368

GENGGONG DALAM KARAWITAN BALI: SEBUAH KAJIAN ETNOMUSIKOLOGI

I Gde Made Indra Sadguna, I Wayan Sutirtha Program Studi Seni Karawitan, Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Denpasar [email protected]

Abstrak Hingga saat ini kajian tentang Genggong masih sangat terbatas dan eksistensi Genggong di masyarakat semakin langka dan termarjinalkan akibat pengaruh globalisasi. Oleh karena itu, penelitian tentang Genggong secara lebih mendalam sangat mendesak untuk dilakukan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan tekstual Etnomusikologi. Untuk menjawab permasalahan, digunakan teori organologi dan estetika sebagai pisau bedahnya. Dari observasi serta wawancara yang dilakukan, dapat dijelaskan proses pembuatan Genggong sebagai berikut. Genggong merupakan satu-satunya instrumen dalam karawitan Bali yang terbuat dari pugpug. Untuk membuat sebuah Genggong terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui yaitu, membuat bakalan, proses ngerot,dan nyetel suara. Selain itu dijelaskan juga mengenai dekorasi serta cara perawatan instrumen Genggong. Agar seorang musisi mampu memainkan Genggong terdapat beberapa hal yang harus dipahami. Hal-hal tersebut adalah sikap duduk yang baik, teknik membunyikan Genggong yang meliputi teknik mentil, serta cara untuk mencari nada. Perubahan Genggong dari alat musik individu menjadi sebuah ensamble disebabkan karena perubahan konteks musiknya. Dahulu Genggong hanya digunakan sebagai alat musik pribadi, berkembang menjadi sebuah barungan untuk mengiringi sebuah pertunjukan.

Kata kunci: Genggong, karawitan Bali, etnomusikologi

Abstract Until now, studies on Genggong are still very limited. The existence of Genggong is becoming very rare in Bali which is caused by the effect of globalization. Therefore, deep research on Genggong is urgently required. This research is an Ethnomusicology qualitative textual approach. The organology and aesthteics theory are used to solve the problems. Collecting data is done by means of literature studies, interviews, and observation participation. From observations and interviews that have been conducted, the process of making a Genggong are as follows. Genggong is the only musical instrument in Bali made of pugpug. To create a Genggong there are several steps that must be passed, which are, making the bakalan, ngerot process, and tuning the sound. In addition, I also describe the decor as well as how to treat a Genggong. In order for a musician capable of playing Genggong there are some things that must be understood. These things are: a good sitting position, Genggong techniques such as mentil and finding a proper sound. The change of Genggong from an individual instrument into a musical ensemble is caused by the change of the musical context. Genggong formerly was only used as a means of personal music, evolved into a musical ensamble to accompany a performance.

Key Words: Genggong, Balinese music, ethnomusicology

PENDAHULUAN instrumen saja yang terbuat dari kayu seperti Genggong merupakan salah satu , , gelunggang, dan instrumen yang unik dan langka dalam (1984: 10). Berdasarkan klasifikasi Erich von karawitan Bali. Instrumen ini dikatakan unik Hornbastel dan Curt Sachs yang sebab merupakan alat musik yang terbuat mengelompokkan alat musik berdasarkan dari kayu, yaitu dari pelapah enau (bhs. Bali sumber bunyinya, maka Genggong pugpug). Menurut Rembang, hanya beberapa dikategorikan ke dalam kelompok idiofon.

