PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PENGARUH KEIKUTSERTAAN DALAM PEMBINAAN MENTAL ROHANI KATOLIK TERHADAP KETERLIBATAN HIDUP MENGGEREJA TENTARA KATOLIK DI PAROKI SANTO MIKAEL PANGKALAN TNI AU ADISUTJIPTO

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Agama Katolik

Oleh: Fx. Adswi Fransibena NIM: 141124018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA 2019

i

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tanda

Tangan

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk seluruh TNI Katolik di Paroki St. Mikael

Pangkalan TNI AU Adisutjipto, untuk Universitas Sanata Dharma, untuk kedua orang tua dan adikku Yosafat Christorin serta, tak lupa sahabat-sahabatku Retno

Wulandari, Korbinianus Fritz Cahya Nugraha, Andreas Sigit Kurniawan,

Andrianus Heriskurniawan, Sirniko dan seluruh teman-teman angkatan 2014

serta Program Studi Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta yang sudah sangat membantu memberikan dukungan, semangat serta

pertolongan dalam menyelesaikan skripsi ini.

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MOTTO

“Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan.”

(Yes 41: 10)

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul PENGARUH KEIKUTSERTAAN DALAM PEMBINAAN MENTAL ROHANI KATOLIK TERHADAP KETERLIBATAN HIDUP MENGGEREJA TENTARA KATOLIK DI PAROKI SANTO MIKAEL PANGKALAN TNI AU ADISUTJIPTO. Judul skripsi ini dipilih berdasarkan kecintaan penulis terhadap instansi TNI. Idealnya TNI Katolik sebagai rasul awam dapat mengabdi dan memberikan pelayanan bagi Gereja dan bangsa. Tidaklah mudah untuk mencapai keadaan ideal tersebut. Oleh karena itu penulis memiliki keprihatinan kepada TNI Katolik terhadap keterlibatannya dalam kehidupan menggereja sebagai rasul awam dikarenakan kesibukan dan waktu mereka yang sangat terbatas. Namun dalam kenyataannya TNI Katolik di Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto setiap minggunya selalu mengikuti Pembinaan Mental Rohani Katolik. Harapannya para TNI Katolik yang ikut serta dalam Pembinaan Mental Rohani Katolik semakin memaknai panggilannya, hingga terlibat aktif dalam hidup menggereja. Oleh karena itu penulis ingin mencari tahu sejauh mana pengaruh keterlibatan TNI Katolik dalam Pembinaan Mental Rohani Katolik terhadap keterlibatan mereka dalam hidup menggereja. Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah menemukan bagaimana pengaruh keikutsertaan dalam Pembinaan Mental Rohani Katolik terhadap keterlibatan hidup menggereja dan usaha apa yang dibutuhkan untuk membantu meningkatkan keterlibatan hidup menggereja bagi TNI Katolik di Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto. Untuk menjawab pertanyaan tersebut penulis menggunakan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif analitis. Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk mendapatkan data dengan cara penulis membagikan angket kepada 30 prajurit dan melakukan wawancara kepada 7 prajurit diantara mereka. Hasil akhir menunjukkan bahwa Pembinaan Mental Rohani Katolik memiliki pengaruh terhadap pengetahuan iman dan keterlibatan hidup menggereja TNI Katolik di Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto. Namun dalam pelaksanaan Pembinaan Mental Rohani Katolik penulis masih menemukan fakta bahwa seringkali masih banyak yang belum ikut serta. Penulis juga masih menemukan responden yang mengatakan bahwa masih belum terlibat dalam hidup menggereja dan adapula yang menyatakan keinginan untuk pengemasan kegiatan lebih sistematis atau menarik. Untuk menindaklanjuti hasil penelitian ini penulis memberikan usulan kegiatan sarasehan Pembinaan Mental Rohani Katolik sebagai upaya untuk membantu TNI Katolik di Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto lebih giat ikutserta dalam Pembinaan Mental Rohani hingga mereka dapat semakin menghayati iman akan panggilannya sehingga pada akhirnya prajutit TNI Katolik di Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto dapat terlibat dalam pelayanan hidup menggereja.

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT

This thesis is titled THE EFFECT OF PARTICIPATION IN THE MENTAL DEVELOPMENT OF SPIRITUAL CATHOLIC ON LIVING ENGAGEMENT IN CHURCH OF CATHOLIC ARMY IN PARISH OF SAINT MICHAEL INDONESIAN NATIONAL ARMY AIR FORCE BASE ADISUTJIPTO. The title of this thesis was chosen based on the author's love for Indonesian National Army agencies. Ideally the Catholic Indonesian National Army as a lay apostle can serve and provide services to the Church and nation. That’s not easy to achieve this ideal. Therefore the author has concern for the Catholic Indonesian National Army for their involvement in the life of the church as a lay apostle due to their busy and very limited time. But in reality the Catholic Indonesian National Army in the Parish of Saint Michael Indonesian National Army Air Force Base Adisutjipto every week always participates in Catholic Spiritual Mental. The hope is that the Catholic Indonesian National Army who participated in the Catholic Spiritual Mental Development increasingly interpreted his vocation, to be actively involved in the life of the church. Therefore the author wants to find out the extent of the influence of the involvement of the Catholic Indonesian National Army in the Catholic Spiritual Mental Development on their involvement in the life of the church. The main problem in this thesis is to find out influence participation in Catholic Spiritual Mental Development on church life involvement and what efforts are needed to help increase life involvement church for the Catholic Indonesian National Army in Parish Saint Michael Indonesian National Army Air Force Base Adisutjipto. To answer these questions the author uses qualitative research with descriptive analytical methods. This qualitative research aims to obtain data by means of distributing questionnaires to 30 soldiers and conducting interviews with 7 soldiers among them. The final results show that Catholic Spiritual Mental Development has an influence on the knowledge of faith and Catholic Indonesian National Army life involvement in the Catholic Church in Parish Saint Michael Indonesian National Army Air Force Base Adisutjipto. But in the implementation of Catholic Spiritual Mental Development the author still found the fact that often there were still many who did not participate. The authors also found respondents who said that they were still not involved in the church life and those who expressed the desire to package activities more systematically or interestingly. To follow up on the results of this study the authors gave a proposal for the activities of Catholic Spiritual Mental Development as an effort to help the Catholic Indonesian National Army in Parish Saint Michael Indonesian National Army Air Force Base Adisutjipto actively participate in Spiritual Mental Development so that they can increasingly live the faith of their vocation so that Catholic Indonesian National Army in Parish Saint Michael Indonesian National Army Air Force Base Adisutjipto can be involved in the ministry of living in the church.

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PENGARUH KEIKUTSERTAAN DALAM PEMBINAAN

MENTAL ROHANI KATOLIK TERHADAP KETERLIBATAN HIDUP

MENGGEREJA TENTARA KATOLIK DI PAROKI SANTO MIKAEL

PANGKALAN TNI AU ADISUTJIPTO.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan di Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik Universitas

Sanata Dharma. Skripsi ini disusun atas dasar kecintaan penulis terhadap instansi

TNI. Skripsi ini juga disusun berdasarkan keprihatinan penulis terhadap kesulitan

TNI Katolik untuk semakin terlibat dalam kehidupan menggereja dikarenakan kesibukan atau waktu yang sangat terbatas. Oleh karena itu penulis ingin menyumbangkan hasil penelitiannya yaitu apakah keikutsertaan dalam kegiatan

Pembinaan Mental Rohani Katolik berpengaruh terhadap keterlibatan hidup menggereja para tentara Katolik di Paroki St. Mikael Pangkalan TNI AU

Adisutjipto dan juga penulis ingin menyumbangkan usulan kegiatan bagi para

TNI Katolik di Paroki St. Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto supaya mereka semakin giat mengikuti kegiatan Pembinaan Mental Rohani Katolik sehingga dengan begitu mereka dapat semakin terlibat dalam kehidupan menggereja sebagai kaum awam.

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tersusunnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka pada kesempatan ini penulis dengan hati penuh syukur mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Dr. B. A. Rukiyanto SJ selaku Kaprodi Program Studi Pendidikan Agama

Katolik yang telah bersedia membantu penulis demi kelancaran pelaksanaan

ujian skripsi bagi penulis.

2. Bapak P. Banyu Dewa HS, S.Ag., M.Si sebagai dosen pembimbing utama

yang selalu memberikan perhatian, meluangkan waktu dan dengan penuh

kesabaran serta kemurahan hati membimbing penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

3. Yoseph Kristianto, SFK, M.Pd sebagai dosen pembimbing akademik

sekaligus dosen penguji II telah bersedia membantu penulis ketika

menemukan kesulitan, meluangkan waktu, membaca, mempelajari,

memberikan kritik dan masukan yang membangun serta mendampingi

penulis dalam penulisan skripsi ini.

4. Y.H. Bintang Nusantara, SFK.,M.Hum sebagai dosen penguji III yang telah

bersedia membaca, mempelajari, memberikan kritik dan masukan yang

membangun serta mendampingi penulis dalam penulisan skripsi ini.

5. Seluruh staf dosen dan karyawan Program Studi Pendidikan Keagamaan

Katolik yang telah mendidik dan membimbing penulis selama ini serta

membantu seluruh proses penulisan sampai terselesaikannya skripsi ini

sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan studi di Program Studi

Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma.

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6. Staf sekretariat Program Studi Keagaaman Katolik Universitas Sanata

Dharma, Anastasia Wulan yang membantu dalam mengurus administrasi

skripsi.

7. Romo Paroki St. Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto Yogyakarta, Romo

A. R. Yudono Suwondo, Pr beserta Romo Paroki sebelumnya, Romo Letkol

Sus Yos Bintoro, Pr yang telah memberi motivasi, masukan, dan kesempatan

untuk melakukan penelitian di Paroki St. Mikael Pangkalan TNI AU

Adisutjipto Yogyakarta kepada penulis.

8. Umat khususnya TNI Katolik dan sekretariat Paroki St. Mikael Pangkalan

TNI AU Adisutjipto Yogyakarta yang telah terbuka menerima penulis dan

membantu demi terlaksananya kegiatan penelitian penulis hingga selesai.

9. Letkol FX. Sunardiyana dan Mayor Fajar Pramono yang telah memberi

motivasi, dukungan dan bantuan demi terlaksananya penelitian hingga

selesai.

10. Orang tua saya, Bapak M. Sumartono dan Ibu M. Subarini serta adik saya,

Yosafat Christorin yang ikut memberikan dukungan, semangat, perhatian dan

doa baik selama penulisan skripsi saya maupun dalam perkuliahan.

11. Sahabat-sahabat saya Retno Wulandari, Korbinianus Fritz Cahya Nugraha,

Andreas Sigit Kurniawan, Andrianus Heriskurniawan dan Sirniko yang telah

mendorong, mendukung dan senantiasa memberikan bantuan demi

terselesaikannya penulisan skripsi ini.

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...... i HALAMAN PERSETUJUAN ...... ii HALAMAN PENGESAHAN ...... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ...... iv HALAMAN MOTTO ...... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...... vi PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ...... vii ABSTRAK ...... viii ABSTRACT ...... ix KATA PENGANTAR ...... x DAFTAR ISI ...... xiv DAFTAR SINGKATAN ...... xviii BAB I PENDAHULUAN ...... 1 A. Latar Belakang ...... 1 B. Rumusan Permasalahan ...... 6 C. Tujuan Penulisan ...... 6 D. Manfaat Penulisan ...... 7 E. Metode Penulisan ...... 7 F. Sistematika Penulisan ...... 8

BAB II TNI DAN PEMBINAAN MENTAL ROHANI …………………. 11 A. Tentara Nasional Indonesia ...... 11 1. Sejarah Tentara Nasional Indonesia ………………………… 11 2. Visi Tentara Nasional Indonesia ...... 12 3. Misi Tentara Nasional Indonesia ...... 13 4. Peran Tentara Nasional Indonesia ...... 13 5. Fungsi Tentara Nasional Indonesia ...... 13 6. Tugas Tentara Nasional Indonesia ...... 14 7. Etika Keprajuritan ...... 15

xiv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

8. Sapta Marga ...... 16 9. Sumpah Prajurit ...... 17 10. Delapan Wajib Tentara Nasional Indonesia ...... 18 11. Sebelas Asas Kepemimpinan ...... 19 B. Pembinaan Mental Rohani TNI ...... 21 1. Pembinaan Mental TNI ...... 21 2. Pembinaan Mental Rohani Katolik TNI ...... 22 3. Tujuan Pembinaan Mental Rohani Katolik TNI ...... 22 C. Keterlibatan Hidup Menggereja Sebagai Rasul Awam TNI ...... 23 1. Kaum Awam ...... 23 2. Tugas Kaum Awam ...... 24 3. Hidup Menggereja ...... 25 4. Keterlibatan Kaum Awam dalam Kehidupan Menggereja Sebagai TNI ………………………………………………… 28 5. Panggilan dan Misi Kaum Awam Menurut Dokumen Gereja … 31 6. Wujud Kaum Awam TNI Menurut Dokumen Gereja ...... 33

BAB III KETERLIBATAN HIDUP MENGGEREJA TENTARA KATOLIK DI PAROKI SANTO MIKAEL PANGKALAN TNI AU ADISUTJIPTO …………...... …………………… 38 A. Identitas Paroki St. Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto …….. 38 1. Sejarah Paroki St. Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto ...... 38 2. Spiritualitas St. Mikael ...... 44 3. Data Spesifikasi Gereja Katolik Santo Mikael Adisutjipto ...... 48 4. Jumlah Umat Teritorial dan Kategorial Paroki St. Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto ...... 49 B. Situasi Pembinaan Mental Rohani di Paroki St. Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto ...... 49 1. Metode yang Dipakai dalam Pembinaan Mental Rohani Katolik ………………………………………………………. 50 2. Gambaran Pembinaan Mental Rohani Katolik Paroki St. Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto ……………………… 51 C. Penelitian Tentang Pengaruh Keikutsertaan dalam Pembinaan Mental Rohani Katolik Terhadap Keterlibatan Hidup Menggereja

xv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tentara Katolik di Paroki St. Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto ……………………………………………………….. 52 1. Latar Belakang Penelitian ...... 52 2. Tujuan Penelitian ...... 53 3. Rumusan Permasalahan ...... 54 4. Jenis Penelitian ...... 54 5. Tempat dan Waktu Penelitian ...... 55 6. Responden Penelitian ...... 55 7. Teknik Analisis Data ...... 56 8. Variabel Penelitian ...... 57 9. Kisi-Kisi Penelitian ...... 58 D. Laporan Hasil Penelitian ...... 60 1. Penelitian Angket (Purposive Sampling) ...... 61 2. Penelitian Wawancara (Snowball Sampling) ...... 71 E. Pembahasan Hasil Penelitian ...... 74 F. Kesimpulan Penelitian ...... 78 G. Refleksi Kateketis ...... 79

BAB IV PROGRAM KEGIATAN SARASEHAN PEMBINAAN MENTAL ROHANI UNTUK MENINGKATKAN KETERLIBATAN HIDUP MENGGEREJA TNI KATOLIK DI PAROKI SANTO MIKAEL PANGKALAN TNI AU ADISUTJIPTO …...... 82 A. Pentingnya Kegiatan Sarasehan Pembinaan Mental Rohani ...... 83 1. Persiapan ...... 84 2. Kesimpulan ...... 85 B. Usulan Kegiatan Sarasehan Pembinaan Mental Rohani ...... 86 1. Latar belakang usulan kegiatan Pembinaan Mental Rohani ..... 86 2. Tujuan Kegiatan ...... 87 3. Usulan Tema dan Penjelasannya ...... 88 4. Peserta ...... 89 5. Tempat dan Waktu ...... 90 6. Matriks Usulan Kegiatan ...... 91

xvi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7. Satuan Pertemuan Sarasehan III ...... 97

BAB V PENUTUP ...... 109 A. Kesimpulan ...... 109 B. Saran ...... 112 1. Pusat Pembinaan Mental Tentara Nasional Indonesia ...... 112 2. Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto ...... 113 3. Satuan tugas personil TNI Angkatan Udara Katolik ...... 113 4. Prajurit TNI Angkatan Udara Katolik ...... 114 DAFTAR PUSTAKA ...... 115 LAMPIRAN …...... 117 Lampiran 1 : Surat Ijin Penelitian ...... (1) Lampiran 2 : Surat Kterangan Selesai Penelitian ...... (3) Lampiran 3 : Kuesioner Penelitian ...... (4) Lampiran 4 : Hasil Kuesioner Penelitian ...... (8) Lampiran 5 : Pertanyaan Wawancara ...... (28) Lampiran 6 : Hasil Wawancara ...... (29)

xvii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Teks Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikut Alkitab

Deuterokanonika © LAI 1976. (Alkitab yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian

Baru dalam terjemahan baru, yang diselenggarakan oleh Lembaga Alkitab

Indonesia, ditambah dengan Kitab-kitab Deuterokanonika yang diselenggarakan oleh Lembaga Biblika Indonesia. Terjemahan diterima dan diakui oleh Konferensi

Wali Gereja Indonesia). : LAI, 2001, hal 8.

Mat : Matius

Kis : Kisah Para Rasul

Yak : Yakobus

Why : Wahyu

Ptr : Petrus

Dan : Daniel

Yes : Yesaya

Yos : Yosua

xviii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

B. Singkatan Dokumen Gereja

AA : Apostolicam Actuositatem atau Dekret tentang kerasulan awam

adalah dokumen Konsili Vatikan Kedua. Dokumen ini diresmikan

oleh Paus Paulus VI pada 18 November 1965.

CL : Christifideles Laici, sebuah nasehat Apostolik Paska-Sinode dari

Paus Yohanes Paulus II ditandatangani di kota Roma pada tanggal

30 Desember 1988. Dokumen ini berisi tentang panggilan dan misi

kaum awam dalam Gereja dan dunia.

EN : Evangelii Nuntiandi, sebuah nasehat Apostolik yang membahas

penginjilan dan menegaskan peran tiap umat Kristiani dalam

penyebaran agama Katolik. Diterbitkan pada tanggal 8 Desember

1975 oleh Paus Paulus VI.

GS : Gaudium et Spes atau Konstitusi Pastoral tentang Gereja di Dunia

Dewasa Ini, diresmikan oleh Paus Paulus VI pada 7 Desember

1965.

KGK : Katekismus Gereja Katolik adalah katekismus yang dipergunakan

dalam Gereja Katolik: penggunaannya diresmikan oleh Paus

Yohanes Paulus II pada tahun 1992.

LG : Lumen Gentium atau Konstitusi Dogmatis tentang Gereja,

diumumkan secara resmi oleh Paus Paulus VI pada 21 November

1964.

xix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

C. Singkatan Lain

1. AAU : Akademi Angkatan Udara

2. Akpol : Akademi kepolisian

3. Alb : Albertus

4. Anm : Anumerta

5. ARDAS : Arah Dasar

6. Art : Artikel

7. AU : Angkatan Udara

8. AURI : Angkatan Udara Republik Indonesia

9. Bintal : Pembinaan Mental

10. Binroh : Pembinaan Rohani

11. BKR : Badan Keamanan Rakyat

12. DANJEN : Komandan Jendral

13. DIY : Daerah Istimewa Yogyakarta

14. Dkk : Dan kawan kawan

15. GKSM : Gereja Katolik Santo Mikael

16. KAS : Keuskupan Agung Semarang

17. Kasad : Kepala Satuan Angkatan Darat

18. KK : Kepala Keluarga

19. KLMTD : Kaum, Lemah, Miskin, Tersingkir dan Difabel

20. KODIKLAT : Komando Pembinaan Doktrin, Pendidikan dan

Latihan

21. Komkat KWI : Komisi Kateketik Konferensi Wali Gereja Indonesia

xx

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22. Komsos : Komisi Sosial

23. KWI : Konferensi Wali Gereja Indonesia

24. Lanud : Landasan Udara

25. LCD : Liquid crystal display

26. Lettu : Letnan Satu

27. Mgr. : Monsignor

28. Mic : Microphone

29. Mudika : Muda-mudi Katolik

30. NKRI : Negara Kesatuan Republik Indonesia

31. OMP : Operasi Militer Perang

32. OMSP : Operasi Militer Selain Perang

33. Pasmilban : Pasukan Militer Bantuan

34. Polri : Polisi Republik Indonesia

35. PPKI : Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia

36. Pr : Imam Projo / Imam Diosesan / Imam Diosis

37. Pusbintal : Pusat Pembinaan Mental

38. P3K : Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan

39. RI : Republik Indonesia

40. RT : Rukun Tetangga

41. RU : Responden Umat

42. RW : Rukun Warga

43. SJ : Serikat Yesus

44. Skep : Surat keputusan

xxi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45. Th : Tahun

46. TKR : Tentara Keamanan Rakyat

47. TNI : Tentara Nasional Indonesia

48. TRI : Tentara Republik Indonesia

49. UKP-PIP : Kepala Pelaksanaan Unit Kerja Presiden Pembinaan

Ideologi Pancasila

50. Vikep : Vikaris Episkopal

51. Vikjen : Vikaris Jendral

52. WC : Water Closet

xxii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang besar mendiami 17.840 pulau nusantara. Indonesia juga memiliki budaya, ras berbeda-beda dan suku serta bahasa yang berlainan, serta mempunyai kebiasaan yang tidak sama. Selanjutnya bangsa Indonesia telah mengikrarkan sumpah pemuda, memiliki falsafah

Pancasila, bersemboyan Bhinneka Tunggal Ika. Kondisi bangsa yang majemuk tersebut memang memberikan warna kebhinekaan, namun adanya pencetus dan sedikit dorongan sentimen primordialisme, fanatisme dan sukuisme, akan menimbulkan rasa permusuhan yang dapat berakibat konflik dan kerusuhan dalam sekejap (Keputusan DANJEN Akademi TNI, 2016:1).

Negara Indonesia adalah sebuah negara kebangsaan. Ia bukan sebuah

1

kerajaan, juga bukan sebuah negara agama. Para pendiri bangsa kita mempunyai visi yang sangat jelas dan jauh ke depan, bahwa mendirikan sebuah Negara dengan derajat kepelbagaian (pluralitas) yang begitu tinggi hanya mungkin apabila tidak didasarkan atas pemutlakan agama, suku, rasa atau apapun (Caj J. H.

Maramis, 2011:22).

Dengan berlandaskan Pancasila, tentunya negara Indonesia juga tak meninggalkan penghayatan mengenai sila-sila di dalamnya, tak terkecuali yaitu sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa. Setiap warga negara Indonesia diwajibkan untuk memeluk suatu keyakinan tertentu, tidak ada yang dikehendaki

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2

sebagai Atheis. Sebenarnya bangsa Indonesia memang sungguh menempatkan

Tuhan di dalam kehidupan sehari-hari mereka. Sayangnya keyakinan yang kuat tersebut terkadang tidak disertai pengetahuan dan penghayatan yang cukup mengenai agama masing-masing orang di negara ini. Dengan begitu maka muncullah fanatisme yang sempit yang tak jarang mengakibatkan orang-orang saling baku hantam memperjuangkan kebenaran agamanya dan terkadang orang jadi menjatuhkan keyakinan orang lain. Sudah banyak sekali konflik yang muncul di Indonesia dengan akar masalah yang berhubungan dengan keyakinan (agama), suku/ras, dan lain sebagainya. Fanatisme dan radikalisme sebisa mungkin harus kita hindari seperti dalam artikel majalah pusat pembinaan mental TNI :

“Tetapi radikalisme agama memang menjadi sangat berbahaya apabila dibarengi dengan munculnya pasukan-pasukan bersenjata. Di sini agama menjadi sesuatu yang harus dibela mati-matian dari berbagai serangan pihak luar. Tidak aneh, kalau kadang-kadang pembelaan itu berwujud pada perbuatan teror dan

2

terorisme” (Maramis, 2011:24). Sesuai dengan Lampiran Keputusan Panglima

TNI nomor Kep/760/XI/2012, Pusbintal TNI (2012: 1) bagian a, tujuan nasional

Indonesia adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Lebih lanjut kemudian di bagian b dijelaskan, dalam melaksanakan tugas sebagai alat pertahanan negara

TNI berfungsi sebagai penangkal, penindak, dan pemulih yang merupakan komponen utama dalam sistem pertahanan negara.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3

Fungsi-fungsi tersebut dilaksanakan bergantung pada pelaku, pengendali, dan pengelolanya yaitu para prajurit TNI. Dalam melaksanakan tugas TNI sebagai alat pertahanan negara mengandalkan kualitas prajurit TNI dengan semangat dan tekad sebagai “Pejuang yang tidak mengenal menyerah”. Tugas membangun pribadi Prajurit TNI bermental tangguh diemban oleh pengemban fungsi Bintal.

Bintal bertugas menyiapkan kemampuan dan kekuatan prajurit TNI sebagai insan hamba Tuhan, insan warga negara yang nasional dan insan prajurit TNI yang militan. Tentunya sebagai aparatur negara, TNI seharusnya tidak menjadi orang- orang yang mudah tersulut emosi, menjadi orang-orang yang dangkal dan minim pengetahuannya tentang agama. Oleh karena itu selaras dengan pernyataan sebelumnya, dibutuhkanlah upaya meningkatkan pengetahuan dan penghayatan bagi TNI dan juga keluarganya. Upaya ini telah terlaksana dalam kegiatan Bintal

Rohani (Pembinaan Mental Rohani).

Para TNI yang beragama Katolik, tentunya juga menjadi warga Gereja,

3

menjadi anggota Gereja tanpa terkecuali. Sebagai anggota Gereja, tentunya TNI

Katolik tidak luput dari segala aktivitas Gerejani. Para TNI Katolik perlu semakin memperluas cakrawala berpikir dan cara mengasihinya sesuai dengan tradisi

Gereja dan sesuai dengan ajaran Guru sejati yaitu Yesus Kristus. Mungkin beberapa anggota TNI yang beragama Katolik seringkali tidak ke gereja atau terlibat segala aktivitas di gereja karena memang pekerjaan TNI yang sungguh melelahkan setiap harinya, waktu yang mungkin kurang banyak dan masih harus dibagi demi hadir untuk keluarga tercinta. Mungkin ada juga anggota TNI yang kurang menganggap keterlibatan di dalam Gereja itu kurang penting dan kurang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4

menarik karena mungkin merepotkan. Sebenarnya sama halnya tugas yang ada dalam dunia militer, keterlibatan dalam Gereja tentunya juga merupakan tugas atau kewajiban umat beriman Katolik di dalam Gereja.

Menurut Letkol Caj Heru SW, menghadapi iman berarti “bagaimana saya sebagai orang beriman melaksanakan tugas dan kewajiban itu”. Iman mendorong agar manusia melaksanakan tugas dan kewajiban itu dengan sungguh-sungguh.

Bila tidak demikian, manusia melalaikan tugas dan kewajiban. Menghayati iman berarti “bagaimana saya sebagai orang beriman melaksanakan tugas atau kewajiban itu”. Iman kita mendorong agar kita melaksanakan tugas dan kewajiban itu dengan sungguh-sungguh. Bila tidak demikian, kita dapat dikatakan melalaikan tugas dan kewajiban. Anggota TNI menghayati imannya justru dengan melaksanakan tugasnya sebagai tentara, sekalipun bentuknya latihan. Di sini tampaklah perlunya semakin memperdalam penghayatan akan makna cinta kasih.

