TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM MENINGKATKAN POTENSI SEKTOR PARIWISATA PESISIR DI KAWASAN WISATA TERINTEGRASI TELUK Studi Kasus : Kawasan Strategis Pariwisata Daerah Teluk Pandan, Kabupaten Pesawaran.

TUGAS AKHIR

Disusun Dalam Memenuhi Persyaratan Program Sarjana Perencanaan Wilayah dan Kota

Oleh:

Muhammad Haikal Trinanda 22116018

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA JURUSAN TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR DAN KWILAYAHAN INTITUT TEKNOLOGI SUMATERA LAMPUNG SELATAN 2020

0

KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM MENINGKATKAN POTENSI SEKTOR PARIWISATA PESISIR DI KAWASAN WISATA TERINTEGRASI TELUK LAMPUNG STUDI KASUS : KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA DAERAH TELUK PANDAN, KABUPATEN PESAWARAN.

Tugas Akhir diajukan kepada Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Institut Teknologi Sumatera

Oleh:

Muhammad Haikal Trinanda 22116018

Diajukan pada Sidang Ujian Skripsi Tanggal Juli 2020

Dinyatakan Lulus Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Perencanaan Wilayah dan Kota

Lampung Selatan,...... 2020

Tim Penguji: Ir. Nia Kurniasih Pontoh, M.T – Pembimbing 1 : ______

Lutfi Setianingrum, S.T.,M.URP.– Pembimbing 2 : ______

Zulqadri Ansar, S.T.,M.T – Penguji 1 : ______

Yudha Rahman, S.T.,M.T-- Penguji 2 : ______

HALAMAN PENGESAHAN

Mengetahui Kordinator Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota

Dr. Ir. Muhammad Irfan Affandi, M.Si

i

HALAMAN PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi. Sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diakui dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila dalam Skripsi saya ternyata ditemui duplikasi, jiplakan (plagiat) dari penelitan orang lain/institusi lain maka saya bersedia menerima sanksi untuk dibatalkan kelulusan saya dan saya bersedia melepaskan gelar Sarjana Teknik dengan penuh rasa tanggung jawab:

Lampung Selatan, 2020

MUHAMMAD HAIKAL TRINANDA NIM 22116018

ii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Institut Teknologi Sumatera, saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Muhammad Haikal Trinanda NIM : 22116018 Program Studi : Perencanaan Wilayah dan Kota Jurusan : Teknologi Infrastruktur dan Kewilayahan Jenis Karya : Tugas Akhir

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui untuk memberikan kepada Institut Teknologi Sumatera Hak Bebas Royalti Non-ekslusif (Non- exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

Tingkat Kesiapan Penerapan Smart Tourism dalam Meningkatkan Potensi Sektor Pariwisata Pesisir Di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung (Studi Kasus : Kawasan Strategis Pariwisata Daerah Teluk Pandan, Kabupaten Pesawaran.)

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan hak Bebas Royalti Non- ekslusif ini, Institut Teknologi Sumatera berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Lampung Selatan Pada tanggal : 15 Juni 2020

Yang Menyatakan (Muhammad Haikal Trinanda)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya maka penyusunan Skripsi dapat diselesaikan oleh penulis, dengan judul “Tingkat Kesiapan Penerapan Smart Tourism Dalam Meningkatkan Potensi Sektor Pariwisata Pesisir di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung : Studi Kasus Kawasan Strategis Pariwisata Daerah Teluk Pandan, Kabupaten Pesawaran”. Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat bantuan dari beberapa pihak-pihak yang terkait. Oleh karena itu, penyusun ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Orang tua dan keluarga penulis yang telah mendukung dan memberikan bantuan moral dan spiritual dalam pembuatan laporan ini. 2. Ibu Ir. Nia Kurniasih Pontoh, M.T. dan Lutfi Setianingrum, S.T.,M.URP selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan waktu luangnya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 3. Bapak Zulqadri Ansar S.T.,M.T dan Yudha Rahman S.T.,M.T selaku dosen penguji laporan skripsi yang telah memberikan arahan serta masukan mengenai penyusunan skripsi dan banyak membantu baik di dalam kampus dan di luar kampus. 4. Ibu Dr. Rahayu Sulistyorini, S.T.,M.T selaku Ketua Jurusan Teknologi Infrastruktur dan Kewilayahan Institut Teknologi Sumatera. 5. Bapak dan Ibu Dosen, Karyawan dan Karyawati Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi Sumatera. 6. Semua pihak Dinas Instansi di Provinsi Lampung dan Kabupaten Pesawaran, Pengelola Objek Wisata Pantai di Teluk Pandan, dan masyarakat lokal Teluk Pandan yang telah membantu memberikan data-data dalam pembuatan laporan ini. 7. Ibu Msy. Liesandriani, S.H., M.H dan ibu Lisdiana yang telah banyak membantu dalam hal akademik dan mengembangkan softskill di bidang Master of Ceremony. 8. Semua teman-teman “Ya Kali Gak Kuy” dan “Best Bro” yang telah membuat hari-hari saya lebih menyenangkan, terima kasih karena kalian selalu mendukung dan care kepada saya dalam hal apapun.

iv

9. Semua teman-teman “Estetot Real” yang sudah mengotori hari-hari saya dengan perilaku toxic kalian, walaupun kalian bukan teman murni saya tapi kalian cukup menghibur disaat yang tepat. 10. Seluruh teman-teman angkatan 2016 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi Sumatera. Penyusun menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan dikarenakan oleh keterbatasan penulis sebagai manusia biasa. Oleh sebab i tu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna menyempurnakan Skripsi ini. Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi penyusun sendiri maupun para pembaca laporan.

Lampung Selatan, 2020

MUHAMMAD HAIKAL TRINANDA NIM 22116018

v

Tingkat Kesiapan Penerapan Smart Tourism dalam Meningkatkan Potensi Sektor Pariwisata Pesisir di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung. Studi Kasus : Kawasan Strategis Pariwisata Daerah Teluk Pandan, Kabupaten Pesawaran Muhammad Haikal Trinanda (22116018)

Pembimbing (Ir. Nia Kurniasih Pontoh, M.T. dan Lutfi Setianingrum, S.T.,M.URP)

ABSTRAK

Keunggulan Sektor pariwisata saat ini telah mengalami ekspansi dan diversifikasi berkelanjutan dibandingkan sektor manufaktur. Dalam pengembangan pariwisata saat ini berbagai daerah menawarkan pelayanan yang maju dan inovatif melalui penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi bagi wisatawan yang sering disebut dengan Pariwisata cerdas (Smart Tourism). Saat ini penerapan platform Smart Tourism lebih banyak diterapkan di kawasan wisata kota yang telah memiliki kelengkapan infrastruktur dasar, sistem transportasi yang baik, ketersediaan infrastruktur Teknologi Informasi dan Komunikasi yang memadai, dan sistem pelayanan yang menyeluruh. Hal tersebut tentunya membuat Konsep Smart Tourism masih sangat jarang diterapkan di kawasan wisata bahari yang berada di pesisir dan pulau-pulau kecil. Pada sektor pariwisata Provinsi Lampung memiliki potensi dan daya tarik yang besar pada kawasan pesisirnya. Dalam pengembangan pariwisata pemerintah Provinsi Lampung melalui Bappeda memiliki rencana pengembangan Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung dan Dinas Pariwisata Provinsi Lampung memiliki tujuan untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara. Pada penelitian ini akan mengkaji objek wisata pesisir di wilayah KSPD Teluk Pandan di Kabupaten Pesawaran. Dalam perkembangannya Wilayah Teluk Pandan telah berkembang sebagai kawasan perkotaan dengan ketersediaan sarana/prasarana penunjang pariwisata di Kawasan Teluk Pandan telah terpenuhi. Namun, berdasarkan dari penjelasan pada dokumen RIPPDA Kabupaten Pesawaran 2017-2031, KSDP Teluk Pandan dalam hal tingkat perkembangan pariwisatanya masih belum setara dengan tingkat perkembangan wilayahnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi tingkat kesiapan objek wisata pesisir Teluk Pandan di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung dalam menerapkan Smart Tourism yang ditinjau dari ketersediaan dan kualitas pelayanan infrastruktur dasar dan TIK, Transportasi, Atraksi Wisata, dan fasilitas penunjang wisata. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian Deduktif Kualitatif dengan teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Pada penelitian ini data kualitatif yang didapat akan diproses dengan analisis deduktif, yaitu analisis skoring. Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat kesiapan penerapan Smart Tourism pada objek wisata pesisir di KSPD Teluk Pandan dinyatakan AGAK SIAP. Kesiapan penerapan Smart Tourism ditinjau dari ketersediaan dan kualitas pelayanan infrastruktur dasar dan TIK, Transportasi, Atraksi Wisata, dan fasilitas penunjang wisata. Berdasarkan hasil tinjauan pada seluruh komponen penerapan Smart Tourism pada objek wisata pesisir di Teluk Pandan yang dikaji dar infrastruktur, fasilitas dan sistem pelayanan menunjukkan hanya komponen infrastruktur dasar dan TIK yang menunjukan adanya kesiapan, untuk atraksi dan fasilitas penunjang wisata menunjukkan agak siap, dan untuk komponen trasnportasi menunjukkan tidak siap dalam penerapan Smart Tourism. Hal tersebut dikarenakan kuantitas yang belum memadai dan juga TIK yang belum diterapkan dalam pengelolaan wisata.

Kata Kunci : Smart Tourism, Pariwisata Pesisir Pantai, Tingkat Kesiapan

vi

The Level of Readliness for the Aplication of Smart Tourism in Increasing the Potential of the Coastal Tourism sector in Integrated Tourist Area of Lampung Bay. Case Study : Kawasan Strategis Pariwisata Daerah Teluk Pandan, Pesawaran District. Muhammad Haikal Trinanda (22116018)

Guiding Lecturer (Ir. Nia Kurniasih Pontoh, M.T. and Lutfi Setianingrum, S.T.,M.URP)

ABSTRACT

Advantages The tourism sector is currently experiencing continuous expansion and diversification compared to the manufacturing sector. In the development of tourism today various regions offer advanced and innovative services through the application of Information and Communication Technology for tourists who are often referred to as Smart Tourism. At present the application of the Smart Tourism platform is more widely applied in urban tourism areas that already have basic infrastructure, a good transportation system, the availability of adequate Information and Communication Technology infrastructure, and a comprehensive service system. This certainly makes the concept of Smart Tourism is still very rarely applied in marine tourism areas that are on the coast and small islands. In the tourism sector, Lampung Province has great potential and attractiveness in its coastal areas. In the development of tourism, the Lampung provincial government through Bappeda has a plan to develop the Lampung Bay Integrated Tourism Area and the Lampung Provincial Tourism Office has the aim to increase the number of foreign and domestic tourist visits. This research will examine coastal tourism objects in the KSPD Teluk Pandan area in . In its development, the Teluk Pandan Region has developed as an urban area with the availability of facilities / infrastructure supporting tourism in the Pandan Bay Area has been met. However, based on the explanation in the 2017-2031 Pesawaran Regency RIPPDA document, KSDP Teluk Pandan in terms of the level of tourism development is still not equivalent to the level of development of the region. The purpose of this study is to identify the level of readiness of coastal tourism objects in the Bay of Pandan in the Integrated Tourism Region of Lampung Bay in implementing Smart Tourism in terms of the availability and quality of basic infrastructure and ICT services, Transportation, Tourist Attractions, and tourist support facilities. This study uses a Qualitative Deductive research approach with the sampling technique used is purposive sampling. In this study the qualitative data obtained will be processed by deductive analysis, namely scoring analysis. The results of the analysis showed that the level of readiness for the application of Smart Tourism in the coastal tourism objects in the KSPD of Teluk Pandan was stated REALLY READY. The readiness for implementing Smart Tourism is in terms of the availability and quality of basic infrastructure and ICT services, Transportation, Tourist Attractions, and tourist support facilities. Based on the results of a review of all components of the application of Smart Tourism in coastal tourism objects in Pandan Bay, which were assessed from infrastructure, facilities and service systems, it was shown that only basic infrastructure components and ICTs showed readiness, for tourism supporting facilities and facilities showed rather ready, and for components transportation shows not ready in the application of Smart Tourism. That is because the quantity is inadequate and ICTs have not been applied in tourism management.

Keywords: Smart Tourism, Coastal Tourism, Readiness Level

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ...... i HALAMAN PERNYATAAN...... ii HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ...... iii KATA PENGANTAR ...... iv ABSTRAK ...... vi ABSTRACT ...... vii DAFTAR ISI...... viii DAFTAR TABEL ...... xii DAFTAR GAMBAR ...... xiii

BAB I ...... 1 PENDAHULUAN ...... 1 1.1 Latar Belakang ...... 1 1.2 Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian...... 5 1.3 Tujuan dan Sasaran ...... 6 1.3.1 Tujuan ...... 6 1.3.2 Sasaran ...... 6 1.4 Manfaat Penelitian ...... 7 1.4.1 Manfaat Teoritis ...... 7 1.4.2 Manfaat Praktis ...... 7 1.5 Ruang Lingkup ...... 8 1.5.1 Ruang Lingkup Wilayah ...... 8 1.5.2 Ruang Lingkup Subtansi ...... 9 1.6 Keaslian Penelitian ...... 11 1.7 Kerangka Pikir ...... 14 1.8 Metodelogi Penelitian ...... 15 1.8.1 Pendekatan Penelitian ...... 15 1.8.2 Metode Penelitian ...... 16 1.9 Definisi Operasional ...... 17

viii

1.10 Metode Koleksi Data ...... 18 1.10.1 Jenis Data ...... 18 1.10.2 Kebutuhan Data...... 22 1.10.3 Tahap Koleksi Data ...... 25 1.11 Metode Analisis ...... 26 1.11.1 Analisis Kualitatif/Induksi ...... 27 1.11.2 Analisis Kesiapan Penerapan Smart Tourism pada Objek Wisata ...... 29 1.12 Teknik Sampling ...... 38 1.13 Sistematika Penulisan ...... 40

BAB II ...... 43 TINJAUAN PUSTAKA KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM ...... 43 2.1 Tinjauan Umum Pariwisata ...... 43 2.1.1 Pengertian Pariwisata ...... 43 2.1.2 Pariwisata sebagai Suatu Sistem ...... 45 2.1.3 Pariwisata dalam Konteks Penataan Ruang ...... 53 2.2 Wilayah Pesisir ...... 55 2.2.1 Pengertian Wilayah Pesisir ...... 55 2.2.2 Pariwisata di Kawasan Pesisir ...... 56 2.3 Smart Tourism ...... 60 2.3.1 Smart Tourism Destination ...... 65 2.3.2 Smart Tourism Tools ...... 66 2. 4 Preseden Penerapan Smart Tourism ...... 69 2.4.1 Smart Tourism Destination Bali ...... 69 2.4.2 Smart Tourism Semarang ...... 71 2.4.3 Smart Tourism Danau Toba ...... 73 2.4.4 Smart Tourism Surakarta ...... 75 2.5 Sintesa Pustaka ...... 77

BAB III ...... 81 GAMBARAN UMUM KAWASAN PESISIR TELUK LAMPUNG ...... 81 3.1 Gambaran Umum Kawasan Wisata Teluk Lampung ...... 81 3.2 Kondisi dan Potensi Wilayah Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung ... 82

ix

3.3 Kondisi dan Potensi Wilayah Teluk Pandan ...... 84 3.2.1 Pantai Queen Arta ...... 85 3.2.2 Pantai Mutun Asri ...... 87 3.2.3 Pantai Putra Mutun...... 88 3.2.4 Pantai MS Town ...... 89 3.2.5 Pantai Mutun Haruna Jaya ...... 91 3.2.6 Pantai Sari Ringgung ...... 93 3.2.7 Wisata Hutan Mangrove Petengoran ...... 95 3.2.8 Taman Wisata Dewi Mandapa ...... 96 3.2.9 Pantai Ketapang ...... 97 3.2.10 Pantai Kelapa Rapat (Klara) ...... 99 3.4 Sosial Budaya dan Ekonomi Masyarakat dan Wisatawan Wisata Pesisir Pantai di Kecamatan Teluk Pandan...... 101 3.4.1 Karakteristik Sosial Budaya dan Ekonomi Masyarakat di Kecamatan Teluk Pandan ...... 101 3.4.2 Kesadaran Terhadap Lingkungan di Objek Wisata Pantai Teluk Pandan ...... 103 3.5 Rangkuman Karakteristik Wilayah dan Karakteristik Sosial Budaya dan Ekonomi Masyarakat Lokal di KSPD Teluk Pandan ...... 104 3.5.1 Karakteristik Wilayah Objek wisata pesisir di Teluk Pandan ...... 104 3.5.2 Karakteristik Sosial Budaya dan Ekonomi Masyarakat di Teluk Pandan ...... 106

BAB IV ...... 107 ANALISIS TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM PADA OBJEK WISATA PESISIR DI KSPD TELUK PANDAN ...... 107 4.1 Ketersediaan Infrastruktur, Fasilitas Pariwisata dan Sistem Pelayanan dalam Penerapan Smart Tourism pada Objek Wisata Pesisir di Teluk Pandan ...... 107 4.1.1 Infrastruktur Jalan dan Dermaga ...... 108 4.1.2 Penyediaan Air Bersih ...... 128 4.1.3 Jaringan Listrik ...... 137 4.1.4 Sistem Pengelolaan Limbah ...... 139 4.1.5 Telekomunikasi ...... 144 4.2 Moda Transportasi Menuju Provinsi Lampung dan Objek Wisata Pantai Teluk Pandan ...... 151

x

4.3 Atraksi di Objek wisata pesisir di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung ...... 156 4.4 Tingkat Kesiapan Sub Variabel Penerapan Smart Tourism di KSPD Teluk Pandan ...... 160 4.4.1 Kesiapan Infrastruktur Dasar dan TIK ...... 161 4.4.2 Kesiapan Transportasi ...... 171 4.4.3 Kesiapan Atraksi Wisata ...... 173 4.4.4 Kesiapan Fasilitas Penunjang Pariwisata ...... 176 4.5 Tingkat Kesiapan Penerapan Smart Tourism pada Objek wisata pesisir di Teluk Pandan...... 180 4.6 Kluster Tingkat Kesiapan Objek Wisata dalam Penerapan Smart Tourism di KSPD Teluk Pandan ...... 183

BAB V ...... 185 TINGKAT KESIAPAN KAWASAN OBJEK WISATA PESISIR TELUK PANDAN UNTUK MENERAPKAN SMART TOURISM ...... 185 5.1 Temuan Studi terkait Kesiapan Penerapan Smart Tourism ...... 185 5.2 Kesimpulan ...... 188 5.3 Rekomendasi ...... 190 5.4 Keterbatasan Penelitian ...... 197 5.5 Penelitian Lanjutan ...... 198

DAFTAR PUSTAKA ...... 201 LAMPIRAN...... Error! Bookmark not defined.

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Tabel Posisi Sasaran Pada Penelitian ...... 6 Tabel 1. 2 Keaslian Penelitian ...... 11 Tabel 1. 3 Kebutuhan Data ...... 22 Tabel 1. 4 Analisis Kesiapan Penerapan Smart Tourism ...... 30 Tabel 1. 5 Indikator Analisis Kesiapan Penerapan Smart Tourism ...... 37 Tabel 1. 6 Kriteria Pemilihan Informan Wawancara ...... 39 Tabel 2. 1 Indikator Teori Pariwiata di Kawasan Pesisir...... 59 Tabel 2. 2 Indikator Teori Smart Tourism ...... 67 Tabel 2. 3 Smart Tourism Dalam 5 Kategori ...... 74 Tabel 2. 4 Indikator Smart Touris Berdasarkan Preseden...... 77 Tabel 2. 5 Variabel Penelitian ...... 79 Tabel 4. 1 Panjang Jalan (Km), Kondisi dan Klasifikasi Jalan di Kecamatan Teluk Pandan...... 119 Tabel 4. 2 Jumlah dan Kondisi Dermaga Pada Objek Wisata Pesisir di Teluk Pandan .. 127 Tabel 4. 3 Komponen Informasi yang Harus Tersedia pada Aplikasi Wisata ...... 150 Tabel 4. 4 Atraski Wisata Alam dan Buatan di Teluk Pandan ...... 158 Tabel 4. 5 Penilaian Ketersediaan dan Kualitas Pelayanan Jalan dan Dermaga ...... 162 Tabel 4. 6 Penlilaian Ketersediaan dan Kualitas Air Bersih Pada Objek Wisata ...... 163 Tabel 4. 7 Penilaian Kualitas Pelayanan Jaringan Listrik ...... 165 Tabel 4. 8 Penilaian Ketersediaan dan Kualitas Pelayanan Sistem Pengelolaan Limbah167 Tabel 4. 9 Penilaian Ketersediaan Infrastruktur TIK dan Kualitas Pelayanan Informasi 169 Tabel 4. 10 Kualitas Pelayanan Transportasi Umum ...... 171 Tabel 4. 11 Keberagaman Atraksi Wisata Alam dan Buatan di Teluk Pandan ...... 173 Tabel 4. 12 Perhitungan Indeks Shannon Keberagaman Atraksi Wisata di Teluk Pandan ...... 174 Tabel 4. 13 Ketersediaan TIK Untuk Menunjang Atraksi Wisata ...... 175 Tabel 4.14 Penilaian Ketersediaan Dan Kualitas Pelayanan Yang Baik dalam Fasilitas Penunjang Wisata ...... 177 Tabel 4. 15 Ketersediaan TIK Untuk Menunjang Fasilitas Penunjang Wisata ...... 178 Tabel 4. 16 Rekapitulasi Skor Kesiapan Sub Variabel Smart Tourism Pada Objek Wisata Pesisir di Teluk Pandan ...... 180 Tabel 4. 17 Total Nilai Variabel Kesiapan Penerapan Smart Tourism ...... 181 Tabel 4.18 Tingkat Kesiapan Penerapan Smart Tourism Objek Wisata di KSPD Teluk Pandan ...... 183 Tabel 5. 1 Temuan Studi Kesiapan Penerapan Smart Tourism...... 185

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Kawasan Wisata Pesisir Pantai Teluk Pandan ...... 9 Gambar 1. 2 Ruang Lingkup Subtansi ...... 9 Gambar 1. 3 Kerangka Pikir ...... 14 Gambar 1. 4 Proses Analisis Data ...... 26 Gambar 2. 1 Bagan Sistem Pariwisata Leiper...... 46 Gambar 2. 2 Diagram Model Sistem Fungsional Pariwisata ...... 48 Gambar 2. 3 Typological Composition Of Coastal Environments ...... 58 Gambar 2. 4 Component And Layer Smart Tourism ...... 61 Gambar 2. 5 Ilustrasi Sintesa Pustaka ...... 78 Gambar 3. 1 Peta Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung...... 82 Gambar 3. 2 Pantai Queen Artha ...... 86 Gambar 3. 3 Pantai Mutun Asri ...... 87 Gambar 3. 4 Pantai Putra Mutun ...... 88 Gambar 3. 5 Pantai MS Town ...... 90 Gambar 3. 6 Pantai Mutun Haruna Jaya ...... 92 Gambar 3. 7 Pantai Sari Ringgung...... 94 Gambar 3. 8 Hutan Mangrove Petengoran ...... 95 Gambar 3. 9 Taman Wisata Dewi Mandapa ...... 97 Gambar 3. 10 Pantai Ketapang ...... 98 Gambar 3. 11 Pantai Kelapa Rapat ...... 99 Gambar 4. 1 Proses Analisis Ketersediaan Infrastruktur, Fasilitas Pariwisata dan Sistem Pelayanan dalam Penerapan Smart Tourism...... 107 Gambar 4. 2 Peta Akses Masuk ke Provinsi Lampung dan Jalan Lintas ...... 109 Gambar 4. 3 Kondisi Eksisting Jalan di Pantai Queen Artha ...... 112 Gambar 4. 4 Kondisi Eksisting Jalan di Pantai Mutun Asri ...... 112 Gambar 4. 5 Kondisi Eksisting Jalan di Pantai Putra Mutun ...... 113 Gambar 4. 6 Kondisi Eksisting Jalan di Pantai MS Town ...... 114 Gambar 4. 7 Kondisi Eksisting Jalan di Pantai Mutun Haruna Jaya ...... 114 Gambar 4. 8 Kondisi Eksisting Jalan di Pantai Sari Ringgung ...... 115 Gambar 4. 9 Kondisi Eksisting Broadwalk di Hutan Mangrove Petengoran...... 116 Gambar 4. 10 Kondisi Eksisting Jalan di Taman Wisata Dewi Mandapa ...... 116 Gambar 4. 11 Kondisi Eksisting Jalan di Pantai Ketapang ...... 117 Gambar 4. 12 Kondisi Eksisting Jalan di Pantai Kelapa Rapat ...... 117 Gambar 4. 13 Peta Kondisi Jalan di Objek wisata pesisir Teluk Pandan ...... 118 Gambar 4. 14 Kondisi Eksisting Dermaga di Pantai Mutun Asri ...... 121 Gambar 4. 15 Kondisi Eksisting Dermaga di Pantai Putra Mutun ...... 122 Gambar 4. 16 Kondisi Eksisting Dermaga di Pantai MS Town ...... 122 Gambar 4. 17 Kondisi Eksisting Dermaga di Pantai Sari Ringgung ...... 123 Gambar 4. 18 Kondisi Eksisting Dermaga di Pantai Ketapang ...... 125 Gambar 4. 19 Kondisi Eksisting Dermaga di Pantai Kelapa Rapat ...... 125 Gambar 4. 20 Peta Kondisi Eksisting Dermaga di Teluk Pandan ...... 126 Gambar 4. 21 Air Bersih di Objek Wisata Pantai Queen Artha ...... 129 Gambar 4. 22 Air Bersih di Objek Wisata Pantai Mutun Asri ...... 130

xiii

Gambar 4. 23 Air Bersih di Objek Wisata Pantai Putra Mutun ...... 130 Gambar 4. 24 Air Bersih di Objek Wisata Pantai MS Town ...... 131 Gambar 4. 25 Air Bersih di Pantai Mutun Haruna Jaya ...... 132 Gambar 4. 26 Air Bersih di Pantai Sari Ringgung ...... 133 Gambar 4. 27 Air Bersih di Objek Wisata Hutan Mangrove Petengora ...... 133 Gambar 4. 28 Air Bersih di Objek Wisata Dewi Mandapa ...... 134 Gambar 4. 29 Air Bersih di Pantai Ketapang ...... 135 Gambar 4. 30 Air Bersih di Pantai Kelapa Rapat ...... 135 Gambar 4. 31 Ketersedian Jaringan Listrik ...... 137 Gambar 4. 32 Pengelolaan Sampah ...... 140 Gambar 4. 33 Saluran Drainase ...... 141 Gambar 4. 34 Sanitasi ...... 142 Gambar 4. 35 Infrastruktur Telekomunikasi ...... 145 Gambar 4. 36 Peta Persebaran BTS di Kecamatan Teluk Pandan ...... 146 Gambar 4. 37 Aplikasi Pariwisata Lampung dan Jenis Informasi yang Disediakan ...... 147 Gambar 4. 38 Angkuan Umum Darat di Kawasan Objek Wisata Teluk Pandan ...... 154 Gambar 4. 39 Transportasi Laut di Kawasan Objek Wisata ...... 155 Gambar 4. 40 Peta Atraksi Wisata Alam di Teluk Pandan ...... 157 Gambar 4. 41 Bagan Analisis Tingkat Kesiapan Penerapan Smart Tourism...... 160 Gambar 5.1 Bagan Penelitian Lanjutan Terkait Sustainable Smart Coastal Tourism ...... 199

xiv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Provinsi Lampung kaya akan potensi alam dan budaya yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan menjadi objek wisata. Dengan letak geografis Provinsi Lampung yang berada di ujung Selatan Pulau Sumatera dan berbatasan langsung dengan laut Pulau Jawa, menjadikan Lampung sebagai pintu masuk ke Pulau Sumatera yang sangat memungkinkan untuk berkembang pesat. Provinsi Lampung memiliki panjang garis pantai sekitar 1.105 Km (CRMP,1998) dengan 2 teluk, yaitu Teluk Semaka dan Teluk Lampung serta terdapat sekitar 132 pulau yang berhadapan langsung dengan ALKI (Alur Laut Kepulauan Indonesia). Dalam pengembangan pariwisata pemerintah Provinsi Lampung melalui Badan Perencanaan Pembangunan Daerah memiliki rencana pengembangan Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung. Kawasan ini terdiri dari destinasi wisata pesisir pantai dan pulau-pulau kecil dengan potensi wisata bahari yang menjadi tujuan wisata unggulannya. Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung secara administrasi berada di 4 Kabupaten, yakni Kota , Kabupaten Lampung Selatan, Kabupaten Tanggamus dan Kabupaten Pesawaran. Dengan kondisi geografis berupa teluk dan tanjung serta kondisi pantai dengan pasir putih dan ombak yang tidak besar, menjadikan destinasi wisata ini sangat cocok dan aman untuk melakukan berbagai aktivitas wisata bahari. Dengan kondisi pantai di Kawasan Teluk Lampung yang landai dan keindahan terumbu karang menjadi daya tarik atraksi yang akan disajikan bagi wisatawan domestik dan mancanegara, sehingga mampu memberikan kenangan dan rasa ingin kembali lagi untuk berwista di Teluk Lampung. Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung yang terdiri dari Kawasan wisata pantai dan pulau-pulau kecil juga kaya akan adat dan budaya. Hal ini terlihat dari semboyan “Sang Bumi Ruwa Jurai” yang memiliki arti satu bumi yang ditinggali oleh dua etnis/suku, yaitu suku Pepadun dan Sai Batin. Keragaman adat budaya, kuliner dan seni di Provinsi Lampung menambah keunikan dan kekayaan kebudayaaan bangsa yang mampu menjadi daya tarik bagi banyak orang untuk datang dan berwisata di Lampung.

1

2

Ditinjau dari dokumen Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah Provinsi Lampung 2010-2025 yang memiliki sasaran meningkatkan daya saing pariwisata dan meningkatnya kontribusi sektor pariwisata terhadap perekonomian daerah. Hal tersebut membuat pelaku usaha pariwisata dan pemerintah Lampung saat ini sedang giat-giatnya melakukan pembenahan dan pengembangan pada sektor pariwisata. Dilansir dari saibumi.com Provinsi Lampung terus menunjukkan tren yang positif dalam sektor pariwisata dilihat dari jumlah wisatawan ke Lampung yang terus meningkat, pada tahun 2016 dengan jumlah kunjungan mencapai enam juta kunjungan dari target lima juta kunjungan wisata dan ditahun 2017 jumlah kunjungan delapan juta kunjungan wisatawan dari target tujuh juta kunjungan wisatawan. Bahkan pada tahun 2017 kunjungan wisatawan Nusantara di Lampung mencapai 8,8 juta mengalahkan Bali yang hanya mencapai 8,5 juta kunjugan. Dengan daya tarik dan potensi wisata yang ada mampu mempengaruhi tingginya minat wisatawan untuk mengunjungi Provinsi Lampung. Hal tersebut, menunjukkan betapa pentingnya pengembangan pariwisata di Provinsi Lampung untuk meningkatkan nilai jualnya. Dengan tren tersebut, dalam pengembangan pariwisata di Provinsi Lampung kedepannya Dinas Pariwisata memiliki tujuan untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara. Saat ini keunggulan sektor pariwisata telah mengalami ekspansi dan diversifikasi berkelanjutan dibandingkan sektor manufaktur. United Nation Tourism Organization (UNWTO) memprediksi bahwa industri pariwisata pada tahun 2020 akan menjadi salah satu industri terbesar dan sumber utama pendapatan negara. Oleh karena itulah, saat ini berbagai negara sedang berupaya meningkatkan daya saing pariwisatanya dengan giat melakukan pengembangan pariwisatanya melalui penggunaan teknologi informasi yang lebih modern. Teknologi Informasi dan Komunikasi di era globalisasi yang semakin lama semakin berkembang maju membuka peluang bagi sektor pariwisata untuk meningkatkan nilai jual dan kualitas pelayanannya. Saat ini industri pariwisata di berbagai daerah sedang berupaya untuk meningkatkan nilai jual dan daya tarik wisatanya dengan berbagai cara agar lebih kompetitif.

3

Salah satu cara untuk meningkatkan industri pariwisata ialah dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi seperti : Internet of Things, Big Data, Cloud Computing, dan artificial Intelegence. Dalam pengembangan pariwisata saat ini, berbagai daerah menawarkan pelayanan yang maju dan inovatif bagi wisatawan yang sering disebut dengan Pariwisata cerdas (Smart Tourism). Konsep Smart Tourism merupakan pengaplikasian dari konsep Smart City di sektor pariwisata. Smart Tourism pertama kali dibahas saat pertemuan United Nations World Tourism Organization (UNWTO) pada tahun 2009. Selain itu, konsep Smart Tourism juga dikemukakan oleh The Organization for Smart Tourism di Inggris pada tahun 2011. Dalam penerapanya sistem pariwisata cerdas meliputi beberapa elemen, yaitu Information Exchange Center (IEC), Goverment/pemerintah, scenic zone/zona, keindahan dan bisnis (Zhui et.al, 2014). Smart Tourism merupakan suatu platform yang digunakan untuk meningkatkan nilai jual pariwisata dengan mengintegrasikan Teknologi Informasi dan Komunikasi yang berdampak terhadap prekonomian dan peningkatan pelayanan pariwisata. Oleh karena itulah, konsep Smart Tourism dalam pengembangan pariwisata sangatlah dibutuhkan mengingat bahwa saat ini berwisata telah menjadi kebutuhan banyak orang dan sudah saatnya mengoptimalkan industri pariwisata dengan sentuhan teknologi dan meningkatkan komersialisasi kawasan pariwisata melalui alternatif wisata yang lebih modern. Penerapan platform Smart Tourism yang dapat diakses melalui gadget dan internet dapat dijadikan alat bagi pemerintah daerah untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik dan peningkatan ekonomi daerah melalui bidang pariwisata yang diiringi pengintegrasian infrastruktur dan TIK yang dijadikan ujung tombak dalam meningkatkna nilai jual dan memperluas pasar pariwisata daerah. Penerapan konsep Smart Tourism dalam pegembangan pariwisata masih terbilang jarang. Saat ini negara yang telah menerapkan konsep Smart Tourism dalam pengembangan pariwisatanya seperti Jepang dan Korea. Sedangkan, dalam penerapanya di Indonesia terbilang masih jarang dan beberapa daerah sedang mengkaji terkait kesiapan daerahnya dalam mengaplikasikan konsep Smart Tourism, seperti Bali, Kota Surakarta, Kota Semarang dan Wisata Danau Toba. Dalam pengaplikasian Smart Tourism dibeberapa kota tersebut memiliki tujuan

4

seperti untuk memudahkan pengunjung dalam melakukan pergerakan (mobilitas), mempermudah dalam mengakses informasi, dan memudahkan mendapatkan kebutuhan lain dalam aktivitas wisata serta untuk mewujudkan kawasan pariwisata tingkat dunia yang mempuyai keunggulan kompetitif yang tidak kalah dengan kawasan pariwisata di negara-negara lain. Menurut Piu Liu dan Yuan Liu (dalam Farania, et al 2017), Smart Tourism erat kaitannya dengan Smart City, karena dalam pengembangan konsep Smart Tourism didasari dari adanya konsep Smart City terlebih dahulu yang bergantung pada infrastruktur dan penguatan keterkaitan setiap sub-sistem pada kota cerdas. Oleh karena itu, saat ini penerapan Smart Tourism lebih banyak diterapkan di kawasan wisata kota atau kawasan yang telah memiliki kelengkapan infrastruktur dasar, sistem transportasi yang baik, ketersediaan infrastruktur TIK yang memadai, dan sistem pelayanan yang menyeluruh. Hal tersebut tentunya membuat Konsep Smart Tourism masih sangat jarang diterapkan di kawasan pariwisata pesisir dan pulau-pulau kecil. Kawasan pariwisata pesisir memiliki karakteristik yang berbeda dengan wisata di kawasan perkotaan, sehingga perlu adanya pengkajian dan penyesuaian dalam pengaplikasiannya agar dapat optimal dalam menerima manfaat dari penerapan Smart Tourism. Dalam penelitian ini akan mengkaji tingkat kesiapan penerapan Smart Tourism pada objek wisata pesisir di wilayah KSPD Teluk Pandan di Kabupaten Pesawaran. Dengan potensi wisata yang cukup besar di KSDP Teluk Pandan yang perkembangan wilayahnya sudah seperti kawasan perkotaan dan memiliki daya tarik atraksi wisata buatan dan wisata alam terutama wisata Pantai dan Pulau-Pulau Kecil dengan keindahan bawah lautnya yang memiliki kesesuaian dengan topografi dan iklim kawasan. Hal tersebut membuat banyak wisatawan dari dalam maupun luar Provinsi Lampung yang telah berwisata ke kawasan objek wisata Teluk Pandan yang dijadikan sebagai tempat wisata masal atau rekreasi keluarga. Untuk ketersediaan sarana/prasarana penunjang pariwisata di Kawasan Teluk Pandan tidak menjadi masalah lagi. Namun berdasarkan dari penjelasan pada dokumen RIPPDA Kabupaten Pesawaran 2017-2031, KSDP Teluk Pandan dalam hal tingkat perkembangan pariwisatanya masih belum setara dengan tingkat perkembangan wilayahnya. Selain itu, terdapat permasalahan terkait pengemasan produk wisata

5

dalam pengembangan kawasan objek wisata ini karena dirasakan masih kurang dapat bersaing dengan kawasan wisata lain di sekitarnya dan juga beberapa objek wisata masih belum dikembangkan serta tidak tersedia fasilitas yang memadai. Oleh karena itu, penelitian ini menjadi penting untuk dilakukan agar dapat mengetahui tingkat kesiapan destinasi wisata pesisir di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung dalam menerapkan Smart Tourism yang ditinjau dari ketersediaan dan kualitas pelayanan infrastruktur dasar dan TIK, Transportasi, Atraksi Wisata, dan fasilitas penunjang wisata. Melalui penerapan konsep Smart Tourism ini nantinya diharapkan mampu meningkatkan nilai jual pariwisata, memberikan kemudahan bagi wisatawan untuk mengakses informasi, meningkatkan kualitas pelayanan wisata, dan memperluas pasar pariwisata hingga berskala internasional.

1.2 Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Penerapan Smart Tourism hingga saat ini lebih dominan pada pariwisata di kawasan perkotaan yang telah memiliki kelengkapan infrastruktur dasar, sistem transportasi yang baik, ketersediaan infrastruktur TIK yang memadai, dan sistem pelayanan yang menyeluruh. Sedangkan, bagaimana dengan penerapannya di Provinsi Lampung dengan potensi pariwisata yang besar di Kawasan Strategis Pariwisata Daerah Teluk Pandan, tetapi memiliki permasalahan pengemasan produk wisata karena dirasakan masih kurang dapat bersaing, beberapa objek wisata masih belum dikembangkan, masalah kelengkapan infrastruktur, sistem transportasi yang belum memadai, minimnya jaringan internet dan masih rendahnya kapasitas masyarakat dalam penggunaan teknologi. Oleh karena itu, perlu adanya pengkajian terkait tingkat kesiapan penerapan Smart Tourism pada pariwisata di Kawasan Pesisir Teluk Lampung agar dapat optimal dalam menerima manfaat dari penerapan Smart Tourism yang diharapkan mampu meningkatkan nilai jual pariwisata, memudahkan pengunjung dalam melakukan pergerakan (mobilitas), kemudahan mengakses informasi dan pelayanan pariwisata serta dapat memperluas pasar pariwisata hingga berskala internasional. Dari rumusan masalah tersebut maka pertanyaan penelitian yang akan dijawab, yaitu :

6

“BagaimanaTingkat Kesiapan penerapan Smart Tourism yang dapat meningkatkan potensi sektor pariwisata pesisir di Teluk Pandan?”.

1.3 Tujuan dan Sasaran 1.3.1 Tujuan Tujuan yang ini dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi tingkat kesiapan objek wisata pesisir KSPD Teluk Pandan di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung dalam menerapkan Smart Tourism.

1.3.2 Sasaran Sasaran yang diperlukan untuk mewujudkan tujuan dalam penelitian adalah sebagai berikut : 1. Merumuskan elemen, indikator dan variabel Smart Tourism yang akan diterapkan pada destinasi wisata pesisir yang memiliki karakteristik, potensi dan masalah yang berbeda berdasarkan teori dan preseden. 2. Mengidentifikasi karakteristik wilayah objek wisata dan karakteristik sosial budaya serta ekonomi masyarakat pesisir di Teluk Pandan dalam menunjang penerapan Smart Tourism. 3. Mengidentifikasi ketersediaan infrastruktur, fasilitas pariwisata dan sistem pelayanan dalam penerapan Smart Tourism pada objek wisata pesisir di Teluk Pandan ditinjau dari jumlah, kualitas pelayanan dan penerapan teknologi. 4. Mengukur tingkat kesiapan penerapan Smart Tourism pada objek wisata pesisir di Teluk Pandan.

TABEL 1. 1 TABEL POSISI SASARAN PADA PENELITIAN

No. Sasaran Posisi Sasaran 1 Merumuskan elemen, indikator dan variabel Berada pada Bab 2 bagian penjelasan Smart Smart Tourism yang akan diterapkan pada Tourism, Smart Tourism Destination, Smart destinasi wisata pesisir yang memiliki Tourism Tools, dan Preseden Kawasan objek wisata karakteristik, potensi dan masalah yang yan telah menerapkan Smart Tourism berbeda berdasarkan teori dan preseden

7

No. Sasaran Posisi Sasaran 2 Mengidentifikasi karakteristik wilayah objek Berada pada bab 3 dengann memberikan gambaran wisata dan karakteristik sosial budaya serta umum wilayah Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk ekonomi masyarakat pesisir pantai di Teluk Lampung (kondisi geografis,pontensi pariwisata), Pandan KSPD Teluk Pandan (kondisi alam 10 objek wisata pantai, potensi dan masalah objek wisata), memberikan gambaran singkat terkait dengan kondisi sosial budaya dan ekonomi masyarakat (tradisi/budaya, pekerjaan, penggunaan teknologi, ketergantungan terhadap lingkungan dan musim) 3 Mengidentifikasi ketersediaan infrastruktur, Berada pada Bab 4 menjelaskan terkait dengan fasilitas pariwisata dan sistem pelayanan ketersediaan dan juga kualitas atau kondisi dari dalam penerapan Smart Tourism pada objek infrastruktur dasar, infrastruktur TIK, transportasi, wisata pesisir di Teluk Pandan atraksi wisata, dan fasilitas penunjang wisata 4 Mengukur kesiapan penerapan Smart Tourism Berada pada Bab 4, pada bagian ini menjadi inti pada objek wisata pesisir di Teluk Pandan penelitian untuk melihat tingkat kesiapan penerapan untuk menerapkan Smart Tourism. Smart Tourism dengan menggunakan analisis skoring berdasarkan ketersedian, kualitas pelayanan, dan juga penerapan TIK Sumber : Peneliti, 2020

1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfat teoritis dan praktis sebagai berikut : 1.4.1 Manfaat Teoritis Secara teoritis, penelitian yang dilakukan diharapkan akan memberi kontribusi berupa ilmu Perencanaan Wilayah dan Kota dalam bidang pengembangan pariwisata melalui penerapan Smart Tourism di objek wisata pesisir. Dalam penerapan Smart Tourism nantinya akan menyesuaikan dengan karakteristik wilayah destinasi wisata dan masyarakat lokal yang unik dan berbeda, sehingga manfaat penelitian ini bisa memberi rekomendasi terkait komponen Smart Tourism yang perlu disediakan untuk menunjang penerapannya pada kawasan wisata pesisir. Dengan penelitian ini nantinya diharapkan mampu memberikan gambaran seperti apa potensi penerapan Smart Tourism di destinasi wisata pesisir pantai yang dalam proses berkembang.

1.4.2 Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis berupa masukan untuk meningkatkan nilai jual pariwisata, perluasan pasar pariwisata, peningkatan

8

kualitas pelayanan melalui penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi pada sektor pariwisata dan mengintegrasikan kegiatan wisata di berbagai destinasi melalui penerapan Smart Tourism pada kawasan wisata pesisir. Manfaat praktis dari penelitian ini adalah semua pemangku dan pihak yang terlibat dalam pengembangan pariwisata mampu mengoptimalkan kinerja serta peranan mereka dalam upaya penerapan Smart Tourism di Kawasan Pariwisata Terintegrasi Teluk Lampung.

1.5 Ruang Lingkup 1.5.1 Ruang Lingkup Wilayah Ruang lingkup penelitian ini ialah 10 Destinasi Wisata Pesisir Pantai di Teluk Lampung tepatnya di Kabupaten Pesawaran. Sepuluh pantai ini dipilih melalui pendekatan rencana/administrasi Kabupaten Pesawaran yang termasuk dalam Kawasan Strategis Pariwisata Daerah Teluk Pandan yang mencakup Pantai Queen Artha, Pantai Mutun Asri, Pantai Putra Mutun, Pantai MS Town, Pantai Mutun Haruna Jaya, Pantai Sari Ringgung, Hutan Mangrove Petengoran, Taman Wisata Dewi Mandapa, Pantai Ketapang, dan Pantai Kelapa Rapat. Setiap pantai tersebut memiliki keunggulan wisata bahari dengan keindahan bawah laut, pasir putih, pemandangan yang indah, dan juga matahari yang menjadi komponen utama sebagai daya tarik wisatanya. Kawasan Wisata Teluk Lampung merupakan kawasan wisata masal dengan mayoritas pengunjung merupakan wisatawan domestik. Berikut Peta Lokasi 10 Objek Wisata Pantai Kabupaten Pesawaran di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung.

9

Sumber : Peneliti, 2020 GAMBAR 1. 1 KAWASAN WISATA PESISIR PANTAI TELUK PANDAN

1.5.2 Ruang Lingkup Subtansi Ruang lingkup subtansi/materi yang dikaji meliputi tingkat kesiapan penerapan Smart Tourism pada destinasi wisata pesisir Teluk Pandan di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung. Lingkup substansi yang dibahas tersebut adalah sebagai berikut :

Sumber : Hasil Kajian Literatur, 2020 GAMBAR 1. 2 RUANG LINGKUP SUBTANSI

10

Saat ini sektor pariwisata mendapatkan berbagai kemudahan pada Era baru TIK dalam proses pengembangannya salah satunya, yaitu melalui penerapan Smart Tourism. Pada Smart Tourism terdapat dua elemen utama dalam penerapannya, yaitu Smart Tourism Destination dan Smart Tourism Tools. Smart Tourism Destination merupakan inisiasi untuk meningkatkan pengalaman pariwisata, meningkatkan efisiensi pengelolaan sumber daya dan memaksimalkan daya saing, khusunya untuk meningkatkan kepuasan konsumen saat mengimplementasikan aspek keberlanjutan daerah tujuan wisata (Buhalis & Amaranggana, 2013). Sedangkan, Smart Tourism Tools menjadi instrumen dalam industri pariwisata untuk pengembangan destinasi wisata dengan meningkatkan kualitas pelayanan dan kemudahan informasi dalam melakukan kegaiatan wisata. Menurut Piu Liu dan Yuan Liu (dalam Farania, et al 2017), Smart Tourism erat kaitannya dengan Smart City, karena dalam pengembangan konsep Smart Tourism didasari dari adanya konsep Smart City terlebih dahulu yang bergantung pada infrastruktur dan penguatan keterkaitan setiap sub-sistem pada kota cerdas. Oleh karena itu, dalam penerapan platform Smart Tourism, penting adanya ketersediaan infrastruktur (dasar dan TIK) dan fasilitas penunjang wisata, potensi atraksi wisata yang dapat dikembangkan, kesiapan stakeholder pariwisata, ketersediaan moda transportasi umum dan pemahaman penggunaan TIK bagi masyarakat sebagai pengguna/pengelola. Pada penelitian ini fokus penelitian akan di batasi, untuk bagian Smart Tourism Destination lingkup subtansi yang akan dibahas terkait dengan kesiapan yang ditinjau dari ketersediaan dan kualitas dari infrastruktur dasar, Moda Transportasi, dan Fasilitas Penunjang Wisata. Sedangkan, untuk bagian Smart Tourism Tools penelitian ini akan fokus pada ketersediaan infrastruktur TIK, aplikasi pariwisata, dan juga penggunaan Big Data. Selanjutnya, untuk komponen pariwisata di kawasan pesisir pada penelitian ini akan dibahas terkait dengan atraksi wisata alam dan atraksi wisata buatan. Untuk mengetahui tingkat kesiapan penerapan Smart Tourism pada objek wisata pesisir di Teluk Pandan akan dikaji berdasarkan komponen Smart Tourism dari

11

aspek infrastruktur, fasilitas dan sistem pelayanan. Untuk itu dalam penelitian yang akan dikaji meliputi : 1. Ketersediaan dan kualitas infrasruktur dasar (Transportasi, penyediaan air bersih, jaringan listrik, dan sistem pengolahan limbah) dan infrastruktur TIK (BTS dan aplikasi pariwisata). 2. Transporatsi (Ketersediaan moda transportasi umum). 3. Atraksi wisata (wisata alam da wisata buatan). 4. Fasilitas penunjang wisata (Keamanan, akomodasi, rumah makan, perdagangan, kesehatan, kamar mandi, parkir, periadatan, ATM dan informasi)

1.6 Keaslian Penelitian Sebelum penelitian ini dilakukan, terdapat beberapa penelitian tentang pengembangan pariwisata yang hampir mirip namun terdapat perbedaan dalam konsep yang digunakan. Adapun perbedaan anatara penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian sebelumnya dapat dilihat pada gambar berikut ini

TABEL 1. 2 KEASLIAN PENELITIAN

Penulis & Judul Fokus Metode Lokus Farania, Azrina. Dkk. Mengetahui Metode Bahwa Kota Surakarta termasuk 2017. Kesiapan Kota tingkat Penelitiana agak siap dalam menerapkan Surakarta dalam kesiapan Kota Deskriptif konsep pariwisata cerdas. Hal Mewujudkan Surakarta Kuantitatif dan tersebut karena semua komponen Pariwisata Cerdas dalam metode pariwisata cerdas masih (Smart Tourism) mewujudkan analisis menunjukkan agak siap. Ditinjau dari Aspek pariwisata Skoring dan Komponen pelaku wisata yang Fasilitas dan Sistem cerdas Analythical kurang siap menjadikan Pelayanan Hierarchy pelayanan atraksi wisata yang Process (AHP) ditunjang transportasi dan fasilitas penunjang wisata tidak mampu berjalan dengan baik. Mahadewi, Ni Made Untuk Metode Wisatawan mempersepsikan Bali Eka dkk. 2016. mengetahui accidental sudah siap menjadi Smart Persepsi Wisatawan persepsi sampling dan Tourism destination dilihat dari Terhadap Bali Sebagai wisatawan analisis indikator yang memiliki nilai Smart Tourism domestik dan statistik loading faktor tertinggi pada Destination mancanegara deskriptif dan masing – masing varibel. terhadap analisis faktor Indikator yang memiliki nilai kesiapan Bali konfirmatori loading faktor tertinggi yang yaitu sebagai Smart pengetahuan pekerja industri

12

Penulis & Judul Fokus Metode Lokus Tourism pariwisata mengenai produk yang destination ditawarkan atau dijual. Widjaja, A.E, Hery Mengusulkan Metode riset Studi kepustakaan menunjukan dan Tarigan. 2016. beberapa yang bahwa teknologi informasi dan Meningkatkan Potensi aplikasi digunakan komunikasi melalui konsep smart Pariwisata Danau potensial Smart pada makalah touris mdapat dimanfaatkan Toba Melalui Konsep Tourism yang ini adalah secara optimal untuk membantu Smart Tourism : kemungkinan literature meningkatkan nilai turisme di Aplikasi dan dapat review suatu kawasan daerah pariwisata Tantangannya. diterapkan di dengan mengusulkan agar Kawasan pemerintah dapat sesegera pariwisata mungkin mengadopsi konsep Danau Toba Smart Tourism untuk dan meningkatkan potensi pariwisata tantangannya kawasan Danau Toba secara lebih baik. Pinasthika, N., & mengetahui Metode Secara keseluruhan Kawasan Pradoto, W. (2018). bagaimana Deskriptif Kota Lama Semarang masih jauh Potensi dan Tantangan potensi dan Kuantitatif, untuk menjadi Smart Tourism. Pengembangan tantangan accidental Hal tersebut terbukti dari 13 Kawasan Kota Lama pengembangan sampling elemen penting, Kawasan Kota Semarang sebagai Kawasan Kota dengan rumus Lama Semarang hanya memiliki Destinasi Wisata Lama Lemeshow 5 elemen dan masih belum terlalu dengan Pendekatan Semarang optimal. Smart Tourism. Jurnal untuk Teknik PWK menerapkan (Perencanaan Wilayah konsep Smart Dan Kota), 7(3), 153– Tourism. yang 164 merupakan turunan dari konsep Smart City Trinanda, Muhammad Kesiapan Penelitian Tingkat kesiapan penerapann Haikal. 2019. Destinasi Deduktif Smart Tourism pada objek wisata Penerapan Smart Wisata Pesisir dengan pesisir di Teluk Pandan Tourism dalam di Kawasan metode Studi dinyatakan AGAK SIAP. meningkatkan sektor Wisata Kasus, komponen infrastruktur dasar dan pariwisata pesisir di Terintegrasi menggunakan TIK yang menunjukan adanya Kawasan Wisata Teluk purposive kesiapan, untuk atraksi dan Terintegrasi Teluk Lampung sampling. fasilitas penunjang wisata Lampung. dalam Analisis menunjukkan agak siap, dan menerapkan induktif untuk komponen transportasi Smart Tourism Kualitatif dan menunjukkan tidak siap dalam . Kuantitatif penerapan Smart Tourism. skoring. Sumber : Hasil Kajian Literatur, 2020

Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian lainnya, yaitu peneliti akan mengkaji terkait Smart Tourism di Objek wisata pesisir. Dalam penerapannya yang berkaitan dengan kelengkapan infrastruktur dasar, sistem transportasi yang baik, ketersediaan infrastruktur dan pelayanan TIK yang memadai, serta sistem

13

pelayanan yang menyeluruh membuat penerapan Smart Tourism hingga saat ini lebih dominan diterapkan pada pengembangan pariwisata di kawasan perkotaan. Sedangkan, bagaimana dengan penerapan Smart Tourism di destinasi wisata pesisir?. Hal inilah yang akan menjadi fokus pada penelitian ini, yaitu mengenai kawasan objek wisata pesisir yang memiliki potensi pariwisata yang besar tetapi memiliki masalah pada pelayanan moda transportasi, pengemasan produk wisata, minimnya jaringan internet dan kapasitas masyarakat dalam penggunaan teknologi. Hasil akhir yang nantinya diharapkan adanya kesesuaian elemen Smart Tourism yang dapat diterapkan di objek wisata pesisir yang dalam proses berkembang, sehingga penerapan Smart Tourism dapat meningkatkan nilai jual pariwisata, memudahkan pengunjung dalam melakukan pergerakan (mobilitas), mengakses informasi, dan memudahkan mendapatkan kebutuhan lain dalam aktivitas wisata serta dapat memperluas pasar pariwisata hingga berskala internasional.

14

1.7 Kerangka Pikir

Latar Potensi Pariwisisata Bahari di Provinsi Lampung dan Pengembangan Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung Belakan

Upaya Meningkatkan Nillai Jual dan Daya Tarik Wisata Melalui Penerapan Konsep Smart Tourism

Preseden Penerapan Konsep Smart Tourism di Kyoto Japan, Bali, dan Pengembangan di Danau Toba

Jarangnya Penerapan Konsep Smart Tourism di Ketersediaan Infrastruktur Dasar dan TIK Pariwisata Destinasi Wisata Pesisir Pantai

Perlu Adanya Pengkajian untuk mengetahui tigkat kesiapan penerapan Konsep Smart Tourism dalam Meningkatkan Potensi Sektor Pariwisata Pesisir Pantai Teluk Pandan agar mampu memperluasan pasar pariwisata, meningkatkan nilai jual, peningkatan kualitas pelayanan berskala internasional.

Rumusan Smart Tourism lebih cenderung diterapkan di wisata perkotaan dan untuk di wisata pesisir pantai masih jarang. Masalah Infrastruktur yang kurang memadai dan penerapan TIK yang masih minim membuat perlunya pengkajian dan penyesuaian dalam penerapan Smart Tourism untuk meningkatkan potensi dan nilai jual pariwisata pesisir pantai Teluk Lampung

Bagaimana tingkat kesiapan penerapan Smart Tourism yang dapat meningkatkan potensi pariwisata Pertanyaan Penelitian pesisir di Teluk Pandan ?”.

\ Observasi, In-depth Interview, dan Observasi dan Kajian dokumen Kajian Literatur kajian dokumen

Karakteristik Wilayah,Sosial Budaya Ketersediaan Infrastruktur Dasar dan Elemen, Variabel, Indikator dan Ekonomi di Kawasan Wisata TIK,Transportasi, Atraksi Wisata, dan Terintegrasi Teluk Lampung Fasilitas Penunjang Wisata Penerapan Smart Tourism pada wisata pesisir pantai Analisis Induksi :

1. Kategori 2. Abstarksi 3. Reduksi Eidetic

Analisis Analisis Tingkat Kesiapan Penerapan Smart Tourism dengan Metode Skoring

Output Tingkat kesiapan penerapan Smart Tourism pada destinasi wisata pesisir pantai di Teluk Pandan

Sumber : Analisis Peneliti, 2019 Kesimpulan dan Rekomendasi GAMBAR 1. 3 KERANGKA PIKIR

15

1.8 Metodelogi Penelitian Metode Penelitian merupakan langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam penelitian. Metodologi penelitian adalah suatu teknik untuk mempelajari dan meneliti suatu fenomena atau kejadian yang menjadi objek penelitian. Pada penelitian ini menjelaskan mengenai pendekatan penelitian, objek penelitian, definisi operasional, metode pengumpulan data, dan teknik analisis. Berikut ini merupakan uraian singkat mengenai metode penelitian tentang Penerapan Smart Tourism dalam Meningkatkan Potensi Sektor Pariwisata Pesisir di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung.

