Livestock and Animal Research Open Access Livest. Anim. Res., March 2021, 19(2): 149-158 Accredited by Directorate General of Strengthening for p-ISSN 2721-5326 e-ISSN 2721-7086 Research and Development No. 10/E/KPT/2019 https://doi.org/10.20961/lar.v19i2.46202

Original Article Evaluasi wilayah unggulan pengembangan kuda Sandelwood di Kabupaten Barat Daya Provinsi Nusa Tenggara Timur

Melkianus Dedimus Same Randu *, Ewaldus Wera

Jurusan Peternakan, Politeknik Pertanian Negeri , Kupang, 85011 *Correspondence: [email protected]

Received: November 30th, 2020; Accepted: June 15th, 2021; Published online: July 24th, 2021

Abstrak

Tujuan: Kuda sandelwood memberikan manfaat ekonomi, sosial, dan budaya terhadap masyarakat di Kabupaten Sumba Barat Daya, namun dalam pengembangannya mengalami hambatan berkaitan dengan tidak tersedianya informasi pemetaan wilayah basis. Penelitian bertujuan mengidentifikasi wilayah basis pengembangan kuda sandelwood di Kabupaten Sumba Barat Daya. Metode: Penelitian menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Data bersifat runtun waktu selama 6 tahun (2013-2018) dikumpulkan dari berbagai pemangku kepentingan di Kabupaten Sumba Barat Daya. Analisis Location Quotient (LQ), Dynamic Location Quotient (DLQ), serta gabungan LQ dan DLQ digunakan untuk mengidentifikasi wilayah basis pengembangan kuda sandelwood. Apabila nilai LQ dan DLQ > 1 maka kecamatan tersebut direkomendasikan sebagai wilayah basis pengembangan kuda sandelwood. Hasil: Hasil analisis menunjukkan dari 11 kecamatan di Kabupaten Sumba Barat Daya, hanya 5 kecamatan (Kecamatan Wewewa Utara, Wewewa Barat, Wewewa Selatan, Wewewa Tengah, dan Kodi Bangedo) yang direkomendasikan sebagai wilayah basis pengembangan kuda sandelwood pada masa mendatang, dengan rataan nilai LQ berkisar 1,01-1,85 dan DLQ berkisar 1,27-78,27. Kesimpulan: Kabupaten Sumba Barat Daya memiliki kecamatan potensial sebagai basis pengembangan kuda sandelwood, yaitu Wewewa Utara, Wewewa Barat, Wewewa Selatan, Wewewa Tengah, dan Kodi Bangedo. Kuda sandelwood di lima kecamatan basis merupakan komoditas unggulan yang mampu memenuhi kebutuhan lokal dalam wilayahnya serta mempunyai laju pertumbuhan populasi yang lebih cepat dibandingkan tingkat kabupaten Sumba Barat Daya.

Kata Kunci: kuda sandelwood; pengembangan; komoditas unggulan; Sumba Barat Daya

Abstract

Objective: The Sandalwood Horse has economic, social, and cultural advantages to the local community in Southwest Sumba . However, sandalwood horse development is experiencing obstacles due to the absence of base area mapping data. This research aims to identify the potential area for the development of the Sandalwood horse in Southwest Sumba Regency. Methods: Descriptive quantitative method was used in this research. Time series data (2013-2018) was collected from related stakeholders in Southwest Sumba Regency. The Location Quotient (LQ), Dynamic Location Quotient (DLQ) and a combination of both LQ and DLQ analysis were applied to identify the potential area for the development of the Sandalwood horse. If the value of LQ and https://jurnal.uns.ac.id/lar/index 149 Randu dan Wera (2021) Livest. Anim. Res. 19(2): 149-158

DLQ is more than 1, it means that the area/district could be recommended as a potential area for the development of the Sandalwood horse. Results: The result shows that of the 11 (eleven) districts in Southwest Sumba Regency, only 5 (five) districts (Wewewa Utara, Wewewa Barat, Wewewa Selatan, Wewewa Tengah, and Kodi Bangedo) could be recommended as the potential areas for development of sandalwood horses in the future, with an average LQ value ranging from 1.01 to 1.85 and DLQ ranging from 1.27 to 78.27. Conclusions: Southwest Sumba Regency has potential districts for the development of the Sandalwood horse. The sandalwood horse in the potential districts is a leading commodity that can fulfil the local needs of each sub-district and has a population growth above the average level in Southwest Sumba Regency.

