Jurnal Khasanah Ilmu Vol. 9 No. 1 Maret 2018

Pelestarian Kotagede Sebagai Pusat Pariwisata Heritage Kota Tua Di

M. Fathurrahman Nurul Hakim Akademi Pariwisata BSI Yogyakarta E-mail: [email protected]

Abstract: Kotagede is a former Islamic Mataram kingdom where many historical and cultural heritage created in this area, both cultural heritage which is managed by the government or individuals, the Foundation kantil, foundations observer and preserver of cultural heritage in Kotagede, recorded prior to the May 2006 earthquake was recorded 151 residential houses shaped cultural heritage preserved, but after the earthquake only 88 house of cultural heritage restoration works in the community after an earthquake is a lot of cultural heritage Conservationists popping thing that makes fit with the concept of community-based conservation, where the community is expected to contribute actif in the preservation and find yourself solutions to problems that occur.The role of government is expected to facilitate the training is held by the community in particular and society in the preservation Kotagede although this has been done by the department BP3 (Departement ancient heritage conservation) DIY but only on technical maintenance, but preparation of Tourism human resources in the sustained not seem real, it is still in need of a more mature preparation, especially in the regeneration of the preservation of cultural heritage and art that have Kotagede to sustainable tourism in order to meet people prospering Kotagede.

Keyword: Conservation, Community, Tourism Sustainable

Abstrak: Kotagede adalah bekas Kerajaan Mataram Islam di mana banyak sejarah dan Cagar Budaya tercipta di daerah ini, baik Cagar Budaya yang di kelola oleh pemerintah atau perorangan, Yayasan Kantil, adalah salah astu yayasan pemerhati dan pelestari Cagar Budaya di Kotagede, mencatat sebelum terjadinya gempa bumi Mei 2006 masih tercatat 151 rumah hunian Cagar Budaya yang berbentuk Joglo terpelihara, tetapi setelah gempa bumi hanya 88 Rumah Cagar Budaya yang berhasil di restorasi. Setelah gempa inilah banyak komunitas Pelestari Cagar Budaya bermunculan hal inilah yang membuat cocok dengan konsep pelestarian berbasis komunitas, di mana masyarakat di harapkan berperan actif dalam pelestarian ini dan menemukan sendiri solusi permasalahan yang terjadi. Peran Pemerintah di harapkan dalam memfasilitasi pelatihan yang di adakan oleh komunitas maupun masyarakat Kotagede khususnya dalam pelestarian walaupun hal ini telah di lakukan oleh dinas BP3 ( Balai pelestarian peninggalan purbakala ) DIY tetapi hanya sebatas pada tehnis pemeliharaannya saja, tetapi persiapan sumberdaya manusia dalam Kepariwisataan yang berkelanjutan belum tampak nyata, hal ini masih di perlukan persiapan yang lebih matang terutama dalam regenerasi pelestarian Cagar budaya dan seni yang di miliki Kotagede guna menyongsong Pariwisata yang berkelanjutan guna mencapai kemakmuran Pariwisata di Kotagede.

Kata kunci: Pelestarian, Komunitas, Pariwisata berkelanjutan.

1.1. Latar Belakang Dengan berlakunya undang–undang Pembangunan yang berkelanjutan yang di Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah laksanakan dewasa ini hakikatnya merupakan Daerah yang kemudian diatur lebih lanjut proses pembaharuan dan proses perubahan dengan peraturan Pemerintah Nomor 25 yang direncanakan sebelumnya. Sesuai Tahun 2000 tentang perimbangan Keuangan dengan arah pembangunan nasional yang di Pusat dan Daerah, Pemberdayaan daerah tetapkan dalam Garis Besar Haluan Negara semakin di tingkatkan. Semua daerah, baik (GBHN), agar terwujud masyarakat yang adil Propinsi maupun Kabupaten berusaha untuk dan makmur berdasarkan dan melakukan berbagai upaya meningkatkan Undang–undang Dasar 1945 didalam wadah pendapatan asli daerah guna membiayai Negara kesatuan Republik (NKRI) Pembangunannya. yang merdeka berdaulat, bersatu, dan Pemberdayaan terhadap daerah berkedaulatan rakyat dalam suasana merupakan peluang yang sangat besar bagi kehidupan bangsa yang aman, tentram, tertib daerah untuk menggali dan mengembangkan dan dinamis serta dalam lingkungan pergaulan potensi yang di miliki agar dapat dimanfaatkan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib dan secara optimal. Salah satu potensi yang di damai (Tap MPR RI No : II/MPR/1988, Bab II miliki tetapi memiliki tingkat pengembangan A). yang berbeda pada setiap daerah baik 10 ISSN : 2087-0086

