BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Konteks Penelitian Hallyu Wave atau saat ini lebih dikenal dengan Korean Wave adalah sebuah wabah kebudayaan Korea yang saat ini sedang menjangkiti masyarakat dunia. Demam kebudayaan seperti ini sebelumnya pernah terjadi, dimana dunia didominasi oleh kebudayaan China maupun Jepang (Tabloid Cerdas edisi April 2012 hal. 1). Hallyu Wave atau Korean Wave adalah istilah yang diberikan untuk tersebarnya budaya Pop yang berasal dari Korea Selatan yang mendunia, Indonesia termasuk salah satu negara yang terkena penyebaran Hallyu Wave ini (Nastiti, 2010: 3). Penggemar Korean Wave tidak hanya kalangan remaja, akan tetapi dari anak-anak hingga orang dewasa. Salah satu genre musik yang termasuk dalam Korean Wave ini adalah K-pop atau Korean Pop, yang berasal dari Korea Selatan. Korean Pop pertama kali muncul pada sekitar tahun 1930 di Korea Selatan, kemudian berkembang pada tahun 1950 hingga 1960. Awal kemunculan K-Pop hanya dibagi menjadi beberapa genre atau jenis, yang terdiri dari oldies, jenis ini dipengaruhi oleh musik Barat dan populer pada sekitar tahun 1960. Kemudian pada tahun 1970 musik rock mulai diperkenalkan. Tahun 2000, Big Bang dan Rain yang merupakan pendatang baru dari Korea Selatan muncul dengan aliran musik yang terinspirasi dari musik Amerika yaitu hiphop dan R&B (tempo.co akses 12 Februari 2013).

1 Generasi kelahiran 1990 akan menjawab dengan mudah apabila mendapat pertanyaan mengenai serial drama, musik, atau film Asia yang populer pada era generasinya. Drama, musik, atau film yang berasal dari Korea akan menjadi jawaban utama. Fakta dari fenomena ini menunjukkan bahwa budaya Korea telah berkembang dengan pesat hingga dikenal oleh masyarakat mancanegara (Nastiti, 2010: 2). Indonesia dianggap sebagai salah satu negara terpenting yang menjadi tujuan penyebaran budaya Korea, dikarenakan jumlah tenaga kerja yang berasal dari Indonesia yang bekerja di Korea cukup banyak. Demikian pula dengan jumlah warga Korea yang berinvestasi hingga kemudian memutuskan untuk tinggal di Indonesia. Kepala Program Studi Korea Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia berpendapat bahwa budaya Korea itu biasa saja, bahkan sama dengan budaya- budaya negara lain, yang membedakan adalah bangsa Korea kreatif mengemas dan memadukan budayanya sehingga menarik dan diminati oleh banyak orang (tempo.co akses 13 Februari 2013). Selama sepuluh tahun terakhir, demam budaya Pop Korea melanda Indonesia. Berbeda dengan budaya Pop Jepang yang peminatnya didominasi oleh anak-anak dan remaja, budaya Pop Korea mampu menjangkau segala usia, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa menjadi penikmat budaya Pop Korea (Villia, 2012: 3). Masuknya kebudayaan Korea di Indonesia diawali dengan adanya Korean Drama atau K-Drama yang berjudul Endless Love ditayangkan oleh salah satu stasiun televisi swasta di Indonesia pada tahun 2002. Kemudian beberapa judul K-Drama lainnya menyusul masuk ke Indonesia yang berujung pada meluasnya budaya Pop Korea.

