KAJIAN APLIKASI KEBIJAKAN HUTAN KOTA DI TIMUR ()Review on Application of Urban Forest Policy in

Oleh/By : Tien Wahyuni12 & Ismayadi Samsoedin 1Balai Besar Penelitian Dipterokarpa, Jalan A.W. Syahrani, 75124, Kaltim. Telp.0541-206364, Fax. 0541-742298, e-mail:[email protected] 2Puslitbang Perubahan Iklim dan Kebijakan. Jalan Gunung Batu 5, Bogor 16610. Telp.0251-8633944, Fax.0251-8634924, e-mail: [email protected]

Diterima 24 Februari 2012, disetujui 5 Juni 2012

ABSTRACT

In order to support development and management efforts of urban forest, a measure of legal control is necessary. Government has supported the efforts by enacting Government Regulation No.63/2002 regarding urban forest and technical policy from Ministry of Forestry Regulation No.P.71/2009 regarding the implementation of urban forest. Based on a research conducted in four cities (Samarinda, , and ) of East Kalimantan province, the legal basis (comprehensiveness and enforcement of laws) are more about spatial planning as a strategic issue. As derivation of national regulation, local regulations are expected to support in development and management efforts of regional level of urban forests. Local governments can enact local regulations for technical guidelines in short term strategy. Until 2011, only Tarakan municipality has enacted local regulation of urban forest, however all the cities have established urban forest in the city areas although still below the target of 10%. Moreover, most local regulations from these four cities have relatively paid little attention particularly to private property policy. Some of the major players may be involved in urban forest in developing towns. In this review, urban forest local regulations that exist in East Kalimantan are discussed, including legal issues, key players and their roles in urban forests management.

Keywords: Urban forest, policy, East Kalimantan

ABSTRAK

Dalam rangka mendukung upaya pengembangan dan pengelolaan hutan kota diperlukan sebuah tindakan dari pengawasan legal. Pemerintah telah mendukung usaha-usaha ini dengan menerbitkan Peraturan Pemerintah No.63/2002 tentang hutan kota dan kebijakan teknis berupa Peraturan Menteri Kehutanan No. P.71/2009 tentang pedoman penyelenggaraan hutan kota. Hasil penelitian pada empat kota di Kalimantan Timur (Samarinda, Balikpapan, Bontang dan Tarakan) menunjukkan bahwa, dasar legal (lingkup dan penegakan hukum) lebih banyak tentang rencana tata ruang wilayah sebagai isu strategis. Sebagai derivasi dari peraturan nasional, peraturan daerah diharapkan mendukung di dalam upaya pengembangan dan pengelolaan hutan kota pada level regional. Pemerintah daerah dapat mengeluarkan peraturan daerah untuk petunjuk teknis dalam strategi jangka pendek. Hingga tahun 2011, hanya kota Tarakan yang telah menetapkan peraturan daerah tentang hutan kota, tetapi semua kota tersebut telah menetapkan lahan berhutan sebagai hutan kota dari wilayah perkotaan meskipun belum mencapai target 10 persen. Selain itu, kebanyakan peraturan daerah dari empat kota tersebut relatif sedikit

219 Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol. 9 No. 3, Desember 2012 : 219 - 239

memberi perhatian bagi kebijakan kepemilikan lahan swasta. Dalam kajian ini, peraturan daerah tentang hutan kota yang ada di Kalimantan Timur dikaji, termasuk aspek hukum serta para pihak dan peranannya dalam pengelolaan hutan kota.

Kata kunci: Hutan kota, kebijakan, Kalimantan Timur

I. PENDAHULUAN Secara umum, landasan hukum yang mengatur kebijakan tentang hutan kota adalah Seiring dengan meningkatnya ling- Undang-undang No. 41 tahun 1999 tentang kungan fisik kritis perkotaan, semakin banyak Kehutanan pasal 9. Sejak tahun 2002, upaya bermunculan fenomena masalah lingkungan di pembangunan dan pengembangan hutan kota perkotaan seperti suhu udara dan tingkat telah mendapat perhatian dan dukungan polusi yang semakin meningkat, hilangnya pemerintah dengan diterbitkannya Peraturan ruang terbuka hijau yang diikuti hilangnya Pemerintah No.63 tahun 2002 tentang hutan berbagai habitat keanekaragaman flora dan kota dan masih berupa garis besar penyeleng- fauna, hilang atau rusak dan menurunnya garaan hutan kota. Dalam rangka mendukung fungsi resapan air, pemandangan alami serta penyelenggaraan pengelolaan hutan kota dari berbagai macam masalah sosial. Untuk Kementerian Kehutanan dengan dikeluarkan- memperbaiki mutu lingkungan hidup dan nya Peraturan Menteri Kehutanan RI No: merevitalisasi ekosistem di perkotaan dengan P.71/Menhut-II/2009 tentang Pedoman mengelola Ruang Terbuka Hijau (RTH), salah Penyelenggaraan Hutan Kota. satu alternatif pemecahan yang dapat dilaku- Peraturan Pemerintah tersebut dapat kan adalah melalui pengembangan dan digunakan sebagai pondasi legal bagi Pemerin- pengelolaan hutan kota. Untuk mendukung tah Provinsi (Pemprov), Pemerintah Kota upaya tersebut diperlukan kebijakan dan (Pemkot) dan Pemerintah Kabupaten peraturan perundang-undangan yang men- (Pemkab) dalam membangun, mengem- dukung dan aplikatif. Kebijakan pengem- bangkan dan mengelola hutan kota, sebagai bangan hutan kota mengatur tentang bagian dari RTH secara terencana di penyelenggaraan hutan kota meliputi daerahnya. Walaupun berbagai ketentuan penunjukan, pembangunan, penetapan, perundangan telah cukup mendasari pengelolaan, pengawasan, peran serta penyelenggaraan pembangunan hutan kota masyarakat, dan pembiayaan. Upaya untuk sebagai dasar legalitas, derivasi kebijakan meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan berupa kebijakan atau peraturan di tingkat akan tercapai apabila dilakukan perubahan daerah masih dibutuhkan. Daerah dapat kebijakan yang juga memperhitungkan mengeluarkan kebijakan dalam bentuk surat manfaat keberadaan sumberdaya alam keputusan kepala daerah ataupun peraturan termasuk sumberdaya genetik pohon- daerah pada masing-masing Kabupaten/Kota pohonan dan jasa lingkungan khususnya sebagai dasar acuan dalam penyelenggaraan- ekosistem perkotaan. Ekosistem perkotaan nya. Kepala daerah dapat mengeluarkan surat merupakan bagian dari ekosistem buatan, keputusan tentang hutan kota dalam jangka contohnya antara lain: sempadan sungai, situ pendek. Namun dalam jangka, panjang atau danau dan bendungan, ruang terbuka peraturan daerah menjadi hal yang penting hijau, areal pemukiman, kawasan industri, untuk kelangsungan kelestarian hutan kota. jalan raya, jalan tol dan lain-lain.

220 Kajian Aplikasi Kebijakan Huta Kota di... Tien Wahyuni & Ismayadi Samsoedin

Dalam rangka tercapainya pemba- B. Metode Pengumpulan dan Analisis Data ngunan dan pengembangan Hutan Kota di Data yang dikumpulkan terdiri dari data Kalimantan Timur, perlu mendapat dukungan primer dan data sekunder. Data primer kebijakan dan peraturan. Beberapa per- diperoleh melalui metode pengumpulan data, masalahan mendasar yang berhubungan yaitu: (1) Analisis dokumen atau desk study dengan kebijakan diantaranya: kurang dengan meninjau dan mensintesis kebijakan efektifnya aplikasi Peraturan Pemerintah pendukung yang terkait tentang hutan kota No.63 tahun 2002 tentang hutan kota di daerah dan Ruang Terbuka Hijau serta jenis-jenis dan Peraturan Menteri Kehutanan No. P.71 organisasi pengelola hutan kota; (2) Analisis tahun 2009 tentang Pedoman Penyelenggaraan para pihak (stakeholders ) dengan mengevaluasi Hutan Kota. Untuk itu diperlukan kajian pengelola hutan kota: struktur organisasi, tata tentang berbagai bentuk kebijakan dan hubungan kerja, SDM dan pembiayaan; (3) perundangan yang erat kaitannya dengan Observasi (pengamatan) pada hutan kota dan pembangunan dan pengelolaan hutan kota (4) Wawancara terpadu dan pengisian atau lanskap perkotaan, kebijakan perkotaan kuisioner kepada para nara sumber pengelola serta beberapa produk aturan hukum terkait hutan kota serta kegiatan lokakarya atau focus lainnya. Hasil kajian tersebut dapat menjadi group discussion dari para pihak serta partisipasi masukan guna mendukung keberhasilan masyarakat di perkotaan terkait pengelolaan pengembangan hutan kota secara umum dari hutan kota. Data sekunder didapatkan melalui kota-kota yang sedang berkembang di kajian peraturan perundang-undangan, lite- Kalimantan Timur. ratur dan publikasi terkait dengan pengelolaan hutan kota. Analisis data dilakukan secara kuantitatif II. METODE PENELITIAN dan kualitatif. Secara kuantitatif artinya menguraikan data dalam bentuk angka dan A. Lokasi Penelitian tabel yang berkaitan dengan kebijakan Penelitian dilaksanakan di empat kota di pengembangan dan pengelolaan hutan kota Kalimantan Timur yaitu: Samarinda, Balik- dan peranan organisasi-organisasi di daerah papan, Bontang dan Tarakan. Keempat kota dan kebijakan-kebijakan atau peraturan daerah tersebut termasuk dalam kategori kota dalam rangka mendukung penyelenggaraan otonom yang dahulu merupakan bagian dari pengelolaan hutan kota. Sedangkan secara Daerah Tingkat II. Objek penelitian meliputi kualitatif artinya menguraikan data secara (1) Dokumen kebijakan mencakup surat bermutu dalam bentuk kalimat yang teratur, keputusan (SK) dan peraturan daerah (Perda) runtun, logis, tidak tumpang tindih dan efektif tentang hutan kota secara spesifik, dan sesuai dengan topik penelitian sehingga peraturan daerah terkait lainnya seperti memudahkan pemahaman dan interpretasi penataan ruang, kawasan hijau, ruang terbuka data. Analisis dengan cara tersebut di atas hijau, dan kawasan lindung; (2) Peta lokasi bertujuan untuk mengevaluasi pengelolaan penelitian dan peta posisi hutan kota; dan (3) dan pengembangan hutan kota selanjutnya. Laporan kependudukan dan perekonomian daerah.