Tanpa memperdalam penghayatan itu manusia akan mengalami kesukaran dalam

4

menemukan bagaimana mewujudkan cinta kasih.

Melalui kegiatan Pembinaan Mental Rohani, para TNI dilatih terus- menerus dan diajak untuk mengembangkan kerohanian mereka. Apakah fungsinya? Menurut Buku Petunjuk Induk Pembinaan Mental TNI Pinaka

Baladika, (2012:58) Pembinaan mental rohani berfungsi menyelenggarakan pembinaan mental rohani bagi personel TNI dan keluarganya dengan tujuan mewujudkan mental yang dimiliki keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang

Maha Esa, taat menjalankan ibadah sesuai ajaran agama yang dianutnya serta berbudi pekerti luhur (berakhlak mulia).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5

Anggota militer sebagai anggota Gereja juga warga negara yang memiliki panggilan khusus merupakan rasul awam yang hidup di tengah-tengah masyarakat. Seperti halnya semboyan Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI AU

Adisutjipto sendiri ialah Pro Ecclesia et Patria dan semboyan Mgr.

Soegijapranata yakni 100% Katolik 100% Indonesia. Dari semboyan tersebut terkhusus TNI DI Paroki Santo Mikael diharapkan dapat menunjukkan ke

Katolikkanya sebagai TNI, menunjukkan sebagai warga Gereja dan warga negara yang serta memiliki mental keimanan kepada Tuhan. Anggota militer sebagai umat kristiani yang telah dibaptis memiliki tugas dan hak atas kerasulan sebagai awam yang diserahi tugas mulia agar warta ilahi sekitar keselamatan dikenal dan diterima oleh manusia. Dalam Apostolicam Actuositatem art. 2 ditegaskan bahwa awam ikut ambil bagian tugas perutusan.

Kaum awam dipanggil Allah untuk menunaikan kerasulannya yang hidup di tengah dunia dan urusan urusan duniawi sebagai ragi di dalam dunia, dengan

5

semangat kristen yang berkobar-kobar. Dengan tugas sebagai rasul awam di tengah-tengah dunia juga sebagai prajurit militer diharapkan mampu memahami dan memiliki keterlibatan hidup menggereja yang lebih menampakkan iman dalam hidup sehari-hari melalui usaha dan tindakan nyata kepada sesama. Umat

Paroki Santo Mikael terkhusus TNI, dalam realitas kehidupanya memiliki tugas kedinassan yang padat, oleh karna itu kegiatan rohani rutin perlu ditekankan agar mereka semakin terpanggil juga untuk aktif dalam hidup menggereja. Hidup menggereja yang perlu ditekankan dalam kehidupan TNI disini ialah bagaimana mereka dapat berperan sebagai kaum awam bersama hirarki mewujudkan Panca

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6

Tugas Gereja yang meliputi Koinonia, Liturgia, Kerygma, Diakonia dan

Martyria. Dengan permasalahan yang sering dirasakan di lapangan dan bagaimana seharusnya yang terjadi (bagaimana idealnya) oleh karena itu penulis skripsi mengambil judul yaitu:

PENGARUH KEIKUTSERTAAN DALAM PEMBINAAN MENTAL

ROHANI KATOLIK TERHADAP KETERLIBATAN HIDUP MENGGEREJA

TENTARA KATOLIK DI PAROKI SANTO MIKAEL PANGKALAN TNI AU

ADISUTJIPTO.

.

B. RUMUSAN PERMASALAHAN

Menurut latar belakang masalah di atas, maka karya tulis ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud Pembinaan Mental Rohani Katolik di lingkungan TNI ?

2. Bagaimana TNI Katolik Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto

6

memahami keterlibatan hidup menggereja?

3. Apa makna dan harapan TNI Katolik Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI AU

Adisutjipto dalam keterlibatan hidup menggereja?

C. TUJUAN PENULISAN

Penulisan ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:

1. Mengetahui tentang Pembinaan Mental Rohani Katolik TNI

2. Mengetahui bagaimana tentara Katolik Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI

AU Adisutjipto memahami keterlibatan hidup menggereja.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7

3. Mengetahui makna dan mewujudkan harapan dalam keterlibatan hidup

menggereja.

D. MANFAAT PENULISAN

Penulisan ini memiliki manfaat sebagai berikut:

1. Membantu prajurit TNI Katolik untuk semakin menghidupi nilai luhur ajaran

agamanya, nilai kasih, dan tanggung jawab sebagai eleman masyarakat

sehingga apa yang didapat dari pembinaan mental rohani Katolik dan hidup

menggereja dapat di terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Membantu Gereja dan paroki pangkalan TNI Adisutjipto untuk mengevaluasi

sejauh mana Bintal Katolik sungguh memiliki kekuatan dan daya ubah yang

memberi dorongan bagi prajurit TNI untuk bertindak berdasarkan iman

gerejawi dan memiliki keterlibatan hidup menggereja sebagai rasul awam.

3. Bagi penulis, penulisan ini memberikan sumbangan nyata dari ilmu

7

pengetahuan kan keterlibatan bersama umat selama menempuh pendidikan,

sehingga dengan rasa cintanya terhadap TNI penulis dapat memperluas

wawasan dan refrensi dalam kehidupan menggereja militer.

E. METODE PENULISAN

Skripsi ini menggunakan metode penulisan deskripsi analisis dan penelitian kualitatif. Sumber data yang dipakai dalam penelitian ini berupa kegiatan yang telah berlangsung sebagai kajian utama. Teknik pengumpulan data yang akan diusahakan untuk melaksanakan penelitian yaitu dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

8

mewawancarai responden. Fokus penelitian ini ingin melihat adanya pengaruh keikutsertaan dalam Pembinaan Mental rohani Katolik dengan keterlibatan hidup menggereja di Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto.

F. SISTEMATIKA PENULISAN

Tulisan ini mengambil judul “Pengaruh Keikutsertaan dalam Pembinaan

Mental Rohani Katolik Terhadap Keterlibatan Hidup Menggereja Tentara Katolik di Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto” dan dikembangkan menjadi Bab:

BAB I: PENDAHULUAN

Bab pendahuluan ini berisi gambaran umum tentang isi karya tulis yang terdiri dari latar belakang penulisan, rumusan permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode dan sistematika penulisan.

8

BAB II: TNI DAN PEMBINAAN MENTAL ROHANI

Dalam bab ini disajikan mengenai pengertian TNI yang dijelaskan dalam sub-sub yaitu sejarah, visi, misi, peran, fungsi, tugas, etika keperajuritan, sapta marga, sumpah prajurit, delapan wajib TNI, dan sebelas asas kepemimpinan.

Pembinaan mental rohani Katolik dijelaskan dalam sub-sub yaitu pembinaan mental TNI, pembinaan mental rohani Katolik, dan tujuan pembinaan mental rohani Katolik. Keterlibatan hidup menggereja sebagai rasul awam yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9

dijelaskan dalam sub-sub yaitu kaum awam, tugas kaum awam, hidup menggereja, dan keterlibatan kaum awam dalam hidup menggereja sebagai TNI.

Bab III: KETERLIBATAN HIDUP MENGGEREJA TENTARA KATOLIK DI

PAROKI SANTO MIKAEL PANGKALAN TNI AU ADISUTJIPTO

Dalam bab ini berisi pemaparan mengenai tempat penelitian, yang berisi sub-sub yaitu sejarah singkat paroki, visi misi dan tujuan, serta situasi umum paroki. Pada bagian metodologi penelitian akan di uraikan tentang latar belakang penelitian, tujuan penelitian, rumusan masalah, jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, responden, teknik analisis data dan variabel. Pada akhir bab ini berisi laporan pembahasan hasil penelitian, kesimpulan penelitian dan refleksi kateketis.

Bab IV: PROGRAM KEGIATAN SARASEHAN PEMBINAAN MENTAL

ROHANI UNTUK MENINGKATKAN KETERLIBATAN HIDUP

9

MENGGEREJA TNI KATOLIK DI PAROKI SANTO MIKAEL PANGKALAN

TNI AU ADISUTJIPTO

Dalam bab ini akan dibahas bagaimana pengaruh keikutsertaan dalam pembinaan mental rohani Katolik terhadap keterlibatan hidup menggereja tentara

Katolik di Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto dan juga usulan program. Usulan program akan diuraikan dalam sub-sub yang terdiri dari pentingnya kegiatan sarasehan, latar belakang program, tujuan program, usulan program, bentuk program, matriks program, dan satuan persiapan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

Bab V: PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan yang menjelaskan apakah ada atau tidak pengaruh dari Pembinaan Mental Rohani Katolik terhadap hidup menggereja dan saran serta usul kepada kepada Paroki berdasarkan penulisan skripsi.

10

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

BAB II

TNI DAN PEMBINAAN MENTAL ROHANI

Bab kedua ini menguraikan tentang pembinaan mental Tentara Nasional

Indonesia (TNI) dan peranannya terhadap hidup menggereja sebagai rasul awam

TNI. Uraian teori terlebih dahulu mengenai penjabaran TNI. TNI dibagi menjadi beberapa poin untuk memberi gambaran dan konsep pembinaan mental.

Penjabaran TNI diuraikan menjadi sejarah singkat TNI, visi, misi, peran, fungsi, tugas, etika keprajuritan, Sapta Marga, sumpah prajurit, delapan wajib TNI, dan sebelas asas kepemimpinan. Setelah penguraian mengenai TNI tersebut, selanjutnya disajikan pemaparan mengenai pembinaan mental TNI, pembinaan mental rohani Katolik, dan tujuan pembinaan mental rohani Katolik yang diuraikan untuk memberi konsep dasar terhadap tindak lanjutnya. Berikutnya

mengenai keterlibatan hidup menggereja sebagai rasul awam TNI yang diuraikan 11

dalam poin-poin : kaum awam, tugas kaum awam, hidup menggereja, keterlibatan kaum awam dalam kehidupan menggereja sebagai TNI, serta panggilan dan misi kaum awam menurut dokumen Gereja.

A. Tentara Nasional Indonesia

1. Sejarah Tentara Nasional Indonesia

Berdasarkan buku Religiositas TNI berikut dipaparkan sejarah singkat dibentuknya TNI (Asren, 2003; 97). Pada tanggal 17 Agustus 1945 Negara

Indonesia memproklamasikan kemerdekaan yang dilakukan dalam suatu upacara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

di Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Bung Karno dengan didampingi Bung Hatta memproklamirkan proklamasi atas nama bangsa indonesia yang telah menyatakan diri sebagai bangsa yang merdeka. Bangsa indonesia pada awal kemerdekaan membentuk suatu Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang dibentuk dalam sidang

PPKI pada tanggal 22 Agustus 1945 dan diumumkan oleh Presiden pada tanggal

23 Agustus 1945. Pada tanggal 5 Oktober 1945 (saat ini di peringati sebagai hari kelahiran TNI) pemerintah RI mengeluarkan maklumat yang menyatakan pembentukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Tanggal 18 Desember 1945

Jendral Besar Soedirman dilantik sebagai Panglima Besar TKR, dengan pangkat

Jenderal. Pada tanggal 7 Januari 1946, Tentara Keamanan Rakyat berganti nama menjadi Tentara Keselamatan Rakyat. Kemudian pada 26 Januari diubah lagi menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI). Karena pada saat itu di Indonesia terdapat laskar-laskar yang dibentuk oleh golongan atau partai politik tertentu,

maka pada tanggal 15 Mei 1947 Presiden Soekarno mengeluarkan keputusan 12

untuk mempersatukan Tentara Republik Indonesia dengan barisan-barisan bersenjata tersebut menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI). Penyatuan itu terjadi dan diresmikan pada tanggal 3 Juni 1947.

2. Visi Tentara Nasional Indonesia

Berdasarkan website resmi Tentara Nasional Indonesia

(https://tni.mil.id/pages-1-visi-dan-misi-tni.html, diakses 3 Oktober 2018), berikut dipaparkan Visi TNI yang berbunyi demikian :

Visi TNI adalah terwujudnya Pertahanan Negara yang Tangguh.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

3. Misi Tentara Nasional Indonesia

Berdasarkan website resmi Tentara Nasional Indonesia

(https://tni.mil.id/pages-1-visi-dan-misi-tni.html, diakses 3 Oktober 2018), berikut dipaparkan Misi TNI yang berbunyi demikian :

Misi TNI adalah menjaga Kedaulatan dan Keutuhan Wilayah Negara

Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) serta Keselamatan Bangsa.

4. Peran Tentara Nasional Indonesia

Berdasarkan website resmi Tentara Nasional Indonesia

(https://tni.mil.id/pages-2-peran-fungsi-dan-tugas.html, diakses 3 Oktober 2018), berikut dipaparkan peran TNI yang berbunyi demikian :

TNI berperan sebagi alat negara di bidang pertahanan yang dalam

menjalankan tugasnya berdasarkan kebijakan dan keputusan politik negara.

13

5. Fungsi Tentara Nasional Indonesia

Berdasarkan website resmi Tentara Nasional Indonesia

(https://tni.mil.id/pages-2-peran-fungsi-dan-tugas.html, diakses 3 Oktober 2018), berikut dipaparkan fungsi TNI yang berbunyi demikian : a. TNI sebagai alat pertahanan negara, berfungsi sebagai;

1) Penangkal terhadap setiap bentuk ancaman militer dan ancaman bersencata

dari luar dan dalam negeri terhadap kedaulatan, keutuhan wilayah, dan

keselamatan bangsa;

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

2) penindak terhadap bentuk ancaman sebagaimana dimaksud pada huruf a ayat

(1); dan

3) pemulih terhadap kondisi keamanan negara yang terganggu akibat kekacauan

keamanan. b. Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), TNI

merupakan komponen utama sistem pertahanan negara.

6. Tugas Tentara Nasional Indonesia

Berdasarkan website resmi Tentara Nasional Indonesia

(https://tni.mil.id/pages-2-peran-fungsi-dan-tugas.html, diakses 3 Oktober 2018), berikut dipaparkan tugas TNI yang berbunyi demikian : a. Tugas pokok TNI adalah menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan

Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, 14

serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.

b. Tugas pokok sebagaimana dimaksud pada poin a dilakukan dengan:

1) Operasi militer untuk perang

2) Operasi militer selain perang, yaitu untuk: a) Mengatasi gerakan separatis bersenjata; b) Mengatasi Pemberontakan bersenjata; c) Mengatasi aksi terorisme;

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

d) Mengamankan wilayah perbatasan; e) Mengamankan objek vital nasional yang bersifat strategis; f) Melaksanakan tugas perdamaian dunia sesuai dengan kebijakan politik luar

negeri; g) Mengamankan Presiden dan Wakil Presiden beserta keluarganya; h) Memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan pendukungnya secara dini

sesuai dengan sistem pertahanan semesta; i) Membantu tugas pemerintahan di daerah; j) Membantu Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam rangka tugas

keamanan dan ketertiban masyarakat yang diatur dalam undang-undang; k) Membantu mengamankan tamu negara setingkat kepala negara dan perwakilan

pemerintah asing yang sedang berada di Indonesia; l) Membantu menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian, dan pemberian

bantuan kemanusiaan; 15

m) Membantu pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan (search and rescue);

serta n) Membantu pemerintah dalam pengamanan pelayaran dan penerbangan

terhadap pembajakan, perompakan dan penyelundupan.

7. Etika Keprajuritan

Berdasarkan buku Religiositas TNI berikut dipaparkan Etika Keprajuritan

(Asren, 2003; 101). Setiap anggota Prajurit TNI harus senantiasa sadar akan

Identitasnya, yaitu sebagai Pejuang dan Prajurit Profesional. Karakter disiplin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

dalam tata kehidupan dan penghidupan perlu diwujudnyatakan dalam perbuatan nyata serta hidupi oleh Prajurit TNI. Disiplin hidup TNI merupakan nilai-nilai etika dalam kehidupan tugas seorang TNI yang berkaitan dengan kepentingan

Negara dan Bangsa Indonesia. Hidup dalam panggilan seorang TNI merupakan ungkapan dari janji setia kepada amanat Tuhan Yang Maha Esa, Bangsa

Indonesia, Kemerdekaan Indonesia, dan Rakyat Indonesia. Dalam hal ini ada empat nilai-nilai utama terkait regiositas yang memiliki pengaruh pemikiran dan prinsip keberagamanya dalam rumusan Etika Keprajuritan yang meliputi Sapta

Marga, Sumpah Prajurit, Delapan Wajib TNI, dan Sebelas asas kepemimpinan

TNI. Nilai-nilai dalam kedisiplinan dan Etika Keprajuritan merupakan pedoman hidup TNI dalam rangka perjuangan mempertahankan dan mengisi Kemerdekaan

Indonesia melalui iman yang mendasar dalam kehidupan TNI yang dibuktikan melalui perbuatan nyata yang merupakan buah dari ketaatan kepada Tuhan Yang

Maha Esa. Dalam hal ini Panglima Besar Jendral (1992: 14) 16

mengatakan bahwa “Apabila perjuangan kita sudah kita dasarkan atas kesucian, maka perjuangan inipun akan berwujud antara kekuatan lahir melawan kekuatan batin, dan kita percaya, bahwa kekuatan batin inilah yang akan menang.”

8. Sapta Marga

Berdasarkan Buku Himpunan Materi Pokok Pembinaan Mental TNI

(Pusbintal 2012: 528-545) Sapta Marga di artikan sebagai tujuh jalan/pedoman.

Berikut juga isi dari Sapta Marga tersebut :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

a. Kami warga negara Kesatuan Republik Indonesia, yang Bersendikan

Pancasila. b. Kami Patriot Indonesia, pendukung serta pembela Ideologi Negara, yang

bertanggung jawab dan tidak kenal menyerah. c. Kami Kesatria Indonesia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta

membela kejujuran, kebenaran dan keadilan. d. Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia, adalah Bhayangkari Negara dan

Bangsa Indonesia. e. Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia, memegang teguh disiplin patuh

dan taat kepada pimpinan, serta menjunjung tinggi sikap dan kehormatan

prajurit. f. Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia mengutamakan keperwiraan di

dalam melaksanakan tugas, serta senantiasa siap sedia berbakti kepada

Negara dan Bangsa. 17

g. Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia, setia dan menepati janji serta

sumpah prajurit.

9. Sumpah Prajurit

Berdasarkan Buku Himpunan Materi Pokok Pembinaan Mental TNI

(Pusbintal 2012: 589-595) Sumpah Prajurit bertujuan agar setiap prajurit TNI mempunyai sikap, perilaku dan amal perbuatan yang sesuai dengan nila dan norma dan kaidah yang terkandung dalam sumpah prajurit. Berikut juga isi dari

Sumpah Prajurit tersebut :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

a. Bahwa saya akan setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang

berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang 1945. b. Bahwa saya tuntuk kepada hukum dan memegang teguh disiplin keprajuritan

Tentara. c. Bahwa saya akan taat kepada atasan dengan tidak membantah perintah atau

putusan. d. Bahwa saya akan menjalankan segala kewajiban dengan penuh rasa tanggung

jawab pada Tentara dan Republik Indonesia. e. Bahwa saya akan memegang segala rahasia Tentara sekeras-kerasnya.

10. Delapan Wajib TNI

Berdasarkan Buku Himpunan Materi Pokok Pembinaan Mental TNI

(Pusbintal, 2012: 624-632), Berikut juga isi dari Delapan Wajib TNI tersebut :

a. Bersikap ramah terhadap rakyat. 18

b. Bersikap sopan santun terhadap rakyat c. Menjunjung tinggi kehormatan wanita. d. Menjaga kehormatan diri dimuka umum. e. Senantiasa menjadi contoh dalam sikap dan kesederhanaannya. f. Tidak sekali-kali merugikan rakyat. g. Tidak sekali-kali menakuti dan menyakiti hati rakyat. h. Menjadi contoh dan mempelopori usaha-usaha untuk mengatasikesulitan

rakyat seklilingnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

11. Sebelas Asas Kepemimpinan

Berdasarkan Buku Reliogisitas TNI (Asren, 2003: 122-129), Berikut isi dari Sebelas Asas Kepemimpinan tersebut : a. Takwa

Beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa dan taat kepada-Nya. Seorang prajurit yang takwa merupakan prajurit yang beriman dan taat kepada Tuhan Yang

Maha Esa sehingga jati diri seorang prajurit itu sendiri memiliki jiwa yang kuat pada wawasan dan tindakan kebangsaan, kemasyarakatan serta memiliki spiritualitas hidup. b. Ing Ngarsa Sung Tuladha

Seorang pemimpin yang dapat memberikan contoh kepada yang dipimpin, dapat membimbing dan menjadi teladan. Pemimimpin merupakan orang yang menjadi panutan sehingga dari depan diharapkan dapat memberikan teladan

melaksanakan tanggung jawab dan visi misi bersama. 19

c. Ing Madya Mangun Karsa

Di tengah Berbuat Keseimbangan dan dapat menjalin kebersamaan, memotivasi, memberi semangat serta mengayomi yang dipimpinya. Seorang pemimpin harus mampu membaawa semangat dan pengaruh positif dalam tugasnya mau menerima kritik serta saran untuk mencapai tujuan bersama. d. Tut Wuri Handayani

Mempengaruhi dan memberi dorongan dari belakang kepada anak buah.

Dengan memberi dorongan dari belakang diharapkan seorang pemimpin dapat mendidik dan mengembangkan orang-orang yang dipimpinya. Pemimpin yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

baik adalah pemimpin yang mampu menyiapkan pemimpin selanjutnya oleh karena itu dengan memberikan dorongan dari belakang diharapkan pemimpin juga dapat menciptakan proses regenerasi. e. Waspada Purba Wisesa

Selalu waspada mengawasi, serta sanggup dan memberi koreksi kepada anak buah. f. Ambeg Parama Arta

Dapat memilih dengan tepat mana yang harus didahulukan. g. Prasaja

Tingkah laku yang sederhana dan tidak berlebih-lebihan. h. Satya

Sikap loyal yang timbal balik, dari atasan terhadap bawahan dan dari bawahan terhadap atasan dan ke samping.

i. Gemi Nastiti 20

Kesadaran dan kemampuan untuk membatasi penggunaan dan pengeluaran segala sesuatu kepada yang benar-benar diperlukan. j. Belaka

Kemauan, kerelaan dan keberanian untuk mempertanggungjawabkan tindakan-tindakannya. k. Legawa

Kemauan, kerelaan dan keikhlasan untuk pada saatnya menyerahkan tanggung jawab dan kedudukan kepada generasi berikutnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

B. Pembinaan Mental Rohani TNI

1. Pembinaan Mental TNI

Munculnya pembinaan mental diawali oleh prinsip Jendral Besar

Soedirman yang ingin menerapkan nilai-nilai agama dalam kehidupan TNI.

Dalam hal ini Asren Nasution (2003: 130) mengatakan :

Nilai-nilai agama yang dipahami Jendral Besar Soedirman sangat banyak menjadi acuan dalam pembentukan lembaga Pembinaan mental yang berdasarkan Skep Kasad Nomor: Skep/691/VII/1986 tanggal 30 November 1986 ditetapkan hari jadinya jatuh pada tanggal 25 Mei 1946, dengan tugas pokok mempertinggi moral dan moril tentara melalui, antara lain: mengadakan pidato-pidato keagamaan, memberi keterangan-keterangan keagamaan tertulis, mengadakan pelajaran-pelajaran dan kursus-kursus keagamaan, yang semuanya itu diperuntukkan dan ditjukkan kepada segenap anggota angkatan perang.

Menurut kutipan tersebut, pembinaan mental TNI merupakan kegiatan yang melekat dan dilakukan terus menerus guna menanamkan kesadaran dan ketahanan mental sehingga menjadikan prajurit TNI yang bertakwa, nasional dan

militan. Pokok-pokok dalam pembinaan mental TNI meliputi hakikat peran, 21

tugas-tugas, fungsi, azas-azas, dan sifat pembinaan. Hakikat pembinaan mental

TNI merupakan proses pembentukan pengembangan, pendayagunaan watak dan kepribadian personel TNI dan keluarganya sebagai prajurit sapta marga yang dapat mendukung pelaksanaan OMP dan OMSP. Pembinaan mental TNI berperan di bidang pembinaan, pemeliharaan, dan peningkatan kesadaran, sikap dan perilaku personel TNI beserta keluarganya dan lingkungan tugasnya guna mendukung pembinaan kemampuan dan penggunaan kekuatan TNI.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

2. Pembinaan Mental Rohani Katolik TNI

Pembinaan mental rohani adalah segala usaha, pekerjaan dan kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan

Yang Maha Esa, mempertinggi moral/akhlak yang luhur baik dalam hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa, manusia dengan sesamanya, maupun dengan diri pribadi dan lingkunganya. Dalam pelaksanaan Bintal Rohani antara lain dilaksanakan pembinaan dan pelayanan ibadah agama Katolik bagi prajurit dan Pegawai Negeri Sipil beserta keluarganya. Pembinaan itu diselenggarakan melalui pendekatan pemahaman, pendalaman dan pelaksanaan ajaran agama

Katolik dengan ibadat, sehingga diharapkan nilai-nilai luhur ajaran agama tersebut dapat melandasi jiwa dan semangat serta moralitas setiap prajurit dalam pelaksaan tugas.

3. Tujuan Pembinaan Mental Rohani Katolik TNI 22

Dalam buku petunjuk induk Pembinaan Mental TNI Pinaka Baladika

(2012:8) dikatakan tujuan Tujuan Pembinaan Mental Rohani ialah Mewujudkan mental yang memiliki keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, taat menjalankan ibadah sesuai ajaran agama yang dianutnya serta berbudi pekerti luhur (berakhlak mulia). Pelaksanaan Bintal Rohani Katolik terdiri dari pembinaan, pelayanan ibadah Katolik bagi prajurit beserta keluarganya. Bintal

Rohani Katolik dilaksanakan melalui pendekatan pemahaman, pendalaman dan pelaksanaan ajaran agama Katolik dengan ibadat. Melalui Pembinaan Mental

Rohani Katolik diharapkan nilai-nilai luhur ajaran agama Katolik dapat melandasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

jiwa dan semangat serta moralitas setiap prajurit dalam pelaksanaan tugas.Dengan menetapkan keimanan dan katakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, diharapkan melalui Bintal rohani Katolik ini para prajurit yang juga anggota Gereja ini dapat semakin meningkatkan kesetiaan, tanggung jawab serta pengabdian yang tulus kepada bangsa dan negara dalam rangka mendukung tugas pokok TNI.

C. Keterlibatan Hidup Menggereja Sebagai Rasul Awam TNI

1. Kaum Awam

Istilah “kaum awam” berasal dari terminologi latin, yaitu laicus. Dan kata ini berasal dari bahasa Yunani, yaitu laikós, yang berarti termasuk dalam rakyat, anggota umat. Kata laikós berhubungan dengan laós, yang berarti rakyat, umat.