1.8.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini membahas tentang Kesiapan Penerapan Smart Tourism Dalam Meningkatkan Potensi Sektor Pariwisata Pesisir di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung. Untuk mengetahui bagaimana tngkat kesiapan penerapan Smart Tourism dalam pengembangan pariwisata pesisir pantai yang dapat dijadikan sebagai alat untuk meningkatkan nilai jual pariwisata maka digunakan pendekatan penelitian Deduktif Kualitatif. Dasar model teorisasi dalam penelitian kualitatif ini menggunakan teorisasi deduktif. Model Deduktif digunakan dalam penelitian ini, dimana teori masih menjadi alat dalam penelitian sejak memilih dan menemukan suatu masalah, membangun hipotesis dan melakukan pengamatan di lapangan hingga menguji data yang telah didapatkan. Pada penelitian tipe ini teori akan digunakan sebagai awal untuk menjawab pertanyaan penelitian terkait dengan pandangan deduktif yang akan menuntun penelitan dalam menggunakan teori terlebih dahulu sebagai alat ukur atau bahkan digunakan sebagai instrumen untuk membentuk sebuah hipotesis sehingga, penelitian yang akan dilakukan secara tidak lagsung akan menggunakan teori sebagai acuan dalam melihat dan menganalisis masalah dalam penelitian. Menurut Sugiono (2018), menyatakan bahwa metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan

16

data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa, penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah. Dalam hal ini peneliti berperan sebagai instrument kunci dengan teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), dengan menjadikan teori sebagai alat yang akan diuji ke lapangan. Dalam penelitian deduktif kualitatif ini menggunakan data yang pasti. Kita ketahui bahwa data yang pasti dalam penelitian ini ialah data real atau data yang sesuai dengan kondisi sebenarnya, bukan hanya data yang terucap dan terlihat tetapi juga data yang memiliki makna dibalik data yang terucap dan terlihat tersebut. Data didapatkan dari hasil observasi langsung, wawancara mendalam, dan juga kajian literatur serta dokumen terkait. Data kualitatif yang didapat akan diproses dengan analisis deduktif.

1.8.2 Metode Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif sebagai dasar dalam melakukan pengembilan data dan juga pada beberapa tahap analisis. Metode penelitian kualitatif menurut para ahli, seperti yang dikemukakan oleh Creswell (2009) adalah suatu proses eksplorasi dan memahami makna perilaku individu dan juga kelompok, menggambarkan permasalahan sosial atau masalah kemanusiaan. Pada proses penelitian ini membuat pertanyaan penelitian dan prosedur yang bersifat sementara, mengumpulkan data pada seting partisipan, membangun data secara parsial ke dalam tema dan yang terakhir ialah memberikan intepretasi terhadap makna dari suatu data yang didapat. Metode penelitian kualitatif yang menjadi dasar dalam melakukan pengumpulan data yang kemudian diproses menjadi data deduktif. Pada proses pengumpulan data penelitian ini, menjadikan teori dan preseden sebagai dasar untuk menentukan kebutuhan data dan juga menyusun variabel yang menjadi acauan dan dilakukan pengujian dilapangan. Pada penelitian ini proses pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan kajian teori serta berbagai dokumen terkait. Setelah berbagai data terkumpul maka peneliti akan mengelola data hasil temuan

17

secara kualitatif melalui 3 tahapan, yaitu kategorisasi, abstraksi dan reduksi eidetik. Kemudian masuk pada tahapan pengolahan data hasil analisi kualitatif menjadi data deduktif dengan proses analisis menggunakan teknik skoring untuk mengetahui tingkat kesiapan pada tiap sub variabel Smart Tourism berdasarkan kondisi eksisting yang dibandingkan dengan teori, standar dan preseden pada penelitian ini.

1.9 Definisi Operasional Definisi Operasional berisi beberapa penjelasan terhadap substansi materi yang berkaitan dalam penenlitian ini. Adanya definisi operasional bertujuan untuk memudahkan pemahaman terkait dengan tema penelitian. Beberapa istilah dasar yang terkait dengan penelitian Tingkat Kesiapan Penerapan Konsep Smart Tourism dalam Meningkatkan Potensi Sektor Pariwisata Pesisir Di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung, yaitu: 1. Pariwisata : Perjalanan dari satu tempat ke tempat lain yang bersifat sementara dan dilakukan perorangan maupun kelompok sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian. Pariwisata merupakan suatu aktivitas perjalanan wisata ke dan tinggal di luar lingkungan keseharian yang didukung oleh berbagai fasilitas untuk bersenang-senang, menghabiskan waktu senggang, memenuhi rasa ingin tahu dan tujuan lainnya yang bukan merupakan kegiatan untuk menghasilkan uang. 2. Kawasan pesisir : Kawasan pesisir merupakan wilayah yang terdiri dari daratan dan lautan yang dinamik dan saling berkaitan satu sama lain antara daratan dan lautan yang dibedakan berdasarkan 3 pendekatan batasan, yaitu pendekatan ekologi, pendekatan administrasi dan pendekatan perencanaan dengan karakteristik, potensi, sumberdaya dan masalah yang berbeda dari wilayah lainnya. 3. Smart Tourism : Smart Tourism ialah pengembangan pariwisata yang menitik beratkan pada penerapan Information and Communication Technologies (ICT) secara terintegrasi dengan pariwisata dan dalam pengaplikasiannya sangat bergantung pada empat inti teknologi informasi dan komunikasi: IoT, mobile communication, cloud computing, dan artficial intelegent technology.

18

4. Smart Tourism Destination : Penerapan teknologi dalam pengembangan dan pengelolaan destinasi wisata dengan proses yang responsif untuk meningkatkan kualitas pelayanan, meningkatkan pengalaman pariwisata, efisiensi dalam pengelolaan sumber daya, meningkatkan daya saing dan memperluas pasar pariwisata serta untuk meningkatkan kepuasan konsumen. 5. Smart Tourism Tools : Suatu konsep yang menggabungkan berbagai elemen diantaranya smart, tourism, dan tools terkait ICT yang dapat digunakan dalam bentuk aplikasi di berbagai perangkat pintar yang mengelola berbagai big data dari destinasi wisata yang bertujuan untuk memberikan informasi secara real time dan juga mempermudah wisatawan dalam melaksanakan kegiatan wisata. 6. Konsep : suatu gambaran mental atau persepsi yang dirangkum gagasan, pengematan, atau perasaan yang mirip dengan makna yang bias berbeda satu sama lain. 7. Elemen : Merupakan bagian-bagian dasar yang mendasari sesuatu. Elemen ini berfungsi untuk mempersatukan variabel-variabel yang terdapat di dalam berbagai teori. 8. Indikator : Menjadi alat yang dapat digunakan untuk mengamati secara langsung. Ketika dimensi tidak dapat diamati secara langsung, maka digunakan indikator.

1.10 Metode Koleksi Data Metode koleksi data berisi kumpulan teknik yang digunakan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian. Teknik pengumpulan data merupakan faktor penting untuk memperoleh data-data terkait dengan tujuan penelitian. Metode pengumpulan data ini disebut juga dengan teknik pengumpulan data.

1.10.1 Jenis Data Dalam teknik pengumpulan data terbagi menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder yang dijabarkan sebagai berikut ini :

19

1. Teknik Pengumpulan Data Primer Dalam penelitian ini data primer dibutuhkan untuk melakukan proses analisis dan menjawab semua pertanyaan dalam mencapai tujuan dari penelitian ini. Data primer merupakan data yang diperoleh peneliti secara langsung saat peneliti berada di lapangan. Data primer ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan data yang tidak dapat ditemukan pada data sekunder. Tingkat objektif penelitian menjadi dasar dalam pengumpulan data primer ini yang diharapkan mampu menghasilakan output penelitian yang akurat dan sesuai data atau kondisi rill dilapangan. Kebutuhan data primer dapat diperoleh melalui cara berikut ini : a. Observasi Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data dengan cara mengamati, mengidentifikasi dan mengumpulkan catatan lapangan dengan melakukan pengamatan secara langsung situasi di lapangan yang menempatkan pengamat sebagai seorang partisipan. Untuk mengumpulkan data pada teknik ini dilakukan pencatatan secara sistematik terhadap suatu objek yang diperlukan untuk mendukung penelitian. Dalam penelitian ini objek penelitian yang akan diamati adalah karakteristik wilayah, karakteristik masyarakat lokal dan ketersedian infrastruktur TIK dan penunjang wisata di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung. Untuk melaksanakan observasi lapangan ini perlengkapan yang digunakan adalah kamera dan list kebutuhan data serta nantinya bukti observasi akan ditampilkan dalam bentuk foto dan deskripsi terkait objek observasi dalam penelitian ini. b. Wawancara . Wawancara merupakan sebuah metode yang digunakan untuk mendapatkan suatu informasi antara satu orang dengan orang lainnya dengan melakukan tanya jawab. Pada umumnya pertanyaan yang diajukan merupakan pertanyaan yang berhubungan dengan target informasi yang ingin dicapai terkait isu dan permasalahan yang diambil. Metode Wawancara merupakan jabaran dari pendekatan kualitatif dengan teknik wawancara mendalam (In-depth Interview). Menurut (Moleong, 2005) wawancara mendalam merupakan suatu proses mendapatkan data dengan menggali informasi secara mendalam,bersifat terbuka, dan bebas dengan masalah dan fokus penelitian serta dalam mengajukan

20

pertanyaan kepada narasumber diarahkan pada pusat penelitian. Teknik wawancara ini memiliki ciri khusus yaitu keterlibatannya dalam kehidupan responden atau informan. Kegiatan wawancara merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dengan cara bertanya kepada informan baik secara langsung maupun tidak langsung, yaitu melalui media elektronik lainnya dengan tujuan untuk mengetahui pendapat mereka berdasarkan perspektive dari responden dalam menilai dan memandang suatu masalah. Wawancara mendalam secara umum merupakan sebuah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab dengan informan yang sesuai dengan kriteria, dalam hal ini Dinas Pariwisata, Dinas Kominfo, Masyarakat Lokal/Tokoh Masyarakat, dan Pemilik Usaha/Penyedia Fasilitas. Proses In-depth Interview dilakukan untuk mendapatkan berbagai informasi yang dibutuhkan dalam proses analisis dan penentuan indikator atau element Smart Tourism di objek wisata pesisir Teluk Pandan. Dalam melakukan wawancara peneliti akan dilakukan secara langsung dan menggunakan instrument penelitian seperti alat bantu recorder, kamera, telepon, skype dan lain-lain.

2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder Data sekunder adalah data perlengkapan atau informasi yang diperoleh tidak secara langsung melainkan dihimpun dari data-data berbagai sumber dan instansi terkait sesuai dengan kebutuhan data dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini data sekunder yang dibutuhkan berasal dari berbagai instansi seperti Bappeda Provinsi Lampung, Dinas Pariwisata dan Dinas Kominfo Provinsi Lampung serta Kabupaten Pesawaran. Data-data yang dihimpun dalam penelitian ini berupa data yang memiliki keterkaitan dengan program pengembangan kawasan wisata, berbagai aspek potensi wisata, atraksi wisata, kebudayaan masyarakat, dan fasilitas penunjang. Data-data tersebut nantinya diolah dan dianalisis sesuai kebutuhan penelitian. Data sekunder dalam penelitian ini dibutuhkan dalam penyusunan gambaran umum terkait Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung dan juga dibutuhkan dalam melakukan

21

analisis karakteristik wilayah dan masyarakat lokal. Cara dalam memperoleh data sekunder ini yaitu sebagai berikut : a. Survei Instansi Survei instansi merupakan cara yang digunakan mendapatkan data yang berhubungan dengan penelitian. Dalam survei ini instansi yang dituju harus disesuaikan dengan kebutuhan data dan keperluan data yang berhubungan dengan penelitian. Pada penelitian ini membahas mengenai tingkat kesiapan penerapan Smart Tourism dalam meningkatkan potensi sektor pariwisata pesisir di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung melalui Dinas Pariwisata, Dinas Komunikasi dan Infromasi dan Bappeda Provinsi Lampung. Data yang dibutuhkan dari survei instansi adalah gambaran umum wilayah kajian terkait luas wilayah, ketersediaan infrasruktur dasar dan TIK, rencana, program dan strategi pengembangan pariwisata, jumlah penduduk, pendidikan, pendapatan dari sektor pariwisata, dan berbagai data terkait karakteristik wilayah dan masyarakat. b. Kajian Literatur Kajian literatur merupakan jembatan bagi peneliti untuk mendapatkan landasan teoritik yang dapat digunakan sebagai pedoman sumber hipotesis, jembatan dalam hal ini sebenarnya berwujud pengetahuan tentang riset-riset yang telah dilakukan oleh peneliti lain dalam area penelitian. Teori merupakan suatu unsur terpenting sebagai landasan dalam melaksanakan suatu kegiatan dan mampu menjelaskan fenomena penelitian. Dalam penelitian kualitatif teori berkaitan dengan seperangkat data yang berasal dari hasil proses pengujian empiris (Moleong, 2013). Kajian literatur merupakan suatu cara yang dilakukan dengan penggunaan dokumen terdahulu untuk memperoleh data yang digunakan untuk kegiatan penelitian yang sedang dilakukan. Dalam penggunaannya kajian literatur digunakan peneliti untuk memperoleh dasar teori yang akan digunakan untuk mendukung analisis yang didapat dari berbagai sumber seperti buku, jurnal, majalah, internet, surat kabar dan sumber-sumber lainnya. Pada penelitian ini kajian literatur yang dibutuhkan terkait definisi pariwisata pesisir, konsep Smart Tourism, Smart Destination, Smart Tools dan preseden daerah yang telah menerapkan serta yang baru akan menerapkan Smart Tourism.

22

c. Kajian Dokumen Kajian Dokumen dilakukan dengan mengkaji berbagai data yang telah diperoleh dari kajian literatur yang bersumber dari buku, jurnal maupun internet dan media masa yang memiliki keterkaitan dengan kebutuhan data penelitian. Kajian dokumen dapat mempermudah untuk menyusun pertanyaan dalam penelitian ini. Keseluruhan kajian literatur yang dikumpulkan memiliki hubungan dengan tema utama yaitu Smart Tourism, Smart Destination dan Smart Tools.

1.10.2 Kebutuhan Data Kebutuhan data merupakan serangkaian data-data yang diperlukan untuk penelitian. Kebutuhan data penelitian adalah sejumlah data yang dibutuhkan untuk melakukan analisis dalam penelitian. Dalam kebutuhan data terdapat proses check list data pada penelitian. Kebutuhan data penelitian bisa saja berubah saat melakukan observasi langsung di lapangan karena penelitian kualitatif yang berkembang secara dinamis. Untuk lebih jelasnya mengenai kebutuhan data yang akan digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :

TABEL 1. 3 KEBUTUHAN DATA

Dimensi Teknik No Smart Variabel Sub Variabel Operaional Jenis Data Pengumpulan Tourism Data

1 Karakteristik Karakteristik 1. Karakteristik dan Wilayah dan Wilayah Potensi Kawasan Wisata Pengkajian Masyarakat Kawasan Pantai Primer dan Dokumen, Lokal Wisata Sekunder Observasi, dan Terintegrasi 2. Kebersihan dan Wawancara Teluk kelestarian lingkungan Lampung

Karakteristik 1. Karakteristi Masyarakat Sosial (pendidikan, Ekonomi dan tradisi/kebudayaan, dan Pengkajian Budaya modal sosial) Primer dan Dokumen, Masyarakat Sekunder Observasi, dan Setiap Pulau 2. Peran masyarakat lokal Wawancara di Kawasan dalam pengembangan Wisata pariwisata

23

Dimensi Teknik No Smart Variabel Sub Variabel Operaional Jenis Data Pengumpulan Tourism Data Terintegrasi 3. Kondisi sosial ekonomi Teluk masyarakat dan peluang Lampung ekonomi yang dimanfaatkan masyarakat 4. Pengunaan teknologi dalam kehidupan sehari- hari masyarakat Smart Infrastruktur 1. Kondisi dan Kualitas Destination Dasar Transportasi (Jalan, Dermaga, Moda Transportasi) Pengkajian 2. Sumber dan Kualitas Primer dan Dokumen dan Penyediaan Air Bersih Sekunder Observasi 3. Kualitas Pelayanan Jaringan Listrik 4. Sistem Pengolahan Limbah

Atraksi 1. Ketersediaan TIK untuk Pengkajian mendukung attraksi Primer dan Dokumen, 2. Kualitas Pelayanan Sekunder Observasi dan Atraksi Wisata Wawancara Fasiltas 1. Ketersediaan dan penunjang Penerapan Teknologi pada pariwisata Fasilitas Keamanan Keterediaan, Kualitas, 2. Ketersediaan dan Kemudahan Penerapan Teknologi pada dijangkau,dan Fasilitas Akomodasi penerapan 3. Ketersediaan dan teknologi Penerapan Teknologi pada Fasilitas Rumah Makan Primer Observasi 4. Ketersediaan dan Penerapan Teknologi padaFasilitas Belanja 5. Ketersediaan dan Penerapan Teknologi pada Fasilitas Kesehatan 6. Ketersediaan dan Penerapan Teknologi pada

24

Dimensi Teknik No Smart Variabel Sub Variabel Operaional Jenis Data Pengumpulan Tourism Data Fasilitas Kamar Mandi/Toilet 7. Ketersediaan dan Penerapan Teknologi pada Fasilitas Parkir 8. Ketersediaan Fasilitas Ibadah 9. Ketersediaan dan Penerapan Teknologi pada Fasilitas Perbankan/ATM 10. Ketersediaan dan Penerapan Teknologi pada Fasilitas Informasi dan Pelayanan Pariwisata

Smart Tools Sistem Big 1. Sistem Pengelolaan data Primer dan Pengkajian Data pariwisata saat ini Sekunder Dokume dan Wawancara

TIK 1. Ketersediaan Primer dan Pengkajian Infrastruktut TIK Sekunder Dokumen, Observasi, dan 2. Ketersediaan layanan Wawancara Internet 3. Aplikasi penunjang pariwisata

Informasi dan 1. Strategi pemasaran Primer dan Pengkajian Promosi destinasi wisata Sekunder Dokumen, Observasi, dan 2. Cara penyebaran Wawancara informasi yang telah diterapkan

Penyediaan 1. Ketersediaan Peta Primer dan Pengkajian informasi dan virtual Sekunder Dokumen, jasa turis Observasi, dan 2. Ketersediaan Informasi Wawancara travel agent, saran terkait tempat tujuan wisata, dan berbaga pelayanan yang dapat diakses melalui aplikasi

Sumber : Hasil Kajian Literatur, 2020

25

1.10.3 Tahap Koleksi Data Untuk mengumpulkan berbagai data yang dibutuhkan untuk menunjang terwujudnya tujuan dalam penelitian ini, terdapat beberapa tahap koleksi data yang harus dilakukan peneliti, sebagai berikut :

1. Grand Tour Grand tour atau observasi awal merupakan langkah yang dilakukan untuk menemukan berbagai informasi awal yang unik dan menarik sehingga dapat dijadikan sebagai indikasi temuan. Pada observasi awal peneliti dapat memperoleh berbagai informasi terkait gambaran umum secara menyeluruh tentang karakteristik wilayah dan sosial budaya masyarakat. 2. Debriefing Debriefing merupakan tahapan dimana peneliti mengelompokan unit-unit informasi yang telah didapatkan pada tahap grand tour. Unit-unit informasi yang ada kemudian dikelompokan menjadi tema-tema empiris yang berkaitan dengan penelitian. 3. Mini Tour Mini tour merupakan tahapan koleksi data yang merupakan kegiatan observasi yang dilakukan peneliti dengan mempersempit fokus pada aspek tertentu. Pada tahap ini peneliti akan melakukan analisis karakteristik wilayah, karakteristik masyarakat dan mengacu pada variabel penelitian terkait Smart Tourism.

Teori, Standar, dan Preseden Smart Tourissm 26

Variabel-Variabel Penelitian 1.11 Metode Analisis Observasi, Wawancara, dan Kajian Dokumen, Data Empiris

Proses Analisis Induksi :

- Kategorisasi - Abstraksi - Reduksi Eidetic

Karakteristik Wilayah Objek Karakteristik Sosial Budaya Ketersedian dan Kualitas Moda Transportasi dalam Atraksi di Objek Wisata Fasilitas Pendukung Wisata Wisata dan Ekonomi Masyarakat Infrastruktur Dasar dan TIK kemudahan akses Lokal

Proses Analisis Skoring untuk Melihat Kesiapan Penerapan Smart Tourism

SIAP AGAK SIAP TIDAK SIAP

Jika hasil skoring variabel : Jika hasil skoring variabel ; Jika hasil skoring variabel ;

1. Infrastruktur dasar dan 1. Infrastruktur dasar dan 1. Infrastruktur dasar dan TIK adalah 10,32-15 TIK adalah 5,67 -10,32 TIK adalah 1 - 5,66 2. atraksi adalah 4,33-6 2. atraksi adalah 2,67-4,32 2. atraksi adalah 1-2,66 3. transportasi adalah 3. transportasi adalah 3. transportasi adalah 1- 2,33-3 1,67-2,32 1,66 4. fasilitas pendukung 4. fasilitas pendukung 4. fasilitas pendukung wisata adalah 4,33-6 wisata adalah 2,67-4,32 wisata adalah 1-2,66

Kesiapan Penerapan Smart Tourism dalam Meningkatkan Potensi Sektor Pariwisata Pesisir di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung Sumber : Peneliti, 2020 GAMBAR 1. 4 PROSES ANALISIS DATA

27

Metode analisis ini berguna untuk merepresentasikan seluruh data yang berkaitan dengan tingkat kesiapan penerapan Smart Tourism dalam meningkatkan potensi sektor pariwisata pesisir di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung yang disesuaikan dengan kebutuhan penelitian. Metode Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis induksi dan skoring dengan penjabaran dari hasil observasi, wawanacara, temuan lapangan dan analisis yang telah disusun.

1.11.1 Analisis Kualitatif/Induksi Pada penelitian Deduktif kualitatif ini dilakukan pada beberapa tahap, diantaranya peneliti melakukan pengkajian terhadap berbagai teori terkait Smart Tourism. Teori-teori yang telah dikaji kemudian disintesa sesuai dengan kebutuhan dan juga tujuan dari penelitian ini yang kemudian didapatkan variabel penelitian yang akan diuji di lapangan. Untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, didapatkan dengan cara observasi, wawancara dan kajian teori/ dokumen serta preseden. Selanjutnya, untuk menjawab berbagai permasalahan dan tujuan dalam penelitian ini, peneliti melakukan proses pengumpulan data empiris. Menurut Sugiyono (2013) data empiris merupakan suatu data yang didapat dengan cara atau metode yang dapat diamati langsung dengan indra manusia dan dengan begitu orang lain juga dapa mengetahui dan mengamati data tersebut. Dengan adanya data empiris peneliti menyusun suatu karakteristik wilayah dan masyarakat lokal terkait gagasan yang bersifat rasional yang berlandaskan pengalaman peneliti setelah melakukan berbagai tahapan pengumpulan data. Pada proses penyusunan karakteristik peneliti mengelola data dengan analisis data bersifat induksi yang merupakan analisis yang dilakukan berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan di lapangan dan kemudian dilakukan proses penyususnan/konstruksi sehingga menjadi komponen Smart Tourism dalam penerapannya di Pesisir Pantai. Untuk mengelola data empiris sehingga mampu menjadi satu tema/gagasan yang diangkat, terdapat tiga tahapan analisis induksi/kualitatif, yaitu sebagai berikut : 1. Kategorisasi Kategorisasi atau pengelompokkan data merupakan suatu proses yang dilakukan untuk mengkategorikan data sesuai fokus masalah dalam penelitian. Kategorisasi

28

data dilakukan sesuai dengan domain-domain yang akan dianalisis dengan mempertimbangkan aspek kesamaan dan perbedaan dalam masalah penelitian. Untuk melakukan kategorisasi data, hal pertama yang perlu kita lakukan ialah menetapkan kriteria yang kita butuhkan terlebih dahulu dan kemudian melakukan pengelompokan sesuai dengan data yang telah dikumpulkan, masalah penelitian, dan domain-domain yang akan dianalisis. Kategorisasi dilakukan untuk mempermudah peneliti dalam tahapan analisis. Proses kategorisasi data akan dilakukan untuk menganalisis karakteristik wilayah dan masyarakat di setiap destinasi wisata yang ada di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung. 2. Abstraksi Proses analisis data dan penafsiran data dilakukan dalam penelitian ini dengan mengkaji seluruh data yang telah dikumpulkan dari berbagai sumber, yaitu In-depth Interview, observasi, dokumen pribadi dan resmi serta dokumentasi dan lainnya. Jumlah data yang dibutuhkan dalam penelitian yang sangat banyak harus melalui proses reduksi data yang dapat dilakukan dengan melakukan abstraksi. Secara umum, abstraksi merupakan kegiatan yang dilakukan peneliti untuk membuat secara ringkas informasi atau rangkuman terkait inti, proses dan berbagai pernyataan yang diperlukan dalam proses analisis. 3. Reduksi Eidetic Reduksi eidetic merupakan suatu proses yang dilakukan untuk menghilangkan berbagai perbedaan dari berbagai item yang ada dalam khayalan sehingga hanya menyisakan suatu esensi. Reduksi eidetik digunakan untuk mengurangi data dengan berdasarkan pada keterhubungannya. Pada tahap analisis ini, peneliti memulai tahap penafsiran data dalam menganalisis data sebagai hasil sementara untuk melihat tingkat kesiapan penerapan Smart Tourism pada objek wisata pesisir pantai di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung berdasarkan karakteristik wilayah objek wisata, karakteristik sosial budaya dan ekonomi masyarakat lokal, ketersediaan infrastruktur dasar dan TIK, atraksi pada objek wisata, moda transportasi dalam kemudahan akses, dan ketersediaan fasilitas penunjang wisata.

29

1.11.2 Analisis Kesiapan Penerapan Smart Tourism pada Objek Wisata Pada penelitian deduktif kualitatif dalam menilai tingkat kesiapan penerapan Smart Tourism pada objek wisata pantai yang ada di Teluk Pandan. Data yang telah dianalisis secara kualitatif, kemudian dilakukan proses analisis skoring untuk mengetahui tingkat kesiapan setiap variabel Smart Tourism dalam penerapan Smart Tourism. Pada proses analisis skoring ini peneliti akan menilai kesiapan dengan membandingkan kondisi eksisting dengan standar, teori dan juga kebijakan terkait dengan Smart Tourism. Setelah dilakukan proses analisis skoring, output yang akan dihasilkan adalah tingkat kesiapan objek wisata pesisir pantai di Teluk Pandan dalam menerapkan Smart Tourism. Dalam mengdentifikasi kesiapan penerapan Smart Tourism dengan analisis teknik skoring diperlukan kriteria penilaian kesiapan sub variabel tersebut seperti pada tabel berikut ini.

30

TABEL 1. 4 ANALISIS KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM

Komponen Elemen Smart Variabel Sub Variabel Standard Value Smart Tourism Tourism Infrastruktur Transportasi Ketersediaan tourist a. Jalan menuju objek wisata Penilaian Sub Variabel : Dasar dan TIK dan Kualitas attraction memiliki kriteria untuk jalan SIAP (3 Point), jika jalan Jalan homepage, umum aspal/hotmix dan jalan di aspal/tanah padat, tidak smart vehicle- dalam lokasi objek wisata alam berlubang, akses utama dapat scheduling, tanah padat, tidak berlubang, dilalui bus pariwisata medium personal- akses utama dapat dilalui bus deng4an kapasitas 60 (enam itinerary design, pariwisata medium dengan puluh) orang dan jalan utama free wifi, smart kapasitas 60 (enam puluh) orang bisa berpapasan 2 (dua) bus. cards, dan jalan utama bisa berpapasan AGAK SIAP (2 Point), jika jalan intelligent-guide 2 (dua) bus. aspal/tanah padat, tidak system, crowd berlubang, akses utama hanya handling, dapat dilalui satu bus. mobile payment, TIDAK SIAP (1 Point), jika jalan tourist-flow onderlaag/batu, berlubang, akses monitoring, utamanya hanya dapat dilalui online satu bus. information access, travel Penilaian Variabel : safety SIAP : 3 (20,33-30) protection, e- AGAK SIAP : 2 (10,67-20,32) tourism TIDAK SIAP: 1 (1-10,66) Ketersediaan recommendation b. Dermaga : Prinsip dan kaidah, Penilaian Sub Variabel : dan Kualitas system, dan real yaitu : SIAP (3 Point) : 4-5 Prinsip dan Dermaga time traffic 1.) terpenuhi aspek fungsional Kaidah, broadcast. untuk kelancaran aktivitas AGAK SIAP (2 Point) : 2-3 penyeberangan, Prinsip dan Kaidah,

31

Komponen Elemen Smart Variabel Sub Variabel Standard Value Smart Tourism Tourism 2.) Pemenuhan nilai estetika; TIDAK SIAP (1 Point) : 1 3.) Pemenuhan prinsip ekonomis;; Prinsip dan Kaidah yang 4.) Terpenuhinya prosedur dimiliki. keselamatan dan keamanan. Penilaian Variabel : SIAP : 3 (20,33-30) AGAK SIAP : 2 (10,67-20,32) TIDAK SIAP: 1 (1-10,66) Air Bersih Sumber dan Air bersih : Kualitas air bersih Penilaian Sub Variabel : Kualitas Air Tidak berwarna, tidak berbau, dan SIAP (3 Point) : Jika 3 standar Bersih tidak berasa. tersebut terpenuhi, AGAK SIAP (2 Point) : Jika 2 standar terpenuhi, TIDAK SIAP (1 Point) : Jika 1 standar atau tidak ada standar yang terpenuhi.

Penilaian Variabel : SIAP : 3 (20,33-30) AGAK SIAP : 2 (10,67-20,32) TIDAK SIAP : 1 (1-10,66) Jaringan Listrik Sumber Listrik : Kawasan objek wisata Penilaian Sub Variabel : Jaringan terlayani listrik SIAP (3 Point) : Jika terlayani Listrik PLN/Diesel/pembangkit listrik. listrik AGAK SIAP (2 Point) : Menggunakan Diesel TIDAK SIAP (1 Point): Jika tidak terlayani listrik

32

Komponen Elemen Smart Variabel Sub Variabel Standard Value Smart Tourism Tourism

Penilaian Variabel : SIAP : 3 (20,33-30) AGAK SIAP : 2 (10,67-20,32) TIDAK SIAP : 1 (1-10,66) Sistem Pengolahan Prasana, a. Sampah : Penilaian Sub Variabel : Limbah sarana dan 1. Tempat sampah terpadu SIAP (3 Point): Jika 3 standar pengelolaan dipisahkan menjadi 4 (empat) terpenuhi , persampahan bagian, yaitu organik, non AGAK SIAP (2 Point) : Jika 2 organik, botol kaca, botol dan Standar Terpenuhi, gelas plastik serta bahan plastik TIDAK SIAP (1 Point): Jika 1 lainnya; standar hingga tidak ada yang 2. Menerapkan konsep 4R, yaitu terpenuhi reduce (mengurangi), reuse (memakai kembali), recycle Penilaian Variabel : (mendaur ulang) dan replace SIAP : 3 (20,33-30) (mengganti). AGAK SIAP : 2 (10,67-20,32) TIDAK SIAP : 1 (1-10,66) 3. Tempat sampah di setiap Gerai dengan pengolahan limbah buangan dan penampungan limbah minyak goreng. Ketersediaan b. Drainase : Drainase atau Penilaian Sub Variabel : drainase dan saluran pembuangan air lengkap SIAP (3 Point) : Jika tersedia sistem dengan proses pemeliharaan terdapat proses pemeliharaan pengelolaan sebelum dibuang ke saluran kota. sebelumnya dan

33

Komponen Elemen Smart Variabel Sub Variabel Standard Value Smart Tourism Tourism AGAK SIAP (2 Point): Jika tersedia dan tidak ada pengolahan TIDAK SIAP (1 Point): Tidak ada sama sekali

Penilaian Variabel : SIAP : 3 (20,33-30) AGAK SIAP : 2 (10,67-20,32) TIDAK SIAP : 1 (1-10,66 Ssitem c. Sanitasi : Fasilitas septic tank Penilaian Sub Variabel : Pengelolaan pada masing-masing Kepala SIAP (3 Point): Tersedia Septic Sanitasi Keluarga (KK) dan pada kawasan tank Komunal, pesisir pengembangan jamban AGAK SIAP (2 Point): komunal. Septictank Induvidu, Tidak Siap (1 Point): Tidak memiliki septictank

Penilaian Variabel : SIAP : 3 (20,33-30) AGAK SIAP : 2 (10,67-20,32) TIDAK SIAP : 1 (1-10,66 Telekomunikasi BTS dan Indikator ketersediaan dan Penilaian Sub Variabel : aplikasi pelayanan telekomunikasi : SIAP (3 Point): Jika 3-4 standar terkait 1. Memiliki BTS dan radius tersebut terpenuhi, kemudahan pelayanan hingga ke kawasan AGAK SIAP (2 Point): Jika 2 mengakses objek wisata; standar terpenuhi,

34

Komponen Elemen Smart Variabel Sub Variabel Standard Value Smart Tourism Tourism informasi 2. Kecepatan mengakses internet TIDAK SIAP (1 Point): Jika 1 wisata 4G; standar atau tidak ada standar 3. Pengembangan menara yang terpenuhi. telekomunikasi bersama (sharing tower) dalam rangka efisiensi Penilaian Variabel : ruang SIAP : 13,7-20 4. Ketersedian media informasi AGAK SIAP : 7,4-13,6 bagi wisatawan TIDAK SIAP : 1-7,3 Trasportasi Kemudahan Pintu Mauk Moda Transportasi : Penilaian Sub Variabel : Aksesibilitas dan Akses 1. Tersedia angkutan umum; SIAP (3 Point): Jika memenuhi 3 menuju objek menuju 2. Trayek angkutan umum dapat standar tersebut, wisata dan Objek wisata menjangkau lokasi wisata AGAK SIAP (2 Point): Jika dan 3. Mengenai keterjangkauan objek memnuhi 2 Standar, Terjangkauan wisata terhadap trayek transportasi TIDAK SIAP (1 Point): Jika dan kualitas umum, yakni radius 400 meter hanya 1 standar atau tidak moda yang mampu ditempuh secara memenuhi sama sekali. transportasi berjalan kaki. Penilaian Variabel : SIAP : 20,3-30 AGAK SIAP : 10,7-20,2 TIDAK SIAP : 1-10,6 Atraksi Kualitas Pelayanan Keberagaman Memiliki Wisata Alam, Wisata SIAP : Memiliki keberagaman atraksi wisata Buatan, dan Wisata Budaya atraksi wisata tinggi (H’>3) AGAK SIAP: Memiliki keberagaman atraksi wisata sedang (1

35

Komponen Elemen Smart Variabel Sub Variabel Standard Value Smart Tourism Tourism TIDAK SIAP : Memiliki keberagaman atraksi wisata rendah (H’<1) Ketersediaan TIK Tersedianya Menggunakan Teknologi dalam Penilaian Sub Variabel : untuk mendukung TIK pada memberikan informasi terkait Point 1 : jika tersedia software attraksi attraksi dengan atraksi wisata komputer dan smart card; terkait Point 0 : jika tidak tersedia pelayanan software dan smart card informasi dan keberagaman Penilaian Variabel : aktivitas SIAP : 13,67-20 wisata AGAK SIAP : 7,34-13,66 TIDAK SIAP : 1-7,33 Fasilitas Fasilitas Ketersediaan, Kualitas pelayanan yang baik A. Kualitas Pelayanan Failitas Penunjang Keamanan Kualitas dan dalam fasilitas penunjang wisata Penunjang Wisata Wisata penggunaan ini indikator penilaiannya yaitu Penilaian Sub Variabel : Fasilitas teknologi ketersediaan fasilitas penunjang Terdapat 10 jenis fasilitas Akomodasi pada seluruh wisata yang dapat dijangkau dari penunjang wisata dan apabila fasilitas atraksi wisata dengan berjalan semua jenias fasilitas tersedia Fasilitas Rumah penunjang kaki dengan radius 400 meter makan total kualitas pelayanan Makan wisata (Peraturan Menteri Pekerjaan 100%. Jadi, setiap 1 jenis Umum tentang Pedoman fasilitas penunjang wisata yang Fasilitas Perencanaan, Penyediaan dan tersedia memiliki bobot Perdagangan Pemanfaatan Prasarana dan persentase 10 %. (Toko//Warung) Sarana Jaringan Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan, 2014) dan Penilaian Variabel : Fasilitas Kesehatan Ketersediaan TIK yang SIAP : 67,68 % -100%

36

Komponen Elemen Smart Variabel Sub Variabel Standard Value Smart Tourism Tourism Fasilitas Kamar menunjang fasilitas penunjang AGAK SIAP :33,34%-67,67% Mandi/Toilet wisata dinilai berdasarkan TIDAK SIAP : 1-33,33% observasi pada fasilitas penunjang Fasilitas Parkir wisata yang paling dominan atau B. Ketersediaan TIK menonjol dalam penggunakan Penilaian Sub Variabel : teknologinya Ketentuan pemeberian nilai, Fasilitas Ibadah yaitu jika tersedia pemanfaatan TIK mendapat nilai 1 dan jika tidak tersedia pemanfaatan TIK Fasilitas nilai 0. Pervankan/ATM Fasilitas Informasi Penilaian Sub Variabel : dan Pelayanan SIAP : 9,1-13 Pariwisata AGAK SIAP : 5,1-9 TIDAK SIAP : 1-5

Sumber : Peneliti, 2020

37

Pada analisis ini merupakan analisis lanjutan yang menggunakan teknik skoring dengan cara mengakumulasikan skor kemudian dinilai hasil kesiapan tiap variabel sesuai langkah-langkah berikut:

1. Menjumlahkan skor sub variabel dalam satu variabel 2. Menentukan rentang kelas interval dengan rumus interval untuk kriteria skor kesiapan setiap variabel 3. Menilai kesiapan tiap variabelnya

Rumus interval yang digunakan dalam tahap analisis ini, yaitu :

Nilai maksimal − Nilai Minimal = = y...... (1) Jumlah Kelas 퐼푛푡푒푟푣푎푙

Kategori tingkat kesiapan variabel pariwisata cerdas adalah sebagai berikut:

TABEL 1. 5 INDIKATOR ANALISIS KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM

Skor Skor Hasil Indikator Variabel Maksimal Minimal Interval Siap Agak Siap Tidak Siap Jika hasil Jika hasil skoring Jika hasil skoring Infrastruktur skoring variabel variabel variabel Dasardan 15 1 4,66 Infrastruktur Infrastruktur dasar Infrastruktur TIK dasar dan TIK dan TIK adalah dasar dan TIK adalah 10,32-15 5,67 -10,32 adalah 1 - 5,66 Jika hasil Jika hasil skoring Jika hasil skoring skoring variabel variabel variabel Transportasi 3 1 0,66 transportasi transportasi adalah transportasi adalah 2,33-3 1,67-2,32 adalah 1-1,66 Jika hasil Jika hasil skoring Jika hasil skoring skoring variabel Atraksi 6 1 1,66 variabel atraksi variabel atraksi atraksi adalah adalah 2,67-4,32 adalah 1-2,66 4,33-6 Jika hasil skoring variabel Jika hasil skoring Jika hasil skoring Fasilitas fasilitas variabel fasilitas variabelfasilitas Penunjang 6 1 1,66 pendukung pendukung wisata pendukung wisata Wisata wisata adalah adalah 2,67-4,32 adalah 1-2,66 4,33-6 Sumber : Peneliti, 2020

38

Analisis kesiapan penerapan Smart Tourism pada objek wisata pesisir di Teluk Pandan dilakukan melalui hasil dari analisis skoring kesiapan variabel Smart Tourism dengan bobot tiap variabelnya dan hasil perhitungan tersebut kemudian diakumulasi. Ketentuan kategori tingkat kesiapan penerapan Smart Tourism digunakan rumus interval sebagai berikut:

Berdasarkan hasil interval yang diperoleh, dilakukan perumusan kategori tingkat kesiapan penerapan Smart Tourism di Teluk Pandan adalah sebagai berikut:

SIAP : Jika total nilai 9,1-12

AGAK SIAP : Jika total nilai 6,1-9

TIDAK SIAP : Jika total nilai 3-6

1.12 Teknik Sampling Salah satu langkah penting dalam proses pengumpulan data ialah menentukan dan menemukan orang atau lokasi yang akan di pelajari sesuai dengan fokus penelitian. Dalam penentuan hal tersebut deperlukan strategi untuk sampling. Sampel merupakan sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi yang diambil dengan berdasarkan prosedur tertentu yang dapat mewakili populasinya. Dalam penelitian kualitatif yang bertujuan untuk merinci kekhususan penelitian, sehingga diperoleh maksud dan tujuan dalam penelitian (Moleong, 2013). Pengambilan sampel dari populasi dilakukan karena peneliti tidak mempelajari seluruh yang ada di populasi dan terdapat keterbatasan tenaga dan

39

waktu. Dalam penelitian ini akan diambil sampel dari populasi yang benar-benar dapat merepresentasikan berbagai hal yang diperlukan dari populasi dengan fokus penelitian lebih ditekankan pada informasi dari informan yang lebih bermanfaat sesuai tujuan penelitian. Dalam penelitian kualitatif ini teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Purposive sampling merupakan teknik sampling yang bersifat non random sampling dengan memilih informan dengan ciri-ciri khusus yang sesuai dengan tujuan penelitian dari dianggap menguasai masalah yang diteliti, sehingga dapat menjawab permasalahan dalam penelitian. Menurut Creswell (2014) terdapat 16 strategi sampling yang dapat digunakan dalam penelitian kualitatif dan untuk penelitian kali ini teknik yang dipilih, yaitu Variasi Maksimum. Creswell menyatakan bahwa sampling variasi maksimum merupakan pendekatan yang populer dalam studi kualitatif cocok menggunakan teknik sampling maximum variation dengan tujuan utamanya untuk mendokumentasikan variasi dari beragam individu atau suatu tempat dengan berdasarkan ciri-ciri khusus yang digunakan untuk mengidentifikasi pola umum yang bersumber dari berbagai informan yang paham dan dapat menjawab berbagai masalah terkait penelitian. Sampel maximum variation memilih beberapa orang tertentu sebagai informan kunci untuk mendapatkan gambaran kasus atau fenomena secara mendalam. Terkait dengan informasi mendalam yang dibutuhkan maka, akan dicari dari informan kunci (key informan) pada penelitian mengenai Penerapan Smart Tourism dalam Meningkatkan Potensi Sektor Pariwisata Pesisr Pantai Di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung. Berikut ini adalah kriteria sebagai informan untuk wawancara yang terdapat pada berikut ini:

TABEL 1. 6 KRITERIA PEMILIHAN INFORMAN WAWANCARA

Kategori No Informasi Informan 1. Informasi kepariwisataan terkait Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung Instansi 1. 2. Rencana, Program dan Strategi pengembangan Pariwisata di Teluk Pemerintah Lampung 3. Penerapan teknologi dalam pengelolaan pariwisata

40

Kategori No Informasi Informan 4. Bentuk dukungan dan kemitraan pemerintah dalam mewujudkan pengembangan sektor pariwisata 5. Penyediaan Infrastruktur dan faslitas pendukung pariwisata 1. Karakteristik Masyarakat lokal destinasi wisata di Kawasan Wisata Terintegrasi 2. Peran Masyarakat dalam pengembangan dan pengelolaan pariwisata 3. Penggunaan teknologi dan internet dalam pariwisata Masyarakat 4. Tradisi dan budaya unik masyarakat pesisir yang dapat menjadi daya 2. lokal tarik 5. Dampak pengembangan pariwisata terhadap kebudayaan dan ekonomi lokal 6. Inovasi dan kreativitas masyarakat lokal 7. kapasitas masyarakat dalam penggunaan teknologi 1. Strategi pelaku usaha melihat peluang 2. Dampak ekonomi yang diterima dari pengembangan pariwisata Pelaku 3. Usaha 3. Penerapan teknologi dalam pemasaran produk 4. Alasan menerapkan dan tidak menerapkan teknologi

Sumber : Hasil Kajian Literatur, 2019

1.13 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penulisan proposal laporan penelitian dengan judul Tingkat Kesiapan Penerapan Smart Tourism dalam Meningkatkan Potensi Sektor Pariwisata Pesisir di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung adalah sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini membahas Tema dalam Penelilitian Skripsi yaitu Tingkat Kesiapan Penerapan Smart Tourism dalam Meningkatkan Potensi Sektor Pariwisata Pesisir di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung yang meliputi latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan sasaran, manfaat teoritis dan manfaat praktikan, ruang lingkup penelitian yang mencakup ruang lingkup wilayah studi dan ruang lingkup materi, keaslian penelitian, dan kerangka pikir serta Metode Penelitian yang menjelaskan mengenai pendekatan penelitian, objek penelitian, definisi operasional, metode pengumpulan data, teknik analisis data dan kerangka analisis. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

41

Pada bab ini membahas mengenai literatur berupa definisi-definisi konsep dasar, dan preseden dalam melakukan penelitian ini. BAB 3 GAMBARAN UMUM KAWASAN PESISIR TELUK LAMPUNG Pada Bab Ini membahas gambaran destinasi wisata pesisir di Kabupaten Pesawaran dan KSDP Teluk Pandan yang termasuk ke dalam Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung. Pada bagian ini menjelaskan gambaran terkait daya tarik wisata, aktifitas wisata, dan permasalahan wisata serta memberikan gambaran terkait karakteristik sosial ekonomi dan budaya masyarakat lokal disekitar objek wisata. BAB 4 ANALISIS KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM PADA KAWASAN OBJEK WISATA PESISIR TELUK PANDAN Pada bab ini membahas analisis yang digunakan untuk mendukung hasil penelitian yaitu Ketersediaan dan kualitas infrastruktur dasar dan Infrastruktur TIK, Atraksi wisata yang menjadi daya tarik bagi wisatawan, Trasnportasi dalam kemudahan akses bagi wisatawan, dan Analisis skoring dalam menilai tingkat kesiapan penerapan Smart Tourism pada objek wisata pantai di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung. BAB 5 TINGKAT KESIAPAN KAWASAN OBJEK WISATA PESISIR TELUK PANDAN UNTUK MENERAPKAN SMART TOURISM Pada bab ini akan menguraikan temuan hasil studi dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap Tingkat Kesiapan Penerapan Smart Tourism dalam Meningkatkan Potensi Sektor Pariwisata Pesisir di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung dalam bentuk Kesimpulan, Rekomendasi yang diberikan kepada pihak yang terlibat dari Pemerintah, Masyarakat Lokal, Pelaku Usaha sebagai stakeholder yang berperan penting dalam keberlangsungan wisata, penelitian lanjutan lanjutan dan keterbatasan penelitian.

42

*Halaman Sengaja di Kosongkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM

2.1 Tinjauan Umum Pariwisata 2.1.1 Pengertian Pariwisata Pariwisata telah menjadi perhatian pada saat ini, istilah pariwisata telah banyak didefiinisikan oleh para ahli. Secara etimologi, kata pariwisata berasal dari bahasa sansekerta yang terdiri dari dua kata yaitu Pari yang berarti “banyak” atau “berkeliling” dan Wisata yang berarti “pergi” dan “bepergian”. Berdasarkan hal tersebut, pariwisata merupakan suatu proses bepergian seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya (Suzanna, 2003 dalam Rahman,2015). Berdasarkan berbagai definisi dari pandangan yang dikemukakan oleh banyak pakar di bidang pariwisata dapat kita simpulkan secara umum pariwisata merupakan suatu aktivitas perjalanan wisata ke dan tinggal di luar lingkungan keseharian yang didukung oleh berbagai fasilitas untuk bersenang-senang, menghasbiskan waktu senggang, memenuhi rasa ingin tahu serta tujuan lainnya yang bukan merupakan kegiatan untuk menghasilkan uang. Suatu perjalanan dianggap sebagai wisata apabila memenuhi faktor penting, yaitu : (1) Bersifat sementara dengan berpindah dari suatu tempat ketempat lain; (2) Bersifat sukarela (Voluntary) dalam arti tidak terjadi karena terpaksa; (3) Tidak melakukan kegiatan/pekerjaan yang menghasilkan upah. Pembangunan pariwisata pada dasarnya berprinsip pada Pariwisata Berbasis masyarakat, yaitu dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Indonesia yang kental akan adat dan budaya menghasilkan suatu konsep pariwisata berbasi budaya yang mencakup berbagai hal terkait hasil cipta karya masyarakat, yang menjadi salah satu kekayaan utama dan alat untuk membawa keuntungan yang kompetitif. Sedangkan, terkait dengan lingkungan adanyaa konsep pariwisata berkelanjutan tentang cara untuk menghormati dan melestarikan lingkungan untuk generasi saat ini dan tidak mengurangi kemampuan dalam memenuhi kebutuhan generasi di masa

43

44

datang. Menurut Cooper dkk (1995) dalam Ripparda Provinsi Lampung 2010-2025, mengemukakan bahwa terdapat 4 (empat) komponen yang harus dimiliki oleh sebuah objek wisata, yaitu : 1. Attraction (Daya Tarik). Merujuk kepada daya tarik yang dimiliki sebuah tempat wisata yang menjadi faktor penarik wisatawan untuk berwisata objek wisata tersebut. Daerah tujuan wisata pada dasarnya memiliki daya tarik wisata yang baik daya tarik berupa alam, buatan manusia, dan atraksi hibrid atau campuran antara alam dan buatan manusia. Atraksi alam biasanya berupa pantai, gunung, sungai, air terjun, dan lain-lain. Atraksi buatan manusia diantaranya berupa museum, taman, event, pameran, festival, dan lain-lain. Sedangkan untuk atraksi campuran antara alam dan buatan manusia berupa di lokasi pantai di bangun water boom, taman, spot foto, dan lain-lain. 2. Accesibility (aksesibilitas). Accesability dimaksudkan terkait dengan cara wisatawan domestik dan mancanegara dapat dengan mudah berpindah dalam mencapai tujuan ke tempat wisata. Dalam aktivitas paiwisata akses di Indonesia sudah lumayan baik di beberapa tempat namun masih ada yang kurang baik dan belum menunjang akses pariwisata terutama di daerah pedesaan dan kawasan pesisir. Akses yang baik dapat menunjang akomodasi, karena akomodasi yang mudah didapatkan oleh wisatawan dapat memenuhi apa yang diinginkan wisatawan, serta aksesibilitas yang baik akan mempermudah wisatawan dalam melakukan aktivitas wisata dan melakukan perpindahan ke tempat wisata lainnya. 3. Amenities (fasilitas). Amenities menjadi salah satu unsur penting yang harus dimiliki daerah tujuan wisata agar wisatawan dapat nyaman dan tinggal lebih lama di salah satu objek wisata. Akomodasi dasar yang harus dimiliki tempat wisata adalah hotel dan restoran yang mudah dijangkau dan dalam kondisi baik, serta bisa memenuhi apa yang wisatawan inginkan selama berada di objek wisata yang dikunjunginya. 4. Ancillary (kelembagaan). Adanya lembaga pariwisata mampu menunjang terlaksananya dan berjalannya suatu aktivitas pariwisata, wisatawan akan semakin sering mengunjungi dan mencari daerah tujuan wisata apabila di

45

daerah tersebut wisatawan dapat merasakan kenyamanan, keamanan, (protection of tourism) dan terlindungi.

Dalam UU No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, ada beberapa istilah yang sering digunakan dalam kegiatan pariwisata yaitu : a. Kawasan Wisata yaitu Suatu kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata b. Objek Wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran daya tarik wisata. Dalam Pasal 4 Undang-Undang No 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, bahwa kepariwisataan bertujuan sebagai berikut : a. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi b. Meningkatkan kesejahteraan rakyat c. Menghapus kemiskinan d. Mengatasi pengangguran e. Melestarikan alam, lingkungan dan sumberdaya f. Memajukan kebudayaan mengangkat citra bangsa g. Memupuk rasa cinta tanah air h. Memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa i. Mempererat persahabatan antar bangsa

2.1.2 Pariwisata sebagai Suatu Sistem Pengertian sistem dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga mencapai suatu tujuan. Pariwisata merupakan salah satu industri yang multidimensional dan multisektoral serta harus ditinjau dalam suatu sistem besar yang memiliki aktivitas kompleks dengan berbagai komponen seperti ekonomi, ekologi, politik, sosial, budaya, dan lain-lain. Beberapa ahli telah mengemukakan pandangan mereka terkait dengan sistem pariwisata. Menurut Mill dan Marison (1985), Pariwisata terkait erat dengan aktivitas perpindahan tempat yang merupakan sebuah sistem yang bagian- bagiannya tidak berdiri sendiri melainkan saling terkait satu sama lain seperti jaring laba-laba. Hall (2000) Menggambarkan secara umum sistem pariwisata yang mengandung 3 komponen penting, yaitu:

46

1. a set of element 2. The set of relationship between the element 3. The set relationship those element and environment Dengan adanya komponen penting pariwisata inilah yang akan menghasilkan suatu sistem yang saling satu sama lain. Sistem pariwisata menurut Leiper (2004 dalam Rahman 2015) menyatakan tentang sifat sistem terbuka dalam pariwisata. Leiper menjelaskan didalam Sistem Pariwisata lingkungan juga memiliki peranan untuk berinteraksi dan memiliki pengaruh terhadap elemen-elemen di dalam sistem tersebut. Lingkungan yang dimaksud dapat berupa aspek-aspek fisik, budaya, sosial, ekonomi, politik, hukum, dan teknologi yang menjadi unsur pembentuk pariwisata, namun pada kondisi tertentu juga dipengaruhi oleh pariwisata. Secara sederhana berikut gambar Sistem Pariwisata yang dikemukan oleh Lepier (2004 dalam Rahman 2015) :

Sumber: (Leiper 2004 dalam Rahman 2015)

GAMBAR 2. 1 BAGAN SISTEM PARIWISATA LEIPER

Berdasarkan gambar diatas, dapat kita ketahui bahwa Leiper mencoba menjelaskan sistem pariwisata secara menyeluruh (whole tourism system) yang dimulai dengan mendeskripsikan perjalanan seorang wisatawan dari daerah asalnya hingga ke daerah tujuannya. Dari sistem pariwisata Leiper terdapat lima elemen sebagai subsistem yang merupakan bagian sistem pariwisata yang menyeluruh, yaitu: 1. Wisatawan (tourist) yang merupakan elemen manusia yaitu orang yang melakukan perjalanan wisata

47

2. Daerah asal wisatawan (traveller-generating regions), merupakan elemen geografi yaitu tempat dimana wisatawan mengawali dan mengakhiri perjalanannya. 3. Jalur pengangkutan (transit route) merupakan elemen geografi tempat dimana perjalanan wisata utama berlangsung. 4. Daerah tujuan wisata (tourist destination region) sebagai element geografi yaitu tempat utama yang dikunjungi wisatawan . 5. Industri pariwisata (tourist industry) sebagai elemen organisasi, yaitu kumpulan dari organisasi yang bergerak usaha pariwisata, bekerjasama dalam pemasaran pariwisata untuk menyediakan barang, jasa dan fasilitas pariwisata (Suryadana dan Octavia, 2015) Sistem Pariwisata juga dijelaskan oleh Gunn. Menurut Gunn dan Turgut (Dalam Rahman, 2015) Model Pariwisata memiliki elemen-elemen kunci yang menyeluruh yang meliputi hal-hal sebagai berikut : 1. Pariwisata merupakan bidang yang multidisiplin; 2. Pariwisata digerakkan oleh dua elemen utama yaitu elemen permintaan (demand) dan elemen penawaran (supply); 3. Elemen Permintaan terdiri dari : Kemampuan dan kemauan untuk melakukan suatu perjalanan wisata; 4. Elemen Penawaran terdiri dari : Atraksi, pelayanan wisata, transportasi, informasi dan promosi wisata yang terdapat dalam suatu wilayah pariwisata. Model Pariwisata yang dikemukakan oleh Gunn menekankan bahwa Pariwisata hanya dapat berkembang dan direncanakan dengan memahami hubungan- hubungan saling mempengaruhi antara elemen ketersediaan (supply) pariwisata dengan permintaan (demand) pasar pariwisata. Secara umum, ketersediaan dan permintaan dibentuk berdasarkan interaksi antar komponen daya tarik, layanan/jasa, transportasi, informasi bagi wisatawan dan promosi. Model Pariwisata Gunn menjelaskan Sistem Fungsional dari Pariwisata. Digram sistem fungsional pariwisata menurut Gunn dapat digambarkan sebagai berikut :

48

Sumber : (Gunn dan Turgut 2002 dalam Rahman 2015)

GAMBAR 2. 2 DIAGRAM MODEL SISTEM FUNGSIONAL PARIWISATA

Berdasarkan kedua sistem kepariwisataan yang sudah dijelaskan diatas maka dapat diketahui bahwa dalam pariwisata terdapat lima komponen utama, yaitu : A. Wisatawan Wisatawan menurut Leiper (2004 dalam Rahman 2015) adalah pelaku dalam kegiatan wisata. Berwisata menjadi sebuah cara untuk mendapatkan pengalaman, menikmati, mengantisipasi dan kesenangan di dalam kehidupan dengan melakukan berbagai aktivitas di luar temapt tinggalnya. Menurut World Tourism Organization (WTO) wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan dan tinggal di luar lingkungan mereka tidak lebih dari satu tahun tetapi lebih dari 24 jam. Perjalanan yang dilakukan wisatawan memiliki beragam motif, minat, ekspetasi, karakteristik, sosial, ekonomi, budaya, dan faktor lainnya. Dengan motif dan latar belakang yang berbeda, wisatawan menjadi pihak yang menciptakan permintaan produk dan jasa wisata serta menjadi penggerak aktivitas pariwisata di suatu destinasi. Motivasi berwisata seseorang wisatawan digolongkan menjadi : physical motivation, cultural motivation, social motivation, dan fantasy motivation (Pitana dan Gayatri, 2005). Peran wisatawan ini sangat menentukan dan sering diposisikan sebagai kunci dalam berbagai kegiatan wisata di suatu daerah tujuan wisata. B. Atraksi

49

Atraksi merupakan sesuatu yang menjadi daya tarik untuk dilihat, dirasakan, dinikmati dan dimiliki oleh wisatawan, yang dibuat oleh manusia dan memerlukan persiapan terlebih dahulu sebelum diperlihatkan kepada wisatawan agar dapat memberikan kebahagiaan, ilmu baru, dan pengalaman yang tak terlupakan. Dalam UU. No 10 Th. 2009 tentang Kepariwisataan, Obyek Wisata dan Atraksi Wisata tidak didefinisikan masing-masing secara terpisah, melainkan dalam satu definisi atau menjadi satu kesatuan. Adapun yang membedakan antara Obyek Wisata dan Atraksi Wisata ialah masing-masing karakteristiknya. Obyek Wisata memiliki sifat statis atau tetap karena terikat pada tempat dan dapat dijamah (tangible). Sedangkan Atraksi Wisata bersifat dinamis yang mencerminkan adanya gerak dan tidak terikat tempat (dapat berpindah) serta tidak dapat dijamah (intangible). C. Transportasi/Pengangkutan Transportasi merupakan salah satu aspek yang penting bagi pariwisata, karena karakteristik kunci wisatawan adalah mobilitas (Tambunan, 2009). Dengan adanya transportasi dapat semakin memudahkan wisatawan untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain dan mengunjungi daerah tujuan wisata. Dalam kaitannya di kegiatan pariwisata trasnportasi, meliputi transportasi akses dari dan menuju kawasan wisata, transportasi internal yang menghubungkan atraksi utama kawasan wisata. Fasilitas dan pelayanan transportasi terkait dengan mendukung terwujudnya kemudahan aksesibilitas dari dan menuju ke tempat wisata, sehingga mampu memberikan rasa nyaman dan efisien waktu dalam melakukan kegiatan wisata. Dalam mendukung pariwisata sistem transportasi dibagi menjadi tiga aspek utama yaitu aksesibilitas, moda transportasi dan rute perjalanan. Dalam pariwisata ketiga aspek ini harus saling terkait dan terpadu satu sama lain karena hal ini menyangkut kenyamanan dan keamanan pengunjung obyek wisata. Aksesibilitas menekankan pada kemudahan dalam menjangkau obyek-obyek wisata dari berbagai lokasi. Transportasi meninjau seberapa jauh peran penyediaan dan jangkauan angkutan umum dalam menyediakan kebutuhan para pengunjung pariwisata. Rute perjalanan pariwisata menekankan pada ketersediaan rute dari berbagai arah serta berbagai jalur transportasi menuju obyek-obyek wisata sehigga dapat dikunjungi oleh wisatawan dari berbagai daerah asal dengan mudah.

