Digital Repository Universitas Jember Puji Wahono, Hari Karyadi, Suhartono, Aryo Prakoso, Rebecha Prananta, Prameshi Lokaprasida) Prospek Ekonomi Pengembangan Potensi......

PROSPEK EKONOMI PENGEMBANGAN POTENSI LOKAL DALAM MENDUKUNG PENGELOLAAN WISATA DI WILAYAH SEKITAR GUNUNG BROMO

ECONOMIC PROSPECTS OF LOCAL POTENTIAL DEVELOPMENT TO SUPPORT TOURISM MANAGEMENT IN BROMO MOUNTAIN AREA

Puji Wahono1, Hari Karyadi2, Suhartono3, Aryo Prakoso4, Rebecha Prananta5, Prameshi Lokaprasida6

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jember Jln. 37, Jember 68121 E-mail: [email protected]

Diterima : 22 Juli 2017; direvisi : 14 November 2017 ; disetujui : 30 November 2017

ABSTRAK

Penelitian ini mengidentifikasi potensi lokal dan menyusun model pengembangan wisata di wilayah sekitar Taman Nasional Gunung Bromo yang meliputi Kabupaten , Pasuruan, Probolinggo, dan Lumajang. Teridentifikasi bahwa potensi keempat kabupaten di sekitar kawasan Taman Nasional Gunung Bromo tersebut memiliki potensi alam yang besar untuk dapat dikembangkan menjadi destinasi wisata yang dapat dikembangkan menjadi destinasi wisata untuk mendukung destinasi wisata Gunung Bromo. Potensi tersebut antara lain berupa desa wisata, air terjun, pemandangan alam berupa gunung, dan danau. Terhadap potensi destinasi wisata yang ada, secara ekonomi keempat kabupaten tersebut akan lebih mendapatkan manfaat apabila sumber daya yang dimiliki digunakan untuk memperbaiki kualitas manajemen, harga, ketersediaan informasi, dan kesediaan masyarakat untuk membayar. Adapun strategi yang berbasis masyarakat akan lebih tepat untuk pengembangan destinasi wisata di sekitar kawasan Bromo tersebut. Penelitian ini dilakukan di empat kabupaten sekitar kawasan Taman Nasional Gunung Bromo yakni Kabupaten Malang, Pasurauan, Probolinggo, dan Lumajang. Metode penelitian yang digunakan adalah campuran kualitatif dan kuantitatif.

Kata Kunci: Gunung Bromo, Potensi lokal, Destinai pariwisata, Strategi berbasis masyarakat.

ABSTRACT

This research investigates the potential of local tourism destinations and develops a model of tourism development in the area around Gunung Bromo National Park covering Malang, Pasuruan, Probolinggo and Lumajang districts. It was identified that the potential of the four districts in the vicinity of National Park has great natural potential to be developed into tourist destinations to support the tourist destinations of Mount Bromo. These potentials include tourism villages, waterfalls, natural scenery of mountains, and lakes. Against the potential of existing tourist destinations, economically those four districts will benefit more if their resources are used to improve the quality of management, price, availability of information, and the willingness of the community to pay. The community-based strategy would be more appropriate for the development of tourist destinations around the area of Bromo. This research was conducted in four regencies around the area of Gunung Bromo National Park, Malang Regency, Pasurauan, Probolinggo, and Lumajang. The research method used is a mixture of qualitative and quantitative.

Keywords: Mount Bromo, Potential of local tourism, Destinai tourism, Community based strategy.

Volume 11 No. 2 Desember 2017 195 Digital Repository Universitas Jember Jurnal Cakrawala Vol. 11 No. 2 Desember 2017 : 195 - 216

PENDAHULUAN dalam bentuk kekayaan alam yang indah, keragaman flora dan fauna, kemajemukan Kepariwisataan di telah menjadi tradisi dan seni budaya, dan peninggalan sektor yang strategis dalam perekonomian purbakala. Dengan latar belakang potensi wisata nasional karena memberikan kontribusi yang yang ada di wilayah sekitar Gunung Bromo yang cukup besar terhadap pendapatan negara. Hal belum seluruhnya dikelola secara profesional, ini terlihat dari nilai manfaat yang besar kepada maka peranan pemerintah sebagai fasilitator daerah tujuan wisata, baik langsung maupun sangat strategis dalam mewujudkan upaya- tidak langsung (Smith, 2001). Manfaat yang upaya ke arah pengembangan pariwisata ditimbulkan dari aktivitas pariwisata mampu tersebut yaitu; perencanaan (planning) daerah memberikan kontribusi terhadap sistem atau kawasan pariwisata, pembangunan perekonomian suatu wilayah karena aktivitas (development) fasilitas utama dan pendukung pariwisata dapat berkembang menjadi aktivitas pariwisata, pengeluaran kebijakan (policy) industri yang mampu menggerakkan sektor pariwisata, serta pembuatan dan penegakan ekonomi suatu wilayah. Manfaat tersebut bisa peraturan (regulation). berupa penyerapan tenaga kerja di sektor Pengenalan wisatawan hanya pada pariwisata itu sendiri maupun berkembangnya Gunung Bromo saja sesungguhnya sangat kegiatan ekonomi pendukung pariwisata seperti disayangkan, karena disekitarnya juga terdapat hotel, rumah makan, transportasi, jasa destinasi potensial sebagai penyangga destinasi penukaran uang asing dan lain-lain. utama. Untuk itu apabila kawasan sekitar dapat Alasan mengapa kegiatan pariwisata dikembangkan, maka akan dapat menambah perlu terus ditingkatkan antara lain: 1) Semakin destinasi wisata yang ada, memperpanjang menurunnya peranan minyak dan gas bumi kunjungan, memperbesar belanja, dan sebagai penghasil devisa dibanding yang lain, 2) memberikan efek berganda ekonomi kepada Merosotnya nilai ekspor di sektor non minyak, 3) masyarakat. Prospek pariwisata memperlihatkan kecenderungan Berdasarkan alasan itu maka Badan meningkat secara konsisten, 4) Potensi alam Penelitian dan Pengembangan (BALITBANG) maupun budaya yang dimiliki kaitannya sebagai Provinsi Jawa Timur mengadakan kegiatan penelitian modal dasar dalam perkembangan pariwisata. “PROSPEK EKONOMI PENGEMBANGAN Kondisi ini secara faktual memposisikan POTENSI LOKAL DALAM MENDUKUNG sektor pariwisata menjadi penting peranannya PENGELOLAAN WISATA DI WILAYAH dalam pembangunan nasional, dimana tidak ada SEKITAR GUNUNG BROMO”. kegiatan ekonomi yang berdimensi luas ke Permasalahan yang hendak dicarikan semua sektor, tingkatan dan kepentingan seperti jawabnya adalah: (1) Potensi destinasi wisata Pariwisata. Oleh karena itu, pengintegrasian lokal apa saja yang memiliki prospek untuk rencana pengembangan pariwisata dengan dikembangkan dalam mendukung pengelolaan pembangunan nasional bersifat penting wisata di lokasi penelitian wilayah sekitar Jawa timur sebagai provinsi yang terus Gunung Bromo?; (2) Bagaimanakah peran dan berkembang, pariwisatanya memiliki banyak pengembangan potensi destinasi wisata lokal di obyek unggulan, Salah satunya Gunung Bromo. wilayah sekitar Gunung Bromo dalam mendukung Selain itu, banyak potensi wisata yang dapat pengelolaan wisata?; (3) Bagaimanakah prospek dikembangkan, seperti wisata alam, wisata ekonomi potensi destinasi wisata lokal dalam edukasi, wisata sejarah, wisata seni dan budaya mendukung pengelolaan wisata di wilayah atau wisata lainnya. Jika hal ini dikembangkan sekitar Gunung Bromo?; (4) Bagaimanakah model maka kawasan di sekitar Gunung Bromo strategi pengembangan pariwisata berbasis menjadi destinasi wisata dimana wisatawan potensi destinasi wisata lokal yang sesuai untuk tidak hanya ke Bromo tapi juga ke kawasan dikembangkan di wilayah sekitar Gunung Bromo sekitar Bromo. dalam upaya mendukung perekonomian masyarakat Pembangunan kepariwisataan pada dan Pendapatan Asli Daerah? hakekatnya merupakan upaya untuk Adapun tujuan penelitian ini adalah: (1) mengembangkan dan memanfaatkan obyek dan Mengidentifikasi destinasi wisata lokal yang daya tarik wisata yang terwujud antara lain telah ada dan memiliki prospek untuk

196 Volume 11 No. 2 Desember 2017 Digital Repository Universitas Jember Puji Wahono, Hari Karyadi, Suhartono, Aryo Prakoso, Rebecha Prananta, Prameshi Lokaprasida) Prospek Ekonomi Pengembangan Potensi......

dikembangkan guna mendukung pengelolaan berdasarkan penelitian dan evaluasi untuk wisata di lokasi penelitian wilayah sekitar memperoleh kontribusi optimal dalam Gunung Bromo; (2) Mendeskripsikan peran dan menciptakan kesejahteraan masyarakat dan pengembangan potensi destinasi wisata lokal di kualitas lingkungan (Tosun dan Jenkins, 1998). wilayah sekitar Gunung Bromo dalam Pengembangan pariwisata merupakan proses mendukung pengelolaan wisata; (3) Melakukan berkesinambungan untuk melakukan analisa ekonomi terhadap prospek potensi pencocokan dan penyesuaian yang terus destinasi wisata lokal dalam mendukung menerus antara sisi pemasok dan tuntutan pengelolaan wisata di wilayah sekitar Gunung kebutuhan pengembangan (Nuryanti, 1994). Bromo; (4) Menyusun model strategi Pengembangan potensi pariwisata pengembangan pariwisata berbasis potensi dengan demikian dapat bermakna sebagai destinasi wisata lokal yang sesuai untuk upaya lebih untuk meningkatkan sumber daya dikembangkan di wilayah sekitar Gunung yang dimiliki oleh suatu objek wisata dengan Bromo. cara melakukan pembangunan unsur-unsur fisik maupun nonfisik dari satu kawasan pariwisata TINJAUN PUSTAKA sehingga meningkatkan produktivitasnya. Analisa ekonomi terhadap prospek Pariwisata, sebagaimana dikatakan potensi lokal agar diperoleh manfaat yang besar Damanik dan Weber (2006) merupakan bagi perekonomian nasional. Namun, hingga fenomena pergerakan manusia, barang dan jasa dewasa ini Indonesia belum memperlihatkan yang sangat kompleks sifatnya. Kompleksitas peranan yang sesuai dengan harapan dalam yang dimaksud adalah karena ia terkait erat proses pembangunan (Zain dan Taufik, 2011). dengan organisasi, hubungan-hubungan Potensi pengembangan pariwisata sangat terkait kelembagaan dan individu, kebutuhan layanan, dengan lingkungan hidup dan sumberdaya. penyedia kebutuhan layanan dan sebagainya. Fandeli (1995) menyebutkan, sumberdaya Dalam artian yang luas, pariwisata dapat pariwisata adalah unsur fisik lingkungan yang diartikan sebagai kegiatan rekreasi di luar statis seperti: hutan, air, lahan, margasatwa, tempat tinggal atau domisili seseorang dalam tempat-tempat untuk bermain, berenang dan rangka untuk melepaskan diri dari kegiatan lain-lain. rutin atau dalam rangka mencari suasana yang Pariwisata dengan demikian sangat berbeda. Sebagai kegiatan, pariwisata telah terkait dengan keadaan lingkungan dan menjadi satu kegiatan penting dari kebutuhan sumberdaya yang ada. Indonesia dengan dasar masyarakat terutama di negara-negara keragaman sumberdaya yang sangat kaya maju. Namun demikian dalam perkembangannya memiliki potensi yang baik untuk dapat pariwisata juga kini mulai menjadi kebutuhan dikembangkan menjadi berbagai kegiatan dari sebagian kecil masyarakat negara-negara pariwisata. Secara formal, konsep ini disebut sedang berkembang. keinginan membayar (willingness to pay) Potensi dan pengembangan wisata di seseorang terhadap barang dan jasa yang banyak negara berkembang mulai menyusul dihasilkan oleh sumber daya alam dan negara-negara maju. Ini dilakukan kareana lingkungan (Fauzi, 2006). seperti dikatakan Tosun dan Timothy (2001) Penilaian (valuation) sumber daya alam sektor pariwisata merupakan sumber penting merupakan alat ekonomi yang digunakan untuk dari pemasukan devisa sekaligus pembukaan mengestimasi nilai uang dari barang dan jasa yang lapangan kerja. Stabilitas politik, pembentukan diberikan oleh sumber daya alam melalui teknik kelembagaan yang dapat mendukung pariwisata, penilaian tertentu. Barang dan jasa yang desentralisasi perencanaan dan pengembangan dihasilkan dari sumber daya alam dan lingkungan obyek yang spesifik, kerjasama pemerintah antara lain nilai rekreasi dan nilai keindahan. Nilai dengan swasta dan agen internasional merupakan yang dihasilkan dari sumberdaya alam dapat faktor-faktor yang sangat penting bagi dikategorikan dalam nilai guna ordinal, karena pengembangan kepariwisataan. manfaat atau kenikmatan yang diperoleh dari Sementara itu perencanaan dan mengkonsumsi barang-barang tidak dapat pengembangan destinasi wisata harus dilakukan dikuantifikasikan (Sukirno 2004).

