ISSN: 2337-5957 / E-ISSN: 2655-2833

PUSAKA Jurnal Khazanah Keagamaan Vol. 8, No. 2, November 2020

ISSN: 2337-5957 / E-ISSN: 2655-2833 PUSAKA Jurnal Khazanah Keagamaan Vol. 8, No. 2, November 2020

PEMBINA : H. Saprillah, M.Si.

REDAKTUR AHLI : Dr. H. Abd. Kadir M., M.Ag. (Agama, Balitbang Agama )

MITRA BESTARI : Prof. Dr. Muhammad Adlin Sila, Ph.D. (Kajian Agama dan Masyarakat, Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI) Prof. Dr. H. Idham, M.Pd. (Kajian Agama dan Tradisi Keagamaan, Balai Litbang Agama Makassar) Dr. H. Muhaemin (Kajian Pendidikan Agama dan Sosiologi Agama, Insititut Agama Islam Negeri Palopo) Dr. Ulfiani Rahman (Kajian Pendidikan, dan Dirasah Islamiyah, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar). Dr. Mustolehudin (Kajian Agama dan Tradisi Keagamaan, Balai Litbang Agama )

PEMIMPIN REDAKSI : Muh. Subair, SS., M.P.I.

DEWAN REDAKSI : Abu Muslim, S.HI., M.HI. Dra. Nelly H. Muhammad Sadli Mustafa, S.Th.I., M.Pd.I. Hamsiati, M.Hum. Husnul Fahimah Ilyas, M.A.Hum Muhammad Nur, MH.I. Syarifuddin, S.S., M.Hum. Wardiah Hamid, S.Ag, M.Hum

KESEKRETARIATAN : Amru Ichwan Alwy, S.IPI. Burhanuddin Darwis, S.Pd.I. Risma Yuliana Wahab, S.Kom Syamsuddin, S.M.

Lay Out : Nur Arisal, SE. ALAMAT REDAKSI : Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar Jl. A.P. Pettarani No. 72 Makassar 90222 Telp. 0411 452952 Fax. 0411 452982 Email: [email protected]

ISSN: 2337-5957 / E-ISSN: 2655-2833

PUSAKA Jurnal Khazanah Keagamaan Vol. 8, No. 2, November 2020

DAFTAR ISI

Tradisi Siklus Hidup Masyarakat Perkotaan di Era Normal Baru (Studi Living Qur’an pada Masyarakat Pedalangan, Banyumanik, Semarang) Mita Melina, Ulfi Putra Sany, dan Mustolehudin 125-144

Mengilhami Kreativitas Keberagamaan Masyarakat Melalui Perjumpaan Islam dan Patuntung di Tanah Toa Kajang Sylviah dan Abu Muslim 145-164

Makna dan Simbol Pada Tradisi Pembacaan Ratek Mauduk di Komunitas Makassar Husnul Fahimah Ilyas 165-178

Korelasi Fungsional Kalender Islam dan Pembayaran Zakat Muh. Rasywan Syarif dan Naif 179-190

Islamisasi di Ajatappareng Abad XVI-XVII Ahmad Yani 191-210

Merajut Moderasi Beragama dari Tradisi Pesantren Abd. Kadir M 211-226

Jaringan Intelektual Ulama Pinrang Syarifuddin 227-240

Kearifan Lokal Sintuwu Maroso sebagai Simbol Moderasi Beragama Muhammad Nur 241-252

PENGANTAR REDAKSI

Pandemi COVID-19 belum berlalu, di tengah penerapan tatanan kehidupan baru yang berbasis pada adaptasi perilaku hidup bersih dan sehat, kini hadir lagi edisi Pusaka Jurnal Volume 8 Nomor 2, November 2020. Sebuah upaya konsisten untuk terus menghadirkan jurnal ilmiah yang berbasis hasil penelitian dalam bidang, lektur dan khazanah keagamaan. Tidak mudah untuk menjaga ritme ketepatan penerbitan dan kualitas artikel yang memenuhi kualifikasi terbaik. Tetapi, artikel- artikel pada edisi ini tampak berkembang lebih baik, ditandai dengan semakin minimnya yang melewati ambang batas plagiasi dari artikel-artikel yang diterima. Hal ini menunjukkan kesadaran para penulis akan pentingnya menjaga integritas dan akuntabilitas pribadi sebagai bagian dari masyarakat ilmiah yang bertanggung jawab.

Persebaran wilayah penulis dan wilayah kajian selanjutnya akan menjadi perhatian dalam penentuan artikel yang akan diterima. Hal ini dapat ditunjang oleh penyebarluasan informasi jurnal online dan diikuti oleh peningkatan sitasi jurnal yang menjadi keharusan untuk selalu ditingkatkan. Iklim penulisan artikel yang menjaga integritas penulis dari plagiarisme sekali lagi akan sangat membantu untuk menjaga keberlangsungan kualitas artikel, penyebarluasan artikel, dan ketertarikan para penulis dari berbagai daerah untuk mempercayakan artikelnya menjadi bagian dari terbitan Pusaka Jurnal Khazanah Keagamaan pada edisi-edisi yang akan datang.

Edisi kali diharapkan dapat menghadirkan berbagai artikel yang informatif dan solutif terhadap permasalahan sosial keagamaan dan tuntutan perkembangan zaman. Karena itu, artikel terkait kearifan lokal menjadi warna yang dominan, khususnya yang membincang tentang pengembangan sikap moderasi beragama. Basis artikel sebagai deskripsi empiris dari keadaan masyarakat yang menjadi sasaran penelitian, memperlihatkan wajah dan watak keberagamaan dalam keberagaman yang dinamis. Suku-suku bangsa yang beragama dapat dimaknai sedang berupaya mengangkat citra diri kesukuannya dengan memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi terciptanya kualitas kebangsaan yang lebih baik.

Makassar, 01 November 2020 Pemimpin Redaksi,

Muh. Subair

Pusaka Jurnal Khazanah Keagamaan, Vol. 8, No. 2, 2020

Jaringan Intelektual Ulama Pinrang The Intellectual Network of Ulama In Pinrang

Syarifuddin Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar Jl.A.P.Pettarani No.72 Makassar. Telp:0411-452952 Email: [email protected]

Info Abstract Artikel Tulisan ini menggambarkan pola jaringan intelektual Pinrang. Studi menggunakan pendekatan ilmu sejarah sebagai sudut pandang dengan mengumpulkan sumber sejarah yang terkait. Oleh karena secara historis, studi ini dibatasi pada fase Abad XX. Beberapa ulama yang menjadi fokus kajian antara lain. Habib Hasan bin Alwi bin Sahl di Lero Pinrang, KH. Muhsen Umar, KH. Abd. Shamad, KH. Abd. Rahman Ambo Dalle. Pola pembentukan jaringan tersebut berupa jaringan intelektual yang belajar ke Mekah seperti Habib Hasan bin Alwi bin Sahl dan KH. Diterima Abd. Rahman Ambo Dalle. Secara khusus, KH. Abd. Rahman Ambo Dalle terlebih 24 dahulu belajar ke Madrasah Arabiyyah al-Islamiyyah Sengkang di Wajo sebelum pergi ke Mekah. Pola pembentukan jaringan lainnya yakni berupa jaringan Juni intelektual secara lokal yakni mereka belajar pada lembaga pendidikan yang 2020 berkembang pada masanya seperti pengajian tradisional di Salemo. Disamping itu, disebutkan diantara ulama tersebut juga belajar di Arabiyyah al-Islamiyyah Revisi I Sengkang di Wajo di bawah asuhan KH. Muh. Asad. Selanjutnya, mereka pun 27 kemudian mengembangan jaringan intelektual dengan melaksanakan pengajian kitab secara tradisional, mengajarkan tarekat serta mendirikan lembaga pesantren. Agustus Kata Kunci: jaringan intelektual, Darud Dakwah Wal Irsyad, ulama, pengajian 2020 tradisional.

