KERUKUNAN DALAM KOMUNIKASI ANTARKELOMPOK AGAMA DAN HINDU DI LOMBOK

HARMONY IN INTERGROUP COMMUNICATION BETWEEN MUSLIM AND HINDUISM IN LOMBOK

Wulan Purnama Sari 1, Sinta Paramita 2, Suzy Azeharie 3 1,2,3Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Tarumanagara Jl. Letjen S Parman No. 1, Jakarta email : [email protected] 1), [email protected] 2), [email protected]) (Diterima: 20-09-2018; Direvisi: 13-05-2019; Disetujui terbit: 25-06-2019)

Abstrak

Tidak mudah untuk mencapai masyarakat yang rukun dalam suatu negara multikultur, tidak adanya komunikasi yang baik antara pemangku kepentingan dan kelompok yang bertikai dapat melahirkan konflik. Salah satu variabel kunci dalam membina dan mewujudkan kerukunan adalah toleransi. Daerah Lombok yang merupakan mayoritas dihuni oleh masyarakat beragama Islam dapat hidup rukun dan berdampingan dengan masyarakat kelompok Hindu. Berdasarkan data yang diperoleh Lombok merupakan kota dengan tingkat tidak toleransi paling tinggi. Penelitian ini mengkaji bagaimana kerukunan dapat tercipta dan bagaimana peran komunikasi dalam menciptakan kerukunan, serta komunikasi antara kedua kelompok beda agama tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Data penelitian diperoleh dari wawancara dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok Hindu di Lombok bermukim di wilayah Lingsar dan di daerah tersebut rukun karena terdapat beberapa faktor, yaitu waktu, kawin campur, agama, dan interaksi. Komunikasi juga memiliki peranan dalam terciptanya kerukunan tersebut karena syarat dasar interaksi adalah adanya komunikasi. Kata kunci : agama, kerukunan.

Abstract

It is not easy to reach a harmonious society in a multicultural country, the absence of good communication between stakeholders and groups that are related can create conflict. One of the key variables in fostering and realizing harmony is tolerance. The Lombok region which is the majority inhabited by Muslim communities can live in harmony and side by side with Hindu community. Based on the data obtained, Lombok is the city with the highest level of tolerance. This study examines how harmony can be created there and how the role of communication in creating harmony and communication between the two groups of different religions. This research was conducted with qualitative methods with a case study approach. Research data was obtained from interviews and observations. The results show that Hindu groups in Lombok live in the Lingsar region and in the area get along well because there are several factors, namely time, intermarriage, religion, and interaction. Communication also has a role in creating harmony because the basic condition of interaction is the existence of communication. Keywords : coordinated management of meaning

PENDAHULUAN hubungan baik antar masyarakat multikultur demi mencapai keharmonisan. Kerukunan adalah sebuah konsep Tidak mudah untuk mencapai masyarakat yang hidup diantara masyarakat yang rukun dalam suatu Negara yang digunakan untuk merekatkan multikultur, tidak adanya komunikasi yang

Jurnal Penelitian Komunikasi dan Opini Publik Vol. 23 No. 1, Juni 2019 :63-75 baik antara pemangku kepentingan dan satu variabel kunci dalam membina dan kelompok yang bertikai dapat melahirkan mewujudkan kerukunan, inklusi sosial, dan konflik. Konflik atau perselisihan mewujudkan negara Pancasila yang merupakan gambaran tentang fenomena bersendikan kemerdekaan beragama mulai merenggangnya ikatan-ikatan sosial sebagaimana diafirmasi oleh Sila Pertama di masyarakat dan menurunnya kerukunan Pancasila dan dijamin oleh UUD Negara antar umat beragama. (Zakiyah, 2016) Republik Indonesia tahun 1945, terutama Berbagai macam konflik bermunculan Pasal 29 Ayat (2). Selain itu, pemerintah seperti, konflik Poso yang daerah, khususnya kota yang heterogenitas mengatasnamakan agama, konflik Sampit sosio-kulturalnya lebih tinggi di Kalimatan Tengah (antara etnis Dayak dibandingkan kabupaten, merupakan dan Madura), konflik Mesuji di Lampung kantung masyarakat (social enclaves) Selatan (konflik antara masyarakat dituntut untuk memainkan peran positif setempat dengan pendatang), dan masih sebagai representasi negara dalam banyak konflik-konflik baru yang wajahnya yang lebih spesifik dan bermunculan belakangan ini menjadi partikular www.setara-institute.org. lebih catatan hitam bagi bangsa Indonesia lanjut LSM Sentra Institute mengeluarkan sebagai sebuah Negara yang multikulur. data 10 kota dengan level toleransi Lembaga research Wahid Fondation terbawah adalah sebagai berikut (Halili, bekerja sama dengan Lembaga Survei Simarmata, & Naipospos, 2017): Indonesia (LSI) mengadakan sebuah survei dengan tema “Potensi Intoleransi dan Radikalisme Sosial Keagamaan di Kalangan Muslim Indonesia". Survei ini melibatkan 1.520 responden yang tersebar di 34 provinsi. Responden adalah umat Islam berusia di atas 17 tahun atau sudah menikah. Survei yang digelar dari 30 Maret sampai 9 April 2006 itu menggunakan metode random sampling dengan margin error sebesar 2,6 persen Gambar 1. Sepuluh Kota dengan Toleransi Terbawah dan tingkat keyakinan 95 persen. Hasil dari survei menunjukkan dari total 1.520 Berdasarkan data Lembaga research responden sebanyak 59,9 persen memiliki Sentra Institute menyebutkan bawah kelompok yang dibenci. Kelompok yang Mataram adalah salah satu kota yang dibenci meliputi mereka yang berlatar termasuk dalam daftar kota dengan tingkat belakang agama non-Islam, kelompok tidak toleransinya tertinggi yaitu sebesar tionghoa, komunis, dan selainnya. Dari 3,78. Namun hal tersebut bertolak jumlah 59,9 persen itu, sebanyak 92,2 belakang dengan hasil riset terdahulu persen tak setuju bila anggota kelompok dengan tema Pura Di Antara Seribu yang mereka benci menjadi pejabat Masjid: Studi Kerukunan Antar Etnis Bali pemerintah di Indonesia (Hakim, 2016). Dan Sasak Di Desa Karang Tapen, Lembaga research Sentra Institute Cakranegara, Lombok Barat, yang menyebutkan toleransi merupakan salah 64