Keywords: Sandalwood horse; development; leading commodity; Southwest Sumba

PENDAHULUAN SBD [8,9]. Pasola merupakan atraksi perlombaan ketangkasan saling melempar Kuda sandelwood merupakan komoditas lembing di atas kuda yang sementara dipacu. ternak besar dan sumber daya ternak lokal Tradisi pasola dilaksanakan setiap tahun dan yang tersebar di Pulau Sumba. menjadi kearifan budaya lokal masyarakat Kuda sandelwood tetap dipertahankan serta mempunyai daya tarik tersendiri bagi karena merupakan hewan ikonik dan branding wisatawan lokal maupun mancanegara [10]. destinasi pariwisata pulau Sumba [1]. Kuda Ritual budaya pasola berpusat 3 kecamatan di sandelwood adalah persilangan antara kabupaten SBD yaitu Kecamatan Kodi, Kodi kuda poni lokal Sumba dengan kuda Bang edo, dan Kodi Balaghar. Tradisi pasola Arab (grading-up) [2]. Kuda sandelwood memberikan implikasi terhadap eksistensi dominan memberikan kontribusi terhadap kuda sandelwood dalam mendukung kegiatan ekonomi, sosial, budaya [1] selain pengembangan pariwisata. Pada masa dimanfaatkan untuk pacuan kuda [3] dan alat mendatang, pasola dan kuda sandelwood aktivitas adat [4] bagi masyarakat di Sumba. diharapkan secara simultan dapat Berkembangnya kuda sandelwood didukung dikembangkan menjadi komoditas bisnis dan oleh 118.488 petani/peternak, 76.316 ha lahan branding pariwisata Kabupaten SBD. pertanian [5], budaya beternak, infrastruktur Kuda sandelwood yang berkembang pemasaran, serta ritual kebudayaan lokal [6]. di Kabupaten SBD tidak terlepas dari Populasi kuda sandelwood di Pulau adanya dukungan wilayah maupun budaya Sumba pada tahun 2019 berturut-turut adalah beternak masyarakat. Dukungan tersebut 33.943 ekor (Kabupaten Sumba Timur), 7.300 pada akhirnya merepresentasikan tampilan ekor (Kabupaten Sumba Tengah), 6.531 ekor produksi (populasi) dan penyebaran kuda (Kabupaten Sumba Barat Daya), dan 6.276 sandelwood di Kabupaten SBD. Namun ekor (Kabupaten Sumba Barat) [7]. Sumba demikian, kondisi faktual menunjukkan Barat Daya (SBD) merupakan salah satu pengembangan kuda sandelwood belum kabupaten yang memiliki keunikan dalam terintegrasi secara baik dalam Rencana Tata pemanfaatan kuda sandelwood di Pulau Ruang Wilayah (RTRW) dan Rencana Sumba. Kuda sandelwood memberikan Strategis (RENSTRA) Dinas Peternakan manfaat ekonomi, sosial, dan budaya Kabupaten SBD. Kondisi tersebut terhadap masyarakat Kabupaten SBD karena diindikasikan dari tidak tersedianya informasi digunakan secara khusus dalam ritual budaya wilayah basis untuk mengembangkan kuda pasola maupun mahar (mas kawin/belis). sandelwood di Kabupaten SBD. Faktor lain Tradisi budaya pasola di Pulau Sumba hanya yang juga turut memengaruhi adalah terbatas di Kabupaten Sumba Barat (SB) dan persebaran kuda sandelwood yang tidak Sumba Barat Daya (SBD). Kuda sandelwood merata, pembangunan yang mengorbankan mempunyai peran yang tidak dapat lahan sebagai basis pakan, berkurangnya digantikan dalam kebudayaan lokal pasola peran eksternal kuda sandelwood sebagai maupun proses perkawinan adat masyarakat sarana transportasi, rendahnya kualitas

