PURA AGUNG DALEM DIMADE DI DESA GULIANG, BANGLI, (POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH LOKAL DI SMA)

Oleh: NI LUH SULANDARI NIM 1314021008

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS HUKUM DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2017 PURA AGUNG DALEM DIMADE DI DESA GULIANG, BANGLI, BALI (POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH LOKAL) Ni Luh Sulandari, Dra. D.M.O Purnawati, M.Hum, Dr.Drs. I Made Pageh M.Hum

Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, e-mail: [email protected], [email protected], [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan di Desa Pakraman Guliang Kangin, Bangli, Bali yang bertujuan untuk mengetahui : (1) Guliang dijadikan sebagai Pengasingan dan Sejarah berdirinya Pura Agung Dalem Dimade di Desa Pakraman Guliang Kangin; (2) Pura Agung Dalem Dimade sebagai Pemujaan Dinasti Kepakisan; dan (3) Potensi sebagai sumber pembelajaran sejarah Lokal. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah, sehingga langkah yang dilakukan adalah (1) teknik penentuan lokasi penelitian, (2) teknik penentuan informan, (3) Heuristik (pengumpulan data) dengan menggunakan teknik observasi, wawancara, studi dokumen, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Pencarian informan ditentukan dengan cara Snowball sampling. Penentuan informan diawali dengan menentukan informan kunci, kemudian dikembangkan sampai data lengkap. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa : (1) Pura Agung Dalem Dimade berdiri pada tahun 1665 (pada abad ke-17), sejarah berdirinya Pura ini dilatarbelakangi pada saat Ida Dalem kesah ke Desa Guliang, karena terjadinya pemberontakan di Gelgel, sehingga beliau diasingkan ke Desa Guliang, disana beliau membangun Puri serta Merajan untuk memuja para leluhurnya di pengasingan, setelah beliau wafat Puri dan Merajannya dijadikan Pura oleh masyarakat Desa Guliang. (2) Pura Agung Dalem Dimade kini dijadikan sebagai Pemujaan Dinasti Kepakisan di Bali yang piodalannya diperingati 210 hari atau pada hari Anggar Kasih Prangbakat. (3) Potensi yang ada di Pura Agung Dalem Dimade yang bisa dijadikan sebagai sumber belajar sejarah adalah dari aspek sejarah, aspek politik, aspek gotong-royong dan kebersamaan.

Kata Kunci: Sejarah,Pura Agung Dalem Dimade dan Sumber Belajar Sejarah.

Abstract This research was conducted in Pakraman Guliang Kangin village, Bangli, Bali which aims to know : (1) Guliang serve as exile and history of the establishment Agung Dalem Dimade temple in the Pakraman Guliang Kangin village; (2) Agung Dalem Dimade temple as worship dynasty of Kepakisan; and (3) Potential as a source of local history learning. This research is a historical research, so the steps that must be done is (1) the technique of determining the location of research, (2) technique for determining informants, (3) Heuristics (data collection) by using observation, interview, study documents, source criticism, interpretation, and historiography. Informant search is determined by snowball sampling. The determination of informant begins with determining key informants, then developed until the complete data. Based on the results of the study found that : (1) the Agung Dalem Dimade temple stood in 1665 (in the 17th century), the history of the founding of this temple was motivated when Ida Dalem moved to the Guliang village, because of the rebellion in the Gelgel, so he was exiled to the Guliang village, there he built “Puri” and “Merajan” to worship his ancestors in exile, after he died the “Puri” and the “Merajannya” was made a temple by the villagers Guliang. (2) the Agung Dalem Dimade temple is used as worship of dynasty Kepakisan in Bali which ceremony commemorated 210 days or on Anggar Kasih Prangbakat day. (3) the potential that exists in the Agung Dalem Dimade temple that can be used as a source of learning history is from aspects of history, political aspects, aspects of mutual cooperation and mutuality.

Keywords: History, Agung Dalem Dimade temple,and source of learning history.

