Prayudi Penyelenggaraan Pilkada dan Lemahnya Sirkulasi Elit Politik Lokal 275 PENYELENGGARAAN PILKADA DAN LEMAHNYA SIRKULASI ELIT POLITIK LOKAL

THE EXECUTION OF REGIONAL HEAD ELECTIONS AND THE WEAKNESS OF LOCAL ELITE’S CIRCULATION

Prayudi (Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI, Nusantara II, Lantai 2, DPR RI, Jl. Jend. Gatot Subroto, Senayan, 10270, Indonesia; email: [email protected])

Naskah Diterima: 2 November 2016, direvisi: 30 November 2016, disetujui: 2 Desember 2016

Abstract The implementation of regional election doesn’t push yet a democratically political elite circulations. Research of the author were used of qualitative methods with case study approach in two area studies, that is in Jambi and when concurrent election’s 2015, showed that tendencies. Theoritically, political elites circulation become an important in democracy, which isn’t only be pertaining to institutional nomination of candidate either through parties or individually channels. These substances also determine by the organizer of election, that is KPU’s and the supervision of election. The field research found that yet the optimum circulation of elite’s cause of an impact of the less-condusive relations among KPU’s and local commitees of supervision’s, domination of pragmatism nomination channel of parties, an emotional networking of kindship dynasties, deliveran election wasn’t to create regional leadership democratically. The status quo still shadowed the circulation of elites in the mid of high expectation toward an accountability of the governance toward people needs. Keywords: political elite, concurrent elections, organizer, regional governances, political dynasty, individually channel of elections.

Abstrak Penyelenggaraan Pilkada belum mendorong sirkulasi elit politik lokal secara demokratis. Hasil penelitian penulis dengan menggunakan metode kualitatif pendekatan studi kasus terhadap dua daerah, yaitu Jambi dan Sulut saat Pilkada serentak 2015, menunjukkan gejala tersebut. Secara teoritis, sirkulasi elit politik merupakan substansi penting demokrasi yang tidak saja terkait lembaga politik pencalonannya, baik melalui jalur partai atau jalur perseorangan. Tetapi substansi ini juga ditentukan dari sudut penyelenggaranya, yaitu dari KPU dan pengawas pilkada. Temuan lapangan belum optimalnya instrumen sirkulasi elit melalui pilkada adalah diakibatkan oleh hubungan yang kurang kondusif antara KPU dan Panwas setempat, dominasi pragmatisme jalur pencalonan melalui partai, kuatnya oligarki elit pusat campur tangan terhadap politik lokal, dan ikatan emosional dinasti kerabat, menempatkan pilkada belum mampu menghasilkan regenerasi kepemimpinan pemda yang demokratis. Status quo masih membayangi sirkulasi elit di tengah harapan tinggi bagi adanya tanggungjawab pemerintahan daerah terhadap kebutuhan masyarakatnya. Kata kunci: elit politik, pilkada serentak, pemerintahan daerah, penyelenggara, dinasti politik, jalur partai, jalur perseorangan pilkada.

I. PENDAHULUAN tanggungjawab proses seleksi dan mengusung A. Latar Belakang pasangan calon (paslon), menempatkan pilkada menjadi strategis untuk kontestasi antar elit. Siti Zuhro Pilkada serentak 2015 telah diselenggarakan mengingatkan, partai politik bertanggungjawab untuk belum lama berselang di 264 daerah, yang terdiri atas mengajukan calon terbaik dalam pilkada. Mengusung 8 provinsi dan 256 kabupaten/kota.1 Hal yang crusial calon yang tidak layak berarti membohongi rakyat.2 dari substansi penyelenggaraan pilkada serentak 2015 Akses sirkulasi elit tidak lagi berjalan alamiah, adalah posisinya sebagai instrumen demokrasi guna diawal sejarahnya selalu dibarengi oleh tuntutan atau melahirkan kepemimpinan di daerah. Konstruksinya “paksaan” untuk terbuka bagi akses dimaksud. Ketika bukan hanya berdimensi prosedural agar dapat diawal politik etis Belanda sebelum kemerdekaan lebih hemat anggaran, tetapi juga secara substansi misalnya, mereka yang masuk kelas priyayi rendahan kapasitasnya bagi sirkulasi elit politik lokal. Besarnya tidak menerima begitu saja atas terbukanya askes 1 Seharusnya, Pilkada serentak 2015 diselenggarakan pada pendidikan yang sebelumnya sudah dinikmati jumlah keseluruhan 269 daerah, yaitu di 9 provinsi dan oleh kelas priyayi lebih tinggi.3 Sedangkan setelah 260 kabupaten/kota. Namun karena persoalan sengketa di tahapan pencalonannya, terdapat 5 daerah harus 2 “Stop Bohongi Publik di Pilkada”, Media Indonesia, 15 ditunda pelaksanaannya. Kelima daerah dimaksud meliputi Februari 2016. Provinsi Kalimantan Tengah, Kabupaten Fakfak, Kabupaten 3 Robert van Niel, Munculnya Elit Modern Indonesia, Jakarta: Simalungun, Kota , dan Kota Pematangsiantar. Pustaka Jaya, 1984, hlm. 248-253. 276 Kajian Vol. 21 No. 4 Desember 2016 hal. 275 - 296 kemerdekaan, baik sebelum dan sesudah Orde Baru calon terlampau longgar. Kasus di Provinsi Jambi, 1998, aksi massa yang brutal mewarnai sporadis dengan pola sirkulasi yang diwarnai kombinasi penggantian kepala daerah tertentu, bahkan hingga rekam jejak kapasitas figur dan unsur dinasti politik. aparatnya di kecamatan dan beberapa kepala desa.4 Ini sebagaimana tampak di pilkada Gubernurnya Belajar dari sejarah akses mobilitas kelas ke tingkat dan pilkada bupatinya di Kabupaten Batang Hari. elit itu, pilkada menjadi penting sebagai instrumen Sedangkan, di Provinsi Sulut dengan kontroversi sirkulasi elit politik, agar dapat berjalan damai dan status hukum salah satu bakal calonnya, sebagai demokratis. Partai politik harus “didorong agar proses mantan terpidana yang belum bebas murni akibat seleksi paslonnya dapat berjalan fair dan terbuka perbuatan korupsi yang diputuskan pengadilan. bagi akses publik. Bahkan, pengaturan ini tidak saja Kasus di Provinsi Sulut, terjadi tidak saja di tingkat penting bagi pembentukan penyelenggaraan pilkada pilkada gubernurnya, tetapi juga di tingkat pilkada yang demokratis, tetapi juga mampu menghasilkan walikotanya, yaitu di Kota Manado. Sedangkan di Kota kepemimpinan yang berintegritas dan kapabel . , pencalonan melalui jalur perseorangan yang Catatan di atas menjadi bermakna pada saat tumbuh ternyata masih tidak berdaya berhadapan terdapat gejala sejumlah kepala daerah yang terpilih dengan dominasi partai atau gabungan partai. ditetapkan oleh Kejagung dan KPK sebagai tersangka. Bahkan, terjadi relasi yang tidak sinergis antara KPU Dikhawatirkan hal tersebut akan menghambat nya dengan Panwas setempat. jalannya roda pemerintahan daerah. Gejala demikian Di samping dari sudut penyelenggara, dominasi menuntut proses seleksi internal yang lebih ketat.5 partai juga berkontribusi bagi lemahnya proses Mayoritas kepala daerah yang terpilih pada pilkada sirkulasi elit lokal. Partai hanya sekedar berusaha serentak 2015 merupakan pemimpin tergolong memenuhi keinginannya untuk meraih kepentingan baru. di tengah alokasi dana pusat ke daerah naik ekonomi. Partai politik memahami bahwa signifikan. Data dari postur APBN 2016, jumlah birokrasi pemda merupakan sumber keuangan transfer ke daerah dan dana desa mencapai Rp 770 bagi dirinya.7 Keberadaan partai yang bermakna triliun lebih. Dibandingkan dengan 2015, di tahun penting dalam pencalonan pilkada, sekaligus 2016 terjadi peningkatan dana transfer Rp 105,5 menjadi penanda kriteria pilkada yang tidak saja triliun. Sirkulasi elit politik lokal menjadi bermakna harus bersifat demokratis, tetapi juga efisien untuk strategis bagi hubungan elit-massa, dan sekaligus penyelenggaraannya. Ini sekaligus merupakan dinamika pemerintahan daerah.6 peringatan agar peluang besar partisipasi rakyat Pilkada serentak 2015 dalam konteks sirkulasi untuk memilih pimpinannya, tidak dikorbankan oleh elit politik, memunculkan potensi ganda, di satu sisi perilaku partai yang transaksional saat pencalonan bagi lahirnya kepemimpinan yang memiliki kapasitas paslonnya.8Sejak sebelum penyelenggaraan Pilkada di panggung politik tidak saja secara lokal dan 2015 dan sesudah Pilkada serentak 2015, kasus bahkan untuk tampil di tingkat nasional. Tetapi, di dinasti politik, masih lemahnya jalur perseorangan, sisi lain juga potensi crusial-nya, ketika persyaratan dan munculnya calon bermasalah status hukumnya, tidak terlepas dari perilaku partai politik yang 4 Mengutip data dari Munafrizal Manan (2005), misalnya Max Lane menguraikan beberapa daerah setelah transaksional atau sekedar pragmatis. kerusuhan Mei 1998, seperti halnya di Langkat, Banten, Maros, Banyuwangi, Klaten, Palembang, Jember, Gresik, B. Permasalahan dan Pertanyaan Penelitian dan lain-lain yang mengalami tuntutan mundur kepala Pengalaman pelaksanaan Pilkada serentak daerahnya melalui aksi massa dan pendudukan tanah milik usaha perkebunan swasta, hingga protes menuntut 2015 tidak saja bermuatan pada kelangsungan elit mundur kepala desanya. Aksi ini di tengah relatif tidak yang berkuasa untuk tetap tampil dominan, tetapi terkendalinya kontrol negara terhadap masyarakat. Lihat juga kekhawatiran adanya kelemahan mendasar Max Lane, Unfinished Nation, Yogyakarta: Penerbit Djaman bagi pembentukan pemda yang kredibel. Ironisnya, Baroe, 2014, hlm.319- 331. pilkada serentak justru memiliki harapan substansi 5 Media Indonesia “Perketat Seleksi Kepala Daerah”, 25 terhadap sirkulasi elit politik lokal yang demokratis. Januari 2016. 6 Tiga hari menjelang pelantikan secara serentak bupati/ Harapan demikian menjadi tandingan pada saat wakil bupati dan walikota/wakil walikota, yaitu pada 17 oligarki partai dan dinasti keluarga secara kasuistik Februari 2016, usulan surat keputusan (SK) penetapan masih mencengkeram sirkulasi elit politik. Jalur calon kepala daerah/wakil kepala daerah terpilih di 27 daerah belum selesai diproses. Penyebabnya adalah usulan 7 Hamka Hendra Noer, Ketidaknetralan Birokrasi Indonesia: di beberapa daerah tertentu diduga terganjal di tangan Studi Zaman Orde Baru Sampai Orde Reformasi, Jakarta: gubernur. Dari 202 paslon yang akan dilantik pada 17 Penerbit Kompas Gramedia, 2014, hlm.302-303. Februari 2016, menunjukkan 27 paslon yang justru belum 8 Hyronimus Rowa, “Perimbangan Demokrasi dan Efisiensi tuntas prosesnya. “Usulan SK Pelantikan Diganjal”, Kompas Dalam Pilkada”, Jurnal Pamong Praja, Edisi 14, 2009, hlm. 15 Februari 2016. 52-53. Prayudi Penyelenggaraan Pilkada dan Lemahnya Sirkulasi Elit Politik Lokal 277 pencalonan melalui partai dan perseorangan posisi-posisi tinggi di lembaga-lembaga tersebut menjadi hal yang lemah, di tengah peluang intervensi adalah berkuasa. Kedua, analisa reputasi yang kekuasaan terhadap pihak penyelenggara pilkada. mendasarkan pada kepemilikan kekuasaan secara Artinya, ada dua hal penting bagi sirkulasi elit lokal. informal. Ketiga, adalah analisa keputusan yang Pertama, pada lembaga penyelenggara pilkada itu melihat pada bagaimana keputusan itu dibuat, siapa sendiri, yaitu KPU, Bawaslu, dan Panwas. Kedua, yang terlibat aktif, siapa yang mengajukan inisiatif adalah perlakuan partai atau gabungan partai di dan siapa yang menjadi penentangnya.9 tengah persaingannya dengan jalur perseorangan Beberapa teoritisi ilmu politik menilai bahwa terhadap paslon yang didukungnya. keberadaan sekelompok kecil orang yang berkuasa Sehubungan fenomena dua sisi pilkada di atas, dalam politik tidak dapat dihindarkan. Meskipun maka rumusan masalahnya adalah: dalam politik modern, terjadi perluasan akses “Bagaimana penyelenggaraan pilkada dalam masyarakat terhadap proses pengambilan kebijakan mendorong sirkulasi elit politik lokal? dan persaingan antar fihak yang berminat terhadap jabatan-jabatan politik. Hal ini dapat menimbulkan Rumusan tersebut mengandung dua pertanyaan pertentangan antara demokrasi partisipatif penelitian: dan demokrasi elitis yang menyangkut derajat Pertama, bagaimana pihak penyelenggara keterlibatan dan ruang lingkup fihak-fihak yang memperlakukan terhadap paslon di terlibat dalam pengelolaan aset-aset strategis secara tahapan pencalonan oleh KPU dan politik.10 Kontinuitas birokrasi dan kelembagaan DPR/ Bawaslu/Panwas? DPRD pada awal sejarah politik sebelum dan sesudah Kedua, bagaimana partai atau gabungan partai Orde Baru, diwarnai oleh ikatan emosional tertentu, politik menempuh langkah-langkah termasuk yang bersifat keluarga, dengan segala untuk meloloskan bakal paslon yang variasi peran ikatan emosional tersebut, apakah didukungnya sebagai paslon yang mengenai kekerabatan, asal institusi (birokrasi 11 definitif dalam pilkada? pegawai sipil dan unsur militer), hingga keagamaan. Ini menunjukkan sirkulasi elit dapat menjadi lambat, C. Tujuan Penelitian meskipun lalu sekat-sekat yang menghambat sirkulasi elit dikikis. Pilkada serentak 2015 mencoba Penelitian ini bertujuan bagi: menghidupkan kontestasi antara peserta, meskipun 1) Mengidentifikasi posisi pilkada serentak 2015, dalam batas tertentu masih ditemui kasus-kasus yaitu dalam konteks sirkulasi elit di tahapan lokal kuatnya patronase politik dinasti kekerabatan. pencalonan pilkada; Menurut Suzanne Keller, kelemahan bagi elit, 2) Menjawab persoalan langkah-langkah yang merupakan hal utama yang dapat menjadi penyebab tempuh oleh partai politik terhadap nominasi perubahan elit.12 Pertama, adalah konservatisme, paslon yang didukungnya dan kebijakan KPU, meskipun dalam batas tertentu dapat dijadikan Bawaslu dan Panwas terhadap paslon dalam sebagai model, simbol-simbol kolektif, tetapi memenuhi persyaratan sebagai peserta pilkada. perlakuan yang berlebihan atas konservatisme justru Penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan dapat menjadi jarak sosial yang mengasingkannya. bagi pemahaman tahapan pencalonan pilkada, guna Tradisi yang dimainkan oleh elit untuk menjadi langkah penelitian lebih lanjut atas peluang sirkulasi sumber keabsahan dirinya, menjadi jebakan elit politik melalui pilkada. Ini sekaligus menjadi feodalisme terhadap alienasi elit terhadap massa.. masukan bagi fungsi pengawasan DPR, melalui Panja Kedua, mirip dengan konservatisme, adalah Komisi II terkait pengalaman pelaksanaan UU No. 8 rutinisasi dalam penggunaan atributnya. Sikap Tahun 2015. elit yang kurang mampu beradaptasi dengan

