Gastropods Community Structure in the Mangrove Ecosystem in the Teluk Buo, Bungus Sub-district,Teluk Kabung District, Padang, Sumatera Barat Province

By : Efi Nuryanti1), Adriman2), Nur El Fajri2) [email protected]

ABSTRACT

Teluk Buo mangrove forest is one of tourist destination in the Sumatera Barat Province. The input of pollutant originated from anthropogenic activities, however, reducing the water quality and as a consequence negatively affects the mangrove ecosystem as well as the associated organisms, including gastropods. To understand the community structure of gastropods in the mangrove ecosystem, a research was conducted on February 2017. There were 3 line transects and in each line, 9 plots (1mx1m) were placed. The gastropods present in the plots were collected manually everyday for 2 weeks period. Result shown that there were 7 gastropods present, they were Nerita lineata, Nerita undata, sulcata,Telescopium telescopium, Cerithidea quadrata, Littoraria melanostoma and Littoraria scabra. The gastropods abundance was ranged from 1.741 to 5.963 organisms/ha. The value of diversity index was (H’) 0.821-2.385, the dominance index (C) was 0.219-0.704, and the uniformity index (E) was 0.118-0.584. The water quality parameters are as 0 0 follows: temperature was 29-31 C; pH was 7.3-7.5 and salinity was 25-34 /00. Gastropods Community Structure in the Mangrove Ecosystem in the Teluk Buo has been disturbed and the dominant species (T. sulcata).

Keywords:Gastropods, Mangrove Ecosystem, Teluk Buo, Water quality.

1) Student of the Fisheries and Marine Science Faculty, Riau University 2) Lecture of the Fisheries and Marine Science Faculty, Riau Universiry

PENDAHULUAN Hutan mangrove merupakan karena ada serasah dan terjadi salah satu ekosistem alamiah yang dekomposisi serasah sehingga terdapat unik dan mempunyai nilai ekologis detritus. Hutan mangrove memberikan dan ekonomis yang tinggi. Ekosistem kontribusi besar terhadap detritus hutan mangrove adalah salah satu organik yang sangat penting sebagai daerah yang produktivitasnya tinggi sumber energi bagi biota yang hidup

diperairan sekitarnya (Suwondo et al., masih minimnya informasi tentang 2005). keberadaan di kawasan Teluk Buo merupakan salah mangrove Teluk Buo, maka penulis satu daerah yang terletak di tertarik melakukan penelitian Kecamatan Bungus Teluk Kabung mengenai Struktur Komunitas Sumatra Barat yang memiliki potensi Gastropoda Pada Ekosistem Mangrove hutan mangrove. Menurut Laporan di Teluk Buo Kecamatan Bungus Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Teluk Kabung Sumatera Barat. Padang (2004), luas hutan mangrove di Teluk Buo dulunya sekitar 120 ha METODOLOGI PENELITIAN dan saat ini hanya tersisa ± 10 ha. Penelitian ini telah Penurunan luasan ini disebabkan oleh dilaksanakan pada bulan Februari masyarakat yang memanfaatkan hutan 2017. Lokasi penelitian adalah di mangrove sekitar sebagai lahan kawasan mangrove di Teluk Buo pemukiman, pariwisata serta adanya Kecamatan Bungus Teluk Kabung aktivitas penebangan hutan mangrove Kota Padang Provinsi Sumatera Barat. secara liar untuk dijadikan kayu bakar, Analisis sampel dilakukan di atap rumah dan lain-lain. Salah satu Laboratorium Ekologi dan Manajemen biota yang berasosiasi di kawasan Lingkungan Perairan Fakultas hutan mangrove adalah gastropoda. Perikanan dan Kelautan Universitas Dharma (dalam Hendra 2008) Riau. gastropoda yang kita kenal dengan Stasiun ditetapkan berdasarkan nama umum siput atau keong. Hewan kriteria berikut: ini termasuk keluarga moluska yang St I : Di sekitar stasiun ini terdapat bercangkang tunggal yang banyak aktivitas pariwisata serta ditemui di zona intertidal maupun aktivitas penambatan kapal subtidal. Gastropoda dapat ditemui yang belum resmi. Di sekitar pada hutan mangrove dan sekitarnya, kawasan ini juga terdapat di bawah dan dibalik koral, di pasir aktivitas pemukiman yang maupun di lumpur. Gastropoda pada tidak terlalu padat. Stasiun ini berada pada posisi 104’23,388” hutan mangrove berperan penting 0 dalam proses dekomposisi serasah dan LS - 100 23’18,81” BT. mineralisasi bahan organik terutama St II : Di sekitar stasiun ini terdapat yang bersifat herbivore da detrivore, aktivitas pemukiman dengan kata lain gastropoda masyarakat yang cukup padat berkedudukan sebagai dekomposer. dan adanya penebangan Gastropoda yang hidup di kawasan mangrove. Di stasiun ini hutan mangrove sangat ditentukan oleh terdapat aliran sungai. Stasiun adanya vegetasi mangrove. ini berada pada posisi Kelimpahan dan distribusi gastropoda 0 1 4’23,202” LS - dipengaruhi oleh faktor lingkungan, 0 100 23’19,182” BT. ketersediaan makanan pemangsaan St III : Di sekitar stasiun ini tidak dan kompetisi. Mengingat pentingnya terdapat aktivitas (kontrol). peranan gastropoda dalam rantai Stasiun ini berada pada posisi makanan di ekosistem mangrove, serta

