KAJIAN ETNOBIOLOGI UPACARA ADAT DI DESA WORAT-WORAT KECAMATAN SAHU, KABUPATEN BARAT

Eva Uny¹, Euis S. Pangemanan², dan Reynold P. Kainde³ 1)Mahasiswa Ilmu Kehutanan Unsrat Manado, 95115 2)Dosen Ilmu Kehutanan Unsrat Manado, 95115

ABSTRACT

The Worat-Worat Village community still uses plants in their daily lives as medicines, household appliances, wicker, clothing, food, shelter, and traditional ceremonies. Traditional ceremonies in Worat- worat village which are still used today are: traditional eating ceremonies (Orom Sasadu) and traditional wedding ceremonies. This study aims to determine the types and benefits of plants and animals at a traditional ceremony in Worat-worat Village, Sahu District, West Halmahera Regency. The method used in the study was interviews and field observations. The technique of selecting informants using purposive sampling technique. Informants were chosen with certain considerations, in this case the informants chosen to be interviewed were traditional leaders, village leaders and the community. The results showed that plants and animals used in traditional ceremonies included 18 types of plants, namely: rice, sugar palm, betel, areca nut, banana forest, gofasa, sago, cempaka, yellow bamboo, bamboo stone, talang bamboo, balsam tree, durian, melinjo , rattan, kayu besi, coconut and langsat and 4 types of animals namely: wild boar, deer, gosong kelam, and rice snail. The use of plant and animal species in traditional ceremonies is very diverse. The use of these plants starts from the stem, bark, leaves, fruit, and sap. While the animal parts that are utilized are: rice conch shells are used as lime meal, dusky megapode eggs are used as food, wild boar is used as food and deerskin is used for making tifa.

Keywords: Ethnobiology, traditional ceremony, Worat-worat Village

ABSTRAK

Desa Worat-worat merupakan desa yang masyarakatnya masih memanfaatkan tumbuh-tumbuhan dalam kehidupan sehari-hari sabagai obat-obatan, peralatan rumah tangga, anyaman, kebutuhan sandang, pangan, papan, dan upacara adat. Upacara adat di desa Worat-worat yang masih digunakan sampai saat ini yaitu : upacara adat makan-makan adat (Orom Sasadu) dan upacara adat perkawinan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan pemanfaatan tumbuhan dan hewan pada upacara adat di Desa Worat-worat, Kecamatan Sahu, Kabupaten Halmahera Barat. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah dengan wawancara dan observasi lapangan. Teknik pemilihan informan yang digunakan dalam observasi awal ini adalah teknik purposive sampling yaitu teknik pemilihan informan dengan pertimbangan tertentu, dalam hal ini tokoh yang dipilih untuk diwawancarai adalah tokoh adat, pemuka desa dan masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tumbuhan dan hewan yang dipakai dalam upacara adat sebanyak 18 jenis tumbuhan yaitu : padi, aren, sirih, pinang, pisang hutan, gofasa, sagu, cempaka, bambu kuning, bambu batu, bambu talang, pohon balsam, durian, melinjo, rotan, kayu besi, kelapa dan langsat dan 4 jenis hewan yaitu : babi hutan, rusa, gosong kelam dan keong sawah. Pemanfaatan jenis tumbuhan dan hewan dalam upacara adat sangat beragam. Pemanfaatan tumbuhan tersebut dimulai dari batang, kulit batang, daun, buah, dan nira. Sedangkan bagian hewan yang dimanfaatkan yaitu : cangkang keong sawah dimanfaatkan sebagai kapur makan, telur gosong kelam dimanfaatkan sebagai makanan, babi hutan dimanfaatkan sebagai makanan serta kulit rusa dimanfaatkan sebagai pembuatan tifa.