D. Kerangka Pemikiran 9 Robert D Putnam (1976) dalam Mochtar Mas’oed & Collin Mac Andrews, Perbandingan Sistem Politik, Yogyakarta: 1. Sirkulasi Elit Politik Gajah Mada University Press, 2011, hlm.112-115. Robert D Putnam mengajukan tiga model 10 Dahl, CB Machperson, John Dewey, adalah beberapa di analisa untuk melihat siapa yang berkuasa dalam antara teoritisi dimaksud. Lihat SP Varma, Teori Politik sistem politik, yang dianggapnya sebagai elit politik. Modern, Jakarta: Rajawali Press, 2003, hlm. 218-225. 11 Indonesia’s Elite: Political Culture Pertama, adalah dari analisa posisi yang menganggap Lihat Donald K Emerson, and Culture Politics, New York: Cornell University Press, bahwa lembaga-lembaga pemerintahan formal 1976, hlm. 127-147. merupakan peta hubungan kekuasaan yang dapat 12 Suzanne Keller, Penguasa dan Kelompok Elit: Peranan Elit- digunakan, dan pejabat-pejabat yang menduduki elit Penentu dalam Masyarakat Modern, Jakarta: Rajawali Press, 1995, hlm. 337-339. 278 Kajian Vol. 21 No. 4 Desember 2016 hal. 275 - 296 perkembangan sekitar, tetapi dengan ditambah transaksional. Kompetisi antar partai memegang oleh penggunaan paksaan untuk mempertahankan peranan penting bagi konsolidasi demokrasi. Jalur kekuasannya. Meskipun tidak bersifat kekerasaan, partai dalam pilkada di Indonesia tampaknya masih pemaksaan ini menempatkan penggunaan atribut elit kurang memberikan dukungan bagi nominasi calon menjadi ironis pada saat dirinya tidak lagi memiliki melalui proses kaderisasi yang matang secara kemampuan adaptasi. Pemaksaaan elit untuk kompetitif. Seleksi bakal calon dan calon elit politik bertahan berdampak pada organisasi pemerintahan pilkada rawan bagi transaksi tertentu. yang tidak efektif. Berbeda dengan kompetisi partai yang berada Ketiga, terjadinya kehilangan kepercayaan dalam sistem kepartaian kompetitif, maka di sisi masyarakat atas elit yang berkuasa. Kondisi demikian lain dapat muncul pula politik kartel dalam sistem dapat memicu terjadinya pergantian kekuasaan dan kepartaian. Politik kartel merupakan lawan dari elit yang berkuasa. Suzanne Keller, mengemukakan sistem kepartaian yang kompetitif. Kuskrido Ambardi istilah “moral yang tidak menentu” pada saat mendefinsikan politik kartel merupakan situasi di elit mengalami kepanikan terhadap terkikisnya mana partai politik melepaskan berbagai perbedaan kepercayaan massa terhadap elit. Betapapun idelogis dan programatis mereka demi sesuatu langkah artifisial yang diambil oleh elit, kalau krisis yang lain. Dengan mengutip pada apa yang disebut kepercayaan semakin meluas, maka kejatuhannya oleh Katz dan Mair (1995: 5), situasi semacam tidak terhindarkan. ini dimungkinkan, karena semua partai besar Keempat, adalah sebagai konsekuensi memiliki kepentingan yang sama, yaitu memelihara terputusnya generasi. Istilah demikian menunjukkan kelangsungan hidup kolektif mereka. Batas idelologis bahwa elit dapat bertahan ketika terjadi alih di antara partai-partai menjadi kabur, dan ideologi generasi, tetapi elit justru tidak dapat bertahan tidak lagi menjadi penentu perilaku partai. Akibatnya, pada saat menghadapi kondisi terputusnya generasi. oposisi tidak bisa dikenali lagi.15 Terputusnya generasi dari elit dianggap merupakan Guna memperkuat kompetisi sistem kepartaian, konsekuensi atas tahap yang dilalui oleh kapitalisme. maka pelembagaan partai memiliki arti fundamental. Mengutip tesis Pirenne, kelas kapitalis justru Pelembagaan partai politik, mengutip pendapat memproduksi inovasi yang memicu langkah untuk Firman Noor (2016), mencakup keberadaan melestarikan setiap tahapan kapitalisme itu sendiri. demokrasi internal, identitas partai atau transmisi Pada konteks ini generasi elit terputus dan berbeda nilai yang terkait erat dengan ideologi partai, dengan generasi dilahirkannya kemudian.13 hubungan yang solid di antara anggota partai, otonomi keuangan, kaderisasi yang sistematis, dan 2. Peran Partai Politik dan Teori Pilihan Rasional hubungan yang baik dengan publik. Dalam konteks Partai politik merupakan perangkat yang berguna ideologi partai, mencakup berbagai masalah, seperti untuk merekrut kepemimpinan dibandingkan halnya keberadaan platform politik, pemahaman dengan kelompok masyarakat lainnya. Sejalan atas sikap partai, komitmen terhadap tujuan dinamika waktu, sumber daya partai dikerahkan politik, dan keberadaan sense of togetherness.16 utuk pemenangan calon agar tampil sebagai elit Pelembagaan partai yang kondusif dapat mendorong politik partainya yang terbebas dari emosionalitas persaingan antar paslon menuju proses sirkulasi elit dukungan yang tidak produktif. Ketika kompetisi lokal yang demokratis. Sebaliknya, pelembagaan partai menjadi mapan, partai dapat memperoleh partai atau gabungannya yang lemah tidak akan saluran yang stabil untuk menominasikan indidu mampu mendorong sirkulasi elit secara damai dan yang dianggap sejalan dengan gagasan perjuangan demokratis. Bahayanya adalah, pilkada di tengah jalur ideologi politiknya. Kompetisi partai dan seleksi kepartaian yang tidak solid dan jalur perseorangan calon untuk nominasi kepemimpinan tidak lagi yang belum kondusif dapat melahirkan konflik lokal terjebak pada transaksi jangka pendek. Pemilihan berkepanjangan dan bukan tidak mungkin akan pendahuluan menjadi alternatif munculnya kader menjalar ke tingkat nasional. partai yang dinominasikan sebagai elit memimpin Undang-Undang (UU) No. 2 Tahun 2011 14 pemeritantahan. Tetapi sebaliknya, ketika tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 2 kompetisi partai tidak mapan, maka seleksi kader Tahun 2008 tentang Partai Politik, di Pasal 1 angka menjadi lemah atau bahkan penuh pertimbangan 15 Kuskridho Ambardi, Mengungkap Politik Kartel: Studi 13 Ibid., hlm. 356-365. tentang Sistem Kepartaian di Indonesia Era Reformasi, 14 Marjorie Randon Hersey, “Partai Politik Sebagai Mekanisme Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2009, hlm.19. Pilihan Sosial”, dalam Richard S. Katz dan William Crotty, 16 Muchlis (ed). dalam Firman Noer Perpecahan & Soliditas Hand Book Partai Politik, Bandung: Penerbit Nusa Media, Partai Islam di Indonesia: Kasus PKB dan PKS di Dekade 2015, hlm.131-141. Awal Reformasi, Jakarta: LIPI Press, 2015, hlm. 40-41. Prayudi Penyelenggaraan Pilkada dan Lemahnya Sirkulasi Elit Politik Lokal 279 2 mendefinsikan partai merupakan organisasi yang mampu memahami makna yang sesungguhnya dari dibentuk oleh sekelompok warga negara yang secara informasi yang tampak di permukaan.19 Sehubungan sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita keinginan untuk memperdalam substansi yang untuk memperjuangkan dan membela kepentingan tergolong “unik” dari fokus persoalan yang ingin politik anggotanya, masyarakat, bangsa dan diteliti, maka strategi penelitian yang digunakan negaranya. Di Penjelasan Umum pada UU tersebut adalah melalui studi kasus. Adapun desain studi mengamanatkan adanya sistem pengkaderan dan kasus yang digunakan, adalah multi kasus, meskipun kepemimpinan politik yang kuat dalam setiap partai. dalam fokus penelitian ini hanya mencakup dua Ini dalam rangka pelaksanaan fungsi-fungsinya hal, yaitu tentang dinasti politik dan status hukum mengenai pendidikan politik dan proses kaderisasi, calon ditahapan pencalonan. Sehingga, digunakan rekrutmen guna menghasikan calon-calon pemimpin logika “replika” yang berbeda dengan logika sampel, yang memiliki kemampuan di bidang politik. yaitu mengingat adanya unsur kesamaan, kejadian Munculnya jalur perseorangan yang menjadi berulang, tetapi juga kemungkinan terhadap adanya alternatif persoalan partai dalam paslon yang keterbatasan tertentu yang tidak dijumpai pada diajukannya, dapat dilihat tidak saja dari sisi figur kasus lainnya.20 elit yang ingin mencalonkan, tetapi juga dari sisi 2. Teknik Pengumpulan Data pemilih yang semakin rasional menjatuhkan elit calon pemimpinnya. Pilihan rasional pemilih tidak Teknik pengumpulan data dilakukan dengan lepas dari karakteristiknya yaitu: individualisme, melakukan wawancara terhadap beberapa informan rasionalisme, dan formalisme.17 Meskipun masih penelitian secara sengaja (purposive), yang berperan terbatas cakupannya, jalur perseorangan dari pilihan sebagai narasumber terkait hal-hal yang menjadi rasional merupakan asumsi rasional yang mampu objek penelitian untuk ditanyakan di lapangan. membuat urutan dari pilhannya secara koheren, Di samping wawancara secara tidak terstruktur serta mau dan mampu melakukan apapupun dalam dengan mengingat permasalahan yang akan diteliti batas-batas tertentu untuk memenuhi tujuan di lapangan, juga dilakukan observasi secara terbatas atas pilihannya. Pilkada 2015 yang lebih dominan dari peneliti dengan memelihara jarak dari kasus- diisi oleh jalur partai atau gabungan partai dalam kasus objek penelitiannya. Observasi ini adalah pengajuan paslon dibandingkan jalur perseorangan, dilakukan tidak berstruktur, yaitu menggunakan menunjukkan pilihan rasional masih lemah dalam guide, mengandalkan pengamatannya atas sirkulasi elit lokal. Itu sebabnya, ikatan emosional objek yang diteliti. Ini berbeda dengan observasi seperti halnya dinasti dan figur yang bermasalah partisipan, di mana dalam metode tidak terstuktur dapat berpeluang tampil di tahapan pencalonan memang penguasaan teoritisnya tidak diharuskan melalui jalur partai. secara mendalam, karena penguasaan secara umum dianggap membantu pengamatannya.21 E. Metodologi Penelitian Pengumpulan data juga dilakukan dengan mengandalkan catatan lapangan, mengingat lokasi 1. Metode Penelitian dan subjek penelitian yang dituju adalah baru pertama Metode penelitian kualitatif digunakan sebagai kali dilakukan. Catatan lapangan sangat penting bagi upaya menjawab arah sirkulasi elit politik lokal mengisi keterbatasan waktu pengumpulan data.. dalam Pilkada. Hal ini berguna untuk menelaah lebih Catatan lapangan dapat memperluas substansinya, lanjut hal-hal yang menjadi muatan objek penelitian karena memasukkan unsur gagasan, strategi, refleksi, tersebut, yaitu baik yang terkait dukungan rekam dugaan, serta pola-pola yang muncul.22 Hal ini agar jejak kapasitas figur dan jaringan patronase di satu data-data terkumpul dapat lebih memperoleh pihak dan lolosnya status hukum calon yang masih pijakan substansi yang rinci, dan menempatkannya bermasalah di sisi lainnya, ditahapan pencalonan. sebagai refleksi studi kualitatif. Pilihan metode penelitian yang digunakan bukan saja terkait subjek permasalahan dari objek yang akan 19 Burhan Bungin, “Metodologi Penelitian Sosial: Sejarah dan diteliti, tetapi juga sebenarnya merupakan cermin dari Format Kualitatif-Mix Methods”, bahan disampaikan dalam titik pandang si peneliti itu sendiri18, secara subjektif. Workshop Metodologi Penelitian P3DI Setjen DPR RI, 27 Melalui metode penelitian kualitatif diharapkan akan Oktober 2015. 20 Robert K. Yin, Studi Kasus: Desain & Metode, Jakarta: 17 H. Donald Forbes, “Teori Politik Positif”, dalam Gerald E. Rajawali Press, 2014, hlm. 56-58. 21 Gaus dan Chandran Kukathas, Hand Book Teori Politik, Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Bandung: Nusa Media, 2013, hlm. 127. Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana 18 Sulistyo Basuki, Metode Penelitian, Jakarta: Penerbit Prenada Media Group, 2007, hlm. 116-117. 22 Wedatama Widya Sastra, 2006, hlm.94. Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data, Jakarta: Rajawali Press, 2014, hlm. 66. 