PENDAHULUAN sejarah Lokal di SMA berdasarkan Bali sering dijuluki dengan berbagai Kurikulum 2013 ? nama oleh wisatawan, di antaranya disebut Adapun tujuan yang ingin dicapai “Bali, the island of the thousand temples” dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: artinya Bali adalah pulau dengan ribuan 1. Untuk mengetahui Latar Belakang pura. Letak kekuatan Bali itu adalah pada munculnya Guliang sebagai komposisi kekuatan alam dan kekuatan Pengasingan dan munculnya Pura kebudayaannya (Wiana, 2004:20). Agung Dalem Dimade di Desa Guliang, Masyarakat Bali dalam kehidupannya Bangli, Bali. menerapkan ideologi Tri Hita Karana, yang 2. Untuk mengetahui Pura Agung Dalem terdiri dari Parahyangan, Palemahan, dan Dimade dijadikan sebagai Pemujaan Pawongan. Dinasti Kepakisan di Bali. Kata Pura berasal dari kata 3. Untuk mengetahui Potensi apa yang Sansekerta yaitu “pur” yang berarti kota ada di Pura Agung Dalem Dimade atau benteng, artinya tempat yang dibuat sehingga dapat dijadikan sebagai khusus dengan dipagari tembok sumber belajar sejarah Lokal di SMA (penyengker) untuk mengadakan kontak berdasarkan Kurikulum 2013. dengan kekuatan suci (Wiana, 1985: 8). Adapun dalam penelitian ini manfaat Pura di Bali dikelompokkan menjadi dua yang diharapkan adalah sebagai berikut: bagian, yaitu Pura atau Kahyangan umum A. Manfaat Teoritis dan Pura atau Kahyangan khusus. Seperti Melalui penelitian ini penulis halnya Pura Agung Dalem Dimade di Desa mempunyai maksud dan tujuan agar Guliang Kangin. Pura Agung Dalem hasil dari penelitian ini diharapkan dapat Dimade memiliki keistimewaan dan bermanfaat untuk menambah wawasan keunikan dibandingkan Pura yang lainnya. dan bisa mengetahui sejarah berdirinya Pura Agung Dalem Dimade terletak di Pura Agung Dalem Dimade, serta untuk lingkungan yang merupakan bekas Puri dan mengetahui mengapa Pura Agung Merajan Ida Dalem Dimade pada saat Dalem Dimade dijadikan sebagai kesah ke desa Guliang dan memiliki Pemujaan Dinasti Kepakisan di Bali dan peranan dalam mengembalikan kekuasaan mengetahui juga Potensi apa yang ada Politik Dinasti Kepakisan di Bali. di Pura Agung Dalem Dimade sehingga Pura Agung Dalem Dimade jika dapat dijadikan sebagai sumber belajar ditinjauan dari sejarahnya tentunya bisa sejarah Lokal di SMA berdasarkan dipakai sebagai alternative bagi guru untuk kurikulum 2013. mengajarkan materi pembelajaran sejarah di SMA pada kelas X (Peminatan) dengan B. Manfaat Praktis menuangkan kedalam, KI, KD dan Indikator 1. Penulis lain, penelitian ini di dalam silabus sejarah SMA. Suksesnya diharapkan dapat digunakan proses belajar mengajar tidak dapat sebagai titik tolak penelitian lebih dilepaskan dari faktor guru dan siswa. lanjut bagi peneliti selanjutnya yang Sehubungan dengan latar belakang tertarik mengkaji Pura Agung Dalem masalah di atas, maka dapat dirumuskan Dimade di Desa Guliang Bangli dari masalah sebagai berikut. aspek yang lain. 1. Bagaimana Latar Belakang munculnya 2. Masyarakat Guliang dan keluarga Guliang sebagai Pengasingan dan puri, mendapat pengetahuan munculnya Pura Agung Dalem Dimade tentang sejarah Pura Agung Dalem di Desa Guliang, Bangli, Bali? Dimade dan peranan Pura Agung 2. Mengapa Pura Agung Dalem Dimade Dalem Dimade dalam merebut dijadikan sebagai Pemujaan Dinasti kekuasaan politik Dinasti Kepakisan Kepakisan di Bali? di Bali serta tertanam kesadaran 3. Potensi apa saja yang ada di Pura untuk tetap mempertahankan Agung Dalem Dimade sehingga dapat kelestarian Pura Agung Dalem dijadikan sebagai sumber belajar Dimade di Desa Guliang Kangin. METODE PENELITIAN Heuristik Di dalam melaksanakan suatu Pada tahap ini dikumpulkan beberapa penelitian ilmiah yang dapat dipertanggung sumber atau jejak yang ada relevansinya wabkan, maka diperlukan suatu metode dengan masalah yang diteliti. Pengumpulan sebagai cara untuk mengadakan penelitian. data ditujukan untuk menemukan serta Metode penelitian mengacu pada prosedur mengumpulkan jejak-jejak dari peristiwa dalam menyelenggarakan penelitian yang sejarah yang akan dijadikan sumber harus konsisten dengan metodelogi (filosofi sejarah (Widja, 191:20). Dengan kata lain, penelitian) yang dianutnya. Metode data tentang sumber-sumber sejarah yang penelitian mengacu pada langkah-langkah dicari harus sesuai dengan sejarah yang pokok yang ditempuh dari awal penelitian akan peneliti teliti yaitu