Keraton Kanoman Di … (Lasmiyati) 131

KERATON KANOMAN DI CIREBON (Sejarah dan Perkembangannya)

KANOMAN IN CIREBON (ITS HISTORY AND DEVELOPMENT)

Oleh Lasmiyati Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung, Jl. Cinambo 136 Ujungberung Bandung Email : [email protected]

Naskah Diterima: 14 Januari 2013 Naskah Disetujui: 12 Februari 2013

Abstrak

Keraton merupakan tempat kediaman raja, yang di dalamnya terdapat beberapa bangunan. Di dalam keraton, melaksanakan tugasnya sebagai pemimpin segala kegiatan politik dan sosial budaya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana sejarah terbentuknya Keraton Kanoman di Cirebon dan bagaimana perkembangannya. Metode yang digunakan adalah metode sejarah yang meliputi heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh informasi bahwa Keraton Kanoman didirikan tahun 1510 Saka atau 1588 M oleh Pangeran Muhamad Badrudin Kartawidjaja atau Sultan Anom. Mereka menempati bangunan Witana yaitu bangunan yang pertama kali ditempati oleh Pangeran Cakrabuana ketika berada di Tegal Alang-alang. Pangeran Cakrabuana bekerja sebagai penumbuk rebon. Alat yang digunakan adalah lumpang alu dan pencetak terasi. Kedua alat tersebut disimpan di sebuah cungkup. Keraton Kanoman seperti kota tradisional, yang di dalamnya terdapat alun-alun dengan waringin kurung di tengahnya, pasar, masjid agung dan bangunan lainnya. Keraton Kanoman bukan hanya digambarkan sebagai kota tradisional melainkan juga tempat penyelenggaraan upacara Maulid Nabi, yaitu sebuah upacara yang dilakukan untuk memperingati kelahiran Nabi Muhamad SAW.

Kata kunci: Keraton kanoman, sejarah dan perkembangan.

Abstract

Keraton (palace), in which a king lives, comprises several buildings. The Sultan administers every political and cultural activities inside keraton. This research aims to study the history of the establishment of Keraton Kanoman and its development. The methods covered heuristic, critique, interpretation, and historiography. The informant said that the Keraton was established in 1510 Çaka or 1588 AD by Pangeran (Prince) Muhamad Badrudin Kartawidjaja or Sultan Anom. They occupied Witana building which was first occupied by Pangeran Cakrabuana when he was in Tegal Alang-alang. Like other traditional cities, Keraton Kanoman has a plaza inside with a banyan tree in the

2013 Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung 132 Patanjala Vol. 5 No. 1, Maret 2013: 131-147 middle, market, great mosque, and other buildings. The Keraton is not only a traditional city, but it functions as a place to carry out ceremony commemorating the birth of Prophet Muhammad.

Keywords: Keraton Kanoman, history and development.

A. PENDAHULUAN bersemayam raja. Peran keraton adalah pemberdayaan dan pengembangan Keraton berasal dari bahasa Jawa kemampuan manusia berkaitan dengan kuna keratuan dengan kata dasar ratu, perbaikan aspek lingkungan sekitarnya. mendapat awalan ke dan akhiran an. Kata Dalam hal ini termasuk juga pemukiman, ratu berarti raja. Kata keratuan perumahan, dan prasarana menunjukkan keterangan tempat, yaitu pendukungnya. sebagai tempat bersemayam raja atau - Keraton sebagai pekarangan/wilayah tempat kediaman raja (Tim Peneliti Unpad, sampai dengan alun-alunnya, berarti 1991: 48-49). Terkait dengan arti keraton, peran keraton mengembangkan budaya Soeratman mengatakan bahwa keraton dalam kaitannya dengan dunia usaha. merupakan istilah yang mempunyai Alun-alun merupakan salah satu sarana beberapa arti, pertama berarti negara atau interaksi antara produsen dan kerajaan dan kedua, sebagai pekarangan konsumen. Lebih besar lagi adalah raja, meliputi wilayah di dalam Cepuri keberadaan pasar sebagai tempat Baluwerti (Cepuri berarti tembok yang bertemunya mekanisme yang mengelilingi halaman). Baluwerti/Baluarti menghasilkan (produksi) dan yang (bahasa Portugis berarti benteng) atau menikmati (konsumen). Peran keraton ditambah dengan alun-alun (Soeratman, adalah optimalisasi kapasitas manusia 2000: 79). Keraton merupakan kumpulan dalam hal aspek usaha, lapangan kerja, bangunan tempat bersemayam raja dan dan upaya untuk peningkatan pendapatan keluarganya. Raja sebagai kepala (Hadisiswaya, 2009: 29). pemerintahan selalu tinggal di dalam Bertitik tolak dari pendapat keraton yang biasanya dijadikan sebagai Hadisiswaya, bahwa sebuah keraton selain pusat kerajaan dan segala kegiatan politik, pekarangan raja yang meliputi wilayah di ekonomi, sosial, dan budaya. Para pejabat dalam benteng yang mengelilingi tinggi kerajaan dan bangsawan biasanya baluwarti, serta pekarangan termasuk juga tinggal di sekitar istana. Karena alun-alunnya, keraton juga sebagai tempat hampir semua kegiatan terpusat di sekitar diselenggarakannya kegiatan budaya serta keraton, maka tempat kediaman raja memiliki kekayaan sejarah dari beberapa tersebut kemudian berkembang menjadi bangunan yang ada, sehingga keraton kota (Hadimulyono dalam Tim Peneliti menjadi aset wisata yang dimiliki oleh Jurusan Sejarah Fak. Sastra Unpad, 1991: pemerintah daerah setempat. 49). Di Cirebon terdapat tiga keraton Secara rinci arti keraton adalah: yang kondisinya masih utuh, yaitu - Keraton sebagai kerajaan atau negara Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan. berarti peran keraton untuk menggarap Dari rentetan silsilahnya, ketiga keraton sisi manusianya. Keraton (keratuan) tersebut masih satu keturunan dari Sunan merupakan tempat sang pemimpin, si Gunung Jati. Dari ketiga keraton yang pemimpin, sarana penyelenggaraan ada, penelitian ini akan difokuskan pada kepemimpinan. Peran keraton adalah Keraton Kanoman. Alasannya, karena mengembangkan sumber daya manusia. Keraton Kanoman masih relatif jarang - Keraton sebagai pekarangan raja, berarti ditulis, baik di surat kabar maupun buku- wilayah yang melingkupi tempat buku penelitian, kalau pun ada tulisan

Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung 2013 Keraton Kanoman Di Cirebon… (Lasmiyati) 133 mengenai Keraton Kanoman hanya Rarasantang yang menikah dengan mengungkap masalah upacara panjang bangsawan Arab Maulana Sultan jimat. Masalah yang diangkat dalam Muhamad) menjadi tumenggung. penelitian ini adalah, kapan Keraton Pengangkatan sebagai tumenggung tersiar Kanoman didirikan dan bagaimana hingga Demak. Syarif Hidayatullah diberi perkembangannya. Tujuan penelitian ini gelar oleh para wali di Demak sebagai untuk menjawab pertanyaan kapan Panetep Panatagama di Tanah Sunda Keraton Kanoman didirikan dan dengan nama Sunan Gunung Jati. Pada bagaimana perkembangannya. Metode tahun yang sama, ia diundang oleh Sultan yang digunakan adalah metode sejarah Demak yakni Raden Fatah agar membantu yang meliputi tahap heuristik, yaitu tahap pembangunan Masjid Demak yang mencari dan menemukan sumber, baik dikerjakan oleh walisanga (Soenardjo, sumber primer maupun sekunder. Langkah 1983: 63). Sunan Gunung Jati mendapat berikutnya melakukan kritik sumber bagian membuat soko guru. Soko guru tujuannya untuk mengetahui apakah dari yang berjumlah empat tiang tersebut sumber-sumber tersebut valid dan dapat dikerjakan oleh empat sunan yakni Sunan dipercaya. Setelah sumber-sumber dikritik Gunung Jati, Sunan Kalijaga, Sunan baik ekstern maupun intern, langkah Bonang, dan Sunan Ampel. Selesai berikutnya mengolah sumber untuk membangun Masjid Demak, Sunan mendapatkan data yang diperlukan. Gunung Jati kembali lagi ke Cirebon Setelah data terkumpul kemudian melanjutkan pekerjaannya sebagai diklasifikasi disesuaikan dengan subbab tumenggung dan menjadi waliyullah. yang akan ditulis. Langkah berikutnya Selama memimpin Cirebon, Sunan adalah interpretasi, baru kemudian Gunung Jati meningkatkan pembangunan dilakukan penulisan atau historiografi, Nagari Cirebon. Program-program yaitu merangkaikan fakta hingga menjadi pemerintahan pun berjalan lancar. Ia juga tulisan sejarah. berkeinginan membangun masjid agung Cirebon selayaknya Masjid Demak. Sunan Gunung Jati mengirimkan utusan ke B. HASIL DAN BAHASAN Demak untuk meminta tanggapan kepada 1. Terbentuknya Keraton Kanoman Sultan Demak dan para wali akan niat Pada awal abad ke-15, Pangeran tersebut. Keinginan Sunan Gunung Jati Walangsungsang, anak pertama dari ditanggapi positif oleh Sultan Demak dan Pamanah Rasa (Prabu Siliwangi) dengan para wali. Raden Fatah mengirimkan Nhay Subanglarang, telah berhasil arsitek terbaik dari yakni Raden mengubah pemukiman kecil Tegal Alang- Sepat yang dibantu oleh Sunan Bonang alang menjadi pusat nagari dari beberapa dan Sunan Kalijaga. desa. Pangeran Walangsungsang memiliki Setelah pembangunan masjid pasukan keamanan keraton, dan menguasai selesai, masjid tersebut diberi nama Masjid tiga pelabuhan yaitu Muara Jati, Pelabuhan Agung Sang Cipta Rasa. Selanjutnya Caruban, dan Jepara. Ia memperoleh dengan bantuan Raden Sepat pula, Sunan pengakuan politik dari Prabu Siliwangi Gunung Jati membuat jalan ke sebagai pemimpin nagari Caruban Larang Pasambangan dan memperluas keraton dan diberi gelar Sri Mangana dan hak Pakungwati. Dengan demikian maka hal- otonomi bagi nagari Caruban Larang. hal yang berkaitan dengan pemerintahan Akan tetapi ia tetap harus mengirimkan dibahas di keraton Pakungwati dan hal-hal upeti kepadanya. Tahun 1479, yang berhubungan dengan syiar Islam dibahas dan diputuskan di Masjid Agung Walangsungsang atau Pangeran Cakrabuana menobatkan Syarif Cirebon. Pada masa pemerintahan Sunan Hidayatullah yaitu anak adiknya (Nhay Gunung Jati, hubungan politik dengan

2013 Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung 134 Patanjala Vol. 5 No. 1, Maret 2013: 131-147

Demak semakin baik melalui hubungan menyerang Banten, namun Pangeran keluarga yaitu perkawinan antara putera Karim tidak menyetujuinya karena Banten Sunan Gunung Jati dengan puteri dari masih keturunan kakeknya yaitu Sunan Raden Fatah. Ia juga bekerja sama dengan Gunung Jati. Sunan Amangkurat I Demak membuat pasukan gabungan memanggil Pangeran Karim agar segera ke Cirebon Demak. Sunan Gunung Jati wafat Mataram. Pangeran Karim memenuhi tahun 1568, posisinya digantikan oleh panggilannya datang ke Mataram beserta puteranya yaitu Penembahan Ratu kedua puteranya, Pangeran Martawidjaja (Soenardjo, 1983: 96). dan Pangeran Kartawidjaja. Pangeran Ketika Panembahan Ratu naik Karim tinggal di Mataram selama dua tahta, Cirebon sudah mencapai kemajuan belas tahun. Tidak diketahui sebab- besar, pemerintahan sudah tertata. Dalam sebabnya, Pangeran Karim meninggal segi perdagangan, Cirebon sudah ramai dunia dan dimakamkan di Bukit Girilaya, berkat adanya Pelabuhan Muara Jati. terpisah dengan makam raja-raja Mataram Perdagangan dengan daerah pedalaman . Sejak itu Pangeran Karim berjalan lancar. Cirebon sendiri dikenal lebih dikenal dengan sebutan Pangeran sebagai penghasil garam, terasi, dan ikan Girilaya. asin. Dalam segi politik, Panembahan Dengan kematian Pangeran Girilaya, Ratu adalah seorang yang cinta di Kesultanan Cirebon terjadi kekosongan perdamaian, ia sering menjalin hubungan kekuasaan. Pangeran Wangsakerta putera dengan pimpinan kerajaan yang ketiga Pangeran Girilaya menghubungi mempunyai misi dalam penyebaran agama Sultan Banten, agar Sultan Ageng Islam. Ia juga menjalin persahabatan Tirtayasa dapat menemukan kedua dengan kerajaan Mataram di bawah saudaranya yang masih berada di Mataram. kekuasaan Sultan Agung. Ia menempatkan Oleh karena Cirebon masih saudara dirinya secara rendah hati, sehingga Sultan dengan Banten, Sultan Ageng Tirtayasa Agung menghargainya sebagai guru. Ia menuju Kediri dengan menumpang kapal lebih berperilaku sebagai ulama daripada perang. Kedatangan ke Kediri bermaksud sebagai raja. melakukan persahabatan dengan Tahun 1645, Sultan Agung Trunojoyo dan meminta bantuan kepada digantikan oleh puteranya, Sunan Trunojoyo agar dapat membantu Amangkurat I. Tahun 1649 Panembahan melepaskan kedua putera Pangeran Ratu meninggal dunia. Ia digantikan oleh Girilaya. Trunojoyo berhasil Pangeran Karim. Pangeran Karim membebaskan kedua putera Panembahan menikah dengan adik Sunan Amangkurat I Girilaya untuk dibawa ke Banten. Kedua dan melahirkan 3 orang putera, yaitu putera Pangeran Girilaya kemudian Pangeran Kartawidjaja, Martawidjaya, dan dibawa ke Cirebon. Atas bantuan Sultan Pangeran Wangsakerta. Sunan Banten dan kerabat Keraton Cirebon Amangkurat I mempunyai sifat yang lainnya, keraton Pakungwati terpecah berbeda dengan ayahnya, Sultan Agung. menjadi dua yaitu Keraton Kasepuhan dan Sunan Amangkurat I lebih bersahabat Keraton Kanoman. Sultan Ageng Tirtayasa dengan tentara Belanda. Ia juga kemudian memberikan gelar sultan memusuhi orang-orang yang tidak mau kepada Pangeran Samsudin Mertawijaya tunduk kepadanya. Sifat Amangkurat I dan menjabat sebagai Sultan Sepuh, dan tersebut dimanfaatkan tentara Belanda Pangeran Badrudin Kartawijaya ditunjuk untuk mengadu domba, dengan sebagai Sultan Anom. Setelah itu Sultan menyebarkan berita bohong kalau Banten Badrudin Mertawidjaja dan keluarganya akan menyerang Mataram. Percaya akan menempati bekas Keraton Pakungwati hasutan Belanda, Sunan Amangkurat I (sekarang terletak di sebelah timur Keraton membujuk Pangeran Karim agar Kasepuhan). Sultan Anom (Sultan

Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung 2013 Keraton Kanoman Di Cirebon… (Lasmiyati) 135

