Jurnal Komunikasi KAREBA Vol.7 No.2 Juli – Desember 2018

REPRESENTASI PEREMPUAN DALAM FILM DANGAL (SEBUAH ANALISIS DISKURSUS KRITIS)

Women Representation in Film Dangal (A Critical Discourse Analysis)

1Insani Nur Citra S, 2Tuti Bahfiarti

1Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin Makassar. [email protected] 2Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin Makassar. [email protected]

ABSTRACT

This observation aims to cognize how feminism is represented and analyzed in movie “Dangal”. Film as one of the biggest medium of mass media makes advocating ideologies and/or movements through film is a great choice. “Dangal” by director Nitesh Tiwari proves it with the feminism that they slipped in. Feminism is an ideology and movement that share the common goal to achieve equal rights for women. The method used in this observation is critical discourse analysis by Norman Fairclough with qualitative descriptive approach and full object observation. By the time the observation is done, the writer find out that women is represented in this film by the scenes in which analyzed with textual data and classified into to aspects; social aspect and professional aspect. The author also analyzed the research object by seeing the discourse practice and sociocultural discourse. Thus, the author concludes that feminism gained a lot of recognition and development after the , Geeta and Babita, became World Wrestler Champions. The society in who follow a patriarchal system finally see that women can also compete in professional works outside of family. The same situation can be found in Indonesia. Keywords: critical discourse analysis, film, feminism, representation

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana representasi perempuan dikonstruksikan dalam film “Dangal” dan perbandingannya dengan realitas keadaan perempuan di India dan Indonesia ini.. Film sebagai salah satu medium media massa yang paling berpengaruh menjadikan advokasi ideologi atau kepercayaan melalui film menjadi ampuh. Film “Dangal” karya sutradara Nitesh Tiwari mengandung advokasi feminisme, sebuah gerakan atau ideologi yang memperjuangkan persamaan hak bagi perempuan. Penelitian ini menggunakan teknik penelitian analisis diskursus kritis pendekatan Fairclough dengan tipe penelitian pendekatan deskriptif kualitatif serta pengamatan secara menyeluruh pada objek. Dari penelitian yang dilakukan, peneliti memperoleh hasil bahwa representasi perempuan dalam film “Dangal” dapat dilihat dari potongan-potongan scene yang dianalisis secara tekstual yang dapat dikelompokkan dalam aspek sosial dan profesional. Peneliti juga menganalisis pada level praktik diskursus dan praktik sosiokultural. Diperolah bahwa emansipasi perempuan mengalami perkembangan di daerah dan India setelah dan Babita Phogat menjurai kontes gulat dunia, kesuksesan dua bersaudari ini membuat masyarakat berpenganut sistem patriarki mulai melihat bahwa perempuan dapat bersaing di dunia profesional di luar ranah urusan domestik keluarga. Keadaan serupa ditemukan di Indonesia. Kata Kunci: analisis diskursus kritis, film, feminisme, representasi