221 Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol. 9 No. 3, Desember 2012 : 219 - 239

III. HASIL DAN PEMBAHASAN baru sejak tahun 1999. Sepuluh kabupaten tersebut terdiri dari Paser dan Paser A. Gambaran Umum tentang Hutan Kota Utara (di bagian selatan), Kartanegara, di Kalimantan Timur Kutai Timur, Kutai Barat, Berau, Malinau, Nunukan, Bulungan dan Tana Tidung (di Provinsi Kalimantan Timur merupakan bagian utara). Samarinda merupakan ibukota satu dari 33 provinsi di , provinsi provinsi. terluas kedua setelah provinsi Papua dan Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. merupakan provinsi yang kaya dalam hal 47 tahun 1981, dibentuk Kota Administratif sumber daya alamnya. Provinsi ini berada di Bontangdi wilayah Kabupaten Kutai dan pulau di wilayah Kalimantan bagian berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Timur berada antara 04°024' Lintang Utara tahun 1989, dibentuk pula Kotamadya 02°25' Lintang Selatan dan 113°44' - 119°00' Tarakandi wilayah Kabupaten Bulungan . Bujur Timur, dengan luas wilayah 245.237,80 Dalam perkembangan lebih lanjut sesuai km2 atau sekitar satu setengah kali Pulau Jawa dengan ketentuan di dalam Undang-Undang danMadura atau 11% dari total luas wilayah No. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, Indonesia. Provinsi ini berbatasan langsung maka dibentuk 2 kota yaitu: Kota Tarakan dengan negara tetangga, yaitu Negara Bagian (peningkatan kota administratif Tarakan Sabahdan Serawak . Secara administratif, menjadi kotamadya) dan Kota Bontang provinsi ini terdiri dari 10 kabupaten dan (peningkatan kota administratif Bontang empat kotamadya: Balikpapan, Samarinda, menjadi kotamadya). Populasi, luas lahan dan Bontang dan Tarakan. Bontang dan Tarakan luas areal hutan kota dari masing-masing kota adalah dua kota dengan pertumbuhan yang seperti pada Tabel 1. cepat dan telah ditetapkan sebagai kotamadya

Tabel 1. Populasi, luas wilayah dan luas lahan hutan kota di 4 kota di Kalimantan Timur (2011) Table 1. Population, area and urban forest area in four cities of East Kalimantan Populasi Populasi Tahun/ Luas Luas areal hutan Persentase hutan Nama K ota Tahun/ (Population wilayah/ kota (Urban forest kota/ (Urban (City) (Population in in 2005) (Area (ha)) area(ha)) forest percentage) 2010) Balikpapan 469.884 559.196 50.330 200 (21 lokasi 0.39 ditetapkan, 7 lokasi berpotensi) Samarinda 574.439 726.223 71.800 691,1 (26 lokasi di 0.96 lima kecamatan) Bontang 120.348 140.787 49.757 Termasuk 20.580 0.04 hutan lindun g dan 20 sebagai hutan kota (6 lokasi) Tarakan 168.331 193.069 65.733 (luas 544.06 (18 lokasi 2.17 daratan di empat 25.080) kecamatan) Sumber (Source) : Statistik Provinsi Kalimantan Timur, 2010 dan data primer diolah dari berbagai sumber (Statistic of East Kalimantan Province, 2010 and primary data processed from many sources)

222 Kajian Aplikasi Kebijakan Huta Kota di... Tien Wahyuni & Ismayadi Samsoedin

Tradisi awal pengembangan dan Kota Samarinda sebagai salah satu kota pengelolaan hutan kota sebagai bagian dari besar di Indonesia yang terus mengalami penataan ruang berorientasi pada upaya pembangunan di segala aspek kehidupan, mewujudkan satu bentuk kota tertentu. Di sampai saat ini masih menghadapi perma- Indonesia, tradisi ini direfleksikan dalam salahan besar dalam perkembangan wilayah- bentuk berbagai gagasan tentang kehidupan wilayahnya secara internal. Fenomena laju yang aman dan sejahtera sebagaimana berbagai pertumbuhan penduduk, meningkatnya arus slogan pembangunan kota seperti yang migrasi akibat tingginya daya tarik kota muncul di berbagai kota Indonesia pada awal terutama dari sektor ekonomi bagi penduduk tahun 1980-an. Kota-kota yang terpilih sebagai di wilayah sekitarnya mengakibatkan terus lokasi penelitian ini juga memiliki slogan meningkatnya kebutuhan akan ruang kota, tersebut Samarinda (Kota TEPIAN = Teduh, antara lain untuk fasilitas perumahan, fasilitas Rapi, Aman, Nyaman), Balikpapan (Clean, perdagangan jasa dan sebagainya. green and healthy), Bontang (Kota TAMAN = Kota ini merupakan kota yang ber- Tertib-Mandiri-Agamis-Aman-dan Nyaman) kembang dengan pertumbuhan penduduk dan Tarakan (BAIS = Bersih, Aman, Indah, yang terus meningkat, terletak di sepanjang dan Sejahtera). Sungai Mahakam dan menjadi urat nadi dalam menunjang pertumbuhan ekonomi serta B. Gambaran Kota Terpilih, Aspek permasalahan lingkungan yang kompleks. Legalitas dan Kelembagaan Pengem- Secara ekonomis menjanjikan sebagai sumber bangan dan Pengelolaan Hutan Kota pendapatan asli daerah (PAD), namun demikian akan menjadi malapetaka secara Hal penting yang berkaitan dengan ekologis, apabila dalam pengelolaannya tidak pengembangan dan pengelolaan hutan kota memperhatikan rambu dan kaidah konservasi adalah lembaga yang menangani dan dan tata air tanah. mengelola hutan kota, mulai dari perencanaan, Fisik wilayah kota Samarinda pada pelaksanaan pembangunan, pemeliharaan, dasarnya merupakanmeander sungai pemanfaatan dan pengendalian pengem- Mahakam. Karakteristik tanahnya alluvial, bangannya. Beberapa pihak yang terlibat peranan fungsinya sangat rentan sebagai akibat dalam pengembangan hutan kota terutama dari perubahan struktur tanah yang ber- dari kementerian pemerintah, pemerintah pengaruh langsung terhadap porositas dan kota, lembaga swadaya masyarakat, institusi permeabilitas tanah. Untuk itu pemulihan akademis, pihak swasta, kelompok-kelompok fisik wilayah di daerah hulu dan restorasi masyarakat dan masyarakat kota. ekologi bantaran sungai menjadi penting dan prioritas dilakukan. Samarinda selalu lumpuh 1. Samarinda saat diguyur hujan dan banjir karena luapan air Kota Samarinda adalah kota tropis yang sungai atau banjir kiriman, buruknya sistem diliputi oleh hutan hujan tropis, dan keaneka- drainase kota dan hilangnya daerah resapan air. ragaman sumberdaya alam mineral. Sebagai Intensitas banjir di wilayah kota Samarinda ibukota provinsi Kalimantan Timur, secara cenderung meningkat setiap tahunnya. administratif berbatasan dengan Kabupaten Kutai Kartanegara di bagian utara, barat, timur a. Dasar dan aspek legal dan selatannya. Memiliki luas wilayah 71.800 ha. Kota Samarinda terbagi ke dalam enam Pada tahun 1992 Pemerintah kota kecamatan dan 53 kelurahan. Samarinda mengeluarkan kebijakan berkaitan

223 Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol. 9 No. 3, Desember 2012 : 219 - 239

dengan penetapan hutan kota, yaitu SK 25 lokasi sebagai hutan kota. Meskipun terjadi Walikota No.224 tahun 1992. Kemudian pada peningkatan dari luas dan jumlah lokasinya, tahun 2005 diperbaharui dengan SK Walikota namun belum dapat mencapai pemenuhan Samarinda No. 178/HK-KS/2005. Pada SK persentase 10 persen hutan kota dari luas Tahun 1992 ditetapkan 12 lokasi sebagai hutan wilayahnya sesuai PP no.63 Tahun 2002. kota dan pada tahun 2005 ditetapkan sebanyak

