LAPORAN TEKNIS PENELITIAN

BIO-EKOLOGI DAN POTENSI SUMBERDAYA PERIKANAN DI WADUK KEDUNG OMBO, J AWA TENGAH

Susilo Adjie, Agus Djoko Utomo, Khoirul Fatah, Taufiq Hidayah, Solekha Aprianti, Elva Dwi Harmilia, Akhlis Bintoro, Sidarta Gautama

2011

BALAI PENELITIAN PERIKANAN PERAIRAN UMUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN KEMETERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN LAPORAN TEKNIS PENELITIAN TAHUN ANGGARAN 2011

JUDUL KAK (PROPOSAL) : BIO-EKOLOGI DAN POTENSI SUMBERDAYA PERIKANAN DI WADUK KEDUNG OMBO, JAWA TENGAH

Judul Kegiatan : Bio-ekologi ikan red devil dan ikan betutu di waduk Kedung Ombo, Jawa Tengah

Oleh :

Drs. Susilo Adjie, Ir. Agus Djoko Utomo, M.si, Taufiq Hidayah, A.Pi, Khoirul Fatah, ST, Solekha Aprianti, S.Pi, Elva Dwi Harmilia, S.Si, Sidarta Gautama dan Akhlis Bintoro, A.Md

BALAI PENELITIAN PERIKANAN PERAIRAN UMUM PUSAT PENELITIAN PENGELOLAAN PERIKANAN DAN KONSERVASI SUMBERDAYA IKAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

TAHUN 2011 LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul Penelitian : Bioekologi dan Potensi Sumberdaya Perikanan Di Waduk Kedung Ombo, Jawa Tengah

2. Tim Peneliti : . Drs. Susilo Adjie Koordinator . Ir. Agus Djoko Utomo, M.Si Anggota . Taufiq Hidayah, A.Pi Anggota . Khoirul Fatah, ST Anggota . Solekha Aprianti, S.Pi Anggota . Elva Dwi Harmilia, S.Si Anggota . Sidarta Gautama Anggota . Akhlis Bintoro, A.Md Anggota

3. Jangka Waktu Penelitian : 1 (satu) tahun

4. Total Anggaran : Rp. 320.000.000,-

Palembang, Desember 2011

Mengetahui, Kepala Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum Koordiantor Kegiatan,

Prof. Dr. Ir. Ngurah N. Wiadnyana, DEA Drs. Susilo Adjie NIP. 19591231 198401 1 002 NIP. 19540519 198903 1 001

i BIO-EKOLOGI DAN POTENSI SUMBERDAYA PERIKANAN DI WADUK KEDUNG OMBO DI JAWA TENGAH

Bio-Ekologi Ikan Red Devil dan Ikan Betutu Di Waduk Kedung Ombo, Jawa Tengah

ABSTRAK

Waduk Kedung Ombo yang mempunyai luas kurang lebih 4.800 ha terletak dalam tiga wilayah Kabupaten yaitu Kabupaten Grobogan, Boyolali dan Sragen, merupakan waduk serbaguna yang dapat dimanfaatkan sebagai irigasi persawahan, pembangkit tenaga listrik, sumber air minum, pariwisata, perikanan budidaya dan perikanan tangkap. Penelitian dilakukan sejak Januari hingga Desember 2011, yang bertujuan untuk mejawab mengapa ikan red devil berkembang pesat dan ikan betutu yang ditebar Pemda setempat dapat berkembang dengan baik di waduk Kedung Ombo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan red devil masuk ke waduk Kedung Ombo pada tahun 2000 melalui keramba yang jebol milik seorang pengusaha ikan hias, ikan red devil dapat berkembang pesat oleh karena ikan ini sangat gesit, bersifat omnivora dan mampu memanfaatkan makanan yang tersedia di perairan dan memijah sepanjang tahun. Terdapat dua jenis ikan red devil di waduk Kedung Ombo yaitu Amphilopus labiatus dan Amphilopus citrinellus. Pola pertumbuhan A. labiatus bersifat isometrik sampai allometrik sedangkan A. citrinellus bersifat isometrik. Diperoleh TKG I-IV pada setiap pengamatan baik pada A. labiatus maupun A. citrinellus. Ukuran ikan pertama kali matang gonad berkisar antara 9,66 -11,47 cm terjadi pada A. labiatus dan 7,9-11,95 cm terjadi pada A. citrinellus. Fekunditas pada A. labiatus berkisar antara 677-1378 butir dan pada A. citrinellus berkisar antara 631-2771 butir. Diameter telur pada A. labiatus berkisar antara 0,4-1,59 mm dan pada A. citrinellus berkisar antara 0,54-2,16 mm. Kebiasaan makan A. labiatus dan A. citrinellus adalah berupa fitoplankton sebagai makanan utama. Ikan betutu dapat berkembang dengan baik di waduk Kedung Ombo karena tersedia adanya habitat yang sesuai dengan kehidupannya yaitu terdapat dasar perairan yang berlumpur dan terdapat tanaman air, karena ikan betutu memijah di substrat yang berlumpur yang dipengaruhi aliran air yang lambat dan terdapat tanaman air, karena tanaman air tersebut untuk meletakkan telurnya setelah memijah. Pola pertumbuhan ikan betutu bersifat isometrik sampai allometrik. Diperoleh gonad yang matang pada setiap pengamatan. Ukuran ikan pertama kali matang gonad berkisar antara 11,95-20,7 cm. Fekunditas berkisar antara 6.414 -56.302 butir. Diameter telur berkisar antara 0,2-0,67 mm. Kebiasaan makan ikan betutu berupa ikan sebagai makanan utama dan udang serta serangga sebagai makanan pelengkap.

ii KATA PENGANTAR

Kegiatan penelitian Bio-ekologi dan potensi sumber daya perikanan di waduk Kedung Ombo di Jawa Tengah sudah ber jalan selama tiga tahun. Kegiatan penelitian pada tahun pertama (2009) yaitu Pendugaan stratifikasi tropogenic layer (fotik, afotik, epilimnion, hypolimnion) dan carrying capacity bebean pakan dari KJA di waduk Kedung Ombo dan Gajah Mungkur, Jawa Tengah. K egiatan tahun ke dua (2010) yaitu Kajian stok dan biologi beberapa jenis ikan di waduk Gajah Mungkur dan Kedung Ombo, Jawa Tengah. Kegiatan penelitian tahun ke tiga (2011) yaitu Bio -ekologi ikan red devil dan ikan betutu di waduk Kedung Ombo, Jawa Tengah yang bertujuan untuk menjawab mengapa ikan red devil dapat berkembang pesat di waduk Kedung Ombo dan ikan betutu yang ditebar oleh Pemda setempat dapat berkembang dengan baik. Penelitian bersifat survei lapangan yang melibatkan enam orang peneliti dan dua orang teknisi dari Balai Riset Perikanan Perairan Umum Palembang . Disamping itu juga dibantu oleh beberapa enumerator lapangan untuk pengumpulan data dan pelaksanaan kegiatan di lapangan. Penelitian dibiayai oleh anggaran APBN tahun 20 11 sebesar Rp 320.000.000,- yang terdiri dari Belanja honor tidak tetap, Belanja Bahan, Belanja sewa dan Belanja perjalanan dinas. Kegiatan penelitian ini masih akan berlanjut tahun ke empat (2012) yang sifatnya lebih spesifik yaitu Peningkatan produksi ikan melalui penebaran ikan Patin di Waduk Kedung Ombo. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan, sehingga penulis mengucapkan terima kasih atas koreksi yang bersifat membangun.

Palembang, Desember 2011

Tim Penulis

iii DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR PENGESAHAN...... i ABSTRAK...... ii KATA PENGANTAR...... iii DAFTAR ISI...... iv DAFTAR GAMBAR...... vi DAFTAR TABEL...... vii DAFTAR LAMPIRAN...... viii BAB. I. PENDAHULUAN...... 1 1.1. Latar Belakang...... 1 1.2. Permasalahan...... 2 1.3. Tujuan dan Sasaran Penelitian...... 2 1.4. Tujuan Umum...... 2 1.5. Tujuan Khusus...... 2 1.6. Manfaat Penelitian dan Perkiraan Keluaran ...... 2 1.6.1. Manfaat Penelitian...... 2 1.6.2. Keluaran yang diharapkan ...... 3 1.7. Dampak Kegiatan...... 3 1.8. Tahapan Penelitian...... 3 1.9. Sasaran Penelitian...... 4 1.10. Ruang Lingkup Kegiatan...... 4 1.11. Lokasi kegiatan...... 5 1.12. Keluaran/hasil/manfaat/dampak kegiatan...... 5 1.12.1. Keluaran yang diharapkan...... 5 1.12.2. Hasil yang diharapkan...... 6 1.12.3. Manfaat...... 6 1.12.4. Dampak...... 6 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...... 7 2.1. Karakteristik Perairan Waduk...... 7 2.2. Ekologi Perairan Waduk...... 8 2.3. Pencemaran di Waduk...... 11 2.4. Biologi Perairan...... 14 BAB III. MATERI DAN METODE PENELITIAN ...... 18 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ...... 18 3.2. Bahan dan Alat Penelitian...... 18 3.3. Metode Penelitian...... 18 3.4. Analisa Data...... 19 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...... 25 4.1. Ikan red devil...... 25 4.1.1.Karakteristik Habitat ikan red devil ...... 25 4.1.2. Natural History...... 25 4.1.3. Aspek Biologi...... 26 4.1.3.1. Hubungan Panjang-bobot...... 26 4.1.3.2. Nisbah Kelamin (sex ratio)...... 28 4.1.3.3.Tingkat Kematangan Gonad ...... 29 4.1.3.4. Ukuran Pertama Kali Matang Gonad ...... 31 4.1.3.5. Indeks Kematangan Gonad ...... 32 4.1.3.6. Fekunditas...... 33 4.1.3.7. Diameter Telur...... 33 4.1.3.8. Kebiasaan Makan...... 34 4.1.3.9. Relung Makanan...... 37

iv 4.2. Ikan Betutu...... 39 4.2.1. Karakteristik Habitat ikan Betutu ...... 39 4.2.2. Aspek Biologi...... 39 4.2.2.1. Hubungan Panjang-bobot...... 40 4.2.2.3. Nisbah Kelamin...... 40 4.2.2.4. Tingkat Kematangan Gonad ...... 41 4.2.2.5. Ukuran Pertama Kali Matang Gonad ...... 42 4.2.2.6. Indeks Kematangan Gonad ...... 43 4.2.2.7. Fekunditas...... 44 4.2.2.8. Diameter Telur...... 44 4.2.2.9. Kebiasaan Makan...... 45 4.2.2.10. Relung Makanan...... 46 4.3. Penangkapan...... 47 4.4. Laju Sedimentasi...... 47 4.5. Plankton...... 49 4.5.1. Fitoplankton...... 49 4.5.2. Zooplankton...... 50 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ...... 52 5.1. Kesimpulan...... 52 5.2. Saran...... 53 DAFTAR PUSTAKA...... 54 LAMPIRAN...... 57 .

v DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Lokasi Pengambilan Sampel di Waduk Kedung Ombo...... 5 Gambar 2. Lapisan Perairan Danau/Waduk Berdasarkan Suhu...... 9 Gambar 3. Lapisan Perairan Danau/Waduk Berdasarkan Cahaya yang Masuk...... 10 Gambar 4. Perbedaan Antara Ikan Red Devil Amphilopus labiatus dan Amphilopus citrinellus...... 26 Gambar 5. Sex ratio ikan red devil (Amphilopus labiatus) pada bulan Maret, Mei, Juli dan Oktober 2011...... 28 Gambar 6. Sex ratio ikan red devil (Amphilopus citrinellus) pada bulan Maret, Mei, Juli dan Oktober 2011...... 29 Gambar 7. Tingkat Kematangan Gonad ikan red devil (Amphilopus labiatus) pada bulan Maret, Mei, Juli dan Oktober 201 1...... 30 Gambar 8. Tingkat Kematangan Gonad ikan red devil (Amphilopus citrinellus) pada bulan Maret, Mei, Juli dan Oktober 2011...... 31 Gambar 9. Distribusi panjang dan pendugaan ukuran pertama kali matang gonad ikan red devil (Amphilopus labiatus) pada bulan Maret, Mei, Juli dan Oktober 2011...... 32 Gambar 10. Kebiasaan makan ikan red devil betina ( ctrinellus) di WKO Bulan Maret 2011...... 35 Gambar 11. Kebiasaan makan ikan red devil jantan (Amphilophus ctrinellus) di WKO Bulan Maret 2011...... 36 Gambar 12. Kebiasaan makan ikan red devil betina (Amphilophus labiatus) di WKO Bulan Maret 2011...... 37 Gambar 13. Kebiasaan makan ikan red devil jantan (Amphilophus labiatus) di WKO Bulan Maret 2011...... 37 Gambar 14. Ikan betutu (Oxyeleotris marmorata)...... 39 Gambar 15. Sex ratio ikan Betutu (O. marmorata) pada bulan Maret, Mei, Juli dan Oktober 2011...... 41 Gambar 16. Tingkat Kematangan Gonad ikan Betutu ( O. marmorata) pada bulan Maret, Mei, Juli dan Oktober 2011...... 42 Gambar 17. Distribusi panjang dan pendugaan ukuran pertam a kali matang gonad ikan Betutu (O. marmorata) pada bulan Maret, Mei, Juli dan Oktober 2011...... 43 Gambar 18. Kebiasaan makan ikan Betutu ( O. marmorata) pada bulan Maret, Mei, Juli dan Oktober 2011...... 46 Gambar 19. Nilai Relung Makanan ikan betutu di WKO bulan Maret, Mei, Juli dan Oktober 2011...... 47 Gambar 20. Kelimpahan Fitoplankton Berdasarkan Stasiun Pengamatan...... 49 Gambar 21. Kelimpahan Fitoplankton Berdasarkan Kelas...... 50 Gambar 22. Kelimpahan Zooplankton Berdasarkan Stasiun Pengamatan...... 50 Gambar 23. Kelimpahan Zooplankton Berdasarkan Kelas...... 51

vi DAFTAR TABEL

Tabel 1. Metode Analisis Biologi...... 19 Tabel 2. Parameter dan Metode Analisis Sampel Air...... 19 Tabel 3. Hubungan Panjang Bobot Ikan Red Devil ( A. Labiatus) Pada Bulan Maret, Mei, Juli Dan Oktober 2011 ...... 27 Tabel 4. Hubungan Panjang Berat Ikan Red Devil ( A. Citrinellus) Pada Bulan Maret, Mei, Juli Dan Oktober 2011 ...... 27 Tabel 5. Kisaran IKG Ikan Red Devil Pada Bulan Maret, Mei, Juli Dan Oktober 2011...... 33 Tabel 6. Kisaran Fekunditas Ikan Red Devil Pada Bulan Maret, Mei, Juli Dan Oktober 2011...... 33 Tabel 7. Kisaran Diameter Telur Ikan Red Devil Pada Bulan Maret, Mei, Juli Dan Oktober 2011...... 34 Tabel 8. Nilai Relung Makanan Ikan Red Devi l Jantan (Amphilophus Labiatus) Di WKO Bulan Maret 2011...... 38 Tabel 9. Nilai Relung Makanan Ikan Red Devil Betina ( Amphilophus Labiatus) Di WKO Bulan Maret 2011...... 38 Tabel 10. Nilai Relung Makanan Ikan Red Devil Betina () Di WKO Bulan Maret 2011...... 38 Tabel 11. Nilai Relung Makanan Ikan Red Devil Jantan ( Amphilophus Citrinellus) Di WKO Bulan Maret 2011...... 38 Tabel 12. Hubungan Panjang Bobot Ikan Betutu ( O. Marmorata) Pada Bulan Maret, Mei, Juli dan Oktober 2011...... 40 Tabel 13. Kisaran IKG ikan Betutu (O. marmorata) pada Bulan Maret, Mei, Juli dan Oktober 2011...... 44 Tabel 14. Kisaran Fekunditas Ikan Betutu ( O. Marmorata) Pada Bulan Maret, Mei, Juli Dan Oktober 2011...... 44 Tabel 15. Kisaran Diameter Telur Ikan Betutu ( O. Marmorata) Pada Bulan Maret, Mei, Juli Dan Oktober 2011...... 45 Tabel 16. Hasil tangkapan ikan dengan branjang dan jaring di WKO Tahun 2011... 47 Tabel 17. Nilai laju sedemintasi waduk Kedung Ombo Tahun 2011...... 48 Tabel 18. Hasil Uji Volume dan Berat Sedimen di Waduk Kedung Ombo Tahun 2011...... 49

vii DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Deskripsi Habitat Ikan Betutu dan Red Devil Di Waduk Kedung Ombo ... 58 Lampiran 2. Foto Habitat Ikan Betutu dan Ikan Red Devil ...... 61 Lampiran 3. Foto Kegiatan di Lapangan...... 68 Lampiran 4. Data Kualitas Air pada Habitat Ikan Betutu d an Ikan Red Devil di Waduk Kedung Ombo...... 71 Lampiran 5. Data Panjang Berat dan TKG Ikan Betutu...... 75 Lampiran 6. Data Panjang Berat dan TKG Ikan Red Devil...... 78 Lampiran 7. Data Hasil Tangkapan Nelayan Waduk Kedung Ombo...... 88 Lampiran 8. Data Makanan Ikan Betutu...... 131 Lampiran 9. Data Makanan Ikan Red Devil...... 137 Lampiran 10. Fekunditas Ikan Betutu di Waduk Kedung Ombo...... 139 Lampiran 11. Fekunditas Ikan Red Devil di Waduk Kedung Ombo...... 140 Lampiran 12. Diameter Telur Ikan Betutu...... 142 Lampiran 13. Diameter Telur Ikan Red Devil...... 144 Lampiran 14. Kelimpahan Fitoplankton Bulan Maret (sel/l)...... 149 Lampiran 15. Kelimpahan Fitoplankton Bulan Mei (sel/l)...... 151 Lampiran 16. Kelimpahan Fitoplankton Bulan Juli (sel/l)...... 153 Lampiran 17. Kelimpahan Zooplankton Bulan Maret (sel/l)...... 155 Lampiran 18. Kelimpahan Zooplankton Bulan Mei (sel/l)...... 156 Lampiran 19. Kelimpahan Zooplankton Bulan Juli (sel/l)...... 157

viii BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Perairan umum mempunyai potensi dan peranan yang cukup besar dalam berbagai kegiatan. Bagi perikanan, perairan umum merupakan sumber daya alam untuk penangkapan ikan konsumsi maupun ikan hias, benih dan induk ikan bagi us aha budidaya ikan di samping sebagai tempat usaha budidaya. Waduk merupakan ekosistem terbuka. Perairan ekosistem terbuka umumnya dipengaruhi oleh lingkungan di sekitarnya. Beberapa kegiatan yang mempengaruhi kualitas lingkungan perairan di waduk antara la in aktivitas pemukiman, rekreasi, penggunaan lahan di wilayah tangkapan dan adanya kegiatan budidaya ikan karamba jaring terapung. Waduk Kedungombo (4.800 ha) merupakan waduk serbaguna yang dapat dimanfaatkan sebagai irigasi persawahan, pembangkit tenaga l istrik, sumber air minum, pariwisata, perikanan budidaya dan perikanan tangkap. Bendungan Kedung ombo yang berada di Kab. Grobogan Jawa Tengah secara resmi mulai dioperasikan tahun 1991. Daerah genangan air mencakup sebagian wilayah di tiga Kabupaten yaitu Kab. Sragen, Boyolali dan Grobogan. Waduk Kedung Ombo terletak di Pegunungan Kendeng sebelah selatan Grobogan, dengan daerah hulu yaitu di Gunung Merbabu. Sumber mata air yang penting Waduk Kedung Ombo (WKO) yaitu Sungai Jerabung, Tuntang, Serang, Lusi d an Juwana (JRATUNSELUNA). Setelah Kedung Ombo digenangi air menjadi waduk maka banyak masyarakat yang perprofesi sebagai nelayan dan petani karamba jaring apung. Seperti di Dukuh Bulu (Boyolali) ada 120 petak KJA dan Dukuh Ngasinan (Sragen) ada 518 petak KJA, pemilik KJA di Sragen adalah masyar akat setempat sedangkan di Boyol ali umumnya investor dari luar. Jumlah nelayan di Kab. Boyol ali ada 664 KK, Sragen ada 860 KK dan Grobogan ada 108 KK ( Dinas Peternakan dan Perikanan Sragen, 2006; Depertemen Pekerjaan Umum Ditjen Sumberdaya Air, 2006). Kaegiatan perikanan dapat memberikan nilai tambah di perairan waduk, namun harus tetap bersifat ramah lingkungan. Telah banyak penelitian yang dilakukan di waduk tersebut. Untuk melengkapi informasi sebagai masukan pengelolaan masih banyak pula penelitian yang harus dilakukan terutama mengenai stratifikasi limnologi (fotik, afotik, epilimnion, hypolimnion), kajian stok ikan, daya dukung beban pakan dari KJA, analisis dampak lingkungan terhadap sumberdaya perairan dan perikanan. Pada tahun 2009 telah dilakukan penelitian tentang stratifikasi trophogenic layer, keragaman jenis ikan dan daya dukung perikanan. P ada tahun 2010 dilakukan penelitian tentang kajian stok ikan, biologi beberapa jenis ikan ekonomis penting. Pada tahun 2011 dilakukan penelitian tentang bio-ekologi ikan red devil dan ikan betutu.

Bioekologi dan Potensi Sumberdaya Perikanan di Waduk Kedung Ombo 1 1.2. Permasalahan Informasi untuk memberikan masukan pengelolaan waduk Kedung Ombo sudah banyak namun masih banyak riset yang harus dilakukan terutama pendugaan stok ikan , komposisi jenis ikan, pemetaan bathimetri perairan, biologi dan pendugaan dinamika populasi beberapa jenis ikan ekonomis penting. 1.3. Tujuan dan Sasaran Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Tujuan akhir dari penelitian ini ada lah untuk menganalisis dan mendeskripsikan potensi sumberdaya ikan, biologi ikan, daya dukung perairan dan analisis lingkungan. 1.3.2. Tujuan khusus (Th 2011) Untuk menjawab mengapa ikan red devil dapat berkembang pesat di perairan waduk Kedung Ombo dan bagaimana cara pengendaliannya. Untuk itu diperlukan informasi tentang :  data natural history dari ikan tersebut terutama yang menyangkut tempat pemijahan, pakan alami terutama saat berukuran kecil, kapan ikan tersebut masuk ke Kedung Ombo, Bagaimana ikan tersebut dapat masuk ke Wadu k tersebut; sehingga diharapkan dapat diambil langkah untuk memutus siklus hidup ikan tersebut.  Pengendalian dengan cara penangkapan. Cara yang ditempuh adalah dengan evaluasi kegiatan penangkapan dengan alat beranjang (lift net), untuk penangkapan ikan red devil. Untuk menjawab mengapa ikan betutu yang ditebar oleh Pemda setempat dapat berkembang biak dengan baik, sehingga diharapkan didapatkan ilmu pengetahuan khusus yang dapat dikembangkan diperairan lain. Untuk itu diperlukan informasi tentang:  Tipe habitat pemijahan, musim pemijahan, food habits mulai dari ukuran kecil sampai ke yang besar.  Sebaran ikan betutu pada berbagai tipe habitat.

1.4. Manfaat Penelitian dan Perkiraan Keluaran 1.4.1. Manfaat Penelitian Tersedianya informasi tentang potensi sumberdaya perikanan yaitu pendugaan stok ikan, komposisi jenis ikan, pemetaan bathimetri perairan, biologi dan pendugaan dinamika populasi beberapa jenis ikan ekonomis penting pada

Bioekologi dan Potensi Sumberdaya Perikanan di Waduk Kedung Ombo 2 waduk Kedung Ombo Jawa Tengah, untuk masukan bagi Dinas Perikanan dan Pemerintah Daerah Setempat. 1.4.2. Keluaran yang diharapkan : Keluaran yang diharapkan dari riset ini adalah mendapatkan data dan informasi tentang potensi sumberdaya perikanan, pendugaan stok ikan, komposisi jenis ikan, pemetaan bathimetri perairan, biologi dan pendugaan dinamika populasi beberapa jenis ikan ekonomis penting yang diperlukan dal am pengelolaan perairan waduk. Laporan ilmiah tentang kualitas air dan lingkungan, bio-ekologi ikan red devil dan ikan betutu di perairan waduk Kedung Ombo Jawa Tengah 1.5. Dampak Kegiatan: Hasil penelitian diharapkan dapat dipakai sebagai masukan dalam pengelolaan perikanan tangkap di waduk Kedung Ombo sehingga dapat tercapai pemanfaatan berkelajutan kemasa yang akan datang dan tetap lest ari. 1.6. Tahapan penelitian : Tahun 1 (2009) Penelitian pendugaan tropogenic layer dan daya dukung perairan untuk budidaya ikan dalam Karamba Jaring Apung. Hasil: 1. Didapatkan 15 jenis ikan, didominansi oleh ikan omnivora, Familia Cyprinidae. 2. Kesuburan waduk tinggi (eutroph) dengan trix index = 5,2 3. Lapisan fotik 10,47 m dan lapisan afotik 22,45 m 4. Daya dukung berjumlah 1506 KJA sudah merupakan titik optimum dan tidak bisa lagi ditambah lagi KJA. 5. Beban pakan yang lolos ke perairan dari total P (33,3 ton/tahun dan) dan total N (22,2 ton/tahun) 6. Jenis plankton didominasi oleh Synedra (Bacillariophyceae) dan benthos didominasi oleh Tubificidae (Oligochaeta) dan Chironomidae (Insecta).

Tahun 2 (2010). Penelitian pendugaan stok, dinamika populasi dan biologi ikan Hasil: 1. Biologi ikan Betutu Ukuran ikan betutu yang tertangkap berkisar antara: 14 -31 cm dengan berat berkisar antara 40-80 gr; TKG: I-IV; Fekunditas berkisar antara 37.169 - 95.608 butir; diameter telor berkisar antara: 0,2 – 0,6 mm; kebiasaan makanan: ikan (70 %), udang (25 %) dan serasah (5 %).

Bioekologi dan Potensi Sumberdaya Perikanan di Waduk Kedung Ombo 3 2. Akustik Didapatkan data bathymetri waduk dan stok ikan yaitu rata -rata kepadatan ikan per area sebesar 1000 ind/ha dan rata -rata kepadatan ikan per volume sebesar 1 40 ind/1000 m3 dan rata-rata biomass ikan sebesar 170 kg/ha. 3. Dinamika Populasi Didapatkan data pertumbuhan, mortalitas dan laju penangkapan ikan Nila, Tawes dan Betutu. Tingkat eksploitasi ikan betutu (E=0,13), ikan tawes (E=0,17) dan ikan nila (0,47). Dari ketiga jenis ikan ini tidak terjadi over fishing dan usaha penangkapan dapat ditingkatkan dengan alat tangkap yang ramah lingkungan. Hasil tangkapan ikan sebesar 21 ton/tahun dan alat tangkap yang digunakan jaring, jala, branjang, pancing dan perangkap.

Tahun 3 (2011) Penelitian Bio-ekologi ikan Red Devil dan ikan Betutu  Kualitas air dan lingkungan  Bio-ekologi ikan red devil (Amphilopus sp)  Bio-ekologi ikan betutu (Oxyeleotris marmorata) 1.7. Sasaran Tersedianya data dasar stratifikasi tropogenic l ayer, deskripsi stok ikan, biologi ikan, daya dukung perairan, dan analisis lingkungan . Tahun pertama (2009) : Deskripsi stratifikasi tropogenic layer, keragaman jenis ikan dan rasionalisasi perkembangan KJA Tahun ke dua (2010) : Deskripsi stok ikan, dinamika populasi, Bio-ekologi beberapa jenis ikan ekonomis penting Tahun ke tiga (2011) : Kualitas air dan lingkungan. Bio -ekologi ikan red devil dan ikan betutu. 1.8. RUANG LINGKUP KEGIATAN

Penelitian bersifat eksploratif meliputi beberapa disiplin ilm u yaitu biologi, ekologi, kualitas air, dinamika populasi, dan penangkapan. Instansi yang terlibat dalam penelitian ini ialah Balai Riset Perikanan Perairan umum Palembang, Pusat Riset Perikanan Tangkap Jakarta, Dinas Perikanan Propinsi Jawa Tengah.  Pada tahun pertama (2009) telah dilakukan penelitian tentang stratifikasi trophogenic layer, keragaman jenis ikan dan daya dukung perikanan di perairan waduk Kedung Ombo  Pada tahun ke dua (2010) telah dilakukan penelitian tentang kajian stok ikan, biologi beberapa jenis ikan ekonomis penting di waduk Kedung Ombo

Bioekologi dan Potensi Sumberdaya Perikanan di Waduk Kedung Ombo 4  Pada tahun ke tiga (2011) penelitian bio -ekologi ikan red devil dan ikan betutu di waduk Kedung Ombo 1.9. LOKASI KEGIATAN

Gambar 1. Lokasi Pengambilan Sampel di Waduk Kedung Ombo

1.10. KELUARAN/HASIL/MANFAAT/DAMPAK KEGIATAN 1.10.1. KELUARAN YANG DIHARAPKAN

Keluaran yang diharapkan dari riset ini adalah: Tahun ke 1 (2009) a) Data dan informasi tentang lapisan eufotik, afotik, epil imnion dan hypolimnion b) Data dan infromasi tentang carrying capacity perairan untuk KJA c) Data dan informasi tentang keragaman jenis ikan Tahun ke 2 (2010) a) Data dan infromasi tentang stok ikan b) Data dan infromasi tentang karakteristik habitat dan biologi ikan Betutu c) Data Batrimetri perairan Waduk. Tahun ke 3 (2011) a) Data dan informasi tentang kualitas air dan lingkungan b) Data dan informasi tentang bio -ekologi ikan red devil

Bioekologi dan Potensi Sumberdaya Perikanan di Waduk Kedung Ombo 5 c) Data dan informasi tentang bio -ekologi ikan betutu

1.12.2. HASIL YANG DIHARAPKAN

a) Laporan ilmiah tentang kualitas air dan lingku ngan b) Laporan ilmiah tentang daya dukung perairan c) Laporan ilmiah tentang bio-ekologi beberapa jenis ikan ekonomis penting d) Laporan ilmiah tentang stok dan dinamika populasi ikan. 1.12.3. MANFAAT Tersedianya informasi tentang deskripsi ekologi, biologi ikan, potensi sumberdaya perikanan , daya dukung dan analisis dampak lingkungan di waduk Kedung Ombo untuk masukan bagi Dinas perikanan dan Pemda setempat 1.12.4. DAMPAK Hasil penelitian diharapkan dapat dipakai sebagai masukan dalam pengelolaan perikanan tangkap, konservasi dan Perikanan Budidaya di waduk Kedung Ombo sehingga dapat lestari dan berkelanjutan.

Bioekologi dan Potensi Sumberdaya Perikanan di Waduk Kedung Ombo 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Karakteristik Perairan Waduk Perairan umum daratan Indonesia mempunyai luas 13,85 juta ha yang terdiri dari 12 juta ha sungai dan paparan banjiran ( flood plains), 1,8 juta ha danau alam ( natural lakes) dan 0,05 juta ha danau buatan ( man-made lakes) atau waduk (reservoirs) (Sukadi and Kartamihardja, 1995a). Indonesia memiliki 5.590 sungai utama dengan panjang total mencapai 94.573 km dan sekitar 65.017 anak sungai, Indonesia juga memiliki sekitar 840 danau dan 735 situ (danau kecil) serta sekitar 162 waduk (Depkimpraswil, 2003). Waduk merupakan badan air yang terbentuk karena pembendungan aliran air sungai oleh manusia, yang mempunyai karakteristik fisik, kimia dan biologinya berbeda dengan sungai. Dengan terbentuknya sungai menjadi waduk maka kualitas air waduk lebih stabil dan produksi perikanannya lebih tinggi (Ilyas et al., 1989). Pembuatan waduk biasanya digunakan untuk keperluan pembangkit tenaga listrik, irigasi pertanian, pariwisata dan perikanan (Nurdin, 2003). Waduk terbentuk dengan pembedungan sungai sehingga ada beberapa wilayah yang ditenggelamkan. Dasar waduk dapat berupa kebun, rumah, sawah dan lain sebagainya. Waduk mempunyai bentuk yang tidak beraturan . Waduk merupakan perairan yang relatif tergenang, aliran air tidak deras, ada daerah inlet (air masuk), ada daerah outlet (air keluar), ada daerah yang dalam dan ada daerah yang dangkal. Wal aupun aliran air dalam waduk tidak deras, namun sering terjadi gelombang yang disebabkan oleh angin yang kencang. Pengaturan air menggunakan p intu air di oulet, bila diperlukan untuk pengairan pertanian maka pintu air di buka, dan bila untuk menyimpan air maka pintu air ditutup. Hal tersebut menyebabkan adanya fluktuasi air yang besar. K andungan lumpur biasanya banyak terdapat di dekat pintu air . Berdasarkan terbentuknya, waduk ada tiga macam yaitu waduk lapangan, waduk irigasi dan waduk serba guna. Waduk lapangan t erbentuk karena pembendungan sungai episodic (berisi air hanya saat hujan), luasan kurang dari 10 ha, kedalaman maksimal 5 m, masa berisi air kurang dari 9 bulan, fungsi irigasi lokal. Waduk irigasi terbentuk karena pembendungan sungai intermiten (berisi air saat musim penghujan), luasan 10 –500 ha, kedalaman maksimal 25 m, masa simpan air 9 - 12 bulan, fungsi irigasi lokal. Waduk serba guna terbentuk karena pembendungan sungai permanen, luasan lebih besar 500 ha, kedalaman maksimal 100 m, masa berisi air 12 bulan, mempunyai fungsi sebagai irigasi, pembangkit tenaga listrik, sumber air minum dan pengendali banjir (Departemen Pekerjaan Umum Dirjen Sumberdaya air, 2006). Waduk mempunyai ciri fisik sebagai berikut; banyak teluk, daerah tangkap hujan luas, garis pantai panjang, pengeluaran air dari bawah,

Bioekologi dan Potensi Sumberdaya Perikanan di Waduk Kedung Ombo 7 fluktuasi air besar (5-25 m), masa simpan air sebentar karena sering diperlukan untuk irigasi, daerah litoral luas, tidak terjal seperti danau (Departemen Pekerjaan Umum Dirjen Sumberdaya air, 2006). Bendungan Waduk Kedung Ombo terletak di Sungai Serang Kabupaten Grobo gan Jawa Tengah. Bendungan ini merupakan bagian dari sub sistem pengembangan wilayah Sungai Serang-Lusi-Juana dalam proyek pengermbangan wilayah S ungai Jratun-Seluna. DAS Seluna di hulu bendungan Kedung Ombo mencakup daerah seluas 614 km2, yang merupakan daerah perbukitan. Sungai Serang berawal dari lereng G unung Merbabu yang mengalir kearah timur laut (Anonimous, 1989). 2.2. Ekologi Perairan Waduk. Tepian pantai (litoral) waduk yang c ukup luas merupakan habitat biota air termasuk ikan dan banyak sumber makanan dari daratan. Perairan yang dalam memungkinkan adanya stratifikasi perairan berdasarkan suhu dan cahaya. Daerah tangkapan hujan luas menyebabkan banyak nutrien yang masuk terbawa air masuk waduk. Garis pantai yang panjang juga menyebabkan banyak nutrien yang masuk dari daratan. Banyak teluk merupakan daerah yang tenang, terlindung dan stabil. Waduk merupakan perairan yang tergenang dan relatip dalam , maka berdasar kan suhu air di permukaan panas dan makin dalam secara bertahap suhu makin dingin. Namun pada kedalaman tertentu akan terjadi penurunan suhu yang menyolok. Berdasarkan lapisan suhu secara vertikal maka ada lapisan epilimnion, termoklin dan hypolimnion (Gambar 1). Lapisan epilimnion yaitu lapisan yang berada di permukaan, suhu panas. Lapisan termoklin yaitu lapisan dibawah epilimnion terjadi penurunan suhu yang tajam. Lapisan hypolimnion yaitu lapisan dibawah termoklin yang suhunya lebih dingin (Mitsch and Jorgensen 2004).

Bioekologi dan Potensi Sumberdaya Perikanan di Waduk Kedung Ombo 8 Sumber : Odum, 1996 Gambar 2. Lapisan Perairan Danau/Waduk Berdasarkan Suhu

Perairan waduk yang dalam berdasarkan cahaya matahari yang masuk maka lapisan fotik dan afotik (Gambar 2). Lapisan fotik berad a di permukaan, banyak cahaya matahari yang masuk, tumbuhan maupun phyto -plankton dapat melakukan proses fotosintesa, kandungan oksigen relatip tinggi. Sedangkan lapisan afotik merupakan lapisan yang berada di dasar perairan, tidak ada sinar matahari yang masuk, tidak ada aktivitas fotosintesa. Lapisan afotik banyak terdapat gas CO 2, H2S, NH3, NH4 sebagai hasil proses dekomposisi bahan organik yang mengendap di dasar perairan. Batas diantara lapisan fotik dan afotik disebut titik kompensasi, yaitu oksige n hasil fotosintesa impas untuk kebutuhan respirasi organisme yang ada di lapisan tersebut.