Revisi II This paper describes the pattern of the Pinrang intellectual network. The study 7 uses a historical science approach as a point of view by collecting related historical sources. Therefore, historically, this study is limited to the phase of the Oktober XX century. Several scholars who became the focus of the study, among others. 2020 Habib Hasan bin Alwi bin Sahl in Lero Pinrang, KH. Muhsen Umar, KH. Abd. Shamad, KH. Abd. Rahman Ambo Dalle. The network formation pattern is in the Disetujui form of intellectual networks who study in Mecca, such as Habib Hasan bin Alwi 20 bin Sahl and KH. Abd. Rahman Ambo Dalle. In particular, KH. Abd. Rahman Ambo Dalle first studied at Madrasah Arabiyyah al-Islamiyyah Sengkang in Wajo Oktober before going to Mecca. Another network formation pattern is in the form of a local 2020 intellectual network, where they learn at educational institutions that developed at that time, such as traditional recitation in Salemo. Apart from that, it was stated that among these scholars also studied at Arabiyyah al-Islamiyyah Sengkang in Wajo under KH. Muh. Asad. Furthermore, they then developed intellectual networks by carrying out traditional book recitations, teaching tarekat and establishing pesantren institutions. Keywords: intellectual network, Darud Dakwah Wal-Irsyad, ulama

227

Jaringan Intelektual Ulama Pinrang – Syarifuddin

PENDAHULUAN sangat minim didapatkan. Contoh kecil Perkembangan ajaran Islam di misalnya, pelajaran di sekolah hampir suatu daerah tak bisa dilepaskan dari tidak mengungkap peran Sykeh Yusuf peran dan dakwah ulama sebagai aktor Al-Makassary dalam menyebarkan pewaris risalah agama yang dibawa ajaran agama. Ia hanya dikenal sebagai oleh Rasulullah Saw. Tak terkecuali di tokoh perlawanan di daerah Banten daerah Pinrang. Sejak masuknya Islam yang kemudian diasingkan ke Afrika di daerah Sulawesi Selatan yang secara Selatan. Perannya pun dianggap masih resmi diproklamirkan oleh Raja Gowa kalah dibanding figur Sultan Agung Sultan Alauddin pada tahun 1605 sebagai Raja Banten. (Sewang, 2005, p. 2) berkat dakwah Oleh karena itu tulisan ini dari seorang ulama yakni Datuk Ri mencoba merefleksi kembali jejak Bandang. Agama Islam kemudian perjuangan para ulama berbasis menyebar ke wilayah sekitar termasuk jaringan intelektualnya. Hal penting, halnya daerah Pinrang. Menurut salah karena seorang ulama tidak lahir satu persi bahwa, kehadiran agama sebagai ulama begitu saja. Ada aktor Islam di wilayah Pinrang di yakini ulama lainnya yang membentuk ketika wilayah kerajaan Sawitto seorang ulama hingga akhirnya ia juga mendapat anjuran dari Raja Gowa pada meraih taraf ulama. Adalah sebuah tahun 1607. Dasarnya penerimaannya warisan ilmu pengetahuan yang yaitu adanya kesepakatan antar diwariskan dari generasi ke generasi. kerajaan tersebut bahwa apabila salah Tak kalah pentingnya adalah warisan satu diantara menemukan jalan budi pekerti berupa akhlakul karimah. kebaikan maka harus disampaikan Artinya seorang ulama tidak akan kepada yang lainnya (Kila, 1998, p. cukup disebut ulama jika hanya 106). Dalam kurun beberapa waktu, sekedar memiliki ilmu agama. Tetapi agama Islam kemudian menjadi agama lebih dari itu, ia juga harus memiliki mayoritas. Seperti disebutkan akhlak yang mulia untuk dijadikan sebelumnya bahwa realitas ini tak bisa panutan umat. dipisahkan dari peran para ulama. Secara sederhana, para ulama Proses transformasi ajaran dahulu mentransformasikan ilmu Islam di masyarakat sudah berlangsung kepada muridnya melalui lembaga beberapa abad lamanya. Problem yang pengajian baik itu secara talaqqi terjadi kemudian adalah masa kini tak maupun halaqah. Dalam mampu melacak peran-peran ulama perkembangan selanjutnya, beberapa tersebut. Salah satu faktornya adalah ulama kemudian mendirikan lembaga minimnya kajian terkait sejarah ulama. pendidikan agama formal seperti KH. Penulisan sejarah yang dilakukan oleh Muh. Asad di Wajo yang mendirikan para sejarahwan lebih berbasis pada Madrasah Arabiyah al-Islamiyah sejarah politik yang menceritakan Sengkang pada tahun 1930 (Pawiloy. perkembangan serta intrik pada suatu et.al, 1981, p. 81). Lembaga ini kekuasaan. Produk sejarah ini juga kemudian berubah menjadi Pesantren banyak diadopsi pada buka ajar sejarah Asadiyah sebagai bentuk di sekolah. Pada akhirnya, sejarah yang penghormatan kepadanya. Dari menceritakan perjuangan ahli agama Madrasah inilah muncul banyak ulama dalam mendakwahnya ajaran Islam yang diasuh langsung KH. Muh. As’ad.

228

Pusaka Jurnal Khazanah Keagamaan, Vol. 8, No. 2, 2020

Mereka inilah kemudian beberapa calon Qadhi Kerajaan Bone, mengembangkan proses intelektual diantaranya: Syekh Ahmad, KH. sang guru dengan ditandai berdirinya Adam, KH. Safiyanah, KH. beberapa pesantren di beberapa daerah Muhammad Yusuf, KH. Abd. Wahid, di Sulawesi Selatan. Proses pewarisan KH. Sulaiman, KH. Muh. Rafi dan KH. seperti inilah yang disebut sebagai Junaid (Ridhwan, 2016). Selanjutnya jaringan intelektual ulama. terdadapat ulama-ulama yang belajar di Di samping itu pola tersebut di Nusantara, atau belajar dari ulama atas, banyak juga ulama termasuk alumni Mekkah, seperti AGH. halnya di Sulawesi Selatan yang Huzaifah dan AGH Muhammad Abduh memilih untuk belajar langsung ke Pabbajah (Muh Subair, 2011; Mekah dan Madinah. (Azra, 2007) Muhammad Subair, 2018). menyebutkan bahwa kota Mekah Berdasarkan latar belakang memiliki posisi yang sangat penting yang telah dikemukakan di atas, maka bagi umat Islam yakni ia adalah kiblat masalah penelitian ini, yaitu: umat Islam sekaligus tempat awal Bagaimana Jaringan Ulama di Pinrang? berkembangnya ajaran Islam. Pada saat Pertanyaan ini dijabarkan dalam sub yang sama, banyak ulama menjalankan permasalahan sebagai berikut: pengajian di Mekah. Salah satu faktor Bagaimana proses pembentukan memicu pembentukan jaringan ini, jaringan inteluktual ulama di Pinrang? yaitu prosesi pelaksanaan ibadah yang Penelitian ini bertujuan menjawab rutin dilaksanakan setiap tahunnya. permasalahan di atas yaitu: Untuk Oleh karena itu, banyak ulama yang mengetahui proses pembentukan memilih naik haji ke Mekah sekaligus jaringan intelektual ulama di Pinrang memanfaatkan waktu untuk menimba serta dampak dari pembentukan ilmu kepada ulama di kota tersebut. jaringan intelektual ulama Sulawesi Ulama pertama yang dikenal Selatan di Pinrang. membentuk jaringan Sulawesi-Mekah Kajian yang sangat penting adalah Syekh Yusuf Al-Makassari. terkait dengan tulisan ini yaitu artikel Dalam perjalanannya belajar ke yang ditulis oleh (Hamid, 2019, pp. Mekah, ia singgah di beberapa daerah 405–419) yang memaparkan kiprah seperti Banten, Aceh dan Yaman ulama Pinrang . ia menyebutkan bahwa (Lubis, 1996). Gambaran perjalanan ini beberapa ulama memiliki kiprah dalam secara langsung membentuk ulama pengembangan dakwah Islam di Nusantara-Timur Tengah. Azra dalam Pinrang KH. Abd. Latif, KH. Zaenal bukunya memaparkan secara khusus Abidin, KH. Hafid Karim serta KH. figur Syekh beserta perjalanan Abd. Hamid. Diantara kiprah tersebut hidupnya mengembara mencari ilmu yaitu adanya pengajian halaqah yang serta berjuang menyebarkan dakwah dihadiri oleh masyarakat. Disamping Islam (Azra, 2007). Dalam itu, mereka juga di Kementerian perkembangannya, banyak ulama Agama Kabupaten Pinrang seperti KH. Sulawesi yang kemudian belajar ke Zaenal Abidin dan KH. Hafid Karim. Mekah seperti Syekh Abd. Rasyid Kiprah lainnya yang dilakoni ulama Bugis dan putranya KH. Muh. As’ad Pinrang menjadi Qadi di Kerajaan dari Sengkang Wajo. tradisi belajar ke Sawitto. Jabatan ini dijabat oleh KH. Mekah ini juga dilakukan oleh Abd. Hamid. Terkait dengan jaringan

