1

EFEKTIVITAS PENGAJIAN ANTARA MAGRIB DAN ISYA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BACA AL-QUR’AN ANAK USIA 9-12 DI TIGA MASJID DALAM KECAMATAN PANGKALAN JAMBU KABUPATEN MERANGIN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah SatuPersyaratan Guna MemperolehGelar Magister Pendidikan DalamKonsentrasiPendidikan Agama Islam

Oleh:

NENI NIM: MPA. 162456

PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN 2018

2

3

4

5

6

KEMENTERIAN AGAMA RI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI PASCASARJANA

Jln. Arif Rahman Hakim Telanai Pura, Jambi, telp. (0741) 60731 Fax (0741) 60548 e-mail:[email protected]

MOTTO

إِ َن َهذَا ا ْل ق ْرأَ َن يَ ْه ِدى ِللَتِى ْه َى أَ ْق َو م َوي بَ ِش ر ا ْل م ْؤ ِمنِ ْي َن الّ ِذ ْي َن يَ ْع َمل ْو َن ال َّص ِل َح ِت أَ َّن لَ ه ْم آَ ْجراً َكبِ ْيراً )٩(

Artinya: Sesungguhnya Al-Qur‟an ini memberikan petunjuk kepada (jaan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu‟min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar. ( Al-Qur‟an Surah: Al-Isra‟ Ayat 9).

7

PERSEMBAHAN

Tesis ini penulis persembahkan kepada:

1. Yang mulia Ayahanda Saidina Usman 2. Yang mulia Ibunda Nurhayati 3. Yang tersayang Adinda M. Zaki, Yanto, dan Usriati 4. Teman-Teman Konsentrasi Pendidikan Agama Islam Pascasarjana UIN STS Jambi

8

ABSTRAK

Neni, Efektivitas Pengajian Antara Magrib Isya Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an di Masjid Baiturrahim di Desa Tanjung Mudo, Masjid Baiturrahman di Desa Sungai Jering, Masjid Jami’ Islamiyah di Desa Sungai Mati dalam Kecamatan Pangkalan Jambu Kabupaten Merangin. Tesis, Pendidikan Islam/Pendidikan Agama Islam, Pascasarjana UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, 2018.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk membahas Efktivitas Pengajian Antara Magrib dan Isya Dalam Meningkatkan Kemampuan Baca Al-Qur‟an di Baiturrahim di Desa Tanjung Mudo, Masjid Baiturrahman di Desa Sungai Jering, Masjid Jami‟ Islamiyah di Desa Sungai Mati dalam Kecamatan Pangkalan Jambu Kabupaten Merangin. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan penentuan subjek penelitian menggunakaan teknik purposive samping. Teknik dokumentasi. Teknik analisis data meliputi reduksi data, penyajian data dan verifikasi/penarikan kesimpulan, sedangkan uji keterpecayaan data dilakukan dengan perpanjangan keikutsertaan, ketelitian pengamatan, triangulasi data dan melakukan konsultasi pembimbing. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Efektivitas Pengajian Antara Magrib dan Isya Dalam Meningkatkan Kemampuan Baca Al-Qur‟an di Baiturrahim di Desa Tanjung Mudo, Masjid Baiturrahman di Desa Sungai Jering, Masjid Jami‟ Islamiyah di Desa Sungai Mati dalam Kecamatan Pangkalan Jambu Kabupaten Merangin mengatasi permasalahan- permasalahan yang ada. Efektivitas Pengajian Antara Magrib dan Isya Dalam Meningkatkan Kemampuan Baca Al-Qur‟an, materi, bentuk kegiatan belajar mengajar, metode yang digunakan, waktu, alat-alat pembelajaran dan evaluasi. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah perubahan cara membaca Al-Qur‟an oleh murid. Hal ini terlihat dari murid yang lebih fasih dan lebih lancar dari sebelumnya. Dampak dari pengajian antara magrib dan isya dalam meningkatkan kemampuan baca Al-Qur‟an di Baiturrahim di Desa Tanjung Mudo, Masjid Baiturrahman di Desa Sungai Jering, Masjid Jami‟ Islamiyah di Desa Sungai Mati dalam Kecamatan Pangkalan Jambu Kabupaten Merangin adanya pergeseran cara pandangan dalam membaca Al-Qur‟an.

Kata Kunci: Pengajian Antara Magrib Dan Isya, Kemampuan Baca Al- Qur‟an, anak-anak.

9

ABSTRACT

Neni, the Effectiveness of Between Magrib and Isha in Improving Read Al-Qur’an Readingsat Baiturrahim of Tanjung Mudo Village, Baiturrahman Mosque in Sungai Mati Village, from Masjid Jami’ Islamiyah in Sungai Mati Village in Pangkalan Jambu Sub-District of Merangin Regency, thes, Islamic Education/Islamic Regilion Education, Postgraduate UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi 2018.

The purpose of this study is to discuss the Effectiveness of Between Magrib and Isha in IMPROVING SKILL READ AL-QUR‟AN in Baiturrahim Mosque in Tanjung Mudo Village, Baiturrahman Mosque in Sungai Jering River Village, and Jami‟ Islamiyah Mosque in Sungai Mati Village in pangkalan jambu sub-district of Merangin Regency. This study used a qualitative approach with the determinatiaon of research subjects using purposive side techniques. Technique of data collection is done by observation, interview and documentation. Data analysis techniques include data reduction, data prensetation and verification/conclusion, while the data reliability test is done with of participation, observation accuracy, triangulation and consultation counseling the results of this study indicate that the Effectiveness of Between Magrib and Isha in Improving Ability Read Al-Qur‟an at Baiturrahim Mosque In Tanjung Mudo Village, Baiturrahman Mosque in Sungai Jering Islamiyah Village and Jami‟ Islamiyah Mosque in Sungai Mati Village in Pangkalan Jambu Sub-district of Merangin Regency Overcoming Problem Effectiveness of Betwen Magrib and Isha in Improving Read Al-Qur‟an Readiness Among Preparations which is donr by the teacher is a planning that contains religious goals such as fluent reading og A-Qur‟an, materials, forms of teaching and learning activities, methods used, time, learning tools and evaluations the results obtained from thid study is a change in how to read Al-Qur‟an by this is seen from students who are morefluent and more fluent than ever. The Impact of the Recitation of Between Magrib and Isha in Improving the Read Al-Qur‟an Ability at Baiturrahim Mosque In Tanjung Mudo Village, Baiturrahman Mosque In Sungai Jering Village, And Jami‟ Islamiyah Mosque in Sungai Mati Village in Pangkalan Jambu Sub-district of Merangin Regency, Shifting Perspective in Reading Al-Qur‟an.

Keywords: Between Magrib and Isha, abilities read Al-Qur‟an, children.

10

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis persembahkan kehadirat Allah SWT yang mengatur sekalian alam, yang telah melimpahkan karunia dan rahmat-Nya, serta telah memberikan kekuatan kepada penulis dalam menyelsaikan tesis ini. Shalawat beriring salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Karya tulis dalam bentuk tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh Gelar Magister dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam pada Pascasarjana UIN STS Jambi. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan hasil penelitian tesis ini belum sempurna, baik secara metodologi maupun secara analisis. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran konstruktif dari pembaca.

Selama proses penyelsaian karya tulis ini, banyak pihak yang telah memberikan kontribusi baik lansung maupun tidak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menghaturkan banyak terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada mereka. Ucapan terima kasih terutama penulis khususkan kepada Yth:

1. Bapak Dr.H. Hadrei Hasan, MA, sebagai rektor UIN STS Jambi 2. Bapak Prof. Dr. H. Ahmad Husein Ritonga, MA, sebagai Direktur Program Pascasarjana UIN STS Jambi sebagai pimpinan lembaga tempat penulis menimba ilmu 3. Bapak Prof. Dr. H. Mukhtar, M. Pd, sebagai pembimbing I 4. Bapak Dr. H. Khairunnas, M.Pd.I, sebagai pembimbing II 5. Para dosen dan segenap civitas akademik Pascasarjana UIN STS Jambi yang telah menjadi pembimbing dan pengampu mata kuliah dan membantu dalam birokrasi pengurus selama penulis studi di Pascasarjana UIN STS Jamb 6. Ibu Dr. Raudhoh, M.Pd.I, kepala perpustakaan dan segenap karyawannya yang telah banyak membantu penulis dalam menemukan rujukan yang berkenaan dengan karya tulis ini

11

7. Bapak Edy Suprapto, sebagai camat kecamatan pangkalan jambu dan masyarakat yang telah memberikan sejumlah data dan informasi penting yang penulis butuhkan dalam mendukung penyelesaian karya tulis ini. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu dalam lembaran ini. Semoga kontribusi mere semua bernilai di sisi Allah SWT. Amin Ya Rabbal‟alamin !

Jambi 22 November 2018 Peneliti/Penulis

NENI NIM. MPA. 16. 2456

12

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ...... i LEMBAR LOGO...... ii NOTA DINAS ...... iii PENYERAHAN...... iv SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS TESIS...... v HALAMAN PENGESAHAN...... vi HALAMAN MOTTO...... vii HALAMAN PERSEMBAHAN...... viii ABSTRAK...... ix ABSTRACT...... x KATA PENGANTAR ...... xi DAFTAR ISI ...... xii DAFTAR TABEL...... xv DAFTAR BAGAN/GAMBAR...... xvi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...... 1 B. Rumusan Masalah ...... 18 C. Fokus Penelitian...... 19 D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ...... 19 BAB II. LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. LandasanTeori……………………………………………… ..... 21 1. Efektivitas Pengajian Magrib keIsya ...... 21 a. Makna Efektivitas ...... 21 b. Efektivitas Pengajian Magrib keIsya ...... 24 2. Pelaksanaan Membaca Al-Qur‟an ...... 32 a. Adab Baca Al-Qur‟an ...... 32 b. Faktor-Faktor Kesulitan Anak Baca Al-Qur‟an ...... 37 3. Metode Baca Al-Qur‟an ...... 43 B. Motivasi dan Kemampuan Anak Baca Al-Qur‟an ...... 46

13

C. Keutamaan Al-Qur‟an ...... 50 D. Penelitian Yang Relevan ...... 52 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekataan Penelitian ...... 55 B. Stuasi Sosial dan Subjek Penelitian ...... 56 C. Jenis Dan Sumber Data ...... 57 D. Teknik PengumpulanData ...... 59 E. Teknik Analisis Data ...... 62 F. Uji Keterpercayaan Data (trusthworthines) ...... 67 G. Rencanadan Waktu Penelitian ...... 69 BAB IV DESKRISPSI LOKASI,TEMUAN PENELITIAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN ...... 70 A. DeskrispsiLokasiPenelitian (Situasi Sosial) ...... 70 1. Masjid Baiturrahim DesaTanjung Mudo ...... 70 2. Masjid Baiturrahman Desa Sungai Jering ...... 77 3. Masjid Jami‟ Islamiyah ...... 81 B. Temuan Penelitian ...... 88 1. Efektivitas pengajian antara magrib dan isya dalam mening- Katkan kemampuan baca Al-Qur‟an anakusia 9-12 tahun di 3 tempat yaitu; Masjid Baiturrahim Desa Tanjung Mudo, Masjid Baiturrahman Desa Sungai Jering dan Masjid Jami‟ Islamiyah Desa Sungai Mati Dalam Kecamatan Pangkalan Jambu Kabupaten Merangin ...... 88 1.1. Masjid Baiturrahim Desa Tanjung Mudo ...... 88 a. Efektivitas Ketersediaan Waktu Mengaji Magrib Isya 88 b. Efektivitas dan Metode Mengaji Magrib Isya ...... 93 c. Efektivitas dan Kualitas SDM Guru ...... 98 1.2 Masjid Baiturrahman Desa Sungai Jering 101 a. Efektivitas Ketersediaan Waktu Mangaji Magrib Isya 101 b. Efektivitas dan Metode Mengaji Magrib Isya ...... 104 c. Efektivitas dan Kualitas SDM Guru ...... 109 1.3 Masjid Baiturrahman Desa Sungai Mati ...... 111 a. Efektivitas Ketersediaan Waktu Mangaji Magrib Isya 111 b. Efektivitas dan Metode Mengaji Magrib Isya ...... 114 c. Efektivitas dan Kualitas SDM Guru ...... 118 2. Faktor pendukung dan penghambat kegiatan mengaji antara magrib isya dalam meningkatkan kemampuan baca

14

Al-Qur‟an anak usia 9-12 tahun di Majid dalam Kecamatan Pagkalan Jambu Kabupaten Merangin ...... 120 a. Faktor Pedukung ...... 121 b. Faktor Penghambat ...... 122 3. Kontribusi orang tua, tokoh agama, dan adat dalam meningkatkan kemampuan anak baca Al-Qur‟an antara magrib isya di tiga masjid dalam Kecamatan Pangkalan Jambu Kabupaten Merangin ...... 123 a. Orang Tua ...... 124 b. Tokoh Agama ...... 125 c. Tokoh Adat ...... 125

C. Analisis Penelitian ...... 126 1. Kesempatan dan Petemuan 5 menit ...... 126 2. Efektivitas Metode Baca Al-Qur‟an ...... 128 3. Efektivitas SDM Guru ...... 128

BAB V PENUTUP ...... 130 A. Kesimpulan ...... 130 B. Implikasi ...... 133 C. Rekomendasi...... 134 D. Saran...... 134 E. Penutup ...... 134

DAFTAR PUSTAKA ...... 135 LAMPIRAN CURRICULUM VITAE

15

DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.Rencana dan Waktu Penelitian…………………………………… 70 Tabel 2.Jumlah guru masjid Baiturrahimtahun 2017/2018……………... 73 Tabel 3.Jumlah anak pengajian Al-Qur‟an 217/2018…………………... 74 Tabel 4.Jumlah sarana prasarana 2017/2018………………………….. 76 Tabel 5.Keadaan guru masjid Baiturrahman……………………………. 79 Tabel 6.Jumlah anak pengajian Al-Qur‟an 2017/2018……………….. 79 Tabel7. Jumlah sarana prasarana 2017/2018……………………….... 80 Tabel 8.Jumlah guru masjid Jami‟ Islamiyah…………………………… 81 Tabel 9.Jumlah anak pengajian tahun 2017/2018……………………. 83 Tabel 10.Jumlah sarana prasarana 2017/2018……………………….. 84

16

DAFTAR BAGAN Halaman Bagan 1.Struktur Organisasi Masjid Baiturrahim……………………….. 73 Bagan 2.Struktur Organisasi Masjid Baiturrahman ……………………. 78 Bagan 3.Struktur Organisasi Masjid Jami‟Islamiyah ………………….. 83

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam sejak awal mereferensikan manusia agar membekali diri dengan ilmu pengetahuan.Kepentingan ini lebih diharapkan untuk memudahkan manusia dalam berintegrasi dengan alam, sesama manusia dan untuk menjawab berbagai problema kehidupan dunia.Maka, kunci utama pendidikan adalah membaca, prosesnya adalah belajar atau menuntut ilmu.Muhtar Latif dan kawan-kawan, mengatakan bahwa, baik membaca atau menuntut ilmu merupakan perintah langsung yang dilegitimasi oleh Allah SWT sebagai kewajiban setiap muslim.1Hal tersebut sebagaimana Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama dari Allah yang memerintahkan membaca dalam firman-Nya padasurat Al-„Alaq, ayat 1-5:

ْ ْ إِ ْل َرأبِا ْس ِم َربِّ َن لَّ ِذى َخلَ ْك )ٔ( َخلَ َك ا ِأل ْن َس َن ِم ْن َعلَ ْك )ٕ( ِأ ْلرأ َو َربُّ َن ا ْألَ ْك َر ْم )ٖ( الّلَ ِذى َعلَ َم بِ ْل َملَ ْم )ٗ( َعلَ َم ا ِأل ْن َسا نَ َما لَ ْم يَ ْعلَ ْم )٘(

Artinya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmu Yang Maha Pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (QS. Al-„Alaq: 1-5).2

Ayat di atas dapat dimaknai bahwa manusia untuk mencapai tujuan dalam kehidupan yang hakiki harus diawali dengan mempelajari ilmu baca, tulis dan berhitung serta pintar baca Al-Qur‟an sesuai tartil, tajwid dan makhraj. Buya Hamka, mengatakan sesibuk apapun kita dalam bekerja, mau jadi apa saja kita, kita harus pelajari Al-Qur‟an sebagai sumber Ilmu, memang kandungannya tak akan terkuasai seluruhnya, tetapi usahakan untuk terus mempelajarinya (kewajiban orang Islam).3

1Mukhtar Latif, Khairinal, dan Khairunas R, Desain Pelatihan Produktif. Harus Ada SOP (Jambi: Kelompok Studi Penulisan, 2016), hal. 3. 2Departemen Agama RI, Alqur‟an dan Terjemahannya (Semarang: Toha Putra, 1989), hal. 1079. 3Buya Hamka, Hamka Dalam Pelita Bisnis (: Uhamka Press, 2008), hal. 416-417.

2

Pendidikan telah terbukti mampu mengembangkan sumber daya manusia (SDM) dimana SDM merupakan karunia Allah SWT, serta memiliki kemampuan untuk mengembangkan nilai-nilai kehidupan Islami, sehingga kehidupan manusia semakin produktif baik di dunia apalagi untuk akhirat. Meyakini pendidikan sebagai upaya yang paling mendasar dan strategis, serta wahana penyiapan SDM dalam pembangunan, tentunya umat Islam harus terpanggil untuk tampil sebagai pelopor agama dalam hal membaca Al-Qur‟an). Menurut Khairunas R, mengatakan paling tidak ada tiga hal yang dapat dijadikan dasar pembenaran yang dimaksudkan di atas, yaitu:Pertama, dari segi ajaran agama. Islam telah menempatkan penguasaan ilmu pengetahuan sebagai instrument untuk meraih keunggulan hidup (the supremacy of life).Kedua, dalam perkembangan sejarah, Islam telah cukup memberikan acuan dan dorongan bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek-Imtag).Ketiga, umat Islam cukup kaya dengan lembaga-lembaga pendidikannya sebagai pilihan strategis untuk pembangunan manusia seutuhnya.4 Sebagai seorang Rasul atau Nabi yang mengemban tugas suci dari Allah SWT untuk mengembangkan dan menyebarkan ajaran agama Allah di tengah-tengah umat manusia, maka Nabi Muhammad dibekali dengan Al- Qur‟an yang mana, Al-Qur‟an adalah kumpulan firman-firman Allah yang menceritakan kejadian masa lampau, saat sekarang, dan yang akan datang. Isi Al-Qur‟an penuh dengan garis-garis besar dan pedoman manusia untuk menempuh hidup sukses.Oleh sebab itu, Al-Qur‟an penuh dengan berbagai disiplin ilmu.Inilah mukjizat Nabi Muhammad yang luar biasa.Sejak dahulu sampai sekarang tidak ada sepotong ayat pun yang berkurang atau sepotong ayat pun yang ditambah.5

4Khairunas R, Potret Manajemen Pembiayaan Pendidikan (Jakarta: Gaung Persada Press, 2011), hal. 1-2. 5KH. Abu Yusuf Fakhrudin, Kumpulan Khutbah Jam‟at. Sepanjang Masa (Jakarta: Pustaka Press, 2013), hal. 178.

3

Selanjutnya, Al-Qur‟an adalah kitab suci yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai salah satu rahmat yang takada taranya bagi alam semesta.Di dalamnya terkumpul wahyu Ilahi yang menjadi petunjuk, pedoman dan pelajaran bagi siapa yang mempercayai serta mengamalkannya.Bukan itu saja, tetapi juga Al-Qur‟an itu adalah kitab suci yang paling penghabisan/terakhir diturunkan Allah SWT, yang isinya mencakup segala pokok-pokok syari‟at yang terdapat dalam kitab-kitab suci yang diturunkan sebelumnya. Karena itu, setiap orang yang mempercayai Al-Qur‟an, maka orang dimaksud termotivasi seperti:akan bertambah cinta kepadanya, cinta untuk membacanya, cinta untuk mempelajari dan memahaminya serta cinta pula untuk mengamalkan dan mengajarkannya sampai merata rahmat-Nya dan dapat dirasakan oleh penghuni alam smesta. Ketahuilah, bahwa mazhab yang sahih dan terpilih yang diandalkan para ulama untuk mencapai kebahagiaan hidup, ialah membaca Al-Qur‟an adalah lebih utama dari pada membaca tasbih dan tahlil serta zikir-zikir lainnya.6 Setiap mukmin yakin, bahwa membaca Al-Qur‟an saja, sudah termasuk amalan yang sangat mulia dan akan mendapat pahala yang berlipat ganda. Karena Al-Qur‟an adalah sebaik-baik bacaan bagi orang mukmin, baik di kala senang maupun di kala susah, di kala gembira ataupun di kala sedih. Membaca Al-Qur‟an itu bukan saja menjadi amal dan ibadah, tetapi juga menjadi obat dan penawar bagi orang yang gelisah jiwanya (galau dalam kehidupan).Betapa besar pengaruhnya bacaan Al-Qur‟an bila dibaca dengan suara merdu (lagu) dan sesuai aturan membacanya, serta mengharap ridha Allah SWT. Harapan bagi orang yang pintar membaca, Subhan Nur, mengatakan bahwa Al-Qur‟an adalah sebuah hidangan. MaksudnyaAl-Qur‟an mengandung atau memuat menu-menu dan suplemen yang dapat menyehatkan kondisi jiwa, rumah tangga, masyarakat, dan negara. Dan

6Imam An-Nawawi, Adab dan Tata Cara Menjaga Al-Qur‟an (Jakarta: Pustaka Amani, 2011), hal. 29.

4

begitu pula membacanya akan berdampak kepada kesehatan spiritual dari segala bentuk penyimpangan akidah, keimanan, dan akhlak, serta kesehatan badan (jasmani). Inilah hidangan Allah yang wajib diimani dan disantap setiap hari jika ingin sehat lahir dan batin.7 Dalam ajaran Islam, mendengarkan bacaan Al-Qur‟an pun mendapat pahala. Malahan sebahagian ulama mengatakan, bahwa mendengarkan orang membaca Al-Qur‟an pahalanya sama dengan orang yang membacanya, sebagaimana dijelaskan dalam surat Al-A‟raaf ayat 204 sebagai berikut: َو ِأذاَ لُ ِر َئ ا ْلمُ ْرءاَ َن فَا ْستَ ِمعُواْلَ ُه َوأَ ْن ِصتُ ِوالَعَلَ ُك ْم تُ ْر َح ُم ْو َن )ٕٗٓ( Artinya: Dan apabila dibacakan Al-Qur‟an, maka dengarkanlah baik-baik dan perhatikanlah dengan tenang, agar kamu mendapat rahmat (QS: Al- A‟raaf: 204).8

Keutamaan membaca Al-Qur‟an, mendorong kita untuk belajar membaca yang menjanjikan pahala dan balasan yang besar, sebagaimana firman Allah dalam surat Faathir ayat 29-30:

اَّالَّ ِذ ْي َن يَتْلُ ْو َن ِكتَ َب ا َّ َِّلل َواَلَا ُم ْوا ال َّصلوةَ َواَ ْن ِفمُ ْوا ِم َّما َر َز ْلنَ ُه ْم ِس ّراَ َّو َعالَنِيَةً يَّ ْر ُج ْو َن تِ َجا َر ةً لَّ ْن تَبُ ْو َر )٢ٕ( ِليُ َوفِّيُ ُه ْم أُ ُج ْو َر ُه ْم َويَ ِز ْيدَ ُه ْم ِم ْن فَ ْض ِل ِه، ِأ ّنهُ َغفُ ْو ٌر َش ُك ْو ٌر )ٖٓ(

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang- terangan, maka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi. Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia- Nya.Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri (QS. Faathir: 29-30).9

Makin jelas bahwa, semakin sering (terencana) membaca dan mendengarkan bacaan Al-Qur‟an semakin banyak rahmat diberikan Allah kepada kita. Maka belajar membaca Al-Qur‟an merupakan kewajiban setiap mukmin apalagi dimulai sejak usia dini, semasa anak-anak sampai dewasa.

7Subhan Nur, Energi Ilahi Tilawah (Jakarta: Republika, 2012), hal. 45. 8Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya (Semarang: Karya Toha, 1989), hal. 123. 9Anonim, Al-Qur‟an.

5

Kita meyakini bahwa Al-Qur‟an yang selalu dibaca akan menjadi saksi dan pelindung bagi orang-orang yang membacanya baik di dunia maupun di akhirat kelak.Berangkat dari sinilah berbagai ayat Al-Qur‟an dan Hadist Rasul yang memerintahkan mempelajari membaca dan menganjurkannya, serta telah disiapkan pahala yang melimpah dan agung sebagaimana tuntunan ayat di atas. Mendambakan lahirnya generasi teladan Qur‟ani merupakan cita mulia yang diidam-idamkan oleh banyak kalangan umat Islam, utamanya para orang tua, guru, dan pendidik.Terdapat banyak faktor penentu dan penunjang yang harus diperhatikan demi menggapai cita-cita tersebut.Di antara faktor yang paling utama dan menentukan adalah pendidik, guru, guru ngaji, Kiyai, Ustat.Faktor ini mempunyai ranking pertama sebelum faktor lainnya seperti; kurikulum pelajaran, sarana pendidikan, metode pengajaran, dan faktor-faktor lainnya.Selain itu guru dapat menanamkan nilai-nilai luhur dan moral spiritual kepada para murid sehingga dapat melahirkan generasi yang cerdas otaknya, lurus akidahnya, mulia akhlaknya dengan mengedepankan kandungan Al-Qur‟an dan Sunnah Rasulullah Saw. Membaca Al-Qur‟an harus berdasarkan syarat-syarat keilmuan tertentu sepeti: wajib bertajwid, jadi harus pandai dan jelas lagi bagus semua bacaannya. Mengaji Al-Qur‟an yang dituju bukan hanya sekedar bisa membaca, tetapi yang lebih penting adalah yang sampai pandai betul dan hafal karena walaupun masih buta huruf Arab asal betul-betul hafal nanti otomatis akan bisa membaca sendiri.10 Lebih lanjut dijelaskan bahwa segala ilmu dicapai dengan beberapa tingkatan, begitu juga membaca Al-Qur‟an harus dicapai dengan banyak tingkatan seperti; mengaji, berguru kepada guru yang lebih ahli sampai mahir bacaannya. Guru mengaji disamping paham tanda baca tajwid juga mendidik dengan vull seperti membaca bersama-sama kemudian membaca bergantian antar murid dengan dibenahi bacaannnya dengan teliti kemudian

10Madrasah Murattilil Qur‟anil Karim, Persiapan Membaca Al-Qur‟an (Jawa Timur: Pon. Pes.Lirboyo, 2008), hal. 4.

6

mengaji satu persatu hingga hafal dan lancar semua bacaannya walaupun waktunya cukup lama. Untuk pandai baca Al-Qur‟an perlu lembaga pendidikan termasuk lembaga masjid.Pendidikan dapat terlaksana dengan baik apabila ada yang mendidik (guru) dan ada yang dididik (murid atau siswa), ada tujuan yang akan dicapai, tersedia sarana prasarana (fasilitas), baik melalui pendidikan formal maupun informal.Memilih tempat yang tepat merupakan sebuah keharusan sebagaimana pengelolaan pendidikan yang telah dicontohkan Nabi Muhammad Saw, dimana beliau tidak membatasi penyampaian ilmu di tempat tertentu saja, bahkan beliau mengajar para sahabat dimana pun selama ada kesempatan yang mendukung.Di samping mengajar di Masjid beliau juga melakukannya di rumah, di Mina, di perjalanan, bahkan di pemakaman sekalipun.11 Rasulullah merupakan model pendidikan sepanjang zaman, tidak akan bisa tergantikan oleh metode kreasi manusia apa pun atau produk impor dari barat, serta teori dan metode pendidikan dari timur. Melihat pertimbangan tersebut K.H. Ahmad Dahlan, dalam Sumarto berpendapat bahwa tujuan pendidikanyang sempurna adalah melahirkan individu yang utuh menguasai ilmu agama dan ilmu umum, material dan spiritual serta dunia dan akhirat, dengan pendidikan moral, akhlak yaitu sebagai usaha menanamkan karakter manusia yang baik berdasarkan Al- Qur‟an dan As-Sunnah.12 Beberapa ulama berbeda pendapat tentang pengertian Al-qur‟an (etimologi), seperti: yang berasal dari pendapat Rosihan Anwar, diantaranya: Al-Lihyani, berkata bahwa kata Al-Qur‟an berasal dari qara‟a (membaca). Al-Zujaj menjelaskan bahwa Al-Qur`an merupakan kata sifat yang berasal dari kata dasar “al-qar‟“ yang artinya menghimpun.Al-Asy‟ari, kata Al-Qur‟an diambil dari kata kerja qarana (menyertakan) dan Al-Farra,

11Fadhl Ilahi, Bersama Rasulullah. Mendidik Generasi Idaman (Jakarta: Pustaka Imam Asy- Syafi‟i, 2012), hal. 19. 12Sumarto, Filsafat. Antroposentrisme-Teologis (Jambi: Pustaka Ma‟arif Press, 2017), hal. 67.

7

menjelaskan bahwa kata Al-Qur‟an diambil dari kata dasar qara‟in (penguat).13 Menurut M. Samsul Ulum, “Al-Qur‟an adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Untuk semua manusia yang hidup sejak Nabi Muhammad diutus menjadi Rasul sampai manusia yang hidup di akhir zaman.14Sedangkan menurut Manna Al-Qaththan, Al-qur‟an adalah “Firman Allah (kalamullah) yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.Yang membacanya menjadi suatu ibadah”. Adapun isi kandungan ayat di atas adalah kita di perintah untuk membaca dan menulis, perintah membaca disini tentu harus dimaknai bukan sebatas membaca lembar-lembar buku atau kitabullah melainkan juga membaca buku atau kitabullah tentang kebesaran Allah, alam semesta dan lainnya.Jadi ayat diatas memerintahkan kita untuk belajar dan mencari Ilmu pengeahuan serta menjauhkan diri dari kebodohan.Demikianlah, Allah telah menerangkan bahwa manusia diciptakan dari benda yang tidak berharga kemudian memuliakannya dengan mengajar membaca, menulis, dan memberinya pengetahuan. Belajar mengaji dan membaca Al-Qur‟an tidak semata-mata mempelajari bacaan juga memahami dan mempelajari artinya dan maksud lapaznya. Dan dari semua makhluk di dunia ini hanya manusia yang dapat membaca dan semua proses belajar juga didasarkan kemampuan membaca. Agama Islam adalah agama yang benar dan sempurna, dan ia merupakan agama yang universal, sebagaimana firman Allah dalam Al- qur`an yang berbunyi: إ َّن ال ِدّي َن ِع ْندَ ا َّ َِّلل اإل ْسال ُم َو َما ا ْختَ َل َف ال َّ ِذي َن أُوتُوا ا ْل ِكتَا َب إِال ِم ْن بَ ْع ِد َما َجا َء ُه ُم ا ْل ِع ْل ُم بَ ْغيًا بَ ْينَ ُه ْم َو َم ْن يَ ْكفُ ْر بِآيَا ِت ا َّ َِّلل فَإِ َّن ا َّ ََّلل َس ِري ُع ا ْل ِح َساب)ال عمران: ٢ ٔ( Artinya:Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al-Kitab, kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-

13 Rosihan Anwar, Ulumul Al-Qur‟an (Bandung: Pustaka Setia, 2012), hal. 32. 14 M. Samsul Ulum, Revolusi Menghafal Al-Qur‟an (Solo: Qaula Smart Media, 2010), hal. 40.

8

ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-nya (Q.S. Ali Imran: 19).15

Kesimpulan ayat diatas, bahwa ayat ini memberi batasan bahwa agama yang diterima disisi-Nya hanyalah agama Islam.Selanjutya „‟tiada berslisih orang-orang yang telah diberikan Al-Kitab kecuali sesudah datang kepada mereka, karena kedengkian di antara mereka.Maksudnya, sebagian mereka merasa dengki kepada sebagian yang lain, mereka saling membenci dan saling membelakangi sehingga mereka berselisih dalam hal kebenaran.Karena kebencian dan perselisihan tersebut mereka menentang ucapan dan perbuatan lawannya walaupun itu benar. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.16 Istilah pendidikan, menurut Lodge dalam Thbroni, adalah In the wider sense, all experience is said to the educatition, and education is life.Menurut Lengeveld, pendidikan adalah sebagai pertolongan secara sadar dan sengaja kepada seorang peserta didik (yang belum dewasa) dalam pertumbuhannya menuju ke arah kedewasaan dalam arti dapat berdiri sendiri dan bertanggung jawab susila atas segala tindakannya menurut pilihannya sendiri.Pendidikan adalah sebuah proses perubahan manusia dari tidak berdaya (powerless), menjadi berdaya (powerfull), dari tidak memiliki harapan (hopeless) menjadi berpengharapan (hopeness).17 Jalaluddin, bahwa pendidikan Islam merupakan bagian dari upaya menanamkan nilai-nilai ajaran Islam dalam diri penganutnya.Sejalan dengan itu maka rujukan yang dijadikan landasan pemikiran pendidikan Islam itu identik dengan sumber utama ajaran Islam itu sendiri, Yakni Al-Qur‟an dan Hadist. Menempatkan Al-Qur‟an dan Hadist sebagai dasar pemikiran dalam

15 Anonim Al-Qur‟an, hal. 52. 16 UU Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) 2003(Jakarta:SinarGrafika,2009),hal.7. 17 Thobroni, Pendidikan Islam (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2015), hal, 18-19.

9

pembentukan sistem pendidikan Islam mengacu kepada kebenaran hakiki yang telah direkomendasi oleh sang pencipta itu sendiri.18 Lebih lanjut dikatakan bahwa tujuan pendidikan Islam pada hakikinya identik dengan tujuan Islam itu sendiri.Tujuan dimaksud menyatu dalam hakikat penciptaan manusia, serta tugas yang diamanatkan kepadanya sesuai dengan statusnya.Hasan Langgulung menempatkan hakikat kejadian manusia dalam hubungan dengan pengembangan potensi-potensinya, hingga bertemu dengan tujuan tertinggi (ultimate aim) pendidikan Islam, yakni menjadi manusia Abid (penyembah Allah).19 Berkaitan dengan pendidikan, Zakiah Deratjat, Islam telah memerintahkan menuntut Ilmu sejak dari kandungan samapai keliang kubur. Artinya sejak anak dalam kandungan sikap ibu, amal perbuatan ibu akan dapat mempengaruhi anak yang dikandungnya. Setelah lahir ibunya yang pertama-tama mendidiknya, mengajarnya berbicara, bersikap sopan santun yang baik.Jadi rumah tangga adalah lembaga pendidikan pertama, yang kedua lingkungan dan yang ketiga adalah masyarakat.20 Syamsul Yusuf, mengatakan bahwa faktor lingkungan yang mempengaruhi kepribadian seorang anak, diantaranya keluarga, kebudayaan dan sekolah, keluarga adalah yang paling utama dalam menentukan kepribadian seorang anak karena baik buruknya seorang anak tergantung didikan orang tuanya kemudian pendidikan ini juga di pengaruhi oleh lingkungan dan masyarakat setempat.21 Melihat betapa tingginya posisi pendidikan didalam agama, bangsa dan negara maka bangsa Indonesia mencantumkan dan mengeluarkan suatu kebijaksanaan yang dituangkan dalam UU RI Nomor 2 Tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional (Sisdiknas).Pelaksanaan pendidikan bagi bangsa Indonesia dalam era pembangunan ini sangatlah penting

18Jalaluddin, Pendidikan Islam (pendekatan sistem dan proses) (Jakarta, Pt Raja grafindo Persada, 2016), hal. 140- 141 19Ibid, hal. 142. 20 Zakiah Daradjat, Op.cit., hal. 88. 21 Syamsu Yusuf, Achmad Juntika Nurihsan, Teori kepribadian (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hal 27-33

10

karena melalui usaha pendidikan dapat ditentukan keberhasilan dari semua pelaksanaan pembangunan yang dicita-citakan baik berupa pembangunan fisik, maupun mental spiritual. Pendidikan juga merupakan syarat mutlak untuk menuju masyarakat adil, makmur, dan sejahtera, sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam UU Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menjelaskan Tujuan Pendidikan Nasional adalah“Untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab”.22 Kemudian pendidikanpun berkembang sebagaimana zaman, yakni denganmembagi dan membedakan antara pendidikan formal dengan pendidikan nonformal. Pendidikan formal sendiri merupakan suatu pendidikan yang dikatakan resmi dan diakui oleh pemerintah, yang mana kurikulumnya mengikuti aturan pemerintah, sedangkan pendidikan non formal merupakan suatu pendidikan yang ada di luar sekolah dan kurikulumnya tidak mengikuti kurikulum pemerintah. Adapun pendidikan formal diselenggarakan dalam bentuk madrasah atau sekolah umum serta sejenis sekolah kejuruan lainnya.23Sedangkan pendidikan non formal biasanya ada pada Diniyah, Taman Pendidikan Al-Qur‟an, ataupun majelis pengajian antara magrib dan isya yang ada dilingkungan masyarakat. Pengajian antara magrib dan isya merupakan salah satu pendidikan non formal Islamyang memiliki kurikulum tersendiri, bahkan mengatur sendiri, diselenggarakan secara berkala dan teratur,dan diikuti oleh jamaah yang relatif banyak, bertujuan untuk membina danmengembangkan hubungan yang santun dan serasi antara manusia dengan AllahSWT, antara manusia dengan sesamanya, serta antara manusia denganlingkungannya, dalam rangka membina masyarakat yang bertakwa kepada AllahSWT.

22UU Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) 2003(Jakarta: Sinar Grafika,2009),hal.7. 23Zakiah Daradjat,Log.Cit., hal. 99.

