudukan hukum yang terdiri dari : a. Ketentuan syarat pemohon sebagai pasangan calon peserta pilkada, dan/atau pemantau pemilu yang terdaftar (hanya bagi daerah yang melaksanakan pilkada dengan satu pasangan calon/calon tunggal) b. Mengenai syarat ambang batas selisih suara, dimana selisih suara antara peroleh suara terbanyak dengan pemohon berkisar antara

62 PENANGANAN PERSELISIHAN HASIL PILKADA TAHUN 2017 OLEH MAHKAMAH KONSTITUSI: VARIAN PENERAPAN AMBANG BATAS SELISIH SUARA DALAM PERSELISIHAN HASIL PILKADA 2017

0,5% hingga 2% dari total suara sah hasil penghitungan suara tahap akhir sesuai jumlah penduduk dalam wilayah daerah tersebut yang ditetapkan oleh KPU Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota, ketentuan syarat ambang batas selisih suara ini diatur dalam Pasal 158 ayat (1) dan ayat (2) UU Pilkada & Pasal 7 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 1 Tahun 2016

Sebagaimana diketahui bahwa penanganan perselisihan hasil pilkada melalui beberapa tahapan seperti sidang pemeriksaan pendahuluan, putusan dismissal atau putusan sela, sidang pembuktian, Rapat pemusyawaratan hakim (RPH) hingga ke sidang pengucapan putusan (putusan akhir). Sehingga sudah tentu tidak semua permohonan akan sampai pada putusan akhir, namun ada yang terhenti pada putusan dissmisal atau putusan sela setelah dilakukan sidang pemeriksaan pendahuluan apabila persyaratan formil tersebut tidak terpenuhi. Putusan sela dikeluarkan oleh Mahkamah Konstitusi setelah dijalankannya mekanisme pemeriksaan pendahuluan yang dilakukan selama tahapan penanganan perselisihan hasil pilkada. Dalam pemeriksaan pendahuluan Mahkamah kemudian akan mendengarkan permohonan para pemohon, mendengar keterangan termohon dalam hal ini KPU daerah, serta pihak terkait dalam hal ini pasangan calon kepala daerah yang memperoleh suara terbanyak, bahkan Mahkamah juga mendengarkan keterangan pengawas pemilu baik Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) ditingkat Pusat dan Provinsi maupun Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) ditingkat Kabupaten/Kota. Dalam melihat permohonan perselisihan hasil pilkada Mahkamah dengan memperhatikan syarat formil secara beruntun yakni ketika syarat tenggang waktu permohonan yang diajukan oleh pemohon melampaui tiga hari kerja sejak diumumkan penetapan oleh KPU daerah, maka secara terstruktur Mahakmah Konstitusi tidak lagi mempertimbangkan mengenai kedudukan hukum terkait siapa pemohon yang mengajukannya dan juga tidak mempertimbangkan mengenai ambang batas selisih suara, pun Mahkamah Konstitusi tidak akan membasan pokok permohonan dan perkara tidak dapat dilanjutkan ketahap pembuktian.

B. PEMETAAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI Mahkamah Konstitusi dalam memeriksa perselisihan hasil pilkada pada akhirnya akan mengeluarkan putusan dengan amar putusan yang beragam,

63 PemiluJurnal & Demokrasi

berdasarkanmerupakan suatu Pasal upaya 44untuk ayat menyelamatkan (1) hingga kebijakanayat (3) publik Peraturan yang akan Mahkamah Konstitusi dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. Nomor 1 Tahun 2016 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan Pilkada, dimana pada intinya amar putusan Mahkamah Konstitusi terdiri: Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran 1.pada TahunAmar Pemilu.” putusan Yuna Tidakmenjelaskan Dapat bahwa Diterima, Political budget apabila cycles pemohon dan/atau sudah permohonannyamenjadi fenomena universaltidak memenuhi didukung dengan syarat berbagai formil studipermohonan dan objek empirispermohonan. di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara 2.agregat Amar maupun putusan secara spesifik Ditolak, pada apabilatahun-tahun permohonan Pemilu, terkonfirmasi terbukti tidak beralasan dalam menurutpraktek penganggaran hukum di Indonesia yang berkaitan dengan siklus 3.Pemilu Amar 2009 ataupun putusan menjelang Dikabulkan, Pemilu 2014. apabilaMelihat perkembangan permohonan saat terbukti beralasan ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan menurut hukum, sehingga Mahkamah Konstitusi menyatakan political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Pemilumembatakan yang telah meningkat hasil dengan penghitungan ekstrim. suara yang dilakukan oleh KPU Daerah, Masyarakatserta menetapkan tidak saja dapat hasil ditafsirkan penghitungan sebagai satu suara kesatuan, yang tetapi benar. juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu Namun pada Pilkada serentak 2017 ragam putusan yang dikeuarkan oleh syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun Mahkamah2012 menegaskan Konstitusi setiap partai pada politik 53 peserta permohonan pemilu harus tersebut memenuhi terdapat amar putusan yang30% keterwakilan diluar dari perempuan. ketentuan Kondisi sebagaimana ini patut diperjuangkan, diatur dalammengingat peraturan Mahkamah Konstitusipraktik selama diatas ini, pihak seperti yang duduk perintah baik di parlemenRekapitulasi maupun Penghitungan pemerintah Suara Lanjutan, Sertamayoritas Perintah diduduki olehPemungutan laki-laki. Apabila Suara tidak Ulang diperjuangkan, (PSU). halAdapun ini ragam putusan akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam secara menyeluruh pada pilkada 2017 baik yang diputus pada tingkat putusan hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita dismissalParamastuti /dalam sela, tulisannya serta yang yang diputus berjudul: pada “Perempuan putusan dan di Korupsi: tingkat akhir dapat dilihat padaPengalaman tabel Perempuanberikut: Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI 2009.” TABELMasih 1. berhubungan RAGAM JUMLAH dengan PUTUSAN tema akuntabilitas MAHKAMAH keuangan KONSTITUSI politik, Didik TERKAIT PERSELISIHAN HASILSupriyanto PILKADA dan Lia 2017 Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanyePADA TAHAP adalah salah satuAMAR hal PUTUSANpenting dalam proses pemilu.KETERANGAN Dana JUMLAH

kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnyaKarena tenggang untuk waktudapat 12 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon Karena kedudukan hukum pemohonya 3 legislatif tidak akanTidak dapat Dapat bekerjaDiterima secara maksimal dalam kampanye Karena ambang batas selisih suara 25 Putusan Dissmisal / Sela (Pemeriksaan Kehilangan Objek 2 viPendahuluan) Rekapitulasi Penghitunagn Suara Lanjutan 1

Perintah Pemungutan Suara Ulang (PSU) 2

Dikabulkan Sebagian 1

Ditolak 4 Putusan Akhir Dikabulkan Sebagian 3

64 PENANGANAN PERSELISIHAN HASIL PILKADA TAHUN 2017 OLEH MAHKAMAH KONSTITUSI: VARIAN PENERAPAN AMBANG BATAS SELISIH SUARA DALAM PERSELISIHAN HASIL PILKADA 2017

Dari 53 permohonan perselisihan hasil pilkada, Mahkamah Konstitusi hanya menyatakan 7 daerah saja yang memenuhi persyaratan formil tersebut sehingga dilanjutkan kepada tahap sidang pembuktian dan diputus pada tahapan Putusan Akhir, dimana hal ini sesuai dengan prediksi awal yang dilakukan oleh KoDe Inisiatif dalam melakukan kajian pemantauan awal pada hari terakhir penerimaan permohonan perselisihan hasil pilkada ke Mahkamah Konstitusi. Sisa permohonan lainnya diputus dalam putusan dismissal / sela dengan amar putusan yang beragam yakni pada 40 permohonan Mahkamah Konstitusi menyatakan Tidak Dapat Diterima dengan alasan tidak memenuhi syarat formil (syarat tenggang waktu, syarat kedudukan hukum sebagai pemohon yang mengajukan, dan terkait ambang batas selsih suara ) lalu terdapat 6 permohonan yang diiputus dengan amar putusan yang berbeda yakni Perintah Pemungutan Suara Ulang (PSU) pada daerah Kabupaten Tolikara dan Kabupaten Puncak Jaya, lalu ada amar putusan yang memerintahkan Rekapitulasi Suara Lanjutan pada daerah Kabupaten Intan Jaya, serta pada daerah Kabupaten Kepulauan Yapen (terdapat 3 permohonan) yang diputus dengan amar putusan dikabulkan sebagian serta dua permohonan Kabupaten Kepulauan Yapen lainnya dinyatakan kehilangan objek. Terhadap 4 daerah sebagaimana dimaksud (Kabupaten Tolikara, Kabupaten Puncak Jaya, Kabupaten Intan Jaya, dan Kabupaten Kepulauan Yapen) secara tidak langsung Mahkamah Konstitusi mencoba mendalami lebih lanjut pokok permohonan yang disampaikan oleh para pemohon, kendatipun permohonan pada empat daerah terebut secara langsung tidak memenuhi persyaratan formil terkait ambang batas seslisih suara, meskipun Mahakamh Konstitusi berdalih bahwa objek sengketa yang diajukan terhadap daerah tersebut cacat hukum (Kabupaten Puncak Jaya dan Kabupaten Tolikara, Kabupaten Kepulauan Yapen) lalu belum adanya objek sengketa (Kabupaten Intan Jaya), serta tidak dapat diterima karena kehilangan objek (dua permohonan Kabupaten Kepulauan Yapen lainnya), namun disayangkan terhadap 40 permohonan lainnya yang diputus dalam putusan dismissal / sela lainnya hanya melihat pada sisi syarat formil saja dengan pokok permohonan tidak dibahas secara mendalam. Adapun terhadap 7 daerah yang permohonannya dinyatakan memenuhi ketentuan syarat formil dan dilakukan pemeriksaan pokok permohonan lebih dalam pada sidang pembuktian adalah Kabupaten Takalar, Kabupaten Gayo Lues, Kota Salatiga, Kabupaten Bombana, Kota , Kabupaten

65 PemiluJurnal & Demokrasi

Maybrat,merupakan suatuserta upaya Provinsi untuk menyelamatkanSulawesi Barat, kebijakan dimana publik ketujuh yang akan daerah tersebut telah dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. dikeluarkan putusan akhir dengan amar putusan ada yang ditolak serta ada Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan yang dikabulkan sebagain, dapat dilihat pada tabel berikut: Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles TABELsudah 2.menjadi SEBERAN fenomena DAERAH universal YANG LANJUTdidukung PADA dengan PROSES berbagai PEMBUKTIAN studi DAN DIPUTUS PADAempiris PUTUSAN di berbagai AKHIR Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara agregat maupun secara spesifik padaSYARAT tahun-tahun FORMIL YANG Pemilu, TERPENUHI terkonfirmasi DAERAH YANG NO WAKTU SELISIH PUTUSAN dalam praktekBERSENGKETA penganggaran di IndonesiaPEMOHON yang berkaitan(NOMOR URUT) dengan siklus PENGAJUAN SUARA Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat ini,1 yangKab. menjadi Takalar perhatian2 Hari tidak hanyaBurhannudin political B budget & Natsir Ibrahim cycles (1), melainkan1,16% Ditolak political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun 2 Kab. Gayo Lues 3 Hari Abd Rasad & Rajab Marwan (2) 1,43% Dikabulkan Sebagian Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. 3 Kota Salatiga 3 Hari Agus Rudianto & Dance Ishak (1) 0,94% Ditolak Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi juga4 perluKab. Bombana dibatasi mengingat2 Hari perbedaanKasra Jaru hakikat & Man Arfah antara (1) laki-laki1,56% dan Dikabulkan Sebagian perempuan.5 Kota Yogyakarta Seperti halnya2 Hari keterwakilanImam Priyonoperempuan & Achamd sebagai Fadli (1) salah0,59% satu Ditolak syarat6 Kab.verifikasi Maybrat faktual3 Hariuntuk menjadiKarel peserta Murafer & pemilu.Yance Way (2)UU No. 8 0,33%Tahun Dikabulkan Sebagian 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi 7 Prov Sulawesi Barat 3 Hari Suhardi Duka & Kalma Katta (1) 0,74% Ditolak 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah mayoritasTerhadap diduduki putusan oleh laki-laki.dengan Apabilaamar putusan tidak diperjuangkan, dikabulkan hal sebagian ini oleh Mahkamah akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam Konstitusi memerintahkan untuk dilakukan PSU terhadap tiga daerah hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita tersebut,Paramastuti seperti dalam tulisannya pada Kabupaten yang berjudul: Bombana “Perempuan diperlukannya dan Korupsi: melaksanakan PSU diPengalaman 4 TPS yang Perempuan berbeda Menghadapi yang menurut Korupsi Mahkamahdalam Pemilu KonstitusiDPR RI adanya tindakan pembukaan2009.” kotak suara di PKK Kecamatan tidak dilakukan menurut tata cara yangMasih ditetapkan berhubungan dalam dengan peraturan tema akuntabilitas perundang keuangan-undangan, politik, Didik Sedikit berbeda pada KabupatenSupriyanto dan Gayo Lia Wulandari Lues dimana dalam Mahkamahtulisan berjudul berpendapat Transparansi dan terbukti secara sah dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana meyakinkan terjadi penggunaan hak pilih lebih dari satu kali pada beberapa kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana TPSkampanye sehingga diperlukan dapat oleh dilakukannya partai politik dan PSU kandidatnya sesuai untukPasal dapat 112 ayat (2) UU Nomor 1berkompetisi Tahun 2015, di dalam meskipun pemilu. Setiaptidak partaiada rekoemendasipolitik, kandidat/calon pengulangan PSU oleh Panwaslihlegislatif tidak Kabupaten akan dapat Gayobekerja Lues. secara maksimal dalam kampanye Begitu pula pada Kabupaten Maybrat yang harus dilakukan PSU di TPS 01 Kampungvi Iroh Sohser, Distrik Aitinyo Kabupaten Maybrat Provinsi Papua Barat dikarenakan pencoblosan yang berkali-kali dilakukan oleh saksi pihak terkait (paslon peroleh suara terbanyak) terbukti secara sah dan meyakinkan. Pelaksanaan PSU pada tiga daerah inipun langsung di supervisi oleh KPU- Bawaslu RI dengan pengamanan langsung oleh Kepolisian RI. Hal ini dilakukan sedemikian rupa untuk mengawal proses PSU agar terhindar dari praktik- praktik manipulasi dan kecurangan

66 PENANGANAN PERSELISIHAN HASIL PILKADA TAHUN 2017 OLEH MAHKAMAH KONSTITUSI: VARIAN PENERAPAN AMBANG BATAS SELISIH SUARA DALAM PERSELISIHAN HASIL PILKADA 2017

Mengenai putusan Mahkamah Konstitusi dengan amar putusan yang menolak permohonan perselisihan hasil pilkada 2017, apabila Mahkamah Konstitusi dalam memeriksa permohonan para pemohon secara mendalam dalam sidang pembuktian lalu Mahkamah Konstitusi sama sekali tidak menemukan keyakinan dan bukti- bukti yang dapat menunjukkan dalil permohonan pemohon beralasan menurut hukum dan mempengaruhi perolehan suara secara signifkan, serta tidak dapat memenuhi kualifikasi Pasal 112 Undang-Undang Nomor 1 tahun 2015 untuk dapat dilakukannya PSU, maka Mahkamah Konstitusi akan mengeluarkan putusan dengan amar putusan permohonan para pemohon ditolak. Sehingga terhadap empat daerah aitu Kab. Takalar, Kota Salatiga, Kota Yogyakarta dan Provinsi Sulawesi Barat hal tersebut dikarenakan menurut Mahkamah Konstitusi dalil para pemohon tidak beralasan menurut hukum, dan tidak mempengaruhi suara secara signifikan. Tak hanya pada ketentuan tersebut maka permohonan akan ditolak oleh Mahkamah Konstitusi, terhadap dalil permohonan yang disampaikan para pemohon apabila tidak dapat membuktikan dalilnya maka Mahkamah Konstitusi akan menolak permohonannya, seperti pada daerah Kabupaten Takalar bahwa terhadap beberapa permasalahan hukum yang telah didalilkan pemohon Mahkamah Konstitusi berpendapat dalil permohonan pemohon tidak beralasan menurut hukum dikarenakan tidak didukung dengan bukti yang meyakinkan perihal berbagai pelanggaran yang telah didalilkan permohonan.

C. SELAYANG PANDANG EMPAT PUTUSAN DARI SYARAT AMBANG BATAS SELISIH SUARA Beranjak pada jabaran sebelumnya terkait dengan pemetaan putusan, menarik untuk menilik putusan Mahkamah Konstitusi soal empat daerah yang diputus dengan pandangan berbeda oleh Mahkamah Konstitusi pada tingkatan Putusan Dismissal atau putusan sela. Meskipun tidak memenuhi syarat formal dalam pengajuan permohonan perselisihan hasil Pilkada, menariknya keempat daerah ini tidak terhenti pada pemeriksaan pendahuluan seperti daerah- daerah lainnya yang diputus dengan amar tidak dapat diterima. Melainkan diputus dengan amar Pemungutan suara Ulang (PSU) dan Rekapitulasi lanjutan. Berikut diuraian mengenai pokok permohonan dan pertimbangan hakim dalam memberi putusan di empat daerah tersebut :

67 PemiluJurnal & Demokrasi

merupakan1. KABUPATEN suatu upaya untuk PUNCAK menyelamatkan JAYA kebijakan publik yang akan dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. PandanganYang Hamdan menjadi tersebut objekberkaitan permohonan dengan apa yang pemohondisampaikan adalah pembatalan Yuna Farhanpenetapan melalui tulisannyaperolehan “Menelusuri suara hasilSiklus pemilihanPolitisasi Anggaran Bupati dan wakil Bupati pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles sudah menjadiKabupaten fenomena Puncak universal Jaya didukung Provinsi dengan Papua. berbagai Karena studi Surat Keputusan KPU empiris diKabupaten berbagai Negara. Puncak Berbagai Jaya variabel Nomor yang 14/Kpts/KPUmempengaruhi politcal-Kab -030.434166/Tahun budget cycles2017 seperti (termohon) perubahan tentangpola pada penetapanstruktur anggaran hasil baik perolehan secara suara pasangan agregat maupuncalon belumsecara spesifik dapat padadijadikan tahun-tahun dasar Pemilu, penghitungan terkonfirmasi persentase ambang dalam praktekbatas penganggaran selisih suara di Indonesiakarena pengesahan yang berkaitan atasdengan perolehan siklus suara di 6 distrik Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat ini, yang tidakmenjadi disertakan. perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan political corruption Bahwa cycle dari atau total siklus 26 distrikkorupsi politikyang ada,pada KPUtahun-tahun hanya mengesahkan hasil Pemilu yangperolehan telah meningkat suara dengan di 20 ekstrim. distrik saja, 6 distrik lainnya tidak ditetapkan/ Masyarakatdinolkan tidak atausaja dapat diabaikan ditafsirkan oleh sebagai KPU satu karena kesatuan, sengaja tetapi dihilangkan, padahal juga perlujumlah dibatasi hak mengingat pilih di perbedaan 6 distrik hakikat tersebut antara mencapai laki-laki dan31.240 suara. Tindakan perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu syarat verifikasiKPU Kabupaten faktual untuk Pucak menjadi Jaya peserta ini pemilu. menurut UU No. KPU 8 Tahun RI tidak sesuai dengan 2012 menegaskanperaturan setiap-perundang partai politik undangan, peserta pemilu sehingga harus memenuhi harus dilakukan koreksi 30% keterwakilanterhadap perempuan. keputusan Kondisi tersebut. ini patut diperjuangkan, mengingat praktik selamaDi ini, Kabupaten pihak yang duduk ini hampir baik di parlemen semua maupun distrik pemerintah menggunakan sistem Noken, mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini akan berdampakkecuali negatif di 6 TPS terhadap di Mulia mandeknya Ibukota aspirasi Kabupaten perempuan Puncak dalam Jaya yang dijadikan hukum danpercontohan pemerintahan. Danpemungutan kondisi tersebut suara. telah ditulisNamun oleh Nindita masyarakat yang ingin Paramastutimencoblos dalam tulisannya diusir yangpulang berjudul: dan tidak“Perempuan dapat dan menggunkan Korupsi: hak pilihnya di 6 PengalamanTPS Perempuan tersebut. MenghadapiSehingga pemohonKorupsi dalam di 6 PemiluTPS mengalami DPR RI kehilangan suara. 2009.” selain itu, kotak suara di 6 TPS tersebut tidak diketahui keberadaannya Masihserta berhubungan pengurangan dengan tema suara akuntabilitas di distrik keuangan Kolome politik, lebih Didik dari 2.351 suara. Tak Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan Akuntabilitashanya Pengelolaan itu, korban Dana jiwaKampanye, pun berjatuhanmenguraikan bahwadalam dana masa persiapan hingga kampanyepelaksanaan, adalah salah satuterdapat hal penting 4 orang dalam yang proses dibunuh pemilu. olehDana orang tidak dikenal. kampanye diperlukanMeskipun oleh demikian, partai politik Rekapitulasi dan kandidatnya tetap untuk berjalan dapat dan diumumkan berkompetisipada di 27 dalam Februari pemilu. pukul Setiap 14.30 partai WIT, politik, sementara kandidat/calon permohonan diajukan ke legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye Mahkamah Konstitusi pada 1 maret 2017 pukul 19.39 WIB. Pada syarat formil ambang batas selisih suara bagi pemohon yang mengajukan vi permohonan sesungguhnya tidak memenuhi kualifikasi Pasal 158 ayat (2) hururf b UU Pilkada. Karena selisih suara untuk kabupaten Puncak Jaya dengan ambang batas 1,5% setelah dihitung tidak boleh melebihi 2.218 suara, faktanya selisih keduanya mencapai 8.867 suara. Sehingga jelas tidak memenuhi ambang batas selisih suara. Artinya, terhadap ketentuan kedudukan hukum pemohon dengan

68 PENANGANAN PERSELISIHAN HASIL PILKADA TAHUN 2017 OLEH MAHKAMAH KONSTITUSI: VARIAN PENERAPAN AMBANG BATAS SELISIH SUARA DALAM PERSELISIHAN HASIL PILKADA 2017

berdasar ambang batas selisih suara dikesampingkan oleh Mahakamah Konstitusi. Terlepas dari tidak sempurnanya permohonan karena tidak memenuhi ambang batas selisih suara, Mahakamah Konstitusi menilai objek permohonan Mahakamah Konstitusi prematur, karena rekapitulasi hasil penghitungan suara di kabupaten Puncak Jaya tanpa menyertakan dan mengabaikan hasil penghitungan di 6 Distrik. Karena objeknya prematur, maka belum memenuhi persyaratan sebagai objek permohonan sesuai pasal 157 ayat (4) UU Pilkada, sehingga tidak dapat dijadikan rujukan untuk menerapkan ambang batas selisih perolehan suara antara pemohon dengan pihak terkait seperti pasal 158 UU Pilkada. Lebih lanjut Mahkamha Konstitusi menilai surat keputusan tentang penetapan rekapitulasi adalah cacat hukum, karena tidak menyertakan rekap perolehan suara di 6 distrik yang dimaksud. Dengan demikian, Mahkamah Konstitusi menilai untuk dan demi kepastian hukum harus dilakukan pemungutan suara ulang di 6 Distrik, yairu Distrik lumo, Yamoneri, Ilaburawi, Molanikime, Dagai dan Yambi dan penangguhkan berlakunya rekapitulasi hasil perolehan suara. Tak hanya itu, bahkan Mahkamah menilai KPU Kabupaten Puncak Jaya tidak berkehendak umtuk melakukan tugas dan kewenangannya secara serius untuk PSU di enam distrik, sehingga harus dilakukan oleh KPU Provinsi dibawah supervisi KPU RI dengan pengawasan Bawaslu Provinsi dibawah supervisi Bawaslu RI. Dari permohonan yang diajukan dapat dilihat bahwa dalam konteks putusan Puncak Jaya, Mahkamah Konstitusi sama sekali tidak melihat sakleknya syarat formil dalam pengajuan permohonan sengketa hasil. Artinya Mahkamah dalam hal ini menyigi permohonan Puncak Jaya lebih detail dari pada permohonan lainnya, sehingga menimbulkan cara pandang yang berbeda terhadap penerapan ketentuan pasal 158 UU Pilkada.