Kerukunan dalam Komunikasi Antarkelompok Agama Islam dan hindu di Lombok Wulan Purnama Sari, Sinta Paramita, Suzy Azeharie menyebutkan bawah Etnis Bali dan Sasak Terlepas dari berbagai peristiwa dan dapat hidup berdampingan secara kejadian tersebut, dinamika hubungan harmonis dalam perbedaan agama yang antar kelompok dimanapun di dunia ini dianut yaitu agama Hindu dan Islam selalu memunculkan persoalan (Yuliani, Mudana, & Pageh, 2016). kesalahpahaman. Penelitian ini mencoba Hubungan antar penganut agama atau untuk menguraikan hubungan antara dua pemahaman keagamaan yang berbeda di kelompok beragama yang berbeda yaitu Indonesia kerap diwarnai hal-hal yang agama Hindu dan agama Islam di pulau memicu kesalahpahaman, prasangka dan Lombok. Kemudian bagaimana hubungan permusuhan. Dalam beberapa kasus, antara kedua kelompok beda agama kesalahpahaman, prasangka dan tersebut berhasil menciptakan kerukunan permusuhan tersebut telah berkembang dan toleransi di antara keduanya, menjadi sesuatu yang merusak hubungan sementara Lombok dianggap sebagai kota antar kelompok etnis dan penganut dengan tingkat tidak toleransi paling keyakinan di Indonesia. Bahkan kekerasan tinggi. yang mengatasnamakan agama atau Pembahasan tentang dinamika keyakinan telah berkembang menjadi satu hubungan dan juga kesalahpahaman antar fenomena penting sekaligus kelompok erat kaitannya dengan memprihatinkan di Indonesia. komunikasi. Pada penelitian ini yang Kasus kerusuhan Situbondo, Jawa ditekankan adalah lingkup komunikasi Timur pada tahun 1996 disusul kasus yang terjadi antar kelompok yang memiliki Tasikmalaya dan selanjutnya kasus perbedaan budaya namun dapat hidup Kupang di Nusa Tenggara Timur pada saling berdampingan dan rukun. tahun 1998 merupakan bukti dari kondisi Berdasarkan penjelasan mengenai tersebut (Mulyadi, 2014). Berbagai kasus latar belakang diatas, maka rumusan lainnya semakin membuka ruang masalah dalam penelitian ini adalah prasangka, stereotipe dan stigma tertentu sebagai berikut: (1) Bagaimana proses terhadap etnis Islam hingga diduga kerukunan terjadi antar kelompok agama mempengaruhi hubungan dan kontak Islam dan Hindu di Lombok? (2) sosial antara umat Islam dan umat Bagaimana peran komunikasi dalam beragama lainnya. menciptakan kerukunan antar dua Terlebih lagi, persoalan yang terkait kelompok tersebut? dengan intolaransi sedang menjadi perhatian pemerintah. Presiden Joko LANDASAN TEORI Widodo menyebutkan bahwa tidak ada Terkait penelitian ini, peneliti telah seorangpun yang boleh melanggar melakukan beberapa studi mengenai kebebasan beragama karena hak ini penelitian terdahulu Penelitian terdahulu dijamin oleh konstitusi. Presiden Joko salah satunya dilakukan oleh Yuliani et al Widodo juga meminta aparat untuk (2016) dengan tema Pura Di Antara Seribu menindak tegas pelaku yang melanggar Masjid : Studi Kerukunan Antar Etnis Bali hak kebebasan beragama. (“Kebebasan Dan Sasak Di Desa Karang Tapen, Beragama Dijamin Konstitusi– Cakranegara, Lombok Barat. Penelitian Kompas.Id,” 2018). tersebut membahas mengenai kehidupan