Volume 11 No. 2 Desember 2017 197 Digital Repository Universitas Jember Jurnal Cakrawala Vol. 11 No. 2 Desember 2017 : 195 - 216

Sumber daya alam selain menghasilkan organisasi baru, namun lebih diarahkan untuk barang dan jasa yang dapat dikonsumsi baik meningkatkan pola dan struktur yang ada, langsung maupun tidak langsung, juga memperkuatkan basis masyarakat, memperkokoh menghasilkan jasa-jasa (services) lingkungan fungsi dan optimasi pemangku kepentingan, yang memberikan manfaat dalam bentuk lain, memberikan ruang inovasi dan kreatitivitas misalnya manfaat amenity seperti keindahan, serta inisiatif lokal, serta melalui pemanfaatan ketenangan dan sebagainya. Mengingat jejaring dan teknologi informasi. pentingnya fungsi-fungsi ekonomi dan non- Terkait dengan upaya untuk melihat ekonomi dari sumber daya alam, tantangan yang kinerjanya, instrumen Importance Performance Analysis dihadapi oleh penentu kebijakan adalah (IPA) dapat digunakan untuk membandingkan bagaimana memberikan nilai yang komprehensif sampai sejauh mana antara kinerja atau terhadap sumber daya alam itu sendiri. Dalam pelayanan yang dapat dirasakan oleh konsumen hal ini, nilai tersebut tidak saja nilai pasar (market dibandingkan terhadap tingkat kepuasan yang value) barang yang dihasilkan dari suatu sumber diinginkan. IPA bertujuan untuk menampilkan daya, melainkan juga nilai jasa lingkungan yang informasi berkaitan dengan faktor-faktor ditimbulkan oleh sumber daya tersebut (Fauzi, pelayanan yang menurut pelanggan sangat 2006). mempengaruhi loyalitas dan kepuasan mereka. Pengembangan destinasi pariwisata tidak IPA digambarkan dalam diagram dua dimensi dapat dilepaskan dari organisasi pengelolaan yaitu diagram importance-performance untuk destinasi wisata merupakan struktur tata kelola mendapatkan usulan praktis dan memudahkan destinasi pariwisata yang mencakup aspek penjelasan data. perencanaan, koordinasi, implementasi, dan Sebaliknya, kualitas pelayanan adalah pengendalian organisasi destinasi secara inovatif kondisi dinamis yang berhubungan dengan dan sistemik melalui pemanfaatan jejaring, produk, jasa, sumberdaya manusia, proses dan informasi dan teknologi secara terpadu dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi terpimpin dengan melibatkan peran serta harapan. Kualitas pelayanan dapat diketahui masyarakat, asosiasi, industri, akademisi dan dengan cara membandingkan persepsi para pemerintah dalam rangka meningkatkan kualitas konsumen atas pelayanan yang mereka peroleh pengelolaan (management), volume kunjungan, dengan pelayanan yang sesungguhnya mereka lama tinggal, dan besaran pengeluaran oleh harapkan dari suatu perusahaan. Apabila wisatawan, serta manfaat bagi masyarakat di layanan yang diterima sesuai dengan yang sekitar destinasi pariwisata tersebut. diharapkan konsumen, maka kualitas layanan Konsep destination mangement object dipersepsikan sebagai kualitas ideal, tetapi (DMO) sebagai instrumen manajemen diperlukan sebaliknya jika layanan yang diterima lebih dalam pembangunan destinasi pariwisata. rendah daripada yang diharapkan, maka Partisipasi, komitmen, tanggungjawab, rasa kualitas layanan dipersepsikan buruk. memiliki merupakan kunci keberhasilan Menurut Kotler (2004) kepuasan pelanggan membangun sinergi dan konvergensi para pihak yaitu tingkatan dimana anggapan kinerja yang terkait (stakeholders) melalui optimalisasi (perceived performance) produk akan sesuai peningkatan peran dan fungsi untuk mencapai dengan harapan seorang pelanggan. Metode kesuksesan tata kelola destinasi pariwisata. Importance Performance Analysis (IPA) pertama Kualitas pelayanan wisata dan keberlanjutan kali diperkenalkan oleh Martilla dan James destinasi pariwisata tidak lepas dari kompetensi (1977) dengan tujuan untuk mengukur dan juga kapasitas pengelolaan entitas satu hubungan antara persepsi konsumen dan destinasi pariwisata. Penguatan tata kelola prioritas peningkatan kualitas produk/jasa yang destinasi berbasis keseimbangan dengan muatan dikenal pula sebagai quadrant analysis (Brandt, dimensi ekonomi, estetika, etika diarahkan untuk 2000 dan Latu & Everett, 2000). terwujudnya pembangunan pariwisata kontekstual IPA sebagai instrumen pengukuran berbasis nilai. destinasi wisata telah diterima secara umum dan Pada kasus di Indonesia, tata kelola dipergunakan pada berbagai bidang kajian pariwisata melalui DMO tidak dimaksudkan karena kemudahan untuk diterapkan dan untuk menciptakan struktur dan tatanan tampilan hasil analisa yang memudahkan

198 Volume 11 No. 2 Desember 2017 Digital Repository Universitas Jember Puji Wahono, Hari Karyadi, Suhartono, Aryo Prakoso, Rebecha Prananta, Prameshi Lokaprasida) Prospek Ekonomi Pengembangan Potensi......

usulan perbaikan kinerja (Martinez, 2003). IPA dilakukan pengindentifikasian destinasi wisata mempunyai fungsi utama untuk menampilkan lokal yang telah ada dan memiliki prospek untuk informasi berkaitan dengan faktor-faktor dikembangkan guna mendukung pengelolaan pelayanan yang menurut konsumen sangat wisata di lokasi penelitian wilayah sekitar mempengaruhi kepuasan dan loyalitas mereka, Gunung Bromo. dan faktor-faktor pelayanan yang menurut Karakteristik keunikan pemandangan alam konsumen perlu ditingkatkan karena kondisi taman nasional dapat mendorong pengembangan saat ini belum memuaskan. wisata berbasis alam di wilayah sekitarnya. IPA menggabungkan pengukuran faktor Ekowisata dan pariwisata berkelanjutan memiliki tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan tujuan yang sama untuk menghubungkan tujuan dalam grafik dua dimensi yang memudahkan konservasi, pembangunan ekonomi dan pedesaan. penjelasan data dan mendapatkan usulan Ekowisata juga menawarkan pengalaman praktis. Interpretasi grafik IPA sangat mudah, pendidikan baru untuk wisatawan, dan itu harus dimana grafik IPA dibagi menjadi empat buah dikembangkan dan dikelola dengan cara yang peka kuadran berdasarkan hasil pengukuran importance- terhadap lingkungan sekaligus melindungi performance sebagaimana terlihat pada Gambar lingkungan, sehingga muncul wisata pendidikan, di bawah ini : budaya, dan rekreatif. Oleh karena itu, peran dan pengembangan potensi lokal di wilayah sekitar Gunung Bromo dalam mendukung pengelolaan wisata perlu untuk dideskripsikan sehingga dapat dianalisis prospek ekonomi pengembangannya dalam mendukung atau pada jangka panjang dapat diharapkan menjadi substitusi wisata ke TNBTS sebagai destinasi wisata utama.

Gambar 1. Kuadran Importance Performance Sumber: Martilla dan James, 1977

Kerangka dan konsep penelitian ini dapat dikembangkan dengan kenyataan bahwa kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian (TNBTS) merupakan kawasan konservasi yang dilindungi berdasarkan peraturan perundangan di Pengidentifikasian, pendeskripsian peran Indonesia. Kawasan ini memiliki keanekaragaman dan potensi pengembangan membutuhkan hayati dan keindahan alam yang dilestarikan analisis mendalam terhadap kondisi eksisting keberlanjutannya. Kawasan ini telah menjadi wisata ke gunung Bromo dengan mengetahui daerah tujuan wisata yang dapat diakses dari tingkat kepuasan para wisatawan. Selain itu,perlu empat Kabupaten di sekitar TNBTS. diperoleh deskripsi tentang potensi wisata di Pengembangan kawasan taman nasioanal sekitar gunung Bromo yang saat ini sudah ada secara menyeluruh sebagai destinasi wisata akan untuk selanjutnya dapat dikembangkan secara terkendala oleh peraturan perundangan yang optimal dalam mendukung pengembangan membatasi pengembangannya selain sebagai pariwisata di sekitar gunung Bromo. kawasan konservasi, khususnya dalam zona inti. Oleh karena itu, destinasi wisata dilakukan METODOLOGI PENELITIAN disekitar kawasan taman nasional pada zona pemanfaatan atau diluar wilayah taman nasional Penelitian ini meminjam istilah Creswell yang masih memiliki akses ke wilayah TNBTS (2010), yaitu akan menggunakan strategi sebagai destinasi utama. Untuk itu perlu kualitatif dan kuantitatif yang sudah memiliki