Kata laós telah banyak dipergunakan untuk menunjukkan beberapa arti yang berbeda. Beberapa di antaranya, yaitu: Pertama: dalam Septuaginta, kata laós

digunakan untuk menyebut “bangsa Israel.” Kedua: dalam Perjanjian Baru, istilah 23

ini diartikan sebagai “umat Israel berhadapan dengan bangsa-bangsa.” Tetapi, di tempat lain, kata laós digunakan sebagai sebutan untuk “Jemaat Kristen” (Blasius

Bane, 2008. Peran Kaum Awam dalam Pelayanan Gereja Pasca Konsili Vatikan

II,http://sapereaudenias.blogspot.co.id/2008/08/peran-kaum-awam-dalam pelayanan-gereja.html, 19 April 2018).

Dari dokumen Konsili Vatikan II, melalui Lumen Gentium juga di jelaskan tentang istilah awam. Dijelaskan bahwa kaum awam ialah semua orang beriman kristiani, kecuali mereka yang termasuk golongan imam atau status religius yang diakui dalam gereja (LG art 31). Dalam hal ini kaum awam dapat diartikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

sebagai jemaat Kristen yang juga merupakan sebagai umat Allah maupun juga sebagai anggota Gereja. Awam sebagai umat Allah dan anggota umat Gereja memiliki unsur kesamaan dan kebersamaan dalam tugas perutusanya. Kristianto

(2010: 64) mengatakan kaum awam adalah orang beriman yang sudah menjadi warga penuh Gereja melalui pembaptisan, penguatan dan komuni. Kaum awam memiliki tugas dalam tatanan Gereja untuk bersama-sama baik juga dengan hierarki untuk mewujudkan panca tugas Gereja.

2. Tugas Kaum Awam

Dalam LG 1 dikatakan bahwa Gereja adalah “sakramen,” artinya tanda dan alat kesatuan mesra dengan Allah dan persatuan seluruh umat manusia.

Sebagai tanda dan sarana kesatuan mesra dengan Allah dan persatuan seluruh umat manusia, Gereja menghimpun seluruh umat dari berbagai tempat dan

wilayah dan menjadikannya satu sebagai umat Allah yang bersatu hati, seiman 24

dan sepenanggungan dalam membangun Gereja. Dari sini dapat kita simpulkan bahwa dengan demikian Gereja mau tidak mau berada dalam dunia. Gereja yang berada di dunia ini semakin ditegaskan dalam LG 40. Konsili Vatikan II melalui

LG 40 mengatakan bahwa Gereja sudah ada di dunia ini, dihimpun dari manusia, yaitu anggota masyarakat dunia, yang dipanggil untuk membentuk di dalam sejarah umat manusia itu sendiri, keluarga putra-putri Allah, yang senantiasa harus diperluas sampai kedatangan Tuhan. Gagasan Lumen Gentium di atas menghantar kita pada suatu pemahaman bahwa tugas pengembangan Gereja di dunia tidak hanya diletakkan kepada para klerus, tetapi juga diletakkan kepada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

para awam sebagai umat Allah yang dikuduskan berkat Sakramen Pembaptisan yang mereka terima. Peran kaum awam dalam membangun tugas pelayanan

Gereja di dunia semakin ditegaskan dalam Dekrit tentang Kerasulan Awam. Di sana dikatakan bahwa “dalam melaksanakan tugas perutusan Gereja kaum awam menunaikan kerasulan mereka baik dalam Gereja maupun di tengah masyarakat, baik di bidang rohani maupun di bidang duniawi (Apostolicam Actuositatem, Art.

5). Pernyataan Konsili yang mengatakan bahwa kaum awam mengembangkan tugas pelayanan Gereja dalam sifatnya yang khas duniawi, itu berarti bahwa peran kaum awam dalam pelayanan Gereja diwarnai oleh pengalaman konkrit mereka di tengah dunia. Dan justru karena pengalaman konkrit inilah keterlibatan mereka dalam segala urusan gerejani sangat penting bagi Gereja, agar Gereja dapat memahami dan menghayati hakikatnya sendiri.

3. Hidup Menggereja 25

Hidup menggereja adalah tugas panggilan hidup kita sebagai umat Katolik.

Hidup menggereja juga merupakan pelayanan dan pewartaan bagi sesama, hal ini dapat dilakukan melalui kerjasama kaum awam dalam dalam Hierarki.

Berdasarkan buku Pengajaran Iman Katolik (2017) dan dari Lima Pilar Pelayanan

Gereja (henkesfallo.blogspot.com), penulis menguraikan lima pilar hidup menggereja sebagai berikut: a. Persekutuan (Koinonia)

“Koinonia” adalah bahasa Yunani, berasal dari kata “koin” yang berarti mengambil bagian. Persekutuan berarti ikut serta dalam persaudaraan paguyuban

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

dalam membawa kabar gembira mewartakan dan melaksanakan sabda Tuhan.

Pelaksanaan Sabda Allah dapat berupa aktivitas pewartaan, liturgi, pelayanan, kesaksian dan berjuang untuk hidup dalam semangat rukun-guyub dan aktif dalam melakukan solidaritas. Solidaritas paguyuban ini dapat diwujudkan dalam penghayatan hidup menggereja baik di lingkup lingkungan, stasi, wilayah, paroki maupun keuskupan. Beberapa karya yang termasuk dalam bidang ini, misalnya : kegiatan rekreatif bersama dan membangun komunikasi lewat dunia digital.

b. Liturgi (Leitourgia)

Liturgi berasal dari bahasa Yunani yakni dari kata “Leitourgian” (leos artinya rakyat dan ergon artinya kerja) yang berarti bekerja untuk kepentingan umum, kerja bakti atau gotong royong. Liturgi juga dapat diartikan sebagai keterlibatan aktif dalam perayaan ibadat resmi yang dilakukan Yesus Kristus

dalam Gereja-Nya kepada Allah Bapa. Karena pada umumnya Ekaristi di pusat 26

paroki umat sepantasnya mewujudkan partisipasi aktifnya dengan cara memimpin

Ibadat Sabda, Doa Bersama, Pendalaman iman dilingkungan dan aktif, mewujudkan makna ekaristi dalam hidup sehari-hari, ikut kegiatan sarasehan untuk meningkatkan kepentingan hidup rohani dll.

c. Pewartaan (Kerygma)

“Kerygma” berasal dari bahasa Yunani yang berarti karya pewartaan

Kabar Gembira. Landasan kokoh tndakan pewartaan ini adalah Tuhan Yesus

Sendiri. Demikian juga umat beriman Kristiani di mana semua diberi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

kepercayaan, dipanggil dan diutus Tuhan Yesus untuk mengambil bagian dalam tugas pewartaan Kabar Gembira (LG art 35). Dalam hal ini Franz Magnis Suseno

(2017: 160) mengatakan bahwa “Gereja tidak dipanggil untuk mengajak orang menjadi Katolik, melainkan untuk mengajak mereka bertobat, artinya untuk berpaling dari sikap egois, kebencian, dan kerakusan ke kesediaan untuk memberi ruang kepada kasih, kerahiman, dan kegembiraan akan segala apa yang positif.”

Beberapa karya yang termasuk dalam bidang ini, misalnya : katekese katekese calon baptis dan persiapan penerimaan sakramen-sakramen lainya.

d. Pelayanan (Diakonia)

Diakonia berasal dari bahasa Yunani yakni “diakon” yang berarti melayani. Tugas pelayanan yang dilaksanakan gereja bersifat sukarela dan tanpa menuntut karena tujuan utamanya adalah supaya Gereja tumbuh dan berkembang

kearah yang semakin membebaskan dan menyelamatkan umat manusia. Dengan 27

pelayanan diharapkan umat beriman semakin menyadari akan hidup dalam kasih kepada sesamanya. Sikap hidup dalam kasih inilah yang nantinya akan menggerakkan keterbukaan diri dengan penuh empati, partisipasi dan ketulusan untuk berbagi bagi sesama demi kepentingan seluruh jemaat (Kis 4:32-35).

Beberapa karya yang termasuk dalam bidang ini, misalnya : melakukan kegiatan sosial karitatif bersama warga lingkungan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

e. Kesaksian (Martyria)

Martyria berasal dari kata bahasa Yunani yakni “marturion” yang artinya kesaksian.Kesaksian ini berarti menjadi saksi kristus bagi dunia. Setiap warga

Gereja diutus oleh Yesus untuk menjadi saksi-Nya (Kis. 1:8). Murid Yesus diharapkan memberi kesaksian dalam hidup sehari-harinya di manapun ia berada bersama orang lain, sehingga diharapkan umat beriman dapat menjadi garam dan terang di tengah masyarakat. Memberikan kesaksian juga dapat dilakukan melalui contoh pengalaman hidup. Umat diharuskan memberikan contoh pengalaman hidup bahwa dengan mengikuti Yesus Kristus mereka selamat dan bebas dari kebencian, nafsu, tidak memegahkan diri, positif dan penuh kasih. Beberapa karya yang termasuk dalam bidang ini, misalnya : aktif dalam kegiatan RT, RW, di mana lingkungan itu berada. Kegiatan yang dapat dilakukan seperti kerja bakti, gotong royong dll.

28

4. Keterlibatan Kaum Awam Dalam Kehidupan Menggereja Sebagai TNI

Dalam lingkup TNI, memang bukan hanya kaum awam saja yang menjadi anggota TNI. Ada juga kaum religius yang menjadi anggota TNI. Akan tetapi pertama-tama pembahasan ini akan berfokus terlebih dulu pada keterlibatan kaum awam karena pada kenyataannya tentunya kaum awam yang menjadi anggota TNI pasti lebih banyak daripada kaum religius yang menjadi anggota TNI. Menurut

Yoseph Kristianto, dkk, kata “awam” atau dalam bahasa Yunani “laity” (umat) adalah orang beriman yang sudah menjadi warga penuh Gereja melalui pembaptisan, penguatan, dan komuni (1 Ptr 2:9-10), tetapi tidak menerima

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

tahbisan suci dan menjadi klerus (Kristianto, 2010: 56). Lumen Gentium artikel.

30 menegaskan bahwa :

Seusai menguraikan tugas hirarki, konsili suci dengan rela mengar ahkan perhatianya kepada status kaum beriman kristiasni yang disebut awam. Segala sesuatu yang telah dikatakan tentang umat Allah, sama-sama dimaksudkan bagi kaum awan, pria maupun wanita , mengingat kedudukan dan perutusan mereka.

Konsili suci menggambarkan awam sebagai orang yang memiliki martabat yang sama dengan para hierarki atau kaum rohaniwan-rohaniwati. Lumen

Gentium artikel 31 menjelaskan tentang awam, yaitu:

Yang dimaksud dengan istilah awam di sini ialah semua orang beriman kristiani kecuali mereka yang termasuk golongan imam atau status religius yang diakui dalam Gereja. Jadi kaum beriman kristiani, yang berkat Baptis telah menjadi anggota Tubuh Kristus, terhimpun menjadi umat Allah, dengan cara mereka sendiri ikut mengemban tugas imamat, kenabian, dan rajawi Kristus, dan enggan demikian sesuai dengan kemampuan mereka melaksanakan perutusan segenap Umat Kristiani dalam Gereja dan di dunia.

Menurut Komkat KWI dalam buku Iman Katolik, dengan istilah “awam”

29

dimaksudkan semua orang beriman Kristen yang tidak termasuk golongan tahbisan suci dan status kebiaraan yang diakui dalam Gereja. Mereka adalah orang-orang yang dengan pembaptisan menjadi anggota-anggota Tubuh Kristus, dijadikan Umat Allah dan dengan caranya sendiri mengambil bagian dalam tugas

Kristus sebagai imam, nabi dan raja, dankarena itu sesuai dengan peranan mereka dijalankan perutusan seluruh umat Kristen dalam Gereja dan dunia.

Kaum awam tidak menjalankan tugas pelayanan suci atau menerimakan sakramen-sakramen, dan juga tidak hidup dalam tata dan kondisi kebiaraan.

Dengan kata lain, kaum awam menghayati panggilan hidupnya sebagai anggota

Gereja dengan menjalankan tugas-tugas yang berciri duniawi (tata dunia) (Yoseph

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

Kristianto, dkk, 2010:58). Yoseph Kristianto (2010:58) juga mengatakan bahwa harus disadari pada akhirnya, kerasulan dalam Gereja akan bermuara kepada dunia juga. Sebab, Gereja sendiri ada bukan untuk dirinya sendiri, melainkan untuk dunia. Gereja hadir untuk membangun dan mewartakan Kerajaan Allah di dunia ini. Dua bentuk kerasulan: kerasulan di tengah-tengah masyarakat (ke dalam tata dunia) dan kerasulan dalam Gereja.

Kerasulan di tengah-tengah masyarakat dimengerti bahwa kaum awam dapat menjalankan kerasulannya dengan kegiatan-kegiatan penginjilan dan pengudusan manusia serta meresapkan dan memantapkan semangat Injil ke dalam tata dunia. Dengan demikian, kegiatan mereka sungguh-sungguh memberikan kesaksian tentang Kristus dan melayani keselamatan manusia.

Sedangkan tugas kerasulan dalam Gereja sesungguhnya menjadi porsi atau tanggungjawab hierarki, yang memiliki fungsi utama sebagai pemersatu dan

pemimpin jemaat. Keterlibatan awam dalam tugas membangun Gereja ini bukan 30

karena menjadi perpanjangan tangan hierarki atau ditugaskan oleh hierarki, melainkan oleh pembaptisan mereka mendapat tugas dari Kristus sendiri. Tanpa menonjolkan kekatolikan, kita harus berani menyucikan dunia sebagai ungkapan perbuatan iman kita akan tugas khas kaum awam (Suharyo, 2009:59). Awam hendaknya turut berpartisipasi dalam tri tugas Kristus, yaitu tugas kenabian, yaitu dengan menerima sabda Kristus dan mewartakannya kepada dunia melalui kesaksian hidup, kata-kata, tindakan, dan katekese; tugas imamat yaitu khususnya melalui Ekaristi, dengan mempersembahkan hidup mereka dalam seluruh pekerjaan, doa dan usaha kerasulan dalam kehidupan keluarga dan jerih payah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

sehari-hari, melalui beban hidup yang ditanggung dengan sabar dan penghiburan bagi jiwa dan badan sebagai sebuah kurban rohani yang “karena Yesus Kristus, berkenan kepada Allah” (1 Ptr 2:5); dan tugas rajawi yaitu dengan melaksanakan bermacam-macam tugas pelayanan bagi komunitas serta mengisi kegiatan- kegiatan temporal dan kelembagaan dalam masyarakat dengan nilai-nilai moral.

5. Panggilan Dan Misi Kaum Awam Menurut Dokumen Gereja.

Kaum awam sebagai anggota umat Allah memiliki kekhasan dalam hidup di duanianya, berbeda pula dengan hidup rohaniwan maupun biarawan. Sebagai umat Allah dan aggota Gereja tentu kaum awam memiliki panggilan dan tugas dalam perutusan karya dalam hidupnya. Panggilan dan misi kaum awam tersebut tertulis pada pokok-pokok ajaran iman Katolik maupun Dokumen Gereja. Ajaran tentang panggilan kaum awam untuk merasul dalam Dokumen Konsili Vatikan II

menyatakan bahwa : 31

Gereja diciptakan untuk menyebarluaskan kerajaan Kristus dimana-mana demi kemuliaan Allah Bapa, dan dengan demikian mengikutsertakan semua orang dalam penebusan yang membawa keselamatan, dan supaya melalui mereka seluruh dunia sungguh-sungguh diarahkah kepada Kristus. Semua kegiatan Tubuh Mistik, yang mengarah kepada tujuan itu disebut kerasulan. Kerasulan itu dilaksanakan oleh Gereja melalui semua anggotanya, dengan pelbagai cara.

Para rasul serta para pengganti mereka oleh Kristus diserahi tugas mengajar, menyucikan dan memimpin atas nama dan kuasa-Nya. Sedangkan kaum awam ikut serta mengemban tugas imamat, kenabian dan rajawi Kristus, menunaikan bagian mereka dalam perutusan segenap Umat Allah dalam Gereja dan di dunia.(Apostolicam Actuositatem Art. 2)

Dalam Dokumen Magisterium Gereja Christifideles Laici Paus Yohanes

Paulus II mengajarkan bahwa tugas panggilan dan misi kaum awam adalah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

persekutuan dengan Kristus (CL 8). Kaum awam diajak untuk mengidupi imanya melalui perbuatan nyata melalui persekutuan dalam keterlibatan hidup menggereja. Pelaksanaan tugas panggilan kaum awam pada dasarnya merupakan partisipasi kaum awam dalam ketiga misi Kristus sebagai imam, nabi, dan raja

(CL 14) serta sebagai langkah nyata yang dilaksanakan untuk dapat bertumbuh dalam kekudusan yang menjadi panggilan semua umat Kristen (CL 16-17). Kaum awam juga mempunyai panggilan dan misi untuk mewartakan Injil ( CL 33).

Panggilan dan misi kaum awam juga mengarah pada tugas evangelisasi, melalui tugas ini diharapkan semakin terbentuknya komunitas iman, sehingga Gereja sebagai persekutuan semakin setia pada Sabda Tuhan.

Tentang tugas kerasulan awam, Katekismus mengajarkan demikian:

KGK 900 : Kaum awam, seperti juga semua umat beriman, telah menerima dari Allah tugas kerasulan berkat Pembaptisan dan Penguatan; karena itu mereka mempunyai hak dan kewajiban, baik sendiri-sendiri maupun dalam persekutuan dengan orang lain, intuk berusaha supaya

semua manusia di seluruh dunia mengenal dan menerima berita 32

keselamatan ilahi. Kewajiban ini lebih mndesak lagi, apabila orang tertentu hanya melalui mereka dapat menerima injil dan mengenal Kristus. Dalam persekutuan gerejani kegiatan mereka sekian penting, sehingga kerasulan pastor sering tidak dapat berkembang sepenuhnya tanpa mereka.

KGK 910 : Kaum awam dapat juga merasa dirinya terpanggil atau dapat dipanggil, untuk bekerja sama dengan para gembala mereka dalam melayani persekutuan gerejani, demi pertumbuhan dan kehidupan persekutuan itu. Dalam pada itu mereka dapat mengambil alih pelayanan yang sangat berbeda-beda, sesuai dengan rahmat dan karisma yang Tuhan anugerahkan kepada mereka (EN 73).

Dapat disimpulkan bahwa melalui beberapa dokumen gereja seperti

Apostolicam Actuositatem, Christifideles Laici, Evangeli Nutiandi dan

Katekismus Gereja Katolik, secara keseluruhan kaum awam memiliki panggilan dan misi yang sama. Kaum awam dipanggil dengan misi untuk ikut ambil bagian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

tugas perutusan, membangun persekutuan dengan Kristus, dan ikut berpartisipasi dalam ketiga misi Kristus sebagai imam, nabi, dan raja. Lebih spesifik juga pada

KGK panggilan dan misi kaum awam

6. Wujud Kaum Awam TNI Menurut Dokumen Gereja

Setiap anggota Tentara Nasional Indonesia harus memiliki profesionalitas sebagai seorang prajurit dan pejuang serta sadar akan identitasnya yang mengabdikan diri bagi tanah air yang memiliki disiplin dalam tata kehidupan.

Sebagai Bhayangkari bangsa Indonesia, setiap prajurit TNI memiliki tugas dan kewajiban serta cita-cita yang ingin dicapainya, oleh karena itu setiap prajurit TNI dalam hidupnya memiliki tanggungjawab dan memegang teguh disiplin TNI serta

Sapta Marga. Disiplin hidup TNI yang dihidupi setiap anggota terdiri dari nilai- nilai penting dibagi menjadi dua bagian yaitu Tri-Setia dan Tri-Matra. Dengan

demikian Yayasan Kejuangan Panglima Besar Sudirman (1992:2) menuliskan 33

bahwa, disiplin hidup TNI terdiri :

Tri-Setia a. Setia kepada Amanat Tuhan Yang Maha Esa. b. Setia kepada Amanat Jiwa Kemerdekaan Indonesia c. Setia kepada Amanat Penderitaan Rakyat

Tri-Matra a. Taat/Patuh kepada atasan dengan tidak pernah membantah perintah atau putusan b. Setia kawan kepada sesama teman seperjuangan dan senantiasa menjunjung harkat dan martabat jiwa korsanya. c. Tanggung-jawab kepada bawahan.

Dengan menghidupi disiplin TNI dalam tata kehidupan, diharapkan setiap anggota dapat menjadi prajurit yang profesional yang berjuang membertahankan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

kedaulatan negara sesuai kewajibanya. Pada hakikatnya TNI memiliki identitas sebagai pejuang dan prajurit profesional, oleh karena itu dalam Tri-Setia nilai yang pertama dan utama harus di hidupi ialah “Setia kepada Amanat Tuhan Yang

Maha Esa”. Adapun dalam Sapta Marga juga ditekankan dalam nilai nomor tiga mengenai ketuhanan yang berbunyi “Kami ksatria Indonesia, yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta membela kejujuran, kebenaran dan keadilan”. Dalam hal ini jika dilihat bahwa dalam disiplin TNI dan Sapta Marga ditemukan sejumlah nilai yang mengandung religiositas, oleh karena itu setiap prajurit harus memiliki iman akan Tuhan dalam melaksakan tugas dan perutusanya. Prajurit yang menyertakan Tuhan dalam setiap tugasnya merupakan perwujudan iman melalui perbuatan untuk menjaga kedaulatan dan membela kemerdekaan bangsa Indonesia. Menjadi seorang prajurit tidaklah mudah baik dalam tugas dan tanggung jawabnya, oleh karena itu keyakinan terhadap Tuhan

yang Maha Esa ditanamkan dari awal terbentuknya TNI oleh Jendral Besar 34

Soedirman yang diwariskan kepada setiap prajurit TNI. Seperti yang disampaikan

Jendral Soedirman pada 18 Desember 1945 di Yogyakarta, ia mengatakan

“Hendaknya perjuangan kita harus didasarkan atas kesucian, dengan demikian perjuangan kita lalu merupakan perjuangan antara jahat melawan suci, dan kami percaya, bahwa perjuangan suci itu senantiasa mendapat pertolongan dari Tuhan”

(Pusbintal ABRI, 1992: 13). Untuk membentuk prajurit yang memiliki keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan yang Maha Esa dan taat menjalankan ibadah sesuai ajaran agamanya serta berakhlak mulia maka dibentuklah pembinaan mental rohani.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

Melalui pembinaan mental rohani inilah personel TNI beserta keluarganya diberikan pembinaan meliputi bimbingan, penyuluhan, dan perawatan yang berhubungan dengan pembinaan mental rohani. Keimanan yang kuat dalam TNI merupakan sesuatu yang sangat penting, karena dengan iman prajurit percaya akan Tuhan, TNI beserta keluarganya dapat melaksanakan tujuan hidup untuk melayani, mengasihi Tuhan dan sesama. Profesi sebagai TNI merupakan wujud kerja sebagai manusia untuk mencari nafkah, namun sebagai TNI juga harus sadar bahwa makna kerja harus berhubungan dengan tujuan hidup manusia yang sesungguhnya. Dalam Docat dituliskan bahwa “tujuan hidup manusia bukanlah demi uang atau reputasi, tetapi untuk mencapai kehidupan kekal bersama Tuhan melalui doa, penyembahan, dan mengasihi sesama manusia” (Docat, 2016: 138).

Dalam menanggapi tugas perutusan sebagai TNI Katolik tidak hanya cukup berdoa dan bertugas sebagi seorang prajurit namun juga, setiap anggota TNI

Katolik sebagai rasul awam diajak untuk menggembalakan domba-domba. 35

Menggembalakan domba-domba yang dimaksud ialah aktif dalam keterlibatan hidup menggereja dengan menjadi gembala bagi kawanan domba sesuai tugas perutusanya. Wujud kaum awam menurut dokumen gereja dijelaskan dalam dokumen Konsili Vatikan II :

Kaum awam menunaikan kerasulan mereka yang bermacam-ragam dalam Gereja maupun masyarakat. dalam kedua tata hidup itu terbukalah pelbagai bidang kegiatan merasul. (AA art. 9).

Terbukalah gelanggang kerasulan yang tak terduga luasnya di tingkat nasional maupun internasional, terutama bagi kaum awam, untuk mengabdikan diri kepada kebijaksanaan kristiani. Dalam berbakti kepada bangsa dan dalam menunaikan tugas-tugas kewarganegaraan dengan setia, umat katolik hendaknya menyadari kewajibanya untuk memajukan kesejahteraan umun yang sejati. (AA art. 14).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

Hidup menggereja berarti menjalankan kerasulannya dengan kegiatan- kegiatan penginjilan dan pengudusan manusia serta meresapkan dan memantapkan semangat Injil ke dalam dunia. “Ciri khas dan istimewa kaum awam yakni sifat keduniaanya” (LG art. 31). Disinilah kaum awam TNI dapat berperan mengambil bagian dalam tugas kenabian dengan cara menerima dan mewartakan Sabda Kristus melalui kesaksian hidup, kata-kata, tindakan serta ketekese. Pentingnya kesaksian hidup juga dijelaskan dalam Evangeli Nutiani (EN art. 21) bahwa sebagai seorang kristen kita dipanggil untuk memberikan kesaksian dengan membagikan kisah hidup yang memancarkan iman. Dengan hidup menggereja TNI diharuskan untuk mengambil peran penting dalam pembangunan jemaat atas dasar iman sejati yang membawa berkat bagi sesama sehingga dalam pelaksanaanya memiliki rasa kegembiraan, persaudaraan, kekeluargaan dan cinta kasih. TNI Sebgai warga negra Indonesia yang memiliki dasar negara Pancasila

36

dan juga sebagai warga Gereja memiliki peran yang harus dilaksanakan terkait nilai-nilai dalam Pancasila dan nilai dasar Iman Katolik.

Ada sebuah titik temu yang mendasar antara Pancasila dan Iman Katolik,

Dalam hal ini Yudi Latif, Kepala Pelaksanaan Unit Kerja Presiden Pembinaan

Ideologi Pancasila (UKP-PIP) menulis dalam bukunya: “Semua sila (dalam

Pancasila) dipersatukan oleh cinta kasih. Semangat cinta kasih itulah yang dalam kata kerjanya disebut Bung Karno dengan istilah “gotong royong”. Menurutnya gotong royong adalah paham yang dinamis, lebih dinamis dari pada kekeluargaan” (Widharsana, 2018:19). Umat Katolik juga harus dapat membangkitkan persatuan di Indonesia, umat Katolik sebagai bagian dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

masyarakat bangsa dan negara, bukan hidup sendiri melainkan dalam komunitas, maka hendaknya harus ikut ambil bagian dan mengungkapkan cinta kasih dalam hidup bersama (Suyadi, 2018: 13). Oleh karena itu wujud kaum awam TNI sebagai warga negara dan umat Katolik bisa dikatakan sungguh dapat menyentuh eksistensi dasar hidup beriman jika menghidupi prinsip 100% Katolik dan 100%

Indonesia melalui keterlibatannya dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab dengan inspirasi iman Katolik.