2. KABUPATEN TOLIKARA

Pokok permohonan adalah pengurangan suara Pemohon di 251 TPS dan 18 Distrik dan rekomendasi Panwaslu Tolikara untuk melakukan Pemungutan Suara Ulang yang belum dilaksanakan oleh KPU Kabupaten Tolikara. Sehingga surat keputusan tentang penetapan

69 PemiluJurnal & Demokrasi

merupakanrekapitulasi suatu upaya untuk hasil menyelamatkan perolehan suara kebijakan kabupaten publik yang Tolikara akan menjadi tidak sah. dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. Dalil permohonan yang dijelaskan pemohon tentang kesalahan hasil Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan penghitungan suara sehingga menyebabkan pengurangan perolehan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran pada Tahunsuara, Pemilu.” khususnya Yuna menjelaskan di 28 Distrik bahwa diluar Political 18 budget distrik cycles yang direkomendasikan sudah menjadiuntuk fenomenaPSU oleh universal Panwaslu. didukung Lebih dengan lanjut berbagai kemudian studi KPU Kabupaten empiris diTolikara berbagai Negara. sama Berbagaisekali tidakvariabel mengindahkan yang mempengaruhi rekomendasi politcal dari Panwaslu budget cyclesKabupaten seperti perubahan Tolikara pola padaNomor struktur 059/PNWS anggaran baik-KAB secara-TLK/II/2017 perihal agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi pembatalan hasil pemungutan suara dan penetapan suara, dan dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus Pemilu 2009rekomendasi ataupun menjelang agar dilakukannya Pemilu 2014. Melihat pemungutan perkembangan suara saat ulang (PSU) Pilkada ini, yang 2017menjadi di perhatian 251 TPS tidak pada hanya 18 political Distrik. budget cycles, melainkan political corruptionJustru cyclesecara atau sepihak siklus korupsi KPU politik tetap pada melakukan tahun-tahun pesnghitungan suara Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. yang mengakibatkan perolehan suara pemohon, yang semestinya Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi di 18 Distrik tersebut semua pasangan calon harus dianggap tidak juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan perempuan.pernah Seperti ada halnya karena keterwakilan masih perempuanmenyisakan sebagai berbagai salah satu pelanggaran, sehingga syarat verifikasimestinya faktual tindakan untuk menjadi sepihak peserta yang pemilu. dilakukan UU No. 8 TahunKPU dalam penetapan 2012 menegaskanrekapitulasi setiap harus partai politikdianggap peserta tidak pemilu sah. harus Keengganan memenuhi KPU melaksanakan 30% keterwakilanrekomendasi perempuan. tersebut Kondisi karena ini patut diperjuangkan,menganggap mengingat rekomendasi tersebut tidak praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah dapat dibenarkan secara hukum karena tidak memenuhi kualifikasi mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini akan berdampakPasal 112 negatif ayat terhadap (1) UU mandeknya Pilkada aspirasi yang menjadiperempuan faktor dalam untuk dilakukannya hukum danpemungutan pemerintahan. suara Dan kondisi ulang tersebut (PSU) telah di sejumlah ditulis oleh Ninditadistrik tersebut. Paramastuti Takdalam hanya tulisannya itu yangketentuan berjudul: Pasal “Perempuan 59 peraturan dan Korupsi: KPU nomor 10 Tahun Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI 2015 tentang pemungutan dan penghitungan suara pun tidak terpenuhi, 2009.” kemudian Pasal 22 Ayat (2) Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik SupriyantoUmum dan Lia RI Wulandari Nomor dalam 11 tahun tulisan 2016 berjudul tentang Transparansi pengawasan dan pemungutan dan Akuntabilitaspenghitungan Pengelolaan suaraDana Kampanye, juga tidak menguraikan terpenuhi. bahwa dana kampanye adalahTerhadap salah satukejadian hal penting tersebut, dalam proses menurut pemilu. DanaKPU RI seharusnya kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat KPU Tolikara melakukan verifikasi, klarifikasi dan mencermati berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif semuatidak akan dokumen dapat bekerja pendukung secara maksimal yang dalam berkaitan kampanye dengan rekomendasi Panwaslih dan Bawaslu RI. Sementara itu, KPU Kabupaten Tolikara mengumumkan penetapan hasil rekapitulasi pada tanggal 24 Februari vi tahun 2017 pukul 23.35 WIT, pemohon mengajukan permohonan ke Mahakamah Konstitusi pada tanggal 28 Februari 2017 pukul 22.39 WIB. Sedangkan batas selisih suara dengan menerapkan 2% sesuai jumlah penduduk yang ada di kabupaten Tolikara tidak boleh melebihi 4.325 suara. Selisih suara Pemohon dengan paslon pemenang adalah mencapai 36.620 suara atau melebihi selisih ambang batas.

70 PENANGANAN PERSELISIHAN HASIL PILKADA TAHUN 2017 OLEH MAHKAMAH KONSTITUSI: VARIAN PENERAPAN AMBANG BATAS SELISIH SUARA DALAM PERSELISIHAN HASIL PILKADA 2017

Disisi lain, Mahakamah Konstitusi menilai pemberlakuan ambang batas selisih suara belum dapat diterapkan karena masih menyisakan permasalahan dalam proses pemungutan suara hingga rekapitulasi suara. Meskipun telah dilakukan rekapitulasi, namun Mahakamah Konstitusi menilai bahwa proses rekapitulasi dianggap cacat hukum karena proses pemungutan hingga rekap tidak memenuhi ketentuan Undang-Undang. Terutama dengan adanya rekomendasi Panwaslu kabupaten Tolikara yang tidak dilaksanakan. Sehingga dengan proses rekapitulasi yang tidak sesuai menjadi halangan untuk menerapkan norma Pasal 158 UU Pilkada sebagai syarat formal dalam pengajuan permohonan sengketa hasil ke Mahakamah Konstitusi. Pada dasarnya, belum terjadi proses rekapitulasi penghitungan suara yang sesuai dengan aturan Undang- Undang. Mahakamah Konstitusi menilai untuk kepastian hukum harus dilaksanakan Pemungutan Suara Ulang (PSU) di 18 Distrik dan menangguhkan berlakunya hasil rekapitulasi perolehan suara. Mahakamah Konstitusi menilai tidak terdapat kemauan yang baik dari KPU kabupaten Tolikara untuk melaksanakan rekomendasi Panwaslu dan untuk jaminan telaksananya PSU dalam pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Tolikara dengan benar, maka dilaksanakan oleh KPU Provinsi dibawah supervisi KPU RI dan pengawasan yang ketat oleh Bawaslu Provinsi dibawah supervisi Bawaslu RI. Untuk daerah ini, meskipun terdapat selisih yang sangat jauh signifikan mencapai empat kali lipat dari selisih yang ditentukan, ternyata Mahkamah Konstitusi menyatakan harus dilakukan pemungutan suara ulang setelah memperhatikan beberapa permasalahan yang terjadi di lapangan. Secara sepihak, ini menjadi baik ketika Mahkamah Konstitusi mulai mencari fakta- fakta lapangan guna mengejar keadilan materil dalam pelaksanaan pilkada. Namun disisi lain, justru menjadi preseden buruk karena Mahkamah Konstitusi tidak memberikan kesempatan serupa pada daerah - daerah lainnya. Banyak dalil permohonan yang mengharapkan Mahkamah Konstitusi tidak hanya terpaku pada ketentuan pasal 158 UU Pilkada untuk melihat kedudukan hukum pemohon berdasar ambang batas semata, namun juga melihat dalil-dalil permohonan yang menyebabkan terjadinya disparitas selisih suara yang jauh. Kebanyakan disparitas tersebut yang

71 PemiluJurnal & Demokrasi

merupakandidapat suatu upaya dengan untuk menyelamatkanberbagai bentuk kebijakan pelanggaran publik yang akan dan kecurangan dalam dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. dalil permohonan di banyak daerah. Sehingga perlu ditindak lanjuti Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan tidak hanya dengan berpatokan pada ambang batas selisih suara. Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles sudah3. menjadiKABUPATEN fenomena INTAN universal JAYA didukung dengan berbagai studi empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal budget cyclesDalam seperti permohonanperubahan pola pada pemohon struktur memintaanggaran baik agar secara Mahkamah Konstitusi, agregat maupunsebelum secara menilai spesifik tentang pada tahun-tahun ambang batasPemilu, selisihterkonfirmasi suara pemohon, namun dalam praktekmenilai penganggaran terlebih didahulu Indonesia fakta yang adanya berkaitan manipulasidengan siklus untuk memperlebar Pemilu 2009selisih ataupun suara menjelang antar Pemilu pasangan 2014. Melihatcalon perkembangansehingga sejak saat awal dianggap tidak ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan political memenuhicorruption cycle syarat atau siklusformal korupsi permohonan. politik pada Karenatahun-tahun jika penyelesaian hasil Pemilu yanghanya telah mengacu meningkat denganpada selisihekstrim. ambang batas seperti pada 2015 lalu, telah Masyarakatmemunculkan tidak saja dapat kesadaran ditafsirkan barusebagai bagisatu kesatuan,paslon tetapi2017 untuk melakukan juga perlukecurangan dibatasi mengingat melalui perbedaan motif hakikatmemperlebar antara laki-laki jarak dan selusuh suara antar perempuan.pasangan Seperti halnya sehingga keterwakilan akan berdampak perempuan sebagai tidak salahterpenuhinya satu selisih ambang syarat verifikasibatas suara faktual dan untuk kehilangan menjadi peserta hak pemilu.gugat keUU MahakamahNo. 8 Tahun Konstitusi. Waktu 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi 30% keterwakilanpenetapan perempuan. hasil rekapitulasi Kondisi ini patut suara diperjuangkan, adalah mengingatselasa 28 Februari 2017. praktik selamaSementara ini, pihak yang pada duduk pokoknya, baik di parlemen KPU maupun telah mengeluarkan pemerintah Surat keputusan mayoritasKPU diduduki Kabupaten oleh laki-laki. Intan Apabila Jaya tidak Nomor diperjuangkan, 09/Kpts/KPU hal ini -IJ/II/2017 tentang akan berdampakPenetapan negatif Pasangan terhadap mandeknya Calon Bupati aspirasi dan perempuan wakil Bupati dalam terpilih pada pilkada hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita Paramastuti2017 dalam dan tulisannya Surat yangKeputusan berjudul: “Perempuannomor 10/Kpts/KPU dan Korupsi: - IJ/2017 tentang Pengalamanpembatalan Perempuan SuratMenghadapi Keputusan Korupsi dalamnomor Pemilu 09/Kpts/KPU DPR RI -IJ/2017, namun 2009.” pada saat rapat pleno terbuka dihentikan, dan terdapat 7 TPS pada 2 Masihdistrik berhubungan yang dengan belum tema selesai akuntabilitas direkapitulasi keuangan politik, karena Didik adanya kerusuhan. SupriyantoTerhadap dan Lia Wulandari 7 TPS dalamtersebut tulisan sempat berjudul akanTransparansi dilakukan dan rekapitulasi hasil Akuntabilitaspemungutan Pengelolaan suara Dana lanjutanKampanye, dimenguraikan Jakarta, namunbahwa dana dibatalkan karena telah kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanyediajukan diperlukan permohonan oleh partai politik sengketa dan kandidatnya ke Mahakamah untuk dapat Konstitusi. berkompetisiMahkamah di dalam pemilu. berdasarkan Setiap partai fakta politik, hukum, kandidat/calon tidak akan menyatakan legislatif permohonantidak akan dapat pemohon bekerja secara bukan maksimal bagian dalam dari kampanye kewenangan Mahkamah Konstitusi karena perselisihan hasil masih menyisakan permasalahan vi sehingga tidak adanya kepastian hukum dan harus diselesaikan oleh Mahkamah Konstitusi sesuai kewenangan. Kejadian di Intan Jaya ini tergolong sebagai keadaan luar biasa (force majeure) pada saat rekapitulasi hasil penghitungan suara yang menyebabkan tertundanya penerbitan surat keputusan mengenai rekapitulasi hasil penghitugan suara. Maka demi mendapatkan kepastian hukum, Mahkamah Konstitusi menegaskan perlu dilakukan rekapitulasi penghitungan

72 PENANGANAN PERSELISIHAN HASIL PILKADA TAHUN 2017 OLEH MAHKAMAH KONSTITUSI: VARIAN PENERAPAN AMBANG BATAS SELISIH SUARA DALAM PERSELISIHAN HASIL PILKADA 2017

suara lanjutan di Kabuaten Intan Jaya terhadap 7 TPS yaitu 4 TPS di Kampung Emondi, Distrik Sugapa dan 1 TPS di Kampung Unabundoga serta 1 TPS di Kampung Tausiga Distrik Agisiga. Atas nama keamanan terselenggaranya rekapitulasi lanjutannya maka dilaksanakan oleh KPU Prov Papua. Setelah rekap lanjutan selesai, hasilnya digabung dengan perolehan suara yang ada, kemudian diterbitkan surat keputusan rekapitulasnya. Lebih menarik lagi, tatkala dalam pertimbangannya Mahkamah Konstitusi membuka ruang bagi para pihak yang merasa dirugikan untuk mengajukan permohonan sengketa hasil dengan objek Keputusan KPU tentang rekapitulasi yang telah digabungkan tersebut. Pertimbangan hukum ini menjadi anomali tersendiri dalam melihat ragam putusan Mahkamah Konstitusi sepanjang tahun 2017 untuk perselisihan hasil Pilkada. Terobosan tidak hanya soal cara pandang yang mendalam terkait dalil permohonan Mahkamah Konstitusi sebelum penentuan ambang batas saja. Mahkamah juga menegasikan ketentuan konstitusi tentang sifat putusan final dan mengikat seperti pasal 24 C (1) UUD 1945. Memberikan ruang kepada pemohon untuk mengajukan permohonan kembali, sama saja dengan menabrak sifat dari produk hukumya sendiri. Disisi ini dapat dilihat upaya Mahkamah menegakkan keadilan pemilu, meskipun terobosan ini tidak diterapkan pada seluruh daerah yang mengajukan permohonan.

4. KABUPATEN KEPULAUAN YAPEN

Dalam hal kabupaten kepulauan Yapen mempermasalahakan Surat Keputusan KPU kabupaten Yapen mengenai rekapitulasi hasil penghitungan suara pada 14 distrik yang menyatakan perolehan suara pemohon menjadi nol, hal ini diputuskan setelah pemohon dibatalkan sebagai pasangan calon nomor urut 1 oleh KPU. Pada hari yang sama Panwaslih memberikan rekomendasi untuk menunda penghitungan suara dan melakukan pemungutan suara ulang (PSU) pada 2 distrik yaitu distrik Wonowa dan Yapen Barat. Rekomendasi tersebut kemudian diindahkan dengan menunda rekapitulasi dan melaksanakan PSU di 26 TPS pada 2 distrik tersebut.

73 PemiluJurnal & Demokrasi

merupakan suatuNamun, upaya pada untuk menyelamatkansaat PSU tersebut, kebijakan Panwaslih publik yang akanKabupaten menerbitkan dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. rekomendasi tentang pelanggaran administratif yang dilakukan Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan pemohon. Selanjutnya, pada hari yang berbeda pada saat dilakukan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran pada Tahunnya Pemilu.” rapat Yunapleno menjelaskan rekapitulasi bahwa Politicalpada 26budget TPS cycles di 2 distrik tersebut, sudah menjadiPanwaslih fenomena Kepulauan universal Yapendidukung memberikan dengan berbagai rekomendasi studi agar pemohon empiris didibatalkan berbagai Negara. sebagai Berbagai pasangan variabel yang calon.mempengaruhi Lalu politcalKPU menerbitkan surat budget cycleskeputusan seperti perubahan tentang polapembatalan pada struktur pemohon anggaran baiksebagai secara pasangan calon. Pada agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi saat rekap, penetapan dan penghitungan hasil, terhadap perolehan dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus Pemilu 2009suara ataupun Pemohon menjelang dinyatakan Pemilu 2014. Melihatnol oleh perkembangan KPU. Sementara saat terhadap surat ini, yang keputusanmenjadi perhatian KPU tidak Kabupaten hanya political Kepulauan budget cycles Yapen, melainkan KPU RI memerintahkan political untukcorruption membatalkan cycle atau siklus surat korupsi keputusan politik pada tersebut, tahun-tahun perintah supervisi dan Pemilu yangmelaksanakan telah meningkat rekapitulasi dengan ekstrim. hasil kembali. Namun perintah ini tidak Masyarakatdilaksanakan tidak saja dapatoleh ditafsirkanKPU, dengan sebagai alasansatu kesatuan, akan tetapiterjerat ancaman pidana juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan jika surat keputusan tersebut dibatalkan sehingga tidak ada alasan yang perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu syarat verifikasikuat untuk faktual membatalkan untuk menjadi peserta surat pemilu.keputusan UU No. tersebut. 8 Tahun 2012 menegaskanSedangkan setiap partai Mahkamah politik peserta berpendapat pemilu harus memenuhibahwa tindakan KPU yang 30% keterwakilantidak menindaklanjuti perempuan. Kondisi ini rekomendasi patut diperjuangkan, KPU mengingat RI merupakan tindakan praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah insubordinasi yang tidak boleh terjadi. Karena penyelenggara pemilu, mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini akan berdampakdalam halnegatif ini terhadap KPU adalah mandeknya satu aspirasikesatuan perempuan yang tidak dalam dapat ditolerir adanya hukum dantindakan pemerintahan. insubordinasi Dan kondisi tersebutsebagaimana telah ditulis yang oleh dilakukanNindita KPU Kabupaten ParamastutiYapen. dalam Sehingga tulisannya yangpembatalan berjudul: “Perempuan yang dilakukan dan Korupsi: harus dinyatakan tidak Pengalamanmemiliki Perempuan kekuatan Menghadapi hukum Korupsi mengikat dalam Pemilu dan DPRharus RI dikembalikan pada 2009.” keadaan sebelum dibatalkan. Sehingga surat keputusan soal rekapitulasi Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik hsail penghitungan suara menjadi cacat hukum karena keputusan KPU Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan Akuntabilitassoal Pengelolaanpembatalan Dana pemohon Kampanye, sebagaimenguraikan pasangan bahwa dana calon telah dibatalkan, kampanyesehingga adalah salah objek satu permohonan hal penting dalam menjadi proses cacatpemilu. hukum.Dana Karena objeknya kampanyecacat diperlukan hukum, oleh maka partai sama politik saja dan secara kandidatnya hukum untuk bekum dapat terdapat rekapitulasi berkompetisihasil di di dalam Kabupaten pemilu. KepulauanSetiap partai Yapen.politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye Mahkamah berpendapat substansi dari permohonan belum sama sekali masuk pada ketentuan ambang batas. Harus dilakukan vi pemungutan suara ulang, karena surat keputusan tentang rekapitulasi hasil telah dinyatakan tidak sah atau cacat hukum. Pemungutan suara diperintahkan oeh Mahkamah Konstitusi di seluruh distrik yang ada di Kabupaten Yapen berjumlah 16 distrik. Pendalaman yang dilakukan hakim terhadap permohonan Kabupaten Kepulauan Yapen jika dibandingkan dengan daerah lainnya terhadap

74 PENANGANAN PERSELISIHAN HASIL PILKADA TAHUN 2017 OLEH MAHKAMAH KONSTITUSI: VARIAN PENERAPAN AMBANG BATAS SELISIH SUARA DALAM PERSELISIHAN HASIL PILKADA 2017

52 permohonan lainnya sangat jauh berbeda proporsionalitasnya. Pada Yapen, Hakim menggali hampir selama 3 jam, bisa jadi karena kompleksitas permasalah yang terjadi di Yapen yang kemudian mengharuskan Mahakamah Konstitusi untuk menggali dan bertanya lebih kritis ke pada pemohon, termohon dan pihak terkait. Semestinya proses ini dapat dilaksanakan seragam dalam proses pemeriksaan pendahuluan. Terdapat kewajiban bagi hakim untuk memberikan nasihat terhadap permohonan, sehingga ruang pemeriksaan pendahuluan tidak hanya proses pembacaan dan jawaban semata, ataupun hanya sebatas perbaikan redaksional (renvoi). Bisa jadi karena adanya ketersediaan waktu yang longgar. Mengingat Yapen adalah daerah yang terlambat mengajukan permohonan, sehingga jadwal sidangnya terpisah dengan sidang-sidang yang lainnya. Dengan arti kata, Mahkamah tidak harus berpacu waktu untuk menyelesaikan permohonan lainya. Namun, Mahkamah lagi-lagi menganggap bahwa objek permohonan yang didalilkan kepada Mahkamah adalah tidak sah dan cacat hukum sehingga substansi perkara yang diajukan belum sama sekali tak menyentuh ranah ketentuan ambang batas dan penerapan selisih ambang batas tidak bisa digunakan. Mahkamah menjadi tidak konsisten karena tidak memberlakukan ketentuan formal tentang syarat ambang batas untuk menentukan kedudukan hukum pemohon ini sama pada seluruh permohonan. Dalam rentetan Pilkada yang estafet ini, 2015 dan 2017 saja ketentuan ini menjadi pagar batas utama yang dapat menghambat proses untuk mendapatkan akses keadilan pemilu. Tindakan Mahkamah yang dinilai pilih kasih ini menjadi tidak elok untuk proses sengketa hasil kedepannya. Pertanyaan sederhana yang harus dijabarkan Mahkamah lewat putusannya adalah, kenapa Mahkamah disatu sisi dapat masuk ke dalam materi permohonan dengan tidak menghiraukan ketentuan selisih ambang batas, namun disisi lain Mahkamah justru sebaliknya. Potret putusan Mahkamah konstitusi terhadap Permohonan Hasil Pemilihan Kepala Daerah (PHPUD) tahun 2017 menunjukkan lompatan. Khususnya terhadap empat daerah yang telah diuraikan diatas. Berikut disimpulkan putusan, objek sengketa dan tindak lanjut dari putusan Mahakamah Konstitusi yang harus dieksekusi.