Jurnal ”SEGARA WIDYA”, Volume 3, Nomor 1, 2015, ISSN: 2354-7154 368

Sumber bunyi dari instrumen tersebut berasal sudah ada di Bali sejak masa yang lampau. dari alat itu sendiri (Midgley, 1976: 8). Dahulu Genggong sering dimainkan oleh Dalam karawitan Bali, idiofon para petani sambil melepas lelah di sawah, merupakan kelompok dengan jumlah varian terkadang juga dimainkan di rumah, bahkan instrumen yang terbanyak. Instrumen- tidak jarang pula dimainkan untuk menarik instrumen yang tergabung dalam kelompok perhatian kekasihnya. Dalam perkembangan idiofon, memiliki delapan cara untuk selanjutnya, instrumen Genggong tidak saja membunyikan. Adapun teknik-teknik dimainkan secara tunggal namun terbentuk tersebut adalah: stamping, stamped, shaken, sebagai sebuah barungan tersendiri percussion, concussion , friction yang dipadukan dengan alat-alat musik idiophones, scraped idiophones, dan plucked lainnya. Semenjak menjadi sebuah barungan idiophones (Midgley, 1976:90). Dari gamelan tersendiri, maka Genggong tidak kedelapan teknik tersebut, jenis instrumen saja menyajikan musik-musik instrumental percussion merupakan yang terbanyak. namun juga digunakan untuk mengiringi tari- Contohnya dapat dilihat pada instrumen tarian. , , , gambang, gender, dan Seiring dengan perkembangan selonding. Di antara teknik-teknik tersebut, zaman, eksistensi Genggong di Bali mulai hanya Genggong yang cara memainkannya semakin langka. Hal tersebut dapat dilihat termasuk dalam golongan plucked dari minimnya pertunjukan Genggong baik idiophones. Genggong termasuk dalam untuk kepentingan hiburan maupun dalam kelompok ini, sebab dalam menghasilkan konteks upacara. Pesta Kesenian Bali yang bunyi dilakukan dengan cara ditarik. Hal merupakan salah satu ajang tampilnya tersebut yang menjadikan Genggong menjadi beragam jenis kesenian di Bali, juga belum suatu instrumen yang unik di Bali. mampu menampilkan kesenian Genggong Genggong merupakan salah satu secara maksimal. Kehidupan karawitan Bali jenis musik yang sangat langka di Bali. saat ini dikuasai oleh beberapa barungan Menurut Pande Sukerta, hanya terdapat gamelan seperti Gong Kebyar, Semar sembilan barung Genggong di seluruh Bali. Pagulingan, serta Selonding. Kuatnya arus Penyebarannya adalah sebagai berikut, satu globalisasi juga turut andil mulai barung di Kabupaten Buleleng, tujuh barung menghilangnya jenis kesenian ini. Semakin di Kabupaten Gianyar, serta satu barung di menurunnya sekaa Genggong secara Kabupaten Karangasem (2009:118). kuantitas dikhawatirkan bisa menyebabkan Dalam dunia musik, jenis instrumen kesenian ini perlahan menghilang dan punah. ini dikenal dengan nama Jew’s Harp. Kekhawatiran akan semakin Negara-negara seperti Amerika Serikat, termarjinalnya musik Genggong Russia, India, Italia, serta Inggris, memiliki menyebabkan keinginan yang kuat dari jenis instrumen yang mirip. Ada yang terbuat penulis untuk mengangkatnya dalam sebuah dari kayu, logam, bambu, dan perak. penelitian. Hingga saat ini, referensi Selain di luar negeri, instrumen yang mengenai jenis musik ini sangat minim menyerupai Genggong juga terdapat di jumlahnya. Oleh sebab itu, maka penelitian beberapa daerah di Indonesia. Setidaknya ini harus dilakukan agar kesenian Genggong tercatat lima daerah yang mempunyai alat tidak punah. Sehubungan dengan hal menyerupai Genggong. Di daerah tersebut, maka penulis tertarik untuk Yogyakarta disebut dengan Rinding, di melakukan penelitian mengenai Genggong Sulawesi Tengah disebut Embit, di Madura dengan judul “Genggong dalam Karawitan dan Bali disebut Genggong, sedangkan di Bali: Sebuah Kajian Etnomusikologi”. Papua (khususnya di Suku Dani) disebut dengan Pikon (Hastanto, 2005:150). Genggong yang hidup di masing-masing METODE PENELITIAN daerah tersebut dimainkan secara solo Penelitian ini menggunakan model maupun berkelompok. Ritme serta melodi penelitian kualitatif dengan pendekatan yang disajikan disesuaikan dengan cara tekstual etnomusikologi. Bidang ilmu pandang musik di daerah budaya setempat. etnomusikologi pada hakekatnya merupakan Rai S (2001:72) menjelaskan bahwa sebuah ilmu yang mengkaji musik sebagai Genggong merupakan sebuah kesenian yang kultur atau melihat kebudayaan dari Jurnal ”SEGARA WIDYA”, Volume 3, Nomor 1, 2015, ISSN: 2354-7154 369

perspektif musik. Dalam penelitian ini saron, dan beberapa jenis instrumen lainnya. dibahas mengenai Genggong dengan titik Akan tetapi, Genggong merupakan satu- berat pada kajian tekstual khususnya yang satunya jenis instrumen yang terbuat dari terkait dengan proses pembuatan, teknik pugpug. Beberapa tahapan dalam permainan, serta perkembangan dari pemembuatan Genggong adalah sebagai Genggong dari sebuah instrumen tunggal berikut. menjadi sebuah barungan ensambel tersendiri. Lokasi penelitian akan Pemilihan Bahan dilaksanakan di Desa Batuan, Sukawati, Genggong adalah satu instrumen Gianyar dengan fokus pada proses yang terbuat dari kayu. Selain Genggong, pembuatan, teknik permainan, serta terdapat beberapa instrumen yang terbuat perkembangan Genggong. Desa Batuan dari kayu seperti kendang dan gambang. dipilih sebagai lokasi penelitian, sebab desa Setiap instrumen yang terbuat dari kayu ini merupakan salah satu desa di Bali yang memiliki jenis kayu yang dianggap baik masih mempunyai sekaa Genggong. sebagai bahan bakunya. Seperti misalnya Jenis data yang akan digunakan dalam pembuatan kendang, kayu yang dalam penelitian ini adalah data kualitatif dianggap baik adalah kayu nangka, kayu berupa kata-kata, kalimat, ungkapan, dan intaran, dan kayu mahoni. Pemilihan bahan tindakan. Sumber data yang digunakan dalam baku didasarkan atas bentuk fisik instrumen, penelitian ini adalah data primer dan data kekuatan, serta jenis suara yang dihasilkan. sekunder. Data primer diperoleh langsung Oleh karena itu, bahan kayu yang digunakan dari lapangan, yaitu melalui proses untuk pembuatan kendang, tidaklah sama wawancara dengan narasumber. Selama dengan bahan kayu untuk pembuatan proses wawancara, diadakan perekaman dan kendang. Kayu yang terbaik untuk membuat pencatatan hal-hal yang terkait dengan Genggong berasal dari kayu jaka atau enau. penelitian. Selain melalui wawancara, juga Dalam bahasa latin disebut dengan Arenga dilakukan observasi partisipasi di mana Pinnata. peneliti ikut secara aktif dalam pembelajaran Bagian kayu yang diambil adalah mengenai Genggong yang ada di Desa carang sebelah bawah yang disebut pugpug. Batuan. Selanjutnya, data sekunder Hanya carang yang dekat batang pohon saja didapatkan dari literatur seperti buku-buku, yang bisa digunakan sebab pada bagian ini, disertasi, tesis, skripsi, dan jurnal. Data kayu bersifat lebih wayah atau tua. Ciri-ciri sekunder berfungsi sebagai bahan dari pugpug yang wayah adalah bersifat lebih perbandingan dengan data primer dalam keras dari ujung carang dan akan berwarna memperkuat pemahaman sehingga lebih gelap. Ujung dari carang kurang baik mempertajam analisis. Kedua sumber ini digunakan sebab masih nguda (masih muda akan digunakan untuk mengkaji dan kurang kuat digunakan sebagai bahan permasalahan yang diajukan, sehingga Genggong). Bagian batang pohon (dalam diperoleh jawaban atas permasalahan Bahasa Bali dikenal dengan uyung) juga tersebut. Metode pengumpulan data kurang bagus digunakan sebagai bahan merupakan suatu teknik untuk mendapatkan Genggong sebab sudah terlalu wayah data-data yang jelas dan akurat terkait dengan sehingga tidak mampu menghasilkan suara suatu penelitan. Sehubungan dengan yang baik. Selain itu, dalam proses penelitian ini, maka data dikumpulkan pengerjaan akan menjadi lebih sulit karena dengan menggunakan teknik observasi, kayu uyung sudah terlalu katos (keras). Jadi wawancara, dan studi kepustakaan. alasan dipilihnya carang bagian bawah untuk bahan Genggong adalah dengan HASIL DAN PEMBAHASAN pertimbangan bahwa pada bagian tersebut, kayu tidak teralu keras maupun lemah atau Proses Pembuatan Genggong muda. Pemilihan kayu yang tepat akan Genggong merupakan salah satu mampu mencapai kualitas suara yang instrumen yang sangat unik secara bahan diinginkan serta mempermudah dalam proses baku pembuatannya. Umumnya sebagian pengerjaannya. besar instrumen dalam gamelan Bali terbuat I Wayan Gunarta, seorang pengrajin dari perunggu seperti gong, gangsa, reong, Genggong, pernah mencoba membuat Jurnal ”SEGARA WIDYA”, Volume 3, Nomor 1, 2015, ISSN: 2354-7154 370