150 | https://jurnal.uns.ac.id/lar/index

Randu dan Wera (2021) Livest. Anim. Res. 19(2): 149-158

SDM peternak, terjadinya inbreeding, dan modal bagi pengembangan kuda sandelwood usaha budidaya kuda sandelwood yang maupun pariwisata budaya yang ber- tergolong berskala kecil. Kondisi tersebut kelanjutan di Kabupaten SBD. mengakibatkan kuda sandelwood berada dalam status kurang berkelanjutan [11, 12, MATERI DAN METODE 13]. Hal tersebut apabila tidak ditangani, dikhawatirkan berdampak terhadap Penelitian dilakukan di seluruh (11) pengurasan dan pelestarian sumber daya kecamatan yang ada di Kabupaten SBD, kuda sandelwood, serta menurunkan minat Provinsi Nusa Tenggara Timur. Penelitian dunia usaha untuk berinvestasi dalam menggunakan metode deskriptif kuantitatif pengembangan kuda sandelwood. [18]. Pengumpulan data melalui studi Mengatasi hal ini, diperlukan dokumentasi dengan mempelajari berbagai optimalisasi wilayah unggulan melalui dok umen dan laporan di berbagai organisasi sistem zonasi berdasarkan aspek produksi perangkat daerah (OPD) dan instansi (populasi). Sistem tersebut mencerminkan terkait di Kabupaten SBD, yaitu Badan perwilayahan komoditas yang memiliki Perencanaan Penelitian dan Pengembangan fungsi sebagai pemasok bagi wilayah lainnya. Daerah (BP3D), Dinas Peternakan dan Hal tersebut merupakan upaya meminimalisir Kesehatan Hewan, serta Badan Pusat Statistik konflik pemanfaatan sumber daya secara Kabupaten SBD. Sumber data yang digunakan sektoral sehingga akhirnya dapat membentuk dalam penelitian merupakan data sekunder kawasan peternakan. Sistem zonasi juga akan yang bersifat runtun waktu (time series) selama menghasilkan keseimbangan pembangunan kurun waktu 6 tahun (2013 sampai 2018) [19– antar wilayah, mendukung pemberdayaan 23,5]. Variabel yang diamati adalah jumlah peternak, serta dapat memproyeksikan posisi populasi kuda sandelwood yang terdapat di komoditas berdasarkan wilayah penyebaran setiap kecamatan dalam Kabupaten SBD serta sebagai strategi pengembangan peternakan dihitung dalam satuan ekor. Pengolahan serta yang pada akhirnya akan meningkatkan analisis data dalam penelitian dilakukan populasi dan produktivitas ternak [14,15, secara statistik menggunakan Microsoft Excel 16,17]. Berbagai penelitian terdahulu yang 2013. Identifikasi wilayah basis untuk dilakukan menguraikan kondisi existing dan pengembangan kuda sandelwood dilakukan sistem keberlanjutan pengembangan kuda dengan menghitung nilai Location Quotient sandelwood di Kabupaten SBD, tetapi secara (LQ) dari setiap kecamatan dalam wilayah substansi belum menggambarkan wilayah Kabupaten SBD, sedangkan potensi kecamatan yang mempunyai keunggulan perubahan wilayah kecamatan basis pada komparatif untuk mengembangkan kuda masa yang akan datang di Kabupaten sandelwood. SBD dilakukan dengan menghitung nilai Berdasarkan pemikiran tersebut, Dynamic Location Quotient (DLQ). Selanjutnya penelitian ini dilakukan untuk: 1) pemetaan keunggulan komoditas dari setiap mengidentifikasi wilayah kecamatan sebagai kecamatan dalam wilayah Kabupaten SBD basis pengembangan kuda sandelwood dilakukan dengan analisis gabungan LQ dan di Kabupaten SBD; 2) menganalisis potensi DLQ. Model perhitungan analisis dalam perubahan wilayah basis komoditas kuda penelitian ini meliputi: sandelwood pada masa mendatang di Kabupaten SBD, dan; 3) mengklasifikasi 1. Location Quotient (LQ) keunggulan komoditas kuda sandelwood An alisis ini digunakan untuk di Kabupaten SBD. Hasil penelitian mengidentifikasi komoditas unggulan diharapkan memberikan gambaran umum (basis) di suatu wilayah berdasarkan mengenai potensi kuda sandelwood, ukuran produksi [24]. Persamaan informasi serta bahan pertimbangan dalam matematis LQ berdasarkan [25], sebagai evaluasi RTRW dan Renstra Dinas Peternakan berikut: Kabupaten SBD, serta data bagi para Xij/Xi. LQ = pelaku usaha dalam memutuskan investasi X.j/X..

https://jurnal.uns.ac.id/lar/index | 151 Randu dan Wera (2021) Livest. Anim. Res. 19(2): 149-158

Keterangan : gi = Rata-rata perkembangan jumlah LQ = Nilai koefisien lokasi komoditas (total populasi) ternak besar di kuda sandelwood Kecamatan A Xij = Jumlah (populasi) kuda sandelwood Gi = Rata-rata perkembangan jumlah di Kecamatan A (populasi) kuda sandelwood di Xi. = Jumlah (total populasi) ternak besar Kabupaten SBD (sapi, kerbau, dan kuda) di G = Rata-rata perkembangan jumlah Kecamatan A (total populasi) ternak besar di X.j = Jumlah (populasi) kuda sandelwood Kabupaten SBD di Kabupaten SBD t = Jangka waktu analisis (2013-2018) X.. = Jumlah (total populasi) ternak besar Kaidah pengambilan keputusan: di Kabupaten SBD • DLQ > 1 menunjukkan bahwa Kaidah pengambilan keputusan: kecamatan tersebut pada masa • Nilai LQ > 1 maka kecamatan tersebut mendatang tetap dapat diharapkan merupakan wilayah basis untuk menjadi wilayah basis untuk mengembangkan kuda sandelwood mengembangkan kuda sandelwood di karena produksinya selain mampu Kabupaten SBD. memenuhi kebutuhan dalam wilayah • DLQ < 1 menunjukkan bahwa kecamatan bersangkutan, juga dapat kecamatan tersebut pada masa digunakan untuk memenuhi mendatang tidak dapat diharapkan kebutuhan pada kecamatan lainnya di menjadi wilayah basis untuk Kabupaten SBD. mengembangkan kuda sandelwood di • Nilai LQ < 1 menunjukkan bahwa Kabupaten SBD. kecamatan tersebut bukan merupakan 3. Gabungan LQ dan DLQ. wilayah basis (non basis) untuk Analisis gabungan LQ dan DLQ mengembangkan kuda sandelwood di digunakan untuk melakukan klasifikasi Kabupaten SBD karena produksinya terhadap keunggulan komoditas di setiap rendah, tidak mampu memenuhi kecamatan. Hasil klasifikasi gabungan LQ kebutuhan sendiri sehingga dan DLQ dikategorikan ke dalam memerlukan pasokan atau dukungan komoditas unggulan, prospektif, andalan, dari kecamatan lainnya. dan tertinggal. Klasifikasi keunggulan 2. Dynamic Location Quotient (DLQ) komoditas berdasarkan analisis gabungan Analisis ini digunakan untuk LQ dan DLQ sesuai petunjuk [27,28] mengetahui perubahan komoditas disajikan secara lengkap pada Tabel 1. unggulan di suatu wilayah pada masa yang akan datang [26]. Perhitungan dan HASIL model persamaan sesuai petunjuk [27], sebagai berikut: Analisis wilayah basis pengembangan kuda (1 + gij)/(1 + gi) sandelwood DLQ = [ ] (1 + Gi)/(1 + G) Wilayah basis pengembangan kuda Keterangan : sandelwood di Kabupaten SBD pada tingkat DLQ = Nilai Dynamic Location Quotient kecamatan diketahui melalui parameter lokasi komoditas kuda jumlah populasi periode 6 tahun (2013-2018) sandelwood sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2. gij = Rata-rata perkembangan jumlah Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa (populasi) kuda sandelwood di populasi kuda sandelwood pada 11 (sebelas) Kecamatan A kecamatan bersifat dinamis, fluktuatif, dan