229

Jaringan Intelektual Ulama Pinrang – Syarifuddin

ulama tersebut, disebutkan bahwa hingga kini. Diantaranya, mereka terkoneksi dengan jaringan Abdurrahman Ambo Dalle (Pesantren lembaga pendidikan yang berkembang DDI Mangkoso, Pesantren DDI sebelumnya sebagai tempat mereka Parepare dan Pesantren Manahil Ulum belajar yakni pengajian tradisional di Kaballangan Pinrang), Daud Ismail Salemo dan Campalagian serta MAI di (Pesantren Yastrib Soppeng), Muh. Sengkang Wajo yang diasuh oleh KH. Abduh Pabbajah (Pesantren Al-Furqan Muh. Asad. Disamping itu, mereka Pare-pare), Abd. Muin Yusuf juga terkoneksi dengan jaringan ulama (Pesantren al Urwatul Wustqa Rappang Mekah. Sidrap), Lanre Said (Pesantren Darul Artikel lain yang ditulis oleh Huffazh Tuju-tuju Kajuara Bone), dengan tema yang sama tetapi dengan Ahmad Marzuki Hasan (Pesantren lokus yang berbeda yakni memaparkan Darul Istiqamah Maros), Abdul Kadir kiprah Ulama Parepare dan Sidrap. Ia Khali (MDIA Bontoala Makassar), menyebutkan nama KH. Mahmud Fasih Mustafa (DDI Takkalasi Barru), Fasieh, KH. Muhammad Sanusi dan lain sebagainya (Arif, 2008, p. 95). Maggu, KH. Jamal Usman Padaelo, Walaupun kajian membahas jaringan KH. Bahsen Salman, dan KH. Lukman ulama secara luas di Sulawesi Selatan, Hakim. Kiprah mereka mereka mirip namun kajian dibatasi pada ulama- dengan pola kiprah ulama Pinrang di ulama yang merupakan murid atau artikel sebelemnya yakni mereka alumni dari MAI Sengkang yang dibina berkiprah dalam memberikan oleh Gurutta Muh. As’ad. Pendidikan langsung kepada Teori yang sangat relevan masyarakat serta mengabdi di dengan tulisan ini yaitu teori jaringan. lingkungan pemerintahan dengan Ritzer memaparkan teori ini bahwa menjadi pimpinan di lembaga yaitu fokus utamanya yaitu adanya Mahkamah Syariah. Disamping itu, hubungan-hubungan sosial atau pola sebagian ulama tersebut merupakan objektif ikatan-ikatan yang kader atau murid dari KH. menghubungkan para anggota (Ritzer, Abdurrahman Ambo Dallo ketika ia 2014, p. 747). Jika dibawa kepada pola mengembangkan organisasi Darud jaringan ulama yaitu didefensisikan Dakwah Wal Irsyad di Parepare sebagai pola hubungan ulama secara (Hamid, 2018). sosial baik itu dengan guru atau Studi terkait jaringan ulama di muridnya ataupun hubungan dengan Sulawesi Selatan secara spesifik masyarakat. Hanya saja, hubungan diutarakan oleh Syamsuddin Arif yang dalam kajian ini difokuskan pada berjudul Jaringan Pesantren di koneksi intelektua antara ulama dengan Sulawesi Selatan (1928-2005). Buku guru dan muridnya. ini merupakan hasil disertasinya di UIN Syarif Hidayatullah . METODE Dalam kajiannya, menyebutkan bahwa Penelitian ini adalah penelitian Muh. As’ad (Gurutta Sade) merupakan kualitatif yang memotret jaringan aktor jaringan pembentukan ulama intelektual ulama di Pinrang. pesantren di Sulawesi Selatan dengan Pendekatan yang digunakan yaitu merujuk pada beberapa muridnya yang pendekatan historis dengan mendirikan pesantren yang masih eksis memaparkan perkembangan jaringan

230

Pusaka Jurnal Khazanah Keagamaan, Vol. 8, No. 2, 2020

intelektual ulama dari perspektif manajemen pendidikan modern seperti kesejarahan. Penelitian ini sekolah atau madrasah. Proses dilaksanakan di Kabupaten Pinrang pewarisan keilmuwan dilakukan oleh dengan membatasi pada Periode Abad seorang ulama dengan mengajarkan XX. (Gottschalk, 2006, p. 174) kitab-kitab tertentu kepada muridnya. menyebutkan penyusunan kronologi Tempat pelaksanaanya yaitu masjid yang berdasarkan periode tertentu atau rumah ulama itu sendiri. menjadi menjadi norma yang harus Dalam beberapa penelusuran di diperhitungkan oleh peneliti sejarah. Pinrang, sistem pembelajaran ini Oleh karena itu, ini pembatasan periode dilakukan oleh beberapa ulama, pada kajian ini menjadi sangat penting. diantaranya yang paling terkenal yaitu Secara umum, pengumpulan data KH. Abd. Shamad, seorang ulama yang dalam penelitian ini yaitu mengacu lahir di Langnga Pinrang. Tahun pada pengumpulan data penelitan kelahirannya tidak diketahaui secara kualitatif yakni : observasi terhadap pasti. Menurut beberapa informan, ia lingkungan sosial kehidupan ulama, segenerasi dengan Ambo Dalle (lahir wawancara dengan informan yang tahun 1900). Awalnya sekitar tahun memiliki informasi seputar ulama 1930, ia ke Salemo memperdalam seperti keluarga, murid, tokoh agama ilmu agama (mangngaji kitta) selama 4 atau masyarakat, serta studi tahun. Menurut informasi lisan di kepustakaan yang relevan dengan Salemo, ia secara khusus belajar kajian ini. Sebagaimana halnya kepada KH. Abd. Rasyid serta pada penelitian kualitatif, peneliti kemudian ulama lainnya. Rihlah ilmiahnya mengolah data tersebut mulai dari kemudian dilanjutkan ke Tanah Suci pengumpulan data hingga analisis data mekah belajar di Darul Ulum selama 4 (Sugiyono, 2010) Selanjutnya, analisis tahun. Tidak diperoleh informasi secara data dilakukan dengan analisis pasti siapa gurunya di Mekah, namun kualitatif deskriptif. di periode yang hampir sama ada beberapa ulama Sulawesi Selatan yang pergi Ke Mekah belajar Darul Ulum HASIL DAN PEMBAHASAN seperti Abdurrhaman Ambo Dalle, Jaringan Tradisional Halaqah Abdul Malik Muhammad, dan Muhammad Nur. Dengan tempat Defenisi jaringan tradisional belajar yang sama, diduga bahwa pada tulisan yaitu jaringan ulama yang mereka berguru kepada ulama yang melaksanakan proses pewarisan sama. intelektual keislaman berupa pengajian Setelah belajar di Tanah Suci, kitab kuning dalam bentuk tradisional KH. Abd. Shamad kemudian pulang ke seperti sorogan dan halaqah. Bentuk ini Pinrang dan tinggal menetap di biasanya dipraktekan juga di pesantren- Paleteang (sekarang depan terminal pesantren yang mengajarkan tradisi Pinrang). Ia membawakan pengajian di kitab kuning (Dhofier, 2011). Sistem masjid lama Pinrang (Masjid Raya), ini dipilih karena dianggap sebagai dengan dibantu oleh seorang asisten media yang sangat ampuh dalam sekaligus murid setia bernama Said pendalaman ajaran agama secara Mantaka (Lahir 5 Juli 1931. Kitab yang mendalam. Sistem ini biasanya dikelola dikaji yaitu Kifayatul Akhyar dan seadanya tanpa mengacu pada