Pelestarian Kotagede Sebagai Pusat Pariwisata Heritage Kota Tua Di Yogyakarta

pengembangan subtansinya maupun manfaat 2.1. Tinjauan Pustaka ekonominya adalah produk pariwisata. Pelestarian menurut kamus bahasa Menurut James J. Spillane dalam ardhika Indonesia berasal dari kata lestari yaitu (2007:59) dengan banyaknya wisatawan yang penjagaan suatu bentuk barang atau perilaku berkunjung pada suatu obyek wisata maka agar tidak terjadi kepunahah sedangkan arti mengalirlah devisa Negara yang sangat Pelestarian adalah usaha untuk menjaga suatu segnifikan, harus di akui bahwa Indonesia barang (benda) agar tidak terjadi kepunahan pada saat ini masih jauh ketinggalan dalam atau hilang. menyerap arus wisatawan di bandingkan Menurut UUD No. 9 Tahun 1990 Negara di kawasan asia pasifik. Pariwisata adalah segala sesuatu yang Dalam dunia pariwisata sebenarnya kita, berhubungan dengan wisata, termasuk tidak hanya akan menjaring wisatawan pengusahaan objek dan daya tarik wisata mancanegara saja tetapi juga wisatawan serta usaha yang terkait di bidang tersebut. domestik. Dengan adanya kepariwisataan Jadi pariwisata dibutuhkan oleh orang-orang maka akan membuka sejumlah kegiatan sosial yang sedang melakukan perjalanan wisata yang memungkinkan orang untuk berinteraksi, dimana tempat tujuan mereka memiliki fasilitas tukar menukar pengalaman, pemikiran dan layanan wisata yang dikelola oleh masyarakat, pengetahuan, dengan demikian tidaklah dapat pengusaha dan pemerintah (Yulianto, 2017: di hindari bahwa hal ini akan membawa 557). Pengertian Pariwisata Budaya adalah kedalam perubahan. Berbagai Daya tarik suatu Jenis kepariwisataan yang objeknya wisata yang dapat di tawarkan terutama adalah kebudayaan. Ini dibedakan dari minat- kepada wisatawan mancanegara, menurut minat khusus lain seperti wisata alam dan Midleton dalam Yoeti (2010:27–31) antara lain wisata petualangan sedangkan objek wisata adalah : budaya berkisar pada beberapa hal seperti 1. Natural Atrraction kesenian, tata busana upacara adat, boga dan Adalah daya tarik yang bersifat alamiah dan lain-lain (Yoeti, 2012:26). terdapat secara bebas dan dapat dilihat Kotagede atau KuthoGede mengandung dan disaksikan setiap waktu. Seperti pengertian Kota besar, di tinjau dari historisnya Pemandangan alam Kotagede sebagai pusat keprajan waktu 2. Build Attraction kerajaan Mataram Islam I dan II yang Yaitu bangunan-bangunan dengan kemudian keprabonnya di usung Sultan Agung arsitektur Kuno, jembatan, Rumah-rumah kedaerah Pleret. Pariwisata berbasis kunodan sebagainya. Kemasyarakatan inilah yang sangat ingin 3. Cultural Attraction ditonjolkan oleh pemerintah karena dalam Peninggalan lama, petilasan, Candi dan pariwisata inilah semua element dan musium. kemampuan masyarakat sangatlah dominan 4. Traditional Attraction dalam menentukan kemajuan pariwisata Tata cara hidup masyarakat tradisional adat berbasis kemasyarakatan, di dalam Pariwisata istiadat dan kebiasaan separti pembakaran berbasis kemasyarakatan inilah masyarakat mayat (Ngaben) di Bali, upacara akan ikut dalam pelestarian kesenian dan pemakaman mayat di tanah Toraja, budaya serta cagar budaya yang mereka upacara sekaten di Jogjakarata dan miliki. sebagainya. Garreth Shaw dan Allan M Williams dalam Revitalisasi fisik dan budaya hingga saat Ardika (2007: 64) menyatakan bahwa dalam ini terus di lakukan di Kotagede, sebagai cikal kegiatan pariwisata terdapat sepuluh element bakal berdirinya kerajaan Mataram Islam yang budaya yang menjadi daya tarik wisatawan pertama.Kotagede di nilai mempunyai potensi yakni: kerajinan, tradisi, sejarah dari suatu menjadi World Heritage City. tempat/ daerah, arsitektur, makanan lokal/ Potensi bangunan cagar budaya tradisional, seni dan musik, cara hidup suatu Kotagede layak menjadi Word Heritage city, masyarakat, agama, bahasa, dan pakian yang perlu secepatnya di bangun adalah lokal/tradisional. Sedangkan Graburn dalam “desain promosi dan kajian budaya secara Ardika (2007:75) menyatakan bahwa dampak lebih intens sehingga potret wajah Kotagede pariwisata terhadap budaya lokal dapat terjadi masa lalu bisa di gali lebih dalam”, kata karena dilandasi oleh tiga hal yaitu : pengamat arsitektur sekaligus pemerhati 1. Masyarakat ingin memberikan hasil karya Cagar Budaya dari Jepang Komihik Ono seni ataupun kerajinan yang bermutu (TribunJogja.com :2012). tinggi kepada wisatawan (pembeli) 2. Untuk menjaga citra dan menunjukan identitas budaya masyarakat lokal kepada masyarakat luar. ISSN : 2087-0086 11