Tabel 1. Klasifikasi komoditas berdasarkan gabungan Location Quotient (LQ) dan Dynamic Location Quotient (DLQ) Kriteria DLQ > 1 DLQ < 1 LQ > 1 Komoditas unggulan Komoditas prospektif LQ < 1 Komoditas andalan Komoditas tertinggal

152 | https://jurnal.uns.ac.id/lar/index

Randu dan Wera (2021) Livest. Anim. Res. 19(2): 149-158 belum merata. Namun demikian, penurunan wilayah kecamatan yang dikategorikan jumlah populasi kuda sandelwood di basis memiliki sumber daya potensial Kabupaten SBD terjadi pada beberapa untuk mengembangkan kuda sandelwood, wilayah, dengan penurunan terbesar di sedangkan kecamatan non basis memiliki kecamatan Kodi (49,81%) yang merupakan keterbatasan sumber daya populasi lokasi penyelenggaraan ritual budaya Pasola. sehingga hanya mampu digunakan untuk Lebih lanjut hasil analisis LQ pengembangan memenuhi kebutuhan dalam wilayahnya kuda sandelwood di Kabupaten SBD tahun sendiri. Lima kecamatan yang dikategorikan 2013-2018 disajikan secara lengkap pada Tabel sebagai wilayah basis pengembangan 3. Hasil analisis LQ (Tabel 3) menunjukkan kuda sandelwood sebagian besar berada bahwa tidak semua sumber daya wilayah di dataran tinggi (200-700 m di atas di Kabupaten SBD memberikan dukungan permukaan laut). Daya dukung dataran tinggi terhadap pengembangan kuda sandelwood terhadap produktivitas kuda sandelwood berdasarkan aspek produksi (populasi). meliputi suhu udara yang lebih rendah Hal tersebut diketahui dari jumlah kecamatan dan kelembaban yang tinggi sehingga yang memiliki nilai LQ > 1 (range 1,01-1,85) bermanfaat dalam mengurangi cekaman dan dikategorikan wilayah basis hanya panas serta memengaruhi produksi hijauan dibandingkan dominasi wilayah yang pakan melalui ketersediaan sepanjang tahun. memiliki nilai LQ < 1 (range 0,55-0,98) Hasil penelitian ini juga menunjukkan sebanyak 6 kecamatan (54,55%). Kondisi bahwa pada wilayah penyelenggaraan pasola tersebut memberikan gambaran bahwa sebagai ritual budaya tahunan dan daya tarik

Tabel 2. Populasi kuda sandelwood di Kabupaten SBD Tahun 2013-2018 Tahun (dalam satuan ekor)* Kecamatan 2013 2014 2015 2016 2017 2018 Wewewa Utara 0.308 0.315 0.315 0.596 0.610 0.546 Wewewa Barat 1.264 1.293 1.293 1.561 1.597 1.169 Wewewa Selatan 0.671 0.687 0.687 0.736 0.753 0.836 Kodi Bangedo 0.149 0.453 0.453 0.223 0.228 0.237 Wewewa Tengah 0.479 0.490 0.490 0.596 0.610 0.596 Kodi Balaghar 0.222 0.227 0.227 0.234 0.239 0.250 Wewewa Timur 0.487 0.498 0.498 0.829 0.848 0.835 Kodi Utara 0.279 0.286 0.286 0.263 0.269 0.230 Kota Tambolaka 0.297 0.303 0.303 0.272 0.278 0.272 Loura 0.408 0.417 0.417 0.381 0.390 0.398 Kodi 0.257 0.263 0.263 0.156 0.160 0.129 Total 4.564 4.969 4.969 5.691 5.822 5.369 *BPS Kabupaten Sumba Barat Daya, 2014-2019