280 Kajian Vol. 21 No. 4 Desember 2016 hal. 275 - 296 3. Waktu dan Lokasi Penelitian: petahana mencalonkan diri, dapat dianggap Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai meyalahi hak konstitusional orang. Tidak logis pula dengan Agustus 2016. Lokasi penelitian dilakukan dan dipertanyakan, mengapa orang bersangkutan di dua provinsi, yakni Jambi dan Sulawesi Utara. dilarang untuk mencalonkan diri dalam pilkada? Adapun penelitian di Provinsi Jambi dilaksanakan Artinya, mencalonkan diri dalam pemilu dan pilkada, pada tanggal 6 sampai dengan 15 Juni 2016, harus equal, yang berlaku sama untuk semua orang. sementara penelitian di Sulawesi Utara dilaksanakan Asalkan orang tersebut memenuhi persyaratan, yaitu pada tanggal 25 Juli sampai dengan 3 Agusus 2016. yang biasanya mengenai usia dan kewarganegaraan. Di samping syarat utama itu, memang ada syarat II. HASIL DAN PEMBAHASAN “bonus”, seperti halnya pendidikan, yang padahal baik di Indonesia maupun di negara lain, syarat A. Temuan Penelitian di Jambi demikian belum tentu ada. Bahkan, sebenarnya Di Provinsi Jambi terdapat beberapa kabupaten/ syarat warganegara pun belum tentu pula tercantum kota yang merupakan hasil kebijakan pembentukan di undang-undang pemilu, seperti halnya di negara- daerah otonom baru (DOB). Ini meliputi: negara kawasan Eropa, seperti halnya di kalangan 1. Kabupaten Muaro Jambi, pemekaran dari European Parliament (EU). Sehingga, misalnya Kabupaten Batang Hari (4 Oktober 1999); orang berkebangsaan Jerman di Inggris, dapat juga 2. Kabupaten Sarolangun, pemekaran Sarolangun, menggunakan hak pilih domisilinya di Inggris untuk pemekaran dari Kabupaten Sarolangun Bangka memilih parlemen Inggris, meskipun dirinya warga (4 Oktober 1999); negara Jerman, karena dirinya sekaligus merupakan 3. Kabupaten Tanjung Jabung Timur, pemekaran warga negara Eropa.25 dari Kabupaten Tanjung Jabung (4 Oktober Realitas politik di Jambi sebelum Pilkada 1999); Gubernur 2010 cenderung dominan dikuasai oleh 4. Kabupaten Tebo, pemekaran dari Kabupaten dua dinasti saja, yaitu dinasti Manapiah dan dinasti Bungo Tebo (4 Oktober 1999); Nurdiniah.26 Dinasti Manapiah dan Nurdiniah telah 5. Kota Sungai Penuh, pemekaran dari Kabupaten melahirkan “dinasti” dengan cara membangun basis Kerinci (24 Juni 2008). kekuatan bisnis, partai politik dan kekerabatan. Kabupaten Sarolangun Bangka telah berubah Dinasti Manapiah didirikan oleh Abdul Manap yang nama menjadi Kabupaten Merangin. Kabupaten merupakan tokoh Jambi pertama yang menjadi Tanjung Jabung telah berubah nama Tanjung gubernur setempat pada tahun 1967. Kekuasaannya Jabung Barat. Kabupaten Bungo Tebo telah kemudian diwariskan pada Zoerman Manap yang 23 berubah menjadi Kabupaten Bungo. merupakan anak sulung Abdul Manap, figur yang Perjalanan politik dinasti dalam mengukuhkan berlatarbelakang sebagai pengusaha di samping kekuasaan elitnya di Jambi bisa mengacu pada relasi menjadi Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) antara negara dengan masyarakat sejak penjajahan. Tingkat I Partai dan merangkap pula sebagai Ini merupakan konsekuensi masih kuatnya etnisitas Ketua DPRD Provinsi Jambi periode 2004-2009. Di berdasarkan kerajaan yang ditransformasikan pada samping itu, Zoerman Manap, dinasti Manapiah juga masa penguasaan sejak koloni Hindia Belanda. Pada menempatkan Arifin Manap (adik Zoerman Manap) kategori relasi semacam ini, Jambi tergolong pada sebagai Ketua DPD II Partai Golkar Kota Jambi dan wilayah yang terikat dengan perjanjian persekutuan mantan Walikota Jambi periode 1999-2008, yaitu atau pengakuan, dan terdapat penempatan pejabat. selama dua periode masa jabatan. Meskipun ini kemudian dihilangkan secara bertahap Sementara itu Dinasti Nurdiniah didirikan oleh antar wilayah oleh kekuasaan represi kolonial Belanda Nurdin Hamzah (seorang pengusaha besar) yang sejak 1945, namun catatan mengenai eksistensi berkuasa di Jambi pada akhir tahun 1980-an. Zulkifli kerajaan-kerajaan lokal menunjukkan bahwa dinasti Nurdin (anak sulung Nurdin Hamzah) merupakan etnisitas lokal yang bervariasi perkembangannya, tokoh penting di Jambi dan sekaligus figur penerus Jambi menjadi sampel penting bagi dinasti politik ayahnya karena pernah menduduki posisi Ketua DPW berkuasa menentukan sirikulasi elit lokal setempat.24 Partai Amanat Nasional (PAN) Jambi yang sekaligus Keberadaan dinasti politik, yang konotasinya pula sebagai Gubernur Jambi selama dua periode buruk, kalau memang dilarang, bagi kerabat 25 Refly Harun, “Pilkada dan Beberapa Point Permasalahannya”, 23 Mexsasai indra, Menyelesaikan Sengketa Batas Daerah, bahan disampakan dalam FGD Proposal Penelitian Individu, Yogyakarta: Genta Publishing, hlm. 2015. Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI, Jakarta, 15 April 24 Oto Syamsuddin Ishak, “Keindonesiaan: Persatuan Yang 2016. 26 Politik Lokal dan Otonomi Daerah Terhenti Kesatuan Yang Asimetris”, Prisma Vol. 30, No. 2, Leo Agustino, , Bandung: 2011, hlm.6. Penerbit Alfa Beta, 2014, hlm. 184-191. Prayudi Penyelenggaraan Pilkada dan Lemahnya Sirkulasi Elit Politik Lokal 281

(2001-2010). Selain nama besar Zulkifli Nurdin, Paslon Paslon Jumlah No. Kabupaten/Kota terdapat nama Hazrin Nudin (adik Zulkifli Nurdin) HBA ZZ/FU Suara yang berperan besar di dunia ekonomi Jambi. Saat 9. Tanjab. Barat 46.354 94.934 141.288 itu Hazrin Nurdin menjabat sebagai Ketua DPW PAN 10. Tanjab. Timur 31.419 89.963 121.382 Jambi. Pada saat Pilkada 2010, kekuatan dua dinasti 11. Tebo 44.160 96.574 140.734 tampaknya telah digeser oleh nama-nama di luar Sumber: Bawaslu (2016). keluarga ini. Setidaknya empat pasangan yang turut Fenomena politik dinasti cukup kuat di Jambi, meramaikan pesta demokrasi lokal di negeri “Sepucuk di samping Pilgubnya, juga untuk pilkada bupati/ Jambi Sembilan Lurah”. Nama-nama calon tersebut walikotanya. Misalnya, Ridwan Ibrahim di Kabupaten (mengikuti nomor urut Pilkada Jambi 2010) adalah Bungo, dirinya merupakan ipar dari Wagub Jambi, Zulfikar Ahmad-Ami Taher, Hasan Basri Agus (HBA) Fahrori Umar. Kemudian juga Hazrin Nurdin yang -Fahrori Umar (FU), Madjid Mu’az-Abdullah Hich merupakan paman dari Zumi Zola. Sofia Fattah, yang dan Safrial-Agus Setyonegoro. Keseluruhan nama istri Abdul Fatah, Bupati Batang Hari 2001-2006 dan yang mengajukan diri sebagai calon gubernur dalam 2011-2016, berpasangan dengan Syahirsah, Bupati Pilkada 2010, merupakan penguasa di daerahnya Batang Hari 2006-2011. Di samping itu, di Batang masing-masing dan masih memiliki jabatan aktif Hari, juga terdapat nama Camelia Puji Astuti, anak dalam struktur pemerintahan incumbent. Zulfikar dari Bupati Batang Hari 1980-1991, Hasip Kalimuddin Ahmad misalnya, adalah orang nomor satu di Syam yang berhadapan dengan Ardian Faisal, anak Kabupaten Bungo, Hasan Basri Agus (yang dikenal Bupati Batang Hari, 1991-2001, Saman Chatib. dengan sebutan HBA) adalah tokoh politik terkenal di 1. Perlakuan Penyelenggara terhadap Peserta Kabupaten Sarolangun yang juga menjabat sebagai Bupati Sarolangun, pasangan Madjid Mu’az-Abdullah Sampai dengan akhir waktu pencalonan Hich (nomor urut 3) yang keduanya adalah Bupati Gubernur Jambi hanya terdapat 2 orang calon yang Tebo dan Bupati Tanjung Jabung Timur, demikan memenuhi persyaratan dari 3 bakal calon. Semula, halnya dengan Safrial yang menjabat Bupati Tanjung nama-nama3 bakal calon dimaksud adalah: Jabung Barat saat itu. a. Hasan Basri Agus/ Edi Purwanto Kemenangan selebriti dalam Pilkada serentak b. Zumi Zola/ Fachrori Umar 2015 yang juga putera kandung gubernur Jambi c. Linda Astuti. sebelumnya, Zulkifli Nurdin yang menjabat 1999-2004 Kota/kabupaten di seluruh Jambi, dominan dan 2005-2010, yaitu Zumi Zola, menjadi menarik. atau setidaknya cukup kuat pendukung politik ZZ/FU Ha ini dianggap kombinasi antara pertimbangan beserta jaringannya. Kalaupun Kerinci dan Sarolangun kapasitas dan popularitas yang dimilikinya saat dikecualikan dari dominasi itu, kemenangan paslon menjabat Bupati Tanjung Jabung Timur 2011-2015, HBA/EP masih terbatas dibandingkan ZZ/FU. Pilkada dengan unsur nepotisme. Zumi Zola berpasangan 2015 di Provinsi Jambi merupakan bagian dari dengan Fachrori Umar yang berhasil mengungguli pilkada serentak nasional yang diikuti oleh 5 daerah, pasangan Hasan Basri Agus dan Edi Purwanto, yaitu baik Provinsi maupun Kabupaten/Kotanya. Dari sisi 60,23 persen terhadap 39,77 persen.27 calon, rata-rata ada petahana yang maju lagi, kecuali Tabel 1. Perolehan Suara Paslon bagi mereka yang sudah habis masa jabatannya. Dari di Pilkada Gubernur Jambi 2015 sisi kekerabatan, terdapat anak mantan petahana Paslon Paslon Jumlah atau anak petahana yang maju lagi. Koalisi partai No. Kabupaten/Kota HBA ZZ/FU Suara politik berkembang dalam proses pengusungan dan 1. Batang Hari 13.245 85.292 138.537 pemenangan masing-masing paslon, dan saat itu 2. Bungo 49.488 114.158 163.746 tidak ditemui dari jalur perseorangan. Kekerabatan dalam proses penjaringan memiliki ikatan yang kuat 3. Kerinci 63.554 54.586 118.140 di internal mereka. Tetapi secara keseluruhan, rata- 4. Kota Jambi 96.304 175.796 272.073 rata bersifat minimalis, dan ini terlihat dari daerah 5. Kota Sungai Penuh 24.234 25.483 49.817 yang melaksanakan pilkada, misalnya Tanjung 6. Merangin 96.261 45.080 361.341 Jabung Barat dengan 4 pasangan calon, Tanjung 7. Muaro Jambi 47.090 129.884 176.974 Jabung Timur dengan 3 paslon, Tanjung Jabung Barat 8. Sarolangun 86.766 36.774 123.540 dengan 2 paslon, Bungo dengan 3 paslon, Kerinci dengan 3 paslon, Sorolangun dengan 3 paslon.28 27 Hasil Quick Count Pilgub Jambi 2015, (online), (http://www. Quick-count-pilkada.blogspot.co.id., diunduh 9 Februari 28 Wawancara dengan seorang Anggota KPU Provinsi Jambi, 2015). Kota Jambi, 7 Juni 2016. 282 Kajian Vol. 21 No. 4 Desember 2016 hal. 275 - 296 Ada beberapa tahapan yang terkait pencalonan Gubernur Jambi. Sehingga, pecah kongsi di petahana pasangan calon ketika pilkada serentak 2015 di terjadi menghadapi pilkada dan dari sisi administrasi Jambi, yang penting dicatat:29 pencalonan, kedua paslon sudah memenuhi 1) Seleksi internal di partai, yang cenderung persyaratan sesuai peraturan perundang-undangan. tertutup dan publik memiliki keterbatasan akses Ini mulai dari pemenuhan syarat menyangkut tingkat dengan proses yang dilakukannya; pendidikan, partai atau gabungan partai, dan syarat- 2) KPU sendiri menggunakan sistem Liason Officer syarat lain. Tetapi memang untuk calon perseorangan (LO) dari paslon di tengah struktur resmi di provinsi Jambi, memang tidak ada.30 koalisi partai pendukung yang mendukungnya. Untuk Pilkada kota/kabupaten, pencalonan Meskipun disadari bahwa paslon juga memiliki dilakukan sama sebagaimana di provinsi, tidak tim kampanye yang tidak resmi yang justru ada hal-hal yang crusial, syarat-syarat mereka berperan besar sebagai tim sukses bagi upayanya terpenuhi, demikian halnya syarat dukungan partai untuk memenangkan pilkada. atau gabungan partai pendukungnya, tetapi yang menjadi persoalan pada saat pencalonan adalah Pada konteks tim yang struktur formal dibentuk terkait dengan masa kampanye yang tergolong partai, maka publik dapat mengaksesnya secara cukup lama. Ini menyebabkan masyarakat menjadi penuh terkait data dan informasi dari struktur terkotak-kotak secara politik, Di provinsi misalnya kepengurusan partai dalam koalisi pemenangannya. dengan peserta pilkada gubernur yang hanya dua Pada konteks tim kampanye tidak resmi, publik tidak pasangan, kampanye di media massa seperti halnya terlalu luas dapat mengaksesnya, dan dikalangan melalui facebook, twitter, dan sebagainya, kondisi internal, kampanye tidak resmi demikian, ada yang terkotak-kotak secara politik demikian memang beberapa kerabat atau ikatan keluarga yang terlibat terlihat sekali saling berhadap-hadapan satu sama di dalamnya. KPU tidak mengelola urusan yang lain. Ini memang berpotensi bentrokan antara dijalankan tim kampanye tidak resmi ini, tetapi KPU masing-masing pendukung di lapangan, atau di dunia hanya menjalankan regulasi pilkada semata. maya, termasuk pada kasus perusakan alat peraga, Tidak terdapat perlakuan khusus atau hal Walaupun secara keseluruhan, tidak ada hal bersifat yang mendasar substansi berbeda pada kalangan destruktif secara riil dalam persaingan ketat antar kerabat dalam seleksi sebagai bakal calon secara mereka. administratif yang dilakukan oleh KPU. Bahkan, Kabupaten Batang Hari yang melaksanakan isu politik uang tidak muncul sebagai hal signifikan pilkada bupatinya dan sekaligus pilkada gubernur dalam persaingan antar pasangan calon. Sedangkan sebagai bagian dari pilkada serentak 2015, juga sengketa antar pasangan calon dan antara pasangan sempat ditandai kekhawatiran di atas. Tetapi ada pula calon terhadap penyelenggara adalah terkait selisih yang memandangnya sebagai gejolak massa pilkada hasil dan penghitungan suara ulang di TPS-TPS menjadi dinamika yang biasa dalam demokrasi. Bagi tertentu. Namun dalam persidangan MK, tidak dapat KPU setempat, yang awal dilakukan sebagaimana dibuktikan dugaan selisih suara yang diajukan. tahapan biasanya,yaitu mengajukan anggaran, Persoalan figur lebih berperan penting dalam meskipun sempat terjadi perdebatan dengan pusat, pilkada, ini juga berkorelasi dengan tidak terlalu tetapi sesuai kesepakatan dengan Pemda, akhirnya rendahnya partisipasi pemilih menggunakan hak anggaran dapat dialokasikan melalui APBD. Untuk suaranya. Berbeda dengan pemilu anggota legislatif pencalonan, adalah keseluruhan paslon melalui yang lebih berperan adalah partai dan sesudahnya jalur partai yang memiliki kursi di DPRD. Kalau baru tampil sosok partai atau gabungan partai dikalkulasi, seharusnya maksimal 6 paslon, tetapi pendukung. Dari hanya dua paslon Pilkada Gubernur ternyata yang mendaftar hanya 4 paslon. Hitungan 6 Jambi 2015, merupakan figur yang menjadi ketua paslon, karena KPU berhitung kemungkinan adanya umum DPD partai asal masing-masing, yaitu HBA 4 paslon dari partai yang memiliki kursi di DPRD dan sebagai ketua umum DPD Partai Demokrat dan terdapat dua paslon dari jalur perseorangan. Dengan Zumy Zola yang menjadi Ketua Umum DPD PAN. kenyataan 2 perseorangan yang tidak ada, maka Menariknya, adalah di pihak petahana yang maju Pilkada Bupati Batang Hari 2015 diikuti 4 paslon lagi di pencalonan, pihak lawan berpasangan yang keseluruhannya berasal dari jalur partai politik. dengan wakil sang incumbent yang di pilkada justru Ketiadaan paslon jalur perseorangan, bagi KPU menjadi calon wakil kepala daerah pasangan di menjadi catatan, karena pihaknya sudah melakukan pilkada. Wakil dari pasangan calon kubu Zumy Zola sosilisasi pendaftaran para kandidat bakal paslon. adalah yang menjadi wakil kepala daerah dimasa kepemimpinan periode HBA semasa masih sebagai 30 Wawancara dengan Komisioner Bawaslu Provinsi Jambi, 8 Juni 2016. 