231

Jaringan Intelektual Ulama Pinrang – Syarifuddin

Kasyifah al Saja. Kitab ini merupakan kanak, Habib Hasan dikirim oleh kitab fikih yang berorientasi pada ayahnya menuntut ilmu ke tanah Suci Mazhab Syafi’iyyah. Mekah kepada beberapa ulama kurang Disamping mengajar di masjid, lebih 30 tahun lamanya (Sahl, 2014, ia mengajar di rumahnya. Muridnya pp. 64–65). Berdasarkan wawancara, antara lain KH. Zaenal Abidin (Mantan diantara gurunya di Mekah yaitu Syekh Kandepag Pinrang dan Ketua MUI), Said al Yamani Mufti Syafi’iyyah, KH. Abd. Hafid Karim (Qadhi disamping itu, ia juga bersahabat Sawitto/Pengurus DDI Hasil Muktamar dengan Syekh Hasan al-Yamani putra I 1948). Tradisi belajar mengajar dari gurunya. dengan sistem tradisional dilakoni KH. Setelah sekian lama menuntut Abd. Shamad hingga ia wafat dan ilmu di tanah Suci, ia kemudian pulang dimakamkan di pekuburan Pacongan ke Mandar tepat ke tanah kelahirannya Kota Pinrang. Makamnya hanya berupa Pambusuang menyebarakan dakwah batu nisan yang kini tidak bisa lagi Islam sekaligus mengadakan pengajian dikenali. Akibatnya informasi tentang kitab. Diantara murid-muridnya di waktu meninggalnya tidak diketahui Pambusuang yaitu: KH. Abd. Hafidz, secara pasti. Namun, berdasarkan KH. Abdul Rasyid (Imam Sabang informasi dari murid dekatnya yaitu Subik), KH. Syuaib (Imam Syuhada Said Mantakka, bahwa KH Abd. Polewali), KH. Muh Suyuti (Imam Shamad diperkirakan wafat pada tahun Napo), KH. Abdullah (Imam Masjid 1970-an. Informasi didasarkan pada Taqwa Pambusuang), S. Thaha al proses pengajian kitab kuning di Mahdaly. S. Husen Alwy Alatas. Masjid Raya digantikan oleh Said Pada saat meletusnya peristiwa Mantakka (Wawancara dengan Said pemberontakan DI/TII yang dipimpin Mantakka Murid KH. Abd. Shamad di oleh Kahar Muzakkar, daerah Mandar Pinrang) tanggal 17 Maret 2017). juga termasuk daerah yang bergolak Tradisi yang sama juga dilakoni oleh hingga akhirnya Habib Hasan juga tak beberapa ulama seperti KH. Abd. Latif luput dari incaran pasukan Kahar. Atas (sebelumnya belajar Kitab Kuning di Saran dari S. Mengga, ia kemudian Campalagian Polman) dan KH. Rabe mengungsi ke Ujung Lero melewati Baddulu yang kesemuanya berasal dari jalur laut demi alasan keamanan. Langnga daerah asal KH. Abd. Samad Disinilah ia kemudian melanjutkan Di daerah pesisir pantai, tradisi dakwah Islam dan tradisi pengajian kajian kitab kuning dalam bentuk kitab hingga akhirnya hayatnya tradisional juga dilaksanakan oleh sehingga ia lebih dikenal dengan Habib Hasan Bin Alwi Jamalul Lail sebutan Puang Lero. Disamping itu seorang ulama keturunan Arab yang juga ia memprakarsai pembangunan menetap Ujung Lero Pinrang. Habib Masjid Jami al Muhajirin Ujung Lero. Hasan lahir di Pambusuang sekitar Diantaranya muridnya yang terkenal di tahun 1894. Ayahnya seorang Ulama Lero yaitu KH. Muchtar Husein besar bernama Habib Alwi bin mantan Ketua MUI Sulawesi Selatan. Abdullah Bin Sahl Jamalullail, pernah Habib Hasan menghembuskan nafas mengabdi di Pambusuang dan terakhir pada 8 Oktober 1973 dan Campalagian dan dikenal dengan dimakamkan di samping kiri Masjid sebutan Puang Towa. Pada usia kanak-

232

Pusaka Jurnal Khazanah Keagamaan, Vol. 8, No. 2, 2020

Jami Al Muhajirin Ujung Lero Pinrang dilakukan oleh Belanda di bawah (Sahl, 2014). komando Westerling yang dikenal dengan “Peristiwa Pembantaian Jaringan Darud Dakwah wa Irsyad Korban 40.000 Jiwa”. Korban jiwa Organisasi Darud Da’wah wal dalam peristiwa berasal dari berbagai Irsyad adalah organisasi sosial daerah yaitu, Mandar, Pinrang, Sidrap keagamaan yang didirikan oleh ulama- dan Pare-pare. Dalam peristiwa ini, ulama Sulawesi Selatan. Inisatif beberapa ulama tak luput dari korban pendiriannya bermula dari kebengisan pasukan Westerling seperti Musyawarah Alim Ulama di Soppeng KH. Ma’ruf dan Abdul Waris beserta 17 Pebruari 1947. Pelaksanaan guru yang ditugaskan oleh musyawarah ini merupakan usul dari Abdurrahman Ambo Dalle di MAI pertemuan awal antara KH. Daud Baruga Majene (Sudirman, 2008, p. Ismail, KH. Abdrrahman Ambo Dalle, 66). Dilatari situasi sulit tersebut, Syekh Abdurrahman Firdaus dan KH. pertemuan alim ulama ini lahir sebagai Muhammad Abduh Pabbajah (Kabry, respon masa depan pendidikan agama 2006, p. 7) Musyawarah ini dihadiri umat agar tetap dapat berjalan. Oleh oleh berbagai ulama dari beberapa karena itulah, muncul usulan untuk daerah seperti Syekh Abdurrahman membentuk sebuah jaringan organisasi Firdaus (Pare-pare), Muhammad ulama yang menjamin kontiniutas Abduh Pabbajah (Allakuang Sidrap), pendidikan agama tetap bisa berjalan. Muh. Tahir (Qadi Balanipa Sinjai), Setelah mempertimbangkan berbagai Zainuddin (Majene), M. Kittab (Qadi usulan, disepakatilah bahwa nama Soppeng Riaja Barru), Abd. Muin organisasi tersebut adalah Darud Yusuf (Qadi Sidenreng Sidrap), dan Da’wah wal Irsyad disingkat DDI. lain sebagainya. Kehadiran beberapa Nama Darud Da’wah wal Irsyad ulama dalam musyawarah ini merupakan usulan dari Syekh menandakan adanya hubungan yang Abdurrahman Firdaus yang sekaligus erat antara ulama-ulama di berbagai menjadi penasehat bersama Syekh Ali daerah di Sulawesi Selatan (termasuk Mathar dari Rappang. Pada awalnya, Sulawesi Barat sekarang ini). Situasi organisasi ini merupakan perkumpulan konteks di saat itu, Negara Kesatuan para ulama, namun akhirnya Republik yang baru saja bertransformasi sebagai Organisasi memproklamirkan kemerdekaannya Sosial Keagamaan yang merangkul pada tanggal 17 Agustus 1947. Namun, berbagai pihak sebagai respon rakyat harus kembali berjuang perkembangan zaman. Walaupun mempertahankannya karena Belanda demikian, misi utama dari organisasi kembali ingin menanamkan ini masih tetap sama yaitu pengaruhnya di Nusantara termasuk di mengembangkan pendidikan agama Sulawesi. Usaha Belanda ini kemudian guna mencetak ulama. direspon oleh rakyat dengan Berbicara ulama DDI tentu tak perlawanan dimana-mana, hingga bisa dilepaskan dari sosok KH. akhirnya terjadilah peristiwa korban Abdurrahman Ambo Dalle sebagai 40.000 jiwa di seluruh wilayah salah satu ulama pencetus lahirnya DDI Sulawesi Selatan pada tahun 1947. sekalgus figur yang paling lama Peritiwa ini merupakan pembantaian memimpin DDI. Ambo Dalle lahir