Pura Agung Dalem sampai dengan analisis data oleh peneliti Dimade. Data yang diperoleh bisa berupa dalam upayanya menjawab permasalahan tertulis dan tidak tertulis serta artefak. Data yang dikemukakan. tertulis berupa dokumen, babad-babad, dan Untuk mengkaji suatu permasalahan foto. Sedangkan data tidak tertulis berupa tentang “Pura Agung Dalem Dimade di bangunan. Desa Guliang, Bangli, Bali (Potensinya Untuk memperoleh data di dalam Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal di penelitian ini digunakan beberapa teknik SMA)”. Digunakan beberapa metode untuk pengumpulan data yang antara lain: mengkaji permasalahan diantaranya adalah 1) Observasi sebagai berikut: Penulis akan melakukan observasi Penentuan Lokasi Penelitian secara menyeluruh mengenai Pura Lokasi penelitian adalah tempat atau Agung Dalem Dimade di Desa Guliang, kancah dimana penelitian itu dilakukan. Bangli, Bali (Potensinya Sebagai Terkait dengan permasalahan yang ingin Sumber Belajar Sejarah Lokal di SMA) dikaji, peneliti mengambil lokasi yang segala hasil yang penulis temukan akan memiliki prasyarat utama yaitu kesesuaian penulis catat. Selain itu juga untuk antara permasalahan penelitian dengan memperkuat bukti penelitian ini, penulis gejala yang tampak. Daerah yang menjadi akan mendokumentasikan segala apa pedoman kunci dalam penelitian ini adalah yang ada didalam Pura Agung Dalem Desa Pekraman Guliang Kangin, Desa Dimade. Instrumen yang dibutuhkan Tamanbali Kabupaten Bangli yang mampu dalam observasi yaitu kamera digital, memberikan jawaban atas beberapa buku kecil (untuk mencatat hal-hal yang fenomena permasalahan pendidikan yang berkaitan dengan penelitian). ingin ditemukan. 2) Teknik Wawancara Teknik Penentuan Informan Teknik wawancara adalah salah satu Penelitian ini menggunakan metode teknik mengumpulkan data dengan cara pencarian informan dengan purposive melakukan tanya jawab yang tepat sampling yaitu orang-orang tertentu yang secara sistematis. Adapun informan bisa menggambarkan permsalahan yang yang dimintai informasi mengenai ingin dikaji. Penetuan informan diawali permasalahan adalah Ngakan Putu dengan penunjukan informan kunci, Suarsana, SH selaku Bendesa Guliang kemudian jumlah informan dikembangkan Kangin yang mengetahui secara secara berantai dengan memakai teknik lengkap bagaimana sejarah Pura dan snow ball sampling (Nasution dalam sejarah awal berdirinya Desa Guliang Sugiarta, 2005:3) yaitu informan diminta Kangin. Dengan teknik ini peneliti untuk menunjukkan informan lain yang berharap dapat menemukan dan memiliki kredibilitas, kegiatan tersebut memperoleh data yang selengkap- berlangsung berkelanjutan sampai dirasa lengkapnya untuk keberhasilan data yang didapat cukup. penelitian.

3) Teknik Studi Dokumentasi PEMBAHASAN Metode dokumentasi digunakan untuk SEJARAH DESA GULIANG memperoleh informan dari sumber- Menurut cerita dari Bendesa Guliang sumber dokumen. Teknik ini dilakukan Ngakan Putu Suarsana sebelum bernama dengan cara membaca literatur-literatur Guliang, desa ini dulunya bernama Desa yang berkaitan dengan penelitian (data Tambangwilah. Desa Guliang yang awalnya tertulis). Data ini berupa babad-babad, disebut Desa Tambangwilah memiliki peran struktur Pura, buku-buku, dan foto-foto. yang sangat penting dalam bidang Peneliti mencari sumber-sumber tertulis pertanian. Hal ini disebabkan Desa ini pada instansi-instansi yang memiliki Tambangwilah memiliki sektor pertanian dan yang terkait dengan objek yang sangat luas dan masyarakatnya penelitian seperti di Pura Agung Dalem bermata pencarian hidup sebagai petani. Dimade, perpustakaan Undiksha, Pada saat terjadinya pemberontakan di perpustakaan daerah Bangli dan Kerajaan Gelgel pada masa kepemimpinan instansi lainnya yang memiliki dokumen- Ida Dalem Dimade pada tahun 1651 dokumen baik itu berupa babad Masehi, yang dilakukan oleh Kiayi Agung ataupun buku sebagai sumber tertulis Maruti mengakibatkan raja Ida Dalem dapat mengenai Pura Agung Dalem Dimade disingkirkan dan raja kemudian mengungsi yang sedang peneliti teliti. ke daerah Alasari (Profil Desa Guliang kangin 2016). Kritik Sumber Setelah selesai dilaksanakannya Sampainya di daerah Alasari (kini langkah pengumpulan sumber-sumber bernama Desa Blah Pane) Ida Dalem sejarah (heuristik) dalam bentuk dokumen- Dimade membuat tempat peristirahatan dan dokumen, maka yang