Tabel 3. Hasil analisis Location Quotient (LQ) kuda sandelwood di Kabupaten SBD Tahun 2013-2018* Kecamatan 2013 2014 2015 2016 2017 2018 Rata-Rata Kategori Wewewa Utara 1,63 1,55 1,55 2,04 2,04 2,27 1,85 Basis Wewewa Barat 1,48 1,42 1,42 1,66 1,66 1,59 1,54 Basis Wewewa Selatan 1,22 1,17 1,17 1,14 1,14 1,36 1,20 Basis Kodi Bangedo 0,67 1,44 1,44 0,82 0,83 0,90 1,02 Basis Wewewa Tengah 1,11 1,06 1,06 0,93 0,94 0,97 1,01 Basis Kodi Balaghar 1,00 0,96 0,96 0,97 0,97 1,00 0,98 Non Basis Wewewa Timur 0,91 0,87 0,87 0,74 0,75 0,72 0,81 Non Basis Kodi Utara 0,62 0,59 0,59 0,87 0,87 0,87 0,73 Non Basis Kota Tambolaka 0,70 0,67 0,67 0,72 0,72 0,78 0,71 Non Basis Loura 0,75 0,71 0,71 0,55 0,55 0,56 0,64 Non Basis Kodi 0,65 0,62 0,62 0,47 0,47 0,44 0,55 Non Basis *Data sekunder diolah, 2019

https://jurnal.uns.ac.id/lar/index | 153 Randu dan Wera (2021) Livest. Anim. Res. 19(2): 149-158 destinasi pariwisata di Kabupaten SBD, sandelwood di Kabupaten SBD pada masa hanya Kecamatan Kodi Bangedo yang mendatang. Nilai DLQ dari lima kecamatan memiliki nilai LQ > 1 sedangkan Kecamatan yang dikategorikan sebagai wilayah basis Kodi dan Kodi Balaghar memiliki nilai berkisar 1,27 – 78,27. Hasil penelitian LQ < 1 (Tabel 3). Hal tersebut menunjukkan menunjukkan bahwa Kecamatan Wewewa bahwa Kecamatan Kodi Bangedo sebagai Barat walaupun memiliki LQ terbesar kedua wilayah basis memiliki produksi (populasi) (Tabel 3) namun mempunyai rata-rata DLQ yang dapat digunakan untuk membantu tertinggi dibandingkan empat kecamatan kebutuhan kuda sandelwood di Kecamatan basis lainnya di Kabupaten SBD (Tabel 4). Kodi dan Kodi Balaghar terutama untuk Tingginya nilai DLQ Kecamatan Wewewa menjaga keberlanjutan penyelenggaraan Barat berkaitan dengan laju pertumbuhan ritual budaya pasola setiap tahunnya. populasi kuda sandelwood yang lebih cepat apabila dibandingkan laju pertumbuhan Analisis potensi perubahan wilayah basis populasi pada tingkat Kabupaten SBD. kuda sandelwood Hasil analisis DLQ untuk pengembangan Klasifikasi keunggulan komoditas kuda kuda sandelwood di Kabupaten SBD sandelwood dapat dilihat pada Tabel 4. Berdasarkan Hasil klasifikasi keunggulan komoditas Tabel 4 diketahui bahwa 5 (lima) kecamatan kuda sandelwood di Kabupaten SBD masih memiliki peluang untuk tetap menggunakan gabungan analisis LQ dan menjadi wilayah basis pengembangan kuda DLQ disajikan pada Tabel 5. Klasifikasi

Tabel 4. Hasil analisis Dynamic Location Quotient (DLQ) kuda sandelwood di Kabupaten SBD Tahun 2013-2018 Kecamatan 2013 2014 2015 2016 2017 2018 Rata-Rata Kategori Wewewa Barat 08,71 0,40 1,00 458,35 0,39 000,79 78,27 Basis Wewewa Utara 20,53 0,32 1,00 000,31 0,30 225,84 41,38 Basis Wewewa Selatan 06,01 0,37 1,00 000,00 0,02 090,94 16,39 Basis Wewewa Tengah 06,47 0,21 1,00 000,00 0,01 001,19 01,48 Basis Kodi Bangedo 00,32 5,32 1,00 000,47 0,52 000,00 01,27 Basis Kodi 00,26 0,01 1,00 002,26 0,00 000,01 00,59 Non Basis Kodi Balaghar 02,17 0,16 1,00 000,00 0,00 000,00 00,56 Non Basis Wewewa Timur 01,34 0,05 1,00 000,01 0,00 000,00 00,40 Non Basis Kota Tambolaka 00,12 0,00 1,00 000,01 0,00 000,00 00,19 Non Basis Kodi Utara 00,07 0,00 1,00 000,00 0,00 000,02 00,18 Non Basis Loura 00,09 0,00 1,00 000,00 0,00 000,00 00,18 Non Basis

Tabel 5. Klasifikasi keunggulan komoditas kuda sandelwood di Kabupaten SBD Kriteria DLQ > 1 DLQ < 1 Komoditas Unggulan Komoditas Prospektif Wewewa Utara Wewewa Barat LQ > 1 Wewewa Selatan - Wewewa Tengah Kodi Bangedo Komoditas Andalan Komoditas Tertinggal Kodi Balaghar Wewewa Timur LQ < 1 - Kodi Utara Kota Tambolaka Loura Kodi