65

Jurnal Penelitian Komunikasi dan Opini Publik Vol. 23 No. 1, Juni 2019 :63-75 antar kedua kelompok etnis yang berbeda bahwa walaupun terdapat perbedaan agama tetapi dapat hidup saling rukun dan agama tetapi setiap orang mempunyai berdampingan satu sama lain. Penelitian tanggung jawab yang sama untuk ini berfokus pada aspek kerukunan mengupayakan kesejahteraan bagi orang diantara kedua kelompok etnis tersebut, banyak. strategi mempertahankan kerukunan Nilai-nilai tentang kerukunan banyak tesebut. Sementara dalam penelitian ini diajarkan di dalam ajaran agama, karena tidak hanya memfokuskan pada aspek sebagai makhluk sosial manusia tidak kerukunan antar kelompok beda agama, dapat hidup sendiri. Suryana (2011) tetapi juga menekankan pada aspek menjelaskan dalam ajaran agama Islam, komunikasi diantara kedua kelompok ditegaskan tentang nilai persaudaraan tersebut sehingga akhirnya tercipta (ukhuwah), nilai ini dapat berwujud rasa kerukunan antar kedua kelompok tersebut. persatuan dan kesatuan antar sesama Penelitian ini sendiri memfokuskan manusia. Nilai ini dapat diterapkan dalam pada konsep kerukunan dan bagaimana kehidupan antar umat beragama dengan peran komunikasi dalam terjadinya cara saling menghargai dan menghormati, kerukunan tersebut. Sebelum membahas atau dengan kata lain menciptakan tentang peran komunikasi, perlu dipahami kerukunan antar umat beragama, karena lebih dahulu mengenai konsep kerukunan keberagaman terutama di Indonesia yang ideal. Dasar kata kerukunan adalah merupakan sesuatu yang tidak dapat rukun, yang menurut KBBI daring/online dihindari. Tujuan utama dengan adanya dapat diartikan sebagai baik dan damai; kerukunan adalah untuk menciptakan tidak bertengkar (tentang pertalian kesatuan pandangan dan sikap agar terjadi persahabatan dan sebagainya). Sedangkan kesatuan tindakan yang menjadi tanggung kerukunan adalah perihal hidup rukun; rasa jawab bersama. Kerukunan antar umat rukun; kesepakatan. Berdasarkan definisi beragama harus dipandangan sebagai tersebut dapat disimpulkan bahwa sesuatu yang hakiki, yang dilandasi oleh kerukunan merupakan sebuah konsep ajaran dan nilai agama masing-masing. mengenai kehidupan dalam kondisi baik, Konsep berikutnya yang digunakan damai, dan berada dalam harmoni. (“Hasil dalam penelitian ini adalah konsep Pencarian - KBBI Daring,” n.d.) komunikasi lintas budaya dan coordinated Kata kerukunan bahkan telah management of meaning. Samovar, Porter, digunakan dalam konteks yang lebih luas, & McDaniel (2010) menjelaskan bahwa seperti kerukunan antar umat beragama, komunikasi lintas budaya atau antar kerukunan antar bangsa, dll. Penggunaan budaya terjadi ketika anggota dari satu dan pemahaman dari kerukunan ini bahkan budaya tertentu memberikan pesan kepada telah tertera dalam dasar negara Indonesia, anggota dari budaya yang lain. Lebih yaitu Pancasila dan UUD 1945 (Muhdina, tepatnya, komunikasi antar budaya 2015). Sebagai negara pancasila, Indonesia melibatkan interaksi antara orang-orang memberikan tempat pada kebebasan yang persepsi budaya dan sistem beragama. Oleh karenanya, kerukunan simbolnya cukup berbeda dalam suatu hidup umat beragama menjadi suatu yang komunikasi. Singkatnya komunikasi lintas penting untuk diwujudkan, sebuah budaya atau antar budaya merupakan kerukunan yang dilandasi kesadaran 66

Kerukunan dalam Komunikasi Antarkelompok Agama Islam dan hindu di Lombok Wulan Purnama Sari, Sinta Paramita, Suzy Azeharie komunikasi yang terjadi antar orang atau menciptakan dunia sosial manusia. Teori kelompok dari budaya yang berbeda. ini biasa digunakan untuk menganalisis Pemahaman yang lebih mendalam sebuah masalah social, teori ini tentang komunikasi lintas budaya mendeskripsikan manusia sebagai aktor diberikan oleh seorang tokoh Martin & yang berusaha untuk mencapai koordinasi Nakayama (2011), dimana pemahaman dengan mengelola cara pesan dimaknai. tersebut harus dimulai dari memahami Lebih lanjut Pearce and Cronen konsep budaya dan komunikasi terlebih menyebutkan bahwa dengan dahulu dan kemudian memahami kaitan mendekodekan proses dan pola diantara kedua konsep tersebut. Martin & komunikasi, CMM teori mengijinkan Nakayama (2011) menjelaskan budaya untuk dilakukannya sebuah intervensi sebagai pola dari perilaku dan sikap yang untuk meningkatkan komunikasi. (Kim, dipelajari dan dibagi oleh sekelompok 2014). orang. Sedangkan komunikasi adalah Dalam teori CMM, setiap tindakan sebuah proses simbolik dimana realitas di yang diambil manusia dapat dikatagorikan produksi, dijaga, diperbaiki, dan di melalui dua istilah, yaitu prefigurative transformasikan. Berdasarkan dua definisi force dan practical force, serta reflective tersebut keterkaitan antara komunikasi dan needs dan reflective effects. Prefigurative budaya sangat kompleks dan rumit. force merujuk pada pengaruh tingkat Budaya dan komunikasi saling konteks sosial saat ini dan sebelumnya atas berhubungan serta budaya dikuatkan suatu tindakan atau pilihan tindakan. melalui komunikasi. Komunikasi juga Tingkatan konteks sosial ini dapat meliputi dapat menjadi sebuah cara dalam kepercayaan yang terkandung dalam memerangi dan menolak budaya dominan. kehidupan sang aktornya. Sedangkan Berdasarkan apa yang telah dijelaskan practical force merujuk pada pengaruh diatas dapat dilihat bahwa antara konsekuensi dan aksi. Reflective needs komunikasi dan budaya sangat erat dan merujuk pada respon dan kebutuhan untuk kuat, sehingga penting untuk memahami menunjang dan mengembangkan level dan mempelajari tentang komunikasi lintas konteks dalam cara yang diinginkan. budaya. Terutama ditengah tuntutan jaman Reflective effects merujuk pada dampak yang sedang berkembang dengan adanya dari respon terhadap tindakan orang lain globalisasi dan teknologi. Indonesia sendiri dalam tingkatan konteks. (Carr, 1991) merupakan negara yang multikultural yang Kemudian West & Turner (2008) memiliki banyak etnis dan budaya, menuliskan terdapat beberapa asumsi sehingga pembelajaran akan komunikasi utama dalam teori CMM ini. Pertama, lintas budaya ini menjadi semakin penting manusia hidup dalam komunikasi, asumsi lagi untuk menghindari konflik antar ini mendasarkan bahwa kehidupan utama kelompok budaya yang berbeda dan manusia atau realitas sosial manusia sekaligus menjaga kerukunan antar dibentuk melalui komunikasi sebagai kelompok budaya. dasarnya. Asumsi kedua mengatakan Sedangkan teori CMM pertama kali manusia saling menciptakan realitas sosial, diperkenalkan oleh W. Barnett Pearce dan dasar dari asumsi ini adalah adanya Vernon Cronen pada tahun 1980, yang percakapan, karena realitas sosial antar mempercayai bahwa proses komunikasi manusia dibentuk melalui percakapan. 67