37

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

BAB III

KETERLIBATAN HIDUP MENGGEREJA TENTARA KATOLIK DI PAROKI SANTO MIKAEL PANGKALAN TNI AU ADISUTJIPTO

A. Identitas Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto

1. Sejarah Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto

Perjalanan Paroki Santo Mikael Pangkalan dari masa perintisan sejak 1962 hingga menjadi paroki mandiri pada tahun 2009 dipaparkan dalam buku kenangan lustrum ke-1 yang berjudul “Pro Ecclesia et Patria”. Berikut pemaparan sejarah awal tahap perintisan Paroki Santo Mikael Pangkalan (2014: 24-26) hingga menjadi paroki mandiri (2014: 85-86) : a. Tahap Perintisan

Pada mulanya Gereja Santo Mikael Pangkalan muncul sebagai cikal bakal sejak terbentuknya komunitas Katolik di lingkungan Kompleks Pangkalan Udara

38

AURI Adisutjipto pada tahun 1962. Sebanyak 17 kepala keluarga (KK) Katolik hijrah dari pusat pendidikan penerbang Angkatan Udara Republik Indonesia

(AURI) Pangkalan Udara Kalijati Jawa Barat ke tempat pendidikan penerbang

AURI yang baru di Pangkalan Udara Adisutjipto Yogyakarta. Dengan hanya difasilitasi rumah kecil untuk beribadah dari dinas AURI, umat katolik perdana ini dengan setia bertekun dalam doa, peneguhan, penghiburan dan kebersamaan sebagai kelompok pionir-pionir katolik. Dua tahun kemudian (seputar tahun 1967) permohonan umat akan hadirnya pastor bagi pelayanan rohani direspon dinas

AURI. Sesuai permintaan umat akan kebutuhan pelayanan rohani dan pendidikan agama Katolik Marsekal Pertama TNI A. Alamsyah (1967) selaku Gubernur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

Akademi Angkatan Udara (AAU) melayangkan surat permohonan kepada Romo

Paroki Kota Baru agar lingkungan Pangkalan Adisutjipto dan pendidikan calon perwira di AAU mendapat pelayanan rohani sekaligus pengajar agama Katolik.

Pastor khusus (pastor militer bantuan/pasmilban) yang kemudian melayani umat di lingkungan Karboll AAU dan Kompleks Pangkalan TNI AU2, Adisutjipto adalah Romo Van Heusden SJ. Secara rutin beliau menjalankan pelayanan umat

TNI AU sampai tahun 1971.

Romo van Heusden SJ memberikan pelayanan ekaristi di kompleks

Pangkalan. Oleh Romo Van Heusden SJ "kapel" pertama Pangkalan yang menggunakan kelas dinamai Santo Mikael. Nama pemimpin malaikat balatentara surgawi itu juga dipakai menjadi nama pelindung lingkungan umat Katolik di dalam kompleks. Meski tanpa plang/papan nama umat fasih dan terbiasa menyebut Kapel tersebut: Santo Mikael.

Pelayanan pastoral kemudian dilanjutkan oleh Romo Harry Stolk SJ yang 39

tinggal di Realino menggantikan Romo van Heusden, SJ. Meskipun bukan imam khusus yang diminta resmi TNI AU, tugas ini dilaksanakan secara tekun dan rutin selama kurun waktu 1971-1989. Pada zaman Romo Stolk SJ dinas TNI AU memberikan perhatian kepada umat Katolik dan jemaat Protestan dibangun sebuah bangunan baru di samping Wisma Adisutjipto sebagai tempat ibadah bersama. Setiap Minggu pagi digunakan jemaat Protestan, sore hari digunakan untuk umat Katolik. Cukup lama umat kompleks Pangkalan Adisutjipto mendapat binaan Romo Stolk SJ. Tata cara liturgi Katolik amat hidup pada saat Romo Stolk

SJ bertugas. Pendekatan personal dan pastoral rumah tangga rupanya menjadi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

perhatian Romo Stolk SJ. Tak heran jika tidak sedikit dari pada kaum muda

Gereja Pangkalan tertarik pada kehidupan membiara dan berkeinginan untuk menjadi imam/biarawan dan suster. Selama masa pelayanan Romo Stolk SJ, ada 2 orang katekis tangguh, yakni Pak Pujo dan Pak Manumpil (pensiunan AURl) yang menjadi penggerak kehidupan iman umat karena setia dengan tugas pelayanan umat menyiapkan baptisan baru dan komuni pertama. Tumbuhnya panggilan hidup menjadi imam dan hidup membiara yang berasal dari reksa pastoral di

Gereja Santo Mikael Pangkalan dapat memberi gambaran awal bahwa kekatolikan mulai mengakar dalam kehidupan beriman umat. Kemudian Romo Petrus

Soeprijanto, Pr. yang menjabat pastor Paroki Baciro melanjutkan tugas khusus kategorial Romo Stolk SJ (lalu pindah tugas ke unit Skolastik Jesuit di Kampung

Ambon, Jakarta th. 1989). Romo Soeprijanto, Pr. Ini - sebagaimana dulu terjadi pada Romo van Heusden, SJ - menerima surat permohonan mengajar di AAU dari

Gubernur AAU Marsekal Muda TNl I Gusti Nyoman Danendra (1989-1991). 40

Berkat lobby Romo Pri kepada Gubernur AAU inilah sejarah Gereja Indonesia mencatat bahwa AAU ditetapkan Panitia Kunjungan Paus ke

Indonesia/Sekretariat Negara Republik Indonesia sebagai tempat yang paling aman sekaligus paling representatif bagi kunjungan pastoral dan Perayaan Ekaristi

Bapa Suci Yohanes Paulus II di Yogyakarta.

Petugas pastoral berikutnya dilanjutkan oleh Romo Bernardinus Saryanto

Wiryoputro, Pr. yang menempati tugas sebagai pastor Paroki Bintaran (tahun

1992-1997). Romo Saryanto, Pr. dengan setia memberikan bimbingan kepada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

para Karbol Katolik setiap Kamis malam dan juga menjadi dosen Agama Katolik bagi seluruh Karbol tingkat I (satu) setiap tahunnya, mulai dari tahun 1992.

Seiring dengan perjalanan waktu, pelayanan teritorial gereja Pangkalan tidak menjadi eksklusif milik dinas TNI AU saja, tetapi makin terasa kehadirannya turut menyentuh rohani umat di sekitar Pangkalan. Sejak tahun 1986 sebutan "stasi" Pangkalan mulai melekat pada ingatan umat. Mengapa? Karena pelayanan rutin dan berkesinambungan di ”stasi" Pangkalan ini, terlebih ketika

Romo Utoyo, Pr (pastor kepala Paroki Baciro) memasukkan ”stasi" Pangkalan ini ke dalam pelayanan pastoral Paroki Baciro.

Pada masa ini rentang tahun 1986-1994 atap Kapel Pangkalan roboh sampai tiga kali. Peristiwa ini membuat umat Katolik dan Protestan yang memakai Kapel secara bergantian mesti mengungsi di bekas gudang senjata yang kotor dan tidak terawat. Pada kali ketiga sesudah atap roboh direnovasi, umat

Katolik tetap menempati ruangan bekas gudang senjata itu sementara jemaat 41

Protestan kembali ke kapel lama. Sejak saat itu umat Katolik memasang plang bertuliskan ”Gereja Santo Mikael Pangkalan” pada gudang bekas penyimpanan senjata (tahun 1996) pada saat Marsekal Pertama TNI Lambertus F. Silooy menjadi Komandan Pangkalan Adisutjipto.

b. Paroki Mandiri

Pada tanggal 28 Juli 2007, satu hari sebelum Hari Bakti TNI AU ke 60,

Mgr Ignatius Suharyo selaku Uskup TNI Polri dan Komandan Lanud Adisutjipto,

Marsekal Pertama TNI Benyamin Dandel, S IP, memberkati dan meresmikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

seluruh kompleks Gereja Santo Mikael Pangkalan. Peresmian ini juga ditandai dengan Pembukaan selubung ”h1 Memoriam” Marsekal Muda (Anm.) Agustinus

Adisutjipto beserta foto-foto kenangan pada Ruang Serba Guna Agustinus

Adisutjipto. Termasuk juga pembukaan selubung Panti Gereja ”Marsma TNI

Ignatius Dewanto". Panti Gereja dibangun untuk menambah fasilitas pendukung berupa gudang, ruang katekese, ruang Mudika dan Komsos, ruang Bina lman

Anak, ruang Pelayanan Sosial Ekonomi/P3K, WC /Kamar Mandi.

Pada tanggal 11 Desember 2007, seusai gladi kotor pelantikan perwira remaja di Akademi Kepolisian (Akpol) Semarang, Romo Yos Bintoro Pr bersama

Mayor Sus Martinus Prayitno menghadap Bapak Uskup di Keuskupan untuk memberi laporan lisan kegiatan umat Pangkalan, sekaligus mengawali pemberian laporan tahunan tertulis/resmi 1 bulan sesudahnya kepada Bapak Uskup selaku

Uskup Keuskupan Militer dan Uskup Keuskupan Agung Semarang. Setelah 2

buah bundel Laporan Tahunan 2007 yang menggambarkan laporan lengkap 42

kondisi lapangan baik fisik maupun kegiatan beriman umat yang bergabung dalam

Gereja Santo Mikael Pangkalan disampaikan kepada

Keuskupan, pada tanggal 1-3 Februari 2008 telah dilakukan kunjungan tim supen/isi KAS bersama Romo Vikjen / Romo Pujasumarta, Pr, Romo

Ekonomat/Romo FA Sugiarta, SJ yang menghasilkan resume rapat:

1) Annual Report 2007 dan pertemuan Kuria KAS dengan unsur perwakilan umat dalam lingkungan pelayanan Gereja Santo Mikael Pangkalan telah memberikan gambaran pada Kuria KAS mengenai dinamika umat, dalam tumbuh, berkembang dan mengarah siap untuk mandiri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

2) Ada lampu hijau dari Bapak Uskup bahwa Gereja Santo Mikael Pangkalan sangat memungkinkan dikembangkan menjadi Paroki Mandiri.

3) Tentunya dengan adanya perkembangan dan perubahan status nantinya umat harus Iebih siap menghadapi segala konsekuensinya. Dan hal ini akan dilihat perkembangannya oleh Kuria Keuskupan.

4) Untuk hal tersebut perlu adanya komunikasi yang kontinyu dengan Bapak

Uskup dan Paroki setempat untuk mempersiapkan perkembangan gereja Santo

Mikael menjadi Gereja (Paroki) yang mandiri.

Pada tanggal 21 Februari 2009 Romo Yos Bintoro, Pr telah dilantik oleh

Vikep DIY, Romo B. Saryanto W, Pr sebagai penanggung jawab karya sekaligus

Ketua Pengurus Gereja Santo Mikael Pangkalan yang bertanggung jawab atas 7 lingkungan sesuai koordinasi dan kesepatakan Pastor Paroki / Ketua Dewan

Paroki Kristus Raja Baciro dengan bukti penyerahan tertulis dari masing-masing

unsur ketua dari ketujuh lingkungan di bawah koordinasi pelayanan Gereja Santo 43

Mikael Pangkalan.

Pada tanggal 28 April 2009, Pengurus Gereja Santo Mikael Pangkalan a.n

Romo Yos telah mengirimkan bundel dokumentasi statuta ”Menuju Gereja

Mandiri” ke Bapak Uskup baik selaku Uskup Umat Katolik di Lingkungan TNI

Polri maupun selaku Uskup Keuskupan Agung Semarang. Dalam dokumen tersebut telah digambarkan kepengurusan Gereja Santo Mikael Pangkalan yang telah dikoordinasikan dengan Paroki Baciro, data statistik umat dan notulensi- notulensi rapat pengurus gereja menuju gereja mandiri. Sementara itu setiap bulannya Gereja Santo Mikael Pangkalan secara rutin telah mengirim laporan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

keuangan pastoran, keuangan gereja dengan format baru. Termasuk sejak Januari

2009 Gereja Santo Mikael telah melaksanakan kewajiban mengirimkan kolekte khusus ke Keuskupan Agung Semarang. Secara sistematis dan cermat

(terdokumentasi) perjalanan gereja Pangkalan sebagai gereja yang mengemban tugas ganda selalu dikerjakan baik. Ada dokumentasi sisi pengelolaan tata organisasi, administrasi dan keteraturan teknis kewilayahan/teritorial; Ada dokumentasi pada sisi yang sifatnya khusus yang membawa misi Gereja turut berpartisipasi membentuk jiwa keprajuritan, membawa pandangan gereja Katolik dalam pergaulan antar komponen masyarakat sebagai salah satu anak bangsa, menangani keamanan manusia yang tentunya memberi warna positif bagi kehidupan berbangsa dan bernegara di tanah air tercinta.

2. Spiritualitas Santo Mikael

Panglima bala tentara Tuhan, yang dijumpai oleh Yosua pada tahap-tahap 44

awal peperangannya di tanah perjanjian (Yos 5: 13-15) mempunyai ciri-ciri sebagai Malaikat Mikael Penghulu Malaikat, sebagai utusan surgawi yang tidak disebutkan namanya yang bersifat adikodrati, dan kudus. Mikael adalah panglima malaikat atau pemimpin bala tentara surga yang disebut dalam kitab Wahyu 12:7-

9. Dalam Kitab Daniel 10:21; 12:1; disebutkan malaikat Mikael datang menolong malaikat Gabriel dalam pergumulanya melawan dewa-dewa Persia dan membela

Israel. Dalam tradisi Talmud, menerangkan bahwa Mikael berarti dia yang seperti

El (Allah) secara harfiah berarti serupa dengan Allah. Mikael adalah salah satu malaikat utama dalam tradisi Abrahamik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

Akhir Abad pertengahan Santo Gregorius memilih Malaikat Mikael menjadi pelindung kaum Ksatria dan pelindung ordo ksatria di Perancis, Ordo

Santo Mikael 1469. Di Britania juga dibentuk ordo ksatria 1818 menggunakan nama Order of Santo Michel and Santo George. Seni lukisan sebagai buah renungan mengenai Malaikat Mikael diekspresikan sebagai seorang prajurit muda yang kuat. Ia memegang sebuah perisai, berbaju zirah dan sebilah pedang serta menginjak setan di kakinya. Renungan tentang malaikat Mikael yang hendak diekspresikan adalah seorang prajurit yang memiliki kekuatan besar, karena keberaniannya dan hikmat di hadirat Allah. Malaikat Mikael dihayati juga sebagai panglima yang bertanggung jawab terhadap legion-legion malaikat yang terlibat dalam peperangan yang sengit melawan setan dan roh-roh jahat. Peperangan ini berlanjut sampai akhir dunia ini sampai pada kedatangan Yesus dalam kemulian-

Nya didampingi seluruh malaikat-Nya.

Spiritualitas Santo Mikael Malaikat Agung sebagaimana dapat di 45

renungkan dari doa Yesus dan semangat rasul Paulus juga dari keterangan yang bisa kita peroleh tentang peran malaikat dalam Kitab Suci serta peran Mikael sendiri kiranya menjadi konkret dalam semboyan Pro Ecclesia at Patria. Malaikat

Mikael yang selalu sujud berdoa dan menyembah Allah dan selalu menyertai

Yesus Tuhan mewujudkan Kerajaan Allah untuk hidup manusia, menuntun gerak kehidupan beriman seluruhnya agar diresapi dengan kehadiran Allah. Malaikat

Mikael selalu menjaga agar yang jahat tidak memisahkan kita kasih Allah dalam

Yesus Tuhan. Orang-orang yang percaya akan Yesus Tuhan berkumpul bersama beribadah memuliakan Allah mewujudkan Gereja. Menjadi jelas bahwa realitas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

Gereja/Paroki adalah perkumpulan beriman yang beribadah untuk memuliakan

Allah. Mengabaikan ibadah untuk memuliakan Allah pastinya menghilangkan realitas Gereja/Paroki. Kita ” hanya akan menjadi sekumpulan orang pada umumnya yang mungkin hanya berorientasi pada apa yang dipikirkan atau direncanakannya dengan kekuatan akal insaninya. Atau mungkin hanya menjadi sekelompok pelayan sosial yang sibuk dengan proyek sosialnya. Dalam peziarahan rohani inilah Santo Mikael Malaikat pelindung paroki kita menuntun agar kita selalu tetap pada ibadah memuliakan Tuhan bersama Yesus Sang

Junjungan kita.

Dalam kebersamaan dengan warga negara lainnya yang juga memuliakan

Allah, dalam semangat Santo Mikael kita membangun bangsa yang kita cintai ini.

Mengingatkan kita akan ideologi bangsa kita Pancasila dengan sila pertama yang menegaskan perihal Ketuhanan Yang Maha Esa. Ibadah untuk memuliakan Allah

menjadi pilar utama dalam membangun kehidupan bersama untuk bangsa kita. 46

Semangat Santo Mikael yang menuntun bangsa terhindar dari yang jahat entah atas nama fanatisme, radikalisme atau apa pun yang merusak toleransi ibadah untuk memuliakan Allah. Memuliakan kehadiran Allah dalam kehidupan beriman sebagaimana yang diperjuangkan Santo Mikael membangun bangsa berarti menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia, yang meliputi spiritual, psikologis, intelektual, sosial, kultural, ekonomi dan politis. Semua aspek kehidupan ini tercakup dalam 3 nilai Kerajaan Allah yang kita amini dengan iman, harapan, dan kasih. Implementasinya dalam nilai kehidupan menjadi adil, damai, dan sukacita.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

Keadilan adalah relasi yang harmonis antara pribadi, sesama, dan alam semesta. Relasi ini mengalir dari relasi dengan Allah Sang Sumber dan Pencipta kehidupan. Relasi menjadi kekuatan utama dalam keadilan, dalam relasi yang harmonis menurut spiritualitas Santo Mikael, yang selalu menyembah Allah berarti orang selalu mencintai, menghormati yang lain baik dalam tutur kata maupun dalam tindak-tanduknya. Spiritualitas Santo Mikael menumbuhkan semangat kepedulian akan keberadaan yang lainnya penuh cinta dan hormat.

Konkret kepedulian adalah menolong mereka yang tersingkir dan tertindas.

Kepedulian inilah yang dikembangkan dalam hidup paroki kita sesuai dengan

ARDAS KAS 2011-2015 yang disebut dengan pelayanan Kaum Kecil Lemah

Miskin Tersingkir dan Difabel (KLMTD).

Spiritualitas Santo Mikael, yang selalu sujud menyembah Allah menghadirkan suasana surgawi yang kita kenal dengan kedamaian. Kedamaian

adalah situasi kehidupan di mana tidak ada lagi penindasan dan penghisapan oleh 47

yang kuat terhadap yang lemah, tidak ada permusuhan maupun peperangan.

Suasana surgawi nyata dalam kehidupan bukan suatu yang jauh dari kehidupan jika beriman hidup dalam semangat Santo Mikael.

Sukacita adalah situasi di mana orang diterima dan dihargai sesuai dengan keunikannya dan diberi kesempatan untuk mengembangkan segala potensinya untuk kemudian disumbangkan demi kesejahteraan bersama. Sukacita yang terbangun dalam spiritualitas Santo Mikael pelindung paroki kita mengarahkan selalu akan kegembiraan surgawi, yakni sujud dan sembah kepada Allah yang tampak dalam Yesus Tuhan penebus dan penyelamat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

3. Data Spesifikasi Gereja Katolik Santo Mikael Adisutjipto

Data Spesifikasi Gereja diambil berdasar data yang diperoleh buku kenangan Lustrum ke 1 dan profil paroki halaman 88.

Tabel. 2 Data Spesifikasi Gereja

Nama Gereja Gereja Katolik Santo Mikael (GKSM)/ Paroki

Pangkalan Adisutjipto

Alamat Jl. Lettu TPT Sapardal no.1 Pangkalan Udara

Adisutjipto, Kode Pos. 55198

Jadwal Pelayanan Misa Harian : Senin – Jumat Pkl. 05.45 Wib

Perayaan Ekaristi Misa Mingguan : Sabtu Sore Pkl. 16.30 Wib

: Minggu Pagi Pkl. 08.00 Wib

Misa Khusus : Jumat Pertama Pkl. 12.00 Wib untuk

Dinas TNI AU Pkl. 17.00 Wib untuk

umum dengan Adorasi 48

Pemberkatan 19 Agustus 2001 oleh Vikep DIY Rm Jayasewaya, Pr Gereja

Peresmian 28 Juli 2007, oleh Mgr. Ignatius Suharyo/ Uskup TNI –

Kompleks Gereja Polri dan Marsekal Pertama TNI Benyamin Dandel,

S.Ip/ Dan Lanud Adisutjipto

Pesta Nama 29 September (Perayaan Malaikat Mikael) Gereja

Dikukuhkan 20 September 2009 oleh Mgr. Ignasius Suharyo dengan

sebagai Paroki kekhususan berkat angka keberuntungan yang cantik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

Mandiri 20.09.2009

Semboyan Gereja “Pro Ecclesia et Patria” (Bagi Gereja dan Bangsa)

4. Jumlah Umat Teritorial dan Kategorial Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto.

Data Jumlah Umat Teritorial dan Kategorial Paroki diambil berdasarkan data yang diperoleh buku kenangan Lustrum ke 1 dan profil paroki halaman 149.

Tabel. 3 Jumlah Umat Teritorial dan Kategorial tahun 2014

No. Lingkungan/Ketegorial Jumlah Umat 1 Santo Pius X Pelem 198 2 Santo AR. Wonocatur Timur 146 3 Mgr. Alb. Soegijapranata 94 4 Rafael Pangkalan 137 5 Petrus Faber Gatak 170 6 Ignatius Loyola Karangjambe 76

7 Fransiskus Karangjambe 107 49

8 AAU (2014) 49 9 Lanud Adi (2014) 75 10 Alumni AAU (1997-2014) 103 11 Purnawirawan 284 Total 1439

B. Situasi Pembinaan Mental Rohani di Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto.

Berkaitan dengan tujuan Pembinaan Mental Rohani yaitu mewujudkan mental yang memiliki keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, taat menjalankan ibadah dan berakhlak mulia maka Pembinaan Mental Rohani ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

dibagi menjadi tiga pola yaitu : Melalui jalur pendidikan, jalur satua, dan jalur keluarga. Pembinaan Mental Rohani yang dilaksanakan di Paroki Santo Mikael

Pangkalan TNI AU Adisutjipto diberikan bagi para personel TNI dan

Keluarganya serta Taruna Akedemi Angakatan Udara. Dengan adanya pembinaan kerohanian dan pembetukan karakter bagi para Taruna Akademi Angkatan Udara,

Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto ikut serta dalam menyiapkan calon pemimpin bangsa yang memiliki spiritualitas dalam kecintaannya terhadap

Negara Indonesia.

Sebagai paroki yang memiliki basis pelayanan kategorial dan teritorial

Paroki Santo Mikael Pangkalan juga bersungguh-sungguh menyiapkan pemimpin bangsa masa depan dengan menumbuhkan iman para TNI sehingga mencerminkan slogan lingkungan Pangkalan yaitu 100% Katolik 100% Indonesia.

Pembinaan Mental Rohani di lingkungan Paroki Santo Mikael Pangkalan

Adisutjipto biasa disebut sebagai binroh atau pelajaran agama Katolik bagi 50

Tarunan Akademi Angkatan Udara. Kegiatan Binroh ini merupakan kegiatan rutin yang memiliki jadwal tetap namun berbeda-beda di setiap satuan. Kegiatan Binroh yang rutin dilakasanakan seperti salah satu contohnya pada kesatuan KODIKLAT yaitu pada hari Kamis pagi pukul 07.30 WIB di Gereja Paroki.

1. Metode yang dipakai dalam Pembinaan Mental Rohani Katolik

Dalam Buku Petunjuk Induk Pembinaan Mental TNI Pinaka Baladika

(2012:6) dituliskan bahwa metode yang digunakan dalam Pembinaan Mental TNI meliputi :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

a. Bimbingan. Bimbingan merupakan metode pembinaan mental melalui kegiatan

pengasuhan, tuntunan, memberi petunjuk, penjelasan dan cara mengerjakan

sesuatu kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan pembinaan mental rohani. b. Penyuluhan. Penyuluhan merupakan metode pembinaan mental melalui

kegiatan pemberian penerangan, memberi petunjuk, penjelasan dan cara

melakukan perbuatan yang berhubungan dengan pembinaan mental rohani.

Perawatan. Perawatan merupakan metode pembinaan mental melalui kegiatan

pemeliharaan, pengurusan, menjaga, perbuatan merawat yang berhubungan

dengan pembinaan mental rohani.

2. Gambaran Pembinaan Mental Rohani Katolik Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto

Penting bahwa pembinaan mental rohani katolik perlu dilaksanakan secara rutin dan wajib bagi TNI. Pembinaan mental rohani katolik sendiri memiliki peran

51

penting bagi penanaman jiwa seorang prajurit yang memiliki spirtitualitas dalam tugasnya. Oleh karena itu perlunya langkah lanjutan untuk mengevaluasi sejauh mana peran pembinaan mental rohani katolik memberikan kontribusi nyata bagi kualitas prajutit TNI secara personal. Berdasarkan tujuan dari pembinaan mental rohani sendiri yakni mewujudkan mental yang memiliki keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, taat menjalankan ibadah sesuai ajaran agama yang dianutnya serta berbudi pekerti luhur. Oleh karena itu hal yang menjadi dasar dan utama dalam kaitanya Pembinaan Mental Rohani Katolik di Paroki

Santo Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto ini adalah keikutsertaan dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

keterlibatan. Keikutsertaan dan keterlibatan yang dimaksud adalah keikutsertaan dalam hal Pembinaan Mental Rohani dan Keterlibatan dalam hidup menggereja.

Dua hal ini perlu dilakukan evaluasi terus menerus untuk mencari tahu apakah setiap prajurit TNI AU di Paroki Santo Mikael Pangkalan ini sungguh benar-benar menghayati panggilannya secara profesional untuk melayani kepada sesama dan negara yang berdasarkan pada nilai ke-Tuhanan.

Sejauh penulis mengamati kegiatan, Pembinaan Rohani Katolik di lapangan merupakan kegiatan yang diwadahi sebagai forum doa dan sharing bersama tentang pengalaman spiritual dan pengalaman pergulatan sebagai anggota

TNI AU. Oleh karena itu penting bahwasannya jika kegiatan Pembinaan Mental

Rohani Katolik ini menjadi sebuah kegiatan yang menjadi wadah sharing baik pengalaman hidup, panggilan, dan spiritual serta kesaksian iman. Berdasarkan pengamatan di lapangan penulis menemukan masih adanya anggota militer yang

tidak bisa mengikuti kegiatan karena beberapa alasan, oleh karena itu pentingnya 52

keikutsertaan dalam kegiatan Pembinaan Mental Rohani ini perlu dievaluasi kembali oleh Paroki Santo Mikael Pangkalan Adisutjipto sebagai pelayanan pada umat Kategorial.