Jurnal Khasanah Ilmu Vol. 9 No. 1 Maret 2018

3. Masyarakat ingin mendapatkan uang 22 Pebruari 1985, wilayah kecamatan akibat meningkatanya komersialisasi. Kotagede dibagi menjadi 3 kelurahan, Gee.C.Y. dan Fayos sola, Eduardo dalam masing-masing adalah : Kelurahan Ardika (2007: 88) menyatakan bahwa generasi Rejowinangun (luas 1,25 Km2), Kelurahan yang akan datang harus mendapatkan akses Prenggan (0,99 km2) dan Kelurahan Purbayan terhadap keragaman sumber daya alam dan (0,83 km2). Masing-masing kelurahan terbagi budaya yang sama atau bahkan lebih dari dalam RT dan RW. Kelurahan Rejowinangun yang ada saat ini. Oleh karena itu, mempunyai 49 RT dan 13 RW, Kelurahan pembanguanan Pariwisata di arahkan pada Prenggan mempunyai 57 RT, 13 RW dan pengembangan pariwisata yang berkelanjutan. Kelurahan Purbayan mempunyai 58 RT dan Prinsip–prinsip dalam pengembangan 14 RW. pariwisata yang berkelanjutan antara lain: 4.1.2. Peninggalan Heritage di kotagede 1. Wisatawan, perwakilan ataupun 4.1.2.1. Pasar Kotagede perusahaan yang bergerak di dalam Tata kota kerajaan Jawa biasanya bidang pariwisata harus menghormati menempatkan , alun-alun dan pasar kebudayaan, pandangan hidup dan dalam poros selatan-utara. Kitab perilaku masyarakat lokal. Nagarakertagama yang ditulis pada masa 2. Perencanaan pembangunan dan Kerajaan (abad ke-14) menyebutkan operational pariwisata haruslah bersifat bahwa pola ini sudah digunakan pada masa lintas sektoral, terintegrasi, melibatkan itu. “Pasar tradisional yang sudah ada sejak pemerintah dan masyarakat lokal serta jaman Panembahan Senopati masih aktif memberikan keuntungan bagi masyarakat hingga kini. Setiap pagi di hari Legi dalam secara luas. kalender Jawa, penjual, pembeli, dan barang 3. Pariwisata harus dilaksanakan secara adil dagangan tumpah ruah di pasar ini. dan wajar didalam pendistribusian Sayangnya kualitas pasar tradisonal masih keuntungan dan biaya antara pelaku jauh dari standart kenyamanan, selama ini industri dan masyarakat lokal. pasar masih belum di kelola dengan baik 4. Pada seluruh tahapan pengembangan dan karena kurangnya kesadaran bahwa pasar pelaksanaan pariwisata harus di lakukan memiliki potensi menjadi tempat wisata, penilian secara hati–hati, monitoring kesadaran tentang kebersiham masih kurang program, mediasi/penyelesian sengketa bahkan ruang untuk jalan dan bahu jalan di dengan memberikan masyarakat lokal gunakan untuk tempat parkir sehingga maupun pihak lain keuntungan dan menambah kemacetan dan ketidak kesempatan merespon perubahan. nyamannya suasana pasar Bangunannya memang sudah direhabilitasi, namun posisinya 3.1. Metode Penelitian tidak berubah. Pendekatan yang digunakan dalam 4.1.2.2. Masjid Mataram penelitan ini bersifat deskriptif kualitatif. Masjid Mataram Merupakan Masjid utama Analisis yang di peroleh berasal dari data–data kerajaan, dimana segala kehidupan kualitatif melalui proses pengamatan keagamaan Islam negara diselenggarakan. (observasi partisipasi), wawancara dan studi Mesjid Mataram memiliki sejumlah nama lain kepustakaan. Pengamatan dan wawancara yang terkait dengan peran dan fungsinya, yang mendalam dilakukan guna memperoleh yakni Masjid Agung, Masjid Gedhe, Masjid pengertian dan gambaran nyata dari Jami’. Masjid Mataram terletak di selatan masyarakat yang di teliti, sedangkan studi Pasar Kotagede, barat Alun- kepustakaan dilakukan untuk mendapatkan alun.Masjid berdiri dalam satu kompleks pengertian mendasar dan kerangka teoritis dengan Pasareyan Agung Kotagede, dikelilingi penelitian untuk penulisan naskah selanjutnya. oleh tembok pasangan bata setinggi sekitar 2,5 meter. Masjid memiliki dua gerbang, yakni 4.1. Hasil Penelitian Dan Pembahasan gerbang utama untuk jamaah di sisi timur dan 4.1.1. Data Geografi Kotagede gerbang pelayanan untuk kaum kudus di sisi Luas keseluruhan wilayah kecamatan utara. Kotagede adalah 3,07 km2. Dari area ini, 3,02 Denah bangunan utama berbentuk bujur km2 berada pada ketinggian di bawah 100 sangkar, ditutup dengan dinding tembok bahan m/dpa dan 0,05 km2 berada pada ketinggian batu putih. Atap utama adalah tumpang 100 – 99 m/dpa. Wilayah kecamatan Kotagede tiga, didukung oleh empat tiang utama saka adalah 9,45 % dari seluruh luas wilayah kota guru dari kayu. Di dalam ruang utama terdapat Yogyakarta yang mempunyai luas 32,5 km. sebuah mimbar yang konon berasal dari Secara Administratif, berdasarkan SK Palembang. Kelengkapan ruangan mesjid Gubernur DIY Nomor: 48/KPTS/1985 tanggal antara lain adalah pawestren yaitu serambi 12 ISSN : 2087-0086

