PENGARUH BUDAYA AUSTRONESIA PADA SITUS-SITUS DI KAWASAN KOKAS KABUPATEN PROVINSI BARAT

(The Impact of Austronesian Culture on The Sites In The Kokas Area of The of Province)

Bau Mene Balai Arkeologi Papua. Jl. Isele, Kampung Waena, Distrik Heram, Kota Jayapura, Papua 99358 Pos-el : [email protected]

INFO ARTIKEL ABSTRACT

Fakfak Regency is one of the regencies in West Papua Province Histori Artikel that has quite a variety of archaeological data. The purpose of Diterima : 13 Maret 2020 this paper is to provide a description of archeological remains Direvisi : 10 Juni 2020 in the Kokas region that characterize Austronesian culture. The Disetujui : 23 Juni 2020 method used in this research is the method of data collection

which includes literature study, surveys on sites in the Kokas area and interviews. The results of research in several villages within the Kokas district area obtained data of rock paintings Keywords: in the form of hand stencil, sun, anchors, red and yellow Austronesian Culture, painting dots, the paintings are found on coral cliffs in Ugar Kokas Region, Fakfak Island and Arguni Island. Futhermore there was rockselters in

which there are skulls, human bones, pottery fragments, foreign ceramic fragments, mollusk shells, and bone fragments. Kata kunci: Budaya Austronesia, ABSTRAK Kawasan Kokas, Fakfak Kabupaten Fakfak adalah salah satu kabupaten di Provinsi Papua Barat yang menyimpan data arkeologis yang cukup beragam. Tujuan penulisan ini adalah untuk memberikan gambaran tinggalan arkeologi yang ada di kawasan Kokas yang mencirikan budaya Austronesia. Metode penelitian yang dilakukan dalam penulisan ini adalah survei dan analisis, teknik pengumpulan data melalui survei ke situs-situs yang ada di kawasan Kokas, studi pustaka dan wawancara. Hasil penelitian pada beberapa

kampung yang berada dalam kawasan distrik Kokas diperoleh data lukisan – lukisan cadas berupa cap tangan,matahari, jangkar,titik- titik lukisan berwarna merah dan kuning, lukisan- lukisan tersebut terdapat pada tebing-tebing karang di Pulau Ugar dan Pulau Arguni. Selain itu terdapat ceruk-ceruk yang didalamnya ditemukan tengkorak dan tulang-tulang manusia, fragmen gerabah, fragmen keramik asing, cangkang moluska, fragmen tulang.

61 Pengaruh Budaya Austronesia Kawasan Kokas Fakfak, Bau Mene

PENDAHULUAN masa yang sama itu pula orang-orang memegang peran Austronesia dari daratan Asia kunci dalam studi Austronesia. Dari Tenggara berangsur-angsur sudut geografi, Indonesia menduduki memasuki Semenanjung Malaysia posisi yang strategis mengingat dan pulau-pulau bagian barat wilayahnya yang sangat luas dan Indonesia. Migrasi ke arah pulau- terletak di bagian tengah kawasan pulau di Pasifik berlanjut terus diaspora austronesia. Lebih dari 80% hingga sekitar tahun 500 SM hingga penutur austronesia berdiam di awal dihitungnya tarikh Masehi. wilayah ini dengan berbagai ragam Kira-kira sejak 3500 tahun budaya keberadaan kantong-kantong silam, Papua telah menjadi jalur penutur non Austronesia di Maluku, perlintasan kelompok penutur bahasa Sunda kecil dan Papua sangat Austronesia yang menghuni hampir penting untuk mengetahui proses seluruh bagian kepulauan Nusantara interaksi dengan kelompok yang kehadirannya telah menandai Austonesia (Simanjuntak, 2012: 6). kegiatan ekonomi diantaranya Munandar (2012) melalui produksi gerabah. Jejak menguraikan bahwa pada sekitar arkeologis menunjukkan bahwa tahun 3000-2500 BC, orang-orang orang Austronesia telah melintasi Austronesia mulai berlayar dari pulau-pulau di Asia Tenggara pedalaman Cina selatan daerah menuju bagian utara Papua dan Yunnan menyeberangi lautan menuju keluar menuju ke Kepulauan Taiwan dan Kepulauan Filipina. Melanesia, Polinesia dan Mikronesia Diaspora Austronesia berlangsung serta mencapai Selandia Baru terus hingga tahun 2500 SM mereka melalui pesisir Pantai Papua. Dengan mulai memasuki Sulawesi, posisi geografisnya, Papua selain Kalimantan dan pulau-pulau lain di menyerap budaya Melanesia dari sekitarnya. Dalam sekitar tahun 2000 Pasifik, juga mendapat pengaruh dari SM kemungkinan mereka telah penutur Austronesia. Sisa-sisa mencapai Maluku dan Papua. Dalam interaksi yang menandai kehadiran

