Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 9, No. 1, Hlm. 113-124, Juni 2017

ASPEK REPRODUKSI IKAN SERIDING, nalua (Hamilton, 1822) DI PERAIRAN TELUK PABEAN INDRAMAYU, JAWA BARAT

REPRODUCTIVE ASPECTS OF SCALLOPED PERCHLET, Ambassis nalua (HAMILTON, 1822) IN PABEAN BAY INDRAMAYU, WEST JAVA

Nisha Desfi Arianti1*, M.F. Rahardjo2,4, dan Ahmad Zahid3 1Mahasiswa Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Perairan, Sekolah Pascasarjana IPB *E-mail: [email protected] 2Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB 3Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan, IPB 4Masyarakat Iktiologi Indonesia (MII)

ABSTRACT Scalloped perchlet, Ambassis nalua, is one of fishes in Pabean Bay, Indramayu. This research aims to determine the reproductive aspects of Ambassis nalua in Pabean Bay Indramayu including sex ratio, spawning season, first maturity, fecundity and spawning pattern. Fish samples were collected by trap net and trammel net at three sites in Pabean Bay from April to October 2015. A total of 424 of A. nalua were caught, consist of 114 males and 310 females; with total length ranged from 38.04 to 112.63 mm and total weight ranged from 0.37 to 25.44 g. Sex ratio of mature fish was 1:1.9. The mature males and females were found in every month of sampling period. The gonado-somatic index (GSI) ranged from 0.40 to 0.83 and 2.36 to 4.54 for male and female, respectively. The peak of spawning season was found in September. The first maturity (Lm50) for male and female were 79.17 mm and 91.25 mm, respectively. The fecundity varied from 3,451–32,465 eggs. Egg diameter distribution shows that spawning pattern of A. nalua was batch spawner.

Keywords: Ambassis nalua, spawning season, sex ratio, reproduction

ABSTRAK Ikan seriding (Ambassis nalua) merupakan salah satu jenis ikan yang hidup di perairan Teluk Pabean. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis beberapa aspek reproduksi ikan seriding meliputi nisbah kelamin, musim pemijahan, ukuran kali pertama matang gonad, fekunditas dan tipe pemijahan. Ikan sampel dikumpulkan dari bulan April hingga Oktober 2015 dengan menggunakan alat tangkap sero dan jaring udang milik nelayan. Total 424 ikan seriding yang dikumpulkan terdiri atas 114 jantan dan 310 betina; dengan panjang total berkisar antara 38,04 - 112,63 mm dan bobot antara 0,37 - 25,44 g. Nisbah kelamin ikan jantan dan ikan betina (TKG IV) adalah 1:1,9. Ikan jantan dan ikan betina yang matang gonad (TKG IV) ditemukan setiap bulan pengamatan. Nilai indeks kematangan gonad (IKG) berkisar antara 0,40 – 0,83 untuk ikan jantan dan 2,36 – 4,54 untuk ikan betina. Puncak pemijahan ditemukan pada bulan September. Ukuran kali pertama matang gonad ikan jantan dan betina yaitu 79,17 mm dan 91,25 mm. Fekunditas bervariasi dari 3.451 – 32.465 butir. Distribusi diameter telur menunjukkan bahwa pola pemijahan ikan seriding adalah pemijahan bertahap.

Kata kunci: Ambassis nalua, musim pemijahan, nisbah kelamin, reproduksi

I. PENDAHULUAN hunian ikan yang sangat beragam dengan berbagai alasan, seperti pemijahan, pencarian Teluk Pabean merupakan muara makanan, jalur persinggahan dalam ruaya, Sungai Cimanuk yang berbatasan langsung dan perlindungan. Salah satu ikan yang hidup dengan Laut Jawa. Pengaruh daratan maupun di Teluk Pabean adalah ikan seriding lautan membuat Teluk Pabean menjadi (Ambassis nalua). Ikan seriding dianggap daerah yang subur, serta merupakan daerah sebagai spesies yang menghabiskan seluruh

Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, FPIK-IPB @ ISOI dan HAPPI 113 Aspek Reproduksi Ikan Seriding, Ambassis nalua (Hamilton, 1822) di . . .