Bioekologi dan Potensi Sumberdaya Perikanan di Waduk Kedung Ombo 9 Gambar 3. Lapisan Perairan Danau/Waduk Berdasarkan Cahaya yang Masuk.

Pada saat musim penghujan apabila beberapa hari terjadi hujan terus menerus maka suhu permukaan menjadi dingin, berat jenis air menjadi besar, maka akan terjadi perputaran air secara vertikal, lapisan atas turun ke bawah dan lapisan bawah naik ke atas. Peristiwa ini disebut ”UP-WELLING” (Odum, 1996). Teraduknya air menyeba bkan nutrient bisa merata, sehingga perairan menjadi subur. Namun sering juga terjadi gas beracun sperti CO 2, NH3,

NH4, H2S di dasar perairan juga ikut teraduk ke atas sehingga akan menyebabkan kematian ikan, terutama ikan yang dipelihara di Keramba Jaring Apung. Kejadian ini telah menimpa beberapa kali di Waduk Jatiluhur dan Cirata, peristiwa tersebut oleh masyarakat setempat dinamakan ”UMBALAN”. Selanjutnya dinyatakan oleh Krismono (2003) bahwa terjadinya upwelling di waduk mempunyai indikasi sebagai berikut transpiransi air mengecil, kelimpahan Microcytis sp, menurunnya kadar oksigen, menurunnya kedalaman air di inlet. Penurunan kadar oksigen dan teraduknya gas beracun dari dasar perairan akan menyebabkan kematian masal bagi ikan. Menurut Effendi (2000) perairan oligotrophic mempunyai kadar Fospor total kurang dari 10 (µg/ l), Nitrogen total kurang dari 200 (µg/ l), Klorofil-a kurang dari 4 (µg/ l). Perairan Mesotrophic mempunyai kadar Fospor total 10 -20 (µg/l), Nitrogen total 200-500 (µg/ l ), Klorofil a 4-10 (µg/l ). Sedangkan perairan eutrophic mempunyai kadar Fospor total lebih besar 20 ( µg/ l ), Nitrogen total lebih besar 500 ( µg/ l ), Klorofil -a lebih besar 10 ( µg/ l ).

Bioekologi dan Potensi Sumberdaya Perikanan di Waduk Kedung Ombo 10 Perairan Danau yang dalam biasanya Oligotrophic (miskin unsur hara), sedangkan Waduk pada umumnya mesotrophic (unsur hara sedang) (Odum 1996; Mitsch and Jorgensen 1934). Perairan Oligotrophic mempunyai lapisan hypholimnion yang besar dibanding epilimnion, densitas plankton kecil, perairan jernih, tumbuhan litoral kurang . Sedangkan perairan Eutrophic seperti rawa kaya nutrien, densitas plankton tinggi, kecerahan kurang, banyak tumbuhan litoral. Kandungan nutrien di waduk tinggi disebabkan karena sungai dan anak sungai yang masuk ke waduk banyak, daerah tangkap an hujan luas, sering mendapatkan masukan nutrient dari pemelihara ikan di Waduk. Perairan waduk dapat mengalami eutrofikasi (pengayaan unsur hara) bila ada masukan kadar fosfor dan nitrogen. Eutrofikasi dapat menyebabkan blooming algae, tumbuhan air berkembang pe sat. Keadaan tersebut akan mengganggu fungsi waduk sebagai sumber air minum dan wisata. 2.3. Pencemaran di Waduk Menurut Ekho dalam Febrian et al. (2004), tingkat pencemaran air waduk cirata sudah berada di atas tingkat baku mutu air. Dari hasil kaji an, ternyata penyebabnya selain polutan yang dibawa dari Sungai Citarum juga berasal dari pakan ikan yang mengandung zat kimia yang mengendap di dasar waduk menyebabkan peralatan waduk mengalami korosi. Di Waduk Cirata, menurut Eman, saat ini ada sekitar 39.000 petak jaring apung. Padahal, berdasarkan Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 41 Tahun 2002 jumlah jaring apung dibatasi hanya 12.000 petak saja dan harus seizin instansi terkait. Bahkan di Waduk Saguling jaring apung penduduk, jumlahnya tidak banyak karena mutu air Saguling sudah tidak memungkinkan untuk ikan jenis tertentu, kandungan belerang yang berasal dari aktivitas Gunung Patuha dan Tangkuban Perahu yang dialirkan oleh Sungai Citarum, mengendap di dasar waduk, bahkan ketika memasuki areal Saguli ng bau belerang sangat kuat tercium. Surachman dalam Febrian et al. (2004) menyatakan bahwa kematian sekitar 300 ton ikan mas di Waduk Cirata pada pertengahan bulan Juli 2004 bukan hanya disebabkan oleh koi herpes virus saja. Namun akibat dari naiknya lim bah yang mengendap di dasar waduk waktu hujan pertama yang deras turun setelah kemarau yang panj ang. Nelayan jaring apung Waduk Cirata di Desa Margalaksana mengakui tingkat pencemaran air di waduk menyebabkan ikan mati, pakan ikan yang biasa ia berikan me rupakan penyebab polusi. Pakan ikan per harinya sebanyak 2 kuintal untuk empat petak jaring apung. Febrian et al. (2004) menyatakan bahwa sepuluh tahun lalu air di waduk Jati Luhur masih berwarna biru bening. Sekarang, yang ada adalah warna kuning keruh . Keruhnya waduk terjadi sejak bermunculannya keramba jaring -jaring terapung milik para petambak. Saat ini di waduk seluas 83 kilometer persegi itu tersebar 3.083 unit keramba milik 209 petambak. Dari ribuan keramba itu setiap tah un dikeruk 16.869 ton ikan. Setiap hari pemilik tambak menebar sekitar 10 ton pakan ikan. Dengan tebaran sebanyak itu, bagaiman a

Bioekologi dan Potensi Sumberdaya Perikanan di Waduk Kedung Ombo 11 mungkin air waduk bisa bening. Tak hanya membuat air jadi keruh, berton-ton pakan ikan juga menyebabkan air waduk berbau amis. Padahal, danau buatan ini adalah sumber pengairan bagi sekitar 240 ribu hektar areal persawahan di wilayah Jakarta, Kabupaten/Kota Bekasi, Karawang, Subang, dan sebagian Indramayu. Sebelum ada keramba, air waduk tak seperti sekarang ini. Menurut Tahlan (Corporate Secretary PT Indonesia Power) 2004 yang menangani Waduk Saguling dalam Febrian et al. (2004) mengatakan timbunan limbah pakan ikan itu hanyalah bagian kecil dari penyebab tercemarnya air waduk, yang paling parah adalah limbah buangan rumah tangga dan industri yang mengotori daerah aliran Sungai Citarum. Sungai ini sekaligus pula menjadi tempat pembuangan limbah dari sekitar 1.500 industri di Cekungan Bandung, seperti Majalaya, Banjaran, Rancaekek, Dayeuhkolot, Ujung Berung, Cimahi, dan Padalarang. Sungai Cita rum harus menampung 280 ton limbah kimia anorganik setiap hari. Lilik dalam Febrian et al. (2004) menyatakan hasil penelitian yang dilakukan PT . Indonesia Power bersama Pusat Penelitian Sumber Daya Alam dan Lingkungan (PPSDAL) Universitas Padjadjaran, Bandung, pada tahun 2004 kualitas air Waduk Saguling sudah di atas ambang batas normal. Kandungan merkuri (Hg), misalnya, meroket hingga menembus angka 0,236. Padahal,menurut standar baku mutu angka aman adalah 0,002. Logam merkuri itu, berasal da ri pakan ikan dan industri plastik. Sedangkan logam berat lainnya berasal dari pabrik tekstil untuk proses pewarnaan kain . Sekarang air Waduk Saguling tidak layak lagi dimanfaatkan untuk konsumsi, pertanian dan perikanan. Kepala Badan Pengelola Waduk C irata, Surachman dalam Febrian et al 2004 menyatakan sampel ikan mas dan nila yang diambil dari jaring apung petambak di waduk seluas 6.200 hektare itu, ditemukan empat kandungan logam berat. "Keempatnya adalah timbel (Pb) 0,6 part per million (ppm), zinc/seng (Zn) 22,45 ppm, krom (Cr) 0,1 ppm, dan air raksa atau merkuri (Hg) 179,13 partikel per berat badan (ppb), pada pertengahan Juli 2004 kematian ikan di Waduk Cirata, yang mencapai 300 ton, adalah akibat koi herpes virus dan pekatnya limbah. Air Waduk Saguling dan Cirata kini tak lagi layak konsumsi karena baku mutu air normal untuk minum sudah terlewati. Menurut Kartamihardja 1997 menyatakan bahwa Waduk Saguling, Cirata, dan Jatiluhur terdapat ribuan unit jaring terapung yang membudidayakan ikan air t awar seperti ikan mas dan ikan nila. Jaring terapung di Waduk Cirata dinilai sudah melampaui kapasitas tampung waduk. Dewasa ini, jumlah jaring terapung di perairan itu sekitar 30.000 unit padahal daya dukungnya hanya untuk 3.000 unit. Kandungan H 2S (asam sulfida) air buangan Waduk Jatiluhur cukup tinggi. Asam sulfida merupakan uraian sisa protein, sisa pakan yang tidak termakan dan terbuang. Pengaruh lainnya bisa dilihat dari beberapa jenis ikan lokal, sekarang jenis-jenis ikan seperti jambal, belida, baung, dan sebagainya.

Bioekologi dan Potensi Sumberdaya Perikanan di Waduk Kedung Ombo 12 Surachman 2002 dalam Febrian et al 2004 menyatakan bahwa keberadaan Waduk Cirata sebagai sumber listrik tenaga air berkekuatan 1.000 megawatt (MW) kini dalam kondisi yang memprihatinkan karena sedikitnya 30.000 petak jaring apung mil ik masyarakat membentang di waduk ini yang berakibat pengendapan limbah secara luar biasa, pengendapan limbah pakan ikan telah cukup mengganggu turbin pembangkit listrik di waduk itu, beberapa jenis pakan ikan dari senyawa kimia telah memberi kontribusi te rjadinya korosi pada peralatan turbin, sedangkan kerusakan lainnya disebabkan oleh endapan sisa pakan yang mencapai ribuan ton di dasar waduk. Kotoran sisa pakan ikan akan mengapung menuju turbin apabila terjadi arus balik di sekitar wadu k. Arus balik itu terjadi apabila terjadi hujan. Selain pakan ikan, limbah yang masuk ke Waduk Cirata melalui aliran Sungai Citarum cukup banyak, terutama dari buangan industri tekstil di sekitar Kabupaten Bandung. Limbah pakan dan tekstil itu telah men urunkan kualitas air waduk. Krismono, 1992 menyatakan bahwa keramba jaring apung dengan ukuran 7 x7 x3 m3 pakan yang keluar ke perairan 20 – 30 %, sedangkan ukuran 1 x1 x 1 m3 pakan yang keluar 30–5- %. Waduk Jatiluhur, Saguling, Cirata masing masin g mengeluarkan pakan yang lepas ke perairan 5,9 ton/tahun, 8,7 ton/tahun, 4,7 ton /tahun, dalam pakan tersebut mengandung 4,86 % N dan 0,26 P. Selanjutnya dikatakan oleh Ryd ing and Rast 1989 dalam Krismono et al 2008 bahwa tiap satu ton ikan akan mel epaskan nutrient ke perairan 85 – 90 kg P dan 12- 13 kg N. Sehingga waduk Saguling, Cirata dan Jatiluhur disamping mendapatkan beban dari pakan yang lolos dari sangkar juga beban nutrien yang dikeluarkan oleh ikan. Beban nutrien dari ikan dalam sangkar pada masing masing Waduk Cirata, Saguling dan Jati Luhur yaitu N= 1428,8 ton/tahun dan P = 10120,95 ton/tahun, N = 261,8 ton/tahun dan P= 1854,36 ton/tahun; N = 1268,8 ton/tahun dan P=179,13 ton/tahun. Waduk Serbaguna Gajah Mungkur Wonogiri adalah bagi an areal usaha perikanan masyarakat dan dalam pengawasan Dinas Kehewanan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Wonogiri. Dalam bidang Pengelolaan Kelestarian Sumberdaya Hayati, Dinas Perikanan telah menebar benih ikan di waduk Gajah Mungkur sejumlah 3.272.00 0 ekor benih ikan Tawes, Nila, Karper melalui APBD Kabupaten maupun APBD Propinsi Jawa Tengah, (Pemda Wonogiri, 2006). Bidang Penangkapan Dinas Perikanan Kabupaten Wonogiri telah membentuk 28 kelompok nelayan penangkap ikan dengan jumlah 825 orang di w aduk Gajah Mungkur Wonogiri dengan Produksi ikan hasil tangkapan tahun 2006 sebesar 826,699 ton, (Pemda Wonogiri, 2006). Pada tahun 2007 hasil tangkapan ikan di perairan Waduk Gajah Mungkur Wonogiri mencapai 837,434 ton ikan, (Pemda Wonogiri, 2007). Pada tahun 2008 hasil tangkapan ikan di perairan Waduk Gajah Mungkur Wonogiri mencapai 916,030 ton ikan, (Pemda Wonogiri, 2008).

Bioekologi dan Potensi Sumberdaya Perikanan di Waduk Kedung Ombo 13 2.4. Biologi Perairan

Perairan waduk merupakan habitat bagi organisme air, ada lima kelompok utama organisme perairan di waduk yaitu (Dharyati et al 2009, 2010) yaitu: a). Plankton

Plankton merupakan organisme air yang berukuran mikroskopis, hidupnya melayang di perairan, arah peregerakanya sangat ditentukan oleh arus. Ada dua macam plankton yaitu fitoplankton dan zoopl ankton. fitoplankton merupakan plankton nabati (tumbuhan) sedang zooplankton merupakan plankton hewani. Plankton merupakan organisme yang penting dalam rantai makanan di perairan yaitu sebagai pakan alami bagi larva ikan. Fitoplankton merupakan jenis plankton yang punya zat hijau daun, dapat melakukan proses fotosintesa mengasilkan oksigen dan bahan organik. Beberapa jenis phyto-plankton yang terdapat di waduk Gajah Mungkur yaitu: Amphora, Anabaena, Ankistrodesmus, Chroococus, Closterium, Coconeis, Cosmarium, Cymbella, Merismopedia, Microcystis, Mougeotia, Navicula, Nitzchia, Pediastrum, Phacus, Pinularia, Staurastrum, Synedra, Ulotrix . Zooplankton yaitu: Ceratium, Cyclops, Difflugia, Keratella, Trachelomonas, Trichocerca. Beberapa jenis phyto-plankton yang terdapat di waduk Kedung Ombo yaitu: Ankistrodesmus, Closterium, Coconeis, Cosmarium, Coscinodiscus, Cymbella, Cyclotella, Fragillaria, Merismopedia, Microcystis, Navicula, Nitzchia, Oscilatoria, Pediastrum, peridinium, Staurastrum, Surirella Synedra, Ulotrix. Zooplankton yaitu: Brachionus, Ceratium, Cyclops, Difflugia, Keratella, Monostyla, Nauplius, Notholca, Peridinium, Phacus, Trachelomonas, Trichocerca. b). Benthos. Benthos yaitu organisme air yang melekat di dasar perairan, bersifat menet ap tidak banyak mengadakan perpindahan. Benthos memakan bahan organik yang mengendap di dasar perairan. Peran benthos dalam rantai makanan yaitu sebagai pakan alami ikan yang hidupnya di dasar seperti ikan Lele ( Clarias). Beberapa jenis benthos yang terdapat di perairan waduk Gajah Mungkur yaitu: a). Jenis cacing (Tubificidae): Aulodrilus, Limnodrilus, b).Jenis serangga air (Insect): Chironomus, Clinotypus. c). Jenis Mollusca: Melanoides, Bellamya . Beberapa jenis benthos yang terdapat di perairan waduk Kedung Ombo yaitu: a). Jenis cacing (Tubificidae): Aulodrilus,Branchiura, Limnodrilus, b).Jenis serangga air (Insect): Chaoborus, Chironomus, Clinotypus, Tanypus c). Jenis Mollusca: Melanoides, Bellamya

Bioekologi dan Potensi Sumberdaya Perikanan di Waduk Kedung Ombo 14 c). Macrophyta (tanaman air)

Tanaman air ada yang mengapung contoh eceng gondok ( Ecornia), ada yang tengelam contoh Hydrilla, ada yang mencuat contoh teratai.Tanaman air mempunyai zat hijau daun dapat melakukan fotosintesa menghasilkan oksigen dan bahan organik. Dalam biologi perairan, tanaman air berperan sebagai makanan ikan,tempat naungan anak anak ikan, tempat menempel perifyton, tempat pemijahan ikan. Beberapa jenis tanaman air yang terdapat di waduk Gajah Mungkur yaitu: Kayu duri (Mymosa sp). Beberapa jenis tanaman air yang terdapat di waduk Kedung O mbo yaitu: eceng gondok (Eichornia crassipes), kayu apu (Pistia stratiotes), mata lele (Salvinia natans).

d). Nekton. Nekton adalah jenis organisme air yang dapat bergerak bebas di perairan contoh ikan, udang. Nekton merupakan jenis organisme air yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dibanding organisme air lainnya. Beberapa jenis ikan ekonomis penting dan terdapat di perairan waduk Gajah Mungkur yaitu: Tawes ( Barbodes gonionotus), Sogo (Mystus nemurus), Patin (Pangasius hyphopthalmus), Betutu (Oxyeleotris marmorata), Nila (Oreochromis niloticus). Beberapa jenis ikan ekonomis penting dan terdapat di perairan waduk Kedung Ombo yaitu: Tawes ( Barbodes gonionotus), Mujair (Oreochromis musambicus), Patin (Pangasius hyphopthalmus), Betutu (Oxyeleotris marmorata), Nila (Oreochromis niloticus). e). Neuston.

Neuston adalah organisme air yang mengapung di permukaan air termasuk serangga air yang berada dipermukaan perairan. Peran neuston dalam rantai makanan yaitu sebagai makanan ikan. Hasil Penelitian Emmy et al. (2009) menyatakan bahwa Berdasarakan hasil Penelitian Pendugaan Stratifikasi Tropogenic Layer (fotik, afotik, epilimnion, hypolimnion) dan Carrying Capacity beban pakan dari KJA di Waduk Kedung Ombo dan Gajah Mungkur, Jawa Tengah dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Tertangkap 21 jenis ikan dikedua waduk dengan jumlah di waduk Gajah Mungkur tertangkap 19 jenis ikan dan di Waduk Kedung 15 jenis ikan dan jenis ikan yang ada rata rata termasuk dalam kelompok herbivora, Karnivora dan omnivora . 2. Hasil penelitian menunjukan tingkat kesuburan Waduk Gajah mungkur dan Waduk Kedung Omboh dengan nilai Index - TRIX = 5,2 pada waduk Gajah Mungkur dan 5,45 untuk waduk Kedung Ombo, kedua waduk ini termasuk dalam perairan (Eutroph) bearti yang termasuk golongan perairan dengan tingkat kesuburan tinggi.

Bioekologi dan Potensi Sumberdaya Perikanan di Waduk Kedung Ombo 15 3. Pendugaan lapisan Fotik dan Afotik pada stasiun Sendang (Februari) di Waduk Gajah Mungkur kecerahan dengan alat schi disk mencapai 101 cm dan berdasarkan perhitungan formula Smith lapisan fotik mencapai 8,67 m (terdalam) dengan ciri airnya jernih sehingga banyak terjadi proses sintesa dan lapisan afotik setebal 4,7 m dibawah lapisan fotik. Waduk Kedung Ombostasiun KJA Aquafarm dengan kedalaman 32,92 m lapisan Fotik terdalam 10, 47 m dan afotik se tebal 22,4 m dibawah lapisan fotik. 4. Usaha budidaya ikan dalam KJA di waduk Gajah Mungkur telah mencapai titik optimum. Daya dukung perairan pada Waduk Gajah Mungkur untuk KJA ada 1099 petak KJA, sedangkan keadaan sekarang jumlah KJA ada 1054 petak. 5. Usaha budidaya ikan dalam KJA di waduk kedung Ombo telah melebihi titik optimum. Daya dukung perairan untuk KJA 1026 petak KJA, sedangkan keadaan sekarang terdapat 1.506 petak KJA. 6. Beban pakan yang lolos keperairan dari total P (98,25 ton/tahun) dan total N (65,5 ton/tahun) pada Waduk Gajah Mungkur sedangkan di Waduk Kedung Ombo total P (96,96 ton/tahun) dan total N (64,64 ton/tahun). Banyakknya unsur hara yang lolos keperairan waduk cenderung menyebabkan memperkaya unsur hara yang pada ahirnya akan terjadi blooming algae. Hasil Penelitian Emmy et al, 2010 menyatakan bahwa : 1. Stok ikan dan Bathimetri a) Rata-rata kepadatan ikan per area di waduk Gajah Mungkur sebesar 600 ind/ha dan rata-rata kepadatan ikan per volume 300 ind/1000 m 3. b) Rata-rata biomass ikan waduk Gajah Mungkur sebesar 114 kg/ha. c) Rata-rata kepadatan ikan per area di waduk Kedung Ombo sebesar 1.000 ind/ha dan rata-rata kepadatan ikan per volume 140 ind/1000 m 3 dan d) Rata-rata biomass ikan waduk Kedung Ombo sebesar 170 kg/ha. 2. Biologi Kedung Ombo di bulan Februari dan Mei ikan Betutu didominasi TKG I dan bulan Juli sudah ada perkembangan TKG I, II, III dan IV dan bulan Nopember sudah didominasi TKG IV. Fekunditas ikan betutu berkisar antara 37.169 -95.608 butir. Kebiasaan makan ikan betutu: ikan (80 %); udang (15 %) dan serasah (5 %). Gajah Mungkur ikan patin Februari–Nopember proses pematangan gonad secara bertahap. Februari TKG baru TKG. I (25%), TKG. IV (75%), bulan Mei TKG. II (60%), TKG. III (20%) dan TKG. IV (20%), pada Juli TKG. I (53,8%), TKG. III (46,2%) dan Nopember TKG. I (35%), TKG. II (65%). 3. Dinamika populasi ikan ekonomis penting Hasil penelitian di Waduk Gajah Mungkur populasi ikan cukup baik hanya ikan Patin Jambal (Pangasius hypophthalmus) tingkat eksploitasinya (E) mencapai 0,78, ikan

Bioekologi dan Potensi Sumberdaya Perikanan di Waduk Kedung Ombo 16 Tawes (Barbodes gonionotus) Nilai E mencapai 0,62 dan ikan Nila (Oreochromis nilotica) nilai E mencapai 0,54, tingkat eksploitasi ketiga ikan ini sudah melebih dari 0,5 sebagai tolok ukur untuk penangkapan dan harus sudah dibatasi p enangkapan jenis ikan tersebut karena over fishing. Hasil penelitian di Waduk Kedung Ombo populasi ikan cukup baik seperi ikan Betutu (Oxyeleotris marmorata) tingkat eksploitasinya E= 0,13, ikan Tawes (Barbodes gonionotus) tingkat eksploitasinya E=0,17 da n ikan Nila (Oreochromis nilotica) tingkat eksploitasinya E = 0,47 dari ketiga jenis ikan ini tidak terjadi over fishing, usaha penangkapan dapat ditingkatkan dan dengan alat tangkap yang ramah lingkungan. 4. Plankton dan Benthos Diwaduk Gajah Mungkur didapat Makrozoobentos teridentifikasi terdiri dari kelompok Tubificidae dan Chironomidae, terdapat 8 individu dan didominasi oleh kelompok Chironomidae pada stasiun Tengah. Kepadatan makrozoobentos antara 108 ind/m -2 di stasiun Inlet Samodro dan 1.767 ind/m -2di stasiun tengah. Jenis makrozoobentos yang menyebar dalah Aulodrilus sp, Limnodrilus sp, Branchiura sowerbyi, Chironomus sp, Macropelopia sp. Di waduk Kedung Ombo, Februari -November 2010, ditemukan jenis plankton berkisar antara 12-19 jenis dengan jumlah berkisar antara 3.234-62.748 sel, /liter. Jumlah sel tertinggi pada stasiun Outlet Boyolayar 1 m (st.4) yaitu sekitar 62.748 sel/liter dan kelimpahan didominasi oleh Synedra ulna (54.390-54.491 sel/l),dikatagorikan sebagai perairan yang kesuburannya tin ggi (eutrofik). 5. Hasil pemeriksaan kualitas air cukup baik dan belum ada yang menganggu kehidupan Ikan dari kedua waduk Gajah Mungkur dan Kedung Ombo . 6. Hasil Tangkap ikan di waduk Gajah Mungkur mencapai 24 ton/tahun dan alat tangkap jaring, jala, tangkul, perangkap, pancing, anco dan ajir (udang) Kedung Ombo hasil tangkap 21 ton/tahun dan alat tangkap yang digunakan Jaring, jala, beranjang, tangkul kecil, pancing dan perangkap. 7. Jenis ikan yang tertangkap tahun 2009 di wadu k Gajah Mungkur sebanyak 20 jenis dan tahun 2010 tertangkap 1 jenis lagi dan jumlah sekarang ada 21 jenis ikan sedangkan di waduk Kedung Ombo masih 19 jenis ikan.

Bioekologi dan Potensi Sumberdaya Perikanan di Waduk Kedung Ombo 17 BAB III MATERI DAN METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan Pebruari 2011 hingga Nopember 2011. Lokasi penelitian dilakukan di Waduk Kedung Ombo, stasiun penelitian untuk menentukan habitat ikan red devil dan ikan betutu ditentukan berdasarkan pengamatan langsung di lapangan.

3.2. Komponen Kegiatan Fokus penelitian pada tahun 2011 adalah bioekologi ikan Red Devil dan ikan Betutu Penelitian bersifat survei lapangan dan laboratoris. Tenaga peneliti yang terlibat meliputi beberapa disiplin ilmu yaitu biologi, ekologi, kualitas air, lingk ungan, dan penangkapan. Instansi yang terlibat dalam peneltian ini ialah Balai Riset Perikanan Perairan umum Palembang, Dinas Perikanan Propinsi Jawa Tengah. Penelitian meliputi  Kualitas air dan lingkungan  Bio-ekologi ikan red devil dan ikan betutu 3.2. Alat dan Bahan Penelitian  Sedimen trap  Untuk penelitian kualitas air diperlukan water -sampler, glassware, dan lain sebagainya.  Untuk analisis biologi ikan diperlukan mikroskop, pinset, dan perlengkapan pendukung lainnya 3.3. Metode Penelitian Penelitian bersifat survei lapangan dan studi kasus yang dilakukan di Waduk Kedung Ombo, Jawa Tengah pada bulan Februari sampai dengan Desember 2011. Pelaksanaan pengamatan di lapangan (sampling dan observasi) sebanyak empat kali yang mewakili musim kemarau dan pe nghujan yaitu pada bulan Maret, Mei, Juli dan Oktober 2011. Laju sedimentasi. Sedimentasi akan berpengaruh terhadap pendangkalan dan volume perairan di waduk, selanjutnya berpengaruh terhadap daya dukung untuk perikanan. Biologi Ikan Dilakukan sampling biologi ikan red devil dan ikan betutu. Parameter yang diamati meliputi hubungan panjang-bobot, faktor kondisi, kebiasaan makan (food habits), sex ratio (nisbah kelamin), tingkat kematangan gonad, ukuran pertama kali matang gonad, indeks kematangan gonad, fekunditas, diameter telur dan luas relung makanan.

Bioekologi dan Potensi Sumberdaya Perikanan di Waduk Kedung Ombo 18 Tabel 1. Metode Analisis Biologi Data Metoda / Peralatan Penyajian / Analisis -TKG -Nikolsky -Tabulasi data -Fekunditas -Volumetri -Grafik/ histogram Tipe ekosistem dan -Observasi lapangan -Peta habitat perairan -Foto Sebaran jenis ikan -Sampling hasil tangkapan nelayan -Peta -Blanko isian (enumerator) -Analisis keaneka -Percobaan penangkapan (untuk ragaman ikan (indeks ukuran kecil/benih) Shannon) -Penentuan posisi dengan GPS Food habits -Index of Preponderance -Tabulasi data -Frekuensi kejadian (untuk ukuran -Grafik/ histogram kecil/benih)

Tabel 2. Parameter dan Metode Analisis Sampel Air

Parameter Satuan Metode dan peralatan

1. Suhu 0 C Insitu. Termometer

2. Kecerahan cm Insitu. Piring sechi

3. Counductivity µS/ cm Insitu. Counductivity meter

4. pH pH unit Insitu. pH universal indicator

5. Karbondioksida mg/L Insitu, metode titrimetri dengan NaOH sebagai titrant

6. Oksigen terlarut mg/L Insitu, DO meter

7. Total-alkalinitas mg/L Insitu, metode Winkler, titrimetri dengan larutam CaCO3 H2SO4 sebagai titrant

8. BOD-5 mg/L Insitu, botol gelap-terang inkubasi 5 hari. Metode titrimetri dengan larutan thiosulfat sebagai titrant.

9. TDS mg/L TDS meter

10. TSS mg/L Metode gravimetric pengeringan 1050 C,

Sumber (Source): APHA 1986 3.4. Analisis Data

Perhitungan laju sedimentasi. Sedimentasi akan berpengaruh terhadap pendangkalan dan volume perairan di waduk, selanjutnya daya dukung untuk perikanan. Perhitungan laju sedimentasi dilakukan dengan cara yaitu:

Bioekologi dan Potensi Sumberdaya Perikanan di Waduk Kedung Ombo 19 Dengan menggunakan sedimen traps yang direndamkan di perairan waduk dalam selang waktu tertentu. Besarnya sedimen dapat dihitung berdasarkan volume alat dan waktu perendaman di perairan dengan satuan gr/cm 2/hari atau ton/ha/tahun dengan rumus persamaan: Ls = Td/ V/ T Keterangan: Ls = Laju sedimentasi (gram/cm3/hari ) Td = Sedimen yang terendapkan ( Gram ) V = Volume sedimen traps ( Cm 3 ) T = Waktu perendaman sedimen traps (hari )

Biologi ikan a. Hubungan Panjang bobot Hubungan bobot tubuh dengan panjang (total) ditentukan berdasarkan rumus Effendie (1979) yaitu : W = aL b Keterangan: W = berat ikan (gr) L = panjang ikan (mm) a dan b = konstanta regresi Penentuan nilai b dilakukan dengan uji t, dimana ada usaha untuk melakukan penolakan atau penerimaan hipotesa yang dibuat. Hipotesanya adalah sbb : Ho : b = 3 H1 : b ≠ 3 T hitung dihitung menggunakan rumus sbb : 1  2 T hit = S1

Faktor kondisi dihitung dengan menggunakan persamaan ponderal indeks untuk pertumbuhan isometrik (b = 3 ) dengan rumus (Effendie, 1979) : W K  x105 L3 Keterangan : K = faktor kondisi W = berat rata rata ikan (gr) L = panjang rata rata ikan (mm) Sedangkan jika pertumbuhan tersebut bersifat alometrik (b ≠3) maka faktor kondisi dapat dihitung dengan rumus (Effendie, 1979) : W Kn  cLn

Bioekologi dan Potensi Sumberdaya Perikanan di Waduk Kedung Ombo 20 Keterangan : Kn = faktor kondisi nisbi W = berat rata rata (gr) c = a n = b adalah konstanta yang diambil dari hubungan panjang berat. 2. Kebiasaan makan Untuk mengetahui kebiasan makan maka dilakukan analisis isi lambung ikan dengan menghitung Index of Preponderance yang merupakan gabungan dari metode frekunsi kejadian dengan metode volumetrik dengan perumusan sebagai berikut (Effendi, 1979): Metode frekuensi kejadian Tiap-tiap isi pencernaan ikan dicatat masing -masing organisme yang terdapat sebagai bahan makanannya, demikian juga alat pencernaan yang sama sekali kosong harus dicatat pula. Jadi seluruh contoh yang diteliti dibagi menjadi dua golongan yaitu yang berisi dan yang kosong. Masing-masing organisme yang terdapat di dalam sejumlah alat pencernaan yang berisi nyatakan keadaannya dalam persen dari seluruh alat pencernaan yang diteliti namun tidak meliputi alat pencernaan yang tidak berisi. Dengan demikian kita dapat melihat frekuensi kejadian suatu organisme yang dimakan oleh ikan contoh yang diperiksa itu dalam persen. Metode volumetrik Di dalam menerapkan metoda ini ukur dahulu volume makanan ikan itu. Kemudian makanan tadi dikeringkan dengan kering udara yaitu dengan menaruh makanan ikan di atas kertas saring supaya airnya terserap ke luar untuk selama lima menit. Pisahkan masing - masing organisme yang dapat dipisahkan dan u kurlah volumenya dalam keadaan kering udara. Apabila terdapat makanan yang tak dapat ditentukan golongannya, masukkan saja ke dalam golongan yang tak dapat ditentukan. Volume makanan ikan yang didapat dinyatakan dalam persen volume dari seluruh volume maka nan seekor ikan.

