BAB III

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dengan menggunakan analisis framing bertujuan untuk membedah frame atau sudut pandang dari suatu media dalam memandang sebuah realitas yang sama, masing- masing media memiliki cara yang berbeda dalam memandang realitas dengan cara penonjolan tertentu dan membiaskan bagian yang dirasa tidak penting, cara ini digunakan agar wacana yang dibangun oleh media tersebut dapat tersampaikan kepada masyarakat dengan tujuan mampu mempengaruhi pandangan terhadap realitas yang sedang terjadi.

Dalam kasus dijatuhkannya sanksi FIFA terhadap PSSI ke enam media nasional ini tentunya memiliki pandangannya masing-masing dengan pendekatannya masing-masing. Dalam hal ini ada beberapa pihak yang terlibat dan menjadi sumber berita masing-masing media, tentunya pihak yang berseteru yaitu Kementrian Pemuda dan Olahraga yang diwakili oleh

Sekertaris Kementerian maupun dari Tim transisi atau pun BOPI, dari PSSI yang pendapatnya di wakili oleh ketua PSSI dan Sekjen. Dan pendapat yang sering dipakai adalah pendapat dari

Presiden Republik , tentunya masih ada pendapat-pendapat lain yang di susun oleh ke enam media tersebut untuk memperkuat frame masing-masing media.

Ke enam media ini yaitu Kompas, Republika, Jawa Pos, Media Indonesia, Koran Tempo, dan Sindo hanya mengambil beberapa pendapat dari pihak yang terlibat dalam urusan sepak bola

Indonesia atau pendapat orang-orang yang berpengaruh di negeri ini. Koran-koran tersebut pastinya tidak mengakomodir semua pihak yang berkepentingan, karena siapa yang dijadikan narasumber di sebuah berita dalam media sudah dipilih dan dipilah untuk memperkuat frame dari media tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Eriyanto bahwa dalam banyak kasus topik apa yang diangkat dan siapa yang diwawancarai, disediakan oleh kebijakan redaksional tempat wartawan bekerja (Eriyanto 2012 : 33). Berikut ini adalah nama koran beserta headline yang akan dijadikan bahan analisis:

Tabel 3.1 Nama Koran Beserta Headline yang Akan Dianalisis

Nama Koran Headline Kompas Momentum Perbaikan Sepak Bola Nasional Republika Indonesia Disanksi FIFA Jawa Pos FIFA Hukum Indonesia Sindo Sepak Bola Indonesia Disanksi FIFA Media Indonesia Reformasi Total PSSI Koran Tempo Sanksi FIFA Jokowi Janjikan Reformasi Sepak Bola Sumber: berita keenam media

Keenam koran dengan masing-masing headline tersebut nantinya akan di analisis satu persatu dengan menggunakan metode dari Pan dan Kosicki yang mana dalam menganalisisnya metode ini menggunakan empat perangkat analisis yakni struktur sintaksis, struktur skrip, struktur tematik dan struktur retoris. Keempat perangkat ini nantinya akan membedah berbagai macam struktur dalam sebuah berita agar dapat dilihat kecenderungan tertentu dalam sebuah berita. Berikut ini peneliti akan menyajikan hasil analisis dari headline masing-masing koran.

Gambar 3.1 Headline Kompas

A. Kompas Frame: Sanksi FIFA, Momentum Perbaikan Sepak Bola Nasional

Tabel 3.2 Struktur Sintaksis Berita Kompas

STRUKTUR SINTAKSIS Headline (Judul) Momentum Perbaikan Sepak Bola Nasional Sub Judul Pesimisme Sambut Kemenangan Sepp Blatter Lead Presiden menyatakan, pembekuan terhadap PSSI oleh induk organisasi sepak bola dunia, FIFA, seyogianya disikapi dengan keharusan membenahi dan mereformasi secara total organisasi sepak bola Indonesia itu dari sisi sistem dan manajemen. Latar Informasi Indonesia dijatuhkan sanksi larangan berkiprah di laga internasional oleh FIFA, sabtu (30/5). Sanksi bagi Indonesia tertuang dalam surat yang ditandatangani Sekertaris Jenderal FIFA Jerome Valcke. Keputusan menghukum Indonesia diambil dalam rapat Komite Eksekutif FIFA, Sabtu, di Zurich, Swiss. Mereka menilai, pemerintah, melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga, telah mencampuri urusan internal PSSI. Meskipun demikian, tim sepak bola Indonesia tetap di izinkan FIFA mengikuti SEA Games di Singapura 2015 hingga tuntas.

Hukuman itu berlaku bagi PSSI hingga waktu yang tidak ditentukan. FIFA baru akan mencabut sanksi dan memulihkan keanggotaan apabila Indonesia memenuhi empat syarat yang intinya PSSI kembali diberi wewenang mengelola urusannya secara independen.

Jokowi menegaskan, pemerintah ingin sepak bola Indonesia menjadi jauh lebih baik. Menurut Jokowi, selama ini tim sepak bola Indonesia terus mengikuti pertandingan tingkat internasional tetapi tidak membawa hasil. Kutipan, Sumber, Joko Widodo (Presiden Republik Indonesia) pernyataan. “Kita malu terus, kalah, kalah lagi kalah lagi. Yang ingin kita lakukan adalah sebuah pembenahan total. Pembenahan total. Dari pada kita, ya, kan cuma punya prestasi seperti itu terus sepanjang masaa”.

Jokowi menegaskan, pemerintah menginginkan pembenahan total di tubuh PSSI. “Artinya, reformasi total, pembenahan organisasi, pembenahan sistem, pembenahan manajemen, semuanya. Di tingkat pemain saya lihat bagus, prestasi-prestasi individual bagus. Namun, di level ini harus ada pembenahan”.

Jokowi mengungkapkan bahwa baik dirinya maupun Wakil Presiden Jusuf Kalla sama-sama memiliki keinginan untuk membenahi PSSI.” Semua sebetulnya sama, itu dalam rangka pembenahan PSSI. Jadi, baik Pak Wapres maupun saya sama, keinginannya sama, ingin pembenahan PSSI,”

“Ini perlu saya sampaikan, coba dilihat dulu, selama 10 tahun, prestasi kita apa. Dari 2002, 2006, 2010, tidak lolos kualifikasi Asia dalam Piala Dunia. Kemudian di Piala Asia, AFC 2004 hanya sampai babak pertama, 2007 sampai babak pertama, 2011 tidak lolos kualifikasi,”

I Gede Widiade (Manajer tim sepak bola SEA Game 2015) “Anak-anak sempat terpukul mentalnya sebelum berangkat ke Singapore, kemarin. Namun, mereka saya ajak ngobrol dua jam. Setelah itu, mereka kembali tenang. Target kami tetap juara (meraih medali emas) meski situasi kini tengah buruk,”

Imam Nahrawi (Menteri Pemuda dan Olahraga) Pencabutan keanggotan FIFA tidak perlu ditakutkan. Itu justru menjadi kesempatan untuk membangun dunia sepak bola yang adil, terbuka, dan penuh keterlibatan semua pihak. Penutup Dari kongres ke-65 FIFA di Zurich, Swis, Jumat, Sepp Blater terpilih kembali menjadi presiden Periode 2015-2019. Itu terjadi setelah rivalnya, Pangeran Ali bin al-Hussein, mengundurkan diri menjelang pemilihan setelah mendapatkan dukungan 133 suara, unggul 60 suara atas Ali di putaran pertama.

Dilihat dari struktur sintaksis diatas yang dibagi menjadi bagian-bagian berita untuk mempermudah analisis terdiri dari Headline, Sub Judul, Lead, Latar Informasi, kutipan sumber pernyataan dan penutup. Berita utama dari Kompas tersebut bisa langsung dilihat kearah mana frame yang ingin disampaikan kepembacanya, hal tersebut secara tegas tertulis dalam Headline

“Momentum Perbaikan Sepak Bola Nasional” headline ini menjadi pendapat pribadi dari penulis atas apa yang sedang terjadi, karena fakta pada waktu tersebut adalah dijatuhkannya sanksi FIFA kepada PSSI sedangkan Kompas mencoba memperlihatkan sisi positif terhadap sanksi yang dijatuhkannya kepada PSSI, penggunaan kata momentum dimaksudkan bahwa sanksi yang diberikan bukan sesuatu yang buruk untuk sepak bola nasional melainkan saat yang tepat untuk perbaikan sepak bola Indonesia.

Selanjutnya adalah sub judul, sub judul dalam berita ini adalah “Pesimisme Sambut

Kemenangan Sepp Blatter”. Dalam berita yang dimuat oleh Kompas diatas sejatinya memiliki dua bagian berita yang berbeda namun berkaitan, yang pertama adalah bagian berita yang berfokus pada respon dijatuhkannya sanksi FIFA terhadap Sepak bola Indonesia, bagian ini menjadi bagian utama berita yang dimuat dari awal lead berita hingga pertengahan berita, sedangkan bagian yang kedua berfokus pada penyampaian informasi tentang pemilihan presiden baru FIFA yang di tampilkan di akhir berita.

Kedua bagian ini tidak berkaitan secara langsung namun memiliki efek domino karena siapa yang akan menjadi presiden FIFA selanjutnya akan berpengaruh dalam keputusan sanksi

FIFA terhadap Indonesia dan dalam pemilihan tersebut Sepp Blatter kembali terpilih menjadi presiden FIFA. Dalam runtutan peristiwanya setelah terpilihnya kembali Sepp Blatter dalam beberapa jam kemudian sanksi FIFA terhadap Indonesia ditetapkan. Penggunaan kata

‘Pesimisme’ dalam sub judul tersebut bisa jadi bermaksud untuk mempengaruhi pembaca bahwa

Sepp Blatter bukanlah sosok yang diharapkan untuk memimpin FIFA lagi karena telah terjerat skandal korupsi yang pada akhirnya keputusan sanksi FIFA terhadap Indonesia masih bisa dipertanyakan karena berasal dari keputusan lembaga yang kotor.

Perangkat sintaksis selanjutnya adalah Lead, lead merupakan latar awal dari sebuah berita yang bisa memberi petunjuk sudut pandang dari berita tersebut dan dapat memberikan perspektif dari keseluruhan isi berita. Dalam lead berita diatas Kompas menggunakan pendapat dari Presiden Jokowi untuk memperkuat frame tentang momentum perbaikan sepak bola

Indonesia, lead tersebut adalah:

Presiden Joko Widodo menyatakan, pembekuan terhadap PSSI oleh induk organisasi sepak bola dunia, FIFA, seyogianya disikapi dengan keharusan membenahi dan mereformasi secara total oeganisasi sepak bola Indonesia itu dari sisi sistem dan manajemen. Lead diatas menggunakan pernyataan dari Presiden Jokowi dengan cara mengutip tidak langsung, kutipan tidak akan mempermudah penulis berita mengambil bagian tertentu atas hasil rangkuman wawancara yang dianggap penting sehingga hal-hal yang dianggap kurang penting diabaikan, tujuannya agar lead tersebut dapat memperkuat headline yang dijadikan frame oleh

Kompas. Hal lainnya adalah pemilihan Presiden Jokowi yang dijadikan sumber rujukan dalam lead tersebut jelas sangat disengaja, karena Presiden Jokowi merupakan kepala pemerintahan yang menaungi Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) yang sedang berpolemik dengan

PSSI, wajar apa bila Presiden Jokowi mendukung langkah yang diambil oleh jajarannya untuk membekukan PSSI, meskipun pada akhirnya sanksi dijatuhkan terhadap sepak bola Indonesia.

Pernyataan Presiden Jokowi dalam lead diatas ada poin yang menarik yaitu ajakan untuk merespon jatuhnya sanksi dengan pembenahan sepak bola Indonesia, padahal jika diruntut lebih jauh jatuhnya sanksi tersebut bersumber dari Surat Keputusan (SK) Menpora yang membekukan kompetisi dan roda organisasi PSSI, hal ini juga yang menjadi landasan FIFA menjatuhkan sanksi karena Pemerintah dianggap melakukan intervensi terhadap PSSI. Pernyataan tersebut seakan menjadi tameng pelindung Kemenpora atas SK Pembekuan PSSI, seolah langkah yang telah di ambil Kemenpora meupakan langkah yang tepat.

Perangkat sintaksis lainnya adalah Latar Informasi, dalam berita diatas ada latar informasi yang disampaikan sebagai background, latar tersebut berada di paragraf dua sampai empat, latar informasi tersebut adalah:

Indonesia dijatuhkan sanksi larangan berkiprah di laga internasional oleh FIFA, sabtu (30/5). Sanksi bagi Indonesia tertuang dalam surat yang ditandatangani Sekertaris Jenderal FIFA Jerome Valcke. Keputusan menghukum Indonesia diambil dalam rapat Komite Eksekutif FIFA, Sabtu, di Zurich, Swiss.Mereka menilai, pemerintah, melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga, telah mencampuri urusan internal PSSI. Meskipun demikian, tim sepak bola Indonesia tetap di izinkan FIFA mengikuti SEA Games Singapura 2015 hingga tuntas. Hukuman itu berlaku bagi PSSI hingga waktu yang tidak ditentukan. FIFA baru akan mencabut sanksi dan memulihkan keanggotaan apabila Indonesia memenuhi empat syarat yang intinya PSSI kembali diberi wewenang mengelola urusanya secara independen. Jokowi menegaskan, pemerintah ingin sepak bola Indonesai menjadi jauh lebih baik.menurut Jokowi, selama ini tim sepak bola Indonesia terus mengikuti pertandingan tingkat internasional tetapi tidak membawa hasil. Latar informasi diatas memberikan fakta apa yang terjadi tentang dijatuhkanya sanksi

FIFA terhadap sepak bola Indonesia. Dalam latar informasi di paragraf ke dua Kompas memberi informasi kronologi diambilnya keputusan sanksi tersebut namun diakhiri dengan keringanan tentang masih diizinkanya timnas Indonesia tampil di SEA Games 2015 di Singapura. Kemudian di paragraf ke tiga Kompas menyajikan informasi tentang cara agar hukuman tesebut dicabut yang mana Indoneisa harus memenuhi empat syarat yang ditentukan oleh FIFA, detail keempat syarat tersebut ditampilkan Kompas Pada grafik. Di kedua latar informasi tersebut Kompas seolah memberi fakta dijatuhknanya saksi tersebut dan kemudian bagaimana cara agar sanksi tersebut bisa dicabut.

Menariknya adalah latar informasi berikutnya yaitu pada paragraf ke empat, di paragraf ini Kompas seakan memberi jawaban atas apa yang sedang terjadi, realita yang ada tentang sanksi FIFA dan cara agar sanksi tersebut dicabut dijawab dengan sikap Presiden Jokowi yang tegas ditulis bahwa yang diinginkan presiden adalah perbaikan sepak bola Indonesia, dengan kata lain Presiden tidak terlalu menghiraukan sanksi yang ada dan akan konsisten dengan langkah Kemenpora yang telah diambil yaitu membekukan PSSI. Kompas terkesan memberi pembenaran atas langkah Kemenpora tersebut dengan mengutip pernyataan Presiden Jokowi.

Hal ini sejalan dengan frame Kompas yang menilai sanksi ini merupakan momentum yang tepat untuk perbaikan sepak bola Indonesia.

Dalam Kutipan, Sumber dan Pernyataan yang digunakan oleh Kompas ada tiga sumber yang dipakai yaitu Jokowi (Presiden Republik Indonesia), I Gede Widiade (Manajer tim sepak bola SEA Game 2015), Imam Nahrawi (Menteri Pemuda dan Olahraga), ketiga sumber tersebut disusun sedemikian rupa untuk memperkuat frame, hal ini terbukti dengan penggunaan kutipan Jokowi yang dominan dalam berita di atas dari sebelas paragraf hanya empat paragraf terakhir tidak menggunakan kutipan dari Presiden Jokowi, penggunaan kutipan dari I Gede

Widiade hanya sebatas satu paragraf yang melengkapi runtutan berita diatas dalam posisi ini I

Gede di lekatkan dengan jabatannya sebagai Manajer tim sepak bola SEA Games 2015, padahal di lain sisi dia merupakan CEO Unetid yang berkonflik dengan Persebaya 1927, I Gede

Widiade merupakan bagian dari kelompok La Nyalla ketua PSSI.

Dalam penyusunan beritanya Pendapat I Gede Widiade diapit oleh Pendapat dari Jokowi dan Imam Nahrawi, sebagaimana yang diketahui Jokowi sebagai Presiden RI dan Imam Nahrawi sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga merupakan pihak yang setuju terhadap pembekuaan PSSI.

Cara penyusunan berita seperti ini membuat pendapat I Gede Widiade tidak terlalu menonjol.

Kemudian penggunaan kutipan dari I Gede Widiade yang digunakan hanya membahas tentang kondisi pemain SEA Games, seperti dibawah ini:

“Anak-anak sempat terpukul mentalnya sebelum berangkat ke Singapore, kemarin. Namun, mereka saya ajak ngobrol dua jam. Setelah itu, mereka kembali tenang. Target kami tetap juara (meraih mendali emas) meski stuasi kini tengah buruk,” Menariknya I Gede Widiade merupakan bagian dari kelompok PSSI yang menentang pembekuan PSSI, Kompas entah secara sengaja atau tak sengaja tidak menampilkan pendapat I

Gede Widiade tentang pendapatnya dijatuhkanya Sanksi FIFA terhadap PSSI, yang jelas pengambilan kutipan tertentu dari hasil wawancara wartawan merupakan salah satu cara memperkuat pendapat atau frame suatu media.

Sementara penutup berita di atas tidak secara langsung berhubungan dengan sanksi

FIFA terhadap PSSI namun berkaitan. Penutup berita di atas berkaitan dengan sub judul

“Pesimisme Sambut Kemenangan Sepp Blatter” seperti yang telah dijabarkan pada sub judul diatas dalam bagian berita lain ini kompas memberi kesan bahwa terpilihnya Sepp Blatter kembali menjadi presiden FIFA merupakan pertanda tidak baik terhadap FIFA kedepannya. dalam penutup tersebut dijabarkan tentang perolehan suara pemilihan Presiden FIFA.

Perangkat analisis selanjutnya adalah skrip, perangkat ini digunakan untuk melihat bagaimana seorang wartawan menyusun sebuah laporan yang biasanya terdapat unsur 5W (what, who, where, when, why) + 1H (how) sebagai kelengkapan berita, dalam berita diatas secara keseluruhan terdapat unsur 5W + 1H, mulia dari di mana dijatuhkan sanksi, siapa yang menjatuhkan sanksi, kapan dijatuhkannya sanksi, bagaimana proses dijatuhkannya sanksi, keenam media ini memiliki informasi dengan jelas, hanya jika dicermati lebih lanjut pemberitaan didalam keenam media ini cenderung pada setelah sanksi itu diberikan pada Indonesia lalu bagaimana menanggapinya?, dalam hal ini masing-masing media mempunyai cara berkisah yang berbeda-beda.