11

Pengajian yang sering disebut dalam bahasa sehari-hari di tengah- tengah masyarakat yaitu mengaji, yang berarti mangaji Al-Qur‟an yang lebih dikhususkan untuk anak-anak yang masih berusia dini yaitu 9-12 tahun.Maka pengertian pengajian secara bahasa berasal dari kata dasar „‟kaji‟‟ yang berarti pelajaran (terutama dalam hal agama). Yang selanjutnya pengajian adalah: (1) ajaran dan pengajaran, (2) pembacaan Al-Qur‟an.24 Kata pengajian itu terbentuk dengan adanya awalan „‟pe‟‟ dan akhiran „‟an‟‟ yang memiliki dua pengertian: pertama sebagai kata kerja yang berarti pengajaran, yakni pengajaran-pengajaran Ilmu agama Islam, dan kedua sebagai kata benda yang menyatakan tempat, yaitu tempat untuk melaksanakan pengajaran agama Islam, yang dalam pemakaiannya banyak istilah yang digunakan, seperti pada masyarakat sekarang dikenal dengan Majlis Ta‟lim. Pengajaran disini adalah pengajian dan pendidikan agama disini adalah kegiatan pendidikan keagamaan yang segi penyelenggaraannya diserahkan sepenuhnya pada kebijaksanaan kiyai/pimpinan pondok pesantren.25 Zaman dahulu masyarakat di kota-kota apalagi masyarakat desa sangat mengagungkan dan menghargai waktu antar magrib dan isya untuk mendatangi masjid, surau atau rumah guru tertentu sebagai lembaga pembelajaran baca Al-Qur‟an terutama bagi anak-anak.Di desa atau di kampung-kampung, mengaji sela waktu magrib ke isya sangat efektif untuk mendidik anak-anak pintar baca Al-Qur‟an. Dikatakan efektif karena tempat mengaji sela waktu magrib ke isya tidak ada pilihan lain, selain di masjid- masjid. Kemudian efektivitas mengaji juga ditunjang belum adanya gangguan atau pengaruh lingkungan yang disertai oleh pengaruh teknologi dan media sosial lainnya. Kathryn M. Bartol and David C, Martin dalam Ulber Silalahi mengatakan bahwa efektivitas adalah kemampuan untuk memilih tujuan- tujuna atau sasaran-sasaran yang tepat mencapainya. Karena itu efektivitas

24Tim penyusun kamus pusat pembinaan bahasa Indonesia Depdikbud, kamus besar bahasa Indonesia, cet. Ke-1 (Jakarta: balai pustaka, 2008), hal. 378. 25Zakiah Drajat, Log. Cit., hal. 99

12

menunjuk pada kaitan antara output atau apa yang sudah dicapai atau hasil yang sesungguhnya dicapai dengan tujuan atau apa yang sudah ditetapkan dalam rencana atau hasil yang diharapkan.26 Yang menjadi tolak ukur keefektifan mangaji magrib ke isya sebelum tahun 2000-an adalah “Bila seorang anak di desa tidak pandai membaca Al- Qur‟an, maka keluarganya merasa mendapat malu dari masyarakat sekeliling dari tempat domisili. Secara tak langsung sang anak juga merasa dipencilkan atau dikucilkan oleh sesama temannya. Capaian atas kemajuan mengaji magrib ke isya sangat didukung oleh tokoh gama, tokoh adat, pemuka masyarakat seperti: Kiyai, Buya, Tuanku, Cerdik-Pandai, dan pemuka masyarakat, serta kerjasama dengan orang tua anak untuk mempersiapkan generasi dan anak berkualitas semasa hidup di dunai menuju kehidupan akhirat. Efektif mengaji sebagaimana uraian di atas adalah bahwa mengaji magrib dan isya dapat mendidik anak membaca Al-Qur‟an sesuai ketentuan tartil, seperti tajwid dan makhrajnya, orang tua merasa malu bila anak- anaknya tidak bisa baca Al-Qur‟an, guru ngaji umumnya tidak mengharapkan balas jasa (kompensasi) dan warga di lingkungan merasa bangga bila anak-anak mereka dapat membaca Al-Qur‟an dengan lancar. Selanjutnya Suharyadi, menjelaskan bahwa ciri-ciri pekerja yang unggul dalam melakukan pekerjan adalah mempunyai sikap dan karakteristik tersendiri sebagai barikut: Disipli, Komitmen Tinggi, Jujur, Kreatif dan Inovatif, Mandiri, dan Realistis.27 Dari ciri dan karakteristik dikemukakan para pakar di atas, dapat difahami bahwa untuk menjadikan pekerja yang mempunyai efektifitas tinggi dapat diiringi dengan komitmen (pernyataan sikap), bekerja keras dan tepat waktu.Efektifitaswaktu merupakan sebuah cetak biru dalam sebuah

26Ulber Silalahi, Asas-Asas Manajemen (Bandung: Rifika Aditama, Cetakan Kedua, 2013), hal. 416. 27Suharyadi, Kewirausahaan, Membangun Usaka Sukses Sejak Usia Muda (Jakarta: Salemba Empat, 2011), hal. 10-12

13

organisasi atau kelompok usaha dan panduan praktis untuk mengelolamental yang berprestasi. Yang menjadi sorotan kita bersama bahwa anak-anak seusia dini di desa di zaman 80-an ke bawah sangat-sangat pintar dan pandai baca Al- Qur‟an sehingga anak tersebut setelah menamatkan sekolah dasar (SD) termotivasi untuk masuk sekolah bidang keagamaan. Bagi yang memasuki sekolah umum atau yang tidak bersekolah lagi, juga merasakan manfaat atau ilmu yang diperoleh melalui mengaji magrib dan isya. Secara langsung maupun tidak langsung anak-anak sudah terdidik jiwanya dengan berakhlakul karimah berdasarkan Al-Qur‟an.Kemudian lingkungan atau ketentuan adat istiadat desa memberikan sangsi kepada warga yang tidak pandai baca Al-Qur‟an seperti tidak dinikahkan oleh wali hakim sebelum dapat membaca Al-Qur‟an atau sangsi lainnya. Kemampuan dasar membaca Al-Quran adalah merupakan hal yang penting dalam pengajian untuk anak-anak. Bila kemampuan dasar atau memahami tata baca dengan baik maka anak akan lebih mudah mempelajari atau memahami kaidah dan aturan tata baca Al- Qur‟an.Kemampuan membaca Al-quran adalah kecakapan membaca Al- Quran dengan bagus dan benar sesuai dengan tuntunan syari‟at sebagaimana tuntunan dalam bentuk hafalan, bagus makhraj huruf dan tepat tajwid. Hal ini sangat diperlukan metode melalui tahapan-tahapan tertentu, sebagai mana Jalaluddin mengatakan bahwa sesuai dengan teori yang mengungkapkan dimana kemampuan membaca Al-Quran dapat dimiliki melalui beberapa tahapan, yaitu tahap kemampuan melafaskan huruf-huruf dengan baik dan benar, sesuai dengan makhraj dan sifatnya. Keberhasilan anak pandai mengaji sesuai harapan tidak terlepas dari dorongan dan motivasi semua pihak yaitu orang tua, guru ngaji, tokoh agama dan adat, serta lingkungan berpengaruh secara Islami.Dorongan dari semua pihak dapat memicu keinginan anak-anak mau dan sungguh- sungguh belajar mengaji dengan harapan dapat saling berlomba dalam

14

baca Al-Qur‟an dan saling mengedepankan kepintaran masing-masing (bukan sombong). Adapun indikator motivasi membaca Al-Qur‟an dari jiwa anak-anak dapat di lihat dari; minat, adanya dorongan dari orang tua dan keluarga, memberikan penghargaan terhadap prestasi yang di capai sehingga dapat merangsang untuk mendapatkan prestasi yang lebih baik, membentuk perilaku anak yang Al-Qurani, membantu kesulitan membaca Al-Qur‟an anak secara individu maupun kelompok. Harapan dan sasaran utama baca Al-Qur‟an adalah, (1) memenuhi kebutuhan masyarakat sebagai pembekalan mengaji, beragama yang baik dan ibadah praktis sempurna, (2) tidak mengharapkan ijazah (tetapi mengharapkan ilmu dan skill), biaya mengaji dari masyarakat (untuk guru ngaji), (3) mengurangi waktu anak bermain yang tidak bermanfaat di sore atau di malam hari, dan (4) membina akhlak, agama, budi pekerti anak usia dini (masih kecil), (5) Input, Proses, Output dan Outcome baca qur‟an (tidak punya standar, yang penting bisa baca Al-Qur‟an), serta (6) lebih memajukan pendidikan (agama, akhlak, budi pekertinya). Dari grand teory di atas dapat disimpulkan bahwa harapan mengaji atau belajar membaca Al-Qur‟an antara magrib dan isya sangat utama untuk mendidik dan membekali anak-anak usia 9-12 tahun mahir baca Al-Qur‟an. Tolok ukur efektif mengaji magrib dan isya adalah; kecintaan warga pada masjid dan menjadikan masjid tempat belajar Al-Qur‟an atau kegiatan keagamaan sosial lainnya, guru mengaji tidak mengharapkan kompensasi (ikhlas karena Allah Swt), orang tua menyerahkan anaknya mengaji pada guru karena sangat percaya dan bertanggung jawab menerima amanah (kebahagiaan tersendiri), tradisi mengaji magrib isya membaca Al-Qur‟an dan ajaran Nabi, anak-anak merasa disisihkan oleh keluarga dan lingkungan bila tidak dapat baca Al-Qur‟an dengan baik, serta warga desa selalu mengawasi dan menegur bila menemukan anak-anak tidak mengaji. Masjid di tiga Desa sebagai tempat mengaji atau baca Al-Qur‟an bagi anak-anak dan lokasi penelitian telah ditetapkan sebagai masjid oleh pemerintahan Kecamatan Pangkalan Jambi (data terlampir). Dalam

15

pengertian bahwa Pemerintah Kabupaten Merangan sampai pemerintahan Kecamatan dan Desa sangat peduli atas kesuksesan pengajian baca Al- Qur‟an sela waktu magrib ke isya dalam rangka pembinaan dan pembekalan ilmu agama anak-anak usia dini. Sebagai perhatian khusus, dimana kebutuhan waktu seorang anak dapat membaca Al-Qur‟an dengan lancar atau mahir sangat bervariasi dan tergantung kepada efektivitas waktu untuk mencapai tingkat ”hafalan, pemahaman huruf bersama makhraj, dan bacaan dengan tajwid”.Umumnya anak yang turut mengaji di masjid umur 9-12 tahun atau sudah sekolah dasar. Guru yang mengajar ngaji umumnya adalah pengurus atau petugas masjid yang ditunjuk atau dengan sukarela untuk mengabdikan diri sebagai guru ngaji. Guru ngaji dimaksud umumnya sudah berusia tua, rata-rata 35- 50 tahun. Data awal penelitian melalui observasi dan wawancara yang mengambil 3 (tiga) tempat, dalam Kecamatan Pangkalan Jambu Kabupaten Merangin, masing-masing adalah, (1) Masjid Baiturrahim di Desa Tanjung Mudo, (2) Masjid Baiturrahman di Desa Sungai Jering, dan (3) Masjid Jami‟ Islamiyah di Desa Sungai Mati.Hasil observasitanggal 22 Juni 2017 di masing-masing, (1) MasjidBaiturrahim Desa Tanjung Mudo, jumlah guru 3 orang tamatan MTs dengan anak-anak mengaji 30 orang, (2) Masjid Baiturrahman Desa Sungai Jering, jumlah guru 3 orang tamatan (S1 orang dan SMA 2 orang) dengan anak-anak mengaji 26 orang, dan (3) Masjid Jami‟ Islamiyah Desa Sungai Mati, jumlah guru 4 orang (1 orang Magister, 2 orang S1, 1 oarang tamatan SMA), dengan anak-anak mengaji 32 orang. Terindikasi bahwa keefektifan mengaji antara magrib ke isya sangat rendah sekali dimana permasalahan atau fenomena yang dilihat sebagai peyebab adalah berikut: 1. Pemanfaatan waktu hanya 40 menit dengan uraian yaitu; waktu magrib masuk jam 18.26 Wib, dipakai untuk azan dan shalat magrib 20 menit, maka waktu dimulainya mengaji jam 18.46 Wib. Dari jam 18.46 Wib sampai waktu isya masuk jam 19.20 Wib, maka waktu terpakai selama

16

mengaji adalah 34 menit (dibulatkan 40 menit). Rendahnya efektivitas waktu ini sangat mempengaruhi terhadap jumlah anak yang di ajari mengaji. 2. Setiap masjid, guru tidak membuat daftar standar operasional mengaji (SOP) atau semacam tuntunan dalam mengajar dengan segala aspek dan ketentuan yang dipatuhi. 3. Tingkat pendidikan guru sangat bervariasi atau rata-rata Mts dan sarjana. Yang menarik dikemukakan bahwa guru merupakan murid dari guru-guru sebelumnya (generasi tua ke generasi muda dan asli penduduk di desa tersebut). Artinya tingkat keahlian tidak berbeda jauh dengan guru sebelumnyadalam menyampaian metode baca Al-Qur‟an. 4. Kenyataan di temui di lokasi masjid, rata-rata guru setiap masjid 3 orang dengan jumlah anak rata-rata 30 orang. Artinya setiap guru mengajari anak 10 orang, setiap anak dengan guru terjadi proses belajar mengajar rata-rata 4 menit, bahkan ada anak yang tidak dapat di ajari guru karena waktu terpakai pada anak-anak yang lainnya. 5. Proses belajar Al-Qur‟an yang diterapkan guru kepada anak adalah menghafal surat atau ayat-ayat pendek, pelafashan makhraj huruf dan bacaan dengan tajwid. 6. Metode belajar baca Al-Qur‟an adalah metode iqra‟, yaitu “guru membaca, anak mendengaratau anak membaca guru mendengar sambil memperbaiki kesalahan berupa makhraj huruf dan tajwid dan juga dengan metode tambahan masing-masing anak maju untuk tingkat Iqra‟ dan anak menyetor untuk tingkat Tahfis/Tasmia”). 7. Tingkat kemahiran anak baca Al-Qur‟an sangat bervariasi yaitu tingkat Iqra‟ selama 1-1,5 tahun (katagori mahir), 1-2 tahun (katagori sedang) dan 1-3 tahun (katagori rendah). Di samping pula kemahiran anak sangat didukung oleh tingkat kehadiran mengaji.

17

8. Pelaksanaan mengaji dilaksanakan setiap malam kecuali hari sabtu dan minggu atau bertepatan dengan hari-hari besar, serta ada keperluan lain untuk membutuhkan masjid (musyawarah).28 Hasil wawancara dengan guru diperoleh informasi bahwa tingkat kemahiran anak membaca Al-Qur‟an sangat berbeda-beda (ada yang lancar, ada yang di eja-eja tapi bisa, dan ada yang belum bisa sama sekali. Penyebab anak belum bisa lancar dan bagus dalam bacaan dipengaruhi oleh waktu yang singkat setiap pertemuan, sedangkan anak banyak.Namun yang penting bagi masyarakat dan orang tua adalah anak-anaknya bisa baca Al-Qur‟an walaupun bertahun-tahun.29 Wawancara dengan guru di Masjid Baiturrahim Desa Tanjung Mudomengatakan bahwa sebahagian orang tua selalu mempertanyakan mengapa anak-anaknya belum dapat lancer baca Al-Qur‟an, kami jelaskan dimana waktu sangat singkat.Sebaliknya juga orang tua kurang memotivasi anaknya atau mengulang kembali baca Al-Qur‟an di rumah atau selalu mengontrol anak datang ke temapat mengaji (dari rumah ke masjid, tapi tidak hadir).30 Wawancara dengan anak yang mengaji tentang yang mahir atau belum mahir, diperoleh informasi bahwa anak yang mahir disebabkan tingkat kecerdasannya tinggi dan rajin, serta sungguh-sungguh.Sedangkan yang kurang mahir umumnya jarang masuk, ada yang masuk tapi sangat guru mengajar selalu bermain, bahkan ada yang keluar masjid saat guru mengajar.Di samping itu anak kurang termotivasi oleh guru, bahkan metode guru mengajar kurang menarik minat dan gairah anak.31 Selain uraian di atas belum efektifnya pengajian sela waktu magrib isya juga disebabkan beberapa fenomena, yaitu: 1. Metode yang diterapkan yaitu metode iqra‟ (sistem khalaqah) 2. Belum menerapkan metode baru atau model menggunakan teknologi

28Observasi lapangan, tanggal 22 Juni 2018. 29I, Guru mengaji Masjid Baiturrahim, wawancara lapangan 30 Yubias, Guru Mengaji Masjid Baiturrahman 31Ferdy Andrian, anak mengajo

18

3. Sumber daya manusia (SDM) guru masih rendah terutama belum bisa mengoperasikan komputerisasi dan teknolgi canggih 4. Sarana prasarana belum mendukung secara efektif 5. Biaya sangat redah, untuk kesejahteraan guru. Bertitik tolak dari permasalahan-permasalahan di atas, peneliti sangat tertarik untuk mengadakan penelitian dengan pertanyaan mengapa pelaksanaan mengaji sela waktu magrib ke isya belum efektif? Maka penelitian ini berjudul “Efektivitas Pengajian Antara Magrib dan Isya dalam Meningkatkan Kemampuan Baca Al-quran di Masjid Baiturrahim di Desa Tanjung Mudo, Masjid Bairrahman di Desa Sungai Jering, dan Masjid Jami‟ Islamiyah di Desa Sungai Matidalam Kecamatan Pangkalan Jambu Kabupaten Merangin” B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka untuk menjawab pokok masalah, peneliti memunculkan beberapa rumusan masalah yang akan diteliti sebagai berikut: 1. Bagaimana efektivitas pengajian antara magrib dan isya dalam meningkatkan kemampuan baca Al-qur‟an anak usia 9-12 tahun di 3 Masjid Kecamatan Pangkalan Jambu Kabupaten Merangin? 2. Apa faktor pendukung dan penghambat kegiatan mengaji antara magrib dan isya dalam meningkatkan kemampuan baca Al-qur‟an anak usia 9-12 tahun anak usia 9-12 tahun di 3 Masjid Kecamatan Pangkalan Jambu Kabupaten Merangin? 3. Bagaimana kontribusi orang tua, tokoh agama, tokoh adat dalam meningkatkan kemampuan anak baca Al-qur‟an antara magrib dan isya di 3 Masjid Kecamatan Pangkalan Jambu Kabupaten Merangin?

C. Fokus Penelitian Begitu banyaknya fenomena-fenomena atau masalah yang terindikasi, maka untuk memudahkan fokus peneliti dalam melakukan penelitian dengan segala keterbatasan dan kemampuan baik dari segi waktu

19

dan biaya, maka penelitian ini difokuskan padaefektivitas pengajian antara magrib dan isya dalam meningkatkan kemampuan baca Al-qur`an bagi anak usia 9-12 tahu. Di samping itu juga penelitian ini akan memfokuskan pada beberapa subjek sebagai berikut: 1. Anak yang berusia 9-12 tahun 2. Guru yang di maksud dalam penelitian ini adalah guru mengaji 3. Upaya guru dan orang tua serta tokoh masyarakat dalam meningkatkan kemampuan baca Al-qur‟an D.Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan dan pengetahuanbaru bagi masyarakat terutama menggalakan atau mengaktifkan pengajian baca Al-Qur‟an di Masjid Kecamatan Pangkalan Jambu Kabupaten Merangin dan bagi peneliti khususnya. a. Untuk mengetahui bagaimana efektivitas guru mengajar dalam meningkatkan kemampuan anak mengaji di Masjid dalam Kecamatan Pangkalan Jambu Kabupaten Merangin. b. Untuk mengetahui bagaimana hasil dicapai dalam meningkatkan motivasi dan kemampuan baca Al-Quran di MasjiddalamKecamatan Pangkalan Jambu Kabupaten Merangin c. Untuk mengetahui bagaimana upaya guru mengatasi dan meningkatkan motivasi dan kemampuan anak mengaji di masjid dalamKecamatan Pangkalan Jambu Kabupaten Merangin 2. Kegunaan Penelitian a. Secara Teoretis 1) Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dan dapat mengemukakan bagaimana efektivitas pengajian antara magrib dan isya di masjid dalam Kecamatan Pangkalan Jambu Kabupaten Merangin.

20

2) Melahirkan sebuah kajian baru tentang efektivitas pengajian antara magrib dan isya di masjid dalam Kecamatan Pangkalan Jambu Kabupaten Merangin b. Secara Praktis 1) Dapat memberikan sumbangan dan masukan positif kepada peneliti- peneliti lanjutan dan dapat dijadikan bahan masukan bagi masyarakat dan guru ngajidi masjid-masjid. 2) Dapat memotivasi bagi peneliti-peneliti selanjutnya untuk meneruskan penelitian yang berhubungan dengan evektivitas mengaji Al-Qur‟an magrib dan isya. 3) Menambah khasanah ilmu pengetahuan dalam dunia pendidikan dan salah satu syarat untuk memperoleh gelar magister S2 Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

21

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN RELEVAN

A. LANDASAN TEORI 1. Efektifitas Pengajian Antara Magrib Dan Isya a. Makna Efektivitas Issu tentang efektivitas atau keefektifan telah menjadi salah satu dari banyak subjek penelitian elusif dalam manajemen dan organisasi.Menurut Uber Silalahi, efektivitas adalah kemampuan untuk memilih tujuan-tujuan atau sasaran-sasaran yang tepat untuk mencapainya. Karena itu efektivitas menunjuk pada kaitan antara output atau apa yang sudah dicapai atau hasil yang sesungguhnya dicapai sesuai rencana yang ditetapkan.32 Lebih lanjut Uber Silalahi, mengatakan bahwa dalam konteks mencapai tujuan, efektivitas berarti doing the right things atau mengerjakan pekerjaan yang benar. Efektivitas menunjuk pada keberhasilan pencapaian sasaran, sehingga efektivitas digambarkan sebagai satu ukuran apakah mengerjakan pekerjaan yang benar.Efektivitas didefinisikan sejauh mana sebuah organisasi mewujutkan tujuannya. Keefektifan organisasional adalah tentang doing everything you know to do and doing it well. Organizational effectiveness ameasure of how appropriate organizasional goals are and how well an organization is achiving those goals.33 Makna efektif akan dapat menyelesaikan pekerjaan tepat waktu dan menghasilkan sebuah produktivitas. Tidak heran jika Islam mengajarkan wajibnya manusia bekerja dengan baik dan efektif (ihsan). Bagi orang-orang beriman dan bertakwa bekerja dengan baik dan efektif merupakan kesadarannya tentang Allah Yang Maha Esa atas segala sesuatu pekerjaan, sebagaimana firman Allah dalam surat At-Taubah, ayat 105: َولُ ْل ا ْع َمل َّو فَ َسيَ َرى ا ََّّللُ َع َملَ ُك ْم َو َر ُس ْو َلهُ َوا ْل ُم ْؤ ِم ُن ْو َن ’ َو َستُ َردُّ ْو َن الى َع ِل ِم ا ْلغَ ْي ِب َوال َش َهادَةِ فَيُنَ بِّئُ ُك ْم بِماَ ُك ْنتُ ْم تَ ْع َملُ ْو َن )٘ٓٔ(

32Ulber Silalahi, Asas-Asas Manajemen (Bandung; Refika Aditama, 2013), hal. 416. 33Ibid, hal. 417.

22

Artinya: Dan Katakanlah: Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan (QS: At-Taubah: 105).34

Buya Hamka, mengatakan bahwa sesibuk apapun kita dalam bekerja, mau jadi apa saja kita, kita harus pelajari Al-Qur‟an sebagai sumber ilmu, memang kandungannya tak akan terkuasai seluruhnya, tetapa usahakan untuk terus mempelajarinya, oleh karena bekerja merupakan amal perbuatan semasa hidup dan selalu mempelajari dan mempraktekan ilmu tersebut berdasarkan petunjuk Ilahi.35 Al-Ghazali dalam Dedi Irawan, mengatakan tujuan hidup manusia yaitu beribadah kepada Allah.Maka pendidikan harus berorientasi pada perolehan kemuliaan dan takwa, bukan untuk mencari kedudukan yang tinggi dan kemegahan dunia. Sebab, jika tujuan pendidikan di arahkan pada selain mendapatkan sesuatu selain ridha Allah, akan menyebabkan kesesatan dan kemudaratan yang nyata.36 Didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) efektif artinya ada efeknya(punya dampak positif, akibatnya, pengaruhnya dan kesannya) manjur, mujarab dan dapat membawa hasil.37Efektivitas pada dasarnya berhubungan dengan pencapaian tujuan atau target kebijakan (hasilguna). Maka, efektivitas merupakan hubungan antara keluaran dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai. Kegiatan operasional dikatakan efektif apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan (spending wisely). Sedangkan menurut E. Mulyasa, efektivitas ialah bagaimana suatu organisasi berhasil mendapatkan dan memanfaatkan sumber daya dalam usaha mewujudkan tujuan operasional.Efektivitas seringkali berkaitan erat

34Anonym Al-Qur‟an 35Buya Hamka, Hamka dalam Pelita Bisnis (Jakarta: Uhamka Press, 2008), hal. 416. 36Dedi Irawan, The Great Teachir. Rekam Jejak Guru Hebat dari Masa ke Masa (Bandung: Hakim Publishing, 2016), hal. 56. 37 KBBI online

23

dengan perbandingan antara tingkat pencapaian tujuan dengan rencana yang telah di tetapkan sebelumnya, atau perbandingan hasil nyata dengan hasil yang direncanakan.38 Lebih lajut Mulyasa, juga menegaskan bahwa efektivitas dapat dibedakan berdasarkan perspektif teori sistem dan dimensi waktu, sebagai berikut: Masalah efektivitas biasanya berkaitan erat dengan perbandingan antara tingkat pencapaian tujuan dengan rencana yang telah disusun sebelumnya, atau perbandingan hasil nyata dengan hasil yang direncanakan. Berdasarkan beberapa defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa efektivitas merupakan suatu keadaan yang menunjukkan keberhasilan kerja yang ditetapkan. Efektivitas pendidikan (baca Al-Qur‟an) juga dapat dilihat berdasarkan teori sistem, kriteria efektivitas harus mencerminkan keseluruhan siklus input-proses-output, tidak hanya output atau hasil, serta harus mencerminkan hubungan timbal balik antara manajemen sekolah dan lingkungan sekitarnya. Adapun berdasarkan dimensi waktu, efektivitas dapat diamati dalam jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.39 Dari beberapa kajian dari Al-Qur‟an, Hadist, dan tokoh agama dapat dikontruksikan bahwa efektivitas adalah bekerja sebagai ibadah, menerapkan sifat-sifat kemuliaan, bekerja keras mencapai tujuan, pandai mengelola waktu, sudah mempunyai rencana kerja matang, dan hasilnya bermanfaat. Rasulullah, dalam pengajaran yang dilakukan Beliau sangat teratur dan sesuai dengan prinsip tahapan dan memudahkan, sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung tanpa ada kebosanan dan sesuatu yang memberatkan bagi orang-orang yang belajar. Dalam hal ini Rasulullah mentapkan hari-hari tertentu atau mengosongkan mengajar dalam menghindari kebosanan.40 Dari definisi di atas, Mukhtar dkk, menjelaskan bahwa Indikatornya adalah mengharapkan ridha Allah, tanggap serta mengedepankan sikap

38 Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi, dan implementasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), hal. 81. 39Ibid, hal. 82. 40Muhammad Fathi, Metode Nabi dalam Mendidik dan Mengajar. Konsep Pendidikan Sesuai Al-Qur‟an dan As-Sunnah (Jakarta: Pustaka AlKautsar, 2009), hal. 44.

24

mental pantang menyerah, jujur, dan amanah.Maka pengukuran tingkat efektivitas (effektivenness) berkenaan dengan apakah suatu pekerjaan mencapai hasil sesuai yang diharapkan. menghasilkan atau memberi hasil yang maksimal, tepat waktu.41Efektivitas merupakan gambaran tingkat keberhasilan dan keunggulan dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan dan adanya keterkaitan antara nilai-nilai yang bervariasi. Hal tersebut juga sejalan dengan pendapat yang dikemukakan Sedarmayanti, efektivitas merupakan suatu ukuran yang memberikan gambaran seberapa jauh target dapat tercapai, pengertian efektivitas ini lebih berorientasi kepada keluaran.42 Dapat di simpulkan bahwa efektivitas adalah sebuah proses tertentu dan terukur yaitu, tercapainya sasaran atau tujuan sesuai rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Kemudian pekerjaan dikatakan efektif bila hasil (output) yang dihasilkan dapat memenuhi target, memperhatikan kualitas SDM, adanya relevansi ilmu dengan kebutuhan masyarakat, dan punya nilai sesuai tingkat pendidikan yang diperoleh. b. Efektivitas Pengajian Magrib dan Isya Tidak ada yang tidak bisa dicapai dalam kehidupan ini, selama kita mengelola pekerjaan dan menguatkannya dengan ikatan doa. Sesuatu yang tidak bisa akan sangat bisa diwujudkan apabila kita bersungguh-sungguh mewujudkannya. Realitas sikap sering mempengaruhi berhasil atau gagal mencapai cita-cita.Meskipun orang-orang disekitar kita terus-menerus membimbing, mendorong, memberi dan sekaligus mengajar serta mendidik kita, kalau kita tidak punya semangat dan motivasi untuk maju, semua upaya tersebut tidak ada gunanya (kegagalan).Jadi, kitalah yang memegang kunci kekuatan kita sendiri untuk unlocking potential power, yaitu membuka gembok-gembok potensi dengan bekerja efektif dan produktif, serta berkelanjutan.

41Mukhtar, Khairinal, Khairunas, Desain Pelatihan Produktif (Jambi: Kelompok Studi Penulisan, 2016), hal. 51. 42Sedarmayanti, Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja (Bandung: Mandar Maju, 2009), hal. 59.

25

Peter F. Drucker, mengatakan bahwa usaha yang efektifdapat mengelola waktu dengan baik, serta harus mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: Pertama, waktu yang efektif, yaitu, jangan mulai berdasarkan pekerjaan atau tugas, tapi mulailah dengan waktu, dan tidakmemulaidari awal perencanaan. Kedua, mulailah dengan mencari tahu di mana waktu awal (pagi).Ketiga, mencoba untuk mengelola waktu dan hindari pekerjaan yang tidak produktif.Dengan demikian pada akhirnya perkerja akan terbiasa dalam menggunakan waktu dengan tolok ukur adalah: Pertama, pandai menggunakan waktu (recording time). Kedua, mengelola waktu (managing time).dan Ketiga, mengefektifkan atau mensiasati waktu (consolidating time).43 Dapat difahami bahwa waktu merupakan komunitas berharga apabila manusia dalam bekerja dapat menggunakannya dengan baik. Waktu tidak akan kembali setelah ia berlalu dihadapan kita. Nabi Muhammad SAW dalam bekerja dan berdakwa selalu mengefektifkan waktu dalam meraih keberhasilan dalam membina umat manusia pada jalan yang benar. Rasulullah SAW bersabda: باكروافى طلب الرزق والحوائج فان الغدو بركة ونحاح )رواه ابن عد عن عائشه(

Artinya: Berpagi-pagilah kalian dalam mencari rizki dan keperluan- keperluan lainnya. Sesungguhnya keberkahan dan kesuksesan itu terletak di pagi hari. (HR. Ibnu „Ady dari Ai‟syah).44 Hadist di atas memberikan nasehat kepada kita bahwa berusaha dalam mencari rizki harus memulainya diwaktu pagi hari.Dan bekerja yang diawali pagi hari sebagai langkah utama untuk mendapatkan kesuksesan bekerja dalam meraih rizki.Maksudnya bahwa, waktu pagi dimaksud mengajak kita konsisten memanfaatkan secara efektif dan kita jangan menjadi orang pemalas dan selalu membuang-buang waktu.

43Peter F. Drucker. The Effective [email protected] Harper Collins Publishers (Australia) Pty. Ltd. 25 Ryde Road (PO Box 321) Pymble, NSW 2073, Australia http://www.harpercollins.com.au. Di akses tanggal 1 September 2015, hal. 25. 44Sayid Ahmad Al Hasyim, Terjemahan Mukhtarul Alhadis (Jakarta: Pustaka Amani, 1995), hal. 159.

26

Orang pemalas adalah orang yang belum mengefektifkan hidupnya dalam bekerja, bahkan kurang disukai bagi yang melihatnya.Rasulullah sangat marah melihat orang pemalas dan suka berpangku tangan.Bahkan, Beliau mencontohkan secara simbolik, yaitu “memberi hadiah kampak dan tali kepada seorang lelaki pemalas, agar mau bekerja keras mencari kayu dan menjualnya ke pasar.Demikian pula jika mau berusaha, mulailah berusaha sejak subuh.Jangan tidur sesudah subuh, cepatlah bangun dan mulailah kegiatan untuk hari itu.Akhirnya laki-laki itu sukses dalam hidupnya”.45 Dari beberapa kajian dari Al-Qur‟an, Hadist, dan tokoh agama dapat dikonstrusikan bahwa keterkaitan antara efektivitasdengan waktu adalah, bekerja sebagai ibadah, menerapkan sifat-sifat kemuliaan, bekerja keras mencapai tujuan, pandai mengelola waktu, sudah mempunyai rencana kerja matang, dan hasil usaha bermanfaat. Indikatornya adalah: mengharap ridha Allah, tanggap dalam mencari rizki halal, sudah mengedepankan sikap mental pantang menyerah, menerapkan sikap jujur, amanah dalam bekerja. Pengukuran Efektivitas (effectiveness) berkenaan dengan apakah suatu pekerjaan mencapai hasil sesuai yang diharapkan (barang atau pelayanan) tanpa mempertimbangkan efesiensi.Ukuran efektivitas (effectiveness) adalah suatu kriteria untuk menseleksi berbagai alternatif untuk dijadikan rekomendasi didasarkan pertimbangan apakah alternatif yang direkomendasikan tersebut memberi hasil yang maksimal, lepas dari pertimbangan efesiensi. Ukuran efesiensi (efficiency): adalah untuk menseleksi sejumlah alternatif untuk dijadikan rekomendasi didasarkan pada pertimbangan apakah alternatif yang direkomendasikan tersebut membuahkan hasil rasio efektivitas biayanya lebih tinggi dari batas tertentu (efesiensi marginal). Alex Matheson, mengatakan bahwa wirausaha harus jeli dalam mengelola uang, mengelola organisasi dan mengelola orang (Measures to

45Buchari Alma, Kewirausahaan Untuk Mahasiswa dan Umum (Bandung: Alfabeta, Cetakan Ke-18, 2013), hal. 106.

27

increase efficiency and effectiveness; managing money, managing organisations and managing people).46Keefektifan bekerja harus dapat: memperkirakan biaya, sumberdaya yang digunakan usaha sebagai masukan, memperkirakan hasil (output),danmengukur efektifitas ditentukan (membandingkan kedua hal tersebut). Efektivitas merupakan gambaran tingkat keberhasilan atau keunggulan dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan dan adanya keterkaitan antara nilai-nilai yang bervariasi. Hal tersebut juga sejalan dengan pendapat yang dikemukakan Sedarmayanti, Efektivitas merupakan suatu ukuran yang memberikan gambaran seberapa jauh target dapat tercapai. Pengertian efektivitas ini lebih berorientasi kepada keluaran sedangkan masalah penggunaan masukan kurang menjadi perhatian utama.Apabila efesiensi dikaitkan dengan efektivitas maka walaupun terjadi peningkatan efektivitas belum tentu efesiensi meningkat.47 Berdasarkan pendapat para pakar di atas, efektivitas adalah suatu komunikasi melalui proses tertentu, dan terukur yaitu tercapainya sasaran atau tujuan yang ditentukan sebelumnya. Dengan biaya yang dianggarkan, waktu yang ditetapkan dan jumlah orang yang telah ditentukan. Apabila ketentuan tersebut berjalan dengan lancar, maka tujuan yang direncanakan akan tercapai sesuai dengan yang diinginkan. Pepatah arab mengatakan bahwa belajar di waktu kecil bagaikan mengukir di atas batu. Inilah waktu efektif bagi manusia memulai kehidupannya.Secara bahasa, kata pengajian berasal dari kata dasar „‟kaji‟‟ yang berarti pelajaran (terutama dalam hal agama). Yang selanjutnya pengajian adalah: (1) ajaran dan pengajaran, (2) pembacaan al-qur‟an. Kata pengajian itu terbentuk dengan adanya awalan „‟pe‟‟ dan akhiran „‟an‟‟ yang memiliki dua pengertian: pertama sebagai kata kerja yang berarti pengajaran, yakni pengajaran-pengajaran ilmu agama Islam, dan kedua

46Alex Matheson, Measures to increase efficiency and Effectiveness. Public Management Service, OECD28-30 November, 2001, Rome.Di akses tanggal 30 Agustus 2015. 47Sedarmayanti, Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja (Bandung: Mandar Maju, 2009), hal. 59

28

sebagai kata benda yang menyatakan tempat, yaitu tempat untuk melaksanakan pengajaran agama Islam, yang dalam pemakaiannya banyak istilah yang digunakan, seperti pada masyarakat sekarang dikenal dengan Majlis Ta‟lim atau Masjid. Zakiah Deradjat, mendefinisikan bahwa pengajian adalah kegiatan pendidikan keagamaan yang segi penyelenggaraannya diserahkan sepenuhnya pada kebijaksanaan Bapak Kiyai, pimpinan pondok pesantren.48Demikian pula sistem pendekatan yang biasa digunakan, seperti wetonan, bandungan, sorogan.Maksud kegiatan ini terutama untuk mendalami ajaran agama, sehingga terpelihara kelestarian pendidikan keagamaan untuk melahirkan calon ulama. Dalam buku panduan Pengajian Antara Magrib dan Isya dijelaskan bahwa Pengajian Antara Magrib dan Isya adalah sekelompok remaja atau pemuda yang berkumpul di masjid dan melakukan kegiatan-kegiatan yang yang telah di tentukan untuk oleh ustadz/guru ngaji. Maka dalam menilai sesuatu, baik manusia, barang, pekerjaan atai lainnya, ukurlah sampai sejauh mana sesuatu itu memberikan dampak positif agi kehidupan manausia.Manakala berdampak positif bagi kehidupan manusia maka sesuatu itu bisa dinayatakan bernila, agama adalah sumber nilai bagi kehidupan manusia yang paling esensial, tidak ada sumber yang lebih berbobot dari pada agama Islam.49 Lebih lanjut Ahsin mengatakan bahwa efektivitas baca Al-Qur‟an yaitu harus memperlakukan Al-Qur‟an dimulai dalam lingkungan keluarga, (1) mengajarkan anak-anak kita belajar membaca Al-Qur‟an sehingga tidak ada lagi generasi Islam yang tidak bisa membaca Al-Qur‟an. (2) mengajarkan anak-anak untuk bisa mengerti isi kandungan Al-Qur‟an melalui terjemahan yang ada, (3) mencoba mengamalkan isi kandungan Al-Qur‟an dan mencoba menghubungkan nilai-nilai dengan kehidupan sehari-hari.50

48 Zakiah Daradjat,Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2013),hal. 99. 49Ahsin Sakho Muhammad, Keberkahan Al-Qur‟an (Jakarta: Qaf Media Kreativa, 2017), hal. 13. 50Ibid, hal. 20-21.

29

Menurut Ahmad Syarifuddin keutamaan seseorang membaca Al- qur‟an yaitu: 1. Nilai pahala. Kegiatan membaca Al-Qur‟an persatu hurufnya dinilai satu kebaikan dan satu kebaikan ini dapat dilipat gandakan hingga sepuluh kebaikan. Bayangkan bila satu ayat atau satu surah saja mengandung puluhan aksara arab. 2. Obat (terapi) jiwa yang gundah. Membaca Al-Qur‟an bukan saja amal ibadah, namun juga bisa menjadi obat dan penawar jiwa gelisah, pikiran kusut, nurani tidak tentram, dan lain sebagainya. 3. Membaca syafaat. Di saat umat manusia diliputi kegelisahan pada hari kiamat Al-Qur‟an bisa saja hadir memberikan pertolongan bagi orang- orang yang senantiasa membacanya di dunia. 4. Menjadi nur di dunia sekaligus menjadi simpanan di akhirat. Dengan membaca Al-Qur‟an, muka seseorang Muslim akan ceria dan berseri-seri. Ia tampak anggun dan bersahaja karna akrab bergaul dengan kalam tuhannya. Lebih jauh ia akan dibimbing oleh kitab suci itu dalam meniti jalan kehidupan yang lurus. Selain itu, di akhirat, membaca Al-Qur‟an akan bias menjadi deposito besar yang membahagiakan. 5. Malaikat turun memberikan rahmat dan ketenangan. Jika Al-Qur‟an dibaca, malaikat akan turun memberikan sipembaca itu rahmat dan ketenangan. Seperti diketahui apa golongan malaikat yang khusus ditugaskan untuk mencari majlis forum zizir dan membaca Al-qur‟an. Jika malaikat menurunkan rahmat dan ketenangan otomatis orang yang membaca Al-Qur‟an hidupnya akan selalu tenang. 51 Kurikulum Islam dalam pendidikan Islam adalah‟‟ mengajari anak- anak menghafal Al-qur‟an dari kecil. Karena Al-Qur‟an membangun perilaku dan akhlak, juga memelihara lisan, mengokohkan aqidah serta menjamin masa depan pemuda,52 Membaca adalah jembatan menuju pemahaman,

51Ahmad Syarifuddin, mendidik anak membaca, menulis dan mencintai al-Qur‟an (Jakarta: Gema Insani, 2007), hal, 46-48. 52Muhammad Zuhaili, Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini (Jakarta: Ba‟adillah Press 2015), hal 75.

