DRAMATISME PIDATO POLITIK PERTAMA GUBERNUR DKI

(Analisis Teks Pidato Politik Pertama Anies Baswedan sebagai Gubernur DKI Jakarta Periode 2017-2022 dalam Perspektif Dramatisme)

Oleh:

MUTIA RAHMA

140904157

Program Studi Jurnalistik

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2018

Universitas Sumatera Utara DRAMATISME PIDATO POLITIK PERTAMA GUBERNUR DKI JAKARTA ANIES BASWEDAN

(Analisis Teks Pidato Politik Pertama Anies Baswedan sebagai Gubernur DKI Jakarta Periode 2017-2022 dalam Perspektif Dramatisme)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Program Strata 1 (S1) pada Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

MUTIA RAHMA 140904157 Jurnalistik

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018

Universitas Sumatera Utara LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh :

Nama : Mutia Rahma

NIM : 140904157

Judul Skripsi : Dramatisme Pidato Politik Pertama Gubernur Dki Jakarta Anies Baswedan (Analisis Teks Pidato Politik Pertama Anies Baswedan Sebagai Gubernur DKI Jakarta Periode 2017-2022 Dalam Perspektif Dramatisme)

Dosen Pembimbing Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi

Syafruddin Pohan, M.Si, Ph.D Dra. Dewi Kurniawati, M.Si, Ph.D NIP. 195812051989031002 NIP. 196505241989032001

Dekan FISIP USU

Dr. Muryanto Amin, M.Si NIP. 197409302005011002

Universitas Sumatera Utara HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah karya saya sendiri, semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar. Jika di kemudian hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat) maka saya bersedia diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.

Nama: Mutia Rahma NIM: 1140904157

Tanda Tangan:

Tanggal:

Universitas Sumatera Utara HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh:

Nama : Mutia Rahma

NIM : 140904157

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul Skripsi : DRAMATISME PIDATO POLITIK PERTAMA GUBERNUR DKI JAKARTA ANIES BASWEDAN (Analisis Teks Pidato Politik Pertama Anies Baswedan sebagai Gubernur DKI Jakarta Periode 2017-2022 dalam Perspektif Dramatisme)

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Majelis Penguji

Ketua Penguji : ...... ( ) ......

Penguji : Syafruddin Pohan, M.Si, P.hD ( ) NIP. 19581205198931002

Penguji Utama : ...... ( ) ......

Ditetapkan di : Medan Tanggal :

Universitas Sumatera Utara

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Mutia Rahma NIM : 140904157 Program Studi : Ilmu Komunikasi ( Jurnalistik ) Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas : Universitas Sumatera Utara Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non-exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

“DRAMATISME PIDATO POLITIK PERTAMA GUBERNUR DKI JAKARTA ANIES BASWEDAN (Analisis Teks Pidato Politik Pertama Anies Baswedan sebagai Gubernur DKI Jakarta Periode 2017-2022 dalam Perspektif Dramatisme)”

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non Eksklusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelola dan bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Medan Pada Tanggal : Yang Menyatakan

(Mutia Rahma)

Universitas Sumatera Utara KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbilalamin. Saya lafalkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan nikmat iman, nikmat ilmu, nikmat cinta dan nikmat usia pada diri ini, sehingga dalam satu episode hidup, saya mendapat giliran untuk merampungkan sebuah karya ilmiah skripsi. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan digelari Sarjana Strata 1 (S1) program studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Terima kasih paling luar biasa saya utarakan kepada dua insan sekaligus, kedua orang tua tercinta Jamal dan Sri Yuniarti yang selalu mengeja doa-doa pada Nya, dan tidak pernah berhenti menjadi mesin pendukung baik moril maupun materil yang kerap membanting tulang dan memeras keringat demi senyum ketiga buah hatinya. Berikut ihwal proses pengerjaan, tidak terjadi hanya karena satu manusia, telah banyak tangan yang sudi sedia membantu, mendukung dan mencurahkan semangat dalam menyelesaikan karya ilmiah skripsi ini.

Terima kasih sebesar-besarnya saya ucapkan kepada pihak-pihak yang mendukung saya dalam proses pengerjaan skripsi ini, diantaranya:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H, M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera Utara 2. Bapak Dr. Muryanto Amin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara beserta seluruh staf dan jajarannya. 3. Ibu Dra. Dewi Kurniawati, M.Si, Ph.D selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. 4. Ibu Emilia Ramadhani, S.Sos, M.A selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. 5. Bapak Syafruddin Pohan, M.Si, Ph.D terima kasih untuk segala peran sebagai dosen penasehat akademik sekaligus dosen pembimbing skripsi,

Universitas Sumatera Utara atas setiap waktu berharga, dukungan, kesabaran, perhatian dan semangat yang telah diberikan di setiap pertemuan. 6. Seluruh dosen dan staf pengajar Departemen Ilmu Komunikasi yang telah banyak membantu, membimbing, dan mendidik peneliti selama masa perkuliahan. 7. Kak Maya dan kak Yanti, terima kasih untuk setiap senyum yang diberikan saat membantu saya mengerjakan segala keperluan administrasi, mulai dari menyusun, melengkapi hingga mendaftar. 8. Seluruh staf Kabag Pendidikan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik atas kemudahan yang diberikan dalam mengurus administrasi perkuliahan. 9. Fatiha Augri dan Abdullah Azzam, saudara kandung saya. Terima kasih sudah menghadirkan tawa dan semangat dalam setiap pilu dan peluh kehidupan. 10. Bagian pembentuk jati diri, saudara angkatan sembilan belas, yang memotivasi dalam pengerjaan skripsi: Atina, Gabriel, Gunawan, Istika, Kiki, Lydia, Putri, Rasyid, Ryan, Widya, Yogi. 11. Cindy Cello dan Ira Aulia, sahabat yang tidak pernah absen sejak era putih-biru. 12. Saudara-saudara on Inspiring Line. Arum, Dita, Lucky, Dinda, Reza, Fitri, Pai, Rizka dan Almarhumah Atika Putri. Terima kasih untuk memahami diri dari setiap pertemuan dengan kalian. 13. Adik-adik kesayangan yang selalu mencipta tawa dan cinta. Ayu, Tiara, Fatah, Gaby, Dwik, Ana, Tata, Tasya, Azka, Astrid. 14. Saudara Tim Hore-Hore Y***** yang banyak memproduksi drama dimulai dari keluarga, cinta, misteri, hingga kerohanian. Miss u, guys. Argindo, Deasy, Dini Warzuqni, Piwik, Remonisme. Plus Sahabat Litbang terbaik. Muhammad Arief dan Oliviardy Reviansyah. I have blessing to have you, all. 15. Kawan-kawan seperjuangan di kampus yang hadir dengan makna berarti, Rini, Ibay, Een, Abib, Rozi, Ananda, Echa, Ekalita.

Universitas Sumatera Utara 16. Keluarga besar Persma Pijar, IMAJINASI FISIP USU, serta IMIKI seluruh yang memberi banyak pelajaran baik selama berorganisasi. 17. Sicilia Haloho dan Rafika Rizki Nurhadi. Orang-orang baik yang dengan izin Allah telah menjadi sahabat saya sejak dibangku perkuliahan. 18. Makhluk luar biasa berwujud manusia yang tidak pernah menghilang untuk mendengarkan, tidak pernah lupa untuk mendoakan, dan tidak pernah sengsara untuk direpotkan; Kak Devi Olivia, Kak Fiqa, Kak Lie, dan Nadya Squishy. 19. Recent warning “jaga diri dan selesaikan skripsi”. Orang yang sudah mengajarkan banyak hal baik; tentang cara berfikir, hidup mandiri, serta menunggu dan melunasi rindu. Terima kasih paling indah, A. 20. Seluruh pihak- pihak yang tidak bisa saya sebutkan dalam membantu saya dalam menyelesaikan skripsi, terimakasih atas segala dukungannya kepada saya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Apabila terdapat kesalahan/kekhilafan dalam bentuk kata, bahasa penyampaian, dan teknik penulisan, dengan rendah hati peneliti mengharapkan agar para pembaca memberi masukan berupa saran yang bertujuan membangun kesempurnaan skripsi ini. Peneliti berharap, skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi penulis sendiri dan bagi para pembaca serta menjadi tambahan khasanah pengetahuan.

Medan, Mei 2018

Penulis

(Mutia Rahma)

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Dramatisme Pidato Politik Pertama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (Analisis Teks Pidato Politik Pertama Anies Baswedan sebagai Gubernur DKI Jakarta Periode 2017-2022 dalam Perspektif Dramatisme). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis isi pidato politik pertama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang dibacakannya pasca dilantik Presiden Joko Widodo pada 16 Oktober 2017 dalam perspektif dramatisme. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis sebagai pendekatan. Adapun kajian pustaka yang menjadi pendukung dalam penelitian ini antara lain, Komunikasi, Komunikasi Politik, Retorika, dan Dramatisme. Metode penelitian ini menggunnakan metode kualitatif dengan subjek penelitian yaitu teks pidato politik pertama Anies Baswedan sebagai Gubernur DKI Jakarta setelah dilantik dan objek dari penelitian ini adalah dramatisme. Kesimpulan dari hasil penelitian ini menunujukkan bahwa inti dari pidato politik pertama Anies Baswedan setelah dilantik sebagai Gubernur DKI Jakarta adalah seruan keadilan bagi rakyat Jakarta serta persatuan dan kesatuan untuk seluruh elemen di Kota Jakarta. Dramatisme yang terdapat dalam pidatonya banyak menekankan pada bentuk karakter yang ingin ditampilkan Anies. Pemilihan kata dan kalimat dikonsep sedemikian rupa dan terdapat berbagai macam persoalan ambiguitas makna dalam berbagai istilah yang diucapkan Anies Baswedan.

Kata Kunci: Dramatisme, Pidato, Anies Baswedan

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

This research entitled The Dramatism First Political Speech of Jakarta Governor Anies Baswedan (Text Analysis of First Political Speech Anies Baswedan as Governor of DKI Jakarta Period 2017-2022 in Dramatic Perspective). This research aims to analyze the contents of the first political speech of Jakarta Governor Anies Baswedan which he read after being inaugurated by President Joko Widodo on October 16, 2017 in the perspective of dramatism. This research uses constructivist paradigm as approach. The study literature that became supporters in this research are, Communication, Political Communication, Rhetoric, and Dramatism. This research method uses qualitative method with research subject that is first political speech texts Anies Baswedan as Governor of DKI Jakarta after inaugurated and object of this research is dramatism. The conclusion of this study shows that the essence of Anies Baswedan's first political speech after being inaugurated as Governor of DKI Jakarta is a call for justice for the people of Jakarta and unity for all elements in Jakarta. The dramatism contained in his speech emphasizes the form of character Anies wants to show. The choice of words and sentences is conceptualized and there are various issues of ambiguity in terms of the various terms spoken by Anies Baswedan.

Keywords: Dramatism, Speech, Anies Baswedan

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah ...... 1 1.2 Fokus Masalah ...... 7 1.3 Tujuan Penelitian ...... 6 1.4 Manfaat Penelitian ...... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Paradigma Penelitian ...... 8 2.2 Kerangka Teori...... 11 2.2.1 Komunikasi ...... 11 2.2.2 Komunikasi Politik...... 12 2.2.2.1 Unsur Komunikasi Politik ...... 13 2.2.3 Retorika ...... 15 2.2.4 Dramatisme ...... 16 2.2.4.1 Sejarah ...... 17 2.2.4.2 Asumsi Dramatisme ...... 22 2.2.4.3 Dramatisme dan Retorika ...... 23 2.2.4.4 Identifikasi dan Substansi ...... 23 2.2.4.5 Dramatisme dan Komunikasi Politik ...... 24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ...... 28 3.2 Objek Penelitian ...... 29 3.3 Subjek Penelitian ...... 29 3.4 Kerangka Analisis ...... 29 3.5 Teknik Pengumpulan Data ...... 29 3.6 Teknik Analisis Data ...... 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ...... 31 4.1.1 Latar Belakang Anies Baswedan ...... 31 4.1.2 Dramatisme Pada Pidato Pertama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan ...... 43 4.1.2.1 Ekstra Tekstual ...... 43 4.1.2.2 Tekstual Sentrik ...... 48 4.1.2.3Tekstual Seminal ...... 79 4.2 Pembahasan ...... 79

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ...... 86 5.2 Saran ...... 87

DAFTAR REFERENSI ...... 89 LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Konteks Masalah

Pemilihan umum Gubernur DKI Jakarta 2017 merupakan pemillihan kepala daerah ketiga bagi warga DKI Jakarta yang dilakukan secara langsung dengan menggunakan sistem pencobolosan, dilaksanakan sebanyak dua putaran untuk menentukan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta periode 2017- 2022. Pilkada DKI 2017 diikuti oleh tiga pasangan calon gubernur dan wakil gubernur. Basuki Tjahaja Purnama mencalonkan diri sebagai petahana bersama Djarot Saiful Hidayat. Selain itu, mantan perwira TNI Agus Harimurti Yudhoyono bersama dengan Sylviana Murni, serta akademisi dan mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia Anies Baswedan juga mencalonkan diri bersama dengan Sandiaga Uno.

Hiruk-pikuk yang terjadi pada musim Pilkada DKI 2017 menimbulkan banyak fenomena politik dengan atmosfer yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Gairah politik di ibu kota memunculkan semangat yang luar biasa, apalagi DKI Jakarta sebagai daerah khusus ibukota, tidak mempunyai daerah otonom seperti Kabupaten dan Kota di berbagai daerah di Indonesia. Maka walaupun DKI Jakarta mempunyai satu kabupaten yaitu Kabupaten Kepulauan Seribu, dan 5 Daerah Kota Madya, yaitu Kota Madya Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Barat, Jakarta Pusat, dan Jakarta Utara, tetapi semuanya tidak ada yang otonom. Menurut UU Pemerintah Daerah Ibukota Jakarta, yang otonom hanyalah Provinsi DKI Jakarta yang dipimpin seorang Gubernur dan seorang Wakil Gubernur, serta Dewan Perwakilan Daerah DKI Jakarta. Konsekuensinya, di kabupaten Kepulauan Seribu, dan lima Kota Madya di DKI Jakarta tidak mempunyai DPRD Kabupaten dan Kota.

Oleh karena itu, pemilihan Gubernur di DKI Jakarta, hanya dilakukan pada daerah tingkat provinsi, yang pada 15 Februari 2017, seluruh warga DKI

Universitas Sumatera Utara Jakarta yang sudah memenuhi syarat akan memilih Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022.

Pertarungan memperebutkan DKI 1, sejak pemilihan Gubernur DKI Jakarta dilaksanakan secara langsung, pertarungan yang melibatkan warga DKI sebagai pemilih kedaulatan sangat seru dan keras. Pilkada DKI 2017 tidak hanya ramai oleh kandidat pasangan calon gubernur dan wakil gubernur saja, Pilkada DKI 2017 juga ramai oleh kampanye hitam, berbeda dengan kampanye negatif yang tak terlarang, Meski mengabarkan keburukan atau kegagalan peserta pemilu, kampanye negatif berdasarkan fakta yang ada. Sementara kampanye hitam atau black campaign sebagai serangan kepada kandidat dengan menyebarkan isu- isu yang tak benar atau hoax.

Terlepas dari segala kontroversi yang terjadi pada Pilkada DKI 2017, pada 15 Februari 2017 telah dilangsungkan pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022 dengan hasil perolehan suara yang diperoleh Ahok – Djarot sebanyak 42,99 %, Anies – Sandi 39,95%, dan Agus – Sylvi sebanyak 17,06%.

Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta sebagai Ibu Kota Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pasal 11 ayat 1 berbunyi, “Pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur yang memperoleh suara lebih dari 50% (lima puluh persen) ditetapkan sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih.

Ayat 2 menyebut kemungkinan putaran kedua, jika pasangan calon tidak mencapai 50 persen. “Dalam hal tidak ada pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur yang memperoleh suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diadakan pemilihan gubernur dan wakil gubernur putaran kedua yang diikuti oleh pasangan calon yang memperoleh suara terbanyak pertama dan kedua pada putaran pertama.”

Universitas Sumatera Utara Ayat 3 “Penyelenggaraan pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan menurut persyaratan dan tata cara yang diatur dalam peraturan perundang-undangan”

Atas dasar aturan tersebut maka, Pilkada DKI Jakarta 2017 dilaksanakan sebanyak dua putaran dengan dua calon pasangan yaitu Ahok – Djarot dan Anies – Sandi. Pada 19 April 2017, dilaksanakanlah pemilihan Gubernur DKI Jakarta putaran kedua. Pada pemilihan putaran kedua suara terbanyak dikumpulkan oleh pasangan calon nomor urut tiga, yaitu Anies – Sandi dengan perolehan suara sebanyak 57,96 % dan mengalahkan petahana Ahok – Djarot yang hanya memperoleh suara sebanyak 42,04%.

Pilkada DKI 2017 sudah usai dan DKI Jakarta sudah memiliki pemimpin baru. Gubernur terpilih DKI Jakarta periode 2017-2022, Anies Rasyid Baswedan adalah seorang akademisi pendidikan yang juga seorang Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia pada Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo. Menjabat sebagai Mendikbud sejak 26 Oktober 2014 sampai digantikan oleh Muhadjir Effendy dalam perombakan kabinet pada 27 Juli 2016. Lahir di Kuningan, Jawa Barat pada 7 Mei 1969, Anies merupakan seorang cucu dari seorang pejuang kemerdekaan, Abdurrahman Baswedan.

16 Oktober 2017 Gubernur dan wakil gubernur terpilih Anies Baswedan dan Sandiaga Uno resmi dilantik oleh Presiden Joko Widodo. Setelah dilantik dan mengucapkan sumpah jabatannya didalam istana negara, gubernur dan wakil gubernur terpilih Anies Baswedan dan Sandiaga Uno hadir ditengah-tengah warga yang sudah berkumpul di Taman Pandang, depan istana dan jalan bersama menuju Balai Kota. Setelah sampai di Balai Kota, Gubernur Anies menemui seluruh warga yang hadir dan menyampaikan pidato politik pertamanya sebagai gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022.

Tidak sampai disitu saja perkara hiruk-pikuk politik DKI 1, Pidato perdana Anies Baswedan sebagai Gubernur DKI Jakarta menimbulkan konflik di

Universitas Sumatera Utara masyarakat. Pro kontra yang timbul setelah pidato perdananya juga menyeret gubernur terpilih DKI Jakarta periode 2017-2022 tersebut kedalam berbagai kasus. Bahkan dihari pertamanya resmi menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan dilaporkan ke polisi terkait pidatonya. Penggunaan kata “pribumi” yang ada dalam pidato tersebut menimbulkan banyak kontroversi ditengah masyarakat. Penggunaan kata “pribumi” dianggap tidak tepat, sebab penghentian penggunaan kata "pribumi" telah diatur dalam UU Nomor 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras Dan Etnis.

Hal ini juga diatur dalam Instruksi Presiden Nomor 26 tahun 1998 tentang Menghentikan Penggunaan Istilah Pribumi dan Non pribumi dalam Semua Perumusan dan Penyelenggaraan Kebijakan, Perencanaan Program, ataupun Pelaksanaan Kegiatan Penyelenggaraan Pemerintahan. Dalam Inpres tersebut, penggunaan istilah "pribumi" dilarang dalam semua kegiatan penyelenggaraan pemerintah, maka akan lebih tepat jika Anies menyebut warga negara Indonesia, dan bukan pribumi.

Kontroversi dari pidato perdana sebagai Gubernur DKI Jakarta tersebut mengacu pada penggunaan kata “pribumi”, ada yang menganggap bahwa tidak sepantasnya seorang gubernur ibu kota negara ini menggunakan istilah tersebut pada pidatonya karena dianggap menyuarakan isu SARA, namun ada juga pihak yang menilai bahwa penggunaan “pribumi” merupakan bukan kesalahan sebab penggunaan istilah tersebut dianggap normal ketika sedang seorang pembicara sedang merunut pada keadaan masa lalu dalam sejarah. Hal tersebut menarik perhatian peneliti untuk mengkaji pidato politik pertama gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022 Anies Baswedan.

Mengacu pada Hamad (2004), dewasa ini, para pelaku komunikasi tidak lagi sekedar membuat dan menyampaikan pesan berdasarkan apa yang diinginkan saja, namun pesan tersebut juga dirancang dengan dipengaruhi oleh visi misi strategisnya sekaligus melalui cara yang persuasif kepada khalayak. Saat ini, banyak masyarakat, terutama para pelaku komunikasi cenderung menggunakan teknik pengemasan pesan (message packaging). Dalam konteks ini, mereka menyebarkan suatu wacana tertentu demi menyampaikan pesan kepada khalayak yang mengakibatkan kesadaran wacana

Universitas Sumatera Utara memang cenderung bertambah baik pada pihak yang menyampaikan, maupun yang menerima pesan.

Semua perkembangan ini tentu saja mengharuskan kita menata kembali cara pandang kita terhadap pendekatan komunikasi. Bahwasanya dari segi caranya pesan dikelola, terdapat satu pendekatan lain dari komunikasi. Itulah yang disebut perspektif komunikasi sebagai wacana. Sebab jika merunut kepada Hamad (2004), bahwa sebagai proses konstruksi realitas, komunikasi dalam pandangan ini dipilih peneliti karena penelitian dilakukan dalam rangka menciptakan “kenyataan lain” atau “kenyataan kedua” melalui pembentukan sebuah wacana (discourse) sebagai “pengganti” dari realitas atau kenyataan pertama. Cara yang ditempuh dalam pembentukan wacana itu adalah suatu proses yang disebut konstruksi realitas atau construction of reality sehingga realitas yang telah diwacanakan itu disebut dengan realitas yang telah dikonstruksikan (constructed of reality). Dari uraian di atas, kita dapat mengaitkan kekayaan dari teori komunikasi konstruksi realitas tidak hanya bersifat mengirimkan pesan, memaparkan sejumlah pesan untuk menarik perhatian, menggunakan simbol untuk menciptakan makna tertentu, atau membangun suasana kebersamaan, melainkan komunikasi juga bersifat mengemas kepentingan dalam bentuk struktur pesan yang bermakna. Kehadiran ragam pendekatan komunikasi ini juga memberikan keterkaitan pada metode penelitian komunikasi. Pendekatan konstruksi realitas menghidupkan metode analisis wacana untuk membongkar realitas dibalik wacana. Akhirnya, perspektif komunikasi sebagai wacana memberi implikasi sosial yang dapat kita dayagunakan untuk kebaikan pada level individu, kelompok, organisasi sosial, dan global. Mengurangi dan mencegah konflik individu, sosial dan global melalui wacana yang bersifat meredam kekerasan. (Mengacu pada Hamad dalam jurnal komunikasi Mediator, 2006)

Merunut dari Nimmo (2005), dalam dunia politik ini, penggunaan discourse merupakan hal yang sudah biasa, bahkan menjadi tradisi. Para aktor politik senantiasa menciptakan discourse ketika mereka berbicara politik. Mereka menyampaikan ideologi politik juga menciptakan opini publik demi meraih keuntungan-keuntungan politik yang mereka ingin capai, seperti jabatan, kekuasaan maupun material.

Universitas Sumatera Utara Penelitian tentang pidato dengan menggunakan perspektif dramatisme semacam ini masih jarang dilakukan oleh akademisi di Indonesia, namun penelitian semacam ini sudah mulai marak diberlakukan di wilayah barat. Hal ini yang menarik perhatian peneliti untuk mengkaji secara keilmuan pidato Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dalam perspektif dramatisme.

1.2 Fokus Masalah

Berdasarkan uraian konteks masalah di atas, peneliti merumuskan bahwa fokus yang akan diteliti lebih lanjut adalah: “Bagaimana dramatisme yang didesain Gubernur Anies Baswedan dalam pidato politik pertamanya sebagai Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022?”

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini di lakukan dengan maksud untuk mencapai tujuan berikut:

1. Mengetahui inti dari pidato pertama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. 2. Mengetahui dramatisme yang dibentuk Gubenur Anies Baswedan dalam pidatonya.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah:

1. Secara akademis, penelitian ini dapat memberikan dampak positif dan menambah pengetahuan dalam khasanah penelitian komunikasi serta dapat dijadikan sebagai sumber bacaan mahasiswa FISIP USU khususnya Departemen Ilmu Komunikasi 2. Secara teoritis, penelitian ini dapat memberikan kontribusi berupa sumbangan pengetahuan baik kepada mahasiswa Ilmu Komunikasi maupun masyarakat secara umum untuk memperluas wacana pengetahuannya tentang dramatisme melalui pidato pemimpin.