harus dilaksanakan tempat sembahyang berupa altar yang berikutnya adalah mengadakan kritik digunakan untuk memuja para leluhurnya (verifikasi) sumber. (1) Kritik ekstern yaitu dan dilanjutkan dengan membangun puri di suatu usaha untuk menentuka otensitas Desa Tambangwilah (kini bernama Desa atau keaslian sebuah sumber. Dan (2) Kritik Guliang). Pada saat Ida Dalem kesah intern yaitu usaha untuk menentukan beliau disertai oleh seorang penasehat kredibilitas atau dapat tidak dipercayanya spiritual yang bernama Ida Pedanda data yang terkumpul (Pageh, 2010:67). Wayahan Bun, karena pada saat Ida Dalem kesah ke daerah Alasari dalam keadaan Interpretasi yang tidak baik, akhirnya disarankan oleh Interpretasi dalam sejarah adalah Ida Pedanda Wayahan Bun agar Ida Dalem penafsiran terhadap suatu peristiwa, fakta segera membangun Puri di Desa sejarah dan merangkai suatu fakta dalam Tambangwilah yang berjarak sekitar 400 M kesatuan yang masuk akal. Penafsiran ke Utara dari daerah Alasari untuk fakta harus bersifat logis terhadap memulihkan kesehatan beliau keseluruhan konteks peristiwa sehingga . berbagai fakta yang lepas satu sama Di Desa Tambangwilah Ida Dalem lainnya dapat disusun dan dihu-bungkan membangun Puri dan Merajan, setelah Puri menjadi satu kesatuan yang masuk akal. Ida Dalem selesai diupacarai oleh Ida Historiografi Pedanda Wayahan Bun, Ida Dalem pindah Historiografi merupakan tahap terakhir bertempat tinggal di Desa Tambangwilah dari kegiatan penelitian untuk penulisan bersama kedua orang putranya yakni Ida I sejarah. Menulis kisah sejarah bukanlah Dewa Agung Jambe dan Ida I Dewa Agung sekedar menyusun dan merangkai fakta- Pemahyun. Di Puri Tambangwilah Ida fakta hasil penelitian, melainkan juga Dalem merasakan senang dan tenang menyampaikan suatu pikiran melalui sehingga Ida ke Sengguh Liang. Sejak saat interpretasi sejarah berdasarkan fakta hasil itu Desa Tambangwilah disebut Desa penelitian. Guhliang yang lama kelamaan untuk memudahkan pengucapannya menjadi Guliang (Patra, 2011:45).Sehingga diperkirakan Desa Guliang lahir pada abad pembatas antara Desa Banjarangkan ke 17 (tahun 1665 Masehi) Klungkung dan Bangli yang berada di sebelah selatan Desa Guliang. GULIANG SEBAGAI PENGASINGAN Diceritakan Ida Dalem Dimade sering Berdasarkan wawancara tersebut mengunjungi Ki Dukuh Suladri di tempat dapat dijelaskan bahwa Desa Guliang pendukuhan sebelum pergi ke Pura merupakan sebuah Desa yang berada Besakih. Ki Dukuh Suladri merupakan ditengah-tengah antara Desa Besakih dan kakek dari Putra Sang Angga Tirta yang Gelgel. Sehingga sebelum kesah ke lahir dari anak pertama Ki Dukuh Suladri Guliang Ida Dalem Dimade sudah sering dengan Betara di Batur. Hubungan berkunjung ke Guliang sebelum pergi kekerabatan tersebut terjalin semakin erat bersembahyang ke Pura Besakih. Selain dengan adanya pernikahan putri Ida Dalem karena faktor wilayah dimana Desa Guliang Dimade yang bernama Ida Ni Dewa Ayu sangat strategis posisinya antara Gelgel Mas dengan Sang Angga Tirta yang dan Besakih, adanya faktor lain yaitu kemudian menurunkan keturunan Tirta kekerabatan juga mempengaruhi Ida Dalem Harum. Setelah menikah dengan Ida Ni menjadikan Guliang sebagai tempat Dewa Ayu Mas, nama Sang Angga Tirta pengasingan. Dimana Ida Dalem Dimade pun dirubah menjadi I Dewa Pungakan Den sering mengunjungi Ki Dukuh Suladri yang Bencingah dan diberikan tempat di Istana bermukim di sebelah timur pusat mata air Gelgel. Tirta Harum yang merupakan kerabat raja. SEJARAH PURA AGUNG DALEM Hubungan kekerabatan tersebut DIMADE terjalin dilatarbelakangi karena Ida Dalem Keberadaan Pura Agung Dalem Dimade juga sering berburu ke Desa Dimade ini tidak terlepas dari kerajaan Guliang, pada saat berburu Ida Dalem Gelgel yang merupakan Kerajaan terbesar mendengar sebuah berita bahwa anak Ki di Bali pada masa kepemimpinan Dalem Dukuh Suladri yang pertama diambil oleh Ketut Sri Kresna Kepakisan. Berdirinya Betara di Batur (Patra, 2011:42). Pura Agung Dalem Dimade bermula ketika Mendengar hal tersebut Ida Dalem Dimade ibu kota kerajaan dipindahkan dari segera datang ke Tamanbali untuk Samprangan ke Gelgel pada masa bertanya apakah berita tersebut benar. kepemimpinan Ida Dewa Ketut Ngulesir Sampainya di Tamanbali, Ida Dalem dengan gelar Ida Dalem Smara Kepakisan Dimade melihat anak Ki Dukuh Suladri yang merupakan raja pertama di kerajaan