Dalam cara berkisah yang disampaikan oleh koran Kompas terlihat jelas kecenderungan pada mendukung langkah-langkah pemerintah untuk mereformasi sepak bola Indonesia hal ini terlihat langsung dengan menempatkan Jokowi pada sumber utama berita yang ditempatkan diawal dengan didukung pendapat dari Imam Nahrawi menjadikan gagasan untuk mereformasi sepak bola Indonesia lebih menonjol dari pada pemberitaan mengenai efek sanksi yang diterima oleh Indonesia.

Unsur selanjutnya adalah Tematik struktur ini dapat diamati dari bagaimana peristiwa itu diungkapkan atau dibuat wartawan, frame besar yang ada pada suatu berita merupakan susunan dari tema-tema yang diungkapkan secara detail. Di dalam pemberitaan yang dimuat oleh koran

Kompas terdapat beberapa tema yang ditulis seperti dibawah ini: Pertama adalah tema mengenai sanksi yang telah dijatuhkan terhadap Indonesia hal ini terlihat jelas pada paragraf 2 dan 3, didalam uraian yang disampaikan Kompas menuliskan tentang sanksi yang dijatuhkan terhadap Indonesia dan syarat agar sanksi itu bisa dicabut, di sini

Kompas tidak memperlihatkan secara detail hukuman apa saja yang diterima persepak bolaan

Indonesia.

Kedua adalah tema mengenai prestasi persepak bolaan Indonesia yang cenderung menurun, hal ini terlihat pada paragraf 5 dan 8, didalam paragraf tersebut dijelaskan detail tentang prestasi tim nasional sepak bola Indonesia dikancah internasional yang tanpa prestasi, detail ini disampaikan oleh jokowi sebagai narasuber utama.

Ketiga tema yang diangkat adalah perlunya perbaikan persepak bolaan nasional, ini merupakan langkah dari pemerintah dalam menanggapi prestasi Indonesia yang menurun dan kemudian sanksi FIFA. Pemerintah tetap tegas tidak akan mencabut SK pembekuan PSSI demi perbaikan sepak bola nasional.

Keempat tema yang pakai adalah mengenai respon Timnas U-23 yang sedang berlaga di

SEA Games 2015 mengenai sanksi FIFA, dalam unsur tematik hal yang biasanya di cermati adalah koherensi merupakan pertalian atau jalinan antar kalimat, proposisi atau kalimat, seperti pada kalimat dibawah ini kita bisa mencermati cara wartawan memakai koherensi untuk menonjolkan hal tertentu dari tema yang diangkat:

”Anak-anak sempat terpukul mentalnya sebelum berangkat ke Singapura, kemarin. Namun, mereka saya ajak ngobrol dua jam. Setelah itu, mereka kembali tenang. Target kami tetap juara (meraih medali emas) meski situasi kini tengah buruk,” Koherensi yang dipakai pada kalimat diatas adalah koherensi pembeda dengan menggunakan kata namun dan meski. Koherensi ini dipakai untuk membandingkan situasi dalam sebuah kalimat, dari kalimat diatas memperlihatkan bahwa meski sanksi tersebut membuat anggota timnas sempat terpukul tapi setelah diajak bicara situasi kembali tenang dan meski kondisi sedang buruk target tetap emas. Hal ini meperlihatkan sikap optmisme dalam menyikapi sanksi terhadap Indonesia.

Perangkat terakhir adalah Retoris, hal yang biasanya dicermati dalam struktur ini adalah pemilihan kata tertentu, bisa juga penggunaan grafis tertentu atau foto, dalam pemberitaan yang dimuat Kompas hal yang mudah terlihat adalah penggunaan grafis mengenai syarat-syarat agar sanksi FIFA dapat dicabut, gambar tersebut bisa dilihat sebagai berikut:

Gambar 3.2 Grafik syarat pencabutan sanksi FIFA

1. Komite Eksekutif PSSI Kembali mengatur sepak bola Indonesia secara independen tanpa adanya campuran tangan dari pihak lain, termasuk kementerian atau agensinya. 2. Pengelolaan tim nasional diberikan kepada PSSI 3. Tanggung Jawab seluruh kompetisi PSSI diberikan kepada otoritas PSSI dan bidang-bidang di bawahnya. 4. Seluruh klub yang diberikan lisensi PSSI sesuai dengan peraturan Lisensi Klub PSSI harus bisa bertanding di Kompetisi PSSI Poin-poin diatas ditampilkan agar pembaca mampu melihat secara langsung syarat-syarat jika sanksi ingin dicabut, penggunaan grafis akan mempermudah pembaca untuk fokus langsung terhadap grafik karena pada dasarnya foto/grafis lebih menarik dari pada rangkaian tulisan. Hal yang menarik dalam info grafis diatas adalah tidak disertakannya poin-poin sanksi terhadap sepak bola Indonesia.

Unsur retoris lainnya adalah leksikon, dalam penggunaan kata “momentum” di judul berita, kata momentum dalam kamus Bahasa Indonesia bermakna kesempatan: kalau: besar seperti ini tidak digunakan, alangkah sayangnya, atau bisa juga bermakna saat yang tepat

(http://kbbi.web.id/momentum diakses pada 24 Agustus 2016 pukul 22.33 WIB). Penggunaan kata momentum dimaksudkan bahwa sanksi ini merupakan saat yang tepat untuk perbaikan sepak bola nasional, sanksi FIFA yang dianggap sebagai malapetaka terhadap sepak bola

Indonesia malah dinilai oleh Kompas sebagai waktu yang tepat untuk perbaikan sepak bola nasional.

Kemudian unsur lainnya adalah penulisan lead di paragraf pertama yang font nya dicetak lebih besar dari pada paragraf lainya adalah salah satu cara agar pembaca langsung terfokus pada lead tersebut, seperti yang dijelaskan diatas lead tersebut merupakan inti dari gagasan Kompas tentang pembenahan sepak bola nasional dari berbagai sisi, hal tersebut mengutip dari pendapat

Jokowi.

Tabel 3.3 Frame Kompas: Sanksi FIFA, Momentum Perbaikan Sepak Bola Nasional

Elemen Strategi Penulisan Sintaksis Unsur judul berita dan penempatan Jokowi dalam Lead hingga pertengahan berita mencerminakan frame utama kompas yang ingin perbaikan sepak bola Indonesia, sedangkan efek buruk sanksi kurang dijabarkan. Skrip Penyusunan sumber berita yang berfokus pada pendapat Jokowi hingga setengah berita yang berfokus terhadap perbaikan sepak bola nasional sementara pendapat dari Pihak PSSI tidak disertakan, sedangkan Pendapat I Gede Widiade dan Imam Nahrawi di posisikan sebagai pelengkap dan pendukung berita Tematik (1) Jatuhnya Sanksi FIFA (2) Penurunan Prestasi Tim Nasional Sepak bola Indonesia (3) Perlunya perbaikan sepak bola nasional (4) Respon dari Timnas U 23 yang sedang berlaga di SEA Games Singapore Retoris Penggunaan leksikon dalam judul berita (momentum) yang berarti waktu yang tepat untuk perbaikan sepak bola nasional. Memasukan unsur grafis syarat- syarat dicabutnya sanksi FIFA namun tidak menyertakan bunyi sanksi FIFA.

Gambar 3.3 Headline Republika

B. Republika Frame: Momentum untuk memperbaiki sepak bola nasional dan PSSI

Tabel 3.4 Strutur Sintaksis Berita Republika

STRUKTUR SINTAKSIS Headline (Judul) Indonesia Disanksi FIFA Sub Judul Ini momentum untuk memperbaiki sepak bola nasional dan PSSI Lead Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA), yang dalam sepekan ini didera skandal, menjatuhkan sanksi bagi Indonesia. Merah Putih resmi disanksi oleh FIFA yang kembali dipimpin Sepp Blatter berdasarkan surat tertanggal, Sabtu, 30 Mei 2015, yang ditandatangani oleh Sekjen FIFA Jerome Valcke setelah rapat Executive Comittee (Exco) FIFA di Zurich, Swiss, Sabtu (30/5) Latar Informasi Sanksi itu dijatuhkan setelah FIFA mengingatkan Indonesia bahwa anggota asosiasi, dalam hal ini PSSI, harus bebas dari intervensi pemerintah. FIFA menganggap Indonesia tidak mengindahkan tiga kali surat peringatan, masing-masing tertanggal 18 Februari, 4 Mei, dan 22 Mei. PSSI disanksi hingga batas waktu yang tidak ditentukan karena melanggar pasal 13 dan 17 statuta FIFA mengenai intervensi pemerintah. Dalam Sanksi itu, FIFA menyatakan bakal mencabut sanksi untuk Indonesia jika PSSI menyelesaikan permasalahan tanpa adanya ikut campur pihak ketiga. Selain itu, FIFA juga meminta agar tanggung jawab tim nasional dan seluruh kompetisi sepak bola Indonesia diserahkan kepada PSSI.

Kekecewaan muncul saat Sepp Blatter terpilih kembali menjadi presiden FIFA, Sabtu (30/5) dini hari. Blater memperoleh suara terbanyak melampaui rivalnya, Pangeran Ali bin al-Hussein, saat putaran pertama pemilihan presiden FIFA, di Zurich, Swiss, Jumat (29/5) waktu setempat. Asosiasi sepak bola negara Eropa sejak awal menolak Blater kembali memimpin FIFA. Kutipan, Sumber, Zuhairi Misrawi (Anggota Tim Transisi Kemenpora) pernyataan. “Sanksi FIFA bukan akhir sepak bola nasional, tetapi justru momentum untuk membenahi sepak bola nasional,”

Mahfud MD (Mantan Pimpinan Mahkamah Konstitusi) Mahfud MD menilai dijatuhkannya sanksi FIFA menjadi momentum bagi Pemerintah Indonesia untuk melakukan perbaikan pada tubuh PSSI. “Indonesia sudah kena banned oleh FIFA. Manfaatkan pil pahit ini sebagai obat penyembuh. perbaiki segera PSSI. Setelah beres, daftar lagi ke FIFA,”

KMRT Roy Suryo (Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga) Sanksi tersebut merupakan hal terburuk yang pernah dialami dunia sepak bola Tanah Air, “Ini sejarah kelam dan mimpi buruk tidak hanya bagi sepak bola Indonesia, tetapi juga dunia olahraga umumnya. Secara pribadi sebagai pihak yang sudah berusaha mempersatukan KPSI-PSSI dua tahun lalu sangat upset,”

John Delaney (Kepala Eksekutif Asosiasi Sepak Bola Irlandia (FAI) John Delaney mengaku kecewa atas terpilihnya kembali Sepp Blatter menjadi presiden FIFA untuk kelima kalinya. “Saya tidak melihat dia bertahan empat tahun. Kami sekarang harus dapat menggunakan kekuatan Eropa. Saya masih berpikir ini adalah awal dari akhir Sepp Blatter,”

Stewart Regan (Kepala Eksekutif Asosiasi Sepak Bola Skotlandia) Stewart Regan juga mendukung pernyataan Delaney. Meski Sangat kecewa atas terpilihnya Blatter, ia tidak merasa heran dengan hasil itu. Adapun pihaknya bakal segera berkonsultasi dengan UEFA terkait perubahan penting yang diperlukan dalam FIFA.

Michael Platini (Presiden Badan Sepak Bola Eropa (UEFA)) Michael Platini juga telah mengkritik Blatter. Para petinggi UEFA akan bertemu pada final Liga Champions di Berlin 6 Juni mendatang untuk membahas rencana mengenai masa depan sepak bola.

Greg Dyke (Ketua Federasi Sepak Bola Inggris (FA)) “Ini adalah awal dari proses, bukan akhir. Ide Blatter mereformasi FIFA jelas diragukan. Saya akan sangat terkejut jika dia masih dalam pekerjaan ini (Presiden FIFA) dalam waktu dua tahun kedepan,” Penutup “Ini adalah awal dari proses, bukan akhir. Ide Blatter mereformasi FIFA jelas diragukan. Saya akan sangat terkejut jika dia masih dalam pekerjaan ini (Presiden FIFA) dalam waktu dua tahun kedepan,”

Dilihat dari struktur sintaksis diatas terlihat frame besar dari Republika yaitu dijatuhkannya sanksi FIFA untuk sepak bola Indonesia, hal ini bisa terlihat langsung dari

Headline yang dipakai oleh Republika yaitu Indonesia Disanksi FIFA, judul berita tersebut tegas dan lugas mengabarkan tentang fakta yang terjadi bahwa FIFA menjatuhkan sanksi terhadap sepak bola Indonesia. Seperti pada umunya sebuah berita yang menggunakan formula segitiga terbalik Republika memberikan pendapatnya utamanya dalam headline.

Menariknya adalah penggunaan Sub Judul yang persis di bawah headline, yang berbunyi

“Ini momentum untuk memperbaiki sepak bola nasional dan PSSI” penggunaan sub judul ini memperlihatkan sudut pandang lain dari Republika yang tidak hanya sekedar memberitakan tentang sanksi FIFA, Republika secara samar menonjolkan pendapat mereka melalui sub judul ini, penggunaan sub judul tersebut sebenarnya kutipan pendapat dari Zuhairi Misrawi yang dijadikan salah satu sumber berita, dalam pemilihan sub judul tersebut Republika mencoba menggaris bawahi point yang dianggap penting bagi Republika agar pembaca diberi frame Republika yang memandang sanksi FIFA tersebut selayaknya menjadi waktu yang tepat untuk perbaikan sepak bola Indonesia.

Di dalam berita yang dimuat Republika di atas sebenarnya terdapat dua buah berita yang saling berkaitan seperti yang diterbitkan Kompas bedanya porsi berita dari Republika lebih seimbang dengan awal berita sampai pertengahan berita membahas tentang sanksi FIFA terhadap

PSSI sedangkan dari tengah sampai penutup membahas terpilihnya kembali Sepp Blatter sebagai presiden FIFA.

Kemudian pada Lead Republika memberikan gambaran tentang apa yang sedang terjadi seperti dibawah ini:

Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA), yang dalam sepekan ini didera skandal, menjatuh sanksi bagi Indonesia. Merah Putih resmi disanksi oleh FIFA yang kembali dipimpin Sepp Blatter berdasarkan surat tertanggal, Sabtu, 30 Mei 2015, yang ditandatangani oleh Sekjen FIFA Jerome Valcke setelah rapat Executive Comttee (Exco) FIFA di Zurich, Swiss, Sabtu (30/5) Dalam awal kalimat diatas Republika memperlihatkan citra tidak baik terhadap institusi

FIFA melalui kalimat “Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA), yang dalam sepekan ini didera skandal, menjatuhkan sanksi bagi Indonesia” pelekatan sifat tertentu dalam sebuah lembaga mampu membuat kesan yang baik maupun buruk, dalam hal ini Republika sebelum bercerita tentang jatuhnya sanksi FIFA terhadap Indonesia terlebih dahulu mengesankan bahwa ditubuh

FIFA telah terjadi skandal sebelumnya. Melalui cara ini terlihat Republika ingin memberi pemaknaan bahwa sanksi yang dijatuhkan kepada sepak bola Indonesia berasal dari lembaga yang didera banyak skandal yang tak perlu dirisaukan berlebihan karena toh FIFA sendiri memiliki banyak masalah. Dalam Latar Informasi yang dipaparkan oleh Republika diatas terdapat dua bagian latar yang disampaikan sesuai dua sub berita yang berbeda, latar yang pertama menjelaskan tetang kronologi mengapa FIFA menjatuhkan sanksi terhadap Indonesia dengan menuliskan detail perihal surat peringatan yang sudah dilayangkan kepada PSSI terlebih dahulu, masing-masing tertanggal 18 Februari, 4 Mei, dan 22 Mei. Kemudian, terdapat juga dasar pasal yang dianggap dilanggar oleh Pemerintah Indonesia sehingga FIFA menjatuhkan sanksi tersebut. Hal semacam ini tidak ditemukan didalam latar informasi yang disampaikan Kompas pada latarnya yang hanya menyampaikan informasi sebatas dijatuhkannya saksi FIFA.

Dalam Latar Kedua Republika membahas mengenai terpilihnya kembali Sepp Blatter menjadi presiden FIFA, dalam latar tersebut dibumbui nada pesimisme dan citra buruk menyambut terpilihnya kembali Sepp Blatter dengan menuliskan kekecewaan dari berbagai asosiasi sepak bola negara Eropa, dalam latar ini Republika memposisikan frame pada kelompok yang tidak setuju terpilihnya kembali Sepp Blatter menjadi Presiden FIFA, hal ini bisa langsung ditangkap karena Republika sendiri hanya mengutip atau menyediakan ruang bagi kelompok yang tidak setuju terhadap kepemimpinan Blatter yang mayoritas berasal dari daratan Eropa.

Republika tidak mencari latar informasi dari pendapat kelompok lain Seperti Afrika atau

Amerika Selatatan, padahal secara perolehan suara mayoritas negara-negara anggota FIFA mendukung Sepp Blatter. Terbukti dari hasil voting suara, Blatter unggul telak dari pesaing terdekatnya Pangeran Ali dari Yordania.

Dalam Kutipan, Sumber, pernyataan yang dipakai Republika di atas terdapat tujuh orang yang diambil pendapatnya, ketujuh orang tersebut dibagi kedalam dua sub berita, dalam sub berita pertama tentang sanksi FIFA terdapat tiga nama yang dijadikan rujukan yaitu: Zuhairi Misrawi (Anggota Tim Transisi Kemenpora), Mahfud MD (Mantan Pimpinan Mahkama

Konstitusi), dan KMRT Roy Suryo (Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga), sementara untuk rujukan sub berita kedua tentang terpilihnya kembali Sepp Blatter Republika menggunakan sumber dari John Delaney (Kepala Eksekutif Asosiasi Sepak Bola Irlandia (FAI), Stewart Regan

(Kepala Eksekutif Asosiasi Sepak Bola Skotlandia), Michel Platini (Presiden Badan Sepak Bola

Eropa (UEFA)), dan Greg Dyke (Ketua Federasi Sepak Bola Inggris (FA)).

Menariknya adalah dalam pembuatan sub berita pertama tentang sanksi FIFA, Republika mengambil sumber berita ketiga orang tersebut melalui Twitter, hal ini menjadi menarik karena dengan cara kerja wartawan yang hanya mengutip dari twitter, wartawan akan kesusahan melakukan wawancara atau melontarkan pertanyaaan, dan dalam Twitter tentunya sangat banyak akun yang mengomentari sanksi FIFA terhadap Indonesia, dengan seperti ini maka sang wartawan hanya akan memilih mana sumber berita yang cocok dengan frame media nya, kemudian melupakan pendapat lain yang tidak sesuai.