Tabel 2. Dasar dan aspek legalitas yang mendukung pembangunan, pengembangan dan pengelolaan hutan kota di Samarinda Table 2. Basic and legality aspects used in supporting development and management of urban forest in Samarinda

No. Dasar legalitas (Basic legality) Isi(Contents) 1. Surat Keputusan Walikota Penetapan Beberapa Lokasi Hutan Kota Dalam Wilayah Samarinda No. 178/HK -KS/2005 Kota Samarinda 2. Surat Keputusan Walikota Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Samarinda Samarinda No. 660/211/HUK - KS/2003 3. Peraturan Daerah No. 28 t ahun Ketentuan Pengelolaan Kawasan Lindung Dalam 2003 Wilayah Kota Samarinda 4. Peraturan Daerah No. 12 t ahun Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Samarinda 2002 5. Peraturan Daerah No 12 t ahun Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Samarinda 2002 Tahun 1994 -2004 6. Peraturan Daerah No. 03 t ahun Pembentukan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan 2001 (Pasal 07 dan 30) dan Pembentukan Kantor Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman Kota Samarinda (Pasal 12 dan 35) 7. Peraturan Daerah No.09 t ahun Perubahan dan Larangan Merusak Pohon Pelindung 1993 Dalam Wilayah Kota Samarinda 8. Peraturan Daerah No.12 t ahun Rencana Umum Tata Ruang Provinsi Kalimantan 1993 Timur 9. Surat Keputusan Walikota Penetapan Beberapa Lokasi Sebagai Hutan Kota Dalam Samarinda No.224 t ahun 1992 Wilayah Kotamadya Daerah Tk.II Samarinda

Dari data pada Tabel 2 terlihat bahwa Data hutan kota, lokasi, luas, status aspek legal hutan kota di Samarinda bermuara lahan dan penetapannya di Samarinda dapat pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kota dilihat pada Lampiran 1. Dari data pada (RTRWK) dan pengelolaan ruang terbuka lampiran tersebut, status hutan kota yang hijau secara umum. Hal ini menandakan sudah ditetapkan sekitar 50% merupakan bahwa tata ruang kota merupakan perma- milik perusahaan dan yayasan. Dengan status salahan paling mendasar dalam pengelolaan lahan yang demikian, perubahan fungsi hutan hutan kota dan merupakan bagian dari kota, tidak bisa dikendalikan sebab pengelolaan ruang terbuka hijau. penguasaan hutan kota tersebut sepenuhnya

224 Kajian Aplikasi Kebijakan Huta Kota di... Tien Wahyuni & Ismayadi Samsoedin

hak perusahaan atau yayasan. Namun, posisinya sebagai pintu gerbang provinsi Pemerintah Kota Samarinda melalui Bape- Kalimantan Timur dan juga visi Balikpapan dalda dan beberapa instansi terkait, membuat sebagai kota industri, perdagangan, jasa dan nota kesepahaman (MoU) dengan pemilik pariwisata. Topografi Balikpapan berbukit- areal yang dijadikan hutan kota. Kesepakatan bukit dengan kelerengan yang bervariasi, serta itu berlaku selama lima tahun, dan pihak jenis tanah pada beberapa kawasan didominasi pemkot hanya bisa mengawasi dan tidak oleh jenis yang mudah mengalami pergeseran berhak melarang pengalihfungsinya. dan erosi. Kondisi ini memerlukan pena- nganan yang benar dalam pengelolaannya. b. Para pihak dalam pengembangan dan Kebutuhan akan lahan untuk mencapai visi pengelolaan hutan kota di Samarinda Balikpapan dapat diwujudkan melalui program-program pembangunan yang ber- Dinas Pertanian, Perkebunan dan wawasan lingkungan dengan mengikutserta- Kehutanan Pemerintah kota Samarinda kan seluruh komponen yang ada di kota ini bertanggungjawab di dalam perencanaan, dalam aspek-aspek perencanaan, pelaksanaan pengembangan dan pemeliharaan hutan kota. dan evaluasinya. Beberapa organisasi, lembaga dan instansi Berdasarkan hasil pengumpulan data luas teknis yang terkait yang juga bertanggung- hutan kota di Balikpapan yang secara definitif jawab, berperan dan berkoordinasi serta sudah ditetapkan, saat ini baru mencapai 200 ha jejaring kerja dengan Dinas Pertanian, Per- yang tersebar di 28 lokasi atau mencapai 0,4 kebunan dan Kehutanan dalam mewujudkan persen dari luas wilayah Kota Balikpapan (503 pelaksanaan pembangunan, pengembangan kilometer persegi) (Tabel 2 dan lampiran Tabel dan pengelolaan hutan kota yaitu: (1) Badan 2). Meskipun pencapaian luas hutan kota yang Lingkungan Hidup (beberapa bidang yaitu ditetapkan masih rendah namun secara umum Bidang Informasi dan Penegakan Hukum ruang terbuka hijau di Balikpapan didukung Lingkungan dan Bidang Pemulihan Sumber oleh kawasan hutan Pertamina seluas 120 ha, Daya Alam); (2) Badan Pertanahan Nasional hutan lindung Sungai Wain (HLSW) seluas (BPN); (3) Badan Perencanaan Daerah 9.782,8 ha, hutan lindung Sungai Manggar (Bappeda) dan (4) Dinas Kebersihan dan (HLSM) seluas 4.994 ha serta masih terdapat Pertamanan (DKP). seluas 29.351 ha lahan kritis baik yang telah Lembaga swadaya masyarakat lokal yang maupun yang belum tertangani. bekerja secara khusus di bidang hutan kota di Pemerintah kota Balikpapan menarget- Samarinda adalah Yayasan BUMI. LSM-LSM kan hutan kota seluas 1.428 hektar hingga 2014 ini juga mendukung penghijauan kota dan mendatang. Target tersebut mengacu pada penanaman pohon di beberapa program- Peraturan Pemerintah Nomor 63 tahun 2002 program kota. Instansi-instansi pemerintah tentang Hutan Kota dan berdasarkan dan swasta seperti industri-industri lokal telah pertimbangan bahwa Kota Balikpapan secara aktif ambil bagian dalam kegiatan berfungsi sebagai paru-paru kota dan zona penanaman sebagai bagian dari usaha-usaha penyangga untuk mengantisipasi bencana mengurangi polusi industri. banjir dan tanah longsor. Data hutan kota, lokasi, luas, status lahan dan penetapannya 2. Balikpapan untuk kota Balikpapan secara rinci pada Perkembangan kota Balikpapan dalam lampiran 3 dan 4. beberapa tahun terakhir ini sangat pesat karena

225 Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol. 9 No. 3, Desember 2012 : 219 - 239

a. Dasar dan aspek legal merupakan salah satu upaya untuk melindungi kawasan-kawasan yang mempunyai sifat yang Kebijakan Pemerintah kota Balikpapan khusus. untuk menetapkan beberapa kawasan hutan Kota Balikpapan sampai saat ini belum kota sebagai kawasan yang dilindungi karena memiliki peraturan daerah khusus tentang sifatnya yang khusus, di antaranya sebagai hutan kota meskipun telah menetapkan, bagian dari Ruang Terbuka Hijau Kota sejak mengembangkan dan mengelola hutan kota. tahun 1996 sudah ada meskipun dalam Berdasarkan hasil wawancara dengan Badan perencanaan, pelaksanaan, pengelolaan dan Lingkungan Hidup kota Balikpapan, draf pengawasannya masih terus dibenahi. peraturan daerah sedang dalam pembahasan. Penetapan dua puluh satu kawasan sebagai Kebijakan Pemerintah kota Balikpapan hutan kota juga berperan sebagai ruang tentang penataan ruang terbuka hijau dalam terbuka hijau dari tahun 1996 hingga tahun bentuk hutan kota dapat dilihat pada tabel di 2004 oleh Pemerintah Balikpapan melalui bawah ini. beberapa buah Surat Keputusan Walikota

Tabel 3. Dasar dan aspek legalitas yang mendukung pembangunan, pengembangan dan pengelolaan hutan kota di Balikpapan. Table 3. Basic and legality aspects used in supporting development and management of urban forest in Balikpapan

No. Dasar legalitas (Basic legality ) Isi(Contents) 1. Peraturan Daerah No. 05 t ahun 2006 Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Balikpapan tahun 2005- 2015 2. Surat Kep utusan Wali kota Balikpapan Penetapan Lokasi Hutan Kota Kota Balikpapan No. 188.45 -156 tahun 2004 3. Peraturan Daerah Kota Balikpapan No. Pencabutan Perda K otamadya Tk.II Balikpapan No.8 t ahun 09 tahun 2003 1987 tentang Perlindungan Lahan 4. Surat Keputus an Wal ikota Balikpapan Penetapan Lokasi Hutan Kota Kota Balikpapan No. 188.45 -11 tahun 2000 5. Surat Keputusan Walik ota Balikpapan Penetapan Lokasi Ruang Terbuka Hijau dan atau Hutan Kota No. 188.45 -46 A t ahun 1999 Kotamadya Daerah Tk.II Balikpapan 6. Surat Keputusan Wali kota Balikpapan Penetapan Lokasi Hutan Kota Kotamadya Daerah Tk.II No. 188.45 -192 tahun 1997 Balikpapan