29 Ibid. Prayudi Penyelenggaraan Pilkada dan Lemahnya Sirkulasi Elit Politik Lokal 283 Bahkan, ada yang menyatakan ke KPU akan mencoba Partai Demokrat, PAN, Golkar, dan PDI P. Selebihnya jalur perseorangan, tetapi pada kenyataannya tidak untuk posisi kelima biasanya dapat terjadi pergantian ada yang mendaftar.31 posisi yaitu PPP, PKS, Hanura, dan Gerindra.34 Selama ini sifat penjaringan di partai politik Simpul local strong man yang juga berkembang adalah tertutup, meskipun sebagian besar di Jambi, yaitu dicerminkan oleh figur Zulkifli Nurdin, menggunakan jasa survei untuk menentukan yang pada tahun 1999 menjadi Gubernur Jambi kandidat. Tetapi kenyataannya hasil survei itu tidak melalui Pilkada oleh DPRD Provinsi. Kemudian pada pernah dipublikasikan, sehingga kuat dugaan bahwa Pilkada 2005 secara langsung oleh rakyat, ketika PAN hasil akhir keputusan terhadap siapa calon atau berkembang sebagai partai yang kuat atau bahkan paslon yang diusung lebih didasarkan pada politik dengan hegemoni di tingkat tertentu, figur Zulkifli transaksional.32 Ini jelas rentan bagi terjadinya Nudin melembaga menjadi parpol.Ini diperkuat oleh politik uang, sebagaimana diistilahkan sebagai posisi ketua DPRD Jambi yang dijabat oleh kerabatnya “mahar politik’ dengan label yang beragam, tetapi pula, yaitu adiknya yang menikah dengan adiknya untuk pembuktiannya adalah sangat sulit. Hal lain Zurman Manaf, ketua DPRD Jambi saat itu. Artinya, adalah elit DPP dengan legalitas UU dan aturan figur Zulkifli Nurdin memang membangun jaringan yang ada leluasa campur tangan dan menentukan politik berdasarkan ikatan campuran kekerabatan keputusan akhir siapa yang dicalonkan. Peranan DPP dengan partaitersebut. Demikian halnya ketika yang dominan dan usulan calon pengurus partai di pemilu 2009, pada kekuatan politik lainnya,pola daerah yang lebih subordinat semakin mengukuhkan dinastipolitik itu juga berkembang yaitu disaat Partai partai menjadi “perahu” bagi kepentingan oligarki Demokrat berkuasa, yaitu melalui HBA yang menjadi elitnya. Partai dominan memilih figur yang sudah Ketua Umum DPD nya Jambi. Jalur-jalur birokrasi, “jadi”, mengandalkan popularitas, tetapi kurang pengusaha-penguasa dikuasai oleh dinasti ini, hingga memperhitungkan kapabilitas kepemimpinannya. HBA secara personal mencapai transformasi secara Partai pengusung akan berusaha mengajukan kelembagaan di Partai Demokrat. Ini memberikan paslonnya, ketika chemistry kepentingan dan relasi pengaruh dukungan tersendiri bagi pemilih, antara calon kepala daerah dan wakilnya dianggap sebagaimana berkembang di Kota Jambi.35 dapat membangun kerjasama pemerintahan dan Tidak ada pergantian pejabat atau aparat politik kepartaian yang baik. Peran partai demikian, menjelang dan sesudah pilkada serentak 2015. Di sejalan dengan yang disampaikan oleh Wakil tingkat provinsi tidak dilakukan langkah seperti itu Walikota Jambi, Abdullah Sani, yang pada intinya, dan dibuat surat edaran agar PNS netral selama bahwa komunikasi pematangan pencalonan saat pilkada.Tidak ada sanksi yang diberikan pada PNS pilkada tidak saja didasarkan pada kecocokannya yang melanggar netralita atau tidak ada pendekatan dari sudut kepentingan partai pendukung. Tetapi tokoh calon dan partai terhadap birokrasi juga pada kemampuan calon secara berpasangan untuk pemenangan dirinya. Pencairan anggaran untuk bekerjasama menjalankan roda pemerintahan pilkada tidak terjadi kerawanan terkait tahapan yang baik.33 penyelenggaraan pilkada.36 Walaupun disadari bahwa anggaran Pilkada yang dibiayai oleh APBD 2. Langkah-langkah partai atau gabungan partai menjadi beban bagi Jambi, karena banyak anggaran untuk paslon dukungannya pembangunan bagi publik yang terserap untuk Pilkada di Kota Jambi tingkat partisipasi membiayai pilkada. Untuk itu, yang penting adanya penggunaan hak pilihnya rata-rata 69-70 an persen standar biaya pilkada secara nasional agar dapat mulai dari Pilkada Walikota 2008, Pileg 2009, diterapkan di daerah sesuai dengan kebutuhan Pilkada Walikota 2013, pemilu 2014. Mengenai soal daerah yang beragam. simpul-simpul politik ada tiga kecenderungan dari Memang pada awalnya tidak terlihat calon yang partai politik dan local strong man mengarah pada lain yang bagi Partai Demokrat, waktu itu hanya fenomena tertentu. Untuk fenomena partai politik, satu penantang yaitu Bupati Tanjung Jabung Timur, di Jambi terdapat 4 partai politikyang tergolong besar sehingga petahana yaitu HBA berhadapan dengan perolehan suaranya mulai pemilu 1999 hingga 2014. ZZ. Dengan hanya dua nama itu partai terbelah 31 Wawancara dengan Ketua KPU Batang Hari, Muara Bulian 9 secara otomatis atau terbagi dua kubu, Demokrat, Juni 2016. Gerindra dan PDI P, serta PKB, adapun PPP dan 32 Mochammad Farisi, “Pilkada Sebagai Instrumen Sirkulasi Elit Lokal”, makalah dalam FGD d FISIP Universitas Jambi, 34 Wawancara dengan Komisioner KPU Kota Jambi, Jambi 9 Kota Jambi 13 Juni 2016. Juni 2016. 33 Wawancara dengan Wakil Walikota Jambi, Abdullah Sani, 35 Ibid. Jambi, 14 Juni 2016. 36 Wawancara dengan Asisten 1 Pemprov Jambi, Jambi 7 Juni 2016. 284 Kajian Vol. 21 No. 4 Desember 2016 hal. 275 - 296 Golkar yang sedang pecah konflik terbagi. Ini sampai anggapan belum sahnya secara penuh dukungan kemudian terjadi pertarungan politik head to head. yang diberikan bagi paslon. Dari fenomena pengajuan Sehingga proses nominasi paslon yang jumlahnya paslon pilkada, dukungan partai lebih terbatas pada sedikit saat itu tidak berjalan rumit. Perjalanan di sekedar mendukung ditahapan pencalonannya saja, lapangan relatif mulus, sampai kemudian petahana tetapi di tingkat upaya pemenangan suara pemilih, hasilnya mengalami kekalahan di Pilkada Gubernur partai justru tidak bergerak maksimal. Jambi 2015. Untuk mencapai tujuan pencalonan dari Setiap partai memiliki masing-masing tahap awal KPU Kabupaten Batang Hari telah mekanismenya dalam menjaring para bakal mengumumkan jadwal penyerahan dokumen calon, menseleksi lebih lanjut dan menetapkan dukungan bakal calon perseorangan pada saat paslon definitif. Misalnya di Partai Demokrat, Pilkada Bupati Batanghari Tahun 2015. Langkah ini dibentuk tim penjaringan yang terdiri dari dua dilaksanakan melalui manual di papan pengumuman orang dari pusat, dua dari provinsi, dan dua orang atau melalui media massa cetak dan elektronik. KPU pengurusnya yang berasal dari kabupaten. Proses Kabupaten Batanghari telah membuka helpdesk ini memulai pendaftaran dari daerah kabupaten untuk penerimaan berkas dokumen dukungan yang kemudian diteruskan ke provinsi, dan provinsi Pasangan Calon Pilkada Bupati setempat tahun 2015 menyampaikannya ke pusat partai. Mengenai selama 5 hari. Kurun waktu tersebut sejak tanggal keputusan memang berada di tim penjaringan ini 11 sampai dengan 15 Juni 2015, sampai dengan yang berdasarkan hasil telaah pengujian dari survei tanggal 15 Juni 2015. Kurun waktu tadi sekaligus yang dilakukan sampai kemudian diumumkan ke juga merupakan batas akhir penyampaian dokumen publik dan didaftarkan resmi ke KPU. Peranan DPP dukungan calon perseorangan. Tetapi, ternyata tidak memang sangat menentukan keputusan akhir siapa ada satupun pasangan calon perseorangan yang pasangan calon yang didukung partai dan didaftarkan menyampaikan dokumen itu. Hal ini artinya Pilkada resmi ke KPU. Dominannya posisi DPP terlihat dari Bupati Kabupaten Batanghari 2015 tidak diikuti oleh rekomendasi tentang siapa yang didukung dan calon perseorangan.39 dicalonkan partai adalah berasal dari DPP.37 Seleksi bakal calon dari partai politik harus diatur Kabupaten Batang Hari sebagai daerah yang secara umum agar partai politik dapat mengikuti bersamaan dengan Pilkada Gubernur Jambi secara aturannya. Ini agar proses pengajuan calon atau serentak Desember 2015, yaitu Pilkada Bupati nya. paslon pilkada, hanya tergantung ke segelintir Pilkada Bupati tersebut berjalan lancar, walaupun elitnya atau justru sekedar partai bertransaksi ada pengajuan gugatan keberatannya terhadap hasil dengan partai yang akan diajak koalisinya. Aturan ini Pilkadanya ke MK. Ini berbeda dengan sengketa penting juga dengan kesadaran ketika diberlakukan di Pilkada Gubernurnya. Ada beberapa daerah semacam treshold persentase syarat pengajuan di Provinsi Jambi yang meliputi 6 Kabupaten. paslon, maka untuk partai-partai yang tergolong Pilkada Jambi 2015 tidak ada yang menempuh kecil persentase perolehan kursi atau suaranya jalur perseorangan, ini di berbeda dengan Provinsi di pileg, mereka tidak dapat mengajukan paslon. tentangga Jambi, yaitu Provinsi Bengkulu misalnya, Fakta diinternal partai dalam proses penjaringan, yang justru memiliki pasangan calonnya yang seleksi hingga penetapan paslon definitif, adalah berasal dari jalur perseorangan. Di Kabupaten dipastikan bersifat transaksional. Pengaturan soal Batanghari, dari 10 partai yang memiliki kursi di ini agar hasil seleksi partai terhadap bakal calon DPRD nya, semuanya memiliki dukungan terhadap untuk muncul sebagai paslon justru dibahasakan paslon, sehingga ada 4 paslon yang ada, semuanya normatif menyangkut kepemimpinan di daerah didukung oleh partai, tidak ada yang maju dari jalur dan sudah tentu memiliki implikasi tertentu bagi perseoangan. Dari keempat paslon itu ada yang bangsa.40 Penekanan soal ini karena ketika partai dukung oleh dua partai, tiga partai, hingga ada atau gabungan partai hanya “menyuguhkan” calon paslon yang didukung oleh 4 partai politik. Memang atau paslon yang kurang kredibel, maka dapat ada beberapa polemik menyangkut dukungan paslon menjadi malapetaka bagi daerah bersangkutan. dari partai, yaitu terutama bagi PPP yang sedang Sebagai akibat pola transaksional pragmatis dalam dilanda konflik internal.38 Polemik partai tersebut penentuan paslon di partai atau koalisi partai, maka karena PPP belum bisa memberikan dukungan akibat 39 Laporan KPU Kabupaten Batanghari (2016), Pencalonan/ konflik internalnya yang berakibat pada adanya Pendaftaran dan Penetapan Pasangan Calion Pemilihan 37 Wawancara dengan Ketua DPRD Provinsi Jambi, Kota Jambi Bupati/Wakil Bupati Batang Hari Tahun 2015, Muara Bulian, Jambi. 8 Juni 2016. 40 38 Wawancara dengan Ketua DPRD Kabupaten Batanghari, Wawancara dengan Ketua DPRD Kota Jambi (F-Partai Kota Muara Bulian, 9 Juni 2016. Demokrat), 13 Juni 2016. Prayudi Penyelenggaraan Pilkada dan Lemahnya Sirkulasi Elit Politik Lokal 285 ukuran untuk penyaringan calon pemimpin daerah kewenangannya. Tetapi dengan upaya penggeseran hanya mengenai materi atau uang. Masyarakat pejabat di birokrasi menjelang pilkada, maka nuansa cenderung hanya mengukur pada bagi-bagi materi politiknya sangat kuat. Apalagi, Kabupaten Batang oleh calon untuk dipilih sebagai pemimpinnya, tetapi Hari, juga Sungai Penuh, tergolong unik, karena mereka justru mengabaikan rekam jejak calon itu salah seorang kandidatnya, Adrian Faisal adalah dalam pilkada. figur yang pernah menjabat sebagai Wakil Bupati Pilkada serentak 2015 di Provinsi Jambi, relatif 2006-2011 berpasangan dengan Sahirsah, kandidat berjalan cukup baik, meskipun ada juga persoalan lainnya, Sahirsah adalah Bupati periode 2006 yang karena jumlah pasangan calon Pilkada Gubernur sebelumnya adalah Wakil Bupati yang berpasangan hanya dua pasangan calon. Sehingga, masyarakat dengan Abdul Fatah sebagai hasil pilkada melalui memiliki pilihan atas pasangan calon yang terbatas DPRD. Artinya, antara Bupati dan Wakil Bupatinya jumlahnya. Mengenai soal dinasti, seperti hanya Zumy terjadi pecah kongsi. Sementara paslon Sahirsah Zola yang merupakan putera dari mantan Gubernur adalah Sofia Abdul Fatah yang notabene adalah istri Jambi 2 periode, Tengku Zulkifli Nurdin, sedangkan dari Abdul Fatah, di mana Sahirsah dengan Abdul Hassan Basri Agus yang merupakan petahana Fatah berseteru selama 10 tahun yang meliputi adalah mantan Bupati Sorolangun sebelumnya, dua periode Bupati. Adapun kandidat lain adalah kalau kemudian berkembang hanya terbatas dua pasangannya Abdul Fatah melawan Sahirsah saat pasangan calon peserta pilkada waktu itu memang Pilkada 2011. Sedangkan kandidat berikut yang soal lain. Tetapi memang media massa mengawal merupakan pendatang baru, Camelia Puji Astuti dan sekaligus mengawasi penyelenggaraan pilkada yang berpasangan dengan anggota DPRD dari F PKS. dan menjaga netralitas atau tidak berpihak. Ini Camelia memang pendatang baru, tetapi ayahnya bahkan tidak saja saat Pilkada Gubernur yang hampir adalah Bupati Kabupaten Batang Hari