Kata Kunci: Etnobotani, upacara adat, Desa Worat-worat PENDAHULUAN perlu adanya kajian etnobotani pada masyarakat Desa Worat-worat. Etnobiologi adalah studi ilmiah dari domain biokultur yang berkembang dalam hubungan Tujuan Penelitian yang dinamis antara manusia, biota, dan alam Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dari zaman kuno hingga saat ini (Svanberg and jenis dan manfaat tumbuhan dan hewan pada Łuczaj, 2014). Etnobotani merupakan ilmu upacara adat di Desa Worat-worat. yang mempelajari hubungan antara manusia Manfaat Penelitian dengan tumbuhan. Menurut Yuliarsih, Yuniati Hasil penelitian ini diharapkan dapat dan Pitopang (2013) tidak hanya data botani memberikan manfaat bagi masyarakat Desa taksonomi saja yang masuk dalam studi Worat-worat untuk tetap menjaga dan etnobotani tetapi juga menyangkut pengetahuan melestarikan tumbuhan dan hewan yang dipakai botani yang bersifat kedaerahan, berupa dalam upacara adat. hubungan timbal balik antara manusia dengan tumbuhan dan pemanfaatan tumbuhan untuk METODOLOGI PENELITIAN kepentingan budaya serta kelestarian sumber daya alam. Kajian etnobotani menekankan pada Tempat dan Waktu keterkaitan antara budaya masyarakat dengan Penelitian ini dilaksanakan di Desa Worat- tumbuhan (Setiawan dan Qiptiyah, 2014). worat, Kecamatan Sahu, Kabupaten Halmahera Upacara adat merupakan suatu tradisi yang Barat, Provinsi Utara. Penelitian dilakukan secara turun-temurun di berbagai berlangsung pada bulan Agustus-September daerah, baik untuk proses pernikahan, kelahiran, 2017. kematian, dan lain-lain. Alat dan Bahan Desa Worat-worat merupakan desa yang Alat dan bahan yang digunakan selama masyarakatnya masih memanfaatkan tumbuh- penelitian adalah kamera, alat tulis menulis, tumbuhan dalam kehidupan sehari-hari sabagai parang dan lembar responden. obat-obatan, peralatan rumah tangga, anyaman, kebutuhan sandang, pangan, papan, dan upacara Metode Penelitian adat serta masih mempertahankan adat-istiadat Metode penelitian dengan wawancara dan atau tradisi mereka hingga sekarang. observasi lapangan. Teknik pemilihan informan Berdasarkan latar belakang di atas maka yang digunakan adalah teknik purposive dilakukan penelitian jenis dan manfaat sampling. Tokoh yang dipilih adalah tokoh adat, tumbuhan dan hewan apa saja yang digunakan pemuka desa dan masyarakat.Variabel dalam upacara adat Desa Worat-worat, untuk itu pengamatan meliputi jenis, pemanfaatan, serta ini yaitu : upacara adat makan-makan adat habitat dari tumbuhan dan hewan. (Orom Sasadu) dan upacara adat perkawinan. a. Upacara Makan-Makan Adat (Orom Analisis Data Sasadu) Analisis data dilakukan secara deskriptif. Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk Tokoh Adat menjelaskan bahwa Orom Sasadu tabel. merupakan upacara syukuran panen padi yang HASIL DAN PEMBAHASAN dilaksanakan sekali setiap tahun. Upacara adat ini telah dilakukan sejak berdirinya rumah adat Upacara Adat Di Desa Worat-worat pada tahun 1932. Upacara adat di Desa Worat- Kabupaten Halmahera Barat memiliki worat dilakukan sejak adanya pemberian dari luas wilayah 14.235,66 km², 9 Kecamatan dan Olan Ternate (Sultan Ternate) yang dilaksakan 146 desa yang terdiri atas 4 suku besar, yaitu setiap tahun pada Rumah Adat (Sasadu). Sasadu suku Sahu, suku Waiyoli, suku Tobaru, dan suku itu sendiri, merupakan lambang dari perahu Loloda. Masing-masing suku mempunyai terbalik. bahasanya tersendiri seperti suku Sahu Upacara adat Orom Sasadu merupakan menggunakan bahasa Tala’i dan Padisua, suku syukuran panen padi yang dilaksanakan setahun Waiyoli menggunakan bahasa Waiyoli, suku sekali yang berlangsung selama 7 hari 7 malam. Tobaru menggunakan bahasa Tobaru, dan suku Seiring berjalannya waktu, Ketua Adat, Kepala Loloda menggunakan bahasa Loloda. Selain itu, Desa dan masyarak Desa Worat-worat mulai terdapat beberapa bahasa daerah yang terdapat berunding dan mempertimbangkan lamanya di Kabupaten Halmahera Barat yaitu bahasa waktu pelaksanaan Orom Sasadu, kemudian di Sangir, Bugis-Makassar, Ternate, , Jawa, putuskan menjadi 3 hari 3 malam. Adapula yang dan lain-lain yang memiliki dialek tersendiri. mengurangi sampai 1 hari 1 malam dengan Desa Worat-worat merupakan salah satu desa alasan kesibukan masyarakat yang sekarang yang termasuk dalam Suku Sahu. Suku Sahu bukan hanya sebagai petani saja melainkan juga berada dalam wilayah Kabupaten Halmahera sebagai pegawai negeri. Dengan alasan itulah Barat, Provinsi Maluku Utara. Sahu merupakan maka ditetapkan pelaksanaan Orom Sasadu salah satu suku asli di Kabupaten Halmahera dilaksanakan selama 3 hari 3 malam yang akan Barat yang menggunakan bahasa Tala’i dan dilaksanakan setiap tahun. Untuk melaksanakan Padisua (Nirwana dan Ridwan, 2018). upacara adat, masyarakat Desa Worat-worat Berdasarkan hasil wawancara dari Tetua membutuhkan waktu persiapan selama satu Adat menjelaskan bahwa upacara adat di desa minggu. Persiapan tersebut meliputi ; pergantian Worat-worat yang masih digunakan sampai saat atap, meja dan kursi rumah adat yang telah rusak, pembersihan alat musik, pengambilan tumbuhan yang akan dipakai sebagai tiang bendera dan pernak-pernik rumah adat dan pembersihan rumah adat.

Gambar 5. Upacara Orom Sasadu

Untuk upacara adat dibutuhkan 800 lembar daun seho, bambu untuk meja dan kursi sebanya

Gambar 1. Rumah Adat (Sasadu) 80 ujung, daun pisang hutan sebanyak 48 lembar dan bambu untuk nasi cala sebanyak satu ujung. Setelah persiapan selesai, upacara syukuran panen padi dilaksanakan. Masing-masing keluarga membawakan hasil panen mereka kedalam rumah adat untuk makan bersama. Bukan hanya Desa Worat-worat saja yang

Gambar 2. Tifa Kecil merayakan upacara adat tersebut, namun mereka turut mengundang Kepala Daerah dan desa-desa tetangga untuk hadir dalam upacara adat tersebut yang dilaksankan selama 3 hari 3 malam. Pada upacara Orom Sasadu, yang dapat masuk kedalam rumah adat untuk mengikuti upacara hanya mereka yang menggunakan