30

pengamalan dan penerapan Al-qur‟an dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kegiatan membaca Al-qur‟an terdapat syiar agama Islam.53 Al-Qur‟an tidak hanya sekedar untuk dibaca dengan memahami arti ataupun maknanya, akan tetapi Al-Qur‟an harus dipelajari dengan cara-cara tertentu agar jelas panjang pendeknya, jelas makhrajnya yaitu dengan mengunakan Ilmu tajwid dalam membaca Al-Qur‟an. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Muzammil ayat 4 yang berbunyi: أَ ْو ِز ْد َعلَ ْي ِه َو َر ِتّ ِل ا ْل ُمر َء َن تَ ْرتِ ْي ًال

Artinya: Dan bacalah Al-Qur‟an dengan perlahan-lahan‟‟ (Q.S. Al-Muzammil: 4).54 Pengertian perlahan-lahan di sini adalah agar setiap orang dalam membaca Al-Qur‟an tidak salah, baik tajwid maupun seni baca Al-qur‟an dengan lagunya, karena nilai-nilai Al-Qur‟an yang begitu tinggi seharusnya diagung-agungkan baik seni bacanya maupun kandungan ilmu yang terdapat di dalamnya. Salah satu materi pendidikan yang sangat penting yang diberikan kepada anak adalah pendidikan Al-Qur‟an. Pengertian tajwid, kata tajwid berasal dari kata “jawwada” artinya memperbaiki.Adapun pengertian tajwid menurut istilah yaitu “mengeluarkan setiap huruf dari tempat keluarnya masing-masing sesuai dengan haq dan mustahaq-nya.Maka yang dimaksud haq hurufyaitu sifap asli yang senantiasa ada pada setiap huruf, sedangkan mustahaq huruf yaitu sifat yang sewaktu-waktu timbuloleh sebab tertentu seperti, idzhar, ikhfa, iqlab, idghom, qalqalah, ghunnah, tafkhim, tarqiq, dan sebainya.55 Pada usia tujuh tahun, anak sebaiknya diserahkan kepada pengajar agama yang shaleh untuk mempelajari Al-Qur‟an. Maka usia anak-anak atau remaja merupakan umur yang efektif untuk mempelajari Al-Qur‟an karena didukung beberapa indikator seperti, jiwa anak masih suci, daya tangkap anak masih tajam, daya hafal makin tinggi dan sangat memudahkan anak

53Ibid, Ahmad Syarifuddin, M, hal. 49 54 Departemen RI, Op Cit. hal, 574 55Muhammad Zulifan, Tajwid For All (Jakarta: Grasindo, 2016), hal. 19-20.

31

merekam hafalan-hafalannya. Dan Al-Qur'an mengakui manusia sebagai makhluk sekaligus rasional,kehendak, akuntabilitas, dan etika, Al-Qur'an menasihati semua Muslim bahwa itu masukkepentingan terbaik mereka untuk mengikuti kursus moderat.56 Secara teori, efektivitas dan kemampuan anak dalam membaca Al- Qur‟an memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Kemampuan membaca Al-Qur‟an dengan lancar dengan memperhatikan kaidah baca yang baik dan benar. Karakteristik pertama ini seperti biasa membaca Al-Qur‟an dengan mengenal ilmu tajwid, mengeluarkan suara yang baik.57 b. Kemampuan membaca Al-Qur‟an belum lancar. Dan tidak memperhatikan kaidah baca yang baik dan benar. Karekteristik kedua ini seperti masih gagap, tidak fasih, susah, tidak mahir, dan cadel. Hal ini disebabkan kkesalahan mengidentifikasi bunyi huruf, kelemahan kemampuan pemahaman dan kelemahan dalam hal kecepatan membaca.58 Kemampuan dalam membaca Al-Qur‟an dengan lancar harus memperhatikan kaidah dengan baik dan benar, membaca Al-qur‟an belum lancar karena tidak memperhatikan kaidah baca yang baik dan benar, seperti masih gagap, tidak fasih, susah, tidak mahir, dan cadel, hal ini disebabkan kesalahan mengidentifikasi bunyi huruf, kelemahan kemampuan pemahaman dan kelemahan dalam hal kecepatan membaca.59 Dapat disimpulkan bahwa yang indikator untuk meningkatkan kemampuan anak dalam membaca Al-Qur‟an adalah; (1) baca sesuai makharijul huruf, (2) kelancaran dalam melafaskan ayat Al-Qur`an, (3) membaca dengan tartil, (4) benar fasahah, dan (5) tajwid yang benar, (6) dengan lagu merdu.

56 M. Faizal, dkk. The Entrepreneurs Characteristic from Al-Quran and Al-Hadis (International Journal of Trade, Economics and Finance, Vol. 4, No. 4, August 2013), hal. 192. 57As‟ad Human, Buku Iqro‟ (Cara Cepat Belajar al-Qur‟an) jilid 1-6.Jakarta: Tim Tadarus AMM , 2008), hal. 32. 58Ahmad Syarifuddin, Op. Cit., hal. 40-41 59Misbahul Munir, Op. Cit, hal. 359.

32

Jadi, Al-Qur‟an itu pada dasarnya mudah dan Allah yang menjamin kemudahannya. Di antara kemudahan yang ada di dalam Al-Qur‟an: (1) mudah untuk dibaca dan dipelajari, (2) mudah untuk dihafal, (3) mudah untuk difahami, karena sebagian besar dari ayat-ayat Al-Qur‟an dapat dipahami oleh orang awam, (4) mudaha untuk diamalkan, dan (5) mudah untukdidakwakan.60 2. Pelaksanaan Membaca Al-Qur’an a. Adab Baca Al-Qur’an Setiap muslim tentu sudah mafhum bahwa Al-Qur‟an merupakan petunjuk bagi manusia, jika diikuti dengan penuh kesadaran, akan mengantarkan pada kehidupan yang lebih baik, di dunia dan akhirat. Al- Qur‟an memuat berbagai macam persoalan sekaligus menawarkan solusi yang terbaik. Hubungan manusia dengan Allah (hablum minallah), hubungan manusia dengan sesama (hablum minannas), dan hubungan manusia dengan lingkungan (hablum minal „alam), semuanya termuat di dalam Al-Qur‟an dan bagi siapa saja yang ingin hidup bahagia dunia dan akhirat, maka tidak ada jalan lain selain memegang teguh ajaran Al- Qur‟an.61 Rasulullah menjadikan Al-Qur‟an sebagai pembimbing dan sandaran ketika Beliau berdialog dengan orang-orang Yahudi dan sebagai penolong dalam upaya mereka menahan laju dakwah beliau dan sebagai orang-orang yang diliputi perasaan iri kerena Allah telah mengangkat utusan-Nya dari masyarakat Arab yang ummi. Begitu juga kedudukan Al-Qur‟an adalah sebagai satu-satunya referensi bagi Rasulullah ketika beliau mengadili mereka dan umat lain dari Ahli Kitab.62 Yang sangat menarik bahwa Umar bin Khathab Ra, yang tegas, keras, dan kasar tidak menjadikan dirinya sampai melampaui batas dan lupa diri. Inilah karakter yang menarik ketika

60Zakariyal Anshari, Anda pun Bisa Hafal 30 JUZ Al-ur‟an (Jakarta: Imam Asy-syafi‟I, 2018), hal. 9. 61Latifatul Umamah, Misteri di Balik Penamaan Surat-Surat Al-Qur‟an (Yogyakarta: Diva Press, 2017), hal. 7. 62Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), hal. 332.

33

disebutkan atau dibacakan ayat-ayat Al-Qur‟an, maka marahnya langsung terhenti atua sering disebut luluh terhadap Al-Qur‟an.63 Setiap mukmin yang mempercayai Al-Qur‟an, mempunyai kewajiban dan tanggung jawab terhadap Kitab sucinya itu.Diantara kewajiban dan tanggung jawab itu adalah mempelajarinya dan mengajarkannya, namun dalam mempelajari dan mengajarkannya memiliki Adab masing- masing.Dalam melaksanakan pembelajaran Al-Qur‟an, terdapat beberapa ketentuan yang sebaiknya dilalui oleh pembelajaran, yaitu guru dan murid. Bagi seorang guru ada beberapa hal yang harus dilakukan dalam mengajar Al- Qur‟an diantaranya yaitu: 1. Yang harus diperhatikan oleh pengajar Al-Qur‟an adalahniat.64 Niat mengajar Al-Qur‟an adalah untuk mencari keridhaan Allah SWT. Di dalam Shohihain di sebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: إنَّ َما اْألَ ْع َما ُل بِالنِّيَّا ِت َوإِنَّ َما ِل ُك ِّل ا ْم ِر ٍئ َما نَ َوى. )رواه إماما المحدثين( Artinya: “Sesungguhnya amal-amal itu tergantung niatnya dan setiap orang tergantung dengan apa yang diniatkan”.(RH. Imam Muhaddisin). b. Menghiasi diri dengan akhlak mulia sesuai tuntunansyar‟i. Seyogyanya seorang pengajar Al-qur‟an berakhlak luhur sesuai tuntunan syar‟i, menghiasi dirinya dengan sifat-sifat terpuji, berperilaku yang diridhoi Allah, seperti penuh kekhusyu‟an, tenang, berwibawa, dan rendah hati, dan berperilaku lembut terhadap murid.Lebih lanjut Imam Nawawi menjelaskan bahwa guru sepatutnya tidak merasa besar diri berhadapan dengan murid-muridnya. Seharusnya dia hendaklah berlembut dan merendahkan diri. Hal ini tertulis dalam hadits Rasulullah SAW:“Berlemah lembutlah terhadap muri-murid kamu dan terhadap guru- guru kamu”. c. Suka memberinasihat. Seorang guru Al-Qur‟an harus ikhlas menasihati para murid yang

63Muhammad Yusuf bin Abdurrahman, Tarbiyatush Shahabah (Yogyakarta: Diva Press, 2017), hal. 185. 64Khulaimi, Fungsi Dan Fadhilah Membaca Al-Qur,an (Surakarta: Kaffah Media, 2008), hal. 199.

34

merupakan bagian dari umat Islam dan pengikut Nabi Muhammad SAW. Yang termasuk bagian dari nasihat bagi Allah dan Kitabnya ialah memuliakan murid dan pelajar, menunjuki kepada mereka kemaslahatan, menyikapi dengan lembut, murah hati dalam menuturkan pengajaran dan ramah, bertutur kata lembut serta mendorong mereka giat belajar. d. Bersemangat dalam memberikan pengajaran Al-Qur‟an. Seorang pengajar Al-qur‟an haruslah mengajari dan mendidik pelajarnya dengan penuh semangat sehingga dapat memberikan pengaruh kepada para pelajarnya, dan para guru Al-qur‟an harus berupaya membuat pelajarnya paham. Memberi pengajaran kepada masing-masing anak sesuai dengan kemampuannya. Ia tidak boleh mengajar mereka lebih banyak atau lebih lama, sementara mereka tidak menyanggupinya. Sebaiknya, pengajar tidak boleh mengajar terlalu singkat untuk pelajar yang memerlukan tuntunan pengajaran yang lebih banyak. e. Memuliakan Ilmu Di antara adab-adab yang amat perlu diperhatikan adalah ilmu tidak boleh di hina. Termasuk adab yang ditekankan dan diperhatikan adalah tidak merendahkan Ilmu dengan pergi ke suatu tempat untuk mengajarkan muridnya disana. Meskipun yang didatangi itu seorang pemimpin atau dibawahnya.65 Fu‟ad bin Abdul Aziz asy-Syalhub, karakter-karakter yang mesti dimiliki seorang pengajar (guru ngaji) adalah; mengikhlaskan ilmu untuk Allah, jujur, serasi antara ucapan dan perbuatan, bersikap adil dan tidak berat sebelah, berakhlak mulia dan terpuji, tawadhu‟, pemberani, bercanda bersama anak didiknya, sabar dan menahan emosi, menghindari perkataan keji yang tidak pantas, berkonsultasi dengan orang lain.66 Di samping karakteristik dalam membaca Al-Qur‟an juga diperhatikan seorang punya adab atau etika membaca Al-Qur‟an yaitu; bersuci dari hadas besar atau kecil, di mulai dengan lafal istiazhah, dengan tartil dan

65 Rozali Abdullah, Menjalani Hidup Dengan Hikmah (Solo: Smart Medi, 2012), hal. 102. 66Fu‟ad bin Abdul Aziz asy-Syalhub, Begini Seharusnya Menjadi Guru. Panduan Lengkap Metodologi Pengajaran Cara Rasulullah (Jakarta: Darul Haq, 2013), hal. vii.

35

kaidah tajwid, bacaan yang jelas dengan makhrijul huruf yang tepat, Rasulullah membaca Al-Qur‟an sesuai situasi dan kondisi seperti suara pelan atau nyaring, bersujud ketika membaca ayat Sajadah, mengambil mushaf dengan tangan kanan, dianjurkan menghadap kiblat, khusuk dan tenang, pakaian yang pantas menutup aurat, memperhatikan tanda wakaf dan tanda baca, mulut tidak berisi makanan, dan jangan mengganggu orang sedang shalat.67 Sedangkan menurut Munawir hal yang harus dilakukan oleh seorang belajar dalam melaksanakan pembelajaran Al-Qur‟an yaitu; 1. Niat untuk mencari keridhaan AllahSWT. 2. Berperilaku tawadhu terhadap guru dan berperilakusopan 3. Pelajar harus bersedia menerima nasihatguru 4. Semangat dantekun 5. Termasuk adab-adab yang penting bagi seorang pelajar adalah semangat menggebu dalam menuntut ilmu, giat dan rajin belajar pada setiap saat yang memungkinkan untuk belajar. Ia tidak boleh merasa puas dengan ilmunya yang sedikit jika masih mempunyai kemungkinan untuk mendapatkan ilmu yang banyak. Meskipun demikian, setiap pelajar tidak boleh memaksakan diri untuk mencapai ilmu yang lebih tinggi yang melewati kemampuan dirinya. Sebab boleh jadi hal itu akan menimbulkan kebosanan, bahkan merusak ilmu yang telah dicapainya. Dan hal ini tentunya berbeda-beda, tergantung keadaan dan kondisi pelajar.68 Sedangkan menurut H. Ramlan Mardjoned, bahwa seorang yang belajar Al- Qur‟an harus mempunyai adab sebagai berikut: 1. Adab terhadap guru Adab pelajar terhadap guru harus dimulai dengan niat ikhlas untuk belajar dan menimba ilmu dari gurunya, agar mendapatkan kemudahan dalam belajar menulis dan membaca Al-qur`an untuk diamalkan, yaitu: a. Membaca ayat Al-qur‟an dengan tartil, memahami pelajaran yang

67Ibid, Latifatul Umamah, hal. 233-235. 68Munawir, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur`an (Yogyakarta: Team Tadarus AMM, 2007), hal. 74.

36

diberikan, disiplin menghapal ayat kemudianmengamalkannya. b. Bersikap sopan dan santun atau hormat dengan akhlakul karimah terhadap guru yangmengajar. c. Bersikap taat, patuh dan hormat kepada guru, dan senantiasa bekonsultasi kepadanya dalam hal pelajaran dan memperhatikan nasihatnya. d. Bersikap merendahkan suara, agar jangan suara pelajar lebih keras dari gurunya. 2. Disiplin belajar, sikap disiplin belajar bagi pelajar,yaitu; a. Datang ke ruang belajar atau kelas hendaklah secara disiplin, sesuai dengan waktu belajar yang ditetapkanguru. b. Taat pada peraturan yang telah ditetapkan guru atausekolah.69 3. Sikap terhadapsahabat. Di dalam pergaulan antar sesama teman atau kawan belajar diruang kelas hendaknya; a. Saling menebarkan kasih sayang untuk menyambung silaturrahmi dan membina ukhuwah, saling melepaskan senyum tandapersahatan. b. Jangan saling mengejek dan mentertawakan dengan tujuan merendahkan sahabat ataukawan. c. Pelajar jangan saling melihat ke kiri dan kanan atau kebelakang, dengan tujuan menggoda teman danberbincang-bincang. Dalam rangka menciptakan iklim yang lebih kondusif dalam interaksi dan juga sebagai pendukung tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, maka bagi seorang murid ngaji harus dapat melaksanakan adab-adab tersebut. Begitu pula bagi seorang guru atau pengajar diusahakan agar dapat menyikapi pelajar dengan sikap lembut, bijaksana dan membantunya dalam mendapatkan apa yang mereka cari dan selalu mendorong mereka untuk lebih giat dalam belajar Penyebab kesulitan membaca Al-qur‟an dalam bahan penelitian yang dimaksud disini adalah sebagai bentuk problematika yang sering dihadapi

69Ramlan Mardjoned, Panduan Cepat Menghafal Al-Qur`an (Yogyakarta: Diva Press, 2012), hal. 91.

37

oleh siswa dalam membaca Al-qur‟an. Pengetahuan yang diberikan kepada anak didik melalui proses pendidikan disuatu lembaga tidak mudah dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang dimaksud, hal ini disebabkan banyaknya perbedaan potensi yang dibawa anak didik. Dalam keadaan di mana anak didik atau siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, itulah yang disebut dengan kesulitan belajar, kesulitan dalam belajar ini pula yang dapat mempersulit siswa dalam belajar membaca Al-qur`an. b. Faktor-Faktor Kesulitan Anak Membaca Al-Qur’an Para ilmuan menyimpulkan bahwa kecerdasan tidaklah tetap, sangat dipengaruhi oleh seberapa besar dan seringnya ia digunakan. Semakin banyak kita menggunakan otak, semakin banyak pula koneksi antara sel-sel otak yang kita buat.Semakin banyak koneksi di antara sel otak, semakin besar pula potensi kita untuk berfikir cerdas.Untuk memenuhi kapasitas otak dalam menyimpan informasi, kita harus belajar satu hal baru setiap detik.Jadi kalau otak kita diisi hafalan Al-Qur‟an dan terjemahannya, bahkan dengan tafsirnya pun, masih banyak yang kosong di memori kita.70 Zubaida, mengatakan bahwa faktor-faktor kesulitan membaca Al- Qur‟an anak sebagai berikut: a. Faktor Intern anak, meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko- fisik anak/siswa,yakni: (1) Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual atau intelegensisiswa, (2) Yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dansikap, (3) Bersifat psikomotorik (ranah rasa), antara lain tergannggunya alat- alat indera penglihatan danpendengaran. b. Faktor Ekstern anak, meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar. Faktor ini dapat dibagi tiga macam, yaitu:Lingkungan keluarga, contohnya: ketidakharmonisan hubungan ayah dengan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga. Di samping itu juga disebabkan oleh, (1) Lingkungan

70Abdul Aziz Abu Jawrah, Hafal Al-Qur‟an dan Lancar Seumur Hidup (Jakarta: Gramedia, 2017), hal. 6.

38

perkampungan/masyarakat,contohnya: wilayah perkampungan kumuh (slum area), dan teman sepermainan yang nakal, (2) Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi letak gedung sekitar yang buruk seperti pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang berkualitas rendah.71 Dalam diri siswa memiliki intelegensi yang berbeda-beda untuk menerima suatu pelajaran. Siswa yang memiliki intelegensi yang rendah akan menemui kesulitan dalam menerima pelajaran, yang demikian dapat menyebabkan kesulitan dalam belajar. Dalam membaca Al-qur`an, alat indera yang memegang peranan penting adalah lisan (alat ucapan), mata (alat lihat), dan telinga (alat dengar). Jika alat indera ini berfungsi kurang baik, maka hal ini akan menjadikan hambatan dan kesulitan bagi anak untuk menerima pengajaran dengan baik dan sempurna.72 Keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama. Tetapi dapat juga sebagai faktor penyebab kesulitan dalam belajar. Yang termasuk dalam faktor ini adalah orang tua. Orang tua yang kurang memperhatikan pendidikan anaknya dalam belajar agama khususnya belajar membaca Al-Qur‟an, tidak memperhatikan kemajuan belajar anaknya dalam membaca Al-qur‟an, akan menyebabkan anak tersebut sulit untuk membaca Al-qur‟an. Begitu pula bagi seorang guru dapat menjadi faktor kesulitan dalam belajar membaca Al-Qur‟an,apabila: 1. Guru tidak kualified dalam pengambilan metode yang digunakan dalam belajar membaca Al-Qur‟an. Sehingga cara menerangkan kurang jelas, sukar dimengerti olehmurid-muridnya. 2. Hubungan guru dengan murid kurang baik. Hal ini bermula pada sifat dan sikap guru yang tidak disenangi oleh murid-muridnya, seperti: kasar, suka marah, tak pernah senyum, tak pandai menerangkan, menjengkelkan, tinggi hati tak adil danlain-lain. 3. Metode mengajar guru yang dapat menimbulkan kesulitan siswa dalam belajar Al-Qur‟an.

71Zubaida, Problematika Membaca Al-Qur`an ( Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hal 20 72Ibid, hal. 23.

39

4. Guru dalam mengajar tidak menggunakan alat peraga atau media yang memungkinkan semua alat inderanyaberfungsi. 5. Metode belajar yang menyebabkan murid pasif, sehingga anak tidak adaaktifitas. 6. Metode mengajar tidak menarik, kemungkinan materinya tinggi atau tidak menguasaibahan ajar. 7. Guru hanya menggunakan satu metode saja dan tidak bervariasi. Hal ini menunjukkan metode guru yang sempit, tidak mempunyai kecakapan diskusi, tanya jawab, eksperimen, sehingga menimbulkan aktivitas murid dan suasana menjadihidup.73 Sedangkan menurut Jalaluddin, kesulitan membaca Al-Qur‟an memiliki empat faktor, diantaranya sebagai berikut: 1. Orientasi cara berfikir Pengaruh modernisasi banyak mempengaruhi pemikiran orang.Kemajuan teknologi dengan segala hasil yang disumbangkan bagi hidup manusia, dapat mengalihkan perhatian untuk hidup lebih erat kepada alam kebendaan. Hal ini mendorong mereka untuk menuntut ilmu yang diperkirakan dapat membantu kearah pemikiran praktis dan dapat menunjang prestise kehidupan duniawi. Maka tidak heran kalau pengetahuan tentang Al-Qur‟an dan cara membacanya kalah bersaing dengan kepentingan hidup yang lain hingga hampir diabaikan. 2. Kesempatan dan tenaga Arah berpikir yang material telah mendudukkan status wajib baca Al- Qur‟an ke proporsi yang lebih kecil. Pengaruh ini telah menimbulkan gejala baru, yaitu belajar Al-Qur‟an secara sambilan. Akibatnya terjadi kelangkaan penyediaan kesempatan dan kelangkaan tenaga. Waktu yang digunakan untuk baca Al-Qur‟an lebih sedikit dibandingkan dengan waktu yang digunakan untuk menuntut pengetahuan lain. Akhirnya tenaga pengajar yang tersedia tidak sempat berkembang seimbang dengan kebutuhan.

73Khuzwain, Cara Cepat Belajar Tajwid Praktis (Yogykarta: Team Tadarus AMM, 2007), hal. 30.

40

3. Metode Perkembangan teknologi telah merubah kecenderungan masyarakat untuk menuntut pengetahuan secara lebih mudah dan lebih cepat, yaitu dengan memanfaatkan jasa teknologi untuk media pendidikan baik media- visual, audio-visual atau komputer dengan cara yang semakin tepat guna. Khusus untuk pendidikan Al-Qur‟an cara ini masih langka dan mahal. Metode lama dengan beberapa seginya mungkin sudah kurang serasi dengan keinginan yang tepat guna ini. Akibatnya metode yang demikian berangsur kurang diminati.Akhirnya minat untuk mempelajari Al-Qur‟an kian menyurut. 4. Aksara Kitab suci Al-Qur‟an ditulis dengan aksara dan bahasa Arab.Faktor ini menyulitkan bagi mereka yang berpendidikan non pesantren/madrasah karena pengetahuan itu tidak dikembangkan secara khusus di sekolah umum.Akibatnya anak yang berpendidikan umum sebagian besar buta aksara Kitab Sucinya.Faktor-faktor di atas menurut Jalaluddin banyak mempengaruhi kecenderungan yang menimbulkan sikap masa bodoh dan anggapan anak bahwa belajar Al-Qur‟an sulit.74 Menurut Rozali Abdullah dalam membaca Al-Qur`an terdapat metode belajar yang sangat variatif, karena belajar Al-Qur‟an bukan hanya sekedar mengenalkan huruf-huruf Arab beserta syakal yang menyertainya, akan tetapi harus juga mengenalkan segala aspek yang terkait dengannya seperti, makharijul huruf, ilmu tajwid dan bagian-bagiannya.75 Dengan demikian, Al-Qur`an dapat dibaca sebagaimana mestinya. Hal inilah yang sering dianggap sulit oleh anak untuk memahami cara belajar membaca Al- qur`an agar lebih baik. Macam-macam kesulitan yang sering kita jumpai dalam membaca Al- Qur`an diantaranya adalah sebagai berikut:

74Jalaluddin, Seni Menghafal Al-Qur`an (Solo: Wacana Ilmiah Press, 2008), hal. 187. 75Rozali Abdullah, Op.Cit, hal. 83.

41

1. Melafalkan huruf-huruf hijaiyah (MakharijulHuruf) Mengenal huruf hijaiyah adalah langkah awal bagi siapa saja sebelum membaca Al-Qur‟an dengan baik, demikian juga dengan siswa. Oleh karena itu, bila belum mengenal dengan baik huruf-huruf aksara Al- Qur‟an maka untuk melafalkannya akan terasa sulit. Ketika membaca Al- Qur‟an setiap huruf harus dibunyikan sesuai makhrajnya.Kesalahan dalam pengucapan huruf dapat menimbulkan perbedaan makna atau kesalahan arti pada bacaan yang sedang di baca.Dalam kondisi tertentu, kesalahan ini bahkan dapat menyebabkan kekafiran apabila dilakukan dengan sengaja dan benar. 2. Penguasaan IlmuTajwid Kaidah ilmu tajwid merupakan hal penting bagi siapapun yang membaca Al-qur‟an. Tajwid sebagai suatu disiplin ilmu mempunyai kaidah- kaidah tertentu yang harus dipedomani dalam pengucapan huruf-huruf dari makhrajnya. Disamping itu harus pula diperhatikan hubungan setiap huruf dengan yang sebelum dan sesudahnya dalam cara pengucapannya. Olehkarena itu tidak dapat diperoleh hanya sekedar dipelajari namun harusmelalui latihan, praktek dan menirukan orang yang baik bacaannya.76 Membaca Al-Qur‟an termasuk ibadah, oleh karena itu membacanya harus sesuai dengan aturan yang telah ditentukan. Sikap memperbaiki bacaan Al-Qur‟an dengan menata huruf sesuai dengan tempat atau haknya merupakan suatu ibadah pula, sama halnya meresapi, memahami, dan mengamalkan isi kandungan Al-Qur‟an merupakan suatu ibadah. Sahabat Abdullah bin Mas‟ud berpesan, “Jawwidul Qur‟an” bacalah Al-Qur‟an dengan baik (bertajwid)‟. Para ulama menjelaskan, membaca Al-Qur‟an yang tidak sesuai dengan ilmu tajwid sebagai al-lahn, yakni kekeliruan atau cacat dalam membaca.Dari Utsman ra, bersabda Rasulullah, “Sebaik-baik kamu adalah orang yang belajar Al-Qur‟an dan mengajarkannya.” (Bukhari, Abu Dawud, Tirmizi, Nasa‟I, Ibnu Majah).77

76Khuzwain, Op. Cit, hal. 93. 77Maulana Muhammad Zakaryya Al-Kandahlawi Rah.a, Himpunan Fadhilah Amal (Yogyakarta: Ash-Shaff, 2003), hal. 574.

42

3. KelancaranBacaan Kurangnya kemampuan anak baik dalam melafalkan huruf hijaiyah (makharijul huruf) maupun kaidah ilmu tajwid dapat menyebabkan pengucapan atau bacaannya terbata-bata. Hal ini disebabkan kurangnya latihan anak (siswa) dalam membaca Al-Qur‟an baik di sekolah maupun di rumah, sehingga anak (siswa) dalam membaca Al-Qur‟annya masih kurang lancar. Al-Ghozali dalam Bahrun mengatakan bahwa tartil disunnahkan tidak semata untuk tadabbur karena non-Arab yang tidak memahami makna Al- qur‟an juga disunnahkan untuk membaca dengan tartil, karena tartil lebih dekat dengan pemuliaan dan penghormatan terhadap Al-qur‟an, dan lebih berpengaruh bagi hati daripada membaca dengan tergesa-gesa dan cepat.Bahrun menjelaskan dalam bukunya yang berjudul: al Burhan Fi Tajwidil Qur‟an, Ilmu Tajwid Syarah Tuhfatul Athfal dan Al Jazariyah, bahwa membaca Al-qur‟an mempunyai empat macam bacaan, yaitu: 1. Tartil, yaitu bacaan yang dilakukan dengan perlahan-lahan, tenang, dan membunyikan setiap huruf dari makhrajnya masing-masing dengan memberikan hak serta mustahaknya, lalu memikirkan maknabacaannya. 2. Tahqiq, sama dengan bacaan tartil, hanya bacaan tahqiq lebih ditekankan kepada faktorketenangannya. 3. Hadar, bacaan cepat, tetapi dengan mengeja (menyesuaikan hokum- hukum)bacaan. 4. Tadwir, bacaan pertengahan antara tartil danhadar. 5. Tingkatan yang paling utama di antara semuanya ialah bacaan tartil.78 Menurut Agus Syafii, cara mudah belajar membaca Al-Qur'an itu secara garis besar seseorang harus menguasai 5 hal berikut; 1. Menguasai huruf hijaiyyah yang berjumlah 28 huruf berikut makharijul hurufnya. Hal ini dikarenakan untuk bisa membaca Al-qur'an, 90 % ditentukan oleh penguasaan huruf hijaiyyah dan selebihnya 10 % lagi sisanya seperti tanda baca, hukum danlain-lain. 2. Menguasai tanda baca (a, i, u atau disebut fathah, kasrah, dandhommah).

78 Bahrun, Belajar dan pembelajaran tajwid( Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), hal. 32.

43

3. Menguasai isyarat baca seperti panjang, pendek, dobel (tasydid), dan seterusnya 4. Menguasai hukum-hukum tajwid seperti cara baca dengung, samar, jelas dansebagainya. 5. Latihan yang istiqamah dengan seorang guru yangahli.79 Dari beberapa uraian di atas yang paling terpenting agar dapat membaca Al-Qur‟an terlebih dahulu yaitu seorang anak harus dapat mengenal huruf-huruf hijaiyah dan terus praktek bagaimana cara pengucapan makhraj yang baik dan benar, kemudian selalu berlatih membaca Al-Qur‟an di rumah oleh seorang guru yang ahli atau mahir dalam membaca Al-Qur‟an. Selain itu, untuk mempermudah siswa dalam melaksanakan belajar membaca Al-Qur‟an, hendaknya dipenuhi fasilitas dan sarananya seperti, alat- alat untuk mengaji, misalnya: Al-qur‟an, buku-buku ilmu tajwid, kursi, meja dan sebagainya, hal tersebut memungkinkan siswa dapat terkesan untuk selalu belajar membaca Al-Qur‟an.80 3. Metode Baca Al-Qur’an Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa “Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan guna mencapai tujuan yang telah ditentukan”. Seiring dengan itu, metode adalah jalan yang hendak ditempuh oleh seseorang supaya sampai kepada tujuan tertentu, baik dalam lingkungan perusahaan, atau perniagaan, maupun dalam kupasan ilmu pengetahuan dan lainnya”. Jadi metode pembelajaran Al-Qur`an adalah suatu cara yang sistematis guna memudahkan guru untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan yaitu supaya siswa bisa atau kompeten membaca Al-qur`an dengan lancar dan sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. Pada saat masyarakat mulai merasakan kebutuhan akan belajar Al-Qur‟an, maka para pakar sekaligus para pemerhati pembelajaran Al-Qur`an melakukan upaya-upaya untuk mencari solusi agar belajar membaca Al-qur`an menjadi lebih mudah

79Darus Bin Ruslan, Pelajaran Tajwid, Tartil: Menurut Qiroat Imam Ashim, Riwayat Imam Hafidz, 2014), hal 3. 80 Khuzwain, Op Cit, hal. 37.

44

dan diminati. Seiring dengan perkembangan zaman, sejak pertengahan abad 19, banyak metode-metode pengajaran baca Al-qur`an. Mulai dari yang dianggap klasik seperti al-baghdady, kemudian dilanjutkan dengan metode yang bernama qiro‟ati, dan sebagainya. Metode-metode tersebut disusun secara sistematis dan diupayakan mencakup materi-materi yang dibutuhkan, terdiri dari beberapa jilid dan setiap jilid memiliki tahapan serta target kemampuan yang terencana.81 Keberhasilan suatu program, terutama pengajaran dalam proses belajar mengajar tidak terlepas dari pemilihan metode. Pada sekarang ini begitu banyaknya metode belajar membaca Al-Qur`an yang digunakan, yang tujuannya untuk meningkatkan kemampuan belajar anak. Diantaranya yaitu: 1. Metode Al-Baghdady berasal dari Baghdad Irak. Metode al-baghdady adalah metode tersusun (tarkibiyah), maksudnya yaitu suatu metode yang tersusun secara berurutan dan merupakan sebuah proses ulang atau lebih kita kenal dengan metode alif, ba’, ta’. Metode ini adalah metode yang paling lama muncul dan metode yang pertama berkembang di Indonesia. Cara pembelajaran metode ini adalah: Hafalan, Eja, Modul, Tidakvariatif, dan Pemberian contoh yang absolut 2. Metode Hattaiyyah adalah suatu metode pengajaran membaca Al-Qur‟an dengan pendekatan pengenalan huruf Arab, tanda baca melalui huruf latin 3. Metode Al-Barqi, metode ini sifatnya bukan mengajar namun mendorong, disini siswa dianggap telah memiliki persiapan dengan pengetahuan yang tersedia. Siswa membuka atau melihat peraga/papan tulis, tidak dalam keadaan kosong. Karena sudah punya kesiapan, maka siswa hanya

81 Komariah, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Raja Wali Press, 2013), hal. 84.

45

membaca, memisah, memilih dan memandu sendiri. 4. MetodeIqra‟. Metode iqra‟ ini disusun oleh Ustadz As‟ad Human yang berdomisili di Yogyakarta. Metode Iqro‟ adalah suatu metode membaca Al-Qur‟an yang menekankan langsung pada latihan membaca. Adapun buku panduan iqra‟ terdiri dari 6 jilid di mulai dari tingkat yang sederhana, tahap demi tahap sampai pada tingkatan yang sempurna. Model pengajaran metode iqro‟ yaitu, (1) Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), guru tak lebih hanya sebagai penyimak, bukan penuntun bacaan, (2) Privat, guru menyimak seorang dengan seorang, (3) Asistensi, yaitu jika guru tidak mencukupi, murid yang mahir bisa turut membantu mengajar murid- murid yang lainnya. 5. Metode Jibril. Metode ini ditemukan oleh KH.M. Bashori Alwi sebagai pencetus metode jibril, bahwa dasar metode jibril bermula dengan membaca satu ayat atau lanjutan ayat atau waqaf, lalu ditirukan oleh seluruh orang-orang yang mengaji. Sehingga mereka dapat menirukan bacaan guru dengan pas. Istilah metode jibril yang digunakan sebagai nama dari pembelajaran Al- qur‟an yang diterapkan di Pendidikan Ilmu Al- Qur‟an (PIQ) Singosari Malang, adalah dilatarbelakangi perintah Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW untuk mengikuti bacaan Al-Qur‟an yang telah diwahyukan melalui malaikat Jibril. Dalam pelaksanaannya metode Jibril menempuh dua tahap, yaitu tahqiq dan tartil, yaitu: a. Tahap tahqiq adalah pembelajaran Al-Qur‟an dengan pelan dan mendasar.Tahap ini dimulai dengan pengenalan huruf dan suara, hingga kata dan kalimat. Tahap ini memperdalam artikulasi (pengucapan) terhadap sebuah huruf dengan tepat dan benar sesuai dengan makhraj dan sifat-sifathuruf. b. Tahap tartil adalah pembelajaran membaca Al-Qur‟an dengan durasi sedang dan bahkan cepat sesuai dengan irama lagu. Tahap ini dimulai dengan pengenalan sebuah ayat atau beberapa ayat yang dibacakan guru, lalu ditirukan oleh para santri secara berulang-ulang. Disamping pendalaman artikulasi (pengucapan), dalam tahap tartil juga

46

diperkenalkan praktek hukum-hukum Ilmu Tajwid seperti: bacaan mad, waqaf, dan ibtida‟, hukum nun mati dan tanwin, hukum mim mati, dan sebagainya c. MetodeQira‟ati ialah membaca Al-Qur`an yang langsung memasukkan dan mempraktikkan bacaan tartil sesuai dengan kaidah Ilmu tajwid. Dan dalam metode qira‟ati ini telah mempunyai beberapa macam strategi, yaitu: 1. Strategi mengajar umum (global) a. Individu atau privat yaitu santri bergiliran membaca satupersatu. b. Klasikal Individu yaitu sebagian waktu digunakan guru/ustadz untuk menerangkan pokok pelajaran secaraklasikal. c. Klasikal baca simak yaitu strategi ini digunakan untuk mengajarkan membaca dan menyimak bacaan Al-qur‟an oranglain. 2. Strategi mengajar khusus(detil). Dalam strategi ini mengajarkannya secara khusus atau detil. Dalam Strategi ini agar berjalan dengan baik maka perlu di perhatikan syarat- syaratnya. Prinsip-prinsip pengajaran Al-qur‟an pada dasarnya bisa dilakukan dengan bermacam-macam metode. Pada umumnya metode-metode yang dilakukan oleh seorang guru dalam mengajar membaca al-qur‟an adalah Metode Musyafahah, „Ardul Qiro‟ah (Sorogan), dan Metode Mengulang- ngulang Bacaan. Metode Musyafahah (adu lidah), yaitu guru membaca terlebih dahulu, kemudian disusul oleh siswa. dengan metode ini, guru dapat menerapkan cara membaca huruf dengan benar melalui lidahnya. B. Motivasi dan Kemampuan Anak Membaca Al-Qur`an Abdu Rauf, mengatakan bahwa kemampuan membaca Al-Qur‟an adalah merupakan hal penting dalam proses pembelajaran anak, karena hal ini adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh anak.82 Kemampuan membaca Al-Quran yang baik dan benar memerlukan tahapan-tahapan tertentu, hal ini sesuai dengan teori yang mengungkapkan bahwa

82Abdur Rauf, Abdul Aziz, Anda pun Bisa Menjadi Hafidz Al-Quran (Jakarta: Markas Quran, 2012). Hal. 27

47

kemampuan membaca Al-Qur‟an melalui beberapa tahapan, yaitu kemampuan melafalkan huruf-huruf, sesuai dengan makhraj dan sifatnya.83 Kemampuan seorang anak baca Al-Qur‟an sudah pasti diiringi pula dengan motivasi untuk pandai baca Al-Qur‟an.Motivatisi, yang artinya dorongan daya batin, sedangkan to motivate artinya mendorong untuk berperilaku atau berusaha. Motivasi dalam manajemen, lebih menitik beratkan pada bagaimana caranya mengarahkan daya dan potensi bawahan, agar mau bekerja sama secara produktif berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah ditentukan.84 Jadi kemapuan dalam membaca Al-Qur‟an sangat di butuhkan keahlian baik dalam menyebut kefashian hurup, tajwid dan makhrijal hurup, jika sudah mampu melakukan semua itu maka dengan mudah kita bisa membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar. Dalam meningkatkan kemampuan tersebut di butuhkan juga motivasi dari diri sendiri ataupun orang lain. Motivasi adalah aktuator terhadap kemauan dan keinginan untuk sukses. Hal ini juga dikatakan rencana stimulusuntuk mencapai kesuksesan atau menahan diri darikegagalan. Orang yang termotivasi berarti berhasil memperoleh kekuatanmencapaikesempurnaan dalam hidup dan akhirat.85Pentingnya motivasi karena motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan antusias untuk mencapai hasil yang optimasl.Motivasi semakin penting karena manajer membagikan pekerjaan pada bawahannya untuk dikerjakan dengan baik dan terintegrasi kepada tujuan yang diinginkan. Usaha dalam baca Al-Qur‟an tidak hanya mengharapkan mampu, cakap dan terampil tetapi yang terpenting mereka memiliki keinginan untuk bekerja atau mempelajari dengan giat dan mencapai hasil kerja yang baik T.