Vi x Oi IP = ------x 100 ∑Vi x Oi

Keterangan : Vi = persentase volume satu macam makanan Oi = persentase frekuensi kejadian satu macam makanan ∑Vi x Oi = Jumlah Vi x Oi dari semua macam makanan IP = Index of preponderance

Bioekologi dan Potensi Sumberdaya Perikanan di Waduk Kedung Ombo 21 3. Sex ratio Nisbah kelamin dihitung dengan cara membandingkan jumlah ikan jantan dan betina yang diperoleh sesuai dengan Haryani, (1998), adalah sebagai berikut : Rasio kelamin = J/B (J = Jumlah ikan jantan (ekor), B = Jumlah ikan betina (ekor) Penentuan seimbang atau tidaknya nisbah kelamin jantan dan betina dilakukan dengan uji Chi-square (Walpole, 1993). 4. TKG Penentuan tingkat kematangan gonad dengan metode Nikolsky dalam Effendie 1997 yaitu: Tingkat I : Ovari belum masak, transparan, bentuk kecil memanjang seperti benang, butir telur belum kelihatan. Tingkat II : Ukuran ovari lebih membesar, warna agak merah gelap, butir telur dapat terlihat dengan kaca pembesar. Tingkat III : Ovari kelihatan membesar mencapai 60 % rongga perut, berwarna kuning, butir telur mulai kelihatan oleh mata. Tingkat IV : Volume Ovari mencapai lebih dari 70 % rongga perut, berwarna kuning, butir telur mudah dipisahkan, bila perut ditekan telur mudah keluar, siap memijah. Tingkat V : Ovari berkerut karena habis memijah, masih terdapat sisa telur dalam ovari, perkemnbangan ovari kembali ke tingka t II. Ukuran pertama kali matang gonad (M) diduga dengan cara Spearman -Karber (Udupa, 1986) dengan persamaan sebagai berikut: m = (Xk + X/2) – (X, ∑pi)...... (1) Kisaran ukuran panjang diduga dengan persamaan: Antilog (m lebih kurang 1,96 √(var(m))...... (2) Dimana : M = Ukuran pertama kali matang gonad (antilog dari m), m = log panjang ikan pada kematangan gonad yang pertama Xk = Log nilai tengah kelas panjang pada ikan 100 % matang gonad X = Pertambahan log panjang nilai tengah kelas Pi = ri/ni = perbandingan jumlah ikan yang matang gonad pada tiap kelas panjang ri = jumlah ikan yang matang gonad pada kelas ke -i ni = jumlah contao ikan pada k elas ke i qi = 1 – pi

Bioekologi dan Potensi Sumberdaya Perikanan di Waduk Kedung Ombo 22 5. IKG Untuk menghitung Indeks Kematangan Gonad (IKG) mengacu kepada Effendie (1992) dengan Rumus : Bg IKG = ______x 100 % Bi Keterangan: IKG = Indeks kematangan gonad Bg = Berat gonad (gram) Bi = Berat ikan (gram) 6. Fekunditas

Pengamatan fekunditas dan diameter telur ditentukan dari contoh ikan dengan TKG IV. Fekunditas total dihitung berdasarkan metoda grafimetrik (Effendie, 1992) dengan bentuk rumus :

Cara menghitung fekunditas

Cara gravimetrik: seluruh gonad yang berisi telur dikeringkan udara dahulu. T entukan terlebih dahulu berat kering udara seluruh gonadnya, demikian pula sebagian dari telur yang akan ditimbang beratnya. Dengan menggunakan rumus

F = ( G / g ) n

Keterangan:

F = jumlah total telur dalam gonad (fekunditas)

G = bobot gonad tiap satu ekor ikan

g = bobot sebagian gonad (sampel) satu ekor ikan

n = jumlah telur dari sampel gonad

7. Diameter telur Ukuran diameter telur dianalisis menggunakan distribusi frekuensi dengan menerapkan kaidah Sturges (Ritonga, 198 7) yaitu data hasil ukuran diameter telur dibagi kedalam beberapa kelompok (klas) dengan rumus : K = 1 + 3,322 Log N Keterangan: K = Jumlah kelompok atau kelas N = Jumlah sampel

Bioekologi dan Potensi Sumberdaya Perikanan di Waduk Kedung Ombo 23 Untuk mencari jarak interval kelas digunakan rumus i (interval) = (Ntt – Ntr)/K Keterangan: Ntt = nilai tertinggi yang terdapat dalam data hasil pengukuran Ntr = nilai terendah 8. Luas relung makanan Perhitungan luas relung makanan dengan munggunakan metode “ levin’s Measure” (Krebs, 1989) : 1 Bij = n m  Pij 2 il j1

Keterangan: Bij = Luas relung kelompok ukuran ikan ke i terhadap sumberdaya makanan ke j Pij = Proporsi dari kelompok ukuran ikan ke -i yang berhubungan dengan sum berdaya makanan ke-j n = Jumlah kelompok ukuran ikan (i = 1,2,3,.....n) m = Jumlah sumberdaya makanan ikan (j = 1,2,3,.....n) Standarisasi nilai luas relung makanan agar bernilai antara 0 – 1, menggunakan rumus yang dikemukakan Hulber t in Krebs (1989), yaitu : B 1 Ba = N 1

Bioekologi dan Potensi Sumberdaya Perikanan di Waduk Kedung Ombo 24 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Ikan red devil 4.1.1. Karakteristik habitat ikan red devil Berdasarkan observasi lapangan, di temukan dua puluh habitat ikan red devil di perairan waduk Kedungombo yaitu (Kelur, Mojolumut, Jenggotan, Wonoharjo, Bendungan, Gilirejo, Sigit, Alas Kobong, Duwet, Pendem, Gunung Sono, Pulomas, Ngasinan, Jati Songo, Pelembinatur, Klewor, Watu Mangap, Kedung Mulyo, Ge neng Sari dan Bulu) yang dianggap mewakili habitat ikan red devil . Karakteristik habitat ikan red devil yang ditemukan di perairan waduk Kedungombo (Tabel 3), dari hasil pengukuran suhu air, pH, CO 2 pada bulan Maret, Mei, Juli dan Oktober di seluruh stasiun pengamatan menunjukkan hasil yang tidak 0 jauh berbeda. Suhu air berkisar antara 29-33 C, pH 8-8,5, CO2 0-4,4 mg/l. Kisaran kandungan O2 dan BOD5 terlihat hasil yang bervariasi yaitu masing -masing berkisar antara mg/l dan Kisaran kualitas air di habitat ikan red devil di waduk Kedungombo ini tidak jauh berbeda dengan kisaran kualitas air yang dikemukakan oleh (Krismono et al, 2003, Dharyati et al, 2009, Dharyati et al, 2010) yaitu secara umum kualitas air di waduk Kedungombo masih baik untuk mendukung keh idupan ikan a. Ikan red devil memijah dan meletakkan telurnya di sela -sela bebatuan di bendungan (outlet) dan di lubang -lubang bambu sekitar waduk. b. Ikan red devil pada saat berukuran kecil hidup bergerombol dan berlindung di sela-sela batu sambil makan lumut yang menempel di bebatuan. 4.1.2. Natural History Menurut informasi dari kantor Dinas Peternakan dan Perikanan Sragen, bahwa pada tahun 2000 ada pengusaha ikan hias dari Solo yang menitipkan ikan red devil sebanyak satu petak (keramba) di waduk Kedung O mbo kemudian tiba-tiba jebol sehingga ikan tersebut berkembang biak dengan cepat. Ikan oskar (red devil) yang terdapat di waduk Jatiluhur merupakan ikan introduksi yang terbawa dengan benih ikan lain dalam keramba jaring apung (KJA) (Anggita, 2011). Tidak menutup kemungkinan bahwa ikan red devil yang berada di waduk Kedungombo juga demikian. - Terdapat 2 jenis ikan red devil: Amphilophus citrinellus dan Amphilophus labiatus, untuk membedakan secara morfologis dua jenis ikan tersebut menurut Paul Loiselle (1982) yaitu salah satunya bisa dilihat dari bentuk ukuran rahang bawah : ikan A. citrinellus mempunyai rahang lebih mengerucut dibandingkan A. labiatus (Gambar. 1).

Bioekologi dan Potensi Sumberdaya Perikanan di Waduk Kedung Ombo 25 Amphilophus citrinellus Amphilophus labiatus

Amphilophus labiatus Amphilophus labiatus Amphilophus citrinellus Gambar 4. Perbedaan antara ikan red devil Amphilophus labiatus dan Amphilophus citrinellus

4.1.3. Aspek Biologi Klasifikasi ikan red devil ( Base) sebagai berikut: Filum: Chordata Kelas: Actinopterigii Ordo : Perciformes Famili: Cichlidae Genus: Amphilophus

4.1.3.1. Hubungan panjang-bobot. Pertumbuhan merupakan suatu proses yang terjadi di dalam tubuh organisme yang menyebabkan perubahan ukuran panjang dan bobot tubuh dalam periode waktu tertentu. Pertumbuhan merupakan proses gabungan dari tin gkah laku dan proses fisiologi (Purnamaningtyas & Tjahjo, 2010). Menurut Sukimin et al (2002), pertumbuhan ikan di suatu perairan banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan antara lain ukuran makanan yang dimakan, ukuran ikan di perairan, jenis makanan yang dimakan serta kualitas lingkungan dan kondisi ikan (umur, keturunan dan genetik) Berdasarkan pada analisis hubungan panjang bobot ikan red devil jenis Amphilopus labiatus betina dan jantan pada bulan Maret, Mei dan Juli berdasarkan pada uji t dengan selang kepercayaan 95 % yang dilakukan mak a pola pertumbuhannya bersifat isometrik, artinya pertumbuhan panjang badan sebanding dengan pertumbuhan bobotnya. Namun

Bioekologi dan Potensi Sumberdaya Perikanan di Waduk Kedung Ombo 26 pada bulan Oktober yang betina pola pertumbuhan bersifat allometrik negatif, artinya pertumbuhan panjang badan lebih cepat dari pertu mbuhan bobotnya, sedangkan ikan jantan pola pertumbuhan bersifat allometrik positif, artinya pertumbuhan bobot lebih cepat dari pertumbuhan panjangnya (Tabel 3).

Tabel 3. Hubungan Panjang Bobot Ikan Red Devil ( A. Labiatus) Pada Bulan Maret, Mei, Juli dan Oktober 2011 Betina Jantan Waktu N Persamaan Pola N Persamaan Pola Uji b Uji b Regresi Pertumbuhan Regresi Pertumbuhan W = Thit < W = Thit < Maret 66 0.078L3.1103 Ttab Isometrik 30 0.0398L2.7714 Ttab Isometrik W = Thit < W = Thit < Mei 67 0.0206L2,98 Ttab Isometrik 30 0.018L3,0182 Ttab Isometrik W = Thit < W = Thit < Juli 132 0,0297L2,8409 Ttab Isometrik 30 0.0542L2,6154 Ttab Isometrik W = Thit > W = Thit > Oktober 46 0,0719L2,5159 Ttab Alometrik - 35 0.047L3,4822 Ttab Alometrik +

Berbeda dengan ikan red devil jenis Amphilopus citrinellus berdasarkan pada analisis hubungan panjang bobot, pada bulan Maret, Mei, juli dan Oktober berdasarkan pada uji t dengan selang kepercayaan 95 % yang dilakukan maka pola pertumbuhannya baik pada ikan betina maupun jantan bersifat isometrik, artinya pertumbuhan panjang badan sebanding dengan pertumbuhan bobotnya (Tabel 4). Menurut Tesch (1968) dalam Adjie et al (1999) menyatakan bahwa bila pada persamaan W = aLb mempunyai nilai b = 3 maka pertumbuhan ikan bersifat isometrik dan jika b > 3 atau b < 3 pertumbuhannya bersifat allometrik. Dikatakan oleh Dulcic et al (2003) dalam Purnomo & Kartamihardja (2005) bahwa nilai konstanta b dipengaruhi oleh tingkat perkembangan ontogenetik seperti perbedaan umur, tingkat kematangan gonad dan jenis kelamin. Lebih lanjut Purnamaningtyas & Tjahyo (2010) mengatakan bahwa pertumbuhan ikan oskar ( Amphilopus citrinellus) di waduk Ir. H. Djuanda, Jatiluhur, Jawa Barat adalah isometrik.

Tabel 4. Hubungan Panjang Berat Ikan Red Devil (A. Citrinellus) Pada Bulan Maret, Mei, Juli dan Oktober 2011 Betina Jantan Waktu N Persamaan Pola N Persamaan Pola Uji b Uji b Regresi Pertumbuhan Regresi Pertumbuhan W = Thit < W = Thit < Maret 90 0.0078L3.3556 Ttab Isometrik 30 0.0075L3.3735 Ttab Isometrik Thit < W = Thit < Mei 196 W = 0,02L2,9941 Ttab Isometrik 35 0.0227L2,9479 Ttab Isometrik W = Thit < W = Thit < Juli 210 0,0308L2,826 Ttab Isometrik 30 0.0309L2,8292 Ttab Isometrik W = Thit < W = Thit < Oktober 283 0,0253L2,9011 Ttab Isometrik 30 0.02L2,9734 Ttab Isometrik

Bioekologi dan Potensi Sumberdaya Perikanan di Waduk Kedung Ombo 27 4.1.3.2. Nisbah Kelamin (Sex ratio). Dari pengamatan terhadap nisbah kelamin (sex ratio) ikan red devil ( Amphilopus labiatus) pada bulan Maret, Mei, Juli dan Oktober 2011, menunjukkan adanya varias i nilai nisbah kelamin. Perbandingan antara jantan dan betina pada sampel ikan pada bulan Maret sebagai 1:2,2, bulan Mei 1: 2,24, bulan Juli 1: 4,44 dan bulan Oktober 1: 1,31 (G rafik. 1).

5 4.44 4.5 4 3.5 3 2.5 2.2 2.24 2 SexRatio 1.5 1.31 1 1 1 1 1 0.5 0 Maret Mei Juli Oktober Jantan Betina Waktu (Bulan) Gambar 5. Sex ratio ikan red devil (Amphilopus labiatus) pada bulan Maret, Mei, Juli dan Oktober 2011

Berdasarkan pengamatan terhadap nisbah kelamin (sex ratio) ikan red devil (Amphilopus citrinellus) pada bulan Maret, Mei, Juli dan Oktober 2011, menunjukkan bahwa lebih bervariasi nilai nisbah kelamin, ter lihat jumlah betina semakin men dominasi dari bulan ke bulan. Perbandingan antara jantan dan betina pada sampel ikan pada bulan Maret sebagai 1:3, bulan Mei 1: 5,6, bulan Juli 1: 7 dan bulan Oktober 1: 9,44 (G rafik. 2). Hal ini disebabkan jumlah individu betina yang tertangkap lebih banyak. Dikatakan oleh Pralampita et al (2003) bahwa individu betina yang lebih banyak daripada jantan atau sebaliknya dapat saja disebabkan oleh perbedaan perilaku yang bersifat spasio -temporal, misalnya yang berkaitan dengan proses reproduksi, tabiat pakan dan makan ( food and feeding habits), ruaya dan lain sebagainya.

Bioekologi dan Potensi Sumberdaya Perikanan di Waduk Kedung Ombo 28 10 9.44 9 8 7 7 6 5.6 5

Sex Ratio Sex 4 3 3 2 1 1 1 1 1 0 Maret Mei Juli Oktober Jantan Betina Waktu (Bulan)

Gambar 6. Sex ratio ikan red devil (Amphilopus citrinellus) pada bulan Maret, Mei, Juli dan Oktober 2011

4.1.3.3. Tingkat Kematangan Gonad (TKG). Dari Grafik 3, contoh ikan red devil jenis Amphilopus labiatus betina selama periode pengamatan bulan Maret didominasi ikan yang matang gonad TKG IV (42,88 %), pada bulan Mei didominasi oleh ikan yang belum matang gonad TKG I dan TKG II yaitu ma sing- masing 30,77 %, tetapi sudah ada yang selesai memijah (TKG V) sebesar 7,69 %. Demikian pula pada bulan Juli dan Oktober berturut -turut ikan yang telah selesai memijah sebesar 4,35 % dan 17,65 %. Apabila dilihat dari bulan Maret sampai bulan Oktober me nunjukkan bahwa ikan yang matang gonad TKG IV terjadi pada setiap bulan pengamatan , begitu pula terjadi pada ikan jantan selalu ditemukan ikan yang matang gonad (TKG IV) disetiap bulan pengamatan (Gambar 4). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa ikan red devi l Amphilopus labiatus dapat memijah sepanjang tahun. Hal ini sesuai dengan penelitian Purnamaningtyas & Tjahjo (2010).

Bioekologi dan Potensi Sumberdaya Perikanan di Waduk Kedung Ombo 29 100% 4.35 7.69 12.5 90% 20 17.65 12.5 24.64 80% 42.86 25.64 38.46 50.00 70% 23.53 30 5.13 18.75 60% 20.29 4.76 5.88 50% 23.08 30.77 40% 23.53 38.1 31.25 Persentase (%) Persentase 37.68 30% 56.25 50 30.77 20% 30.77 29.41 10% 18.75 14.29 13.04 7.69 0% Betina Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina Jantan

Maret Mei Juli Oktober

I II III IV V

Waktu (Bulan)

Gambar 7. Tingkat Kematangan Gonad ikan red devil (Amphilopus labiatus) pada bulan Maret, Mei, Juli dan Oktober 2011

Tingkat kematangan gonad pada ikan red devil Amphilopus citrinellus betina, terjadi penurunan ikan yang matang gonad, bahkan semakin turun dari bulan Mei sampai bulan Oktober. Pada bulan Maret terdapat ikan matang gonad TKG III (13,33 %) dan TKG IV (33,33 %), kemudian pada bulan Mei TKG III (4,14 %), TKG IV (19,53 %), Juli TKG III (8,04 %), TKG IV (11,61 %) dan Oktober TKG III (21, 33 %), TKG IV (10,67 %). Namun apabila dilihat dari ikan yang telah selesai memijah (TKG V) terjadi pada setiap bula n pengamatan (Maret, Mei, Juli dan Oktober) . Demikian pula pada ikan jantan selalu ditemukan ikan yang matang gonad dalam setiap bulan pengamatan (G rafik 4). Dari hasil pengamatan tersebut bisa disimpulkan bahwa ikan red devil jenis Amphilopus citrinellus memijah sepanjang tahun dan diduga puncak pemijahan terjadi pada saat air tinggi yaitu antara bulan Desember - Maret. Hal ini sesuai dengan penelitian Purnamaningtyas & Tjahjo (2010), yang mengatakan bahwa ikan oskar (Amphilopus citrinellus) di waduk Ir. H. Djuanda dapat memijah sepanjang tahun.

Bioekologi dan Potensi Sumberdaya Perikanan di Waduk Kedung Ombo 30 100% 6.25 13.79 8.04 12.00 11.11 20 17.16 25 11.61 3.45 18.75 10.67 80% 8.04 22.22 19.53 24.14 21.33 33.33 60% 4.14 22.22 50 53.57 56.25 17.33 40% 13.33 37.28

Persentase (%) Persentase 13.33 58.62 20% 38.67 44.44 25 20 21.89 18.75 18.75 0% Betina Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina Jantan

Maret Mei Juli Oktober I II III IV V

Waktu (Bulan)

Grafik 8. Tingkat Kematangan Gonad ikan red devil (Amphilopus citrinellus) pada bulan Maret, Mei, Juli dan Oktober 2011

4.1.3.4. Ukuran Ikan Pertama Kali Matang Gonad Ukuran ikan pertama kali matang gonad berhubungan dengan pertumbuhan ikan dan pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan serta strategi reproduksinya. Tiap species ikan tidak sama ukuran dan umur pertama kali matang gonad, bahkan ikan -ikan pada spesies yang sama juga akan berbeda b ila berada pada kondisi dan letak geografis yang berbeda (Nasution, 2005). Untuk menentukan ukuran ikan pertama kali matang gonad (Lm) digunakan metode Spearman dan Karber (Udupa, 1986). Dalam penelitian ini hanya ikan betina yang dianalisis. Ikan red devil jenis Amphilopus labiatus di waduk Kedungombo pada bulan Maret, pertama kali matang gonad, betina TKG IV berukuran (9,6 cm) panjang total, pada bulan Mei (9,66 cm), Juli (11,47 cm) dan Oktober (10,66 cm). Apabila digabung dari bulan Maret - Oktober pertama kali matang gonad berukuran berkisar antara (9,66 -11,47 cm) panjang total. Ikan red devil jenis Amphilopus citrinellus di waduk Kedungombo pada bulan Maret, pertama kali matang gonad, betina TKG IV berukuran (7,9 cm) panjang total, pada bulan Mei (9,72 cm), Juli (10,47 cm) dan Oktober (11,95 cm). Apabila digabung dari bulan Maret - Oktober pertama kali matang gonad berukuran berkisar antara (7,9 -11,95 cm) panjang total (Grafik 5). Umur pada awal reproduksi bervariasi terhadap jenis kelamin. Bagi ikan janta n maupun betina, umur pertama kali memijah bergantung kepada kondisi lingkungan yang sesuai. Pada lingkungan yang tidak sesuai untuk tumbuh dan mempertahankan sintasan, ikan-ikan cenderung akan menangguhkan pemijahan, karena akan menurunkan tingkat

Bioekologi dan Potensi Sumberdaya Perikanan di Waduk Kedung Ombo 31 pertumbuhan dan sintasan, sehingga reproduksi cenderung akan berlangsung pada umur lebih muda (Nasution, 2005).

14 13 12.49 12 12.03 11.91 11.95 11.47 11.43 11 11.17 10.68 10.62 10.47 10.66 10 10.28 9.6 9.66 9.72 9.81 9.53 9 9.19 9.11 8.62 8.53 8.8 8 7.9 7 7.32 6

Ukuran(cm) 5 4 3 2 1 0 MaretMaret Mei Mei Juli Juli Oktober Oktober Waktu (Bulan)

Keterangan : = A. labiatus, = A. citrinellus

Gambar 9. Distribusi panjang dan pendugaan ukuran pertama kali matang gonad i kan red devil (Amphilopus labiatus) pada bulan Maret, Mei, Juli dan Oktober 2011

4.1.3.5. Indeks Kematangan Gonad (TKG). Kisaran IKG bisa dilihat pada Tabel 5. Dalam pengamatan ini IKG dihitung dengan memisahkan kelamin jantan dan betina, sehingga keliha tan nilai IKG cukup bervariasi antar tingkatan TKG, pada bulan Maret, Mei, Juli dan Oktober, pada umumnya ikan -ikan yang mempunyai TKG rendah mempunyai IKG rendah pula baik pada ikan red devil Amphilopus labiatus dan Amphilopus citrinellus. Nilai IKG pada ikan red devil Amphilopus labiatus pada ikan jantan terendah 0,12 % (Mei dan Juli)dan tertinggi 1,73 % (Juli), sedangkan untuk ikan betina 0,09 % (Mei) dan tertinggi 6,58 % (Mei). Nilai IKG pada ikan red devil Amphilopus citrinellus pada ikan jantan terendah 0,06 % (Oktober) dan tertinggi 1,64 % (Oktober), sedangkan untuk ikan betina 0,05 % (Oktober) dan tertinggi 5,40 % (Maret). Bagenal (1969) mengatakan bahwa ikan yang mempunyai nilai IKG lebih kecil dari 20 % adalah kelompok ikan yang dapat memijah lebih dari satu kali setiap tahunnya. Hal ini mengindikasikan bahwa ikan red devil termasuk yang nilai IKG kecil sekali sehingga dikategorikan ikan yang dapat memijah lebih dari satu kali setiap tahun. Hal ini sesuai dengan laporan Pulungan et al, 1994 menyatakan bahwa pada umumnya ikan yang hidup di perairan tropis dapat memijah sepanjang tahundengan nilai IKG yang lebih kecil pada saat ikan tersebut matang gonad.

Bioekologi dan Potensi Sumberdaya Perikanan di Waduk Kedung Ombo 32 Tabel 5. Kisaran IKG Ikan Red Devil Pada Bulan Maret, Mei, Juli Dan Oktober 2011

Maret Mei Juli Oktober IKG (%) IKG (%) IKG (%) IKG (%) RED DEVIL Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina

Amphilopus 0,17 - 0,10 - 0,12 - 0,09 - 0.12 - 0,47 - 0,15 - 0,11 - labiatus 0,47 4,34 1,62 6,58 1.73 3,02 0,67 2,84 Amphilopus 0,18 - 0,21 - 0,13 - 0,13 - 0.11 - 0,79 - 0,06 - 0,05 - citrinellus 0,33 5,40 0,79 5,29 0.95 3,15 1,64 3,67

4.1.3.6. Fekunditas Pada bulan Maret, Mei, Juli dan Oktober terdapat gonad betina yang telah matang. Dari gonad-gonad betina yang telah matang ter sebut dihitung fekunditasnya. Fekunditas ikan red devil Amphilopus labiatus pada bulan Maret, Mei, Juli dan Oktober apabila digabungkan mempunyai kisaran antara 677 -1378 butir, sedangkan pada ikan red devil Amphilopus citrinellus mempunyai fekunditas berkisar antara 631-2771 butir (Tabel 6). Fekunditas telur Amphilopus citrinellus ini lebih kecil bila dibandingkan dengan penelitian Purnamaningtyas & Tjahjo (2010) yang menyebutkan fekunditas telur Amphilopus citrinellus dari waduk Ir. H. Djuanda minimum 1. 045 butir dan maksimum 4.435 butir. Perbedaan yang diperoleh dari penelitian ini kemungkinan berbeda ukuran ikan. Fekunditas ada hubungannya dengan ukuran ikan, yang dinyatakan bahwa semakin besar ikan akan mempunyai gonad semakin besar pula sehingga fekun ditasnya juga semakin besar (Andamari et al, 2003). Hubungan antara fekunditas dan panjang total ikan oskar (Amphilopus citrinellus) di waduk Ir. H. Djuanda mengikuti persamaan logaritma yang artinya makin panjang ukuran ikan mempunyai fekunditas makin bes ar (Purnamaningtyas & Tjahjo, 2010). Tabel 6. Kisaran Fekunditas Ikan Red Devil Pada Bulan Maret, Mei, Juli Dan Oktober 2011

Fekunditas (butir) RED DEVIL Maret Mei Juli Oktober Amphilopus labiatus 855 - 1841 677 - 1198 961 - 1028 869 -1378 Amphilopus citrinellus 754 - 2771 1107 - 1256 732 - 1350 631 - 1034

4.1.3.7. Diameter Telur Berdasarkan pengamatan diameter telur ikan red devil ( Amphilopus labiatus) pada bulan Maret berkisar antara (0.4 - 1,48 mm), bulan Mei (0,68 - 1,59 mm), bulan Juli (0,61– 1,47 mm) dan bulan Oktober (0,6 – 1,2 mm). Apa bila digabungkan antara bulan Maret sampai Oktober berkisar antara (0,4 – 1,59 mm). Sedangkan red devil ( Amphilopus citrinellus) pada bulan Maret berkisar antara (0,54 – 2,16 mm), bulan Mei (0,95 – 1,88 mm), bulan Juli (0,61 – 1,62 mm) dan Oktober (0,6 – 1,25 mm). Apa bila digabungkan antara

Bioekologi dan Potensi Sumberdaya Perikanan di Waduk Kedung Ombo 33 bulan Maret sampai Oktober berkisar antara (0,54 – 2,16 mm) (Tabel. 6). Effendie (1997) mengemukakan bahwa semakin meningkat kematangan gonad, diameter telur yang berada dalam gonad akan menjadi semakin besar.

Tabel 7. Kisaran Diameter Telur Ikan Red Devil Pada Bulan Maret, Mei, Juli Dan Oktober 2011 Maret Mei Juli Oktober Red devil Kisaran (mm) Kisaran (mm) Kisaran (mm) Kisaran (mm) Amphilopus labiatus 0.4 - 1,48 0,68 - 1,59 0,61 - 1,47 0,6 - 1,2 Amphilopus citrinellus 0,54 - 2,16 0,95 - 1,88 0,61 - 1,62 0,6 - 1,25

4.1.3.8. Kebiasaan Makan Untuk analisis makanan ikan red devil secara mikroskopis terkendala peralatan, (mikroskop dan sedwig rafter) sehingga terpaksa baru bisa menyelesaikan analisa pada trip I yaitu bulan Maret 2011. Pengelompokan makanan ikan menurut Nikolsky (1963) adalah kebiasaan makanan ikan dibedakan ke dalam empat kategori berdasarkan pada persentase indeks bagian terbesar, yaitu makanan utama, makanan pelengkap, makanan tambahan dan makanan pengganti. Makanan utama adalah makanan yang dimakan ikan dalam jumlah yang besar. Makanan pelengkap adalah makanan yang ditemukan dalam saluran pencernaan ikan dalam jumlah yang lebih sedikit. Makanan tambah an adalah makanan yang terdapat dalam saluran pencernaan ikan dalam jumlah yang sangat sedikit. Makanan pengganti adalah makanan yang hanya dimakan jika makanan utama tidak ada. Berdasarkan hasil pengamatan dari usus ikan menunjukkan bahwa ikan Red devil merupakan ikan omnivora cend erung bersifat plankton feeder, ikan red devil betina dan jantan (Amphilophus ctrinellus) dan (Amphilophus labiatus) yang memanfaatkan fitoplankton sebagai pakan utama (Grafik 6,7,8 dan 9). Jenis fitoplankton yang dimakan terdiri dari : Bacillariophyceae : Synedra (dominan), Navicula, Cyclotella, Nitzschia, Cymbella, Gyrosigma Chlorophyceae : Ankistrodesmus, Staurastrum, Scenedesmus, Spirogyra, Pediastrum, Tetraspora, Oedogonium, Ulothrix, Gomphonema, Cosmarium Cyanophyceae : Anabaena, Spirulina, Oscilatoria Trebouxiophyceae : Oocystis Dinoflagellata : Ceratium Chroococcales : Merismopedia

Bioekologi dan Potensi Sumberdaya Perikanan di Waduk Kedung Ombo 34 4.33 6.38 7.81 2.17

79.31

Pitoplankton Fragmen udang Fragmen serangga Fragmen ikan Fragmen cacing

Gambar 10. Kebiasaan makan ikan red devil betina (Amphilophus ctrinellus) di WKO Bulan Maret 2011

Sebagai makanan pelengkapnya adalah serangga, ikan dan cacing, sebagai makanan tambahan adalah udang dan zooplankton. Besarnya persentase fitoplankton sebagai makanan utamanya tidak terlepas dari habitat ikan itu sendiri yang hidup di perairan waduk Kedungombo dimana merupakan tempat bertumbuhnya fitoplankton yang melimpah. Sehingga makanan yang dimakan adalah berbagai jenis fitoplankton yang hidup di waduk tersebut. Hal ini selaras dengan penelitian Purnamaningtyas & Tjahjo (2010) yang mengatakan bahwa ikan oskar (A. citrinellus) di waduk Ir. H. Djuanda merupakan ikan omnivora yang memanfaatkan tumbuhan dan ikan sebagai pakan utama, larva serangga dan fitoplankton sebagai pakan tambahan, serta serangga, detritus dan zooplankton sebagai pakan pelengkap. Nurnaningsih et al, 2003 dalam Anggita, 2011 mengatakan bahwa ikan oskar di waduk Jatiluhur merupakan ikan omnivora cenderung carnivora dengan menu makanan berupa plankton, larva, serasah dan ikan. Dilaporkan juga bahwa terjadi perubahan jenis makanan ikan oskar berdasarkan p erubahan ukuran tubuh, ikan oskar yang berukuran kecil cenderung memilih plankton dari kelas Cyanophyceae, Bacillariophyceae dan Cladocera, sedangkan ikan berukuran sedang lebih memilih Rotifera, Cladocera dan ikan.

Bioekologi dan Potensi Sumberdaya Perikanan di Waduk Kedung Ombo 35 5

95 Pitoplankton Fragmen cacing

Gambar 11. Kebiasaan makan ikan red devil jantan (Amphilophus ctrinellus) di WKO Bulan Maret 2011

Lagler et al., 1977 mengatakan bahwa kebiasaan makanan ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain musim, umur ikan dan ketersediaan makanan. Lebih lanjut Effendie (1997) mengatakan bahwa suatu spesies ikan dapat menyesuaikan diri dengan persediaan makanan dalam perairan sehubungan dengan musim yang berlaku. Suatu spesies ikan dapat jadi makanannya berbeda ketika diamati pada waktu yang berbeda, meskipun diambil dari tempat yang sama. Perubahan makanan dari suatu spesies ikan adalah hal yang wajar, sehingga spektrum makanannya dapat berubah -ubah (Effendie, 1979). Froese & Pauly (2010) dalam Anggita (2011) menyatakan bahwa ikan oskar (Amphilophus ctrinellus) memiliki ketahanan hidup yang tinggi dan dapat menerima perubahan lingkungan.

Bioekologi dan Potensi Sumberdaya Perikanan di Waduk Kedung Ombo 36 1.96 11.03

7.37 0.88 2.11

76.65

Pitoplankton Zooplankton Fragmen udang Fragmen serangga Fragmen cacing Fragmen ikan

Gambar 12. Kebiasaan makan ikan red devil betina (Amphilophus labiatus) di WKO Bulan Maret 2011

1.25 2.181.25

95.32 Pitoplankton Fragmen udang Fragmen serangga Fragmen cacing

Gambar 13. Kebiasaan makan ikan red devil jantan (Amphilophus labiatus) di WKO Bulan Maret 2011

4.1.3.9. Relung Makanan Berdasarkan dari nilai luas relung makanan ikan red devil betina ( Amphilophus labiatus) terhadap jantan, menunjukkan ikan red devil jantan dalam menkonsumsi makanan lebih banyak ragamnya dibandingkan dengan ikan red devil betina (Tabel 7 dan 8). Begitu pula ikan red devil jenis Amphilophus citrinellus ikan jantan lebih beragam dalam mengkonsumsi makanan dibanding ikan betina (Tabel 9 dan 10).

Bioekologi dan Potensi Sumberdaya Perikanan di Waduk Kedung Ombo 37 Tabel 8. Nilai Relung Makanan Ikan Red Devil Jantan (Amphilophus Labiatus) Di WKO Bulan Maret 2011 Jenis Organisme IP (%) Proporsi (Pi) Pi2 Bi BA Fitoplankton 95.32 0.953 0.9087 Fragmen udang 1.25 0.013 0.0002 1.099573 0.033191 Fragmen serangga 2.18 0.022 0.0005 Fragmen cacing 1.25 0.013 0.0002 Total 100.00 0.909

Tabel 9. Nilai Relung Makanan Ikan Red Devil Betina (Amphilophus Labiatus) Di WKO Bulan Maret 2011 Jenis Organisme IP (%) Proporsi (Pi) Pi2 Bi BA Fitoplankton 76.65 0.766 0.5875 Zooplankton 2.11 0.021 0.0004 Fragmen udang 0.88 0.009 0.0001 1.685143 0.137029 Fragmen serangga 7.37 0.074 0.0054 Fragmen cacing 11.03 0.110 0.0122 Fragmen ikan 1.96 0.020 0.0004 Total 100.00 0.593

Dikatakan oleh Anonimus (2007) dalam Purnamaningtyas & Tjahjo (2010) bahwa ikan oskar (Amphilophus citrinellus) di waduk Ir. H. Djuanda mempunyai luas relung pakan dan ruang serta distribusi yang luas. Disamping itu ikan oskar yang mampu memanfaatkan fluktuasi kesediaan makan dan mempunyai kemampuan memijah sep anjang tahun. Ketersediaan pakan cukup tersedia untuk perkembangan dan pertumbuhan ikan oskar tersebut. Hal ini diduga berpengaruh positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan ikan oskar, sehingga ikan tersebut dalam waktu relatif singkat mampu mendominas i perairan waduk Ir. H. Djuanda. Hal ini juga terjadi di waduk Kedungombo bahkan di waduk -waduk lain. Tabel 10. Nilai Relung Makanan Ikan Red Devil Betina (Amphilophus Citrinellus) Di WKO Bulan Maret 2011 Jenis Organisme IP (%) Proporsi (Pi) Pi2 Bi BA Pitoplankton 79.31 0.793 0.6290 Fragmen udang 2.17 0.022 0.0005 Fragmen serangga 7.81 0.078 0.0061 1.568644 0.113729 Fragmen ikan 4.33 0.043 0.0019 Fragmen cacing 6.38 0.064 0.0041 Total 100.00 0.637

Tabel 11. Nilai Relung Makanan Ikan Red Devil Jantan (Amphilophus Citrinellus) Di WKO Bulan Maret 2011 Jenis Organisme IP (%) Proporsi (Pi) Pi2 Bi BA Pitoplankton 95.00 0.950 0.9025 1.104972 0.020994 Fragmen cacing 5.00 0.050 0.0025 Total 100.00 0.905

Bioekologi dan Potensi Sumberdaya Perikanan di Waduk Kedung Ombo 38 4.2. Ikan Betutu 4.2.1. Karakteristik habitat ikan betutu Berdasarkan observasi lapangan, ditemukan dua puluh habitat ikan red devil di perairan waduk Kedungombo yaitu (Kelur, Mojolumut, Jenggotan, Wonoharjo, Bendungan, Gilirejo, Sigit, Alas Kobong, Duwet, Pendem, Gunung Sono, Pulomas, Ngasinan, Jati Songo, Pelembinatur, Klewor, Watu Mangap, Kedung Mulyo, Geneng Sari dan Bulu) yang dianggap mewakili habitat ikan red devil. Karakteristik habitat ikan red devil yang ditemukan di perairan waduk Kedungombo (Tabel 3), dari hasil pen gukuran suhu air, pH, CO 2 pada bulan Maret, Mei, Juli dan Oktober di seluruh stasiun pengamatan menunjukkan hasil yang tidak 0 jauh berbeda. Suhu air berkisar antara 29 -33 C, pH 8-8,5, CO2 0-4,4 mg/l. Kisaran kandungan O2 dan BOD5 terlihat hasil yang bervariasi yaitu masing-masing berkisar antara mg/l dan Kisaran kualitas air di habitat ikan red devil di waduk Kedungombo ini tidak jauh berbeda dengan kisaran kualitas air yang dikemukakan oleh (Krismono et al, 2003, Dharyati et al, 2009 dan Dharyati et al, 2010), yaitu kualitas air di waduk Kedungombo secara umum masih baik untuk mendukung kehidupan ikan. Ikan betutu memijah di substrat yang berlumpur yang dipengaruhi aliran air yang lambat dan terdapat tanaman air, karena tanaman air tersebut untuk meleta kkan telurnya setelah memijah. Ikan betutu pada saat berukuran kecil makan lumut yang menempel di rumput yang tumbuh di tepi tepi waduk.

4.2.2 Aspek Biologi

Gambar 14. Ikan betutu (Oxyeleotris marmorata)

Klasifikasi ikan betutu (Kottelat et al, 1992) sebagai berikut: Filum: Chordata Kelas: Actinopterigii Ordo : Perciformes Famili: Eleotridae Genus: Oxyeleotris

Bioekologi dan Potensi Sumberdaya Perikanan di Waduk Kedung Ombo 39 4.2.2.1. Hubungan panjang-bobot Berdasarkan pada analisis hubungan panjang bobot ikan betutu, hasil analisis uji t terhadap nilai b dengan selang kepercayaan 95 %, maka ikan betutu betina pada bulan Maret dan Juli pola pertumbuhannya isometrik, artinya pertumbuhan panjang badan sebanding dengan pertumbuhan bobotnya. Namun pada bulan Mei pola pertumbuhan allometrik positif, artinya pertumbuhan bobot lebih cepat dari pertumbuhan panjangnya. Pada bulan Oktober pola pertumbuhan bersifat allometrik negatif, artinya pertumbuhan panjang badan lebih cepat dari pertumbuhan bobotnya, sedangkan ikan jantan pola pertumbuhan pada bulan Maret, Mei dan Oktober bersifat isometrik dan pada bulan Juli bersifat allometrik positif (Tabel 11). Pola pertumbuhan yang berubah -ubah ini diduga dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan makanan yang dimakan. Pertumbuhan merupakan suatu proses yang terjadi di dalam tubuh organosme yang menyebabkan perubahan ukuran panjang dan bobot tubuh dalam periode waktu tertentu. Pertumbuhan ikan di suatu perairan banyak dipengaruhi oleh f aktor lingkungan antara lain ukuran makanan yang dimakan, ukuran ikan di perairan, jenis makanan yang dimakan, serta kualitas lingkungan dan kondisis ikan seperti umur, keturunan dan genetik (Sukimin, 2002). Hasil penelitian Soewardi (2006) mengatakan bahw a pertumbuhan ikan betutu betina di sungai Cisadane dan betutu jantan di waduk Saguling bersifat allometrik, sedangkan ikan betutu jantan di sungai Cisadane dan betutu betina di waduk Saguling bersifat isometrik.