Universitas Sumatera Utara 3. Secara praktis, hasil penelitian diharapkan bermanfaat dan memberikan sumbangan dan masukan yang berhubungan dengan tema penelitian. 4. BAB II 5. KAJIAN PUSTAKA 6. 2.1 Paradigma Penelitian 7. Paradigma adalah sudut pandang dan cara pandang kita terhadap sesuatu. Bagaimana cara kita melihat dan menilai atau pendekatan yang kita gunakan dalam mengamati kenyataan untuk menentukan pengetahuan yang kita peroleh. Nilai paradigma tidak terletak pada kebenarannya atau seberapa baik paradigma mencerminkan realitas yang ada. Semua paradigma adalah benar dan mencerminkan realitas, walaupun setiap paradigma pada tahap tertentu kurang lengkap serta didistorsi. Intinya adalah upaya mencari paradigma yang dapat memberikan kepada kita konseptualisasi realitas yang paling bermanfaat bagi pencapaian tujuan kita. 8. Paradigma menjadi pondasi atau landasan yang menjadi pijakan dalam membangun teori. Paradigma memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan arah pengembangan suatu ilmu pengetahuan, termasuk ilmu komunikasi. Pemahaman atas komunikasi manusia, merupakan masalah paradigma yang dipakai untuk memahaminya (Fisher, 1990: 86). Memilih suatu paradigma sama artinya dengan memilih mengerjakan hal– hal menurut suatu cara pandang tertentu, tidak menurut suatu cara lain, yang tidak serta merta berlaku universal. Pada paradigma yang dipilih terkandung semua keuntungan dan keterbatasan, akan tetapi kita tidak memiliki hak untuk mengingkari nilai dan untuk mempermasalahkan validitas paradigma lain. (Ardianto, 2007:78) 9. Paradigma ini sendiri ternyata bervariasi. Guba dan Lincoln (1994) menyebutkan empat macam paradigma, yaitu positivisme, post positivisme, konstruktivisme dan kritis. Sedangkan Cresswel membedakan dua macam paradigma, yaitu kuantitatif dan kualitatif. Paradigma kuantitatif menekankan pada pengujian teori melalui pengukuran variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur

Universitas Sumatera Utara statistik. Paradigma kualitatif merupakan paradigma penelitian yang menekankan pada pemahaman mengenai masalah-masalah dalam kehidupan sosial berdasarkan kondisi realitas yang holistis, kompleks dan rinci. Paradigma kualitatif disebut juga dengan pendekatan konstruktivis, naturalistik atau interpretatif, atau perspektif post modern (dalam Erlina, 2011: 14). 10. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan paradigma konstruktivisme. Konstruktivisme merupakan pendekatan secara teoritis untuk komunikasi yang dikembangkan tahun 1970-an oleh Jesse Delia dan rekan–rekan sejawatnya. Konstruktivisme menyatakan bahwa individu menginterpretasikan dan beraksi menurut kategori konseptual dari pikiran. Realitas tidak menggambarkan diri individu namun harus disaring melalui cara pandang orang terhadap realitas tersebut (Morissan, 2009:107) 11. Prinsip dasar konstruktivisme mengungkapkan bahwa bahasa bukan cerminan semesta akan tetapi sebaliknya bahasa berperan membentuk semesta. Setiap bahasa mengonstruksi aspek–aspek spesifik dari semesta dengan caranya sendiri. Bahasa merupakan hasil kesepakatan sosial serta memiliki sifat yang tidak permanen, sehingga terbuka dan mengalami proses evolusi. 12. Dalam pandangan ini, bahasa tidak lagi hanya dilihat sebagai alat untuk memahami realitas objektif belaka dan dipisahkan dari subjek sebagai penyampai pesan. Konstruktivisme justru menganggap subjek sebagai faktor sentral dalam kegiatan komunikasi serta hubungan–hubungan sosialnya. Subjek memiliki kemampuan untuk mengontrol maksud tertentu dalam setiap wacana. Komunikasi dipahami, diatur dan dihidupkan oleh pernyataan yang bertujuan. Setiap pernyataan pada dasarnya adalah tindakan penciptaan makna, yakni tindakan pembentukan diri serta pengungkapan jati diri sang pembicara. Oleh karena itu analisis dapat dilakukan demi membongkar maksud dan makna–makna tertentu dari komunikasi. 13. Bila dirunut ke belakang, konstruktivisme meyakini makna atau realitas bergantung pada konstruksi pikiran. Jika positivisme meyakini bahwa

Universitas Sumatera Utara pengetahuan harus merupakan representasi (gambaran atau ungkapan) dari kenyataan dunia yang terlepas dari pengamat (objektivitivisme). Maka pengetahuan bagi kaum positivisme dianggap sebagai kumpulan fakta sedangkan konstruktivisme menolak kayakinan itu. Konstruktivisme menegaskan bahwa pengetahuan tidak lepas dari subjek yang sedang belajar mengerti. Subjek pengamat tidaklah kosong dan tidak mungkin tidak terlibat dalam tindak pengamatan. Kemudian keberadaan realitas tidak hadir begitu saja pada benak subjek pengamat, realitas ada karena pada diri manusia terdapat skema, kategori, konsep dan struktur pengetahuan yang berkaitan dengan objek yang diamati. Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri (Ardianto, 2007: 154) 14. Kebenaran menurut konstruktivisme bukan pada kecocokan dengan realitas ontologis melainkan pada validitas, yaitu kemampuan suatu konsep atau pengetahuan dalam operasi. Artinya, pengetahuan yang kita konstruksikan itu dapat digunakan dalam menghadapi macam–macam fenomena dan persoalan yang berkaitan dengan pengetahuan tersebut. 15. Konsep tentang tujuan konstruktivisme adalah adanya desain pesan dalam peristiwa komunikasi berbasis diri. Desain pesan didasarkan pada kecendrungan seseorang dalam memanajemen tujuannya untuk kepentingan sampainya tujuan melalui pesan yang dipilihnya. Logika desain pesan ini menyatakan bahwa setiap orang mempunyai alur pikiran berbeda yang digunakan dalam mengurus tujuan–tujuan yang saling bertentangan. Logika yang bertentangan ini digambarkan sebagai, (a) seleksi, saat ketika seseorang memilih di antara tujuan–tujuan bersaing; (b) pemisahan, saat ketika tujuan yang bersaing di bagi dalam bagian-bagian yang berbeda dari pesan-pesan partiular; (c) integrasi, saat ketika seseorang berusaha untuk mendamaikan tujuan-tujuan yang bersaing itu melewati rintangan dalam pesan. (Miller, 2005:107). 16. Barbara O’Keefe menunjukkan tiga logika dasar desain pesan yaitu ekspresif, konvensional, dan retoris. Logika ekspresif memperlakukan

Universitas Sumatera Utara komunikasi sebagai suatu model ekspresi diri, sifat pesannya terbuka dan reaktif secara alami, sedikit memperhatikan keinginan orang lain. Logika ekspresif misalnya bisa ditemukan pada saat kita sedang marah. Logika konvensional memandang komunikasi sebagai permainan yang dilakukan secara teratur. Komunikasi dilakukan sebagai proses ekspresi berdasarkan aturan dan norma yang diterima bersama, maka komunikasi berlangsung sopan dan tertib. Logika retoris memandang komunikasi sebagai suatu cara mengubah aturan melalui negosiasi. Pesan dirancang cenderung fleksibel, penuh wawasan, dan berpusat pada orang (dalam Ardianto, 2007 : 164). 17. Berdasarkan logika pesan tersebut konstruktivisme ditinjau dari manajemen pemaknaan yang terkordinasi. Individu membuat interpretasi berdasarkan aturan–aturan sosialnya. Individu dalam situasi sosial pertama–tama didorong oleh keinginan untuk memahami apa yang sedang terjadi dan menerapkan aturan–aturan untuk mengetahui segala sesuatu. Pada tahap lanjutan individu bertindak atas dasar pemahaman mereka, dengan menggunakan aturan-aturan untuk memutuskan jenis tindakan yang sesuai. Pada titik inilah desain pesan dioperasikan oleh individu dalam tindak komunikasinya, desain pesan dilakukan agar tindakan dan pernyataan dapat menciptakan komunikasi yang interaktif. 18. 2.2 Kerangka Teori 19. 2.2.1 Komunikasi 20. Secara etimologi, dapat disebutkan bahwa istilah komunikasi dalam bahasa Inggris yaitu communication berasal dari bahasa Latin communis yang berarti sama. Maksudnya, bila seseorang mengadakan kegiatan komunikasi dengan sesuatu pihak maka orang tersebut cenderung berusaha untuk mengadakan persamaan arti dengan pihak lain yang menjadi lawan komunikasinya. 21. Aristoteles yang hidup empat abad sebelum masehi (385-322 SM) dalam bukunya Rethoric membuat definisi komunikasi dengan menekankan “siapa mengatakan apa kepada siapa”. Definisi yang dibuat Aristoteles ini sangat sederhana, tetapi ia telah mengilhami seorang ahli ilmu politik

Universitas Sumatera Utara bernama Harold D. Lasswell pada 1948 yang membuat definisi komunikasi yang lebih sempurna dengan menjawab pertanyaan- pertanyaan “Who Says What in Which Channel to Whom with What Effect?”. Berdasarkan definisi Lasswell dapat diturunkan lima unsur komunikasi yang saling bergantung satu sama lain, yaitu sumber (source) atau disebut juga komunikator (communicator), pesan (message), saluran atau media (channel), penerima (receiver), dan efek (effect). 22. Unsur penyampaian barangkali merupakan unsur komunikasi yang paling sering dijumpai dalam definisi komunikasi. Seperti halnya definisi yang dikemukakan oleh Ithiel de Sola Pool, bahwa komunikasi adalah pengalihan informasi untuk memperoleh tanggapan. Adapun Shacter (1961) menulis bahwa: “komunikasi merupakan mekanisme untuk melaksanakan kekuasaan”. Definisi Shacter ini menempatkan komunikasi sebagai unsur kontrol sosial atau untuk memengaruhi perilaku, keyakinan, sikap terhadap orang lain. 23. 2.2.2 Komunikasi Politik 24. Komunikasi politik bukan hanya sekedar proses penyampaian suatu pesan mengenai politik oleh seseorang kepada orang lain. Bukan pula merupakan pengertian komunikasi ditambah pengertian politik. 25. Selanjutnya komunikasi politik bertujuan menarik simpatik khalayak dalam rangka meningkatkan partisipasi politik masyarakat pada pemilu atau pemilihan kepala daerah. Lasswell memandang orientasi komunikasi politik telah menjadikan dua hal sangat jelas: pertama, bahwa komunikasi politik selalu berorientasi pada nilai atau berusaha mencapai tujuan; nilai- nilai dan tujuan itu sendiri dibentuk di dalam dan oleh proses perilaku yang sesungguhnya merupakan suatu bagian; dan kedua, bahwa komunikasi politik bertujuan menjangkau masa depan dan bersifat mengantisipasi serta berhubungan dengan masa lampau dan senantiasa memperhatikan kejadian masa lalu. 26. Plano (dalam Mulyana & Solatun, 2008: 29) melihat bahwa “komunikasi politik merupakan proses penyebaran, makna atau pesan yang bersangkutan dengan fungsi suatu sistem politik”.

Universitas Sumatera Utara 27. Pentingnya komunikasi dalam pencapaian sasaran-sasaran politik juga diakui oleh Greber: “Sebagian besar aktivitas politik adalah permainan kata-kata. Politisi berhasil meraih karena keberhasilannya berbicara secara persuasif kepada para pemilih dan kepada elit politik”. Ia menambahkan bahwa “ketika kita menjelaskan bahasa politik (bahasa yang digunakan dalam konteks politik) dan apa yang membuat bahasa verbal maupun nonverbal menjadi politis bukanlah karena bentuk atau kosakata, melainkan karena substansi informasi yang dihadirkan, setting di mana informasi disebarkan maupun karena fungsi dijalankan”. 28. 2.2.2.1 Unsur Komunikasi Politik 29. Komunikasi politik sebagai body of knowledge terdiri atas berbagai unsur, yakni: sumber (komunikator), pesan, media atau saluran, penerima dan efek. (Nimmo: 1978, Mansfield dan Weaver dalam Cangara: 2009). 30. 1. Komunikator Politik 31. Komunikator politik adalah mereka-mereka yang dapat memberi informasi tentang hal-hal yang mengandung makna atau bobot politik, misalnya presiden, menteri, anggota DPR, MPR, KPU, gubernur, bupati/walikota, DPRD, politisi, fungsionaris partai politik, fungsionaris Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan kelompok-kelompok penekan dalam masyarakat yang bisa memengaruhi jalannya pemerintahan. 32. Komunikator politik Menurut Nimmo (2005: 28), salah satu ciri komunikasi ialah bahwa orang jarang bisa menghindari dan turut serta. Hanya dihadiri dan diperhitungkan oleh seorang lain pun memiliki nilai pesan. Dalam arti yang paling umum kita semua adalah komunikator, begitu pula siapa pun yang dalam setting politik adalah komunikator politik. Meskipun mengakui bahwa setiap orang boleh berkomunikasi tentang politik, kita mengakui bahwa relatif sedikit yang berbuat demikian. Mereka yang relatif sedikit ini tidak hanya bertukar pesan politik; mereka adalah pemimpin dalam proses opini. Para komunikator politik ini, dibandingkan dengan warga negara pada umumnya, ditanggapi dengan lebih bersungguh-sungguh bila mereka berbicara dan berbuat.

Universitas Sumatera Utara 33. Sebagai pendukung pengertian yang lebih besar terhadap peran komunikator politik dalam proses opini, Leonard W. Dood dalam Nimmo (2005: 30) menyarankan jenis-jenis hal yang patut diketahui mengenai mereka. Komunikator dapat dianalisis sebagai dirinya sendiri. Sikapnya terhadap khalayak potensialnya, martabat yang diberikannya kepada mereka sebagai manusia, dapat memengaruhi komunikasi yang dihasilkannya; jadi jika ia mengira mereka itu bodoh, ia akan menyesuaikan nada pesannya dengan tingkat yang sama rendahnya. Ia sendiri memiliki kemampuan-kemampuan tertentu yang dapat dikonseptualkan sesuai dengan kemampuan akalnya, pengalamannya sebagai komunikator dengan khalayak yang serupa atau yang tak serupa, dan peran yang dimainkan di dalam kepribadiannya oleh motif untuk berkomunikasi. 34. Nimmo (2005: 30) mengidentifikasi tiga kategori politikus, yaitu; (1) yang bertindak sebagai komunikator politik, (2) komunikator profesional dalam politik, dan (3) aktivis atau komunikator paruh waktu (part time). 35. 2. Pesan Politik 36. Pesan politik ialah pernyataan yang disampaikan, baik secara tertulis maupun tidak tertulis, baik secara verbal maupun nonverbal, tersembunyi maupun terang-terangan, baik yang disadari maupun tidak disadari yang isinya mengandung bobot politik. Misalnya pidato politik, pernyataan politik, propaganda, makna logo, warna baju atau bendera, body language, dan semacamnya. 37. 3. Saluran atau Media Politik 38. Saluran atau media politik adalah alat atau sarana yang digunakan para komunikator dalam menyampaikan pesan-pesan politiknya. Misalnya media cetak seperti surat kabar. Media elektronik seperti radio, video, atau internet. Media format kecil seperti brosur, selebaran, stiker. Media luar ruang seperti baliho, spanduk, pin, dan segala sesuatu yang bisa digunakan untuk membangun citra (image building). Saluran komunikasi kelompok, misalnya partai politik, organisasi sosial keagamaan, kerukunan keluarga, organisasi profesi dan semacamnya. Saluran komunikasi publik, misalnya

Universitas Sumatera Utara aula, balai desa, pameran. Saluran komunikasi sosial, misalnya arisan, pertunjukan, pesta pernikahan, dan semacamnya. 39. 4. Sasaran atau Target Politik 40. Sasaran adalah anggota masyarakat yang diharapkan dapat memberi dukungan dalam bentuk pemberian suara (vote) kepada partai atau kandidat dalam Pemilihan Umum. 41. 5. Pengaruh atau Efek Komunikasi Politik 42. Efek komunikasi politik yang diharapkan adalah terciptanya pemahaman terhadap sistem pemerintahandan partai-partai politik, di mana nuansanya akan bermuara pada pemberian suara (vote) dalam pemilihan umum. Pemberian suara ini sangat menentukan terpilih tidaknya seorang kandidat untuk posisi mulai setingkat presiden dan wakil presiden, anggota DPR, MPR, gubernur dan wakil gubernur, bupati/walikota dan wakil bupati/walikota. 43. Pesan dalam kegiatan komunikasi membawa informasi yang disampaikan oleh komunikator. Pesan selain membawa informasi juga memberikan makna kepada siapa saja yang menginterpretasikannya. Pesan merupakan konten atau isi dari kegiatan komunikasi secara umum, termasuk komunikasi politik. 44. Dalam komunikasi politik terdapat adagium bahwa “politik adalah pembicaraan” (Suwardi dalam Mulyana & Solatun, 2008: 30). Pembicaraan tersebut menggunakan lambang-lambang tertentu demi tujuan dan kepentingan politik, baik lambang verbal ataupun lambang nonverbal. 45. Pesan merupakan inti dari komunikasi politik. Pesan bisa negatif dan postif tergantung dari persepsi dan pemaknaan yang muncul dari khalayak yang menerima dan memaknai pesan komunikasi yang disampaikan. Kekuatan pesan juga dipengaruhi oleh cara membungkus pesan tersebut. 46. 47. 2.2.3 Retorika 48. Retorika adalah komunikasi dua arah, satu-kepada-satu, dalam arti bahwa satu atau lebih orang (seorang berbicara kepada beberapa orang maupun

Universitas Sumatera Utara berbicara kepada seorang lain) masing-masing berusaha dengan sadar untuk memengaruhi pandangan satu sama lain melalui tindakan timbal balik satu sama lain. 49. Littlejohn dalam bukunya Teori Komunikasi: Theories of Human Communication menyebutkan bahwa pada awalnya, retorika berhubungan dengan persuasi, sehingga retorika adalah seni penyusunan argumen dan pembuatan naskah pidato. Kemudian, berkembang sampai meliput proses “adjusting ideas to people and people to ideas” dalam segala jenis pesan. Fokus dari retorika telah diperluas bahkan lebih mencakup segala cara manusia dalam menggunakan simbol untuk mempengaruhi lingkungan di sekitarnya dan untuk membangun dunia tempat mereka tinggal (Little John,2009: 73). 50. Jadi, retorika bisa didefinisikan sebagai bentuk komunikasi di mana seseorang menyampaikan buah pikirannya baik lisan maupun tertulis kepada hadirin yang relatif banyak dengan pelbagai gaya dan cara bertutur, serta selalu dalam situasi tatap muka (face to face) baik langsung maupun tidak langsung (Suhandang, 2009: 28). Teori retorika berpusat pada pemikiran mengenai retorika yang disebut Aristoteles sebagai alat persuasi yang tersedia. Maksudnya seorang pembicara yang tertarik untuk membujuk khalayaknya harus mempertimbangkan tiga bukti retoris: logika (logos), emosi (pathos) dan etika/kredibilitas (ethos). Khalayak merupakan kunci dari persuasi yang efektif dan silogisme retoris, yang memandang khalayak untuk menemukan sendiri potongan-potongan yang hilang dari suatu pidato digunakan dalam persuasi. Sehingga, dapat diambil kesimpulan bahwa retorika adalah teori yang memberikan petunjuk untuk menyusun sebuah presentasi atau pidato persuasif yang efektif dengan menggunakan alat-alat persuasi yang tersedia. 51. 2.2.4 Dramatisme 52. Dramatisme adalah teori retorika konvensional yang cenderung memusatkan perhatian pada bagaimana wacana memengaruhi cara orang berpikir. Teori ini menambah pengetahuan tentang bagaimana bahasa dan hubungannya untuk berpikir sebagai hasil dari tindakan dibandingkan cara

Universitas Sumatera Utara menyampaikan informasi. Diformulasikan oleh Kenneth Duva Burke, dramatisme menambah kedalaman pada teori retorika. Lalu, Burke mencurahkan studi bahasa dan masyarakatnya secara besar-besaran pada analisis aksi simbolis berdasarkan dalilnya bahwa “bahasa adalah aksi spesies secara primer, atau ekspresi dari kebiasaan, daripada sebuah instrumen definisi”. (Heath, 2013: 274). 53. Dramatisme membandingkan kehidupan dengan sebuah pertunjukan dan menyatakan bahwa, sebagaimana dalam sebuah karya teatrikal, kehidupan membutuhkan adanya seorang aktor, sebuah adegan, beberapa alat untuk terjadi pada adegan itu, dan sebuah tujuan. Teori ini memungkinkan kritikus retoris untuk menganalisis motif pembicara dengan mengidentifikasi dan mempelajari elemen-elemen ini. Tujuan Dramatisme adalah memberikan penjelasan logis untuk memahami motif tindakan manusia, atau kenapa manusia melakukan apa yang mereka lakukan. 54. Secara sederhana, teori Burke ini melihat bagaimana bahasa dimanipulasi sebagai bagian dari strategi simbolis. Teori ini melihat bagaimana manusia menggunakan simbol dalam lingkungan sosialnya. Dalam hal ini, komunikator selaku aktor sosial merupakan pihak yang berstrategi dan memainkan peran tertentu sesuai tujuannya. Dramatisme melihat dunia manusia sebagai drama simbolis, dimana bahasa merupakan bagian dari sebuah strategi ketika berhadapan dengan situasi tertentu (Littlejohn, 2009: 320). 55. Dramatisme menyediakan cara yang menarik tentang bagaimana manusia mengorganisir pengalaman mereka ketika harus berhadapan dengan dunia sosial. Fokus utama dari dramatisme terutama pada bagaimana manusia menggunakan teks atau bahasa untuk menggambarkan dunia sosial dalam perspektifnya. Manusia adalah pembuat simbol, manusia juga memberikan respon terhadap simbol, serta memahami situasi di sekitarnya melalui simbol-simbol. Secara lebih luas, Burke melihat kekuatan bahasa sebagai komponen yang dapat menyatukan atau memisahkan kita. Konteks ini merupakan bagian yang penting dalam analisis menggunakan pendekatan dramatisme. (Akmajian, 2001: 418).

Universitas Sumatera Utara 56. 2.2.4.1 Sejarah 57. Kenneth Duva Burke adalah seorang teoritis retorika amerika ternama di abad dua puluh. Tidak seperti akademisi modern lainnya, Burke bukanlah seorang intelektual eropa atau ekspatriat prancis. Lahir di Pittsburg, Burke banyak menghabiskan masa mudanya di sebuah desa kecil. Burke tidak pernah lulus sarjana. Ia hanya belajar secara otodidak di bidang literatur kritik, filosofi, komunikasi, sosiologi, ekonomi, teologi dan linguistik. Ia mengajar hampir dua puluh tahun di beberapa universitas termasuk Harvard, Princeton, dan Universitas Chicago. (Kuypers, 2009: 143). 58. Burke memiliki tiga pemikiran besar. Ketiganya memberikan makna dan tujuan bagi hidupnya. Satu dari pemikiran awalnya adalah symbolic action. Ia menjelaskan bahwa manusia tidak langsung terlibat dalam lingkungan. Manusia bertindak karena ada simbol. Pemikiran kedua yang menarik adalah perspektif keganjilan. Ini adalah metode utama Burke dari tahun 1930-an. Burke menggunakan metode ini untuk membawa pandangan baru dan segar untuk analisis masalah konvensional. Ia melakukannya dengan menyandingkan istilah asing atau bahkan menantang, metafora, atau gambar. Imej Burke yang radikal seperti "kekerasan untuk mencapai kedamaian" adalah salah satu contoh. Untuk Burke, bahasa memiliki kehidupannya sendiri, dan apapun yang kita lihat atau kita rasakan sudah ada dalam bahasa, diberikan kepada kita oleh bahasa, dan bahkan diproduksi sebagai kita oleh bahasa (Kuypers, 2009: 145). Pemikirannya yang ketiga yang paling berpengaruh dalam kajian retorika adalah dramatisme. Di awal tahun 1920 sampai 1930-an sebagai seorang kritis, Burke mulai menciptakan teori dramatisme untuk membantu menunjukan pandangannya terhadap literasi. 59. Burke memulai karirnya sebagai kritikus literasi namun diperluas dengan ketertarikannya menganalisis dan mengkritik semua wacana, terkhususnya yang mengarah pada kerjasama dan persaingan dalam masyarakat. Evolusi ini melihat bahwa pandangannya berkembang di luar kritik literasi untuk kritik sosial. Pemikirannya berpengaruh pada cara pandang akademisi dalam bidang literatur, teori retorika, sosiologi, sejarah, komunikasi, ilmu

Universitas Sumatera Utara politik dan lain–lain. Teorinya menawarkan kritik yang luas terhadap bagaimana pasar bebas dapat bekerja untuk meraih keuntungan sementara memberikan kerugian bagi yang lain. Dalam konteks ini, Burke mengungkapkan bagaimana proses berjangka itu bisa menjadi penerang bagi masyarakat. Tindakan apapun dapat dilakukan atas nama kemajuan. Seperti komitmen, ia beralasan, di titik konflik antara pemimpin bisnis dan kelompok-kelompok lain, seperti buruh dan aktivis lingkungan. Kemajuan satu kelompok mungkin memberikan pengorbanan pada kelompok lain. (Heath, 2013: 274). Kontribusi inovatif pada kritik literasi dan komentar sosial dimulai karena keingintahuan yang lebih pada cara kerja dan pemikiran dari pembuat puisi, drama dan novel. Burke mencari instrumen kritik yang akan mendekatkannya pada alasan dan motif dibalik setiap literatur. Ia percaya bahwa penting untuk membuka ikatan antara penulis dan pembaca. Dalam literatur yang lebih baik, pembaca dan penulis diharapkan mampu berpartisipasi dan bertindak bersama dalam pengalaman literatur. Literatur bekerja bukan untuk menyampaikan perasaan, harapan dalam pandangan penulis, melainkan membangkitkan perasaan–perasaan tersebut kepada pembaca. (Heath, 2013: 274) 60. Burke memberikan catatan pada awal penelitian tentang puisi atau karya sastra lainnya tidak hanya berbentuk laporan. Penyair yang merasakan kesenangan saat melihat alam, pohon misalnya, menuliskan puisi bukan sekedar memberikan laporan atau menyampaikan pengetahuannya tentang pohon, tetapi membangkitkan pengalaman serupa dari kesenangannya pada karakter simbolis pohon di puisi tersebut. Pandangan itu yang membawa Burke mengkategorikan elemen pada komunikasi dengan menyampaikan pengetahuan (epistimologi) kurang penting dibandingkan dengan penciptaan tindakan (ontologi). Ia berpendapat bahwa pembaca tidak menginterpretasikan dan merespon terhadap puisi sebagai sebuah laporan tapi sebagai pengalaman simbolis sebuah tindakan. Penulis, dengan berbagai alasan, ingin pembacanya berpartisipasi dalam pengalamannya dibanding menerima laporan dari pengalamannya. Dengan logika ini, Burke menyatakan bahwa penderitaan Hamlet (kisah pangeran

Universitas Sumatera Utara legendaris oleh Shakespeare) membandingkan, tidak hanya memberitahukan keadaan dan perasaannya, tetapi karena Shakespeare mampu berbagi tindakan simbolisnya tentang perasaan terkhianati dan balas dendam kepada pembacanya. (Heath, 2013: 275)

61. Sikap adalah tujuan dari literatur, bukan pengetahuan yang didapat dari laporan. Satu dari elemen kunci dramatisme adalah kesadaran bahwa kata adalah dalil. Kata “Guru” memberitahukan tentang seseorang dalam suatu profesi. Namun yang terpenting adalah perintah untuk tindakan tertentu, orang yang berbagi substansi simbolis tentang guru mengharapkan respon melalui tindakan yaitu mengajar. (Heath, 2013: 276) 62. Sigmund Freud memberikan Burke pandangan terhadap kumpulan kata dan motif yang datang dari kata–kata. Dalam isu sosial, Burke cenderung mempertimbangkan pedoman Karl Max, yang menyarankan cara mengungkapkan perangkap tersembunyi dari tindakan yang terdapat dalam kata- kata. (Heath, 2013: 276) 63. Burke begitu tertarik pada tindakan. Ia ingin mengetahui bagaimana bahasa bisa menyelesaikan segalanya. Dia tidak memperhatikan kebenaran, akurasi atau kekuatan strategi. Satu dari banyak cara manusia mengartikan dunia adalah melalui bahasa dalam bentuk drama. Ia percaya jika orang melihat tokoh politik, kegiatan dan pernikahannya seperti mereka melihat produksi teatrikal. Burke berpendapat jika manusia secara otomatis memproses dunianya melalui kategori drama. Dunia adalah drama. Panggung adalah produk penyulingan kedua dari drama pengalaman hidup; dramatisme adalah cara manusia berinteraksi dengan bahasanya. Burke tidak menganalisis bahasa sebagai penyampai informasi atau kebenaran, tetapi alat bagi setiap tindakan. (Turner dan West, 2007: 28) 64. Burke melihat drama dimana–mana. Benar adanya jika pemerintahan yang baru sedang mencoba mendapatkan drama yang bagus secepat mungkin, tim sepakbola terkenal karena ada konflik antar pemain, bisnis mengiklankan cerita dan para pemimpin perusahaan sedang mencari naskah yang baik untuk dipertontonkan. Kebanyakan orang melihat “saat

Universitas Sumatera Utara yang menentukan” dalam kehidupan mereka seperti mereka tinggal diluar skenario, dan memberitahukan kepada orang sekelilingnya bagaimana jika mereka yang ada di posisi dia dan menemukan peran yang cocok serta suara–suara baru. Kehidupan manusia dikelilingi bahasa drama. (Griffin, 2005: 299) 65. Gusfield menuliskan ada empat aspek dari pemikiran Burke yang sangat berpengaruh dalam memandang dunia sosial (Miller, 2005: 98): 66. 1. Memahami bahasa sebagai bentuk aksi 67. 2. Memahami aksi/perilaku manusia sebagai sebuah bentuk drama, karenanya dapat digunakan untuk kerangka analisis yang sama, misalnya karya sastra. 68. 3. Memahami aksi/perilaku manusia sebagai sebuah tindakan retorika, yang dikembangkan untuk menganalisis situasi yang melibatkan penampil maupun khalayak. 69. 4. Program yang pluralistik dan dialektikal untuk menganalisis perilaku manusia 70. Teori ini banyak dipengaruhi oleh interaksi simbolik, Teori ini memfokuskan pada diri dalam suatu peristiwa yang ada dengan menggunakan simbol komunikasi. Dramatisme memandang manusia sebagai tokoh yang sedang memainkan peran mereka, dan proses komunikasi atau penggunaan pesan dianggap sebagai perilaku yang pada akhirnya membentuk cerita tertentu. (Denzin, 1992: 145) 71. Drama adalah metafora yang berguna bagi ide–ide Burke untuk tiga alasan (Turner dan West, 2007: 27): 72. 1. Drama mengindikasikan cakupan yang luas, dan Burke tidak membuat klaim yang terbatas; tujuannya adalah untuk berteori mengenai keseluruhan pengalaman manusia. Metafora dramatis khususnya berguna dalam menggambarkan hubungan manusia karena didasarkan pada interaksi atau dialog. Dalam dialognya, drama menjadi model hubungan dan menjadi penerangan pada hubungan. 73. 2. Drama cenderung mengikuti tipe–tipe atau genre yang mudah dikenali: komedi, musikal, melodrama, dan lainnya. Burke merasa bahwa

Universitas Sumatera Utara cara kita membentuk atau menggunakan bahasa dapat berhubungan dengan cara drama manusia itu dimainkan. Sebagaimana yang diamati oleh Barry Brummett (1993), “Kata–kata akan terangkai menjadi wacana berpola pada tingkat makro dari keseluruhan teks atau wacana. Burke berargumen bahwa pola berulang yang menggarisbawahi suatu teks menjelaskan bagaimana teks tersebut menggerakkan kita. 74. 3. Drama selalu ditujukan kepada khalayak. Dalam hal ini drama bersifat retoris. Burke memandang sastra sebagai “peralatan untuk hidup”, artinya bahwa literatur atau teks berbicara pada pengalaman hidup orang dan masalah serta memberikan orang reaksi untuk menghadapi pengalaman ini. 75. Dengan demikian, kajian dramatisme mempelajari cara–cara dimana bahasa dan penggunaanya berhubungan dengan khalayak. 76. 77. 78. 2.2.4.2 Asumsi Dramatisme 79. Brummett menyebutkan asumsi Burke sebagai ontologi simbolis dikarenakan penekanannya pada bahasa. Ia mengingatkan bahwa “Hal terbaik yang dapat dilakukan seseorang, dalam mencari inti dari pemikiran Burke adalah menemukan sebagian ontologinya, dasar bagi kebanyakan bagian. Bagi Burke, orang umumnya melakukan apa yang harus mereka lakukan, dan dunia kebanyakan adalah seperti itu adanya, karena sifat dasar dari sistem simbol itu sendiri. Gambaran mengenai tiga asumsi teori dramatisme berikut ini adalah (Griffin, 2005: 303): 80. 1. Manusia adalah hewan yang menggunakan simbol 81. 2. Bahasa dan simbol membentuk sebuah sistem yang sangat penting bagi manusia 82. 3. Manusia adalah pembuat pilihan 83. Asumsi pertama berbicara tentang hal yang kita lakukan dimotivasi oleh naluri hewan yang ada dalam diri kita dan beberapa hal lainnya dimotivasi oleh simbol–simbol. Ide bahwa manusia adalah hewan yang menggunakan simbol menggambarkan sebuah ketegangan dalam pemikiran Burke.

