BAB IV

Selasar Pendidikan Salatiga

4.1. Tinjauan Bangunan Cagar Budaya di Kota Salatiga

4.1.1. Sejarah Kota Salatiga

Sejarah berdirinya kota Salatiga tertulis di sebuah prasasti di dukuh

Plumpungan, Kelurahan Kauman Kidul, Kecamatan Sidorejo Lor, Salatiga, yang kemudian lebih dikenal dengan prasasti Plumpungan. Prasasti Plumpungan berisi ketetapan hukum tentang status tanah perdikan atau swantantra bagi suatu daerah yang ketika itu bernama Hampra, yang kini bernama Salatiga.Perdikan berarti suatu daerah dalam kerajaan tertentu yang dibebaskan dari segala kewajiban pembayaran pajak atau upeti. Dasar pemberian perdikan itu diberikan kepada desa atau daerah yang benar-benar berjasa kepada seorang Raja.

Prasasti yang berhasil diterjemahkan oleh ahli epigraf Dr. J. G. de Casparis dan disempurnakan oleh Prof. Dr. R. Ng Poerbatjaraka ini diperkirakan dibuat pada hari Jumat, 24 Juli 750 Masehi. Ditulis oleh seorang Citraleka atau penulis, dibantu oleh sejumlah pemdeta dan ditulis dalam bahasa Jawa Kuno. Di dalam prasasti tersebut terdapat sebuah tulisan yang kini sangat akrab terdengar di telinga orang Salatiga bahkan menjadi salah satu slogan Kota Salatiga, yaitu “Srir

Astu Swasti Prajabyah”, yang artinya adalah “Semoga Bahagia, Selamatlah

Rakyat Sekalian”. Sejarawan memperkirakan, bahwa masyarakat Hampra telah berjasa kepada Raja Bhanu yang merupakan raja besar yang memiliki daerah

78 kekuasaan meliputi Salatiga, Kabupaten Semarang, Ambarawa dan Kabupaten

Boyolali. Melalui Perda no. 15 tahun 1995 maka atas dasar catatan prasasti

Plumpungan ini maka pada tanggal 24 Juli diperingati sebagai hari Jadi Kota

Salatiga.

Gambar 4.2 Prasasti Plumpungan Salatiga Sumber :www.salatiga.nl

Setelah terbentukya kota Hampra atau kini Kota Salatiga, tidak banyak jejak- jejak historis dari Kota Salatiga, baik bukti secara tertulis maupun berupa artefak.

Bahkan lokasi sekitar prasasti Plumpungan kini juga telah banyak perubahan, seperti semakin banyaknya perumah-perumahan modern yang seakan-akan menghapu jejak sejarah kota Salatiga. Bahkan di sekitar lokasi tempat Prasasti kini masuk dalam lokasi rencana proyek jalan bebas hambatan Semarang – Solo.

Hal ini dikhawatirkan akan semakin menghilangkan jejak-jejak sejarah di Kota

Salatiga.

79

Jejak sejarah perkembangan Kota Salatiga baru diketahui kembali atau terlacak pada jaman penjajahan Belanda. Jejak- jejak tersebut terdokumentasi dengan lumayan baik melalui bukti tertulis, foto-foto, ataupun berupa artefak, yang salah satunya adalah bangunan. Bangunan-bangunan peninggalan jaman penjajahan kini banyak di antaranya yang menjadi bangunan cagar budaya di

Salatiga. Bangunan cagar budaya di Kota Salatiga sebagian besar adalah bangunan hasil peninggalan dari jaman penjajahan Belanda. Eddy Supangkat

(2010) mengatakan bahwa karena letaknya yang strategis di antara dua kota yaitu

Semarang dan Solo. Sehingga dalam perkembangannya kota Salatiga dijadikan sebuah kota garnisum atau kota militer. Perkembangan selanjutnya kota Salatiga tumbuh menjadi markas besar pasukan kavaleri dan artileri dari tentara kerajaan

Hindia Belanda yang lebih sering disebut KNIL (Koninklijk Nederlands-Indische

Leger), mereka membangunnya di sisi selatan Salatiga. Karena alasan tersebut maka banyak orang-orang Belanda yang kemudian tinggal di Kota Salatiga, dan membangun berbagai macam bangunan di kota tersebut, bahkan pada tahun

1917 jumlah warga Belanda yang tinggal di Salatiga mencapai 20% dari jumlah total penduduk Kota Salatiga pada masa itu. Berdasarkan alasan itu pulalah pada tahun tersebut kota Salatiga mendapat status sebagai sebuah Gemeente

(Kotapraja), berdasarkan Staatsblad No. 26 tahun 1917. Setelah menyandang status tersebut Salatiga dipimpin oleh seorang Burgemeester (Walikota) dengan didampingi oleh Gemeenteraad (Dewan Kota), yang terdiri dari 8 orang Belanda, 2 orang pribumi, dan 1 orang China.

80

Menurut Eddy Supangkat (2010), dalam masa itu perkembangan kota Salatiga termasuk maju, karena pada masa itu Salatiga sudah mempunyai sebuah kantor tata kota atau Kantor Palnologi di Prins Hendrikstraat (Jalan Yos Sudarso kini).