Jurnal Penelitian Komunikasi dan Opini Publik Vol. 23 No. 1, Juni 2019 :63-75

Asumsi ketiga menyebutkan transaksi umat Hindu Bapak Made Putra dan Gede informasi bergantung kepada makna Rai dan suku Sasak yang beragama Islam pribadi dan interpersonal, makna pribadi Bapak Parman di lingkungan Pura Lingsar. adalah makna unik yang dimiliki seseorang Objek dalam penelitian adalah sedangkan makna interpersonal adalah kerukunan yang terjadi di kawasan Pura hasil yang muncul ketika dua orang Lingsar, Lombok, antara dua kelompok sepakat akan interpretasi mengenai sebuah berbeda agama. interaksi. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data METODE PENELITIAN Teknik pengumpulan data penelitian ini dibagi menjadi 2 (dua) bagian. Pertama Metodologi penelitian yang digunakan teknik pengumpulan data primer. Teknik dalam penelitian ini adalah metodologi pengumpulan data primer merupakan cara kualitatif dengan menggunakan studi untuk mendapatkan data yang ingin kasus. Studi kasus digunakan untuk diketahui oleh peneliti. Oleh sebab itu memberikan pemahaman akan sesuatu penelitian ini berusaha mengumpulkan yang menarik perhatian, proses sosial yang data atau observasi mendalam melalui terjadi, peristiwa konkret, atau pengalaman wawancara kepada narasumber pemangku orang yang menjadi latar dari sebuah agama Hindu dan pemangku Suku kasus. Penelitian yang menggunakan studi Sasak di Lombok, yaitu Bapak Made Putra kasus berfokus pada kasus tertentu secara dan Gede Rai sebagai pemangku Agama mendalam hingga dapat mengidentifikasi Hindu di Lombok; Bapak Parman sebagai hubungan sosial dan proses sosial. perwakilan dari suku Sasak sekaligus (Prihatsanti, Suryanto, & Hendriani, 2018) agama Islam. Kedua adalah data skunder Penelitian ini sendiri berfokus pada dalam penelitian ini adalah kajian pustaka, kehidupan dua kelompok berbeda agama riset terdahulu, jurnal dan data online yang yang berada di Pura Lingsar, Lombok, relevan dalam penelitian ini. kedua kelompok ini dapat hidup secara Teknik analisis data dalam penelitian berdampingan dan rukun. Fokus penelitian ini dilakukan dengan menggunakan ini sendiri mengenai bagaimana proses metode penelitian studi kasus. Peneliti kerukunan terjadi di Pura Lingsar dan disini harus dapat menggambarkan dan bagaimana peran komunikasi di dalam mendeskripsikan definisi kasus yang akan terjadinya kerukunan tersebut. diselidiki, menentukan data yang akan Subjek dalam penelitian ini adalah dikumpulkan itu relevan dan apa yang masyakarat Lombok yang tinggal di seharusnya dikerjakan sehubungan dengan kawasan Pura Lingsar Lombok di dalam data yang telah terkumpul (Yin, 2006). lingkungan tersebut terdapat dua pemeluk Teknik pengumpulan data dilakukan agama yang hidup berdampingan yaitu, dengan cara melakukan wawancara dan agama Hindu dan Islam. berikut ini adalah juga observasi. Wawancara dilakukan alamat observasi data dalam penelitian kepada narasumber, dimana narasumber adalah Pura Lingsar, Jl. Gora 2, Mataram, yang dipilih adalah pemuka agama di Lingsar, Kabupaten Lombok Barat, Nusa daerah Lombok. Kemudian data yang Tenggara Barat. Narasumber dalam diperoleh akan diolah dengan bantuan penelitian ini adalah pemangku adat dari

68

Kerukunan dalam Komunikasi Antarkelompok Agama Islam dan hindu di Lombok Wulan Purnama Sari, Sinta Paramita, Suzy Azeharie studi pustaka yang telah lebih dahulu mensyukuri sebuah mata air yang ada di dilakukan oleh peneliti. kemaliq, dipercaya sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa menjadi sebuah HASIL PENELITIAN DAN sumber kehidupan dan menumbuhkan rasa PEMBAHASAN tanggung jawab dan pengorbanan tanpa Model Kerukunan di Lingsar pamrih sebagai ungkapan rasa syukur Berdasarkan data yang diperoleh dalam bentuk sebuah upacara. melalui wawancara dengan narasumber, peneliti dapat menyimpulkan bahwa proses terjadinya kerukunan di Lingsar didasarkan pada beberapa faktor, yaitu waktu, kawin campur, interaksi, dan peran nilai agama. Berikut adalah gambar model kerukunan yang terjadi di Lingsar beserta dengan penjelasannya.