Dari keenam media besar yang dianalisis Republika satu-satunya media yang tidak mengambil pendapat dari Presiden Jokowi sebagai sumber berita, ini menarik karena Jokowi pada saat itu langsung memberi pendapatnya kepada awak mengenai sanksi FIFA. Apalagi jabatan sebagai presiden tentu pendapatnya akan menjadi sorotan untuk mengetahui apa yang akan dilakukan Presiden kedepannya, entah sebenarnya apa yang terjadi namun yang jelas dari cara pengambilan sumber informasi pada berita Republika, Republika terlihat ‘malas’ bergerak mencari informasi, atau memang di sengaja ‘melupakan’ Jokowi, padahal pendapat Jokowi sangat ditunggu. Kemudian cara penyusunannya ketiga sumber berita diatas memperlihatkan kecondongan pada perbaikan sepak bola nasional, hal ini terbukti dari ketiga pendapat di atas dua diantaranya menilai positif dari sanksi yang dijatuhkan FIFA, pendapat tersebut disusun seperti dibawah ini:

Anggota Tim Transisi Kemenpora, Zuhairi Misrawi, menyikapi dengan tenang turunnya sanksi resmi FIFA. "Sanksi FIFA bukan akhir sepak bola nasional, tapi justru momentum untuk membenahi sepak bola nasional," kata Zuhairi Misrawi, seperti dikutip dari akun Twitter pribadinya.

Mantan pimpinan Mahkamah Konstitusi Mahfud MD menilai dijatuhkannya sanksi FIFA menjadi momentum bagi Pemerintah Indonesia untuk melakukan perbaikan pada tubuh PSSI. "Indonesia sudah kena banned oleh FIFA. Manfaatkan pil pahit ini sebagai obat penyembuh. Perbaiki segera PSSI. Setelah beres, daftar lagi ke FIFA," tulis Mahfud MD dalam jejaring sosial pribadinya, Sabtu(30/5)malam.

Sementara itu, Mantan menteri pemuda dan olahraga KMRT Roy Suryo berpendapat, sanksi tersebut merupakan hal terburuk yang pernah dialami dunia sepak bola Tanah Air. "Ini sejarah kelam dan mimpi buruk tidak hanya bagi sepak bola Indonesia, tetapi juga dunia olahraga umumnya. Secara pribadi, sebagai pihak yang sudah berusaha mempersatukan KPSI- PSSI dua tahun lalu sangat upset," kata Roy Suryo dalam jejaring sosial pribadinya Terlihat jelas cara penyusunan berita diatas memperlihatkan Republika mengutamakan pendapatnya yang menanggapi dengan positif sanksi FIFA terhadap Indonesia, pendapat Zuhairi

Miswari (Anggota Tim Transisi Kemenpora) yang berpendapat bahwa sanksi tersebut justru saat yang tepat untuk perbaikan sepak bola nasional seakan pendapatnya diamini oleh Mahfud MD

(Mantan pimpinan Mahkamah Konstitusi) dengan menempatkan Mahfud MD dibawahnya, kemudian pendapat kedua tokoh diatas diadu dengan pendapat Roy Suryo yang menyesalkan terjadinya sanksi FIFA terhadap Indonesia, yang membuat pendapat Roy Suryo berbeda sendiri.

Hal lainnya sangat penting adalah sebenarnya Republika sudah memberikan intisari dari pendapatnya pada Sub Judul diatas “Ini momentum untuk memperbaiki sepak bola nasional dan

PSSI” ini merujuk pada pendapat Zuhairi Misrawi dan Republika juga memaknai pendapat dari

Mahfud MD sama dengan menggunakan kata “Mantan pimpinan Mahkamah Konstitusi Mahfud MD menilai dijatuhkannya sanksi FIFA menjadi momentum bagi Pemerintah Indonesia untuk melakukan perbaikan pada tubuh PSSI” padahal dalam kutipannya pendapat Mahfud MD tidak tertulis demikian, Republika mengambil kesimpulan sendiri dan memaknai sendiri atas pendapat

Mahfud MD agar terlihat selaras dengan sudut pandang Republika.

Sementara pada sub berita kedua pendapat yang digunakan oleh Republika adalah orang- orang dari kelompok yang tidak senang atas terpilihnya kembali Sepp Blatter, semua pendapat tersebut berasal dari asosiasi yang berada di daratan Eropa. Ini menguatkan atas apa yang peneliti ungkapkan sebelumya di dalam latar informasi bahwa Republika tidak memberikan ruang pendapat dari kelompok yang mendukung Sepp Blatter.

Penutup berita merupakan bagian dari sub berita kedua, yang menggunakan pendapat dari Greg Dyke (Ketua Federasi Sepak Bola Inggris (FA)), sama seperti yang disampaikan diatas pendapat dari Greg Dyke juga tidak senang atas terpilihnya kembali Sepp Blatter.

Dalam unsur Skrip yang ada dalam berita di atas Republika menyusun peristiwa beserta pendapatnya berfokus pada dua bagian berita yang pertama adalah jatuhnya saknsi FIFA dan bagaimana dalam menanggapinya, sementara yang kedua terpilihnya kembali Sepp Blatter menjadi presiden FIFA beserta pendapat dari berbagai pihak yang terkait sepak bola.

Pada bagian berita pertama dari paragraf 1-3 Republika menjelaskan secara rinci tetang kenapa, bagaimana, dan mengapa FIFA bisa menjatuhkan sanksi terhadap persepak bolan

Indonesia. Kemudian mulai dari paragraf ke 4-6 dikutip tiga narasumber yaitu Zuhairi Misrawi

(Anggota Tim Transisi Kemenpora), Mahfud MD (Mantan Pimpinan Mahkama Konstitusi),

KMRT Roy Suryo (Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga). Ketiga tokoh ini pendapatnya dijabarkan di masing masing pendapat satu paragraf, dengan penysunan pendapat KMRT Roy Suryo diletakan dibagian akhir, sebagai mana yang dijelaskan diatas Roy Suryo menanggapi sanksi ini dengan nada negatif karena menganggap sebagai sejarah kelam persepak bolaan

Indonesia sementara dua tokoh lainnya berpendapat dengan nada positif dengan berharap sanksi ini sebagai moment perbaikan sepak bola nasional.

Cara wartawan menyusun berita seperti ini dimaksudkan untuk mengkerdilkan pendapat

Roy Suryo karena ditempatkan di bagian akhir berita dan pendapatnya terasa janggal karena berbeda sendiri dengan dua tokoh lainya yaitu Zuhairi Misrawi dan Mahfud MD.

Sementara dalam bagian kedua Republika berfokus pada pemberitaan terpilihnya kembali

Sepp Blater menjadi Presiden FIFA dan pendapat dari berbagai pihak yang terkait sepak bola.

Hal ini dituliskan pada paragraf 7-13 dari semua pendapat yang dipakai oleh Republika, semuanya menanggapi dengan nada pesimis tentang masa depan sepak bola ditangan Sepp

Blatter karena Sepp Blatter sendiri integritasnya diragukan setelah FIFA terjerat sekandal korupsi.

Bagian kedua dalam berita Republika di atas bisa jadi sebagai cara pandang bahwa FIFA sebagai lembaga yang telah menjatuhkan sanksi terhadap sepak bola Indonesia telah terjerat skandal korupsi dan hal ini memperlihatkan bahwa hukuman terhadap Indonesia sendiri tidak berasal dari lembaga yang memiliki reputasi baik.

Unsur Tematik pada berita yang diterbitkan oleh Republika memiliki tiga bagian tema yang diuraikan, ketiga tema tersebut bisa dilihat sebagai berikut:

Pertama tema yang diuraikan mengenai sanksi yang dijatuhkan FIFA, ini bisa dilihat dari paragraf 1 sampai 3 dalam uraian yang disampaikan oleh Republika cukup detail dengan runtutan mengapa sanksi bisa dijatuhkan dengan menyebut FIFA telah tiga kali memberi surat peringatan namun tidak dihiraukan oleh pemerintah, Republika juga menguraikan pasal yang dilanggar beserta sanksi yang diterima hal ini agak berbeda dengan Kompas yang mengangkat tema ini hanya dari beberapa sisi saja.

Kedua tema yang diangkat adalah respon dari masyarakat mengenai sanksi FIFA ini yang diwakili dengan pendapat dari Zuhairi Misrawi (Anggota Tim Transisi Kemenpora), Mahfud

MD (Mantan Pimpinan Mahkama Konstitusi), KMRT Roy Suryo (Mantan Menteri Pemuda dan

Olahraga). Seperti yang sudah dijelaskan di atas ke tiga tokoh ini terbagi dalam dua pandangan yang berbeda, pendapat Zuhairi Misrawi dan Mahfud MD menganggap jatuhnya sanksi merupakan saat yang tepat untuk perbaikan sepak bola nasional sementara KMRT Roy Suryo sangat menyayangkan sanksi tersebut dan menganggap hal tersebut merupakan sejarah kelam bagi sejarah Indonesia. Namun cara penyusunan narasumber dan penempatan pendapat dalam berita cenderung mengkerdilkan pendapat Roy Suryo.

Ketiga tema yang diangkat adalah respon terpilihnya kembali Sepp Blater menjadi presiden FIFA, hal ini bisa dilihat dari sub berita kedua yang semua narasumber menanggapi dengan nada pesimisme dalam terpilihnya kembali Sepp Blatter. Republika terlihat sangat jelas memperlihatkan bahwa kepemimpinan Sepp Blatter diragukan.

Unsur yang terakhir adalah Retoris dalam berita yang dimuat Republika terdapat unsur retoris yang dapat dicermati yaitu grafik dan foto seperti yang terlihat di bawah ini:

Gambar 3.4 Gambar 3.5

Foto pembacaan sanksi FIFA Poin dari Sanksi FIFA

Foto di atas adalah foto yang dipasang di halaman utama dan hampir memenuhi setengah bagian koran, foto tersebut merupakan foto konfrensi pers yang digelar setelah komite eksekutif FIFA menggelar rapat yang salah satunya membahas tentang sanksi terhadap Indonesia, sementara pada grafik yang ditempatkan pada tengah berita menjelaskan tentang beberapa hukuman yang bakal diterima Indonesia yang poinnya tertulis seperti di bawah ini:

-PSSI kehilangan hak-haknya sebagai anggota FIFA (statuta FIFA pasal 12 ayat1).

-Semua tim sepak bola Indonesia (tim nasional maupun klub-klubnya) dilarang

berhubungan keolahragaan dengan anggota FIFA yang lain (termasuk AFC), termasuk

mengikuti kompetisi-kompetisi yang diselenggarakan oleh FIFA dan AFC (statuta FIFA

pasal 14 ayat 3).

-PSSI dan officialnya tidak memperoleh hak terkait program-program pengembangan

FIFA, dan juga pelatihan-pelatihan, selama masa hukuman.

Unsur retoris di atas berfokus pada proses pengambilan keputusan sanksi FIFA terhadap

Indonesia, hal ini ditandai dengan penggunaan foto dihalaman utama dan juga penjabaran sanksi yang bakal diterima Indonesia dalam bentuk grafis, dalam infografis Republika bertolak belakang dengan Kompas, jika Kompas menampilkan infografis hanya pada bagian syarat-syarat agar sanksi bisa dicabut, sementara Republika hanya menuliskan pada sanksi yang bakal diterima oleh Indonesia. Unsur retoris lainya yang bisa dicermati adalah penggunaan sub judul yang ditempatkan persis setelah judul utama yang terkesan normatif, sub judul tersebut dicetak lebih tebal dibanding font pada isi berita, hal ini seakan memberi tanda awal mengenai gagasan Republika yang merespon dijatuhkannya sanksi FIFA, bunyi Sub Judul tersebut adalah “Ini momentum untuk memperbaiki sepak bola nasional dan PSSI”.

Tabel 3.5 Frame Republika: Momentum untuk memperbaiki sepak bola nasional dan PSSI

Elemen Strategi Penulisan Sintaksis Pemilihan sub judul menunjukan frame utama dibalik sekedar memberitakan sanksi FIFA, penyusunan narasumber yang menempatkan Zuhairi Misrawi dan Mahfud MD yang berpendapat saat yang tepat perbaikan sepak bola lebih menonjol dibandingkan pendapat Roy Suryo yang menyayangkan jatuhnya sanksi FIFA. Skrip Pada Unsur skrip Republika berfokus pada who atau bagaimana pendapat dari berbagai narasumber yang dikutip, cara penyusunan narasumber mengkerdilkan pendapat Roy Suryo yang diletakan diakhir pendapat narasumber lainya. Dibagian lain berita cara pengutipanya diambil dari para narasumber yang pesimis terhadap terpilihnya Sepp Blater menjadi presiden FIFA. Tematik (1) Jatuhnya Sanksi FIFA (2) pendapat dari Zuhairi Misrawi, Mahfud MD dan Roy Suryo mengenai Sanksi FIFA yang berfokus pada perbaikan Sepak bola Nasional (3) Pesimisme terhadap terpilihnya kembali Sepp Blater menjadi presiden FIFA Retoris Penggunaan foto, grafis dan pemilihan font yang dicetak lebih besar pada sub judul seakan menggaris bawahi ide utama dari berita tersebut

Gambar 3.6 Headline Jawa Pos

C. Jawa Pos

Frame: Tak masalah jatuhnya sanksi demi reformasi PSSI Tabel 3.6 Struktur Sintaksis Berita Jawa Pos

STRUKTUR SINTAKSIS Headline (Judul) FIFA Hukum Indonesia Sub Judul Jokowi: Tak Masalah Demi Reformasi PSSI Lead Indonesia akhirnya dijatuhi sanksi oleh FIFA Sabtu (30/5). Berdasarkan surat yang diterbitkan induk sepak bola internasional itu, PSSI kehilangan hak sebagai anggota. Otomatis, seluruh tim di Indonesia, baik klub maupun tim nasional (timnas), dilarang ikut kompetisi internasional. Latar Informasi Namun, ancaman sanksi tidak mengubah sikap Presiden Joko Widodo (Jokowi). Dia tetap mendukung penuh keputusan pembekuan PSSI oleh Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi. Kalau memang harus dibayar demi perbaikan persepak bolaan nasional, mantan gubernur DKI itu tidak mempermasalahkannya.

Surat sanksi FIFA kepada Indonesia ditandatangani Sekretaris Jenderal FIFA Jerome Valcke. Di sana disebutkan, PSSI kehilangan status sebagai anggota sesuai dengan pasal 12 ayat 1 dan pasal 14 ayat 3 statuta FIFA. Selain tim dari Indonesia tidak bisa berlaga di event internasional, PSSI tak akan mendapat kucuran dana jutaan dolar yang rutin mereka peroleh dari FIFA Dalam surat itu juga disebutkan syarat apa saja yang bisa membuat Indonesia lolos dari hukuman. Intinya, Kemenpora dan pihak terkait tidak lagi mengintervensi PSSI. Pengelolaan timnas dan liga harus dikembalikan ke PSSI.

Hukuman tersebut lumrah diperoleh setiap negara yang mendapat sanksi. Namun, dalam surat tersebut FIFA memberikan keringanan dengan mengizinkan timnas U-23 Indonesia mengikuti SEA Games yang digelar di Singapura.

Ajang SEA Games sebenarnya tidak berada di bawah wewenang FIFA. Namun, dalam aturan organisasi, FIFA memang bisa melarang sebuah negara yang disanksi untuk ikut kompetisi internasional yang disupervisi IOC (International Olympic Committee). Ada kerja sama tertulis antara FIFA dan IOC.

Namun, larangan itu tak bersifat mutlak dan mengikat. Dibutuhkan persetujuan IOC agar keinginan tersebut bisa terlaksana. Jika diplomasi bisa dilakukan kepada IOC, negara yang disanksi bisa tetap mengikuti pergelaran-pergelaran kompetisi olahraga regional seperti Asian Games atau SEA Games. Hal itu mengacu seperti yang dilakukan Iran pada Asian Games 2006.

Meski status Federasi Sepak Bola Iran sedang di-banned, timnas Iran tetap bisa mengikuti Asian Games. Lobi yang dilakukan Kementerian Olahraga Iran kepada IOC menuai hasil. FIFA pun melunak.

Terasingnya PSSI dari FIFA sebenarnya bukanlah hal yang baru. Sebelum Indonesia merdeka, PSSI yang kala itu dipimpin Ir Soeratin berupaya keras untuk mendapat pengakuan FIFA. Pada 16 Mei 1936 upaya PSSI tersebut gagal. Dalam surat resminya, FIFA lebih memilih Nederland Inlandsche Voetbal Unie (NIVU). Oleh FIFA, PSSI dicap sebagai perkumpulan ilegal serta tak punya kekuatan di mata hukum dan negara. Kondisi itu yang membuat NIVU-lah yang melenggang ke Piala Dunia 1938, bukan PSSI. Baru setelah NIVU bubar dan Indonesia merdeka, PSSI diterima FIFA.

Kutipan, Sumber, Joko Widodo (Presiden Republik Indonesia) pernyataan. "PSSI butuh reformasi total, pembenahan manajemen, pembenahan sistem,"

Berbekal lembar catatan, Jokowi lantas membeber rapor buruk PSSI dalam beberapa tahun terakhir. "Coba dilihat, sepuluh tahun terakhir, prestasi kita apa?"

Jokowi pun menyebut Indonesia yang selalu gagal dalam kualifikasi Piala Dunia. Bahkan, untuk level Piala Asia pun, pada 2004 dan 2007 Indonesia hanya mampu menjejaki hingga babak I serta pada gelaran 2011 tidak lolos kualifikasi. "Kita (selama ini) ikut terus event internasional, kualifikasi Piala Dunia, di tingkat Asia, ASEAN, tapi kita malu terus, kalah lagi, kalah lagi, kalah lagi," katanya dengan nada tinggi.

Jokowi juga menyinggung peringkat Indonesia di FIFA. Misalnya, pada 2012 Indonesia hanya bertengger di peringkat ke-156, lalu pada 2013 melorot ke peringkat ke-161. Kemudian pada 2014 dan 2015 hanya mampu naik tipis ke peringkat ke-159.

Karena itu, Jokowi meminta semua pihak melihat sepak bola nasional dari perspektif yang luas agar menyadari pentingnya pembenahan total, terutama di tubuh PSSI. Sehingga pilihan pun harus dilakukan, apakah sekedar ingin ikut event internasional atau ingin membentuk timnas yang berprestasi. "Kalau hanya ingin ikut event internasional, tapi selalu kalah, kebanggaan kita di mana?"

Sementara itu, terkait langkah yang akan ditempuh setelah jatuhnya sanksi FIFA, Jokowi menerangkan bahwa hal tersebut akan diurus Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora). Demikian pula perihal teknis seperti bagaimana nasib pemain, wasit, dan sebagainya. "Kalau urusan teknis, tanya ke Menpora," katanya

Penutup Akar sejarah PSSI pun mencatat bahwa PSSI lahir dari pembubaran federasi sebelumnya. Hal tersebut termaktub dalam buku ulang tahun ke-25 PSSI yang terbit pada 1955. PSSI mengakui bahwa sebelum mereka berdiri, Soeratin dkk membubarkan federasi sepak bola lainnya, yakni Indonesische Voetbal Bond (IVB) yang berdiri pada 1927 di Solo. Alasannya adalah kegagalan IVB menyatukan klub-klub pribumi.