2

Berawal dari K-Drama tersebut, kemudian Korean Pop atau K-Pop masuk dan diminati di Indonesia. Bentuk dari Korean Pop sendiri adalah musik yang bertemakan pop Korea dan disajikan oleh boyband maupun girlband dari Korea. Ciri khas yang dimiliki boyband dan girlband tersebut yaitu terdiri dari beberapa anggota dengan musik yang dikombinasikan dengan tarian. Selain hal tersebut, boyband dan girlband Korea juga memiliki wajah yang menawan. Boyband dan girlband yang diminati remaja Indonesia antara lain Super Junior, SNSD, dan juga SHINee (Nastiti, 2010: 3). Girlband Korea Selatan yang mempunyai penggemar terbanyak di Indonesia adalah Girls Generation (SNSD). SNSD dibentuk oleh SM Entertainment yang merupakan 3 besar agensi di Korea Selatan, pada tahun 2007 beranggotakan 9 orang; Kim Tae Yeon atau Taeyeon (leader), Jung Su Yeon atau Jessica, Lee Sun Kyu atau Sunny, Hwang Mi Young atau Tiffany, Kim Hyo Yeon atau Hyoyeon, Kwon Yu Ri atau Yuri, Choi Soo Young atau Sooyoung, Im Yoon Ah atau Yoona, dan Seo Joo Hyun atau Seohyun. Pembentukan Girls Generation atau SNSD diumumkan pada tanggal 16 Juli 2007 disertai pengumuman resmi profil masing-masing anggota (Wikipedia.com akses 15 Februari 2013). SNSD (So Nyeo Shi Dae) atau Girls Generation merupakan salah satu girlband terkenal di dunia. Nama SNSD diberikan oleh penggemarnya yang merupakan singkatan dari bahasa Korea So Nyeo Shi Dae. Single hits SNSD “Gee” pada tahun 2009 menduduki posisi nomor 1 di tangga lagu program Music Bank KBS, salah satu stasiun TV Korea, selama sembilan minggu berturut-turut. Fans atau

3 penggemar resmi SNSD di sebut SONE, yang diambil dari judul lagu dalam album pertama SNSD yang mempunyai arti Soshi One, Soshi dan SONE adalah 1 (Wikipedia.org akses 12 Februari 2013). Pada tahun 2012, SM Entertainment menggelar konser yang bertajuk SM Town di Indonesia. Salah satu artis yang hadir dalam konser ini adalah SNSD yang merupakan girlband dari SM Entertainment. Penggemar SNSD tidak ingin melewatkan kesempatan untuk bertemu dengan idolanya. Dengan harga tiket yang dapat dikatakan relatif mahal, seorang mahasiswa rela menggunakan uang kuliahnya demi menonton artis idolanya tersebut (surabayapost.co.id akses 12 Februari 2013). Pada akhir tahun 2012, Hangul Smart Domain Organization, sebuah perusahaan yang menjual nama domain dalam bahasa Hangul (bahasa Korea) untuk wilayah Korea Selatan, mengadakan sebuah polling online di Korea untuk menentukan girlband paling favorit di Korea Selatan. Polling online ini melibatkan 10 girlgroup yang paling populer di Korea dan kurang lebih 23.274 peserta memberikan pendapat terhadap polling ini. Girls Generation atau SNSD berhasil meraih mayoritas suara, hampir setengah dari total suara. SNSD mendapatkan total persentase sebesar 48,22% dari total 23.274 orang yang berpartisipasi memberikan suaranya (okepop.com akses 12 Februari 2013). SONE ID merupakan fanbase SNSD resmi terbesar di Indonesia dengan followers terbanyak pada akun twitter @soneid. SONE ID berawal dari media sosial twitter dan facebook yang kemudian membuat sub-base melalui kaskus. SONE ID menaungi fanbase-

4 fanbase regional yang tersebar diseluruh Indonesia yaitu di pulau Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan, dan juga Sulawesi (soneid.co.id akses 23 April 2013). Berikut daftar jumlah followers dari masing-masing akun twitter fanbase Indonesia girlband-girlband yang berasal dari Korea Selatan:

Tabel 1.1 Jumlah Followers Akun Twitter Fanbase Indonesia Girlband Korea Selatan No. Nama Akun Twitter Fanbase Jumlah Followers 1. @soneid SNSD 23.523 followers 2. @2NE1indo 2NE1 21.326 followers 3. @T_araIndo T-Ara 8.925 followers 4. @missAIndonesia Miss A 7.222 followers 5. @Wonderful_INA Wonder Girls 6.275 followers 6. @Karanesia KARA 3.606 followers 7. @i_4INA 4 Minutes 2.794 followers 8. STAR1_Indo Sistar 1.439 followers 9. @AffxtionIndo f(x) 639 followers Sumber: twitter.com

Dari tabel tersebut dapat di ketahui bahwa SONE ID menempati urutan pertama fanbase dengan followers terbanyak di twitter, sehingga menjadikan SNSD sebagai girlband yang mempunyai fans atau penggemar terbanyak di Indonesia. Berikut daftar jumlah followers dari masing-masing akun twitter fanbase Bandung girlband-girlband yang berasal dari Korea Selatan:

5

Tabel 1.2 Jumlah Followers Akun Twitter Fanbase Bandung Girlband Korea Selatan No. Nama Akun Twitter Fanbase Jumlah Followers 1. @SoshiFansJava SNSD 2.491 followers 2. @Blackjack_Bdg 2NE1 825 followers 3. @T_AraBandung T-Ara 476 followers 4. @4Nia_BDG 4 Minutes 433 followers 5. @SayABandung Miss A 161 followers 6. @Fx_Bandung f(x) 70 followers Sumber: twitter.com

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa SNSD merupakan girlband yang mempunyai fans atau penggemar terbanyak untuk regional Bandung. Hal tersebut ditunjukkan dengan akun twitter @SoshiFansJava menempati urutan pertama followers terbanyak pada akun twitternya. Dari girlband-girlband tersebut, tidak seluruhnya pernah melakukan konser di Indonesia. Terdapat beberapa girlband yang pernah mengadakan konser, baik konser tunggal maupun konser gabungan di Indonesia, diantaranya:

Tabel 1.3 Daftar Album Girlband Beserta Tahun Debut

No. Girlband Tahun Daftar Album Konser di Debut Indonesia 1. SNSD 2007 Girls’ Generation SM Town, 2012 (2007) GG Tour, 2013 Oh! (2010) Into The New World (2010) The Boys (2011) 6

Girls & Peace (2012) I Got A Boy (2013) 2. 2NE1 2009 To Anyone (2010) Belum pernah NOLZA (2011) Collection (2012) 3. T-Ara 2009 Absolute First Belum pernah Album (2009) Breaking Heart (2010) Temptastic (2010) John Travolta Wannabe (2011) Black Eyes (2011) Jewelry Box (2012) Funky Town (2012) Day By Day (2012) Mirage (2012) Treasure Box (2013) Bunny Style (2013) 4. Miss A 2010 Bad Girl Good Girl Konser (2010) Fantastic Kpop Breathe (2010) (2011) A Class (2011) Love Alone (2011) Touch (2012) 5. Wonder 2007 The Wonder Begins Mini Konser, Girls (2007) 2010 The Wonder Years (2007) So Hot (2008) Wonder World (2011) Wonder Party (2012) 6. KARA 2007 The First Blooming Belum pernah (2007) Revolution (2009) 7

Step (2011) 7. 2009 (2009) Galaxy Concert, Hit Your Heart 2012 (2010) Heart To Heart (2011) Volume Up (2012) Name Is 4Minutes (2013) 8. Sistar 2010 Push-Push (2010) Music Bank, Shady Girl (2010) 2013 How Dare You (2010) So Cool (2011) Alone (2012) Loving You (2012) 9. F(x) 2009 La ChaTa (2009) SM Town, 2012 Nu ABO (2010) Pinocchio (2011) Hot Summer (2011) Electric Shock (2012) Sumber: Olahan Peneliti

