BAB IV

TEMUAN DAN ANALISIS WAWACAN SULANJANA

A. Temuan dalam Wawacan Sulanjana

Naskah Wawacan Sulanjana mengandung nilai-nilai kearifan lokal yang berkaitan dengan nilai religius hubungan manusia dengan Tuhan. Kemudian nilai kosmos hubungan manusia dengan alam, dan yang terakhir bagaimana nilai kosmis hubungan manusia dengan manusia. Nilai-nilai yang terkandung dalam

Wawacan Sulanjana di atas akan dijelaskan sebagai hasil temuan. a. Konsep Tuhan dalam Wawacan Sulanjana

Dalam naskah Wawacan Sulanjana tidak membahas konsep ketuhanan secara detail. Namun naskah Wawacan Sulanjana diawali dengan lafad basmallah.

Bismillahirrahmanirrohim Sim kuring mimiti nulis nyalin nya ieu wawacan dina malem Ahad yaktos kaping tujuh henteu lepat kaleresan sasih Sura taun sewu dalapan ratusan salapan tujuh punjulna sareng nami anu nulis katelah pun Wangsa Harja di Kulur panggonana teh sadaya parantos terang panghina-hinana jalma hirup teu aya kagaduh ngan ukur bae nyawaan

41

(pupuh Asmarandana bait ke-1 dan ke-2)54

Saya memulai menulis Menyalin ini wawacan Pada malam Minggu Tanggal tujuh Kebetulan bulan Sura Tahun delapan ratus Sembilan puluh tujuh

Nama yang menulis Wangsa Harja Tempatnya di Kulur Semua sudah mengenalnya Sehinan-hinanya orang Hidup tidak memiliki apa-apa Hanya memiliki nyawa (pupuh Asmarandana bait ke-1 dan ke-2) Dalam Wawacan Sulanjana terdapat unsur-unsur yaitu lafad basmallah di awal naskah yang menandakan bahwa Allah merupakan sumber segalanya. Kemudian penulis naskah memperkenalkan diri dengan rendah hati

"panghina-hinana jalma" (sehinan-hinanya orang), ini mengartikan bahwa dia dihadapan Allah tidak ada apa-apanya karena dia hanya sebatas hamba yang diciptakan-Nya.55

Abah Rukmin sebagai dalang Gaok yang sangat menjaga tradisi leluhur dan mengaplikasikan makna dari Wawacan Sulanjana. Ia menuturkan, “mipit keudah amit, ngala keudah bebeja. Kuring mah hanya sekeudar nyareatan,

54 Disadur dari naskah Wawacan Sulanjana milik Abah Rukmin 55 Wawancara dengan Abah Rukmin pada tanggal 14 Maret 2016 pukul 17:10:21 dikediaman rumahnya Desa Kulur. 42

ngahirupkeun, ngahuripkeun, nyuburkeun jeung ngasilkeun mah teu tiasa. Kuring mah ngan tiasa nyeucebkeun wungkul” (menanam harus ijin, memanen harus memberitahu. Saya hanya bisa berusaha; menghidupkan, menghidupi, menyuburkan dan menghasilkan tidak bisa. Saya hanya bisa menanamnya saja).56

Makna dari pesan di atas adalah kita sebagai manusia hanya sebatas berusaha, yang menentukan adalah Allah. Sehingga dengan jelas bahwa dalam

Wawacan Sulanjana memposisikan Allah sebagai puncak segalanya.

Diakhir Wawacan Sulanjana ada kidung selamat yang isinya doa mengharapkan keselamatan terhadap tanaman padi. Karena padi merupakan titipan dari Tuhan, sehingga berdoa mengharapkan keselamatan terhadap apa yang diciptakannya agar bisa terhindar dari segala bahaya dan keburukan adalah harapan hamba kepada Tuhannya57. Apa yang ada dibumi merupakan ciptaan

Tuhan sehingga kita sebagai manusia yang diberi titipan alam dan seisinya oleh

Tuhan harus dijaga dan selalu mengharapkan keselamatan dari-Nya.

Ana kidung rumaksa ing wengi Teguh rahayu dalam kena lara Luputing balai kabeh Jin setan datampurun Peneluhan tan ana wani Miwah panggawa ala

Inilah Kidung penjaga malam Meneguhkan keselamatan, tak dikenai sakit Terlepas dari semua bahaya

56 Wawancara dengan Abah Rukmin pada tanggal 27 Januari 2015 pukul 14:24:18 dikediaman rumahnya Desa Kulur 57 Wawancara dengan Abah Rukmin pada tanggal 14 Maret 2016 pukul 17:10:21 dikediaman rumahnya Desa Kulur. 43

Jin setan tak mau (mengganggu) Santet tak ada yang berani Begitupun kerja orang lain yang berakibat buruk b. Konsep Alam dalam Wawacan Sulanjana Konsep alam dalam Wawacan Sulanjana difokuskan membahas asal-usul padi, sedangkan asal-usul tanaman lain diceritakan hanya sekilas. Asal-usul padi berawal dari tiga buah telur yang dua jatuh menetas menjadi Kalabuat dan Budug

Basu, yang satunya lagi menetas menjadi wanita cantik yang bernama Nyi Puhaci setelah dewasa meninggal. Setelah meninggal di kuburannya tumbuh berbagai jenis tanaman. Sedangkan saudaranya Budug Basu setelah meninggal lahir berbagai macam binatang baik yang di darat maupun di laut.