Pada berita yang diterbitkan Jawa Pos di atas cukup menarik melihat bagaimana Jawa

Pos memberikan informasi seputar sanksi FIFA terhadap sepak bola Indonesia, dalam berita di atas hanya terdapat satu narasumber yang dipakai yaitu Presiden Jokowi di mana posisi Jokowi mendukung Kemenpora dan menanggapi sanksi FIFA sebagai hal positif untuk sepak bola

Indonesia. Selain menggunakan satu narasumber saja, berita dari Jawa Pos sangat menarik karena mengulas akar sejarah PSSI dan contoh negara yang pernah disanksi FIFA namun tetap bisa berlaga di ajang Internasional.

Hal ini merupakan indikasi kuat bahwa Jawa Pos berada pada posisi yang mendukung SK

Kemenpora dan menanggapi positif terhadap sanksi FIFA, bukan sesuatu yang mengherankan karena Jawa Pos koran representasi masyarakat Surabaya pada khususnya dan Jawa Timur pada umumnya, sudah menjadi rahasia umum bahwa Jawa Pos sangat dekat dengan Bonek dan

Persebaya 1927 yang berseteru dengan PSSI. Tidak mengherankan pula pemberitaan yang dimuat oleh Jawa Pos dibumbui aroma revolusi terhadap tubuh PSSI dengan mencantumkan informasi bahwa lahirnya PSSI berawal dari pembubaran federasi sebelumnya, dan mungkin saja hal tersebut bisa terulang.

Dalam penggunaan Headline Jawa Pos secara gamblang menulis “FIFA Hukum

Indonesia” sebuah fakta yang memang terjadi, lebih tepatnya menghukum sepak bola Indonesia, namun fakta tersebut langsung dijawab dengan penulisan sub judul “Jokowi: Tak Masalah Demi

Reformasi PSSI”, Hal ini memberikan makna bahwa hukuman tersebut tidak terlalu menakutkan karena akan ada gelombang reformasi di tubuh PSSI hal tersebut dijanjikan langsung oleh

Presiden Jokowi.

Pada bagian Lead di atas Jawa Pos memberikan gambaran singkat tentang sanksi FIFA terhadap Indonesia yang mengakibatkan Indonesia tidak bisa tampil di ajang internasional baik tim nasional maupun klub lokal. Sama halnya seperti cara penulisan pada headline Jawa Pos pun langsung memberikan jawaban dengan menggunakan Latar Informasi yang memperlihatkan sikap presiden pada paragraf kedua yang tertulis seperti di bawah ini:

Namun, ancaman sanksi tidak mengubah sikap Presiden Joko Widodo (Jokowi). Dia tetap mendukung penuh keputusan pembekuan PSSI oleh Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi. Kalau memang harus dibayar demi perbaikan persepak bolaan nasional, mantan gubernur DKI Jakarta itu tidak mempermasalahkannya. Latar tersebut langsung menjawab lebih rinci atas hukuman yang di terima oleh sepak bola Indonesia, Jokowi ditulis siap menerima resikonya demi perbaikan sepak bola nasional, sepertinya Jawa Pos memang menggunakan cara penulisaan seperti tanya jawab, fakta yang terjadi direspon dengan frame Jawa Pos yang pro terhadap sikap Jokowi memberikan tidak adanya lagi ruang untuk berfikir berbeda atas sikap jokowi, pembaca diarahkan pada sikap untuk mendukung langkah yang sudah dilakukan oleh pemerintah dengan tidak adanya opsi lain dari pendapat tokoh yang berbeda.

Kemudian pada bagian pertengahan berita hingga akhir berita Jawa pos menyampaikan

Latar Informasi yang panjang mengenai Pasal yang diangap dilanggar oleh PSSI, contoh negara yang pernah disanksi FIFA namun tetap bisa mengikuti kompetisi internasional, penjelasan bahwa sebenarnya SEA Games bukan berada di bawah FIFA langsung, dan yang terakhir mengenai sejarah terbentuknya PSSI berasal dari pembubaran federasi sebelumnya yaitu

Indonesische Voetbal Bond (IVB).

Semua penjelasan informasi yang panjang tersebut sangat jelas terasa bahwa Jawa Pos sengaja menyusun berita dengan uraian tersebut untuk memperkuat frame Jawa Pos yang mendukung langkah Pemerintah Jokowi membekukan PSSI, hal ini terlihat dari penulisan mengenai sanksi FIFA terhadap Indonesia tidak mendetail dan hanya menuliskan pasal yang dilanggar, kemudian dijelaskan FIFA memberikan keringanan pada timnas Indonesia untuk tetap berlaga pada SEA Games, kemudian Jawa Pos memberikan sebuah fakta bahwasannya ajang

SEA Games atau Asian Games tidak berada dinaungan FIFA melainkan di supervisi oleh IOC

(International Olympic Committee). Jawa Pos memberi kesan bahwa tanpa keringanan hukuman tersebut pun Tim Nasional Indonesia sebenarnya masih bisa bermain di SEA Games, hal ini diperkuat dengan fakta yang dijabarkan tentang timnas Iran yang di sanksi namun tetap bisa tampil di Asian Games.

Kemudian latar informasi yang diuraikan berlanjut pada akar sejarah terbentuknya PSSI yang terbentuk karena pembubaran federasi sebelumnya, seperti penjelasan pada paragraf 15 dan

16 berikut:

Sebelum Indonesia merdeka, PSSI yang kala itu dipimpin Ir Soeratin berupaya keras untuk mendapat pengakuan FIFA. Pada 16 Mei 1936 upaya PSSI tersebut gagal. Dalam surat resminya, FIFA lebih memilih Nederland Inlandsche Voetbal Unie (NIVU). Oleh FIFA, PSSI dicap sebagai perkumpulan ilegal serta tak punya kekuatan di mata hukum dan negara. Kondisi itu yang membuat NIVU-lah yang melenggang ke Piala Dunia 1938, bukan PSSI. Baru setelah NIVU bubar dan Indonesia merdeka, PSSI diterima FIFA. Penjelasan di atas memperlihatkan bahwa pada awalnya PSSI dianggap perkumpulan ilegal karena pada saat Indonesia belum merdeka yang diakui sebagai lembaga resmi adalah

Nederland Inlandsche Voetbal Unie (NIVU). Penjelasan di atas kemudian ditutup dengan fakta bahwa lahirnya PSSI karena pembubaran federasi sebelumnya yaitu Indonesische Voetbal Bond

(IVB) yang berdiri pada 1927 di Solo, hal tersebut pun diakui oleh PSSI sendiri.

Fakta-fakta yang ditampilkan pada latar berita Jawa Pos di atas pastinya dipilih sesuai dengan keperluan dari Jawa Pos sendiri yang memang mendukung langkah dari pemerintahan

Jokowi untuk mereformasi PSSI, dalam fakta yang di tampilkan semuanya berkaitan satu sama lainya memberikan kesan bahwa sebenarnya FIFA bukanlah organisasi yang pantas terlalu dipercayai juga lahir PSSI pun dari konflik organisasi yang bisa jadi sejarah tersebut bisa terulang demi perbaikan persepak bolaan nasional.

Dalam penggunaan Kutipan, Sumber, pernyataan Presiden Jokowi yang menjadi satu- satunya narasumber berita ditempatkan pada awal awal paragraf dengan diuraikan pendapatnya secara panjang dan jelas, penggunaan sumber berita tunggal membuat pendapatnya lah terlihat paling benar karena pembaca tidak diberi pendapat perbandingan dari tokoh lain. Ini semakin menguatkan fakta bahwa frame dari Jawa Pos persis dengan sudut pandang Jokowi.

Penutup berita dari Jawa Pos menggunakan latar dari fakta yang ditampilkan mengenai sejarah lahirnya PSSI beserta konflik yang menyertai, seperti yang sudah diuraikan di atas Jawa

Pos mencoba memperlihatkan bahwa PSSI tak terlepas dari konflik, penutup berita Jawa Pos terlihat cocok dalam menyikapi keadaan PSSI yang carut marut.

Dalam unsur Skrip pada berita yang diterbitkan oleh Jawa Pos, cara wartawan menyusun berita sangat menarik, karena sang wartawan hanya menempatkan satu narasumber berita yaitu

Presiden Jokowi dengan dilengkapi penjabaran tentang sejarah sanksi yang pernah dijatuhkan

FIFA terhadap negara lain dan sejarah kelam pembentukan PSSI.

Jawa Pos sangat jelas terlihat mengambil sikap bahwa diperlukan perbaikan pada tubuh

PSSI atau bahkan merevolusi PSSI dengan cara memberi contoh bahwa lahirnya PSSI juga karena terdapat masalah pada federasi sebelumnya, juga penggunaan pendapat dari Jokowi semata membuat berita yang dibaca masyarakat hanya melihat dari sudut pandang pemerintah yang menghendaki terjadinya perbaikan dalam tubuh PSSI. Jawa Pos tidak memberikan ruang pada pihak yang berseberangan pendapat dengan pemerintah. Frame mengenai perbaikan dalam tubuh PSSI kemudian dikuatkan dengan cara wartawan memberikan gambaran-gambaran mengenai contoh negara yang pernah dijatuhkan sanksi hingga sejarah terbentuknya PSSI latar belakang yang ditulis oleh wartawan ini dimaksukan untuk memperkuat pendapat bahwa langkah yang telah diambil pemerintah tepat dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan terhadap sanksi yang diterima oleh sepak bola Indonesia.

Unsur Tematik dalam berita Jawa Pos terlihat jelas dibuat untuk memperkuat frame utamanya yaitu perbaikan sepak bola nasional dengan cara menyampaikan uraian-uraian tema yang menjawab tentang sanksi FIFA bukanlah sesuatu yang perlu ditakutkan juga menjabarkan sikap tegas dari pemerintah, tema-tema tersebut bisa dilihat sebagai berikut:

Pertama tema yang diangkat oleh Jawa Pos adalah Sanksi FIFA bukanlah sesuatu yang terlalu ditakutkan hal ini bisa dilihat dari uraian paragraf ke 10 pada awal kalimat yang berbunyi:

“Hukuman tersebut lumrah diperoleh setiap negara yang mendapat sanksi.” wartawan dalam kalimat tersebut ingin menyampaikan bahwa hukuman yang diterima oleh Indonesia merupakan sesuatu yang wajar dan tak perlu ditakuti.

Kedua tema yang dipakai adalah dukungan presiden terhadap langkah yang telah diambil

Menpora dalam membekukan PSSI. Hal ini terlihat pada paragraf ke dua yang menegaskan bahwa resiko dijatuhkannya sanksi FIFA tidak masalah asal untuk perbaikan sepak bola

Nasional, paragraf ini seolah menjawab atas sanksi yang telah diberikan yang ditulis pada paragraf pertama.

Ketiga tema yang ditulis adalah menurunnya prestasi sepak bola Indonesia diajang

Internasional tema ini ditulis pada paragraf 5 dan 6 dalam kedua paragraf ini dijelaskan mulai dari ranking Indonesia yang melorot dan nihil prestasi dalam 10 tahun terakhir. Hal ini yang menjadi landasan agar dilakukan pembenahan disemua sektor dalam tata kelola sepak bola nasional.

Tema keempat adalah bahwa kompetisi sepak bola SEA Games tidak berada di bawah wewenang FIFA, tema ini dimaksudkan untuk menekankan bahwa dibolehkanya timnas U-23 untuk tetap mengikuti SEA Games keputusannya tidak semata-mata dari FIFA karena FIFA tidak memiliki wewenang secara langsung, Jawa Pos juga memberi contoh kasus sepak bola Iran yang di sanksi FIFA namun masih bisa mengikuti Ajang Asian Games.

Tema kelima yang diuraikan Jawa Pos merupakan fakta bahwa pada sejarahnya PSSI dianggap legal dan lahirnya PSSI dari pembubaran federasi sebelumnya hal ini bisa dilihat pada penutup berita Jawa Pos. Wartawan menuliskan fakta sejarah ini untuk memperlihatkan kemungkinan dibentuknya federasi sepak bola baru demi perbaikan sepak bola nasional.

Dalam unsur Retoris yang dapat dilihat dalam berita Jawa Pos kesemuanya di pakai untuk menekankan frame Jawa Pos sendiri tentang reformasi sepak bola nasional, beberapa penekanan retoris dapat dilihat seperti penggunaan foto Jokowi berikut kutipannya yang ditempatkan terpisah dan tulisanya dicetak lebih besar serta penggunaan kutipan yang menyertainya seperti yang dapat dilihat di bawah ini:

Gambar 3.7 Kutipan Jokowi

Bunyi kalimat di atas adalah “Kalau hanya ikut event internasional, tapi selalu kalah kebanggan kita di mana?”. Kalimat tersebut menyiratkan bahwa sepak bola Indonesia di bawah

PSSI nihil prestasi sehingga perlu diadakan perubahan. Dalam retoris lain yaitu pada sub Judul

Jawa Pos menggunakan kalimat “Jokowi: Tak masalah demi reformasi PSSI”, kalimat ini seperti menjawab atas hukuman yang telah diterima oleh Indonesia seperti yang tertulis pada judul berita. Jokowi ingin perubahan ditubuh PSSI meski sanksi FIFA dijatuhkan untuk Indonesia.

Tabel 3.7 Frame Jawa Pos: Tak masalah jatuhnya sanksi demi reformasi PSSI

Gam Elemen Strategi Penulisan bar Sintaksis Penjabaran Latar informasi yang panjang mengenai sejarah PSSI yang lahir 3.8 dari pembubaran federasi sebelumnya, dan penggunaan narasumber berita satu satunya yaitu Presiden Jokowi yang mendukung langkah kemenpora Head memperlihatkan Jawa Pos mendukung perubahan dalam tubuh PSSI Skrip Bagaimana cara wartawan menulis berita di dalam Jawa Pos jelas line mengindikasikan tentang frame perubahan dalam tubuh PSSI hal ini ditandai Kora hanya ada satu narasumber Jokowi, hal ini membuat pembaca hanya melihat n dari satu perpektif saja. Sind Tematik (1) Jatuhnya Sanksi FIFA bukan sesuatu yang perlu ditakutkan (2) dukungan o Presiden Jokowi mengenai langkah yang telah diambil kemenpora (3) prestasi Indonesia yang cenderung turun dan nihil (4) Kompetisi SEA Games tidak di bawah kewenangan FIFA (5) pada sejarahnya PSSI dianggap legal dan lahirnya PSSI dari pembubaran federasi sebelumnya. Retoris Penggunaan foto Jokowi yang di ikuti kutipan tentang kebanggan terhadap prestasi yang nihil juga penggunaan sub bab yang tak mempermasalahkan sanksi FIFA demi perbaikan PSSI

D. Sindo

Frame: Sanksi FIFA merupakan kabar duka untuk sepak bola Indonesia Tabel 3.8 Struktur Sintaksis Berita Sindo

STRUKTUR SINTAKSIS Headline (Judul) Sepak bola Indonesia Disanksi FIFA Sub Judul Timnas U 23 masih diizinkan berlaga di SEA Games 2015 Lead Kabar duka akhirnya datang untuk sepak bola Indonesia. FIFA selaku otoritas tertinggi sepak bola dunia resmi menjatuhkan sanksi kepada sepak bola Indonesia. Latar Informasi Akibatnya, sepak bola Tanah Air dipastikan terkucil dari berbagai ajang sepak bola internasional sampai batas waktu yang tidak ditentukan. Sanksi dijatuhkan setelah FIFA menggelar emergency meeting Komite Eksekutif (Exco) FIFA di Zurich kemarin atau sehari setelah Sepp Blater terpilih kembali sebagai presiden FIFA. Dalam surat yang ditandatangani Sekretaris Jenderal (Sekjen) FIFA Jerome Valcke, mereka menyatakan pada 22 Mei 2015 FIFA sudah mengingatkan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) mengenai surat mereka tertanggal 18 Februari dan 5 Mei perihal pembekuan PSSI oleh Kemenpora. Masih dalam surat FIFA, PSSI memberikan informasi terakhir kepada FIFA tertanggal 29 Mei yang menginformasikan kementerian tidak mencabut pembekuan.

Dalam surat FIFA itu juga dijelaskan bahwa ada empat poin yang bisa mencabut sanksi FIFA terhadap persepak bolaan Indonesia. Dengan turunnya sanksi tersebut, secara otomatis Indonesia tidak bisa mengikuti berbagai ajang internasional kecuali SEA Games 2015 di Singapura. Selain SEA Games 2015 yang masih diselamatkan, untuk ajang-ajang lain seperti Kualifikasi Pra-Piala Dunia (PPD) 2018 atau rencana Indonesia menjadi tuan rumah Piala AFF U-16 dan U-19 dipastikan gagal.

La Nyalla yang sudah ada di Swiss sejak 10 hari lalu bersama Wakil Ketua Umum (Waketum) PSSI Hinca Panjaitan dan Sekjen PSSI Azwan Karim mengaku sudah melakukan berbagai lobi agar sanksi tersebut tidak dijatuhkan untuk Indonesia. Namun, sayang, dirinya mengaku tidak bisa berbuat banyak sampai sanksi itu benar-benar dijatuhkan. Kutipan, Sumber, Kutipan surat dari FIFA yang ditujukan kepada PSSI pernyataan. ”Dengan begitu kami memberi tahu Anda bahwa Exco FIFA memutuskan sesuai dengan Pasal 14 ayat 1 dari Statuta FIFA bahwa sanksi bagi PSSI langsung berlaku dan untuk waktu yang tidak ditentukan sampai PSSI bisa memenuhi peraturan Pasal 13 dan 17 Statuta FIFA,”

La Nyalla Mattalitti (Ketua Umum (Ketum) PSSI) ”Pertama-tama kami sampaikan bahwa kami sudah berusaha semaksimal mungkin (menghindarkan Indonesia dari sanksi FIFA). Tapi nyatanya sampai tadi malam (kemarin malam waktu Swiss) ditunggu, Menpora belum juga mencabut SK (surat keputusan) pembekuan,” ”Sehingga pagi tadi sekitar pukul 10.00 (waktu Swiss) diputuskan bahwa Indonesia disanksi dengan batas waktu yang tidak ditentukan. Sanksi baru bisa dicabut sampai Menpora (Menteri Pemuda dan Olahraga) mencabut SK pembekuan dan tidak lagi melakukan tindakan intervensi terhadap PSSI,” ”Kami memang tidak bisa masuk dalam rapat Exco FIFA. Akan tetapi ada teman-teman Exco dari Asia seperti dari Jepang, Malaysia, Bahrain, dan Kuwait, mereka selalu meng-update hasil rapat. ”Kita sudah berusaha maksimal, tapi memang di FIFA tidak bisa diselamatkan jika ada intervensi pemerintah,”

Alfritra Salam kemarin (Sekretaris Menteri Pemuda dan Olahraga) ”Apalagi surat ditujukan kepada PSSI. Jika itu benar, tata kelola PSSI akan diambil alih pemerintah,” ”Jika semuanya benar, maka Tim Transisi akan segera aktif. Yang jelas, Pak Menpora akan memberikan pernyataan resmi untuk masalah ini,”

Joko Widodo (Presiden Republik Indonesia, Mantan Wali Kota Solo dan Gubernur DKI Jakarta) ”Semua sebetulnya sama, itu dalam rangka pembenahan PSSI. Jadi baik Pak Wapres maupun saya sama, sama sebetulnya. Keinginannya sama, pembenahan PSSI,” ”Tidak lolos Piala Dunia FIFA, kemudian di Piala Asia, AFC 2004 sampai babak pertama, 2011 tidak lolos kualifikasi di tingkat Asia,” ”Pada 2013 peringkat ke-161, 2014 peringkat ke-159, dan pada 2014 masih tetap sama,” ujar Jokowi. ”Apakah kita hanya ingin ikut event internasional atau ingin prestasi? Kalau hanya ingin event internasional tapi selalu kalah, kebanggaan kita di mana? Saya mau tanya,” Jokowi juga menegaskan bahwa yang ingin dilakukannya adalah pembenahan total baik organisasi, sistem maupun manajemen. Jadi, menurut Jokowi, pembekuan adalah jalan untuk melakukan pembenahan total, reformasi total, serta pembenahan manajemen dan sistem. Mengenai tenggat waktu pembenahan sepak bola Indonesia, Jokowi menganjurkan untuk dikonfirmasikan ke Kemenpora. Begitu juga ketika ditanya soal nasib pemain, Jokowi enggan memberikan jawaban panjang.