Gambar 3. Tifa besar pakaian adat. Mereka yang tidak menggunakan pakaian adat tidak dapat masuk kedalam rumah adat dan hanya mengikuti upacara adat tersebut diri luar rumah adat. Pada hari pertama pelaksanan Orom Sasadu, mereka menggunakan pakaian adat mulai dari anak kecil sampai orang dewasa. Upacara adat yang dilakukan pada sore hari dimulai dengan pemasangan bendera Gambar 4. Nasi kembar merah-putih, bendera putih (foturo) yang mengelilingi rumah adat dan bendera yang berada di atap rumah adat. Pemasangan bendera pada atap rumah adat tidak boleh sembarangan cala), telur dan kukusang (waji). Sedangkan orang hanya boleh mereka yang telah menerima pinang, siri dan kapur tetap disediakan dari hari kedudukan dari para leluhur yang dinamakan partama sampai hari ketiga. Pada hari ketiga ini Penghujung (yang paling ujung). Setelah pula merupakan hari terakhir dari upacara pemasangan bendera, para warga masyarakat makan-makan adat. Setelah selesai berdoa, Desa Worat-worat kembali kerumah mereka mereka memaikan alat musik tifa dan gong, untuk mengambil makanan yang telah disiapkan kemudian disusul dengan tarian legu-salai dan dan dibawa kerumah adat. makan bersama. Makanan yang telah disediakan Upacara adat dilaksanakan pada malam dibagikan kepada warga yang mengikuti upacara hari dengan diawali doa. Setelah selesai berdoa adat maupun tidak mengikuti upacara adat. masyarakat Desa Worat-worat berserta para Setelah selesai makan, Para Tetua Adat dan tamu memulaikan upacara makan-makan adat Kepala Desa keluar dari rumah adat di ikuti oleh dengan makan bersama dan membunyikan alat masyarakat Desa yang lain kemudian music (tifa dan gong) serta tari-tarian legu-salai. mengelilingi rumah adat sebanyak 7 kali putaran Uniknya dalam upacara makan-makan adat di ikuti dengan memutar rumah adat kecil yang perempuan dan laki-laki tidak boleh duduk berada di atas atap dan membuka bendera putih secara bersama-sama namun harus terpisah. (foturo) yang mengelilingi rumah adat. Setelah Perempuan duduk disebelah kanan dan laki-laki selesai, mereka menuju ketempat tiang bendera duduk disebelah kiri. Adapun simbol yang untuk penurunan bendera merah-putih dan dibuat bagi pemisahan tempat duduk laki-laki setelah itu mereka melakukan doa bersama dan perempuan berupa simbol ukiran perempuan untuk menutup rangkaian upacara adat yang yang artinya tempat duduk untuk perempuan. berlangsung selama 3 hari 3 malam. Perempuan yang hendak ketempat laki-laki Di rumah adat ada beberapa simbol yang harus meminta izin kepada para lelaki dan begitu tertera. Menurut salah satu Tetua Adat, pula sebaliknya. menyatakan bahwa simbol dari tumbuhan Makanan yang disediakan pada hari maupun hewan dalam upacara adat Orom pertama upacara makan-makan adat yaitu nasi Sasadu yaitu ; babi hutan sebagai makan kembar (nasi nala), telur maleo, ikan, sayur, pertama dalam upacara adat, tangan pada tiang pinang, siri, kapur dan saguer. Pada hari kedua rumah adat melambangkan orang pertama dalam upacara makan-makan adat sama dengan hari pemasangan tiang rumah adat dan ukiran pertama. Hari yang ketiga adalah hari puncak perempuan yang melambangkan tempat duduk dalam Orom Sasadu, dimana makanan yang untuk perempuan. mereka sediakan sedikit berbeda dari hari Tumbuhan utama yang sering gunakan pertama dan kedua yaitu; nasi kembar (nasi dalam upacara Orom Sasadu yaitu padi, pinang, siri, wenan (daun pisang hutan), bambu dan mereka dan makanan utama juga dalam upacara kapur yang berasal dari hewan. Keenam jenis makan-makan adat di Desa Worat-worat. Dalam tumbuhan ini memiliki arti dan simbol yang proses penanaman padi, masyarakat Desa hampir sama yaitu: 1). Padi, wenan dan bambu Worat-worat tidak menggunakan pupuk bila disatukan memiliki arti kehidupan melainkan menggunakan sistem perladangan masyarakat yang saling membutuhkan dan bahu- perpindah karena dianggap lebih mudah dan membahu membangun masyarakat yang aman tidak mengeluarkan uang yang cukup besar dan damai. 2). Pinang, siri dan kapur bila untuk membeli pupuk. Mereka melakukan disatukan memiliki arti yaitu masyarakat yang sistem perladangan perpindah karena bagi saling tolong-menolong satu dengan yang lain. mereka jika tanah yang sebelumnya ditanami Sebelum melaksanakan upacara makan-makan padi tidak subur lagi maka mereka akan mencari adat, masyarakat Desa Worat-worat terlebih tempat lain yang tanahnya lebih subur untuk dahulu melalukan menanaman padi pada lahan ditanami padi yang jaraknya tidak jauh dari yang telah meraka siapakan. Uniknya, tempat sebelumnya. Sistem perladangan penanaman padi yang mereka lakukan berpindah merupakan suatu sistem bercocok melibatkan hampir seluruh masyarakat Desa tanam yang berpindah-pindah dari satu tempat Worat-worat mulai dari anak-anak sampai ketempat yang lain secara bergiliran dan siklus dengan orang dewasa. Persiapan yang mereka tersebut akan berulang terus-menerus sampai lakukan sebelum melaksanakan penanaman padi akhirnya kembali ke tempat yang semula, dengan menyiapkan benih padi yang dibawah (Talaohu, 2013). terlebih dahulu pada ladang mereka, kemudian b. Upacara Adat Perkawinan di susul dengan makanan dan alat musik (tifa Upacara adat perkawinan merupakan kecil dan gong). Sebelum melaksanakan upacara penyatuan kedua bela pihak antara penanaman padi, masyarakat Desa Worat-worat pihak laki-laki dan pihak perempuan. Upacara terlebih dahulu berdoa kepada Yang Kuasa agar adat perkawinan ini biasanya dilakukan di dua penanam padi mereka dapat berhasil. Setelah itu, tempat, yang pertama di tempat perempuan yang mereka membunyikan alat musik (tifa dan gong) dinamakan dengan meminang dan yang kedua di sambil melaksanakan penanaman padi diladang tempat laki-laki yang dinamakan resepsi. mereka. Acara meminang yang dilakukan pada Padi merupakan tumbuhan utama yang zaman dahulu yaitu laki-laki yang menyukai digunakan dalam upacara adat Desa Worat- perempuan, akan datang kerumah perempuan worat. Padi itu sendiri disimbolkan sebagai dengan membawah pinang yang diletakkan di masyarakat yang bersatu dan tidak terpecah depan rumah perempuan secara diam-diam. Jika belah, sehingga menjadi makanan utama bagi perempuan menerima pinang tersebut maka perempuanpun penerima lamaran yang dari laki- mempelai laki-laki untuk mencari mempelai laki tersebut. Jika tidak menerimanya maka perempuan atau Nam Mangowayang telah pinang tersebut tidak diambil. Namun, seiring disembunyikan pihak perempuan pada setiap berjalannya waktu acara meninang yang seperti kamar. Jika mempelai laki-laki menemukan itu tidak lagi dipakai dan sekarang di lakukan mempelai perempuan, kedua mempelai acara meminang pada pagi hari pukul 05.00 kemudian menuju tempat duduk yang telah WIT, untuk memutuskan tanggal pernikahan. disediakan. Pengikut dari pihak laki-laki Setelah kedua bela pihak memutuskan tanggal bergabung dengan pihak perempuan di ruangan pernikahan, selanjutnya dari pihak perempuan yang telah disediakan kemudian duduk dan akan membuat suatu upacara adat untuk makan bersama sampai pagi hari. mempelai laki-laki datang membawa mempelai Menurut salah satu Tetua Adat, dalam perempuan di rumah mempelai perempuan pada upacara perkawinan, tumbuhan dan hewan yang malam hari. Untuk membawah mempelai dipakai sama dengan upacara adat makan-makan perempuan, pihak mempelai laki-laki harus adat yaitu: pinang, siri, dan kapur yang memiliki menyiapkan Diawo (pengikut) dengan angka simbol dan arti. ganjil, dan harus menyiapkan pertanyaan dan 1. Pinang disimbolkan sebagai hati. jawaban yang akan dilontarkan kepada pihak 2. Sirih disimbolkan sebagai darah. mempelai perempuan. Sedangkan dari pihak 3. Kapur disimbolkan sebagai daging. perempuan mereka menyediakan pinang, kapur Dari ketiga jenis di atas bila disatukan memilki dan siri yang akan di serahkan kepada mempelai arti sebuah rumah tangga yang saling laki-laki untuk dibagikan kepada kelurga dari menghargai dan menghormati. pihak perempuan dan merekapun akan Sering perkembangan zaman, upacara adat menyembunyikan mempelai perempuan. perkawinan mulai hilang sehingga masyarakat Pertanyaan dan jawaban yang disiapkan Desa Worat-worat sebagian besar tidak lagi dari pihak mempelaki laki-laki harus dalam menggunakan upacara adat perkawinan tetapi bahasa Sahu. Jika pertanyaan yang diberikan hanya menggunakan simbol adat saja seperti dari pihak mempelai perempuan dapat dijawab pinang, siri, kapur makan dan pakaian adat. dari pihak mempelaki laki-laki, maka mempelai Selain upacara Orom Sasadu dan upacara laki-laki dapat masuk dalam rumah mempelai perkawinan ada juga upacara kematian. perempuan. Kemudian pihak perempuan akan Upacara kematian dilakukan hanya untuk memberikan pinang, siri dan kapur yang telah orang-orang tertentu saja seperti ketua adat, mereka siapkan dan membagikan kepada kepala desa, dan tetua adat lainnya. Dalam keluarga pihak perempuan. Selanjutnya, pihak upacara kematian, mereka tidak menggunakan perempuan memberikan kesempatan kepada tumbuhan untuk melaksanan ritual untuk mayat. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan dan Hewan untuk Upacara Adat Para warga desa hanya menggunakan ritual Berdasarkan hasil wawancara di Desa mengelilingi rumah adat sambil membawah Worat-worat ditemukan 18 jenis tumbuhan dari mayat. Sedangkan yang masih dijaga dan 11 famili dan 4 jenis hewan dari 4 famili yang dilaksanakan sampai saat yaitu upacara Orom dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Worat- Sasadu. Namun ada beberapa warga yang tidak worat untuk upacara adat. Pemanfaatan lagi mengikuti upacara makan-makan adat, bagi tumbuhan dan hewan dalam upacara adat oleh mereka upacara ini bukan sesuatu yang penting masyarakat desa Worat-worat dapat dilihat pada lagi dan hanya membuang-buang waktu mereka. tabel di bawah ini : Upacara adat ini merupakan suatu Tabel 1. Jenis dan Bagian Tumbuhan dan kewajiban yang harus dilaksanan sebagai ucapan Hewan yang dimanfaatkan pada Upacara Adat syukur atas hasil panen dan sebagai aturan hidup Jenis Tumbuhan Dan Hewan Bagian yang No Nama Lokal Nama Umum digunakan mereka. Untuk itu, diperlukan adanya upaya 1 Padi Padi Buah Batang, daun, konservasi supaya keanekaragaman tumbuhan 2 Aren Aren/Seho ijuk, dan nira dan hewan tidak menurun dan hilang. 3 Sirih Sirih Buah 4 Pinang Pinang Batang dan buah Disamping itu juga perlu adanya pemahaman Pisang hutan / 5 Wenan Daun p. batu kepada masyarakat Desa Worat-worat untuk 6 Gofasa Gofasa Batang tetap menjaga dan melestarikan upacara adat. 7 Sagu Sagu Daun 8 Cempaka Cempaka Batang Bukan hanya upacara adat saja yang harus 9 Bulu Kuning Bambu kuning Batang dan daun dilestarikan tetapi tumbuhan yang dipakai dalam 10 Tonggapi Bambu batu Batang 11 Husel Pohon balsam Batang upacara adat juga harus dilestarikan karena 12 Durian Durian Batang Batang dan kulit 13 Buluh Cala Bambu talang seiring berjalannya waktu, kebutuhan akan batang 14 Genemo Melinjo Kulit kayu pangan, papan dan lain-lain tidak terbatas lagi 15 Rotan Rotan Batang dan rasa tidak puas yang dimiliki manusia tidak 16 Kayu Besi - Batang Batang, daun 17 Kelapa Kelapa pernah tercukupi sehingga adanya penebangan dan buah 18 Langsa Langsat Batang secara liar yang dilakukan oleh oknum-oknum 19 Babi hutan Babi hutan Daging tertentu. Untuk itu, tumbuhan yang dipakai 20 Maleo Gosong kelam Telur 21 Rusa Rusa Kulit dalam upacara adat ini harus dilestarikan dengan 22 Keong Keong sawah Cangkang melakukan penanaman kembali tumbuhan yang Berdasarkan Tabel 2. diatas dapat dilihat telah di tebang secara sembarangan dan tentang jenis tumbuhan dan hewan yang memberikan pemahaman kepada masyarakat digunakan untuk upacara adat di Desa Worat- bahwa pentingnya menjaga hutan dan worat. Jenis tumbuhan yang digunakan sebanyak ekosistemnya, dan juga pentingnya menjaga 18 jenis tumbuhan yaitu padi, seho, sirih, kebudayaan di daerah mereka sendiri. pinang, pisang hutan, gofasa, sagu, cempaka, bambu kuning, bambu batu, pohon balsam, kelam jenis ini hidup dihutan rawa, mangrove durian, bambu talang, genemo, rotan, kayu besi, dan hutan dataran rendah. Jenis makanan yang kelapa, langsat. Didapatkan 4 jenis hewan yaitu dimakan oleh gosong kelam ini yaitu biji-bijian, babi hutan, rusa, burung gosong kelam dan buah, artopoda dan vertebrata kecil. Tempat keong sawah. Jenis tumbuhan dan hewan yang hidup gosong kelam ini digundukan tana digunakan dalam upacara adat di Desa Worat- setinggi 2 sampai 3 meter yang tersusun dari worat dikarenakan jenis tumbuhan ini berada di pasir, serasah daun dan materi sera lain, dimana hutan dekat tempat tinggl mereka sehingga panas yang dihasilkan untuk mengerami mereka memanfaatkan hasil hutan untuk telurnya. burung dewasa ini tidak mengerami kebutuhan hidup mereka dan untuk upacara adat. telur dan merawat anaknya (Bashari , 2015). Jenis-jenis tumbuhan yang digunakan Penyebaran gosong kelam di pulau dalam upacara adat harus di lindungi dan dijaga Halmahera khususnya di Desa Worat-worat, kelestariannya sehingga jenis tumbuhan yang Halmahera Barat sangat banyak dan dianggap digunakan dalam upacara adat Orom Sasadu sebagai hama oleh masyarakat Desa Worat- tidak punah. Untuk itu perlu adanya kesadaran worat sehingga telur dari gosong kelam ini baik pemerintah desa dan masyarakat desa sebagian digunakan sebagai makanan untuk Worat-worat, dalam menjaga dan melestarikan upacara adat Orom Sasadu dan sebagian lagi jenis-jenis tumbuhan yang mulai langka maupun dijual. Sedangkan, burung gosong kelam itu tidak langkah dalam upaya konservasi tumbuhan sendiri diambil untuk keperluan pribadi mereka. agar jenis tumbuhan dan habitatnya tetap terjaga, Kondisi lingkungan habitat burung gosong sehingga upacara adat Orom Sasadu tidak kelam cukup ekstrim dengan memanfaatkan hilang. panas bumi (geothermal) untuk mengerami Dari empat jenis hewan diatas terdapat satu telurnya dan ditambah lagi dengan degradasi hewan yang tergolong dalam hewan endemik habitat serta banyaknya perburuan liar akan telur Kepualaun Barat yaitu Burung Gosong gosong kelam oleh manusia di habitat alami kelam. Burung gosong kelam berada di yang menjadi burung maleo sebagai satwa Kepulauan Papua Barat, di Kepulauan Maluku endemik yang harus dilindungi (Sugiarto dkk, dan Maluku Utara. Gosong kelam (Megapodius 2010). freycinet) juga tersebar di Lolobata, Halmahera Menurut Balantukang dkk (2015), bahwa dan Maluku. Gosong kelam termasuk dalam kepunahan terhadap Burung Maleo disebabkan suku Megapoda yang memiliki bulu berwarna oleh manusia, maka Maleo dilindungi oleh hitam, berkaki besar, memiliki jengger kepala pemerintah melalui Peraturan yang runcing, iris mata coklat dan paruh pendek Pemerintah No. 7 Tahun 1999 tentang Jenis- berwarna coklat gelap dan kuning. Gosong Jenis Satwa dan Tumbuhan yang Dilindungi. Untuk itu, perlu adanya kesadaraan baik Megapodius freycinet, dan Cervus timurensis. pemerintah desa dan masyarakat desa Worat- Sedangkan yang diambil pada sawah yaitu Pila worat tentang konservasi penyelamatan burung ampullaceae. Jenis tumbuhan dan hewan gosong kelam beserta telunya agar tidak ada lagi tersebut dapat dilihat pada tabel 2. perburuan liar dan perdangan baik burung Tabel 2. Jenis Tumbuhan dan hewan Berdasarkan Habitatnya. gosong kelam maupun telurnya sehingg

