HUBUNGAN SEJARAH DAN PENGARUH BUDAYA TERHADAP PROSES AKULTURASI ARSITEKTUR MASJID-MASJID TUA ABAD XVI-XX DI

HISTORICAL RELATIONSHIP AND CULTURAL INFLUENCE PROCESS ON ARCHITECTURE ACCULTURATION OLD OF THE XVI-XX CENTURY IN JAKARTA

Sumaiyah Fitriandini Program Studi Teknik Arsitektur, Universitas Gunadarma, [email protected],

Abstrak Masjid-masjid tua di Jakarta, diketahui telah mengalami proses akulturasi arsitektur yang berasal dari kelompok masyarakat yang ada, atau datang ke Jakarta. Maksud dari penelitian ini adalah menganalisis sebaran masjid-masjid tua abad XVI-XX di Jakarta berdasarkan abad berdiri, lokasi, proses akulturasinya, dan menemukan hubungannya terhadap sejarah dan pengaruh budaya yang berkembang di Jakarta pada masa tersebut, melalui pendekatan kuantitatif, dengan teknik analisis deskriptif. Penyebaran agama islam yang sudah masuk ke Jakarta (Jayakarta-Batavia) mulai abad XVI, diiringi dengan keberadaan Suku Jawa di Jakarta pada abad XVI, menjadi simbol kuatnya pengaruh budaya Jawa pada bentuk arsitektur masjid di Jakarta. Masjid-masjid tua yang mengalami proses akulturasi arsitektur adaptasi Jawa paling banyak ditemukan pada abad XVIII- XIX. Terbentuknya komunitas muslim dan pemukiman warga pendatang di Jakarta pada abad XVIII-XIX telah menjadikan kawasan Jakarta Barat dan Jakarta Pusat sebagai kawasan yang paling banyak memiliki peninggalan bangunan masjid-masjid tua di Jakarta. Terbukanya pintu perdagangan maritim yang sedemikian luas, telah membuka peluang besar terjadinya akulturasi budaya di Jakarta pada abad XVIII-XIX. Masjid- masjid tua yang memiliki akulturasi bentuk arsitektur Jawa sebagian besar berada di Kawasan Jakarta Barat dan Jakarta Pusat. Proses akulturasi arsitektur yang mengadopsi bentuk arsitektur non lokal (Timur Tengah, Modern, dan Kolonial Belanda), juga mulai banyak muncul di abad XVIII-XIX, keberadaan masjid-masjid tua yang mengadopsi bentuk arsitektur Timur Tengah-Modern, juga ditemukan sebagian besar berlokasi di kawasan Jakarta Barat. Eksistensi masjid-masjid tua tersebut merepresentasikan simbol sejarah Islam yang tumbuh, berkembang dari masa ke masa sesuai dengan konteks ruang dan waktunya. Kata Kunci: Akulturasi, Arsitektur, Jakarta, Masjid tua

Abstract Old mosques in Jakarta are known to have undergone a process of acculturation of architecture from existing community groups, or coming to Jakarta. The purpose of this research is to analyze the distribution of old mosques in the XVI-XX centuries in Jakarta based on the century of existence, location, acculturation process, and to find their relationship to the history and cultural influences that developed in Jakarta at that time, through a quantitative approach, with descriptive analysis techniques. . The spread of Islam that had entered Jakarta (Jayakarta- Batavia) starting from the XVI century, accompanied by the existence of the Javanese tribe in Jakarta in the XVI century, became a symbol of the strong influence of on the architectural form of mosques in Jakarta. Old mosques that experienced the acculturation process of Javanese adaptation architecture were mostly found in the XVIII-XIX centuries. The formation of the Muslim community and settlements of immigrant residents in Jakarta in the XVIII-XIX centuries has made West Jakarta and Central Jakarta the areas that have the most legacy of old mosques in Jakarta. The opening of such a vast maritime trade door has opened up

Fitriandini, Hubungan Sejarah dan… 157 https://doi.org/10.35760/dk.2020.v19i2.2825

great opportunities for cultural acculturation in Jakarta in the XVIII-XIX centuries. Most of the old mosques that have acculturation of Javanese architectural forms are located in West Jakarta and Central Jakarta. The process of acculturation of architecture that adopted non-local architectural forms (Middle East, Modern, and Dutch Colonial), also began to appear in the XVIII-XIX centuries, the existence of old mosques that adopted the Middle Eastern-Modern architectural form, which were also found mostly located in West Jakarta area. The existence of these old mosques represents a symbol of Islamic history that grows, develops from time to time according to the context of space and time. Keywords: Acculturation, Architecture, Jakarta, Old