Agum Gumelar (Mantan Ketua Umum PSSI) ”Kalau setahun Menpora tidak mencabut, berarti setahun sepak bola Indonesia akan terus kena sanksi. Kalau lima tahun masa jabatan beliau (Menpora) tidak juga dicabut SK pembekuan itu, maka selama lima tahun juga sepak bola kita kena sanksi. Jadi sekarang semua berpulang kepada pemerintah,” Penutup ”Kalau setahun Menpora tidak mencabut, berarti setahun sepak bola Indonesia akan terus kena sanksi. Kalau lima tahun masa jabatan beliau (Menpora) tidak juga dicabut SK pembekuan itu, maka selama lima tahun juga sepak bola kita kena sanksi. Jadi sekarang semua berpulang kepada pemerintah,” jelas Agum.

Headline berita Sindo di atas adalah “Sepak bola Indonesia Disanksi FIFA” headline ini mengungkapkan fakta apa yang sebenarnya terjadi bahwa sanksi FIFA memang sudah dijatuhkan. Kemudian pada sub judul ditulis “Timnas U 23 masih diizinkan berlaga di SEA Games 2015”, ini merupakan penekan sebuah berita sebelum masuk pada isi berita hal ini juga dilakukan pada berita yang diterbitkan oleh Jawa Pos Republika atau pun Kompas. Bedanya adalah penekanan yang dilakukan oleh Sindo berkaitan dengan masih diijinkannya Timnas tampil diajang SEA Games, ini bisa dimaksudkan bahwa masih diijinkannya Timnas tampil di

SEA Games karena faktor lobi yang telah dilakukan oleh perwakilan PSSI yang tengah berada di

Swis pada saat itu. Sindo ingin memposisikan Perwakilan PSSI yang ada di kongres FIFA sebagai pahlawan.

Kemudian pada Lead dalam berita di atas, Sindo memberikan kesan dramatis dengan pemakaian kata tertentu, seperti yang ditulis di bawah ini:

Kabar duka akhirnya datang untuk sepak bola Indonesia. FIFA selaku otoritas tertinggi sepak bola dunia resmi menjatuhkan sanksi kepada sepak bola Indonesia. Unsur dramatis dengan mengawali sebuah rangkaian berita akan memberikan kesan pada pembaca merasakan kesedihan yang ingin ditampilkan oleh Sindo, penggunaan kata ‘kabar duka’ seakan Indonesia benar-benar sedang berduka, pembaca diarahkan sesuai dengan sudut pandang

Sindo yang menilai Sanksi FIFA memang sebuah kabar buruk, kabar kesedihan untuk sepak bola

Indonesia. Lead yang dipakai Sindo benar-benar diarahkan pada sanksi FIFA merupakan sesuatu yang menakutkan, berbeda dengan Jawa Pos atau Kompas yang menanggapi dengan nada optimisme.

Pada Latar Informasi yang diuraikan oleh Sindo terdiri dari dua bagian, yang pertama menyoroti tentang turunnya saksi FIFA, latar tersebut diuraikan dengan panjang, detail dan ditulis secara dramatis, pengunaan latar semacam itu dimaksudkan untuk memberi gambaran awal kepada pembaca tentang proses jatuhnya sanksi FIFA kepada Indonesia, latar ini dipilih oleh Sindo dengan tujuan untuk mendukung frame dari Sindo yang menganggap sanksi FIFA adalah mimpi buruk dari sepak bola nasional, dan juga dipilihnya latar ini untuk membiaskan pendapat dari tokoh-tokoh nasional lain yang menganggap sanksi FIFA malah justru dimaknai sebagai momen yang tepat untuk kebangkitan sepak bola nasional.

Selanjutnya pada latar kedua yang ditulis pada pertengahan paragraf menyoroti tentang usaha yang maksimal telah dilakukan oleh jajaran PSSI yang saat itu berada di Swis mengikuti kongres, kembali Sindo menuturkan dengan gaya bahasa yang dramatis, memposisikan PSSI sebagai ‘penyelamat’ sepak bola nasional dengan memperlihatkan detail usaha segala cara yang dilakukan oleh PSSI agar Indonesia terhindar dari sanksi FIFA. Informasi detail seperti ini tidak ditemukan pada lima Koran lainya.

Sindo menggunakan Kutipan, Sumber dan pernyataan dari empat tokoh yaitu: La

Nyalla Mattalitti (Ketua Umum (Ketum) PSSI), Alfritra Salam kemarin (Sekretaris Menteri

Pemuda dan Olahraga), Joko Widodo (Presiden Republik Indonesia, Mantan Wali Kota Solo dan

Gubernur DKI Jakarta), dan Agum Gumelar (Mantan Ketua Umum PSSI), selain itu untuk memfokuskan pada frame tentang dijatuhkannya sanksi FIFA terhadap Sepak bola Indonesia

Sindo menggunakan kutipan dari surat FIFA yang ditunjukan kepada PSSI penggunaan ini semacam pelengkap bumbu dramatis yang dituliskan Sindo.

Jika sebuah penulisan berita diibaratkan sebuah naskah drama maka La Nyalla diposisikan sebagai aktor utama sekaligus berperan menjadi pahlawan dalam sekema sebuah naskah, Sindo menempatkan La Nyalla sebagai sumber berita utama yang pendapatnya diletakan pada awal berita dan diuraikan secara dramatis atas usahanya yang diperlihatkan telah melakukan berbagai cara agar Indonesia terbebas dari sanksi FIFA.

Disusul pendapat dari Alfritra Salam kemarin (Sekretaris Menteri Pemuda dan Olahraga) yang memiiki porsi sedikit kemudian disambung lagi dengan pendapat dari Presiden Joko Widodo yang dipilih sesuai dengan kebutuhan Sindo sendiri, pendapat Jokowi pada akhir bagian ditulis dengan cara kutipan tidak langsung seperti berikut ini:

Jokowi juga menegaskan bahwa yang ingin dilakukannya adalah pembenahan total baik organisasi, sistem maupun manajemen. Jadi, menurut Jokowi, pembekuan adalah jalan untuk melakukan pembenahan total, reformasi total, serta pembenahan manajemen dan sistem. Mengenai tenggat waktu pembenahan sepak bola Indonesia, Jokowi menganjurkan untuk dikonfirmasikan ke Kemenpora. Begitu juga ketika ditanya soal nasib pemain, Jokowi enggan memberikan jawaban panjang.

Penggunaan kutipan tidak langsung dalam penulisan sebuah berita akan mempermudah sang wartawan mengambil bagian tertentu yang dianggap sesuai dan diberi tambahan-tambahan kalimat agar pendapat dari narasumber dapat diarahkan sesuai dengan keinginan sang wartawan, dalam hal ini pendapat dari jokowi di atas penulis mencoba mengarahkan pembaca bahwa sikap

Jokowi acuh dan tak terlalu peduli terhadap status pembekuan PSSI dan nasib para pemain.

Penutup berita di atas menggunakan pendapat dari Agum Gumelar (Mantan Ketua

Umum PSSI) menjadi penutup yang pas sesuai frame Sindo dengan pendapatnya mengenai sanksi FIFA hanya bisa dicabut jika pemerintah menghentikan intervensi pada PSSI, Agum mengandaikan jika selama Pemerintah bersikukuh tidak mau mencabut SK pembekuan PSSI maka selama itu pula sepak bola Indonesia mati.

Dalam unsur Skrip berita yang dimuat oleh Koran Sindo, sang wartawan menyusun berita ini dengan cara yang dramatis pada awal pargraf hingga pertengahan berita dengan cara menempatkan La Nyalla Mattalitti (Ketua Umum (Ketum) PSSI) sebagai sosok pahlawan yang berusaha keras menghindarkan saksi untuk sepak bola Indonesia, Sindo memberi ruang yang cukup banyak kepada pihak PSSI dalam menyampaikan opininya.

Selain itu penulisan detail tentang isi surat sanksi yang diberikan kepada Indonesia beserta hukuman yang bakal diterima oleh Indonesia pada awal berita, memperlihatkan fokus utama dari gagasan Sindo adalah hukuman yang bakal diterima Indonesia dan usaha yang telah dilakukan La Nyalla Mattalitti untuk menghindarkan Indonesia dari sanksi. Sindo menempatkan pendapat Presiden Jokowi ditengah berita agar pendapatnya tidak menonjol dan bias karena diakhir berita Sindo menempatkan Agum Gumelar yang menentang pembekuan PSSI. Padahal jika dilihat dari ketenaran dan jabatan Jokowi merupakan presiden RI yang pendapatnya dan keputusannya menjadi pusat perhatian masyarakat. Namun Sindo lebih memilih pendapat La

Nyalla Mattalitti ditempatkan diawal paragraf.

Unsur Tematik dalam berita koran Sindo memiliki perbedaan yang signifikan dibanding dengan koran yang lainnya, Sindo menempatkan porsi lebih besar kepada pendapat yang menyayangkan sikap pemerintah sehingga sanksi FIFA terhadap Indonesia tidak bisa dihindarkan, berikut tema-tema dari koran Sindo:

Tema pertama adalah Sanksi FIFA merupakan kabar duka untuk sepak bola Indonesia, tema ini ditempatkan pada pembukaan berita menjadi penanda frame utama dari Sindo. Tema ini bisa dilihat pada paragraf 1-3 dengan gaya bahasa yang dramatis sehingga seolah-olah sanksi ini merupakan pukulan berat terhadap sepak bola Indonesia.

Pada tema kedua Sindo fokus pada usaha maksimal dari PSSI untuk menghindarkan sanksi FIFA, tema ini diwakili dengan pendapat dari La Nyalla Mattalitti (Ketua Umum (Ketum)

PSSI) yang bercerita usaha dari pihak PSSI dalam menghindarkan sanksi pada sidang komite eksekutif di Swiss hal ini diuraikan dengan jelas pada paragraf 6-9 di dalam berita di atas, La

Nyalla ditempatkan seolah sebagai pahlawan yang berusaha menyelamatkan sepak bola

Indonesia. Pada tema ketiga pembenahan sepak bola Indonesia yang pendapat ini diambil dari pernyataan Presiden Jokowi, pendapat Jokowi diuraikan dalam lima paragraf, namun ditempatkan pada tengah paragraf yang pendapatnya diapit oleh narasumber utama La Nyalla

Mataliti dan Agum Gumelar di penutup berita.

Tema keempat adalah dicabut tidaknya sanksi FIFA ditangan pemerintah ini mengambil pendapat dari Agum Gumelar dalam penutup berita. Agum menjelaskan selama pemerintah tidak mau menghentikan intervensi terhadap PSSI dan tidak mau mencabut SK pembekuan PSSI maka sanksi FIFA tidak akan dicabut pula.

Dalam unsur Retoris dalam koran Sindo hal yang sangat menonjol terlihat dalam penggunaan simbol warna merah pada headline “Sepak bola Indonesia Disanksi FIFA”

Penggunaan cetak warna merah pada kata disanksi FIFA ini menunjukan Sindo ingin memberi simbol bahwa sanksi FIFA ini sebuah tanda bahaya atau sebuah hukuman yang mengerikan, warna merah biasanya dimaknai sebagai warna yang menakutkan, tanda bahaya, peringatan atau hati-hati.

Unsur retoris lainya, bisa dilihat pada infografis tentang penurunan grafik peringkat sepak bola Indonesia yang cenderung menurun. Seperti terlihat di bawah ini:

Gambar 3.9 Grafik Penurunan peringkat Indonesia

Dalam grafis tersebut terlihat tren penurunan peringkat Indonesia sejak tahun 2009 hingga tahun 2015 bahkan dalam 10 tahun terakhir Indonesia tidak lagi bisa menyamai prestasi di tahun 2005 yang berada diperingkat 109, ditahun 2015 Indonesia berada di peringkat 159, tertinggal jauh dari peringkat negara tetangga seperti Malaysia, Vietnam, maupun Thailand.

Kemudian fakta tentang tren penurunan peringkat Indonesia itu di beri judul “SEMAKIN

KELAM” dengan cetak tebal dan pemakian warna merah mengisyaratkan penekanan bahwa peringkat Indonesia semakin terpuruk dan mengkhawatirkan. Kemudian ditambah penekanan pada kalimat di bawahnya yaitu “Sepak Bola Indonesia belum bisa “berbicara” di dunia. Sanksi

FIFA pun menambah episode kelam sepak bola Indonesia” ini dimaksukan agar pembaca tau bahwa keadaan sepak bola Indonesia semakin mengkawatirkan, Sindo ingin mendramatiskan keadaan sepak bola nasional melalui unsur retoris ini.

Tabel 3.9 Frame Sindo: Sanksi FIFA merupakan kabar duka untuk sepak bola Indonesia Gambar 3.10 Headline Media Indoneisa

Elemen Strategi Penulisan

Sintaksis Sindo Fokus pada usaha yang dilakukan La Nyalla untuk menghindarkan Indonesia dari sanksi, juga memperlihatkan sanksi FIFA merupakan sesuatu yang menakutkan sementara penekanan terhadap perbaikan PSSI sendiri kurang diuraikan Skrip Penempatan La Nyalla sebagai narsumber utama pada awal berita hingga tengah berita diuraikan detail sementara pendapat Jokowi di kutip hal-hal yang dianggap perlu dan tidak utuh juga ditempatkan diakhir berita. detail isi surat sanksi FIFA ditampilkan. Penyusunan narasumber berita memperkuat frame Sindo Tematik (1) Sanksi FIFA merupakan kabar duka untuk sepak bola Indonesia(2) Usaha maksimal dari PSSI untuk menghindarkan sanksi FIFA (3) pembenahan sepak bola Indonesia (4) Dicabut tidaknya sanksi FIFA ditangan pemerintah Retoris Penggunaan warna merah dalam headline menunjukan sanksi FIFA merupakan hal yang berbahaya atau menakutkan, penggunaan grafik penurunan peringkat Indonesia disertai keterangan yang menambah kesan sanksi FIFA menambah suram sepak bola Indonesia.

E. Media Indonesia

Frame: Waktu yang tepat mereformasi PSSI Tabel 3.10 Struktur Sintaksis Berita Media Indonesia

STRUKTUR SINTAKSIS Headline (Judul) Reformasi Total PSSI Sub Judul Tim Transisi segera menggelar kongres luar biasa untuk pembentukan kepengurusan baru PSSI Lead SEPERTI pepatah, sekali layar terkembang, pantang surut ke belakang. Itulah sikap Presiden Joko Widodo terhadap pembekuan PSSI oleh Menpora Imam Nahrawi, termasuk konsekuensi mendapat sanksi dari FIFA (Federasi Sepak Bola Internasional).

Latar Informasi FIFA secara resmi menjatuhkan sanksi kepada Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) karena dinilai telah melanggar Statuta FIFA (lihat grafik). Sanksi terbit setelah rapat Komite Eksekutif FIFA di Zurich, Swiss, kemarin.

Dalam surat yang ditandatangani oleh Sekretaris Jenderal FIFA Jerome Valcke, PSSI telah dianggap melanggar Statuta FIFA Pasal 13 dan 17 dengan adanya intervensi oleh pihak luar, dalam hal ini Kementerian Pemuda dan Olahraga dan Badan Olahraga Profesional Indonesia.

Akan tetapi, federasi sepak bola dunia tersebut tetap memberi kesempatan kepada timnas Indonesia U-23 untuk tetap berlaga di ajang SEA Games 2015 di Singapura.

Dalam menindaklanjuti sanksi pengucilan dari FIFA terhadap sepak bola Indonesia, Kementerian Pemuda dan Olahraga akan segera mengaktifkan kembali Tim Transisi yang berjumlah 13 orang dari berbagai latar belakang tersebut.

Kutipan, Sumber, Joko Widodo (Presiden Republik Indonesia) pernyataan. “Saya pikir memang harus ada pembenahan total, reformasi total, pembenahan manajemen, pembenahan sistem. Ini bukan intervensi, loh! Kita semua ingin sepak bola kita jadi lebih baik,” “Baik Pak Wapres maupun saya sama, pembenahan PSSI,”

Kutipan surat dari FIFA yang ditunjukan kepada PSSI ”Dengan begitu kami memberi tahu Anda bahwa Exco FIFA memutuskan sesuai dengan Pasal 14 ayat 1 dari Statuta FIFA bahwa sanksi bagi PSSI langsung berlaku dan untuk waktu yang tidak ditentukan sampai PSSI bisa memenuhi peraturan Pasal 13 dan 17 Statuta FIFA,”

Jusuf Kalla (Wakil Presiden Republik Indonesia) Wapres Jusuf Kalla mengatakan persepak bolaan nasional mesti menghadapi sanksi tersebut. “Ya, kita jalani saja,” ujar JK

Alfitra Salamm (Sekertaris Kementerian Pemuda dan Olah raga) “Kini sepak bola Indonesia berada di bawah tanggung jawab pemerintah. Pengelolaan sepak bola kini dimulai dari nol kembali dan kami akan segera menyusun program pembinaan secara benar,”

Zuhairi Misrawi (Anggota Tim Transisi) “Kepengurusan PSSI yang baru akan kita daftarkan secepatnya ke FIFA sehingga sanksi itu dapat dicabut,”

Ferril Hattu (Mantan Pemain Tim Nasional) “Saya berharap Menpora konsisten. Ini kesempatan kita untuk konsentrasi membenahi sistem. Orang-orang yang tidak profesional dipinggirkan saja,” Penutup Mantan pemain tim nasional Ferril Hattu tidak ambil pusing dengan sanksi tersebut. “Saya berharap Menpora konsisten. Ini kesempatan kita untuk konsentrasi membenahi sistem. Orang-orang yang tidak profesional dipinggirkan saja,” ujarnya

Analisis Sintaksis di atas dari berita yang dimuat Media Indonesia, sangat jelas terlihat sudut pandang yang diambil mengenai jatuhnya sanksi FIFA untuk sepak bola Indonesia, frame

Media Indonesia berfokus pada sanksi FIFA merupakan saat yang tepat untuk mereformasi PSSI dan sepak bola tanah air, hal ini langsung terlihat pada headline yang dipakai.