75 PemiluJurnal & Demokrasi

merupakanTABEL suatu 3. upaya DAERAH untuk DENGANmenyelamatkan BEDA kebijakan CARA PANDANG publik yang PADA akan PUTUSAN DISSMISAL dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. PandanganNO HamdanDAERAH tersebutKABUPATEN berkaitan denganPUTUSAN apa yang disampaikan OBJEK TEMPAT Prematur / 6 Distrik Yuna Farhan1 melaluiPuncak Jayatulisannya “MenelusuriPemungutan Siklus Suara Ulang Politisasi (PSU) Anggaran cacat pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles sudah menjadi2 Tolikarafenomena universal Pemungutandidukung Suara dengan Ulang (PSU)berbagai studiCacat 18 Distrik empiris di 3berbagaiIntan Negara. Jaya Berbagai variabelRekapitulasi yang Suara mempengaruhi Lanjutan politcalCacat 7 TPS

budget cycles seperti perubahan pola padaDikabulkan struktur Sebagian anggaran baik secaraCacat 16 Distrik agregat maupunKepulauan secara Yapenspesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi 4 Tidak Dapat Diterima (Kehilangan Objek) - - dalam praktek penganggaran(3 permohonan) di Indonesia yang berkaitan dengan siklus Pemilu 2009 ataupun menjelang PemiluTidak 2014. Dapat Melihat Diterima (Kehilanganperkembangan Objek) saat- - ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Pemilu yangTrend telah meningkat putusan dengan Mahkamah ekstrim. Konstitusi terhadap empat daerah Masyarakatini menunjukkan tidak saja dapat ditafsirkankecenderungan sebagai satu Mahkamah kesatuan, tetapi memberikan putusan juga perludismissal dibatasi mengingat dengan amarperbedaan tidak hakikat dapat antara diterima laki-laki dipengaruhi dan oleh kejelasan perempuan.terhadap Seperti halnyaobjek keterwakilanpermohonan, perempuan yaitu sebagaisurat salahkeputusan satu rekapitulasi hasil syarat verifikasiperolehan faktual suara untuk yangmenjadi telahpeserta ditetapkanpemilu. UU No.oleh 8 Tahun masing - masing KPU 2012 menegaskandaerah. setiap Hal inipartai terkonfirmasi politik peserta pemilu karena harus memenuhi menurut Mahkamah Konstitusi 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat praktik selamaobjek ini, nya pihak prematur yang duduk atau baik dicacat parlemen hukum maupun karena pemerintah proses pelaksaan pilkada mayoritasdianggap diduduki olehbelum laki-laki. selesai. Apabila Maka tidak terhadap diperjuangkan, hal tersebut, hal ini Mahkamah menilai akan berdampakbelum negatifmemenuhi terhadap sebagai mandeknya objek aspirasi permohonan perempuan dalam sebagaimana ketentuan hukum danPasal pemerintahan. 157 Ayat Dan (4) kondisi UU Pilkada tersebut yangtelah ditulis berbunyi oleh Nindita “peserta pemilihan dapat Paramastutimengajukan dalam tulisannya permohonan yang berjudul: pembatalan “Perempuan dan penetapan Korupsi: hasil perolehan Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI 2009.” suara oleh KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota kepada Mahkamah MasihKonstitusi berhubungan dan dengan berimplikasi tema akuntabilitas tidak keuangan bisanya politik, diterapkan Didik ketentuan ambang Supriyantobatas dan sesuaiLia Wulandari Pasal dalam 158 U tulisan Pilkada. berjudul Transparansi dan Akuntabilitas Untuk Pengelolaan mendapatkan Dana Kampanye, objek menguraikan yang sesuai, bahwa maka dana Mahkamah Konstitusi kampanyemenilai adalah harussalah satu dilaksanakan hal penting dalam Pemungutan proses pemilu. Suara Dana Ulang dan Rekapitulasi kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat berkompetisiLanjutan, di dalam setelah pemilu. itu Setiap dapat partai ditetapkan politik, kandidat/calonketentuan pasal 158 UU Pilkada legislatif sepertitidak akan permohonan dapat bekerja daerah secara maksimal lainnya. dalam Terobosan kampanye untuk menggulik lebih dalam objek permohonan dengan perintah Pemungutan suara ulang dan

vi rekapitulasi lanjutan ini disatu sisi harus diapresiasi, karena Mahkamah Konstitusi telah menyelami peranananya untuk mencari keadilan substansial yang sangat berpengaruh pada kelangsungan pemerintahan pada daerah-daerah tersebut. karena progresif, layak disebutkan sebagai landmark decision dalam kazanah putusan Mahkamah Konstitusi. Pada sisi yang berbeda, kritik juga harus diberikan kepada Mahkamah Konstitusi untuk mendalami dalil permohonan pada daerah-daerah

76 PENANGANAN PERSELISIHAN HASIL PILKADA TAHUN 2017 OLEH MAHKAMAH KONSTITUSI: VARIAN PENERAPAN AMBANG BATAS SELISIH SUARA DALAM PERSELISIHAN HASIL PILKADA 2017

lainnya, sehingga banyaknya para pencari keadilan yang menghadap ke Mahkamah Konstitusi tidak terhenti pada proses pemeriksaan pendahuluan karena prasyarat formalitas. Dalam hal ini tidak secara otomatis mengharapkan Mahakamah Konstitusi untuk menerobos ketentuan perihal syarat formal dalam pengajuan permohonan namun, lebih pada Mahakamah Konstitusi membuka ruang untuk menilai dalil permohonan yang kemudian berpengaruh langsung pada perolehan angka-angka ambang batas. Jika kiranya berdasarkan kajian Mahkamah Konstitusi brpendapat adanya kecurangan dan pelanggaran yang terjadi secara tersistem, maka bukan tidak mungkin Mahkamah melanjutkan perkara pada tahapan pembuktian. Namun jika, berdasarkan pendalaman Mahkamah menilai tidak adanya dalil serta bukti yang dapat menguatkan argumentasi permohon, maka bisa memberikan putusan tidak dapat diterima pada putusan dismissal. Kiranya jika cara pandang ini diterapkan, tentu marwah putusan Mahkamah Konstitusi lebih elok dan adil untuk memberikan keadilan dalam bersengketa hasil pemilu.

D. KESIMPULAN 1. Mahkamah Konstitusi mulai tidak konsisten dalam penerapan pasal 158 UU Pilkada soal ambang batas selisih suara sebagai syarat untuk mengajukan permohonan, khususnya terhadap 4 daerah yang kemudian permohonan nya lanjut pada tahapan pembuktian. MK mendalami pokok permohonan tanpa melihat ketentuan formal soal ambang batas. 2. Mahkamah Konstitusi dalam sidang pemeriksaan pendahuluan tidak memberikan porsi waktu yang sama terhadap seluruh permohonan. Hal ini karena terdapat daerah yang disidangkan dengan waktu nya sangat panjang (didalami) namun daerah lain justru dibatasi sangat singkat dalam sidang pemeriksaan pendahuluan.

E. REKOMENDASI 1. Terhadap permohonan yang diterima oleh Mahkamah Konstitusi dalam perkara hasil hasil pemilihan umum, semestinya Mahkamah melihat terlebih dahulu dalil permohonan pemohon sebelum menentukan suatu permohonan dilanjutkan atau tidak pada tingkatan sidang pembuktian. Dengan arti kata Mahkamah Konstitusi serta merta hanya berpatokan

77 PemiluJurnal & Demokrasi

merupakanpada suatu ketentuan upaya untuk pasal menyelamatkan 158 UU Pilkada kebijakan saja. publik Karna yang pemberlakuanakan ketentuan dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. ini tanpa pendalaman yang dilakukan mengakibatkan banyaknya Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan permohonan yang berguguran. Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran 2.pada TahunTidak Pemilu.” menjadikan Yuna menjelaskan ruang pemeriksaan bahwa Political pendahuluan budget cycles hanya sebatas tempat sudah untukmenjadi pembacaan fenomena universal permohonan didukung dan dengan jawaban berbagai semata, studi tanpa pendalaman, empirisyang di berbagai kemudian Negara. jika Berbagai tidak variabel memenuhi yang mempengaruhi syarat formal politcal akan diputus dissmissal budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara tidak dapat diterima. Mestinya ruang pemeriksaan pendahuluan jadi agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi dalam ruangpraktek penganggarankoreksi dan di Indonesiamembari yang masukan berkaitan denganterhadap siklus permohonan tanpa Pemiludibatasi 2009 ataupun waktu menjelang yang terlaluPemilu 2014. singkat. Melihat perkembangan saat ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI 2009.” Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

vi

78 MELIHAT MODEL KOALISI PARTAI POLITIK DI 6 PROVINSI PILKADA SERENTAK 2017 Heroik Mutaqin Pratama1

ABSTRAK Studi ini berusaha untuk melacak pembentukan koalisi pencalonan gubernur dan wakli guberner di oleh partai politik peserta Pemilu Kepala Daerah Serentak 2017 di enam provinsi. Sebagian besar koalisi yang dibangun oleh partai politik hanya sebatas pemenuhan syarat pencalona 20% kursi DPRD sesuai dengan ketentuan UU 10/2016. Pola koalisi minimum size coaliton dan minimum range coalition sama sekali tidak berjalan dalam pembentukan koalisi pencalonan kepala daerah oleh partai politik peserta Pilkada Serentak 2017. Kata kunci: partai politik, koalisi, Pilkada 2017.

ABSTRACT This study is an attempt to investigate the formation of political coalition in Indonesia’s Local Elections of 2017 that was held in six provinces. The majority of coalition during the election process are formed only to surpass the 20 percent of parliamentary seats threshold requirement as mandated in the Law No.10/2016. The minimum size coalition and minimum range coalition principle are not working in the 2017 Local Elections. Keywords: political party, coalition, 2017 Local Elections

A. PENDAHULUAN Melacak bentuk koalisi partai politik di Pilkada Serentak 2017 memiliki arti yang cukup signifikan dalam studi kepartaian di Indonesia. Sebagai pemeran utama dalam sistem politik demokrasi, partai politik mengemban fungsi representasi yang menghubungkan antara warga negara dengan negaranya.

1 Penulis adalah Peneliti Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem)

79 PemiluJurnal & Demokrasi

merupakanPemilu suatu menjadi upaya untuk saluran menyelamatkan bagi partai kebijakan politik publik yanguntuk akan menjalankan fungsi dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. representasi ini. Melalui pemilu partai politik diberikan ruang untuk mengisi Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan posisi pemimpin di level legislatif maupun eksekutif ditingkat nasional maupun Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran lokal.pada Tahun Seperti Pemilu.” pilkada Yuna serentakmenjelaskan yang bahwa menjadi Political budgetjalur utamacycles bagi partai politik untuksudah menjadimengisi fenomena posisi Gubernur,universal didukung Bupati, dengan atau Walikota.berbagai studi empirisSelain di berbagai dalam Negara. wujud Berbagai posisi variabel kepemimpinan yang mempengaruhi daerah, politcal manifestasi fungsi budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara representasi partai politik muncul dalam bentuk kebijakan publik pascapartai agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi politikdalam praktek tersebut penganggaran terpilih di dalamIndonesia pemilu. yang berkaitan Sehingga dengan setidaknya siklus studi ini akan menyediakanPemilu 2009 ataupun peta menjelang epistimologi Pemilu 2014. partai Melihat politikperkembangan dalam saat membangun koalisi pencalonanini, yang menjadi Gubernur perhatian tidak dan hanya Wakil political Gubernur budget cyclesdi Pilkada, melainkan Serentak 2017. political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Bagi partai politik, pembentukan koalisi sangatlah penting terutama dalam Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. sistem multipartai dimana kekuatan politik terdistribusi kebanyak partai. Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi Kebutuhanjuga perlu dibatasi membangun mengingat koalisiperbedaan memang hakikat biasanyaantara laki-laki terjadi dan di sistem parlementer dimanaperempuan. pemerintahan Seperti halnya keterwakilan dibentuk perempuan oleh gabungan sebagai salah partai satu politik mayoritas pemenangsyarat verifikasi pemilu. faktual untukTetapi, menjadi bukan peserta berarti pemilu. di UU sistem No. 8 Tahunpresidensialisme koalisi tidak2012 menegaskan terjadi, terutama setiap partai di politikpresidensialisme peserta pemilu multipartaiharus memenuhi seperti Indonesia yang 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat sangat memerlukan koalisi partai dalam menjelankan pemerintahan. praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah mayoritasPresiden diduduki atau olehkepala laki-laki. daerah Apabila yang tidak terpilih diperjuangkan, dalam nalar hal ini “the winner takes all” terkadangakan berdampak tidak negatif sejalan terhadap dengan mandeknya dukungan aspirasi mayoritas perempuan partaidalam di legislatif. Padahal sistemhukum dan presidensialisme pemerintahan. Dan menempatkan kondisi tersebut telah lembaga ditulis oleh legislatif Nindita sebagai institusi yang Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: memiliki kewenangan untuk memberikan persetujuan terhadap kebijakan Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI publik2009.” yang dihasilkan eksekutif. UUDMasih berhubunganNegara Republik dengan tema Indonesia akuntabilitas keuangantahun 1945 politik, PasalDidik 20 ayat (2) lebih lanjutSupriyanto mengatur dan Lia Wulandari bahwa, dalamsetiap tulisan rancangan berjudul undangTransparansi-undang dan dibahas DPR dan presidenAkuntabilitas untuk Pengelolaan mendapatkan Dana Kampanye, persetujuan menguraikan bersama. bahwa danaBegitu pula perumusan kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kebijakan di level pemerintahan daerah. Undang-Undang No. 9/2015 tentang kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat Pemerintahanberkompetisi di dalam Daerah pemilu. menjelaskan Setiap partai salah politik, satu kandidat/calon wewenang kepala daerah ialah membuatlegislatif tidak peraturan akan dapat daerahbekerja secara dan maksimalmengesahakannya dalam kampanye setelah mendapatkan persetujuan dari DPRD. Situasai inilah yang kemudian memaksa partai politik untukvi menggandeng (inclusion) dan bekerjasama (cooperation) antar partai dalam membangun koalisi pemerintahan demi stabilitas kerja eksekutif dalam menghasilkan kebijakan publik. Pada sisi lain, pembentukan koalisi menjadi kebutuhan bagi partai politik di pencalonan kepala daerah. Berdasarkan ketentuan yang tertera di UU No. 10/2016 tentang Pilkada, partai politik atau gabungan partai politik dapat mendaftar pasangan calon kepala daerah jika telah memiliki 20% dari jumlah

80 MELIHAT MODEL KOALISI PARTAI POLITIK DI 6 PROVINSI PILKADA SERENTAK 2017

kursi DPRD atau 25% akumulasi perolehan suara sah di Pemilu DPRD. Dengan kata lain jika partai politik tidak memiliki minimal 20% kursi DPRD maka partai politik tersebut tidak dapat mencalonkan kandidatnya sendiri dan diwajibkan untuk membangun koalisi dengan partai politik lainnya demi mencapai angka 20% dari jumlah kursi di DPRD. Jika memang koalisi partai politik menjadi suatu keniscayaan, pertanyaannya kemudian: apakah orientasi partai politik dalam membangun koalisi lebih mengarah kepada kebutuhan untuk stabilitas kerja pemerintahan atau hanya sebatas pemenuhan syarat pencalonan? Selain itu, apakah terdapat kriteria tertentu yang diberlakukan oleh partai politik dalam meilih rekan koalisinya? Mengingat, masing-masing partai politik tentunya memiliki ideologi yang berbeda sebagai pembeda antara partai politik satu dengan yang lainnya. Dari sinilah kemudian tulisan ini berusaha untuk mengelaborasi lebih jauh perbandingan koalisi partai politik dalam pencalonan pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur di 6 Provinsi Pilkada Serentak 2017 (Bangka Belitung, DKI Jakarta, , , Sulawesi Barat, dan Papua Barat). Meskipun Aceh termasuk kedalam provinsi yang melangsungkan Pilkada Serentak 2017, studi ini tidak menyertakan Aceh sebagai fokus bahasan karena Aceh merupakan daerah khusus yang memiliki partai politik lokal. Sehingga untuk memudahkan studi, hanya 12 partai politik peserta pemilu nasional saja yang menjadi lokus bahasan di enam provinsi.

B. MODEL-MODEL KOALISI PARTAI POLITIK Dalam melacak model koalisi partai politik, (Dubes 2008, dalam Pamungkas 2011) menjelaskan paling tidak terdapat dua orientasi dasar yang melatarbelakangi mengapa partai politik membentuk koalisi: office- oriented approaches dimana koalisi dibentuk dalam rangka meraih kekuasaan atau memenangkan pemilu, dan policy-oriented approaches koalisi yang berorientasi untuk menghasilkan kebijakan tertentu. Secara lebih jauh (Andrew Heywood 2000:195, dalam Pamungkas 2011:78) menarangkan terdapat empat arena dalam pembentukan koalisi. Pertama, koalisi dibentuk pada arena elektoral yaitu partai politik sepakat untuk membentuk aliansi untuk bersaing bersama atau partai politik setuju untuk tidak bersaing melawan satu dengan lainnya dalam rangka maksimalisasi representasi bersama mereka. Kedua, koliasi dibentuk pada arena legislatif yaitu kesepakatan antar dua atau lebih dari partai politik dalam rangka mendukung

81 PemiluJurnal & Demokrasi

ataumerupakan menolak suatu upayaprogram untuk kebijakan menyelamatkan atau kebijakan undang publik-undang yang akan tertentu. dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. Ketiga, koalisi di arena pemerintahan dimana koalisi dibentuk atas Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan kesepekatanYuna Farhan melalui formal tulisannya antar dua “Menelusuri atau lebih Siklus partai Politisasi yang Anggaran melibatkan distribusi lintas partaipada Tahun portofolio Pemilu.” menteri. Yuna menjelaskan Keempat, bahwa koalisi Political besar budget seluruh cycles partai yang terbentuk hanyasudah menjadi ketika fenomenaterjadi ketika universal kirisis didukung nasional. dengan Dari berbagai keempat studi arena ini sebetulnya dapatempiris ditarikdi berbagai kedalam Negara. Berbagai dua arena variabel besar yang yaknimempengaruhi arena pemilupolitcal dan pasca pemilu. budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara agregatStudi maupun klasik secara yang spesifik dikemukakan pada tahun-tahun oleh Pemilu, (Theodore terkonfirmasi Caplow ,1956 dalam Pamungkasdalam praktek penganggaran2011) lebih dilanjut Indonesia menjeaskan yang berkaitan pembentukan dengan siklus koalisi akan sangat tergantungPemilu 2009 ataupun pada besaran menjelang kekuatan Pemilu 2014. partai Melihat size perkembangan of party power saat atau sumber daya kursiini, yang yang menjadi dimiliki perhatian oleh tidak partai hanya politicalpolitik. budget Dalam cycles hal, melainkan ini sejauh mana komposisi political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun kursi yang dimiliki oleh partai politik dapat berpengaruh dalam pembentukan Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. koalisi. Sebagai contoh, jika terdapat salah satu partai politik yang memiliki Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi kursijuga perlu mayoritas dibatasi mengingatdibandingkan perbedaan partai hakikat lain antara maka laki-laki koalisi dan antar partai tidak mungkinperempuan. terjadi.Seperti halnya Akan keterwakilan tetapi jika perempuantidak terdapat sebagai partai salah satu yang tidak memperoleh kursisyarat verifikasimayoritas faktual seperti untuk yangmenjadi lumrah peserta pemilu.terjadi UU sistem No. 8 Tahun kepartaian multipartai, maka2012 menegaskan peluang terbentuknyasetiap partai politik koalisi peserta antar pemilu partai harus sangat memenuhi besar terjadi. 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat praktikJumlah selama partai ini, pihak dalam yang duduk pembentukan baik di parlemen koalisi maupun sendiri pemerintah sangat tergantung pada perolehanmayoritas diduduki kursi masingoleh laki-laki.-masing Apabila partai. tidak Sebagaidiperjuangkan, contoh, hal inijika hanya dengan dua partaiakan berdampak politik sajanegatif sudah terhadap mencapai mandeknya mayoritas aspirasi perempuan kursi maka dalam partai lain tidak akan dilibatkan.hukum dan pemerintahan. Begitu pula Dan sebaliknya, kondisi tersebut jika telah dengan ditulis oleh dua Nindita partai tidak cukup untuk Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: memaksimalkan kekuatan meraih mayoritas dukungan maka pembentukan Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI aliansi2009.” lebih dari dua partai sangat mungkin terjadi. LebihMasih berhubungan lanjut (Lijphart dengan tema 1999 akuntabilitas dalam keuanganPamungkas politik, 2011:87 Didik -88) menjelaskan terdapatSupriyanto enamdan Lia model Wulandari koalisi, dalam yaitu: tulisan Pertama, berjudul Transparansi minimal winning dan coalition koalisi iniAkuntabilitas terbentuk Pengelolaan dengan mengabaikanDana Kampanye, partai menguraikan yang dianggapbahwa dana tidak perlu atas dasar kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana memaksimalisasikan kekuasaan. Kedua, minimum size koalisi ini dibangung kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat olehberkompetisi partai dibesar dalam dengan pemilu. partai Setiap kecilpartai denganpolitik, kandidat/calontujuan untuk sekedar mencapai mayoritas.legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye Ketiga, bargaining porposition dimana koalisi dibentuk dengan jumlah partaivi paling sedikit. Keempat, minimal range koalisi berdasarkan kedekatan ideolgi antar partai. Kelima, minimal connected winning koalisi yang dibangun atas konektivitas atau pertemuan kebijakan antar partai. Keenam, policy-vaible coalition koalisi yang hampir serupa dengan minimal connected winning akan tetapi policy-vaible coalition terjalin atas dasar kepedulian bersama terhadap kebijakan tertentu.

82 MELIHAT MODEL KOALISI PARTAI POLITIK DI 6 PROVINSI PILKADA SERENTAK 2017

C. MULTIPARTAI EKSTRIM MENJADI KENISCAYAAN Di tengah terdistribusinya kekuatan politik atau kursi legislatif kebanyak partai dalam sistem multipartai, koalisi partai politik dianggap menjadi suatu kebutuhan demi terciptanya efektivitas dan satbalitas pemerintahan. Indonesia merupakan salah satu negara yang menerapkan sistem kepartaian multipartai. Ada dua aspek yang paling tidak melatarbelakangi hal ini terjadi: Pertama, masyarakat Indonesia yang plural membutuhkan saluran representasi politik kebanyak partai. Sehingga dengan keberagaman partai politik yang memiliki tawaran identitas, ideologi, visi-misi, dan program kerja, mampu memfasilitasi representasi politik masyarakat Indonesia yang beragam. Kedua, terciptanya sistem multipartai tidak terlepas dari penerapan sistem pemilu proposional di Indonesia. Sejarah mencatat sejak Pemilu 1955 sampai dengan Pemilu 2014, Indonesia selalu menggunakan sistem pemilu proposional dalam pemilihan anggota legislatif. Maurice Duverger (1984) menjelaskan adanya faktor teknis dari sistem pemilihan umum didalam suatu negara yang dapat berpengruh langsung terhadap sistem kepartaian atau jumlah partai politik didalam suatu negara. Seperti sistem pemilu plurality majority dapat mencipakan sistem dua partai, dan sistem pemilu proposional sangat kondusif menciptakan sistem kepartain dengan banyak partai politik atau multipartai. Dalam sistem pemilu proposional terdapat variabel district magnitude yang jumlah alokasi kursi per-daerah pemilihanya terdapat lebih dari satu kursi. Logika bekerja district magnitude sendiri ialah semakin besar jumlah alokasi kursi makan semakin mudah bagi banyak partai politik meraih kursi legislatif, sedangkan sebaliknya jika semakin sedikit maka semakin sulit partai politik untuk meraih kursi legislatif. Hal ini yang kemudian membuka ruang bagi terciptanya sistem multipartai ditengah penerapan sistem pemilu proposional. Sistem multipartai sendiri terbagi kedalam dua bentuk yakni multipartai sederhana limited pluralism dimana konsentrasi kekuatan partai politik ke tiga sampai dengan lima partai politik di parlemen, sedangkan multipartai ekstrim extreme pluraslism konsentrasi kekuatan politik terdistribusi ke lebih dari lima partai politik relevan di parlemen (Satori 1976). Keduanya memiliki karakter yang berbeda-beda, sistem multipartai sederhana cenderung tidak terpolarisasi sedangkan multipartai ekstrim terpolarisasi dan terfragmantasi.