233

Jaringan Intelektual Ulama Pinrang – Syarifuddin

tahun 1900 di Tanasitolo Wajo. Saat kemudian dikenal dengan Daru kecil ia belajar di Volk School Dakwah Wal Irsyad (DDI). kemudian dilanjutkan di sekolah guru Selanjutnya, ia kemudian melebarkan (kweek school) Serikat Islam sayap ke Parepare dengan mendirikan Makassar. Pada tahun 1931, ia Pesantren DDI Parepare di Ujung Lare, kemudian melanjutkan pendidikan dibantu beberapa ulama seperti Syekh agama di MAI Sengkang di bawah Abdurrahman Firdaus, KH. Muh. asuhan KH. Muh. As’ad. selanjutnya ia Abduh Pabbajah, KH. Abubakar ke Mekah menunaikan Ibadah Haji Zaenal, KH. Yusuf Hamzah, KH. Aqib sekaligus belajar pada periode tahun Siangka, dan lain sebagainya 1934-1937. Selain KH. Muh. As’ad, ia (Wawancara dengan KH. Lukmanul tercatat pernah belajar pada H. Hakim Pimpinan Pesantren DDI Syamsuddin, Syekh Ambo Emme, Manahil Ulum Kaballangan Pinrang Syekh Abdul Rasyid, Syekh Mahmud sekaligus alumni Pesantren DDI Ujung al Jawwad dan Syekh Hasan al Yamani Lare Parepare di Pinrang Maret 2017). (Ondeng, 2007, p. 7). Selanjutnya ia Pada 1963, ia juga menggagas kembali MAI Sengkang belajar pada terbentuknya Madrasah Dirasah Ulya Gurutta Muh. As’ad sekaligus (haitul Takaful) yang Pesantren DDI, mengajar membantu gurunya dalam Pesantren Yastrib Soppeng, Pesantren mengembangkan madrasah hingga Modern al-Hadist Biru Bone, dan datanglah sebuah permintaan dari Pesantren al Urwatul Wutsqa Sidrap. Arung Soppeng Riaja Andi Pada tahun 1977, Ambo Dalle Muhammad Dagong bersama Qadi H. memutuskan bergabung dengan Kittab untuk berdakwah di Barru. Golkar. Pilihan masuk Golkar sendiri Perimntaan itu tak bisa ditolak oleh merupakan hasil istikharah dan Ambo Dalle hingga pada tahun 1938 pemikiran yang panjang terkait plus berdirilah MAI Mangkoso di bawah minus dan akibatnya terhadap kepemimpinan Ambo Dalle dibantu organisasi DDI. Pertimbangan bahwa beberapa guru yang umumnya alumni sikap refresif pemerintah Orde Baru MAI Sengkang, yaitu: KH. terhadap tokoh Islam khususnya yang Burhanuddin, KH. Makki Barru, KH. pernah terlibat dalam peristiwa DI/TII Abd. Rasyid Ajakkang, KH. Abd. menjadi salah satu alasan. Walaupun Kadir Balusu, KH. M. Qasim Pancana, demikian, pro dan kontra terhadap KH. Amin Nashir, KH. Harun al- sikap Ambo Dalle tetap terjadi salah Rasyid, KH. Abd. Kadir Khalid, KH. satunya yaitu banyak santri Pesantren Abd. Hannan, KH. Abd. Rahman DDI Ujunglare Parepare yang dipimpin Mattameng, KH. Muh. Aqib Siangka, langsung oleh beliau ramai-ramai Ustadz Haddad, KH. Amberi Said dan meninggalkan asrama pesantren. lain sebagainya (Anshory Ch, 2009, p. Sementara yang tersisa hanya puluhan 59). orang santri. Akibatnya, ia merasa Pada 16 Februari 1947, ia kecewa dan memutuskan pindah ke mengikuti pertemuan dengan beberapa Kaballangan Pinrang dan mendirikan ulama di Soppeng. Hasil pertemuan Pesantren DDI Manahil Ulum tersebut yaitu iniasitif pendirian sebuah Kaballangan. Di Kabballangan dibantu ormas yang menampung aspirasi oleh, KH. Andi Syamsul Bahri Galigo, keberlangsungan dakwah ulama yang KH. Abd. Rahim Arsyad, KH. Yunus

234

Pusaka Jurnal Khazanah Keagamaan, Vol. 8, No. 2, 2020

Shamad, KH. Lukmanul Hakim yang belajar kepada Syekh Abdurrahman kesemuanya merupakan alumni Firdaus di Jampue. Pesantren DDI Ujung Lare Pada tahun 1948, pasca (Wawancara dengan KH. Lukmanul muktamar pertama DDI, Ali Yafie Hakim Pimpinan Pesantren DDI diserahi amanah sebagai Sekretaris Manahil Ulum Kaballangan Pinrang DDI. Ia merupakan anggota DDI paling sekaligus alumni Pesantren DDI Ujung muda dengan usia 19 tahun. Ali Yafie Lare Parepare di Pinrang Maret 2017) muda tidak canggung mengemban Keberadaan Gurutta Ambo amanat sebagai pengurus DDI Dalle di Pinrang menjadi berkah berdampingan dengan ulama-ulama tersendiri daerah itu, dimana pasca lainnya yang usianya lebih senior. berdrinya Pesantren DDI Manahilul Dengan kedalaman ilmunya walaupun Ulum Kaballangan, diikuti kemudian masih dalam usia yang cukup muda, Pesantren DDI lainnya seperti DDI al pada 1953 ia diutus oleh DDI Taqwa Jampue, DDI Patobong dan menghadiri Kongres Ulama Indonesia DDI Lerang-lerang. Pada akhirnya di Medan bersama KH. Abd. Rahman Pinrang tercatat sebagai daerah yang Bone, KH. Amberi Said dan KH. memiliki pesantren DDI terbanyak dari Muhammad Abduh Pabbajah. Hingga daerah lainnya disamping keberadaan pada pada periode 1962-165 saat STAI DDI Pinrang. Pesantren tersebut Gurutta Ambo Dalle masih di hutan merupakan hasil bentukan murid-murid bersama Gerombolan DI/TII, ia Gurutta Ambo Dalle. diserahi amanah sebagai Ketua Umum Disamping figur Ambo Dalle, PB DDI. Pada saat itu pula kedudukan tokoh DDI yang pernah menetap di PB DDI berpindah ke Makassar. Pinrang tepatnya di Jampue yaitu KH. Kecemerlangan karirnya di bidang Ali Yafie seorang guru besar di bidang intelektual, organisasi, dan politik fikih sosial yang lahir di Wani mengantarkan Ali Yafie berkarir di Donggala. Pada usia 2 tahun, ia pindah Jakarta. Hingga akhirnya, ia pernah Ke Parepare Bersama Ayahnya KH. menjabat sebagai Rais Syuriah Muhamammad Al Yafie. Ali Yafie Nahdatul Ulama (1991-1992) dan belajar secara non formal ke bapaknya Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang dikenal sebagai ulama. Di Pusat (1998-2000). samping itu, ia bersekolah di Vervolg Pembentukan Jaringan Ulama School sebuah sekolah Belanda Sejak dahulu Mekah menjadi (Parepare). Selanjutnya, ia ikut tujuan para ulama belajar agama tak bapaknya yang pindah ke Rappang terkecuali ulama di Sulewesi Selatan belajar pada Syekh Ali Mathar di sepeti dari daerah Pinrang. Diantaranya Madrasah Aunur Rafiq dan KH. yang terkenal yaitu pendiri MAI Ibrahim (Qadi Sidenreng). Pada usia Sengkang KH. Muh. Asad. Ia berguru sekitar 17 tahun ia menikah dengan kepada banyak ulama di Mekah Aisyah Umar (saudara KH. Muhsin diantara gurunya yakni Sykeh Said al- Umar) di Jampue Pinrang. Selanjutnya Yamani, Ia merupakan ulama pengembaraan ilmiahnya dilanjutkan di keturunan Bugis kelahiran Mekah, Bone pada Syekh Mahmud al Jawwad. ayahnya adalah Syekh Abdul Rasyid Sepulang dari Bone, ia pun sempat ulama Bugis yang sudah lama bermukim di Mekah. Disamping