dua periode. disetiap pesta demokrasi seperti halnya pilkada selalu Sehingga konflik antara pendukung paslon di Pilkada muncul soal-soal yang didorong oleh pihak atau Batang Hari sangat tinggi dan sekaligus unik. kepentingan tertentu.41 Misalnya, diangkat kasus Sirkulasi elit di tingkat legislatif cenderung pribadi terkait skandal tetentu, media Tribun Jambi berjalan, tetapi memang secara umum di Jambi menghindarkan untuk ikut-ikutan mengangkatnya pelaksanaan Pilkada belum maksimal mendorong ke publik. Logikanya, adalah mengapa kasus yang sirkulasi elit lokal. Meskipun harus ada catatan, sudah lama muncul kalau memang benar adanya, kasus di Kabupaten Muaro Bungo yaitu terpilihnya pertanyaannya justu diwaktu menjelang pilkada Dwi Aprianto dilakukan secara demokratis. Figur dimunculkan? Pilgub misalnya, soal amoral terkait ini memiliki elektabilitas, rekam jejak, popularitas, kandidat dalam rekam jejaknya. dengan pengalaman pemerintahan yang relatif Pilkada di Jambi, memang aspek kekerabatan memadai, yaitu pernah menjadi anggota DPRD yang menjadi tim kampanye tidak resmi atau tim setempat. Bahkan, bisa disebut figur ini berasal sukses yang tidak tercatat di KPU, tetapi berperan dari partai yang mengandalkan pengkaderan, yaitu besar dalam upaya pemenangan kandidat yang melalui PKS. Tetapi secara umum partai memang didukungnya, sudah menjadi jamak fenomenanya. menghadapi soal pengkaderan yang lambat, Bahkan, polarisasi birokrasi di antara pejabat walaupun ada survey dan seleksi mekanisme ini di tingkat dinas atau badan berpeluang untuk hanya sekedar formal dan tidak menjadi dasar berkembang sebagai akibat munculnya fenomena keputusan akhir siapa pasangan yang diajukannya. tim sukses yang melibatkan kekerabatan dari Partai seharusnya memiliki semacam Litbang atau paslon. Pilkada di tingkat Bupati/Walikota terkait kalau memang sudah ada harus riil dimanfaatkan. Ini isu politisasi birokrasi yaitu menyangkut pergeseran untuk menyelaraskan terhadap apa yang dibutuhkan pejabat yang berlatarbelakang kepentingan politik, masyarakat terhadap karakteristik calon pilkada adalah lebih dominan fenomenanya dibandingkan yang harus disampaikan partai dalam pilkada.42 di Pilgub. Misalnya, di Kabupaten Batang Hari, posisi Artinya, sekedar survei calon yang diajukan partai Bupatinya, Sinwan saat belum definitif mencalonkan untuk dilihat responnya oleh masyarakat adalah diri kembali, karena dirinya adalah awalnya Plt. Bupati tidak tepat. yang menjadi Bupati definitif. Saat itu di Kabupaten Gejala partai yang biasa menggunakan Batang Hari, memang ada pergantian kepala dinas unsur dominan kekerabatan justru mengabaikan yang secara aturan hukumnya memang sah-sah fungsi kaderisasi partai secara kelembagaan dan saja atau dirinya tidak berbuat pelanggaran terkait 42 Laporan Singkat FGD Penelitian Individu “Pilkada Sebagai 41 Wawancara dengan Koordinator Liputan Harian Tribun Instrumen Sirkulasi Elit Politik Lokal” di FISIP Universitas Jambi, Kota Jambi, 14 Juni 2016. Jambi, Kota Jambi 13 Juni 2016, hlm. 2. 286 Kajian Vol. 21 No. 4 Desember 2016 hal. 275 - 296 mendorong tidak mandiri. Bahkan, disayangkan Provinsi Sulut, mengambil alih kasus tersebut.44 bahwa pilihan kekerabatan justru melekat dengan Pilkada kota Manado sebagaimana halnya Pilkada soal “amunisi”, dan ini menjadi potensi politik uang Gubernur Sulut juga diwarnai oleh fenomena kuatnya atau transaksional. Anak tokoh partai itu misalnya, jaringan antar dinasti politik dalam memenangkan ketika masuk bergabung dan menjadi anggota partai, persaingan pilkada. sangat berpeluang untuk ditempatkan langsung di 1. Perlakuan Penyelenggara terhadap Peserta jajaran elit inti partai, atau bahkan menjadi ketua DPD, ketua DPC, bukan merangkak karier jenjang struktur Pilkada Bitung sebagai salah satu dari 369 Pilkada partai dari bawah. Hal yang mengkhawatirkan adalah serentak di Indonesia tahun 2015, yang di Sulut ketika partai tergolong baru didirikan dalam merekrut ada 8 dan salah satunya di Kota Bitung. Yang unik anggotanya adalah asal jadi saja, tanpa melihat latar dari Pilkada Kota Bitung saat itu adalah ditahapan belakang, rekam jejak orang bersangkutan. Ketika pencalonan di mana sesuai UU No 8 Tahun 2015, partai ini mulai berkembang dalam perjalanan justru terdapat peserta yang berjumlah cukup banyak, dikuasai proses pengkaderannya melalui kekuasaan yaitu 7 pasangan calon, yang terdiri 4 pasangan yang oligarki partai bersangkutan. Di Jambi misalnya, ada berasal dari jalur perseorangan, dan 3 pasangan dua dinasti yang sempat akan mengarah menjadi tiga yang berasal dari partai politik atau gabungan dinasti, yaitu yang mapan adalah klan dari Zulkifli partai politik. Ditahapan pencalonan, KPU Bitung Nurdin dan klan dari Manaf, sempat muncul yang dimulai dari penerimaan dan verifikasi dokumen terakhir klan Hassan Basri Agus, tetapi yang terakhir di perseorangan, baik verifikasi administrasi ini gagal. maupun verifikasi faktualnya. Sebenarnya, ada 5 pasangan calon yang awalnya mendaftar tetapi B. Temuan Penelitian di Sulawesi Utara kemudian yang benar-benar berlanjut sampai tahapan penetapan pasangan calon secara definitif Pilkada Sulut masih mengalami persoalan dari jalur perseorangan adalah 4 pasangan calon. penyelenggaraannya yang belum berkualitas dan Verifikasi dilakukan terhadap syarat administrasi dan sekaligus menegakkan pemerintahan yang baik. persentase atau jumlah dukungan secara faktual. Di Partai politik dapat terjebak pada godaan politik sini ada dua tahapan, ketika ada kekuranglengkapan uang di antara pasangan kandidat yang bersaing dan berkas, mereka ada yang melengkapi dukungan yang memancing sikap skeptis masyarakat terhadap iklim masih kurang tersebut. Sehingga dari 4 pasangan demokrasi yang berkembang melalui pelenggaraan calon dari perseorangan dan 3 pasangan calon jalur pilkada.43 Dalam konteks pilkada serentak secara partai atau gabungan partai yang lolos verifikasi, nasional kasus di Sulut tahun 2015, munculnya Jimmy secara keseluruhan ada 7 pasangan calon peserta Rimba Rogi yang berstatus tersangka sebagai calon pilkada Kota Bitung tahun 2015.45 Walikota Manado, diwarnai oleh silang pendapat Berdasarkan Peraturan KPU Nomor 2 Tahun tentang peran KPU provinsi Sulut dengan KPU Kota 2015 tentang Tahapan, Program, dan Jadual Manado dalam proses seleksi pasangan calon yang Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan dilakukan oleh partai politik atau gabungan partai. Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/ Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) atau Walikota dan Wakil Walikota, KPU Kota sendiri sudah memberhentikan ketua dan dua Bitung melanjutkan tahapan dengan melakukan komisioner Panwaslu Kota Manado. Panwaslu Kota pengumuman pendaftaran Pasangan Calon yang Manado dinilai tidak menjalankan keputusan Bawaslu berasal dari Partai Politik/Gabungan Partai Politik Provinsi Sulut terkait kepesertaan calon berstatus dan Perseorangan mulai tanggal 14 sampai dengan bebas bersyarat dalam pilkada. Ketua Panwaslu Kota 25 Juli 2015. Terkait persiapan pendaftaran, tanggal Manado, Sjane F. Walanagrei dan dua komisioner 25 Juli 2015 KPU Kota Bitung mengundang Petugas Panwaslu setempat, yaitu Roy Jusuf Laya dan Stanley Penghubung Pasangan Calon yang berasal dari Partai Walandou, dilaporkan ke DKPP oleh Bawaslu Provinsi Politik/Gabungan Partai Politik dan Perseorangan Sulut. Mereka sebelumnya menolak menerbitkan untuk mendapatkan penjelasan terkait keluarnya rekomendasi agar KPU Kota Manado menyatakan Surat Edaran Ketua KPU RI Nomor 396/KPU/VII/2015 tidak memenuhi syarat atas Jimmy Rimba Rogi, calon tanggal 22 Juli 2015 Perihal Penjelasan Beberapa walikota berstatus bebas bersyarat. Hal ini membuat ketentuan dalam PKPU Nomor 12 Tahun 2015 dan Bawaslu di tingkat pusat memerintahkan Bawaslu surat KPU RI Nomor 402/KPU/VII/2015 tertanggal 43 Marcus Mietzner, “Indonesia and pitfalls of low quality 24 Juli 2015 Perihal Pendaftaran Pasangan Calon democracy: A case study of the gubernatorial elections in North Sulawesi”, dalam Marco Bunte and Andreas Ufen, 44 “Panwaslu Diberhentikan”, Kompas 27 Januari 2016. Democratization in Post Suharto, New York: Routledge 45 Wawancara dengan Ketua dan Komisioner KPU Kota Bitung, Contemporary Asia Series, 2009, hlm. 143-147. Bitung, Sulut, 28 Juli 2016. Prayudi Penyelenggaraan Pilkada dan Lemahnya Sirkulasi Elit Politik Lokal 287 Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah sekaligus perseorangan. KPU Kota Bitung memberikan waktu menyerahkan Surat Edaran tersebut kepada Petugas pada Partai Golkar untuk menyelesaikan masalah Penghubung Pasangan Calon. Pilkada Bitung 2015 ini agar kedua kubu di internal pengurus partai ini diikuti oleh 7 pasangan calon, yaitu: memberikan tandatangan persetujuan kepesertaan Tabel 2. Peserta Pilkada Kota Bitung dan Jalur Politik paslon dukungannya. Ini dapat diselesaikan oleh No. Pasangan Calon Jalur Politik kedua kubu Partai Golkar yang berkonflik saat itu, 1. Stefanus Bonifasius Pasuma Perseorangan sehingga berkas pencalonan dapat diajukan secara dan Jan Karundeng lengkap dan dinyatakan sah kepesertaan Pilkadanya 2. Linna Utiarachman dan Petrus Perseorangan oleh KPU Kota Bitung. Karel Singale Adapun untuk kasus Pilkada Walikota Manado dan 3. Ridwan Lahiya dan Max Millan Perseorangan Pilgub Sulut memang cukup kompleks pelaksanaan Hendrik Willem Purukan pilkada serentaknya di tahun 2015, yang sempat 4. Michael Remizaldy Jacobus dan Perseorangan tertunda sampai kemudian dilaksanakan di tahun Paulus Ibrahim Kumentas 2016. Penundaaan terkait persoalan status hukum 5. Aryanthi Baramuli Putridan Gabungan Partai narapidana dan mantan narapidana salah satu calon. Santy Gerald Johanes Politik (Partai Golkar, Dalam proses penetapan ini, dua mantan narapidana Luntungan Hanura, PAN dan PPP yang menjalani proses bebas bersyarat. Untuk Pilgub, 6. Maxmilaan Jonas Lomban dan Gabungan Partai ada calon Elly Lasut dari Golkar, sedangkan untuk Maurits Mantiri Politik (Partai Pilwalikota, ada calon Jimmy Rimba Rogi. Di awal Nasdem dan PDI P penetapannya, KPU Kota Manado, melalui konsultasi 7. Hengky Honandar dan Fabian Gabungan Partai dengan KPU Provinsi Sulut mengenai status tersebut. Kaloh Politik (Partai Dari konsultasi ini, menjelang hari “h” diambil Demokrat, PKPI dan keputusan yang menegaskan bahwa untuk calon Partai Gerindra) gubernur/wagub dan calon walikota/wakilnya, Sumber: Laporan pelaksanaan Tahapan Pilkada Walikota dann Wakil yang masih berstatus mantan narapidana adalah Walikota Bitung 2015, KPU Kota Bitung, Januari 2015 merujuk pada tanggal bebas akhir. Dari kunjungan Dari tahapan verifikasi dan berlanjut ke tahapan ke Lapas, diperoleh dokumen surat tanggal bebas pasangan calon definitif ternyata yang lolos adalah akhir Jimmy Rimba Rogi, adalah 2014. Kemudian 6 pasangan calon definitif, 3 paslon dari jalur ini salinan surat ini disandingkan dengan tanggal partai dan 3 paslon dari jalur perseorangan. Ada bebas akhirnya Elly Lasut yaitu tertera tahun 2016, satu paslon jalur perseorangan harus digugurkan Mengingat berpedoman pada ketentuan KPU, KPU sebagai peserta, karena ketiadaan pemenuhan Provinsi membatalkan pencalonan Elly Lasut, dengan syarat laporan awal dana kampanye, berkas LHKPN alasan tanggal bebas akhirnya adalah 2016. Hal ini dan pajak. Kemudian, paslon yang digugurkan juga berlaku bagi KPU Kota Manado, mengingat surat kepesertaannya ini mengajukan gugatan hukum bebas akhirnya, ditahun 2014.47 melalui Bawaslu. Dalam sidang mediasi di tingkat Pasca penetapan peserta pilkada, Bawaslu RI Panwas Kota Bitung, disepakati bahwa mereka dapat mempunyai pendapat yang lain bagi status mantan tidak dieleminasi kepesertaannya. Tetapi KPU tetap terpidana. Bawaslu RI menilai, calon yang masih berpandangan paslon ini harus mengajukan berkas berstatus bebas bersyarat adalah belum termasuk kelengkapan laporan awal dana kampanyenya. KPU sebagai mantan terpidana, karena masih dalam Bitung memiliki pengalaman komunikasi yang kurang proses rehabilitasi yang berarti hukumnya belum kondusif dengan Panwaslu setempat, mengingat dilakukan secara penuh dijalani. Keluar rekomendasi Panwaslu bertindak seolah sebagai “atasan” pemutus Bawaslu RI untuk membatalkan pencalonan Jimmy rekomendasi perkara.46 Rimba Rogi. Setelah keluarnya surat Bawaslu Untuk soal paslon yang berasal dari jalur partai, pusat yang merekomendasikan kepada Bawaslu memang ada 1 paslon yang bermasalah yaitu yang Provinsi dan Panwas Manado untuk membatalkan berasal dari Partai Golkar, karena partai ini memang pencalonan Jimmy Rimba Rogi, justru keluar surat sedang konflik internal, partai yang mendukung Panwas Manado.Surat Panwas Manado ini menilai paslon ini harus berdasarkan rekomendasi dukungan bahwa langkah yang diambil KPU manado dianggap dari DPP dan DPD, ternyata ada 1 pengurus di DPD sudah sesuai aturan. Mengingat KPU Manado hanya Partai Golkar yang tidak mau tandatangan, karena menunggu rekomendasi, maka Panwas Manado ketua DPD Golkar Kota Bitung ternyata ikut sebagai diambil alih Bawaslu Provinsi Sulut dan Panwas calon peserta yaitu yang berasal melalui jalur 47 Wawancara dengan Komisoner Divisi Sosialisasi KPU Kota 46 Ibid. Manado, Manado 26 Juli 2016. 