Gambar 3. Papan Tanda Pura dan Kemaliq Lingsar

Menurut Dinas Pariwisata Lombok Barat (2012), dalam melestarikan sebuah mata air yang diakui dan diyakini oleh kedua umat sebagai sebuah kawasan sakral dan magis, sesuai dengan tradisi kultur dan keyakinan masing-masing umat. Maka ada sebuah upacara “Perang Topat” yang

Gambar 2. Model Kerukunan di Lingsar diusung oleh umat Sasak yang kegiatannya berlangsung dalam waktu dan tempat Kehidupan Beragama Masyarakat bersamaan dengan Upacara Odalan atau Lingsar Pujawali yang dilakukan oleh Umat Hindu Sebelum peneliti melakukan analisis dan kedua umat dapat dengan hikmat dan pembahasan, peneliti akan mengajak melaksanakan upacaranya masing-masing. pembaca untuk mengetahui suasana dan (“Sejarah Singkat Pura Lingsar,” 2012) sejarah singkat Pura Lingsar yang berada Lebih lanjut menurut informasi Dinas di Lombok. Di dalam Pura Lingsar Pariwisata Lombok Barat (2012), Bagian terdapat kemaliq atau sanggar kekeramatan bangunan bagi masyarakat Hindu yang dibuat oleh kedua umat tertentu dinamakan Gaduh, yang artinya Pura. sesuai persepsi dan versi keyakinan agama Bagian bangunan bagi masyarakat masing-masing. Tujuan dibuatnya sanggar penganut dinamakan Kemaliq, tersebut adalah sebagai tempat kegiatan yang artinya keramat. Gaduh dan Kemaliq sehari- hari dan kegiatan berdoa bersama ini boleh dipakai kapan saja menurut antara umat Hindu dan Islam di Pura keperluan agamanya masing-masing, tetapi Lingsar. Di dalam kemaliq terdapat kolam hanya sekali setahun harus diadakan air. Tradisi dan kepercayaan untuk upacara bersama, yaitu Perang Topat.

69

Jurnal Penelitian Komunikasi dan Opini Publik Vol. 23 No. 1, Juni 2019 :63-75

Perang Topat adalah suatu kegiatan waktu. Zuhdi (2012) menjelaskan bahwa upacara dalam bentuk perang-perangan di pulau Lombok terdapat dua varian Islam dan topat atau ketupat sebagai senjata yang yang dipisahkan secara diametral, yakni dipakai dengan cara saling lempar dengan antara Islam Wetu Telu dan Islam Waktu sesama teman. Perang Topat diadakan Lima. Islam Wetu Telu dapat dikatagorikan sebelum menanam padi tetapi setelah sebagai agama tradisional. sementara Islam datangnya musim hujan. Maksud dari Waktu Lima dikatagorikan agama samãwi. acara ini adalah untuk mengembalikan Klasifikasi ini bukan merupakan suatu hasil tanah berupa topat kepada asal yang terpisah satu sama lain. Kedua Lingsar. Hasilnya tersebut akan menjadi katagori ini bisa saling tumpang tindih, rabuk bubus lowong untuk bibit padi yang dimana sebuah katagori memiliki akan ditanam. Yang utama menghadiri karakteristik tertentu yang juga bisa upacara tersebut adalah anggota Subak dipunyai katagori lain, begitu juga Kecamatan Lingsar dan Narmada. Perang sebaliknya. Dengan kata lain, agama Topat merupakan ungkapan sukacita atau tradisional memuat nilai-nilai, konsep, terima kasih kepada Sang Pencipta. Tiap pandangan, dan praktek-praktek tertentu tahun sebelum Perang Topat, ada beberapa hingga pada batas-batas tertentu juga bisa orang dari Subak ini yang naik ke Gunung ditemukan dalam agama samãwi. Begitu Rinjani dengan membawa benda-benda juga halnya dengan agama samãwi bisa yang terbuat dari emas berbentuk udang, mengandung sesuatu yang ternyata lebih gurami, nyale, dan kura-kura. Benda-benda parokial. ini nantinya akan dibuang ke Danau Budiwanti seperti dikutip dalam Zuhdi Segara Anak dengan maksud untuk (2012) menuliskan bahwa dalam memohon kesejahteraan. masyarakat Sasak terdapat tiga kelompok Penelitian ini dilakukan di Pura keagamaan, yaitu Sasak Boda, Waktu Lingsar, alasan utama mengapa tempat ini Lima dan Wetu Telu. Sasak Boda disebut dipilih menjadi tempat penelitian adalah sebagai agama asli masyarakat Lombok. karena ditempat ini pura yang umumnya Sedangkan Wetu Telu identik dengan identik sebagai tempat beribadah agama praktek agama yang sangat berpegang kuat Hindu juga digunakan sebagai tempat pada adat istiadat, dalam ajarannya beribadah agama Islam. Di daerah ini terdapat banyak nuansa Islam tapi kedua kelompok hidup berdampingan artikulasinya lebih dimaknakan dalam dengan Pura Lingsar berada di tengah- idiom adat. Kelompok Islam Wetu Telu ini tengah sebagai pusat tempat bertemunya dominan berada di wilayah Bayan, kedua kelompok beda agama. Hal ini agak Lombok. sedikit berbeda dengan penelitian Pernyataan mengenai kelompok Islam terdahulu yang dilakukan oleh Yuliani et Wetu Telu yang berada di Lingsar ini al., (2016), dimana penelitian dilakukan di diperoleh peneliti melalui wawancara daerah Cakranegare yang merupakan pusat dengan para pemangku agama Hindu di kelompok Hindu di Lombok, Mataram. Lingsar, Mangku Putra dan Mangku Gede Terlebih lagi, kelompok agama Islam Rai, serta juga beberapa literatur yang yang berada di Lingsar merupakan diperoleh selama proses penelitian. kelompok Islam Wetu Telu. Secara Namun, uniknya hal ini justru disanggah sederhana, Wetu Telu dapat diartikan tiga oleh narasumber penelitian Bapak Parman 70