83Djaluddin. Op,.cit Hal. 17. 84 Notoatmojo, Metode Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Renika Cipta, 2010), hal. 45. 85Ahamad Asmadi Sakat, dkk. Comparison Of Western Motivation Theories With Islamic Method (Bangi, Selangor, Malaysia: Department of Al Quran and Al Sunnah Studies, 2012), hal. 3259

48

Hani Handoko, mengatakan bahwa pengertian motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan.86Ngalim Purwanto mengatakan bahwa Motivasi suatu keahlian dalam mengarahkan anak agar mau bekerja secara berhasil.Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong untuk bertindak melakukan sesuatu.87 Sedangkan motivasi adalah aktivitas prilaku yang bekerja dalam usaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang diinginkan.Motivasi itu bisa muncul dari dalam diri seseorang, yang kita kenal dengan istilah motivasi instrinsik, bisa juga timbul sebagai akibat pengaruh dari luar diri seseorang (pengaruh lingkungan), yang kita kenal dengan istilah motivasi ekstrinsik.88Menurut fahrurrahman ada sepuluh strategi untuk menumbuhkan minat dan motivasi belajar siswa, yang diantaranya adalah menggunakan media yang baik serta harus sesuai dengan tujuan pembe-lajaran.89 Tujuan Motivasi secara umum dapat dikatakan tujuan motivasi adalah untuk menggerakan seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat diperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu.Motivasi adalah kunci pencapaian siswa seperti yang telah ditunjukkan pada literatur bahwa semua siswa dipengaruhi oleh motivasi untuk mencapai dan berhasil.90 Maka bagi guru tujuan motivasi adalah untuk menggerakan atau memacu para siswanya atau anak didik agar timbul keinginan dan kemauannya untuk meningkatkan prestasi belajarnya sehingga tercapai tujuan pendidikan (mengaji) sesuai dengan yang diharapkan dan diterapkan dalam kurikulum sekolah, untuk itu tindakan motivasi akan lebih dapat berhasil jika tujuannya jelas dan disadari oleh guru sebagai pemberi motivasi

86 Rivai, Strategi Pembelajaran (Bandung: Falah Production, 2008), hal. 49. 87M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: PT Remaja rosdakarya, 2007), hal, 60. 88Irham Fahmi, Manajemen (Bandun: Alfabeta,cv, 2011), hal, 143. 89Fathurrohman, Pupuh, Strategi Belajar Mengajar. Bandung: PT. Refika Aditama2007 90 Najib Abdullah Mayed, Dkk. The Relationship Between Motivation And Achievement Toward Studying Arabic Grammer In Malaysia (kuala lumpur, malaysia: Proceeding of the International Conference on Arabic Studies and Islamic Civilization iCasic: 4-5 March 2014,), hal. 123.

49

serta sesuai dengan kebutuhan siswa. Motivasi adalah dorongan atau rangsangan yang diberikan kepada seseorang agar memiliki kemauan untuk bertindak, motivasi sangat penting dalam menentukan aktivitas belajar, karena kelompok termotivasi akan lebih sukses dibanding mereka yang tidak memiliki motivasi.91Motivasi juga merupakan kekuatan dari dalam diri seseorang yang mendorong orang untuk bertingkah lakuatau berbuat sesuatu untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Berupa suatu kebutuhan, tujuan, cita-cita atau suatu hasrat/keinginan yang merupakan daya penggerak dari dalam diri untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu dalam mencapai suatu tujuan. 1. MotivasiIntrinsik Motivasi yang berasal dari diri siswa itu sendiri atau tidak adanya rangsangan dari luar. Misalnya siswa yang gemar membaca Al- qur`an, tidak perlu adanya orang yang menyuruh ataumendorongnya. Karena siswa ingin sekali menguasai kandungan Al-qur‟an. a. MotivasiEkstrinsik Motivasi yang pendorongnya diluar kaitan atau tidak adahubungannya dengan nilai yang terkandung di dalam objek atau tujuan pekerjaannya.92 Misalnya siswa mau membaca Al-qur‟an karena takut kepada guru atau karena ingin memperoleh nilai baik dan sebagainya. Disini juga dijelaskan fungsi dari motivasi yatu: a. Mendorong timbulnya atau suatu perubahan tanpa motivasi tidak timbul perbuatan seperti belajar b. Sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan kepada kecapaain tujuan yang diinginkan c. Sebagai penggerak, ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil , Besar kecilnya motivasi akan menentukan atau lambatnya suatu pekerjaan

91 Ramli Bakar. The Effect Of Learning Motivation On Student‟s Productive Competencies In vocational High School (international journal of asian social science: volume 4, 2014), hal. 723. 92 Ibid,.hal. 61.

50

Motivasi dalam membaca Al-qur‟an sangat penting dan merupakan hal yang paling utama dalam kebutuhan anak membaca Al-qur‟an, baik itu motivasi dari orang tua, diri sendiri, dan orag lain. Dengan adanya mitivasi tersebut anak menjadi semakin giat dan semangat dalam mengajinya.Dengan motivasi tersebut anak yang tidak lancer mengajinya menjadi lancer dan faseh dalam menyebut makhrijul huruf dan bacaannya. Pola kemampuan dan motivasi anak belajar baca Al-Qur‟an juga didorong oleh: 1. Sikap. Sikap (Attitude) sebagai suatu kecenderungan untuk mereaksikan suatu hal, orang atau benda dengan suka, tidak suka atau acuh tak acuh. Bisa dengan tiga kemungkinan, yaitu suka (menerima atau senang) mempelajari Al-qur‟an, tidak suka (menolak atau tidak senang) dengan pelajaran Al-qur‟an, dan sikap acuh takacuh. 2. Minat. Minat (Interest) kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus menerus. Minat ini erat kaitannya dengan perasaan senang, karena itu dapat dikatakan minat terjadi karena sikap senag terhadap pelajaran Al-qur‟an. Siswa yang senang pelajaran Al-qur‟an berarti sikapnya senang kepada pelajaran Al-qur‟an. C. Keutamaan Al-Qur’an Al-Qur‟an secara bahasa berasal dari kata Arab qara‟a-yaqra‟u- qira‟atan- qur‟anan, yang berarti bacaan atau hal membaca.Sedangkan secara terminologi, para ahli mengemukakan pengertian yang berbeda- beda.Selanjutnya Al-qur‟an adalah lafal Arab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw.Yang diturunkan secara mutawattir”.Selanjutnya. Al-Zujaj dalam Rosihon Anwar menjelaskan bahwa Al-qur`an merupakan kata sifat yang berasal dari kata dasar “al-qar‟ “ yang artinya menghimpun. Kata sifat ini dijadikan nama bagi firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw, karena Kitab itu menghimpun surat, ayat, kisah, perintah, dan larangan. Atau Kitab ini menghimpun intisari Kitab-Kitab sebelumnya.93Secara istilah Al-qur‟an adalah firman Allah berupa wahyu

93 Rosihon Anwar, Op Cit. hal. 32.

51

yang disampaikan oleh Jibril kepada Nabi Muhammad Saw.Di dalamnya terkandung ajaran pokok yang dapat di kembangkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan melalui Ijtihad. Menurut M. Samsul Ulum “Al-Qur‟an adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Saw. Untuk semua manusia yang hidup sejak Nabi Muhammad diutus menjadi Rasul sampai manusia yang hidup di akhir zaman.94Sedangkan menurut Manna Al-Qaththan, Al-Qur‟an adalah “Firman Allah (kalamullah) yang diturunkan kepada Muhammad Saw.Yang membacanya menjadi suatu ibadah”. Disini dapat disimpulkan pengertian Al-Qur‟an sebagai berikut: Wahyu atau firman Allah SWT, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw, dengan perantaraan malaikat Jibril, atau dengan cara lain, dengan menggunakan bahasa Arab untuk pedoman dan petunjuk bagi manusia, dan merupakan mukjizat Nabi Muhammad Saw. yang terbesar, yang diterima oleh umat Islam secara mutawattir, dan dinilai ibadah bagi orang yang membacanya. Departemen Agama RI, Al-Qur‟an adalah kitab suci yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad Saw, sebagai salah satu rahmat yang tak ada taranya bagi alam smesta. Di dalamnya terkumpul wahyu ilahi yang menjadi petunjuk, pedoman, dan pelajaran bagi siapa yang mempercayai serta mengamalkannya.Al-Qur‟an merupakan kitab suci paling penghabisan diturunkan Allah, yang isinya segala pokok-pokok syari‟at yang terdapat dalam kitab-kitab sebelumnya.Karena itu, setiap orang yang mempercayai Al-Qur‟an, akan bertambah cinta kepadanya, cinta untuk membacanya, mempelajarinya dan memahaminya serta mengamalkan dan mengajarkannya.95 Maka itu, membaca Al-Qur‟an saja sudah termasuk amal yang sangat mulia dengan pahala berlipat-ganda. Justru itu, Al-Qur‟an adalah sebaik-baik bacaan bagi orang mukmin, baik dikala senang maupun saat susah, serta

94 M. Samsul Ulum, Op Cit. hal. 40. 95Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan terjemahannya (Semarang: Thoha Putra, 1989), hal. 121.

52

Al-Qur‟a, menjadi obat dan penawar bagi orang yang mengalami kegelisahan jiwanya. Sebagaimana seseorang sahabat mendatangi Ibnu Mas‟ud untuk meminta nasehat tentang jiwanya tidak tenang dalam kehidupan, maka Ibnu Mas‟ud memberikan nasehat, agar mengunjungi tiga tempat yaitu, (1) tempat orang membaca Al-Qur‟an, (2) kamu sendiri membaca Al-Qur‟an, atau (3) kamu dengarkan baik-baik orang yang sedang membaca Al-Qur‟an. Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahlawi Rah.a, mengatakan bahwa membaca Al-Qur‟an hendaklah dengan perasaan seolah-olah kita sedang mendengarkan bacaan Al-Qur‟an langsung dari Allah Swt, kemudian apabila mengerti maknanya, sebaiknya kita membacanya dengan tadabbur dan tafakkur. Apabila menemukan ayat-ayat mengenai rahmat, maka berdoalah mengharap ampunan dan rahmat-Nya, apabila berjumpa dengan ayat-ayat azab dan ancaman Allah, maka hendaklah kita meminta perlindungan kepada-Nya.Dan apabila menemukan ayat tentang kebesaran dan kemuliaan Allah, maka ucapkanlah Subhanallah.96 D. Penelitian Yang Relevan Pengajian Antara Magrib dan Isya Dalam Meningkatkan kemampuan Baca Al-Qur‟an adalah persoalan dan pembahasan yang sudah selayaknya dilakukan oleh orang tua ataupun Masyarakat sekitar. Sehingga orang tua dan masyarakat sekitar yang mempunyai peran besar dalam mencetak akhlak dan karakter remaja. Untuk mengungkap konsep Efektivitas Pengajian Antara Magrib dan Isya dalam meningkatkan kemapuan baca Al- Qur‟an, penulis berusaha untuk obyektif. Sebenarnya penelitian tema tersebut sudah banyak dilakukan oleh para penulis terdahulu. Diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Jurnal Yang ditulis Oleh Tartik Pujiati tahun 2011 berjudul Efektifitas Pengajian Antara Magrib dan Isya Alistiqomah Dalam Pembinaan Kehidupan Beragama Masyarakat (Studi Kasus Pengajian Antara Magrib

96Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahlawi Rah.a, Himpunan Fadhilah Amal (Yogyakarta: Ash-Shaff, 2003), hal. 571.

53

dan Isya). Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.Dalam Jurnalnya ia membahas tentang keefektivitasan pengajian antara Magrib dan Isya sangat membantu dan berpengaruh dalam membentuk minat baca Al- Quran serta membendung dari kenakalan remaja. Perbedaan dan persamaan antara penelitian Tartik Pujiati dengan penelitian ini adalah, Tartik lebih membahas tentangPembinaan Kehidupan Beragama Masyarakat, sedangkan peneliti lebih membahas tentang Efektivitas dan kemampuan dalam membaca Al-Qur‟an.Sedangkan persamaannya adalah penelitian ini sama-sama membahas tentang Efektifitas Pengajian Antara Magrib dan Isya. 2. Sungidah 2011 tentang Efektivitas belajar membaca Al-Qurandengan metode pada siswa kelas VSDNegeri 2 Padas Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan. Jurusan Pendidikan Agama IslamFakultas Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negri Salatiga, Dalam penelitiannya ia membahas tentang Efektivitas Belajar Membaca Al- Qur‟an dengan Metode Tarsana. Adapun persamaan penelitian yang di tulis oleh Sungidah dengan yang dilakukan penulis adalah untuk mengetahui efektivitas metode dalam meningkatkan membaca Al- Qur‟an. Adapun letak perbedaannya adalah beliau lebih berfokus pada bagaimana efektivitas metode tarsana dalam meningkatkan belajar membaca Al-Qur‟an. 3. Muh. Alif Kurniawan 2012 tentang Upaya Guru PAI Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Membaca Al-Qur‟an Pada Siswa Kelas VIII SMPN 2 Kalasan diketahui hasil penelitian: (1) upaya guru yaitu melakukan bimbingan individu, penerapan strategi mengeja, pemberian tugas, pemberian motivasi, serta memperbanyak latihan, (2) tingkat kemampuan membaca Al-Quran siswa kelas VIII SMPN 2 Kalasan masuk dalam kategori cukup, (3) Faktor pendukung: tersedianya sarana dan prasarana dan adanya ekstarkulikuler qiraah dan tartil, Faktor Penghambat: lemahnya memahami huruf hijaiyah, kurangnya perhatian

54

orang tua, waktu terbatas, lemahnya kemauan siswa untuk belajar membaca Al-Qur‟an serta pergaulan siswa di lingkungan masyarakat. Persamaan penelitian yang di tulis oleh Alif Kurniawan dengan yang dilakukan penulis adalah membahas tentang sama-sama membaca Al- Qur`an, adapun letak perbedaannya adalah beliau lebih memfokuskan dalam mengatasi kesulitan membaca Al-Qur‟an, sedangkan penulis membahas tentang efektivitas dan kemampuan dalam membaca Al- Qur‟an di masjid-masjid dalamKecamatan Pangkalan Jambu Kabupaten Merangin.

55

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian adalah cara-cara terstruktur, terencana dan terprosedur untuk melakukan sebuah penelitian ilmiah dengan memadukan semua potensi dan sumber yang telah disiapkan.97Berdasarkan judul yang penulis ambil, maka penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Moleong berpendapat bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya.98Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok.99 Metode penelitian kualitatif deskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk menemukan pengetahuan terhadap subjek penelitian pada suatu saat tertentu. Penelitian kualitatif deskriptif berusaha mendeskripsikan seluruh gejala atau keadaan yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan.100 Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sebagai upaya untuk memberikan jawaban atas permasalahan yang telah dibentangkan, karena sifatnya menggunakan analisis deskriptif. Dengan kata lain,penelitian ini berupaya menggambarkan, menguraikan suatu keadaan atau suatu fenomena yang terjadi berdasarkan fakta dan informasi yang diperoleh dari lapangan, kemudian dianalisis berdasarkan variable yang satu dengan lainnya, yang mana lokasi penelitian ini dilakukan di Masjid-masjid 3 desa dalam Kecamatan Pangkalan Jambu Kabupaten Merangin.

97Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif (Jakarta: GP Press Group, 2013), hal.84 98Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), hal.6 99Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013) hal.60 100Mukhtar, Op.Cit., hal.10-11

56

B. Situasi Sosial dan Subjek Penelitian 1. Situasi Sosial Situasi sosial adalah lokasi atau tempat yang ditetapkan untuk melakukan penelitian. Karena penelitiannya adalah riset sosial atau lingkungan manusia atau budaya maka dinamakan dengan situasi sosial (Social Setting).101Penelitian ini berlokasi di Masjid Baiturrahim Desa Tanjung Mudo, masjid Baiturrahman Desa Sungai Jering, dan Masjsi Jami‟ Islamiyah dalam Kecamatan Pangkalan Jambu Kabupaten Merangin. Peneliti mengambil penelitian di masjid-masjid di atas dikarenakan lokasi mudah diakses, terjangkau sehingga memudahkan peneliti melakukan penelitian dan mengambil data yag ada di tempat tersebut. Berhasilkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti bahwa anak bisa mengaji membutuhkan waktu yang cukup lama yaitu 1 tahun bagi yang bersunggung-sungguh, sedangkan anak yang kurang bersungguh-sungguh bisa memakan waktu yang cukup lama yaitu 2 tahun untu mereka lancar mengaji membaca Al-qur‟an. Adapun situasi sosial dalam penelitian ini adalah efektivitas pengajian antara magrib dan isya dalam meningkatkan kemampuan baca Al-qur‟an. Ada beberapa pertimbangan yang dapat dilakukan peneliti dalam menetapkan situasi sosial, diantaranya adalah : a. Peneliti harus bukan bagian dari situasi sosial yang diteliti. Misalnya tempat bekerja, tempat mengajar, bagian dari manajemen dan kepemimpinan. b. Situasi sosial tidak terlalu luas. Jarak yang terlalu jauh dan terpisah di suatu lokasi dan lokasi lainnya. c. Situasi sosial dapat di datangi kapanpun oleh peneliti untuk mendapat informasi melalu snowball data dan proses elaborasi data. d. Situasi sosial sesuatu,baik menyangkut lokasi, nama, istilah dan keberadaan kelembagaan maupun eksistingnya.

101Ibid, hal.88

57

e. Situasi sosial memiliki informasi atau data yang sesuai dengan judul dan masalah penelitian yang mungkin dapat dikumpulkan.102 2. SubjekPenelitian Atas berbagai pertimbangan sebagaimana dikemukakan di atas maka yang akan dijadikan sebagai informan (subjek penelitian) untuk memperoleh data tentang efektivitas pengajian antara magrib dan isya dalam menigkatkan kemampuan baca al-qur‟an, adalah: a. Guru ngaji b. Toko agama dan tokoh masyarakat c. Orang tua d. Murid e. Pengurus masjid C. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data Data adalah catatan atas kumpulan fakta, data adalah sesuatu belum mempunyai arti dan masih memerlukan pengolahan. Data diterima secara apa adanya dan bentuknya dapat berupa angka, kata-kata, gambar, simulasi, konsep, dan lain-lain. Dalam penelitian, fakta dikumpulkan untuk menjadi data.103 Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber utama melalui observasi dan wawancara di lapangan. Sedangkan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari bacaan literatur- literatur serta sumber-sumber lain yang berhubungan dengan penelitian ini, dengan kata lain data sekunder dapat diperoleh dari sumber kedua berupa dokumentasi serta peristiwa yang bersifat lisan atau tulisan. Data sekunder ini digunakan sebagai data pelengkap atau data pendukung dari data primer.

102Ibid, hal.90-91 103Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek(Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hal.87

58

a. Data Primer Data primer adalah data yang diambil langsung dari peneliti kepada sumbernya, tanpa adanya perantara.104Yakni data yang diperoleh secara langsung melalui wawancara dan pengamatan(observasi) terhadap perkembangan dan dinamika pengajian antara magrib dan isya dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur‟an. Data primer yang berkaitan dengan permasalahan yang ada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Informasi bagaimana pengajian antara magrib dan isya dalam meningkatkan kemampuan baca Al-Qur‟an. 2. Informasi apa sajakah kendala dan halangan serta Jalan Keluar dalam kegiatan pengajian antara magrib dan isya dalam meningkatkan kemampuan baca Al-Quran 3. Informasi bagaimana hasil kegiatan pengajian antara magrib dan isya dalam meningkatkan meningkatkan baca Al-Quran. b. Data Sekunder Data sekunder ialah data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti misalnya dari dokumentasi (profil sekolah dan struktur organisasi) atau publikasi lainnya.105Data sekunder dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Sejarah berdirinya masjid 2. Letak geografis masjid 3. Struktur organisasi masjid 4. Visi dan misi masjid 5. Keadaan guru (ngaji) dan murid 6. Keadaan sarana dan prasarana

104Mukhtar,Bimbingan Skripsi, Tesis dan Artikel Ilmiah Panduan Berbasis Penelitian Kualitatif Lapangan dan Perpustakaan(Jambi: Gaung Persada Press, cetakan ke-3, 2010), hal.86 105Ibid, hal.90.

59

2. Sumber Data Menurut Suharsimi Arikunto, Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subjek darimana data diperoleh.106Sumber data yaitu berbentuk perkataan maupun tindakan, yang didapat melalui wawancara. Sumber data peristiwa (situasi) yang didapat melalui observasi. Sumber data dari dokumen didapat dari instansi terkait. Menurut Lofland dalam Jam‟an Satori dan Aan Komariah mengatakan bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain- lain.107Dalam penelitian ini, subjek yang penulis gunakan untuk memperoleh data adalah: a. Sumber data yang berupa orang, baik perkataan maupun tindakan. Sumber data yang akan diwawancarai seperti guru ngaji, ustadz/ustadzah, orang tua , pengurus masjid, tokoh masyarakat dan murid (anak ngaji), b. Sumber data berupa peristiwa yang menyajikan tampilan yang berupa suasana yang bergerak atau pun diam, seperti ruangan dan suasana masjid, sikap dan cara guru Pendidikan dalam menjalankan peranya sebagai pembina dan pendidik dalam pengajian antara magrib dan isya dalam meningkatkan kemampuan baca Al-Qur‟an. c. Sumber data paper atau literatur yang menjadi rujukan dengan masalah yang diteliti dan dapat dijadikan dokumenyang berhubungan dengan penelitian. D. Teknik Pengumpulan Data Menurut Sugiyono, Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data,

106Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik(Jakarta: Rineka Cipta, Cetakan ke-14, 2010), hal.172 107Jam‟an Satori danAanKomariah, MetodologiPenelitianKualitatif(Bandung: Alfabeta, 2009). hal.105.

60

maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.108 Teknik pengumpulan data adalah cara yang ditempuh untuk mendapatkan data atau fakta yang terjadi pada subjek penelitian untuk memperoleh data yang valid. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui metode observasi, wawancara, dokumentasi. 1. Observasi Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.109Teknik ini menuntut adanya pengamatan dari peneliti baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap objek penelitian.110 Observasi dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kelakuan manusia seperti terjadi dalam kenyataan.111Metode ini dilakukan dengan jalan terjun langsung kedalam lingkungan dimana penelitian itu dilakukan disertai dengan pencatatan terhadap hal-hal yang muncul terkait dengan informasi data yang dibutuhkan. Dengan observasi sebagai alat pengumpul data adalah dimaksud observasi yang dilakukan secara sistematis bukan observasi sambil- sambilan atau secara kebetulan saja.112 Dalam penelitian ini, Penulis menggunakan metode observasi untuk mengamati secara langsung data yang ada dilapangan, terutama data tentang pengajian antara magrib dan isya dalam meningkatkan kemampuan baca Al-qur‟an masjid kecamatan pangkalan jambu kabupaten merangin.Metode ini digunakan untuk mengungkapkan data yang mana secara langsung dapat mengamati hal-hal yang berhubungan dengan penerapan pengajian di lingkungan masjid setiap desa.

108Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D(Bandung: Alfabeta, 2013), hal.224 109S.Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan(Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal.158 110 .Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian; Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), hal. 140 111Nasution, Metode Research; Penelitian Ilmiah(Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hal.106 112Ibid,hal.106

61

Metode yang tepat dalam meningkatkan efektivitas pengajian magrib ke isya, apabila melakukan langkah-langkah sebagai berikut : a. Mengamati kegiatan pengajian antara magrib danisya dari keefektifan waktu, seberapa lama anak mendapatkan kesempatan belajar dan pertemuan dengan guru serta berapa lama anak bisa memahami bacaan Al-Qur‟an. b. Mengamati bentuk kegiatan pengajian antara magrib dan isya saat sekarang di 3 masjid dan dibandingkan dengan kajian teori tentang efektivitas di Kecamatan Pangkalan Jambu c. Metode-metode yang diterapkan guru ngaji di dalam kegiatan pengajian, serta melihat kemampuan anak baca Al-Qur‟an adalah metode iqra‟ (sistem iqra‟inilah yang masih efektif dilaksanakan guru ngaji). d. Mengamati animo masyarakat terhadap eksistensi pengajian antara magrib dan isya, terutama orang tua, tokoh masyarakat, dan tokoh agama, dan sebagainya). 2. Wawancara Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal semacam percakapan yang bertujuanmemperoleh informasi.113 Menurut Joko Subagyo, wawancara yaitu suatu kegiatan dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan pada para responden.114 Metode wawancara ini penulis lakukan untuk mengambil data, dengan mengadakan tanya jawab secara langsung dengan responden dan mendengarkan langsung serta mencatat dengan teliti apa yang diterangkan oleh responden, Metode ini digunakan untuk memperoleh data atau informasi dari beberapa sumber data yang bersangkutan yaitu,Kepala sekolah,guru, siswa, dan masyarakat sekitar. Sebelum penulis melalukan wawancara, penulis sudah mempersiapkan seperangkat pertanyaan yang

113Ibid,hal.113. 114Joko Subagyo, Op.Cit., hal.92

62

berkaitan dengan penelitian.Wawancara juga sekaligus keterkaitan observasi sebagai kevalidan data (menjaga keterpercayaan data). Metode yang efektif melalui wawancara adalah bagaimana menggali dan mendapat informasi tentang efektivitas sistem yang diterapkan dalam upaya meningkatkan kepintaran anak mengaji usia dini. Kemudian 3. Dokumentasi Dokumentasi adalah data pendukung yang dikumpulkan sebagai penguatan data observasi dan wawancara.115 Metode ini merupakan suatu cara pengumpulan data yang menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah dan bukan berdasarkan perkiraan.116Adapun data tersebut antara lain : a. Historis dan geografis b. Struktur Organisasi c. Keadaan gurudan siswa d. Keadaan sarana dan prasarana. E. Teknik Analisis Data Analisis data adalah proses mengolah, memisahkan, mengelompokkan dan memadukan sejumlah data yang dikumpulkan di lapangan secara empiris menjadi sebuah kumpulan informasi ilmiah yang terstruktur dan sistematis yang selanjutnya siap dikemas menjadi laporan hasil penelitian.117 Setelah data dikumpulkan, data itu perlu diolah atau dianalisis. Pertama-tama peneliti perlu menyeleksi tingkat reliabilitas dan validitasnya. Data yang memiliki reliabilitas dan validitas rendah digugurkan. Disamping itu, data yang kurang lengkap tidak perlu disertakan dalam unit analisis.118

115Mukhtar, Op.Cit., hal.119 116Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kuaitatif(Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal.158 117Mukhtar, Op.Cit., hal.120 118Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan(Jakarta: Kencana, 2010), hal.189

63

Dalam penelitian ini yang akan di analisis adalah melalui pendekatan penelitan kualitatif deksriptif dengan menggunakan cara deduktif. Deduktif adalah suatu proses berpikir dengan mengemukakan permasalahan yang bersifat umum kemudian dibahas kepada permasalahan yang bersifat khusus. Analisis data meliputi: 1. Reduksi Data Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu dari wawancara, observasi, dan dokumentasi. Setelah dibaca, dipelajari, maka langkah selanjutnya adalah reduksi data.Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.119Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan, perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan tranformasi data-data kasar yang muncul dari catatan-catatan yang tertulis di lapangan. Reduksi data dilakukan selama penelitian berlangsung. 2. Penyajian Data Setelah melalui reduksi data, langkah selanjutnya dalam analisa dataadalah penyajian data atau sekumpulan informasi yangmemungkinkan peneliti melalukan penarikan kesimpulan. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.120 2. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskrifsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kautsal atau interaktif, hipotesis atau teori.121 Setelah data terkumpul direduksi yang selanjutnya disajikan,maka langkah terakhir dalam penganalisa data adalah menarik kesimpulan atau

119Sugiyono, Op.Cit., hal.247 120Ibid, hal.249 121Ibid, hal.253.

64

verifikasi dan analisanya menggunakan analisa model interaktif, artinya analisa ini dilakukan dalam bentuk interaktif dari ketiga komponen utama tersebut. Pengertian teknik analisis data adalah proses mengolah, memisahkan, mengelompokkan dan memadukan sejumlah data yang dikumpulkan di lapangan secara empiris menjadi sebuah kumpulan informasi ilmiah yang terstruktur dan sistematis yang selanjutnya siap dikemas menjadi laporan hasil penelitian.122 Setelah data dikumpulkan, dilanjutkan data tersebut perlu diolah atau dianalisis berdasarkan aturan dan tahapan-tahapan yang telah direncanakan. Pertama-tama peneliti perlu menyeleksi tingkat reliabilitas dan validitasnya. Data yang memiliki reliabilitas dan validitas rendah digugurkan. Disamping itu, data yang kurang lengkap tidak perlu disertakan dalam unit analisis.123Dalam penelitian ini yang akan di analisis adalah melalui pendekatan penelitan kualitatif deksriptif dengan menggunakan cara deduktif. Deduktif adalah suatu proses berpikir dengan mengemukakan permasalahan yang bersifat umum kemudian dibahas kepada permasalahan yang bersifat khusus. Analisis data meliputi: 1. Reduksi Data Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu dari wawancara, observasi, dan dokumentasi. Setelah dibaca, dipelajari, maka langkah selanjutnya adalah reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.124Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan, perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan tranformasi data-data kasar yang muncul dari catatan-catatan yang tertulis di lapangan. Reduksi data dilakukan selama penelitian berlangsung.

122Mukhtar, Op.Cit., hal.120 123Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan (Jakarta: Kencana, 2010), hal.189 124Sugiyono, Op.Cit., hal.247

65

2. Penyajian Data Setelah melalui reduksi data, langkah selanjutnya dalam analisa dataadalah penyajian data atau sekumpulan informasi yangmemungkinkan peneliti melalukan penarikan kesimpulan. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.125 3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi 4. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskrifsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kautsal atau interaktif, hipotesis atau teori.126 Setelah data terkumpul direduksi yang selanjutnya disajikan,maka langkah terakhir dalam penganalisa data adalah menarik kesimpulan atau verifikasi dan analisanya menggunakan analisa model interaktif, artinya analisa ini dilakukan dalam bentuk interaktif dari ketiga komponen utama tersebut. Iskandar, lebih lanjut mengatakan bahwa hal-hal penting bagi peneliti dalam strategi analisis data, sebagai berikut: 1. Mempresentasikan secara kronologis peristiwa yang diamati, mulai dari awal hingga akhir. 2. Mempresentasikan kejadian-kejadian kritis atau peristiwa kunci, berdasarkan urutan kepentingan kejadian tersebut. 3. Memfokuskan analisis dan presentasi pada individu-individu atau kelompok-kelompok, bila memang individu atau kelompok tersebut menjadi unit analisis primer. 4. Mengorganisir data dengan menjelaskan proses-proses yang terjadi (seleksi, pengambilan keputusan, komunikasi, dan lain-lain).

125Ibid, hal.249 126Ibid, hal.253.

66

5. Memfokuskan pengamatan pada isu-isu kunci yang diperkirakan akan sejalan dengan upaya menjawab pertanyaan primer.127 Model analisis data, Miles dan Huberman dalam Iskandar, dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai mana terlihat pada gambar di bawah ini:

PENYEDIAA N DISPLAY DATA DATA

REDUKSI DATA

DATA COLECTION

Gambar 1. Model teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data Secara Interaktif.

Penjelasan gambar di atas adalah sebagai berikut: 1. Reduksi Data Seorang peneliti dapat menemukan data yang banyak, apabila peneliti mampu menerapkan meode observasi, wawancara atau dari berbagai dokumen yang berhubungan dengan subjek yang diteliti. Makna reduksi data, dimana peneliti harus mampu merekam data lapangan dalam bentuk catatan-catatan lapangan (fleld note), harus ditafsirkan, atau diseleksi masing-masing data yang relevan dengan fokus masalah yang diteliti. 2. Melaksanakan Display Data atau Penyajian Data Penyajian data yang telah diperoleh ke dalam sejumlah matriks atau daftar katagori setiap data yang didapat, menggunakan teks naratif. Biasanya, kita mendapat data yang banyak, data yang kita dapat tidak mungkin kita paparkan secara keseluruhan. Untuk itu dalam penyajian data

127Iskandar, Metodologi Penelitian Kualitatif. Aplikasi untuk Penelitian Pendidikan, Hukum, Ekonomi & Manajemen, Sosial, Humaniora, Politik, Agama dan Filsafat (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009), hal. 138-139.

67

peneliti dapat menganaisis atau disusun secara sistematis atau simultan sehingga data yang diperoleh dapat menjelaskan dan menjawab masalah yang diteliti. 3. Mengmbil Kesimpulan/Verifikasi Kesimpulan merupakan analisis lanjutan dari reduksi data dan display data sehingga data dapat disimpulkan dan peneliti masih berpeluang untuk menerima masukan, penarikan kesimpulan sementara, masih dapat diuji kembali, atau peneliti dapat bertukar pikiran dengan teman sejawat, triangulasi, sehingga kebenaran ilmiah dapat tercapai.128

Dapat disimpulkan bahwa analisis data dilakukan dengan cermat atas data dan fakta diperoleh. Kunci utama dalam menganalisis data agar efektivitas mengaji magrib ke isya efektif yaitu dengan melakukan “setiap pengamatan dan analisa tentang fenomena dari temuan melalui observasi selalu ditunjang dan dilengkapi informasi wawancara, serta bila diperlukan didukung dari dokumentasi. Hal dilakukan berulang-kali sehingga kesahidan data dan hasil penelitian menujukan sebuah keilmian. Inilah yang disebutkan dengan metode triangulasi data.

F. Uji Keterpercayaan Data ( trusthworthines) Untuk menetapkan keterpercayaan data, maka diperlukan tehnik pemeriksaan.Pelaksanaan pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada beberapa teknik yang digunakan dalam pengecekan keabsahan temuan, diantaranya: 1. Perpanjang keikutsertaan Perpanjangan keikut-sertaan berarti peneliti tinggal di lapangan penelitian sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai. Jika hal itu dilakukan maka akan membatasi gangguan dari dampak peneliti pada konteks, membatasikekeliruanpeneliti, dan mengkonpensasikan pengaruh dari kejadian-kejadian yang tidak biasa atau peristiwa yang memiliki

128Ibid, hal. 139-142.

68

pengaruh sesaat. Perpanjangan waktu di lapangan akan memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpul.129 2. Ketekunan Pengamatan Ketekunan dalam pengamatan berarti menemukan ciri-ciri dan unsur- unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri terhadap hal-hal tersebut secara rinci.130 Halini diharapkan dapat mengurangi distorsi data yang timbul akibat peneliti terburu-buru dalam menilai suatu persoalaan, ataupun kesalahan responden yang tidak benar dalam memberikan informasi. 3. Triangulasi Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain.Di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Terdapat empat macam teknik pemeriksaan menggunakan sumber, metode, penyidik, dan teori.131 Triangulasi berarti proses pengujian kebenaran data, yang dimaksudkan untuk membandingkan atau mengecek kembali derajat kepercayaan suatu informasi yang diperolehdalam penelitian. Berdasarkan teknik triangulasi tersebut, maka dimaksud untuk mengecek kebenaran dan keabsahan data-data yang diperoleh di lapangan tentang efektivitas pengajian antara magrib dan isya dalam meningkatkan kemampuan baca Al-qur‟an di masjid kecamatan pangkalan jambu kabupaten merangin.

129Lexy J Moeloeng, Op.Cit., hal.327 130Ibid. hal.329 131Ibid, hal.330

69

G. Rencana dan Waktu Penelitian Tabel 1. Rencana dan Waktu Penelitian 2017-2018 NO Jenis Penelitian Juli Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar 1 Pembuatan Proposal X 2 Pengajuan pembimbing X 3 Bimbingan proposal X 4 Perbaikan proposal X 5 Pengajuan ujian proposal X 6 Ujian proposal X 7 Revisihasil ujian proposal X 8 Penandatangan proposal X 9 Mengajukan izin riset X 10 Bimbingan tesis X X 11 Ujian hasil penelitian X X 12 Ujian munaqasah X X 13 Perbaikan munaqasah X X 14 Penandatanganan X X 15 Penggandaan X

70

BAB IV DESKRIPSI LOKASI, TEMUAN PENELITIAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian (Situasi Sosial) Lokasi penelitian ini mengambil 3 (tiga) tempat, dalam satu Kecamatan Pangkalan Jambu Kabupaten Merangin, masing-masing adalah, (1) Masjid Baiturrahim di Desa Tanjung Mudo, (2) Masjid Baiturrahman di Desa Sungai Jering, dan (3) Masjid Jami‟ Islamiyah di Desa Sungai Mati. Tiga sarana ibadah yang disebut masjis sesuai dengan penetapan Kantor Kementerian Agama, melalui Kantor Urusan Agama Kecamatan Pangkalan Jambi, tanggal 09 April 2018 tentang penetapan tempat ibadah (Masjid, Mushala, dan TPA). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada lampiran. . 1. Masjid Baiturrahim Desa Tanjung Mudo a. Pendirian Masjid (historis) Masjid Baiturrahim, berlokasi di Desa Tanjung Mudo, didirikan pada tanggal 29 juli 1979, di atas sebidang tanah wakaf berukuran 257 M2.Pembangunan fisik Masjid seluas 220 M2, dikerjakan oleh masyarakat secara bergotong royong dengan mengambil waktu dan hari setiap Sabtu dan Minggu atau hari lainnya atas kesepakatan bersama pengurus atau panitia pembangunan dengan masyarakat.132 Kondisi fisik Masjid Baiturrahim sejak berdiri sampai sekarang sudah mengalami perubahan dan renovasi sesuai tuntutan dan kebutuhan masyarakat.Masjid ini juga merupakan Masjid ketiga yang terdapat di Desa Tanjung Mudo karena sebelumnya terdapat dua masjid yang sudah didirikan atau dibangun sebelumnya.Pembangunan dan perluasan masjid Baiturrahim ini di laksanakan pada tahun 1982, dilaksanakan/dikerjakan oleh masyarakat dan tukang yang telah ditunjuk oleh pengurus masjid. Sebab perluasan masjid ini karena kaum muslimin di desa ini semakin bertambah banyak, seiring dengan semakin banyak pula melaksanakan ibadah, seperti shalat wajib berjemaah, semakin bertambah banyak dari tahun ketahun

132Ustaz M. Kailli, pengurus masjid, wawancara tanggal 12 September 2017.