50

D. Informasi dan Promosi Promosi merupakan suatu kegiatan memperkenalkan produk atau jasa yang hendak ditawarkan kepada calon konsumen yang menjadi target pasar dalam konteks ini ialah wisatawan. Kegiatan promosi idealnya dilakukan secara berkesinambungan dan intens melalui beberapa media yang dianggap efektif dapat menjangkau pasar, baik cetak maupun elektronik, namun pemilihannya sangat tergantung pada target pasar yang hendak dituju. Terdapat beberapa penjelasan tentang arti promosi penjualan yang disediakan oleh beberapa ahli marketing (Bahar, 2002) : 1. Promosi penjualan adalah setiap kegiatan bukan tatap muka yang berhubungan dengan promosi penjualan, tetapi seringkali mencakup periklanan. Mempromosikan suatu produk tanpa adanya interaksi secara langsung dengan konsumen yang dalam kondisi ini konsumen dapat melihat iklan dalam media cetak maupun elektronik. 2. Promosi adalah setiap upaya marketing yang fungsinya untuk memberikan informasi atau meyakinkan para konsumen yang potensial mengenai kegunaan suatu produk atau jasa dengan tujuan unuk mendorong konsumen untuk melanjutkan atau memulai pembelian pada harga tertentu. Promosi dalam konteks ini merupakan bentuk atau cara untuk memperkenalkan suatu produk atau jasa kepada konsumen yang akan menggunakan produk tersbut dan memilki keinginaan untuk membelinya. 3. Promosi adalah pencarian peluang-peluang usaha dan organisasi dana, harta kekayaan, dan kemampuan manajemen untuk terjun ke dalam usaha dengan tujuan untuk mencari laba. Promosi dapat kita artikan sebagai suatu bentuk kegiatan yang dilakukan suatu penyedia barang atau jasa untuk menarik minat pembeli dan mendapatkan keuntungan yang maksimal. Dalam pengembangan dan pemasaran suatu barang dan jasa aspek informasi dan promosi menjadi sangat penting agar konsumen dapat mengetahui terkait ketersedian dan keberadaan barang dan jasa tersebut. Oleh karena itu, Informasi dan promosi akan berhasil jika kegiatan-kegiatannya berdasarkan : 1. Sesuai kebijaksanaan umum yang mengatur tentang pemasaran. 2. Strategi pemasaran yang mantap dan sesuai pasar.

51

3. Pemilihan taktik sasaran yang tepat. 4. Pemilihan sarana komunikasi yang sesuai dan cepat menyebar. Keberhasilan informasi dan promosi dalam kontek pariwisata akan terlihat apabila : 1. Arus kedatangan wisatawan semakin meningkat. 2. Semakin lamanya wisatawan tinggal di daerah tujuan wisata yang dipromosikan. 3. Pengeluaran wisatawan semakin besar di daerah tujuan wisata. 4. Semakin besarnya kecenderungan dan keinginan wisatawan untuk berkunjung lagi ke daerah yang sama Promosi tempat wisata daerah merupakan kegiatan yang dilakukan para pelaku ekonomi di lokalitas perekonomian tertentu yang memiliki potensi sebagai tempat wisata yang memiliki daya tarik tertentu. Potensi tersebut dapat berupa keindahan alam, kekayaan budaya dan adat istiadat masyarakat lokal, situs bersejarah, even pesta budaya / festival dan keagamaan, serta potensi pusat-pusat kegiatan ekonomi, perdagangan dan investasi yang menarik dan memiliki ciri khasnya tersendiri. Tujuan promosi wisata daerah dapat dikategorikan ke dalam beberapa tujuan berikut ini: 1. Mempromosikan lokalitas wisata sebagai tujuan wisata yang menarik, unik dan menjadi daya tarik tersendiri yang dapat menguntungkan wisatawan. 2. Meningkatkan dan menetapkan citra wisata daerah di pasar domestik dan internasional. 3. Menyebarkan informasi tentang produk–produk wisata yang telah dikembangkan. 4. Membangun dan membina komunikasi yang efektif dengan media dan pers internasional. E. Pelayanan Pariwisata adalah kegiatan pelayanan dari hosts terhadap guests. Hosts memberikan pelayanan untuk memuaskan keinginan wisatawan sebagai guests (Kandampully,Sparks, Conniie, 2001). Wisatawan sebagai guests membutuhkan pelayanan karena berada dan hidup pada kawasan bukan tempat tinggalnya dan tentunya untuk mendapatkan kenyamanan dan keamanan. Kelengkapan dari sarana

52

dan prasaran di suatu obyek wisata dapat dijadikan sebagai faktor yang sangat menunjang berbagai aktivitas wisata yang akan dilakukan di obyek wisata tersebut. Menurut Oka A. Yoeti (2007) pelayanan dalam pariwisata sangat diperlukan untuk mendukung dari pengembangan obyek wisata. Pelayanan berupa Prasarana kepariwisataan adalah semua fasilitas yang memungkinkan agar sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang sehingga dapat memberikan pelayanan untuk memuaskan kebutuhan wisatawan yang beraneka ragam seperti sarana akomodasi, sebagai tempat untuk beristirahat atau menginap di daerah tujuan wisata. Macam-macam tempat menginap tersebut diantaranya hotel, penginapan, cottage dan pondok wisata. Akomodasi merupakan sarana yang menyediakan jasa pelayanan penginapan yang dapat dilengkapi dengan pelayanan makan dan minum serta jasa lainnya. Dalam sistem pariwisata, peran dari stakeholder sangatlah penting dalam menjalakan sebuah sistem pariwisata yang besar dan kompleks. Secara umum, stakeholder dalam sistem pariwisata dikelompokkan menjai 3 pilar utama, yaitu 1) Masyarakat yang dalam hal ini ialah masyarakat umum yang berada di kawasan destinasi wisata, sebagai pemilik dari salah satu sumber daya seperti kebudayaan yang mampu memberikan daya tarik tersendiri bagi wisatawan. 2) Swasta merupakan asosiasi usaha dalam industri pariwisata dan para pengusaha yang ikut berperan dalam penyediaan berbagai fasilitas pendukung pariwisata dan berbagai hal lainnya. 3) Pemerintah terkait pada berbagai wilayah administrasi dari desstinasi wisata, terdiri dari pemerintah pusat, provinsi, kabupaten, kecamatan, dan seterusnya. Penyelenggaraan sistem pariwisata dapat terwujud dan berjalan dengan baik apabila setiap stakeholder mampu bersinergis dan saling mendukung satu sama lainnya dalam menjalankan dan mengembangkan pariwisata yang unggul. Terdapat kriteria dan destinasi pariwisata unggulan berdasarkan peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No. 37/UM.001/MKP/07 tentang kriteria dan penetapan destinasi pariwisata unggulan menguraikan sebagai berikut : 1. Ketersediaan sumber daya dan daya tarik wisata;

53

2. Fasilitas pariwisata dan fasilitas umum tersedia dengan baik; 3. Aksesibilitas; 4. Kesiapan dan keterlibatan masyarakat dalam pariwisata; 5. Potensi pasar; 6. Posisi strategis pariwisata dalam pembangunan daerah. Dengan memenuhi kriteria tersebut suatu daerah tujuan wisata dapat menjadikan destinasi wisata yang ada di daerahnya menjadi destinasi pariwisata unggulan yang tentunya akan menjadi daya tarik tersendiri untuk para wisatawan agara berwisata di daerah tersebut dan dari pengembangan tersebut tentunya akan banyak dampak positif yang dirasakan oleh masyarakat dan daerah terutam dari aspek ekonomi.

2.1.3 Pariwisata dalam Konteks Penataan Ruang Pariwisata merupakan suatu aktivitas perjalanan wisata yang dilakukan seseorang atau sekelompok ke suatu tempat di luar lingkungan keseharian untuk rekreasi, mempelajari budaya dan lingkungan baru, mengisi waktu senggang, dan bersenang-senang tanpa ada kegiatan yang menghasilkan upah. Dalam melakukan kegiatan wisata didukung dengan penyediaan fasilitas dan pelayana pariwisata yang disediakan oleh pemerintah, masyarakat dan pengusaha sebagai upaya untuk meningkatkan daya tarik dan kesan bagi pengunjung. Saat ini perkembangan pariwisata mempengaruhi kegiatan wisatawan yang tidak hanya ingin berkunjung untuk tujuan wisata dan atraksi wisata saja, tetapi juga menekankan kepada unsur pengalaman dan wawasan yang tidak akan terlupakan dalam menikmati sebuah wisata yang salah satunya dengan cara mengajak wisatawan untuk ikut langsung melakukan kegiatan sehari-hari, adat budaya dan gaya hidup masyarakat lokal di lokasi wisata. Dalam pengembangan pariwisata sangat penting untuk mempertimbangkan kesimbangan beberpa hal penting berikut ini dalam perencanaannya, yaitu : 1. Pelestarian terhadap berbagai sumberdaya budaya dan alam. Terutama sumberdaya yang tidak dapat tergantikan dan diperbaruhi. Hal ini tidak hanya meliputi kawasan inti di wilayah perencanaan wisata, melainkan juga karakteristik daerah tujuan wisata.

54

2. Pemanfaatan dan optimalisasi, suatu hal yang perlu dilakukan untuk meningkatkan dayaguna berbagai potensi dan aset yang masih belum dimanfaatkan secara optimal. Hal ini meliputi berbagai objek yang memiliki potensi dan daya tarik namun belum dikelola dengan baik, jumlah kunjungan yang masih sedikit, fasilitas pendukung pariwisata yang belum tersedia dan belum termanfaatkan dengan optimal, serta berbagai kegiatan yang belum dapat dimanfaatkan sebagai salah satu daya tarik di kawasan tersebut. 3. Pembangunan dan eksploitasi, suatu tindakkan yang dilakukan terhadap beberapa bagian kawasan untuk memperoleh keuntungan, baik dari sisi sosial budaya kemasyarakatan, maupun secara ekonomi finansial. Aspek ini dapat dimanfaatkan untuk melakukan subsidi terhadap setiap tindakan pelestarian dan optimalisasi. Dalam Pengembangan pariwisata peting untuk memperhatikan 4 aspek (4A) dalam penawaran pariwisata, yaitu : Attraction, Accesibility, Aminities, and Ancillary. dengan mengintegrasikan 4 komponen utama pariwisata tersebut yang akan diintegrasikan dengan penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi melalui pengaplikasian Konsep Smart Tourism di daerah tujuan wisata. Dalam penerapannya perlu adanya kesinergisan anatara stakeholder yang menjadi pilar utama pariwisata dalam menjalankan sistem pariwisata agar tujuan yang dimiliki dapat tercapai dan menerima manfaat yang optimal dari industri pariwisata. Selain itu, pada sektor pariwisata infrastruktur memiliki peranan yang penting dalam pencapaian pembangunan, baik dalam bidang ekonomi maupun bidang sosial. Infrastruktur memiliki peranan sebagai elemen pendukung suatu wilayah dan mediator antara lingkungan sebagai elemen dasar dengan sistem sosial dan ekonomi. Proses pengembangan sektor pariwisata memiliki keterkaitan dengan ketersediaan infrastruktur yang memadai. Oleh karena itu, peran infrastruktur sangat penting bagi sektor pariwisata karena dengan sistem infrastruktur yang tersedia dapat mempercepat perkembangan pada sektor pariwisata. Berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No.378/1987 tentang Standar Konstruksi Bangunan Indonesia, Lamp.22: ”Prasarana Lingkungan adalah jalan, saluran air minum, saluran air limbah, saluran air hujan, pembuangan sampah, jaringan listrik”. Ditinjau dari laporan tahunan Kementrian Pariwisata kebutuhan infrastruktur dasar

55

pada sektor pariwisata meliputi bidang prasarana umum yang mencakupi jalan, air bersih, listrik, telekomunikasi, dan kesehatan lingkungan; penyediaan dan pengembangan sarana dan prasarana transportasi angkutan jalan, sungai, danau dan penyeberangan, angkutan laut, angkutan udara, dan angkutan kereta api.

2.2 Wilayah Pesisir 2.2.1 Pengertian Wilayah Pesisir Istilah wilayah pesisir sudah sangat sering kita dengan karena berkaitan erat dengan predikat Indonesia yang menjadi negara maritim. Ketchum (1972) menyebutkan bahwa pada dasarnya wilayah pesisir adalah wilayah pertemuan antara wilayah daratan (terestrial) dan wilayah laut (the coast may be thought of as the area that shows a connection between land and ocean). Selanjutnya, secara ekologis Ketchum mendefinisikan wilayah pesisir sebagai “The band of dry land and adjacent ocean space (water and submerged land) in which terrestrial processes and land uses directly affect oceanic processes and uses, and vice versa.”. Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa wilayah pesisir merupakan sebuah wilayah yang dinamik dan saling berkaitan satu sama lain antara daratan dan lautan. Dengan adanya keterkaitan antara wilayah darat dan lautan tersebutlah yang menjadi penyebab adanya dinamika, karakteristik yang berbeda dari wilayah lainya dan tantangan dalam pengelolaan wilayah pesisir dan lautan secara terpadu (Integrated Coastal Management;ICM). Dalam konteks kebijakan Jones and Westmascot (1993) mendesfinisikan wilayah pesisir sebagai berikut : “ Coastal zone management involves the continuous management of the use of coastal lands and waters and their resources within some designated area, the boundaries of which are usually politically determined by legislation or by executive order.” Definisi tersebut menjelaskan bahwa wilayah pesisir merupakan suatu administratif wilayah pengelolaan. Coastal Area atau kawasan pesisir yang lebih berkonotasi sebagai wilayah geografis sebelum dijadikan sebuah kawasan pengelolaan. Secara umum, definisi wilayah pesisir tergantung dari tujuan pengelolaan, dari definisi paling sempit sampai luas. Srilanka, misalnya

56

mendefinisikan wilayah pesisirnya sebagai kawasan dengan panjang 1 km ke arah laut (seaward) dan 300 meter sampai 2 km ke arah darat (landward) (Scura, et.al., 1992). Sedangkan, dalam naskah akademik Usulan RUU Pengelolaan Wilayah Pesisir (DKP, 2001), definisi wilayah pesisir yang digunakan mencakup 3 pendekatan batasan, yaitu pendekatan ekologi, pendekatan administrasi dan pendekatan perencanaan. Dalam konteks pendekatan ekologis, wilayah pesisir didefinisikan sebagai kawasan daratan yang masih dipengaruhi oleh proses dan dinamika laut, seperti pasang surut, intrusi air laut, dan kawasan laut yang masih mendapat pengaruh dari proses dan dinamika daratan, seperti sedimentasi dan pencemaran. Sementara itu, pendekatan administrasi membatasi wilayah pesisir sebagai wilayah yang administrasi pemerintahan memiliki batas terluar sebelah hulu dari kecamatan atau kabupaten/kota yang mempunyai laut dan ke arah laut sejauh 12 mil dari garis pantai untuk provinsi dan sepertiganya untuk kabupaten/kota. Sedangkan, dalam konteks pendekatan perencanaan wilayah pesisir merupakan wilayah perencanaan pengelolaan sumber daya yang difokuskan pada penanganan isu yang akan dikelola secara bertanggung jawab. Berdasarkan setiap penjabaran mengenai definisi Wilayah pesisir dapat di tarik kesimpulan bahwa wilayah pesisir merupakan wilayah yang terdiri dari daratan dan lautan yang dinamik dan saling berkaitan satu sama lain antara daratan dan lautan yang dibedakan berdasarkan 3 pendekatan batasan, yaitu pendekatan ekologi, pendekatan administrasi dan pendekatan perencanaan dengan karakteristik, potensi, sumberdaya dan masalah yang berbeda dari wilayah lainnya.

2.2.2. Pariwisata di Kawasan Pesisir Wilayah pariwisata pesisir mencakup lingkungan laut, dan zona pesisir yang berdekatan, membentuk suatu komponen penting dari sistem kelangsungan hidup secara global dan sebagai aset yang menawarkan suatu pembangunan berkelanjutan. Wilayah pesisir dengan semua potensi sumber daya alam dan keindahannya menjadi penunjang kehidupan dan pembangunaan yang berkelanjutan. Zona pesisir menampung beragam dan habitat produktif, ekosistem penting bagi populasi manusia, subsistensi lokal pertanian dan pembangunan ekonomi termasuk pemanfaatan kawasan pesisir sebagai destinasi atau obyek

57

pariwisata. Wilayah pesisir di dunia memiliki kondisi lingkungan dan pola pembangunan yang serupa dengan sistem ekologi yang relatif stabil dan seimbang dapat berubah dengan cepat menjadi ekosistem yang tidak stabil terutama karena aktivitas atau kegiatan pembangunan oleh manusia (Okeke 2000). Manusia memiliki peranan penting dalam mengelola, memanfaatkan dan menjaga kawasan pesisir agar mampu memberikan keuntungan yang optimal dan juga menjaga kelestarian alamnya. Untuk alasan ini, penting bahwa dampak dari kebijakan pembangunan yang berbeda, termasuk pengembangan pariwisata, pada jenis lingkungan ini dipelajari dengan cermat sebelum implementasi proyek dan dipantau setelah implementasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa pentingnya ada manajemen dalam pembangunan yang mampu mensinergiskan anatara kebijakan yang ada dengan proses pembangunan melalui proses controling. Komisi Eropa menetapkan tujuan wisata pantai sebagai : “an area which attracts tourists who come to enjoy the seaside and seaside- related activities as a primary motivation” (Komisi Eropa 2000: 149). Kawasan pantai merupakan suatu area yang menjadi daya tarik utama bagi wisatawan yang datang untuk menikmati berbagai aktivitas terkait pantai dan laut yang dijadikan motivasi utama wisatawan. Demikianlah wisata pantai tumbuh subur di daerah pantai dan seluruh garis pantai suatu daerah yang memiliki potensi bahari. Banyak dari wisatawan menjadikan matahari, laut, dan pasir sebagai komponen utama dari produk wisata pantai di kawasan pesisir dan alasan utama mereka berwisata ke kawasan pesisir.

58

Sumber : UNESCO 1997 (dalam Alice Kubo hal 8)

GAMBAR 2. 3 TYPOLOGICAL COMPOSITION OF COASTAL ENVIRONMENTS

Pada umumnya kawasan pesisir memiliki lingkungan yang kaya akan sumber daya, dan yang membuatnya semakin menarik tidak hanya pariwisata dan rekreasi tetapi juga juga perikanan, manufaktur, perdagangan maritim, pertambangan, ekstraksi minyak dan gas serta berbagai sumber daya lainnya. Dalam sejarahnya wisata pantai pertama kali dikembangkan oleh orang Romawi tetapi menghilang bersama runtuhnya Kekaisaran Romawi. Untuk waktu yang lama, laut terutama samudera terlihat sebagai ancaman bagi manusia dan bukan sebagai tempat mengundang yang indah, dimana orang bisa duduk atau berbaring dan berjemur. Begitu juga tampilan kecokelatan, yang dikaitkan dengan buruh tani atau pelaut dan karenanya bukan sesuatu yang bisa dibanggakan (Egmond 2001). Tapi sejak awal, di masa modern pariwisata atau liburan selalu didominasi dengan kegiatan wisata pantai. Awalnya kawasan pariwisata pesisir hanya untuk elit yang mengunjungi dan berlibur di pantai. Tetapi pada awalnya manfaat kesehatan mandi di laut adalah daya tarik utama di pantai Eropa dan sangat cepat menjadi tempat liburan dan relaksasi. Konsentrasi wisata merupakan hasil dari pariwisata replikasi skala besar dari paket liburan standar industri yang menggabungkan akomodasi dan transportasi, dipasarkan terutama oleh operator tour besar. Wilayah Pesisir memiliki potensi pariwisata dan sumber daya alam yang besar. Potensi pariwisata bahari yang dimiliki di wilayah pesisir menjadi daya tarik

59

tersendiri bagi banyak wisatawan. Wilayah pesisir dengan karakteristik yang unik dan keindahan alamnya dapat menjadi daya tarik wisata yang mamapu mendorong terjadinya aktivitas pariwisata dan tentunya akan memberikan dampak terhadap peningkatan dan percepatan pertumbuhan perekonomian di suatu kawasan. Secara umum, pengembangan pariwisata pesisir difokuskan pada pada karakteristik wilayah, karakteristik masyarakat, dan kekayaan adat budaya yang menjadi daya tarik dan kekuatan yang dimiliki setiap daerah. Misalnya, kawasan terumbu karang di seluruh perairan Indonesia luasnya mencapai 7.500 km2 dan umumnya terdapat di wilayah taman laut. Selain itu juga didukung oleh 263 jenis ikan hias di sekitar terumbu karang tersebut. Potensi pariwisata bahari tersebut tersebar di sekitar 241 daerah Kabupaten/Kota dan Provinsi Lampung menjadi salah satu provinsi yang memiliki potensi pariwisata bahari dengan total luas sebesar 178.323,70 Ha.

TABEL 2. 1 INDIKATOR TEORI PARIWIATA DI KAWASAN PESISIR

Sub Pustaka Sumber/Penulis Indikator 1. Perjalanan yang dilakukan sementara waktu Koen Meyers, 2009 2. Hanya untuk bersenang-senang, menghasbiskan waktu luang, dan tujuan lainnya. 1. Berbagai kegiatan wisata yang didukung oleh fasilitas Menurut UU No.10 Tahun wisata 2009 2. Fasilitas disediakan oleh Pemerintah, Pengusaha, dan Masyarakat 1. Kegiatan ke dan tinggal di luar lingkungan keseharian World Tourism Organization 2. Dalam waktu tidak lebih dari satu tahun secara terus (WTO) menerus, untuk kesenangan, bisnis ataupun tujuan lainnya 1. Bersifat Sementara dengan berpindah dari suatu I Ketut Suwena dan I Gusti tempat ke tempat lain Pengertian Pariwisata Ngurah Widyatmaja dalam 2. Bersifat Sukarela (Voluntary) dalam artian tidak ada buku Pengetahuan Dasar paksaan Ilmu Pariwisata 3. Tidak melakukan kegiatan atau pekerjaan yang menghasilkan upah 1. Attraction, yang merujuk pada daya tarik yang dimiliki DTW 2. Accesibility, terkait dengan kemudahan wisatawan dalam menakses DTW 5A dalam Penawaran 3. Aminities, terkait dengan fasilitas di destinasi wisata Pariwisata untuk menunjang kegiatan wisata 4. Ancillary, yang merujuk pada kelembagaan untuk menunjang kegiatan wisata 5. Activities, Kegiatan wisata yang menyenangkan dengan fasilitas yang menunjang

60

Sub Pustaka Sumber/Penulis Indikator 1. Wisatawan yang merupakan pelakuk dalam kegiatan wisata 2. Atraksi yang menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung 5 Komponen Utama Leiper, 2004 & Gunn dan 3. Transportasi terkait dengan mobilitas atau perpindahan Pariwisata Turgut, 2002 wisatawan untuk mengunjungi destinasi wisata 4. Informasi dan Promosi merupakan suatu upaya memperkenalkan dan memasarkan daerah tujuan wisata 5. Pelayanan yang harus diberikan dari host/tuan rumah terhadap guest/tamu 1. Wilayah pertemuan antara daratan dan lautan Ketchum, 2007 2. Wilayah yang dinamik dan berkaitan satu sama lain antara daratan dan lautan

Pengertian Wilayah 1. Wilayah pesisir merupakan suatu administratif Jones and Westmascot pesisir 2. Wilayah pengelolaan khusus

Mencakup 3 pendekatan batasan, yaitu pendekatan Usulan RUU (DKP, 2001) ekologi, pendekatan administrasi dan pendekatan perencanaan 1. Kawasan pantai yang merupakan bagian pesisir menjadi daya tarik utama pariwisata Komisi Eropa, 2000 Pariwisata kawasan 2. Matahari, Laut, dan Pasir menjadi komponen utama pesisir dari produk wisata di kawasan pesisir 1. Wilayah pesisir memiliki karakteristik yang sama Okeke, 2000 dengan sistem ekologi yang relatif stabil dan seimbang Sumber : Hasil Kajian Literatur, 2020

2.3 Smart Tourism Kata Smart Tourism terdiri dari dua kata, yaitu “smart” dan “tourism”. Jelas, kata “tourism” mengacu kepada aktivitas atau kegiatan kepariwisataan. Namun, kata “smart” perlu didefinisikan lebih lanjut. Kata “smart” mempunyai arti “bijaksana (Wang, Jin, & Zhou, 2012). Secara eksplisit, “smart” juga dapat berarti “teroptimisasi terhadap kebutuhan-kebutuhan yang spesifik” (Gretzel, Sigala, et al., 2015). Harrison et al. (2010) berpendapat bahwa sifat smart terbentuk ketika individu atau grup mengeksploitasi operasi data secara real-time, yaitu dengan menggunakan analisis yang kompleks untuk memodelkan, mengoptimisasikan, dan memvisualisasikan data yang ada sebagai dasar pembuatan keputusan yang lebih baik. Smart Tourism didefinisikan sebagai suatu platform pariwisata yang mengedepankan penerapan Information and Communication Technologies (ICT) secara terintegrasi. Dalam pengaplikasiannya plarform ini mengintegrasikan

61

teknologi informasi dalam mengoptimalkan pemberian informasi dan pelayanan yang efisien untuk wisatawan. Smart Tourism memuat beberapa tujuan sebagai berikut : 1. Membuat data base terkait sumber daya pariwisata, didukung dengan perkembangan Internet of Things dan Cloud Computing yang berfokus pada peningkatan wisata melalui identifikasi dan pemantauan yang ada. 2. Memajukan daerah destinasi wisata dengan inovasi industri pariwisata untuk promosi pariwisata, peningkatan pelayanan wisata dan manajemen pariwisata. 3. Memperluas skala industri pariwisata dengan platform informasi real time, mengintegrasikan penyedia jasa pariwisata dan peran masyarakat local. Dalam pengimplementasiannya Smart Tourism, terdapat tiga komponen dan layer utama, yaitu:

Smart Experience DATA

Smart Business Ecosystem 1. Collection 2. Exchange 3. Processing Smart Destination

Sumber : Zheng Xiang & Daniel R.F, 2017

GAMBAR 2. 4 COMPONENT AND LAYER SMART TOURISM

Dari ketiga komponen tersebut, pertama adalah Smart Experience yang memberikan pengalaman lebih bagi pengunjungnya, misalnya update informasi terbaru dan sebagainya. Kedua adalah Smart Business Ecosystem yang tentu saja industri pariwisata tidak lepas dari urusan bisnis, sehingga pelaksanaannya harus ramah investor. Ketiga adalah Smart Destination yang selain meningkatkan pengalaman pengguna, destinasi wisata pun harus mampu menawarkan nilai lebih yang membedakannya dengan tempat yang lain. Ketiga elemen di atas sama-sama menghasilkan dan menggunakan data yang berpola : pengumpulan, pertukaran, dan pemrosesan. Piranti TIK serta aplikasi yang bisa diakses secara luas juga

62

memungkinkan industri pariwisata untuk menjadi semakin pintar. Artinya, pihak- pihak terkait harus ikut meningkatkan performa serta tingkat persaingan satu destinasi wisata dengan destinasi wisata yang lain. Terdapat perputaran informasi yang begitu deras di sisi bisnisnya. Hal itu akan berdampak pada strategi marketing, manajemen usaha, maupun standar pelayanan terhadap wisatawan. Sebagaimana ditetapkan, konsep Smart City terdiri dari banyak aplikasi yang memungkinkan. Menurut Piu Liu dan Yuan Liu (dalam Farania, et al 2017), Smart Tourism erat kaitannya dengan Smart City, karena dalam pengembangan konsep Smart Tourism didasari dari adanya konsep Smart City terlebih dahulu yang bergantung pada infrastruktur dan penguatan keterkaitan setiap sub-sistem pada kota cerdas. Adapun penerapannya yang berfokus pada aspek pariwisata yang relevan. McCartney, Butler dan Bennett (2008) setuju bahwa Smart Tourism merupakan faktor penting dan upaya praktis dari strategi Smart City (GUO et al., 2014). Dengan penerapannya yang berfokus pada pariwisata menjadikan sektor pariwisata dapat dengan cepat berkembang dan sekaligus memperluas pasar dari sektor pariwisata itu sendiri. Berdasarkan penerapan pada sistem cloud dan IoT, persepsi informasi Smart Tourism berupa sumber daya, ekonomi pariwisata, kegiatan pariwisata, dan wisatawan “untuk mewujudkan akuisisi dan penyesuaian informasi pariwisata dalam waktu yang nyata melalui peralatan Internet dari seluler ”(MacKay dan Vogt, 2012; Choand Jang, 2008 sebagaimana dikutip dalam GUO et al., 2014). Konsep Smart Tourism merupakan suatu proses integrasi antara berbagai elemen pariwisata dengan teknologi informasi dan komunikasi yang dapat memudahkan wisatawan untuk mendapatkan informasi terkait dengan daerah tujuan wisata, tiket perjalanan, akomodasi, transportasi, dan lain-lainya. Smart Tourism bergantung pada empat inti teknologi informasi dan komunikasi: IoT, mobile communication, cloud computing, dan artficial intelegent technology (GUO et al., 2014 dalam Smith, 2015). Teknologi ini menghubungkan fisik, informasi, sosial, dan komersial infrastruktur pariwisata, dan memasok nilai Smart Tourism kepada banyak pemangku kepentingan di suatu destinasi (GUO et al., 2014 dalam Smith, 2015). Selain itu, pengembangan Smart Tourism juga memfasilitasi akses tanpa batas ke layanan bernilai tambah bagi wisatawan kota, seperti akses ke informasi real-time tentang transportasi umum (Buhalis & Amaranggana, 2013).

63

Pengembangan kedepannya Smart Tourism terutama akan tercermin dalam kecerdasan dibidang : pelayanan, bisnis, manajemen, dan tata kelola (Yao, 2012 sebagaimana dikutip dalam GUO et al., 2014, hal. 59) yang penting faktor untuk destinasi yang perlu dipertimbangkan. Selanjutnya, “didasarkan pada integrasi perangkat keras dan perangkat lunak platform untuk informasi dan layanan Smart Tourism dapat dimanfaatkan dengan baik pasar pariwisata secara terintegrasi penuh, tempat wisata, departemen pemerintah dan informasi yang relevan dan layanan perusahaan untuk mempromosikan pengembangan pariwisata ”(Su et al., 2011, p. 1030 dalam Smith, 2015). Hal tersebut dapat mewujudkan tujuan dan memberi manfaat positif yang dapat dinikmati melalui investasi dalam pengetahuan dan uang untuk memperkuat produk teknologi ini di dalam kawasan wisata. Jadi, dapat disimpulkan perkembangan dalam konsep Smart City, TIK, IoT dan Pariwisata juga mendorong pembentukan Smart Tourism Destination (Buhalis & Amaranggana, 2013). Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan pengertian dari Smart Tourism ialah pengembangan pariwisata yang menitik beratkan pada penerapan Information and Communication Technologies (ICT) secara terintegrasi dengan pariwisata dan dalam pengaplikasiannya sangat bergantung pada empat inti teknologi informasi dan komunikasi: IoT, mobile communication, cloud computing, dan artficial intelegent technology. Konsep Smart Tourism memfasilitasi akses tanpa batas ke layanan yang memberikan nilai tambah bagi wisatawan, seperti akses ke informasi real-time tentang transportasi umum, akomodasi, obyek wisata, budaya atau aturan tertentu di daerah tujuan wisata serta berbagai hal terkait pelayanan pariwisata. Sistem Smart Tourism ditinjau dari meliputi elemen-elemen sebagai berikut (Menteri Pekerjaan Umum No.378/1987, Buhalis et al, 2013, Cooper et al, 1995, Gunn dan Turgut, 2002 dan Peneliti, 2020):

1. Infrastruktur Dasar dan TIK Infrastruktur sangat penting bagi sektor pariwisata karena dengan sistem infrastruktur yang tersedia dapat mempercepat perkembangan pada sektor pariwisata. Berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No.378/1987 tentang Standar Konstruksi Bangunan Indonesia, Lamp.22: ”Prasarana Lingkungan adalah jalan, saluran air minum, saluran air limbah, saluran air hujan, pembuangan

64

sampah, jaringan listrik”. Ditinjau dari laporan tahunan Kementrian Pariwisata kebutuhan infrastruktur dasar pada sektor pariwisata meliputi bidang prasarana umum yang mencakupi jalan, air bersih, listrik, telekomunikasi, dan kesehatan lingkungan. Selain itu, dalam penerapan Smart Tourism Infrastruktur ICT (Information, Communication, and Technology) menjadi salah satu faktor penting dalam meningkatkan daya saing kompetitif pada sektor pariwisata. Pada bagian ini akan dikaji terkait dengan keterediaan dan kualitas dari infrastruktur dasar dan TIK. 2. Transportasi Fasilitas dan pelayanan transportasi terkait dengan mendukung terwujudnnya kemudahan aksesibilitas dari dan menuju ke tempat wisata, sehingga mampu memberikan rasa nyaman dan efisien waktu dalam melakukan perpindahan dari daerah asal ke objek wisata atau menuju objek wisata lain disekitarnya. Pada elemen transportasi ini akan dikaji berdarkan ketersediaan dan kualitas pelayanan yang dilihat dari keterjangkauannya. 3. Atraksi Merujuk kepada daya tarik yang dimiliki sebuah tempat wisata yang menjadi faktor penarik wisatawan untuk berwisata objek wisata tersebut. Atraksi wisata dapat dibedakan menjadi atraksi wisata alam, seperti pantai dan wisata buatan, seperti bangunan bersejarah. Dalam menunjang kegiatan wisata agar dapat secara optimal memberikan pelayanan dan daya tarik melalui penerapann TIK. Fasilitas dan sistem pelayanan pada atraksi dilihat dari ketersediaan TIK seperti software komputer, Smart card, RFID serta kualitas pelayanan yang baik dalam atraksi. 4. Fasilitas penunjang wisata Fasilitas yang memungkinkan agar sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang sehingga dapat memberikan pelayanan untuk memuaskan kebutuhan wisatawan yang beraneka ragam. Fasilitas tersebut meliputi fasilitas keamanan, perbankan, akomodasi, rumah makan, perbelanjaan, kesehatan, sanitasi dan kebersihan, lahan parkir, ibadah dan pusat informasi pelayanan pariwisata. Elemen fasilitas penunjang wisata ini juga dikaji mengenai ketersediaan fasilitas dan penerapan TIK pada pelayanan yang baik dalam fasilitas penunjang wisata.

65

2.3.1 Smart Tourism Destination Saat ini industri perjalanan dan pariwisata selalu berada di garis depan teknologi dan telah mengambil keuntungan hubungan antara teknologi dan pariwisata (Buhalis & Law, 2008 sebagaimana dikutip dalam Neuhofer, Buhalis, & Ladkin, 2012, hlm. 38). Oleh karena itu, Buhalis dan Amaranggana (2013) mengedepankan konsep Smart Tourism dengan tujuan yang dibangun berdasarkan prinsip-prinsip yang telah dibahas. Singkatnya, Buhalis & Amaranggana, (2013), menyatakan bahwa Smart Tourism Destination dengan ciri sebagai berikut: 1. Lingkungan yang menerapkan penggunaan teknologi; 2. Proses responsif di tingkat mikro dan makro; 3. Perangkat pengguna akhir tersebar; dan 4. Melibatkan pemangku kepentingan yang menggunakan platform secara dinamis sebagai sistem pusat. Smart Tourism Destination merupakan inisiasi untuk meningkatkan pengalaman pariwisata, meningkatkan efisiensi pengelolaan sumber daya dan memaksimalkan daya saing, khusunya untuk meningkatkan kepuasan konsumen saat mengimplementasikan aspek keberlanjutan daerah tujuan wisata (Buhalis & Amaranggana, 2013, hal. 557). Sebagaimana telah diidentifikasi, Buhalis dan Amaranggana (2013) menegaskan kembali, dalam konteks Smart Tourism, bahwa terdapat tiga bentuk TIK yang vital untuk mendirikan Smart Tourism Destination, yaitu Cloud Computing, IoT dan End-User Internet Service System. Layanan Cloud Computing dirancang untuk menyediakan cara mudah untuk mengakses penyimpanan data online. Kedua, IoT dapat mendukung tujuan Smart dalam hal memberikan informasi dan analisis serta otomatisasi dan kontrol (Chui et al. 2010). Adapun otomatisasi dan kontrol, sistem dapat mengontrol jumlah pengunjung dalam situs pariwisata tertentu dengan menggunakan berbagai sensor sehubungan dengan daya dukung masing-masing situs (Mingjun et al. 2012). Komponen ketiga adalah End-User Internet Service System, yang mengacu pada jumlah aplikasi di berbagai tingkatan didukung oleh kombinasi Cloud Computing dan IoT. Lamsfus, Martín, Alzua-Sorzabal, & Torres-Manzanera (2015, p. 367) juga menambahkan bahwa “Destinasi Wisata dikatakan Smart ketika menggunakan intensif infrastruktur teknologi yang disediakan oleh Smart City untuk:

66

1. Tingkatkan pengalaman wisata pengunjung dengan mempersonalisasikan dan membuat mereka sadar akan keduanya dan jasa serta produk pariwisata yang tersedia untuk mereka di tempat tujuan; dan 2. Dengan memberdayakan organisasi manajemen destinasi, lembaga lokal dan perusahaan pariwisata untuk membuat keputusan dan mengambil tindakan berdasarkan data yang dihasilkan di dalam tujuan, dikumpulkan, dikelola dan diproses melalui infrastruktur teknologi. Prinsip-prinsip Smart Tourism Destination adalah untuk meningkatkan pengalaman perjalanan wisata, memberikan lebih banyak platform cerdas mengumpulkan dan mendistribusikan informasi dalam tujuan, memfasilitasi alokasi yang efisien sumber daya pariwisata dan untuk mengintegrasikan pemasok pariwisata di tingkat mikro dan makro yang bertujuan untuk memastikan hal itu manfaat dari sektor ini didistribusikan dengan baik kepada masyarakat lokal (Rong 2012 sebagaimana dikutip dalam Buhalis & Amaranggana, 2013, hal. 562). Berdasarkan penjelasan diatas definisi Smart Tourism yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Smart Tourism merupakan penerapan teknologi dalam mengelola destinasi wisata dengan proses yang responsif untuk meningkatkan pengalaman pariwisata, meningkatkan efisiensi pengelolaan sumber daya dan memaksimalkan daya saing, khusunya untuk meningkatkan kepuasan konsumen.

2.3.2 Smart Tourism Tools Memasuki era baru Teknologi Informasi dan Komunikasi juga telah membuka banyak alat baru untuk industri pariwisata (Buhalis & Amaranggana, 2013, hlm. 554). Smart Tourism Tools dapat diklarifikasi telah dibentuk berdasarkan konsep yang berasal dari gabungan antara Smart dengan Tourism dan Tools (ICT). Dalam konteks pariwisata, wisatawan dapat menggunakan ponsel mereka untuk menjelajahi tujuan dan kegiatan yang ada di daerah tujuan wisata. Pengguna yang dimungkinkan oleh teknologi di Smart Tourism Tools yang dapat menavigasi jalan mereka melalui perkotaan lingkungan tanpa menggunakan peta atau buku panduan tren yang sudah ada sebelumnya di Tokyo (Yeoman & Yu, 2012, hlm. 69). Pengunjung dapat menggunakan teknologi melalui ponsel mereka untuk bisa melakukan berbagai kegiatan wisata dan wisatawan dapat mengetahui berbagai

67

informasi terkait destinasi wisata yang akan mereka kunjungi melalui penerapan Smart Tourism Tools. Kegiatan-kegiatan ini meninggalkan sejumlah besar data digital yang dikenal sebagai Big Data (SOCAP International, 2013 sebagaimana dikutip dalam Buhalis & Amaranggana, 2013). Melalui mengelola Big Data, pariwisata organisasi berada dalam posisi mengekstrak wawasan berharga dari informasi yang dapat memberikan wisatawan dengan dimensi baru pengalaman pelanggan dan meningkatkan cara tujuan berinteraksi dengan pelanggan, “those who master this form of technology gain an abundant competitive advantage compare to competitors”(Buhalis & Amaranggana, 2013, hlm. 555). Bagi setiap daerah destinasi yang menguasai berbagai hal terkait dengan teknologi ini akan mendapatkan keunggulan kompetitif yang mampu meningkatkan daya saing dibanding yang lainnya. Perkembangan perangkat lunak dan perangkat keras komputasi mobile telah mendukung sejumlah besar aplikasi, terutama penandaan visual objek fisik dan Near Field Communication (NFC), yang telah berkontribusi dan melengkapi pengembangan IoT (Borrego-Jaraba, Luque Ruiz, & Gómez-Nieto, 2011). Berdasarkan penjabaran diatas dapat kita simpulkan, Smart Tourism Tools merupakan suatu konsep yang menggabungkan berbagai elemen diantaranya smart, tourism, dan tools (ICT) yang dapat digunakan dalam bentuk aplikasi di berbagai perangkat pintar yang mengelola berbagai big data dari destinasi wisata yang bertujuan untuk memeberikan informasi secara real-time dan juga mempermudah wisatawan dalam melaksanakan kegiatan wisata.

TABEL 2. 2 INDIKATOR TEORI SMART TOURISM

Sub Sumber/Penulis Indikator Pustaka Smart Wang, Jin, & Zhou, 1. Tourism berarti kegiatan wisata Tourim 2012 2. smart mempunya arti bijaksana

Harrison et al.2010 1. smart terbentuk ketika individu atau grup mengeksploitasi operasi data secara real-time 2. Menggunakan analisis kompleks untuk memodelkan, mengoptimalisasikan, dan memvisualisasikan data

68

Sub Sumber/Penulis Indikator Pustaka Imran Aulia, 2017 Component and Layer Smart Tourism : 1. Smart Experience 2. Smart Business Ecosystem 3. Smart Destination GUO et al.,2014 1. Internet of Think 2. Mobile Communication 3. Cloud Computing 4. Artficial intelegent technology 5. Teknologi ini menghubungkan fisik, informasi, sosial, dan komersil infrastruktur pariwisata, dan memasok nilai Smart Tourism pada pemangku kepentingan di suatu destinasi

Buhalis & 1. Smart Tourism memfasilitasi akses tanpa batas ke Amaranggana, 2013 setiap layanan 2. Dapat mengakses informasi real time tentang transportasi umum contohnya 3. Perkembangan Konsep Smart City, TIK, IoT, dan Pariwisata mendorong pembentukan Smart Tourism destination Yao, 2012 Pengembangan kedepannya Smart Tourism akan tercermin dalam kecerdasan dibidang : pelayanan, bisnis, manajemen, dan tata kelola. Su et al.,2011 1. Integrasi perangkat keraas dan perangkat lunak platform untuk informasi dan layanan 2. Smart Tourism di pasar pariwisata secara terintegrasi penuh, tempat wisata, departemen pemerintah dan informasi yang relevan serta layanan perusahaan untuk promosi Smart Buhalis & Ciri Smart Tourism Tourism Amaranggana, 2013 1. Lingkungan yang terintegrasi dengan teknologi Destinatio 2. Proses yang responsif di tingkat mikro dan makro n 3. Perangkat pengguna akhir dalam banyak titik sentuh 4. Melibatkan pemangku kepentingan yang menggunakan platform secara dinamis sebagai sistem pusat Tujuan : 1. Untuk meningkatkan pengalaman pariwisata 2. Meningkatkan efisiensi pengelolaan sumber daya 3. Memaksimalkan daya saing, khususnya untuk meningkatkan kepuasan konsumen 4. Mengimplementasikan aspek keberlanjutan daerah tujuan wisata 3 bentuk TIK yang vital untuk mendirikan Smart Tourism Destination 1. Cloud Computing 2. IoT 3. End-User Internet Service System

69

Sub Sumber/Penulis Indikator Pustaka

Lamsfus, Martin, 1. Destinasi wisata dikatakan smart ketika Alzula-Sorzabal & menggunakan intensif infrastruktur teknologi yang Torres-Manzanera., 2015 disediakan oleh Smart City 2. Tujuannya untuk meningkatkan pengalaman wisata bagi pengunjung 3. Dengan memberdayakan organisasi manajemen destinasi, lembaga lokal dan perusahaan pariwisata untuk membuat keputusan Rong, 2012 Prinsip Smart Tourism Destination 1. Meningkatkan pengalaman perjalanan wisata 2. Memberikan lebih banyak platform cerdas 3. Mengumpulkan dan mendistribusikan informasi terkiat tujuan 4. Memfasilitasi alokasi yang efisien sumber daya pariwisata 5. Mengintegrasikan pemasok pariwisata di tingkat mikro dan makro 6. Memastikan manfaat dari sektor ini didistribusikan dengan baik ke masyarakat local Smart Buhalis & 1. Konsep gabungan dari Smart, Tourism dan Tools Tourism Amaranggana, 2013 (ICT) Tools 2. Penggunaan ponsel pada penerapannya 3. Meningkatkan keunggulan kompetitif Yoeman & Yu, 2012 1. Berfungsi untuk memberikan informasi dan pelayanan SOCAP Internasional 1. Big Data 2. Untuk meningkatkan pengalaman dan pelayanan Borrego-Jaraba, dkk. 1. Penerapan Visual objek fisik dan Near Field 2011 Communication Sumber : Hasil Kajian Literatur, 2019

2. 4 Preseden Penerapan Smart Tourism 2.4.1 Smart Tourism Destination Bali Judul : Persepsi Wisatawan Terhadap Bali Sebagai Smart Tourism Destination Penulis : Ni Made Eka Mahadewi, I.B. Putra Negarayana, Ni Made Tirtawati, D.A.M. Lily Dianasari (Manajemen Kepariwisataan 2016, Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali) Abstraksi Preseden : Infrastruktur ICT (Information, Communication, and Technology) sebagai satu diantara faktor penting peningkatan daya saing pariwisata. Dengan teknologi yang diterapkan disemua organisasi dan institusi, sebuah destinasi dapat bersinergi (terintegrasi) dengan mengandalkan teknologi dan komponen sosial untuk melengkapi pengalaman wisatawan dalam berwisata. Tujuan penelitian ini adalah

70

untuk mengetahui persepsi wisatawan domestik dan mancanegara terhadap kesiapan Bali sebagai Smart Tourism Destination. Lokasi penelitian terdapat di tiga wilayah di Bali yaitu Kota Denpasar, Kabupaten Bandung dan Kabupaten Gianyar. Penelitian ini menggunakan 100 responden domestik dan 100 responden mancanegara yang dipilih sebagai sampel dengan menggunakan metode accidental sampling. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner dan wawancara. Teknik analisis yang digunakan yaitu analisis statistik deskriptif dan analisis faktor konfirmatori untuk menganalisis enam dimensi menurut Buhalis and Aditya Amaranggana dari Smart Tourism destination yaitu smart governance, smart economy, smart mobility, smart environment, smart people dan smart living. Hasil temuan dari Preseden : Hasil penelitian menunjukkan bahwa wisatawan mempersepsikan Bali sudah siap menjadi Smart Tourism destination dilihat dari indikator yang memiliki nilai loading faktor tertinggi pada masing – masing varibel. Indikator yang memiliki nilai loading faktor tertinggi yang yaitu pengetahuan pekerja industri pariwisata mengenai produk yang ditawarkan atau dijual. Sedangkan yang indikator dengan nilai loading factor terendah yaitu pemanfaatan teknologi dalam berwisata. Indikator yang memiliki nilai loading factor tertinggi tersebut dinilai siap untuk mendukung Bali sebagai Smart Tourism destination, namun indikator yang memiliki nilai loading factor terendah dinilai belum siap mendukung Bali sebagai Smart Tourism Destination. Persepsi wisatawan terhadap kepuasan dan image destinasi dapat mendukung bali sebagai Smart Tourism destination dilihat dari nilai kepuasan dan image destinasi pariwisata sudah baik. Enam dimensi menurut Buhalis and Aditya Amaranggana dari Smart Tourism destination yaitu 1. Smart people yaitu pengetahuan pekerja industri pariwisata mengenai produk yang ditawarkan atau dijual. smart people mengenai kemampuan masyarakat lokal dalam pemanfaatan ICT yang dimana pada faktor ini wisatawan mempersepsikan masayarakat lokal, khususnya pekerja industri agar lebih bisa memanfaatkan teknologi yang baik dalam memenuhi kebutuhan berwisata saat wisatawan atau calon wisatawan akan berkunjung.

71

2. Smart economy yaitu mengenai ketersediaan alat transaksi digital selama berwisata (mobile payment, credit card). Dalam smart economy penting adanya transparansi mengenai nilai tukar mata uang. Dimana dalam hal ini persepsi wisatawan terhadap transparansi mengenai nilai tukar mata uang. 3. Smart environment yaitu mengenai kualitas udara di destinasi dan penerapan sistem hemat energi di akomodasi yang meliputi listrik dan air. 4. Smart governance dalam konteks pariwisata mengenai respon pemerintah terhadap keluhan wisatawan dan memiliki identitas/ciri khas sebuah kota (brand image). 5. Smart Mobility yaitu mengenai ketersediaan internet akses dalam fasilitas umum,wisatawan mempersepsikan bahwa dalam fasilitas umum sudah tersedianya internet dan dapat dengan mudah diakses oleh wisatawan serta memberikan kemudahan dalam menemukan fasilitas transportasi umum. 6. Smart living yaitu mengenai ketersediaan papan petunjuk arah, ketersediaan asuransi keselamatan berwisata seperti adanya asuransi bagi wisatawan.

Alasan Pemilihan Preseden : Pemilihan Bali sebagai preseden dikarenakan dalam pengembangan pariwisatanya Bali menerapkan Smart Tourism Destination. Dengan kajian yang telah dilakukan Bali sebagai Smart Touism Destiantion memiliki karakteristik wilayah dan potensi wisata yang sama, sehingga dapat dijadika sebagai acaun dalam penyusunan indikator atau element Smart Tourism dalam penerapannya pada destinasi wisata pesisir di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung.

2.4.2 Smart Tourism Semarang Judul : Potensi dan Tantangan Pengembangan Kawasan Kota Lama Semarang sebagai Destinasi Wisata dengan Pendekatan Smart Tourism Penulis : Noval Pinasthika dan Wisnu Pradoto Abstarkasi : Sesuai dengan konsep pembangunan kotanya yang menerapkan konsep Smart City, saat ini Kota Semarang bersama dengan Badan Pengelola Kawasan Kota Lama Semarang mengangkat konsep Smart Tourism untuk pengembangan

72

pariwisata di Kawasan Kota Lama Semarang. Kota Semarang mulai dikenal sebagai salah satu kota yang menerapkan konsep Smart City dengan diraihnya penghargaan dari Indonesia Smart Nation Award (ISNA) pada tahun 2015. Oleh karena itu, jika dikaitkan dengan konsep Smart City, pengembangan sektor wisata pada Kawasan Kota Lama Semarang dapat disesuaikan melalui konsep Smart Tourism yang memanfaatkan teknologi untuk memudahkan pengunjung dalam melakukan pergerakan (mobilitas), mengakses informasi, dan memudahkan mendapatkan kebutuhan lain dalam aktivitas wisata. Dalam penerapan Smart Tourism akan menggunakan 13 elemen-elemen penting Smart Tourism. Elemen-elemen tersebut dijelaskan oleh Wang, Robert, Zhen, & Zhang (2016) antara lain tourist attraction homepage, smart vehicle-scheduling, personal-itinerary design, free wifi, smart cards, intelligent-guide system, crowd handling, mobile payment, tourist-flow monitoring, online information access, travel safety protection, e- tourism recommendation system, dan real time traffic broadcast. Elemen elemen ini memiliki keterkaitan dengan keenam faktor pariwisata yang telah dijelaskan. Apabila suatu lokasi pariwisata telah menerapkan ke-13 elemen ini maka pengembangan Smart Tourism dapat dikatakan berhasil. Namun, hal ini kembali lagi dengan tingkat kepuasan pengunjung terhadap pelayanan yang diberikan. Beberapa pengunjung akan merasa lebih mudah dengan menggunakan sistem manual dibandingkan yang berbasis teknologi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana potensi dan tantangan pengembangan Kawasan Kota Lama Semarang untuk menerapkan konsep Smart Tourism. yang merupakan turunan dari konsep Smart City, sehingga dapat berjalan selaras dengan pengembangan kawasan Kota Lama Semarang. Hasil temuan dari preseden : Secara keseluruhan Kawasan Kota Lama Semarang masih jauh untuk menjadi Smart Tourism. Hal tersebut terbukti dari 13 elemen penting, Kawasan Kota Lama Semarang hanya memiliki 5 elemen, yaitu e-tourism recommendation, online information access, smart-vehicle scheduling, real time traffic broadcast, dan smart card. Lima elemen terebut pun masih belum terlalu optimal. Sehingga, untuk kedepannya butuh beberapa penambahan ataupun peningkatan. Alasan Pemilihan Preseden :

73

Pemilihan Kota Semarang sebagai preseden dalam penelitian ini karena saat ini pemerintah Kota Semarang telah menetapkan penerapan konsep Smart Tourism dalam pengembangan pariwisata Kota Lama. Setelah dilakukan kajian literatur dalam penerapanya Smart Tourism didasari pada 13 elemen utama. Sehingga dalam penelitian terkait penerapan Smart Tourism di pulau-pulau kecil akan menggunakan 13 elemen-elemen penting Smart Tourism sebagai variabel penelitian.

2.4.3 Smart Tourism Danau Toba Judul : Meningkatkan Potensi Pariwisata Danau Toba Melalui Konsep Smart Tourism: Aplikasi Dan Tantangannya. Penulis : Andree E. Widjaja, Hery dan Riswan E Tarigan Abtraksi : Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang demikian pesat telah banyak mempengaruhi dunia bisnis dan kehidupan sosial masyarakat, termasuk industri pariwisata. Berdasarkan studi kepustakaan, penerapan inovasi teknologi informasi dan komunikasi termutakhir (misalnya, internet of things, cloud computing, dan big data) pada industri pariwisata dikenal dengan istilah Smart Tourism. Smart Tourism dapat mengubah perilaku wisatawan, jumlah kunjungan, begitu juga fungsi dan struktur industri pariwisata secara signifikan. Metode riset yang digunakan pada makalah ini adalah literature review, yaitu dengan memetakan sejauh mana penelitian tentang Smart Tourism telah dilakukan sejauh ini. Makalah ini secara khusus akan mengusulkan beberapa aplikasi potensial Smart Tourism yang kemungkinan dapat diterapkan di kawasan pariwisata Danau Toba dan tantangannya. Makalah ini akan diakhiri dengan saran yang dapat dipertimbangkan, khususnya oleh Badan Otorita Pengelola Kawasan Pariwisata Danau Toba. Sistem pariwisata cedas meliputi lima elemen: Information Exchange Center (IEC), government/pemerintah, scenic zone/zona indah dan bisnis [Zhui et.al, 2014]. Mengacu kepada studi kepustakaan terkait aplikasi Smart Tourism(Gcaba & Dlodlo, 2016; Lin, 2011), kami menyarankan beberapa aplikasi Smart Tourism yang mungkin dapat diterapkan di daerah 1. kawasan pariwisata Danau Toba. Gambar 1 menunjukkan beberapa aplikasi Smart Tourism yang dibagi

74

menjadi 5 kategori: 1). Penyediaan informasi dan jasa turis, 2). Manajemen tiket, 3). Pemonitoran alam/lingkungan, 4). Pemonitoran tumbuhan/satwa, 5). Fasilitas penunjang.

TABEL 2. 3 SMART TOURISM DALAM 5 KATEGORI

5 Kategori AplikasI Smart Tourism 1) Penyediaan infomasi dan jasa turis (Touris information service) 1. Menyediakan peta virtual (tourism maps) yang sarat dengan informasi interaktif daerah wisata danau toba 2. Menyediakan saran-saran terkait tempat tujuan wisata, makanan, kegiatan/atraksi/pertunjukkan, jadwal, wifi hotspot, akomodasi, dan jasa-jasa seperti tempat penyewaan kendaraan/informasi mengenai transportasi umum. Informasi yang disediakan baik oleh pengelola maupun turis lain harus akurat dan terpercaya 3. personalisasi jasa, misalnya jadwal, itinerary serta panduan (guide) yang dapat dikustomisasi, via mobile apps 4. Penawaran khusus dan diskon (tiket, hotel, restoran, perahu, dll) yang dapat diakses via mobile apps 5. Pembelajaran di tempat (on site discovery learning)-mempelajari kekayaan alam di daerah sekitar, budaya, adat istiadat, dan kultur lokal setempat di sekitar Danau Toba 6. Story Telling, misalnya penjelasan tentang sejarah, asal usul, dan perkembangan wisata danau toba dari masa ke masa. Atau mungkin legenda cerita rakyat. 7. Menyediakan interactive media, augmented atau game, location based service, GPS yang akurat di sekitar kawasan Danau Toba. 2) Manajemen Tiket 1. Tiket masuk tempat wisata dengan teknologi RFID (Radio Frequency Identification) atau NFC (Near Field Communication) 2. Pemprosesan dan analisa data pengunjung 3. Pengaturan jumlah turis di tempat-tempat wisata/atraksi disekitar danau toba (passanger flow management) 3) Pemonitoran alam/lingkungan disekitar Danau Toba (Intelegent monitoring) 1. Monitor Keamanan di sekitar kawasan wisata (video surveilance, CCTV terintegrasi 24 jam, 7 hari non-stop) 2. Prakiraan kondisi cuaca (hujan, panas, dll) 3. Kondisi udara, temperatur, arah angin, kelembabab, atmosfir, level karbondioksida, dan sinar UV, dll 4. Monitoring situasi dan keadaan jalan/area, traffic control and management. Pemberitahuan bila ada jalan yang ditutup, atau karena ada kecelakaan. 5. Monitoring keadaan air danau, ketinggian air, kualitas air, debit dan arus air, dll 6. Monitoring dan pendeteksian dini kebakaran hutan. 4) Pemonitoring tumbuhan/satwa disekitar Danau Toba 1. Monitoring tumbuh-tumbuhan, terutama yang mempunyai status "langkah". 2. Monitoring satwa, misalnya burung (memperhatikan burung-bird watching), ikan, hewan buas, dll. 5) Failitas Penunjang dan lain-lain 1. Monitoring dan perhitungan ketersediaan tempat parkir mobil/motor 2. Monitor dan pelacakan perahu-perahu komersil yang sedang berlayar di Danau Toba.