Jurnal Arkeologi Papua Vol. 12 Edisi No. 1 / Juni 2020 : 61-74 62 budaya Austronesia di Papua serta produk seperti peralatan dan tradisi prasejarah berlanjut masih perhiasan litik (beliung, kapak dapat ditemukan bukti-buktinya gelang dan lain-lain) (Simanjuntak, sampai sekarang (Amal, 2010: 3). 2011: 4-18) Kabupaten Fakfak Menurut Tanudirdjo artefak merupakan salah satu kabupaten yang dapat dianggap dapat yang berada di Provinsi Papua Barat, menunjukkan interaksi budaya wilayah ini menyimpan data penutur Austronesia dan masyarakat arkeologi yang cukup beragam, Melanesia sekitar 3500 tahun yang terletak antara 131o 30 - 138o 40 BT lalu diantaranya gerabah, beliung dan 2o 25 - 4o 00 LS, dengan luas persegi, pahat batu poles, batu wilayah 14.320 Km2. Secara penumbuk biji, artefak kerang conus, administratif berbatasan langsung kail kerang, rumah berdenah persegi, dengan Kabupaten Teluk Bintuni di perkampungan terbuka, tradisi sebelah utara, Laut Arafura dan kunyah pinang dan pelihara ternak Kabupaten Kaimana di sebelah babi, ayam serta anjing. Diantara selatan, Laut Seram dan Teluk Berau sejumlah budaya bendawi itu, salah di sebelah barat, dan Kabupaten satu artefak yang menonjol adalah Kaimana di sebelah timur (Tim gerabah, selain itu seni cadas (rock Peneliti Fakfak, 2018: 1) art) merupakan pengaruh budaya Tulisan ini akan Austronesia (Tanudirjo, 2011: 25). mengeksplorasi tinggalan arkeologi Lukisan cadas yang terdapat yang ada di kawasan Distrik Kokas di kawasan Kokas berupa fauna air yang diperkirakan tinggalan tersebut laut seperti ikan, cumi-cumi, mendapat pengaruh budaya teripang, dan buaya, geometris Austronesia. Ciri budaya Austronesia (lingkaran, garis berpotongan,titik- menurut Simanjuntak adalah titik, segi empat, matahari).benda dikenalnya budaya pertanian, budaya (bumerang, mata panah, teknologi pelayaran yang lebih maju, kapak, tugal, wadah, jaring, dayung), teknologi tembikar polos/slip merah, garis berbentuk V, garis silang, domestikasi hewan dan tanaman. lukisan abstrak, fauna darat (burung, Dibidang teknologi menghasilkan