siklus hidupnya di perairan Teluk Pabean. untuk kemudian melakukan pemijahan Menurut Elliott et al. (2007) ikan seriding kembali. () termasuk dalam kategori Sejauh ini informasi mengenai bio- spesies estuari, bagian subtropis/tropis, ka- logi mengenai ikan seriding (A. nalua) masih rena memanfaatkan perairan ini sebagai sangat sedikit, terutama informasi mengenai daerah untuk mencari makan, berkembang reproduksi. Penelitian aspek reproduksi ikan biak dan berlindung bagi ikan kecil dan ikan seriding di perairan Teluk Pabean belum remaja. Sichum and Tantichodok (2013) me- pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian ini ngungkapkan bahwa beberapa spesies ikan bertujuan untuk menganalisis aspek repro- seriding banyak ditemukan di perairan dekat duksi ikan seriding meliputi nisbah kelamin, pantai Teluk Thailand pada ukuran yuwana musim pemijahan, ukuran kali pertama dan dewasa, terutama mendominasi area matang gonad, fekunditas dan tipe pemijahan mangrove. di perairan Teluk Pabean. Hasil penelitian ini Ikan seriding memiliki ukuran tubuh nantinya akan digunakan sebagai informasi yang kecil dan transparan. Beberapa tahap dasar menyusun alternatif pengelolaan ikan hidupnya ditemukan di ekosistem estuari, seriding di Teluk Pabean. dengan jumlah yang melimpah seperti yang ditemukan di estuari Mayangan (Zahid et al., II. METODE PENELITIAN 2011) dan di Teluk Bintuni (Simanjuntak et al., 2011). Pada kedua lokasi tersebut, ikan 2.1. Waktu dan Lokasi Penelitian seriding merupakan ikan yang cukup mendo- Penelitian dilakukan pada bulan April minasi dan memiliki sebaran yang cukup hingga Oktober 2015 di Teluk Pabean, luas. Keberlangsungan hidupnya memenga- Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat ruhi ketersediaan makanan bagi piscivora (Gambar 1). Lokasi pengambilan contoh (pemakan ikan) di estuari. dibagi menjadi tiga zona berdasarkan daerah Penelitian mengenai ikan seriding representatif teluk, yaitu bagian dalam teluk, terutama mengenai reproduksi masih sangat bagian tengah teluk dan bagian luar teluk. sedikit. Beberapa spesies ikan seriding yang Bagian dalam teluk merupakan daerah yang telah diteliti adalah Ambassis nigripinnis tenang dan tertutupi oleh tumbuhan mang- (Milton and Arthington, 1985); Ambassis rove; bagian tengah teluk terdapat beberapa agassizii (Llewellyn, 2008); Parambassis keramba ikan bandeng milik nelayan; se- siamensis (Okutsu et al., 2011); dan Param- dangkan bagian luar teluk merupakan daerah bassis ranga (Ishikawa and Tachihara, 2011). yang mendapatkan pengaruh dari laut, angin Widodo dan Suadi (2006) menerangkan kuat, terdapat banyak sero nelayan, dan bahwa aspek biologi yang dikaji dapat perairan lebih luas. berupa perubahan (dinamika) yang terjadi pada stok sumber daya yang dieksploitasi 2.2. Pengumpulan Data yang salah satunya dipengaruhi oleh keber- Pengambilan ikan contoh dilakukan hasilan reproduksi dan rekrutmen. Proses sebanyak satu kali dalam satu bulan dengan reproduksi ini dapat memberikan gambaran menggunakan alat tangkap sero (panjang tentang aspek biologi yang terkait proses sayap 60 m; tinggi 1,2 m; mata jaring 2 mm) reproduksi, mulai dari differensiasi seksual dan jaring udang (trammel net) (panjang 72 hingga dihasilkannya individu baru (larva) m; tinggi 1,5 m; waktu 60 menit; mata jaring (Affandi dan Tang, 2002). Aktifitas pe- 1,5 inch). Sero dipasang pada malam hari dan mijahan memberikan kesempatan bagi ikan diangkat pada pagi hari oleh nelayan dan untuk menghasilkan keturunan dan pada jaring udang dioperasikan pada saat turun gilirannya akan bertumbuh hingga dewasa lapangan. Ikan seriding yang telah tertangkap kemudian diawetkan dengan formalin 10%

114 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt91 Arianti et al.

untuk dibawa ke Laboratorium Biologi miliki ciri seksual sekunder (dimorfisme dan Makro I, Fakultas Perikanan dan Ilmu dikromatisme), sehingga untuk menentukan Kelautan, Institut Pertanian Bogor. jenis kelamin (jantan dan betina) perlu di- lakukan pembedahan terlebih dahulu, bobot 2.3. Analisis Laboratorium gonad ditimbang dengan menggunakan tim- Ikan seriding diukur panjang totalnya bangan digital ketelitian 0,0001 g, kemudian (PT) dengan jangka sorong berketelitian 1 diawetkan dengan formalin 4%. Penentuan mm, dan ditimbang bobot tubuhnya (B) TKG dilihat berdasarkan ciri morfologis dengan menggunakan timbangan digital ber- gonad yaitu bentuk, ukuran, pengisian dalam ketelitian 0,01 g. Ikan seriding tidak me- rongga tubuh, dan warna (Effendie, 1979).