C. Penelitian Tentang Pengaruh Keikutsertaan Dalam Pembinaan Mental Rohani Katolik Terhadap Keterlibatan Hidup Menggereja tentara Katolik Di Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto

1. Latar Belakang Penelitian

Menjadi prajurit TNI Katolik merupakan sebuah panggilan khusus. Setiap prajurit TNI Katolik memiliki tugas sebagai warga negara Indonesia dan Warga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

Gereja. Tugas sebagai warga negara ialah menjadi anggota militer yang menjaga kedaulatan bangsa. Tugas menjadi warga Gereja ialah mereka di panggil menjadi rasul awam yang hidup di tengah-tengah masyarakat untuk menggembalakan domba. Dalam hidup sebagai anggota TNI ada banyak nilai-nilai yang penting dan harus dihidupi untuk menjadi prajurit yang profesional serta beriman kepada

Tuhan yang Maha Esa. Dalam hal demikian ditegakkannya religiositas TNI melalui rumusan Etika Keprajuritan yang terdiri dari Sumpah prajurit, Sapta

Marga, Delapan Wajib TNI dan Sebelas Asas Kepemimpinan TNI. Oleh karena itu dengan penelitian ini penulis ingin mengetahui kontribusi secara langsung anggota TNI yang telah atau sedang menjalani Pembinaan Mental Rohani terhadap keterlibatan kehidupan menggereja sebagai rasul awam.

2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut: 53

a. Mengetahui pelaksanaan Pembinaan Mental Rohani Katolik terhadap keterlibatan hidup menggereja? b. Mengetahui sejauh mana keterlibatan tentara Katolik Paroki Santo Mikael

Pangkalan TNI AU Adisutjipto dalam hidup menggereja sebagai rasul awam. c. Mengemukakan sumbangan pemikiran atau usulan yang dapat diberikan untuk meningkatkan Pembinaan Mental Rohani Katolik kedepannya demi memupuk semangat hidup menggereja.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

3. Rumusan Permasalahan

Menurut latar belakang masalah di atas, maka penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: a. Bagaimana TNI Katolik Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto

memahami keterlibatan hidup menggereja? b. Apakah keikutsertaan dalam Pembinaan Mental Rohani Katolik berpengaruh

terhadap keterlibatan hidup menggereja? c. Apakah makna dan harapan dalam keterlibatan hidup menggereja?

4. Jenis Penelitian

Skripsi ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode deskriptif analisis. Sumber data yang dipakai dalam penelitian ini berupa kegiatan yang telah berlangsung sebagai kajian utama. Dalam hal ini Sugiyono (2016:15)

Mengatakan : 54

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositifisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) di mana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowbal, teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Teknik pengumpulan data yang akan diusahakan untuk melaksanakan penelitian yaitu dengan memberikan kuesioner kepada responden. Penulis menggunakan alat pengumpulan data berupa kuesioner. Sugiyono mengatakan bahwa “kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

untuk dijawab” (Sugiyono, 2010: 199). Fokus penelitian ini ingin melihat adanya pengaruh keikutsertaan dalam Pembinaan Mental rohani Katolik dengan keterlibatan hidup menggereja di Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI AU

Adisutjipto.

5. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penulis mengadakan penelitian yang dilaksanakan di Paroki Pangkalan

Santo Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto Yogyakarta. Waktu penelitian dilaksanakan Pada bulan Februari 2019.

6. Responden Penelitian

Responden dalam penelitian ini adalah Umat Kategorial yang berprofesi sebagai anggota Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara yang bertempat

tinggal di Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto. Terhitung dari 55

data umat kategorial yang diperoleh jumlah personel Katolik di Lingkungan Dinas

Aktif per September 2014 berjumlah 511 personel. Personel yang berjumlah 511 tersebut terdiri dari Purnawirawan berjumlah 284, Alumni AAU berjulah 103,

Lanud Adi berjumlah 75 dan AAU berjumlah 49 personel (data 2014). Karena situasi di lapangan tidak memungkinkan untuk mengambil data dari responden sesuai kesatuan masing-masing, Maka dari keseluruhan jumlah personel, dipilih

30 personel dari berbagai kesatuan yang berbeda serta mampu memberikan data yang diharapkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive

Sampling dan Snowball Sampling. Penggunaan Purposive Sampling ini berdasarkan pertimbangan tertentu, dalam hal ini Sugiono (2016:300) mengatakan bahwa “Purposive Sampling adalah teknik pengambilan sumber data dengan pertimbangan tertentu, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi objek/situasi sosial yang diteliti. Teknik

Snowball Sampling digunakan untuk lebih mendapatkan sampel data yang lengkap dan besar seperti halnya bola salju yang menggelinding semakin menjadi besar. Sugiono (2016:300) mengatakan bahwa “Snowball Sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data, yang pada awalnya jumlahnya sedikit, lama- lama menjadi besar karena sumber data yang sedikit itu tersebut belum mampu memberikan data yang lengkap, maka mencari orang lain lagi yang dpat

digunakan sebagai sumber data.” 56

7. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema.

(Moleong 2011: 280). Penulis menggunakan alat pengumpulan data berupa kuesioner. Sugiyono mengatakan bahwa “kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab” (Sugiyono, 2010: 199).

Penggunaan kuesioner ini dapat lebih efisien dan objektif bagi responden.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

Pemberian kuesioner dilengkapi dengan wawancara singkat dengan tiga pertanyaan untuk mendapatkan data dari reponden yang lebih mendalam

(Sugiyono, 2016: 194). Setelah mendapat data, penulis melaporkan data persentase dalam bentuk deskripsi. Sebagai tahap terakhir, penulis melakukan pemeriksaan data kembali setelah itu menafsirkan data dan memaknai dalam bentuk teori yang sesungguhnya berdasarkan hasil penelitian (Moleong, 2011:

247).

Penulis memperoleh persentase suara responden dengan cara membagi frekuensi suara masuk (F) dengan jumlah responden keseluruhan (N) kemudian dikalikan dengan 100% atau dengan rumus:

퐹 X 100% 푁

Keterangan 57

F : Suara Masuk 100% : Nilai Konstanta

N : Jumlah Responden

8. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini penulis memiliki dua variabel yang akan dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya. Sugiyono (2016: 61) mengatakan bahwa

“variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya.” Berikut adalah pengelompokan jumlah soal berdasar variabel yang akan diteliti :

Tabel. 4 Item soal berdasarkan aspek variabel

Item Soal No. Aspek Variabel Jumlah Pernyataan 1. Keikutsertaan Pembinaan Mental 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, Rohani Katolik 9, 10, 11, 12, 13, 14 14. 2. Keterlibatan Hidup Menggereja 15, 16, 17, 18, 19, sebagai rasul Awam 20, 21, 22, 23, 24, 15 25, 26, 27, 28, 29. Jumlah 29

9. Kisi-Kisi Penelitian

Kisi-kisi penelitian dijabarkan dalam tabel untuk dibagi menjadi item-soal,

penjabaran berdasarkan pembagian dalam variabel judul skripsi. Dari variabel – 58

variabel yang sudah ditentukan, penulis mengngelompokkan kembali berdasarkan indikator. Kemudian dari indikator yang telah ditentukan dapat dibagi menjadi beberapa item soal seperti pada tabel berikut :

Tabel. 5 Kisi-kisi Penelitian

No. Item Soal No. Variabel Indikator Jumlah Pernyataan 1. Keikutsertaan 1. Pemahaman Pembinaan Mental Pembinaan Mental 1, 2, 3, 4 4 Rohani Katolik Rohani Katolik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

2. Tujuan Pembinaan Mental 5, 6, 7, 8 4 Rohani Katolik 3. Makna Pembinaan Mental 9, 10, 11, 12 4 Rohani Katolik 4. Harapan untuk Pembinaan Mental 13 & 14 2 Rohani Katolik 2. Keterlibatan Hidup 1. Pemahaman Menggereja Keterlibatan Hidup 15, 16, 17, 18 4 Menggereja 2. Tujuan Keterlibatan Hidup 19, 20, 21, 22 4 Menggereja 3. Makna Keterlibatan Hidup 23, 24, 25, 26 4 Menggereja

59

4. Harapan dalam keterlibatan Hidup 27, 28 & 29 3 Menggereja Jumlah Item Soal Pernyataan 29

Pada pengumpulan data di lapangan penulis menggunakan teknik

Purposive Sampling, kemudian penulis menambah teknik pengumpulan data dengan melakukan wawancara. Sehingga pengumpulan data yang dilakukan di lapangan menggunakan dua teknik yang digabungkan yaitu Purposive Sampling dan Snowball Sampling. Penambahan teknik pengumpulan data dengan wawancara ini dimaksudkan untuk mengetahui hal-hal dari responden yang lebih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

mendalam dan jumlah respondenya sedikit/kecil (Sugiyono, 2016: 194). Selain itu juga penambahan teknik pengumpulan data wawancara ini di latarbelakangi karena dalam pengisian angket, responden cenderung objektif dan kaku sesuai kekhasan pribadi sebagai seorang prajurit. Oleh karena itu untuk mendapatkan data yang lebih lengkap dan mendalam, penulis melakukan pengumpulan data dengan melakukan interview (wawancara) kepada 7 responden dengan 3 pertanyaan yang di uraikan sesuai indikator yang di tentukan.

D. Laporan Hasil Penelitian

Pada bagian ini akan dilaporkan hasil penelitian melalui metode angket dan wawancara. Penelitian dilaksanakan selama bulan Februari 2019 di Gereja

Paroki Santo Mikael Pangkalan Adisutjipto. Responden penelitian berjumlah 30 orang, masing-masing di antaranya merupakan anggota militer aktif yang

berbeda-beda pangkat, tugas dan kesatuan namun tetap berdomisili di wilayah 60

Pangkalan Paroki Santo Mikael Adisutjipto.

Penelitan yang dilakukan menggunakan teknik sampling Purposive

Sampling dan Snowball Sampling dalam bentuk Angket dan wawancara. Hasil penelitian dari 30 responden di Paroki Santo Mikael Pangkalan tertera pada tabel berikut di bawah ini :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

1. Penelitian Angket (Purposive Sampling) a. Realita Pengaruh Keikutsertaan Pembinaan Mental Rohani Katolik di Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto.

Keterangan : STS : Sangat Tidak Setuju

TS : Tidak Setuju

N : Netral

S : Setuju

SS : Sangat Setuju

Tabel. 6 Keikutsertaan Pembinaan Mental Rohani Katolik N = 30

Jumlah No. Pernyataan Total STS TS N S SS 1. Keikutsertaan Pembinaan Mental 0 0 0 12 18 Rohani merupakan 100% (0%) (0%) (0%) (40%) (60%) 61 kewajiban yang harus dijalani TNI 2. Saya memahami pentingnya 0 0 0 15 15 keikutsertaan dalam 100% (0%) (0%) (0%) (50%) (50%) Pembinaan Mental Rohani 3. Dalam Pembinaan Mental Rohani 0 0 1 8 21 Katolik saya semakin 100% (0%) (0%) (3%) (27%) (70%) memahami ajaran agama Katolik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

Jumlah No. Pernyataan Total STS TS N S SS 4. Dalam Pembinaan Mental Rohani Katolik saya semakin memahami nilai luhur 0 0 0 11 19 100% agama dan semangat (0%) (0%) (0%) (37%) (63%) serta moralitas prajurit dalam menjalankan tugas 5. Melalui Pembinaan Mental Rohani Katolik saya dapat mewujudkan mental 0 0 0 10 20 yang memiliki 100% (0%) (0%) (0%) (33%) (67%) keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha

62

Esa 6. Pembinaan Mental Rohani hanya sebagai 15 12 0 2 1 formalitas TNI 100% (50%) (40%) (0%) (7%) (3%) sebagai umat beragama 7. Pembinaan Mental Rohani Katolik bertujuan agar TNI 0 0 1 7 22 100% taat menjalankan (0%) (0%) (3%) (23%) (73%) ibadah sesuai ajaran agama yang dianutnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

Jumlah No. Pernyataan Total STS TS N S SS serta berbudi pekerti luhur (berakhlak mulia)

8. Pembinaan Mental Rohani bertujuan hanya sekedar 7 18 0 3 2 100% meningkatkan (23%) (60%) (0%) (10%) (7%) keimanan kepada Tuhan 9. Keikutsertaan dalam Pembinaan Mental Rohani Katolik 0 1 0 18 11 100% Memiliki makna (0%) (3%) (0%) (60%) (37%) spiritual dalam hidup saya

10. Pembinaan Mental 63

Rohani Katolik 0 0 0 12 18 100% mempertinggi moral (0%) (0%) (0%) (40%) (60%) dan akhlak yang luhur 11. Pembinaan Mental Rohani Katolik 4 18 1 2 5 bermakna bagi 100% (13%) (60%) (3%) (7%) (17%) hubungan manusia dengan Tuhan saja 12. Pembinaan Mental Rohani sebagai usaha 0 1 0 13 16 100% untuk memelihara dan (0%) (3%) (0%) (43%) (53%) meningkatkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

Jumlah No. Pernyataan Total STS TS N S SS keimanan kepada Tuhan 13. Saya berharap Pembinaan Mental Rohani Katolik dapat dikemas dengan lebih 0 0 0 17 13 100% menarik agar (0%) (0%) (0%) (57%) (43%) mencapai kedalaman iman bagi setiap anggota 14. Saya berharap Pembinaan Mental Rohani semakin 0 0 0 13 17 100% Memiliki kontribusi (0%) (0%) (0%) (43%) (57%) yang lebih dalam membatu sesama

64

Tabel di atas memperlihatkan mengenai sejauh mana pengaruh keikutsertaan prajurit TNI Katolik di Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI AU

Adisutjipto. Berdasarkan penelitian yang diperoleh dari pernyataan no 1. Penulis melihat bahwa 18 (60%) responden menyatakan sangat setuju bahwa keikutsertaan Pembinaan Mental Rohani merupakan kewajiban yang harus dijalani TNI. Pada pernyataan no. 2, terdapat 15 (50%) reponden menyatakan setuju dan 15 (50%) lainya menyatakan sangat setuju bahwa responden memahami pentingnya keikutsertaan dalam Pembinaan Mental Rohani.

Pernyataan no. 3, terdapat sebanyak 21 (70%) responden menyatakan sangat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

setuju bahwa dalam Pembinaan Mental Rohani Katolik responden semakin memahami ajaran agama Katolik.

Kemudian pada pernyataan no. 4 terdapat 19 (63%) responden menyatakan sangat setuju bahwa dalam Pembinaan Mental Rohani Katolik responden semakin memahami nilai luhur agama dan semangat serta moralitas prajurit dalam menjalankan tugas. Pernyataan no. 5 terdapat 20 (67%) responden menyatakan sangat setuju bahwa melalui Pembinaan Mental Rohani Katolik responden dapat mewujudkan mental yang memiliki keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan

Yang Maha Esa. Pada pernyataan no.6 terdapat 15 (50%) menyatakan sangat tidak setuju apabila Pembinaan Mental Rohani hanya sebagai formalitas TNI sebagai umat beragama. Sedangkan pada pernyataan no. 7 terdapat sebanyak 22 (73%) menyatakan sangat setuju bahwa Pembinaan Mental Rohani Katolik bertujuan agar TNI taat menjalankan ibadah sesuai ajaran agama yang dianutnya serta

berbudi pekerti luhur (berakhlak mulia). 65

Kemudian pada pernyataan no. 8 terdapat 18 (60%) responden menyatakan tidak setuju bahwa Pembinaan Mental Rohani bertujuan hanya sekedar meningkatkan keimanan kepada Tuhan. Pada pernyataan no. 9 terdapat sebanyak

18 (60%) responden menyatakan setuju bahwa Pembinaan Mental Rohani bertujuan hanya sekedar meningkatkan keimanan kepada Tuhan. Kemudian pada pernyataan no. 10 terdapat 18 (60%) responden menyatakan sangat setuju bahwa

Pembinaan Mental Rohani Katolik mempertinggi moral dan akhlak yang luhur.

Sedangkan pada pernyataan no. 11 terdapat sebanyak 18 (60%) responden menyatakan tidak setuju bahwa Pembinaan Mental Rohani Katolik bermakna bagi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

hubungan manusia dengan Tuhan saja. Dalam pernyataan no. 12 ada 16 (53%) responden menyatakan sangat setuju dengan Pembinaan Mental Rohani sebagai usaha untuk memelihara dan meningkatkan keimanan kepada Tuhan. Kemudian pada pernyataan no. 13 dan no. 14 terdapat sama-sama 17 responden yang menjawab setuju 57% pada no. 13, dan sangat setuju 57% pada no. 14.

b. Keterlibatan hidup menggereja Tentara Katolik di Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto Keterangan :

STS : Sangat Tidak Setuju

TS : Tidak Setuju

N : Netral

S : Setuju

SS : Sangat Setuju

66

Tabel. 7 Keterlibatan Hidup menggereja N = 30

Jumlah No. Pernyataan Total STS TS N S SS 15. Wujud dari Pembinaan Mental 0 0 0 16 14 Rohani merupakan 100% (0%) (0%) (0%) (53%) (47%) keterlibatan dalam hidup menggereja 16. Keterlibatan hidup 0 0 0 11 19 menggereja atas dasar 100% (0%) (0%) (0%) (37%) (63%) cinta kasih yang nyata

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

Jumlah No. Pernyataan Total STS TS N S SS 17. Sebagai TNI Katolik saya sudah terlibat 0 0 1 15 14 100% dalam hidup (0%) (0%) (3%) (50%) (47%) menggereja 18. TNI Katolik memahami 0 0 0 13 17 pentingnya 100% (0%) (0%) (0%) (43%) (57%) keterlibatan hidup menggereja 19. Tujuan dari hidup menggereja juga 0 0 0 17 13 merupakan tujuan dari 100% (0%) (0%) (0%) (57%) (43%) Pembinaan Mental Rohani Katolik 20. Hidup menggereja sebagai panggilan dan 0 0 0 17 13 100% 67

perutusan umat (0%) (0%) (0%) (57%) (43%) beragama 21. Keterlibatan hidup menggereja bertujuan untuk mengajak TNI 0 0 0 13 17 100% ikut ambil bagian (0%) (0%) (0%) (43%) (57%) dalam karya keselamatan Allah 22. Keterlibatan hidup menggereja 0 0 0 12 18 100% sepenuhnya saya (0%) (0%) (0%) (40%) (60%) jalani atas dasar iman

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

Jumlah No. Pernyataan Total STS TS N S SS kepada Tuhan

23. Saya memaknai keterlibatan hidup 0 2 3 15 10 menggereja 100% (0%) (7%) (10%) (50%) (33%) merupakan tugas sebagai rasul awam 24. Dalam hidup menggereja, saya 0 0 1 17 12 100% dapat memaknai (0%) (0%) (3%) (57%) (40%) paggilan sebagai TNI 25. Dengan hidup menggereja saya 8 memaknai hubungan 0 0 0 22 (27%) 100% manusia dengan (0%) (0%) (0%) (73%) 68 Tuhan dan manusia dengan sesama 26. Makna dari hidup menggereja bagi TNI Katolik mampu 0 0 0 12 18 100% membentuk mental (0%) (0%) (0%) (40%) (60%) rohani dan semakin beriman dewasa 27. Dengan hidup

menggereja saya dapat 0 0 0 12 18 100% memberikan (0%) (0%) (0%) (40%) (60%) kontribusi atas dasar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

Jumlah No. Pernyataan Total STS TS N S SS iman dalam bentuk pelayanan murah hati

28. Keterlibatan hidup menggereja sebagai 0 0 0 15 15 100% sebuah kewajiban bagi (0%) (0%) (0%) (50%) (50%) TNI beragama Katolik 29. Pentingkah meningkatkan 0 0 0 12 18 keterlibatan hidup 100% (0%) (0%) (0%) (40%) (60%) menggereja bagi TNI di masa depan

Dari tabel di atas pada no. 15 di ketahui bahwa wujud dari Pembinaan

69

Mental Rohani merupakan keterlibatan dalam hidup menggereja terdapat 16

(53%) responden menyatakan setuju. Pada pernyataan no. 16 ada 19 (63%) responden menyatakan sangat setuju bahwa dalam menjalani keterlibatan hidup menggereja atas dasar cinta kasih yang nyata. Kemudian pada pernyataan no. 17 terdapat 15 (50%) menyatakan setuju bahwa sebagai TNI Katolik responden sudah terlibat dalam hidup menggereja. Pernyataan no. 18 terdapat 17 (57%) responden menyatakan sangat setuju bahwa TNI Katolik memahami pentingnya keterlibatan hidup menggereja.

Kemudian pada pernyataan no. 19 dan no. 20 terdapat perolehan data jumlah dan responden dan persentase yang sama yakni dari 17 (57%) responden

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

menyatakan setuju bahwa no. 19 tujuan dari hidup menggereja juga merupakan tujuan dari Pembinaan Mental Rohani Katolik, dan pada no. 20 setuju bahwa hidup menggereja sebagai panggilan dan perutusan umat beragama. Pada pernyataan no. 21 terdapat 17 (57%) responden menyatakan sangat setuju bahwa keterlibatan hidup menggereja bertujuan untuk mengajak TNI ikut ambil bagian dalam karya keselamatan Allah. Pada no. 22 responden menyatakan sangat setuju bahwa keterlibatan hidup menggereja sepenuhnya responden jalani atas dasar iman kepada Tuhan, terdapat sebanyak 17 (60%) responden. Kemudian pada pernyataan no. 23 ada 15 (50%) responden menyatakan setuju bahwa responden memaknai keterlibatan hidup menggereja merupakan tugas sebagai rasul awam.

Sedangkan pada pernyataan bahwa dalam hidup menggereja, responden dapat memaknai paggilan sebagai TNI no. 24, terdapat 17 (57%) pernyataan setuju dari responden.

Pada pernyataan no. 25, terdapat sebanyak 22 (73%) responden menyatakan 70

sangat setuju bahwa dengan hidup menggereja responden memaknai hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan sesama. Kemudian pada pernyataan no. 26 mengenai makna dari hidup menggereja bagi TNI Katolik mampu membentuk mental rohani dan semakin beriman dewasa, terdapat 18 (60%) responden menyatakan sanagat setuju. Selanjutnya pada pernyataan no. 27 terdapat 18 (60%) responden menyatakan sangat setuju bahwa dengan hidup menggereja responden dapat memberikan kontribusi atas dasar iman dalam bentuk pelayanan murah hati. Pada pernyataan no. 28 terdapat data yang sama yakni 15

(50%) responden menyatakan setuju dan 15 (50%) responden menyatakan sangat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

setuju. Kemudian pada pernyataan terakhir no. 29 mengenai pentingnya meningkatkan keterlibatan hidup menggereja bagi TNI di masa depan mendapat pernyataan setuju dari 18 (60%) responden.

2. Penelitian Wawancara (Snowball Sampling)

Pada bagian ini akan di laporkan hasil wawancara langsung dengan responden umat yang berstus TNI aktif. Responden umat TNI aktif yang di wawancarai ini berjumlah 7 orang yang berbeda pangkat maupun kesatuan.

Interview (wawancara) dilakukan dengan 3 pertanyaan yang telah ditentukan berdasarkan indikator dari variabel penelitian. Teknik pengumpulan data ini bermaksud supaya penulis mendapatkan data yang lebih banyak, lengkap dan mendalam. Berikut Instrumen Pertanyaan wawancara dan hasil jawaban dari reponden umat:

71

a. Instrumen Pertanyaan

Tabel. 8 Instrumen Pertanyaan

No Instrumen Pertanyaan 1. Makna Pembinaan Mental Rohani bagi bapak/ibu sebagai prajurit TNI? Apakah dengan adanya Pembinaan Mental Rohani bapak/ibu semakin 2. terlibat dalam hidup menggereja? Mengapa? Apa harapan bapak/ibu kepada Paroki Santo Mikael terkait kegiatan 3. Pembinaan Mental Rohani di Pangkalan TNI Adisutjipto?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

b. Hasil Wawancara Responden Umat

Berdasarkan hasil wawancara RU dapat menjawab pertanyaan mengenai pemahaman makna Pembinaan Mental Rohani pada soal pertanyaan nomor 1.

RU1 memaknai Pembinaan Mental Rohani sebagai sarana untuk ambil bagian dalam karya gereja. Menurut RU1 TNI diberi kesempatan beribadah sesuai agama dan kepercayaan dalam waktu tertentu, rata-rata seminggu sekali sehingga dalam pembinaan itu tentara Katolik bisa berkumpul dan saling meneguhkan iman.

Menurut RU2, RU3, RU5 dan RU7 Pembinaan Mental Rohani Katolik dimaknai sebagai sarana untuk mempertebal dan menguatkan iman.

Pembinaan Mental Rohani Katolik juga dimaknai sebagai sistem pengendalian diri seorang prajurit sehingga dapat melayani dan menghindari penyimpangan. Pembinaan Mental Rohani Katolik dimaknai sebagai sarana menambah wawasan iman hidup menggereja oleh RU4 dan RU6. RU4 dan RU6

mengungkapkan bahwa selama bergulat sebagai TNI terlalu banyak kegiatan yang 72

menyita waktu, oleh karena itu dengan Pembinaan Mental Rohani Katolik ini merupakan kesempatan bagi RU4 dan RU6 untuk dapat membantu menambah pengetahuan iman dari keterbatasanya waktu.

Pada pertanyaan nomor 2, RU menjawab dan menjelaskan mengenai pengaruh Pembinaan Mental Rohani terhadap RU apakah semakin terlibat dalam hidup menggereja. Menurut RU1 dengan adanya Pembinaan Mental Rohani RU1 semakin terpanggil dalam hidup menggereja. RU1 juga megatakan di manapun kita berada kita sebagai minoritas, RU1 sebagai senior harus mampu memberi contoh dan mampu menggerakkan junior. RU2, RU5, dan RU7 mengungkapkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

bahwa dengan adanya Pembinaan Mental Rohani mereka lebih terlibat dan senang melayani.

Bagi mereka, terlibat untuk melayani merupakan relevasi dari ajaran agama selain itu juga RU7 mengungkapkan bahwa dalam melayani juga tidak itung-itungan karena dengan sepenuh hati dan siap melaksanakan. RU3 menjelaskan bahwa dengan adanya Pembinaan Mental Rohani RU3 semakin giat dalam hidup menggereja karena ada tambahan-tambahan ilmu dari teman atau katekis yang membimbing. Selain itu RU3 juga mendapat semangat dan lebih dalam merasul atau melayani. Menurut RU4 dengan adanya Pembinaan Mental

Rohani, RU4 akan lebih-lebih lagi dalam hidup menggereja. RU4 mengatakan bahwa hidup menggereja tidak hanya aktif tugas di gereja tetapi juga ikut serta dalam kegiatan anjangsana terhadap saudara di panti asuhan dan panti jompo.