154 | https://jurnal.uns.ac.id/lar/index

Randu dan Wera (2021) Livest. Anim. Res. 19(2): 149-158 keunggulan komoditas kuda sandelwood wilayah untuk menentukan nilai LQ. di Kabupaten SBD berdasarkan nilai LQ Penelitian juga menunjukkan bahwa 2 dan DLQ (> 1) hanya terbagi menjadi 2 (dua) dari tiga kecamatan sebagai lokasi (dua) kategori komoditas yaitu komoditas penyelenggaraan ritual pasola yang unggulan dan komoditas tertinggal memanfaatkan kuda sandelwood merupakan (Tabel 5). Kuda sandelwood sebagai wilayah non basis. Rendahnya populasi kuda komoditas unggulan yang tersebar di lima sandelwood di kecamatan penyelenggara kecamatan menunjukkan bahwa wilayah pasola disebabkan oleh orientasi tersebut tetap berpotensi sebagai basis pengembangan kuda sandelwood yang pengembangan kuda sandalwood. dominan digunakan untuk tujuan non Sebaliknya, kuda sandelwood sebagai ekonomi (mahar dan kematian), tatalaksana komoditas tertinggal di enam kecamatan pemeliharaan yang bersifat tradisional, mengindikasikan rendahnya potensi produksi terbatasnya modal dan pelatihan teknis yang dimiliki saat ini sehingga kurang dapat peternakan, serta kelembagaan yang kurang diandalkan sebagai wilayah pengembangan didukung jumlah maupun aktivitas tenaga kuda sandelwood. Keberadaan kuda penyuluh [6]. sandelwood sebagai komoditas unggulan Potensi perubahan wilayah basis pada akhirnya diharapkan mampu pengembangan kuda sandelwood pada masa meningkatkan perekonomian wilayah mendatang di Kabupaten SBD dianalisis karena ketersediaan populasi secara teknis menggunakan metode DLQ dengan mampu memenuhi kebutuhan lokal dalam mempertimbangkan bahwa setiap wilayah wilayahnya sendiri. kecamatan memiliki rata-rata laju pertumbuhan populasi kuda sandelwood PEMBAHASAN yang berbeda selama kurun waktu tertentu. Kecamatan yang digolongkan sebagai Gambaran keunggulan komparatif wilayah basis memiliki rataan laju wilayah kecamatan di Kabupaten SBD untuk pertumbuhan populasi sebesar 27,76% menghasilkan pertumbuhan populasi kuda dibandingkan kecamatan non basis 0,35% sandelwood diidentifikasi menggunakan selama periode 2013-2018 (Tabel 4). Analisis analisis LQ. Berdasarkan kriteria tersebut DLQ merupakan lanjutan dari analisis dapat diketahui potensi kecamatan yang LQ untuk mengetahui perkembangan laju merupakan wilayah basis maupun non basis produksi komoditas [27]. Melalui analisis untuk mengembangkan kuda sandelwood. DLQ diketahui perubahan keberadaan Metode LQ digunakan tidak terbatas pada komoditas di suatu wilayah pada masa bahasan ekonomi namun bermanfaat mendatang apakah masih tetap dapat mengidentifikasi wilayah berdasarkan bertahan sebagai komoditas unggulan potensi penawaran yang mencerminkan atau sebaliknya. Nilai DLQ > 1 menunjukkan pemwilayahan komoditas [15]. Metode bahwa suatu sektor pada masa mendatang LQ merupakan indikator penting dalam masih tetap dapat menjadi basis apabila mengetahui potensi unggulan wilayah potensi perkembangan komoditas lebih menggunakan dasar ukur produksi sehingga cepat dibandingkan komoditas yang sama pada akhirnya dapat ditentukan komoditas pada tingkatan wilayah yang lebih tinggi basis [24]. [26,28]. Pada Tabel 3 memperlihatkan bahwa Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak semua wilayah kecamatan mempunyai wilayah basis pengembangan kuda dukungan populasi terhadap pengembangan sandelwood di Kabupaten SBD berada pada kuda sandelwood. Temuan tersebut berbeda dataran tinggi. Perbedaan ketinggian tempat dengan hasil penelitian [29] yang menyatakan berpengaruh terhadap cuaca dan iklim mikro bahwa kabupaten SBD merupakan wilayah secara keseluruhan sehingga berdampak sentra pengembangan ternak kuda. terhadap produktivitas hijauan makanan Perbedaan ini diduga berkaitan dengan ternak. Ketinggian tempat merupakan faktor periode data time series dan perbandingan pembatas utama selain kemiringan lereng