yang bernama Ayu Mulus kemudian, Ida Gelgel dan memulai memimpin kerajaan Dalem Dimade berniat untuk Bali pada tahun 1384 Masehi. Setelah Ida menjadikannya seorang istri. Akhirnya Ida Dalem Smara Kepakisan wafat tampuk Dalem Dimade pun meminta ijin kepada Ki pemerintahan digantikan oleh putranya Dukuh Suladri untuk mempersunting sebagai raja muda yakni Ida Dalem anaknya. Ki Dukuh Suladri pun bersedia Waturenggong. memberikan anaknya kepada Ida Dalem Kemudian pada tahun 1550 Masehi, Dimade sebagai istri untuk selamanya. Ida Dewa Pemahyun sebagai putra sulung Setelah Ida Dalem Dimade menikah dari Ida Dalem Waturenggong dengan anak Ki Dukuh Suladri kemudian menggantikan posisi ayahnya sebagai raja Ida Dalem mempunyai seorang anak di Bali dengan gelar Ida Dalem Pemahyun perempuan yang diberi nama Ida Ni Dewa namun beliau lebih dikenal denga nama Ida Ayu Mas (Patra, 2011:42). Dalem Bekung, setelah beliau Di sisi lain, Betara di Batur juga mengndurkan diri menjadi raja maka menikahi anak Ki Dukuh Suladri yang diangkatlah adiknya Ida Dalem Sagening pertama dan mempunyai seorang anak laki- menjadi raja di Bali pada tahun 1582. laki yang diberi nama Putra Sang Bagus Alit Dengan wafatnya Ida Dalem Anom Tirta dan tinggal di Tamanbali bersama Ki Sagening, kemudian kedudukannya Dukuh Suladri. Dalam perjalanan menuju digantikan oleh putra sulungnya, Ida Dewa ke Guliang Ida Dalem Dimade melewati Anom Pemahyun dengan gelar Ida Dalem sungai (tukad) Bubuh yang menjadi Anom Pemahyun sebagai raja di Bali. Namun pada masa pemerintahannya Dalem Dimade (Putra, 1991:80). Saat itu Ida Dalem Anom Pemahyun, beliau pergi Ida I Dewa Anom Pemahyun sering meninggalkan Gelgel menuju ke desa mengirim utusan secara rahasia Purasi Karangasem, maka diangkatlah menghadap Ida Dalem Dimade di Desa adiknya Ida Dewa Dimade sebagai raja Bali Guliang, karena dalam perjalanan banyak dengan gelar Ida Dalem Dimade. Pada adanya kesulitan-kesulitan yang dihadapi masa kepemerintahan Ida Dalem Dimade dari pembangkang yang masih setia, dan beliau mengalami pemberontakan yang berpihak kepada Kiayi Agung Maruti. dilakukan oleh maha patihnya Kiayai Agung Setelah Ida Dalem Dimade wafat, Maruti. Pemberontakan ini telah membawa beliau di pelebon secara lengkap sebagai kerajaan Gelgel diambang keruntuhan, seorang raja di Dalem Tengaling, dimana raja Ida Dalem Dimade tidak dapat kemudian para putra beliau pergi mempertahankan kekuasaan dari serangan meninggalkan Guliang, Ida I Dewa Agung laskar Kiayi Agung Maruti, sehingga Ida Pemayun pindah ke Tampaksiring dan Dalem Dimade berhasil meloloskan diri dan membangun Puri di Bukit Tampaksiring dan kesah ke Desa Guliang. menetap disana, sedangkan Ida I Dewa Kemudian setelah Ida Dalem Dimade Agung Jambe dicari oleh Kiayi Anglurah berhasil keluar Istana bersama menantu Sidemen dan Kiayi Singarsa menuju ke beliau I Dewa Pungakan Den Desa Sidemen Karangasem sebagai pusat Bencingahdisana Ida Dalem sudah daerah Singarsa untuk menuntut bela dan dipendak oleh warga masyarakat dari Barat melakukan menyerangan terhadap Kiayi Sungai Bubuh, turun di sungai Bubuh, lalu Agung Maruti di Gelgel yang telah berhasil naik ke Barat hingga sampai di Desa menjadi raja dengan bantuan Anglurah Den Alasari. Di Desa Alasari Ida Dalem Dimade Bukit (Buleleng) dan Anglurah Badung Kiayi kemudian membuat tempat istirahat serta Nambangan Jambe Pule. tempat persembahyangan berupa altar Setelah Puri dan Merajan Ida Dalem untuk memuja para leluhurnya di ditinggalkan oleh para putra beliau. pengasingan. Pada saat itu diceritakan Ida Sehingga Puri dan Merajan Ida Dalem Pedanda Wayahan Bun menyarankan agar diserahkan kepada masyarakat Desa Ida Dalem segera membangun Puri Guliang dan diberi nama “Pura Agung (Keraton) (Patra, 2011:45). Dalem Dimade” yang disungsung oleh Setelah selesai dibangunnya Puri Ida masyarakat Desa Guliang Kangin hingga Dalem, lalu tempat persembahyangan Ida saat ini dan sudah selesai diupacarai oleh Dalem Dimade di Desa Alasari dinamakan Ida Pedanda Wayahan Bun disertai dengan “Pura Kawitan Ida Dalem Dimade” hingga penggantian nama Desa Tambangwilah sekarang.Pura Agung Dalem Dimade di menjadi Desa Guliang. Desa Guliang berdiri pada tahun 1665 Masehi atau pada abad ke-17. Pura Agung PEMUJAAN DINASTI KEPAKISAN Dalem Dimade merupakan bekas Puri dan Pura Agung Dalem Dimade yang Merajan Ida Dalem yang