Universitas Sumatera Utara Seperti yang diamati oleh Brummett, asumsi terombang–ambing antara kesadaran bahwa beberapa dari yang kita lakukan dimotivasi oleh sifat naluriah hewan dan beberapa oleh sifat simbolik. Dari semua simbol yang di gunakan manusia, bahasa adalah yang paling penting bagi Burke (Turner dan West, 2007: 28) 84. Asumsi kedua menyatakan bahwa bahasa memiliki pengaruh deterministik terhadap orang, tetapi asumsi yang terakhir mengatakan bahwa manusia adalah pembuat pilihan. Burke secara gigih mengatakan bahwa ontologi deterministik behaviorisme harus ditolak karena hal itu bertentangan dengan apa yang dia lihat sebagai dasar utama dari dramatisme; pilihan manusia. (Turner dan West, 2007: 29) 85. Kebanyakan teori banyak berpijak pada konseptualisasi akan agensi (agency), atau kemampuan aktor sosial untuk bertindak sebagai hasil pilihannya. Seperti yang diamati oleh Charles Conrad dan Macom menyatakan lebih lanjut, Burke berkutat dengan konsep agensi sepanjang kariernya, terutama karena sulitnya menegosiasikan ruang di antara kehendak bebas yang sepenuhnya dan determinisme yang sepenuhnya. Pemikiran Burke terus berevolusi pada titik ini, tetapi dia tetap mempertahankan agensi sebagai konsep terdepan dalam teorinya. (Turner dan West, 2007: 29) 86. 2.2.4.3 Dramatisme dan Retorika 87. Dalam bukunya A Rhetoric of Motivates (1950, 16), Burke memperhatikan tentang persuasi dan dia banyak berdiskusi mengenai prinsip tradisional retorika yang dikembangkan oleh Aristoteles. Burke menyatakan bahwa definisi retorika intinya adalah persuasi, dan tulisannya mengeksplorasi cara–cara dimana persuasi dapat terjadi. Menanggapi hal ini, Burke mengatakan bahwa sebuah retorika baru berfokus pada beberapa isu penting, dan yang paling penting di antara semuanya adalah identifikasi. Marie Nichols (Griffin, 2005: 300) pada tahun 1952 menjelaskan perbedaan antara Burke dan Aristoteles adalah bahwa perbedaan antara retorika lama dan retorika baru mungkin dapat dirangkum dalam cara ini: Kata kunci untuk retorika lama adalah persuasi dan menekankan pada

Universitas Sumatera Utara desain yang terencana, dan kata kunci untuk retorika baru adalah identifikasi dan dalam hal ini dapat mencakup faktor–faktor yang secara parsial tidak sadar dalam mengajukan pernyataannya. Tetapi tujuan Burke tidak untuk menggantikan konseptualisasi Aristoteles tetapi lebih kepada memberikan tambahan terhadap pendekatan tradisional. 88. 2.2.4.4 Identifikasi dan Substansi 89. Identifikasi adalah kesamaan yang ada antara pembicara dan penonton. Burke menggunakan substansi sebagai istilah umum untuk menggambarkan seseorang mulai dari karakteristik fisik, bakat, pekerjaan, pengalaman, kepribadian, keyakinan, dan sikapnya. Semakin banyak tumpang tindih antara substansi pembicara dan substansi pendengar, semakin baik tingkat identifikasinya. Kebalikannya juga benar, semakin kecil tingkat ketumpangtindihan individu, makin besar pemisahan yang ada di antara mereka. Walaupun demikian, pada kenyataannya dua orang tidak dapat sepenuhnya memiliki ketumpangtindihan satu dengan yang lainnya. Burke sadar akan hal ini dan menyatakan bahwa “ambiguitas substansi” menyatakan bahwa identifikasi akan selalu terletak pada kesatuan dan pemisahan. Para individu akan bersatu pada masalah– masalah substansi tertentu tetapi pada saat bersamaan tetap unik, keduanya disatukan dan dipisahkan. Selanjutnya Burke mengindikasikan bahwa retorika dibutuhkan untuk menjembatani pemisahan dan membangun kesatuan. Burke merujuk proses ini sebagai konsubstansiasi atau meningkatkan identifikasi mereka satu sama lain. Konsubstansiasi atau masalah mengenai identifikasi dan substansi berhubungan dengan siklus rasa bersalah/penebusan karena rasa bersalah dapat dihilangkan sebagai hasil identifikasi dan pemisahan. (Turner dan West, 2007: 30) 90. 2.2.4.5 Dramatisme dan Komunikasi Politik 91. Dramatisme merupakan pendekatan yang berpikir tentang perilaku politik yang menggunakan metafora “hidup adalah panggung sandiwara”. Pelaku drama tidak menganggap modus pemahaman mereka menjadi metafora; mereka percaya bahwa kerangka secara akurat menggambarkan perilaku politik (Kaid dan Bacha, 2008: 193). Pelaku drama menggunakan bahasa

Universitas Sumatera Utara dalam dialog untuk menciptakan dunia dimana tokoh-tokohnya bertindak, seperti pelaku drama, politisi dan warga negara menggunakan bahasa untuk mengatur dunia yang mereka hadapi dan bagaimana mereka bertindak. Dengan bahasa ini, aktor politik memilah kejadian nyata di dalam dunia membentuk pemahaman tentang hal tersebut. Konflik politik timbul dari perbedaan interpretasi dan tanggapan. Dramatisme adalah salah satu bagian kontekstualisme dari gerakan intelektual yang berpengaruh pada abad 20. Para kontekstualis percaya bahwa hal yang mendasar pada kegiatan manusia adalah terletak pada kekuatan interaksi berbasis bahasa yang berorientasi pada orang ke peristiwa lalu membentuk respon. Mereka mempelajari strategi lewat interaksi yang membentuk respon ke peristiwa dan membentuk struktur yang stabil dari hubungan manusia. 92. Burke mengembangkan teori umum dari peran bahasa dalam kegiatan manusia. Bukunya Permanence and Change, Attitudes Toward History, Grammar of Motives, dan Rhetoric of Motives adalah buku yang paling berpengaruh dalam pendekatan dramatisme dalam komunikasi politik. “The Rhetoric of Hitler’s Battle” adalah contoh kuat dari penjelasan dan kekuatan yang telah diprediksi dari penelitian dramatisme ke dalam wacana politik. Teori penting lain dari aktivitas manusia termasuk di dalamnya Analisis Tema Fantasi Ernest Bormann (sebelumnya Teori Konvergensi Simbolis), Analisis Naratif Walter Fisher, Dramaturgi-Erving Goffman adalah contoh dari kontekstualis dan teori dramatisme yang masing–masing mempunyai tingkatan berbeda dalam pencaplokan teori Burke. Pengadopsi awal dramatisme dalam komunikasi politik adalah Murray Edelman, Bernard L. Brock, James E. Combs, Michael Calvin McGee, dan Dan Nimmo. (Kaid, 2004: 74) 93. Akademisi yang belajar tentang komunikasi politik dengan pendekatan dramatisme membingkainya dalam dua aktivitas. Teori menyaring kosa kata umum dan munggunakan kosa kata untuk menjelaskan bagaimana aktor politik menampilkan politik melalui pilihan strategis dari bahasa (dan simbol terkait lainnya) dan bagaimana masyarakat mengorganisir

Universitas Sumatera Utara aktivitas–aktivitas tersebut secara politik melalui kesamaan dan kemampuan beradaptasi dari sistem simbolik bersama. Kritikus yang berkonsentrasi pada penampilan politik, menyinggung tentang arti dari pembatas dan pilihan bahasa dari aktivitas politik per harinya. Banyak akademisi yang mencampuradukkan tentang aktivitas tersebut, mengetahui lebih dalam proses politik bahkan mereka berkontribusi dalam dialog langsung tentang kegiatan politik kontemporer. (Kaid dan Bacha, 2008: 193) 94. Tiga contoh berikut mengilustrasikan bagaimana pelaku dramatisme mengerti tentang komunikasi politik. Murray Edelman meletakkan dasar dari pengertian yang luas tentang simbol dan politik. Dia mempelajari cara bagaimana pemimpin menguasai simbol dan cara berbicara yang umum untuk menumbuhkan kekuatan legitimasinya. Seperti kebanyakan para kontekstualis, bagaimanapun ia tidak bisa fokus pada satu sudut pandang politik saja. Ia juga mengeksplorasi bagaimana bahasa menghasilkan isu kebijakan membentuk pelaksanaan dari kebijakan tersebut di dalam birokrasi yang didorong kebijakan dan mengubah tindakan politik kepada respon kepuasan untuk merasakan kebutuhan. Akhirnya ia menyajikan pandangan tentang bagaimana tindakan politik tidak hanya berbentuk ekspresi kepercayaan tetapi kekuatan yang berarti masyarakat mengorganisir setiap hari untuk merespon keadaan yang terbentuk sebagai masalah publik. (Kaid, 2004: 414) 95. Bernard Brock berfokus pada aktor politik sebagai seorang penyebar strategi yang berorientasi pada tujuan dengan menggunakan simbol untuk mencapai tujuannya. Brock melihat pidato politik dalam sebuah bingkai kerja dari pilihan bahasa si pembicara dari antara kemungkinan dari situasi pidato yang berlangsung. Brock menangkap drama konflik politik dengan cara yang berbeda dan dalam orientasi yang berbeda untuk mencapai politik. (Kaid dan Bacha, 2008: 193) Robert Ivie berfokus pada kelanjutan bagaimana kita berbicara tentang politik dalam suatu waktu. Artikelnya “Presidential Motives of War” menjejaki keberlanjutan melewati 2 abad dalam pembenaran bahasa ketika pemimpin amerika mengadakan perang.

Universitas Sumatera Utara Kritik Ivie mengilustrasikan cara dramatisme melihat komunikasi politik yaitu pemilihan bahasa bukan karena dibatasi oleh keadaan tetapi karena bentuk panggilan yang stabil dan tidak dikembangkan. Bentukan ini adalah bahasa politik yang sebenarnya, diperkuat dan disusun atas hal itu, dan disebut dari konteks retorika ketika aktor politik mencari pembenaran atas tindakan. (Kaid dan Bacha, 2008: 193) Tidak ada dari kedua konsep yang secara baik mengilustrasikan tentang perbedaan antara dramatisme dan pendekatan lain untuk memahami politik daripada ideologi dan motivasi. Dalam pemahaman yunani, “ide-ology” adalah pembelajaran tentang ide, dan banyak yang memandang bahwa ideologi dilakukan dengan konseptualisasi cara orang berpikir. Ketika kita melihat ideologi sebagai bahasa, kita melihat melalui bahasa kepada ide untuk mengekspresikannya. Pelaku dramatisme tidak melihat hubungan bahasa kepada ide dengan cara yang begitu jelas. Faktanya, mereka percaya bahwa ide adalah milik bahasa. Ide yang besar adalah produk sosial. Mereka mencapai kekuatan mereka melalui pernyataan dalam konteks dimana mereka berhasil mengarahkan penampilan sistem politik. (Kaid dan Bacha, 2008: 193) Bagi pelaku dramatisme, kunci untuk memahami motivasi adalah pola kosa kata dan bahasa yang digunakan untuk menggerakkan masyarakat melalui respon kepada lingkungan. Motivasi bukanlah sesuatu yang ada di dalam aktor politik dan dijadikan perilaku baik verbal maupun sebaliknya. Namun, motivasi adalah objek bahasa yang dibuat oleh manusia yang membentuk perilaku sosial, terbangun melalui penggunaannya dalam kegiatan sehari–hari, membawa pemahaman tentang masyarakat, lalu bersedia mengatur respon terhadap kejadian yang tengah berlangsung. Pendekatan dramatisme mengangkat komunikasi politik sebagai peran utama dalam pemahaman tentang politik. Dalam bidang tindakan manusia kita menyebutnya “politik” mengatur orang untuk menghadapi dunia dengan bingkai kekuatan dan kepemimpinan dari hari ke hari. Dengan interaksi politik dibangun melalui penyebaran dari pemilihan oleh pemimpin dan masyakatnya dari sumber simbolis budaya mereka bersama. (Kaid dan Bacha, 2008: 193)

Universitas Sumatera Utara

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Mengacu kepada Pujileksono (2015), penelitian adalah kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisis dan konstruksi yang dilakukan secara metodologis, sistematis dan konsisten. Metode penelitian adalah cara kerja yang sistematis yang dipakai untuk memahami suatu subjek dan objek penelitian, sehingga hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Metode penelitian komunikasi adalah prosedur dalam melakukan penelitian komunikasi untuk menemukan hal-hal baru, membuktikan atau menguji temuan penelitian sebelumnya untuk pengembangan ilmu komunikasi.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode kualitatif yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya. Penelitian kualitatif melibatkan banyak metode dalam menelaah masalah penelitiannya. Penggunaan metode menurut Mulyana (2004) ini di maksudkan agar peneliti memperoleh pemahaman yang komprehensif (holistik) mengenai fenomena yang diteliti, sehingga dapat menjelaskan fenomena yang sedalam–dalamnya. Dengan demikian, penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang dapat memandang sesuatu baik hidup maupun benda atau lembaga yang sifat dan keadaannya akan diteliti.

Menurut (2006), penelitian kualitatif bertujuan untuk melakukan penafsiran terhadap realitas sosial atau fenomena sosial. Metodologi penelitian kualitatif yang dipakai adalah multi metodologi, sehingga sebenarnya tidak ada metodologi yang khusus. Para peneliti kualitatif dapat menggunakan semiotika, narasi, isi, diskursus, arsip, analisis fonemik, bahkan statistik. Di sisi yang lain, para peneliti kualitatif juga dapat menggunakan pendekatan, metode, dan teknik-teknik etnometodologi, fenomenologi, hermeneutic, feminisme, dekonstruksionisme, etnografi, wawancara, psikoanalisis, studi budaya, penelitian survey, dan pengamatan melibat (participant observation). Dengan demikian,

Universitas Sumatera Utara tidak ada metode penelitian tertentu yang dianggap unggul, dan tidak ada teknik yang serta merta dapat disingkirkan. Intinya, tidak ada salahnya juga mengutip pernyataan Feyerabend (dalam Chalmers, 1982) “Metodologi apa saja boleh dipakai asal dapat mencapai tujuan yang dikehendaki”. (dalam Pujileksono, 2015)

3.2 Objek Penelitian

Objek penelitian adalah karakteristik tertentu yang memiliki ukuran yang berbeda untuk individu yang berbeda. Dalam penelitian ini, objek penelitiannya adalah aspek-aspek kajian yang berupa manipulasi bahasa (dramatisme) yang terdapat pada teks pidato pertama Gubernur DKI Jakarta terpilih periode 2017- 2022 Anies Baswedan pada tanggal 16 Oktober 2017.

3.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini teks pidato politik pertama yang diucapkan Gubernur DKI Jakarta terpilih periode 2017-2022 Anies Baswedan setelah dilantik Presiden Joko Widodo pada tanggal 16 Oktober 2017.

3.4 Kerangka Analisis

Penelitian ini akan menganalisis mengenai manipulasi bahasa (dramatisme) Gubernur Anies Baswedan dalam pidato politik pertamanya sebagai Gubernur DKI Jakarta terpilih periode 2017-2022. Dramatisme menambah pengetahuan tentang bagaimana bahasa dan hubungannya untuk berpikir sebagai hasil dari tindakan dibandingkan cara menyampaikan informasi.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Adapun data-data yang diperlukan terkait penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Studi Dokumentasi

Yakni teknik dengan mengambil rujukan dari data-data yang sudah tersedia berupa foto, video, dan berbagai dokumen yang diperlukan. Dalam penelitian ini, peneliti mencatat pidato yang bacakan Gubernur DKI Jakarta

Universitas Sumatera Utara terpilih periode 2017-2022 Anies Baswedan yang disiarkan secara langsung di Stasiun TV.

2. Studi Kepustakaan

Dilakukan dengan cara mempelajari dan mengumpulkan data melalui literatur, buku dan sumber bacaan lainnya yang relevan dan mendukung penelitian serta membantu peneliti untuk memperoleh informasi.

3.6 Teknik Analisis Data Penelitian ini menggunakan teknik analisis data dengan langkah – langkah teknis sebagai berikut: 1. Penjelasan tentang sejarah dan latar belakang suatu peristiwa (ekstra tekstual)

Dalam tahapan ini dijelaskan faktor–faktor yang mempengaruhi pembuatan teks dan juga dijelaskan tentang apa dan siapa yang berpengaruh dalam topik teks secara garis besar dalam konten historis. Dalam penelitian ini dijelaskan tentang sumber data yang merupakan teks pidato, metode pidato yang dilakukan, pihak yang membuat teks pidato, serta bahasa nonverbal yang mencakup pandangan mata, intonasi suara, ekspresi wajah, gesture tubuh, gaya berbicara dan cara berpakaian yang ditampilkan pada saat pembacaan teks pidato oleh aktor komunikasi dalam hal ini ialah Anies Baswedan.

2. Penjelasan tentang aspek kajian yang diteliti (tekstual sentrik)

Merupakan tahapan penjelasan tentang aspek kajian yang diteliti. Dalam tahapan ini dijelaskan tentang bahasa, hermeutika dan praktik retorika. Istilah- istilah kunci dijelaskan dan dihubungkan dengan istilah-istilah sentral lain dalam penelitian. Tahapan ini merupakan inti dari penelitian berbasis teks retorika. Dalam penelitian ini istilah dan kalimat dipilah dan dijelaskan secara rinci motif tersembunyi yang ada dibalik kalimat yang disampaikan serta menganalisisnya dengan menghubungkannya dengan isu yang berkembang serta nilai–nilai yang berkaitan dengan istilah. Berikutnya penelitian berfokus pada elemen pentad

Universitas Sumatera Utara drama yang lebih ditekankan sehingga menghasilkan suatu dominan elemen yang disebut rasio dramatistik.

3. Penjabaran tentang tujuan penelitian (tekstual seminal) Merupakan tahapan akhir dari penelitian dimana dalam tahapan ini dibagi menjadi dua sesuai dengan tujuan penelitian. Pertama ditandai dengan “dunia nyata” dalam aplikasi tekstual mengungkapkan bentuk manipulasi bahasa yang sedang digunakan aktor komunikasi melalui retorikanya. Kedua disebut analisis silsilah yang ditandai dengan hubungan sebab akibat yang dibuat untuk mempengaruhi khalayak pendengar. Dalam tahapan ini dijelaskan tentang realitas yang ingin disampaikan aktor komunikasi kepada khalayaknya.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Latar Belakang Anies Baswedan

Anies Rasyid Baswedan lahir di Kuningan, Jawa Barat, 7 Mei 1969 dari pasangan Rasyid Baswedan dan Aliyah Rasyid. Anies merupakan cucu dari pejuang kemerdekaan Abdurrahman Baswedan. Di balik kesuksesannya, ada seorang ibu yang hebat. Dia adalah Prof. Dr. Aliyah Rasyid, M.Pd. Perempuan 76 tahun yang menjadi guru besar di Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Negeri Yogyakarta. Sebagai pendidik, Aliyah dan suaminya, Drs, Rasyid Baswedan, SU yang juga dosen Fakultas Ekonomi di Universitas Islam Indonesia, membiasakan banyak hal baik.

Ia mulai mengenyam bangku pendidikan pada usia 5 tahun, di TK Masjid Syuhada. Menginjak usia 6 tahun, melanjutkan pendidikan ke SD Laboratori, Yogyakarta. Setelah lulus SD, Anies melanjutkan ke SMP Negeri 5 Yogyakarta dan bergabung dengan Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) dengan menjabat sebagai pengurus bidang humas. Pada acara tutup tahun di sekolahnya, Anies terpilih sebagai ketua panitia acara tersebut. Setelah lulus dari SMP nya, Anies meneruskan pendidikannya di SMA Negeri 2 Yogakarta. Anies sosok yang aktif berorganisasi hingga terpilih sebagai wakil ketua OSIS dan mengikuti pelatihan kepemimpinan bersama tiga ratus orang Ketua OSIS se-Indonesia. Hasilnya, Anies terpilih menjadi Ketua OSIS se-Indonesia pada tahun 1985. Pada tahun 1987, dia terpilih untuk mengikuti program pertukaran pelajar AFS dan tinggal selama setahun di Milwaukee, Wisconsin, Amerika Serikat. Program ini membuatnya menempuh masa SMA selama empat tahun dan baru lulus pada tahun 1989.

Universitas Sumatera Utara Sekembalinya ke Yogyakarta, Anies mendapat kesempatan berperan di bidang jurnalistik. Ia bergabung dengan program Tanah Merdeka di Televisi Republik Indonesia cabang Yogyakarta dan mendapat peran sebagai pewawancara tetap tokoh-tokoh Nasional. Anies juga diterima masuk di Fakultas Ekonomi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Di bangku perkuliahan, ia tetap aktif berorganisasi, bergabung dengan Himpunan Mahasiswa Islam dan menjadi salah satu anggota Majelis Penyelamat Organisasi HMI UGM.

Di fakultasnya, Anies menjabat sebagai Ketua Senat Mahasiswa dan ikut membidani kelahiran kembali Senat Mahasiswa UGM setelah pembekuan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Dia terpilih menjadi Ketua Senat Universitas pada kongres tahun 1992 dan membuat beberapa gebrakan dalam lembaga kemahasiswaan. Anies membentuk Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) sebagai lembaga eksekutif, memposisikan senat sebagai lembaga legislatif yang disahkan oleh kongres pada tahun 1993. Setelah lulus kuliah, Anies bekerja di Pusat Antar Universitas Studi Ekonomi UGM, sebelum mendapat beasiswa Fulbright dari AMINEF untuk melanjutkan kuliah masternya dalam bidang keamanan internasional dan kebijakan ekonomi di School of Public Affairs, University of Maryland, College Park pada tahun 1997. Ia juga dianugerahi William P. Cole III Fellow di universitasnya, dan lulus pada bulan Desember 1998.

Sesaat setelah lulus dari Maryland, Anies kembali mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan kuliahnya dalam bidang ilmu politik di Northern Illinois University pada tahun 1999. Dia bekerja sebagai asisten peneliti di Office of Research, Evaluation, and Policy Studies di kampusnya, dan meraih beasiswa Gerald S. Maryanov Fellow, penghargaan yang hanya diberikan kepada mahasiswa NIU yang berprestasi dalam bidang ilmu politik pada tahun 2004. Disertasinya yang berjudul Regional Autonomy and Patterns of Democracy in Indonesia menginvestigasi efek dari kebijakan desentralisasi terhadap daya respon dan transparansi pemerintah daerah serta partisipasi publik, menggunakan data survei dari 177 kabupaten/kota di Indonesia. Dia lulus pada tahun 2005.

Universitas Sumatera Utara Pada 15 Mei 2007, Anies Baswedan menemui momen penting dalam kariernya. Ia dilantik menjadi Rektor Universitas Paramadina, menggantikan posisi yang dulu ditempati oleh cendekiawan Muslim, Nurcholish Madjid atau biasa disapa dengan Cak Nur, yang juga merupakan pendiri universitas tersebut. Dilantiknya Anies menjadi rektor membuatnya tercatat sebagai rektor termuda di Indonesia, di mana saat itu usianya baru menginjak 38 tahun. Pada saat menjabat sebagai rektor, Anies mencanangkan program Paramadina Fellowship atau Beasiswa Paramadina.

Pada akhir 2009, membentuk tim kecil yang kemudian berkembang hingga menjadi organisasi, yaitu Yayasan Gerakan Indonesia Mengajar. Gagasan itu dimula ketika Anies menjadi seorang mahasiswa UGM di sekitar dekade 1990-an. Pada masa itu, ia bergaul dan belajar banyak dari seorang mantan rektor UGM periode 1986-1990, Prof. Dr. Koesnadi Hardjasoemantri (Pak Koes). Pada tahun 1950an, Pak Koes menginisiasi sebuah program bernama Pengerahan Tenaga Mahasiswa (PTM), yakni sebuah program untuk mengisi kekurangan guru SMA di daerah, khususnya di luar Jawa. Dalam beberapa kasus, PTM ini justru mendirikan SMA baru dan pertama di sebuah kota kabupaten. Pak Koes adalah inisiator sekaligus salah satu dari 8 orang yang menjadi angkatan pertama PTM ini. Dia berangkat ke Kupang dan bekerja di sana selama beberapa tahun. Sepulangnya dari Kupang, ia mengajak serta 3 siswa paling cerdas untuk kuliah di UGM. Salah satunya adalah Adrianus Mooy yang di kemudian hari menjadi Gubernur Bank Indonesia. Cerita penuh nilai dari PTM inilah salah satu sumber inspirasi bagi Indonesia Mengajar. Ketika mendapat beasiswa di Amerika Serikat, belajar dan bekerja di sana membuatnya memahami bahwa anak-anak Indonesia membutuhkan kompetensi kelas dunia untuk bersaing di lingkungan global. Tetapi, kompetensi kelas dunia saja tak cukup. Anak-anak muda Indonesia harus punya pemahaman empatik yang mendalam seperti akar rumput meresapi tanah tempatnya hidup. Semua proses di atas, secara perlahan membentuk ide besar Gerakan Indonesia Mengajar. Akhirnya pada pertengahan 2009 konstruksi dasar dari Gerakan Indonesia Mengajar mulai terbentuk dan mulai berkembang di akhir 2009. Sampai saat ini, Anies Baswedan merupakan merupakan salah satu pendiri dan juga Ketua Yayasan Gerakan Indonesia Mengajar.

Universitas Sumatera Utara Pada akhir 2010, Anies mengembangkan sebuah pemikiran yaitu, Program Indonesia Menyala berawal dari hasil pengamatan sejumlah Pengajar Muda sejak mereka ditempatkan pada saat itu. Mereka melihat bahwa mayoritas anak didik mereka kekurangan bahan bacaan yang bermutu. Melihat kebutuhan tersebut dan kesadaran atas pentingnya buku untuk teman-teman di pelosok, maka program Indonesia Menyala diluncurkan pada 15 April 2011. Indonesia Menyala membentuk perpustakaan-perpustakaan yang bertempat di wilayah penempatan Pengajar Muda. Perpustakaan Indonesia Menyala terdiri dari dua bentuk yakni perpustakaan tetap dan perpustakaan berputar. Perpustakaan tetap yaitu perpustakaan yang berisikan buku yang hanya digunakan di satu sekolah penempatan. Sedangkan, perpustakaan berputar, berbentuk sebuah tas yang dibawa keliling oleh Pengajar Muda untuk dibaca oleh masyarakat sekitar. Indonesia Menyala menghilangkan sekat besar akses terhadap bacaan yang terbatas pada masyarakat-masyarakat pedesaan di Indonesia, sehingga semakin meneguhkan bahwa pendidikan adalah hak yang harus diterima setiap masyarakat.

Februari 2013 Anies Baswedan diminta oleh KPK untuk memimpin Komite Etik KPK – tim ad hoc bentukan pemimpin antirasuah itu. Tugas Komite ini adalah memeriksa ihwal bocornya surat perintah penyidikan (sprindik) kasus korupsi proyek Hambalang atas nama tersangka Anas Urbaningrum.