288 Kajian Vol. 21 No. 4 Desember 2016 hal. 275 - 296 Manado disidang DKPP yang putusannya mereka Manado, terkait agar tidak dilaksanakan di tanggal dinonaktifkan. Tiga komisioner Panwas Kota Manado 17 Februari 2016. Waktunya disarankan digeser, diberhentikan. Ini yang kemudian dalam proses padahal persiapan pelaksanaannya sudah dilakukan berjalan terus sampai akhirnya melalui rekomendasi oleh KPU Kota Manado dan sudah dilaporkan Bawaslu Provinsi membatalkan pencalonan Jimmy pada KPU provinsi dan KPU di tingkat pusat. Ketika Rimba Rogi. itu, KPU Kota Manado tetap menunggu apalagi Dalam pasca pembatalan pencalonan ini, masih kemudian diterima surat dari Kapolda Sulut, Kapolres di tahun 2015 terjadi gelombang demonstrasi massa Manado, pihak pejabat Walikota, yang kesemuanya cukup tinggi dan sempat membuat komisioner dan pada intinya meminta penundaan pelaksanaan staf KPU Manado terkurung di gedung KPU. Aksi waktu pilkada. KPU tetap menunggu keputusan protes juga diwarnai tuduhan saat itu terhadap dari KPU provinsi dan KPU pusat, mengingat sifat Ketua KPU Manado melalui demonstrasi yang hirarkis struktur organisasi KPU. Kemudian, dua menginginkan kepastian terkait status salah satu komisioner KPU Pusat, yaitu Arief Budiman dan calon, Boby Daud yang nota bene tidak bermasalah. Ferry Kurnia Rizkiansyah, juga ketua Bawaslu RI, Para demonstran meminta KPU untuk bersama para Muhammad datang ke Manado yang secara khusus pendemo ke Bawaslu Provinsi guna menanyakan meninjau langsung kesiapan pelaksanaan Pilkada persoalan status kepesertaan Boby Daud. Tetapi, Kota Manado 17 Februari 2016.49 Keputusannya dalam perjalanan skenario eks demonstrasi adalah KPU melaksanakan Pilkada 17 Februari 2016. tersebut menjadi lain, yang semula seharusnya KPU Kedatangan mereka juga melakukan supervisi sampai yang mendampingi pendemo ke Bawaslu, diubah ketingkat TPS menjelang pelaksanaan dan di hari “h” pengaturannya oleh Ketua KPU Kota Manado saat itu pelaksanaan Pilkada. Catatannya adalah kalau tidak yang (kemudian diberhentikan), dengan mendesain dapat dilaksanakan, seharusnya tetap tidak bisa Berita Acara guna meloloskan kembali pencalonan dilaksanakan terkait status bakal calon yang masih Jimmy Rimba Rogi. Hal ini membuat suasana yang bebas bersyarat artinya masih menyandang status tidak sesuai dengan keinginan pendemo. Usaha narapidana. Tetapi kemudian keluar putusan MA mengubah skenario demonstrasi dan desain berita yang memungkinkan mantan narapidana bisa sebagai acara sudah diakui oleh Ketua KPU Kota Manado saat peserta pilkada, dan ini menumbulkan penafsiran itu dalam sidang DKPP. Berita acara yang didesain itu lain di lapangan terkait status kepesertaan calon, sempat dibacakan oleh Ketua KPU Kota Manado di Jimmy Rimba Rogi.50 hadapan para pendemo.48 Jimmy Rimba Rogi pernah mengikuti Pilkada Pada tanggal 9 Desember 2015, karena terjadi Kota Manado pada tanggal 21 Juli 2005 dan gugatan di PTUN yang kemudian KPU Kota Manado memenangkannya. Pilkada ini diikuti oleh 6 pasangan melakukan kasasi ke MA, sampai akhirnya keluar kandidat, di mana Jimmy Rimba Rogi berpasangan Putusan MA pada Januari 2016. Berdasarkan ini dengan Abdi W. Buchari, yang didukung oleh Partai kemudian juga keluar surat Kemendagri untuk segera Golkar. Ketika itu, pasangan Rimba Rogi dan Abdi W. melaksanakan Pilkada Kota Manado ditahun 2016. Buchari mengalahkan petahana yang mencalonkan Sehingga Pilkada Kota Manado tidak lagi dilaksanakan diri kembali, Wimpie Frederick yang berpasangan secara serentak. Saat Desember ditahun 2015 Pilkada dengan Jeremia JS Damongilala yang didukung oleh yang diselenggarakan adalah hanya Pilgub Sulut di PDI P. Setelah menjalankan pemerintahan, ternyata Kota Manado. Sedangkan Pilkada Walikota Manado Jimmy Rimba Rogi tidak dapat menyelesaikan masa dilaksanakan tgl 17 Januari 2016. Hal-hal yang sudah jabatannya sebagai Walikota Manado, karena dipersiapkan untuk pembayaran tenaga ad hoc yaitu tersandung kasus korupsi yang kemudian posisinya operasionalnya yang seharusnya sudah terbayar diisi oleh wakilnya, Abdi W. Buchari sebagai Plt. tanggal 9 Desember 2015, yaitu melalui satu kali Walikota Manado. Tetapi ternyata, seperti halnya kegiatan, justru kondisi keuangan menjadi minus. Jimmy Rimba Rogi, Andi W. Buchari pun tidak Ketika tanggal 17 Februari 2016 terdapat tunggakan menyelesaikan secara penuh posisinya sebagai miliaran rupiah untuk membayar tenaga ad hoc dan Plt.Walikota Manado karena terlibat dalam kasus ini artinya pelaksanaan Pilkada Walikota Manado di korupsi lainnya.51 Setelah mengalami kekosongan tengah kondisi keuangan yang minus. Biaya honor ad 49 hoc sudah dibayar sebelum awal Juli 2016 atau dua Wawancara dengan salah satu Komisioner KPU Provinsi Sulut, Manado, 3 Agustus 2016. hari sebelum tanggal 6 Juli 2016. 50 Ibid. Pilkada Walikota Manado memang ada 51 Stefanus Sampe, Political Parties and Voter Mobilisation permintaan pemerintah provinsi dan Muspida kota in Local Government Elections in Indonesia: the case of Manado City, Thesis, The University of Canberra, 2015, hlm. 48 Ibid. 119. Prayudi Penyelenggaraan Pilkada dan Lemahnya Sirkulasi Elit Politik Lokal 289 kekuasaan di pemerintahan Kota Manado menarik, sebaliknya partai masih menggunakan sepeninggal Buchori, Gubernur Sulut, Sinyo Harry kebiasaan mencari calon yang sekedar populer, ini Sarundajang yang merangkap sebagai Walikota bisa dilihat saat pilkada Kota Manado, Minahasa sementara. Dalam perkembangan berikut, sejalan Utara serta bahkan Kota Bitung itu sendiri. dengan persaingan menuju Pilgub Provinsi Sulawesi Pilkada Sulut 2015 ada dua hal yang krusial Utara, Sinyo Harry Sarundajang meninggalkan ditahapan pencalonan: yaitu terhadap jalur posisinya sebagai Gubernur dan Walikota sekaligus perseorangan karena memasuki sengketa dan dan diserahkan pada Sekda Provinsi Sulut, Roby pencalonan pasangan calon yang putusannya juga Mamuaja. Sarundajang tidak meninggalkan posisinya memasuki sengketa. Tetapi bagi Bawaslu dalam sebagai Wakil Gubernur Sulut karena saat itu terjadi pelaksanaan Pilgub berada dalam koordinasi maupun kekosongan jabatan yang ditinggalkan oleh Harry peraturan Bawaslu maupun surat edaran yang Sualang akibat tuntutan korupsi yang melibatkannya mengacu sosialisasi dari Bawaslu RI yang berusaha pada kasus penjualan Hotel Manado Beach. Robby memperkuat jajaran Bawaslu. Bawaslu Provinsi Mamuaja menjalankan pemerintahan provinsi Sulut memiliki tiga divisi yaitu adminitrasi dan umum, dan kota Manado sampai terpilihnya pejabat hasil divisi pencegahan dan hubungan antar lembaga, Pilkada yang dilantik ditahun 2010. dan divisi hukum dan penindakan pelanggaran. Belajar pengalaman, persyaratan bakal calon Dalam konteks pekerjaan itu, dipersiapkan seluruh terkait status hukumnya adalah sangat penting SDM termasuk pembentukan Panwaslu Kabupaten/ dicermati. Peraturan KPU yang memungkinkan Kota yang ketika itu bersamaan dengan pelaksanaan mantan narapidana untuk maju dalam pilkada pilkada ditujuh kabupaten/kota. Pilkada Manado, menjadi bermasalah. Di samping soal status hukum Bitung, Tomohon, Bolaang Mangandow Selatan, bakal calon, saat Pilkada Manado juga muncul Bolaang Mongondow Timur, dan Pilkada Minahasa dugaan adanya keterlibatan orang-orang yang Utara dan Minahasa Selatan. Proses rekrutmen bukan pemilih justru ikut menjadi pemilih. Misalnya, tenaga Panwas di 7 daerah tersebut dimulai sejak pekerja atau komunitas asing asal Filipina yang April 2015. Bersamaan itu, dilakukan perekrutan dikenal “Philipina Sangir (Pisang)” menggunakan pula terhadap 8 kabupaten/kota lainnya yang dalam kesempatan terlibat menjadi pemilih di Pilkada konteks Pilgub. Untuk Panwas di 7 kabupaten/kota Manado.52 Integritas oknum penyenggara di KPU ini menyelenggarakan dua tugas pokoknya, yaitu yang bermasalah harus diberhentikan dan kota Pilkada Bupati/Walikota, juga memperoleh SK yang Manado waktu mengalami kekosongan kekuasaan sama untuk pelaksanaan Pilgub. Sehingga outputnya yang hanya dijalankan plt., bahkan disaat inipun Panwaslu ada dua. Sedangkan yang delapan Panwas, setelah kepemimpinan politik pemda hasil pilkada outputnya hanya pada pelaksanaan Pilgub.53 bisa dibentuk, pada kenyataannya tidak maksimal 2. Langkah-langkah partai atau gabungan partai kinerjanya. Ini bisa dilihat pada kualitas pelayanan untuk paslon dukungannya publik di Kota Manado sendiri, bahkan pada sentra kegiatan publik tertentu, misalnya di operasi pasar, Secara kepartaian, memang cukup sulit untuk dikuasai kalangan tertentu dan diduga ada deal melaksanakan pilkada serentak. Kesulitannya adalah politik dengan tim sukses atau pendukungnya. Di dalam hal pengorganisasiannya. Sebagaimana Minahasa Selatan, ada pasangan calon tunggal halnya partai politik di Indonesia, yang diukur di Pilkada serentak 2015 yang kemudian dicoba dari konsolidasi organisasi, untuk menghadapi dipaksakan ada paslon penantangnya. Diperkirakan hajatan politik besar seperti halnya pilkada. Perlu ini akibat persoalan finansial pencalonan pilkada yang strategi partai yang tepat terhadap intensitas mahal dan berakibat kurang bergairahnya calon- pilkada yang diselenggarakan simultan. Misalnya calon yang dianggap potensial untuk maju dalam di PDI P, ditanamkan asas gotong royong, ketika persaingan Pilkada. Dari sudut pencalonan jalur 15 kabupaten/kota di Sulut ada 8 yang melakukan perseorangan yang masih lemah pada kebanyakan pilkada serentak ditambah cakupan Provinsinya yang pilkada, meskipun ada kasus pengecualian di menyelenggarakan Pilgub. Intensitas semacam ini daerah tertentu, sebagaimana halnya Pilkada Kota mendorong partai menjadi terkonsentrasi masing- Bitung 2015. Fenomena politik yang umum terjadi masing di daerahnya yang menjadi kewilayahan 54 adalah dominasi partai politik. Jalur non partai atau pengurusnya. Di masa lampau, dilakukan bergiliran perseorangan masih sulit persyaratannya dan kurang 53 Wawancara dengan Ketua Bawaslu Sulut, Manado 3 Agustus 2016. 52 Laporan Singkat dari hasil Focus Group Discussion (FGD), 54 Wawancara dengan Wakil Ketua DPRD Kota Manado, “Pilkada Sebagai Instrumen Sirkulasi Elit Politik Lokal”, Richard Sualang (F-PDI PPDI dan Ketua DPC PDI P Kota Gedung FISIP Universitas Sam Ratulangi, Manado, 1 Manado ), Manado 27 Juli 2016. Agustus 2016. 290 Kajian Vol. 21 No. 4 Desember 2016 hal. 275 - 296 seperti halnya melakukan pilkada, pengurus partai calon, maka Plt tersebut menjadi alat kekuasaan dari konsentrasi sumber daya partai di daerah pemilihan paslon yang didukungnya di pilkada.57 bisa terjun membantu partai di tingkat lokalnya. Bercermin dari kasus masalah pencalonan di Tetapi di tahun 2015 karena diselenggarakan Pilkada Bitung 2015, yaitu mengenai laporan dana serentak, menyebabkan strategi pemenangan partai kampanye yang tidak dimasukkan dalam berkas terpaksa ada target yang dilepas atau dikurangi paslon untuk memenuhi persyaratan. Akibatnya, satu sedikit yang nantinya akan diperjuangkan untuk paslon harus dibatalkan keikutsertaan pilkadanya. dicapai dan diperkirakan dapat memenangkannya Untuk Pilgub Sulut, crusial tahapan pencalonannya secara lokal. di bulan Agustus. Tentang pencalonan jalur Kuatnya cengkeraman oligarki di partai, perseorangan yang dibatalkan tidak terlalu rawan dikembalikan pada kultur politik di partai itu sendiri. gugatan, karena tidak memenuhi syaraat persentase Misalnya, PDI Perjuangan ketika Pilgub Sulut 2015 dukungan sesuai ketentuan.58 Kasus PKPI waktu mencalonkan 2 orang sebagai paslonnya yang Pilkada Kota Bitung 2015, partai politik membuka murni merupakan kader partai. Secara pengkaderan ruang pendaftaran bagi bakal pasangan calon, DPD partai, dua orang ini dianggap yang terbaik atau Kota Bitung harus melaporkan ke DPD Provinsi Sulut, merupakan figur yang berada di top partai di Sulut. dibicarakan lebih lanjut dari 6 bakal calon yang Di samping itu, juga dianggap mampu untuk di masuk dan mengerucut pada 3 pasangan calon. tempatkan dalam rangka menjalankan tugas-tugas Dari nama-nama ini kemudian dikonsultasikan ke dan kewenangan eksekutif. Sehingga, berbagai fihak pusat yaitu DPP atau DPN Dewan Pimpinan Nasional di partai sangat mendukungnya dan secara internal partai, di sini diputuskan pasangan calon definitif sama sekali tidak terjadi perbedaan pandangan atau yang diajukan dan dikeluarkan SK tentang siapa konflik terkait figur yang dicalonan dalam pilkada yang terpilih. Mengenai anggapan kuatnya peran Gubernur Sulut.55 Adapun untuk Pilkada Walikota oligarki elit partai, memang pengurus partai yang Manado tahun 2015, di PDI Perjuangan berdasarkan diutamakan karena sudah mengenal baik kadernya aturan yang ada termasuk AD/ART partai berpegang yang nantinya memperhatikan kepentingan partai pada aspek normatif saja. Artinya, partai membuka daripada calon yang di luar kader partai.59 Kredibilitas pendaftaran pada siapapun berminat baik dari fihak partai lebih diutamakan, meskipun ironisnya secara luar atau berasal dari internal partai, kemudian partai tertutup politik uang untuk pencalonan dari partai melakukan fit and proper test dengan dirangkai atau gabungan partai sangat mungkin pula dilakukan. kegiatan berupa