Pelestarian Kotagede Sebagai Pusat Pariwisata Heritage Kota Tua Di Yogyakarta

khusus untuk kaum wanita yang berada di Untuk memasuki kawasan ini terdapat 3 sebelah sisi selatan. Selain itu juga terapat gapura, sebelum sampai ke gapura terakhir serambi depan yang dikelilingi oleh parit. yang menuju bangunan makam. Untuk masuk Dalam struktur keruangan pusat kerajaan ke dalam makam, kita harus mengenakan Islam di Jawa, Masjid Mataram merupakan busana adat Jawa (bisa disewa di sana). salah satu elemen pokok catur gatra Kotagede Pengunjung hanya diperbolehkan masuk ke sebagai kuthanegara kerajaan Mataram, dalam makam pada Hari Minggu, Senin, terletak di sisi barat Alun-alun. Masjid ini Kamis, dan Jumat pukul 08.00 - 16.00.Untuk adalah pusat sakral kerajaan. Di balik Masjid menjaga kehormatan para pendiri Kerajaan dimakamkan orang-orang yang mempunyai Mataram yang dimakamkan di sini, kaitan erat dengan keberadaan kerajaan pengunjung dilarang memotret/membawa Mataram.Dengan demikian area ini memiliki kamera dan mengenakan perhiasan emas di nilai religius sekaligus spiritual yang sangat dalam bangunan makam. tinggi bagi Keraton Mataram. Masjid ini adalah Tokoh-tokoh penting yang dimakamkan di juga sebuah simbol dan tengaran masuknya sini meliputi: Sultan Hadiwiijaya, Ki Gede Islam ke dalam masyarakat tradisional di Pemanahan, Panembahan Senopati, dan pedalaman Jawa yang pada saat itu masih keluarganya. Tempat ini dikelola oleh dua didominasi oleh kepercayaan asli dan Hindu. kerajaan, bangsal pertama dari arah masjid di Kepercayaan asli muncul dalam penataannya miliki oleh kerajaan Yogyakarta yang sekarang yang menyatu dengan makam para tokoh, menjadi tempat untuk penjualan souvenir dan sedang karakter Hindu terlihat pada langgam bansal kedua setelah memasuki gerbang rancangan pagar keliling dan gapura. kedua di kelola oleh kerajaan solo Bangunan masjid merupakan salah satu (Kasunanan), Kearah selatan dengan agak bangunan tertua noncandi di wilayah sedikit turunan yang terjal dengan undak Yogyakarta, meski sudah mengalami berundak kita akan menjumpai sendang beberapa kali renovasi, dan telah dimasukkan seliran, sendang ini terbagi menjadi dua yang dalam bangunan yang harus dilestarikan. sebelah utara di sebut dengan sendang Bahwa ini adalah masjid kerajaan ditandai di kangkung dan sebelah selatan sendang putri antaranya dengan mustaka yang berciri khas konon sendang ini di gunakan untuk para mesjid keprabon. Arsitektur masjid pada ruang keluarga kerathon, dan sekarang tempat ini sholat utama menggunakan tipe bangunan digunakan oleh penduduk dan para peziarah tajug. Bangunan serambi Mesjid ditutup untuk mandi serta di ambil airnya untuk ritual. dengan atap limasan, emperan menggunakan 4.1.2.4. Rumah Tradisional konstruksi kuda-kuda sederhana (trusses), Persis di seberang jalan dari depan sedang kuncung-nya berupa pelana atau kompleks makam, bias terlihat sebuah rumah kampung. tradisional Jawa. Namun bila mau berjalan 50 Dalam sejarahnya, pada masa meter ke arah selatan, akanterlihat sebuah Pemanahan awalnya masjid masih berupa gapura tembok dengan rongga yang rendah langgar ( kecil). Oleh Senapati, dan plakat yang yang bertuliskan "cagar bangunan langgar ini kemudian dipindahkan budaya". Masuklah ke dalam, di sana akan atau digeser menjadi cungkup makam, terlihat rumah-rumah tradisional Kotagede sedangkan di tempat tersebut didirikan yang masih terawat baik dan benar-benar bangunan mesjid induk. Hal itu terjadi tahun berfungsi sebagai rumah tinggal.Yayasan 1587, sebagaimana tertera pada kelir gapura kantil yang bergerak di bidang pelestarian mesjid. Tahun itu adalah saat keruntuhan Cagar Budaya Kotagede mencatat hingga Pajang, dan pendirian kerajaan Mataram. tahun 2005 masih ada sekitar 151 bangunan Dengan demikian Mesjid Mataram menandai joglo, dan setelah terjadinya gempa bumi pada saat penobatan Senapati menjadi raja di bulan mei 2006 hanya 107 yang tersisa itupun Keraton Mataram. banyak yang rusak parah dan 88 rumah joglo 4.1.2.3. Kompleks Makam Pendiri harus di restorasi, Perumahan tradisional di Kerajaandan Sendang seliran kotagede adalah asset utama yang di miliki Disebelah barat dari Masjid Mataram Kotagede, karena keunikkannya, terlihat dari terdapat makam para pendiri kerajaan jalan rukunan yang terbentuk dari deretan Mataram Islam yang dikelilingi tembok yang rumah–rumah tradisional, Jalan rukunan tinggi dan kokoh. Gapura ke kompleks makam merupakan tempat berinteraksi para warga ini memiliki ciri arsitektur Hindu.Setiap gapura yang bertempat tinggal disana dan dapat memiliki pintu kayu yang tebal dan dihiasi diakses oleh Masyarakat sekitar, Hal yang ukiran yang indah. Beberapa abdi dalem membuat menarik adalah jalan rukunan berbusana adat Jawa menjaga kompleks ini 24 bukanlah milik umum, melainkan areal jam sehari. tersebut masih dalam kesatuan lahan rumah ISSN : 2087-0086 13

