1
DAMPAK PENETAPAN DESA-DESA DI KABUPATEN SLEMAN SEBAGAI DESA WISATA TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SETEMPAT
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi
Disusun Oleh : Urbanus Yulianto Kurniawan 031324004
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007 2
3
4
/$12$,! ' - Dengan segala cinta dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus kupersembahkan karya ini untuk: Ayahku tercinta Floribertus Mugiyono Ibuku Yustina Budiyah Adiku tercinta Melania Desanti Rahayu Yang Tercinta Retno Widaningsih
5
M otto
Bukanlah suatu karya jika tanpa pengorbanan, dan bukanlah suatu keberhasilan tanpa perjuangan Karena itu aku berkata kepadamu: “Apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu ( Markus 11: 24 ) Di dalam kasih tidak ada ketakutan: sebab ketakutan mengandung hukuman dan barang siapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih ( 1 Yohanes 4: 18 )
6
7
ABSTRAK
Dampak Penetapan Desa-Desa di Kabupaten Sleman Sebagai Desa Wisata Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Setempat
Urbanus Yulianto Kurniawan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan dan menganalisis dampak penetapan desa-desa di Kabupaten Sleman sebagai desa wisata terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat setempat khususnya dalam hal: 1) jumlah pendapatan keluarga, 2) besarnya curahan kerja masyarakat dalam bidang pertanian dan non-pertanian, 3) besarnya kesempatan kerja, 4) besarnya kesempatan berusaha, dan 5) jumlah keluarga miskin. Penelitian ini dilaksanakan di dua desa wisata yaitu: di Dusun Trumpon, Desa Merdikorejo, Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Dan di Dusun Plempoh, Desa Merdikorejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Jenis penelitian yang digunakan adalah ex post facto. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh desa wisata di Kabupaten Sleman yang berjumlah 26 desa wisata, sampel penelitian ini adalah dua Desa Wisata yaitu Desa Wisata Trumpon dan Desa Wisata Plempoh. Teknik pengumpulan data yang dipergunakan adalah wawancara dan dokumentasi. Analisis yang dipergunakan adalah: 1) uji beda Z, 2) analisis before- after, dan 3) batas kemiskinan menurut BPS tahun 2003. Dari hasil analisis data, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Sesudah penetapan sebagai desa wisata jumlah pendapatan keluarga mengalami perbedaan yang signifikan yaitu menjadi meningkat dibandingkan sebelum penetapan sebagai desa wisata.. 2. Sesudah penetapan sebagai desa wisata curahan kerja dalam bidang pertanian tidak mengalami perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan sebelum penetapan sebagai desa wisata. 3. Sesudah penetapan sebagai desa wisata curahan kerja dalam bidang non-pertanian tidak mengalami perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan sebelum penetapan sebagai desa wisata. 4. Kesempatan kerja sesudah penetapan sebagai desa wisata meningkat dibandingkan dengan sebelum penetapan sebagai desa wisata. 5. Kesempatan berusaha masyarakat sesudah penetapan sebagai desa wisata semakin meningkat dan beragam jenisnya dibandingkan dengan sebelum penetapan sebagai desa wisata. 6. Jumlah keluarga yang tergolong miskin sesudah penetapan sebagai desa wisata berkurang dibandingkan dengan sebelum penetapan sebagai desa wisata.
8
ABSTRACT
THE CONSEQUENCE OF DECIDING VILLAGE AS TOURIST OBJECTS IN SLEMAN REGENCY TOWARDS THE SOCIAL AND ECONOMIC LIFE OF LOCAL SOCIETY
Urbanus Yulianto Kurniawan
Santa Dharma University Yogyakarta
The aim of this research is to reveal and analyze the consequences of diciding the villages in Sleman Regency as tourist objects towards social and economic life of local society, especially in 1) total amount of family’s income, 2) level of employment in the agricultural and non-agricultural sectors, 3) opportunity of getting jobs, 4) opportunity of running business, and 5) numbers of poor family. This research done in two tourist villages, namely in Trumpon hamlet, Merdikorejo village, in Sleman Regency of Yogyakarta Special Territory and in Plempoh hamlet, Merdikorejo village, in Prambanan District of Yogyakarta Special Territory. This research is an ex post facto study done in 26 tourist villages but the samples were only two villages, namely Trumpon dan Plempoh hamlets. The techniques of data collection were interview and documentation. The techniques of data analysis were Z different test, before-after analysis and threshold of poverty based on Statistics Centre Board in 2003. The results of the analysis are : 1. The family’s income of those tourist villages increases significantly after those villages decided to be the tourist villages. 2. The level of employment either in the field of agricultural sectors or non-agricultural sectors doesn’t change significantly after those village decided to be the tourist villages. 3. The opportunity to get a job, run business, kinds of job and kinds of business increase significantly after those villages decided to be the tourist villages. 4. The number of poor family decreases significantly after those villages decided to be the tourist villages.
9
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih dan penyertaan-Nya. Sehingga penulisan skripsi berjudul “Dampak Penetapan Desa-Desa di Kabupaten Sleman Sebagai Desa Wisata Terhadap Kehidupan Sosial-Ekonomi Masyarakat Setempat “ ini dapat terselesaikan. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat meraih gelar Sarjana Pendidikan di Universitas sanata dharma, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Pendidikan ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Ekonomi. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada: 1. Dekan Universitas Sanata Dharma yang tela memberikan bantuan kepada penulis selama penulis menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma. 2. Ketua Program Studi pendidikan Ekonomi Universitas Sanata Dharma, yang telah memberikan kesempatam kepada penulis untuk mengadakan penelitian. 3. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si, selaku pembimbing I, yang dengan penuh kesabaran dan perhatian membimbing penulis, serta memberi banyak saran, masukan, pikiran, dan referensi yang mendukung dalam penyelesaian penulisan skripsi ini. 4. Bapak Yohanes Maria Vianey mudayen, S.Pd, selaku pembimbing II yang telah banyak membimbing penulis dengan memberikan saran dan pikiran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 5. Bapak Drs. P.A Rubiyanto yang dengan penuh kesabaran dan perhatian membimbing penulis, serta memberi banyak saran, masukan, pikiran, dan referensi yang mendukung dalam penyelesaian skripsi ini. 10
6. Staf Perpustakaan Sanata Dharma, yang telah memberikan pelayanan kepada penulis dalam mendapatkan referensi berupa buku, majalah, dan koran. 7. Pihak sekretariat: Mba’ Titin, Pak Wawik, dan Mba’ Aris yang dengan saar selalu memberi informasi dan bantuan dari awal semester sampai terselesaikannya studi. 8. Bapakku Floribertus Mugiyono, terima kasih atas pengorbanannya yang begitu besar . 9. Ibuku termuah yang telah memberi penulis semangat, kasih, kesabaran, dan biaya. 10. Adikku Melania Desanti Rahayu yang selalu memberi penulis penghiburan dan semangat sehingga semua bisa terselesaikan. 11. Mbak Retno Widaningsih S.Pd, atas kasih sayang, kesabaran, perhatian, boleh numpang ngetik dan ngeprit, dan masih banyak lagi yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. (Percayalah satu saat nanti apa yang kita citakan dapat tercapai.Amien) 12. Mbah Putri Ali Rejo, yang dengan penuh kesabaran bangun pagi-pagi menyiapkan sarapan. 13. Mbah Muji, yang telah meminjamkan AB 3855 NN sampai penulis menyelesaikan kuliah dengan baik. 14. Bulek Tutik, Mbak Uwik, Mbak Endang, Tante Parmi, terimakasih atas doa dan dukungan kepada penulis sehingga semua dapat berjalan lancar. 15. Om Sugi, Mas Joko, Mbak Tari, Mas Ketel, Bulek Menik, terima kasih atas dukunngannya. 16. Om Aloysius Sudarmadi (Mamo) yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini, makaseh om atas ide dan pengorbannnya. 17. Bapak Sugiyanto (Kepala Dusun Trumpon), yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian. 11
18. Bapak Haji Musrin (pengurus Desa Wisata Trumpon) dan Bapak Kusdik (pengurus Desa Wisata Plempoh), yang telah memberikan banyak informasi tentang desa wisata kepada penulis. 19. Mas Nunuk, atas asupan gizi yang telah diberikan pada penulis berupa susu sapi murni. 20. Sahabatku: :Leus yang belum jelas siapa pacarnya, Istadi dan pacarnya, Rino, Dhika, Anang (Tak tunggu lulusmu daaab), Monica, Pipit, Riskha, Nanik, atas persaudaraan sudah dan senang yang pernah kita alami bersama. 21. Teman-teman pemuda-pemudi Desa Wisata Brayut. 22. Teman-teman Pendidikan Ekonomi angkatan 2003 dan 2004. 23. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sebagai upaya penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca sekalian pada umumnya dan bagi Universitas Sanata Dharma pada khususnya.
Yogyakarta, 4 Agustus 2007
Penulis
12
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ………………………………………………………...... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………………. ii HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………...... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………………………..... iv HALAMAN MOTTO …………………………………………………………. v HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………………………… vi ABSTRAK …………………………………………………………………….. vii ABSTRACT …………………………………………………………………… viii KATA PENGANTAR ………………………………………………………… ix DAFTAR ISI ………………………………………………………………….. xii DAFTAR TABEL …………………………………………………………….. xvi BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………. 1 A. Latar Belakang …………………………………………………. 1 B. Rumusan Masalah ……………………………………………… 7 C. Tujuan Penelitian ………………………………………………. 8 D. Manfaat Penelitian ……………………………………………... 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA ………………………………………………. 10 A. Kepariwisataan Berbasis Masyarakat (Community Based Tourism) 10 1. Konsep Community Based Tourism ………………………….. 10 2. Tujuan Dari Community Based Tourism …………………... 11 3. Keuntungan dan Kerugian Strategi Community Based Tourism………………………….. 12 B. Ekowisata ……………………………………………………… 14 1. Konsep Ekowisata …………………………………………. 14 2. Ekowisata Berkelanjutan …………………………………... 14 3. Masyarakat Desa dan Pariwisata ………………………….. 16 4. Desa Wisata ………………………………………………... 19 C. Pariwisata Dari Persepektif Ekonomi ………………………… 24 D. Komponen Sosial Ekonomi …………………………………… 26 1. Pendapatan ………………………………………………... 26 2. Kesempatan Kerja ………………………………………… 28 13
3. Kesempatan Berusaha ……………………………………... 28 4. Curahan Kerja ……………………………………………... 29 5. Kemiskinan ………………………………………………… 30 E. Kerangka Teoritik ……………………………………………... 34 F. Penelitian Terdahulu …………………………………………... 36 G. Hipotesis ………………………………………………………. 37 BAB III METODE PENELITIAN…..………………………………………. 39
A. Jenis Penelitian ………………………………………………… 39
B. Lokasi Penelitian………………………………………………. 39
C. Subjek dan Objek Penelitian ………………………………….. 40
D. Populasi dan Sampel…………………………………………… 40
E. Teknik Pengambilan Sampel …………………………………. 41
F. Variabel Penelitian, Definisi Operasional, dan Pengukuran….. 41
G. Data Penelitian ……………………………………………...... 43
H. Data Yang Dicari……………………………………………… 43
I. Teknik Pengumpulan Data …………………………………… 44
J. Analisis Data………………………………………………….. 45
BAB IV GAMBARAN UMUM……………………………………………. 50
A. Sejarah Pengembangan Desa-desa di Kabupaten Sleman Sebagai Desa Wisata …………………………………………. 50
B. Pengembangan Desa Wisata di Kabupaten Sleman …………. 52
C. Gambaran Daerah Penelitian………………………………….. 57
1. Desa Wisata Trumpon …………………………………….. 57
a. Keadaan Geografis…………………………………….. 57
b. Keadaan Penduduk …………………………………… 58
c. Keadaan Pertanian Penduduk ………………………… 63
d. Adat Istiadat dan Agama ……………………………… 65 14
e. Organisasi Sosial ……………………………………… 66
f. Sarana dan Prasarana ………………………………….. 66
g. Daya Tarik dan Sarana Wisata
Desa Wisata Trumpon ………………………………… 70
2. Desa Wisata Plempoh ……………………………………... 73
a. Keadaan Geografis…………………………………….. 73
b. Keadaan Penduduk …………………………………… 74
c. Pertanian Penduduk …………………………………… 78
d. Adat Istiadat dan Agama ………………………………. 80
e. Organisasi Sosial ………………………………………. 82
f. Sarana dan Prasarana …………………………………... 82
g. Daya Tarik dan Sarana Wisata Desa Wisata Plempoh ………………………………….. 85
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN …………………………… 87
A. Deskripsi Penelitian ……………………………………………. 87
B. Perubahan Jumlah Pendapatan …………………………………. 88
C. Perubahan Jumlah Curahan Kerja ……………………………… 90
D. Perubahan Kesempatan Kerja ………………………………….. 93
E. Perubahan Kesempatan Berusaha ………………………………. 94
F. Perubahan Jumlah Keluarga Miskin …………………………..... 95
G. Pembahasan …………………………………………………….. 96
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………... 107
A. Kesimpulan……………………………………………………. 107
B. Keterbatasan Penelitian ……………………………………… 109
C. Saran………………………………………………………… 110
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………...... 114 15
LAMPIRAN 1 PEDOMANWAWANCARA …………………………………. 115
LAMPIRAN 2 DATA PENELITIAN ………………………………………….. 119
LAMPIRAN 3 ANALISIS DATA …………………………………………….. 135
LAMPIRAN 4 FOTO-FOTO PENELITIAN ………………………..…………. 138
LAMPIRAN 5 SURAT-SURAT IZIN PENELITIAN
16
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I.1 Perkembangan Kunjungan Wisman dan Wisnu di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 1992-1996………………... 4
Tabel II.1 Keuntungan dan Kerugian Community Based Tourism …………... 12
Tabel II.2 Hubungan Forward dan Backward Linkage Dalam Pariwisata Dari Perspektif Ekonomi ………………………. 25
Tabel II.3 Kriteria Batas Kemiskinan Dari BPS tahun 1996-2003 (Pendapatan perkapita/bulan) …………………... 33
Tabel II.4 Garis Kemiskinan Untuk Masyarakat Kota-Masyarakat Desa di Indonesia …………………. 33
Tabel IV.1 Data Pengunjung Desa Wisata Kabupaten Sleman ……………….. 52
Tabel IV.2 Pengklasifikasian Desa Wisata di Kabupaten Sleman ……...... 55
Tabel IV.3 Komposisi Penduduk Dusun Trumpon Menurut Usia dan Jenis Kelamin tahun 2000 dan 2006 ………… 59
Tabel IV.4 Komposisi Penduduk Dusun Trumpon Berdasarkan Tingkat Pendidikan tahun 2006 …………………… 61
Tabel IV.5 Komposisi Penduduk Dusun Trumpon Berdasarkan Mata Pencaharian tahun 2000 dan 2006 …..……… 62
Tabel IV.6 Komposisi Penduduk Dusun Trumpon Berdasarkan Agama ……………………………………………….. 65
Tabel IV.7 Jenis dan Jumlah Sarana Informasi Dusun Trumpon……………… 67
Tabel IV.8 Jumlah dan Jenis Perumahan Dusun Trumpon …………………… 69
Tabel IV.9 Tarif Desa Wisata Trumpon 2007 ……………………………….. 72
Tabel IV.10 Komposisi Penduduk Dusun Plempoh Menurut Usia dan Jenis Kelamin tahun 2000 dan 2006 ..………… 75
Tabel IV.11 Komposisi Penduduk Dusun Plempoh Berdasarkan Tingkat Pendidikan tahun 2006 …………………….. 76
Tabel IV.12 Komposisi Penduduk Dusun Plempoh Berdasarkan Mata Pencaharian tahun 2000 dan 2006 …….……… 77
Tabel IV.13 Komposisi Penduduk Dusun Plempoh 17
Berdasarkan Agama …………………………………………….. 80
Tabel IV.14 Jenis dan Jumlah Sarana Informasi Dusun Plempoh …………… 83
Tabel IV.15 Jumlah dan Jenis Perumahan Dusun Plempoh ……………. 84
Tabel V.1 Jenis Pekerjaan dan Jumlah Tenaga Kerja tahun 2000 dan 2006 ….………………………………………… 92
Tabel V.2 Jenis dan Jumlah Usaha Baru tahun 2000 dan 2006 ….…………. 94
Tabel V.3 Jumlah Keluarga yang Tergolong Miskin dan Jumlah Keluarga yang Berada di atas Garis Kemiskinan tahun 2000 dan 2006 ………….………………………………….. 95
18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dengan berkembangnya pembangunan, diharapkan akan terjadi pula peningkatan pendapatan dan kesejahteraan manusia. Sejalan dengan berputarnya aktivitas roda perekonomian dan aktivitas manusia lainnya, maka akan semakin menambah kesibukan untuk bekerja atau berusaha. Kegiatan tersebut biasanya terjadi setiap hari dan berulang-ulang, sehingga menjadi aktivitas manusia yang menjadi rutinitas.
Rutinitas yang dilaksanakan oleh manusia biasanya diikuti oleh adanya suasana lingkungan yang kurang nyaman dan monoton, sebagai contoh: adanya kesemrawutan lalu lintas menuju tempat kita beraktivitas, kemacetan lalu lintas yang sering terjadi, kondisi udara yang panas, dan situasi kerja yang monoton.
Semua situasi tersebut akan dapat menimbulkan kejenuhan bagi pelaku kegiatan dan akhirnya dapat menimbulkan stress bagi manusia pelaku aktivitas. Agar stress yang dihadapi banyak orang dapat dikurangi dan dihindari, orang-orang akan menempuh dengan cara mereka masing-masing. Salah satu cara untuk menghindari terjadinya stress adalah dengan berwisata atau mengunjungi objek wisata.
Salah satu tujuan dari berwisata itu sendiri adalah untuk merubah suasana yang monoton menjadi suasana yang baru. Dengan adanya suasana yang baru, stress akan hilang, pikiran menjadi segar kembali, pikiran menjadi lebih kreatif dan inovatif, sehingga secara tidak langsung berwisata akan dapat berdampak 19
pada peningkatan produktivitas manusia. Hal seperti ini dapat terjadi karena dengan aktivitas berwisata dengan menghirup udara segar, akan dapat mengendorkan syaraf-syaraf yang tegang karena rutinitas aktivitasnya, juga dengan media wisata akan dapat mengakrapkan hubungan antar manusia baik sesama maupun dengan atasan, dengan keluarga maupun dengan objek wisata.
Objek dan daya tarik wisata itu sendiri terdiri atas: 1) objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam, serta flora dan fauna; 2) objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, wisata agro, wisata tirta, wisata buru, wisata petualangan alam, taman rekreasi dan taman hiburan (UU No. 9 tahun 1990).
Kepariwisataan di Indonesia akhir-akhir ini berkembang dengan pesat.
Hampir seluruh daerah atau provinsi mengembangkan program pariwisata dengan cara menjual atau menawarkan keindahan dan keunikan budaya serta lingkungan alamnya. Memang dalam kerangka yang besar atau nasional, kepariwisataan ini diharapkan dapat menyumbangkan devisa bagi negara. Dalam kerangka kecilnya diharapkan masyarakat dapat ikut berpartisipasi dalam perkembangan tersebut, dengan melibatkan diri dalam perekonomian yang berkembang seiring dengan masuknya wisatawan. Idealnya, apa yang dibelanjakan oleh wisatawan merupakan keuntungan masyarakat setempat dari proyek pengembangan daerah wisata tersebut.
Bukti dari keseriusan pemerintah dalam pengembangan sektor kepariwisataan dapat dilihat dari lahirnya beberapa keputusan penting di bidang 20
pariwisata, seperti terbentuknya Yayasan Tourisme Indonesia (1955), Dewan
Tourisme Indonesia (1957), dan Lembaga Pariwisata Nasional (1980), yang pada dasarnya semua lembaga tersebut bertugas menangani masalah kepariwisataan nasional (Munawarah dkk, 1999: 1).
Lebih dari itu dunia kepariwisataan Indonesia memasuki momentum yang paling penting pada tahun 1969, yaitu sejak dikeluarkannya Kepres No. 3 Tahun
1969 tanggal 22 Maret 1969, yang melebur lembaga bersifat menjadi bagian dari
Departemen Perhubungan dengan status Direktorat Jendral sehingga secara langsung lembaga ini bertangung jawab terhadap pemerintah. Surat keputusan ini memiliki arti penting karena dengan pembenahan organisasi yang membidangi kepariwisataan, kebijakan pemerintah di bidang ini semakin memiliki arah yang jelas. Apalagi kemudian disusul dengan dikeluarkannya Kepres No.30 tahun 1969 tentang pengembangan kepariwisataan nasional sebagai salah satu sumber penghasilan devisa negara (Yoeti, 1985: 4).
Daerah Istimewah Yogyakarta, salah satu Provinsi Daerah Tujuan Wisata
(DTW) sudah tentu tidak ketinggalan memanfaatkan potensi kepariwisataan semaksimal mungkin. Memang jika dibandingkan dengan Bali, Daerah Istimewa
Yogyakarta masih kalah dalam keberhasilannya untuk menarik wisatawan.
Namun demikian Yogyakarta yang terkenal sebagai salah satu cagar budaya jawa memiliki potensi yang besar untuk berkembang.
Yogyakarta merupakan kawasan yang kaya akan segala macam objek wisata, seperti Keraton, Makam Raja-raja, Taman Sari, Sanggar Seni, Sanggar Tari,
Kelompok Seni, Cagar Budaya, dan Museum. Adapun objek wisata minat khusus 21
antara lain: Kebun Binatang, Konveksi/MICE, Desa Kerajinan, Wisata Agro dan
Munumen Perjuangan Bangsa, sedangkan objek wisata alam meliputi gunung atau pegunungan, hutan, goa dan pantai.
Dalam perkembangan pengunjung objek wisata dan wisatawan ke Daerah
Istimewa Yogyakarta mengalami peningkatan setiap tahunnya, pada tahun 1994 tercatat 8.288.669 orang, dan pada tahun 1995 tercatat 9.343.385 orang.
Sementara jumlah pengunjung wisatawan mancanegara dari 216.051 orang tahun
1991 menjadi 344.265 orang pada tahun 1995, sedangkan wisatawan nusantara meningkat rata-rata 16,38 % per tahun dari 492.048 orang pada tahun 1991 menjadi 837.265 orang pada tahun 1995.
Tabel I.1 Perkembangan Kunjungan Wisman dan Wisnu di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 1992 – 1996
No Tahun Wisatawan Jumlah Mancanegara Nusantara 1. 1992 256.192 561.224 817.416 2. 1993 299.433 610.818 910.251 3. 1994 323.194 640.801 963.993 4. 1995 344.265 837.265 1.181.530 5. 1996 351.542 901.575 1.253.117 Sumber: Dinas Pariwisata Yogyakarta, 1997: 3
Dewasa ini pembangunan pariwisata berbasis komunitas menjadi pembicaraan penting dalam wacana pembangunan pariwisata di tanah air yang dimaknai sebagai bentuk wisata yang diprakarsai dan dilaksanakan oleh komunitas. Tidak terkecuali yang hingga kini sedang berlangsung pada beberapa desa di Kabupaten Sleman. Geliat masyarakat desa di lereng Merapi dibidang wisata semakin memperlihatkan wujudnya. Terdapat sepuluh Desa Wisata (DW) 22
di Sleman dan dua desa wisata di Bantul. Beberapa diantaranya, yaitu desa wisata
Gabugan Tempel, desa wisata Sambi Pakem, desa wisata Srowolan Turi, desa wisata Trumpon Tempel, desa wisata Tanjung Ngaglik, desa wisata Turgo Pakem.
Di bantul desa wisata Krebet Pajangan, dan desa wisata Kebon Agung Imogiri.
(Kompas, 6 Desember 2004). Berdasarkan data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Sleman, jumlah pengunjung desa wisata naik mendekati 35 %, dari 31.644 orang
(2004) menjadi 42.655 orang (2005). Sebaliknya, jumlah wisatawan yang mengunjungi objek wisata favorit di Sleman, yaitu candi, justru berkurang.
(www.kompas-cetak.com).
Konsep desa wisata yang menjual suasana alam sekaligus berinteraksi langsung dengan kegiatan masyarakat desa menjadi daya tarik kuat bagi wisatawan. Di tiap desa wisata pengunjung bisa bermalam di lokasi, berjalan-jalan di sekitar kawasan desa, bahkan mempelajari pertanian masyarakat setempat.
Beberapa desa wisata juga dimanfaatkan untuk wisata minat khusus seperti
"hiking", "climbing", atau "tracking", karena secara geografis berdekatan dengan
Gunung Merapi.
Dari total 29 desa yang resmi ditetapkan sebagai desa wisata, sedikitnya ada tujuh dusun yang masuk dalam kategori desa wisata di sekitar lereng Merapi.
Jumlah wisatawan di wilayah itu mencapai 6.600 orang atau 21 % dari total
31.664 pengunjung desa wisata di Sleman. Seiring peningkatan status Merapi saat ini, desa wisata yang agak jauh dari gunung mendapatkan berkah. Desa wisata
Trumpon dan Garongan yang dikenal dengan wisata kebun salak, misalnya, saat 23
ini dikembangkan menjadi salah satu tempat untuk mengamati aktivitas Gunung
Merapi (Kompas, 24 Mei 2006).
Inti membangun desa wisata (DW) adalah bagaimana rakyat mendapat rejeki dari pariwisata (bukan sebagi penonton) dengan cara mengkomersilkan modal yang dimilikinya, yaitu berupa rumah, alam, lingkungan dan budayanya.
Masyarakat desa dengan pertanian sebagai sumber utama penghidupan sekarang ini dalam keadaan terpuruk, dan belum ada tanda-tanda terjadi perubahan. Petani di Yogyakarta rata-rata hanya memiliki sawah 0,5 hektar. Waktu mulai tanam harga pupuk mahal, waktu padi mulai tumbuh datang hama wereng dan lainnya, harga insektisida mahal, menjelang panen datang hama tikus, waktu panen harga jual gabah atau beras rendah. Tanpa disadari, bahwa pada hakekatnya rakyat mempunyai harta lain, yaitu rumah, alam, lingkungan, dan kebudayaan yang dapat dikembangkan untuk mengatasi keterpurukan masyarakat petani di daerah pedesaan.
Keberadaan desa-desa wisata saat ini diharapkan dapat terus bertahan dan tampil sebagai bentuk diversifikasi ekonomi selain usaha tani di wilayah pedesaan. Otentisitas, orisinilitas dan keunikkan desa perlu dijaga. Di sisi lain, perkembangan zaman dan budaya pasar yang kian menggerus aura pedesaan tentu saja tidak dapat dihindarkan, dan kenyataan ini perlu disadari bersama dan perlu tindakan antisipasi secara arif dan bijaksana.
Dengan adanya pengembangan pariwisata dalam bentuk penetapan desa-desa sebagai objek wisata atau yang biasa dikenal dengan desa wisata (DW) akan membawa pengaruh bagi masyarakat di sekitar objek wisata. Dengan 24
memanfaatkan desa di Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai tempat berwisata, maka pariwisata akan dapat menjadi sumber pendapatan utama di Daerah
Istimewa Yogyakarta yang langsung masuk ke kantong rakyat, di samping itu juga ada manfaat lain dari pariwisata tersebut yakni: 1) penyediaan lapangan kerja, 2) perbaikan lingkungan, 3) peningkatan sumber ekonomi, dan 4) peningkatan kesadaran masyarakat terhadap sumber daya alam (Kedaulatan
Rakyat, 11 januari 1992). Bertitik tolak dari latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Dampak Penetapan Desa- desa di Kabupaten Sleman Sebagai Desa Wisata Terhadap Kehidupan Sosial
Ekonomi Masyarakat Setempat”
B. Rumusan Masalah
1. Apakah ada perbedaan dalam hal jumlah pendapatan keluarga
masyarakat desa di Kabupaten Sleman saat sebelum dan sesudah
penetapan sebagai desa wisata ?
2. Apakah ada perbedaan dalam hal curahan kerja masyarakat desa di
Kabupaten Sleman dalam bidang pertanian saat sebelum dan sesudah
penetapan sebagai desa wisata ?
3. Apakah ada perbedaan dalam hal curahan kerja masyarakat desa di
Kabupten Sleman dalam bidang non-pertanian saat sebelum dan sesudah
penetapan sebagai desa wisata ?
4. Apakah kesempatan kerja masyarakat desa di Kabupaten Sleman setelah
penetapan sebagai desa wisata lebih besar dari pada sebelum penetapan
sebagai desa wisata ? 25
5. Apakah kesempatan berusaha masyarakat desa di Kabupaten Sleman
setelah penetapan sebagai desa wisata lebih besar dari pada sebelum
penetapan sebagai desa wisata ?
6. Apakah ada perubahan jumlah keluarga miskin di desa antara sebelum dan
sesudah penetapan sebagai desa wisata ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengungkapkan dan menganalisis jumlah pendapatan keluarga
masyarakat desa di Kabupaten Sleman sebelum dan sesudah penetapan
sebagai desa wisata.
2. Untuk mengungkapkan dan menganalisis besarnya curahan kerja
masyarakat desa di Kabupaten Sleman dalam bidang pertanian sebelum
dan sesudah penetapan sebagai desa wisata
3. Untuk mengungkapkan dan menganalisis besarnya curahan kerja
masyarakat desa di Kabupaten Sleman dalam bidang non-pertanian
sebelum dan sesudah penetapan sebagai desa wisata
4. Untuk mengungkapkan dan menganalisis besarnya kesempatan kerja
masyarakat desa di Kabupaten Sleman sebelum dan sesudah penetapan
sebagai desa wisata
5. Untuk mengungkapkan dan menganalisis besarnya kesempatan berusaha
masyarakat desa di Kabupaten Sleman sebelum dan sesudah penetapan
sebagai desa wisata 26
6. Untuk mengungkapkan dan menganalisis jumlah keluarga miskin
masyarakat desa di Kabupaten Sleman sebelum dan sesudah penetapan
sebagai desa wisata
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Desa-desa Wisata
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan dorongan bagi
desa-desa wisata di Kabupaten Sleman untuk mengembangkan dan
melestarikan potensi wisatanya.
2. Bagi Dinas Pariwisata
Dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi
dinas pariwisata untuk terus memberikan dukungan pengembangan
terhadap wisata pedesaan di Kabupaten Sleman.
3. Bagi Universitas Sanata Dharma
Dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu referensi dan
selanjutnya dapat dikaji lebih mendalam oleh Universitas Sanata Dharma.
4. Bagi Peneliti
Penelitian ini merupakan suatu kesempatan, sarana latihan dan praktik
penelitian dan juga sebagai prasyarat menyelesaikan studi di Universitas
Sanata Dharma.
27
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kepariwisataan Berbasis Masyarakat (Community Based Tourism)
1. Konsep Community Based Tourism
Community Based Tourism dapat diartikan sebagai pembangunan
pariwisata berbasis komunitas, melalui pengembangan Community Based
Tourism diharapkan akan dapat ditingkatkan (Weber, 2004; 2) :
a. Partisipasi masyarakat lokal dalam proses pengambilan keputusan
terhadap arah pengembangan serta struktur organisasi proyek
pariwisata (masyarakat lokal sebagai subjek dan objek pariwisata).
b. Taraf hidup masyarakat lokal dengan pembagian hasil secara adil (pro-
poor-tourism)
c. Pelestarian budaya setempat dengan penyediaan kegiatan atau hasil
budaya sebagai daya tarik sebagai contoh: kehidupan sehari-hari,
kearifan lokal, kesenian, kerjinan tangan, arsitektur dan lain-lain.
Prinsip dasar kepariwisataan berbasis masyarakat adalah
menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama melalui perberdayaan
masyarakat dalam berbagai kegiatan kepariwisataan, sehingga
kemanfaatan kepariwisataan sebesar-besarnya diperuntukkan bagi
masyarakat. Sasaran utama pengembangan kepariwisataan haruslah
meningkatkan kesejahteraan masyarakat (setempat). Pemerintah Daerah
berperan sebagai fasilitator pengembangan kepariwisataan. 28
Masyarakat setempat sebagai subjek dan objek pariwisata dapat
menyediakan jasa yang berupa : 1) pengembangan infrastruktur (jalan,
museum, pusat komunikasi budaya, taman, dan lain-lain); 2) guiding;
3) transportasi; 4) makanan (penyedia makanan); 5) akomodasi; 6)
kerajinan tangan; 7) petunjuk budaya (tarian, musik, gamelan, wayang)
dan 8) demonstrasi kehidupan sehari-hari (menenun, membajak,
memasak dengan cara tradisional).
Ada tiga tipe dalam Community Based Tourism diantaranya adalah
sebagai berikut :
a. Perusahaan pariwisata dimiliki dan dikelola penuh oleh masyarakat
setempat
b. Perusahaan pariwisata dimiliki dan dikelola oleh beberapa keluarga
atau organisasi lokal
c. Join venture antara masyarakat setempat dengan sektor industri
pariwisata luar
Secara teoritis model yang pertama dipandang sebagai yang paling
menguntungkan bagi komunitas, karena memang dalam model pertama
tersebut partisipasi dan otonomi masyarakat lokal dijunjung tinggi. Akan
tetapi, dari segi ekonomi model yang ketiga jauh lebih prospektif.
2. Tujuan Dari Proyek Community Based Tourism
Pengembangan Community Based Tourism bertujuan untuk
meningkatkan taraf hidup serta partisipasi masyarakat lokal (Weber,
2004; 3). Dengan pelaksanaan Community Based Tourism masyarakat 29
setempat sebagai pelaku pariwisata memperoleh peningkatan pengetahuan
tentang pariwisata pada umumnya (termasuk dampaknya), ikut
menentukan tujuan dan organisasi proyek secara kolektif (keikutsertaan,
pembagian kekuasaan, tugas dan tanggung jawab, sumber dana, bantuan
yang dibutuhkan, dan lain-lain), mampu meningkatkan kompetensi dalam
pengelolaan usaha pariwisata (kewirausahaan), menentukan pembagian
hasil yang adil, serta pelestarian budaya setempat dengan penyediaan
kegiatan atau hasil budaya sebagai daya tarik.
3. Keuntungan dan Kerugian Strategi Community Based Tourism
Dalam pengembangan dan pelaksanaan Community Based Tourism
tentunya ada keuntungan dan kerugian yang dihadapi, adapun keuntungan
dan kerugian tersebut adalah :
Tabel II.1 Keuntungan dan Kerugian Community Based Tourism
Keuntungan Community Based Kerugian Community Based Tourism Tourism • Perluasan pasar kerja dan • Investasi berisiko tinggi peningkatan pendapatan rumah • Pengembangan infrastruktur tangga dan masyarakat cenderung untuk kebutuhan keseluruhannya wisatawan saja • Diversifikasi ekonomi setempat • Kontrol dari luar (pemerintah, • Stimulasi perkembangan LSM, industri pariwisata) ekonomi setempat • Berpotensi menciptakan 30
Keuntungan Community Based Kerugian Community Based Tourism Tourism • Peningkatan taraf pendidikan konflik, a) antar anggota (tradisional dan modern) masyarakat dengan • Perkembangan infrastruktur kepentingan yang berbeda, dan (transportasi, air bersih, listrik, b) antara masyarakat atau suku teknologi komunikasi) tetangga • Peningkatan kebanggaan • Permintaan produk pariwisata terhadap budaya setempat kurang stabil • Menghidupkan kembali tradisi • Ketergantungan berlebih lokal • Pembagian hasil tidak merata • Pengurangan migrasi • Kenaikan harga produk lokal • Penguatan kontrol kekayaan • Pencemaran lingkungan lokal • Kemerosotan nilai-nilai sosial, • Peningkatan pengertian dan adat, budaya simpati wisatawan tentang cara hidup lain • Peningkatan manajemen sampah dan air limbah (sanitasi) Sumber : Weber, 2004: 5
Di samping itu Masalah utama dalam pengembangan dan pelaksanaan Community Based Tourism adalah rendahnya kompetensi warga masyarakat setempat, oleh karena itu dukungan yang terus berkelanjutan dari pihak lain sangat menentukan. Dukungan tersebut dapat bersumber dari: perguruan tinggi dan lembaga penelitian, industri pariwisata, organisasi volunter (non profit).
31
B. Ekowisata
1. Konsep Ekowisata
Didalam pasal 3 UU No 9 Tahun 1990 tentang kepariwisataan
menyatakan bahwa penyelenggaraan kepariwisataan antara lain bertujuan
untuk memperkenalkan, mendayagunakan, melestarikan dan
meningkatkan mutu objek dan daya tarik wisata, memperluas dan
memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja serta
meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.
Dalam hal ini ekowisata merupakan salah satu bentuk wisata yang
sangat berkaitan erat dengan ketentuan pasal tiga di atas. Ekowisata adalah
suatu wisata yang bersifat alam dengan tujuan melestarikan lingkungan
sekaligus meningkatkan kesejahteraan penduduk lokal secara
berkelanjutan. Dalam ekowisata, selain tidak merusak lingkungan dan
budaya lokal, juga ada unsur pendidikan baik kepada turis maupun kepada
penduduk lokal.
2. Ekowisata Berkelanjutan
Wisata lingkungan merupakan industri yang bebas polusi,
sehingga merupakan industri yang ramah lingkungan. Industri wisata
lingkungan/ekowisata yang dipasarkan adalah jasa lingkungannya berupa
kekhasan/keindahan alam, kesejukan/kesegaran suasana, keunikan adat
istiadat, budaya, keramahtamahan, dan lain-lain. Keberhasilan pemasaran
ekowisata, tentu tidak terlepas dari peran serta semua pihak, baik kalangan 32
pemerintah daerah, dunia usaha, perguruan tinggi, LSM/organisasi non profit, terutama masyarakat sekitar ekowisata. Dengan kata lain, agar kegiatan ekowisata dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan maka masyarakat luas sejak awal dilibatkan dalam pengelolaan termasuk perawatan/pemeliharaan objek wisata/ekowisata. Dengan demikian masyarakat akan mengetahui tujuan diselenggarakannya kegiatan ekowisata dan manfaat ekowisata bagi masyarakat terutama masyarakat lokal.
Objek wisata dipasarkan tentunya bertujuan disamping untuk memperoleh pemasukan pendapatan bagi pemerintah juga untuk menggerakan roda perekonomian khususnya masyarakat setempat, maupun masyarakat lain yang terkait dengan kegiatan wisata. Dengan dilibatkannya masyarakat yang di fasilitasi pemerintah pada kegiatan yang ada pada objek wisata, maka diharapkan masyarakat akan memiliki rasa handarbeni terhadap objek wisata ekowisata. Hal tersebut perlu dibentuk sehingga akan dapat merubah perilaku masyarakat yang apatis menjadi lebih perduli kepada ekowisata, dikarenakan adanya keterkaitan langsung atau manfaat langsung bagi masyarakat. Dengan kata lain pemerintah mempunyai kewajiban untuk membina masyarakat agar mereka merasa memiliki ketergantungan pada keberlangsungan objek wisata/ekowisata, khususnya dalam hal sumber pendapatan keluarga mereka.
Objek ekowisata alam merupakan aset yang sudah disediakan alam, sehingga kita tidak perlu melakukan investasi dalam hal pengadaan 33
objek tersebut. Sebagai pelaku pariwisata yang diperlukan adalah
merawat, menata, menjaga serta membuka akses ke objek wisata,
memasarkan dan menyebarluaskan informasi. Kegiatan tersebut tentunya
menjadi tanggungjawab baik dari pemerintah daerah, masyarakat,
maupun pengusaha pariwisata, dimana ketiga komponen ini saling
bekerjasama, saling sinergi untuk mencapai tujuan pemasaran objek
ekowisata. Dengan kata lain untuk mengelola ekowisata perlu ditetapkan
dan disadari bersama tentang hak dan kewajiban masing-masing
komponen dalam hal siapa akan berbuat apa, dimana, kapan dan
bagaimana caranya demi terwujudnya kelestarian atau keberlanjutan
keberadaan ekowisata.
3. Masyarakat Desa dan Pariwisata
Dewasa ini telah terjadi pergeseran preferensi perjalanan wisata
dari bentuk Organized mass tourism menuju bentuk Organized individual
and small group tourism. Motifnya sangat kental dengan hal-hal yang
pribadi, seperti ekspresi diri, aktualisasi diri, pengayaan pengalaman, dan
kontak sosial yang lebih dalam. Wisatawan cenderung meninggalkan
produk-produk wisata standar berskala masal (High volume production of
unique commodities) dan beralih menuju produk-produk unik yang
beragam dan bermutu tinggi (High value production of unique
commodities) (Weiler, Betty dan Hall Collin M, 1994 dalam Damanik,
2003). Kebanyakan dari para wisatawan dewasa ini menghindari kawasan
wisata yang telah mapan atau tempat yang tingkat konsentrasi 34
wisatawannya sangat tinggi, kemudian mencari tempat yang menonjolkan keaslian otentisitas (authenticity), orosinilitas (originality), dan keunikan
(uniqeness) lokal.
Perkembangan pariwisata yang ditandai dengan semakin gencarnya pencarian objek-objek yang unik, beragam dan berkualitas tinggi mengakibatkan wilayah pedesaan menjadi sasaran baru pengembangan daerah tujuan wisata. Pariwisata pedesaan merupakan bentuk pariwisata yang bertumpu pada objek dan daya tarik kehidupan desa dengan ciri-ciri khusus masyarakatnya, panorama alam, dan budayanya (Ahimsa Putra, 2001 dalam Damanik 2003). Pariwisata pedesaan tumbuh sebagai respon terhadap permintaan pasar wisatawan atas objek dan atraksi wisata yang baru dan berbeda dengan objek konvensional.
Dari sisi supply pengembangan pariwisata pedesaan didorong oleh tiga faktor berikut. Pertama, wilayah pedesaan memiliki potensi alam dan budaya yang relatif lebih kaya dari pada wilayah perkotaan. Kedua, wilayah pedesaan memiliki lingkungan yang relatif belum banyak tercemar dibandingkan dengan kawasan perkotaan, sehingga dipandang merupakan kawasan yang layak secara lingkungan bagi kegiatan wisata.
Ketiga, pariwisata mendorong diversifikasi ekonomi masyarakat yang dalam tingkat tertentu cenderung mengalami kejenuhan (monokultur, single product, dan harga produk tidak kompetitif). 35
Di sisi lain tidak jarang terjadi bahwa masyarakat desa,
sebagaimana juga pemerintah lokal sering melihat pengembangan
pariwisata secara berlebihan sebagai obat mujarab bagi persoalan ekonomi
subsisten yang ditandai dengan kurangnya diversifikasi produksi, peluang
kerja dan berusaha yang sangat minim, serta terbatasnya kapital dan
infrastruktur. Pandangan seperti ini perlu dipikirkan secara lebih rasional,
sebab sesungguhnya prosesnya tidaklah semudah itu. Elemen utama dan
yang pertama-tama perlu dipertimbangkan adalah ketersediaan objek dan
atraksi wisata yang memiliki unsur-unsur keaslian, dan keunikan. Suatu
kawasan atau daerah pedesaan akan mudah menjadi destinasi wisata
apabila desa tersebut memiliki objek atau atraksi yang asli, unik atau
berbeda dengan yang lainnya (Nasikun, 1995: 85).
Menurut Fagance dalam Damanik, 2003 suatu desa dapat
dikembangkan menjadi kawasan wisata apabila ia memiliki paling tidak
empat unsur penting, yakni: a) keunikan, keaslian, dan sifat khusus,
b) letaknya dekat dengan lingkungan alam yang luar biasa atau dengan
situs arkeologi atau situs sejarah, c) berkaitan dengan kelompok atau
masyarakat berbudaya yang secara hakiki menarik minat pengunjung, d)
fasilitas penunjang aktivitas rekreasi.
4. Desa Wisata (DW)
a. Pengertian Desa Wisata
Desa wisata adalah suatu bentuk integrasi antara atraksi,
akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu 36
struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan
tradisi yang berlaku. (Wiendu. 1993. Concept, Perspective and
Challenges, makalah bagian dari Laporan Konferensi Internasional
mengenai Pariwisata Budaya. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press. Hal. 2-3 dalam www. wikipedia.org). b. Komponen Utama Desa Wisata
Terdapat dua konsep yang utama dalam komponen desa
wisata : 1) Akomodasi : sebagian dari tempat tinggal para penduduk
setempat dan atau unit-unit yang berkembang atas konsep tempat
tinggal penduduk. 2) Atraksi: seluruh kehidupan keseharian
penduduk setempat beserta setting fisik lokasi desa yang
memungkinkan berintegrasinya wisatawan sebagai partisipasi aktif
seperti : kursus tari, bahasa dan lain-lain yang spesifik.
Sedangkan Edward Inskeep dalam Tourism Planning An
Integrated and Sustainable Development Approach, hal. 166 (dalam
www. wikipedia.org) memberikan definisi : Village Tourism, where
small groups of tourist stay in or near traditional, often remote
villages and learn about village life and the local environment. c. Pendekatan Pengembangan Desa Wisata
Pengembangan dari desa wisata harus direncanakan secara
hati-hati agar dampak yang timbul dapat dikontrol. Berdasar dari
penelitian dan studi-studi dari UNDP/WTO dan beberapa konsultan
Indonesia, dicapai dua pendekatan dalam menyusun rangka 37
kerja/konsep kerja dari pengembangan sebuah desa menjadi desa wisata, yaitu :
1) Pendekatan Pasar untuk Pengembangan Desa Wisata
Implementasi dalam pendekatan ini terdiri dari tiga model,
yaitu
a) interaksi tidak langsung, model pengembangan didekati dengan
cara bahwa desa mendapat manfaat tanpa interaksi langsung
dengan wisatawan. Bentuk kegiatan yang terjadi misalnya :
penulisan buku-buku tentang desa yang berkembang,
kehidupan desa, arsitektur tradisional, latar belakang sejarah,
pembuatan kartu pos dan sebagainya.
b) interaksi setengah langsung, bentuk-bentuk one day trip
yang dilakukan oleh wisatawan, kegiatan-kegiatan meliputi
makan dan berkegiatan bersama penduduk dan kemudian
wisatawan dapat kembali ke tempat akomodasinya. Prinsip
model tipe ini adalah bahwa wisatawan hanya singgah dan
tidak tinggal bersama dengan penduduk.
c) interaksi langsung, Wisatawan dimungkinkan untuk
tinggal/bermalam dalam akomodasi yang dimiliki oleh desa
tersebut. Dampak yang terjadi dapat dikontrol dengan berbagai
pertimbangan yaitu daya dukung dan potensi masyarakat
setempat. (UNDP and WTO. 1981. Tourism Development Plan 38
for Nusa Tenggara, Indonesia. Madrid: World Tourism
Organization dalam www. wikipedia.org)
2) Pendekatan Fisik Pengembangan Desa Wisata
Pendekatan ini merupakan solusi yang umum dalam
mengembangkan sebuah desa melalui sektor pariwisata dengan
menggunakan standar-standar khusus dalam mengontrol
perkembangan dan menerapkan aktivitas konservasi, dengan cara
a) mengobservasi sejumlah rumah yang memiliki nilai budaya dan
arsitektur yang tinggi dan mengubah fungsi rumah tinggal
menjadi sebuah museum desa untuk menghasilkan biaya untuk
perawatan dari rumah tersebut; b) mengobservasi keseluruhan
desa dan menyediakan lahan baru untuk menampung
perkembangan penduduk desa tersebut dan sekaligus
mengembangkan lahan tersebut sebagai area pariwisata dengan
fasilitas-fasilitas wisata; c) mengembangkan bentuk-bentuk
akomodasi di dalam wilayah desa tersebut yang dioperasikan oleh
penduduk desa tersebut sebagai industri skala kecil. d. Jenis Wisatawan Pengunjung Desa Wisata
Karena bentuk wisata pedesaan yang khas maka diperlukan
suatu segmen pasar tersendiri. Terdapat beberapa tipe wisatawan
yang akan mengunjungi desa wisata ini yaitu :
1) Wisatawan domestik, yang terbagi lagi menjadi tiga jenis : 39
a) Wisatawan atau pengunjung rutin yang tinggal di daerah dekat
desa tersebut. Motivasi kunjungan : mengunjungi kerabat,
membeli hasil bumi atau barang-barang kerajinan. Pada
perayaan tertentu, pengunjung tipe pertama ini akan memadati
desa wisata tersebut.
b) Wisatawan dari luar daerah (luar propinsi atau luar kota), yang
transit atau lewat dengan motivasi, membeli hasil kerajinan
setempat.
c) Wisatawan domestik yang secara khusus mengadakan
perjalanan wisata ke daerah tertentu, dengan motivasi
mengunjungi daerah pedesaaan penghasil kerajinan secara
pribadi.
2) Wisatawan mancanegara, yang terbagi lagi menjadi tiga jenis :
a) Wisatawan yang suka berpetualang dan berminat khusus pada
kehidupan dan kebudayaan di pedesaan. Umumnya wisatawan
ini tidak ingin bertemu dengan wisatawan lainnya dan berusaha
mengunjungi kampung dimana tidak begitu banyak wisatawan
asing.
b) Wisatawan yang pergi dalam grup (di dalam suatu biro
perjalanan wisata). Pada umumnya mereka tidak tinggal lama
di dalam kampung dan hanya tertarik pada hasil kerajinan
setempat. 40
c) Wisatawan yang tertarik untuk mengunjungi dan hidup di
dalam kampung dengan motivasi merasakan kehidupan di luar
komunitas yang biasa dihadapinya. e. Tipe Desa Wisata
Menurut pola, proses dan tipe pengelolanya desa atau
kampung wisata di Indonesia sendiri, terbagi dalam dua bentuk yaitu:
1) Tipe Terstruktur; tipe terstruktur ditandai dengan karakter-
karakter sebagai berikut, a) Lahan terbatas yang dilengkapi
dengan infrastruktur yang spesifik untuk kawasan tersebut. Tipe
ini mempunyai kelebihan dalam citra yang ditumbuhkannya
sehingga mampu menembus pasar internasional; b) Lokasi pada
umumnya terpisah dari masyarakat atau penduduk lokal, sehingga
dampak negatif yang ditimbulkannya diharapkan terkontrol.
Selain itu pencemaran sosial budaya yang ditimbulkan akan
terdeteksi sejak dini; c) Lahan tidak terlalu besar dan masih dalam
tingkat kemampuan perencanaan yang integratif dan terkoordinir,
sehingga diharapkan akan tampil menjadi semacam agen untuk
mendapatkan dana-dana internasional sebagai unsur utama untuk
“menangkap” servis-servis dari hotel-hotel berbintang lima.
Contoh dari kawasan ini adalah kawasan Nua Dua Bali, dan
kawasan wisata di Lombok.
2) Tipe Terbuka; tipe ini ditandai dengan karakter-karakter yaitu
tumbuh menyatunya kawasan dengan struktur kehidupan, baik 41
ruang maupun pola dengan masyarakat lokal. Distribusi
pendapatan yang didapat dari wisatawan dapat langsung dinikmati
oleh penduduk lokal, akan tetapi dampak negatifnya cepat
menjalar menjadi satu ke dalam penduduk lokal, sehingga sulit
dikendalikan. Contoh dari tipe perkampungan wisata jenis ini
adalah desa wisata di kabupaten Sleman dan Bantul.
C. Pariwisata Dari Perspektif Ekonomi
Tidak dapat dipungkiri bahwa tujuan utama penyelenggaraan kegiatan
pariwisata adalah berkenaan dengan keuntungan ekonomi. Dalam kaitan ini
akan terbentuk sistem ekonomi yang secara sederhana dapat dijelaskan
melalui hubungan forward dan backward linkage.
Tabel II.2 Hubungan Forward dan Backward Linkage Dalam Pariwisata Dari Perspektif Ekonomi
Lokasi dan sektor
Forward Linkage
Backward
Aktor dan Sektor
Sumber: www. pasca uns.ac.id
Forward Lingkage (hubungan eksternal), menjelaskan adanya
hubungan-hubungan di antara lokasi pariwisata tersebut dengan lokasi-lokasi
pariwisata lainnya. Selain itu, juga terjalin keterkaitan antar sektor, seperti 42
sektor perdagangan, sektor industri, sektor transportasi, dsb. Keterkaitan yang
berkesinambungan ini juga akan menghasilkan efek multiplier ekonomi.
Backward linkage (hubungan internal), menjelaskan adanya
hubungan- hubungan diantara sektor-sektor didalam lokasi pariwista tersebut.
Disamping itu juga ada hubungan-hubungan diantara para pelaku (aktor)
pariwisata, atau dapat juga disebut sebagai para stakeholder. Termasuk disini
adalah para tukang ojek, pemandu wisata, warung, penjaja kerajinan dsb.
Dalam sistem kecil ini juga akan dihasilkan efek multiplier ekonomi
(Suharso, 2004).
D. Komponen Sosial Ekonomi
1. Pendapatan
Berbicara mengenai pendapatan sangat erat hubungannya dengan
penghasilan bahkan orang awam menyamakan kedua pengertian tersebut.
Penghasilan adalah setiap hasil yang diperoleh dari kegiatan usaha-usaha
tertentu misalnya gaji yang diperoleh karena bekerja pada suatu instansi,
sedangkan pendapatan adalah suatu penghasilan yang diperoleh dalam
jangka waktu tertentu misalnya biaya simpan uang di Bank
Untuk masyarakat pedesaan yang menjadi sumber utama
pendapatan mereka adalah sektor pertanian. Namun bagi petani yang
mempunyai sempit atau bahkan tidak memiliki lahan, pertanian tidak lagi
menjadi sumber utama pendapatan mereka karena dengan hanya
mengandalkan pendapatan dari usaha bertani saja tidak akan mencukupi
kebutuhan hidup keluarga. 43
Adapun sumber-sumber pendapatan yang ada di pedesaan adalah sebagai berikut (Abunawan, 1985: 59): a. Land Based Agricultural (pertanian yang berdasarkan pada tanah)
yaitu pertanian yang mutlak membutuhkan lahan, artinya lahan
menjadi faktor utama dalam pertanian itu misalnya menggarap sawah
dan ladang. b. Non Land Based Agricultural (pertanian yang tidak berdasarkan pada
tanah) yaitu pertanian yang tidak mutlak membutuhkan lahan, artinya
lahan tidak menjadi faktor utama dalam pertanian, misalnya menanam
sayur atau bunga dalam pot. c. Non Agricultural (bukan pertanian) yaitu sumber pendapatan di luar
sektor pertanian, misalnya mencari kayu, berdagang kerajinan, pekerja
bangunan, pekerja angkutan, buruh industri, dan lain-lain.
Dalam masyarakat pedesaan tidak jarang sektor non pertanian menjadi pilihan, karena memang sekarang ini sektor pertanian sudah tidak bisa diharapkan lagi. Berdasarkan data susenas untuk tahun 1970 terhadap ciri-ciri ekonomi masyarakat pedesaan, antara lain Multiple Source Of
Income (sumber nafkah ganda) yaitu makin miskin keluarga makin banyak macam pekerjaan yang sekaligus dilakukan oleh kepala keluarga untuk menopang kehidupan. Keadaan ini tidak jarang dihadapi oleh keluarga di pedesaan terutama oleh petani dengan lahan garapan sempit yang disebut masyarakat dengan pola pendapatan ganda (Soedarno, 1988: 133). 44
Penghasilan keluarga menurut Gilarso (1992; 41) dapat bersumber
pada :
- Usaha sendiri (wiraswasta) misalnya berdagang, mengerjakan sawah,
atau menjalankan perusahaan sendiri.
- Bekerja pada orang lain misalnya bekerja di kantor atau perusahaan
sebagai pegawai atau karyawan baik swasta maupun pemerintah
- Hasil dari milik misalnya mempunyai sawah yang disewakan,
mempunyai rumah disewakan, dan meminjamkan uang dengan bunga
tertentu
Gilarso juga mengungkapkan bahwa penghasilan atau pendapatan
keluarga adalah sebagai bentuk balas karya yang diperoleh sebagai
imbalan atau balas jasa atau sumbangan seseorang terhadap proses
produksi. Penghasilan keluarga juga dapat diterima dalam bentuk barang,
misalnya tunjangan beras, hasil dari sawah dan pekarangan atau fasilitas
seperti rumah dinas dan pengobatan gratis.
2. Kesempatan Kerja
Kesempatan kerja adalah kesempatan seseorang untuk
mendapatkan suatu pekerjaan yang sesuai dengan bakat, kecakapan dan
pendidikannya (Gilarso, 1992; 73). Selain itu menurut Mubyarto yang
mengungkapkan hal serupa bahwa kesempatan kerja adalah peluang atau
kesempatan bagi penduduk untuk mendapatkan pekerjaan yang dapat
memberikan pendapatan. Sedangkan batasan lainnya kesempatan kerja 45
atau peluang kerja adalah jumlah tenaga kerja yang dapat dipekerjakan
dalam suatu usaha.
3. Kesempatan Berusaha
Peluang berusaha dibedakan dengan peluang kerja. Perbedaan ini
sejajar dengan perbedaan antara berusaha, bekerja dan antara pengusaha
dan pekerja. Mengenai bekerja biasanya bidang, jenis, tempat serta waktu
bekerja lebih tertentu dan tentang pekerja hubungan kerjanya lebih
vertikal.dalam berusaha seseorang diberi wewenang untuk memilih bidang
usahanya dan pengusaha lebih mandiri serta hubungan antara pengusaha
lebih bersifat tradisional.
Kesempatan berusaha dapat diartikan sebagai kesempatan atau
peluang bagi masyarakat untuk menciptakan usaha baru yang dikelola
sendiri atau dibantu oleh orang lain, sehingga terbuka peluang untuk
membuka usaha baru di daerah pedesaan dan akan menambah kesempatan
kerja bagi masyarakat pedesaan dalam menambah penghasilan (Mubyarto
dkk, 1985: 437).
4. Curahan Kerja
a. Pengertian Curahan Kerja
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (dalam Setyawan, 2006:
19) jam kerja adalah waktu yang dijadwalkan bagi pegawai dan
sebagainya untuk bekerja, sedangkan menurut Kamus Istilah Ekonomi
(dalam Setyawan, 2006: 19) jam kerja adalah ukuran untuk
menghitung lamanya karyawan melaksanakan pekerjaannya. 46
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa jam
kerja adalah banyaknya waktu yang digunakan seseorang dalam
bekerja untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka memperoleh
penghasilan/pendapatan. b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Curahan Waktu Atau Jam Kerja
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi curahan waktu atau jam
kerja menurut Suroto (dalam Setyawan, 2006: 20) jam kerja
dipengaruhi oleh:
1. iklim atau musim
2. jenis pekerjaan
3. tingkat pendapatan yang telah diterima
Antara jam kerja dengan pendapatan saling berhubungan,
terutama bagi mereka yang pekerjaannya tidak memerlukan
pendidikan dan keterampilan khusus. Banyaknya jam kerja juga
dijadikan indikator untuk menentukan apakah seseorang dikatakan
sebagai seorang yang menganggur atau bekerja. Menurut Simanjutak
(dalam Setyawan, 2006: 20) jika seseorang bekerja kurang dari 35 jam
seminggu, maka orang tersebut dapat dikatakan sebagai setengah
pengangguran kentara. c. Pengaruh Curahan Jam Kerja Terhadap Pendapatan Masyarakat
Jam kerja besar pengaruhnya terhadap pendapatan seperti yang
dikemukakan oleh Simanjuntak (dalam Setyawan, 1998: 20) bahwa
pendapatan keluarga yang bersangkutan sebanding dengan jumlah 47
waktu yang disediakan untuk bekerja. Jika waktu senggang bertambah
maka pendapatan seseorang akan berkurang dengan demikian curahan
jam kerja bisa berpengaruh terhadap pendapatan.
5. Kemiskinan
a. Konsep Kemiskinan
Secara teoritis kemiskinan dibedakan menjadi dua macam,
yaitu kemiskinan mutlak (absolut proverty) dan kemiskinan relatif
(relative proverty). Kemiskinan mutlak diartikan sebagai
ketidakmampuan seseorang atau kelompok untuk memenuhi kebutuhan
dasarnya, bahan kebutuhan fisik minimumnya untuk makanan,
perumahan, bahan bakar, air, pakaian, pendidikan, dan kesehatan
dianggap miskin dalam arti absolut. Sedangkan kemiskinan relatif
adalah ketidaksamaan kesempatan dan ketidaksamaan di antara
berbagai lapisan masyarakat untuk mendapatkan barang dan jasa dalam
menikmati kehidupan yang makmur (Soedarno, 1988: 149).
John Friedman menginterpretasikan kemiskinan sebagai
ketidakmampuan seseorang atau kelompok untuk mengakumulasikan
“Basis Kekuasaan Sosial”. Basis Kekuasaan Sosial adalah kemampuan
untuk menguasai peluang strategi yang bisa mempengaruhi kehidupan
sosial, ekonomi, politik sesorang. Secara singkat kemampuan seseorang
untuk mewujudkan maksud dan cita-cita seseorang. Menurut Friedmen
(dalam Bayo, 1991: 89) ada enam peluang strategis atau basis 48
kekuasaan yang dapat dikategorikan kedalam kedua kelompok yaitu:
Primer dan sekunder, sebagi berikut :
1) Basis Kekuasaan Sosial Primer
- Pengetahuan dan keterampilan
- Organisasi sosial dan politik
- Harta produksi
2) Basis Kekuasaan Sosial Sekunder
- Sumber-sumber keuangan
- Jaringan sosial
- Informasi sosial b. Kriteria Kemiskinan
Dalam hal pengukuran kemiskinan absolut ditunjukkan
dengan sampai berapa jauh terpenuhi tidaknya kebutuhan pokok atau
konsumsi nyata yang meliputi pangan, sandang, perumahan,
pendidikan dan kesehatan. Konsumsi nyata tersebut dinyatakan secara
kuantitatif atau dalam bentuk uang berdasarkan pada harga tahun
tertentu. Kemiskinan relatif menurut Bank Dunia dinyatakan dengan
berapa persen dari pendapatan nasional oleh penduduk yang tergolong
paling miskin yaitu:
1) Jika 40% jumlah penduduk dengan pendapatan terendah menerima
kurang 12% dari GNP, maka disebut kepincangan mencolok
2) Jika 40% jumlah penduduk dengan pendapatan terendah menerima
12% sampai 17% dari GNP, maka disebut kepincangan sedang 49
3) Jika 40% jumlah penduduk dengan pendapatan terendah menerima
lebih dari 17% dari GNP, maka disebut kepincangan normal
Sedangkan tolak ukur untuk kriteria rumah tangga miskin
di Indonesia yang bersumber pada BPS hasil susenas adalah sebagai
berikut :
Tabel II.3 Kriteria Batas Kemiskinan Dari BPS tahun 1996-2003 (Pendapatan per Kapita/Bulan)
Tahun Batas Miskin (Rp/kapita/bulan) Kota (Rp) Desa (Rp) 1996 42.032 31.366 1997 96.959 72.780 1998 92.402 74.272 1999 89.845 69.420 2000 91.632 73.648 2001 100.011 80.382 2002 130.499 96.512 2003 138.803 105.888 Sumber : Bussines News 7127 tanggal 20 Oktober 2004
Berbeda dengan Prof DR. Sajogya yang mencoba membuat
penyesuaian untuk kondisi Indonesia dengan mengkonversikan
penghasilan atau pembelanjaan ke dalam ekuivalen konsumsi beras per
jiwa per tahun, sebagai berikut:
Tabel II.4 Garis Kemiskinan Untuk Masyarakat Kota-Masyarakat Desa di Indonesia tahun 1976
Keterangan Masyarakat Kota (Kg Masyarakat Desa (Kg beras) beras) Miskin 480 320 Miskin sekali 360 240 Palig miskin 270 180 Sumber: Simanjuntak dalam Setyawan, 2004: 26 50
Tingkat penghasilan atau pembelanjaan yang diperlukan sebagai garis
kemiskinan adalah ekuivalen beras 360 Kg per tahun untuk masyarakat
kota, dan 240 Kg per tahun untuk masyarakat desa.
E. Kerangka Teoritik
Dalam pelaksanaannya pembangunan ekonomi tidak dapat dipisahkan
dari segi sosial, dan lingkungan hidup yang melingkupinya. Pembangunan
tersebut harus memperhatikan dampak kemanusiaan yang menjadi
permasalahan hidup manusia, dimana menyangkut kemiskinan , kelaparan,
ketidaksehatan, pekerjaan, pendidikan, yang pada akhirnya merambat ke
pendapatan, konsumsi, dan kesejahteraan manusia itu sendiri.
Pembangunan nasional khususnya untuk pembangunan sektor
pariwisata di Indonesia dewasa ini secara keseluruhan menunjukkan kinerja
yang baik dimana hal ini ditunjukkan dengan terus meningkatnya jumlah
wisatawan baik domestik maupun mancanegara beberapa tahun terakhir ini.
Indonesia mempunyai sumber daya alam dan sumber daya manusia
yang yang cukup besar sebagai modal dasar pembangunan dan
mengembangkan kepariwisataan. Modal dasar tersebut apabila dikelola dan
direncanakan dengan baik dan terarah akan mempunyai peran yang cukup
besar dalam menunjang pencapaian tujuan nasional, yakni meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, memperluas dan meratakan
kesempatan berusaha dan lapangan kerja, mendorong pembangunan daerah,
memperkenalkan dan mendayagunakan objek dan daya tarik wisata serta 51
dapat memupuk rasa cinta tanah air dan mempererat persahabatan antar bangsa.
Sejalan dengan hal tersebut, pengembangan pariwisata khususnya dalam hal pengembangan wisata pedesaan di Kabupaten Sleman Daerah
Istimewa Yogyakarta memberikan manfaat ekonomi bagi penduduk setempat maupun bagi pemerintah, seperti: a. Kesempatan Berusaha
Yang dimaksud dalam hal ini adalah adanya kesempatan berusaha yang
semakin terbuka luas, baik usaha langsung untuk memenuhi kebutuhan
wisatawan maupun yang tidak langsung. Lapangan usaha langsung,
meliputi: usaha akomodasi (hotel, homestay, campingside, caravan),
restoran, rumah makan, biro perjalanan, toko souvenir, sanggar-sanggar
kerajinan, pramuwisata, dan sebagainya. Lapangan usaha tidak langsung,
seperti: pertanian, perikanan, perindustrian dan kerajinan, industri pakaian
jadi, dan lapangan usaha lain yang berkaitan dengan kebutuhan manusia. b. Terbukanya Lapangan Pekerjaan
Luasnya kesempatan dalam berusaha, berarti akan membuka lapangan
kerja, baik lapangan kerja di berbagai usaha yang langsung memenuhi
kebutuhan wisatawan maupun yang tidak langsung. c. Meningkatkan Pendapatan Masyarakat dan Pemerintah
Wisatawan yang berkunjung akan mengeluarkan sebagian dari uangnya
untuk keperluan selama perjalanannya. Hal ini berarti akan menambah
pendapatan masyarakat setempat, seperti biaya penginapan, angkutan 52
lokal, makan dan minum, cenderamata, dan pembelian jasa dan barang
lainnya. Dipihak lain pemerintah memperoleh pendapatan, berupa pajak-
pajak dari perusahaan dan dari uang asing yang dibelanjakan oleh
wisatawan mancanegara.
d. Pengembangan Sarana Fisik
Disini yang dimaksud adalah perubahan dalam wujud fisik yang berupa
perubahan dalam infrastrukutur seperti jalan yang menjadi lebih baik,
penerangan listrik dan jangkauan telepon yang masuk sampai ke desa-
desa.
e. Mendorong Pembangunan Daerah
Berkembangnya kepariwisataan di daerah, akan mendorong pemerintah
daerah dan masyarakat mempersiapkan dan membangun prasarana dan
sarana yang diperlukan, seperti: pembangunan dan perbaikan jalan,
instalasi air, instalasi listrik, perbaikan lingkungan, pengkondisian
masyarakat, penataan kelembagaan, dan lain sebagainya.
F. Penelitian Terdahulu
Dalam beberapa penelitian sebelumnya yang menganalisis dampak
sosial ekonomi dari suatu pengembangan kegiatan pariwisata adalah Dampak
Sosial Ekonomi Pembangunan Objek Wisata Ketep Pass Bagi Masyarakat
Sekitar yang diteliti oleh Martinus Irka Puji Setyawan (2006). Metode yang
digunakan peneliti yaitu studi kasus yang sifat penelitiannya ex post facto.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pembangunan objek wisata 53
ketep pass memberikan dampak positif bagi kehidupan masyarakat setempat
seperti:
1. Pencurahan kerja masyarakat bidang pertanian setelah
pembangunan objek wisata ketep pass lebih besar dibandingkan
sebelum pembangunan objek wisata ketep pass, disisi lain
pencurahan kerja masyarakat dalam bidang non-pertanian tidak
mengalami perubahan dibandingkan sebelum pembangunan
objek wisata ketep pass
2. Dalam hal jenis pekerjaan, masyarakat banyak yang beralih dari
pertanian ke sektor non pertanian
3. Jumlah pendapatan masyarakat setelah pembangunan objek
wisata ketep pass lebih besar dari pada sebelum pembangunan
objek wisata ketep pass
4. Jumlah keluarga miskin setelah pembangunan objek wisata
ketep pass berkurang dibandingkan dengan sebelum
pembangunan objek wisata ketep pass
G. Hipotesis
Berdasarkan uraian tersebut peneliti beranggapan bahwa penetapan
desa-desa di Kabupaten Sleman sebagai desa wisata memberikan dampak
sosial ekonomi seperti :
1. Jumlah pendapatan keluarga di desa wisata meningkat menjadi lebih besar
dari pada sebelum penetapan sebagai desa wisata 54
2. Curahan kerja masyarakat di desa wisata meningkat menjadi lebih besar
dari pada sebelum penetapan sebagai desa wisata, yang terbagi atas:
a. Curahan kerja masyarakat di desa wisata dalam bidang pertanian
menjadi lebih besar dari pada sebelum penetapan sebagai desa wisata
b. Curahan kerja masyarakat di desa wisata dalam bidang non-pertanian
menjadi lebih besar dari pada sebelum penetapan sebagai desa wisata
3. Kesempatan kerja masyarakat di desa wisata meningkat menjadi lebih
banyak dari pada sebelum penetapan sebagai desa wisata
4. Kesempatan berusaha masyarakat desa wisata meningkat menjadi lebih
banyak dari pada sebelum penetapan sebagai desa wisata
5. Jumlah keluarga miskin di desa wisata berkurang menjadi lebih sedikit
dari pada sebelum penetapan sebagai desa wisata
55
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian ex post facto yaitu
penelitian yang mana data dikumpulkan setelah semua kejadian yang
dipersoalkan sudah terjadi.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Waktu : April sampai dengan Mei 2007
Lokasi : Desa Wisata Trumpon, Merdikorejo, Tempel dan Desa Wisata
Plempoh, Bokoharjo Prambanan
Desa Wisata Trumpon dan Desa Wisata Plempoh merupakan suatu
dusun yang terletak di Kabupaten Sleman, dua dusun ini merupakan suatu
tempat wisata pedesaan yang berlatar belakang keindahan alam dan kesenian.
Penulis mengadakan penelitian pada dua dusun tersebut
dikarenakan dusun tersebut merupakan dusun yang menjadi desa wisata
dimana cukup pesat perkembangannya, baik dalam hal perkembangan jumlah
wisatawan yang berkunjung maupun dari segi keunikan serta orisinilitas
kebudayaannya.
Penetapan desa-desa di Kabupaten Sleman sebagai desa wisata
diharapkan memberikan suatu dampak positif khususnya dalam hal sosial-
ekonomi masyarakatnya seperti: memberikan perubahan dalam hal jumlah
pendapatan, diversifikasi kegiatan ekonomi masyarakat setempat, membuka
lapangan pekerjaan, perubahan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha. 56
Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk meneliti bagaimana dampak
dalam bidang sosial-ekonomi dengan adanya penetapan desa wisata
khususnya bagi masyarakat dusun Trumpon dan dusun Plempoh.
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah masyarakat dusun Trumpon,
Merdikorejo, Tempel dan masyarakat dusun Plempoh, Bokoharjo
Prambanan. Dimana sebagian besar mata pencaharian penduduk ini adalah
sebagai petani.
2. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah variabel-variabel yang diteliti,
terutama perubahan dalam struktur sosial ekonomi masyarakat setempat
seperti: pendapatan keluarga, curahan kerja, kesempatan berusaha,
kesempatan kerja, dan jumlah keluarga miskin di masyarakat.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau
subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari yang kemudian untuk ditarik
kesimpulannya. (Sugiyono, 2003: 55). Jadi dalam penelitian ini yang
dimaksud populasi adalah desa-desa wisata yang ada di Kabupaten
Sleman yang berjumlah tiga puluh (30) dusun.
57
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi (Sugiyono, 2003: 56). Jadi dalam penelitian ini yang
dimaksud sampel adalah penduduk dusunTrumpon yang berjumlah 416
jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 105 KK dan
penduduk dusun Plempoh yang berjumlah 128 KK.
E. Teknik Pengambilan Sampel
1. Sampel Purposive, dimana dilakukan dengan mengambil orang-orang atau
kelompok yang terpilih betul oleh peneliti menurut ciri-ciri spesifik yang
dimiliki oleh sampel itu. Sampel purposive adalah sampel yang dipilih
dengan cermat hingga relevan dengan desain penelitian (Nasution, 2003:
98). Sampel dalam penelitian ini adalah desa-desa wisata yang cukup
banyak kunjungan wisatawannya dibandingkan desa wisata lainnya yaitu
dusun Trumpon dan dusun Plempoh.
2. Sampling Jenuh, adalah sejumlah populasi yang ada dan diambil secara
keseluruhan sebagai sampel tanpa ada pertimbangan tertentu, yaitu seluruh
kepala keluarga di dusun Trumpon dan di dusun Plempoh.
F. Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Pengukuran
Variabel adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan objek
penelitian, adapun variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Pendapatan Keluarga, yaitu penghasilan nominal, dimana jumlah rupiah
yang diterima oleh keluarga dari mereka bekerja. Variabel ini dinyatakan
dengan rupiah per bulan 58
2. Curahan Kerja, yaitu pemanfaatan waktu yang digunakan seseorang dalam
melakukan suatu kegiatan aktivitas, dalam rangka untuk memperoleh
pendapatan untuk hidup selama satu tahun. Variabel ini dinyatakan dalam
jumlah waktu atau jam kerja selama satu tahun.
3. Kesempatan Berusaha, yaitu peluang kegiatan bagi masyarakat untuk
membuka usaha baru secara mandiri, yang dikelola sendiri ataupun
dibantu oleh orang lain. Variabel ini dinyatakan dalam jumlah dan jenis
usaha yang ada.
4. Kesempatan Kerja, yaitu peluang kegiatan bagi masyarakat untuk
mendapatkan pekerjaan pada orang lain. Berdasarkan BPS, pengertian
bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan
maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau
keuntungan, paling sedikit 1 jam (tidak terputus) dalam seminggu yang
lalu. Kegiatan tersebut termasuk pula kegiatan tidak dibayar yang
membantu dalam suatu usaha atau kegiatan ekonomi. Variabel ini
dinyatakan dengan jumlah jiwa yang terserap dalam berbagai lapangan
usaha.
5. Keluarga Miskin di Masyarakat, yaitu jumlah kepala keluarga (KK) yang
pendapatan per kapitanya di bawah garis kemiskinan dari hasil Susenas
oleh BPS 2003 (dalam Setyawan, 2006: 31) dengan batas kemiskinan desa
Rp105.888 per kapita per bulannya.
59
G. Data Penelitian
1. Data Primer
Data Primer yaitu data-data atau keterangan yang diperoleh dari
hasil wawancara maupun observasi langsung yang sudah terpadu. Dalam
penelitian ini data yang diperoleh dari wawancara maupun observasi
secara langsung adalah sebagai berikut :
a. Jumlah anggota keluarga
b. Pendapatan keluarga masyarakat desa
c. Curahan kerja masyarakat desa bidang pertanian
d. Curahan kerja masyarakat desa bidang non-pertanian
e. Kesempatan berusaha masyarakat desa
f. Kesempatan kerja masyarakat desa
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari monografi dusun Trumpon dan dusun
Plempoh yang digunakan sebagai pelengkap data primer yang diperoleh
dalam bentuk dokumen seperti: sejarah desa, struktur desa dan data lain
yang menunjang kelengkapan dalam peneltian ini, seperti jumlah
penduduk, jumlah penduduk miskin, letak geografis daerah penelitian,
kondisi fisik daerah penelitian.
H. Data Yang Dicari
1. Pendapatan Keluarga dalam masyarakat sebelum dan sesudah penetapan
sebagai desa wisata 60
2. Curahan kerja/jam kerja dari masyarakat yang bekerja sebelum dan
sesudah adanya penetapan sebagai desa wisata
3. Jumlah jenis usaha yang didirikan secara mandiri oleh masyarakat sebelum
dan sesudah penetapan sebagai desa wisata
4. Jumlah masyarakat dusun Trumpon dan dusun Plempoh yang terserap
dalam berbagai lapangan kerja sebelum dan sesudah penetapan sebagai
desa wisata
5. Jumlah keluarga miskin yang merupakan bagian dari masyarakat desa
sebelum dan sesudah penetapan sebagai desa wisata
6. Jumlah kepala keluarga dusun Trumpon dan dusun Plempoh
I. Teknik Pengumpulan Data
Adapun metode pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam
peneitian ini adalah :
1. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu cara mengumpulkan data dengan
tanya jawab secara tatap muka dengan responden dan orang-orang yang
dianggap relevan serta penting dalam penelitian ini. Wawancara dilakukan
dengan langsung berkomunikasi dengan penduduk guna memperoleh
informasi tepat, selain itu juga wawancara dengan pihak/instansi terkait
yang berkenaan guna memperoleh data yang dibutuhkan.
2. Dokumentasi
Yaitu teknik pengumpulan data dengan menyalin data yang relevan
dengan penelitian. Data yang diperoleh adalah data tentang gambaran 61
umum yang berhubungan dengan objek penelitian. Dari dokumentasi ini
akan diperoleh data mengenai jumlah kepala keluarga, letak geografis,
keadaan penduduk, dan kondisi fisik daerah penelitian.
J. Teknik Analisis Data
Penelitian ini merupakan studi perbandingan (Comparative Study)
dengan menggunakan analisis sebelum dan sesudah (Before-After), yaitu
membandingkan dua peristiwa yang berbeda dalam kelompok yang sama.
Dalam hal ini yang dibandingkan adalah keadaan sosial ekonomi masyarakat
setempat sebelum penetapan sebagai desa wisata dan sesudah penetapan
sebagai desa wisata.
1. Untuk hipotesis nomor 1, yang menyatakan bahwa jumlah pendapatan
keluarga di desa wisata meningkat menjadi lebih besar dari pada sebelum
penetapan sebagai desa wisata, maka digunakan teknik analisis uji beda Z,
dengan tingkat kepercayaan sebesar 95%, dengan rumus sebagai berikut:
x − x Z = 1 2 s 2 s 2 1 + 2 n1 n2
Keterangan :
Z = Distribusi Z
X 1 = Rata-rata jumlah pendapatan keluarga sebelum penetapan sebagai
desa wisata
X 2 = Rata-rata jumlah pendapatan keluarga sesudah penetapan sebagai
desa wisata 62
2 S1 = Varian jumlah pendapatan keluarga sebelum penetapan sebagai desa
wisata
2 S 2 = Varian jumlah pendapatan keluarga sesudah penetapan sebagai desa
wisata n = Jumlah sampel
Sedangkan untuk mencari varian jumlah pendapatan keluarga sebelum dan sesudah penetapan sebagai desa wisata digunakan rumus sebagai berikut:
2 2 ƒ(X 1 − X 1 ) S = 1 n −1
2 2 ƒ(X 2 − X 2 ) S = 2 n −1
Sedangkan untuk mencari X1 dan X2 dapat dicari dengan rumus sebagai berikut :
ƒ X 1 ƒ X 2 X 1 = X 2 = n1 n2
Pengujian signifikan uji beda Z, dengan hipotesis adalah sebagai berikut :
Ho : 1 = 2
Ha : 1 > 2
Pada taraf signifikan 5% atau tingkat kepercayaan sebesar 95% maka kriteria penerimaan Ho adalah sebagai berikut :
Ho ditolak jika Z hitung < Ztabel
Ho diterima jika Zhitung > Z tabel 63
2. Untuk hipotesis nomor 2, yang menyatakan bahwa curahan kerja
masyarakat baik dalam bidang pertanian dan non-pertanian meningkat
menjadi lebih besar dari pada sebelum penetapan sebagai desa wisata,
maka digunakan teknik analisis uji beda Z, dengan tingkat kepercayaan
sebesar 95%, dengan rumus sebagai berikut:
x − x Z = 1 2 s 2 s 2 1 + 2 n1 n2
Keterangan :
Z = Distribusi Z
X 1 = Rata-rata jumlah curahan kerja sebelum penetapan sebagai desa
wisata
X 2 = Rata-rata jumlah curahan kerja sesudah penetapan sebagai desa
wisata
2 S1 = Varian jumlah curahan kerja sebelum penetapan sebagai desa wisata
2 S 2 = Varian jumlah curahan kerja sesudah penetapan sebagai desa wisata
n = Jumlah sampel
Sedangkan untuk mencari varian jumlah curahan kerja sebelum dan
sesudah penetapan sebagai desa wisata digunakan rumus sebagai berikut:
2 2 ƒ(X 1 − X 1 ) S = 1 n −1
2 2 ƒ(X 2 − X 2 ) S = 2 n −1 64
Sedangkan untuk mencari X1 dan X2 dapat dicari dengan rumus sebagai
berikut :
ƒ X 1 ƒ X 2 X 1 = X 2 = n1 n2
Pengujian signifikan uji beda Z, dengan hipotesis adalah sebagai berikut :
Ho : 1 = 2
Ha : 1 > 2
Pada taraf signifikan 5% atau tingkat kepercayaan sebesar 95% maka
kriteria penerimaan Ho adalah sebagai berikut :
Ho ditolak jika Z hitung < Ztabel
Ho diterima jika Zhitung > Z tabel
3. Untuk hipotesis nomor 3, dan 4 akan diuji dengan cara membandingkan
keadaan sebelum penetapan sebagai desa wisata dengan keadaan sesudah
penetapan sebagai desa wisata.
4. Untuk hipotesis nomor 5 yang menyatakan bahwa jumlah keluarga miskin
berkurang menjadi lebih sedikit dari pada sebelum penetapan sebagai desa
wisata, maka digunakan kriteria batas kemiskinan yang bersumber pada
BPS dari hasil Susenas yaitu mereka yang mempunyai pendapatan
perkapita sebesar Rp105.888. Pendapatan perkapita ini dapat dicari
dengan rumus sebagai berikut :
Total Pendapatan Pendapatan Perkapita = Jumlah Tanggungan Dalam Keluarga
65
Dari hasil perhitungan tersebut di atas dapat diketahui berapakah jumlah keluarga miskin di desa sebelum dan sesudah penetapan sebagai desa wisata.
66
BAB IV
GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Pengembangan Desa-desa di Kabupaten Sleman Sebagai Desa
Wisata.
Kabupaten Sleman sebagai bagian dari Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta selama ini dikenal memiliki objek dan daya tarik wisata yang
beragam. Namun demikian, sebagaimana sebuah produk yang mengikuti teori
“Life Cycle”, produk wisata Sleman seperti Kaliurang, Kaliadem, dan objek
wisata lainnya akan mencapai titik jenuh dengan objek dan daya tarik wisata
yang ada, dan memerlukan kegiatan pariwisata yang lain. Objek dan daya tarik
wisata yang baru akan selalu ditunggu-tunggu oleh konsumen.
Ide pemerintah Sleman memunculkan isu pengembangan “Desa Wisata”
dapat diterjemahkan sebagai satu picuan agar semua daerah pengembang
objek dan daya tarik wisata memiliki gairah dan kesegaran baru
menggerakkan industri pariwisatanya, meskipun ide tersebut belum
sepenuhnya dapat diterjemahkan di daerah-daerah mengingat keterbatasan
sumber daya alam dan budaya yang tidak semuanya dapat memenuhi unsur
dalam pengembangan desa wisata.
Ide pengembangan desa wisata juga diilhami oleh adanya paradigma baru
dalam pendekatan pembangunan pariwisata yang berbasis pada kemampuan
masyarakat setempat untuk terlibat dalam pembangunan pariwisata itu sendiri.
Pendekatan yang menempatkan masyarakat sebagai bagian yang tidak 67
terpisahkan dari produk wisata dan pemahaman bahwa produk wisata merupakan proses rekayasa sosial masyarakat merupakan esensi dari pembangunan berbasis pada komunitas (Community Based Tourism).
Di Kabupaten Sleman saat ini (awal tahun 2004) telah tercatat 26 desa wisata dengan program pengembangan yang secara resmi telah berjalan selama 2 tahun, meskipun pada tahun-tahun sebelumnya kegiatan desa wisata telah berjalan secara bertahap. Munculnya ide desa wisata di Sleman, merupakan suatu ide bagaimana membuat kawasan yang ada di suatu desa menjadi magnet dan daya tarik bagi orang-orang di luar kawasan tersebut.
Selain itu munculnya desa-desa wisata di Sleman dapat dilihat sebagai antusiasme masyarakat untuk terlibat dalam pengembangan pariwisata, terbukti dari kemunculan 26 desa wisata tersebut, 85%-nya berasal dari inisiatif dan keinginan masyarakat setempat.
Adapun maksud dari pengembangan desa wisata adalah sebagai berikut: menggali dan mengembangkan lokasi-lokasi yang memiliki potensi sekaligus mengkonservasi alam dan budaya, menciptakan alternatif objek dan daya tarik wisata yang mampu meningkatkan angka kunjungan dan lama tinggal wisatawan ke Kabupaten Sleman. Sedangkan tujuan dari pengembangan desa wisata adalah: meningkatkan peran dan tanggungjawab masyarakat dalam pembangunan khususnya dalam bidang pariwisata, meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan memperluas kesempatan berusaha, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan.
68
B. Pengembangan Desa Wisata di Kabupaten Sleman
Pada saat merebaknya wacana tentang desa wisata, mendapat respon yang
positif dari masyarakat pedesaan di wilayah Kabupaten Sleman, ditunjukkan
dengan banyaknya masyarakat yang mengajukan desanya untuk dijadikan
sebagai desa wisata meskipun banyak kriteria desa wisata yang belum mereka
ketahui disamping sumber daya manusia dan dana yang diperlukan.
Antusiasme masyarakat di Kabupaten Sleman untuk mengembangkan
kawasan pedesaannya sebagai desa wisata juga didukung dengan kunjungan
wisatawan baik dari domestik maupun mancanegara yang cukup besar dalam
3 tahun terakhir ini, dan berikut ini akan disajikan tabel mengenai data
pengunjung Desa Wisata mulai dari tahun 2004 sampai dengan 2006.
Tabel IV.1
Data Pengunjung Desa Wisata Kabupaten Sleman
No Tahun Wisatawan Jumlah
Domestik Asing
1 2004 31.315 329 31.644
2 2005 42.271 384 42.655
3 2006 34.394 1.895 36.809
Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman, 2004-2006
Berdasarkan tabel di atas, terlihat jumlah kunjungan wisatawan baik
domestik maupun asing meningkat cukup signifikan yaitu naik mendekati
35% dari 31.644 orang (2004) menjadi 42.655 orang (2005). Akan tetapi pada 69
tahun 2006 kunjungan wisatawan ke desa wisata menurun mendekati 14% dari
42.655 (2005) menjadi 36.809 orang (2006), hal ini disebabkan oleh peristiwa bencana alam di Daerah Istimewa Yogyakarta tepatnya tanggal 27 Mei 2006.
Dengan munculnya desa wisata sejak tahun 2001 telah berkembang hingga sekarang (26 desa wisata). Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Sleman telah banyak melakukan kegiatan mulai dari pendataan, identifikasi, serta pembinaan kelembagaan desa wisata sampai pada pemasaran/promosi wisata dengan pihak-pihak lain yang terkait. Mengacu pada konsep pengembangan desa wisata yang diterbitkan oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, maka pola pengembangan desa wisata diharapkan memuat prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Tidak bertentangan dengan adat istiadat atau budaya masyarakat setempat;
desa wisata yang telah dibina selama ini tata cara dan adat istiadatnya
masih mendominasi pola kehidupan masyarakat. Kegiatan yang
dikembangkan kemudian tidak bertentangan dengan adat istiadat atau
budaya masyarakat setempat.
2. Pengembangan fisik ditunjukkan untuk meningkatkan kreatifitas
lingkungan desa; di beberapa desa center poin yang ditonjolkan adalah
bangunan joglo. Sampai saat ini tidak dilakukan perubahan apapun
terhadap bangunan tersebut, namun dimasa yang akan datang nampaknya
harus dilakukan perlindungan terhadap bangunan-bangunan yang memiliki
nuansa tradisional seperti rumah tinggal khusus tradisional jawa: Limasan,
Doro gepak, dan lain-lain. 70
3. Memperhatikan unsur kelokalan dan keaslian; materi yang digunakan
benar-benar merupakan cerminan kelokalan desa tersebut.
4. Memberdayakan masyarakat desa; masyarakat terlibat langsung dalam
pengembangan yang tercermin dalam aktifitas kehidupan mereka sehari-
hari disemua desa wisata yang berkembang di Kabupaten Sleman.
5. Memperhatikan daya dukung dan daya tampung serta berwawasan
lingkungan; dalam hal ini pengembangan desa wisata berusaha
mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan seminimal mungkin.
Keberadaan dan perkembangan desa wisata yang ada ditentukan oleh
keaktifan warga masyarakat setempat.
Berdasar uraian diatas dapat dibuat pengelompokan desa wisata yang ada menjadi desa wisata dengan karakteristik tertentu yaitu:
- Desa wisata Budaya
- Desa wisata Pertanian
- Desa Wisata Agro
- Desa wisata Fauna
- Desa wisata Kerajinan
- Desa wisata Lereng Merapi
71
Tabel IV.2 Pengklasifikasian Desa Wisata di Kabupaten Sleman
No Desa Wisata Lokasi Spesifikasi Desa Wisata Budaya 1 Brayut Brayut, Pandowoharjo, Pertanian/Ani-ani, Sleman. joglo, seni budaya 2 Tanjung Tanjung, Donoharjo, Seni budaya, Ngaglik. joglo, pertanian 3 Sambi Sambi, Pakembinangun, Seni budaya, Pakem pertanian, keindahan alam. 4 Grogol Grogol, Margodadi, Budaya, seni Tuk Seyegan. Si bedug 5 Mlangi Mlangi, Nogotirto, Budaya, agama, Gamping. ziarah 6 Candi Abang Candi abang, Jogotirto, Situs candi, goa Berbah. jepang 7 Plempoh Plempoh, Bokoharjo, Candi, galeri seni Prambanan. budaya. 8 Srowolan Srowolan, Pasar perjuangan Purwobinangun, Pakem 9 Pajangan Pajangan, Budaya, joglo, Pandowoharjo, Sleman kesenian 10 Jamur Jamur, Sendangrejo, Pertanian, udang Minggir galah, joglo 11 Garongan Garongan, Wonokerto, Perikanan, salak Turi pondoh
No Desa Wisata Lokasi Spesifikasi 72
12 Bokesan Bokesan, Sindumartani, Perikanan Ngemplak 13 Gabugan Gabugan, Donokerto, Pertanian, Turi perikanan 14 Kelor Kelor, Bangunkerto, Pertanian, joglo Turi 15 Trumpon Trumpon, Merdikorejo, Pertanian, Tempel perikanan Desa Wisata Kerajinan 16 Sendari Sendari, Tirtoadi, Mlati Kerajinan bambu 17 Brajan Brajan, Sendangarum, Kerajinan bambu Minggir 18 Gamplong Gamplong, Tenun ATBM, Sumberrahayu, pantai cemplon, Moyudan pertanian, joglo 19 Sangubanyu Sangubayu, Tenun ATBM, Sumberrahayu, pantai cemplon, Moyudan pertanian, joglo 20 Malangan Malangan, Kerajinan bambu, Sumberagung, Moyudan perikanan, joglo Desa Wisata Fauna 21 Ketingan Ketingan, Tirtoadi, Mlati Burung kuntul/blekok 22 Kaliurang Kaliurang timur, Alam, trekking timur Hargobinangun, Pakem 23 Turgo Turgo, Purwobinangun, Alam, makam Pakem Syeh Jumadil Qubro, trekking No Desa Wisata Lokasi Spesifikasi 24 Kinahrejo Kinahrejo, Umbulharjo, Alam, labuhan Cangkringan merapi 25 Tunggularum Tunggularum, Alam, merti bumi 73
Wonokerto, Turi 26 Jambu Jambu, Kepuharjo, Kopi Cangkringan Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman, 2004: 14
C. Gambaran Daerah Penelitian
1. Desa Wisata Trumpon
a. Keadaan Geografis
Dusun Trumpon merupakan salah satu dusun yang berada di dalam
desa Merdikorejo, yang ada dalam pemerintahan daerah Kecamatan
Tempel, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Dari
dusun Trumpon jarak ke Ibu Kota Kecamatan adalah 5 kim dengan waktu
tempuh sekitar 10 menit, jarak ke Ibu Kota Kabupaten adalah 13 km
dengan waktu tempuh sekitar 30 menit, sedangkan jarak ke desa
Merdikorejo adalah 2 km. Berdasarkan buku profil desa wisata Kabupaten
Sleman, luas wilayah dusun Trumpon adalah 42, 475 ha.
Secara administratif, dusun Trumpon mempunyai batas-batas
wilayah sebagai berikut:
‹ Batas sebelah utara adalah dusun Blumbang, Merdikorejo
‹ Batas sebelah selatan adalah dusun Dermo, Merdikorejo
‹ Batas sebelah timur adalah sungai Nyo’o (Kecamatan Turi)
‹ Batas sebelah barat adalah sungai Krasak (Kecamatan Srumbung,
Magelang)
74
b. Keadaan Penduduk
Data komposisi penduduk sangat diperlukan dalam membuat
perencanaan pembangunan nasional baik itu ditingkat pusat maupun
tingkat daerah. Hal ini dikarenakan komposisi penduduk suatu daerah
mempunyai andil yang sangat menentukan dan partisipasinya
mempengaruhi keadaan sosial dan ekonomi daerah yang bersangkutan
Desa wisata Trumpon meliputi objek khusus Resort Trumpon dan
dusun Trumpon secara keseluruhan. Dusun Trumpon terdiri dari 2 RW
dan 4 RT, dihuni penduduk 105 KK atau sekitar 416 jiwa. Mayoritas
penduduk dusun Trumpon bermata pencaharian sebagai petani salak
pondoh. Budi daya salak pondoh di dusun Trumpon di mulai tahun 1982
di atas lahan yang semula hanya produktif pada musim penghujan,
sedangkan pada musim kemarau sebagian besar hanya merupakan lahan
bero.
Berdasarkan data dalam buku profil desa wisata Kabupaten Sleman
jumlah pengangguran usia produktif (19 sampai dengan 45 tahun)
penduduk dusun Trumpon adalah sebesar 99 jiwa, dengan perincian 34
orang laki-laki dan 65 orang perempuan. Jumlah Kepala Keluarga miskin
dusun trumpon adalah 26 KK. Berikut ini data dan penjelasan lebih
terperinci mengenai kependudukan dusun Trumpon.
1) Keadaan Penduduk Menurut Usia dan Jenis Kelamin
Jumlah penduduk dusun Trumpon pada tahun 2005/2006
berjumlah 394 jiwa, yang terdiri dari 119 jiwa laki-laki dan 196 jiwa 75
perempuan. Dalam tabel berikut akan disajikan tentang komposisi
penduduk berdasarkan usia dan jenis kelamin.
Tabel IV.3 Komposisi Penduduk Menurut Usia dan Jenis Kelamin tahun 2000 dan 2006
No Golongan Umur Jenis Kelamin Jumlah 2000 2006 2000 2006 L P L P 1 0-12 bulan 3 1 4 2 4 6 2 13 bulan-4 tahun 13 10 14 11 23 25 3 5-6 tahun 2 2 3 3 4 6 4 7-12 tahun 13 17 15 18 30 33 5 13-15 tahun 6 10 7 10 16 17 6 16-18 tahun 8 8 9 9 16 18 7 19-25 tahun 13 17 13 19 30 32 8 26-35 tahun 31 31 31 33 62 64 9 36-45 tahun 28 27 30 28 55 58 10 46-50 tahun 16 15 17 16 31 33 11 51-60 tahun 40 43 42 46 83 88 12 61-75 tahun 13 17 14 17 30 31 13 > 76 tahun 3 5 1 4 8 5 Jumlah 392 416 Sumber: Monografi Dusun Trumpon tahun 2000 dan 2006
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa komposisi penduduk
yang berjenis kelamin laki-laki pada tahun 2006 berjumlah 200 jiwa,
sedangkan yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 216 jiwa
Dari keseluruhan penduduk pada tahun 2006 yang berjumlah 416 76
jiwa tersebut terdiri dari anak-anak, remaja, dan orang dewasa yang
sudah menikah maupun yang belum menikah.
2) Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Kemajuan suatu negara dapat dilihat dari salah satu faktor yaitu
tingkat pendidikan masyarakatnya, demikian juga kemajuan dan
kesejahteraan suatu daerah dapat dilihat dari tingkat pendidikan
masyarakatnya. Tingkat pendidikan suatu daerah dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya adalah : 1) kesadaran penduduk sendiri
akan pentingnya pendidikan, 2) biaya yang dimiliki penduduk, dan
3) sarana pendidikan yang ada. Ketiga faktor tersebut saling kait
mengait, apabila salah satu faktor tidak terpenuhi maka faktor-faktor
lainnya akan terganggu atau bahkan tidak berjalan. Untuk
mengetahui tingkat pendidikan penduduk dusun Trumpon dapat
dilihat dalam tabel di bawah ini.
Tabel IV.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan tahun 2006
No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase
1 Tidak tamat SD 55 15,11%
2 Tamat SD 164 45,05 %
3 Tamat SLTP 20 5,49%
4 Tamat SLTA 95 26,10%
5 Tamat D-3 13 3,57%
6 Tamat S-1 17 4,67% 77
7 Tamat S-2 - -
Jumlah 364 100
Sumber: Monografi Dusun Trumpon 2006
Dari tabel di atas dapat diketahui tingkat pendidikan masyarakat
di dusun Trumpon mulai dari yang tidak tidak tamat Sekolah Dasar,
sampai Perguruan Tinggi. Masyarakat yang tidak tamat SD sebanyak
85 jiwa, tamat SD sebanyak 164, tamat SLTP sebanyak 20 jiwa,
tamat SLTA sebanyak 95 jiwa, tamat D-3 sebanyak 13 jiwa, dan
yang tamat S-1 sebanyak 17 jiwa. Dapat disimpulkan bahwa tingkat
pendidikan masyarakat di dusun Trumpon masih relatif rendah
karena sebagian besar masyarakatnya (41,62%) hanya menikmati
pendidikan sampai dengan tingkat Sekolah Dasar.
3) Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Penduduk Dusun Trumpon pada umumnya hidup bergantung
pada sektor pertanian. Kesuburan tanah yang tinggi dan ketinggian
tempat yang cukup, membuat wilayah ini sangat cocok untuk
pembudidayaan dan pengusahaan tanaman buah salak dengan
berbagai jenis varietas salak pondoh. Sejalan dengan keadaan
tersebut maka sektor pertanian yang menjadi andalan penduduk
dusun ini adalah perkebunan salak pondoh, dimana sebagian besar
halaman maupun pekarangan penduduk di dusun Trumpon tumbuh
tanaman salak pondoh yang umumnya berjenis salak pondoh super. 78
Selain sektor pertanian dalam hal ini perkebunan salak, mata pencaharian lain penduduk dusun Trumpon adalah sektor jasa (baik jasa Homestay, jasa warung telekomunikasi dan local guide), pegawai negeri sipil, pengusaha, pedagang, dan lain-lain. Agar lebih jelas, disajikan tabel tentang komposisi penduduk menurut mata pencaharian di bawah ini.
Tabel IV.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian tahun 2000 dan tahun 2006
No Jenis Pekerjaan Jumlah Tahun 2000 Tahun 2006 1 Petani 128 290 2 Buruh Petani - - No Jenis Pekerjaan Jumlah 3 Peternak 7 - 4 Pemancingan -- 6 5 PNS 12 13 6 Jasa Perdagangan 2 8 7 Jasa Penginapan (HomeStay) - 50 8 Jasa Komunikasi (Wartel) - 2 9 Jasa Pemandu Wisata - 5
Jumlah 149 374
Sumber : Data Primer Dusun Trumpon tahun 2000 dan 2006
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa mayoritas mata pencaharian penduduk dusun Trumpon adalah bertani yang dalam hal ini adalah petani salak pondoh, baik sebelum maupun sesudah adanya desa wisata yaitu sebesar 128 jiwa pada tahun 2000 dan 290 79
pada tahun 2006, sehingga dapat disimpulkan bahwa bidang
pertanian menjadi tulang punggung perekonomian penduduk dusun
Trumpon. c. Keadaan Pertanian Penduduk
Dari hasil observasi dan wawancara dengan warga dusun Trumpon
didapatkan bahwa mayoritas mata pencaharian penduduknya bergerak
dalam bidang pertanian sebagai pekerjaan utama mereka. Jenis tanaman
yang umumnya mereka tanam adalah salak podoh (sallaca edulis), hal ini
disebabkan karena struktur tanah di daerah ini sangat mendukung untuk
ditumbuhi tanaman tersebut.
Hampir disetiap pekarangan penduduk tumbuh pohon salak, dimana
setiap rumah maupun kepala keluarga rata-rata memiliki perkebunan salak
sekitar 4000 m2, dengan luas lahan keseluruhan yang ditumbuhi pohon
salak sekitar 349.900 m2. Selain salak sektor perkebunan lain yang ada
adalah perkebunan nangka dan kelapa yang umumnya tumbuh jauh dari
pemukiman penduduk. Untuk perkebunan nangka dan kelapa hanya
menempati areal seluas 6.500 m2.
Dari hasil perkebunan masyarakat Trumpon, mereka gunakan untuk
keperluan hidup sehari-hari, dan untuk penjualan hasil perkebunan
setidaknya ada dua cara yang mereka tempuh yaitu: pertama, penduduk
menjualnya kepada tengkulak yang berada di dusun Trumpon sendiri, dan
yang kedua penduduk menjual langsung kepada konsumen yang dalam hal
ini adalah para wisatawan baik domestik maupun mancanegara yang 80
berkunjung ke desa wisata Trumpon. Para wisatawan umumnya akan lebih
senang jika salak pondoh yang mereka beli langsung mereka petik sendiri
dari pohon. Dari hasil wawancara, umumnya warga sangat berharap salak
yang mereka hasilkan habis terjual kepada para wisatawan karena memang
dari segi harga jauh lebih tinggi jika dibandingkan saat dijual kepada
tengkulak. Harga jual salak pondoh jenis super untuk sekarang ini jika
dijual kepada tengkulak adalah Rp5.000 sedangkan harga jual untuk
pengunjung atau wisatawan adalah Rp7.500. Perbedaaan harga yang
lumayan besar ini secara langsung memberikan kontribusi keuntungan
pada warga dusun Trumpon. d. Adat Istiadat dan Agama
Indonesia termasuk dalam bangsa yang majemuk, dengan beraneka
ragam budaya, adat istiadat, agama serta kepercayaan. Untuk kerukunan
dalam kehidupan beragama maupun bermasyarakat di daerrah ini sangat
baik. Warga masih menjunjung tinggi adat istiadat asli yaitu adat jawa.
Warga masih melestarikan adat jawa, terlihat warga tidak jarang
melaksanakan adat tersebut, seperti: nglimani, mitoni, supitan, mantenan,
selamatan orang yang sudah meninggal, kenduri maupun sambatan.
Budaya hidup bersih adalah slogan dusun Trumpon, hal ini
merupakan konsekuensi dan menjadi kebiasaan hidup mereka. Penduduk
Trumpon umumnya telah sadar wisata khususnya dalam hal kebersihan
dan keramah tamahan. Kesan pertama saat masuk dusun Trumpon adalah 81
suasana yang nyaman, bersih dan sejuk. Berikut akan disajikan komposisi
penduduk berdasarkan agama.
Tabel IV.6 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama
No Agama Jumlah Persentase 1 Islam 390 98,99% 2 Katolik 4 1,01% 3 Kristen - 4 Budha - 5 Hindu - Jumlah 394 100% Sumber: Data Primer 2007
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa mayoritas penduduk dusun
Trumpon memeluk agama Islam, sedangkan penduduk yang memeluk
agama lain yaitu agama Katolik berjumlah 4 jiwa (1 KK). e. Organisasi Sosial
Organisasi sosial merupakan wadah penyaluran kegiatan masyarakat
baik dalam kegiatan sosial maupun kelembagaan desa. Di dusun Trumpon
terdapat 4 organisasi sosial masyarakat dalam bidang seni, diantaranya
adalah: tari badui, jatilan, organ tunggal dan campur sari. Selain organisasi
sosial terdapat beberapa organisasi masyarakat yang mengatur
masyarakatnya seperti dusun, RW, RT, PKK, dan LKMD. Untuk
kepentingan pengembangan dan budi daya salak, petani salak pondoh di
dusun Trumpon telah membentuk semacam paguyuban petani dengan 82
nama “Klinttan Duri Kencana” yang berdiri pada tanggal 11 Agustus
2004. f. Sarana dan Prasarana
1) Sarana Perhubungan dan Perekonomian
Sarana transportasi serta jalan merupakan suatu hal yang sangat
vital dalam kehidupan perekonomian masyarakat, yaitu sebagai
sarana pengangkutan produksi hasil bumi agar merata sampai dengan
daerah lainnya, disamping itu juga sebagai sarana untuk mobilitas
penduduk dalam menjalani aktivitas keseharian. Sarana transportasi
juga menunjukkan apakah suatu daerah termasuk dalam golonagn
terpencil atau mudah diakses. Baiknya sarana transportasi suatu
daerah akan menjadi terbuka untuk masuknya hal-hal yang baru dan
menjadikan daerah tersebut tidak tertinggal dari daerah lainnya.
Kondisi jalan di dusun Trumpon telah permanen seluruhnya, ada
sekitar 2500 m jalan conblok dan 1000 m jalan aspal. Kondisi jalan
yang sudah baik tersebut semakin mempermudah warga masyarakat
daerah lain maupun para wisatawan yang akan berkunjung
menikmati indahnya suasana pedesaan dengan hamparan perkebunan
salak yang sangat luas. Alat transportasi penduduk dusun ini pada
tahun 2006 adalah kendaraan roda empat 16 buah, kendaraan roda
dua 108 buah, sepeda 27 buah, dan angkutan umum Tempel-
Balerante.
83
2) Sarana Informasi dan Telekomunikasi
Bagi masyarakat pedesaaan sarana informasi lebih berdifat
hiburan saja. Berikut ini akan disajikan jumlah dan jenis sarana
informasi dusun Trumpon.
Tabel IV.7 Jenis dan Jumlah Sarana Informasi
No Jenis Jumlah 1 TV pribadi 84 2 Radio 25 Jumlah 109
Sumber : Monografi Dusun Trumpon 2006
Umumnya warga menikmati tayangan TV pada saat tertentu saja
yaitu di siang hari saat istirahat setelah mereka bekerja dari pagi di
ladang, dan malam hari saat semua anggota keluarga berkumpul.
Sarana komunikasi di dusun Trumpon sudah memadai, jaringan
telepon sudah masuk ke dusun ini, dan untuk memudahkan warga
maupun wisatawan melakukan komunikasi telah tersedia 1 unit
wartel. Sarana komunikasi yang dimiliki oleh warga berupa telepon
pribadi sebanyak 30 unit.
3) Sarana Olahraga, Kesenian dan Kesehatan
Selain hiburan tayangan televisi penduduk Trumpon memiliki
lapangan bola volly 1 buah dan lapangan badminton 1 buah.
Kesenian yang ada di dusun ini adalah seni tari yang berjumlah 1
group dan badui yang berjumlah 1 group. Pementasan kesenian ini 84
adalah saat peringatan hari besar agama Islam dan ketika ada
permintaan dari wisatawan yang berkunjung sebagai atraksi kesenian
khas dusun Trumpon.
Dalam bidang kesehatan, sarana yang tersedia di dusun Trumpon
belum ada. Keberadaan sarana kesehatan seperti puskesmas, bidan
dan mantri masih dipusatkan di Kecamatan Tempel.
4) Sarana Peribadatan dan Kondisi Perumahan
Mayoritas agama penduduk dusun Trumpon adalah Islam, saat
ini telah tersedia 1 buah Masjid dan 1 buah Mussolah. Kondisi
bangunan baik Masjid maupun Mussolah terlihat bagus dan sudah
permanen, karena memang warga belum lama secara swadaya
merenovasinya.
Kondisi bangunan rumah di dusun ini seluruhnya sudah
permanen, berikut ini adalah tabel perincian jumlah dan jenis rumah:
Tabel IV.8 Jumlah dan Jenis Perumahan Dusun Trumpon
No Jenis Rumah Jumlah
1 Kampung 47
2 Limas/sinom 5
3 Home Stay 50
Sumber: Monografi Dusun Trumpon 2006
5) Sarana Penerangan
Untuk sarana penerangan dusun Trumpon sudah dialiri listrik
negara (PLN), dan secara keseluruhan warga sudah menikmati 85
fasilitas tersebut. Penerangan jalan sudah menjangkau semua daerah
di dalam dusun, sehingga memudahkan para pengguna jalan di
malam hari. Tanpa penerangan suatu tempat akan gelap gulita dan
dapat menimbulkan kerawanan-kerawanan sosial.
6) Sarana Pendidikan
Sarana pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam
rangka pemajuan kualitas sumber daya manusia, dengan semakin
berkualitasnya sumber daya manusia suatu wilayah atau daerah maka
akan berdampak langsung pada majunya daerah tersebut baik dalam
hal status sosial ekonomi maupun sosial kemasyarakatannya. Sarana
pendidikan yang ada di dusun Trumpon adalah Sekolah Dasar 1 buah
yaitu SD Inpres Salamrejo dan TPA 1 buah. Keberadaan SLTP
maupun SLTA masih cukup jauh untuk bisa dijangkau oleh warga,
dimana jarak dusun ke SLTP terdekat sekitar 4 km yaitu SMP N 4
Tempel, dan jarak dusun ke SMA atau SMK terdekat 5 m yaitu SMK
Ma’arif 3 Tempel. g. Daya Tarik dan Sarana Wisata Desa Wisata
Trumpon merupakan salah satu dusun yang ada di Desa Merdikorejo
yang terletak di sebelah utara, berada di lereng gunung merapi sehingga
mempunyai pesona/pemandangan yang menawan dengan didukung oleh
lingkungan yang bersih dengan hamparan pohon salak pondoh yang begitu
luas, sehingga mempunyai daya tarik tersendiri. Hal lain tentunya
didukung oleh masyarakat yang peduli akan potensi yang dimiliki dan 86
adanya peran aktif warga untuk mengembangkan desa wisata yang telah dikelola dengan baik walaupun sumber daya manusia masih terbatas dengan semaksimal mungkin menata diri sehingga siap untuk dipromosikan atau dipasarkan melalui paket-paket wisata.
Posisi desa wisata Trumpon dekat dengan jaringan aksesibilitas baik jalan maupun transportasi. Kawasan Tempel-Turi berada pada jalur jalan alternatif atau jalur jalan pariwisata antara Magelang (objek wisata
Borobudur) menuju Klaten atau Solo (termasuk objek wisata Prambanan) sehingga memungkinkan wisatawan dapat singgah di Desa Wisata
Trumpon yang berdekatan dengan wisata hutan Merapi. Keindahan alami pedesaan dan panorama Merapi serta endapan lahar dapat dijumpai, disamping itu suasana masyarakat yang sudah cukup siap menerima kunjungan wisatawan.
Untuk lebih menarik wisatawan, dan dengan adanya kerja sama dari pihak Telkom banyak objek wisata yang dapat dimanfaatkan seperti: perkebunan salak pondoh (sallaca edulis) organik, kolam pemancingan,
Home Stay, dan kios-kios makanan dan minuman. Di Desa Wisata
Trumpon pengunjung dapat praktik secara langsung bagaimana budi daya salak pondoh. Jalan-jalan berkeliling desa dipagi hari maupun sore hari bukanlah hal yang merugikan, anda akan disambut dengan keramahtamahan warga, selain itu pengunjung dapat belajar kebudayaan daerah setempat seperti tarian jawa dan upacara-upacara adat. Kolam pemancingan akan mengajak pengunjung untuk bisa lebih santai melepas 87
lelah sembari menikmati keindahan lereng merapi dan asrinya suasana pedesaan.
Di Desa Wisata Trumpon belum lama ini telah dibangun menara pandang Trumpon. Menara tersebut merupakan hasil swadaya masyarakat dan hasil kerjasama dengan Telkom. Cukup dengan membayar tiket masuk sebesar Rp1.500 pengunjung dapat melihat dengan jelas sederetan keindahan alam, mulai dari keadaan lereng merapi pasca meletus, indahnya perbukitan menoreh, gunung Sindoro Sumbing, dan dataran tinggi Dieng. Dengan semakin berkembangnya objek-objek wisata di dusun Trumpon diharapkan dapat menarik wisatawan untuk berkunjung dan dapat memberikan kontribusi secara langsung bagi warga masyarakat setempat.
Berikut ini adalah tarif dan paket wisata yang ditawarkan Desa
Wisata Trumpon edisi tahun 2007.
Tabel IV.9 Tarif Desa Wisata Trumpon 2007
Jenis Paket Rincian Kegiatan Service Tarif A Mengenal sallaca Local guide, Rp 15.000 edulis (Menikmati welcome drink (minimum 6 salak pondoh pax) kualitas terbaik langsung dari kebun salak). B Trekking desa di Local guide, Rp 25.000 lereng Merapi, welcome drink, (minimum 6 praktik merawat lunch pax) 88
salak, sambil menikmati salak pondoh kualitas terbaik langsung dari kebun. C Menikmati Local guide, Rp 60.000 indahnya suasana welcome drink, (minimum 6 pedesaan disaat breakfast, lunch, pax) pagi sampai and dinner dengan malam hari (kenduri) Daftar ‹ Paket pelatihan Rp 25.000 Jenis Paket Rincian Kegiatan Service Tarif Tambahan budi daya salak (minimum 6 pondoh pax) ‹ Pertunjukkan Rp 300.000 kesenian Badui ‹ Memancing Rp 10.000 / ‹ Membatik pancing ‹ Latihan menari Rp 10.000 (minimum 6 pax) Sumber: Profil Desa Wisata Trumpon 2007
2. Desa Wisata Plempoh
a. Keadaan Geografis
Dusun Plempoh merupakan salah satu dusun yang berada di desa
Bokoharjo, yang ada dalam lingkup wilayah Kecamatan Prambanan,
Kabupaten Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jarak dari
dusun ke ibu kota Kecamatan adalah 3 km dengan waktu tempuh sekitar 89
10 menit, jarak dari dusun ke ibu kota Kabupaten adalah 22 Km dengan
waktu tempuh sekitar 1 jam, dan jarak dari dusun ke desa Bokoharjo
adalah 1 km. Pada tahun 2006 luas wilayah dusun Plempoh adalah 47 km2.
Dusun Plempoh berada pada ketinggian 300 m dari permukaan laut,
dengan tingkat cura hujan rata-rata per tahun adalah 200-300 mm/tahun.
Suhu udara di daerah ini berkisar antara 30 – 35 o C.
Berdasarkan buku profil desa wisata Kabupaten Sleman, secara
adminsitratif dusun Plempoh mempunyai batas-batas sebagai berikut :
‹ Batas sebelah utara : Dusun Ringinsari
‹ Batas sebelah selatan : Dusun Morongan
‹ Batas sebelah timur : Dusun Sumberwatu
‹ Batas sebelah barat : Dusun Ringinsari b. Keadaan Penduduk
Dalam satu padukuhan Plempoh terdiri dari dua dusun yaitu dusun
Dawung dan dusun Plempoh yang terdiri dari 2 RW dan 4 RT, dan
penduduk dusun Plempoh pada tahun 2006 tercatat sejumlah 479 jiwa,
yang mana dari jumlah tersebut terbagi dalam beberapa keluarga, yaitu
sejumlah 128 KK. Berikut ini akan dideskripsikan keadaan penduduk
menurut usia dan jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan menurut mata
pencaharian.
1) Keadaan Penduduk Menurut Usia dan Jenis Kelamin
Jumlah penduduk dusun Plempoh pada tahun 2006 berjumlah
479 jiwa, yang terdiri dari 239 jiwa laki-laki dan 240 jiwa 90
perempuan. Dalam tabel berikut akan disajikan tentang komposisi
penduduk berdasarkan usia dan jenis kelamin.
Tabel IV.10 Komposisi Penduduk Menurut Usia dan Jenis Kelamin tahun 2000 dan 2006
No Golongan Tahun 2000 Tahun 2006 Jumlah Umur L P L P 2000 2006 1 0 – 2 tahun 7 11 9 13 18 22 2 3 – 4 tahun 5 2 5 4 7 9 3 5 – 6 tahun 8 11 10 12 19 22 4 7 – 12 tahun 21 13 19 17 34 36 5 13-15 tahun 12 9 14 10 21 24 6 16-18 tahun 7 3 7 5 10 12 7 19-24 tahun 15 18 16 19 33 35 8 25-44 tahun 54 58 54 62 112 116 9 Di atas 45 104 96 105 98 200 203 tahun Jumlah 455 479 Sumber : Monografi Dusun Plempoh tahun 2000 dan 2006
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa komposisi penduduk
yang berjenis kelamin perempuan maupun laki-laki tidak jauh
berbeda. Penduduk perempuan pada tahun 2006 berjumlah 240 jiwa
sedangkan yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 239 jiwa. Dari
keseluruhan penduduk pada tahun 2006 yang berjumlah 479 jiwa
tersebut terdiri dari anak-anak, remaja, dan orang dewasa yang sudah
menikah maupun yang belum menikah
91
2) Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan suatu bangsa atau daerah merupakan salah
satu indikator penting untuk mengukur seberapa jauh kualitas
sumber daya manusia dan tingkat kesejahteraan suatu penduduk.
Untuk mengetahui tingkat pendidikan penduduk dusun Plempoh
dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.
Tabel IV.11 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan tahun 2006
No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase
1 Tidak tamat SD 6 1,35 %
2 Tamat SD 22 4,97 %
3 Tamat SLTP 126 28,44 %
4 Tamat SLTA 273 61,63 %
5 Tamat D-3 13 2,93 %
6 Tamat S-1 3 0.68 %
7 Tamat S-2 - -
Jumlah 443 100%
Sumber: Monografi Dusun Plempoh 2006
Dari tabel di atas dapat diketahui tingkat pendidikan masyarakat
di dusun Plempoh mulai dari yang tidak tidak tamat Sekolah Dasar,
sampai dengan Perguruan Tinggi. Masyarakat yang tidak tamat SD
sebanyak 6 jiwa, tamat SD sebanyak 22 jiwa, tamat SLTP sebanyak
126 jiwa, tamat SLTA sebanyak 273 jiwa, tamat D-3 sebanyak 13 92
jiwa, dan yang tamat S-1 sebanyak 3 jiwa. Dapat disimpulkan
bahwa tingkat pendidikan masyarakat di dusun Plempoh sudah
cukup baik karena sebagian besar masyarakat yang mengeyam
pendidikan, sejumlah 61,63 % telah tamat SLTA.
3) Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Penduduk di dusun Plempoh mayoritas hidupnya bergantung
pada sektor pertanian, baik itu sebagai petani pemilik maupun
sebagai penggarap (buruh tani). Disamping itu ada penduduk yang
bermata pencaharian di luar sektor pertanian, seperti PNS, ABRI,
pegawai swasta, pedagang, buruh bangunan, dan lain-lain. Di bawah
ini akan disajikan tabel tentang komposisi penduduk berdasarkan
mata pencaharian.
Tabel IV.12 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
No Jenis Pekerjaan 2000 % 2006 %
1 Petani 148 62,71 153 57,84
2 Buruh tani 40 16,95 42 15,33
3 Peternak 13 5,53 20 7,30
4 ABRI - - 2 0,73
5 PNS 9 3,81 13 4,74
No Jenis Pekerjaan 2000 % 2006 %
6 Swasta 17 7,20 20 7,3
7 Jasa Perdagangan 2 0,85 8 2,92
8 Buruh Bangunan 5 2,12 9 3,28 93
9 Lain-lain 2 0,85 7 2,55
236 100 274 100
Sumber: Monografi Dusun Plempoh.tahun 2000 dan 2006
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar
masyarakat dusun Plempoh pada tahun 2006 bermata pencaharian
sebagai petani yaitu sejumlah 195 jiwa, sehingga dapat disimpulkan
sektor pertanian menjadi tulang punggung perekonomian masyarakat
dusun Plempoh. c. Pertanian Penduduk
Pertanian bagi mayoritas masyarakat dusun Plempoh merupakan
mata pencaharian pokok mereka. Berdasarkan hasil wawancara dengan
penduduk setempat mayoritas jenis tanaman yang mereka tanam adalah
padi. Hal tersebut disebabkan karena memang kondisi alamnya yang
mendukung untuk ditanami tanaman tersebut dan merupakan warisan dari
para nenek moyang mereka. Dalam dusun Plempoh terdapat 2 jenis sawah,
yaitu sawah tadah hujan dan sawah dengan irigasi tekhnis. Untuk jenis
sawah tadah hujan terletak di lereng perbukitan Candi Ratu Boko. Jenis
sawah ini ada karena memang saat musim kemarau dalam hal debit air
sangatlah sedikit, sehingga praktis penduduk yang menggarap sawah di
daerah perbukitan Ratu Boko menggantungkan pengairan dari air hujan.
Dalam satu tahun untuk penduduk di daerah perbukitan Ratu Boko hanya
merasakan panen padi selama satu kali saja yaitu saat musim hujan tiba.
Tanah persawahan di daerah perbukitan pasca panen pada umumnya hanya 94
bisa ditanami kacang tanah, dan ketela pohon karena memang jenis tanaman ini sedikit membutuhkan pengairan. Berdasarkan beberapa penuturan warga untuk dua jenis tanaman tersebut hasilnya kurang bagus, baik dalam hal produktivitas maupun dalam hal harga jualnya. Selain alternatif menanam jenis tanaman tersebut, warga setelah masa panen umumnya juga mencari pekejaan di luar daerah, ada yang bekerja sebagai buruh bangunan, maupun buruh tani di dusun ataupun di desa lain. Hal tersebut warga lakukan karena jika menggantungkan pertanian di daerah perbukitan dengan sistem tadah hujannya hasilnya belum mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.
Berbeda dengan daerah yang berada di sebelah selatan perbukitan
Ratu Boko, untuk pertanian di daerah ini dalam hal pengairan sudah baik.
Irigasi sudah diatur secara teknis, sehingga warga tidak merasa kesulitan untuk mengairi hamparan sawah yang mereka kerjakan. Dari hasil wawancara dengan penduduk, untuk pertanian di daerah dataran rendah dalam satu tahun penduduk dapat mengalami panen sebanyak tiga kali.
Hasil dari pertanian tersebut menurut warga sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari mereka. Dalam hal pemasaran hasil pertanian penduduk, umumnya ada pedagang atau tengkulak yang datang ke rumah- rumah warga, selain itu ada juga warga yang menjualnya sendiri ke pasar yang jaraknya tidak jauh dari dusun Plempoh yaitu sekitar 2 Km.
Masih kentalnya budaya dalam hal pertanian, menjadi daya tarik dusun Plempoh, tak jarang banyak wisatawan khususnya dari mancanegara 95
tertarik untuk mengenal budaya pertanian di Desa Wisata Plempoh.
Wisatawan dapat melihat bagaimana keseharian ataupun rutinitas warga,
dan para pengunjung juga dapat mencoba praktik secara langsung
melakukan kegiatan di sawah seperti: membajak, tandur, nyorok,
memupuk dan memanen dengan ani-ani. d. Adat Istiadat dan Agama
Keanekaragaman kebudayaan yang ada dalam kehidupan masyarakat
dusun Plempoh semakin memperkaya kebudayaan bangsa indonesia.
Kerukunan dalam kehidupan beragama di dusun ini sangat baik, terlihat
masih banyaknya warga yang beribadah ke Masjid, selain itu kegiatan-
kegiatan keagamaan dilaksanakan warga secara rutin, seperti: pengajian,
kosidahan, dan peringatan hari besar keagamaan. Berikut akan disajikan
komposisi penduduk berdasarkan agama.
Tabel IV.13 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama
No Agama Jumlah 1 Islam 471 2 Katolik 8 3 Kristen - 4 Budha - 5 Hindu - Jumlah 479 Sumber: Data Primer 2007
Sebutan sebagai desa wisata dengan kategori wisata budaya melekat
pada dusun Plempoh dikarenakan dalam hal kebudayaan daerah ini masih 96
sangat kental. Hal tersebut diantaranya; dalam hal makanan tradisional
seperti timus, cetil, klepon, legondo, dan lain-lain; dalam hal adat jawa
seperti slamatan kelahira bayi, kenduri, slamatan orang meninggal; tari-
tarian seperti jatilan; dan kesenian yang lain seperti srandul dan karawitan.
Di dusun Plempoh juga banyak sekali dijumpai peninggalan-peninggalan
budaya masa lalu, seperti: Candi Banyunibo, Candi Barong, Candi Ijo,
Archa Dawangsari, Situs Watugudig, Candi Sojiwan, dan Archa Gupolo.
Dalam hal budaya hidup bersih, warga dusun Plempoh sudah baik.
Dan dari hasil wawancara dengan warga, hal ini muncul sebagai salah satu
dampak positif dari keberadaan desa wisata. Sekarang ini warga dusun
Plempoh mencoba menerapkan salah satu aspek dalam sapta pesona yaitu
kebersihan lingkungan. e. Organisasi Sosial
Organisasi sosial merupakan wadah penyaluran kegiatan masyarakat
baik dalam kegiatan sosial maupun kelembagaan desa. Di dusun Plempoh
terdapat 3 organisasi sosial masyarakat dalam bidang seni, diantaranya
adalah: tari jatilan, kerajian ukir arca dan suling dan campur sari. Selain
organisasi sosial terdapat beberapa organisasi masyarakat yang mengatur
masyarakatnya seperti dusun, RW, RT, LPMD, dan PKK. Selain itu untuk
kepentingan pengembangan pertanian di dusun Plempoh warga
masyarakat membentuk paguyuban petani dengan nama “ Ngudi
Makmur”.
97
f. Sarana dan Prasarana
1) Sarana Perhubungan dan Perekonomian
Sarana transportasi dan jalan penting dalam kehidupan
perekonomian rakyat, baik untuk pendistribusian hasil-hasil
pertanian penduduk agar bisa dijangkau daerah lain, maupun untuk
memperlancar mobilitas penduduk dalam beraktivitas.
Kondisi jalan di dusun Plempoh sudah permanen seluruhnya,
mulai dari saat masuk desa Plempoh sampai dengan rumah penduduk
paling ujung. Kondisi jalan yang sudah beraspal dan cukup baik
memudahkan para wisatawan untuk berkunjung ke Desa Wisata
Plempoh. Pada tahun 2006 alat transportasi penduduk Plempoh
adalah kendaraan roda empat 4 buah, kendaraan roda dua 121, dan
angkutan Piyungan-Prambanan.
2) Sarana informasi dan Telekomunikasi
Bagi masyarakat pedesaaan sarana informasi lebih bersifat
hiburan saja. Berikut ini akan disajikan jumlah dan jenis sarana
informasi dusun Plempoh.
Tabel IV.14 Jenis dan Jumlah Sarana Informasi
No Jenis Jumlah 1 TV pribadi 127 2 Radio 35 Jumlah 162
Sumber : Monografi Dusun Plempoh 2006 98
Umumnya warga dusun Plempoh menikmati tayangan TV pada
saat tertentu saja yaitu disiang hari saat istirahat setelah mereka
bekerja dari pagi di sawah, dan saat malam hari dimana semua
anggota keluarga berkumpul.
Sarana komunikasi di dusun Plempoh belum memadahi, jaringan
telepon kabel belum masuk ke dusun ini.. Sarana komunikasi yang
dimiliki oleh warga umumnya berupa telepon genggam.
3) Saran olahraga, Kesenian dan Kesehatan
Selain hiburan tayangan televisi penduduk Plempoh memiliki
lapangan sepak bola 1 buah dan lapangan tenis meja 1 buah.
Kesenian yang ada di dusun ini adalah seni tari jatilan yang
berjumlah 1 group dan karawitan 1 group. Pementasan kesenian ini
adalah saat ada permintaan dari wisatawan yang berkunjung sebagai
atraksi kesenian khas dusun Plempoh.
Dalam bidang kesehatan, sarana yang tersedia di dusun Trumpon
belum ada. Keberadaan sarana kesehatan seperti puskesmas, bidan
dan mantri masih dipusatkan di Kelurahan Bokoharjo.
4) Sarana Peribadatan dan Perumahan
Mayoritas agama penduduk dusun Plempoh adalah Islam, saat ini
telah tersedia 2 buah Masjid dan 2 buah Mussolah. Kondisi
bangunan baik Masjid maupun Mussolah terlihat bagus dan sudah
permanen. 99
Kondisi bangunan rumah di dusun ini seluruhnya sudah
permanen, berikut ini adalah tabel perincian jumlah dan jenis rumah:
Tabel IV.15 Jumlah dan Jenis Perumahan Dusun Trumpon
No Jenis Rumah Jumlah
1 Kampung 122
2 Limas/sinom 6
3 Joglo -
Sumber : Monografi Dusun Plempoh 2006
5) Sarana Penerangan
Untuk sarana penerangan dusun Plempoh sudah dialiri listrik
negara (PLN), dan secara keseluruhan warga sudah menikmati
fasilitas tersebut. Penerangan jalan masih kurang memadahi, hal ini
terlihat saat malam hari keadaan jalan baik yang menghubungkan
antara rumah warga maupun antara dusun yang lain masih terlihat
gelap.
6) Sarana Pendidikan
Sarana pendidikan sangat penting dalam rangka pemajuan
kualitas sumber daya manusia dan perkembangan suatu daerah.
Dalam hal sarana pendidikan di dalam wilayah dusun Pelmpoh
hanya terdapat 2 TPA. Sarana pendidikan terdekat berupa Sekolah
Dasar 2 buah yaitu SD Negeri Bokoharjo, dan SD Muhammadiyah1
Nggunungharjo. Sedangkan keberadaan SLTP dan SLTA masih
cukup jauh dari dusun Plempoh. 100
g. Daya Tarik dan Sarana Wisata Desa Wisata Plempoh
Desa wisata budaya Plempoh terletak sekitar 20 km dari kota
Yogyakarta, sekitar 3 km selatan candi Prambanan. Pedukuhan Plempoh
terdiri dari 2 kampung yaitu dukuh Plempoh dan dukuh Dawung. Dimana
semua masuk dalam kelurahan Bokoharjo, Prambanan, Sleman, Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta.
Desa wisata budaya Plempoh dikelilingi banyak candi antara lain
candi Barong, candi Ijo, candi Banyunibo, candi Sojiwan, situs Watu
Gudig, Dawang Sari, situs Ratu Boko, da candi Prambanan, dengan
didukung adat istiadat yang tinggi maka disebut sebagai desa wisata
budaya.
Wisatawan akan dapat menyaksikan peternakan penduduk. Rumah
tradisional yang berarsitektur jawa kuno, aktivitas penduduk sehari-hari
seperti mencangkul di sawah, menggembala kambing, pelestarian tanaman
obat-obatan, serta adanya kesenian tradisional, tari-tarian, menumbuk padi,
meditasi dan dapat menyaksikan terbit dan tenggelamnya matahari.
Di desa wisata budaya Plempoh para pengunjung atau wisatawan
akan diajak berkeliling desa sambil menikmati panorama desa yang sangat
alami dengan aktivitas keseharian, yang akan dipandu oleh pemandu
wisata lokal. Di desa wisata ini juga tersedia tempat untuk pertemuan,
menginap, dan adanya Boko Galery. Di Boko Galery wisatawan dapat
melihat aneka barang antik, kerajinan lokal, buku sejarah candi, Tosan Aji,
aneka mata uang, dan aneka cindera mata sebagai kenang-kenangan. 101
Adapun paket wisata budaya Plempoh: ritual, dinner, wisata desa dengan sepeda, dokar atau becak, tour percandian, trekking, kesenian jatilan dan tari-tarian.
Untuk keperluan pemasaran dan promosi, desa wisata Plempoh terus menjalin kerjasama dengan Dinas Budaya dan Pariwisata Kabupaten
Sleman. Selain itu bagi wisatawan yang berminat mengunjungi desa wisata Plempoh dapat dengan mudah mendapatkan informasinya yaitu dengan cara mengakses websites: www.geocities.com/Boko_Gallery, atau dapat mengirimkan email ke [email protected].
102
BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Penelitian
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk menguji dan menganalisis
dampak sosial ekonomi serta manfaat dari penetapan desa-desa di Kabupaten
Sleman sebagai desa wisata. Dalam hal pengumpulan data teknik yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan wawancara langsung dengan
warga dan pihak-pihak instansi terkait. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan dalam penelitian in adalah Teknik Purposive Sampling, dan yang
terpilih adalah desa wisata Trumpon dan desa wisata Plempoh. Pertimbangan
yang diambil oleh peneliti adalah mengacu pada data kunjungan wisatawan
baik domestik maupun mancanegara yang dicatat oleh Dinas Kebudayaan dan
Priwisata Kabupaten Sleman, dimana desa wisata Trumpon dan desa wisata
Plempoh relatif cukup besar kunjungan wisatanya dibandingkan dengan desa-
desa wisata lainnya.
Dalam bab ini akan disajikan dan dianalisis data-data yang diperoleh dari
hasil penelitian, sehingga dapat diketahui mengenai perubahan pendapatan
masyarakat, curahan kerja, kesempatan kerja, perubahan kesempatan
berusaha, dan perubahan jumlah Kepala Keluarga miskin baik sebelum dan
sesudah penetapan sebagai desa wisata. Untuk keperluan analisis data,
digunakan analisis uji beda Z Wilcoxon Signed Rank Test, dan 103
membandingkan keadaan sebelum dan sesudah penetapan sebagai desa wisata,
untuk menjawab rumusan masalah yang diajukan oleh peneliti.
B. Perubahan Jumlah Pendapatan
Hipotesis pertama mengatakan bahwa jumlah pendapatan keluarga
masyarakat di desa wisata meningkat menjadi lebih besar dari pada sebelum
penetapan sebagai desa wisata. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat
pendapatan masyarakat desa wisata sebelum dan sesudah penetapan sebagai
desa wisata, dengan analisis yang digunakan adalah uji beda Z dengan tingkat
kepercayaan 95%, sebagai berikut:
x − x Z = 1 2 s 2 s 2 1 + 2 n1 n2
Dimana :
2 2 ƒ(X 1 − X 1 ) S = 1 n −1
2 2 ƒ(X 2 − X 2 ) S = 2 n −1
Sedangkan untuk mencari X1 dan X2 dapat dicari dengan rumus sebagai
berikut :
ƒ X 1 ƒ X 2 X 1 = X 2 = n1 n2
Pengujian signifikan uji beda Z, dengan hipotesis adalah sebagai berikut :
Ho : 1 = 2
Ha : 1 ≠ 2 104
Pada taraf signifikan 5% atau tingkat kepercayaan sebesar 95% maka kriteria
penerimaan Ho adalah sebagai berikut :
Ho ditolak jika probabilitas < 0,05
Ho diterima jika probabilitas > 0,05
Dengan hipotesis statistik Z Wilcoxon lewat perhitungan SPSS diperoleh hasil
:
Test Statistics(b)
Pendapatan Sesudah Penetapan desa wisata - Pendapatan Sebelum Penetapan desa wisata Z -8.894(a) Asymp. Sig. (2- .000 tailed) a Based on negative ranks. b Wilcoxon Signed Ranks Test Sumber: Data Olahan (lihat lampiran 3 halaman 135)
Dari hasil run data dengan SPSS, tentang pendapatan masyarakat desa
wisata antara sebelum dan sesudah penetapan sebagai desa wisata dengan
menggunakan uji beda Z, diperoleh Zhitung = -8,894, dan signifikansi sebesar
0.000, dengan tingkat kepercayaan 95% berarti Ho ditolak, karena probabilitas
< 0,005.
Dari analisis uji beda Z untuk variabel pendapatan masyarakat dapat
ditarik kesimpulan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara pendapatan
masyarakat sebelum dan sesudah penetapan sebagai desa wisata.
C. Perubahan Jumlah Curahan Kerja
Untuk menguji hipotesis kedua yang mengatakan bahwa jumlah curahan
kerja baik dalam bidang pertanian maupun dalam bidang non-pertanian
sesudah penetapan sebagai desa wisata meningkat menjadi lebih besar dari 105
pada sebelum penetapan sebagai desa wisata, digunakan uji beda Z sebagai berikut :
x − x Z = 1 2 s 2 s 2 1 + 2 n1 n2
Dimana :
2 2 ƒ(X 1 − X 1 ) S = 1 n −1
2 2 ƒ(X 2 − X 2 ) S = 2 n −1
Sedangkan untuk mencari X1 dan X2 dapat dicari dengan rumus sebagai berikut :
ƒ X 1 ƒ X 2 X 1 = X 2 = n1 n2
Pengujian signifikan uji beda Z, dengan hipotesis adalah sebagai berikut :
Ho : 1 = 2
Ha : 1 ≠ 2
Pada taraf signifikan 5% atau tingkat kepercayaan sebesar 95% maka kriteria penerimaan Ho adalah sebagai berikut :
Ho ditolak jika probabilitas < 0,05
Ho diterima jika probabilitas > 0,05
106
1. Uji Z Statistik Curahan Kerja Pertanian
Untuk menguji hipotesis tentang curahan kerja keluarga dalam
bidang pertanian, maka digunakan uji Z statistik Wilcoxon lewat
perhitungan SPSS 12, mengenai hasilnya sebagai berikut :
Test Statistics(b)
Curahan Kerja Bidang Pertanian Sesudah Penetapan Sebagai Desa Wisata - Curahan Kerja Bidang Pertanian Sebelum Penetapan Sebagai Desa Wisata Z -1.154(a) Asymp. Sig. (2-tailed) .248 a Based on negative ranks. b Wilcoxon Signed Ranks Test Sumber: Data Olahan (lihat lampiran 3 halaman 136)
Dari hasil run data dengan SPSS, tentang curahan kerja masyrakat
bidang pertanian baik sebelum maupun sesudah penetapan sebagai desa
wisata dengan menggunakan uji beda Z diperoleh hasil Zhitung = -1,154,
dan signifikansi sebesar 0,248, dengan tingkat kepercayaan 95 %, hal ini
berarti Ho diterima karena probabilitas > 0,05.
Dari analisis uji beda Z untuk variabel curahan kerja bidang
pertanian dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan
signifikan antara curahan kerja bidang pertanian sebelum dan sesudah
penetapan sebagai desa wisata.
2. Uji Z Statistik Curahan Kerja Non-Pertanian
Untuk menguji hipotesis tentang curahan kerja keluarga dalam
bidang non-pertanian, maka digunakan uji Z statistik Wilcoxon lewat
perhitungan SPSS 12, mengenai hasilnya sebagai berikut :
Test Statistics(b) 107
Curahan Kerja Bidang Non-Pertanian Sesudah Penetapan Sebagai Desa Wisata - Curahan Kerja Bidang Non-Pertanian Sebelum Penetapan Sebagai Desa Wisata Z -.271(a) Asymp. Sig. (2-tailed) .786 a Based on negative ranks. b Wilcoxon Signed Ranks Test Sumber: Data Olahan (lihat lampiran 3 halaman 137)
Dari hasil run data dengan SPSS, tentang curahan kerja masyrakat
bidang non-pertanian baik sebelum maupun sesudah penetapan sebagai
desa wisata dengan menggunakan uji beda Z diperoleh hasil Zhitung = -
0,271, dan signifikansi sebesar 0,786, dengan tingkat kepercayaan 95 %,
hal ini berarti Ho diterima karena probabilitas > 0,05.
Dari analisis uji beda Z untuk variabel curahan kerja bidang non-
pertanian dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan
signifikan antara curahan kerja bidang non-pertanian sebelum dan sesudah
penetapan sebagai desa wisata.
D. Perubahan Jumlah Kesempatan Kerja
Hipotesis ketiga mengatakan bahwa dengan adanya penetapan sebagai
desa wisata akan meningkatkan kesempatan kerja masyarakat sekitarnya. Hal
ini dapat dibuktikan dengan melihat dan membandingkan penyerapan
angkatan kerja dalam berbagai lapangan usaha sebelum dan sesudah
penetapan sebagai desa wisata.
Berdasarkan hasil wawancara dan dokumentasi dengan pihak terkait,
peneliti memperoleh data mengenai jenis pekerjaan dan jumlah tenaga kerja
yang terserap dalam pekerjaan tersebut, sehingga dapat ditarik suatu 108
kesimpulan. Berikut ini akan disajikan tabel jenis Pekerjaan dan jumlah tenaga kerja yang terserap.
Tabel V.1 Jenis Pekerjaan dan Jumlah Tenaga Kerja tahun 2000 dan 2006
No Jenis Pekerjaan Jumlah Tenaga Kerja Sebelum % Sesudah % 1 Petani Sendiri 276 72,06 443 68,36 2 Buruh Tani 40 10,44 42 6,48 3 Peternak 20 5,22 20 3,09 4 Pemancingan 0 0 6 0,93 5 Buruh Bangunan 5 1,31 9 1,39 6 PNS/ABRI 21 5,48 28 4,32 7 Pegawai Swasta 17 4,44 20 3,09 8 Jasa Perdagangan 4 1,04 16 2,47 9 Jasa Penginapan (Home 0 0 50 7,72 Stay) 10 Jasa Komunikasi 0 0 2 0,31 11 Lain-lain (Local Guide) 0 0 12 1,85 Jumlah 383 100 648 100 Sumber: Monografi Dusun Trumpon dan Dusun Plempoh tahun 2000 dan
tahun 2006
Pada tabel diatas dapat dilihat dari tahun 2000 sampai dengan 2006 sektor pertanian masih memegang peranan penting di dalam penyerapan tenaga kerja yang ada. Sektor pertanian mengalami peningkatan dari 276 orang pada tahun
2000 menjadi 443 orang pada tahun 2006. Secara keseluruhan, dalam hal penyerapan tenaga kerja dengan keberadaan desa wisata angkatan kerja yang terserap menjadi semakin meningkat yaitu dari 383 orang pada tahun 2000 menjadi 648 pada tahun 2006.
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan keberadaan desa wisata akan membawa pengaruh pada semua lapangan usaha, namun sektor 109
pertanian tetap memegang peranan yang sangat penting bagi penyediaan
kesempatan kerja di desa-desa wisata.
E. Perubahan Jumlah Kesempatan Berusaha
Hipotesis pertama mengatakan bahwa dengan penetapan sebagai desa
wisata akan meningkatkan kesempatan berusaha masyarakat sekitarnya. Hal
ini dapat dibuktikan dengan melihat dan membandingkan jenis dan jumlah
usaha baru yang ada sebelum dan sesudah penetapan desa wisata.
Berdasarkan hasil wawancara dan dokumentasi dengan pihak terkait,
peneliti memperoleh data mengenai jenis dan jumlah usaha baru, sehingga
dapat ditarik suatu kesimpulan. Berikut ini akan disajikan tabel jenis dan
jumlah usaha baru sebelum dan sesudah penetapan sebagai desa wisata.
Tabel V.2 Jenis dan Jumlah Usaha Baru tahun 2000 dan 2006
No Usaha Baru jumlah Sebelum Sesudah 1 Pedagang 4 8 2 Jasa Penginapan 0 50 3 Jasa Komunikasi 0 2 4 Pemancingan 0 2 5 Lain-lain (Local 0 12 Guide) Jumlah 4 74 Sumber: Data Primer 2007
Dalam tabel dapat dilihat mengenai jenis dan jumlah usaha baru yang ada
pada tahun 2000 yaitu sebelum penetapan sebagai desa wisata, dimana hanya
ada satu jenis usaha yaitu pedagang, yang berjumlah 4 orang. Berbeda dengan 110
keadaaan sesudah penetapan sebagai desa wisata, ada 4 jenis usaha baru yang
secara keseluruhan berjumlah 74 usaha baru. Dari uraian diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa dengan adanya penetapan sebagai desa wisata akan
mendorong masyarakat sekitar untuk membuka usaha baru.
F. Perubahan Jumlah KK Miskin
Hipotesis ini akan membuktikan bahwa dengan adanya penetapan sebagai
desa wisata akan mengurangi jumlah keluarga miskin di desa wisata.
Pengujian akan dilakukan dengan membandingkan jumlah pendapatan
perkapita keluarga antara sebelum dan sesudah penetapan sebagai desa wisata.
Tabel V.3 Jumlah Keluarga yang Tergolong Miskin, dan Jumlah Keluarga yang Berada di Atas Garis Kemiskinan Pada tahun 2000 dan 2006
No Golongan Jumlah KK Persentase Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah 1 Tergolong Miskin 48 30 20,60 12,87 (< Rp 105.888) 2 Diatas Garis 185 203 79,40 87,13 Kemiskinan (> Rp 105.888) Jumlah 233 233 100 100 Sumber: Data Primer (lihat lampiran 2 halaman 130)
Dari hasil tersebut, dididapatkan bahwa dari 233 KK yang ada sebelum
penetapan sebagai desa wisata terdapat 48 KK (20,60 %) yang tergolong
miskin dan 185 KK (79,40 %) yang berada di atas garis kemiskinan. Akan
tetapi berbeda dengan keadaan sesudah penetapan sebagai desa wisata, dimana
terdapat 30 KK (12,87 %) yang berada pada garis kemiskinan dan 203 (87,13 111
%) yang berada di atas garis kemiskinan. Hal ini dapat diartikan bahwa
dengan keberadaan desa wisata dapat mengurangi jumlah KK miskin.
G. Pembahasan
Ide dasar pengembangan desa-desa di Kabupaten Sleman sebagai desa
wisata muncul karena adanya perubahan paradigma baru dalam pendekatan
pembangunan pariwisata di Kabupaten Sleman, yaitu pariwisata yang
dikembangkan sebisa mungkin merupakan pariwisata yang berbasis pada
kemampuan masyarakat setempat untuk telibat dalam pembangunan
pariwisata itu sendiri. Tujuan dari pada pengembangan desa-desa wisata selain
meningkatkan peran dan tanggung jawab masyarakat dalam pembangunan
pariwisata adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi, memperluas
kesempatan berusaha dan meningkatkan pendapatan serta kesejahteraan
rakyat. Sejalan dengan ide dasar dan tujuan dari pada pengembangan desa
wisata tersebut, diharapkan dengan adanya desa wisata memberikan dampak
positif khususnya dalam bidang sosial ekonomi masyarakat sekitarnya.
Sosial ekonomi masyarakat yang dimaksud adalah perubahan jumlah
pendapatan yang diperoleh masyarakat, curahan kerja masyarakat baik dalam
bidang pertanain maupun non-pertanian, perubahan jumlah kesempatan kerja,
perubahan kesempatan berusaha, dan perubahan jumlah keluarga miskin.
Berdasasrkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan,
penetapan desa-desa di Kabupaten Sleman sebagai desa wisata terbukti
membawa dampak positif bagi masyarakat sekitar khususnya dalam hal sosial
ekonomi. Sesudah penetapan sebagai desa wisata pendapatan masyarakat 112
sekitarnya mengalami peningkatan yang signifikan. Dengan keberadaaan desa wisata curahan kerja baik dalam bidang pertanian dan non-pertanian tidak mengalami perbedaan yang signifikan dengan kecenderungan meningkat.
Dalam hal kesempatan kerja dan kesempatan berusaha juga mengalami peningkatan, yang ditunjukkan dengan semakin banyaknya angkatan kerja yang teserap pada berbagai jenis pekerjaan dan semakin banyaknya usaha baru yang dijalani oleh warga. Dan akhirnya dari semua dampak tersebut dapat juga mengurangi jumlah keluarga yang berada di bawah garis kemiskinan.
Berikut ini adalah penjelasan lebih lanjut mengenai dampak penetapan sebagai desa wisata:
1. Jumlah Pendapatan
Mengacu pada analisis data yang telah disajikan diawal bab V,
nampak bahwa setelah penetapan sebagai desa wisata terdapat perbedaan
yang signifikan dalam hal jumlah pendapatan keluarga, dibandingkan
dengan sebelum penetapan sebagai desa wisata. Untuk variabel
pendapatan keluarga diperoleh rata-rata pendapatan sesudah penetapan
sebagai desa wisata sebesar Rp1.030.085,837, sedangkan rata-rata
pendapatan keluarga sebelum penetapan sebagai desa wisata adalah
Rp974.193,13. Hal ini terjadi karena, selain masih tetap terus menggeluti
bidang pertanian sebagai mata pencaharian utama, warga masyarakat
mempunyai tambahan penghasilan sebagai akibat dari keberadaan desa
wisata. Banyak manfaat ekonomi yang warga dapatkan dari pekerjaan
mereka sebagai petani, seperti; tambahan penghasilan dari para 113
pengunjung ataupun wisatawan yang ingin belajar budi daya salak pondoh organik mulai dari bagaimana cara memangkas pohon, melakukan penyerbukan, dan pengunjung dapat langsung memetik salak langsung dari pohonnya; selain itu tambahan penghasilan dari wisatawan yang ingin belajar mengenai kegiatan-kegiatan bertani di sawah, seperti membajak, tandur, memupuk dan memanen.
Berdasarkan dari hasil wawancara dengan pengurus desa wisata, rata-rata wisatawan yang berkunjung ke desa wisata dan melakukan kegiatan pelatihan perkebunan salak pondoh dalam sebulan adalah sekitar
3 rombongan bus, dimana satu rombongan bus berjumlah sekitar 40-52 orang. Dari pihak desa wisata sendiri menetapkan tarif untuk kegiatan pelatihan perkebunan salak sebesar Rp8.500 per orang. Tambahan penghasilan untuk warga yang bertani datang dari para pengunjung atau wisatawan yang melakukan praktik pelatihan pertanian, dimana dalam satu bulan rata-rata warga melakukan pelatihan pertanian ada sekitar 2 rombongan bus, dari pihak desa wisata sendiri menetapkan tarif pelatihan sebesar Rp6.000 per orang. Tambahan penghasilan, juga warga dapatkan dari hasil penjualan hasil perkebunan dan pertanian mereka, umumnya warga jauh lebih diuntungkan dari segi harga jual, karena memang harga jual untuk pengunjung maupun wisatawan jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan harga jual pada tengkulak atau pedagang, jadi praktis semakin banyak hasil pertanian dan perkebunan yang mereka jual pada wisatawan, para petani akan semakin diuntungkan dan dapat 114
meningkatkan pendapatan masyarakat di desa wisata. Harga jual salak pondoh dari tengkulak untuk sekarang ini adalah Rp5.000, akan tetapi berbeda saat warga menjualnya pada para pengunjung atau wisatawan, yaitu sebesar Rp7.500, rata-rata warga mampu menjual salak pondoh mereka sekitar 50-100 kg dalam satu bulan.
Selain pekerjaan utama sebagai petani yang mayoritas masyarakat geluti, tak jarang warga yang mempunyai pekerjaan sampingan sekedar untuk menambah pendapatan mereka. Banyak warga yang memanfaatkan predikat desa mereka sebagai desa wisata dengan berbagai kegiatan, seperti: membuka usaha kecil-kecil seperti kios makanan kecil dan minuman, mengkoordinir ibu-ibu PKK membentuk kelompok untuk membuat makanan tradisional yang dapat mereka jual pada wisatawan, selain itu untuk memenuhi permintaan wisatawan yang ingin mengenal suasana dan kebudayaan masyarakat desa seutuhnya mulai dari pagi hingga malam hari banyak warga masyarakat yang membuka usaha Home
Stay. Home Stay yang mereka dirikan umumnya menjadi satu dengan rumah penduduk. Dalam satu bulan rata-rata wisatawan yang singgah dan bermalan di desa wisata ada kurang lebih 1 rombongan bus, dengan tarif menginap adalah sebesar Rp60.000 per orang dengan fasilitas yang wisatawan dapatkan adalah Welcome Drink, Breakfast, Lunch, dan Dinner
(kenduri). Keberadaan Home Stay ini juga menjadi salah satu sumber pemasukan sampingan warga untuk memenuhi kebutuhan hidup warga. 115
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa keberadaan desa
wisata memberikan dampak berupa semakin meningkatnya jumlah
pendapatan yang mereka terima, baik hasil dari pendapatan mereka bertani
maupun berkebun, ataupun dari kegiatan yang dilakukan secara
perseorangan maupun kelompok yang sejalan dengan konsep wisata
pedesaan.
2. Jumlah Curahan Kerja
Dampak penetapan sebagai desa wisata membawa pengaruh terhadap
curahan kerja masyarakat sekitarnya. Dimana terbagi lagi dalam curahan
kerja dalam bidang pertanian dan non-pertanian.
a) Curahan kerja Bidang Pertanian
Penetapan desa-desa sebagai desa wisata ternyata mengakibatkan
peningkatan rata-rata curahan kerja masyarakat di bidang pertanian
yaitu dari 2623,19 jam menjadi 2644,74 jam. Meskipun tidak terlalu
besar peningkatan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya,
pertama: keberadaan desa wisata menurut warga masyarakat tidak
begitu mengganggu aktivitas keseharian mereka. umumnya warga
justru dianjurkan oleh pengurus dari desa wisata setempat maupun
oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata untuk terus menjaga potensi
daerah, keaslian, dan kebudayaan daerah (kearifan lokal). Desa dengan
potensi wisata agro, diharapkan agar warga masyarakatnya tetap terus
mempertahankan dan mengembangkan usaha budi daya tanaman yang
menjadi andalan daerahnya. Desa dengan potensi wisata pertanian, 116
diharapkan agar warga masyarakatnya terus menjaga apa yang menjadi
rutinitas mereka dalam bersawah, sehingga keaslian desa tetap terjaga.
Kedua, umumnya saat wisatawan berkunjung ke desa wisata,
kegiatan-kegiatan utama yang mereka lakukan masih seputar kegiatan
dalam bidang pertanian, sebagai contoh: wisatawan dapat belajar budi
daya salak mulai dari penyerbukan sampai dengan saat memetik salak
pondoh, wisatawan dapat melakukan aktivitas pertanian di sawah, dan
wisatawan juga dapat belajar mengenai jenis-jenis tanaman (botani).
Sedangkan untuk pengenalan budaya baik dalam hal makanan
tradisional maupun kesenian, tidak terlalu menyita curahan kerja
warga masyarakat dalam bertani dan berkebun, karena memang hal
tersebut hanya membutuhkan beberapa orang saja untuk persiapan
maupun untuk pelaksanaannya.
Dua hal inilah, menurut peneliti yang menjadi faktor penyebab
tidak adanya perbedaan yang signifikan dalam hal curahan kerja dalam
bidang pertanian baik sebelum dan sesudah penetapan sebagai desa
wisata. b) Curahan Kerja Bidang Non-Pertanian
Sama halnya dengan variabel curahan kerja di bidang pertanian,
untuk bidang non-pertanian curahan kerja juga mengalami peningkatan
meskipun tidak terlalu drastis. Hal ini terjadi karena, dalam bidang
non-pertanian kebanyakan warga yang ada di desa wisata bekerja
sebagai PNS, ABRI, buruh bangunan, dan pegawai swasta. Dilihat dari 117
jenis pekerjaannya, umumnya warga sangat sulit untuk mengurangi
jam kerja atau bahkan meninggalkan pekerjaan mereka untuk
keperluan desa wisata baik dalam hal sebagai pemandu wisata, pelaku
atraksi kesenian dan lain-lain. Jadi tuntutan dan aturan dari pekerjaan
membuat curahan kerja dalam bidang non-pertanian tidak mengalami
perubahan yang signifikan baik sebelum maupun sesudah penetapan
sebagai desa wisata.
Akan tetapi berbeda dengan warga yang bekerja sebagai
wiraswasta membuka usaha dagang kecil-kecilan, meskipun usaha
mereka sambilan warga harus menetap menunggu barang-barang yang
mereka jajakan pada wisatawan. Warga umumnya tidak selalu
berdagang setiap hari, mereka berjualan melihat situasi dan kondisi
pengunjung. Pada hari libur dan akhir pekan mereka lebih banyak
mencurahkan waktunya dibandingkan dengan hari-hari biasa. Mereka
rela meninggalkan lahan pertanian, demi pekerjaan bidang non-
pertanian yang menurut warga terkadang memberikan pemasukan yang
cukup besar untuk tambahan pendapatan mereka.
3. Jumlah Kesempatan Kerja
Kesempatan kerja dapat diartikan sebagai kesempatan atau peluang
bagi masyarakat untuk mendapatkan pekerjaan. Dalam penelitian ini
kesempatan kerja diukur dengan jumlah angkatan kerja yang terserap
dalam berbagai lapangan pekerjaan sebelum dan sesudah penetapan
sebagai desa wisata. 118
Mengacu pada analisis data khususnya untuk variabel kesempatan
kerja, terlihat bahwa setelah penetapan sebagai desa wisata terdapat
perbedaan yang cukup signifikan dalam hal penyerapan tenaga kerja
dibandingkan dengan sebelum penetapan sebagai desa wisata. Pada tahun
2000, angkatan kerja yang ada berjumlah 646 jiwa dan yang terserap oleh
lapangan pekerjaan yang ada sejumlah 383 jiwa (59,29 %). Akan tetapi
berbeda dengan keadaan sesudah penetapan sebagai desa wisata, pada
tahun 2006 angkatan kerja yang ada berjumlah 677 jiwa dan yang terserap
oleh lapangan pekerjaan sejumlah 648 jiwa (95,72 %). Jenis pekerjaan di
desa wisata yang menyerap paling banyak angkatan kerja adalah petani,
sehingga dapat disimpulkan sektor pertanian masih memegang peranan
yang penting sebagai penyedia kesempatan untuk berkerja.
Keberadaan desa wisata bila ditinjau dari ketersedian kesempatan
kerja membawa dampak positif, yaitu semakin banyak jenis pekerjaan dan
angkatan kerja yang terserap yang mana keadaan ini sejalan dengan
program pemerintah dalam rangka pengurangan jumlah pengangguran.
4. Jumlah Kesempatan Berusaha
Kesempatan berusaha dapat diartikan sebagai kesempatan atau
peluang bagi masyarakat untuk membuka usaha baru yang dikelola sendiri
atau dibantu oleh orang lain. Dalam penelitian ini kesempatan berusaha
diukur dengan jumlah dan jenis usaha baru yang ada sebelum dan sesudah
kehadiran desa wisata. 119
Dari hasil temuan lapangan yang diperoleh, jumlah dan jenis usaha
baru yang ada sesudah penetapan sebagai desa wisata lebih besar
dibandingkan dengan jumlah dan jenis usaha sebelum penetapan sebagai
desa wisata. Hal ini diduga disebabkan oleh munculnya usaha baru
sesudah penetapan sebagai desa wisata. Seperti munculnya usaha Home
Stay untuk memenuhi permintaan wisatawan yang akan berkunjung dan
menginap di desa wisata.
Demikian pula munculnya usaha perdagangan diduga sebagai
dampak dari keberadaan desa wisata. Kios-kios kecil yang diusahakan
oleh warga umumnya menyediakan aneka makanan kecil dan minuman
bagi wisatawan yang berkunjung ke desa wisata sembari menikmati
keindahan panorama alam di lingkungan pedesaan.
Para wisatawan yang berkunjung ke desa wisata juga tidak dibiarkan
begitu saja. Para pengurus desa wisata setempat umumnya telah
menyediakan jasa Local Guide yang akan memandu para wisatawan dalam
mengenali kebudayaan dan aktivitas warga sehari-hari. Dari uraian di atas
dapat disimpulkan bahwa keberadaan desa wisata memberikan dampak
pada semakin banyaknya jenis usaha baru yang diusahakan warga yaitu
berdasarkan penelitian pada tahun 2006 jenis usaha baru yang ada 4 jenis
yang berjumlah 66 usaha.
5. Jumlah Keluarga Miskin
Kehadiran desa wisata telah membantu program pemerintah dalam
mengurangi jumlah keluarga miskin. Jumlah keluarga miskin sesudah 120
penetapan sebagai desa wisata terdapat 30 KK (12,87 %) dengan pendapatan < Rp 105.888 per bulannya, sedangkan yang tergolong di atas garis kemiskinan ada 203 KK (79,40 %) dengan pendapatan > Rp 105.888 per bulan. Bila dibandingkan dengan keadaan sebelum penetapan sebagai desa wisata terdapat 48 KK (20,60 %) tergolong keluarga miskin dan terdapat 185 KK yang tergolong di atas garis kemiskinan.
Hal ini terjadi karena dengan adanya peluang kesempatan kerja dan berusaha yang lebih besar telah membantu warga dalam meningkatkan
Income, yang otomatis menambah pendapatan mereka sehingga cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup bersama keluarga.
Perihal curahan kerja, curahan kerja yang bertambah biasanya diperoleh hasil yang sebanding yaitu pendapatan yang juga meningkat.
Dengan jumlah pendapatan yang meningkat otomatis masalah mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari dapat teratasi, dan sedikit bisa mengubah situasi dan kondisi ekonomi yang melepaskan masyarakat dari belenggu kemiskinan.
121
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil analisis data yang telah dilakukan, peneliti
mengambil kesimpulan mengenai dampak penetapan desa-desa di Kabupaten
Sleman sebagai desa wisata terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat
setempat adalah sebagai berikut :
1. Jumlah pendapatan masyarakat di desa wisata menjadi meningkat dan
mengalami perubahan yang signifikan. Bidang pertanian masih menjadi
faktor dominan dalam memperoleh penghasilan, disamping itu masyarakat
mampu memanfatkan keberadaan desa wisata untuk tambahan penghasilan
mereka dengan membuka usaha Home Sttay, kios-kios kecil, Local Guide,
dan pemancingan.
2. Keberadaan desa wisata memberikan dampak dalam hal pencurahan kerja
masyarakatnya, pencurahan kerja tersebut terbagi lagi menjadi dua yaitu
sebagai berikut:
a. Pencurahan kerja di bidang pertanian
Dalam hal ini pencurahan kerja di bidang pertanian tidak
mengalami perubahan yang signifikan karena didapat probabilitas di
atas 0,05 (0,248>0,05). Hal ini disebabkan karena umumnya
aktivitas wisatawan saat berkunjung ke desa wisata adalah kegiatan
perkebunan dan pertanian.
b. Pencurahan kerja di bidang non-pertanian 122
Dalam hal pencurahan kerja di bidang non-pertanian juga tidak
mengalami perubahan yang signifikan karena didapat probabilitas di
atas 0,05 (0,786>0,05). Hal ini disebabkan karena umumnya warga
di desa wisata bekerja sebagai PNS dan pegawai swasta sehingga
curahan kerja mereka cenderung stabil, dan hanya ada beberapa
warga yang berdagang itupun mereka tidak selalu berdagang setiap
hari karena mereka melihat situasi dan kondisi.
3. Dengan keberadaaan desa wisata memberi dampak pada semakin
meningkatnya kesempatan kerja yang ditunjukkan dengan semakin
banyaknya angkatan kerja yang terserap dalam berbagai jenis pekerjaan.
Pada tahun 2000, angkatan kerja yang ada sejumlah 383 jiwa (59,29 %),
tetapi berbeda sesudah penetapan sebagai desa wisata dimana pada tahun
2006 angkatan kerja yang ada berjumlah 677 jiwa dan yang terserap dalam
lapangan pekerjaan sejumlah 648 (95,72 %).
4. Keberadaan desa wisata memberi dampak pada semakin banyaknya
kesempatan berusaha bagi warga masyarakat, yang ditunjukkan dengan
semakin banyaknya jenis dan jumlah usaha baru sesudah penetapan
sebagai desa wisata. Jenis usaha tersebut adalah usaha Home Stay,Local
Guide, dan kios-kios kecil yang diusahakan oleh warga.
5. Dampak keberadaan desa wisata memberikan perubahan pada jumlah
keluarga yang berada di bawah garis kemiskinan, jumlah keluarga miskin
berkurang menjadi lebih sedikit dibandingkan dengan sebelum penetapan
sebagai desa wisata. Sebelum penetapan sebagai desa wisata ada sejumlah 123
48 keluarga miskin dan sesudah penetapan sebagai desa wisata ada
sejumlah 30 keluarga miskin.
B. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian dan hasil penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan,
diantaranya adalah, 1) kemungkinan terjadinya bias pemahaman dari para
responden yang dalam hal ini adalah penduduk di desa wisata untuk
menangkap dan memahami pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh
peneliti. Umumnya warga masyarakat di desa masih menggunakan bahasa
daerah yaitu bahasa jawa dan tidak begitu memahami bahasa Indonesia. 2)
variabel-variabel yang diteliti belum bisa mewakili keseluruhan dari dampak
penetapan desa-desa di Kabupaten Sleman sebagai desa wisata. selain itu
masih dapat dikembangkan variabel lain yang belum diteliti, seperti masalah
pengangguran, kesetaraan gender baik dalam hal kesempatan kerja maupun
kesempatan berusaha antara laki-laki dan perempuan. 3) Peneliti juga
menyadari bahwa perubahan pendapatan yang terjadi juga bisa disebabkan
oleh faktor pengalaman dalam bekerja dan rasa tanggungjawab kepala
keluarga dalam usaha mencukupi kebutuhan hidup keluarga sehari-hari
C. Saran
1. Bagi Pemerintah Khususnya Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa penetapan desa-
desa wisata di Kabupaten Sleman sebagai desa wisata berdampak positif
yaitu berupa peningkatan pendapatan keluarga, peningkatan kesempatan
kerja dan kesempatan berusaha serta berdampak juga pada jumlah 124
keluarga tergolong miskin yang semakin berkurang, maka sudah saatnya
Pemerintah dalam hal ini Departemen Kebudayaan dan Pariwisata setempat untuk bisa terlibat lebih jauh dengan tujuan agar desa-desa wisata yang ada jauh lebih maju dan bermanfaat untuk kedepannya.
Bentuk keterlibatan dari Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, yaitu: melakukan pelatihan dan bimbingan dalam berbagai hal berkaitan dengan keberadaan desa wisata, seperti pelatihan dan bimbingan mengenai bagaimana sikap penerimaan yang baik terhadap wisatawan yang berkunjung, bimbingan pada masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan sekitar, dan pelatihan tentang pengelolaan Home Stay yang baik. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata setempat perlu mengadakan pelatihan dan bimbingan secara berkesinambungan agar setiap warga yang terlibat di dalam mengelola desa wisata tersebut benar-benar mengetahui akan tugas dan tanggung jawabnya, apa yang harus dilakukan dan hasil apa yang akan diperoleh nantinya. Dengan adanya tugas dan tanggung jawab dari setiap orang yang terlibat dalam ajang yang ada ini, membutuhkan ketelatenan dan dedikasi yang tinggi dari masing-masing pribadi.
Selain itu, berkaitan dengan desa wisata kedudukan pemerintah adalah sebagai fasilitator, pemerintah perlu melengkapi sarana dan prasarana yang berhubungan dengan orang banyak, sarana jalan perlu diperbaiki agar memudahkan wisatawan untuk berkunjung ke desa-desa wisata. Dari segi pemasaran, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata 125
perlu membantu untuk keperluan promosinya, baik jika Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata melakukan kerja sama dengan beberapa biro-
biro pariwisata agar bisa menawarkan paket-peket desa wisata. Selain itu
untuk keperluan publikasi, perlu dibuat suatu pamflet tentang profil dari
masing-masing desa wisata lengkap dengan kekhasan dari masing-masing
desa wisata.
2. Bagi Masyarakat Setempat
Keberadaan desa wisata telah memberikan dampak pada kesempatan
kerja, yaitu semakin meningkatnya jumlah angkatan kerja yang terserap
dalam berbagai jenis pekerjaan. Berangkat dari fenomena tersebut, sudah
saatnya warga masyarakat di desa-desa wisata khususnya untuk para
pemuda dan pemudi agar bisa terlibat lebih di dalam desa wisata.
Keterlibatan tersebur dapat berupa peran serta pemuda dan pemudi untuk
menjadi Local Guide, membantu dalam hal menjaga kebersihan
lingkungan, membantu dalam hal pengelolaan Home Stay, membantu saat
persiapan maupun saat penerimaan tamu, dan tidak menutup kemungkinan
warga masyarakat memanfaatkan keberadaan desa wisata dengan
membuka usaha makanan tradisional, seperti manisan dan jenang dari
salak pondoh.
Selain itu paguyuban-paguyuban pertanian, perkebunan dan
kesenian sebisa mungkin terus dipertahankan dan dikembangkan dengan
tujuan melestarikan kebudayaan daerah setempat. Warga masyarakat juga 126
perlu menjaga, memelihara sarana fisik yang sudah ada dan
memanfatkannya dengan sebaik mungkin.
3. Bagi Pengurus Desa Wisata
Dari kesimpulan yang peneliti tulis, bahwa jumlah keluarga miskin
semakin berkurang dengan keberadaan desa wisata, sebagai akibat dari
adanya tambahan penghasilan yang diperoleh warga dari desa wisata,
peneliti menyarankan pada pengurus desa-desa wisata agar bisa
melakukan pemerataan bagi warga masyarakat dengan sebaik mungkin.
Pengurus desa wisata dapat membuat daftar kegiatan wisata lengkap
dengan rincian bagi hasil yang didapatkan, baik untuk warga maupun
untuk desa wisata, hal ini bertujuan agar terjadi transparansi dan
mengurangi pransangka buruk dari warga.
Untuk menjamin agar tambahan penghasilan yang didapatkan oleh
warga merata, maka pengurus desa perlu melakukan pengaturan atau
penjadwalan mengenai siapa saja yang menjadi Local Guide, rumah
penduduk mana yang mendapat giliran untuk bisa disinggahi wisatawan,
dan areal perkebunan dan persawahan milik siapa yang bisa digunakan
untuk praktik kegiatan berkebun dan bertani. Dengan langkah seperti ini
diharapkan pemerataan pendapatan untuk warga dapat terlaksana dengan
baik tanpa ada perasaan iri ataupun kesenjangan di antara warga.
127
DAFTAR PUSTAKA
Abunawan. 1985. Kemiskinan Pedesaan Di Indonesia. Malang: Universitas Brawijaya.
Ala Andre Bayo. 1991. Kemiskinan Dan Strategi Memerangi Kemiskinan. Yogyakarta: Liberty
BPS, 2006, Keadaaan Angkatan Kerja Di indonesia. Jakarta
Bussines New 7127 20 Oktober 2004. Peta Kemiskinan Di Indonesia
Damanik, Janianto, 2003. Masyarakat Desa Menyongsong Pariwisata. Makalah disampaikan dalam Pelatihan Peningkatan Kualitas SDM Pariwisata Daerah Provinsi DIY Di Yogyakarta. 13 Juni 2003
Dinas Pariwisata Propinsi DIY. 1997. Petunjuk Wisata Yogyakarta. Yogyakarta: Dinas Pariwisata DIY.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman. 2004. Profil Desa Wisata Kabuapaten Sleman. Yogyakarta: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.
Gilarso,T. 1992. Dunia Ekonomi Kita. Yogyakarta: Kanisius
Kedaulatan Rakyat 11 Januari 1992, Menjadikan Desa DIY Objek Wisata dan Tempat Menginap Wisman.
Kompas 24 Mei 2006, Peminat Wisatawan Pedesaan Di Sleman Kian Meningkat.
Kompas 6 Desember 2004, Kamar Hotel Habis, Desa-desa Wisata Tawarkan Diri Sebagai Alternatif
Mubyarto dkk. 1985. Kredit Pedesaan Dalam Penciptaan Peluang Kerja dan Peluang Berusaha Di Pedesaan. Yogyakarta: BPFE
Munawarah, Siti dkk. 1999. Peranan Kebudayaan Daerah Dalam Perwujudan Masyarakat Industri Pariwisata Di Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Nasikun. 1997. Model Pariwisata Pedesaan Untuk Pembangunan Pedesaan Yang Berkelanjutan. Makalah dalam pelatihan dan lokakarya perencanaan pariwisata berkelanjutan. Bandung
128
Setyawan, Martinus Irka Puji. 2006. Dampak Sosial Ekonomi Dampak Sosial Ekonomi Pembangunan Objek Wisata Ketep Pass Bagi Masyarakat Desa Sekitar.. Skripsi: PEK FKIP. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma
Soedarno. P. 1988. Ilmu Sosial Dasar Proyek Pengembangan Mata Kuliah. APTIK.
Sugiyono. 2003. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: CV ALFABETA
Suharso, W Tunjung. 2004. Pariwisata Yang Partisipatif. www.pasca uns.ac.id
Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan
Weber, Helmut. 2004. Ekonomi Pengembangan Community Based Tourism Peluang Dan Tantangan Strategi. Makalah dalam diskusi bulanan pusat Studi Pariwisata Universitas Gajah Mada, Yogyakarta 21 September 2004 www.kompas-cetak.com www.wikipedia.org
Yoeti Oka A. 1983. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Penerbit Aksara
129
130
PEDOMAN WAWANCARA Daftar Pertanyaan Bagi Penduduk Nama : Status : Umur : Dusun :
Daftar Pertanyaan Sebelum Penetapan Sesudah
Sebagai Desa Penetapan Sebagai
Wisata Desa Wisata
Pendapatan Keluarga
1. Berapa jumlah anggota
keluarga anda ?
2. Apakah pekerjaan anda ?
3. Berapa rata-rata penghasilan
anda, misalkan untuk bidang:
° Pertanian :
- Berapa hasil anda peroleh
dalam satu kali panen ?
- Berapa harga jual per kg
dari hasil panen anda ?
° Non-pertanian :
- Berapa jumlah rata-rata
pendapatan/bulan yang
anda peroleh ? 131
- Berapa rata-rata
keuntungan yang anda
peroleh ?
4. Apakah anda mempunyai
pekerjaan sampingan atau
sambilan ?
5. Jika ya, apa pekerjaan
sampingan anda ?
6. Berapa rata-rata penghasilan/
bulan dari pekerjaan
sampingan tersebut ?
Curahan Kerja
1. Berapa rata-rata jam kerja
yang anda lakukan untuk
memperoleh keuntungan
dalam bidang pertanian ?
° Mencangkul...jam/…hari
° Membajak….jam/…hari
° Menanam….jam/.…hari
° Menyiangi…jam/….hari
° Memupuk….jam/….hari
° Memanen….jam/…..hari
2. Berapa rata-rata jam kerja 132
yang anda lakukan untuk
memperoleh pendapatan yang
anda inginkan dalam bidang
non-pertanian ?
° Berapa jam anda bekerja
dalam satu hari ?
° Dalam satu minggu berapa
kali anda bekerja ?
Kesempatan Kerja
1. Berapakah jumlah anggota
keluarga anda yang terserap
dalam lapangan pekerjaan,
dalam bidang apa saja ?
2. Berapakah jumlah warga
masyarakat yang terserap
dalam berbagai lapangan
pekerjaan, dalam bidang apa
saja ?
3. Berapakah jumlah jenis
pekerjaan baru yang ada
dalam lingkungan desa
anda ?
Kesempatan Berusaha 133
1. Berapakah jumlah jenis usaha
secara mandiri yang didirikan
oleh warga secara kelompok ?
2. Berapakah jumlah jenis usaha
secara mandiri yang didirikan
secara perseorangan ?
3. Berapakah jumlah jenis usaha
baru yang ada dalam
lingkungan desa?
Keluarga Miskin
1. Berapa jumlah keluarga
miskin yang ada dalam
lingkungan desa anda ?
134
135
Test Perbedaan Mean Pendapatan Masyarakat Sebelum dan Sesudah Penetapan Sebagai Desa Wisata
No X1 X2 X1-X1 X2-X2 (X1-X1)2 (X2-X2)2 1 550000 675000 -424193.1 -355085.8 1.7994E+11 1.26086E+11 2 300000 363000 -674193.1 -667085.8 4.54536E+11 4.45004E+11 3 420000 487000 -554193.1 -543085.8 3.0713E+11 2.94942E+11 4 5500000 5750000 4525806.9 4719914.2 2.04829E+13 2.22776E+13 5 3850000 3975000 2875806.9 2944914.2 8.27027E+12 8.67252E+12 6 315000 375000 -659193.1 -655085.8 4.34536E+11 4.29137E+11 7 220000 245000 -754193.1 -785085.8 5.68807E+11 6.1636E+11 8 495000 545000 -479193.1 -485085.8 2.29626E+11 2.35308E+11 9 415000 448000 -559193.1 -582085.8 3.12697E+11 3.38824E+11 10 220000 235000 -754193.1 -795085.8 5.68807E+11 6.32161E+11 11 275000 320000 -699193.1 -710085.8 4.88871E+11 5.04222E+11 12 537000 448000 -437193.1 -582085.8 1.91138E+11 3.38824E+11 13 440000 503000 -534193.1 -527085.8 2.85362E+11 2.77819E+11 14 3190000 3303000 2215806.9 2272914.2 4.9098E+12 5.16614E+12 15 525000 625000 -449193.1 -405085.8 2.01774E+11 1.64095E+11 16 1265000 1290000 290806.87 259914.16 84568633867 67555372175 17 550000 612000 -424193.1 -418085.8 1.7994E+11 1.74796E+11 18 270000 295000 -704193.1 -735085.8 4.95888E+11 5.40351E+11 19 1815000 1880000 840806.87 849914.16 7.06956E+11 7.22354E+11 20 220000 245000 -754193.1 -785085.8 5.68807E+11 6.1636E+11 21 280000 305000 -694193.1 -725085.8 4.81904E+11 5.25749E+11 22 300000 350000 -674193.1 -680085.8 4.54536E+11 4.62517E+11 23 550000 625000 -424193.1 -405085.8 1.7994E+11 1.64095E+11 24 245000 258000 -729193.1 -772085.8 5.31723E+11 5.96117E+11 25 300000 388000 -674193.1 -642085.8 4.54536E+11 4.12274E+11 26 2750000 2900000 1775806.9 1869914.2 3.15349E+12 3.49658E+12 27 880000 1030000 -94193.13 -85.83691 8872346313 7367.975096 28 2625000 2837000 1650806.9 1806914.2 2.72516E+12 3.26494E+12 29 1815000 1903000 840806.87 872914.16 7.06956E+11 7.61979E+11 30 1375000 1775000 400806.87 744914.16 1.60646E+11 5.54897E+11 31 1815000 2080000 840806.87 1049914.2 7.06956E+11 1.10232E+12 32 3630000 3830000 2655806.9 2799914.2 7.05331E+12 7.83952E+12 33 1815000 1840000 840806.87 809914.16 7.06956E+11 6.55961E+11 34 880000 968000 -94193.13 -62085.84 8872346313 3854651145 35 1100000 1313000 125806.87 282914.16 15827367772 80040423677 36 3630000 3905000 2655806.9 2874914.2 7.05331E+12 8.26513E+12 37 2750000 2850000 1775806.9 1819914.2 3.15349E+12 3.31209E+12 38 2750000 2900000 1775806.9 1869914.2 3.15349E+12 3.49658E+12 39 1815000 1953000 840806.87 922914.16 7.06956E+11 8.51771E+11 40 880000 1155000 -94193.13 124914.16 8872346313 15603548141 41 880000 1030000 -94193.13 -85.83691 8872346313 7367.975096 42 700000 788000 -274193.1 -242085.8 75181874210 58605552432 43 715000 740000 -259193.1 -290085.8 67181080219 84149792776 136
44 2750000 3025000 1775806.9 1994914.2 3.15349E+12 3.97968E+12 45 880000 905000 -94193.13 -125085.8 8872346313 15646466595 46 1800000 2000000 825806.87 969914.16 6.81957E+11 9.40733E+11 47 1265000 1290000 290806.87 259914.16 84568633867 67555372175 48 660000 748000 -314193.1 -282085.8 98717324854 79572419385 49 6380000 6780000 5405806.9 5749914.2 2.92227E+13 3.30615E+13 50 4015000 4415000 3040806.9 3384914.2 9.24651E+12 1.14576E+13 51 930000 1018000 -44193.13 -12085.84 1953033009 146067453.8 52 3080000 3355000 2105806.9 2324914.2 4.43442E+12 5.40523E+12 53 4565000 4955000 3590806.9 3924914.2 1.28939E+13 1.5405E+13 54 1650000 1738000 675806.87 707914.16 4.56715E+11 5.01142E+11 55 715000 815000 -259193.1 -215085.8 67181080219 46261917239 56 1430000 1580000 455806.87 549914.16 2.0776E+11 3.02406E+11 57 1430000 1518000 455806.87 487914.16 2.0776E+11 2.3806E+11 58 1815000 1965000 840806.87 934914.16 7.06956E+11 8.74064E+11 59 3575000 3788000 2600806.9 2757914.2 6.7642E+12 7.60609E+12 60 2425000 2500000 1450806.9 1469914.2 2.10484E+12 2.16065E+12 61 935000 1035000 -39193.13 4914.1631 1536101678 24148998.88 62 6380000 6655000 5405806.9 5624914.2 2.92227E+13 3.16397E+13 63 495000 483000 -479193.1 -547085.8 2.29626E+11 2.99303E+11 64 2625000 2650000 1650806.9 1619914.2 2.72516E+12 2.62412E+12 65 2625000 2675000 1650806.9 1644914.2 2.72516E+12 2.70574E+12 66 1265000 1315000 290806.87 284914.16 84568633867 81176080329 67 2750000 2775000 1775806.9 1744914.2 3.15349E+12 3.04473E+12 68 2400000 2480000 1425806.9 1449914.2 2.03293E+12 2.10225E+12 69 940000 953000 -34193.13 -77085.84 1169170348 5942226252 70 880000 930000 -94193.13 -100085.8 8872346313 10017174750 71 1155000 1230000 180806.87 199914.16 32691123137 39965672604 72 1485000 1500000 510806.87 469914.16 2.60924E+11 2.20819E+11 73 800000 850000 -174193.1 -180085.8 30343247601 32430908656 74 880000 1093000 -94193.13 62914.163 8872346313 3958191917 75 1265000 1340000 290806.87 309914.16 84568633867 96046788484 76 550000 600000 -424193.1 -430085.8 1.7994E+11 1.84974E+11 77 5445000 5658000 4470806.9 4627914.2 1.99881E+13 2.14176E+13 78 1375000 1525000 400806.87 494914.16 1.60646E+11 2.4494E+11 79 1100000 1300000 125806.87 269914.16 15827367772 72853655437 80 2200000 2375000 1225806.9 1344914.2 1.5026E+12 1.80879E+12 81 2310000 2535000 1335806.9 1504914.2 1.78438E+12 2.26477E+12 82 3190000 3290000 2215806.9 2259914.2 4.9098E+12 5.10721E+12 83 940000 1027000 -34193.13 -3085.837 1169170348 9522389.434 84 1815000 1915000 840806.87 884914.16 7.06956E+11 7.83073E+11 85 1300000 1363000 325806.87 332914.16 1.0615E+11 1.10832E+11 86 1430000 1580000 455806.87 549914.16 2.0776E+11 3.02406E+11 87 1650000 1713000 675806.87 682914.16 4.56715E+11 4.66372E+11 88 1480000 1818000 505806.87 787914.16 2.55841E+11 6.20809E+11 89 930000 1005000 -44193.13 -25085.84 1953033009 629299213.5 90 1200000 1200000 225806.87 169914.16 50988741163 28870822819 91 950000 1050000 -24193.13 19914.163 585307686.6 396573891.6 137
92 750000 750000 -224193.1 -280085.8 50262560906 78448076038 93 950000 1100000 -24193.13 69914.163 585307686.6 4887990201 94 600000 600000 -374193.1 -430085.8 1.40021E+11 1.84974E+11 95 1300000 1450000 325806.87 419914.16 1.0615E+11 1.76328E+11 96 700000 700000 -274193.1 -330085.8 75181874210 1.08957E+11 97 650000 700000 -324193.1 -330085.8 1.05101E+11 1.08957E+11 98 450000 550000 -524193.1 -480085.8 2.74778E+11 2.30482E+11 99 525000 600000 -449193.1 -430085.8 2.01774E+11 1.84974E+11 100 400000 450000 -574193.1 -580085.8 3.29698E+11 3.365E+11 101 475000 525000 -499193.1 -505085.8 2.49194E+11 2.55112E+11 102 675000 725000 -299193.1 -305085.8 89516530863 93077367883 103 500000 600000 -474193.1 -430085.8 2.24859E+11 1.84974E+11 104 350000 400000 -624193.1 -630085.8 3.89617E+11 3.97008E+11 105 375000 400000 -599193.1 -630085.8 3.59032E+11 3.97008E+11 106 750000 500000 -224193.1 -530085.8 50262560906 2.80991E+11 107 900000 800000 -74193.13 -230085.8 5504620991 52939492347 108 225000 245000 -749193.1 -785085.8 5.6129E+11 6.1636E+11 109 900000 800000 -74193.13 -230085.8 5504620991 52939492347 110 450000 550000 -524193.1 -480085.8 2.74778E+11 2.30482E+11 111 470000 500000 -504193.1 -530085.8 2.54211E+11 2.80991E+11 112 550000 450000 -424193.1 -580085.8 1.7994E+11 3.365E+11 113 350000 400000 -624193.1 -630085.8 3.89617E+11 3.97008E+11 114 500000 600000 -474193.1 -430085.8 2.24859E+11 1.84974E+11 115 425000 425000 -549193.1 -605085.8 3.01613E+11 3.66129E+11 116 315000 300000 -659193.1 -730085.8 4.34536E+11 5.33025E+11 117 500000 600000 -474193.1 -430085.8 2.24859E+11 1.84974E+11 118 650000 600000 -324193.1 -430085.8 1.05101E+11 1.84974E+11 119 775000 775000 -199193.1 -255085.8 39677904253 65068784192 120 325000 300000 -649193.1 -730085.8 4.21452E+11 5.33025E+11 121 630000 650000 -344193.1 -380085.8 1.18469E+11 1.44465E+11 122 700000 750000 -274193.1 -280085.8 75181874210 78448076038 123 700000 800000 -274193.1 -230085.8 75181874210 52939492347 124 825000 930000 -149193.1 -100085.8 22258590948 10017174750 125 300000 400000 -674193.1 -630085.8 4.54536E+11 3.97008E+11 126 350000 425000 -624193.1 -605085.8 3.89617E+11 3.66129E+11 127 300000 250000 -674193.1 -780085.8 4.54536E+11 6.08534E+11 128 225000 300000 -749193.1 -730085.8 5.6129E+11 5.33025E+11 129 450000 530000 -524193.1 -500085.8 2.74778E+11 2.50086E+11 130 330000 450000 -644193.1 -580085.8 4.14985E+11 3.365E+11 131 300000 300000 -674193.1 -730085.8 4.54536E+11 5.33025E+11 132 200000 250000 -774193.1 -780085.8 5.99375E+11 6.08534E+11 133 250000 300000 -724193.1 -730085.8 5.24456E+11 5.33025E+11 134 200000 250000 -774193.1 -780085.8 5.99375E+11 6.08534E+11 135 200000 200000 -774193.1 -830085.8 5.99375E+11 6.89042E+11 136 150000 250000 -824193.1 -780085.8 6.79294E+11 6.08534E+11 137 375000 350000 -599193.1 -680085.8 3.59032E+11 4.62517E+11 138 300000 280000 -674193.1 -750085.8 4.54536E+11 5.62629E+11 139 350000 350000 -624193.1 -680085.8 3.89617E+11 4.62517E+11 138
140 130000 230000 -844193.1 -800085.8 7.12662E+11 6.40137E+11 141 485000 500000 -489193.1 -530085.8 2.3931E+11 2.80991E+11 142 400000 400000 -574193.1 -630085.8 3.29698E+11 3.97008E+11 143 200000 250000 -774193.1 -780085.8 5.99375E+11 6.08534E+11 144 425000 450000 -549193.1 -580085.8 3.01613E+11 3.365E+11 145 150000 300000 -824193.1 -730085.8 6.79294E+11 5.33025E+11 146 375000 350000 -599193.1 -680085.8 3.59032E+11 4.62517E+11 147 400000 450000 -574193.1 -580085.8 3.29698E+11 3.365E+11 148 350000 350000 -624193.1 -680085.8 3.89617E+11 4.62517E+11 149 750000 850000 -224193.1 -180085.8 50262560906 32430908656 150 800000 815000 -174193.1 -215085.8 30343247601 46261917239 151 800000 800000 -174193.1 -230085.8 30343247601 52939492347 152 600000 550000 -374193.1 -480085.8 1.40021E+11 2.30482E+11 153 950000 950000 -24193.13 -80085.84 585307686.6 6413741274 154 750000 850000 -224193.1 -180085.8 50262560906 32430908656 155 800000 820000 -174193.1 -210085.8 30343247601 44136058870 156 1100000 1000000 125806.87 -30085.84 15827367772 905157582.6 157 550000 425000 -424193.1 -605085.8 1.7994E+11 3.66129E+11 158 825000 900000 -149193.1 -130085.8 22258590948 16922324965 159 350000 400000 -624193.1 -630085.8 3.89617E+11 3.97008E+11 160 415000 400000 -559193.1 -630085.8 3.12697E+11 3.97008E+11 161 375000 375000 -599193.1 -655085.8 3.59032E+11 4.29137E+11 162 375000 400000 -599193.1 -630085.8 3.59032E+11 3.97008E+11 163 370000 370000 -604193.1 -660085.8 3.65049E+11 4.35713E+11 164 400000 400000 -574193.1 -630085.8 3.29698E+11 3.97008E+11 165 445000 445000 -529193.1 -585085.8 2.80045E+11 3.42325E+11 166 370000 370000 -604193.1 -660085.8 3.65049E+11 4.35713E+11 167 340000 350000 -634193.1 -680085.8 4.02201E+11 4.62517E+11 168 350000 350000 -624193.1 -680085.8 3.89617E+11 4.62517E+11 169 350000 350000 -624193.1 -680085.8 3.89617E+11 4.62517E+11 170 450000 350000 -524193.1 -680085.8 2.74778E+11 4.62517E+11 171 500000 400000 -474193.1 -630085.8 2.24859E+11 3.97008E+11 172 525000 425000 -449193.1 -605085.8 2.01774E+11 3.66129E+11 173 350000 350000 -624193.1 -680085.8 3.89617E+11 4.62517E+11 174 300000 300000 -674193.1 -730085.8 4.54536E+11 5.33025E+11 175 250000 300000 -724193.1 -730085.8 5.24456E+11 5.33025E+11 176 400000 400000 -574193.1 -630085.8 3.29698E+11 3.97008E+11 177 675000 700000 -299193.1 -330085.8 89516530863 1.08957E+11 178 700000 700000 -274193.1 -330085.8 75181874210 1.08957E+11 179 600000 600000 -374193.1 -430085.8 1.40021E+11 1.84974E+11 180 800000 850000 -174193.1 -180085.8 30343247601 32430908656 181 650000 650000 -324193.1 -380085.8 1.05101E+11 1.44465E+11 182 780000 800000 -194193.1 -230085.8 37710972923 52939492347 183 800000 800000 -174193.1 -230085.8 30343247601 52939492347 184 950000 950000 -24193.13 -80085.84 585307686.6 6413741274 185 800000 800000 -174193.1 -230085.8 30343247601 52939492347 186 750000 750000 -224193.1 -280085.8 50262560906 78448076038 187 950000 950000 -24193.13 -80085.84 585307686.6 6413741274 139
188 850000 850000 -124193.1 -180085.8 15423934296 32430908656 189 800000 850000 -174193.1 -180085.8 30343247601 32430908656 190 750000 800000 -224193.1 -230085.8 50262560906 52939492347 191 1100000 1100000 125806.87 69914.163 15827367772 4887990201 192 425000 425000 -549193.1 -605085.8 3.01613E+11 3.66129E+11 193 650000 700000 -324193.1 -330085.8 1.05101E+11 1.08957E+11 194 600000 600000 -374193.1 -430085.8 1.40021E+11 1.84974E+11 195 400000 400000 -574193.1 -630085.8 3.29698E+11 3.97008E+11 196 650000 650000 -324193.1 -380085.8 1.05101E+11 1.44465E+11 197 600000 650000 -374193.1 -380085.8 1.40021E+11 1.44465E+11 198 600000 600000 -374193.1 -430085.8 1.40021E+11 1.84974E+11 199 650000 650000 -324193.1 -380085.8 1.05101E+11 1.44465E+11 200 350000 375000 -624193.1 -655085.8 3.89617E+11 4.29137E+11 201 500000 500000 -474193.1 -530085.8 2.24859E+11 2.80991E+11 202 600000 600000 -374193.1 -430085.8 1.40021E+11 1.84974E+11 203 675000 675000 -299193.1 -355085.8 89516530863 1.26086E+11 204 400000 500000 -574193.1 -530085.8 3.29698E+11 2.80991E+11 205 600000 600000 -374193.1 -430085.8 1.40021E+11 1.84974E+11 206 500000 600000 -474193.1 -430085.8 2.24859E+11 1.84974E+11 207 350000 350000 -624193.1 -680085.8 3.89617E+11 4.62517E+11 208 700000 700000 -274193.1 -330085.8 75181874210 1.08957E+11 209 675000 675000 -299193.1 -355085.8 89516530863 1.26086E+11 210 300000 325000 -674193.1 -705085.8 4.54536E+11 4.97146E+11 211 650000 650000 -324193.1 -380085.8 1.05101E+11 1.44465E+11 212 700000 650000 -274193.1 -380085.8 75181874210 1.44465E+11 213 300000 320000 -674193.1 -710085.8 4.54536E+11 5.04222E+11 214 800000 800000 -174193.1 -230085.8 30343247601 52939492347 215 700000 700000 -274193.1 -330085.8 75181874210 1.08957E+11 216 675000 675000 -299193.1 -355085.8 89516530863 1.26086E+11 217 370000 370000 -604193.1 -660085.8 3.65049E+11 4.35713E+11 218 650000 650000 -324193.1 -380085.8 1.05101E+11 1.44465E+11 219 300000 320000 -674193.1 -710085.8 4.54536E+11 5.04222E+11 220 475000 500000 -499193.1 -530085.8 2.49194E+11 2.80991E+11 221 550000 550000 -424193.1 -480085.8 1.7994E+11 2.30482E+11 222 600000 600000 -374193.1 -430085.8 1.40021E+11 1.84974E+11 223 350000 350000 -624193.1 -680085.8 3.89617E+11 4.62517E+11 224 350000 360000 -624193.1 -670085.8 3.89617E+11 4.49015E+11 225 650000 650000 -324193.1 -380085.8 1.05101E+11 1.44465E+11 226 350000 350000 -624193.1 -680085.8 3.89617E+11 4.62517E+11 227 550000 550000 -424193.1 -480085.8 1.7994E+11 2.30482E+11 228 650000 650000 -324193.1 -380085.8 1.05101E+11 1.44465E+11 229 675000 675000 -299193.1 -355085.8 89516530863 1.26086E+11 230 1100000 1100000 125806.87 69914.163 15827367772 4887990201 231 400000 450000 -574193.1 -580085.8 3.29698E+11 3.365E+11 232 675000 675000 -299193.1 -355085.8 89516530863 1.26086E+11 233 650000 650000 -324193.1 -380085.8 1.05101E+11 1.44465E+11 ∑ 226987000 240010000 1.157E-07 3.4E-07 2.46304E+14 2.7564E+14 Rata-rata 974193.133 1030085.837 4.966E-10 1.459E-09 1.0571E+12 1.183E+12 140
Test Perbedaan Mean Curahan Kerja Di Bidang Pertanian Sebelum dan Sesudah Penetapan Sebagai Desa Wisata
No X1 X2 X1-X1 X2-X2 (X1-X1)2 (X2-X2)2 1 2555 2555 -68.187 -89.7253 4649.4415 8050.6249 2 2555 2555 -68.187 -89.7253 4649.4415 8050.6249 3 2920 2555 296.813 -89.7253 88098.068 8050.6249 4 2190 2190 -433.19 -454.725 187650.82 206775.08 5 2190 2190 -433.19 -454.725 187650.82 206775.08 6 2190 2555 -433.19 -89.7253 187650.82 8050.6249 7 2190 2190 -433.19 -454.725 187650.82 206775.08 8 3285 2555 661.813 -89.7253 437996.69 8050.6249 9 2555 2190 -68.187 -454.725 4649.4415 206775.08 10 2920 2920 296.813 275.2747 88098.068 75776.174 11 2555 2190 -68.187 -454.725 4649.4415 206775.08 12 2190 2555 -433.19 -89.7253 187650.82 8050.6249 13 2555 2555 -68.187 -89.7253 4649.4415 8050.6249 14 2555 2555 -68.187 -89.7253 4649.4415 8050.6249 15 2555 2190 -68.187 -454.725 4649.4415 206775.08 16 2920 2920 296.813 275.2747 88098.068 75776.174 17 2190 2190 -433.19 -454.725 187650.82 206775.08 18 2920 2920 296.813 275.2747 88098.068 75776.174 19 2920 2190 296.813 -454.725 88098.068 206775.08 20 3285 3285 661.813 640.2747 437996.69 409951.72 21 2190 2190 -433.19 -454.725 187650.82 206775.08 22 2190 2920 -433.19 275.2747 187650.82 75776.174 23 3285 3285 661.813 640.2747 437996.69 409951.72 24 2190 2190 -433.19 -454.725 187650.82 206775.08 25 2555 2555 -68.187 -89.7253 4649.4415 8050.6249 26 2920 2920 296.813 275.2747 88098.068 75776.174 27 2190 2190 -433.19 -454.725 187650.82 206775.08 28 2920 2555 296.813 -89.7253 88098.068 8050.6249 29 2190 2190 -433.19 -454.725 187650.82 206775.08 30 2190 2190 -433.19 -454.725 187650.82 206775.08 31 3285 3285 661.813 640.2747 437996.69 409951.72 32 2920 2920 296.813 275.2747 88098.068 75776.174 33 2555 2555 -68.187 -89.7253 4649.4415 8050.6249 34 2190 2190 -433.19 -454.725 187650.82 206775.08 35 2920 2190 296.813 -454.725 88098.068 206775.08 36 2190 2190 -433.19 -454.725 187650.82 206775.08 37 2555 2555 -68.187 -89.7253 4649.4415 8050.6249 38 2190 2920 -433.19 275.2747 187650.82 75776.174 39 3285 3285 661.813 640.2747 437996.69 409951.72 40 2920 3285 296.813 640.2747 88098.068 409951.72 41 2555 2555 -68.187 -89.7253 4649.4415 8050.6249 42 2920 2190 296.813 -454.725 88098.068 206775.08 43 3285 3285 661.813 640.2747 437996.69 409951.72 141
44 2190 2190 -433.19 -454.725 187650.82 206775.08 45 2190 2190 -433.19 -454.725 187650.82 206775.08 46 2190 2190 -433.19 -454.725 187650.82 206775.08 47 2920 2920 296.813 275.2747 88098.068 75776.174 48 2920 2920 296.813 275.2747 88098.068 75776.174 49 2555 2555 -68.187 -89.7253 4649.4415 8050.6249 50 2555 2190 -68.187 -454.725 4649.4415 206775.08 51 3285 3285 661.813 640.2747 437996.69 409951.72 52 2555 3285 -68.187 640.2747 4649.4415 409951.72 53 2190 2190 -433.19 -454.725 187650.82 206775.08 54 2920 3285 296.813 640.2747 88098.068 409951.72 55 2190 2555 -433.19 -89.7253 187650.82 8050.6249 56 2555 2555 -68.187 -89.7253 4649.4415 8050.6249 57 2555 2555 -68.187 -89.7253 4649.4415 8050.6249 58 2920 2920 296.813 275.2747 88098.068 75776.174 59 2555 2555 -68.187 -89.7253 4649.4415 8050.6249 60 2920 2555 296.813 -89.7253 88098.068 8050.6249 61 2920 2920 296.813 275.2747 88098.068 75776.174 62 2190 2190 -433.19 -454.725 187650.82 206775.08 63 2190 2920 -433.19 275.2747 187650.82 75776.174 64 2190 2190 -433.19 -454.725 187650.82 206775.08 65 2920 3285 296.813 640.2747 88098.068 409951.72 66 2920 2920 296.813 275.2747 88098.068 75776.174 67 3285 3285 661.813 640.2747 437996.69 409951.72 68 2555 2555 -68.187 -89.7253 4649.4415 8050.6249 69 2190 2555 -433.19 -89.7253 187650.82 8050.6249 70 2190 2190 -433.19 -454.725 187650.82 206775.08 71 2920 2920 296.813 275.2747 88098.068 75776.174 72 3285 3285 661.813 640.2747 437996.69 409951.72 73 2555 2555 -68.187 -89.7253 4649.4415 8050.6249 74 2555 2920 -68.187 275.2747 4649.4415 75776.174 75 2190 2190 -433.19 -454.725 187650.82 206775.08 76 2920 3920 296.813 1275.275 88098.068 1626325.6 77 2555 2555 -68.187 -89.7253 4649.4415 8050.6249 78 2555 2555 -68.187 -89.7253 4649.4415 8050.6249 79 2555 2920 -68.187 275.2747 4649.4415 75776.174 80 3285 3285 661.813 640.2747 437996.69 409951.72 81 2920 2920 296.813 275.2747 88098.068 75776.174 82 2920 2920 296.813 275.2747 88098.068 75776.174 83 2555 2920 -68.187 275.2747 4649.4415 75776.174 84 2190 2920 -433.19 275.2747 187650.82 75776.174 85 2555 2555 -68.187 -89.7253 4649.4415 8050.6249 86 2920 2920 296.813 275.2747 88098.068 75776.174 87 2555 2555 -68.187 -89.7253 4649.4415 8050.6249 88 2920 3285 296.813 640.2747 88098.068 409951.72 89 3285 3285 661.813 640.2747 437996.69 409951.72 90 2555 2555 -68.187 -89.7253 4649.4415 8050.6249 91 2920 2920 296.813 275.2747 88098.068 75776.174 142
92 2190 2190 -433.19 -454.725 187650.82 206775.08 93 2920 2920 296.813 275.2747 88098.068 75776.174 94 2920 2920 296.813 275.2747 88098.068 75776.174 95 3285 3285 661.813 640.2747 437996.69 409951.72 96 2190 2190 -433.19 -454.725 187650.82 206775.08 97 2555 2555 -68.187 -89.7253 4649.4415 8050.6249 98 2555 2555 -68.187 -89.7253 4649.4415 8050.6249 99 2555 2555 -68.187 -89.7253 4649.4415 8050.6249 100 2555 2555 -68.187 -89.7253 4649.4415 8050.6249 101 2555 2555 -68.187 -89.7253 4649.4415 8050.6249 102 2920 2920 296.813 275.2747 88098.068 75776.174 103 2555 2555 -68.187 -89.7253 4649.4415 8050.6249 104 2190 2190 -433.19 -454.725 187650.82 206775.08 105 2555 2555 -68.187 -89.7253 4649.4415 8050.6249 106 2920 2920 296.813 275.2747 88098.068 75776.174 107 2190 2190 -433.19 -454.725 187650.82 206775.08 108 2920 2920 296.813 275.2747 88098.068 75776.174 109 2920 2920 296.813 275.2747 88098.068 75776.174 110 3285 3285 661.813 640.2747 437996.69 409951.72 111 2190 2190 -433.19 -454.725 187650.82 206775.08 112 2555 2555 -68.187 -89.7253 4649.4415 8050.6249 113 2920 2920 296.813 275.2747 88098.068 75776.174 114 2190 2555 -433.19 -89.7253 187650.82 8050.6249 115 2920 2920 296.813 275.2747 88098.068 75776.174 116 2190 2190 -433.19 -454.725 187650.82 206775.08 117 2920 2920 296.813 275.2747 88098.068 75776.174 118 2920 2920 296.813 275.2747 88098.068 75776.174 119 2555 2555 -68.187 -89.7253 4649.4415 8050.6249 120 2190 2555 -433.19 -89.7253 187650.82 8050.6249 121 2190 2190 -433.19 -454.725 187650.82 206775.08 122 2920 2920 296.813 275.2747 88098.068 75776.174 123 2190 2190 -433.19 -454.725 187650.82 206775.08 124 2190 2190 -433.19 -454.725 187650.82 206775.08 125 2920 2920 296.813 275.2747 88098.068 75776.174 126 2555 2555 -68.187 -89.7253 4649.4415 8050.6249 127 2920 2920 296.813 275.2747 88098.068 75776.174 128 2190 2190 -433.19 -454.725 187650.82 206775.08 129 2920 2920 296.813 275.2747 88098.068 75776.174 130 2190 2190 -433.19 -454.725 187650.82 206775.08 131 2190 2190 -433.19 -454.725 187650.82 206775.08 132 2190 2190 -433.19 -454.725 187650.82 206775.08 133 2555 2190 -68.187 -454.725 4649.4415 206775.08 134 3285 3285 661.813 640.2747 437996.69 409951.72 135 2555 2555 -68.187 -89.7253 4649.4415 8050.6249 136 2190 2190 -433.19 -454.725 187650.82 206775.08 137 2920 2920 296.813 275.2747 88098.068 75776.174 138 2920 2920 296.813 275.2747 88098.068 75776.174 139 2920 2920 296.813 275.2747 88098.068 75776.174 143
140 2555 2555 -68.187 -89.7253 4649.4415 8050.6249 141 2555 2555 -68.187 -89.7253 4649.4415 8050.6249 142 2555 2555 -68.187 -89.7253 4649.4415 8050.6249 143 2920 2920 296.813 275.2747 88098.068 75776.174 144 2190 2190 -433.19 -454.725 187650.82 206775.08 145 2920 2920 296.813 275.2747 88098.068 75776.174 146 2920 2920 296.813 275.2747 88098.068 75776.174 147 2555 2920 -68.187 275.2747 4649.4415 75776.174 148 2190 2555 -433.19 -89.7253 187650.82 8050.6249 149 2920 2920 296.813 275.2747 88098.068 75776.174 150 2555 2555 -68.187 -89.7253 4649.4415 8050.6249 151 2555 2555 -68.187 -89.7253 4649.4415 8050.6249 152 3285 3285 661.813 640.2747 437996.69 409951.72 153 2920 2920 296.813 275.2747 88098.068 75776.174 154 2920 2920 296.813 275.2747 88098.068 75776.174 155 2190 2190 -433.19 -454.725 187650.82 206775.08 156 2555 2555 -68.187 -89.7253 4649.4415 8050.6249 157 2920 2920 296.813 275.2747 88098.068 75776.174 158 2190 2190 -433.19 -454.725 187650.82 206775.08 159 2555 2555 -68.187 -89.7253 4649.4415 8050.6249 160 2555 2555 -68.187 -89.7253 4649.4415 8050.6249 161 2555 2555 -68.187 -89.7253 4649.4415 8050.6249 162 2555 2555 -68.187 -89.7253 4649.4415 8050.6249 163 2920 2190 296.813 -454.725 88098.068 206775.08 164 2920 2920 296.813 275.2747 88098.068 75776.174 165 3285 3285 661.813 640.2747 437996.69 409951.72 166 2190 2190 -433.19 -454.725 187650.82 206775.08 167 2555 2555 -68.187 -89.7253 4649.4415 8050.6249 168 2555 2555 -68.187 -89.7253 4649.4415 8050.6249 169 2555 2555 -68.187 -89.7253 4649.4415 8050.6249 170 2555 2555 -68.187 -89.7253 4649.4415 8050.6249 171 2190 2190 -433.19 -454.725 187650.82 206775.08 172 2190 2190 -433.19 -454.725 187650.82 206775.08 173 2555 2555 -68.187 -89.7253 4649.4415 8050.6249 174 2555 2555 -68.187 -89.7253 4649.4415 8050.6249 175 2190 2190 -433.19 -454.725 187650.82 206775.08 176 2920 3285 296.813 640.2747 88098.068 409951.72 177 2190 2190 -433.19 -454.725 187650.82 206775.08 178 2190 2190 -433.19 -454.725 187650.82 206775.08 179 2190 2190 -433.19 -454.725 187650.82 206775.08 180 2555 2555 -68.187 -89.7253 4649.4415 8050.6249 181 2920 2920 296.813 275.2747 88098.068 75776.174 182 3285 3285 661.813 640.2747 437996.69 409951.72 ∑ 477420 481340 -2E-12 7.92E-10 22601402 25577536 Rata- rata 2623.186813 2644.725 -1E-14 4.33E-12 124183.53 140535.91
144
Test Perbedaan Mean Curahan Kerja Di Bidang Non Pertanian Sebelum dan Sesudah Penetapan Sebagai Desa Wisata
No X1 X2 X1-X1 X2-X2 (X1-X1)2 (X2-X2)2 183 1200 1200 -761.02 -770.431 579150.84 593564.5 184 1872 1872 -89.02 -98.4314 7924.4906 9688.7351 185 1872 1872 -89.02 -98.4314 7924.4906 9688.7351 186 1872 1872 -89.02 -98.4314 7924.4906 9688.7351 187 1152 1152 -809.02 -818.431 654512.73 669829.91 188 2016 2016 54.9804 45.56863 3022.8435 2076.4998 189 1200 1200 -761.02 -770.431 579150.84 593564.5 190 1200 1200 -761.02 -770.431 579150.84 593564.5 191 1152 1152 -809.02 -818.431 654512.73 669829.91 192 1296 1296 -665.02 -674.431 442251.08 454857.68 193 1872 1872 -89.02 -98.4314 7924.4906 9688.7351 194 2304 2016 342.98 45.56863 117635.55 2076.4998 195 1872 1872 -89.02 -98.4314 7924.4906 9688.7351 196 2880 2880 918.98 909.5686 844524.96 827315.09 197 2304 3168 342.98 1197.569 117635.55 1434170.6 198 2016 2304 54.9804 333.5686 3022.8435 111268.03 199 1584 1584 -377.02 -386.431 142143.78 149329.21 200 1944 1944 -17.02 -26.4314 289.66705 698.61745 201 1728 1488 -233.02 -482.431 54298.138 232740.03 202 1944 1944 -17.02 -26.4314 289.66705 698.61745 203 1944 1944 -17.02 -26.4314 289.66705 698.61745 204 1944 1800 -17.02 -170.431 289.66705 29046.853 205 1296 1296 -665.02 -674.431 442251.08 454857.68 206 1584 1584 -377.02 -386.431 142143.78 149329.21 207 1944 1944 -17.02 -26.4314 289.66705 698.61745 208 1584 1584 -377.02 -386.431 142143.78 149329.21 209 1296 1296 -665.02 -674.431 442251.08 454857.68 210 1296 1296 -665.02 -674.431 442251.08 454857.68 211 1296 1296 -665.02 -674.431 442251.08 454857.68 212 2016 2016 54.9804 45.56863 3022.8435 2076.4998 213 2016 2016 54.9804 45.56863 3022.8435 2076.4998 214 2304 2304 342.98 333.5686 117635.55 111268.03 215 2016 2016 54.9804 45.56863 3022.8435 2076.4998 216 2304 2304 342.98 333.5686 117635.55 111268.03 217 2016 2016 54.9804 45.56863 3022.8435 2076.4998 218 2016 2016 54.9804 45.56863 3022.8435 2076.4998 219 2304 2304 342.98 333.5686 117635.55 111268.03 220 2304 2304 342.98 333.5686 117635.55 111268.03 221 2304 2304 342.98 333.5686 117635.55 111268.03 222 2016 2016 54.9804 45.56863 3022.8435 2076.4998 223 2304 2304 342.98 333.5686 117635.55 111268.03 224 2016 2016 54.9804 45.56863 3022.8435 2076.4998 225 2016 2016 54.9804 45.56863 3022.8435 2076.4998 145
226 2304 2304 342.98 333.5686 117635.55 111268.03 227 3360 3360 1398.98 1389.569 1957146.1 1930901 228 2688 2688 726.98 717.5686 528500.49 514904.74 229 3024 3024 1062.98 1053.569 1129927.3 1110006.9 230 2016 2016 54.9804 45.56863 3022.8435 2076.4998 231 2596 2596 634.98 625.5686 403200.1 391336.11 232 2016 2016 54.9804 45.56863 3022.8435 2076.4998 233 2592 2592 630.98 621.5686 398136.26 386347.56 ∑ 100012 100492 9.3E-13 9.74E-12 12135963 13665699 Rata- rata 1961.019608 1970.431 1.8E-14 1.87E-13 237960.06 267954.87
146
Pendapatan Perkapita Sebelum dan Sesudah Penetapan Sebagai Desa Wisata
Jumlah No Pendapatan Anggota Pendapatan/kapita Keluarga Before After Before After 1 550000 675000 4 137500 168750 2 300000 363000 4 75000 90750 3 420000 487000 4 105000 121750 4 5500000 5750000 4 1375000 1437500 5 3850000 3975000 5 770000 795000 6 315000 375000 3 105000 125000 7 220000 245000 3 73333.33 81666.67 8 495000 545000 4 123750 136250 9 415000 448000 4 103750 112000 10 220000 235000 4 55000 58750 11 275000 320000 3 91666.67 106666.7 12 537000 448000 4 134250 112000 13 440000 503000 5 88000 100600 14 3190000 3303000 4 797500 825750 15 525000 625000 5 105000 125000 16 1265000 1290000 4 316250 322500 17 550000 612000 4 137500 153000 18 270000 295000 3 90000 98333.33 19 1815000 1880000 5 363000 376000 20 220000 245000 3 73333.33 81666.67 21 280000 305000 3 93333.33 101666.7 22 300000 350000 3 100000 116666.7 23 550000 625000 3 183333.3 208333.3 24 245000 258000 3 81666.67 86000 25 300000 388000 3 100000 129333.3 26 2750000 2900000 4 687500 725000 27 880000 1030000 4 220000 257500 28 2625000 2837000 5 525000 567400 29 1815000 1903000 6 302500 317166.7 30 1375000 1775000 5 275000 355000 31 1815000 2080000 5 363000 416000 32 3630000 3830000 4 907500 957500 33 1815000 1840000 5 363000 368000 34 880000 968000 3 293333.3 322666.7 35 1100000 1313000 4 275000 328250 36 3630000 3905000 5 726000 781000 37 2750000 2850000 4 687500 712500 38 2750000 2900000 4 687500 725000 39 1815000 1953000 5 363000 390600 40 880000 1155000 6 146666.7 192500 41 880000 1030000 3 293333.3 343333.3 42 700000 788000 3 233333.3 262666.7 147
43 715000 740000 4 178750 185000 44 2750000 3025000 4 687500 756250 45 880000 905000 5 176000 181000 46 1800000 2000000 4 450000 500000 47 1265000 1290000 4 316250 322500 48 660000 748000 2 330000 374000 49 6380000 6780000 3 2126667 2260000 50 4015000 4415000 4 1003750 1103750 51 930000 1018000 3 310000 339333.3 52 3080000 3355000 4 770000 838750 53 4565000 4955000 5 913000 991000 54 1650000 1738000 5 330000 347600 55 715000 815000 4 178750 203750 56 1430000 1580000 6 238333.3 263333.3 57 1430000 1518000 4 357500 379500 58 1815000 1965000 5 363000 393000 59 3575000 3788000 5 715000 757600 60 2425000 2500000 4 606250 625000 61 935000 1035000 6 155833.3 172500 62 6380000 6655000 5 1276000 1331000 63 495000 483000 4 123750 120750 64 2625000 2650000 4 656250 662500 65 2625000 2675000 4 656250 668750 66 1265000 1315000 4 316250 328750 67 2750000 2775000 4 687500 693750 68 2400000 2480000 4 600000 620000 69 940000 953000 3 313333.3 317666.7 70 880000 930000 3 293333.3 310000 71 1155000 1230000 5 231000 246000 72 1485000 1500000 4 371250 375000 73 800000 850000 5 160000 170000 74 880000 1093000 2 440000 546500 75 1265000 1340000 4 316250 335000 76 550000 600000 4 137500 150000 77 5445000 5658000 3 1815000 1886000 78 1375000 1525000 4 343750 381250 79 1100000 1300000 3 366666.7 433333.3 80 2200000 2375000 5 440000 475000 81 2310000 2535000 5 462000 507000 82 3190000 3290000 4 797500 822500 83 940000 1027000 3 313333.3 342333.3 84 1815000 1915000 5 363000 383000 85 1300000 1363000 4 325000 340750 86 1430000 1580000 5 286000 316000 87 1650000 1713000 3 550000 571000 88 1480000 1818000 5 296000 363600 89 930000 1005000 4 232500 251250 90 1200000 1200000 4 300000 300000 148
91 950000 1050000 5 190000 210000 92 750000 750000 2 375000 375000 93 950000 1100000 5 190000 220000 94 600000 600000 2 300000 300000 95 1300000 1450000 4 325000 362500 96 700000 700000 2 350000 350000 97 650000 700000 3 216666.7 233333.3 98 450000 550000 4 112500 137500 99 525000 600000 5 105000 120000 100 400000 450000 4 100000 112500 101 475000 525000 3 158333.3 175000 102 675000 725000 4 168750 181250 103 500000 600000 2 250000 300000 104 350000 400000 3 116666.7 133333.3 105 375000 400000 2 187500 200000 106 750000 500000 4 187500 125000 107 900000 800000 4 225000 200000 108 225000 245000 3 75000 81666.67 109 900000 800000 6 150000 133333.3 110 450000 550000 5 90000 110000 111 470000 500000 4 117500 125000 112 550000 450000 3 183333.3 150000 113 350000 400000 4 87500 100000 114 500000 600000 3 166666.7 200000 115 425000 425000 4 106250 106250 116 315000 300000 3 105000 100000 117 500000 600000 3 166666.7 200000 118 650000 600000 4 162500 150000 119 775000 775000 6 129166.7 129166.7 120 325000 300000 4 81250 75000 121 630000 650000 4 157500 162500 122 700000 750000 3 233333.3 250000 123 700000 800000 3 233333.3 266666.7 124 825000 930000 4 206250 232500 125 300000 400000 3 100000 133333.3 126 350000 425000 4 87500 106250 127 300000 250000 4 75000 62500 128 225000 300000 3 75000 100000 129 450000 530000 3 150000 176666.7 130 330000 450000 3 110000 150000 131 300000 300000 4 75000 75000 132 200000 250000 2 100000 125000 133 250000 300000 2 125000 150000 134 200000 250000 3 66666.67 83333.33 135 200000 200000 3 66666.67 66666.67 136 150000 250000 2 75000 125000 137 375000 350000 4 93750 87500 138 300000 280000 3 100000 93333.33 149
139 350000 350000 3 116666.7 116666.7 140 130000 230000 2 65000 115000 141 485000 500000 3 161666.7 166666.7 142 400000 400000 2 200000 200000 143 200000 250000 3 66666.67 83333.33 144 425000 450000 3 141666.7 150000 145 150000 300000 3 50000 100000 146 375000 350000 4 93750 87500 147 400000 450000 3 133333.3 150000 148 350000 350000 2 175000 175000 149 750000 850000 4 187500 212500 150 800000 815000 3 266666.7 271666.7 151 800000 800000 3 266666.7 266666.7 152 600000 550000 2 300000 275000 153 950000 950000 4 237500 237500 154 750000 850000 5 150000 170000 155 800000 820000 4 200000 205000 156 1100000 1000000 3 366666.7 333333.3 157 550000 425000 4 137500 106250 158 825000 900000 4 206250 225000 159 350000 400000 4 87500 100000 160 415000 400000 4 103750 100000 161 375000 375000 4 93750 93750 162 375000 400000 3 125000 133333.3 163 370000 370000 3 123333.3 123333.3 164 400000 400000 3 133333.3 133333.3 165 445000 445000 4 111250 111250 166 370000 370000 4 92500 92500 167 340000 350000 4 85000 87500 168 350000 350000 4 87500 87500 169 350000 350000 3 116666.7 116666.7 170 450000 350000 3 150000 116666.7 171 500000 400000 3 166666.7 133333.3 172 525000 425000 4 131250 106250 173 350000 350000 3 116666.7 116666.7 174 300000 300000 2 150000 150000 175 250000 300000 3 83333.33 100000 176 400000 400000 3 133333.3 133333.3 177 675000 700000 3 225000 233333.3 178 700000 700000 4 175000 175000 179 600000 600000 5 120000 120000 180 800000 850000 5 160000 170000 181 650000 650000 4 162500 162500 182 780000 800000 6 130000 133333.3 183 800000 800000 5 160000 160000 184 950000 950000 4 237500 237500 185 800000 800000 4 200000 200000 186 750000 750000 5 150000 150000 150
187 950000 950000 6 158333.3 158333.3 188 850000 850000 4 212500 212500 189 800000 850000 4 200000 212500 190 750000 800000 5 150000 160000 191 1100000 1100000 3 366666.7 366666.7 192 425000 425000 4 106250 106250 193 650000 700000 5 130000 140000 194 600000 600000 4 150000 150000 195 400000 400000 3 133333.3 133333.3 196 650000 650000 5 130000 130000 197 600000 650000 4 150000 162500 198 600000 600000 3 200000 200000 199 650000 650000 5 130000 130000 200 350000 375000 4 87500 93750 201 500000 500000 3 166666.7 166666.7 202 600000 600000 4 150000 150000 203 675000 675000 5 135000 135000 204 400000 500000 4 100000 125000 205 600000 600000 3 200000 200000 206 500000 600000 4 125000 150000 207 350000 350000 3 116666.7 116666.7 208 700000 700000 3 233333.3 233333.3 209 675000 675000 4 168750 168750 210 300000 325000 3 100000 108333.3 211 650000 650000 5 130000 130000 212 700000 650000 6 116666.7 108333.3 213 300000 320000 2 150000 160000 214 800000 800000 5 160000 160000 215 700000 700000 6 116666.7 116666.7 216 675000 675000 5 135000 135000 217 370000 370000 2 185000 185000 218 650000 650000 5 130000 130000 219 300000 320000 3 100000 106666.7 220 475000 500000 4 118750 125000 221 550000 550000 4 137500 137500 222 600000 600000 4 150000 150000 223 350000 350000 4 87500 87500 224 350000 360000 3 116666.7 120000 225 650000 650000 5 130000 130000 226 350000 350000 3 116666.7 116666.7 227 550000 550000 4 137500 137500 228 650000 650000 5 130000 130000 229 675000 675000 5 135000 135000 230 1100000 1100000 3 366666.7 366666.7 231 400000 450000 3 133333.3 150000 232 675000 675000 6 112500 112500 233 650000 650000 5 130000 130000
151
152
A. Uji Z Variabel Pendapatan Keluarga
NPar Tests
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum Pendapatan Sebelum 233 974193.13 1030365.775 130000 6380000 Penetapan desa wisata Pendapatan Sesudah 233 1030086 1090000.851 200000 6780000 Penetapan desa wisata
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks Pendapatan Sesudah Negative Ranks 21a 74.31 1560.50 Penetapan desa wisata Positive Ranks 149b 87.08 12974.50 - Pendapatan Sebelum Ties 63c Penetapan desa wisata Total 233 a. Pendapatan Sesudah Penetapan desa wisata < Pendapatan Sebelum Penetapan desa wisata b. Pendapatan Sesudah Penetapan desa wisata > Pendapatan Sebelum Penetapan desa wisata c. Pendapatan Sesudah Penetapan desa wisata = Pendapatan Sebelum Penetapan desa wisata
Test Statisticsb
Pendapatan Sesudah Penetapan desa wisata - Pendapatan Sebelum Penetapan desa wisata Z -8.894a Asymp. Sig. (2-tailed) .000 a. Based on negative ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test
153
B. Uji Z Variabel Curahan Kerja Bidang Pertanian
NPar Tests
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum Curahan Kerja Bidang Pertanian Sebelum 182 2623.19 353.369 2190 3285 Penetapan Sebagai Desa Wisata Curahan Kerja Bidang Pertanian Sesudah 182 2644.73 375.915 2190 3920 Penetapan Sebagai Desa Wisata
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks a Curahan Kerja Bidang Negative Ranks 13 19.04 247.50 Pertanian Sesudah b Penetapan Sebagai Positive Ranks 22 17.39 382.50 Desa Wisata - Curahan c Kerja Bidang Pertanian Ties 147 Sebelum Penetapan Total Sebagai Desa Wisata 182 a. Curahan Kerja Bidang Pertanian Sesudah Penetapan Sebagai Desa Wisata < Curahan Kerja Bidang Pertanian Sebelum Penetapan Sebagai Desa Wisata b. Curahan Kerja Bidang Pertanian Sesudah Penetapan Sebagai Desa Wisata > Curahan Kerja Bidang Pertanian Sebelum Penetapan Sebagai Desa Wisata c. Curahan Kerja Bidang Pertanian Sesudah Penetapan Sebagai Desa Wisata = Curahan Kerja Bidang Pertanian Sebelum Penetapan Sebagai Desa Wisata
Test Statistics b Curahan Kerja Bidang Pertanian Sesudah Penetapan Sebagai Desa Wisata - Curahan Kerja Bidang Pertanian Sebelum Penetapan Sebagai Desa Wisata Z -1.154a Asymp. Sig. (2-tailed) .248 a. Based on negative ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test
154
C. Uji Z variabel Curahan Kerja Bidang Non-Pertanian
NPar Test
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum Curahan Kerja Bidang Non-Pertanian 51 1961.02 492.665 1152 3360 Sebelum Penetapan Sebagai Desa Wisata Curahan Kerja Bidang Non-Pertanian 51 1970.43 522.794 1152 3360 Sesudah Penetapan Sebagai Desa Wisata
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks a Curahan Kerja Bidang Negative Ranks 3 2.17 6.50 Non-Pertanian Sesudah b Penetapan Sebagai Desa Positive Ranks 2 4.25 8.50 Wisata - Curahan Kerja c Bidang Non-Pertanian Ties 46 Sebelum Penetapan Total Sebagai Desa Wisata 51 a. Curahan Kerja Bidang Non-Pertanian Sesudah Penetapan Sebagai Desa Wisata < Curahan Kerja Bidang Non-Pertanian Sebelum Penetapan Sebagai Desa Wisata b. Curahan Kerja Bidang Non-Pertanian Sesudah Penetapan Sebagai Desa Wisata > Curahan Kerja Bidang Non-Pertanian Sebelum Penetapan Sebagai Desa Wisata c. Curahan Kerja Bidang Non-Pertanian Sesudah Penetapan Sebagai Desa Wisata = Curahan Kerja Bidang Non-Pertanian Sebelum Penetapan Sebagai Desa Wisata
Test Statistics b Curahan Kerja Bidang Non- Pertanian Sesudah Penetapan Sebagai Desa Wisata - Curahan Kerja Bidang Non- Pertanian Sebelum Penetapan Sebagai Desa Wisata Z -.271a Asymp. Sig. (2-tailed) .786 a. Based on negative ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test
155
156
Foto 1 Kunjungan Wisatawan Asing ke Desa Wisata Brayut
Foto 2 Pertanian Merupakan Salah Satu Asset yang dapat dijual Warga
157
Foto 3 Local Guide Sebagai Dampak Postif dari keberadaan Desa Wisata
Foto 4 Wisatawan Dapat Bermalam di Home Stay yang Telah disediakan Oleh Masing-Masing Desa Wisata
158
Foto 5 Kesempatan Berusaha Masyarakat Setempat Meningkat Dengan Keberadaan Desa Wisata
Foto 6 Senyum Ceria Wisatawan Setelah Berkunjung ke Desa Wisata