7. Surat Keputusan Wal ikota Balikpapan Pembentukan Tim Pelaksana Penataan Ruang Terbuka No. 188.46 -87 tahun 1997 tanggal 16 Hijau/ Hutan Kota (RTHK) Kotamadya Daerah Tk.II Juni 1997 Balikpapan 8. Surat Keputusan Wali kota Balikpapan Penetapan Lokasi Hutan Kota Kotamadya Daerah Tk.II No. 188.45 -176 tahun 1996 tanggal 31 Balikpapan Desember 1996 9. Surat Keputusan Walikota B alikpapan Pembentukan Tim Pelaksana Penataan Ruang Terbuka No. 188.45-116 tahun 1996 tanggal 06 Hijau/ Hutan Kota (RTHK) Kotamadya Daerah Tk.II Agustus 1996 Balikpapan 10. Peraturan Daerah P rovinsi Kalimantan Rencana Umum Tata Ruang Provinsi Kalimantan Timur Timur No.12 t ahun 1993 11. Peraturan Daerah No.08 t ahun 1987 Perlindungan Lahan (Dicabut) Sumber (Source) : Data primer diolah ( Primary data processed )

226 Kajian Aplikasi Kebijakan Huta Kota di... Tien Wahyuni & Ismayadi Samsoedin

Dari pantauan fisik di lapangan nampak Di Balikpapan, masyarakat lokal telah jelas bahwa hutan-hutan kota di Balikpapan, mengorganisir mereka sendiri menjadi kelom- mendapat perhatian dari pemerintah kotanya. pok-kelompok yang mendukung penanaman Hal ini terlihat dari kondisi fisik setiap hutan dan pemeliharaan pohon-pohon di perkotaan. kota yang dikunjungi yaitu setiap lokasi hutan Lembaga swadaya masyarakat lokal yang bekerja secara khusus tentang hutan kota di kota memiliki papan nama dengan keterangan Balikpapan adalah Yayasan PEDULI. Pihak posisi hutan kota itu secara administratif swasta seperti industri-industri lokal telah secara disertai batas-batas yang jelas dengan aktif ambil bagian dalam kegiatan penanaman pemasangan pagar keliling. Hal ini menjadi sebagai bagian dari usaha-usaha mengurangi bagian dari bentuk sosialisasi bagi masyarakat polusi industri. Perusahaan-perusahaan yang di sekitarnya tentang keberadaan masing- terlibat dalam kegiatan penanaman seperti masing hutan kota. Budaya bersih dan Pertamina, Unocal dan Chevron. wawasan lingkungan juga merupakan bagian yang tidak terpisahkan pada umumnya telah 3. Bontang menjadi ciri masyarakat Balikpapan, ter- Kota Bontang terletak sekitar 120 akomodasi secara profesional dalam program kilometerdari Kota Samarinda , berbatasan Pemerintah Kota Balikpapan. langsung denganKabupaten Kutai Timur di utara dan barat, Kabupaten Kutai Kartanegara b. Para pihak dalam pembangunan dan di selatan danSelat di timur. Posisi pengelolaan hutan kota di Balikpapan geografis kota ini antara 0.137° LU dan 117.5° BT. Di kota ini berdiri tiga perusahaan besar di Badan Lingkungan Hidup (BLH) bidang yang berbeda-beda,Badak NGL ( gas Pemkot Balikpapan bertanggungjawab di alam), ( pupuk dan dalam perencanaan, pengembangan dan amoniak) dan Indominco Mandiri ( batubara ) pemeliharaan hutan kota. Beberapa organisasi, serta memiliki kawasan industri petrokimia lembaga dan instansi teknis yang terkait yang yang bernamaKaltim Industrial Estate . Kota juga bertanggungjawab, berperan dan Bontang sendiri merupakan kota yang berkoordinasi serta jejaring kerja dengan berorientasikan di bidang industri, jasa serta Badan Lingkungan Hidup dalam mewujudkan perdagangan. pelaksanaan pembangunan, pengembangan Berdasarkan hasil pengumpulan data dan pengelolaan hutan kota dan ruang terbuka luas hutan kota Bontang yang secara definitif hijau di Balikpapan yaitu: (1) Badan sudah ditetapkan, saat ini baru mencapai 20 hektar yang tersebar di 6 titik lokasi. Luas Pertanahan Nasional (BPN); (2) Dinas hutan kota tersebut belum mencapai Pertanian, Kelautan dan Perikanan (DPKP); persentase ideal seperti disebutkan dalam PP (3) Badan Perencanaan Daerah (Bappeda) dan no.63 tahun 2002. Meskipun pencapaian luas (4) Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP). hutan kota yang ditetapkan masih rendah Sementara Dinas Kehutanan sebagai namun secara umum ruang terbuka hijau di pelaksana teknis hutan kota telah ditiadakan, Bontang didukung oleh kawasan hutan tetapi kegiatan yang berhubungan dengan lindung kota Bontang seluas 5.573 ha, Taman hutan kota di bawah koordinasi langsung Nasional Kutai secara administrasi Badan Lingkungan Hidup. Dinas Pertanian, pemerintahan terletak di Kota Bontang (0,36% Kelautan dan Perikanan (DPKP) merupakan dari luas TNK (198.629 ha) yaitu 715,06 ha. dinas lain terkait yang ikut memberikan Kantor pengurus TNK yang berada di utara Kota Bontang, juga berada di kawasan ini. dukungan dalam pelaksanaan pengelolaan Data hutan kota, lokasi, luas, status lahan dan beberapa lokasi hutan kota yang juga bertujuan penetapannya di Bontang dapat dilihat pada sebagai kawasan konservasi mangrove. Lampiran 4.

227 Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol. 9 No. 3, Desember 2012 : 219 - 239

a. Dasar legalitas

Tabel 4. Dasar dan aspek legalitas yang mendukung pembangunan hutan kota di Bontang Table 4. Basic and legality aspects used in supporting development and management of urban forest in Bontang

No. Dasar legalitas (Basic legality )Isi(Contents) 1. Surat Keputu san Walikota Bontang No. 136.1 Penetapan Lokasi Lahan Untuk Ruang Terbuka Hijau tahun 2009 tanggal 15 Juni 2009 Kawasan Stadion Kota Bontang 2. Surat Keputusan Walikota Bontang No. 129.1 Penetapan Lokasi Lahan Untuk Hutan dan Tahun 2009 tanggal 9 Juni 2009 Agrowisata Kota Bontang 3. Surat Keput usan Walikota Bontang No. 115.1 Penetapan Lokasi Ruang Terbuka Hijau dan Zona tahun 2008 tanggal 1 Juli 2008 Penyangga TPA Kota Bontang 4. Surat Keputusan Walikota Bontang No. 225 Penetapan Lokasi Ruang Terbuka Hijau di Kelurahan tahun 2008 tanggal 23 Desember 2008 Bontang Lestari Kota Bontang 5. Surat Keputusan Walikota Bontang No. 370.1 Penetapan Lokasi Perluasan Hutan Kota Pemerintah tahun 2006 tanggal 06 Nopember 2006 Kota Bontang 6. Pera turan Daerah Kota Bontang No.6 t ahun Pengelolaan hutan lindung kota Bontang 2003 7. Surat Kep utusan Walikota Bontang No. 36 Penetapan Kawasan Hutan Kota Bontang di Desa tahun 2005 tanggal 29 Januari 2003 Sekambing 8. Peraturan Daerah Kota Bontang No.14 t ahun Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Tata 2003 Kota 9. Peraturan Daerah Kota Bontang No.03 t ahun Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bontang 2003 (Lembaran Daerah Kota Bontang Tahun 2003 No. 4) b. Para pihak dalam pengembangan dan Pihak swasta seperti industri-industri pengelolaan hutan kota lokal telah secara aktif ambil bagian dalam kegiatan penanaman untuk mengurangi polusi Dinas Kehutanan Pemerintah kota industri. Di kota Bontang, perusahaan- Bontang bertanggungjawab di dalam perusahaan yang terlibat seperti PT. Badak perencanaan, pengembangan dan peme- NGL (Natural Gas Liquid ), PT. DSM Kaltim liharaan hutan kota. Dinas Kehutanan sebagai Melamin, Indominco dan PT. Pupuk Kaltim. pelaksana teknis hutan kota berperan sangat aktif. Beberapa organisasi, lembaga dan 2. Tarakan instansi teknis yang terkait yang juga bertanggungjawab, berperan dan berkoor- Kota Tarakan merupakankota terbesar dinasi serta jejaring kerja dengan Dinas ketiga diprovinsi Kalimantan Timur , dan juga Kehutanan dalam mewujudkan pelaksanaan merupakan kota terkaya ke-17 di Indonesia. pembangunan, pengembangan dan penge- Kota ini memiliki luas wilayah 250,80 km² dan lolaan hutan kota di Bontang, yaitu: (1) Badan sesuai dengan data Badan Kependudukan Lingkungan Hidup dengan beberapa bidang Catatan Sipil dan Keluarga Berencana Kota yaitu Bidang Informasi dan Penegakan Hukum Tarakan padaAgustus 2011 berpenduduk Lingkungan dan Bidang Pemulihan Sumber sebanyak 239.787 jiwa. Kota Tarakan atau juga Daya Alam; (2) Badan Pertanahan Nasional dikenal sebagaiBumi Paguntaka , berada pada (BPN); (3) Badan Perencanaan Daerah sebuah pulau kecil yang terletak di utara (Bappeda); dan(4) Dinas Kebersihan dan Kalimantan Timur. Kota Tarakan berada Pertamanan (DKP). dalam suatu pulau yang dipisahkan oleh laut