Tabel 12. Hubungan Panjang Bobot Ikan Betutu (O. Marmorata) Pada Bulan Maret, Mei, Juli dan Oktober 2011 Betina Jantan Waktu N Persamaan Pola N Persamaan Pola Uji b Uji b Regresi Pertumbuhan Regresi Pertumbuhan W = Thit < W = Thit < Maret 87 0,007L3.1807 Ttab Isometrik 30 0.0345L2.6299 Ttab Isometrik W = Thit W = Thit < Mei 60 0,0068L3,2135 >Ttab Alometrik + 35 0,0129L2.9937 Ttab Isometrik W = Thit W = Thit > Juli 48 0,008L3,1621 Ttab Alometrik - 40 0,087L3,13 Ttab Isometrik

4.2.2.3. Nisbah Kelamin Dari pengamatan terhadap nisbah kelamin (sex ratio) ikan betutu pada bulan Maret, Mei, Juli dan Oktober 2011, menunjukkan adanya variasi nilai nisbah kelamin tapi masih dalam batas yang seimbang. Perbandingan antara jantan dan betina pada sampel ikan pada bulan Maret sebagai 1:2,9, bulan Mei 1: 1,7, bulan Juli 1: 1,19 dan bulan Oktober 1: 1,63 (Gambar. 10).

Bioekologi dan Potensi Sumberdaya Perikanan di Waduk Kedung Ombo 40 3.5 2.9 3

2.5

2 1.7 1.63 1.5

Sex Ratio Sex 1.19 1 1 1 1 1

0.5

0 Maret Mei Juli Oktober Jantan Betina Waktu (Bulan)

Gambar 15. Sex ratio ikan Betutu (O. marmorata) pada bulan Maret, Mei, Juli dan Oktober 2011

4.2.2.4. Tingkat Kematangan Gonad (TKG). Dari Gambar 13, contoh ikan betutu betina selama periode pengamatan bulan Maret didominasi ikan yang matang gonad TKG III (44,83 %), pada bulan Mei didominasi oleh ikan yang belum matang gonad TKG I dan TKG II yaitu masing -masing 21,28 % dan 55,32 %, tetapi sudah ada yang selesai memijah (TKG V). Pada bulan Juli didominasi oleh TKG III (40 %) dan Oktober hanya didapat TKG III (54 %) dan TKG IV (46 %), sedangkan pada ikan jantan hanya terdapat TKG III saja. TKG I dan TKG II tidak ditemukan baik pada ikan betina maupun pada ikan jantan, hal ini diduga banyak ikan betutu yang baru selesai melakukan pemijahan sehingga relatif tidak banyak melakukan pergerakan, dengan demikian kemungkinan untuk tertangkap sangat kecil. Apabila dilihat dari bulan Maret sampai bulan Oktober menunjukkan bahwa ikan yang matang gonad TKG IV terjadi pada setiap bulan pengamatan, begitu pula terjadi pada ikan jantan selalu ditemukan ikan yang matang gonad disetiap bulan pengamatan (Grafik 11). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa ikan betutu dapat memijah sepanjang tahun.

Bioekologi dan Potensi Sumberdaya Perikanan di Waduk Kedung Ombo 41 100% 7.41 13.79 14.29 90% 16 8.51 18.52 9.52 80% 4.26 46 70% 60 44.83 40 60% 42.86 50% 55.32 100 40%

Jumlah(%) 74.07 30% 24 31.03 30 54 20% 33.33 10% 21.28 20 10.35 10 0% Betina Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina Jantan

Maret Mei Juli Oktober I II III IV V

Waktu (Bulan)

Gambar 16. Tingkat Kematangan Gonad ikan Betutu (O. marmorata) pada bulan Maret, Mei, Juli dan Oktober 2011

4.2.2.5. Ukuran Pertama Kali Matang Gonad Ukuran ikan pertama kali matang gonad berhubungan dengan pertumbuhan ikan dan pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan serta strategi reproduksinya. Tiap species ikan tidak sama ukuran dan umur pertama kali matang gonad, bahkan ik an-ikan pada spesies yang sama juga akan berbeda bila berada pada kondisi dan letak geografis yang berbeda (Nasution, 2005). Untuk menentukan ukuran ikan pertama kali matang gonad (Lm) digunakan metode Spearman dan Karber (Udupa, 1986). Dalam penelitian i ni hanya ikan betina yang dianalisis. Ikan betutu di waduk Kedungombo pada bulan Maret, pertama kali matang gonad, betina TKG IV berukuran (17,75 cm) panjang total, pada bulan Mei ( 20 cm), Juli (20,7 cm) dan Oktober (11,95 cm). Apabila digabung dari bulan Maret-Oktober pertama kali matang gonad berukuran berkisar antara ( 11,95-20,7 cm) panjang total. (Grafik 12). Umur pada awal reproduksi bervariasi terhadap jenis kelamin. Bagi ikan jantan maupun betina, umur pertama kali memijah bergantung kepada kondisi lingkungan yang sesuai. Pada lingkungan yang tidak sesuai untuk tumbuh dan mempertahankan sintasan, ikan -ikan cenderung akan menangguhkan pemijahan, karena akan menurunkan tingkat pertumbuhan dan sintasan, sehingga reproduksi cenderung akan berlangsung pad a umur lebih muda (Nasution, 2005).

Bioekologi dan Potensi Sumberdaya Perikanan di Waduk Kedung Ombo 42 30

25 24.91

21.42 20.84 20.7 20 20 20.01 19.19 17.75

15 12.65 11.9512.49

Ukuran(cm) 11.44 10

5

0 Maret Mei Juli Oktober

Waktu (Bulan)

Gambar 17. Distribusi panjang dan pendugaan ukuran pertama kali matang gonad ikan Betutu (O. marmorata) pada bulan Maret, Mei, Juli dan Oktober 2011

4.2.2.6. Indeks Kematangan Gonad (IKG) Kisaran IKG bisa dilihat pada Tabel 12. Dalam pengamatan ini IKG dihitung dengan memisahkan kelamin jantan dan betina, sehingga kelihatan nilai IKG cukup bervariasi antar tingkatan TKG, pada bulan Maret, Mei, Juli dan Oktober, pada umumnya ikan -ikan yang mempunyai TKG rendah mempunyai IKG rendah pula . Nilai IKG pada ikan betutu pada ikan jantan terendah 0,05 % pada bulan Oktober dan tertinggi 0,31 % pada bulan Oktober, sedangkan untuk ikan betina nilai IKG terendah 0,11 % pada bulan Maret dan Mei dan tertinggi 5,7 % pada bulan Oktober (Tabel. 12). IKG akan semakin meningkat nilainya dan akan mempunyai batas maksimum pada saat terjadi pemijahan. Pada ikan betina nilai IKG lebih besar dibanding ikan jantan. Nilai IKG akan sangat bervariasi setiap saat tergantung pada macam dan pola pemijahan (pobersonaibaho.wordpress.com). Bagenal (1969) mengatakan bahwa ikan yang mempunyai nilai IKG lebih kecil dari 20 % adalah kelompok ikan yang dapat memijah lebih dari satu kali setiap tahunnya. Hal ini mengindikasikan bahwa ikan red devil termasuk yang nilai IKG kecil sekali sehingga dikategorikan ikan yang dapat memijah lebih dari satu kali setiap tahun. Hal ini sesuai dengan laporan Pulungan et al, 1994 menyatakan bahwa pada umumnya ikan yang hidup di perairan tropis dapat memi jah sepanjang tahundengan nilai IKG yang lebih kecil pada saat ikan tersebut matang gonad.

Bioekologi dan Potensi Sumberdaya Perikanan di Waduk Kedung Ombo 43 Tabel 13. Kisaran IKG Ikan Betutu (O. marmorata) pada Bulan Maret, Mei, Juli dan Oktober 2011 Maret Mei Juli Oktober Jenis IKG (%) IKG (%) IKG (%) IKG (%) Ikan Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina 0,11 - 0,11 - 0,08 - 0,11 - 0,11 - 1,18 - 0,05 - 0,66 - Betutu 0,23 3,98 0,27 3,32 0,29 2,46 0,31 5,7

4.2.2.7. Fekunditas Pada bulan Maret, Mei, Juli dan Oktober terdapat gonad betina yang telah matang. Dari gonad-gonad betina yang telah matang tersebut dihitung fekunditasnya. Fekunditas ikan betutu pada bulan Maret berkisar antara: 6414 – 33833 butir, bulan Mei: 15832 – 28991 butir, bulan Juli: 11665 – 26000 butir dan Oktober: 23010 – 56302 butir. apabila digabungkan antara bulan Maret, Mei, Juli dan Oktober maka mempunyai kisaran antara 6414-56.302 butir (Tabel 13). Fekunditas telur betutu hasil penelitian Soewardi (2006) melaporkan bahwa fekunditas telur ikan betutu di sungai cisadan e berkisar antara 11.000- 145.000 butir dan di waduk saguling berkisar antara 14.000 -180.000 butir, hal ini relatif lebih besar dibandingkan fekunditas telur ikan betutu di waduk Kedungombo. Fekunditas pada suatu spesies ikan dapat berbeda antara satu indi vidu dengan individu lainnya. Fekunditas mempunyai keterkaitan umur, panjang atau bobot individu dan spesies ikan. Fekunditas dan diameter telur juga dapat dipengaruhi oleh faktor genetis, terutama ketersediaan makanan bagi induk ikan. Ikan -ikan yang tua dan besar ukurannya mempunyai fekunditas relatif lebih kecil dibandingkan ikan -ikan yang lebih muda. Fekunditas maksimum dicapai pada ikan yang masih muda (www.seafooddict.com).

Tabel 14. Kisaran Fekunditas Ikan Betutu (O. Marmorata) Pada Bulan Maret, Mei, Juli Dan Oktober 2011 Fekunditas (butir) Jenis Ikan Maret Mei Juli Oktober Betutu 6414 - 33833 15832 - 28991 11665 - 26000 23010 - 56302

4.2.2.8. Diameter Telur Berdasarkan pengamatan diameter telur ikan betutu pada bulan Maret berkisar antara (0.24 - 0,54 mm), bulan Mei (0,32 - 0,67 mm), bulan Juli (0,27 – 0,62 mm) dan bulan Oktober (0,2 – 0,55 mm). Apa bila digabungkan antara bulan Maret sampai Oktober berkisar antara (0,2 – 0,67 mm) (Tabel. 14). Apabila dibandingkan dengan diameter telur ikan red devil maka diameter telur ikan betutu relatif lebih kecil. Ukuran sel telur ada hubungannya dengan fekunditas, makin banyak telur yang dipijahkan ukuran telurnya makin kecil, misalnya ikan cod (diameter telur 1 -1,7 mm) produksinya 10 juta telur, salmon at lantik yang

Bioekologi dan Potensi Sumberdaya Perikanan di Waduk Kedung Ombo 44 memiliki diameter telur 5-6 mm produksi telurnya 2000-3000 butir (Blaxter, 1969 www.damandiri.or.id, 23 November 2011). Sedangkan untuk ikan belut dengan diameter 1 - 1,5 mm produksinya 2.200-5.400 telur (Sidthimunka, 1972 www.damandiri.or.id, 23 November 2011). Kamler (1992) mengajukan sebuah persamaan kelangsungan hidup untuk ikan pelagis laut, laju mortalitas telur dan larva berbanding terbalik dengan ukura n telur. Bila tidak ada makanan ekternal, larva yang lebih besar yang berasal dari telur yang besar dapat bertahan hidup lebih lama dibanding larva yang berasal dari telur yang kecil (www.damandiri.or.id, 23 November 2011). Bagenal (1969) mengatakan bahwa ukuran telur juga berperan dalam kelangsungan hidup ikan . Benih ikan brown trout yang berasal dari telur yang berukuran besar mempunyai daya hidup yang lebih tinggi daripada ikan yang berasal dari telur yang berukuran kecil. Hal ini terjadi karena kandungan kuning telur yang berukuran besar lebih banyak sehingga larva yang dihasilkan mempunyai persediaan makanan yang cukup untuk membuat daya tahan tubuh yang lebih tinggi dibandingkan telur - telur yang berukuran kecil.

Tabel 15. Kisaran Diameter Telur Ikan Betutu (O. Marmorata) Pada Bulan Maret, Mei, Juli Dan Oktober 2011 Maret Mei Juli Oktober Jenis Ikan Kisaran (mm) Kisaran (mm) Kisaran (mm) Kisaran (mm) Betutu 0,24 - 0,54 0,32 - 0,67 0,27 - 0,62 0,2 - 0,55

4.2.2.9. Kebiasaan Makan Berdasarkan hasil pengamatan dari isi usus ikan betutu (indeks bagian terbesar) pada bulan Maret, Mei, Juli dan Oktober menunjukkan bahwa ikan betutu di waduk Kedungombo merupakan ikan carnivora, ikan betutu betina dan jantan memanfaatkan ikan sebagai pakan utama dan udang serta serangga sebagai makanan pelengkap (Grafik 13). Krismono et al, 2003 melaporkan bahwa makanan ikan betutu di waduk Kedungombo berupa ikan (100 %). Di laporkan oleh Diana et al, 1999 bahwa makanan ikan be tutu di waduk Cirata berupa ikan, udang -udangan, copepoda, gastropoda, insekta dan detritus. Menurut Setiadharma (1993) bahwa makanan ikan betutu di waduk Saguling berupa ikan, udang dan serangga air.

Bioekologi dan Potensi Sumberdaya Perikanan di Waduk Kedung Ombo 45 100% 7.69 4.76 19.05 1.44 19.51 20.00 20 28.57 80% 39.62 22.17 14.29 30.14 60% 7.69 50.00 90.86 95.24 40% 80

Persentase (%) Persentase 57.14 58.05 52.69 49.86 20% 30.95

0% Betina Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina Jantan

Maret Mei Juli Oktober ikan Serangga Udang Tercerna Waktu (Bulan)

Gambar 18. Kebiasaan makan ikan Betutu (O. marmorata) pada bulan Maret, Mei, Juli dan Oktober 2011

4.2.2.10. Relung Makanan Berdasarkan dari nilai luas relung makanan ikan betutu betina terhadap jantan, pada setiap kali pengamatan menunjukkan ikan betutu jantan dalam menkonsumsi maka nan relatif lebih banyak ragamnya dibandingkan dengan ikan betutu betina kecuali pada bulan Mei, ikan betutu betina lebih beragam dalam mengkonsumsi makanannya ( Grafik 14). Ikan betutu betina mempunyai kisaran relung makanan berkisar antara 1,10 -2,62, sedangkan ikan betutu jantan mempunyai kisaran antara 1,20 -2,64, hal ini mengindikasikan bahwa ikan betutu mempunyai nilai relung yang sangat beragam . Menurut Umar et al, 2007, mengatakan bahwa kelompok ikan karnivora mempunyai luas relung yang sangat beragam dan cenderung bersifat spesialis.

Bioekologi dan Potensi Sumberdaya Perikanan di Waduk Kedung Ombo 46 3.00 2.62 2.64 2.36 2.50 2.27 2.33

2.00 1.47 1.50 1.20 1.10 1.00

Nilai Relung Nilai Makanan 0.50

0.00 Betina Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina Jantan

Maret Mei Juli Oktober Waktu (Bulan)

Gambar 19. Nilai Relung Makanan ikan betutu di WKO bulan Maret, Mei, Juli dan Oktober 2011

4.3. PENANGKAPAN

Berdasarkan observasi alat tangkap branjang dan jaring oleh enumerator dari beberapa lokasi menunjukkan bahwa alat tangkap yang cocok untuk mengendalikan jumlah populasi ikan red devil di WKO adalah jenis alat tangkap jaring yang mempunyai ukuran 2 s/d 2,5 inchi (Tabel 11).

Tabel 16. Hasil tangkapan ikan dengan branjang dan jaring di WKO Tahun 2011 Alat Tangkap Jenis Ikan Jaring (2 inchi s/d 2,5 inchi) Branjang (2 inchi) Betutu + + Gabus + + Muajaer +++ Nila ++ +++ Patin + Red devil +++ Tawes ++ +++ Keterangan : + Sedikit, ++ Sedang, +++ Dominan

4.4. LAJU SEDIMENTASI Sedimentasi akan berpengaruh terhadap pendangkalan dan volume perairan di waduk, selanjutnya akan mempengaruhi daya dukung untuk perikanan. Menurut Kironoto. B, hasil penelitian terhadap waduk di dunia menunjukkan laju sedimentasinya sering kali lebih cepat dari yang direncanakan. Data statistik terhadap sebelas waduk di India dengan kapasitas lebih besar dari 1 km 3 memperlihatkan hampir semua waduk terisi sedimen lebih cepat dari yang direncanakan, dengan rentang 130 -1.650%. Kejadian serupa terjadi pada

Bioekologi dan Potensi Sumberdaya Perikanan di Waduk Kedung Ombo 47 waduk-waduk di Indonesia, seperti Waduk Pangsar Sudirman (Mrica), Saguling, dan Wonogiri. Waduk Wonogiri bahkan telah mendapat sorotan media massa akhir -akhir ini sehubungan dengan terjadinya sedimentasi waduk yang terlalu cepat. Waduk Wonogiri yang semula direncanakan mampu beroperasi selama 100 tahun, ternyata baru beroperasi selama 20 tahunan telah mengalami permasalahan. "Selama 22 tahun, dari tahun 1982 sampai 2004, laju sedimentasi Waduk Wonogiri rata -rata mencapai 7,5 juta m 3 per tahun, jauh lebih besar dari yang direncanakan, yang diperkirakan 1,2 juta m 3 per tahun," urainya. Di samping faktor kegagalan kegiatan konservasi di daerah tangkapan air waduk, penyebab lain adalah ketidakakuratan prediksi sedimen dengan kenyataan terkait dengan ketidakcukupan data yang digunakan, baik karena perhitungan sedimen yang terlalu pendek atau memang karena kualitas yang kurang akurat. Dalam SNI 03 -6737-2002 tentang metode perhitungan awal laju sedimentasi waduk di Indonesia disebutkan setidaknya dibutuhkan data sedimen minimal 10 tahun agar dapat mengestimasi dengan baik sedimen yang masuk ke dalam waduk. Dari hasil pemasangan sedimen traps di waduk Kedung Ombo sebanyak empat buah yang mewakili daerah inlet, out let, tengah 1 dan tengah 2 yang direndam selama 58 hari menunjukkan bahwa laju sedimentasi tertinggi terjadi di stasiun outlet sebesar: 3,1 x 10-6gr/cm3/hari, kemudian berturut-turut di stasiun inlet sebesar 2,9 x 10-6 gr/cm3/hari, tengah 2: 2,4 x 10-6 gr/cm3/hari, dan tengah 1: 2,2 x 10-6 gr/cm3/hari (tabel 12) Tabel 17. Nilai laju sedemintasi waduk Kedung Ombo Tahun 2011 No Stasiun Laju sedimentasi (gr/cm 3/hari) 1 Outlet 3,1 x 10-6 2 Tengah 1 2,2 x 10-6 3 Tengah 2 2,4 x 10-6 4 Inlet 2,9 x 10-6

Dari hasil pemasangan sedimen traps (volume 2,5 liter) di waduk Kedun g Ombo sebanyak empat buah yang mewakili daerah inlet, out let, tengah 1 dan tengah 2 yang direndam selama 58 hari menunjukkan bahwa volume sedimen terendapkan tertinggi terjadi di stasiun outlet sebesar: 12,0 x 10 -5 m3, kemudian berturut-turut di stasiun inlet sebesar 11,8 x 10-5 m3, tengah 1., 11,7 x 10 -5 m3 , dan tengah 2., 11,5 x 10 -5 m3. Apabila diambil rata- rata seluruh stasiun adalah 11,7 x 10 -5 m3. Sedangkan untuk masa sedimen yang terendapkan tertinggi terjadi pada stasiun outlet yaitu sebesar 32 x 10-8 ton, berturut-turut disusul pada stasiun outlet dan inlet masing -masing sebesar 31 x 10 -8 ton, stasiun tengah 2 sebesar 30 x 10-8 ton, dengan rata-rata seluruh stasiun pengamatan sebesar 31 x 10 -8 ton (Tabel 16).

Bioekologi dan Potensi Sumberdaya Perikanan di Waduk Kedung Ombo 48 Tabel 18. Hasil Uji Volume dan Berat Sedimen di Waduk Kedung Ombo Tahun 2011 No Stasiun Volume sedimen Masa sedimen terendapkan terendapkan ml m3 gr Ton 1 Tengah. 1 117,1 11,7 x 10-5 0,31 31 x 10-8 2 Tengah. 2 115,2 11,5 x 10-5 0,30 30 x 10-8 3 Inlet 118,2 11,8 x 10-5 0,31 31 x 10-8 4 Outlet 120,3 12,0 x 10-5 0,32 32 x 10-8 Rata-rata 117,7 11,7 x 10-5 0,31 31 x 10-8

Apabila dihitung berdasarkan ketebalan sedimen adalah sebesar 3,9 cm/tahun, volume sedimen terendapkan sebesar 1.872.000 m 3 /tahun dan berat sedimen terendapkan sebesar 559.581,208 ton/tahun. Sedangkan untuk nilai laju sedimentasi adalah sebesar 0.097 ton/ha/tahun. 4.5. PLANKTON 4.5.1. Fitoplankton Hasil identifikasi fitoplankton pada 20 stasiun pengamatan diperoleh 48 genus yang terdiri dari 19 genus dari kelas Ba cillariophyceae, 15 genus dari kelas Chlorophyceae, 10 genus dari kelas Cyanophyceae, 2 genus dari kelas Dinophyceae, serta 2 genus dari kelas Euglenoceae. Kelimpahan Fitoplankton dapat dilihat pada Gambar 20 dan Gambar 21.

Gambar 20. Kelimpahan Fitoplankton Berdasarkan Stasiun Pengamatan

Gambar 20 menunjukkan bahwa kelimpahan fitoplankton pada bulan Juli di semua stasiun merupakan kelimpahan tertinggi. Kelimpahan terendah terjadi pada bulan Mei. Hal tersebut dikarenakan pada bulan Mei kedalaman air wa duk relatif tinggi akibat curah hujan.

Bioekologi dan Potensi Sumberdaya Perikanan di Waduk Kedung Ombo 49 Gambar 21. Kelimpahan Fitoplankton Berdasarkan Kelas

Gambar 21 menunjukkan bahwa kelimpahan fitoplankton pada pada bulan Maret, Mei, dan Juli berturut-turut didominasi oleh kelas Cyanophyceae, Chlorophyceae, Dinophyceae, Bacillariophyceae, dan Euglenoceae. Dominasi Cyanophyceae mengindikasikan bahwa kualitas perairan mengalami penurunan. 4.5.2. Zooplankton Hasil identifikasi zooplankton pada 20 stasiun pengamatan diperoleh 25 genus yang terdiri dari 4 genus dari kelasCilliata, 3 genus dari kelas Crustacea, 4 genus dari kelas Mastigophora serta 12 genus dari kelas Ploima. Kelimpahan Fitoplankton dapat dilihat pada Gambar 22 dan Gambar 23.

Gambar 22. Kelimpahan Zooplankton Berdasarkan Stasiun Pengamatan

Bioekologi dan Potensi Sumberdaya Perikanan di Waduk Kedung Ombo 50 Gambar 20 menunjukkan bahwa kelimpahan zooplankton pada bulan Juli di semua stasiun merupakan kelimpahan tertinggi. Kelimpahan terendah terjadi pada bulan Mei. Hal tersebut dikarenakan pada bulan Mei kedalaman air waduk relatif tinggi akibat curah hujan.

Gambar 23. Kelimpahan Zooplankton Berdasarkan Kelas Gambar 23 menunjukkan bahwa kelimpahan fitoplankton pada pada bulan Maret, Mei, dan Juli berturut-turut didominasi oleh kelas Ploima, Mastigophora, Cilliata, dan kelas Crustacea.

Bioekologi dan Potensi Sumberdaya Perikanan di Waduk Kedung Ombo 51 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1. KESIMPULAN Ikan red devil 1. Ikan red devil masuk ke waduk Kedung Ombo pada tahun 2000 melalui keramba yang jebol milik seorang pengusaha ikan hias 2. Ikan red devil dapat berkembang pesat oleh karena ikan ini sangat gesit, bersifat omnivora dan mampu memanfaatkan makanan yang tersedia di perairan dan memijah sepanjang tahun. 3. Terdapat dua jenis ikan red devil di waduk Kedung Ombo yaitu Amphilopus labiatus dan Amphilopus citrinellus. 4. Pola pertumbuhan A. labiatus bersifat isometrik sampai allometrik se dangkan A. citrinellus bersifat isometrik. 5. Diperoleh TKG I-IV pada setiap pengamatan baik pada A. labiatus maupun A. citrinellus. 6. Ukuran ikan pertama kali matang gonad berkisar antara 9,66 -11,47 cm terjadi pada A. labiatus dan 7,9-11,95 cm terjadi pada A. citrinellus. 7. Fekunditas pada A. labiatus berkisar antara 677-1378 butir dan pada A. citrinellus berkisar antara 631-2771 butir. 8. Diameter telur pada A. labiatus berkisar antara 0,4-1,59 mm dan pada A. citrinellus berkisar antara o,54-2,16 mm. 9. Kebiasaan makan A. labiatus dan A. citrinellus adalah berupa fitoplankton sebagai makanan utama. 10. Rekomendasi untuk pemberantasan ikan red devil masih sulit terwujud karena ikan tersebut sangat mudah berkembang biak. Ikan betutu 1. Ikan betutu dapat berkembang deng an baik di waduk Kedung Ombo karena tersedia adanya habitat yang sesuai dengan kehidupannya yaitu terdapat dasar perairan yang berlumpur dan terdapat tanaman air, karena i kan betutu memijah di substrat yang berlumpur yang dipengaruhi aliran air yang lambat dan terdapat tanaman air, karena tanaman air tersebut untuk meletakkan telurnya setelah memijah. 2. Pola pertumbuhan ikan betutu bersifat isometrik sampai allometrik. 3. Diperoleh gonad yang matang pada setiap pengamatan. 4. Ukuran ikan pertama kali matang gon ad berkisar antara 11,95-20,7 cm. 5. Fekunditas berkisar antara 6.414 -56.302 butir. 6. Diameter telur berkisar antara 0,2 -0,67 mm.

Bioekologi dan Potensi Sumberdaya Perikanan di Waduk Kedung Ombo 52 7. Kebiasaan makan ikan betutu berupa ikan sebagai makanan utama dan udang serta serangga sebagai makanan pelengkap.

5.2. REKOMENDASI 1. Untuk mengurangi populasi ikan red devil disarankan melakukan penangkapan dengan jaring dengan mata jaring berukuran 2 -2,5 inchi. 2. Pelarangan pemeliharaan ikan red devil di perairan umum, karena ikan tersebut sangat cepat berkembang biak d an membahayakan bagi ikan lain. 3. Penebaran ikan betutu dapat dilakukan di waduk -waduk lain, supaya berkembang baik harus memperhatikan habitat yang sesuai yaitu terdapat dasar perairan yang berlumpur dan terdapat tanaman air, karena i kan betutu memijah di substrat yang berlumpur yang dipengaruhi aliran air yang lambat dan terdapat tanaman air, karena tanaman air tersebut untuk meletakkan telurnya setelah memijah.

Bioekologi dan Potensi Sumberdaya Perikanan di Waduk Kedung Ombo 53 DAFTAR PUSTAKA

Adjie, S., Husnah & A. K. Gaffar. 1999. Studi Biologi Ikan Belida ( Notopterus chitala) di daerah Aliran Sungai Batanghari, Provinsi Jambi. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta. Vol. 5 No. 1. Tahun 1999. Hal. 38 -44.

Andamari, R., Sjahrul, B & Hasmi, B. 2003. Aspek Reproduksi Ikan Kurisi Bali (Pristipomoides typus) dari Perairan Kei Kecil, Maluku Tenggara. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. Edisi Sumber Daya dan Penangkapan. Badan Riset Kelautan Dan Perikanan. Departemen Kelautan Dan Perikanan. Jak arta. Vol 9. No. 3. Tahun 2003. Hal 57-62.

Anggita, A. 2011. Makanan Ikan Oskar ( Amphilopus citrinellus) di waduk Jatiluhur. Skripsi. Pepartemen Managemen Sumber Daya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 38 hal.

Andamari, R., Sjahrul, B & Hasmi, B. 2003. Aspek Reproduksi Ikan Kurisi Bali (Pristipomoides typus) dari Perairan Kei Kecil, Maluku Tenggara. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. Edisi Sumber Daya dan Penangkapan. Badan Riset Kelautan Dan Perikanan. Departemen Kelautan Dan Perikanan. Jakarta. Vol 9. No. 3. Tahun 2003. Hal 57-62.

Anonimous. 1989. Studi erosi/sedimentasi Waduk Kedung Ombo dan perencanaan check dam (Penahan Erosi) di DAS Serang. Volume I.Pusat Penelitian dan Pengembangan Pengairan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pekerjaan Umum. Departemen Pekerjaan Umum.

Anonimous. 1992. Final Report. Study/Penelitian Perikanan di waduk Kedung Ombo. Jurusan Perikanan. Fakultas Pertanian. UGM. Yogyakarta dan Balai Penelitian Perikanan Air Tawar, Bogor bekerj a sama dengan Proyek Induk Pengembangan Wilayah Sungai Jratunseluna. Dirjen Pengairan Dept. PU. Hal. 43.

APHA. 1986. Standart Method for the Examination of Water and Wastewater, 15 thEdition. American Public Health Association, Washington, D.C. 1134 p.

Depkimpraswil (Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah). 2003. Data Sumber Daya Air Indonesia. http://sda.kimpraswil.go.id

Departemen Pekerjaan Umum Dirjen Sumberdaya air, 2006. Studi Penatagunaan Kawasan Kedung Ombo. PT Terta Buana Manggala Jaya dan Persero PT Virema Karya. Semarang.

Dinas Kehewanan dan Perikanan Wono Giri, 2003. Pengelolaan Usaha Perikanan di Waduk Gajah Mungkur Kabupaten Wonogiri.

Dinas Peternakan dan perikanan Sragen, 2006. Profil Wa duk Kedung Ombo Sentra Perikanan Kab. Sragen.

Dharyati, E., A.D. Utomo., S. Adjie., Asyari., D. Wijaya., G. Subroto., B. Waro., D. Ismeywati., E.D. Harmilia., R. Ridho., D. Putranto & S. Sukimin. 2009. Pendugaan Stratifikasi Tropogenic Layer (eufotik, f otik, epilimnion, hypolimnion) dan Carrying Capacity Beban Pakan Dari KJA di Waduk Kedung Ombo Dan Gajah Mungkur, Jawa Tengah. Laporan Akhir. Balai Riset Perikanan Perairan Umum. Palembang. 75 hal.

Bioekologi dan Potensi Sumberdaya Perikanan di Waduk Kedung Ombo 54 Effendie, M.I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan De wi Sri. Bogor. 112 pp.

Effendie, M.I. 1992. Metoda biologi perikanan. Fakultas Perikanan. Bagian Ichtiology IPB. 112 halaman.

Effendie, M. I. 1997. Metoda Biologi Perikanan. Fakultas Perikanan IPB. Bogor. Yayasan Agromedia. Bogor. 112 p

Febrian R; R. Srihartini dan N. Sutisna 2004. Bila Waduk Jadi Kubangan sampah. Majalah Mingguan TEMPO 31/XXXIII 27 September 2004. Jakarta. Ilyas, S; Atmadja.H; E.S. Kartamihardja dan K. Purnomo. 1989. Petunjuk teknis pengelolaan perairan waduk bagi pembangunan perika nan. Dirjen perikanan. Jakarta. 19 halaman.

Kartamihardja, E.S & A.S. Nastiti. 2003. Distribusi Spasio Temporal Kelimpahan Dan Biomassa Fitoplankton Dalam Kaitannya Dengan Potensi Produksi Ikan Di Waduk Ir. H. Djuanda, Jawa Barat. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. Edisi Sumberdaya dan Penangkapan. Badan Riset Kelautan Dan Perikanan. Departemen Kelautan Dan Perikanan. Jakarta. Vol. 9 No. 7. Hal. 9 -18.

Kironoto. B. Pengukuhan Prof. Bambang Kironoto: Laju Sedimentasi Lebih Cepat dari Perkiraan (www.ugm.ac.id/index.php?page=rilis&artikel=2631).

Krismono 1992. Hubungan antara tingkat trophic dengan populasi FCC mini disuatu badan air. Buletin Penelitian Perikanan darat Bogor. 1 (3).

Krismono, ASN dan Krismono 2003. Indikator umbalan dilihat dari segi aspek kualitas air di Waduk Ir. Djuanda, Jatiluhur Jawa Barat. JPPI 9(4)

Krismono, A. Azizi, A.S Sarnita & A. S. N. Krismono. 2003. Kajian Dampak Penebaran Ikan Betutu (Oxyeleotris marmorata) Terhadap Perikanan Tangkap di Perairan Waduk Kedungombo. Prosiding Hasi-hasil Riset. Pusat Riset Perikanan Tangkap. Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Departemen Kelautan Dan Perikanan. Jakarta. Hal 197-210.

Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller & D.M.Passiano. 1977. Ichthyologi. John Willey and Sons. Inc. New York. 505 pp.

Loiselle. P. 1982. The Amphilopus labiatus Species Complex. Article (www..com) Diakses Maret 2011.

Nikolsky, G.V. 1963. The Ecology of . Academic Press. New York. 352 pp. Odum, E.P. 1971. Fundamentals of Ecology. Thrid Edition. W .B. Sounders Company, Toronto. 574 p. Pulungan, C. P. Nuraini & Efriyeldi. 1994. Aspek Biologi Reproduksi ikan bujuk (Ophicephalus lucius C.V) Dari Perairan Sekitar Teratak Buluh, Riau. Pusat Penelitian Universitas Riau. Pekanbaru.

Purnamaningtyas, S.E & Didik, W.H.T. 2010. Beberapa aspek biologi ikan oskar (Amphilopus citrinellus) di waduk Ir. H. Djuanda, Jatiluhur, Jawa Barat. BAWAL. Widya Riset Perikanan Tangkap. Pusat Riset Perikanan Tangkap. Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Jakarta. April 2010. Vol . 3. No. 1 hal 9-15.

Bioekologi dan Potensi Sumberdaya Perikanan di Waduk Kedung Ombo 55 Purnomo, K & Endi, S.K. 2005. Pertumbuhan, Mortalitas dan Kebiasaan Makan Ikan Tawes (Barbodes gonionotus) di Waduk Wonogiri. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. Edisi Sumber Daya dan Penangkapan. Badan Riset Kelautan Dan Perikanan . Departemen Kelautan Dan Perikanan. Jakarta. Vol 11. No. 2. Tahun 2005. Hal 1 -8.

Purnomo, K., E.S. Kartamihardja dan S. Koeshenrajana. 2003. Pertumbuhan, mortalitas dan kebiasaan makan ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus) introduksi di Waduk Wonogiri. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, Edisi Sumberdaya dan Penangkapan. Vol.9 No. 3. Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan. Halaman : 13 -20.

Pralampita, A.P., Umi, C & Johanes, W. 2003. Panjang, Bobot dan Nisbah Kelamin Cucut Lanjam dari Genus Carcharhinus dan Cucut Selendang, Prionace glauca (Famili Carcharnidae) Yang Didaratkan dari Perairan Samudra Hindia Selatan Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. Edisi Sumber Daya dan Penangkapan. Badan Riset Kelautan Dan Perikanan. Departemen Kelautan Dan Perikanan. Jakarta. Vol 9. No. 3. Tahun 2003. Hal 35 -47.

Ryding, S.O. & W. Rast. 1989. The Control of Eutrophication of Lake and Reservoir. Man and the Biosphere Series. Vol. 1. UNESCO. The Parthe non Publishing Group, 314 pp.

Soewardi, K. 2006. Studi Beberapa Aspek Biologi Reproduksi Ikan Betutu ( Oxyeleotris marmorata Bleeker) di Sungai Cisadane dan Waduk saguling, Jawa Barat. Jurnal Natur Indonesia. 8 (2) 105-113. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kela utan, Institut Pertanian Bogor.