Pada 2010 Anies Baswedan tergabung dalam Tim Verifikasi Fakta dan Hukum atau dikenal dengan Tim 8 yang diketuai Adnan Buyung Nasution untuk meneliti kasus dugaan kriminalisasi terhadap Bibit Samad Rianto dan Chandra M. Hamzah. Nama kedua pemimpin komisi ini ramai dikaitkan dalam perseteruan Kepolisian versus KPK – yang populer dengan sebutan “Cicak versus Buaya” – ketika itu.

Setelah bertahun-tahun bergelut dalam gerakan sosial, Anies Baswedan terpanggil untuk memasuki dunia politik. Ia diundang untuk terlibat mengurus negeri dengan mengikuti konvensi Demokrat pada 27 Agustus 2013. Anies menerima undangan tersebut dengan ikhtiar untuk ikut melunasi Janji Kemerdekaan. Anies Baswedan bersama 11 orang lainnya; Ali Masykur Musa, Dahlan Iskan, Dino Patti Djalal, Endriartono Sutarto, Gita Wirjawan, Hayono

Universitas Sumatera Utara Isman, Irman Gusman, Marzuki Alie, Pramono Edhie Wibowo dan Sinyo Harry Sarundajang mengikuti Konvensi Calon Presiden dari Partai Demokrat.

Semangat melunasi janji kemerdekaan itulah yang merupakan misi Anies untuk negeri ini. Bagi Anies apa yang tercantum di Pembukaan UUD 1945 bukan sebuah cita-cita melainkan sebuah janji yang harus dilunasi. Ia menilai janji-janji tersebut harus dilunasi oleh seluruh warga negara, termasuk dirinya. Ia meyakini konvensi ini sebagai sebuah panggilan tanggung jawab dan kehormatan. Ia mengatakan bahwa dirinya memilih untuk terlibat dan turun tangan melunasi janji kemerdekaan.

“Janji itu adalah melindungi, menyejahterakan, mencerdaskan, dan membuat keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.

Sebagai bentuk kedewasaan politik, Anies yang bukan kader Demokrat, mengikuti seluruh rangkaian Konvensi sampai selesai. Beberapa rangkaian konvensi antara lain adalah Debat Bernegara Konvensi Partai Demokrat, yang diadakan antara lain, di Medan, Palembang, Bandung, , Bali, Balikpapan, Bogor, Makassar, Ambon, dan Jakarta.

Komitmen Anies Baswedan untuk ikut turun tangan mendorong orang- orang baik ia lanjutkan dengan membantu pasangan capres-cawapres Jokowi-JK dalam Pemilihan Presiden tahun 2014. Anies membantu pasangan nomor urut dua dalam Pilpres 2014 ini dengan menjadi juru bicara pasangan tersebut. Jokowi mengungkapkan bahwa kehadiran Anies sangat penting dalam tim pemenangannya. Oleh sebab itu, ia meminta bantuan Anies untuk bergabung dengan timnya. Bagi Jokowi, Anies adalah sosok muda yang inspiratif dan dekat dengan kaum muda. Karena alasan tersebut Mantan Wali kota Solo ini meminta Anies untuk membantu dirinya dan JK dengan menjadi Juru Bicaranya.

Anies sendiri menyatakan alasannya mendukung Jokowi-JK dengan berperan menjadi juru bicara pasangan tersebut dengan menginformasikan keputusannya pada ribuan relawan pendukungnya. Anies menginformasikan pilihannya mendukung Jokowi-JK dengan mengirimkan sebuah e-mail berjudul “Pilihan Saya”. Dalam email tersebut Anies menyatakan bahwa pasangan Jokowi-

Universitas Sumatera Utara JK yang paling mungkin menghadirkan terobosan. Baginya Jokowi adalah sosok muda yang bisa melakukan terobosan. Sementara itu JK ia kenal sebagai tokoh senior yang memiliki rekam jejak terobosan dalam karya-karyanya.

Sepak terjang Anies Baswedan di bidang pendidikan membuatnya diberi amanat menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di Kabinet Kerja Jokowi-JK periode 2014-2019 sejak 27 Oktober 2014. Anies merupakan salah satu menteri yang datang dari kalangan profesional di Kabinet Kerja. Pada Kabinet Kerja Jokowi-JK, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dipecah menjadi dua, yaitu Kementerian Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah serta Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi yang merupakan gabungan Kementerian Riset dan Teknologi dan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kemdikbud sebelumnya. Akan tetapi Kementerian yang dipimpin Anies pada akhirnya mempertahankan nama resminya sebagai Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Anies menilai bahwa pendidikan adalah kunci peningkatan kualitas manusia. Ia merasa peningkatan kualitas pendidikan akan terjadi dengan meningkatkan kualitas guru. Menurutnya pendidikan adalah interaksi antar manusia di mana peran guru menjadi begitu sentral. Peningkatan kualitas guru adalah salah satu hal yang ingin ia lakukan selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia.

Dalam pidato pertamanya dalam Pertemuan dengan Kepala Dinas Pendidikan Pemerintah Daerah se-Indonesia, Anies mengatakan bahwa Pendidikan Indonesia berada dalam Kondisi Gawat Darurat. Kondisi itu dikarenakan berbagai faktor, mulai dari infrastuktur, kompetensi guru, serta suap- menyuap dan menyuarakan agar Pemerintah Pusat dan Daerah bersama-sama dapat turun tangan menyelesaikan masalah. Pada bulan Oktober 2014 Anies mengatakan fokus untuk memperbaiki kekurangan di tiga bidang. Anies mengakui bahwa ketiga kebijakan tersebut sering menjadi pro dan kontra dan pembicaraan di masyarakat. Kebijakan tersebut adalah pelaksanaan Ujian Nasional (UN), Kurikulum 2013 dan sertifikasi guru.

Universitas Sumatera Utara Sejumlah gebrakan yang dilakukan Anies semasa menjabat sebagai Mendikbud diantaranya;

1. Menunda pelaksanaan Kurikulum 2013 dan mengembalikannya ke Kurikulum 2006, serta menerapkan Kurikulum 2013 pada jumlah sekolah yang terbatas. Faktor kebijakan ini yaitu ketidaksiapan implementasi kurikulum dan banyaknya keluhan siswa, guru dan orangtua siswa, Akan tetapi suara penolakan datang dari Mendikbud sebelumnya Moh. Nuh sampai memancing keributan di media, beberapa sekolah dan guru yang memang sudah berhasil sehingga menimbulkan kebingungan penerapannya di Dinas Pendidikan Daerah, serta penolakan DPR karena dianggap penghapusan tanpa kajian dan komunikasi dengan DPR, karena penghapusan berimplikasi dengan anggaran. 2. Mengubah Ujian Nasional bukan sebagai tolak ukur kelulusan, tetapi hanya sebagai pemetaan pemerataan kualitas pendidikan daerah. Selain itu juga Anies membentuk Indeks Integritas Ujian Nasional untuk mengukur kejujuran siswa setiap daerah. Nilai UN juga dilengkapi penjelasan, bukan hanya sekadar nilai. Tujuan besarnya yaitu membuat UN tidak sebagai hal yang menakutkan lagi. 3. Program Uji Kompetensi Guru dan Sertifikasi Guru untuk meningkatkan kompetensi guru. 4. Membentuk Direktorat Keayahbundaan untuk menguatkan peran orangtua dalam mendidik anak. 5. Menghapus Masa Orientasi Sekolah yang dilakukan oleh Siswa/OSIS dan digantikan oleh Pengenalan Lingkungan Sekolah dari Pihak Sekolah. Hal ini dilakukan untuk mengurangi perpeloncoan oleh kakak kelas. 6. Mengangkat Direktur Jenderal Kebudayaan berasal dari Non-PNS secara lelang terbuka, yaitu Hilman Farid (Aktivis Kebudayaan). 7. Mengangkat Mantan Jaksa KPK sekaligus Kabiro Hukum KPK yang terkenal dalam Praperadilan Kasus Budi Gunawan, Catharina Girsang, sebagai Staf Ahli bidang Regulasi Pendidikan dan Kebudayaan, dilakukan untuk meninjau dan menyederhanakan berbagai aturan di Kemendikbud. 8. Menggelorakan kembali Konsep Pendidikan Ki Hadjar Dewantara, Bapak Pendidikan Indonesia untuk membuat sekolah tempat yang menyenangkan. 9. Gerakan Memuliakan Guru. Dengan cara mengajak orang-orang dewasa menemui guru saat hari guru untuk menghormatinya, dan berbagai kerjasama Kemdikbud dengan BUMN dan Swasta untuk memberikan kemudahan, diskon harga dan semacamnya bagi Guru.

Universitas Sumatera Utara 10. Gerakan Membaca 15 Menit sebelum Mulai Pelajaran untuk Mendorong Minat Baca. 11. Mengantar Anak Hari Pertama Sekolah bagi Orangtua Murid. Hal ini ditujukan untuk meningkatkan ikatan emosional orangtua dengan sekolah dan juga anaknya. 12. Mengeluarkan berbagai Permendikbud dalam rangka menciptakan rasa aman di sekolah. Sebagai perlindungan dari berbagai tantangannya dalam pelaksanaan tugas yaitu salah satunya Kekerasan Anak di Sekolah maupun Kekerasan Seksual pada Anak yang sampai menyita perhatian nasional dalam berbagai kasus kriminal diberbagai daerah. 13. Anies pun Selain itu masalah administrasi Guru Honorer K2 yang permasalahnnya sudah berlangsung lama juga mencuat. Pelaksanaan Ujian Nasional Berbasis Komputer dalam pelaksanaannya juga masih banyak mengalami kendala teknis meskipun secara keseluruhan sukses.

Pada perombakan Kabinet Kerja tanggal 27 Juli 2016, Anies Baswedan digantikan oleh Muhadjir Effendy, Rektor Universitas Muhammadiyah Malang. Publik menyayangkan keputusan Presiden, dan ditengarai bahwa pergantian ini murni akomodasi politik bukan karena faktor kinerja. Ada anggapan lain juga Anies mempunyai visi politik yang berbeda dengan Presiden Jokowi dan melakukan konsolidasi untuk Pemilu 2019, meskipun tuduhan ini disangkalnya. Anies dituduh juga sedikit melenceng dari visi Presiden yaitu kurang memprioritaskan program presiden Kartu Indonesia Pintar.

Anies Baswedan dalam perjalanannya, menerima banyak penghargaan baik Nasional maupun Internasional. Pada 2004 Anies Baswedan menerima penghargaan Gerald Maryanov Fellow dari Departemen Ilmu Politik Universitas Northern Illinois Univeristy. Pada 2008, Majalah Foreign Policy memasukkan Anies Baswedan dalam 100 Intelektual Publik Dunia. Anies merupakan satu- satunya orang Indonesia yang masuk pada daftar hasil rilis majalah tersebut. Dalam daftar itu nama Anies sejajar dengan tokoh dunia seperti Noam Chomsky (tokoh perdamaian), para penerima nobel seperti Shirin Ebadi, Al Gore, Muhammad Yunus, dan Amartya Sen.

Universitas Sumatera Utara Jiwa kepemimpinan Anies Baswedan juga membuahkan hasil dengan hadirnya nama Anies dalam salah satu Young Global Leaders pada Februari 2009 yang diberikan oleh World Economic Forum.

Dua tahun berselang setelah mendapat penghargaan 100 Intelektual Publik Dunia, pada April 2010, Anies Baswedan terpilih sebagai satu dari 20 tokoh yang membawa perubahan dunia untuk 20 tahun mendatang versi majalah Foresight yang terbit di Jepang. Dalam edisi khusus “20 orang 20 tahun”, Majalah ini menampilkan 20 tokoh yang diperkirakan akan menjadi perhatian dunia. Mereka akan berperan dalam perubahan dunia dua dekade mendatang. Menurut majalah itu Anies Baswedan dinilai sebagai salah satu tokoh calon pemimpin Indonesia masa mendatang. Nama Anies berdampingan dengan Vladimir Putin (Perdana Menteri Rusia), Hugo Chavez (Mantan Presiden Venezuela), David Miliband (Menteri Luar Negeri Inggris), Rahul Gandi (Sekjen Indian National Congress India), serta Paul Ryan (politisi muda Partai Republik dan anggota House of Representative AS).

Anies Baswedan menerima penghargaan dari The Association of Social and Economic Solidarity with Pacific Countries (PASIAD) kategori Pendidikan dari Pemerintah Turki pada tahun 2010. Penghargaan ini diberikan kepada pengajar, pelajar maupun individu yang telah berkontribusi untuk dunia pendidikan. Anies Baswedan menerima penghargaan ini karena telah membuat anak-anak muda terbaik untuk mengajar di daerah terpencil yang jauh dari akses pendidikan melalui program Indonesia Mengajar.

Anies Baswedan menerima Nakasone Yasuhiro pada Juni 2010. Penghargaan ini diberikan langsung oleh Mantan Perdana Menteri Jepang, Yasuhiro Nakasone. Penghargaan ini diberikan kepada orang-orang visioner yang membawa perubahan dan memiliki daya dobrak, demi tercapainya abad 21 yang lebih cerah. Anies dirasa adalah salah satu sosok visioner tersebut. Hanya beberapa orang asal Indonesia yang pernah menerima penghargaan bergengsi ini, seperti Rizal Sukma (Peneliti CSIS) dan Wayan Karna (Dekan ISI Denpasar).

Universitas Sumatera Utara Penghargaan yang diterima Anies Baswedan juga hadir dari kawasan Timur Tengah. The Royal Islamic Strategic Studies Center, Jordania, memasukkan nama Anies dalam daftar The 500 Most Influential Muslims pada Juli 2010. Penghargaan ini diberikan untuk 500 tokoh Muslim paling berpengaruh di dunia.

Pada tahun 2013, Anies dipilih atas inspirasinya di bidang pendidikan melalui Gerakan Indonesia Mengajar oleh The Golden Awards pada peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Harian Rakyat Merdeka yang ke 14 pada Juni 2013. Juli 2013, Dompet Dhuafa memberikan penghargaan Dompet Dhuafa Award 2013 kepada Anies Baswedan. Penghargaan ini diberikan kepada tokoh- tokoh yang dinilai telah memberikan inspirasi kebajikan bagi masyarakat dan berkontribusi bagi bangsa. Anies Baswedan menerima penghargaan kategori pendidikan. Ia dipilih karena usahanya melunasi janji kemerdekaan di bidang pendidikan melalui Gerakan Indonesia Mengajar. Pada Agustus 2013, Anies Baswedan mendapatkan Anugerah Integritas Nasional dari Komunitas Pengusaha Antisuap (Kupas) serta Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia. Penilaian ini didasari atas survey yang dilakukan pada 2012 tentang persepsi masyarakat terhadap sejumlah tokoh nasional. Anies terpilih bersama beberapa tokoh lain seperti Komaruddin Hidayat, Abraham Samad, serta Mahfud MD. Anies Baswedan juga menerima penghargaan Tokoh Inspiratif dalam Anugerah Hari Sastra Indonesia. Penghargaan ini diberikan pada saat perayaan Hari Sastra Nasional pada 3 Juli 2013 di Balai Budaya Pusat Bahasa, Rawamangun, Jakarta. Anies mendapat penghargaan kategori tokoh inspiratif. Anies dirasa memiliki track record serta kepedulian dalam memperjuangkan kemajuan untuk Indonesia. (https://id.wikipedia.org/wiki/Anies_Baswedan) Pada September 2016, yang hanya berselang dua bulan setelah pergantiannya sebagai Mendikbud, Anies nama Anies mendapat sorotan beberapa partai politik yang melihat Anies punya kans untuk memenangkan Pilgub DKI. Namanya juga masuk dalam daftar survei bakal cagub DKI. Tawaran dan komunikasi politik pun bergulir, hampir semua parpol, kecuali PDIP dan parpol pendukung Ahok mendatangi Anies untuk menanyai mengenai kesediaan menjadi

Universitas Sumatera Utara cagub atau cawagub DKI. Tapi dari beberapa parpol, hanya Gerindra dan PKS yang berhasil merebut hati Anies sehingga pada Jumat 23 September 2016, malam penghujung pendaftaran cagub-cawagub DKI, Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto mengumumkan namanya sebagai Cagub bersama dengan Sandiaga Uno sebagai Cawagub. Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta dilakukan sebanyak dua kali putaran. Dilaksanakan pada 15 Februari 2017 dan 19 April 2017. Ini merupakan pemilihan kepala daerah ketiga yang dilakukan warga DKI Jakarta secara langsung menggunakan sistem pencoblosan. Mantan perwira TNI Agus Harimurti Yudhoyono bersama dengan Sylviana Murni menjadi pasangan nomor urut 1 pada pilgub DKI 2017, dan Gubernur DKI Jakarta periode sebelumnya, Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) mencalonkan diri sebagai petahana bersama Djarot Saiful Hidayat dengan nomor 2. Dan yang mendapati nomor urut 3 yaitu, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno. Pada putaran pertama, pasangan nomor urut 2, Ahok – Djarot menduduki posisi tertinggi dengan perolehan suara sebanyak 42,99%. Posisi kedua diduduki oleh pasangan Anies-Sandi dengan perolehan suara sebanyak 39,95%, dan posisi terakhir ditempati pasangan nomor urut 1, Agus-Sylvi dengan perolehan suara sebanyak 17,06%. Hasil tersebut menunjukkan harus diadakannya pemilihan putaran kedua dengan pasangan calon dari nomor urut 2; Ahok-Djarot, dan nomor urut 3; Anies-Sandi. Pada 19 April 2017, dilaksanakan pilgub putaran kedua menghasilkan perolehan suara yang berbalik daripada perolehan pada putaran pertama. Pada putaran kedua, pasangan nomor urut 3 Anies-Sandi mendapat perolehan suara terbanyak 57,96% yang menunjukkan kemenangan atas lawan politik nya nomor urut 2 Ahok-Djarot yang mendapat suara 42,04%. Senin 16 Oktober 2017, Anies-Sandi resmi dilantik oleh Presiden Joko Widodo dan mengucap sumpah jabatan di Istana Negara. (http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-41634801). Setelah dilantik di Istana Negara, Anies-Sandi bersama dengan para pendukungnya jalan kaki ke Balai Kota untuk menemui para warga Jakarta yang sudah menunggu dan menyampaikan pidato politik perdananya sebagai Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022.

Universitas Sumatera Utara 4.1.2 Dramatisme Pada Pidato Pertama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan

4.1.2.1 Ekstra Tekstual

Ekstra tekstual merupakan langkah teknis pertama yang didalamnya terdapat sebagian besar penjelasan tentang aktor komunikasi dalam suatu waktu. Dalam tahapan ini dijelaskan faktor–faktor yang mempengaruhi pembuatan teks dan juga dijelaskan tentang apa dan siapa yang berpengaruh dalam topik teks secara garis besar dalam konten historis.

Penelitian ini bersumber dari teks yang diambil dari tayangan televisi. Merujuk pada Fiske (2001:5) tayangan televisi diproduksi, disalurkan, dan diartikan oleh sebuah industri sedangkan teks adalah produk dari pembacanya. Jadi dalam proses pengamatan, tayangan televisi akan menjadi teks. Maka dari itu, ketika interaksi antara satu dari banyak khalayak menimbulkan beberapa pengertian atau pemahaman hal itu dapat menyebabkan provokasi. Satu tayangan televisi dapat berstimulasi menjadi beberapa produksi teks tergantung kondisi sosial dari pembuat persepsi.

Fiske (2001:14) mengungkapkan bahwa teks sangat tidak stabil dan tidak bisa dibatasi. Maknanya tidak bisa dibatasi antara produksi dan tayangan, tetapi merupakan bagian yang dialami dan dirasakan sendiri oleh khalayaknya. Karakteristik penting dari tayangan televisi adalah polisemi atau keanekaragaman makna. Sebuah tayangan menyediakan potensi makna yang dapat direalisasikan atau dapat dibuat menjadi benar–benar makna pengalaman tergantung pada proses pemahaman khalayaknya.

Peneliti perhatikan mulai dari saat Anies mengikuti konvensi calon presiden Partai Demokrat, hingga pidatonya pada saat debat calon gubernur DKI Jakarta. Anies Baswedan terbiasa menggunakan metode pidato impromptu atau metode yang dilakukan mendadak atau spontanitas tanpa adanya persiapan terlebih dahulu. Atau metode ekstemporan dimana ia telah terlebih dahulu membuat catatan kecil, atau telah menyiapkan kerangka-kerangka garis besar konsep pidato yang ingin disampaikan. Namun peneliti mengamati bahwa pidato

Universitas Sumatera Utara yang dilakukan oleh Anies Baswedan pada pelantikan tersebut adalah metode naskah atau metode berpidato dengan cara membaca naskah pidato yang telah dipersiapkan dengan improvisasi yang sangat minim.

Naskah pidato tersebur ditulis sendiri oleh Anies Baswedan. Hal ini terlihat dari akun Instagram pribadinya @aniesbaswedan, siang hari tepat sebelum pelantikan tersebut Anies mengunggah foto dirinya sedang duduk di meja kerja bersama anak bungsunya; Ismail. Dirinya terlihat seperti sedang mengerjakan sesuatu dilaptop nya. Diberi caption ‘Mengedit terakhir naskah pidato nanti malam ditemani si kecil Ismail :)’. Selain itu, Anies juga mengatakan dan mengaku pada media bahwa pidato yang dibacakannya di Balai Kota sesaat setelah dirinya dilantik itu adalah memang pidato buatannya sendiri. Anies mengakui bahwa pidato tersebut adalah buatannya sendiri, dia membuat pidato tersebut tidak langsung secara utuh, melainkan dikumpulkannya dari beberapa paragraf yang dia tulis setiap dia mengingat akan sesuatu yang ingin dia sampaikan.

Sebagai seorang gubernur di ibukota negara ini, memang kedudukan Anies tidak bisa begitu saja disejajarkan dengan kepala daerah lain. Secara geografis, DKI Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia sehingga apapun yang terjadi mengenai kota Jakarta, sangat erat kaitannya dengan Indonesia. Isu maupun konflik yang terjadi didalam pemerintahan di Jakarta sangat lekat dengan isu atau konflik nasional. Penyampaian pidato dengan metode naskah merupakan indikasi dari bahwa teks pidato tersebut telah terkonsep sebelumnya. Bahkan bukan dengan proses sekali jadi, melainkan sudah dipoles melalui tahap identifikasi yang pastinya tidak gampang dan sudah sesuai dengan isu atau konteks yang ingin disampaikan dengan tujuan standar pengalaman sosial yang telah ditetapkan sebelumnya untuk mengurangi distorsi pesan. Motifnya adalah bahwa sebagai aktor komunikasi, Anies Baswedan mengkonstruksi podium sebagai sebagai sebuah panggung drama dan caranya memainkan drama adalah berinteraksi dengan bahasa bukan sebagai alat penyampai informasi tetapi alat bagi setiap tindakannya.

Universitas Sumatera Utara Selain itu, pakaian dan gaya berpakaian dalam sebuah tayangan merupakan bentuk simbol dari karakter atau citra seeorang. Menurut pengamatan penliti, aktor komunikasi dalam hal ini adalah Anies Baswedan sering menggunakan busana yang formal dan rapi. Kemeja dan celana panjang menampilkan kesan yang sehari-harinya sebagai seorang akademisi yang juga birokrat dengan tampilan bak orang bijaksana, cerdas, dan pandai berkomunikasi. Pada saat pelantikan tersebut, sama seperti Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat, Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama, Fauzi Bowo-Prijanto, hingga Gubernur DKI pertama Soewirjo, yang pada saat prosesi pelantikannya, Anies mengenakan setelan jas dan celana pakaian dinas upacara (PDU) serba putih. Serta pet hitam dengan simbol garuda di tengah, jas berkantung empat dengan empat kancing emas di tengah dan tanda pangkat di bahu jas milik Anies memuat tiga bulatan emas, kemudian hanya di sisi kiri atas kantung jas sang gubernur terpatri lambang Korpri emas, serta tentu saja tanda nama di bagian kanan atas yang memuat namanya. Lengkap dengan sepatu yang juga berwarna putih, yang diketahui merupakan sumbangan dari koperasi TNI AL. Secara tampilan, tidak ada yang berbeda atau Anies tidak menampilkan atau menyampaikan pesan tersirat dari atribut yang dikenakannya pada saat pelantikan tersebut mengingat prosesi pelantikan oleh Presiden di Istana Negara itu merupakan acara resmi dan sakral, sehingga peneliti merasa atribut yang digunakan Anies Baswedan pada saat pembacaan pidato tersebut adalah sewajarnya seorang gubernur DKI yang baru saja dilantik.

Berikutnya merupakan pembahasan mengenai bahasa tubuh yang digunakan Anies Baswedan. Merujuk pada Kumar (2004: 13) bahwa studi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa semakin tinggi posisi atau status seseorang dalam masyarakat, maka semakin baik pula kemampuannya dalam berkomunikasi dengan bahasa verbal. Perintah seseorang yang terkandung dalam kata yang diucapkannya berkorelasi dengan sejumlah isyarat yang dibuatnya untuk mengkomunikasikan pesan. Ketika seseorang dengan status dan kekuasaannya dapat berkomunikasi secara efektif dengan media kata–kata, maka keterampilan menggunakan isyarat menjadi kurang dibutuhkan daripada kata–kata untuk mengirim pesan. Seiring dengan bertambahnya pengalaman dan usia, tindakan

Universitas Sumatera Utara seseorang menjadi lebih halus dan jelas. Sehingga karena itulah, isyarat yang ditampilkannya menjadi sulit untuk dibaca secara akurat.

Bahasa tubuh yang secara jelas dapat terlihat dari keseluruhan komunikasi non verbal yang ada, adalah ekspresi wajah. Dalam acara pelantikan tersebut, Anies Baswedan menggunakan metode naskah atau metode berpidato dengan cara membaca naskah pidato yang telah dipersiapkan dengan improvisasi yang sangat minim. Anies Baswedan banyak menatap kearah naskah dengan sesekali melihat kepada khalayak di setiap penggalan kalimat. Ekspresinya tenang dan terlihat sangat nyaman dengan keadaan di Balai Kota pada saat itu. Anies menatap audiens secara aktif dan luas walaupun lebih sering melihat kearah naskah, namun dia terlihat berusaha untuk terus mengarah ke khalayak nya. Anies banyak tersenyum selama proses komunikasi berlangsung, sesekali dia menggunakan tangannya untuk memberi isyarat non verbal yang sesuai dengan isi pidatonya.

Anies Baswedan terlihat menguasai khalayak pendengarnya, tatapan nya meluas dan tidak hanya terpokok pada satu arah pandangan saja. Gesture yang digunakan selama membacakan pidato tersebut terlihat sangat percaya diri. Aktifitas public speaking bukan sekedar berbicara sesuai konteks atau runtun dan lancar dalam pengucapannya namun lebih daripada itu cara berbicara penting untuk diperhatikan agar khalayak merasa nyaman selama mendengar pidatonya. Gaya berbicara adalah seni bagaimana menyampaikan, mempresentasikan dan atau mengekspresikan materi pembicaraan. Gaya ini bisa berubah tergantung pengalaman, tuntutan, selera, karakter kepribadian, penguasaan dan frekuensi berbicara di depan umum (Nimmo, 2005: 98). Hal–hal penting yang peneliti perhatikan saat Anies Baswedan berpidato pada acara pelantikannya adalah:

1. Intonasi yaitu tinggi rendahnya suara pada kalimat yang memberikan penekanan pada kata–kata tertentu didalam kalimat. Dalam pidato tersebut, intonasi yang digunakan Anies Baswedan dengan tekanan yang dinamis dimana kata atau kalimat yang perlu diberi penekanan diucapkan dengan pemenggalan per suku kata nya. Tak jarang juga Anies mengucapkan kalimat-kalimat yang mengandung ucapan seruan dengan nada yang sedikit lebih tinggi. Dan

Universitas Sumatera Utara melembutkan suaranya ketika mengucapkan kalimat yang memerlukan atensi khalayak. Secara keseluruhan, nada dan intonasi Anies Baswedan terlihat tenang dan nyaman dengan situasi pembacaan pidato tersebut.

2. Artikulasi yaitu pengucapan kata dari mulut agar terdengar baik dan benar serta jelas, sehingga telinga pendengar atau penonton dapat mengerti pada kata– kata yang diucapkan. Secara keseluruhan, artikulasi Anies Baswedan termasuk baik dan dapat melafalkan setiap huruf dengan benar.