Kerukunan dalam Komunikasi Antarkelompok Agama Islam dan hindu di Lombok Wulan Purnama Sari, Sinta Paramita, Suzy Azeharie sebagai Pemangku Sasak di Lingsar. biasnaya kedua kelompok ini saling Menurut Bapak Parman seluruh warga berkunjung bila tiba hari besar dari Islam di Lingsar sudah menganut Islam masing-masing agama, seperti Idul Fitri Waktu Lima bukan lagi Wetu Telu. Namun, untuk kelompok agama Islam dan terlepas dari Islam Wetu Telu dan Waktu Galungan untuk agama Hindu. Lima ini, kehidupan antar kedua kelompok beda agama di Lingsar ini terjalin dengan Interaksi Sebagai Faktor Kerukunan Beragama rukun dan harmonis. Kemudian, faktor berikutnya adalah Waktu Sebagai Faktor Kerukunan interaksi antar kedua kelompok yang Beragama terjadi dalam banyak lingkup. Kedua Kedua kelompok beda agama tersebut kelompok telah lama hidup berdampingan telah hidup saling berdampingan di dalam satu wilayah ditambah lagi adanya Lingsar sejak masa kedatangan umat terjadi kawin campur menjadikan kedua Hindu dari Bali masuk ke Lombok. Asril kelompok sangat dekat. Kedekatan ini (2011) menuliskan bahwa kedatangan menjadikan interaksi antar kedua umat Hindu dari Bali ke Lombok sudah kelompok menjadi berkembang dalam dimulai sejak sekitar awal abad ke-17. banyak lingkup, sampai mencapai lingkup Narasumber Mangku Putra dan Mangku ekonomi. Hubungan perdagangan kerap Gede Rai menjelaskan bahwa dirinya terjadi antar kedua kelompok, baik merupakan keturunan kesembilan yang kelompok Hindu sebagai penjual ataupun menjadi Pemangku Hindu di Pura Lingsar sebaliknya. dan selama itu pulalah kerukunan terus terjaga disana. Peran dan Nilai Agama Sebagai Faktor Kerukunan Beragama Kawin Campur Sebagai Faktor Faktor berikutnya adalah adanya peran Kerukunan Beragama dari nilai-nilai yang dimiliki tiap agama. Faktor berikutnya adalah terjadinya Setiap agama, baik Islam maupun Hindu kawin campur antar kedua kelompok beda mengajarkan untuk bersikap toleran agama. Sekian lama waktu yang terhadap sesama manusia, baik satu agama dihabiskan dalam hidup berdampingan maupun tidak atau dengan kata lain menjadikan kawin campur antar kedua memiliki kematangan agama. Kematangan kelompok beda agama ini merupakan hal agama yang dimaksud disini adalah orang yang wajar dan biasa terjadi. Dalam kawin yang beragama tidak hanya memiliki campur ini, biasanya pihak agama Hindu keyakinan pada agamanya tetapi juga berpindah menjadi memeluk agama Islam. dapat hidup berdampingan dengan orang Berdasarkan hasil wawancara dengan lain yang memiliki keyakinan berbeda. narasumber Pemangku Islam, Bapak (Ismail, 2012) Parman, diketahui bahwa masyarakat Kerukunan yang terjadi di Lingsar Sasak yang memeluk agama Islam kurang juga tidak mendapat pengaruh isu-isu dapat menerima bila anggota keluarganya perpecahan dari luar. Narasumber dari berpindah agama karena menikah. kedua pihak menyatakan dalam Walaupun diakui pula sudah merupakan wawancaranya bahwa isu-isu politik atau hal yang wajar bila memiliki anggota perpecahan yang sedang menjadi sorotan keluarga yang berbeda agama, dan di media massa tidak membawa dampak

71

Jurnal Penelitian Komunikasi dan Opini Publik Vol. 23 No. 1, Juni 2019 :63-75 bagi kehidupan di Lingsar. Kerukunan Peran Komunikasi Lintas Budaya dan tetap terus terjaga dan konflik tidak pernah Teori CMM dalam Proses Kerukunan terjadi. Wujud dari kerukunan ini dapat Berdasarkan temuan di atas dapat dilihat secara nyata dalam bentuk papan disimpulkan bahwa proses kerukunan antar larangan yang dipasang di Pura Lingsar, kelompok beda agama yang terjadi di seperti gambar 4. Lingsar melibatkan beberapa faktor, yaitu Pada gambar 4 dapat dilihat salah satu waktu, perkawinan campur, agama, serta larangan yang terdapat di Pura Lingsar tingkat interaksi. Kesemua faktor tersebut adalah dilarang membawa daging babi dan melibatkan unsur komunikasi didalamnya. alat memasaknya serta memotong sapi. Nilai agama yang dianut kedua kelompok Larangan tersebut menujukkan toleransi menjadikan kedua kelompok saling antar kedua kelompok, dimana daging babi menerima satu sama lain, ditambah merupakan pantangan bagi kelompok rentang waktu yang lama menimbulkan Islam sedangkan daging sapi merupakan interaksi antar kedua kelompok dalam pantangan bagi kelompok Hindu. banyak hal misalnya perkawinan campur dan dalam hal ekonomi. Syarat utama terjadinya interaksi adalah adanya komunikasi. Hal ini berarti dengan adanya interaksi antar kedua kelompok tersebut dalam hal ekonomi dan perkawinan campur menunjukkan bahwa komunikasi turut mengambil peran dalam proses kerukunan yang terjadi antar kedua kelompok beda agama di Lingsar. Adanya komunikasi antar kelompok ini berarti juga menunjukkan terjadinya komunikasi lintas