Jurnal Khasanah Ilmu Vol. 9 No. 1 Maret 2018

masyarakat yang secara sengaja terhubung kurang lebih 35 orang, di bawah pimpinan antara rumah satu dengan lainya yang Basis Hargito, setiap pentas tidak pernah lupa membentuk jalan. melengkapi dengan ubarampe sesaji seperti 4.1.2.5. Kedhaton tukon pasar (jajan pasar), kembang setaman, Arah keselatan dari rumah Joglo Terdapat dan menyan/dupa. Beberapa lakon yang Pabrik Coklat Monggo yang berada dalam pernah dipentaskan, dari beberapa babad komplek Kerajaan atau yang disebut dengan yaitu: Babad Arab, cerita yang dikisahkan kampung Dhalem, tepat di bawah 3 Pohon tentang Sayidina Ali dalam lakon Pedang Beringin yang berada di tengah jalan. Di Kangkam Pamor Kencana Musna; Babad tengahnya ada bangunan kecil yang Jenggala, lakon Kethek Ogleng; Babad menyimpan "watu gilang", sebuah batu hitam Demak, dengan lakon Perawan Sunthi, dan; berbentuk bujur sangkar di sinilah Raja Dongeng Rakyat, dengan cerita Andhe-Andhe Mataram I dan II, Bertahta yang Lumut, Jaka Bodho, Jaka Wasis, dan permukaannya terdapat tulisan yang disusun sebagainya. membentuk lingkaran: Ita Moventur Mundu S - 4.1.3.2. Thingklung Ainsi Va Le Monde - Z00 Gaat De Wereld - Merupakan salah satu jenis ke-senian Cosi Van Il Mondo. Di Luar Lingkaran Itu wayang kulit yang secara khas masih bertahan Terdapat Tulisan Ad Atern Am Memoriam di Kotagede. Ciri spesifik wayang thingklung Infelics - In Fortuna Consoertes Digni Valete adalah dhalang selain berperan menguasai Quidstperis Insani Videte Ignari Et Ridete, jalan cerita dan memainkan wayang, juga Contemnite Vos Constemtu - IGM (In Glorium melantunkan sendiri instrumen pengiring Maximam). dengan suaranya. Sehingga dalam wayang Dalam bangunan itu juga terdapat "watu thingklung tidak ada pengiring apapun, baik cantheng", tiga bola yang terbuat dari batu waranggana/sindhen maupun instrumen berwarna kekuning-kuningan. Masyarakat . Dhalang dituntut untuk mampu setempat menduga bahwa "bola" batu itu menirukan suara gamelan pengiring dan adalah mainan putra Panembahan menyelaraskannya dengan dialog-dialog di Senapatiyang bernama Raden Ronggo untuk setiap lakon yang muncul. Pada awalnya bermain gatheng. Namun tidak tertutup wayang ini menggunakan bahan kardus/karton kemungkinan bahwa benda itu sebenarnya namun kemudian di-ganti dengan bahan kulit. merupakan peluru meriam kuno ujarnya. Salah satu dhalang wayang thingklung yang 4.1.2.6. Reruntuhan Benteng ada di Kotagede bernama Mujiran alias Ki Panembahan Senopati membangun Tjermo Mudjihartono dari Dusun Karang- benteng dalam (cepuri) lengkap dengan parit duren. Pada beberapa kesempatan pentas, pertahanan di sekeliling kraton, luasnya kira- sering dikenal dengan nama Tjermo SM. kira 400 x 400 meter. Reruntuhan benteng Singkatan dari Tjermo Sumedi dan Marijan. yang asli masih bisa dilihat di pojok barat daya Seperangkat wayang kulit yang dimilikinya dan tenggara. Temboknya setebal 4 kaki merupakan koleksi pribadi. Lakon-lakon yang terbuat dari balok batu berukuran besar. sering dibawakannya adalah Babad Alas Sedangkan sisa parit pertahanan bisa dilihat di Martani, dan Antasena Takon Bapa. sisi timur, selatan, dan barat. Keberadaan wayang thingklung ini pada 4.1.3. Seni dan Budaya yang di miliki awalnya menjadi salah satu seni pertunjukan Kotagede yang khas bagi kesenian wayang yang 4.1.3.1. Purba Budhaya, Srandhul berkembang di Kotagede. Beberapa dhalang Kesenian tradisional Srandul ini bentuk yang lain, ada-lah Ki Wajiman yang beralamat maupun busana yang digunakan mirip seperti di Purbayan, dan Ki Parjudi yang beralamat di kethoprak ongklek (ketho-prak barangan). Gedhongan. Alat-alat instrumen gamelan yang digunakan, 4.1.3.3. Timpasko, Keroncong antara lain: saron peking, kendhang, kethuk Kelompok peduli seni musik keroncong kempul, gong, dan lain-lain. Ciri khas Srandhul yang berkedudukan di sebelah timur Pasar Kotagede, yakni mereka tidak menggunakan Kotagede. Visi dan misi kelompok ini, ingin ongklek sebagai tempat menggantung melestarikan seni musik sebagai hiburan gamelan ketika dipikul ngamen.Gamelan tetap rakyat. Kelompok sejenis perkembangannya diletakkan di tempat. Sebagai titik perhatian, di cukup pesat, bahkan ada beberapa kelompok tengah arena ditempatkan oncor (obor) yang lain, antara lain: Angkasa, Bhagaskara, dengan lima batang sumbu. Di bawah oncor, Cahaya Muda, Candrakirana, Citra Nada, ada tiang penyangga yang dihiasi dengan Dasa Irama, Gema Irama, Gema Sangkakala, berbagai macam daun dantanaman, Purba Irama Asih, Irama Asti, Kharisma, Nada Budhaya terletak di Kampung Bumen Kencana, Ngesti Irama, Purnama Nada, Rias Kotagede. Kelompok yang beranggotakan Purnama, Sapta Irama, Sederhana, Sehati, 14 ISSN : 2087-0086