71

apalagi di bulan Ramadhan, shalat hari raya Idul Fitri dan Idul Adha, atau hari besar Islam lainnya. Geografis Masjid Baiturrahim berada di Pulau Permai yaitu perbatasan Desa Tanjung Mudo dan Lubuk Gelam, dan letak Masjid ini sangat strategis dengan posis atau berada di tengah-tengah desa. Lingkungan Desa dengan penduduk yang dapat dikatakan banyak sehingga manfaat masjid sebagai tempat ibadah, juga sangat menarik minat anak- anak, termasuk remaja seusia 8-14 tahun untuk menghidupkan dan meramaikan masjid dengan belajar membaca Al-Qur‟an sebagimana di masjid di desa-desa lainnya. Letak Masjiid Baiturrahim Desa Tanjung Mudo adalah sebagai berikut: 1. Sebelah utara berbatasan dengan sungai. 2. Sebelah selatan berbatasan dengan sawah-sawah. 3. Sebelah barat berbatasan kebun masyarakat. 4. Sebelah timur berbatasan dengan jalan yang digunakan masyarakat b. Visi dan misi 1. Visi: Adapun tujuan berdirinya Masjid Baiturrahim menurut M. Sholeh sebagai imam masjid masjid mengatakan sebagai berikut: a. Sebagai tempat ibadah terutama ibadah shalat wajib b. Sebagai wadah untuk mendidik generasi muda, agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa serta berakhlak mulia. c. Tempat pertemuan atau musyawarah. d. Tempat penerimaan zakat, shadaqah dan infaq. Jadi disamping tujuan diatas, keberadaan Masjid Baiturrahim mempunyai misi khusus bagi warga masyarakat, yaitu: a. Sebagai sarana pengembangan misi Islam b. Sebagai sarana mendidik generasi muda dalam mengantisipasi buta aksara membaca Al-Qur‟an. c. Sebagai pelaksanaan akad nikah, shalat jenazah, dan sebagainya, serta wadah penampungan pengajian-pengajian majelis taklim.

72

c. Struktur organisasi Struktur adalah gambaran, susunan personil yang tergabung dalam suatu organisasi.Melalui struktur organisasi inilah maka dapat dilihat tugas, wewenang dan bidang kerja yang ada dalam organisasi tersebut. Dengan adanya struktur organisasi akan memudahkan bagi pemimpin atau pengurus mengadakan pengawasan dan pengambilan keputusan-keputusan yang diperlukan dalam atau untuk kelancaran organisasi. Terorganisasinya suatu organisasi masjid, merupakan salah satu faktor berjalannya program dengan baik serta berhasilnya suatu organisasi dan kepemimpinan sebagaimana yang diharapkan.Selain merupakan suatu ketentuan bahwa suatu organisasi harus ada susunan pengurus khusus ngaji secara sistematis, hal ini juga merupakan gambaran aktivitas kerja objektif.Organisasi yang baik dengan manajemen terbuka dan teratur merupakan ujung tombak dari keberhasilan pembangunan. Mengenai struktur organisasi pengurus masjid Baiturrahim, sebagaimana bagan di bawah ini:

73

Bagan 1.Struktur Organisasi Masjid Baiturrahim Tahun 2017/2018

PENANGGUNG JAWAB KETUA PENASEHAT

SAHRUL DAHILMI ABU BAKAR

WAKIL KETUA

SURYANI

SEKRETARIS SEKSI PEMBANGUNAN DAN BENDAHARA PEMELIHARAAN

YA‟KUB MAD. KAILI ABDUL ROHIM, M. kUSNADI

SEKSI ROHANI SEKSI UMUM SEKSI PERLENGKAPAN IK HSAN, ANDRI ANDIKA, PERI GUSNADI CARLES, PAWAS

SEKSI WIWIN DARMAWAN, SEKSI KEAGAMAAN MAKMUR KEPEMUDAAN

HARUN, M. NASIR KUSNADI, INDRA

PETUGAS SHOLAT

IMAM TETAP BILAL TETAP KHOTIB TETAP M. SHOLEH M. NADI ILYASA‟

Sumber: Dokumentasis Masjis Baiturrahim

d.Keadaan Guru dan Murid 1. Keadaan Guru Guru mengaji (baca, Al-Qur‟an) mempunyai kedudukan yang sangat mulia dan suci, ia tahu dengan kewajibannya dan tanggung jawab dengan

74

posisinya sebagai guru ngaji. Guru ngaji merupakan tenaga edukatif yang langsung berhadapan dengan murid dan anak, guru ngaji yang memadai, mendukung serta mempunyai banyak pengetahuan yang luas dapat membaca keberhasilan yang memuaskan dalam proses pendidikan, demikian juga keberhasilan murid dan anak juga ada pada seorang guru ngaji yang memberikan materi pelajaran sesuai metode yang digunakan dengan harapan menghasilkan anak mahir baca Al-Qur‟an. Peran sebagai tenaga pengajar atau pendidik sangatlah penting didalam memupuk kemampuan dan menumbuhkan semangat anak dalam memberi bekal ilmu pengetahuan melalui program pembelajaran. Keberhasilan akan tercapai tentunya didukung oleh semangat guru ngaji dalam menyampaikan materi baca Al-Qur‟an. Guru ngaji merupakan unsur utama atas terlaksananya proses pendidikan dan pengajaran dalam suatu lembaga pendidikan non formal (lembaga masjid). Guru ngajidi desa-desa merupakan orang yang banyak menelorkan anak menjadi anak berakhlak mulia, disamping merupakan alat yang mentransfer ilmu pengetahuan kepada murid/anak, atau yang disebut pemberi informasi. Tanpa guru ngaji suatu lembaga pendidikan agama tidak akan berjalan sebagaimana semestinya. Jumlah guru ngaji di Masjid Baiturrahim Desa Tanjung Mudo sebanyak 3 orang dengan rata-rata pendidikan MTs, sebagaimana digambarkan tabel 2 di bawah ini: Tabel 2.Jumlah guru mengaji masjid Baiturrahim tahun 2017/2018. No Nama Guru Pendidikan Keterangan 1 Ishak MTS Guru Mengaji 2 Nur Aini MTS Guru Mengaji 3 Akidah MTS Guru Mengaji Sumber: Dokumentasi masjid Baiturrahim 2. Keadaan Murid Jumlah anak atau murid yang ikut mengaji di masjid Baiturrahim 30 orang berasal dari warga setempat.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini.

75

Tabel 3.Jumlah anak pengajian Al-Qur‟an tahun 2017/2018. No Nama Umur TingkatKemahiran Bacaan Usriati 12 Tahun Murid Al-Qur‟an 2 Husna 12 tahun Murid Al-Qur‟an 3 Miftahul jannah 12 Tahun Murid Al-Qur‟an 4 Sika 12 tahun Murid Al-Qur‟an 5 Marisa 9 Tahun Murid IQra‟ 6 Munawaroh 11 Tahun Murid Al-Qur‟an 7 Najwa 9 Tahun Murid IQra‟ 8 Fadil 10 Tahun Murid Al-Qur‟an 9 Fahrurrozi 10 Tahun Murid iqra‟ 10 Andika 9 Tahun Murid Iqra‟ 11 Imam 9 Tahun Murid Iqra‟ 12 Zulfikar 10 Tahun Murid Iqra‟ 13 Fajariyah 10 tahun Murid Al-Qur‟an 14 Aulia 9 Tahun Murid Iqra‟ 15 Abi 9 Tahun Murid Iqra‟ 16 Zikra 10 Tahun Murid Iqra‟ 17 Putri 11 Tahun Murid Al-Qur‟an 18 Moza 10 Tahun Murid Al-Qur‟an 19 Haikal 11 Tahun Mudir Al-Qur‟an 20 Ilham 9 Tahun Murid Iqra‟ 21 Aziz 9 Tahun Murid Iqra‟ 22 Sintia 10 Tahun Murid Iqra‟ 23 Nadia 12 Tahun Murid Al-Qur‟an 24 Zaki 12 Tahun Murid Al-Qur‟an 25 Sifa 9 Tahun Murid Iqra‟ 26 Yanto 12 Tahun Murid Al-Qur‟an 27 Hafizoh 11 Tahun Murid Al-Qur‟an 28 Zikri 10 Tahun Murid Iqra‟

76

29 Fadlan 11 Tahun Murid Al-Qur‟an 30 Firman 12 Tahun Murid Al-Qur‟an Sumber: Dokumentasi Masjid Baiturrahim e. Sarana dan Prasarana Salah satu faktor yang mendukung proses belajar mengajar mengaji Al-Qur‟an adalah tersedianya sarana dan prasarana, karena tanpa adanya hal tersebut maka pengajian tidak akan berjalan lancer. Untuk lebih rinci dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini: Tabel 4. Jumlah sarana dan prasarana yang tahun 2017/2018: No Jenis sarana prasarana Jumlah Keterangan 1 Karpet/tikar sajadah 20 lembar Baik 2 Al-qur‟an 14 eksemplar Baik 3 Surat Yasin 47 eksemplar Baik 4 Buku Iqro‟ 17 eksemplar Baik 5 Al-qur‟an Terjemahan 4 eksemplar Baik 6 Kitab Berzanji 4 eksemplar Baik 7 Juzz Amma 25 eksemplar Baik 8 Vodium 1 set Baik 9 Mikropon 4 set Baik 10 Jam Dinding 3 set Baik 11 Kipas Angin 6 set Baik 12 Lemari Arsip 1 set Baik 13 Tipe Recorder 1 set Baik Sumber: Dokumentasi Masjid Biturrahim.

77

2. Masjid Baiturrahman Desa Sungai Jering a. Historis Masjid Baiturrahman didirikan tahun 1995, masjid ini merupakan masjid yang kedua yang terdapat di Desa Sungai Jering, didirikan di atas tanah wakaf dari warga, sedangkan pembiayaan pembangunan berasal dari hasil sumbangan masyarakat dan gotong royong.Kondisi fisik masjid Baiturrahman yang mulai berdirinya sampai sekarang sudah mengalami renovasi dan dibesarkan dari bentuk, ukuran semula. Masjid ini juga merupakan masjid yang kedua yang terdapat di Desa Sungai Jering karena sebelumnya terdapat satu masjid yang di bangun sebelumnya. Pembangunan dan perluasan masjid Baiturrahman ini dilaksanakan pada tahun 2002. b. Geografis Masjid Baiturrahman terletak di pinggir jalan lintas dan strategis karena berada di tengah desa. Hal ini sangat memungkinkan murid pengajian untuk dapat belajar dengan baik. Masjid Baiturrahman ini didirikan di atas tanah yang berukuran lebih kurang 200 meter persegi , bentuk bangunannya persegi menghadap ke-timur dan mimbar menghadap kesebelah barat, jadi letak geografis Masjiid Baiturrahman Desa Sungai Jering adalah sebagai berikt: a. Sebelah Utara berbatasan dengan rumah masyarakat. b. Sebelah Selatan berbatasan dengan madrasah. c. Sebelah Barat berbatasan kebun masyarakat. d. Sebelah Timur berbatasan dengan jalan raya. c. Tujuan dan Struktur Organisasi 1.Tujuan Adapun tujuan berdirinya Masjid Baiturrahman, menurut bapak Jasmadi sebagai Kepala Desa Sungai Jering tersebut adalah: a. Sebagai tempat ibadah terutama ibadah shalat berjamaah b. Sebagai wadah untuk mendidik generasi muda, agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa serta berakhlak mulia.

78

c. Tempat pertemuan atau musyawarah. d. Tempat penerimaan zakat, shadaqoh dan infaq, dan lain-lain. e. Sebagai sarana pengembangan misi Islam f. Sebagai sarana mendidik generasi muda dalam pembelajaran membaca Al-qur‟an. d. Struktur Organisasi Terorganisasinya suatu organisasi merupakan salah satu faktor berjalannya kegiatan dengan baik serta berhasilnya suatu organisasi dan kepemimpinan sebagaimana yang diharapkan.Selain merupakan suatu ketentuan bahwa suatu organisasi harus ada susunan pengurus masjid, termasuk petugas ngaji secara sistematis, hal ini juga merupakan gambaran aktivitas kerja objektif.Organisasi yang baik dan teratur merupakan ujung tombak dari keberhasilan pembangunan. Bagan 2.Struktur Organisasi Masjid Baiturrahman 2017/2018.

PENANGGUNG JAWAB KETUA PENASEHAT

SAHRUL ASDA BAURI ABU BAKAR

WAKIL KETUA

SURYANI

SEKRETARIS SEKSI PEMBANGUNAN DAN BENDAHARA PEMELIHARAAN

EKI SAPUTRA ASRI SABIR

SEKSI UMUM SEKSI ROHANI SEKSI PERLENGKAPAN HENDRI, ANTO FALHAN, IRDO ABU BKAR

SEKSI KEAGAMAAN MASRI SEKSI KEPEMUDAAN

ARDI, MURTADO YURI ZULKIFI, M. KOSDI

79

PETUGAS SHOLAT

IMAM TETAP BILAL TETAP KHOTIB TETAP ZAINI ARMINSYAH M. SYUKRON

e. Keadaan Guru dan Murid 1.Keadaan Guru Keadaan guru ngaji di Masjid Baiturrahman Desa Sungai Jering yaitu 3 orang dengan pendidikan S1 dan SMA, sebagaimana terlihat pada tabel 5 dibawah ini: Tabel 5.Keadaan guru ngaji Desa Sungai Jering 2017/2018. No Nama Pendidikan Keterangan 1 Yubias, S.Pd S1 Guru Mengaji 2 M. Aziz SMA Guru Mengaji 3 Razak SMA Guru Mengaji Sumber: Dokumentasi masjid Baiturrahman 2. Keadaan Murid Keadaan anak ngaji di Masjid Baiturrahman dan umur anak mengaji al-qur‟an di Desa Sungai Jering 26 orang, sebagaimana terlihat pada tabel 6 di bawah ini: Tabel 6.Jumlah dan umur anak ngaji di masjid Baiturrahman 2018. No Nama Umur Keterangan 1 Siti Aishah 12 Tahun Mudir al-qur‟an 2 M. Fadhil 11 tahun Mudir al-qur‟an 3 Ferdy Andrian 12 Tahun Mudir al-qur‟an 4 M. syafi‟i 11 tahun Mudir al-qur‟an 5 Siti Shahara 10 Tahun Murid iqra‟ 6 Shofi Klaudia 11 Tahun Mudir al-qur‟an 7 Ulja 9 Tahun Murid iqra‟ 8 M. Farel 11 Tahun Mudir al-qur‟an

80

9 Tiara 10 Tahun Murid iqra‟ 10 M. syadid 10 Tahun Murid iqra‟ 11 Irsyad 9 Tahun Murid iqra‟ 12 Siti Nurmala 11 Tahun Murid iqra‟ 13 Abd. Rahman 10 tahun Mudir al-qur‟an 14 Umi sahara 9 Tahun Murid iqra‟ 15 Mariani 9 Tahun Murid iqra‟ 16 Ulya 10 Tahun Murid iqra‟ 17 Dinii 11 Tahun Mudir al-qur‟an 18 Fathia 10 Tahun Mudir al-qur‟an 19 Rabby 12 Tahun Mudir al-qur‟an 20 Nur Aini 9 Tahun Murid iqra‟ 21 Siti Khadijah 9 Tahun Murid iqra‟ 22 Rizaldi 10 Tahun Murid iqra‟ 23 Fazhil 12 Tahun Mudir al-qur‟an 24 Abi 12 Tahun Mudir al-qur‟an 25 Keysa 9 Tahun Murid iqra‟ 26 Kholik 11Tahun Mudir al-qur‟an Sumber: Dokumentasi masjid Baiturrahman f. Sarana dan Prasarana Pengajian Al-qur‟an antara magrib dan isya ini mempunyai sarana dan prasarana yang cukup memadai. Untuk lebuh jelas mengenai sarana dan prasarana yang dimiliki, seperti terlihat pada tabel 7 di bawah ini: Tabel 7. Jumlah sarana prasarana masjid Baiturrahman 2018 No Jenis sarana prasarana Jumlah Keterangan 1 Karpet/tikar sajadah 22 lembar Baik 2 Al-qur‟an 12 eksemplar Baik 3 Surat Yasin 40 eksemplar Baik 4 Buku Iqro‟ 15 eksemplar Baik 5 Al-qur‟an Terjemahan 5 eksemplar Baik

81

6 Kitab Berzanji 6 eksemplar Baik 7 Juzz Amma 27 eksemplar Baik 8 Vodium 1 set Baik 9 Mikropon 4 set Baik 10 Jam Dinding 3 set Baik 11 Kipas Angin 6 set Baik 12 Lemari Arsip 1 set Baik 13 Tipe Recorder 1 set Baik Sumber: Dokumentasi masjid Baiturrahman

3. Masjid Jami’ Islamiyah Desa Sungai Mati a. Historis Sejarah asal usul didirikannya Masjid Jami‟ Islamiyah dapat dilihat dari wawancara penulis di lapangan bersama bapak H. Muslim, yang menceritakan bagaimana awal mula didirikannya masjid jami‟ Islamiyah. Masjid Jami‟ Islamiyah didirikan pada tahun 1979, masjid ini merupakan masjid yang ketiga yang terdapat di desa Sungai Mati, masjid ini berdiri di atas tanah wakaf dari warga, sedangkan biaya pembangunannya dari swakelola masyarakat desa (gotong royong). Adapun pertimbangan pembangunan adalah dalam rangka menampung jamaah yang semakin tahun bertambah dengan tujuan agar masjid ini nantinya menjadi masjid induk (jami‟). Kondisi fisik masjid Jami‟ Islamiyah sejak berdiri sudah mengalami beberapa perubahan dan renovasi pada tahun 2013 yang sangat drastis karna pada waktu itu masyarakat di desa banyak mendapatkan hasil tambang mas yang kemudian sebahagian dari hasil tersebut di sumbangkan kepada masjid ini. masjid tersebut di bangun dulunya kecil dan sekarang sudah diperbesar. Masjid ini juga merupakan masjid yang ketiga yang terdapat di Desa Sungai Mati karena sebelumnya terdapat dua masjid yang di bangun sebelumnya. Pembangunan dan perluasan masjid Baiturrahman ini diawali pada tahun 2000.

82

b. Geografis Masjid Jami‟ Islamiyah terletak di pinggir jalan lintas dan sangat strategis karena berada di tengah desa.Hal ini sangat memungkinkan anak pengajian untuk dapat belajar dengan baik. Masjid Jami‟ Islamiyah ini didirikan di atas tanah yang berukuran lebih kurang 250 meter persegi , bentuk bangunannya persegi menghadap ketimur dan mimbar menghadap kesebelah barat, jadi letak geografis Masjiid Jami‟ Islamiyah Desa Sungai Mati adalah sebagai berikut: a. Sebelah Utara berbatasan dengan rumah masyarakat. b. Sebelah Selatan berbatasan dengan rumah masyarakat . c. Sebelah Barat berbatasan sawah masyarakat . d. Sebelah Timur berbatasan dengan jalan umum. c. Tujuan dan Struktur Organisasi 1. Tujuan Adapun tujuan berdirinya Masjid Jami‟ Islamiyah menurut bapak Joko Amnur sebagai Kepala Desa Sungai Mati adalah: a. Sebagai tempat ibadah terutama ibadah shalat berjemaah b. Sebagai wadah untuk mendidik generasi muda, agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa serta berakhlak mulia. c. Tempat pertemuan atau musyawarah warga desa. d. Tempat penerimaan zakat, shadaqoh dan infaq dan lain-lain. e. Sebagai sarana pengembangan misi Islam f. Sebagai sarana mendidik generasi muda dalam pembelajaran membaca Al-qur‟an. d. Struktur organisasi Dengan adanya struktur organisasi akan memudahkan bagi pemimpin dan pengurus masjid mengadakan pengawasan dan pengambilan keputusan-keputusan yang diperlukan dalam organisasi. Mengenai organisasi pengurus masjid Jami‟ Islamiyah sebagaiman terlihat pada bagan 3 dibawah ini: Bagan 3.Struktur organisasi Masjid Jami‟ Islamiyah 2017/2018.

83

PENANGGUNG JAWAB KETUA PENASEHAT

GHAPUR H.M. NUR IMAN

WAKIL KETUA

RAMLAN

SEKRETARIS SEKSI PEMBANGUNAN DAN BENDAHARA PEMELIHARAAN M. SYUKRI SABARUDIN H. SAIFUL

SEKSI ROHANI SEKSI UMUM SEKSI PERLENGKAPAN

SULHAN, ANTON PIKAL, SHOBIRIN BRAM, PERI

SEKSI KEAGAMAAN ADE SAPUTRA SEKSI KEPEMUDAAN

MUSTOFA NANDA EFRIYADI

PETUGAS SHOLAT

IMAM TETAP BILAL TETAP KHOTIB TETAP MUSLIM MUKHLAS SABARUDIN

Sumber: Dokumentasi masjid Jami‟ Islamiyah

84

e. Keadaan Guru dan Murid 1. Keadaan Guru Jumlah guru yang mengajar baca Al-Qur‟an di masjid Jami‟ Islamiyah 4 orang. Lebih rinci dapat dilihat pada tabel 8 dibawah ini:

Tabel 8.Jumlah guru baca Al-Qur‟an masjid Jami‟ Islamiyah 2018. No Nama Pendidikan Keterangan 1 Habibah S.Pd Guru Mengaji 2 Siti rahmah S.Pd Guru Mengaji 3 Abdul shomad SMA Guru Mengaji 4 Shobirin M.Pd.I Guru Mengaji Sumber: Dokumentasi masjid Jami‟ Islamiyah 2. Keadaan Murid Keseluruhan proses pendidikan di pengajian, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok, ini berarti bahwa berasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung pada proses yang dialami murid sebagai anak didik dalam belajat. Meskipun banyak hal yang mempengaruhi dalam keberhasilan belajar murid, namun yang jelas keberhasilan murid merupakan bagian utama dari penyelenggaraan pendidikan. Jumlah anak ngaji sebagaimana terlihat pada tabel 9 di bawah ini: Tabel 9.Jumlah anak baca Al-Qur‟an masji Jami‟ Islamiyah 2017.

No Nama Umur Keterangan 1 Supriadi 12 Tahun Mudir al-qur‟an 2 Subrin 12 tahun Mudir al-qur‟an 3 Ningsih 11 Tahun Mudir al-qur‟an 4 Asyifa 11 tahun Mudir al-qur‟an 5 Yanto 9 Tahun Murid iqra‟ 6 Biturrahman 11 Tahun Mudir al-qur‟an 7 Hasan 9 Tahun Murid iqra‟

85

8 Ririn 12 Tahun Mudir al-qur‟an 9 Tiara 10 Tahun Murid iqra‟ 10 Redika 9 Tahun Murid iqra‟ 11 Dinda 10 Tahun Murid iqra‟ 12 Amelia 10 Tahun Murid iqra‟ 13 Sindi 10 tahun Mudir al-qur‟an 14 Eki 9 Tahun Murid iqra‟ 15 Defria 11 Tahun Murid iqra‟ 16 Risky 10 Tahun Murid iqra‟ 17 Retno 12 Tahun Mudir al-qur‟an 18 Suci 10 Tahun Mudir al-qur‟an 19 Ega 9 Tahun Mudir al-qur‟an 20 Aisyah 9 Tahun Murid iqra‟ 21 Dita 9 Tahun Murid iqra‟ 22 Elsa 11 Tahun Murid iqra‟ 23 Akmal 12 Tahun Mudir al-qur‟an 24 Fares 11 Tahun Mudir al-qur‟an 25 Haris 9 Tahun Murid iqra‟ 26 Nofri 11 Tahun Mudir al-qur‟an 27 Angga 9 Tahun Murid iqra‟ 28 Husein 10 Tahun Mudir al-qur‟an 29 Debby 11 Tahun Mudir al-qur‟an 30 Nurul 12 Tahun Mudir al-qur‟an 31 Wahyu 12 Tahun Mudir al-qur‟an 32 Naufal 9 Tahun Murid iqra‟ Sumber: Dokumentasi masjid Jami‟ Islamiyah f. Sarana dan Prasarana Salah satu faktor yang mendukung proses belajar mengajar mengaji Al-qur‟an adalah adanya sarana dan prasarana, karena tanpa adanya hal tersebut maka pengjian tidak akan berjalan lancar. Demi kelancaran pengajian tersebut makan diperlukan sarana dan prasarana yang cukup dan

86

lengkap.Pengajian Al-qur‟an antara magrib dan isya ini mempunyai sarana dan prasarana yang cukup memadai. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 10 dibawah ini: Tabel 10.Sarana prasarana masjid Jami‟ Islamiyah 2017/2018. No Jenis sarana prasarana Jumlah Keterangan 1 Karpet/tikar sajadah 27 lembar Baik 2 Al-qur‟an 15 eksemplar Baik 3 Surat Yasin 47 eksemplar Baik 4 Buku Iqro‟ 22 eksemplar Baik 5 Al-qur‟an Terjemahan 7 eksemplar Baik 6 Kitab Berzanji 5 eksemplar Baik 7 Juzz Amma 27 eksemplar Baik 8 Vodium 1 set Baik 9 Mikropon 4 set Baik 10 Jam Dinding 4 set Baik 11 Kipas Angin 7 set Baik 12 Lemari Arsip 2 set Baik 13 Tipe Recorder 1 set Baik Sumber: Dokumentasi masjid Jami‟ Islamiyah Dari diskripsi penelitian yang terdiri dari sejarah dan geografis desa, keadaan guru dan anak ngaji, struktur organisasi, dan sarana prasarana dapat di simpulkan bahwa; (1) pembangunan masjid dijadikan tempat beribadah dan kegiatan sosial lainnya, (2) masjid selalu mengalami renovasi dalam memenuhi keinginan masyarakat untuk menampung aspirasi sesuai ertambahan jumlah penduduk (3) umumnya biaya pembangunan masjid berasal swakelola masyarakat setempat, dan sangat mengembirakan kita bahwa bagi masyarakat yang berhasil dalam usaha tambang emas, secara spontanitas memberikan sedekah untuk biaya pembangunan masjid di Desa Sungai Mati (4) setiap desa terdapat anak yang memerlukan tempat pembinaan baca Al-Qur‟an sebagai antisipasi buta aksara qur‟an, (5) kualifikasi guru cukup memadai bila dilihat tingkat pendidikan, (6) sarana

87

prasarana cukup mendukung kegiatan mengaji di setiap masjid, (7) sarana yang ditampilkan adalah sarana prasarana masjid bukan pengurus pengajian. Dalam arti bahwa Al-Qur‟an disediakan langsung oleh masing- masing anak yang mengaji. Peneliti meyimpulkan bahwa secara geografis, sejarah dan kepedulain masyarakat dalam menghidupkan pengajian magrib isya masih tergolong tinggi.Bila anak sudah mulai berumur 7 atau 9 tahun orang tua merasa terpanggil jiwa dan tanggung jawabnya untuk mendidik anaknya atau menyerahkan anak kepada guru ngaji di masjid yang pada umumnya tidak mengeluarkan biaya besar.Sedangkan tempat mengaji selain masjid belum ada, atau pelaksanan mengaji dengan sistem privat orang tua sanggup, karena keterbatasan ekonomi yang bersumber dan mengandalkan sektor pertanian dan perkebunan yang dimiliki masyarakat. Pembangunan sarana ibadah seperti masjid atau sarana ibadah dan kegiatan sosial lainnya dapat terlaksana atas musyawarah mufakat semua lapisan masyarakat desa dengan mengedepankan sikap toleransi dan gotong royong.Dengan semboyan gotong royong, semua pekerjaaan dan direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik walaupun memerlukan waktu relative lama. Selanjutnya, bila anak tidak atau belum dapat baca Al-Qur‟an menurut usia di atas 12 tahun maka orang tua anak merasa dipermalukan oleh anak tersebut, atau bila si anak sudah dewasa dan memasuki rumah tangga, maka anak tersebut tidak dinikahkan oleh petugas KAU Kecamatan. Inilah sanksi moral yang berlalu di tengah-tengah masyarakat di atas. Di lihat dari ketersediaan fasilitas pendukung setiap masjid cukup memadai. Namun dalam meningkatkan kepintaran anak baca Al-Qur‟an masih diperlukan kesiapan SDM guru, seperti metode lama baik dipertahankan dan metode baru diterapkan sehingga metode mengaji lebih efektif dan sasaran anak cepat menguasai ilmu baca Al-Qur‟an sesuai tartil dan tajwid, serta makhraj terpenuhi dengan baik.

88

B. TEMUAN PENELITIAN 1. Efektivitas pengajian antara magrib dan isya dalam meningkatkan kemampuan baca Al-qur’an anak usia 9-12 tahun di 3 tempat yaitu; Masjid Baiturrahim di Desa Tanjung Mudo, Masjid Baiturrahman di Desa Sungai Jering, dan Masjid Jami’ Islamiyah di Desa Sungai Mati dalam Kecamatan Pangkalan Jambu Kabupaten Merangin.

Kehadiran anak di tengah-tengah keluarga merupakan anugerah dan kenikmatan besar.Keluarga sangat berarti dengan kehadiran mereka.Suasana dalam keluarga jadi hangat dan bergairah.Anak dalam istilah Al-Qur‟an menjadi zinatul hayat (hiasan kehidupan) dalam keluarga.Oleh karena itu anak adalah amanah yang dititipkan kepada orang tua oleh Allah SWT.Setiap manusia mempunyai tantangan sendiri dimana saat sekarang tantangan yang banyak adalah waktu anak dirampas oleh media dan alat telekomunikasi, waktu anak juga semakin habis dengan bentuk hiburan lainnya termasuk di desa.Untuk melihat bagaimana anak dapat mengaji baca Al-Qur‟an dengan guru ngaji jangka waktu magrib isya, sudah efektif atau belum efektif di masing-masing masjid sebagaimana laporan penelitian di bawah ini. 1.1. Masjid Baiturrahim Desa Tanjung Mudo Hasil observasi dan penghayatan peneliti terhadap pelaksanaan pengajian antara selesai shalat magrib sampai masuk waktu shalat isya (disebut mengaji/ngaji magrib isya) di Masjid Baiturrahim dengan struktur pengamatan yang diawali pada keefektifan waktu mengaji, jumlah anak mengaji 30 (tiga puluh) orang, jumlah guru 3 (tiga) orang, metode baca Al- Qur‟an, masalah dan fenomena lainnya, dan capaian yang dihasilkan. Untuk lebih jelas dan rinci, peneliti akan memaparkan sebagai berikut: a. Efektvitas Ketersediaan Waktu Mengaji Magrib Isya Kehadiran anak di tengah-tengah keluarga merupakan anugerah dan kenikmatan besar.Keluarga sangat berarti dengan kehadiran mereka.Suasana dalam keluarga jadi hangat dan bergairah.Anak dalam

89

istilah Al-Qur‟an menjadi zinatul hayat (hiasan kehidupan) dalam keluarga.Oleh karena itu anak adalah amanah yang dititipkan kepada orang tua oleh Allah SWT.Setiap manusia mempunyai tantangan sendiri dimana saat sekarang tantangan yang banyak adalah waktu anak dirampas oleh media dan alat telekomunikasi, sehingga waktu anak juga semakin habis tanpa makna. Hasil observasi tentang keefektifan waktu ngaji antara magrib isya terindikasi belum efektif. Belum efektifnya pemakaian atau pemanfaatan waktu terebut di temukan beberapa penyebab yaitu, waktu tersedia hanya maksimal 40 (empat puluh) menit dengan jumlah anak yang diajari ngaji sebanyak 30 orang, dengan guru sebagai pembimbing 3 orang. Setelah data ini diperoleh di lapangan kemudian, direkapitulasi berdasarkan rasio keefektifan waktu berdasarkan jumlah anak dan jumlah guru dalam meningkatkan kemampuan anak baca Al-Qur‟an, adalah; (1) setiap guru membimbing anak 10 orang, (2) setiap anak dapat diajari baca Al-Qur‟an dalam tempo 4 menit, (3) bahkan ada beberapa anak yang tidak berkesempatan di ajari guru karena waktu terpakai oleh anak-anak yang lain (ada masalah), (4) kepintaran anak mengaji sangat bervariasi antara umur 9-12 tahun (ada anak cepat dan pintar baca, ada yang sedang, dan ada yang sangat rendah).133 Sebagaimana teori efektivitas dikemukakan pada Bab II, yaitu keterkaitan waktu dengan efektivitas untuk meningkatkan anak baca Al- Qur‟an bila: waktu efektif dan anak pandai baca Al-Qur‟an sesuai rencana, hasil memuaskan, terjadi produktivitas hasil baca Al-Qur‟an anak tanpa membuang-buang waktu, seperti anak banyak bermain di saat mengaji, guru tidak datang mengajar, serta halangan anak wanita setiap bulan (menstruasi) atau halangan lainnya. Setelah hasil temuan ini terungkap, kemudian dilakukan pengolahan data hasil observasi tentang kemangapaan belum efektifnya pemakaian atau pemanfaatan waktu, peneliti mewawancarai beberapa koresponden

133Observasi peneliti, tanggal 20 Nopember 2017.

90

yaitu: Guru Ishak, setelah dilakukan wawancara mengapa waktu yang 4 menit dimanfaatkan anak untuk mengaji sudah efektif dalam mencapai keunggulan anak dalam baca Al-Qur‟an? Diperoleh informasi bahwa; 1. Waktu yang tersedia 4 menit untuk setiap anak tidak efektif setiap pertemuan atau setiap malam 2. Efektivitas waktu setiap anak setiap pertemuan minimal 10-15 menit 3. Anak yang datang mengaji di masjid cukup banyak yaitu 30 orang (tidak ada pembatasan penerimaan anak ngaji) 4. Banyak waktu terbuang disebabkan tingkah laku anak-anak, seperti saat giliran disimak/didengar/diajari mereka bermain-main atau berada di luar masjid.134 Wawancara dengan Ibu Nur Aini, dalam rangka melengkapi data observasi, diperoleh informasi bahwa; 1. Kami sebagai guru ngaji di masjid adalah guru tanpa ditetapkan gaji atau honor setiap bulan (ikhlas), 2. Efektifnya setiap guru dengan waktu 40 menit dalam mengajari anak baca Al-Qur‟an minimal 15 menit atau 3 orang, sedangkan kenyataan di lapangan setiap anak hanya 4 menit setiap pertemuan. Di samping itu juga ada anak yang tidak datang mengaji disebabkan tidak diketahui, 3. Pengurus masjid sudah menghimbau kepada masyarakat untuk bersedia sebagai tenaga pengajar atau guru ngaji, kenyataannya belum juga terealisasi.135 Kemudian wawancara dengan guru Akidah, untuk mendapatkan kesempurnaan data dari informasi 2 guru sebelumnya, peneliti memperoleh informasi sebagai berikut: 1. Menjadi guru ngaji di desa adalah tuntutan hati nurani dalam beribadah kepada Allah SWT walaupun tanpa di berikan haonorarium setiap bulan,

134Ishak, Guru Mengaji , wawancara tanggal 15 Desember 2017. 135Nur Aini, Guru Mengaji, wawancara tanggal 18 Desember 2017.

91

2. Guru ngaji di masjid ini terdiri 2 wanita 1 pria. Ketika guru wanita berhalangan tetap maka anak tidak sepenuhnya mendapatkan tuntunan ngaji, 3. Hasil baca Al-Qur‟an setia anak tergantung pada jumlah pertemuan dengan guru disamping dukungan semangat anak atau dorongan orang tua setiap anak, serta pengaruh dan perhatian serius dari tokoh masyarakat desa.136 Untuk mengsingkrunisasikan wawancara dari guru-guru dan pengurus masjid di atas, peneliti melakukan wawancara dengan orang tua anak Munawarah (tingkatan Al-Qur‟an), diperoleh informasi bahwa efektivitas waktu (4-5) menit tidak menjadi persoalan bagi orang tua.Karena sistem mengaji di desa masih menganut tradisi yaitu anak harus diserahkan kepada guru ngaji di masjid. Cepat atau lambat sang anak dapat baca Al- Qur‟an juga tidak dipersoalkan, paling tidak anak-anak kami dapat baca Al- Qur‟an tanpa ditentukan masa dan waktu efektifnya.137 Wawancara dengan orang tua Aulia (tingkatan Iqra‟) mengemukakan bahwa efektivitas waktu yang sangat singkat disebabkan jumlah anak ngaji sangat banyak, kami orang tua tidak dapat berbuat apa-apa lagi karena kami sama-sama punya tujuan baik terhadap anak.Yang penting bagi kami orang tua yaitu anak dapat bergaul dengan akhlak yang baik sesama temannya dan guru, serta bisa mengaji baca Al-Qur‟an.138 Dari beberapa wawancara dengan guru ngaji di atas, dapat disimpulkan sementara bahwa pelaksanaan mengaji magrib isya belum efektif bila, dilihat dari ketersediaan waktu 4 menit setiap anak.Kemudian juga kehilangan waktu atau kesempatan anak tidak mendapat giliran di ajari oleh guru disebabkan oleh anak bermain, terpakainya waktu oleh anak yang bermasalah seperti kepintaran anak lambat, serta adanya keterbatasan dari guru wanita dimana setiap bulan mendapat halangan tetap.

136Akidah, Guru Mengaji, wawancara tanggal 27 Desember 2017. 137Orang tua Munawarah (Ibu Masnawati), wawancara tanggal 27 Desember 2017. 138Orang tua Aulia (Bapak Hamdan), wawancara tanggal 28 Desember 2017.

92

Hasil wawancara dengan anak-anak peserta ngaji tentang efektivitas waktu yang diperoleh setiap pertemuan dengan guru ngaji, diperoleh bahan masukan yaitu: anak wanita pada tingkat Iqra‟ (juz Amma) dengan umur 9- 10 tahun dimana anak belum mengerti tentang efektivitas waktu.Yang mereka tahu adalah bahwa setiap anak berkesempatan 4-5 menit untuk memperoleh bimbingan dari guru wanita atau guru pria.Anak tersebut sudah 6 bulan mengaji tetapi belum juga hafal dan baca Al-Qur‟an sesuai tajwid dan makhraj.139 Selanjutnya wawancara dengan anak wanita umur 11-12 tahun pada tingkatan Al-Qur‟an, diperoleh informasi bahwa; setiap anak rata-rata tiap bulan 8 hari tidak datang mengaji karena ada halangan tetap (menstruasi), efektivitas pertemuan dengan ibu guru juga memunculkan masalah atas ketidak hadirannya karena ada halangan (menstruasi), bagi anak wanita tanpa guru wanita maka kebijakan di ambil alih oleh guru pria dan kadang- kadang juga tidak berkesempatan untuk di simak/didengar/diajari ngaji atau sebatas menyenangkan dan memotivasi anak agar rajin datang setiap malam ke masjid .140 Dapat disimpulkan bahwa ketidak efektifan waktu dalam pelaksanaan mengaji disebakan oleh waktu yang singkat (4 menit setiap anak), juga ditambah dengan kehilangan waktu secara rutin bagi guru dan anak wanita setiap bulan (menstruasi). Walaupun guru lain (guru pria) berusaha menanggulangi masalah tersebut namun belum maksimal. Belum efektif waktu dalam pelaksanaan mengaji di masjid ini, peneliti wawancarai ketua pengurus masjid sebagai penanggung jawab secara umum melalui, Bapak Dahilmi untuk verifikasi wawancara di atas tentang belum efektifnya waktu mengaji antara magrib isya, diperoleh tambahan informasi yaitu; 1. Pengakuan spontanitas bahwa mangaji magrib isya dengan keterbatasan 3 guru dengan jumlah anak 30 orang, belum efektif.