Tabel diatas menunjukkan girlband-girlband yang pernah mengadakan konser di Indonesia, salah satunya adalah SNSD yang pernah mengadakan 2 kali konser. 1 kali konser gabungan yaitu SM Town pada bulan September 2012, dan 1 kali konser tunggal GG World Tour Indonesia pada bulan September 2013. Kemudian, peneliti mengumpulkan data followers dari akun twitter fanbase regional SNSD yang berada dibawah naungan SONE ID, sebagai berikut:

8

Tabel 1.4 Jumlah Followers Akun Twitter Fanbase Resmi SNSD di Bawah Naungan @soneid

No. Nama Akun Twitter Regional Jumlah Followers 1. @SoshiFansJava Bandung 2.491 followers 2. @sonebali Bali 1.782 followers 3. @sone_jogja Jogjakarta 950 followers 4. @sonemalang Malang 778 followers 5. @sone_semarang Semarang 748 followers 6. @sone_manado Manado 688 followers 7. @sonemedan Medan 576 followers 8. @SONEpalembang Palembang 545 followers 9. @sone_bekasi Bekasi 496 followers 10. @SONE_Lampung Lampung 370 followers 11. @sonebanjarmasin Banjarmasin 245 followers 12. @sonekediri Kediri 243 followers 13. @soneSby Surabaya 199 followers 14. @sone_samarinda Samarinda 193 followers 15. @sone_jatinangor Jatinangor 165 followers 16. @sonejember Jember 130 followers 17. @sone_SDA Sidoarjo 60 followers 18. @sone_balikpapan Balikpapan 29 followers Sumber: twitter.com

SFJ atau Soshi Fans Java merupakan fanbase resmi regional Bandung dibawah naungan fanbase terbesar SNSD di Indonesia, yaitu SONE ID. Dengan demikian, peneliti menjadikan SFJ sebagai objek dalam peneleitian ini. Fanatisme adalah suatu keyakinan tentang sesuatu yang positif atau negatif, pandangan yang tidak memiliki sandaran teori atau pijakan kenyataan, tetapi dianut secara mendalam sehingga sulit diluruskan atau diubah. Fanatisme dianggap sebagai penyebab menguatnya perilaku kelompok yang tidak jarang menimbulkan 9 perilaku agresi. Seseorang yang memiliki sifat fanatik cenderung kurang memperhatikan kesadaran sehingga seringkali perilakunya kurang terkontrol dan tidak rasional. (Chandra, 2011: 1) Menurut Haryatmoko (dalam Chandra, 2011): Fanatisme meliputi faktor-faktor antara lain sikap standar ganda yang akan memunculkan prasangka-prasangka sosial dan dapat memperkeruh hubungan antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain, menjadikan komunitas sebagai legitimasi etis hubungan sosial yang mana pengklaiman tatanan sosial biasanya mendapat dukungan dari kelompok tertentu, dan klaim kepemilikan organisasi oleh seseorang maupun sekelompok orang dengan cara mengidentikkan kelompok sosialnya dengan organisasi tertentu (Haryatmoko: 2003).

Menurut Chandra, fanatisme sendiri dapat mempengaruhi seseorang dalam: a. Berbuat sesuatu, menempuh sesuatu, atau memberi sesuatu, b. Berpikir dan memutuskan, c. Mempersepsi dan memahami sesuatu, dan d. Merasa secara psikologis, seseorang yang fanatik biasanya tidak mampu memahami apa-apa yang berada diluar dirinya, tidak paham terhadap masalah orang atau kelompok lain, tidak mengerti paham atau filsafat selain yang mereka yakini.