Pelestarian Kotagede Sebagai Pusat Pariwisata Heritage Kota Tua Di Yogyakarta

Setia Nada dan Sinar Baru. Di Kotagede, dari dalam diri mereka. Hal ituberlandaskan kelompok dan perkumpulan keroncong pada pandangan bahwa dari lingkungan berkembang dengan pesatnya. Ada beberapa masyarakat itu sendiri memiliki potensi besar aliran keroncong seperti, Keroncong untuk memperbaiki kehidupan dengan Dhangdhut, Keroncong Campursari dan berbagai kiat yang yang di miliki, sedangkan Keroncong Rock. Keroncong adalah musik proses pendampingan pada dasarnya yang sudah lama berkembang di Indonesia merupakan bagian bagian dari penguatan dengan irama khas. Pada awalnya untuk kapasitas dan stimulus yang didasarkan pada memainkan keroncong terdiri dari alat-alat kebutuhan masyrakat menuju pelestarian akustik, seperti: bas benthot, celo pethik, kawasan pusaka kotagede yang berkelanjutan. melodi gitar, ukulele dan chack. Alat-alat Pada perkembangnya pendampingan ini akan tersebut masih ditambah dengan memunculkan sikap, pemahaman, peran, serta perlengkapan lain seperti biola, dan flute. dan ketrampilan masyarakat untuk mengelola Biasanya keroncong dimainkan oleh tujuh persoalan secara mandiri, melalui model orang. Tetapi semakin banyak semakin baik. pendekatan pendampingan situasional yaitu Keroncong dapat dibagi sekurangnya dalam dengan melihat dan memahami tingkatan empat jenis: perkembangan masyarakat Kotagede. 1. Keroncong asli dengan lagu-lagu, Dewi Organisasi–organisasi ataupun lembaga- Murni, Telomoyo, dan Keroncong Suci. lembaga baik pemerintah maupun non 2. Langgam Keroncong, dengan lagu-lagu, pemerintah (Swasta dan Masyarakat) bisa Kota Solo, Rangkaian Melati dan Sungai melakukan pemberdayaan melalui program Serayu. pendampingan yang sesuai dengan 3. Stambul I, dengan lagu-lagunya, Baju Biru, kemampuan dan kemauan masyarakat, maka Stambul Kecewa dan Terkenang. proses pendampingan akan berjalan secara 4. Stambul II, dengan lagu-lagunya, Yen ing optimal, komprehensif dengan hasil yang lebih Tawang Ana Lintang, Lara Branta dan efektif, Model pendampingan berbasis Wuyung. masyarakatini diterapkan untuk membangun pembelajaran dan peningkatankemampuan 4.2. Model Pelestarian Heritage di masyarakat Kotagede secara langsung dan Kotagede. intergratif. Hasil yang diharapkan lebih lanjut Dunia Pariwisata di Kotagede memiliki adalah pengembangan kretivitas yang Karakteristik Khusus, situs sejarahnya berorientasi praktek serta peningkatan menyatu dengan kehidupan Masyarakatnya, pengetahuan organisasi pengelolaan kawasan kerajianan industri perak menjadi keseharian Pusaka yang mandiri berbasis masyarakat. serta kesenian Tradisional tumbuh dari ritual warganya. 4.3. Peran Masyarakat dan Stakeholder Menurut Muhammad Nassir ketua dalam Pelestarian Heritage Kota Tua Yayasan Kantil “Kotagede amat sesuai dengan Islam di Yogyakarta Konsep Community Based Tourism (CBT), Setelah terjadi gempa pada tahun 2006 dari konsep tersebut kita bisa melihat bahwa yang dulunya cagar budaya di kotagede kesadaran akan pentingnya pengembangan kurang lebih ada 151 Rumah joglo sekarang Pariwisata yang nyaman di Kotagede Bukan hanya tinggal 88 yang berhasil di selamatkan berarti tidak tumbuh sama sekali, Geliat warga hal ini tak luput dari peran Masyarakat serta untuk terus berjuang membangun, melakukan pihak swasta dan pemerintah. Sejumlah promosi dan perbaikan secara terus menerus organisasi di Kotagede di bentuk, berawal dari dan berkelanjutan, Banyak Organisasi yang kegiatan Recontruction Fund Rehabilitasi berbasis komunitas seperti Yayasan Kanthil, dan Rekontruksi Masyarakat dan pemukiman Yayasan Pusat Dokementasi Kotagede, Forum berbasis Komunitas (JRF - Rekompak) Untuk Joglo, Organisasi Pelestari Kawasan Pusaka melestarikan Heritage di Kotagede maka (OPKP), serta keterlibatan warga dalam terbentuklah Organisasi Pelestari Kawasan berbagai program pengembangan kawasan Pusaka Kotagede Di masing–masing seperti aksi pemetaan potensi oleh komunitas Kelurahan di kotagede terwadahai dalam Satu Grrenmap dan Java Recontruction Fund (JRF) Wadah Yaitu Forum Joglo Ketua Forum Joglo serta pelatihan” Organisasi Ini bertujuan untuk melestarikan Sedangkan menurut Bp Achmad Charis warisan Budaya di Kotagede Baik tampak Zubair (Tokoh Masyarakat ). Pada dasarnya (tangible) maupun yang tidak tampak pelatihan berbasis masyarakat merupakan (Intangible) agar bisa dimanfaatkan untuk suatu gerakan untuk memberikan kepercayaan mencukupi perekonomian dan kesejahtreaan kepada masyarakat untuk berperan aktif masyarakat sendiri. membangun sikap mau melakukan sesuatu ISSN : 2087-0086 15