Volume 11 No. 2 Desember 2017 199 Digital Repository Universitas Jember Jurnal Cakrawala Vol. 11 No. 2 Desember 2017 : 195 - 216 prosedur yang jelas. Pemilihan strategi kualitatif, Kebudayaan dan Pariwisata, Badan Perencanaan karena penelitian hendak mengidentifikasi dan Pembangunan Kabupaten, tokoh potensi-potensi lokal yang memiliki prospek masyarakat, dan para anggota Kelompok Sadar untuk dikembangkan menjadi obyek wisata Wisata (Pokdarwis). Hasil wawancara dengan yang mampu mendukung pengelolaan wisata di para informan tersaji pada uraian di bawah ini. empat daerah kabupaten sekitar kawasan wisata Gunung Bromo. 1.1 Kabupaten Malang Lokasi penelitian di 4 (empat) kabupaten, Pada lokasi penelitian ini, peneliti yaitu Kabupaten Malang, Kabupaten Pasuruan, melakukan wawancara dengan Dinas Kabupaten Probolinggo, dan Kabupaten Kebudayaan dan Pariwisata, Badan Lumajang Provinsi Jawa Timur. Jangka waktu Perencanaan dan Pembangunan, Kepala Desa pelaksanaan kegiatan penelitian “Prospek Ngadas dan Mantan Kepala Desa Ngadas Ekonomi Pengembangan Potensi Lokal Dalam Kabupaten Malang. Hasil wawancara Mendukung Pengelolaan Wisata di Wilayah mengungkapkan bahwa potensi destinasi Sekitar Gunung Bromo” selama 6 (enam) bulan wisata yang diharapkan dapat menunjang terhitung mulai bulan April sampai dengan wisata Gunung Bromo meliputi empat Oktober 2016. destinasi yang berupa Desa Wisata yaitu Jenis data yang diperlukan dalam Desa Ngadas, Desa Poncokusumo, Desa menganalisis kajian ini terdiri dari data sekunder Gubugklakah dan Desa Jeru. Keempat Desa dan data primer. Analisis data kualitatif Wisata tersebut adalah: membutuhkan refleksi terus menerus terhadap Pertama, desa Wisata Ngadas, Poncokusumo. data yang diperoleh, untuk kemudian mengajukan Desa Ngadas berada di dalam wilayah pertanyaan-pertanyaan analitis, dan menulis teritori Taman Nasional Bromo Tengger catatan-catatan singkat sepanjang penelitian. Semeru (TN-BTS). Desa Ngadas merupakan Analisis kuantitatif dipergunakan untuk Desa tertinggi di Jawa dikarenakan topografi menganalisis tingkat kepentingan kinerja pada Desa Ngadas sendiri adalah pegunungan destinasi wisata di sekitar gunung Bromo dengan iklim montana. Desa wisata ini dengan menerapkan importance performance berbatasan langsung dengan area lautan pasir analysis. Gunung Bromo. Desa wisata ini menonjolkan Pada analisis Importance-Performance wisata adat berupa upacara keagamaan Suku Analysis (IPA), dilakukan pemetaan menjadi 4 Tengger dan budaya masyarakat Tengger, kuadran untuk seluruh variabel yang view pemandangan alam yang indah dan mempengaruhi kualitas pelayanan. Agar analisis Coban Pelangi sebagai daya tarik bagi para ini dapat dilakukan, maka peneliti menyebarkan wisatawan. kuesioner kepada para pengunjung destinasi Kedua, desa Wisata Gubugklakah, terletak wisata yang ditentukan secara acak. Kuesioner di bagian timur Kecamatan Poncokusumo, yang disusun menggunakan skala likert. Skala sekitar 23 kilometer dari Kota Malang. likert adalah skala pengukuran yang dapat Letaknya berada di kaki Gunung Bromo, Desa digunakan untuk menunjukan tanggapan atau Wisata Gubugklakah menyajikan panorama persepsi wisatawan di destinasi wisata tersebut. indah dan kesejukan khas pegunungan. Desa Wisata Gubugklakah memiliki beberapa HASIL DAN PEMBAHASAN destinasi diantaranya yaitu Wisata Agro Apel, Coban Pancut, dan Coban Gereja serta arung 1. Identifikasi Destinasi Wisata Lokal yang Telah jeram Sungai Amprong. Ada dan Memiliki Prospek Dikembangkan Ketiga, desa Wisata Poncokusumo, dalam Mendukung Pengelolaan Wisata di adalah satu desa atau kecamatan di Malang. Wilayah Sekitar Gunung Bromo Desa Poncokusumo dikenal sebagai desa Penelitian ini menggunakan metode wisata dan terletak di kaki gunung Semeru wawancara mendalam kepada para informan dengan luas 686,23 ha atau tepatnya di penelitian untuk mengidentifikasikan destinasi sebelah selatan perbatasan Taman Nasional wisata di masing-masing lokasi penelitian. Para Bromo Tengger Semeru. Desa Poncokusumo informan tersebut meliputi para pejabat di Dinas merupakan desa yang kaya akan produksi

200 Volume 11 No. 2 Desember 2017 Digital Repository Universitas Jember Puji Wahono, Hari Karyadi, Suhartono, Aryo Prakoso, Rebecha Prananta, Prameshi Lokaprasida) Prospek Ekonomi Pengembangan Potensi......

holtikultura, seperti bawang, tomat, kentang, Sapi Perah) Setia Kawan untuk membeli susu kol dan tentu saja apel serta buah-buah segar dan tahu susu. Pengunjung juga dapat lainnya. membeli sayuran organik di Condigo Argo Keempat, desa Wisata Jeru Kecamatan Herbal di Desa Tutur ini. Keanekaragaman Tumpang Kabupaten Malang, terletak 15 Km hayati di Desa Tutur ini mendorong Dinas arah timur dari kota Malang, Desa Jeru Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten memiliki daya tarik wisata berupa "TAMAN Pasuruan mengembangkannya sebagai desa BUAH KITA" yang pada saat ini masih wisata pada tahun 2016 ini. dalam tahap pengembangan dan kabarnya Ketiga, Bhakti Alam Farm bertempat di akan dioperasikan mulai tahun 2017, sedang Desa Ngembal Kecamatan Tutur adalah pengelolanya adalah Disbudpar Kabupaten merupakan salah satu tempat wisata yang Malang. berbasis pada wisata buah dengan menempati lahan seluas 50 Ha dan terdiri 1.2 Kabupaten Pasuruan dari 40 jenis buah dan masing-masing buah Penggalian informasi dilakukan dengan terdiri dari kurang lebih 15 buah antara lain: para informan dari Dinas Kebudayaan dan buah durian (montong, bajul, kancil, lokal), Pariwisata, Anggota Pokdarwis Desa klengkeng pingpong, mangga, buah naga, Ngadiwono yaitu Bapak Singgih dan Romo golden melon, semangka, jeruk dan lain-lain, Dukun Desa Ngadiwono. Hasil wawancara dan juga dilengkapi dengan peternakan sapi menunjukkan bahwa terdapat tiga lokasi perah sekaligus pengepakannya, ada juga potensi destinasi wisata lokal yang telah guest House/cottage serta area bermain anak- dikembangkan yaitu Desa Ngadiwono, anak dan camping ground. Dusun Nongkojajar, dan Bhakti Alam sebagai destinasi yang diharapkan 1.3 Kabupaten Probolinggo menunjang wisata ke Gunung Bromo di Wawancara dilakukan dengan para Kabupaten Pasuruan. Ketiga destinasi wisata informan dari Dinas Kebudayaan dan tersebut adalah: Pariwisata, Badan Perencanaan Pembangunan, Pertama, desa Ngadiwono, merupakan dan melakukan pengamatan langsung desa yang terletak di Kecamatan Tosari. Desa kondisi lokasi wisata meliputi Seruni Point, ini ditetapkan sebagai desa wisata pada 1 Air Terjun Madakaripura, Pantai Bentar dan Januari 2013. Berbeda dengan desa Desa Wisata Ngadisari. Destinasi-destinasi Wonokitri yang hanya sebagai transit tersebut adalah: kunjungan ke Bromo, maka para wisatawan Pertama, Air Terjun Madakaripura, yang diharapkan tinggal lebih lama di desa ini terletak di Kecamatan Lumbang. Air terjun karena dapat menikmati dan melihat ini masih termasuk di kawasan Taman langsung Tari Sodor yang biasanya disajikan Nasional Bromo Tengger Semeru. Air terjun saat pembukaan dan penutupan upacara Madakaripura ini berbentuk ceruk dengan adat; perbukitan yang mengelilinginya, pada Kedua, desa Tutur, Kecamatan Tutur, seluruh bidang tebingnya meneteskan air. Kawasan Nongkojajar merupakan salah satu Rute yang harus ditempuh untuk sampai ke dusun di Desa Tutur, Kecamatan Tutur. air terjun madakaripura kurang lebih 1 jam Dusun Nongkojajar memiliki berbagai 14 menit dari Seruni Point. Bagi wisatawan macam keunikan serta potensi keindahan yang dari Bali juga bisa mengunjungi Air alam asli khas daerah pegunungan yang tak Terjun Madakaripura sebelum menuju akan jenuh untuk dinikmati. Masyarakat Bromo dengan waktu tempuh kurang lebih 9 Nongkojajar memiliki kebun yang menghasilkan jam 20 menit. buah apel dan juga mengembangkan Kedua, Pantai Bentar, terdapat di Desa peternakan sapi perah. Pada wilayah sekitar Gending, Kecamatan Gending. Penampakan Nongkojajar ini, para pengunjung juga dapat Hiu Tutul atau whale shark merupakan hal memetik buah apel di Perkebunan Apel yang menarik di pantai ini. Biasanya mereka Khrisna yang terletak di Desa Andono Sari muncul dan tampak pada bulan Januari - dan berkunjung ke KPSP (Koperasi Peternak Maret. Jaraknya sekitar 1 kilo dari bibir

Volume 11 No. 2 Desember 2017 201 Digital Repository Universitas Jember Jurnal Cakrawala Vol. 11 No. 2 Desember 2017 : 195 - 216

pantai. Konon hiu ini sedang bermigrasi dari permukaan laut. Destinasi wisata ini dikenal Laut Australia karena perubahan kalender pula dengan nama “Negeri Diatas Awan” cuaca. Selain itu juga terdapat wahana karena para pengunjung dapat langsung bermain anak-anak antara lain menarik melihat gugusan awan yang menyelimuti kereta pantai sehingga sangat cocok untuk w i l a y a h G u n u n g B r o m o . U n t u k liburan keluarga. mengunjungi B-29, para pengunjung Ketiga, Songa Adventure di sungai dapat menempuh perjalanan dari Kota Pekalen mempunyai aliran sungai sangat Lumajang ke arah kecamatan Senduro dan deras cukup memacu adrenalin kita. Wisata langsung naik menuju Desa Argosari. Rafting di Probolinggo yang banyak Kedua, Ranu Pane Ranu Pane adalah dikunjungi oleh penggemar rafting yang objek wisata yang terletak di Desa Ranu Pani, berasal dari luar Provinsi Jawa Timur. Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Rafting Songa menawarkan tiga paket yaitu dan merupakan bagian dari TNBTS, sebuah rafting songa bawah, rafting songa atas, dan danau hijau seluas 1 hektar. Dari tempat ini, paket outbond serta penginapan. pengunjung dapat melihat Gunung Semeru Keempat, adalah Randutatah yakni dengan puncak Mahameru yang berdiri destinasi wisata yang terletak di Desa megah dengan kaldera di sekitar kawah dan Randutatah, Kecamatan Paiton. Destinasi ini menjadi salah satu tempat wisata favorit bagi merupakan wisata mangrove yang lebih pecinta pendakian ke Gunung Semeru dikenal dengan nama pantai “DUTA” dan karena danau Ranu Pane merupakan lokasi untuk mencapai bibir pantai para wisatawan transit trekking pendakian ke masih harus menempuh perjalanan dengan dan jalur hiking ke Gunung Semeru (3.767m kondisi jalan yang belum seluruhnya dpl). diaspal, sehingga semakin meningkatkan Ketiga, Pura Mandaragiri Semeru Agung suasana alami destinasi wisata ini. Para adalah pura yang paling dituakan oleh wisatawan akan menemukan beberapa spot masyarakat Hindu. Hampir setiap hari, ada untuk melakukan selfie dengan latar masyarakat Bali yang berdoa di Pura ini, belakang pemandangan hutan mangrove apalagi di hari-hari libur. Puncaknya saat yang masih asri. Selain itu terdapat sarana piodalan (ulang tahun Pura) sekitar bulan Juli. bermain anak-anak sehingga cocok untuk Ribuan masyarakat Bali membanjiri Pura ini liburan keluarga. dan berdoa, serta menampilkan kesenian- kesenian Bali. 1.4 Kabupaten Lumajang Keempat, Air Terjun Tumpak Sewu yang Penggalian potensi destinasi wisata di berlokasi di Desa Sidomulyo, Kecamatan lokasi penelitian ini dilakukan dengan Pronojiwo. Destinasi wisata ini juga dikenal melakukan wawancara dengan Dinas dengan nama Coban Sewu atau Grojogan Kehutanan, Dinas Pariwisata, Badan Sewu. Para pengunjung akan menemukan Perencaan dan Pembangunan, Kepala Desa beberapa pintu masuk ke lokasi wisata, salah Argosari, dan Romo Dukun desa Argosari. satu yang direkomendasikan adalah pintu Hasil wawancara memberikan informasi masuk dengan Gapura yang bertuliskan bahwa terdapat beberapa potensi destinasi “Serpihan Surga itu Ada”. wisata yang telah ada dan diharapkan mampu menunjang wisata ke Gunung 2 Peran dan Pengembangan Destinasi Bromo, yaitu Puncak B-29, Ranu Pane, Pure Wisata Lokal di Wilayah Sekitar Gunung Mandaragiri Agung di Kecamatan Senduro, Bromo dalam Mendukung Pengelolaan dan Air Terjun Tumpak Sewu. Deskripsi Wisata keempat destinasi wisata ini adalah sebagai berikut: 2.1 Kabupaten Malang Pertama, Puncak B-29 yang berada di Destinasi wisata berupa empat desa wisata Desa Argosari, Kabupaten Lumajang. yaitu desa wisata Ngadas, Poncokusumo, Puncak B-29 merupakan bagian dari TNBTS, Gubugklakah dan Jeru diharapkan berperan dengan ketinggian 2.900 meter di atas dalam meningkatkan kesejahteraan