instrumen ini dari bahan tiying (bambu). berlangsung hingga delapan bulan. Selain Hasil yang didapatkan jauh berbeda dari yang dilakukan pengeringan di bawah sinar berbahan pugpug jaka. Genggong dari tiying matahari, agar kadar air dalam kayu bisa bisa dibuat menyerupai yang berbahan lebih cepat kering, maka bakalan Genggong pugpug, namun secara kualitas suara ditaruh di pun api. Genggong yang berbahan tiying kurang bagus. Hal tersebut disebabkan oleh daya Proses Ngerot lentiran (getaran) yang dihasilkan oleh tiying Sesudah pupug telah benar-benar berbeda dengan pugpug. Tiying bersifat lebih kering, maka dilanjutkan dengan proses kaku dan kurang fleksibel dari pugpug ngerot. Kayu yang telah kering dibentuk sehingga suara yang dihasilkan dari lentiran kotak dengan ukuran kurang lebih panjang kurang maksimal. Dari pengalamannya, 20cm, lebar 2cm, dan tebal 0,5cm. Gunatra pugpug jaka dianggap bahan baku yang telah mencoba memperbesar dan terbaik untuk pembuatan Genggong. memperkecil dari ukuran ini, namun hasil yang didapatkan kurang baik secara kualitas Proses Pengerjaan suara. Hingga sekarang, ukuran ini yang Proses pembuatan Genggong dianggap paling tepat untuk membuat didapatkan melalui wawancara serta Genggong. observasi yang dilakukan penulis kepada Setelah kayu berbentuk kotak, maka seorang pengrajin Genggong yaitu I Wayan dilanjutkan dengan membuat skets dengan Gunatra, di rumahnya di Desa Batuan, pensil untuk membatasi wilayah pelayah dan Sukawati, Gianyar. Beliau merupakan salah ikuh capung pada bagian basang. Pelayah satu pengrajin Genggong yang masih tetap memiliki panjang sekitar 6,5-7cm, sedangkan membuat Genggong hingga saat ini. Ilmu ikuh capung memiliki panjang 3,5-4cm. pembuatan Genggong didapatkannya secara Fungsi dari pelayah dan ikuh capung adalah otodidak, tidak berdasarkan berguru langsung untuk menentukan jangkauan nada yang bisa kepada seniman lainnya. Hanya berdasarkan dicapai oleh Genggong. Skets ukuran tadi rasa gudip, maka Genggong yang telah ada lalu dilubangi namun tidak sampai tembus ke sejak zaman dahulu dipelajarinya dan bagian kulitnya. Hanya cukup untuk diukurnya. Melalui Genggong kuno tersebut, memberikan ukuran kedalaman untuk proses ia belajar dan digunakan sebagai mal. Selain ngerot (disebut dengan mecedek). Alat yang sebagai seorang pengrajin, ia juga adalah digunakan adalah paet (pahat). seorang pemain Genggong. Hal ini sangat Langkah selanjutnya adalah ngerotin membantunya untuk mengetahui kualitas atau menipiskan dan membersihikan pelayah suara yang baik serta ukuran yang tepat agar dan ikuh capung. Proses ini dimulai dari sisi musisi bisa merasa nyaman dalam samping kemudian secara perlahan memainkan Genggong. diteruskan pada bagian tengah Genggong menggunakan pisau kecil yang disebut Membuat Bakalan pemutik dan paet. Ngerotin dilakukan Langkah pertama yang harus sehingga bagian dalam Genggong berbentuk dilakukan setelah mendapatkan kayu adalah cekung menyerupai huruf “U”. Untuk memotongnya secara kasar menjadi beberapa mempermudah ngerotin maka, Genggong bagian. Potongan inilah yang akan menjadi ditaruh di atas sebuah landasan yang bakalan dari Genggong. Sesudah dipotong, dinamakan talenan. Di antara pelayah dan maka kayu akan dijemur hingga betul-betul ikuh capung terdapat bagian pugpug yang kering. Kualitas Genggong sangat tidak ditipiskan. Bagian ini memiliki panjang dipengaruhi oleh tingkat kekeringan pugpug. sekitar 3,5cm yang berfungsi sebagai Jika pugpug masih basah, maka tidak akan penyeimbang dan pemberi tekanan agar ikuh mendapatkan getaran yang diinginkan. capung bisa bergetar. Sesudah dirasa cukup Proses pengeringan dilakukan dengan cara tipis, maka supaya Genggong bisa bergetar, dijemur di bawah sinar matahari. Lamanya maka dibuatkan lubang pada bagian tengah. waktu pengeringan didasarkan atas keadaan Untuk melubangi bagian tersebut digunakan cuaca. Jika cuaca tidak hujan maka bisa silet. Jika sedikit saja terdapat gesekan antara berlangsung selama tiga bulan, namun jika pelayah dan ikuh capung dengan dinding di keadaan cuaca sering hujan maka bisa Jurnal ”SEGARA WIDYA”, Volume 3, Nomor 1, 2015, ISSN: 2354-7154 371