... Aya kajadianana Rupi-rupi anu bijil Sumangga geura tingali Kalapa jambe jeung kawung Awi oge warna-warna Rupa pare ami bijil (pupuh sinom bait ke-66)58

Ada kejadiannya Berbagai macam yang keluar Silahkan untuk melihatnya Kelapa, jambe, dan kawung Bambu juga bermacam-macam (pupuh sinom bait ke-66)

Bagawat geus ditarima

58 Disadur dari naskah Wawacan Sulanjana milik Abah Rukmin 44

Ayeuna mah geura gasik-gasik Geura bawa ka Pakuwan Cucukulan Nyi Puhaci Eta kabeh pikeun bibit .... (pupuh sinom bait ke-68) 59

Bagawat sudah diterima Sekarang untuk secepatnya Membawa ke Pakuan Tumbuhan Nyi Puhaci Itu semua untuk bibit .... (pupuh sinom bait ke-68)

Kabeh bibit geus katampa Pare lima ranggeuy pasti Bibit jambe jeung kalapa Bubuahan reujeung awi Kekembangan henteu kari Kacang reujeung bibit kawung Henteu aya anu tinggal Eta bibit kabeh baris bibit Kudu pelak ieu ku urang Pakuwan (pupuh sinom bait ke-70) 60

Semua bibit sudah diterima Padi lima ranggeuy Bibit jambe dan kelapa Buah-buahan dan bambu

59 Disadur dari naskah Wawacan Sulanjana milik Abah Rukmin 60 Disadur dari naskah Wawacan Sulanjana milik Abah Rukmin 45

Macam-macam bunga tidak ketinggalan Kacang dan bibit kawung Tidak ada yang tertinggal Bibit itu semua Harus ditanam oleh orang Pakuan (pupuh sinom bait ke-70)

Setelah kejadian Nyi Puhaci, negara Pakuan yang dirajai oleh Prabu

Siliwangi menjadi subur makmur, berbagai macam tanaman tumbuh subur.

Penjelmaan berbagai macam jenis tanaman dari kuburan Nyi Puhaci memberikan kebaikan pada masyarakat Pakuan. Sedangkan penjelmaan dari saudaranya yaitu

Kalabuat dan Budug Basu memberikan keburukan. Semua jelmaan Budug Basu berupa binatang baik di darat maupun di laut dipimpin oleh Sapi Gumarang. c. Konsep Manusia dalam Wawacan Sulanjana

Dalam Wawacan Sulanjana terdapat dua tokoh yang sangat menarik yaitu

Sapi gumarang sebagai pimpinan para binatang baik yang hidup di darat maupun di laut. Sapi Gumarang memiliki karakter jahat dia selalu punya niatan untuk merusak tanaman Nyi Puhaci/padi. Kemudian tokoh kedua yaitu Sulanjana yang memiliki karakter penyelamat karena berhasil menjaga Nyi Puhaci dari gangguan

Sapi Gumarang. Dua karakter yang berbeda selalu melakukan pertempuran antara keduanya yang selalu dimenangkan Sulanjana.

.... Ngaranna Sapi Gumarang Sato pada ngabdi kabeh Gumarang jadi rajana Sarta jadi sakti pisan Kalabuat Budug Basu Dipulung anak Gumarang 46

(pupuh asmarandana bait ke-30) 61

.... Namanya Sapi Gumarang Hewan pada mengabdi semuanya Gumarang menjadi rajanya Serta menjadi sangat sakti Kalabuat Budug Basu Diangkat jadi anak Gumarang (pupuh asmarandana bait ke-30)

Enya bener anak ama Sulanjana Ayeuna ama titip Titip ieu Suralaya Ari ama rek ngaronda Ka Nagara Siliwangi Sing bener ngajaga .... (pupuh durma bait ke-126) 62

Iya betul anak bapak Sulanjana Sekarang bapak titip Titip ini Suralaya Bapak mau ngeronda Ke Negara Siliwangi Yang betul menjaganya .... (pupuh durma bait ke-126)

Kek ditewak Ki Gumarang

61 Disadur dari naskah Wawacan Sulanjana milik Abah Rukmin 62 Disadur dari naskah Wawacan Sulanjana milik Abah Rukmin 47

Pek dicabok sakali utah getih Pipina teh mani kembung Dicabok ku Sulanjana Sulanjana ambekna kaliwat langkung .... (pupuh pangkur bait ke-222) 63