berada di Desa terletak di Desa Guliang Kangin, pura ini Guliang. Setelah berpindah tempat tinggal bersifat Kahyangan khusus yaitu tempat dari Desa Alasari ke Desa Guliang, Pura ini suci untuk memuja roh suci leluhur atau dijadikan sebagai Keraton sementara Ida yang biasa disebut dengan sanggah Dalem Dimade bersama kedua orang Kawitan. Pura ini memiliki pelinggih yang putranya yaitu Ida I Dewa Agung Jambe sangat lengkap dengan mengikuti konsep dan Ida I Dewa Agung Pemahyun. Di Pura Tri Mandala yaitu Utama Mandala, Madya ini Ida Dalem Dimade bersama para utusan Mandala dan Nista Mandala. dari Sidemen yang pada saat itu dikirim Pura ini merupakan salah satu oleh Ida I Dewa Anom Pemahyun yang peninggalan dari Kerajaan Gelgel yang merupakan saudara dari Ida Dalem Dimade telah diberikan kepada seluruh masyarakat sering melakukan perundingan dan tukar- Desa Guliang. Hal ini dibuktikan dengan menukar pendapat guna kembali merebut adanya pelinggih Maspahit yang berada di kerajaan Gelgel dan mengembalikan dalam Pura Agung Dalem Dimade yang kekuasaan yang sah kepada keturunan Ida mencirikan adanya pengaruh yang merupakan keturunan Kepakisan. Menurut Hasan (1995), Pembelajarn Dengan adanya Pelinggih Maspahit dan Sejarah merupakan salah satu wahana Padmasana di Pura Agung Dalem Dimade pendidikan yang berguna untuk menandakan bahwa Pura ini merupakan mengembangkan karakter pribadi siswa Pura yang ditujukan untuk keturunan sebagai anggota masyarakat dan warga Kepakisan. Dimana setiap piodalan di Pura Negara serta mempertebal semangat ini, keluarga Puri di Klungkung yang kebangsaan dan cinta tanah air. Dalam merupakan warih dari Dinasti Kepakisan pembelajaran sejarah guru tidak hanya juga wajib datang untuk melakukan menyajikan pengetahuan faktual saja persembahyangan. Pura ini sendiri bersifat namun mampu menanamkan cara berfikir Pura Kahyangan Khusus yang disungsung kritis kepada peserta didik, mampu oleh masyarakat Desa Guliang untuk mengambil makna dari setiap pembelajaran memuja roh suci leluhurnya. Kini seluruh serta mampu menanamkan nilai dan norma warih, pengiring dan pengempon Ida Dalem keilmuan. Dimade menjadikan Pura Agung Dalem Dimade ini sebagai pemujaan Dinasti Disisi lain kemungkinan Kepakisan, yang piodalannya diperingati ketidaktertarikan peserta didik pada mata setiap 210 hari atau setiap rahina Anggar pelajaran sejarah yang lebih pada tema- Kasih Prangbakat maka dari itu, warih, tema sejarah nasional yang kurang pengiring dan pengempon Pura Agung menyentuh rasa kedaerahan mereka, Dalem Dimade di Desa Guliang berencana sehingga rasa keterlibatan dan akan mengadakan rapat (paruman) terkait emosionalnya tidak terbentuk secara perpindahan hari piodalan di Pura Agung alamiah. Dimana hal ini tercermin pada Dalem Dimade agar warih Dinasti buku-buku teks pelajaran yang didapat di Kepakisan yang berada di Klungkung juga sekolah-sekolah seperti di tingkat SMA, dapat ikut membantu persiapan piodalan materi yang dimuat hanya pada informasi (ngayah). sejarah atau objek yang ada di Jawa saja.

ASPEK-ASPEK YANG DAPAT Di dalam pembahasannya kurang DIJADIKAN SEBAGAI SUMBER memberikan kesempatan bagi objek-objek BELAJAR DI PURA AGUNG DALEM sejarah lokal, maka dari itu, berdasarkan DIMADE hal tersebut pembelajaran sejarah dapat Pura adalah sebuah tempat suci diselesaikan dengan cara mengajak siswa bagi umat beragama Hindu. Sebuah pura melihat Pura Agung Dalem Dimade di Desa tanpa kita sadari memiliki sebuah nilai Guliang Kangin, dan melakukan filosofis pendidikan yang tinggi. Dimana di penyelidikan guna menemukan fakta-fakta dalam kegiatan-kegiatan keagamaan yang dari suatu fenomena atau kejadian tentang berlangsung di sebuah pura tertentu pasti kehidupan masyarakat di lingkungan memiliki sebuah tujuan pendidikan yang sekitarnya abad ke-17. Solusi dalam mulia.Sumber belajar adalah segala mengatasi permasalahan pembelajaran sesuatu yang dapat dimanfaatkan oleh sejarah tesebut sudah sesuai dengan siswa untuk mempelajari bahan dan pendekatan pembelajaran saintifik yang pengalaman belajar sesuai dengan tujuan merupakan ciri khas dari kurikulum 2013 yang hendak dicapai(Sanjaya, 2009: 174). menarik untuk penulis terapkan dalam Sedangkan menurut Ahmad, Rohani pemanfaatan lingkungan sebagai sumber (2004:161), sumber belajar dalam belajar. pengertian yang sederhana adalah guru dan bahan-bahan