Sukadi, M.F. and Endi, S.K. 1995a. The status of inland fisheries in Indonesia. Country report presented at the IPFC working party of experts on inland fisheries, Bangkok, Thailand 17-21 October 1994, FAO, UN.

Sukimin, S., S. Isdrajat & Y. Vitner. 2002. Petunjuk Praktikum Biologi Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Udupa, K.S. 1986. Statistical method of estimating the size at first maturity in fishes. Fishbyte. 4 (2): 8-10. ICLARM.

Umar. C, S. Makmur & D.W.H. Tjah jo. 2007. Kebiasaan Makan Beberapa jenis ikan dan Relung ekologi di danau Sentani, Papua. Torani vol 17 (2) Edisi Juni 2007: 93 -99. Utomo, AD; S. Adjie; N.Muflikah dan A. Wibowo, 2005. Distribusi jenis ikan dan kualitas perairan di Bengawan solo. JPPI 1 2 ( 2 ). Pusat Riset Perikanan Tangkap Jakarta

Utomo, A.D., S. Adjie., N. Muflikhah & A. Wibowo. 2006. Distribusi Ikan dan Kualitas Perairan di bengawan Solo. JPPI. Vol. 2 No. 2. Hal. 89-103.

Bioekologi dan Potensi Sumberdaya Perikanan di Waduk Kedung Ombo 56 Lampiran 57 Lampiran 1. Deskripsi Habitat Ikan Betutu dan Red Devil Di Waduk Kedung Ombo

No Stasiun Habitat Koordinat Deskripsi kondisi fisik/karakteristik habitat 1 Kelur Betutu Merupakan pulau kecil di waduk, k edalaman S: 070 16' air 0,8-2,7 m, dasar waduk berlumpur. Suhu 43.77" air 29-310 C, kecerahan 32-165 cm, pH 8, CO2 0,009-0,044 mg/l, O2 6,62-8,08 mg/l, 0 E: 110 48' BOD5 -0,2-2.26 mg/l, DHL 300-360 μs, Total 59.16" alkalinitas 79-131 mg/l, TDS 140-180 mg/l, TSS 4-35 mg/l 2 Mojolumut Betutu Tepi waduk bercadas yang ditumbuhi lumut, S: 070 16' kedalaman air 0,78-1,4 m. Suhu air 29-320 32.7" C, kecerahan 70-125 cm, pH 8-8.5, CO2 0,009 mg/l, O2 7,84-9.54 mg/l, BOD5 0.13- E: 1100 49' 3,61 mg/l, DHL 280-330 μs, Total alkalinitas 45.8" 73-90,63 mg/l, TDS 140-160 mg/l, TSS 1-21 mg/l 3 Jenggotan Betutu Inlet kali Jenggotan, tepi waduk bercadas, dan Red S: 070 14' dasar air berlumpur, kedalaman air 1-3,4 m. devil 52.36" Suhu air 30-32,90 C, kecerahan 75-127 cm, pH 8-8,5 CO2 0,009 mg/l, O2 5.09-9,86 mg/l, 0 E: 110 49' BOD5 -3.81-4,53 mg/l, DHL 290-320 μs, T 14.74" alkalinitas 76-138,75 mg/l, TDS 150-180 mg/l, TSS 4-8,5 mg/l 4 Wonoharjo Betutu Tepi waduk berbatu, dasar berlumpur, S: 070 14' kedalaman air 0,5-1,6 m. Suhu air 29,6-320 " 08.6 C, kecerahan 25-84 cm, pH 8, CO2 0,009- 0,02 mg/l, O2 7.6-10,3 mg/l, BOD5 -0,6-4,97 E: 1100 49' mg/l, DHL 280-320 μs, T alkalinitas 72.5- 30.9" 128,75 mg/l, TDS 140-160 mg/l, TSS 0,5-39 mg/l 5 Bendungan Betutu Tepi bendungan berupa batu kali berukuran dan Red S: 070 16' besar, dasar waduk berbatu, kedalaman air devil 16.3" 2-3 m. Suhu air 28,5-29,30 C, kecerahan 90- 170 cm, pH 8-8,5 CO2 0,009 mg/l, O2 8.24- 0 ' E: 110 50 11,3 mg/l, BOD5 0,81-3,67 mg/l, DHL 280- 33.6" 340 μs, T alaklinitas 75-120,63 mg/l, TDS 140-170 mg/l, TSS 0,5-6 mg/l 6 Gilirejo Red Devil Tepi waduk yang ditumbuhi rumput, S: 070 16' kedalaman air 0.4-1,6 m. Suhu air 28-320 C, " 42.8 kecerahan 40-88 cm, pH 8-8.5, CO2 0,009 mg/l, O2 6,95-8.89 mg/l, BOD5 0-1,67 mg/l, E: 1100 48' DHL 290-320 μs, T alkalinitas 61-133,75 50.1" mg/l, TDS 140-160 mg/l, TSS 3-31 mg/l 7 Dusun Sigit Betutu Merupakan teluk dari waduk yang terdapat S: 070 18' sawah, dasar air berlumpur, kedalam air 0,3 - 34.19" 1,2 m. Suhu air 29,5-310 C, kecerahan 33-88 cm, pH 7,5-8, CO2 0,009-0,04 mg/l, O2 6.63- 0 ' E: 110 50 8,08 mg/l, BOD5 -0.6-7,92 mg/l, DHL 320- 59.88" 400 μs, T alkalinitas 70-132,5 mg/l, TDS 150-180 mg/l, TSS 3-27 mg/l 8 Alas Kobong Betutu Merupakan teluk dari waduk yang terdapat

Lampiran 58 S: 070 18' sawah, dasar air berlumpur, kedalam air 0.8 - 41.81" 1 m. Suhu air 29,50 -32 C, kecerahan 20-85 cm, pH 8, CO2 0,009-0,053 mg/l, O2 6,64- 0 ' E: 110 51 8.89 mg/l, BOD5 1,54-2.3 mg/l, DHL 300-500 10.01" μs, T alaklinitas 80-147,5 mg/l, TDS 150-170 mg/l, TSS 3-86 mg/l 9 Duwet Betutu Merupakan teluk dari waduk bercadas, S: 070 19' kedalam air 0,5-1,4 m. Suhu air 30-330 C, " 07.9 kecerahan 77-140 cm, pH 8, CO2 0,009-0,57 mg/l, O2 5,26-9,7 mg/l, BOD5 -1.8-4,5 mg/l, E: 1100 50' DHL 270-340 μs, T alaklinitas 74.5-147,5 48.5" mg/l, TDS 140-170 mg/l, TSS 0,5-8 mg/l 10 Pendem Betutu S: 070 19' Merupakan teluk dari waduk berlumpur, 50.4" kedalaman air 0,9-1 m. Suhu air 31,50-33,2 C, kecerahan 70-92 cm, pH 7,5-8.5, CO2 0 ' E: 110 50 0,009-0,018 mg/l, O2 6.95-10,3 mg/l, BOD5 - 51.3" 1.5-8,4 mg/l, DHL 280-330 μs, T alaklinitas 90-131,25 mg/l, TDS 140-170 mg/l, TSS 2,5- 12,5 mg/l 11 Gunung Sono Betutu S: 070 17' Tepi waduk, dasar air berlumpur, kedalaman 51.1" air 1,6-1,8 m Suhu air 31-330 C, kecerahan 100-130 cm, pH 8-8,5, CO2 0,009 mg/l, O2 0 ' E: 110 48 7,69-9.34 mg/l, BOD5 -0,6-5,2 mg/l, DHL 52.4" 280-320 μs, T alaklinitas 74-125 mg/l, TDS 140-160 mg/l, TSS 2,5-9 mg/l 12 Pulomas Betutu S: 070 17' Tepi waduk, dasar air berlumpur, kedalaman 22.5" air 0,7-1,3 m Suhu air 320 C, kecerahan 70- 90 cm, pH 8.5, CO2 0,009 mg/l, O2 6,3-9,78 0 ' E: 110 49 mg/l, BOD5 0-3,39 mg/l, DHL 280-320 μs, T 33.3" alaklinitas 75,5-141,25 mg/l, TDS 150-160 mg/l, TSS 4-17 mg/l 13 Ngasinan Betutu S: 070 17' 0.6" Tepi waduk, dasar air berlumpur, kedalaman air 0,7-0,9 m Suhu air 31-320 C, kecerahan 0 ' E: 110 50 70-90 cm, pH 8-8.5, CO2 0,009 mg/l, O2 6,46 " 06.4 -9,94 mg/l, BOD5 -1,6-1,99 mg/l, DHL 290- 320 μs, T alaklinitas 75,5-131,25 mg/l, TDS 150-160 mg/l, TSS 4-5 mg/l 14 Jati Songo Betutu S: 070 16' Tepi waduk, dasar air berlumpur, kedalaman 33.6" air 0,5-1,2 m Suhu air 31-32,50 C, kecerahan 50-115 cm, pH 8-8,5, CO2 0,009 mg/l, O2 7- 0 ' E: 110 49 9,57 mg/l, BOD5 0-2,92 mg/l, DHL 280-310 45.5" μs, T alaklinitas 74.5-137,5 mg/l, TDS 140- 160 mg/l, TSS 5-8 mg/l 15 Pelembinatur Betutu S: 070 16' Tepi waduk, dasar air berlumpur, kedalaman 06.7" air 1,04-3,5 m Suhu air 290-31 C, kecerahan 85-190 cm, pH 8, CO2 0,009 mg/l, O2 5,34- 0 ' E: 110 48 10,5 mg/l, BOD5 1,5-6,46 mg/l, DHL 280-290 13.9" μs, T alaklinitas 78,75-118,75 mg/l, TDS 140-150 mg/l, TSS 2.5 mg/l 16 Klewor Betutu S: 070 17' Tepi waduk, dasar air berlumpur, kedalaman 51.0" air 1,3 m Suhu air 30-320 C, kecerahan 65- 130 cm, pH 8, CO2 0,009 mg/l, O2 8.89-10,8 0 ' E: 110 45 mg/l, BOD5 0,8-3,72 mg/l, DHL 260 μs, T 56.4" alaklinitas 85-90,5 mg/l, TDS 130 mg/l, TSS

Lampiran 59 7-9 mg/l 17 Watu Mangap Betutu S: 070 15' Tepi waduk, dasar air berlumpur, kedalaman 77.1" air 1,5-1,6 m Suhu air 30,5-310 C, kecerahan 100-144 cm, pH 7,5-8,5, CO2 0,009 mg/l, O2 0 ' E: 110 47 7,19-10,7 mg/l, BOD5 2,44-4,36 mg/l, DHL 59.0" 270-320 μs, T alaklinitas 69.5-138,13 mg/l, TDS 140-160 mg/l, TSS 5-11 mg/l 18 Kedung Mulyo Betutu S: 070 15' Tepi waduk, dasar air berlumpur, kedalaman 40.6" air 1,1-1,5 m Suhu air 30,9-310 C, kecerahan 78-114 cm, pH 8-8.5, CO2 0,009 mg/l, O2 0 ' E: 110 46 6,3810,3 mg/l, BOD5 2,99-3,83 mg/l, DHL 50.7" 260-320 μs, T alaklinitas 67-137,5 mg/l, TDS 140-160 mg/l, TSS 4-8 mg/l 19 Geneng Sari Betutu S: 070 17' Tepi waduk, dasar air berlumpur, kedalaman 21.4" air 0,58-0,8 m Suhu air 30-31,30 C, kecerahan 58-60 cm, pH 7,5-8, CO2 0,009- 0 ' E: 110 45 0,044 mg/l, O2 6,94-8,89 mg/l, BOD5 3.72- 58.6" 4,56 mg/l, DHL 270-340 μs, T alaklinitas 67.5-138,13 mg/l, TDS 140-170 mg/l, TSS 5,6 mg/l 20 Bulu Betutu S: 070 15' Tepi waduk, dasar air berlumpur, ked alaman 18.9" air 1,1-1,9 m Suhu air 29,7-310 C, kecerahan 100-110 cm, pH 8-8,5, CO2 0,009 mg/l, O2 0 ' E: 110 48 6,32-10,7 mg/l, BOD5 1,87-3,39 mg/l, DHL 39.2" 280-300 μs, T alaklinitas 94,5-125 mg/l, TDS 140-150 mg/l, TSS 2,5-10 mg/l

Lampiran 60 Lampiran 2. Foto Habitat Ikan Betutu dan Ikan Red Devil

Out let (Bendungan) Bendungan Saat Air Surut

Wono Harjo Wono Harjo Saat Air Surut

Kelur Kelur Saat Air Surut

Lampiran 61 Gili Rejo Gili Rejo Saat Air Surut

Gunung Sono Gunung Sono Saat Air Surut

Pulo Mas Pulo Mas Saat Air Surut

Lampiran 62 Ngasinan Ngasinan Saat Air Surut

Jati Songo Jati Songo Saat Air Surut

Mojo Lumut Mojo Lumut Saat Air Surut

Lampiran 63 Kali Jenggotan Kali Jenggotan Saat Air Surut

Pelembinatur Pelembinatur Saat Air Surut

Klewor Klewor Saat Air Surut

Lampiran 64 Geneng Sari Geneng Sari Saat Air Surut

Kedung Mulyo Kedung Mulyo Saat Air Surut

Watu Mangap Watu Mangap Saat Air Surut

Lampiran 65 Bulu Bulu Saat Air Surut

Alas Kobong Alas Kobong Saat Air Surut

Sigit Sigit Saat Air Surut

Lampiran 66 Pendem Pendem Saat Air Surut

Duwet Duwet Saat Air Surut

Lampiran 67 Lampiran 3. Foto Kegiatan di Lapangan

Wawancara dengan Enumerator Wawancara dengan Enumerator

Wawancara dengan Enumerator Sampling Biologi Ikan

Sampling Biologi Ikan Sampel Ikan Red Devil

Lampiran 68 Analisis Kimia Pengambilan Sampel Plankton Perairan

Ikan Red Devil Hitam Ikan Red Devil Kuning

Gonad Ikan Red Devil Kuning Gonad Ikan Betutu

Lampiran 69 Rumput Tempat Meletakkan Telur Rumput Tempat Meletakkan Telur Red Betutu Devil

Lumut Sutera Tim Kedung Ombo

Tim Kedung Ombo Diskusi dengan Ka Dinas KP Kab. Sragen

Lampiran 70 Lampiran 4. Data Kualitas Air pada Habitat Ikan Betutu dan Ikan R ed Devil di Waduk Kedung Ombo

Kedalaman (meter) Suhu air(°C) Kecerahan (cm) No Stasiun Trip Trip Trip Trip Trip Trip Trip Trip Trip Trip Trip Trip I II III IV I II III IV I II III IV 1 Kelur 0,8 1,8 2,7 1,8 29 31,5 31 30,1 32 100 165 82 2 Mojolumut 0,78 1,1 1,3 1,4 29 32 32 31,5 78 70 112 125 3 Jenggotan 1 1,6 3,4 2,3 30 32 32 32,9 75 85 127 90 4 Wonoharjo 1,5 1,6 0,96 0,5 30 32 30 29,6 25 65 84 48 5 Bendungan 3 2 2,5 2 28,5 29 29 29,3 95 90 163 170 6 Gilirejo 0,4 1,6 1 1,4 28 32 31 30,5 40 80 88 58 7 Sigit 0,3 0,5 1,2 0,9 29,5 31 31 30,9 30 50 88 80 8 Alas Kobong 1 0,8 1 1 30 31 29,5 32 20 55 85 80 9 Duwet 0,5 1,2 1,4 1,1 30 33 31 31,9 27 103 140 100 10 Pendem 1 1 0,9 32 31,5 33,2 80 92 70 11 Gunung Sono 1,6 1,8 1,6 33 31 31 100 124 130 12 Pulomas 1,1 0,7 1,3 32 32 32 85 70 90 13 Ngasinan 0,7 0,8 0,9 32 31 31,1 70 80 90 14 Jati songo 0,5 1,2 1,7 32,5 31 31,4 50 102 115 15 Pelembinatur 1,3 1,04 3,5 31 29 29,5 85 104 190 16 Klewor 1,3 1,3 32 30 65 103 17 Watu Mangap 1,5 1,6 31 30,5 144 100 18 Kedung Mulyo 1,5 1,1 31 30,9 114 78 19 Geneng Sari 0,58 0,8 30 31,3 58 60 20 Bulu 1,1 1,9 31 29,7 100 110

Lampiran 71 pH CO2(mg/L) O2(mg/L) No Stasiun Trip Trip Trip Trip Trip Trip I Trip II Trip III Trip IV Trip I Trip II Trip III I II III IV IV 1 Kelur 8 8 8 8 0,04 0,01 0,009 0,009 8,08 8,081 7,111 6,62 2 Mojolumut 8 8 8,5 8 0,01 0,01 0,009 0,009 8,08 9,535 8,889 7,84 3 Jenggotan 8 8 8,5 8,5 0,01 0,01 0,009 0,009 8,73 9,859 5,091 9,6 4 Wonoharjo 8 8 8 8 0,02 0,01 0,009 0,009 7,92 10,26 7,596 8,05 5 Bendungan 8 8 8,5 8 0,01 0,01 0,009 0,009 8,57 11,31 8,566 8,24 6 Gilirejo 8 8 8,5 8 0,01 0,01 0,009 0,009 8,08 8,889 8,889 6,95 7 Sigit 8 8 8 7,5 0,04 0,01 0,009 0,018 7,92 8,081 6,626 7,09 8 Alas Kobong 8 8 8 8 0,05 0,02 0,009 0,009 8,81 8,081 8,889 6,44 9 Duwet 8 8 8 8 0,57 0,01 0,009 0,018 7,52 9,697 5,98 5,26 10 Pendem 8 8,5 7,5 0,01 0,009 0,018 10,28 6,949 7,04 11 Gunung Sono 8,5 8 8 0,01 0,009 0,009 8,081 9,374 7,69 12 Pulomas 8,5 8,5 8 0,01 0,009 0,009 9,778 6,303 6,93 13 Ngasinan 8 8,5 8 0,01 0,009 0,009 9,939 6,465 6,88 14 Jati songo 8 8,5 8 0,01 0,009 0,009 9,374 8,566 7,7 15 Pelembinatur 8 8 8 0,01 0,009 0,009 10,51 9,859 5,34 16 Klewor 8 8 0,01 0,009 10,83 8,889 17 Watu Mangap 8,5 7,5 0,009 0,009 10,67 7,19 18 Kedung Mulyo 8,5 8 0,009 0,009 10,26 6,38 19 Geneng Sari 8 7,5 0,044 0,009 8,889 6,94 20 Bulu 8,5 8 0,009 0,009 10,67 6,32

Lampiran 72 BOD5(mg/L) DHL (µS) TDS (ppm) No Stasiun Trip Trip Trip Trip Trip Trip Trip Trip I Trip II Trip III Trip III Trip IV IV I II III IV I II 1 Kelur 0,65 -0,2 2,263 1,82 310 300 360 320 150 140 180 160 2 Mojolumut 0,81 0,48 0,129 3,61 320 290 280 330 150 140 140 160 3 Jenggotan 1,45 2,59 -3,81 4,53 320 300 300 290 180 150 150 150 4 Wonoharjo 0,48 -0,6 0,162 4,97 320 310 280 300 150 160 140 150 5 Bendungan 0,81 2,59 0,97 3,67 330 290 280 340 150 150 140 170 6 Gilirejo 0,32 0,48 0 1,67 320 300 290 320 160 150 140 160 7 Sigit 7,92 4,85 -0,57 3,76 400 340 320 350 150 170 160 180 8 Alas Kobong 1,54 2,26 2,263 2,3 500 340 300 350 150 170 150 170 9 Duwet 0,08 4,53 -1,78 2,26 340 310 270 340 160 160 140 170 10 Pendem 8,42 -1,45 3,47 320 280 330 160 140 170 11 Gunung Sono 0,97 -0,57 5,2 310 280 320 150 140 160 12 Pulomas 0,89 0 3,39 300 280 320 150 150 160 13 Ngasinan 1,05 -1,62 1,99 310 290 320 150 150 160 14 Jati songo 0,65 0 2,92 300 280 310 140 140 160 15 Pelembinatur 1,45 6,465 1,65 280 290 290 140 140 150 16 Klewor 0,81 3,717 260 260 130 130 17 Watu Mangap 4,364 2,44 270 320 140 160 18 Kedung Mulyo 2,99 3,83 260 320 130 160 19 Geneng Sari 3,717 4,56 270 340 140 170 20 Bulu 3,394 1,87 280 300 140 150

Lampiran 73 TA (mg/L) TSS(mg/) No Stasiun Trip Trip Trip Trip Trip Trip Trip II Trip IV I III I II III IV 1 Kelur 79 90 85,5 131,3 35 4 4 12 2 Mojolumut 82 90 73 90,63 21 1 6 8 3 Jenggotan 80 96,3 76 138,8 4 8,5 7 4 4 Wonoharjo 75 101 72,5 128,8 7 0,5 4 39 5 Bendungan 79 83,8 75 120,6 6 4 3,5 0,5 6 Gilirejo 64 92,5 71,5 133,8 10 3 7 31 7 Sigit 70 90 77 132,5 27 8,5 3 16 8 Alas Kobong 80 92,5 100 147,5 86 3 6 16 9 Duwet 75 82,5 74,5 147,5 8 5,5 4 0,5 10 Pendem 93,8 90 131,3 2,5 12,5 13 11 Gunung Sono 92,5 74 125 2,5 4,5 9 12 Pulomas 85 75,5 141,3 4 7 17 13 Ngasinan 77,5 95 131,3 5 4 4 14 Jati songo 83,8 74,5 137,5 6,5 5 8 15 Pelembinatur 78,8 93,5 118,8 5 5 9 16 Klewor 85 90,5 9 7 17 Watu Mangap 69,5 138,1 5 11 18 Kedung Mulyo 67 137,5 4 8 19 Geneng Sari 67,5 138,1 56 56 20 Bulu 94,5 125 2,5 10

Lampiran 74 Lampiran 5. Data Panjang Berat dan TKG Ikan Betutu

TRIP I TRIP III P Jenis Berat P B Jenis (cm) B (gr) Kelamin TKG gonad No (cm) (gr) kelamin TKG 14,3 30 Betina 3 0,82 1 19,8 187 Betina II 22 130 Betina 3 1,2 2 23,2 176 Jantan II 22,9 135 Betina 3 0,7 3 22 145 Betina II 22,1 155 Betina 3 3,9 4 20,2 105 Betina II 19,9 85 Betina 2 0,34 5 19,7 84 Jantan II 17,5 50 Betina 1 6 19,6 102 Betina III 16,8 55 Betina 2 0,36 7 23,4 161 Jantan I 22,4 135 Betina 3 5,38 8 18,5 81 Jantan IV 22,5 145 Betina 3 0,82 9 19,5 95 Betina III 20 100 Betina 3 0,72 10 21,4 136 Jantan I 21,5 160 Betina 3 0,18 11 19 88 Betina III 17 80 Betina 2 0,14 12 23 137 Jantan I 21,8 105 Jantan 3 0,24 13 22 163 Jantan III 21,5 150 Jantan 3 14 24 160 Betina IV 15,1 30 Betina 1 15 18 77 Jantan II 13,9 25 Betina 2 16 22,5 156 Betina IV 21,2 100 Betina 3 0,52 17 21 116 Betina III 21,1 120 Betina 4 2,32 18 29 332 Jantan II 20,3 95 Betina 2 0,26 19 17 66 Jantan I 22 120 Betina 3 1,1 20 18,5 77 Betina III 14,8 40 Betina 3 0,3 21 18,7 83 Betina I 16,6 100 Betina 3 0,7 22 19,6 88 Betina I 18,7 80 Betina 4 2,06 23 19,8 99 Jantan II 19,4 80 Betina 2 0,24 24 19,2 105 Betina III 20,3 110 Betina 4 1,84 25 19,5 103 Betina I 16,8 55 Betina 2 0,12 26 21 117 Jantan II 22,3 110 Jantan 2 27 19,9 102 Betina III 22,2 110 Jantan 3 0,2 28 19,5 83 Jantan I 20,7 100 Jantan 2 0,12 29 20,5 105 Jantan II 24 145 Jantan 3 0,16 30 33 574 Jantan IV 17,9 80 Jantan 1 31 32 479 Jantan IV 21,9 130 Betina 4 0,86 32 27,4 296 Betina IV 17,6 60 Betina 3 0,68 33 25 229 Betina IV 17,3 70 Betina 2 0,24 34 19,1 116 Betina III 22,4 130 Betina 2 0,46 35 21 127 Betina II 21,9 130 Jantan 3 0,14 36 21,5 137 Jantan I 19,2 95 Jantan 3 0,2 37 27,5 371 Jantan III 9,1 8,28 Betina 1 38 22 138 Betina I 19,1 51,36 Jantan 2 39 20,5 116 Betina II 40 20,5 116 Jantan II 41 21,3 118 Jantan I 42 19,6 104 Betina III 43 20 105 Jantan II 44 19,5 95 Betina II 45 21,5 111 Betina I 46 21,5 129 Betina III

Lampiran 75 TRIP II P B Jenis P B Jenis No (cm) (gr) kelamin TKG No (cm) (gr) kelamin TKG 1 23,7 187 Jantan I 46 22,5 153 Jantan II 2 19,7 98 Betina II 47 20,4 109 Jantan I 3 18 70 Jantan I 48 20,6 105 Jantan I 4 18,5 77 Betina II 49 22,3 158 Betina IV 5 15,1 43 Betina II 50 20,6 107 Betina V 6 21 105 Betina I 51 20,5 102 Betina I 7 16,5 56 Jantan I 52 26,6 281 Betina V 8 17,9 73 Betina II 53 25 229 Betina IV 9 19,5 93 Betina I 54 21,2 121 Betina I 10 14,7 41 Betina II 55 21 121 Betina II 11 16,6 55 Betina II 56 21,9 129 Betina II 12 20,1 127 Betina IV 57 20,7 107 Jantan I 13 23,5 176 Jantan I 58 22,1 123 Jantan I 14 22,2 156 Jantan I 59 22,8 149 Betina II 15 20,5 121 Jantan I 60 19,8 93 Betina V 16 26,5 241 Jantan I 61 20,5 110 Betina II 17 26,5 241 Jantan I 62 20,6 109 Jantan III 18 20 109 Jantan I 63 20,5 108 Betina I 19 18 67 Jantan I 64 32,5 473 Betina III 20 22,7 149 Betina II 65 26,3 214 Jantan III 21 28 274 Jantan I 66 21,3 111 Jantan I 22 24,5 178 Jantan I 67 19,6 96 Betina II 23 28 276 Jantan II 68 23,8 168 Betina II 24 20,5 101 Betina I 69 26,6 227 Jantan I 25 19 85 Betina II 70 23,4 151 Jantan II 26 21,5 133 Betina II 71 19 90 Betina II 27 23,2 140 Betina I 72 21,2 129 Betina II 28 20,5 107 Betina III 73 26,5 250 Betina IV 29 19,2 89 Betina II 30 24 184 Jantan I 31 21,7 138 Betina I 32 20 122 Betina II 33 24,5 217 Betina I 34 19 94 Betina II 35 21,8 148 Betina II 36 18 73 Betina II 37 23,5 186 Betina I 38 21,7 139 Betina II 39 19 88 Betina II 40 19,7 101 Betina II 41 18,2 85 Jantan I 42 20 107 Betina V 43 25 240 Betina II 44 21,6 127 Jantan II 45 24,5 180 Jantan II

Lampiran 76 TRIP IV P B Jenis Berat No (cm) (gr) kelamin TKG gonad 1 21,7 127 Jantan III 0,06 2 22,2 148 Betina IV 3,12 3 21 112 Jantan III 0,3 4 20 111 Jantan III 0,34 5 21,5 126 Jantan III 0,12 6 22 162 Betina IV 4 7 24,2 191 Jantan III 0,14 8 22 146 Jantan III 0,22 9 23 155 Betina III 1,02 10 22 163 Betina IV 2,1 11 24 183 Jantan III 0,4 12 21,8 146 Betina IV 4,82 13 16,9 110 Betina III 2,44 14 21,9 137 Betina III 1,42 15 25,4 242 Betina IV 7,16 16 21,1 127 Betina III 2,28 17 24,3 190 Betina III 1,78 18 21,5 127 Jantan III 0,28 19 22,4 147 Betina III 2,12 20 22,5 155 Betina IV 8,64 21 24,3 193 Betina III 2,62

Lampiran 77 Lampiran 6. Data Panjang Berat dan TKG Ikan Red Devil

TRIP I P B Jenis Berat P Jenis Berat No (cm) (gr) Kelamin TKG gonad No (cm) B (gr) Kelamin TKG gonad 1 15,3 100 Betina IV 1,62 46 15,9 81 Betina IV 0,82 2 15,3 85 Jantan III 0,18 47 16,1 68 Betina V 0,14 3 17,6 110 Jantan IV 0,52 48 12,8 42 Betina V 0,46 4 18,2 135 Betina IV 2,5 49 22,3 250 Betina V 5 10,6 30 Jantan II 50 17,5 111 Betina IV 2,2 6 15 80 Betina 51 13,6 51,16 Betina I 7 15,8 90 Betina IV 0,92 52 12,6 35,28 Betina I 8 15,1 80 53 12,7 36,82 Betina I 9 15,5 80 Betina I 54 17,4 126,7 Betina IV 0,66 10 14,8 80 Betina II 55 11,3 40 Jantan I 11 11,9 35 Betina I 12 13,1 50 Jantan II 13 15,2 75 Jantan IV 0,34 14 14,8 170 Betina IV 4,4 15 16,1 100 Betina II 0,22 16 18,2 140 Jantan III 0,28 17 16,3 80 Betina III 0,4 18 17,2 120 Betina IV 2,28 19 18,9 140 Jantan III 0,24 20 14,6 70 Betina II 21 12,5 40 Betina I 22 15,1 90 Betina II 0,14 23 12,1 40 Jantan II 24 14 43,3 Jantan II 25 18,6 117 Betina II 0,12 26 16,6 92 Betina II 27 20 112 Betina II 0,5 28 14,5 61 Betina IV 0,4 29 13 43 Betina II 30 14,3 59 Betina IV 0,36 31 12,1 35 Betina IV 1,52 32 13,9 55 Betina IV 1,6 33 12,8 41 Jantan II 34 18,4 150 35 16,6 100 Jantan I 36 12,7 40 Jantan III 37 20 185 Jantan 38 16,2 90 Jantan II 0,16 39 16,3 90 Jantan II 0,3 40 18 150 Betina III 1,16 41 22 210 Betina III 1,24 42 15,6 90 Betina IV 3,18 43 17,8 150 Betina II 0,42 44 11,7 30 Betina IV 1,62 45 13,5 47 Betina II

Lampiran 78 TRIP II Amphilopus labiatus

P B Jenis Berat P B Jenis Berat No (cm) (gr) kelamin TKG gonad No (cm) (gr) kelamin TKG gonad 1 19,3 140 Betina II 0,6 46 13,4 41 Jantan I 2 19,5 135 Betina II 0,58 47 12,6 38 Betina I 3 21 182 Betina III 0,52 48 13,2 46 Jantan I 4 19,1 170 Betina V 49 12,7 41 Jantan I 5 19,5 143 Betina II 0,7 50 16 81 Jantan I 6 15,8 64 Betina II 0,16 51 13,4 48 Betina IV 0,3 7 15,3 58 Betina II 0,12 52 12,4 36 Jantan I 8 21,2 179 Betina II 0,72 53 13,4 46 Betina I 9 18,5 137 Betina I 54 13,1 41 Betina II 10 15,2 66 Betina IV 1,3 55 13,1 45 Betina I 11 15,3 70 Betina IV 1,46 12 15,1 73 Betina IV 0,74 13 17,9 125 Betina IV 3,16 14 15 61 Betina II 0,14 15 13,4 45 Betina III 0,68 16 20 150 Betina II 0,88 17 14,1 51 Jantan II 18 14,8 60 Betina I 19 14 46 Jantan I 20 15,6 69 Betina IV 0,34 21 20,3 161 Betina II 0,62 22 16 82 Betina I 23 17,7 98 Jantan IV 0,32 24 13,2 48 Betina I 25 16 83 Jantan II 26 13,5 48 Betina I 27 13,3 46 Jantan I 28 14,2 57 Betina I 29 19,5 136 Jantan IV 0,76 30 15 75 Betina V 31 13,2 53 Betina I 32 16,9 100 Jantan III 0,26 33 14 48 Betina IV 1,34 34 14,2 55 Betina I 35 18,8 118 Betina II 0,52 36 16,8 91 Betina IV 3 37 12,5 38 Jantan I 38 14,3 54 Betina I 39 13,7 47 Betina IV 0,24 40 12,8 43 Betina V 41 15,4 76 Jantan II 0,16 42 13,6 55 Betina II 0,26 43 14 63 Betina IV 0,8 44 15,2 65 Jantan I 45 14 47 Jantan III 0,12

Lampiran 79 Amphilopus citrinellus P B Jenis Berat P B Jenis Berat No (cm) (gr) kelamin TKG gonad No (cm) (gr) kelamin TKG gonad 1 16 92 Betina I 46 15 70 Betina II 2 16,5 78 Betina II 0,14 47 14,6 63 Betina V 3 17,2 110 Betina III 0,78 48 13,7 57 Betina II 4 18 126 Betina I 49 14,5 61 Betina II 5 18,2 158 Betina V 50 14 53 Betina IV 1,38 6 16 106 Betina I 51 14,3 54 Betina III 0,3 7 15,5 68 Betina IV 0,8 52 14,1 65 Betina IV 1,4 8 14,7 72 Betina I 53 14,3 55 Betina I 9 13,2 45 Betina III 0,14 54 15,5 67 Betina II 0,16 10 14,2 59 Betina II 55 15,5 70 Betina V 11 17 107 Betina V 56 16,5 81 Betina II 0,6 12 14,5 74 Betina IV 1,56 57 13,8 53 Betina IV 1,06 13 15,5 85 Betina I 58 13,8 52 Betina IV 1,1 14 15,5 79 Betina II 59 15,7 81 Betina I 15 15,3 73 Betina I 60 16,2 71 Betina IV 2,08 16 15,2 67 Betina II 61 16,5 73 Betina II 0,14 17 14,6 58 Betina II 62 18,4 120 Betina IV 3,24 18 15,4 73 Betina V 63 13,5 45 Betina V 19 14,2 64 Betina I 64 17,7 125 Betina IV 3,44 20 14,1 54 Betina V 65 16 80 Betina II 21 14,8 62 Jantan III 0,24 66 17,7 133 Betina IV 2,96 22 16 84 Betina IV 0,48 67 12,7 41 23 15,9 71 Betina II 68 13,5 47 Betina IV 1,62 24 15,7 71 Betina IV 1,24 69 15,2 85 Betina III 0,48 25 14,6 62 Betina IV 1,6 70 14 55 Betina IV 1,74 26 15,8 85 71 16 101 Betina I 27 13,5 48 Betina IV 1,76 72 14,5 56 Jantan II 28 17,6 102 Betina II 73 14 57 Betina V 29 16,8 88 Betina V 74 15,2 68 Betina II 30 14,3 61 Betina II 75 17 110 Jantan II 31 14,6 64 Betina I 76 13,7 48 Jantan I 32 13,7 60 Jantan I 77 15,8 79 Jantan I 33 15,3 70 Betina I 78 16,5 107 Betina I 34 14,7 67 Betina IV 1,76 79 15,6 75 Betina II 35 16,5 85 Betina I 80 14 53 Betina II 0,34 36 13 48 Betina II 0,1 81 18 133 Betina II 37 15,7 87 Betina IV 2,42 82 17,2 94 Betina II 38 15,1 68 Betina IV 1,62 83 15 74 Betina II 39 14,3 54 Betina II 84 16,2 78 Betina III 0,74 40 14,8 64 Betina IV 1,22 85 14,3 60 Betina V 41 14,4 54 Betina I 86 14,5 60 Betina I 42 15,7 74 Betina IV 1,72 87 13,1 66 Jantan II 43 16,2 77 Betina II 0,62 88 14 55 Betina I 44 17,2 106 Betina II 89 13,7 45 Betina II 0,16 45 15,2 61 Betina II 90 12,7 34 Betina II 0,3