Belakangan ini gejala maraknya fanatisme sedang melanda dunia, terutama dikalangan masyarakat muda. Tidak jarang perilaku fanatisme memunculkan akibat yang berbahaya sehingga perlu dikaji (Rizkita, 2012: 2). Disebutkan dalam Rahayu (2007: 2), bahwa seseorang yang layak dijadikan sosok idola disebabkan oleh adanya daya tarik yang 10 dimiliki sosok tersebut, sehingga menjadi seseorang yang dikagumi. Tokoh yang diidolakan biasanya adalah orang yang dianggap dapat memenuhi kebutuhan dan gaya hidup masa kini, dari alasan tersebut artislah yang banyak dijadikan idola. Rahayu menambahkan tidak jarang menjadikan seorang artis suatu idola menjadikan seseorang menjadi mempunyai sifat fanatik. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (KBBI Depdikbud, 1995: 208) istilah fanatik diartikan sebagai terlalu kuat keyakinan atas sesuatu yang dianut, dipercaya, sering tidak lagi menggunakan akal sehat, jadi membabi buta. Fanatisme sendiri diartikan sebagai kepercayaan atau keyakinan yang terlalu kuat yang sedikitpun tidak memberikan peluang untuk menerima yang lain. Korean wave menimbulkan dampak terhadap kehidupan remaja, mereka rela menyisihkan uang saku untuk membeli album artis favorit mereka. Bukan hanya album, tetapi juga benda-benda seperti aksesoris dan pernak-pernik yang digunakan oleh sang idola ikut dibeli (surabayapost.co.id akses 12 Februari 2013). Budaya Korean Pop juga telah menginspirasi seniman Indonesia untuk berkarya seperti halnya boyband dan girlband asal Korea Selatan dengan konsep yang serupa. Seperti Sm*sh, 7 Icon, Max 5, Cherry Belle dan Hitz yang saat ini sedang naik daun. Namun kemunculan mereka justru dianggap sebagai plagiat. Cherry Belle muncul dengan jumlah anggota grup yang sama, jenis musik yang serupa, dandanan, gaya berfoto serta konsep tarian yang ditampilkan dianggap meniru SNSD (sidomi.com akses 12 Februari 2013).

11

Fenomena penggemar K-Pop yang sangat fanatik tersebut terkadang memunculkan anggapan bahwa mereka adalah anti musik Indonesia, bahkan beberapa diantara penggemar tersebut terdapat penggemar-penggemar yang lebih menyukai musik Korea dibandingkan dengan mendukung musik Indonesia (surabayapost.co.id akses 13 Februari 2013). Dari beberapa penjabaran mengenai fanatisme, dapat disimpulkan fanatisme diartikan sebagai mengagumi seorang idola yang terlalu kuat. Rasa kagum sendiri dapat ditunjukkan dengan sikap loyal kepada sang idola. Sikap loyal ini diantaranya mengikuti berita- berita tentang idolanya, mengkoleksi benda-benda yang berhubungan dengan idolanya, rasa ingin menjadi seperti sang idola hingga berperilaku seperti sang idola (Rahayu, 2007: 3). Selain menjadi sangat loyal terhadap idolanya, berawal dari tertarik dengan kebudayaan Korea, penggemar Korean Wave khususnya anak muda juga tertarik untuk mempelajari bahasa Korea. Penggemar seperti ini sudah dapat dikatakan fanatik terhadap kebudayaan Korea (javanews.co akses 30 Mei 2013). Rahayu (2007: 5) juga menjelaskan sikap fanatik tehadap idolanya mempengaruhi seseorang untuk lebih menggunakan insting dan emosi dibandingkan dengan logika. Sikap fanatisme kepada idola sudah menjadi suatu fenomena sosial yang tidak dapat dianggap remeh. Penggemar juga akan selalu penasaran tentang kehidupan idolanya, perkembangan karir, hingga masalah pribadi sang idola. Banyak efek yang ditimbulkan akibat fenomena fanatisme Hallyu Wave. Hal ini terlihat dari maraknya tempat kursus bahasa