139Marisa, anak ngaji umur 9 tahun, wawancara tanggal 28 Desember 2017. 140Usriati, anak ngaji umur 12 tahun, wawancara tanggal 28 Desember 2017.

93

2. Pengurus sudah membuat surat kepada masayarakat desa atau desa tetangga untuk bersedia menjadi guru ngaji secara suka-rela, namun belum membuahkan hasil 3. Guru dan anak ngaji adalah berdomisili di desa ini atau guru juga hasil didikan guru-guru tua sebelumnya (sudah meninggal) 4. Biaya operasional untuk guru belum tersedia sedangkan anak melalui orang tuanya kadang ada yang memberikan uang sekedarnya (tidak ditetapkan standar minimal) 5. Guru disamping ikhlas mengajar, juga mendapat uang bantuan setiap bulan dari Kecamatan dengan jumlah belum memadai (Rp.150.000/bulan/guru) dan diterima sekali tiga bulan.141 Dapat di simpulkan dari pointer-pointer hasil observasi dan wawancara peneliti dengan guru, anak, dan pengurus Masjid Baiturrahim Desa Tanjung Mudo adalah: 1. Waktu yang tersedia relatif singkat untuk mengajari anak mengaji dengan jumlah 10 orang per-guru 2. Pertemuan anak dengan guru 4 menit belum dapat menghantarkan anak bisa baca dan hafal Al-Quran sesuai dengan bacaan huruf dan makhraj (bukan haviz) 3. Guru mengajar secara ikhlas atau tanpa mengharapkan kompensasi, namun capaian keefektifan mengaji belum maksimal 4. Tambahan guru yang dilakukan pengurus masjid belum terwujud 5. Adanya keterbatasan kedatangan guru dan anak wanita dalam pertemuan karena halangan tetap setiap bulan (mentruasi). Di samping itu pengurus masjid sudah berupaya untuk mencari solusi efektivitas waktu, namun belum terwujut. b. Efektivitas dan Metode Mengaji Magrib Isya Tahapan-tahapan mengaji Al-Qur‟an yang dilakukan guru terhadap anak di masjid dengan waktu antara magrib isya, baik anak pada tingkatan Iqra‟ maupun tingatan Al-Qur‟an adalah sebagai berikut:

141Dahilmi, Ketua Masjid, wawancara tanggal 27 Desember 2017.

94

1. Anak mulai masuk mengaji (kelompok/tingkatan iqra‟) Pada umumnya anak berusia 9 tahun diserahkan orang tuannya mengaji dengan guru yang ada di masjid.Penetapan umur anak tersebut dikarenakan fisik anak sudah cukup kuat dan berani keluar malam dari tempat tinggal menuju masjid.Di samping itu jarak rumah tempat tinggal anak dengan masjid rata-rata 500 meter.Sarana transfortasi anak dari rumah ke masjid dengan berjalan kaki bersama teman mereka (berombongan) dan ada juga menggunakan kendaraan roda dua.142 Saat anak diserahkan orang tua ke guru untuk dididik baca Al-Qur‟an (disebut mengaji) maka proses mengajar belajar baca Al-Qur‟an dapat di mulai dengan metode yang lazim di terapkan guru. Adapun metode yang diterapkan guru pada tingkatan iqra‟ adalah: a. Guru memperkenalkan huruf-huruf ijaiiyah, seperti alif, ba, ta, sha dan sampai hamzah). Anak dapat mengenali dan hafal huruf-huruf ijaiiyah paling cepat 3-5 bulan b. Setiap pertemuan seorang anak harus menghafal huruf dan menyetorkan (anak menyebut, guru mendengarkan dan jika salah atau belum hafal di betulkan oleh guru) kepada guru setiap pertemuan dari hasil pertemuan sebelumnya, dan guru mendengar bacaan anak c. Bagi anak yang belum hafal atau belum benar lafal huruf maka kajiannya belum ditambah atau dinaikan ke tingkat lebih tinggi. Setelah anak dapat memahami dan mengerti melafaskan huruf sesuai makhraj, langkah berikutnya adalah membaca Al-Qur‟an atau bacaan surat amah, yang di mulai dari al-fatihah. 2. Metode baca Al-Qur‟an (juz amah) Saat peneliti melihat langsung tentang metode baca Al-Qur‟an pada tahap iqra‟ yang di awali membaca al-fatihah. Guru beranggapan bahwa semua anak tingkatan iqra‟ sudah mengerti dan memahami huruf-huruf ijaiiyah. Guru memulai membacakan ayat al-fatihah berulang-ulang kali dan

142Azwan, wawancara tanggal 18 Desember 2017.

95

didengarkan (disimak) oleh anak-anak dengan posisi duduk menghadap guru di atas tikar (khalaqah). Kemudian guru memberikan kesempatan anak mengulangi bacaan bersama-sama dengan suara keras, lebih lanjut guru mendengarkan setiap anak (satu persatu) membaca sampai hafal dan pelafas-an huruf sesuai makhraj serta tajwid. Selanjutnya guru mengevaluasi bacaan anak sesuai standar tata baca Al-Qur‟an (hafal, penyebutan huruf, makhraj, dan tajwid, serta tata tertib) untuk dikelompokan menjadi dua kelompok, yaitu anak katagori pintar/mahir dan anak katagori sedang. Untuk mengetahui hasil bacaan Al-Qur‟an anak tingkatan iqra‟, peneliti mewawancarai guru dimana diperoleh informasi bahwa seorang anak dapat dan pintar/mahir membaca surat juz ammah sangat tergantung dari motivasi anak mengulang kaji dan dorongan orang tua di rumah untuk mengajari anak-anaknya baca Al-Qur‟an. Dengan waktu yang relatif singkat selama mengaji di masjid, maka hasilnya juga bertingkat-tingkat yaitu, anak pintar dapat lancar baca juz amma 12 bulan (1 tahun), dan anak sedang dapat baca juz amma 18 bulan (1,5 tahun).143 Tolok ukur yang diterapkan guru dalam mengevaluasi anak pintar atau mahir dan belum mahir adalah; (1) rajin masuk (70 %), (2) anak termotivasi dan bersemangat menyimak guru membacakan kajian, (3) anak bersungguh-sungguh mengulang kajian di rumah dan motivasi dari orang tua sangat tinggi, (4) ada rasa malu yang tertanam dalam jiwa anak, bila tidak pandai membaca Al-Qur‟an, dan (5) adanya dorongan dari lingkungan tempat tinggal seperti, takoh agama, tokoh adat, dan tokoh masyarakat terhadap pengajian magrib isya ini.144 3. Metode baca tingkatan Al-Qur‟an Satu atau satu setengah tahun berikutnya, anak kelompok iqra‟ dinaikan kelasnya pada kelas Al-Qur‟an.Anak-anak sudah ditetapkan dalam katagori baca Al-Qur‟an pada saat umur anak 11-12 tahun.Penekanan pada

143Ishak, Guru Mengaji, wawancara tanggal 16 Desember 2017. 144Nur Aini, Guru Mengaji, wawancara tanggal 16 Desember 2017.

96

tingkatan Al-Qur‟an untuk meningkatkan kemampuan anak membaca Al- qur‟an adalah; penghafalan ayat, pelafasan makhraj huruf, tajwid, tahfis (menyetor), membaca bersama-sama (tilawah), dan lagu (tilogi).Di samping itu guru membacakan ayat-ayat, anak mendengar sungguh-sungguh dan sebaliknya anak membaca atau menyetor, guru mendengar.Metode ini yang sangat diperhatikan oleh anak dan guru adalah pembetulan bacaan yang kurang tepat atau yang salah menurut ketentuan berlaku. Bacaan Al-Qur‟an di mulai dari juz 2 surat Al-Baqarah dan sampai khatam pada juz 30.145 Efektivitas metode di atas terindikasi dari observasi dimana seorang anak membaca (contoh) surat Al-Baqarah ayat 1-5. Seorang anak dapat menghafal, membaca sesuai makhraj huruf, tajwid, cara berhenti dan mengulang kembali, dan lagu adalah paling cepat 1 minggu. Dengan demikian, waktu 1 minggu dimaksud, seorang anak sudah menghafal ayat- ayat tersebut dan membaca atau menyetorkan setiap pertemuan di hadapan guru berulang kali, sampai dinyatakan lulus/diterima hafalan dan selanjutnya guru melanjutkan ke ayat 6-10 berikutnya. Dari hasil penyetoran yang dilakukan ini, banyak menimbulkan masalah-masalah baru bagi seorang anak, seperti ayat 1-5 kembali dibaca, kemudian dilanjutkan ayat 6-10.Bila ayat 6-10 belum hafal, maka anak tetap mengaji di ayat 6-10 tersebut, bahkan diturunkan kembali kepada ayat 1-5 sampai hafal sekali.Ini memakan waktu 1 minggu. Sistim ini bila peneliti amati menunjukan bahwa anak diwajibkan menghafal. Di satu sisi ada positifnya dan di sisi lain juga menimbulkan kebosanan anak untuk meneruskan mengaji. Bagi anak yang daya ingatnya tinggi untuk menghafal, tidak bermasalah atau anak bersemangat dalam belajar mengaji, sebaliknya anak yang daya ingat hafalannya rendah, akan menimbulkan kebosanan selama mengaji bahkan ada anak berhenti mengaji karena kebosanan, merasa rendah diri di hadapan teman- temannya, anak selalu menangis dihadapan guru.

145Observasi tanggal 15 Desember 2017.

97

Untuk memperoleh informasi tentang penyetoran hafalan kepada guru yang dapat menimbulkan masalah bagi anak yang kurang atau lambat menghafalnya, peneliti mewawancarai guru ngaji dimana diperoleh informasi bahwa: 1. Bila anak menyetorkan bacaan ayat yang sudah hafal kemudian ditingkatkan ke ayat selanjutnya, merupakan metode yang efektif bagi anak dalam membaca sekaligus menghafal. Dalam arti bukan menjadikan anak seorang haviz-havizoh, akan tetapi membentuk jiwa anak cara membaca dan menghafal, yang lama kelamaan akan terbiasa dan hafal selama belajar mengaji 2. Hafalan anak ini tidak akan bertahan lama karena waktunya pendek sekali seperti, bila anak sudah berada pada surat Ali Imran, maka hafalan surat Al-Baqarah sudah mulai lupa 3. Bagi anak yang lambat perkembangannya dalam hafalan, inilah masalah biasa yang kami (guru) hadapi namun juga menimbulkan efek kurang baik yaitu anak berhenti mengaji (2-3 orang setiap tahun).146 Wawancara dengan guru lain sehubungan informasi di atas, peneliti memperoleh informasi dimana metode yang diterapkan selama mengajar anak membaca Al-Qur‟an adalah: 1. Cara ini sudah umum dilakukan dengan membaca sesuai tajwid, makhraj huruf, dan harus hafal. Namun metode lain belum bisa dilakukan dengan waktu yang pendek (magrib isya) 2. Banyak metode baca Al-Qur‟an yang berkembang dengan menggunakan alat peraga, menggunakan teknologi, namun guru belumdapat mengajarkan metode tersebut dikarenakan keterbatasan keahlian 3. Pengurus masjid belum dapat merencanakan metode cepat baca dan hafalan karena keterbatasan biaya, sarana belum ada (gedung khusus), guru sepesialis belum ada, serta hambatan alat penerangan (listrik) PLN yang sering padam sewaktu-waktu (mati lampu).147

146Ishak, guru mengaji wawancara tanggal 3 Januari 2018. 147Nur Aini, guru mengaji wawancara tanggal 3 Januari 2018

98

Pengurus masjid melalui wawancara dengan peneliti, dengan kesimpulan bahwa, (1) pengurus sudah punya rencana untuk mempercepat dan meningkatkan kemampuan baca Al-Qur‟an anak dengan sistem lebih efektif dan efisien, namun masih ada hambatan pudamental, seperti ruangan khusus belum tersedia, guru professional belam ada, biaya sangat terbatas, (2) pengurus sudah melakukan musyawarah dengan orang tua anak-anak, tokoh agama, tokoh adat, dan pemuka desa lainnya, namun belum menghasilkan sebuah keputusan, (3) setiap anak dapat menghatamkan atau menamatkan Al-Qur‟an antara 1-1,5 tahun, (4) pengurus mengatakan bahwa tahun 2018, solusi tentang ruangan, alat peraga akan diusahakan melaui dana pengembangan desa 1 miliyard setiap tahun.148 Dapat disimpulkan bahwa metode yang diterapkan dalam membaca Al-Qur‟an belum efektif, dimana waktu yang tersedia sangat pendek sekali, kemampuan anak menghafal, membaca sesuai makhraj huruf, dan ketentuan lainnya sangat berbeda (ada cepat dan ada lambat), metode menghafal belum menggunakan alat bantu atau alat peraga, guru masih terbiasa dengan metode lama. Dari aspek lainnya pengurus masjid bersama guru dan tokoh-tokoh masyarakat belum mampu mencarikan jalan keluar untuk mempercepat dan meningkatkan kemampuan anak cepat atau lebih efektif baca Al-Qur‟an. Adanya rasa kekhawatiran pengurus tentang pelaksanaan metode mengaji dengan sistem elektonika menggunakan alat peraga dan alat bantu lain, dimana PLN sering mengalami pemadaman. c. Efektivitas dan kualitas SDM guru Data guru yang ditampilkan menggambarkan bahwa, kemampuan atau keprofesionalitasan guru ngaji masih rendah, rata-rata pendidikan guru tamatan MTS dan ketersediaan waktu guru mengajar yang singkat. Peneliti melihat bahwa;

148Ya‟kub, Sekretaris pengurus masjid wawancara tanggal 4 Januari 2018.

99

1. Profesioanalitas guru mengajar anak mengaji masih menggunakan metode atau cara tradisional atau guru menerapkan metode saat sekarang merupakan lanjutan dari metode tempat guru-guru belajar ngaji dengan guru sebelumnya (turun-temurun) 2. Kepedulian guru mengajar adalah sebagai rasa tanggung jawab kepada anak-anak sedesa sambil mengisi waktu antara magrib isya 3. Guru belum bisa menerapkan metode baru yang lebih efektif dalam meningkatkan kemampuan anak membaca Al-Qur‟an, dan 4. Pendidikan guru masih tergolong rendah, guru belum menguasai kemampuan menghafal Al-Qur‟an 30 juz atau menimal juz 30.149 Wawancara dengan guru tentang keterbatasan keahlian (profesionalitas) tersebut, diperoleh informasi bahwa; 1. Kami sebagai guru di desa ini adalah guru tamatan MTS dan bukan Pegawai Negeri Sipil (PNS), ibu rumah tangga yang berdomisili di desa ini 2. Kami mengajar anak mengaji adalah beribadah kepada Allah disamping memintarkan anak baca Al-Qur‟an 3. Keterbatasan ilmu pengetahuan ini, juga keterbtasan kehadiran mengajar setiap malam dengan adanya hambatan seorang wanita (mentruasi) 4. Namun keterbatasan kami adalah tidak dapat mengikuti perkembangan metode baru dengan mempergunakan alat peraga atau alat bantu berupa komputerasi, sedangkan anak desa yang bersekolah ke luar daerah seperti di pondok atau Perguruan Tinggi tidak mau mengajar baca Al- Qur‟an di desa.150 Peneliti menyimpulkan bahwa efektivitas mengaji magrib isya, juga belum efektif yang ditandai beberapa aspek yaitu, guru adalah tamatan atau hasil didikan guru sebelumnya (guru tua) dengan metode mengaji belum berubah dari waktu ke waktu, pendidikan guru relatif rendah dengan atau belum mampu mengembangkan metode lain yang lebih efektif baca Al-

149Observasi tanggal 26 Desember 2017. 150Akidah, guru ngaji wawancara tanggal 26 desember 2017.

100

Qur‟an, waktu magrib isya hanya sebatas pengisian waktu agar anak-anak bisa (sebatas bisa) baca Al-Qur‟an atau bekal dalam menghadapi kehidupan di dunia (teruama bacaan shalat) menuju akhirat. Hasil temuan tentang efektivitas pengajian antara magrib dan isya dalam meningkatkan kemampuan baca Al-qur‟an anak usia 9-12 tahun di Masjid Baiturrahim di Desa Tanjung Mudo, yang digambarkan melalui pointer efektivitas waktu, metode pengajian, dan kualitas sumber daya manusia (SDM) guru dapat di simpulkan yaitu: 1. Efektvitas Ketersediaan Waktu Mengaji Magrib Isya Ketersediaan waktu belum efektif disebabkan yaitu; dimana seorang guru mengajari anak 10 orang dalam waktu rata-tata 4 menit setiap anak, terdapat anak yang tidak mendapat bembingan guru karena waktu atau kesempatannya di pakai oleh anak yang mendapat masalah, kurangnya kehadiran guru wanita 1 minggu setiap bulan (mentruasi) berdampak pada bimbingan anak, guru belum membuat jaduwal pertemuan mengaji. 2. Efektivitas dan Metode Mengaji Magrib Isya Penerapan metode baca Al-qur‟an anatar magrib isya, belum efektif yang disebabkan yaitu; metode pada tingkatan iqra‟ maupun pada tingkatan Al-Qur‟an sangat dipengaruhi oleh metode guru yang stagnan, dalam arti belum dapat memotivasi anak untuk belajar dan cepat baca Al-Qur‟an sesuai makhraj huruf atau tajwid, metode hafalan dan menyetor hafalan anak kepada guru yang masih katagori anak-anak menimbulkan kebosanan dan bahkan ada yang berhenti karena lama dapat menghafal serta keminderan diri sesama teman, serta berulang-ulangnya anak menghafal disatu sisi positif disisi lain juga negative (bosan) karena guru mengajar dengan menyadur dan menerapkan metode sebagaimana yang Ia terima dari ngaji mereka sebelumnya. 3. Efektivitas dan kualitas SDM guru Efektivitas guru dengan pendidikan rata-rata tamatan MTS, keterbatasan kehadiran mengajar, dan belum mampu mengelola sistem dan metode komputerasi atau alat peraga juga menyebabkan pencapaian

101

kemampuan dan meningkatkan baca Al-Qur‟an anak masih rendah.Penyebab lainnya adalah guru mengajar baca Al-Qur‟an sebatas menjalankan tugas tanggung jawab berdasarkan situasi dan kondisi mereka tanpa mengharap honorer. Hasil keefektifan anak dapat menghafal dan melafaskan makhraj huruf dengan tajwid antara 1-1,5 tahun (tergantung anak pintar atau sedang). 1.2. Masjid Baiturrahman Desa Sungai Jering Observasi dan penghayatan peneliti terhadap pelaksanaan pengajian antara selesai shalat magrib sampai masuk waktu shalat isya (disebut mengaji/ngaji magrib isya) di Masjid Baiturrahman dengan struktur pengamatan yang diawali pada keefektifan waktu mengaji, jumlah anak mengaji 26 (dua puluh enam) orang, jumlah guru 3 (tiga) orang, metode baca Al-Qur‟an, masalah dan fenomena lainnya, seperti keefektifan guru dengan segala kekuatan dimiliki, dan capaian yang dihasilkan. Untuk lebih jelas dan rinci, peneliti akan memaparkan sebagai berikut: a. Efektvitas Ketersediaan Waktu Mengaji Magrib Isya Hasil observasi tentang keefektifan waktu ngaji antara magrib isya terindikasi belum efektif. Belum efektifnya pemakaian atau pemanfaatan waktu terebut di temukan beberapa penyebab yaitu, waktu tersedia hanya maksimal 40 (empat puluh) menit dengan jumlah anak yang diajari ngaji sebanyak 26orang, dengan guru sebagai pembimbing 3 orang. Setelah data ini diperoleh di lapangan kemudian, direkapitulasi berdasarkan rasio keefektifan waktu berdasarkan jumlah anak dan jumlah guru dalam meningkatkan kemampuan anak baca Al-Qur‟an, adalah: 1. Setiap guru mengajar anak; 2 guru untuk tingkatan iqra‟ masing-masing 7 dan 6 anak, dan satu mengajar anak 13 khusus tingkatan Al-Qur‟an. 2. Setiap anak dapat diajari baca Al-Qur‟an tingkat iqra‟ selama 5 menit dan tingkatan Al-Qur‟an 3 menit. 3. Ada anak yang tidak berkesempatan di ajari guru karena waktu terpakai oleh anak-anak yang lain (ada masalah).

102

4. Kemahiran atau kepintaran anak baca Al-Qur‟an sangat bervariasi antara umur 9-12 tahun (ada anak cepat dan pintar baca, ada yang sedang, dan ada yang sangat rendah).151 Setelah hasil temuan dari observasi dianalisis, mangapa pemakaian atau pemanfaatan waktu magrib isya belum efektif. Langkah selanjutnya peneliti mewawancarai beberapa koresponden yaitu: Guru Yabias, setelah dilakukan wawancara mengapa waktu yang 3 atau 5 menit dimanfaatkan anak untuk mengaji sudah efektif dalam meningkatkan kemampuan anak dalam baca Al-Qur‟an? Diperoleh informasi bahwa; 1. Bagi anak tingkatan iqra‟, waktu 5 menit untuk setiap anak belum efektif setiap pertemuan atau setiap malam, apalagi tingkat Al-Qur‟an 3 menit lebih tidak efektif. Efektivitas waktu setiap anak setiap pertemuan minimal 10-15 menit. 2. Anak yang mengikuti pengajian di masjid sebanyak 26 orang (2 kelompok tingkatan iqra‟ dan satu kelompok tingkatan Al-Qur‟an. 3. Akibat ketersediaan waktu yang singkat juga berdampak pada anak yang kadang kala tidak berkesempatan bertemu dengan guru.152 Hasil wawancara dengan guru Razak, untuk kelengkapan atau dalam rangka melengkapi data observasi, diperoleh informasi bahwa; 1. Guru mengajar baca Al-Qur‟an di masjid Baiturrahman didasarkan pada prinsip ibadah kepada Allah SWT dan keikhlasan. 2. Efektifnya setiap guru dengan waktu 40 menit dalam mengajari anak baca Al-Qur‟an minimal 15 menit atau 3 orang, sedangkan kenyataan di lapangan setiap anak hanya 3 dan 5 menit setiap pertemuan. Di samping itu juga ada anak yang tidak datang mengaji disebabkan tidak diketahui. 3. Pengurus masjid Baiturrahman sudah mengajak, menghimbau kepada masyarakat untuk bersedia sebagai tenaga pengajar atau guru ngaji, kenyataannya belum juga terealisasi.153

151Observasi peneliti, tanggal 10 Januari 2018. 152M. Aziz, Guru Mengaji , wawancara tanggal 15 Januari 2018. 153Razak, Guru Mengaji, wawancara tanggal 17 Januari 2018.

103

Kemudian peneliti mewawancarai guru, untuk mendapatkan kesempurnaan data, peneliti memperoleh informasi sebagai berikut: (1) menjadi guru ngaji di desa adalah tuntutan hati nurani dalam beribadah kepada Allah SWT walaupun tanpa di berikan haonorarium setiap bulan, (2) kemampuan baca Al-Qur‟an setia anak tergantung pada jumlah pertemuan dengan guru disamping dukungan semangat anak atau dorongan orang tua setiap anak, serta pengaruh dan perhatian serius dari tokoh masyarakat desa.154 Dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan mengaji magrib isya belum efektif bila, dilihat dari ketersediaan waktu 3 dan 5 menit setiap anak.Kemudian juga kehilangan waktu atau kesempatan anak tidak mendapat giliran di ajari oleh guru disebabkan oleh anak yang sedang bermain di luar masjid saat dipanggil, terpakainya waktu oleh anak yang bermasalah seperti kepintaran anak lambat pemahamannya. Wawancara dengan anak-anak peserta ngaji tentang efektivitas pertemuannya dengan guru setiap malam dengan waktu 3 dan 5 menit adalah sebagai berikut: bahwa anak yang berada pada tingkatan iqra‟ dengan waktu 5 menit dapat menamatkan juz amah selama 6-7 bulan. Bagi anak tingkatan Al-Qur‟an dengan waktu sangat singkat sekali 3 menit dapat mengkhatamkan atau menamatkan Al-Qur‟an 1,5 tahun dengan keterbatasan waktu tetap bagi anak wanita.155 Di simpulkan bahwa ketidak efektifan waktu dalam pelaksanaan mengaji magrib isya yang disebakan oleh waktu yang singkat 3 dan 5 menit setiap anak, juga ditambah dengan kehilangan waktu secara rutin anak wanita setiap bulan (menstruasi). Rata-rata kemampuan anak membaca Al- Qur‟an 6-7 bulan pada tingkatan iqra‟ dan 1,5 tahun pada tingkatan Al- Qur‟an.

154Yabias, Guru Mengaji, wawancara tanggal 17 Januari 2018. 155Siti Shara dan Siti Aisyah, wawancara tanggal 18 Januari 2018.

104

Belum efektif waktu dalam pelaksanaan mengaji di masjid ini, peneliti mewawancarai ketua pengurus masjid sebagai penanggung jawab pengajian diperoleh informasi bahwa; 1. Kesempatan anak mengaji dengan guru antara magrib ke isya belumlah efektif, akan tetapi tujuan mendasar yang diinginkan adalah anak bisa baca Al-Qur‟an walaupun dengan waktu bertahun-tahun 2. Paling tidak pengurus bersama orang tua anak dan masyarakat sudah bepartisipasi dalam menanggulangi anak buta aksara baca Al-Qur‟an 3. Pengabdian guru mengaji sangat diharapkan dengan segala kekurangan dana dan sarana pendukung lainnya. Juga guru dibantu pemeritah setiap bulan dari Kecamatan dengan jumlah Rp.150.000/bulan/guru.156 Dari hasil observasi dan wawancara peneliti dengan guru, anak, dan pengurus Masjid Baiturrahman Desa Sungai Jering adalah: 1. Waktu sangat singkat untuk mengajari anak mengaji dengan jumlah 7, 8, dan 13 orang per-guru 2. Pertemuan anak dengan guru 5 dan 3 menit belum dapat menghantarkan anak bisa baca dan hafal Al-Quran sesuai dengan bacaan huruf dan makhraj 3. Guru mengajar secara ikhlas atau tanpa mengharapkan kompensasi, namun capaian keefektifan mengaji belum maksimal 4. Di samping itu pengurus masjid sudah berupaya untuk mencari solusi efektivitas waktu, namun belum membuahkan hasil positif. b. Efektivitas dan Metode Mengaji Magrib Isya Metode pengajian yang dilakukan di masjid Baiturrahman, sama dengan metode di masjid Baiturrahim, sebagai mana observasi dilakukan dengan temuan sebagai berikut: 1. Anak mulai masuk mengaji dikelompok/tingkatan iqra‟ Kelompok iqra‟ adalah anak berusia 9 tahun yang diserahkan orang tuannya mengaji kepada guru ngaji yang ada di masjid.Penetapan umur anak tersebut dikarenakan fisik anak sudah cukup kuat dan berani keluar

156Asda Bauri, Ketua Masjid, wawancara tanggal 20 Januari 2018.

105

malam dari tempat tinggal menuju masjid.Di samping itu jarak rumah tempat tinggal anak dengan masjid bervariasi, ada yang dekat dan ada yang jauh (rata-rata 300-400 meter.Sarana transfortasi anak dari rumah ke masjid dengan berjalan kaki bersama teman mereka (berombongan) dan ada juga menggunakan kendaraan roda dua yang diantarkan orang tua mereka.157 2. Saat anak diserahkan orang tua ke guru untuk diajari baca Al-Qur‟an (disebut mengaji) maka proses mengajar belajar baca Al-Qur‟an dapat di mulai dengan metode yang lazim di terapkan guru. Adapun metode yang diterapkan guru pada tingkatan iqra‟ adalah: (1) guru memperkenalkan huruf-huruf ijaiiyah, seperti alif, ba, ta, sha, kha dan sampai hamzah-„ain). Anak dapat mengenali dan hafal huruf-huruf ijaiiyah paling cepat 2-5 bulan, (2) setiap pertemuan seorang anak harus menghafal huruf dan menyetorkan (anak menyebut, guru mendengarkan dan jika salah atau belum hafal di betulkan oleh guru) kepada guru setiap pertemuan dari hasil pertemuan sebelumnya, dan guru mendengar bacaan anak, (3) bagi anak yang belum hafal atau belum benar lafal huruf maka kajiannya belum ditambah atau dinaikan ke tingkat lebih tinggi. Setelah anak dapat memahami dan mengerti melafaskan huruf sesuai makhraj, tajwid langkah berikutnya adalah membaca Al-Qur‟an atau bacaan surat ammah (juz ammah), yang di mulai dari surat Al-fatihah. 3. Kelompok pada tingkatan Al-Qur‟an, yang merupakan kelanjutan dari kelompok iqra‟. Umumnya anak sudah mahir membaca Al-Qur‟an walaupun masih ada keterbatasan terutama cara melapaskan huruf dengan makhraj, serta penerapan tajwid.158 b. Metode baca Al-Qur‟an tingkatan iqra‟ (juz ammah) Saat peneliti melihat langsung tentang metode baca Al-Qur‟an pada tahap iqra‟ yang di awali membaca al-fatihah. Guru berkeyakinan bahwa semua anak tingkatan iqra‟ sudah mengerti dan memahami huruf-huruf

157M. Syafi‟I anak ngaji, wawancara tanggal 20 Januari 2018. 158Observasi, tanggal 18 Januari 2018.

106

ijaiiyah, tanda baca berhenti/menyambung, dan tajwid. Guru memulai membacakan ayat al-fatihah berulang-ulang kali dan didengarkan (disimak) oleh anak-anak dengan posisi duduk menghadap guru (khalaqah). Kemudian guru memberikan kesempatan anak mengulangi bacaan bersama-sama (tilawah) dengan suara keras, lebih lanjut guru mendengarkan setiap anak (satu persatu) membaca sampai hafal dan pelafas-an huruf sesuai makhraj serta tajwid. Selanjutnya guru mengevaluasi bacaan anak sesuai standar tata baca Al-Qur‟an (hafal, penyebutan huruf, makhraj, dan tajwid, serta tata tertib) untuk dikelompokan menjadi dua kelompok, yaitu anak katagori pintar/mahir dan anak katagori sedang. Untuk mengetahui hasil bacaan Al-Qur‟an anak tingkatan iqra‟, peneliti mewawancarai guru dimana diperoleh informasi bahwa seorang anak dapat dan pintar/mahir membaca surat juz ammah sangat tergantung dari motivasi anak mengulang kaji dan dorongan orang tua di rumah untuk mengajari anak-anaknya baca Al-Qur‟an. Dengan waktu yang relatif singkat selama mengaji di masjid, maka hasilnya juga bertingkat-tingkat yaitu, anak pintar dapat lancar baca juz ammah 12 bulan (1 tahun), dan anak sedang dapat baca juz amma 18 bulan (1,5 tahun).159 Kemudian juga dilakukan wawancara dengan orang tua anak, baik tingkatan Iqra‟ maupun Al-Qur‟an didapatkan masukan sangat berarti bahwa bagi orang tua, memasukan dan menyerahkan anak mengaji kepada guru ngaji di masjid adalah kewajiban.Sedangkan kecepatan anak dapat memahami dan baca Al-Qur‟an belum menjadi persoalan.Orang yakin bahwa lambat dan cepat anak pintar baca Al-Qur‟an pasti diperoleh karena anak-anak masih kecil.160 Tolok ukur yang diterapkan guru dalam mengevaluasi anak pintar atau mahir dan belum mahir adalah; (1) rajin masuk (70 %), (2) anak termotivasi dan bersemangat menyimak guru membacakan kajian, (3) anak

159M. Aziz, Guru Mengaji, wawancara tanggal 26 Januari 2018. 160Siti, orang tua anak tingkat Iqra‟, wawancara tanggal 26 Januari 2018.

107

bersungguh-sungguh mengulang kajian di rumah dan motivasi dari orang tua sangat tinggi, (4) ada rasa malu yang tertanam dalam jiwa anak, bila tidak pandai membaca Al-Qur‟an, dan (5) adanya dorongan dari lingkungan tempat tinggal seperti, takoh agama, tokoh adat, dan tokoh masyarakat terhadap pengajian magrib isya ini.161 c. Metode baca tingkatan Al-Qur‟an Metode dan tingkatan dari iqra‟ kepada tingkatan Al-Qur‟an adalah lanjutan yang sudah ditetapkan, setelah anak belajar membaca 4-7 bulan, atau anak sudah berusia 11 dan 12 tahun.Penekanan pada tingkatan Al- Qur‟an untuk meningkatkan kemampuan anak membaca Al-qur‟an adalah; penghafalan ayat-ayat, pelafasan makhraj huruf, tajwid, tahfis (menyetor), membaca bersama-sama (tilawah), dan lagu (tilogi).Metode sama dengan tingkatan iqra‟ dimana guru membacakan ayat-ayat, anak mendengar sungguh-sungguh dan sebaliknya anak membaca atau menyetor, guru mendengar.Dalam metode ini yang sangat diperhatikan oleh anak dan guru adalah pembetulan bacaan yang kurang tepat atau yang salah menurut ketentuan berlaku. Bacaan Al-Qur‟an di mulai dari juz 2 surat Al-Baqarah dan sampai khatam pada juz 30.162 Efektivitas metode di atas terindikasi dari observasi dimana seorang anak membaca (contoh) surat Al-Baqarah ayat 1-5. Seorang anak dapat menghafal, membaca sesuai makhraj huruf, tajwid, cara berhenti dan mengulang kembali, dan lagu. Kemahiran anak paling cepat 4-8 hari.Dengan demikian, seorang anak sudah menghafal ayat-ayat tersebut dan membaca atau menyetorkan setiap pertemuan di hadapan guru berulang kali, sampai dinyatakan lulus/diterima hafalan dan selanjutnya guru melanjutkan ke ayat 6-10 berikutnya dan begitulah seterusnya. Dari hasil penyetoran yang dilakukan ini, banyak menimbulkan masalah-masalah baru bagi seorang anak, dimana sebelum menyetor ayat yang lebih tinggi, terlebih dahulu anak mennyetor ayat sebelumnya (dibaca

161Razak, Guru Mengaji, wawancara tanggal 26 Januari 2018. 162Observasi tanggal 25 Januari 2018.

108

kembali), kemudian dilanjutkan ayat yang sedangkan dihafal.Bila belum hafal, maka anak tetap mengaji di ayat tersebut, bahkan diturunkan kembali kepada ayat 1-5 (pangkal ayat) sampai hafal sekali.Ini memakan waktu 5-8 kali pertemuan. Sistim ini bila peneliti amati menunjukan bahwa anak diwajibkan menghafal dengan makhraj huruf dan tajwid (sangat baik). Di satu sisi ada positifnya dan di sisi lain juga menimbulkan kebosanan anak untuk meneruskan mengaji. Bagi anak yang daya ingatnya tinggi untuk menghafal, tidak bermasalah atau anak bersemangat dalam belajar mengaji, sebaliknya anak yang daya ingat hafalannya rendah, akan menimbulkan kebosanan selama mengaji bahkan ada anak berhenti mengaji karena kebosanan, merasa rendah diri atau kurang pede di hadapan teman- temannya, anak selalu menangis dihadapan guru. Timbulnya masalah bagi anak yang kurang atau lambat penghafalannya, diperoleh informasi bahwa: (1) saat anak menyetorkan bacaan ayat yang telah ditentukan oleh guru sebelumnya, menjadi beban mental bagi anak yang mengalami kesusahan dalam menghafal terutama anak yang lemah daya ingatnya, (2) hafalan anak ini tidak akan bertahan lama karena waktunya pendek sekali seperti, bila anak sudah berada pada surat Ali Imran, maka hafalan surat Al-Baqarah sudah mulai lupa, (3) bagi anak yang lambat perkembangannya dalam hafalan, inilah masalah dihadapi yaitu anak berhenti mengaji (2-3 orang setiap tahun).163 Guru lain menambahkan informasi melalui wawancara sehubungan dengan metode baca Al-Qur‟an adaalah, (1) bahwa keharusan dengan membaca sesuai tajwid, makhraj huruf, dan harus hafal dalam waktu yang singkat magrib isya, (2) penerapan metode baca Al-Qur‟an yang lebih efektif dengan menggunakan alat peraga, menggunakan teknologi, belum dapat dilaksanakan oleh guru, (3) ketersediaan sarana ruangan khusus (kelas), biaya, guru, alat peraga belum dimiliki pengurus masjid.164

163Yabias, guru mengaji wawancara tanggal 23 Januari 2018. 164Razak, guru mengaji wawancara tanggal 23 Januari 2018

109

Wawancara peneliti dengan sekretaris masjid dapat disimpulkan bahwa, (1) pengurus sudah berupaya mengembangkan metode baca Al- Qur‟an yang efektif untuk mempercepat dan meningkatkan kemampuan anak, namun masih terkendala, seperti ruangan, tenaga spesialis (guru) belum ada, dan biaya operasional, (2) pengurus sudah melakukan musyawarah dengan orang tua anak-anak, tokoh agama, tokoh adat, dan pemuka desa lainnya, namun belum menghasilkan sebuah keputusan, (3) (4) pengurus mengatakan bahwa tahun 2018, solusi tentang ruangan, alat peraga akan diusahakan melalui dana bantuan.165 Dapat disimpulkan bahwa metode yang diterapkan dalam membaca Al-Qur‟an belum efektif, penyebab utama adalah, (1) waktu sangat pendek, (2) kemampuan anak menghafal, membaca sesuai makhraj huruf, dan ketentuan lainnya sangat berbeda (ada cepat dan ada lambat), (3) guru belum menerapkan alat bantu untuk memudahkan metode menghafal, dan (4) peranan pengurus masjid bersama tokoh masyarakat belum maksimal. c. Efektivitas dan kualitas SDM guru Jumlah guru yang mengajar di masjid 3 orang dengan rincian 1 orang berpendidikan S1, dan 2 orang tamatan SMA. Peneliti melihat bahwa, (1) kemampuan guru dalam mentransfer ilmu kepada murid sebatas pengalaman yang diterima dari guru-guru sebelumnya, (2) efektivitas mengaji di masjid adalah menyemarakan sari‟at Islam akan tetapi belum mempertimbangkan efektivitas tujuan, (3) guru belum bisa menerapkan metode baru yang lebih efektif dalam meningkatkan kemampuan anak membaca Al-Qur‟an, (4) guru bukan seorang havis qur‟an atau hanya sebatas mahir membaca Al-Qur‟an.166 Mengapa efektivitas dan kemampuan guru belum dapat meningkatkan kemahiran anak baca Al-Quran, peneliti memperoleh informasi melalui wawancara dengan guru yaitu, (1) keterbatasan ilmu pengetahuan guru, (2) guru mengajar anak mengaji merupakan pengabdian

165Eki Saputra, Sekretaris pengurus masjid wawancara tanggal 24 Januari 2018. 166Observasi tanggal 16 Januari 2018.