Lampiran 80 P B Jenis Berat P B Jenis Berat No (cm) (gr) kelamin TKG gonad No (cm) (gr) kelamin TKG gonad 91 11,5 36 Betina I 136 18,7 114 Jantan I 92 15,5 68 Betina II 137 13,7 54 Betina IV 0,62 93 16 71 Betina II 138 13,7 50 Jantan I 94 13 41 Betina I 139 15 68 Betina I 95 12,8 46 Betina II 0,18 140 12,4 38 Betina II 96 11,5 31 Betina II 141 13,4 48 Jantan I 97 15,8 75 Betina II 142 14,9 61 Betina II 98 17,5 139 Jantan IV 143 13,3 43 Betina I 99 13,5 51 Betina I 144 15,1 70 Betina II 100 14,7 61 Betina II 145 13 44 Betina IV 1,26 101 15,8 79 Betina IV 1,88 146 14,4 50 Betina IV 1,16 102 20 155 Betina IV 2,2 147 13,1 42 Jantan I 103 14,7 61 Betina IV 1 148 14 54 Betina II 104 14,5 53 Jantan II 149 14,4 57 Jantan I 105 17 96 Betina III 0,66 150 14,3 52 Betina II 106 15,5 70 Betina II 0,36 151 14,6 54 Betina I 107 10,5 23 Jantan I 152 16 82 Betina IV 108 13,1 39 Betina I 153 14,8 63 Betina II 109 14,6 71 Betina V 154 13,6 45 Betina V 110 15,4 75 Jantan II 155 18,5 118 Jantan IV 0,66 111 12,8 41 Betina II 156 13,2 43 Betina II 112 14,5 58 Betina I 157 13,9 50 Betina II 0,1 113 17,6 91 Betina IV 1,16 158 14,6 67 Betina V 114 16,2 80 Betina V 159 14,5 55 Betina I 115 19 133 Jantan IV 0,66 160 13,5 46 Betina II 116 13,6 52 Jantan I 161 13,9 45 Betina II 117 11,5 27 Jantan IV 0,48 162 15 68 Betina I 118 14,2 60 Betina V 163 13,6 46 Betina V 119 15,2 63 Betina I 164 14,6 71 Betina V 120 15,6 81 Betina V 165 14 59 Betina V 121 14 53 Betina I 166 13 39 Betina I 122 14,6 62 Betina V 167 11,3 29 Betina II 123 15,3 63 Betina II 168 14,2 57 Betina V 124 14,2 52 Betina II 169 13,1 48 Betina V 125 20,4 145 Betina II 0,26 170 13,5 43 Betina II 126 13,2 45 Betina V 171 18,7 119 Betina V 127 13,7 48 Jantan I 172 16,8 88 Betina I 128 16,1 80 Jantan II 0,08 173 12,5 43 Betina V 129 14,8 64 Betina IV 1,14 174 14,4 50 Betina I 130 11,6 30 Betina II 175 12,8 45 Betina II 131 12,6 36 Betina I 176 14,6 55 Jantan I 132 12,5 39 Jantan I 177 17 84 Jantan III 0,26 133 13,5 45 Jantan I 178 13,5 47 Betina V 134 16,5 85 Betina IV 0,58 179 14,5 58 Betina V 135 13 41 Betina II 180 18,6 106 Betina II

Lampiran 81 P B Jenis Berat No (cm) (gr) kelamin TKG gonad 181 15,5 72 Betina IV 1,24 182 15 62 Betina II 183 14,5 57 Jantan I 184 13,1 50 Betina V 185 13,2 54 Betina I 186 14 54 Jantan II 187 13,9 48 Betina I 188 13,2 41 Betina II 189 9,5 18 Jantan I 190 9,3 16 Jantan I 191 14,7 65 Betina IV 1,28 192 12,4 36 Betina II 193 13,8 49 Betina II 194 13,1 48 Betina II 195 14,4 53 Betina II 196 13,4 52 Betina II 197 13,2 46 Betina V 198 13,9 46 Betina II 199 13,5 47 Betina I 200 14,1 53 Betina I

Lampiran 82 TRIP III Amphilopus labiatus P B Jenis P B Jenis No (cm) (gr) kelamin TKG No (cm) (gr) kelamin TKG 1 15,8 70 Betina IV 46 13,6 52 Betina II 2 18,6 110 Betina II 47 13,5 41 Jantan III 3 16,1 84 Betina II 48 12 34 Betina III 4 15,4 78 Jantan IV 49 13,5 44 Betina IV 5 13,2 50 Jantan IV 50 11 26 Betina II 6 14,6 60 Betina III 51 12,8 44 Jantan III 7 13,7 49 Betina IV 52 12,6 36 Betina I 8 14,3 61 Betina III 53 12,7 38 Betina I 9 16,5 104 Betina IV 54 15,4 68 Betina III 10 14,5 62 Jantan II 55 16 79 Betina III 11 15,3 63 Betina II 56 15,5 73 Betina II 12 13,2 47 Jantan III 57 14 56 Betina III 13 15,5 68 Jantan IV 58 12,5 39 Betina I 14 15,7 64 Betina IV 59 13 38 Betina III 15 13,7 53 Betina II 60 15,2 71 Betina III 16 16,5 87 Betina III 61 13,1 46 Betina V 17 15 56 Betina II 62 12,7 43 Betina IV 18 14 53 Betina II 63 13,8 56 Betina II 19 15,8 65 Betina IV 64 13,7 50 Betina IV 20 16 79 Betina III 65 14,1 54 Jantan II 21 15,2 75 Betina II 66 17,5 100 Betina III 22 16,5 82 Betina IV 67 14,8 63 Busuk 23 16 77 Betina IV 68 14,2 60 Betina III 24 16,5 77 Jantan IV 69 16,2 76 Jantan IV 25 17,6 103 Jantan IV 70 13 48 Betina IV 26 14,5 59 Betina I 71 13,2 36 Betina I 27 14 55 Betina V 72 15,3 59 Busuk 28 16,3 82 Betina III 73 16,5 90 Betina IV 29 14,7 65 Betina III 74 13,5 49 Jantan II 30 15,5 77 Betina II 75 16,5 82 Betina II 31 15,6 67 Betina I 76 13,5 44 Betina II 32 12,7 51 Betina I 77 14 52 Betina IV 33 14 55 Betina II 78 14,5 71 Betina II 34 14 55 Betina II 79 15 70 Betina IV 35 15,3 70 Betina II 80 16 82 Betina II 36 13,8 54 Betina II 81 17 97 Jantan IV 37 16,7 94 Betina II 82 12,8 43 Betina V 38 13,7 49 Betina I 83 13,4 46 Betina IV 39 14,9 67 Betina II 84 12,5 44 Jantan III 40 12 34 Betina II 85 14,5 53 Jantan III 41 15 60 Betina I 86 15 68 Betina IV 42 14,5 55 Jantan IV 87 15 41 Betina II 43 16,3 86 Betina IV 44 14,7 70 Betina II 45 15 64 Betina II

Lampiran 83 Amphilopus citrinellus P B Jenis P B Jenis No (cm) (gr) kelamin TKG No (cm) (gr) kelamin TKG 1 12,5 41 Betina II 46 13 40 Jantan III 2 14,5 52 Betina IV 47 14 50 Betina II 3 14,6 63 Betina II 48 14,6 66 Jantan II 4 12,4 39 Jantan II 49 9,5 19 Betina II 5 12,3 37 Jantan II 50 12,3 36 Betina II 6 14,5 63 Betina II 51 11,3 28 Betina II 7 13,3 47 Betina II 52 14,5 58 Betina II 8 12,5 39 Jantan II 53 11,4 27 Betina II 9 12,2 37 Betina II 54 12,5 39 Betina II 10 13,8 57 Betina V 55 11,5 31 Betina I 11 12,6 38 Betina I 56 14 47 Betina III 12 9,5 16 Betina I 57 14,5 55 Betina II 13 14,7 51 Betina I 58 15,3 71 Betina II 14 13 46 Betina V 59 13,6 47 Betina II 15 13,3 48 Betina II 60 11,6 31 Betina II 16 11,6 32 Betina I 61 15,7 70 Betina I 17 15 59 Betina II 62 15 58 Betina II 18 16,7 83 Betina V 63 12,5 41 Betina II 19 14,2 59 Betina I 64 14,5 63 Betina II 20 13,5 44 Betina V 65 13,7 53 Betina II 21 12,5 40 Betina II 66 12 35 Betina 2 22 15 60 Betina II 67 14,5 64 Betina 2 23 13 43 Jantan II 68 14,5 64 Betina 2 24 15 66 Jantan I 69 11,2 26 Betina 1 25 11,7 30 Betina II 70 12,2 40 Betina 4 26 15,1 62 Betina III 71 13,8 54 Betina 3 27 12,5 36 Betina II 72 11,3 29 Betina 1 28 13 46 Betina I 73 12 35 Betina 2 29 13,7 48 Betina II 74 12 33 Betina 1 30 12,5 46 Jantan II 75 14,4 60 Betina 2 31 12 32 Betina II 76 13,3 54 Betina 2 32 15 67 Betina III 77 13,6 47 Jantan 3 33 13 44 Betina I 78 13,4 48 Betina 2 34 12 33 Betina II 79 12,3 34 Jantan 2 35 14,5 60 Betina II 80 12,2 36 Betina 1 36 12,5 36 Betina I 81 14,5 61 Betina 3 37 11,5 27 Betina II 82 14,2 51 Betina 2 38 12 36 Betina I 83 12,6 43 Betina 2 39 13 52 Betina II 84 12,8 44 Betina 2 40 15,1 64 Betina IV 85 13,2 50 Betina 1 41 12 36 Betina V 86 15,5 73 Betina 1 42 14 44 Betina IV 87 13,4 48 Betina 3 43 15,2 71 Betina II 88 11,7 34 Betina 1 44 13,7 50 Betina I 89 14,8 74 Betina 2 45 14,6 64 Betina II 90 16 71 Jantan 4

Lampiran 84 P B Jenis No (cm) (gr) kelamin TKG 91 13,6 52 Betina 5 92 13,1 45 Betina 4 93 11,5 30 Jantan 2 94 16,4 77 Betina 2 95 14 54 Betina 5 96 14,4 70 Betina 2 97 13,4 49 Betina 2 98 13 46 Jantan 1 99 11 25 Jantan 1 100 14,3 69 Betina 4 101 13,5 48 Betina 4 102 15,3 78 Betina 5 103 15,2 65 Betina 1 104 12,7 36 Betina 2 105 14,6 60 Betina 1 106 13,5 51 Betina 4 107 11,6 32 Betina 5 108 18,4 109 Betina 2 109 11,8 34 Betina 3 110 14,2 63 Betina 4 111 15,5 56 Betina 2 112 12,5 42 Betina 2 113 13,4 43 Betina 2 114 13,8 45 Betina 4 115 14,6 58 Betina 2 116 16,1 73 Betina 4 117 14,6 63 Betina 4 118 12,7 37 Betina 3 119 14 56 Betina 3 120 12,5 32 Betina 2 121 11,7 36 Betina 4 122 12,9 50 Jantan 3 123 12 36 Jantan 2 124 13 46 Betina 2 125 12 35 Betina 2 126 12,7 44 Betina 2 127 11,8 29 Betina 2 128 10,7 23 Betina 2

Lampiran 85 TRIP IV Amphilopus labiatus P B Jenis Berat No (cm) (gr) kelamin TKG gonad 1 29 670 Jantan IV 1,38 2 24,2 313 Jantan IV 3 20,6 174 Jantan IV 0,74 4 20 141 Jantan IV 0,76 5 15,3 68 Jantan I 6 18,5 92 Jantan III 0,22 7 16,2 88 Jantan II 0,2 8 18,1 91 Betina II 0,1 9 15,3 64 Jantan III 0,16 10 15,3 68 Betina V 11 16 81 Betina V 12 17,3 92 Jantan IV 0,62 13 16,5 80 Jantan II 0,18 14 13,2 52 Betina V 15 14,6 97 Betina IV 1,64 16 18,4 122 Betina IV 1,38 17 14,2 52 Betina I 18 19,1 111 Betina IV 2,22 19 14,7 53 Betina I 20 17 96 Jantan II 0,14 21 15,9 75 Jantan II 22 15 57 Betina I 23 15,8 76 Jantan III 0,2 24 18 107 Betina IV 3,04 25 18 115 Betina I 26 15 68 Betina II 27 14,3 62 Betina I 28 15,8 80 Betina II 29 16,5 82 Betina II 30 14,4 57 Betina III 0,58

Lampiran 86 Amphilopus citrinellus P B Jenis Berat P B Jenis Berat No (cm) (gr) kelamin TKG gonad No (cm) (gr) kelamin TKG gonad 1 14 49 Betina II 46 13,8 54 Betina II 2 13 41 Betina II 47 14,4 59 Betina I 3 13,8 57 Betina IV 0,74 48 12,3 38 Betina I 4 17,2 99 Betina III 0,28 49 12,1 33 Jantan IV 0,54 5 13,5 52 Betina V 50 13,6 78 Betina IV 0,68 6 15 64 Betina V 51 15 68 Betina IV 0,56 7 14,5 60 Betina III 0,3 52 15 60 Jantan II 8 13,8 51 Betina II 0,12 53 16,6 86 Betina II 9 19,5 135 54 14,5 59 Betina I 10 15,5 78 Betina IV 1,3 55 14,8 58 Betina III 0,12 11 15,2 57 Betina I 56 14 46 Betina I 12 13,8 57 Betina II 0,06 57 16,7 95 Betina V 13 14,4 54 Betina IV 1,98 58 14 56 Betina V 14 13,8 58 Betina III 0,12 59 14 54 Betina V 15 13,5 48 Betina IV 1,38 60 13 46 Betina I 16 14,9 57 Betina III 0,36 61 12 34 Betina I 17 14,5 59 Betina I 62 14,6 63 Betina I 18 12 34 Betina III 63 13,4 46 Betina V 19 14 53 Betina III 0,48 64 15,5 79 Betina I 20 13 36 Betina II 65 15,5 75 Betina I 0,08 21 14,2 62 Betina III 0,12 66 16,3 79 Betina I 0,08 22 14,5 60 Betina III 67 14,1 52 Betina III 0,3 23 13,5 47 Betina I 68 13,6 48 Jantan I 24 15 70 Betina III 69 14,5 62 Jantan I 0,04 25 16 84 Betina II 0,04 70 15 70 Betina I 26 16,8 93 Betina II 0,06 71 14,9 61 Jantan I 27 13,6 49 Betina V 72 14 54 Betina I 28 15 68 Betina V 73 15,9 82 Betina I 29 14,1 63 Betina III 0,24 74 12,9 35 Jantan I 30 16,5 76 Jantan III 0,44 75 15,8 78 Betina I 31 13,5 43 Betina III 0,3 76 15 65 Betina II 0,08 32 14 57 Jantan II 77 14,5 60 Betina I 33 15,4 65 Betina I 78 12,3 35 Betina II 0,08 34 12,5 37 Betina I 79 13,4 53 Betina IV 1,18 35 12 36 Betina I 80 15,5 70 Betina III 0,74 36 12,3 39 Betina V 81 14,8 66 Jantan III 0,1 37 13,4 46 Betina I 82 14,2 59 Betina I 38 14,2 54 Betina II 83 15,2 67 Betina I 0,04 39 17,3 100 Betina II 0,14 84 15,7 66 Betina III 0,26 40 14,5 59 Betina I 85 13,8 44 Betina I 41 15,4 73 Betina IV 1,36 42 14,4 54 Betina I 43 15,3 67 Betina I 44 16,5 81 Betina III 0,22 45 12,5 40 Betina I

Lampiran 87 Lampiran 7. Data Hasil Tangkapan Nelayan Waduk Kedung Ombo

Nama : Darwito Alat Tangkap : Jaring

TANGGAL UKURAN ALAT TANGKAP JUMLAH ALAT JENIS IKAN HASIL (ekor) Red Devil 9 Mujaer 46 12-Mar-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 50 Betutu 3 Sepat 50 Red Devil 11 Mujaer 48 15-Mar-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 40 Betutu 2 Mujaer 55 16-Mar-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 34 Mujaer 60 17-Mar-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 26 Betutu 2 Mujaer 101 18-Mar-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 16 Red Devil 13 Mujaer 40 20-Mar-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 14 Red Devil 8 Mujaer 37 21-Mar-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 8 Red Devil 5 Mujaer 18 22-Mar-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 39 23-Mar-11 2,5-5 inci 4 pis Red Devil 27 Mujaer 41 Tawes 26 24-Mar-11 2,5-5 inci 4 pis Red Devil 11 Betutu 1 Mujaer 22 Tawes 26 25-Mar-11 2,5-5 inci 4 pis Red Devil 32 Sepat 3

Lampiran 88 TANGGAL UKURAN ALAT TANGKAP JUMLAH ALAT JENIS IKAN HASIL (ekor) Mujaer 43 26-Mar-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 24 Red Devil 27 Mujaer 22 28-Mar-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 17 Red Devil 13 Mujaer 28 29-Mar-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 39 Red Devil 18 Mujaer 25 Tawes 24 1-Apr-11 2,5-5 inci 4 pis Red Devil 37 Betutu 1 Mujaer 35 2-Apr-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 19 Red Devil 16 Mujaer 53 3-Apr-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 16 Red Devil 13 Mujaer 63 5-Apr-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 22 Red Devil 16 Mujaer 37 6-Apr-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 9 Red Devil 17 Mujaer 64 7-Apr-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 12 Red Devil 16 Mujaer 35 9-Apr-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 11 Red Devil 19 Mujaer 39 10-Apr-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 27 Red Devil 26 Mujaer 38 12-Apr-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 19 Red Devil 25 Mujaer 41 Tawes 18 15-Apr-11 2,5-5 inci 4 pis Red Devil 28 Betutu 1

Lampiran 89 TANGGAL UKURAN ALAT TANGKAP JUMLAH ALAT JENIS IKAN HASIL (ekor) Mujaer 29 16-Apr-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 18 Red Devil 31 Mujaer 43 17-Apr-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 19 Red Devil 26 Mujaer 43 19-Apr-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 22 Red Devil 30 Mujaer 41 Tawes 27 20-Apr-11 2,5-5 inci 4 pis Red Devil 33 Betutu 1 Mujaer 60 22-Apr-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 32 Red Devil 23 Mujaer 32 24-Apr-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 37 Red Devil 28 Mujaer 44 25-Apr-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 28 Red Devil 17 Mujaer 38 26-Apr-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 25 Red Devil 15 Mujaer 62 27-Apr-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 41 Red Devil 28 Mujaer 66 28-Apr-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 81 Red Devil 29 Mujaer 55 29-Apr-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 37 Red Devil 23 Mujaer 24 30-Apr-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 3 Red Devil 31 Mujaer 55 1-May-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 1 Red Devil 24

Lampiran 90 TANGGAL UKURAN ALAT TANGKAP JUMLAH ALAT JENIS IKAN HASIL (ekor) Mujaer 80 2-May-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 16 Red Devil 34 Mujaer 26 4-May-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 6 Red Devil 8 Mujaer 32 5-May-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 14 Red Devil 19 Mujaer 37 6-May-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 19 Red Devil 22 Mujaer 21 14-May-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 29 Red Devil 16 Mujaer 19 17-May-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 27 Red Devil 16 Mujaer 23 19-May-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 17 Red Devil 8 Mujair 22 7 Juni 2011 2.5-5 inci 4 net sap Tawes 89 Red Devil 8 Mujair 32 Tawes 28 8 Juni 2011 2.5-5 inci 4 net sap Red Devil 19 Betutu 1 Mujair 41 10 juni 2011 2.5-5 inci 4 net sap Tawes 16 Red Devil 27 Mujair 33 11 Juni 2011 2.5-5 inci 4 net sap Tawes 51 Red Devil 23 Mujair 30 13 Juni 2011 2.5-5 inci 4 net sap Tawes 42 Red Devil 17 Mujair 22 14 Juni 2011 2.5-5 inci 4 net sap Tawes 38 Red Devil 16

Lampiran 91 TANGGAL UKURAN ALAT TANGKAP JUMLAH ALAT JENIS IKAN HASIL (ekor) Mujair 43 16 Juni 2011 2.5-5 inci 4 net sap Tawes 37 Red Devil 24 Mujair 36 17 Juni 2011 2.5-5 inci 4 net sap Tawes 47 Red Devil 17 Mujair 36 19 Juni 2011 2.5-5 inci 4 net sap Tawes 45 Red Devil 29 Mujair 27 20 Juni 2011 2.5-5 inci 4 net sap Tawes 33 Red Devil 22 Mujair 32 22 Juni 2011 2.5-5 inci 4 net sap Tawes 39 Red Devil 28 Mujair 22 23 Juni 2011 2.5-5 inci 2 net sap Tawes 16 Red Devil 8 Mujair 28 24 Juni 2011 2.5-5 inci 4 net sap Tawes 22 Red Devil 12 Mujair 18 26 Juni 2011 2.5-5 inci 4 net sap Tawes 21 Red Devil 11 Mujair 37 27 Juni 2011 2.5-5 inci 4 net sap Tawes 29 Red Devil 20 Mujair 27 Tawes 32 28 Juni 2011 2.5-5 inci 4 net sap Red Devil 16 Nila 1 Mujair 53 29 Juni 2011 2.5-5 inci 4 net sap Tawes 40 Red Devil 22 Mujair 43 30 Juni 2011 2.5-5 inci 4 net sap Tawes 36 Red Devil 18 Mujair 28 2 Juli 2011 2.5-5 inci 4 net sap Tawes 31 Red Devil 15

Lampiran 92 TANGGAL UKURAN ALAT TANGKAP JUMLAH ALAT JENIS IKAN HASIL (ekor) Mujair 23 Tawes 34 3 Juli 2011 2.5-5 inci 4 net sap Red Devil 16 Nila 1 Mujair 21 4 Juli 2011 2.5-5 inci 4 net sap Tawes 37 Red Devil 13 Mujair 18 6 Juli 2011 2.5-5 inci 4 net sap Tawes 11 Red Devil 17 Mujair 34 7 Juli 2011 2.5-5 inci 4 net sap Tawes 8 Red Devil 16 Mujair 48 8 Juli 2011 2.5-5 inci 4 net sap Tawes 11 Red Devil 7 Mujair 66 9 Juli 2011 2.5-5 inci 4 net sap Tawes 31 Red Devil 16 Mujair 40 10 Juli 2011 2.5-5 inci 4 net sap Tawes 12 Red Devil 13 Mujair 41 11 Juli 2011 2.5-5 inci 4 net sap Tawes 8 Red Devil 14 Mujair 32 12 Juli 2011 2.5-5 inci 4 net sap Tawes 18 Red Devil 21 Mujair 39 14 Juli 2011 2.5-5 inci 4 net sap Tawes 23 Red Devil 11 Mujair 41 16Juli 2011 2.5-5 inci 4 net sap Tawes 27 Red Devil 19 Mujair 32 17 Juli 2011 2.5-5 inci 4 net sap Tawes 23 Red Devil 12 Mujair 16 18 Juli 2011 2.5-5 inci 4 net sap Tawes 27 Red Devil 13

Lampiran 93 TANGGAL UKURAN ALAT TANGKAP JUMLAH ALAT JENIS IKAN HASIL (ekor) Mujaer 42 26-Jul-11 2,5 inci-5 inci 2 net sap Tawes 21 Red Devil 16 Mujaer 36 27-Jul-11 2,5 inci-5 inci 2 net sap Tawes 29 Red Devil 17 Mujaer 27 28-Jul-11 2,5 inci-5 inci 2 net sap Tawes 31 Red Devil 19 Mujaer 17 29-Jul-11 2,5 inci-5 inci 2 net sap Tawes 22 Red Devil 33 Mujaer 16 Tawes 28 30-Jul-11 2,5 inci-5 inci 2 net sap Red Devil 37 Sepat 7 Mujaer 28 31-Jul-11 2,5 inci-5 inci 2 net sap Tawes 17 Red Devil 8 Mujaer 32 1-Aug-11 2,5 inci-5 inci 2 net sap Tawes 18 Red Devil 7 Mujaer 19 4-Aug-11 2,5 inci-5 inci 2 net sap Tawes 30 Red Devil 51 Mujaer 40 Tawes 29 5-Aug-11 2,5 inci-5 inci 2 net sap Red Devil 16 Sepat 2 Mujaer 36 6-Aug-11 2,5 inci-5 inci 2 net sap Tawes 28 Red Devil 16 Mujaer 31 7-Aug-11 2,5 inci-5 inci 2 net sap Tawes 33 Red Devil 22 Mujaer 27 8-Aug-11 2,5 inci-5 inci 2 net sap Tawes 34 Red Devil 11 Mujaer 28 9-Aug-11 2,5 inci-5 inci 2 net sap Tawes 16 Red Devil 19

Lampiran 94 TANGGAL UKURAN ALAT TANGKAP JUMLAH ALAT JENIS IKAN HASIL (ekor) Mujaer 40 Tawes 22 10-Aug-11 2,5 inci-5 inci 2 net sap Red Devil 15 Nila 1 Mujaer 17 11-Aug-11 2,5 inci-5 inci 2 net sap Tawes 23 Red Devil 41 Mujaer 19 13-Aug-11 2,5 inci-5 inci 2 net sap Tawes 28 Red Devil 75 Mujaer 60 Tawes 28 14-Aug-11 2,5 inci-5 inci 2 net sap Red Devil 23 Nila 6 Mujaer 17 15-Aug-11 2,5 inci-5 inci 2 net sap Tawes 28 Red Devil 22 Mujaer 60 16-Aug-11 2,5 inci-5 inci 2 net sap Tawes 32 Red Devil 21 Mujaer 27 17-Aug-11 2,5 inci-5 inci 2 net sap Tawes 16 Red Devil 11 Mujaer 52 18-Aug-11 2,5 inci-5 inci 2 net sap Tawes 29 Red Devil 11 Mujaer 33 21-Aug-11 2,5 inci-5 inci 2 net sap Tawes 28 Red Devil 29 Mujaer 38 22-Aug-11 2,5 inci-5 inci 2 net sap Tawes 22 Red Devil 27 Mujaer 39 23-Aug-11 2,5 inci-5 inci 2 net sap Tawes 22 Red Devil 18 Mujaer 72 Tawes 59 24-Aug-11 2,5 inci-5 inci 2 net sap Red Devil 48 Nila 17

Lampiran 95 TANGGAL UKURAN ALAT TANGKAP JUMLAH ALAT JENIS IKAN HASIL (ekor) Mujaer 42 25-Aug-11 2,5 inci-5 inci 2 net sap Tawes 56 Red Devil 26 Mujaer 37 26-Aug-11 2,5 inci-5 inci 2 net sap Tawes 42 Red Devil 20 Mujaer 62 31-Aug-11 2,5 inci-5 inci 2 net sap Tawes 41 Red Devil 32 Mujaer 59 1-Sep-11 2,5 inci-5 inci 2 net sap Tawes 47 Red Devil 19 Mujaer 49 2-Sep-11 2,5 inci-5 inci 2 net sap Tawes 47 Red Devil 32 Mujaer 32 3-Sep-11 2,5 inci-5 inci 2 net sap Tawes 22 Red Devil 17 Mujaer 62 4-Sep-11 2,5 inci-5 inci 2 net sap Tawes 57 Red Devil 28 Mujaer 41 6-Sep-11 2,5 inci-5 inci 2 net sap Tawes 21 Red Devil 11 Mujaer 32 7-Sep-11 2,5 inci-5 inci 2 net sap Tawes 62 Red Devil 23 Mujaer 49 9-Sep-11 2,5 inci-5 inci 2 net sap Tawes 32 Red Devil 16 Mujaer 67 10-Sep-11 2,5 inci-5 inci 2 net sap Tawes 59 Red Devil 41 Mujaer 37 11-Sep-11 2,5 inci-5 inci 2 net sap Tawes 31 Red Devil 28 Mujaer 42 12-Sep-11 2,5 inci-5 inci 2 net sap Tawes 37 Red Devil 22

Lampiran 96 TANGGAL UKURAN ALAT TANGKAP JUMLAH ALAT JENIS IKAN HASIL (ekor) Mujaer 32 17-Sep-11 2,5 inci-5 inci 2 net sap Tawes 47 Red Devil 11 Mujaer 47 18-Sep-11 2,5 inci-5 inci 2 net sap Tawes 21 Red Devil 18 Mujaer 24 19-Sep-11 2,5 inci-5 inci 2 net sap Tawes 21 Red Devil 12 Mujaer 41 Tawes 32 20-Sep-11 2,5 inci-5 inci 2 net sap Red Devil 11 Nila 17 Mujaer 49 21-Sep-11 2,5 inci-5 inci 2 net sap Tawes 47 Red Devil 31 Mujaer 60 22-Sep-11 2,5 inci-5 inci 2 net sap Tawes 52 Red Devil 32 Mujaer 47 23-Sep-11 2,5 inci-5 inci 2 net sap Tawes 22 Red Devil 29 Mujaer 57 24-Sep-11 2,5 inci-5 inci 2 net sap Tawes 72 Red Devil 37 Mujaer 42 25-Sep-11 2,5 inci-5 inci 2 net sap Tawes 57 Red Devil 31 Mujaer 62 26-Sep-11 2,5 inci-5 inci 2 net sap Tawes 56 Red Devil 41 Mujaer 72 27-Sep-11 2,5 inci-5 inci 2 net sap Tawes 18 Red Devil 22 Mujaer 42 28-Sep-11 2,5 inci-5 inci 2 net sap Tawes 62 Red Devil 17 Mujaer 60 29-Sep-11 2,5 inci-5 inci 2 net sap Tawes 51 Red Devil 49

Lampiran 97 TANGGAL UKURAN ALAT TANGKAP JUMLAH ALAT JENIS IKAN HASIL (ekor) Mujaer 67 30-Sep-11 2,5 inci-5 inci 2 net sap Tawes 62 Red Devil 41 Mujaer 39 1-Oct-11 2,5 inci-5 inci 2 net sap Tawes 21 Red Devil 41 Mujaer 62 2-Oct-11 2,5 inci-5 inci 2 net sap Tawes 71 Red Devil 31 Mujaer 72 Tawes 41 3-Oct-11 2,5 inci-5 inci 2 net sap Red Devil 11 Nila 7 Mujaer 42 4-Oct-11 2,5 inci-5 inci 2 net sap Tawes 32 Red Devil 11 Mujaer 62 5-Oct-11 2,5 inci-5 inci 2 net sap Tawes 17 Red Devil 11 Mujaer 72 6-Oct-11 2,5 inci-5 inci 2 net sap Tawes 59 Red Devil 14 Mujaer 47 7-Oct-11 2,5 inci-5 inci 2 net sap Tawes 17 Red Devil 8 Mujaer 72 8-Oct-11 2,5 inci-5 inci 2 net sap Tawes 59 Red Devil 41 Mujaer 63 9-Oct-11 2,5 inci-5 inci 2 net sap Tawes 42 Red Devil 32 Mujaer 67 10-Oct-11 2,5 inci-5 inci 2 net sap Tawes 68 Red Devil 11 Mujaer 52 11-Oct-11 2,5 inci-5 inci 2 net sap Tawes 71 Red Devil 28

Lampiran 98 Nama nelayan : Daryanto Alat tangkap : jaring

TANGGAL UKURAN ALAT TANGKAP JUMLAH ALAT JENIS IKAN HASIL (ekor) Red Devil 20 12-Mar-11 2,5-5 inci 4 pis Mujaer 35 Tawes 25 Red Devil 30 Mujaer 5 2,5-5 inci 4 pis 15-Mar-11 Tawes 22 Nila 60 Serok Betutu 3 Red Devil 11 Mujaer 21 2,5-5 inci 4 pis 16-Mar-11 Tawes 17 Nila 2 Serok Betutu 5 Red Devil 30 Mujaer 40 17-Mar-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 25 Nila 15 Red Devil 15 Mujaer 60 18-Mar-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 45 Nila 8 Red Devil 20 Mujaer 47 2,5-5 inci 4 pis 19-Mar-11 Tawes 22 Nila 3 Serok Betutu 3 Red Devil 48 Mujaer 33 21-Mar-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 17 Nila 1 Red Devil 17 Mujaer 89 2,5-5 inci 4 pis 22-Mar-11 Tawes 51 Nila 11 Serok Betutu 2 Red Devil 23 Mujaer 62 23-Mar-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 19 Nila 7

Lampiran 99 TANGGAL UKURAN ALAT TANGKAP JUMLAH ALAT JENIS IKAN HASIL (ekor) Red Devil 28 24-Mar-11 2,5-5 inci 4 pis Mujaer 68 Tawes 72 Red Devil 19 Mujaer 57 27-Mar-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 72 Nila 1 Betutu 1 Red Devil 15 28-Mar-11 2,5-5 inci 4 pis Mujaer 91 Tawes 64 Red Devil 30 Mujaer 70 30-Mar-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 43 Nila 7 Red Devil 14 Mujaer 48 31-Mar-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 29 Nila 1 Red Devil 17 Mujaer 81 1-Apr-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 61 Nila 8 Red Devil 12 Mujaer 51 2-Apr-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 32 Nila 14 Red Devil 13 Mujaer 38 3-Apr-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 19 Nila 7 Red Devil 24 Mujaer 29 4-Apr-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 36 Nila 6 Red Devil 17 Mujaer 71 5-Apr-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 52 Nila 11 Red Devil 13 Mujaer 41 6-Apr-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 27 Nila 4

Lampiran 100 TANGGAL UKURAN ALAT TANGKAP JUMLAH ALAT JENIS IKAN HASIL (ekor) Red Devil 16 Mujaer 69 9-Apr-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 39 Nila 5 Red Devil 10 Mujaer 72 10-Apr-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 52 Nila 4 Red Devil 6 Mujaer 31 11-Apr-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 57 Nila 9 Red Devil 20 Mujaer 63 12-Apr-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 37 Nila 4 Red Devil 17 Mujaer 72 13-Apr-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 62 Nila 9 Red Devil 18 Mujaer 21 14-Apr-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 39 Nila 9 Red Devil 24 Mujaer 71 16-Apr-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 57 Nila 11 Red Devil 28 Mujaer 69 17-Apr-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 51 Nila 17 Red Devil 42 Mujaer 92 18-Apr-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 87 Nila 18 Red Devil 19 19-Apr-11 2,5-5 inci 4 pis Mujaer 51 Tawes 48 Red Devil 21 Mujaer 72 20-Apr-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 37 Nila 2

Lampiran 101 TANGGAL UKURAN ALAT TANGKAP JUMLAH ALAT JENIS IKAN HASIL (ekor) Red Devil 27 Mujaer 52 21-Apr-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 43 Nila 17 Red Devil 22 22-Apr-11 2,5-5 inci 4 pis Mujaer 62 Tawes 18 Red Devil 13 Mujaer 19 23-Apr-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 41 Nila 8 Red Devil 39 Mujaer 16 24-Apr-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 17 Nila 2 Red Devil 42 Mujaer 91 25-Apr-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 62 Nila 11 Red Devil 28 Mujaer 82 26-Apr-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 31 Nila 4 Red Devil 21 Mujaer 41 28-Apr-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 47 Nila 7 Red Devil 26 29-Apr-11 2,5-5 inci 4 pis Mujaer 77 Tawes 30 Red Devil 81 Mujaer 69 30-Apr-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 32 Nila 2 Red Devil 32 Mujaer 31 2-May-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 40 Nila 7 Red Devil 11 3-May-11 2,5-5 inci 4 pis Mujaer 22 Tawes 24

Lampiran 102 TANGGAL UKURAN ALAT TANGKAP JUMLAH ALAT JENIS IKAN HASIL (ekor) Red Devil 22 Mujaer 29 4-May-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 20 Nila 3 Red Devil 13 Mujaer 18 5-May-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 21 Nila 4 Red Devil 26 Mujaer 37 6-May-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 25 Nila 1 Red Devil 40 Mujaer 71 7-May-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 60 Nila 7 Red Devil 71 8-May-11 2,5-5 inci 4 pis Mujaer 52 Tawes 37 Red Devil 25 10-May-11 2,5-5 inci 4 pis Betutu 1 Red Devil 27 Mujaer 43 11-May-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 60 Betutu 2 Red Devil 27 Mujaer 61 12-May-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 31 Nila 3 Red Devil 22 Mujaer 42 15-May-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 21 Nila 4 Red Devil 29 Mujaer 30 16-May-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 47 Nila 11 Red Devil 41 Mujaer 52 17-May-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 28 Nila 7

Lampiran 103 TANGGAL UKURAN ALAT TANGKAP JUMLAH ALAT JENIS IKAN HASIL (ekor) Red Devil 12 Mujaer 38 18-May-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 27 Nila 4 Betutu 2 Red Devil 29 Mujaer 62 19-May-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 42 Nila 1 Red Devil 41 Mujaer 31 20-May-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 60 Nila 8 Red Devil 27 Mujaer 39 22-May-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 48 Nila 6 Red Devil 22 Mujaer 42 23-May-11 2,5-5 inci 4 pis Tawes 32 Nila 1 Mujaer 24 Tawes 21 2.5 Inci 2 pis Red devil 18 26-May-2011 Nila 7 Nila 3 5 Inci 2 pis Betutu 1 Mujaer 38 2.5 Inci 2 pis Tawes 21 Red devil 24 27-May-2011 Nila 2 5 Inci 2 pis Betutu 1 Tawes 2 Mujaer 47 Tawes 29 2.5 inci 2 pis Red devil 19 Nila 6 30-May-2011 Mujaer 1 Tawes 4 5 inci 2 pis Betutu 1 Nila 1