Jurnal Khasanah Ilmu Vol. 9 No. 1 Maret 2018

Setelah gempa terjadi bantuan mengalir Merupakan Program pemeliharaan dari dalam dan luar negeri maupun penjuru bangunan pusaka budaya di kawasan dunia untuk membangun kembali artefak Kotagede yang di laksanakan oleh BP3 (Rekontruksi) dan memulihkan kembali DIY. Di dalam kegiatan ini dilakukan (Rehabilitasi) kehidupan masyarakat yang kegiatan pembinaan tehnis atau pelatihan terkena gempa. Program bantuan yang berupa tenntang pemeliharaan bangunan dana dan pendampingan dari Program tradisional kepada Masyarakat dan tehnisi REKOMPAK-JRF (Java Reconstruksion Fund) pelaksana, Sebagai lembaga pemerintah misalnya di salurkan ke komunitas– komunitas BP3 menerapkan pendampingan secara lokal melalui BKM (Badan kesejahteraan birokratis dari tingkat yang mendasar. Rakyat) dan dalam pelaksanaannya di lakukan 4. Program REKOMPAK – JRF oleh Departemant Pekerjaan Umum Program Rekontruksi lingkungan dan bekerjasama dengan Masyarakat Lokal. perumahan Kawasan Kotagede yang di Pelestarian dan pengelolaan kawasan danai olehWord bankJRF yang kotagede sebagai cagar budaya telah di bekerjasama dengan organisasi kukuhkan dengan penandatangan nota pendamping REKOMPAK, pemerintah kesepahaman (MoU) oleh Gubernur DIY Sri desa dan intasi pemerintah Sultan Hamengku Buwono X, Walikota (PU/Kimpraswil). Pelaksanaan tersebut Yogyakarta Herry Zudianto, dan Bupati Bantul melakukan bimbingan identifikasi Sri Suryawidati di Omah UGM Desa Jagalan, lingkungan perumusan permasalahan dan Banguntapan Bantul. Pada tanggal 11 April perencanaan untuk implementasi 2011, MoU ini di harapkan sebagai landasan program.Dimana salah satu komponen yang kuat bagi semua pihak yang terlibat program REKOMPAK untuk masyarakat dalam pengelolaan kawasan pusaka Kotagede desa adalah bantuan tehnik dan yang berkelanjutan. pendampingan. Di antara program yang telah dilakukan adalah : 4.1. Kesimpulan 1. Program Jogjakarta Heritage Society Dari uraian bahasan dan analisa data (JHS) bekerjasama dengan UNESCO sebelumnya, maka penulis dapat menarik Kegiatan ini adalah penyusunan pedoman kesimpulkan bahwa : tentang bangunan tradisional di kawasan 1. Pelestarian berbasis komunitas sangatlah Kotagede yang di laksanakan oleh cocok di terapkan di Kotagede guna Jogjakarta Heritage Society (JHS) Pelestarian Cagar Budaya yang di bekerjasama dengan UNESCO. Dalam milikinya, Pelestarian berbasis Komunitas kegiatan tersebut masyarakat bersama yaitu Pelestarian yang terorganisir yang di pihak terkait sebagai narasumber, peserta bentuk oleh Masyarakat Kotagede yang kegiatan dan kelompok swadaya mengupayakan Pelestarian yang terarah memberikan masukan serta terlibat dalam dan berkesinambungan Guna pemanfaat membuat format pedoman pelestarian Potensi yang ada, sekaligus bangunan tradisional mereka sendiri. menumbuhkan kesadaran akan Keluaran program tersebut adalah buku pentingnya pengembangan Pariwisata pedoman tentang konservasi bangunan yang nyaman yang akhirnya akan tercapai Tradisional. kesejahteraan Masyarakat kotagede. 2. Program JHS bekerjasama dengan 2. Saat ini Komunitas Pelestari di kotagede Perguruan Tinggi (UGM) masih sering melakukan gerakan secara Ini adalah program rekontruksi dan parsial yaitu gerakan individu atau gerakan rehabilitasi bangunan Pusaka Budaya di yang kurang memadu dalam gerakan yang Kotagede yang melibatkan komunitas menyatu diantara komunitas Pelestari lokal, JHS dan perguruan tinggi (UGM). kawasan Pusaka Kotagede, Sehingga, Keluaran program ini adalah rekontruksi ketika Situs sejarah dan Cagar Budaya di bangunan yang runtuh akibat gempa bumi lindungi pembangunan Masyarakat mei 2006 yaitu dengan melakukan cenderung di tinggalkan, Padahal, rehabilitasi bangunan joglo yang di membangun Masyarakat dengan fungsikan sebagai fasilitas public yang di pemahaman utuh tidak dapat dilakukan sebut dengan “Omah UGM“ yang secara terpisah dengan pembangunan sekarang di manfaatkan sebagai basecam fisik suatu wilayah. dan pusat dokumentasi pelestarian 3. Dalam Mengembangkan Pariwisata di Kawasan Pusaka Kotagede. Kotagede, setidaknya melibatkan tiga 3. Program Balai Pelestarian Peninggalan komponen penting antara lain pelaku Purbakala (BP3) DIY bisnis, pemerintah dan Masyarakat itu 16 ISSN : 2087-0086