Pada Headline di atas Media Indonesia menuliskan “Reformasi Total PSSI” ini semacam menjadi ide dasar dan inti dari berita yang ditulis, isntrumen lain seperti lead sumber berita, latar dan penutup memperkuat ide dasar atau frame dari Media Indonesia. Headline tersebut memperlihatkan bahwa Media Indonesia menanggapi sanksi positif FIFA, dan tetap mendukung langkah-langkah yang telah dilakukan oleh Pemerintah dan Kemenpora.

Wacana Reformasi yang didengungkan oleh Media Indonesia (MI) pada headline kemudian diperkuat dalam pemilihan sub judul yang tertulis “Tim Transisi segera menggelar kongres luar biasa untuk pembentukan kepengurusan baru PSSI” ini semacam tindakan lanjutan untuk mereformasi PSSI, MI menfokuskan pada kerja dari Tim Transisi dalam memperkuat wacana reformasi dalam tubuh PSSI, hal ini dimaksudkan agar Pemerintah terlihat memiliki langkah -langkah selanjutnya untuk perbaikan sepak bola nasional tidak hanya berhenti pada pembekuan PSSI saja. Dalam pemilihan Lead sebagai pembuka berita, MI mencoba mencitrakan sikap pemerintah yang konsisten dan tetap pada tujuannya untuk mereformasi PSSI dengan menuliskan lead seperti di bawah ini:

SEPERTI pepatah, sekali layar terkembang, pantang surut ke belakang.Itulah sikap Presiden Joko Widodo terhadap pembekuan PSSI oleh Menpora Imam Nahrawi, termasuk konsekuensi mendapat sanksi dari FIFA (Federasi Sepak Bola Internasional). Pemerintah kembali dicitrakan dengan citra positif, terlihat pada kalimat pembuka lead yang menggambarkan sikap tegas dan konsisten pemerintah untuk tidak mencabut pembekuan

PSSI meskipun sanksi kepada Indonesia telah dijatuhkan FIFA. Lead sebagai pembuka suatu berita merupakan uraian dari ide dasar pada headline, lead di atas memperkuat sikap pemerintah yang ingin mereformasi PSSI dan siap menghadapi resiko apapun yang akan diterima.

Dalam Latar Informasi yang di muat oleh MI, terdapat dua bagian terpisah, yang pertama latar yang dipakai adalah uraian mengenai sanksi FIFA beserta kutipan surat sanksi dari

FIFA untuk PSSI, namun latar tersebut ditempatkan pada pertengahan berita setelah pendapat dari Jokowi dituliskan sehingga latar tersebut hanyalah bersifat informasi tentang apa yang sedang terjadi.

Kemudian pada latar yang kedua Sindo Memaparkan tentang rencana pengaktifan kembali Tim transisi yang bertugas untuk mereformasi PSSI, membentuk kepengurusan baru

PSSI juga mengawal perbaikan persepak bolaan Nasional, latar ini dipakai oleh MI agar pembaca dapat memahami bahwa pemerintah juga mengambil tindakan lebih lanjut.

MI menggunakan lima narasumber yaitu: Joko Widodo (Presiden Republik Indonesia),

Jusuf Kalla (Wakil Presiden Republik Indonesia), Alfitra Salamm (Sekertaris Kementerian

Pemuda dan Olah raga), Zuhairi Misrawi (Anggota Tim Transisi), Ferril Hattu (Mantan Pemain Tim Nasional) yang dijadikan sebagai Kutipan, Sumber, pernyataan dalam berita di atas.

Kelima narasumber yang dipilih MI semuanya memberikan pendapat yang positif mengenai dijatuhkannya sanksi FIFA, MI tidak memberikan ruang pada tokoh atau perseorangan yang berbeda dengan sikap Pemerintah. Hal ini bukanlah sesuatu yang kebetulan, pastinya pemilihan narasumber dan pemakaian pernyataan dari narasumber telah diolah agar sesuai dengan frame

MI yang mendukung pemerintah untuk mereformasi PSSI.

Pada Penutup berita MI menggunakan pendapat dari Ferril Hattu (Mantan Pemain Tim

Nasional) yang mendukung langkah yang telah diambil pemerintah dalam upaya mereformasi

PSSI, penyematan jabatan atau posisi yang disanding oleh Ferril Hattu sebagai mantan pemain tim nasional dimaksudkan untuk mempengaruhi pembaca bahwasannya mantan pemain tim nasional saja yang merupakan bagian yang pernah terlibat dalam sepak bola saja sepakat dengan langkah yang telah diambil pemerintah, pendapat yang sama juga diharapkan oleh MI agar pembaca ikut setuju dengan sikap pemerintah.

Sebagai koran yang dekat dengan pemerintah, unsur Skrip pada koran Media Indonesia juga mengakomodir kepentingan pemerintah tentang gagasan reformasi PSSI dan sepak bola nasional, wartawan MI menyusun berita ini dengan runtutan cerita langkah langkah yang akan ditempuh dengan pengaktifan Tim Transisi agar segera mengambil alih tugas PSSI dalam mengatur persepak bolaan nasional. MI tidak menceritakan detail tentang hukuman apa yang bakal didapat Indonesia secara detail dalam runtutan berita dari paragraf awal hingga akhir.

Hukuman dan syarat dicabutnya sanksi ditempatkan pada tabel tersendiri.

Kemudian penyusunan sumber berita pada MI juga menguatkan sudut pandang yang diambil oleh MI sendiri tentang perbaikan sepak bola nasional, penempatan pendapat dari Joko

Widodo (Presiden Republik Indonesia), Jusuf Kalla (Wakil Presiden Republik Indonesia), Alfitra Salamm (Sekertaris Kementerian Pemuda dan Olah raga), Zuhairi Misrawi (Anggota Tim

Transisi), Ferril Hattu (Mantan Pemain Tim Nasional) ditempatkan secara berurutan berdasarkan jabatan dan semua pendapatnya memiliki pendapat yang sama yaitu perbaikan sepak bola nasional. MI tidak mengutip sumber dari pihak yang berseberangan dengan pemerintah. Cara penyusunan seperti ini agar pembaca MI tidak memiliki pilihan lain atau sudut pandang lain dalam merespon sanksi FIFA.

Unsur Selanjutnya yaitu Tematik, unsur tematik dalam berita yang diterbitkan oleh MI semuanya disusun untuk mengarahkan pada satu gagasan besar yaitu reformasi terhadap sepak bola Indonesia, berikut tema-tema yang diangkat:

Tema pertama yaitu pemerintah tegas tidak akan mencabut pembekuan PSSI demi perbaikan sepak bola nasional, hal ini ditulis dengan tegas pada lead berita tentang sikap Jokowi yang mendukung Menpora kemudian dijelaskan pada paragraf kedua bahwa langkah yang diambil pemerintah bukan intervensi melainkan usaha untuk memperbaiki tata kelola sepak bola disemua aspek.

Tema kedua adalah pengaktifan Tim Transisisi, agar segera menggelar kongres luar biasa untuk membentuk kepengurusan baru PSSI. Tema ini bisa dilihat pada paragraf 9-11 yang mengutip pernyataan dari Alfitra Salamm (Sekertaris Kementerian Pemuda dan Olah raga) dan

Zuhairi Misrawi (Anggota Tim Transisi) yang pada pernyataannya bahwa Tim Transisi akan diisi 13 orang dengan agenda menggelar Kongres Luar Biasa (KLB) untuk menentukan pengurus

PSSI yang baru juga menyusun program pembinaan usia muda secara benar.

Tema ketiga dalam berita di atas adalah harapan konsistensi sikap pemerintah dalam pembenahan tata kelola sepak bola nasional, tema ini dipakai sebagai penutup berita yang diambil dari pernyataan Ferril Hattu (Mantan Pemain Tim Nasional). Ketiga tema di atas semuanya menguatkan frame dari MI tentang reformasi sepak bola Indonesia.

Sementara pada unsur Retoris dalam berita di atas terdapat grafis yang menjelaskan secara detail baik poin sanksi yang diterima sekaligus syarat-syarat yang harus dipenuhi agar sanksi FIFA bisa dicabut, infografis tersebut bisa dilihat sebagai berikut:

Gambar 3.11 Grafis sanksi dan syarat dicabutnya sanksi FIFA

Menariknya dalam info mengenai Sanksi FIFA untuk Indonesia pada infografis di atas terdapat satu poin yang dihilangkan yaitu poin: PSSI kehilangan hak-haknya sebagai anggota FIFA (statuta FIFA pasal

12 ayat1). Poin ini terdapat pada berita Republika sementara di berita MI tidak ada.

Unsur retoris lain yang dipakai adalah pemakaian leksikon yaitu pemilihan kata atau kalimat tertentu, seperti pada pembuka berita MI mengawali tulisan dengan sebuah peribahasa

“… Sekali layar terkembang pantang surut kebelakang…” pribahasa ini dipakai untuk menggambarkan sikap Jokowi yang mewakili pemerintah bahwa keputusan untuk mereformasi

PSSI dengan membekukan PSSI sebelumnya tidak akan diubah, Pemerintah tetap pada pendiriannya yaitu perubahan dalam tubuh PSSI.

Kemudian pada paragraf ke-9, terdapat kata ‘pengucilan’ dalam kalimat berikut: “Dalam menindak lanjuti sanksi pengucilan dari FIFA terhadap sepak bola Indonesia…” Penggunaan kata ini bermaksud bahwa MI menganggap FIFA telah melakukan diskriminatif terhadap sepak bola Indonesia oleh karena itu diperlukan tindakan yaitu pembentukan tim transisi yang akan menyusun ulang dalam tata kelola sepak bola Indonesia. Sebenarnya tanpa penggunaan kata pengucilan kalimat di atas masih bisa dicerna, tetapi dengan penggunaan kata tersebut makna nya jadi Elemen Strategi Penulisan Sintaksis Unsur-unsur sintaksis dari judul hingga penutup berita mendukung frame berbe Media Indonesia mengenai reforamasi terhadap PSSI, MI tidak memberi ruang sedikitpun pada pihak yang menyayangkan adanya sanksi FIFA maupun pihak da. PSSI sendiri Skrip Penyusunan berita dan penggunaan narasumber semuanya mendukung reformasi pada tubuh PSSI, mulai dari pendapat Jokowi di awal berita, langkah Tabel pemerintah dalam membentuk tim transisi hingga penutup berita dari pendapat Ferril Hattu agar pemerintah tetap konsisten. 3.11 Fram e Medi a Indon esia: Waktu yang tepat mereformasi PSSI Tematik (1) Pemerintah tegas tidak akan mencabut pembekuan PSSI demi perbaikan sepak bola nasional (2) Pengaktifan Tim Transisisi, agar segera menggelar kongres luar biasa untuk membentuk kepengurusan baru PSSI (3) Harapan konsistensi sikap pemerintah dalam pembenahan tata kelola sepak bola nasional Retoris Penggunaan grafis mengenai sanksi dan syarat agar sanksi FIFA bisa dicabut, Penggunaan Pribahasa “Sekali layar terkembang pantang surut kebelakang“ hal ini menggambarkan sikap pemerintah yang tetap tegas dalam keputusannya.

Gambar 3.12 Headline Koran Tempo

F. Koran Tempo

Frame: PSSI sudah berusaha menghindarkan sanksi FIFA, namun Pemerintah tetap tegas tidak akan mencabut pembekuan PSSI Tabel 3.12 Struktur Sintaksis Berita Tempo

STRUKTUR SINTAKSIS Headline (Judul) Sanksi FIFA Jokowi Janjikan Reformasi Sepak Bola Sub Judul PSSI akan segera bertemu kemenpora Lead Sepak bola Indonesia akan absen dalam berbagai laga kompetisi skala internasional, menyusul sanksi yang dijatuhkan FIFA kemarin. Komite Eksekutif FIFA dalam sidangnya di Zurich, Swiss, menilai pemerintah telah melakukan intervensi terhadap Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI). Tak ada batas waktu sanksi yang ditetapkan.

Latar Informasi Masalah sanksi tersebut sepertinya tak membuat pemerintah mundur. Presiden Joko Widodo mengaku tak jadi masalah jika Indonesia harus absen dalam laga internasional. Masalah yang penting, kata Jokowi, adalah pembenahan sepak bola nasional untuk menggapai prestasi internasional.

Kutipan, Sumber, Azwan Karim (Sekretaris Jenderal PSSI) pernyataan. Sekretaris Jenderal PSSI Azwan Karim mengatakan sanksi ini akan berdampak pada beberapa kegiatan sepak bola nasional yang sudah diagendakan. “Seperti Piala AFF U-19, Indonesia terancam batal menjadi tuan rumah,” “Kami yang melobi agar Indonesia tetap bisa ikut SEA Games,” Menurut dia, selama di Swiss, PSSI terus berusaha melobi FIFA agar tak menjatuhkan sanksi. Namun FIFA tetap berkukuh karena Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi tak kunjung mencabut surat pembekuan PSSI. “Tenggat dari FIFA sampai 29 Mei 2015, tapi sampai sekarang tidak ada pencabutan,” “Setelah sampai di Indonesia, kami akan langsung berusaha berkomunikasi dengan pemerintah,”

Joko Widodo (Presiden Republik Indonesia) Menurut dia, prestasi sepak bola Indonesia di kancah internasional selama sepuluh tahun terakhir tak cukup menggembirakan. Dia mencontohkan peringkat Indonesia di FIFA sejak 2012 hanya bertengger di posisi ke-156, dan malah turun menjadi ke-159 tahun ini. “Hanya ingin ikut ajang internasional atau berprestasi di ajang internasional? Jika hanya ingin ikut ajang internasional namun selalu kalah, kebanggaan kita ada di mana?” “Kalau pada akhirnya terjadi pembekuan, berarti memang harus ada pembenahan total, reformasi total,” Penutup Menurut Jokowi, saat ini sepak bola Indonesia harus direformasi secara total di bidang organisasi, sistem, dan manajemen. “Kalau pada akhirnya terjadi pembekuan, berarti memang harus ada pembenahan total, reformasi total,” katanya.

Berita yang diterbitkan oleh Tempo di atas terlihat mencoba mengakomodir semua pihak baik dari Pemerintah maupun PSSI, sepintas sangat sulit untuk melihat kecenderungan arah mana Tempo hendak menempatkan diri dalam merespon dijatuhkannya sanksi FIFA Indonesia. Namun jika formula segitiga terbalik diterapkan dalam melihat cara penulisan dari Tempo maka terlihat frame Tempo akan terlihat pada Headline dari tempo yang tertulis “Sanksi FIFA Jokowi

Janjikan Reformasi Sepak Bola”, dari headline tersebut terdapat kata janji yang digunakan, kata janji bisa dimaknai memberi harapan tapi belum menjadi realita, Tempo mengambil pernyataan

Jokowi sebagai gagasan dasar dari berita yang diterbitkan, sebagai koran yang terkenal kritis terhadap pemerintah Tempo menuliskan dengan tegas bahawa Jokowi telah berjanji untuk perbaikan sepak bola Indonesia dalam mersepon sanksi FIFA.

Headline di atas memiliki dua informasi yang ingin ditampilkan yaitu fakta bahwa sanksi telah dijatuhkan FIFA dan janji Jokowi untuk mereformasi Sepak Bola. Berbeda dengan Media

Indonesia yang menuliskan secara tegas untuk mereformasi total PSSI, Tempo lebih melihat secara umum dengan menggunakan kata reformasi sepak bola, Tempo tidak mau berpendapat sendiri penggunaan kata Jokowi janji reformasi sepak bola memperlihatkan bahwa setiap pernyataan dari Tempo terlihat memiliki dasar. Kemudian penggunaan sub judul yang ditulis

“PSSI akan segera bertemu kemenpora” hal ini menunjukan bahwa ada poin lain yang ingin di tonjolkan yaitu upaya dari PSSI yang ingin menemui Kemenpora, Tempo memperlihatkan bahwa ada inisiatif dari PSSI sendiri untuk mencari solusi dari sanksi yang telah dijatuhkan.

Pada Lead yang ditampilkan, Tempo mencoba memberi gambaran awal bahwa jatuhnya sanksi FIFA diawali dari upaya intervensi pemerintah terhadap PSSI, yang mana hal tersebut menyalahi aturan FIFA. Lead tersebut memperlihatkan awal mula masalah adalah intervensi pemerintah terhadap PSSI tanpa memperlihatkan kenapa pemeritah mencampuri urusan PSSI. Dalam Latar Informasi yang ditampilkan Tempo menempatkan pada bagian tengah berita sebelum menjabarkan pendapat Jokowi terhadap sanksi FIFA, latar tersebut ditulis seperti berikut ini:

Masalah sanksi tersebut sepertinya tak membuat pemerintah mundur.Presiden Joko Widodo mengaku tak jadi masalah jika Indonesia harus absen dalam laga internasional.Masalah yang penting, kata Jokowi, adalah pembenahan sepak bola nasional untuk menggapai prestasi internasional. Dalam kalimat pertama di atas Tempo mencoba memberi pemaknaan dalam pendapat

Presiden jokowi kepada pembaca bahwa sikap pemerintah tidak mau menghiraukan atas apa yang sedang terjadi, presiden tidak memperdulikan atas sanksi yang telah dijatuhkan. Latar ini ditampilkan sebelum pembaca di suguhkan pendapat dari Jokowi hingga penutup berita, bisa jadi hal ini dimaksudkan agar Pemerintah terlihat tidak terlalu memperdulikan sanksi FIFA.