PENDAHULUAN (Ghofur, 2015; 69). Kajian mengenai masjid- Jakarta (Jayakarta-Batavia) dikenal masjid tua di Jakarta sudah banyak dilakukan sebagai kota pelabuhan internasional, melalui oleh para peneliti, salah satunya adalah buku pelabuhan sejak abad ke-12. karangan Ashadi yang berjudul “Akulturasi Pelabuhan ini menjadi saksi kedatangan Arsitektur Masjid-Masjid Tua di Jakarta”. bangsa asing dan beberapa suku asli Dalam kajiannya dapat diketahui bahwa ke Jakarta. Kedatangan mereka secara pahwa proses akulturasi arsitektur pada langsung telah memberikan warna pada masjid-masjid tua di Jakarta terjadi melalui kehidupan ekonomi, sosial dan budaya pada proses adaptasi, adopsi, dan sinergi. Proses masyarakatnya, dari dahulu hingga saat ini. adaptasi terjadi, apabila bentuk arsitektur lokal Kedatangan bangsa asing dan suku lain dari dominan terhadap bentuk arsitektur non lokal, Nusantara ke Jakarta, turut serta memberi jika yang terjadi sebaliknya maka prosesnya pengaruh social dan budaya tidak hanya pada adalah adopsi, namun jika keduanya dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat, tapi juga keadaan seimbang maka yang terjadi adalah dijumpai akulturasi budaya pada arsitektur sinergi (Ashadi, 2018;35). bangunan di Jakarta. Kodiran, (1998) Melalui kajian tersebut, diketahui menyebutkan bahwa akulturasi akan terjadi masjid-masjid tua di Jakarta, mengalami apabila terdapat dua kebudayaan atau lebih proses akulturasi arsitektur yang berasal dari yang berbeda sama sekali (asing dan asli) kelompok masyarakat yang ada atau datang di berpadu sehingga proses-proses ataupun Jakarta (Jayakarta-Batavia) seperti Bangsa penebaran unsur-unsur kebudayaan asing Cina (Tionghoa), Arab (Timur Tengah), secara lambat laun diolah sedemikian rupa ke Belanda, dan masyarakat pribumi seperti dalam kebudayaan asli dengan tidak masyarakat Jawa dan Betawi. Penelusuran menghilangkan identitas maupun keasliannya. percampuran budaya pada bangunan masjid- Sebagai bangunan arsitektur pening- masjid tua di Jakarta, dalam kajiannya galan sejarah di Jakarta, bangunan masjid tua difokuskan dalam kurun waktu empat abad merupakan salah satu peninggalan arsitektur dimulai dari abad XVI-XX. Dari hasil lama yang dapat kita temui keberadaanya penelitian Ashadi (2018), penulis bermaksud hingga saat ini. Fungsi masjid menduduki menggali lebih dalam tentang hubungan posisi sentral dalam Islam dan kehidupan sejarah dan pengaruh budaya terhadap proses kaum muslimin, tidak hanya dalam ibadah, akulturasi masjid-masjid tua tersebut, dengan tetapi juga mempengaruhi dalam berbagai menganalisis sebaran masjid-masjid tua di aspek kehidupan mereka. Masjid bukan hanya Jakarta berdasarkan abad berdiri, lokasi, dan sekedar tempat kegiatan ritual-sosial tetapi proses akulturasinya, melalui pendekatan juga merupakan simbol yang tampak kuantitatif, dan teknik analisis deskriptif. bangkitnya sebuah peradaban di dunia muslim Tujuan penelitian ini untuk mengetahui masa