sebelahnya, maka akan menganggu kualitas Dahulu Genggong hanya berbentuk suara. kotak biasa tanpa ada hiasan apapun. Oleh Gunatra, maka Genggong diberikan sentuhan Nyetel Suara artistik pada ujung sebelah kanan. Pada ujung Setelah didapatkan bentuk yang kanan yang dulunya hanya berbentuk kotak, diinginkan, maka dilanjutkan dengan proses sekarang dirubah sedikit bentuknya dengan nyetel atau mencari suara Genggong. Untuk adanya beberapa lekukan. Hal ini hanya mencari suara Genggong, maka hal pertama untuk memperindah bentuk visual saja dan yang harus dilakukan adalah memasang tali. tidak berpengaruh terhadap suara Genggong. Hal ini berguna untuk mengetahui jika Selain itu, pada sisi sebelah kiri Genggong telah mampu bergetar (ngelentir) biasanya diikatkan sebuah kain. Jenis kain dengan baik. Cara memasang tali adalah, yang digunakan bebas, sesuai dengan pertama membuat lubang untuk tempat tali keinginan pemiliknya. Biasanya kain tersebut dimasukkan dengan menggunakan paku yang bisa berwarna polos, bisa juga yang bercorak telah dimodifikasi dengan diberikan menyerupai tenunan Bali. Selain sebagai pegangan. Lubang dibuat berjarak 1,5cm dari dekorasi, kain juga memiliki fungsi yang pangkal pelayah. Setelah itu, tali dimasukkan lain. Kain membantu pemain dalam dan diikat supaya tidak terlepas dari lubang, memegang Genggong. Jika pemain ujung tali yang lainnya diikatkan pada berkeringat, maka kain akan membantu sebatang bambu. Panjang tali berkisar antara menyerap kadar air yang dikeluarkan oleh 8-9cm, dan panjang batang bambu berkisar tangan. Selain itu, dalam pertunjukan antara 11-12cm. tali yang digunakan tidak Genggong yang berlangsung lama, tangan boleh terlalu panjang maupun pendek. Jika yang mengenggam Genggong bisa lebih terlalu panjang, akan mempersulit bermain cepat sakit jika langsung bersentuhan dengan dalam variasi dengan tempo yang cepat, pugpug. Oleh karena itu, kain sangat sedangkan jika terlalu pendek akan menjadi membantu pemain mengurangi kontraksi dari susah untuk menariknya. Sesudah otot jari-jari yang mengenggam Genggong. tersambung, maka Genggong akan ditarik- Bahkan terkadang jika tangan pemain terlalu tarik untuk mengetahui kualitas getarannya. capek, maka yang dipegang adalah ujung Terkadang terjadi kasus bahwa Genggong kain tersebut yang berfungsi untuk tidak bisa bergetar dengan baik. Hal ini mengurangi tekanan. biasanya dikarenakan pelayah dan ikuh capung yang masih tebal. Untuk Perawatan Genggong memperbaiki hal tersebut, maka kedua Sebuah alat instrumen yang baik bagian tersebut di-kerot lagi. dapat digunakan dalam waktu yang lama jika Jika Genggong dirasa telah mencapai dirawat dengan baik. Begitu pula halnya getaran yang baik, maka langkah selanjutnya dengan Genggong. Untuk merawat adalah mencari suaranya. Dalam hal ini, Genggong terdapat beberapa langkah yang diperlukan kemampuan dari pengrajin untuk bisa dilakukan. Hal pertama yang harus memainkan Genggong agar mengetahui jika diperhatikan adalah Genggong tidak boleh Genggong buatannya telah mencapai nada berada dalam kondisi yang lembab. Keadaan yang diinginkan. Terdapat dua jenis sekitar yang terlalu lembab dapat Genggong, yaitu Genggong Gede dan menyebabkan suara Genggong hilang. Selain Genggong Cenik. Ukuran beserta bentuk fisik disebabkan oleh faktor lingkungan, dari kedua Genggong tersebut sama, yang kelembaban pada Genggong juga bisa membedakan hanyalah dari ketebalan diakibatkan dari pemainnya sendiri. Ketika pelayah dan ikuh capung. Untuk membuat sedang memainkan Genggong, musisi secara Genggong Gede yang memerlukan suara tidak sadar mengeluarkan ludah yang bisa yang lebih besar (rendah), maka bagain menempel pada Genggong. Hal ini juga bisa pelayah dibuat lebih tipis dari ikuh capung. membuat Genggong basah. Oleh karena itu, Sedangkan untuk membuat Genggong Cenik, maka disarankan setiap sehabis pemakaian maka ikuh capung dibuat lebih tipis dari agar musisi membersihkannya dengan cara pelayah. dilap dengan menggunakan kain kering. Genggong sebaiknya disimpan dalam sebuah Hiasan/Dekorasi kotak, atau jika disimpan di areal terbuka Jurnal ”SEGARA WIDYA”, Volume 3, Nomor 1, 2015, ISSN: 2354-7154 372