104’24,486” LS - P 100023’19,944” BT. K = x 10.000 Luas Plot Pengamatan (m2) Metode yang digunakan untuk pengambilan sampel gastropod dengan teknik transek garis (Line Transect) Keterangan : English et al., (1994). Rentangkan tali K = Kelimpahan gastropoda (ind/ha) dari garis titik acuan (tepi pantai) P = Jumlah individu dengan arah tegak lurus sampai ke Perhitungan indeks daratan (hutan mangrove terluar). keanekaragaman jenis gastropoda Jarak antara transek satu dengan yang menurut Shannon-Wiener (dalam lainnya yaitu 50 meter. Kemudian Odum, 1993) yaitu: membuat plot yang berukuran 10 m x s

10 m sebanyak 3 plot dimana plot 1 H'  pi log 2 pi i1 terletak dibagian tepi pantai, plot 2 Keterangan: dibagian tengah mangrove, dan plot 3 H’ = Indeks Keanekaragaman Jenis dibagian kearah hutan mangrove Pi = Proporsi individu dari jenis ke-i terluar. Dalam setiap plot dibuat tiga terhadap jumlah individu semua sub plot berukuran (1 m x 1 m) yang jenis (pi = ni/N) ditarik secara acak untuk pengambilan ni = Banyaknya individu/jenis (taxa) sampel gastropoda yang dianggap N = Jumlah total individu semua sudah mewakili keberadaan spesies gastropoda secara keseluruhan . Log2 = 3,321928 Selanjutnya dihitung presentase jenis Untuk mengetahui apakah ada gastropoda setiap sub plot. suatu jenis gastropoda yang Pengambilan sampel gastropoda mendominansi pada tiap plot dilakukan dengan cara mengambil ditentukan dengan indeks dominansi semua individu gastropoda dengan (Odum, 1993) sebagai berikut : cara memungut dengan menggunakan s tangan (hand collecting) (Mulyadi, C  ( p )2 1998). Gastropoda yang telah didapat  i dimana pi = (ni/N) i  1 kemudian dimasukkan ke dalam Keterangan: kantong plastik yang telah diberi C = Indeks dominansi jenis kertas label. Setelah itu sampel ni = Jumlah individu pada setiap diawetkan dengan menggunakan spesies ke-i formalin 4 %. Identifikasi gastropoda N = Jumlah total individu ke-i dilakukan di Laboratorium Ekologi pi = ni/N dan Manajemen Lingkungan Perairan Indeks keseragaman dengan cara mencocokkan sampel gastropoda dihitung menggunakan gastropoda yang didapat dengan rumus menurut Krebs dalam Hendri gambar yang tertera pada buku (2014): identifikasi menurut Eisenberg (1981). H ' Kelimpahan gastropoda E  menggunakan rumus menurut (Odum, Dimana: H maks 1993):

E : Keseragaman (Equitibility) HASIL DAN PEMBAHASAN H’ : Indeks keragaman S : Jumlah jenis yang berhasil Berdasarkan hasil penelitian tertangkap yang dilakukan ditemukan 7 jenis maks H : Log2S = 3,321928 x Log S Gastropoda yang terdiri dari Nerita lineata, Nerita undata, Terebralia sulcata, Telescopium telescopium, Cerithidea quadrata, Littoraria melanostoma, dan Littoraria scabra, Adapun Ciri-ciri morfologi bentuk gastropoda yang ditemukan adalah sebagai berikut:

(a) (b) (c)

(d) (e) (f)