228 Kajian Aplikasi Kebijakan Huta Kota di... Tien Wahyuni & Ismayadi Samsoedin

dengan daerah lainnya, memiliki prospek yang Nomor : 175/Kpts/UM/3/1979 tanggal 15 sangat besar untuk menjadi barometer Maret 1979, dan kemudian dilakukan pembangunan bagi daerah-daerah di penambahan luas+ 3.775 Ha berdasarkan SK. sekitarnya. Bila dilihat dari kondisi Pulau Walikota Tarakan Nomor : 49 tahun 2002 Tarakan yang memiliki Hutan Lindung seluas sehingga menjadi+ 6.175 Ha atau 24,49 % dari + 2.400 Ha berdasarkan SK. Menteri Pertanian luas keseluruhan Pulau Tarakan. a. Dasar legalitas Tabel 5. Dasar dan aspek legalitas yang mendukung pembangunan hutan kota di Tarakan Table 5. Basic and legality aspects used in supporting development and management of urban forest in Tarakan

No. Dasar legalitas (Basic legality )Isi(Contents ) 1. Surat Keputusan Walikota Tarakan No. Penetapan Lokasi Untuk Pembangunan Hutan 591/140/HK -II/2011 Kota di Kota Tarakan 2. Surat Keputusan Walikota Tarakan Penetapan Lokasi Kawasan Lindung Terletak di No.591/39/T.PEM/2010 Jalan Sei Kapuas Rt.03 Kelurahan Pa ntai Amal Kecamatan Tarakan Timur 3. Surat Keputusan Walikota Tarakan Penetapan Lokasi Kawasan Lindung di Kelurahan No.591/02/PEM/2009 Mamburungan Kecamatan Tarakan Timur 4. Surat Keputusan Walikota Tarakan Penetapan Lokasi Kawasan Ruang Terbuka Hijau No.591/23/T.PEM/2009 Taman Kota (Gunung Bakso) Terletak di Kelurahan Karang Balik Kecamatan Tarakan Barat 5. Surat Keputusan Walikota Tarakan No.49 Penetapan Lokasi Hutan Kota dan Hutan Lindung tahun 2002 Di Wilayah Kota Tarakan 6. Peraturan Daerah Kota Tarakan No. 03 t ahun Pengelolaan Lingkungan Hidup 2002 7. Peraturan Daerah Kota Tarakan No. 03 Tahun Larangan dan pengawasan hutan mangrove di Kota 2002 Tarakan 8. Peraturan Daerah Kota Tarakan No. 21 Tahun Hutan Kota Tarakan 1999

Berbeda dengan tiga kota lainnya, pemeliharaan hutan kota. Dinas tersebut berdasarkan hasil pengumpulan dokumen sebagai pelaksana teknis hutan kota berperan kebijakan tersebut diketahui bahwa peme- sangat aktif. Beberapa organisasi, lembaga dan rintah kota Tarakan telah mengeluarkan instansi teknis yang terkait yang juga ber- kebijakan daerah berupa peraturan daerah tanggungjawab, berperan dan berkoordinasi tentang hutan kota Tarakan sejak tahun 1999. serta jejaring kerja dengan Dinas Kehutanan dalam mewujudkan pelaksanaan pem- b. Para pihak dalam pengembangan dan bangunan, pengembangan dan pengelolaan pengelolaan hutan kota di Tarakan hutan kota di Tarakan, yaitu: (1) Badan Lingkungan Hidup (BLH); (2) Badan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Pertanahan Nasional (BPN); (3) Badan Pemerintah kota Tarakan bertanggungjawab Perencanaan Daerah (Bappeda); dan (4) Dinas dalam perencanaan, pengembangan dan Kebersihan dan Pertamanan (DKP).

229 Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol. 9 No. 3, Desember 2012 : 219 - 239

Dinas Kehutanan, Pertambangan dan tingkat nasional dan turunannya di tingkat Energi Pemerintah kota Tarakan sebagai regional/lokal; yang secara umum mempunyai pelaksana teknis hutan kota menangani secara tujuan: (a) meningkatkan mutu lingkungan langsung kegiatan yang berhubungan dengan hidup yang nyaman, segar, indah, bersih dan hutan kota seperti penanaman pengayaan, sebagai sarana pengamanan lingkungan inventarisasi jenis, pemeliharaan dan perkotaan; dan (b) menciptakan keserasian pengamanan lokasi dan sosialisasi kepada lingkungan alam dan binaan yang bermanfaat masyarakat. untuk kepentingan masyarakat. Aspek legal ini dengan berjalannya waktu tentu akan C. Faktor-faktor Biofisik dan Sosial mengalami perubahan, sehingga penelusuran peraturan perundangan yang telah mengalami Kondisi-kondisi hutan kota juga perubahan harus terus dilakukan oleh dipengaruhi oleh faktor-faktor biofisik dan pemerintah kota. sosial, termasuk bentuk perkotaan, kondisi Hasil penelitian pada empat kota di sosial ekonomi dan kebijakan penataan kota. Kalimantan Timur (Samarinda, Balikpapan, Kota-kota di Kalimantan Timur sedang Bontang dan Tarakan) menunjukkan bahwa, berkembang, populasi di kota-kota tersebut dasar legal (lingkup dan penegakan hukum) bertambah dengan cepat. Hal ini terlihat pada lebih banyak tentang rencana tata ruang pertumbuhan populasi penduduk setiap kota wilayah sebagai isu strategis (Tabel 6). Untuk (Tabel 1). Dengan pertumbuhan yang cepat mengamati peluang masuknya kebijakan dari kota, telah ada masalah-masalah ruang terbuka hijau yang memasukan lingkungan yang besar mengiringi. kebijakan hutan kota dalamnya, maka perlu Kota-kota yang memiliki populasi diamati otoritas dalam perencanaan tata ruang. penduduk pada rentang 500 ribu hingga 1 juta Pada level provinsi, otoritas lembaga jiwa termasuk dalam kategori kota besar perencana tata ruang ada pada BAPPEDA (Widiantono dan Soepriadi 2009). Berdasarkan (Badan Perencana Pembangunan Daerah) populasi penduduknya, Samarinda termasuk Provinsi. Adapun bentuk kerja yang dilakukan kategori kota besar. Sedangkan Balikpapan oleh Bappeda Provinsi adalah menyusun termasuk kategori kota sedang yang saat ini rencana tata ruang dengan tetap memper- menuju menjadi kota besar dilihat dari hatikan ketentuan peraturan perundang- pertumbuhan penduduknya. Sedangkan kota undangan yang berlaku. Pemanfaatan ruang di Bontang dan Tarakan termasuk kategori kota level provinsi juga menjadi wewenang Bappeda sedang. Provinsi yang harus berkoordinasi dengan instansi-instansi terkait. Bentuk tugasnya D. Tuntutan Ideologi dan Perundang- adalah menyusun program-program peman- undangan yang Mendukung Hutan fatan ruang dengan cara mengkoordinasi Kota instansi-instansi terkait. Sedang pengendalian Dasar legalitas atau aspek legal merupa- ruang tidak berada pada wilayah otoritas kan undang-undang dan peraturan yang provinsi. Meskipun demikian, provinsi tetap berkaitan dengan keberadaan dan pengelolaan bertanggung jawab mengkoordinasi kabu- kawasan hijau atau ruang terbuka hijau paten dan kota, tujuannya adalah agar termasuk di dalamnya adalah hutan kota. penataan ruang tidak terjebak pada ego Aspek legal ini meliputi produk hukum di kewilayahan.