Gambar 1. Lokasi penelitian di Teluk Pabean, Indramayu (Sumber: Modifikasi dari Bakosurtanal).

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 9, No. 1, Juni 2017 115 Aspek Reproduksi Ikan Seriding, Ambassis nalua (Hamilton, 1822) di . . .

Gonad yang telah diawetkan ke- Musim pemijahan yaitu bulan dengan dite- mudian dibagi menjadi tiga bagian yaitu mukannya ikan yang matang gonad; puncak anterior, tengah dan posterior (masing- pemijahan yaitu bulan dengan ditemukannya masing bagian ditimbang). Masing-masing ikan dengan proporsi TKG dan IKG bagian kemudian diambil 5% dari bobotnya; tertinggi. Indeks kematangan gonad dihitung diencerkan dengan aquades untuk memudah- berdasarkan rumus Effendie (1979) yaitu : kan menghitung fekunditasnya. Diameter telur diukur dengan mengambil masing- ...... (2) masing bagian yang mewakili (anterior, dimana,Bg IKG: indeks kematangan gonad; Bg: tengah, dan posterior) sebanyak 100 butir bobotIKG = gonadBt 푥100 (g) ; Bt: bobot tubuh (g) (TKG IV), kemudian dilakukan pengamatan Tingkat kematangan gonad (TKG) menggunakan mikroskop pembesaran 4 ×10 ditentukan berdasarkan tanda-tanda morfo- dengan mikrometer okuler yang telah ditera logi gonad meliputi bentuk, ukuran, pe- dengan mikrometer objektif. ngisian dalam rongga tubuh, dan warna ikan

seriding (Tabel 1). 2.4. Analisis Data Ukuran ikan kali pertama matang

gonad (Lm ) dihitung menggunakan metode Analisis data yang digunakan dalam 50 pendekatan ukuran morfologi berdasarkan aspek reproduksi ikan seriding meliputi frekuensi kumulatif ikan yang matang gonad nisbah kelamin, musim pemijahan, ukuran (TKG III dan IV). kali pertama matang gonad, fekunditas dan Ikan seriding (Ambassis nalua) yang tipe pemijahan. Nisbah kelamin ikan seriding telah mengalami matang gonad dihitung dihitung dengan membandingkan jumlah fekunditas totalnya. Persamaan yang diguna- ikan seriding jantan dan betina yang telah kan dalam menghitung telur secara grafi- matang gonad (TKG IV) yaitu: metrik adalah sebagai berikut (Effendie,

1979): ...... (1) dimana,nJ NK: nisbah kelamin; nJ : jumlah ...... (3) nB ikanNK =jantan; nB: jumlah ikan betina. dimana,퐺 F: fekunditas total (butir); G: bobot 푔 Nilai indeks kematangan gonad gonad퐹 = 푥푓 (g); g: bobot gonad contoh (g); f: (IKG) dihitung setiap bulan pengamatan. jumlah telur tercacah (butir).

Tabel 1. Penentuan tingkat kematangan gonad ikan seriding secara morfologi.

TKG Karakter morfologis Karakter histologis Ukuran ovarium kecil, tipis, Sel kecil dengan inti sel (nukleus) I bewarna jingga dan terlihat seperti ditengah dan bentuk tidak beraturan. minyak. Sel lebih besar sejalan dengan perkem- Ukuran ovarium membesar, warna bangan sitoplasma, nukleus semakin II kekuningan tetapi butiran telur be- membesar disertai dengan munculnya lum terlihat. nukleolus. Ditemukan seperti cincin putih yang mengelilingi nukleus. Ditandai dengan munculnya pemben- Ukuran ovarium semakin tukkan butiran kuning telur dan butiran III membesar, bewarna kuning dan lemak di sitoplasma. Zona radiata dan mulai terlihat adanya butiran telur. lapisan folikel mulai terlihat jelas.

116 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt91 Arianti et al.