https://jurnal.uns.ac.id/lar/index | 155 Randu dan Wera (2021) Livest. Anim. Res. 19(2): 149-158 yang memengaruhi pertumbuhan dan KONFLIK KEPENTINGAN produksi tanaman [30]. Suhu dan kelembaban sebagai bagian dari iklim mikro memengaruhi Penulis menyatakan tidak ada konflik penampilan fisiologis dan produktivitas kepentingan dengan pihak manapun terkait ternak. Produktivitas (produksi dan materi yang ditulis dalam naskah ini. reproduksi) ternak dicerminkan oleh performans ternak sebagai manifestasi DAFTAR PUSTAKA pengaruh genetik dan lingkungan secara bersama-sama. Lingkungan merupakan 1. Randu, M. D. S, and B. Hartono. 2020. faktor pendukung sehingga ternak Keberlanjutan dimensi ekonomi, teknologi berproduksi sesuai kemampuannya. Faktor infrastruktur, dan hukum kelembagaan lingkungan meliputi iklim (mikro maupun untuk evaluasi pengembangan kuda makro) antara lain suhu udara, kelembaban, Sandelwood di Kabupaten Sumba Barat radiasi matahari dan kecepatan angin. Daya. Jurnal Sain Peternakan Indonesia. Kuda sandelwood yang tersebar sebagai 15:50–59. Doi: 10.31186/jspi.id.15.1.50-59 komoditas unggulan pada 5 (lima) kecamatan 2. Direktorat Jenderal Peternakan basis di Kabupaten SBD pada saat ini dan [Ditjennak]. 2014. Keputusan Menteri masa mendatang merupakan potensi ekonomi Pertanian Republik Indonesia Nomor yang dapat digunakan untuk membangun 426/Kpts/SR.120/3/2014 Tentang wilayah dan mempertahankan keberlanjutan Penetapan Rumpun Kuda Sandel. plasma nutfah sumber daya lokal. Untuk http://bibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/ itulah dibutuhkan intervensi kebijakan default/files/Kuda%20Sandel.pdf. Diakses pemerintah daerah dalam adopsi inovasi dan 24 September 2020. introduksi teknologi reproduksi, peningkatan 3. Gaina, C. D. and N. D. F. K. Foeh. 2018. aspek pemasaran, dan investasi budidaya Studi performa umum tubuh dan status kuda sandelwood sehingga pada masa fisiologis kuda Sumba. Jurnal Kajian mendatang dapat memberikan multiplier effect Veteriner. 6:38–44. Doi: 10.1088/1751- bagi kesejahteraan masyarakat. 8113/44/8/085201 4. Praing, U. Y. A., I. K. Suatha, and I. P. KESIMPULAN Sampurna. 2019. Keragaman morfometri kuda pacu Sandalwood (Equus Caballus) Sapi Kuda sandelwood merupakan di Pulau Sumba. Indonesia Medicus komoditas unggulan yang berpotensi Veterinus. 8:106-118. Doi: 10.19087/imv. dikembangkan di wilayah basis Kecamatan 2019.8.1.106 Wewewa Utara, Wewewa Barat, Wewewa 5. Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumba Selatan, Wewewa Tengah, dan Kodi Bangedo. Barat Daya [BPS SBD]. 2019. Kabupaten Jumlah produksi (populasi) kuda sandel Sumba Barat Daya dalam angka 2019. BPS wood di wilayah basis mampu memenuhi Kabupaten Sumba Barat Daya, Tambolaka. kebutuhan lokal dalam wilayahnya sendiri 6. Randu, M. D. S. and B. Hartono. serta laju pertumbuhan populasi lebih cepat 2018. Keragaan pengembangan Kuda dibandingkan pertumbuhan di tingkat Sandelwood di Wilayah Pasola Kabupaten SBD. Diharapkan keunggulan Kabupaten Sumba Barat Daya. Sains komparatif yang dimiliki wilayah basis Peternakan: Jurnal Penelitian Ilmu pengembangan kuda sandelwood di Peternakan. 16:54-62. Doi: 10.20961/ Kabupaten SBD dapat dimanfaatkan untuk sainspet.v16i2.21776 meningkatkan perekonomian wilayah 7. Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa termasuk pendapatan peternak sehingga Tenggara Timur [BPS NTT]. 2020. Provinsi turut memberikan dampak terhadap Nusa Tenggara Timur dalam angka peningkatan populasi kuda sandelwood, 2020. BPS Provinsi NTT, Kota Kupang. kegiatan investasi, dan keberlanjutan 8. Randu, M. D. S., B. Hartono., B. A. ritual budaya pasola sebagai destinasi Nugroho, and H. D. Utami. 2017. Strategies pariwisata di Kabupaten SBD. in developing horse breeding with