Pelestarian Kotagede Sebagai Pusat Pariwisata Heritage Kota Tua Di Yogyakarta

sendiri,Pelaku bisnis yang ingin Daftar Pustaka menanamkan Modalnya dalam industri Pariwisata, di Kotagede hendaklah jeli [1] Ardika, I Wayan. 2007. Pusaka Budaya dalam menanamkan Modalnya terutama dan Pariwisata. Bali: Pustaka Larasan. dalam memfasilitasi Wisatawan. [2] Salim,Peter MA. 1995. Kamus Besar Komponen kedua adalah Pemerintahan Indonesia kontemporer. : Modern yang bertanggungjawab mendukung English Press. pengembangan dan pelestarian Kotagede [3] Tribunjogja.com. 2012. Kotagede menuju dari berbagai segi, Baik pemerintahan World Heritage City. Diunduh November desa maupun kota serta pusat, 2012 Pemerintah idealnya memberikan Stimulus [4] Utomo, Budi Cahyo dan Sri rejeki. 1993. dan tidak memberikan intervensi yang Dampak Pengembangan Pariwisata berlebih terhadap pariwisata di Kotagede, Terhadap Kehidupan Sosial Didaerah Dukungan Pemerintah dalam memberikan Jawa Tengah. Jawa tengah. ruang pelatihan dan dana bagi pelestarian Deapartement pendidikan dan dan perkembangan kemandirian kebudayaan direktorat JE masyarakat dapat menciptakan kebijakan [5] Yoeti, Oka. A. 2010. Dasar-dasar yang melindungi warga Kotagede dari pengertian hospitaliti dan pariwisata. perencanaan pembangunan yang tanpa Bandung : P.T.ALUMNI arah. Sedangkan Komponen ketiga adalah [6] Yoeti,Oka. A. 2012. Pariwisata Budaya Masyarakat, sedari awal harus terbentuk Masalah dan Solusinya. Jakarta : Balai budaya untuk tidak menciptkan Pustaka kesenjangan Misalnya perbedaan [7] Yulianto, Atun. 2017. Analisis Objek Daya penduduk lokal dan pendatang yang Tarik Wisata Favorit Berdasarkan Jumlah akhirnya akan memunculkan sentimen Pengunjung Di Daerah Istimewa antar kampung, disinilah tantangan Yogyakarta. Jurnal Media Wisata Vol.15 organisasi dan yayasan yang selama ini No. 2 November 2017. Yogyakarta : STP berkembang untuk pelestarian Kotagede AMPTA Yogyakarta.

guna memecahkan permasalah ini atau Sumber lain: menjembataninya seperti pembentukan pengurus Organisasi haruslah melibatkan [1] Kelurahan Prenggan. 2012. Potensi semua golongan termasuk pendatang baru Budaya dan Kelompok Pemerhati Budaya, serta meberikan edukasi tentang Bantul: Kecamatan Banguntapan Kotagede. Pembangunan sumber daya [2] Kelurahan Purbayan. 2012. Potensi wisata manusia haruslah berorientasi pada dan Obyek budaya Yogyakarta : Kebutuhan Pasar dan kebutuhan dunia Kecamatan Kotagede Pariwisata yang selaras dengan karakter [3] Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun dan Budaya Masyarakat Kotagede, 2000 Tentang Perimbangan Keuangan dilakukan secara terencana dan Pusat dan Daerah. Jakarta. Dirjen terorganisir sehingga akan menambah Perimbangan Keuangan, Kementrian kepercayaan permodalan dalam keuangan. pembangunan pariwisata di Kotagede [4] Tap MPR RI No : II/MPR/1988,Bab II A . serta pemersiapakan sumber Daya [5] UUD RI No. 9 Tahun 1990 Tentang Munusia dalam pendampingan wisatawan Kepariwisataan, Bandung.Citra umbara di Kotagede haruslah dilakukan dengan [6] Data penelitian, artikel dan hasil baik. wawancara pada bulan November dan Desember 2012.

ISSN : 2087-0086 17