202 Volume 11 No. 2 Desember 2017 Digital Repository Universitas Jember Puji Wahono, Hari Karyadi, Suhartono, Aryo Prakoso, Rebecha Prananta, Prameshi Lokaprasida) Prospek Ekonomi Pengembangan Potensi......

masyarakat sebagai tujuan utama bukan Bromo. Selain pengembangan akses jalan meningkatkan sekedar pendapatan asli juga akan dilakukan pengembangan daerah. Hasil wawancara mengungkapkan destinasi wisata baru yang menunjang bahwa pembangunan desa wisata sebagai wisata Gunung Bromo yaitu desa wisata, penunjang wisata Gunung Bromo bertujuan seaworld, dan catching area para wisatawan untuk meningkatkan peran masyarakat yang akan berkunjung ke Bromo. dalam kepariwisataan yang bertujuan utama Selain itu, pengembangan destinasi meningkatkan pendapatan masyarakat. wisata di sekitar Gunung Bromo juga Selain itu, terungkap bahwa pengembangan dilakukan melalui promosi. Promosi keempat destinasi wisata ini diarahkan tersebut berupa penyelenggaran event-event terutama sebagai desa yang mandiri dimasa yang langsung terkait dengan wisata di mendatang. Desa wisata Ngadas terutama sekitar Gunung Bromo yaitu Bromo Cycling, dikembangkan ke arah wisata budaya, Bromo Adventure, dan Bromo Marathon. terutama budaya suku Tengger. Sementara Selain promosi dengan menyelenggarakan itu, desa wisata Jeru dikembangkan sebagai event yang berkaitan dengan Wisata Gunung wisata agro dengan penekanan pada hasil- Bromo, juga akan dilakukan pemasangan hasil pertanian untuk menunjang ekowisata. petunjuk arah (bilboard) ke Bromo dan Konsep pengembangan yang sama dengan kerjasama dengan Travel. desa wisata Jeru, juga telah dikembangkan di desa Poncokusumo. Hal ini terjadi karena 2.3 Kabupaten Probolinggo kawasan kecamatan Poncokusumo merupakan Potensi destinasi wisata di Probolinggo kawasan agropolitan dalam master plan sebagai penunjang wisata gunung Bromo Kabupaten Malang. Lebih lanjut, desa wisata memiliki peran terutama untuk meningkatkan Gubugklakah lebih dikembangkan ke arah Pendapatan Asli Daerah. Peran Air Terjun wisata minat khusus dan wisata edukasi sapi Madakaripura dalam peningkatan PAD. perah. Upaya pengembangan daya tarik Peran dalam peningkatan PAD juga wisata, selain dilakukan oleh masing-masing diterapkan kepada wisata pantai Bentar dan desa wisata, juga difasilitasi oleh Pemerintah Songa Adventure. Pantai Bentar sepenuhnya Kabupaten melalui penyelenggaraan event dikelola oleh Pemerintah Kabupaten desa wisata dalam pameran Malang Fair. Probolinggo. Pada sisi lain, Songa Adventure dikelola sepenuhnya oleh pihak swasta dan 2.2 Kabupaten Pasuruan Pemerintah Kabupaten hanya membantu Ketiga destinasi wisata di Kabupaten dari sisi pemasaran destinasi wisata ini. Pasuruan yaitu Desa Wisata Ngadas, Desa Hasil wawancara mengungkapkan Tutur, dan Bhakti Alam tidak memiliki peran bahwa Pemerintah Daerah mendapatkan spesifik sebagai pendukung wisata Gunung PAD dari pajak yang dibayarkan oleh pihak Bromo. Ketiganya berkembang secara swasta dan juga melalui harga tiket masuk alamiah sesuai karakteristik dan kondisi dengan MOU selama 5 atau 10 tahun. Fakta destinasi wisata tersebut, dengan tujuan yang berbeda dengan ketiga destinasi wisata utama adalah peningkatan kesejahteraan tersebut adalah pantai Randutatah. Pantai masyarakat. Peran dalam peningkatan Randutatah merupakan hasil kemitraan pendapatan asli daerah juga tidak terlihat dengan PLTU Paiton dan sedang dalam dari ketiga destinasi wisata tersebut. Konsep proses pengembangan serta lebih diutamakan pengembangan destinasi wisata lokal sebagai wisata studi lingkungan, sehingga bersifat mendukung pengembangan wisata Pemerintah Daerah hanya memungut tiket sekitar Gunung Bromo. masuk yang relatif murah. Pengembangan destinasi wisata baru Arah pengembangan destinasi wisata Air untuk menunjang Gunung Bromo telah Terjun Madakaripura, selain sebagai direncanakan oleh Pemerintah Daerah, agar alternatif dan penunjang wisata ke gunung destinasi tersebut lebih berkembang maka Bromo juga dikembangkan beberapa jenis akan dilakukan perbaikan infrastruktur wisata. Sementara itu, pengembangan akses jalan ke wilayah sekitar Gunung destinasi wisata Pantai Bentar lebih

Volume 11 No. 2 Desember 2017 203 Digital Repository Universitas Jember Jurnal Cakrawala Vol. 11 No. 2 Desember 2017 : 195 - 216

diarahkan untuk melestarikan lingkungan Desa Argosari, pengembangan destinasi terutama bagi pengembangan destinasi wisata Puncak B-29 bisa lebih diarahkan ke wisata baru yaitu wisata terumbu karang peningkatan kesejahteraan masyarakat dan yang terdapat di Pulai Gili Ketapang. meningkatkan taraf hidup masyarakat. Lebih lanjut, destinasi wisata Songa Pengembangan wisata Ranu Pane, selain Adventure memiliki arah pengembangan sebagai sumber keaneragaman hayati, juga untuk meningkatkan kunjungan wisatawan bertujuan meningkatkan akses jalan tembus di sekitar arung jeram ini yaitu danau Ranu menuju ke Kabupaten Malang yaitu wilayah Segaran, Kebun Teh, dan Danau Ranu Desa Ngadas, Kecamatan Poncokusumo, Agung. Pengembangan destinasi wisata sehingga Kabupaten Lumajang tidak lagi Pantai Randutatah diarahkan pada wisata terisolir. Sementara itu, destinasi wisata Pure teknologi dan wisata alam (ecowisata) yaitu Agung sebagai destinasi yang telah lama hutan mangrove dan cemara laut. eksis dan dikenal, diharapkan mampu Pemerintah Kabupaten, juga berencana meningkatkan pengembangan potensi mengembangkan destinasi wisata ini sebagai destinasi wisata lainnya di Kecamatan sosiowisata dan merupakan perwujudan Senduro sebagai wisata religi. Potensi dari program CSR PLTU Paiton terutama destinasi wisata tersebut meliputi wisata mengelola zona penelitian. hutan bambu sebagai wisata edukasi, wisata buatan pemandian Selokambang, dan 2.4 Kabupaten Lumajang agrowisata pengembangan kambing Esen Potensi destinasi wisata sekitar Gunung (Etawa Senduro). Bromo di Kabupaten Lumajang, lebih diarahkan untuk memperkenalkan wisata 3. Analisis Kinerja Ekonomi Pariwisata di Kabupaten Lumajang yang pada gilirannya Lokasi Penelitian meningkatkan pendapatan masyarakat Penelitian ini mengoperasionalkan melalui kunjungan para wisatawan dengan Importance Performance Analysis (IPA) untuk memberdayakan Pokdarwis dalam desa menilai kinerja ekonomi wisata di sekitar wisata. Peran ini terutama ditujukan untuk Gunung Bromo. Agar analisis IPA dapat destinasi wisata Puncak B-29 dan Air Terjun dioperasionalkan maka peneliti menyebarkan Tumpak Sewu yang baru diperkenalkan kuesioner kepada para responden di beberapa pada tahun 2015. Sementara itu, destinasi obyek wisata di lokasi penelitian. Para wisata Ranu Pane lebih ditekankan untuk responden tersebut ditemukan secara acak berperan sebagai kawasan konservasi (simple random sampling). keanekaragaman hayati yang banyak Para responden penelitian ini mendapatkan terdapat di destinasi wisata ini. Destinasi duapuluh pernyataan yang disusun dalam skala wisata Pure Agung Kecamatan Senduro Likert dalam lima tingkat yaitu sangat tidak telah ada dan berkembang sejak lama, setuju, tidak setuju, netral, setuju dan sangat sehingga destinasi wisata ini selain sebagai setuju. Keseluruhan pernyataan dalam wisata religi masyarakat Hindu Bali juga kuesioner tersebut memiliki hubungan tingkat telah terbukti memberikan kontribusi yang kesesuaian. Namun demikian, tingkat kesesuaian nyata pada peningkatan pendapatan masih belum menunjukkan posisi produk/jasa masyarakat dan pemerintah daerah melalui dalam kuadran IPA tetapi menunjukkan apakah pajak hotel dan restoran. ekspektasi telah sesuai dengan kenyataan yang Lebih lanjut, pengembangan keempat diterimanya ketika menggunakan produk/jasa destinasi wisata diatas pada umumnya tersebut. diarahkan ke wisata alam. Informan dari Tingkat kesesuaian dalam penelitian ini Dinas Pariwisata, mengungkapkan beberapa diukur dalam dua variabel utama yaitu harapan dan jenis pengembangan ke empat destinasi kinerja. Kedua variabel tersebut mencerminkan wisata tersebut, misalnya untuk Air Terjun sepuluh indikator yaitu kualitas manajemen, Tumpak Sewu yang dikembangkan menjadi kemudahan akses, kualitas jalan, harga, informasi, destinasi wisata minat khusus berbasis kebersediaan membayar, sarana komunikasi, sarana masyarakat. Sementara itu, harapan Kepala akomodasi, keasrian dan keberlanjutan jasa yang