agar terhindar dari serangga-serangga yang dengan bibir. Harus berada dalam satu garis bisa memakan Genggong. dengan Genggong, di mana siku diangkat membentuk sudut menyerupai 90 derajat. Teknik Permainan Genggong Genggong dijepit antara jari jempol dan Seperti yang telah disebutkan telunjuk. Memegang Genggong pada posisi sebelumnya, Genggong merupakan salah satu tangan kiri harus dilakukan dengan erat, instrumen yang sangat unik. Selain memiliki sebab jika tidak dipegang dengan erat maka bahan baku yang berbeda dari gamelan Bali dikhawatirkan Genggong akan terlepas atau pada umumnya, Genggong juga memiliki terloncat akibat tarikan dari tangan kanan. teknik permainan yang bisa digolongkan sebagai salah satu instrumen yang cukup Membunyikan Genggong susah untuk dimainkan. Instrumen yang tergolong dalam idiofon ini memerlukan Teknik Mentil keahlian khusus dalam memainkannya. Hal penting yang perlu dipelajari Berdasarkan observasi yang dilakukan di sebelum memainkan variasi untuk gending- Desa Batuan, Sukawati, Gianyar dapat gending Genggong, adalah mengetahui digambarkan teknik permainan Genggonng teknik mentil yang baik. Mentil merupakan sebagai berikut. suatu teknik untuk menggetarkan Genggong dengan jalan menarik-narik katik bambu. Sikap/Posisi Bermain Genggong Genggong terhubung dengan katik bambu Sebelum memulai untuk bermain melalui seutas tali. Panjang tali berkisar Genggong, terlebih dahulu harus antara 8-9cm. Katik bambu ditarik-tarik diperhatikan sikap duduk dari seorang untuk mendapatkan getaran yang dihasilkan musisi. Dalam memainkan Genggong, oleh ikuh capung pada Genggong. seorang pemain harus duduk bersila dengan Teknik mentil yang baik adalah badan tegak. Posisi badan yang baik akan dengan menarik katik bambu ke arah menentukan kekuatan dari seorang pemain. samping kanan dan tangan kiri tetap Jika pemain tersebut dalam posisi menggenggam Genggong. Diperlukan membungkuk, maka tenaga akan cepat habis kekuatan yang tepat agar ikuh capung serta tidak akan mampu menghasilkan suara bergetar dengan baik. Jika ditarik dengan Genggong yang baik. Jika posisi badan kekuatan terlalu besar, maka ikuh capung miring ke samping, maka akan akan bergetar ke atas dan bawah, di mana mempengaruhi kecepatan menarik getaran tersebut akan mengenai Genggong. Genggong. Ini akan mengakibatkan pemain Hal tersebut mengakibatkan suara yang tidak bisa menyesuaikan variasi yang dihasilkan adalah suara benturan dengan dimainkan dengan tempo gending, khsusnya kayu, tidak menghasilkan suara yang untuk gending-gending yang bertempo becat diinginkan. Jika ditarik dengan lemah, maka (cepat). ikuh capung tidak akan bergerak sehingga Setelah musisi memahami cara tidak menghasilkan suara apapun. duduk bersila yang baik, maka langkah Arah tarikan pada tangan kanan yang selanjutnya adalah cara untuk memegang memegang katik juga perlu diperhatikan. instrumen Genggong itu sendiri. Tangan Arah yang baik adalah ditarik sedikit agak di kanan memegang batang bambu yang disebut depan Genggong, kira-kira 5 derajat dari katik untuk menarik Genggong, sedangkan ujung kanan Genggong. Menarik katik tangan kiri memegang ujung yang bambu di belakang Genggong ataupun berlawanan. Batang bambu yang dipegang melebihi 5 derajat akan mengakibatkan pada tangan kanan, berada di antara jari Genggong tidak bersuara. Selain itu, arah telunjuk dan jari tengah. Hal ini untuk yang tidak tepat akan mengakibatkan tangan memudahkan memberikan tarikan untuk cepat sakit. Latihan mentil perlu dilakukan menghasilkan suara yang bagus. Jika posisi secara terus-menerus, agar getaran ikuh batang bambu berada di antara jari-jari capung bergetar ke arah depan-belakang tangan yang lainnya, maka tidak akan dengan kekuatan yang stabil. mampu menghasilkan kekuatan yang cukup untuk mendapatkan suara genggong yang Mencari Nada Genggong diinginkan. Posisi tangan kiri berada sejajar Jurnal ”SEGARA WIDYA”, Volume 3, Nomor 1, 2015, ISSN: 2354-7154 373