230 Kajian Aplikasi Kebijakan Huta Kota di... Tien Wahyuni & Ismayadi Samsoedin

Tabel 6. Pembahasan kebijakan tentang rencana tata ruang wilayah kota (RTRWK), ruang terbuka hijau dan hutan kota. Table 6. Local regulation regarding city landscape planning, green area and urban forest in four cities in East Kalimantan

Isu strategis (Strategic issues) No. Kota/City RTRWK/Tata ruang Hutan kota (Spatial landscape planning) (Urban forest) 1. Samarinda Perda no.12 tahun 2002 - 2. Balikpapan Perda no.05 t ahun 2006 (2005-2015) - 3. Bontang Perda no.3 t ahun 2003 - 4. Tarakan Perda no.15 t ahun 2001 Perda No. 21 Tahun 1999 Perda no.03 t ahun 2006

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor sanksi pidana terhadap pelaku pelanggaran tata 63 tahun 2002 tentang Hutan Kota (pasal 8 ayat ruang. Dengan keluarnya UU ini, maka 3), persentase luas hutan kota paling sedikit 10 keberlanjutan kawasan yang ditunjuk sebagai persen dari wilayah perkotaan dan atau kawasan hutan kota dapat terjamin. Kebijakan disesuaikan dengan kondisi setempat. ini kemudian dilanjutkan dengan Peraturan Selanjutnya terkait dengan upaya untuk Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 mengatasi masalah daerah perkotaan dalam tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau UU No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Tata Kawasan Perkotaan. Ruang Wilayah ditetapkan bahwa setiap kota Paradigma dan azas kebijakan tata ruang harus memiliki setidaknya 30 persen dari telah menunjukan arah yang dapat mem- luasan wilayah kota merupakan kawasan perbaiki kondisi tata ruang di masing-masing ruang terbuka hijau. Keempat kota tersebut kota terpilih. Namun pada level implemetasi memiliki kesulitan dalam pencapaian angka kebijakan ini masih akan diberikan tawaran tersebut. Hal ini terlihat dari persentase yang dapat digunakan untuk mengintervensi capaian luas hutan yang secara definitif agar proses kebijakan mengakomodasi kebi- ditetapkan dalam Surat Keputusan dari jakan hutan kota. Sebagai derivasi dari per- masing-masing walikota. Beberapa alasannya aturan nasional, peraturan daerah diharapkan adalah meningkatnya tekanan pada peng- mendukung pengembangan dan pengelolaan gunaan lahan untuk perumahan, pem- hutan kota di tingkat daerah/regional. bangunan ekonomi dan beberapa penggunaan lahan lainnya. Meskipun demikian, dari hasil E. Peran Para Pihak diskusi yang dilakukan bahwa setiap kota Berbagai pihak terlibat dalam pem- sudah mempersiapkan program untuk bangunan hutan kota dari kota-kota yang mengalokasikan lahan sebagai calon areal berkembang di Kalimantan Timur. Para pihak hutan kota. utama adalah institusi dari departemen Hutan kota dapat dimasukan sebagai pemerintah, pemerintah kota, lembaga bagian dalam ruang terbuka hijau (RTH). swadaya masyarakat, pelaku bisnis, institusi Penetapan peruntukan ruang, maka di dalam akademis, kelompok-kelompok masyarakat UU ini, pemerintah menegaskan pemberian dan penduduk sekitar. Aspek kelembagaan

231 Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol. 9 No. 3, Desember 2012 : 219 - 239

dari hutan kota merupakan aspek penting. pengembangan dan pengelolaan hutan kota di Tentu saja, kota yang berbeda juga memiliki setiap kota yang menjadi lokasi penelitian lembaga berbeda dengan tanggung jawab sesuai mempunyai urutan tanggung jawab yang tupoksi (Tugas Pokok Organisasi) yang berbeda seperti tertuang pada Tabel 7. Lebih diembankan dalam kegiatan penanaman jauh, hal ini mengantisipasi adanya variasi yang pohon-pohon di perkotaan. Secara umum besar dalam proporsi lahan di bawah organisasi yang memiliki wewenang dalam penetapan kepemilikan yang berbeda.

Tabel 7. Jenjang urutan tanggung jawab dari lembaga pengelola hutan kota pada empat kota di Kalimantan Timur Table 7. Level of institution responsible in urban forest management in four cities in East Kalimantan

Kota (City) No. Institusi ( Institution) Samarinda Balikpapan Bontang Tarakan 1. Badan Lingkungan Hidup 2 1 2 2 2. Dinas Pertanian, Perkebunan 1 11 dan Kehutanan 3. Dinas Pertanian, Kelautan da n 2 Perikanan 4. Badan Perencanaan Daerah 3 3 3 3 5. Badan Pertanahan Nasional 4 4 4 4 6. Dinas Kebersihan dan 55 5 5 Pertamanan

Ketersediaan lahan, dasar legalitas, hijau (Dinas Kehutanan) untuk menangani sarana organisasi, dukungan dan partisipasi secara langsung dengan membangun dan masyarakat merupakan sebuah kebutuhan dan mengelola kawasan hijau binaan dalam wujud jalur-jalur pengembangan terwujudnya 'hutan kota'. Niat tersebut muncul atas dasar program pembangunan, pengembangan dan pertimbangan (a) peran, fungsi dan jasa pengelolaan hutan kota di wilayah Kalimantan biologis pepohonan, yang terbukti mampu Timur. Institusi pemerintah atau swasta, mengendalikan berbagai bentuk pencemaran bahkan perorangan yang mampu dan dan sumber-sumber penyebabnya, karena memenuhi syarat, merupakan wadah yang komunitas tumbuhan hutan kota dapat ber- dapat menyelenggarakan pembangunan fungsi sebagai paru-paru kota, (b) keterbatasan hutan-hutan di wilayah perkotaan. Lebih asset Pemda dalam hal penguasaan tanah akibat jauh, hal ini mengantisipasi adanya variasi semakin meningkatnya harga tanah, (c) yang besar dalam proporsi lahan di bawah meningkatnya jumlah kendaraan bermotor penetapan kepemilikan yang berbeda. dan berkembangnya wilayah industri (sumber cemaran lingkungan), serta (d) meningkatnya F. Kebijakan Hijau (Green Policy ) jumlah penduduk dan berkembangnya wilayah pemukiman, yang cenderung Langkah awal yang dilakukan, antara mendambakan kenyamanan lingkungan lain, diefektifkannya peranan institusi sektor hidupnya.

232 Kajian Aplikasi Kebijakan Huta Kota di... Tien Wahyuni & Ismayadi Samsoedin

Meningkatnya keyakinan kepada para penyusunan kebijakan dapat dilakukan dalam jajaran pimpinan pemerintah daerah dan bentuk pemberian informasi, saran dan anggota dewan legislatif akan pentingnya pertimbangan. pengembangan dan pengelolaan hutan kota sebagai bagian dari RTH menentukan kelancaran penyediaan anggaran yang besar IV. KESIMPULAN DAN SARAN (green budget ) untuk pembangunan, pengem- bangan dan pengelolaan hutan kota sebagai A. Kesimpulan Ruang Terbuka Hijau yang penting. Komit- 1. Semua pemerintah kota yang menjadi men dan konsistensi pemerintah daerah dan lokasi penelitian (Samarinda, Balikpapan, DPRD terhadap lingkungan dibuktikan Bontang dan Tarakan) telah menetapkan dengan dicantumkannya target hutan kota beberapa lokasi yang berupa tutupan lahan 10% dari RTH 30% dalam RTRW setiap kota. hijau sebagai hutan kota melalui beberapa Pemerintah daerah harus melakukan pening- surat keputusan walikota. Kebijakan katan kesadaran aparat lintas sektoral dalam tersebut paling tidak dapat digunakan pengembangan hutan kota. Pemerintah daerah sebagai dasar penyelenggaraan hutan kota dan DPRD seharusnya menempatkan masalah di tingkat tapak. Pemerintah kota hutan kota sebagai salah satu isu penting dalam Samarinda, Balikpapan dan Bontang belum pembahasan anggaran dan program pem- secara khusus menetapkan peraturan bangunan yang berkelanjutan. daerah tentang hutan kota. 2. Dari analisis kebijakan daerah yang G. Pemberdayaan Komunitas Hijau dikeluarkan keempat kota tersebut terlihat Upaya-upaya mereduksi dampak negatif bahwa kebijakan hutan kota yang ada pembangunan fisik dan ekonomi perkotaan masih menjadi bagian dari proses kebijakan sudah banyak dilakukan oleh berbagai pihak perlindungan lingkungan kota, perlin- (pemerintah, swasta, masyarakat) untuk dungan lahan dan tata ruang kota secara memperbaiki ekosistem di perkotaan, antara umum. lain, dengan melakukan kegiatan penanaman 3. Keempat kota sudah berpedoman pada PP di banyak lokasi di Samarinda, Balikpapan, No.63 Tahun 2002 dalam hal penetapan Bontang dan Tarakan. Langkah lebih jauh luas hutan kota minimal 10% dari luas pada tahun 2010 diprakarsai oleh Gubernur wilayahnya ke dalam rencana peraturan Kalimantan Timur dengan berbagai motto daerah tentang Rencana Tata Ruang sepertiOne billion trees one man five trees , Wilayah. Meskipun pencapaian luas hutan Kaltim Green dan lain-lain, tampaknya kota yang telah ditetapkan hingga menjadi cikal bakal bahwa pembangunan penelitian ini berlangsung rata-rata masih kawasan hijau menjadi satu kegiatan secara di bawah 10% namun hal ini sudah merupa- terpadu berkelanjutan. Koordinasi dengan kan suatu kemajuan yang signifikan yang pihak terkait dalam pengelolaannya secara berhasil didorong oleh parapihak untuk terpadu (integratif) perlu terus dilakukan. landasan kebijakan jangka panjang. Penyusunan kebijakan daerah membutuhkan 4. Banyak lahan yang kini telah dibangun kesamaan persepsi tentang hutan kota dan sebagai kawasan-kawasan hijau dalam penyelenggaraannya agar program yang bentuk hutan kota, akan tetapi belum dijalankan bisa didukung oleh semua pihak. Di merupakan jaminan sebagai kawasan hutan samping itu partisipasi masyarakat dalam definitif, sehingga sangat memungkinkan