Kemudian dalam penggunaan Kutipan, Sumber, pernyataan dalam berita di atas hanya terdapat dua sumber berita yaitu Azwan Karim (Sekretaris Jenderal PSSI) dan Joko Widodo

(Presiden Republik Indonesia). Kedua tokoh tersebut mewakili dari pendapat kubu yang berseberangan, Azwan Karim mewakili PSSI dan Jokowi berasal dari Pemerintah bedanya adalah cara penyampaian pendapat mereka di tulis dengan gaya tulisan yang berbeda. Azwan ditempatkan pada awal berita ditulis dengan cara penjelasan terlebih dahulu kemudian potongan pendapat dari Azwan Karim, hal ini akan mempermudah Koran Tempo mengarahakan pendapat dari Azwan Karim kepada frame yang diinginkan, seperti salah satu kutipan di bawah ini:

Menurut dia, selama di Swiss, PSSI terus berusaha melobi FIFA agar tak menjatuhkan sanksi. Namun FIFA tetap berkukuh karena Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi tak kunjung mencabut surat pembekuan PSSI. “Tenggat dari FIFA sampai 29 Mei 2015, tapi sampai sekarang tidak ada pencabutan,”

Cara penulisan di atas akan mempermudah pembaca menangkap apa yang sedang terjadi, penjelasan pada awal paragraf di atas bisa langusung diarahkan pada usaha keras yang telah dilakukan oleh PSSI dalam melobi FIFA namun gagal, kegagalan ini disebabkan sikap pemerintah yang keras kepala tidak mau mencabut SK pembekuan PSSI dan terus mengintervensi PSSI, dalam hal ini terlihat secara sama Tempo mencoba menyalahkan jatuhnya sanksi tersebut karena sikap pemerintah yang enggan mencabut SK pembekuan PSSI.

Kemudian pada bagian tengah berita hingga penutup, sumber yang dipakai adalah Jokowi yang mewakili kubu Pemerintah. Penempatan posisi sumber berita merupakan cara wartawan agar pembaca mampu menangkap gagasan utama yang ingin disampaikan biasanya sumber utama berita selalu ditempatkan pada awal-awal paragraf, Azwam Karim yang ditempatkan pada awal berita di atas agar pendapatnya lebih menonjol dibandingkan pendapat dari Jokowi yang ditempatkan pada akhir berita.

Pada bagian Penutup berita digunakan pendapat jokowi, penutup berita tersebut seperti di bawah ini:

Menurut Jokowi, saat ini sepak bola Indonesia harus direformasi secara total di bidang organisasi, sistem, dan manajemen. “Kalau pada akhirnya terjadi pembekuan, berarti memang harus ada pembenahan total, reformasi total,” katanya. Seperti yang dijelaskan diawal analisis pada koran Tempo, Tempo mencoba memberi porsi seimbang pada beritanya namun pada beberapa bagian berita terdapat penonjolan tertentu yang mengarahkan pada kecondongan kritik terhadap pemerintah dan memberi porsi penjelasan lebih dari pihak PSSI yang ditempatkan pada awal berita dengan cara penulisan tertentu.

Sementara pendapat Jokowi ditampilkan pada akhir berita hingga penutup sebagai pelengkap berita agar terlihat beritanya berimbang. Entah disengaja atau tidak disengaja Tempo terlihat memberi porsi lebih terhadap PSSI untuk menyampaikan pendapatnya secara detail.

Unsur Skrip pada berita yang dimuat oleh koran Tempo, berfokus pada dua pendapat yang berbeda yaitu pendapat dari Azwan Karim (Sekretaris Jenderal PSSI) yang berada dipihak

PSSI dan Joko Widodo (Presiden Republik Indonesia) dikubu pemerintah. Tempo kemudian

menempatkan pendapat Azwan Karim pada awal berita yang pendapatnya berfokus pada usaha

maksimal dari pihak PSSI yang berada di Swiss dalam menghindarkan sanksi FIFA terhadap

Indonesia, melobi agar timnas bisa tampildi SEA Games 2015 dan inisiatif dari PSSI yang akan

mengadakan pertemuan dengan Pemerintah.

Sementara pendapat dari Joko Widodo ditempatkan diakhir paragraf yang dengan pragraf penyambung seperti di bawah ini:

Masalah sanksi tersebut sepertinya tak membuat pemerintah mundur.Presiden Joko Widodo mengaku tak jadi masalah jika Indonesia harus absen dalam laga internasional.Masalah yang penting, kata Jokowi, adalah pembenahan sepak bola nasional untuk menggapai prestasi internasional.

Kalimat pertama mengesankan sikap pemerintah tidak akan berubah untuk tetap mengintervensi PSSI, seolah pemerintah tidak ada keinginan pembicaraan masalah ini dengan

PSSI sebagimana ada keinginan dari pihak PSSI pemerintah tidak akan mencabut SK pembekuan terhadap PSSI meskipun harus absen pada laga internasional.

Cara penyusunan berita seperti ini memperlihatkan Tempo lebih menonjolkan pendapat dari Azwan Karim, meskipun pendapat dari Jokowi tetap disertakan. Penempatan Azwan Karim di awal kalimat memperlihatkan tempo lebih mengakomodir pendapat dari pihak PSSI.

Unsur Tematik dalam berita di Koran Tempo terbelah dalam dua gagasan yang berbeda, dua tema ini diwakili oleh masing-masing narasumber yaitu Azwan Karim (Sekretaris Jenderal

PSSI) dan Joko Widodo (Presiden Republik Indonesia). kedua tema tersebut adalah:

Tema pertama berfokus pada usaha dari perwakilan PSSI yang berada di Swiss untuk menghindarkan Indonesia dari sanksi FIFA dalam tema pertama ini Tempo menggunakan Sekjen PSSI Azwan Karim sebagai narasumbernya pada paragraf pertama hingga ke lima dalam pembahasan tersebut dijelaskan usaha yang telah semaksimal mungkin dilakukan oleh pihak

PSSI demi terhindarnya Indonesia dari sanksi. Dijelaskan pula lobi yang telah dilakukan PSSI agar timnas U23 tetap tampil di SEA Games juga adanya niat baik dari PSSI untuk membahas hal ini bersama pemerintah.

Sementara pada tema kedua yang diwakili oleh pendapat Presiden Jokowi berfokus pada sikap tegas pemerintah untuk tetap tidak mencabut pembekuan PSSI meskipun sanksi FIFA sebagai konsekuensinya, dalam tema ini pula dijabarkan detail mengenai prestasi Indonesia yang menurun. Pemerintah berkeinginan untuk mereformasi tata kelola sepak bola Indonesia di semua lini, hal ini dijabarkan pada paragraf enam sampai sembilan.

Unsur terakhir yang dicermati adalah unsur Retoris, dalam pemberitaan yang dimuat oleh koran Tempo tidak terlalu banyak elemen yang dipakai seperti unsur grafis, foto, atau penggunaan cetak warna berbeda, yang patut dicermati adalah penyusunan judul dan sub judul.

Penulisan ini bisa dilihat sebagai berikut:

Gambar 3.13

Grafik judul berita Tempo

Unsur retoris di atas memiliki tiga bagian tulisan yang mewakili gagasan secara keseluruhan isi berita yang pertama adalah mengenai ‘SANKSI FIFA’ dalam penulisan di atas ditulis dengan huruf kapital, hal ini memperlihatkan ketegasan yang menandakan bahwa sanksi dari FIFA bukan hal yang main-main, kedua adalah‘Jokowi Janji Reformasi Sepak Bola’ hal

ini ditulis dengan font yang lebih besar dari yang lainya juga di cetak dengan huruf tebal, ini

menunjukan bahwa Tempo ingin hal ini sebagai fokus utama bagi pembaca bahwa Jokowi telah

menjanjikan Reformasi tata kelola sepak bola tanah air, hal yang ketiga adalah ‘PSSI akan segera

bertemu dengan Kemenpora” sub judul memperlihatkan langkah cepat yang di ambil oleh pihak

PSSI yang berinisiatf ingin menemui Kemenpora.

Ketiga hal tersebut merupakan inti dari peemberitaan Tempo, seperti yang telah

disinggung di atas bahwa tempo mencoba memberi porsi seimbang dalam menanggapi sanksi

FIFA ini, hal ini tercermin pula pada penulisan judul berita dan unsur retoris yang ada

didalamnya.

Tabel 3.13 Frame Tempo: PSSI sudah berusaha menghindarkan sanksi FIFA, namun Pemerintah tetap tegas tidak akan mencabut pembekuan PSSI

Elemen Strategi Penulisan Sintaksis Penyusunan berita dari koran tempo mencoba mengakomodir kedua belah pihak dengan menampilkan pendapat Jokowi sebagai pihak pemerintah dan Azwan Karim dari pihak PSSI dalam menanggapi sanksi PSSI, ada G. Perba kecenderungan lebih menonjolkan pendapat dari pihak PSSI dengan cara penempatan sumber berita PSSI di awal berita. Skrip Cara menyusun berita dari Koran Tempo lugas dengan menghindari pendapat nding pribadi tempo sendiri. Tempo mencoba memberi uraian yang seimbang antar kelompok. Penggunaan hanya dua narasumber berita yang saling mewakili an pendapat kelompok masing masing memperlihatkan usaha mengakomodir semua pihak. Fram Tematik (1) Usaha dari perwakilan PSSI yang berada di Swiss untuk menghindarkan Indonesia dari sanksi FIFA (2) Sikap tegas pemerintah untuk tetap tidak mencabut pembekuan PSSI meskipin sanksi FIFA sebagai konsekuensinya e Retoris Penggunaan cetak font, ketebalan font dan besar kecilnya font pada judul berita koran tempo yang mewakili frame koran Tempo sendiri Tabel 3.14 Detail Frame Masing-Masing Media

Frame Kompas Sanksi FIFA, Momentum Perbaikan Sepak Bola Nasional

Elemen Strategi Penulisan Sintaksis Unsur judul berita dan penempatan Jokowi dalam lead hingga pertengahan berita mencerminakan frame utama Kompas yang ingin perbaikan sepak bola Indonesia, sedangkan efek buruk sanksi kurang dijabarkan. Skrip Penyusunan sumber berita yang berfokus pada pendapat Jokowi hingga setengah berita yang berfokus terhadap perbaikan sepak bola nasional sementara pendapta dari Pihak PSSI tidak disertakan, sedangkan Pendapat I Gede Widiade dan Imam Nahrawi di posisikan sebagai pelengkap dan pendukung berita Tematik (1) Jatuhnya Sanksi FIFA (2) Penurunan Prestasi Tim Nasional Sepak bola Indonesia (3) Perlunya perbaikan sepak bola nasional (4) Respon dari Timnas U 23 yang sedang berlaga di SEA Games Singapore Retoris Penggunaan leksikon dalam judul berita (momentum) yang berarti waktu yang tepat untuk perbaikan sepak bola nasional. Memasukan unsur grafis syarat-syarat dicabutnya sanksi FIFA namun tidak menyertakan bunyi sanksi FIFA. Frame Momentum untuk memperbaiki sepak bola nasional dan PSSI Republika Elemen Strategi Penulisan Sintaksis Pemilihan sub judul menunjukan frame utama dibalik sekedar memberitakan sanksi FIFA, penyusunan narasumber yang menempatkan Zuhairi Misrawi dan Mahfud MD yang berpendapat saat yang tepat perbaikan sepak bola lebih menonjol dibandingkan pendapat Roy Suryo yang menyayangkan jatuhnya sanksi FIFA. Skrip Pada Unsur skrip Republika berfokus pada who atau bagaimana pendapat dari berbagai narasumber yang dikutip, cara penyusunan narasumber mengkerdilkan pendapat Roy Suryo yang diletakan diakhir pendapat narasumber lainya. Dibagian lain berita cara pengutipanya diambil dari para narasumber yang pesimis terhadap terpilihnya Sepp Blater menjadi presiden FIFA. Tematik (1) Jatuhnya Sanksi FIFA (2) pendapat dari Zuhairi Misrawi, Mahfud MD dan Roy Suryo mengenai Sanksi FIFA yang berfokus pada perbaikan Sepak bola Nasional (3) Pesimisme terhadap terpilihnya kembali Sepp Blater menjadi presiden FIFA Retoris Penggunaan foto, grafis dan pemilihan font yang dicetak lebih besar pada sub judul seakan menggaris bawahi ide utama dari berita tersebut Frame Jawa Tak masalah jatuhnya sanksi demi reformasi PSSI Pos Elemen Strategi Penulisan Sintaksis Penjabaran Latar informasi yang panjang mengenai sejarah PSSI yang lahir dari pembubaran federasi sebelumnya, dan penggunaan narasumber berita satu satunya yaitu Presiden Jokowi yang mendukung langkah kemenpora memperlihatkan Jawa Pos mendukung perubahan dalam tubuh PSSI Skrip Bagaiman cara wartawan menulis berita di dalam Jawa Pos jelas mengindikasikan tentang frame perubahan dalam tubuh PSSI hal ini ditandai hanya ada satu narasumber Jokowi, hal ini membuat pembaca hanya melihat dari satu perpektif saja. Tematik (1) Jatuhnya Sanksi FIFA bukan sesuatu yang perlu ditakutkan (2) dukungan Presiden Jokowi mengenai langkah yang telah diambil kemenpora (3) prestasi Indonesia yang cenderung turun dan nihil (4) Kompetisi SEA Game tidak di bawah kewenangan FIFA (5) pada sejarahnya PSSI dianggap legal dan lahirnya PSSI dari pembubaran federasi sebelumnya. Retoris Penggunaan foto Jokowi yang di ikuti kutipan tentang kebanggan terhadap prestasi yang nihil juga penggunaan sub bab yang tak mempermasalahkan sanksi FIFA demi perbaikan PSSI Frame Sindo: Sanksi FIFA merupakan kabar duka untuk sepak bola Indonesia

Elemen Strategi Penulisan Sintaksis Sindo Fokus pada usaha yang dilakukan La Nyalla untuk menghindarkan Indonesia dari sanksi, juga memperlihatkan sanksi FIFA merupakan sesuatu yang menakutkan semetara penekanan terhadap perbaikan PSSI sendiri kurang diuraikan Skrip Penempatan La Nyalla sebagai narsumber utama pada awal berita hingga tengah berita diuraikan detail sementara pendapat Jokowi di kutip hal-hal yang dianggap perlu dan tidak utuh juga ditempatkan diakhir berita. detail isi surat sanksi FIFA ditampilkan. Penyusunan narasumber berita memperkuat frame Sindo Tematik (1) Sanksi FIFA merupakan kabar duka untuk sepak bola Indonesia (2) Usaha maksial dari PSSI untuk menghidarkan sanksi FIFA (3) pembenahan sepak bola Indonesia (4) Dicabut tidaknya sanksi FIFA ditangan pemerintah Retoris Penggunaan warna merah dalam headline menujukan sanksi FIFA merupakan hal yang berbahaya atau menakutkan, penggunana grafik penurunan peringkat Indonesia disertai keterangan yang menambah kesan sanksi FIFA menambah suram sepak bola Indonesia. Frame Media Waktu yang tepat mereformasi PSSI Indonesia:

Elemen Strategi Penulisan Sintaksis Unsur-unsur sintaksis dari judul hingga penutup berita mendukung frame Media Indoneisa mengenai reformasi terhadap PSSI, MI tidak memberi ruang sedikitpun pada pihak yang menyayangkan adanya sanksi FIFA maupu pun pihak PSSI sendiri Skrip Penyusunan berita dan penggunaan narasmuber semuanya mendukung reformasi pada tubuh PSSI, mulai dari pendapat Jokowi di awal berita, langkah pemerintah dalam membentuk tim transisi hingga penutup beirita dari pendapat Ferril Hattu agar pemerintah tetap konsisten. Tematik (1) Pemerintah tegas tidak akan mencabut pembekuan PSSI demi perbaikan sepak bola nasional (2) Pengaktifan Tim Transisis, agar segera menggelar kongres luar biasa untuk membentuk kepengurusan baru PSSI (3) Harapan konsistensi sikap pemerintah dalam pembenahan tata kelolo sepak bola nasional Retoris Pengguna grafis mengenai sanksi dan syarat agar sanksi FIFA bisa dicabut, Penggunaan Peribahasa “ Sekali layar terkembang pantang surut kebelakang “ hal ini menggambarkan sikap pemerintah yang tetap tegas dalam keputusanya. Frame Tempo PSSI sudah berusaha menghindarkan sanksi FIFA, namun Pemeritah tetap tegas tidak akan mencabut pembekuan PSSI Elemen Strategi Penulisan Sintaksis Penyusunan berita dari koran tempo mencoba mengakomodir kedua belah pihak dengan menampilkan pendapat Jokowi sebagai pihak pemerintah dan Azwan Karim dari pihak PSSI dalam menangga sanksi PSSI, ada kecenderungan lebih menonjolkan pendapat dari pihak PSSI dengan cara penempatan sumber berita PSSI di awal berita. Skrip Cara menyusun berita dari Koran Tempo lugas dengan menghindari pendapat pribadi tempo sendiri. Tempo mencoba memberi uraian yang seimbang antar kelompok. Penggunaan hanya dua narasumber berita yang saling mewakili pendapat kelompok masing masing memperlihatkan usaha mengakomodir semua pihak. Tematik (1) Usaha dari perwakilan PSSI yang berada di Swiss untuk menghindarkan Indonesia dari sanksi FIFA (2) Sikap tegas pemerintah untuk tetap tidak mencabut pembekuan PSSI meskipin sanksi FIFA sebagai konsekuensinya Retoris Penggunana cetak font, ketebalan font dan besar kecilnya font pada judul berita koran tempo yang mewakili frame koran Tempo sendiri Melihat dari hasil analisis yang ada di atas setiap media mempunyai cara masing-masing

dalam membingkai sebuah peristiwa, meskipun dalam kesimpulannya beberapa media memiliki

kesamaan pandangan, pendekatan satu media dengan media lainya dalam memberitakan satu

peristiwa tentunya terpengaruh oleh faktor internal maupun ekternal, seperti ideologi media, faktor pemilik, kedekatan terhadap partai politik tertentu atau bahkan sampai pada kedekatan dengan agama tertentu.

Keenam media di atas bisa dibagi pada empat kelompok yang memiliki kesamaan frame meskipun cara pendekatan pembuatan beritanya berbeda, kelompok pertama yaitu yang mendukung pembenahan terhadap PSSI secara terang-terangan media yang termasuk kelompok ini adalah Kompas, Jawa Pos dan Media Indonesia. Kelompok kedua adalah kelompok yang lebih berfokus pada Sanksi FIFA merupakan kabar duka untuk sepak bola Indonesia, hal ini di wakili oleh Sindo. Kelompok ketiga adalah kelompok yang ingin ada pembenahan terhadap PSSI namun tidak ditulis secara gamblang, kelompok ini diwakili oleh Republika. Dan yang terakhir adalah media yang mencoba bersikap proposional dengan mengakomodir kedua pihak media ini adalah Tempo.

Pada kelompok pertama yang pembingkaian beritanya cenderung keinginan perubahan terhadap dalam tubuh PSSI diwakili tiga media yaitu Kompas, Jawa Pos dan Media Indonesia,

Ketiganya memiliki pendekatan yang berbeda dalam menulis beritanya. Ketiga media tersebut memilik frame sebagai berikut:

Frame Kompas: Sanksi FIFA, Momentum Perbaikan Sepak Bola Nasional

Frame Jawa Pos: Tak masalah jatuhnya sanksi demi reformasi PSSI

Frame Media Indonesia: Waktu yang tepat mereformasi PSSI

Kompas lebih memilih membingkai pemberitaan mengenai sanksi FIFA ke arah positif, dengan menempatkan Jokowi sebagi sumber utama dan didukung pendapat dari Imam Nahrawi, strategi penulisan yang dipakai Kompas adalah dengan menguraikan kutipan pendapat Jokowi mulai dari Headline, Lead sampai pertengahan berita kemudian pendapatnya diperkuat Oleh

Imam Nahrawi.