TKG Karakter morfologis Karakter histologis Nukleus mulai terdesak dengan Butiran telur terlihat dengan jelas semakin meningkatnya jumlah dan dan rongga ovarium rapat dengan IV ukuran butiran kuning telur di telur. Pembuluh darah terlihat sitoplasma. Zona radiata semakin tebal sangat jelas. dan terlihat jelas. Pada tahap ini, nukleus menghilang dan Butiran telur terlihat dan rongga nekleolus keluar ke sitoplasma. Pem- V ovarium mulai merenggang, bentukan butiran kuning telur telah terdapat bagian yang transparan. berhenti dan sitoplasma di dominasi oleh butiran kuning telur.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN menunjuk-kan bahwa nisbah kelamin tidak mengikuti pola 1:1 (tidak seimbang) pada 3.1. Hasil taraf 95% [χ2 hitung (90,60) > χ2 tabel 3.1.1. Nisbah Kelamin (db=2-1) (3,841)]. Ikan seriding yang diperoleh selama tujuh bulan penelitian berjumlah 424 ekor 3.1.2. Musim Pemijahan ikan, dengan panjang total antara 38,04 - Ikan seriding mengisi semua tahapan 112,63 mm dan bobot antara 0,37 – 25,44 g. perkembangan gonad (TKG I – V) selama Jumlah yang diperoleh tersebut terdiri atas bulan pengamatan (Gambar 2). Frekuensi 114 ekor (26,9%) ikan seriding jantan dan tertinggi pada ikan jantan (TKG IV) terdapat 310 ekor (73,1%) ikan seriding betina. pada bulan September yaitu berjumlah 41 Jumlah ikan betina lebih banyak dibanding ekor sedangkan untuk ikan betina yaitu dengan jumlah ikan jantan. berjumlah 45 ekor. Ikan seriding TKG V Nisbah kelamin ikan seriding jantan ditemukan pada bulan September dan dan betina yang matang gonad (TKG IV) Oktober untuk ikan jantan dan pada bulan secara keseluruhan adalah 1 : 1,9 (Tabel2). Mei, Juli, Agustus, September dan Oktober Uji khi kuadrat terhadap nisbah kelamin untuk ikan betina.

Tabel 2. Nisbah kelamin ikan seriding jantan dan betina (TKG IV).

Jumlah (ekor) Nisbah Kelamin Bulan χ2 hitung Jantan Betina (Jantan : Betina) April 0 1 0 0 Mei 1 11 1 : 11,0 8,33** Juni 1 3 1 : 3,0 1,00 Juli 10 11 1 : 1,1 0,05 Agustus 8 28 1 : 3,5 11,11** September 41 45 1 : 1,1 0,19 Oktober 2 18 1 : 9,0 12,80** Total 63 117 1 : 1,9 16,20** Keterangan : Nilai hitung yang lebih kecil dari tabel (0,05;1) = 3,841 menunjukkan bahwa nisbah kelamin2 adalah 1:1; ** nisbah kelamin 2tidak 1:1. χ χ

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 9, No. 1, Juni 2017 117 Aspek Reproduksi Ikan Seriding, Ambassis nalua (Hamilton, 1822) di . . .

TKG I TKG II TKG III TKG IV TKG V 100

80

60

40 TKG (%) TKG 20

0 Apr* Mei Jun Jul Agu Sep Okt Bulan (a) Gambar 3. Indeks kematangan gonad ikan

seriding jantan (a) dan betina (b) TKG I TKG II TKG III TKG IV TKG V (*tidak ditemukan ikan). 100 80 3.1.3. Ukuran Ikan Seriding Kali Per- 60 tama Matang Gonad (Lm50)

40 Berdasarkan ukuran morfologi dan TKG (%) (%) TKG 20 kematangan gonad (TKG III – IV) ikan 0 jantan mengalami matang gonad dengan Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt ukuran lebih kecil dibandingkan ikan betina, Bulan (b) yaitu masing-masing 79,17 mm dan 91,25 Gambar 2. Tingkat kematangan gonad ikan mm (Gambar 4). seriding jantan (a) dan betina (b) (*tidak ditemukan ikan). (a) Nilai rata-rata indeks kematangan gonad (IKG) selama bulan pengamatan pada ikan seriding jantan dan betina berfluktuasi. Nilai IKG ikan jantan berkisar antara 0,3964–0,8269 dan ikan betina berkisar antara 2,3606–4,5380 (Gambar 3). Nilai IKG maksimum ikan jantan dan ikan betina ditemukan pada bulan September, dan nilai IKG minimum ditemukan pada bulan Agustus untuk ikan jantan dan Juli untuk ikan betina. (b)

Gambar 4. Ukuran kali pertama matang gonad (Lm50) jantan (a) dan betina (b).

118 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt91 Arianti et al.