212

Jurnal Komunikasi KAREBA Vol.7 No.2 Juli – Desember 2018

PENDAHULUAN perlawanan. Dimulai dengan penyuaraan agar kaum perempuan memiliki hak untuk tubuh Film berperan dalam membentuk mereka dan hak suara atau beropini. Hal inilah pandangan masyarakat mengenai suatu ide atau yang kemudian disebut sebagai gerakan gagasan atau ideologi tertentu. Menurut Turner, feminisme. makna film sebagai representasi dari realitas Sarah Gamble (2006:vii) masyarakat berbeda dengan film sekadar mendefiniskan feminisme sebagai “the belief sebagai refleksi dari realitas. Sebagai that women, purely and simply because they are representasi dari realitas, film membentuk dan women, are treated inequitably within a society menghadirkan kembali realitas berdasarkan which is organized to prioritise male kode-kode, konvensi-konvensi, dan ideologi viewpoints and concerns”. Yang kemudian dari kebudayaannya (Sobur, 2006:127-128). dirumuskan oleh Suwastini sebagai keyakinan, Film tidak bisa dipisahkan dari konteks gerakan dan usaha untuk memperjuangkan masyarakat yang memproduksi dan kesetaraan posisi perempuan dan laki-laki mengonsumsinya. Selain itu, sebagai dalam masyarakat yang bersifat patriarkis. representasi dari realitas, film juga Pada akhirnya, feminisme merupakan mengandung muatan ideologi pembuatnya konsep yang sangat luas dan majemuk yang sehingga sering digunakan sebagai alat memayungi berbagai pendekatan, pandangan, propaganda. Representasi adalah tindakan dan kerangka berpikir yang digunakan untuk menghadirkan atau merepresentasikan sesuatu menjelaskan penindasan terhadap kaum baik orang, peristiwa, maupun objek lewat perempuan dan jalan keluar yang digunakan sesuatu yang lain di luar dirinya, biasanya untuk meruntuhkan penindasan tersebut. berupa tanda atau simbol. Representasi ini belum tentu bersifat nyata tetapi bisa juga Di India, pada zaman Vedic perempuan menunjukkan dunia khayalan, fantasi, dan ide- memiliki derajat yang setara dengan laki-laki di ide abstrak (Hall, 1997:28). mana ketiga dewa Hindi bersanding dengan dewi-dewi mereka. Zaman ini juga diakui Perjuangan perempuan melawan poliandri, tak hanya poligami. Sejak invasi keterkaitan pada hubungan kekuasaan yang Islam oleh Persia, perempuan ditekan haknya menempatkannya pada kedudukan yang lebih dan diberikan batasan-batasan berdasarkan rendah dibandingkan laki-laki, memang hukum sharia. Di era independen India, perjuangan sepanjang hidupnya. Dapat ditinjau perempuan-perempuan India kini berpartisipasi bahwa pada dasarnya perempuan Indonesia dalam bidang pendidikan, olahraga, media, seni mempunyai kesulitan dan pengalaman getir dan budaya, sains, teknologi, politik, yang sama seperti saudara-saudara di negara- pelayanan,dan lain-lain. Indhira Gandhi, negara terbelakang yang masih mantan Perdana Menteri India yang menjabat mempertahankan patriarki atau struktur sosial selama hamper 15 tahun, adalah perdana yang menempatkan kekuasaan terpusat di menteri petahana wanita terlama di dunia. tangan laki-laki juga bergantung dengan sistem budaya, ekonomi, sosial dan politik setempat. Pemerintah India mendeklarasikan tahun 2001 sebagai Tahun Pemberdayaan Selama begitu lama perempuan Perempuan atau dikenal dengan istilah menjadi kaum yang lemah, terintimidasi, dan Swashakti. Kebijakan nasional untuk bahkan dipandang sebagai objek yang dapat Pemberdayaan Perempuan disahkan di tahun dimiliki. Perempuan adalah milik laki-laki yang yang sama. harus mengikuti aturan yang laki-laki tentukan – laki-laki di sini bisa berarti sang Ayah atau Per tahun 2017, berdasarkan Inter- kemudian suami. Perempuan harus menetap di Parliamenter Union (IPU) dan UN Women, rumah, cukup mengerjakan pekerjaan rumah, India menempati peringkat ke-148 secara tak memiliki suara atas keputusan yang global dalam hal representasi perempuan di diambil, dan tujuan utama perempuan dinikahi kursi pemerintah (eksekutif) dan parlemen. ialah (kasarnya) sebagai penyalur birahi atau Dalam urusan posisi menteri, India berada di kemudian menjadi tabung ovarium. posisi ke-88 dengan hanya 5 menteri perempuan (sekitar 18.5%). Hal ini jauh lebih Tentu saja seakan dengan berjalannya baik dari rata-rata representasi perempuan di waktu, kaum perempuan mulai membangun