RU6 mengungkapkan bahwa dalam hidup menggereja secara pribadi belum

maksimal, namun dengan adanya kegiatan Pembinaan Mental Rohani RU6 73

mengatakan lebih tau dan tertarik dalam hidup menggereja.

Pada soal pertanyaan nomor 3, RU mengungkapkan harapan kepada

Paroki Santo Mikael terkait kegiatan Pembinaan Mental Rohani di Pangkalan TNI

AU Adisutjipto. RU1 dan RU2 mengungkapkan harapannya bahwa paroki dapat memberi perhatian kepada anggota TNI AU yang tinggal di komplek. Romo paroki sebagai gembala umat dapat menembus sekat senior dan junior di tentara untuk dapat terlibat kedalam pergumulan supaya semakin banyak anggota yang datang. Harapan RU3 untuk paroki Santo Mikael agar umat Katolik di Paroki

Pangkalan semakin giat dan rajin kegiatan menggereja dan semakin percaya diri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

terhadap Yesus Kristus sebagai juru selamat kita dan memberikan kesejukan iman terhadap perajurit, karyawan dan masyarakat sekitarnya. RU4, RU5, dan RU7 mengungkapkan harapannya yaitu supaya paroki dapat lebih maju, dalam menggembalakan umat-Nya, menjadi sarana bagi TNI yang menggerakkan untuk saling mewujudkan tindakan kasih nyata, dan menjadi garam bagi yang lainnya.

RU4 dan RU7 juga mengungkapkan harapannya agar paroki lebih giat dalam mengadakan kegiatan kerohanian, memberi wawasan realitas hidup secara injili kepada umat dan menjadi sumber inspirasi serta sistem kontrol untuk hal-hal yang tidak baik. Berbeda dengan harapan RU lainya, RU6 mengharapkan kepada paroki agar Pembinaan Mental Rohani lebih terprogram kembali. Dengan terprogram kembalinya Pembinaan Mental Rohani RU6 mengharapkan agar materi yang akan dibahas dalam Pembinaan Mental Rohani lebih terjadwal sehingga tentara Katolik tidak asal berangkat dan sharing, melainkan juga

memiliki materinya dan dapat menyiapkan materi yang akan disharingkan. 74

E. Pembahasan Hasil Penelitian Kuesioner dan Wawancara

Pembahasan hasil penelitian ini berdasarkan data dari penelitian angket dan wawancara mengenai sejauh mana pengaruh keikutsertaan dalam Pembinaan

Mental Rohani Katolik terhadap keterlibatan hidup menggereja di Paroki Santo

Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto sebagai rasul awam. Dalam hal keikutsertaan Pembinaan Mental Rohani, dari data yang diperoleh terdapat 18

(60%) responden menyatakan sangat setuju dan 12 (40%) menyatakan setuju bahwa keikutsertaan Pembinaan Mental Rohani merupakan kewajiban yang harus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

dijalani TNI. Dari data ini disimpulkan bahwa semua responden menyadari kewajiban mereka untuk ikut serta dalam Pembinaan Mental Rohani sebagai umat beragama yang memiliki kewajiban beribadah dalam lingkup panggilannya sebagai prajurit TNI.

Dengan ikut serta Pembinaan Mental Rohani, diharapkan setiap prajurit

TNI juga dapat memahai pentingnya keikutsertaan Pembinaan Mental Rohani bagi kebutuhan hidup beragamanya. Berdasarkan data yang diperoleh mengenai pemahaman pentingnya keikutsertaan Pembinaan Mental Rohani terdapat jumlah persentase yang sama yakni setuju dan sangat setuju berjumlah 15 (50%) reponden.

Hidup beragama yang utama ialah meliputi keimanan kepada Tuhan Yang

Maha Esa, keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa inilah yang menjadi tujuan dari Pembinaan Mental Rohani, seperti yang tertulis dalam buku petunjuk induk

Pembinaan Mental TNI Pinaka Baladika (2012:8) dikatakan bahwa tujuan 75

Pembinaan Mental Rohani ialah mewujudkan mental yang memiliki keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Berdasarkan tujuan tersebut terdapat jumlah data yang menunjukkan bahwa 20 (67%) responden menyatakan sangat setuju dan sisanya 10 (33%) menyatakan setuju. Hal ini menunjukkan bahwa semua responden paham tujuan dari Pembinaan Mental Rohani itu sendiri.

Selain memiliki pemahaman pentingnya keikutsertaan dan tujuan dari Pembinaan

Mental Rohani, responden juga diharapkan dapat memaknai Pembinaan Mental

Rohani itu sendiri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76

Dari data yang diperoleh di lapangan terdapat perolehan 18 (60%) responden menyatakan setuju bahwa Pembinaan Mental Rohani memiliki makna spiritual dalam hidup responden. Makna spiritual dalam hidup inilah yang disebut hidup rohani atau dalam penerapanya kepada keterlibatan dalam hidup menggereja. Dikarenakan setiap prajurit TNI khususnya yang Katolik memiliki waktu terbatas untuk beribadah sebab banyak kegiatan yang menyita waktu, oleh karena itu dengan adanya Pembinaan Mental Rohani Katolik merupakan kesempatan menambah wawasan serta pengetahuan iman sehingga dapat mempertebal dan menguatkan iman. Selain untuk menambah pengetahuan iman, agar imanya semakin kuat, Pembinaan Mental Rohani juga dimaknai sebagai sistem pengendalian diri untuk menghindari penyimpangan-penyimpangan dan ikut ambil bagian dalam karya gereja.

Dengan ikut serta dalam Pembinaan Mental Rohani tentara Katolik

diharapkan dapat berpengaruh dalam kehidupan menggereja. Oleh karena itu 76

sebagai paroki diharapkan menjadi wadah bagi umat kategorial TNI AU untuk berkumpul dalam persekutuan umat Allah sehingga dapat berbuat kasih melayani

Tuhan dan sesama. Dengan demikian 17 (57%) responden menyatakan sangat setuju bahwasannya mereka memiliki harapan terhadap Pembinaan Mental

Rohani agar semakin memiliki kontribusi yang lebih dalam membantu sesama.

Dengan harapan paroki sebagai tempat bersekutunya umat Allah khususnya tentara Katolik, yang nantinya hidup dalam kasih dan melayani perlu dievaluasi sejauhmana keterlibatan hidup menggereja sudah menjadi bagian dalam karya hidup prajurit TNI AU Katolik. Dalam hal keterlibatan hidup menggereja penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77

memperoleh data sebanyak 15 (50%) responden menyatakan setuju bahwa sebagai

TNI Katolik responden sudah terlibat dalam hidup menggereja.

Dari data tersebut dapat diartikan masih ada yang belum terlibat sepenunya ada pula yang sudah terlibat dalam hidup menggereja. Responden yang sudah terlibat dalam hidup menggereja mengungkapkan alasanya karena merasa semakin terpanggil dalam melayani dengan sepenuh hati. Hidup menggereja juga dimaknai oleh responden sebagai relevansi ajaran agama yaitu cinta kasih dengan melayani. Selain itu hidup menggereja juga merupakan relevansi dari Sapta Marga nilai ke 3 yang berbunyi “Kami Kesatria Indonesia yang bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, serta membela kejujuran, kebenaran dan keadilan”. Terdapat 17

(57%) responden menyatakan sangat setuju bahwa keterlibatan hidup menggereja bertujuan untuk mengajak TNI ikut ambil bagian dalam karya keselamatan Allah.

Sebagai seorang prajurit TNI Katolik juga merupakan hidup dalam panggilan

khusus, panggilan untuk mengabdikan diri bagi Gereja dan bangsa. Diharapkan 77

dengan panggilan ini setiap prajurit TNI yang ikut serta dalam keterlibatan hidup menggereja semakin memaknai panggilannya.

Dalam hal pemaknaan panggilan sebagai TNI Katolik kaitanya dengan hidup menggereja terdapat 17 (57%) responden menyatakan setuju bahwasannya sebagian dari mereka memaknai panggilan perutusannya. Dengan ikut serta dalam

Pembinaan Mental Rohani Katolik hingga relevansinya pada keterlibatan hidup menggereja, setiap prajurit TNI AU Katolik memiliki harapan untuk lebih terlibat dalam hidup menggereja. Dalam wawancara responden mengungkapkan harapannya kepada paroki maupun romo paroki agar memberi perhatian kepada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

78

anggota TNI AU yang tinggal di komplek untuk dapat menggembalakan umatnya, sehingga paroki lebih maju dalam menggembalakan umatnya hingga akhirnya menjadi paroki sebagai garam bagi yang lainnya. Harapan kepada paroki dengan kaitannya kegiatan Pembinaan Mental Rohani ini ialah agar paroki semakin giat dan rajin dalam mengadakan kegiatan kerohanian, memberi wawasan realitas hidup secara Injili. Sehingga umat yang aktif dalam kegiatan menggereja dapat semakin percaya diri terhadap Yesus Kristus sebagai juru selamat kita dan mendapatkan kesejukan iman terhadap prajurit dalam panggilannya, karyawan dan masyarakat sekitarnya.

Hal ini juga ditunjukkan berdasarkan data yang diperoleh sesuai pada pernyataan terakhir dalam angket mengenai pentingnya meningkatkan keterlibatan hidup menggereja bagi TNI di masa depan mendapat pernyataan setuju dari 18

(60%) responden.

78

F. Kesimpulan Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Keikutsertaan TNI AU Katolik dalam Pembinaan Mental Rohani Katolik di

Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto berpengaruh terhadap semangat hidup menggereja. Dengan adanya kegiatan Pembinaan Mental Rohani

Katolik, Tentara Katolik semakin terpanggil untuk melayani dalam kehidupan menggereja. Ikut serta dalam Pembinaan Mental Rohani juga berpengaruh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

79

terhadap bertambahnya ilmu pengetahuan dan wawasan iman dari teman, katekis maupun romo.

2. Keterlibatan tentara Katolik Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI AU

Adisutjipto dalam hidup menggereja sebagai rasul awam sudah baik dan sudah mulai tumbuh benih-benih kesadaran lebih terlibat untuk melayani. Meski belum semua dapat terlibat dalam hidup menggereja, banyak di antaranya tentara Katolik sadar akan tugas dan kewajibanya sebagai rasul awam.

3. Tentara Katolik mengemukakan bahwa mereka ingin lebih diperhatikan oleh paroki maupun romo. Yang dimaksudkan dengan ingin lebih diperhatikan ini ialah, harapannya paroki lebih maju dan giat mengadakan kegiatan kerohanian agar menjadi gembala umatnya guna memberi wawasan hidup secara Injili. Selain itu juga berdasar data yang diperoleh dari angket 12 (40%) responden menyatakan setuju dan 18 (60%) responden menyatakan sangat setuju dengan pernyataan

pentingnya meningkatkan keterlibatan hidup menggereja bagi TNI di masa depan. 79

Responden juga mengungkapkan perlunya Pembinaan Mental Rohani yang lebih terprogram lagi, demi tercapainya Pembinaan Mental Rohani yang ideal dan baik bagi semangat hidup menggereja Tentara Katolik.

G. Refleksi Kateketis

Sebagai prajurit TNI yang profesional, setiap prajurit harus selalu menghidupi disiplin TNI dalam tata kehidupan. Dalam disiplin TNI terdapat Tri-

Setia yang pada nilai pertama harus dihidupi ialah “setia kepada amanat Tuhan

Yang Maha Esa”. Adapun dalam Sapta Marga juga ditekankan dalam nilai yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80

ketiga mengenai ke-Tuhanan yang berbunyi “Kami kesatria Indonesia, yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta membela kejujuran, kebenaran dan keadilan”. Pernyataan dalam Disiplin TNI dan Sapta Marga tersebut mengandung nilai religiositas yang harus dijalankan dalam kehidupan sebagai seorang prajurit

TNI oleh karena itu setiap prajurit harus memiliki iman akan Tuhan dalam setiap tugas perutusannya. Sebagai prajurit TNI Katolik yang profesional, mereka harus sadar akan tugasnya untuk mengabdikan diri bagi Gereja dan bangsa. Sikap prajurit TNI Katolik yang selalu menyertakan Tuhan dalam setiap tugas perutusannya merupakan perwujudan iman dari tugas mereka untuk mengabdikan diri bagi Gereja dan bangsa.

Tugas sebagai warga negara sudah dijalankan dengan menjadi prajurit

TNI. Demikian juga halnya sebagai warga Gereja, TNI menjalankan tugasnya sebagai rasul awam. Sebagai rasul awam yang baik, TNI Katolik diharapkan

memahami kewajibannya untuk ikut serta dalam pembinaan mental rohani. 80

Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian, keikutsertaan dalam pembinaan mental rohani berpengaruh terhadap spiritualitas TNI Katolik. Semakin mereka aktif mengikuti pembinaan mental rohani, iman mereka semakin diteguhkan, pengetahuan iman mereka semakin luas, dan semakin memahami isi dari Kitab

Suci.

Dengan pengetahuan iman yang semakin luas, mereka disadarkan akan tujuan hidup mereka yaitu untuk mengasihi Tuhan dan sesama seperti sabda

Tuhan Yesus, “Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu” (Mat 22:37) dan “kasihilah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

81

sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Mat 22:39). Dengan kasih yang semakin mendalam, mereka semakin sadar dan mau memenuhi kewajiban mereka sebagai rasul awam untuk terlibat dalam kehidupan menggereja. Bentuk dari kehidupan menggereja itu misalnya mau menjadi prodiakon, ketua lingkungan, katekis dan juga mau terlibat dalam tugas-tugas gerejawi lainnya. Keterlibatan itu menjadi salah satu wujud konkret dalam mengasihi serta melayani Tuhan dan sesama manusia. Dengan terlibat dalam hidup menggereja TNI Katolik dapat dikatakan ikut ambil bagian dalam mewujudkan panca tugas Gereja yang terdiri dari Persekutuan (Koinonia), Peribadahan (Leitourgia), Pewartaan (Kerygma),

Pelayanan (Diakonia), Kesaksian (Martyria).

Oleh karena itu untuk menjadi prajurit TNI Katolik yang baik, diharapkan mereka dapat terus terlibat dalam kegiatan menggereja misalnya ikut serta dalam

Pembinaan Mental Rohani Katolik hingga akhirnya dapat terlibat dalam

pelayanan maupun aktif dalam kegiatan menggereja lainya. Keterlibatan dalam 81

hidup menggereja merupakan ungkapan dari iman seperti yang dikatakan oleh

Rasul Yakobus “Demikian juga halnya dengan iman: jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu akan mati” (Yak 2:17). Dengan ikut serta dalam

Pembinaan Mental Rohani Katolik, setiap prajurit menjadi semakin peka hati nuraninya. Dengan begitu, mereka semakin mampu hidup dipimpin oleh Roh dalam tugas dan perutusannya dalam terang iman Katolik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

82

BAB IV

PROGRAM KEGIATAN SARASEHAN PEMBINAAN MENTAL ROHANI UNTUK MENINGKATKAN KETERLIBATAN HIDUP MENGGEREJA TNI KATOLIK DI PAROKI SANTO MIKAEL PANGKALAN TNI AU ADISUTJIPTO

Pada bab III penulis telah memaparkan hasil dan pembahasan penelitian mengenai pengaruh keikutsertaan dalam Pembinaan Mental Rohani Katolik terhadap keterlibatan hidup menggereja. Berdasarkan penelitian dapat dilihat bahwa responden yang ikut serta dalam Pembinaan Mental Rohani Katolik semakin terpanggil untuk melayani dan terlibat dalam kehidupan menggereja.

Pembinaan Mental Rohani juga berpengaruh terhadap bertambahnya ilmu pengetahuan dan wawasan iman dari teman, katekis maupun romo. Sehingga tentara Katolik yang ikut serta dalam Pembinaan Mental Rohani Katolik semakin

sadar akan tugas dan kewajibanya sebagai rasul awam. Responden juga 82

mengungkapkan harapannya kepada paroki agar lebih maju dan giat mengadakan kegiatan kerohanian serta perlunya Pembinaan Mental Rohani yang lebih terprogram lagi.

Pada bab IV ini, penulis memberikan usulan kegiatan sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian yang diperoleh. Harapannya usulan kegiatan ini dapat membantu tentara Katolik semakin aktif ikut serta dalam Pembinaan Mental

Rohani Katolik sehingga dapat semakin juga terlibat dalam hidup menggereja.

Pada Bab IV ini terdiri dari latar belakang pemilihan kegiatan, tujuan kegiatan, usulan kegiatan, usulan tema, matriks dan penjabaran proses kegiatan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

83

A. Pentingnya Kegiatan Sarasehan Pembinaan Mental Rohani

Berdasarkan hasil penelitian dan juga menanggapi kebutuhan dari responden, maka penulis memberikan usulan program Sarasehan Pembinaan

Mental Rohani Katolik. Oleh karena itu untuk lebih memahami kegiatan

Sarasehan Pembinaan Mental Rohani Katolik penulis memaparkan uraian pentingnya kegiatan Sarasehan Pembinaan Mental Rohani Katolik. Sarasehan merupakan kegiatan pertemuan yang baik dilaksanakan untuk mendengarkan informasi dari seorang yang ahli dalam sebuah forum pembicaraan yang disertai sharing untuk membahas topik kegiatan kerohanian. Kegiatan kerohanian yang dimaksud dalam hal ini dikemas sebagi Sarasehan Pembinaan Mental Rohani

Katolik. Sarasehan Pembinaan Mental Rohani Katolik berisikan kegiatan yang memberi informasi pengetahuan iman Katolik dari berbagai sumber guna mengembangkan iman TNI Katolik akan panggilannya mengenai tugas dan

kewajiban sebagai warga Gereja dan negara. 83

Pentingnya kegiatan Sarasehan Pembinaan Mental Rohani Katolik dalam konteks lingkungan militer ialah yang pertama dari segi waktu yang lebih efisien.

Pengadaan kegiatan Sarasehan Pembinaan Mental Rohani Katolik dari segi waktu dapat mengikuti jadwal kegiatan Pembinaan Mental Rohani pada umumnya sesuai jadwal kegiatan di kesatuan tugas masing-masing. Pentingnya Sarasehan

Pembinaan Mental Rohani Katolik yang kedua ialah pengemasan kegiatan yang lebih sistematis, padat, jelas dan menarik sesuai kebutuhan umat. Selain itu juga dengan kegiatan ini dapat dipastikan umat lebih tertarik untuk ikut serta secara mendalam karena dalam pelaksanaan, umat sudah tahu atau memiliki jadwal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

84

proses jalannya kegiatan berdasarkan sesi dan materi. Umat juga dibagikan lembar materi sesuai sesi agar umat dapat mengikuti jalannya kegiatan dengan lebih mendalam. Dengan kegiatan Sarasehan Pembinaan Mental Rohani Katolik ini juga diharapkan umat dapat semakin memaknai panggilannya dalam terang iman

Katolik sehingga semakin terlibat aktif dalam hidup menggereja.

1. Persiapan

Hal yang perlu dipersiapkan oleh paroki terkait kegiatan Sarasehan

Pembinaan Mental Rohani Katolik ialah materi, jadwal dan komunikasi ke masing-masing satuan tugas TNI AU Katolik di Paroki Santo Mikael Pangkalan

Adisutjipto. Persiapan materi dapat dibicarakan bersama dalam periode tertentu mengikuti kebutuhan paroki atau kalender liturgi. Dalam hal ini materi yang akan diberikan bersifat situasional, namun perlu persiapan yang matang baik juga untuk

sarana dan bahan yang diperlukan. 84

Hal lain yang perlu dipersiapkan ialah jadwal pelaksanaan kegiatan

Sarasehan Pembinaan Mental Rohani Katolik. Jadwal dapat ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama baik paroki maupun satuan tugas, namun dapat digarisbawahi bahwa kegiatan Sarasehan Pembinaan Mental Rohani Katolik hanya dapat menggantikan jadwal kegiatan Pembinaan Mental Rohani atau yang biasa mereka sebut Binroh yang dilaksanakan secara rutian biasanya. Jadwal kegiatan Sarasehan Pembinaan Mental Rohani Katolik dapat menggantikan kegiatan Binroh dikarenakan jadwal kegiatan prajurit TNI sangatlah padat.

Bahkan berdasarkan hasil penelitian responden menyatakan bahwa dengan adanya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

85

kegiatan Binroh ini mereka lebih terbantu dalam menambah pengetahuan iman selain dalam Ekaristi, karena Binroh ini merupakan kesempatan yang baik dibalik jadwal kegiatan mereka yang begitu padat.

Selain itu persiapan lain juga merupakan komunikasi, untuk merancang kegiatan Sarasehan Pembinaan Mental Rohani Katolik kedepannya membutuhkan pertemuan yang harus dilaksanakan guna membahas persiapan. Komunikasi yang dimaksudkan ialah dalam bentuk kesepakatan bersama yang dikomunikasikan oleh romo paroki, dewan paroki, bidang katekese, maupun bidang Binroh atau siapapun yang memiliki kehendak dalam hal pelaksanaan kegiatan ini. Dalam pelaksanaannya komunikasi ini juga dilakukan untuk menyamaratakan penentuan tema umun kegiatan di setiap satuan tugas TNI AU dalam Paroki Santo Mikael

Pangkalan Adisutjipto.

2. Kesimpulan 85

Kegiatan Sarasehan Pembinaan Mental Rohani Katolik sangat penting bagi kebutuhan TNI AU Katolik di Paroki Santo Mikael Pangkalan Adisutjipto saat ini.

Kegiatan ini perlu dipersiapkan dengan baik apabila akan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh untuk kepentingan hidup spiritual TNI Katolik. Kegiatan ini juga merupakan tanggapan atas apa yang dibutuhkan umat TNI Katolik saat ini juga sehingga dapat memberi kesejukan iman terhadap prajurit. Dengan demikian

Sarasehan Pembinaan Mental Rohani Katolik juga dapat menjadi sarana bagi

Gereja untuk dapat membangkitkan semangat Pro Ecclesia et Patria bagi TNI

Katolik di Paroki Santo Mikael Pangkalan Adisutjipto

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

86

B. Usulan Kegiatan Sarasehan Pembinaan Mental Rohani

1. Latar belakang usulan kegiatan Sarasehan Pembinaan Mental Rohani

Sebagai warga negara sekaligus warga Gereja umat paroki Santo Mikael pangkalan Adisutjipto memiliki semboyan 100% Katolik 100% Indonesia.

Menjadi warga negara, umat kategorial di Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI

AU Adisutjipto tentu sudah menjalankan kewajiban dalam tugas sebagai TNI.

Profesi sebagai TNI Katolik merupakan tugas panggilan khusus yang memiliki tanggung jawab besar dalam tatanan kehidupan. Tugas, kewajiban dan tanggung jawab sebagai TNI Katolik sangatlah banyak, oleh karena itu dalam kehidupan

TNI ada tatanan norma dalam sikap dan tindakan. Sikap dan tindakan dalam kaitannya sebagai warga Gereja tentu bukan hanya hubungan secara baik saja terhadap manusia, namun juga hubungan baik dengan Tuhan. Hubungan baik manusia dengan Tuhan maupun manusia dengan manusia perlu dibangun oleh

sikap dasar cinta kasih yang tumbuh dari iman. Iman inilah yang tumbuh dari 86

kebiasan-kebiasaan hidup rohani sebagi TNI.

Dalam kenyataannya hidup rohani TNI Katolik turut diperhatikan melalui kegiatan Pembinaan Mental Rohani Katolik. Kegiatan Pembinaan Mental Rohani

Katolik ini harapannya dapat lebih diminati melalui keikutsertaan yang aktif oleh semua TNI Katolik. Dengan ikut serta dalam Pembinaan Mental Rohani Katolik,

TNI Katolik dapat semakin memaknai panggilannya dan aktif dalam kegiatan menggereja dalam terang iman kristiani. Data yang penulis peroleh, dari hasil penelitian dapat dipastikan bahwa banyak responden yang aktif dalam kegiatan hidup menggereja serta responden juga menyatakan keterlibatannya dalam hidup

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

87

menggereja masih kurang namun masih dalam proses. Oleh karena itu berdasarkan hasil penelitian tersebut penulis mengusulkan kegiatan untuk membantu umat agar lebih disiplin ikut serta dalam Pembinaan Mental Rohani dan terlibat dalam hidup menggereja yaitu dengan kegiatan Sarasehan Pembinaan

Mental Rohani.

Kegiatan sarasehan ini dipilih sebagai upaya dalam membantu TNI

Katolik untuk lebih menyegarkan iman akan panggilannya melalui informasi- informasi pengajaran iman, kisah-kisah inspiratif, video dan sharing. Dengan penyegaran iman kembali TNI Katolik diajak untuk lebih sadar akan tugas dan panggilannya sebagai kaum awam hingga kewajibannya dalam keterlibatan hidup menggereja. Harapannya dengan kegiatan Sarasehan Pembinaan Mental Rohani

Katolik ini juga TNI semakin menghayati iman dalam panggilan hingga keterlibatannya sebagai warga masyarakat. Hendrianto (2018; 18) Mengatakan

bahwa menghayati iman dalam keterlibatan dapat dilakukan dengan praktik atau 87

karya personal yang baik, praktik personal seorang Katolik di dalam keseharian merupakan buah pengalaman dan pengendapannya atas berbagai ajaran Gereja maupun praktik laku kerohanian Katolik.

2. Tujuan Kegiatan

Untuk lebih memahami maksud “Sarasehan Pembinaan Mental Rohani” penulis menjabarkan tujuan kegiatan sebagai brikut :

1. Agar TNI Katolik semakin aktif terlibat dalam pembinaan mental rohani

Katolik untuk mengembangkan imannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

88

2. Agar TNI Katolik semakin memaknai panggilannya yang khusus juga sebagai rasul awam yang berkarya bagi gereja dan bangsa.

3. Agar TNI Katolik semakin terlibat dalam pelayanan maupun aktif kegiatan menggereja.

3. Usulan Tema dan Penjelasannya

Dalam merancang usulan kegiatan, penulis menyusun langkah-langkah kegiatan beserta penjelasannya agar kegiatan dapat dilaksanakan dengan baik.

Langkah pertama dimulai dengan tema umum yang dijelaskan sehingga menjadi acuan untuk sub tema per kegiatan sarasehan.

Tema Umum : Dipanggil menjadi berkat untuk membangun NKRI

dalam terang iman Katolik

Tujuan Umum : TNI Katolik semakin menyadari panggilannya dalam

terang iman Katolik. Dengan mengahayati panggilan, 88

diharapkan TNI Katolik semakin aktif dalam hidup

menggereja sehingga dapat mewujudkan budaya

kasih dalam hidup serta menjalankan tugas sebagai

pengabdian sekaligus pelayanan secara profesional.