Rakerda untuk mengusulkan nama, Partai justru bersikap kontradiktif terhadap paslon dengan namanya yang diusulkan dikirimkan ke DPP yang diusung oleh jalur perseorangan. Bagi kalangan untuk finalisasi mengeluarkan SK nya. Komunikasi partai, kalau untuk jalur perseorangan, banyak partai dengan paslon setelah terpilih, memang KTP yang diambil dari kumpulan itu bukan berasal karena kebetulan adalah merupakan pengurus partai. dari orang bersangkutan, tetapi melalui jalur Walikota adalah Ketua DPC Kota Manado, dan Wakil perusahaan tertentu, misalnya dealer kendaraan Walikota adalah bendahara partai. Apalagi walikota yang memberikan cicilan untuk membeli kendaraan, dan wakil walikota adalah berasal dari daerah yang pembeli tidak mengetahui KTP nya digunakan untuk sama dan didukung oleh partai itu, yaitu Partai kepentingan politik. Keabsahan dukungan KTP Demokrat. Sehingga, paslon tidak merasa terbebani pasangan calon perseorangan bisa dipertanyakan oleh partai, yang memang sudah menjadi kewajiban keabsahan cara pengumpulan dukungannya. bersama untuk membesarkan partai, karena berdua Partai cenderung mempersiapkan kandidatnya adalah pengurus partai.56 Muncul anggapan berbeda dari kader sendiri guna mengantisipasi kemungkinan bahwa ketentuan agar kepala daerah incumbent tidak yang terjadi tidak saja ketika Pilkada dilakukan, tetapi boleh melakukan pergeseran di birokrasi pemda, juga pada saat pemerintahan hasil Pilkada sudah sebelum dan sesudah terpilih pilkada, sebaiknya berjalan. Konstelasi nasional menjadi referensi atas diubah. Alasan anggapan kontradiksi ini, adalah kemungkinan yang terjadi dan perlu diantisipasi ketika incumbent tidak boleh melakukan pergeseran partai. Gubernur Olly Dondon Kambey pada saat pada saat menjelang pilkada, dirinya digantikan oleh Presiden Jokowi sibuk mempersiapkan reshuffle Plt. yang justru Plt. berwenang untuk melakukan kabinet, sempat diisukan masukan salah satu nama pergeseran aparat birokrasi. Masalahnya kalau 57 Ibid. kebetulan Plt, ini kebetulan memihak pada salah satu 58 Wawancara dengan Ketua Bawaslu Sulut, Manado 3

55 Agustus 2016. Ibid. 59 56 Wawancara dengan Ketua DPRD Kota Bitung yang juga Wawancara dengan Wakil Walikota Manado, Manado 2 merupakan Ketua DPD Partai Keadilan Persatuan (PKP) Agustus 2016. setempat, Kota Bitung 28 Agutus 2016. Prayudi Penyelenggaraan Pilkada dan Lemahnya Sirkulasi Elit Politik Lokal 291 yang akan ikut dalam mengisi jajaran kabinet kerja. kebijakan koruptif, sebab ini sangat ditentang oleh Ini menjadi penting ketika dipencalonan Paslon partai. Partai tidak menutup kemungkinan terhadap dari Wagubnya yaitu Steven Kandow adalah sama- adanya figur lain kendati bukan pengurus/kader sama berasal dari PDI P, maknanya bukan saja partai untuk ditampilkan jika memperoleh dukungan pada kepemilikan kursi PDI P sebagai pemegang kuat dari masyarakat. Sehingga, sejak proses seleksi kursi terbanyak di DPRD, yang mengusung secara penjaringan pasangan calon pilkada dilakukan melalui tunggal atau tanpa koalisi. Tetapi ini juga bermakna mekanisme aturan dan survei terhadap masyarakat. bagi kalau memang nantinya Olly jadi mengisi kursi Di internal partai tidak selalu berlaku istilah “mahar kabinet hasil reshuffle, maka jatah kursi gubernur politik”, ini sudah dipraktekkan oleh PDI P. Tetapi tetap jatuh ketangan kader PDIP sendiri, bukan diisi sebagai seorang calon tentu diisyaratkan memiliki oleh kader dari partai lainnya.60 kemampuan dana selain kapabilitas dan kredibilitas Dikalangan partai politik, seperti halnya yang dalam menjalankan kewenangan dan tugasnya serta dilakukan oleh PDI Perjuangan memiliki mekanisme jiwa pengabdian terhadap rakyat. Untuk menyikapi dan aturan yang selalu dikomunikasikan dengan DPP pola transaksional yang masih berkembang di tengah terkait proses pencalonan paslon yang akan didukung masyarakat saat menghadapi pilkada, partai dituntut ketika menghadapi pilkada dan rapat koordinasi, memaksimalkan mesin politik partai, baik sebagai laporan dan dilanjutkan sampai pengambilan pengurus, kader dan simpatisan untuk berjuang keputusan oleh DPP atas usul DPD/DPC. Jika kader terhadap pemenangan calon yang sudah ditetapkan partai memiliki kualitas dan kemampuan serta untuk didukung oleh partai. Partai dituntut untuk memenuhi persyaratan untuk ditampilkan saat terbuka dalam membangun koalisi jika setelah pilkada diupayakan untuk diprioritaskan. Bagi PDI mempertimbangkan peluang untuk menang dalam Perjuangan misalnya, sebagai partai modern dan pilkada sangat kecil. Langkah-langkah koalisi pun terbuka mengupayakan agar bersikap terbuka atau akan dilakukan dengan berbagai pertimbangan yang bahkan dapat mengakomodir kandidat calon partai akan dianalisis oleh pengurus di daerah yang akan kalau memang memenuhi syarat dan dianggap melaksanakan pilkada dengan DPP partai.62 memiliki komitmen dengan membesarkan partai Kandidat dituntut untuk mampu menjalankan selain untuk kepentingan masyarakat umum. Selain ideologi partai pengusungnya melalui program- itu, kandidat tersebut dituntut untuk mampu program yang akan dijalankannya ketika menjabat menjalankan ideologi partai pengusungnya melalui sebagai kepala daerah dan bahkan ikut menjadi program-program yang akan dijalankannya ketika siswa sekolah untuk persiapan sebagai calon kepala menjabat sebagai kepala daerah dan bahkan ikut daerah. Pertimbangan partai dalam mendukung menjadi siswa sekolah partai untuk persiapan sebagai pasangan calon dalam pilkada adalah didasarkan calon kepala daerah. Pertimbangan partai dalam pada kapasitas yang bersangkutan serta kredibilitas mendukung pasangan calon dalam pilkada adalah dimata publik. Artinya, pasangan calon ini teruji didasarkan pada kapasitas yang bersangkutan, serta memiliki kemampuan berjuang bersama rakyat kredibilitas di mata publik.61 Artinya, paslon ini teruji dan moralitas tidak tercela dimata publik. Nilai memiliki kemampuan berjuang bersama rakyat jual pasangan calon di tengah-tengah masyarakat dan moralitas tidak tercela di mata publik. Nilai sangat menentukan. Calon memiliki kredit point jual pasangan calon di tengah-tengah masyarakat kemungkinan besar terpilih dan kalau terpilih sangat menentukan. Calon memiliki kredit point mampu melaksanakan tugasnya dengan baik. kemungkinan besar terpilih dan kalau terpilih mampu Untuk menentukan calon atau paslon yang akan melaksanakan tugasnya dengan baik. didukungnya, maka partai melakukan fit and proper Untuk menentukan calon atau paslon yang test termasuk melakukan wawancara dengan ketua akan didukungnya, maka partai melakukan fit umum dan petinggi DPP Partai. and proper test termasuk melakukan wawancara Perlakuan KPU/Bawaslu/Panwas terhadap dengan ketua umum dan petinggi DPP Partai. paslon dan partai atau gabungan partai pengusung, Terdapat rambu-rambu yang ditetapkan partai masih diwarnai kecurigaan subjektifitas kepentingan ketika pasangan kandidat ini terpilih dan saat di antara mereka di antara tantangan profesional bagi memimpin mampu menjalankannya sesuai amanat penyelenggara terhadap tugas dan kewenangannya. partai demi kepentingan masyarakat, serta bersih Bahkan, dugaan politik uang dapat muncul pada saat dan berwibawa untuk tidak melakukan kebijakan- “orang kuat lokal” atau bahkan intervensi dari pusat politik partai terhadap penyelenggara pilkada bisa 60 Manado “Teka Teki Reshufle dan Posisi Gubernur Sulut”, saja muncul ke atas permukaan. Kecurigaan semacam Post, 26 Juli 2016. 61 Wawancara dengan Ketua DPRD Provinsi Sulut yang juga 62 Ibid. Ketua DPD PDI P, Manado, 28 Juli 2016. 292 Kajian Vol. 21 No. 4 Desember 2016 hal. 275 - 296 ini tidak kondusif bagi kemampuan pilkada dalam Paslon yang dominan dari jaringan keluarga dan mendorong sirkulasi elit lokal secara demokratis dan oligarki elit menjadi tantangan tersendiri bagi KPU bahkan mengundang potensi gangguan keamanan dan Bawaslu/Panwas dalam melaksanakan tugas setempat. dan kewenangannya secara profesional. Karakter lokal yang masih bersifat paternalistik membuat C. Analisis Temuan Penelitian sensitifitas atas pemenuhan persyaratan paslon 1. Tantangan bagi pihak penyelenggara dapat menjadi taruhan bagi KPU. Ketika KPU menilai persyaratan tidak dapat dipenuhi oleh calon, maka Pilkada serentak 2015 sebagaimana ditunjukkan biasanya dapat memicu aksi penolakan secara masal pada kasus di Jambi dan Sulut, perlakuan KPU daerah berupa demonstrasi terhadap kinerja KPU. Reaksi terhadap proses pencalonan pasangan kandidat, bagi perlakuan penyelenggara pilkada terhadap menjadi tantangan bagi kemandirian KPU daerah. Elit paslon peserta sangat dipengaruhi oleh karakteristik politik ikatan konservatisme komunal berdasarkan kewilayahan lokal setempat, yang artinya bukan kekerabatan dan lingkup organsasi dipimpinnya, semata dilihat pada pemenuhan ketentuan legal tidak saja berlandaskan pada kepemilikan akses formal aturan UU pilkada dan peraturan KPU. Pada terhadap keputusan dan posisi formal yang kasus di Jambi dan Sulut, baik Pilgub dan Pilbup/ disandangnya, tetapi juga pada reputasi yang dimiliki Pilwalinya, dinamika relasi KPU terhadap paslon bakal calon. Reputasi ini bisa berkonotasi negatif dan masyarakat setempat dapat dikendalikan saat dirinya merupakan figur berpengaruh, justru dinamika politiknya. Pilkada Manado yang ditunda bermasalah status hukumnya, atau didasarkan pelaksanaannya di tahun 2015, dinamika politik ikatan kerabat dinasti politik. Birokrasi pemda relasi antar pemangku kepentingannya relatif tidak relatif dapat memfasilitasi pelaksanaan tugas-tugas menimbulkan gejolak yang berarti. Kasus inipun tidak dan kewenangan KPU. Tetapi dengan kuatnya menyebabkan sirkulasi elit politik melalui mekanisme akses jaringan sosial politik dan ekonomi calon dan pilkada terganggu, meskipun jalur kepartaian masih pasangannya, kadangkala diakui menjadi tekanan lebih dominan dibandingkan paslon yang muncul tersendiri bagi komisioner KPU nya agar tidak ragu dari jalur perseorangan. Demikian halnya di Jambi, atau bahkan bahaya kolusi berhadapan dengan perlakuan KPU terhadap paslon berjalan relatif ketidakmaksimalan calon untuk diloloskan dalam kondusif, dan dari sudut sirkulasi elit tidak saja kuat pasangan pilkada yang memenuhi persyaratan sesuai dipengaruhi partai atau gabungan partai, tetapi juga ketentuan. Catatan ini penting meskipun konstitusi oleh jaringan keluarga dinasti politik. Jaringan dinasti menegaskan posisi strategis KPU di konstitusi telah ini sudah berakar sejak lama perkembangannya dan ditegaskan di Pasal 22 E ayat 5 UUD 1945. masyarakat terkesan menilai para elit yang muncul Kemandirian KPU kabupaten/kota dan Panwas telah memberikan kontribusi positif bagi daerahnya. menjadi posisi yang dapat rawan terhadap fairness Aspek emosional sangat kuat dalam pilkada perlakuan penyelenggara pilkada terhadap paslon. Jambi, tidak saja bagi pendukung terhadap kandidat, Dalam kasus Jambi, baik Pilkada Gubernur maupun tetapi juga relasi personal dengan keluarganya, Pilkada Bupati Batang Hari, unsur fairness ini masih apakah istri, anak, kakak atau adik kandung, menentu, dipertanyakan secara terbatas. Tetapi pada kasus dan sebagainya. Ini juga menjadi penentu kekalahan Sulut, terutama saat Pilkada Manado atau Pilkada dari petahana di Pilgub Jambi, meskipun kinerja Bitung, tantangan penyelenggara berujung pada pemerintahan masih relatif baik. Ini merupakan diberhentikannya ketua KPU setempat atau sekedar konsekuensi atas kuatnya peran dinasti politik dalam keluhan relasi yang kurang sinergis antara KPU dan memenangkan pilkada Jambi. Sukar bagi orang di luar Panwaslu-nya. Panwaslu dan KPU dapat terjadi saling jaringan dinasti politik untuk muncul sebagai peserta klaim kewenangan yang menentukan bagi lolos dan apalagi sebagai pemenang pilkada. Kalaupun atau tidaknya pasangan calon pilkada yang dilatari dirinya dapat hadir di tengah pilkada, maka orang oleh ego sektoral masing-masing. Komisioner KPU itu harus menjadi “orang nomor dua” paslon dinasti dan Bawaslu di tingkat provinsi menjadi titik awal politik, yang berimplikasi masih kuatnya kendali bagi harapan penyelesaian benturan kewenangan jaringan dinasti politik terhadap pemerintahan antara ego sektoral KPU dengan Panwas di tingkat daerah. Implikasi lainnya, adalah sukar berharap kabupaten/kota. Bahkan, keterlibatan pusat adanya figur baru dalam kepemimpinan hasil pilkada. dimungkinkan ketika acuan dari instansi berwenang, Meskipun dinasti politik tetap membuka ruang bagi seperti halnya Kemenkuham melalui Ditjen adanya figur yang memberikan inovasi pemerintahan Kemasyarakatan, dapat saling berbeda tentang daerah bagi pelayanan publik. Pengecualian ini bisa status hukum pasangan calon, campur tangan ini terjadi meskipun KPU sukar mengesampingkan figur juga melibatkan KPU di tingkat pusat. yang memberikan darah segar dalam pemerintahan Prayudi Penyelenggaraan Pilkada dan Lemahnya Sirkulasi Elit Politik Lokal 293 dapat bertahan ditahapan pencalonan. Ini terbukti ada relasi koalisi di tingkat nasional dengan gabungan dari sangat minimnya jalur perseorangan dalam partai yang dibangun terhadap kepentingan pilkada yang dapat lolos di tingkat persyaratan paslonnya. Meskipun ada kekhasan politik