83 PemiluJurnal & Demokrasi

GRAFIK.merupakan I ANGKA suatu upaya ENPP untuk INDONESIA menyelamatkan DARI PEMILU kebijakan 1955-PEMILU publik yang akan 2014 dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu syaratUntuk verifikasi mengatahui faktual untuk sistem menjadi kepartaian peserta pemilu. seperti UU apaNo. 8yang Tahun diterapakan di suatu negara,2012 menegaskan Laakso setiap dan partai Taagepara politik peserta (1979) pemilu memformulasikan harus memenuhi secara matematis indeks30% keterwakilan effective perempuan. number Kondisi of parliamentary ini patut diperjuangkan, parties mengingat atau yang dikenal dengan istilahpraktik selama ENPP. ini, pihakFormula yang duduk hitung baik diini parlemen digunakan maupun pemerintahuntuk menjelaskan: apakah kekuatanmayoritas diduduki politik olehterkonsentrasi laki-laki. Apabila pada tidak satu diperjuangkan, partai, atau hal terbagi ini di antara berbagai akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam partaihukum danpolitik pemerintahan. ? (Supriyanto, Dan kondisi D & tersebut Mellaz, telah A, ditulis 2011, oleh hal. Nindita 30). ParamastutiPasca reformasi, dalam tulisannya Pemilu yang berjudul:1999 mampu “Perempuan menciptakan dan Korupsi: sistem multipartai sederhanaPengalaman yangPerempuan terlihat Menghadapi dari adanya Korupsi indeks dalam effective Pemilu DPRnumber RI party in parliament (ENPP)2009.” sebesar 4,7 atau konsentrasi kekuatan politik hanya kepada empat partaiMasih dari berhubungan 21 partai dengan politik tema yang akuntabilitas ada. Selebihnya keuangan politik, sampai Didik dengan Pemilu 2014, Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan selaluAkuntabilitas menghasilkan Pengelolaan sistemDana Kampanye, multiparti menguraikan ekstrim. bahwa dana kampanyeBegitu adalahpula salahdengan satu sistemhal penting kepartaian dalam proses di levelpemilu. provinsi. Dana Keenam provinsi yangkampanye menyelenggarakan diperlukan oleh partai Pilkadapolitik dan Serentakkandidatnya untuk2017, dapat seluruhnya menganut sistemberkompetisi multipartai di dalam ekstrimpemilu. Setiapdengan partai angka politik, ENPP kandidat/calon diatas lima. Provinsi Banten legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye menduduki angka ENPP tertinggi dibandingkan dengan lima provinsi lainya dengan besaran 8.4 atau delapan partai politik yang memiliki kekuatan politik vi efektif. Sedangkan Provinsi Gorontalo menempati angkat ENPP terendah dengan besaran 6.5. Meski demikian, konteks sistem kepartaian di level provinsi dengan level nasional sangatlah berbeda. Hal ini karena jika di legislatif nasional terdapat sepuluh partai politik yang menduduki kursi DPR, sedangkan untuk kursi legislatif di level Provinsi terdistribusi ke sembilang sampai dengan sebelas

84 MELIHAT MODEL KOALISI PARTAI POLITIK DI 6 PROVINSI PILKADA SERENTAK 2017

partai dengan jumlah kursi DPRD Provinsi yang berbeda-beda. Sebagai contoh, di Provinsi Bangka Belitung terdapat sebelah partai politik yang menduduk kursi DPRD Provinsi, sedangkan di Provinsi Gorontalo terdapat sembilang partai politik yang berhasil meraih kursi. Berfariativnya jumlah kursi DPRD Provinsi disebabkan tidak diterapkanya variabel sistem pemilu parliamentary threshold (PT) atau ambang batas perolehan suara minimal yang harus diperoleh partai politik untuk meraih kursi DPRD Provinsi. Untuk pemilu DPR, PT diterapkan dengan angka 3,5% pada Pemilu 2014. Sedangkan Pemilu DPRD angka PT adalah 0%. Dengan kata lain, setiap partai politik yang berhasil meraih suara berhak untuk diikut sertakan dalam konversi suara ke kursi.

TABEL. 1 JUMLAH KURSI, JUMLAH PARTAI DI DPRD, DAN ENPP DI 6 PROVINSI PILKADA 2017

PROVINSI JUMLAH KURSI JUMLAH PARTAI ENPP

Bangka Belitung 45 11 7.9

DKI Jakarta 100 10 7.1

Banten 85 10 8.4

Gorontalo 45 9 6.5

Sulawesi Barat 45 11 7.2

Papua Barat 45 11 7.9

Penerapan sistem multipartai ekstrim di level pemerintahan provinsi sedikit banyak berpengaruh terhadap jalannya penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Hal ini tentunya tidak terlepas dari karakter sistem multipartai esktrim itu sendiri. Dalam studinya Satori (1976: 132-138) menjelaskan terdapat beberapa karakter dasar dari multipartai ekstrim: pertama, multipartai ekstrim memiliki rentang jarak ideologi cukup jauh antar partai politik. Situasi ini berdampak pada terfragmantasinya parlemen dan tentunya berpengaruh terhadap stabilitas politik. Kedua, multipartai ekstrim mendorong pola persaingan yang bersifat sentrifugal. Jauh dari itu, persaingan ini berdampak pada persaingan antar partai yang sifatnya saling mengalahkan atau menjatuhkan “outbiding politics”. Alhasil ketidaksepahaman antar partai politik bukan hanya sekedar pada perbedaan pandangan tentang tawaran kebijkan publik saja, melainkan

85 PemiluJurnal & Demokrasi

tetapimerupakan prinsip suatu upayadasar untuk fundamental menyelamatkan ideologi kebijakan partai publik yang akan berbeda. Jika memang dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. demikian, pertanyaanya sejauh mana perbedaan ideologi partai politik peserta Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan Pilkada Serentak 2017?. Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran padaDalam Tahun Pemilu.”perjalanannya, Yuna menjelaskan kurang bahwa lebih Political ada budgettiga cyclesera perjalanan ideologi kepartaiansudah menjadi di fenomena Indonesia universal dengan didukung karakter dengan yang berbagai berbeda studi -beda. Era pertama terjadiempiris di di berbagai periode Negara. orde Berbagai lama. variabel Herbert yang Feith mempengaruhi dan Lance politcal Castele dalam studinya budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara Indonesian Political Thinking 1945-1965, menjelaskan ideologi partai dalam agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi limadalam aliran praktek politik penganggaran utama di diIndonesia Indonesia yang padaberkaitan waktu dengan itu siklus terdiri dari; komunisme, nasionalisme,Pemilu 2009 ataupun sosialisme menjelang Pemiludemokratis, 2014. Melihat dan perkembangan tradisionalisme saat jawa (Bourchier & Hadizini, yang dalam menjadi Sugiono perhatian tidak& Mas’udi hanya political 2008: budget 5). cycles, melainkan political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Era kedua terjadi pada saat orde baru. Pada era ini, rezim berkuasa Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. melakukan fusi partai dengan mengabungkan partai-partai politik yang ada Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi kedalamjuga perlu dibatasidua kelompok. mengingat perbedaanKelompok hakikat pertama antara terdiri laki-laki dari dan partai-partai politik yangperempuan. memiliki Seperti ideologi halnya keterwakilan nasionalis perempuanyakni PNI, sebagai IPKI, salah Murba, satu Parkindo, dan Partai Katoliksyarat verifikasi menjadi faktual Partai untuk Demokrasi menjadi peserta Indonesia pemilu. UU (PDI). No. 8 TahunKelompok kedua terdiri dari2012 partaimenegaskan politik setiap yang partai memiliki politik peserta basis pemilu ideologi harus keagamaan memenuhi dan pembangunan 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat yang diantaranya NU, Parmusi, PSII, dan Perti digabung kedalam satu partai praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah menjadimayoritas didudukiPartai Persatuan oleh laki-laki. Pembangunan Apabila tidak diperjuangkan, (PPP). hal ini akanSelain berdampak itu, negatifpemerintahan terhadap mandeknya orde baru aspirasi membentuk perempuan dalam partai Golangan Karya (Golkar)hukum dan pemerintahan.yang memiliki Dan kondisiideologi tersebut kekaryaan. telah ditulis Pada oleh Nindita era orde baru Indonesia Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: mengalami fase hegemonic party system (Gaffar 1992) menempatkan Golkar Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI sebagai2009.” partai yang berkuasa dan menghegemoni. EraMasih ketiga berhubungan terjadi dengan sejak tema reformasi akuntabilitas 1998 keuangan dimulai politik, dari Didik Pemilu 1999 sampai denganSupriyanto Pemilu dan Lia Wulandari2014. Pasca dalam tumbangnyatulisan berjudul Transparansirezim otoritarian dan orde baru, fusi partaiAkuntabilitas tidak Pengelolaan lagi diberlakukan. Dana Kampanye, Partai menguraikan politik bahwapun kembalidana muncul dengan kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana tawaran ideologi yang bervariatif terkecuali dengan ideologi komunis yang kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat sudahberkompetisi dilarang di dalam berdasarkan pemilu. Setiap ketetapan partai politik,MPR (TAPkandidat/calon MPRS No. 25 Tahun 1966). Untuklegislatif itutidak kurang akan dapatlebih bekerja pada erasecara reformasi maksimal ideologi dalam kampanye partai lebih mengarah pada tiga orientasi yakni nasionalis, agama, dan pembangunan. vi Meski demikian karena jumlah partai politik di setiap pemilu berbeda-beda mulai dari Pemilu 1999 terdapat 141 partai politik peserta pemilu, kemudian di Pemilu 2004 terdapat 24 partai politik peserta pemilu, selanjutnya Pemilu 2009 sebanyak 34 partai politik, dan terakhir Pemilu 2014 terdapat 12 partai politik. Pelacakan peta ideologi difokuskan kepada 12 partai politik peserta Pemilu 2014 yang tentunya menjadi peserta di Pilkada Serentak 2017.

86 MELIHAT MODEL KOALISI PARTAI POLITIK DI 6 PROVINSI PILKADA SERENTAK 2017

TABEL. 2 PARTAI POLITIK DI DPR DAN IDEOLOGINYA

PARTAI POLITIK IDEOLOGI

Demokrat Nasionalis religius

PDIP Nasionalis (Pancasila & Pembukaan UUD 45)

Golkar Nasionalis (Pancasila)

PKS Agama (Islam)

PAN Nasionalis (Pancasila dan cita-cita partai berakar pada moral agama, kemanusiaan, dan kemajemukan)

PPP Agama (Islam)

PKB Agama (Humanisme religius)

Gerindra Nasionalis (Pancasila)

Hanura Nasionalis (Pancasila)

PBB Agama (Islam)

PKPI Nasionalis (Pancasila dan UUD 1945)

Nasdem Nasionalis (Pancasila dan cita-cita proklamasi)

DIOLAH DARI:SUGIONA & MAS’UDI 2008: 16-20 DAN SETIWAN & NAIGOLON (EDS.) 2004).

Jika dicalak dari Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ ART) partai politik, ideologi partai politik terbilah kedalam dua kelompok yakni berbasiskan pada nasionalis dan agama. PDIP, Demokrat, PAN, PKPI, Nasdem, Golkar, Hanura, dan Gerindra tergabung dalam kelompok partai yang berideolgi nasionalis. Sedangkan empat partai politik PBB, PKS, PPP, dan PKB masuk dalam kelompok agama. Dari sini nampak partai politik peserta Pilkada 2017 memiliki rentang jarak ideologi yang cukup jauh sesuai dengan karakter sistem multipartai ekstrim.

D. KOALISI FORMALITAS Merujuk pada realitas penerapan multipartai ekstrim dengan perbedaan ideologi antar partai politik peserta Pilkada Serentak 2017 tersebut. Maka idealnya koalisi yang dibangun oleh partai politik dalam mencalonkan Gubernur dan Wakil Gubernur di Pilkada Serentak 2017 iala, berbasiskan pada minimum size coalition yakni koalisi dibentuk oleh partai besar dengan partai kecil untuk tujuan sekedar mencapai mayoritas agar stabilitas pemerintahan bisa terjaga. Bisa juga koalisi yang dibentuk berdasarkan minimal range coalition yakni kedekatan ideolgi antar partai. Dalam hal ini partai-partai politik yang tergabung dalam kelompok nasionalis atau agama bersepakat untuk membangun koalisi dalam mengusung pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur. Namun,

87 PemiluJurnal & Demokrasi

apakahmerupakan dua suatu model upaya untuk koalisi menyelamatkan tersebut kebijakanbenar terjadipublik yang di akan enam provinsi Pilkada dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. Serentak 2017? Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan YunaJika Farhan dilihat melalui dari tulisannya komposisi “Menelusuri kursi yang Siklus dimiliki Politisasi oleh Anggaran 12 partai politik di enam provinsipada Tahun pilkada, Pemilu.” Yunatidak menjelaskan ada satupun bahwa partaiPolitical politikbudget cyclesyang memperoleh kursi mayoritassudah menjadi (lebih fenomena dari universal50% kursi didukung DPRD). dengan Di berbagaiProvinsi studi Bangka Belitung kursi tertitinggiempiris di berbagai diperoleh Negara. PDIP Berbagai dengan variabel jumlah yang mempengaruhi kursi 10 atau politcal setara dengan 22%. budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara agregatBegitu maupun pula secara dengan spesifik DKI pada Jakartatahun-tahun yang Pemilu, perolehan terkonfirmasi kursi tertinggi masih diperolehdalam praktek PDIP penganggaran dengan di total Indonesia kursi yang sebanyak berkaitan dengan28 kursi siklus (26%) dari 106 kursi DPRDPemilu 2009 yang ataupun tersedia. menjelang Di PemiluProvinsi 2014. Banten, Melihat perkembangan Partai Golkar saat dan PDIP memiliki komposisiini, yang menjadi kursi perhatian DPRD tidak yang hanya sama political yakni budget masing cycles,- melainkanmasing 15 kursi dari total 85 political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun kursi. Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. MasyarakatKursi DPRP tidak Gorontalo saja dapat ditafsirkan terbanyak sebagai ditempati satu kesatuan, oleh Golkartetapi dengan perolehan kursijuga perlu sebanyak dibatasi mengingat12 atau 27%perbedaan dari hakikat total antara45 kursi laki-laki DPRD. dan Di Sulawesi Barat perolehanperempuan. Sepertikursi terbanyakhalnya keterwakilan diduduki perempuan oleh Partai sebagai Demokrat salah satu dengan perolehan 10 kursi.syarat verifikasi Sedangkan faktual di untukProvinsi menjadi Papua peserta Barat, pemilu. Partai UU No. Demokrat 8 Tahun dan Partai Golkar 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi menempati posisi kursi terbanyak dengan perolehan kursi masing-masing 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat sebanyakpraktik selama sembilan ini, pihak yangkursi. duduk baik di parlemen maupun pemerintah mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini TABEL.3akan berdampak SEBARAN negatif KURSI terhadap MASING-MASING mandeknya aspirasi PARTAI perempuan POLITIK DIdalam 6 PROVINSI PILKADA 2017 hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita BANGKA SULAWESI Paramastuti dalam tulisannyaDKI yang JAKARTA berjudul: BANTEN “Perempuan GORONTALO dan Korupsi: PAPUA BARAT PARTAI BELITUNG BARAT PengalamanPOLITIK Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI 2009.” KURSI % KURSI % KURSI % KURSI % KURSI % KURSI % NasdemMasih berhubungan2 dengan4 tema5 akuntabilitas5 5 keuangan6 politik,0 Didik0 2 4 4 9 SupriyantoPKB dan Lia2 Wulandari4 dalam6 tulisan6 berjudul7 8 Transparansi1 dan2 1 2 3 7 Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana PKS 4 9 11 10 8 9 5 11 2 4 1 2 kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana PDIP 10 22 28 26 15 18 6 13 4 9 4 9 kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat berkompetisiGolkar di dalam7 16 pemilu.9 Setiap8 partai15 politik,18 kandidat/calon12 27 9 20 9 20 legislatifGerindra tidak akan5 dapat11 bekerja15 secara14 maksimal10 12 dalam kampanye1 2 6 13 4 9

Demokrat 3 7 10 9 8 9 4 9 10 22 9 20

viPAN 3 7 2 2 3 4 7 16 5 11 4 9

PPP 6 13 10 9 8 9 4 9 2 4 1 2

Hanura 2 4 10 9 6 7 5 11 3 7 4 9

PKPI 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2 2 4

PBB 1 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Total 45 100 106 100 85 100 45 100 45 100 45 100

88 MELIHAT MODEL KOALISI PARTAI POLITIK DI 6 PROVINSI PILKADA SERENTAK 2017

Dari sini nampak bahwa untuk membangun mayoritas dukungan DPRD, koalisi menjadi salah satu instrumen yang dapat dilakukan oleh partai politik peserta Pilkada Serentak 2017 dalam mencalonkan Gubernur dan Wakil Gubernur. Selain itu, jika merujuk pada ketentuan pencalonan yang tertera dalam UU 10/2016 Pasal 40 ayat (1) “Partai Politik atau Gabungan Partai Politik dapat mendaftarkan calon jika telah memenuhi persyaratan perolehan paling sedikit 20% dari jumlah kursi DPRD atau 25% dari akumulasi suara sah dalam pemilu DPRD”. Di Provinsi Banten tidak ada satupun partai politik yang dapat mencalonkan kepala daerah tanpa berkoalisi dengan partai politik lainnya, karena tidak ada partai yang memperoleh kursi dengan komposisi sebesar 20%.

TABEL.4 PASANGAN CALON KEPALA DAERAH TERPILIH DI 6 PROVINSI PILKADA 2017 DAN SEBARAN PARTAI POLITIK PENDUKUNGNYA

Dalam prakteknya, hanya partai politik di Provinsi Banten yang mampu membangun koalisi pencalonan mayoritas untuk mengusung pasangan calon dan Andika Hazrumy dengan total kursi DPRD sebanyak 57 dari 85 kursi DPRD Provinsi Banten. Koalisi mayoritas ini dibangun oleh enam partai politik diantaranya Golkar, PKB, Hanura, Gerindra, Demokrat, dan PKS. Sedangkan kepala daerah terpilih di lima provinsi lainnya minimum size coalition tidak bekerja dalam rangka menciptakan dukungan mayoritas kursi DPRD. Dengan kata lain, koalisi partai politik di luar kepala daerah terpilih berada pada posisi menguasai mayoritas kursi DPRD. Di Provinsi Bangka Belitung misalnya, koalisi partai Gerindra, Nasdem, dan PKB memenagkan pasangan Erzaldi Rohman dan Abdul Fatah dengan dukungan sembilan kursi DPRD Provinsi Bangka Belitung. Sedangkan 36

89 PemiluJurnal & Demokrasi

kursimerupakan sisanya suatu upayaberada untuk diluar menyelamatkan partai pengusung kebijakan publik kepala yang akan daerah terpilih. Begitu dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. pula dengan Provinsi DKI Jakarta. Koalisi pengusung dan Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan Sandiaga Uno yang terdiri dari PKS, Gerindra, dan PAN hanya meraih 28 kursi Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran DPRDpada Tahun dari Pemilu.” 106 kursi Yuna DPRD menjelaskan DKI bahwaJakarta. Political Dengan budget kata cycles lain terdapat 78 kursi DPRDsudah menjadi yang berada fenomena diluar universal dukungan didukung kepala dengan daerah berbagai terpilih. studi empirisGolkar di berbagai dan Demokrat Negara. Berbagai di Provinsi variabel yang Gorontalo mempengaruhi membangun politcal koalisi pencalonan budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara dan Idris Rahim hanya dengan 16 Kursi DPRD dari 45 kursi DPRD agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi yanagdalam praktek ada. Dipenganggaran Sulawesi di Barat, Indonesia enam yang partai berkaitan politik dengan yang siklus terdiri dari Gerindra, Nasdem,Pemilu 2009 PKB, ataupun PDIP, menjelang PAN, Pemilu & 2014. PPP Melihat dengan perkembangan 20 kursi saat DPRD mencalonkan pasanganini, yang menjadi Ali perhatianBaal dan tidak Anny hanya Anggraeni. political budget Sedangkan cycles, melainkan 25 kursi DPRD Provinsi Gorontalopolitical corruption sisanya cycle berada atau siklus diluar korupsi pasangan politik pada calon tahun-tahun terpilih. Hal serupa terjadi Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. juga di Provinsi Papua Barat, dan Mohamad Lakatoni Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi sebagai gubernur dan wakil gubernur tepilih hanya didukung oleh tiga partai juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan Nasdem,perempuan. PDIP, Seperti danhalnya PAN keterwakilan dengan perempuantotal kursi sebagai sebanyak salah 12.satu syaratTidak verifikasi hanya faktual minimum untuk menjadi size coalition peserta pemilu. yang UU tidak No. 8 bekerja,Tahun pola koalisi yang berbasiskan2012 menegaskan pada setiap kedekatan partai politik ideologi peserta pemiluatau minimal harus memenuhi range coalition pun tidak 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat terbentuk dalam pencalonan gubernur dan wakil gubernur Pilkada Serentak praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah 2017.mayoritas Sekalipun diduduki olehProvinsi laki-laki. Banten Apabila mampu tidak diperjuangkan, membentuk hal inikoalisi mayoritas yang dimotoriakan berdampak oleh negatifGolkar terhadap dengan mandeknya kursi lebih aspirasi banyak perempuan (15 kursi) dalam dibandingkan rekan koalisihukum dan partai pemerintahan. politik lainnya. Dan kondisi Koalisi tersebut yang telah dibangun ditulis oleh ini Nindita tidak berlandaskan pada kesamaanParamastuti dalamatau tulisannyakedekatan yang ideologi berjudul: partai.“Perempuan Partai dan Korupsi:Golkar, Hanura, Gerindra, Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI Demokrat, dan PAN yang terkelompok dalam ideologi nasionalis justru 2009.” berkoalisi dengan PKB dan PKS yang terkelompok dalam ideologi agama. Hal Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik serupaSupriyanto terjadi dan Lia di Wulandarilima provinsi dalam lainnya tulisan berjudul juga yang Transparansi membangun dan koalisi pencalonan kepaladaAkuntabilitas daerah Pengelolaan tanpa Dana mempertimbangkan Kampanye, menguraikan ideologi bahwa dandana cenderung cair. kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana TABEL.5kampanye KEPALA diperlukan DAERAH oleh partaiTERPILIH politik DI 6dan PROVINSI kandidatnya PILKADA untuk 2017 dapat DAN IDEOLOGI PARTAI POLITIKberkompetisi PENDUKUNGNYA di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye NO. PROVINSI KEPALA DAERAH TERPILIH IDEOLOGI PARTAI KOALISI vi1 Bangka Belitung Erzaldi Rosman & Drs. H.Abdul Fatah, M.Si Gerindra (Nasionalis), Nasdem (Nasionalis), & PKB (Agama)

2 DKI Jakarta Anies Baswedan, Ph.D. & Sandiaga PKS (Agama), Gerindra (Nasionalis), & PAN (Nasionalis) Salahuddin Uno

3 Banten Dr. H. Wahidin Halim, Msi & H. Andika Golkar (Nasionalis), PKB (Agama), Hanura (Nasionalis), Hazrumy, S.Sos., M.AP Gerindra (Nasionalis), Demokrat (Nasionalis religius), PKS (Agama), & PAN (Nasionalis).