pelestarian akan populasi burung gosong kelam Jenis Tumbuhan dan Hewan No Nama Habitat dan habitatnya tetap terjaga. Nama Ilmiah Famili Lokal Jenis-jenis tumbuhan dan hewan yang 1 Padi Oryza sativa Poaceae Kebun digunakan dalam upacara adat harus dijaga 2 Aren Arenga piñata Arecaceae Hutan 3 Sirih Piper belte Piperaceae Kebun kelestariannya dan dibudidayakan terutama jenis 4 Pinang Areca catechu Arecaceae Kebun Musa 5 Wenan Musaceae Hutan tumbuhan yang pertumbuhannya memakan brachycarpa 6 Gosafa Vitex cofassus Verbenaceae Hutan waktu yang cukup lama seperti gofasa, cempaka, Metroxylon 7 Sagu Arecaceae Hutan aren, kayu besi, rotan, bambu kuning serta sagu Magnolia 8 Cempaka Magnoliaceae Hutan hewan yang hampir punah harus di konservasi champaca Bulu Bambusa 9 Poaceae Hutan sehingga tidak punah dalam waktu dekat. kuning vulgaris Dendrocalamus 10 Tongapi Poaceae Hutan strictus Keanekaragaman Tumbuhan dan Hewan Myroxylon 11 Husel Fabaceae Hutan Berdasarkan Habitat balsamus Durio 12 Durian Bombacaceae Kebun Berdasarkan hasil pengamatan pada lokasi zibethinus Schizostachyum 13 Bulu cala Poaceae Hutan pengambilan tumbuhan dan hewan untuk brachycladum 14 Genemo Gnetum gnemo Gnetaceae Hutan upacara adat yang di lakukan oleh masyarakat 15 Rotan Calamus rotang Arecaceae Hutan Desa Worat-worat di ambil dalam hutan, kebun 16 Kayu besi - - Hutan 17 Kelapa Cocos nucifera Arecaceae Kebun Lansium dan sawah. Dari hasil pengamatan, habitat 18 Langsa Meliaceae Kebun domesticum spesies tumbuhan yang dimanfaatkan untuk Babi 19 Sus scrofan Suidae Hutan hutan upacara adat yang terbanyak ditemukan di hutan Gosong Megapodius 20 Megapodiidae Hutan kelam freycinet alam yaitu Musa brachycarpa, Calamus rotang, Cervus 21 Rusa Cervidae Hutan Vitex cofassus, Eusideroxylon zwageri, Arenga timurensis Pila 22 Keong Ampullaridae Sawah pinata, Bambusa vulgaris, Myroxylon balsamus, ampullaceae