3. Jeda atau pause adalah suatu pemberian tanda berhenti berbicara dalam tempo waktu singkat sebelum mulai berbicara lagi. Dalam bahasa lisan, jeda ditandai dengan kesenyapan. Jeda diperlukan agar khalayak mengerti isi pembicaraan yang disampaikan atau sekedar membuat khalayak penasaran dengan apa yang akan disampaikan selanjutnya. Penggunaan jeda dalam kalimat panjang yang diucapkan kadang menimbulkan makna yang tidak sesuai dengan maksud dari pesan. Penggunaan jeda yang tidak baik membuat kalimat terasa janggal dan tidak dapat dipahami. Anies Baswedan menggunakan jeda dibeberapa kalimatnya sesuai dengan proporsinya tidak terlalu lama untuk manarik nafas dan penekanan terhadap kalimat diakhir yang membutuhkan jeda. Anies memanfaatkan jeda untuk mendengar respon langsung dari khalayaknya yang menyahuti pidatonya. Tepuk tangan, atau seruan-seruan setuju dari audiens sering menjadi jeda dalam pidatonya.

4. Aksentuasi atau logat merupakan cara pengucapan kata atau lekuk lidah yang khas, yang dimiliki oleh masing–masing orang sesuai dengan asal daerah ataupun suku bangsa. Anies tidak memiliki aksen yang mencolok pada cara bicaranya. Pun ketika ia membacakan pepatah-pepatah dari daerah-daerah di Indonesia, tidak lantas merubah aksen Anies.

5. Kecepatan merupakan lambat cepatnya tempo berbicara dimana secara keseluruhan tempo berbicara. Secara keseluruhan, Anies membacakan pidatonya dengan sangat tenang dan tidak tergesa-gesa sesuai dengan proporsi isi pidato yang ingin disampaikan.

Universitas Sumatera Utara 4.1.2.2 Tekstual Sentrik

Merupakan tahapan penjelasan tentang aspek kajian yang diteliti. Dalam tahapan ini dijelaskan tentang bahasa, hermeutika dan praktik retorika. Istilah- istilah kunci dijelaskan dan dihubungkan dengan istilah-istilah sentral lain dalam penelitian. Tahapan ini merupakan inti dari penelitian berbasis teks retorika.

Pidato berikut adalah pidato perdana Gubernur DKI Jakarta terpilih periode 2017-2022 Anies Rasyid Baswedan yang dibacakannya di Balai Kota, dihadapan warga Jakarta setelah dilantik Presiden Joko Widodo di Istana Negara 16 Oktober 2017.

# 1

Bismillahirrahmaanirrahiim, Alhamdulillahi rabbil alamin, Washolatu wassalamu 'ala asrofil ambiya iwal mursalin, Syaidina wahabibina wa maulana muhammadin, Wa'ala alihi wasohbihi aj ma'in, Amma ba'du,

Saudara-saudara semua warga Jakarta, Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Salam sejahtera, Om swastiastu, Namo buddhaya.

Bismillahirrahmaanirrahiim merupakan kalimat bahasa arab yang berarti “Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang” yang bagi umat Islam memiliki makna dan kandungan yang luas dan mendalam menggambarkan kebesaran Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Bismillahirrahmanirrahim merupakan bacaan awal dari segala bacaan atau bacaan sebelum melakukan kegiatan apapun. Pembacaan Alhamdulillahi rabbil alamin, Washolatu wassalamu 'ala asrofil ambiya iwal mursalin, Syaidina wahabibina wa maulana muhammadin, Wa'ala alihi wasohbihi aj ma'in, Amma ba'du, merupakan kalimat bahasa arab yang berisikan puji-pujian terhadap Nabi besar umat Islam, yaitu Nabi Muhammad SAW.

Universitas Sumatera Utara Salam sejahtera merupakan salam yang paling lazim digunakan seorang pembicara dalam pidatonya. Dalam konteks ini Anies Baswedan menyampaikan salam untuk umat nasrani atau pemeluk agama lain yang bersifat netral dan sekuler. Om Suastiastu merupakan salam pembuka yang biasa diberikan oleh umat Hindu Bali kepada seseorang yang ditemuinya. Adapun maksud dari salam tersebut adalah sapaan sekaligus doa untuk lawan bicara agar orang tersebut selalu diberkahi oleh Tuhan Yang Maha Esa. Om adalah aksara suci untuk Sang Hyang Widhi. Kata Suastiastu terdiri dari kata-kata Sansekerta: SU + ASTI + ASTU, Su artinya baik, Asti artinya adalah, Astu artinya mudah-mudahan. Jadi arti keseluruhan Om Suastiastu ialah “Semoga ada dalam keadaan baik atas karunia Hyang Widhi”. Salam Om Suastiastu meskipun ia dikemas dalam bahasa Sansekerta, bahasa pengantar kitab suci Veda, makna yang terkandung di dalamnya sangatlah universal dan tidak memilih waktu. Namo Buddhaya bukanlah salam, tetapi ungkapan penghormatan seseorang kepada Buddha artinya adalah “Terpujilah semua Buddha”. Ungkapan ini merupakan suatu ajakan kita kepada orang lain untuk memuji Buddha. Ungkapan ini tidak ditemui di Tripitaka juga tidak diucapkan oleh Buddha, tapi merupakan ungkapan seorang Brahmana yang mengagumi Sang Buddha saat itu. Secara keseluruhan isi salam pembuka dalam bagian pendahuluan teks pidato menyebutkan ungkapan, salam atau penghormatan menurut empat agama yaitu Islam, Kristen baik Khatolik maupun Protestan, Hindu, dan Buddha secara berurutan. Dalam sejarah pidato pelantikan di Indonesia, pertama kali pembukaan pidato yang menyebut ungkapan salam dari berbagai agama seperti itu, adalah Presiden Joko Widodo pada tahun 2014 lalu, pada saat masa kampanye pencalonannya sebagai Presiden RI dan sampai hari ini, mengucapkan salam dalam pembukaan pidato dengan ucapan salam dari berbagai agama menjadi sangat lazim digunakan sebagai pembukaan dalam suatu pidato.

Peneliti menilai sikap Anies yang membentuk citra sebagai sosok pemimpin yang pluralis tidak hanya selama pencalonan dirinya sebagai Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022. Terpantau pada debat final Pilkada DKI Jakarta pada 12 April 2017 lalu, pada saat dipersilahkan dalam mengutarakan visi misi

Universitas Sumatera Utara dalam waktu dua menit, setelah mengucapkan salam dalam agama islam, Anies mengucapkan Gong Xi Fa Cai kepada kandidat lawannya yaitu Basuki Tjahaja Purnama yang merayakan imlek pada saat itu.

Selain itu, pada saat debat untuk pilkada putaran kedua di tayangan Mata Najwa tanggal 27 Maret 2017, Anies yang mengutarakan prioritas program yang dibawa dan memiliki nilai tambah pada pilkada, memulai ucapannya dengan mengucapkan selamat hari nyepi kepada masyarakat yang merayakannya.

Kiprah Anies tidak bisa dilepaskan dari Universitas Paramadina yang terkenal sebagai kampusnya orang liberal. Tokoh-tokoh kampus ini menyerukan agenda pluralisme bahwa semua agama adalah benar, tidak boleh ada truth claim. Saat menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada kabinet kerja Presiden Joko Widodo, Anies juga sempat membuat geger masyarakat dengan aturannya yang menghapuskan doa bersama menjelang proses belajar mengajar di sekolah. Di beberapa kesempatan diskusi, Anies tak jarang mengemukakan kecondongan pemahamannya terhadap aliran pluralisme. Salah satunya dalam Seminar Nasional “Pluralitas Masyarakat Menuju Indonesia Satu” yang diadakan Universitas Katolik Atma Jaya pada 2014 silam. Saat itu Anies tampil sebagai pemateri dengan menjabarkan pemikirannya melalui tema “Taktik Pendidikan sebagai Fokus Pluralisme Indonesia”. (http://politiktoday.com/tak-didukung-ulama-dan-habaib- bukti-anies-tokoh-pluralisme/)

Walaupun selama berkampanye, ia lebih menampilkan citra diri yang islami, dan bersikap anti liberal dan pluralisme tetap saja masyarakat tidak bisa menghilangkan citra pluralisme dalam diri seorang Anies Baswedan, terlepas dari baik atau buruknya citra seorang pluralis tersebut jika diemban seorang pemimpin.

#2

Lembar baru bagi Jakarta malam hari ini telah dibuka. Saudara semua, hari ini lembar baru kembali dibuka untuk perjalanan panjang kota Jakarta, ketika niat lurus telah dituntaskan, ketika ikhtiar gotong royong dalam makna yang sesungguhnya, dan didukung dengan doa yang tanpa henti terus dipanjatkan maka

Universitas Sumatera Utara pertolongan Allah SWT telah datang. Tak ada yang bisa menghalangi apa yang telah ditetapkan oleh-Nya. Tak ada pula yang bisa mewujudkan apa yang ditolak oleh-Nya.

Warga Jakarta telah bersuara dan telah terpaut dalam satu rasa yang sama yaitu keadilan bagi semua. Maka dengan mengucap syukur dan doa kepada Allah SWT yang Maha Penolong, Yang Maha Melindungi. Alhamdulillah sebuah fase perjuangan telah terlewati.

Penggunaan kata lembar baru pada awal kalimat setalah pembukaan pidato, peneliti artikan sebagai suatu ungkapan yang mengartikan bahwasanya kepemimpinan di DKI Jakarta sudah memasuki musim yang baru. Diikuti dengan repetisi atau pemilihan pengulangan kata lembar baru pada kalimat berikutnya yang didahului dengan kata saudara semua mengisyaratkan sebuah penekanan pernnyataan kepada masyarakat yang hadir pada saat itu bahwa kepemimpinan DKI Jakarta sudah berpindah, pemimpin Jakarta sudah berganti, dan warga Jakarta sudah memiliki pemimpin baru.

Yang menarik perhatian peneliti juga adalah adanya perbedaan pemilihan kata diantara dua kalimat tersebut pada kata telah dibuka dan kembali dibuka. Kata telah dapat diartikan sudah atau menyatakan perbuatan, keadaan yang lampau, selesai. Kata telah memiliki antonim yang berarti belum. Sehingga pemilihan kata telah dibuka dapat dimaknai sebagai sesuatu yang sudah dibuka pada malam itu, yang berimplikasi secara tersirat bahwa sebelumnya belum dibuka. Peneliti memaknai bahwa kalimat itu menunjukkan posisi Anies Baswedan yang baru pertama kali menjadi pemimpin Kota Jakarta. Pemilihan kata kembali dibuka yang mengikuti kalimat selanjutnya menjadi menarik perhatian peneliti, sebab terdapat perbedaan arti telah dan kembali. Kata kembali memiliki makna yang menyatakan berulang ke tempat atau keadaan semula. Kata kembali dibuka seolah-olah menyatakan bahwa sebelumnya sudah pernah terbuka dan

Universitas Sumatera Utara pada malam itu terbuka kembali. Namun menariknya, jika pada kalimat sebelumnya kata telah dibuka tidak diikut dengan kata apapun alias kata penutup pada kalimat yang menjadikan konteks dari kalimat tersebut berorientasi pada diri Anies Baswedan. Kalimat kedua ini, menggunakan kata kembali dibuka dengan diikuti kata untuk perjalanan panjang kota Jakarta. Kalimat tersebut berimplikasi dengan orientasi Kota Jakarta, termasuk warga Jakarta dan seluruh elemen organisasi maupun pemerintahan Kota Jakarta, bahwa kehidupan Kota Jakarta akan tetap dan terus berjalan dengan pemimpin baru, Anies Baswedan.

Konotasi niat lurus, yang berarti tujuan atau maksud baik, berorientasi pada sejarah dirinya sendiri saat mencalonkan diri sebagai calon gubernur. Diikuti dengan pemilihan kata telah dituntaskan, bahwasanya tujuan baik yang menjadi fondasi dirinya sebagai calon pemimpin Kota Jakarta membuatnya berhasil meraih tongkat kepemimpinan tersebut. Pemilihan kata ikhtiar gotong royong, berarti alat atau syarat untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut dilakukan dengan bekerja bersama-sama. Dalam konteks ini, orientasi kalimat meneruskan kalimat sebelumnya tentang niat, bahwa niat baik dari dalam diri Anies tersebut didukung oleh orang banyak yang bersedia bekerja secara bersama-sama membantunya untuk menjadi pemimpin baru Jakarta dan menunaikan niat baiknya tersebut.

Di penghujung kalimat, pemilihan kata didukung dengan doa yang tanpa henti terus dipanjatkan maka pertolongan Allah SWT telah datang menjelaskan bahwa segala niat maupun kerja keras yang sudah dilakukan, tetap diimbangi dengan doa. Bahwa sebagai makhluk beragama, dirinya tetap berdoa dan ingin mendapatkan perolongan dan restu dari Allah SWT, ia ingin menggambarkan bahwa kemenangannya adalah kemenangan yang dilandasi dengan maksud dan tujuan baik, didukung dan diinginkan banyak orang, serta direstui oleh Tuhan nya, Allah SWT. Ditambah dengan pernyataan Tak ada yang bisa menghalangi apa yang telah ditetapkan oleh-Nya. Tak ada pula yang bisa mewujudkan apa yang ditolak oleh-Nya Anies menggambarkan citra seorang pemimpin yang baik, religius, memiliki dukungan dari banyak orang, serta berserah kepada Tuhan nya, Allah SWT.

Universitas Sumatera Utara Penggunaan kata warga Jakarta diawal dan diikuti dengan kata telah bersuara dan telah terpaut dalam satu rasa yang sama yaitu keadilan bagi semua mengindikasi bahwa kemenangannya sebagai gubernur terpilih adalah hasil yang sah berdasarkan suara warga Jakarta yang memiliki satu ikatan yang sama, yaitu keadilan bagi semua. Pada akhir kalimat tersebut, peneliti menilai ada makna tersembunyi yang mengisyaratkan bahwa selama ini, itulah yang diinginkan warga Jakarta. Dan keadilan bagi semua seakan-akan masih belum terwujud pada kepemimpinan sebelumnya. Sehingga ia masih perlu untuk memprioritaskan keadilan tersebut.

Pada bagian ini, Anies mengakhiri kalimatnya dengan kembali bersyukur kepada Allah SWT dengan melafadzkan Alhamdulillah dan diikuti dengan pernyataan sebuah fase perjuagan telah terlewati seolah menjelaskan bahwa era sebelumnya, ia dan warga Jakarta sedang berada pada fase perjuangan, dan pada malam itu, fase tersebut sudah terlewati, artinya dibawah kepemimpinannya, dia berharap warga Jakarta sudah tidak perlu berjuang lagi. Ini merupakan pernyataan yang peneliti simpulkan sebagai tindakan pemberian harapan secara implisit.

# 3

Hari ini sebuah amanat besar diletakkan di pundak kami berdua. Sebuah amanat yang harus dipertanggungjawabkan dunia akhirat, hari ini adalah penanda awal perjuangan dalam menghadirkan kebaikan, dalam menghadirkan keadilan yang diharapkan oleh seluruh rakyat Jakarta yaitu maju kotanya, bahagia warganya.

Majas alegori atau menyandingkan suatu objek dengan kata kiasan digunakan pada penggunaan kata di pundak kami yang merujuk pada makna amanat atau tanggung jawab yang diemban. Penggunaan konotasi di pundak kami berdua mengungkapkan makna bahwa tanggung jawab yang besar tersebut diemban oleh mereka berdua, yang dimana maksud dari kata kami berdua

Universitas Sumatera Utara merujuk kepada Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta terpilih, yaitu Anies Baswedan dan Sandiaga Uno. Pemilihan kata kami berdua dan bukannya menyebutkan nama atau sapaan akrab mereka dinilai peneliti sebagai suatu hubungan yang belum terjalin akrab diantara pihak aktor komunikasi dan komunikannya. Dalam hal ini, gubernur dan wakil gubernur terpilih tersebut dinilai peneliti belum memiliki keakraban maupun ikatan secara emosional dengan warga Jakarta yang posisinya saat itu adalah sebagai tujuan dari pidatonya. Sebab, jika mereka memiliki kedekatan baik secara emosional maupun keakraban fisik, pasti akan lebih nyaman jika sapaan akrab yang digunakan untuk mengganti kata kami berdua.

Repetisi atau pengulangan pemilihan kata sebuah amanat merujuk pada sebuah tanggung jawab yang ingin ditekankan Anies untuk diterima oleh seluruh warga Jakarta. Anies mencoba menjelaskan kepada warga Jakarta, bahwa dia memiliki prioritas kepemimpinan, yakni tidak hanya membangun kota tetapi juga membahagiakan warga Jakarta. Sejalan dengan itu, berdasarkan Indeks Kebahagiaan yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2015, DKI Jakarta menduduki posisi ke-14 dengan poin 69,21. (https://megapolitan.kompas.com/read/2015/02/05/14184541/Menurut.Survei.Bah agiakah.Warga.DKI.Jakarta.)

Dan berdasarkan Indeks Kebahagiaan 2017 yang dirilis BPS, DKI Jakarta masih belum termasuk di 7 Provinsi paling bahagia di Indonesia, DKI Jakarta turun ke posisi 19, walaupun secara indeks, DKI Jakarta meningkat ke poin 71,33. (https://kumparan.com/@kumparannews/7-provinsi-paling-bahagia-di-indonesia)

Peneliti menilai, inilah yang menjadikan dasar dari pernyataan yang terdapat pada pidato Anies tersebut. Yang menarik adalah penggunaan kata yang diharapkan oleh seluruh warga Jakarta sebelum ke pernyataan maju kotanya, bahagia warganya. Kata yang diharapkan memunculkan spekulasi peneliti bahwa Anies melakukan generalisasi terhadap kepemimpinan sebelumnya yang mungkin belum memenuhi harapan warga Jakarta. Ini sekaligus cara Anies menarik simpati warga Jakarta secara emosional yang sebagai pemimpin, dia mencerminkan bahwa dia tidak hanya akan melakukan pembangunan kota, tetapi juga

Universitas Sumatera Utara memperhatikan psikologis warga Jakarta agar warga Jakarta merasakan bahagia hidup di Jakarta.

#4

Hari ini, saya dan Bang Sandi dilantik menjadi gubernur dan wakil gubernur, bukan bagi para pemilih kami saja tetapi bagi seluruh warga Jakarta. Kini saatnya bergandengan sebagai sesama saudara dalam satu rumah untuk memajukan kota Jakarta.

Pada bagian ini, Anies menyebut dirinya dan Sandiaga Uno sebagai gubernur dan wakil gubernur Jakarta yang baru saja dilantik. Penyebutan Bang Sandi yang mengarah kepada Sandiaga Uno; wakilnya, merupakan bentuk sapaan akrab yang ia coba kenalkan pada warga Jakarta. Sebagai pemimpin baru, ia ingin warganya mendekatkan warganya melalui panggilan yang tidak formal. Bang Sandi Uno merupakan sapaan akrab yang memang dibentuk untuk panggilan akrab Wakil Gubernur Sandiaga Uno, sedangkan Gubernur Anies Baswedan akrab dipanggil dengan sapaan Mas Anies Baswedan. (http://jakartamajubersama.com/kenali-anies-baswedan-sandiaga-uno)

Menelisik dari pernyataannya bahwa Anies dan Sandi adalah gubernur dan wakil gubernur Jakarta yang baru saja dilantik, Anies sadar betul terdapat dua suara dukungan di Jakarta, yang menjadi pokok perselisihan pada sepanjang masa pilkada. Suara yang menginginkan petahana, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) melanjutkan kepemimpinannya dan suara dukungan untuk dirinya. Menyadari hal tersebut, Anies menekankan bahwa ia adalah Gubernur Jakarta bukan bagi massa yang mendukung nya saja tapi untuk seluruh masyarakat Jakarta.

Kata kini saatnya yang diikuti dengan berganedengan dan memajukan kota Jakarta mengungkapkan sebuah ajakan, seruan, dan perintah untuk bersatu tanpa memandang balik kebelakang pada saat masa pilkada, yang banyak memecahkan kesatuan pandangan di Kota Jakarta. Perintah untuk bersatu demi memajukan Kota Jakarta, yang di analogikan sebagai sebuah rumah yang diisi oleh warga Jakarta yang diibaratkan adalah saudara satu rumah. Peneliti menilai ajakan atau perintah yang diserukan Anies Baswedan sebagai Gubernur Jakarta

Universitas Sumatera Utara merupakan tindakan normatif yang sangat wajar dilakukan oleh seorang pemimpin.

#5

“Holong manjalak holong, holong manjalak domu.” Begitu pepatah Batak mengungkapkan; kasih sayang akan mencari kasih sayang, kasih sayang akan menciptakan persatuan. Ikatan yang kemarin sempat tercerai mari ikat kembali. Mari kita rajut kembali, mari kita kumpulkan energi yang terserak menjadi energi yang terkumpul untuk membangun kota ini bersama sama.

Pepatah batak yang diucapkan Gubernur Anies tersebut menarik perhatian peneliti sebab pepatah batak yang diucapkan Gubernur Anies yakni Holong manjalak holong, holong manjalak domu merupakan kalimat pepatah Batak yang tidak tepat. Pasalnya, pepatah yang digunakan Anies tersebut umumnya menggunakan kata "mangalap", daripada kata “manjalak”. Makna kata "mangalap" dalam bahasa Batak adalah "menjemput". Sehingga pepatah yang umum dikatakan adalah "holong mangalap holong" yang bermakna "kasih menjemput kasih". Kata "manjalak" berasal dari kata dasar "jalak" yang berarti mencari. Namun, kata "manjalak" dalam bahasa Batak tidak pernah digunakan, tetapi harus ditambahkan imbuhan "i" di belakangnya, sehingga menjadi "manjalaki". Bahkan, dalam penulisannya, "manjalaki" harus dituliskan menjadi "manjalahi". Ini karena bahasa Batak selalu menggantikan huruf "k" menjadi huruf "h" dalam penulisan, tetapi diucapkan dengan huruf "k". Lalu, setelah memahami "manjalak" yang sesungguhnya "manjalahi" itu, penggunaan kata tersebut juga rasanya kurang tepat bila dipadankan dengan "holong manjalahi holong". Sebab, makna kata "manjalahi" sebenarnya lebih kepada upaya pencarian sesuatu yang diimpikan atau diinginkan. Misalnya, "manjalahi karejo yang artinya "mencari pekerjaan". Dengan kata lain, "manjalahi" merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus hingga membuahkan hasil.

Universitas Sumatera Utara Bila dibandingkan dengan "holong mangalap holong", maka makna yang hadir adalah bahwa setiap manusia harus berbuat kasih sehingga akan secara otomatis berbuah kasih pula. Jika kita berbuat baik kepada orang lain, niscaya kebaikan juga akan menghampiri kita. Bukan sebaliknya, sebagaimana pidato Anies, bahwa kasih mencari kasih.

Demikian pula dengan penggalan pepatah selanjutnya yakni "holong manjalak domu". Dalam bahasa Batak, "domu" adalah kata sifat bermakna "menyatu". Sementara kata bendanya adalah "pardomuan" yang bermakna "persatuan". Namun, penggunaan kata "manjalak" di sini rasanya juga kurang tepat. Semestinya menggunakan kata "mangalap" yang bermakna "menjemput". Sehingga makna yang akan tercipta adalah "kasih menjemput persatuan". Meski begitu, karena "persatuan" tidak mungkin dijemput maka "mangalap" juga bisa diartikan menjadi "menciptakan atau mewujudkan". Dengan demikian, terjemahan "kasih menciptakan persatuan" sudah tepat. Namun, sekali lagi, "manjalak" seharusnya dituliskan menjadi "manjalahi" dan diucapkan dengan "manjalaki". (https://www.kompasiana.com/pardosi/59e5bfec7461b160824f4c22/sedikit- koreksi-pepatah-batak-gubernur-anies)

Peneliti menilai, bahwa Anies menyadari akan semangat yang mulai tercerai pasca pilkada di Jakarta, maka dari itu, lagi-lagi ia menghimbau untuk warga Jakarta agar bersatu dalam memajukan kota Jakarta tanpa lagi memandang keberpihakan kepada siapa. Pepatah Batak itu ia kaitkan pada kondisi yang terjadi di Jakarta namun menggunakan bahasa daerah yang bukan adat dominan di Jakarta. Lagi-lagi Anies Baswedan, ingin menunjukkan karakternya yang pluralis dan menjunjung kebhinekaan di Indonesia.

#6

Saudara- saudara hadirin rakyat Jakarta yang dimuliakan, Jakarta adalah tempat yang dipenuhi oleh sejarah, setiap sudut di kota ini menyimpan lapisan kisah sejarah yang dilalui ratusan bahkan

Universitas Sumatera Utara ribuan tahun. Jakarta tidak dibangun baru kemarin, sejak era Sunda Kelapa, Jayakarta, Batavia hingga kini Jakarta adalah kisah pergerakan peradaban manusia. Jakarta adalah melting pot. Jakarta adalah pusat berkumpulnya berbagai manusia dari seluruh Nusantara. Bukan hanya Nusantara bahkan berkumpul dari berbagai penjuru dunia. Di kota ini interaksi adalah bagian dari sejarahnya. Dan di kota ini pula masyarakat Betawi telah menjadi sebaik-baiknya tuan rumah bagi Jakarta.

Merunut pada Akmaijan (2001:418), bahwa dramatisme dapat digunakan sebagai cara yang menarik untuk menjelaskan tentang bagaimana pembicara dapat mengorganisir pengalaman mereka ketika berhadapan dengan dunia sosialnya dan memainkan peran tertentu sesuai tujuannya dalam sebuah komunikasi. Pemilihan kata ‘mulia’ sebagai frasa yang menerangkan kata hadirin menunjuk kepada seluruh warga Jakarta yang pada saat itu hadir di Balai Kota. Motif penggunaannya adalah memainkan peran tertentu dimana semua yang hadir mendengarkan pidato tersebut dinaikkan sedikit derajat kehormatannya. Dengan mengacu pada sejarah, Anies menjelaskan Jakarta secara historis. Pemilihan kata Jakarta tidak dibangun baru kemarin merujuk kepada kalimat setelahnya sejak era Sunda Kelapa, Jayakarta, Batavia hingga kini Jakarta adalah kisah pergerakan peradaban manusia, yakni Jakarta adalah kota yang memiliki sejarah luar biasa dalam perkembangannya, Jakarta menjadi tanah yang menjadi saksi melalui kisah-kisah manusia diatasnya selama bertahun-tahun. Jakarta adalah ibu kota dan kota terbesar Indonesia. Jakarta telah dikenal dengan beberapa nama. Ia disebut Sunda Kelapa selama periode Kerajaan Sunda dan Jayakarta, Djajakarta, atau Jacatra selama periode singkat Kesultanan Banten. Setelah itu, Jakarta berkembang dalam tiga tahap. "Kota Tua Jakarta", yang dekat dengan laut di utara, berkembang antara 1619 dan 1799 pada era VOC. "Kota baru" di selatan berkembang antara 1809 dan 1942 setelah pemerintah Belanda mengambil alih penguasaan Batavia dari VOC yang gagal yang sewanya telah berakhir pada 1799. Yang ketiga adalah perkembangan Jakarta modern sejak

Universitas Sumatera Utara proklamasi kemerdekaan pada 1945. Di bawah pemerintahan Belanda, ia dikenal sebagai Batavia (1619–1949), dan Djakarta (dalam bahasa Belanda) atau Jakarta, selama pendudukan Jepang dan masa modern. (https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Jakarta) Namun yang lebih menarik perhatian peneliti adalah pernyataannya dalam pidato tersebut yaitu Jakarta adalah melting pot. Melting pot atau berarti tempat atau wadah atau wajan pencampuran, sering diibaratkan sebagai keragaman secara filosofis. Metafor ini mulai digunakan pada abad ke- 18 dan 19 di Amerika Serikat dalam menggambarkan asimilasi imigran ke Amerika Serikat. (https://en.wikipedia.org/wiki/Melting_pot). Metafora melting pot digunakan untuk menggambarkan perpaduan kebangsaan, budaya, dan etnis. Diibaratkan seperti semangkok bubur dengan beragam bahan, seperti bawang, jagung, gula, santan, dan beras yang ketika dimasak otomatis akan menghilangkan bentuk asalnya dan melebur menjadi satu, yaitu menjadi bubur. Lain hal dengan metafor salad bowl yang juga merupakan penggambaran dari filosofi keragaman juga namun berbeda. Salad bowl ibarat semangkok salad yang terdiri dari ragam sayuran, tomat, hingga daging, namun tidak menghilangkan bentuk asal dan akan tetap menampakkan masing-masing bagian, tapi membentuk satu kesatuan yang bernama salad, meskipun sudah diberi dressing namun tetap masing-masing bagian berdiri sendiri dan memiliki peran sendiri-sendiri. Dalam konteks ini, jika Anies mengatakan bahwa Jakarta adalah melting pot peneliti menilai bahwa ia mencoba mengalienasi eksistensi ragam suku, agama, budaya, dan sumber daya menjadi satu. Anies mencoba melakukan penyeragaman, bukan mengakomodasi keragaman. Sementara, dengan keragaman Jakarta yang ramai kita sebut-sebut sebagai minatur Indonesia membutuhkan dialog yang lebih matang dalam eksistensi masing-masing suku, agama, budaya, dan sumber daya dalam "mangkok" bernama Jakarta. Jika pada kalimat berikutnya Anies mengucapkan kalimat denotasi bahwa Kota Jakarta adalah pusat berkumpulnya manusia dari seluruh nusantara, dan bahkan dari berbagai penjuru dunia, lalu merujuk kepada pernyataan sebelumnya mengenai sejarah, dan setelahnya mengenai masyarakat Betawi yang menjadi tuan

Universitas Sumatera Utara rumah di Kota Jakarta, yang mana masyarakat Betawi adalah masyarakat asli Jakarta. Maka menurut penilaian peneliti, akan lebih tepat jika metafor yang digunakan adalah salad bowl, dan sangat kurang tepat rasanya Anies menggunakan metafor melting pot untuk menggambarkan situasi yang ada di Jakarta.