110

diri secara ikhlas, (3) guru belum mampu menggunakan metode yang lebih efektif dengan menggunakan alat perag.167 Dari efektivitas dan profesionalitas guru dalam meningkatkan kemampuan anak baca Al-Qur‟an, dapat dsiimpulkan bahwa efektivitas mengaji magrib isya belum efektif yang ditandai beberapa aspek yaitu, (1) dasar pendidikan guru belum spesialis dan belum pernah mengikuti program pelatihan khusus metode baca Al-Qur‟an, (2) guru mengajar dengan menerapkan metode sebagaimana diterima dari guru mereka sebelumnya, dan (3) pengajian magrib isya adalah menyemarakan syaria‟t Islam, disamping mendidik anak-anak menimal bisa baca Al-Qur‟an. Dari temuan-temuan di atas secara ringkas dapat di simpulkan melalui aspek efektivitas waktu, metode pengajian, dan kualitas sumber daya manusia (SDM) guru yaitu: 1. Efektvitas Ketersediaan Waktu Mengaji Magrib Isya Kesempatan anak diajari guru baca Al-Qur‟an adalah 3-5 menit bahkan ada anak yang tidak berkesempatan diajari guru karena waktu atau kesempatan anak terpakai oleh anak sebelumnya (belum efektif), dan jumlah pertemuan setiap hari Senen sampai dengan hari Jum‟at (5 hari) dengan 40 menit setiap pertemuan. 2. Efektivitas dan Metode Mengaji Magrib Isya Penerapan metode baca Al-qur‟an antara magrib isya belum efektif yang disebabkan yaitu; metode yang diterapkan guru belum dapat memotivasi anak lebih bergairah dalam baca Al-Qur‟an (tanpa alat perga) pada tingkatan iqra‟ maupun pada tingkatan Al-Qur‟an.Metode hafalan dan menyetor hafalan anak kepada guru yang masih katagori anak-anak menimbulkan kebosanan, dan membuat jiwa anak tertekan sesama temannya yang cepat hafal. 3. Efektivitas dan kualitas SDM guru Rendahnya kemampuan guru dalam mengajar anak baca Al-Qur‟an berdampak pada waktu penelesaian atau menamatkan Al-Qur‟an setiap

167M. Aziz, guru ngaji wawancara tanggal 22 Januari 2018.

111

anak (1-1,5 tahun). guru belum mampu meningkatkan motivasi anak anak melalui metode teknologi yang efektif (komputerisasi). Di lain pihak guru mengajar anak sebagai ibadah kepada Allah SWT sekaligus mendidik anak bisa baca Al-Quran. 1.3. Masjid Jami’ Islamiyah Desa Sungai Mati Observasi dan penghayatan peneliti terhadap pelaksanaan pengajian antara selesai shalat magrib sampai masuk waktu shalat isya (disebut mengaji/ngaji magrib isya) di Masjid Jami‟ Islamiyah dan ketersediaan potensi seperti, jumlah guru 4 orang dengan lakar belakang pendidikan sangat baik, jumlah anak 32 orang yang terdiri dari 15 orang tingkatan iqra‟ dan 17 orang tingkatan Al-Qur‟an. melihat masalah inti atas efektivitas baca Al-Qur‟an dalam meningkatkan kemampuan anak dapat dipaparkan sebagai berikut: a. Efektvitas Ketersediaan Waktu Mengaji Magrib Isya Di masjid Jami‟ Islamiyah dibandingkan dengan pengajian di masjid Baiturrahim dan masjid Baiturrahman belum ditemukan keefektifan waktu sebagai mana diharapkan.Hasil observasi terlihat bahwa, waktu pengajian magrib isya belum efektif dimana setiap anak rata-rata dapat dibimbing atau diajari guru 5 menit atau lebih 1 menit jika dibandingkan di masjid sebelumnya. Berdasarkan keefektifan waktu tersedia 40 menit dan dibagi dengan jumlah kelompok anak berkisar 8 anak maka, kesempatan anak hanya 5 menit setiap pertemuan pada masing-masing guru (4 orang). Selanjutnya kemahiran anak dalam memanfaatkan waktu yang singkat ini sangat dipengaruhi keaktifan atau kehadiran, serta kepintaran anak dalam memahami hafalan, lafas huruf dengan makhraj, dan tajwid.168 Hasil observasi di atas, peneliti mewawancarai beberapa guru diperoleh informasi bahwa: (1) tersedianya 5 menit setiap pertemuan adalah sangat tidak efektif, apalagi mengajari anak tingkat iqra‟, (2) seharusnya setiap anak dapat diajari baca Al-Qur‟an minimal 15 menit setiap pertemuan berdasarkan pengalaman-pengalaman guru, (3) Akibat ketersediaan waktu

168Observasi peneliti, tanggal 28 Januari 2018.

112

yang singkat juga berdampak pada anak yang kadang kala tidak berkesempatan bertatap muka dengan guru.169 Tambahan informasi guru lainnya melalui dapat diinformasikan bahwa: (1) Guru mengajar baca Al-Qur‟an di masjid Jami‟ Islamiyah didasarkan pada prinsip beribadah kepada Allah SWT dan keikhlasan, (2) waktu singkat tersebut sudahlah tidak efektif, maka guru harus ditambah (harapan), (3) belum efektifnya pengurus masjid dalam mensikapi masalah waktu dan jumlah guru ngaji.170 Pendapat guru Siti Rahmah melalui wawancara adalah; (1) menjadi guru ngaji di desa adalah tuntutan hati nurani dalam beribadah kepada Allah SWT walaupun tanpa di berikan honorarium, (2) kemampuan baca Al- Qur‟an setiap anak tergantung pada jumlah pertemuan dengan guru disamping dukungan semangat anak dan dorongan orang tua, (3) serta pengaruh dan perhatian serius dari tokoh masyarakat desa masih rendah.171 Dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan baca Al-Qur‟an (disebut mengaji/ngaji) magrib isya belum efektif apabila dilihat dari ketersediaan waktu 5 menit setiap anak.Kemudian juga kehilangan waktu atau kesempatan anak tidak mendapat giliran di ajari oleh guru disebabkan oleh anak yang sedang bermain di luar masjid saat dipanggil, terpakainya waktu oleh anak yang bermasalah seperti kepintaran anak lambat pemahamannya. Wawancara dengan anak-anak tentang ketersediaan waktu 5 menit, diperoleh informasi bahwa, (1) waktu 5 menit dirasakan cepat berlalu, kadang-kadang belum selesai diajari guru,sudah berhenti, teman lain sudah mendesak masuk menghadap guru, (2) bagi anak tingkatan iqra‟ sangat tidak efektif dalam 5 menit karena masih taraf meng-eja-eja huruf, (3) bagi anak tingkatan Al-Qur‟an juga terasa singkat waktu 5 menit apalagi sudah berada pada penerapan lagu dengan tajwid.172

169Shobirin, Guru Mengaji , wawancara tanggal 13 Februari 2018. 170Abdul Somad, Guru Mengaji, wawancara tanggal 13 Februari 2018. 171Siti Rahmah, Guru Mengaji, wawancara tanggal 13 Februari 2018. 172Biturrahman, tingkatan qur‟an, wawancara tanggal 28 Februari 2018.

113

Di simpulkan bahwa ketidak efektifan waktu dalam pelaksanaan mengaji magrib isya yang disebakan oleh waktu yang singkat 5 menit setiap anak, juga ditambah dengan kehilangan waktu secara rutin anak wanita setiap bulan (menstruasi). Rata-rata kemampuan anak membaca Al-Qur‟an 6-7 bulan pada tingkatan iqra‟ dan 1,5 tahun pada tingkatan Al-Qur‟an. Belum efektif waktu dalam pelaksanaan mengaji di masjid ini, peneliti wawancarai ketua pengurus masjid sebagai penanggung jawab pengajian diperoleh informasi bahwa; 1. Tujuan utama pengajian magrib isya adalah syi‟ar Islam sambil mengajari anak bacaAl-Qur‟an walaupun membutuhkan waktu lama 2. Tidak ada pilihan bagi orang tua mendidik anak-anak desa untuk belajar nagaji di tempat lain kecuali di masjid, dengan niat bisa baca Al-Qur‟an atau menghindari anak dari buta aksara baca Al-Qur‟an 3. Pengabdian guru mengaji sangat diharapkan dengan segala kekurangan dana dan sarana pendukung lainnya, dan 4. Tiga orang orang adalah pegawai negeri sipil (guru Aliyah) dan berdomisili di desa ini.173 Dari hasil observasi dan wawancara peneliti dengan guru, anak, dan pengurus Masjid Baiturrahman Desa Sungai Mati adalah: (1) waktu 5 menit belum mampu meningkatkan efektivitas baca Al-Qur‟an bagi anak, (2) pertemuan anak dengan guru 5 menit belum dapat menghantarkan anak bisa baca dan hafal Al-Quran sesuai dengan tntunan pelafasa huruf, dan makhraj, serta tajwid, (3) guru mengajar baca Al-Qur‟an sebagai pelepas tanggung jawab secara individu dan beribadah kepada Allah SWT tanpa mengharap imbalan berupa jasa, dan (4) ketidak berdayaan pengurus dalam menanggulangi masalah dihadapi, terutama penambahan guru berkualitas (havis qur‟an), serta sarana pendukung lainnya.

173H. M. Nur, Ketua Masjid, wawancara tanggal 24 Februari 2018.

114

b. Efektivitas dan Metode Mengaji Magrib Isya Metode guru pengajian di masjid Jami‟ Islamiyah sama dengan di masjid Baiturrahman, dan masjid Baiturrahim. Observasi peneliti ditemukan masalah-masalah sebagai berikut: 1. Tahap permulaan baca Al-Qur‟an a. Anak mulai masuk mengaji dikelompok/tingkatan iqra‟ Orang tua menyerahkan anak kepada guru dengan harapan anaknya dapat baca Al-Qur‟an.174 b. Maka proses mengajar belajar baca Al-Qur‟an dapat di mulai dengan metode yang lazim di terapkan guru. Adapun metode yang diterapkan guru pada tingkatan iqra‟ adalah: 1. Guru memperkenalkan huruf-huruf ijaiiyah, seperti alif, ba, ta, sha, kha dan sampai hamzah-„ain). Anak dapat mengenali dan hafal huruf-huruf ijaiiyah paling cepat 2-4 bulan 2. Setiap pertemuan seorang anak harus menghafal huruf dan menyetorkan (anak menyebut, guru mendengarkan dan jika salah atau belum hafal di betulkan oleh guru) dan guru mendengar bacaan anak 3. Bagi anak yang belum hafal atau belum benar-benar hafal huruf maka kajiannya belum ditambah atau dinaikan ke tingkat lebih tinggi. Setelah anak dapat memahami dan mengerti melafaskan huruf sesuai makhraj, tajwid langkah berikutnya adalah membaca Al-Qur‟an atau bacaan surat ammah (juz ammah), yang di mulai dari surat Al-fatihah. c. Kelompok pada tingkatan Al-Qur‟an, yang merupakan kelanjutan dari kelompok iqra‟. Umumnya anak sudah mulai mahir membaca Al- Qur‟an walaupun masih ada keterbatasan terutama cara melapaskan huruf dengan makhraj, serta penerapan tajwid dengan lagu.175 2. Metode baca Al-Qur‟an tingkatan iqra‟ (juz ammah) Metode baca Al-Qur‟an pada tahap iqra‟ yang di awali membaca surat Al-fatihah. Guru berkeyakinan bahwa semua anak tingkatan iqra‟ sudah

174M. Syafi‟I anak ngaji, wawancara tanggal 20 Januari 2018. 175Observasi, tanggal 18 Januari 2018.

115

mengerti dan memahami huruf-huruf ijaiiyah, tanda baca berhenti/menyambung, dan tajwid. Guru memulai membacakan ayat al- fatihah berulang-ulang kali dan didengarkan (disimak) oleh anak-anak dengan posisi duduk menghadap guru (khalaqah). Kemudian guru memberikan kesempatan anak mengulangi bacaan bersama-sama (tilawah) dengan suara keras, lebih lanjut guru mendengarkan setiap anak (satu persatu) membaca sampai hafal dan pelafasan huruf sesuai makhraj serta tajwid.Selanjutnya guru mengevaluasi bacaan anak sesuai standar tata baca Al-Qur‟an (hafal, penyebutan huruf, makhraj, dan tajwid, serta tata tertib) untuk dikelompokan menjadi dua kelompok, yaitu anak katagori pintar/mahir dan anak katagori sedang. Untuk mengetahui hasil bacaan Al-Qur‟an anak tingkatan iqra‟, peneliti mewawancarai guru dimana diperoleh informasi bahwa seorang anak dapat dan pintar/mahir membaca surat juz ammah sangat tergantung dari motivasi anak mengulang kaji dan dorongan orang tua di rumah untuk mengajari anak-anaknya baca Al-Qur‟an. Dengan waktu yang relatif singkat selama mengaji di masjid, maka hasilnya juga bertingkat-tingkat yaitu, anak pintar dapat lancar baca juz ammah 12 bulan (1 tahun), dan anak berkemampuan sedang dapat baca juz ammah 18 bulan (1,5 tahun).176 Tolok ukur yang diterapkan guru dalam mengevaluasi anak pintar atau mahir dan belum mahir adalah; 1. Disiplin yang ditandai absen masuk (85 %) 2. Tingginya motivasi dan semangat seorang anak menyimak sambil mendengarkan guru membacakan kajian (baca Al-Qur‟an) 3. Laporan anak atas kesungguhannya mengulang baca Al-Qur‟an di rumah dan tanggung jawab orang tua 4. Ada rasa malu yang tertanam dalam jiwa anak, bila tidak pandai membaca Al-Qur‟an, dan

176Habibah, Guru Mengaji, wawancara tanggal 26 Februari 2018.

116

5. Adanya dorongan dari lingkungan tempat tinggal seperti, takoh agama, tokoh adat, dan tokoh masyarakat terhadap pengajian magrib isya ini bila ditemukan anak sedang bermain atau mengikuti pengajian di masjid.177 3. Metode baca tingkatan Al-Qur‟an Tingkatan Al-Qur‟an adalah lanjutan dari anak tingkatan iqra‟ yang sudah ditetapkan guru.Penekanan baca pada tingkatan Al-Qur‟an untuk meningkatkan kemampuan anak membaca Al-qur‟an melalui; penghafalan ayat-ayat, pelafasan makhraj huruf, tajwid, tahfis (menyetor), membaca bersama-sama (tilawah), dan lagu (tilogi).Metode sama dengan tingkatan iqra‟ dimana guru membacakan ayat-ayat, anak mendengar sungguh- sungguh dan sebaliknya anak membaca atau menyetor, guru mendengar.Dalam metode ini yang sangat diperhatikan oleh anak dan guru adalah pembetulan bacaan yang kurang tepat atau yang salah menurut ketentuan berlaku. Bacaan Al-Qur‟an di mulai dari juz 2 surat Al-Baqarah dan sampai khatam pada juz 30.178 Efektivitas metode di atas terindikasi dari observasi dimana seorang anak membaca (contoh) surat Al-Baqarah ayat 1-5. Seorang anak harus dapat menghafal, membaca sesuai makhraj huruf, tajwid, cara berhenti dan mengulang kembali, dan lagu. Kemahiran anak paling cepat 4-8 hari.Dengan demikian, seorang anak sudah menghafal ayat-ayat tersebut dan membaca atau menyetorkan setiap pertemuan di hadapan guru berulang kali, sampai dinyatakan lulus/diterima hafalan dan selanjutnya guru melanjutkan ke ayat 6-10 berikutnya dan begitulah seterusnya. Dari model penyetoran ini, menimbulkan masalah-masalah bagi anak, contoh; sebelum menyetor ayat yang lebih tinggi, terlebih dahulu anak menyetor ayat sebelumnya (dibaca kembali), kemudian dilanjutkan ayat yang sedangkan dihafal.Bila belum hafal, maka anak tetap mengaji di ayat tersebut, bahkan diturunkan kembali kepada ayat 1-5 (pangkal ayat) sampai hafal sekali.Ini memakan waktu 5-8 kali pertemuan. Sistim ini bila peneliti

177Abdul Somad, Guru Mengaji, wawancara tanggal 25 Februari 2018. 178Observasi tanggal 25 Januari 2018.

117

amati menunjukan bahwa anak diwajibkan menghafal dengan makhraj huruf dan tajwid (sangat baik). Di satu sisi ada positifnya dan di sisi lain juga menimbulkan kebosanan anak untuk meneruskan mengaji. Bagi anak yang daya ingatnya tinggi untuk menghafal, tidak bermasalah atau anak bersemangat dalam belajar mengaji, sebaliknya anak yang daya ingat hafalannya rendah, akan menimbulkan kebosanan selama mengaji bahkan ada anak berhenti mengaji karena kebosanan, merasa rendah diri atau kurang pede di hadapan teman-temannya, anak selalu menangis dihadapan guru. Timbulnya masalah bagi anak yang kurang atau lambat penghafalannya, diperoleh informasi bahwa: (1) saat anak menyetorkan bacaan suratatau ayat yang telah ditentukan oleh guru sebelumnya, menjadi beban mental bagi anak yang mengalami kesusahan dalam menghafal terutama anak yang lemah daya ingatnya, (2) hafalan anak ini tidak akan bertahan lama karena waktunya pendek sekali seperti, bila anak sudah berada pada surat Ali Imran, maka hafalan surat Al-Baqarah sudah mulai lupa, (3) bagi anak yang lambat perkembangannya dalam hafalan, inilah masalah dihadapi yaitu anak berhenti mengaji.179 Informasi selanjutnya melalui wawancara sehubungan dengan metode baca Al-Qur‟an adalah, (1) bahwa keharusan dengan membaca sesuai tajwid, makhraj huruf, dan harus hafal dalam waktu yang singkat magrib isya, (2) penerapan metode baca Al-Qur‟an yang lebih efektif dengan menggunakan alat peraga, menggunakan teknologi, belum dapat dilaksanakan oleh guru, (3) ketersediaan sarana ruangan khusus (kelas), biaya, guru, alat peraga belum dimiliki pengurus masjid.180 Wawancara peneliti dengan sekretaris masjid dapat disimpulkan bahwa, (1) pengurus sudah berupaya mengembangkan metode baca Al- Qur‟an yang efektif untuk mempercepat dan meningkatkan kemampuan anak, namun masih terkendala, seperti ruangan, tenaga spesialis (guru)

179Siti Rahmah, guru mengaji wawancara tanggal 25 Februari 2018. 180Abdul Somad, guru mengaji wawancara tanggal 25 Februari 2018

118

belum ada, dan biaya operasional, (2) pengurus sudah melakukan musyawarah dengan orang tua anak-anak, tokoh agama, tokoh adat, dan pemuka desa lainnya, namun belum menghasilkan sebuah keputusan, (3) pengurus mengatakan bahwa tahun 2018, solusi tentang ruangan, alat peraga akan diusahakan melalui dana bantuan desa.181 Dapat disimpulkan bahwa metode yang diterapkan dalam membaca Al-Qur‟an belum efektif, penyebab utama adalah, (1) waktu sangat pendek yaitu 5 menit, (2) kemampuan anak menghafal, membaca sesuai makhraj huruf, dan ketentuan lainnya sangat berbeda (ada cepat dan ada lambat), (3) guru belum menggunakan alat bantu untuk memudahkan metode menghafal, dan (4) peranan pengurus masjid bersama tokoh masyarakat belum maksimal. Hasil wawancara dengan orang tua, bahwa bagi anak yang lambat daya hafalannya, memang menjadi problema tersendiri baik bagi anak maupun kami orang tuanya.Kadang kala kami orang tua merasa kasihan bila anak mengulang dan menyetorkan hafalannya kepada guru, atau diperintahkan kembali turun keayat sebelumnya.Ada juga anak berhenti karena problema tersebut.Namun bagi orang tua selalu menyuruh (memotivasi) anak mengaji setiap malam dengan menekan sesuatu seperti malu keluarga kita bila kami tidak pandai baca Al-Qur‟an).182 c. Efektivitas dan kualitas SDM guru Di lihat dari kualitas pendidikan guru yang mengajar di masjid cukup baik yaitu 1 orang S2, 2 orang S1, dan 1 orang SMA. Namun kualitas pendidikan yang dimiliki tersebut belum dapat mengefektifkan dalam meningkatkan kemampuan anak baca Al-Qur‟an, disebabkan beberapa faktor: (1) kemampuan guru dalam mentransfer ilmu kepada murid sebatas pengalaman yang diterima dari guru-guru (generasi tua ke generasi muda), (2) efektivitas mengaji di masjid adalah menyemarakan sari‟at Islam akan tetapi belum mempertimbangkan efektivitas tujuan, (3) guru belum bisa

181M. Syukri, Sekretaris pengurus masjid wawancara tanggal 26 Februari 2018. 182Syahrial, orang tua Wahyu, wawancara tanggal 26 Februari 2018.

119

menerapkan metode baru yang lebih efektif dalam meningkatkan kemampuan anak membaca Al-Qur‟an, (4) guru bukan seorang havis qur‟an atau hanya sebatas mahir membaca Al-Qur‟an.183 Mengapa efektivitas dan kemampuan guru belum dapat meningkatkan kemahiran anak baca Al-Quran, peneliti memperoleh informasi melalui wawancara dengan guru yaitu, (1) keterbatasan ilmu pengetahuan guru tentang mengajar baca Al-Qur‟an, (2) guru mengajar anak mengaji merupakan pengabdian diri secara ikhlas, (3) guru belum mampu menggunakan metode yang lebih efektif dengan menggunakan alat bantu/peraga.184 Efektivitas dan profesionalitas guru dalam meningkatkan kemampuan anak baca Al-Qur‟an, dapat disimpulkan bahwa efektivitas mengaji magrib isya belum efektif yang ditandai beberapa faktor yaitu, (1) guru yang mengajar baca Al-Qur‟an belum spesialis, (2) guru mengajar dengan menerapkan metode sebagaimana diterima dari guru mereka sebelumnya, dan (3) pengajian magrib isya adalah menyemarakan syari‟at Islam, disamping mendidik anak-anak menimal bisa baca Al-Qur‟an. Fakta dan data temuan di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Efektvitas Ketersediaan Waktu Mengaji Magrib Isya Kesempatan anak diajari guru baca Al-Qur‟an adalah 5 menit bahkan ada anak yang tidak berkesempatan diajari guru karena waktu atau kesempatan anak terpakai oleh anak sebelumnya (belum efektif), dan jumlah pertemuan setiap hari Senen sampai dengan hari Jum‟at (5 hari) dengan 40 menit setiap pertemuan.Belum ada rencana dan upaya guru atau pengurus masjid untuk mengadakan pengajian baca Al-Qur‟an bagi anak selain magrib isya, atau disediakan waktu ngaji di siang/sore hari atau malam hari disesudah isya. 2. Efektivitas dan Metode Mengaji Magrib Isya

183Observasi tanggal 26 Februari 2018. 184Sobirin, guru ngaji wawancara tanggal 26 Februari 2018.

120

Metode baca Al-qur‟an antara magrib isya belum efektif yang disebabkan yaitu; metode yang diterapkan guru belum dapat memotivasi anak lebih bergairah dalam baca Al-Qur‟an (tanpa alat peraga) pada tingkatan iqra‟ maupun pada tingkatan Al-Qur‟an.Metode hafalan dan menyetor hafalan anak kepada guru yang masih katagori anak-anak menimbulkan kebosanan, dan membuat jiwa anak tertekan sesama temannya yang cepat hafal.Seharusnya guru secara berangsur-angsur atau perlahan dan pasti sudah mencobakan metode baca Al-Qur‟an dengan menggunakan alat peraga baik manual maupun teknologi komputerisasi. 3. Efektivitas dan kualitas SDM guru Rendahnya kemampuan guru dalam mengajar anak baca Al-Qur‟an berdampak pada waktu penyelesaian atau menamatkan Al-Qur‟an setiap anak (1-1,5 tahun). Guru belum mampu meningkatkan motivasi anak-anak melalui metode atau menggunakan teknologi yang efektif (komputerisasi). Guru mengajar anak sebagai ibadah kepada Allah SWT sekaligus mendidik anak bisa baca Al-Quran (tidak punya target). Peranan guru dan pengurus masjid belum sungguh-sungguh untuk mencetak anak-anak desa yang mahir baca Al-Qur‟an pada hal masa anak-anak sangat membutuhkan sebuah sentuhan perasaan atas kecintaan kepada Al-Qur‟an serta pengamalannya selama hidup di dunia menuju akhirat. 2. Faktor pendukung dan penghambat kegiatan mengaji antara magrib dan isya dalam meningkatkan kemampuan baca Al-Qur’an anak usia 9-12 tahun di 3 Masjid Dalam Kecamatan Pangkalan Jambu Kabupaten Merangin. Dari temuan melalui observasi dan wawancara dengan informan, serta telaahan peneliti maka dapat dikemukan mengapa pengajian magrib isya belum efektif dalam meningkatkan kemampuan anak baca Al- Qur‟an.sudah barang tentu ada beberapa faktor yang dapat dijadikan pendukung disatu sisi walaupun masih rendah potensi dukungnya dan disisi lain juga ditemukan beberapa faktor penghambat atau merupakan kendala tetapt. Di bawah ini peneliti memaparkan factor pendukung dan penghambat berdasarkan analisis data hasil temuan sebagai berikut:

121

a. faktor pendukung Sebenarnya pengajian baca Al-Qur‟an magrib isya merupakan wadah dan tempat sangat strategis dalam membina mental spiritual anak-anak usia sekolah dasar, terutama pemahaman agama melalui Al-Qur‟an. Hal inilah salah satu potensi pendukung dan pemberi semangat oleh pengurus majid bersama guru ngaji di masing-masing masjid. Di samping itu secara psikologis dan edukatif, faktor pendukung dan pendorong dalam melaksanakan kegiatan baca Al-Qur‟an adalah sebagai berikut: 1. Al-Qur‟an dalam menjalankan atas keyakinan rukun iman dan Adanya rasa tanggung jawab orang tua kepada anak dan orang dewasa pandai mengaji untuk mengajari anak-anak pandai baca rukun Islam di hadapan Allah SWT. 2. Orang tua menyerahkan anaknya mengaji kepada guru karena sangat percaya dan bertanggung jawab dan ini merupakan amanah, serta kebahagian tersendiri bagi pengelola atau pengurus masjid. 3. Tradisi mengaji magrib isya (pesantren) adalah kebiasaan membaca Al- Qur‟an dan ajaran Nabi Muhammad SAW (metode lama dan perlu dipertahankan). 4. Konsep setiap anak atau murid ngaji adalah bagian dari sebuah komunitas di pengajian. Oleh karenanya ia memiliki tugas dan tanggung jawabnya dalam beraktivitas baca Al-Qur‟an. 5. Anak-anak mampu menggali nilai kesederhanaan dari ayat Al-Qur‟an dan hadist, itulah makna kesederhanaan masa anak-anak menuju masa dewasa. Di lihat dari potensi Sumber Daya Manusia (guru), organisasi masjid dan sarana prasarana serta aspek potensial lainnya yaitu: 1. Tenaga pengajar atau guru ngaji berdomisili di desa tempat ngaji, bekerja secara ikhlas, berpendidikan cukup baik, tanpa mengharapkan imbalan atau kompensasi.

122

2. Masjid sudah mempunyai petugas-petugas khusus bidang keagamaan, termasuk bidang baca Al-Qur‟an yang ditampilkan dalam sebuah struktur organisasi. 3. Kecukupan sarana prasarana merupakan kelengkapan dan kesuksesan pengajian magrib isya. 4. Adanya kepedulian tokoh-tokoh masyarakat (agama, adat, cendikiawan) dalam memotivasi anak belajar baca Al-Qur‟an serta sangsi bagi anak atau warga masyarakat tidak pandai baca Al-Qur‟an dalam rangka mengantisipasi jangan sampai anak buta aksara qur‟an. Paparan di atas adalah faktor pendukung yang sama-sama dimiliki oleh 3 tempat baca Al-Qur‟an Desa Tanjung Mudo, Desa Sungai Jering, dan Desa Sungai Mati, baik dilihat aspek psikologis, edukatif maupun kebiasaan penduduk desa di Indonesia. Namun bila dilihat dari keunggulan masing- masing tempat baca Al-Qur‟an maka pengelolaan baca Al-Qur‟an masjid Jami‟ Islamiyah lebih unggul dari 2 masjid lainnya, yaitu didukung oleh pendidikan guru ngaji; 1 orang S2, 2 orang S1, dan rata-rata kesempatan anak mendapatkan bimbingan ngaji dari guru adalah 5 menit. d. Faktor penghambat Setiap kegiatan sudah pasti ditemui faktor penghambat dan sangat tergantung kepada kerumitan atas keberhasilan yang direncanakan. Secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Keterbatasan waktu pertemuan anak dengan guru berkisar 3-5 menit dan tidak dapat mengoptimalkan kemampuan anak baca Al-Qur‟an baik tingkat iqra‟ maupun Al-Qur‟an dan sangat membutuhkan penjadwalan yang lama (1-2 tahun). 2. Keterbatasan jumlah guru ngaji yang tidak seimbang dengan jumlah anak yang diajari baca Al-Qur‟an. Di sisi lain belum ada disediakan atau dianggarkan dana khusus bagi kesejahteraan guru baik dari partisipasi orang tua maupun stakeholder lainnya.

123

3. Metode yang diterapkan oleh guru kepada anak dalam baca Al-Qur‟an masih menggunakan metode lama dan membosankan anak (kurang menarik gairah, minat, dan motivasi). 4. Belum ada rencana dan upaya pengurus masjid yang mengarah kepada sebuah metode baru dan efektif dalam meningkatkan kemampuan anak baca Al-Qur‟an. 5. Imij (konsep pemikiran) orang tua dan sebahagian masyarakat kurang responsif terhadap perkembangan dan kemahiran anak baca Al-Qur‟an, yang diutamakan adalah bahwa anak sudah diserahkan dan mengikuti pengajian, persoalan cepat dan lambat, serta kemahiran sesuai makhraj atau tajwid bukan tujuan utama (minimal bisa baca Al-Qur‟an). Sedangkan faktor penghambat utama tentang hafalan yaitu dimana sebagian anak mengalami kesulitan menghafal dikarenakan anak belum mengerti kalimat dan arti terjemahan ayat-ayat. Pada dasarnya menghafal tanpa membuka terjemahan Al-Qur‟an tetap bisa dilakukan, walau anak tidak mengerti apa yang sedang di baca. Karena Al-Qur‟an itu mudah dan Allah telah meletakan kemudahan yang dimiliki Al-Qur‟an. 3. Kontribusi orang tua, tokoh agama, tokoh adat dalam meningkatkan kemampuan anak baca Al-Qur’an antara magrib isya di tiga masjid dalam Kecamatan Pangkalan Jambi Kabupaten Merangin.

Tidak dimungkiri, cara orang tua dalam mendidik sangat berpengaruh terhadap perangai atau akhlak anak dan masa depannya. Di satu sisi, banyak anak yang mampu menguasai beragam ilmu, namun di sisi lain akhlak mereka sangatlah buruk. Sebaliknya, ada anak yang memiliki perangai baik, namun mereka tidak begitu pandai. Hal tersebut sebenarna disebabkan oleh kurang tepatnya metode pendidkan yang diterapkan oleh orang tua. Dengan kata lain, banyak orang tua yang ternyata gagal menemukan metode pendidikan yang efektif untuk mengajar, mengaji baca Al-Qur‟an agar mampu tampil sebagai pribadi yang mulia, jika orang dikatakan berkontribusi positif dalam rumah tangga.

124

Kontribusi dimaksudkan adalah sebuah bentuk sumbangsih pemikiran positif dan punya tolok ukur (dapat diukur atau dilihat) dalam meningkatkan kemampuan anak baca Al-Qur'an lebih efektif dan produktif. Di bawah ini peneliti memaparkan sumbangsih dan kontribusi orang tua, tokoh agama, tokoh adat dalam meningkatkan kemampuan anak baca Al- Qur‟an dan sebagai penikmat output baik langsung maupun tidak langsung, sebagai beikut: a. Orang Tua Kontribusi orang tua (tanggung jawab) atau orang tua yang menyerahkan anaknya kepada guru untuk dididik baca Al-Qur‟an belum maksimal (belum efektif). Berdasarkan wawancara yang dilakukan diperoleh beberapa informasi sebagai berikut: 1. Kewajiban orang terhadap anak adalah mengasuh, membesarkan, dan mendidik anak menjadi manusia agamis (taat dan patuh kepada perintah dan larangan Allah). 2. Cita-cita dan harapan orang tua tersebut hanya sebatas keinginan tanpa didukung oleh perlakuan atau kontribusi nyata dalam kehidupan sehari- hari. 3. Untuk itu orang tua mengalihkan kewajibannya kepada guru ngaji untuk mendidik anak baca Al-Qur‟an. Permasalahan tentang mahir atau belum mahir seorang anak baca Al-Qur‟an tidak manjadi perhatian serius. 4. Harapan orang menyerahkan anaknya kepada guru ngaji baca Al-Qur‟an adalah bisa membaca walaupun tidak berdasarkan makhraj huruf dan tajwid apalagi membaca dengan kemerduan suara (lagu) 5. Orang tua beranggapan bahwa setelah anak diserahkan mengaji di masjid, secara adat dan lingkungan sudah terhindar dari rasa malu.185 Dapat disimpulkan bahwa kontribusi orang tua (tanggung jawab) terhadap anak dalam pengajian baca Al-Qur‟an secara umum adalah, (1) pelepas tanggung jawab akan tetapi belum mempunyai sasaran dan tujuan yang jelas, (2) output yang diperoleh anak setelah baca Al-Qur‟an bukan

185Jarkasih, orang tua desa Tanjung Mudo, wawancara tanggal 14 Maret 2018

125

persoalan utama, tetapi sebatas bisa baca Al-Qur‟an, (3) perhatian dari masyarakat dan lingkungan desa kepada orang tua seakan-akan sudah lepas baik secara moral maupun keagamaan. b. Tokoh agama Tokoh agama yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah orang- orang yang dipandang unggul ilmu pengetahuan bidang agama yang disebut ustadz, kiyai, ulama, atau guru. Kontribusi (kepedulian) yang telah diberikan tokoh agama dalam meningkatkan dan mengembangkan syari‟at Islam melalui pengajian baca Al-Qur‟an sebagai berikut: 1. Orang yang ditokohkan sebagai tokoh agama di setiap desa bisa dikatakan tidak banyak, paling banyak 3-5 orang dan diakui sebagai tokoh dituahkan sampai tingkat tokoh pengganti. 2. Ciri tokoh agama di desa adalah bisa baca doa, memimpin yasinan, tahlilan, dan kadang kala ada yang bisa atau tidak bisa jadi khatib jum‟at, namun beliau dimuliakan dalam masyarakat. 3. Kontribusi dari ketokohannya yaitu mengajak orang tua dan anak-anak agar dapat mengikuti pengajian baca Al-Qur‟an di masjid dengan harapan dan memberi nasehat untuk pegangan hidup di dunia menuju akhirat.186 c. Tokoh adat Masyarakat desa adalah masyarakat yang selalu melestarikan adat istiadat yang berpedoman kepada motto “adat bersendikan syarak, syarak bersendikan kitabullah.Adat memakai syarak mengato”.Artinya bahwa kontribusi atau peranan dari tokoh adat dalam memelihara sekaligus memajukan pembangunan secara global sangat diperlukan. Dalam pengajian baca Al-Qur‟an kontribusi tokoh adat dengan tokoh lain terjalin baik dan berkolaborasi dalam seloko adat disebut “tali tiga sepilin” atau “tungku tigo sejarangan”, yaitu terdiri tokoh agama, tokoh cerdik pandai, dan tokoh adat. Kontribusi dari tokoh adat dalam memotivasi masyarakat agar memegang tali agama tanpa melanggar aturan agama maupun aturan

186H. M. Nur, Tokoh Agama Desa Sungai Mati, wawancara tanggal 15 Maret 2018.