(g) Gambar 1. Jenis-jenis Gastropoda yang Ditemukan Selama Penelitian: (a) N. lineata, (b) N. undata, (c) T. sulcata, (d) T. telescopium, (e) C. cingulata, (f), L. melanostoma, (g), L. scabra

1. Nerita lineata runcing dan tebal sehingga tidak Jenis gastropoda ini mempunyai mudah terbawa arus dan ombak air karakteristik cangkang yang tebal dan pasang. Organisme ini umumnya padat yang bentuknya membudar bulat dijumpai di bawah pohon mangrove memipih dibawahnya. Pada cangkang yang bersubstrat lumpur yang lembut memiliki garis yang mengikuti dan ditemukan secara berkelompok. bundaran sampai ketempat yang Ciri-ciri tersebut sesuai dengan memipih. Warna cangkang bagian luar pendapat (Eisenberg, 1981). hitam keabu-abuan, ukuran cangkang (Gambar 1d). 2-3 cm sering dijumpai menempel 5. Cerithidea cingulata pada akar mangrove. Ciri-ciri tersebut Gastropoda ini mempunyai sesuai dengan yang dikemukakan bentuk cangkang yang tebal, padat. (Eisenberg, 1981). (Gambar 1a). Umumnya memiliki 6 lingkaran spiral 1. Nerita lineata pada cangkang. Cangkang berwarna Jenis gastropoda ini mempunyai coklat dan memiliki ukuran cangkang karakteristik cangkang yang tebal dan 4-7 cm. Habitatnya di pasir berlumpur padat yang bentuknya bulat dan lumpur di hutan mangrove. Ciri- membundar dibawahnya. Pada ciri tersebut sesuai dengan yang cangkang memiliki corak yang dikemukakan (Eisenberg, 1981). mengikuti bundaran sampai ketempat (Gambar 1e). yang membundar. Warna cangkang 6. Littoraria melanostoma bagian luar hitam kecoklatan, ukuran Jenis gastropoda ini memiliki cangkang 3-4 cm sering dijumpai ukuran cangkang 1,5-3 cm, dengan menempel pada akar atau batang bagian ujung cangkang meruncing. mangrove. Ciri-ciri tersebut sesuai Warna cangkang kekuningan, kadang- dengan yang dikemukakan (Eisenberg, kadang terlihat putih serta memiliki 1981). (Gambar 1b). corak garis berwarna coklat muda. 2. Terebralia sulcata Bukaan tepi cangkang hitam atau Jenis gastropoda ini mulut hitam. Sering dijumpai pada mempunyai karakteristik cangkang area mangrove dengan substrat lumpur yang tebal, padat, runcing, kerucut, berpasir dan umumnya menempel pada pinggiran cangkang bergaris. Warna batang dan daun mangrove dan cangkang bagian luar coklat umunya berkelompok. Ciri-ciri kehitaman, ukuran cangkang 2-5 cm. tersebut sesuai dengan pendapat Sering dijumpai secara berkelompok di (Eisenberg, 1981). (Gambar 1f). bawah naungan hutan mangrove pada 7. Littoraria scabra substrat lumpur dan pasir berlumpur. Jenis gastropoda ini Ciri-ciri tersebut sesuai dengan mempunyai bentuk tubuh seperti bulat pendapat (Eisenberg, 1981). serta memiliki lingkaran spiral dari (Gambar 1c). bagian atas turun mengecil kebawah 4. Telescopium telescopium meruncing, ukuran cangkang 1,5-2 cm. Jenis gastropoda ini memiliki warna cangkang coklat kehitaman. ukuran cangkang 4-10 cm. Cangkang Ciri-ciri tersebut sesuai dengan berwarna coklat gelap, cangkang

pendapat (Eisenberg, 1981) 11). Teluk Buo pada setiap stasiun berkisar (Gambar 1g). 17.409-59.630 ind/ha (Tabel 1). Kelimpahan gastropoda yang ditemukan di kawasan mangrove

Tabel 1. Nilai kelimpahan gastropoda di setiap stasiun selama penelitian di kawasan mangrove Teluk Buo Kecamatan Bungus Teluk Kabung Kota Padang Sumatera Barat Kelimpahan Gastropoda (ind/ha) No Jenis Gastropoda Stasiun I Stasiun II Stasiun III 1 Nerita lineata 2.593 1.111 10.000 2 Nerita undata 8.889 - 2.963 3 Terebralia sulcata 11.481 14.444 10.741 4 Telescopium telescopium 4.815 1.852 1.852 5 Cerithidea cingulata 2.593 - 18.148 6 Littoraria melanostoma 1.111 - 1.111 7 Littoraria scabra 16.667 - 14.815 Total 48.148 17.407 59.630