Tema Sarasehan I : Menghayati panggilan dalam terang iman Katolik

Tujuan : Menghayati panggilan terrmasuk juga dalam

menjalakan tugas dan tanggung jawab sebagai umat

Katolik. TNI Katolik semakin terlibat dalam kegiatan

Pembinaan Mental Rohani yang menjadi ruang dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

89

menghayati panggilan dan komunikasi iman.

Tema Sarasehan II : Keterlibatan menggereja sebagai ungkapan iman

yang nyata.

Tujuan : TNI Katolik dapat mewujudkan imannya melalui

tindakan nyata dalam pelayanan dan terlibat dalam

kegiatan menggereja demi tercapainya Kerajaan

Allah.

Tema Sarasehan III : Menjadi 100% Katolik dan 100% Indonesia

Tujuan : Mewujudkan Cinta Kasih sebagai identitas ajaran

iman Katolik dalam hidup sehari melalui tindakan

nyata. Dalam terang iman Katolik mengamalkan

Pancasila demi mewujudkan kesejahteraan bersama.

4. Peserta 89

Peserta yang mengikuti kegiatan ini adalah Umat Paroki Santo Mikael

Pangkalan TNI AU Adisutjipto terkhusus TNI Katolik. Pada dasarnya kegiatan rutin Pembinaan Mental Rohani terlaksana dengan jadwal yang berbeda-beda sesuai kesatuan di Pangkalan TNI AU. Oleh karena itu penentuan peserta juga mengacu pada ketentuan Romo paroki terkait situasi dan kondisi yang memungkinkan. Pada pelaksanaannya, kegiatan ini dapat dilaksanakan dengan campuran satuan TNI AU Katolik di wilayah Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI

AU Adisutjipto.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

90

5. Tempat dan Waktu

Tempat pelaksanaan kegiatan di Aula Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI

AU Adisutjipto. Waktu pelaksanaan pada bulan Agustus 2019.

90

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6. Matriks usulan kegiatan

Tema Umum : Dipanggil menjadi berkat untuk membangun NKRI dalam terang iman Katolik.

Tujuan Umum : TNI Katolik semakin menyadari panggilannya dalam terang iman Katolik, sehingga dapat mewujudkan

budaya kasih dalam hidup serta menjalankan tugas sebagai pengabdian sekaligus pelayanan secara profesional.

No Waktu Judul Pertemuan Tujuan Pertemuan Uraian Materi Metode Sarana Sumber Bahan

1. 1 Agustus Menghayati TNI Katolik semakin  Video  Sharing  Mic  Pengalaman

2019 panggilan dalam terlibat dalam “Lentera  Informasi  Speaker hidup peserta.

08.00 - terang iman kegiatan Pembinaan Indonesia –  Dialog  LCD  Apostolicam

10.00 Katolik Mental Rohani yang Kepak Sayap  Video  Laptop Actuositatem Art

WIB menjadi ruang dalam Garuda di  Hand 2, 4, 14, 16.

menghayati panggilan Mancanegara Out  Christifideles

dan komunikasi iman. Lebanon.” Laici Art 8, 24,

 Sharing 33, 40 dan 42. 91

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

No Waktu Judul Pertemuan Tujuan Pertemuan Uraian Materi Metode Sarana Sumber Bahan

 Materi  Katekismus

menghayati Gereja Katolik.

panggilan Art 900 dan 910

sebagai TNI  Kitab Suci

 Memahami Yes 6:8

Panggilan dan Mat 28:18-20

Misi Kaum

Awam.

2. 8 Agustus Keterlibatan TNI Katolik dapat  Video “Aku  Informasi  Mic  Pengalaman

2019 menggereja sebagai mewujudkan imanya Mau, Aku  Video  Speaker hidup peserta.

08.00 - ungkapan iman melalui tindakan nyata Bisa (Film  Dialog  LCD  Johannes

10.00 yang nyata. dalam pelayanan dan Dokumenter  Sharing  Laptop Dijkstara, S.J

WIB terlibat dalam Kegiatan  Hand Buku Menjadi 92

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

No Waktu Judul Pertemuan Tujuan Pertemuan Uraian Materi Metode Sarana Sumber Bahan

kegiatan menggereja Orang Muda Out garam dunia

demi tercapainya Katolik Gereja sejati. Halaman

Kerajaan Allah. San Inigo 1-8

Dirjodipuran)”  Nota Pastoral,

 Sharing KWI (2018).

 Mengenal Panggilan

perutusan Dalam Hidup

Gereja Berbangsa.

 Menjadi garam Halaman 19-22.

dunia sejati  Franz Magnis

 Keterlibatan Suseno (2017).

hidup Buku Katolik itu

menggereja apa. Halaman 93

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

No Waktu Judul Pertemuan Tujuan Pertemuan Uraian Materi Metode Sarana Sumber Bahan

sebagai 178

ungkapan  Kitab Suci

iman. Kis 2:41-47

3. 15 Menjadi 100% Mewujudkan Cinta  Video “Mgr.  Informasi  Mic  Buku Lustrum ke

Agustus Katolik dan 100% Kasih sebagai Soegijapranata  Dialog  Speake 1 Paroki Santo

2019 Indonesia. identitas ajaran iman - 100%  Sharing r Mikael

08.00 - Katolik dalam hidup Katolik, 100%  LCD Adisuttjipto. Hal.

10.00 sehari melalui Indonesia.”  Laptop 12

WIB tindakan nyata. Dalam  Sharing  Hand  Artikel oleh Linus

terang iman Katolik  Materi Out Ngaba (2015).

mengamalkan menghayati Pancasila demi semangat Seorang mewujudkan Santo Mikael 94

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

No Waktu Judul Pertemuan Tujuan Pertemuan Uraian Materi Metode Sarana Sumber Bahan

kesejahteraan  Menghayati Profesional Sejati

bersama. semangat https://diataka.blo

Agustinus gspot.com/2015/1

Adisutjipto. 2/agustinus-

 Membangun adisutjipto-

NKRI dalam seorang.html

terang iman  Yulius Kardinal

Katolik. Darmaatmaja, SJ

(2019). Umat

Katolik

Dipanggil

Membangun

NKRI. Halaman

95

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

No Waktu Judul Pertemuan Tujuan Pertemuan Uraian Materi Metode Sarana Sumber Bahan

81-87 dan 102.

 Kitab Suci

Mat. 22: 37-39

96

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

97

7. Contoh Satuan Pertemuan Sarasehan III a. Tema : Menjadi 100% Katolik 100% Indonesia b. Tujuan : Mewujudkan cinta kasih sebagai identitas ajaran iman

Katolik dalam hidup sehari-hari melalui tindakan nyata,

sehingga dalam terang iman Katolik dapat

mengamalkan Pancasila demi mewujudkan

kesejahteraan bersama. c. Materi : Video Soegijapranata - 100% Katolik, 100% Indonesia,

menghayati semangat Santo Mikael, menghayati

semangat Agustinus Adisutjipto dan Materi

Membangun NKRI dalam terang Iman Katolik. d. Metode : Sharing Pengalaman, Informasi, Dialog dan Video e. Sumber Bahan : Video, Buku Lustrum Paroki, artikel Agustinus

Adisutjipto, Buku Umat Katolik dipanggil membangun

NKRI. f. Sarana : Mic, speaker, LCD dan laptop. g. Pemikiran Dasar :

Paroki Santo Mikael Pangkalan Adisutjipto merupakan paroki dengan dua dimensi pelayanan yakni dalam teritorial dan kategorial. Arah gerak utama Gereja paroki adalah menggembalakan umatnya agar dapat menjalankan tugas dan panggilannya berdasarkan inspirasi iman Katolik. Didasari motto semangat Uskup pertama KAS Mgr. , SJ yakni 100% Katolik 100%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

98

Indonesia, paroki hadir untuk mengembangkan iman prajurit TNI Katolik. Dengan demikan peran iman Katolik dalam panggilan sebagai prajurit TNI dapat diwujudnyatakan dalam kesungguhan melayani masyarakat dengan cinta kasih.

Harapannya dengan hadirnya karya pelayanan paroki dalam bentuk kegiatan ini baik Pembinaan Mental Rohani Katolik, setiap prajurit TNI Katolik semakin terlibat dalam kehidupan menggereja.

h. Pengembangan Langkah-langkah :

1) Pengantar (08.00 WIB-08.05 WIB)

Bapak/ibu dan saudara-saudara yang terkasih dalam Yesus Kristus, pada pagi hari ini kita berkumpul di tempat ini oleh karena rahmat dan kasih-Nya yang senantiasa mengalir dalam seruluh hidup kita. Pada kesempatan ini, bersama-sama kita akan belajar untuk lebih memaknai moto 100% Katolik 100% Indonesia.

Menjadi seorang prajurit TNI tentunya kita harus benar-benar menunjukkan identitas kita sebagai warga negara dan warga Gereja melalui karya keterlibatan dan pelayanan kepada semua orang. Oleh karena itu melalui kesempatan pertemuan terakhir ini kita bersama-sama nantinya akan menonton video, mengahayati semangat Santo Mikael dan Agustinus Adisutjipto serta membangun

NKRI dalam terang iman Katolik.

2) Doa Pembukaan (08.05 WIB-08.10 WIB)

Allah Bapa yang Maha Baik dan Maha Kasih, kami bersyukur dan berterimakasih karena pada pagi hari ini kami dapat berkumpul untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

99

melaksanakan kegiatan sarasehan pertemuan ke tiga ini. Tuhan, kami mohon ampuni segala dosa kami agar kami pantas hidup dalam pernyertaanmu di setiap tugas kami serta kuatkanlah kami dalam kelemahan kami sebagai prajurit TNI AU

Katolik. Ya Tuhan, pada kesempatan ini kami hendak belajar bersama untuk mewujudkan cinta kasih sebagai identitas ajaran iman Katolik dalam tugas maupun hidup kami sehari-hari. Kami mohon berkatmu Tuhan untuk seluruh rangakaian kegiatan ini serta semua orang yang terlibat di dalamnya, semoga engkau menerangi kami dengan Roh Kudus-Mu sehingga kami dapat melaksanakan kegiatan kami dengan baik. Semua ini kami mohon dengan pengantaraan Kristus Tuhan kami. Amin.

3) Menonton Video 100% Katolik 100% Indonesia (08.10 WIB-08.35 WIB)

Pendamping mengajak peserta untuk menonton video tentang Mgr.

Soegijapranata dengan slogannya 100% Katolik, 100% Indonesia. Peserta diajak sungguh-sungguh menyimak peristiwa dalam video agar dapat memaknai nilai- nilai iman kristiani yang dapat dipetik.

4) Sharing Pengalaman Umat (08.35 WIB-08.55 WIB)

Peserta dipersilahkan untuk sharing singkat berdasarkan video yang telah ditonton bersama dengan bantuan pertanyaan sebagai berikut :

- Nilai-nilai apa yang Anda dapatkan terkait iman Katolik?

- Bagaimana Anda memaknai 100% Katolik 100% Indonesia dalam hidup

sehari?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

100

5) Sharing Pengalaman Pendamping (08.55 WIB-09.00 WIB)

Pendamping memberikan tambahan sharing untuk berbagi kisah kesaksian pengalaman iman. Pendamping juga memberi tanggapan dan meringkas hasil sharing bersama.

6) Peneguhan dari Pendamping

Pendamping memberikan peneguhan singkat atas apa yang telang disharingkan bersama. Peneguhan berisi poin-poin pokok dari kesaksian pengalaman iman bersama yang menjadi sumber semangat dalam panggilan.

7) Materi Menjadi 100% Katolik 100% Indonesia (09.00 WIB-09.30 WIB)

- Menghayati semangat Santo Mikael

Spiritualitas Santo Mikael Malaikat Agung sebagaimana dapat di renungkan dari doa Yesus dan semangat rasul Paulus juga dari keterangan yang bisa kita peroleh tentang peran malaikat dalam Kitab Suci serta peran Mikael sendiri kiranya menjadi konkret dalam semboyan Pro Ecclesia at Patria. Malaikat

Mikael yang selalu sujud berdoa dan menyembah Allah dan selalu menyertai

Yesus Tuhan mewujudkan Kerajaan Allah untuk hidup manusia, menuntun gerak kehidupan beriman seluruhnya agar diresapi dengan kehadiran Allah. Malaikat

Mikael selalu menjaga agar yang jahat tidak memisahkan kita kasih Allah dalam

Yesus Tuhan. Orang-orang yang percaya akan Yesus Tuhan berkumpul bersama beribadah memuliakan Allah mewujudkan Gereja. Menjadi jelas bahwa realitas

Gereja/Paroki adalah perkumpulan beriman yang beribadah untuk memuliakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

101

Allah. Mengabaikan ibadah untuk memuliakan Allah pastinya menghilangkan realitas Gereja/Paroki. Kita hanya akan menjadi sekumpulan orang pada umumnya yang mungkin hanya berorientasi pada apa yang dipikirkan atau direncanakannya dengan kekuatan akal insaninya. Atau mungkin hanya menjadi sekelompok pelayan sosial yang sibuk dengan proyek sosialnya. Dalam peziarahan rohani inilah Santo Mikael Malaikat pelindung paroki kita menuntun agar kita selalu tetap pada ibadah memuliakan Tuhan bersama Yesus Sang

Junjungan kita.

Dalam kebersamaan dengan warga negara lainnya yang juga memuliakan

Allah, dalam semangat Santo Mikael kita membangun bangsa yang kita cintai ini.

Mengingatkan kita akan ideologi bangsa kita Pancasila dengan sila pertama yang menegaskan perihal Ketuhanan Yang Mahaesa. Ibadah untuk memuliakan Allah menjadi pilar utama dalam membangun kehidupan bersama untuk bangsa kita.

Semangat Santo Mikael yang menuntun bangsa terhindar dari yang jahat entah atas nama fanatisme, radikalisme atau apa pun yang merusak toleransi ibadah untuk memuliakan Allah. Memuliakan kehadiran Allah dalam kehidupan beriman sebagaimana yang diperjuangkan Santo Mikael membangun bangsa berarti menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia, yang meliputi spiritual, psikologis, intelektual, sosial, kultural, ekonomi dan politis. Semua aspek kehidupan ini tercakup dalam 3 nilai Kerajaan Allah yang kita amini dengan iman, harapan, dan kasih. Implementasinya dalam nilai kehidupan menjadi adil, damai, dan sukacita.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

102

Keadilan adalah relasi yang harmonis antara pribadi, sesama, dan alam semesta. Relasi ini mengalir dari relasi dengan Allah Sang Sumber dan Pencipta kehidupan. Relasi menjadi kekuatan utama dalam keadilan, dalam relasi yang harmonis menurut spiritualitas Santo Mikael, yang selalu menyembah Allah berarti orang selalu mencintai, menghormati yang lain baik dalam tutur kata maupun dalam tindak-tanduknya. Spiritualitas Santo Mikael menumbuhkan semangat kepedulian akan keberadaan yang lainnya penuh cinta dan hormat.

Konkret kepedulian adalah menolong mereka yang tersingkir dan tertindas.

Kepedulian inilah yang dikembangkan dalam hidup paroki kita sesuai dengan

ARDAS KAS 2011-2015 yang disebut dengan pelayanan Kaum Kecil Lemah

Miskin Tersingkir dan Difabel (KLMTD).

Spiritualitas Santo Mikael, yang selalu sujud menyembah Allah menghadirkan suasana surgawi yang kita kenal dengan kedamaian. Kedamaian adalah situasi kehidupan di mana tidak ada lagi penindasan dan penghisapan oleh yang kuat terhadap yang lemah, tidak ada permusuhan maupun peperangan.

Suasana surgawi nyata dalam kehidupan bukan suatu yang jauh dari kehidupan jika beriman hidup dalam semangat Santo Mikael.

Sukacita adalah situasi di mana orang diterima dan dihargai sesuai dengan keunikannya dan diberi kesempatan untuk mengembangkan segala potensinya untuk kemudian disumbangkan demi kesejahteraan bersama. Sukacita yang terbangun dalam spiritualitas Santo Mikael pelindung paroki kita mengarahkan selalu akan kegembiraan surgawi, yakni sujud dan sembah kepada Allah yang tampak dalam Yesus Tuhan penebus dan penyelamat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

103

- Menghayati Semangat Agustinus Adisutjipto

Jika melihat riwayat hidup dan latar belakang waktu kehidupan

Adisutjipto, kita dapat membayangkan bagaimana situasi dan kenyataan yang dihadapi oleh Adisutjipto pada waktu itu. Hal pertama yang kita pikirkan yakni bagaimana mungkin seorang tokoh yang beragama Katolik bisa menjadi sosok sentral dalam perjuangan kemerdekaan saat itu, khususnya di kalangan Tentara

Nasional Angkatan Udara. Kita tentunya tahu bahwa penjajah yaang dihadapi bangsa ini merupakan orang–orang Belanda yang juga beragama Kristen. Dengan demikian menjadi jelas bahwa seorang yang beragama Kristen akan dianggap dan dipandang sebagai sosok penjajah atau sekurang–sekurangnya antek penjajah.

Namun kita patut bangga akan seorang Adisutjipto, meskipun beliau adalah seorang Katolik beliau tetap diterima oleh bangsa ini. Tentunya ini tidak lepas dari prinsip yang dipegang oleh beliau yakni berjuang demi bangsa dan Gereja. Prisip ini pulalah yang menjadikan beliau dikenal sebagai sosok yang tenang dan sigap dalam menjalankan tugasnya.

Hal lain pula mengapa beliau diterima dengan tangan terbuka dalam usaha merebut kemerdekaan saat itu yakni adanya visi dan misi yang sama di kalangan anak bangsa, visi dan misi untuk secepatnya memperoleh dan menghirup udara kebebasan. Semangat ini pulalah yang mendorong anak bangsa untuk tidak mempedulikan latar belakang dan status sosial seseorang. Situasi dan kenyataan kelam yang dihadapi saat itu membuat anak bangsa menjadi bangsa yang senasib dan sepenanggungan. Dengan demikian di sana tidak ada lagi diskrimansi dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

104

pembeda–bedaan kelompok. Seluruh anak bangsa bersatu padu memperjuangkan cita–cita yang sama dan luhur yakni kemerdekaan. Cita–cita inilah yang menjadikan bangsa ini tidak lagi mudah diperalat dan diadu domba oleh bangsa penjajah. Ini tentunya sangat berbeda dengan kenyataan hari–hari ini. Jika mengikuti pemberitaan di media elektronik maupun media cetak kita akan menemukan bagaimana para petinggi bangsa kita menggunakan kekuasaan yang mereka miliki untuk memperjuangkan dan mengusahakan kepentingan pribadi dan kepentingan kelompok serta golongan. Kepentingan bangsa yang seharusnya mereka prioritaskan dan merupakan sebab mereka dipanggil menjadi kepentingan yang kesekian yang mereka bidik setelah kepentingan pribadi dan golongan terpenuhi.

Di lain pihak, penulis juga berpikir bahwa keKatolikan yang tertanam dalam diri Adisutjipto merupakan salah satu aspek lain yang menjadikan beliau sebagai pribadi yang memiliki rasa tanggung jawab yang besar serta setia pada hal tersebut. Hal ini dibuktikan oleh Adisutjipto dalam pengabdiannya terhadap bangsa ini. Sebagai seorang tentara Adisutjipto sadar betul akan tantangan dan resiko yang akan dihadapinya, apalagi pada saat itu ketika bangsa ini berada dalam situasi genting yang menentukan sejarahnya. Namun itu tidak membuat beliau gentar dan takut. Iman Katolik yang kuat menjadikan beliau sebagai pribadi yang siap menghadapi setiap kenyataan hidup. Iman Katolik yang tertanam dalam diri beliau menjadikannya sosok yang berserah kepada Tuhan. Hal ini juga tetntunya berbeda dengan kenyataan sekarang ini, di mana lebih banyak orang yang mengandalkan kekuatan dan dayanya sendiri. Apa yang menurut mereka

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

105

berharga akan mereka perjuangkan dengan sekuat tenaga, meskipun itu mengorbankan sesamanya.

Sebagai anak bangsa yang lahir pada zaman ini seharusnyalah kita menjadikan Adisutjipto sebagai sosok yang patut untuk diteladani. Salah satu pelajaran penting yang dapat kita petik dan jadikan pegangan dalam hidup adalah prinsip hidup beliau yakni menjadi pejuang bagi bangsa dan Gereja. Prinsip ini sangat penting jika menilik kenyataan yang sedang kita hadapi saat ini, di mana kita hidup sebagai minoritas di tengah mayoritas. Kenyataan ini tentunya menuntut profesionalitas dari kita yakni profesinalitas dalam tugas dan keyakinan

(iman). Dalam hal ini kiranya Adisutjipto menjadi acuan yang tepat bagi kita dalam mengusahakan profesionalitas sejati, hingga kelak akhirnya kita dapat menjadi seorang professional sejati yang dapat membedakan mana kepentingan bangsa dan mana kepentingan Gereja.

- Materi Membangun NKRI dalam terang Iman Katolik

Untuk mewujudkan semboyan dari Mgr Albertus Soegijapranata SJ yang berbunyi 100% Katolik 100% Indonesia kita bersama-sama harus memperjuangkan iman Katolik dengan Indonesia agar menjadi kesatuan. Melalui bukunya Kardinal Yulius memberikan penjabaran bagaimana membangun NKRI serta mengamalkan Pancasila dalam terang iman Katolik. Melalui bukunya kita bersama-sama akan memaknai panggilan hidup kita agar kita semua dapat semakin mewujudkan kesejahtraan umum (bonum commune).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

106

Keterlibatan penuh kaum awam dapat kita pelajari bersama pada halaman

81. Kaum awam secara khas memiliki tugas kewajiban dalam kegiatan keduaniaan. Dalam terang Injil dan iman, kaum awam bahkan wajib terlibat secara penuh dalam bidang sosial, ekonomi, dan politik (GS 43). Kaum awam dalam hidupnya dapat menghayati semua keterlibatan keduniaan dalam terang iman Katolik yang merupakan kewajiban istimewa bagi mereka (AA 7). Dalam

LG 31 juga dijelaskan bahwa kaum awam memiliki ciri khas yang istimewa yaitu dipanggil untuk hidup di dunia sebagai terang dan ragi, mereka harus dan wajib menyucikan dunia dari dalam. Dalam bukunya Yulius Kardinal (2019; 87) mengatakan “umat Katolik yang menghayatai hidup berbangsa dan bernegara dengan dasar Pancasila berarti: “Dalam Terang Iman Katolik Menggapai Damai

Sejahtera Dunia Akhirat dengan Pancasila”.

Menghidupi Pancasila merupakan tindakan iman yang nyata dalam karya mewujudkan kesejahteraan bersama (bonum commune). Pancasila dapat dikatakan implementasi dari iman karena melalui pancasila kita bersama mewujudkan kesejahteraan dalam bentuk gotong royong kekeluargaan yang dinamis sehingga terwujudnya cinta kasih. Ajaran hukum kasih inilah (Mat. 22: 37-39) yang menjadi dasar untuk mewujudkan terciptanya kedamainya bersama.

8) Tanya jawab (09.30 WIB-09.45 WIB)

Peserta dipersilakan bertanya dan memberikan tanggapan perihal materi yang diberikan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

107

9) Pertanyaan Evaluasi

Pendamping memberikan pertanyaan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan dapat berjalan sesuai tujuan. Pada pertanyaan evaluasi juga pendambing mencari tahu sejauh mana pemahaman dari keseluruhan hal yang dibahas telah didapat oleh peserta, apakah sesuai tujuan pelaksaan atau belum.

10) Penegasan Singkat (09.45 WIB-09.55 WIB)

Pendamping memberikan penegasan singkat dan kesimpulan singkat akan keseluruhan proses sarasehan.

11) Doa Penutup (09.55 WIB-10.00 WIB)

Tuhan Allah kami, kami bersyukur atas segala rahmat yang kau anugerahkan kepada kami dalam kegiatan sarasehan yang telah terlaksana untuk beberapa hari ini. Kami juga bersyukur atas semangat kehadiran yang engkau tumbuhkan sehingga kami dapat berkumpul bersama untuk mengembangkan iman panggilan kami dalam tugas. Oleh karena itu kami mohon kepada-Mu Tuhan, agar

Engkau senantiasa menyertai kami dalam setiap tugas dan perutusan selalu mengutaman iman kami akan Engkau.

(Pendamping mengajak peserta mendoakan doa dalam kesatuan TNI AU bersama-sama dengan buku Doa Katolik TNI – POLRI)

Marilah kita bersama-sama mendoakan doa kesatuan Tentara Angkatan Udara.

Allah Bapa Penguasa langit dan bumi, Engkau senantiasa menyertai kami sebagai prajurit TNI Angkatan Udara untuk mempertahankan kedaulatan dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

108

keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kami bersyukur kepada-Mu atas semua itu.

Semoga kami mampu mengemban tugas itu dengan berusaha sungguh- sunggu menjadi prajurit yang profesional, efektif, efisien, dinamis, dan dapat diandalkan. Semoga kami mampu melaksanakan tugas-tugas yang diberikan kepada kami dengan penuh tanggung jawab, bekerja sama dengan pihak-pihak yang berkepentingan untuk memberikan bantuan kemanusiaan, demi terciptanya suasana kondusif bagi terwujudnya keamanan dan kesejahteraan masyarakat.

Bantulah kami untuk terus belajar dan membina diri menjadi manusia beriman dengan segala konsekuensinya.

Ke dalam tangan-Mu kami serahkan seluruh hidup dan karya kami, dengan pengantaraan Kristus, Tuhan Kami. Amin.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

109

BAB V

PENUTUP

Bab V terdiri dari dua bagian yaitu kesimpulan dan saran. Bagian pertama yaitu kesimpulan, penulis menyimpulkan keseluruhan dari Bab I terkait rumusan permasalahan hingga Bab IV. Pada bagian kedua penulis memberikan saran untuk beberapa pihak terkait peranan Pembinaan Mental Rohani hingga terwujudnya kontribusi terhadap keterlibatan hidup menggereja.

A. KESIMPULAN

TNI sebagai warga negara memiliki pedoman hidup nasionalis yang harus dilaksanakan demi profesionalitas prajurit. Pedoman hidup yang harus wajib dilaksanakan ialah sebagaimana yang tertera pada Visi dan Misi TNI, peran TNI, fungsi TNI, tugas TNI, etika keprajuritan, Sapta Marga, Sumpah Prajurit, delapan wajib TNI serta sebelas asas kepemimpinan. Dari semua pedoman hidup terkait segala sesuatu yang harus dijalani seperti yang dituliskan sebelumnya, jika dicermati terdapat nilai-nilai ke-Tuhanan atau kerohanian yang menjadi pedoman hidup utama prajurit. Dalam menjalankan kepenuhan profesionalitas hidup TNI, iman setiap prajurit merupakan dasar dan kekuatan spiritual yang dimiliki masing- masing pribadi dalam bertugas. Meski memperjuangkan dan mempertahankan kedaulatan NKRI termasuk salah satu iman, namun demikian iman yang membuat setiap prajurit dekat dengan Tuhan dan sesamanyalah yang harus terus dikembangkan. Oleh karena itu dalam menanggapi hidup religiositas TNI, dibentuklah Pembinaan Mental Rohani. Dibentuknya pembinaan mental rohani seperti yang dituliskan pada buku petunjuk induk Pembinaan Mental TNI Pinaka

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

110

Baladika (2012:8) bertujuan mewujudkan mental yang memiliki keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, taat menjalankan ibadah sesuai ajaran agama yang dianutnya serta budi pekerti luhur (berakhlak mulia).