213

Jurnal Komunikasi KAREBA Vol.7 No.2 Juli – Desember 2018

negara Asia lainnya yang hanya sekitar 11%, diangkat dari kisah nyata ini kemudian namun masih jauh di bawah pemimpin berlanjut bagaimana sang ayah akhirnya Indonesia yang mencapai 25.6% menteri melihat potensi anak-anak perempuannya perempuan. menjadi pegulat. Sosok R.A.Kartini dan Cut Nyak Dien memberikan kontribusi besar dalam gerakan RUMUSAN MASALAH feminisme di Indonesia. Perjuangan kedua Berdasarkan latar belakang yang tokoh ini telah dibahas sejak di bangku sekolah. dipaparkan di atas, maka penulis merumuskan Di Indonesia, istilah feminisme tidak setenar dua rumusan masalah, yaitu sebagai berikut: seperti di negara lain, orang Indonesia lebih mengenalnya dengan istilah emansipasi wanita. 1. Bagaimana perempuan Bila dibandingkan dengan Korea Selatan, dikonstruksi dalam film Dangal? perbedaan gaji dan upah antara laki-laki dan 2. Bagaimana representasi perempuan tidak terlalu signifikan. Di perempuan India dalam film birokrasi, pemerintah menggaji pegawainya Dangal dibandingkan dengan berdasarkan jabatan dan pangkat, bukan realitas perempuan Indonesia berdasarkan gender. Sekalipun Indonesia masih dalam lingkup sosial budaya tergolong cukup konservatif dan menganut Indonesia? paham patriarki, tetapi Indonesia dirasa cukup maju dalam pemberdayaan perempuan dan METODE PENELITIAN kesetaraan gender dibandingkan dengan negara-negara di Asia lainnya. Tipe penelitian yang digunakan adalah Perkembangan feminisme ini terus penelitian pendekatan deskriptif kualitatif dan menjadi perhatian media yang tetap mengkaji menggunakan analisis diskursus kritis atau mengenai isi dari feminisme sebagai ideologi Critical Discourse Analysis (CDA) pendekatan maupun sebagai gerakan ini. Juga mengenai Norman Fairclough yang berfokus pada textual apa yang mereka representasikan. Representasi analysis, discourse practice dan sociocultural itu disebarkan dalam media massa. practice. Sonam Rai dari St. Joseph College, Data dikumpulkan melalui observasi India, melakukan penelitian mengenai atau pengamatan secara menyeluruh pada objek representasi perempuan dalam sebuah serial penelitian yaitu film “Dangal”. Melalui fantasi asal Inggris berjudul Game of Thrones. pengamatan tersebut peneliti mengidentifikasi Ia menemukan bahwa karakter perempuan kuat sejumlah gambar dan suara yang terdapat pada tak hanya dilihat dari seberapa berat beban fisik scene dan sequence yang di dalamnya terdapat yang dapat ditangani oleh perempuan, namun unsur tanda yang merepresentasikan karakter perempuan kuat juga dapat dilihat dari perempuan. Setelah itu peneliti akan mencoba kekuatan mental dan psikis. Tokoh Daenarys menganalisa paparan adegan-adegan sesuai yang ditelitinya dikatakan sebagai perempuan dasar pendekatan CDA Fairclough. muda yang tak berhenti berjuang dan berhasil belajar untuk memimpin pasukannya dan Adapun jenis data yang digunakan dalam memberikan taktik dalam beberapa peperangan penelitian ini adalah: perebutan kekuasaan. 1. Data Primer: pengumpulan data film Di penghujung tahun 2016 lalu, di “Dangal” serta sejumlah data-data yang tengah kentalnya budaya patriarki dan sexism berkaitan dengan produksi film ini. di beberapa negara di Asia termasuk India, produser Sidharth Roy Kapur bekerjasama 2. Data Sekunder: Penelitian pustaka dengan aktor kawakan (library research), dengan mempelajari merilis sebuah film berjudul Dangal yang dan mengkaji literatur yang berkaitan spontan menjadi blockbuster karena dengan permasalahan yang diteliti untuk menceritakan bagaimana seorang ayah yang mendukung asumsi sebagai landasan adalah mantan atlit gulat merasa frustrasi teori bagi permasalahan yang dibahas. dikarenakan ia sangat ingin memiliki menerus namun ia memiliki dua anak perempuan dan taka da anak laki-laki. Sebuah film yang