#7

Saudara-saudara sekalian, Di kota ini, semua sejarah penting republik ditorehkan. Dua kilometer letaknya dari tempat kita berkumpul, para pemuda berkumpul di Kramat Raya mengumandangkan satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa bersama. Satu km dari tempat kita berkumpul, di situ para perndiri republik, para perintis kemerdekaan berkumpul menyusun visi republik ini, sekarang kita sebut sebagai Gedung Pancasila. Di situ mereka merumuskan garis depan, garis besar bagaimana republik ini didirikan. Janji kemerdekaan dituliskan di tempat itu. Tiga kilometer dari kita berkumpul, Pegangsaan Timur, disana dikumandangkan proklamasi kemerdekaan kita.

Saudara-saudara sekalian merupakan kalimat yang biasa diucapkan aktor komunikasi kepada khalayak komunikannya, yang dalam hal ini ditujukan kepada warga Jakarta yang hadir di Balai Kota saat itu.

Menyambung dari paragraf sebelumnya, mengenai historis Jakarta. Kali ini, Anies membahas letak-letak historis yang ada di Jakarta berdasarkan letak lokasi pidato saat itu yaitu di Balai Kota. Pada bagian ini, peneliti menilai Anies ingin menampilkan citra sebagai pemimpin yang historis, pemimpin yang mengerti sejarah, dan sekaligus sebagai pemimpin yang mengerti tata letak daerah yang dipimpinnya. Anies membentuk citra bahwa dialah pemimpin yang tidak hanya ingat dan tau bagaimana sejarah Kota Jakarta, tetapi dia paham bagaimana sejarah Jakarta dalam pembangunan negara ini.

Universitas Sumatera Utara #8

Saudara-saudara sekalian, di tanah ini semua cita cita bangsa diungkapkan karena itu kita tidak boleh di tanah ini justru janji kemerdekaan tak terlunaskan oleh warganya. Republik ini menjanjikan kesejahteraan maka di ibukota harus hadir kesejahteraan. Republik ini menjanjikan pelindungan maka di ibukota harus ada perlindungan. Republik ini menjanjikan mencerdaskan kehidupan bangsa maka di ibukota harus hadir ikhtiar mencerdaskan kehidupan bangsa. Dan ketika republik ini tegas-tegas mengatakan bahwa visinya adalah menghadirkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, maka insyaallah kita sama-sama, kita tunaikan ikhtiar itu. Di ibukota harus hadir keadlian sosial bagi seluruh warga Jakarta.

Memulai kalimat dengan kata saudara-saudara sekalian, Anies mencoba memikat perhatian khalayak yang menghadiri menyaksikan pidatonya di Balai Kota.

Cita-cita adalah keinginan atau kehendak yang selalu difikiran, cita-cita bisa disebut juga suatu tujuan yang sempurna yang akan dicapai atau dilaksanakan. Merunut kepada cita-cita bangsa Indonesia yang tertera di Pembukaan UUD 1945 pada alinea kedua, yaitu;

“Dan perjuangan pergerakan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia kedepan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.” Dilanjutkan dengan kalimat karena itu kita tidak boleh di tanah ini justru janji kemerdekaan tak terlunaskan oleh warganya peneliti menilai kalimat ini menyiratkan pernyataan bahwa selama ini memang kemerdekaan yang dimaksud belumlah lunas dituntaskan oleh pimpinan sebelumnya. Setelah itu, Anies mengemukakan hal-hal yang dia sebut sebagai “janji republik ini”.

Universitas Sumatera Utara Republik adalah bentuk pemerintahan yang berkedaulatan rakyat dan dikepalai oleh seorang presiden. Janji adalah ucapan yang menyatakan kesediaan dan kesanggupan untuk berbuat (seperti hendak memberi, atau menolong). Berdasarkan makna tersebut, sangat tidak mungkin saja apabila “sebuah republik menjanjikan”, sementara republik sebuah bentuk pemerintahan bukan orang perorangan yang bisa mengucapkan janji.

Pada bagian ini Anies, sebagai pemimpin baru mengulas kembali mengenai cita-cita dan tujuan bangsa ini untuk warganya. Sebagai bentuk pengintimidasian terhadap dirinya bahwa sebagai pemimpin, adalah tugas dan kewajibannya dalam mendistribusi realisasi cita-cita dan tujuan negara untuk rakyat Indonesia tersebut. Mengintimidasi diri sendiri merupakan modus tersirat bagaimana seorang tokoh menyampaikan tujuan dari pesan tersebut secara emosional. Peneliti menilai, Anies ingin menyentuh emosional warga Jakarta yang hadir pada saat itu bahwa mereka memiliki pemimpin yang sadar akan tanggung jawab dan tugas yang harus diembannya.

#9

Dan Jakarta ini satu dari sedikit kota di Indonesia yang merasakan kolonialisme dari dekat, penjajahan di depan mata, selama ratusan tahun. Betul tidak, sekalian? Di tempat lain mungkin penjajahan terasa jauh tapi di Jakarta bagi orang Jakarta yang namanya kolonialisme itu di depan mata. Dirasakan sehari hari. Karena itu bila kita merdeka maka janji-janji itu harus terlunaskan bagi warga Jakarta.

Kolonialisme menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan paham tentang penguasaan oleh suatu negara atas daerah atau bangsa lain dengan maksud untuk memperluas negara itu. Kolonialisme bisa juga disebut penjajahan, penggunaan kata kolonialisme bisa dirunut menjadi isu yang sensitif pada masa ini di Indonesia. Penambahan kata dari dekat setelah kata kolonialisme mengarah ke Kota Jakarta yang dianggap Anies dekat dengan penjajahan. Penjajahan

Universitas Sumatera Utara didepan mata, selama ratusan tahun merunut ke keadaan bahkan setelah kemerdekaan.

Meski begitu, jika merujuk sejarahnya, pernyataan yang menyita perhatian publik ini tidaklah salah, sebab sebenarnya memang Jakarta adalah salah satu dari sedikit kota yang paling dekat dengan masa penjajahan, sebagaimana menurut Vickers (A. A History of Modern Indonesia Cambridge University Press, 2005), Dutch colonial rule mendirikan pusat pemerintahan di Jakarta sejak tahun 1619, sehingga disebutkan bahwa “Batavia became the center of the Dutch East India Company’s trading network in Asia.” Jakarta jadi gerbang penaklukan Inggris atas seluruh Tanah Jawa. Tahun 1811, dari Malaka, Lord Muito memerintahkan Sir Thomas Stamford Raffles yang berkedudukan di Penang (Malaya) untuk menguasai Pulau Jawa. Raffles mengerahkan 60 kapal perang untuk menggempur Jakarta. Tanggal 26 Agustus, Jakarta jatuh ke tangan Inggris. Sebelum Jepang masuk, Jakarta menjadi colonial city selama 320 tahun. Kantor Gubernur Jenderal (Kasteel van Batavia) dan fortress (Fort Jacatra) didirikan di sini. Rijswijk Palace dan Istana Gambir tetap jadi pusat pemerintah Kolonial Jepang (Saiko Shikikan). Jakarta selalu menjadi “enclave The Dutch”. Sensus tahun 1699, populasi orang Belanda mencapai 1,783 jiwa. Disamping ada 3,679 Chinese; 2,407 Mardijkers inlandse Christenen); 670 Mixed blood; dan lain-lain sebanyak 867 orang. (http://www.swamedium.com/2017/10/27/soal-sejarah-kolonialisme-di-jakarta- remy-silado-ngawur/)

Terlepas dari pernyataan tersebut, peneliti terfokus menyoroti pernyataan Anies yang memberi penekanan meyakinkan kepada khalayak yang hadir di Balai Kota dengan kalimat Betul tidak, sekalian?, penekanan yang dilakukan Anies adalah bentuk penekanan yang sekaligus menggiring dan menggugah opini publik bahwa Jakarta adalah salah satu dari sedikit kota yang merasakan kolonialisme. Dan sebagai salah satu dari sedikit kota yang merasakan kolonialisme dari dekat, Anies menekanakan bahwa merdeka bagi warga jakarta, seharusnya adalah sebuah bukti bukanlah janji.

Universitas Sumatera Utara #10

Dulu kita semua pribumi ditindas dan dikalahkan. Kini telah merdeka, kini saatnya kita menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Jangan sampai Jakarta ini seperti yang dituliskan pepatah Madura. Itik sik a telor, ayam singerimi. Katanya Itik yang bertelor, ayam yang mengerami. Kita yang bekerja keras untuk merebut kemerdekaan. Kita yang bekerja keras untuk mengusir kolonialisme. Kita semua harus merasakan manfaat kemerdekaan di ibu kota ini. Dan kita menginginkan Jakarta bisa menjadi layaknya sebuah arena aplikasi Pancasila.

Menurut KBBI, pribumi adalah penduduk asli, yang berasal dari tempat yang bersangkutan. Dari makna tersebut, pribumi berarti penduduk yang asli (lahir, tumbuh, dan berkembang) berasal dari tempat negara tersebut berada. Jadi, anak dari orang tua yang lahir dan berkembang di Indonesia adalah orang pribumi, meskipun sang kakek-nenek adalah orang asing. Namun pendapat yang beredar luas di Indonesia mengenai istilah pribumi dan non-pribumi adalah pribumi didefinisikan sebagai penduduk Indonesia yang berasal dari suku-suku asli (mayoritas) di Indonesia. Sehingga, penduduk Indonesia keturunan Tionghoa, India, ekspatriat asing (umumnya kulit putih), maupun campuran sering dikelompokkan sebagai non-pribumi meski telah beberapa generasi dilahirkan di Indonesia. Pendapat seperti itu karena sentimen masyarakat luas yang cenderung mengklasifikasikan penduduk Indonesia berdasarkan warna kulit mereka.

Golongan pribumi dan non-pribumi muncul sebagai akibat adanya perbedaan mendasar (diskriminasi) terutama dalam perlakuan yang berbeda oleh rezim (pemerintahan) yang sedang berkuasa. Ini hanya terjadi jika rezim yang berkuasa adalah pemerintahan otoriter, penjajah dan kroninya ataupun nasionalisme yang sempit. Contoh, di zaman penjajahan Belanda, Belanda memperlakukan orang di Indonesia secara berbeda didasari oleh etnik/keturunan. Mereka yang berketurunan Belanda akan mendapat pelayanan kelas wahid, sedangkan golongan pengusaha/pedagang mendapat kelas kedua, sedangkan masyarakat umum (penduduk asli) diperlakukan sebagai kelas rendah.

Universitas Sumatera Utara Setelah merdeka, para pejuang kemerdekaan kita (Bung Karno, Hatta, Syahrir, dll) berusaha menghapuskan diskriminasi tersebut. Para founding father bangsa Indonesia menyadari bahwa selama adanya diskriminasi antar golongan rakyat, maka persatuan negara ini menjadi rentan, mudah diobok-obok oleh kepentingan neo-imperialisme (kolonialisme atau penjajahan yang terjadi pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20). Bung Karno telah meneliti hal tersebut melalui tulisan beliau di majalah “Suluh Indonesia” yang diterbitkan tahun 1926. Ia berpendapat bahwa untuk memperjuangkan kemerdekaan bangsa dan membangun bangsa yang kuat dibutuhkan semua elemen/golongan. Untuk itu beliau mengajukan untuk menyatukan kekuatan dari golongan Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme sebagai kekuatan superpower. Hal inilah yang ditakuti oleh Amerika dan sekutunya serta para pemberontak (penghianat, separatis) di negeri ini dengan berbagai alibi.

Setelah pemerintahan Bung Karno direbut oleh kekuatan liberalis-kapitalis melalui Jenderal yang berkuasa dengan tangan besi Pak Harto, maka konotasi pribumi dan non-pribumi kembali “terpelihara subur”. Agenda pembangunan makro yang direntenir oleh International Monetary Fund (IMF) atau Dana Moneter Internasional dan Bank Dunia membutuhkan golongan istimewa (haruslah minoritas) serta mengabaikan golongan mayoritas. Maka perjalanan bangsa setelahnya menjadi pincang yang luar biasa. Segelintir golongan memperkaya diri yang luar biasa, sedangkan golongan terbesar harus bekerja keras dengan kesejahteraan pas-pasan. Indonesia yang kaya raya dengan sumber daya alam baik di darat maupun laut hanyalah dirasakan oleh golongan penguasa dan “peliharaan” penguasa. Rakyat jelata hanya menerima ampas kekayaan alam Indonesia. Semua sari kekayaan di’sedot’ oleh perusahaan asing dan segelintir penghianat bangsa.

Inilah mengapa, diera orde baru, konflik horizontal antara penduduk miskin (disebut dan dilabeli sebagai pribumi) dengan si kaya (umumnya dilabeli sebagai non pribumi) berkembang dan namun terpendam. Kebencian diskriminasi ini akhirnya pecah di tahun 1998. Namun sangat disayangkan, hanya segelintir kelompok si kaya – “non-pribumi” yang kena getahnya. Massa kepalang

Universitas Sumatera Utara berpikiran semua orang keturunan adalah non-pribumi, sehingga gerakan mereka ibarat “menembak burung di angkasa raya, namun sapi di sawah yang mati”. Burung (penguasa, penghianat, si-kaya) masih beterbangan di angkasa Indonesia, Singapura, dan Amerika. Hingga saat ini, pemerintah hanya dapat menonton “burung-burung” tersebut beterbangan bebas, dan yang tewas adalah rakyat miskin dan jelata.

Lengsernya Soeharto pada 1998 membuat segregasi semakin kusut. Dari penjarahan dan pembakaran kios hingga pemerkosaan perempuan Tionghoa- Indonesia terjadi di Jakarta pada 1998. Menanggapi situasi tersebut, Presiden Habibie, yang menjabat persis setelah Soeharto mengeluarkan Intruksi Presiden No. 26 Tahun 1998 yang melarang penggunaan kata (dikotomis) pribumi/non- pribumi oleh pejabat publik. Presiden Habibie juga mengeluarkan Inpres No.4 Tahun 1999 yang menghapuskan Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia (SKBRI) bagi orang-orang Tionghoa-Indonesia dan memberikan izin untuk mengajarkan bahasa Mandarin di sekolah.

Setelah era reformasi, beberapa tokoh bangsa Indonesia berusaha mengangkat kembali kekuatan persatuan dengan menghilangkan diskriminasi perusak bangsa. Reformasi birokrasi yang menghasilkan sedikit perubahan dalam mengurangi praktik pemerintahan KKN yang sarat dengan bau kekeluargaan, etnis, dan agama. Maka disusunlah UU Kewarganegaran serta menghilangkan secara hukum diskriminasi bagi etnis Tionghoa dan etnis minoritas di era Gusdur.

Setelah berlakunya UU 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia, maka setiap manusia yang lahir di Indonesia dianggap warga negara Indonesia tanpa ada memandang embel-embel pribumi atau non- pribumi yang melekat karena perbedaan latar belakang etnis. Yang diberlakukan saat ini adalah warga negara.

Ada beberapa kriteria Warga Negara Indonesia (WNI) dalam UU 12 tahun 2006 (diambil sebagian) adalah:

• Seorang yang lahir dari perkawinan yang sah dari ayah WNI dan Ibu WNI, ayah WNI dan ibu WNA, atau ayah WNA dan ibu WNI.

Universitas Sumatera Utara • anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya.

• Orang asing yang telah berjasa kepada negara Republik Indonesia atau dengan alasan kepentingan negara (diberikan oleh Presiden dan pertimbangan DPR RI).

Penggunaan kata pribumi pada pidato pelantikan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan banyak disoroti warganet, padahal sejumlah pejabat publik kerap menyitir kata ‘pribumi’ dalam pidatonya. Menteri Perikanan dan Kelautan Susi Pudjiastuti pada Desember 2014 menyatakan bahwa perikanan tangkap harus dikuasai oleh pengusaha pribumi. Dalam ucapannya itu, Susi memaksudkan "pribumi" sebagai pengusaha ikan dalam negeri atau lokal. Setahun berikutnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan agar publik tidak mencurigai para pengusaha pribumi yang bertemu petinggi Freeport-McMoran. Sementara itu, pada September 2017, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri menyebut kata pribumi dalam pidato pengukuhan gelar Doktor Honoris Causa yang diterimanya dari Universitas Negeri Padang. (https://tirto.id/asal-usul-dan-politik- kata-pribumi-)

Pasalnya penggunaan kata pribumi pada pidato Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan disaat Jakarta sedang dikotakkan dengan konflik suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) dalam Pilkada saat itu. Banyak yang menilai semestinya Anies tampil sebagai gubernur bagi seluuruh warga Jakarta tanpa melihat etnisitas, ras, agama, dan pilihan politik. Namun juga tak sedikit yang menilai kata pribumi tersebut digunakan untuk merujuk pada konteks sejarah. Menurut penilaian peneliti, penggunaan kata pribumi memanglah sangat merujuk kepada persoalan sejarah dimana pada kalimat sebelumnya Anies membahas keadaan masa kolonialisme, namun memang patut diakui bahwa menggunakan kata pribumi bukanlah hal yang baik diucapkan pada saat pidato pelantikannya sebagai gubernur mengingat di Indonesia lebih tepatnya Jakarta sedang dirundung banyak konflik yang berbau SARA. Apalagi secara politis, Anies memiliki lawan politik yang sedang terjerat kasus SARA juga.

Universitas Sumatera Utara Penilaian bahwa retorika pribumi yang dilontarkan Anies Baswedan ketika dilantik menjadi pemimpin DKI selama lima tahun ke depan memiliki tujuan politik, dilansir dari geotimes.co.id Jakarta adalah pusat ekonomi dan kekuasaan. Sebagai politisi yang pandai melihat peluang, tentu saja Anies tidak ingin buang- buang waktu. Retorika pribumi adalah cara Anies “mendeklarasikan” diri sebagai calon presiden untuk 2019. Dan ini adalah retorika yang dianggap Anies paling efektif untuk memobilisasi dukungan dari kelompok mayoritas Muslim. Seperti yang dikatakan Tom Pepinsky, dosen politik di Cornell University, pidato Anies bukanlah “governorial speech” tapi lebih sebagai “presidential speech”. Keputusan ini bukan tanpa alasan. Dengan melihat trayektori politik Jokowi, Anies sepertinya haqul yakin bahwa jalan menuju menjadi RI1 terbuka luas di depannya setelah dirinya berhasil memenangkan pemilihan gubernur DKI yang begitu panas. (https://geotimes.co.id/kolom/politik/pribumi-anies-2019-dan- politik-sentrifugal/).

Dikutip dari tempo.co Ketua Setara Institut, Hendardi, menilai pidato Anies Baswedan sarat politisasi identitas. Nuansa rasisme yang muncul atas pidato itu dikhawatirkan membahayakan jalannya pemerintahan ibukota nantinya. “Pidato Anies Baswedan yang penuh paradox: satu sisi mengutip pernyataan Bung karno tentang negara untuk semua, tapi di sisi lain menggelorakan sepremasi etnisitas,” ujarnya melalui surat pernyataan sikap. Menurut Hendardi, pernyataan Anies Baswedan tersebut juga bisa dikulifikasi melanggar semangat etis Undang-Undang tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis.

Koordinator Aliansi Nasional Bhineka tunggal Ika, Agnes Dwi Rusjiati, menilai penggunaan kata pribumi rentan melahirkan gesekan horizontal. Sebagai seorang pemimpin, Anies Baswedan mestinya memahami sejarah kelam yang terjadi pada 1998 lalu. Masyarakat di Indonesia hingga kini belum sepenuhnya pulih dengan konflik berlatar ras itu. “Sebagai seorang pemimpin, Anies mestinya paham sejarah. Bukan malah membangkitkan isu-isu rasial lagi,” kata dia. “Indonesia pernah mempunyai sejarah kebencian atas etnis tertentu,” (https://fokus.tempo.co/read/1025633/kontroversi-kata-pribumi-di-pidato- gubernur-anies-baswedan)

Universitas Sumatera Utara Namun Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) membenarkan klarifikasi tersebut, bahwa selayaknya kata yang relatif sensitif tersebut tak dilepaskan dari konteksnya. Menurutnya, konteks yang digunakan Anies pada saat pidato merupakan dalam konteks membahas sejarah pada zaman kolonialisme. Begitupun Wakil Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera, Hidayat Nur Wahid. Menurut dia, penggunaan kata pribumi tak bertendensi meletupkan konflik bernuansa sara. Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia perjuangan, Megawati Soekarnoputri, juga pernah menggunakan kata itu dalam pidatonya.

Dikutip dari laman tempo.co Anies yang dimintai tanggapan ihwal kontroversi kata pribumi justru menuding sejumlah media salah mengemas ucapan pidatonya. Menurutnya, istilah yang ia gunakan merujuk pada pengalaman era kolonial. Di era tersebut, warga Jakarta memiliki pengalaman panjang menghadapi penjajahan.

Terlepas dari itu semua, penelti menilai sebutan pribumi dalam pidato publik juga melanggar semangat penghapusan diskriminasi rasial dan etnis yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis. Selain juga pidato Anies dinilai bertentangan dengan Konvensi Internasional tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial sebagaimana telah diratifikasi berdasarkan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1999. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008 menyebutkan umat manusia berkedudukan sama di hadapan Tuhan Yang Maha Esa serta umat manusia dilahirkan dengan martabat dan hak-hak yang sama tanpa perbedaan apa pun, baik ras maupun etnis.

Anies juga mengaitkan hal tersebut dengan pepatah Madura yang katanya itik yang bertelor ayam yang mengerami atau Kita yang bekerja keras untuk merebut kemerdekaan. Kita yang bekerja keras untuk mengusir kolonialisme. Kita semua harus merasakan manfaat kemerdekaan di ibu kota ini peneliti menilai Anies menyebut hal tersebut terkait dimasa kolonialisme bagaimana masyarakat Indonesia berjuang melawan penjajah tapi setelah merdeka menurut Anies bukan masyarakat Indonesia yang merasakan manfaat kemerdekaan tersebut. Peneliti

Universitas Sumatera Utara menilai bahwa hal ini jelas memicu persoalan ditengah banyaknya konflik terkait pengkotak-kotakkan masyarakat.

#11

Jakarta bukan sekedar kota, dia adalah ibukota. Maka di kota ini Pancasila harus mengejawantah, Pancasila harus menjadi kenyataan. Setiap silanya harus terasa dalam keseharian. Dimulai dari hadirnya suasana ketuhanan dalam setiap sendi kehidupan kota. Indonesia bukanlah negara berdasarkan satu agama. Namun Indonesia juga bukan sebuah negara yang alergi agama apalagi anti agama. Ketuhanan selayaknya menjadi landasan kehidupan warga dan kehidupan bernegara sebagaimana sila pertama Pancasila. Ketuhanan Yang Maha Esa.

Yang kedua ,prinsip ketuhanan ini diwujudkan dengan hadirnya rasa kemanusiaan, hadir rasa keadilan bagi seluruh rakyat tanpa ada yang terpinggirkan, terugikan, apalagi yang tidak dimanusiakan dalam kehidupannya. Karena itu mari kita hadirkan Jakarta yang manusiawi. Jakarta yang beradab sebagaimana prinsip Pancasila kita sila kedua, kemanusiaan yang adil dan beradab.

Perjuangan selanjutnya saudara-saudara sekalian, menghadirkan persatuan dalam kehidupan kota. Tidak hanya merayakan keragaman tapi mari kita merayakan persatuan. Seringkali kita melewatkan soal persatuan. Ada pepatah Aceh yang bermakna 'Cilaka rumah tanpa atap, cilaka kampung tanpa guyub'. Persatuan dan keguyuban ini yang harus kita perjuangkan. Dimulai dari meruntuhkan sekat sekat yang menjadi penghalang interaksi antar komponen masyarakat. Terutama pemisah ruang antar mereka yang mempunyai kemampuan ekonomi dan tidak. Mari kita hadirkan Jakarta yang bersatu bagi semua karena ruang interaksi terbuka bagi semuanya.

Universitas Sumatera Utara Dalam mewujudkan prinsip itu, saudara sekalian mari kita kembalikan musyawarah menjadi tradisi kita. seBagaimana sila keempat di dalam Pancasila kita yang bunyinya kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Karena itu, majelis-majelis warga akan dihidupkan kembali. Semua majelis majelis warga dihidupkan, kota ini tidak boleh hanya sekedar perintah gubernur sampai ke bawah. Dengarkan kata rakyat maka kita hidupkan seluruh majelis-majelis yang ada di kota ini. Ada banyak majelis. Kita hidupkan semuanya. Musyawarah kota terutama untuk menghasilkan kesepakatan dan kesepahaman. Kalau kata orang Minang, istilahnya "tuah sakato" dalam kesepakatan itu terkandung tuah tentang kebermanfaatan. Yang kelima, di ujungnya dan ini yang paling mendasar. Ini paling penting, yang kita perjuangkan sama sama sepanjang kampanye kemarin. Adalah pelaksanaan sila kelima yang bunyinya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Itu yang akan kita jadikan fondasi persatuan di Jakarta.

Pancasila harus mengejawantah. Anies menyatakan bahwa Jakarta sebagai ibukota sudah senormalnya Jakarta sebagai ibukota mengilhami atau berwujud Pancasila. Pancasila adalah landasan Negara Kesatuan Republik Indonesia, terdiri dari lima sila, yang kelima-limanya merupakan bentuk dari ideologi negara ini.

Pada bagian sila pertama, Ketuhanan yang Maha Esa Anies menyinggung kehidupan beragama yang dewasa ini tengah menjadi isu yang sangat sensitif. Pernyataan Indonesia bukanlah negara berdasarkan satu agama. Namun Indonesia juga bukan sebuah negara yang alergi agama apalagi anti agama, menyebut Indonesia Anies merujuk pada isu sensitif nasional yang berkaitan dengan agama khususnya agama mayoritas di Indonesia yaitu agama Islam yang akhir-akhir ini banyak dibicarakan terkait dengan banyaknya kasus “pencideraan” terhadap agama Islam. Penggunaan kata alergi di kalimat berikutnya yang berarti keadaan sangat peka terhadap penyebab tertentu yang pada kadar tertentu tidak membahayakan untuk sebagian besar orang namun itu berdampak pada dirinya, dalam hal ini, Indonesia bukanlah negara yang alergi terhadap agama. Apalagi anti agama, anti berarti adalah keadaan yang berlawanan atau menentang.

Universitas Sumatera Utara Kalimat ini, diucapkan untuk menekankan posisi Anies sebagai seorang pemimpin dan tokoh di Indonesia yang tidak memihak pada agama atau keyakinan tertentu. Pun, menjadi sorotan peneliti ketika isu sensitif nasional menjadi pembahasan dalam pidato pelantikannya sebagai gubernur, seperti menyerukan citra dirinya yang sudah menjadi tokoh nasional dan memiliki massa khalayak yang banyak sebagai pengikutnya.

Pernyataan mengenai sila pertama itu pun dilanjutkan dengan sila kedua yaitu Kemanusiaan yang adil dan beradab, Anies menjelaskan kehidupan berketuhanan haruslah diimbangi dengan kehidupan yang berkemanusiaan dengan adil dan manusiawi. Pernyataan Anies berikutnya memakai pepatah dari Aceh 'Cilaka rumah tanpa atap, cilaka kampung tanpa guyub yang bermakna persatuan itu harus dilakukan mulai dengan melepaskan sekat-sekat antar masyarakat dan membuka ruang publik dan menciptakan interaksi antar komponen masyarakat.

Dilanjutkan dengan sila keempat tentang musyawarah mufakat yang melibatkan seluruh rakyat, Anies juga menggunakan istilah Minang Tuah Sakato. Istilah Tuah Sakato merupakan dasar pengambilan keputusan di Minangkabau. Secara literal, tuah diartikan sebagai kesaktian sementara sakato berarti mufakat (kebersaman). Tuah Sakato dapat diartikan sebagai kesaktian karena mufakat atau kebersamaan. Tuah sesuatu yang tidak bisa digugat karena ia lahir dari ide bersama. Karena tak bisa digugat, maka tuah mestilah muncul dari kebenaran. Kebenaran orang Minang karena sakato-nya (mufakat). Makanya dalam pengambilan keputusan di Minangkabau, apabila sudah mencapai kesepakatan, keputusan itu tidak dapat diganggu gugat. Dan Anies juga menyampaikan sila terakhir atau sila kelima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia sebagai fondasi persatuan di Indonesia dan pelaksanaan nya merupakan hal utama yang dia gencarkan sejak masa kampanye.

Anies memiliki kemampuan dalam mengambil hati simpati pendengarnya dengan menyampaikan visi dalam balutan Pancasila. Kedudukan Pancasila sebagai ideologi dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia yang memiliki makna secara keseluruhan sebagai cita-cita dan nilai yang ingin diwujudkan di negara ini. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila merupakan harapan dan cita-cita

Universitas Sumatera Utara negara ini sehingga, sebagai gubernur baru DKI Jakarta sangatlah tepat sekali Anies Baswedan menyampaikan visi dalam balutan nilai Pancasila.

#12

Saudara sekalian, Kita jadi ingat pada saat dulu republik ini dibuat, pesannya jelas. Kita tidak hendak membangun satu negara untuk sekelompok orang. Dan Bung Karno mengatakan demikian; Kita hendak membangun satu negara untuk semua bukan untuk satu orang, satu golongan, bukan untuk golongan bangsawan maupun golongan orang kaya tapi untuk semua karena itu saudara sekalian, pengambilan kebijakan di kota ini harus lah bisa didasarkan pada kepentingan publik. Pengelolaan tanah, pengelolaan air, pengelolaan teluk, dan pengelolaan pulau tidak boleh diletakkan atas dasar kepentingan individu. Pengelolaan itu semua tidak boleh untuk kepentingan satu golongan, tidak boleh untuk kepentingan satu perhimpunan, tidak boleh untuk kepentingan korporasi, tetapi itu untuk kepentingan untuk warga Jakarta semua. Semua untuk semua. Jakarta untuk semua. Inilah semangat pembangunan yang kita letakkan sama sama untuk Jakarta.

Lagi-lagi Anies merujuk sejarah, Anies mengutip perkataan Presiden pertama RI; Ir. Soekarno Dan Bung Karno mengatakan demikian; Kita hendak membangun satu negara untuk semua bukan untuk satu orang, satu golongan, bukan untuk golongan bangsawan maupun golongan orang kaya tapi untuk semua karena itu saudara sekalian, pengambilan kebijakan di kota ini harus lah bisa didasarkan pada kepentingan publik. Anies mengutip kata-kata dari orang penting untuk merujuk kepada visi dan misinya, hal ini lagi-lagi menggugah simpati khalayak yang mendengar pidatonya.

Universitas Sumatera Utara #13

Bapak ibu sekalian yang saya hormati. Gubernur dan wakil gubernur tentu menjadi pemimpin bagi semua dan harus menghadirkan keadilan bagi semua. Namun jelas kami tegaskan bahwa tekad kita adalah mengutamakan pembelaan yang nyata kepada mereka yang selama ini tak mampu membela dirinya sendiri, mengangkat mereka yang selama ini terhambat dalam perjuangan mengangkat diri sendiri. Bang Sandi tadi sudah mengungkapkan komitmen dan paradigma ke depan tentang rencana pembangunan kota ini, Bang Sandi sudah jabarkan bagaimana kita bersama sama membangun dan mengelola kampung, mengelola jalan, sekolah, puskesmas, pasar, angkot dan berbagai aspek kehidupan lainnya. Seperti kata Bang Sandi tadi, ini adalah satu langkah bersama ke depan memastikan Jakarta yang lebih ramah rimpi untuk semua.

Kali ini, Anies menggunakan Bapak ibu sekalian yang saya hormati Anies menunjukkan motif ingin diperhatikan dengan menyapa khalayak yang hadir, dibalut dengan bentuk penghormatan kepada warga masyarakat yang menjadi khalayak pendengarnya tersebut.

Peneliti menilai menuju ke akhir pidatonya, Anies semakin jelas mengutarakan visi dan harapannya tanpa banyak menggunakan konotasi yang mendatangkan ambiguitas. Pada bagian ini, Anies tidak hanya menjelaskan visinya sebagai gubernur saja, namun ia juga menjabarkan bagaimana wakil gubernur, Sandiaga Uno juga bersinergi bersamanya sebagai gubernur dan wakil gubernur. Mengungkapkan komitmen dan rencana-rencana pembangunan kota Jakarta dan mengelola berbagai aspek kehidupan di Jakarta.

Universitas Sumatera Utara #14

Untuk itu, izinkan kami mengajak seluruh warga menjadikan usaha, memajukan kota sebagai sebuah gotong royong, sebagai sebuah gerakan, pembangunan kota ke depan gubernur bukanlah sekadar administrator bagi penduduk kota. Gubernur bukan sekadar penyedia jasa bagi warga yang jadi konsumennya, namun kami bertekad untuk bisa melakukan lebih dari itu. Kami ingin bisa bekerja bersama dengan warga Jakarta, berkolaborasi dengan warga Jakarta sebagai perancang dan pelaku pembangunan.

Anies menyampaikan visinya dengan menarik hati dan simpati rakyat Jakarta sebagai tujuan dari pidato tersebut. Dengan sangat baik, sebagai komunikator Anies Baswedan yang baru saja dilantik sebagai gubernur mengajak seluruh warganya untuk bersama-sama melakukan usaha memajukan kota Jakarta. Pemilihan kata izinkan kami mengajak yang diutarakan seorang pemimpin merupakan bentuk kerendahan dirinya untuk meminta izin atau restu atau kerelaan dari masyarakatnya agar mau melakukan usaha memajukan kota Jakarta secara bersama-sama. Anies memancarkan citra sebagai seorang pemimpin yang ingin didukung oleh rakyatnya dalam menjalankan visinya sebagai gubernur.

#15

Dalam pepatah Banjar dikatakan 'Salapik sakaguringan, sabantal sakalang gulu' satu tikar tempat tidur, satu bantal penyangga leher. Kiasan ini bermakna hubungan yang erat antar elemen masyarakat. Saling setia dan saling mendukung satu sama lain. saudara-saudara sekalian inilah Jakarta yang akan kita bangun bersama-sama 5 tahun ke depan.

Anies menggunakan pepatah dari berbagai daerah, termasuk Banjar. Kiasan yang berarti hubungan baik antar elemen, saling mendukung satu dengan lainnya untuk membangun kota Jakarta. Sangat menarik dan sangat menggugah

Universitas Sumatera Utara menyampaikan visi persatuan seperti ini didalam pidato menggunakan pepatah atau kiasan kedaerahan.

#16

Selain itu, kami juga mengajak seluruh elemen kepemimpinan di kota Jakarta mulai dari jajaran pemerintah daerah, para wakil rakyat, pemimpin lembaga pertahanan, keamanan dan penegakan hukum mari kita memiliki tekad yang sama yaitu mari kita sama sama hibahkan hidup kita kepada warga Jakarta bukan sebaliknya jangan berbalik menjadi menyedot dari kota dan warganya untuk dibawa pulang ke rumahnya. Tapi hadirlah untuk menghibahkan waktu, tenaga, pikiran, keringat untuk kemajuan kota Jakarta.

Melanjutkan yang sebelumnya Anies mengajak seluruh warga masyarakat untuk bersama-sama dengan gubernur dalam memajukan kota, Anies juga dengan bijaksana mengajak seluruh elemen kepemimpinan yang ada di Kota Jakarta untuk bersama-sama memajukan kota. Sangat menarik Anies sebagai gubernur menyinggung untuk menghibahkan hidup para jajaran seluruh elemen kepemimpinan di kota Jakarta untuk warga Jakarta dan bukan sebaliknya dengan menyedot dari kota dan warga untuk dibawa pulang kerumah. Anies menyatakan visi nya yang akan menghibahkan hidup nya untuk kota Jakarta dengan menyampaikan singgungan kepada elemen-elemen jajaran pemerintahan di Jakarta. Singgungan tersebut dia lontarkan melihat keadaan hubungan horizontal antara elemen pemerintahan dan masyarakat saat ini yang tidak memiliki hubungan baik dan sesuai dengan tupoksinya, ini menguatkan posisi Anies sebagai gubernur baru dengan image seorang pemimpin yang tau dan mau bekerja untuk warga dan kota Jakarta.

#17

Sebuah kearifan lokal dari Minahasa mengingatkan kita 'Si tou timou tumou tou'. Manusia hidup untuk menghidupi orang lain. Menjadi pembawa berkah bagi semua, sebuah pengingat bagi semua manusia namun terutama bagi para pemimpin.

Universitas Sumatera Utara Lewat pidatonya Anies memberi, (lagi-lagi) pesan kemanusiaan lewat kiasan dari daerah Minahasa. Anies memberi pesan bahwa sebagai pemimpin sangat penting untuk melakukan sesuatu tidak demi diri sendiri melainkan juga menjadi berkah untuk orang lain. Hal ini sangat cerdas mengingat sebagai pemimpin yang baru, Anies mengembangkan kepada masyarakat bahwa ia sebagai pemimpin akan memberi keberkahan dan kebahagiaan bagi warga Jakarta.

#18

Saudara-saudara sekalian, izinkan dalam kesempatan ini, kami ingin memastikan dan saya akan ucapkan pula nanti saat sidang paripurna di DPR kata kata yang diungkapkan seorang tokoh Betawi. Kata-kata ini terpatri dipatungnya yang terpasang di Lapangan Monas. Setiap pemerintah harus mendekati kemauan rakyat. Inilah sepatutnya dan harus menjadi dasar untuk memerintah. Pemerintah yang tidak mempedulikan atau menghargakan kemauan rakyat sudah tentu tidak bisa mengambil aturan yang sesuai dengan perasaan rakyat.' Setuju dengan pernyataan itu, saudara-saudara sekalian? Itu adalah kalimat yang diungkapkan salah satu putra terbaik betawi, Muhammad Husni Thamrin. MH Thamrin mengatakan itu dan kalimat itu terpatri di Monas sana. Saya membayangkan orang yang kerja di kota ini baca kalimat ini. renungkan, resapi dan laksanakan. Bagi semua yang mengatasnamakan rakyat Jakarta,ingat kata-kata Husni Thamrin, jalankan kalimat itu; setiap pemerintah harus mendekati kemauan rakyat.

Mengambil kata-kata dari ikon orang betawi yang menjadi kebanggaan di daerah tersebut merupakan cara tepat dalam menjalin hubungan emosional dengan masyarakat. Hal ini dapat menjadi cara efektif dalam menyatukan khalayak masyarakat yang berbeda-beda. Anies mengungkap secara tersirat visinya didalam balutan kata-kata orang atau tokoh masyarakat lokal yang menjadi ikon di Jakarta.

Universitas Sumatera Utara #19

Saudara-saudara semua, Perjuangan kita ke depan adalah perjuangan untuk mewujudkan gagasan, kata, dan karya yang selama ini telah kita tekadkan. Kita ingin lakukan tiga-tiganya. Membawa gagasan, membawa kata-kata, dan membawa kerja. Jadikan sebagai satu rangkaian. Gagasan, kata, kerja. Dengan begitu saudara sekalian, kita ingin Jakarta maju, Jakarta jadi bagian kota modern yang diperhitungkan dunia tapi jadi akar yang kuat di dalam tradisi kebudayaannya.

Pada bagian ini, Anies mengungkapkan visinya secara jelas bagaimana Anies akan bekerja membangun kota Jakarta lima tahun kedepan. Sebelum menyampaikan visinya dengan jelas, Anies menggunakan Saudara-saudara sekalian untuk mengambil perhatian khalayak.

#20

Saudara-saudara sekalian, Dengan memohon pertolongan kepada Yang Maha Memberi Pertolongan, mari kita bersama berikhtiar mewujudkan Jakarta yang maju setiap jengkalnya, yang bahagia setiap insan di dalamnya. Semoga Allah SWT membantu ikhtiar kita. Dan dalam kaitan itu saudara sekalian, izinkan saya sebelum menutup sambutan ini, membacakan sebuah pantun untuk warga Jakarta.

Kata-kata penutup oleh Anies diawali dengan seruan Saudara-saudara sekalian, Anies meminta perhatian khalayak pendengarnya untuk menutup pidatonya. Sebagai aktor politik yang sedang melakukan pidato, sangat penting

Universitas Sumatera Utara untuk mengumpulkan perhatian khalayak ketika ingin menyampaikan sesuatu yang pokok, termasuk ketika ingin mengakhiri pidato.

#21

Bekerja giat di Kali Anyar Mencuci mata di Kampung Rawa Luruskan niat teguhkan ikhtiar Bangun Jakarta bahagiakan warganya

Cuaca hangat di Ciracas Tidur pulas di Pondok Indah Mari berkeringat bekerja keras Tulus ikhlas tunaikan amanah

Sebelum menutup pidatonya, Anies mengucapkan dua buah pantun. Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bahasa Minangkabau. Hampir semua suku bangsa di tanah air kita memiliki khasan pantunnya masing-masing. Orang Jawa menyebutnya Parikan, orang sunda menyebutnya sisindiran atau susualan, orang Mandailing menyebutnya ende-ende, orang Aceh menebutnya rejong atau boligoni, sementara orang Melayu, Minang, dan Banjar menyebutnya pantun. Dibandingkan dengan genre/jenis puisi rakyat lainnya, pantun merupakan puisi rakyat yang murni berasal dari kecerdasan linguistik lokal bangsa Indonesia sendiri. Pantun juga merupakan salah satu kebudayaan Betawi yang juga diyakini sejak ribuan tahun lalu. Pada tahun 1930 hingga 1950, pantun digunakan sebagai potret sosial masyarakat atau ungkapan isi hati.

Penggunaan pantun di masyarakat Betawi masih banyak digunakan saat acara pinangan adat Betawi. Pantun dalam adat Betawi erat kaitannya sebagai

Universitas Sumatera Utara penyampaian pesan dalam peradaban masyarakat sekitar. Hal ini dapat dilihat dalam pantun yang disampaikan secara berbalas. Dari caranya Anies menyampaikan pidato, Anies ingin menjadi sosok pemimpin yang akrab dengan seluruh lapisan masyarakat. Dari isi kedua pantunnya pun, terdapat keinginan dan harapan nya. Anies menggunakan pantun sebelum menutup pidatonya, merupakan cara yang sangat baik dalam mengambil simpati rakyat apalagi memasukkan harapan kedepannya selama menjabat.

# 22

Semoga Allah SWT memudahkan ikhtiar kita, membukakan jalan-jalan yang sekarang sempit, memudahkan mencari solusi solusi baru, menjauhkan dari segala macam fitnah, menjadikan semua wilayah kota ini baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur, menurunkan keberkahan bagi setiap warganya, memberikan kebahagiaan kepada seluruh insan di kota ini. Laa hawla wa laa quwwata illa billah. Tiada yang kuasa, tiada kekuatan, dan daya upaya selain kehendak Allah. Semoga ikhtiar ini selalu dimudahkan, semoga ikhtiar ini selalu bisa dituntaskan, dan insyaallah keberkahan diberikan kepada kita.

Wallahu muwafiq ila aqwamith thoriq, billahi taufiq wal hidayah. Wassalamu'alaikum Wr. Wb

Sebagai penutup, Anies mengucapkan harapan berbalut doa untuk segala sesuatu nya selama masa jabatannya sebagai gubernur Jakarta lima tahun kedepan. Berbeda dengan salam pembuka yang dibuka dengan salam berbagai agama, pada salam penutup Anies hanya menggunakan salam penutup dari agama Islam, mengikuti doa dan harapan untuk kota Jakarta dalam masa kepemimpinannya.

4.1.2.3 Tekstual Seminal

Universitas Sumatera Utara Merupakan tahapan akhir dari penelitian dimana dalam tahapan ini dibagi menjadi sesuai dengan tujuan penelitian. Pertama analisis teks ditandai dengan “dunia nyata” dalam aplikasi tekstual mengungkapkan bentuk dramatisme yang sedang digunakan aktor komunikasi melalui retorikanya. Dalam pidato Anies Baswedan terdapat beberapa bentuk manipulasi bahasa dalam pembentukan citra dan karakter Anies yang dibalut dengan penggunaan kata-kata kiasan juga dalam motif tindakan dalam modus kalimat ajakan yang menggugah simpati khalayak. Analisis kedua disebut analisis silsilah yang ditandai dengan hubungan sebab akibat yang dibuat untuk mempengaruhi khalayak pendengar. Dalam tahapan ini dijelaskan tentang realitas yang ingin disampaikan aktor komunikasi kepada khalayaknya. Dalam pidatonya, realitas yang ingin disampaikan oleh Anies Baswedan adalah pertama tentang karakter dirinya sebagai pemimpin yang menjunjung tinggi nilai pluralisme namun juga agamis dan religius. Kedua adalah realitas sosial bahwa fokus utama pidato ini adalah menyerukan persatuan dan kesatuan rakyat untuk bersama-sama membangun kota Jakarta dan merealisasikan cita-cita negara ini di ibu kota. Penggunaan kata kolonialisme dan pribumi yang mengundang banyak kontradiksi dari masyarakat luas. Dalam pidatonya, realitas yang ingin disampaikan Anies adalah runtutan sejarah kelam masa penjajahan yang harus dijadikan pelajaran di masa sekarang.

4.2 Pembahahasan

Dari analisis hasil dan pengamatan peneliti, maka peneliti dalam bagian ini akan membahas lebih lanjut mengenai hal–hal yang ditemukan peneliti. Penelitian ini bersumber dari teks yang diambil dari tayangan televisi. Karakteristik penting dari televisi adalah polisemi atau keanekaragaman makna. Satu tayangan televisi dapat berstimulasi menjadi beberapa produksi teks tergantung pengalaman sosial. Teks akan sendirinya diidentifikasi oleh pembaca dan produsen wacana sama sekali tidak mempunyai wewenang untuk mengkontrol dan membatasi makna potensial. Dramatisme dalam hal ini bekerja dalam proses identifikasi memahami makna–makna simbolis yang ditampilkan. Proses pembentukan makna pesan

Universitas Sumatera Utara yang ingin disampaikan Anies Baswedan kepada khalayak sebagai Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022 yang baru dilantik melalui tahapan yang sangat panjang dengan banyak pertimbangan konteks isu yang berkembang. Anies Baswedan menggunakan metode naskah yang ia tulis sendiri. Naskah pidato yang ia konsep sendiri mengindikasikan bahwasanya pidato tersebut memanglah bersumber dari pemikirannya. Wacana tidak hanya dibatasi dari penggunaan bahasa verbal tetapi juga bahasa non verbal yang diwacanakan. Anies Baswedam dalam penyampaian pidatonya memperhatikan aspek–aspek bahasa nonverbal untuk menunjang penampilannya di depan khalayak. Bahasa non verbal itu bekerja melalui cara berpakaian, mata, intonasi suara, ekspresi wajah, gesture tubuh dan gaya berbicara. Aspek–aspek nonverbal tersebut adalah bentuk dari penyampaian makna simbolis untuk mengirim makna potensial pengalaman sosial atas peran barunya menjadi kepala daerah keistimewaan ibu kota. Dalam komunikasi non verbal nya, Anies Baswedan terlihat sangat nyaman dengan situasi yang terjadi saat itu sehingga proses penyampaian pesannya diterima dengan baik oleh khalayak yang kerap merespon Anies ketika pidato dengan seruan-seruan semangat dan tepuk tangan. Anies Baswedan dalam acara tersebut mengenakan setelan jas dan celanan yang serba putih. Pakaian dinas upacara resmi yang sama dipakai sejak gubernur pertama DKI Jakarta, yaitu Soewirjo. Menggunakan pet hitam dengan simbol garuda di tengah, jas berkantung empat dengan empat kancing emas di tengah dan tanda pangkat di bahu jas milik Anies memuat tiga bulatan emas, kemudian hanya di sisi kiri atas kantung jas sang gubernur terpatri lambang Korpri emas, lengkap dengan sepatu yang juga berwarna putih, yang diketahui merupakan sumbangan dari koperasi TNI AL. Secara tampilan, tidak ada yang mencolok atau Anies tidak menampilkan atau menyampaikan pesan tersirat dari atribut yang dikenakannya pada saat pelantikan tersebut mengingat prosesi pelantikan oleh Presiden di Istana Negara itu merupakan acara resmi dan sakral, sehingga peneliti merasa atribut yang digunakan Anies Baswedan pada saat pembacaan pidato tersebut adalah sewajarnya seorang gubernur DKI yang baru saja dilantik.

Universitas Sumatera Utara Anies Baswedan dalam pidato nya tidak banyak melakukan improvisasi karena metode naskah yang ia gunakan. Namun tidak membuat penampilannya menjadi kaku dan tidak dinamis. Gaya komunikasi Anies Baswedan dalam menyampaikan pidato yang menggunakan metode dengan membaca, peneliti menilai sangat baik. Anies terlihat nyaman dan menikmati setiap alur yang terjadi di Balai Kota saat itu. Anies tak jarang menatap audiens nya secara luas dengan pandangan kekanan dan kekiri. Anies juga aktif melempar senyum dan melakukan dialog kecil dengan mempertanyakan persetujuan khalayak dalam pernyataan yang ada pada pidatonya. Selain ekspresi wajah, Anies sesekali menggunakan gerakan tangan dalam memperkuat kalimat yang ia bacakan. Ekspresinya sangat tenang dengan intonasi dan nada yang dinamis, Anies menampilkan gaya komunikasi politik yang baik sebagai pemimpin.

Proses pembentukan makna bahasa oleh khalayak dalam penelitian dramatisme didasari oleh analisis identifikasi. Proses identifikasi sendiri bukanlah proses yang mudah. Hal ini dikarenakan manusia memiliki pengalaman yang berbeda satu sama lain tergantung kondisi dan kontrol sosialnya. Selain itu ada berbagai macam persoalan ambiguitas makna dalam berbagai istilah. Bahasa bukanlah teknologi yang netral, namun salah satu bagian yang memiliki kekuatan luar biasa pada orang–orang yang terlibat di dalamnya. Aktor komunikasi, dalam hal ini memiliki kepentingan untuk mengarahkan penggunaan bahasa agar sesuai dengan kepentingannya. Pemilihan kata–kata tertentu dapat membentuk persepsi khalayak terhadap suatu hal.

Pidato perdana Anies Baswedan yang dibacakannya selama 23 menit didepan Balai Kota yang dihadiri warga DKI Jakarta pada 16 Oktober 2017 setelah diirnya dilantik oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara merupakan hasil tulisan atau karangannya sendiri. Inti dari pidato perdana Anies tersebut adalah menyerukan persatuan dan kesatuan baik warga maupun seluruh elemen kepemimpinan di Jakarta. Secara mendetail Anies Baswedan menguraikan bagaimana energi rakyat yang sudah banyak terserak dan dikotak-kotakkan dengan isu-isu dan konflik yang berkembang. Persatuan dan kesatuan itu ingin

Universitas Sumatera Utara dibangun kembali dengan semangat menjalankan cita-cita negara dan pengaplikasian Pancasila di ibu kota.

Dari secara garis besar subjektifitas peneliti, menilai terdapat banyak ambiguitas pada isi pidato yang disampaikan Anies Baswedan kepada khalayak. Pidato Anies tersebut banyak menggunakan kutipan-kutipan atau pepatah atau kiasan kedaerahan yang dimaknai sebagai suatu pesan dalam visinya. Penggunaan kata dan kalimat yang meskipun sudah terkonsep, masih terdapat keanekaragaman makna yang memicu ambiguitas di masyarakat. Yang paling kontroversial adalah penggunaan kata pribumi pada pidatonya yang banyak dianggap sebagai bentuk tindakan yang kurang pantas dan dianggap menyindir lawan politiknya pada pilkada. Menurut penilaian peneliti, konteks yang ingin ditekankan Anies dalam penggunaan kata pribumi tersebut memanglah sebagai konteks sejarah dimana cerita masa lalu tersebut dijadikan Anies sebagai contoh untuk pelajaran bagi warga Jakarta agar tidak lagi seperti itu. Penggunaan kata kolonialisme yang digunakan Anies juga merupakan penekanan konteks sejarah masa lalu bangsa. Meski demikian, secara formal memanglah pengaturan penggunaan kata pribumi sudah tidak lazim digunakan di zaman sekarang jika merunut pada Intruksi Presiden No. 26 Tahun 1998 yang melarang penggunaan kata (dikotomis) pribumi/non-pribumi oleh pejabat publik.

Meributkan kata pribumi yang dianggap masyarakat menyinggung suatu etnis tertentu merupakan kesalahpahaman masyarakat akan makna dari pribumi itu sendiri, karena pribumi itu adalah warga atau penduduk asli dari tempat asalnya. Dalam hal ini, warga keturunan asing yang sudah menetap dan memiliki keturunan generasi adalah termasuk pribumi. Namun kesalahpahaman makna di masyarakat sejak dulu mengganggap bahwa keturunan asing itu non-pribumi. Hal inilah yang memicu keributan di masyarakat Indonesia sejak sekarang. Oleh karena itu, peneliti menilai bahwa penggunaan kata pribumi pada pidato Anies tersebut memang merunut pada cerita sejarah zaman kolonilaisme sebab jika dinilai dari aspek sindiran atau rasisme pada lawan politiknya, tidak ada terdapat hubungannya. Bahkan jika pribumi diartikan seperti apa yang berkembang di

Universitas Sumatera Utara masyarakat, Anies juga bisa disebut sebagai non-pribumi karena dirinya yang memiliki garis keturunan asing yaitu, arab.

Hal lain yang justru lebih menarik perhatian peneliti adalah, kesalahan atau kejanggalan-kejanggalan makna yang terdapat pada pidato Anies tersebut. Anies banyak menggunakan kiasan-kiasan atau pepatah dari berbagai daerah di Indonesia, banyak orang yang menyambut hal tersebut positif. Peneliti menemukan justru ada beberapa kesalahan atau kejanggalan makna yang ia sampaikan pada saat mengucapkan pepatah dari Batak Holong manjalak holong, holong manjalak domu merupakan kalimat pepatah Batak yang tidak tepat. Pasalnya, pepatah yang digunakan Anies tersebut umumnya menggunakan kata "mangalap", daripada kata “manjalak”. Makna kata "mangalap" dalam bahasa Batak adalah "menjemput". Sehingga pepatah yang umum dikatakan adalah "holong mangalap holong" yang bermakna "kasih menjemput kasih". Kata "manjalak" berasal dari kata dasar "jalak" yang berarti mencari. Bila dibandingkan dengan "holong mangalap holong", maka makna yang hadir adalah bahwa setiap manusia harus berbuat kasih sehingga akan secara otomatis berbuah kasih pula. Jika kita berbuat baik kepada orang lain, niscaya kebaikan juga akan menghampiri kita. Bukan sebaliknya, sebagaimana pidato Anies, bahwa kasih mencari kasih.