126

berdasarkan kesepakatan (musyawarah) sudah berjalan baik namun belum maksimal. Beberapa kontribusi dimaksud diantaranya adalah: 1. Bagi warga masyarakat yang sudah dewasa, bila tidak pandai baca Al- Qur‟an maka pada saat melakukan pernikahan mendapat sanksi dari tokoh adat dengan menunda pernikahan (ijab Kabul) sampai pandai baca Al-Qur‟an. 2. Sanksi seperti di atas merupakan cambuk untuk memotivasi masyarakat untuk bisa baca Al-Qur‟an (pola minimal, asal lancar). 3. Bagi anak-anak yang tidak bisa baca Al-Qur‟an, secara otomatis disisihkan atau dikucilkan oleh teman sejawatnya. Timbul rasa malu bagi anak sehingga anak terpaksa harus bisa baca Al-Qur‟an 4. Kepala keluarga dan anggota keluarganya yang tidak dapat baca Al- Qur‟an sudah tentuakan merasakan dampak atau sanksi dari tokoh adat maupun tokoh-tokoh lainnya. Dapat disimpulkan bahwa kontribusi tokoh adat yaitu memberikan peringatan jauh-jauh sebelum sebuah hajat atau pekerjaan dilakukan terutama saat pernikahan atau acara lainnya.Sanksi ini sangat positif dan efektif dalam mendidik anak untuk pandai baca Al-Qur‟an dan mendapat sebuah nilai dari lingkungan desa. C. Analisis Penelitian Untuk mewujudkan efektivitas pengajian baca Al-Qur‟an dalam tenggang waktu antara atau sehabis shalat magrib menuggu masuk waktu isya dengan jumlah waktu 40 menit.Dari hasil temuan di masjid-masjid sebagai wadah dan tempat melaksanakan baca Al-Qur‟an khusus anak umur 9-12 tahun belum menghasilan efektivitas sesuai yang diharapkan. Belum terwajudnya efektivitas baca Al-Qur‟an antara magrib isya ditemukan fenomena dan permasalahan sebagai berikut: 1. Kesempatan dan pertemuan 5 menit Bila dihitung waktu yang tersedia sehabis shalat magrib menjelang masuk shalat isya adalah 40 menit. Waktu 40 menit dimanfaatkan oleh anak 30 orang dengan guru 3 orang, berarti setiap guru membimbing anak 10

127

orang, dan setiap anak dapat diajari baca Al-Qur‟an dalam tempo 4 menit (40 menit dibagi 10 anak) di masjid Baiturrahim dan Baiturrahman. Sedangkan untuk masjid Jami‟ Islamiya 5 menit setiap pertemuan.Untuk memudahkan dan memahami analisis dari temuan ini maka, peneliti menyebutkan angka 5 menit. Kenyataan melalui penelitian ini dimana waktu 5 menit setiap anak dapat diajari baca Al-Qur‟an oleh masing-masing guru.Secara konseptual, ketersediaan waktu 5 menit adalah sebuah keniscayaan untuk mencapai tujuan yaitu memahirkan anak belajar baca Al-Qur‟an.Oleh karena waktu 5 menit tetap diterapkan oleh guru maka menimbulkan masalah lainnya yaitu sebahagian anak tidak berkesempatan diajari guru karena waktu 5 menit terpakai oleh anak yang lebih dulu memperoleh giliran mengaji. Setelah peneliti analisis secara mendalam bahwa belum efektif pengajian baca Al-Qur‟an antara magrib isya disebabkan beberapa aspek seperti; murid banyak guru sedikit dan waktu tidak dapat diperpanjang atau ditambah.Mengapa hal ini terjadi, dapat diuratakan bahwa belum ada penambahan guru untuk memilisir dan penambahan waktu lebih panjang (minimal 15 menit setiap pertemuan).Maka guru ngaji bersama pengurus masjid belum merancang sebuah perencanaan untuk mengatasi masalah dihadapi dalam pngajian baca Al-Qur‟an. Di sisi lain bahwa waktu 5 menit setiap pertemuan belum efektif untuk memahirkan anak baca Al-Qur‟an sesuai makhraj, tajwid, dan lagu. Ketidak efektifan waktu tersebut, juga ditambah lagi oleh masalah berikutnya yaitu berupa kehilangan waktu anak berkesempatan untuk ngaji dengan guru karena dipakai waktunya oleh anak lain. Kemudian juga kehilangan waktu seperti guru dan murid wanita dengan mendapat halangan rutin setiap bulan (mentruasi). Dapat disimpulkan bahwa waktu 5 menit belum efektif. Setelah peneliti melibatkan teman sejawad dan para ahli serta dosen pembimbing tentang belum efektifnya pengajian magrib isya yang ditandai bahwa seorang anak dapat mahir baca Al-Qur‟an 1,5-2 tahun dan variasi cepat atau

128

lambat kemahiran anak baca Al-Qur‟an, juga tergantung kesungguhan anak (disiplin, serius belajar). Efektivtas akan tercapai bila orang tua dapat mengontrol anak melalui atau mengulang-ulang baca Al-Qur‟an di rumah. 2. Efektivitas metode baca Al-Qur‟an Dari aspek ketersediaan waktu 5 menit setiap anak berkesempatan diajari setiap guru belum menghasilkan kemahiran abak dalam waktu singkat. Kemudian penyebab lainnya adalah metode dan cara baca Al- Qur‟an yang diterapkan guru belum tepat sasaran. Metode diawali dari kemahiran mengenali haruf, hafalan, penerapan makhraj, tajwid, dan lagu.Permasalah yang terjadi berada pada hafalan.Setelah hafalan disetor kepada guru, bila hafalan belum benar maka fanismennya adalah tingkat kajian diturunkan. Begitulah situasi dan kondisi tentang hafalan sehingga dampak buruk terhadap anak yaitu mental anak menjadi defresi dan malah ada anak berhenti mengaji.yang sangat ditakutkan anak yang setelah berualng-ulang kali menghafal, menimbulkan keminderan anak dengan teman lainnya yang sudah hafal duluan. Metode baca Al-Qur‟an, juga tidak didukung oleh metode baru dengan menggunakan metode atau memakai alat bantu peraga. Alat peraga dapat dijadikan sebuah metode untuk mempercepat kemahiran anak dalam baca Al-Qura‟n (efektif).Mengapa metode efektif belum dilakukan dalam pengajian di masjid, dari analisis menunjukan bahwa keterbatasan guru menggunakan metode baru, sarana prasarana belum tersedia, pengurus belum merencanakan kebutuhan sesuai keinginan masyarakat. 3. Efektivitas SDM guru Pendidikan guru ngaji sudah mencukupi dengan latar belakang S2, S1, SMA, Mts. Oleh karena waktu tidak efektif, metode belum efektif, maka peranan guru ikut tidak efektf. Guru mengajar baca Al-Qur‟an sebatas pelepas kewajiban tanpa mengharapkan honorer, tingkat pengetahuan guru sama dengan guru-guru sebelum (guru tua dan sudah wafat). Yang mendorong guru mau mengajar disamping ada rasa ikhlah, juga guru

129

berdomisili di desa-desa tersebut.Maka guru kurang termotivasi untuk membuat atau merencanakan metode baru yang dapat meningkatkan kemampuan anak dalam baca Al-Qur‟an (sikap apatis). Problema penting lainnya adalah bahwa pengurus masjid bersama tokoh masyarakat kurang menunjukan perhatian serius dalam mengatasi masalah baca Al-Qur‟an.fakta menunjukan anatar lain kepasifan guru, orang tua belum peduli tentang kemampauan anak baca Al-Qur‟an, dan tokoh- tokoh lainnya belum berkontribusi maksimal dalam menata atau memenej pengajian magrib isya. Seperti dikatakan dalam temuan bahwa ada penerapan sangsi dari tokoh-tokoh masyarakat terhadap warga yang tidak pandai baca Al-Qur‟an hanyal sebatas omongan belaku (dulu dilaksanakan dan sekarang tidak lagi diterapkan)

130

BABV PENUTUP

A. Kesimpulan Berdasarkan permasalahan, temuan penelitian dan pembahasan, serta analisis hasil penelitian tentang efektivitas pengajian magrib isya untuk anak umur 9-12 dalam meningkatkan kemampuan anak baca Al-Qur‟an pada tiga masjid Baiturrahim Desa Tanjung Mudo, masjid Baiturrahman Desa Sungai Jering, dan masjid Jami‟ Islamiyah Desa Sungai Mati dalam Kecamatan Pangkalan Jamu Kabupaten Merangin, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai beriku: 1. Pengajian baca Al-Qur’an magrib isya pada masjid Baiturrahim Desa Tanjung Mudo, masjid Baiturrahman Desa Sungai Jering, dan masjid Jami‟ Islamiyah Desa Sungai Mati dalam Kecamatan Pangkalan Jambu Kabupaten Merangin belum efektif. Belum tercapainya efektivitas pengajin magrib isya tersebut dalam meningkatkan kemampuan anak mengaji dan baca Al-Qur‟an sangat dipengaruhi oleh beberapa aspek, berupa fenomena-fenomena, yaitu: a. Di lihat dari aspek ketersediaan waktu yang digunakan selesai shalat magrib dan menjelang masuk waktu shalat isya adalah 40 menit. Maka setiap anak dengan jumlah 8 orang setiap guru yang dapat di ajari guru ngaji maksimal 5 menit (40 menit dibagi 8 = 5).Belum lagi adanya waktu yang terbuang sia-sia seperti anak tidak berkesempatan mendapat atau diajari guru karena waktu (gilirannya) terpakai oleh teman sebelumnya.Juga termasuk waktu ketidak hadiran seorang anak mengikuti pengajian yang disebabkan oleh hari hujan dimana jalan basah, becek, dan kotor.Di samping itu juga kehilangan waktu minimal 7 hari setiap bulan bagi guru dan anak wanita (mentruasi). Namun waktu yang kurang efektif tersebut tetap dilakukan pengajian baca Al-Qur‟an dengan belum maksimal dimana seorang anak rata-rata dapat menyelesaikan atau khatam Al-Qur‟an membutuhkan waktu 1,5-2 tahun.Jadi setiap pertemuan anak dengan

131

guru ngaji setiap malam selama 3 – 5 menit. Dapat dirasakan bahwa begitu anak duduk di depan guru, lalu diajari baca Al-Qur‟an, dan tak terasa sudah selesai (cepat sekali waktu pertemuan). b. Di lihat dari aspek penerapan metode pengajian dengan model lama berupa metode iqra‟ dengan sistem khalaqah (berbentuk U), kurang dapat memotivasi semangat anak yaitu sistem; setoran hafalan, pelafasan huruf sesuai makhraj, tajwid dan lagu.Model ini menimbulkan masalah tersendiri terhadap anak-anak,seperti; kadang kala anak yang lambat hafalannya membuat tingkat kajian anak diturunkan ketingkat bawah sampai kajian yang telah ditentukan benar-benar hafal. Anak merasa minder (perasaan malu dengan teman-temannya) dan kurang termotivasi metode hafalan sangat mebebani jiwa anak, sampai anak berhenti mengaji (dampak buruk). Hal ini belum pernah dievaluasi oleh guru sebagai bahan renungan dan kajian untuk rencana masa depan anak. c. Belum efektif pengajian baca Al-Qur‟an magrib isya, juga disebabkan oleh fakkor lainnya seperti, guru belum berupaya menerapkan metode baru dengan menggunakan alat bantu dan peraga untuk menggairahkan minat anak baca Al-Qur‟an. Guru juga belum membuat silabus atau target capaian baca Al-Qur‟an. Alat peraga yang disesuaikan dengan atau dapat menarik minat gairah anak mengaji belum menjadi perioritas bagi guru dan pengurus masjid. 2. Apabila dilihat dari faktor pendukung untuk kelancaran baca Al-Qur‟an seperti kualitas guru cukup memadai dengan pendidikan (S2, S1, SMA, Mts), guru, bertempat tinggal di masing-masing desa, tanpa mengharapkan imbalan gaji (kompensasi). Maka potensi ini belum dapat diberdayakan secara efektif dan maksimal dalam meningkatkan kemampuan baca Al-Qur‟an anak.dengan demikian faktor pendukung yang belum dapat menjadi sarana fasilitas dalam mencerdaskan dan meningkatkan kemampuan anak di desa dalam baca Al-Qur‟an akan menjadi perhatian dari pihak berkompetan khususnya perangkat desa

132

setempat.Sedangkan sarana prasarana berupa fisik cukup tersedia walaupun masih sederhana (fasilitas dari masjid masing-masing desa). Sedangkan faktor penghambat seperti, cara berpikir orang tua hanya sebatas menyerahkan anaknya mengaji dimasjid tanpa ingin tahu bagaimana hasil diperoleh anak setelah ikut mengaji beberapa waktu/lama. Cepat atau lambat kemampuan anak merekabaca Al-Qur‟an belum menjadi kebutuhan pokok, yang terpenting kewajiban seolah-olah sudah gugur dan lepas dari tanggung jawab dalam keluarga. Hal-hal penting lainnya sebagai penghambat adalah guru bersama pengurus masji belum membuat silabus dan jaduwal pengajian sebagai mana diharapkan seperti dimenej dengan Standa Operasional Prosedur (SOP) yang akan memudahkan pelaksanaan pengajian dilakukan. 3. Selanjutnya dilihat kontribusi (peranan dan tanggung jawab) orang tua dan tokoh-tokoh desa, hanya sebatas himbauan, peringatan(persuasive) dan penerapan sangsi bagi warga desa yang tidak mahir baca Al-Qur‟an melalui sangsi adat yang sudah disepakati bersama. Kontribusi untuk meningkatkan kemampuan anak baca Al-Qur‟an belum menyentuh dan dirasakan oleh wargamasyarakat.Kontrbusi nyata yang ada berupa terisi waktu magrib isya dengan pengajian anak-anak. Sedangkan kontribusi untuk menyongsong masa depan warga desa yang mahir baca Al-Qur‟an belum dapat diperioritaskan sesuai perkembangan metode baca Al- Qur‟an dengan bantuan terknologi berupa komputerisasi. Yang menjadi catatan penting bahwa dorongan kontribusi tokoh agama, tokoh adat, dan tokoh masyarakat lainnya terhadap anak-anak yaitu pelaksanaan khatam qur‟an (tamat ngaji). Bagi anak-anak yang sudah dianggap mahir baca Al- Qur‟an diadakan khataman qur‟an dengan pembiayaan gotong royong setelah panen sawit, karet, atau padi.

133

B. Implikasi Hasil penelitian ini diharapkan dapat berimplikasi pada kemajuan masyarakat yang agamais yaitu mahir dan pintar baca Al-Qur‟an dan berakhlak mulia sebagaimana akhlak Rasulullah berdasarkan Al- Qur‟an.tempat pelaksanaan mengaji di Masjid Baiturrahim Desa Tanjung Mudo, Masjid Baiturrahman Desa Sungak Jering, dan Masjid Jami‟ Islamiyah Desa Sungat Mati dalam Kecamatan Pangkalan Jambu Kabupaten Merangin lebih memperhatikan pada kemampuan anak baca Al- Qur‟an sesuai tata cara dan metode diterapkan. Dengan mempertimbangkan bahwa yang sudah baik dapat dipertahankan dan ditingkatkan secara terus-menerus, serta yang belum optimal (efektif) dapat diupayakan semaksimal mungkin yaitu: 1. Tujuan dan sasaran pengajian magrib isya adalah untuk membekali anak- anak sampai dewasa dengan belajar ilmu agama, khususnya belajar pandai membaca dan hafal Al-Qur‟an. Oleh karena itu guru mengaji dan tokoh-tokoh masyarakat, merupakan sosok manusia yang bertanggung jawab untuk mengasah, membina dan mendidik anak di desa pandai dan mahir baca Al-Qur‟an sesuai makhraj huruf, hafal ayat, tajwid, dan lagu, serta adab-adab dalam menyentuh dan membaca Al-Qur‟an. Bagi anak yang sudah dikatakan pandai membaca dan hafal Al-Qur‟an sesuai dengan makhraj huruf, tajwid, dan lagu. Anak yang sudah dikelompokan menurut tingkatan iqra‟ dan tingkatan Al-Qur‟an, guru ngaji harus lebih mengembangkan metode mengaji dengan mempergunakan alat peaga atau alat bantu yang dapat mengefektifkan pengajian magrib isya dengan mutu tinggi (kemahiran teruji). Pengaruh dan dampak bagi anak sejak kecil mengaji baca Al-Qur‟an, tentu akan membawa perubahan sikap dan tindak tanduk anak kearah lebih baik dengan akhlakul karimah qur‟ani sebagaimana dicontohkan Rasulullah SAW. Masyarakat dilingkungan desa akan merasakan dampak bila anak dan anggota masyarakat selalu mencintai, memahami bacaan

134

Al-Qur‟an sebagai bukti bahwa Al-Qur‟an adalah petunjuk bagi manusia dan rahmat bagi alam semesta. 2. Anak yang belum atau lambat pemahaman dalam baca Al-Qur‟an, maka pembinaan dapat dilakukan dengan memotivasi tinggi, timbulkan sebuah metode untuk menarik minat dan gairah anak sehingga anak semakin cepat penghafalan, semakin baik bacaan dengan makhraj, semakin mantap tajwid dengan lagu. Guru dan pengurus masjid sudah seharusnya merencanakan metode baru yang lebih efektif dan produktif untuk meningkatkan kemampuan anak baca Al-Qur‟an. sarana prasarana pendukung penting lainnya harus diperhatikan sehingga semua komponen yang turut mendukung pengajian magrib isya semakin efektif 3. Langkah-langkah kedepan yang harus diterapkan guru mengaji adalah mempertahankan metode lama tapi bisa diefektifkan dan metode bagu yang lebih efektif melalui; kepastian seorang anak dapat mengenali huruf ijaiah dalam waktu tertentu, anak diberi falan sesuai kemampuan dimiliki (dibedakan anak cerdas dan lambat hafalan), penekanan hafalan pada juz atau surat tertentu, penggabungan kemahiran anak yang mengerti huruf, sudah hafal kemudian car abaca Al-Qur‟an dengan tajwid, terakhir dikolaborasikan dengan lagu. Yang sangat perlu dipertimbangkan oleh guru ngaji adalah membuat target sesuai tahap-tahapan baca Al-Qur‟an. 4. Harapan masa mendatang bahwa setiap desa akan mencul anak-anak hafalan Al-Qur‟an (haviz dan havizah) sebagai bentuk kepedulian kita bersama serta mengagungkan Kitab Suci Allah SwT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril. Juga mengantisipasi anak dan warga tidak panadai baca Al-Qur‟an (buta aksara Al-Qur‟an). C. Rekomendasi Penelitian ini merekomendasikan kepada: 1. Pemerintahan desa agar lebih serius memperhatikan dan mendorong warga masyarakat, khususnya anak usiadini (masa kecil) untuk selalu meluangkan waktu mengaji dan baca Al-Qur‟an antara magrib isya.

135

Kemudian Kepada Desa mengupayakan memfasilitasi sarana prasarana pengajian dengan mengganggarkan pembiayaan. 2. Orang tua seharusnya lebih maksimal membina anak di dilingkungan keluarga agar kemahiran anak baca Al-Qur‟an semakin meningkat sesuai dengan makhraj, tajwi dan lagu. 3. Guru sudah memikirkan dan merencanakan pola dan metode baru yang lebih efektif dalam pengajian magrib isya sehingga anak-anak binaannya lebih cepat hafal, tajwid dengan lagu sebagaimana seorang haviz dan havizah baca Al-Qur‟an. D. Penutup Demikianlah paparan hasil penelitian ini dibuat dan dilaporkan sebagai hasil karya ilmiah dalam bentuk tesis.Penulis sangat menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari harapan dan kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan dan kekurangan lainnya.Penulis berharap semoga pembaca kiranya dapat memberikan kritik dan koreksi positif sehingga tesis ini lebih sempurna di masa mendtang. Semoga Allah SWT memberi taufik dan hidayah kepada kita semua, dan penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen dan pembimbing, serta teman sejawat semoga hasil karya yang sedikit ini bermanfaat, khususnya lembaga Pendidikan Agama Islam (PAI).Amin ya rabbal a‟lamin. E. Saran-Saran Berdasarkan fakta dan kondisi yang terungkap melalui penelitian ini dimana pengajian antara magrib isya belum efektif dalam meningkatkan kemampuan anak baca Al-Qur‟an. Untuk meningkatkan kemampuan anak baca Al-Qur‟an yang lebih efektif dalam Kecamatan Pangkalan Jambu Kabupaten Merangin, peneliti menyarankan kepada: 1. Perangkat desa harus lebih meningkatkan perhatian dalam pengajian magrib isya agar lebih efekif terutama mencetak anak-anak yang berakhlak qur‟ani.

136

2. Tokoh agama, pengurus masjid, tokoh adat, dan tokoh penentu lainnya supaya lebih banyak mempersiapkan kaderisasi yang professional bidang baca Al-Qur‟an dalam mengantisipasi buta aksara baca Al-Qur‟an. 3. Guru agama dan guru Al-Qur‟an lebih menginsentifkan pola pengajian sesuai perkembangan era informasi dan teknologi dalam mempercepat meningkatkan kemampuan anak baca Al-Qur‟an.

137

Daftar Pustaka

Al-Qur‟an Dan Terjemahannya, Departemen Agama RI (Bandung: Diponegoro, 2008. UU Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) 2003, Jakarta: Sinar Grafika,2009. Abdul Madjid, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Bandung: PT Remaja Rosda Karya,2009. Ahmad Syarifuddin, mendidik anak membaca, menulis dan mencintai al-Qur‟an. Jakarta: Gema Insani, 2007. Abdul Malik Karim. Tafsir Al Azhar. Singapura: Pustaka Nasional Pte Ltd. 2003. As‟ad Human, Buku Iqro‟ (Cara Cepat Belajar al-Qur‟an ) jilid 1-6. Jakarta: Tim Tadarus AMM Yogyakarta, 2008. Ahamad Asmadi Sakat, dkk. Comparison Of Western Motivation Theories With Islamic Method (Bangi, Selangor, Malaysia: Department of Al Quran and Al Sunnah Studies, 2012. Abdur Rauf, Abdul Aziz, Anda pun Bisa Menjadi Hafidz Al-Quran (Jakarta: Markas Quran, 2012 Bahrun, Belajar dan pembelajaran tajwid, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010. Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kuaitatif, Jakarta: Rineka Cipta, 2008. Djamarah dan Syaiful Bahri, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2015. Darus Bin Ruslan, Pelajaran Tajwid, Tartil: Menurut Qiroat Imam Ashim, Riwayat Imam Hafidz, 2014. Fathurrohman, Pupuh, Strategi Belajar Mengajar. Bandung: PT. Refika Aditama 2007. Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010. Irham Fahmi, Manajemen, (Bandun: Alfabeta, CV, 2011. Jalaluddin, Pendidikan Islam (pendekatan sistem dan proses), Jakarta, PT Raja grafindo Persada, 2016. Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2007. Jam‟an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2009

138

Juliansyah Noor, metodologi penelitian;skripsi, tesis, disertasi, dan karya ilmiah, jakarta: kencana prenada media group, 2011. Djaluddin. Cepat Membaca Al-Quran dengan Metode Tunjuk Silang. Jakarta: Kalam Mulia, 2012 Khulaimi, Fungsi Dan Fadhilah Membaca Al-Qur,an, Surakarta: Kaffah Media, 2008. Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi, dan implementasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009 M. Samsul Ulum, Revolusi Menghafal Al-Qur‟an, Solo: Qaula Smart Media, 2010. Muhammad Zuhaili, Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini. (Jakarta: Ba‟adillah Press 2015. M. Faizal, dkk. The Entrepreneurs Characteristic from al-Quran and al-Hadis (International Journal of Trade, Economics and Finance, Vol. 4, No. 4, August 2013. Munawir, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur`an, Jogjakarta: Team Tadarus AMM, 2007. Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif, Jakarta: GP Press Group, 2013. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2008. Mukhtar, Bimbingan Skripsi, Tesis dan Artikel Ilmiah Panduan Berbasis Penelitian Kualitatif Lapangan dan Perpustakaan, (Jambi: Gaung Persada Press, cetakan ke-3, 2010 Notoatmojo, Metode Penelitian Kuantitatif, Jakarta: Renika Cipta, 2010. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja rosdakarya, 2007. Najib Abdullah Mayed, Dkk. The Relationship Between Motivation And Achievement Toward Studying Arabic Grammer In Malaysia (kuala lumpur, malaysia: Proceeding of the International Conference on Arabic Studies and Islamic Civilization iCasic: 4-5 March 2014. Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013. Nasution, Metode Research; Penelitian Ilmiah, Jakarta: Bumi Aksara, 2011

139

Ondi Saondi dan Aris Suherman, Etika Profesi Keguruan,Bandung: PT. Refika Aditama, 2010. Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan, Jakarta: Kencana, 2010 Rosihon Anwar, Ulumul Al-Qur‟an, Bandung: Pustaka Setia, 2013. Rozali Abdullah, Menjalani Hidup Dengan Hikmah, Solo: Smart Medi, 2012. Ramlan Mardjoned, Panduan Cepat Menghafal Al-Qur`an, Yogyakarta: Diva Press, 2012. Rivai, Strategi Pembelajaran, Bandung: Falah Production, 2008. Ramli Bakar. The Effect Of Learning Motivation On Student‟s Productive Competencies In vocational High School (international journal of asian social science: volume 4, 2014. Syamsu Yusuf, Achmad juntika Nurihsan, Teori kepribadian, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011. Suparmoko, Pokok-pokok Ekonomika, Yogyakarta : BBE, 2008. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, Cetakan ke-14, 2010 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2013 Thobroni, Pendidikan Islam, Jakarta: Mitra Wacana Media, 2015. Thomas J, Sergiovinand Robert j. Starrtt, Supervision: A Redifinition, New York: McCrow-Will, 2007. Zakiah Daradjat, dkk., Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 2012 Zubaida, Problematika Membaca Al-Qur`an, Jakarta: Bumi Aksara, 2009 Khuzwain, Cara Cepat Belajar Tajwid Praktis, Yogykarta: Team Tadarus AMM, 2007

140

INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA

Judul Tesis : Efektivitas Pengajian Antara Magrib Dan Isya Dalam Meningkatkan Kemampuan Baca Al-Qur‟an Di Masjid Kecamatan Pangkalan Jambu Kabupaten Merangin

A. Pedoman Observasi Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Metode ini dilakukan dengan jalan terjun langsung kedalam lingkungan dimana penelitian itu dilakukan disertai dengan pencatatan terhadap hal-hal yang muncul terkait dengan informasi data yang dibutuhkan. Adapun Langkah-langkah yang dilakukan dalam observasi adalah sebagai berikut : 1. Mengamati bagaimana pelaksanaan pengajian antara magrib dan isya di masjid pangkalan jambu? 2. Mengamati apakah pengajian antara magrib dan isya sudah efektif apa belum? 3. Mengamati bagaimana kegiatan dalam pengajian? 4. Mengamati bagaimana kegiatan pengajian untuk meningkatkan kemampuan dalam membaca al-qur‟an?

B. Pedoman wawancara Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi. Metode ini digunakan untuk memperoleh data atau informasi dari beberapa sumber data yang bersangkutan yaitu, guru ngaji, orang tua , dan santriwan/santriwati.

141

Adapun datanya meliputi sebagai berikut: 1. Guru Ngaji: a. Bagaimana sejarah terbentuknya pengajian di masjid kecamatan pangkalan jambu b. Bagaimana sistem pengajian di masjid kecamatan pangkalan jambu c. Bagaimana sistem pengajian di masjid kecamatan pangkalan jambu d. Bagaimana sistem pengajian dalam meningkatkan kemampuan anak dalam membaca al-qur‟an. 2. Orang tua a. Bagaimana motivasi yang di berikan supaya anak lebih rajin mengaji. 3. Anak-anak pengajian a. Bagaimana proses pengajian antara magrib dan isya di masjid kecamatan pangkalan jambu b. Bagaimana proses pengajian dalam meningkatkan kemampuan membaca al-qur‟an. c. Bagaimana hasil dari efektifitas pengajian antara magrib dan isya di masjid kecamatan pangkalan jambu.

C. Pedoman Dokumentasi Dokumentasi adalah data pendukung yang dikumpulkan sebagai penguatan data observasi dan wawancara. Adapun data tersebut antara lain : e. Historis dan geografis masjid baiturrahim desa tanjung mudo f. Struktur Organisasi pengajian di masjid baiturrahim desa tanjung mudo g. Keadaan masjid, guru ngaji, orang tua dan anak. h. Keadaan sarana dan prasarana yang ada di masjid baiturrahim desa tanjung mudo.

142

DOKUMENTASI

143

144

145

146

147

148

Struktur Organisasi Masjid Baiturrahim Tahun 2017/2018

PENANGGUNG JAWAB KETUA PENASEHAT

SAHRUL DAHILMI ABU BAKAR

WAKIL KETUA

SURYANI

SEKRETARIS SEKSI PEMBANGUNAN DAN BENDAHARA PEMELIHARAAN YA’KUB MAD. KAILI ABDUL ROHIM, M. kUSNADI

SEKSI ROHANI SEKSI UMUM SEKSI PERLENGKAPAN

IKHSAN, ANDRI ANDIKA, PERI GUSNADI CARLES, PAWAS

SEKSI KEAGAMAAN WIWIN DARMAWAN, SEKSI KEPEMUDAAN MAKMUR HARUN, M. NASIR KUSNADI, INDRA

PETUGAS SHOLAT

IMAM TETAP BILAL TETAP KHOTIB TETAP M. SHOLEH M. NADI ILYASA‟

149

Jumlah guru mengaji masjid Baiturrahim tahun 2017/2018. No Nama Guru Pendidikan Keterangan 1 Ishak MTS Guru Mengaji 2 Nur Aini MTS Guru Mengaji 3 Akidah MTS Guru Mengaji

Jumlah anak pengajian Al-Qur’an tahun 2017/2018. No Nama Umur Tingkat Kemahiran Bacaan Usriati 12 Tahun Murid Al-Qur‟an 2 Husna 12 tahun Murid Al-Qur‟an 3 Miftahul jannah 12 Tahun Murid Al-Qur‟an 4 Sika 12 tahun Murid Al-Qur‟an 5 Marisa 9 Tahun Murid IQra‟ 6 Munawaroh 11 Tahun Murid Al-Qur‟an 7 Najwa 9 Tahun Murid IQra‟ 8 Fadil 10 Tahun Murid Al-Qur‟an 9 Fahrurrozi 10 Tahun Murid iqra‟ 10 Andika 9 Tahun Murid Iqra‟ 11 Imam 9 Tahun Murid Iqra‟ 12 Zulfikar 10 Tahun Murid Iqra‟ 13 Fajariyah 10 tahun Murid Al-Qur‟an 14 Aulia 9 Tahun Murid Iqra‟ 15 Abi 9 Tahun Murid Iqra‟ 16 Zikra 10 Tahun Murid Iqra‟ 17 Putri 11 Tahun Murid Al-Qur‟an 18 Moza 10 Tahun Murid Al-Qur‟an 19 Haikal 11 Tahun Mudir Al-Qur‟an 20 Ilham 9 Tahun Murid Iqra‟ 21 Aziz 9 Tahun Murid Iqra‟ 22 Sintia 10 Tahun Murid Iqra‟ 23 Nadia 12 Tahun Murid Al-Qur‟an 24 Zaki 12 Tahun Murid Al-Qur‟an 25 Aulia 9 Tahun Murid Iqra‟ 26 Yanto 12 Tahun Murid Al-Qur‟an 27 Hafizoh 11 Tahun Murid Al-Qur‟an 28 Zikri 10 Tahun Murid Iqra‟ 29 Fadlan 11 Tahun Murid Al-Qur‟an 30 Firman 12 Tahun Murid Al-Qur‟an

150

Jumlah anak yang lancar dan tidak lacarnya mengaji

No Tingkat kemahiran Segi kefasahan baca Iqro‟ Lancar Tidak lancar Sedang 1 Marisa 

2 Najwa 

3 Fahrurrozi 

4 Andika 

5 Imam 

6 Zulfikar 

7 Aulia 

8 Abi 

9 Zikra 

10 Ilham 

11 Aziz 

12 Sintia 

13 Aulia  14 Zikri 

151

Jumlah anak yang lancar dan tidak lacarnya mengaji

No Tingkat kemahiran Segi kefasahan baca al-qur‟an Al-Qur;an lancar Tidak lancar Sedang 1 Usriati 

2 Husna 

3 Miftahul J 

4 Sika 

5 Munawaroh 

6 Fadil 

7 Fajariyah 

8 Putri 

9 Moza 

10 Haikal 

11 Nadia 

12 Zaki 

13 Yanto 

14 Fadlan 

15 Firman 

16 Hafizoh 

Tanjung Mudo, 6 Okt 2018 Kepala Desa

M. Jamin

152

Struktur Organisasi Masjid Baiturrahman 2017/2018.

PENANGGUNG JAWAB KETUA PENASEHAT

SAHRUL ASDA BAURI ABU BAKAR

WAKIL KETUA

SURYANI

SEKRETARIS SEKSI PEMBANGUNAN DAN BENDAHARA PEMELIHARAAN EKI SAPUTRA ASRI SABIR

SEKSI ROHANI SEKSI UMUM SEKSI PERLENGKAPAN

FALHAN, IRDO HENDRI, ANTO ABU BKAR

SEKSI KEAGAMAAN MASRI SEKSI KEPEMUDAAN

ARDI, MURTADO YURI ZULKIFI, M. KOSDI

PETUGAS SHOLAT

IMAM TETAP BILAL TETAP KHOTIB TETAP ZAINI ARMINSYAH M. SYUKRON

153

Keadaan guru ngaji Desa Sungai Jering 2017/2018. No Nama Pendidikan Keterangan 1 Yubias, S.Pd S1 Guru Mengaji 2 M. Aziz SMA Guru Mengaji 3 Razak SMA Guru Mengaji

Jumlah dan umur anak ngaji di masjid Baiturrahman 2018. No Nama Umur Keterangan 1 Siti Aishah 12 Tahun Mudir al-qur‟an 2 M. Fadhil 11 tahun Mudir al-qur‟an 3 Ferdy Andrian 12 Tahun Mudir al-qur‟an 4 M. syafi‟i 11 tahun Mudir al-qur‟an 5 Siti Shahara 10 Tahun Murid iqra‟ 6 Shofi Klaudia 11 Tahun Mudir al-qur‟an 7 Ulja 9 Tahun Murid iqra‟ 8 M. Farel 11 Tahun Mudir al-qur‟an 9 Tiara 10 Tahun Murid iqra‟ 10 M. syadid 10 Tahun Murid iqra‟ 11 Irsyad 9 Tahun Murid iqra‟ 12 Siti Nurmala 11 Tahun Murid iqra‟ 13 Abd. Rahman 10 tahun Mudir al-qur‟an 14 Umi sahara 9 Tahun Murid iqra‟ 15 Mariani 9 Tahun Murid iqra‟ 16 Ulya 10 Tahun Murid iqra‟ 17 Dinii 11 Tahun Mudir al-qur‟an 18 Fathia 10 Tahun Mudir al-qur‟an 19 Rabby 12 Tahun Mudir al-qur‟an 20 Nur Aini 9 Tahun Murid iqra‟ 21 Siti Khadijah 9 Tahun Murid iqra‟ 22 Rizaldi 10 Tahun Murid iqra‟ 23 Fazhil 12 Tahun Mudir al-qur‟an 24 Abi 12 Tahun Mudir al-qur‟an 25 Keysa 9 Tahun Murid iqra‟ 26 Kholik 11Tahun Mudir al-qur‟an

Jumlah anak yang lancar dan tidak lacarnya mengaji

No Tingkat kemahiran Segi kefasahan baca Iqro‟ Lancar Tidak lancar Sedang 1 Siti Shahara  2 Ulja  3 Tiara  4 M. syadid  5 Irsyad 

154

6 Siti Nurmala  7 Umi Sahara  8 Mariani  9 Ulya  10 Nur‟aini  11 Siti Khadijah  12 Rizaldi  13 Keysa 

Jumlah anak yang lancar dan tidak lacarnya mengaji No Tingkat kemahiran Segi kefasahan baca al-qur‟an Al-Qur;an Lancar Tidak lancar Sedang 1 Siti Aishah  2 M. Fadhil  3 Ferdy Andrian  4 M. syafi‟i  5 Shofi Klaudia  6 M. Farel  7 Abd. Rahman  8 Dinii  9 Fathia  10 Rabby  11 Fazhil  12 Abi  13 Kholik 

Sungai Jering, 06 Okt 2018-10-07 Kepala Desa

Almadi

155

Struktur organisasi masjid Jami’ Islamiyah 2017/2018

PENANGGUNG JAWAB KETUA PENASEHAT

GHAPUR H.M. NUR IMAN

WAKIL KETUA

RAMLAN

SEKRETARIS SEKSI PEMBANGUNAN DAN BENDAHARA PEMELIHARAAN M. SYUKRI SABARUDIN H. SAIFUL

SEKSI ROHANI SEKSI UMUM SEKSI PERLENGKAPAN

SULHAN, ANTON PIKAL, SHOBIRIN BRAM, PERI

SEKSI KEAGAMAAN ADE SAPUTRA SEKSI KEPEMUDAAN

MUSTOFA NANDA EFRIYADI

PETUGAS SHOLAT

IMAM TETAP BILAL TETAP KHOTIB TETAP MUSLIM MUKHLAS SABARUDIN

156

Jumlah guru baca Al-Qur’an masjid Jami’ Islamiyah 2018. No Nama Pendidikan Keterangan 1 Habibah S.Pd Guru Mengaji 2 Siti rahmah S.Pd Guru Mengaji 3 Abdul shomad SMA Guru Mengaji 4 Shobirin M.Pd.I Guru Mengaji

Jumlah anak baca Al-Qur’an masji Jami’ Islamiyah 2017/2018 No Nama Umur Keterangan 1 Supriadi 12 Tahun Mudir al-qur‟an 2 Subrin 12 tahun Mudir al-qur‟an 3 Ningsih 11 Tahun Mudir al-qur‟an 4 Asyifa 11 tahun Mudir al-qur‟an 5 Yanto 9 Tahun Murid iqra‟ 6 Biturrahman 11 Tahun Mudir al-qur‟an 7 Hasan 9 Tahun Murid iqra‟ 8 Ririn 12 Tahun Mudir al-qur‟an 9 Tiara 10 Tahun Murid iqra‟ 10 Redika 9 Tahun Murid iqra‟ 11 Dinda 10 Tahun Murid iqra‟ 12 Amelia 10 Tahun Murid iqra‟ 13 Sindi 10 tahun Mudir al-qur‟an 14 Eki 9 Tahun Murid iqra‟ 15 Defria 11 Tahun Murid iqra‟ 16 Risky 10 Tahun Murid iqra‟ 17 Retno 12 Tahun Mudir al-qur‟an 18 Suci 10 Tahun Mudir al-qur‟an 19 Ega 9 Tahun Mudir al-qur‟an 20 Aisyah 9 Tahun Murid iqra‟ 21 Dita 9 Tahun Murid iqra‟ 22 Elsa 11 Tahun Murid iqra‟ 23 Akmal 12 Tahun Mudir al-qur‟an 24 Fares 11 Tahun Mudir al-qur‟an 25 Haris 9 Tahun Murid iqra‟ 26 Nofri 11 Tahun Mudir al-qur‟an 27 Angga 9 Tahun Murid iqra‟ 28 Husein 10 Tahun Mudir al-qur‟an 29 Debby 11 Tahun Mudir al-qur‟an 30 Nurul 12 Tahun Mudir al-qur‟an 31 Wahyu 12 Tahun Mudir al-qur‟an 32 Naufal 9 Tahun Murid iqra‟

157

Jumlah anak yang lancar dan tidak lacarnya mengaji

No Tingkat kemahiran Segi kefasahan baca Iqro‟ Lancar Tidak lancar Sedang 1 Yanto  2 Hasan  3 Tiara  4 Redika  5 Dinda  6 Amelia  7 Eki  8 Defria  9 Risky  10 Aisyah  11 Dita  12 Elsa  13 Haris  14 Angga  15 Naufal 

158

Jumlah anak yang lancar dan tidak lacarnya mengaji No Tingkat kemahiran Segi kefasahan baca al-qur‟an Al-Qur;an Lancar Tidak lancar Sedang 1 Supriadi  2 Subrin  3 Ningsih  4 Asyifa  5 Baiturrohman  6 Ririn  7 Sindi  8 Retno  9 Suci  10 Ega  11 Akmal  12 Fares  13 Nofri  14 Husein  15 Debby  16 Nurul  17 Wahyu 

Kampung Limo, 06 Okt 2018 Kepala Desa

Joko Amnur

DATA: FASILITAS DAN KEGIATAN KEAGAMAAN KECAMATAN PANGKALAN JAMBU TAHUN 2018

Jumlah Tempat Ibadah Jumlah Peserta Kelompok Majlis Ulama Ket Masjid Mushola TPA PAI Pegawai Syara‟ Guru Ngaji Pengajian Yasinan 1 Birun 1 2 3 1 3 8 79 2 M.Ali, S,Hi 2 Baru Pkl Jambu 1 2 1 1 3 7 57 1 Edwar 3 Bukit Perentak 1 3 3 1 3 7 126 2 Mukhtarudin 4 Tiga Alur 1 5 5 1 3 13 162 4 Syahbudin, S,Pd 5 Bungo Tanjung 1 3 5 1 3 13 257 4 H. S. Umar 6 Sungai Jering 1 2 4 1 3 8 158 4 M. Dori 7 Kampung Limo 1 8 7 1 3 17 231 5 H. Saiful, S.Pd.I 8 Tanjung Mudo 1 4 4 1 3 13 167 2 H. Abu Bakar Jumlah 8 29 32 8 24 86 1237 24 Mengetahui Pangkalan Jambu 9 April 2018 Ketua KUA

Drs. Mat Amin NIP. 196201011998031003

DATA: BUTA AKSARA BACA AL-QUR’AN PEMUDA/PEMUDI KECAMATAN PANGKALAN JAMBU TAHUN 2018

Jumlah pemuda/i Yang tidak bisa baca al- Yang lancar membaca Standar Ket qur‟an al-qur‟an Rata-Rata 1 Birun 123 orang 14 Orang 70 Orang 39 Orang 2 Baru Pkl Jambu 57 Orang 5 Orang 30 Orang 22 Orang 3 Bukit Perentak 72 Orang 8 Orang 42 Orang 22 Orang 4 Tiga Alur 83 Orang 15 Orang 29 Orang 39 Orang 5 Bungo Tanjung 133 Orang 10 Orang 73 Orang 30 Orang 6 Sungai Jering 210 Orang 12 Orang 162 Orang 36 Orang 7 Kampung Limo 256 Orang 17 Orang 145 Orang 58 Orang 8 Tanjung Mudo 156 Orang 14 Orang 87 Orang 55 Orang Jumlah 1091 Orang 88 Orang 638 Orang 301 Orang Mengetahui Pangkalan Jambu 9 April 2018 Ketua Keagamaan

Drs. Mat Amin NIP. 196201011998031003

CURRICULUM VITAE

Informasi Pribadi: NENI, dilahirkan di Desa Tanjung Mudo, Kecamatan pangkalan jambu, Kabupaten Merangin pada tanggal 22 Juni 1992. Pertama dari bapak saidina usman, dan ibu nurhayati.Penulis beralamat di jalan Desa Tangjung Mudo, Kecamatan pangkalan jambu, Kabupaten Merangin.

Riwayat Pendidikan: Memperoleh gelar sarjana pendidikan di Perguruan Tinggi IAIN STS Jambi pada tahun 2016. Ijazah Madrasah Aliyah Negeri Bangko, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi pada tahun 2012. Ijazah MTS Negeri Sungai Manau, Kabupaten Merangin pada tahun 2007 dan memperoleh ijazah SD Negeri No.94/VI Desa Tanjung Mudo, Kecamatan pangkalan jambu, Kabupaten Merangin pada tahun 2005.