3.1.4. Fekunditas Nilai fekunditas total ikan seriding yang diperoleh dari April hingga Oktober berkisar antara 3.451 – 32.465 butir dengan rata-rata yaitu 12.618 ±6156 butir dari 117 ekor ikan betina (TKG IV) yang berukuran panjang total 70,37 - 112,63 mm dan bobot tubuh 5,61 - 25,44 g. Fekunditas minimum (3.451 butir) ditemukan pada ikan berukuran 72,97 mm sedangkan fekunditas maksimum (32.465 butir) ditemukan pada ikan ber- ukuran 111,12 mm. Gambar 5. Hubungan fekunditas dengan Hubungan antara fekunditas dengan panjang total (a), dan bobot tubuh panjang total dan fekunditas dengan bobot (b). tubuh ikan dinyatakan dengan persamaan F = 0,0732PT2,6389 (r = 0,6037) dan F = 3.1.5. Diameter Telur 1112,2B0,9346 (r = 0,6729) (Gambar 5). Sebaran diameter telur ikan seriding dari 31 ikan betina yang telah matang gonad (TKG IV) bervariasi, dibagi ke dalam 14 kelompok ukuran yaitu antara 0,1 - 0,9 mm (Gambar 6). Berdasarkan Gambar 6 terlihat bahwa sebaran diameter telur ikan seriding memiliki tiga buah modus. Modus pertama terdapat pada selang kelas 0,23–0,29 mm; modus kedua terdapat pada selang kelas 0,44–0,50 mm; dan modus ketiga terdapat pada selang kelas 0,79 0,85 mm. –

Gambar 6. Sebaran diameter telur ikan seriding.

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 9, No. 1, Juni 2017 119 Aspek Reproduksi Ikan Seriding, Ambassis nalua (Hamilton, 1822) di . . .

3.2. Pembahasan Pabean, kecuali pada bulan April. Pada bulan 3.2.1. Nisbah Kelamin tersebut ikan seriding jantan tidak ditemukan. Nisbah kelamin pada ikan seriding Seiring dengan peningkatan TKG maka nilai (TKG IV) tidak mengikuti pola 1:1. Kondisi IKG akan meningkat, hal ini disebabkan yang sama juga ditemukan beberapa ikan karena perkembangan gonad yang semakin pesisir seperti pada ikan Micropogonias membesar hingga menuju pemijahan, ter- furnieri di Teluk Sepetiba, Rio de Jeneiro utama pada ikan seriding betina. Hal serupa (Vicentini and Araujo, 2003), Parambassis juga ditemukan pada ikan Parambassis ranga di perairan Haebaru, Okinawa siamensis (Okutsu et al., 2011). Berdasarkan (Ishikawa and Tachihara, 2011), akan tetapi proporsi TKG dan IKG yang tertinggi terjadi berbeda dengan Ambassis nigripinnis yang pada bulan September, maka bulan tersebut memiliki nisbah kelamin dengan pola 1 : 1 dapat dianggap sebagai puncak pemijahan. sepanjang tahun (Milton and Arthington, Musim pemijahan ikan seriding berbeda 1985). dengan jenis Ambassidae lainnya, seperti Vazzoler (1996) menjelaskan bahwa Ambassis agassizii yang memijah pada bulan jika dianalisis berdasarkan jumlah kelas Oktober dan November di (Milton panjang, dominasi ikan betina terjadi pada and Arthington, 1985) dan Parambassis selang kelas yang lebih besar dan ikan jantan ranga yang memijah pada bulan Februari – berada pada selang kelas yang kecil seperti Oktober dengan puncak pemijahan bulan pada ikan Toxotes chatareus dan Toxotes April di Jepang (Ishikawa and Tachihara, jaculatrix di perairan pesisir Johor (Simon et 2011). al., 2012) dan Plagioscion squamosissimus di estuari Amazon (Barbosa et al., 2012), hal ini 3.2.3. Ukuran Ikan Seriding Kali dikarenakan taksa pertumbuhan ikan betina Pertama Matang Gonad (Lm50) lebih tinggi dibandingkan ikan jantan. Ikan seriding jantan mengalami kali Perbedaan nisbah kelamin juga dipengaruhi pertama matang gonad pada ukuran lebih oleh ketersediaan makanan dan laju kecil dibanding ikan betina. Pada beberapa pertumbuhan Vicentini and Araujo (2003); teleost, ikan betina mengalami kali pertama tingkat kematian antara ikan jantan dan ikan matang gonad pada ukuran lebih besar betina (Bedoui and Gharbi 2008). dibandingkan ikan jantan, seperti pada ikan Scopthalmus maximus (Jones 1974); 3.2.2. Musim Pemijahan dan Lokasi Rhaphiodon vulpinus (Neuberger et al., Pemijahan 2007); Arius argyropleuron (Isa et al., 2012). Musim pemijahan ditandai dengan Hal ini berbeda dengan beberapa ikan lain- ditemukan ikan seriding baik jantan dan nya yang hidup di daerah pesisir pantai betina yang berada pada TKG IV dan TKG seperti ikan Gerres kapas di pantai V. Hal ini menunjukkan bahwa lokasi Mayangan (Sjafei dan Syahputra, 2009); pemijahan ikan seriding di perairan Teluk Sciades herzbergii di estuari Brazil Pabean. Akan tetapi lokasi pasti untuk pe- (Queiroga et al., 2012); Anchoa marinii di mijahan ikan seriding masih sulit ditentukan pantai Buenos Aires (López et al., 2015) dan informasi terkait lokasi pemijahan ikan dimana ikan betina mengalami matang gonad ini masih minim. Coates (1990) juga pada ukuran lebih kecil dari ikan jantan. menjelaskan lokasi pemijahan Ambassis Berbeda lagi dengan ikan Ambassis inter- interrupta masih belum dapat dipastikan di rupta di Papua Nugini (Coates 1990), ikan aliran sungai Sepik, Papua Nugini. jantan dan ikan betina memiliki ukuran kali Proporsi TKG menunjukkan bahwa pertama matang gonad pada ukuran panjang pemijahan pada ikan seriding terjadi selama yang sama. pengamatan (Mei-Oktober) di perairan Teluk