90 MELIHAT MODEL KOALISI PARTAI POLITIK DI 6 PROVINSI PILKADA SERENTAK 2017

NO. PROVINSI KEPALA DAERAH TERPILIH IDEOLOGI PARTAI KOALISI

4 Gorontalo Drs. H. Rusli Habibie, M.AP & DR. Drs. Hi. Golkar (Nasionalis) & Demokrat (Nasionalis Religius) Idris Rahim, MM

5 Sulawesi Barat Drs. H. Ali Baal, M.Si & Hj. Enny Anggraeny Gerindra (Nasionalis), Nasdem (Nasionalis), PKB (Agama), Anwar PDIP (Nasionalis), PAN (Nasionalis), & PPP (Agama)

6 Papua Barat DRS. Dominggus Mandacan & Mohamad Nasdem (Nasionalis), PDIP (Nasionalis), & PAN (Agama) Lakotani, SH, M.Si

Dengan ini nampak bahwa koalisi pencalonan gubernur dan wakil gubernur di enam provinsi Pilkada Serentak 2017 sebagai formalitas semata untuk memenuhi syarat pencalonan 20% kursi DPRD. Sekalipun multipartai ekstrim memiliki efek samping yang dapat mengganggu jalannya efektivitas dan stabilitas penyelenggaraan pemerintahan hasil Pilkada Serentak 2017 yang terbukti dengan adanya indeks ENPP di atas lima. Nampaknya tidak menjadi pertimbangan yang cukup berarti dalam membentuk koalisi pencalonan kepala daerah. Adanya ideologi kepartaian yang cair ditambah dengan terbukanya ruang untuk menata ulang bangunan koalisi ditengah jalan ketika penyelenggaraan pemerintahan berlangsung. Bisa jadi salah satu alasan mengapa koalisi partai politik di enam provinsi Pilkada Serentak tidak berbasiskan pada minimum size coalition dan minimum range coaliton. Studi yang dilakukan oleh Kuskrido Ambardi (2009) mengungkapkan, munculnya fenomena sistem kepartaian yang terkartelisasi dimana partai politik memiliki dua karakter yang berbeda. Ketika Pemilu cenderung bersaing sedangkan pada saat pembentukan pemerintah cenderung bekerjasama satu sama lain. Sehingga sangat memungkinkan sekali terjadinya bangunan koalisi mayoritas ditengah jalan untuk mendukung jalannya pemerintahan provinsi kepala daerah terpilih. Sehingga dalam prakteknya jarang sekali terlihat pemerintahan daerah yang mengalami deadlock dalam formulasi kebijakan yang diakibatkan oleh minoritasnya koalisi partai pengusung kepala daerah terpilih.

E. KESIMPULAN Bangunan koalisi partai politik dalam mencalonkan Gubernur dan Wakil Gubernur di enam provinsi Pilkada Serentak 2017, lebih ditempatkan sebagai pemenuhan syarat pencalonan 20% kursi DPRD semata yang menjadi ketentuan dalam UU 10/2016 tentang Pilkada. Hal ini nampak dengan adanya bangunan kaolisi yang cair tanpa mempertimbangkan ideologi dan tidak berupaya untuk

91 PemiluJurnal & Demokrasi

membangunmerupakan suatu pemerintahan upaya untuk menyelamatkan kepala daerah kebijakan terpilih publik yangdengan akan dukungan mayoritas dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. partai politik DPRD Provinsi. Padahal ditengah penerapan sistem pemerintahan Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan presidensialisme multipartai, dukungan mayoritas partai sangatlah diperlukan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran demipada Tahun kelanacaran Pemilu.” Yunapenyelenggaran menjelaskan bahwa pemerintahan Political budget daerah. cycles sudahUndang menjadi-Undang fenomena No. universal 9/2015 didukung tentang dengan Pemerintahan berbagai studi Daerah, sebetulnya secaraempiris ditegas berbagai memberikan Negara. Berbagai ruang variabel kewenangan yang mempengaruhi bagi politcal DPRD untuk menerima budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara atau menolak peraturan daerah bahkan APBD usulan kepala daerah. Sehingga agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi jikadalam dilihat praktek secara penganggaran normatif, di Indonesia hal ini yang tentunya berkaitan akan dengan menjadi siklus ancaman stabilitas penyelenggaraanPemilu 2009 ataupun menjelangkepala Pemiludaerah 2014. terpilihMelihat perkembangan yang tidak saat berlandaskan pada bangunanini, yang menjadi koalisi perhatian partai tidak politik hanya politicalperaih budgetkursi cyclesmayoritas, melainkan DPRD. Padahal keenam Provinsipolitical corruption Pilkada cycleSerentak atau siklus 2017 korupsi menganut politik padamultipartai tahun-tahun ekstrim dengan indeks Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. ENPP rata-rata diatas lima partai. Dalam hal ini kekuatan politik di DPRD Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi terdistribusi secara merata kelebih dari lima partai. Belum lagi tidak ada juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan satupunperempuan. partai Seperti politik halnya yangketerwakilan memiliki perempuan kursi mayoritassebagai salah di satu DPRD lebih dari 50%. syaratMeski verifikasi demikian, faktual keberadaanuntuk menjadi halpeserta tersebut pemilu. tidakUU No. menjadi 8 Tahun pertimbangan yang cukup2012 menegaskan berarti setiapdalam partai pembentukan politik peserta koalisipemilu harus pencalonan memenuhi di Pilkada Serentak 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat 2017. Cairnya ideologi partai dan terbukanya ruang pembentukan koalisi praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah ditengahmayoritas diduduki penyelenggaraan oleh laki-laki. pemerintahan Apabila tidak diperjuangkan, daerah, bisa hal jadiini menjadi salah satu aspekakan berdampak pertimbangan negatif terhadap partai mandeknya politik dalam aspirasi membangunperempuan dalam koalisi pencalonan di Pilkadahukum dan Serentak pemerintahan. 2017. Dan Pada kondisi sisi tersebut lain, jangan telah ditulis-jangan oleh Nindita adanya ketentuan ambang batasParamastuti pencalonan dalam tulisannya 20% justru yang berjudul: menjadi “Perempuan faktor penghambat dan Korupsi: dalam membangun Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI minimum size coalition atau minimum range coalition. Sehingga bisa jadi 2009.” dengan ketiadaan ambang batas pencalonan ini partai politik bisa melakukan Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik penjajakanSupriyanto dan koalisi Lia Wulandari dengan dalam tujuan tulisan meraih berjudul dukungan Transparansi mayoritas dan dan terciptanya koalisiAkuntabilitas permenan Pengelolaan pada Dana saat Kampanye, pemilu dan menguraikan pasca pemilu. bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana REFERENSIkampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat Ambardi,berkompetisi K di 2009, dalam Mengungkap pemilu. Setiap Politikpartai politik, Kartel, kandidat/calon KPG, Jakarta. legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye Bourcheir, Pemerintahan Peralihan Habibie: Reformasi, Pemilihan Umum, Regionalisme dan Pergulatan Meraih Kekuasaan, didalam Manning & vi Diermen 2000, “Indonesia Di Tengah Transisi: Aspek – Aspek Sosial Reformasi dan Krisis, LkiS, Yogyakarta. Duverger, M, Partai Politik dan Keolompok-Kelompok Penekan, diterjemahkan oleh Hasyim, L, 1984, Bina Aksara, Yogyakarta. Gaffar, A 1992, Javanese Voters, A Case Study of Election Under a Hegemonic Party System, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta Grumm, J 1969, Beberapa Teori Pemilihan, dialam Amal (ed.) 2012, “Teori – Teori Mutakhir Partai Politik”, Tiara Wacana, Yogyakarta.

92 MELIHAT MODEL KOALISI PARTAI POLITIK DI 6 PROVINSI PILKADA SERENTAK 2017

Pamungkas, S 2009, Perihal Pemilu, Jurusan Politik dan Pemerintahan UGM, Yogyakarta. Pamungkas, Sigit 2011, Partai Politik Teori dan Praktik di Indonesia, IDW, Yogyakarta. www.pilkada2017.kpu.go.id dilihat pada tanggal 10 Juli 2017 Satori, G 1976, Parties and Party Systems: A Framework of Analysis, New York: Cambridge University Press. Undang-Undang No. 10 Tahun 2016 Tentang Perbuhana Kedua atas Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-Undang. Undang-Undang No. 9 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua atas Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah. Setiawan, B & Nainggolon, B (eds.) 2004, Partai-Partai Politik Indonesia; Ideologi dan Program 2004-2009, Kompas, Jakarta. Sugionio, M & Mas’udi, W 2008, Peta Ideolgi Partai Politik Peserta Pemilu 2009, Laporan Penelitian Hibah Riset Fakultas Pemilu 2009, FISPOL UGM, Yogyakarta.

93 PemiluJurnal & Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI 2009.” Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

vi

94 STRATEGI PARTAI POLITIK DALAM MEMENUHI KEBIJAKAN AFIRMASI PADA PEMILU 2014 (STUDI KASUS: PARTAI KEADILAN SEJAHTERA DAN PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN) Khoirunnisa Nur Agustyati1 Penulis Pendamping: Dra. Chusnul Mar’iyah, Ph.D

ABSTRAK Menjelang Pemilu 2014 KPU mengeluarkan PKPU No 7/2013 mengenai pencalonan yang salah satu klausulnya adalah mewajibkan partai politik peserta pemilu untuk memenuhi ketentuan mencalonkan 1 orang bakal calon perempuan diantara 3 bakal calon di masing-masing daerah pemilihan. Jika partai politik tidak memenuhi ketentuan tersebut maka partai politik ini akan didiskualifikasi sebagai peserta pemilu di daerah pemilihan tersebut. Hal ini kemudian mendorong partai politik untuk mau tidak mau harus memenuhi kuota 30% pencalonan perempuan. Masing-masing partai politik memiliki strateginya sendiri dalam memenuhi kebijakan tersebut, termasuk Partai Keadilan Sejahteran (PKS) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Strategi yang diambil partai ini tidak dipungkiri terkait dengan ketersediaan kader yang dimiliki oleh masing-masing partai dan juga sistem pemilu yang digunakan. Kata kunci: kebijakan afirmasi, strategi partai, pemilu

ABSTRACT As a preparation for the 2014 Elections, Indonesia’s Elections Commission (KPU) issued KPU Regulations No.7/2013 on candidacy where it contains

1 Penulis adalah Deputi Program Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem).

95 PemiluJurnal & Demokrasi

amerupakan specific suatu clause upaya that untuk requires menyelamatkan political kebijakan party publik to yang at leastakan propose one female dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. candidate out of three allowable candidates in every electoral area. If any Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan political party fail to meet this requirement, that political party shall be Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran disqualifiedpada Tahun Pemilu.” from Yuna participating menjelaskan bahwain the Political election budget process. cycles This requirement, in turn,sudah hasmenjadi encouraged fenomena universalpolitical didukung party todengan fulfill berbagai the 30 studi percent gender quota as mandatedempiris di berbagai in the Negara. Elections Berbagai Law. variabel Every yang mempengaruhipolitical party politcal has their own strategy inbudget fulfilling cycles seperti this perubahanrequirement, pola pada like struktur the Justice anggaran and baik Prosperity secara Party (PKS) and agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi the Unity and Development Party (PPP). Every strategy taken by political dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus partyPemilu 2009is without ataupun a menjelang doubt influenced Pemilu 2014. Melihatby the perkembangan availability saat of female cadres within theirini, yang organization menjadi perhatian and tidak the hanya election political system budget implementedcycles, melainkan by the government. political Keywords: corruption Affirmative cycle atau siklus korupsipolicy, politik political pada tahun-tahun party’s strategy, elections Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. A. MasyarakatPENDAHULUAN tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan perempuan.Dalam Sepertiupaya halnya peningkatan keterwakilan keterwakilan perempuan sebagai perempuan salah satu di DPR, gerakan perempuansyarat verifikasi telah faktual melakukan untuk menjadi advokasi peserta pemilu. sejak UU Pemilu No. 8 Tahun 1999 yang merupakan pemilu2012 menegaskan demokratis setiap yang partai pertama politik peserta kali dilakukanpemilu harus setelah memenuhi jatuhnya pemerintahan Orde30% keterwakilan Baru. Namun perempuan. memang Kondisi apa ini yangpatut diperjuangkan, menjadi perjuangan mengingat gerakan perempuan praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah padamayoritas saat diduduki itu belum oleh laki-laki.membawakan Apabila tidak hasil diperjuangkan, karena ternyata hal ini jumlah perempuan terpilihakan berdampak pada negatifPemilu terhadap 1999 mandeknyamenurun aspirasi menjadi perempuan 9% dibandingkan dalam dengan hasil Pemiluhukum dan 1997 pemerintahan. yang mencapai Dan kondisi 12%. tersebut telah ditulis oleh Nindita ParamastutiPerjuangan dalam tulisannyagerakan yangperempuan berjudul: “Perempuan untuk danmeningkatkan Korupsi: keterwakilan Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI perempuan2009.” di DPR terus dilakukan dalam menghadapi pemilu. Pada pembahasanMasih berhubungan undang dengan-undang tema akuntabilitas pemilu sebagai keuangan kerangka politik, Didik hukum Pemilu 2004 gerakanSupriyanto perempuan dan Lia Wulandari berhasil dalam ketika tulisan UU berjudul No 12/2003 Transparansi tentang dan Pemilu mengadopsi kebijakanAkuntabilitas afirmasi Pengelolaan secara Dana Kampanye,terbatas, menguraikandan perjuangan bahwa ini dana terus dilakukan hingga munculnyakampanye adalah kebijakan salah satu afirmasi hal penting dalamdalam proses kuota pemilu. pencalonan Dana perempuan sebesar 30%kampanye dalam diperlukan daftar olehcalon partai anggota politik legislatifdan kandidatnya yang diajukanuntuk dapat oleh partai politik.2 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatifUndang tidak-undang akan dapat No bekerja 12/2003 secara tentang maksimal Pemilu dalam Legislatifkampanye yang menjadi dasar hukum Pemilu 2004 menyebutkan bahwa partai politk peserta pemilu dalam menyusunvi daftar calon memperhatikan keterwakilan perempuan sekurang- kurangnya 30%.3 Ketentuan ini kemudian dipertegas dalam UU No 10/2008 tentang Pemilu Legislatif yang menjadi dasar hukum penyelenggaraan Pemilu 2009. Dalam UU No 10/2008 disebutkan bahwa partai politik dalam menyusun

2 Didik Supriyanto, Politik Perempyan Pasca-Orde Baru: Koalisi Perempuan dan Perjuangan Kebijakan Afirmasi dalam Pemilu Legislatif, Jakarta: rumahpemilu.org, 2013. 3 Pasal 65 ayat (1) UU No 12/2003.

96 STRATEGI PARTAI POLITIK DALAM MEMENUHI KEBIJAKAN AFIRMASI PADA PEMILU 2014 (STUDI KASUS: PARTAI KEADILAN SEJAHTERA DAN PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN)

daftar calon anggota legislatif harus menempatkan sedikitnya satu perempuan calon anggota legislatif diantara tiga nama calon anggota legislatif.4 Upaya untuk meningkatkan keterwakilan perempuan tidak hanya untuk representasi di parlemen, tetapi juga di partai politik. Undang-undang No 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik juga mewajibkan partai politik untuk memiliki keterwakilan 30% perempuan di kepengurusan partai politik pada tingkat pusat.

TABEL 1.1 KETERWAKILAN PEREMPUAN DI KEPENGURUSAN PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU 20145

NO URUT PARTAI POLITIK KETERWAKILAN PEREMPUAN DI PARTAI POLITIK PARTAI

1 Partai Nasdem 36%

2 PKB 34%

3 PKS 61%

4 PDIP 30%

5 Partai Golkar 30%

6 Partai Gerindra 31%

7 PD 32%

8 PAN 31%

9 PPP 31%

10 Partai Hanura 40%

11 PBB 30%

12 PKPI 30%

Dilihat dari data tersebut bahwa seluruh partai politik peserta pemilu telah memenuhi keterwakiln 30% perempuan dalam kepengurusan partai politik di tingkat pusat. Pemenuhan kuota ini tentu menjadi harapan untuk keterwakilan perempuan di dalam pencalonan dan juga pada calon terpilih. Pada awalnya Partai Golkar dan PBB hampir tidak dapat menjadi peserta Pemilu 2014 karena tidak mencukupi keterwakilan perempuan, Partai Golkar hanya menempatkan 18% keterwakilan perempuan di kepengurusan partai politik sementara PBB hanya menempatkan 12% keterwakilan perempuan di

4 Pasal 55 ayat (2) UU No 10/2008. 5 Eko Bambang Subiantoro, Masa Depan Keterwakilan Perempuan dalam Pemilu Legislatif 2014, Jurnal Perempuan, Untuk Pencerahan dan Kesetaraan, Vol. 18 No 4, November 2013, hal 91.

97 PemiluJurnal & Demokrasi

partaimerupakan politik. suatu upayaNamun untuk karena menyelamatkan ketegasan kebijakan KPU publik dalam yang mendorongakan partai untuk dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. meningkatkan keterwakilan perempuan akhirnya kedua partai ini mampu Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan memenuhi persyaratan yang dibuat oleh KPU.6 Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran padaMenjelang Tahun Pemilu.” Pemilu Yuna 2014 menjelaskan terdapat bahwa perubahan Political undangbudget cycles-undang pemilu menjadi UUsudah No menjadi 8/2012 fenomena tentang universal Pemilu didukungLegislatif. dengan Dalam berbagai undang studi-undang tersebut tidak terdapatempiris di berbagai perubahan Negara. mengenai Berbagai variabel kebijakan yang mempengaruhi afirmasi terhadap politcal calon perempuan.7 budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara Namun KPU memberi tafsir baru atas ketentuan kuota 30% keterwakilan agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi perempuan.dalam praktek penganggaranHal ini terdapat di Indonesia dala yangPKPU berkaitan No 7/2013 dengan siklustentang pencalonan yang menyatakanPemilu 2009 ataupun bahwa menjelang partai Pemilupolitik 2014. yang Melihat tidak perkembangan memenuhi saatkuota 30% keterwakilan perempuanini, yang menjadi dalam perhatian daftar tidak calonhanya political di suatu budget daerah cycles pemilihan, melainkan maka partai politik tersebutpolitical corruption dinyatakan cycle atautidak siklus dapat korupsi mengikuti politik pada di tahun-tahun daerah pemilihan tersebut.8 Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. Adanya ketentuan dalam PKPU ini dianggap mampu mendorong partai politik Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi untuk menempatkan 30% perempuan dalam daftar calon di setiap daerah juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan pemilihan.perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu syaratAdanya verifikasi ketentuan faktual untuk dalam menjadi PKPU peserta No 7/2013pemilu. UUyang No. memberikan8 Tahun sanksi kepada partai2012 menegaskan politik yang setiap tidak partai memenuhipolitik peserta ketentuan pemilu harus kuota memenuhi 30% tentu mengundang 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat protes dari partai politik. Namun KPU tetap pada keputusannya. Disini terlihat praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah bahwamayoritas ketentuan diduduki oleh sanksi laki-laki. yang Apabila ada dalam tidak diperjuangkan, PKPU No 7/2013 hal ini mampu mendorong pemenuhanakan berdampak kuota negatif 30% terhadap perempuan mandeknya dalam aspirasi daftarperempuan calon. dalam Hal ini menjadi efektif karenahukum dan dalam pemerintahan. tiga kali Dan pemilu kondisi tersebutpartai telahpolitik ditulis selalu oleh Ninditakesulitan dalam merekrut perempuanParamastuti dalam sebagai tulisannya calon yang anggota berjudul: legislatif. “Perempuan dan Korupsi: Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI 2009.” TABEL 1.2 JUMLAH PEREMPUAN CALON ANGGOTA LEGISLATIF DAN PENEMPATAN Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik NOMORSupriyanto URUT dan LiaPADA Wulandari PEMILU dalam 2014 tulisan berjudul Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana PARTAI NOMOR URUT TOTAL kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana TOTAL % POLITIK 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 P kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat berkompetisiNASDEM 12 di dalam25 54pemilu.20 Setiap31 partai33 politik,17 17 kandidat/calon9 1 219 521 42.03% legislatifPKB tidak11 akan21 dapat52 bekerja12 secara22 48maksimal19 dalam14 14kampanye0 213 520 40.96% PKS 1 21 57 11 29 41 15 11 5 0 191 461 41.43%

viPDIP 10 15 57 11 12 48 16 18 14 0 201 522 38.51% GOLKAR 9 21 51 18 8 47 19 14 14 0 201 522 38.51%

GERINDRA 10 17 54 21 38 16 17 14 13 0 200 521 38.39%

DEMOKRAT 18 21 47 13 21 44 21 13 10 0 208 522 39.85%

6 Ibid, hal 91. 7 Pasal 56 ayat (2) UU No 8/2012. 8 Pasal 27 ayat (2) PKPU No 7/2013.

98 STRATEGI PARTAI POLITIK DALAM MEMENUHI KEBIJAKAN AFIRMASI PADA PEMILU 2014 (STUDI KASUS: PARTAI KEADILAN SEJAHTERA DAN PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN)

PARTAI NOMOR URUT TOTAL TOTAL % POLITIK 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 P

PAN 18 18 41 8 18 45 21 12 15 2 198 522 37.93%

PPP 21 19 50 9 22 43 21 20 4 2 211 511 41.29%

HANURA 14 8 58 11 18 48 16 20 11 0 204 521 39.16%

PBB 7 18 54 12 19 43 26 11 9 0 199 518 38.42%

PKPI 7 22 51 15 32 27 21 12 10 1 198 505 39.21%

TOTAL 138 226 626 161 270 483 229 176 128 6 2443 6166 39.62%

SUMBER: DAFTAR CALON TETAP KPU

Dari data diatas terlihat bahwa seluruh partai politik telah menempatkan lebih dari 30% perempuan dalam pencalonan anggota legislatif Pemilu 2014. Walaupun memang dari data terlihat bahwa perempuan calon anggota legislatif banyak ditempatkan pada urutan 3, 6, dan 7. Partai yang paling banyak mengusung perempuan caleg di nomor urut 1 adalah Partai Persatuan Pembangunan (PPP), sebanyak 21 caleg, dan yang paling sedikit adalah Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang hanya mengusung 1 perempuan caleg di nomor urut 1. Posisi calon di nomor urut 1 dan 2 masih didominasi oleh laki-laki. Ketentuan sanksi yang ada dalam PKPU No 7/2013 mendorong partai politik untuk memenuhi ketentuan tersebut. Namun kemudian yang menjadi pertanyaan adalah apakah perempuan-perempuan yang ditempatkan oleh partai politk di dalam daftar calon ini hanya sekedar memenuhi apa yang ditentukan oleh KPU? Padahal hal yang sudah menjadi rahasia umum adalah mahalnya biaya yang harus dikeluarkan oleh kandidat peserta pemilu di Indonesia, apalagi dengan metode persaingan bebas yang selama ini diterapkan, dimana persaingan tidak hanya di antara partai politik peserta pemilu tetapi juga di internal partai politik itu sendiri. Selain itu, partai politik hanya memberikan bantuan dana kampanyenya kepada kandidat laki-laki, artinya perempuan calon anggota legislatif harus berusaha lebih kuat untuk mendapatkan tambahan biaya kampanye, sehingga tidak jarang perempuan yang mampu masuk dalam ruang kompetisi yang seperti ini adalah mereka yang berlatar belakang memiliki modal yang besar ataupun memiliki kedekatan dengan elit partai politik. Ketiga, hasil kajian Lembaga Riset Kajian Demokrasi dan Hak Asasi (Demos) (2009) menunjukkan bahwa latar belakang orang yang terjun dalam dunia politik dan menjadi kandidat di dalam pemilu adalah orang-orang yang