Selain itu sektor pekerjaan umum mebuka jalan-jalan baru seperti :

1. Tontangscheweg (Jl. ) 2. Soloscheweg (Jl. Jend. ) 3. Bringinscheweg (Jl. ) 4. Wilhemminalaan (Jl. Pemuda) 5. Emmalaan (Jl. Adisutjipto) 6. Prinsenlaan (Jl. Tentara Pelajar) 7. Julianalaan (Jl. ) 8. Arcterweg (Jl. Pungkursari) 9. Cavalerieweg (Jl. Veteran) 10. Kampementsweg (Jl. ) 11. De Witteweg (Jl. Dr. Soemardi) 12. Kerkhofweg (Jl. Taman Pahlawan) 13. Kweek Schoolaan (Jl. Osamaliki) 14. Normal Schollweg (Jl. Kartini) 15. Verbindingsweg (Jl. Kalinongko) 16. Willemslaan (Jl. Ledoksari)

Kini banyak dari bangunan-bangunan cagar budaya di Kota Salatiga berada di sekitar jalan-jalan tersebut.Karena sebagian besar dari bangunan cagar budaya di Salatiga adalah bangunan Belanda bekas dari jaman penjajahan.

81

4.1.2. Bangunan Cagar Budaya di Kota Salatiga

Seperti telah dijelaskan sebelumnya bangunan cagar budaya di Kota Salatiga sebagian besar adalah bangunan colonial sisa dari jaman Hindia Belanda.Secara umum kondisi bangunan cagar budaya di Kota Salatiga tidak begitu baik. Banyak dari bangunan cagar budaya ini tidak terawat, bahkan menurut data dari Balai

Pelestarian Peniggalan Purbakala Jawa Tengah dan Pemerintah Kota Salatiga, jumlah bangunan cagar budaya di Kota Salatiga dari tahun ke tahun semakin berkurang. Hal ini salah satu disebabkan oleh dirubuhkannya bangunan cagar budaya ini yang kemudian akan digantikan dengan bangunan lain yang lebih baru.

Dari bangunan yang tersisa kini, menurut www.cagarbudayasalatiga.com salah satu situs resmi pemerintah Kota Salatiga yang menangani bangunan-bangunan cagar budaya di Kota Salatiga, bangunan tersebut kini berjumlah 143 bangunan.

Untuk melihat secara rinci nama-nama bangunan tersebut, maka dapat dilihat dalam rincian bangunan cagar budaya di Kota Salatiga yaitu

82

1. Komplek Rumah Dinas Walikota 21. Kompleks Kodim 0714, Jl. 2. Rumah Tinggal 1 Diponegoro 40 Salatiga 3. Rumah Tinggal 2 22. Ex. Kompleks Kodim 0714/ Korem 4. Kantor Asuransi Bumi Putera 073 Makutarama, Jl. Diponegoro 36 5. Bank Salatiga, Jl. Diponegoro 10 Salatiga Salatiga 23. Rumah Tahanan Negara Salatiga, 6. Gereja Yesus Sejati, Jl. Diponegoro Jl. Yos Sudarso 2 Salatiga 11 Salatiga 24. R.M. Waroeng Koe, Jl. Diponegoro 7. SD 01/09 Salatiga, Jl. Diponegoro Salatiga 13 Salatiga 25. Asrama Susteran, Jl. Diponegoro 8. SD 02/09 Salatiga, Jl. Diponegoro 51 Salatiga 12 Salatiga 26. SMP Stella Matutina, Jl. Diponegoro 9. Wisma BCA, Jl. Diponegoro 15 53 Salatiga Salatiga 27. UKSW, Jl. Diponegoro 52-56 10. Rumah Tinggal 3, Jl. Diponegoro 18 Salatiga Salatiga 28. Rumah Tinggal 7, Jl. Diponegoro 60 11. Bank BII Salatiga, Jl. Diponegoro 20 Salatiga Salatiga 29. Rumah tinggal (Distro),jl. 12. Omah Mode, Jl. Diponegoro 22 Diponegoro 61 Salatiga Salatiga 30. Kantor Pengadilan Agama, Jl. 13. Rumah Tinggal 4, Jl Diponegoro Diponegoro 72 Salatiga 21/23 Salatiga 31. Denpom IV/3, Jl. Diponegoro 76 14. Rumah Dinas Dokter, Jl. Salatiga Diponegoro 24 Salatiga 32. Panti Asuhan Woro Wiloso, Jl. 15. Asrama CPM, Jl. Diponegoro 23 Diponegoro 85 Salatiga Salatiga 33. Kompleks Satlantas Polres 16. Kompleks Kodi IV/Diponegoro Salatiga, Jl. Diponegoro 82 Salatiga Korem 073/Makutarama, Jl. 34. Oxford Course , Jl. Diponegoro 28 Salatiga Diponegoro 91 Salatiga 17. Rumah Tinggal 5, Jl. Diponegoro 25 35. Rumah Tinggal 9, Jl. Diponegoro 82 Salatiga B Salatiga 18. Law Office Legal Consultant Abdi 36. Rumah Dinas Denpom IV/3, Jl. Keadilan, Jl. Diponegoro 27 Salatiga Diponegoro 93 Salatiga 19. Rumah Tinggal Pastur, Jl. 37. Perhutani 075, Jl. Diponegoro 82 Diponegoro 30 Salatiga Salatiga 20. Rumah Tinggal 6, Jl. Diponegoro 38 38. Rumah Tinggal 10, jl. Diponegoro Salatiga 95 Salatiga

83

39. Kompleks Rumah Dinas Korem 57. SMP Negeri 1 Salatiga, Jl. Kartini 24 073, Jl. Diponegoro Salatiga Salatiga 40. LPIA, Jl. Diponegoro 101 Salatiga 58. SMP Negeri 2 Salatiga, Jl. Kartini 26 41. Denhubrem 073, Jl. Diponegoro 86 Salatiga Salatiga 59. Asrama Polisi Kepatihan 42. Roncalli, Jl. Diponegoro 90 Salatiga (Kesatrian), Jl. Adi Sucipto 21 43. Rumah Tinggal 11, Jalan Salatiga Diponegoro 109 Salatiga 60. Kompleks Polres Salatiga, Jl. Adi 44. Rumah Tinggal 12, Jl. Diponegoro Sucipto 1 Salatiga 165 Salatiga 61. GKJTU, Jl. Sukowati 74 Salatiga 45. Kantor Pos, Jl. Moh. Yamin 3 62. Kantor Walikota Salatiga, Jl. Salatiga Sukowati 51 Salatiga 46. Rumah tinggal (Dr. R. Hasmo 63. Bekas Gedung Pakuwon Sugijarto), Jl. Moh Yamin 4 Salatiga (Perjanjian Salatiga), Jl. Brigjen 47. Rumah Tinggal 13, Jl. Moh. Yamin Sudiarto 1 Salatiga 5 Salatiga 64. SMK Kristen Salatiga, Jl. Tentara 48. Hotel Mutiara, Jl. Langensuko 31 Pelajar 6 Salatiga Salatiga 65. Rumah Tinggal (Pdt. Broto 49. Garasi Esto, Jl. Langensuko Semedi), Jl. Brigjen Sudiarto 12 Salatiga Salatiga 50. SD Fransiskus Xaverius 66. Rumah Tinggal 16 Jl. Brigjen (Marsudirini), Jl. Margosari 1 Sudiarto 22 Salatiga Salatiga 67. RM. Tempo Doeleoe, Jl. R. Patah 2 51. Rumah tinggal 19, Jl. Margosari 2 Salatiga Salatiga 68. Kantor Pegadaian 2, Jl. R. Patah 5 52. SD Salatiga 03/10, Jl. Margosari 3 Salatiga Salatiga 69. Rumah Tinggal 31, Jl. R. Patah 8 53. Kantor Pegadaian 1, Jl. Moh. Yamin Salatiga 8 Salatiga 70. Panti Asuhan Bakti Luhur, Jl. R. 54. Rumah Tinggal (Drg. Ceplis S. Patah 10 Salatiga Supriyanti), Jl. Moh Yamin 29 71. Kantor Dana Pensiun Gereja Salatiga Kristen, Jl. Yos Sudarso 5 Salatiga 55. SDN 05 Salatiga (SD Jeglong), Jl. 72. Panti Asuhan Wiloso Tomo, Jl. Yos Kartini 42 Salatiga Sudarso 20 Salatiga 56. SMA Negeri 3 Salatiga, Jl. Kartini 73. Rumah Tinggal 41, Jl. Yos Sudarso 34 Salatiga 19 Salatiga

84

74. Rumah Tinggal 42, Jl. Yos Sudarso 92. Balai Pengobatan Umum Tabita, Jl. 21 Salatiga Muwardi 51 Salatiga 75. Komplek Kantor Perhutani, Jl. Yos 93. Rumah Dinas Dandim 0714, Jl. Sudarso 9 Salatiga Nanggulan Salatiga 76. Perumahan Dinas Korem, Jl. Yos 94. Rumah Tinggal 23, Jl. Nanggulan Sudarso 11a-11b Salatiga G12 Salatiga 77. Rumah Tinggal 40, Jl. Yos Sudarso 95. Rumah Tinggal 25, Jl. Nanggulan 8 Salatiga G30 Salatiga 78. Rumah Tinggal 39, Jl. Yos Sudarso 96. Rumah Tinggal 24, Jl. Nanggulan 6 Salatiga H3 Salatiga 79. Rumah Tinggal 27, Jl. Pattimura 2 97. Rumah Tinggal 46, jl. Kalinyamat 26 Salatiga Salatiga 80. Rumah Tinggal 30, Jl. Pattimura 98. Rumah Tinggal 45, Jl. Pemotongan Salatiga Salatiga 81. Rumah Tinggal 28, Jl. Pattimura 99. Rumah Toko 4, Jl. Pemotongan 75 51A Salatiga Salatiga Salatiga 82. Bank Jateng Salatiga, Jl. Pemuda 1 100. TPS, Jl. Pemotongan Salatiga Salatiga 101. Rumah Tinggal (drg. Kristie), Jl. 83. SMP Negeri 9 Salatiga, Jl. Pemuda Jend. Sudirman Salatiga 7 Salatiga 102. Hotel Slamet, Jl. Sukowati 42 84. Gereja GPIB, Jl. Jend. Sudirman 1 Salatiga Salatiga 103. Rumah Tinggal 14, Jl. Sukowati 11 85. Rumah Tinggal 20 Salatiga, Jl. Buk Salatiga Suling 10 Salatiga 104. Klenteng Amurva Bhumi, Jl. 86. Rumah Tinggal 21, Jl. Buk Suling Sukowati 13 Salatiga 12 Salatiga 12 Salatiga 105. Rumah Tinggal 15, Jl. Sukowati 21 87. Rumah Tinggal 22, jl. Buk Suling 23 Salatiga Salatiga 106. Rumah Tinggal 17 Salatiga, Jl. 88. Rumah Tinggal 26, Jl. Taman Semeru 2 Salatiga Pahlawan 65 Salatiga 107. Rumah Toko, Jl. Semeru 4 Salatiga 89. Rumah Kereta Jenazah, Jl. 108. Gudang, Jl. Semeru 5 Salatiga Muwardi Salatiga 109. Rumah Tinggal 18, Jl. Semeru 14 90. Rumah Tinggal (Dr. Muwardi), Jl. Salatiga Pemuda 11 Salatiga 110. Rumah Toko 2, Jl. Semeru 18 91. Kompleks RS. Dr. Asmir, Jl. Salatiga Muwardi 50 Salatiga 111. Rumah Tinggal (Toko Aneka Jaya), Jl. Semeru 20 Salatiga

85

112. Rumah Toko 3, Jl. Semeru 52 130. Rumah Tinggal (Prudential), Jl. Salatiga Imam Bonjol 94 Salatiga 113. Rumah Tinggal 44, Jl. A. Yani 16 131. Rumah Tinggal (PT. Victoria Lintas Salatiga Buana), Jl. Imam Bonjol 108 Salatiga 114. Kompleks yonif 411, Jl. Veteran 132. Rumah Tinggal 35, Jl. Imam Bonjol Salatiga 66 Salatiga 115. SMK PGRI Salatiga, Jl. A. Yani 14 133. TK Tunas Rimba, Jl. Jend. Salatiga Sudirman 121B Salatiga 116. Rumah Tinggal (Villa Geertruida), 134. Rumah Tinggal 36, Jl. Jend. Jl. A. Yani 12 Salatiga Sudirman 218 Salatiga 117. Rumah Tinggal 43, Jl. A. Yani 10 135. Rumah Tinggal (HGB 38, SDR Salatiga 778), Jl. Jend. Sudirman Salatiga 118. Kompleks MAN Salatiga, Jl. Wahid 136. Kantor PPAT Burhanuddin, S.H., Hasyim 12 Salatiga Jl. Jend. Sudirman 383 Salatiga 119. Rumah Tinggal (J.A. Soegondo), 137. Polsek Tingkir, Jl. Soekarno Hatta Jl. Imam Bonjol 2E Salatiga Km. 4 Salatiga 120. Rumah Tinggal Wedana, Jl. Imam 138. Gereja Salib Putih, Jl. Hasanudin Bonjol 12 Salatiga (Salatiga-Kopeng) Km. 4 121. Rumah Tinggal 37, Jl. Kauman 23 139. Galeri Indosat, jl. Diponegoro 16 Salatiga Salatiga 122. Rumah Tinggal 38, Jl. Kauman 31 140. Rumah Tinggal 8, Jl. Diponegoro Salatiga 74B Salatiga 123. Rumah Tinggal Asisten Wedana, 141. Rumah Tinggal (George Jl. Kauman 36 Salatiga Reynekker), Jl. Diponegoro 79 124. Rumah Tinggal 32, Jl. Imam Bonjol Salatiga 26 Salatiga 142. Perpustakaan Daerah, Jl. Sukowati 125. Rumah Tinggal (Image Print 7 Salatiga Center), Jl. Imam Bonjol 28 Salatiga 143. Toko Ong Hwa Jay, Jl. Sukowati 12 126. Rumah Tinggal (dr. Nany Salatiga Setyawati, M.Kes.), Jl. Imam Bonjol 53 Salatiga 127. Rumah Tinggal 33, Jl. Imam Bonjol 82 Salatiga 128. Rumah tinggal 34, Jl. Imam Bonjol 46 Salatiga 129. Rumah Tinggal (Indahati Hotel), Jl. Imam Bonjol 88 Salatiga

86

Bangunan-bangunan cagar budaya di Kota Salatiga yang disebutkan di atas tersebar di seluruh Kecamatan di Kota Salatiga, tapi lokasi yang paling banyak terdapat bangunan cagar budaya adalah di jalan Diponegoro, hal ini dapat disimpulkan bahwa pusat pemerintahan dari Kota Salatiga pada Jaman Belanda adalah di daerah jalan Diponegoro, hal tersebut diperkuat dengan tipologi bangunan-bangunan tersebut yang berupa kantor-kantoir, hotel, komplek militer, kantor dinas, dan beberapa rumah. Bangunan-bangunan tersebut ada yang masih berfungsi sebagaimana dulu difungsikan, ada yang berganti alih fungsi, bahkan ada yang dibiarkan kosong. Untuk melihat persebaran bangunan – bangunan cagar budaya di Kota Salatiga dapat dilihat di peta di bawah ini :

Bangunan Cagar Budaya Gambar 4.3 Persebaran Bangunan Cagar Budaya di kota Salatiga Sumber :dokumentasi pribadi

87

4.2. Bangunan Cagar Budaya di Sepanjang Jalan Kartini Salatiga

Selain di kawasan jalan Diponegoro seperti dijelaskan sebelumnya, kawasan di sepanjang jalan Kartini Salatiga atau dulunya bernama Normall

Schollweg, juga terdapat beberapa bangunan cagar budaya. Berbeda dengan jalan Diponegoro yang didominasi oleh bangunan pemerintahan dan kemiliteran, bangunan di sepanjang jalan Kartini kesemuanya adalah bangunan yang dipergunakan untuk sekolah atau pendidikan. Bangunan-bangunan cagar budaya di sepanjang jalan Kartini seperti SD N 05 Salatiga (SD Jenglong), SMA Negeri 3

Salatiga, SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 2 Salatiga masih kokoh berdiri hingga sekarang.

Selain mendirikan Eerste Europeesche Lagere School (sekarang dipakai untuk SD Negeri 1 dan 2) dan Holland Chinese School (HCS) di jalan Margosari, pemerintah Hindia Belanda juga membangun sebuah kawasan pendidikan di jalan

Kartini. Normaalschool dan Kweekschool adalah dua bangunan sekolah yang dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda di jalan Kartini Salatiga. Normaalschool sekarang telah berubah menjadi SMA Negeri 3 Salatiga, sedangkan Kweekschool kini menjadi komplek SMP Negeri 2 Salatiga.Kini bangunan-bangunan tersebut masih kokoh walaupun terdapat penambahan dan perubahan-perubahan.

Tertulis di dalam buku Sejarah Bangunan Cagar Budaya di Kota Salatiga yang diterbitkan oleh Dishubkombudpar Kota Salatiga (2013), perkembangan kawasan jalan Kartini sebagai sebuah kawasan pendidikan tidak terlepas dari sejarah status Kota Salatiga itu sendiri. Sebelum pembentukan dewan – dewan

88 daerah pada tahun 1917 dan Salatiga belum berstatus sebagai sebuah

Gemeente, pendidikan di Kota Salatiga hanya diperuntukkan untuk orang – orang

Eropa saja dan hanya setingkat Sekolah Dasar (sekarang). Bangunan – bangunan sekolah pada masa itu seperti ELS (Eropeech Lager School), HIS (Hollande

Inlander School), PHIS (Partikelir Hollands Inlander School), maupun HCS

(Holland Chinese School). Namun sejak status Salatiga berubah menjadi

Gemeente yang dipimpin oleh seorang Burgermister (Walikota), maka di kawasan jalan Kartini atau normallschoolweg direncanakan untuk didirikan sekolah – sekolah umum untuk pribumi, seperti HIS, MULO dan HIK. Kedatangan istri gubernbur Jenderal Limburg Stirum pada tahun 1919 dimanfaatkan untuk peresmian perltakan batu pertama di sekolah – sekolah yang direncanakan.

Pemilihan lokasi di jalan Kartini sendiri juga tidak terlepas dari jaraknya yang dekat dengan kawasan bermukim orang pribumi di Kota Salatiga pada masa pemerintahan Hindia-Belanda, yang menurut Supangkat (2010), permukiman warga pribumi di Kota Salatiga tersebar di Pancuran, Kalioso, Gendongan dan

Kalicacing.

Berdasarkan yang ditulis di atas Salatiga pada masa pemerintahan Hindia

Belanda dapat dikatakan maju dalam bidang pendidikannya, karena banyaknya bangunan sekolah yang dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda pada masa itu.Pemerintah Hindia Belanda menempatkan pendidikan sebagai salah satu komponen penting pembangunan Kota Salatiga. Maka kini tidak heran atau berlebihan apabila Salatiga disebut sebagai salah satu kota Pendidikan, di

Indonesia.

89

Gambar 4.4 Persebaran Bangunan Cagar Budaya di Sepanjang Jalan Kartini Salatiga Sumber :dokumentasi pribadi

52 56

53 57

54 58 Keterangan :

52. SD Salatiga 03 53. Pegadaian 54. Rumah drg. Ceplis 55. SD Salatiga 05 56. SMA Negeri 3 Salatiga 55 59 57. SMP Negeri 1 Salatiga 58. SMP Negeri 2 Salatiga 59. Rumah Tinggal

Gambar 4.5 Bangunan Cagar Budaya di Sepanjang Jalan Kartini Salatiga Sumber :www.cagarbudayasalatiga.com

90

Gambar 4.6 Bangunan Cagar Budaya di Sepanjang Jalan Kartini Salatiga Sumber :Sketsa pribadi, 2015 91

4.2.1. Studi Bangunan SMP Negeri 1 Salatiga

SMP Negeri 1 Salatiga adalah merupakan salah satu bangunan cagar budaya yang ada di Kota Salatiga.Sekolah ini beralamat di jalan Kartini no 24, kelurahan Salatiga, Kecamatan Sidorejo Salatiga.Bangunan SMP Negeri 1

Salatiga dulunya adalah merupakan bangunan MULO (Meer Uitgerbreid Lager

Onderwijs), yaitu sekolah yang dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda dikhususkan bagi warga pribumi yang dibangunan sekitar tahun 1900. Sekolah yangberidiri di atas tanah dengan luas 9.128 m2ini kini memiliki 21 ruang kelas.

Di dalam buku Sejarah Bangunan Cagar Budaya di Kota Salatiga oleh

Dishubkombudpar Salatiga (2013), pada masa awal pendirian bangunan SMP

Negeri 1 Salatiga ini dulunya diperuntukan sebagai bangunan MULO (Meer

Uitgebreid Lager Onderwijs), yang mulai beroperasi pada tahun 1931. Desain bangunan ini menggunakan pondasi terbuat dari batu kali yang dibuat tinggi, sehingga proses belajar mengajar siswa tidak terganggu oleh lalu lints di sekitar kawasan bangunan tersebut, selain desain kelas yang juga dirancang berundak – undak.

Bangunan SMP Negeri 1 Salatiga ini terdaftar sebagai salah satu bangunan cagar budaya di Kota Salatiga dengan nomor registrasi 11-73/Sla/070.Bangunan ini berbentuk U dengan menggunakan atap pelana dan terdapat court yard di tengah-tengah bangunannya.Secara estetika bangunan sekolah ini merupakan bangunan yang memperlihatkan ciri arsitektur colonial, dilihat dari bentuk bangunannya yang tinggi, penggunaan jendela-jendela yang besar, penggunaan

92 material batu untuk fasadenya. Salah satu keunikan dari bangunan SMP Negeri 1

Salatiga ini yang menjadikan daya tarik untuk kawasan di sekitarnya adalah terdapat menara lonceng di salah satu sudut bangnan yang menjadi nilai karakter untuk bangunan tersebut. Bangunan ini merupakan penguat nilai karakter pada kawasan kepatihan pada masa Kolonial Belanda. Di samping itu keunikan lainnya adalah terdapat aula untuk olahraga gymnastic, lengkap dengan tali ayunan pada masa desain awalnya. Ruangan ini dilengkapi dengan ruang ganti pakaian anak, selain itu bagian atas ruang gymnastic ini dilengkapi dengan kaca, sehingga pencahayaan alami pada ruangan ini dapat diakomodasikan secara optimal.

Walaupun merupakan bangunan warisan dari masa penjajahan kolonial

Belanda bangunan SMP Negeri 1 Salatiga ini masih tetap kokoh berdiri hingga saat ini. Bentuk dari bangunan SMP Negeri 1 Salatiga ini secara keseluruhan masih baik.Terdapat penambahan-penambahan ruang atau bangunan baru di

Sekolah ini yang berdampingan dengan bangunan lama Sekolah ini.Penambahan- penambahan tersebut diakibatkan dari semakin meningkatnya kebutuhan akan ruang di sekolah akibat dari semakin berkembangnya sistem pendidikan, terutama sistem pendidikan di SMP, yang mempengaruhi berubahnya standar-standar sistem pengajaran yang terkadang harus membutuhkan standar ruang yang baru pula, sehingga dituntut adanya perubahan-perubahan serta penambahan ruang- ruang di sekolahan tersebut.

93

Gambar 4.7. Dokumentasi lama Bangunan SMP Negeri 1 Salatiga (Sumber:Dishubkombudpar Kota Salatiga, 2013 )

Tabel 4.1. Daftar Profil Bangunan Cagar Budaya SMP N 1 SalatigaAdministratif : Jl. Kartini 24 Salatiga SMP Negeri 1 Salatiga Astronomis : 07°19’28,7”LSdan110°29’51,5” No. Inventaris : 11-73/Sla/70 BT Kondisi Bangunan : - Terawat - Bentuk bangunan masih asli dengan beberapa tambahan

Reg. Foto : 11_73_STG_KJN_09 D 080

Sumber : Bappeda Kota Salatiga

94

Tabel 4.2. Daftar Konservasi Bangunan Cagar Budaya SMP N 1 Salatiga

Aspek Arsitektural Alternati Wujud Umu Peran Peran f Bentuk dan Kejamak Kelangkaa Keistim r Estetika Terhadap Sejarah Konserv Peranan an n ewaan Kawasan asi

Komplek Awal Merupaka Satu- Memperku Bangunan Preserva banguna Abad n satunya at citra ini si n sekolah XX bangunan bangunan kawasan merupaka yang sekolah sekolah Kepatiha n salah membent yang jelas yang pada masa satu uk L memperli memiliki kolonial fasilitas shapeinie hatkan ciri menara kota r dengan arsitektur lonceng di modern atap kolonial salah satu dalam pelana sis bidang bangunan pendidikan . Pada awalnya digunakan sebagai sekolah MULO (Moor Uitgebreid Lager Onderwijs) yang dikhususk an bagi anak- anak pribumi Sumber : Bappeda Kota Salatiga

95

Gambar 4.8. Foto-foto Bangunan SMP Negeri 1 Salatiga (Sumber: dokumentasi pribadi, 2015 )

96

Gambar 4.9. Gambar denah dan Tampak SMP N 1 Salatiga (Sumber: Sketsa pribadi, 2015 ) 97

4.2.2. Studi Bangunan SMP Negeri 2 Salatiga

SMP Negeri 2 Salatiga beralamat di Jalan Kartini no. 26, kelurahan

Salatiga, Kecamatan Sidorejo Salatiga. Sama dengan bangunan SMP Negeri 1

Salatiga dulunya bangunan SMP Negeri 2 Salatiga juga merupakan bangunan merupakan bangunan Kweekschool , yaitu sekolah yang dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda khusus bagi perempuan. Bangunan SMP Negeri 2

Salatiga ini dibangunan pada tahun 1919.

Menurut buku Sejarah Bangunan Cagar Budaya di Kota Salatiga oleh

Dishubkombudpar Salatiga (2013), rencana awal dibangun sekolah ini diperuntukkan bagi Government Meisijs Kweekschool (Sekolah Guru Putri), untuk mempersiapkan mengajar di derah – daerah. Sejak perletakan batu pertama, sekolah ini sudah menerima murid, namun belum dapat sepenuhnya menggunakan bangunan ini karena masih dalam tahap pengerjaan fisiknya.

Masih menurut sumber yang sama dari Dishubkombudpar Salatiga (2013) sekolah yang mulai beroperasi pada tahun 1933 ini pada bangunan utamanya tidak menggunakan batu kali sebagai pondasi bangunan. Bangunan induk berupa ruang kelas, TU, ruang direktur sekolah, asrama dan ruang praktik menggambar dan menulis serta kerajinan tangan yang terletak di luar area bangunan utama, serta terdapat pila rumah dirktur dan aula olahraga di tengah massa bangunan induk.

Seiring perkembangan jaman sekolah ini berubah nama menjadi

Kweekschool voor Inlander Onderijzeressen (Pendidikan Guru Untuk Kaum

98

Pribumi). Pada masa penjajahan Jepang , bangunan ini berubah menjadi asrama bagi calon pasukan Peta yang bernama Seinendojo.

Bangunan SMP Negeri 2 Salatiga masuk ke dalam inventarisasi bangunan cagar budaya kota Salatiga dengan nomor inventaris 11-73/Sla/071. Bangunan lama SMP Negeri 2 Salatiga berbentuk bujur sangkar dengan bangunan aula di tengahnya. Secara estetika arsitektural bangunan ini mencirikan bangunan arsitektur kolonial. Dilihat dari bentuk penataan lay-out denah bangunan yang terta dengan rapi simetris yang mencirikan arsitektur modern yang berkembangan pada masa penjajahan kolonial Belanda. Selain itu bentuk jendela krepyak tinggi menambah kesan tersebut. Selain itu ornamen-ornamen pada fasade bangunan mencirikan bangunan hasil karya jaman kolonial Belanda.

Gambar 4.10. Foto-foto Para Siswi Kweekschool di depan bangunan yang sekarang menjadi bangunan SMP Negeri 2 Salatiga (Sumber: Dishubkombudpar Kota 2013 Salatiga )

99

Tabel 4.3. Daftar Konservasi Bangunan Cagar Budaya SMP N 2 Salatiga Administratif : Jl. Kartini 26 Salatiga SMP Negeri 2 Salatiga Astronomis : No. Inventaris : 11-73/Sla/71 07°19’31,4”LSdan110°29’49,2” BT Kondisi Bangunan : - Terawat - Bentuk bangunan masih asli dengan beberapa tambahan

Reg. Foto : 11_73_STG_KJN_09 D 081

Sumber : Bappeda Kota Salatiga

Tabel 4.4. Daftar Konservasi Bangunan Cagar Budaya SMP N 2 Salatiga Aspek Arsitektural Alternatif Wujud Peran Bentuk dan Umur Peran Kejamak Keistime Sejarah Konserva Peranan Estetika Kelangkaan Terhadap an waan si Kawasan

Komplek 1919 Merupakan Mewakili Memperkuat Bangunan Preservas bangunan M bangunan gaya citra ini i sekolah sekolah bangunan kawasan merupakan yang yang jelas sekolah Kepatiha salah satu membentu memperlih yang pada masa fasilitas k L atkan ciri berkemba kolonial modern shapeden arsitektur ng di Kota dalam gan atap kolonial Salatiga bidang pelana pendidikan. dan Awalnya

penampila digunakan n di sebagai tengah sekolah yang putri negeri mengguna (Gouverne kan perisai ments Meijes Kweekscho ol), atau Sekolah Kartini Sumber : Bappeda Kota Salatiga

100

Gambar 4.11. Foto-foto i bangunan SMP Negeri 2 Salatiga (Sumber: dokumentasi pribadi, 2015 )

101

Gambar 4.12. Gambar denah dan Tampak SMP N 2 Salatiga (Sumber: Sketsa pribadi, 2015 )

102

4.2.3. Studi Bangunan SMA Negeri 3 Salatiga

SMA Negeri 3 Salatiga beralamat di jalan Katini nomor 34, kelurahan

Salatiga, Kecamatan Sidorejo Salatiga.Bangunan ini dulunya merupakan bangunan normaal school, atau sekolah khusus orang warga negara Belanda yang tinggal di Salatiga. Bangunan SMA Negeri 3 Salatiga ini merupakam komplek bangunan sekolah yang memiliki masa-masa bangunan yang terpencar.

Selain ruang-ruang kelas sekolahan, di dalam komplek SMA Negeri 3 Salatiga ini terdapat rumah dinas yang diperuntukkan untuk guru sekolah tersebut.

Diperkirakan bangunan ini dibangun pada sekitar tahun 1900.

Tertulis di dalam buku Sejarah Bangunan Cagar Budaya di Kota Salatiga oleh Dishubkombudpar Salatiga (2013), awal mula gedung SMA Negeri 3 ini dibangun untuk dipergunakan sebagai sebuah bangunan Indische Kweekschool

(HIK). Hasil pendidikan HIK ini dipersiapkan sebagai guru atau tenaga pendidikan

Sekolah Rakyat (SR) di daerah – daerah., maka dibangunlah sebuah skolah HIK di Kota Salatiga dengan sistem pendidikan asrama yang diwajibkan bagi para siswa sekolah tersebut. Lahan yang luas pada area bangunan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai asrama baik putra maupun putir yang terpisah, rumah – rumah dinas bagi pengajar, lapangan olahraga dan aula kesenian. Direktur terakhir dari HIK adalah van den Bar.

Di dalam buku Sejarah Bangunan Cagar Budaya Salatiga (2013) juga menceritakan riwyat bangunan yang kini menjadi SMA Negeri 3 Salatiga tersebut pada masa penjajahan Jepang, bangunan ini dimanfaatkan sebagai SGB

103

(Sekolah Guru B). Pada awal tahun 1952, sebagian dari bangunan ini dipinjam oleh Yayasan Kristen untuk dipergunakan sebagai ruang kelas bagi murid –murid

SMA Kristen Salatiga. Sekolah ini merupakan rintisan sekolah setingkat dengan

SMA kini, karena pemerintah Kota Salatiga pada masa itu belum mendirikan sekolah SMA Negeri. Setelah SGB dibubarkan bangunan ini beralih fungsi kembali menjadi SGTK (Sekolah Guru Taman Kanak – Kanak), dan terakhir berganti lagi menjadi tempat pendidikan SPG (Sekolah Pendidikan Guru). Pada masa otonomi daerah pada tahun 1994/1995, aset – aset Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang berada di Kota Salatiga kembali diserahkan kepada

Pemerintah Kota Salatiga. Pada tahun itu juga bangunan tersebut beralih fungsi kembali menjadi sebuah sekolah negeri SMA Negeri 3 Salatiga hingga saat ini.

Bangunan SMP Negeri 3 Salatiga masuk ke dalam iventarisasi bangunan cagar budaya kota Salatiga dengan nomor inventaris 11-73/Sla/072. Seperti telah dijelaskan sebelumnya masaa bangunan sekolah ini terpencar satu sama lain sehingga memiliki lahan yang cukup luas. Secara arsitektural bangunan SMA

Negeri 3 Salatiga ini bercirikan arsitektur kolonial. Terlihat dari penggunaan material-material bangunan yang didominasi dengan penggunaan dinding bata yang tebal dikarenakan berfungsi sebagai penopang struktur atap, penggunaan jendela yang lebar, serta ornamen-ornamen pada fasade bangunan yang semakin memperkuat karakter arsitektur kolonial pada bangunan tersebut. Menurut

Dishubkombudpar Salatiga (2013), kondisi bekas bangunan HIK ini sebagian besar masih sama utuh dan asli, terutama bangunan rumah dinas guru yang bercirikan arsitektur Eropa. Ruang – ruang yang dulunya dijadikan ruang asrama

104 murid – murid HIK yang kosong kini dimanfaatkan untuk kegiatan penataran dan pelatihan, aula kesenian yang terletak di sebelah kanan lokasi belajar mengajar telah direnovasi dengan tambahan fasade depan.

Gambar 4.13. Foto Kondisi Dulu SMA Negeri 3 Salatiga (Sumber: Dishubkombudpar, 2013 )

105

Tabel 4.5. Daftar Konservasi Bangunan Cagar Budaya SMA N 3 Salatiga Administratif : Jl. Kartini 34 Salatiga SMA Negeri 3 Salatiga Astronomis : No. Inventaris : 11-73/Sla/72 07°19’33,4” LS dan110°29’56,1” BT Kondisi Bangunan : - Terawat - Terdiri atas beberapa bangunan - Bentuk bangunan masih asli

Reg. Foto : 11_73_STG_KJN_09 D 082

Sumber : Bappeda Kota Salatiga

Tabel 4.6. Daftar Konservasi Bangunan Cagar Budaya SMA N 3 Salatiga Aspek Arsitektural Alternatif Wujud dan Peran Bentuk Umur Peran Keisti Peranan Kejamak Sejarah Konserva Estetika Kelangkaan Terhadap mewaa an si Kawasan n

Kompleks Awal Merupakan Mewakili Memperkuat Bangunan ini Preservas bangunan Abad bangunan gaya citra merupakan i sekolah XX sekolah bangunan kawasan salah yang yang jelas sekolah Kepatiha satu fasilitas membentuk memperlih yang pada masa kota L shapeinier atkan ciri berkemba kolonial modern dengan atap arsitektur ng di Kota dalam pelana. Di kolonial Salatiga bidang dalam pendidikan. kompleks Pada ini selain awalnya terdapat digunakan bangunan sebagai sekolah, Normaalscho juga ol, perumahan tapi dalam dinas untuk perkembanga para guru nnya menjadi Sekolah Guru Bantu

Sumber : Bappeda Kota Salatiga

106

Gambar 4.14. Foto-foto Bangunan SMA Negeri 3 Salatiga (Sumber: dokumentasi pribadi, 2015 )

107

Gambar 4.15. Gambar denah dan Tampak SMA N 3 Salatiga (Sumber: Sketsa pribadi, 2015 ) 108

4.2.4. Studi Bangunan SD Negeri Salatiga 05

SD Negeri Salatiga 05 beralamat di jalan Katini nomor 42, kelurahan

Salatiga, Kecamatan Sidorejo Salatiga. Bangunan ini bebrntuk L shapier yang terdiri awalnya dari dua massa bangunan. Bangunan sekolah dasar ini dibangun sekitar tahun 1900. Kondisi kini bangunan ini dapat dikatakan berubah, elemen arsitektural yang menandakan bahwa bangunan ini adalah bangunan kolonial adalah elemen atapnya yang masih menandakan karakter arsitektur kolnial.

Sedangkan fasade bangunan sendiri sudah bayak dilakukan perubahan- perubahan. Bangunan SD Negeri Salatiga 05 ini terdaftar dalam inventarisasi bangunan cagar budaya di Kota Salatiga dengan nomor 11-73/Sla/112.

Ditulis di dalam buku Sejarah Bangunan Cagar Budaya Salatiga oleh

Dishubkombudpar Salatiga (2013), bangunan ini merupakan Bangunan sekolah lain yang ada di kawasan Normaalschool, sekolah tersebut merupakan tempat praktik mengajar bagi siswa-siswa Normaal Kweekschool dan Kweekschool voor

Inlanders Meijses Onderwij. Secara tampilan bangunan, tampak pada bangunan ini sudah banyak mengalami perubahan – perubahan, menurut pemaparan beberapa guru sekolah tersebut yang sudah lumayan lama menepati bangunan tersebut, bangunan SD Negeri Salatiga 05 ini mengalami banyak perubahan pada tahun 2007. Pada tahun tersebut sekolah mengajukan dana bantuan DAK untuk merenovasi bangunan sekolah yang mulai termakan usia. Didniding – dinding bangunan yang dulunya menggunakan gedeg atau dinding anyaman bambu diganti dengan dinding yang bermaterial bata. Sedangka rangka – rangka kayu

109

penumpu atap yang dulu menggunakan bilah – bilah kayu jati diganti kayu –

kayunya, namun elemen – elemen kusen seperti pintu masih tetap dipertahankan.

Tabel 4.7. Daftar Konservasi Bangunan Cagar Budaya SD N Salatiga 5 Administratif : Jl. Kartini 42 Salatiga Astronomis : SD Negeri Salatiga 5 07°19’35,0” LS No. Inventaris : 11-73/Sla/112 dan110°30’01,5” BT Kondisi Bangunan : - Terawat - Bangunan Telah direnovasi

Reg. Foto : 11_73_STG_KJN_09 D 083

Sumber : Bappeda Kota Salatiga

Tabel 4.8. Daftar Konservasi Bangunan Cagar Budaya SD N Salatiga 5

Aspek Arsitektural Alternatif Wujud dan Peran Bentuk Umur Peran Keisti Peranan Kejamak Sejarah Konserva Estetika Kelangkaan Terhadap mewaa an si Kawasan n

Kompleks Awal Merupakan Mewakili Memperkuat Bangunan ini Preservas bangunan Abad bangunan gaya citra merupakan i sekolah XX sekolah bangunan kawasan salah satu yang yang jelas sekolah Kepatiha fasilitas kota membentuk memperlih yang pada masa modern L shapeinier atkan ciri berkemba kolonial dalam dengan atap arsitektur ng di Kota bidang pelana. kolonial Salatiga pendidikan. Pada awalnya digunakan sebagai tempat praktek mengajar calon guru yang sedang belajar di Normaalscho ol

Sumber : Bappeda Kota Salatiga

110

Gambar 4.16. Foto-foto Bangunan SD Negeri Salatiga 05 (Sumber: dokumentasi pribadi, 2015 )

111

Gambar 4.17. Gambar denah dan Tampak SD N Salatiga 05 (Sumber: Sketsa pribadi, 2015 )

112