214

Jurnal Komunikasi KAREBA Vol.7 No.2 Juli – Desember 2018

GAMBARAN UMUM PENELITIAN Shaikh dan Sanya Malhotra memerankan versi dewasa dari dua saudara perempuan Phogat, Penelitian ini membedah beberapa potongan dan Suhani Bhatnagar versi adegan terpilih dari film untuk melihat seluk- mereka yang lebih muda, Sakshi Tanwar ibu beluk bagaimana pandangan akan perempuan mereka, dan sepupu diperlakukan dan diekspektasikan dari sudut mereka. pandang pembuat film untuk disajikan pada penonton. Dua karakter utama perempuan dalam film ini, yaitu Geeta dan Babita Phogat beserta sosok sang Ayah, Mahavir Singh HASIL PENELITIAN Phogat akan ditelusuri guna memahami Setelah Geeta dan Babita melakukan keluhan perbedaan konstruksi perempuan di film ini terhadap Mahavir bahwa pakaian yang merasa dengan realitas perempuan di India dan kenakan kurang sesuai untuk melakukan latihan Indonesia. kebugaran seperti lari, Mahavir memutuskan Dangal adalah sebuah film drama untuk memberikan mereka pakaian yang lebih olahraga biografi berbahasa India Hindi tahun membuat mereka nyaman saat berlatih, yaitu 2016, disutradarai oleh Nitesh Tiwari dan dengan atasan kaos dan bawahan celana pendek diproduksi oleh Aamir Khan, di bawah serta sepatu olahraga. studionya Aamir Khan Productions dengan Perempuan-perempuan di daerah UTV Motion Pictures dan Walt Disney Pictures Haryana umumnya memakai salwar dan kamiz. India. Film ini secara longgar didasarkan pada Salwar adalah pakaian yang menyerupai celana keluarga Phogat, menceritakan kisah Mahavir kombor. Dan kamiz adalah baju tradisional Singh Phogat, pegulat amatir, yang melatih India yang berbentuk menjulur hingga ke lutut putrinya Geeta Phogat dan dengan lengan setengah hingga seperempat. untuk menjadi pegulat wanita kelas dunia Baju ini bisa digunakan oleh anak-anak hingga pertama di India. Aamir Khan berperan sebagai wanita yang sudah menikah dan nenek-nenek. , sementara Fatima Sana

Scene ini tak memiliki dialog berarti lamanya yang mulai kekecilan yang kemudian namun air wajah Geeta, Babita, Omkar, dan dipermak oleh Daya Kaur untuk dikenakan oleh sang ibu Daya Kaur menunjukkan mereka Geeta dan Babita. terkejut dan tidak menyetujui keputusan Mahavir. Namun apa daya, sebagai pemimpin Kali pertama Geeta dan Babita keluarga, keputusan akhir berada di tangan mengenakan pakaian tersebut, mereka merasa Mahavir, tak peduli seberapa banyak anggota malu dan risih. Kedua tangan mereka menarik- keluarga yang menentang keputusannya. narik ujung baju dan celana yang Dengan berat hati, Omkar memberikan pakaian memperlihatkan betis mereka. Dengan tatapan memelas, mereka memohon Mahavir agar

215

Jurnal Komunikasi KAREBA Vol.7 No.2 Juli – Desember 2018

memperbolehkan mereka berganti pakaian mayoritas penduduknya masih sangat kembali ke salwar dan kamiz. Namun Mahavir mengikuti paham patriarki, laki-laki di India tak menerima protes dan segera menyuruh terutama di daerah non-urban memiliki mereka untuk mulai berlatih sebelum matahari pendapat bahwa perempuan selayaknya hanya mulai bangkit. bertugas mengurus rumah tangga dan pekerjaan domestic. Seperti pembicaraan tukang cukur Tak hanya di lingkungan sosial, di dengan salah seorang pelanggannya di mana lingkup professional pun masyarakat membagi- mereka berdua setuju bahwa perempuan cocok bagi pekerjaan apa untuk laki-laki dan berada di dapur, melakukan pekerjaan di rumah pekerjaan apa yang seharusnya diperuntukkan dan bukannya mengejar karir di luar rumah. untuk perempuan. Sebagai negara yang

Berbeda dengan Mahavir yang kukuh melatih untuk membelikan Geeta dan Babita matras dua putrinya untuk menjadi pegulat latihan yang biasa dipakai oleh pegulat profesional. Ia bahkan meminta bantuan dana professional.