235

Jaringan Intelektual Ulama Pinrang – Syarifuddin

belajar pada Syekh Said Al Yamani, ia ulama tersebut pulang dari Mekah, juga belajar pada Syekh Umar mereka kemudian membentuk jaringan Hamdani al-Magribi, Syekh Jamal al intelektual dalam skala lokal dalam Makki, Syekh Ahamd Nazirin, Syekh bentuk pengajian atau lembaga Hasan al Yamani (putra Syekh Said al pendidikan Yamani) dan lain sebagainya (Katu, Disamping dengan model 2007, p. 231). Gurutta Muh. As’ad jaringan tersebut di atas, beberapa kemudian pulang ke Sengkang dan ulama juga menuntut ilmu dalam skala mendirikan MAI Sengkang Wajo. lokal di Sulawesi yakni mereka Banyak dari murid-muridnya yang menemui ulama di daerah Sulawesi kemudian melanjutkan perjuangannya seperti Salemo, Campalagian atau menyebarkan pendidikan agama di Sulawesi termasuk Pinrang seperti, Senkang yang pada awal Abad-20 Abdurrahman Ambo Dalle yang menjadi pusat pengembangan mendirikan Pesantren DDI Manahil Pendidikan Islam di Sulawesi Selatan. Ulum Kaballangan Pinrang atau KH. setelah itu, mereka kemudian Zainal Abidin yang mendirikan mentransformasikan ilmu agama ke pengajian tradisional di Pinrang. masyarakat. Di beberapa tempat di Selain Muh. As’ad, ulama Pinrang, banyak ulama yang memilih Sulawesi lainnya yang langsung belajar melaksanakan proses pembelajaran ke Mekah yaitu Habib Hasan bin Alwi agama. Kader ulama Salemo yang Jamalul Lail seorang ulama keturanan cukup terkenal di Pinrang adalah KH. Arab yang menetap Ujung Lero Pinrang kelahiran Pambusuang Abd. Shamad. Ia merupakan ulama Mandar. Ayahnya seorang Ulama besar sepuh sebelum Ambo Dalle hijrah ke bernama Habib Alwi bin Abdullah Bin Kaballangan. Di Pinrang ia memilih Sahl Jamalullail yang dikenal sebagai model pendidikan tradisional kitab guru dari Muhammad Thahir (imam kuning yang dipusatkan di rumahnya Lapeo). Habib Hasan sejak dini dikirim dan Masjid Raya Pinrang. Pengajian di oleh ayahnya ke tanah Suci Mekah rumah dikhususkan bagi santri yang kepada berguru ke beberapa ulama belajar secara khusus kitab kuning kurang lebih 30 tahun lamanya. Hanya dengan terlebih dahulu materi Nahwu saja dari sekian gurnya, hanya nama Sharaf. Beberapa ulama yang pernah Syekh Said al Yamani Mufti Syafi’iyyah yang diketahui. Setelah itu, belajar padanya diantaranya yaitu: KH. ia kemudian pulang ke Mandar tepat ke Zainal Abidin, KH. Abd. Hafid Karim, tanah kelahirannya Pambusuang KH Said Mantakka, dan lain sebgainya. menyebarkan dakwah Islam sekaligus Di Masjid Raya Pinrang, ia mengadakan pengajian kitab kuning mengajarkan kitab Kasyifah al Saja dan dan merintis pembangunan Masjid al- Kifayah al-Akhyar kitab fikih Taqwa Pambusuang. Di tempat inilah bermazhab Syafi’iyyah. Pengajian ini kemudian menjadi pusat lahirnya dikhususkan pada masyarakat yang ulama-ulama Pambusuang yang ingin memahami fikih Islam dan mengembangkan pengajian tradisonal dilaksanakan setelah salat berjama’ah. kitab kuning hingga kini. Seperti disebutkan di atas, bahwa setelah para Selain Abd. Shamad, beberapa ulama

236

Pusaka Jurnal Khazanah Keagamaan, Vol. 8, No. 2, 2020

dari Langnga juga memilih metode hayatnya. Syekh Abdul Hamid Kudus, yang sama dalam mengembangkan adalah ulama (guru besar) di Mekah pendidikan agama seperti KH. Abd. dan mempunyai banyak murid yang Latif (alumni Campalagian) dan KH. merupakan sahabat KH. Muh. As’ad di Rabe Baddulu. Sengkang (Wawancara dengan Helmi Di wilayah pesisir pantai, peran Ali). Habib Hasan bin Alwi juga tak bisa Seperti halnya Muhsen Umar, dinafikana. Ia adalah ulama keturunan Ali Yafie juga belajar pada Syekh Ahlul Bait kelahiran Pambusuang Abdurrahman Firdaus di Jampue. Cara Mandar yang memutuskan hijrah ke bergurunya unik. Syekh Abdurrahman Ujung Lero akibat gerakan DI/TII. Di Firdaus memberinya kitab, setelah ujung ia mendirikan Masjid al dibaca Syekh Abdurrahman Firdaus Muhajirin sekalgus mengembankan mengajaknya mendiskusikan kitab itu. pengajian kitab kuning secara Jadi kitab yang menjadi materi dibaca tradisional. Muridnya yang terkenal dulu oleh Ali Yafie, setelah itu dia yaitu KH. Muchtar Husain mantan datang ke Syekh Abdurrahman Firdaus Ketua MUI Sulawesi Selatan. Konon berdiskusi dan berdebat. Begitulah cara berdasarkan tradisi lisan, bahwa Syekh Abdurrahman Firdaus mengajari Gurutta Ambo Dalle ketika menetap di Ali Yafie hingga memiliki nalar kritis Pare-pare sering menyambangi Habib yang kuat (Wawancara dengan Helmi Hasan untuk berdiskusi dan bertukar Ali Yafi). pikiran. Selain dengan metode pengajian Di Jampue Pinrang, sistem dengan sistem tradisional, pendirian tradisional ini juga ditempuh oleh lembaga pendidikan agama di Pintang Muhsen Umar dan Ali Yafie. Muhsen juga menjadi model pembentukan umar belajar pada Syekh Khaidar jaringan ulama. Adalah KH. Abd. Musa. Disamping itu juga belajar Rahman Ambo Dalle yang mendirikan langsung pada Syekh Abdurrahman Pesantren Manahil al-Ulum. Firdaus yang menetap di Jampue. Atas Sebelumnya, usaha seperti ini lakukan rekomendasi Syekh Abdurrahman dengan mendirikan pesantren DDI Firdaus, ia juga belajar kepada Syekh Mangkso di Barru serta DDI di Ujung Ali Kudus (ulama asal, lahir di Lare.di Parepare. Lembaga pendidikan Makkah, yang meninggal Makkah ini masih eksis hingga kini, diasuh oleh bersama Syekh Abdurrahman Firdaus, ulama penerus yang hampir semuanya yang kemudian menetap di daerah merupakan murid langsung KH. Bugis). Informasi tentang Syekh Ali Abdurahman Ambo Dalle. Kudus diperoleh melalui cerita lisan. Konon, Syekh Ali Kudus menetap di PENUTUP daerah pesisir Pinrang tepatnya yaitu Problem utama dalam melacak daerah Langnga. Ia adalah Putra Syekh jaringan ulama Sulawesi Selatan yaitu Abdul Hamid Kudus, yang lahir dan masih banyak ulama yang belum mukim di Mekah sampai akhir tertulis dalam kajian ilmiah sehingga