Gambar 4. Papan Ketentuan dan Larang Pura budaya, seperti yang diungkapkan oleh Lingsar Samovar, Porter & McDaniel (2010) bahwa komunikasi antar budaya Selain itu, wujud kerukunan juga melibatkan interaksi antara orang-orang dapat dilihat melalui acara perang topat yang persepsi budaya dan sistem yang rutin diadakan di Pura Lingsar yang simbolnya cukup berbeda dalam suatu diadakan sebelum menanam padi tetapi komunikasi. Singkatnya komunikasi lintas setelah datangnya musim hujan. Topat budaya atau antar budaya merupakan yang menjadi kunci dalam acara ini komunikasi yang terjadi antar orang atau dimasak oleh kelompok Islam dan Hindu. kelompok dari budaya yang berbeda. Kemudian kedua kelompok melakukan Dalam teori CMM dijelaskan bahwa saling lempar topat yang diadakan di Pura proses komunikasi menciptakan dunia Lingsar. Pura Lingsar ini sendiri dapat sosial manusia, dimana manusia sebagai digunakan oleh kedua kelompok untuk aktor yang berusaha untuk mencapai kegiatan beribadah, tidak dikhususkan koordinasi dengan mengelola cara pesan untuk agama Hindu saja. dimaknai. Lebih lanjut Pearce and Cronen menyebutkan bahwa dengan mengdekodekan proses dan pola

72

Kerukunan dalam Komunikasi Antarkelompok Agama Islam dan hindu di Lombok Wulan Purnama Sari, Sinta Paramita, Suzy Azeharie komunikasi, CMM teori mengijinkan hasil yang muncul ketika dua orang untuk dilakukannya sebuah intervensi sepakat akan interpretasi mengenai sebuah untuk meningkatkan komunikasi. (Kim, interaksi. Makna pribadi ini dapat dilihat 2014) pada nilai dan ajaran agama yang dianut Kerukunan yang terjadi di Lingsar masing-masing kelompok yang dibawa menunjukkan bahwa teori CMM masing-masing kelompok saat terjadinya diterapkan dalam kehidupan masyarakat komunikasi sehingga terbentuk sebuah Lingsar. Adanya komunikasi antar kedua makna interpersonal yang ditandai dengan kelompok menciptakan sebuah realitas kerukunan. sosial yang rukun dan damai, dimana hal ini dapat dicapai karena manusia yang PENUTUP terlibat didalamnya mencapai koordinasi Kesimpulan melalui cara pesan dimaknai. Walaupun 1. Proses kerukunan melibatkan faktor terdapat faktor-faktor lain yang juga waktu, perkawinan campur, nilai mendukung terbentuknya realitas sosial agama, dan luas ruang lingkup interaksi tersebut, seperti nilai agama. antar kelompok; Asumsi utama dari teori CMM 2. Komunikasi memiliki peranan utama menurut West & Turner (2008), pertama dalam terciptanya kerukunan, karena manusia hidup dalam komunikasi, asumsi merupakan syarat utama terjadinya ini mendasarkan bahwa kehidupan utama interaksi. Hal ini juga dikuatkan dengan manusia atau realitas sosial manusia dasar pemikiran konsep teori CMM, diberntuk melalui komunikasi sebagai dimana komunikasi melahirkan realitas dasarnya. Kerukunan yang terjadi di sosial manusia. Lingsar dapat tercipta dan terjaga selama ini tanpa adanya hambatan adalah karena Saran peran dari komunikasi yang menciptkan 1. Pertama dilakukan penelitian lanjutan interaksi antar kedua kelompok tetap yang meneliti interaksi sosial yang harmonis. terjadi antar kedua kelompok di Asumsi kedua mengatakan manusia Lingsar. saling menciptakan realitas sosial, dasar 2. Kedua, penelitian lanjutan juga dapat dari asumsi ini adalah adanya percakapan, dilakukan dengan metode kuantitatif karena realitas sosial antar manusia untuk mengkaji pengaruh terpaan media dibentuk melalui percakapan. Asumsi ini terhadap kerukunan di Lingsar. dapat terlihat dengan adanya interaksi 3. Ketiga, hasil penelitian dapat dibuat dalam hal perekonomian antar kedua sebagai draf rekomendasi mengenai kelompok, dan juga adanya kawin campur model kerukunan sehingga dapat yang menjadikan kedua kelompok sebuah diterapkan di wilayah lainnya di keluarga, sehingga percakapan terus terjadi Indonesia untuk membantu terwujudnya dalam banyak hal. kerukunan nasional. Asumsi ketiga menyebutkan transaksi UCAPAN TERIMA KASIH informasi bergantung kepada makna pribadi dan interpersonal, makna pribadi Penulis mengucapkan terima kasih adalah makna unik yang dimiliki seseorang kepada seluruh narasumber yang telah sedangkan makna interpersonal adalah bersedia bekerjasama dalam penelitian ini. 73