Kek ditangkap Sapi Gumarang Pek dipukul sekali muntah darah Pipinya sampai memar Dipukul oleh Sulanjana Sulanjana nafsunya memuncak (pupuh pangkur bait ke-222) Pembagian tugas atara laki-laki dan perempuan dalam Wawacan

Sulanjana disajikan dengan sangat jelas. padi sangat dimuliakan sampai tata cara pengelolaannya pun harus dilakukan oleh wanita karena dianggap memiliki sifat lemah lembut dan kehati-hatian64. Dewi Nawangwulan yang turun dari dunia atas ditugasi untuk menanak nasi.

Perempuan dalam Wawacan Sulanjana sangat terhormat, Dewi

Nawangwulan menjatuhkan talak kepada Prabu Siliwangi karena telah melanggar amanah Dewi Nawangwulan untuk tidak mengganggu masakannya.

.... Bade nagih perjangji Lamun ganggu kaolahan Pasti ragrag talak gusti

Eta buktina sakitu

63 Disadur dari naskah Wawacan Sulanjana milik Abah Rukmin 64 Wawancara dengan Abah Rukmin pada tanggal 30 Juni 2015 pukul 18:19:28 dikediaman rumahnya Desa Kulur. 48

Meureun tadi Kanjeng Gusti Keur waktu abdi ka jamban Gusti mukakeun Puhaci Mun teu kitu moal enya Abdi nagih perjangji (pupuh kinanti bait ke-246 s/d ke-247) 65

.... Akan menagih janji Kalau mengganggu masakan Pasti jatuh talak Gusti (Prabu Siliwangi)

Itu buktinya Kayaknya tadi Kanjeng Gusti Ketika saya (Dewi nawangwulan) ke toilet Gusti membuka Puhaci Kalau tidak begitu tidak mungkin Saya menagih janji

B. Analisis Wawacan Sulanjana

Ada tiga realitas yang membentuk tao menurut Murata yaitu: Allah, kosmos, dan manusia, ketiga realitas ini menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan. Masing-masing memanifestasikan “kualitas-kualitas”, sifat-sifat atau karakteristik-karakteristik yang sama, tapi dalam cara-cara yang berbeda, ketiganya bisa dikatakan sebagai sebuah replika Tao, dengan dua prinsip fundamental, yin dan yang, yang hadir secara harmonis.66

Relasi manusia dan alam yang dimaksud penulis adalah bagaimana manusia bisa hidup berdampingan dengan alam dengan tidak merusaknya. Alam

65 Disadur dari naskah Wawacan Sulanjana milik Abah Rukmin 66 Murata et al., 49

dalam hal ini diwakili oleh padi karena Wawacan Sulanjana bercerita tentang asal-usul padi.

Dalam sebagian besar teks-teks Islam, ada tiga realitas dasar yang selalu dipegang: Allah, kosmos atau makrokosmos, dan manusia atau mikrokosmos.

Kita bisa menganalogikan ketiganya dengan tiga sudut segitiga. Yang secara khusus menarik adalah hubungan yang terjalin diantara ketiga sudutnya. Allah yang berada di puncak dan merupakan sumber yang menciptakan kedua sudut di bawahnya, karena baik makrokosmos maupun mikrokosmos merupakan realitas- realitas derivatif.

Analogi segitiga di atas menjadi lebih kompleks lagi oleh fakta bahwa masing-masing dari ketiga realitas itu mempunyai dua dimensi dasar dan bisa digambarkan dengan sebuah salib. Sumbu vertikal menggambarkan satu jenis hubungan, dan sumbu horizontal melukiskan jenis hubungan lainnya.67

Menurut Murata, semua manusia sebagai anak-anak Adam, memanifestasikan sifat-sifat Allah. Dalam Wawacan Sulanjana diawali dengan silsilah nabi Adam, kita semua tahu bahwa Adam adalah manusia pertama yang diciptakan Allah sebagai khalifah di muka bumi ini. Keberadaan silsilah nabi

Adam dalam Wawacan Sulanjana menegaskan bahwa kita harus memanifestasikan sifat-sifat Allah dalam kehidupan ini.

Carita sajarah nabi Nu matak basana Sunda Malar supaya kahartos Nurun tina bahasa Arab Nabi Adam ....

67 Ibid., Hlm. 47. 50

(pupuh asmarandana bait ke-5) 68

Cerita sejarah nabi Yang menggunakan bahasa Sunda Agar supaya mengerti Terjemahan dari bahasa Arab Nabi Adam .... (pupuh asmarandana bait ke-5) Menurut Murata, langit dan bumi sepenuhnya ada di bawah kekuasaan

Tuhan. Tuhan adalah yang dan langit dan bumi adalah yin. Langit adalah sumber dari apa yang telah diturunkan ke bumi dan kepada manusia, misalnya air dan makanan. Secara kualitatif, langit itu tinggi, aktif, dan kreatif, sedangkan bumi itu rendah, reseptif, dan subur. Langit merupakan sumber dari segala sesuatu yang muncul di bumi. Tanda-tanda Tuhan datang dari langit, entah sebagai wahyu atau gejala alam.