75

Sumber : Widjaja dkk, 2016

Hasil temuan dari preseden : Studi kepustakaan menunjukan bahwa teknologi informasi dan komunikasi melalui konsep Smart Tourism dapat dimanfaatkan secara optimal untuk membantu meningkatkan nilai turisme di suatu kawasan daerah pariwisata. Sejalan dengan inisiatif pemerintah melalui pembentukan KEKP dan BOPKPDT, kami mengusulkan agar pemerintah dapat sesegera mungkin mengadopsi konsep Smart Tourism untuk meningkatkan potensi pariwisata kawasan Danau Toba secara lebih baik. Alasan Pemilihan Preseden : Danau Toba dipilih menjadi preseden karena berdasarkan kajian literatur terdapat pernyaataan bahwa perlu adanya penerapan Smart Tourism di Danau Toba untuk meningkatkan pelayanan dan memperluas pasar pariwisata. Dalam jurnal ini penulis mengkaji terkait tantangan penerapan dan tools Smart Tourism yang dapat di terapkan pada Smart Tourism Danau Toba. Dari jurnal ini peneliti akan mengkaji terkait indikator atau elemen tools yang di gunakan dan meninjau terkait toools tersebut bisa diterapkan atau tidak dalam penerapan Smart Tourism di pulua-pulau kecil dalam komponen Smart Tools.

2.4.4 Smart Tourism Surakarta Judul : Kesiapan Kota Surakarta dalam Mewujudkan Pariwisata Cerdas (Smart Tourism) Ditinjau dari Aspek Fasilitas dan Sistem Pelayanan Penulis : Azrina Farania, Ana Hardiana, Rufia Andisetya P. Abstraksi penelitian : Meningkatnya perkembangan kota merespon berbagai masalah yang terjadi. Keberadaan masalah kota membutuhkan kota dan masyarakat di dalamnya untuk menyelesaikan masalah, ditambah dengan tantangan global terkait bagaimana kota ini mampu bersaing baik skala nasional maupun internasional. Kemajuan dalam pengembangan kota diwujudkan melalui inovasi dalam kehidupan kota yang kemudian sering disebut sebagai Smart City. Konsep Smart City juga dibutuhkan dalam aspek pariwisata atau yang biasa disebut Smart Tourism. Perkembangan

76

pariwisata terus berkembang dan telah disinergikan dengan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) termasuk di Kota Surakarta yang mencoba menerapkan konsep Smart Tourism, seperti peluncuran aplikasi Solo Destination dan kerjasama pemerintah dan Perusahaan Telekomunikasi untuk mewujudkan pariwisata yang cerdas. Namun aplikasinya masih belum sempurna, terutama jika dilihat dari fasilitas dan sistem layanan. Ini terlihat dari ketersediaan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam mendukung kegiatan pariwisata yang minimal. Masalahnya juga terlihat pada kualitas layanan yang tidak memadai di semua komponen pariwisata. Makalah ini menentukan kesiapan Kota Surakarta dalam mewujudkan Smart Tourism dalam hal fasilitas dan sistem pelayanan berdasarkan empat komponen (1) pelaku pariwisata, (2) atraksi, (3) transportasi dan (4) fasilitas pendukung pariwisata. Hasil Penelitian : Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kota Surakarta siap menerapkan konsep Smart Tourism, walaupun komponen atraksi kurang siap yang menyebabkan atraksi belum mampu memainkan komponen utama pariwisata yang mampu menarik banyak pengunjung wisata. Komponen lain seperti pelaku pariwisata, transportasi dan fasilitas pendukung pariwisata sudah menunjukkan siap. Alasan Pemilihan Preseden : Pemilihan Kota Surakarta sebagai preseden dalam penelitian ini karena saat ini dalam pengembangan sektor pariwisata di Kota Surakarta telah menerapkan Smart Tourism. Pada penelitian Kesiapan Kota Surakarta dalam Mewujudkan Pariwisata Cerdas (Smart Tourism) Ditinjau dari Aspek Fasilitas dan Sistem Pelayanan. Meskipun konsep pariwisata cerdas ini telah diterapkan di Kota Surakarta namun dalam penerapannya masih belum sempurna, terutama jika ditinjau dari fasilitas dan sistem pelayanannya. Dari penelitian ini informasi yang didapat terkait dengan apasaja fasilitas dan sistem pelayanan yang harus tersedia dalam penerapan Smart Tourism dan juga terkait dengan komponen TIK yang perlu diterapkan untuk menunjang fasilitas tersebut. Penelitian ini juga dijadikan sebagai acuan dalam proses mengukur tingkat kesiapan dalam mewujudkan Smart Tourism dengan menggunakan analisis skoring.

77

TABEL 2. 4 INDIKATOR SMART TOURISM BERDASARKAN PRESEDEN

Sub Pustaka Sumber/Penulis Indikator

1. Smart Governance 2. Smart Economy Mahadewi, Ni Made Eka dkk. 3. Smart Mobility 2016 4. Smart Enviroment 5. Smart People 6. Smart Living Farania, Azrina. Dkk. 2017. Menentukan kesiapan Kota Surakarta dalam mewujudkan Smart Tourism dalam hal fasilitas dan sistem pelayanan berdasarkan empat komponen 1. pelaku pariwisata, 2. atraksi, Smart 3. transportasi dan Tourism 4. fasilitas pendukung pariwisata. Destination 1. Touris attraction homepage 2. Smart Vehicle-scheduling 3. Personality-itinerary design 4. Free Wifi 5. Smart Card 6. Intelligent-guide system Pinasthika, N., & Pradoto, W. 7. Crowd handling (2018) 8. Mobile payment 9. Tourist-flow monitoring 10. Online information Acces 11. Travel safety protection 12. e-tourism recommendation 13. real time traffic broadcast 1. Penyediaan informasi dan jasa turis Smart 2. Manajemen tiket Widjaja, A.E, Hery, Tarigan, Tourism 3. Pemonitoran alam/lingkunga R.E. 2016. Tools 4. Pemonitoran tumbuhan/satwa 5. Fasilitas Pengunjung Sumber : Hasil Kajian Literatur, 2019

2.5 Sintesa Pustaka Berdasarkan hasil tinjauan pustaka yang telah dilakukan, maka teori yang digunakan untuk menjawab kebutuhan tujuan dan sasaran dari penelitian ini terdiri dari beberapa sub bab utama, yakni teori pariwisata kawasan pesisir, teori tentang Smart Tourism, Smart Tourism Destination, dan Smart Tourism Tools. Pada bab sesbelumnya telah diketahui bahwa hasil akhir dari yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat mengetahui tingkat kesiapan penerapan Smart Tourism pada objek

78

wisata pesisir Teluk Pandan di Kawasan wisata terintegrasi Teluk Lampung. Oleh karena itu, indikator-indikator yang digunakan dalam penelitian ini harus berkaitan dengan Smart Tourism. Dari konsep tersebut telah diperoleh beberapa dimensi pembahasan yaitu komponen yang membahas tentang karakteristik wilayah dan masyarakat, ketersediaan dan kesiapan komponen Smart Tourism terkait infrastruktur dasar dan TIK, transportasi, atraksi wisata, dan fasilitas penunjang wiata. Berikut merupakan ilustrasi dari sintesa tinjauan pustaka.

Smart Smart Destination Tools

Pariwisata di Kawasan Pesisir

Smart Tourism

Sumber : Hasil Kajian Literatur, 2019.

GAMBAR 2. 5 ILUSTRASI SINTESA PUSTAKA

Setelah ditemukan beberapa indikator dari tinjauan pustaka pada setiap sub bab, langkah selanjutnya adalah menentukan variabel penelitian. Dari beberapa indiktor tersebut kemudian diseleksi untuk mendapatkan indiktor yang sesuai dengan tujuan penelitian ini. Selanjutnya indikator yang sudah pilih akan menghasilkan variabel penelitian yang dibutuhkan dalam menjawab sasaran penelitian. Variabel merupakan hasil turunan dari indikator yang bersifat khusus dan spesifik. Variabel- variabel tersebut aan diteliti lebih lanjut pda bab metode peneitian. Berikut merupakan tael variabel penelitian :

79

TABEL 2. 5 VARIABEL PENELITIAN

Fokus No Variabel Sub Variabel Operaional Penelitian Karakteristik Wilayah 1. Karakteristik dan Potensi Kawasan Kawasan Wisata Wisata Pantai Terintegrasi Teluk 2. Kebersihan dan kelestarian Lampung lingkungan 1. Karakteristi Masyarakat Karakteristik (pendidikan, tradisi/kebudayaan, dan Wilayah dan modal sosial) 1 Karakteristik Sosial Masyarakat Ekonomi dan Budaya 2. Peran masyarakat lokal dalam Lokal Masyarakat Setiap pengembangan pariwisata Pulau di Kawasan 3. Kondisi sosial ekonomi masyarakat Wisata Terintegrasi dan peluang ekonomi yang Teluk Lampung dimanfaatkan masyarakat 4. Pengunaan teknologi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat 1. Transportasi (Jalan, Dermaga, Moda Transportasi) Infrastruktur Dasar 2. Penyediaan Air Bersih 3. Jaringan Listrik 4. Sistem Pengolahan Limbah 1. Ketersediaan TIK untuk mendukung Atraksi attraksi 2. Kualitas Pelayanan Atraksi Wisata 1. Ketersediaan dan Penerapan Teknologi pada Fasilitas Keamanan 2. Ketersediaan dan Penerapan Teknologi pada Fasilitas Akomodasi Smart 3. Ketersediaan dan Penerapan

Destination Teknologi pada Fasilitas Rumah Makan Fasiltas penunjang 4. Ketersediaan dan Penerapan pariwisata Teknologi padaFasilitas Belanja Keterediaan, Kualitas, 5. Ketersediaan dan Penerapan Kemudahan Teknologi pada Fasilitas Kesehatan dijangkau,dan penerapan teknologi 6. Ketersediaan dan Penerapan Teknologi pada Fasilitas Kamar Mandi/Toilet 7. Ketersediaan dan Penerapan Teknologi pada Fasilitas Parkir 8. Ketersediaan dan Penerapan Teknologi pada Fasilitas Informasi dan Pelayanan Pariwisata 1. Sistem Pengelolaan data pariwisata Sistem Big Data saat ini Smart Tools 1. Ketersediaan Infrastruktut TIK TIK 2. Ketersediaan layanan Internet

80

Fokus No Variabel Sub Variabel Operaional Penelitian 3. Aplikasi penunjang pariwisata 1. Strategi pemasaran destinasi wisata Informasi dan Promosi 2. Cara penyebaran informasi yang telah diterapkan 1. Ketersediaan Peta virtual Penyediaan informasi 2. Ketersediaan Informasi travel agent, dan jasa turis saran terkait tempat tujuan wisata, dan berbaga pelayanan yang dapat diakses melalui aplikasi Sumber : Hasil Kajian Literatur, 2019

BAB III GAMBARAN UMUM KAWASAN PESISIR TELUK LAMPUNG

3.1 Gambaran Umum Kawasan Wisata Teluk Lampung Provinsi Lampung merupakan provinsi yang memiliki wilayah perairan dengan luas ±16.625,3 km2, dengan wilayah laut pesisir sampai dengan ZEE mencapai ± 129.330 Km2 dan panjang garis pantai mencapai ± 1.105 Km2 yang terdiri dari Teluk Lampung dan Selat Sunda ± 160 Km2, Teluk Semangka ± 200 Km2, Pantai Barat ± 129.330 Km2, Pantai Timur dan pulau-pulau kecil ± 535 Km2. Di antara wilayah perairan tersebut terdapat Teluk Lampung yang merupakan salah satu dari dua teluk di ujung paling selatan Pulau Sumatera, pada pangkal teluk terdapat Kota Bandar Lampung dan bagian mulut teluk (arah selatan-tenggara) berhadapan langsung dengan Selat Sunda yang menjadi perairan penghubung antara Laut Jawa di sebelah utara dan Samudera Hindia di selatan. Pesisir Teluk Lampung meliputi daratan dan perairan, dengan posisi geografis terletak antara 104 o 56’-105 o 45’ BT dan 5 o 25’- 5 o 59’ LS. Luas total wilayah daratan adalah 127.902 ha, dan luas perairan adalah 161.178 ha (Helfinalis, 2000). Wilayah pesisir Teluk Lampung memiliki potensi ekonomi wilayah yang besar, secara ekologis wilayah ini merupakan kesatuan fungsional yang relatif dapat dibatasi dari wilayah lainnya di Provinsi Lampung. Wilayah pesisir Teluk Lampung, dipisahkan oleh daerah aliran sungai (DAS) tersendiri dan memiliki perairan teluk yang semi tertutup dengan tubuh air lainnya. Nilai strategis lain dari wilayah pesisir Teluk Lampung adalah lokasi geografisnya sebagai pintu gerbang antar Pulau Sumatera dan laut Pulau Jawa, serta dari sisi pertahanan sebagai calon pusat armada barat TNI-AL. Berdasarkan kondisi wilayah dan nilai strategis kawasan, maka terdapat cukup alasan untuk memberikan status sebagai kawasan strategis provinsi pada wilayah pesisir Teluk Lampung. Dengan status tersebut maka penataan ruang dan pengelolaan wilayah pesisir Teluk Lampung, dapat lebih

81

82

diprioritaskan. Berikut Peta Kawasan Wisata Terinetegrasi Teluk Lampung dan Objek wisata pesisir Teluk Pandan.

Sumber : Peneliti, 2019 GAMBAR 3. 1 PETA KAWASAN WISATA TERINTEGRASI TELUK LAMPUNG

3.2 Kondisi dan Potensi Wilayah Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung Dalam Perda Provinsi Lampung Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Kepariwisataan. Dalam butir (a) dinyatakan “bahwa keadaan alam, flora, dan fauna serta peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni, dan budaya daerah Lampung merupakan sumber daya tarik wisata dan modal pembangunan kepariwisataan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat disusun pemeritah untuk melakukan pengaturan, pembinaan dan pengawasan serta pengendalian penyelenggaraan kepariwisataan diseluruh wilayah Provinsi Lampung. Kemudian Pemerintah daerah Provinsi Lampung membuat Rencana Induk yang tergambar pada Peraturan Daerah

83

Provinsi Lampung Nomor 6 Tahun 2012. Pada Bab 2 Pasal 2 dinyatakan bahwa penyusunan RIPPDA ini bertujuan sebagai arah pengembangan pembangunan kepariwisataan di Provinsi Lampung dengan mengedepankan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat yang berlandaskan pada pelestarian lingkungan alam dan budaya, peningkatan rasa cinta tanah air, pengembangan ekonomi kerakyatan, peningkatan kinerja pembangunan pariwisata dan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Provinsi Lampung memiliki potensi wisata bahari di kawasan pesisir Teluk Lampung yang terletak dipesisir selatan. Teluk ini sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai daerah tujuan wisata unggulan di Lampung, hal ini didukung oleh kondisi geografisnya berupa tanjung dan teluk dengan kondisi ombak yang tidak besar dan cenderung ramah atau tenang sehingga sangat aman untuk melakukan aktivitas wisata bahari, ditambah lagi dengan pasirnya yang berwarna putih, laut yang biru dan pemandangannya yang indah. Sementara itu, potensi atraksi wisatanya juga didukung dengan kondisi pantainya yang landai, atraksi ikan lumba- lumba, terumbu karang, dan atraksi lainnya baik yang alam maupun buatan. Sampai sekarang wilayah ini masih menjadi tujuan utama bagi wisatawan lokal dan nusantara yang ingin menikmati wisata bahari. Lokasi Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung ini merupakan wilayah yang menjadi jalur perlintasan dan tempat beristirahat bagi orang yang ingin menuju berbagai wilayah di Sumatera melalui jalur darat tepatnya dari Pelabuhan Kapal Bakauheni. Posisi Provinsi Lampung yang strategis dekat dengan pulau Jawa terutama Jakarta dan kota-kota di sekitarnya menyebabkan daya tarik wisata yang ada di Provinsi Lampung termasuk dalam target tujuan wisata. Hal tersebut dapat dilihat dari data dari Dinas Pariwisata Provinsi Lampung terkait jumlah wisatawan ke Lampung yang terus meningkat, pada tahun 2016 jumlah kunjungan mencapai enam juta kunjungan dari target lima juta kunjungan wisata dan ditahun 2017 jumlah kunjungan delapan juta kunjungan wisatawan dari target tujuh juta kunjungan wisatawan. Bahkan pada tahun 2017 kunjungan wisatawan Nusantara di Lampung mencapai 8,8 juta mengalahkan Bali yang hanya mencapai 8,5 juta kunjugan. Dalam rapat tertutup Asisten II bidang ekonomi dengan Kadis Pariwisata dinyatakan bahwa Provinsi Lampung perlu meningkatkan aksesibilitas pencapaian lokasi wisata untuk

84

mendukung pengembangan pariwisata Lampung (11 Februari 2015 dalam duajurai.com). Lokasi Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung berdekatan dengan Ibukota Provinsi, yaitu Kota Bandar Lampung. Kedekatannya dengan pusat pemerintahan membuat mudah aksesibilitas untuk mencapai Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung menjadikan kawasan ini strategis untuk pengembangan wisata bahari. Potensi yang besar menyebabkan tumbuh suburnya pengelola wisata bahari pesisir pantai dan pulau-pulau kecil di Kawasan Teluk Lampung. Dalam pengelolaan wisata bahari di Teluk Lampung memerlukan strategi dan kordinasi yang baik antar stakeholder dan diperlukan suatu penyesuaian dengan kebutuhan dan pola perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi yang baik sehingga dapat berkembang mengikuti perkembangan zaman dan pola kunjungan wisatawan.

3.3 Kondisi dan Potensi Wilayah Teluk Pandan Teluk Pandan termasuk ke dalam administrasi Kabupaten Pesawaran yang merupakan salah satu kabupaten dengan potensi pariwisata yang cukup besar. Daerah penyangga Ibukota Provinsi Lampung ini diresmikan pada Tanggal 2 November 2007 berdasarkan UU No. 33 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Pesawaran. Kabupaaten Pesawaran memiliki luas wilayah 1.173,77 Km2. Berdasarkan dari RIPPDA Kabupaten Pesawaran 2017-2031 besar sumberdaya wisatanya berkaitan dengan wisata tirta, mulai dari wisata alam maupun wisata buatan. Dengan keragaman adat dan budaya yang ada di Kabupaten Pesawaran dirasa perlu ada upaya untuk menintegrasikan Sumberdaya wisata tirta alamiah dengan sosial kultural masyarakat yang akan memberikan sajian atraksi wisata yang menarik di Kabupaten Pesawaran. Potensi wisata di Kabupaten Pesawaran didominasi oleh obyek wisata alam terutama Wisata Pantai dan Pulau- Pulau Kecil dengan keindahan bawah lautnya yang memiliki kesesuaian dengan topografi dan iklim kawasan ini. Berdasarkan pertimbangan aksesibilitas jalur jalan utama dan sumberdaya tarik wisata unggulan yang membentuk tema produk wisata kawasan, maka KSPD Kabupaten Pesawaran terdiri dari 6 (Enam) Kawawan Strategis Pariwisata Daerah (KSPD) di Kabupaten Pesawaran, yaitu: 1. KSPD

85

Teluk Pandan dan Marina Teluk Ratai; 2. KSPD Pulau Pahawang dan Pulau-Pulau Sekitarnya; 3. KSPD Padang Cermin, Way Ratai dan sekitarnya; 4. KSPD Marga Punduh, Punduh Pidada dan sekitarnya; 5. KSPD Gedong Tataan, Negeri Katon dan sekitarnya; 6. KSPD Way Lima, Kedondong dan sekitranya. Dalam penelitian ini akan mengkaji tingkat kesiapan Kawasan Strategis Pariwisata Daerah Teluk Pandan yang memiliki potensi objek wisata bahari dalam menerapkan Smart Tourism. Ada beberapa objek yang akan diidentifikasi yang terdiri dari wisata alam, budaya dan buatan. Objek wisata yang ada di kawasan Teluk Pandan merupakan objek wisata masal yang didominasi oleh wisatawan domestik. Kawasan Teluk Pandan terkenal dengan objek wisata pantai dan juga pulau-pulau kecil yang ada disekitarnya dengan sebagian besar objek wisata masih belum dikembangkan dan tidak tersedia fasilitas yang memadai. Sepuluh objek wisata pesisir pantai di KSPD Teluk Pandan dipilih menjadi wilayah kajian karena lokasinya yang berdekatan dengan Kota Bandar Lampung yang menjadi ibukota provinsi dan objek wisata yang sudah terkenal serta telah berkembang sebagai destinasi wisata masal yang ada di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung. Berikut gambaran umum 10 objek wisata pesisir di KSPD Teluk Pandan.

3.2.1 Pantai Queen Arta Pantai Queen Arta merupakan salah satu objek wisata yang ada di Kabupaten Pesawaran. Pantai yang landai, pemandangan yang indah dan lokasinya yang berbatasan dengan kota Bandar Lampung menjadi daya tarik utamanya. Aktivitas wisata yang dapat dilakukan di pantai ini adalah berenang, memancing, bermain pasir, menyeberang ke pulau terdekat dan wisata religi berziarah ke makan Pemuka Agama TB Sangkrah yang berada di tengah-tengah masjid Al-Karomah. Pantai Queen Arta merupakan area wisata alam dengan hutan mangrove yang masih cukup terjaga dan pantai pasir putih yang luas. Lokasi pantai ini berdekatan dengan kampung nelayan yang menjadi daya tarik lainnya bagi wisatawan.

86

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020 (a) (b)

GAMBAR 3. 2 PANTAI QUEEN ARTHA (A) WISATA ALAM (B) MASJID DAN MAKAM TB SANGKRAH

Penataan area wisata pantai ini masih memiliki ruang untuk pengembangannya dan ketersediaan lahan parkir yang luas, dengan status kepemilikian perorangan/swasta dalam pengembangannya terdapat berbagai aturan yang harus dipenuhi. Masyarakat yang tinggal dan berdagang disini menyewa lahan dengan Perusahaan Sorento sebesar Rp. 300.000/ bulan dan harus memenuhi peraturan luasan lahan yang dapat digunakan. Untuk menuju Pantai Queen Arta, akses yang akan dilalui berupa jalan aspal kabupaten yang dalam kondisi baik dan jalan di dalam lokasi yang sudah tertata dengan kualitas jalan tanah dan bebatuan (onderlaag) yang masih terdapat genangan air/lubang. Pengunjung yang ingin berwisata di pantai ini dapat menggunakan kendaraan pribadi, bus, dan transportasi umum yang banyak tersedia mengingat lokasinya yang berada di pinggir jalan Raya Hanura. Wisatawan yang ingin berlibur disini dikenakan tiket masuk, untuk motor Rp.15.000, mobil Rp. 20.000 dan per orangnya dikenakan biaya Rp.5.000, untuk bus biaya yang dikenakan sebesar Rp.300.000. Pantai ini dapat di capai selama 15- 20 menit dari pusat kota Bandar Lampung. Pantai Queen Arta berdekatan pula dengan Pulau Permata, sehingga pengunjung dapat menyebrang dari dermaga di tempat pelelangan ikan dengan biaya Rp. 15.000/orang. Fasilitas penunjang kegiatan wisata yang dimiliki pada objek wisata pantai Queen Arta ini berupa

87

pondokan, warung, kamar bilas dan toilet, serta mushola. Jumlah pengunjung masih fluktuatif, antara 100-200 orang per minggunya dan biasanya cukup ramai pengunjung yang ingin berwisata religi/ziarah yang ramai pada malam jumat dan memasuki bulan puasa. Untuk Ketersediaan fasilitas penunjuk arah hanya ada didepan pintu masuk objek wisata pantai Queen Arta.

3.2.2 Pantai Mutun Asri Berada di Desa Sukajaya Lempasing, Kecamatan Teluk Pandan, pantai ini merupakan perpaduan lokasi kebun kelapa dengan pasir putih yang menjadi daya tarik dengan pantai yang menghadap ke Teluk Lampung. Pantai Mutun Asri sangat tepat untuk camping ground. Dalam pengembangannya dirasa masih perlu dilakukan penataan dan penambahan fasilitas pendukung wisatanya.

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020 (a) (b)

GAMBAR 3. 3 PANTAI MUTUN ASRI (A) KONDISI WISATA ALAM (B) DERMAGA DI PANTAI

Untuk mencapai tempat ini dari Bandar Lampung dapat di tempuh selama kurang lebih 40-50 menit. Akses untuk mencapai lokasi objek wisata ini melalui jalan negara (kualitas baik/aspal hotmix), jalan kabupaten (kualitas baik/aspal biasa) serta jalan lokal dengan kualitas kurang baik beraspal tetapi kondisi rusak. Untuk jalan yang berada dalam objek merupakan jalan kampung dengan tanah padat. Pengunjung yang ingin berwisata ke pantai ini lebih baik menggunakan kendaraan

88

pribadi karena ketersediaan transportasi umum yang kurang memadai untuk sampai ke lokasi. Pantai Mutun Asri merupakan objek wisata yang dimiliki oleh perorangan dan untuk fasilitas yang ada tempat ini masih sangat terbatas mengingat lokasi ini masih dijadikan wisata keluarga. Pantai Mutun Asri belum dioptimalkannya potensi wisatanya, kawasan ini selalu menjadi perlintasan untuk mencapai objek wisata lain di daerah mutun. Pasang surut pantai yang terlalu jauh menjadi salah satu permasalahan yang dihadapi, sehingga sulit untuk dimanfaatkan sebagai tempat berenang. Ekosistem terumbu karang di Pantai Mutun Asri termasuk dalam kategori sedang dengan tutupan karang hidup 33 %. Selain itu, persampahan masih menjadi permasalahan di objek wisata ini. Pada objek wisata ini fasilitas yang tersedia terdapat akomodasi, pondokan, kamar bilas, musholah dan lahan parkir.

3.2.3 Pantai Putra Mutun Pantai Putra Mutun berada di Sukajaya Lempasing, Kecamatan Teluk Pandan. Pantai ini memiliki daya tarik utama pantai pasir putih dan sering dijadikan lokasi berendam untuk pengobatan karena pantai yang tidak ada karang dan cukup dalam. Pantai Putra Mutun memliki akses untuk menuju pulau Tegal Mas dan Pulau Tangkil.

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020 (a) (b)

GAMBAR 3. 4 PANTAI PUTRA MUTUN (A) KONDISI WISATA ALAM (B) DERMAGA DI PANTAI

89

Lokasi ini sebagai alternatif bagi wisatawan dengan biaya masuk yang lebih murah atau hanya dengan membayar parkir yang sudah dikenal pengunjung di daerah Mutun. Wisatawan yang ingin berlibur disini dikenakan tiket masuk, untuk motor Rp.5.000, mobil Rp.20.000 dan per orangnya tidak dikenakan biaya, untuk bus besar biaya yang dikenakan sebesar Rp.100.000, untuk bus kecil Rp.50.000. Penataan lokasi ini sudah cukup baik, sedangkan untuk pengembangan lokasi ini sangat terbatas areanya/kecil. Fasilitas pendukung yang tersedia di objek wisata ini, yaitu akomodasi, pondokan, toko souvenir dan makanan, mushola, MCK dan kamar mandi serta CCTV yang mengawasi kegiatan wisatawan. Objek wisata ini dapat dicapai selama 40 menit dari Bandar Lampung, akses jalan aspal kabupaten dan jalan di lokasi objek berupa jalan tanah padat. Permasalahan yang dihadapi hampir di seluruh objek wisata di Pantai Mutun ialah terkait dengan pengelolaan sampah laut dan lokasi yang dekat dengan pemukiman dan jalan akses pantai sehingga kurang memberikan kenyamanan bagi wisatawan. Area lokasi secara keseluruhan pada wisata ini belum dikelola dengan baik, sehingga kurang menarik minat wisatawan dan menjadikan kawasan ini sebagai perlintasan untuk mencapai lokasi-lokasi wisata lain di daerah mutun seperti Pulau Ketapang dan Pulau Tegal Mas. Selain itu, permasalahan yang dihadapi ialah pasang surut air laut yang terlalu jauh, sehingga tidak terlalu cocok sebagai tempat berenang keluarga dan masih terbatasnya kemampuan pengelola dan masyarakat lokal dalam mengembangkan potensi lokasi wisata.

3.2.4 Pantai MS Town Pantai MS Town terletak di Desa Sukajaya Lempasing Kecamatan Teluk Pandan. Kawasan pantai MS Town merupakan salah satu objek wisata yang banyak dikunjungi oleh wisatawan domestik baik dari dalam maupun luar Provinsi Lampung. Status kepemilikan pantai ini milik perorangan atas nama Mukhtar Sani. Sehingga, secara kelembagaan pantai ini dikelola langsung oleh pemilik. Dalam hal pengelolaan dan management pariwisata sudah tertata dengan baik. Objek wisata ini memiliki daya tarik dari pasir pantainya yang putih dan landai serta wisata buatan yang tersedia, sehingga cocok untuk rekreasi keluarga.

90

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020 (a) (b)

GAMBAR 3. 5 PANTAI MS TOWN (A) KONDISI WISATA ALAM (B) DERMAGA DI PANTAI

Dengan bertambahnya destinasi wisata saat ini, pengelola Pantai MS Town menyediakan dermaga dan jasa perahu sebagai akses untuk menyeberang ke Pulau Tangkil, Pulau Tegal Mas dan Pahawang yang menggunakan perahu-perahu masyarakat. Daya tarik lainnya dari objek wisata ini dilengkapi dengan berbagai atraksi menarik berupa permainan Banana Boat, Bumper Boad, Segway dan selancar angin. Penataan ruang objek ini sudah cukup baik dengan mempertimbangkan kenyamanan dan keamanan pengunjung dan terdapat menara pantau yang dijaga oleh petugas keamanan pantai. Akses menuju pantai ini melalui jalan aspal kabupaten yang juga menjadi penghubung dengan objek wisata lainnya dengan kualitas yang baik dan dapat ditempuh perjalanan dengan kendaraan mobil atau motor pribadi, bus, dan transportasi umum dengan waktu kurang lebih selama 35-45 menit dari Bandar Lampung. Untuk menuju lokasi ini dirasa pengunjung perlu menggunakan kendaraan pribadi mengingat ketersediaan transportasi umum sangat terbatas saat ini. Sedangkan untuk kualitas jalan di dalam lokasi sudah cukup baik berupa jalan aspal dan sebagian masih jalan pasir berbatu. Ketersediaan fasilitas penunjuk arah hanya ada di depan jalan utama untuk masuk ke Pantai Mutun. Tempat wisata ini banyak dikunjungi dari berbagai daerah baik dari dalam Provinsi Lampung maupun luar provinsi, seperti Riau, Palembang, Jakarta, Bogor. Bandung dll. Berdasarkan data dari dokumen RIPPDA Kabupaten Pesawaran 2017-2031 lokasi ini dapat di kunjungi oleh rata-rata 2000 orang dalam seminggu.

91

Dalam menunjang kegiatan wisata pantai MS Town, fasilitas yang tersedian sudah cukup memadai, mulai dari pondokan, water sport, perahu penyeberangan, tempat pertemuan, cafe & restoran, musholah, pos pantau, dan menara pandang Mutun dengan kondisi berbagai fasilitas masih sangat baik. Wisatawan yang ingin berlibur disini dikenakan tiket masuk, untuk motor Rp.40.000, mobil Rp. 10.000 dan per orangnya dikenakan biaya Rp.30.000, untuk bus kecil biaya yang dikenakan sebesar Rp.400.000 dan bus besar Rp.500.000, sedangkan untuk angkot dikenakan biaya Rp.150.000. Kesempatan investasi di objek wisata ini cukup besar. Kerjasama yang dilakukan dalam bentuk investasi dengan sistem bagi hasil antara pengelola wisata dengan investor. Hal tersebut terlhat dari upaya pengembangan lokasi wisata ini telah dilakukan berupa bangunan permanen (tempat pertemuan/restoran) dan arena permaian Bumper Boad dan Segway yang merupakan hasil kerjasama antara MS Town dengan pihak lain. Rencana pengembangan Pantai MS Town akan diarahkan kepada pembangunan fasilitas camping ground untuk pengunjung yang ingin berkemah. Namun, dalam pengeleloaan pantai ini masalah yang terjadi terkait pengelolaan sampah pantai yang pada saat tertentu dapat menganggau kenyamanan pengunjung.

3.2.5 Pantai Mutun Haruna Jaya Pantai Mutun Haruna Jaya yang saat ini dikenal dengan Pantai Mutun Pulau Tembikil. Pantai ini berada di Kecamatan Teluk Pandan. Objek wisata ini memiliki keunikannya tersendiri, yaitu pantai yang menyatu dengan Pulau Tembikil. Daya tarik utama pantai berpasir putih yang landai dan bersih ini adalah wisatawan dapat melakukan kegiatan wisata berenang, memancing, bermain kano, dan di pantai ini juga tersedia water boom serta memberi makan ikan hiu.

92

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020 (a) (b)

GAMBAR 3. 6 PANTAI MUTUN HARUNA JAYA (A) KONDISI WISATA ALAM (B) KOLAM PENANGKARAN IKAN HIU

Fasilitas pendukung yang tersedia di objek wisata ini, yaitu pondokan, toko souvenir dan makanan, kolam ikan hiu, mushola, parkir, MCK dan kamar mandi. Butuh waktu kurang lebih selama 40 menit dari Bandar Lampung untuk mencapai lokasi objek wisata ini. Perjalanan dapat ditempuh dengan kendaraan darat dengan sarana jalan aspal kabupaten. Untuk jalan dalam lokasi merupakan jalan tanah padat berbatu yang menghubungkan dengan lokasi wisata lainnya. Dalam mencapai lokasi ini wisatawan harus menggunakan transportasi pribadi karena terbatasnya transportasi umum dari jalan utama menuju lokasi objek wisata. Fasilitas penunjuk arah lokasi objek ini masih sangat kurang hanya terdapat pada jalan menuju lokasi dari jalan utama. Berdasarkan data dari dokumen RIPPDA Kabupaten Pesawaran 2017-2031 jumlah kunjungan rata-rata per minggu dapat mencapai 2100 orang namun saat ini berdasarkan observasi terjadi penurunan jumla pengunjung. Hal tersebut diakibatkan karena permasalahan penataan jalan menuju objek wisata, mengingat jalan yang ada sekarang masih merupakan jalan bersama dengan pantai yang ada di sekitarnya. Sehingga, apabila wisatawan ingin berkunjung ke pantai ini harus masuk dan membayar di Pantai MS Town kemudian saat masuk ke Pantai Haruna Jaya wisatawan harus membayar lagi tiket masuk. Oleh karena itu, terjadi pengurangan jumlah pengunjung karena pengunjung enggan membayar tiket masuk dua kali. Pengunjung datang dari daerah-daerah di Provinsi Lampung, Jakarta,

93

Bandung dan Sumatera Selatan. Kegiatan pengembangan objek wisata dilakukan secara swadaya oleh pengelola sendiri. Pengelolaan objek wisata masih dilakukan oleh kerabat, namun belum memiliki managemen yang kuat. Secara kelembagaan pengelolaan objek wisata ini masih langsung di bawah pemilik dan masyarakat lokal yang bekerja sebagai penjaga pantai, petugas tiket dan kebersihan, dan berdagang. Wisatawan yang ingin berlibur disini dikenakan tiket masuk, untuk motor Rp.10.000, mobil Rp.30.000 dan per orangnya tidak dikenakan biaya, untuk bus besar biaya yang dikenakan sebesar Rp.100.000, untuk bus kecil Rp.75.000, dan pejalan kaki Rp.5.000. Biaya masuk di pantai ini telah dikurangi bebannya oleh pemilik untuk menarik minat wisatawan untuk berwisata di Pantai Mutun Pulau Tembikil yang sebelumnya telah dikenakan biaya di pintu masuk Pantai MS Town.

3.2.6 Pantai Sari Ringgung Pasir Timbul dan Masjid Terapung menjadi daya tarik utama Pantai Sari Ringgung. Pantai Ringgung terdapat berbagai bukit dengan tumbuhan yang cukup rimbun sebagai penambah keindahannya. Ekosistem terumbu karang di Pantai Sari Ringgung termasuk dalam kategori rusak dengan tutupan karang 20%, berdasarkan cerita masyarakat lokal kerusakan terumbu karang ini terjadi akibat kebiasaan nelayan dulu yang menangkap ikan dengan menggunakan boom/peledak. Selain itu, pantai Sari Ringgung juga memiliki kawasan konservasi Hutan Mangrove. Apabila berwisata ke pantai ini pengunjung dapat melakukan berbagai aktivitas seperti wisata berenang, memancing, melihat budidaya keramba ikan kerapu, menyelam/snorkeling, menikmati pemandangan dari atas bukit (krakatau view), dan bermain jetski.

94

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020 (a) (b)

GAMBAR 3. 7 PANTAI SARI RINGGUNG (A) KONDISI WISATA ALAM (B) TAMAN DI PANTAI

Penataan kawasan Pantai Sari Ringgung sudah cukup baik dengan penambahan sarana bermain dan keamanan pantai melalui penyediaan CCTV. Akses menuju pantai ini, untuk jalan utama menuju lokasi ini berupa jalan aspal Kabupaten dan jalan masuk menuju lokasi wisata melalui jalan sepanjang 2 km berupa jalan aspal, serta jalan di lokasi pantai yang sudah cukup baik berupa jalan tanah padat. Pengunjung yang datang ke lokasi ini sebagian besar dari Bandar Lampung, Pesawaran dan Lampung Selatan serta dari Sumatera Selatan, Jakarta dan Bandung. Di Pantai Sari Ringgung juga tersedia aula pertemuan yang berada di atas bukit juga tersedia ruang pertemuan dengan kapasitas 50 – 100 orang, sedangkan dipinggir laut dengan kapasitas acara 100-200 orang. Biasanya tempat ini digunakan untuk mengadakan berbagai acara dan rapat. Salah satu acara yang pernah diadakan di Pantai Sari Ringgung yaitu pemberangkatan Tour ke Gunung Anak Krakatau Tahun 2016. Fasilitas pendukung kegiatan wisata yang ada di lokasi berupa pondokan, cafe & resto, kamar mandi, MCK, Masjid, balai pertemuan, mushola, dermaga, taman, play ground, waterboom, dan krakatau view yang berada di atas bukit. Fasilitas dan daya tarik khusus dan unik yang berbeda dari obyek wisata lain terutama yang ada di sepanjang Teluk Lampung, yaitu adanya Masjid AL-AMINAH yang biasa dikenal dengan masjid terapung di tengah laut. Selain itu, Pantai ini juga dikenal dengan objek wisata Pasir Timbul yang dilengkapi dengan cafetaria dan pondokan

95

istirahat. Untuk menuju Masjid Terapung dan Pasir Timbul dengan Cafe Terapung, pengelola menyediakan jasa perahu-perahu masyarakat yang telah menjalin kerjasama dengan managemen Sari Ringgung. Selain itu juga, pengunjung juga dapat mengunjungi objek wisata lain seperti Pulau Tegal Mas dan Pulau Pahawang.

3.2.7 Wisata Hutan Mangrove Petengoran Kawasan ini berada di Teluk Petengoran yang diselimuti hutan mangrove namun, kendala kedepan adalah banyaknya tambak udang yang belum melakukan pengelolaan secara berkelanjutan (ramah lingkungan) yang dapat menggangu kualitas air laut. Oleh karena itu, sejarah singkat dari objek wisata ini dimulai dari adanya aparat desa yang yang mengerti dan paham tentang potensi pariwisata di kawasan ini dan juga permasalahan lingkungan yang dapat terjadi akibat adanya tambak udang.

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020 (a) (b)

GAMBAR 3. 8 HUTAN MANGROVE PETENGORAN (A) KONDISI WISATA ALAM (B) GERBANG MASUK OBJEK WISATA

Hamparan hutan mangrove yang hijau dan pemandangan yang indah menjadi daya tarik utama objek wisata ini. Pada pengembangannya konsep awalnya ialah perlindungan alam yang disusun tentang bagaimana mengurangi dampak dari adanya petambak udang, namun tidak merusak alam dengan salah satunya melestarikan konservasi hutan mangrove di Petengoran. Pada awal mulanya, objek

96

wisata ini terinspirasi dengan pariwisata di Pulau Pahawang dengan perkembangan potensi pariwisata yang pesat dengan daya tarik yang ada. Jumlah pengunjung yang datang ke objek wisata in terbilang tidak menentu, dihari biasa jumlah pengunjung isa mencapai 30-50 orang dan objek wisata ini sering jadikan sebagai tempaat bagi perusahaan atau komunitas untuk melakukan kegiatan menanam mangrove. Harga tiket masuk pada ojek wisata ini sebesar Rp. 15.000,-/org dan pada hari jum’at pengelola tidak mematok harga tiket masuk jadi, pengunjung dapat memberikan uang seikhlasnya. Objek wisata Hutan Mangrove Petengoran memiliki total luas lahan sebesar 118 Ha potensi lahan dan untuk titik perawatan seluas 83 Ha tahun 2011. Untuk saat ini untuk titik perawatan belum sampai 100% dan menyerahkan sebagian luasan hutan mangrove kepada Desa Pemekaran Batu Menyan pada tahun 2014 yang saat ini dimanfaatkan untuk pariwisata. Fasilitas penunjang pariwisata pada objek wisata Hutan Mangrove Petengoran masih sangat terbatas dan hanya tersedia, yaitu parkir, pondokan, toilet, spot foto, dan broadwalk. Untuk jumlah pondok dangan tipe shelter besar tersedia 5 pondok dan untuk pondok kecil terdapat 12 pondok. Salah satu kegiatan wisata yang dapat dilakukan pada objek wisata ini ialah tracking di tengah hutan mangrove dan tersedia brodwalk sepanjang 800 m. Rencana pengembangan objek wisata yang akan dilakukan tahun ini pemasangan listrik, penyediaan lokasi berdagang untuk masyarakat, dari perusahan java akan dibuat balai pertemuan terapung, dan bumdes meminta pemasangan paving.

3.2.8 Taman Wisata Dewi Mandapa Taman Wisata Dewi Mandapa berada Desa Gebang Kecamatan Teluk Pandan. Pemandangan Teluk dan mangrove yang indah menjadi daya tarik utama di objek wisata ini. Taman Wisata Dewi Mandapa memiliki luas lahan 7,5 Ha. Dalam pengelolaannya kondisi lingkungan wisata ini sudah cukup tertata namun dirasa masih perlu pengembangan khususnya dalam kelengkapan dan kualitas sarana pendukung. Fasilitas yang dimiliki objek ini berupa pondokan 11 buah dan MCK 4 kamar, mushola, dan warung makan. Pada saat hari biasa pengunjung wisata ini tidak terlalu ramai dan ketika hari libur taman wisata ini banyak dimanfaatkan oleh

97

masyarakat dan anak muda atau para mahasiswa untuk melakukan aktivitas organisasi.

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020 (a) (b)

GAMBAR 3. 9 TAMAN WISATA DEWI MANDAPA (A) KONDISI WISATA ALAM (B) SPOT FOTO DI OBJEK WISATA

Untuk menuju lokasi ini melalui akses jalan aspal kabupaten sedangkan untuk menuju lokasi pantai jalannya masih berupa tanah dan bebatuan dengan kualitas rusak berat dan terdapat banyak genangan saat musim hujan. Untuk berwisata lokasi ini tidak tersedia transportasi umum dan waktu tempuh untuk menjangkau objek ini selama kurang lebih 1 jam dari Bandar Lampung. Pengunjung lokasi ini berasal dari Bandar Lampung, Pesawaran dan berbagai daerah di Provinsi Lampung. Pengembangan sementara di lakukan oleh pemilik secara swadaya dengan manajemen yang belum baik. Hal tersebut karena Taman wisata Dewi Mandapa ini belum melakukan kerjasama dalam bentuk investasi yang bermitra dengan pihak lain.

3.2.9 Pantai Ketapang Pantai Ketapang berada di Desa Gebang, Kecamatan Teluk Pandan. Keindahan alam pantai yang asri dan puluhan pohon kelapa menambah keindahan pantai ini. Pantai Ketapang dikelola langsung oleh masyarakat sekitar dengan status tanah kepemilikan Perusahaan Tambak Udang. Daya tarik laut yang bersih, pasir putih,

98

melihat pemandangan dari bukit laban, dan akses ke Pulau Maitem ± 2 km yang dapat dicapai dengan berjalan kaki pada saat air sedang surut. Daratan Pulau Maitem di dominasi oleh kebun kelapa, dan jumlah tempat tinggal di pulau ini sangat minim. Tidak tersedianya fasilitas wisata, seperti MCK umum yang memadai di pulau ini menjadi faktor pembatas bagi wisatawan untuk tinggal lebih lama.

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020 (a) (b)

GAMBAR 3. 10 PANTAI KETAPANG (A) KONDISI WISATA ALAM (B) KONDISI AMINITIES DI OBJEK WISATA

Di Pantai Ketapang ini juga terdapat kawasan konservasi hutan mangrove yang cukup lestari dan sering diadakan kegiatan dari berbagai instansi untuk menanam mangrove disini. Fasilitas yang ada di objek wisata ini sudah cukup lengkap, mulai dari pondokan, warung makan, kamar mandi, MCK, Masjid, ATM, dan Homestay. Permasalahan yang dapat timbul dalam jangka panjang, yaitu tidak terkendalinya kegiatan budidaya tambak dan keramba jaring apung di perairan Pulau Maitem yang dapat berpotensi merusak ekosistem terumbu karang yang ada. Pantai ini berada wilayah sekitar Dermaga Ketapang, sehingga memudahkan bagi wisatawan untu mengunjungi berbagai objek wisata lainnya, seperti Pulau Kelagian Besar, Kelagian Kecil, Pulau Pahawang, Pulau Tegal, Pulau Lok, dan Tanjung Putus.

99

Untuk menuju lokasi ini pengunjung melalui jalan kabupaten dengan kondisi sangat baik berupa jalan aspal sedangkan untuk didalam lokasi objek wisata yang sudah tertata dengan jalan tanah padat. Untuk menuju sampai ke lokasi ini tersedia angkutan umum dari Pasar Cimeng dengan biaya Rp.10.000. Waktu yang harus ditempuh dari Bandar Lampung ke Pantai Ketapang mencapai 60-70 menit.

3.2.10 Pantai Kelapa Rapat (Klara) Desa Batu Menyan, Kecamatan Teluk Pandan menjadi lokasi Pantai Kelapa Rapat. Pantai berpasir yang landai dengan pemandangannya ini menjadi daya tarik wisatawan untuk berwisata di pantai ini. Dalam pengelolaannya Pantai Klara sebenarnya merupakan kawasan militer TNI Angkatan Laut Lampung atau bumi perkemahan dan latihan TNI AL Lampung. Pantai ini menjadi salah satu destinasi wisata karena keindahan pantainya, keamanan dan kenyamanan serta akses yang muda untuk menuju objek wisata lain disekitarnya.

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020 (a) (b)

GAMBAR 3. 11 PANTAI KELAPA RAPAT (A) TAMAN OBJEK WISATA (B) DERMAGA PELANGI DI OBJEK WISATA

Primkopal menjadi pengelolaan utama objek wisata yang membentuk struktur pengelola secara kelembagaan di pantai ini. Pembangunan dan penyediaan fasilitas disini ditanggung oleh pihak koperasi militer. Untuk pembagian hasil dari objek wisata ini dilakukan oleh koperasi kepada para anggotanya berupa SHU dari pengelolaan Pantai Klara. Dalam pengelolaanya juga melibatkan masyarakat

100

setempat, sehingga dapat memberikan manfaat bagi masyarakat. Permasalahan yang dihadapi saat ini dan pada waktu-waktu yang akan datang adalah terjadinya abrasi pantai. Tindakan yang telah dilakukan untuk mencegahnya ialah membuat talud yang sehingga mengurangi ancaman bagi vegetasi pantai dan berkurangnya bentangan pasir putih di Pantai Klara. Untuk menuju lokasi ini pengunjung melalui jalan kabupaten dengan kondisi sangat baik berupa jalan aspal sedangkan untuk didalam lokasi objek wisata yang sudah tertata dengan jalan tanah padat. Untuk menuju sampai ke lokasi ini tersedia angkutan umum dari Pasar Cimeng dengan biaya Rp.10.000. Waktu yang harus ditempuh dari Bandar Lampung ke Pantai Klara mencapai 60-70 menit. Fasilitas yang dimiliki oleh objek wisata ini berupa 255 pondokan, dermaga pelangi, mushola, toko souvenir dan makanan, kamar mandi, MCK, kano, banana boat dan speed boad serta penyewaan alat-alat snorkling dan diving. Pengunjung yang melakukan wisata di lokasi objek wisata ini dari luar kota seperti Jambi, Palembang, Jakarta dan sebagian besar berasal dari Bandar Lampung, Pesawaran, Lampung Selatan. Berdasarkan data dari dokumen RIPPDA Kabupaten Pesawaran 2017- 2031 jumlah pengunjung rata-rata 1500 orang/minggu dan bertambah apabila memasuki hari libur. Kondisi di dalam lingkungan wisata Pantai Klara sudah baik dengan penataan jalan dan fasilitas yang sudah memadai. Pengembangan investasi wisata di pantai ini dapat dikatakan peluangnya kecil. Hal tersebut karena di lokasi ini investasi untuk pengelolaan dan pembangunan masih dilakukan oleh Imkopal dan belum melibatkan pihak investor. Hal ini dilakukan karena pantai ini merupakan aset negara dan harus dikelola dengan baik, sehingga mampu memberikan keuntungan bagi masyarakat sekitar. Hal yang juga harus mendapatkan perhatian adalah pengelolaan sampah yang belum maksimal, terutama ketika masa-masa pengunjung ramai, sampah-sampah berserakan dan bahkan ada sebagian pengunjung yang membuang sampah ke laut. Untuk itu perlu adanya penambahan sarana persampahan serta kesadaran dari pengunjung untuk menjaga kebersihan objek wisata ini.

101

3.4 Sosial Budaya dan Ekonomi Masyarakat dan Wisatawan Wisata Pesisir Pantai di Kecamatan Teluk Pandan Pada bagian ini akan memberikan gambaran terkait dengan karakteristik sosial budaya masyarakat yag tinggal di kawasan pesisir pantai terkait dengan tradisi/adat/kebiasaan masyarakat yang berhubungan dengan kehidupan di kawasan pesisir. Selain itu, pada bagian ini juga akan memberikan gambaran terkait dengan profesi masyarakat, peran masyarakat dalam pengembangan pariwisata, dan bagaimana masyarakat dalam melihat peluang ekonomi dari adanya pengembangan sektor pariwisata.

3.4.1 Karakteristik Sosial Budaya dan Ekonomi Masyarakat di Kecamatan Teluk Pandan Karakteristik masyarakat pesisir yang berada disekitar objek wisata pesisir rata- rata merupakan gabungan karakteristik masyarakat perkotaan dan pedesaan. Kawasan objek wisata yang cukup dekat dengan pusat ibu kota Provinsi Lampung membuat struktur masyarakat pesisir pantai sangat plurar yang mampu membentuk sistem dan nilai budaya yang merupakan hasil akulturasi budaya dari masing- masing komponen yang membentuk struktur masyarakatnya. Selain itu, masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan objek wisata didominasi suku Jawa-Serang. Pada beberapa objek wisata terdapat beberapa cara dalam menangkap ikan, seperti di Pantai Mutun masyarakat biasanya menangkap ikan dengan membutan rampong atau rumah ikan yang terbuat dari pelepah daun kelapa, hal tersebut dilakukan agar proses penangkapan ikan tidak merusak ekosistem laut. Namun, yang disayangkan tidak adanya tradisi atau budaya khas masyarakat pesisir yang dapat dijadikan dayatarik atau tambahan aktivitas wisata yang dapat dilakukan pengunjung. Hal menarik lainnya, bagi masyarakat pesisir hidup di dekat pantai merupakan hal yang paling diinginkan untuk dilakukan mengingat segenap aspek kemudahan dapat mereka peroleh dalam berbagai aktivitas kesehariannya. Mayoritas masyarakat yang tinggal di sekitar objek wisata pesisir di Kecamatan Teluk Pandan bekerja sebagai nelayan, petani tambak, penyedia jasa perahu penyeberangan, penjaga pantai, pedagang, buruh dan lain-lain.

102

Lokasi yang berdekatan dengan pusat kota dan teknologi yang sudah mengalami perkembangan membuat banyak masyarakat telah memahami pentingnya mengikuti perkembangan TIK. Dalam penerapan teknologi, masyarakat pesisir yang ada di Kecamatan Teluk Pandan masyoritas telah menggunakan smart phone sebagia salah satu media untuk berkomunikasi dan mendapatkan informasi. Namun, untuk penerapan teknologi dalam mengembangkan industri pariwisata di rasa masih cukup rendah. Dalam melihat peluang ekonomi dari adanya aktifitas pariwisata yang ada di sekitar masyarakat, masyarakat telah merespon dengan membuka toko kelontong, menjual oleh-oleh, dan membuka rumah makan. Namun, pengembangan dan penerapan teknologi dalam kegiatan ekonomi masyarakat masih sangat minim. Pada beberapa objek wisata seperti Pantai Mutun Asri dan juga Pantai Sari Ringgung telah tersedia fasilitas penginapan, namun sampai saat ini belum bekerjasama dengan Virtual Hotel Operator (OYO, Reddoorz, Airy dll) untuk menerapkan sistem pemesanan online untuk kamar penginapan tersebut. Padahal saat ini telah terjadi perubahan pada pola berwisata masyarakat di era digital, dimana para pengunjung dapat memesan penginapan bahkan sebelum mereka tiba di lokasi tujuan wisata. “Menurut saya masih ada di era 2.0 jadi masih harus di push penggunaan media sosial untuk infrormasi wisata dan website desa. Sementara untuk mpemanfaatan teknologi 4.0 itu belum, itu tadi perlu adanya upgrade mindset dan skill... “ (A0.DI-01.01.10) “Masalahnya saat ini informatif tetapi tidak bisa menakar biaya, dan kapastitas penginapan.....Dengan adanya inovasi 4.0 informasi tersebut sangat memungkinkan, contoh saat ini seperti traveloka, oyo, reddoors. Itu menjadi tantangannya memasukan akomodasi kedalam informasi yang valid....sehingga orang tidak menanyakan langsung tetapi melalui sistem dan juga dapat melakukan pemesanan dari jauh...... dan saya yakin pemerintah tidak dapat mewujudkan itu dalam waktu singkat karena tidak profit motif, jadi harus menciptakan iklim yang menarik untuk traveloka, tiket.com, dan lain-lain.....” (A0-DI-01.01.13)

Selain itu, Masyarakat pesisir pantai di Kecamatan Teluk Pandan mempunyai karakteristik tertentu yang khas dalam melakukan kegiatan sehari hari. Karakteristik masyarakat pesisir ini sangat erat kaitannya dengan pekerjaan mereka di bidang perikanan. Karena sifat dari usaha-usaha perikanan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti lingkungan, musim dan pasar, maka karakteristik masyarakat pesisir juga terpengaruhi oleh faktor-faktor tersebut. Beberapa faktor-

103

faktor seperti lingkungan dan musim pada kawasan pesisir diuraikan sebagai berikut.

3.4.2 Kesadaran Terhadap Lingkungan di Objek Wisata Pantai Teluk Pandan Objek pariwisata pantai yang ada di kawasan pesisir dalam kelancaran dan kenyaman kegiatan wisatanya juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Kegiatan wisata pesisir pantai dan nelayan sangat bergantung pada kondisi lingkungan, khususnya kebersihan lingkungan dan air. Permasalahan yang terjadi ialah disemua objek wisata pesisir, jaringan air limbah dan sampah dari rumah tangga dan kegiatan wisata yang dialiri langsung menuju laut dan juga kawasan hutan mangrove. Air Limbah dan sampah tersebut tentunya membuat air laut menjadi kotor dan akan berdampak tehadap kerusakan ekosistem laut serta hutan mangrove. Hal tersebut tentunya mampu mempengaruhi daya tarik dan minat wisatawan untuk berwisata di lokasi tersebut. Kita ketahui bahwa keadaan lingkungan alam pesisir baik laut maupun hutan mangrove memiliki pengaruh yang penting terhadap keberlangsungan kehidupan sosial ekonomi bagi masyarakat pesisir. Selain itu, dengaan pola kebiasaan masyarakat dan wisatwan yang membuat sampah sembarangan di sungai atau di laut membuat kondisi lingkungan kawasan pesisir sangat rentan terhadap kerusakan lingkungan, khususnya pencemaran karena limbah rumah tangga dan sampah. Dalam penerapan Smart Tourism juga perlu adanya pemonitoran terkait dengan kelestarian alam dan kawasan konservasi melalui penerapan teknologi. Pada kawasan wisata pesisir pantai kecamatan Teluk Pandan, belum secara menyeluruh terdapat pengawasan terhadap alam dan kelestariannya. Pengawasan kawasan konservasi biasanya dilakukan oleh Instansi pemerintah dalam hal ini Dinas Lingkungan Hidup dan Wahana Lingkungan Hidup serta dari masyarakat melalui Komunitas peduli lingkungan. Dalam memonitor kawasan konservasi instansi pemerintah dan Walhi menggunakan data peta luasan kawasan konservasi yang dalam ini hutan mangrove untuk melihat pertambahan atau pengurangan luasan hutan mangrove. Biasanya untuk menjaga ekosistem pantai, komunitas dan perusahan perusahaan memiliki kegiatan untuk melestarikan ekosistem pantai, seperti penanaman pohon mangrove dan gotong royong membersihkan pantai.