Tentara yang beragama Katolik dalam hal Pembinaan Mental Rohani ini diharapkan memiliki keikutsertaan secara aktif. Pembinaan Mental Rohani

Katolik inilah yang menjadi suatu ruang untuk mengalami perjumpaan dengan

Allah dan sesama. Kegiatan ini mengajak setiap peserta khususnya TNI Katolik untuk semakin menggumuli pengalaman hidup dalam panggilannya. Oleh karena itu pentingnya keikutsertaan dalam Pembinaan Mantal Rohani ini sangatlah berpengaruh bagi perkembangan iman prajurit hingga penerapannya ke dalam kehidupan sehari-harinya.

Berdasarkan hasil penelitian hampir semua responden mengungkapkan bahwa keikutsertaan TNI AU Katolik dalam Pembinaan Mental Rohani Katolik di

Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto berpengaruh terhadap semangat hidup menggereja. Semangat inilah yang menggerakkan masing-masing prajurit untuk ikut berkarya dan melayani sebagai warga Gereja. Meski belum semua dapat terlibat dalam hidup menggereja, banyak di antaranya tentara Katolik sadar akan tugas dan kewajibannya sebagai rasul awam. Dari keikutsertaan inilah mereka mulai menumbuhkan niat-niat untuk lebih terlibat dalam hidup menggereja, terlibat dalam berkarya dan melayani. TNI Katolik semakin sadar bahwa dengan adanya Pembinaan Mental Rohani, mereka semakin mampu menambah pengetahuan injili serta wawasan iman dari teman, katekis maupun romo. Dari penelitian ini penulis juga mendapatkan hal baru mengenai kepenuhan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

111

hidup yang dipelajari dari TNI Katolik. Mereka mengigatkan kembali akan pentingnya hidup sebagai warga negara yang beragama secara total. Menjalani hidup dalam perutusan merupakan panggilan setiap orang yang telah di selamatkan oleh Tuhan, oleh karena itu dalam hidup idealnya juga harus memberikan keselamatan dalam bentuk karya cinta kasih dan pelayanan. TNI

Katolik harus sadar akan panggilan perutusanya sebagai kaum awam yang memiliki ciri khas untuk menyucikan dunia sebagai terang dan ragi

(Darmaatmaja, 2019: 82). Menyucikan dunia sebagai terang dan ragi misalnya dengan melayani melalui cinta kasih baik bagi sesama maupun bagi Tuhan dapat diwujudkan dalam keterlibatan hidup menggereja dengan semangat persekutuan umat beriman.

Untuk lebih tercapainya idealitas sebagai TNI Katolik dengan segala kewajibannya serta sebagai warga Gereja, perlunya upaya lanjutan guna terwujudnya keterlibatan hidup menggereja. Upaya yang dapat membantu TNI

Katolik dalam semakin memaknai keikutsertaan Pembinaan Mental Rohani

Katolik hingga terwujudnya keterlibatan hidup menggereja ialah dengan sarasehan Pembinaan Mental Rohani Katolik. Kegiatan sarasehan ini dapat dilaksanakan berdasarkan tema yang sudah ditentukan yang juga berdasarkan dari hasil penelitian dan kebutuhan TNI Katolik. Oleh karena itu harapannya tujuan dari sarasehan ini bahwa TNI Katolik semakin menyadari panggilannya dalam terang iman Katolik dapat tercapai. Dengan mengahayati panggilan, diharapkan

TNI Katolik semakin aktif dalam hidup menggereja sehingga dapat mewujudkan budaya kasih dalam hidup serta menjalankan tugas sebagai pengabdian sekaligus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

112

pelayanan secara profesional. Seperti halnya yang ditulis buku Pengajaran Iman

Katolik (2017: 692) bahwa “orang Katolik memang harus semakin hari semakin dekat dengan Kristus lewat berbagai kegiatan rohani-religius. Namun mereka tidak boleh lupa bahwa mereka adalah garam dan terang .”

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, penulis memberikan saran mengenai upaya meningkatkan keterlibatan hidup menggereja yang didasari kegiatan Pembinaan Mental Rohani. Saran ini ditujukan oleh penulis kepada prajurit TNI Katolik, Satuan tugas personil TNI Katolik, dan Paroki Santo Mikael

Pangkalan TNI AU Adisutjipto.

1. Pusat Pembinaan Mental Tentara Nasional Indonesia

Bagi Pusbintal harapanya dapat terus membangun pribadi prajurit TNI yang bermental tangguh dan beriman sebagai insan hamba Tuhan. Oleh karana itu penulis memberikan saran agar Pusbintal terlebih pada kegiatan Pembinaan

Mental Rohani dapat terus dilaksanakan kegiatan rutinitas kerohanianya, dievaluasi untuk mencari tahu apa yang kurang dan memperbaiki, serta dikembangkan kegiatan kerohanianya agar membuat prajurit semakin giat untuk ikut serta. Dengan demikian Pembinaan Mental Rohani dapat sungguh-sungguh mewujudkan mental prajurit TNI yang memiliki keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai ajaran agama yang dianutnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

113

2. Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto

Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto diharapkan dapat memperhatikan secara lebih kebutuhan hidup rohani para anggota TNI AU yang beragama Katolik. Paroki sebagai persekutuan umat dapat semakin berupaya mengembangkan realitas 100% Katolik 100% Indonesia melalui pengembangan iman prajurit TNI hingga relevansinya kepada hidup sehari-hari. Oleh karena itu penulis memberikan saran melalui kegiatan sarasehan Pembinaan Mental Rohani

Katolik untuk semakin menyegarkan kembali iman prajurit, menambah wawasan iman dan sebagai sarana komunikasi iman. Harapan saya dengan diperhatikannya kebutuhan hidup rohani Tentara Katolik secara lebih dapat terciptanya keterlibatan bagi umat dalam membangun Gereja sebagai persekutuan tubuh

Kristus dalam hidup menggereja.

3. Satuan tugas personil TNI Angkatan Udara Katolik

Dalam satuan personil dapat melaksanakan kegiatan Pembinaan Mental

Rohani secara rutin dan dikemas dengan menarik dan ditambahkan pengetahuan iman. Pelaksanaan kegiatan Pembinaan Mental Rohani Katolik juga diharapkan lebih sistematis dalam artian sudah terjadwal dan materi atau bahan yang akan diberikan juga dimiliki oleh setiap prajurit sehingga dalam pelaksanaan setiap prajurit dapat mengikuti dengan baik. Selain itu juga penyiapan bahan maupun materi dalam masing-masing pertemuan oleh satuan juga membantu prajurit untuk menyiapkan bahan pertanyaan maupun sharing pengalaman kesaksian hidup

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

114

untuk ditanggapi bersama. Dengan demikian harapanya jika Pembinaan Mental

Rohani dikemas dengan lebih sistematis dan menarik dapat lebih membangkitkan semangat TNI AU di Paroki Santo Mikael Pangkalan Adisutjipto lebih giat ikutserta hingga membuahkan keterlibatan dalam hidup menggereja tiap prajurit.

4. Prajurit TNI Angkatan Udara Katolik

Para prajurit TNI Angkatan Udara yang beragama Katolik berusaha untuk semakin membuka diri untuk lebih rajin ikut serta dalam Pembinaan Mental

Rohani Katolik secara disiplin. Keikutsertaan dalam Pembinaan Mental Rohani ini sangatlah penting bagi perkembangan iman dalam karya perutusan setiap prajurit TNI. Oleh karena itu dengan ikut serta dalam Pembinaan Mental Rohani

Katolik setiap prajurit dalam semakin aktif dalam hidup menggereja. Hidup menggereja juga merupakan tugas utama dalam karya hidup sebagai rasul awam.

TNI Katolik dalam hidupnya diharapkan terus menjalankan tugas dan terus berkarya sebagai warga negara Indonesia dan berkarya bagi Gereja dalam nama

Tuhan dan untuk sesama.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

115

DAFTAR PUSTAKA

Danan Widharsana, Petrus. (2018). Mengamalkan Pancasila dalam terang Iman Katolik. Yogyakarta: Kanisius. DANJEN Akademi TNI. (2016). Karakter Berkepribadian Bangsa/Revolusi Mental. Bahan Ajar untuk Taruna Akademi TNI dan Akademi Kepolisian (DIKSAR Integrasi Kemitraan). Darmaatmaja, SJ. (2019). Umat Katolik dipanggil Membangun NKRI. Yogyakarta: Kanisius. Depatermen Dokumentasi dan Penerangan Konferensi Wali Gereja Indonesia. (1993). Dokumen Konsili Vatikan II. Jakarta: OBOR ______(2013). Apostolicam Actuositatem (Kegiatan Merasul). Terjemahan oleh R. Hardawijana, SJ. Jakarta: Dokpen KWI. ______(2017). Evangeli Nutiandi (Mewartakan Injil). Terjemahan oleh J. Hadiwikarta, Pr. Jakarta: Dokpen KWI. Dijkstra, Johanes. (2013). Menjadi Garam Dunia Sejati. Yogyakarta: Kanisius. Docat. (2016). Docat Indonesia (Apa yang harus dilakukan?). Yogyakarta: Kanisius. Gereja Santo Mikael. (2014). Pro Ecclesia Et Patria, Bagi Gereja dan Bangsa. Yogyakarta: Paroki Pangkalan TNI AU Adisutjipto Hendrianto, Antonius. (2018). Menghayati Iman dalam Keterlibatan. Majalah Rohani. Yogyakarta: Kanisius Komkat KWI. (1996). Iman Katolik. Yogyakarta: Kanisius. Kristianto, Yoseph dkk. (2010). Menjadi Murid Yesus untuk SMA/K Kelas XI. Yogyakarta: Kanisius. Latif, Yudi. (2017). Revolusi Pancasila. Bandung: Mizan Media Utama. Lembaga Alkitab Indonesia. (2014). Alkitab Deuterokanonika. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia Maramis, Mayor Caj J. H. (2011). Peran Agama Kristen Protestan dalam Menanggulangi Radikalisme di Kalangan Prajurit TNI. Pinaka Baladika Utama Majalah Pusat Pembinaan Mental TNI. Martasudjita, E. (2003). Sakramen-Sakramen Gereja. Yogyakarta: Kanisius. Moleong, Lexy J. (2011) Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Nasution, Asren. (2003).Religiositas TNI Refleksi Pemikiran dan Kepribadian Jendral Besar Soedirman. Jakarta: Fajar Interpratama Offset. Nota Pastoral Konferensi Wali Gereja Indonesia. (2018). Panggilan Gereja Dalam Hidup Berbangsa. Jakarta: OBOR Pusat Pembinaan Mental ABRI. (1992). Wawasan Kejuangan Panglima Besar Jendral Sudirman. Jakarta: Yayasan Kejuangan Panglima Besar Jendral Sudirman. Pusat Pembinaan Mental, Markas Besar Tentara Nasional Indonesia. (2012). Himpunan Materi Pokok Pembinaan Mental TNI. Jakarta: PUSBINTAL TNI. Staf Dosen IPPAK. (2012). Pedoman Penulisan Skripsi. Yogyakarta. IPPAK Universitas Sanata Dharma.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

116

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: ALFABETA ______. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: ALFABETA Suharyo, Ignatius. (2009). The Catholic Way, Keindonesiaaan dan Kekatolikan kita. Yogyakarta: Kanisius. Suyadi, Antonius. (2018). Kita Bhineka Kita Indonesia. Majalah Hidup 7 Januari 2018. Jakarta: PT Gramedia Suseno, Franz Magnis. (2017). Katolik Itu Apa?. Yogyakarta : Kanisius Suwondo, Yudono. (2018). Doa Katolik Para Prajurit TNI – Polri. Yogyakarta: Kanisius SW, Letkol Caj Heru. (2012). Semangat Juang dan Solidaritas menurut sudut pandang Mgr. Albertus Soegijapranata SJ. Majalah Pusat Pembinaan Mental TNI : Pinaka Baladika Utama. Widharsana, Petrus Danan, dan Victorius Rudy Hartono. (2017) Pengajaran Iman Katolik. Yogyakarta: Kanisius.

Internet Amalia, Fika. (2010). Langkah-Langkah Penelitian Kualitatif. (http://rafamaliaik.blogspot.co.id/2010/12/langkah-langkah-penelitian- kualitatif.html, diakses 19 April 2018, 17:49). Baene, Blasius. (2008). Peran Kaum Awam dalam Pelayanan Gereja Pasca Konsili Vatikan II. (http://sapereaudenias.blogspot.co.id/2008/08/peran-kaum- awam-dalam-pelayanan-gereja.html, diakes 19 April 2018, 16:49). Fallo, Cornel. (2014). Lima Pilar Pelayanan Gereja. (http://henkesfallo.blogspot.com/2014/11/lima-pilar-pelayanan-gereja.html, diakses 31 Agustus 2018, 23:39) Listiati, I. & Tay, S. (2018). Tentang Panggilan dan Misi Kaum Awam. Katolisitashttp://www.katolisitas.org/tentang-panggilan-dan-misi-kaum- awam/,diakses 31 Agustus 2018, 23:59) Ngaba,Linus.(2015).Agustinus Adisutjipto Seorang Profesional Sejati. (https://diataka.blogspot.com/2015/12/agustinus-adisutjipto-seorang.html , diakses 5 Mei 2019, 20:22) Puspen TNI. (2018). Visi dan Misi TNI. (https://tni.mil.id/pages-1-visi-dan-misi-tni.html , diakses 3 Oktober 2018) Puspen TNI. (2018). Peran, Fungsi dan Tugas TNI. (https://tni.mil.id/pages-2-peran-fungsi-dan-tugas.html, diakses 3 Oktober 2018)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

117

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 1 : Surat Ijin Penelitian

(1)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(2)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 2 : Surat Kterangan Selesai Penelitian

(3)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 3 : Kuesioner Penelitian

KUISIONER PENELITIAN

Nama :

Pangkat / NRP :

Satuan :

Petunjuk Pengisian angket :

1. Bacalah dengan seksama pernyataan-pernyataan yang ada sebelum menjawab.

2. Ada lima alternatif jawaban yang tersedia untuk menjawab pernyataan yang terdapat dalam tabel antara lain :

STS : Sangat Tidak Setuju S : Setuju

TS : Tidak Setuju SS : Sangat Setuju

N : Netral

Silahkan memilih alternatif jawaban yang sesuai dengan keadaan dan situasi yang anda alami atau rasakan dengan memberi tanda ( √ ) pada kolom yang anda pilih,

Contoh :

No. Uraian Pernyataan STS TS N S SS Pembinaan Mental Rohani Katolik 1. √ berguna bagi perkembangan iman TNI

(4)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Instrumen Penelitian

Pengaruh Keikutsertaan Dalam Pembinaan Mental Rohani Katolik Terhadap Keterlibatan Hidup Menggereja Tentara Katolik di Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI AU Adisucipto

No. Uraian Pernyataan STS TS N S SS 1. Keikutsertaan Pembinaan Mental Rohani merupakan kewajiban yang harus dijalani TNI 2. Saya memahami pentingnya keikutsertaan dalam Pembinaan Mental Rohani 3. Dalam Pembinaan Mental Rohani Katolik saya semakin memahami ajaran agama Katolik 4. Dalam Pembinaan Mental Rohani Katolik saya semakin memahami nilai luhur agama dan semangat serta moralitas prajurit dalam menjalankan tugas 5. Melalui Pembinaan Mental Rohani Katolik saya dapat mewujudkan mental yang memiliki keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa 6. Pembinaan Mental Rohani hanya sebagai formalitas TNI sebagai umat beragama 7. Pembinaan Mental Rohani Katolik bertujuan agar TNI taat menjalankan ibadah sesuai ajaran agama yang dianutnya serta berbudi pekerti luhur (berakhlak mulia) 8. Pembinaan Mental Rohani bertujuan hanya sekedar meningkatkan keimanan kepada Tuhan 9. Keikutsertaan dalam Pembinaan Mental Rohani Katolik Memiliki makna

(5)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

No. Uraian Pernyataan STS TS N S SS spiritual dalam hidup saya 10. Pembinaan Mental Rohani Katolik mempertinggi moral dan akhlak yang luhur 11. Pembinaan Mental Rohani Katolik bermakna bagi hubungan manusia dengan Tuhan saja 12. Pembinaan Mental Rohani sebagai usaha untuk memelihara dan meningkatkatkan keimanan kepada Tuhan 13. Saya berharap Pembinaan Mental Rohani Katolik dapat dikemas dengan lebih menarik agar mencapai kedalaman iman bagi setiap anggota 14. Saya berharap Pembinaan Mental Rohani semakin Memiliki kontribusi yang lebih dalam membatu sesama 15. Wujud dari Pembinaan Mental Rohani merupakan keterlibatan dalam hidup menggereja 16. Keterlibatan hidup menggereja atas dasar cinta kasih yang nyata 17. Sebagai TNI Katolik saya sudah terlibat dalam hidup menggereja 18. TNI Katolik memahami pentingnya keterlibatan hidup menggereja 19. Tujuan dari hidup menggereja juga merupakan tujuan dari Pembinaan Mental Rohani Katolik 20. Hidup menggereja sebagai panggilan dan perutusan umat beragama 21. Keterlibatan hidup menggereja bertujuan untuk mengajak TNI ikut ambil bagian dalam karya keselamatan Allah 22. Keterlibatan hidup menggereja sepenuhnya saya jalani atas dasar iman kepada Tuhan

(6)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

No. Uraian Pernyataan STS TS N S SS 23. Saya memaknai keterlibatan hidup menggereja merupakan tugas sebagai rasul awam 24. Dalam hidup menggereja, saya dapat memaknai paggilan sebagai TNI 25. Dengan hidup menggereja saya memaknai hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan sesama 26. Makna dari hidup menggereja bagi TNI Katolik mampu membentuk mental rohani dan semakin beriman dewasa 27. Dengan hidup menggereja saya dapat memberikan kontribusi atas dasar iman dalam bentuk pelayanan murah hati 28. Keterlibatan hidup menggereja sebagai sebuah kewajiban bagi TNI beragama Katolik Pentingkah meningkatkan keterlibatan 29. hidup menggereja bagi TNI di masa depan

(7)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 4 : Hasil Kuesioner Penelitian

(8)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(9)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(10)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(11)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(12)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(13)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(14)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(15)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(16)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(17)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(18)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(19)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(20)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(21)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(22)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(23)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(24)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(25)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(26)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(27)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 5 : Pertanyaan Wawancara

Pengaruh Keikutsertaan Dalam Pembinaan Mental Rohani Katolik Terhadap Keterlibatan Hidup Menggereja Tentara Katolik di Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto

No Instrumen Pertanyaan

1. Makna Pembinaan Mental Rohani bagi bapak/ibu sebagai prajurit TNI?

Apakah dengan adanya Pembinaan Mental Rohani bapak/ibu semakin 2. terlibat dalam hidup menggereja? Mengapa?

Apa harapan bapak/ibu kepada Paroki Santo Mikael terkait kegiatan 3. Pembinaan Mental Rohani di Pangkalan TNI Adisutjipto?

(28)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 6 : Hasil Wawancara

Kode : RU 1

Pak Sunar (Letnan Kolonel)

1. “Sebagai sarana untuk ambil bagian dalam karya gereja, karna di TNI itu

kan kita diberi kesempatan untuk beribadah sesuai agama dan kepercayaan

masing-masing dalam waktu tertentu, rata-rata seminggu sekali. Dengan

adanya pembinaan itu kan kita bisa berkumpul, berkumpul sehingga bisa

saling meneguhkan iman walaupun kita memang minoritas.”

2. “Karna semakin terpanggil, karna dimanapun kita berada kita minoritas,

sehingga dengan adanya kegiatan pembinaan itu. Apalagi kalau didalam

tentara ada senior dan junior, sehingga sebagai senior harus bisa jadi

contoh dan penggerak karna lebih mudah untuk menggerakkan junior,

kalau senior sudah memerintahkan junior akan mudah bergerak.”

3. “Harapanya paroki memberi perhatian kepada anggota TNI AU khususnya

yang tinggal di komplek, perhatiannya dalam arti jika ada anggota yang

malas ke gereja, anggota yang jarang muncul ke gereja, romo bisa terlibat

di dalam pergumulan itu. karna romo akan bisa menembus skat junior

senior di tentara itu karna dipandang lebih sebagai romonya, romo sebagai

gembala itu sehingga di militer pun penghormatan kepada romo itu seperti

di umat yang lain pada umumnya.”

(29)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kode : RU 2

Pak Yudi (Kapten)

1. “Pertama, Mempertebal keimanan sebagai seorang prajurit Katolik.

Kedua. Karna iman sudah tertanam, bisa mendukung kelancaran tugas jadi

anggota TNI sehingga bisa menghindari penyimpangan-penyimpangan

aturan yang telah dittapkan oleh TNI tentu saja aturan tersebut kan erat

sekali dengan pengajaran, pengetahuan agama yang di ikuti.”

2. “Ingin seperti yang di ajarkan dalam agama, yakni melayani.”

3. “Semakin banyak anggota yang datang.”

Kode : RU 3

Pak Budiantoro (Letnan Satu)

1. “Pertama, makna dari pembinaan mental yaitu menguatkan iman bagi

prajurit TNI dan PNS dalam mempercayai Kristus juru selamat kita.

Kedua, penyejuk dalam susana atau tindakan kita dalam melaksanakan

suatu pekerjaan. Ketiga, merefres kita untuk pengajaran iman gerejani.”

2. “Dengan adanya keterlibatan kegiatan itu, hidup menggereja saya makin

giat karna ada tambahan-tambahan ilmu terutama dari teman atau katekis

yang membimbing kita. Kita juga mendapat semangat dan lebih dalam

merasul atau melayani.”

3. “Harapan untuk paroki Santo Mikael agar umat katolik di Paroki

Pangkalan semakin giat dan rajin kegiatan menggereja dan semakin

percaya diri terhadap Yesus Kristus sebagai juru selamat kita dan

(30)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

memberikan kesejukan iman terhadap perajurit, karyawan dan masyarakat

sekitrnya.”

Kode : RU 4

Pak Agustinus (Pembantu Letnan Satu)

1. “Menambah wawasan dalam hidup menggereja, karna selama bergulat di

TNI terlalu banyak kegiatan yang tentunya akan banyak menyita waktu

maupun kadang untuk menyisihkan waktu saja susah.”

2. “Dengan adanya Pembinaan Mental Rohani, akan lebih-lebih lagi dalam

hidup menggereja, hidup menggereja kan tidak hanya istilahnya sebagai

prodiakon ataupun tugas lain misalnya sebagai lektor, yang kemarin belum

terlibat dalam paduan suara dan doa lingkungan lebih terlibat aktif lagi

untuk mengadakan anjangsana terhadap saudara-saudara panti asuhan

maupun di panti jompo.”

3. “Paroki dapat lebih maju, dalam menggembalakan umatnya, lebih giat

dalam mengadakan kegiatan kerohanian, memberi wawasan realitas hidup

secara injili kepada umat.”

Kode : RU 5

Pak Heru (Pembantu Letnan Dua)

1. “Sarana mempertebal iman sebagai seorang prajurit supaya bisa

melayani.”

(31)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. “Lebih terlibat dalam hidup menggereja, karna melalui hidup menggereja

yang dilaksanakan dalam bentuk tindakan nyata sehingga pelayanan dapat

lebih efektif.”

3. “Menjadi sarana bagi TNI yang menggerakkan untuk saling mewujudkan

tindakan kasih yang nyata.”

Kode : RU 6

Pak Victor (Sersan satu)

1. “Menambah wawasan keimanan bagi anggota TNI yang beragama

khususnya katolik, untuk memperdalam supaya pengetahuan tentang arti

iman Katolik tentang Kitab Suci, isi dan mknanya dibahas setiap hari

kamis yang diadakan dari TNI AU khususnya seksi bintal. Itu sangat

membantu kami bagi iman Katolik TNI, yang selama ini tidak tau menjadi

tau.”

2. “Kalau untuk hidup menggereja, kami secara pribadi belum maksimal,

Cuma karna adanya pembinaan ini kami akan lebih tau dan tertarik untuk

lebih terjun kedalam kehidupan menggereja.”

3. “Harapanya lebih terprogram kembali, supaya ada jadwal yang istilahnya

terjadwal tidak asal kita brangkat, lalu apa yang ada masalah kita utarakan

tetapi kita siapkan materi-materi yang perlu dibahas sehingga kita pun

secara masing-masing punya materi dan siap kita sharingkan.”

(32)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kode : RU 7

Pak Santo (Sersan satu)

1. “Makna pembinaan mental bagi prajurit TNI itu sangat penting skali,

karna di sisi lain TNI itu potensi terhadap hal-hal yang kegiatan yang

bersifat radikal dikit dan hal yang kearah negatif itu banyak makanya

dengan pembinaan mental itu akan menjadi sistem pengendalian diri di

dalam setiap kegiatan terutama masalah kedinasan. Itu perihal kedinasan,

dalam hal keluarga kita akan lebih intensif lagi bahwa hidup menggereja,

pendalamn iman, ataupun makna sebuah lingkup dalam sebuah komunitas

keimanan akan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan. dan pada intinya

orang hidup sekrang itu sangu, sangu apa itu, ya sangu dalam hal

kebaikan, sangu yang abadi, menabung yang abadi itu ya itu, mengabdi

kepada Tuhan.”

2. “Yang saya rasakan secara pribadi, lebih senang melayani dan lebih iklas

bahwa kepada Tuhan tidak itung-itungan. Untuk Tuhan itu tidak ada itung-

itungan dan siap melaksanakan, orang jawa bilang sendiko dawoh saja

atau dengan sepenuh hati.”

3. “Tanggapan saya secara pribadi, Paroki Santo Mikael ini, walaupun

parokinya kecil tetapi kecil-kecil cabe rawit. Kecil tapi bisa menjadi garam

bagi yang lainya. Yang artinya disini, parokinya kecil tetapi mempunyai

suatu power keimanan yang besar, dan justru yang kecil-kecil seperti

inilah mulai dari hal yg kecil-kecil seperti ini Paroki Santo Mikael harapan

saya menjadi paroki yang betul-betul mengimani arti sebuah iman Katolik

(33)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

itu seperti apa. Apa lagi di lingkungan militier yang penuh dengan kegiatan-kegiatan yang boleh dikatakan ke arah kemanusiaan itu dapat dikatakan bisa dihitung dan kebanyakan aroma yang arogan, tetapi dengan adanya gereja ini betul-betul yang saya rasakan bisa menjadi sumber inspirasi kita, sumber untuk sistem kontrol kita untuk hal-hal yang tidak baik.”

(34)