99 PemiluJurnal & Demokrasi

berlatarmerupakan belakang suatu upaya memiliki untuk menyelamatkan modal yang kebijakan besar publik (kalangan yang akan bisnis) ataupun dari dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. dinasti politik, sementara mereka yang berlatar belakang masyarakat sipil, Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan kader partai politik terus menurun jumlahnya. Artinya bagi perempuan yang Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran berasalpada Tahun dari Pemilu.” kelas Yuna menengah menjelaskan akan bahwa mengalami Political budget kesulitan cycles untuk dicalonkan sebagaisudah menjadi anggota fenomena legislatif universal karena didukung partai denganpolitik berbagai masih mencaristudi kandidat dengan perspektifempiris di berbagai yang Negara. dapat Berbagai memberikan variabel yang suara mempengaruhi yang besar politcal ataupun orang yang memilikibudget cycles modal seperti besar. perubahan9 pola pada struktur anggaran baik secara agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi dalam praktekNamun penganggaran jika melihat di Indonesia hasil Pemiluyang berkaitan 2014 dengan ternyata siklus upaya afirmasi yang sudahPemilu 2009 dibuat ataupun di dalam menjelang PKPU Pemilu No 2014. 7/2013 Melihat ternyataperkembangan belum saat mampu mendorong peningkatanini, yang menjadi perempuan perhatian tidak di hanya DPR political RI. budget cycles, melainkan political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun TABELPemilu 1.3yang KETERPILIHAN telah meningkat KURSI dengan DPR ekstrim. RI PEMILU 2014 BERDASARKAN JENIS KELAMIN Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi juga perluPARTAI dibatasi mengingatPEROLEHAN perbedaan KURSI LAKI-LAKI hakikat antaraPEROLEHAN laki-laki KURSI dan PEREMPUAN TOTAL perempuan.Partai Nasdem Seperti halnya31 (88.5%) keterwakilan perempuan 4sebagai (11.4%) salah satu 35 syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun PKB 37 (78.7%) 10 (21.2%) 47 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi PKS 39 (97.5%) 1 (2.5%) 40 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat praktikPDIP selama ini, pihak88 (80.7%)yang duduk baik di parlemen maupun21 (19.2%) pemerintah 109 mayoritasPartai Golkar diduduki oleh75 (82.4%) laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan,16 (15.3%) hal ini 91 akanPartai berdampakGerindra negatif62 (84.9%)terhadap mandeknya aspirasi 11perempuan (15%) dalam 73 hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita PD 48 (78.6%) 13 (21.3%) 61 Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: PAN 40 (81.6%) 9 (18.3%) 49 Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI 2009.”PPP 29 (74.3%) 10 (25.6%) 39 PartaiMasih Hanura berhubungan14 dengan (87.5%) tema akuntabilitas keuangan2 (12.5%) politik, Didik 16 SupriyantoTOTAL dan Lia Wulandari463 (82.6%) dalam tulisan berjudul97 Transparansi (17.3%) dan 560

SUMBER:Akuntabilitas KOMISI PEMILIHAN Pengelolaan UMUM Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat berkompetisiDari data di diatas dalam terlihatpemilu. bahwaSetiap partai keterpilihan politik, kandidat/calon perempuan di parlemen belum memenuhilegislatif tidak angka akan dapat kritis, bekerja yaitu secara sebesat maksimal 30%. dalam Keterpilihan kampanye perempuan tertinggi terdapat pada PPP, yaitu sebanyak 10 anggota legislatif perempuan atau sebesar

25.6%vi dari total 30 kursi yang diraih PPP. Sementara keterpilihan perempuan terendah terdapat pada PKS, yaitu hanya 1 anggota legislatif perempuan terpilih atau hanya 2.5% dari total 40 kursi yang diraih. Dalam sistem proporsional terbuka dimana pemilih dapat memberikan suaranya langsung kepada

9 Nur Iman Subono, Partisipasi Perempuan, Politik Elektoral, dan Kuota: Kuantitas, Kualitas, atau Kesetaraan, Jurnal: Perempuan untuk Pecerahan dan Kesetaraan, Vol. 18 No.4, Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan, 6 November 2013, hal 45-46.

100 STRATEGI PARTAI POLITIK DALAM MEMENUHI KEBIJAKAN AFIRMASI PADA PEMILU 2014 (STUDI KASUS: PARTAI KEADILAN SEJAHTERA DAN PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN)

kandidat, namun keberadaan nomor urut masih signifikan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kooalisi Perempuan Indonesia (KPI) untuk demokrasi dan keadilan, mayoritas anggota legislatif yang terpilih adalah mereka yang ditempatkan pada nomor kecil (no 1, 2, dan 3). Jika dilihat dari jumlah perempuan caleg yang dinominoasikan oleh PKS dan PPP sebenernya kedua partai tersebut termasuk partai politik yang banyak mencalonkan perempuan. Pencalonan perempuan di PKS adalah 41.43% atau 191 dari 461 total calon, sementara PPP mencalonkan 41.29% perempuan atau 211 dari 511 total calon anggota legislatif. Namun PKS hanya menempatkan 1 perempuan caleg di nomor urut 1, sementara PPP menenpatkan 21 perempuan caleg di nomor urut 1. Jika pemilih diasumsikan memilih caleg di nomor urut kecil maka angka yang diperoleh kedua partai tersebut memang wajar. Terdapat tiga pendekatan yang dapat digunakan untuk menilai mengapa tingkat keterpilihan perempuan dalam pemilu rendah. Pertama, terkait dengan kerja pemenangan politik, secara teoritis tingka popularitas calon anggota legislatif sangat menentukan keterpilihan. Popularitas memberikan peluang yang lebih besar pada keterpilihan. Kedua, adalah tingkat kedisukaan dari masyarakat. Secara umum calon perempuan kurang disukai karena dianggap tidak mampu menjadi pemimpin, tidak memiliki pengalaman, dan adanya persepsi (stereotype) di masyarakat yang masih belum mampu menerima perempuan sebagai pemimpin. Ketiga, adalah faktor keterpilihan. Bagi calon perempuan biasanya juga memiliki faktor keterpilihan yang rendah karena tidak memiliki modal yang besar untuk menang seperti uang dan kedekatan dengan elit partai untuk menang. Modal seperti ini biasanya dimiliki oleh caleg laki-laki. 10 Latar belakang menurunya drajat keterwakilan perempuan paling tidak disebabkan oleh dua faktor yakni elektoral dan non elektoral. Dari faktor elektoral, mulai dari tahapan pencalonan, sistem pemilu proposional terbuka berikut variabel teknis didalamnya menjadi salah satu penyabab menurunya keterwakilan perempuan di parlemen akibat semakin terbuka dan tingginya persaingan. Sedangkan dari faktor non elektoral tingkat partisipasi perempuan berikut keterikatan antara gerakan perempuan menjadi salah satu penyebab mengapa sedikit perempuan yang terlibat dalam bursa pemilihan anggota legislatif. Walaupun UU No 8/2012 dan PKPU No 7/2013 sudah mengikat partai politik

10 Eko Bambang Subiantoro, op, cit, hal 93-97.

101 PemiluJurnal & Demokrasi

untukmerupakan meningkatkan suatu upaya untuk keterwakilan menyelamatkan kebijakanperempuan publik yangdalam akan pencalonan namun dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. belum berhasil meningkatkan perempuan yang terpilih di DPR. Berdasarkan Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan tabel di bawah ini, kita bisa menyimpulkan, pemilu yang ditempatkan sebagai Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran prosespada Tahun dan Pemilu.” hasil, keterwakilan Yuna menjelaskan perempuan bahwa Political di pemilu budget terpenuhi cycles di tataran proses pencalonan.sudah menjadi Lebihfenomena dari universal 30 persen didukung calon dengan perempuan berbagai studiberpartisipasi di pemilu legislatif.empiris di berbagai Sedangkan Negara. Berbagaiuntuk variabelhasil, yangketerwakilan mempengaruhi perempuan politcal masih di bawah 20budget persen. cycles sepertiPadahal perubahan affirmation pola pada struktur action dalamanggaran regulasi baik secara yang ada menuliskan agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi “sekurang-kurangnya keterpilihan perempuan.” dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus PemiluKemunduran 2009 ataupun kuantitas menjelang Pemiluhasil Pileg 2014. Melihat2014 berupa perkembangan berkurangnya saat perolehan kursi olehini, yang caleg menjadi perempuan. perhatian tidakMeskipun hanya political Undang budget-Undang cycles, No.melainkan 8 tahun 2012 tentang Pileg 2014political dan corruption sejumlah cycle Peraturan atau siklus Komisi korupsi Pemilihanpolitik pada Umumtahun-tahun (PKPU) lebih membuka Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. pencalonan perempuan sehingga meningkat, perempuan hanya memperoleh 96 Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi kursi dari 560 kursi di DPR RI. Berkurang 1 persen dari hasil Pileg 2009, 102 kursi. juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan perempuan.Dalam kualitasSeperti halnya pun keterwakilan hasil Pileg perempuan 2014 caleg sebagai perempuan salah satu terpilih merupakan perempuansyarat verifikasi yang faktual menjadi untuk menjadi perpanjangan peserta pemilu. kuasa UU No.patriarki. 8 Tahun Lebih banyak dari mereka2012 menegaskan merupakan setiap partaiistri politikdari pesertapetahana pemilu eksekutif harus memenuhi di daerah, istri petahana 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat legislator, atau istri dari elite partai. Jika bukan dari kalangan itu, yang terpilih praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah lebihmayoritas karena diduduki tingkat oleh popularitasnyalaki-laki. Apabila tidak sebagai diperjuangkan, pesohor hal(artis ini misalnya). Puskapol UIakan melalui berdampak pencermatan negatif terhadap hasil mandeknya Pileg aspirasi 2014 perempuan menyimpulkan, dalam berdasarkan profil danhukum basis dan pemerintahan.keterpilihan Dan anggota kondisi legislatiftersebut telah DPR ditulis RI oleh 2014 Nindita-2019, sangat berpeluang kuatnyaParamastuti dominasi dalam tulisannya fraksi yangterhadap berjudul: otonomi “Perempuan anggota, dan Korupsi: tak terkecuali perempuan. Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI Penyebab utamanya, pola basis rekrutmen yang mengandalkan kekuatan 2009.” finansial dan kekerabatan untuk mendukung elektabilitas. Hal ini tergambar, 7 Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik dariSupriyanto 77 anggota dan Lia terpilihWulandari memiliki dalam tulisan jaringan berjudul kekerabatan Transparansi termasukdan dalam 10 besar peraihAkuntabilitas suara Pengelolaan tertinggi. Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanyeSelain adalahitu, kecenderungan salah satu hal penting semakin dalam kuatnyaproses pemilu. dominasi Dana fraksi atas anggota kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat legislatif ditunjukkan pula oleh berimbangnya jumlah inkumben terpilih dan berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon anggotalegislatif tidak baru akan terpilih. dapat Sebagianbekerja secara inkumben maksimal yang dalam tidak kampanye terpilih dapat diidentifikasi sebagai anggota yang kritis terhadap posisi dan kebijakan partai/fraksi. Dengan kondisi ini, harapan agenda reformasi parlemen dan lahirnya kebijakan yang vi prokepentingan publik akan berhadapan dengan kepentingan oligarki. Untuk itu perlu dicermati bagaimana strategi partai politk melakukan upaya dalam memenuhi ketentuan yang terdapat dalam UU No 8/2012 dan juga PKPU no 7/2013 yang mengharuskan partai memenuhi kuota 30% perempuan dalam pencalonan. Dalam penelitian ini akan dilihat upaya dari dua partai yaitu Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

102 STRATEGI PARTAI POLITIK DALAM MEMENUHI KEBIJAKAN AFIRMASI PADA PEMILU 2014 (STUDI KASUS: PARTAI KEADILAN SEJAHTERA DAN PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN)

B. KUOTA GENDER Perjalanan memperjuangkan keterwakilan perempuan di parlemen sudah mulai dilakukan menjelan Pemilu 1999. Hal ini masuk sebagai rekomendasi dari Kongres Perempuan Indonesia yang diselenggarakan pada Tahun 1998. Namun gagasan advokasi ini mendapatkan pertentangan oleh beberapa akademisi dan elit politik. Penelitian tentang gender dan kuota pemilu yang ada umumnya didasarkan pada pengalaman demokrasi di negara-negara Barat. Negara-negara Skandinavia termasuk yang pertama menerapkan kuota gender dalam politik pemilihan di tahun 1970-an dan 1980-an. Sebagian besar negara di Skandinavia (Norwegia, Swedia, Denmark, dan Finlandia) telah mencapai tingkat tertinggi keterwakilan perempuan dalam politik di seluruh dunia. Perempuan di negara-negara Skandinavia sudah menduduki 20-30% kursi di parlemen sebelum kouta dikenal disana.11 Menurut Dahlerup dan Freindenvall penerapan untuk meningkatkan keterwakilan perempuan di negara-negara Skandinavia adalah sebuah jalur tambahan (incremental track) untuk kesetaraan keterwakilan politik bagi perempuan dan laki-laki.12 Perkembangan mengenai upaya peningkatan keterwakilan perempuan terjadi pada tahun 1990-an, dimana proses demokrasi menginspirasi gerakan perempuan untuk memperjuangkan peningkatan keterwakilan perempuan melalui jalur cepat (fast track), dalam hal ini melalui kuota gender. Argentina adalah negara demokrasi pertama yang memberlakukan undang-undang tentang kuota untuk perempuan yang berlaku secara nasional. Adanya kuota ini diharapkan dapat meningkatkan jumlah perempuan di parlemen. Sekitar 40 negara telah memperkenalkan kuota genger untuk pemilihan lembaga legislatif melalui amandemen konstitusi ataupun dalam hukum pemilihan umum. Kebijakan kuota ini menjadi sebuah jalur baru untuk mencapai kesetaraan dalam keterwakilan perempuan walaupun kebijakan ini masih mengundang kontroversi.13 Gagasan mengenai perlunya kebijakan kuota dalam pemilu juga

11 Drude Dahlerup dan Lenita Freidenvall, Quotas as a Fast Track to Equal Representation for Women: Why Scandinavian Is No Longer The Model dalam Chusnul Mar’iyah, Ketidaksetaraan Gender dan Kuota Pemilihan untuk Keterwakilan Politik. Pengalaman Indonesia dan Argentina, Jurnal Afirmasi, Jurnal Pengembangan Pemikiran Feminis, Vol 01, Oktober 2011, Jakarta: Women Researh Institute, hal 106. 12 Ibid, hal 106. 13 Chusnul Mar’iyah, Ketidaksetaraan Gender dan Kuota Pemilihan untuk Keterwakilan Politik. Pengalaman Indonesia dan Argentina, Jurnal Afirmasi, Jurnal Pengembangan Pemikiran Feminis, Vol 01, Jakarta: Women Research Institute, Oktober 2011,hal 106-107.

103 PemiluJurnal & Demokrasi

mendapatkanmerupakan suatu upayapertantangan untuk menyelamatkan karena kebijakankebijakan publik kuoata yang akan dianggap tidak sesuai dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. untuk meningkatkan kualitas keterwakilan. Pemikiran ini didasarkan pada Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan gagasan bahwa persaingan berbasis kinerja (merit-based) adalah satu-satunya Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran carapada Tahunyang Pemilu.”adil dan Yuna memadai menjelaskan untuk bahwa meningkatkan Political budget keterwakilancycles perempuan. Selainsudah menjadi itu para fenomena pengkritik universal kebijakan didukung kuota dengan ini percaya berbagai bahwastudi jumlah perempuan yangempiris bersedia di berbagai dan Negara. memenuhi Berbagai variabel syarat yang tidak mempengaruhi cukup untuk politcal mengisi posisi politik yangbudget ada. cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi dalamNamun praktek hal penganggaran ini dibantah di Indonesia karena yang kebijakan berkaitan dengan kuota siklus gender dalam pemilu merupakanPemilu 2009 ataupun strategi menjelang penting Pemilu untuk 2014. Melihatmeningkatkan perkembangan jumlah saat perempuan dalam institusiini, yang menjadi politik perhatian seperti tidak hanyapartai political politik, budget dan cycles lembaga, melainkan legislatif. Argumen yangpolitical mendasarinya corruption cycle adalahatau siklus bahwa korupsi perempuanpolitik pada tahun-tahun tidak bisa hanya menunggu Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. terjadinya keadilan gender sejalan dengan waktu karena serangan balik (back Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi lash) terhadap keterwakilan perempuan dapat terjadi. Ketidak setaraan gender juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan bukanperempuan. hanya Seperti peningkatan halnya keterwakilan sejarah, perempuan tetapi merupakan sebagai salah suatu satu reproduksi tatanan modern.syarat verifikasi Karena faktual itulah untuk kuota menjadi adalah peserta jalanpemilu. keluar UU No. yang 8 Tahun paling mungkin untuk suatu2012 menegaskan mekanisme setiap perkecualian partai politik peserta (exclusion pemilu). harus14 memenuhi 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat C.praktik STRATEGI selama ini, pihak DALAM yang duduk MENCAPAI baik di parlemen KEADILAN maupun pemerintah GENDER mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini akanTerdapat berdampak tiga negatif strategi terhadap yang mandeknya dapat digunakan aspirasi perempuan untuk mencapai dalam keadilan gender, yaituhukum melalui dan pemerintahan. kuota, pengarus Dan kondisi utamaan tersebut telah gender ditulis (PUG), oleh Nindita dan pembentukan fokus utamaParamastuti gender dalam yang tulisannya dimaknai yang berjudul: sebagai “Perempuan fokus utama dan terhadapKorupsi: perempuan dalam berbagaiPengalaman institusi Perempuan pengambil Menghadapi kebijakan. Korupsi dalam15 Pada Pemilu strategi DPR kuotaRI perempuan, yang 2009.” disasar adalah jumlah (kehadiran), maka PUG menyasar pada tujuan untuk Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik memastikanSupriyanto dan Liaproses Wulandari yang dalam berjalan tulisan di berjudul daerah Transparansi pengambulan dan keputusan untuk meningtegrasikanAkuntabilitas Pengelolaan prinsip Dana keadilanKampanye, gender. menguraikan Di dalam bahwa PUG dana terdapat pengukuran yangkampanye sifatnya adalah kualitatif salah satu maupun hal penting kuantitatif. dalam proses pemilu. Dana kampanyeKemudian diperlukan pada oleh strategi partai yangpolitik ketiga dan kandidatnya yaitu fokus untuk utama dapat terhadap perempuan berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon (legislatifwomen tidak focal akan point dapat) juga bekerja melihat secara visi maksimal politik dalamsecara kampanye komperhensif dalam tataran formal maupun informal, demokrasi langsung demokrasi representative, menyasar kepentingan praktis dan strategis gender. Kuota sebaliknya melihat vi visi politik secara terbatas dalam politik yang lebih formal antara lain dalam partai dan parlemen. Ketiga strategi ini saling melengkapi dengan tujuan agar gerakan perempuan mampu mengelola hubungan baik dengan negara. 16

14 Chusnul Mar’iyah, op. cit, hal 108. 15 Judith Squires, The New Politics of Gender Equality, London: Palgrave MacMillan, 2007. 16 Ibid, hal 17.

104 STRATEGI PARTAI POLITIK DALAM MEMENUHI KEBIJAKAN AFIRMASI PADA PEMILU 2014 (STUDI KASUS: PARTAI KEADILAN SEJAHTERA DAN PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN)

D. PENCALONAN PEREMPUAN OLEH PKS DAN PPP Baik PKS maupun PPP memiliki caranya sendiri dalam memenuhi kebijakan afirmasi dalam Pemilu 2014. Dan hal ini terkait dengan pola kaderisasi yang ada dalam kedua partai tersebut serta bagaimana cara pandang partai terhadap kebijakan afirmasi itu sendiri.

TABEL 3.5 MODEL PENERAPAN KEBIJAKAN AFIRMASI PKS DAN PPP

PARTAI POLA REKRUTMEN STRATEGI PARTAI DALAM PENERAPAN KEBIJAKAN AFIRMASI PADA PEMILU 2014

PKS - Melalui proses - memprioritaskan kader internal kaderisasi yang - tidak mencalonkan secara penuh berdasarkan jumlah kursi (pencalonan kurang dari sistematis 100%) - melalu mekanisme pemilihan raya, tetapi ada pertimbangan-pertimbangan lain

PPP - Terbuka - memasukkan perempuan dalam kepengurusan partai baik dari tingkat pusat sampai daerah - membuka peluang untuk kader dari luar atau kader baru untuk dicalonkan - menempatkan paling banyak perempuan di nomor urut 1

Apa yang dilakukan KPU dalam membuat PKPU No 7/2013 yang memberikan ketentuan sanksi kepada partai politik yang tidak memenuhi kuota pencalonan 30% perempuan dalam salah bentuk penerapan kuota sebagai salah satu strategi untuk mencapai keadilan gender. Penerapan kuota juga merupakan salah satu upaya peningkatakan keterwakilan perempuan melalui jalur cepat (fast track). Adanya kuota untuk perempuan ini diharapkan dapat meningkatkan jumlah perempuan di parlemen. Jika mengacu pada pendekatan strategi keadilan gender dapat dilihat bagaiman pengarusutamaan gender (PUG) di masing-masing partai politik. Karena hal ini berkaitan dengan bagaimana strategi partai dalam memenuhi kebijakan afirmasi tersebut. PKS memiliki falsafah perjuangan yang dalam isinya terdapat bab tersendiri mengenai gender. Falsafah perjuangan PKS merupakan pemikiran mendasar berupa kumpulan konsep bersistem asas pendapat yang memeberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup yang meliputi akidah dan solusi atas seluruh problem kehidupan manusia.17 Dalam falsafah perjuangan tersebut di bagian gender memang tidak mengangkat khusus mengenai kesetaraan gender. Sebagai partai yang berlandaskan Islam, PKS menterjemahkan peran gender menurut ajaran yang terdapat Al-Quran dan Hadist. Misalnya menyatakan bahwa sebenarnya tidak

17 Majelis Pertimbangan Pusat Partai Keadilan Sejahtera, Falsafah Perjuangan Partai Keadilan Sejahteran, Jalan Keadilan Menuju Kesejahteraan, Jakarta: Majelis Pertimbangan Pusat PKS, 2007.