204 Volume 11 No. 2 Desember 2017 Digital Repository Universitas Jember Puji Wahono, Hari Karyadi, Suhartono, Aryo Prakoso, Rebecha Prananta, Prameshi Lokaprasida) Prospek Ekonomi Pengembangan Potensi......

diberikan. Tingkat kesesuaian selanjutnya diukur Indikator sarana akomodasi dan keasrian berdasarkan hasil jawaban responden penelitian. diekspektasi terlalu rendah oleh para responden Tingkat kesesuaian ini kemudian akan diolah penelitian. Menarik untuk dicermati terdapat kembali untuk menunjukkan posisi kinerja dan satu indikator yang memiliki tingkat kesesuaian harapan para wisatawan di masing-masing sama antara kinerja dan harapan yaitu indikator lokasi penelitian dalam bentuk kuadran IPA. keberlanjutan. Sementara itu, indikator lainnya B e r d a s a r k a n i t u , a n a l i s i s I P A diekspektasikan terlalu tinggi yaitu indikator menggabungkan pengukuran faktor tingkat kualitas manajemen, akses, kualitas jalan, harga, kepentingan dan tingkat kepuasan dalam grafik informasi, ketersediaan membayar dan sarana dua dimensi yang memudahkan penjelasan data komunikasi di lokasi obyek wisata Kabupaten dan mendapatkan usulan praktis. Interpretasi Malang. Indikator kualitas manajemen, harga grafik IPA sangat mudah, dimana grafik IPA dan informasi di Kabupaten Malang berada pada dibagi menjadi empat buah kuadran kuadran prioritas utama (concentrate here). berdasarkan hasil pengukuran importance- Berdasarkan gambar tersebut, Pemerintah performance, seperi terlihat pada gambar 1. Pada Daerah seharusnya mampu meningkatkan penelitian ini, konsumen merupakan wisatawan kualitas manajemen pada lokasi obyek wisata, yang berkunjung ke lokasi destinasi wisata di dengan memfokuskan pada pengelolaan, lokasi penelitian sedang perusahaan merupakan keterjangkauan harga, dan kemudahan akses penyedia destinasi wisata tersebut yang meliputi informasi. Pada sisi lain, indikator kemudahan seluruh fasilitas destinasi wisata dan manajemen akses, kualitas jalan, kebersediaan membayar, destinasi wisata. Hasil analisis IPA masing- dan keberlanjutan berada pada kuadran masing lokasi penelitian diuraikan dibawah ini. pertahankan prestasi (keep up the good work). Para wisatawan memberikan nilai tinggi terhadap 3.1 Analisis IPA Kabupaten Malang kemudahan akses ke lokasi wisata yang dipengaruhi oleh kualitas jalan. Tabel 1.Tingkat Kesesuaian antara Kinerja Lebih lanjut, indikator sarana komunikasi dan Harapan di Kabupaten Malang memiliki prioritas rendah (low priority). Para wisatawan nampaknya tidak menganggap indikator ini sebagai variabel utama untuk memenuhi kebutuhan mereka untuk berwisata. Sementara itu, indikator keasrian dan sarana akomodasi sudah dianggap terlalu berlebihan (possible overkill). P e m e r i n t a h d a e r a h l e b i h b a i k mengalokasikan sumber dayanya untuk memperbaiki kualitas manajemen, harga dan keterbukaan informasi wisata daripada Sumber: Jawaban Responden Penelitian, diolah mengembangkan dan meningkatkan keasrian dan sarana akomodasi karena kedua indikator Gambar 3 menyajikan hasil output SPSS ini sudah dianggap tidak terlalu penting dan untuk pendeskripsian sepuluh indikator yang tidak terlalu diharapkan. Hal ini mengandung dioperasionalkan dalam penelitian ini dalam makna bahwa untuk meningkatkan jumlah kuadran IPA. kunjungan wisatawan, pelaku wisata sekitar Gunung Bromo harus meningkatkan kualitas pelayanan antara lain kualitas homestay, kualitas alat transportasi. Selain itu, para responden memandang bahwa harga yang dibebankan untuk menikmati destinasi wisata masih terlalu tinggi sehingga harus dipertimbangkan penurunan harga paket wisata. Lebih lanjut, para wisatawan belum Gambar 3 Analisis IPA Kabupaten Malang memperoleh informasi sepenuhnya tentang

Volume 11 No. 2 Desember 2017 205 Digital Repository Universitas Jember Jurnal Cakrawala Vol. 11 No. 2 Desember 2017 : 195 - 216 lokasi wisata di sekitar Gunung Bromo, sehingga pariwisata di Kabupaten Pasuruan. Sementara keterbukaan informasi antara lain terkait itu, kemudahan akses dan kualitas jalan kemudahan akses ke lokasi wisata, fasilitas merupakan dua hal yang harus dipertahankan destinasi wisata, dan pelayanan yang diberikan. karena telah memiliki kinerja yang baik. Para wisatawan akan memberikan rekomendasi 3.2 Analisis IPA Kabupaten Pasuruan kepada wisatawan lainnya untuk berkunjung ke Kabupaten Pasuruan karena kedua hal ini, Tabel 2 Tingkat Kesesuaian antara Kinerja sehingga keberlanjutan gairah pariwisata di dan Harapan di Kabupaten Pasuruan kabupaten Pasuruan dapat terus dipertahankan. Indikator sarana akomodasi dan keasrian berada pada kuadran possible overkill. Hal ini mengandung makna bahwa para wisatawan mengharapkan agar alokasi sumber daya diprioritaskan pada indikator lainnya yang masih memerlukan pengembangan. Kinerja sarana akomodasi terutama penyediaan makanan, minuman dan souvenir telah memadai dan dipandang tidak perlu lagi dikembangkan, demikian pula dengan keasrian obyek wisata di Sumber: Jawaban Responden Penelitian, diolah Kabupaten Pasuruan. Dengan demikian, pembangunan pariwisata di Kabupaten Pasuruan dapat diprioritaskan pada indikator manajemen pengelolaan lokasi wisata, ketersediaan informasi pariwisata dan kebersediaan membayar para wisatawan.

3.3 Analisis IPA Kabupaten Probolinggo

Tabel 3 Tingkat Kesesuaian antara Kinerja dan Harapan di Kabupaten Probolinggo

Gambar 4 Analisis IPA Kabupaten Pasuruan

Tiga indikator yang diekspektasi terlalu rendah yaitu sarana akomodasi, keasrian dan keberlanjutan. Pada sisi lain, terdapat tujuh indikator yang kinerjanya tidak sesuai dengan harapan yaitu kualitas manajemen, kemudahan akses, kualitas jalan, harga, informasi, kebersediaan membayar, dan sarana komunikasi. Wisatawan Sumber: Jawaban Responden Penelitian, diolah di Kabupaten Pasuruan mempersepsikan bahwa sarana komunikasi dan keterjangkauan harga sebagai faktor yang memiliki prioritas rendah untuk dikembangkan dalam meningkatkan kinerja pariwisata di Kabupaten Pasuruan. Prioritas pengembangan kinerja pariwisata Kabupaten Pasuruan adalah kualitas manajemen pengelolaan lokasi wisata, ketersediaan informasi dan kebersediaan membayar. Ketiga indikator ini dapat menjadi fokus peningkatan kinerja Gambar 5 Analisis IPA Kabupaten Probolinggo

206 Volume 11 No. 2 Desember 2017 Digital Repository Universitas Jember Puji Wahono, Hari Karyadi, Suhartono, Aryo Prakoso, Rebecha Prananta, Prameshi Lokaprasida) Prospek Ekonomi Pengembangan Potensi......

Para responden memberikan ekspektasi 3.4 Analisis IPA Kabupaten Lumajang yang terlalu tinggi terhadap kualitas manajemen, kualitas jalan, sarana komunikasi, dan sarana Tabel 4 Tingkat Kesesuaian antara Kinerja akomodasi di obyek wisata yang dikunjungi. Hal dan Harapan di Kabupaten Lumajang ini terbukti dengan rata-rata nilai kinerja yang lebih rendah dibandingkan dengan harapan para responden. Sedang indikator lainnya diekspektasi terlalu rendah yaitu harga, kemudahan akses, informasi, kebersediaan membayar, keasrian dan keberlanjutan. Hasil analisis IPA menunjukkan bahwa indikator kualitas manajemen dan kualitas jalan seharusnya menjadi prioritas untuk pemerintah daerah dalam mengembangkan sektor pariwisata. Para responden penelitian memandang bahwa pengelolaan kegiatan wisata masih belum Sumber: Jawaban Responden Penelitian, diolah optimal, khususnya pengelolaan akomodasi penginapan/hotel, yang diekspektasikan terlalu tinggi dibandingkan dengan kondisi sesungguhnya. Kualitas jalan juga mendapatkan perhatian para wisatawan. Sementara itu, indikator sarana akomodasi terutama fasilitas penjualan makanan, minuman dan souvenir di lokasi wisata dan indikator keberlanjutan dipandang perlu dipertahankan. Para wisatawan merasa bahwa kinerja pada sarana akomodasi penjualan makanan, minuman dan souvenir telah tersedia Gambar 6 Analisis IPA Kabupaten Lumajang secara luas dan mudah untuk dijangkau. Namun demikian, para wisatawan mempersepsikan Indikator sarana komunikasi dan bahwa indikator kemudahan akses, keterjangkauan akomodasi diekspektasi terlalu tinggi oleh para harga dan keasrian sebagai indikator kinerja dan wisatawan artinya antara harapan dan kenyataan pengembangan pariwisata yang tidak penting di lebih rendah kenyataan yang terjadi. Pada sisi lain, Kabupaten Probolinggo. indikator akses, kualitas jalan, harga, kualitas Ketiga indikator ini bukan merupakan manajemen, informasi, kebersediaan membayar, prioritas utama pengalokasian sumber daya keasrian dan keberlanjutan diekspektasikan karena indikator ini telah tersedia dalam jumlah terlalu rendah, yang berbeda dengan fakta yang memadai dan dapat dijangkau oleh para diterima di obyek wisata. Prioritas utama kinerja wisatawan pada harga berapapun. Pada sisi pariwisata Kabupaten Lumajang adalah informasi, kebersediaan membayar, dan sarana indikator kualitas jalan dan sarana akomodasi komunikasi merupakan indikator kinerja yang yaitu penjualan makanan, minuman dan memiliki prioritas rendah untuk dikembangkan souvenir. dalam menunjang pariwisata di Kabupaten Para wisatawan menganggap bahwa Probolinggo. Sebaiknya alokasi sumber daya kualitas jalan masih belum memadai ketika diprioritaskan terutama kepada indikator berwisata ke Kabupaten Lumajang, sehingga kualitas manajemen pengelolaan pariwisata dan perlu menjadi perhatian utama pemerintah peningkatan kualitas jalan. daerah untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas jalan terutama yang menuju ke lokasi obyek wisata. Hal yang sama terjadi pada penyediaan dan ketersediaan sarana akomodasi berupa makanan, minuman dan souvenir, masih dirasa kurang ketersediaannya.