104

3.4.2.1 Ketergantungan pada Musim Dalam melakukan berbagai kegiatan di kawasan pesisir salah satu hal yang sangat menentukan kegiatan nelayan dan kegiatan wisata dalam hal ini ialah adanya ketergantungan terhadap musim. Bagi para nelayan kecil ketergantungan terhadap musim sangat besar dan berpengaruh terhadap hasil tangkapan ikan mereka. Nelayan yang berada di Kecamatan Teluk Pandan memiliki kesibukan pada musim penangkapan dan berbanding terbalik jika memasuki musim panceklik pada bulan sekitar Oktober-Januari dengan cuaca yang kurang bersahabat, sehingga dapat membuat kegiatan penangkapan nelayan kecil, buruh nelayan, petani tambak kecil, dan buruh tambak menjadi berkurang bahkan menjadi pengangguran. Untuk mensiasati hal tersebut, di musim panceklik biasanya para nelayan beralih profesi menjadi buruh, pedagang, dan juga kerja serabutan. Ketergantungan terhadap musim ini pula memiliki implikasi yang cukup besar terhadap kegiatan pariwisata. Musim dalam kegiatan wisata dapat mengurangi atau membatasi kegiatan yang dapat dilakukan wisatawan, menurunnya jumlah pengunjung, dan adanya ancaman bahaya ketika memasuki musim penghujan, seperti ombak besar, angin kencang dan petir.

3.5 Rangkuman Karakteristik Wilayah dan Karakteristik Sosial Budaya dan Ekonomi Masyarakat Lokal di KSPD Teluk Pandan Pada bagian ini akan menjelaskan terkait rangkuman dari gambaran umum potensi dan masalah objek wisata Teluk Pandan dan memberikan rakuman mengenai kondisi sosial budaya dan ekonomi masyarakat di Teluk Pandan.

3.5.1 Karakteristik Wilayah Objek wisata pesisir di Teluk Pandan Provinsi Lampung memiliki potensi wisata bahari di kawasan pesisir Teluk Lampung yang terletak dipesisir selatan sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai daerah tujuan wisata unggulan di Lampung. Hal ini didukung oleh kondisi geografisnya berupa tanjung dan teluk dengan kondisi ombak yang tidak besar dan cenderung ramah atau tenang sehingga sangat aman untuk melakukan aktivitas

105

wisata bahari, ditambah lagi dengan pasirnya yang berwarna putih dan pemandangannya yang indah. Luas total wilayah daratan adalah 127.902 ha, dan luas perairan adalah 161.178 ha (Helfinalis, 2000). Nilai strategis lain dari wilayah pesisir Teluk Lampung adalah lokasi geografisnya sebagai pintu gerbang antar Pulau Sumatra dan Laut Pulau Jawa, serta dari sisi pertahanan sebagai calon pusat armada barat TNI-AL. Sementara itu, potensi atraksi wisatanya juga didukung dengan kondisi pantainya yang landai, atraksi ikan lumba-lumba, terumbu karang, hutan mangrove dan atraksi lainnya baik atraksi wisata alam maupun buatan. Sampai sekarang wilayah ini masih menjadi tujuan utama bagi wisatawan domestik dan nusantara yang ingin menikmati wisata bahari di Provinsi Lampung. Pada objek wisata yang terdapat di KSPD Teluk Pandan tergolong dalam wisata massal, dimana banyak pengunjung yang berbondong-bondong datang ke objek wisata pantai yang sudah terkenal sejak lama, dengan pengunjung yang berasal dari dalam Provinsi Lampung maupun dari Luar Provinsi, seperti Palembang, Bengkulu, Jakarta, Bandung, dan lain-lain. Secara keseluruhan terkait dengan daya tarik wisata, aksesibilitas, ketersediaan sarana dan prasarsan di Kawasan Teluk Pandan sudah cukup baik. Namun, dalam pengembangan pariwisatanya dirasa pada masih belum dikembangkan dengan optimal dengan pengemasan wisata yang masih kurang dapat bersaing dan untuk ketersediaan fasilitas penunjang wisatanya, seperti fasilitas pembayaran/perbankan, akomodasi, fasilitas keamanan, dan juga fasilitas kesehatan hampir tidak tersedia di semua objek wisata pesisir Teluk Pandan. Dalam pengelolaan objek wisata yang ada di Teluk Pandan belum menerapkan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Selain itu, terkait dengan kebersihan dan kelestarian alam masih menjadi masalah yang belum terselesaikan dan menjadi permasalahan diseluruh objek wisata. Sampah-sampah tersebut bersumber dari permukiman masyarakat, kegiatan wisata, terbawa dari hulu sungai, terbawa ombak dan juga angin. Kelestarian hutan mangrove yang ada di Pantai Queen Artha dan juga Pantai Sari Ringgung cukup terancam, karena kebiasaan masyarakat sekitar yang membuang air limbah dan sampah di kawasan hutan mangrove yang ada.

106

3.5.2 Karakteristik Sosial Budaya dan Ekonomi Masyarakat di Teluk Pandan Karakteristik masyarakat pesisir yang berada disekitar objek wisata pesisir rata- rata merupakan gabungan karakteristik masyarakat perkotaan dan pedesaan. Kawasan objek wisata yang cukup dekat dengan pusat ibu kota Provinsi Lampung membuat struktur masyarakat pesisir pantai sangat plurar yang mampu membentuk sistem dan nilai budaya yang merupakan hasil akulturasi budaya dari masing- masing komponen yang membentuk struktur masyarakatnya. Selain itu, masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan objek wisata didominasi suku Jawa-Serang. Untuk kearifan lokal atau tradisi khas dari kawasan pesisir ini tidak ada yang khas dan tidak dapat dijadikan sebagai salah satu daya tarik wisata. Tinggal di Kawasan Pesisir Pantai membuat mayoritas masyarakat bekerja sebagai nelayan, petani tambak, penyedia jasa perahu penyeberangan, penjaga pantai, pedagang, petugas kebersihan dan lain-lain. Dalam melihat peluang ekonomi dari adanya aktifitas pariwisata yang ada di sekitar masyarakat, masyarakat telah merespon dengan membuka toko kelontong, menjual oleh-oleh, dan membuka rumah makan. Sedangkan, untuk pengembangan dan penerapan teknologi dalam kegiatan ekonomi masyarakat masih sangat minim. Hal tersebut, dibuktikan dari hasil observasi, dimana masih sedikit objek wisata yang memiliki fasilitas akomodasi yang sebenarnya bisa disediakan dengan memanfaatkan rumah warga yang dijadikan homestay dan untuk akomodasi yang tersedia belum menerapkan jaringan Virtual Hotel Operator dengan kemudahan pemesanan online.

BAB IV ANALISIS TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM PADA OBJEK WISATA PESISIR DI KSPD TELUK PANDAN

Bab analisis akan menggambarkan tingkat kesiapan penerapan Smart Tourism dalam meningkatkan potensi sektor pariwisata pesisir di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung. Untuk lebih lengkapnya, pembahasan pada bab ini seperti berikut : 4.1 Ketersediaan Infrastruktur, Fasilitas Pariwisata dan Sistem Pelayanan dalam Penerapan Smart Tourism pada Objek Wisata Pesisir di Teluk Pandan Analisis ini menjelaskan karakteristik wilayah pariwisata pesisir Teluk Pandan terkait dengan ketersediaan infrastruktur dasar, infrastruktur TIK, transportasi, atraksi wisata, dan fasilitas penunjang pariwisatapada objek pariwisata pantai di Teluk Pandan yang termasuk kedalam Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung.

Sumber : Peneliti, 2020

GAMBAR 4. 1 PROSES ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR, FASILITAS PARIWISATA DAN SISTEM PELAYANAN DALAM PENERAPAN SMART TOURISM

107

108

4.1.1 Infrastruktur Jalan dan Dermaga Identifikasi ketersediaan dan kualitas infrastruktur yang ada di objek wisata pantai Teluk Pandan di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung. Salah satu faktor penting yang berpengaruh terhadap perkembangan pariwisata Kabupaten Pesawaran saat ini ialah keberadaan dan kondisi aksesibilitas jalur jalan dan dermaga. Perkembangan kepariwisataan Kabupaten Pesawaran terkait dengan keberadaan dan perkembangan jalur jalan di wilayah Kabupaten Pesawaran yang secara garis besar dapat dibagi menjadi empat jalur utama, yaitu jalur arteri primer, jalur kolektor primer, jalur lokal primer dan jalur strategis provinsi. Pada kawasan objek wisata ini juga terdapat dermaga yang menjadi tempat penyeberangan menuju berbagai destinasi pulau-pulau kecil dan sebagai tempat bersandarnya perahu nelayan yang ada di Kabupaten Pesawaran. Pergerakan wisatawan dari daerah asal menuju objek wisata dan perpindahan wisatawan dari objek wisata menuju objek wisata lain disekitarnya seperti pulau-pulau kecil menjadi daya tarik di Kawasan Strategis Pariwisata Daerah Teluk Pandan.

4.1.1.1 Pintu Masuk dan Moda Transportasi Pintu masuk merupakan jalan atau akses yang dilalui oleh wisatawan untuk bisa melakukan kegiatan wisata di daerah tujuannya. Selain akses tersebut, moda transportasi menjadi media bagi wisatawan dalam membawa wisatawan dari daerah asal menuju destinasi wisata. Dalam sistem kepariwisataan peran transportasi sangat penting dalam melakukan perpindahan dan kemudahan aksesibilitas. Pada pengembangan sektor pariwisata dengan kondisi geografi Kecamatan Teluk Pandan mempunyai lingkup sebagai kawasan pesisir dan kepualauan, serta memiliki banyak bukit membuat transportasi mengambil bagian penting dalam menghubungkan antar wilayah di Teluk Pandan. Oleh karena itu, dalam pegembangan sektor pariwisatanya sangat penting memiliki kemudahan akses untuk menarik minat pengunjung dari luar Kabupaten Pesawaran untuk berwisata di KSPD Teluk Pandan. Berikut adalah peta akses masuk ke Provinsi Lampung dan Kawasan Objek Wisata Teluk Pandan.

109

Sumber : Hasil Olahan Data, 2020

GAMBAR 4. 2 PETA AKSES MASUK KE PROVINSI LAMPUNG DAN JALAN LINTAS

A. Kondisi Eksisting Ketersediaan Jalan dan Pintu Masuk ke Provinsi Lampung Bagi wisatawan yang berasal dari luar Provinsi Lampung yang ingin melakukan aktivitas wisata dapat masuk melalui pintu masuk berikut ini : 1. Bandara Radin Inten II, waktu tempuh dari Jakarta ±45 menit dengan rata- rata 58 kali penerbangan/hari. 2. Bandara M. Taufik Kiemas Krui (Pesisir Barat) : Bengkulu – Krui – Bandar Lampung (setiap hari Selasa, Kamis, Sabtu). 3. Pelabuhan Bakauheni, menghubungkan dengan Pulau Jawa. 4. Krui, Liwa : Jalur jalan raya dari Provinsi Bengkulu. 5. Kotabumi, Blambangan Umpu : Jalur jalan raya & Kereta api dari Provinsi Sumatera Selatan (Kertapati - Tanjungkarang)

110

6. Mesuji : Jalur jalan raya Lintas Timur Sumatera dari Provinsi Sumatera Selatan 7. Sumatera Selatan : Jalan Tol Lintas Sumatera Setelah pengunjung atau wisatawan masuk ke Provinsi Lampung untuk menuju KSPD Teluk Pandan di Kabupaten Pesawaran, wisatawan dapat melalui : 1. Dari Bandara Radin Inten II menuju Kota Bandar Lampung dengan waktu tempuh sekitar 30 menit dan memakan waktu sekitar 20-70 menit untuk berada di objek wisata di Teluk Pandan. 2. Dari Bandara M. Taufik Kiemas Krui (Pesisir Barat) dapat melalui jalan lintas barat dengan kondisi jalan yang baik dan waktu tempuh selama kurang lebih 5 jam perjalanan. 3. Dari Pelabuhan Bakauheni untuk menuju pusat kota di tempuh selama kurang lebih 2 sampai 3 jam apabila melalui jalan lintas timur.dan jika melalui tol selama kurang lebih 1 jam 30 menit. 4. Dari Krui, Liwa membutuhkan waktu selama 4 sampai 5 jam melalui jalan lintas barat dengan kondisi jalan bagus dan rute yang menanjang dan berbelok-belok. 5. Dari Kota bumi, Blambangan Umpu dapat menggunakan moda kereta api dan dari stasiun Tanjung Karang dibutuhkan waktu selama 2 jam dan dengan menggunakan kendaraan dapat melalui jalan lintas tengah dan timur. Untuk sampai ke pusat kota dengan kondisi jalan yang baik, namun intesitas kendaraan cukup tinggi. 6. Dari Mesuji melalui jalan raya Lintas Timur membutuhkan waktu tempuh selama kurang lebih 6 jam dan apabila melewati jalan tol memakan waktu hingga kurang lebih 2 jam perjalanan. 7. Dari Palembang melewati jalan tol Jakabaring – Kotabaru membutuhkan waktu tempuh selama kurang lebih 4 jam dan untuk sampai ke pusat kota membutuhkan waktu 25 menit Jalan Tol Trans Sumatera, jalur Bakauheni - Terbanggi Besar, sepanjang 139 km yang telah diresmikan oleh Presiden R.I. pada tanggal 22 Desember 2018. Akses pintu masuk/keluar : 1. Gerbang Kalianda

111

2. Gerbang Sidomulyo 3. Gerbang Lematang 4. Gerbang Kotabaru 5. Gerbang Branti 6. Gerbang Kota 7. Gerbang Gunung Sugih 8. Gerbang Terbanggi Besar Untuk menuju kawasan wisata pesisir pantai di Teluk Pandan, pengunjung dapat keluar pada gerbang tol Kotabaru yang aksesnya lebih dekat ke pusat Kota Bandar Lampung dan juga ke kawasan wisata Teluk Pandan.

4.1.1.2 Jalan Kawasan wisata yang cukup padat terkonsentrasi di jalur lintas Teluk Pandan hingga Teluk Ratai. Ketersediaan dan kondisi jalan yang baik akan memberikan kemudahan dalam mengakses lokasi objek wisata. Analisa ini bertujuan untuk menjabarkan ketersediaan dan kondisi kualitas jalan yang ada di 10 objek wisata pesisir di Teluk Pandan:

A. Kondisi Eksisting Infrastruktur Jalan di Lokasi Objek Wisata A. Pantai Queen Arta Infrastruktur jalan menjadi prasarana yang dapat menghubungkan objek wisata Pantai Queen Arta dengan lokasi asal wisatawan dan juga berbagai objek wisata disekitarnya. Lokasinya yang berada di perbatasan antara Kabupaten Pesawaran dengan Kota Bandar Lampung membuat pantai ini mudah diakses. Untuk menuju Pantai ini wisatawan akan melalui jalan aspal kabupaten yang dalam kondisi baik dan jalan di dalam lokasi yang sudah tertata dengan kualitas dikatakan rusak karena jalan tanah padat dan bebatuan (onderlaag) dengan kondisi jalan berlubang dan genangan air pada beberapa titik. Untuk menuju objek wisata ini pengunjung dapat menggunakan angkutan umum dari Pasar Cimeng karena pintu masuk objek wisata yang berada di dekat jalan kabupaten.

112

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020

GAMBAR 4. 3 KONDISI EKSISTING JALAN DI PANTAI QUEEN ARTHA

B. Pantai Mutun Asri Akses untuk mencapai lokasi objek wisata ini melalui jalan kabupaten dengan kualitas baik/aspal dan untuk jalan yang berada dalam objek merupakan jalan yang berada di kawasan permukiman beraspal dengan kualitas kurang baik karena terdapat beberapa lubang dan genangan air. Pengunjung yang ingin berwisata ke pantai ini lebih baik menggunakan kendaraan pribadi karena trayek transportasi umum yang tidak sampai ke lokasi. Perjalan pengunjung untuk berwisata ke Kawasan Pantai Mutun bisa memakan waktu 30-40 menit.

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020

GAMBAR 4. 4 KONDISI EKSISTING JALAN DI PANTAI MUTUN ASRI

C. Pantai Putra Mutun Objek wisata Putra Mutun dapat dicapai oleh wisatawan selama 40 menit dari Bandar Lampung. Akses yang akan dilalui berupa jalan aspal Kabupaten

113

dengan kondisi baik dan jalan di lokasi objek berupa jalan aspal. Pada beberpa titik jalan akses pantai terdapat lubang dan genangan air sehingga kurang memberikan kenyamanan bagi wisatawan. Untuk mencapai objek wisata ini wisatawan disarankan untuk menggunakan kendaraan pribadi baik motor atau mobil, atau bisa juga menggunakan bus pariwisata. Hal ini disebabkan karena transportasi umum yang ada tidak memiliki rute untuk masuk ke lokasi objek wisata yang memiliki jarak cukup jauh dari jalan kabupaten.

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020

GAMBAR 4. 5 KONDISI EKSISTING JALAN DI PANTAI PUTRA MUTUN

D. Pantai Mukhtar Sani Town (MS Town) Akses menuju pantai MS Town melalui jalan aspal kabupaten yang juga menjadi penghubung dengan objek wisata lainnya dengan kualitas jalan baik dan dapat ditempuh perjalanan dengan kendaraan mobil atau motor pribadi, bus, dan transportasi umum dengan waktu kurang lebih selama 35 menit dari Bandar Lampung. Untuk menuju lokasi ini dirasa pengunjung perlu menggunakan kendaraan pribadi mengingat ketersediaan transportasi umum sangat terbatas saat ini. Sedangkan untuk kualitas jalan di dalam lokasi berupa jalan tanah padat berbatu.

114

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020

GAMBAR 4. 6 KONDISI EKSISTING JALAN DI PANTAI MS TOWN

E. Pantai Mutun Haruna Jaya/Pulau Tembikil Perjalanan menuju Pantai Mutun Haruna Jaya ini dapat ditempuh dengan kendaraan darat dengan prasarana jalan aspal kabupaten. Untuk jalan dalam lokasi merupakan jalan tanah padat berbatu yang menghubungkan dengan lokasi wisata lainnya. Dalam mencapai lokasi ini wisatawan harus menggunakan transportasi pribadi karena terbatasnya transportasi umum dari jalan utama menuju lokasi objek wisata. Fasilitas penunjuk arah lokasi objek ini masih sangat kurang hanya terdapat pada jalan utama atau pintu masuk menuju lokasi Kawasan Pantai Mutun.

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020

GAMBAR 4. 7 KONDISI EKSISTING JALAN DI PANTAI MUTUN HARUNA JAYA

F. Pantai Sari Ringgung Akses jalan menuju pantai ini dapat dikatakan sudah dalam kondisi baik, untuk jalan utama menuju lokasi ini berupa jalan aspal Kabupaten dan jalan masuk menuju lokasi wisata melalui jalan sepanjang 2 km berupa jalan aspal

115

yang saat ini sedang dalam pembangunan. Untuk jalan di lokasi pantai sudah cukup baik berupa jalan tanah padat. Sama halnya seperti pantai yang ada di KSPD Teluk Pandan lainnya, pengunjung disarankan untuk membawa kendaraan pribadi atau menggunakan bus pariwisata karena ketersediaan kendaraan umum yang masih terbatas dan hanya melalui pintu masuk ke lokasi objek wisata tidak sampai masuk kedalam lokasi objek wisata. Untuk mengunjungi pantai ini pengunjung membutuhkan waktu selama kurang lebih 50-60 menit perjalanan dari Kota Bandar lampung.

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020

GAMBAR 4. 8 KONDISI EKSISTING JALAN DI PANTAI SARI RINGGUNG

G. Wisata Hutan Mangrove Petengoran Wisata Hutan Mangrove Petengoran merupakan objek wisata yang baru saja di kembangkan oleh masyarakat Desa Gebang melalui Bumdes. Lokasinya yang berdekatan dengan Taman Wisata Dewi Mandapa membuat askes untuk menuju lokasi ini dapat dicapai dalam waktu selama kurang lebih 1 jam dari Bandar Lampung melalui akses jalan aspal kabupaten. Untuk jalan masuk menuju lokasi objek wisata ini memiliki kualitas yang sangat buruk, jalan tanah berlumpur yang terdapat banyak genangan dan jalan menjadi cukup licin karena berupa tanah/lumpur. Sedangkan, untuk di dalam lokasi objek wisatanya pengelola membuat Broadwalk sepanjang 2 km dari bahan baku kayu yang berada di atas air laut. Sama halnya dengan objek wisata Dewi Mandapa Untuk berwisata lokasi ini tidak tersedia transportasi umum, jadi pengunjung dapat menggunakan kendaraan pribadi.

116

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020

GAMBAR 4. 9 KONDISI EKSISTING BROADWALK DI HUTAN MANGROVE PETENGORAN

H. Taman Wisata Dewi Mandapa Taman Wisata Dewi Mandapa dapat dicapai melalui akses jalan aspal kabupaten dengan waktu tempuh untuk sampai ke objek ini selama kurang lebih 1 jam dari Bandar Lampung. Untuk jalan masuk menuju lokasi objek wisata Dewi Mandapa jalannya masih berupa tanah/lumpur dengan kualitas sangat buruk serta di musim penghujan terdapat banyak genangan dan jalan menjadi cukup licin. Untuk berwisata lokasi ini tidak tersedia transportasi umum, jadi pengunjung dapat menggunakan kendaraan pribadi.

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020

GAMBAR 4. 10 KONDISI EKSISTING JALAN DI TAMAN WISATA DEWI MANDAPA

I. Pantai Ketapang Untuk menuju Pantai Ketapang pengunjung akan melalui jalan kabupaten dengan kondisi sangat baik berupa jalan aspal sedangkan untuk didalam lokasi objek wisata yang sudah tertata dengan jalan aspal di area permukiman dan di

117

dalam lokasi objek wisata tanah padat. Untuk sampai ke lokasi ini tersedia angkutan umum dari Pasar Cimeng dengan biaya Rp.10.000. Waktu yang harus ditempuh wisatawan dari Bandar Lampung ke Pantai Ketapang sekitar 60-70 menit.

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020

GAMBAR 4. 11 KONDISI EKSISTING JALAN DI PANTAI KETAPANG

10. Pantai Kelapa Rapat Pantai yang berada di dalam kawasan TNI AL ini memiliki akses yang baik. Untuk menuju lokasi objek wisata ini pengunjung akan melalui jalan kabupaten dengan kondisi sangat baik berupa jalan aspal sedangkan untuk didalam lokasi objek wisata yang sudah tertata dengan jalan tanah padat. Untuk menuju sampai ke lokasi ini tersedia angkutan umum dari Pasar Cimeng dengan biaya Rp.10.000. Waktu yang harus ditempuh dari Bandar Lampung ke Pantai Klara mencapai 60-75 menit.

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020

GAMBAR 4. 12 KONDISI EKSISTING JALAN DI PANTAI KELAPA RAPAT

118

B. Analisis Ketersedian dan Kualitas Infrastruktur Jalan Infrastruktur jalan di Kawasan Strategis Priwisata Derah Teluk Pandan telah tersedia. Untuk menunjang kegiatan wisata yang ada di Teluk Pandan yang termasuk ke dalam Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung, sangat penting memiliki ketersediaan infrastruktur daerah yang memadai dan layak. Ketersediaan infrastruk tur menjadi salah satu faktor penentu bagi keberhasilan penyelenggaraan pembangunan suatu daerah dan sebagai pendukung untuk perkembangan sektor pariwisata. Infrastruktur fisik dalam hal ini khususnya sarana dan prasarana transportasi menjadi unsur penting yang harus ada untuk mempermudah perjalanan menuju berbagai destinasi wisata yang ada di Kabupaten Pesawaran. Kawasan objek wisata yang cukup dekat dengan Kota Bandar Lampung sebagai Ibu Kota Provinsi Lampung dengan sarana prasarana perkotaan yang cukup lengkap dan aksesibilitas yang baik menjadikan kawasan wisata pesisir pantai Teluk Pandan ini sangat potensial untuk dikunjungi Wisatawan Nusantara maupun Wisatawan Mancanegara. Berikut peta kondisi jalan pada ojek wisata Teluk Pandan :

Pantai Queen Artha Pantai Mutun Pantai MS Town Pantai Putra Mutun Asri

Taman Dewi Mandapa Pantai Haruna Jaya PETA KONDISI EKSISTING JALAN PADA OBJEK WISATA PANTAI DI TELUK PANDAN

Pantai Sari Pantai Ketapang Ringgung

Hutan Mangrove Pantai Kelapa Petengoran Rapat

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020

GAMBAR 4. 13 PETA KONDISI JALAN DI OBJEK WISATA PESISIR TELUK PANDAN

119

Aktifitas perhubungan di Kabupaten Pesawaran yang lebih cenderung menggunakan perhubungan darat yang melalui jalan raya dengan status jalan Kabupaten dengan kondisi yang baik. Berdasarkan data dari RPJMD Kabupaten Pesawaran 2016-2021, pada tahun 2014, Jalan kabupaten sepanjang 779,860 km yang terdiri dari 135 km jalan hotmix, 354 km jalan lapen, 122,202 jalan onderlaagh, dan 169 km jalan tanah yang berada dibawah pengawasan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pesawaran. Kabupaten Pesawaran yang memiliki tingkat aksesibilitas yang sangat baik dan merupakan jalur lintasan wisata utama Provinsi Lampung. Kondisi Jalan di Kabupaten Pesawaran per Desa/Kelurahan di Kecamatan Teluk Panda pada tahun 2019, sebagai berikut:

TABEL 4. 1 PANJANG JALAN (KM), KONDISI DAN KLASIFIKASI JALAN DI KECAMATAN TELUK PANDAN

Rusak Baik & Sedang & Rusak & Berat & No Desa/Kelurahan Aspal Onderlaag Tanah Hotmix Jumlah 1 Batu Menyan 4 1 0 0 5 2 Gebang 20 0 20,5 0 40,5 3 Sidodadi 5 2 4 0 11 4 Hanura 15 10,5 3 0 28,5 5 Cilimus 7 3 6 0 16 6 Hurun 7 1 8 0 16 Sukajaya 7 Lempasing 12 `6,2 12 0 24 8 Munca 4 0 12 0 16 9 Tanjung Agung 15 12 15,5 0 42,5 10 Talang Mulyo 12 0 0 0 12 Total Panjang Jalan 101 29,5 81 0 211,5 Sumber : BPS, Kecamatan Teluk Pandan dalam Angka 2019

Berdasarkan data diatas dapat kita ketahui Kecamatan Teluk Pandan yang memiliki 10 objek wisata pantai yang menjadi wilayah penelitian memiliki total panjang jalan 211,5 Km dengan jalan yang memiliki kondisi baik dengan klasifikasi jalan aspal sepanjang 101 Km, jalan dengan kondisi sedang dengan klasifikasi jalan onderlaag sepanjang 29,5 Km, kondisi jalan rusak dan klasifikasi jalan tanah

120

sepanjang 81, dan jalan yang dalam kondisi rusak berat dan klasifikasi hotmix tidak ada. Dalam rentang waktu dari tahun 2015-2019 Kabupaten Pesawaran sedang giat-giatnya melakukan pembangunan dan perbaikan jalan. Dari data yang ada dan kondisi eksisting dapat dikatakan bahwa untuk kondisi jalan yang baik dan telah memenuhi standar hanya jalan kabupaten dengan klasifikasi jalan aspal/hotmix sedangkan, untuk jalan menuju lokasi objek wisata masih mengalami masalah dan perlu pembangunan serta perbaikan kualitas jalan. Saat ini pembangunan dan perbaikan sudah mulai dilakukan di jalan masuk pada beberapa kawasan objek wisata Pantai Mutun dan Pantai Ketapang dengan kualitas jalan baik aspal. Namun, masih berlubang dan dibeberapa titik sehingga menjadi area genangan air pada saat terjadi hujan. Selain itu, Pantai Sari Ringgung juga saat ini sedang melakukan pembangunan dan perbaikan jalan untuk menuju objek wisata dengan menggunakan aspal dan di dalam lokasi wisatanya jalan tanah padat.

4.1.1.3 Dermaga Dermaga yang terdapat di kawasan pariwisata berfungsi untuk mendukung pergerakan wisatawan dari wilayah asal wisatawan ke kawasan pariwisata yang ada maupun pergerakan di dalam kawasan pariwisata serta kegiatan ekonomi lainya. Analisa ini bertujuan untuk menjabarkan ketersediaan dan kondisi kualitas Dermaga yang ada di 10 objek wisata pesisir di Teluk Pandan:

A. Kondisi Eksisting Dermaga di Teluk Pandan 1. Pantai Queen Arta Pada lokasi objek wisata ini tidak memiliki dermaga sebagai fasilitas yang menunjang sarana kepariwisataannya. Salah satu daya tarik bagi wisatawan berkunjung ke lokasi objek wisata ini salah satunya untuk menyeberang ke Pulau Permata dan Pulau Tembil. Untuk menyebrang ke pulau terdekat tersebut pengunjung biasanya menggunakan jasa penyeberangan perahu di dermaga pada tempat pelelangan ikan (TPI) yang berada di dekat lokasi objek wisata dengan jarak sekitar 100-300 meter.

121

2. Pantai Mutun Asri Pantai Mutun Asri merupakan salah satu pantai yang berada di Desa Sukajaya Lempasing, Kecamatan Teluk Pandan. Pantai ini memiliki 4 dermaga sebagai salah satu infrastruktur penunjang kegiatan wisatanya dan ekonomi masyarakat lokal yang mayoritas bekerja sebagai nelayan. Namun, untuk kondisi dari 3 dermaga yang ada saat ini sudah dalam keadaan baik dan 1 dermaga lagi dalam keadaan rusak dan tidak beroperasi. Biasanya perahu atau kapal dengan berukuran kecil dan sedang yang bersandar di dermaga ini. Melalui dermaga yang ada disini pengunjung dapat melakukan penyeberangan ke Pulau Tangkil, Pulau Tegal Mas dan Pulau Pahawang.

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020

GAMBAR 4. 14 KONDISI EKSISTING DERMAGA DI PANTAI MUTUN ASRI

3. Pantai Putra Mutun Pantai Putra Mutun merupakan salah satu objek wisata yang terdapat di Kabupaten Pesawaran yang memiliki fasilitas sarana pendukung periwisata berupa dermaga. Dermaga yang ada di Pantai Putra Mutun ini terbuat dari beton dengan kualitas yang baik. Dermaga ini berfungsi sebagai tempat bersandarnya perahu dan juga tempat naik dan turunnya wisatawan dari perahu masyarakat. Pantai dengan laut yang cukup dalam ini sering dimanfaatkan sebagai tampat untuk memancing oleh masyarakat lokal dan juga wisatawan. Dari dermaga ini wisatawan dapat mengunjung objek wisata lainnya seperti Pulau Tangkil, Pulau Pahawang dan Pulau Tegal Mas.

122

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020

GAMBAR 4. 15 KONDISI EKSISTING DERMAGA DI PANTAI PUTRA MUTUN

4. Pantai MS Town Ketersediaan sarana penunjang kepariwisataan berupa dermaga tersedia di Pantai MS Town. Kondisi dermaga yang ada di pantai ini dalam kondisi baik dan menjadi salah satu daya tarik sebagai tempat berfoto. Desain dermaga yang kekinian yang terbuat dari kayu dengan ornamen hiasan lampu dan spot foto menambah keindahannya. Dermaga yang ada di Pantai MS Town ini sebagai tempat bersandarnya perahu-perahu nelayan yang menerima jasa penyebrangan ke pulau-pulau kecil terdekat dengan tujuan Pulau Ketapang, Pulau Pahawang, Pulau Maitem dan Pulau Tegal Mas.

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020

GAMBAR 4. 16 KONDISI EKSISTING DERMAGA DI PANTAI MS TOWN

5. Pantai Haruna Jaya / Pulau Tembikil Pantai Haruna Jaya dalam pengelolaan pariwisatanya tidak memiliki fasilitas sarana pendukung seperti dermaga. Hal tersebut karena kondisi pantai yang landai membuat wisatawan dapat naik ke perahu dari bibir pantai. Dari

123

Pantai Haruna Jaya ini wisatawan dapat mengunjungi objek wisata pulau-pulau kecil seperti Pulau Tangkil, Pulau Pahawang dan Pulau Tegal Mas. Penyediaan jasa perahu penyebrangan di objek wisata ini menggunakan perahu-perahu masyarakat lokal Pantai Mutun.

6. Pantai Sari Ringgung Pantai Sari Ringgung merupakan salah satu objek wisata yang cukup banyak diminati wisatawan baik dalam maupun dari luar Provinsi Lampung. Banyaknya atraksi wisata yang ditawarkan di pantai ini menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Dalam menunjang berbagai kegiatan wisata di pantai ini, pihak pengelola menyediakan 2 dermaga degan kondisi dan kualitas yang baik serta masih aktif beroperasi. Dalam pengoperasiannya dermaga ini melayani jasa perahu penyebrangan dar Pantai Sari Ringgung menuju berbagai objek wisata disekitarnya, seperti Pasir Timbul, Pulau Tegal Mas, Pulau Pahawang, Masjid Terapung, dan Spot Sari (area snorkling).

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020

GAMBAR 4. 17 KONDISI EKSISTING DERMAGA DI PANTAI SARI RINGGUNG

7. Wisata Hutan Mangrove Petengoran Kawasan objek wisata ini berdekatan dengan Taman Wisata Dewi Mandapa. Pada objek wisata yang baru dibuka ini juga tidak tersedia fasilitas sarana penunjang kegiatan wisara berupa dermaga. Namun, dalam kegiatan wisatanya Hutan Mangrove Petengoran juga menyediakan jasa perahu penyeberangan menuju objek wisata Pasir Timbul dan Pulau Tegal Mas.

124

Perahu-perahu yang digunakan merupakan perahu nelayan milik masyarakat lokal.

8. Taman Wisata Dewi Mandapa Taman Wisata Dewi Mandapa merupakan objek wisata yang menjual keindahan alam pantai di Kawasan Teluk Lampung dengan rimbunnya hutan mangrove yang ada disekitar objek wisata ini. Untuk ketersediaan dari fasilitas sarana berupa dermaga di objek wisata ini belum tersedia. Karakteristik objek wisata pantai dengan laut yang landai ini, menjadikan perahu dapat menepi di dekat bibir pantai dan apabila terdapat pengunjung yang ini menyebrang biasanyan menggunakan perahu milik masyarakat lokal yang berada di dekat objek wisata ini.

9. Pantai Ketapang Pantai yang terkenal dengan kebun kelapa dan pemandangannya yang indah ini berada di dekat dermaga penyebrangan terbesar dii Kabupaten Pesawaran, yaitu Dermaga Ketapang. Dalam ketersediaan fasilitas sarana dermaganya, disini memiliki 4 dermaga yang terbuat dari beton dan dalam kondisi yang baik. Dermaga Ketapang menjadi salah satu dermaga tersibuk yang ada di Provinsi Lampung. Hal tersebut karena dermaga ini menjadi tempat penyedia jasa perahu penyebrangan ke berbagai objek wisata yang ada di Teluk Lampung dan menjadi tempat bersandarnya bagi ratusan perahu/kapal nelayan. Dari dermaga ini objek wisata lain yang dapat dikunjungi, yaitu Pulu Pahawang, Pulau Kelagian, Tanjung Putus, Pulau Maitem, Pulau Tegal Mas, dan berbagai objek wisata lainnya.

(a) (b)

125

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020 (c) (d)

GAMBAR 4. 18 KONDISI EKSISTING DERMAGA DI PANTAI KETAPANG (A) DERMAGA 1 (B) DERMAGA 2 (C) DERMAGA 3 (D) DERMAGA 4

10. Pantai Kelapa Rapat (Klara) Objek wisata satu ini juga merupakan salah satu pantai yang telah memiliki ketersedian fasilitas sarana berupa dermaga. Di Pantai Klara ini terdapat 2 dermaga yang terbuat dari kayu dengan kondisi dan kualitas yang baik. Dermaga yang ada di pantai ini semakin menarik karena diberi cat yang berwarna warni, disediakannya pondok/tempat untuk menunggu perahu dan spot foto bagi wisatawan. Wisatawan dapat menggunakan jasa perahu penyebrangan untuk mengunjungi berbagai objek wisata lainya, seperti Pulau Kelagian, Pulau Pahawang, Pulau Maitem, dan Pulau Lunik.

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020

GAMBAR 4. 19 KONDISI EKSISTING DERMAGA DI PANTAI KELAPA RAPAT

126

B. Analisis Ketersediaan dan Kualitas Dermaga di Teluk Pandan Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan ketersediaan dermaga di KSPD Teluk Pandan dapat dikatakn telah tersedia dengan 6 dari 10 objek wisata memiliki dermaga. Apabila meninjau Peraturan Direktur Jendral Perlindungan Hutan dan Konservasi alam tentang Pembangunan Sarana Pariwisata, fasilitas untuk menunjang sarana kepariwisataan berupa dermaga harus dalam bentuk dermaga apung dan menggunakan pancang apung serta pelaksanaannya berpedoman pada ketentuan teknis dari instansi yang berwenang dan lokasinya berdasarkan rencana pengelolaan. Namun, pada kondisi eksistingya dermga yang ada pada kawasan obejk wisata pesisi pantai di Teluk Pandan terbuat dari beton dan belum memenuhi syarat tersebut. Berikut Peta Kondisi Eksisting Demaga di Teluk Pandan.

Sumber : Peneliti, 2020

GAMBAR 4. 20 PETA KONDISI EKSISTING DERMAGA DI TELUK PANDAN

Dalam ketersediaanya dan kualitasnya di kawasan wisata pesisir pantai Kabupaten Pesawaran dermaga hanya tersedia di beberapa objek wisata saja dan dalam pengoptimalan fungsinya pun tidak hanya untuk mendukung kegiatan

127

perpindahan wisatawan, namun dipergunakan juga sebagai kegiatan ekonomi masyarakat nelayan sebagai tempat bersandarnya perahu.

TABEL 4. 2 JUMLAH DAN KONDISI DERMAGA PADA OBJEK WISATA PESISIR DI TELUK PANDAN

No Objek Wisata Keterangan

Baik

Berat

Rusak Rusak

Sedang

Tidak tersedianya dermaga di objwk 1 Pantai Queen Arta 0 0 0 0 wisata ini karena dilayani dermaga di Tempat Pelelangan Ikan Dermaga sebagai salah satu daya tarik wisata dan juga tempat perpindahan 2 Pantai MS Town 1 0 0 0 wisatawan yang ingin mengunjung pulau disekitarnya Kondisi pantai yang landai membuat Pantai Haruna penumpang yang berknjung dan akan 3 0 0 0 0 Jaya/Pulau Tembikil melakukan perpindah tidak memerlukan dermaga Dermaga yang ada dioperasikan untuk 4 Pantai Putra Mutun 1 1 0 0 perpindahan wisatawan dan juga tempat bersadarnya perahu nelayan Dermaga yang ada di pantai ini beroperasi sebagai tempat perahu nelayan bersandar 5 Pantai Mutun Asri 3 0 1 0 dan sebagai tempat bagi wisatawan untuk melaukan perpindahan Penyedian dermaga sebagai tempat 6 Pantai Sari Ringgung 2 0 0 0 perpindahan wisatawan untuk menuju objek wisata disekitarnya Dermaga yang ada menjadi salah satu daya 7 Pantai Kelapa Rapat 2 0 0 0 tarik wisata dan juga tempat wisatawan melakukan perpindahan Patai yang landai dan memiliki pulau kecil Taman Wisata Dewi 8 0 0 0 0 ini membuat naik turun penumpang ke Mandapa kapal tidak perlu melalui dermaga Lokasi Pantai Ketapang berekatan dengan Dermaga Ketapang yang menjadi tempat 9 Pantai Ketapang 3 1 0 0 perpindahan bagi wisatawan ke berbagai objek wisata pulau-pulau kecil dan juga sebagai perahu nelayan bersandar Baru di buka dan dikembangkannya objek Hutan Konservasi 10 0 0 0 0 wisata ini membuat belum tersedianya Mangrove Petengoran dermaga Sumber : Hasil Observasi, 2020

Dari data di atas dapat diketahui untuk objek wisata yang memiliki dermaga terbanyak ialah Pantai Ketapang dan Pantai Mutun Asri dengan total terdapat 4

128

dermaga yang beroperasi setiap harinya untuk perpindahan wisatawan dan nelayan lokal. Kemudian diikuti Pantai Sari Ringgung, Pantai Putra Mutun dan Pantai Kelapa Rapat yang meiliki 2 dermaga, untuk Pantai MS Town 1 dermaga. Sedangkan untuk Pantai Queen Arta, Pantai Haruna Jaya, Taman Wisata Dewi Mandapa, dan Hutan Konservasi Mangrove Petengoran tidak tersedia dermaga di objek wisatanya. Dalam Pemenuhan nilai estetikanya, sebuah dermaga kiranya juga dapat menarik secara visual. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan dermaga yang memiliki nilai estetika berada di objek wisata Pantai MS Town dan Pantai Kelapa Rapat, disana dermaga terbuat dari kayu dan diberi cat semenarik mungkin. Selain untuk tempat bersandarnya kapal dan akses penyebrangan wisatawan, dermaga yang ada di lokasi objek wisata tersebut menyediakan spot untuk berfoto. Untuk dermaga yang terdapat di Pantai Kelapa Rapat memiliki keunggulan adanya nilai estetika yang tidak terlepas dari budaya Lampung, hal tersebut terlihat dari ornamen dan spot foto yang disediakan seperti Siger dan pengantin yang menggunakan pakaian adat Lampung.

4.1.2 Penyediaan Air Bersih Identifikasi penyediaan air bersih yang ada di objek wisata pantai Teluk Pandann di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung. Menurut Peraturan Direktur Jendral Perlindungan Hutan dan Konservasi alam tentang fasilitas untuk menunjang sarana kepariwisataan berupa penyediaan jaringan air bersih dibangun dengan kententuan diupayakan dibangun dalam tanah. Kondisi sanitasi dasar manusia yang baik akan selalu dikaitkan dengan tersedianya air bersih. Persediaan air yang banyak dengan kualitas yang lebih baik akan lebih cepat meningkatkan derajat kesehatan. Analisa ini bertujuan untuk menjabarkan sumber, kualitas dan pendistribusian air bersih yang ada di 10 objek wisata pesisir : A. Kondisi Eksisting Penyediaan Air Besih di Objek Wisata Teluk Pandan 1. Pantai Queen Arta Dalam memenuhi kebutuhan air bersih di Pantai ini, pihak pengelola dan masyarakat membuat sumur galian/bor. Hal tersebut sebagai cara masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air bersih karena lokasi objek wisata ini tidak terlayani oleh PDAM. Untuk mendapatkan air yang bersih dan layak konsumsi

129

pihak pengelola dann masyarakat membuat sumur bor di lokasi yang cukup jauh dari objek wisata, yaitu di dekat jalan kabupaten. Pemilihan lokasi sumur bor yang jauh dikarenakan air tanah yang berada di lokasi objek wisata memiliki rasa yang payau. Dalam pendistribusiannya pengelola dan masyarakat menggunakan mesin pompa dan juga sistem perpipaan dengan jarak kurang lebih 100-300 m dari lokasi objek wisata. Kualitas air dari sumur bor ini baik dalam artian tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa. Dalam pemanfaatannya untuk kegiatan wisata air ini digunakan untuk kamar mandi/bilas, toilet, air wudhu, dan konsumsi sehari hari.

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020

GAMBAR 4. 21 AIR BERSIH DI OBJEK WISATA PANTAI QUEEN ARTHA

2. Pantai Mutun Asri Pantai Mutun Asri dalam penyediaan air bersih untuk keperluan kegiatan wisata pantai ini menggunakan sumur bor. Sama halnya dengan objek wisata lain di kawasan wisata Pantai Mutun. Sumur bor yang digunakan di pantai ini juga memiliki kualitas air yang tidak terlalu baik. Air memiliki rasa yang payau, tidak berwarna dan tidak berbau. Air tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan kegiatan wisata dan juga kebutuhan sehari-hari masyarakat yang tinggal di dekat objek wisata ini.

130

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020

GAMBAR 4. 22 AIR BERSIH DI OBJEK WISATA PANTAI MUTUN ASRI

3. Pantai Putra Mutun Ketersediaan jaringan air bersih di Pantai Putra Mutun untuk menunjang sarana kepariwisataan sudah terpenuhi. Pengelola memenuhi kebutuhan air bersih dengan menggunakan sumur bor dan juga air membeli air PAM untuk menambah supply air bersih pada musim liburan. Kualitas air yang disediakan untuk aktivitas wisata dengan kualitas yang baik, dalam artian tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa. Dalam pendistribusian air bersih di lokasi objek wisata ini dengan menggunakan pompa air yang ditampung di tangki air/tedmon dan kemudian disalurkan melalui pipa-pipa menuju mushola, toilet, kamar mandi, dan penginapan.

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020

GAMBAR 4. 23 AIR BERSIH DI OBJEK WISATA PANTAI PUTRA MUTUN

4. Pantai MS Town Penyediaan jaringan air bersih dalam mendukung berbagai kegiatan wisata di Pantai MS Town ini di supply dari air sumur bor untuk memenuhi kebutuhan

131

air bersih dalam kegiatan pariwisata di hari biasa. Ketika memasuki musin liburan pengelola menambah supply air bersih dengan membeli air PAM yang dibeli dari agen dengan menggunakan truk tangki air. Air yang dibeli tersebut kemudian ditampung didalam tanki air/tedmon kemudian didistribusikan dengan menggunakan pipa ke kamar mandi, toilet, mushola, dan cafe yang ada di objek wisata ini. Kualitas air yang digunakan di objek wisata ini tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa.

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020

GAMBAR 4. 24 AIR BERSIH DI OBJEK WISATA PANTAI MS TOWN

5. Pantai Haruna Jaya/Pulau Tembikil Pantai dengan fasilitas yang cukup lengkap ini menyediakan air bersih yang bersumber dari sumur bor untuk memenuhi kebutuhan air dalam kegiatan wisata pantai. Kualitas air yang didapat dari sumur bor memiliki rasa yang payau dengan warna sedikit keruh. Untuk mensiasati agar air tidak begitu terasa payau, pihak pengelola pantai membeli air PAM dari agen air bersih dan dibawa dengan mobil khusus pengangkut air bersih. Kemudian air sumur yang telah ditampung dalam bak penampungan/tedmon dicampurkan dengan air PAM dan kemudian didistribusikan ke beberapa titik kegiatan yang membutuhkan air bersih, seperti toilet, kamar mandi dan mushola dengan meggunakan pipa.

132

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020 (a) (b)

GAMBAR 4. 25 AIR BERSIH DI PANTAI MUTUN HARUNA JAYA (A) TEMPAT PENAMPUGAN AIR BERSIH (B) KUALITAS AIR

6. Pantai Sari Ringgung Pantai dengan berbagai aktivitas wisata yang ditawarkan ini, menyediakan jaringan air bersih untuk menunjang sarana kepariwisataannya. Pengelola Pantai Sari Ringgung memenuhi kebutuhan akan air bersihnya dari sumur bor dan dengan membeli air dari agen air bersih PAM. Karena kondisi air tanah yang berada di dekat pantai memiliki kualitas buruk, pihak pengelola membuat sumur di lokasi yang agak jauh dari bibir pantai. Selain itu, pengelola membeli air bersih untuk supply pada saat memasuki musim liburan atau adanya kunjungan denga jumlah yang banyak karena memiliki kualitas yang lebih baik, seperti air yang jernih, tidak berasa dan juga tidak berbabau. Dalam sistem pendistribuasiannya air bersih yang ada di tampung didalam bak penampungan dan kemudian disalurkan dengan menggunakan pompa dan sistem perpipaan ke berbagai fasilitas yang membutuhkan air bersih.

133

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020 (a) (b)

GAMBAR 4. 26 AIR BERSIH DI PANTAI SARI RINGGUNG (A) TEMPAT PENAMPUGAN AIR BERSIH (B) KUALITAS AIR

7. Wisata Hutan Mangrove Petengoran Dalam memenuhi kebutuhan air bersih untuk kegiatan wisatanya, objek wisata yang berada di tengah-tengah hutan mangrove ini memanfaatkan sumber air bersih yang dibeli dari agen PAM. Hal ini dikarenakan objek wisata Hutan Mangrove Petengoran belum memiliki dana untuk membuat sumur bor. Untuk kualitas air pada objek wisata ini memiliki kualitas yang baik, air tidak berwarna, tidak berbau, dan juga tidak berasa. Air tersebut dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air di toilet.

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020

GAMBAR 4. 27 AIR BERSIH DI OBJEK WISATA HUTAN MANGROVE PETENGORA

8. Taman Wisata Dewi Mandapa Taman Wisata Dewi Mandapa memenuhi kebutuhan air bersihnya dengan memanfaatkan sumber air tanah atau sumur bor. Hal ini karena lokasi objek

134

wisata yang tidak terlayani dengan PDAM. Sumur Bor yang dibuat oleh pemilik memiliki kualitas air yang kurang baik, karena air berbau, memiliki warna kecoklatan dan rasa yang payau. Dalam pendistribusian airnya disalurkan dengan menggunakan pompa dan sistem perpipaan menuju tempat yang membutuhkan air, seperti kamar mandi, toilet, dan mushola.

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020

GAMBAR 4. 28 AIR BERSIH DI OBJEK WISATA DEWI MANDAPA

9. Pantai Ketapang Pantai yang berada dekat dengan kawasan permukiman ini, memberikan fasilitas untuk menunjang sarana kepariwisataan berupa penyediaan jaringan air bersih. Di lokasi objek wisata ini, sumber air bersih berasal dari sumur bor dengan kualitas air yang baik. Air bersih yang ada di objek wisata ini tidak berwarna, tidak berbau dan juga tidak berasa. Pengelola Pantai Ketapang menyediakan air bersih untuk menunjang kegiatan wisatawan, seperti kamar bilas, toilet, mushola, dan juga untuk kebutuhan pedagang. Air sumur tersebut disedot dengan pompa air dan kemudian dialiri menuju berbagi tempat dengan menggunakan sistem perpipaan.

135

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020 (a) (b)

GAMBAR 4. 29 AIR BERSIH DI PANTAI KETAPANG (A) SUMUR BOR (B) KUALITAS AIR

10. Pantai Kelapa Rapat (Klara) Dalam memenuhi ketersediaan jaringan air bersih yang dapat menunjang kegiatan wisatanya. Pantai Klara menggunakan air yang bersumber dari sumur bor. Berbeda dengan beberapa pantai lainnya air sumur yang digunakan di pantai ini memiliki kualitas yang baik, dalam arti air yang digunakan untuk berbagai aktivitas memiliki kualifikasi tidak berwarna, tidak berasa dan juga tidak berbau. Pengelola Pantai Kelapa Rapat memanfaatkan air dari sumur tersebut untuk kegiatan, seperti mandi/bilas, air wudhu di mushola dan toilet. Pendistribusian air bersih di pantai ini menggunakan pompa air yang disalurkan melalui pipa.

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020 (a) (b)

GAMBAR 4. 30 AIR BERSIH DI PANTAI KELAPA RAPAT (A) SUMUR BOR (B) KUALITAS AIR

136

B. Analisis Ketersediaan dann Kualitas Air Bersih di Objek Wisata Teluk Pandan Akses terhadap air bersih tampaknya belum tersedia dan secara kualitasnya mengindikasikan baik bagi pemenuhan air bersih bagi penduduk serta berbagai keperluan objek wisata di Pesawaran secara keseluruhan. Berdasarkan data RPJMD Kabupaten Pesawaran 2016-2021, pada tahun 2015 ada sebanyak 62,46 persen rumah tangga dengan sumber air minum untuk memasak adalah sumur. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan dalam pemenuhan kebutuhan air bersih untuk menunjang kegiatan wisata dan konsumsi masyarakat sehari-hari di 10 objek wisata dinyatakan belum terpenuhi dan belum terlayani oleh PDAM. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih tersebut pihak pengelola menggunakan sumberdaya air yang dipakai saat ini di objek wisata pesisir Kabupaten Pesawaran berasal dari :  Air Sumur Bor / Air tanah dangkal  Membeli air bersih PAM Dalam penyediaan air bersih di objek wisata pesisir Kabupaten Pesawaran dirasa masih kurang memadai dan apabila ditinjau dari RTRW Kabupaten Pesawaran terkait rencana pelayanan air bersih di Kabupaten Pesawaran hingga tahun 2031 dengan memakai standard Kepmen Kimpraswil No.534/KPTS/M/2001 dengan standard 60 – 220 lt/org/hari, namun dengan demikian cakupan pelayanannya pada rentang 55 – 75 % penduduk yang terlayani. Hal ini memandang pada kawasan pedesaan dapat memakai sumber mata air setempat seperti pegunungan, danau, sungai sebagai pemenuhan kebutuhan akan air yang ternyata tidak layak untuk dikonsumsi. Berdasarkan data BPS Kecamatan Teluk Pandan dalam angka 2019 diketahui bahwa kondisi eksistingnya terdapat beberapa objek wisata yang menggunakan sumbur bor/air tanah dangkal untuk memenuhi kebutuhan air bersih dalam kegiatan pariwisatanya, seperti Pantai Ketapang, Pantai Queen Arta, Pantai Sari Ringgung, Pantai Kelapa Rapat dengan kualitas air yang baik. Namun, dalam penggunaan sumur bor/air tanah dangkal juga terdapat masalah kualitas air yang buruk atau dalam artian memiliki rasa payau dan warna yang keruh, seperti di Pantai Haruna Jaya, Pantai Mutun Asri, dan Taman Wisata Dewi Mandapa. Untuk mensiasati air sumur yang memiliki rasa payau dan berwarna keruh pengelola

137

Pantai Haruna Jaya membeli air bersih PAM dengan menggunakan truk tangki air. Sumberdaya air tersebut saat ini dipakai sebagai air bersih untuk mandi/bilas, cuci, minum dan kegiatan lainnya. Dengan pola pemenuhan kebutuhan air bersih bagi kegiatan wisata dan juga masyarakat lokal saat ini yang memanfaatkan air tanah yang diambil dengan cara membuat sumur bor dan sumur galian pada setiap rumah di permukiman pesisir pantai yang mengindikasikan tingginya eksplorasi air bawah tanah pada kawasan permukiman pesisir. Hal tersebut tentunya akan berdampak pada terjadinya intrusi air laut yang terjadi karena air tanah yang diambil dengan kedalaman sumur tertentu dapat terisi air laut.

4.1.3 Jaringan Listrik Ketersediaan Sumber listrik dan energi serta jaringan distribusinya menjadi salah satu sarana yang menjadi bagian vital yang dapat mendukung berbagai kebutuhan dan aktivitas wisata pada destinasi wisata pantai di Teluk Pandan. Berdasarkan RTRW Kabupaten Pesawaran 2011-2031, Jaringan listrik di wilayah Kabupaten Pesawaran disalurkan melalui saluran tegangan menengah (SUTM) 20 KV yang selanjutnya didistribusikan melalui saluran tegangan rendah (SUTR) ke wilayah permukiman. A. Kondisi Eksisting Pelayanan Jaringan Listrik di Objek Wisata Teluk Pandan

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020 (a) (b)

GAMBAR 4. 31 KETERSEDIAN JARINGAN LISTRIK (A) KAWASAN PERMUKIMAN PESISIR MUTUN (B) OBJEK WISATA PANTAI SARI RINGGUNG

138

Sepuluh objek wisata pesisir Kabupaten Pesawaran ini memiliki karakteristik wilayah yang didominasi dengan fungsi permukiman penduduk dan obyek wisata pantai, dengan kegiatan perdagangan, jasa, industri dan perikanan yang cukup dominan. Oleh karena itu, dalam ketersediaan jaringan listrik dalam mendukung berbagai kegiatan wisatanya hampir diseluruh objek wisata yang ada di Kabupaten Pesawaran telah terlayani oleh jaringan listrik PLN. Objek Wisata yang telah terlayani oleh jaringan listrik dari PLN diantaranya Pantai Queen Arta, Pantai MS Town, Pantai Haruna Jaya, Pantai Putra Mutun, Pantai Mutun Asri, Pantai Sari Ringgung, Pantai Ketapang, dan Pantai Kelapa Rapat. Sedangkan, masalah yang terjadi untuk Taman Wisata Dewi Mandapa dan juga Kawasan Konservasi Mangrove Petengoran hingga saat ini belum terlayani oleh jaringan listrik dari PLN. Hal tersebut membuat hingga sampai saat ini dalam memenuhi kebutuhan akan jaringan listrik di lokasi objek wisata belum terpenuhi secara menyeluruh dan pengelola objek wisata sedang berupaya untuk mendapatkan sumber listrik yang berasal dari permukiman terdekat dan generator listrik (genset).

B. Analisis Ketersediaan Pelayananan Jaringan Listrik di Objek Wisata Teluk Pandan Dari hasil observasi yang dilakukan pada KSPD Teluk Pandan dapat dinyatakan bahwa dalam penyediaan jaringan listriknya telah tersedia dan hampir secara keseluruhan terlayani oleh PLN. Berdasarkan RTRW Kabupaten Pesawaran 2011- 2031, jaringan listrik di wilayah Kabupaten Pesawaran disalurkan melalui saluran tegangan menengah (SUTM) 20 KV yang selanjutnya didistribusikan melalui saluran tegangan rendah (SUTR) ke wilayah permukiman. Daya yang terpasang untuk setiap rumah berkisar antara 450 KVA sampai 3300 KVA. Daya yang disalurkan PLN masih berkisar 60 % dari daya yang terpasang, sedangkan 40 % masih merupakan cadangan tenaga untuk mengatisipasi kebutuhan listrik di wilayah Kabupaten Pesawaran sampai 10 tahun mendatang. Dalam pemenuhan kebutuhan listrik untuk kegiatan wisata yang ada di Kabupaten Pesawaran sebagian besar telah terlayani dari listrik PLN, namun belum secara keseluruhan terlayan karena masih terdapat objek wisata yang kebutuhan listriknya belum terlayani

139

seperti Taman Wisata Dewi Mandapa dan Hutan Konservasi Mangrove Petengoran yang sedang berupaya untuk menyambung listrik dari permukiman terdekat.