Muhamad Badrudin Kartawidjaja) 1) Sunan Gunung Jati Syech menempati keraton di bekas rumah Hidayahtullah pertama Pangeran Cakrabuana ketika baru 2) Panembahan Pasarean Muhammad saja datang ke Tegal Alang-alang atau Tajul Arifin Kebon Pesisir (Soenardjo, 1983: 153) 3) Panembahan Sedang Kemuning dengan nama Keraton Kanoman. 4) Panembahan Ratu Cirebon 5) Panembahan Mande Gayem 2. Perkembangan 6) Panembahan Girilaya a) Keraton Kanoman 7) Sultan Kanoman I (Sultan Badrudin) Keraton Kanoman dibangun tahun Dilihat dari runtutan sultan-sultan 1588 M oleh Pangeran Muhamad Kanoman yang memerintah, maka Sultan Badrudin Kertawijaya yang bergelar Badrudin merupakan sultan pertama yang Sultan Anom I. Ia mendirikan keratonnya memerintah Keraton Kanoman. di bekas rumah Pangeran Cakrabuana Ketika menjabat sebagai sultan, ketika baru saja datang ke Tegal Alang- Sultan Badrudin mengusulkan agar anak alang bernama Witana (tempat tersebut keturunannya tetap menyandang gelar sekarang masuk ke Kecamatan sultan, untuk itu ia meminta persetujuan Lemahwungkuk). Titimangsa tahun lebih awal kepada Sultan Ageng Tirtayasa berdirinya Keraton Kanoman tertulis dan Gubernur Jenderal Belanda di . dalam sebuah gambar yang ada di Pintu Kedua orang itu pun menyetujui keinginan Jinem Keraton Kanoman, yang Sultan Badrudin bahwa putera menggambarkan “matahari” berarti 1, kuturunannya yang menggantikan “ darma kusuma” yang berarti 5, kedudukannya kelak dapat mengenakan “bumi” berarti 1, dan “binatang gelar Sultan Anom. Sultan Badrudin kamangmang” yang berarti 0. mempunyai beberapa putera bernama Candrasangkala tersebut menunjukkan Pangeran Dipati Madengda, Pangeran angka tahun 1510 Saka atau 1588 M. Jadi Dipati Kedaton, Pangeran Raja Putera, Keraton Kanoman didirikan pada tahun Kanjeng Dipati Awangga, Kanjeng Dipati 1510 Saka atau 1588 M. Keraton Kanoman Ratu, Kanjeng Dipati Pringgabaya, dibangun di atas tanah seluas kurang lebih Pangeran Dipati Ratnamanggala, Kanjeng 175.500 m². Secara administratif, Keraton Dipati Keprabon, Dipati Rajakusumah, Kanoman berada di Kelurahan Jeng Ratu Arya Kidul, Jeng Ratu Arya Lemahwungkuk Kecamatan Lemah- Wetan, Jeng Ratu Arya Kulon, Jeng Ratu wungkuk Kota Cirebon. Komplek Keraton Arya Panengah, Jeng Ratu Arya Lor, Jeng Kanoman membujur dari utara ke selatan. Ratu Arya Kencana, Jeng Ratu Arya Di sebelah utara keraton terdapat alun-alun Kendar, Ratu Mas Kirana Ayu, Ratu Mas dan pasar. Sebelah barat laut terdapat Najiya, Ratu Mas Rara Pawestri (Salana, masjid Keraton Kanoman, dan di sebelah 1987: 278). Ia memerintah dari tahun 1678 selatan dan timur berbatasan dengan - 1703. Sekolah Taman Siswa dan pemukiman Sultan Badrudin meninggal dunia penduduk (Hadidjah et al., 2006: 12). tahun 1703 dalam usia 99 tahun. Ia Keraton Kanoman dibangun menghadap digantikan oleh puteranya Pangeran ke utara, seperti halnya magnet bumi, Mandurareja dengan nama Sultan Purudin galaksi, semua menghadap ke utara atau Sultan Khaerudin sebagai Sultan (wawancara dengan Cheppy tanggal 12 Anom II. Pangeran Mandurareja diangkat Juni 2012). sebagai sultan Anom II, ia telah Dilihat dari runtutan para sultan berkeluarga dan mempunyai beberapa yang memerintah Keraton Cirebon, Sultan putera yaitu Pangeran Gusthi, Pangeran Badrudin merupakan urutan ketujuh dari Kresna, Pangeran Winunastra, Ratu Sunan Gunung Jati, yaitu: Dipati, Ratu Wiyaga, dan Ratu Metasari.

2013 Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung 136 Patanjala Vol. 5 No. 1, Maret 2013: 131-147

Sultan Khaerudin menjabat sebagai sultan lagi oleh Sultan Raja Muh Djalaludin Anom hanya tiga tahun, karena sakit dan (1989-2003). Dari tahun 2003 sampai meninggal dunia. Ia memerintah dari tahun sekarang (2012) yang menjabat sebagai 1703-1706, kemudian digantikan oleh Sultan Anom adalah Sultan Raja Muh puteranya bernama Pangeran Gusthi atau Emirudin (sumber: silsilah Sultan Pangeran Ngalimudin yang bernama Kanoman). Sultan Anom III. Keraton adalah sebuah lembaga atau Ketika Sultan Ngalimudin diangkat institusi yang di dalamnya terdapat struktur sebagai sultan Anom III, ia baru berusia organisasi yang terdiri atas raja, patih, dan 12 tahun, sehingga untuk melaksanakan seterusnya hingga struktur yang paling tugasnya sehari-hari dijalankan oleh bawah adalah prajurit atau para abdi wakilnya bernama Pangeran Raja Dipati dalem. Kusumaghung atas nama sang Ratu. Setelah Sultan Ngalimudin dewasa, b) Kota Tradisional pengambilalihan tahta menjadi sulit, Keraton Kanoman terdiri atas bahkan timbul perselisihan. Kasus ini benteng keraton yang mengelilingi diadukan kepada Residen Belanda, kompleks Keraton Kanoman dan alun- Komisaris Jogkaginu, dan dinyatakan alun. Tata letak dasar kota di Jawa yang berhak menduduki Sultan Anom digambarkan di pusatnya ada alun-alun adalah Sultan Ngalimudin. yang di tengah-tengahnya terdapat pohon Setelah wafat ia digantikan oleh beringin. Rumah sultan berada di sebelah Sultan Kharidin Rahim sebagai Sultan selatan. Di sebelah barat alun-alun Anom IV. Ketika Sultan Kharidin Rahim terdapat masjid agung (Daldjoeni, diangkat sebagai sultan ia baru berusia 10 2003:18), perkampungan berada di tahun. Demi kelancaran tugas kesultanan belakangnya yang disebut kauman. diangkatlah wakilnya, yaitu Kiai Keraton Kanoman dibangun seperti Tumenggung Bahumadengda. bangunan kota di Jawa yaitu alun-alun Tumenggung Bahumadengda memerintah terletak di sebelah utara Keraton dari tahun 1733-1744, namun ketika Sultan Kanoman. Dahulu alun-alun ini berfungsi Kharidin akan mengambil alih ternyata sebagai tempat dilaksanakannya apel besar mengalami kesulitan. Pada saat Sultan prajurit dan kegiatan lainnya. Sekarang Kharidin meninggal dunia, ia alun-alun digunakan sebagai arena publik. meninggalkan banyak putera, baik dari Sebutan alun-alun diambil dari kata alun permaisuri atau selir. Perebutan kekuasaan yang artinya ombak. Rakyat yang datang pun tidak dapat dihindari (Salana, 1987: memenuhi tanah lapang di depan istana, 278). Sultan Raja Alimudin menjabat dari terlihat oleh raja dari Siti Inggil bagaikan tahun 1744-1798. Setelah wafat ia alun atau ombak (Kunto, 1992/1993: 68). digantikan oleh Sultan Anom Chaerudin Di tengah alun-alun terdapat atau Sultan Anom Baberudin dari tahun pohon beringin (waringin kinurung). 1798-1803. Penerus berikutnya adalah Waringin berarti pohon beringin dan Sultan Raja Abo Sholeh Imanuddin atau kinurung adalah terkurung. Waringin Sultan Anom Abu Thoyib Imanudin kinurung berarti pohon beringin yang 1803-1811, ia digantikan oleh Sultan Raja dikelilingi pagar. Pohon beringin apabila Qomarudin I (1811-1858), berikutnya sudah besar, berbatang banyak dan adalah Sultan Raja Qomarudin II (1858- berdaun lebat bisa digunakan untuk 1873), dilanjutkan oleh Sultan Raja berlindung dari gerimis dan teriknya Zulkarnaen (1873-1934). Penerus matahari. Pohon beringin mempunyai berikutnya adalah Sultan Raja Nurbuat bentuk seperti payung, merupakan (1934-1935), dilanjutkan oleh Sultan Raja perlambang pengayoman dan keteduhan, Muh Nurus (1935-1989), dan digantikan dalam hal ini menunjukkan bahwa keraton

Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung 2013 Keraton Kanoman Di Cirebon… (Lasmiyati) 137 yang dipimpin oleh seorang sultan tempat pelaksanaan upacara Pelal besar, mempunyai fungsi sebagai pengayom dan tawasulan dan marhaban. (wawancara pelindung bagi masyarakatnya. Pohon dengan Elang Rahardja, tanggal 13 beringin yang menyatu dengan alun-alun Februari 2012). juga dapat diartikan sebagai Manunggaling Dalam Kitab Negara Kertagama Kawula Gusti yang berarti rakyat dan disebutkan bahwa negara atau negare sultan selalu bersatu. Oleh karena pohon dapat diartikan sebagai kota yang meliputi beringin di alun-alun Keraton Kanoman keraton dan kompleksnya. Keraton sudah tua, tahun 2010, secara perlahan Kanoman terbentuk seperti tata kota batang-batangnya patah. Melihat kondisi tradisional, terdiri atas alun-alun, pasar, tersebut Sultan Kanoman mengganti pohon masjid agung, dan tempat tinggal sultan. beringin yang sudah rapuh dengan pohon Untuk memisahkan antara tempat tinggal yang baru. sultan dengan masyarakat, baik itu Pendukung sarana kota adalah masyarakat yang menghuni keraton atau pasar. Pasar Kanoman terletak di sebelah pun tidak, mereka dipisahkan dengan utara alun-alun. Luasnya 5.450 m². Pada benteng. Jadi secara fisik, benteng masa pemerintahan Belanda, Pasar keraton merupakan pemisah antara Kanoman diperbaiki dan diperluas. Tahun keluarga sultan dengan masyarakat. Tata 1985 pedagang pasar Kanoman mulai letaknya memanjang dari utara ke selatan. menempati lahan milik Keraton Kanoman, Menurut Tim Peneliti Sejarah Unpad dan posisinya mendekati keraton. Mereka (1991: 50) pembangunan kota yang beranggapan bahwa dengan mendekati susunan pusat kotanya meliputi alun-alun, keraton akan mendapatkan berkah pasar, masjid, dan bangunan sosial lainnya (wawancara dengan Ratu Arimbi, 12 tersebut terjadi pada masuk dan Februari 2012). Untuk memberikan berkembangnya agama Islam. Konsep kota kesempatan kepada umat muslim dalam di Jawa yang ada di Keraton Kanoman mendekatkan diri kepada Yang Maha tersebut diikuti pula oleh beberapa kota- Kuasa dibangunlah masjid. Masjid kota lainnya seperti Sumedang dan merupakan tempat suci agama Islam yang Bandung. digunakan untuk melaksanakan salat lima Keraton Kanoman yang dibangun waktu dan tempat mendekatkan diri berdasarkan konsep kota tradisional yang kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, tempat meliputi alun-alun, pasar, masjid, dan belajar mengaji, memperdalam hafalan istana, kawasan tersebut bernama Al-Qur’an, dan sebagai tempat syiar agama kuthagara. Di kuthagara sultan, yang Islam. Masjid Agung Kanoman terletak di menempati pusat keraton, dibantu oleh sebelah barat alun-alun menghadap ke patih atau patih jero yang bertanggung timur, beratap tumpang dua dengan jawab pada masalah perbendaharaan dan masjid berhiaskan mamolo. Lokasi masjid keamanan sultan, sedangkan patih jawi dikelilingi tembok, dengan pintu masuk yang bertanggung jawab atas jalannya terletak di sisi timur dan selatan, berdenah pemerintahan, berada di luar istana bujur sangkar. Saat ini masjid tersebut bernama negara gung. Wilayah negara masih dipergunakan untuk sarana ibadah gung sebenarnya adalah apanage atau umat Islam dan tempat penyelenggaraan lungguh para bangsawan yang berstatus upacara Maulid Nabi Muhamad SAW. sebagai patuh (pemilik tanah). Rakyat Pada puncak Masjid Agung Kanoman yang berada di negaragung statusnya terdapat kubah, di pucuk kubah terdapat sebagai penggarap. Keraton Kanoman mamolo yang melambangkan simbol mempunyai wilayah-wilayah yang berada dari Hindu ke Islam. Saat ini Masjid di luar Keraton Kanoman seperti Trusmi Agung Kanoman selain dijadikan sebagai dan Kasunean. Sebagian masyarakat tempat ibadah juga berfungsi sebagai Trusmi dan Kasunean menggarap tanah-

2013 Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung 138 Patanjala Vol. 5 No. 1, Maret 2013: 131-147 tanah milik keraton dan mempunyai Apa yang dikatakan oleh sultan selalu hubungan dekat dengan sultan. Wilayah dituruti. Sultan juga dianggap sebagai Ratu Keraton Kanoman juga meliputi wilayah Adil. Ia dapat bertindak adil terhadap yang berada di luar kuthagara dan rakyatnya. Itu sebabnya sultan sering negaragung. Wilayah tersebut bernama dimintai pendapat atau nasihatnya. Sultan mancanegara (Radjiman, 1984: 128). Di harus terbuka untuk siapa saja. Sultan wilayah ini tidak terdapat daerah-daerah mempunyai kekuasaan yang tidak terbatas. lungguh. Mereka mempunyai hubungan Ia harus memberikan perlindungan kepada dekat dengan sultan dan keluarganya. rakyatnya. Keputusan sultan pun tidak bisa Masyarakat yang menempati wilayah ditentang. Dari hubungan dekat antara mancanegara pada waktu-waktu tertentu sultan dan rakyatnya, perlu adanya sistem datang menghadap sultan sambil keamanan untuk keselamatan sultan dan membawa hasil kebun atau pertanian. keluarga. Untuk menjaga keamanan Waktu-waktu mereka bertemu sultan tersebut perlu dipasang sebuah pintu adalah pada peringatan Maulid Nabi. Saat pengaman bernama Pintu Regol Mundu. Keraton Kanoman mengadakan acara Pintu ini berdampingan dengan bangsal Maulid Nabi Muhamad SAW, masyarakat Singabrata. Pintu ini merupakan pintu yang berasal dari Majalengka, Kuningan, bacem karena berfungsi sebagai dan Karawang berdatangan ke Keraton pengamanan wilayah Keputran dan Kanoman, mereka bergotong-royong Keputren. Di sebelah tembok wilayah membantu pelaksanaan acara tersebut. Kaputran dan Kaputren terdapat pintu Bentuk gotong royong mereka gerbang berbentuk yang berkelompok mengerjakan sesuai menghubungkan antara wilayah Kaputran pekerjaan masing-masing (wawancara dan Kaputren dengan Gedung Pedaleman dengan Cheppy tanggal 12 Juni 2012). Sultan. Selain membangun gedung untuk tempat tinggal, sultan juga membangun c) Sultan dan Bangunan Keraton taman bernama Taman Kebon Raja. Di dalam keraton terdapat Taman Kebon Raja merupakan taman beberapa bangunan dengan fungsi yang penyegar suasana yang berada di sebelah berbeda-beda. Sultan menempati bangunan barat Mande Mastaka. Berdekatan dengan bernama Gedung Pedaleman Sultan, yang Gedung Pedaleman Sultan, Bangsal berfungsi sebagai tempat tinggal sultan dan Kaputran, dan Bangsal Kaputren terdapat istrinya. Gedung ini terletak di sebelah Kebon Jimat berfungsi sebagai pungkuran timur bangsal kaputran dan bangsal keraton. Kebon Jimat merupakan gedung kaputren. Bangsal Kaputren merupakan yang di dalamnya terdapat beberapa sumur bangunan yang dihuni oleh puteri-puteri keramat (sumur pitu), yaitu Sumur sultan, dan bangsal kaputran yaitu bangsal Bandung yang berukuran paling besar, yang dihuni oleh putera-putera sultan. Sumur Panganten yang berbentuk bujur Bangunan Kaputran terletak di sebelah sangkar, Sumur Kajayaan yang berbentuk timur Mande Mastaka sedangkan bundar, dan Sumur Agung Witana yang bangunan Kaputren terletak di sebelah berbentuk bundar dan dihiasi wadasan. utaranya. Kedua gedung ini dibatasi oleh Tidak jauh dari sumur kajayaan, terdapat pagar tembok tinggi. bangunan tinggi (dua lantai) yang Raja atau sultan, selain sebagai digunakan untuk menyimpan barang jimat pemimpin istana, ia dianggap sebagai keraton bernama Bangsal Pejimatan. Dulu titisan dewa. Sultan juga mendapat sebutan tempat ini sebagai tempat pemburatan Panetep Panata Gama atau khalifatullah yaitu tempat membuat boreh dan jamu sebagai wakil Tuhan di dunia. Sultan untuk sarana upacara Maulid Nabi sebagai keturunan walisanga dapat memberikan pencerahan kepada rakyatnya.

Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung 2013 Keraton Kanoman Di Cirebon… (Lasmiyati) 139

(wawancara dengan Elang Raharda tanggal di atas plafonnya terdapat ukiran kayu. 13 Februari 2012). Mande Mastaka berfungsi untuk menerima Sultan juga berhubungan dekat para undangan, seperti pada peringatan dengan para pejabat keraton. Apabila para Maulid Nabi dan acara pagelaran kesenian pejabat keraton akan menghadap sultan, tarian bedaya. Mande Mastaka juga terlebih dahulu akan menunggu di sebuah difungsikan sebagai Mande Pelayonan bangsal bernama Bangsal Singabrata. yaitu untuk menempatkan jenazah sultan Bangsal ini terletak di sebelah gedung dan keluarga untuk disalatkan. Pada plafon museum dengan konstruksi bangunan Mande Mastaka yang berukir terdapat semirang. Singabrata berarti singa angka tahun pembuatan bangunan. Tetapi besar yaitu sebagai tempat para penggede sayang angka tahun tersebut tidak bisa keraton menunggu sebelum menghadap dibaca karena bentuk hurufnya sudah sultan. Tamu yang memerlukan tempat kusam. Akan tetapi candra sengkala yang parkir, kendaraannya dapat diparkir di berada di pintu utama pembatas antara Blandongan Jinem. Blandongan ini Bangsal Jinem dan Mande Mastaka masih terletak di depan Bangsal Jinem berbentuk dapat dibaca. Candra sangkala tersebut bujur sangkar. Blandongan Jinem berupa ukiran di daun pintu yang berbunyi berfungsi sebagai tempat parkir kendaraan kemangmang ing bumi pandawa surya para tamu, pejabat, dan lain-lain yang atau bisa dibaca kemangmang ing bumi hendak bertemu sultan. Setelah dapat pandawa candra yang menunjukkan angka menghadap sultan, tamu tersebut tahun 1510 Saka atau 1588 Masehi. ditempatkan di Bangsal Jinem. Bangsal Di dalam Mande Mastaka terdapat ini terletak di sebelah selatan Blandongan kursi gading yang dikeluarkan hanya Jinem. Konstruksi bangunannya berbentuk setahun sekali, di atasnya terdapat ukiran malang semirang (joglo berganda). tatrap yang berarti sukses, maknanya Bangsal Jinem berfungsi untuk menerima bahwa dahulu bagi siapa yang masuk ke tamu, baik dari masyarakat atau pun ruangan ini akan sukses, segala apa yang pejabat yang ingin menghadap sultan atau dicita-citakan akan berhasil. Di belakang menghadiri undangan dari sultan. Nama Mande Mastaka terdapat hiasan wadasan Jinem diambil dari kata ji adalah terpuji, dan megamendung. Wadasan berasal dari nem adalah mufakat atau perkataan. kata wadas yang berarti karang yaitu Pendopo ini disangga dengan lima pasang perwujudan dari batu karang. tiang besar, melambangkan shalat lima Megamendung berasal dari kata mega atau waktu, juga disangga dengan dua puluh awan dan mendung (hitam) bermakna tiang kecil melambangkan sifat-sifat Allah awan hitam yang mendatangkan hujan yang berjumlah 20 (wawancara dengan (Yayasan Mitra Budaya , 1982: Elang Rahardja, 13 Februari 2012). 148-149). Bangunan tersebut juga dihiasi Di belakang Bangsal Jinem dengan piring keramik dari Belanda. terdapat ruang Prabayaksa. Dahulu ruang Piring keramik Belanda yang menghiasai Prabayaksa dijadikan tempat bangunan Mande Mastaka tersebut penyelenggaraan upacara seperti menandakan bahwa dahulu Sultan Mauludan, ulang tahun Cirebon, maupun Kanoman pernah menjalin hubungan penobatan raja. Di belakang ruang persahabatan dengan pemerintah Belanda. Prabayaksa terdapat ruang kecil bernama Piring keramik tersebut ada yang Mande Mastaka. Mande Mastaka terletak merupakan hadiah dari Gubernur Jenderal di sebelah selatan bangsal Jinem. Belanda dan ada pula yang segaja ditinggal Bangunan ini berdampingan dengan disebabkan kekalahannya terhadap Bangsal Jinem hanya disekat tembok dan pemerintahan Jepang, sehingga tentara tiga buah pintu. Konstruksi bangunan Belanda meninggalkan Cirebon tanpa beratap joglo dengan hiasan dan ornamen membawa piring keramik tersebut.

2013 Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung 140 Patanjala Vol. 5 No. 1, Maret 2013: 131-147

tinggalnya. Di Kebon Pesisir telah menetap d) Peninggalan leluhur Cirebon lima orang penduduk yaitu Ki Danusela atau Ki Gedeng Alang-alang disertai 1) Lumpang Alu isterinya Nyai Arumsari dan puterinya Lumpang Alu ditempatkan di Nyai Ratnariris dan ditemani oleh abdinya dalam bangunan terbuka di komplek sepasang suami isteri (Iskandar, 2000: 78). Keraton Kanoman bagian depan, bangunan Wilayah Kebon Pesisir inilah yang tersebut berukuran 0,7 x 1 x 1,5 m, kemudian dijadikan pemukiman baru yang terbuat dari bahan kayu, atap genting kemudian bernama Cirebon Pasisir1. disangga dengan empat tiang, bangunan Mereka mulai membuka hutan di Tegal tersebut bernama Cungkup Alu. Menurut Alang-alang, yang waktu itu masih berupa Elang Rahardja, lumpang alu inilah yang hutan belantara. Di Pedukuhan tersebut, digunakan oleh Pangeran Pangeran Walangsungsang beserta istri dan Walangsungsang/Cakrabuana menumbuk adiknya menyamar sebagai rakyat biasa. rebon untuk dijadikan terasi dan petis. Tidak jauh dari tempat tinggal mereka Lumpang alu dianggap benda bersejarah terdapat sungai yang banyak rebonnya keraton, karena alat tersebut pernah (udang kecil). Rebon yang didapatkan dari digunakan oleh Pangeran Cakrabuana. sungai, mereka tumbuk menggunakan dengan perantara alat ini pula Kampung lumpang batu dan hulu batu, oleh mereka Tegal Alang-alang menjadi kampung yang rebon tersebut dibuat terasi. Kegiatan ramai didatangi orang untuk memesan Walangsungsang dan keluarga diikuti oleh terasi dan petis. (wawancara dengan Elang masyarakat sekitarnya. Kegiatan Rahardja, 13 Februari 2012). menumbuk rebon dilakukan pada malam Pangeran Cakrabuana hari sebelum tidur. Akhirnya mereka merupakan leluhur para sultan di Keraton dapat menghasilkan terasi dan petis yang Kanoman. Pangeran Cakrabuana adalah disukai masyarakat di sekitar Kampung putera Prabu Siliwangi yang menikah Tegal Alang-alang, sejak itu Kampung dengan Nyi Subanglarang. Dari Tegal Alang-alang menjadi daerah pernikahannya lahirlah Pangeran penghasil rebon. Walangsungsang yang kemudian bergelar Berkat ketekunannya, Kebon Pesisir Pangeran Cakrabuana, Nyi Rarasantang, yang semula berupa hutan belantara dan Pangeran Sengara. Pangeran berubah menjadi pedukuhan, yang semakin Walangsungsang dan adiknya Nyi hari semakin ramai. Masyarakat dari luar Rarasantang meninggalkan istana untuk Kampung Tegal Alang-alang berdatangan belajar agama Islam. Sesampainya di untuk memesan terasi dan petis tersebut, kediaman Ki Danuwarsih Pangeran sehingga Kampung Tegal Alang-alang Walangsungsang berjodoh dengan Nyi menjadi terkenal sebagai daerah penghasil Indang Geulis. Mereka bertiga kemudian terasi dan petis yang sangat enak. Banyak melanjutkan perjalanannya ke arah pesisir, penduduk dari berbagai negeri seperti yaitu ke Pasambangan di Nagari Singapura bangsa Cina dan bangsa lainnya (nagari asal ibunya). Di sana mereka berdatangan ke tempat ini, Seketika itu berguru agama Islam kepada Syekh Datuk pula wilayah Caruban menjadi wilayah Kahfi selama 3 tahun. Setelah tamat yang sangat ramai, banyak kapal yang mereka diperintahkan oleh gurunya untuk singgah di Muara Jati. Oleh karena mendirikan pendukuhan di Kebon Pesisir, masyarakat dari berbagai daerah berbaur di yang waktu itu berada di sebuah Tegal tempat ini maka tempat tersebut diberi Alang-alang, letaknya di tepi pantai sebelah timur Pasambangan, atau kurang lebih 6 km dari Pasambangan, yang 1 Saat ini tempat tersebut bernama kemudian dijadikan sebagai tempat Lemahwungkuk kelurahan Lemahwungkuk Kota Cirebon.

Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung 2013 Keraton Kanoman Di Cirebon… (Lasmiyati) 141 nama Caruban yang diambil dari kata pauknya. Menurutnya, petis jenis campuran, Berita tersebut didengar oleh blendrang rasanya lebih enak Raja Galuh Prabu Cakraningrat dan dibandingkan dengan garage dan terasinya patihnya, Adipati Kiban. Raja Galuh (Rochani, 2008: 74-75). Tujuh mantri utusan Adipati Kiban kemudian Gambar: 1 menyampaikan pesan kepada Pangeran Lumpang Alu Walangsungsang, bahwa Raja Galuh

mengharapkan setoran pajak dan upeti sebesar satu pikul rebon halus per tahun, dan harus disetorkan ke Raja Galuh. Pernyataan tersebut sesuai dengan Babad Tanah Sunda Babad Cirebon yang

mengatakan: Kocapa Cakrabumi sinareng kang Alat pencetak terasi garwa tuwin kang rayi lagi bebek rebon rebut dingin, tumpang tindih, wong gunung pating carowet: “Oga ae, geura age, geura bebek”. Dadi misuwur tanah Grage, yang artinya: Diceritakan Cakrabumi bersama sang isteri dan sang adik sedang menumbuk rebon di lumpang batu dengan halu batu. Orang yang mengkulak rebon berebut saling Sumber: Penelitian 2012 mendahului berdesak-desak sambil berceloteh. “Oga. age, geura age, geura bebek”. (cepat-cepatlah ditumbuk). Jadi memerintahkan kepada Adipati Palimanan masyur pedukuhan baru itu disebut nama untuk mengadakan penyelidikan. Dari Grage (Sulendraningrat, 1982: 13). hasil penyelidikan yang dilakukan tenyata Pada kesempatan tersebut, para di daerah pantai Tegal Alang-alang ada mantri Pepitu mengumpulkan masyarakat penangkapan dan penumbukan rebon yang sekitar untuk meresmikan nama kampung kemudian dibuat terasi. Cara membuat baru tersebut menjadi Kampung Cirebon. terasi, terlebih dahulu rebon ditumbuk kemudian dicetak dengan pencetak terasi. 2) Bangsal Witana Ketika Pangeran Walangsungsang beserta istri dan adiknya sedang membuat Bangsal Witana merupakan terasi menggunakan lumpang alu, secara bangsal peninggalan Ki Gedeng Alang- kebetulan pejabat dari Galuh melihat alang. Bangsal ini terletak di areal Keraton masyarakat mengantri untuk membeli Kanoman paling belakang, tepatnya terasi tersebut. Dengan rasa penasaran sebelah barat Kebon Jimat. Nama Witana Mantri Pepitu dari Galuh menanyakan berasal dari kata wiwit ana yang proses permbuatan terasi tersebut. Raden mengandung arti pertama kali ada rumah. Walangsungsang dibantu oleh Rarasantang Bangsal Witana adalah bekas rumah menerangkan proses pembuatan terasi dan tinggal Ki Gedeng Tegal Alang-alang yang petis, bahwa petis dibuat dari perasan menjadi kuwu Cirebon pertama. Ki Gedeng rebon yang telah dimasak dan kemudian Alang-alang membangun rumah tersebut dimasak lagi dengan diberi bumbu-bumbu pada abad ke-14 dengan bentuk bangunan secukupnya. Ketika Mantri Pepitu joglo yang disangga dengan 4 (empat) melakukan kunjungannya, mereka pun tiang yang melambangkan empat kelima disuguhi hidangan petis sebagai lauk- pancer. Arti empat kelima pancer yaitu

2013 Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung 142 Patanjala Vol. 5 No. 1, Maret 2013: 131-147

Gambar: 2 Bangsal Witana Di halaman bangsal Witana terdapat dua buah hiasan berupa benda yang kokoh berukir bernama wadasan dan mega mendung yang melambangkan sebagai manusia harus berpendirian kuat, tegas, dan kuat dalam menghadapi tantangan. Hiasan mega mendung dan wadasan tersebut sering ditemukan dalam corak batik Cirebon. Motif wadasan ditemukan oleh Pangeran Cakrabuana, Sumber: Penelitian 2011 sedangkan motif mega mendung ditemukan oleh Sunan Gunung Jati. Di sebagai gambaran empat malaikat Jibril, sebelah kiri bagian depan Bangsal Witana Mikail, Izrail, Isrofil, dan empat sahabat terdapat gapura yang melambangkan dua Nabi yaitu Abubakar, Umar, Usman, dan kalimah syahadat. Di sebelah kanan gapura Sayidina Ali. Dalam setiap tiangnya terdapat menara. Pada abad ke-15, menara terdapat ukiran berbentuk teratai dan tersebut digunakan untuk melihat kembang wijayakusumah. Kembang teratai hamparan laut, pantai, dan kapal-kapal melambangkan kemandirian hidup, artinya yang bersandar di pelabuhan Cirebon, jangan sampai mengandalkan orang lain, disebabkan letak Bangsal Witana dan laut harus mandiri, dan hanya menyerahkan diri Cirebon hanya berjarak kurang lebih 500 kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena m. Menara tersebut juga dijadikan sebagai Tuhan Maha Pengasih dan Maha tempat mengintai apabila ada musuh yang Penyayang. Kembang Wijayakusumah datang. Seiring perjalanan waktu laut mengandung arti harus mandiri jangan Cirebon mengalami abrasi, hamparan laut sampai merepotkan orang lain. sudah tidak kelihatan. Di sebelah kanan Di bagian atap Bangsal Witana pelataran bangunan Witana terdapat sumur terdapat lambang matahari, yang Witana. Sumur tersebut dibangun pada mengandung filosofi bahwa matahari dapat zaman kasultanan. Di depan bangsal menerangi dunia. Makna di sini bahwa Witana terdapat pasolatan yang di masa keraton sebagai basis syiar Islam dapat lalu digunakan sebagai tempat salat. memberikan penerang kepada masyarakat Pada saat ini Bangsal Witana Cirebon. Lambang matahari memberikan digunakan sebagai tempat peringatan ulang simbol penerang dari masa kebodohan ke tahun Cirebon yang jatuh setiap tanggal arah peralihan, dari masa Hindu ke masa satu Muharam. Islam. Selain itu terdapat lambang naga kamangmang berkula api, artinya bahwa e). Bangunan Lainnya hidup harus serius dan berpikir lebih maju. Keraton Kanoman selain Di atas api ada burung, artinya harus dilengkapi dengan bangunan pedaleman berpikir lebih tinggi, pintar, menyeluruh. yang dihuni oleh sultan bersama Burung akan selalu waspada dan berpikir keluarganya, juga dilengkapi dengan luas. Di bagian depan sebelah kanan pada tempat penerimaan tamu, tempat kegiatan bangunan Witana terdapat pohon atau upacara adat keraton, dan bangunan dewandaru yang menggambarkan masa lainnya. Bangunan lain yang ada di peralihan dari Hindu ke Islam. Pohon ini Keraton Kanoman adalah: Bangunan ditanam pada abad ke-12. Di sebelah Kompleks Siti Inggil. Komplek Siti Inggil samping kiri bangunan Witana terdapat dinamakan lemah duwur atau tanah tinggi, musala dan kolam yang digunakan untuk karena keadaan tanahnya lebih tinggi berwudu. dibandingkan dengan keadaan tanah pada bangunan lainnya. Kompleks Siti Inggil

Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung 2013 Keraton Kanoman Di Cirebon… (Lasmiyati) 143

Gambar: 3 dan menyaksikan upacara sakral seperti Siti Inggil apel prajurit, pemukulan perdana sekaten setiap tanggal 8 Maulud. Balai ini juga digunakan sultan untuk menyampaikan berita atau pun wejangan, hukum, aturan agama kepada masyarakat. Bangunan kedua bernama Bangsal Sekaten. Bangsal ini dibangun di sebelah Mande Manguntur, berfungsi khusus untuk pementasan gamelan sekaten yang

dilaksanakan setiap tanggal 8 sampai dipagar (dibenteng tembok) setinggi 1,30 dengan 12 Maulud. Bangunan ini dibangun m. Untuk masuk ke kompleks Siti Inggil dengan konstruksi malang semirang harus melewati: dengan tujuan memiliki rongga resonansi sehingga apabila gamelan dibunyikan pintu syahadatein, yaitu pintu mempunyai suara gema yang khas. masukyang menghadap utara; Porselen yang menempel di dinding atau pintu kiblat, yaitu pintu yang pun pintu gerbang Siti Inggil berasal dari menghadap barat; Cina. Porselen tersebut berada di Cirebon pintu sholawat, yaitu pintu masuk yang disebabkan adanya hubungan baik antara menghadap ke selatan. Kasultanan Cirebon dengan bangsa Cina. Komplek Siti Inggil mempunyai Di Cirebon, bangsa Cina berdagang sambil makna filosofi: “Apabila seorang ingin memperdalam agama Islam. Ketika mencapai derajat yang tinggi, maka harus mereka berdagang, salah satu barang membaca syahadatain sebagai syarat yang dijual adalah porselen. Namun ada muslim, menghadap kiblat dengan pula yang berpendapat bahwa porselen melakukan shalat sebagai salah satu Cina tersebut dibawa oleh istri Sunan kewajiban muslim, dan senantiasa Gunung Jati, Ong Tien Nio ke Cirebon bershalawat serta melaksanakan sunnah- (wawancara dengan Elang Rahardja, 13 sunnah Nabi Muhamad SAW sebagai Februari 2012). pemimpin muslim”. Bangunan lainnya yaitu: Bale Di dalam kompleks Siti Inggil Paseban dan Gerbang Seblawong. Balai terdapat 2 bangunan, yaitu: Mande Paseban dibangun di sebelah selatan Manguntur dan Bangsal Sekaten. Mande Kompleks Siti Inggil. Balai ini berukuran Manguntur menghadap ke utara, 12 x 12 x 4 m, menghadap ke barat, bahan berukuran 6,5 x 6,5 x 5 m, tiang terbuat bangunan menggunakan kayu dengan dari bahan bata, berlantai keramik, lantai tegel. Bentuk bangunan beratap berundak dua. Bangunan ini terbuka tanpa malang semirang, ruangan terbuka tanpa dinding, dari tiang satu ke tiang lainnya dinding, tiang-tiangnya menopang atap saling berhubungan, melengkung sirap limasan, dari tiang satu ke tiang menyerupai gerbang, beratap genting lainnya dipasang penghalang berbentuk berbentuk kerucut. Di dalamnya terdapat pagar kayu. Bangunan ini berfungsi untuk balai berukuran 1,50 x 1,50 m untuk tempat tunggu antrian (giliran) menghadap tempat duduk Sultan. Secara keseluruhan sultan, tepak seba masyarakat, pejabat bangunan ini diperindah dengan hiasan serta jajaran kesultanan yang ingin piring keramik yang ditempelkan di tiang menghadap dan bertemu dengan sultan. dan dinding tembok. Keramik yang Bangunan ini juga digunakan untuk menempel pada tembok bangunan Siti Upacara Buang Takir dan Selamatan Inggil berasal dari Dinasti Ming. Mande Bubur Sura. Manguntur berfungsi sebagai tempat palinggihan sultan sewaktu menghadiri

2013 Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung 144 Patanjala Vol. 5 No. 1, Maret 2013: 131-147

Seblawong berarti besar dan tinggi, Regol Kejaksan, Langgar ini merupakan yaitu pintu gerbang besar dan tinggi. tempat sultan dan kerabatnya Bangunan tersebut berdampingan dengan melaksanakan salat tarawih di bulan suci Komplek Siti Inggil. Daun pintu yang Ramadhan dan sebagai tempat pembacaan digunakan kayu jati yang besar dan tebal, naskah Isra Mi’raj, Nisfu Sya’ban, dan gerbangnya terbuat dari bata berbentuk lain-lain. dengan tinggi 9 m, lebar 4,80 m dan tebal 2 m. Bangunan ini tampak C. PENUTUP kokoh bergaya bangunan kolonial, Berdasarkan titimangsa yang memiliki ragam hias tiang-tiang samara ditulis di Pintu Jinem, Keraton Kanoman dengan pelipit vertikal dan horizontal. Di dibangun pada tahun 1510 Saka atau 1588 tengahnya dihubungkan dengan pelipit M. Tahun Titimangsa tersebut bergambar vertikal yang melengkung. Pada bangunan “matahari” berarti 1, ”wayang darma dihias piring keramik porselen yang kusuma” berarti 5, “bumi” berarti 1, dan ditempel pada seluruh permukaan pintu “binatang kamangmang” yang berarti 0, gerbang. Pintu gerbang ini dibuka pada apabila digabungkan menjadi 1510. waktu perayaan Maulid Nabi Muhammad Keraton Kanoman dibangun setelah SAW. Keraton Pakungwati terjadi kekosongan Pintu/Kori Kejaksan terletak di kekuasaan. Adanya kekosongan kekuasaan sebelah selatan Balai Paseban. Pintu ini terjadi disebabkan Pangeran Girilaya berbentuk pintu regol atau gledegan beserta kedua puteranya berad di Mataram. digunakan oleh sultan ketika memasuki Setelah ada berita Pangeran Girilaya Balai Paseban untuk membicarakan meninggal dunia di Mataram, kedua masalah-masalah hukum, agama, dan lain- puteranya masih ditahan di Mataram. lain. Di sebelah barat pintu Seblawong Setelah mendapat bantuan dari sultan adalah Taman Balong Asem. Dinamakan Banten, mereka dibebaskan oleh Balong Asem karena terdapat Trunojoyo, kemudian dibawa ke Banten. kolam/balong dan pohon asem, Taman Oleh sultan Banten, kedua putera Pangeran Balong Asem dihiasi dengan patung Girilaya dibawa ke Cirebon, kedua putera berbagai jenis binatang satwa seperti gajah, Girilaya tersebut dianggap mempunyai kijang, dan macan singa barong. Selain itu kedudukan yang sama untuk memimpin juga terdapat bangsal Singabrata. Keraton Cirebon. Pangeran Martawijaya Konstruksi bangunan Bangsal Singabrata menjadi sultan sepuh dan Pangeran malang semirang. Sesuai namanya Kartawijaya menjadi sultan anom dengan Singabrata yang berarti singa besar, yaitu sebutan Pangeran Badrudin. Sultan sebagai tempat para penggede keraton Badrudin pada saat menjabat sebagai menunggu sebelum menghadap sultan. sultan anom membangun Keraton Nama semirang diambil dari kata seni dan Kanoman menghadap ke utara dengan mengarang yang artinya berseni/berkarya. alasan magnet bumi menghadap ke utara. Bangunan tersebut berfungsi sebagai Cirebon yang dirintis oleh Sunan tempat berkumpulnya para seniman dan Gunung Jati, dijadikan sebagai pusat budaya untuk mencari inspirasi dan tempat penyebaran agama Islam untuk wilayah berdiskusi para seniman. Bangunan ini Cirebon dan sekitarnya. Dampak dari terletak di sebelah barat Kebun Raja yang kegiatan yang dilakukan Sunan Gunung penuh dengan ornamen dan hiasan taman, Jati tersebut terlihat pada beberapa seperti wadasan dan mega mendung. bangunan yang ada di Keraton Kanoman, Untuk melaksanakan rangkaian Bangsal Jinem misalnya. Pendopo ini upacara Maulid Nabi juga mengambil disangga dengan lima pasang tiang besar, tempat di langgar keraton. Langgar melambangkan shalat lima waktu, juga Keraton terletak di sebelah barat pintu disangga dengan dua puluh tiang kecil

Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung 2013 Keraton Kanoman Di Cirebon… (Lasmiyati) 145 melambangkan sifat-sifat Allah yang berjumlah 20. Ia juga membangun Danasasmita, Saleh et al., 1983/1984 beberapa bangunan, yang difungsikan Rintisan Penelusuran Masa Silam, sebagai tempat tinggal sultan dan keluarga, Sejarah Jawa Barat, Jilid IV. tempat pertemuan, tempat menyimpan Bandung: Proyek Penerbitan Sejarah benda-benda pusaka, Langgar Alit, Siti Jawa Barat, Pemerintah Provinsi Inggil, dan bangunan lainnya. Sebagian Daerah Tingkat I. bangunan yang ada mengandung simbol yang berkaitan dengan ajaran Islam. Daldjoeni, 1986 Simbol-simbol tersebut menandakan Geografi Kota dan Desa. Bandung: bahwa Keraton Pakungwati dahulunya Alumni. dijadikan tempat penyebaran agama Islam yang dibawakan oleh Sunan Gunung Jati, Effendi, Khasan, 1994. pendiri Kasultanan Cirebon. Pertalian Keluarga Raja-raja Jawa Cirebon yang dijadikan basis Kulon dengan Keraton Pakungwati, penyebaran agama Islam oleh Sunan Sunan Gunung Jati Muara Terakhir Gunung Jati masih dilestarikan oleh Keluarga Raja-Raja Jawa Kulon. keturunannya. Salah satu di antaranya Bandung: Indra Prahasta. Keraton Kanoman masih melakukan kegiatan upacara panjang jimat sebagai Hadidjah, et al, 2006. salah satu upaya mengingat akan kelahiran Potensi Wisata Budaya Kota Nabi Besar Muhammad SAW. Upacara Cirebon. Cirebon: Dinas adat yang dilaksanakan oleh Keraton Kebudayaan dan Pariwisata. Kanoman merupakan aset sejarah dan budaya yang dimiliki pemerintah setempat, Hadisiswaya. 2009. sehingga bisa dijadikan sebagai objek Keraton Undercover, Penyingkiran wisata dan budaya. Selain itu kegiatan Putera Mahkota Asli dalam yang dilakukan oleh pihak Keraton Perebutan Tahta Keraton Solo. Kanoman juga sebagai bentuk pelestarian Yogyakarta: Pinus Book Publisher. budaya, seperti melakukan peringatan 1 Muharam yang dijadikan sebagai cikal Kunto, Haryoto. 1992/1993. bakal lahirnya Cirebon yang jatuh tanggal 1 Muharam, kegiatan yang dilaksanakan Riwayat Kota di Tatar Sunda. satu tahun sekali tersebut mengambil Bandung: Kerja sama Bappeda- tempat di Bangsal Witana. Hexagon.

DAFTAR SUMBER Iskandar, Yoseph. 1997. 1. Buku Sejarah Jawa Barat, Yuganing Asmar, Teguh, 1975. Rajakawasa. Bandung: Geger Sejarah Jawa Barat, dari Pra- Sunten. Sejarah hingga Masa Penyebaran Agama Islam. Bandung: Proyek ------, et al., 2000. Penunjang Peningkatan Kebudayaan Negara Gheng Islam Pakungwati Nasional Provinsi Jawa Barat. Cirebon. Bandung: Padepokan Sapta Rengga Banjaran. Atja, 1972. Tjarita Purwaka Caruban Nagari. Lubis, Nina Herlina, et.al. 2003. Sedjarah Muladjadi Tjirebon. Sejarah Tatar Sunda, Jilid 1. Jakarta: Ikatan Karyawan Museum. Bandung: Satya Historika.

2013 Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung 146 Patanjala Vol. 5 No. 1, Maret 2013: 131-147

Radjiman. 1984. 2. Internet Sejarah Mataram Kartasura sampai Surakarta Hadiningrat. Solo: Krida. “Keraton Kanoman” dalam http://www.disparbud.jabarprov.go.i Rochani, Ahmad Hamam. 2008. d, diakses: tanggal 10 September Babad Cirebon. Cirebon: Dinas 2012 jam 11.05 Kebudayaan dan Pariwisata Kota Cirebon. “Mengenang Cirebon lewat malam 1 Syuro" dalam Salana. 1987. http://news.okezone.com, diakses: Sejarah Carbon, Jilid 1. Cirebon: tanggal 10 September 2012 jam tanpa penerbit. 19.15

Santosa, F. Harianto, 2003 “Wulan Sapar (Saparan)” dalam Profil Daerah Kabupaten dan Kota, http://carubannagari.blogspot.com, cetakan ke II. Jakarta: Kompas. diakses: tanggal 10 Oktober 2012 jam 11.55 Soeratman, Darsiti, 1994 Kehidupan Dunia Keraton “ritual penyucian gamelan sekati” Surakarta 1830-1939. Yogyakarta: dalam Yayasan Untuk Indonesia. http://kesultanankanoman.blogspot.c om, diakses : 23 September 2012 Sujana, 1996 Pelabuhan Cirebon Dahulu dan “keraton kanoman gelar tradisi Sekarang. Makalah Diskusi Ilmiah grebeg syawal” dalam Cirebon sebagai Bandar Jalur Sutra. http://www.cirebonkota.go.id), Jakarta: Departemen Pendidikan dan diakses : 24 September 2012 Kebudayaan. 3. Informan Sunardjo, Unang, 1983 Meninjau Sepintas Panggung Nama : Chepy Sejarah Pemerintahan, Kerajaan Jabatan : Humas Keraton Kanoman Cerbon, 1479-1809. Bandung: Usia : 45 tahun Tarsito. Nama : Ratu Arimbi Suyitno, Anang. 1991. Jabatan : Sekretaris Keraton Kanoman Bunga Rampai Jawa Barat. Usia : 42 tahun Bandung: Yayasan Wahana Citra Nusantara. Nama : Elang Suhardja Jabatan : Pemandu Keraton Kanoman Tim Peneliti Jurusan Sejarah Fak. Sastra Usia : 46 tahun Unpad, 1991. Sejarah Cirebon Abad Ketujuh Belas. Bandung: Pemda Tk I Prov. Jabar bekerja sama dengan Fak. Sastra Unpad.

Yayasan Mitra Budaya Indonesia. 1982. Cerbon. Jakarta: Sinar Harapan.

Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung 2013