Tingginya kelimpahan bahwa habitat gastropoda yang gastropoda pada Stasiun III, diduga disukainya adalah dengan tipe substrat karena kawasan mangrove ini masih lumpur, berair dan terbuka. Kusrini relatif alami dan tidak ada aktivitas (2000) juga berpendapat bahwa yang mempengaruhinya. Masih gastropoda lebih menyukai permukaan terjaganya kondisi mangrove di sekitar yang berlumpur atau daerah dengan Stasiun III menyebabkan habitat ini genangan air yang cukup luas. baik untuk pertumbuhan dan Sedangkan kelimpahan perkembangbiakan gastropoda. gastropoda yang rendah pada stasiun II Kerapatan mangrove yang tinggi karena kerapatan mangrove di stasiun mampu menghasilkan serasah dan ini juga rendah yaitu 333 p/ha (Ofrizal bahan organik (Tabel 3) yang 2017). Rendahnya kerapatan mangrove dibutuhkan oleh gastropoda sebagai menyebabkan habitat gastropoda sumber nutrient. Hal ini sesuai dengan berkurang, karena sebagian hewan pendapat Tis’in (2008) bahwa gastropoda hidup dengan cara kerapatan mangrove terkait erat menempel pada batang mangrove. Hal dengan ketersediaan bahan organik di ini sesuai dengan pendapat Ervina lingkungan yang mendukung (2007) menyatakan bahwa kelimpahan pertumbuhan untuk melakukan gastropoda sangat ditentukan oleh dekomposisi bahan organik. Jika kerapatan mangrove, semakin baik dilihat dari tipe substrat pada stasiun kerapatan mangrove maka kelimpahan ini yaitu substrat berlumpur. Darnaedi gastropoda akan semakin tinggi. dalam Tis’in (2008) menambahkan

Kandungan bahan organik berkisar 0,821-2,385, sedangkan yang terdapat pada stasiun II relatif indeks dominansi (C) yaitu berkisar rendah yaitu 34.37 % (Tabel 3), 0,219-0,704 dan nilai indeks disebabkan oleh produksi massa keseragaman (E) yaitu berkisar 0,118- serasah mangrove yang jatuh ke 0,607 (Tabel 2). perairan atau substrat sedikit (Simamora, 2017). Rata-rata indeks . keanekaragaman jenis (H’) gastropoda Tabel 2. Nilai Rata-rata indeks keanekaragaman (H’), dominansi (C) dan keseragaman (E) jenis gastropoda di kawasan hutan mangrove Teluk Buo Kecamatan Bungus Teluk Kabung Kota Padang Sumatera Barat

No Nilai Indeks Stasiun I Stasiun II Stasiun III 1 Indeks Keanekaragaman (H’) 2,385 0,821 2,005 2 Indeks Domiannsi (C) 0,227 0,704 0,219 3 Indeks Keseragaman ( E) 0,607 0,118 0,510

Dari nilai indeks dominan karena terjadi persaingan keanekargaman (H’) keanekaragaman makanan serta habitat sehingga gastropoda pada stasiun I dan III menyebabkan terjadinya adalah sedang, artinya ketidakstabilan ekologi. keanekaragaman gastropoda sedang Dari nilai indeks dominansi (C) dengan sebaran individu sedang. pada Stasiun I dan III tidak ada jenis Menurut Shannon-Wiener dalam gastropoda yang mendominasi, Hendri (2014) menyatakan bahwa nilai sedangkan pada stasiun II ada yang indeks keanekaragaman (H’) 1 ≤ H’ ≤ mendominansi yaitu T. sulcata. 3 atau berkisar 1-3 artinya Mustika (2013) mengatakan bahwa T. keanekaragaman sedang dengan sulcata ini berasosiasi hidup pada sebaran individu sedang dan kestabilan mangrove jenis Rhizopora, seperti komunitas sedang. Handayani dalam penelitian yang dilakukan Tis’in Ernanto (2010) menyatakan suatu (2008), ditemukan jenis gastropoda komunitas dikatakan mempunyai lebih banyak pada hutan mangrove keanekaragaman jenis tinggi jika yang didominansi mangrove jenis komunitas itu disusun oleh banyak Rhizopora. Diperkuat dengan Plaziat jenis dengan kelimpahan jenis yang dalam rangan (2010) mengatakan sama atau hampir sama. bahwa jenis ini memiliki toleransi Sedangkan pada Stasiun II yang tinggi terhadap perubahan indeks keanekaragaman adalah rendah kondisi lingkungan sehingga dapat dikaitkan dengan nilai kelimpahannya bertahan dan berkembang biak pada (17.407 ind/ha) juga rendah serta kondisi ekstrim. karena adanya jenis yang mendominasi Adanya dominansi spesies yaitu T. sulcata adanya jenis yang tertentu di Stasiun II karena dilihat