Demikian pula dengan penggalan pepatah selanjutnya yakni "holong manjalak domu". Dalam bahasa Batak, "domu" adalah kata sifat bermakna "menyatu". Sementara kata bendanya adalah "pardomuan" yang bermakna "persatuan". Namun, penggunaan kata "manjalak" di sini rasanya juga kurang tepat. Semestinya menggunakan kata "mangalap" yang bermakna "menjemput". Sehingga makna yang akan tercipta adalah "kasih menjemput persatuan". Meski begitu, karena "persatuan" tidak mungkin dijemput maka "mangalap" juga bisa diartikan menjadi "menciptakan atau mewujudkan". Dengan demikian, terjemahan "kasih menciptakan persatuan" lebih tepat.

Selain itu, penggunaan metafor Jakarta adalah melting pot juga sangat menarik perhatian peneliti dibanding penggunaan kata pribumi, sebab peneliti menilai seorang akademisi yang lama mengenyam pendidikan di Amerika Serikat

Universitas Sumatera Utara pastilah tidak asing dengan istilah tersebut. Namun peneliti menilai ada kekeliruan makna pemahaman yang disampaikan Anies.

Melting pot digunakan untuk menggambarkan perpaduan kebangsaan, budaya, dan etnis. Diibaratkan seperti semangkok bubur dengan beragam bahan, seperti bawang, jagung, gula, santan, dan beras yang ketika dimasak otomatis akan menghilangkan bentuk asalnya dan melebur menjadi satu, yaitu menjadi bubur. Dalam konteks ini, jika Anies mengatakan bahwa Jakarta adalah melting pot peneliti menilai bahwa ia mencoba mengalienasi eksistensi ragam suku, agama, budaya, dan sumber daya menjadi satu. Anies mencoba melakukan penyeragaman, bukan mengakomodasi keragaman. Sementara, dengan keragaman Jakarta yang ramai kita sebut-sebut sebagai minatur Indonesia membutuhkan dialog yang lebih matang dalam eksistensi masing-masing suku, agama, budaya, dan sumber daya dalam "mangkok" bernama Jakarta. Mungkin lebih tepat jika menggunakan metafor salad bowl yang juga merupakan penggambaran dari filosofi keragaman juga, namun berbeda. Salad bowl ibarat semangkok salad yang terdiri dari ragam sayuran, tomat, hingga daging, namun tidak menghilangkan bentuk asal dan akan tetap menampakkan masing-masing bagian, tapi membentuk satu kesatuan yang bernama salad, meskipun sudah diberi dressing namun tetap masing-masing bagian berdiri sendiri dan memiliki peran sendiri-sendiri. Jika merunut pada konteks yang ingin dimaknai Anies, bahwa Jakarta sebagai tempat berkumpul orang-orang dari seluruh nusantara bahkan dunia, maka menurut penilaian peneliti, akan lebih tepat jika metafor yang digunakan adalah salad bowl, dan kurang tepat apabila menggunakan metafor melting pot untuk menggambarkan situasi yang ada di Jakarta. Penggunaan salam pembuka dan salam penutup yang kurang harmonis juga cukup menarik perhatian peneliti. Pada salam pembuka, Anies menyampaikannya dengan salam berbagai agama dan kepercayaan yang cukup menarik dilakukannya untuk menunjukkan figurnya sebagai pemimpin yang pluralis, namun di salam penutup Anies menutup pidatonya dengan doa dan harapan kedepannya dengan ditutup salam dari agama Islam saja. Menurut penilaian peneliti, Anies mencoba menampilkan karakter dirinya sebagai

Universitas Sumatera Utara pemimpin yang juga agamis dan religius setelah berhasil menjadi pemimpin di ibu kota yang mendapat dukungan dari banyak kaum ulama.

Universitas Sumatera Utara

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil temuan data yang telah disajikan dalam bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Secara keseluruhan, inti dari pidato politik perdana Anies Baswedan sebagai gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022 adalah menyerukan keadilan bagi rakyat serta persatuan dan kesatuan yang tidak hanya rakyat tapi juga seluruh elemen kepemimpinan di DKI Jakarta untuk bersama- sama membangun kota Jakarta. Dalam pidatonya, Anies menyerukan prioritas-prioritas visinya sebagai gubernur melalui pengaplikasian Pancasila yang diharapkan dapat terealisasi di Jakarta. Hal ini banyak terlihat disetiap bagian dalam pidatonya Anies kerap menggunakan istilah- istilah atau adagium kedaerahan yang makna nya mengandung nilai dari butir-butir Pancasila. Selain itu, Anies juga memuat kutipan-kutipan dari tokoh-tokoh yang memiliki pengaruh seperti Bung Karno dan M.H. Thamrin dalam pidatonya.

2. Dramatisme yang terdapat dalam pidatonya, Anies banyak menekankan pada bentuk karakter dan citra dirinya sebagai pemimpin baru. Penekanan tersebut diantaranya menjelaskan bagaimana Anies mengkonstruksi pesan agar terbentuk citra dirinya sebagai pemimpin yang agamis namun juga menjunjung tinggi pluralisme, hal itu juga terlihat dari pengutipan istilah- istilah dari berbagai daerah yang diucapkan Anies untuk mengkonstruksi visi nya. Selain itu, Anies juga menampilkan citra sebagai sosok pemimpin yang menghormati sejarah dan belajar dari sejarah tersebut untuk masa depan kota yang lebih baik. Terdapat motif tindakan yang ditampilkan secara tersurat kebanyakan dalam bentuk kalimat ajakan, pengandaian dan kiasan, serta janji. Namun secara tidak langsung motif tindakan yang

Universitas Sumatera Utara dilakukan adalah tindakan memerintah, pemberian harapan kepada masyarakat, dan tindakan menghakimi pemerintahan sebelumnya. Selain itu, penggunaan kata pribumi yang pro-kontra merupakan leksikal yang menggambarkan keadaan masa lalu. Konteks sejarah yang ingin dikonstruksi Anies pada pidatonya merupakan bentuk pembelajaran atau sebagai contoh untuk membakar semangat rakyat agar bersatu dalam membangun kota Jakarta. Walau memang sejak era reformasi sudah terdapat aturan dalam pelarangan penggunaan kata pribumi.

5.2 Saran

1. Salah satu kelemahan dari penelitian ini yang ke depannya dapat menjadi fokus pertimbangan untuk penelitian berikutnya adalah objek penelitian berupa teks pidato yang menyangkut aspek kehidupan bernegara yang sangat luas, dan tidak bisa hanya dipandang dari satu aspek saja menjadikan penelitian ini mempunyai beragam macam asumsi makna dibalik berbagai istilah yang bersifat interpretatif.

2. Pidato politik memiliki kajian yang luas yang menyangkut berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara sehingga baik untuk dijadikan sebagai salah satu referensi penelitian untuk memahami motif dibalik penyampaiannya.

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR REFERENSI

Akmajian, Adrian, dkk. (2001) Linguistic, An Introduction to Language and Communication. Massachussets: The Massachussets Institute of Technology Press Ardianto, Elvinaro. (2007) Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: Simbosa Rekatama Media Burke, Kenneth (1950) A Rhetoric of Motives. Los Angeles: University of California Press ______(1965) A Grammar of Motives. Los Angeles: University of California Press Denzin, Norman K., (1992) Symbolic Interactionism and Cultural Studies: The Politics of Interpretation. Oxford: Blackwell Publishing Griffin, E.M., (2005) A First Look at Communication Theory. New York: Mc Graw Hill Hamad, Ibnu. (2004) Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa: Sebuah Studi Critical Discourse Analysis terhadap Berita-berita Politik. Jakarta: Granit Heath, Robert L. (2013) Encyclopedia of Public Re lation. California: Sage Publication Kaid, Linda Lee, (2004). Handbook of Political Communication research. New Jersey: Lawrance Erlbaum Associates Publisher ______dan Christina Holtz-Bacha, (2008) Encyclopedia of Political Communication. Sage Publications: California Kuypers Jim A. (2009) Rhetorical Critism: Perspectives in Action. Lanham: Lexington Books Littlejohn, Stephen W., (2009) Encyclopedia of Communication Theory. California: Sage Publications Miller, Katherine. (2005). Communication Theories, Perspectives, Processes, and Context. Singapore: Mc Graw Hill Morissan (2009) Teori Komunikasi Organisasi. Jakarta: Ghalia Indonesia Mulyana, Deddy. (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya

Universitas Sumatera Utara Nimmo, Dan. (2005). Komunikasi Politik, Komunikator, Pesan, dan Media. Bandung: Remaja Rosdakarya Turner, Lynn H dan Richard West, (2007). Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika

Sumber lain: Hamad, Ibnu. (2006). Komunikasi sebagai wacana. Bandung: Universitas Islam Bandung dalam jurnal komunikasi Mediator

http://ejournal.unisba.ac.id/index.php/mediator/article/view/1282

Situmorang, Ria. (2015). Dramatisme Pidato Kenegaraan Pertama Presiden Joko Widodo. Medan: Universitas Sumatera Utara

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/50318 diakses pada 14 November 2017

Winosa, Yosi. (2013). Dramatisme Berita Televisi dan Imparsialitas Media: Jakarta: Universitas Indoneisa

Journal of the Kenneth Burke Society section Some Uses of Burke in Communication Studies

http://www.kbjournal.org/node/104 The diakses pada Januari 2018 http://sipuu.setkab.go.id/puu http://www.instagram.com/@aniesbaswedan https://id.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_umum_Gubernur_DKI_Jakarta_2017 https://www.kompasiana.com/iikrkem/pilgub-dki-2017-demokrasi-dan- perubahan_58a2bf62dc93733a07d81a4d http://www.tribunnews.com/metropolitan/2017/10/16/rangkaian-acara-pelantikan- anies-sandi-setelah-dilantik-jalan-kaki-dari-istana-ke-balai-kota?page=3 http://nasional.kompas.com/read/2017/10/18/09115361/sehari-jadi-gubernur-dki- anies-baswedan-dilaporkan-ke-polisi-karena-kata https://id.wikipedia.org/wiki/Anies_Baswedan diakses pada 5 April 2018 pukul 17:51 http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-41634801 diakses pada 5 April 2018 pukul 19:15

Universitas Sumatera Utara http://politiktoday.com/tak-didukung-ulama-dan-habaib-bukti-anies-tokoh- pluralisme/ diakses pada 25 Maret 2018 pukul 21.00 WIB https://megapolitan.kompas.com/read/2015/02/05/14184541/Menurut.Survei.Baha giakah.Warga.DKI.Jakarta. diakses pada 27 Maret 2018 pukul 18:18 https://kumparan.com/@kumparannews/7-provinsi-paling-bahagia-di-indonesia diakses pada 27 Maret 2018 pukul 18:23 http://jakartamajubersama.com/kenali-anies-baswedan-sandiaga-uno diakses pada 27 Maret 2018 pukul 20:42 https://www.kompasiana.com/pardosi/59e5bfec7461b160824f4c22/sedikit- koreksi-pepatah-batak-gubernur-anies diakses pada 27 Maret 2018 pukul 17:00 https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Jakarta diakses pada tanggan 28 Maret 2018 pukul 18:30 https://en.wikipedia.org/wiki/Melting_pot diakses pada 27 Maret 2018 pukul 21:52 http://www.swamedium.com/2017/10/27/soal-sejarah-kolonialisme-di-jakarta- remy-silado-ngawur/ diakses pada 9 April 2018 pukul 21:02 https://tirto.id/asal-usul-dan-politik-kata-pribumi- diakses pada 18 April 2018 pukul 19:28 https://geotimes.co.id/kolom/politik/pribumi-anies-2019-dan-politik-sentrifugal/ diakses pada 18 April 2018 pukul 19:50 https://fokus.tempo.co/read/1025633/kontroversi-kata-pribumi-di-pidato- gubernur-anies-baswedan diakses pada 18 April 2018 pukul 19:54

Universitas Sumatera Utara

L A M P I R AN

Universitas Sumatera Utara

Bismillahirrahmaanirrahiim. Alhamdulillahi rabbil alamin. Washolatu wassalamu 'ala asrofil ambiya iwal mursalin. Syaidina wahabibina wa maulana muhammadin. wa'ala alihi wasohbihi aj ma'in. Amma ba'du.

Saudara-saudara semua warga Jakarta. Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Salam sejahtera. Om swastiastu. Namo buddhaya.

Lembar baru bagi Jakarta malam hari ini telah dibuka. Saudara semua, hari ini lembar baru kembali dibuka untuk perjalanan panjang kota Jakarta, ketika niat lurus telah dituntaskan ketika ikhtiar gotong royong dalam makna yang sesungguhnya dan didukung dengan doa yang tanpa henti terus dipanjatkan maka pertolongan dan ketetapan Allah SWT telah datang. Tak ada yang bisa menghalangi apa yang telah ditetapkan oleh-Nya. Tak ada pula yang bisa mewujudkan apa yang ditolak oleh-Nya.

Warga Jakarta telah bersuara dan telah terpaut dalam satu rasa yang sama yaitu keadilan bagi semua. Maka dengan mengucap syukur dan doa kepada Allah SWT yang Maha Penolong, Yang Maha Melindungi. Alhamdulillah sebuah fase perjuagan telah terlewati.

Hari ini sebuah amanat besar diletakkan di pundak kami berdua. Sebuah amanat yang harus dipertanggungjawabkan dunia akhirat, hari ini adalah penanda awal perjuangan dalam menghadirkan kebaikan, dalam menghadirkan keadilan yang diharapkan oleh seluruh rakyat Jakarta yaitu maju kotanya, bahagia warganya.

Hari ini, saya dan Bang Sandi dilantik menjadi gubernur dan wakil gubernur, bukan bagi para pemilih kami saja tetapi bagi seluruh warga Jakarta. Kini saatnya bergandengan sebagai sesama saudara dalam satu rumah untuk memajukan kota Jakarta.

Holong manjalak holong, holong manjalak domu. Begitu pepatah Batak mengungkapkan kasih sayang akan mencari kasih sayang, kasih sayang akan menciptakan persatuan. Ikatan yang kemarin sempat tercerai mari ikat kembali. Mari kita rajut kembali, mari kita kumpulkan energi yang terserak menjadi energi yang terkumpul untuk membangun kota ini bersama sama.

Saudara- saudara hadirin rakyat Jakarta yang dimuliakan Jakarta adalah tempat yang dipenuhi oleh sejarah, setiap sudut di kota ini menyimpan lapisan kisah sejarah yang dilalui ratusan bahkan ribuan tahun. Jakarta tidak dibangun baru kemarin, sejak era Sunda Kelapa, Jayakarta, Batavia hingga kini Jakarta adalah kisah pergerakan peradaban manusia.

Jakarta adalah melting pot. Jakarta adalah pusat berkumpulnya berbagai manusia dari seluruh Nusantara. Bukan hanya Nusantara bahkan berkumpul dari berbagai penjuru dunia. Di kota ini interaksi adalah bagian dari sejarahnya.dan Di kota ini pula masyarakat Betawi telah menjadi sebaik-baiknya tuan rumah bagi Jakarta.

Universitas Sumatera Utara Saudara-saudara sekalian Di kota ini, semua sejarah penting republik ditorehkan. Dua kilometer letaknya dari tempat kita berkumpul, para pemuda berkumpul di Kramat Raya mengumandangkan satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa bersama. Satu km dari tempat kita berkumpul, di situ para perndiri republik, para perintis kemerdekaan berkumpul menyusun visi republik ini, sekarang kita sebut sebagai gedung Pancasila. Di situ mereka merumuskan garis depan, garis besar bagaimana republik ini didirikan. Janji kemerdekaan dituliskan di tempat itu.

Tiga km dari kita berkumpul, Pegangsaan Timur, disana dikumandangkan proklamasi kemerdekaan kita. Saudara-saudara sekalian di tanah ini semua cita cita bangsa diungkapkan karena itu kita tidak boleh di tanah ini justru janji kemerdekaan tak terlunaskan oleh warganya.

Republik ini menjanjikan kesejahteraan maka di ibukota harus hadir kesejahteraan. Republik ini menjanjikan pelindungan maka di ibukota harus ada perlindungan. Republik ini menjanjikan mencerdaskan kehidupan bangsa maka di ibukota harus hadir ikhtiar mencerdaskan kehidupan bangsa.

Dan ketika republik ini tegas tegas mengatakan bahwa visinya adalah menghadirkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, maka insyaallah kita sama-sama tunaikan ikhtiar itu. Di ibukota harus hadir keadlian sosial bagi seluruh warga Jakarta. Dan Jakarta ini satu dari sedikit kota di Indonesia yang merasakan kolonialisme dari dekat, penjajahan di depan mata, selama ratusan tahun.Betul tidak, sekalian? Di tempat lain mungkin penjajahan terasa jauh tapi di Jakarta bagi orang Jakarta yang namanya kolonialisme itu di depan mata. Dirasakan sehari hari. Karena itu bila kita merdeka maka janji janji itu harus terlunaskan bagi warga Jakarta.

Dulu kita semua pribumi ditindas dan dikalahkan. Kini telah merdeka, kini saatnya kita menjadi tuan rumah di negeri sendiri.

Jangan sampai Jakarta ini seperti yang dituliskan pepatah Madura. Itik sik a telor, ayam singerimi.katanya Itik yang bertelor, ayam yang mengerami.

Kita yang bekerja keras untuk merebut kemerdekaan. Kita yang bekerja keras untuk mengusir kolonialisme. Kita semua harus merasakan manfaat kemerdekaan di ibu kota ini. Dan kita menginginkan Jakarta bisa menjadi layaknya sebuah arena aplikasi Pancasila.

Jakarta bukan sekedar kota, dia adalah ibukota. maka di kota ini Pancasila harus mengejawantah, Pancasila harus menjadi kenyataan. Setiap silanya harus terasa dalam keseharian. Dimulai dari hadirnya suasana ketuhanan dalam setiap sendi kehidupan kota. Indonesia bukanlah negara berdasarkan satu agama. Namun Indonesia juga bukan sebuah negara yang alergi agama apalagi anti agama.(sorak) Ketuhanan selayaknya menjadi landasan kehidupan warga dan kehidupan bernegara sebagaimana sila pertama Pancasila. Ketuhanan Yang Maha Esa.

Yang kedua ,prinsip ketuhanan ini diwujudkan dengan hadirnya rasa kemanusiaan, hadir rasa keadilan bagi seluruh rakyat tanpa ada yang terpinggirkan, terugikan, apalagi yang tidak dimanusiakan dalam kehidupannya. Karena itu mari kita hadirkan Jakarta yang manusiawi. Jakarta yang beradab sebagaimana prinsip Pancasila kita sila kedua, kemanusiaan yang adil dan beradab. Perjuangan selanjutnya saudara-saudara sekalian,

Universitas Sumatera Utara menghadirkan persatuan dalam kehidupan kota.

Tidak hanya merayakan keragaman tapi mari kita merayakan persatuan. Seringkali kita melewatkan soal persatuan. Ada pepatah Aceh yang bermakna 'Cilaka rumah tanpa atap, cilaka kampung tanpa guyub'. Persatuan dan keguyuban ini yang harus kita perjuangkan.

Dimulai dari meruntuhkan sekat sekat yang menjadi penghalang interaksi antar komponen masyarakat. Terutama pemisah ruang antar mereka yang mempunyai kemampuan ekonomi dan tidak. Mari kita hadirkan Jakarta yang bersatu bagi semua karena ruang interaksi terbuka bagi semuanya.

Dalam mewujudkan prinsip itu, saudara sekalian mari kita kembalikan musyawarah menjadi tradisi kita. seBagaimana sila keempat di dalam Pancasila kita yang bunyinya? kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Karena itu, majelis-majelis warga akan dihidupkan kembali.

Semua majelis majelis warga dihidupkan, kota ini tidak boleh hanya sekedar perintah gubernur sampai ke bawah. Dengarkan kata rakyat maka kita hidupkan seluruh majelis- majelis yang ada di kota ini.

Ada banyak majelis. Kita hidupkan semuanya. Musyawarah kota terutama untuk menghasilkan kesepakatan dan kesepahaman. Kalau kata orang Minang, istilahnya "tuah sakato" dalam kesepakatan itu terkandung tuah tentang kebermanfaatan.

Yang kelima, di ujungnya dan ini yang paling mendasar. Ini paling penting, yang kita perjuangkan sama sama sepanjang kampanye kemarin. Adalah pelaksanaan sila kelima yang bunyinya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Itu yang akan kita jadikan fondasi persatuan di Jakarta.

Saudara sekalian

Kita jadi ingat pada saat dulu republik ini dibuat, pesannya jelas. Kita tidak hendak membangun satu negara untuk sekelompok orang. Dan Bung Karno mengatakan demikian; Kita hendak membangun satu negara untuk semua bukan untuk satu orang, satu golongan, bukan untuk golongan bangsawan maupun golongan orang kaya tapi untuk semua karena itu saudara sekalian pengambilan kebijakan di kota ini harus lah bisa didasarkan pada kepentingan publik.

Pengelolaan tanah, pengelolaan air, pengelolaan teluk, dan pengelolaan pulau tidak boleh diletakkan atas dasar kepentingan individu. Pengelolaan itu semua tidak boleh untuk kepentingan satu golongan, tidak boleh untuk kepentingan satu perhimpunan, tidak boleh untuk kepentingan korporasi, tetapi itu untuk kepentingan untuk warga Jakarta semua. Semua untuk semua. Jakarta untuk semua. Inilah semangat pembangunan yang kita letakkan sama sama untuk Jakarta.

Bapak ibu sekalian yang saya hormati.

Gubernur dan wakil gubernur tentu menjadi pemimpin bagi semua dan harus menghadirkan keadilan bagi semua. Namun jelas kami tegaskan bahwa tekad kita adalah mengutamakan pembelaan yang nyata kepada mereka yang selama ini tak mampu

Universitas Sumatera Utara membela dirinya sendiri,(sorak) mengangkat mereka yang selama ini terhambat dalam perjuangan mengangkat diri sendiri.

Bang Sandi tadi sudah mengungkapkan komitmen dan paradigma ke depan tentang rencana pembangunan kota ini, Bang Sandi sudah jabarkan bagaimana kita bersama sama membangun dan mengelola kampung, mengelola jalan, sekolah, puskesmas, pasar, angkot dan berbagai aspek kehidupan lainnya.

Seperti kata Bang Sand tadii, ini adalah satu langkah bersama ke depan memastikan Jakarta yang lebih ramah rimpi untuk semua.

Untuk itu, izinkan kami mengajak seluruh warga menjadikan usaha, memajukan kota sebagai sebuah gotong royong, sebagai sebuah gerakan, pembangunan kota ke depan gubernur bukanlah sekadar administrator bagi penduduk kota. Gubernur bukan sekadar penyedia jasa bagi warga yang jadi konsumennya, namun kami bertekad untuk bisa melakukan lebih dari itu. Kami ingin bisa bekerja bersama dengan warga Jakarta, berkolaborasi dengan warga Jakarta sebagai perancang dan pelaku pembangunan.

Dalam pepatah Banjar dikatakan 'Salapik sakaguringan, sabantal sakalang gulu' satu tikar tempat tidur, satu bantal penyangga leher. Kiasan ini bermakna hubungan yang erat antar elemen masyarakat. Saling setia dan saling mendukung satu sama lain. saudara-saudara sekalian inilah Jakarta yang akan kita bangun bersama-sama 5 tahun ke depan.

Selain itu, kami juga mengajak seluruh elemen kepemimpinan di kota Jakarta mulai dari jajaran pemerintah daerah, para wakil rakyat, pemimpin lembaga pertahanan, keamanan dan penegakan hukum mari kita memiliki tekad yang sama yaitu mari kita sama sama hibahkan hidup kita kepada warga Jakarta bukan sebaliknya jangan berbalik menjadi menyedot dari kota dan warganya untuk dibawa pulang ke rumahnya. Tapi hadirlah untuk menghibahkan waktu, tenaga, pikiran, keringat untuk kemajuan kota Jakarta.

Sebuah kearifan lokal dari Minahasa mengingatkan kita 'Si tou timou tumou tou'. Manusia hidup untuk menghidupi orang lain. Menjadi pembawa berkah bagi semua, sebuah pengingat bagi semua manusia namun terutama bagi para pemimpin.

Saudara-saudara sekalian, izinkan dalam kesempatan ini, kami ingin memastikan dan saya akan ucapkan pula nanti saat sidang paripurna di DPR kata kata yang diungkapkan seorang tokoh Betawi. Kata-kata ini terpatri dipatungnya yang terpasang di Lapangan Monas. Setiap pemerintah harus mendekati kemauan rakyat. Inilah sepatutnya dan harus menjadi dasar untuk memerintah.

Pemerintah yang tidak mempedulikan atau menghargakan kemauan rakyat sudah tentu tidak bisa mengambil aturan yang sesuai dengan perasaan rakyat.' Setuju dengan pernyataan itu, saudara-saudara sekalian? Itu adalah kalimat yang diungkapkan salah satu putra terbaik betawi, Muhammad Husni Thamrin. MH Thamrin mengatakan itu dan kalimat itu terpatri di Monas sana. Saya membayangkan orang yang kerja di kota ini baca kalimat ini. renungkan, resapi dan laksanakan. Bagi semua yang mengatasnamakan rakyat Jakarta,ingat kata-kata Husni Thamrin, jalankan kalimat itu; setiap pemerinta harus mendekati kemauan rakyat.

Saudara-saudara semua, perjuangan kita ke depan adalah perjuangan untuk mewujudkan gagasan, kata, dan karya yang selama ini telah kita tekadkan. Kita ingin lakukan tiga-tiganya. Membawa gagasan, membawa kata-kata, dan membawa kerja.

Universitas Sumatera Utara Jadikan sebagai satu rangkaian. Gagasan, kata, kerja. Dengan begitu saudara sekalian, kita ingin Jakarta maju, Jakarta jadi bagian kota modern yang diperhitungkan dunia tapi memiliki akar yang kuat di dalam tradis kebudayaannya. saudara-saudara sekalian, Dengan memohon pertolongan kepada Yang Maha Memberi Pertolongan, mari kita bersama berikhtiar mewujudkan Jakarta yang maju setiap jengkalnya, yang bahagia setiap insan di dalamnya. Semoga Allah SWT membantu ikhtiar kita.

Dan dalam kaitan itu saudara sekalian, izinkan saya sebelum menutup sambutan ini, membacakan sebuah pantun untuk warga Jakarta.

Bekerja giat di Kali Anyar Mencuci mata di Kampung Rawa Luruskan niat teguhkan ikhtiar Bangun Jakarta bahagiakan warganya

Cuaca hangat di Ciracas Tidur pulas di Pondok Indah Mari berkeringat bekerja keras Tulus ikhlas tunaikan amanah

Semoga Allah SWT memudahkan ikhtiar kita, membukakan jalan-jalan yang sekarang sempit, memudahkan menemukan solusi solusi baru, menjauhkan dari segala macam fitnah, menjadikan semua wilayah kota ini baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur, menurunkan keberkahan bagi setiap warganya, memberikan kebahagiaan kepada seluruh insan di kota ini. Laa hawla wa laa quwwata illa billah. Tiada yang kuasa, tiada kekuatan, dan daya upaya selain kehendak Allah. Semoga ikhtiar ini selalu dimudahkan, semoga ikhtiar ini selalu bisa dituntaskan, dan insyaallah keberkahan diberikan kepada kita.

Wallahu muwafiq ila aqwamith thoriq, billahi taufiq wal hidayah. Wassalamu'alaikum Wr. Wb

Universitas Sumatera Utara BIODATA PENELITI

Nama : Mutia Rahma Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 14 Januari1997 Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Alamat : Jalan Garu IV Gang Citra Nomor 70 Medan Telepon/Hp : 0821 1335 1291 Alamat Email : [email protected] Pendidikan : SD Negeri 060924 Medan SMP Negeri 15 Medan SMA Negeri 5 Medan Program Strata 1 (S1) Universitas Sumatera Utara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Departemen Ilmu Komunikasi Anak Ke : 1 dari 3 Bersaudara Nama Orangtua Ayah : Jamal Ibu : Sri Yuniarti Saudara Kandung : Fatiha Augri Abdullah Azzam

Pengalaman Organisasi dan Pelatihan: Pelatihan UKM Ekspor Berbasis Kompetensi oleh Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Sumatera Utara 2016 Pelatihan Jurnalistik Tingkat Lanjut Nasional Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh 2016 Table Manner Courses Hotel Grand Aston 2016 Koordinator Promosi Pers Mahasiswa Pijar USU 2017/2018 Sekretaris Kominfo Ikatan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Indonesia Wilayah 1 2016/2018 Ketua Divisi Litbang IMAJINASI USU 2017/2018 Penerima Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) Kemenristekdikti 2017 Internship TV ONE News divisi News Gathering 2017

Universitas Sumatera Utara