63 Pengaruh Budaya Austronesia Kawasan Kokas Fakfak, Bau Mene

kadal), gambar berukir (Tim pada periode ini adalah praktek penelitian Fakfak, 2009: 40). penguburan tempayan yang Dalam perspektif waktu, merupakan tradisi berlanjut dari studi Austronesia melingkupi rentang zama prasejarah (neolitik), benda- sekitar 4000 tahun terhitung sejak benda logam pengaruh budaya kemunculan penutur Austronesia Dongson, dan megalitik yang juga awal hingga sekarang. Berpatokan pengaruh budaya luar. pada model Peristiwa Besar (Big 3. Austronesia Masa kini; cakupan Events), studi Austronesia dapat waktu terhitung sejak dibagi paling tidak dalam tiga kemerdekaan hingga sekarang, kelompok berdasarkan periode dicirikan oleh lepasnya perkembangan budayanya. Ketiga masyarakat Indonesia dari kelompok studi dan periodisasi dominasi budaya asing, hingga Austronesia tersebut adalah: dimulainya proses pembentukan 1. Austronesia Prasejarah : dimulai budaya nasional yang merupakan sejak kehadiran penutur campuran tradisi-tradisi budaya Austronesia awal di kepulauan asli dan budaya modern. Dalam hingga sekitar 2000 BP. Budaya konteks ini studi Austronesia penanda pada periode ini adalah lebih difokuskan pada tradisi- neolitik dengan inovasi-inovasi tradisi budaya asli (Simanjuntak, yang membawa perubahan besar 2011: 8-9). di berbagai bidang kehidupan, Jauh sebelum kedatangan 2. Austronesia Protosejarah: orang Austronesia sekitar sebelum Berkembang di sekitar 2000 BP- 10.000 tahun yang lalu sebenarnya abad IV/V Masehi ditandai penduduk asli Papua yang mendiami dengan kehidupan masyarakat telah terlebih dahulu yang makin kompleks, seiring mencapai pulau-pulau besar maupun dengan kemajuan di bidang pulau-pulau kecil yang berada dekat pelayaran dan perdagangan dengan daratan. Pulau-pulau tersebut regional-global. Budaya penanda mencakup Britania Baru, Irlandia Baru

Jurnal Arkeologi Papua Vol. 12 Edisi No. 1 / Juni 2020 : 61-74 64 dan sebagian besar pulau di tersebut telah mendapat pengaruh Kepulauan Solomon. Wilayah sebelah budaya Austronesia. Hal ini terlihat utara Solomon bahkan telah mereka dari tinggalan arkeologi yang jelajahi lebih dahulu sekitar 30.000 ditemukan pada situs-situs di Pulau tahun yang lalu. Tetapi mereka telah Arguni, Pulau Ugar dan melanjutkan penjelajahan mereka sekitarnya. Dari latar belakang lebih jauh lagi, kemungkinan besar tersebut di atas permasalahan yang karena lautan yang harus diarungi akan diungkapkan adalah Bagaimana untuk mencapai rangkaian pulau bentuk pengaruh budaya Austronesia berikutnya (yaitu Vanuatu dan Fiji) yang ditemukan dalam kawasan yang teramat luas. Pada akhirnya, Distrik Kokas . pulau-pulau yang tak bisa mereka taklukkan oleh pendatang baru yaitu METODE PENELITIAN orang Austronesia. Para pendatang Metode penelitian yang baru ini bahkan bisa mendiami pulau- digunakan dalam penulisan ini pulau sepanjang Samudra Pasifik adalah survei dan analisis. Teknik (Muller, 2008: 49) pengumpulan data dilakukan melalui Dari penelitian yang telah studi pustaka, survei dan wawancara. dilakukan oleh Balai Arkeologi Studi pustaka dilakukan untuk Papua pada beberapa situs yang mengumpulkan data-data atau masuk dalam kawasan distrik Kokas literatur yang berkaitan dengan objek yang terdapat di Pulau Ugar kajian. Survei dilakukan untuk (Kampung Ugar dan Tebing Sarfa) mengetahui adanya tinggalan dan Pulau Arguni (situs tebing arkeologis ataupun untuk Mampoga, Gua Dudumunir, dan menemukan tinggalan arkeologis. Tebing) diperkirakan bahwa wilayah