105 PemiluJurnal & Demokrasi

adamerupakan perbedaan suatu upaya antara untuk menyelamatkanperempuan kebijakandan laki publik-laki yang karena akan yang membedakan dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. antara manusia yang satu dengan manusia yang lain adalah tingkat ketaqwaan Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan kepada Tuhan. Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran padaDalam Tahun falsafah Pemilu.” partaiYuna menjelaskan disebutkan bahwa bahwa Political kesetaraan budget cyclesantarmanusia merupakan bagiansudah menjadi integral fenomena dari konteks universal Islam didukung tentang dengan keadilan. berbagai studiTidak ada keistimewaan bagiempiris sebagian di berbagai manusia Negara. Berbagai atas sebagian variabel yang yang mempengaruhi lain. Laki -politcallaki tidak istimewa karena budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara kelaki-lakiannya dan perempuan tidak istimewa karena keperempuanannya. agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi Lakidalam- lakipraktek dan penganggaran perempuan di Indonesia sederajat yang berkaitandalam denganhak keagamaan,siklus etika, sipil, ras,Pemilu bangsa, 2009 ataupun kekayaan, menjelang dan Pemilu sejumlah 2014. Melihat atribut perkembangan duniawi, saat tidak menyebabkan keistimewawanini, yang menjadi perhatian pada seseorang,tidak hanya political kecuali budget ketaqwaaanya. cycles, melainkan political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Kerena memandang bahwa tidak ada perbedaan antara laki-laki dan Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. perempuan maka dalam proses pengkaderan ataupun rekrutmen calon anggota Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi legislatif,juga perlu dibatasiPKS tidak mengingat memiliki perbedaan pola hakikat khusus antara dalam laki-laki merekrut dan caleg perempuan. PKSperempuan. sendiri Seperti memandang halnya keterwakilan bahwa perempuan dari segi sebagai jumlah salah kadersatu perempuan yang merekasyarat verifikasi miliki faktual sudah untuk cukup menjadi banyak, peserta karena pemilu. salah UU No. satu 8 Tahun proses pengkaderannya melalui2012 menegaskan kegiatan setiap majelis partai taklim politik pesertayang banyakpemilu harus diikuti memenuhi oleh perempuan. 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah mayoritas“kalau diduduki soaloleh laki-laki.keterwakilan Apabila tidak 30% diperjuangkan, perempuan hal iniitu bukan jadi akan berdampakpermasalahan negatif terhadap di PKS. mandeknya Karena aspirasi kami perempuan melihatnya dalam bukan disitu hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita permasalahannya. Perempuan kalau tidak bagus yang juga Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Pengalamantidak Perempuankami calonin. Menghadapi Jadi kamiKorupsi lebih dalam memiliki Pemilu DPR kualitas. RI Pemenuhan 2009.”30% keterwakilan perempuan ini kan sebagai salah satu syarat Masihberdemokrasi berhubungan dengan di Indonesia. tema akuntabilitas Jadi ya keuangan kami politik,ikuti.” Didik18 Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanyePada PPPadalah pun salah pola satu rekrutmen hal penting dandalam pencalonan proses pemilu. anggota Dana legislatif pun juga dilakukankampanye diperlukan secara umum oleh partai baik politik dalam dan merekrut kandidatnya laki untuk-laki dapat atau perempuan. Namun padaberkompetisi PPP sebagaidi dalam salah pemilu. satu Setiap bentuk partai afirmasi politik, kandidat/calon untuk mencapai keadilan gender dilegislatif dalam tidak partai akan tersebut,dapat bekerja PPP secara sudah maksimal mulai dalam memasukan kampanye perempuan sebagai pengurus partai politik tidak hanya pada tingkat pusat tetapi juga sampai padavi tingkat daerah. Tidak hanya itu, di PPP ketika dalam pembahasan AD/ ART ataupun dalam kegiata Musyawarah partai, perempuan juga sudah mulai dilibatkan sebagai pengarah. Hal ini menjadi penting karena ketika perempuan sudah mulai dilibatkan dalam permusyawaratan partai sebagai pengarah, maka peluang untuk menerapkan kebijakan partai yang pro perempuan semakin besar.

18 Wawancara dengan T. Farida.

106 STRATEGI PARTAI POLITIK DALAM MEMENUHI KEBIJAKAN AFIRMASI PADA PEMILU 2014 (STUDI KASUS: PARTAI KEADILAN SEJAHTERA DAN PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN)

“dalam soal afirmasi ini sebenarnya kami bukan ingin berhadap- hadapan dengan laki-laki atau menjadi pesaing laki-laki. Tapi afirmasi adalah tindakan khusus sementara untuk menyamakan “start” berupa kuota bagi perepuan di parpol dan pemerintah. Kan bisa dibayangkan, kalau bapak-bapak mau berkativitas kan di belakangnya tidak ada yang ditanggung, berbeda dengan perempuan yang harus memanggul dapur, anak, urusan rumah. Jadi kalau disuruh lari dari start yang sama ya pasti kita kalah, makanya perlu ada persamaan “start” tersebut. Ini hanya tindakan khusus sementara, kalau nanti sudah ada keadilan tentu hal ini tidak diperlukan lagi”19

Melihat dari konsep strategi keadilan gender memang tidak bisa tercapai jika hanya memiliki satu strategi yaitu dengan penerapan kuota saja. Hal ini seperti kritik pada kebijakan kuota yang hanya mengedepankan jumlah tetapi tidak melihat kualitas dari perempuan yang terpilih.

“awalnya saat dimulainya gerakan afirmasi di tahun 2003 kita memang mendorong sebanyak-banyaknya perempuan untuk menjadi caleg. Tapi kemudian yang terjadi adalah perempuan yang terpilih adalah mereka yang ada dalam lingkaran oligarki. Kemudian arah perjuangan berubah, bukan hanya berapa banyak yang masuk ke parlemen tetapi bagaimana perempuan yang ada di parlemen itu dapat mewujudkan kebijakan yang berkeadilan gender. Sehingga kita dorong banyak perempuan aktivis yang ikut pemilu, tapi kemudian karena pemilunya mahal sekali mereka tidak bisa bersaing. Jadi pendekatannya memang harus dari semua sisi” 20

Untuk itulah strategi kuota perlu dilengkapi dengan strategi yang lain berupa PUG pada partai politik dan juga memberikan fokus kepada perempuan. Karena jika hanya menekankan pada kebijakan kuota maka tang terjadi adalah hanya mengejar jumlah saa, tetapi tidak melihat apakah jumlah tersebut juga

19 Wawancara dengan Lena Maryana Mukti. 20 Ani Soetjipto, dalam sebuah diskusi mengenai Keterwakilan Perempuan di Partai Politik yang diselenggarakan oleh PusaKo Universitas Andalas, Oktober 2016.

107 PemiluJurnal & Demokrasi

memperjuangkanmerupakan suatu upaya terwujudnya untuk menyelamatkan kebijakan kebijakan yang publik berkeadilan yang akan gender. Selain itu, dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. jika hanya bergantung pada kuota maka tidak heran ketika yang terpilih adalah Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan perempuan yang memiliki hubungan kekerabatan dengan elit partai saja. Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran Sepertipada Tahun data Pemilu.” Puskapol Yuna UImenjelaskan diatas disebutkanbahwa Political bahwa budget latar cycles belakang perempuan calegsudah terpilihmenjadi adalahfenomena mereka universal yang didukung memiliki dengan kedekatan berbagai studidengan elit partai politik. Halempiris ini di memangberbagai Negara. kemudian Berbagai variabelmenjadi yang tantangan mempengaruhi tersendiri politcal bagi partai politik karenabudget cycles partai seperti politik perubahan belum pola memiliki pada struktur pendidikan anggaran baik politik secara khusus untuk kader agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi perempuan. dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat ini, yang menjadi“Sebenarnya perhatian tidak kalau hanya mau political dikaitkan budget cycles dengan, melainkan afirmasi, tidak political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun mengherankan karena partai tidak siap dengan kader Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. perempuannya. Selama ini tidak ada pendidikan politik bagi Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi juga perluperempuan dibatasi mengingat dan jumlah perbedaan yang hakikat duduk antara laki-lakidi kepengurusan dan tidak perempuan.memenuhi Seperti kuotahalnya keterwakilan30%. Setelah perempuan tiga kali sebagai pemilu salah seharusnyasatu alasan syarat kurangnyaverifikasi faktual SDM untuk perempuan menjadi peserta tidak pemilu. bisa diterima.UU No. 8 Tahun Karena ketentuan 2012 menegaskanpemenuhan setiap ketentuan partai politik perempuan peserta pemilu sudah harus memenuhidilakukan sejak tahun 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat 2003.” 21 praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini E.akan TANTANGAN berdampak negatif terhadapPEREMPUAN mandeknya DALAM aspirasi perempuan PEMILU dalam 2014 hukumDalam dan pemerintahan.memasuki duniaDan kondisi politik, tersebut perempuan telah ditulis seringkalioleh Nindita menemui hambatan yangParamastuti menjadikan dalam tulisannya terjunnya yang perempuan berjudul: “Perempuan tersebut dan ke Korupsi: dunia politik menjadi tidak Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI maksimal.2009.” Hambatan-hambatan tersebut anatra lain adalah hambatanpolitik berupaMasih modelberhubungan politik dengan yang tema masukilin, akuntabilitas kurangnya keuangan politik, dukungan Didik dari partai politik, danSupriyanto kerjasama dan Lia dengan Wulandari organisasi dalam tulisan perempuan. berjudul Transparansi Selain itu dan juga terdapat hambatan sosialAkuntabilitas ekonomi Pengelolaan serta hambatanDana Kampanye, ideologi menguraikan dan psikologis. bahwa dana 22 kampanyeHambatan adalah-hambatan salah satu haltersebut penting menyebabkandalam proses pemilu. hingga Dana saat ini baik dari segi kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat kuantitasberkompetisi dan di kualitasdalam pemilu. perempuan Setiap partai di parlemen politik, kandidat/calon baik nasoinal dan daerah belum signifikan.legislatif tidak akan Selain dapat itu bekerja perempuan secara maksimal yang dalam mendudukikampanye posisi strategis di partai politik juga masih sedikit. Sehingga berdampak pada proses pencalegan dan keterwakilanvi perempuan di parlemen. Setidaknya terdapat dua persoalan yang dihadapi perempuan dalam politik, yaitu masalah masih rendahnya partisipasi perempuan di ruang publik dan belum adanya platform partai yang secara konkret membela kepentingan perempuan. 23

21 Wawancara dengan Lena Maryana Mukti. 22 Nadezhda Shvedova, op, cit, hal 33-34. 23 Luky Sandra Amalia, Perempuan, Partai Politik, dan Parlemen di Indonesia: Suatu Analisis, dalam Perempuan Partai Politik, dan Parlemen: Studi Kinerja Anggota Legislatif Perempuan di Tingkat Lokal, Jakarta: LIPI Pusat Penelitan

108 STRATEGI PARTAI POLITIK DALAM MEMENUHI KEBIJAKAN AFIRMASI PADA PEMILU 2014 (STUDI KASUS: PARTAI KEADILAN SEJAHTERA DAN PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN)

Berdasarkan temuan lapangan dari wawancara dan studi dokumen yang dilakukan, terlihat bahwa tantangan yang dihadapi perempuan pada Pemilu 2014 yang lalu memang terdapat kaitannya dengan sistem pemilu yang digunakan. Bahwa memang tidak ada sistem pemilu yang paling baik. Setiap sistem pemilu memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing, sehingga yang dibutuhkan adalah melihat sistem pemilu mana yang cocok untuk diterapkan di Indonesia. Karena dalam setiap sistem pemilu terdapat peluang dan pilihan kebijakan afirmasi yang dapat diterapkan. Sistem pemilu proporsional dianggap sistem yang paling pas jika ingin menerapkan kebijakan kuota perempuan. Hal ini dikarenakan pada sistem proporsional terdapat lebih dari satu kursi dalam satu daerah pemilihan sehingga bisa mengupayakan perempuan mendapatkan kursi. Selain mempertimbangkan pilihan sistem pemilu, variabel teknis dari sistem pemilu seperti metode pencalonan dapat dijadikan salah satu instrumen untuk meningkatkan keterwakilan perempuan. Mengadopsi sistem zipper atau zebra system dalam metode pencalonan merupakan salah satu cara yang berorientasi kepada afirmasi positive ( discrimination), dengan tujuan membantu perempuan memperoleh posisi strategis dalam proses pencalonan. Secara teknis zipper sistem berusaha menempatkan perempuan dalam nomor urut jadi. Biasanya penempatan nomor urut dilakukan secara selang seling antara perempuan dengan laki-laki. Akan tetapi, berdasarkan klasifikasi sistem pemilu dunia, sistem zipper akan berfungsi secara maksimal untuk meningkatkan keterwakilan perempuan bila menggunakan sistem pemilu proposional dengan varian tertutup atau terbuka terbatas, dibandingkan dengan sistem mayoritarian atau proposional terbuka murni.24 Hal lain yang menyebabkan sistem pemilu proporsional dapat memberikan peluang yang lebih besar terhadap keterpilihan perempuan adalah dalam sistem ini menetapkan jumlah kursi di setiap daerah pemilihan (dapil) atau besaran dapil (district magnitude) yang selalu majemuk atau lebih dari satu. Semakin besar district magnitude berarti semakin besar peluang perempuan untuk meraih kursi tersebut karena perolehan kursi dibagi secara prpoporsional sesuai dengan perolehan suara. Sistem pemilu proporsional juga mendorong partai-partai politik untuk mempromosikan calon-calon perempuan: pertama,

Politik dengan Konrad Adenauer Stiftung, 2012, hal 241. 24 Ani Soetjipto, Politik Harapan, Perjalanan Politik Perempuan Indonesia Pasca-Reformasi, Jakarta: Margin Kiri, 2011,hal 95-96.

109 PemiluJurnal & Demokrasi

partaimerupakan memnpunyai suatu upaya untuk kesempatan menyelamatkan untuk kebijakan mempromosikan publik yang akan lebih dari satu calon, dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. kedua, partai inging menunjukkan kerahaman calon kepada pemilih guna Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan meraih suara lebih banyak. Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran padaSelain Tahun besaran Pemilu.” Yunadapil menjelaskan dalam sistem bahwa prorposionalPolitical budget cyclesbeberapa variabel teknis lainsudah harus menjadi diperhatikan, fenomena universal seperti didukung metode dengan pencalonan, berbagai metodestudi pemberian suara, danempiris formula di berbagai perolehan Negara. Berbagai kursi variabel dan yangpenetapan mempengaruhi calon politcal terpilih. Masing-masing budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara memiliki implikasi langsung terhadap calon sehingga harus dicari metode dan agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi 25 formuladalam praktek yang penganggaran paling membuka di Indonesia peluang yang berkaitan terpilihnya dengan calon siklus perempuan. PemiluDalam 2009 soalataupun metode menjelang pencalonan Pemilu 2014. Melihatmisalnya, perkembangan perempuan saat dihadapkan pada pilihan:ini, yang menjadi memakai perhatian daftar tidak calon hanya tertutup, political budget atau cyclesdaftar, melainkan calon terbuka. Yang pertama political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun berimplikasi calon terpilih ditetapkan berdasarkan nomor urut, sedang yang Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. kedua berimplikasi calon terpilih ditentukan berdasarkan suara terbanyak. Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi Jikajuga perludalam dibatasi daftar mengingat calon tertutup perbedaan pemilih hakikat antarahanya laki-laki memilih dan partai, sedang dalam daftarperempuan. calon Seperti terbuka halnya pemilih keterwakilan akan perempuan memilih sebagai calon. salah Semula satu aktivis perempuan berasumsi,syarat verifikasi daftar faktual terbuka untuk akanmenjadi lebih peserta menguntungkan pemilu. UU No. 8 calonTahun perempuan, karena hampir2012 menegaskan separuh setiap pemilih partai adalahpolitik peserta perempuan pemilu harus sehingga memenuhi mereka akan cenderung 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat memilih perempuan. Praktek di beberapa negara justru menunjukkan daftar praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah tertutuplahmayoritas diduduki yang oleh menguntungkan laki-laki. Apabila tidak perempauan. diperjuangkan, Tentu hal ini saja dengan catatan sebelumnyaakan berdampak sudah negatif adaterhadap nama mandeknya calon perempuan aspirasi perempuan masuk dalam ’nomor urut jadi’.26 hukumJika dan sistem pemerintahan. pemilu Dan adalah kondisi hubungan tersebut telah saling ditulis olehmempengaruhi Nindita antara empat Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: variabel teknis pemilu (besaran daerah pemilihan, metode pencalonan, metode Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI pemberian2009.” suara, dan formula perolehan kursi dan calon terpilih), maka dalam sistemMasih pemilu berhubungan proporsional dengan tema kebijakanakuntabilitas keuanganafirmasi politik, dapat Didik diterapkan di variabel- variabelSupriyanto tersebut. dan Lia Wulandari27 dalam tulisan berjudul Transparansi dan AkuntabilitasIndonesia Pengelolaan sendiri Danaselalu Kampanye, menerapkan menguraikan sistem bahwa pemilu dana proporsional setiap kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana penyelenggaraa pemilu. Hanya variannya saja yang mengalami perubahan. kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat Padaberkompetisi masa diorde dalam baru pemilu. varian Setiap dari partai sistem politik, pemilu kandidat/calon proporsional yang digunakan adalahlegislatif tidaksistem akan proporsional dapat bekerja secaratertutup maksimal murni, dalam dimana kampanye pemilih hanya dapat memilih tanda gambar partai politik dalam surat suara dan penentuan calon terpilihnyavi berdasarkan keputusan partai politik. Sementara setelah reformasi, varian sistem pemilu proporsional yang digunakan mengalami perubahan. Pada Pemilu 1999 masih tetap menggunakan sistem pemilu proporsional tertutup. Pada Pemilu 2004, terjadi perubahan varian sistem pemilunya. Pada waktu

25 Douglas W Rey, The Political Consequences of Electoral Laws, op cit, hal 18. 26 Andrew Reynold, Ben Reilly, and Adrew Eliis (ed), Electoral System Desaign, op, cit 2011. 27 Didik Supriyanto, Politik Perempuan Pasca-Orde Baru, op, cit, hal 157.

110 STRATEGI PARTAI POLITIK DALAM MEMENUHI KEBIJAKAN AFIRMASI PADA PEMILU 2014 (STUDI KASUS: PARTAI KEADILAN SEJAHTERA DAN PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN)

itu yang digunakan adalah sistem pemilu proporsional semi terbuka dimana di dalam surat suara terdapat tanda gambar partai politik serta daftar nama calon yang dapat dipilih langsung oleh pemilih, namun untuk keterpilihan calon adalah berdasarkan Bilangan Pembagi Pemilih (BPP). Jika tidak ada calon yang berhasil mendapatkan suara sebanyak angka BPP atau lebih maka penentuan calon terpilih akan berdasarkan nomor urut. Pada Pemilu 2009, sistem ini pada awalnya akan digunakan kembali. Tetapi kemudian terdapat gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK) yang menyatakan bahwa penentuan calon terpilih berdasarkan nomor urut jika tidak ada calon berhasil mendapatkan suara sebanyak angka BPP atau lebih adalah tidak konstitusional, karena mengabaikan intensi pemilih yang sudah memilih langsung calon yang sesuai preferensinya. Kemudian karena ada putusan MK tersebut maka sistem pemilu pada Pemilu 2009 adalah sistem proporsional terbuka murni, dimana penentuan calon terpilih adalah berdasarkan suara terbanyak. Sistem ini kembali digunakan pada Pemilu 2014. Penggunaan sistem pemlu proporsioal terbuka ini tentu membuat partai politik memiliki strategi yang berbeda untuk memenangkan pemilu yang tentu berimplikasi kepada bagaimana partai mencalonkan perempuan. Selain itu strategi kampanye yang digunakan dalam kampanye ini juga tentu akan berbeda karena dengan sistem pemilu proporsional terbuka yang berkampanye bukan hanya partai politik tetapi juga para caleg. Bagi caleg perempuan, mereka sudah mengalami tantangan sejak masa pencalonan. Hal ini disampaikan oleh salah satu narasumber Lena Marya Mukti yang mengatakan bahwa karena dengan sistem pemilu yang seperti ini maka popularitas menjadi pertimbangan yang besar, sehingga terkadang pencalegan dan rekrutmen untuk perempuan tidak lagi berdasarkan merit sistem, tetapi melihat siapa yang paling populer dan siapa yang memiliku dana yang besar untuk berkampanye. Hal ini terjadi akibat politik biaya tinggi. Tidak jarang banyak perempuan di partai politik enggan mencalonkan diri (kembali) karena dampak politik transaksional.28 Informan dari PKS juga menuturkan hal yang senada bahwa dengan sistem pemilu yang seperti ini memang akhirnya mendorong partai lebih mengutamakan kader yang memiliki popularistas yang tinggi dibanding kader yang sebenarnya sudah terpilih dalam pemira sekalipun. Termasuk juga dalam menentukan nomor urut caleg. Walaupun pada sistem yang menganut prinsip

28 Wawancara dengan Lena Maryana Mukti.

111 PemiluJurnal & Demokrasi

suaramerupakan terbanyak suatu upaya dalam untuk menyelamatkanpenentuan calonkebijakan terpilih, publik yang tetapi akan penempatan nomor dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. urut kecil juga masih menjadi pengaruh. Hal ini terlihat bahwa pada hasil Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan Pemilu 2014 yang lalu sebagian besar pemilih memilih calon yang berada di Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran nomorpada Tahun urut Pemilu.” kecil. SementaraYuna menjelaskan yang bahwa biasanya Political lebih budget dianggap cycles populer oleh partai adalahsudah menjadi laki-laki, fenomena sehingga universal perempuan didukung tidakdengan ditempatkan berbagai studi di nomor urut atas.29 Bahkanempiris di berbagaitidak jarang Negara. seorangBerbagai variabel caleg yangperempuan mempengaruhi diminta politcal oleh partai politiknya untukbudget cyclesmembayar seperti perubahan sejumlah pola yang pada agar struktur dapat anggaran ditempatkan baik secara di nomor urut kecil.30 agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi dalamTantangan praktek penganggaran politik lainnya di Indonesia adalah yang kurangnya berkaitan dengan dukungan siklus dari partai politik pengusung.Pemilu 2009 ataupun Perempuan menjelang pada Pemilu dasarnya 2014. Melihat memainkan perkembangan peran saat yang penting dalam prosesini, yang kampanya menjadi perhatian dan mencaritidak hanya dukungan political budget untuk cycles partai, melainkan poltik, namun perempuan jarangpolitical dilibatkancorruption cycle dalam atau proses siklus korupsi pembuatan politik padakeputusan tahun-tahun di dalam struktur partai Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. politik. Walaupun partai politk memiliki sumber daya untuk menarik dukungan Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi publik saat kampanye, namun dukungan ini jarang diberikan kepada kandidat juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan perempuan.perempuan. Seperti Misalnya halnya keterwakilanpartai poilitik perempuan tidak sebagai memberikan salah satu bantuan keuangan kepadasyarat verifikasi perempuan faktual untukcalon menjadi anggota peserta legislatf pemilu. UUsaat No. berkampanye.8 Tahun Perempuan calon2012 menegaskan anggota legislatifsetiap partai dibiarkan politik peserta sendiri pemilu bersaing harus memenuhi secara ketat saat pemilu. 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat Selain kurangnya dukungan saat kampanye ataupun terkait dengan bantuan praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah keuanganmayoritas diduduki partai untukoleh laki-laki. kandidat Apabila perempuan, tidak diperjuangkan, kurangnya hal dukunganini partai politik kepadaakan berdampak kandidat negatif perempuan terhadap mandeknya juga terjadi aspirasi pada perempuan saat pencalonan.dalam Terkadangan partaihukum danpolitik pemerintahan. dalam Dan melakukan kondisi tersebut pencalonan telah ditulis olehterhadap Nindita perempuan masih terdapatParamastuti bias dalam karakter tulisannya laki yang-laki. berjudul: Misalnya “Perempuan dalam dan menyeleksi Korupsi: kandidat baik laki- Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI laki atau perempuan, partai politik masih melihat kandidat mana yang dapat 2009.” memberikan uang atau sumber daya yang besar dalam pemilu. Sementara Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik perempuanSupriyanto dan sendiriLia Wulandari kadang dalam-kadang tulisan berjudultidak memilikiTransparansi sumber dan daya yang besar untukAkuntabilitas pemilu. Pengelolaan Sehingga Dana karena Kampanye, kekurangannya menguraikan bahwa ini perempuandana ditempatkan dikampanye nomor adalah-nomor salah yang satu tidak hal penting strategis dalam ataupun proses pemilu. di daerah Dana pemilihan yang kecil peluangkampanye kemenangannya.diperlukan oleh partai 31 politik dan kandidatnya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye F. KESIMPULAN Perjalanan penerapan kebijakan afirmasi di Indonesia terus mengalami vi perkembangan sejak tahun 2003. Dimulai dengan memasukan ke dalam undang-undang pemilu bahwa partai politik sekurang-kurangnya memasukan 30% keterwakilan perempuan dalam daftar calon yang diajukan. Kemudian