4.1.4 Sistem Pengelolaan Limbah Sistem pengolahan limbah merupakan suatu infrastruktur atau fasilitas yang disediakan khusus untuk menangani, menyalurkan, dan mengolah limbah dalam hal ini sampah, air limbah rumah tangga, dan limbah hitam sehingga tidak membahayakan bagi lingkungan. Analisa ini akan membahasa terkait dengan ketersediaan infrastruktur dan fasilitas pengolahan limbah terkait persampahan, drainase dan sanitasi pada kawasan objek wisata pesisir Teluk Pandan. A. Kondisi Eksisiting Sistem Persampahan, Drainase dan Sanitasi di Objek Wisata Teluk Pandan 1. Sistem Persampahan Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah pengelolaan sampah pantai yang dapat menganggu kebersihan lingkungan dan kenyamanan pengunjung. Dalam hal ini pengembangan infrastrukur terkait proses pengolahan sampah yang aman dan efektif penting disediakan sehingga, masyarakat dan wisatawan tidak membuang sampah ke sungai dan ke pantai. Selain itu, ketersediaan tempat sampah menjadi salah satu fasilitas yang harus ada di lokasi objek wisata. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, seluruh objek wisata yang termasuk kedalam wilayah kajian telah menyediakan kontak sampah di berbagai titik di lokasi objek wisatanya. Namun, walaupun demikian masih cukup banyak objek wisata yang masih mengalami masalah kebersihan terkait dengan sampah yang terdapat di bibir pantai. Permasalahan yang dihadapi pengelolaan sampah laut yang terbawa ombak/angin dan juga karena lokasi objek wisata yang berada satu kawasan dengan pemukiman. Selain itu, hal yang juga harus mendapatkan perhatian adalah pengelolaan sampah yang belum maksimal, terutama ketika memasuki musim liburan, ketika kunjungan di objek wisata sedang ramai sampah-sampah berserakan dan bahkan masih banyak pengunjung yang membuang sampah langsung ke laut. Kesadaran pengunjung dan pengelola masih kurang dalam menjaga kebersihan dan kelestarian alam.

140

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020 (a) (b)

GAMBAR 4. 32 PENGELOLAAN SAMPAH (A) JENIS KOTAK SAMPAH YANG ADA DI SELURUH OBJEK WISATA (B) PEMBAKARAN SAMPAH

Untuk proses pengolahan sampahnya Pantai Queen Arta, Pantai MS Town, Pantai Haruna Jaya, Pantai Putra Mutun, Pantai Mutun Asri, Pantai Ketapang, Pantai Kelapa Rapat, Taman Wisata Dewi Mandapa, dan Wisata Konservasi Hutan Mangrove Petengoran membakar sampah yang telah di kumpulkan oleh petugas kebersihan objek wisata dan kemudian mereka jadikan pupuk alami untuk tanaman yang ada di objek wisata. Sedangkan, untuk objek wisata Pantai Sari Ringgung, pada awalnya terdapat masalah terkait dengan sampah yang dibuang ke kawasan konservasi hutan mangrove namun, setelah mendapat teguran dari pemerintah dan dinas terkait sampah yang sudah dikumpulkan di lokasi objek wisata ini kemudian diangkut dengan truk pengangkut sampah. Tidak ada pengolahan lebih lanjut seperti daur ulang dari sampah-sampah yang dihasilkan.

2. Drainase Prasarana yang berfungsi mengalirkan kelebihan air dari suatu kawasan ke badan air penerima yaitu drainase menjadi salah satu infrastruktur yang harus dimiliki di lokasi objek wisata. Destinasi wisata yang terdapat di Teluk Pandan ini memiliki dominasi karakteristik wilayah dengan fungsi permukiman penduduk dan objek wisata. Ketersediaan infrastruktur drainase yanga ada pada kawasan permukinan dan objek wisata menjadi satu dan kemudian drainase tersebut langsung dialiri menuju pantai. Kondisi seperti ini terjadi hampir pada setiap objek

141

wisata lainnya yang ada di wilayah kajian penelitian ini sistem drainasenya langsung mengalir ke laut tanpa adanya proses pengolahan. Tidak jauh berbeda, untuk sistem drainase yang ada di Pantai Queen Arta air bekas pembuangan kamar mandi/bilas dan kegiatan sehari-hari dialiri kerawa-rawa hutan mangrove yang berada di belakangnya.

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020 (a) (b)

GAMBAR 4. 33 SALURAN DRAINASE (A) SALURAN DRAINASE DI OBJEK WISATA (B) DRAINASE PADA KAWASAN PERMUKIMAN PESISIR

3. Sanitasi Kawasan pesisir di Teluk Pandan memiliki fungsi sebagai area pemukiman dengan sumber daya yang melimpah bagi penduduk yang berprofesi sebagai nelayan dan juga pelaku wisata. Dalam menjalankan fungsinya sebagai kawasan pemukiman dan juga lokasi objek wisata pesisir, maka kawasan pesisir Teluk Pandan harus memenuhi beberapa syarat dari sebuah kawasan pemukiman, yaitu memenuhi ketersedian sarana dan fasilitas kesehatan lingkungan yang menjadi salah satu syarat utama suatu kawasan dengan fungsi permukiman dan fungsi pariwisata. Terkait dengan hal tersebut, syarat kesehatan lingkungan yang harus dipenuhi untuk sebuah kawasan pemukiman dan lokasi wisata yang baik adalah tersedianya akses bagi warga dan juga wisatawan dalam sarana sanitasi.

142

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020 (a) (b)

GAMBAR 4. 34 SANITASI (A) SEPTIC TANK DI PANTAI MUTUN HARUNA JAYA (B) PROSES PEMBUATAN SEPTIC TANK DI PANTAI PUTRA MUTUN

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, dalam penyediaan sarana sanitasi seperti septik tank pada 10 objek wisata pesisir yang ada di Kawasan Teluk Pandan masyarakat memenuhi kebutuhan sarana tersebut secara individu atau pada setiap Kepala Keluarga.

B. Analisis Ketersediaan dan Kualitas Sistem Pengolahan Limbah di Objek Wisata Teluk Pandan Dalam skala kabupaten atau di wilayah pedesaan seperti di 10 objek wisata pesisir di Teluk Pandan, sistem pembuangan sampah dilakukan secara swadaya oleh masyarakat dengan menimbun sampah di pekarangan rumah masing-masing. Sampah dalam kawasan permukiman dikumpulkan oleh masing-masing rumah dan sampah tersebut banyak yang dibakar oleh penduduk. Sumber sampah yang ada di lokasi objek wisata bukan hanya dihasilkan dari kegiatan rumah tangga disekitar objek wisata saja namun, sampah tersebut terbawa oleh ombak dari hilir sungai ataupun dari lokasi lainnya disekitar objek wisata. Pada proses tata kelola sampah di objek wisata seluruh objek wisata pesisir yang ada di Kecamatan Teluk Pandan belum sesuai dengan arahan kebijakan dalam RTRW Kabupaten Pesawaran. Hal tersebut dapat terlihat dari hasil observasi yang telah dilakukan, yaitu tidak tersedianya pembuangan sampah terpadu (tertutup) di seluruh objek wisata pantai di Teluk Pandan dan sampah yang dihasilkan dari kegiatan pariwisata dan perdagangan di lokasi objek wisata tidak dipisahkan menjadi 4 (empat) bagian,

143

yaitu organik; non organik; botol kaca; botol dan gelas plastik serta bahan plastik lainnya melainkan semuanya digabung kedalam satu tempat sampah. Pihak pengelola objek wisata hanya menyediakan kotak sampah dari drum bekas dan tidak ada pemilahan sampah. Selain itu, untuk proses pengelolaan sampahnya masih belum ramah lingkungan, dalam artian sampah yang telah dikumpulkan kemudian dibakar dan tidak ada proses daur ulang. Untuk pengolahan sampah di setiap Gerai limbah buangan dan limbah minyak goreng tidak ada penampungan khusus. Pola perilaku wisatawan, pedagang, masyarakat disekitar lokasi objek wisata, dan pengelola yang masih sangat sering membuang sampah sembarangan menyebabkan terganggunya kenyaman dan kebersihan pantai sehingga, mempengaruhi minat wisatawan untuk berlibur di lokasi objek wisata tersebut. Oleh karena itu, dengan permaslahan persampahan yang masih kompleks di setiap objek wisata pesisir di Teluk Pandan dirasa perlu adanya peningkatan kesadaran dan peran dari masyarakat dan dunia usaha/swasta dalam penyelenggaraan sistem pengelolaan persampahan yang baik di lokasi objek wisata. Selain itu, perlu adanya upaya penerapan pengelolaan sampah dengan menggunakan pendekatan konsep 4R, yaitu reduce (mengurangi), reuse (memakai kembali), recycle (mendaur ulang) dan replace (mengganti) serta yang terpenting penyediaan prasarana Tempat Pengumpulan Sementara (TPS) dan sarana pengankut sampah diseluruh kecamatan yang hingga saat ini belum tersedia. Untuk sistem drainase atau saluran pembuangan air lengkap dengan proses pemeliharaan sebelum dibuang ke saluran kota drainase/saluran air hujan dan resapannya harus diperhatikan dengan baik untuk menghindari genangan air di halaman bangunan. Drainase yang ada di lokasi objek wisata tergolong drainase tersier dengan lebar 0,5 m dan tinggi 0,5-1 meter yang merupakan drainase terbuka. Terdapat permasalahan dalam sistem drainase yang ada di lokasi objek wisata terutama untuk sistem drainase yang berada di objek wisata yang berdekatan dengan permukiman. Berdasarkan kajian RTRW Kabupaten Pesawaran terkait pengembangan sistem pemusatan pada lokal primer dan sekunder yang terdapat pada desa pusat permukiman hingga saat ini belum terlaksana. Air limbah rumah tangga yang dihasilkan dialiri langsung menuju pantai tanpa ada proses pengolahan dan penampungan air limbah. Hal tersebut tentunya merusak ekosistem laut dan

144

juga menyebabkan air laut menjadi kotor sehingga dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan juga gatal-gatal pada kulit ketika berenang. Oleh karena itu, dirasa perlu adanya peningkatan sarana dan prasarana Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) penunjang drainase di seluruh objek wisata pesisir di Teluk Pandan. Sedangkan, untuk sistem pengolahan limbah sanitasi yang ada di objek wisata pesisir panta Teluk Pandan dalam pemenuhan fasilitas septic tank pada masing- masing Kepala Keluarga (KK) dan juga pengelola wisata. Selain itu, pada setiap kawasan objek wisata pesisir di Teluk Pandan tidak ada pengolahan lumpur tinja secara rutin. Apabila ditinjau dari dokumen RTRW Kabupaten Pesawaran terdapat rencana pengembangan jamban komunal pada kawasan permukiman padat masyarakat berpenghasilan rendah dan area fasilitas umum, dimana pada kondisi eksistingnya jamban komunal hanya terdapat pada fasilitas umum atau objek wisata saja. Sedangkan, untuk pada kawasan permukiman padat masyarakat berpenghasilan rendah di sekitar kawasan objek wisata sudah memiliki jamban sendiri. Tetapi seharunya untuk sistem pembuangan jamban di daerah pesisir sangat penting untuk memperhatikan kondisi air tanah karena pemenuhan kebutuhan air bersih masyarakat pesisir di Teluk Pandan pun menggunakan ai tanah. Oleh karena itu, dirasa perlu adanya percepatan dalam pengadaan prasarana sarana pengolahan lumpur tinja berupa truk pengangkut tinja dan modul instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT) komunal dan untuk menyediakan jaringan sanitasi yang terpadu dengan sistem jaringan wilayah di kawasan permukiman dan objek wisata pesisir di Teluk Pandan.

4.1.5 Telekomunikasi Mengingat pentingnya fungsi dari ketersediaan infrastruktur Teknologi Informasi dan Komunikasi yang dapat memberikan kemudahan dalam mengakses dan meningkatkan kualitas pelayanan informasi. Selain itu, ketersediaan infrastruktur TIK juga diharapkan dapat merangsang mekanisme kegiatan pariwisata yang mampu meningkatkan kegiatan ekonomi dan peningkatan efektivitas. Untuk itu perlu adanya efisiensi koordinasi dari setiap instansi pemerintah, swasta, masyarakat, dan wisatawan dalam lingkup yang lebih luas. Menara telekomunikasi/ BTS (Base Transceiver Station) menjadi salah satu

145

infrastruktur yang harus tersedia dalam upaya penerapan Smart Tourism. BTS berfungsi menjembatani perangkat komunikasi pengguna dengan jaringan menuju jaringan lain. Analisa ini bertujuan untuk menjabarkan ketersedian, kualitas dan yang ada di 10 objek wisata pesisir Kabupaten Pesawaran di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung. A. Kondisi Eksisting Infrastruktur TIK di Objek Wisata Teluk Pandan 1. Ketersediaan Menara BTS (Base Transceiver Station) Mengingat pentingnya fungsi jaringan telekomunikasi, untuk memudahkan dalam berkomunikasi dan mengakses informasi. Menara telekomunikasi yang ada di objek wisata pesisir Kabupaten Pesawaran tepatnya Kecamatan Teluk Pandan yang bmemiliki 10 Destinasi wisata saat ini telah tersedia dan dibeberapa lokasi merupakan menara miliki 1 operator dan ada juga yang menerapkan sharing tower.

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020 (a) (b)

GAMBAR 4. 35 INFRASTRUKTUR TELEKOMUNIKASI (A) BTS DI KAWASAN PANTAI MUTUN (B) OPERATOR PENGGUNA BTS DI PANTAI QUEEN ARTHA

Dalam pembangunannya dilakukan oleh provider itu sendiri dengan lokasi yang cukup jauh atau tidak berdekatan. Sebaran menara BTS eksisting dapat dilihat pada Gambar berikut.

146

Sumber : Hasil Olahan Data, 2020

GAMBAR 4. 36 PETA PERSEBARAN BTS DI KECAMATAN TELUK PANDAN

Saat ini di Kecamatan Teluk Pandan memiliki 18 unit menara telekomunikasi dari berbagai provider ataupun penyedia menara. Untuk menara telekomunikasi yang tersebar di dekat kawasan wisata pesisir pantai terdapat sebanyak 12 unit. Pada kawasan objek wisata yang berada di Kecamatan Teluk Pandan ini memiliki layanan jaringan internet yang sudah baik dengan layanan H+ hingga 4G. Seperti halnya jaringan listrik, jaringan telepon pelayanannya dilakukan oleh instansi tersendiri, yaitu PT. TELKOM sehingga, perencanaan sistem jaringan tersebut mengikuti arahan dan rencana PT. TELKOM yang kemudian disesuaikan dengan pola ruang kawasan Teluk Pandanm Kabupaten Pesawaran.

2. Aplikasi Pariwisata Provinsi Lampung Aplikasi ini ditujukan untuk memperkenalkan sektor pariwisata yang ada di Provinsi Lampung dengan memberikan informasi tentang destinasi wisata. Aplikasi ini hadir sebagai upaya untuk pengembangan sektor pariwisata di Provinsi Lampung dan juga tentunya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada sektor pariwisata dan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Provinsi

147

Lampung baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. Berikut informasi yang tersedia di dalam aplikasi “Pariwisata Lampung”.

Sumber : Aplikasi Priwisata Lampung, 2020

GAMBAR 4. 37 APLIKASI PARIWISATA LAMPUNG DAN JENIS INFORMASI YANG DISEDIAKAN

Pada aplikasi “Pariwisata Lampung” terdapat pilihan informasi yang tersedia dalam bentuk kategori wisata, seperti informasi wisata buatan, wisata alam, wisata budaya, wisata kuliner, hotel, dan juga kerajinan khas. Selanjutnya, pada aplikasi ini juga terdapat informasi tekait dengan daftar event tahunan yang ada di Provinsi Lampung. Selain memberikan berbagai informasi objek wisata yang sudah ada, pada aplikasi ini juga kita bisa mendapatkan informasi terkait berbagai destinasi baru di Provinsi Lampung. Aplikasi ini juga menyediakan informasi mengenai

148

nomor–nomor penting dan juga daftar travel biro yang dapat digunakan oleh wisatawan untuk melakukan perjalanan wisata. Tidak hanya memberikan informasi tentang apa saja destinasi dan kegiatan wisata yang dapat dilakukan di Provinsi Lampung, pada aplikai ini juga penggunanya dapat mengakses informasi terkini terkait capaian dan kegiatan dari Dinas Pariwisata Lampung.

B. Analisis Ketersediaan Infrastruktur TIK dan Aplikasi Pariwisata di Objek Wisata Teluk Pandan Ketersediaanya infrastruktur TIK di lokasi objek wisata telah tersedia. Pada kawasan objek wisata pesisir Teluk Pandan terdapat 18 BTS dengan penyedia dari berbagai layanan operator. Dalam penyediaan menara BTS di kawasan ini terdapat 2 (dua) pola kerjasama antara perusahaan pengembang infrastruktur dengan operator, yaitu pola sewa dan pola bagi hasil. Berdasarkan data dari hasil observasi yang telah dilakukan pada beberapa BTS, masih terdapat operator yang menggunakan menara sendiri yang hasilnya menyebabkan banyak menara telekomunikasi/ BTS yang berkumpul di satu daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah harus menggalakkan dan mengintervensi penggunaan menara bersama. Selain lebih efisien, banyakya tower BTS yang tersebar dapat menyebabkan fenomena “hutan tower” yang sebenarnya dapat dikurangi sehingga, tata letak pada kawasa dapat diperbaiki. Dengan demikian Peraturan Daerah mengenai penggunaan 1 tower secara bersama dapat dikeluarkan. Berdasarkan kriteria umum dari penempatan BTS (PT. Telkom, 2006), BTS yang ada di Kabupaten Pesawaran tepatnya Kecamatan Teluk Pandan telah memenuhi kriteria, seperti tidak berada pada kawasan konservasi, tidak berada pada kawasan permukiman padat (KDB > 75%). Walaupun BTS berada di sekitar lokasi permukiman dan objek wisata, BTS yang ada berada pada jarak radius 100 m dari permukiman penduduk dan kawasan wisata tetapi tidak mengganggu pandangan. Dalam menunjang kegiatan pariwisata di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung dan mendukung penerpan e-tourism recommendation dalamm upaya pengembangan pariwisata melalui konsep Smart Tourism, pemerintah dalam hal ini Dinas Pariwisata Provinsi Lampung telah meluncurkan aplikasi “Pariwisata Lampung” sebagai bentuk upaya pemerintah untuk meningkatkan pelayanan objek

149

wisata. Dalam mendukung e-tourism recommendation aplikasi ini perlu ditingkankan lagi dengan kelengkapan informasi yang detail dan juga peningkatan pelayanan objek wisata yang dinilai masih cukup rendah dibeberapa objek wisata. “Menurut saya aplikasi yang ada saat ini, seperti website yang dibuat aplikasi karena sebetulnya informasi yang ada sama saja seperti website. Aplikasi yang dibutuhkan wisatawan itu seperti wisatawann mengklik tujuan wisata dan keluar informasi terkait dengan harga atau biaya yang harus dikeluarkan selama berlibur.....terdapat pilihan paket dan juga harga yang harus dikeluarkan sehingga memudahkan orang memilih, ada komputasi, sensor, dan big data didalamnya. Jika aplikasinya sama dengan website, menurut saya mengabiskan uang saja untuk daftar...” (B2-DI-01.01.03)

“Pariwisata mindsetnya bukan di pemerintah tapi kebutuhan wisatawan, yang diubah pertama itu mindset pemerintah sebagai lembaga yang turut bertanggung jawab mensejahterakan masyarakat lewat sektor pariwisata...... Bagaimana wisatawan bisa tertarik, salah satunya dengan memberikan informasi kepada wisatawan...Semakin tinggi TIK yang dipakai akan memepercepat, mempermudah dan murah. Jadi, ketika wisatawan mendapatkan informasi tentang itu maka akan tertarik untuk berwisata. Oleh karena itu, mindest untuk pemberian informasi pariwisata yang harus di perbaiki” (B1-DI-01.01.11)

Penilain pelayanan objek wisata dapat dilihat dari ketersediaan dan kualitas pelayanan di setiap objek wisata. Pada aplikasi “Pariwisata Lampung” masih terdapat layanan informasi yang belum memiliki data terkait, seperti pada bagian informasi hotel, wisata kuliner, dan kerajinan pada aplikasi sama sekali belum terdapat informasi apapun. Hal ini menunjukkan masih kurang lengkapnya informasi yang ada pada aplikasi tersebut sehingga, dapat dikatakan bahwa aplikasi tersebut tidak optimal pemanfaatannya dalam memberikan informasi kepada calon wisatawan untuk saat ini. Dalam penyediaan aplikasi sebagai bagaian dari Smart Tools, aplikasi yang dibuat harus memuat berbagai informasi tentang berbagai hal terkait pariwisata. Menurut Buhalls 2000 dalam Buhalls et al.,2013. Informasi yang ada pada smart tools yang dalam hal ini ialah aplikasi pariwisata haru mencakup komponen 6A pariwisata :

150

TABEL 4. 3 KOMPONEN INFORMASI YANG HARUS TERSEDIA PADA APLIKASI WISATA

Sumber : Buhalis, 2000 dalam Buhalis et al., 2103

Berdasarkan pada kajian yang telah dilakukan, aplikasi “Pariwisata Lampung” saat ini sudah memasukan komponen attractions, availllable package, dan amenities. Sedangkan untuk informasi komponen accessibility, activities, dan ancillary belum tersedia pada aplikasi “Pariwisata Lampung”. Dalam menyediakan aplikasi yang dapat merespon kebutuhan masyaratak Dinas Pariwisata Provinsi Lampung perlu secepatnya memenuhi semua kebutuhan informasi bagi wisatawan pada aplikasi “Pariwisata Lampung”. Hal tersesbut bertujuan untuk memberikan kualitas pelayanan pariwisata yang baik dan tentunya dapat memberikan kemudahan bagi calon wisatawan untuk melakukan kegiatan wisata di Provinsi Lampung. “Ya aplikasi ideal itu tidak ada standarnya, aplikasi ideal itu aplikasi yang menyelesaikan masalah sesorang mengenai informasi. Kalau wisatawan ya tentu informasi yang menjadi masalah mereka...... pengunaan apliaksi itu dapat mempermudah mendapat informasi, ada di gadget mereka dan dapat diakses saat perjalanan. jika pemerintah tidak mampu menyediakan aplikasi tersebut dapat menggandeng orang yang dapat membantu menyediakan hal tersebut” (B2-DI- 01.01.12) Dalam penerapan Teknologi Infromasi dan Komunikasi untuk menunjang berbagai kegiatan pariwsata pesisir pantai di Teluk Pandan saat ini masih sangat minim. Keterbatasan pemahaman dala penggunaan teknologi dan juga keterbatasan dalam penyediaan fasilitas TIK dalam menunjang kegiatan pariwisata saat ini masih menjadi kendala utama dalam penerapannya. “Walaupun kita sering menyebut saat ini kita berada di era 4.0 tetapi menurut saya sebenarnya kita masih ada di era 2.0. Sebaiknya yang harus ditriger itu kreatifitas para pelaku wisata dalam memanfaatkan TIK. Jadi, Dinas Pariwiatanya ditriger dan pelaku pengguna pun ditriger karena itu akan berkaitan dengan penggunaan sumber daya non pemrintah contoh ahli IT, ahli Big Data, bahkan ahli perancang sistem. Kalo pemerintah saja tidak akan

151

sanggup kesana, berat sekali. Dalam jangak waktu dekat belum bisa.... Jadi, posisi pemerintah dalam konteks ini hanya sebagai pencipta ekosistem saja untuk terciptanya kondisi yang bagus untuk memanfaatkan TIK oleh masyarakat, komunitas, dan berbaagai bidang dan itu tugasnya kominfo juga sama masih untuk menciptakan ekosistem digital.” (B1-DI-01.01.07)

Oleh karena itu, dalam pengembangan aplikasi Pariwisata Lampung perlu adanya penambahan informasi secara detail terkait dengan informasi atraksi wisata, informasi real time transportasi, akomodasi, dan juga informasi terkait dengan perkiraan biaya tiket masuk objek wisata serta dapat membantu wisatawan dalam menyusun rencana wisata selama di Provinsi Lampung. Hal tersebut bertujuan untuk mempermudah wisatawan dan untuk memenuhi element Smart Tourism terkait e-tourism recommendation system, real time traffic broadcast. tourist attraction homepage, dan smart vehicle-scheduling.

4.2 Moda Transportasi Menuju Provinsi Lampung dan Objek Wisata Pantai Teluk Pandan Kawasan Strategis Pariwisata Daerah Teluk Pandan memiliki potensi yang besar dalam pengembangan pariwisatanya. Lokasi kawasan wisata Teluk Pandan yang strategis dan sangat dekat dengan Ibu Kota Provinsi Lampung, yaitu Kota Bandar Lampung dengan aksesibilitas yang baik dan ketersediaan sarana prasarana perkotaan yang relatif lengkap. Hal tersebut, menjadikan Kawasan Startegis Pariwisata Daerah Teluk Pandan ini sangat potensial dikunjungi oleh wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara. Banyaknya daya tarik wisata pantai dan pulau-pulau kecil yang menjadi daya tarik unggulan di Teluk Pandan dapat menjadi pertimbangan bagi calon wisatawan untuk berkunjung ke satu objek wisata atau bahkan beberapa objek wisata sekaligus. Pada bagian ini akan membahas mengenai Moda Transportasi yang dapat digunakan untuk masuk ke Provinsi Lampung dan KSPD Teluk Pandan. A. Kondisi Eksisting Moda Transportasi Pada dasarnya moda transportasi terdiri dari dua kata yaitu moda dan transportasi. Moda memiliki arti bentuk atau jenis dan untuk kata transpotasi berarti suatu kegiatan memindahkan sesuatu baik orang maupun barang dari satu tempat ke tempat lain dengan atau tanpa sarana. Jadi, secara umum pengertian dari Moda

152

Transportasi adalah jenis angkutan yang digunakan untuk melakukan perpindahan dari suatu tempat asal ke tempat tujuan baik orang maupunn barang. Berikut moda transportasi yang tersedia untuk menuju Provinsi Lampung dan KSPD Teluk Pandan. a. Pelabuhan dan Kapal Laut Untuk melakukan perpindahan dari Pulau Jawa menuju Pulau Sumatera terdapat Pelabuhan Merak, Banten – Pelabuhan Bakauheni sebagai tempat penyeberangan dan sudah tersedia Kapal Roro/Ferry dengan jadwal keberangkatan setiap 45 menit dengan total 5 dermaga dan waktu tempuh perjalanan selama 2,5 – 4 jam yang lamanya waktu perjalanan tergantung pada kondisi cuaca/gelombang laut. Saat ini peningkatan pelayanan transportasi telah dilakukan, salah satunya ialah dengan penyediaan dermaga dan kapal eksekutif Bakauheni-Merak. Dermaga dan kapal eksekutif merupakan dermaga yang khusus disediakan untuk memberikan pelayanan yang maksimal demi kenyamanan penumpang sehingga, memberikan kesempatan bagi para wisatawan telah untuk menikmati berwisata sejak mereka berada di perjalanan. pada tanggal 19 Desember 2018 dermaga dan kapal ini mulai beroperasi (soft launching) dengan pelayanan 4 (empat) kapal kelas eksekutif yaitu : KMP Sebuku, KMP Batu Mandi KMP Portlink, dan KMP Portlink III.

b. Bus Akap Dari Pelabuhan Merak menuju Terminal Rajabasa Bandar Lampung tersedia Bus atau Travel (Avanza, APV, L300) antar langsung tujuan dalam kota Bandar Lampung. Biasanya bus akap berangkat dari terminal Bus Kalideres atau Terminal Bus Kampung Rambutan menuju Terminal Bus Pelabuhan Merak (Bus Ekonomi AC) dengan lama perjalanan sekitar 2 jam.

c. Bus DAMRI Untuk pengunjung yang ingin bepergian dengan menggunakan bus DAMRI yang saat ini telah melayani perjalanan menuju Lampung dengan tarif

153

bervariasi yang disesuaikan dengan fasilitas yang ada di dalam busnya. DAMRI Gambir – Bandar Lampung : Berangkat jam 8.00 – 10.00 dan 20.00 – 22.00. Untuk dari Jakarta pool Damri berada di Stasiun Gambir yang berada di pusat kota. Bus DAMRI Bogor – Bandar Lampung : Berangkat jam 19.00,. Untuk Pool Damrinya bergabung dengan Damri tujuan Bandara Soekarno Hatta yang berada di dekat Botani Square. DAMRI Bandung - Bandar Lampung : Berangkat jam 20.00,. Pool Damri berada di Stasiun Kereta Bandung Jalan Kebon Kawung. d. Transportasi Udara Beberapa maskapai penerbangan seperti Garuda Indonesia, Lion Air, Sriwijaya Air, Batik Air, Wings Air, Express Air, dan NAM Air siap melayani penerbangan Bandara Radin Inten II, Lampung - Bandara Soekarno Hatta Jakarta. Lama penerbangan yang dibutuhkan sekitar 45 menit. Bandar Radin Inten II saat ini telah melayani penerbangan langsung ke beberapa kota besar di Indonesia seperti : Batam, Palembang, Jakarta (HLP), Bandung, Yogyakarta, Surabaya dan Denpasar. Dengan jadwal penerbangan setiap hari dengan sekitar 58 kali penerbangan. e. Transportasi darat di Kawasan Objek Wisata Untuk menuju 10 objek wisata pesisir di Kabupaten Pesawaran yang termasuk ke dalam Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung, moda transportasi yang dapat digunakan, yaitu kendaraan pribadi dan angkutan umum. Angkutan umum yang beroperasi merupakan jenis mobil pick up yang telah dimodifikasi pada bagian belakang dengan diberi bangku penumpang dan juga atap.

154

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020

GAMBAR 4. 38 ANGKUAN UMUM DARAT DI KAWASAN OBJEK WISATA TELUK PANDAN

Permasalahan yang terjadi apabila wisatawan menggunakan angkutan umum ini untuk kegiatan wisata ialah angkutan tersebut tidak mengantar penumpang hingga ke lokasi objek wisata hanya sampai di jalan kabupaten atau tidak masuk ke dalam kawasan objek wisata kecuali jumlah penumpang yang menuju lokasi objek wisata tersebut banyak atau angkutan umum tersebut disewa. Hal tersebutlah yang membuat pengunjung sebaiknya menggunakan kendaraan pribadi karena disebagian besar objek wisata yang termasuk ke dalam wilayah kajian penelitian ini memiliki jarak yang cukup jauh dari jalan kabupaten atau tempat pemberhentian angkutan umum.

f. Transpotasi Laut di Kawasan Objek Wisata Moda transportasi yang digunakan wisatawan untuk melakukan perpindahan pada objek wisata di Teluk Pandan dan sekitarnya yaitu perahu kecil dan speed boat. Perahu-perahu kecil yang ada di dermaga pada setiap pantai dapat mengangkut wisatawan yang ingin berwisata ke sekitar pulau lainnya di daerah itu. Untuk ketersediaan perahu di setiap objek wisata pantai di Teluk Pandan telah memadai dengan tarif penyeberangan yang berbeda-beda disesuaikan dengan jarak perjalanan menuju tujuan. Namun, yang menjadi permasalahan ialah pada beberapa objek wisata perahu yang disediakan tidak memiliki kelengkapan untuk keselamatan penumpang karena tidak tersedianya pelampung. Dari 10 objek wisata pantai yang ada hanya Pantai Sari Ringgung dan Dermaga Ketapang yang

155

menyediakan pelampung bagi pengunjung yang ingin melakukan perpindahan menuju objek wisata lain disekitar dengan perahu.

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020

GAMBAR 4. 39 TRANSPORTASI LAUT DI KAWASAN OBJEK WISATA

B. Analisis Ketersediaan dan Kualitas Pelayanan Transportasi Dalam ketersediaan transportasi dan kemudahan akses untuk menuju Provinsi Lampung dapat dikatakan tersedia dengan baik dan juga memiliki akses yang cukup mudah. Sedangkan, untuk kemudahan akses dan juga ketersediaan moda transportasi untuk menuju kawasan objek wisata pesisir di Teluk Pnadan berdasarkan kondisi eksisting jumlah angkutan umum untuk menuju lokasi objek wisata pesisir di Teluk Pandan masih terbilang sedikit, hal tersebut terlihat dari lamanya waktu penumpang menunggu angkutan sekitar 10-20 menit. Angkutan umum yang beroperasi saat ini tidak dapat dijangkau dari pusat kota Bandar Lampung melainkan dapat diakses hanya dari Pasar Cimeng dengan trayek angkutan umum meliputi Pasar Cimeng-Ketapang-Way Ratai. Angkutan umum yang beroperasi pada kawasan ini hanya melalui jalan kabupaten saja, dalam artian tidak sampai ke lokasi objek wisata. Angkutan umum dapat mengantar penumpang menuju lokasi objek wisata apabila disewa dan juga jumlah penumpang dengan tujuan tersebut banyak. Dalam pengoperaisan angkutan umum yang ada di kawasan Teluk Pandan dirasa perlu adanya penambahan route atau trayek angkutan umum dari pusat kota hingga mencapai lokasi objek wisata dan peningkatan kualitas angkutan umum dengan menyediakan BRT (Bus Rapid Transit). Hal tersebut untuk meningkatkan kemudahan akses bagi wisatawan dan juga masyarakat yang tidak memiliki kendaraan pribadi.

156

Dalam ketersediaan angkutan laut di lokasi objek wisata dapat dikatakan ketersediaannya banyak dan mampu memenuhi kebutuhan untuk perpindahan pengunjung yang ingin mengunjungi objek wisata sekitarnya ataupun pulau-pulau kecil yang ada. Untuk penyewaan jasa perahu penyeberangan hampir tersedia pada setiap objek wisata pesisir di Teluk Pandan, mulai dari perahu dengan kapasitas 5 orang hingga perahu besar untuk kapasitas sebnayak 40 orang. Harga sewa jasa perahu berbeda-beda tergantung dituju. Secara keseluruhan harga sewa untuk penyewaan jasa perahu relatif murah karena memiliki kapasitas untuk beramai- ramai untuk satu kapal. Dalam perjalanan menuju pulau, memakan waktu yang berbeda dari pulau satu ke pulau lainnya. Ada yang 15 menit, ada pula yang hingga kuran lebih selama 1 jam. Permasalahan yang terjadi pada pengoperasian perahu angkutan laut ini, ialah standar keselamatan penumpang. Dimana kebanyakan perahu yang beroperasi tidak tersedia pelampung bagi penumpang. Kesetersedian pelapung untuk penumpang tersedia pada bebrapa objek wisata saja seperti di Pantai Sari Ringgung, Pantai MS Town, dan pada dermaga penyeberangan Pantai Ketapang. Untuk jasa angkutan laut ini sebagian besar telah bekerja sama dengan Jasa Raharja dalam menjamin keselamatan pengguna angkutan laut yang ada pada objek wisata pesisir di Teluk Lampung. Dalam penerapan Smart Tourism perlu adanya kemudahan dalam mendapatkan informasi terkait dengan transportasi. Informasi tersebut seharusnya bisa diakses wisatawan melalui aplikasi pariwisata atau web resmi. Melalui Smart Tourism seharusnya ada aplikasi yang dapat memberikan informasi secara real time dan memenuhi element travel safety protection, e-tourism recommendation system, dan real time traffic broadcast terkait angkutan umum baik darat maupun air. Informasi yang perlu disediakan terkait jam keberangkatan, posisi angkutan umum, info biaya, dan juga asal-tujuan wilayah yang dapat dicapai dengan angkutan umum tersebut.

4.3 Atraksi di Objek wisata pesisir di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung Teluk Pandan sebagai Kawasan Pariwisata Strategis Daerah (KSPD) merupakan kawasan wisata yang berada di jalur lintas tengah dan mencakup banyak objek

157

wisata Pantai Quen Arta-Sari Ringgung-Mutun-Dewi Mandapa-sampai ke Pantai Kelapa Rapat. Dengan kondisi geografis Teluk Pandan daerah pantai yang landai menjadi daya tarik wisata yang berkembang ke arah wisata masal dengan didominasi wisatawan domestik untuk rekreasi keluarga dengan tujuan atraksi wisata alam pantai dan pulau-pulau kecil serta berbagai rekreasi buatan yang ada di kawasan Teluk Pandan. Berikut Peta Atraksi Wisata di KSPD Teluk Pandan.

Sumber : Hasil Penglahan Data, 2020

GAMBAR 4. 40 PETA ATRAKSI WISATA ALAM DI TELUK PANDAN

158

Atraksi wisata yang mejadi daya tarik wisatawan dibagi menjadi atraksi wisata alam dan atraksi wisata buatan. Daya tarik atau atraksi wisata menurut Yoeti (1996) adalah segala sesuatu yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung pada suatu daerah tujuan wisata, seperti: a. Alam (Nature), yaitu segala sesuatu yang berasal dari alam yang dimanfaatkan dan diusahakan di tempat objek wisata yang dapat dinikmati dan memberikan kepuasan kepada wisatawan. Contohnya, pemandangan alam, pegunungan, flora dan fauna. b. Buatan Manusia (Man made), yaitu segala sesuatu yang berasal dari karya manusia, dan dapat dijadikan sebagai objek wisata seperti bangunan, benda- benda sejarah, kebudayaan, religi serta tata cara manusia.

TABEL 4. 4 ATRASKI WISATA ALAM DAN BUATAN DI TELUK PANDAN

Atraksi Wisata Objek Wisata Alam Buatan Masjid Al-Kharomah dan Makam TB Pantai Queen Arta Pantai Sangkrah Pantai dan Menara Dermaga Kayu, Cafe and Resto, Play Pantai MS Town Pandang Mutun ground, dan Water Sport Pantai Mutun Pantai Water Boom dan Kolam Ikan Hiu Haruna Jaya Pantai Putra Mutun Pantai Water Sport Pantai Mutun Asri Pantai Water Sport Masjid Apung, Puncak Indah, Cafe and Pantai Sari Pantai dan Puncak Indah Resto, Water sport, dan Lapanga Volly Ringgung Pantai Pantai Kelapa Dermaga Pelangi (Spot Foto) dan Water Pantai Rapat Sport Taman Dewi Pantai dan Hutan Broadwalk dan Spot foto Mandapa Mangrove Pantai Ketapang Pantai dan Bukit Laban Spot Foto pada Bebatuan cadas Wisata Hutan Hutan Mangrove dan Bakau Petengoran Broadwalk dan Spot Foto Pantai Gebang Sumber : Hasil Observasi, 2020

Dari hasil observasi yang telah dilakukan atraski wisata alam yang disajikan bagi wisatawan di kawasan Teluk Pandan ialah atraksi alam pantai di setiap destinasinya

159

dan juga terdapat beberapa objek wisata yang memiliki daya tarik view pemandangan dari atas bukit, seperti yang ada di Pantai MS Town, Pantai Sari Ringgung dan Pantai Ketapang. Pada kawasan wisata Teluk Pandan tidak hanya pantai dan bukit saja yang menjadi daya tarik tetapi kelestarian hutan mangrove ikut menambah daya tarik untuk berwisata, seperti di Taman Dewi Mandapa dan Wisata Hutan Bakau Petengoran Gebang. Kelestarian dan hijaunya hutan mangrove menjadi daya tarik utama bagi wisatawan untuk berkunjung. Selain itu, pada setiap objek wisata pantai di Teluk Pandan juga terdapat wisata buatan yang menambah aktivitas/kegiatan wisata yang dapat dilakukan dan tentunya dapat membuat wisatawan yang berkunjung merasa betah di objek wisata tersebut. Wisata buatan yang disajikan untuk memanjakan wisatawan di KSPD Teluk Pandan diantaranya ada bangunan Masjid apung, Masjid Al-Kharomah dan Makam TB Sangkrah, Dermaga yang memiliki niali estetis, Broadwalk di antara rerimbunana hutan Mangrove, play groung, water boom, kolam penangkaran ikan hiu, water sport, lapangan volly pantai, dan berbagai spot foto. Berdasarkan dokumen RIPPDA Kabupaten Pesawaran 2017-2031 apabila ditinjau dari dari segi perkembangan wilayahnya, KSPD Teluk Pandan dapat dikatakan sudah sangat berkembang sebagai kawasan perkotaan dengan ketersediaan sarana dan prasarana yang terpenuhi dan menjadi daya tarik bagi banyak wisatawa domestik dan mancanegara untuk berwisata. Namun, terdapat hal yang belum setara pada sektor pariwisata dengan tingkat perkembangan wilayah Teluk Pandan, yaitu pada pengemasan produk wisata yang ada di KSDP Teluk Pandan ini dirasakan masih kurang dapat bersaing dengan kawasan wisata lain di sekitarnya. Dalam pengembangan wisatanya dirasa perlu adanya upaya untuk mengangkat keunikan dan daya tarik yang dimiliki sesuai dengan karakter wilayah pantai dan pedesaan yang dikemas semodern mungkin sehingga, mampu meningkatkan minat wisatawan nusantara dan mancanegara untuk berkunjung ke berbagai objek Wisata Teluk Pandan.

160

4.4 Tingkat Kesiapan Sub Variabel Penerapan Smart Tourism di KSPD Teluk Pandan Pada tahap ini akan dilakukan analsis tingkat kesiapan penerpan Smart Tourism pada objek wisata pesisir di Teluk Pandan dengan metode skoring. Proses analisis tingkat kesiapan pada variabel Smart Tourism ditinjau dari ketersediaan dan kualitas pelayanan infrastruktur dasar dan TIK, Transportasi, Atraksi Wisata, dan fasilitas penunjang wisata yang kemudian menghasilkan nilai kesiapan objek wisata pesisir di Teluk Pandan dalam menerapkan Smart Tourism dengan mengacu pada kebijakan, aturan, dan berbagai standar terkait.

Sumber : Peneliti, 2020

GAMBAR 4. 41 BAGAN ANALISIS TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM

161

4.4.1 Kesiapan Infrastruktur Dasar dan TIK Analsis kesiapan infrastruktur dasar dan TIK akan dilakukan dengan metode skoring dengan mengacu pada standar dan juga kebijakan daris setiap komponen terkait. Pada bagian analisis kesiapan infrastruktur dasar dan TIK ini akan dilakukan analisis dengan metode skoring pada infrastruktur jalan dan dermaga, air bersih, jaringan listrik, sistem pengolahan limbah dan juga infastruktur TIK. Berikut analisis skoring pada variabel infrastruktur dasar dan TIK.

4.4.1.1 Infrastruktur Jalan dan Dermaga Penilaian ketersediaan dan kualitas aksesibilitas pada objek wisata pesisir Teluk Pandan, yaitu jalan dan dermaga dilakukan dengan mengacu pada standar dari Peraturan Menteri Pariwisata Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2018 Tentang Petunjuk Operasional Pengelolaan Dana Alokasi Khusus Fisik Bidang Pariwisata. Dalam penilaian ini standar yang diguakan untuk jalan, yaitu Jalan menuju objek wisata memiliki kriteria untuk jalan umum aspal/hotmix dan jalan di dalam lokasi objek wisata alam tanah padat, tidak berlubang, akses utama dapat dilalui bus pariwisata medium dengan kapasitas 60 (enam puluh) orang dan jalan utama bisa berpapasan 2 (dua) bus. Sedangkan untuk dermaga, dinilai berdasarkan prinsip dan kaidah, yaitu : 1.) Terpenuhi aspek fungsional untuk kelancaran aktivitas penyeberangan; 2.) Pemenuhan nilai estetika; 3.) Pemenuhan prinsip ekonomis; dan 4.) Terpenuhinya prosedur keselamatan dan keamanan. Ketentuan pemberian nilai pada sub variabel untuk jalan, yaitu : SIAP (3 Point), jika jalan aspal/tanah padat, tidak berlubang, akses utama dapat dilalui bus pariwisata medium dengan kapasitas 60 (enam puluh) orang dan jalan utama bisa berpapasan 2 (dua) bus; AGAK SIAP (2 Point), jika jalan aspal/tanah padat, tidak berlubang, akses utama hanya dapat dilalui satu bus; TIDAK SIAP (1 Point), jika jalan onderlaag/batu, berlubang, akses utamanya hanya dapat dilalui satu bus. Ketentuan pemberian nilai pada sub variabel untuk dermaga, yaitu : SIAP (3 Point), jika 3-4 Prinsip dan Kaidah terpenuhi; AGAK SIAP (2 Point), jika memenuhi 2 Prinsip dan Kaidah; TIDAK SIAP (1 Point), 1 Prinsip dan Kaidah yang dimiliki.

162

TABEL 4. 5 PENILAIAN KETERSEDIAAN DAN KUALITAS PELAYANAN JALAN DAN DERMAGA

Sub Variabel Transportasi Objek Wisata No Jalan Dermaga 1 Pantai Queen Arta 2 1 2 Pantai MS Town 3 3 3 Pantai Mutun Haruna Jaya 2 1 4 Pantai Putra Mutun 3 2 5 Pantai Mutun Asri 3 2 6 Pantai Sari Ringgung 3 2 7 Pantai Kelapa Rapat 3 3 8 Taman Dewi Mandapa 1 1 9 Pantai Ketapang 3 3 10 Hutan Mangrove Petengoran 1 1 Total 24 19 Sumber : Hasil Analisis, 2020

Keterangan : SIAP : 3 (20,33-30) AGAK SIAP : 2 (10,67-20,32) TIDAK SIAP: 1 (1-10,66)

Hasil analisis skoring dari kualitas pelayanan yang baik dalam infrastruktur transportasi Jalan mengindikasikan SIAP, meskipun untuk jalan pada lokasi wisata di Taman Dewi Mandapa dan Hutan Mangrove Petengoran terindikasi secara eksisting tidak siap yang dikarenakan kondisi jalan yang kecil, berlubang dan digenangi air pada jalan menuju objek wisata dan di dalam lokasi objek wisata yang dirasa perlu adanya perbaikan untuk menunjang kemudahan mengakses lokasi objek wisata. Sedangkan, untuk hasil analisis kualitas dari dermaga dalam menunjang kegiatan pariwisata mengindikasikan AGAK SIAP. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa objek wisata yang tidak memiliki dermaga dan juga terdapat dermaga yang memiliki kualitas yang kurang layak seperti dermaga yang ada di Pantai Mutun Asri. Secara keseluruhan dermaga yang ada di berapa objek wisata sudah memenuhi aspek fungsional untuk kelancaran aktivitas penyeberangan dan secara estetikanya hanya beberapa dermaga yang memenuhi nilai estetika, yaitu dermaga di Pantai MS Town dan Pantai Kelapa Rapat. Untuk pemenuhan prinsip

163

ekonomis, dermaga yang tersdapat di sekitar permukiman penduduk biasanya digunakan untuk kegiatan nelayan lokal, seperti di kawasan objek wisata Pantai Mutun dan juga dermaga Ketapang.

4.4.1.2 Air Bersih Penilaian kualitas air bersih dalam menunjang berbagai kegiatan pariwisata dilakukan dengan mengacu pada standar dari Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 Tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum terkait standar fisik air bersih, yaitu 1.) Tidak Berasa; 2.) Tidak Bebau; dan 3.) Jerni atau Tidak Berwarna. Berikut Tabel penilain kualitas air bersih yang ada di setiap objek wisata pesisir di Teluk Pandan. Ketentuan pemberian nilai pada sub variabel air bersih, yaitu SIAP (3 Point), jika 3 standar tersebut terpenuhi; AGAK SIAP (2 Point), jika 2 standar terpenuhi; TIDAK SIAP (1 Point) : Jika 1 standar atau tidak ada standar yang terpenuhi.

TABEL 4. 6 PENLILAIAN KETERSEDIAAN DAN KUALITAS AIR BERSIH PADA OBJEK WISATA

Sub Variabel Air Bersih AGAK TIDAK SIAP SIAP SIAP No Objek Wisata (3 Point) (2 Point) (1 point) Keterangan Sumber air dari sumur bor dengan Pantai Queen 1 3 - - kualitas air baik, air tidak berwarna, Arta tidak berbau, dan tidak berasa Sumber air dari sumur bor dengan Pantai MS 2 3 - - kualitas air baik, air tidak berwarna, Town tidak berbau, dan tidak berasa Sumber air dari sumur bor dan Pantai Mutun dicampur dengan air PAM dengan 3 - 2 - Haruna Jaya kualitas payau, tidak berwarna, dan tidak berbau Sumber air dari sumur bor dengan Pantai Putra 4 3 - - kualitas air baik, air tidak berwarna, Mutun tidak berbau, dan tidak berasa Sumber air dari sumur bor dengan Pantai Mutun 5 - 2 - kualitas payau, berwarna keruh, dan Asri tidak berbau Pantai Sari Sumber air dari membeli PAM 6 3 - - Ringgung dengan kualitas air baik, air tidak

164

Sub Variabel Air Bersih AGAK TIDAK SIAP SIAP SIAP No Objek Wisata (3 Point) (2 Point) (1 point) Keterangan berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa Sumber air dari sumur bor dengan Pantai Kelapa 7 3 - - kualitas air baik, air tidak berwarna, Rapat tidak berbau, dan tidak berasa Sumber air dari sumur dengan Taman Dewi 8 - - 1 kualitas payau, berwarna keruh, dan Mandapa berbau Sumber air dari sumur bor dengan Pantai 9 3 - - kualitas air baik, air tidak berwarna, Ketapang tidak berbau, dan tidak berasa Sumber air bersih dari air PAM yang Hutan dibeli dengan kualitas baik, tidak 10 Mangrove 3 - - berasa, tidak berwarna, dan tidak Petengoran berbau Penyediaan air bersih didominasi Total 21 4 1 bersumber dari sumur bor Sumber : Hasil Analisis, 2020

Keterangan : SIAP : 3 (20,33-30) AGAK SIAP : 2 (10,67-20,32) TIDAK SIAP : 1 (1-10,66)

Untuk hasil analisis penilaian kualitas dari penyediaan air bersih dalam menunjang kegiatan pariwisata mengindikasikan SIAP. Meskipun dalam penyediaan air bersih di kawasan objek wisata pantai di Teluk Pandan tidak terlayanin oleh PDAM. Namun, kualitas air yang bersumber dari sumur bor atau sumur galian hampir pada seluruh objek wisata memiliki kualitas yang baik. Dalam penyediaan air bersih ditinjau dari RTRW Kabupaten Pesawaran terkait rencana pelayanan air bersih di Kabupaten Pesawaran hingga tahun 2031 dengan memakai standard Kepmen Kimpraswil No.534/KPTS/M/2001 dengan standard 60 – 220 lt/org/hari. Cakupan pelayanannya pada rentang 55–75 % penduduk yang terlayani, hal ini memandang pada kawasan pedesaan dapat memakai sumber mata air setempat seperti pegunungan, danau, sungai, dan air tanah sebagai sumber pemenuhan kebutuhan akan air. Penyediaan air bersih di seluruh objek wisata

165

memanfaatkan air tanah yang diambil dengan menggunakan sistem perpompaan pada sumur bor/galian. Di beberapa lokasi objek wisata kualitas air sumur bor dalam klasifikasi buruk, hal tersebut dikarenakan lokasi yang berada di pinggir pantai dan banyaknya penduduk yang membuat sumur menyebabkan terjadinya intrupsi air laut sehingga, air memiliki rasa yang payau dan juga berwarna.

4.4.1.3 Jaringan Listrik Analisis penilaian kualitas pelayanan yang baik dalam pemenuhan kebutuhan energi listrik dilakukan menggunakan indikator pelayanan dan pemenuhan kebutuhan energi listrik oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) pada kawasan objek wisata pesisir di Teluk Pandan. Ketentuan pemberian nilai pada sub variabel, yaitu SIAP (3 Point), jika terlayani listrik PLN; AGAK SIAP (2 Point), jika supply menggunakan diesel; TIDAK SIAP (1 Point), jika tidak terlayani listrik dari sumber manapun.

TABEL 4. 7 PENILAIAN KUALITAS PELAYANAN JARINGAN LISTRIK

Sub Variabel Jaringan Listrik No Objek Wisata Baik Sedang Buruk Keterangan (3 Point) (2 Point) (1 point) Pantai Queen 1 3 - - Kebutuhan llistrik terlayani PLN Arta 2 Pantai MS Town 3 - - Kebutuhan llistrik terlayani PLN Pantai Mutun 3 3 - - Kebutuhan llistrik terlayani PLN Haruna Jaya Pantai Putra 4 3 - - Kebutuhan llistrik terlayani PLN Mutun Pantai Mutun 5 3 - - Kebutuhan llistrik terlayani PLN Asri Pantai Sari 6 3 - - Kebutuhan llistrik terlayani PLN Ringgung Pantai Kelapa 7 3 - - Kebutuhan llistrik terlayani PLN Rapat Kebutuhan listrik tidak terlayani Taman Dewi 8 - - 1 PLN dan Tidak menggunakan Mandapa mesin diesel 9 Pantai Ketapang 3 - - Kebutuhan llistrik terlayani PLN Kebutuhan listrik tidak terlayani Hutan Mangrove 10 - - 1 PLN dan Tidak menggunakan Petengoran meisn diesel

166

Sub Variabel Jaringan Listrik No Objek Wisata Baik Sedang Buruk Keterangan (3 Point) (2 Point) (1 point) Kebutuhan listrik dominan Total 24 0 1 terlayani oleh PLN Sumber : Hasil Analisis, 2020

Keterangan : SIAP: 3 (20,33-30) AGAK SIAP : 2 (10,67-20,32) TIDAK SIAP : 1 (1-10,66)

Untuk hasil analisis pelayanan jaringan listrik dalam menunjang kegiatan pariwisata mengindikasikan SIAP. Dalam pemenuhan kebutuhan listrik dalam menunjang kegiatan wisata yang ada telah dilayani oleh PLN. Meskipun ada 2 objek wisata yang belum terlayani listrik PLN, yaitu Taman Wisata Dewi Mandapa dan Hutan Mnagrove Petengoran. Hal tersebut dikarenakan Hutan Mangrove Pengoran merupakan objek wisata yang baru dibuka dan dikelola langsung oleh Bumdes di kawasan konservasi mangrove yang lokasinya berdekatan dengan Taman Dewi Mandapa dan berada lokasi yang memang belum tersedia tiang listrik jaringan listrik PLN.

4.4.1.4 Sistem Pengelolaan Limbah Analisis penilaian ketersediaan prasarana dan sarana serta kualitas pelayanan yang baik dalam sistem pengelolaan limbah pada objek wisata pesisir di Teluk Pandan dilakukan dengan mengacu pada standar dari Peraturan Menteri Pariwisata Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2018 Tentang Petunjuk Operasional Pengelolaan Dana Alokasi Khusus Fisik Bidang Pariwisata. Untuk persampahan indikator yang digunakan, yaitu : 1. Tempat sampah terpadu dipisahkan menjadi 4 (empat) bagian, yaitu organik, non organik, botol kaca, botol dan gelas plastik serta bahan plastik lainnya; 2. Menerapkan konsep 4R, yaitu reduce (mengurangi), reuse (memakai kembali), recycle (mendaur ulang) dan replace (mengganti).; 3. Tempat sampah di setiap Gerai dengan pengolahan limbah buangan dan penampungan

167

limbah minyak goreng. Selanjutnya, indikator yang digunakan dalam penilaian jaringan drainase, yaitu Drainase atau saluran pembuangan air harus dilengkapi dengan proses pemeliharaan sebelum dibuang ke saluran kota. Untuk penilaian sanitasi digunakan indikator ketersediaan fasilitas septic tank pada masing-masing Kepala Keluarga (KK) dan pada kawasan pesisir pengembangan jamban dan septic tank komunal. Dengan indikator tersebut dilakukan penilai terhadap sub variabel seperti di bawah ini. Ketentuan pemberian nilai pada sub variabel persampahan, yaitu SIAP (3 Point), jika 3 standar terpenuhi; AGAK SIAP (2 Point), jka 2 standar terpenuhi; TIDAK SIAP (1 Point), jika 1 standar hingga tidak ada yang terpenuhi. Ketentuan pemberian nilai pada sub variabel drainase, yaitu SIAP (3 Point), jika tersedia drainase yang terdapat proses pemeliharaan, disalurkan ke pembuangan kota dan pengolahan sebelumnya; AGAK SIAP (2 Point), jika tersedia drainase, disalurkan ke pembuangan kota dan tidak ada pengolahan; TIDAK SIAP (1 Point), jika tidak ada sama sekali yang terpenuhi. Ketentuan pemberian nilai pada sub variabel sanitasi, yaitu SIAP (3 Point) jika tersedia septic tank komunal; AGAK SIAP (2 Point), tersedia septic tank induvidu; Tidak Siap (1 Point) jika tidak memiliki septic tank.

TABEL 4. 8 PENILAIAN KETERSEDIAAN DAN KUALITAS PELAYANAN SISTEM PENGELOLAAN LIMBAH

Sub Variabel Sistem Pengelolaan Limbah No Objek Wisata Persampahan Drainase Sanitasi 1 Pantai Queen Arta 1 1 2 2 Pantai MS Town 1 1 2 3 Pantai Mutun Haruna Jaya 1 1 2 4 Pantai Putra Mutun 1 1 2 5 Pantai Mutun Asri 1 1 2 6 Pantai Sari Ringgung 1 1 2 7 Pantai Kelapa Rapat 1 1 2 8 Taman Dewi Mandapa 1 1 2 9 Pantai Ketapang 1 1 2 10 Hutan Mangrove Petengoran 1 1 2 Total 10 10 20 Sumber : Hasil Analisis, 2020

168

Keterangan : SIAP : 3 (20,33-30) AGAK SIAP : 2 (10,67-20,32) TIDAK SIAP : 1 (1-10,66)

Hasil analisis sistem pengolahan limbah pada kawasan objek wisata pantai di Teluk Pandan dibagi menjadi 3 sub variabel. Untuk hasil analisis skoring persampahan dalam menunjang kenyaman dan kebersihan di objek wisata mengindikasikan TIDAK SIAP. Hal tersebut dikarenakan dalam penyediaan saran kotak sampah yang ada di kawasan objek wisata tidak memenuhi ketentuan seperti tempat sampah terpadu tidak dipisahkan menjadi 4 (empat) bagian, yaitu organik, non organik, botol kaca, botol dan gelas plastik serta bahan plastik lainnya di lokasi objek wisata hanya disediakan kotak sampah tanpa pemilihan, selain itu tempat sampah yang ada di lokasi objek wisata bukan kotak sampah tertutup dan tidak menerapkan konsep 4R, yaitu reduce (mengurangi), reuse (memakai kembali), recycle (mendaur ulang) dan replace (mengganti), dan setiap Gerai tidak ada pengolahan limbah buangan dan penampungan limbah minyak goreng. Sistem pengolahan sampah yang telah dikumpulkan diproses dengan dibakar. Hasil analisis untuk jaringan dranaise yang ada di lokasi objek wisata mengindikasikan TIDAK SIAP. Sistem jaringan drainase yang ada di lokasi objek wisata drainase atau saluran pembuangan air tidak dilengkap dengan proses pemeliharaan sebelum dibuang ke saluran kota. Bahkan dalam proses pembuangannya drainase langsung dialiri menuju laut. Hal tersebut dikarenakan kawasan objek wisata pantai yang berdekatan dengan permukiman masyarakat dan juga kurangnya ketersediaan infrastruktur pengolahan limbah. Kondisi tersebut tentunya membuat ekosistem pantai menjadi tercemar, air laut menjadi keruh dan kotor serta dapat mengurangi kenyamanan wisatawan. Selanjutnya, untuk hasil analisis skoring terkait pengelolaan limbah pada sanitasi di kawasan wisata di pantai Teluk Pandan mengindikasikan AGAK SIAP. Dalam penyediaan sanitasi di kawasan pesisir Teluk Pandan dan kebijakan RTRW Kabupaten Pesawaran memang untuk fasilitas septic tank pada disediakan masing-masing Kepala Keluarga (KK). Tetapi seharunya untuk sistem pembuangan jamban di daerah pesisir sangat penting untuk

169

memperhatikan kondisi air tanah karena pemenuhan kebutuhan air bersih masyarakat pesisir di sekitar objek wisata yang menggunakan ai tanah. Selain itu, dalam pengeloloaan sanitasi perlu menerapkan metode pembuangan ekskret (kotoran manusia) di pesisir dengan cara menampung kotoran pada satu bak penampungan khusus secara komunal dan harus secara rutin diangkut oleh mobil penyedot kotoran. Untuk tingkat kesiapan pada variabel ini, yaitu Siap, jika total nilai 6,33-9; Agak Siap, jika total nilai 3.67-6,32; Tidak Siap, jika 1-3,66. Dengan total penilaian 4 dari 9 yang terdiri persampahan 1 point, drainase 1 point, dan sanitai 2 point. Secara keseluruhan untuk sistem pengolahan limbah mengindikasikan AGAK SIAP.