Volume 11 No. 2 Desember 2017 207 Digital Repository Universitas Jember Jurnal Cakrawala Vol. 11 No. 2 Desember 2017 : 195 - 216

I n d i k a t o r k u a l i t a s m a n a j e m e n melakukan pembinaan, Dinas juga pengelolaan wisata, ketersediaan informasi, m e l a k s a n a k a n e v a l u a s i t e r u t a m a keasrian dan keberlanjutan telah memiliki kekurangan yang dimiliki desa wisata, yaitu kinerja yang baik dan perlu dipertahankan. Pada ketiadaan inovasi yang dilakukan pengelola sisi lain, para wisatawan memandang bahwa desa wisata. Pengembangan destinasi keterjangkauan harga dan kebersediaan wisata khususnya desa wisata di sekitar membayar bukan merupakan faktor kinerja gunung Bromo telah menerapkan pariwisata yang penting lagi untuk dikembangkan. pariwisata berbasis masyarakat. Kedua indikator ini dianggap indiferen karena Unsur-unsur pelestarian sumber daya pada harga berapapun, para wisatawan di alam melalui keanekaragaman hayati Kabupaten Lumajang akan mampu membayarnya. misalnya pengembangan taman bunga di Sementara itu, variabel sarana komunikasi desa Jeru, pengembangan wisata petik apel dianggap sebagai indikator yang tidak perlu di Poncokusumo telah dilakukan. Unsur dikebambangkan lagi atau memiliki prioritas pelestarian budaya juga telah dilakukan di yang rendah untuk menunjang pariwisata desa Ngadas, sebagai desa wisata adat. kabupaten Lumajang. Indikator yang menarik Sementara itu, unsur pengelolaan dengan untuk dicermati yaitu indikator kemudahan melibatkan seluruh partisipasi masyarakat akses. Indikator ini terletak tepat pada garis telah dilakukan diseluruh desa wisata perpotongan antara kuadran keep up the good work bahkan di desa Gubugklakah telah dibentuk dan possible over kill. Hal ini perlu menjadi lembaga pengelola desa wisata. perhatian pemerintah daerah untuk tetap mempertahankan keunikan obyek wisatanya atau dengan meningkatkan kemudahan akses ke lokasi wisata itu dengan tanpa mengorbankan daya tarik wisatanya.

4. Model Strategi Pengembangan Pariwisata Berbasis Potensi Destinasi Wisata Lokal yang Sesuai untuk Dikembangkan di Wilayah Sekitar Gunung Bromo dalam Upaya Mendukung Perekonomian Masyarakat dan Pendapatan Asli Daerah

4.1. Strategi CBT pada Destinasi Wisata Lokal di Kabupaten Malang Pada uraian sebelumnya telah dijelaskan bahwa terdapat empat destinasi wisata lokal di sekitar Gunung Bromo yang diharapkan mampu menunjang wisata Gambar 7 Strategi CBT pada Destinasi Wisata gunung Bromo yang berupa desa wisata Lokal di Kabupaten Malang yaitu Desa Ngadas, Desa Poncokusumo, Desa Gubugklakah, dan Desa Jeru. Hasil Pemenuhan atribut pariwisata berbasis wawancara dengan Dinas Kebudayaan dan komunitas berikutnya adalah adanya Pariwisata Kabupaten Malang mengungkapkan pembinaan masyarakat untuk mengelola bahwa pengembangan desa wisata sebagai destinasi wisata sekaligus meningkatkan destinasi wisata antara lain dilakukan kerjasama dengan stakeholder lainnya yaitu melalui penguatan sumber daya manusia di biro perjalanan dalam bentuk paket wisata. masing-masing desa wisata itu. Pelibatan masyarakat juga nampak dalam Selain itu, Dinas Kebudayaan dan wujud pembangunan homestay di masing- Pariwisata juga meningkatkan promosi masing desa wisata, dimana pendanaannya desa wisata melalui penyelenggaraan untuk meningkatkan kualitas dan kapasitasnya Pesona Dewi Kabupaten Malang. Selain memperoleh bantuan dari Pemerintah

208 Volume 11 No. 2 Desember 2017 Digital Repository Universitas Jember Puji Wahono, Hari Karyadi, Suhartono, Aryo Prakoso, Rebecha Prananta, Prameshi Lokaprasida) Prospek Ekonomi Pengembangan Potensi......

Daerah selain pembangunan infrastruktur aktif seperti pembentukan desa wisata menuju lokasi desa wisata. Berdasarkan Ngadiwono dan rencana pembentukan uraian di atas, maka model pengembangan desa wisata Tutur pada tahun 2016. destinasi wisata lokal berbasis masyarakat yang menunjang wisata Gunung Bromo. Pengembangan destinasi wisata lokal yang melibatkan masyarakat harus melibatkan para stakeholder yaitu masyarakat lokal, pemerintah daerah, swasta, LSM dan Perguruan Tinggi. Pemerintah Daerah dalam model ini memberikan panduan pengembangan organisasi, pembinaan melalui penyuluhan dan advokasi, promosi, pengawasan dan evaluasi serta pendanaan. Sementara itu, pihak swasta, LSM dan Gambar 8 Strategi CBT pada Destinasi Wisata perguruan tinggi memberikan sumber daya Lokal di Kabupaten Pasuruan yang dimilikinya untuk teknik pemanduan wisata, keramahtamahan (hospitality), Peran pemerintah daerah sangat besar memberikan pelatihan manajemen pemasaran, dalam pengembangan destinasi wisata dan melakukan pembinaan kesenian, serta berbasis masyarakat. Pemerintah daerah kegiatan lain untuk menjaga dan memelihara selain mengembangkan destinasi wisata kelestarian sumber daya alam dan budaya yang sudah ada maupun yang baru dengan melalui peningkatan kapabilitas sumber melibatkan pihak swasta, pemerintah daerah daya dalam masyarakat. juga merencanakan dan menentukan Masyarakat lokal sebagai pelaku utama program pengembangan destinasi wisata pariwisata berbasis masyarakat didorong yang akan dilakukannya termasuk antara untuk melakukan pembentukan lembaga lain penetapan desa wisata. Pelibatan pengelola pariwisata lokal dengan melibatkan masyarakat dalam model ini terwujud unsur tokoh masyarakat, unsus desa dinas dalam bentuk adanya kelompok sadar seperti kepala desa, sekretaris desa, unsur wisata (Pokdarwis). desa adat, kelompok-kelompok masyarakat Kelompok ini distimulasi untuk lainnya seperti kelompok kesenian, kelompok melakukan identifikasi daya tarik wisata di tani atau kelompok peternak. Lembaga daerahnya baik wisata alam, budaya pengelola wisata tersebut memiliki fungsi maupun wisata edukasi. Kelompok ini untuk mengorganisasi, merencanakan, selanjutnya menyampaikan hasil identifikasi mengarahkan, dan mengawasi seluruh pihak kepada masyarakat sekaligus melakukan yang terlibat langsung dalam pengelolaan koordinasi dengan pihak pemerintah daerah destinasi wisata lokal yaitu kelompok sadar untuk memperoleh dukungan dan fasilitas wisata, para pedagang, pemain pertunjukan yang diperlukan. Model ini sepenuhnya kesenian, kelompok pemilik homestay, dan melibatkan masyarakat dan bercirikan kelompok masyarakat lainnya. atribut pariwisata berbasis masyarakat setelah potensi daya tarik wisata berhasil 4.2. Strategi CBT pada Destinasi Wisata Lokal terindentifikasi. Apabila daya tarik ini masih di Kabupaten Pasuruan belum sepenuhnya teridentifikasi maka Destinasi wisata penunjang sekitar pelibatan masyarakat masih tergantung pada Gunung Bromo di Kabupaten Pasuruan peran dan kebijakan pemerintah daerah. meliputi Desa Wisata Ngadiwono, Desa Tutur dan Bhakti Alam. Pengembangan 4.3. Strategi CBT pada Destinasi Wisata Lokal destinasi wisata ini hanya sedikit melibatkan di Kabupaten Probolinggo peran Pemerintah Kabupaten Pasuruan Kabupaten Probolinggo telah menetapkan dalam pembinaannya, namun dalam empat kluster pengembangan pariwisata di pembentukannya pemerintah terlibat secara daerahnya yaitu kulster Bromo, Bremi,

Volume 11 No. 2 Desember 2017 209 Digital Repository Universitas Jember Jurnal Cakrawala Vol. 11 No. 2 Desember 2017 : 195 - 216

Bentar dan Binor. Pengembangan destinasi pembangkit tenaga listrik. wisata yang menunjang Wisata Gunung Uraian di atas menunjukkan bahwa arah Bromo dilakukan dengan memperhatikan pengembangan destinasi wisata di keempat kluster pengembangan ini, yang Kabupaten Probolinggo diarahkan untuk meliputi Air Terjun Madakaripuro, Pantai peningkatan pendapatan asli daerah dan Bentar, Songa Adventure, dan Desa pelestarian lingkungan. Pelibatan Randutatah. masyarakat dalam pengelolaan wisata terwujud dalam bentuk pembukaan lapangan pekerjaan baru baik jasa maupun kegiatan menjual barang, sehingga masyarakat menerima manfaat berupa peningkatan pendapatan. Pemerintah Kabupaten menyediakan seluruh fasilitas wisata, demikian pula sarana dan prasarana menuju ke lokasi wisata. Daya tarik wisata dikelola secara langsung oleh pemerintah, dengan sedikit melibatkan masyarakat melalui kelompok sadar wisata.

4.4. Penerapan CBT pada Destinasi Wisata Lokal di Kabupaten Lumajang Pengembangan wisata di Kabupaten Lumajang terutama diarahkan untuk wisata Gambar 9 Strategi CBT pada Destinasi Wisata alam yaitu menjaga dan memelihara Lokal di KabupatenProbolinggo kelestarian alam sekaligus masyarakat dapat merasakan manfaat dari keberadaan Air terjun Madakaripuro dikembangkan destinasi wisata tersebut. Destinasi wisata dengan melakukan MOU dengan pihak yang berpotensi dikembangkan meliputi Perhutani karena lokasi destinasi wisata ini Puncak B-29, Air Terjun Tumpak Sewu, berada di wilayah Perhutani, sedang akses Ranu Pane dan Pure Agung Senduro. ke lokasi merupakan aset Pemerintah Daerah, sehingga pengembangan lokasi ini menjadi wisata alam minat khusus bertujuan terutama meningkatkan pendapatan asli daerah. Hal yang sama terjadi pada pengembangan Pantai Bentar yang sepenuhnya dilakukan oleh pemerintah daerah Kabupaten Probolinggo, bahkan pengembangan pantai ini akan diarahkan untuk pengembangan daya tarik wisata terumbu karang di Pulau Gili Ketapang. Sementara itu, Songa Adventure, sepenuhnya dikembangkan dan dikelola Gambar 10 Strategi CBT pada Destinasi Wisata pihak swasta baik fasilitas maupun sarana Lokal di Kabupaten Lumajang dan prasarana menuju ke destinasi wisata ini, sehingga Pemerintah Daerah memperoleh Pemerintah Kabupaten Lumajang telah peningkatan pendapatan daerah dari pajak. mengeluarkan dan menetapkan Peraturan Pada sisi lain, destinasi wisata Desa Bupati tentang Desa Wisata yang diharapkan Randutatah merupakan perwujudan dari dapat mempercepat pemberdayaan dan program CSR PLTU. Paiton, yang akan pelibatan masyarakat dalam pengembangan dikembangkan menjadi wisata edukasi destinasi wisatanya. Dengan kata lain, mangrove dan wisata teknologi tentang pengembangan desa wisata tidak dibiarkan

210 Volume 11 No. 2 Desember 2017 Digital Repository Universitas Jember Puji Wahono, Hari Karyadi, Suhartono, Aryo Prakoso, Rebecha Prananta, Prameshi Lokaprasida) Prospek Ekonomi Pengembangan Potensi......