Gnetum gnemo, Dendrocalmus strictus dan Tabel 2 di atas, dapat dilihat tumbuhan dan Magnolia champaca. Sedangkan yang di ambil hewan yang paling banyak digunakan dalam diperkebunan yaitu Oryza sativa, Areca catechu, upacara adat desa Worat-worat yaitu: tumbuhan Durio zibethinus dan Piper belte. Hewan yang sebanyak 18 jenis, 12 jenis pengambilan di terbanyak ditemukan di hutan yaitu Sus scrofan, hutan, 5 jenis pengambilan di kebun, sedangkan hewan sebanyak 4 jenis, 3 jenis pengambilan di Tabel 3. Manfaat yang Digunakan Pada Tumbuhan dan Hewan. hutan dan 1 jenis pengambilan di sawah. Berdasarkan famili terdapat 12 famili tumbuhan Jenis Tumbuhan dan Hewan No Manfaat dan 4 famili hewan. Jumlah jenis famili Nama Lokal Bagian Padi Buah Makanan utama dalam 1 terbanyak dari 12 famili tumbuhan yaitu: family makan-makan adat. Arecaceae sebanyak 5 jenis, famili Poaceae Batang Batang dibuat tifa. Sebagai tali pengikat Aren/seho kerangka rumah adat sebanyak 4 jenis, dan famili Piperaceae, 2 Ijuk dan tali untuk penahan