12

Korea, hingga restoran Korea yang mulai menjamur. Efek bagi pelaku fanatisme sendiri lebih condong ke arah negatif, mereka rela menghabiskan dana besar-besaran demi idolanya. Misalnya untuk menonton konser idola mereka, atau hanya sekedar membeli merchandise. Bukan hanya itu, penggemar fanatik berlebihan bahkan akan mengikuti kemanapun idolanya pergi, mencium bahkan mengancam untuk menikahinya. Dalam bahasa Korea, penggemar seperti ini disebut sebagai sasaeng fan (Rizkita, 2012: 3). Dalam komunitas penggemar SNSD yang berada di Bandung, Soshi Fans Java (SFJ), fanatisme terhadap budaya Korea khususnya terhadap girlband SNSD terlihat dalam proses interaksi anggotanya yang menggunakan sapaan-sapaan dalam bahasa Korea seperti Hyung, yaitu panggilan dari laki-laki kepada laki-laki yang lebih tua; Oppa, panggilan untuk laki-laki yang lebih tua dari perempuan; Eonni, yaitu panggilan dari perempuan kepada perempuan yang lebih tua; dan juga Noona, yang merupakan panggilan untuk perempuan yang lebih tua dari laki-laki. Selain budaya, fanatisme juga terlihat dalam membeli pernak- pernik SNSD, seperti album dan photobook SNSD yang harganya cukup mahal. Tidak hanya itu, menonton konser hingga keluar negeri rela mereka lakukan demi menonton idolanya tersebut. Tetapi, bagi mereka hal tersebut bukan sesuatu yang perlu dibesar-besarkan, bahkan dapat dikatakan wajar untuk standar fans kepada idolanya. Lola Rinjani, salah seorang admin dari akun twitter komunitas Soshi Fans Java, @SoshiFansJava menjelaskan tentang bagaimana kefanatikan anggota SFJ terhadap SNSD:

13

SONE, termasuk anak SFJ memang terkenal tidak sayang membuang-buang uang untuk SNSD. Mungkin oleh orang awam, hal tersebut dapat dikatakan fanatik. Yang paling mahal mungkin ketika kami, SFJ, pergi ke Singapore untuk menonton konser SNSD. Bagi orang awam mungkin hal tersebut berlebihan atau dapat dikatakan fanatik, tapi bagi kami hal tersebut masih dalam batas wajar (wawancara 8 Februari 2013). Salah satu anggota SFJ yang sudah bergabung sejak tahun 2010, Rifka Refiandra, menceritakan tentang kesukaannya terhadap SNSD: Yang persentasenya lebih besar yang aku suka sekarang itu SNSD, suka Jessica dan Taeyeon, musiknya juga suka karena berbeda dengan girlband lain. Koleksi tentang SNSD memang tidak sebanyak Lola sampai semuanya dibeli lengkap, kalau album pasti beli sampai album terakhir I Got A Boy yang kemarin. Photobook dari fansite hanya punya satu, goodies yang standar-standar yang merupakan goodies official seperti kalender dan juga diary. Ada lightstick juga tapi itu termasuk koleksi unofficial (wawancara 26 Februari 2013). Seorang anggota komunitas SFJ lainnya, Hani Silviyani, memberikan penjelasan tentang kefanatikannya terhadap SNSD: Aku suka SNSD dari akhir 2008 atau awal 2009, karena mereka lucu-lucu, tingkah laku dan juga kekeluargannya atau biasa dibilang soshibond-nya. Aku ada koleksi semua album SNSD dari yang pertama sampai yang terakhir baru comeback kemarin. Photobook SNSD juga lengkap, stuff dan merchandise tentang SNSD, sampai-sampai bajupun pasti berbau SNSD. Kemudian menonton konser SNSD, kemarin yang di Singapore juga SM Town Indonesia, sampai harus menabung untuk menonton konser karena sudah terlanjur sangat suka (wawancara 21 Februari 2013). Selain mengoleksi benda-benda yang berhubungan dengan SNSD, Rifka dan Hani ternyata juga tertarik untuk mempelajari bahasa 14