kultural administratif dan verifikasi dukungan calon. dalam gabungan antar partai, mesin partai cukup Perlakuan KPU terhadap paslon menjadi rawan aktif memobilisasi dukungan bagi pemenangan bagi subjektivitas, karena di daerah kedekatan paslonnya. Konteks relasi simboisis mutualisme antara politisi dengan komisioner sangat mudah antara partai atau gabungan partai dengan paslon terjadi. Meskipun rambu-rambu hukum netralitas terkait dinasti politik, menjadi antitesis bagi sirkulasi dituntut dijalankan secara professional, hubungan elit lokal yang lebih terbuka. Ini diperkuat oleh tidak personal antara mereka dapat menjadi taruhan terjadi krisis kepercayaan masyarakat terhadap elit bagi KPU menjalankan tugas dan kewenangannya. yang establish dan gugatan bagi unsur feodalisme. Di tahapan pencalonan, tidak terjadi gejolak yang Dominasi partai berusaha bergerak secara berarti bagi keamanan setempat, kualitas demokrasi tunggal dalam pemenangan paslonnya, agar pilkada dapat menurun akibat dari kedekatan pergeseran kepemimpinan pemerintahan tidak jatuh personal antar para pihak tadi. Pola politik dinasti ke tangan kader yang bukan berasal dari partainya. dalam kepemimpinan pemda semakin memperkuat Ini terjadi di Jambi dan Sulut, yang menempatkan unsur kedekatan personal dalam perlakuan posisi Wakil Kepala Daerah menjadi bernilai sangat KPU/Panwas lokal terhadap proses pencalonan strategis bagi partai pengusung. Bahkan, bukan saja paslon. Meskipun birokrasi pemda mengakui tidak di lingkup lokal, tetapi pertimbangan atas politik adannya pergeseran aparat untuk mendukung atau nasional juga menjadi muatan nilai strategis partai, sebaliknya oposisi terhadap petahana, kesan unsur sebagaimana saat terjadi pergeseran beberapa pos kedekatan ini penting dicatat dalam konteks langkah- menteri di Kabinet Kerja pemerintahan Jokowi-Kalla langkah yang diambil KPU dan Bawaslu/Panwas. yang diperhitungkan bagi posisi gubernur Sulut. Pelaksanaan pilkada sesuai jadwal dan aturan tidak Subjektivitas partai menempatkan politik lokal mengesampingkan potensi subjektivitas KPU dan terkukung dalam demokrasi elitis dinasti beserta Bawaslu/Panwas di tengah ketidakjelasan kebijakan jaringannya, meskipun sikap antuasias ditunjukkan pusat, melalui Kemendagri dan Kemenkumham, publik setempat terhadap pilkada, terutama saat terhadap polemik status hukum kandidat yang menggunakan hak pilihnya. Saluran pencalonan menjadi bebas bersyarat atau sebagai tersangka. elit bakal calon dan calon definitif tidak lepas dari kompromi elit partai. Dominasi partai tetap kuat, 2. Dominasi Politik Jalur Partai meskipun jalur perseorangan dan tim sukses di Kasus Jambi dan Sulut masih menunjukkan luar struktur formal partai, yaitu melalui jaringan dominasi politik partai dibandingkan jalur kerabat bagi paslon memiliki peran tertentu untuk perseorangan dalam proses sirkulasi elit lokal. Fungsi mendukungnya. Ini dibuktikan oleh pegangan KPU rekrutmen dan kaderisasi internal partai masih belum lebih didasarkan pada laporan tim sukses yang berstandar pada merit sistem, yang membuat unsur berasal dari struktur partai atau gabungan partai emosional dinasti keluarga elit menjadi penentu dibandingkan jaringan informal pendukung paslon. sirkulasi. Potensi kepemimpinan lokal menjadi Rangkaian ikatan kerabat baik dari paslon terbatas sumber untuk rekrutmen politiknya dan petahana maupun paslon non petahana, tidak partai justru memanfaatkan untuk kepentingan mengurangi kesemarakan jumlah paslon yang muncul elektoralnya melalui kepemilikan aset dan jaringan dalam pilkada. Konflik bisa mengiringi antara unsur dari elit yang didukungnya. Kalaupun keinginan dinasti politik yang berkuasa atau mantan berkuasa, personal tertentu mencoba jalur perseorangan, yang berakibat ruang persaingan menjadi terbuka pada kenyataannya di tingkat seleksi persyaratan bagi bakal paslon yang mencoba mendaftar. Ini administrasi dan faktual dukunganya, gagal mencapai menjadi ironis, pada saat hasil akhir ruang kompetisi sebagaimana dipersyaratkan UU Pilkada. itu justru tetap tidak mampu keluar dari jebakan Koneksi calon dengan partai memudahkan sempitnya peluang sirkulasi elit lokal dalam pilkada. dinasti politik mengikat proses seleksi paslon yang Sejarah yang mengakar jaringan dinasti politik pilkada akan diajukan ke KPU. Ini mendukung lancarnya juga tidak lepas dari pengaruh senior, terutama dari verifikasi yang dilakukan KPU terhadap kelengkapan kakek atau ayah kandung terhadap keturunannya, berkas persyaratan paslon. Partai politik cenderung dari jalur partai yang dibangun di basis lokal. Ini tertutup dalam kemungkinan mahar dikenakan bagi memiliki gengsi tersendiri bagi paslon yang nantinya paslon, dengan segala dalihnya, meskipun di atas bersaing agar mampu tampil sebagai pemenangnya. permukaan dugaan ini dibantah. Sebaliknya, koalisi Meskipun bukan berarti dapat diterjemahkan partai cenderung cair dalam mengusung palson, tidak sebagai “dendam sejarah” yang berpotensi sebagai 294 Kajian Vol. 21 No. 4 Desember 2016 hal. 275 - 296 konflik, tetapi gengsi yang muncul dari dinasti politik yang memiliki akar panjang di daerah. Sehingga, dalam pilkada memiliki makna politik signifikan untuk kesan “pewarisan kekuasaan” atau diistilahkannya mempertahankan atau bahkan untuk memperluas oleh Suzanne Keller, “terputusnya generasi” tidak basis pemilihnya. terjadi dan krisis kepercayaan tidak signifikan dinamikanya. Konservatisme lebih mengemuka III. KESIMPULAN dibandingkan perluasan basis para kader di tingkat Penyelenggaraan pilkada masih lemah dalam bawah secara berjenjang untuk matang bersaing di mendorong terjadinya sirkulasi elit lokal secara tingkat pemerintahan. demokratis. Pada konteks tahapan pencalonan paslon pilkada, ada beberapa substansi yang perlu dicatat: Pertama, secara normatif, KPU/Bawaslu/Panwas DAFTAR PUSTAKA dalam penyelenggaraan pilkada berpedoman pada ketentuan perundang-undangan. Secara empiris, pedoman legal formal ini masih dapat menemui hambatan tertentu terhadap keputusan verifikasi Buku paslon pilkada. Bahkan, hambatan ini bisa saja berasal Agustino, Leo. (2014). Politik Lokal dan Otonomi dari kuatnya jaringan elit yang mencalonkan diri atau Daerah, Bandung: Penerbit Alfa Beta justru dari akibat kebijakan pusat yang tidak seragam Basuki, Sulistyo. (2006). Metode Penelitian, Jakarta: terhadap kasus pencalonan di pilkada. Hambatan Penerbit Wedatama Widya Sastra bukan saja dapat berbentuk kepastian hukum bagi KPU/Bawaslu, Panwas, tetapi juga menjadi godaan Bungin, H.M. Burhan. (2007). Penelitian Kualitatif: bagi kemungkinan adanya petugas lapangan atau Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan bahkan komisioner KPU daerah sendiri untuk ikut Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana Prenada bermain atas ketidakseragaman kebijakan pusat Media Group dimaksud. Bunte, Marco, et.al. (2007). Democratization in Post Kedua, posisi politik kandidat secara kultural Suharto, New York: Routledge Contemporary dan struktural kemasyarakatan menjadi tekanan Asia Series tersendiri bagi KPU daerah setempat untuk meloloskan atau tidak meloloskan calon dan Emerson, Donald K. (1976). Indonesia’s Elite: Political pasangannya. Tekanan ini mencerminkan kuatnya Culture and Culture Politics, New York: Cornell jaringan oligarki elit lokal yang mempersempit University Press proses penyegaran bagi sirkulasi elit politik melalui Emzir. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif: instrumen Pilkada. Analisis Data, Jakarta: Rajawali Press Ketiga, seleksi partai bersifat tertutup dan komunikasi antara KPU dengan paslon dan partai Gaus, Gerald E., et.al. (2013). Hand Book Teori Politik, pendukung, adalah melalui LO dari pihak partai Bandung: Nusa Media bersangkutan. Dominasi partai melalui koalisi yang Indra, Mexsasai. (2015). Menyelesaikan Sengketa dibangunnya menjadi faktor penentu lain dari Batas Daerah, Yogyakarta: Genta Publishing arah sirkulasi elit lokal melalui mekanisme Pilkada. Kaloh, J. (2007). Mencari Bentuk Otonomi Daerah: Jalur perseorangan masih sulit untuk ditembus, Suatu Solusi Dalam Menjawab Kebutuhan Lokal meskipun variasi lokal bisa saja terjadi dalam soal dan Tantangan Global, Jakarta: Penerbit Rineka ini. Kasus di Jambi sebagaimana di Kota Jambi dan Cipta Batanghari, baik Pilgub dan Pilwako dan Pilbup nya, atau demikian halnya di Sulut, sebagaimana di Kota Katz, Richard S., et.al. (2015). Hand Book Partai Manado dan Bitung, menunjukkan variasi kasus Politik, Bandung: Penerbit Nusa Media lokal dimaksud. Jalur perseorangan justru muncul di Keller, Suzanne. (1995). Penguasa dan Kelompok Elit: tengah perpecahan di tingkat elit partai, meskipun Peranan Elit-elit Penentu dalam Masyarakat tokoh yang mencoba “peruntungan” melalui jalur Modern, Jakarta: Rajawali Press perseorangan, sangat sadar sukarnya persyaratan dukungan yang harus dipenuhi. Lane, Max. (2014). Unfinished Nation, Yogyakarta: Keempat, sirkulasi elit lokal melalui pilkada Penerbit Djaman Baroe masih sangat terbatas, merupakan kombinasi antara kekuasaan oligarki partai dan jaringan dinasti politik Prayudi Penyelenggaraan Pilkada dan Lemahnya Sirkulasi Elit Politik Lokal 295 Mas’oed, Mochtar, et al (editor). (2011). Makalah Perbandingan Sistem Politik, Yogyakarta: Gajah Bungin, Burhan, “Metodologi Penelitian Sosial: Mada University Press Sejarah dan Format Kualitatif-Mix Methods”, Niel, Robert van. (1984). Munculnya Elit Modern bahan disampaikan dalam Workshop Metodologi Indonesia, Jakarta: Pustaka Jaya Penelitian P3DI Setjen DPR RI, 27 Oktober 2015. Noer, Firman. (2015). Perpecahan & Soliditas Partai Farisi, Mochammad, “Pilkada Sebagai Instrumen Islam di Indonesia: Kasus PKB dan PKS di Dekade Sirkulasi Elit Lokal”, makalah dalam FGD d FISIP Awal Reformasi, Jakarta: LIPI Press Universitas Jambi, Kota Jambi 13 Juni 2016. Noer, Hamka Hendra. (2014). Ketidaknetralan Harun, Refly, “Pilkada dan Beberapa Point Birokrasi Indonesia: Studi Zaman Orde Baru Permasalahannya”, bahan disampaikan dalam Sampai Orde Reformasi, Jakarta: Penerbit FGD Proposal Penelitian Individu, Pusat Kompas Gramedia Penelitian, Badan Keahlian DPR RI, Jakarta, 15 April 2016 Varma, SP. (2003). Teori Politik Modern, Jakarta: Rajawali Press Wawancara Yin, Robert K. (2014),Studi Kasus: Desain & Metode. Wawancara dengan Ketua KPU Kabupaten Batang Jakarta: Rajawali Press Hari, Muara Bulian 9 Juni 2016. Wawancara dengan Komisioner KPU Provinsi Jambi, Jurnal dan Thesis Kota Jambi, 7 Juni 2016. Ishak, Oto Syamsuddin. (2011). Keindonesiaan: Persatuan Yang Terhenti Kesatuan Yang Wawancara dengan Wakil Walikota Jambi, Jambi, 14 Asimetris, Prisma Vol. 30, No. 2,Prisma Vol. 30, Juni 2016. No. 2. Wawancara dengan Komisioner Bawaslu Provinsi Rowa, Hyronimus. (2009). Perimbangan Demokrasi Jambi, 8 Juni 2016. dan Efisiensi Dalam Pilkada, Jurnal Pamong Wawancara dengan Asisten 1 Pemprov Jambi, Jambi Praja, Edisi 14. 7 Juni 2016. Sampe, Stefanus. (2015). Political Parties and Voter Wawancara dengan Ketua DPRD Provinsi Jambi, Kota Mobilisation in Local Government Elections in Jambi 8 Juni 2016. Indonesia: the case of Manado City, Thesis, The University of Canberra. Wawancara dengan Ketua DPRD Kota Jambi, 13 Juni 2016.

Koran Wawancara dengan Wartawan Tribun Jambi, Kota Jambi, 14 Juni 2016. Stop Bohongi Publik di Pilkada, Media Indonesia, 15 Februari 2016 Wawancara dengan Ketua dan Komisioner KPU Kota Bitung, Bitung, Sulut, 28 Juli 2016. Perketat Seleksi Kepala Daerah, Media Indonesia 25 Januari 2016 Wawancara dengan Komisoner Divisi Sosialisasi KPU Kota Manado, Manado 26 Juli 2016. Usulan SK Pelantikan Diganjal, Kompas 15 Februari 2016 Wawancara dengan Komisioner KPU Provinsi Sulut, Manado, 3 Agustus 2016. Panwaslu Diberhentikan, Kompas 27 Januari 2016 Wawancara dengan Ketua DPRD Provinsi Sulut yang Teka Teki Reshufle dan Posisi Gubernur Sulut, juga Ketua DPD PDI P, Manado, 28 Juli 2016. Manado Post, 26 Juli 2016 Wawancara dengan Wakil Ketua DPRD Kota Manado/ Ketua DPC PDI P Kota Manado. Peraturan Perundang-Undangan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Wawancara dengan Ketua Bawaslu Sulut, Manado 3 Tahun 1945. Agustus 2016. Undang-Undang No. 8 Tahun 2015 Tentang Pemilihan Wawancara dengan Wakil Walikota Manado, Gubernur, Bupati dan Walikota. Manado 2 Agustus 2016. 296 Kajian Vol. 21 No. 4 Desember 2016 hal. 275 - 296 Wawancara dengan Ketua DPRD Kota Bitung, Bitung Undang-Undang No. 8 Tahun 2015 tentang 28 Agutus 2016. Perubahan Atas Undang-Undang No. 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 2014 Dokumen/Laporan tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Laporan Singkat FGD Penelitian Individu “Pilkada Walikota Menjadi Undang-Undang. Sebagai Instrumen Sirkulasi Elit Politik Lokal” di FISIP Universitas Jambi, Kota Jambi 13 Juni 2016. Situs Internet Laporan Singkat FGD “Pilkada Sebagai Instrumen Hasil Quick Count Pilgub Jambi 2015, (online), Sirkulasi Elit Politik Lokal”, FISIP Universitas Sam (http://www.Quick-count-pilkada.blogspot. Ratulangi, Kota Manado, 1 Agustus 2016. co.id., diunduh 9 Februari 2015)

Peraturan Perundang-undangan Undang-Undang No. 2 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik.