Sejarah Sosial-Budaya Kabupaten ... (Euis Thresnawaty S) 85

SEJARAH SOSIAL-BUDAYA KABUPATEN KUNINGAN

SOCIAL-CULTURAL HISTORY OF KUNINGAN

Euis Thresnawaty S. Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat Jl. Cinambo 136 Ujungberung . email: [email protected]

Naskah Diterima: 11 Januari 2016 Naskah Direvisi:16 Februari 2016 Naskah Disetujui:23 Februari 2016

Abstrak Kuningan adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang terletak di ujung Timur. Dari sisi sejarah sosial budayanya Kabupaten Kuningan menarik untuk dikaji, karena sejak beberapa abad yang lalu daerah Kuningan telah menjadi daerah pemukiman manusia. Dari penemuan-penemuan benda seperti menhir, dolmen, dan lain-lain dapat disimpulkan bahwa daerah Kuningan telah didiami oleh manusia sejak masa neolitik. Namun demikian, mengingat panjangnya sejarah yang dilalui Kabupaten Kuningan dengan melalui beberapa masa maka penelitian ini difokuskan pada masa kolonial hingga kemerdekaan untuk mengetahui bagaimana kondisi sosial budaya di Kabupaten Kuningan pada masa tersebut. Metode yang digunakan adalah metode sejarah yang meliputi heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sejak dahulu posisi Kabupaten Kuningan yang strategis membuat wilayah dan masyarakatnya senantiasa mampu mengikuti dinamika kehidupan, sehingga memungkinkan terjadinya interaksi dengan kelompok masyarakat lainnya baik secara teritorial maupun kultural. Kata kunci: Sejarah sosial, Kabupaten Kuningan.

Abstract Kuningan District is one area in West province located at the end of Northeast. In terms of social and cultural history of , it is interesting to be investigated since from several centuries ago Kuningan has become the area of human settlements. From the discoveries of objects such as menhirs, dolmen, etc , it can be concluded that the Kuningan has been inhabited by humans since the Neolithic era. Nevertheless, due to the long history of Kuningan, this study only focused on the colonial to independence period to determine how the social and cultural conditions in the district of Kuningan in that era. The method used is the historical method which includes heuristics, criticism, interpretation, and historiography. The results showed that from long ago, the strategic position of Kuningan District makes this area and the community is able to follow the dynamics of life, thus it enables the interaction with other community, both territorially and culturally. Keywords: social history, Kuningan regency.

A. PENDAHULUAN Selain itu juga untuk mengetahui Penulisan sejarah suatu daerah asal usul budaya, dan untuk mengerti serta sangat diperlukan karena dapat memenuhi memahami pengetahuan tentang keinginan atau hasrat untuk mengetahui perkembangan suatu daerah. Pengetahuan dan memahami masa lampau atau sejarah ini tentu sangat diperlukan agar tidak daerah tempat tinggal dan daerah asal kita. terjebak dalam pengulangan kesalahan 86 Patanjala Vol. 8 No. 1 Maret 2016: 85 - 100 yang telah dilakukan pada masa lampau wilayah yang berada di bagian Timur serta dapat menumbuhkan kesadaran akan Provinsi Jawa Barat. Kabupaten ini identitas kita. Sejarah juga dapat berfungsi memiliki rentang sejarah yang cukup sebagai media untuk menumbuhkan rasa panjang dan erat kaitannya dengan proses cinta terhadap tanah tumpah darah dan rasa penyebaran agama Islam yang dilakukan solidaritas sosial (Thresnawaty, 1995:1). dari . Oleh karena itu, perjalanan Sementara itu terjadinya sejarah Kuningan dan bahkan awal mula perubahan sosial budaya adalah sebuah munculnya nama “Kuningan” sangat erat gejala berubahnya struktur sosial dan pola kaitannya dengan Cirebon. Meskipun budaya dalam suatu masyarakat. demikian, jauh sebelum masuknya Perubahan dalam sosial dan budaya pengaruh Islam di daerah ini telah terdapat merupakan gejala umum yang terjadi komunitas masyarakat dalam bentuk sepanjang masa dalam setiap masyarakat. pemerintahan. Setelah masuknya Islam Perubahan ini terjadi sesuai dengan hakikat daerah ini kemudian menggunakan nama dan sifat dasar manusia yang selalu ingin Kuningan sebagai identitas daerah. melakukan perubahan. Tiga faktor yang Selain itu ada hal menarik lainnya, dapat memengaruhi perubahan sosial yaitu dari posisi lokasi geografis adalah tekanan kerja dalam masyarakat, Kabupaten Kuningan. Wilayah ini berada keefektifan komunikasi, dan perubahan pada lintasan transportasi multiarah. lingkungan (Sulistiyani, 2011: 124). Wilayah-wilayah yang berada di sekitar Perubahan budaya juga dapat timbul akibat wilayah Kabupaten Kuningan adalah: perubahan lingkungan masyarakat dan 1. Wilayah Kabupaten Ciamis di sebelah kontak dengan kebudayaan lain. Selatan Sementara itu dari sisi sejarah, 2. Wilayah Kabupaten Cirebon di sebelah sejarah sosial mempunyai garapan yang Utara sangat luas dan beragam. Banyak sejarah 3. Wilayah Kabupaten Majalengka di sosial yang berhubungan dengan sejarah sebelah Barat ekonomi sehingga menjadi sejarah sosial- 4. Wilayah Kabupaten Brebes di sebelah ekonomi atau yang berhubungan dengan Timur budaya, maka menjadi sejarah sosial- Lintasan multiarah seperti itu budaya. Di negara-negara yang sedang selain terjadinya mobilitas manusia dan berkembang seperti , kegiatan barang tentu tidak bisa dihindari adanya penelitian dan penulisan sejarah sosial pengaruh nilai-nilai kehidupan sosial- masih sedikit terutama yang bercorak budaya memasuki wilayah dan masyarakat sejarah sosial daerah. Kuningan, antara lain: Sekalipun sejarah sosial sudah 1. Nilai kehidupan sosial-budaya dari arah merupakan gejala baru dalam penulisan Timur, yaitu wilayah Jawa Tengah. sejarah sejak sebelum Perang Dunia II, 2. Nilai kehidupan sosial-budaya dari arah tetapi sebagai sebuah gerakan yang penting Utara, yaitu Cirebon atau lebih luas lagi baru mendapat tempat sekitar tahun 1950- nilai budaya Jalur Pantura (pantai an. Di Perancis aliran penulisan Annales utara). yang dipelopori oleh Lucien Febvre dan 3. Nilai kehidupan sosial-budaya Bumi Marc Bloch menjadi modal bagi generasi dari arah Selatan. Dari baru penulis sejarah sosial yang semakin arah Priangan Barat (, , kuat kedudukannya dalam dunia penulisan Cianjur), Priangan Tengah (Bandung sejarah (Kuntowidjojo, 1999: 39). Raya dan Sumedang), Priangan Timur Kajian Sejarah sosial-budaya di (Garut, , Ciamis). Kabupaten Kuningan menarik untuk dikaji Namun dari ketiga wilayah karena beberapa faktor, di antaranya tersebut yang paling dominan adalah adalah Kabupaten Kuningan adalah sebuah pengaruh dari wilayah Bumi Parahyangan, Sejarah Sosial-Budaya Kabupaten Kuningan... (Euis Thresnawaty S) 87 budaya khas etnis Sunda (Mutakin, B. METODE PENELITIAN 2005:3). Penelitian ini menggunakan Dampak positif dari keberadaan metode sejarah yang meliputi empat wilayah yang strategis seperti ini adalah tahap: heuristik, kritik, interpretasi, dan keterjangkauan dari daerah-daerah historiografi. Heuristik yaitu tahap sekitarnya menjadi relatif sangat mudah. mencari dan menemukan sumber, baik Kondisi daerah seperti itu dapat sumber primer maupun sekunder. Untuk menghindarkan wilayah dan masyarakat mendapatkan sumber tersebut peneliti Kabupaten Kuningan dari kondisi yang langsung ke lapangan mendatangi instansi terisolasi baik secara teritorial maupun terkait yaitu Dinas Pendidikan dan kultural, sehingga wilayah dan masyarakat Kebudayaan Kabupaten Kuningan, Kuningan mampu mengikuti dinamika Perpustakaan Daerah Kabupaten kehidupan. Kuningan, Badan Pusat Statistik dan lain- Dalam mengkaji permasalahan lain. Selain itu dilakukan wawancara yang akan dibahas digunakan literatur dengan beberapa tokoh. Langkah terdahulu sebagai sumber rujukan dalam berikutnya adalah melakukan kritik penelitian ini. Dari sejumlah sumber sumber untuk mengetahui apakah sumber- tertulis mengenai Kabupaten Kuningan sumber tersebut valid dan dapat dipercaya. terdapat beberapa buku yang dapat Sumber-sumber dikritik baik ekstern djadikan sumber acuan yang saling maupun intern. Langkah berikutnya adalah melengkapi. Buku pertama adalah interpretasi, merupakan tahap menafsirkan “Sejarah Kabupaten Kuningan” karya Tim fakta-fakta yang telah terkumpul dengan Pusat Studi Sunda dengan ketua Edi S mengolah fakta yang telah dikritisi dengan Ekadjati yang terbit taun 2003. Buku ini merujuk beberapa referensi. Terakhir membahas sejarah Kabupaten Kuningan adalah historiografi yang bertujuan untuk dari masa prasejarah hingga reformasi. merangkaikan fakta-fakta tersebut menjadi Sumber tertulis kedua adalah buku tulisan sejarah. yang berjudul “Kuningan Menembus Waktu” yang dikeluarkan oleh Pemda C. HASIL BAHASAN Kuningan tahun 2000. Buku ini membahas 1. Gambaran Umum Kabupaten mengenai sejarah, kesenian, dan kuliner. Kuningan Sumber ketiga adalah hasil penelitian dari a. Geografi Ani Rostiyati dkk. tahun 2008 berjudul Kabupaten Kuningan adalah salah “Peta Kebudayaan Indonesia, Kabupaten satu daerah di Provinsi Jawa Barat yang Kuningan, Provinsi Jawa Barat” yang terletak di ujung timur laut. Kabupaten membahas tentang profil dan budaya Kuningan memiliki luas wilayah 1.195,71 Kabupaten Kuningan. km² atau 119.571,12 hektar yang terdiri Permasalahan yang muncul dalam atas pegunungan dan dataran rendah. penelitian ini adalah bagaimana kondisi Daerah pegunungan terhampar di kaki sosial-budaya di Kabupaten Kuningan Gunung Ciremai, gunung tertinggi di Jawa pada masa kolonial sampai masa Barat, dan daerah dataran rendah kemerdekaan, Adapun tujuan dari tersambung dengan wilayah Kabupaten penelitian ini adalah mendeskripsikan Cirebon dan Brebes. Secara administratif secara singkat mengenai keadaan sosial- sebelah barat berbatasan dengan budaya di Kabupaten Kuningan dengan Kabupaten Majalengka, sebelah utara harapan dapat memperoleh gambaran dengan Kabupaten Cirebon, sebelah tentang kehidupan mereka saat ini dengan selatan dengan Kabupaten Ciamis dan latar belakang masa lalu. Cilacap, sedangkan sebelah timur berbatasan dengan Brebes, Provinsi Jawa Tengah. 88 Patanjala Vol. 8 No. 1 Maret 2016: 85 - 100

Letak geografis Kabupaten berkisar 700 meter di atas permukaan laut. Kuningan berada pada lintasan jalan Bagian timur dan utara memiliki tanah regional yang menghubungkan Kota yang semakin rata dengan ketinggian Cirebon dengan Wilayah Priangan Timur, antara 120 meter sampai 222 meter di atas dan sebagai jalan alternatif jalur tengah permukaan laut. Pada umumnya daerah ini yang menghubungkan Bandung- beriklim tropi s dengan temperatur bulanan Majalengka dengan Jawa Tengah. berkisar antara 18°-32° serta curah hujan Sedangkan batas alamnya berupa Gunung menunjukkan angka rata-rata 2000 mm Ciremai di sebelah barat, Sungai Cijolang sampai 4000 mm per tahun. Antara bulan di sebelah selatan, Situ Marahayu di September-April terjadi musim hujan, sebelah timur, serta Sungai Cisanggarung sedangkan pada bulan Mei-Agustus terjadi dan sebagian jalan Caracas-Sindanglaut di musim kemarau. Ibukota kabupaten adalah sebelah utara (Kuningan dalam Angka, Kota Kuningan. 2012:5). Daerah Kuningan memiliki banyak Secara administratif pemerintahan sumber air, tetapi kekayaan alam itu lebih Kabupaten Kuningan terbagi menjadi 32 banyak dinikmati oleh penduduk luar kecamatan, 15 kelurahan, dan 361 desa. Kuningan, khususnya penduduk kota dan Untuk Satuan Lingkungan Setempat Kabupaten Cirebon. Empat sumber air di (SLS), terdiri dari 33 lingkungan, 1.187 Kabupaten Kuningan yang dimanfaatkan dusun, 1.745 Rukun Warga (RW), dan secara komersial oleh berbagai perusahaan 5.675 Rukun Tetangga (RT). Ke-32 di kota dan Kabupaten Cirebon, antara kecamatan tersebut adalah Kuningan, lain: Darma, Kadu Gede, Nusaherang, 1. Sumber air tanah di Desa Cipaniis, Salajambe, Subang, Ciniru, Hantara, Kecamatan Mandirancan, yang berdebit Cilebak, Ciwaru, Karangkancana, 860 liter/detik digunakan Perusahaan Jalaksana, Cibingbin, Cibeureum, Air Minum Kota Cirebon Luragung, , Cidahu, Kalimanggis, 2. Waduk Darma di Kecamatan Darma Ciawigebang, Sindang Agung, Cipicung, berdebit 100 liter/detik, dimanfaatkan Lebakwangi, Maleber, Garawangi, Pabrik Gula Tersana di Kecamatan Cigugur, Kramatmulya, Japara, Cilimus, Babakan Kabupaten Cirebon. Cigandamekar, Mandirancan, Pancalang, 3. Untuk memenuhi air kolam renang dan Pasawahan. Ciperna milik pertamina, diambil air Kecamatan berpenduduk terpadat dari sumber air tanah Cibulan, adalah Kecamatan Kuningan dengan Kecamatan Jalaksana. kepadatan 3.741 jiwa per km². Hal ini 4. Sumber mata air dari Talaga Remis, dapat dipahami karena Kecamatan Kecamatan Mandirancan, khusus Kuningan merupakan pusat pemerintahan digunakan untuk memenuhi kebutuhan dan kegiatan ekonomi di Kabupaten pabrik semen Palimanan, Kabupaten Kuningan. Sedangkan kecamatan dengan Cirebon, debit airnya 30 liter/detik. kepadatan terendah adalah Kecamatan Aliran air tanah di Kabupaten Cilebak dengan kepadatan per km² hanya Kuningan pada umumnya mengalir dari 329 jiwa. Kecamatan Cilebak merupakan barat ke timur. Semakin ke timur dan kecamatan pemekaran dari Kecamatan selatan, air tanah semakin berkurang. Di Subang. musim kemarau, kebutuhan air untuk Kabupaten Kuningan yang terletak minum dan pertanian di bagian tengah dan di antara 108°23¹-108° Bujur Timur dan timur kabupaten ini dapat diatasi dengan 6°47¹-7° 12¹ Lintang Selatan terdiri atas membuat sumur galian, tetapi tidak permukaan tanah yang relatif datar dengan demikian untuk daerah bagian selatan. variasi berbukit-bukit terutama Kuningan Sementara itu jumlah sungai besar bagian barat dan selatan dengan ketinggian dan kecil termasuk anak sungainya di Sejarah Sosial-Budaya Kabupaten Kuningan... (Euis Thresnawaty S) 89

Kabupaten Kuningan ada 43 buah yang Berdasarkan data hasil registrasi telah dimanfaatkan untuk kepentingan penduduk tahun 2000 dapat diketahui perikanan, irigasi dan pengairan sawah, bahwa jumlah penduduk Kabupaten walaupun belum seluruhnya optimal Kuningan adalah 958.753 terdiri dari karena masih diperlukan peningkatan 437.350 orang laki-laki dan 446.976 orang teknik pengairannya. perempuan. Delapan tahun berikutnya Adapun status jalan raya di jumlah tersebut telah berubah menjadi Kabupaten Kuningan menurut kondisinya 949.452 orang, terdiri dari 470.690 orang yaitu jalan propinsi sepanjang 102,14 km laki-laki dan 478.762 perempuan. dalam kondisi baik, jalan kabupaten Pertumbuhan penduduk rata-rata 1,13% sepanjang 416,10 km kondisinya baik, per tahun (Badan Pusat Statistik Kuningan, jalan desa sepanjang 733 km kondisinya 2000). baik, dan sepanjang 1,951 km dalam Distribusi dan kepadatan penduduk keadaan rusak (Kuningan dalam Angka, masing-masing kecamatan dapat kita 2012:37). perhatikan terdapat ketidakseimbangan Berdasarkan penelitian, sumber antara distribusi penduduk dengan luas alam yang tersedia cukup potensial ialah yang ditempatinya. Hal ini tercermin dari jenis bahan galian seperti pasir, dan batu kepadatan penduduknya. Dengan kapur di Kecamatan Luragung, pasir dan sendirinya kepadatan penduduk yang batu di Kecamatan Jalaksana, Cidahu, dan semakin tinggi akan menyebabkan luas Cilimus. tanah garapan menjadi sempit atau habis Perjalanan ke Kabupaten sama sekali. Menumpuknya sebagian besar Kuningan dapat ditempuh melalui dua penduduk di beberapa kecamatan tertentu jalur, yaitu dari Bandung melalui apabila tidak dilakukan pengaturan yang Kabupaten Majalengka dengan jarak 130 baik, cepat atau lambat akan menimbulkan km, sedangkan dari Kota Bandung melalui masalah kependudukan dan masalah sosial Kabupaten Cirebon menempuh jarak 170 lainnya. km. Jumlah penduduk Kabupaten Kuningan berdasarkan hasil sosial b. Kependudukan Ekonomi Daerah (Suseda) tahun 2010 dan Penduduk merupakan modal dasar menurut catatan Dinas Kependudukan dan pembangunan yang harus dibina dan Pencatatan Sipil Kabupaten Kuningan didayagunakan dengan baik, supaya efektif tahun 2011 mencapai 1.280.158 orang, untuk mencapai tujuan pembangunan. terdiri dari 651.937 laki-laki dan 628.221 Namun bagi negara berkembang, seperti perempuan. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia, jumlah penduduk yang besar (LPP) sebesar 0,87 % per tahun, dengan pada umumnya dapat menjadi masalah, sex ratio sebesar 103,8. Maksudnya, antara lain karena daya dukung ekonomi penduduk laki-laki jumlahnya lebih banyak yang terbatas, tingkat pendidikan dan dibanding penduduk perempuan produktivitas yang rendah, serta (Kuningan dalam Angka, 2012:35). penyebaran penduduk dan angkatan kerja Peran serta masyarakat dalam yang tidak merata baik secara regional pembangunan agama di Kabupaten maupun sektoral. Penduduk Kabupaten Kuningan semakin meningkat. Kuningan bertambah cukup padat dengan Berdasarkan data kependudukan pada laju pertumbuhan sebesar 1,97% setahun tahun 2010 penduduk Kuningan beragama dalam periode 10 tahun (1971-1980) dan Islam yaitu 939.123 orang, Katolik 7.069 menurun menjadi sebesar 1,27% pada orang, Protestan 1.793 orang, Hindu 28 periode 1980-1990 dan periode 1990-2000 orang, Budha 375 orang, dan lainnya 3 diperkirakan menjadi 0,50% setahun. orang. Adapun jumlah sarana peribadatan adalah: masjid 813 buah, langgar 3.599 90 Patanjala Vol. 8 No. 1 Maret 2016: 85 - 100 buah, mushola 1.060 buah, gereja 10 buah, 90 buah, SLTA 27 buah, dan Perguruan vihara 1 buah, dan kuil 1 buah (Kuningan Tinggi 6 buah (Kuningan dalam Angka, dalam Angka, 2012:51). 2012:45). Sedangkan sarana pendidikan Di wilayah Kuningan sampai tahun agama Islam yaitu Madrasah Ibtidaiyah 82 1900-an, abad ke-20 belum terdapat buah, Madrasah Tsanawiyah 50 buah, sekolah untuk pribumi. Keberadaan Madrasah Aliyah 19 buah, Perguruan pesantren mempunyai peranan penting Tinggi Islam 2 buah, Pondok Pesantren dalam pendidikan untuk rakyat. Sekolah 379 buah, dan Madrasah Diniyah sebanyak yang pertama didirikan oleh Pemerintah 116 buah. Bagaimanapun sederhananya, Hindia Belanda untuk bangsa Indonesia di pendidikan sangat penting untuk anak Kuningan adalah Sekolah Kelas Satu Indonesia. (Eerste Klasse Inlandsche School) pada Pembangunan kesehatan pun terus akhir abad ke-19. Sebagai cikal bakalnya diupayakan mengingat jumlah penduduk adalah sebuah kursus di Kota Kuningan terus bertambah dari tahun ke tahun. yang diperuntukkan bagi anak bupati dan Pembangunan kesehatan mempunyai para menak. Sebagai persiapan bagi anak tujuan agar semua lapisan masyarakat bupati untuk menjadi bupati, dan bagi para dapat memperoleh pelayanan kesehatan ningrat untuk menjadi calon pegawai secara mudah, murah, dan merata. Jumlah pemerintahan. Pada tahun 1914 Sekolah Rumah Sakit di Kabupaten Kuningan ada 6 Kelas Satu diubah menjadi HIS (Hollands buah, Rumah Sakit Bersalin 1 buah, Inlandsche School) dengan bahasa Belanda puskesmas 327 buah, dan posyandu 1.392 sebagai bahasa pengantar dari kelas satu buah (Kuningan dalam Angka 2012:42). sampai kelas tujuh Sebagian besar penduduk Untuk anak-anak dari kalangan Kuningan bermatapencaharian petani, menak dan terletak di kota-kota distrik atau lainnya bekerja sebagai pedagang, buruh kawedanaan disediakan Sekolah Kelas Dua dan pegawai negeri. Bahasa yang (Tweede Klasse Inlandsche School). digunakan pada umumnya memakai Sekolah Kelas Dua ini sering disebut bahasa Sunda dengan dialek khas Sekolah Distrik, sedangkan murid- Kuningan, tetapi ada sebagian kecil yang muridnya masih dari kalangan terbatas, menggunakan bahasa Jawa, mungkin ini yaitu anak-anak dari kalangan terpandang pengaruh dari Cirebon, Indramayu, dan di kawedanaan dan kecamatan, orang- Brebes (Jawa Tengah). orang desa yang dianggap berhasil, dan para pamong desa. Sekolah Kelas Dua di c. Asal-Usul Nama Kuningan Kuningan yang pertama berdiri ialah di Terdapat beberapa versi mengenai Kota Kuningan sekitar tahun 1905. asal-usul nama Kuningan berdasarkan Setahun kemudian di Kadugede, Cilimus, tradisi lisan dan legenda. Beberapa di Ciawigebang, Luragung, dan Mandirancan. antaranya adalah: Pemerintah Hindia Belanda 1. Di daerah Ciamis dan Kuningan kemudian mendirikan Volk Scholen, terdapat cerita legenda yang bertalian sekolah yang didirikan untuk anak-anak dengan bokor, yaitu tempat menyimpan desa yang bertujuan membuat anak-anak sesuatu di dalam rumah dan sekaligus desa bisa menulis, membaca, dan sebagai barang perhiasan yang terbuat berhitung. Di Kuningan Sekolah Desa baru dari logam kuningan. Kedua cerita dimulai pada tahun 1912. legenda tersebut menuturkan tentang Saat ini sarana pendidikan sebuah bokor kuningan yang dijadikan masyarakat menunjukkan keadaan yang alat untuk menguji tingkat keilmuan makin membaik, yaitu Taman Kanak- seorang tokoh agama. Di Ciamis, dalam kanak-kanak (TK) 228 buah, PAUD 450 cerita Ciung Wanara, bokor itu buah, Sekolah Dasar (SD) 671 buah, SLTP digunakan untuk menguji seorang Sejarah Sosial-Budaya Kabupaten Kuningan... (Euis Thresnawaty S) 91

pendeta Galuh bernama Ajar Sukaresmi Untuk mengobati luka hatinya Sunan yang bertapa di Gunung Padang. Gunung Jati mengangkat putra Ki Pendeta ini diminta oleh Raja Galuh Gendeng Luragung yang masih bayi, yang berkedudukan di Bojong Galuh, seorang bayi laki-laki yang diberi nama Desa Karangkamulyan sekarang yang Suranggajaya yang selanjutnya terletak sekitar 12 km sebelah timur dititipkan, dipelihara dan dibesarkan Kota Ciamis, untuk menaksir perut oleh Ki Gedeng Luragung penguasa istrinya yang buncit, apakah sedang daerah Luragung. Setelah dewasa bayi hamil atau tidak. Kesalahan menaksir itu diangkat oleh Sunan Gunung Jati akan berakibat pendeta itu kehilangan menjadi kepala daerah Kuningan nyawanya. Sesungguhnya perut dengan nama Sang Adipati Kuningan. buncitnya karena dipasangi bokor 2. Bahwa nama Kuningan merupakan kuningan yang ditutupi kain sehingga salah satu nama wuku. Dalam tampak seperti sedang hamil. Perbuatan kebudayaan Hindu dikenal 30 wuku. tersebut sebenarnya bertujuan untuk Kuningan adalah nama wuku ke-12. mencelakakan pendeta Ajar Sukaresmi. Wuku tersebut bersama-sama dengan Dalam menaksir perut istri raja sang wuku Galungan sampai sekarang selalu pendeta menebak bahwa istri raja itu dirayakan sebagai hari raya oleh para sedang hamil. Raja gembira mendengar pemeluk agama Hindu. Menurut berita taksiran yang salah tersebut, maka dari naskah “Carita Parahiyangan”, segera saja ia memerintahkan agar sejak abad ke-8 Masehi ada satu pusat pendeta dihukum mati karena kekuatan politik di Kuningan. Pada saat tebakannya yang salah. Tapi ternyata itu agama Hindu sudah berpengaruh di istri Raja Galuh benar-benar hamil. daerah Kuningan. Hal ini dibuktikan Raja pun marah dan spontan dengan ditemukannya beberapa menendang bokor kuningan, kuali, dan peninggalan Hindu berupa pecahan penjara besi yang berada di sekitar batu-batu bekas lingga dan nandi yang istananya. Bokor kuningan jatuh di terdapat di beberapa wilayah di sebelah utara, kemudian diberi nama Kuningan. Penguasa yang memeluk Kuningan, kuali (bahasa Sunda kawali) agama Hindu, dan masyarakat pemeluk jatuh di Kawali, sekarang kota agama Hindu dapat dipastikan kecamatan di Ciamis, dan penjara besi merayakan hari-hari penting seperti jatuh di Kandangwesi nama tempat di “Hari Kuningan” itu. Garut Selatan. Sementara itu dalam 3. Menurut tradisi lisan lainnya Babad Cirebon dan tradisi lisan disebutkan bahwa sebelum bernama Legenda Kuningan, bokor kuningan Kuningan, nama daerah ini adalah digunakan untuk menguji tokoh ulama Kajene. Kajene mengandung arti warna Islam Sunan Gunung Jati. Dikisahkan kuning. Secara umum warna kuning di daerah Luragung, sekarang kota melambangkan keagungan dalam kecamatan sekitar 19 km sebelah timur masyarakat Nusantara. Berdasarkan Kota Kuningan, Sunan Gunung Jati bahan bokor Kuningan dan warna dipersilahkan untuk menaksir kuning itulah kemudian daerah ini kehamilan istrinya Ong Tien Nio dinamai Kuningan. Namun keotentikan dengan maksud untuk menguji Kajene sebagai nama pertama daerah keluhuran ilmunya dan berdampak ini patut diragukan karena menurut mempertinggi kedudukan Naskah Carita Parahiyangan, sumber keulamaannya. Menurut salah satu versi tertulis yang disusun di daerah Ciamis cerita masyarakat, ternyata yang pada akhir abad ke-16 Masehi, dikandung Ong Tien Nio (Rara Kuningan sebagai nama daerah Sumanding) adalah sebuah bokor. (kerajaan) telah dikenal sejak zaman 92 Patanjala Vol. 8 No. 1 Maret 2016: 85 - 100

awal Kerajaan Galuh, yaitu sejak akhir diganti menjadi Kajene di bawah abad ke-7 atau awal abad ke-8 Masehi. kekuasaan Aria Kamuning. Kajene artinya Sementara itu, wilayah Kerajaan kuning atau emas. Oleh karena itu, daerah Kuningan terletak di daerah Kabupaten ini dikenal dengan nama Kuningan. Kuningan sekarang1. Pemakaian nama Kuningan ini secara Menurut cerita mitologi setempat, resmi sejak tanggal 11 April 732 Masehi nama daerah Kuningan itu diambil dari pada masa pemerintahan Aria Kamuning ungkapan Dangiang Kuning, yaitu nama dan terus digunakan hingga sekarang ilmu atau ajian yang bertalian dengan (Emran, 1978: 29). kebenaran hakiki. Ilmu ini dimiliki oleh Sang Adipati Kuningan yang Demunawan, salah seorang yang pernah merupakan putra Sunan Gunung Jati menjadi penguasa di daerah ini pada masa adalah kepala daerah pertama yang awal Kerajaan Galuh. pengangkatan dan pengesahannya dilakukan oleh Sunan Gunung Jati, sebagai d. Pemerintahan Sultan Cirebon periode 1479-1568. Seperti telah diuraikan di atas Pelantikan Suranggajaya menjadi Adipati bahwa Kabupaten Kuningan memiliki Kuningan diselenggarakan pada tanggal 4 rentang sejarah yang panjang jika melihat Syura (Muharam). Penanggalan tersebut jejak peradaban yang ada. Sejak beberapa bertepatan dengan tanggal 1 September abad yang lalu daerah Kuningan telah 1498 Masehi. Selanjutnya tanggal 1 menjadi daerah pemukiman manusia. Hal September ditetapkan sebagai hari jadi ini telah terbukti dengan ditemukannya Kabupaten Kuningan. peninggalan benda-benda arkeologis yang Dengan diangkatnya Sang Adipati tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Kuningan oleh Sultan Cirebon berarti Kuningan. Peninggalan arkeologi itu Kuningan telah memindahkan pengakuan terdiri dari alat-alat dan benda-benda yang atasannya dari Galuh ke Cirebon. Berarti dibuat dari batu seperti kapak persegi, wilayah kekuasaan Kerajaan Sunda belincong, menhir, lumpang, dan lain-lain. semakin mengecil, sedangkan wilayah Berdasarkan penemuan-penemuan tersebut kekuasaan Cirebon semakin luas. dapat disimpulkan bahwa daerah Kuningan Konsep tata kota pusat telah didiami oleh manusia sejak masa pemerintahan di Kuningan pun mengikuti neolitik. Pada masa itu berkembang suatu tradisi Cirebon, semua kegiatan kebudayaan yang dikenal dengan dipusatkan di sekitar alun-alun. Semua kebudayaan megalitik (batu besar) yang diatur sedemikian rupa sehingga bangunan merupakan akar kebudayaan Indonesia tempat kegiatan pemerintah (keraton, pada jaman berikutnya (Emran, 1978:13). pendopo, kabupaten) terletak di sebelah Kabupaten Kuningan telah selatan alun-alun, pasar sebagai tempat mengalami beberapa masa pemerintahan kegiatan perdagangan berada di sebelah sejak masa pemerintahan Seuweukarma utara, penjara sebagai tempat tahanan atau Raja Sangkuku sebagai Raja penjahat letaknya di sebelah timur. Tata Kuningan yang pertama. Bahkan pernah kota pusat pemerintahan demikian dijadikan pusat pemerintahan Kerajaan dijadikan pedoman oleh daerah-daerah di Sunda di bawah kekuasaan Rakean Darma tingkat lebih bawah di lingkungan Siksa, putra Rahiang Banga sebelum Kesultanan Cirebon, bahkan sampai dipindahkan ke Pakuan Pajajaran. Pada tingkat desa. Kecuali ibu kota kabupaten masa selanjutnya Kuningan menjadi di Kuningan mengalami perubahan pada bagian Kerajaan Pajajaran dan namanya masa kolonial Belanda. Pendopo kabupaten dipindahkan ke bekas kantor 1https://aditya69.wordpress.com/2007/10/27/sa dan rumah dinas Asisten Residen ng-adipati-kuningan-adalah-putra-luragung/, Kuningan yang terletak di bagian utara diunduh 16 Desember 2015 Sejarah Sosial-Budaya Kabupaten Kuningan... (Euis Thresnawaty S) 93

Kota Kuningan. Asisten Residen adalah 1705, dibagi menjadi dua prefektur pejabat kolonial di tingkat kabupaten (wilayah administratif setingkat dalam struktur pemerintahan Kolonial keresidenan), yaitu Prefektur Cirebon, dan Hinda Belanda. Pada saat ini bekas Prefektur Priangan-Cirebon. Bagian utara pendopo kabupaten lama telah dijadikan disebut wilayah Prefektur Cirebon meliputi pusat pertokoan dan perkantoran yang daerah-daerah Cirebon, Kuningan, sebelumnya berfungsi sebagai terminal bus Indramayu dan Gebang. Bagian sebelah dan lapangan sepak bola. Sampai sekarang selatan yang disebut Prefektur Priangan- Pendopo Kabupaten Kuningan tetap Cirebon (Cheribonsche Preanger Landen) menempati bekas bangunan kantor dan meliputi kabupaten-kabupaten: rumah dinas Asisten Residen. Limbangan, Sukapura, dan Galuh. Selanjutnya status administrasi Pemerintahan dibedakan atas pemerintahan keadipatian mengalami Pemerintah Kolonial dan Pemerintahan perubahan ketika Dalem Mangkubumi Pribumi. Dalam lingkup pemerintahan meninggal. Hal ini terjadi karena daerah pribumi di Cirebon dibentuk tiga ini menjadi rebutan tiga pusat kekuasaan kabupaten yang dipimpin oleh tiga orang besar, yaitu Kesultanan Cirebon, sultan di Cirebon dengan jabatan bupati Kesultanan Mataram, dan Kompeni dan sebagai Bupati-Wedana (bupati Belanda VOC yang berkedudukan di kepala) adalah Sultan Kasepuhan. Setiap Batavia (). kabupaten terdiri atas 4 distrik dan tiap Tahun 1678 Kesultanan Cirebon distrik di kepalai oleh seorang pecah menjadi Kasepuhan dan Kanoman. tumenggung. Tumenggung berkedudukan Hal ini tentu menimbulkan dampak pada di sebuah desa yang lokasinya terletak di pembagian wilayah kekuasaan. Tahun tengah-tengah daerah distrik. Tempat 1681 Cirebon menyatakan terbuka bagi kedudukan tumenggung menjadi ibukota kedatangan dan kedudukan kompeni (dayeuh) distrik tersebut. melalui perjanjian yang ditandatangani Kepada setiap distrik bersama. Secara garis besar daerah diperbantukan 1 orang bupati luar (wakil Kabupaten Kuningan terbagi menjadi dua bupati), 1 orang bupati dalam, 2 orang wilayah administrasi pemerintahan. Bagian demang, 6 orang mantri, 10 orang jaksa, 10 Barat daerah Kuningan masuk ke dalam orang penghulu kepala, dan 1 orang khatib. wilayah Kesultanan Cirebon (Kasepuhan) Jaksa dibantu oleh 8 orang jagabela, 1 dan bagian timurnya masuk ke dalam orang sipir kepala, 1 orang wakil sipir, dan wilayah Gebang yang sudah berdiri 4 orang upas. Khatib dibantu oleh 2 orang sendiri, lepas dari Cirebon. Kedua wilayah pembantu (Ekadjati, 2003:73) administrasi pemerintahan tersebut dibatasi Wilayah Prefektur Kesultanan oleh Sungai Japura dan Sungai Cisadane Cirebon dibagi ke dalam 12 distrik, yaitu (Ekadjati, 2003:72). Losari, Gebang, Panjalu, Talaga, Pada awal abad ke-19 Cirebon Kuningan, Cikaso, Matang Aji, Rajagaluh, telah sepenuhnya berada di bawah Sindangkasih, Bengawan Wetan, Pemerintahan Kolonial Hindia Belanda. Bengawan Kulon dan Paparean. Sistem pemerintahan di wilayah Cirebon Dari 12 distrik di Prefektur tampak jelas setelah keluarnya peraturan Cirebon ada 2 distrik yang masuk ke dalam pemerintahan yang terbit tanggal 2 wilayah kabupaten Kuningan sekarang, Februari 1809, Reeglement op het beheer yaitu Distrik Cikaso dan Distrik Kuningan. van Cheribonsche Landen (peraturan Kedua distrik tersebut berada di bawah tentang pemerintahan di wilayah Cirebon) pemerintahan Sultan Sepuh (Kasepuhan). atas prakarsa Gubernur Jenderal Herman Distrik Cikaso memiliki 547 jung sawah Daendels (1808-1811). Bahwa dan 9.488 cacah penduduk. Sesungguhnya Keresidenan Cirebon yang dibentuk tahun 300 jung sawah di dalam Distrik Gebang 94 Patanjala Vol. 8 No. 1 Maret 2016: 85 - 100 bagian Selatan (tanah pegunungan) 3. Wilayah pembangunan Cilimus, yang termasuk daerah Kuningan sekarang terdiri dari Kecamatan Cilimus, dan (Emran, 1978:53). Mandirancan. Dengan demikian telah ditetapkan 4. Wilayah pembangunan Luragung, bahwa secara politik para sultan di Cirebon yang terdiri dari Kecamatan (Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan) Luragung, Lebakwangi, dan tidak memiliki kekuasaan lagi, karena Ciawigebang. kedudukan mereka diubah menjadi 5. Wilayah pembangunan Cibingbin pegawai Pemerintah Kolonial Hindia yang terdiri dari Kecamatan Belanda. Sultan-sultan di Cirebon hanya Cibingbin, dan Ciwaru (Sekwilda II berstatus simbol terhadap rakyatnya dan Kuningan, 1989: 138). dapat dikatakan pegawai atau alat pemerintah kolonial. Situasi seperti itu Sejak tahun 1978 tanggal 1 membuat pemerintahan di Cirebon September ditetapkan sebagai hari jadi termasuk Kuningan menjadi terbengkalai. Kabupaten Kuningan, dengan Pada tanggal 5 Januari 1819, pertimbangan: dikeluarkan keputusan Komisaris Jenderal 1. Peristiwa itu merupakan satu titik yang No. 23 untuk membentuk Kabupaten sampai sekarang masih dirasakan Kuningan, tetapi wilayah administrasinya kelanjutan dan pengaruhnya oleh baru meliputi bagian selatan wewengkon masyarakat Kuningan yang memberi Kabupaten Kuningan yang sekarang. dukungan aspirasi bagi kemajuan Selanjutnya pada tanggal 13 Maret daerah ini. 1909, ditetapkanlah wilayah Prefek 2. Menggambarkan terbentuknya satuan Kesultanan Cirebon yang terbagi atas tiga masyarakat yang teratur yang telah daerah yang masing-masing dikepalai oleh memiliki pemerintahan sendiri. salah seorang sultan sepuh, ketiga daerah 3. Peristiwa itu mengandung nilai edukatif tersebut adalah: tinggi yang dapat mendorong semangat 1. Daerah Cirebon dan Kuningan yang generasi berikutnya untuk membangun dikepalai oleh Sultan Sepuh ke-7, daerah Kuningan dalam lingkup Pangeran Tajal Arifin Jihanuddin yang pembangunan bangsa Indonesia secara memerintah selama 25 tahun. keseluruhan sehingga hari jadi tersebut 2. Daerah Majalengka, yang dikepalai senantiasa menjadi semangat untuk oleh Sultan Anom ke-6, Pangeran Raja kemajuan daerahnya. Mohammad Komarudin I yang memerintah selama 27 tahun. Adapun nama-nama Kepala 3. Daerah Indramayu yang dikepalai oleh Pemerintahan Kuningan sesuai masanya Sultan Kacirebonan yang memerintah adalah: selama 6 tahun A. Zaman Hindu Daerah Kabupaten Kuningan yang 1. Seuweukarmn sekarang sudah mengalami pengembangan, 2. Sanjaya meliputi 5 wilayah pembangunan, yaitu: 3. Rahiyang Tamperan 1. Wilayah pembangunan Kuningan 4. Rahiyang Banga yang terdiri dari Kecamatan 5. Rakean Darmasiksa Kuningan, Garawangi, Ciniru, 6. Arya Kamuning Jalaksana, dan Kramatmulya. 2. Wilayah pembangunan Kadugede, B. Zaman Islam yang terdiri dari Kecamatan 1. Adipati Kuningan Kadugede, Darma, Selajambe, dan 2. Geusan Ulun Subang. 3. Dalem Mangkubumi

Sejarah Sosial-Budaya Kabupaten Kuningan... (Euis Thresnawaty S) 95

C. Zaman Penjajahan Belanda dan Dalam hal ini hanya sebagian kecil warisan Jepang budaya leluhur yang masih dipertahankan 1. R. Brata Adiningrat dan dilaksanakan oleh mereka. Oleh 2. Doejeh Bratamidjaja karena itu, kehidupan mereka sehari-hari 3. R. Dali Soerjanataatmadja cenderung sama dengan kelompok 4. R. Moch. Achmad masyarakat lain pada umumnya (Adeng, 5. R. Umar Said 2014: 401). Di wilayah Kuningan proses D. Zaman Kemerdekaan RI 1945 akulturasi budaya telah lama terjadi R. Asyikin Nataatmadja sehingga memengaruhi juga nilai-nilai sosial, misalnya dari sisi bahasa. Orang E. Zaman Kedudukan NICA (Recomba) Kuningan dapat dikenali dari logat dan 1. R. Asyikin Joedadibrata nada yang digunakan, jelas sekali adanya 2. R. Hollan Soemadiningrat pengaruh dari Cirebon, Indramayu, dan 3. R. Abdul Rivai Brebes (Jawa Tengah) meskipun masyarakat Kuningan pada umumnya F. Zaman RI 1950 – sekarang memakai bahasa Sunda. 1. R. Noer Atmadibrata (1945-19510) 2. R. Moch Hafil a. Kesenian dan Upacara Tradisi di 3. R. Tikok M. Ichlas (1951-1952) Kuningan 4. R. Soemitra (1952-1954) Di era globalisasi saat ini ketika 5. TB. Amin Abdullah (1954-1957) pertukaran informasi dengan kebudayaan 6. Yusuf (pejabat 1957-1958) lain semakin gencar, beberapa upaya untuk 7. Saleh Alibasah (1958-1961) menyaring pengaruh buruk dari budaya 8. Usman Djatikusunah (1961-1966) luar terus diupayakan meskipun terasa 9. Rd. Komar Surjanataatmadja sangat sulit. 10. R. Soemintaatmadja (1966-1967) Salah satu upaya agar generasi 11. R. Aruman W. (1967-1973) sekarang dan mendatang tidak kehilangan 12. Karli Akbar (1973-1978) jatidiri sebagai bangsa besar yang beradab 13. R.H Unang S, S.H (1978-1983) adalah dengan membangun budaya kita 14. Drs. H. M. Jufri P (1983-1988) dengan sungguh-sungguh agar bisa sejajar 15. Drs. H. Subandi (1988-1993) sekaligus pembendung bagi pengaruh 16. H. Yeng D.S.P (1993-1998) buruk budaya luar. 17. Drs. H. Arifin S, M.M (1998-2003) Dalam hal adat istiadat Kabupaten 18. H. Aang H. Suganda (2003-2008) Kuningan kaya dengan peristiwa budaya. 19. H. Aang H. Suganda (2008-2013) Beberapa seni budaya yang masih 20. Hj. Utje C. Suganda, S.Sos, M. AP terpelihara, yaitu: saptonan, drama wek- (2013-sekarang) wek, goong rendong, kuda lumping, tari (Bappeda Kab. Kuningan, 2013:2) buyung, kemprongan, dan cingcowong. Seni budaya tradisional ini tetap terbina 2. Kehidupan Sosial-Budaya dan dikembangkan melalui kegiatan Manusia sepanjang hidupnya pembinaan dan pergelaran-pergelaran. menerima waisan budaya yang diturunkan Tari Buyung adalah salah satu dari leluhurnya, juga menikmati hasil tarian khas Kabupaten Kuningan yang budaya yang tercipta selama dia hidup. selalu dipentaskan pada upacara Seren Komposisi mengenai hal itu tentu saja Taun di Cigugur. Tarian yang berbeda antara kelompok masyarakat yang menggambarkan para gadis gunung yang satu dengan yang lainnya. Ada kelompok sedang mengambil air merupakan kesenian masyarakat yang lebih banyak turun temurun dengan latar belakang dari melaksanakan aktivitas budaya kekinian. kebiasaan mengambil air dengan 96 Patanjala Vol. 8 No. 1 Maret 2016: 85 - 100 menggunakan buyung. Buyung adalah Tradisi Saptonan pernah sejenis alat yang terbuat dari logam mengalami masa keemasan pada zaman maupun tanah liat untuk mengambil air di kolonial. Namun, tradisi ini nyaris punah sungai. seandainya pihak Pemerintah Daerah Setiap gerakan dalam Tari Buyung dalam hal ini pihak Dinas Pariwisata dan memiliki makna yang tersirat. Misalnya, Kebudayaan tidak melestarikannya. Untuk menginjak kendi sambil membawa buyung mengikuti tradisi ini banyak hal yang harus di kepala (nyuhun) erat katannya dengan diperhatikan oleh peserta, di samping ungkapan “di mana bumi dipijak, di situ ketangkasan berkuda, kudanya pun harus langit dijungjung”. Membawa buyung di pilihan yang mengerti terhadap bunyi atas kepala sangat memerlukan gamelan. Pakaian yang dikenakan peserta keseimbangan. Hal ini berarti bahwa dalam saptonan beraneka ragam dan corak ada kehidupan ini perlu adanya keseimbangan yang memakai pakaian raja, ponggawa, antara perasaan dan pikiran. patih atau prajurit keraton yang memperlihatkan kesatriaan. Persyaratan pakaian ini setelah zaman kemerdekaan makin tidak mengikat, para peserta bebas mengenakan pakaian kampret, begitu juga dengan kudanya sudah tidak memakai atribut lagi, berbeda dengan dulu bagian kepala dan bagian belakang kudanya dihiasi oleh bulu-bulu merak. Untuk tradisi Saptonan ini tidak sembarang orang bisa jadi peserta karena Tari Buyung tradisi ini sengaja diciptakan untuk para Sumber: Pemda Kab. Kuningan. lurah. Tetapi setelah penguasa Belanda meninggalkan Indonesia tradisi Saptonan Tradisi Saptonan dan panahan di bisa diikuti siapa saja yang berminat dan Kabupaten Kuningan memiliki daya tarik memiliki kuda. tersendiri dibandingkan tradisi lainnya. Cingcowong merupakan tradisi Biasanya dilaksanakan secara rutin setiap warisan nenek moyang yang sejak sekitar hari Sabtu setelah kegiatan serba raga yang 200 tahun silam sudah dilakukan secara dilaksanakan sekitar istana Kerajaan turun-temurun. Tradisi Cingcowong adalah Kajene (Kuningan) dan mempunyai makna tradisi masyarakat Luragung Landeuh yang dalam seperti heroism, ketangkasan untuk memohon kepada Tuhan Yang Maha berkuda dan panahan dalam bela negara Esa, agar menurunkan hujan ketika musim serta kebersamaan antara pemerintah kemarau panjang. Kesenian tradisional dengan rakyatnya. tersebut diwariskan secara turun menurun kepada keturunan asli Eyang Nata dan sekarang keturunan yang mewarisi kesenian tradisional tersebut keturunan yang ke-4 yaitu ibu Nawita (Adeng dkk, 2012:86). Tradisi ini dalam visualisasinya berbau magis. Cingcowong terbuat dari bubu, sejenis alat untuk menangkap ikan dari anyaman bambu yang dibentuk seolah-olah mirip tubuh manusia, dan

Tradisi Saptonan gayung dijadikan kepala atau mukanya. Sumber: Pemda Kab. Kuningan. Sejarah Sosial-Budaya Kabupaten Kuningan... (Euis Thresnawaty S) 97

Peralatan yang dipergunakan untuk 5. Ibu Nawita sebagai pemeran utama, kesenian Cingcowong tersebut adalah yang memegang penting dalam sebagai berikut: pagelaran Cingcowong. 1. Bubu (dalam bahasa Sunda disebut 6. Seorang kakek-kakek sebagai ketua buwu) yaitu alat untuk menangkap ikan adat atau dukun yang membawa atau perangkap ikan yang terbuat dari kemenyan. anyaman bambu yang digunakan Biasanya pagelaran Cingcowong sebagai badan Cingcowong. dilaksanakan pada malam Jumat sekitar 2. Gayung (dalam bahasa Sunda di sebut pukul 17.00. Cingcowong disimpan di parit siwur) sebagai kepalanya dan didandani kecil atau comberan dengan mantra-mantra sehingga menyerupai wajah wanita kemudian diisi dengan arwah penasaran cantik, dalam ungkapan lain sebagai yaitu arwah wanita yang tidak sempurna jelmaan wajah bidadari dan pakaian meninggalnya. Biasanya wanita yang yang digunakan yaitu pakaian kebaya meninggal karena bunuh diri atau panjang sebagai sabuknya yaitu kain meninggal yang tidak sempurna lainnya. putih dan sebagai hiasan di leher atau Istilah untuk memanggil arwah ini disebut kalung memakai bunga kamboja yang nyambat arwah bidadari. dirangkai. Khusus bunga kamboja harus Boneka Cingcowong dibawa oleh diambil dari kuburan. ibu Nawita sambil membacakan mantra- Alat-alat pengiring yang mantra. Tidak lama kemudian Cincowong digunakan pada pagelaran Cingcowong di secara gaib bergerak-gerak ke sana ke mari antaranya: mengajak ke mana dia mau. Saat itulah 1. Jambangan yang terbuat dari kuningan Cingcowong harus disembur dengan air. (disebut dengan bokor), kuningan yang Masyarakat yang menyaksikan di seputar dipukul sebagai ketukan (disebut arena harus spontan berteriak dengan cneng) “hujan..hujan..hujan…”. Tidak lama 2. Tempayan (buyung) untuk pengatur kemudian biasanya terdengar suara irama yang dipukul dengan kipas yang gemuruh dan hujan pun akhirnya turun. terbuat dari anyaman bambu. Saat ini tradisi Cingcowong mulai 3. Tangga yang terbuat dari bambu yang jarang digelar apalagi bila intensitas hujan berfungsi untuk membawa atau sedang tinggi. Kalaupun digelar tidak lagi menyambut turunnya arwah lelembut sesakral dahulu, artinya bisa kapan saja atau dalam peribahasa untuk digelar sesuai permintaan. menyambut turunnya bidadari. Upacara tradisi lainnya adalah 4. Tikar pandan atau tikar yang terbuat di Cigugur yang dilaksanakan dari anyaman pandan yang biasa antara tanggal 18-22 Rayagung bulan digunakan untuk alas orang yang Jawa, dipusatkan di Gedung Paseban Tri meninggal dunia atau mayat, yang Panca Tunggal, yang kini menjadi Cagar berfungsi sebagai alas tempat duduk Budaya Nasional sejak diresmikan pada 10 pagelaran tersebut. Oktober 1981. 5. Ruas bambu yang dipukul-pukul untuk Pembukaan diawali dengan acara mengiringi irama. “ngajayak” yang berarti “menyambut dan Personil dalam acara tradisi menerima” pada tanggal 18 Rayagung. tersebut berjumlah 10 orang, terdiri dari: Aneka ragam umbul-umbul, hiasan janur 1. Satu orang pemukul jambangan atau dan kelapa muda menambah semarak bokor. suasana. Padi yang sudah dikumpul 2. Satu orang penabuh tempayan. sebanyak 2.200 kg setara 22 kwintal 3. Dua orang pembawa tangga. disimpan di tempat-tempat yang sudah 4. Empat orang pembawa kain panjang. ditentukan, yaitu di empat penjuru (Barat, Utara, Selatan, dan Timur). Pada tanggal 98 Patanjala Vol. 8 No. 1 Maret 2016: 85 - 100

18 Rayagung padi dari empat penjuru itu sebagai tanda penghormatan. Bunyi diangkat ke Gedung Paseban Tri Panca ledakan petasan adalah sebagai pertanda Tunggal. bahwa di rumahnya ada tunangan yang Iringan pembawa padi pada saat mengirim hidangan. Sementara itu suara ngajayak antara lain: rombongan pertama bedug di masjid sejak menjelang sore terdiri dari 11 pasang jejaka dan gadis, sudah bertalu-talu, si pemuda sudah rombongan kedua adalah ibu-ibu yang bersiap-siap dengan pakaian baru dan uang membawa padi di atas kepala. Di belakang untuk diberikan kepada tunangannya ibu-ibu adalah barisan kakek-kakek yang sebagai tanda “mitrahan”. membawa padi dipikul pada pundaknya Tradisi ngaraya ini masih sambil berjalan. Para peserta upacara berkembang dan hidup di daerah pedesaan tradisi ini berangkat dari keempat jurusan Kabupaten Kuningan. Namun ada menuju tempat upacara diiringi gamelan penduduk desa yang menyederhanakan gong renteng, angklung buncis dan bunyi- tradisi ini, misalnya menyalakan petasan bunyian dog-dog. ditiadakan karena dilarang oleh pihak Penumbukan padi secara simbolis berwajib, sedangkan tradisi lainnya dilaksanakan oleh pejabat dan rohaniawan disesuaikan dengan situasi dan kondisi saat yang diiringi oleh gondang ibu-ibu. Selesai ini. melakukan simbolis penumbukan para undangan kembali ke dalam ruangan D. PENUTUP upacara dan penumbukan dilanjutkan oleh Seperti telah dipaparkan di atas peserta upacara sampai menjadi beras. bahwa Kabupaten Kuningan memiliki Hasil penumbukan padi langsung rentang sejarah yang panjang jika melihat dibagikan, 50% untuk para peserta, 50% jejak peradaban yang ada. Dimulai dari untuk badan-badan sosial dan fakir miskin masa pra sejarah, masa Hindu, masa Islam, yang ada di Desa Cigugur. masa Kolonial, hingga masa kemerdekaan. Tradisi Ngaraya adalah suatu Masa prasejarah di wilayah tradisi yang sampai saat ini masih Kuningan telah berkembang suatu dilakukan di pedesaan, khususnya di kebudayaan yang dikenal dengan lingkungan Kabupaten Kuningan, yaitu kebudayaan megalitik (batu besar) yang tradisi nganjang atau bertamu menjelang merupakan akar kebudayaan Indonesia lebaran. Saat ini tradisi ngaraya sudah pada zaman berikutnya. Peninggalan- mengalami perubahan dalam hal mengirim peninggalannya ditemukan di kaki dan hidangan berupa makanan dan lauk pauk. lereng Gunung Ciremai dan terdapat Semula kiriman tersebut tidak hampir di setiap kecamatan, mulai dari menggunakan pemulang (jawaban Kecamatan Mandirancan sampai menerima sajian), biasanya berupa uang Kecamatan Subang. Peninggalan- atau pakaian. Apabila dikirim hidangan peninggalan tersebut berupa tanda-tanda sekarang sudah menjadi kebiasaan untuk kebudayaan yang menunjukkan menyediakan pemulang, dengan uang yang perikehidupan masyarakat pada zaman besarnya lebih dari harga kiriman yang purbakala yang tingkat kebudayaannya disajikan. sudah mencapai relatif tinggi. Sebagai Sehari sebelum lebaran, pihak contoh terdapat di daerah Cipari, Desa keluarga perempuan menyiapkan Cigugur yang sekarang telah dibangun bermacam-macam makanan dengan lauk Taman Purbakala sebagai salah satu pauknya, kemudian dikirim ke rumah si bentuk rekontruksi keadaan pemukiman pemuda untuk disantap saat berbuka puasa. masyarakat manusia berkebudayaan pada Dengan datangnya kiriman itu si pemuda zaman purbakala. tidak tinggal diam, ia akan membakar Untuk masalah pendidikan, pada petasan yang telah disiapkan sebelumnya masa kolonial sekolah yang pertama Sejarah Sosial-Budaya Kabupaten Kuningan... (Euis Thresnawaty S) 99 didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda DAFTAR SUMBER untuk pribumi di Kuningan adalah Sekolah 1. Skripsi Kelas Satu (Eerste Klasse Inlandsche Sulistiyani, Yeni. 2011. School) pada akhir abad ke-19. Kemudian Kehidupan Sosial Ekonomi pada tahun 1905 didirikan Sekolah Kelas Masyarakat Cina Benteng Pada Masa Dua di Kota Kuningan. Setahun kemudian Orde Baru (1966-1998), Skripsi, di Kadugede, Cilimus, Ciawigebang, Bandung: UPI. Luragung, dan Mandirancan. Kabupaten Kuningan secara umum 2. Jurnal memiliki kekayaan budaya yang tidak Adeng..“Sejarah Sosial Kota ”, dalam kalah dengan wilayah lainnya yang ada di Patanjala Vol. 6 No. 3, September Jawa Barat, di antaranya ada Tradisi 2014, hlm. 397-412. Saptonan yang merupakan tradisi sejak masa kolonial, Cingcowong, Tari Buyung, 3. Buku Upacara Kawin Cai, Seren Taun, dan Adeng dkk. 2012 sebagainya. Masyarakat Kabupaten Cingcowong, Upacara Meminta Kuningan pun telah sejak lama Hujan pada Masyarakat Kuningan. menerapkan pendekatan multikultural Bandung: BPNB Bandung. sehingga masyarakatnya sudah terbiasa hidup dalam perbedaan. Dalam lingkup Atja.1968. Tjarita Parahiyangan. Bandung: kecil, di wilayah Kecamatan Cigugur Jajasan Kebudayaan Nusalarang. misalnya, dalam satu keluarga ada yang beragama Islam, ada yang beragama Atja. 1975. Kristen, dan ada yang menganut Sejarah Jawa Barat: dari Prasejarah Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Hingga Penyebaran Agama Islam. Esa tetapi mereka tetap rukun tanpa Bandung Proyek Penunjang Kebudayaan Nasional Pemerintah sedikitpun menimbulkan konflik. Tingkat Jawa Barat. toleransi yang tinggi menimbulkan sikap yang saling menghargai. Badan Pusat Statistik Kuningan, 2000. Lintasan transportasi di Kabupaten Kuningan dalam Angka 2000, Kuningan yang multi arah memberikan Kuningan: BPS. dampak positif karena secara teritorial Badan Pusat Statistik Kuningan, 2012. cukup terbuka untuk kehidupan sosial- Kuningan dalam Angka 2012, budaya yang berasal dari kawasan Kuningan: BPS. sekitarnya. Bappeda Kab. Kuningan, 2013. Kabupaten Kuningan Jewel on the UCAPAN TERIMA KASIH East, Kuningan: Bappeda. Penulis mengucapkan terima kasih Ekadjati, Edi S. 1975. kepada Bapak Suyono, selaku sesepuh di Penyebaran Agama Islam di Jawa Kuningan yang telah memberi informasi Barat, dalam Sejarah Jawa Barat dan mengenai sejarah dan kebudayaan Masa Prasejarah hingga Masa Kabupaten Kuningan, juga Bapak Yosef Penyebaran agama Islam, Proyek selaku Kabid Kebudayaan Disbudpar Penunjang Peninggalan Kebudayaan Kabupaten Kuningan dan semua pihak Nasional Propinsi Jawa Barat. yang telah memberikan bantuan pada saat Ekadjati, Edi S. 2003. penelitian tersebut. Sejarah Kuningan. Bandung: Kiblat

Emran, Ali 1978.

Sejarah dan Hari Jadi Kota Kuningan, Pemda Kabupaten Kuningan. 100 Patanjala Vol. 8 No. 1 Maret 2016: 85 - 100

Kuntowijoyo. 1999. Metodologi Sejarah, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya. Mutakin, Awan. 2005. Nilai-nila Kearifan Adat dan Tradisi Di Balik Simbol Kuda Kuningan, Kuningan. Pemda Kuningan, 2000. Kuningan Menembus Waktu, Kuningan: Humas Pemda.

Rostiyati, Ani. 2008. Peta Kebudayaan Indonesia Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat, Bandung: BKSNT Bandung.

Sulendraningrat. P. S. Tt.

Sejarah Cirebon, Lembaga Kebudayaan 3 Cirebon, Keprabonan 47 Lemah Wungkuk, Cirebon.

Sulendraningrat. Tt. Purwaka Cirebon Nagari Lembaga Kebudayaan 3 Cirebon, tanpa tahun.

Sulendraningrat. Tt. Sejarah Cirebon dan Silsilah Sunan Gunung Jati Maulana Syarit Hidayatullah, Lembaga Kebudayaan Wil 3 Cirebon.

Thresnawaty, Euis. 1995 Peninggalan Sejarah Sebagai Objek Wisata di Kabupaten Kuningan. Bandung: BKSNT

4. Wawancara

Juhaeni, 28 Oktober 2012. Dede Nono Rukmana, 28 Oktober 2012. Suyono, 30 Oktober 2012.

5. Internet http://mazjoe.blogdetik.com/2009/09/27/11/ Cingcowong Kabupaten Kuningan. Diakses 14 September 2014 https://aditya69.wordpress.com/2007/10/27/san g-adipati-kuningan-adalah-putra- luragung/ diakses 16 Desember 2015