dari karakteristik stasiun tersebut disebabkan kandungan bahan organik bahwa adanya aliran sungai sehingga (Tabel 3) cukup tinggi. Menurut Krebs salinitas pada stasiun tersebut dalam Hendri (2014), jika nilai E menurun, salinitas menurun maka jenis mendekati 1 (>0,5) berarti gastropoda yang ditemukan lebih keseragaman organisme dalam suatu sedikit sehingga ada yang perairan berada dalam seimbang, tidak mendominansi. terjadi persaingan baik terhadap Dari nilai indeks keseragaman tempat maupun makanan. (E) pada Stasiun I dan III terdapat Pengukuran parameter fisika- keseragaman yang tinggi, sedangkan kimia dilakukan saat perairan yang terendah terdapat pada Stasiun II. mengalami surut (Tabel 3). Tingginya keseragaman jenis Tabel 3. Parameter Kualitas Air yang diukur Selama Penelitian

Kepmen LH No Parameter Satuan Stasiun no. 51 Thn. 2004 I II III Fisika 1. Suhu air 0C 31 29 29 (Alami) 2. Substrat (%) -F. Sedimen Lumpur Lumpur Lumpur Berpasir Berpasir Berpasir -B.Organik % 44,29 44,73 46,31 Kimia 3. pH Air - 7,3 7,5 7,2 7-8,5 4. pH Tanah 7,1 7,1 7,2 6,5-8,5 0 5. Salinitas /00 34 25 30 33-34

Hasil pengamatan akan kandungan bahan orgnaik. Bahan menunjukkan suhu pada ketiga lokasi organik merupakan sumber makanan pengamatan relatif tidak berbeda jauh untuk gastropoda sehingga yakni berkisar 29-310C. Berdasarkan mempengaruhi kelimpahan gastropoda baku mutu (KEPMEN LH no 51 tahun yang terdapat pula pada stasiun 2004) kondisi suhu pada perairan tersebut. Houbrick dalam Barnes mangrove masih dalam kategori (1980) menyatakan bahwa T. sulcata normal untuk mendukung kehidupan umumnya tahan mendiami lumpur dari gastropoda. berpasir di berbagai substrat intertidal. Jenis fraksi sedimen yang Tingginya kandungan bahan terdapat pada setiap stasiun adalah organik pada Stasiun III disebabkan lumpur berpasir. Substrat lumpur oleh tingginya kerapatan mangrove berpasir sangat disenangi oleh Hal ini sesuai dengan pendapat Tis’in beberapa hewan gastropoda, karena (2008) bahwa kerapatan mangrove substrat lumpur berpasir lebih kaya terkait erat dengan ketersediaan bahan