Terdapat dua jenis Genggong yang turunnya jakun pada tenggorokan manusia. dimainkan di Desa Batuan, yaitu Genggong Jika jakun semakin ke atas (menyerupai gede dan Genggong cenik. Genggong gede orang yang tersendak), maka suara yang (disebut juga penggede atau geden) berasal dihasilkan semakin rendah. Begitu pula dari kata “gede” dalam Bahasa Bali. Kata sebaliknya, untuk menghasilkan suara yang “gede” menyiratkan arti besar, dalam hal ini tinggi posisi jakun berada di bawah. yang dimaksud dengan gede adalah rendah. Secara teori, hal tersebut terasa Jadi Genggong gede adalah Genggong yang mudah, namun ketika penulis mampu mencapai nada yang lebih rendah mempraktekannya ternyata pengaturan ruang dari Genggong cenik. Sedangkan Genggong tenggorokan sebagai resonator sangat susah cenik berasal dari kata “cenik” yang dalam dilakukan. Untuk melatih tenggorokan, maka Bahasa Bali berarti kecil. Jadi Genggong penulis diajarkan sebuah metode yang lebih cenik adalah Genggong yang mampu mudah. Metode tersebut adalah dengan menjangkau nada yang lebih kecil atau menepuk-nepukk tangan di depan bibir tinggi. terlebih dahulu. Dalam latihan ini, hanya Kata gede dan cenik hanya menggunakan tepukan tangan, tidak berasosiasi terhadap jangkauan nada yang menggunakan Genggong. Dari latihan ini, mampu dicapai oleh seorang musisi dalam diharapkan mampu untuk membuat nada- memainkan Genggong. Gede dan cenik tidak nada yang mendekati laras selendro. berasosisasi terhadap ukuran fisik dari Setelah mampu menguasai teknik instrumen tersebut. Meskipun terdapat tersebut, maka dilanjutkan dengan perbedaan dalam mencapai sebuah nada, menggunakan Genggong. Posisi bibir berada namun ukuran panjang serta lebar dari kedua pada Genggong bagian dalam (basang) kayu. instrumen tersebut adalah sama. Hal yang Genggong dijepit oleh bibir atas serta bibir membedakan hanyalah pada ukuran bawah, dengan posisi ikuh capung berada ketebalan pada bagian pelayah dan ikuh tepat di lubang bibir. Ketika sudah berada di capung. untuk membuat Genggong gede posisi yang tepat, maka untuk memainkan maka pelayah akan dibuat lebih tipis dari Genggong digabungkan teknik mentil serta ikuh capung. Sedangkan untuk membuat metode resonansi tenggorokan untuk Genggong cenik maka pelayah akan dibuat menghasilkan nada yang diinginkan. lebih tebal dari ikuh capung. Genggong memiliki laras selendro. Perkembangan Genggong di Desa Batuan Meskipun nada-nada yang dihasilkan tidak sejernih dan sejelas nada yang dihasilkan Genggong Sebagai Instrumen Individu seperti pada instrumen , namun mood Genggong yang terdapat di Desa yang diciptakan masih bernuansa selendro. Batuan telah mengalami perubahann dari Seperti yang telah disebutkan di atas, antara instrumen tunggal menjadi musik kelompok. Genggong gede dengan cenik memiliki Rai S menyebutkan bahwa awalnya jangkauan nada yang berbeda. Genggong Genggong sering dimainkan oleh para petani gede mampu mencapai lima nada yaitu nada sambil melepas lelah di sawah, di rumah, ndung, ndang, nding, ndong, dan ndeng. bahkan digunakan juga untuk menarik Sedangkan Genggong cenik hanya mampu perhatian wanita (2001:72). Pernyataan menjangkau empat nada, yaitu nding, ndong, tersebut didasarkan atas penelitian yang ndeng, dan ndung.. Perbedaan jangkauan dilakukan terhadap Genggong di Desa Ubud. nada disebabkan oleh tebal-tipisnya pelayah Pernyataan tersebut juga menyerupai dan ikuh capung. dengan fungsi awal genggong yang terdapat Genggong termasuk alat musik di Desa Batuan. Menurut I Made Bukel, pada idiofon yang menggunakan tenggorokan awalnya Genggong merupakan sebuah alat manusia sebagai resonatornya. Pengaturan musik yang dimainkan secara individual nada dilakukan dengan cara mengatur ruang ketika seorang petani sedang beristirahat di dalam tenggorokan. Untuk menghasilkan sawah. I Made Djimat, juga membenarkan suara yang rendah, maka tenggorokan diatur pernyataan tersebut. Dahulu dikatakan seperti orang yang tersendak. Berdasarkan genggong dimainkan oleh petani ketika pengamatan yang dilakukan, pengaturan sedang ngangon. Kegiatan bermain ruang resonator sangat terlihat dari naik- Jurnal ”SEGARA WIDYA”, Volume 3, Nomor 1, 2015, ISSN: 2354-7154 374