Musaceae, Verbenaceae, Fabaceae, tifa. Nira Nira dibuat saguer. Bombacaceae, Gnetaceae, Lauraceae, dan Sirih Buah Makanan utama dalam 3 Meliaceae sabanyak 1 jenis. Jumlah jenis famili makan-makan adat. Batang Penyangga tifa dari 4 jenis hewan yaitu masing-masing 4 Pinang Buah Makanan utama dalam makan-makan adat. sebanyak 1 jenis dari famili Suidae, Pembungkus nasi Pisang hutan cala/kembar dan 5 Daun Megapodiidae, Cervidae dan Ampullaridae. (wenan) pengalas meja dalam Dari 18 jenis tumbuhan dan 4 jenis rumah adat. 6 Gofasa Batang Bangunan rumah adat. hewan, sumber terbesar dari hutan yang Sebagai atap rumah 7 Sagu Daun adat digunakan masyarakat Desa Worat-worat dalam 8 Cempaka Batang Bangunan rumah adat. Batang dan 9 Bambu kuning Tiang bendera. upacara adat yaitu tumbuhan sebanyak 12 jenis daun Bambu batu Meja dan kursi untuk dan hewan sebanyak 3 jenis. 10 Batang (tonggapi) rumah adat. Pohon balsam Penyangga/penahan 11 Batang Manfaat Tumbuhan dan Hewan Berdasarkan (husel) tali pada tifa. Bagian yang Digunakan 12 Durian Batang Pembuatan meja. Pembuatan Nasi Bambu talang Batang 13 Cala/kembar. Pada umumnya masyarakat Desa Worat- (buluh cala) Kulit batang Pengikat atap worat memanfaatkan tumbuhan dan hewan 14 Genemo Kulit kayu Tali pengikat atap. dalam proses upacara adat. Dalam proses 15 Rotan Batang Tali pengikat tifa. 16 Kayu besi Batang Bangunan rumah adat upacara adat tersebut, ada bagian-bagian dari Daun Ayaman Batang Balok rumah adat tumbuhan dan hewan yang dimanfaatkan. Santan sebagai Buah pembuatan kukusang Bagian-bagian tumbuhan dan hewan yang 17 Kelapa dan waji Gonofu dimanfaatkan dalam proses upacara adat tersebut (sabuk dan Pemukul gong yaitu daun, batang, kulit batang, dan buah. tempurung kelapa) Pembuatan pemukul Sedangkan bagian yang dimanfaatkan pada 18 Langsa Batang tifa dan teng-teng hewan yaitu daging, kulit, telur dan cangkang. 19 Babi hutan Daging Makanan. burung gosong 20 Telur Makanan. Bagian yang digunakan pada tumbuhan dan kelam hewan dapat dilihat pada tabel 3. 21 Rusa Kulit Pembuatan tifa 22 Keong Cangkang Kapur makan.