Mahavir : Jika bisa dapat bantuan biaya, akan sangat membantu. Sekarang putriku sudah mencapai tingkat daerah. Jadi.. Pegawai : Apa hebatnya itu? Itu juga kategori gulat wanita, kan? Putrimu hanya sendirian dan jadi yang terdepan. Mahavir : ... Pegawai : Untuk apa perlu biaya? Mahavir : Pak, aku ingin membelikan dia matras untuk berlatih. Dia bermain dengan sangat bagus. Jika sekarang Anda mendukungnya, maka suatu saat nanti dia pasti akan harumkan nama negara. Pegawai : Dengar, Pak Mahavir Singh. Dana olahraga kami segini. Gulat mendapat jatah segini. Dikurangi jatah gulat pria, lalu pelatihan, makanan, jalan-jalan, peralatan, dan lain-lain. Sisa untuk gulat wanita tinggal segini. Dan untuk jatah segitu, kau membawakanku sekotak manisan.

Bukan hanya pendanaan bagi atlet hak-hak lain pun dibatasi. Mahavir yang perempuan yang minim dan mendapatkan mengajukan permintaan cuti untuk mengurus persentase yang paling sedikit, kebebasan dan pelatihan Geeta secara intens ditolak mentah-

216

Jurnal Komunikasi KAREBA Vol.7 No.2 Juli – Desember 2018

mentah oleh atasannya yang berpikiran bahwa menyajikan disposisi yang mendukung konsep karir professional perempuan tidak berarti apa- maskulin atau tradisional kekuasaan apa. berdasarkan dominasi, kekuatan dan kontrol. Studi ini telah mengungkapkan ketidaksetaraan sosial dari sifat feminin dan maskulin yang PEMBAHASAN disajikan kepada kita dengan mengkodekan Geeta dan Babita dalam sifat-sifat maskulin dan Sebuah penelitian psikologis tentang memujanya sebagai tokoh berkuasa sentral pemberdayaan mengidentifikasi empat Memeriksa representasi ini dengan hati-hati, komponen kunci yang membuat individu disertasi ini berpendapat bahwa pernyataan merasa diberdayakan: 1) penentuan nasib atau seperti itu mengkode wanita kuat pada dasarnya self determination yang terlihat melalui kode maskulin, sehingga mengembalikan otonomi pilihan perilaku; 2) makna atau tatanan patriarkal bahkan ketika mereka meaning yang datang dengan konsistensi mengklaim untuk membongkarnya. dengan cita-cita dan nilai-nilai; 3) self-efficacy yang ditentukan oleh diri sendiri berupa Seraya Geeta berusaha membangun kepercayaan akan kemampuan seseorang untuk kepercayaan diri dan kemampuannya di atas melakukan tugasnya dengan baik; dan 4) matras gulat menuju gelar dunia, masyarakat sebuah keyakinan bahwa seseorang dapat Haryana perlahan dapat memahami bahwa memiliki dampak yang signifikan terhadap sebuah karir professional pun bukan hal organisasi atau pekerjaan (Encyclopedia of mustahil untuk dikejar. Leadership, 2004). Dangal adalah sebuah cerita yang Geeta dan Babita memenuhi semua berlambangkan emansipasi di tengah kriteria kunci di atas karena keduanya masyarakat dengan sistem patriarki. Film kemudian memutuskan nasib mereka sendiri, Dangal juga cukup merepresentasikan percaya pada kemampuan mereka sebagai anak perempuan India pada umumnya, di mana dan atlet, memaknai karir mereka, dan prestasi patriarki adalah sistem yang dominan. Terlepas yang tak hanya mengharumkan Haryana dan dari adanya kesenjangan perlakuan terhadap India namun juga mendorong perempuan- laki-laki dan perempuan, realitas keadaan di perempuan Haryana untuk mulai berusaha Indonesia lebih mendukung perempuan meraih impian mereka. dibandingkan di India. Dapat dihitung jari pekerjaan yang mengkhsusukan menerima laki- Dari empat Phogat bersaudari, hanya laki, seperti pekerjaan off-shore di perusahaan Geeta dan Babita yang terjun ke dunia kilang minyak. Selebihnya, Indonesia pergulatan. Dua sisanya memutuskan untuk membuka lapangan pekerjaan yang sama tetap mengikuti jalan seperti kebanyakan besarnya untuk laki-laki dan perempuan. Di perempuan Haryana. Ini membuktikan bahwa mata masyarakat sosial, laki-laki dan tidak semua hal harus dilakukan secara perempuan tetap memiliki peran yang berbeda. langsung dan mendadak. Ada proses panjang Sebagai negara dengan sistem patriarki yang yang perlu dilakukan dan dalam proses itu, lumayan kental, perempuan Indonesia tidak akan ada penyesuaian yang terjadi. Seorang diperlakukan seperti di India. Perempuan perempuan yang memutuskan untuk berkarir Indonesia juga dilindungi haknya dalam dan bersaing dengan laki-laki bukan berarti Undang-Undang yang diatur. semua perempuan lainnya perlu mengikuti.