156 | https://jurnal.uns.ac.id/lar/index

Randu dan Wera (2021) Livest. Anim. Res. 19(2): 149-158

socio-cultural concept in the Regency di kabupaten Lamongan. Jurnal Ternak. of Sumba Barat Daya. Int. J. Econ. Res. 09:5-11. Doi: 10.30736/ternak.v9i2.31 14:363-373. 17. Rahman, T. 2018. Studi perencanaan 9. Djaha, P. I. W. and R. Darmastuti. pengembangan kawasan ternak di 2020. Branding Sumba Barat melalui media kabupaten Pamekasan. Jurnal Ilmiah interaktif berbasis kearifan lokal budaya Rekayasa. 11:60-73. Doi: 10.21107/ pasola untuk pengembangan pariwisata di rekayasa.v11i1.4126 kabupaten ini. Jurnalisa. 06:84-103. Doi: 18. Nazir, M. 2009. Metode penelitian. 10.24252/jurnalisa.v6i1.12465 Penerbit Ghalia Indonesia. Bogor. 10. Nurrochsyam, M. W. 2011. Tradisi 19. Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumba Pasola antara kekerasan dan kearifan lokal. Barat Daya [BPS SBD]. 2014. Kabupaten Text Book. Kearifan lokal di Sumba Barat Daya Dalam Angka 2014. tengah modernisasi. Pusat Penelitian Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumba dan Pengembangan Kebudayaan Badan Barat Daya, Tambolaka. Pengembangan Sumber Daya Kebudayaan 20. Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumba dan Pariwisata Kementerian Kebudayaan Barat Daya [BPS SBD]. 2015. Kabupaten dan Pariwisata Republik Indonesia. Sumba Barat Daya dalam angka 2015. Jakarta. pp.83–91. Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumba 11. Dinas Peternakan Kabupaten Sumba Barat Daya , Tambolaka. Barat Daya. 2015. Rencana Strategis 21. Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumba Dinas Peternakan Kabupaten Sumba Barat Daya [BPS SBD]. 2016. Kabupaten Barat Daya Tahun 2015-2019. Disnak Sumba Barat Daya dalam angka 2016. Kabupaten SBD. Tambolaka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumba 12. Badan Perencanaan Penelitian B arat Daya , Tambolaka. dan Pengembangan Daerah Kabupaten 22. Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumba Sumba Barat Daya [BP3D]. 2016. Rencana Barat Daya [BPS SBD]. 2017. Kabupaten Pembangunan Jangka Menengah Sumba Barat Daya dalam angka 2017. Daerah (RPJMD) Kabupaten Sumba Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumba Barat Daya tahun 2014-2019. BP3D Barat Daya, Tambolaka. Kabupaten SBD, Tambolaka. 23. Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumba 13. Dapawole, R. R. 2018. Performans Barat Daya [BPS SBD]. 2018. Kabupaten reproduksi kuda betina di desa Praibokul Sumba Barat Daya dalam angka 2018. Tanarara Kecamatan Matawai La Pawu Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumba Kabupaten Sumba Timur. Jurnal Akrab Barat Daya, Tambolaka. Juara. 3:42-50. 24. Karimuna, S. R., S. Bananiek, S. Syafiuddin, 14. Ciptayasa, I. N., Hermansyah, and M. and W. Al Jumiati. 2020. Potensi Yasin. 2016. Analisis potensi ternak pengembangan komoditas peternakan di kambing di kabupaten Lombok Barat. Sulawesi Tenggara. Jurnal Ilmu dan Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Teknologi Peternakan Tropis. 7:110-118. Indonesia. 2:110-115. Doi: 10.29303/jitpi. D oi : 10.33772/jitro.v7i2.12215 v2i1.20 25. Santoso, B. and B. W. H. E. Prasetiyono. 15. Fahri, A. 2016. Aplikasi Metode 2020. The regional analysis of beef Location Quatient untuk Menentukan cattle farm development in Semarang Komoditas Pangan Unggulan di Provinsi Regency. Trop. Anim. Sci. J. 43:86-94. Doi: Riau. Prosiding Inovasi Teknologi 10.5398/tasj.2020.43.1.86 Lahan Sub Optimal untuk Pengembangan 26. Hidayat, R. 2013. Analisis komoditas Aneka Kacang dan Umbi Mendukung unggulan sub sektor perkebunan di Pencapaian Kedaulatan Pangan. 2016:692- Kabupaten Bengkayang Provinsi 698. Kalimantan Barat. J. Soc. Econ. 16. Dewi, R. K. 2018. Analisis potensi Agric. 2:54-66. Doi: 10.26418/j.sea.v2i1.5119 wilayah pengembangan ternak ruminansia 27. Fimbriata, F. A, K. Budiraharjo, and Mukson. 2020. Analisis potensi

https://jurnal.uns.ac.id/lar/index | 157 Randu dan Wera (2021) Livest. Anim. Res. 19(2): 149-158

pengembangan kubis organik pada 29. Firman, A. and O. H. Nono. 2019. kelompok tani Bangkit Merbabu Penentuan wilayah-wilayah unggulan Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. pengembangan ternak besar di Provinsi Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnis. Nusa Tenggara Timur. Mimbar Agribisnis. 4:258-267. Doi: 10.21776/ub.jepa.2020.004. 5:327 -337. D oi : 10.25157/ma.v5i2.2387 02.4 30. Andrian., Supriadi, and P. Marpaung. 28. Nurlaili, R. and B. U. Aulia. 2019. 2014. Pengaruh ketinggian tempat dan Penentuan lokasi sentra produksi kemiringan lereng terhadap produksi komoditas telur ayam ras di karet ( Hevea brasiliensis muell. Arg.) di Kabupaten Blitar. Jurnal Teknik ITS. kebun Hapesong PTPN III Tapanuli 8:C207-C212. Doi: 10.12962/j23373539. Selatan. Jurnal Online Agroteknologi. v8i2.46980 2:981-989.

158 | https://jurnal.uns.ac.id/lar/index