Korea yang merupakan bahasa yang digunakan oleh SNSD. Rifka mengaku menggunakan bahasa Korea meskipun hanya yang standar ketika berbicara dengan temannya yang juga menyukai Korea, “Paling hanya yang standar, dengan teman yang tinggal di Korea, sambil supaya lancar juga” (wawancara 26 Februari 2013). Berbeda dengan Hani yang sengaja mempelajari bahasa Korea melalui internet, “Belajar cara membaca dan menulisnya, baca-baca dari internet, tidak sampai belajar lewat kursus” (wawancara 21 Februari 2013). Fanatisme menjadi menarik untuk diteliti karena rasa kagum yang berlebihan terhadap idola atau sesuatu hal dapat menjadikan orang tersebut melakukan apa saja demi sang idola. Dari ilustrasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa budaya Korea masuk ke Indonesia dan diterima baik oleh masyarakat Indonesia. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, peneliti mencoba mendeskripsikan suatu permasalahan untuk diteliti dengan mengambil judul: “Fanatisme Terhadap SNSD di Kalangan Anggota Komunitas Soshi Fans Java (Studi Etnografi Tentang Fanatisme di Kalangan Anggota Komunitas Soshi Fans Java Terhadap Girlband SNSD)”

1.2. Fokus Penelitian Menurut Spradley (dalam Kuswarno, 2008: 35), fokus penelitian dari etnografi adalah apa yang individu lakukan dalam suatu kelompok (perilaku), apa yang dibicarakan (bahasa), dan apa yang mereka pakai sehari-hari (artefak).

15

Berdasarkan konteks penelitian yang telah dikemukakan, fokus penelitian dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Fanatisme Terhadap SNSD di Kalangan Anggota Komunitas Soshi Fans Java?” dengan pembatasan masalah berupa gejala-gejala kebudayaan yang dijelaskan pada tinjauan pustaka. Adapun pertanyaan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana fanatisme komunitas Soshi Fans Java terhadap SNSD dalam penggunaan bahasa verbal dan non verbal anggota komunitas tersebut? 2. Bagaimana fanatisme komunitas Soshi Fans Java terhadap SNSD dalam perilaku yang berhubungan dengan SNSD yang dilakukan oleh anggota komunitas tersebut? 3. Bagaimana fanatisme komunitas Soshi Fans Java terhadap SNSD dalam artefak budaya yang dimiliki oleh anggota komunitas tersebut?

1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah dirumuskan dan rumusan masalah yang telah dikemukakan maka tujuan penelitian adalah: 1. Untuk mengetahui fanatisme komunitas Soshi Fans Java terhadap SNSD terlihat dalam penggunaan bahasa verbal dan non verbal anggota komunitas tersebut. 2. Untuk mengetahui fanatisme komunitas Soshi Fans Java terhadap SNSD terlihat dalam kegiatan yang berhubungan dengan SNSD yang dilakukan oleh anggota komunitas tersebut.

16

3. Untuk mengetahui fanatisme komunitas Soshi Fans Java terhadap SNSD terlihat dalam artefak budaya yang dimiliki oleh anggota komunitas tersebut.

1.4. Manfaat Penelitian Pelaksanaan penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan bagi pihak-pihak yang memerlukannya. Kegunaan penelitian ini diantaranya adalah: 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan ilmu serta pengetahuan yang terkait dengan kajian studi ilmu komunikasi umumnya, khususnya mengenai fanatisme penggemar girlband asal Korea, SNSD yang disebut SONE berdomisili di Bandung yang tergabung dalam komunitas SFJ (Soshi Fans Java) terhadap SNSD. Beberapa temuan yang terungkap dalam penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan rujukan bagi penelitian berikutnya. Selain itu juga diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu masukan bagi pihak akademisi, khususnya mahasiswa. 2. Manfaat Praktis Secara teoritis penulis berharap agar penelitian ini dapat menambah pengetahuan bagi penulis dan pembaca mengenai fanatisme SONE Bandung yang tergabung dalam komunitas SFJ (Soshi Fans Java) terhadap SNSD, dan mengetahui bagaimana seseorang penggemar dapat disebut fanatik serta bentuk-bentuk fanatisme terdahap idolanya.

17

1.5. Tahapan Penelitian Tahapan penelitian yang harus dilakukan penulis, pertama adalah mencari topik penelitian. Dalam tahap ini, penulis menggunakan media internet untuk membantu menemukan data-data mengenai berita-berita yang sedang dibicarakan oleh masyarakat. Penulis menentukan pilihan pada Korean Wave yang telah menjadi budaya populer dimasyarakat dunia, termasuk Indonesia. Selanjutnya, penulis mencari objek penelitian dibantu oleh teman sejawat yang merupakan penggemar Korean Pop untuk meneliti komunitas Soshi Fans Java. Sebelum menentukan untuk meneliti komunitas ini, peneliti terlebih dahulu mencari data tentang kelayakan objek untuk diteliti. Peneliti menemukan data bahwa komunitas ini merupakan sub- komunitas dari SoneID yang merupakan fanbase SNSD dengan anggota terbanyak di Indonesia. Tahapan kedua, peneliti membuat draft penelitian yang berisi rencana penelitian, menentukan informan dan mengumpulkan data-data baik melalui wawancara dengan gatekeeper maupun data-data online dan juga studi pustaka. Tahapan selanjutnya, penulis melakukan studi literature penelitian terdahulu untuk mendapatkan referensi mengenai teori-teori yang berkaitan dengan penelitian penulis. Kemudian penulis melakukan studi pustaka untuk mendapatkan teori-teori yang relevan dengan penelitian ini. Selanjutnya, penulis kembali mengumpulkan data melalui wawancara langsung dengan informan dan gatekeeper untuk memperoleh informasi lebih dalam dan lebih lengkap yang penulis butuhkan untuk tahapan penelitian ini. Setelah mendapatkan data,

18 penulis mengolah data tersebut dan melakukan analisis, kemudian menarik kesimpulan. Gambar 1.1 Tahapan Penelitian

Persiapan penelitian:

1. Mencari topik dan mengajukan tema 2. Membuat draft penelitian

Pelaksanaan penelitian (menurut Mahamit dalam Suryana, 2007: 5):

1. Melakukan studi literatur 2. Penetapan lokasi 3. Studi pendahuluan 4. Menetapkan metode pengumpulan data

5. Analisa data selama penelitian 6. Analisa data setelah penelitian

Menyusun hasil penelitian

Sumber: dikembangkan oleh penulis

1.6. Ruang Lingkup Penelitian Creswell menjelaskan, sebelum peneliti masuk ke lapangan, gatekeeper sangat dibutukan oleh peneliti metode etnografi untuk

19 menghubungkan peneliti dengan informan. Gatekepeer dapat membantu agar peneliti dapat diterima oleh sekumpulan orang yang ingin diteliti (Kuswarno, 2008: 62). Gatekeeper dari penelitian ini adalah Lola Rinjani, salah satu admin akun twitter @SoshiFansJava yang mengijinkan peneliti untuk menjadikan komunitas Soshi Fans Java sebagai objek penelitian dan juga bersedia membantu peneliti untuk berhubungan dengan anggota lainnya dalam komunitas Soshi Fans Java. Penelitian ini berlangsung dari bulan Januari 2013, hingga memperoleh kejelasan dan kepastian data (Sugiyono, 2011: 326). Penelitian ini menggunakan metode mikro etnografi yang berlangsung selama kurang lebih empat bulan sesuai dengan panduan penelitian yang telah dilakukan oleh Prof. Dr. Engkus Kuswarno, M. S., sebelumnya. Oleh karena keterbatasan waktu penelitian, adapun aspek yang diteliti meliputi fanatisme yang tampak dalam komunitas SFJ yaitu penggunaan bahasa, kebiasaan yang dilakukan, dan juga artefak budaya yang dimiliki yang dapat diamati dari perilaku yang tampak.

20