65 Pengaruh Budaya Austronesia Kawasan Kokas Fakfak, Bau Mene

Peta Distrik Kokas, Sumber https://Fakfakkab.bps.go.id HASIL DAN PEMBAHASAN Di Pulau Arguni survei

Penelitian di Kabupaten Fakfak dilakukan pada Gua Dudumunir dan dilakukan pada tanggal 25 Mei melakukan pendataan pada beberapa sampai 4 Juni tahun 2015. Penelitian tebing karang yang terdapat lukisan dilakukan dalam kawasan distrik dinding, serta beberapa ceruk karang Kokas yaitu di Pulau Arguni, Pulau yang terdapat tengkorak dan tulang- Ugar, dan beberapa tebing-tebing tulang manusia, rumah tinggal raja, yang masuk dalam kawasan distrik makam keluarga raja. Gua Kokas Dudumunir terletak pada koordinat S : 020 39’ 17. 4”. dan E: 1320 32’ Pulau Arguni 55.1”. Gua menghadap arah timur, Pulau Arguni terletak di lebar mulut gua 12 meter, panjang kampung Arguni distrik Arguni. gua 30 meter. Kondisi lantai gua Perjalanan menuju Pulau Arguni kering dan basah, bentuk lantai gua kampung arguni menggunakan datar pada bagian langit-langit gua kendaraan roda empat dari ibu kota terdapat banyak coretan-coretan. Kabupaten Fakfak menuju ke Distrik Untuk mencapai gua sangat mudah Kokas, dari Kokas perjalanan karena posisi gua dekat dengan bibir dilanjutkan dengan menggunakan pantai. Posisi gua sekitar 15 meter perahu speedboat ke Kampung dari bibir pantai. Tanaman yang ada Arguni. Akses ke situs dari di sekitar gua pohon kelapa, pandan Kampung Arguni menggunakan hutan. Hasil survei pada permukaan ransportasi perahu, jika air laut surut gua ditemukan fragmen gerabah, dapat ditempuh dengan berjalan kaki menyusuri tepian pantai.

2 1 2 23

Gambar: 1 dan 3. cangkang kerang Gua Dudumunir, Gambar 2. fragmen gerabah

(Sumber Balai Arkeologi Papua).

Jurnal Arkeologi Papua Vol. 12 Edisi No. 1 / Juni 2020 : 61-74 66 dan cangkang kerang, fragmen Pelvis 1. Tebing Mampoga (tulang paha manusia, fragmen Tebing Mampoga terletak pada Costae Pisces (fragmen tulang rusuk koordinat S: 020 39’ 17.4” dan E: 1320 33’ 43.1”. Tebing ini berbatasan dengan sebelah barat Kampung Arguni, sebelah barat Tanjung Fameta, sebelah selatan

4 Kampung Fior, sebelah Utara Teluk Berau. Pada tebing ini ditemukan Gambar 4. Foto Kondisi Gua Dudumunir lukisan telapak tangan berukuran (Sumber Balai Arkeologi Papua) kecil dan telapak tangan berukuran paus). Berdasarkan identifikasi besar ikan. Titik-titik, jangkar, taponomi tulang dan hasil komparasi matahari. Lukisan berwarna merah dengan anatomi struktur tulang ikan dan kuning. Selaim lukisan paus. Selain itu ditemukan juga ditemukan banyak tulang- tulang dan lukisan dinding pada bagian dalam tengkorak manusia. Menurut gua. Lukisan berwarna hitam. Lukian masyarakat setempat tulang-tulang sudah tidak dapat diidentifikasi dan tengkorak itu adalah tulang- bentuknya selain karena lukisan tulang dan tengkorak manusia yang tersebut sudah pudar, banyak dibantai pada saat perang suku / terdapat coretan-coretan akibat Hongi. vandalisme.