Pada tabel 3 dapat dilihat bagian-bagian digunakan sebagai pembungkus nasi tumbuhan dan hewan yang dimanfaatkan dalam cala/kembar, bulu kuning digunakan sebagai upacara adat di Desa Worat-worat yaitu tiang bendera bulu cala digunakan sebagai tumbuhan dengan menggunakan bagian batang tempat memasak nasi cala/kembar, dan kelapa, sebanyak 13 jenis, bagian buah 4 jenis, bagian santannya digunakan sebagai bahan makanan. daun 4 jenis, ijuk 1 jenis, nira 1 jenis, dan bagian Sedangkan hewan, daging babi hutan digunakan kulit kayu 1 jenis. Sedangkan bagian hewan sebagai makanan, telur gosong kelam digunakan yang dimanfaatkan yaitu bagian daging 1 jenis, sebagai makanan, kulit rusa digunakan sebagai bagian telur 1 jenis, bagian kulit 1 jenis dan pembuatan alat musik (tifa), dan cangkang bagian cangkang 1 jenis. keong digunakan sebagai kapur makan. Pemanfaatan bagian-bagian jenis tumbuhan Pemanfaatan Tumbuhan dan Hewan untuk dan hewan dalam upacara adat di Desa Worat- Upacara Adat worat ini, sering digunakan pada upacara adat Informasi cara pemanfaatan tumbuhan dan Orom Sasadu dan upacara adat pernikahan. hewan untuk upacara adat dari ketua adat dan Namun, yang memakai tumbuhan dan hewan masyarakat Desa Worat-worat. Cara paling banyak dalam upacara adat yaitu upacara pemanfaatan dari 18 jenis tumbuhan dan 4 jenis adat Orom Sasadu, dimana tumbuhan yang hewan dilakukan dengan cara yang berbeda. digunakan sebanyak 18 jenis dan hewan Cara pemanfaatan tersebut dapat dilihat dalam sebanyak 4 jenis. Contoh tumbuhan dan hewan tabel 4. yang digunakan dalam perayaan upacara adat Orom Sasadu yaitu: tumbuhan berupa padi Tabel 4. Cara Pemanfaatan Tumbuhan dan (Oryza sativa), aren (Arenga pinata), sirih Hewan untuk Upacara Adat Table 4. How to Use Plants and Animals for (Piper belte), wenan (Musa brachycarpa), bulu Traditional Ceremonies