Jurnal Penelitian Komunikasi dan Opini Publik Vol. 23 No. 1, Juni 2019 :63-75 kemudian penulis juga mengucapkan https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/ruk terima kasih kepada DPPM Untar selaku un pemberi dana hibah penelitian, sehingga Ismail, R. (2012). Konsep Toleransi Dalam penelitian ini dapat terlaksana dan juga Psikologi Agama (Tinjauan selesai tepat pada waktunya. Kematangan Beragama). Religi : Jurnal Studi Agama-Agama, 8(1), 1– DAFTAR PUSTAKA 12. Asril, S. (2011, July 20). Di Pura Lingsar https://doi.org/https://doi.org/10.1442 Mereka Bersatu... Travel Kompas 1/rejusta.2012.0801-01 Online. Retrieved from Kebebasan Beragama Dijamin Konstitusi – https://travel.kompas.com/read/2011/0 Kompas.Id. (2018, February 13). 7/20/08003141/di.pura.lingsar.mereka. Kompas ID. Retrieved from bersatu https://kompas.id/baca/utama/2018/02 Carr, A. (1991). The co-ordinated /13/kebebasan-beragama-dijamin- management of meaning. Report on a konstitusi/ workshop given by Vernon Cronen at Kim, G. (2014). Coordinated Management Norwich in 1990 under the auspices of of Meaning (CMM): A Critique of W. the Kensington Consultation Centre. Barnett Pearce & Vernon Retrieved from Cronen’s Theory In Em Griffin’s A https://www.academia.edu/11424347/ First Look at Communication Theory. Carr_A._1991_._The_co- Meta-Communicate, 4(1), 1–18. ordinated_management_of_meaning._ Retrieved from Report_on_a_workshop_given_by_Ve https://journals.chapman.edu/ojs/index rnon_Cronen_at_Norwich_in_1990_u .php/mc/article/view/904/1054 nder_the_auspices_of_the_Kensington Martin, J. N., & Nakayama, T. K. (2011). _Consultation_Centre._Context_No_8 Intercultural Communication and _34-37 Dialectics Revisited. In The Handbook Hakim, R. N. (2016, August 1). Survei of Critical Intercultural Wahid Foundation: Indonesia Masih Communication. Rawan Intoleransi dan Radikalisme. https://doi.org/10.1002/978144439068 Nasional Kompas Online. Retrieved 1.ch5 from Muhdina, D. (2015). Kerukunan Umat https://nasional.kompas.com/read/201 Beragama Berbasis Kearifan Lokal di 6/08/01/13363111/survei.wahid.found Kota Makassar. Jurnal Diskursus ation.indonesia.masih.rawan.intoleran Islam, 3(1), 20–36. Retrieved from si.dan.radikalisme. http://journal.uin- Halili, H., Simarmata, H. T., & Naipospos, alauddin.ac.id/index.php/diskursus_isl B. T. (2017). Indeks Kota Toleran am/article/view/193/140 Tahun 2017. Retrieved May 13, 2019, Mulyadi, S. (2014). Violence under the from http://setara-institute.org/indeks- Banner of Religion: The Case of kota-toleran-tahun-2017/ Laskar and Laskar Kristus. Hasil Pencarian - KBBI Daring. (n.d.). Studia Islamika, 10(2). Retrieved May 13, 2019, from https://doi.org/10.15408/sdi.v10i2.631 Prihatsanti, U., Suryanto, S., & Hendriani, 74

Kerukunan dalam Komunikasi Antarkelompok Agama Islam dan hindu di Lombok Wulan Purnama Sari, Sinta Paramita, Suzy Azeharie

W. (2018). Menggunakan Studi Kasus Zuhdi, M. H. (2012). Islam Wetu Telu di sebagai Metode Ilmiah dalam Bayan Lombok Dialektika Islam dan Psikologi. Buletin Psikologi, 26(2), Budaya Lokal. AKADEMIKA: Jurnal 126–136. Pemikiran Islam, 17(2), 197–218. https://doi.org/10.22146/buletinpsikol Retrieved from http://e- ogi.38895 journal.metrouniv.ac.id/index.php/aka Samovar, L. A., Porter, R. E., & demika/article/view/164 McDaniel, E. R. (2010). Komunikasi Lintas Budaya (7th ed.). Salemba Humanika. Sejarah Singkat Pura Lingsar. (2012). Retrieved May 13, 2019, from http://lombokbaratkab.go.id/sejarah- singkat-pura-lingsar/ Suryana, T. (2011). Konsep dan Aktualisasi Kerukunan Antar Umat Beragama. Jurnal Pendidikan Agama Islam - Ta’lim, 9(2), 127–136. Retrieved from http://jurnal.upi.edu/file/03_KONSEP _DAN_AKTUALISASI_KERUKUN AN_ANTAR_UMAT_BERAGAMA_ -_TOTO.pdf West, R., & Turner, L. H. (2008). Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi. (N. Setyaningsih, Ed.). jakarta: Salemba Humanika. Yuliani, M., Mudana, I. W., & Pageh, I. M. (2016). Pura di Antara Seribu Masjid: Studi Kerukunan Antaretnis Bali dan Sasak di Desa Karang Tapen, Cakranegara, Lombok Barat. Widya Winayata: Jurnal Pendidikan Sejarah, 6(3). Retrieved from https://ejournal.undiksha.ac.id/index.p hp/JJPS/article/view/8710 Zakiyah. (2016). Konflik dan Kerukunan Antarumat Beragama di Grabab Kabupaten Magelang. HARMONI : Jurnal Multikultural & Multireligius, 15(1), 8–22. Retrieved from https://balitbangdiklat.kemenag.go.id/ assets/uploads/2016/11/Jurnal_Harmo ni.pdf 75