5 6 Gambar 5 dan 6 lukisan cap tangan tebing Mampoga (Sumber Balai Arkeologi Papua)

67 Pengaruh Budaya Austronesia Kawasan Kokas Fakfak, Bau Mene

2. Tebing Risato tersebut ditemukan lukisan yang terdapat pada tebing Sarfa. Tebing Risato terletak pada koordinat S: 020”38’ 58.7” dan E: Tebing Sarfa terletak pada 1320 33’ 47.2”. lukisan cadas yang koordinat : S : 020 37’ 31.8” dan E : terdapat pada tebing ini adalah 1320 27’ 56.9”. Pada tebing ini lukisan telapak tangan, ikan, lukisan terdapat lukisan cap tangan warna abstrak. Warna lukisan merah dan merah dan lukisan abstrak. Lukisan kuning. cap tangan ada yang berukuran besar dan kecil. Keletakan lukisan sekitar 7- 8 ,meter di atas permukaan air laut.

Pada kira-kira 2000 SM, orang Melayu- Polinesia Tengah Timur telah meluaskan penghuniannya hingga ke Timor melalui Maluku. Keterampilan dan teknik berlayar Gambar 7. Lukisan Tebing Risato ( Sumber. Balai Arkeologi Papua) 7 sudah lebih maju pada waktu itu, Pulau Ugar seperti jelas terlihat dari penghunian Oceania selanjutnya. Penghunian Secara astronomis Pulau Ugar wilayah pesisir yang dapat dilakukan terletak pada S: 020 38’ 13.9” dan E: dengan mudah dan cepat rupanya 1320 26’ 44.4”. Pulau ini masuk lebih diminati daripada penghunian dalam wilayah Distrik Kokas. Survei wilayah pedalaman yang lebih di Kampung Ugar ditemukan membutuhkan tenaga, dan lagi fragmmen gerabah, cangkang kerang dibeberapa tempat sudah dihuni oleh dan fragmen keramik. Selain temuan

8 9

Gambar 8 dan 9. Temuan fragmen gerabah di Pulau Ugar (Sumber. Balai Arkeologi Papua)

Jurnal Arkeologi Papua Vol. 12 Edisi No. 1 / Juni 2020 : 61-74 68 penduduk lain yang mungkin tidak mendapat pengaruh dari Austonesia. menyukai mereka. Pertanian biji- Sisa-sisa interaksi yang menandai bijian menjadi kurang penting di kehadiran budaya Austronesia dan Indonesia bagian timur, dan para Melanesia di Papua serta tradisi pemukim Austronesia di Oceania prasejarah berlanjut masih dapat mendasarkan ekonomi mereka ditemukan bukti-bukti sampai semata-mata pada umbi-umbian, sekarang. Di Papua, pengaruh pohon buah, dan tanaman pangan Austronesia menapak di wilayah bertunas lainnya (Bellwood, 2000: Kepala Burung (Raja Ampat: 353). Kaimana: Fakfak, Teluk Bintuni) pesisir Pantai Utara, Pulau Biak dan Fenomena persebaran Yapen. (Mahmud, 2011: 49-50) masyarakat penutur Austronesia Pengaruh Austronesia di yang menjangkau Lautan Pasifik wilayah Kepala Burung ditemukan merupakan fenomena yang sangat lukisan cadas, di (Pulau mengagumkan. Banyak pakar Mansinam) Kampung Lama (Pulau menganggap, salah satunya Hendrik Cag) di Biak ditemukan terompet Kern, bahwa diaspora Austronesia dan gelang kerang serta di bagian terjadi karena tekanan penduduk dari Jayapura (terutama Danau Sentani) kelompok masyarakat yang dan di Biak ditemukan situs-situs mendiami suatu pantai daerah tropis. yang mengandung gerabah polos Jejak arkeologis menunjukkan bahwa merah. orang Austronesia telah melintasi Menurut Mahmud (2011), pulau-pulau di Asia Tenggara unsur budaya Austronesia di Papua, menuju bagian utara Papua dan berupa gerabah, beliung persegi, keluar menuju ke Kepulauan pahat batu poles, batu penumbuk Melanesia (mela=hitam), Polinesia biji,artefak kerang conus rumah dan Mikronesia serta mencapai berdenah persegi, dan perkampungan Selandia Baru melalui pesisir pantai terbuka serta domestikasi hewan Papua (Amal, 2010: 3). (anjing, babi, ayam) dan tradisi Dengan posisi geografisnya, mengunyah pinang yang nyata Papua selain menyerap budaya sampai sekarang. Melanesia dari Pasifik, juga