4.4.1.5 Telekomunikasi Penilaian ketersediaan infrastruktur TIK dan kualitas pelayanan yang baik dalam telekomunikasi dilakukan dengan menggunakan indikator telekomunikasi, yaitu: 1. Memiliki BTS dan radius pelayanan hingga ke kawasan objek wisata; 2. Kecepatan mengakses internet 4G; 3. Pengembangan menara telekomunikasi bersama (sharing tower) dalam rangka efisiensi ruang; 4. Pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam mengakses informasi daerah tujuan wisata di Teluk Pandan. Ketentuan pemberian nilai pada sub variabel telekomunikasi, yaitu : Jika Tersedia mendapatkan skor 1 dan jika tidak tersedia mendapatkan skor 0. Hasil dari skro tersebut kemudian diakumulasikan dan dibandingkan dengan ketentuan untuk melihat tingkat kesiapannya.

TABEL 4. 9 PENILAIAN KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR TIK DAN KUALITAS PELAYANAN INFORMASI

Infrastruktur Media Informasi Telekomunikasi Jaringan N Objek Wisata Tersedia/ Internet Tersedia/ o Total Skor Skor 2/3/4G Tidak Bentuk Tidak BTS Tersesdia Tersedia Pantai Queen Tidak 1 Tersedia 4G 1 - 0 Arta Tersedia 18 Ig : Pantai MS 2 Tersedia 4G 1 Tersedia @mstown_pantai 1 Town mutun, Fb :

170

Infrastruktur Media Informasi Telekomunikasi Jaringan N Objek Wisata Tersedia/ Internet Tersedia/

o Total Skor Skor 2/3/4G Tidak Bentuk Tidak BTS Tersesdia Tersedia mstown.pantaimut un, web : www.pantaimutun beach.bloogspot.co .id Pantai Mutun Ig : 3 Tersedia 4G 1 Tersedia 1 Haruna Jaya @pantai_mutun Pantai Putra 4 Tersedia 4G 1 Tersedia Ig : @putramutun 1 Mutun Pantai Mutun Tidak 5 Tersedia 4G 1 - 0 Asri Tersedia Ig : @pantai.sariringgu Pantai Sari 6 Tersedia 4G 1 Tersedia ng, web : 1 Ringgung www.pantaisaririn ggung.com Pantai Kelapa Ig : 7 Tersedia 4G 1 Tersedia 1 Rapat @pantaiklaratour Taman Dewi Ig : 8 Tersedia 4G 1 Tersedia 1 Mandapa @dewimandapa Pantai Tidak 9 Tersedia 4G 1 - 0 Ketapang Tersedia Hutan Ig : 1 Mangrove Tersedia 4G 1 Tersedia mangrovepetengor 1 0 Petengoran an Total 10 Total 7 Sumber : Hasil Analisis, 2020

Keterangan : SIAP : 13,7-20 AGAK SIAP : 7,4-13,6 TIDAK SIAP : 1-7,3

Hasil analisis ketersediaan infrastruktur TIK dan kualitas pelayanan yang baik dalam telekomunikasi mengindikasikan SIAP. Ketersediaan 18 menara Base Transceiver Station (BTS) yang ada di Kawasan Teluk Pandan mengindikasikan kesiapan dalam memberikan pelayanan dan kemudahan akses internet di berbagai objek wisata pesisir. Hasil observasi yang telah dilakukan menunjukkan radius pelayanan BTS sampai ke kawasan objek wisata pantai dengan kecepatan mengakses internet 4G dan dalam penyediaan menara BTS kedepanya diharapkan

171

adanya kerjasama antar penyedia BTS denga provider lain untuk secara bersama- bersama menggunakan tower (sharing tower) dalam rangka mewujudkan efisiensi ruang. Selain itu, untuk memberikan kemudahan mengakses informasi beberapa objek wisata pesisir di Teluk Pandan telah memiliki media sosial dan juga web yang dapat diakes oleh pengunjung untuk mendapatkan beberapa informasi terkait dengan objek wisata yang akan dikunjungi.

4.4.2 Kesiapan Transportasi Pada analisis penilaian kualitas pelayanan yang baik dalam transportasi ini dilakukan menggunakan indikator atau standar dari Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tentang Pedoman Perencanaan, Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan, 2014. Untuk penilaian digunakan indikator, yaitu 1. Tersedia angkutan umum; 2. Trayek angkutan umum dapat menjangkau lokasi wisata 3. Mengenai keterjangkauan objek wisata terhadap trayek transportasi umum, yakni radius 400 meter yang mampu ditempuh secara berjalan kaki. Ketentuan pemberian point/nilai pada analisis ini, yaitu SIAP (3 Point), jika memenuhi 3 standar tersebut; AGAK SIAP (2 Point), jika memenuhi 2 Standar; TIDAK SIAP (1 Point), jika hanya 1 standar atau tidak memenuhi sama sekali. Berikut tabel penilaian kualitas pelayanan yang baik dalam transportasi.

TABEL 4. 10 KUALITAS PELAYANAN TRANSPORTASI UMUM

Objek wisata Keterjangkauan dengan Transportasi Umum Skor Terjangkau angkutan umum dari Pasar Cimeng dan Pantai Queen Arta 1 dapat berhenti dekat dengan pintu masuk objek wisata Terjangkau angkutan umum hanya batas jalan Pantai Mutun Asri 1 kabupaten, tidak masuk ke lokasi objek wisata Terjangkau angkutan umum hanya batas jalan Pantai Putra Mutun 1 kabupaten, tidak masuk ke lokasi objek wisata Terjangkau angkutan umum hanya batas jalan Pantai MS Town 1 kabupaten, tidak masuk ke lokasi objek wisata Pantai Mutun Terjangkau angkutan umum hanya batas jalan 1 Haruna Jaya kabupaten, tidak masuk ke lokasi objek wisata Pantai Sari Terjangkau angkutan umum hanya batas jalan 1 Ringgung kabupaten, tidak masuk ke lokasi objek wisata

172

Objek wisata Keterjangkauan dengan Transportasi Umum Skor Taman Dewi Terjangkau angkutan umum hanya batas jalan 1 Mandapa kabupaten, tidak masuk ke lokasi objek wisata Hutan Bakau Terjangkau angkutan umum hanya batas jalan 1 Petengoran Gebang kabupaten, tidak masuk ke lokasi objek wisata Terjangkau angkutan umum dari Pasar Cimeng dan Pantai Ketapang 1 dapat berhenti dekat dengan pintu masuk objek wisata Terjangkau angkutan umum dari Pasar Cimeng dan Pantai Kelapa Rapat 1 dapat berhenti dekat dengan pintu masuk objek wisata Total 10 Sumber : Hasil Analisis, 2020

Keterangan : SIAP : 20,3-30 AGAK SIAP : 10,7-20,2 TIDAK SIAP : 1-10,6

Hasil analisis kualitas pelayanan moda transportasi yang baik dalam kemudahan akses mengindikasikan TIDAK SIAP. Permasalahan yang terjadi ialah kurangnya kuantitas angkutan umum dan juga integrasi moda transportasi antara kota Bandar Lampung dengan kawasan wisata di Teluk Pandan yang tidak tersedia. Angkutan umum yang beroperasi adalah angkutan umum yang memiliki trayek dari Pasar Cimeng-Way Ratai yang menunjukan bahwa tidak ada angkutan umum yang dapat digunakan oleh wisatawan dari pusat kota Bandar Lampung untuk menuju lokasi objek wisata pesisir di Teluk Pandan. Selain itu, angkutan umum yang ada tidak memiliki trayek atau rute hingga ke lokasi objek wisata hanya batas jalan kabupaten yang dilintasi saja. Meskipun dalam pelayanannya terdapat objek wisata yang terjangkau angkutan umum, yaitu Pantai Queen Artha, Panatai Ketapang, dan Pantai Kelapa Rapat yang lokasi objek wisatanya dapat dijangku angkutan umum karena berada di dekat jalan kabupaten. Hal tersebut tentunya membuat masih kurangnya kualitas pelayanan transportasi bagi wisatawan yang berkunjung, sehingga untuk dapat berwisata ke beberapa objek wisata yang ada harus menggunakan transportasi pribadi atau menyewa angkutan umum. Permasalahan tidak terjangkaunya beberapa objek wisata dengan trayek transportasi umum dapat mempengaruhi dalam aksesibilitas objek wisata tersebut, terutama bagi wisatawan yang berasal dari kalangan yang tidak memiliki kendaraan pribadi.

173

4.4.3 Kesiapan Atraksi Wisata A. Kualitas Pelayanan Atraksi Wisata Dalam analisis kualitas pelayanan yang baik dalam atraksi objek wisata pesisir diukur dengan menilai tingkat keberagaman dari jenis wisatanya dengan menggunakan metode perhitungan indeks Shannon. Untuk keberagaman atraksi wisata alam yang ada di Teluk Pandan dapat dilihat pada tabel berikut.

TABEL 4. 11 KEBERAGAMAN ATRAKSI WISATA ALAM DAN BUATAN DI TELUK PANDAN

Atraksi Wisata Objek Wisata Alam Buatan Masjid Al-Kharomah dan Makam TB Pantai Queen Arta Pantai Sangkrah Pantai Mutun Asri Pantai Water Sport Pantai Putra Mutun Pantai Water Sport Pantai dan Menara Dermaga Kayu, Cafe and Resto, Play Pantai MS Town Pandang Mutun ground, dan Water Sport Pantai Mutun Haruna Jaya Pantai Water Boom dan Kolam Ikan Hiu Masjid Apung, Cafe and Resto, Water Pantai Sari Pantai dan Puncak sport, Play ground, dan Lapanga Volly Ringgung Indah Pantai Hutan Mangrove Petengoran Hutan Mangrove Broadwalk dan Spot Foto Taman Dewi Mandapa Pantai Broadwalk dan Spot foto Pantai dan Bukit Pantai Ketapang Laban Spot Foto pada Bebatuan cadas Pantai Kelapa Dermaga Pelangi (Spot Foto) dan Rapat Pantai Water Sport Total 13 25 Sumber : Hasil Observasis, 2020

Tabel diatas menunjukkan jumlah atarksi wisata alam dan atraksi wisata buatan yang terdapat pada kawasan objek wisata pesisir di Teluk Pandan. Selanjutnya, dalam penelitian ini akan dilakukan analisis keberagaman dengan mnggunakan indeks perhitungan Shannon. Hasil perhitungan yang telah dilakukan dapat dilihat pada Tabel berikut.

174

Tabel 4. 12 Perhitungan Indeks Shannon Keberagaman Atraksi Wisata di Teluk Pandan

Jenis Objek Wisata Jumlah Pi =Σ / ln pi H Wisata Alam 13 1 -23,57005 2,245035 풏풊 퐍 Wisata Buatan 22 1 -24,44896 2,158141 Total Atraksi Wisata 35 H' = 4,403176 Sumber : Hasil Analisis, 2020

SIAP : Memiliki keberagaman atraksi wisata tinggi (H’>3) AGAK SIAP: Memiliki keberagaman atraksi wisata sedang (1

Hasil analisis skoring pada sub komponen kualitas pelayanan yang baik dalam atraksi, yaitu termasuk dalam kategori SIAP. Keberagaman potensi wisata di Teluk Pandan dengan daya tarik utama obyek wisata alam Pantai dan Pulau-Pulau Kecil serta atraksi wisata buatan yang ada, mengindikasikan mampunya atraksi wisata alam dan buatan di KSPD Teluk Pandan menjadi pilihan objek wisata yang dapat dinikmati oleh pengunjung. Dengan keberadaan atraksi wisata alam dan buatan yang berada pada satu lokasi dapat memberikan daya tarik lebih karena wisatawan dapat menikmati keindahan alam dan juga menikmati wisata buatan tanpa perlu melakukan perpindahan lokasi objek wisata.

B. Ketersediaan TIK untuk Menunjang Atraksi Pada penilaian ketersediaan TIK dalam menunjang atraksi wisata dapat dilihat dari (1) ketersediaan software komputer untuk pengolahan data dan (2) ketersediaan smart card untuk tiket masuk yang menggunakan pembaca Radio Frequency Identify (RFID) maupun barcode/QR code scanner yang dinilai pada setiap atraksi wisata dengan observasi. Ketentuan penilaian dalam ketersediaan TIK dalam menunjang atraksi wisata, yaitu point 1, jika tersedia software komputer dan smart card; point 0, jika tidak tersedia software dan smart card. Untuk lebih detailnya dapat dilihat melalui tabel berikut ini.

175

TABEL 4. 13 KETERSEDIAAN TIK UNTUK MENUNJANG ATRAKSI WISATA

Ketersediaan software komputer Ketersediaan Smart Card Tersedia/Tidak Tersedia/Tidak Objek Wisata Tesedia Bentuk Skor Tesedia Bentuk Skor Pantai Queen Arta Tidak Tersedia - 0 Tidak Tersedia - 0 Pantai Mutun Asri Tidak Tersedia - 0 Tidak Tersedia - 0 Pantai Putra Mutun Tidak Tersedia - 0 Tidak Tersedia - 0 Ms Word, Pantai MS Town Tersedia MS 1 Tidak Tersedia - 0 Excell, ACOSYS Pantai Mutun Haruna Tidak Tersedia - 0 Tidak Tersedia - 0 Jaya Ms Word, Pantai Sari Ringgung Tersesia MS 1 Tidak Tersedia - 0 Excell, ACOSYS Hutan Bakau Tidak Tersedia - 0 Tidak Tersedia - 0 Petengoran Taman Dewi Tidak Tersedia - 0 Tidak Tersedia - 0 Mandapa Pantai Ketapang Tidak Tersedia - 0 Tidak Tersedia - 0 Pantai Kelapa Rapat Tidak Tersedia - 0 Tidak Tersedia - 0 Total 2 Total 0 Sumber : Hasil Analisis, 2020

SIAP : 13,67-20 AGAK SIAP : 7,34-13,66 TIDAK SIAP : 1-7,33

Berdasarkan hasil skoring menunjukkan nilai 2 sehingga, ketersediaan atau penerapan TIK dalam menunjang atraksi pada objek wisata pesisir di KSPD Teluk Pandan termasuk pada kategori TIDAK SIAP. Pada ketersediaan TIK dalam menunjang atraksi dikatakan tidak siap karena belum semua objek wisata pesisir di Teluk Pandan menggunakan komputer dan software dalam pengelolaan atraksi wisatanya. Selain itu, dalam penerapan Smart Tourism yang selalu memberikan

176

kemudahan bagi wisatawan dalam melakukan perpindahan serta akses untuk masuk ke berbagai objek wisata dengan menggunakan smart card dan berdasarkan kajian yang telah dilakukan pada objek wiata pesisir pantai di Teluk Pandan tidak ada objek wisata yang menyediakan atau menggunakkan smart card atau pembaca RFID atau tiket kertas dengan barcode/QR code scanner. Meskipun objek wisata yang dominan di KSPD Teluk Pandan ini adalah wisata alam yang kawasan pesisirnya dengan karakteristik dan permasalahan yang unik namun, dalam perkembangan pelayanan sektor pariwisatanya sangat penting untuk menerapkan TIK sehingga, mampu menyesuaikan dengan perkembangan pariwisata yang semakin modern sebagai upaya untuk peningkatan potensi sektor pariwisata dan kesejahteraan masyarakat kawasan pesisir.

4.4.4 Kesiapan Fasilitas Penunjang Pariwisata A. Penilaian Kualitas Pelayanan yang Baik dalam Fasilitas Penunjang Wisata Kualitas pelayanan yang baik dalam fasilitas penunjang wisata di KSPD Teluk Pandan ditinjau berdasarkan indikator penilaiannya dari Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tentang Pedoman Perencanaan, Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan tahun 2014, yaitu ketersediaan fasilitas penunjang wisata yang dapat dijangkau dari atraksi wisata dengan berjalan kaki dengan radius 400 meter. Untuk ketentuan penilaian pada sub variabel ini, terdapat 10 jenis fasilitas penunjang wisata dan apabila semua jenis fasilitas tersedia makan total kualitas pelayanan 100%. Jadi, setiap 1 jenis fasilitas penunjang wisata yang tersedia memiliki bobot persentase 10 %. Lebih detailnya dapat dilihat melalui tabel berikut .

177

TABEL 4. 14 PENILAIAN KETERSEDIAAN DAN KUALITAS PELAYANAN YANG BAIK DALAM FASILITAS PENUNJANG WISATA

Jenis dan Jumlah Fasilitas Pendukung Wisata

(Pos pantau(Pos CCTV) dan

Faslitas Rumah Makan

Fasilitas Fasilitas Informasi dan

Fasilitas Fasilitas Perdagangan

PelayananPariwisata

Fasilitas AkomodasiFasilitas

Fasilitas Keamanan Fasilitas

Fasilitas KesehatanFasilitas

Perbankan/ATM

Fasilitas KamarFasilitas

Fasilitas Fasilitas Ibadah

(Toko/Warung)

Fasilitas Fasilitas Parkir

Mandi/Toilet

Fasilitas Fasilitas Nilai Persentase Objek Wisata Per Jenis Pantai Queen 0 0 0 3 0 2 1 1 0 1 50 % Artha Pantai Mutun 0 2 4 9 1 1 2 2 0 0 70 % Asri Pantai Putra CCTV 2 1 1 0 1 2 2 0 0 70 % Mutun 8 Pantai MS Pos Town Pantau 1, 0 3 40 0 2 5 1 0 1 70 % CCTV 24 Pantai Mutun 0 0 4 17 0 4 2 1 0 1 60 % Haruna Jaya Pantai Sari CCTV 2 3 80 0 4 4 2 0 1 80 % Ringgung 30 Hutan Bakau Petengoran 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 30 % Gebang Taman Dewi 0 0 0 4 0 2 1 1 0 1 50 % Mandapa Pantai Ketapang 0 20 0 10 2 3 1 1 1 1 80 % Pantai Kelapa 1 0 0 56 0 6 4 2 0 2 70 % Rapat Rata-Rata Persentase 63 % Sumber : Hasil Analisis, 2020

Keterangan : SIAP : 67,68 % -100% AGAK SIAP :33,34%-67,67% TIDAK SIAP : 1-33,33%

Hasil analisis kualitas pelayanan yang baik dalam fasilitas penunjang wisata ditinjau dari ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas penunjang wisata terhadap

178

objek wisata termasuk dalam kategori AGAK SIAP. Pada aspek ketersediaan dan kualitas pelayanan yang baik, dapat dikatakan bahwa hampir semua objek wisata pesisir tidak memiliki seluruh fasilitas penunjang wisata. Selain itu, untuk fasilitas kesehatan seperti puskesmas tidak tersedia di seluruh objek wisata dan juga jaraknya lebih dari 400 meter sehingga, sulit dijangkau pengunjung. Untuk fasilitas kesehatan yang ada disekitar objek wisata dan mudah dijangkau hanyalah bidan yang berada di permukiman masyarakat lokal seperti di Kawasan Pantai Mutun dan juga Pantai Ketapang. Untuk fasilitas yang sudah ada dalam mengaksesnya terjangkau namun, untuk ketersediaan fasilitas seperti fasilitas perbankan, akomodasi, fasilitas keamanan, dan juga fasilitas kesehatan kebanyakan tidak tersedia di objek wisata pesisir di Teluk Pandan. Hal tersebut mengindikasikan tigkat pelayanan terhadap kebutuhan wisatawan untuk kegiatan pariwisata tidak terpenuhi.

B. Ketersediaan TIK untuk Menunjang Fasilitas Penunjang Wisata Ketersediaan TIK yang menunjang fasilitas penunjang wisata dinilai berdasarkan observasi pada fasilitas penunjang wisata yang paling dominan atau menonjol dalam penggunakan teknologinya. Ketentuan pemeberian nilai, yaitu jika tersedia pemanfaatan TIK mendapat nilai 1 dan jika tidak tersedia pemanfaatan TIK nilai 0. Lebih detail ditunjukkan pada Tabel berikut:

TABEL 4. 15 KETERSEDIAAN TIK UNTUK MENUNJANG FASILITAS PENUNJANG WISATA

Bentuk Tersedia/Tidak Fasilitas Umum Bentuk Skor Pemanfaatan TIK Tersedia Ms.Office, Software personnel data Fasilitas CCTV dan Tersedia infomation, dan 1 Keamanan komputer Software inventaris perkantoran Soft Ware Tidak Tersedia - 0 Fasilitas Komputer Akomodasi Pemasaran Tidak Tersedia - 0 melalui online Fasilitas Rumah Software Tidak Tersedia - 0 Makan Komputer

179

Bentuk Tersedia/Tidak Fasilitas Umum Bentuk Skor Pemanfaatan TIK Tersedia Software Tidak Tersedia - 0 Fasilitas Komputer Perdagangan Barcode/QR Code Tidak Tersedia - 0 Scanner Fasilitas Software Tidak Tersedia - 0 Kesehatan Komputer Fasilitas Kamar Smart Keran Tidak Tersedia - 0 Mandi/Toilet Software Ms. Office dan Tersedia 1 Fasilitas Parkir Komputer Parking System Smart Card Tidak Tersedia - 0 Fasilitas Software Tidak Tersedia - 0 Perbankan/ATM Komputer Fasilitas Soft Ware Tidak Tersedia - 0 Informasi dan Komputer Pelayanan Aplikasi Tersedia Pariwisata Lampung 1 Pariwisata Pariwisata Total Skor 3 Sumber : Hasil Analisis, 2020

Keterangan : SIAP : 9,1-13 AGAK SIAP : 5,1-9 TIDAK SIAP : 1-5

Hasil analisis kesiapan dalam ketersediaan TIK dalam pengoperasian fasilitas penunjang wisata termasuk dalam kategori TIDAK SIAP. Hal ini karena pada sebagian besar objek wisata tidak tersedia software komputer dan juga penggunaan smart card. Dalam pengelolaan objek wisata pesisir di Teluk Pandan masih menggunakan metode konvensional. Hal tersebut diakibatkan karena kuangnya ketersediaan teknologi dalam menunjang kegiatan wisata dan juga masih minimnya pengetahuan masyarakat lokal sebagai pengelola pariwisata dalam memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi.

180

4.5 Tingkat Kesiapan Penerapan Smart Tourism pada Objek wisata pesisir di Teluk Pandan. Tahap analisis ini merupakan bagian terakhir yang akan mengakumulasikan seluruh skor kesiapan pada variabel Smart Tourism yang ditinjau dari ketersediaan dan kualitas pelayanan infrastruktur dasar dan TIK, Transportasi, Atraksi Wisata, dan fasilitas penunjang wisata yang kemudian menghasilkan nilai kesiapan objek wisata pesisir di Teluk Pandan dalam menerapkan Smart Tourism.

TABEL 4. 16 REKAPITULASI SKOR KESIAPAN SUB VARIABEL SMART TOURISM PADA OBJEK WISATA PESISIR DI TELUK PANDAN

Sub Variabel Nilai Kesiapan Skor Infrastruktur Dasar dan Infrastruktur TIK Ketersediaan dan Kualitas Pelayanan Transportasi yang Siap 3 Baik Ketersediaan dan Kualitas Air Bersih Pada Objek Wisata Siap 3 Kualitas Pelayanan Jaringan Listrik pada Objek Wisata Siap 3 Ketersediaan dan Kualitas Pelayanan Sistem Pengelolaan Agak Siap 2 Limbah Ketersediaan Infrastruktur TIK dan Kualitas Pelayanan Siap 3 Informasi Transportasi Kualitas Pelayanan Transportasi Umum Tidak Siap 1 Atraksi Wisata Kebragaman Atraksi Wisata di Teluk Pandan Siap 3 Ketersediaan TIK untuk Menunjang Atraksi Wisata Tidak Siap 1 Fasilitas Penunjang Wisata Ketersediaan dan Kualitas Pelayanan yang Baik dalam Agak Siap 2 Fasilitas Penunjang Wisata Ketersediaan TIK untuk Menunjang Fasilitas Penunjang Tidak Siap 1 Wisata Sumber : Hasil Analisis, 2020

Skor kesiapan sub Variabel dalam penerapan Smart Tourism pada objek wisata pesisr pantai di KSPD Teluk Pandan seperti ditunjukkan pada tabel diatas. Untuk mengetahui tingkat kesiapan penerapan Smart Tourism, kemudian skor yang telah didapat diakumulasi menjadi skor Variabel. Berikut merupakan hasil nilai kesiapan tiap Variabelnya

181

TABEL 4. 17 TOTAL NILAI VARIABEL KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM

Skor Indikator Nilai Skor Variabel Total Siap Agak Siap Tidak Siap Kesiapan Kesiapan Jika hasil Jika hasil Jika hasil skoring variabel skoring variabel skoring variabel Infrastruktur Infrastruktur 14 Infrastruktur Infrastruktur Siap 3 Dasardan TIK dasar dan TIK dasar dan TIK dasar dan TIK adalah 5,67 - adalah 10,32-15 adalah 1 - 5,66 10,32 Jika hasil Jika hasil Jika hasil skoring variabel skoring variabel skoring variabel Tidak Transportasi 1 1 transportasi transportasi transportasi Siap adalah 2,33-3 adalah 1,67-2,32 adalah 1-1,66 Jika hasil Jika hasil Jika hasil skoring variabel skoring variabel skoring variabel Agak Atraksi 4 2 atraksi adalah atraksi adalah atraksi adalah 1- Siap 4,33-6 2,67-4,32 2,66 Jika hasil Jika hasil Jika hasil skoring variabel skoring variabel skoring Fasilitas fasilitas fasilitas variabelfasilitas Agak Penunjang 3 2 pendukung pendukung pendukung Siap Wisata wisata adalah wisata adalah wisata adalah 1- 4,33-6 2,67-4,32 2,66 Total 8 Sumber : Hasil Analisis, 2020

Analisis kesiapan penerapan Smart Tourism pada objek wisata pesisir di Teluk Pandan dengan total keseluruhan skor pada variabel Smart Tourism, yaitu 8. Selanjutnya, total skor tersebut dianalisis dengan kriteria kesiapan penerpan Smart Tourism dan dapat disimpulkan objek wisata pesisir di Teluk Pandan dinyatakan AGAK SIAP yang ditinjau dari ketersediaan dan kualitas pelayanan infrastruktur dasar dan TIK, Transportasi, Atraksi Wisata, dan fasilitas penunjang wisata. Dari hasil analisis pada kesiapan penerepan Smart Tourism di objek wisata pesisir Teluk Pandan menunjukkan bahwa variabel penelitian Smart Tourism memiliki hasil yang bervariasi. Untuk variabel penelitian infrastruktur dasar dan infrastruktur TIK dinyatakan siap untuk mendukung dalam penerapan Smart Tourism. Infrastruktur dasar dan TIK menjadi salah satu komponen paling penting dalam menunjang berbagai kegiatan termasuk pariwisata yang mampu berdampak terhadap kemudahan akses dan pergerakan, pemenuhan kebutuhan dalam kegiatan

182

wisata, efisiensi dalam berbagai kegiatan wisata bagi para wisatawan dan juga berbagai pihak terkait. Untuk atraksi wisata yang menjadi salah satu komponen penting karena berperan sebagai daya tarik utama dalam kegiatan pariwisata yang mengindikasikan agak siap. Sebenarnya pada keberagaman atraksi wisata alam dan buatan yang ada di objek wisata Teluk Pandan telah beragam. Namun, kekurangannya ialah terletak pada penerapan TIK dalam menunjang atraksi wisata yang masih sangat kurang pada objek wisata pesisir di Teluk Pandan. Hal tersebut tentunya dapat memberikan dampak pada atraksi wisata sebegai komponen utama yang belum mampu menarik minat banyak pengunjung dengan target pemerintah bahkan menarik minat wisatawan mancanegara untuk berlibur di Kawasan Teluk Lampung. Untuk fasilitas penunjang wisata yang ada pada objek wisata pesisir pantai di Teluk Pandan secara keseluruhan dinyatakan agak siap. Untuk fasilitas umumnya telah tersedia dan memiliki kemudahan dalam menjangkaunya. Namun, permaslahan yang terjadi ialah masih terdapat beberapa fasilitas penunjang wisata yang belum tersedia di berbgai objek wisata, seperti fasilitas perbankan/atm, fasilitas kesehatan, faslitas keamanan, dan fasilitas rumah makan. Selain itu, kurangnya pemanfaatan dan penerapan TIK pada fasilitas penunjang wisata membuat kurangnya efektifitas dan efisiensi dalam pengoperasian setiap fasilitas yang ada. Untuk komponen transportasi mengindikasikan Tidak Siap. Hal ini disebabkan karena permasalahan ketersediaan angkutan umum yang belum memadai dan juga trayek yang tidak menjangkau setiap lokasi objek wisata. Kondisi ini membuat setiap calon pengunjung objek wisata pesisir di Teluk Pandan harus menggunakan kendaraan pribadi atau menyewa moda transportasi lainnya. Komponen trasnportasi pada wilayan kajian penelitian ini dapat disimpulkan tidak dapat memberikan pelayanan yang baik dalam hal efektfitas, efisiensi, dan kemudahan dalam memenuhi kebutuhan pengunjung wisata untuk mendapatkan kemudahan dalam mengakses lokasi objek wisata.

4.6 Kluster Tingkat Kesiapan Objek Wisata dalam Penerapan Smart Tourism di KSPD Teluk Pandan Setelah melihat tingkat kesiapan secara keseluruhan kawasan Teluk Pandan, maka pada bagian ini akan menjelaskan analisis skoring terkait tingkat kesiapan 10 objek wisata pesisir di KSPD Teluk Pandan dalam menerapkan Smart Tourism pada. Berikut tabel tingkat kesiapannya.

Tabel 4. 18 Tingkat Kesiapan Penerapan Smart Tourism Objek Wisata di KSPD Teluk Pandan

Infrastruktur Fasilitas Penunjang Sistem Pengolahan Limbah Atraksi Wisata Objek Jalan Air Infrastruktur Wisata Total Tingkat No Listrik Transportasi Wisata Besih TIK Kualitas Penerapan Ketersediaan Penerapan Skoring Kesiapan Jalan Dermaga Persampahan Drainase Sanitasi Pelayanan TIK dan Kualitas TIK Pantai MS 1 3 3 3 3 1 1 2 3 1 3 2 3 3 31 Siap Town Pantai Sari 2 3 2 3 3 1 1 2 3 1 3 2 3 3 30 Siap Ringgung Pantai 3 Kelapa 3 3 3 3 1 1 2 3 1 3 1 3 1 28 Siap Rapat Pantai Putra 4 3 2 3 3 1 1 2 3 1 3 1 3 1 27 Siap Mutun Pantai 5 3 3 3 3 1 1 2 2 1 3 1 3 1 27 siap Ketapang Pantai Agak 6 3 2 2 3 1 1 2 2 1 3 1 3 1 25 Mutun Asri Siap Pantai Agak 7 Mutun 2 1 2 3 1 1 2 3 1 3 1 2 1 23 Siap Haruna Jaya Pantai Agak 8 1 1 3 3 1 1 2 2 1 3 1 2 1 22 Queen Arta Siap Taman Agak 9 Dewi 1 1 1 1 1 1 2 3 1 3 1 2 1 19 Siap Mandapa Hutan Agak 10 Mangrove 1 1 1 1 1 1 2 3 1 3 1 1 1 18 Siap Petengoran Sumber : Hasil Analisis Peneliti, 2020 Keterangan : SIAP : (26,33-39); AGAK SIAP : (13,67-26,32); TIDAK SIAP : (1-13,66)

183

Dari tabel diatas dapat diketahui tingkat kesiapan penerapan Smart Tourism berdasarkan kajian yang dilakukan di setiap objek wisata pantai yang ada di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung menunjukkan 4 kluster tingkatan kesiapan, yaitu : A. Kluster 1 : Siap infrastruktur dasar dan TIK, Atraksi wisata, Fasilitas penunjang wisata dan tidak siap transportasi 1. Pantai MS Town 2. Pantai Sari Ringgung B. Kluster 2 : Siap infrastruktur dasar dan TIK, Agak siap atraksi wisata dan fasilitas penunjang wisata, dan tidak siap transportasi 1. Pantai Kelapa Rapat 2. Pantai Putra Mutun 3. Pantai Ketapang C. Kluster 3 : Agak siap infrastruktur dasar dan TIK, Atraksi wisata, fasilitas wisata dan tidak siap transportasi 1. Mutun Asri 2. Pantai Haruna Jaya 3. Pantai Queen Artha 4. Taman Dewi Mandapa D. Kluster 4 : Agak siap infrastruktur dasar dan TIK, Atraksi wisata dan tidak siap fasilitas penunjanh wisata dan transportasi 1. Hutan Mangrove Petengoran

184

BAB V TINGKAT KESIAPAN KAWASAN OBJEK WISATA PESISIR TELUK PANDAN UNTUK MENERAPKAN SMART TOURISM

5.1 Temuan Studi terkait Kesiapan Penerapan Smart Tourism Temuan Studi merupakan suatu proses analisis yang dilakukan oleh peneliti, berdasarkan hasil temuan lapangan dari teori yang digunakan sebagai acuan dalam mencari data dan proses penyusunan analisis. Pada bagian ini dilakukan dengan tujuan untuk menyimpulkan temuan lapangan dan analisis yang telah dilakukan peneliti. Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis yang dilakukan oleh peneliti baik selama di lapangan maupun proses setelah di lapangan, berikut temuan studi terkait dengan kesiapan penerapan Smart Tourism di Kawasan Objek wisata pesisir Teluk Pandan.

TABEL 5. 1 TEMUAN STUDI KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM

Komponen Smart Temuan Studi Tourism Infrastruktur Jalan 1. Siap : Pantai MS Town, Putra Mutun, Mutun Asri, Sari Ringgung, Kelapa Rapat, dan Ketapang 2. Agak Siap : Haruna Jaya 3. Tidak Siap : Hutan Mangrove Petengoran, Taman Dewi Mandapa dan Queen Artha Infrastruktur Dermaga :

1. Siap : Pantai MS Town, Kelapa Rapat, dan Ketapang Infrastruktur Dasar dan 2. Agak Siap : Putra Mutun, Mutun Asri, Sari Ringgung, TIK 3. Tidak Siap : Queen Artha Mutun Haruna Jaya, Hutan Mangrove Petengoran, dan Taman Dewi Mandapa Penyediaan Air Bersih : 1. Siap : Pantai Queen Artha, Putra Mutun, MS Town, Sari Ringgug, Kelapa Rapat, dan Ketapang 2. Agak Siap : Mutun Asri, Haruna Jaya

3. Tidak Siap : Hutan Mangrove Petengoran, dan Taman Dewi Mandapa Jaringan listrik yang tidak siap hanya Hutan Mangrove Petengoran, dan Taman Dewi Mandapa

185

186

Komponen Smart Temuan Studi Tourism Persampahan : Seluruh objek wisata tidak siap, tidak memenuhi standar Drainase : Seluruh objek wisata tidak siap, tidak memenuhi standar Sanitasi : Seluruh objek wisata agak siap, memiliki septictank per KK Telekomunikasi : Siap, terdapat 18 menara telekomunikasi/BTS yang dibangun oleh beberapa operator dan pelayanan internet telah tersedia 4G dan beberapa objek wisata telah memiliki media sosial dan web. Angkutan Umum : TIDAK SIAP. Permasalahan yang terjadi ialah kurangnya moda transportasi umum dan juga integrasi moda transportasi. Selain itu, Transportasi angkutan umum yang ada tidak menghantarkan pengunjung hingga ke lokasi objek wisata hanya batas jalan kabupaten yang dilintasi saja. Keberagaman Atraksi Wisata : SIAP. Tersedia berbagai macam pilihan atraksi wisata alam dan buatan. Tidak memiliki atraksi wisata budaya dan belanja. Atraksi Penerapan Teknologi pada Atraksi Wisata : TIDAK SIAP. Karena belum Wisata semua objek wisata menggunakan komputer dan software. Hanya Pantai MS Town dan Sari Ringgung yang telah menerapkan. Kualitas pelayanan yang baik dalam fasilitas penunjang wisata : AGAK SIAP. Belum tersedia semua fasilitas seperti fasilitas kesehatan yang mudah Fasilitas dijangkau, fasilitas pembayaran/ATM, Fasilitas Keamanan dengan Penunjang menyediakan CCTV dan juga Pos Pantau serta fasilitas akomodasi. Wisata Ketersediaan TIK dalam pengoperasian fasilitas penunjang wisata : TIDAK SIAP. karena pada sebagian besar objek wisata tidak tersedia software komputer dan juga tidak ada penggunaan smart card. Sumber : Peneliti, 2020

Dari hasil analisis yang telah dilakukan terkait tingkat kesiapan penerapan Smart Tourism yang dikaji berdasarkan Infrastruktur Dasar dan TIK, Transportasi, Atraksi Wisata, dan Fasilitas Penunjang Wisata pada objek wisata pesisir di Teluk Pandan. Didapatkan Tingkat Kesiapan Berdasarkan objek wisata tingkat kesiapan penerapan Smart Tourism sebagai berikut : 1. SIAP : Pantai MS Town, Pantai Putra Mutun, Pantai Sari Ringgung, Pantai Kelapa Rapat, dan Pantai Ketapang 2. AGAK SIAP : Pantai Queen Artha, Pantai Haruna Jaya, Pantai Mutun Asri, Taman Dewi Mandapa, dan Hutan Mangrove Petenggoran 3. TIDAK SIAP : - Berdasarkan variabel yang dikaji tingkat kesiapan penerapan Smart Tourism di KSPD Teluk Pandan sebagai berikut : 1. Infrastruktur Dasar dan TIK mengindikasikan Siap. Hal tersebut dinilai berdasarkan standar dari Peraturan Menteri Pariwisata Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2018 Tentang Petunjuk Operasional Pengelolaan Dana Alokasi Khusus Fisik Bidang Pariwisata. Di KSPD Teluk Pandan telah tersedia Jalan, Dermaga, Air

187

Bersih, Listrik, dan Menara BTS dalam kondisi baik untuk menunjang pengembangan kawasan Pariwisatanya. Namun, untuk sistem pengolahan limbah dalam hal Persampahan dan Drainase masih menjadi kendala utama karena belum tersedia. 2. Atraksi wisata di KSPD Teluk Pandan mengindikasikan siap untuk kualitas pelayanan dan keberagaman atraksi wisata alam dan buatan. Namun, apabila dibandingkan dengan preseden pilihan atraksi wisata di kawasan Teluk Pandan tidak selengkap Bali yang memiliki 4 atraksi wisata, yaitu wisata alam, wisata buatan, wisata belanja, dan wisata budaya. Dalam penerapan Smart Tourism pada komponen atraksi wisata di Teluk Pandan perlu menerapkan penggunaan TIK, seperti smart card, QR Barcode, perangkat komputer dan software serta penyediaan free wifi di seluruh lokasi objek wisata sehingga, dapat meningkatkan kualitas pelayanan serta memberikan kemudahan bagi wisatawan untuk melakukan kegiatan wisata dan mengakses informasi wisata yang dibutuhkan. 3. Moda Transportasi pada KSPD Teluk Pandan mengindikasikan Tidak Siap. Hal tersebut karena angkutan umum yang tersedia tidak terintegrasi dari pusat kota, tingkat kemudahan akses transportasi umum yang cukup sulit dan trayek yang tidak menjangkau seluruh lokasi objek wisata. Selain itu, terdapat masalah pada kualitas dan kenyamanan angkutan umum di KSPD Teluk Pandan yang menggunakan mobil pick up yang dimodisikasi dengan diberi penutup dan kursi penumpang pada bagian belakang. Hal tersebut menunjukan kualitas pelayanan transportasi umum di KSPD Teluk Pandan yang masih rendah, apabila dibandingkan dengan preseden Kota Surakarta dan Semarang yang telah menyediakan Bus untuk memberikan kemudahan aksesibiltas dan kenyamanan bagi wisatawan. Dalam penerapan Smart Tourism pada komponen transportasi KSPD Teluk Pandan belum menerapkan TIK dalam pelayananya. Kondisi tersebut sangat berbeda dari Kota Semarang dalam hal kualitas pelayanan moda transportasi umum karena disana sudah memiliki aplikasi “BRT Semarang” dengan fitur BRT Terdekat yang dapat memberikan informasi posisi bus BRT berdasarkan jarak, kecepatan, dan waktu tempuh.

188

4. Fasilitas Penunjang Wisata di KSPD Teluk Pandan megindikasikan Agak Siap. Ditinjau dari ketersediaannya di kawasan wisata ini tidak seluruh fasilitas penunjang wisata tersedia dalam menunjang kegiatan wisatanya, seperti fasilitas pembayaran/atm, akomodasi, fasilitas keamanan, dan juga fasilitas kesehatan. Hal tersebut berbeda apabila dibandingkan dengan Bali dan Semarang yang telah memiliki kelengkapan fasilitas penunjang wisata dan telah menerapkan teknologi pada sarana dan prasarana pendukung wisatanya. Dalam pengembangan fasilitas penunjang wisata dalam mendukung kesiapan penerapan Smart Tourism perlu adanya penerapan TIK dalam bentuk penyediaan komputer, software komputer, smart card, barcode/QR scanner, dan sensor robot serta penyediaan aplikasi yang dapat membantu untuk memberikan rekomendasi fasilitas terdekat seperti di Semarang yang memiliki aplikasi “Semarang Smart City” dengan fitur rekomendasi terkait fasilitas terdekat seperti, bank & ATM, tempat ibadah, rumah sakit, dan pos polisi.

5.2 Kesimpulan Kesiapan penerapan konsep Smart Tourism bergantung pada ketersedian infrastruktur dengan koneksi antar setiap sub-sistem pada kawasan wisata. Ketersediaan infrastruktur Dasar dan TIK di Teluk Pandan sudah tersedia. Namun, dalam peningkatan sistem pelayanan melalui penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi yang belum diterapkan pada objek wisata pesisir Teluk Pandan. Hal ini mengakibatkan tingkat kesiapan penerapan Smart Tourism di Kawasan Strategis Pariwisata Daerah Teluk Pandan yang dikaji berdasarkan Infrastruktur Dasar dan TIK, Transportasi, Atraksi Wisata, dan Fasilitas Penunjang Wisata dinyatakan AGAK SIAP dengan total skoring 8. Pada tingkat kesiapan penerapan Smart Tourism di objek wisata pesisir di Teluk Pandan komponen Smart Tourism yang Siap hanya komponen ketersedian dan kualitas Infrastruktur Dasar dan TIK. Untuk komponen Atraksi wisata mengindikasikan Agak Siap, hal tersebut dikarenakan dalam pengelolaan dan penembangannya belum menerapkan TIK, seperti peningkatan kualitas pelayanan melalui penerapan smart card dan pelayanan berbasis online. Pada komponen Fasilitas Penunjang Wisata yang ditinjau berdasarkan ketersedian dan penerapan

189

TIK dalam menunjang berbagai kegiatan wisata secara keseluruhan yang dinyatakan Agak Siap. Sedangkan, untuk komponen yang Tidak Siap dalam menunjang penerapan Smart Tourism, yaitu transportasi mengenai ketersediaan angkutan umum dan kualitas pelayanannya yang belum menjangkau seluruh lokasi objek wisata. Untuk hasil analisis tingkat kesiapan penerapan Smart Tourism di 10 objek wisata pantai di Kawasan Strategis Pariwisata Daerah Teluk Pandan menunjukkan terdapat 4 kluster tingkat kesiapan penerapannya. Untuk Kluster 1 meliputi objek wisata Pantai MS Town, Pantai Sari Ringgung. Kluster 2 terdiri dar Pantai Kelapa Rapat, Pantai Putra Mutun dan Pantai Ketapang. Kluster 3 terdiri dari Pantai Queen Artha, Pantai Haruna Jaya, Pantai Mutun Asri, Taman Dewi Mandapa. Selanjutnya, untuk Kluster 4 terdiri dari objek wisata Hutan Mangrove Petenggoran. Dalam pengembangan objek wisata Kluster 1 yang memiliki daya tarik dan kapasitas yang lebih unggul dalam kesiapan pemenuhan kebutuhan wisatawan terkait pelayanan dari Infrastruktur Dasar dan TIK, Atraksi Wisata, dan Fasilitas Penunjang Wisata sehingga dapat menjadi destinasi wisata pilihan bagi wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara. Untuk Kluster 2 dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan nusantara dan masih memungkinkan untuk wisatawan mancanegara dapat berlibur ke objek wisata ini tetapi untuk itu perlu adanya upaya untuk meningkatkan pelayanan atraksi dan fasilitas penunjang wisata. Selanjutnya, untuk Kluster 3 dalam pengembangannya saat ini dapat menjada daya tarik atau piliha wisata yang tepat bagi wisatawan nusantara saja karena terdapat permasalahan dalam kuantitas dan kualitas dari sistem pelayanan yang ada seperti tidak tersedianya fasilitas akomodasi, fasilitas pembayaran/perbankan, kondisi jalan yang rusak, dan masih minimnya penggunaan TIK (dalam bentuk web dan media sosial) untuk memberikan kemudahan informasi serta pelayanan yang baik bagi wisatawan. Sedangkan, untuk Kluster 4 dalam pengembangan objek wisatanya berdasarkan analisis terindikasi perlu adanya peningkatan kualitas dan kuantitas secara optimal karena dari 4 komponen yang dikaji infrastruktur dasar dan TIK yang mengindikasikan agak siap dan untuk atraksi, fasilitas penunjang wisata serta transportasi menunjukan tidak siap.

190

Apabila dibandingkan dengan preseden, kesiapan penerapan Smart Tourism di KSPD Teluk Pandan mendekati penerapan di Surakarta yang termasuk siap dari komponen pelaku wisata, ketersediaan fasilitas Penunjang dan Transportasinya. Berdasarkan kajian yang telah dilakukan, perbedaannya di KSPD Teluk Pandan belum menerapkan TIK dalam pelayanan pada Fasilitas Penunjang Wisata, transportasi dan atraksi wisata serta di KSDP Teluk Pandan hanya memiliki wisata alam dan buatan sementara di Surakarta memiliki atraksi wisata budaya, buatan, dan belanja.

5.3 Rekomendasi Rekomendasi yang dapat diberikan terkait tingkat kesiapan penerapan Smart Tourism dalam meningkatkan potensi sektor pariwisata pesisir Teluk Pandan di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan adalah sebagai berikut : a) Rekomendasi bagi Pemerintah Daerah a) Peningkatan Ketersediaan dan Kualitas Infrastruktur Jalan Penyediaan infrastruktur dasar seperti jalan dan dermaga sangat penting dalam pengembangan sektor pariwisata di Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. Dalam hal ini pemerintah perlu meningkatkan aksesibilitas menuju berbagai objek wisata yang ada terutama pembangunan dan perbaikan jalan menuju objek wisata pada Kluster 3 dan 4, yaitu Hutan Mangrove Petengoran Gebang dan juga Taman Wisata Dewi Mandapa. Hal tersebut perlu dilakukan karena jalan yang rusak dan sempit dapat mengurangi minat wisatawan untuk berkunjung ke objek wisata ini. b) Pemenuhan Air Bersih melalui Penyediaan Jaringan PDAM atau Sumur Komunal Dengan pola pemenuhan kebutuhan air bersih bagi kegiatan wisata dan juga masyarakat lokal saat ini yang memanfaatkan air tanah yang diambil dengan cara membuat sumur bor dan sumur galian pada setiap rumah di permukiman pesisir pantai yang mengindikasikan tingginya eksplorasi air bawah tanah pada kawasan permukiman pesisir. Hal tersebut tentunya akan berdampak pada terjadinya intrusi air laut yang terjadi karena air tanah yang

191

diambil dengan kedalaman sumur tertentu, yang saat ini sudah dirasakan oleh masyarakat yang mengkonsumsi air dengan rasa yang payau dan juga warna yang keruh terutama pada kluster 3 dan 4, yaitu Pantai Mutun Asri, Pantai Haruna Jaya, Hutan Mangrove Petengoran dan Taman Dewi Mandapa. Untuk itu perlu adanya upaya dari pemerintah untuk memenuhi kebutuhan air bersih pada kawasan permukiman pesisir Teluk Pandan dan kawasan wisata dengan penyediaan jaringan air bersih PDAM atau menyediakan sumur komunal. c) Penggunaan Energi Ramah Lingkungan dalam Penyediaan Listrik Dalam memenuhi kebutuhan listrik untuk menunjang kegiatan pariwisata dan juga permukiman masyarakat yang belum terlayani listrik. Pemeritah dapat memberikan bantuan dan sosalisasi terkait dengan penggunaan sumber energi alternatif dari alam yang ramah lingkungan dan potensial untuk diterapkan pada Kawasan Pesisir terutama pada objek wisata Hutan Mangrove Petengoran dan Taman Dewi Mandapa yang termasuk Kluster 3 dan 4. Salah satu yang dapat diterapkan pada kondisi geografis Kawasan Pesisir yang mendapat sinar matahari yang berlimpah, yaitu Penerapan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). d) Penyediaan Sarana dan Prasarana pada Sistem Pengolahan Limbah pada Objek Wisata Pantai di KSPD Teluk Pandan Pengelolaan limbah terutama sampah menjadi permasalahan yang hingga saat ini masih dihadapi di Kawasan Objek Wisata Teluk Pandan. Oleh karena itu, langkah yang dapat diambil pemerintah dalam hal ini ialah menyediakan TPS di sekitar lokasi dan juga sarana mobil pengangkut sampah yang rutin beroperasi di kawasan objek wisata pesisir dan permukiman disekitarnya. Dari fenomena yang terjadi dirasa masih kurangnya pemahaman dan pengetahuan masyarakat dan juga pengelola wisata terkait pengolahan sampah, untuk itu perlu adanya upaya pemerintah utntuk meningkatkan kesadaran dan kapasitas masyarakat melalui pelatihan terkait pengolahan limbah. Selanjutnya, untuk drainase perlu adanya penyediaan Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) sehingga, air limbah hasil kegiatan rumah tangga dan wisata dapat diproses terlebih dahulu

192

sebelum mengallir ke laut. Untuk sistem pengolahan limbah sanitasi seharunya untuk sistem pembuangan jamban di daerah pesisir sangat penting untuk memperhatikan kondisi air tanah karena pemenuhan kebutuhan air bersih masyarakat pesisir di sekitar objek wisata pun menggunakan ai tanah. Oleh karena itu, dirasa perlu adanya percepatan dalam pengadaan prasarana sarana pengolahan lumpur tinja berupa truk pengangkut tinja dan modul instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT) komunal dan untuk menyediakan jaringan sanitasi yang terpadu dengan sistem jaringan wilayah di Kawasan permukiman dan objek wisata pesisir di Teluk Pandan. e) Penyediaan Moda Transportasi Umum Bus Rapid Transit dan Peningkatan Pelayanan Transportasi melalui Penyediaan Informasi Real Time Transportasi. Meningkatkan kemudahan aksesibilitas menuju atraksi wisata dengan penambahan jumah angkutan, integrasi antara angkutan umum di Kota Bandar Lampung dan Kawasan Objek Wisata Teluk Pandan. Dalam hal peningkatan kualitas pelayanan transportasi, pemerintah dapat menyediakan Bus Rapid Transit khusus pariwisata untuk memberikan kualitas pelayanan yang baik dan kenyamanan bagi pengunjung. Selain itu, perlu penambahan jalur trayek transportasi umum terutama menuju ke lokasi objek wisata pesisir di Teluk Pandan. Dalam konteks penerapan Smart Tourism komponen transportasi harus memiliki berbagai informasi real time terkait jadwal keberangkatan dan juga informasi asal dan tujuan angkutan umum yang dapat diakses oleh pengunjung. f) Penyediaan dan Penggunaan Menara Infrastruktur Telekomunikasi secara Bersama (Sharing Tower). Untuk meningkatkan kualitas pelayanan telekomnikasi pada kawasan objek wisata pesisir di Teluk Pandan, pemerintah dalam hal ini diharapkan dapat menodrong kerjasama dengan berbagai operator untuk bisa menempatkan providernya pada kawasan ini agar dapat meningkatkan kemudahan dalam mengakses internet dan juga berbagai informasi terkait wisata. Namun, hal perlu diperhatikan pemerintah dalam konteks ini ialah pemerintah harus

193

memiliki kebijakan atau intervensi untuk menghindari terjadinya fenomena Hutan Tower yang menumpuk pada satu titik dan memastikan penempatan tower BTS tidak pada Kawasan Lindung atau Konservasi. g) Pemenuhan 13 Element Smart Tourism dalam Pengembangan Parwisata di KSPD Teluk Pandan Dalam hal ini pemerintah perlu memastikan pemenuhan 13 element yaitu tourist attraction homepage, smart vehicle-scheduling, personal-itinerary design, free wifi, smart cards, intelligent-guide system, crowd handling, mobile payment, tourist-flow monitoring, online information access, travel safety protection, e- tourism recommendation system, dan real time traffic broadcast. Agar dapat memperluas pasar pariwisata, meningkatkan nilai jual dan dapat memberikan kemudahan serta kepuasan bagi pengunjung melalui pelayanan pariwisata berskala internasional. h) Peningkatan Ketersediaa Informasi pada Aplikasi Pariwisata Lampung Dalam hal ini perlu adanya kordinasi anatara Dinas Pariwisata dan juga Dinas Kominfo dalam menghasilkan suatu aplikasi pariwisata yang tepat guna. Dalam artian informasi yang diberikan di dalam aplikasi harus lebih detail. Selain itu, didalam aplikasi yang telah ada perlu melengkapi jenis informasi terkait 6A pariwisata, memberikan infomasi lebih detail terkait cara mencapai objek wisata dan juga terkait biaya yang dikeluarkan sehingga, mampu memerpermudah wisatawan dalam membuat rencana perjalanan wisata di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung. i) Peningkatan Kapasitas Masyarakat dalam Mengelola Pariwisata melalui Penyuluhan Sadar Wisata dan Aksi Sapta Pesona secara Terus Menerus dan Berkesinambungan Pemerintah yang memiliki tugas sebagai fasilitator dalam hal ini memiliki peran untuk meningkatkan kapasitas masyarakat lokal dalam pengelolaan pariwisata. Permaslahan yang terjadi saat ini bukan masyarakat yang tidak ingin berperan besar dalam pengelolan pariwisata namun, karena minimnya pengetahuan yang mereka miliki untuk melakukan hal tersebut. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk memberikan pemahaman melalui pelatihan, workshop, dan berbagai kegiatan lainya yang dapat meningkatkan kapasitas masyarakat, misalnya mengenai sapta pesona

194

pariwisata, bagaimana cara menegelola pariwisata yang benar, pengolahan sampah, dan kompetensi lainnya. b) Rekomendasi Bagi Pengelola Wisata a) Peningkatan Strategi Pemasaran Atraksi Pariwisata melalui Pengemasan dan Promosi Wisata di KSPD Teluk Pandan Dengan kondisi geografis Teluk Pandan daerah pantai yang landai dan indah menjadi daya tarik wisata yang berkembang ke arah wisata masal. Pengemasan produk wisata yang ada di KSDP Teluk Pandan ini dirasakan masih kurang dapat bersaing dengan kawasan wisata lain di sekitarnya. Dalam pengembangan wisatanya dirasa perlu adanya upaya untuk mengangkat keunikan dan daya tarik yang dimiliki sesuai dengan karakter wilayah pantai dan pedesaan yang dikemas semodern mungkin sehingga, mampu meningkatkan minat wisatawan nusantara dan mancanegara untuk berkunjung ke berbagai objek Wisata Teluk Pandan. Selain itu, perlu adanya startegi pemasaran melalui media sosial secara aktif, menggunakan billboard atau banner di puat keramaian dan bisa juga melalui kerjasama dengan pemerintah dalam mempromosikann objek wisata di kanca Internasional terutama pada Kluster 2, Kuster 3 dan Kluster 4. b) Peningkatan Sistem Pengolahan Limbah melalui Proses Pemilahan Sampah dan Menerapkan Konsep 4R di Seluruh Objek Wisata Pantai Teluk Pandan Untuk menjaga kebersihan dan kenyamanan pengunjung saat berwisata perlu disediakan tempat sampah terpadu yang tertutup yang terdapat proses pemisahan menjadi 4 (empat) bagian, yaitu organik, non organik, botol kaca, botol dan gelas plastik serta bahan plastik lainnya. Untuk tempat sampah di setiap Gerai dengan pengolahan limbah buangan dan penampungan limbah minyak goreng. Selain itu, pengolahan sampah dengan cara dibakar harus dihentikan karena justru dapat menimbulkan polusi dan sebaiknya melakukan pengelolaan sampah dengan menggunakan pendekatan konsep 4R, yaitu reduce (mengurangi), reuse (memakai kembali), recycle (mendaur ulang) dan replace (mengganti).