Lampiran 104 TANGGAL UKURAN ALAT TANGKAP JUMLAH ALAT JENIS IKAN HASIL (ekor) Mujaer 42 Tawes 36 2.5 inci 2 pis Red devil 28 Nila 11 31-May-2011 Karper 2 Tawes 3 5 inci 2 pis Betutu 1 Nila 4 Mujaer 29 Tawes 23 2.5 inci 2 pis Red devil 33 Nila 6 6-Jun-2011 Karper 1 Tawes 2 5 inci 2 pis Betutu 1 Nila 2 Mujaer 22 Tawes 18 2.5 inci 2 pis Red devil 11 Nila 2 7-Jun-2011 Mujaer 1 Tawes 2 5 inci 2 pis Betutu 1 Nila 1 Mujaer 49 2.5 inci 2 pis Tawes 22 Red devil 17 8-Jun-2011 Mujaer 3 5 inci 2 pis Tawes 2 Nila 1 Mujaer 37 Tawes 28 2.5 inci 2 pis Red devil 22 Nila 7 12-Jun-2011 Betutu 2 Mujaer 1 Tawes 2 5 inci 2 pis Betutu 1 Nila 2

Lampiran 105 TANGGAL UKURAN ALAT TANGKAP JUMLAH ALAT JENIS IKAN HASIL (ekor) Mujaer 47 Tawes 38 2.5 inci 2 pis Red devil 27 Nila 9 13-Jun-2011 Mujaer 1 Tawes 5 5 inci 2 pis Karper 1 Nila 3 Mujaer 72 Tawes 22 2.5 inci 2 pis Red devil 11 Betutu 2 14-Jun-2011 Mujaer 2 Tawes 2 5 inci 2 pis Betutu 1 Nila 3 Mujaer 20 2.5 inci 2 pis Tawes 24 Red devil 32 15-Jun-2011 Tawes 5 5 inci 2 pis Betutu 1 Nila 2 Mujaer 37 Tawes 21 2.5 inci 2 pis Red devil 10 16-Jun-2011 Nila 1 Tawes 7 5 inci 2 pis Mujaer 3 Nila 1 Mujaer 41 2.5 inci 2 pis Tawes 38 17-Jun-2011 Red devil 8 Tawes 2 5 inci 2 pis Betutu 1 Mujaer 17 Tawes 25 2.5 inci 2 pis Red devil 12 18-Jun-2011 Nila 1 Tawes 1 5 inci 2 pis Mujaer 1 Nila 2

Lampiran 106 TANGGAL UKURAN ALAT TANGKAP JUMLAH ALAT JENIS IKAN HASIL (ekor) Mujaer 52 Tawes 32 2.5 inci 2 pis Red devil 27 Nila 4 19-Jun-2011 Betutu 1 Tawes 1 Mujaer 1 5 inci 2 pis Nila 2 Patin 2 Mujaer 21 Tawes 29 2.5 inci 2 pis Red devil 19 20-Jun-2011 Nila 2 Tawes 2 5 inci 2 pis Betutu 1 Nila 2 Mujaer 27 Tawes 22 2.5 inci 2 pis Red devil 13 Nila 1 21-Jun-2011 Tawes 3 Mujaer 2 5 inci 2 pis Betutu 1 Patin 1 Mujaer 23 2.5 inci 2 pis Tawes 18 Red devil 21 22-Jun-2011 Tawes 2 Betutu 2 5 inci 2 pis Nila 1 Mujaer 1 Mujaer 62 Tawes 23 2.5 inci 2 pis Red devil 18 23-Jun-2011 Nila 4 Tawes 2 5 inci 2 pis Betutu 1 Mujaer 42 2.5 inci 2 pis Tawes 23 Red devil 25 24-Jun-2011 Tawes 6 5 inci 2 pis Nila 2 Mujaer 3

Lampiran 107 TANGGAL UKURAN ALAT TANGKAP JUMLAH ALAT JENIS IKAN HASIL (ekor) Mujaer 21 Tawes 19 2.5 inci 2 pis Red devil 12 25-Jun-2011 Nila 5 Tawes 4 5 inci 2 pis Nila 1 Betutu 2 Mujaer 27 2.5 inci 2 pis Tawes 18 26-Jun-2011 Red devil 14 Tawes 1 5 inci 2 pis Nila 1 Mujaer 24 Tawes 17 2.5 inci 2 pis Red devil 11 Nila 7 30-Jun-2011 Tawes 2 Nila 4 5 inci 2 pis Patin 2 Mujaer 1 Mujaer 42 Tawes 17 2.5 inci 2 pis Red devil 21 1-Jul-2011 Nila 3 Tawes 2 5 inci 2 pis Nila 1 Mujaer 5 Mujaer 4 Tawes 51 2.5 inci 2 pis Red devil 19 2-Jul-2011 Nila 4 Betutu 1 5 inci 2 pis Nila 2 Mujaer 2 Mujaer 51 Tawes 42 2.5 inci 2 pis Red devil 7 3-Jul-2011 Betutu 1 Tawes 3 5 inci 2 pis Nila 1

Lampiran 108 TANGGAL UKURAN ALAT TANGKAP JUMLAH ALAT JENIS IKAN HASIL (ekor) Mujaer 47 Tawes 32 4-Jul-2011 2.5 inci 2 pis Red devil 16 Nila 2 Mujaer 37 2.5 inci 2 pis Tawes 29 Red devil 23 5-Jul-2011 Tawes 1 5 inci 2 pis Nila 8 Mujaer 4 Mujaer 24 2.5 inci 2 pis Tawes 18 Red devil 12 6-Jul-2011 Tawes 2 5 inci 2 pis Nila 1 Betutu 1 Mujaer 43 Tawes 29 2.5 inci 2 pis Red devil 17 9-Jul-2011 Nila 6 Nila 3 5 inci 2 pis Mujaer 2 Betutu 1 Mujaer 32 2.5 inci 2 pis Tawes 43 10-Jul-2011 Red devil 17 Tawes 5 5 inci 2 pis Mujaer 3 Mujaer 20 Tawes 11 2.5 inci 2 pis Red devil 17 11-Jul-2011 Nila 4 Nila 2 5 inci 2 pis Betutu 1 Mujaer 31 2.5 inci 2 pis Tawes 21 Red devil 11 12-Jul-2011 Nila 1 Mujaer 3 5 inci 2 pis Betutu 2 Tawes 5

Lampiran 109 TANGGAL UKURAN ALAT TANGKAP JUMLAH ALAT JENIS IKAN HASIL (ekor) Mujaer 22 2.5 inci 2 pis Tawes 32 Red devil 27 14-Jul-2011 Nila 4 5 inci 2 pis Betutu 1 Tawes 2 Mujaer 28 Tawes 37 2.5 inci 2 pis Red devil 23 15-Jul-2011 Nila 9 Nila 1 5 inci 2 pis Mujaer 1 Tawes 1 Mujaer 29 Tawes 22 2.5 inci 2 pis Red devil 21 Nila 18 16-Jul-2011 Nila 2 Patin 1 5 inci 2 pis Tawes 2 Betutu 1 Mujaer 24 2.5 inci 2 pis Tawes 27 Red devil 11 19-Jul-2011 Nila 4 5 inci 2 pis Mujaer 1 Tawes 1 Mujaer 28 22-Jul-2011 2.5 inci 2 pis Tawes 15 Red devil 9 Mujair 22 7 Juni 2011 2.5-5 inci 4 net sap Tawes 89 Red Devil 8 Mujair 32 Tawes 28 8 Juni 2011 2.5-5 inci 4 net sap Red Devil 19 Betutu 1 Mujair 41 10 juni 2011 2.5-5 inci 4 net sap Tawes 16 Red Devil 27

Lampiran 110 TANGGAL UKURAN ALAT TANGKAP JUMLAH ALAT JENIS IKAN HASIL (ekor) Mujair 33 11 Juni 2011 2.5-5 inci 4 net sap Tawes 51 Red Devil 23 Mujair 30 13 Juni 2011 2.5-5 inci 4 net sap Tawes 42 Red Devil 17 Mujair 22 14 Juni 2011 2.5-5 inci 4 net sap Tawes 38 Red Devil 16 Mujair 43 16 Juni 2011 2.5-5 inci 4 net sap Tawes 37 Red Devil 24 Mujair 36 17 Juni 2011 2.5-5 inci 4 net sap Tawes 47 Red Devil 17 Mujair 36 19 Juni 2011 2.5-5 inci 4 net sap Tawes 45 Red Devil 29 Mujair 27 20 Juni 2011 2.5-5 inci 4 net sap Tawes 33 Red Devil 22 Mujair 32 22 Juni 2011 2.5-5 inci 4 net sap Tawes 39 Red Devil 28 Mujair 22 23 Juni 2011 2.5-5 inci 2 net sap Tawes 16 Red Devil 8 Mujair 28 24 Juni 2011 2.5-5 inci 4 net sap Tawes 22 Red Devil 12 Mujair 18 26 Juni 2011 2.5-5 inci 4 net sap Tawes 21 Red Devil 11 Mujair 37 27 Juni 2011 2.5-5 inci 4 net sap Tawes 29 Red Devil 20 Mujair 27 Tawes 32 28 Juni 2011 2.5-5 inci 4 net sap Red Devil 16 Nila 1 Mujair 53 29 Juni 2011 2.5-5 inci 4 net sap Tawes 40 Red Devil 22

Lampiran 111 TANGGAL UKURAN ALAT TANGKAP JUMLAH ALAT JENIS IKAN HASIL (ekor) Mujair 43 30 Juni 2011 2.5-5 inci 4 net sap Tawes 36 Red Devil 18 Mujair 28 2 Juli 2011 2.5-5 inci 4 net sap Tawes 31 Red Devil 15 Mujair 23 Tawes 34 3 Juli 2011 2.5-5 inci 4 net sap Red Devil 16 Nila 1 Mujair 21 4 Juli 2011 2.5-5 inci 4 net sap Tawes 37 Red Devil 13 Mujair 18 6 Juli 2011 2.5-5 inci 4 net sap Tawes 11 Red Devil 17 Mujair 34 7 Juli 2011 2.5-5 inci 4 net sap Tawes 8 Red Devil 16 Mujair 48 8 Juli 2011 2.5-5 inci 4 net sap Tawes 11 Red Devil 7 Mujair 66 9 Juli 2011 2.5-5 inci 4 net sap Tawes 31 Red Devil 16 Mujair 40 10 Juli 2011 2.5-5 inci 4 net sap Tawes 12 Red Devil 13 Mujair 41 11 Juli 2011 2.5-5 inci 4 net sap Tawes 8 Red Devil 14 Mujair 32 12 Juli 2011 2.5-5 inci 4 net sap Tawes 18 Red Devil 21 Mujair 39 14 Juli 2011 2.5-5 inci 4 net sap Tawes 23 Red Devil 11 Mujair 41 16-Jul-11 2.5-5 inci 4 net sap Tawes 27 Red Devil 19

Lampiran 112 TANGGAL UKURAN ALAT TANGKAP JUMLAH ALAT JENIS IKAN HASIL (ekor) Mujair 32 17 Juli 2011 2.5-5 inci 4 net sap Tawes 23 Red Devil 12 Mujair 16 18 Juli 2011 2.5-5 inci 4 net sap Tawes 27 Red Devil 13 Mujaer 42 2,5 inci 4 Pis Tawes 57 Red Devil 24 25-Jul-11 Betutu 2 Nila 1 5 inci 4 Pis Patin 1 Tawes 2 Mujaer 39 2,5 inci 4 Pis Tawes 41 25-Jul-11 Red Devil 21 Nila 2 5 inci 4 Pis Tawes 1 Mujaer 61 Tawes 26 2,5 inci 4 Pis Red Devil 17 26-Jul-11 Nila 9 Nila 8 5 inci 4 Pis Betutu 1 Mujaer 31 Tawes 29 2,5 inci 4 Pis Red Devil 8 27-Jul-11 Betutu 2 Nila 1 5 inci 4 Pis Patin 2 Tawes 1 Mujaer 23 Tawes 36 2,5 inci 4 Pis Red Devil 11 28-Jul-11 Nila 2 Nila 1 5 inci 4 Pis Betutu 1 Mujaer 27 Tawes 18 29-Jul-11 2,5 inci 4 Pis Nila 6 Betutu 2

Lampiran 113 TANGGAL UKURAN ALAT TANGKAP JUMLAH ALAT JENIS IKAN HASIL (ekor) Mujaer 30 Tawes 4 2,5 inci 4 Pis Nila 21 30-Jul-11 Red Devil 6 Betutu 2 5 inci 4 Pis Nila 1 Tawes 1 Mujaer 33 2,5 inci 4 Pis Tawes 47 Red Devil 12 31-Jul-11 Betutu 1 Nila 4 5 inci 4 Pis Tawes 2 Patin 1 Mujaer 41 2,5 inci 4 Pis Tawes 22 1-Aug-11 Red Devil 18 Nila 1 5 inci 4 Pis Betutu 1 Mujaer 37 Tawes 52 2,5 inci 4 Pis Red Devil 19 Nila 7 5-Aug-11 Betutu 2 Karper 1 5 inci 4 Pis Nila 1 Tawes 2 Mujaer 61 2,5 inci 4 Pis Tawes 22 6-Aug-11 Red Devil 12 Betutu 1 5 inci 4 Pis Tawes 1 Mujaer 67 2,5 inci 4 Pis Tawes 32 Red Devil 24 8-Aug-11 Patin 1 5 inci 4 Pis Nila 2 Betutu 1 Mujaer 51 2,5 inci 4 Pis Tawes 24 9-Aug-11 Red Devil 32 5 inci 4 Pis Betutu 1

Lampiran 114 TANGGAL UKURAN ALAT TANGKAP JUMLAH ALAT JENIS IKAN HASIL (ekor) Mujaer 31 2,5 inci 4 Pis Tawes 49 Red Devil 22 11-Aug-11 Nila 2 5 inci 4 Pis Betutu 1 Tawes 3 Mujaer 62 2,5 inci 4 Pis Tawes 41 12-Aug-11 Red Devil 17 Betutu 2 5 inci 4 Pis Nila 4 Mujaer 52 13-Aug-11 2,5 inci 4 Pis Tawes 42 Red Devil 22 Mujaer 78 2,5 inci 4 Pis Tawes 56 14-Aug-11 Red Devil 32 5 inci 4 Pis Nila 4 Mujaer 61 2,5 inci 4 Pis Tawes 52 18-Aug-11 Red Devil 37 Nila 3 5 inci 4 Pis Betutu 2 Mujaer 43 2,5 inci 4 Pis Tawes 31 19-Aug-11 Red Devil 17 5 inci 4 Pis Betutu 2 Mujaer 72 2,5 inci 4 Pis Tawes 62 20-Aug-11 Red Devil 11 Betutu 2 5 inci 4 Pis Nila 1 Mujaer 26 2,5 inci 4 Pis Tawes 72 21-Aug-11 Red Devil 41 Nila 1 5 inci 4 Pis Betutu 2 Mujaer 71 22-Aug-11 2,5 inci 4 Pis Tawes 62 Red Devil 41

Lampiran 115 TANGGAL UKURAN ALAT TANGKAP JUMLAH ALAT JENIS IKAN HASIL (ekor) Mujaer 56 2,5 inci 4 Pis Tawes 43 23-Aug-11 Red Devil 22 5 inci 4 Pis Betutu 2 Mujaer 67 2,5 inci 4 Pis Tawes 51 27-Aug-11 Red Devil 22 5 inci 4 Pis Betutu 3 Mujaer 73 2,5 inci 4 Pis Tawes 53 28-Aug-11 Red Devil 27 5 inci 4 Pis Betutu 1 Mujaer 62 2,5 inci 4 Pis Tawes 57 29-Aug-11 Red Devil 22 Nila 3 5 inci 4 Pis Betutu 1 Mujaer 59 2,5 inci 4 Pis Tawes 72 1-Sep-11 Red Devil 11 5 inci 4 Pis Betutu 1 Mujaer 62 2,5 inci 4 Pis Tawes 51 2-Sep-11 Red Devil 22 Nila 3 5 inci 4 Pis Betutu 2 Mujaer 70 2,5 inci 4 Pis Tawes 67 3-Sep-11 Red Devil 11 Betutu 2 5 inci 4 Pis Nila 1 Mujaer 78 2,5 inci 4 Pis Tawes 51 4-Sep-11 Red Devil 11 5 inci 4 Pis Betutu 2 Mujaer 62 5-Sep-11 2,5 inci 4 Pis Tawes 31 Red Devil 18 Mujaer 42 2,5 inci 4 Pis Tawes 59 6-Sep-11 Red Devil 23 Betutu 1 5 inci 4 Pis Nila 2

Lampiran 116 TANGGAL UKURAN ALAT TANGKAP JUMLAH ALAT JENIS IKAN HASIL (ekor) Mujaer 62 2,5 inci 4 Pis Tawes 51 7-Sep-11 Red Devil 22 Betutu 3 5 inci 4 Pis Nila 1 Mujaer 82 2,5 inci 4 Pis Tawes 63 8-Sep-11 Red Devil 3 Betutu 2 5 inci 4 Pis Nila 4 Mujaer 79 2,5 inci 4 Pis Tawes 62 9-Sep-11 Red Devil 31 5 inci 4 Pis Betutu 3 Mujaer 73 2,5 inci 4 Pis Tawes 64 10-Sep-11 Red Devil 14 Betutu 2 5 inci 4 Pis Nila 5 Mujaer 63 11-Sep-11 2,5 inci 4 Pis Tawes 78 Red Devil 31 5 inci 4 Pis Betutu 2 Mujaer 19 2,5 inci 4 Pis Tawes 32 12-Sep-11 Red Devil 22 Betutu 1 5 inci 4 Pis Nila 1 Mujaer 24 2,5 inci 4 Pis Tawes 39 Red Devil 21 13-Sep-11 Betutu 2 5 inci 4 Pis Nila 6 Patin 1 Mujaer 47 2,5 inci 4 Pis Tawes 63 14-Sep-11 Red Devil 3 Betutu 2 5 inci 4 Pis Nila 1

Lampiran 117 TANGGAL UKURAN ALAT TANGKAP JUMLAH ALAT JENIS IKAN HASIL (ekor) Mujaer 63 2,5 inci 4 Pis Tawes 51 15-Sep-11 Red Devil 22 Betutu 2 5 inci 4 Pis Nila 1 Mujaer 71 2,5 inci 4 Pis Tawes 62 16-Sep-11 Red Devil 31 Betutu 2 5 inci 4 Pis Nila 3 Mujaer 41 2,5 inci 4 Pis Tawes 23 17-Sep-11 Red Devil 15 5 inci 4 Pis Betutu 1 Mujaer 51 2,5 inci 4 Pis Tawes 43 18-Sep-11 Red Devil 15 5 inci 4 Pis Nila 3 Mujaer 47 19-Sep-11 2,5 inci 4 Pis Tawes 32 Red Devil 23 Mujaer 71 20-Sep-11 2,5 inci 4 Pis Tawes 62 Red Devil 33 Mujaer 62 2,5 inci 4 Pis Tawes 32 21-Sep-11 Red Devil 41 Betutu 1 5 inci 4 Pis Nila 5 Mujaer 71 2,5 inci 4 Pis Tawes 52 22-Sep-11 Red Devil 40 5 inci 4 Pis Betutu 2 Mujaer 32 2,5 inci 4 Pis Tawes 47 23-Sep-11 Red Devil 22 5 inci 4 Pis Nila 1 Mujaer 48 2,5 inci 4 Pis Tawes 33 24-Sep-11 Red Devil 27 5 inci 4 Pis Betutu 2

Lampiran 118 TANGGAL UKURAN ALAT TANGKAP JUMLAH ALAT JENIS IKAN HASIL (ekor) Mujaer 59 2,5 inci 4 Pis Tawes 41 25-Sep-11 Red Devil 29 5 inci 4 Pis Betutu 2 Mujaer 61 2,5 inci 4 Pis Tawes 52 26-Sep-11 Red Devil 21 5 inci 4 Pis Betutu 2 Mujaer 41 2,5 inci 4 Pis Tawes 59 27-Sep-11 Red Devil 31 5 inci 4 Pis Betutu 2 Mujaer 56 2,5 inci 4 Pis Tawes 52 28-Sep-11 Red Devil 22 Betutu 1 5 inci 4 Pis Nila 4 Mujaer 32 2,5 inci 4 Pis Tawes 22 29-Sep-11 Red Devil 14 5 inci 4 Pis Nila 1 Mujaer 22 2,5 inci 4 Pis Tawes 41 30-Sep-11 Red Devil 12 Betutu 2 5 inci 4 Pis Nila 1 Mujaer 52 2,5 inci 4 Pis Tawes 71 1-Oct-11 Red Devil 22 Betutu 2 5 inci 4 Pis Nila 4 Mujaer 62 Tawes 31 5-Oct-11 2,5-5 Inci 4 Pis Red Devil 22 Betutu 1 Mujaer 24 Tawes 23 6-Oct-11 2,5-5 Inci 4 Pis Red Devil 12 Betutu 1 Nila 4

Lampiran 119 TANGGAL UKURAN ALAT TANGKAP JUMLAH ALAT JENIS IKAN HASIL (ekor) Mujaer 24 Tawes 28 7-Oct-11 2,5-5 Inci 4 Pis Red Devil 17 Betutu 1 Nila 4 Mujaer 70 Tawes 52 9-Oct-11 2,5-5 Inci 4 Pis Nila 7 Red Devil 62 Betutu 1 Mujaer 19 Tawes 15 10-Oct-11 2,5-5 Inci 4 Pis Red Devil 12 Betutu 1 Mujaer 62 Tawes 41 11-Oct-11 2,5-5 Inci 4 Pis Nila 6 Red Devil 15 Betutu 2 Mujaer 41 Tawes 55 12-Oct-11 2,5-5 Inci 4 Pis Red Devil 22 Betutu 1

Lampiran 120 Nama nelayan : Sutrisno Alat tangkap : Branjang

TANGGAL UKURAN ALAT TANGKAP JUMLAH ALAT JENIS IKAN HASIL (ekor) Nila 11 15-Mar-11 2 inci 1 Tawes 4 Nila 13 16-Mar-11 2 inci 1 Tawes 5 Nila 8 17-Mar-11 2 inci 1 Tawes 4 Patin 1 Nila 9 19-Mar-11 2 inci 1 Tawes 3 Nila 15 20-Mar-11 2 inci 1 Tawes 6 Nila 12 21-Mar-11 2 inci 1 Tawes 2 Nila 8 23-Mar-11 2 inci 1 Tawes 14 Nila 15 24-Mar-11 2 inci 1 Tawes 6 Gabus 1 Nila 9 25-Mar-11 2 inci 1 Tawes 4 Red Devil 2 Nila 13 26-Mar-11 2 inci 1 Tawes 4 Nila 8 27-Mar-11 2 inci 1 Tawes 3 Nila 17 29-Mar-11 2 inci 1 Tawes 5 30-Mar-11 2 inci 1 Nila 12 Tawes 4 31-Mar-11 2 inci 1 Patin 1 Nila 15 1-Apr-11 2 inci 1 Red Devil 3 Nila 9 2-Apr-11 2 inci 1 Tawes 4 Red Devil 2 Nila 16 4-Apr-11 2 inci 1 Tawes 7 Nila 8 6-Apr-11 2 inci 1 Tawes 1

Lampiran 121 TANGGAL UKURAN ALAT TANGKAP JUMLAH ALAT JENIS IKAN HASIL (ekor) Nila 9 7-Apr-11 2 inci 1 Tawes 2 Red Devil 2 Nila 13 8-Apr-11 2 inci 1 Tawes 4 9-Apr-11 2 inci 1 Nila 17 Nila 11 10-Apr-11 2 inci 1 Tawes 4 Nila 10 11-Apr-11 2 inci 1 Tawes 3 Red Devil 2 Nila 8 14-Apr-11 2 inci 1 Tawes 3 Red Devil 2 Nila 11 15-Apr-11 2 inci 1 Tawes 4 Nila 4 16-Apr-11 2 inci 1 Tawes 1 Nila 6 18-Apr-11 2 inci 1 Tawes 4 Red Devil 2 Nila 5 19-Apr-11 2 inci 1 Tawes 6 Nila 16 20-Apr-11 2 inci 1 Tawes 2 Nila 7 21-Apr-11 2 inci 1 Tawes 3 Patin 1 Nila 10 22-Apr-11 2 inci 1 Tawes 3 Red Devil 4 Nila 5 23-Apr-11 2 inci 1 Tawes 1 Red Devil 2 Nila 8 24-Apr-11 2 inci 1 Tawes 20 Nila 11 25-Apr-11 2 inci 1 Tawes 8 Red Devil 5 Nila 12 26-Apr-11 2 inci 1 Tawes 7

Lampiran 122 TANGGAL UKURAN ALAT TANGKAP JUMLAH ALAT JENIS IKAN HASIL (ekor) Nila 8 27-Apr-11 2 inci 1 Tawes 3 Red Devil 4 Nila 16 28-Apr-11 2 inci 1 Tawes 8 Nila 8 29-Apr-11 2 inci 1 Tawes 4 Red Devil 4 Nila 11 30-Apr-11 2 inci 1 Tawes 3 Patin 1 Nila 9 1-May-11 2 inci 1 Tawes 5 Nila 14 2-May-11 2 inci 1 Tawes 6 Nila 6 4-May-11 2 inci 1 Tawes 2 Nila 3 5-May-11 2 inci 1 Tawes 7 Red Devil 3 Nila 14 7-May-11 2 inci 1 Tawes 6 Nila 8 8-May-11 2 inci 1 Tawes 4 Red Devil 6 Nila 13 9-May-11 2 inci 1 Tawes 5 Nila 11 10-May-11 2 inci 1 Tawes 4 Red Devil 4 Nila 13 12-May-11 2 inci 1 Tawes 6 Nila 7 13-May-11 2 inci 1 Tawes 3 Nila 10 14-May-11 2 inci 1 Tawes 4 Red Devil 5 Nila 16 15-May-11 2 inci 1 Tawes 3 Nila 14 16-May-11 2 inci 1 Tawes 3 Red Devil 4

Lampiran 123 TANGGAL UKURAN ALAT TANGKAP JUMLAH ALAT JENIS IKAN HASIL (ekor) Nila 7 18-May-11 2 inci 1 Tawes 3 Red Devil 3 Nila 15 20-May-11 2 inci 1 Tawes 1 Nila 30 21-May-11 2 inci 1 Tawes 5 Patin 3 Nila 8 10 Juni 2011 2 inci 1 pis Tawes 4 Nila 12 12 juni 2011 2 inci 1 pis Tawes 2 Nila 6 13 juni 2011 2 inci 1 pis Tawes 3 Nila 18 14 juni 2011 2 inci 1 pis Tawes 1 Nila 13 16 juni 2011 2 inci 1 pis Tawes 3 Red Devil 2 Nila 9 17 juni 2011 2 inci 1 pis Tawes 3 Nila 6 19 juni 2011 2 inci 1 pis Tawes 4 Betutu 1 Nila 11 20 juni 2011 2 inci 1 pis Tawes 6 Nila 12 21 juni 2011 2 inci 1 pis Tawes 7 Nila 9 23 juni 2011 2 inci 1 pis Tawes 6 Nila 20 24 juni 2011 2 inci 1 pis Tawes 4 Nila 15 25 juni 2011 2 inci 1 pis Tawes 6 Nila 13 27 juni 2011 2 inci 1 pis Tawes 4 Nila 9 28 juni 2011 2 inci 1 pis Tawes 4 Nila 6 30 juni 2011 2 inci 1 pis Tawes 1 Nila 18 1 Juli 2011 2 inci 1 pis Tawes 7

Lampiran 124 TANGGAL UKURAN ALAT TANGKAP JUMLAH ALAT JENIS IKAN HASIL (ekor) Nila 16 2 Juli 2011 2 inci 1 pis Tawes 8 Nila 10 4 Juli 2011 2 inci 1 pis Tawes 2 Nila 11 5 Juli 2011 2 inci 1 pis Tawes 3 Nila 14 6 Juli 2011 2 inci 1 pis Tawes 3 Betutu 1 Nila 12 8 Juli 2011 2 inci 1 pis Tawes 5 Nila 8 12 Juli 2011 2 inci 1 pis Tawes 3 Nila 9 13 Juli 2011 2 inci 1 pis Tawes 7 Nila 10 14 Juli 2011 2 inci 1 pis Tawes 5 Nila 16 16 Juli 2011 2 inci 1 pis Tawes 1 Nila 9 17 Juli 2011 2 inci 1 pis Tawes 3 Nila 12 18 Juli 2011 2 inci 1 pis Tawes 4 Nila 13 20 Juli 2011 2 inci 1 pis Tawes 7 Nila 6 21 Juli 2011 2 inci 1 pis Tawes 3

Lampiran 125 Nama nelayan : Suwarno Alat tangkap : Jaring

TANGGAL UKURAN ALAT TANGKAP JUMLAH ALAT JENIS IKAN HASIL (ekor) Nila 12 12 Maret 2011 3.5 inci 6 lembar Tawes 9 Nila 8 14 Maret 2011 3.5 inci 6 lembar Tawes 7 Nila 18 15 Maret 2011 3.5 inci 6 lembar Tawes 3 Nila 30 16 Maret 2011 3.5 inci 6 lembar Tawes 2 Nila 28 17 Maret 2011 3.5 inci 6 lembar Tawes 4 Nila 26 20 Maret 2011 3.5 inci 6 lembar Tawes 1 Nila 16 21 Maret 2011 3.5 inci 6 lembar Tawes 1 Nila 17 22 Maret 2011 3.5 inci 6 lembar Tawes 9 Nila 14 23 Maret 2011 3.5 inci 6 lembar Tawes 17 Nila 22 24 Maret 2011 3.5 inci 6 lembar Tawes 8 Nila 6 25 Maret 2011 3.5 inci 6 lembar Tawes 17 Nila 13 26 Maret 2011 3.5 inci 6 lembar Tawes 13 Nila 23 3-Apr-2011 3.5 inci 8 lembar Tawes 8 Nila 33 4-Apr-2011 3.5 inci 8 lembar Tawes 9 Nila 27 5-Apr-2011 3.5 inci 8 lembar Tawes 7 Nila 19 8-Apr-2011 3.5 inci 8 lembar Tawes 13 Nila 13 9-Apr-2011 3.5 inci 8 lembar Tawes 3 Nila 9 10-Apr-2011 3.5 inci 8 lembar Tawes 2 13-Apr-2011 3.5 inci 8 lembar Nila 2 Nila 12 4-May-2011 3.5 inci 8 lembar Tawes 10

Lampiran 126 TANGGAL UKURAN ALAT TANGKAP JUMLAH ALAT JENIS IKAN HASIL (ekor) Nila 1 5-May-2011 3.5 inci 8 lembar Tawes 13 Nila 24 13-May-2011 3.5 inci 9 lembar Tawes 5 Nila 16 14-May-2011 3.5 inci 9 lembar Tawes 9 Nila 22 16-May-2011 3.5 inci 9 lembar Tawes 8 Nila 18 18-May-2011 3.5 inci 9 lembar Tawes 13 Nila 10 30-May-2011 3.5 inci 8 lembar Tawes 6 Nila 16 31-May-2011 3.5 inci 8 lembar Tawes 15 Nila 1 1-Jun-2011 3.5 inci 8 lembar Tawes 21 Nila 21 2-Jun-2011 3.5 inci 8 lembar Tawes 10 Nila 15 3-Jun-2011 3.5 inci 8 lembar Tawes 16 Nila 22 5-Jun-2011 3.5 inci 8 lembar Tawes 9 Nila 15 6-Jun-2011 3.5 inci 8 lembar Tawes 15 Nila 18 7-Jun-2011 3.5 inci 8 lembar Tawes 12 Nila 12 8-Jun-2011 3.5 inci 8 lembar Tawes 6 Nila 25 9-Jun-2011 3.5 inci 8 lembar Tawes 5 Nila 23 10-Jun-2011 3.5 inci 8 lembar Tawes 8 Nila 13 11-Jun-2011 3.5 inci 8 lembar Tawes 6 Nila 18 12-Jun-2011 3.5 inci 8 lembar Tawes 21 Nila 13 16-Jun-2011 3.5 inci 8 lembar Tawes 9 Nila 17 17-Jun-2011 3.5 inci 8 lembar Tawes 3 Nila 9 18-Jun-2011 3.5 inci 8 lembar Tawes 13

Lampiran 127 TANGGAL UKURAN ALAT TANGKAP JUMLAH ALAT JENIS IKAN HASIL (ekor) Nila 6 19-Jun-2011 3.5 inci 8 lembar Tawes 24 Nila 28 20-Jun-2011 3.5 inci 8 lembar Tawes 12 Nila 32 25-Jun-2011 3.5 inci 8 lembar Tawes 9 Nila 13 26-Jun-2011 3.5 inci 8 lembar Tawes 11 Nila 9 27-Jun-2011 3.5 inci 10 lembar Tawes 3 Nila 27 28-Jun-2011 3.5 inci 10 lembar Tawes 9 Nila 23 29-Jun-2011 3.5 inci 10 lembar Tawes 4 Nila 18 30-Jun-2011 3.5 inci 10 lembar Tawes 5 Nila 12 1-Jul-2011 3.5 inci 10 lembar Tawes 7 Nila 8 2-Jul-2011 3.5 inci 10 lembar Tawes 11 Nila 21 3-Jul-2011 3.5 inci 10 lembar Tawes 9 Nila 3 4-Jul-2011 3.5 inci 10 lembar Tawes 9 Nila 2 5-Jul-2011 3.5 inci 10 lembar Tawes 3 Nila 8 9-Jul-2011 3.5 inci 10 lembar Tawes 5 Nila 9 10-Jul-2011 3.5 inci 10 lembar Tawes 1 Nila 12 11-Jul-2011 3.5 inci 10 lembar Tawes 5 12-Jul-2011 3.5 inci 10 lembar Nila 10 13-Jul-2011 3.5 inci 10 lembar Tawes 6 Nila 29 14-Jul-2011 3.5 inci 10 lembar Tawes 1 Nila 32 15-Jul-2011 3.5 inci 10 lembar Tawes 2 Nila 26 17-Jul-2011 3.5 inci 10 lembar Tawes 3 Nila 11 20-Jul-2011 3.5 inci 10 lembar Tawes 4

Lampiran 128 TANGGAL UKURAN ALAT TANGKAP JUMLAH ALAT JENIS IKAN HASIL (ekor) Nila 2 21-Jul-2011 3.5 inci 10 lembar Tawes 2 22-Jul-2011 3.5 inci 10 lembar Tawes 24 Nila 19 23-Jul-2011 3.5 inci 10 lembar Tawes 8

Lampiran 129 Nama nelayan : Suwarno Alat tangkap : Jala

TANGGAL UKURAN ALAT TANGKAP JUMLAH ALAT JENIS IKAN HASIL (ekor) Nila 34 16-Apr-11 3 inci 1 Tawes 6 Nila 24 17-Apr-11 3 inci 1 Tawes 11 Nila 7 18-Apr-11 3 inci 1 Tawes 4 Nila 42 21-Apr-11 3 inci 1 Tawes 13 Nila 29 22-Apr-11 3 inci 1 Tawes 13 Nila 32 23-Apr-11 3 inci 1 Tawes 11 Nila 17 24-Apr-11 3 inci 1 Tawes 5 Nila 3 25-Apr-11 3 inci 1 Tawes 9 Nila 9 26-Apr-11 3 inci 1 Tawes 8 Nila 28 19-May-11 3 inci 1 Tawes 3 Nila 6 20-May-11 3 inci 1 Tawes 7 Nila 24 21-May-11 3 inci 1 Tawes 9 Nila 36 24-May-11 3 inci 1 Tawes 7 Nila 17 25-May-11 3 inci 1 Tawes 5 Nila 4 27-May-11 3 inci 1 Tawes 1 Nila 6 28-May-11 3 inci 1 Tawes 13

Lampiran 130 Lampiran 8. Data Makanan Ikan Betutu

TRIP I

Volume Panjang Saluran Persentase Jenis P Manakan No Pencernaan (cm) Makanan (%) Makanan Jenis Kelamin (cm) (mL) 1 22,2 0,1 100 ikan Jantan 2 14,8 0,05 100 ikan Betina 3 18,7 0,2 100 serangga Betina 4 19,4 0,15 100 ikan Betina 5 24 0,1 100 ikan Jantan 6 17,9 0,15 100 udang Jantan 0,15 75 IKAN 7 22,4 6,5 0,05 25 udang Betina 8 21,9 6 100 Serangga Jantan 9 17,6 5 100 Ikan Betina 10 14,3 100 Ikan Betina 11 22,5 6,5 100 Udang Betina 12 22,4 100 udang Betina 13 19,9 6,5 100 ikan Betina 14 16,8 7 100 udang Betina 15 20 5 100 Udang Betina 16 21,8 5 100 Ikan Jantan 17 21,5 9,5 100 Udang Jantan 0,05 50 Ikan 18 22,1 11 0,05 50 udang Betina 0,1 40 udang 19 22 5 0,15 60 Ikan Betina 20 19,1 4 100,00 Ikan Jantan