Padi merupakan titipan dari langit yang diturunkan ke bumi Pakuan sehingga menjadi subur makmur. Karena padi bersumber dari langit yang mewakili tanda-tanda Tuhan, kita sebagai manusia harus bisa menjaga dan merawatnya.

Padi dalam Wawacan Sulanjana merupakan replika alam, karena merupakan perwujudan dari Nyi Puhaci yang dititipkan dari dunia atas. Segala sesuatu yang dititipkan dari dunia atas membawa visi kebaikan, sehingga padi mendapatkan penjagaan dari dunia atas segala gangguan.

Dua karakter yang berbeda selalu melakukan pertempuran antara keduanya antara Sapi Gumarang dengan Sulanjana yang selalu dimenangkan

68 Disadur dari naskah Wawacan Sulanjana milik Abah Rukmin 51

Sulanjana. Makna dari kejadian ini adalah manusia yang mengimplementasikan nilai-nilai kebaikan pasti akan mendapatkan kemenangan. Karena apa yang dijaga

Sulanjana adalah titipan dari dunia atas, sehingga apa yang dilakukan Sulanjana akan mendapatkan bantuan dari Allah.

Asal-usul Nyi Puhaci yang berasal dari dunia atas menjelma menjadi padi tumbuh subur di dunia bawah yaitu Pakuan. Karena Nyi Puhaci merupakan titipan dari dunia atas maka Nyi Puhaci dijaga oleh tokoh-tokoh yang berkarakter baik.

Ketika Allah menciptakan alam beserta isinya, mereka dapat menjalankan perintah Tuhannya untuk menjalankan apa yang sudah menjadi ketentuannya atau biasa kita sebut hukum alam. Namun ada keunikan tersendiri pada penciptaan manusia, manusia diberi kelebihan akal dan pikiran oleh Tuhan sehingga manusia walaupun pada kodratnya ingin mengikuti hatinuraninya mengimplementasikan nilai-nilai yang diperintahkan Tuhan.69 Namun akal manusia dapat menolaknya, contohya muncul tokoh Sapi Gumarang dengan karakter jahat dan Sulanjana dengan karakter baik dan penyelamat.

Dua karakter yang berbeda ini membuktikan bahwa manusia itu walaupun pada kodratnya ingin berbuat baik, namun akalnya bisa saja menolaknya.

Kekalahan Sapi Gumarang dan taubatnya Sapi Gumarang merupakan sebuah dinamika dalam kehidupan, bahwa yang berkarakter jahat tidak selamanya dia akan melakukan kejahatan seumur hidupnya. Hati nuraninya suatu saat pasti akan mencari nilai-nilai Tuhan.

Ketika Sapi Gumarang menyerah dan bertaubat, ada satu permintaan darinya yaitu ketika akan menanam padi harus menyambat namanya dan

69 Murata et al., 52

menginjakkan kaki ke bumi dengan menyebut namanya. Ini merupakan sebuah pembelajaran bahwa manusia diciptakan Tuhan dengan sebuah perbedaan watak dan karakter. Manusia harus melakukan perubahan agar bisa menjalankan nilai- nilai yang telah Tuhan ajarkan melalui wahyu maupun alam ini.

Keberadaan tokoh Prabu Siliwangi sebagai penguasa Pakuan yang tanahnya subur setelah perwujudan Nyi Puhaci ditanam di Pakuan. Prabu

Siliwangi pun menjaga Nyi Puhaci dengan hati-hati untuk menjualnya pun ia tidak berani. Tokoh Prabu Siliwangi sebagai penguasa Pakuan yang sangat dikagumi oleh masyarakat Sunda ini, mengajarkan kepada kita bahwa seorang raja pun menjaga alam ini dengan hati-hati ia tidak berani mengekploitasi alam ini.

Dalam kebudayaan Sunda terdapat dua citra mengenai tokoh Prabu

Siliwangi. Pada satu pihak, Prabu Siliwangi yang merupakan raja Pajajaran termasyur dan sekaligus terakhir, dipandang, bahkan dipercayai sebagai tokoh legendaris dan tokoh mitologis sebagaimana dituturkan dalam tradisi lisan dan tradisi tulisan. Pada pihak lain, Prabu Siliwangi dipandang sebagai tokoh sejarah, tokoh yang pernah hidup di dunia dan menduduki takhta Kerajaan Sunda, sebagaimana dikemukakan akhir-akhir ini dalam karya ilmiah. Kedua citra tersebut tidak terpisahkan samasekali, melainkan ibarat garis, pada satu tempat keduanya berhimpitan dan pada tempat lain bersebrangan.70

70 Edi S. Ekadjati, Kebudayaan Sunda (Zaman Pajajaran). (Jilid 2). (Jakarta: Pustaka Jaya, 1995), 85.

53

a. Relasi Manusia dan Alam dalam Wawacan Sulanjana

Pekuburan Nyi Puhaci di Banyu Suci dijaga oleh Aki Bagawat. Asal-usul

Nyi Puhaci dari dunia atas atau Kahiangan dan dikuburkan di Banyu Suci memiliki makna tentang kesucian. Nyi Puhaci/padi berada di wilayah suci berbeda dengan penantang, perusak padi yakni Tegal Kapapan. Kapapan berarti tempat pendosa. Makhluk-makhluk yang merusak padi diindikasikan makhluk- makhluk pendosa. Sifat perusak padi mendapat julukan Idajil (setan yang dilaknat

Allah). Hal ini merupakan tanda bahwa yang perusak kesejahteraan dilaknat

Allah. Aki Bagawat, kiranya "Baga" artinya bahagia dan "wat" pengabdian. Aki

Bagawat adalah makhluk yang mengabdikan dirinya untuk kebahagiaan umat manusia. Tanda ini memiliki arti mengarahkan manusia untuk melindungi kemuliaan dan kesejahteraan padi untuk kesejahteraan bersama, apabila melanggar hal tersebut berarti pendosa yang hukumannya dipegang oleh Allah.71

Padi merupakan makan pokok manusia, sehingga tanaman ini akan selalu dicari manusia. Namun kita perlu tanamkan dalam hati ini bahwa padi itu merupakan replika alam yang dititipkan Tuhan untuk penghuni muka bumi yaitu manusia. Karena padi merupakan barang titipan, kita harus menjaga amanahnya yaitu dengan cara menjaganya. Kehati-hatian petani dalam menanam padi mulai dari pra-tanam, tanam, perawatan, sampai panen tidak terlepas dari doa. Karena segala sesuatu yang ada di muka bumi ini adalah titipan Tuhan, sehingga kita sebagai manusia yang dititipi harus menjaga dan berdoa kepada Tuhan agar alam ini bisa bersahabat dan memberikan kemakmuran bagi kehidupan manusia.

71 Kalsum et al., 54

Asal-usul Nyi Puhaci/Dewi Puhaci//padi yang terlahir dan dibesarkan di dunia atas atau Kahiangan, dijaga oleh para dan dirawat oleh para dewa. Setelah meninggal dikuburkan di Banyu Suci yang menandakan kesucian

Nyi Puhaci. Dari kuburan Nyi Puhaci tumbuh berbagai macam tumbuhan salah satunya padi yang tumbuh subur di Pakuan. Ternyata kesuburan padi di pakuan diganggu oleh Sapi Gumarang dengan cara mengirim angin yang membuat padi rebah dan rusak. Muncullah tokoh penyelamat yaitu Sulanjana, talimendang, dan

Talimentir. Sulanjana berhasil menormalkan kembali padi yang telah rusak. Sapi

Gumarang mencoba beberapa kali dengan bantuan anak buahnya, namun usahanya gagal karena Sulanjana selalu berhasil menghalau usaha Sapi

Gumarang.

Semar adalah salah satu tokoh nenek moyang yang menjadi kesayangan masyarakat Nusantara. Dari peninggalan Purbakala menggambarkan sebagai Dewa kesuburan, hal ini ditemukan di wilayah Cirebon di Kaliwedi

Kecamatan Arjawinangun.72 Di tempat itu ada ritual, patung Semar dibungkus dengan kain putih dipakai untuk mentasbihkan air. Air tersebut dipakai oleh masayarakat untuk sawahnya masing-masing. (Mulyono, 1982:25-29). Dalam pergelaran , semar seorang tokoh yang tidak tergiur lagi oleh gemerlap dunia baik pangkat maupun kekayaan, batinnya hanya semata-mata ditunjukkan kepada Yang Maha Kuasa.73

Dari sepenggal cerita di atas kita bisa menganalisa bahwa alam yang disimbolkan dengan padi merupakan titipan dari dunia atas atau langit tumbuh subur di dunia bawah atau bumi yaitu di Pakuan dijaga oleh orang-orang pilihan

72 Ibid., 73 Ibid., 55

dengan sangat ketat. Berbagai cobaan untuk merusak padi selalu digagalkan

Sulanjana sampai akhirnya Sapi Gumarang menyerah. Dari dunia atas pun ikut menjaga padi di Pakuan dengan menyamar sebagai burung pipit. Ini mengandung makna bahwa burung pipit bukan merupakan hama namun simbol dari dunia atas yang sedang memantau padi.

Karena padi merupakan titipan dari dunia atas, Prabu Siliwangi sebagai penguasa Pakuan tidak berani menjual padi. Siliwangi tidak merasa memiliki padi yang tumbuh subur di pakuan, ia hanya dititipi sehingga tidak berani untuk memperjual-belikannya. Kehati-hatian terhadap padi, beras, dan nasi kini masih tampak pada sikap sejumlah masyarakat yang masih memegang teguh tradisi.

Contohnya pada fenomena masih ada warung nasi yang tidak menjual nasinya namun yang dijual lauk pauknya walaupun di warung tersebut ada juga nasinya74.

Maksud abdi ngadeuheusan ka Sang Perabu Abdi nuhun dimaap Maksad abdi bade meser pare Manawina aya pasihan gamparan

Kanjeng Raja Pakuan lajeng ngawangsul Ari pare loba Ngan teu bisa mere Tacan idin ti Guru anu kagungan

Moal bisa mereen kula teu sanggup Lain nu kaula Sieun bisina kabendon Sebab Bata Guru anu kagungan

74 Ibid., 56

Tah kitu nu matak kuring teu sanggup Teu wani ngalanggar Sageugeus saranggeuy oge Di Pakuan kabeh ge tampa timbalan (pupuh pucung bait ke-153 s/d ke-156)

Maksud saya datang ke Sang Prabu Saya mohon dimaaf Maksud saya ingin membeli padi Sekiranya ada pemberian

Kanjeng raja Pakuan terus menjawab Kalau padi banyak Cuma tidak bisa memberi Belum ijin ke Guru yang agung

Tidak bisa memberi saya tidak sanggup Bukan milik saya Takut terkena marah Sebab yang agung

Itulah yang membuat saya tidak sanggup Tidak berani melanggar Sekepal seikat Di Pakuan semua tanpa pamrih (pupuh pucung bait ke-153 s/d ke-156) Alam merupakan ciptaan Tuhan yang dititipkan kepada manusia di bumi, karena titipan adalah amanah yang harus dijaga. Sehingga kita sebagai manusia yang diamanati alam oleh Tuhan harus bisa memperlakukan alam ini dengan baik, bukan merusaknya. Alam diciptakan itu untuk memberikan kesejahteraan, sehingga dibutuhkan kehati-hatian dalam mengelola alam ini. 57

Abah Rukmin menuturkan, dalam pengelolaan padi mulai dari pra tanam sampai mengelola nasinya tidak terlepas dari doa. Pembagian tugas pun harus sesuai dengan bidangnya.75 Contoh wanita memiliki tugas memasak nasi, karena memiliki sifat lemah lembut karena dihawatirkan ketika laki-laki diberi tugas untuk mengurusi nasi perlakuannya tidak hati-hati.

Alam dijaga dengan doa kepada Tuhan, ketika tikus di sawah menyerang tanaman padi cara mengusirnya dengan memberikan jeruk nipis dan doa agar tikus tidak mengganggu tanaman padi. Sehingga jaring-jaring kehidupan masih tetap terjaga, berbeda dengan jaman sekarang yang semua serba semprot kimia yang memberikan efek negatif baik kepada alam maupun manusia.

Kehadiran ular di sawah pun bukan dianggap hama yang mengganggu, melainkan sebuah tanda bahwa tanaman padi sedang dijenguk dari dunia atas dan memberikan petanda hasil panen akan baik. Saat melihat ular pun, kita tidak diperbolehkan untuk membunuhnya tapi ajak berbicara agar tidak mengganggu tanaman padi. Sungguh ini sebuah kearifan yang sangat baik dalam menjaga alam, alam dianggap layaknya sebagai manusia yang bisa diajak berkomunikasi. Bahkan kalau orang karuhun Sunda berkata, ketika kita dapat menyayangi alam ini dengan baik, kebaikan dari alam akan menghampiri kita.

Kearifan lokal yang terkandung dalam Wawacan Sulanjana memberi sedikit cubitan kepada kita yang hidup di zaman modern ini. Pada zaman sekarang alam tidak setara dengan manusia, namun dijadikan objek ekploitasi sehingga alam pun memberikan keburukan berupa kejadian alam seperti banjir, longsor, dan sebagainya. Dari makna tersirat Wawacan Sulanjana mengingatkan kepada

75 Wawancara dengan Abah Rukmin pada tanggal 14 Maret 2016 pukul 17:10:21 dikediaman rumahnya Desa Kulur. 58

manusia untuk melihat alam layaknya sebagai manusia, kita harus bisa berkomunikasi dengan alam. Alam diciptakan Tuhan untuk memberikan kehidupan pada manusia dan sifatnya hanya titipan. Kita sebagai manusia jangan seenaknya mengekploitasi alam, manfaatkan alam ini dengan bijak dan kedepankan tata krama dalam berkomunikasi dengan alam. b. Refleksi Wawacan Sulanjana dalam Kehidupan

Mengingat peribahasa “ada tanaman ada hama”, namun bukan berarti kita membasmi hama tersebut.76 Zaman sekarang para petani mengusir hama dengan obat-obatan kimia, sehingga mata rantai kehidupan makhluk hidup di alam ini menjadi terputus. Petani kita terlalu mengedepankan ikhtiar secara lahiriah, namun secara batin berkomuniakasi dengan alam tidak dilakukan. Mereka mengandalkan obat-obatan kimia, sehingga obat-obatan pertanian menyerupai apotik.

Menurut Ir. S. Jauharman77, “Sudah 40 tahun lebih tanah kita menggunakan pupuk kimia secara besar-besaran. Penggunaan pupuk kimia ini mengakibatkan musuh alami hama menghilang, tanah terdegradasi secara (fisik, kimia, dan biologi), tanah pun mudah terserang penyakit,” ujarnya.

Petani tidak lagi menggunakan obat-obatan organik yang ramah lingkungan dengan alasan tidak praktis dan lambat dalam membasmi hama.

Namun apa yuang terjadi ketika petani menggunakan obat-obatan kimia secara terus-menerus, hama bukannya mati malah semakin kebal terhadap obat-obatan

76 Ibid., 77 Beliau adalah alumni Fakultas Pertanian IPB Bogor dan sekarang sebagai teknisi di Klinik Pertanian Organik (KPO) Kembang Langit Garut. 59

kimia dan yang paling berbahaya adalah hasil tanaman yang disemprot obak- obatan kimia meninggalkan residu yang berbahaya bagi tubuh manusia.

Kerusakan alam ini karena kita terlalu mengandalkan obat kimia, komunikasi terhadap alam tidak pernah dilakukan. Pengguaan obat kimia dalam mengelola alam ini hanya memutus jaring-jaring kehidupan, sehingga kita sering mendengar istilah ledakan hama karena terjadi terputusnya mata rantai kehidupan hewan. Hewan yang ada di alam seolah mendapat stigma negatif dengan sebutan hama, padahal keberadaannya membantu proses kehidupan di alam ini.

Sekarang kita susah mencari belut atau cacing di lahan pesawahan, karena penggunaan obat-obatan kimia yan membuat hewan tersebut mati. Padahal cacing dan belut adalah indikator paling sederhana untuk melihat kesuburan tanah. Lagi- lagi tindakan manusia yang membuat alam ini menjadi rusak, kita tidak pernah merasa bahwa alam ini titipan Tuhan. Sehingga manusia merasa bebas untuk mengekploitasi alam ini.

Merefleksikan apa yang terkandung dalam Wawacan Sulanjana, setidaknya kita sebagai manusia harus bisa menjaga alam ini dengan rasa tanggungjawab karena kita diciptakan Tuhan sebagai Khalifah di muka bumi ini salah satunya untuk menjaga alam ini dengan keseimbangan. Perlakukan alam ini dengan penuh kasih sayang layaknya manusia, karena alam pun akan memberikan kebaikan kepada kita.

Berbicara Wawacan Sulanjana tidak bisa terlepas dari upacara Babarit

Pare, karena dalam upacara Babarit Pare mengimplementasikan apa yang ada di dalam naskah Wawacan Sulanjana. Keberadaan sesajen dalam upacara Babarit

Pare merupakan simbol dari apa yang ada dalam naskah Wawacan Sulanjana.

60

Ada makna simbolis dari sesajen pada Upacara Babarit Pare, seperti: terdapat bubur dua macam yaitu bubur putih dan bubur merah yang keduanya disimpan dalam satu wadah. Bubur merah sebagai simbol perempuan, sedangkan bubur putih simbol dari laki-laki. Kedua bubur yang disimpan dalam satu wadah ini memiliki makna bahwa Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan itu untuk saling menyayangi dan rukun.78

Kerukunan dan kebersamaan merupakan pesan dari naskah Wawacan

Sulanjana. Pembagian tugas antara laki-laki dan perempuan bukan untuk memperlihatkan siapa yang paling superior, tapi pembagian tugas ini untuk saling melengkapi. Ini bisa kita lihat ketika musim tanam padi, laki-laki dengan kelebihan tenaganya mencangkul sedangkan perempuan dengan ketelitiannya melakukan tandur. Dua tugas yang berbeda namun satu tujuan yaitu mengharapkan tanaman padinya bisa panen berlimpah.

Selanjutnya ada sesajen kupat berbentuk segitiga sebagai simbol perempuan, ada kupat dari daun kelapa yang bentuknya memanjang sebagai symbol laki-laki. Kemudian ada kupat berbentuk bundar sebagai symbol laki-laki juga. Ketiga bentuk kupat di atas diikat menjadi satu, anggap itu sebagai keluarga bahwa kita harus rukun tidak bercerai berai.79

Sedangkan sesajen berupa minuman yang terdiri dari: air teh, kopi, air putih, rujak selasih, rujak pisang, rujak kelapa yang berjumlah minimal tujuh jenis. Tujuh jenis minuman ini menyimbolkan jumlah hari dalam satu minggu.80

78 Wawancara dengan Abah Rukmin pada tanggal 30 Juni 2015 pukul 18:19:28 dikediaman rumahnya Desa Kulur. 79 Ibid., 80 Ibid., 61

Para petani jaman dulu benar-benar memperhitungkan hari yang baik untuk menanam padi. Hal ini dilakukan karena ada waktu-waktu tertentu yang tidak diperbolehkan untuk menanam padi.81 Waktu yang tepat untuk menanam padi adalah pagi-pagi, karena secara ilmu pertanian pagi-pagi matahari belum terlalu bersinar terik sehingga tanaman yang ditandur tidak mengalami layu atau stres.

Perasaan setelah melaksanakan Upacara Babarit Pare adalah hati menjadi lega atau tenang, anggaplah kita memohon kepada yang Maha Kuasa itu sudah diterima walaupun tidak terdengar jawabannya. Saat akan melaksanakan panen jangan lupa kita berdoa kepada Allah mudah-mudahan hasil panennya barokah dan manfaat.82

Dalam petikan wawancara di atas terlihat jelas doa adalah menjadi ujung tombak dalam memperlakukan alam ini. Tuhan yang berada di puncak sebagai pencipta menjadi sandaran manusia untuk mendapatkan ridho Nya agar apa yang ditanam menjadi berkah. Wawacan Sulanjana memberi pesan kepada kita bahwa doa kepada Tuhan Menjadi wajib, karena apa yang ada di alam ini bukan milik manusia namun titipan Tuhan.

“Padi di Negara kita ini menjadi makanan pokok, namun bangsa kita masih mengimpor. Katanya Indonesia itu Negara agraris. Pada zaman dahulu menanam padi itu satu tahun sekali kalau ada hujan saja dengan sistem irigasi yang sangat sederhana. Namun hasil yang didapatkan berlimpah bahkan bisa membantu orang-orang kecil saat musim paceklik,”ujar Abah Rukmin.

81 Ibid., 82 Wawancara dengan Abah Rukmin pada tanggal 30 Juni 2015 pukul 18:19:28 dikediaman rumahnya Desa Kulur. 62

Tata tertib dalam bertani merupakan pesan moral yang disampaikan nenek moyang kita. Saat akan menanam padi atau tandur harus mengadakan permohonan kepada Allah. Ada istilah Sunda “mipit keudah amit, ngala keudah bebeja. Kuring mah hanya sekeudar nyareatan, ngahirupkeun, ngahuripkeun, nyuburkeun jeung ngasilkeun mah teu tiasa. Kuring mah ngan tiasa nyeucebkeun wungkul” (menanam harus ijin, memanen harus memberitahu. Saya hanya bisa berusaha; menghidupkan, menghidupi, menyuburkan dan menghasilkan tidak bisa. Saya hanya bisa menanamnya saja).83

Padi merupakan ciptaan Allah dan manusia juga ciptaan-Nya yang saling membutuhkan. Kalau sekarang petani menggunakan pupuk dan pestisida kimia secara besar-besaran, tanah menjadi rusak. Binatang yang biasa hidup di tanah pun akan ikut hilang, manusia hanya mengambil untungnya saja kehidupan alam tidak diperhatikan.

Petani dulu mengedepankan tata tertib dalam bertani dan hasilnya pun memuaskan. Petani mempertahankan gotong royong, saling asah, saling asuh, rukun, tentram sehingga tidak ada sengketa dalam bertani. Sedangkan pertanian sekarang tidak lagi menggunakan tata tertib nenek moyang dulu, sehingga pertaniannya kurang barokah dan hasil panennya pun sedikit.84

Padi itu perwujudan dari dewi sri, saya jarang menyebut padi melainkan dengan sebutan Sri Dewi Puhaci. Kalau kita dekat pun apa salahnya kita mengucapkan salam kepada padi, kita harus yakin kalau dia merespon salam

83 Wawancara dengan Abah Rukmin pada tanggal 14 Maret 2016 pukul 17:10:21 dikediaman rumahnya Desa Kulur. 84 Ibid., 63

kita.85 Inilah bentuk kedekatan kita sesama ciptaan Allah, dengan kedekatan ini kita merasa saling membutuhkan.86

Kita manusia berada di bawah atau kedudukannya lebih rendah dari Allah, yang di atas Maha Kuasa selalu menjaga ciptaan-Nya dan bukan manusia saja yang dijaga oleh-Nya. Terlalu banyak jiwa namun tidak memakai tata tertib dan tata karma dalam bertani. Kita lebih dominan pendekatan secara horizontal, pendekatan vertikal tidak digunakan.

85 Ibid., 86 Ibid., 64