69 Pengaruh Budaya Austronesia Kawasan Kokas Fakfak, Bau Mene

Kebudayaan dan teknologi terdapat di perairan daerah ini orang Austronesia ini sudah sangat seperti Pulau Ugar dan Arguni. maju. Mereka telah menjinakkan Lukisan dinding atau biasa berbagai jenis hewan (ayam, anjing disebut lukisan cadas merupakan dan babi) serta membiakkan tanaman data arkeologi yang dapat import yang bermanfaat. Perkakas memberikan gambaran tentang yang mereka pergunakan sudah lebih kehidupan masa lampau. Bentuk- baik. Organisasi kemasyarakatannya bentuk lukisan yang ditemukan pada sudah terstruktur dengan sstem saat penelitian berlangsung adalah hirarki dengan bentuk kepemimpinan telapak tangan berukuran kecil, yang dijabat secara turun temurun. telapak tangan berukuran besar, ikan, Dengan keahliannya, mereka juga matahari, titik-titik, jangkar dan mampu menghasilkan karya berupa lukisan abstrak. Warna lukisan ornamen-ornamen dan perkakas merah, kuning, hitam pada umumnya dengan bahan kulit kerang. Ornamen terletak kurang lebih 7 sampai 8 atau alat-alat berbahan kerang yang meter diatas permukaan laut. mereka buat termasuk beliung, Lukisan- lukisan tersebut merupakan manik-manik, mata kail, gelang ekspresi seni yang dirasakan, dilihat tangan dan terompet (Muller, 2008: dan dialami yang kemudian 53 dalam Suroto, 2010: 35). dituangkan dalam bentuk lukisan Bukti pengaruh budaya dengan memanfaatkan tebing-tebing Austronesia di kawasan Kokas dapat karang. Adapun bentuk-bentuk dilihat dari adanya lukisan dinding lukisan yang ditemukan di daerah ini yang tersebar di tebing-tebing yang umumnya berupa gambar telapak terdapat diatas permukaan laut tangan manusia, telapak kaki sepanjang pantai selatan Teluk Berau manusia, fauna, matahari, dan lain yaitu antara Goras dan Kokas dan sebagainya (Heekeren 1972; Tim pada dinding-dinding ceruk dan Peneliti Fakfak, 2009: 3). tebing serta pada gua-gua yang Lukisan-lukisan yang terdapat pada beberapa pulau yang ditampilkan ada yang berkelompok,