29 Wawancara dengan Agoes Poernomo. 30 Wawancara dengan Lena Maryana Mukti. 31 Sushma Swaraj, op, cit, hal 38.

112 STRATEGI PARTAI POLITIK DALAM MEMENUHI KEBIJAKAN AFIRMASI PADA PEMILU 2014 (STUDI KASUS: PARTAI KEADILAN SEJAHTERA DAN PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN)

partai politik yang ingin menjadi peserta pemilu disyaratkan harus memenuhi keterwakilan perempuan 30% dalam kepengurusan partai politik. Hingga pada Pemilu 2014 KPU mengeluarkan kebijakan dalam PKPU no 7/2013 yang menyatakan jika partai politik tidak memenuhi kebijakan afirmasi maka akan diberikan sanki berupa diskualifikasi sebagai peserta pemilu. Adanya ketentuan tersebut tentu mendorong partai untuk mau tidak mau harus menyertakan keterwakilan perempuan dalam daftar calon. PKS dan PPP yang menjadi studi kasus dalam penelitian ini memiliki strategi masing- masing dalam pemenuhan kebijakan afirmasi tersebut. PKS sebagai partai yang mapan proses kaderisasinya tentu merekrut dan mencalonkan perempuan berdasarkan prosedur yang ada di dalam partainya, sehingga perempuan yang dicalonkan oleh partai ini sebagian besar memang merupakan kader partai. Tetapi tidak dipungkiri bahwa dalam mencalonkan tersebut terdapat beberapa pertimbangan, misalnya karena kurangnya kader perempuan di satu daerah pemilihan menyebabkan PKS tidak mencalonkan penuh dari kursi yang disediakan di parlemen. Karena semakin sedikit calon yang diajukan artinya semakin sedikit juga perempuan yang harus dicalonkan partai. Selain itu, PKS memiliki mekanisme Pemilihan Raya (Pemira) yang merupakan proses pemilihan bakal calon yang dilakukan di internal partai yang diikuti oleh seluruh anggota partai. Jika seseorang perempuan sudah dipilih dalam proses ini maka mau tidak mau dirinya harus mau dicalonkan. Walaupun kemudian memang terdapat beberapa pertimbangan seperti apakah perempuan bakal calon tersebut mendapatkan ijin dari suami, memiliki popularitas yang tinggi, dan juga adanya kesiapan pendanaan dalam berkampanye. Sementara strategi yang dilakukan oleh PPP berbeda. PPP pada dasarnya juga memiliki proses kaderisasi walaupun memang tidak sesistematis PKS. Partai ini lebih terbuka terhadap kader dari luar untuk dapat dicalonkan sebagai caleg. Upaya yang dilakukan partai ini untuk memenuhi kebijkan afirmasi adalah dengan menjaring kader yang memiliki kedekatan dengan elit partai politik dan juga kader yang memiliki popularitas yang tinggi seperti selebritis. Selain itu PPP juga adalah partai politik yang paling banyak menempatkan caleg perempuannya pada nomor urut 1. Dan ini berimplikasi juga pada jumlah caleg perempuan yang terpilih juga semakin besar. Sebelum melakukan pencalonan, PPP sendiri di internal partainya sudah memiliki kebijakan bahwa perempuan harus dimasukan dalam kepengurusan harian partai baik dari

113 PemiluJurnal & Demokrasi

tingkatmerupakan pusat suatu upayasampai untuk tingkat menyelamatkan daerah. kebijakan Hal inipublik akan yang akanmendorong partai lebih dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. mudah dalam mencari kader perempuan untuk dicalonkan. Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan Yuna FarhanWalaupun melalui tulisannyamemiliki “Menelusuri strategi Siklus Politisasiyang Anggaranberbeda, tetapi dalam mempertimbangkanpada Tahun Pemilu.” Yuna siapa menjelaskan perempuan bahwa Political yang budgetakan cyclesdicalonkan oleh kedua partaisudah menjadiini adalah fenomena sama universal yaitu mempertimbangkandidukung dengan berbagai popularitas studi calon dan juga kesiapanempiris di berbagai pendanaan Negara. untuk Berbagai berkampanye. variabel yang mempengaruhi Sistem pemilu politcal berupa sistem pemilu budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara proporsional terbuka dimana keterpilihan calon adalah berdasarkan suara agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi terbanyakdalam praktek menyebabkan penganggaran di Indonesiacalon yang yang memilikiberkaitan dengan popularitas siklus tinggi akan lebih mudahPemilu 2009 dikenali ataupun oleh menjelang masyarakat Pemilu 2014. dan Melihat akan perkembangan lebih dipilih saat oleh masayarakat. ini,Untuk yang menjadi itu memang perhatian tidakdalam hanya perjalanan political budget afirmasi cycles, melainkanini masih terdapat tantangan political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun yang dihadapi oleh perempuan caleg dalam pemilu seperti tantangan di Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. internal partai politik, tidak mendapatkan dukungan dari partai seperti adanya Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi bantuanjuga perlu keuangandibatasi mengingat khusus perbedaan kepada caleghakikat perempuan, antara laki-laki hingga dan oligarki partai yang menyebabkanperempuan. Seperti banyaknya halnya keterwakilan perempuan perempuan terpilih sebagai adalah salah satu mereka yang memiliki kedekatansyarat verifikasi dengan faktual elit untuk partai menjadi politik. peserta Sehingga pemilu. UU untuk No. 8 menghadapiTahun Pemilu 2019 masih2012 menegaskan diperlukan setiap sinergi partai politikantara peserta masyarakat pemilu harus sipil memenuhi dan juga perempuan partai 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat politik untuk bekerja sama mendorong keterwakilan perempuan. praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini REFERENSI:akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam Asshidique,hukum dan pemerintahan. Jimly Pokok-pokok Dan kondisi tersebut Hukum telah ditulis Tata oleh Negara Nindita Indonesia Pasca- ParamastutiReformasi dalam, Jakarta,tulisannya Bhuanayang berjudul: Ilmu “Perempuan Populer, 2007dan Korupsi: Blackburn,Pengalaman Perempuan Susan Women Menghadapi and Korupsi The State dalam in Pemilu Modern DPR IndonesiaRI , Cambridge: 2009.”Cambridge University Press, 2004. ChusnulMasih berhubungan Mar’iyah, dengan Membaca tema akuntabilitas Ulang keuanganPilitik: politik,Pendekatan Didik Feminisme dan SupriyantoMetodolagi dan Lia PenelitianWulandari dalam, Jurnal tulisan Afirmasi, berjudul Transparansi Jurnal Pengembangan dan Pemikiran AkuntabilitasFeminis, Pengelolaan Vol. 2, Januari Dana Kampanye, 2013. menguraikan bahwa dana Hurriyah,kampanye adalah Skripsi: salah Sistem satu hal Kaderisasi penting dalam Partai proses Keadilan pemilu. DanaSejahteran (1998-2003), kampanyeDepartemen diperlukan Ilmu oleh Politikpartai politik Fakultas dan kandidatnya Ilmu Sosial untuk dan dapat Ilmu Politik, Universitas berkompetisiIndonesia, di dalamDepok: pemilu. 2004. Setiap partai politik, kandidat/calon Isra,legislatif Saldi tidak akanPergerasn dapat bekerja Fungsi secara Legislasi:maksimal dalam Menguatnya kampanye Model Legislasi Parlementer dalam Sistem Presidensialisme Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers, 2010. Lee,vi Antony dkk, Inovasi Pemilu. Mengatasi Tantangan Memanfaatkan Peluang, Jakarta: Komisi Pemilihan Umum, 2017. Mariyah , Chusnul, Urugensi Kuota Perempuan dalam Parpol, dalam Endang Sulastri, Pola Rekrutmen Caleg Perempuan Partai Persatuan Pembangunan Pada Pemilu 1999, Tesis, Program Magister Ilmu Politik, Universitas Indonesia, 2003. Marle Karl, Women and Empowerment: Participation and Decision Making, London and New Jersey: Zed Book, 1995.

114 STRATEGI PARTAI POLITIK DALAM MEMENUHI KEBIJAKAN AFIRMASI PADA PEMILU 2014 (STUDI KASUS: PARTAI KEADILAN SEJAHTERA DAN PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN)

Matland, Richard, Meningkatkan Partisipasi Politik Perempuan. Rekrutmen Legislatif dan Sistem Pemilihan, dalam Julie Ballington, Perempuan di Parlmen Bukan Sekedar Jumlah, Jakarta: The International IDEA (terjemahan), 2002. Molyneux, Maxine, dan Shara Razavi, Gender Justice, Development, and Rights, United Nations Research Institute for Social Develompment, Democracy, Governance, and Human Rights, Programme Paper Number 10, January 2013. Mukti, Lena Maryana Peran Partai Politik Dalam Meningkatkan Keterwakilan Perempuan pada Pemilu 2014, Makalah Lepas, 2014 Noerdin, Edriana, Myra Diarsi, & Sita Aripurnami, Representasi Politik Perempuan adalah Sebuah Keharusan, Jurnal Pengembangan Pemikiran Feminisme: Afirmasi 2011. Noor, Firman Perpecahan dan Soliditas Partai Islam di Indonesia: Kasus PKB dan PKS di Dekade Awal Reformasi, Jakarta: LIPI Press, 2014. Pamungkas, Sigit, Perihal Sistem Pemilu, Yogyakarta: Laboratorium Ilmu Pemerintahan Jurusan Ilmu Pemerintahan, Universitas Gadjah Mada, 2009. Phillips, Anne, The Politics of Presence: The Political Representation of Gender, Ethnicity, and Race, Oxford: Oxford University Press, 1998. Reynold, Andrew, Ben Reilly, and Adrew Eliis (ed), Electoral System Desaign: The New International IDEA Handbook, Stocholm: Internastional IDEA, 2011. Soetjipto, Ani, Politik Harapan, Perjalanan Politik Perempuan Indonesia Pasca-Reformasi, Jakarta: Margin Kiri, 2011. Soetjipto, Ani Widyani, Politik Perempuan Bukan Gerhana, Jakarta: Kompas, 2005. Soetjipto, Ani dan Shelly Adelina, Partai Politik dan Strategi Gender Separuh Hati. Pelajaran dan Pengalaman Tiga Partai Pemenang Pemilu, Jakarta: Parentesis Publiser, 2012 Supriyanto, Didik Politik Perempyan Pasca-Orde Baru: Koalisi Perempuan dan Perjuangan Kebijakan Afirmasi dalam Pemilu Legislatif, Jakarta: rumahpemilu.org, 2013. Supriyanto, Didik Tesis: Perempuan Politik Pasca Orde Baru, Depok: Universitas Indonesia, 2007 Subiantoro, Eko Bambang, Masa Depan Keterwakilan Perempuan dalam Pemilu Legislatif 2014, Jurnal Perempuan, Untuk Pencerahan dan Kesetaraan, Vol. 18 No 4, November 2013. Subono, Nur Iman ,Partisipasi Perempuan, Politik Elektoral, dan Kuota: Kuantitas, Kualitas, atau Kesetaraan, Jurnal: Perempuan untuk Pecerahan dan Kesetaraan, Vol. 18 No.4, Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan, 6 November 2013.

115 PemiluJurnal & Demokrasi

Sulastri,merupakan Endang suatu upaya Tesis: untuk menyelamatkanPola Rekrutmen kebijakan Caleg publik Perempuan yang akan Partai Persatuan dibuatPembangunan oleh politisi dan pemerintah Pada Pemilu yang terpilih 1999 ,untuk Fakultas memerintah. Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, PandanganUniversitas Hamdan Indonesia, tersebut berkaitanDepok, dengan2003. apa yang disampaikan TheYuna InternationalFarhan melalui tulisannya IDEA, “MenelusuriStandar-Standar Siklus Politisasi Internasional Anggaran untuk Pemilihan padaUmum. Tahun Pemilu.” Pedoman Yuna Peninjauan menjelaskan bahwa Kembali Political Kerangka budget cycles Hukum Pemilu, Swedia, sudahhal menjadi 23 Edisi fenomena Bahasa universal Indonesia, didukung 2002. dengan berbagai studi Theempiris International di berbagai Negara. IDEA, Berbagai Women variabel in yang Parliament, mempengaruhi Beyond politcal Numbers (A Revised budgetEdition) cycles seperti, Stockholm: perubahan International pola pada struktur IDEA, anggaran 2005 baik secara Wulandariagregat maupun Lia, secara dan spesifik Khoirunnisa pada tahun-tahun Agustyati, Pemilu, Pencomotan terkonfirmasi Perempuan untuk dalamDaftar praktek Calon. penganggaran Rekrutmen di Indonesia Calon yang Anggota berkaitan denganDPRD siklus Kabupaten/Kota untuk PemiluMemenuhi 2009 ataupun Kuota menjelang 30% Pemilu Perempuan 2014. Melihat dalam perkembangan Pemilu saat2014, Jakarta: Yayasan ini, yangPerludem, menjadi perhatian2014. tidak hanya political budget cycles, melainkan Wulandari,political corruption Lia, cyclePeta atau Politik siklus Perempuankorupsi politik pada Menjelang tahun-tahun Pemilu 2014, Jakarta: Pemilurumahpemilu.org, yang telah meningkat 2013 dengan ekstrim. Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi Sumberjuga perlu dibatasionline: mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan Burhaniperempuan. Ruslan, Seperti halnyaKuota keterwakilan 30% Perempuan perempuan Belum sebagai Berdampak salah satu pada Keterpilihan, syarathttp://www.antaranews.com/berita/493749/kuota verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun -30-persen- 2012perempuan menegaskan -setiapbelum partai-berdampak politik peserta-pada pemilu-keterpilihan, harus memenuhi diakses pada Sabtu, 25 30%Maret keterwakilan 2017 perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini Undang-undang dan Peraturan akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam UUhukum No dan 12/2003. pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita UUParamastuti No 10/2008. dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: UUPengalaman No 8/2012. Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI 2009.” PKPU No 7/2013. Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

vi

116 PROFIL PENULIS

Juri Ardiantoro adalah komisioner KPU RI periode 2012-2017. Pada pertengahan 2016 hingga April 2017, Juri dipercaya menjadi Ketua KPU RI menggantikan mendiang Husni Kamil Manik yang berpulang pada Juni 2016. Sebelum menjadi anggota KPU RI, Juri adalah Ketua KPU DKI Jakarta. Juri memperoleh gelar sarjananya dari jurusan pendidikan sejarah IKIP Jakarta (sekarang UNJ), dengan periode kuliah 1992-1999. Juri melanjutkan pendidikan magisternya di jurusan Sosiologi FISIP UI pada 2000-2003. Dia menyelesaikan studi doktoralnya di bidang Sosiologi di Universiti Malaysia, Kuala Lumpur, 2006-2015

Partono Samino lahir di Klaten, Jawa Tengah pada saat Pemilu yang kedua diselenggarakan pada jaman Orde Baru. Setelah menyelesaikan pendidikan SMA di Klaten, Ia melanjutkan pendidikannya di FISIPOL Universitas Gajah Mada (UGM) Jogyakarta. Pada tahun 2005, melanjutkan pendidikan master ilmu Kebijakan dan Manajemen Publik di kampus Institute of Social Studies (ISS) of Rotterdam University di Belanda. Sepulang dari Belanda, awal tahun 2007 mulai bekerja sebagai peneliti senior di Center for Electoral Reform (CETRO), sebuah LSM yang bergerak dalam bidang reformasi pemilu di Indonesia. Menjelang penyelenggaraan Pemilu 2009, bergabung dengan UNDP Indonesia dalam projek pemilu yang disebut Election – MDP UNDP sebagai project officer yang bertugas membantu KPU dan Bawaslu dalam menyelenggarakan Pemilu 2009. Perkenalan dengan BRIDGE dimulai pada tahun 2009 ketika UNDP Indonesia menugaskan Partono Samino mengikuti BRIDGE Introduction Training di Melbourne Australia kemudian ditugaskan memberikan fasilitasi serangkaian Pelatihan BRIDGE di beberapa wilayah di Indonesia. Saat ini laki- laki yang dikenal sebagai sosok serius namun humoris ini merupakan fasilitator terakreditasi (Fully Accredited BRIDGE Facilitator). Pada September 2011, Partono Samino bergabung di dalam Project Contribution Voter Registration Reform (CVRR) sebagai tenaga ahli (expert), sebuah project yang dibiayai oleh Australia untuk mencari dan mempersiapkan sistem pendaftaran pemilih Pemilu 2014. Sejak tahun 2013 sampai saat ini Partono Samino menjadi Tenaga Ahli KPU Republik Indonesia.

117 PemiluJurnal & Demokrasi

merupakanUsep Hasan suatu upaya Sadikin untuk menyelamatkan Pegiat demokrasi kebijakan publik rumahpemilu.org, yang akan Perkumpulan dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem). Sejak 2012, lelaki kelahiran Banten Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan ini melakukan advokasi pemilu Indonesia melalui jurnalisme pemilu berbasis Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran data.pada Tahun Dalam Pemilu.” advokasi Yuna menjelaskanUU Pemilu bahwa 2019, Political Usep budget terlibat cycles sebagai koordinator Subsudah-Komite menjadi Keterwakilanfenomena universal Perempuan didukung dengan koalisi berbagai masyarakat studi sipil “Sekretariat Bersamaempiris di berbagai Kodifikasi Negara. Berbagai UU variabelPemilu”. yang mempengaruhi Sebelum politcaldi Perludem, lulusan Geografi FMIPAbudget cycles Universitas seperti perubahan Indonesia pola inipada menyalurkan struktur anggaran kritismenya baik secara pada isu feminisme agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi di Yayasan Jurnal Perempuan (2009-2012) dan isu hak warga difabel di Helen dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus KellerPemilu 2009International ataupun menjelang Indonesia Pemilu (2012).2014. Melihat Usep perkembangan biasa berinteraksi saat melalui media sosialini, yang dan menjadi email perhatian di [email protected]. tidak hanya political budget cycles, melainkan political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. Heroik Mutaqin Pratama lahir pada tanggal 16 November 1992, di Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi Bogorjuga perlu Jawa dibatasi Barat. mengingat Meraih perbedaan gelar Sarjana hakikat Ilmuantara Politiklaki-laki (S.IP)dan di Jurusan Politik danperempuan. Pemerintahan, Seperti halnya Fakultas keterwakilan Ilmu perempuan Sosial dan sebagai Politik salah Universitas satu Gadjah Mada (FISIPOLsyarat verifikasi UGM). faktual Sejak untuk mahasiswa,menjadi peserta pemilu.ia aktif UU diberbagaiNo. 8 Tahun bidang organisasi kemahasiswaan2012 menegaskan setiap mulai partai dari politik Korps peserta Mahasiswapemilu harus memenuhiPolitik dan Pemerintahan 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat (KOMAP UGM) sebagai presiden, kemudian pimpinan bidang sosial dan politik praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah senatmayoritas mahasiswa diduduki oleh FISIPOL laki-laki. UGM,Apabila tidakdan diperjuangkan,menjadi mentri hal ini aksi dan propaganda BEMakan berdampak KM. Selain negatif itu, terhadap pria yang mandeknya dikenal aspirasi dengan perempuan sapaan dalam Oik ini, pernah menjadi asistenhukum dan peneliti pemerintahan. di Politics Dan kondisi & Goverment tersebut telah (POLGOV)ditulis oleh Nindita Research Center UGM, danParamastuti semenjak dalam November tulisannya yang 2014 berjudul: aktif “Perempuandi Perkumupulan dan Korupsi: Pemilu dan Demokrasi Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI (PERLUDEM). Sebagai peneliti Perludem, Heroik memiliki minat dan fokus 2009.” kajian terhadap isu-isu sistem pemilu, kepartaian, dan sistem pemerintahan. Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik IaSupriyanto aktif juga dan Liamenulis Wulandari dibeberapa dalam tulisan media berjudul massa Transparansi seperti dan Kompas dan Seputar Indonesia.Akuntabilitas SelainPengelolaan itu Danaia pernah Kampanye, menulis menguraikan beberapa bahwa bukudana “Menakar Prospek Sistemkampanye Pemerintahan adalah salah satu Hasil hal penting Kepala dalam Daerah proses Serentakpemilu. Dana 2015”, dan ikut serta menyusunkampanye diperlukan buku “Penyelenggaraan oleh partai politik dan Pemilu kandidatnya Presiden untuk dan dapat Wakil Presiden 2014” berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon yang diterbitkan oleh KPU. Ia dapat dihubungi melalui email heroikmp@gmail. legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye com vi Adelline Syahda: lahir di Pariaman, 30 Mei 1994. Menyelesaikan pendidikan S1 di Fakultas Hukum Universitas Andalas dengan program kekhususan Hukum Tata Negara (HTN). Saat ini aktif sebagai peneliti di KoDe Inisiatif sejak 2016 lalu.

118 Adam Mulya Bunga Mayang: lahir di Jakarta, 7 April 1995. Merupakan Peneliti Kode Inisiatif, menyelesaikan pendidikan S1 di Fakultas Hukum Universitas Diponegoro dengan konsentrasi Hukum Tata Negara pada April 2016, saat ini sedang menempuh pendidikan S2 Magister Ilmu Hukum Universitas Indonesia dengan konstentrasi Hukum Kenegaraan.

Khoirunnisa Nur Agustyati lahir di Palembang, 24 Agustus 1987. Menyelesaikan pendidikan Sarjana dari Sosiologi FISIP UI Januari 2010, dan studi Magister Ilmu Politik di FISIP UI pada Juli 2017. Setelah lulus dari UI, dirinya menggeluti isu kepemiluan dan langsung bergabung di LSM Centre for Electoral Reform (CETRO) sejak 2010 sebagai peneliti. Saat ini, aktif bekerja di Perludem sejak Juni 2012, dan kini menjadi Deputi Program di Perludem. Tulisannya yang pernah dipublikasikan antara lain tulisannya bersama Reza Syawawi yang berjudul Membunuh Demokrasi lokal, Mengembalikan Pemilihan Kepala Daerah ke DPRD dalam Jurnal Pemilu dan Demokrasi, Buku Pencomotan Perempuan untuk Daftar Calon (Perludem, 2013), Menetapkan Arena Perebutan Kursi DPRD (Perludem, 2013), Menata Ulang Penjadwalan Pilkada (Perludem, 2013), Politik Hukum Sistem Pemilu (Perludem, 2012), Potret Partisipasi Organisasi Masyarakat Sipil Dalam Pemantauan Pemilu 1999-2014 (Perludem, 2015).

119