Genggong dilakukan untuk mengisi waktu dibuatkanlah bentuk pertunjukan Genggong senggang. yang eksis hingga sekarang. Kesenian ini Hingga saat ini, tidak diketahui biasanya dipentaskan sebelum tari sakral sejarah pasti mengenai munculnya Genggong Sutri, yang dimulai dari pukul 17.00-19.00. di Bali dan Batuan secara khusus. Menurut Meskipun dipentaskan dalam konteks Djimat, berdasarkan cerita oral yang upacara di lingkungan pura, kesenian ini diturunkan kepadanya, disebut bahwa yang hanya bersifat sebagai balih-balihan atau membuat Genggong adalah Tapak Mada hanya hiburan. (nama Mahapatih Gajah Mada ketika belum Sebagai sebuah seni pertunjukan, diangkat sebagai Mahapatih). Ketika Tapak terdapat beberapa sajian dalam pementasan Mada sedang berada di suatu hutan untuk Genggong. Struktur pertunjukan Genggong membuat bendungan air, dibuatlah alat musik terdiri dari tabuh pategak, tari Sisia Pengleb, Genggong dan suling untuk mengisi waktu tari Onang Ocing, dan dramatari Godogan. istirahatnya. Tapak Mada melihat sebuah Dari struktur pertunjukan tersebut, dapat pohon enau, kemudian dibentuk menjadi dilihat bahwa gending-gending Genggong Genggong. Seiring dengan perjalanannya dapat dibagi menjadi dua, yaitu gending keliling Nusantara, Tapak Mada membawa instrumentalia dan gending iringan tari. kesenian ini ke Bali, begitu pula halnya Gending instrumentalia atau disebut juga dengan kesenian Gambuh. Namun, tidak dengan gending pategak adalah lagu-lagu diketahui secara pasti kapan Genggong yang biasanya dimainkan pada awal muncul di Desa Batuan. Cerita ini didapatkan pertunjukan dan tidak terikat dengan tarian. Djimat dari para sesepuhnya yang sering Dalam pertunjukan Genggong di Batuan, dipentaskan pada pertunjukan Topeng dan terdapat beberapa jenis gending pategak, di Prembon. antaranya Tabuh Telu, , Sekar Sandat, Sekar Sungsang, Sekar Gendot, Barungan Gamelan Genggong Katak Ngongkek, dan Kecipir. Jenis-jenis Perkembangan Genggong dari musik gending yang dimainkan juga mendapat individu menjadi sebuah barungan gamelan pengaruh dari barungan gamelan Angklung. tidak bisa dilepaskan dari perubahan konteks Gending-gending yang terdapat pada musiknya. Jika dahulu hanya digunakan gamelan angklung di transformasikan melalui sebagai alat untuk menghibur diri sendiri, media Genggong. Hal ini masuk akal sebab kemudian berkembang menjadi ensamble antara Angklung dengan Genggong memiliki untuk mengiringi sebuah bentuk pertunjukan. kesamaan laras, yaitu berlaras slendro. Oleh Julius Chandra (1994: 17) mengungkapkan karena itu, terdapat juga beberapa gending bahwa kreativitas adalah kemampuan mental Genggong yang diambil dari gending dari berbagai jenis keterampilan khas Angklung. Bahkan pada awal pembentukan manusia yang dapat melahirkan ensamble Genggong, kendang yang pengungkapan yang unik, berbeda, orisinal, digunakan adalah kendang Angklung. Jenis sama sekali baru, indah, efisien, tepat kendang berubah seiring dengan semakin sasaran, dan tepat guna. Dari pemaparan kompleksnya tarian. Gending-gending tersebut, dapat diketahui bahwa para seniman iringan tari dimainkan untuk mengiringi tari di Batuan ingin membuat sebuah pertunjukan Sisia Pengleb, Onang Ocing, dan Dramatari yang baru, unik, dan orisinal dengan Godogan. Cerita ini mengisahkan tentang menggunakan media Genggong. Oleh karena Raja Jenggala yang jatuh cinta kepada putri itu, maka perlu ditambahkannya beberapa Daha. instrumen lain untuk mendukung pertunjukan Adapun instrumen-instrumen beserta Genggong. fungsinya yang terdapat dalam barungan Menurut I Wayan Budiarsa, gamelan Genggong adalah sebagai berikut. pertunjukan Genggong mulai dipentaskan sekitar tahun 1930an. Awalnya kesenian ini • Beberapa buah Genggong: berfungsi dipentaskan di lingkungan Pura Desa di untuk memberikan ornamentasi dengan Batuan guna menghibur warga yang datang sistem kotekan (ada yang bermain polos untuk bersembahyang. Atas prakarsa I dan ada juga yang bermain sangsih) Nyoman Kakul, Jero Mangku Desa Nurada, beserta beberapa seniman Batuan lainnya, Jurnal ”SEGARA WIDYA”, Volume 3, Nomor 1, 2015, ISSN: 2354-7154 375