pelajaran seperti buku Berdirinya Pura Agung Dalem bacaan dan semacamnya. Guru memiliki Dimade di Desa Guliang Kangin, Bangli peranan yang sangat penting dalam dunia dapat dijadikan sebagai sumber belajar pendidikan. Selain itu guru adalah sosok sejarah lokal di SMA. Dimasukkannya yang melakukan kontak langsung dengan Sejarah Pura Agung Dalem Dimade siswa. Dalam hal ini guru juga berperan sebagai sumber pembelajaran sejarah di penting di dalam pembelajaran sejarah. SMA ke dalam materi pelajaran sejarah di kelas X ini didukung oleh silabus mata Sejarah (Historis) Aspek sejarah yang pelajaran sejarah peminatan SMA dengan terdapat di Pura Agung Dalem Dimade KI: (1) Menghayati dan mengamalkan dapat dilihat dari pemberontakan yang ajaran agama yang dianutnya. KI ini pernah terjadi di Gelgel pada masa termasuk ke dalam ranah afektif yaitu siswa kepemimpinan Ida Dalem Dimade yang diharapkan dapat menanamkan nilai-nilai disebabkan oleh maha patihnya Kiayi agama dengan mempelajari sejarah Pura Agung Maruti pada tahun 1651 Masehi, Agung Dalem Dimade. (2) sehingga Ida Dalem Dimade dapat Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, disingkirkan dan mengungsi ke Desa tanggung jawab, peduli, santun, ramah Guliang.Jika mengacu pada penjelasan di lingkungan, gotong royong, kerjasama, atas tentunya aspek sejarah pada Pura cinta damai, responsif dan proaktif) dan Agung Dalem Dimade bisa dimanfaatkan menunjukan sikap sebagai bagian dari oleh guru sebagai sumber belajar sejarah di solusi atas berbagai permasalahan bangsa SMA. Hal tersebut sesuai dengan silabus dalam berinteraksi secara efektif dengan yang terdapat pada SMA kelas X lingkungan sosial dan alam serta dalam peminatan dengan mengacu pada menempatkan diri sebagai cerminan kurikulum 2013. Dengan KI (3) ” Memahami bangsa dalam pergaulan dunia. KI ini dan menerapkan pengetahuan faktual, termasuk ke dalam ranah afektif yaitu konseptual, prosedural dalamilmu dimana siswa diharapkan mampu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan mengerjakan tugas secara bersama-sama humaniora dengan wawasan kemanusiaan, terkait dengan sejarah Pura Agung Dalem kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban Dimade di Desa Guliang. (3) Memahami terkait fenomena dan kejadian, serta dan menerapkan pengetahuan faktual, menerapkan pengetahuan prosedural pada konseptual, prosedural dalamilmu bidang kajian yang spesifik sesuai dengan pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan bakat dan minatnya untuk memecahkan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, masalah”. KI ini termasuk ke dalam ranah kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban kognitif yaitu dimana siswa diharapkan terkait fenomena dan kejadian, serta dapat menguasai materi sejarah lokal menerapkan pengetahuan prosedural pada terkait mempelajari sejarah Pura Agung bidang kajian yang spesifik sesuai dengan Dalem Dimade. Kemudian, KD “Melakukan bakat dan minatnya untuk memecahkan penelitian sejarah secara sederhana dan masalah. KI ini termasuk ke dalam ranah menyajikannya dalam bentuk laporan kognitif yaitu siswa diharapkan dapat penelitian”. menguasai materi sejarah lokal terkait Sedangkan aspek Politiknya yaitu mempelajari sejarah Pura Agung Dalem Pura Agung Dalem Dimade ini dulunya Dimade. (4) Mengolah, menalar, dan pernah digunakan sebagai tempat untuk menyaji dalam ranah konkret dan ranah menghimpun kekuatan, untuk merebut abstrak terkait dengan pengembangan dari kembali kerajaan Gelgel dan yang dipelajarinya di sekolah secara mengembalikan kekuasaan yang sah mandiri, dan mampu menggunakan metoda kepada keturunan Ida Dalem Dimade yang sesuai kaidah keilmuan. KI ini termasuk ke pada saat itu menjadikan Guliang sebagai dalam ranah psikomotor dimana siswa akan Keraton sementara di pengasingan. Aspek terampil dalam menghasilkan tugas yang Politik dapat dijadikan sebagai sumber diberikan oleh guru terkait dengan Pura belajar sejarah oleh Guru yang bisa Agung Dalem Dimade dalam bentuk diselipkan ke dalam silabus kurikulum 2013 makalah. KD 4.7 : Melakukan penelitian yaitu dimana nantinya sebagai bagian dari sejarah secara sederhana dan perkembangan kompetensi afektif dalam menyajikannya dalam bentuk laporan pembelajaran sejarah siswa diharapkan penelitian berupa Makalah. mampu mengembangkan perilaku perduli sesama lingkungan sosial