Dalam pemilihan lead berita, Kompas langsung memberi batasan bahwa sanksi FIFA tersebut harusnya disikapi dengan positif lead tersebut berbunyi:

Presiden Joko Widodo menyatakan, pembekuan terhadap PSSI oleh induk organisasi sepak bola dunia, FIFA, seyogianya disikapi dengan keharusan membenahi dan mereformasi secara total organisasi sepak bola Indonesia itu dari sisi sistem dan manajemen.

Kalimat di atas langsung menggunakan pendapat presiden Jokowi yang mengarahkan pada sikap bahwa Sanksi FIFA harusnya bisa menjadi jalan menuju pembenahan PSSI kedepannya. Lead tersebut sejalan dengan headline yang dipilih Kompas, dilihat dari unsur lead dan headline saja frame Kompas terlihat jelas ingin adanya pembenahan ditubuh PSSI dengan pendekatan penyampaian fakta seperti tren penurunan peringkat Indonesia dan nihilnya prestasi yang didapat sepak bola Indonesia. Frame yang dipilih Kompas tentunya tidak terlepas dari latar belakang koran tersebut yang dikenal cukup dekat dengan Presiden Jokowi. Sebagai koran yang dikenal moderat bisa jadi pula sudut pandang yang di ambil Kompas mencoba mewakili sebagian suara pembacanya yang mengingikan adanya perubahan di dalam tubuh PSSI.

Sementara Jawa Pos dalam membingkai mengenai sanksi FIFA lebih cenderung fokus mengenai sejarah panjang mengenai lahirnya PSSI dan contoh negara yang pernah disanksi namun masih bisa ikut kompetisi di ajang Asian Games, meskipun sama-sama merespon sanksi

FIFA dengan harapan agar terjadinya reformasi di tubuh PSSI.

Jawa Pos sendiri hanya menggunakan satu narasumber yaitu Presiden Jokowi yang tentunya dalam penyusunan beritanya hanya akan ada satu kacamata yang dipakai yaitu dari sudut pandang Jokowi sendiri, tentunya penggunaan narasumber tunggal dalam sebuah berita yang kontroversional patut dipertanyakan karena Jawa Pos terkesan tidak mau mengakomodir pendapat dari orang lain termasuk pihak PSSI sendiri.

Pendapat Jokowi diuraikan pada awal berita hingga pertengahan bedanya dengan kutipan yang diambil mirip dengan Kompas hanya cara penyusunannya berbeda saja tetapi secara garis besar sama, yang terlihat jelas membedakan dengan cara penyusunan berita yang ditampilkan

Kompas adalah penggunaan latar informasi yang panjang pada berita Jawa Pos mengenai sejarah sanksi FIFA dan sejarah terbentuknya PSSI.

Hal ini lah yang menarik dari berita yang dimuat oleh Jawa Pos, setidaknya ada dua hal yang ingin ditampilkan oleh Jawa Pos melalui penulisan latar informasi tersebut, yang pertama adalah membentuk opini bahwa sanksi FIFA bukan berarti mutlak berhentinya sepak bola

Indonesia tidak bisa mengikuti ajang internasional, karena dulu Iran pernah disanksi FIFA namun masih bisa mengikuti ajang Asian Games, karena ajang seperti ini FIFA tidak terlibat secara langsung.

Yang kedua adalah bahwa dalam sejarah perjalanan sepak bola nasional bukan kali ini saja Indonesia tidak diakui FIFA Karena pada tanggal 16 Mei 1936 FIFA lebih memilih mengakui Nederland Inlandsche Voetbal Unie (NIVU) untuk mewakili Indonesia kala itu di ajang Piala Dunia. Juga fakta lainnya adalah lahirnya PSSI dalam sejarahnya karena pembubaran federasi sebelumnya yaitu Indonesische Voetbal Bond (IVB).

Entah apa tujuanya pasti dari Jawa Pos menampilkan fakta-fakta tersebut dalam pemberitaan sanksi FIFA, namun yang pasti Jawa Pos sendiri merupakan koran nasional satu- satunya yang lahir dan besar di kota Surabaya, Jawa Pos menjadi semacam koran “wajib” bagi warga Jawa Timur, terlebih lagi ada faktor Persebaya yang terlibat permasalahan didalam tubuh PSSI yang mengawali permasalahan dengan pihak pemerintah. Sudah seperti menjadi rahasia umum bahwa Jawa Pos dikenal dekat dengan Persebaya, bisa jadi juga Jawa Pos semacam menyuarakan pendapat Bonek (Supporter Persebaya) yang memang ingin ada reformasi total ditubuh PSSI.

Sama hal nya dengan Kompas dan Jawa Pos, Media Indonesia juga memiliki frame yang sama mengenai keinginan perubahan dalam kepengurusan PSSI. Namun fokus yang diambil berbeda dalam menyampaikan sudut pandangnya, Media Indonesia berfokus pada langkah- langkah yang akan ditempuh selanjutnya setelah sanksi tersebut diterima Indoneisa.

Dalam penggunaan narasumber berita utama Media Indonesia sama dengan kedua koran di atas yaitu Presiden Jokowi kemudian diperkuat pendapatnya dari Jusuf Kalla (Wakil Presiden

Republik Indonesia), Alfitra Salamm (Sekertaris Kementerian Pemuda dan Olah raga), Zuhairi

Misrawi (Anggota Tim Transisi), Ferril Hattu (Mantan Pemain Tim Nasional). Semua narasumber Media Indonesia tidak ada satupun dari pihak yang menyesalkan adanya sanksi

FIFA maupun pihak PSSI.

Pendapat narasumber pelengkap inilah yang membedakan cara penyusunan berita Media

Indonesia berbeda dengan Kompas maupun Jawa Pos, narasumber tambahan ini dipakai sebagai fokus lain selain respon Jokowi sendiri, dalam hal ini Media Indonesia ingin memperlihatkan pemerintah sudah memiliki langkah-langkah selanjutnya setelah sanksi diterima Indonesia.

Seperti kutipan pendapat dari Alfitra Salamm dan Zuhairi Misrawi berikut ini:

“Kini sepak bola Indonesia berada di bawah tanggung jawab pemerintah. Pengelolaan sepak bola kini dimulai dari nol kembali dan kami akan segera menyusun program pembinaan secara benar,” kata Sekretaris Kemenpora, Alfitra Salamm, saat dihubungi tadi malam. Anggota Tim Transisi Zuhairi Misrawi mengatakan pihaknya segera menyiapkan pelaksanaan kongres luar biasa (KLB) untuk membentuk kepengurusan baru PSSI. “Kepengurusan PSSI yang baru akan kita daftarkan secepatnya ke FIFA sehingga sanksi itu dapat dicabut,” ujarnya.

Seperti yang bisa dilihat di atas bahwa Media Indonesia berfokus pada langkah pemerintah yang akan segera membuat kepengurusan baru melalui Kongres Luar Biasa (KLB)

PSSI, untuk membuat kepengurusan baru yang akan didaftarkan oleh pemerintah ke FIFA dengan cara mengaktifkan Tim Transisi yang berjumlah 13 orang, Fokus mengenai hal ini juga dapat dilihat pada penggunaan sub judul dalam berita yang dimuat Media Indonesia dengan kalimat “Tim Transisi segera menggelar kongres luar biasa (KLB) untuk membentuk kepengurusan baru PSSI”.

Tidak mengherankan fokus Media Indonesia berputar pada langkah yang akan ditempuh pemerintah karena sebagaimana yang kita ketahui kini Surya Paloh pemilik Media Indonesia sekaligus Ketua Partai Nasdem menjadi bagian dari koalisi pemerintahan Jokowi, tak mengherankan sorotan berita-berita media Indonesia akan timpang dan memberikan kesan citra positif terhadap kinerja pemerintah. Termasuk juga dalam Sanksi FIFA untuk sepak bola

Indonesia Media Indonesia hanya memberi ruang kepada Narasumber yang ada di sekeliling pemerintah tanpa memberi ruang pada pihak PSSI sendiri untuk memberi tanggapan.

Pada kelompok kedua yang berfokus pada Sanksi FIFA merupakan kabar duka untuk sepak bola Indonesia, hal ini di wakili oleh Sindo, frame Sindo sendiri terlihat jelas dari cara penulisan headline berserta unsur retoris yang terkandung didalamnya, yang berbunyi “Sepak

Bola Indonesia Disanksi FIFA” penggunaan cetak warna merah pada judul berita menyimbolkan sanksi FIFA merupakan tanda bahaya dan sesuatu yang mengerikan, kemudian warna merah hanya ada di kata Disanksi FIFA hal ini bertujuan menambah unsur dramatisasi terhadap sanksi yang telah dijatuhkan FIFA terhadap Indonesia. Cara penyusunan berita dalam koran Sindo pun berbeda dengan kelompok koran yang mendukung perbaikan didalam PSSI, Sindo tidak menempatkan Presiden Jokowi sebagai sumber utama dalam berita tersebut, melainkan lebih memilih menggunakan pernyataan dari La Nyalla

Mattalitti (Ketua Umum PSSI) sebagai pembuka berita.

Penempatan seperti ini jelas memperlihatkan Sindo lebih mengutamakan pendapat dari pihak PSSI melalui La Nyalla, hal sebaliknya juga berlaku pada cara penulisan kelompok media yang mendukung perbaikan dari PSSI, ketiganya kompak tidak memakai atau mengakomodir pernyataan dari pihak PSSI yang dalam hal ini juga memiliki kepentingan dalam jatuhnya sanksi

FIFA.

Hal menarik lainya adalah cara penulisan dari koran Sindo yang memposisikan La Nyalla

Mattalitti (Ketua Umum PSSI) layaknya pahlawan yang telah berusaha mati-matian untuk menghindarkan Indonesia terkena sanksi FIFA, sudut pandang seperti ini sama sekali tidak nampak pada pada koran lainya.

Perbedaan yang mencolok seperti ini tentunya bukan tanpa maksud, karena bagaimana cara media mengambil sudut pandang tertentu dari sebuah kasus telah melewati persetujuan ruang redaksi dan mengikuti pedoman aturan yang berlaku dari media itu sendiri, baik secara tertulis maupun tidak. Jika dilihat dari latar belakang koran Sindo sendiri ada sosok Hary Tanoe sebagai pemilik MNC Group yang salah satunya membawahi koran Sindo, tidak dapat dipungkiri kepentingan politik atau pun ekonomi dari seorang pemilik media sangat mempengaruhi isi media tersebut.

Hary Tanoe yang kini sudah terjun ke dunia politk tentunya memiliki kepentingan dalam hal ini lewat partai yang didirikannya, Perindo memposisikan sebagai partai yang diluar pemerintah bersama KMP (Koalisi Merah Putih) kala itu. Sehingga tidak mengherankan bahwa dalam kasus ini Sindo sebagai corong suara Perindo enggan fokus terhadap pendapat pemerintah yang diwakili oleh Presiden Jokowi. Sindo lebih memilih menonjolkan pada beratnya sanksi

FIFA yang akan diterima sepak bola Indonesia dan usaha maksimal dari La Nyalla untuk menghindari sanksi tersebut.

Kelompok ketiga adalah kelompok yang ingin ada pembenahan terhadap PSSI namun tidak ditulis secara gamblang, kelompok ini diwakili oleh Republika. Berita yang dimuat oleh

Republika cukup menarik karena strategi penulisanya berbeda dengan koran lainya.

Pertama Republika tidak terlalu detail dalam memberitakan sanksi FIFA, dari total 13 paragraf dalam berita yang dimuat, hanya ada enam paragraf di awal berita yang menyangkut tentang sanksi FIFA sementara 7 paragraf sisanya lebih membahas pada sikap pesimisme dalam menyambut terpilihnya Sepp Blatter menjadi presiden FIFA baru yang mengambil pendapat dari perwakilan asosiasi sepak bola berbagai negara, sedikitnya uraian dalam memberitakan sanksi

FIFA tentunya membuat pembaca memperoleh informasi yang kurang detail.

Kedua dari narasumber yang dipakai oleh Republika tidak ada satupun perwakilan dari dua belah pihak yang berselisih secara langsung baik pihak PSSI maupun dari pihak pemerintah yang diwakili oleh Presiden Jokowi. Keengganan Republika menggunakan Jokowi sebagai narasumber berita terasa janggal karena semua koran mengambil pendapat dari Jokowi meskipun dengan skala yang berbeda-beda.

Ketiga narasumber yang dipakai oleh Republika yaitu Zuhairi Misrawi (Anggota Tim

Transisi Kemenpora), Mahfud MD (Mantan Pimpinan Mahkama Konstitusi), KMRT Roy Suryo

(Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga). Semua pendapatnya diambil dari Twitter, cara pengutipan seperti ini mengindikasikan penulis berita “malas” dalam membuat berita, juga menjadi pertanyaan juga mengapa hanya ketiga tokoh ini yang diambil pendapatnya padahal di

Twitter tidak hanya ada ketiga pendapat tokoh ini.

Sehingga dalam penulisanya Republika tidak pada posisi yang terang-terangan mengambil frame pada pihak pemerintah atau pun pihak PSSI, namun dalam beberapa bagian berita ada penonjolan tertentu yang memperlihakan adanya harapan untuk perbaikan PSSI, hal ini bisa dilihat pada pemilihan sub judul yang berbunyi “Ini momentum untuk memperbaiki sepak bola nasional dan PSSI”.

Juga cara penempatan narasumber dalam berita, dari ketiga narasumber yang dipakai dua diantaranya menginginkan perbaikan PSSI dan satu lainnya menyayangkan sanksi yang diterima

Indonesia. Pendapat dari Zuhairi Misrawi dan Mahfud MD yang menginginkan reformasi di dalam PSSI diuraikan terlebih dahulu baru kemudian pendapat dari KMRT Roy Suryo yang menyayangkan adanya sanksi FIFA mengikuti. Cara penulisan seperti ini menjadikan pendapat

KMRT Roy Suryo menjadi kerdil karena berdiri sendiri.

Sebagai koran yang memposisikan diri menjadi corong suara umat muslim Republika seakan tidak punya “gairah” dalam menanggapi jatuhnya sanksi FIFA terhadap Indonesia. Hal ini terlihat jelas dari cara penulisan berita Republika, beda halnya jika ada isu yang menyangkut umat muslim, Republika pastinya akan memposisikan diri sebagai penyambung suara dari tokoh- tokoh umat Muslim, tentunya hal semacam ini terlihat lumrah karena sebagian besar pembaca

Republika adalah umat muslim dan isu ini bukan jadi fokus utama dikalangan pembaca

Republika sendiri.

Kelompok keempat adalah media yang mencoba bersikap proposional dengan mengakomodir kedua pihak media ini adalah koran Tempo. Tempo yang dikenal melalui majalahnya yang tegas dan lugas dalam menanggapi sanksi FIFA mencoba memberi ruang yang berimbang. Koran Tempo sama-sama mengambil pendapat dari kedua belah pihak baik dari pemerintah maupun PSSI. Dalam beritanya Tempo hanya ada dua narasumber yang dipakai yaitu

Jokowi yang mewakili pemerintah dan Azwan Karim yang mewakili PSSI

Dalam penyusunan, gaya penulisan dari Tempo lugas dan tegas, koran Tempo terlihat menghindari asumsi pribadi, meskipun jika dilihat dari runtutan berita ada kecenderungan mendahulukan pendapat dari pihak PSSI namun secara keseluruhan koran tempo mencoba proposional dari total 9 paragraf yang ada, koran Tempo membaginya pada tiga bagian informasi, paragraf pertama merupakan informasi mengenai jatuhnya sanksi FIFA kemudan paragraf 2-5 mewakili pendapat dari PSSI atas usahanya menghindarkan Indonesia dari sanksi

FIFA sementara paragraf 6-9 membahas tentang sikap tegas pemerintah untuk membenahi PSSI.

Pembagian dalam tiga informasi di dalam penyusunan berita juga tercemin pada penggunaan headline pada koran Tempo yang tertulis “Sanksi FIFA Jokowi Janjikan Reformasi

Sepak Bola PSSI akan segera bertemu kemenpora” yang tiap bagiannya di bedakan dengan font dan ukuran berbeda seperti di bawah ini:

Gambar 3. 14

Grafik judul berita Tempo

Bagian pertama adalah “Sanksi FIFA” yang ditulis dengan font kapital, font kapital sendiri menandakan sesuatu yang tegas atau kaku, bagian ini dalam isi berita tercermin pada lead sekaligus paragraf pertama. Bagian kedua adalah “Jokowi Janjikan Reformasi Sepak Bola” di cetak dengan font gemuk dan ukuranya lebih besar dari pada font lainya, membuat kalimat ini lebih menonjol dari pada yang lainnya. Bagian ketiga adalah “PSSI akan segera bertemu

Kemenpora” ini dicetak dengan font ramping sekaligus dengan ukuran kecil dari pada font lainya.

Jika dicermati dalam headline Tempo lebih menonjolkan kutipan dari pihak pemerintah melalui kutipan pendapat Jokowi hal ini menarik karena didalam isi beritanya Tempo lebih mendahulukan pendapat dari pihak PSSI yang ditempatkan pada awal berita. Cara penyusunan seperti ini memperlihatkan usaha dari koran Tempo untuk bersikap proposional dalam menanggapi sanksi FIFA. Melihat sejarah Tempo yang dikenal sebagai koran yang memiliki ideologi yang kuat, lugas dan tegas, apa yang dilakukan Tempo sesuai dengan nilai-nilai yang dianut. Tempo memberitakan sanksi ini tanpa tendensi terhadap pihak tertentu meskipun secara pribadi salah satu tokoh pendiri Tempo yaitu Goenawan Mohammd dikenal cukup dekat Jokowi.

Benang merah dari pemberitaan pada keenam media di atas adalah hasil berita yang dimuat pada masing-masing media memiliki keterkaitan pada latar belakang masing-masing media tersebut. Kompas mendukung perubahan terhadap PSSI karena koran ini dikenal moderat dan punya kedekatan visi dengan Jokowi. Jawa Pos mendukung perubahan terhadap PSSI karena koran ini mewakili suara pembacanya yang mayoritas orang Jawa Timur lebih khusus lagi suara

Bonek yang memiliki kepentingan dalam isu ini. Media Indonesia mendukung perubahan terhadap PSSI karena sang pemilik memiliki keterkaitan politik dengan pemerintah. Sementara

Sindo yang lebih menonjolkan pihak PSSI karena pilihan politik sang pemilik media yang menjadi oposisi pemerintah. Republika yang memberitakan samar terhadap isu ini karena dianggap isu ini tidak terlalu penting berbeda halnya jika menyangkut isu agama. Sementara

Tempo bersikap proposional terhadap isu ini karena menjaga identitas mereka yang dikenal sebagai media luga tegas tanpa pandang bulu.