120 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt91 Arianti et al.

Perbedaan ukuran ikan kali pertama panjang dan bobot ikan. Koefisien korelasi matang gonad dipengaruhi oleh laju yang didapatkan dari persamaan fekunditas pertumbuhan dan strategi reproduksi ikan itu terhadap bobot tubuh lebih tinggi dibanding- sendiri. Ukuran ikan kali pertama matang kan dengan fekunditas terhadap panjang gonad yang dilakukan secara berkala dapat total, hal ini diperkuat dengan pola pertum- menjadi indikator adanya tekanan terhadap buhan ikan seriding yaitu alometrik positif populasi, seperti pada ikan Sarotherodon (b>3) yang menunjukkan bahwa penambahan melanotheron dan Ethmalosa fimbriata di bobot tubuh mengindikasikan terjadinya perairan estuari Afrika Barat (Panfili et al., perkembangan gonad. Hal serupa juga 2006). Selain itu ketersediaan makanan di dijumpai pada ikan Macquaria colonorum lingkungan juga memengaruhi ukuran kali (Walsh et al., 2011). pertama matang gonad. Makanan yang cukup dapat dimanfaatkan ikan untuk memperoleh 3.2.5. Tipe Pemijahan energi dalam melakukan reproduksi, meta- Sebaran diameter telur ikan seriding bolisme dan pertumbuhan ataupun energi menunjukkan tiga modus, dimana pada yang didapat dari makanan terakumulasi modus pertama merupakan telur yang belum dalam bentuk cadangan energi yang nantinya matang, modus kedua merupakan telur yang dimanfaatkan untuk mendukung proses sedang berkembang, dan modus ketiga reproduksi (Wootton, 1985; Jobling, 1994). merupakan telur yang siap dikeluakan Ukuran ikan kali pertama matang gonad akan (matang gonad). Hal ini menunjukkan bahwa berubah dari waktu kewaktu (Walker and ikan seriding (Ambassis nalua) memiliki tipe Hislop, 1998). pemijahan bertahap, yang artinya ikan akan mengeluarkan telurnya sebagian demi se- 3.2.4. Fekunditas bagian. Tipe pemijahan yang serupa juga Fekunditas yang dihasilkan oleh se- ditemukan pada ikan janjan bersisik tiap induk betina bervariasi. Nilai fekunditas (Parapocryptes sp.) (Sulistiono et al., 2006); ikan seriding ini lebih besar jika dibanding- Sillago sihama (Sulistiono, 2011); kan dengan Ambassis agrammus dan Hypostomus auroguttatus (Gomes, 2015). Ambassis macleayi yaitu masing-masing 312 – 2905 dan 320 – 2360 butir (Bishop et al., IV. KESIMPULAN unpublish data in Semple, 1985); Ambassis agassizii yaitu 380 – 9966 butir (Llewellyn, Nisbah kelamin ikan seriding di 2008) dan lebih kecil jika dibandingkan perairan Teluk Pabean tidak menunjukkan dengan fekunditas ikan Ambassis interrupta pola 1:1 (tidak seimbang). Pemijahan ber- (29.000 – 310.000 butir) di Papua Nugini langsung setiap bulan dengan puncak pe- (Coates, 1990). Menurut Rahardjo et al. mijahan terjadi pada bulan September. Ikan (2011) ukuran ikan menjadi salah satu faktor seriding jantan mengalami kali pertama yang menyebabkan bervariasinya fekunditas, matang gonad dengan ukuran lebih kecil selain itu juga dipengaruhi oleh spesies ikan, dibandingkan dengan ikan seriding betina. umur, serta kondisi lingkungan diantaranya Fekunditas yang dihasilkan ikan seriding ketersediaan makanan, suhu, musim dan lain- betina yaitu 3451–32465 butir. Berdasarkan lain. Suhu lingkungan memengaruhi fekun- pesebaran diameter telur maka ikan seriding ditas dan ukuran telur dalam penyerapan masuk kategori ikan dengan tipe pemijahan kuning telur pada oosit (Jonsson and Jonsson, bertahap. 2009). Untuk memperkaya informasi me- Hubungan fekunditas dengan panjang ngenai ikan seriding di perairan Teluk total dan bobot tubuh digunakan untuk Pabean disarankan penelitian aspek lain ter- melihat proporsi peningkatan gonad terhadap kait ikan seriding seperti penelitian mengenai