Jurnal Arkeologi Papua Vol. 12 Edisi No. 1 / Juni 2020 : 61-74 70 individu bahkan ada yang tumpah (pulau Waigeo, Misool) dan tindih Yang menjadi obyek Kaimana (Kawasan Kampung Mai- gambarnya adalah apa yang dilihat mai dan Teluk Triton). pada lingkungan sekitar. Keberadaan Ciri budaya Austronesia lukisan-lukisan itu ada yang lainnya yang tampak berupa berkaitan dengan benda-benda di organisasi kemasyarakatannya cakrawala yaitu matahari adapula terstruktur dengan sistem hirarki yang berkaitan dengan binatang laut dimana para pemimpinnya dijabat yaitu ikan lukisan tersebut secara turun temurun. Hal ini terlihat mengandung makna sebagai mata pada masyarakat yang tinggal di pencaharian. Kemungkinan Fakfak, Raja Ampat, Teluk Youtefa penggambaran motif ikan adalah (Tobati, Enggros, Nafri, Kayu Batu) karena ikan adalah binatang yang Waena dan Sentani. Ciri Austronesia banyak dikonsumsi dan sebagai lainnya adalah temuan fragmen sumber mata pencaharian mereka. gerabah pada situs-situs dalam Bentuk-bentuk yang digambarkan kawasan Distrik Kokas. Fragmen mencerminkan keadaan dan kegiatan gerabah ditemukan di Gua masyarakat pendukungnya seperti Dudumunir, Pulau Ugar, Gua misalnya kegiatan berburu, menari, Sosoraweru. Diperkirakan tradisi berperang, dan bahkan kegiatan pembuatan gerabah di Papua keagamaan (Arifin, 1992: 1) khususnya pada situs-situs di Selain merupakan ekspresi kawasan Distrik Kokas dibawa oleh seni kemungkinan lukisan-lukisan orang Austronesia. Tradisi tersebut juga mengandung makna pembuatan gerabah tidak dikenal sebagai penolak bala/bahaya dalam kawasan Distrik Kokas misalnya lukisan cap tangan. bahkan bahan untuk pembuatan Kehadiran lukisan dinding pada gerabah tidak ditemukan. situs-situs di kawasan Kokas diperkirakan adalah pengaruh budaya Pengaruh budaya Austronesia seperti halnya lukisan- Austronesia yang lain nampak di lukisan dinding yang terdapat di Pulau Ugar dan Arguni yaitu kawasan ditemukan di Raja Ampat dikenalnya tradisi mengunyah

71 Pengaruh Budaya Austronesia Kawasan Kokas Fakfak, Bau Mene

pinang. Kebiasaan mengunyah seseorang yang belum dikenal untuk pinang dikenal dalam masyarakat memulai perkenalan dengan orang Papua, baik masyarakat yang tersebut maka orang tersebut berdiam di pesisir pantai maupun ditawari makan pinang dengan masyarakat yang tinggal di makan pinang bersama akhirnya pedalaman. Tradisi mengunyah berkenalan, ngobrol dengan pinang ini diwariskan secara turun perkenalan tersebut akan timbul rasa temurun oleh nenek moyang. Tradisi persaudaraan. Selain itu makan mengunyah pinang dikenal hampir pinang dapat membangkitkan rasa di seluruh suku yang ada di percaya diri, menguatkan gigi dan Indonesia diantaranya Sumatera, menghilangkan bau mulut Jawa, Sulawesi, Kalimantan, Maluku (wawancara, Faiyo Klementin). dan Papua (Mene; 2013: 32). Pada masyarakat Papua khususnya yang berdiam di pesisir Tradisi makan pinang di kebiasaan makan pinang dilakukan Papua dapat dijumpai di wilayah pada saat lamaran dan acara pesisir yaitu , Kaimana, perkawinan. Pada saat acara lamaran Fakfak, Biak, Manokwari, Serui, dilakukan keluarga pihak laki-laki Jayapura, Sarmi, Mamberamo. mengantar barang hantaran berupa Tradisi ini berkembang hingga ke kapak batu, manik-manik disertai daerah pedalaman. Tanaman pinang sirih pinang. Tujuan penyertaan sirih dibudidayakan di pekarangan rumah pinang untuk disuguhkan kepada dan kebun. Kebiasaan mengunyah para tamu yang datang namun pinang dimaksudkan sebagai biasanya keluarga pihak perempuan penyedap mulut, pembangkit juga menyiapkan sendiri sirih pinang semangat, atau hanya sekedar untuk dimakan bersama pada saat sebagai hidangan tamu (Mene, 2013: acara lamaran berlangsung. Acara 38). makan sirih pinang ini dimulai Makan sirih pinang bisa sebelum memulai pembicaraan dan dijadikan sebagai media untuk proses lamaran berlangsung. Acara berkenalan, apabila bertemu