195

c) Penyediaan dan Peningkatan Kualitas Pelayanan Pariwisata melalui Penerapan Smart Card/ Barcode Scanner dan Akses Internet Gratis di KSPD Teluk Pandan. Meningkatkan kualitas dan ketersediaan berbagai jenis fasilitas penunjang wisata sehingga mampu mendukung dan memberikan pelayanan yang baik bagi pengunjung wisata, seperti penyediaan fasilitas kesehatan yang mudah dijangkau, fasilitas pembayaran/ATM, Fasilitas Keamanan dengan menyediakan CCTV dan juga Pos Pantau serta fasilitas akomodasi yang dapat di-booking melalui aplikasi sehingga, mampu memenuhi kebutuhan pelayanan bagi pengunjung wisata dan dapat meningkatkan kenyamanan terutama pada Kluster 2, Kluster 3 dan Kluster 4. Selain itu, dalam konteks penerapan Smart Tourism pengelola industri wisata sangat perlu untuk menerapkan TIK pada fasilitasnya, seperti menggunakan komputer, smart card pada akses masuk dan barcode scanner untuk parkir dan juga perdagangan, menyediakan free wifi, serta menjalin kerjasama dengan Virtual Hotel Operator (oyo, red doorz, traveloka, dll) sehingga, dalam menunjang kegiatan wisata dapat memberikan kemudahan bagi pengunjung dan kepuasan tentunya melalui pelayanan pariwisata berskala internasional. d) Bersinergi Bersama Pemerintah dalam Pemenuhan 13 Element Smart Tourism untuk Meningkatkan Nilai Jual dan Kualitas Pelayanan Pariwisata. Penting adanya sinergisitas antara pelaku usaha wisata dengan pemerintah yang dalam hal ini Dinas Pariwisata dan Dinas Kominfo dalam mewujudkan kesiapan dalam penerapan Smart Tourism dengan memastikan tersedianya pelayanan pariwisata yang memenuhi 13 elemen tersebut.

a) Rekomendasi Bagi Masyarakat Lokal a) Peningkatan Kapasitas Masyarakat dalam Mellihat Peluang Ekonomi dari Adanya Pengembangan Pariwisata. Masyarakat lokal pada dasarnya memiliki peranan yang penting dalam pengelolaan pariwisata dan juga pengembangan wisata. Masyarakat lokal merupakan orang yang paling memahami terkait dengan kondisi dan juga lingkungan objek wisata. Fenomena yang terjadi saat ini ialah masyarakat

196

lokal yang tidak banyak terlibat dalam pengelolaan wisata karena kurangnya pemahaman dan juga kapasitas mereka terkait pengelolaan wisata. Oleh karena itu, perlu adanya pelatihan dan sosialisasi kepada masyarakat lokal tentang bagaimana mereka menjalankan peran sebagai pengelola wisata yang baik sehingga, dampak dari adanya pariwisata dapat dirasakan langsung oleh masyarakat lokal. Selanjutnya, masyarakat lokal juga harus pandai dalam melihat peluang usaha pada sektor pariwisata ini seperti menjadi tour guide, membuka rumah makan, atau bahkan menjadikan tempat tinggal mereka sebagai home stay karena kondisi yang ada pada hampir seluruh objek wisata tidak tersedia fasilitas akomodasi atau penginapan. b) Membiasakan Pengunaan Teknologi pada Masyarakat dalam Pengelolaan Pariwisata. Dalam peningkatan kapasitas masyarakat di sekitar kawasan objek wisata pesisir pantai dalam penggunaan teknologi sangatlah penting. Pada dasarnya saat ini kebanyakan masyarakat telah menggunakan smart phone untuk memenuhi kebutuhan berkomunikasi sehari-hari. Namun, tidak banyak pula dari mereka yang buta akan teknologi karena kondisi ekonomi dan finasial yang tidak mendukung pemenuhan terebut. Oleh karena itu, masyarakat lokal melalui Kelompok Sadar Wisata dapat melakukan pelatihan dengan bekerjasama dengan dinas pemerintah terkait bagaimana masyarakat lokal memanfaatkan teknologi dalam pengelolaan dan pengembangan pariwisata dan masyarakat lokal dalam hal ini dapat meminta bantuan kepada pemerintah terkait dengan fasilitas TIK yang dibutuhkan dalam pengelolaan pariwisata oleh masyarakat lokal, seperti perangkat komputer. c) Peningkatan Kesadaran dan Pemahaman Masyarakat Terhadap Kebersihan dan Kelestarian Lingkungan di Seluruh Objek Wisata Pantai Teluk Pandan. Pemahaman masyarakat lokal yang masih minim terkait dengan betapa besarnya potensi pariwisata yang ada di kawasan mereka dan kurangnya pemahaman terkait dengan pengolahan sampah dan ketidak pedulian mereka terhadap lingkungan dapat memperngaruhi kelestarian alam objekw

197

wisata. Sampah yang masih menjadi masalah yang belum terselesaikan hingga kini. Oleh karena itu, dirasa perlu dalam hal ini adanya peran katif dari masyarakat lokal yang tinggal di kawasan pesisir pantai maupun yang tinggal di hulu sungai untuk tidak membuang sampah sembarang. Mulailah untuk kesadaran dan pemahaman mengenai dampak yang akan ditimbulkan jika kebiasan itu terus berlangsung, bukan hanya akan merusak ekosistem dan keindahan objek wisata tetapi juga dapat menimbulkan masalah kesehatan dan juga rasa tidak nyaman bagi masyarakat, pengelola wisata, dan juga wisatawan.

5.4 Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian ini, terdapat beberapa keterbatasan studi dalam proses pengumpulan data, analisis, dan temuan studi mengenai kesiapan penerapan Smart Tourism yang dikaji terkait infrastruktur dasar dan TIK, Transportasi, Atraksi Wisata dan juga fasilitas penunjang wisata pada 10 objek wisata pesisir di Teluk Pandan. 1. Pada penelitian kualitatif ini untuk mendapatkan data di lapangan peneliti perlu menyusun variabel, elemen dan indikator penelitian. Namun, untuk mendapatkan elemen atau indikator Smart Tourism yang sesuai dengan pengembangan wisata di kawasan pesisir peneliti mengalami kesulitan. Hal tersebut dikarenakan masih jarangnya penelitian terkait penerapan Smart Tourism pada objek wisata pantai dan juga memang pada umumnya dalam penerapan Smart Tourism lebih dominan diterapkan di Kawasan Wisata Perkotaan. Oleh karena itu, peneliti mensitasi berbagai teori dan hasil preseden Kota atau Kawasan yang telah menerapkan Smart Tourism untuk mengidentifikasi element atau indikator yag berpengaruh pada kesiapan penerapan Smart Tourism di Teluk Pandan. 2. Pada proses analisis kesiapan penerapan Smart Tourism terdapat kekurangan pada perangkat penilaian tingkat kesiapan yang tidak menggunakan aturan atau standar yang baku, melainkan menggunakan preseden dalam mengukur tingkat kesiapan penerapan Smart Tourism di KSPD Teluk Pandan. Oleh

198

karena itu, pada penelitian selanjutnya, untuk mengukur tingkat kesiapan sebaiknya menggunakan perangkat yang baku. 3. Dasar penerapan smart tourism berkaitan dengan penerapan Smart City pada wilayah tersebut. Sedangkan, wilayah kajian pada penelitian ini bukan termasuk Smart City. Kita ketahui bahwa Smart City memiliki keterkaitan dengan ketersediaan infrastruktur dan keterkaitan dengan sistem lainnya. Oleh karena itu, pada penelitian ini untuk menilai tingkat kesiapan penerapan Smart Torism akan fokus membahas kesiapan dari sisi Ketersediaan dan Penerapan TIK dalam aspek Infrastruktur, Atraksi, Transportasi, dan Fasilitas Penunjang. Dengan mengkaji hal tersebut, diharapkan mampu memberikan gambaran terkait dengan upaya yang nantinya harus dilakukan, yaitu penyediaan infrastruktur atau hanya perlu melakukan upaya upgrading melalui penerapan TIK pada komponen Smart Tourism yang dikaji. 4. Dalam penelitian ini peneliti mengkaji terkait dengan kesiapan penerapan Smart Tourism dalam peningkatan sektor pariwisata di Teluk Lampung. Terkait dengan hal tersebut peneliti menggali informasi melalui in-dept interview dengan dinas terkait, pengelola wisata dan masyarakat lokal yang bahkan tidak mengetahui sama sekali apa itu Smart Tourism sehingga, informasi yang didapat dari beberapa informan memiliki kemungkinan bias informasi. Untuk itu penting bagi penelitian selanjutnya, untuk memberikan penjelasan atau pemahaman secara detail terkait dengan apa itu smart tourism agar informan dapat memahami topik wawancara sehingga, data yang didapatkan akan lebih detail dan berkaitan dengan topik yang dibahas.

5.5 Penelitian Lanjutan Dalam penelitian ini, terdapat beberapa pilihan penelitian lanjutan yang berkaitan dengan kesiapan penerapan Smart Tourism yang dikaji terkait infrastruktur dasar dan TIK, Transportasi, Atraksi Wisata dan juga fasilitas penunjang wisata pesisir di Teluk Pandan, sebagai berikut : 1. Penelitian lanjutan terkait Sustainable Smart Coastal Tourism, dengan tujuan awal untuk mewujudkan suatu periwisata pesisir yang cerdas dan juga

199

berkelanjutan. Pada prosesnya peneliti akan menyusun komponen Smart Tourism yang dikaitkan dengan berbagai aspek Sustainable Coastal Tourism. Dengan mengkaji bagaimana konsep/komponen Smart Tourism yang tepat dalam pengembangan pariwisata berbasis TIK dengan mengedepankan keberlanjutan pariwisata pesisir dalam aspek Sustainable of Nature, Sustainable of Culture, and Sustainable of Economic. Pada penelitian ini terdapat beberapa inti dalam penelitian ini, yaitu terkait dengan Coastal Tourism, Smartness, dan Sustainability. Dalam mewujudkan suatu keberlanjutan peneliti akan menyusun komponen Sustainable Smart Coastal Tourism yang sesuai dengan potensi masalah wilayah, karakteristik masyarakatnya, jenis informasi yang dibutuhkan dan harus tersedia dalam aplikasi, memasukan aspek lingkungan, budaya, dan ekonomi.

Sustainable Smart Coastal Tourism

Sustainable Tourism Smart Tourism

Environment Economic Social and Culture Destination Tools

Continuity Change

Sustainable Sustainable Sustainable Smart Smart Tools of Nature of Culture of Economic Destination

Sumber : Peneliti, 2020

GAMBAR 5. 1 BAGAN PENELITIAN LANJUTAN TERKAIT SUSTAINABLE SMART COASTAL TOURISM

2. Berdasarkan pada penelitian ini yang fokus membahas kesiapan dari sisi ketersediaan dan penerapan TIK dalam aspek Infrastruktur, Atraksi, Transportasi, dan Fasilitas Penunjang wisata sehingga menghasilkan saran penelitian lanjutan yang dapat membahas tingkat kesiapan dari element

200

lainnya seperti smart governance, smart people dan smart living yang dikaitkan dengan penerapan Smart Tourism di Kawasan Pesisir. 3. Untuk penelitian selanjutnya dapat mengkaji terkait dengan bagaimana proses/langkah yang dilakukan untuk mewujudkan Smart Tourism di KSPD Teluk Pandan.

201

DAFTAR PUSTAKA

A. Sonny Keraf, Mikhael Dua. Ilmu Pengetahuan Sebuah Tinjauan Filosofis ,(Yogyakarta: Kanisius, 2001), hal.92 Abdillah, Dariusman. 2016. Pengembangan Wisata Bahari di Pesisir Pantai Teluk Lampung. Indonesia : Jurnal Destinasi Kepariwisataan Indonesia. Vol. 1 No.1 : 45-66. Aulia, Imran. 2017. Analisa Strategik Konsep Smart Tourism Pada Pariwisata Indonesia. Magister Manajemen Telekomunikasi, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia. Indonesia : Jakarta. Bengen DG, Retraubun ASW. 2006. Menguak Realitas dan Urgensi Pengelolaan Berbasis Eko-sosio Sistem Pulau-Pulau Kecil. Bogor: Pusat Pembelajaran dan Pengembangan Pesisir dan Laut (P4L). Buhalis, D., & Amaranggana, A. (2013). Smart Tourism Destinations. In Z. Xiang & I. Tussyadiah (Eds.), Information and Communication Technologies in Tourism 2014 (pp. 553–564). Cham: Springer International Publishing. Cakrabuana, Wira. dkk. 2016. Vulkanologi dan Geotermal Gunung Anak Krakatau. Intitut Teknologi Bandung. Diakses di : https://www.academia.edu/30745000/Volkanologi_dan_Geotermal_Gunung _Anak_Krakatau. ( 20 November 2019, 21.00 WIB). Dinas Pariwisata dan Ekonomi Keatif. 2016. Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kabupaten Pesawaran 2017-2031. Kabupaten Pesawaran, Lampung. Direktorat Produk Pariwisata, Direktorat Jendral Pengembangan Destinasi Pariwisata, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, WWF-Indonesia. 2009. Prinsip dan Kriteria Ekowisata Berbasis Masyarakat. Diakses di : http://awsassets.wwf.or.id/downloads/wwf_indonesia_prinsip_dan_kriteria_ ecotourism_jan_2009.pdf. (Diakses 17 Januari 2020, pukul 20.00 WIB). Fesenmaier, D. R., & Xiang, Z. (Eds). (2016). Designing tourism places. Vienna: Springer. Farania, A., Hardiana, A., Putri, R.A. 2017. Kesiapan Kota Surakarta dalam Mewujudkan Pariwisata Cerdas (Smart Tourism) Ditinjau dari Aspek Faslitas dan Sistem Pelayanan. Indonesia : Surakarta. Volume 12 No. 1 : 36-50. Gretzel, U., Sigala, M., Xiang, Z., & Koo, C. (2015). Smart Tourism: Foundations and developments. Electronic Markets, 25(3), 179–188. Helfinalis.2000. Aspek Oseonografi Bagi Peruntukan Lahan di Wilayah Pantai Teluk Lampung. PPPLO-LIPI, Jakarta. Kementrian Pariwisata. 2015. Laporan Naskah Akademik Pulau-Pulau Kecil. http://kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/old_all/2015%20St rategi%20Pengembangan%20Wisata%20Bahari.pdf Kementrian Pariwisata. 2016. Konferensi Nasional Inovasi TIK untuk Indonesia Cerdas. Diakses di : https://www.academia.edu/38281658/SMART_TOURISM_INDONESIA_ BY_MINISTRY_OF_TOURISM.pdf. (30 Agustus 2019, 17.00 WIB)

202

Kementrian Pariwisata. 2019. Kajian Dampak Sektor Pariwisata Terhadap Prekonomian Indonesia. Diakses di : http://www.kemenpar.go.id/post/kajian- dampak-sektor-pariwisata-terhadap-perekonomian-indonesia. ( 30 Agustus 2019, 19.45 WIB) Kubo, M.Alice, 2004. The Sustainability of Coastal Tourism Research Into The Kenya Portfolio of TUI and Its Environmental Performance. Breda, Netherlands. Nationale Hoogeschool voor Toerisme en Verkeer. Diakses di : http://www.tourism4development2017.org/wp- content/uploads/2017/07/kubo-am_the-sustainability-of-coastal- tourism.pdf.(5 Oktober 2019, 10.00 WIB. Masaddun, dkk. 2013. Bentuk Pengembangan Pariwisata Pesisir Berkelanjutan di Kabupaten Pekalongan. Jurnal Ruang Volume 1 Nomor 2 Tahun 2013. Diakses di :https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/ruang/article/view/5316/5113.(31 Agustus 2019, 20.30 WIB) Menteri Pariwisata Republik Indonesia. 2018. Peraturan menteri pariwisata republik indonesia no. 3 tahun 2018 tentang petunjuk operasional pengelolaan dana alokasi khusus fisik bidang pariwisata. Lembaga RI Tahun 2018 No.3. Jakarta : Sekertariat Negara. Menteri Pariwisata Republik Indonesia. 2015. Salinan Peraturan Menteri Pariwisata Repunlik Indonesia No. 29 Tahun 2015 Tentang Rencana Strategis Kementerian Pariwisata Tahun 2015-2019. Moleong, Lexy J. 2006. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Paramastya, Dewi Anggraeni. 2017. Penentuan Kriteria Pengembangan Kampung Cerdas di Kota Surabaya dalam Mewujudkan Konsep Smart City. Tugas Akhir, Departemenen Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi Sepuluh November. Diakses di : http://repository.its.ac.id/43742/1/3613100064-undergraduate_theses.pdf. ( 4 Oktober 2019, 16.00 WIB) Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran. 2012. Peraturan Daerah Kabupaten Pesawaran N0. 4 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pesawaran Tahun 2011-2031. Pemerintah Indonesia. 2007. Undang-Undang Republik Indonesia No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Lembaga RI Tahun 2007 No.27. Jakarta : Sekertariat Negara. Peraturan Menteri Kebudayaan Dan Pariwisata Nomer: KM.67 / UM.001 /MKP/ 2004, Tentang Pedoman Umum Pengembangan Pariwisata Di Pulau-Pulau Kecil. Menteri Kebudayaan Dan Pariwisata. Rahman, Yudha. 2015. Perubahan Perilaku Ekonomi Masyarakat Sebagai Dampak Pengembangan Pariwisata Alam Perdesaan : Studi Kasus Pemandu Wisata Air Terjun Nyarai Kecamatan Lubuk Alung, Provinsi Sumatera Barat. Tesis, Perecanaan Wilayah dan Kota, Universitas Diponegoro. Republika, 2019. Pemprov Lampung targetkan 14,8 Juta Wisatawan. Diakses di : https://www.republika.co.id/berita/nasional/politik/19/02/18/pn3smo430- pemprov-lampung-targetkan-148-juta-wisatawan. ( 31 Agustus 2019, 20.00 WIB)

203

Simorangkir, Eduardo. 2018. Pariwisata Jadi Andalan Penyumbang Devisa US 20 Miliar. Diakses di : https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d- 3844660/pariwisata-jadi-andalan-penyumbang-devisa-us-20-miliar. (30 Agustus 2019, 19.00 WIB) Smith, Richard. 2015. Smart Tourism Tools : Linking Technology with The Touristic Resources of City Destinations. NHVT Breda University of Applied Science. Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kualitatif Untuk Penelitian Bersifat : Eksploratif, Enterpretif, Interaktif dan Konstruktif. Bandung : Alfabeta United Nations Convention on the Law of the Sea. Diakses di : https://www.un.org/depts/los/convention_agreements/texts/unclos/unclos_e. pdf UNWTO. 2012. Tourism resilience committee stresses need for “Smart Tourism”[EB/OL].www.slideshare. Wardhono, Fitri Indra. 2015. Pengembangan Kepariwisataan dan Penataan Ruang Kepariwisataan. Diakses di : https://www.slideshare.net/fitriwardhono/penataan-ruang kepariwisataan.(3 Oktober 2019, 18.30 WIB) Widjaja, Andree E. dkk. 2016. Meningkatkan Potensi Pariwisata Danau Toba Melalui Konsep Smart Tourism: Aplikasi dan Tantangannya. Program Studi Sistem Informasi. World Tourism Organization. 2004. Indicators of Sustainable Development for Tourism Destination: A Guidebook. Madrid, Spain. Diakses di : http://www.adriaticgreenet.org/icareforeurope/wpcontent/uploads/2013/11/I ndicators-of-Sustainable-Development-for-Tourism-Destinations-A-Guide- Book-by-UNWTO.pdf. (5 Oktober 2019, 17.00 WIB) Xiang, Zheng. Fesenmaier, Daniel R.. 2017. Analytics in Smart Tourism Design Concepts and Methods. Springer International Publishing Switzerland.

204

LAMPIRAN

LAMPIRAN A : PETA

1

GAMBAR 1 PETA AKSES MASUK PROVINSI LAMPUNG DAN KABUPATEN PESAWAR

2

GAMBAR 2 PETA ATRAKSI WISATA DI TELUK PANDAN

3

GAMBAR 3 PETA PERSEBARAN BTS DI KECAMATAN TELUK PANDAN

4

LAMPIRAN B : WAWANCARA

5

TABEL 1 KEBUTUHAN INFORMASI DAN INFORMAN SEBAGAI ACUAN WAWANCARA

Kategori No Informasi Informan • Informasi kepariwisataan terkait Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung • Rencana, Program dan Strategi pengembangan Pariwisata di Instansi Teluk Lampung 1. Pemerintah • Penerapan teknologi dalam pengelolaan pariwisata • Bentuk dukungan dan kemitraan pemerintah dalam mewujudkan pengembangan sektor pariwisata • Penyediaan Infrastruktur dan faslitas pendukung pariwisata • Karakteristik Masyarakat lokal destinasi wisata di Kawasan Wisata Terintegrasi • Peran Masyarakat dalam pengembangan dan pengelolaan pariwisata • Penggunaan teknologi dan internet dalam pariwisata Masyarakat 2. Tradisi dan budaya unik masyarakat pesisir yang dapat lokal • menjadi daya tarik • Dampak pengembangan pariwisata terhadap kebudayaan dan ekonomi lokal • Inovasi dan kreativitas masyarakat lokal • kapasitas masyarakat dalam penggunaan teknologi • Strategi pelaku usaha melihat peluang • Dampak ekonomi yang diterima dari pengembangan Pelaku pariwisata 3. Usaha • Penerapan teknologi dalam pemasaran produk • Alasan menerapkan dan tidak menerapkan teknologi

6

IDENTITAS NARASUMBER Nama : No Telp : Jabatan/Bidang : Tanggal :

TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA JURUSAN TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR KEWILAYAHAN INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA 2019

Berikut daftar pertanyaan yang menjadi bahan untuk perolehan data yang bersumber dari data primer (wawancara). Berkaitan dengan hal ini, ketika memberikan pertanyaan pewawancara hendaknya menanyakan pertanyaan tersebut dengan menyertai pengaruh yang terjadi pada lokasi, dan selama wawancara berlangsung surveyor diwajibkan merekam dalam bentuk audio maupun video.

DINAS STATISTIK KOMUNIKASI DAN INFORMASI PROVINSI LAMPUNG (KODE : DI-01)

1. Bagaimana sinergisitas antar dinas komifo dengan dinas pariwisata dalam kemudahan dalam memberikan informasi? 2. Program dan strategi pengembangan TIK di Provinsi Lampung? 3. Bagaimana pendapat bapak terkait dengan aplikasi yang saat ini telah dibuat oleh dinas pariwisata? 4. Terkait dengan penyedian TIK untuk saat ini bagaimana pak? (nirkabel dll) 5. Dengan adanya palapa ring saat ini pak, adakah integrasi atau penggunaan di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung? 6. Untuk penyediaan fyber optik di lampung sudah tersdia atau belum? 7. Dengan kondisi TIK di prov lampung, menurut bapak seberapa besar penerapan smart tourism pada objek wisata yang ada?

7

8. Dengan adanya tujuan menciptakan ekosistem digital, program dari kominfo unntuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pemanfaatan TIK dan peningkatan kapasitas masyarakat dalma hal tersebut? 9. Untuk menuju 4.0 apa yang perlu lampung bangun dan sediakan untuk sampai kesana pak? 10. Untuk kabupaten pesawaran untuk pengembangan TIK bagaimana? 11. Lampung sebagai salah satu provinsi yang kaya akan kawasan pesisirnya, seberapa penting penerapan? 12. Aplikasi pariwisata ideal itu seperti apa menurut bapak? 13. Menurut anda apa yang penting ada di dalam aplikasi pariwisata?

8

IDENTITAS NARASUMBER Nama : No Telp : Jabatan/Bidang : Tanggal :

TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA JURUSAN TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR KEWILAYAHAN INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA 2019

Berikut daftar pertanyaan yang menjadi bahan untuk perolehan data yang bersumber dari data primer (wawancara). Berkaitan dengan hal ini, ketika memberikan pertanyaan pewawancara hendaknya menanyakan pertanyaan tersebut dengan menyertai pengaruh yang terjadi pada lokasi, dan selama wawancara berlangsung surveyor diwajibkan merekam dalam bentuk audio maupun video.

MASYARAKAT LOKAL (KODE : ML-01)

1. Dalam pengembangan wisata di kawasan ini apa saja peran masyarakat dalam pengelolaan wisata pantai? 2. Adakah kegiatan tradisi ada atau budaya masyarakat yang menjadi ciri khas kawasan pesisir pantai disni? 3. Kontribusi dari pemerintah dalam pengembangan pariwisata? 4. Untuk data jumlah pengunjung di pantai mutun asri ini apakah tersedia pak? 5. Untuk masyarakat sendiri bekerja sebagai apa di pantai ini? 6. Adakah penerapan teknologi dalam mengelola pariwista? 7. Adakah makanan tradisional atau olahan khas daerah sini? 8. Bagaimana dampak yang diterima masyarakaat sebelum dan setelah adanya pariwisat? 9. Koneksi internet dan jaringan komunikasi di kawasan ini bagaimana? 10. Bagaimana pengelolaan sampah yang ada di kawasan permukiman dan objek wisata ini pak?

9

11. Adahkah program dari desa dan masyarakat terkiat dengan menjaga kelestarian terumbu karang? 12. Adakah strategi atau cara memebrikan informasi kepada calon wisatawan?

10

IDENTITAS NARASUMBER Nama : No Telp : Jabatan/Bidang : Tanggal :

TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA JURUSAN TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR KEWILAYAHAN INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA 2019

Berikut daftar pertanyaan yang menjadi bahan untuk perolehan data yang bersumber dari data primer (wawancara). Berkaitan dengan hal ini, ketika memberikan pertanyaan pewawancara hendaknya menanyakan pertanyaan tersebut dengan menyertai pengaruh yang terjadi pada lokasi, dan selama wawancara berlangsung surveyor diwajibkan merekam dalam bentuk audio maupun video.

PELAKU USAHA PARIWISATA (KODE : PUR-01)

1. Adakah kegiatan tradisi ada atau budaya masyarakat yang menjadi ciri khas kawasan pesisir pantai disni? 2. Peran Masyarakat dalam pengelolaan wisata pantai? 3. Apasaja kontribusi dari pemerintah dalam pengembangan pariwisata Hutan Mangrove Petengoran? 4. Bagaimana bentuk dukungan kebijakan desa dalam pengembangan objek wisata ini? 5. Untuk jumlah pengunjung di objek wisata Hutan Mangrove Petengoran ini bagaimana pak? 6. Untuk masyarakat yang bekerja sebagai nelayan, apakah ada waktu tertentu dimana mereka bida melaut dan tidak bisa melaut? 7. Adakah makanan tradisional atau olahan khas daerah sini? 8. Bagaimana dampak yang diterima masyarakat sebelum dan setelah adanya pariwisat?

11

9. Bagaimaan koneksi internet dan jaringan komunikasi di kawasan ini? 10. Adakah penerapan teknologi dalam mengelola pariwista Hutan Mangrove Petengoran? 11. Bagaimana pengelolaan sampah yang ada di lokasi objek wisata? 12. Adakah strategi atau cara memberikan informasi kepada calon wisatawan? 13. Menurut bapak seberapa penting penerapan teknologi dalam pegelolaan dan pengembangan wisata saat ini? 14. Alasan tidak menerapkan teknologi saat ini pada pengelolaan wisata Hutan Mangrove Petengoran?

12

A. PENGKODEAN DATA WAWANCARA Kode hasil wawancara dibedakan dan dikelompokkan berdasarkan sasaran-saran yang hendak dicapai. Setiap sasaran akan dibagi menjadi kategori yang lebih spesifik untuk menjawab pertanyaan penelitian lebih mendalam. Adapun sasaran tersebut adalah sebagai berikut : 1. Sasaran A Mengidentifikasi karakteristik wilayah objek wisata dan karakteristik sosial budaya serta ekononomi masyarakat pesisir pantai di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung dalam menunjang penerapan Smart Tourism. • Kategori A1 : Karakteristik Sosial Budaya masyarakat pesisir pantai di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung dalam menunjang penerapan Smart Tourism. • Kategori A2 : Karakteristik ekononomi masyarakat pesisir pantai di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung dalam menunjang penerapan Smart Tourism KODE Informasi untuk Jawaban Informan yang Masuk Pada Bab 3 Gambaran Umum Adalah A0 2. Sasaran B Mengukur kesiapan penerapan Smart Tourism pada objek wisata pesisir pantai di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung untuk menerapkan Smart Tourism. • Kategori B1 : Kesiapan Provinsi Lampung dalam penerapan Smart Tourism. pantai di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung. • Kategori B2 : Smart Tools dalam menunjang penerapan Smart Tourism

TATA CARA PENGKODEAN INFORMAN WAWANCARA (KODING) KETERANGAN :

1. Jenis kategori informasi ( Misalnya Sasaran A1, A2, B1, B2, dan seterusnya) 2. Kode informan ( Misalnya DI-01 Untuk informan Dinas Instansi pertama, DI-02 untuk Dinas Instansi kedua, KSW-01 untuk Pokdarwis pertama dan selanjutnya)

13

3. Nomor urutan informan (Misalnya DI-01. 01 Dinas Instansi pertama dengan informan nomor urut pertama, DI-01.02 untuk Dinas Instansi pertama dengan informan nomor urut. 4. Nomor urutan informasi ( Seperti No Urut Jawaban Wawancara, misalnya A1. DI-01. 01. 01, artinya Sasaran A1, Dinas Instansi Pertama Informan pertama jawaban pertanyaan no 01)

14

IDENTITAS NARASUMBER Nama : Budhi Marta Utama, S.E No Telp : 08127205222 Jabatan/Bidang : Kabid Informatika, Dinas SKOMINFOTIK Tanggal : 28 Januari 2020

TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA JURUSAN TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR KEWILAYAHAN INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA 2019

Berikut daftar pertanyaan yang menjadi bahan untuk perolehan data yang bersumber dari data primer (wawancara). Berkaitan dengan hal ini, ketika memberikan pertanyaan pewawancara hendaknya menanyakan pertanyaan tersebut dengan menyertai pengaruh yang terjadi pada lokasi, dan selama wawancara berlangsung surveyor diwajibkan merekam dalam bentuk audio maupun video.

DINAS STATISTIK KOMUNIKASI DAN INFORMASI PROVINSI LAMPUNG (KODE : DI-01)

1. Bagaimana sinergisitas antar dinas komifo dengan dinas pariwisata dalam kemudahan dalam memberikan informasi ? Berupa fasilitas domain website gratis untuk dinas pariwisata beserta hosting lampungprov.go.id dan untuk dinas pariwisata yaitu Dinaspariwisata.lampung.go.id...... website sudah dikasi tapi tidak dipakai mereka menggunakan website sendiri dari pihak ketiga. (B2-DI-01.01.01)

2. Program dan strategi pengembangan TIK di Provinsi Lampung ? Sesuai dengan tugas dan fungsi pokok kita, sebenarnya dinas komifo itu dalam hal TIK lebih kepada pelaksanaan peraturan preseiden tentang Sistem Pemerintaah Berbasi Elektronik pepres no 92 tahun 2018 itu berkaitan dengan dukungan informal...... Dinas kominfo provinsi tidak akan sebanyak kabupaten/kota dalam pelayanannya...tentang informasi kepada publik disetiap

15

OPD itu saja, pelayanan dinas pusat saat ini pelayanan rumah sakit dan perizinan...kebijakan kedepan lebih pada dukungan operasionalisasi yang sudah eksis agar lebih baik lagi...mengenai bagaimana kreasi ini itu lebih ke leading sektornya yang harus lebih kreatif...misal dinas pariwisata mendesain aplikasi untuk informasi calon wisatawan ke lampung. Kalo informasinya yang aplikasi ya bagus tapi kalau tidak jauh beda dengan website untuk apa. (B1-DI-01.01.02)

3. Bagaimana pendapat bapak terkait dengan aplikasi yang saat ini telah dibuat oleh dinas pariwisata ? Menurut saya aplikasi yang ada saat ini, seperti website yang dibuat aplikasi karena sebetulnya informasi yang ada sama saja seperti website. Aplikasi yang dibutuhkan wisatawan itu seperti wisatawann mengklik tujuan wisata dan keluar informasi terkait dengan harga atau biaya yang harus dikeluarkan selama berlibur...terdapat pilihan paket dan juga harga yang harus dikeluarkan sehingga memudahkan orang memilih, ada komputasi, sensor, dan big data didalamnya. Jika aplikasinya sama dengan website, menurut saya mengabisin uang saja untuk daftar...dukungan infrastruktur internal dan sebagai layanan publik yang telah memiliki pola aturannya, jika diluar itu kita tidak mampu karena membutuhkan dana yang cukup besar. (B2-DI-01.01.03)

4. Terkait dengan penyedian TIK untuk saat ini bagaimana pak ? (nirkabel dll) Untuk internal ya seyogyanya iya, tapi kondisi idealnya belum tercapai karena kita juga kominfo kurang saklek untuk buat peraturan data center harus satu di kominfo, jaringan itu penyelenggaranya kominfo, sekarang masing masing dan ternayata sistemnya tidak terintegrasi. (B1-DI-01.01.04)

5. Dengan adanya palapa ring saat ini pak, adakah integrasi atau penggunaan di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung ? Tidak, karena kita tidak termasuk kedalam kriteria palapa ring, yaitu terluar, tertinggal dan terpencil...kita sudah dianggap wilayah kita tidak termasuk

16

kedalam kriteria tersebut, hanya 2 tempat yang kena yaitu di sukau dan pesisir barat...lebih dialokasikan ke indonesia tengah ke timur...(B1-DI-01.01.05)

6. Untuk penyediaan fyber optik di lampung sudah tersdia atau belum ? Tidak bisa, penyediaannya berdasarkan uu no 23 tahun 2014 tentang pemerintahan daerah penyedian pos dan telekomunikasi bukan kewenangan daerah terkait perizinan dan penyediaan kewenangan pemerinta pusat melalui kementrian kominfo dengan dirjen postel...pemerintah hanya di regulasi saja dan bukan pemerintah yang daerah memegang...Jika kewenangan diberikan kedinas provinsi atau kabupaten/kota pun tidak akan mamapu karen apenyedia telekomunikasi itu didominasi swasta (telokomsel, indosat dll)...(B1-DI- 01.01.06)

7. Dengan kondisi TIK di prov lampung, menurut bapak seberapa besar penerapan smart tourism pada objek wisata yang ada ? Walaupun kita sering menyebut saat ini kita berada di era 4.0 tetapi menurut saya sebenarnya kita masih ada di era 2.0 Sebaiknya yang harus ditriger itu kreatifitas para pelaku wisata dalam memanfaatkan TIK. Jadi, dinas pariwiatanya ditriger dan pelaku pengguna pun ditriger karena itu akan berkaitan dengan penggunaan sumber daya non pemrintah contoh ahli IT, ahli Big Data, bahkan ahli perancang sistem. Kalo pemerintah saja tidak akan sanggup kesana, berat sekali. Dalam jangak waktu dekat belum bisa...Jadi, posisi pemerintah dalam konteks ini hanya sebagai pencipta ekosistem saja untuk terciptanya kondisi yang bagus untuk memanfaatkan TIK oleh masyarakat, komunitas, dan berbaagai bidang dan itu tugasnya kominfo juga sama masih untuk menciptakan ekosistem digital. (B1- DI-01.01.07)

8. Dengan adanya tujuan menciptakan ekosistem digital, program dari kominfo unntuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pemanfaatan TIK dan peningkatan kapasitas masyarakat dalma hal tersebut ? Kita biasanya kerjasama dengan UMKM dalam meningkatkan pengetahuan mereka dalam penggunaan market place...kemudian bisa juga melalui kerjasama

17

dengan universitas dalam mewujudkan ekosistem digital pemerintah dan mahasiswa...inovasi 4.0 itu muncul karena infrastruktur 4.0 mendukung, dan itu bukan pemerintah bukan yang menyediakan tetapi pemerintah sebagai pemilik ekosistem dan mentriger, jika ekosistem buruk, perizinan sulit dan gagal mentriger maka penyedia dan pengguna pun sulit. (B1-DI-01.01.08)

9. Untuk menuju 4.0 apa yang perlu lampung bangun dan sediakan untuk sampai kesana pak? Jika dari pemerintah lebih kepada penyiapan mindset digital bagi setiap stakeholder dan juga masyarakat. Jadi minset kita itu banyak mindset konvensional tapi berada di era digital. Jadi, supaya lebih maksimal pemanfaatnya digital 4.0 ya harus diubah mindsetnya....Dapat diubah dengan sosialisasi, worksohp, infromasi dan kemampuan teknis. Jadi, pemerintah mentriger dan menciptakan ekosistem, kalau untuk infrastruktur itu sangat berat dan susah bagi pemerintah....semua sarana komunikasi itu sarana bisnis semua...mindset penggunaan teknologi yang harus segera disosialisasikan. (B1- DI-01.01.09)

10. Untuk kabupaten pesawaran untuk pengembangan TIK bagaimana ? Menurut saya masih ada di era 2.0 jadi masih harus di push penggunaan media sosial untuk infrormasi wisata dan website desa. Sementara untuk mpemanfaatan teknologi 4.0 itu belum, itu tadi perlu adanya upgrade mindset dan skill...Program-program digitalisasi sperti smart village, smart school, dan petani berjaya, smart respond. (B1-DI-01.01.10) (B1-DI-01.01.10)

11. Lampung sebagai salah satu provinsi yang kaya akan kawasan pesisirnya, seberapa penting penerapan ? Pariwisata mindsetnya bukan di pemerintah tapi kebutuhan wisatawan, yang diubah pertama itu mindset pemerintah sebagai lembaga yang turut bertanggung jawab mensejahterakan masyarakat lewat sektor pariwisata...Bagaimana wisatawan bisa tertariik, salah satunya dengan memberikan informasi kepada wisatawan....Semakin tinggi TIK yang dipakai akan memepercepat,

18

mempermudah, dan murah. Jadi, ketika wisatawan mendapatkan informasi tentang itu maka akan tertarik untuk berwisata. Oleh karena itu, mindest untuk pemberian informasi pariwisata yang harus di perbaiki. (B1-DI-01.01.11)

12. Aplikasi pariwisata ideal itu seperti apa menurut bapak ? Ya aplikasi ideal itu tidak ada standarnya, aplikasi ideal itu aplikasi yang menyelesaikan masalah sesorang mengenai informasi. Kalau wisatawan ya tentu informasi yang menjadi masalah mereka...penguunaan apliaksi itu dapat mempermudah mendapat informasi, ada di gadget mereka, dapat di akses saat perjalanan. jika pemerintah tidak mampu menyediakan aplikasi tersebut dapat menggandeng orang yang dapat membantu menyediakan hal tersebut. (B2-DI- 01.01.12)

13. Menurut anda apa yang penting ada di dalam aplikasi pariwisata ? Wisata itu trasnportasi, akomodasi dan oleh-oleh. 3 hal dasar sebetulnya, 3 hal ini dulu karena dari sini orang dapat menghitung berapa biaya yang akan dikeluarkan, kemudian menakar sejauh mana dapat fasilitas, dan dapa memperoleh informasi dengan muah dan cepat. Masalahnya saat ini informatif tetapi tidak bisa menakar biaya, dan kapastitas penginapan....Dengan adanya inovasi 4.0 informasi tersebut sangat memungkinkan, contoh saat ini seperti traveloka, oyo, reddoors. Itu menjadi tantangannya memasukan akomodasi kedalam informasi yang valid....sehingga orang tidak menanyakan langsung tetapi melalui sistem dan juga dapat melakukan pemesanan dari jauh...... dan saya yakin pemerintah tidak dapat mmewujudkan itu dalam waktu singkat karena tidak profit motif, jadi harus menciptakan iklim yang menarik untuk traveloka, tiket.com, dan lain-lain....nah itu maksudnya pemerintah memberikan kemudahan tersebut, justru jika pemerintah yang bekecimpung menurut saya itu langkah yang salah karena tidak memiliki kemampuan dan tidak dapat bersaing dengan pihak starup yang sudah ada. (B2-A0-DI-01.01.13)

19

IDENTITAS NARASUMBER Nama : Selamet Ryadi No Telp : 085379945086 Jabatan/Bidang : Kepala Dusun 07 Mutun Tanggal : 21-01-2020

TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA JURUSAN TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR KEWILAYAHAN INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA 2019

Berikut daftar pertanyaan yang menjadi bahan untuk perolehan data yang bersumber dari data primer (wawancara). Berkaitan dengan hal ini, ketika memberikan pertanyaan pewawancara hendaknya menanyakan pertanyaan tersebut dengan menyertai pengaruh yang terjadi pada lokasi, dan selama wawancara berlangsung surveyor diwajibkan merekam dalam bentuk audio maupun video.

MASYARAKAT LOKAL (KODE : ML-01)

1. Dalam pengembangan wisata di kawasan ini apa saja peran masyarakat dalam pengelolaan wisata pantai ? Kepemilikan pantai yang ada disini memang milik perorangan, namun untuk pekerjanya itu memang dari kami mayoritas masyarakat sini (lokal). (A2.ML- 01.01.01)

2. Adakah kegiatan tradisi ada atau budaya masyarakat yang menjadi ciri khas kawasan pesisir pantai disni ? Tidak ada budaya atau kegiatana tradisi yang rutin masyarakat sini lakukan. Jika terkait keagamaan, kami sering melakukan ketika maulida nabi dengan mengadakan kegiatan keliling desa membawa minatur kapal dan lampu hias. (A1.ML-01.01.02)

3. Kontribusi dari pemerintah dalam pengembangan pariwisata ?

20

Dari dinas pariwisata sudah ada, memberikan alat membuat baju untuk masyarakat. Sedangkan untuk pokdarwis sendiri menurut saya disini macet atau tidak berjalan di kecamatan teluk pandan. Dari dinas pariwisata itu tepatnya 2011, memberikan bantuan alat sablon, komputer dan gerai...tetapi sekarang alat-alat itu sudah hancur/rusak....untuk sablon juga tidak berjalan karena misal kita punya 10 bahan kaos dan kita cetak dan jual, untuk beli lagi hanya bisa membeli 50 lembar dan lakuk 20 baju sisa 30 tergantung di gerai itu sudah tidak bisa produksi lagi karena modalnya tidak kembali....setelah itu ada toko yang menjual baju lebih murah, jadi masyarakat lebih memilih mengambil di toko tersebut menjadi reseller. (B1.ML-01.01.03) (A2.ML-01.01.03)

4. Untuk data jumlah pengunjung di pantai mutun asri ini apakah tersedia pak ? Kalo di pantai ini tidak ada datanya, wisatawan setelah masuk bayar pakir, berenang dan pulang. Jadi untuk data jumlah pengunjung kita tidak tahu. (B1.ML-01.01.04)

5. Untuk masyarakat sendiri bekerja sebagai apa di pantai ini ? Penjaga parkir, penjaga toilet, petugas kebersihan, dan pedagang. (A2.ML- 01.01.05)

6. Adakah penerapan teknologi dalam mengelola pariwista ? Masih konvensional, salah satunya dengan tiket kertas biasa itu jika di pantai mutun asri dan putra mutun. (B1.ML-01.01.06)

7. Adakah makanan tradisional atau olahan khas daerah sini ? Kalau untuk daerah lempasing itu ada kelompok yang membuat terasi yang dipasarkan di gerai yang ada...saya sempat mengajukan permintaan alat sablon ke dinas pariwisata karena sebelumnya tiidak ada yang menjual pakaian yang bertuliskan pantai mutun...dan juga disini masyarakat bisa membuat miniatur kapal pesiar dan kapal biasa dari kayu yang dijual kepada wisatawan. (A2.ML- 01.01.07)

21

8. Bagaimana dampak yang diterima masyarakaat sebelum dan setelah adanya pariwisat ? Ada perubahan pada pekerjaan, bisa menambah penghasilan, masyarakat yang punya perahu selain buat cari ikan juga bisa buat jasa penyeberangan. (A2.ML- 01.01.08)

9. Koneksi internet dan jaringan komunikasi di kawasan ini bagaimana ? Untuk sinyal atau jaringan internet disini bagus, tidak ada kendala teruma untuk yang menggunakan telkomsel dan indosat karena di dekat sini ada towernya. (B1.ML-01.01.09)

10. Bagaimana pengelolaan sampah yang ada di kawasan permukiman dan objek wisata ini pak ? Sudah dikelola oleh bumdes, hanya saja kendalanya karena sampah diambil dengan mobil jadi tidak bisa masuk. Untuk pengembilan sampah hanya 1-5 rumah dari pinggir jalan. Jika sampai belakang terlalu jauh. Jika mobil smapah belum tentu 1 minggu 2 kali tidak mungkin kita biarkan sampahnya di depan rumah....untuk sampah yang tidak terlalu banyak ya kita bakar....atau banyak masyarakat buang sampahnya sembarangan di dekat tanjakan menuju pantai. (B1.ML-01.01.10)

11. Adahkah program dari desa dan masyarakat terkiat dengan menjaga kelestarian terumbu karang ? Kalau program ada...Cuma jika disini masyarakat perlu penjagaan ekstra karena bukan semua nelayan yang mencari ikan bukan dari daerah sini jadi tidak mengetahui tentang derah yang tidak boleh untuk mengambil ikan....salah satu cara masyarakat sini untuk menjaga kelestarian terumbu karanag yaitu penggunaan rumpon atau rumah ikan yang di buat dari pelepa daun kelapa, jadi nelayan tidak perlu menjaraing lagi....kalau untuk snorkling disini ada di pulau tangkil dan ditengah tengah antara pantai mutun dan pulau tangkil disana ada terumbu karang tidak kalah dengan pahawang, disana ada ikan nemo juga...tetapi

22

kendalanya disini jika sore hari banyak kapal yang lewat sehingga dapat mengganggu kegiatan tersebut. (A1.ML-01.01.11) (B1.ML-01.01.10)

12. Adakah strategi atau cara memebrikan informasi kepada calon wisatawan? Salah satunya melalui media sosial dan juga disini ada web desa yang dikelola langsung oleh desa dan sepertinya objek wisata juga punya media sosial mereka masing-masing untuk promosi. (B1.ML-01.01.12)

23

IDENTITAS NARASUMBER Nama : Pak Toni No Telp : 081368665757 Jabatan/Bidang : Pengelola Objek Wisata Hutan Mangrove Petengoran Tanggal : 22-01-2020

TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA JURUSAN TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR KEWILAYAHAN INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA 2019

Berikut daftar pertanyaan yang menjadi bahan untuk perolehan data yang bersumber dari data primer (wawancara). Berkaitan dengan hal ini, ketika memberikan pertanyaan pewawancara hendaknya menanyakan pertanyaan tersebut dengan menyertai pengaruh yang terjadi pada lokasi, dan selama wawancara berlangsung surveyor diwajibkan merekam dalam bentuk audio maupun video.

PELAKU USAHA PARIWISATA (KODE : PUR-01)

1. Adakah kegiatan tradisi ada atau budaya masyarakat yang menjadi ciri khas kawasan pesisir pantai disni ?

Disini tidak ada budaya atau tradisi khusus yang dapat kita jadikan daya tarik bagi wisatawan. (B1.PUR-01.01.01)

2. Peran Masyarakat dalam pengelolaan wisata pantai ?

Perannya masayrakat sebagai penjaga, pelestarian dengan penanaman hutan mangrove, dan juga sosialisasi dengan masyarakat desa dengan untuk tidak menebang. (A2.PUR-01.01.02)

3. Apasaja kontribusi dari pemerintah dalam pengembangan pariwisata Hutan Mangrove Petengoran ?

Tahun 2008 sampai detik sifatnya bantuan hanya seremoni saja, sekedar hanya menanam untuk citra di publik. Java membantu dalam bentuk bantuan traking mangrove dan peneraban ikan 50,000 dan kepiting. Dan yang masih dominan

24

terkait dengan komunitas yang masih aktif.....Rencana kedepannya konsep pengembangan, pengunjung dapat meniikmati ikan segar dari budidaya ikan ikan di rambak apung. Terkait dengan masyarakat sekitar akan disediakan tempat khusus untuk berdagang dan juga produknya diambil dari bumdes dengan beragam produk.....Disini juga kita memiliki program jumat berkah, jadi wisatawan tidak ditentukan harga tiket hanya memasukan uang seikhlasnya kedalam kotak. (B1.PUR-01.01.03)

4. Bagaimana bentuk dukungan kebijakan desa dalam pengembangan objek wisata ini ?

Perdes udah dibuat untuk perlindungan hutan mangrove tahun 2013, namun hingga saat ini dari Pemkap belum mengesahkan. Saat ini mengacu pada peraturan terkait menjaga dan melestarikan hutan mangrove. Dan himbauan tambak 2,5% dikawasan tambak harus ada hutan mangrove, syarat untuk melakukan ekspor.....Pernah melakukan penegoran secara hukum terkait dengan pengusaha yang ingin menebang hutan mangrove sudah measuk ke tahap pemeriksaan saat itu...... Hutan mangrove tingkat kematian tinggi karena tidak bisa hidup di air payau...... Ada di dua sisi dari perlindungan dan pariwisata. Itu artinya sangat sulit bagi kami terkait dengan bagaimana ketertarikan wisatawan. Tidakn sanggup dengan pengembangan wisata karena tidak struktur alam...... beberapa tahun yang lalu pun kami sempat Sudah mendapatkan penghargaan nasional terkait perlindungan alam dari Dinas Lingkungan Hidup. (B1.PUR- 01.01.04)

5. Untuk jumlah pengunjung di objek wisata Hutan Mangrove Petengoran ini bagaimana pak ?

Untuk jumlah pengunjung untuk minggu 30-50 orang pengunjung. (A2.PUR- 01.01.05) (A0.PUR-01.01.05)

6. Untuk masyarakat yang bekerja sebagai nelayan, apakah ada waktu tertentu dimana mereka bida melaut dan tidak bisa melaut ?

Iya karena memang kita tingal di Pesisir. Jadi, salah satu mata pencaharian masyarakat sebagai petani dan nelayan. Tanda mereka tidak bisa mencari ikan

25

jika gelap bintang dan angin barat...... Untuk itu biasanya jika tidak melaut para nelayan tersebut menJadi buru harian di Kota. (A2.PUR-01.01.06)

7. Adakah makanan tradisional atau olahan khas daerah sini ?

Desa gebang. Ada silsilah adat terkait dengan kepemilikan secara adat dan saksi dari tokoh adat. 2011 pernah ada olahn dari hutan mangrove dodol dan sirup, namun masalahanya waktu konsumsi dodol 3 hari dan sirup seminggu karena tidak menggunakan pengawet. Pemanfaatkan mangrove selain untuk menahan abrasi dan juga meningkatkan ekonomi masyarakat. (A1.PUR-01.01.07)

8. Bagaimana dampak yang diterima masyarakat sebelum dan setelah adanya pariwisat ?

Untuk saat ini mungkin dampaknya belum terlalu bedasr karena memnag masyarakat lokal disini belum terlalu terlibat banyak. Namun, kami harap nantinya denagn adanya pengembangan pariwisata ini dampak yang kamiterima akan sangat besar mungkin dari segi prekonomian.....Saat ini pun sesuai rencana yang telah kami buat, yaitu ingin memberikan ruang bagi masyarakat sekitar untuk berdagang di lokasi objek wisata ini. (A2.PUR-01.01.08)

9. Bagaimaan koneksi internet dan jaringan komunikasi di kawasan ini ?

Untuk koneksi disini yang paling bagus ya Telkomsel. Selain itu, indosat juga cukup bagus jaringannya disini. (B1.PUR-01.01.09)

10. Adakah penerapan teknologi dalam mengelola pariwista Hutan Mangrove Petengoran ?

Untuk saat ini hanya digunakan untuk operator menggunakan media sosiall, seperti hutan manrove petengoran. Sementara ini untuk data dikelola secara manual. Kecuali ada kegiatan kegiatan yang terkait dengan kegiatan dari desa sebagai penyelenggarannya. (B2.PUR-01.01.10)

11. Bagaimana pengelolaan sampah yang ada di lokasi objek wisata ?

Salah satu permasalahan di zona wisata adalah sampah. Salah satu lagakh yang dilakukan itu setiap minggu dan kondisi air ketika surut. Sampah yang ada di

26

objek wisata itu sampah bawaan dari ombak dan destinasi lainnya. Sistem pengolahan sampah dengan dibakar dan belum ada TPA di Pesawaran karena lokasi dengan dengan jalan. Untuk Kotak sampah sudah disediakan tapi sempat hilang karena diambil oleh nelayan, akhirnya pengelola membuat kotak sampah dari bambu. (B1.PUR-01.01.11)

12. Adakah strategi atau cara memberikan informasi kepada calon wisatawan?

Saat ini untuk membeikan informasi kami mencoba untuk mengikuti perkembangan zaman, salah satunya dengan melalui instagram dan juga media sosial lainnya. (B2.PUR-01.01.12)

13. Menurut bapak seberapa penting penerapan teknologi dalam pegelolaan dan pengembangan wisata saat ini ?

Sangat penting, saat ini siapa yan tidak menggunakan tekologi dalam kehidupan sehari hari...... Namun, yang menjadi permasalahan pada penerpan teknologi dalam pengembangan objek wisata disini, yaitu karena keterbatasan dana yang kami miliki. Kami disini mengembangkan objek wisata dengan memanfaatkkan BumDes dan sampai saat ini pun permaslahan untuk fasilitas pendukung pariwista masih belum memadai. (B2.PUR-01.01.13)

14. Alasan tidak menerapkan teknologi saat ini pada pengelolaan wisata Hutan Mangrove Petengoran ?

Alasan kami tidak menerapkan teknologi dalam penembangan pariwisata saat ini, yaitu karena : 1. Pengetahuan mengenai teknologi, artinya masi inimnya tenaga kerja yang paham dengan penerapan teknologi. 2. Fasilita yang masih belum terlalu lengkp, belum punya komputer 3. elum ada bantuan langsung dari pemerintah terkaiit dengan ketersedian fasilitas teknologi. (B2.PUR-01.01.14)

27

LAMPIRAN C : TABEL

28

TABEL 1 PERHITUNGAN INDEKS SHANNON PADA ATRAKSI WISATA ALAM DI TELUK PANDAN Atraksi Wisata Perhitungan Indeks Shannon Objek Wisata Alam Jumlah Pi ln pi pi ln pi Pantai Queen Arta Pantai 1 0,076923 -2,56495 -0,1973 Pantai Mutun Pantai 1 0,076923 -2,56495 -0,1973 Haruna Jaya Pantai Putra Mutun Pantai 1 0,076923 -2,56495 -0,1973 Pantai dan Pantai MS Town Bukit Menara 2 0,153846 -1,8718 -0,28797 Pandang Mutun Pantai Mutun Asri Pantai 1 0,076923 -2,56495 -0,1973 Pantai Sari Pantai dan 2 0,153846 -1,8718 -0,28797 Ringgung Puncak Indah Hutan Mangrove Pantai 1 0,076923 -2,56495 -0,1973 Petengoran Taman Dewi Pantai 1 0,076923 -2,56495 -0,1973 Mandapa Pantai dan Pantai Ketapang 2 0,153846 -1,8718 -0,28797 Bukit Laban Pantai Kelapa Pantai 1 0,076923 -2,56495 -0,1973 Rapat Total 13 1 -23,5701 -2,24504 H' = 2,245035

29

TABEL 2 PERHITUNGAN INDEKS SHANNON PADA ATRAKSI WISATA BUATAN DI TELUK PANDAN Objek Atraksi Wisata Perhitungan Indeks Shannon Wisata Buatan Jumlah Pi in pi pi ln pi Masjid Al- Pantai Kharomah - - 2 0,090909091 Queen Arta dan Makam 2,397895273 0,217990479 TB Sangkrah Pantai - Water Sport 1 0,045454545 -0,14050193 Mutun Asri 3,091042453 Pantai - Putra Water Sport 1 0,045454545 -0,14050193 3,091042453 Mutun Dermaga Kayu, Cafe Pantai MS and Resto, - - 4 0,181818182 Town Play ground, 1,704748092 0,309954199 dan Water Sport Pantai Water Boom Mutun - - dan Kolam 2 0,090909091 Haruna 2,397895273 0,217990479 Ikan Hiu Jaya Masjid Apung, Cafe and Resto, Pantai Sari - - Water sport, 5 0,227272727 Ringgung 1,481604541 0,336728305 Play ground, dan Lapanga Volly Pantai Hutan Broadwalk - - Mangrove dan Spot 2 0,090909091 2,397895273 0,217990479 Petengoran Foto

30

Objek Atraksi Wisata Perhitungan Indeks Shannon Wisata Buatan Jumlah Pi in pi pi ln pi Taman Broadwalk - - Dewi 2 0,090909091 dan Spot foto 2,397895273 0,217990479 Mandapa Spot Foto Pantai pada - 1 0,045454545 -0,14050193 Ketapang Bebatuan 3,091042453 cadas Dermaga Pantai Pelangi (Spot - - Kelapa 2 0,090909091 Foto) dan 2,397895273 0,217990479 Rapat Water Sport - - Total 22 1 24,44895636 2,158140689

31

TABEL 3 TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM PADA SETIAP OBJEK WISATA DI KSPD TELUK PANDAN

Infrastruktur Sistem Pengolahan Limbah Atraksi Wisata Fasilitas Penunjang Wisata N Jalan Air Infrastruktu Total Tingkat Objek Wisata Listrik Transportasi o Derma Besih Persam r TIK Kualitas Penerapan Ketersediaan Penerapan Skoring Kesiapan Jalan Drainase Sanitasi ga pahan Pelayanan TIK dan Kualitas TIK Pantai Agak 1 1 1 3 3 1 1 2 2 1 3 1 2 1 22 Queen Arta Siap Pantai MS 2 3 3 3 3 1 1 2 3 1 3 2 3 3 31 Siap Town Pantai Agak 3 Mutun 2 1 2 3 1 1 2 3 1 3 1 2 1 23 Siap Haruna Jaya Pantai Putra 4 3 2 3 3 1 1 2 3 1 3 1 3 1 27 Siap Mutun Pantai Agak 5 3 2 2 3 1 1 2 2 1 3 1 3 1 25 Mutun Asri Siap Pantai Sari 6 3 2 3 3 1 1 2 3 1 3 2 3 3 30 Siap Ringgung Pantai 7 Kelapa 3 3 3 3 1 1 2 3 1 3 1 3 1 28 Siap Rapat Taman Agak 8 Dewi 1 1 1 1 1 1 2 3 1 3 1 2 1 19 Siap Mandapa Pantai 9 3 3 3 3 1 1 2 2 1 3 1 3 1 17 siap Ketapang Hutan Agak 10 Mangrove 1 1 1 1 1 1 2 3 1 3 1 1 1 18 Siap Petengoran

32

LAMPIRAN D : OBSERVASI

33