237

Jaringan Intelektual Ulama Pinrang – Syarifuddin

data dan informasi seputar ulama kitab yang berbahasa Arab. Pada tahap tertentu sangat terbatas. Secara garis selanjutnya para ulama membentuk besarnya, jaringan pengabdian ulama di lembaga pendidikan berupa madrasah daerah Pinrang dibagi ke dalam dan pesantren sebagai upaya beberapa model, yaitu: Pertama, melanjutkan tradisi keulamaan kepada Ulama tradisional mengadakan generasi berikutnya. Hanya saja, tradisi pengajian kitab kuning. Model jaringan kajian kitab yang berbasis penguasaan ini diwakili oleh Habib Alwi (Ujung bahasa Arab pada generasi terakhir Lero, Pinrang) dan KH. Abd. Shamad mengalami kemunduran. Hal ini terjadi (Langnga, Pinrang) Kedua, Ulama karena adanya perubahan kurikulum menyebarkan ajaran tarekat seperti dengan menyesuiakan kurikulum yang yang dilakukan oleh KH. Muhsin Umar diberlakukan pemerintah sehingga opsi (Tarekat Syadziliyah Jampue Pinrang). kajian kitab semakin berkurang. Di Ketiga, ulama yang mendirikan samping itu, kurangnya kader ulama organisasi dan lembaga pendidikan maupun ustadz yang bisa mengajarkan keagamaan seeprti yang dilakukan KH. kitab berbahasa Arab turut menjadi Abdurrahman Ambo Dalle dengan menyebab kemunduran lembaga- mendirikan Pesantren Darud Dakwah lembaga pesantren dan madrasah. Di Wal Irsyad (DDI) Manahil Ulum sisi lain, opsi pengajian non formal Kaballangan Pinrang. dalam bentuk pengajian traidisional Sementara jaringan keilmuan kitab kuning yang diselenggarakan oleh ulama berupa tempat asal belajar secara ulama semakin langka di temui di garis besar dibagi menjadi; Pertama, berbagai wilayah di Sulawesi Selatan. Jaringan Haramayn yaitu ulama yang mengenyam pendidikan di tanah suci UCAPAN TERIMA KASIH Mekah seperti Habib Hasan yang Artikel ini adalah bagian dari berguru pada Said al Yamani dan hasil penelitian yang dilakukan di ulama lainnya. Disamping itu juga, ada lingkungan Litbang Agama Makassar. beberapa ulama yang awalnya belajar Karena itu, saya mengucapkan di beberapa daerah di Sulawesi lalu terimakasih kepada Kepala BLAM kemudian memperdalam ilmu agama di yang telah mempercayakan tugas ini tanah Mekah, seperti, KH. kepada saya. Terimakasih kepada para Abdurrahman Ambo Dalle dan KH. informan yang telah memberikan Abd. Shamad,. Kedua, jaringan lokal bantuan dalam terlakasananya yaitu ulama yang hanya belajar di tanah penelitian ini. Demikian juga beberapa daerah di Sulawesi Selatan terimakasih tak terhingga kepada seperti; KH. Muhsin Umar dan KH. Ali saudara Husnul Fahima Ilyas dan Muh. Yafie. Subair yang telah memberikan Pembentukan jaringan keilmuan bimbingan dalam proses penelitian ulama pada umumnya diawali dari sampai pada penulisan artikel. sistem tradisional maupun madrasah yang mengedapankan pada penguasaan

238

Pusaka Jurnal Khazanah Keagamaan, Vol. 8, No. 2, 2020

DAFTAR PUSTAKA Makassari: Menyingkap Intisari Anshory Ch, H. M. N. (2009). Segala Rahasia. Bandung: Mizan. Anregurutta Ambo Dalle: Maha Ondeng, S. (2007). AGH. Guru Dari Bumi Bugis. Abdurrahman Ambo Dalle: Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya. Pendiri Darud Dakwah Wal Arif, S. (2008). Jaringan Pesantren di Irsyad. In Ulama Sulawesi Sulawesi Selatan (1928-2005). Selatan: Biografi Pendididkan Jakarta: Badan Litbang dan Diklat dan Dakwah. Makassar: Komisi Kementerian Agama RI. Informasi dan Komunikasi Azra, A. (2007). Jaringan Ulama Majelis Ulama Indonesia Provinsi Timur Tengah dan Kepulauan Sulawesi Selatan. Nusantara Abad XVI & XVII. Pawiloy. et.al, S. (1981). Sejarah Jakarta: Kencana. Pendidikan Daerah Sulawesi Dhofier, Z. (2011). Tradisi Pesantren: Selatan. Ujung Pandang: Studi Pandangan Hidup Kyai dan Departemen Pendidikan dan Visinya Mengenai Masa Depan Kebudayaan Proyek Inventarisasi Indonesia. Jakarta: LP3ES. dan Dokumentasi Kebudayaan Gottschalk, L. (2006). Undersatnding Daerah. History: A Promer Of Hsitorical Ridhwan. (2016). Pendidikan Islam Method, Diterjemahkan oleh Masa Kerajaan Bone; Sejarah, Nugroho Notosusanto dengan Akar dan Corak Keilmuan serta Judul: Mengerti Sejarah. Jakarta: Peranan Kadi. Kampus Bukit UI Press. Indah Lhokseumawe: Unimal Hamid, W. (2018). Jaringan Ulama Press. Awal Abad XX Kabupaten Sidrap Ritzer, G. (2014). Eigth Edition dan Parepare. PUSAKA. Siciology Theory. Diterjemahkan https://doi.org/10.31969/pusaka.v oleh Saut Pasaribu et. al. dengan 6i2.53 Judul Edisi Kedelapan Teori Hamid, W. (2019). Jejak dan Kiprah Sosiologi: Dari Sosiologi Klasik Ulama Pinrang Awal Abad XX. Sampai Perkembangan Terakhir Jurnal Al-Qalam, 25. Postmodern. Yogyakarta: Pustaka Kabry, A. M. (2006). Darud Da’wah Pelajar. Wal Irsyad Dalam Simpul Sejarah Sahl, H. T. bin. (2014). Mutiara Tarim Kebangkitan dan Perkembangan. Sampai Ke Tanah Mandar: Dari Katu, M. A. (2007). AGH. Muhammad Manaqib al-Allamah al-Habib As’ad: Gurunya Ulama Sulawesi Alwi Bin Abdullah bin Sahl Selatan. In Ulama Sulawesi Jamalullail. Selatan: Biografi Pendididkan Sewang, A. M. (2005). Islamisasi dan Dakwah. Makassar: Komisi Kerajaan Gowa (Abad XVI Informasi dan Komunikasi Sampai Abad XVII). Jakarta: Majelis Ulama Indonesia Provinsi Yayasan Obor Indonesia. Sulawesi Selatan. Subair, Muh. (2011). K.H. Muhammad Kila, S. (1998). Sejarah Islam di Abduh Pabbajah; Sang Penceah di Daerah Pinrang. Ujung Pandang: Balai Kajian dan Nilai Kalangan Anak Muda. In Buah Tradisional. Pena Sang Ulama (pp. 131–156). Lubis, N. (1996). Syekh Yusuf Al- Makassar: Orbit.