233 Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol. 9 No. 3, Desember 2012 : 219 - 239

diubah untuk kepentingan bangunan lain. sebagai bagian dari upaya negara untuk Ketersediaan lahan dengan status per- memenuhi kebutuhan publik. Oleh karena untukan yang jelas perlu ditetapkan secara itu semua parapihak harus mempunyai lugas, sebagai wahana pembangunan dan kesadaran pentingnya hutan kota. pengembangan hutan kota, agar penye- 3. Mengingat luasnya aspek pengelolaan lenggaraannya dapat dilakukan secara hutan kota di masing-masing kota dari terprogram. mulai perencanaan, pelaksanaan, peme- 5. Sebagai kebijakan yang mengatur liharaan dan pemanfaatan bagi kepen- pemanfatatan ruang bagi publik, kebijakan tingan sosial maupun ekonomi dan tata ruang dan hutan kota adalah kebijakan ekologis, maka perlu kejelasan tentang yang berada pada posisi yang sangat institusi atau badan pengelola hutan kota strategis. Bagi pemerintah pusat dan agar dapat berperan sebagai infrastruktur daerah, pembuatan dan pengimplemen- hijau. tasian kebijakan ini akan menjadi bukti dalam menjalankan tanggung jawab untuk DAFTAR PUSTAKA memenuhi hak publik, baik untuk mendapatkan akses ruang yang tepat, Abdul Kadir Muhammad. 2004. Hukum dan kepentingan ekonomi, sosial, dan budaya Penelitian Hukum. PT. Citra Aditya maupun guna mendapatkan lingkungan Bakti, Bandung. yang memenuhi standar kesejahteraan. 6. Menurut parapihak keempat kota, tidak Badan Penelitian dan Pengembangan Kehu- semua kota memiliki ketersediaan lahan. tanan. 2009. ROADMAP Penelitian dan Konflik penggunaan lahan yang ber- Pengembangan Kehutanan 2010-2025. singgungan dengan tanah hak menjadi Departemen Kehutanan. . masalah dan membutuhkan pembahasan Daryadi, L., Q.A.B. Priarso, T.S. Rostian dan lebih lanjut. E. Wahyuningsih. 2002. Konservasi Lanskap. Alam, Lingkungan dan B. Saran Pembangunan. Penerbit: Perhimpunan 1. Perlu secepatnya mendorong lahirnya Kebun Binatang Se-Indonesia Zoological peraturan daerah tentang Ruang Terbuka Parks Association. Hijau secara umum dan hutan kota secara Farina, A. 1998. Principles and Methods in khusus agar perencanaan pembangunan, Landscape Ecology. Chapman and Hall. pengembangan dan pengelolaan hutan London-Weinheim-New York-Tokyo- kota memiliki kekuatan hukum yang jelas Melbourne-Madras. dan tegas. 2. Perencanaan tata ruang merupakan suatu Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 14 hal yang bersifat politis dikarenakan tahun. Tentang Penataan Ruang adanyabargaining kepentingan di antara Terbuka Hijau di Wilayah Perkotaan. parapihak yang ada. Walaupun ada tawar- Peraturan Pemerintah No. 63 tahun 2002 menawar kepentingan, prioritas utama tentang Hutan Kota. yang harus menjadi pijakan seluruh pihak adalah tata ruang dibentuk guna Peraturan Daerah. No. 12 tahun 2003 tentang melindungi ekosistem dan ekologi. Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota proses ini hutan kota harus diposiskan Samarinda.

234 Kajian Aplikasi Kebijakan Huta Kota di... Tien Wahyuni & Ismayadi Samsoedin

Samsoedin dan Waryono. 2010. Hutan kota Undang-undang No.26 tahun 2007 tentang dan keanekaragaman jenis pohon di PenataanRuang. Badan Perencanaan dan Jabodetabek. Yayasan KEHATI Pembangunan Nasional (BAPPENAS). Indonesia Biodiversity Foundation. Website:http://www.bappenas.go.id . Samsoedin, I. 2010. Rencana Penelitian Widiantono, D.J dan I. Soepriadi. 2009. Integratif 2010-2014. Pengembangan Menakar Kinerja Kota-kota di Indonesia. Hutan Kota/Lanskap Perkotaan. Pusat Tata Ruang Online Bulletin. ISSN: 1978 Penelitian Sosial Ekonomi dan 1571. Edisi Januari Pebruari 2009. Kebijakan Kehutanan. Bogor. Yayasan Bumi. 2006. Evaluasi Hutan Kota Statistik Provinsi Kalimantan Timur. 2010. Samarinda. Kalimantan Timur Dalam Angka 2010. Yayasan Peduli. 2004. Hutan Kota Balikpapan. Central Board of Statistics and Regional Paru-paru kota yang terlupakan. Catatan Development Planning Board of East hasil study partisipatif. Potensi Kawasan Kalimantan Province. Samarinda, East Hutan Kota Telaga Sari. April-Agustus Kalimantan. Website: 2003. Yayasan Peduli didukung oleh http://www.kaltim.bps.go.id. Unocal Indonesia Company- Balikpapan.

235 Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol. 9 No. 3, Desember 2012 : 219 - 239

)

Status

Status Penetapan

Determination

(

SK no. 178/HK -KS/2005 SK no. 178/HK -KS/2005 SK no. 178/HK -KS/2005

SK no. 178/HK -KS/2005

SK no. 178/HK -KS/2005 SK no. 178/HK-KS/2005 SK no. 178/HK -KS/2005 SK no. 178 /HK-KS/2005 SK no. 178/HK -KS/2005 SK no. 178/HK -KS/2005 SK no. 178/HK -KS/2005 SK no. 178/HK -KS/2005 SK no. 178/HK -KS/2005 SK no. 178/HK -KS/2005 SK no. 178/HK -KS/2005 SK no. 178/HK -KS/2005 SK no. 178/HK -KS/2005 SK no. 178/HK -KS/2005 SK no. 178/HK -KS/2005 SK no. 178/HK -KS/2005

)

Land Status

Status Lahan (

2,30 Tanah0,48 Perusahaan Tanah Negara SK no. 178/HK -KS/2005 7,64 Tanah Pemkot 1,50 Tanah Negara ) 0,97 Tanah perusahaan SK no. 178/HK -KS/2005

3,60 Tanah perusahaan SK no. 178/HK -KS/2005 0,52 Tanah Pemkot 1,75 Tanah Pemkot 5,00 Tanah Yayasan 6,00 Tanah perusahaan SK no. 178/HK -KS/2005 5,00 Tanah Pemkot 0,25 Tanah yayasan 1,00 Tanah Pesantren

3,50 Tanah Desa 9,75 Tanah Pesantre n 0,25 Tanah Pesantren 2,00 Tanah pemkot 0,50 Tanah Pempro p 0,60 Tanah pemkot 6,50 Tanah negara

49,00 Tanah Negara 60,00 Tanah perusahaan SK no. 178/HK -KS/2005

85,00 Tanah perusahaan SK no. 178/HK-KS/2005

20,00 Tanah negara

ha

300,00 Tanah Negara

167,00 Tanah Pemkot

691,11

(

Luas

of land in Samarinda

)

dan SK. No.178/HK-KS/2005

Lokasi

Location

(

No.224/1992

Jl. Kesuma Bangsa Voor fo Jl. Kesuma Bangsa Jl. Untung Suropati Komplek Gn. Kel ua

Samarinda Seberang Samarinda Seberang Samarinda Seberang Jl. Kesuma Bangsa Jl. S.Parman Samarinda Seberang Teluk Tjinta, Selili Lempake Samarinda Seberang Gn. Kelua Gn. Kelua Makroman

Desa Muang, Lempake

Lempake

Jl. Kesuma Bangsa Gn. Kelua

area, status and determination

)

Total

of Mayor Decree of Samarinda

Nama Hutan Kota

Name of Urban Forest

(

from appendix

1. Urban forest data, location,

(KRUS)

No.

1.2. Hotel Mesra Jl. Pembangunan/Jl.Suprapto, 3. Lingkungan Balai Kota 4. Ujung Jembatan Mahakam 5. Universitas Mulawarman

7. P.T. Gani Mulya 6. P.T. Hartaty 8. P.T. Sumber Mas 9. P.T. Sumalindo 10. Taman Makam Pahlawan 11. Belakang rumah jabatan walikota 13. SMU 10 Melati 12. P.T. Kiani 14. Kebun Raya Unmul Samarinda 15. HK Pemkot 16. Asih Manuntung 17. Pesantren Hidayatullah 18. HK Pemkot Mak roman 19. Tanah pertanian terpadu 20. Kas desa Lempake 21. Pesantren Nabil Husien 22. Pesantren Syaichona Cholil 23. Rumah potong hewan 24. Lingkungan lap. Softball GOR Segiri Segiri, Jl. Kesuma Bangsa 25. Perpustakaan kota 26. Fakultas Pertanian Unmul

Lampiran. 1. Data hutan kota, lokasi, luas, status lahan dan penetapan di Samarinda Sumber: Diolah dari lampiran SK Walikota Samarinda tentang Hutan Kota No.224/1992 dan SK. No.178/HK-KS/2005 Appendix Source: Processed

236 Kajian Aplikasi Kebijakan Huta Kota di... Tien Wahyuni & Ismayadi Samsoedin

)

Status

Status Penetapan

Determination

(

SK no.188.45-155/2004 SK no.188.45-156/2004 SK no.188.45-155/2004 SK no.188.45-155/2004 SK no.188.45-155/2004 SK no.188.45-155/2004 SK no.188.45-155/2004