organik yang terjadi pada lingkungan kelimpahan berkisar 17.407 – 59.630 yang mendukung pertumbuhan ind/ha. Struktur komunitas gastropoda dekomposer untuk melakukan pada ekosistem mangrove Teluk Buo dekomposisi bahan organik. telah mengalami gangguan dan adanya pH yang diperoleh pada setiap jenis yang dominan (T. sulcata). stasiun tidak berbeda jauh, dimana Saran kondisi pH di kawasan mangrove Penelitian ini masih terfokus Teluk Buo realtif stabil. Hal ini sesuai pada penelitian tentang dengan pendapat Pennak dalam keanekaragaman, dominansi, jenis dan Wijayanti (2007) menyebutkan bahwa kelimpahan serta kondisi kualitas air. pH yang mendukung kehidupan Namun untuk mengetahui berkisar antara 5,7 – 8,4. keseimbangan ekosistem mangrove di Begitu juga pH tanah di kawasan mangrove Teluk Buo, perlu kawasan mangrove Teluk Buo pada dilakukan penelitian tentang setiap stasiun tidak berbeda jauh. Hal organisme lain yang berasosiasi ini tentu masih mendukung untuk dengan mangrove dalam waktu pertumbuhan organisme gastropoda. tertentu. Hal ini sesuai dengan baku mutu DAFTAR PUSTAKA (KEP No. 51/MENLH/2004) bahwa Barnes, R. D. 1980. Invertebrate pH tanah yang bagus untuk kehidupan Zoology Fifth Edition. organisme laut berkisar 6,5-8,5. Saunders College Publishing. Rendahnya salinitas pada 892 pp. Stasiun II, karena adanya aliran air tawar yang berasal dari sungai masuk Bengen. 2001. Pedoman Teknis ke kawasan mangrove. Hal ini sesuai Pengenalan dan Pengelolaan dengan pendapat Nybakken (1992) Ekosistem Mangrove. Pusat yang menyatakan organisme Kajian Sumberdaya Pesisir gastropoda yang bersifat mobile Lautan. IPB. 60 hal. mempunyai kemampuan untuk bergerak guna menghindari salinitas Dinas Perikanan dan Kelautan Kota yang terlalu rendah. Selanjutnya Padang, 2004. Dinas Menurut Mentungun et al., dalam Perikanan dan Kelautan Kota Hasniar et al., (2013) bahwa kisaran Padang. 27 hal. salinitas bagi kehidupan makrozoobentos adalah berkisar 25 – Eisenberg, J. M. 1981. A Collector’s 40 ‰. Guide to Seashells of The KESIMPULAN DAN SARAN World. Bloomsbury Books. Kesimpulan London. 241 hal. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan 7 jenis gastropoda pada English, S., C. Wilkinson and V. ekosistem mangrove di Teluk Buo Baker.1994. Survey Manual yaitu Nerita lineata, Nerita undata, for Tropical Marine Terebralia sulcata, Telescopium Resources. Published on telescopium, Cerithidea quadrata, Behalf of the ASEAN- Littoraria melanostoma, dengan nilai

Australian Marine Science. MEN-LH. 2004. Surat Keputusan Townsvile : 367 hal. Nomor: Kep- 51/MEN/LH/2004. Tentang Ernanto, R. 2010. Struktur Komunitas Baku Mutu Air Laut. Gastropoda Pada Ekosistem Sekretariat Menteri Negara Mngrove di Muara Sungai Lingkungan Hidup. Jakarta. Batang Ogan Komering Ilir 30 hal. Sumatera Selatan. Jurnal Maspari. 3 (1): 73-78. Mulyadi E., O. Hendriyanto. dan N. Fitriani.2009. Konservasi Ervina. 2007. Struktur Komunitas Hutan Mangrove Sebagai Gastropoda Di Kawasan Ekowisata. Jurnal Ilmiah Hutan Mangrove Kelurahan Teknik Lingkungan Vol.1: 51- Bagan Barat Kecamatan 58. Bangko Kabupaten Rokan Hilir Propinsi Riau. Skripsi. Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut. Fakultas Perikanan dan Ilmu Suatu Pendekatan Ekologis. Kelautan Universitas Riau Diterjemahkan oleh M. Pekanbaru. 89 hal. (tidak Eidman, Koesoebrono, D. G. diterbitkan). Bengen, M. Hutomo dan Sukarjo. Gramedia. Jakarta. Hendra, Z. 2008. Hubungan Kerapatan 459 hal. Mangrove dengan Kelimpahan Siput Bakau di Rangan. J. K. 2010. Inventarisasi Sungai Selari Kecamatan Gastropoda Di Lantai Hutan Bukit Batu Kabupaten Mangrove Desa Rap-Rap Bengkalis Provinsi Riau. Kabupaten Minahasa Selatan Skripsi. Fakultas Perikanan dn Sulawesi Utara. Jurnal Ilmu Kelautan. Universitas Perikanan dan Kelautan. 6 (1) Riau. 89 hal (tidak : 65-66. diterbitkan). Tis’in, M. 2008. Tipologi Mangrove Kusrini, D. M. 2000. Komposisi dan dan Keterkaitannya dengan Struktur Komunitas Keong Populasi Gastropoda Littorina Pottamididae di Hutan neritoides (Linne, 1758) di Mangrove Teluk Harun Kecamatan Padang Cermin, Kepulauan Tanakeke, Naputen Lampung Selatan. Kabupaten Takalar, Sulawesi Skripsi. Departemen Selatan. Publikasi Ilmiah - Sumberdaya Perairan. Institut Tesis. Sekolah Pascasarjana. Pertanian Bogor. Bogor Institut Pertanian Bogor. Bogor. (Tidak diterbitkan).