Jurnal Arkeologi Papua Vol. 12 Edisi No. 1 / Juni 2020 : 61-74 72 makan sirih pinang dimulai sebelum kesimpulan yang dapat diambil memulai pembicaraan dan proses bahwa kawasan distrik Kokas lamaran berlangsung. Setelah selesai kemungkinan telah mendapat proses lamaran dan disepakati jadwal pengaruh budaya Austronesia. Bukti- pernikahan keluarga pihak laki-laki bukti tersebut dapat kita lihat dari pulang kerumah untuk adanya temuan lukisan dinding pada mempersiapkan barang-barang tebing-tebing karang yang hantaran pada saat pernikahan nanti diperkirakan lukisan-lukisan tersebut adalah pengaruh budaya Austronesia. PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian Temuan fragmen gerabah yang telah dilakukan pada beberapa pada gua Dudumunir dan Pulau situs yang ada dalam kawasan Ugar, Sistem organisasi Distrik Kokas Kabupaen Fakfak kemasyarakatan yang terstruktur diantaranya Pulau Arguni yaitu Situs dengan sistem hirarki dimana para Gua Dudumunir, Situs tebing Risato, pemimpinnya dijabat secara turun tebing Mampoga, situs tebing-tebing temurun dan masih berlangsung yang terdapat di Pulau Ugar maka sampai saat ini, dan adanya tradisi makan pinang dalam masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Amal, M. Adnan. 2010. Kepulauan Rempah-Rempah Perjalanan Sejarah Maluku Utara 1250-1950. cet.1 Jakarta. Kepustakaan Populer Gramedia Arifin, Karina. 1992. Lukisan Batu Karang di Indonesia.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia. Bellwood, Peter. 2000. Prasejarah Kepulauan Indo-Malaya edisi revisi. Jakarta: Gramedia. Pustaka Utama. Mahmud, Irfan. 2011. “Jejak Austronesia, Melanesia dan Tradisi Prasejarah Berlanjut di Papua” dalam Austronesia dan Melanesia di Nusantara. Balai Arkeologi Jayapura. Mene, Bau. 2013. “Tradisi Menginang di Papua”. dalam: Kebudayaan Papua. Balai Arkeologi Jayapura.

73 Pengaruh Budaya Austronesia Kawasan Kokas Fakfak, Bau Mene

Muller, Kal. 2008. Mengenal Papua. Daisy World Books. Munandar Aris, Agus. 2012 . Kebudayaan Austronesia Sebagai Akar Kebudayaan Nusantara Ornamen pada Nekara dan Artefak Perunggu Lainnya. Majalah Arkeologi Indonesia. Simanjuntak, Harry, Truman. 2011. “Jejak Austronesia, Melanesia dan Tradisi Prasejarah Berlanjut di Papua” dalam Austronesia dan Melanesia. Balai Arkeologi Jayapura. Suroto, Hari. 2010 . Prasejarah Papua. Denpasar: Udayana University Press. Suroto, Hari. 2011. “Budaya Austronesia di Papua” dalam Austronesia dan Melanesia di Nusantara. Balai Arkeologi Jayapura. Tanudirdjo, Aris Daud. “Austronesia dan Melanesia di Nusantara” Austronesia dan Melanesia di Nusantara. Balai Arkeologi Jayapura. Tim Peneliti. 2009. “Penelitian Lukisan Dinding di Kawasan Kokas Fakfak” Laporan Penelitian Balai Arkeologi Jayapura. Belum terbit. Tim Peneliti. 2015. “Penelitian Eksplorasi Arkeologi di Kabupaten Fakfak” Laporan Penelitian Balai Arkeologi Jayapura. Belum terbit. Tim Peneliti. 2018. “Okupasi Hunian Prasejarah di Kawasan Teluk Berau Kabupaten Fakfak” Laporan Penelitian Balai Arkeologi Papua. Belum Terbit.

73 Pengaruh Budaya Austronesia Kawasan Kokas Fakfak, Bau Mene