tumbuh secara otomatis di masyarakat, konsumennya, dan mengingat keinginan namun dipercepat melalui penetapan konsumen sifatnya dinamis, maka kajian peraturan yang memiliki kekuatan hukum tentang keinginan ini harus dilakukan sehingga pemerintah daerah dapat lebih secara berkala. Selain perencanaan atraksi cepat pula melakukan pembangunan dan dibutuhkan pula pembangunan branding bagi pembinaan desa wisata sebagai destinasi setiap destinasi pariwisata. Branding sangat wisata. dibutuhkan karena dapat membedakan Model pengembangan tersebut, antara satu destinasi pariwisata dengan diharapkan tetap dapat menjaga kelestarian destinasi pariwisata yang lainnya. Meskipun sumber daya alam sebagai ikon utama terdapat dua destinasi yang relatif sama, wisata Lumajang selain kemungkinan namun dengan branding yang berbeda maka membuka akses transportasi. Selain itu, keduanya akan dianggap memiliki perbedaan. model pengembangan ini diharapkan Branding akan menimbulkan image atau melibatkan sepenuhnya partisipasi masyarakat, citra tersendiri bagi masing-masing dimana pada tahap awal, pemerintah destinasi pariwisata. melakukan dan memperkenalkan sebuah Sejalan dengan branding yang sangat destinasi wisata, memfasilitasi pembentukan penting adalah pembuatan ikon-ikon kelompok sadar wisata, memfasilitasi destinasi yang dapat diwujudkan dalam sarana dan prasarana ke lokasi wisata, dan bentuk souvenir atau cinderamata terkait pada tahap selanjutnya, masyarakat destinasi pariwisata tersebut. Dalam rangka diharapkan mampu mengembangkan mem-branding destinasi pariwisata, ikon destinasi wisata yang telah dipromosikan inilah yang selanjutnya dapat dijadikan pemerintah daerah. souvenir berupa cinderamata bagi para Kesadaran masyarakat diharapkan wisatawan yang telah berkunjung ke tumbuh dan terwujud secara otomatis destinasi pariwisata itu. ketika manfaat dari kegiatan pariwisata di Aksesibilitas menjadi salah satu daerahnya telah benar-benar dirasakan. faktor penentu dari keberhasilan pengembangan Tumbuhnya kesadaran masyarakat pada destinasi pariwisata. Aksesibilitas adalah gilirannya akan memelihara kelestarian bagaimana destinasi pariwisata yang ada s u m b e r d a y a a l a m d a n m e n j a g a mudah dijangkau dari segala arah oleh para keberlanjutan destinasi wisata sebagaimana wisatawan dari daerah Kabupaten tersebut, konsep pariwisata berbasis masyarakat. dari daerah dan Kabupaten lain, serta dari luar negeri, oleh wisatawan manca negara 4.5. Strategi Generik Pengembangan Destinasi (wisman). Aspek konektivitas baik dengan pusat Pariwisata Sekitar Kawasan BTS daya tarik wisata yakni BTS dengan hub-hub yang akan menghubungkan destinasi pariwisata a. Strategi Pembangunan Destinasi tersedia dengan baik, lancar, dan aman. Pariwisata Sekitar Kawasan BTS Hal itu akan membutuhkan kerjasama Strategi pengembangan terhadap lintas sektoral antara Pemerintah Kabupaten, semua destinasi-destinasi pariwisata yang Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat ada, dilakukan melalui strategi generik atau yang baik. Daya tarik pariwisata tidak yang lebih berbasis atau perspektif pasar sekadar atraksi atau aksesibilitas dari yaitu mengikuti tahapan-tahapan seperti, destinasi pariwisata itu sendiri. Namun untuk atraksi harus dibuat dan diciptakan yang tidak kalah pentingnya adalah atraksi yang terintegrasi dan mampu bagaimana destinasi pariwisata tersebut menghasilkan destinasi yang kompetitif. dapat menyediakan kenyamanan bagi para Atraksi yang dibuat di dalam destinasi wisatawan yang berkunjung ke destinasi tersebut bersifat semenarik mungkin dengan yang ada. Kenyamanan ini dapat terjadi mengacu pada keinginan pasar, yakni para apabila di dalam destinasi tersebut terdapat wisatawan yang menjadi konsumennya. prasarana umum, fasilitas umum, dan Setiap destinasi pariwisata dapat menciptakan fasilitas pariwisata yang disediakan atraksi yang dikehendaki oleh para manajemen destinasi pariwisata.

Volume 11 No. 2 Desember 2017 211 Digital Repository Universitas Jember Jurnal Cakrawala Vol. 11 No. 2 Desember 2017 : 195 - 216

b. Strategi Pemasaran Destinasi Pariwisata melengkapi branding dan advertising Sekitar BTS tersebut yang paling penting untuk S t r a t e g i p e m a s a r a n d e s t i n a s i dicermati adalah bagaimana selling dapat pariwisata dapat dilakukan secara dilakukan dengan mudah sehingga tidak bersamaan dengan penciptaan produk menyulitkan para calon wisatawan yang sehingga tidak harus menunggu produk akan datang atau berwisata di destinasi tersebut jadi. Strategi pemasaran yang tepat pariwisata. dan kuat akan mampu menjual produk A p a k a h p e n j u a l a n d i l a k u k a n destinasi pariwisata yang masih belum langsung, melalui agen-agen perjalanan, sempurna. Untuk itu strategi pemasaran ini atau melalui online dan sebagianya. Target mencakup branding, advertising, dan selling. penjualan juga perlu ditetapkan misalnya Para manajer destinasi pariwisata sejak seberapa banyak jumlah wisatawan dalam awal sudah harus memikirkan konsep sehari, sebulan, dan dalam satu tahun produk. Setelah itu, ditentukan pula segmen pasar mana yang akan menjadi c. Strategi Pengembangan SDM dan target penjualan produk destinasi Usaha/Industri Destinasi Pariwisata pariwisata. Pembangunan destinasi pariwisata Segmen pasar yang jelas dengan target sangat tergantung pada manusia (sumberdaya yang juga jelas, akan mempermudah manusia) sebagai pelaksana. Sebaik apapun manajemen destinasi pariwisata untuk destinasi wisata yang dibangun, tanpa melakukan branding terhadap destinasi adanya kapasitas dan kreativitas dari pariwisata yang mereka bangun. Kesan/ manajemen dan segenap karyawan yang image/citra seperti apa yang ingin menjadi pengelolanya tidak akan dipersepsikan para pengunjung terhadap memberikan hasil yang maksimal. destinasi pariwisata ini, akan menjadi Demikian halnya masyarakat sebagai pekerjaan rumah bagi manajemen destinasi. pelaku sekaligus pendukung, juga harus Hal ini termasuk kapan strategi dilakukan edukasi atau sosialisasi terkait tersebut harus diintegrasikan atau diinovasi pengembangan destinasi wisata di mana dengan atraksi-atraksi lainnya seperti masyarakat tinggal. Ini penting karena mengundang tokoh-tokoh atau selebriti masyarakat merupakan pasar dan sekaligus yang bisa menjadi daya tarik di destinasi lingkungan yang memberikan dukungan wisata. Media online perlu dioptimalkan sekaligus dapat menjadi ancaman. seperti membuat website destinasi wisata Masyarakat yang berada di sekitar dan memasukkan alamat destinasi ini ke kawasan destinasi pariwisata juga menjadi dalam peta (map) Google sehingga diakses pelaku wisata yang diharapkan memahami dengan mudah oleh para calon wisatawan “sapta pesona pariwisata” yang dilambangkan yang hendak berkunjung dan menuju ke dengan tujuh sinar matahari buah terdiri dari destinasi tersebut. unsur: keamanan, ketertiban, kebersihan, D a l a m r a n g k a m e m - b r a n d i n g kesejukan, keindahan, keramahan, dan dibutuhkan media untuk menyampaikan kenangan. hal itu, apakah melalui media luar ruang Sapta pesona hendaknya dibarengi atau media televisi, radio, media sosial dan dengan gerakan sadar wisata sehingga seterusnya, yang sangat membantu sosialisasinya akan semakin luas di terciptanya brand destinasi pariwisata masyarakat. Bagi sektor usaha dan industri tersebut. Advertising harus dilakukan pariwisata dibutuhkan adanya standarisasi dengan cara mengiklankan secara massal terhadap proses barang-barang yang dijual, destinasi pariwisata ini sehingga dikenal disajikan dan dioperasikan di dalam luas para wisatawan. destinasi wisata. Standarisasi dalam aspek Adanya media sosial akan sangat keamanan, kebersihan, kesejukan, dan membantu dilakukannya pemasaran secara keindahan, keramahan, semuanya dipadu- murah dan mudah serta dapat dilakukan padankan sehingga akan dinikmati kapan saja sesuai dengan kebutuhan. Untuk wisatawan dan memberikan kebaikan,

212 Volume 11 No. 2 Desember 2017 Digital Repository Universitas Jember Puji Wahono, Hari Karyadi, Suhartono, Aryo Prakoso, Rebecha Prananta, Prameshi Lokaprasida) Prospek Ekonomi Pengembangan Potensi......

kesenangan, kepuasan para wisatawan pengelolaan wisata di sekitar Gunung yang telah berkunjung ke destinasi wisata Bromo, antara lain: tersebut. a. Kabupaten Malang, terdapat 4 (empat) destinasi yang memiliki prospek untuk d. Resource-based View dalam Pengembangan dikembangkan, antara lain: Desa Wisata Destinasi Pariwisata di Sekitar Kawasan Ngadas, Kecamatan Poncokusumo, Desa BTS Wisata Gubugklakah, Kecamatan Strategi pengembangan destinasi Poncokusumo. Desa Wisata Poncokusumo, pariwisata tidak cukup hanya melihat Desa Wisata Jeru, Kecamatan Tumpang, keluar (outward looking) atau hanya melihat b. Kabupaten Pasuruan, terdapat 3 (tiga) apa yang dikehendaki pasar semata, destinasi wisata yang memiliki prospek kemudian kita memenuhinya, sebagaimana untuk dikembangkan, antara lain: Desa disarankan oleh Porter (1995). Hal itu Ngadiwono, Desa Tutur, Kecamatan bersifat penting, namun tidak cukup apabila Tutur, Bhakti Alam, berlokasi di Desa dikaitkan dengan semakin banyaknya Ngembal Kecamatan Tutur, pembangunan destinasi pariwisata akhir- c. Kabupaten Probolinggo, terdapat 4 akhir ini. (empat) destinasi wisata yang memiliki Untuk mengetahui sumberdaya prospek untuk dikembangkan, antara berharga apa saja kiranya yang dimiliki dan lain: Air Terjun Madakaripura, Pantai akan dikembangkan agar dapat digunakan Bentar, terdapat di Desa Gending, sebagai sumber daya saingnya, maka para Kecamatan Gending. Randutatah, ahli secara sederhana memformulasikannya terletak di Desa Randutatah, Kecamatan dalam rumus VRIN, yang mengandung Paiton. makna bahwa sumberdaya tersebut d. Kabupaten Lumajang, terdapat 4 (empat) memiliki nilai atau value, langka atau rare destinasi wisata yang memiliki prospek (R), tidak mudah diimitasi/ditiru atau untuk dikembangkan, antara lain: inimitable (I), dan sifatnya tidak terbarukan Puncak B-29, Ranu Pane, terletak di Desa atau non-renewable (N). Ranu Pani, Kecamatan Senduro, Pura Pembangunan destinasi pariwisata di Mandaragiri Semeru Agung, Air Terjun sekitar kawasan BTS menggunakan Tumpak Sewu, Lokasi destinasi wisata pendekatan kombinasi antara strategi yang ini terletak di Desa Sidomulyo, outward looking dengan inward looking Kecamatan Pronojiwo. tersebut diharapkan menghasilkan produk 2) Peran dan pengembangan potensi destinasi destinasi pariwisata yang lebih kreatif dan wisata lokal di wilayah sekitar Gunung inovatif serta unggul. Pendekatan strategi ini Bromo dalam mendukung pengelolaan akan mengurangi dampak buruk persaingan wisata. yang terjadi antar destinasi pariwisata yang a. Kabupaten Malang, Empat desa wisata dibangun, karena pendekatan ini yaitu desa wisata Ngadas, Poncokusumo, menghasilkan produk destinasi, kapabilitas, Gubugklakah dan Jeru diharapkan berperan kompetensi, serta branding yang berbeda dalam meningkatkan kesejahteraan dengan destinasi-destinasi wisata lainnya. masyarakat sebagai tujuan utama bukan Destinasi pariwisata sama-sama kebun apel sekedar meningkatkan pendapatan asli atau strowberry akan menghasilkan output daerah. Desa wisata Ngadas ke arah yang berbeda, apabila keduanya sama-sama wisata budaya, terutama budaya suku menggunakan pendekatan kombinasi antara Tengger, desa wisata Jeru, desa strategi berbasis sumberdaya dan sekaligus Poncokusumo dikembangkan sebagai strategi yang berbasis pasar. wisata agro dengan penekanan pada hasil-hasil pertanian untuk menunjang KESIMPULAN ekowisata b. Kabupaten Pasuruan, destinasi wisata 1) Destinasi wisata yang memiliki prospek diarahkan pada penciptaan destinasi untuk dikembangkan guna mendukung wisata pendukung baik yang baru