kuning (Bambusa vulgaris), bulu cala Jenis Tumbuhan (Schizoztachyum brachyladum), dan kelapa dan Hewan Cara No Keterangan Nama Bagia Pemanfaatannya (Cocos nucifera). Sedangkan hewan berupa, Lokal n Di bungkus babi hutan (Sus scrofan), gosong kelam dengan daun pisang dan (Megapodius freycinet), rusa (Cervus Nasi kembar 1 Padi Buah dimasukkan (nasi cala) timurensis), dan keong sawah (Pila dalam bambu kemudian di ampullaceae). Tumbuhan padi digunakan panggang. Dibersihkan, sebagai makanan (nasi cala/kembar) adalah kemudian dilubangi bagian makan khas dalam perayaan upacara adat Orom tengah batang 2 Aren Batang Sebagai tifa untuk pembuatan Sasadu, aren, niranya digunakan sebagai minum tifa, selanjutnya saguer, sirih digunakan sebagai makanan, wenan batang tersebut dikeringkan dan dicat. Dipotong, Bambu kemudian Tempat batu dicincang dan 10 Batang duduk (tonggapi dibuat tempat rumah adat ) duduk pada rumah adat. Dipotong dengan Dianyam untuk Pohon ukuran ±10 cm Atap rumah Penyangga Daun pembuatan atap 11 balsam Batang kemudian dibuat adat tifa rumah adat. (husel) penyangga untuk Tali tifa. pengikat Tiang untuk kerangka Gumut meja dan Dianyam menjadi atap rumah Meja dan tempat u (tali 12 Durian Batang tempat tali. adat dan tali tempat duduk ijuk) duduk ruma untuk adat. penahan Dipotong sesuai tifa. dengan ruas Memotong ujung bambu, mayang kemudian dibersihkan dan dibagian dimasukkan air bawahnya diberi secukupnya Nira Tempat Buah tabung bambu kedalam bambu, (Saguer) Batang pembutan untuk Buluh kemudian nasi kembar menampung cala dimasukkan beras 13 cairan nira yang (bambu yang telah menetes. talang) digulung dengan Sirih dimakan daun pisang hutan secara langsung dan dipanggang 3 Sirih Buah Makanan bersamaan dengan dengan bara api. kapur. Dibersihkan, Sebagai Batang : Kulit kemudia dikupas pengikat dibersihkan dan Penyangga batang kulitnya sebagai Batang atap dibuat penyangga tifa pengikat atap 4 Pinang untuk tifa. Kulit Pengikat 14 Genemo Dianyam Buah : dimakan kayu atap Buah Makanan secara langsung. Sebagai 15 Rotan Batang Dianyam pembuatan Dipotong dan tifa dibersihkan, Kayu Tiang kemudian Sebagai 16 Batang Tiang rumah adat besi rumah adat diletakkan beras pembungku Daun Sebagai dan digulung serta s nasi pisang 17 Kelapa Daun Dibuat anyaman dekorasi 5 Daun dimasukkan kembar dan hutan rumah adat kedalam bambu pengalas (Wenan) Santannya dibuat Sebagai lalu di pnggang meja dalam Buah makanan makanan dan juga sebagai rumah adat Sabuk penggala meja Sebagai dan pada rumah adat. Sebagai pemukul pemukul tempur Tiang gong alat musik 6 Gofasa Batang Tiang rumah adat ung rumah adat gong kelapa Diambil dan Dibersihkan dan dibersihkan Sebagai atap 7 Sagu Daun dipotong sesuai kemudian rumah adat Sebagai ukuran yang dianyam. pemukul tifa 18 Langsa Batang diinginkan untuk Tiang dan teng- 8 Cempaka Batang Tiang rumah adat pembuatan rumah adat teng pemukul tifa dan Tiang Batang Dipotong dan teng-teng Buluh bendera 9 dan dibuat tiang Babi Sebagai kuning merah – 19 Daging Dimasak daun bendera. hutan makanan putih 20 Meleo Telur Direbus Sebagai makanan hewan (gosong kelam) telurnya digunakan Dikupas kulitnya, kemudian sebagai makanan, dan 1 jenis hewan (rusa) Pembuatan 21 Rusa Kulit dikeringkan tifa kulitnya digunakan sebagai pembuatan tifa. dengan cara di jemur Cangkang KESIMPULAN DAN SARAN dibersihkan, Sebagai Cangk 22 Keong kemudian kapur ang ditumbuk hingga makan Kesimpulan halus dan ditapis. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat Dari tabel 4 di atas telah dijelaskan disimpulkan sebagai berikut : bahwa pemanfaatan tumbuhan dan hewan 1. Tumbuhan dan hewan yang dipakai dalam dilakukan dengan berbagai cara. Dari 18 jenis upacara adat sebanyak 18 jenis tumbuhan tumbuhan dan 4 jenis hewan terdapat 4 jenis yaitu : padi, aren, sirih, pinang, pisang tumbuhan (padi, sirih, kelapa dan pinang) yang hutan (wenan), gofasa, sagu, cempaka, bauhnya digunakan sebagai makanan, 8 jenis bambu kuning, bambu batu (tonggapi), tumbuhan (aren/seho, pinang, gofasa, cempaka, bambu talang (bulu cala), pohon balsam bambu batu, pohon balsam, durian, dan kayu (husel), durian, melinjo (genemo), rotan, besi) batangnya digunakan sebagai mebel baik kayu besi, kelapa dan langsat dan 4 jenis untuk balok, penahan tifa, tempat duduk, meja hewan yaitu : babi hutan, rusa, gosong dan tiang rumah adat, 1 jenis tumbuhan (pisang kelam dan keong sawah. hutan) daunnya digunakan sebagai pembungkus 2. Pemanfaatan bagian-bagian jenis tumbuhan nasi cala, 1 jenis tumbuhan (aren/seho) niranya tersebut dimulai dari batang, kulit batang, digunakan sebagai minuman berupa saguer, 1 daun, buah, dan nira. Sedangkan jenis jenis tumbuhan (bambu kuning) batang dan hewan yang dimanfaatkan yaitu : cangkang daunnya digunakan sebagai tiang bendera, 1 keong sawah dimanfaatkan sebagai kapur jenis tumbuhan (bambu talalng) batangnya makan, telur gosong kelam dimanfaatkan digunakan sebagai pembuatan nasi cala, 1 jenis sebagai makanan, babi hutan dimanfaatkan tumbuhan (kelapa) daunnya digunakan sebagai sebagai makanan serta kulit rusa hiasan rumah adat, 1 jenis tumbuhan (aren/seho) dimanfaatkan sebagai pembuatan tifa. batangnya digunakan sebagai pengikat tifa dan 1 Saran jenis tumbuhan (bambu talang) kulit batangnya 1. Masyarakat Desa Worat-worat perlu digunakan sebagai pengikat atap. Sedangkan, diberikan pemahaman untuk menjaga dan jenis hewan yang digunakan yaitu 1 jenis hewan melestarikan tumbuhan dan hewan yang di (keong sawah) cangkangnya digunakan sebagai pakai dalam upacara adat tersebut. kapur makan, 1 jenis hewan (babi hutan) dagingnya digunakan sebagai makanan, 1 jenis 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut Pembelajaran Sejarah). Jurnal tentang konservasi jenis tumbuhan dan Agastya, 7(1). hewan yang hampir punah. Yuliarsih, E., Yuniati, dan R. Pitopang. 2013. Studi Etnobotani Suku Tajio di DAFTAR PUSTAKA Desa Sienjo Kecamatan Toribulu Kabupaten Parigi Moutong Sulawesi Tengah. Jurnal Biocelebes, 7(2). Bashari, H. “ Gosong Kelam.” Kutilang Indonesia. http://www.kutilang.or.id/2015/10/goso ng-kelam-2/. 22 Oktober 2015

Belantukang, B., J. N. K. Dumais, dan R. M. Kumaat. 2015. Partisipasi Masyarakat Dalam Program Konservasi Maleo (Macrocephalon maleo) di Desa Mataindo, Kecamatan Pinolasian Tengah, Kabupaten Bolaang mangondow Selatan. ASE, 6(2A).

Nirwana, dan Ridwan. 2018. Strategi Pelestarian Bahasa Talai dan Padisua di Halmahera Barat. Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Khairun. Jalan Gambesi, Ternate Selatan.

Setiawan, H. dan M. Qiptiyah. 2014. Kajian Etnobotani Masyarakat Adat Suku Moronene di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai. Jurnal Penelitian Kehutanan Wallaceae.

Sugiarto, D. P., P. Budi., P. Efi., M. Hendry, dan Darystin. 2010. Keanekaragaman Hayati Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai. DIPA. Tatangge. Svanberg I, and Łuczaj Ł. 2014. Pioneers in European ethnobiology. Uppsala University. Sweden.

Talaohu, M.. 2013. Perladangan Berpindah Antara Masalah Lingkungan dan Masalah Sosial. Universitas Pattimura. Jurnal Populis, 7(1). Wardani, T. S.. 2017. Upacara Adat Mantu Kucing di Desa Purworejo Kabupaten Pacitan (Makna Simbolis dan Potensinya sebagai Sumber