• Klentit: berfungsi sebagai pemegang yang terdapat di Bali. Kegiatan seperti ini tempo (mempunyai peran yang sama semakin menyadarkan masyarakat bahwa dengan kajar) terdapat kesenian yang unik dari Desa • Jir: berfungsi sebagai finalis (gong) Batuan. • Beberapa buah suling (menengah dan Popularitas kesenian Genggong juga kecil): berfungsi sebagai pembawa berdampak pada keinginan para pelaku melodi, memulai gending, dan pariwisata untuk dijadikan sebuah hiburan memainkan gineman turistik. Tidak bisa dipungkiri, bahwa salah • Ceng-ceng: berfungsi memperkaya satu penyebab masih eksisnya Genggong ritme, memberikan aksen tertentu yang terdapat di Desa Batuan adalah akibat bersama kendang peranan pariwisata. Sejak tahun 1950an, • Kendang: berfungsi sebagai pemurba wisatawan asing datang ke Desa Batuan irama, mengatur jalannya gending, untuk menonton jenis kesenian yang unik ini. memberikan angsel serta aksen-aksen Semenjak itu, kesenian Genggong telah khusus berkembang menjadi salah satu ikon • Enggung: berfungsi untuk memberikan pertunjukan dari Desa Batuan. Pementasan ornamentasi khususnya pada adegan untuk parwisata tidak saja disajikan di Desa katak dan godogan Batuan saja, namun sekaa-sekaa Genggong yang terdapat di Desa Batuan juga telah • Klenang : bermain imbal dengan melakukan pementasan di daerah wisata di guntang kecil Bali. Kesenian ini kerap tampil di hotel-hotel Adanya penambahan instrumen serta tempat wisata di daerah Nusa Dua, seperti yang telah disebutkan di atas, tidak Sanur, Ubud, Petang, Denpasar dan bahkan bisa dilepaskan dari konteks musiknya sampai ke luar negeri. sebagai iringan sebuah seni pertunjukan. Genggong yang dahulu dimainkan sendiri, SIMPULAN kini berkembang menjadi sebuah ensamble Genggong merupakan salah satu untuk mengiringi pertunjukan Godogan. instrumen yang termasuk dalam golongan idiofon. Jenis instrumen ini banyak tersebar Pementasan Kesenian Genggong di seluruh dunia dan nusantara dengan Seniman Bali mempercayai bahwa sebutan yang berbeda seperti Jew’s Harp, segala kemampuan yang dimilikinya rinding, embit dan pikon. Jenis instrumen ini merupakan karunia Ida Sang Hyang Widhi merupakan alat musik yang unik dalam Wasa, oleh sebab itu maka keahlian yang karawitan Bali. dimiliki harus dipersembahkan kembali Hingga saat ini belum ada alat musik kepada Tuhan. Persembahan dilakukan idiofon yang dimainkan dengan cara ditarik melalui kegiatan ngayah. Begitu pula halnya dalam karawitan Bali. Sedikitnya penyebaran dengan pertunjukan Genggong. instrumen ini, dikhawatirkan akan mulai Seni pertunjukan Genggong dari hilangnya suatu jenis kesenian khususnya awal hingga saat ini hanya bersifat sebagai karawitan Bali. Oleh karena itu, dalam hiburan. Pementasan yang bersifat ngayah penelitian ini dijelaskan mengenai cara dilakukan di pura yang berada di Desa pembuatan serta teknik permainan dari alat Batuan. Secara tidak langsung, kegiatan musik Genggong. Penelitian yang dilakukan, ngayah telah menjadi media promosi bagi difokuskan pada kesenian Genggong yang kesenian Genggong itu sendiri. Kegiatan terdapat di Desa Batuan, Sukawati, ngayah tidak lagi terbatas pada pura yang Kabupaten Gianyar. Desa ini merupakan berada dalam wilayah Batuan saja, namun salah satu tempat yang masih memiliki grup telah mulai dipentaskan ke seluruh Bali. Genggong serta pengrajin yang eksis pentas Sekaa Genggong Tri Pusaka Sakti pimpinan I serta berkarya. Untuk membuat Genggong, Made Djimat, bahkan menyatakan bahwa diperlukan kayu dari pohon jaka atau enau. grupnya telah mementaskan kesenian hampir Bagian kayu yang diambil adalah pugpug ke seluruh pura besar yang ada di Bali. wayah, atau bagian carang yang sudah cukup Kelompok ini telah pentas di Pura Besakih, tua umurnya. Sebelum memulai proses Pura Batur, Pura Lempuyang, Pura Rambut pembuatan, kayu harus dikeringkan hingga Siwi, Pura Sakenan, dan banyak pura lainnya kadar air yang terkandung di dalamnya Jurnal ”SEGARA WIDYA”, Volume 3, Nomor 1, 2015, ISSN: 2354-7154 376

sedikit. Setelah itu, dilanjutkan membuat Djelantik, A.A.M. 1999. Estetika Sebuah bakalan, proses ngerot, nyetel suara, dan Pengantar. Bandung: Masyarakat Seni memberikan hiasan. Agar Genggong yang Pertunjukan Indonesia. sudah jadi dapat digunakan untuk waktu yang Hastanto, Sri. 2005. Musik Tradisi lama, maka harus dirawat dengan baik. Hal Nusantara: Musik-Musik yang Belum yang terpenting adalah menghindarkan dari Banyak Dikenal. Deputi Bidang Seni dan cuaca yang lembab. Film Kementerian Kebudayaan dan Dalam memainkan Genggong Pariwisata. terdapat beberapa hal yang harus Hood, Mantle. 1982. The Ethnomusicologist. diperhatikan. Pertama adalah sikap duduk Ohio: The Kent State University Press. yang baik. Hal ini akan berpengaruh terhadap McPhee, Colin. 1964. Music In Bali: A Study kekuatan dan kecepatan seseorang dalam in Form and Instrumental Organization in bermain. Kedua, adalah teknik membunyikan Balinese Orchestral Music. New Haven Genggong. Cara membunyikannya adalah and London: Yale University Press. dengan teknik menarik benang yang disebut Mantra, Ida Bagus. 2004. Filsafat Penelitian mentil, serta untuk menghasilkan nada perlu dan Metode Penelitian Sosial. dilakukan latihan mengolah tenggorokan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Genggong mulai mengalami Hastanto, Sri. 2005. Musik Tradisi perubahan semenjak terjadi perubahan dalam Nusantara: Musik-Musik yang Belum konteks musiknya. Jika dahulu Genggong Banyak Dikenal. Deputi Bidang Seni dan adalah sebuah alat musik individu untuk Film Kementerian Kebudayaan dan kepentingan hiburan pribadi, maka telah Pariwisata. berkembang menjadi sebuah ensamble Rai S, I Wayan. 2001. Gong: Antologi (barungan) gamelan untuk mengiringi Pemikiran. Denpasar: Bali Mangsi. pertunjukan. Untuk mendukung pertunjukan Sadguna, I Gde Made Indra. 2010. Kendang tersebut, maka ditambahkan beberapa alat Bebarongan dalam Karawitan Bali: lainnya seperti jir, klentit, suling, ceng-ceng, Sebuah Kajian Organologi. Yogyakarta: kendang, enggung, dan klenang. Kanisius. Spradley, James P. 1980. Participant Daftar Pustaka Observation. Orlando, Florida: Harcourt Brace Jovanovich, Inc. Budiarsa, I Wayan dan Suminto. 2014. Sudhana, I Gusti Ketut. 2007. “Beberapa “Bentuk Representasi Dramatari Aspek Tentang Genggong” dalam Jurnal Genggong di Desa Batuan Gianyar” Bheri Volume 6 No. 1. Denpasar: Jurusan dalam Jurnal Segara Widya Volume 2 No. Seni Karawitan, Fakultas Seni 2. Denpasar: Institut Seni Indonesia Pertunjukan, Institut Seni Indonesia Denpasar. Denpasar.

Jurnal ”SEGARA WIDYA”, Volume 3, Nomor 1, 2015, ISSN: 2354-7154