yang akan Aspek-aspek yang ada di Pura Agung mendorong siswa dalam mengetahui Dalem Dimade yang dapat dijadikan bahwa Dinasti Kepakisan pernah berada di sebagai sumber belajar yaitu dari segi Guliang sehingga siswa akan memanfaatkan lingkungannya sebagai tentang Sejarah Pura Agung Dalem sumber belajar dengan mengacu ke KI (2) Dimade. “Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, SIMPULAN tanggung jawab, peduli, santun, ramah Sejarah berdirinya Pura Agung Dalem lingkungan, gotong royong, kerjasama, Dimade di Desa Pekraman Guliang Kangin, cinta damai, responsif dan proaktif) dan berdasarkan temuan di lapangan bahwa menunjukan sikap sebagai bagian dari Pura Agung Dalem Dimade sudah ada solusi atas berbagai permasalahan bangsa sejak abad ke-17 atau tahun 1665 Masehi. dalam berinteraksi secara efektif dengan Awalnya Pura ini bersifat Pura Kawitan lingkungan sosial dan alam serta dalam yang digunakan oleh Ida Dalem untuk menempatkan diri sebagai cerminan beristirahat dan memuja para leluhurnya bangsa dalam pergaulan dunia”. KI ini beserta para pengikut beliau pada saat termasuk ke dalam ranah afektif yaitu kesah ke Desa Guliang, beliau memilih dimana siswa diharapkan mampu Desa Guliang sebagai tempat Pengasingan mengerjakan tugas secara bersama terkait dikarenakan wilayah Desa Guliang yang dengan sejarah Pura Agung Dalem Dimade dekat dengan Klungkung dengan dibatasi di Desa Guliang. sungai Bubuh, hal lain juga menyebutkan AspekGotong-Royong yaitu Gotong- karena menantu beliau I Dewa Kanca Den royong merupakan budaya luhur yang Bencingah berasal dari Tamanbali. Kini dimiliki bangsa Indonesia dan tidak dimiliki setelah Ida Dalem wafat Pura tersebut bangsa lain di dunia. Gotong-royong diberikan kepada warih Ida Dalem dan merupakan kebudayaan yang masyarakat Desa Guliang yang kini diberi mengedepankan sikap saling tolong- nama Pura Agung Dalem Dimade yang menolong, kerjasama saling membantu disungsung oleh masyarakat Desa Guliang tanpa pamrih, solidaritas, serta Kangin. Sejarah Pura Agung Dalem kekeluargaan antar sesama. Sedangkan, Dimade merupakan aspek yang paling kebersamaan adalah melakukan segala menonjol yang dapat dijadikan sebagai sesuatu secara bersama-sama (lebih dari sumber belajar sejarah. satu orang). Di Pura Agung Dalem Dimade sifat gotong-royong dan kebersamaanakan DAFTAR PUSTAKA terlihat pada saat Piodalan di Pura Dalem Bungin, Burhan. 2008. Analisis Data dan merupakan dasar utama dalam PenelitianKualitatif. Jakarta: melakukan Yadnya.Sifat gotong –royong Rajawali-Pers dan kebersamaan merupakan nilai-nilai Buku Pemargin Ida Dalem Dimade Ngantos yang bisa ditanamkan oleh guru kepada ke Guliang Kangin 2011 (Koleksi siswa dalam setiap kompetensi Dasar (KD) Bendesa Guliang Kangin) mata pelajaran sejarah. Hal tersebut dapat dilihat dari silabus yang terdapat pada SMA Dwipayana, AnakAgungNgurah. 2013. kelas X peminatan, dengan kompetensi Inti BabadAnglurahPanjiSakti, (KI) (2) Mengembangkan perilaku (jujur, Surabaya:Paramita. disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, Moleong. Lexy. 2003, ramah lingkungan, gotong royong, MetodelogiPenelitianKualitatif. kerjasama, cinta damai, responsif dan Bandung: PT Rasdakarya proaktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai JroMangkuPulesari. 2009. permasalahan bangsa dalam berinteraksi BabadDalemDinasty Sri secara efektif dengan lingkungan sosial dan AjiKresnaKepakisan, alam serta dalam menempatkan diri Surabaya:Paramitha. sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan Putra, RakaTjokorda. 2015. BabadDalem “ dunia. KI ini masuk ke dalam ranah afektif Warih Ida Dalem Sri dimana siswa mampu mengerjakan tugas AjiKresnaKepakisan”. Denpasar: secara bersama dan mepunyai sifat social Pustaka Bali Post. terkait dalam mengerjakan tugas penelitian Proyek Penelitian dan Pencatatan Daerah Tim Penyusun. 2006. MengenalPura Sad Bali, 1978. Sejarah Daerah Bali. KahyangandanKahyanganJagat. Jakarta: Departemen Pendidikan Denpasar : Pustaka Bali Post. dan Kebudayaan Sastra Indonesia Widja, I Gede. 1989. Dasar- dan Daerah. dasarPengembanganStrategi Pageh, I Made. 2010. MetodologiSejarah. Serta MetodePengajaranSejarah. DalamPerspektifPendidikan. Jakarta: Depdikbud. Singaraja: Wiana, Ketut, 1985. Acara III. Jakarta : FakultasIlmuSosialUndiksha. Mayasari. Rai Putra, I B. 1991. Babad Dalem.

Denpasar UpadaSastra.