KESIMPULAN

Sebagai sebuah medium media massa, Dangal melakukan pekerjaan yang adil dalam menyajikan kepada kita karakter perempuan seperti Geeta dan Babita Phogat dan memberi mereka tempat kekuasaan dan posisi dalam dunia patriarkal. Namun, analisis lebih dekat dari karakter-karakter yang diberdayakan ini

217

Jurnal Komunikasi KAREBA Vol.7 No.2 Juli – Desember 2018

DAFTAR PUSTAKA Tong, Rosmarie. 2009. Feminist Thought: A More Comprehensive Introduction. 3rd Edition. Colorado: Westview Press. Caplan, Patricia. 1987. The Cultural Umar, Nasaruddin. 2000. Argumen Kesetaraan Construction of Sexuality. London: Gender Perspektif A-Qur’an. Jakarta: Tavistock Publications Ltd. Paramadina. Effendy, Onong U. 1989. Kamus Komunikasi: Wolf, Naomi. 2004. Mitos Kecantikan: Kala Polarisasi. Bandung: Mandar Maju. Kecantikan Menindas Perempuan. Eriyanto. 2001. Analisis Wacana: Pengantar Yogyakarta: Futuh Printika. Teks Media. Jakarta: LKIS. Faludi, S. 2006. Backlash: The Undeclared Jurnal dan Tesis War Against American Women. New York: Three Rivers Press. Omara, Andy. Perempuan, Budaya Patriarki dan Representasi. Jurnal: Mimbar Foucault, M. (1972). The Archaeology of Hukum 2004, II (46). (Unpublished, Knowledge. London: Tavistock. 2004) Foucault, M. (1980). Power / Knowledge. RAI, SONAM. Women With(out) Dragons: A Brighton: Harvester. Critical Analysis of the Representation Gamble, S. 2006. The Routledge Companion to of Women in Game of Thrones. St. Feminism and Postfeminism. London Joseph’s College, India. (Master and New York: Routedge. Thesis, unpublished. 2017) Hall, Stuart. 1997. Representation: Cultural Representation and Signifying Practices. London: Sage Publications. Lubis, Akhyar Yusuf. 2015. Pemikiran Kritis Kontemporer. Jakarta: RajaGrafindo. Oakley, Ann. 1972. Sex, Gender and Society. Virginia: Maurice Temple Smith Ltd. (Digitized May 23, 2008) Rakhmat, Jalaluddin. 1999. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Karya CV. Sanders, Valerie. 2006. Cambridge Companion to Feminism and Postfeminism: First Wave Feminism. London: Routedge. Shadily, Hassan. 1983. Sosiologi untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta: PT. Bina Aksara. Sobur, Alex. 2003. Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta. Sylvester, Christine. 1996. Feminist Theory and International Relations in a Postmodern Era. Cambridge: Cambridge University Press.

218