Lampiran 131 TRIP II

IKAN BETUTU JANTAN

Panjang Saluran Volume Persentase Jenis Makanan Jenis Kelamin Pencernaan (cm) Makanan (mL) Makanan (%) 10,3 1 100 ikan Jantan 9,7 1,2 100 ikan Jantan 11 0,25 100 ikan Jantan 7 kosong Jantan 12,5 1,15 100 ikan Jantan 13 1 100 ikan Jantan 0,6 86 ikan 10 Jantan 0,1 14,00 serangga 6,3 kosong Jantan 10 9,5 100 ikan Jantan 0,01 5 serangga 11,5 Jantan 0,2 95 ikan 11,6 4 100 ikan Jantan 9,5 0,1 100 ikan Jantan 9,5 100 ikan Jantan 6 kosong Jantan 9,8 100 udang Jantan 5,5 100 ikan Jantan

Lampiran 132 IKAN BETUTU BETINA

Panjang Saluran Volume Makanan Persentase Jenis Jenis Kelamin Pencernaan (cm) (mL) Makanan (%) Makanan 7,6 0,6 100 udang Betina 11 0,2 100,00 ikan Betina 5,8 kosong Betina 8,8 kosong Betina 7,5 kosong Betina 11 kosong Betina 7,4 0,02 100 serangga Betina 0,2 67 udang 10 0,1 33 ikan Betina 10,5 kosong Betina 6 kosong Betina 4,5 0,03 100 serangga Betina 4 kosong Betina 10 kosong Betina 9 kosong Betina 12 0,25 100 udang Betina 5,5 0,25 100 serangga Betina 11 kosong Betina 7,5 kosong Betina 0,02 100 ikan Betina 6,5 0,1 100 serangga Betina 6,8 100 serangga Betina 8 100 serangga Betina 12,5 100 ikan Betina 5 100 serangga Betina 9,7 100 ikan Betina

Lampiran 133 TRIP III IKAN BETUTU JANTAN

Panjang Saluran Volume Persentase Jenis Makanan Jenis Kelamin Pencernaan (cm) Makanan (mL) Makanan (%) 9 kosong Jantan 7 kosong Jantan 9 100 serangga Jantan 0,04 28,57 ikan 6,5 Jantan 0,1 71,43 serangga 7 kosong Jantan 20 kosong Jantan 16 kosong Jantan 7 100 serangga Jantan 10 100 Udang Jantan 8 kosong Jantan 9,2 100 ikan Jantan 11 kosong Jantan

Lampiran 134 IKAN BETUTU BETINA

Panjang Saluran Volume Makanan Persentase Jenis Pencernaan (cm) (mL) Makanan (%) Makanan Jenis Kelamin 7 100 Udang Betina 11 100,00 tercerna Betina 11,2 100,00 tercerna Betina 5 tercerna 8,7 95 ikan Betina 9,7 kosong Betina 7,2 kosong Betina 7,5 kosong Betina 7,5 100 ikan 5 kosong Betina 12,4 100 ikan Betina 14 kosong Betina 7,5 kosong Betina 9 kosong Betina 10 100 ikan Betina 9,4 kosong Betina 11 kosong Betina 7,6 kosong Betina 6,9 100 Udang Betina 0,4 73 tercerna 10,6 0,15 27 Serangga Betina 11,7 100 Serangga Betina 8,5 kosong Betina 9,1 100 Serangga Betina 7,3 100 ikan Betina 9,7 kosong Betina 9,4 100 ikan Betina

Lampiran 135 TRIP IV IKAN BETUTU JANTAN

Panjang Saluran Volume Persentase Jenis Makanan Jenis Kelamin Pencernaan (cm) Makanan (mL) Makanan (%) 10 100 ikan Jantan 8 kosong Jantan 10,5 100 Ikan Jantan 10,5 100,00 ikan Jantan 7,3 100,00 ikan Jantan 5,2 100 Udang Jantan 10,3 kosong Jantan 9 kosong

IKAN BETUTU BETINA

Panjang Saluran Volume Makanan Persentase Jenis Pencernaan (cm) (mL) Makanan (%) Makanan Jenis Kelamin 9,8 100 ikan Betina 9 kosong Betina 7,5 kosong Betina 6,5 kosong Betina 66,67 ikan 15,5 33,33 Udang Betina 8,8 100 ikan Betina 8,5 100 ikan Betina 13,2 100 ikan 8,5 kosong Betina 12 kosong Betina 13 100 Ikan Betina 11 kosong Betina 9 100 ikan Betina

Lampiran 136 Lampiran 9. Data Makanan Ikan Red Devil

TRIP I Amphilopus Citrinellus jantan Amphilopus citrinellus betina

Jenis Jumlah % Jumlah % Kode makanan Jenis Jumlah Kode Jenis makanan Jenis Jumlah 6 Pitoplankton 14 93,33 11 Pitoplankton 14 82,35 Cacing 1 6,67 Ikan 2 11,76 Udang 1 5,88 17

12 Pitoplankton 14 77,78 Udang 1 5,56 Serangga 1 5,56 Ikan 2 11,11 18

14 Pitoplankton 14 82,35 Ikan 2 11,76 Serangga 1 5,88 17

15 Pitoplankton 14 82,35 Udang 1 5,88 Serangga 1 5,88 Cacing 1 5,88 17

20 Pitoplankton 15 88,24 Cacing 1 5,88 Serangga 1 5,88 17

16 Pitoplankton 5 71,43 Cacing 1 14,29 Serangga 1 14,29 7

17 Pitoplankton 2 50 Cacing 1 25 Serangga 1 25 4

7 Pitoplankton 9 100

Lampiran 137 Amphilopus labiatus jantan Amphilopus labiatus betina

Jenis Jumlah Jenis Jumlah Kode makanan Jenis % Jumlah Kode makanan Jenis % Jumlah 10 Pitoplankton 16 94,12 18 Pitoplankton 23 95,83 Serangga 1 5,88 Udang 1 4,17 17 24

1 Pitoplankton 14 87,50 4 Pitoplankton 11 100,00 Udang 1 6,25 Cacing 1 6,25 1 Pitoplankton 11 91,67 16 Serangga 1 8,33 12 3 Pitoplankton 13 100,00 8 Pitoplankton 9 100,00 15 Pitoplankton 19 95,00 Serangga 1 5,00 23 Pitoplankton 20 90,91 20 Ikan 1 4,55 Serangga 1 4,55 6 Pitoplankton 4 100,00 22

15 Pitoplankton 8 80 Zooplankton 1 10 Cacing 1 10 10

21 Pitoplankton 3 75 Cacing 1 25 4

2 Pitoplankton 6 75 Cacing 1 12,5 Serangga 1 12,5

11 Pitoplankton 4 100

12 Pitoplankton 19 90,5 Serangga 1 4,8 Cacing 1 4,8 21

8 Pitoplankton 19 90,5 Serangga 1 4,8 ikan 1 4,8 21

19 Pitoplankton 12 100

Lampiran 138 Lampiran 10. Fekunditas Ikan Betutu di Waduk Kedung Ombo

TRIP I

JUMLAH BERAT KODE BERAT GONAD TELUR FEKUNDITAS TKG SAMPEL SAMPEL 12 2,06 0,18 1654 18929 IV 14 1,84 0,12 1036 15885 IV 9 1,1 0,16 1323 9096 III 11 0,7 0,16 1466 6414 III 6 2,32 0,48 2010 9715 IV 10 5,38 0,28 1420 27284 III 5 3,9 0,16 1388 33833 III 1 0,86 0,16 2300 12363 IV

TRIP II

KODE BERAT GONAD BERAT SAMPEL JUMLAH TELUR SAMPEL FEKUNDITAS TKG 28 0,84 0,06 1240 17360 III 12 4,22 0,51 1859 15382 IV 12 7,44 0,3 1169 28991 IV 23 3,38 0,06 1104 62192 III 8 1,56 0,24 2522 16393 IV

TRIP III

BERAT GONAD BERAT SAMPEL JUMLAH TELUR SAMPEL FEKUNDITAS TKG 3,84 0,48 3250 26000 IV 1,89 0,5 3086 11665 IV

TRIP IV

BERAT GONAD BERAT SAMPEL JUMLAH TELUR SAMPEL FEKUNDITAS TKG 4,82 0,96 7050 35397 IV 4 0,84 8035 38262 IV 8,64 1,4 9123 56302 IV 3,12 0,56 4130 23010 IV 7,16 1,14 6724 42231 IV

Lampiran 139 Lampiran 11. Fekunditas Ikan Red Devil

TRIP I

BERAT BERAT JUMLAH TELUR KODE GONAD SAMPEL SAMPEL FEKUNDITAS TKG 9 1,6 1,1 588 855 IV 5 0,4 0,2 792 1584 IV 8 1,52 1,04 685 1001 IV 7 0,36 0,18 524 1048 IV 4 2,5 0,98 477 1217 IV 1 1,62 0,62 446 1165 IV 15 4,4 1,3 544 1841 IV 19 2,28 0,74 376 1158 IV 11 1,62 0,98 456 754 IV 17 2,2 1,32 666 1110 IV 21 0,66 0,28 352 830 IV 9 3,18 0,8 697 2771 IV

TRIP II

Amphilopus labiatus

KODE BERAT GONAD BERAT SAMPEL JUMLAH TELUR SAMPEL FEKUNDITAS TKG 12 0,74 0,6 549 677 IV 11 1,46 1,28 592 675 IV 13 3,16 0,9 423 1485 IV 10 1,30 0,54 498 1198,89 IV

Amphilopus citrinellus

KODE BERAT GONAD BERAT SAMPEL JUMLAH TELUR SAMPEL FEKUNDITAS TKG 25 1,6 0,36 249 1107 IV 60 2,08 1,26 789 1302 IV 25 1,6 0,64 501 1253 IV 27 1,76 0,74 420 999 IV 34 1,76 0,86 463 948 IV 12 1,56 0,98 572 911 IV

TRIP III

Amphilopus labiatus

BERAT GONAD BERAT SAMPEL JUMLAH TELUR SAMPEL FEKUNDITAS TKG 1,48 0,72 500 1028 IV 0,32 0,18 534 949 IV 1,4 0,38 229 844 IV 0,4 0,16 378 945 IV 0,64 0,28 421 962 IV

Lampiran 140 Amphilopus citrinellus

KODE BERAT GONAD BERAT SAMPEL JUMLAH TELUR SAMPEL FEKUNDITAS TKG 25 0,82 0,28 250 732 IV 60 2,3 0,48 188 901 IV 25 1,26 668 IV 27 0,8 0,08 135 1350 IV 34 0,38 0,16 415 986 IV

TRIP IV

Amphilopus labiatus

BERAT GONAD BERAT SAMPEL JUMLAH TELUR SAMPEL FEKUNDITAS TKG 3,04 0,64 290 1378 IV 1,64 0,54 319 969 IV 1,38 0,48 345 992 IV 2,22 0,82 321 869 IV

Amphilopus citrinellus

BERAT GONAD BERAT SAMPEL JUMLAH TELUR SAMPEL FEKUNDITAS TKG 1,98 0,78 309 784 IV 1,3 0,48 233 631 IV 1,38 0,6 328 754 IV 1,36 0,4 304 1034 IV

Lampiran 141 Lampiran 12. Diameter Telur Ikan Betutu

TRIP I

TKG Diameter Jumlah Kisaran Persentase Diameter (%) 0,24 1 1,33 0,27 2 2,67 0,34 11 14,67 0,4 41 54,67 IV 0.24 - 0.54 0,43 1 1,33 0,47 16 21,33 0,51 2 2,67 0,54 1 1,33

TRIP II

TKG Diameter Jumlah Kisaran Persentase Diameter (%) 0,324 1 1,235 0,338 4 4,938 0,351 6 7,407 0,405 9 11,111 0,418 1 1,235 0,432 6 7,407 0,446 1 1,235 0,459 2 2,469 0,473 5 6,173 IV 0,486 5 0.324 - 0.675 6,173 0,499 1 1,235 0,513 2 2,469 0,526 2 2,469 0,54 18 22,222 0,554 3 3,704 0,567 9 11,111 0,594 4 4,938 0,608 1 1,235 0,675 1 1,235

Lampiran 142 TRIP III

TKG Diameter Jumlah Kisaran Persentase Diameter (%) 0,27 2 2,899 0,3 4 5,797 0,31 2 2,899 0,32 3 4,348 0,34 8 11,594 0,35 3 4,348 0,36 6 8,696 0,38 2 2,899 0,39 7 10,145 IV 0,41 2 0.27 - 0.62 2,899 0,42 2 2,899 0,43 5 7,246 0,45 5 7,246 0,46 4 5,797 0,47 7 10,145 0,5 2 2,899 0,51 2 2,899 0,53 2 2,899 0,62 1 1,449

TRIP IV

Diameter (mm) Jumlah Persentase (%) 0,2 2 1,07 0,225 1 0,53 0,25 11 5,88 0,275 5 2,67 0,28 2 1,07 0,29 1 0,53 0,3 58 31,02 0,325 1 0,53 0,35 49 26,20 0,375 3 1,60 0,4 26 13,90 0,45 21 11,23 0,5 6 3,21 0,55 1 0,53

Lampiran 143 Lampiran 13. Diameter Ikan Red Devil

TRIP I

Amphilopus labiatus Amphilopus citrinellus

Persentase Diameter Persentase Diameter Diameter Jumlah (%) Diameter Jumlah (%) 0,4 2 2,041 0,54 13 20,63 0,47 2 2,041 0,61 1 1,59 0,48 1 1,020 0,62 1 1,59 0,54 11 11,224 0,67 7 11,11 0,57 3 3,061 0,81 1 1,59 0,61 1 1,020 1,08 7 11,11 0,67 3 3,061 1,15 5 7,94 0,81 4 4,082 1,21 2 3,17 0,88 5 5,102 1,28 4 6,35 0,94 4 4,082 1,35 7 11,11 1,01 7 7,143 1,42 1 1,59 1,03 1 1,020 1,48 1 1,59 1,08 12 12,245 1,55 4 6,35 1,11 1 1,020 1,62 3 4,76 1,15 3 3,061 1,69 1 1,59 1,21 14 14,286 1,96 1 1,59 1,24 7 7,143 2,02 1 1,59 1,28 5 5,102 2,09 2 3,17 1,32 2 2,041 2,16 1 1,59 1,35 6 6,122 1,42 2 2,041 1,48 2 2,041

Lampiran 144 TRIP II Amphilopus labiatus Amphilopus citrinellus

Persentase Diameter Diameter Persentase Diameter Diameter Jumlah (%) (mm) Jumlah (%) 0,675 2 1,770 0,945 1 0,885 0,837 1 0,885 0,972 1 0,885 0,851 2 1,770 1,013 2 1,770 0,878 1 0,885 1,026 1 0,885 0,891 1 0,885 1,04 2 1,770 0,918 3 2,655 1,08 15 13,274 0,932 2 1,770 1,094 2 1,770 0,945 1 0,885 1,107 2 1,770 0,959 1 0,885 1,121 2 1,770 0,972 3 2,655 1,134 4 3,540 0,999 1 0,885 1,148 6 5,310 1,013 4 3,540 1,161 4 3,540 1,026 3 2,655 1,175 1 0,885 1,04 2 1,770 1,188 4 3,540 1,053 1 0,885 1,202 4 3,540 1,067 1 0,885 1,215 14 12,389 1,08 10 8,850 1,229 2 1,770 1,094 1 0,885 1,242 6 5,310 1,107 2 1,770 1,256 4 3,540 1,121 2 1,770 1,269 5 4,425 1,134 3 2,655 1,283 7 6,195 1,148 3 2,655 1,296 4 3,540 1,161 1 0,885 1,31 3 2,655 1,175 2 1,770 1,323 5 4,425 1,188 6 5,310 1,337 7 6,195 1,215 7 6,195 1,35 4 3,540 1,242 5 4,425 1,364 2 1,770 1,256 2 1,770 1,377 6 5,310 1,269 1 0,885 1,384 2 1,770 1,296 1 0,885 1,404 2 1,770 1,323 2 1,770 1,418 7 6,195 1,337 1 0,885 1,431 2 1,770 1,35 6 5,310 1,445 4 3,540 1,364 2 1,770 1,458 6 5,310 1,377 2 1,770 1,472 5 4,425 1,404 4 3,540 1,485 16 14,159 1,431 4 3,540 1,512 2 1,770 1,458 4 3,540 1,526 1 0,885 1,472 3 2,655 1,539 3 2,655 1,485 4 3,540 1,552 1 0,885 1,499 2 1,770 1,566 1 0,885 1,539 1 0,885 1,579 1 0,885 1,566 1 0,885 1,593 2 1,770 1,593 2 1,770 1,607 1 0,885 1,62 1 0,885 1,674 2 1,770 1,877 1 0,885

Lampiran 145 TRIP III Amphilopus labiatus

Persentase Diameter Diameter Jumlah (%) 0,61 4 4,762 0,69 1 1,190 0,77 1 1,190 0,81 2 2,381 1 1 1,190 1,01 2 2,381 1,03 1 1,190 1,08 7 8,333 1,11 3 3,571 1,12 4 4,762 1,13 2 2,381 1,15 3 3,571 1,16 3 3,571 1,17 4 4,762 1,19 11 13,095 1,2 1 1,190 1,22 11 13,095 1,23 1 1,190 1,24 6 7,143 1,26 1 1,190 1,27 1 1,190 1,28 2 2,381 1,3 2 2,381 1,31 3 3,571 1,32 2 2,381 1,34 1 1,190 1,35 1 1,190 1,4 1 1,190 1,47 2 2,381

Lampiran 146 Amphilopus citrinellus

Diameter Persentase Diameter Diameter Persentase Diameter (mm) Jumlah (%) (mm) Jumlah (%) 0,61 1 0,741 1,47 3 2,222 0,74 3 2,222 1,48 4 2,963 0,76 3 2,222 1,49 10 7,407 0,77 2 1,481 1,5 3 2,222 0,8 1 0,741 1,51 3 2,222 0,81 5 3,704 1,53 1 0,741 0,82 1 0,741 1,54 1 0,741 0,84 4 2,963 1,55 4 2,963 0,85 1 0,741 1,58 3 2,222 0,88 2 1,481 1,59 3 2,222 0,89 1 0,741 1,61 1 0,741 0,9 2 1,481 1,62 2 1,481 0,92 1 0,741 0,93 1 0,741 0,94 2 1,481 0,98 1 0,741 1,03 1 0,741 1,08 5 3,704 1,12 2 1,481 1,13 1 0,741 1,15 3 2,222 1,17 3 2,222 1,19 1 0,741 1,2 1 0,741 1,21 7 5,185 1,23 1 0,741 1,24 3 2,222 1,25 1 0,741 1,28 3 2,222 1,3 1 0,741 1,31 4 2,963 1,34 2 1,481 1,35 5 3,704 1,36 2 1,481 1,38 5 3,704 1,39 2 1,481 1,42 4 2,963 1,43 1 0,741 1,44 1 0,741 1,46 7 5,185

Lampiran 147 TRIP IV Amphilopus labiatus Amphilopus citrinellus

Diameter Persentase Diameter Persentase Jumlah Jumlah (mm) (%) (mm) (%) 0,6 3 2,50 0,6 1 0,83 0,65 3 2,50 0,65 1 0,83 0,675 1 0,83 0,675 1 0,83 0,7 13 10,83 0,7 7 5,83 0,725 1 0,83 0,75 4 3,33 0,75 11 9,17 0,775 1 0,83 0,775 4 3,33 0,8 20 16,67 0,8 29 24,17 0,85 9 7,50 0,85 15 12,50 0,875 3 2,50 0,875 1 0,83 0,9 22 18,33 0,9 20 16,67 0,925 4 3,33 0,925 1 0,83 0,95 13 10,83 0,95 5 4,17 0,975 4 3,33 1 9 7,50 1 11 9,17 1,1 2 1,67 1,05 8 6,67 1,15 1 0,83 1,075 2 1,67 1,2 1 0,83 1,1 8 6,67 1,125 1 0,83

Lampiran 148 Lampiran 14. Kelimpahan Fitoplankton Bulan Maret (sel/l)

KELAS GENUS 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Bacillariophyceae Auloceseira 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Bacillariophyceae Coconeis 0 0 0 0 0 0 0 2 0 Bacillariophyceae Coscinodiscus 0 0 1 0 0 4 0 0 0 Bacillariophyceae Crucigenia 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Bacillariophyceae Cyclotella 1 25 0 0 15 2 9 7 1 Bacillariophyceae Cymbella 0 0 0 0 0 2 2 0 0 Bacillariophyceae Diatoma 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Bacillariophyceae Fragillaria 0 0 0 0 3 3 7 0 0 Bacillariophyceae Melosira 0 0 0 0 0 32 0 0 0 Bacillariophyceae Navicula 0 0 0 11 2 0 0 0 0 Bacillariophyceae Nitszchia 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Bacillariophyceae Peridinium 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Bacillariophyceae Pinularia 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Bacillariophyceae Pleurosigma 0 8 0 14 1 5 0 3 3 Bacillariophyceae Stauroneis 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Bacillariophyceae Stephanodiscus 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Bacillariophyceae Surirella 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Bacillariophyceae Synedra 65 100 30 335 95 520 365 355 430 Bacillariophyceae Tabellaria 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Chlorophyceae Actinastrum 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Chlorophyceae Ankistrodesmus 0 120 30 391 6 0 0 0 0 Chlorophyceae Chlorococcus 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Chlorophyceae Closterium 0 0 0 0 0 0 0 6 0 Chlorophyceae Coelastrum 1 0 0 0 0 0 0 0 0 Chlorophyceae Cosmarium 0 2 0 2 2 0 3 0 3 Chlorophyceae Micrasterias 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Chlorophyceae Mougeotia 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Chlorophyceae Oocystis 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Chlorophyceae Pediastrum 330 66 0 990 50 50 528 660 464 Chlorophyceae Scenedesmus 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Chlorophyceae Spirogyra 0 0 0 0 0 0 1 0 0 Chlorophyceae Staurastrum 330 75 0 395 65 405 180 400 264 Chlorophyceae Tetraedron 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Chlorophyceae Ulothrix 60 2160 10960 3808 1450 960 288 25 64

Lampiran 149 KELAS GENUS 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Cyanophyceae Anabaena 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Cyanophyceae Anacystis 0 0 0 0 0 96 0 0 0 Cyanophyceae Aphanocapsa 0 7220 24890 0 0 0 570 18 418 Cyanophyceae Aphanotheca 950 0 0 380 950 2052 0 0 76 Cyanophyceae Gomphosphaeira 0 0 0 0 150 0 0 0 0 Cyanophyceae Merismopodia 5760 224 0 4240 2320 375 4112 2496 6080 Cyanophyceae Microcystis 38 0 1064 0 0 0 152 152 66 Cyanophyceae Oscillatoria 52 0 0 0 660 455 252 300 32 Cyanophyceae Selenastrum 60 0 0 8 0 0 8 32 24 Cyanophyceae Spirulina 0 0 0 0 0 2 0 0 0 Dinophyceae Ceratium 16 360 7 50 4 280 112 30 175 Dinophyceae Peridinium 308 100 0 58 55 45 107 190 170 Euglenoceae Euglena 0 0 0 3 55 2 0 0 0 Euglenoceae Phacus 7 0 0 12 2 0 0 0 0 TOTAL 7978 10460 36982 10697 5885 5290 6696 4676 8270

Lampiran 150 Lampiran 15. Kelimpahan Fitoplankton Bulan Mei (sel/l)

KELAS GENUS 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Bacillariophyceae Auloceseira 0 0 0 0 0 0 0 60 132 0 96 48 0 0 0 0 Bacillariophyceae Coconeis 0 0 0 9 0 6 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 Bacillariophyceae Coscinodiscus 0 0 0 30 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 4 Bacillariophyceae Crucigenia 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Bacillariophyceae Cyclotella 2 0 0 0 36 0 0 0 0 0 42 0 0 0 0 0 Bacillariophyceae Cymbella 0 3 0 0 0 0 9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Bacillariophyceae Diatoma 0 0 0 33 6 18 0 0 0 0 0 0 9 0 0 0 Bacillariophyceae Fragillaria 0 4 6 39 0 0 0 24 0 0 42 0 0 0 0 3 Bacillariophyceae Melosira 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 0 0 0 0 0 0 Bacillariophyceae Navicula 15 4 0 6 36 0 0 14 18 0 0 0 21 0 0 1 Bacillariophyceae Nitszchia 5 0 0 12 30 0 24 15 0 3 0 0 0 33 0 21 Bacillariophyceae Peridinium 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Bacillariophyceae Pinularia 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 0 Bacillariophyceae Pleurosigma 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Bacillariophyceae Stauroneis 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Bacillariophyceae Stephanodiscus 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Bacillariophyceae Surirella 0 0 0 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Bacillariophyceae Synedra 18 25 32 1824 15 15 24 9 0 10 9 6 27 12 0 0 Bacillariophyceae Tabellaria 23 56 51 0 84 0 0 9 57 18 66 0 0 0 0 96 Chlorophyceae Actinastrum 0 3 0 0 0 0 0 9 0 0 5 0 21 0 0 0 Chlorophyceae Ankistrodesmus 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Chlorophyceae Chlorococcus 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Chlorophyceae Closterium 0 0 0 0 0 12 0 36 0 0 0 0 0 9 0 0

Lampiran KELAS GENUS 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Chlorophyceae Coelastrum 0 0 36 0 0 0 0 36 0 6 0 0 0 0 0 0 Chlorophyceae Cosmarium 26 26 3 60 36 27 30 0 12 12 37 3 36 3 0 27 Chlorophyceae Euastrum 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 Chlorophyceae Micrasterias 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Chlorophyceae Mougeotia 0 0 0 138 0 0 0 132 0 31 0 36 15 0 0 12 Chlorophyceae Oocystis 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 50 0 0 0 0 0 Chlorophyceae Pediastrum 27 0 0 0 90 0 0 96 0 0 48 0 0 3 0 348 Chlorophyceae Scenedesmus 0 0 0 24 0 0 0 0 36 14 0 6 0 0 0 0 Chlorophyceae Spirogyra 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Chlorophyceae Staurastrum 59 199 177 387 234 93 180 126 216 173 135 120 576 279 408 177 Chlorophyceae Tetraedron 0 0 0 30 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Chlorophyceae Ulothrix 44 77 62 114 222 159 324 72 0 165 76 154 477 93 0 258 Cyanophyceae Anabaena 0 0 0 237 45 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Cyanophyceae Anacystis 12 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 60 12 0 0 0 Cyanophyceae Aphanocapsa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 46 0 0 0 0 0 Cyanophyceae Aphanotheca 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 114 0 219 342 0 38 Cyanophyceae Gomphosphaeira 0 0 0 0 0 24 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Cyanophyceae Merismopodia 134 268 299 1152 1110 606 504 162 1212 384 714 452 2604 1125 0 1116 Cyanophyceae Microcystis 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 456 0 0 0 Cyanophyceae Oscillatoria 0 0 36 84 522 84 0 60 0 52 110 0 240 27 0 129 Cyanophyceae Selenastrum 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Cyanophyceae Spirulina 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Dinophyceae Ceratium 6 6 9 24 36 0 0 0 15 4 9 6 42 9 0 12 Dinophyceae Peridinium 93 60 3 210 75 15 66 18 69 0 399 6 21 0 333 132 Euglenoceae Euglena 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Euglenoceae Phacus 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 9 0 0 0 0 0 TOTAL 465 731 714 4419 2577 1062 1161 878 1767 877 2009 900 4776 1941 747 2374

Lampiran Lampiran 16. Kelimpahan Fitoplankton Bulan Juli (sel/l)

KELAS GENUS 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Bacillariophyceae Auloceseira 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Bacillariophyceae Coconeis 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Bacillariophyceae Coscinodiscus 0 0 0 0 0 0 0 0 33 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Bacillariophyceae Crucigenia 0 0 0 0 0 0 0 33 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Bacillariophyceae Cyclotella 33 0 0 33 0 0 133 0 0 0 0 0 0 0 0 133 0 0 0 0 Bacillariophyceae Cymbella 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Bacillariophyceae Diatoma 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 33 0 Bacillariophyceae Fragillaria 0 0 0 67 0 33 0 0 67 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Bacillariophyceae Melosira 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Bacillariophyceae Navicula 0 0 0 0 33 0 200 0 0 0 0 33 33 33 0 33 33 0 67 0 Bacillariophyceae Nitszchia 0 0 0 0 0 0 0 0 33 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Bacillariophyceae Peridinium 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Bacillariophyceae Pinularia 0 0 0 67 0 0 0 0 0 33 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Bacillariophyceae Pleurosigma 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 100 0 Bacillariophyceae Stauroneis 0 0 0 0 0 0 0 0 33 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Bacillariophyceae Stephanodiscus 0 0 0 0 0 0 300 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Bacillariophyceae Surirella 0 33 0 33 0 0 0 33 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 33 0 Bacillariophyceae Synedra 767 33 367 1033 333 33 367 67 133 567 0 333 267 200 33 333 167 200 133 267 Bacillariophyceae Tabellaria 0 0 0 67 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 67 0 0 133 0 0 Chlorophyceae Actinastrum 33 0 0 0 0 0 0 0 33 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Chlorophyceae Ankistrodesmus 0 0 0 0 0 0 0 0 0 33 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Chlorophyceae Chlorococcus 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 233 0 0 0 0 Chlorophyceae Closterium 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 33 0 0 0 0 0

Lampiran KELAS GENUS 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Chlorophyceae Coelastrum 0 0 0 433 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 33 0 Chlorophyceae Cosmarium 0 0 0 33 0 0 33 0 33 67 0 33 0 0 100 67 33 67 0 0 Chlorophyceae Euastrum 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Chlorophyceae Micrasterias 0 33 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Chlorophyceae Mougeotia 0 67 767 267 0 0 433 0 0 0 0 0 0 0 0 267 267 0 0 0 Chlorophyceae Oocystis 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 300 Chlorophyceae Pediastrum 1267 1800 3067 1333 1667 533 0 433 500 0 0 0 0 0 0 0 267 0 667 0 Chlorophyceae Scenedesmus 0 267 0 0 0 0 133 0 0 0 0 33 0 0 0 0 0 0 133 0 Chlorophyceae Spirogyra 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Chlorophyceae Staurastrum 1300 1967 1367 4867 233 433 800 233 567 200 300 967 333 133 367 400 833 333 367 467 Chlorophyceae Tetraedron 0 0 0 0 0 0 33 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Chlorophyceae Ulothrix 0 600 0 1333 0 533 400 0 0 0 0 333 0 0 0 0 0 300 0 0 Cyanophyceae Anabaena 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Cyanophyceae Anacystis 300 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Cyanophyceae Aphanocapsa 0 1933 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1600 2533 0 0 0 Cyanophyceae Aphanotheca 0 0 2533 3800 0 1267 0 1267 0 0 0 3800 0 0 0 0 33 0 0 9667 Cyanophyceae Gomphosphaeira 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 167 0 0 0 0 Cyanophyceae Merismopodia 31133 7800 12400 50800 0 9767 19733 2267 29133 7133 367 10800 7467 10200 13567 11867 7733 3467 4000 13800 Cyanophyceae Microcystis 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Cyanophyceae Oscillatoria 933 833 33 1600 0 0 1867 0 100 133 1967 133 0 1967 0 0 533 633 3000 0 Cyanophyceae Selenastrum 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 100 0 0 0 0 0 0 0 0 Cyanophyceae Spirulina 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Dinophyceae Ceratium 2767 933 600 367 0 100 0 67 133 2700 100 1733 333 567 2133 3933 33 100 33 0 Dinophyceae Peridinium 1733 167 0 200 67 0 0 33 67 133 300 0 0 0 33 600 667 0 167 67 Euglenoceae Euglena 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 33 0 Euglenoceae Phacus 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 TOTAL 40267 16467 21133 66333 2333 12700 24433 4433 30867 11000 3033 18300 8433 13100 16333 19633 13133 5233 8800 24567

Lampiran Lampiran 17. Kelimpahan Zooplankton Bulan Maret (individu/l)

KELAS GENUS 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Ciliata Colpoda 0 0 0 0 2 0 0 0 0 Ciliata Oxytrycha 0 0 0 0 3 0 0 0 0 Ciliata Stentor 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Ciliata Tintinnidium 0 0 0 0 0 0 0 145 0 Crustacea Cyclops 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Crustacea Diaptomus 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Crustacea Nauplius 1 0 0 0 0 0 0 0 0 Mastigophora Arcella 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Mastigophora Difflugia 0 0 0 2 0 0 0 0 0 Mastigophora Lepocinclis 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Mastigophora Trachelomonas 1 0 0 0 100 0 0 20 6 Ploima Anureopsis 1 3 1 30 0 30 0 1 0 Ploima Argonotholca 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Ploima Asplanchana 0 0 0 0 0 0 2 0 0 Ploima Brachionus 0 0 0 0 1 0 0 0 0 Ploima Hexartha 0 0 0 0 0 0 0 0 1 Ploima Kertatella 0 0 0 0 0 0 0 3 0 Ploima Lepadella 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Ploima Mytilina 0 0 0 2 0 0 0 0 5 Ploima Pleusoma 1 0 0 0 0 0 1 0 1 Ploima Polyartha 0 8 0 4 2 1 2 0 7 Ploima Synchaeta 0 0 0 0 175 0 0 0 0 Ploima Trichocerca 0 0 1 0 0 25 0 0 2 TOTAL 4 11 2 38 283 56 5 169 22

Lampiran Lampiran 18. Kelimpahan Zooplankton Bulan Mei (individu/l)

KELAS GENUS 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Ciliata Colpoda 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Ciliata Oxytrycha 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Ciliata Stentor 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Ciliata Tintinnidium 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Crustacea Cyclops 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 Crustacea Diaptomus 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Crustacea Nauplius 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Mastigophora Arcella 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 Mastigophora Difflugia 0 0 0 0 0 0 0 0 6 1 1 3 3 0 0 0 Mastigophora Lepocinclis 0 0 0 0 8 0 0 0 0 0 11 0 0 0 0 0 Mastigophora Trachelomonas 0 0 0 0 8 0 0 0 0 0 0 0 4 0 0 0 Ploima Anureopsis 3 0 0 0 0 0 6 3 6 1 0 3 2 0 0 1 Ploima Argonotholca 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Ploima Asplanchana 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Ploima Brachionus 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Ploima Hexartha 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Ploima Keratella 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 1 Ploima Lepadella 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Ploima Mytilina 0 0 0 4 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 Ploima Pleusoma 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Ploima Polyartha 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 Ploima Synchaeta 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Ploima Trichocerca 0 0 0 0 0 0 0 4 0 0 0 0 0 0 2 0 TOTAL 3 3 0 4 18 0 6 7 12 2 18 6 9 0 4 4

Lampiran Lampiran 19. Kelimpahan Zooplankton Bulan Juli (individul/l)

KELAS GENUS 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Ciliata Colpoda 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Ciliata Oxytrycha 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Ciliata Stentor 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 33 0 0 0 0 0 0 0 0 Ciliata Tintinnidium 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Crustacea Cyclops 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Crustacea Diaptomus 0 0 0 0 33 0 0 0 0 0 0 0 0 0 33 0 0 0 33 0 Crustacea Nauplius 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Mastigophora Arcella 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Mastigophora Difflugia 133 0 0 0 0 0 0 0 0 533 0 0 0 0 100 400 0 0 0 0 Mastigophora Lepocinclis 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Mastigophora Trachelomonas 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Ploima Anureopsis 267 0 0 33 0 0 0 0 33 0 0 0 33 0 0 33 0 0 33 0 Ploima Argonotholca 0 0 0 0 0 0 0 0 33 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Ploima Asplanchana 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Ploima Brachionus 0 0 33 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Ploima Hexartha 0 0 0 33 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Ploima Keratella 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 67 0 0 0 67 0 Ploima Lepadella 33 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Ploima Mytilina 0 0 33 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Ploima Pleusoma 67 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Ploima Polyartha 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 33 0 0 0 33 0 Ploima Synchaeta 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Ploima Trichocerca 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 33 0 0 0 0 0 0 0 0 TOTAL 500 0 67 67 33 0 0 0 67 533 0 67 33 0 233 433 0 0 167 0

Lampiran Keterangan: 1. Duwet 2. Bendungan 3. Kelur 4. Wonoharjo 5. Alas Kobong 6. Gili Rejo 7. Kali Jenggotan 8. Sigit 9. Mojo Lumut 10. Ngasinan 11. Klewor 12. Jati Songo 13. Gunung Sono 14. Pulo Mas 15. Pelembinatur 16. Pendem 17. Kedung Mulyo 18. Watu Mangap 19. Geneng Sari 20. Bulu

Lampiran