239

Jaringan Intelektual Ulama Pinrang – Syarifuddin

Subair, Muhammad. (2018). AGH Huzaifah dalam Pusaran Tradisi Santri di Qismul Huffadz Pesantren Biru Bone. Jurnal Pusaka, volume 6 N. Sudirman. (2008). Efektifitas Metode Halaqah Dalam Peningkatan Akhlaq Al-Karimah Santri Pada Pondok Pesantren Ihya’ul Ulum DDI Baruga Kab. Majene. Sekolah tinggi Agama Islam DDI Majene. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan (pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D). Bandung: Afabeta.

240

Indeks Judul Vol. 8, No. 2, November 2020

Islamisasi di Ajatappareng Abad XVI-XVII, 191

Jaringan Intelektual Ulama Pinrang, 227

Kearifan Lokal Sintuwu Maroso sebagai Simbol Moderasi Beragama, 241

Korelasi Fungsional Kalender Islam dan Pembayaran Zakat, 179

Makna dan Simbol Pada Tradisi Pembacaan Ratek Mauduk di Komunitas Makassar, 165

Mengilhami Kreativitas Keberagamaan Masyarakat Melalui Perjumpaan Islam dan Patuntung di Tanah Toa Kajang, 145

Merajut Moderasi Beragama dari Tradisi Pesantren, 211

Tradisi Siklus Hidup Masyarakat Perkotaan di Era Normal Baru (Studi Living Qur’an Pada Masyarakat Pedalangan, Banyumanik, Semarang), 125

Indeks Penulis Vol. 8, No. 2, November 2020

Abd. Kadir M, 211

Ahmad Yani, 191

Husnul Fahimah Ilyas, 165

Mita Melina, Ulfi Putra Sany, dan Mustolehudin, 125

Muh. Rasywan Syarif dan Naif, 179

Muhammad Nur, 241

Syarifuddin, 227

Sylviah dan Abu Muslim, 145

Ketentuan Pengiriman Tulisan Pusaka Jurnal Khazanah Kegamaan

Pusaka Jurnal Khazanah Keagamaan adalah terbitan yang bersifat ilmiah, berisi tulisan hasil penelitian dan kajian dalam bidang Khazanah Keagamaan. Artikel yang dikirim ke redaksi diharapkan mengikuti ketentuan sebagai berikut:  Naskah harus berupa hasil penelitian atau kajian pustaka yang belum dan tidak dalam proses publikasi pada media cetak lain, dikirim dalam bentuk file word doc ke OJS web: https://blamakassar.e- journal.id/pusaka/index jika mengalami kesulitan dapat menghubungi admin melalui email: [email protected]  Naskah diketik dengan spasi 1 di atas kertas ukuran A4, dengan huruf Times New Roman 12. Batas semua sisi kiri dan bawah 4 cm, atas dan kanan 3 cm. Jumlah kata minimla 5000 dan maksimal 10000 atau sekitar 15-20 halaman, menggunakan bahasa Indonesia, bahasa Inggris, atau bahasa Arab, disusun dengan urutan sebagai berikut:

Penulisan artikel hendaknya memenuhi unsur-unsur berikut:

Judul: tidak lebih dari 15 kata

Nama Intansi Alamat Email

Abstract: minimial 180, maksimal 200 kata, terdiri dari 2 kalimat dari setiap bagian artikel

Keywords: (5 keywords) = 3 kata berasal dari judul

Introduction (4 paragraf) Paragraph 1 (Fakta)  Shocking statement  Penjelasan sedikit tentang tema yang akan diangkat  Data  Pernyataan ahli tentang topik yang akan dibahas Paragrpah 2 (Fakta literature)  Aspek yang sudah diteliti (3 – 4 literature)  Kutipan (1-2) literature yang menjelaskan fakta  Ditutup dengan gap (aspek yang belum diteliti yang berhubungan dengan topik tersebut) Paragraph 3: Tujuan penelitian. Misalnya tulisan ini bertujuan untuk: Melengkapi, menjelaskan, memetakan Paragraph 4: Argumen/hipotesis/ asumsi/ kesimpulan awal 1, 2 dst... Literature Review (agar tidak DUPLIKASI/plagiat, dan untuk meminjam konsep-konsep yang telah dipakai peneliti terdahulu) (9-10 paragraf)  Profil penelitian sebelumnya, kecenderung dan tipologi (aspek/isu yang dikaji cenderung? Pendekatan yang digunakan cenderung? Hasil yang diperoleh apa??) (1-2 paragraf)  Definisikan konsep2 penting (6 paragraf) Method (3-5 paragraf)  Pilihan objek (tempat, kasus, isu)  Jenis penelitian: kualitatif/survey=> data yang diperlukan  Sumber informasi: informan atau responden  Teknik pengumpulan data: observasi, wawancara (siapa? Berapa orang?), content analysis (mapping)  Analisis: proses analisis (tahapan analisis) dan teknik analisis (interpretasi)

Results: BUKTI BUKTI / Penyajian Dan Pengkategorian DATA ( Jawaban WHAT??) Discussion: PEMBAHASAN=MENGAPA (Menjawab SO-WHAT? WHY??) Conclusion (3 paragraf)  Temuan terpenting? Apa yang baru kita tahu setelah ada penelitian? (Ternyata!)  Apakah teori/konsep/metode yang digunakan dapat menjawab pertanyaan penelitian?  Keterbatasan penelitian? Saran penelitian lanjutan….

Ucapan terimakasih, kepada mereka yang banyak memberikan bantuan dalam tulisan tersebut.

Daftar Pustaka, minimal 16 judul, dan 80% acuan yang digunakan dari terbitan 10 tahun terakhir dan hendaknya 80% acuan berupa sumber primer. Daftar pustaka hanya sumber yang terdaftar dalam tulisan, bukan daftar bacaan, ditulis dan disusun secara abjad dengan mengacu pada american psychological association (apa) style 6th edition, diharuskan menggunakan aplikasi MENDELEY atau sejenisnya.

Semua jenis rujukan harus diintegrasikan dengan sistem aplikasi mendeley atau sejenisnya, apabila merujuk dari sumber internet, hendaknya mengambil sumber yang bertanggung jawab dengan mengetahui nama, organisasi, atau pihak yang bertanggung jawab atas pernyataan yang dikutip.

Ketentuan tambahan:

Tabel, gambar, dan grafik diberi nomor urut; ilustrasi tersebut harus jelas terbaca. Judul tabel ditulis di sebelah atas tabel yang bersangkutan, sedangkan judul gambar dan gambar di sebelah bawah ilustrasi masing-masing.

Tulisan yang menggunakan transliterasi Arab-Latin, penulis hendaknya berpedoman pada Pedoman Transliterassi Arab-Latin SKB Dua Menteri, Menteri Agama RI Nomor 158 Tahun 1987 dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 0543 b/u/1987 tentang Pedoman Transliterasi Arab Latin.

Seleksi Tulisan - Proses seleksi naskah meliputi: seleksi awal, penyuntingan oleh Dewan Redaksi, Review (penelaahan) oleh Mitra Bestari, dan persetujuan naskah. - Kriteria penilaian mencakup kesesuaian dengan persyaratan, sistematika, derajat originalitas alur penulisan, kedalaman ilmiah, unsur kebaruan (novelty), nilai manfaat hasil penelitian. - Menanda tangani surat keterangan klirens etik atau tidak plagiasi - Redaksi berhak menolak, mengembalikan untuk diperbaiki atau mengedit kembali naskah tanpa merubah isi dan maskud tulisan.

Lain-lain - Redaksi tidak bertanggung jawab setiap pernyataan dan pendapat yang dikemukakan penulis - Artikel dalam bentuk file word doc dikirim melalui OJS, di laman web: https://blamakassar.e- journal.id/pusaka/index jika mengalami kesulitan dapat menghubungi admin melalui email: [email protected]