Volume 11 No. 2 Desember 2017 213 Digital Repository Universitas Jember Jurnal Cakrawala Vol. 11 No. 2 Desember 2017 : 195 - 216

maupun yang saat ini masih berpotensi, wisatawan. Sementara itu, indikator pengembangan akses jalan, dan promosi sarana akomodasi terutama fasilitas melalui penyelenggaraan event dan penjualan makanan, minuman dan pemasangan petunjuk arah yang terkait souvenir di lokasi wisata dan indikator dengan Gunung Bromo dari sisi keberlanjutan dipandang perlu Kabupaten Pasuruan. dipertahankan. c. Kabupaten Probolinggo, potensi d. Kabupaten Lumajang, Perhatian utama destinasi wisata di Probolinggo, meliputi pemerintah daerah untuk meningkatkan ekowisata dan sosiowisata yaitu pantai kapasitas dan kualitas jalan terutama Randutatah, destinasi wisata Air Terjun yang menuju ke lokasi obyek wisata. Hal Madakaripura sebagai wisata minat yang sama terjadi pada penyediaan dan khusus, diarahkan ke agrowisata yaitu ketersediaan sarana akomodasi berupa wisata petik madu, petik durian dan susu makanan, minuman dan souvenir, masih kambing etawa, Pantai Bentar lebih dirasa kurang ketersediaannya. diarahkan untuk melestarikan lingkungan 4) Model strategi pengembangan berbasis terutama bagi pengembangan destinasi destinasi wisata lokal yang sesuai wisata baru yaitu wisata terumbu karang dikembangkan di wilayah sekitar Gunung yang terdapat di Pulai Gili Ketapang. Bromo adalah berbasis kerakyatan (Community Songa Adventure memiliki arah Based Tourism Development) dalam mendukung pengembangan untuk meningkatkan wisata Gunung Bromo. Model Strategi generik kunjungan wisatawan di sekitar arung jeram dari keempat lokasi penelitian meliputi: yaitu danau Ranu Segaran, Kebun Teh, dan a. Strategi Pembangunan Destinasi Pariwisata Danau Ranu Agung. Pengembangan Sekitar Kawasan BTS melalui perencanaan destinasi wisata Pantai Randutatah atraksi, pembangunan branding bagi setiap diarahkan pada wisata teknologi dan destinasi pariwisata, pembuatan ikon-ikon wisata alam (ecowisata) yaitu hutan destinasi, Aksesibilitas keterjangkauan mangrove dan cemara laut. lokasi destinasi pariwisata, dan amenitas d. Kabupaten Lumajang, Potensi destinasi yaitu kenyamanan fasilitas umum, wisata Puncak B-29, Air Terjun Tumpak prasarana dan fasilitas pariwisata. Sewu, Ranu Pane dan Pure Agung b. Strategi Pemasaran Destinasi Pariwisata Kecamatan Senduro lebih ditekankan BTS mulai dari branding, advertising, dan untuk berperan sebagai kawasan selling. konservasi keaneragaman hayati yang c. Strategi Pengembangan SDM dan banyak terdapat di destinasi wisata ini. Usaha/Industri Destinasi Pariwisata. 3) Analisis ekonomi terhadap prospek d. Resource-based View dalam Pengembangan potensi destinasi wisata lokal dalam Destinasi Pariwisata di Sekitar Kawasan mendukung pengelolaan wisata di: BTS a. Kabupaten Malang, Pemerintah daerah Secara sederhana menggunakan Rumus lebih baik mengalokasikan sumber VRIN, bahwa sumberdaya tersebut memiliki dayanya untuk memperbaiki kualitas nilai atau value (V), langka atau rare (R), tidak manajemen, harga dan keterbukaan mudah diimitasi atau ditiru atau inimitable (I) informasi wisata. serta sifatnya tidak terbarukan atau non- b. K a b u p a t e n P a s u r u a n , P r i o r i t a s renewable (N). pengembangan kinerja pariwisata Kabupaten Pasuruan adalah kualitas manajemen pengelolaan lokasi wisata, ketersediaan informasi dan kebersediaan membayar. c. Kabupaten Probolinggo, Pengelolaan akomodasi penginapan/hotel, yang diekspektasikan terlalu tinggi dibandingkan dengan kondisi sesungguhnya. Kualitas jalan juga mendapatkan perhatian para

214 Volume 11 No. 2 Desember 2017 Digital Repository Universitas Jember Puji Wahono, Hari Karyadi, Suhartono, Aryo Prakoso, Rebecha Prananta, Prameshi Lokaprasida) Prospek Ekonomi Pengembangan Potensi......

DAFTAR PUSTAKA Davis, L.S. and Johnson K.N. 1987. Forest Management. Third Edition. McGrawHill Abdullah, Piter dkk. 2002. Daya Saing Daerah : Book Company. New York. Konsep dan Pengukurannya di Indonesia. BPFE. . Dewi, R. 2005. Prospek Pengelolaan Fasilitas Rekreasi di Taman Hutan Raya DR. Ahmad Yani. 2002. Hubungan Keuangan Antara Muhammad Hatta Propinsi Sumatera Barat. Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia. Skripsi. Jurusan Kehutanan Fakultas Jakarta: Raja Grafindo Persada. Pertanian USU. Tidak Diterbitkan.

Alikodra H.S. 1994. Dampak Rekreasi di Taman Gafur, Juliafitri Dj. 2008. “Analisis Kontribusi Nasional Gunung Gede Pangrango Terhadap Sektor Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Informal Daerah Kota Bitung (Tesis)”. Medan : Masyarakat Desa Sekitarnya (Tesis). Fakultas Universitas Sumatera Utara. Pascasarjana IPB. Hufschmidt. Maynard M, James David E, Arsyad, Lincolin. 1999. Ekonomi Pembangunan. Meister Anton D, Bower. B.T, Dixon J.A. 1992. STIE YKPN. Yogyakarta. Lingkungan, Sistem Alami, dan Pembangunan, Pedoman Penilaian Ekonomi. Gadjah Mada ASEAN, ASEAN Community Based Tourism University Press. Yogyakarta. Standard, Jakarta, ASEAN Secretariat, January 2016 Karisma Widya, 2001. Analisis Peran Industri Pariwisata terhadap Pendapatan Asli Daerah Badan Pusat Statistik, Kabupaten Malang Dalam Kabupaten Wonosobo. Universitas Brawijaya. Angka 2015 Martilla, J.A., dan J.C., James, 1977, Importance------Kabupaten Pasuruan Dalam Angka 2015 Performance Analysis, Journal of Marketing, Vol. 41, No. 1 (Jan., 1977), pp. 77-79 ------Kabupaten Probolinggo Dalam Angka 2015 Munawir, S. 1997. Perpajakan, Liberty, Edisi ------Kabupaten Lumajang Dalam Angka 2015 Kelima Cetakan Kedua.Yogyakarta.

Bahar, H. dan Marpaung, H. 2002. Pengantar Nugraha, R., A. Harsono dan Hari Adianto, 2014, Pariwisata.Bandung: Alfabeta. Usulan Peningkatan Kualitas Pelayanan Jasa Bengkel “X” berdasarkan Hasil Matrix Creswell, John W. 2010. Research Design: Importance-Performance Analysis (Studi Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Kasus Bengkel AHASS PD. Sumber Motor Mixed. (terjemahan dari Judul Aseli Research Karawang), Reka Integra No. 03Vol 01 Januari Dewign: Qualitative, Quantitative, and Mixed 2014 Method Approaches, Third Editions). Pustaka Pelajar. Jakarta. Oscar Ong, J dan J. Pambudi, 2014, Analisis Kepuasan Pelanggan dengan Importance ------. 2007. Qualitative Inqiry and Performance Analysisi di SBU Laboratory Research Design: Choosing Among Five Cibitung PT Sucofindo (Persero). J@TI Undip, Approaches (3rd editions). Yhousand Oaks, CA: Vol. IX, No. 1, Januari 2014 Sage. Pearce, D. dan R. K Turner. 1990. Economics of Damanik,J dan Weber,H.F. 2006. Perencanaan Natural Resources and The Environment. Ekowisata: Dari Teori ke Aplikasi. Penerbit Andi. Harvester Wheatsheaf. Yogyakarta. Pendit, Nyoman S. 1994. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta : Pradnya Paramita.

Volume 11 No. 2 Desember 2017 215 Digital Repository Universitas Jember Jurnal Cakrawala Vol. 11 No. 2 Desember 2017 : 195 - 216

Rachmawati E. 2005. Economic Advantages of Rossman G., and Rallis, S.F. 1998. Learning in the Natural Tourism at Taman Nasional Gunung Field: An Introduction to Qualitative Research. Gede Pangrango to The Local Community. Jurnal Thousand Oaks, CA:Sage. dalamwebsiteweb.ipb.ac.id/~lppm/ID/inde x.php?view=penelitian/hasilcari&status=bu Spillane, J.J. 1987. Pariwisata Indonesia Sejarah dan ka&idhaslit=DM/006.05/RAC/d (Maret Prospeknya. Yogyakarta:Kanisius. 2009). Stake, R.E. 1995. The Art of Case Study research. Republik Indonesia, 2009, Undang- Undang Thousand Oaks. CA: Sage. Nomor 10 Tentang Kepariwisataan. Sukirno, S. 2004. Pengantar Teori Mikroekonomi. ------, 2004, Undang-Undang PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Pemerintahan Witt S.F. and Mountinho L. 1995. Tourism daerah Marketing and Management Handbook. Prentice Hall. Englewood Cliffs. New York. ------, 2000, Undang-Undang Nomor 34, Tentang Perubahan Undang- Undang Nomor 18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

216 Volume 11 No. 2 Desember 2017