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 9, No. 1, Juni 2017 121 Aspek Reproduksi Ikan Seriding, Ambassis nalua (Hamilton, 1822) di . . .

distribusi larva ikan seriding, sehingga dapat argyropleuron (Siluriformes: Ariidae) diketahui dengan pasti lokasi pemijahan ikan in the northern part of Peninsular seriding dan persebaran ikan seriding untuk Malaysia. J. Biol. Agricult. Healthc. menambah kajian dalam pengelolaan ikan 2(3):14-28. seriding (Ambassis nalua) di perairan Teluk Ishikawa, T. and K. Tachihara. 2011. Repro- Pabean. ductive biology, growth, and age composition of non-native Indian DAFTAR PUSTAKA glassy fish Parambassis ranga (Hamilton, 1822) in Haebaru Re- Affandi, R. dan U. Tang. 2002. Fisiologi servoir, Okinawa-jima Island, sout- hewan air. UNRI Press. Pekanbaru. hern Japan. J. Applied Ichthyology. 213hlm. 28(2):231-237. Barbosa, N.D., R.M. Rocha, and F.L Fredou. Jobling, M. 1994. Fish bioenergetics. Chap- 2012. The reproductive biology of man and Hall. New York. 294p. Plagioscion squamosissimus (Heckel, Jones, A. 1974. Sexual maturity, fecundity 1840) in the Para´ River estuary and growth of the turbot Scopht- (Amazon Estuary). J. Applied halmus maximus L. UK. J. Mar. Biol. Ichthyology, 28(5):800-805. Assoc. United Kingdom. 54(1):109- Bedoui, R.F. and H. Gharbi. 2008. Sex-ratio, 125. reproduction and feeding habits of Jonsson, B. and N. Jonsson. 2009. A review Pomadasys incisus (Haemulidae) in of the likely effects of climate change the Gulf of Tunis (Tunisia). Acta on anadromous Atlantic salmon Adriat, 49(1):5–19. Salmo salar and brown trout Salmo Coates, D. 1990. Aspect of biology of the trutta, with particular reference to Perchlet Ambassis interrupta Bleeker water temperature and flow. J. Fish (Pisces: Ambassidae) in the Sepik Biol., 75(10):2381–2447. River, Papua . J. Mar. Llewellyn, L.C. 2008. Observations on the Freshw. Res., 41(2):267-274. breeding biology of Ambassis Effendie, M.I. 1979. Metode biologi agassizii Steindachner, 1867 (Teleos- perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor. tei: Ambassidae) from the Murray 112hlm. Darling Basin in New South Wales. J. Elliot, M., A.K. Whitfield, I.C. Potter, S.J. Australian Zoologist. 34(4):476-498. M. Blaber, D.P. Cyrus, F.G. Nordlie, López, S., E. Mabragaña, J.M. Díaz de and T.D. Harrison. 2007. The guild Astarloa, and Castro. 2015. Repro- approach to categorizing estuarine ductive studies of Anchoa marinii fish assemblages: a global review. J. Hildebrand, 1943 (: Fish and Fisheries, 8(3):241-268. Engraulidae) in the nearby-coastal Gomes, I.D., F.G. Araujo, A.A. Nascimento, area of Mar Chiquita coastal lagoon, and A. Sales. 2015. Equilibrium Buenos Aires, Argentina. J. Neotrop reproductive strategy of the armored Ichthyol, 13(1):221-228. catfish Hypostomus auroguttatus Milton, D.A. and A.H. Arthington. 1985. (Siluriformes, Loricariidae) in a Reproductive strategy and growth of tropical river in Southeastern Brazil. the Australian smelt, Retropinna J. Environ. Biol. Fishes. 98(1):249- semoni (Weber) (Pisces:Retropin- 260. nidae), and the olive perchlet, Ambas- Isa, M.M., N.S.M. Noor, K. Yahya, and sis nigripinnis (De Vis) (Pisces : S.A.M. Nor. 2012. Reproductive bio- Ambassidae), in Brisban, Seouth- logy of estuarine catfish, Arius

122 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt91 Arianti et al.

eastern . J. Mar. Freshw. Simon, K.D., Y. Bakar, A.G. Mazlan, C.C. Res., 36(3): 329-341. Zaidi, A. Samat, A. Arshad, S.E. Neuberger, A.L., E.E. Marques, C.S. Temple, and N.J. Brown-Petersen. Agostinho, and R.J. Oliveira. 2007. 2012. Aspect of the reproductive Reproductive biology of Rhaphiodon biology of two archer fishes Toxotes vulpinus (Ostariophysi: Cynodonti- chatareus, (Hamilton 1822) and dae) in the Tocantins River Basin, Toxotes jaculatrix (Pallas 1767). Brazil. J. Neotrop Ichthyol, 5(4):479- Environ. Biol. Fishes. 93:491-503. 484. Sjafei, D.S. dan D. Syaputra. 2009. Aspek Okutsu, T., S. Morioka, J. Shinji, and P. reproduksi ikan kapasan (Gerres Chanthasone. 2011. Growth and kapas Blkr, 1851, Fam. Gerreidae) di reproduction of the glassperch perairan pantai Mayangan, Jawa Parambassis siamensis (Teleostei: Barat. JII. 9(1):75-84. Ambassidae) in Central Laos. J. Sulistiono, E. Purnamawati, K.H. Ekosafitri, Ichthyol Expl Freshw, 22(2):97-106. R. Affandi, dan D.S. Sjafei. 2006. Panfili, J., D. Thior, J. M. Ecountin, and P. Kematangan gonad dan kebiasaan Ndiaye. 2006. Influence of salinity on makanan ikan janjan bersisik the size at maturity for fish species (Parapocryptes sp.) di perairan Ujung reproducing in contrasting West Pangkah, Jawa Timur. JIIPPI., African estuaries. J. Fish Biol., 13(2):97-105. 69:95–113. Sulistiono. 2011. Reproduksi ikan rejung Queiroga, F.R., J.E. Golzlo, R.B. Santos, (Sillago sihama Forskkal) di perairan T.O. Martins, and A.L. Vendel. 2012. Mayangan, Subang, Jawa Barat. JII., Reproductive biology of Sciades 11(1):55-65. herzbergii (Siluriformes: Ariidae) in a Vazzoler, A.E.A.M. 1996. Biologia da repro- tropical estuary in Brazil. Zoologia, dução de peixes teleósteos: teoria e 29(5):397-404. prática. Maringá, Eduem, 169p. Rahardjo, M.F., D.S. Sjafei, R. Affandi, dan Vicentini, R.N. and F.G. Araujo. 2003. Sex Sulistiono. 2011. Iktiologi. Lubuk ratio and size structure of Micro- Agung. Bandung. 406hlm. pogonias furnieri (Dermarest, 1823) Semple, G.P. 1985. Reproductive behaviour (Perciformes, Sciaenidae) in Sepetiba and development of the glassperchlet, Bay, Rio de Janeiro, Brazil. Braz. J. Ambassis agrarnrnus Gunther (Pis- Biol., 63(4):559-566. ces:Ambassidae), from the Alligator Walker, P.A. and G. Hislop. 1998. Sensitive Rivers system, Northern Territory. J. skates or resilient rays? Spatial and Mar. Freshw. Res., 36: 797-805. temporal shifts in ray species com- Sichum, S. and P. Tantichodok. 2013. position in the central and north- Diversity and assemblage patterns of western North Sea between 1930 and juvenile and small sized fishes in the the present day. ICES J. Mar Scien., nearshore habitats of The Gulf of 55:392–402. Thailand. J. Raffles Bull Zool. Walsh, C. T., C. A. Gray, R. West, and L. F. 61(2):795–809. G. Williams. 2011. Reproductive Simanjuntak, C.P.H., Sulistiono, M.F. biology and spawning strategy of the Rahardjo, dan A. Zahid. 2011. catadromous percichthyid,Macquaria Iktiodiversitas di perairan Teluk colonorum (Gunther, 1863). Environ. Bintuni, Papua Barat. JII., 11(2):107- Biol. Fishes, 91:471–486. 126. Widodo, J. dan Suadi. 2006. Pengelolaan sumber daya perikanan laut. Gadjah

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 9, No. 1, Juni 2017 123 Aspek Reproduksi Ikan Seriding, Ambassis nalua (Hamilton, 1822) di . . .

Mada University Press. Yogyakarta. Zahid, A., C.P.H. Simanjuntak, M.F. 252 hlm Rahardjo, dan Sulistiono. 2011. Iktio- Wootton, R. J. 1985. Energetics of fauna ekosistem estuari Mayangan, reproduction. pp. 231-254. In: Tytler, Jawa Barat. JII., 11(1):77–85. P. and P. Calow (Eds.). Fish Ener- getics: new perspectives. Croom Diterima : 3 November 2016 Helm, Sydney (AU). 410p. Direview : 6 Desember 2016 Disetujui : 20 Mei 2017

124 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt91