Vol. 4, No. 2 (2020) 232-237 ISSN: 2597-4866

Indonesian Journal of Primary Education

Puzzle sebagai Media Pembelajaran Pendidikan Seni Tari di Sekolah Dasar

Rosarina Giyartini

PGSD Universitas Pendidikan Kampus Tasikmalaya *Corresponding author: [email protected] Received 11 November 2020; Revised 16 November 2020; Accepted 27 December 2020 Published 27 December 2020 Abstract This study aims to find the concept of learning dance in elementary schools (SD) using puzzle media. Puzzles were chosen because they are educational toys whose prices are relatively affordable, and their use can be adjusted to the child's level of development. This learning concept is needed especially by teachers who do not have the knowledge of dance education but have to teach dance in elementary schools. To achieve this goal, the material object studied is the essence of learning dance in elementary school and puzzles. The formal object is descriptive correlational, an approach that seeks to describe the phenomenon of the material object being studied and the relationship between these material objects. The results of this study are the concept of using dance puzzles in teaching dance in elementary schools. The sources obtained from this research are the concepts constructed from this research that can be applied to dance learning in elementary schools. One of the implications of the results of this research is that teachers who do not have a scientific basis for dance education can teach dance proportionally in elementary schools.

Keywords: puzzle, learning, dance.

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk melahirkan konsep pembelajaran seni tari di Sekolah Dasar (SD) menggunakan media puzzle. Puzzle dipilih karena merupakan mainan edukatif yang harganya relatif terjangkau, dan penggunaannya dapat disesuaikan dengan dengan tingkat perkembangan anak. Konsep pembelajaran ini diperlukan terutama oleh guru yang tidak memiliki bekal keilmuan pendidikan seni tari namun harus mengajar seni tari di SD. Untuk mencapai tujuan tersebut, objek material yang ditelaah adalah esensi pembelajaran tari di SD dan puzzle. Adapun objek formalnya adalah deskriptif korelasional, yakni pendekatan yang berupaya memaparkan fenomena dari objek material yang dikaji serta keterkaitan antara objek-objek material tersebut. Hasil penelitian ini berupa konsep penggunaan puzzle seni tari pada pembelajaran seni tari di SD. Adapun kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah konsep yang dikonstruksi dari penelitian ini dapat diaplikasikan pada pembelajaran tari di SD. Salah satu implikasi dari hasil riset ini adalah guru yang tidak memiliki dasar keilmuan pendidikan tari dapat mengajar tari di SD secara proporsional. . Kata kunci: puzzle, pembelajaran, seni tari.

PENDAHULUAN Kedua, sampai saat ini media pembelajaran Penelitian ini didasari oleh dua hal seni tari di SD yang dapat membantu guru mendasar. Pertama, pendidikan tari di yang tidak memiliki dasar keilmuan Sekolah Dasar (SD) sampai saat ini masih pendidikan tari namun harus mengajar tari dipegang oleh guru kelas yang pada untuk pendidikan amatlah langka. umumnya tidak memahami seni tari dalam Berdasarkan kedua hal di atas, penelitian konteks untuk pendidikan. Anak dijejali ini dilakukan untuk menemukan konsep dengan hafalan gerak tanpa diberi ruang pembelajaran tari pendidikan di SD untuk mengembangkan segala potensi menggunakan puzzle seni tari tradisional kreatifnya. Dampaknya, potensi kreatif anak Indonesia sebagai media pembelajarnnya. terkalahkan oleh produk akhir pembelajaran, Tujuannya adalah menawarkan solusi yakni sebuah tarian yang tidak memberi ruang alternatif model pembelajaran seni tari di kepada anak untuk menampilkan segala sekolah dasar yang efektif, efisien, dan potensi kecerdasannya.

© 2020 - Indonesian Journal of Primary Education – Vol .4, No. 2 (2020 ) 232-237 http://ejournal.upi.edu/index.php/IJPE/index - All rights reserved

Rosarina Giyartini 233 Puzzle sebagai Media Pembelajaran Pendidikan Seni Tari di Sekolah Dasar mampu menumbuhkan berbagai kecerdasan Secara substansial, persoalan yang serta potensi kreatif peserta didik. diangkat dalam penelitian ini belum disentuh Hal di atas cukup mendasar karena oleh peneliti sebelumnya. Penggunaan puzzle setidaknya ada dua hal penting. Pertama sebagai media pembelajaran memang sudah puzzle bukan semata potongan gambar tari banyak yang mengkaji, namun untuk tradisional yang tanpa makna, namun kepentingan pembelajaran seni tari di SD memberi ruang kepada anak untuk berkreasi, belum ada. Umumnya, kajian tentang puzzle bertanya, berdiskusi, hingga memanfaatkan dalam konteks pembelajaran difokuskan kecanggihan dunia informasi saat ini. Puzzle untuk meningkatkan keterampilan tertentu juga bukan hanya media untuk mengajarkan dari siswa, seperti berpikir kreatif (Ermaita, keterampilan seperti mengenali bentuk, Pargito, dan Pujiati, 2016), media puzzle ukuran, jumlah, warna, kesamaan dan untuk meningkatkan hasil belajar IPS perbedaan (Dianne Miller Nielsen, 2008), (Khusnul Maslukhah, 2013), pengaruh media namun merupakan salah satu jenis mainan puzzle pada pembelajaran IPA (Widya edukatif, dan harganya relatif terjangkau. Hastuti, 2017); serta penggunaan media Selain itu sebagaimana dijelaskan Maysky puzzle untuk meningkatkan kemampuan Mary, puzzle memiliki fungsi untuk: (1) mengenal bentuk geometri (Elan, Dindin melatih konsentrasi, ketelitian dan kesabaran; Abdul Muiz L, dan Feranis, 2017). (2) memperkuat daya ingat; (3) mengenalkan Beberapa penelitian di atas adalah untuk anak pada sistem dan konsep hubungan; (4) menyebut beberapa contoh penelitian terkait dan dengan memilih gambar/bentuk, dapat puzzle yang sudah dilakukan peneliti melatih anak untuk berpikir sebelumnya, namun belum menyentuh matematis/menggunakan otak kirinya konteks pembelajaran seni tari di SD. Adapun (Resiyati, 2010). kajian puzzle yang terkait dengan seni tari Pilihan puzzle sebagai media pembelajaran adalah tulisan Streit (2012). Dalam kajiannya seni tari di SD juga dipandang tepat karena Streit menganalisis puzzle yang bentuknya usia sekolah dasar merupakan usia dimana menggambarkan ilustrasi tarian Indonesia. anak mulai belajar memainkan peranan sesuai Streit lebih menyoroti fungsi puzzle tersebut dengan jenis kelaminnya, bergaul dengan sebagai media edukasi, namun tidak teman sebaya, dan mengembangkan sikap menyentuh sama sekali pembelajaran seni tari positif terhadap kehidupan sosial agar tumbuh di SD. kembangnya menjadi baik (Permana, 2013). Berdasarkan gambaran peta penelitian di Kedua, esensi pembelajaran seni tari di atas, dapat dikatakan bahwa penelitian ini sekolah dasar adalah bukan untuk menjadikan orisinil dan layak dilakukan. Hal ini mendasar anak sebagai seorang seniman tari, namun karena dalam konteks pembelajaran seni tari membekali mereka menemukan solusi dan di SD puzzle dimungkinkan mampu dijadikan memecahkan masalah secara kreatif. Oleh sarana menumbuhkembangan segenap potensi sebab itu faktor kreativitas menjadi penting kreatif anak. Potensi kreatif ini harus dalam pembelajaran tari karena anak akan ditumbuhkembangkan karena akan sangat peka terhadap masalah lingkungan dan berpengaruh terhadap hidup anak (Munandar, masalah kemanusiaan (Munandar, 2009) serta 2009). Bahkan Guilford (1967) menyatakan, dari sanalah keberhasilan hidup dimulai bahwa pengembangan kreativitas melalui (Supriadi, 2001: 9). Hal ini cukup mendasar jalur pendidikan adalah hal yang sangat karena kreativitas merupakan gabungan dari diperlukan karena dapat mengembangkan enam aspek, yaitu: (1) keterampilan potensi anak secara utuh. intelektual (intellectual skills), (2) pengetahuan (knowledge), (3) gaya berfikir METODE PENELITIAN (thinking styles), (4) kepribadian Penelitian ini berupaya merumuskan (personality), (5) motivasi (motivation), dan konsep pembelajaran seni tari di SD yang (6) lingkungan (environment) (Kaufman & menggunakan puzzle sebagai media Sternberg, 2006). pembelajarannya. Untuk itu, objek material

© 2020 - Indonesian Journal of Primary Education – Vol .4, No. 2 (2020 ) 232-237 http://ejournal.upi.edu/index.php/IJPE/index - All rights reserved

234 Rosarina Giyartini Puzzle sebagai Media Pembelajaran Pendidikan Seni Tari di Sekolah Dasar yang ditelaah adalah esensi pembelajaran tari rumuskan dalam konsep pembelajatran tari di SD dan puzzle. kreatif di SD: dari anak, oleh anak, dan Sebagai penelitian yang menggali konsep, untuk anak (Giyartini, 2008). Konsep ini objek formal yang dipandang tepat adalah telah dirujuk oleh beberapa peneliti seperti deskriptif korelasional. Metode ini ditujukan Permanasari, Lestari, dan Fujiawati (2018), untuk menggambarkan fenomena yang Permanasari (2016), dan Munawaroh berlangsung pada saat penelitian dilakukan (2017). (Abdullah, 2015). Adapun studi korelasi Sehubungan dengan hal tersebut, digunakan untuk mempelajari hubungan dua penggunaan puzzle sebagai media variabel atau lebih, yakni sejauh mana variasi pembelajaran tari juga harus dalam satu variabel berhubungan dengan menempatkan guru sebagai fasilitator. variasi dalam variabel lain (Sudjana dan Pembelajaran ini tentu menekankan Ibrahim, 2004). Dengan kata lain pendekatan imajinasi anak sesuai tingkat ini digunakan untuk memaparkan konsep perkembangannya. Imajinasi penting penggunaan media puzzle untuk pendidikan karena terkait dengan kreativitas. seni tari di SD melalui proses telaah korelasi Pembelajaran tari dengan media puzzle antara esensi tari pendidikan dan puzzle juga dikembalikan pada fungsi pelajaran sebagai media pembelajaran. seni tari yang dalam istilah Masunah dan Sebagi investigasi yang mendalam, Narawati (2003: 245, 247-248) disebut tari penelitian ini berupaya menggali secara pendidikan, yang difokuskan pada proses mendalam, detail, dan khusus yang kreatif anak, bukan membekali anak agar menekankan pada pemahaman mengenai terampil menari untuk kebutuhan pentas masalah konsep puzzle sebagai media seni yang sesungguhnya. Hal ini selaras pembelajaran seni tari di SD berdasarkan dengan pandangan Amien (2005), bahwa konteks aplikasinya, yakni untuk jenjang pembelajaran yang demikian untuk kelas berapa nantinya puzzle tersebut memperkuat kapasitas, yakni kemampuan digunakan. Oleh karena itu pendeskripsian memahami dan belajar (mengajarkan dilakukan melalui rangkaian reduksi, esensi, keterampilan belajar dan keterampilan dan intensi sebagaimana dipaparkan Tom berpikir) karena masalah yang sering Donoghue and Keith Punch, ed. (2003). dihadapi solusinya bersifat divergen dan Reduksi adalah proses memilah dan memilih kontekstual. data yang relevan, yang kemudian dikonstruksi untuk digali esensinya. B. Puzzle Tari Pengonstruksian ini juga melalui proses Apapun bentuknya, puzzle adalah media interpretasi peneliti berdasarkan noesis dan permainan. Prinsip bentuk puzzle adalah noema atas data yang ditemukan. kepingan dari gambar tertentu yang menurut Soebachman (2012) dapat melatih TEMUAN DAN PEMBAHASAN tingkat konsentri. Dalam konteks A. Hakikat Pembelajaran Tari di SD pembelajaran, puzzle adalah salah satu Pada prinsipmya. pembelajaran tari di maian edukatif yang bukan hanya melatih sekolah dasar bukanlah untuk mendidik konsetrasi, namun mampu mengasah anak menjadi penari atau seniman tari. keterampilan siswa dalam memecahkan Tujuan utamanya adalah untuk masalah, bahkan bagi anak usia 4-5 tahun mengembangakan segenap potensi (Permata, 2020). kecerdasan anak. Oleh sebab itu, Melalui puzzle anak mengasah otaknya seharusnya pembelajaran tari di SD dengan mencari, menemukan, menyusun memerdekakan anak dalam mengagas, strategi, menccookkan benuk, melatih membentuk, dan menyajikan karya tarinya. kesabaran, dan telah memecahkan masalah Guru hanyalah fasilitator yang membantu sederhana yakni menyelesaikan kepingan anak melahirkan dan mewujudkan gagasan puzzle secara mandiri dengan benar kreatifnya. Konsep ini sudah peneliti (Yuliani, 2008).

© 2020 - Indonesian Journal of Primary Education – Vol .4, No. 2 (2020 ) 232-237 http://ejournal.upi.edu/index.php/IJPE/index - All rights reserved

Rosarina Giyartini 235 Puzzle sebagai Media Pembelajaran Pendidikan Seni Tari di Sekolah Dasar

Dalam konteks pembelajaran tari di SD, hingga tingkat keamanannya, jangan sampai puzzle yang digunakan adalah puzzle tari, melukai siswa. yakni puuzle yang berisi ilustrasi atau gambar tarian tertentu. Jika ingin 2. Pelaksanaan mengenalkan keragaman budaya Garis besar langkah-langkah pada saat Indonesia, sebaiknya dipilih puzzle yang pelaksanaan ini adalah sebagai berikut: berisi kepingan gambar tari tradisi dari a. Guru memperlihatkan puzzle yang beragam suku di Indonesia. belum dibuka dan menjelaskan gambar- Puzzle tarian di atas juga digunakan gambar tari tradisional yang ada di untuk memecahkan masalah. Tentu saja puzzle tersebut; masalahnya bukan hanya membongkar b. Guru membagikan puzzle ke setiap pasang kepingan gambar, namun harus kelompok yang sudah dibentuk, dan sampai pada apresiasi sesuai tingkat siswa diberi kesempatan berdiskusi perkembangan anak. Apresiasi yang dengan kelompoknya guna menggali dimaksud adalah anak harus memahami informasi tentang tarian sesuai puzzle konten gambar dan menangkap gerak dasar yang diterimanya; dari tarian tersebut yang secara teknis c. Setiap kelompok diminta melepas contohnya dipaparkan dalam point C. puzzle dan mengacaknya. Setelah teracak, setiap kelompok kemudian C. Konsep Pembelajaran Seni Tari di SD saling bertukar puzzle; dengan Media Puzzle d. Setiap kelompok menyusun kembali Pembelajaran seni tari di SD dengan puzzle yang telah diacak oleh kelompok media puzzle dirancang melalui tiga tahap lain; utama, yakni pra-pelaksanaan, saat e. Setelah selesai menyusun puzzle, setiap pelaksanaan, dan pasca-pelaksanaan. Hal kelompok diberi tugas untuk menggali yang harus dilakukan guru dalam adalah informasi tentang tarian tersebut menempatkan diri sebagai fasilitator yang melalui media sosial/sumber internet; selalu melakukan pendampingan di setiap f. Setelah informasi dari tarian ditemukan, tahapnya. Guru diwajibkan cerdas dalam peserta didik diberi tugas menganalisa membantu siswa melahirkan gagasan gerakan khas dari tarian tersebut kreatifnya dalam setiap tahap kemudian berlatih menirukan gerakan pembelajaran, sehingga hasil akhir khas tersebut; pembelajaran sesuai yang diharapkan. g. Siswa memeragakan gerakan yang telah dipelajari sebelumnya. 1. Pra-Pelaksanaan Tahap ini diawali dengan menyiapkan 3. Pasca-pelaksanaan media pembelajaran berupa puzzle yang berisi Setelah siswa selesai mengalami proses gambar tari tradisional nusantara. Jumlah pembelajaran dari awal hingga akhir, guru media ini menyesuaikan kelas, misalnya 12 diharuskan melakukan evaluasi dua hal. tarian, yakni: Tari (Aceh), Tari Pertama mengevaluasi proses kerja dan (Riau), Tari Gantar (Kalimantan Timur), Tari kinerja siswa selama proses pembelajaran. Kabasaran (Sulawesi Utara), Tari Tanggai Evaluasi ini diperlukan agar siswa (Palembang), Tari (Bali), Tari Caci memahami hal hal yang seharusnya (Flores, NTT), Tari Piring (Sumatera Barat), dilakukan atau sebaliknya. Tari (Yogyakarta), Tari Merak Kedua, guru harus mengevaluasi kerja (Jawa Barat), Tari Topeng Klana (Cirebon), dan kinerja dirinya sendiri terkait dengan dan Tari Penyambutan (Papua). Ke-12 puzzle proses belajar mengajar yang telah tari tradisional tersebut harus dicek terlebih dilakukannya. Hal ini penting karena dahulu secara keseluruhan, mulai dari bentuk, banyak temuan tidak terduga saat kejelasan gambar, jumlah potongan puzzle, pembelajaran berlangsung yang justru akan

© 2020 - Indonesian Journal of Primary Education – Vol .4, No. 2 (2020 ) 232-237 http://ejournal.upi.edu/index.php/IJPE/index - All rights reserved

236 Rosarina Giyartini Puzzle sebagai Media Pembelajaran Pendidikan Seni Tari di Sekolah Dasar

memperkaya perbendaharaan guru dalam DAFTAR PUSTAKA melakukan tugasnya di kemudian hari. Abdullah. Ma’ruf 2015. Metodologi Sebagai sebuah konsep pembelajaan penelitian kuantitatif. Yogyakarta: yang baru, penggunaan media puzzle untuk Aswaja Pressindo pembelajaran seni tari di SD tentu saja harus melewati uji validitas, baik sisi Amien, A. Mappadjantji. (2005). medianya (puzzle tari tradisional Kemandirian Lokal, Konsepsi nusantara) maupun model Pembangunan, Organisasi, dan pembelajarannya. Oleh sebab itu, sebelum Pendidikan dari perspektif Sains Baru. model ini diterapkan secara luas, akan Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama dilakukan uji validitas melalui Forum Creswell, J. W. 1998. Qualitatif Inquiry Group Discussion (FGD) dengan para ahli, and Research Design. Sage yakni ahli media pembelajaran, ahli konten Publications, Inc: California pembelajaran tari, dan ahli dalam bidang pedagogik. Ahli media pembelajaran Elan, Dindin Abdul Muiz L, Feranis. (2017). mengkaji dan menganalisis tentang Penggunaan Media Puzzle untuk keseluruhan media puzzle yang telah Meningkatkan Kemampuan Mengenal dibuat, dari segi bahan, tampilan, dan Bentuk Geometri. Jurnal PAUD kesesuaian media dengan konteks Agapedia, 1 (1), hlm. 66-75 pembelajaran seni tari. Ahli konten pembelajaran tari mengkaji dan Ermaita, Pargito, Pujiati. (2016). Penggunaan menganalisis tentang konten media puzzle media pembelajaran crossword puzzle dalam pembelajaran seni tari. Ahli bidang untuk meningkatkan keterampilan pedagogik mengkaji dan menganalisis segi berpikir kreatif siswa. Jurnal Studi kebermanfaatan serta kesesuaian media Sosial, 4 (1), hlm. 81-89 puzzle bagi siswa sekolah dasar dalam pembelajaran seni tari. Guilford, J. P. (1967). The Nature Of Human Intelligence. New York: Mc Graw-Hill. SIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah Hastuti, Widya. (2017). Pengaruh media dilakukan, dapat disimpulkan, bahwa pada puzzle terhadap hasil pembelajaran IPA umumnya pelaksanaan pembelajaran seni tari konsep daur hidup pada makhluk hidup di sekolah dasar masih terbatas pada fase murid kelas IV SDN nomor 25 meniru, tanpa ada eksplorasi dalam diri siswa, Panaikang Kecamatan Bisappu sehingga kemampuan kreativitas siswa belum Kabupaten Bantaeng. Jurnal Pena, 4 terasah dengan baik. (1), hlm. 679-687. Terkait dengan hal di atas, media puzzle dalam pembelajaran seni tari dihadirkan untuk Giyartini, Rosarina. (2008). Tari Kreatif: solusi alternatif memutus mata rantai Konsep pembeajarannya di sekolah pembelalajaran tari yang menempatkan siswa dasar (dari anak, oleh anak, dn untuk “membeo” dan dijejali gerakan tari tanpa anak). Dalam Narawati, T, Rita dibarengi proses kreatif. Milyartini, dan Zakarias, S. Soeteja Konsep pembelajaran tari di SD (Penyunting), Pendidikan seni dan menggunakan media puzzle yang ditawarkan perubahan sosial budaya (hlm. 15-28). ini adalah hal yang baru, sehingga untuk Bandung: Prodi Seni Sekolah aplikasi di lapangan harus dilakukan riset Pascasarjana UPI. lanjutan yang terfokus pada aplikasinya, sehingga dihasilkan model aplikasi yang ideal Kaufman C. J. & Sternberg .J. R. (2006). The dan dapat diterapkan untuk kelas rendah dan international handbook of creativity. kelas tinggi di SD secara komprehensif. New York: Cambridge University Press.

© 2020 - Indonesian Journal of Primary Education – Vol .4, No. 2 (2020 ) 232-237 http://ejournal.upi.edu/index.php/IJPE/index - All rights reserved

Rosarina Giyartini 237 Puzzle sebagai Media Pembelajaran Pendidikan Seni Tari di Sekolah Dasar

Maslukhah, Khusnul (2013). Penggunaan Permata, Rista Dwi. (2020). Pengaruh Media Puzzle Untuk Meningkatkan permainan puzzle terhadap kemampuan Hasil Belajar IPS Pada Siswa Kelas V pemecahan masalah anak usia 4-5 SDN Klantingsari I Tarik Sidoarjo. tahun. Jurnal Pinus: Jurnal Penelitian JPGSD, 01 (02), hlm 1-8 dan Inovasi Pembelajaran, 5 (2), hlm. 1- 10 Masunah, Juju & Tati Narawati. (2003). Seni dan Pendidikan Seni, Sebuah Bunga Resiyati. (2010). Upaya meningkatkan Rampai. Bandung: P4ST UPI kemampuan membaca peta lingkungan setempat dengan media puzzle peta pada Munandar, U. (2009). Pengembangan siswa kelas IV SD Negeri 02 Petarukan kreativitas anak berbakat edisi ke-3. Pemalang (Online). Diakses dari Jakarta: Rineka Cipta. http://eprints.uns.ac.id/8627/

Munawaroh, Hidayatu. (2017). Implementasi Soebachman, Agustina. (2012). Permainan pembelajaran tari dalam bikin anak pintar. Yogyakarta: IN mengembangkan aspek perkembangan Azna Books. anak usia dini. Golden Age Jurnal Ilmiah Tumbuh Kembang Anak Usia Sudjana, Nana dan Ibrahim. (2004). Dini, 2 (2), hlm. 25-34. Penelitian dan Penilaian Pendidikan Bandung: Sinar Baru Algesindo Nielsen, Dianne Miller. (2008). Mengelola kelas untuk guru TK. Jakarta: P.T. Supriadi, D. (2001). Kreativitas, kebudayaan Indeks. & perkembangan iptek. Bandung: Alfabeta. Permanasari, Alis Triena , Dwi Junianti Lestari, dan Fuja Siti Fujiawati. (2018). Streit, Aprilia Kartini. (2012). Analisa Penerapan pembelajaran tari untuk anak Permainan Edukatif Berbentuk Puzzle usia dini dalam mengembangkan dalam Bentuk Ilustrasi Tarian kreativitas mahasiswa Jurusan Indonesia. Jurnal Ruparupa: Program Pendidikan Sendratasik Untirta. Jurnal Studi Desain Komunikasi Visual Pendidikan dan Kajian Seni, 3 (2), hlm. Universitas Bunda Mulia, 1 (1), hlm. 135-148 20-30

Permanasari, Alis Triena. (2016). Penerapan Tom O’D. and Keith P. Ed. (2003). pembelajaran tari kreatif dalam Qualitative educational research in mengembangkan kemampuan dasar action: doing and reflecting London: anak usia taman kanak-kanak. Jurnal Routledge Pendidikan dan Kajian Seni, 1 (2), hlm. 107-124 Yuliani, Rani. (2008). Permainan yang mencerdaskan anak. Jakarta: Laskar Permana, D. F. W. (2013). Perkembangan Aksara. Keseimbangan pada Anak Usia 7 s / d 12 Tahun Ditinjau dari Jenis Kelamin. Jurnal Media Ilmu Keolahragaan Indonesia, 3 (1), 25–29.

© 2020 - Indonesian Journal of Primary Education – Vol .4, No. 2 (2020 ) 232-237 http://ejournal.upi.edu/index.php/IJPE/index - All rights reserved