SK no.188.45-11/2000 SK no.188.45-11/2000

SK no.188.45-46 A/1999

SK no.188.45-46 A/1999 SK no.188.45-192/1997

SK no.188.45-192/1997 SK no.188.45-192/1997 SK no.188.45-192/1997

SK no.188.45-38/1996 SK no.188.45-38/1996 SK no.188.45-38/1996 SK no.188.45-176/1996 SK no.188.45-176/1996

)

Land Status

Status Lahan (

Negara/Masyarakat

Tanah negara

)

ha

5,000 Tanah Pemkot

3,200 Tanah Pemkot 3,000 Tanah Pesantren 4,000 Tanah Pemkot 1,544 Tanah Pemkot 1,000 Tanah Pemkot

1,487 Tanah Pemkot 0,438 Tanah Pemkot

5,346 Tanah Pemkot

0,417 Tanah Negara 2,000 Tanah Pemkot 7,310 T. Negara/ Masyarakat SK no.188.45-192/1997 0,292 Tanah 0,311 Tanah Negara 0,626 Tanah Pemkot

0,516 Tanah Pemkot 2,788 Tanah Pemkot 7,996 Tanah Pemkot 3,769 Tanah Pemprop (

Luas

11,000 Tanah Negara 81,614

29,574

of land in Balikpapan

)

Lokasi

Location

(

about Urban Forest from 1996 to 2006

area, status and determination

Kel.Margasari, Balikpapan Barat Kel. Manggar, Balikpapan Timur

Kel. Margomulyo Kel. Sepinggan Kel. Kr. Joang Kel. Gn. Bahagia

Kel. Gn. Bahagia Kel. Gn. Bahagia

Muara rapak, Balikpapan Utara

Kel. Karang Jati, Balikpapan Tengah Kel.Gn. Bahagia Perapatan Kel. Sepinggan Kel. Sepinggan Kel. Sepinggan

Kel. Gn. Bahagia Gn. Samarinda, Balikpapan Baru Kel. Gn. Sari Ulu , Balikpapan Tengah Kel. Telaga Sari, Bali kapanKel. Selatan Batu Ampar, Balikpapan Utara

Total

)

of Mayor Decree of Balikpapan

Nama hutan kota

from appendix

Name of Urban Forest

(

2. Urban forest data, location,

samping Ktr. Kel.Gn. Bahagia

Somber

Muara Rapak

SPBU Traffic Light

21. Bakau Margasari 20. TPAS Manggar

19. Bakau Jl.AMD Tepian 18. Ponpes Syaichona Cholil 16. RSS Damai III (dekat masjid) Kel. Gn. Bahagia 17. Eks TPAS Km.12 15. RSS Damai III (Lap. Bola)

14. Depan pasar burung s/d 13. Masjid Raudhatul Ibadah

12. Relokasi Industri Tahu Tempe

11. Drainase Rapak s/d Kr.Anyar, 10. Jl. Manunggal 9. Gunung Komendur 8. Kelurahan Sepinggan 7. Sepinggan Dalam 6. Belt Perum Korpri

5. Kiri Jl. Syarifudin Yoes, setelah 4. Rumah Dinas Praja Bhakti 3. Bukit Radar No. 1.2. Belt Unocal Belt RSKD

Lampiran 2. Data hutan kota, lokasi, luas, status lahan dan penetapan di Balikpapan Sumber: Diolah dari lampiran SK Walikota Balikpapan tentang Hutan Kota dari 1996 s/d 2006 Appendix Source: Processed

237 Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol. 9 No. 3, Desember 2012 : 219 - 239

Lampiran 3. Data luas potensi hutan kota yang belum ditetapkan di Balikpapan (2011) Appendix 3. Data of area urban forest potential has not been established in Balikpapan (2011)

Status lahan Nama hutan kota Lokasi Luas dan Penetapan No. (Name of urban forest ) (Location ) (ha) (Land and determination Status) 1. Kariangau Kariangau 3,000 Masih proses 2. Buffer Zone Pertamina Kel. Karang Jati, Balikpapan 2,500 idem Tengah 3. TNI Angkat an Laut Kel. Karang Jati, Balikpapan 2,600 idem Tengah 4. Bantaran Sungai Kel. Karang Jati, Balikpapan 0,420 idem Jl.A.Yani Tengah 5. Hutan Karang Rejo Kel. Karang Rejo 1,650 idem 6. Hutan Perapatan Perapatan 7,311 idem 7. RT, 42 Batu Ampar Kel. Batu A mpar, Balikpapan 4,000 idem Utara 8. RT.55 Batu Ampar Kel. Batu Ampar, Balikpapan 5,000 idem Utara Sumber: Diolah daSK Walikota Balikpapan tentang Hutan Kota dari 1996 s/d 2006 Source: Processed from appendix of Mayor Decree of Balikpapan about Urban Forest from 1996 to 2006

Lampiran 4. Data hutan kota, lokasi, luas, status lahan dan penetapan di Bontang Appendix 4. Urban forest data, location, area, status and determination of land in Bontang Nama hutan kota Lokasi Luas Status lahan Status penetapan No. (Name of urban forest ) (Locat ion) (ha) (Land status ) (Determination status ) 1. Bontang Lestari Desa Sekambing 7,153 Tanah SK no.36 th. 2003 Pemkot 2. HK Bontang Kel. Bontang 2,900 Tanah SK no. 370.1 th.2006 Lestari Pemkot 3. RTH Jl. Stadion Kel. Bontang 1,000 Tanah SK no.225 th.2008 Lestari Pemkot 4. HK Zona penyangga Kel. Bontang 3,000 Tanah SK no.115.1 th.2008 TPA Bontang Lestari Pemkot 5. HK Agrowisara Jl. M.Roem, Kel. 3,500 Tanah SK no. 129.1 th. 2009 Bontang Bontang Lestari Pemkot 6. HK Kawasan Stadion Kel. Bontang 3,000 Tanah SK no. 136.1 th. 2009 Bontang Lestari Pemkot Total 20,053 Sumber: Diolah dari lampiran SK Walikota Bontang tentang Hutan Kota dari 2003 s/d 2009 Source: Processed from appendix of Mayor Decree of Bontang about Urban Forest from 2003 to 2009

238 Kajian Aplikasi Kebijakan Huta Kota di... Tien Wahyuni & Ismayadi Samsoedin

)

status

Status penetapan

Determination

(

SK. No.591/23/T.PEM/2009 SK. No.591/02/PEM/2009 Area no: 590/07/Pem/2005 SK. No.591/2011 SK.No.591/49/T.PEM/2010 SK. No.49/2002 SK No. 591/HK -V/257/2001 SK. No.500/006/P2T/2004 SK. No.49/2002 SK. No.49/2002 SK. No.49/2002 SK. No.49/2002 SK. No.49/2002 SK. No.49/2002 SK. No.49/2002 SK. No.49/2002

)

Land status

Status lahan (

Ha untuk pemanfaatan Hutan Pertamina Mangrove

)

ha

(

1,40 Tanah Pemkot

3,00 Tanah privat /WKP 4,00 Tanah Pemkot 5,00 Tanah Pemkot

6,50 Tanah Pemkot

Luas

of land in Tarakan

30,00 Tanah Pemkot 22,00 Tanah Pemkot, ± 10

25,00 Tanah Pemkot 38,16 Tanah Pe mkot 15,00 Tanah Pemkot 15,00 Tanah Pemkot 82,00 Tanah Univ. Borneo 15,00 Tanah Pemkot 10,00 Tanah Pemkot 51,00 Tanah Pemkot

50,0021,00 Tanah Pemkot Tanah Pemkot

544.06

150,00 Tanah Pemkot

)

Lokasi

Location

(

area, status and determination

Kel. Karang Balik Kel. Mamburungan Kel. Karang Rejo Kel. Juata Kerikil Kel. Kampung 6 Kel. Pantai Amal Kel. Mamburungan Kel. Juata Permai Kel. Pantai Amal Kel. Pamusian (Ladang) Kel. Sebengkok & Pamusian Kel. Pantai Amal Kel. Kampung 6 Kel. Sebengkok & Pamusian Kel. Kp. IV Pantai Amal Kel. P amusian Kp. I Skip Kel. Karang Anyar Kel. Karang Harapan

)

Total

of Mayor Decree of Tarakan about Urban Forest from 2002 to 2011

Nama hutan kota

from appendix

Name of urban forest

(

5. Urban forest data, location,

Mangrove Bekantan

18. Gn. Bakso 17. Mamburungan 13. Kawasan Konservasi 12. Hutan Wanawisata Juata 15. Taman Minyak 16. Sungai Batu Mapan 11. Tanjung Pasir 14. Permai Lestari 6. Gn. Amal I 10. Gn. Pasir 5. Gn. Belah7. TVRI Gn.9. Amal II Gn. Keramat 4. Panglima Batur 8. Wisata Pantai Amal 3. Sawah Lunto Skip No. 1.2. Karang Harapan Agroforestry

Lampiran 5. Data hutan kota, lokasi, luas, status lahan dan penetapan di Tarakan Appendix

Sumber: Diolah dari lampiran SK Walikota Tarakan tentang Hutan Kota dari 2002 s/d 2011 Source: Processed

239