158 Jurnal Ilmiah Desain dan Konstruksi Vol. 19 No. 2 Desember 2020 dimana pembangunan masjid paling banyak budaya yang berkembang di Jakarta pada abad dilakukan, wilayah mana saja yang paling XVI-XX. banyak memiliki peninggalan masjid-masjid tua, dan proses akulturasi yang dominan pada HASIL DAN PEMBAHASAN bentuk arsitektur masjid-masjid tua pada abad Masjid-Masjid Tua Abad XVI-XX di XVI-XX, serta menemukan hubungannya Jakarta terhadap pengaruh budaya dan sejarah islam di Lima ratus tahun yang lalu, Kota Sunda Jakarta. Kelapa merupakan Bandar terbesar di daerah Sunda, wilayah barat Pulau Jawa. Sunda METODOLGI PENELITIAN Kelapa mulai menarik perhatian orang Eropa Penelitian ini menggunakan metode lain melalui Jan Huygen van Lisnchoten, penelitian kuantitatif dengan teknik analisis seorang pelaut Belanda yang menemukan deskriptif. Quantitative research is an rahasia-rahasia perdagangan dan navigasi approach for testing objective theories by bangsa Portugis (Prasetyo, 2020). examining the relationship among variables. Masyarakat Arab mulai datang secara These variables, in turn, can be measured, massal ke Nusantara pada tahun-tahun terakhir typically on instruments, so that numbered abad XVIII. Sejak, permulaan abad XIX data can be analyzed using statistical masyarakat Arab sudah bermukim di kota-kota procedures (Creswell, 2014:32; Wahidmurni, Maritim di khususnya di Batavia 2017). Analisis deskriptif dalam penelitia ini yang saat ini disebut Jakarta, umumnya dilakukan untuk menilai karakteristik dari mereka adalah para pedagang. Hubungan sebuah data. Dalam penelitian ini dilakukan sosial antara masyarakat Arab dengan analisis terhadap sebaran masjid-masjid tua di penduduk setempat melalui hubungan Jakarta berdasarkan abad berdiri, lokasi, perkawinan, dan jalan lain yang dilakukan proses akulturasinya, dan hubungannya adalah dengan membangun masjid sebagai dengan dengan sejarah Islam di Jakarta. media dakwah seperti yang dilakukan oleh Bentuk dataset adalah masjid-masjid tua di Habib Husein bin Abu Bakar Alaydrus Jakarta pada abad XVI-XX yang dikumpulkan membangun masjid, yang kini tersebut dikenal dari buku karangan Ashadi yang berjudul dengan Masjid Luar Batang (Zulkarnen, “Akulturasi Arsitektur Masjid-Masjid Tua di 2018;138-139). Jakarta”. Kemunculan dan perkembangan Islam Tahap awal penelitian ini dilakukan di Nusantara khususnya Jakarta, dapat ditandai dengan cara melakukan pengumpulan dengan banyaknya peninggalan bangunan informasi masjid-masjid tua abad XVI-XX di masjid-masjid tua yang masih dapat di jumpai Jakarta, dari hasil penelitian Ashadi, (2018). keberadaanya hingga saat ini. Masjid-masjid Kemudian informasi tersebut dirubah menjadi tua tersebut lokasinya tersebar di seluruh data, dikelompokkan berdasarkan nama wilayah Jakarta. Masjid-masjid tua abad XVI- masjid, lokasi masjid, abad didirikannya, XX di Jakarta, diketahui telah mengalami pengaruh budayanya, dan proses proses akulturasi arsitektur yang berasal dari akulturasinya. Selanjutnya merubah dataset kelompok masyarakat asli atau pendatang. yang berbentuk teks dan nominal menjadi data Arsitektur lokal adalah bentuk arsitektur numerik dengan bantuan program excel untuk yang merupakan bentuk asli dari kreasi turun- perhitungan jumlah data, di represetasikan temurun suku bangsa di Indonesia, yakni dalam bentuk grafik, kemudian menganalisis bentuk arsitektur tradisional. Berdasarkan karakteristik yang muncul dan menemukan sejarahnya, bentuk arsitektur lokal dapat hubungannya terhadap sejarah dan pengaruh dikaitkan dengan orang-orang pribumi (non

Fitriandini, Hubungan Sejarah dan… 159 https://doi.org/10.35760/dk.2020.v19i2.2825

asing), seperti Betawi, Jawa, , Sumbawa, Tionghoa (bentuk arsitektur Tionghoa), dan Selatan, dan yang lainnya yang orang-orang Barat (bentuk arsitektur Modern) pernah dan berkontribusi dalam pembangunan (Ashadi, 2018; 41). awal masjid-masjid tua di Jakarta. Sementara Tahap awal dalam penelitian ini adalah bentuk arsitektur non lokal adalah bentuk mengumpulkan data masjid-masjid tua abad arsitektur yang merupakan bentuk bukan asli XVI-XX di Jakarta menjadi dataset. Dataset alias bentuk-bentuk arsitektur yang dihasilkan ini berjumlah 30 masjid-masjid tua di Jakarta oleh orang-orang yang datang dari luar (asing), yang telah dikelompokkan berdasarkan nama seperti orang-orang Belanda (bentuk arsitektur masjid lokasi keberadaan masjid, abad berdiri, Kolonial Belanda), Arab (bentuk arsitektur pengaruh budaya dan proses akulturasi seperti Timur Tengah), India (bentuk arsitektur Moor, yang tertera pada tabel 1 .

Tabel 1. Masjid Tua pada Abad XVI-XX di Jakarta Nama Masjid Lokasi Abad Proses Bentuk Berdiri Akulturasi Arsitektur Arsitektur Masjid Al Alam Jakarta Utara 16 Adaptasi Jawa Cilincing Masjid Al Mubarok Jakarta 16 Adaptasi Jawa Kuningan Selatan Masjid Jami’ As Jakarta Timur 17 Adopsi Modern Salafiyah Jatinegara Kaum Masjid Al Alam Jakarta Utara 17 Adaptasi Jawa, Betawi Marunda Masjid Al Atiq Jakarta 17 Sinergi Jawa, Modern Selatan Masjid Al Anshor Jakarta Barat 17 Sinergi Jawa, Betawi, Pekojan Modern Masjid Al Arif Jagal Jakarta Pusat 17 Adaptasi Jawa Senen Masjid Al Ma’mur Jakarta Pusat 18 Adopsi Kolonial, Timur Tanah Abang Tengah Masjid Al Mansyur Jakarta Barat 18 Adopsi Timur Tengah Jembatan Lima Masjid Luar Batang Jakarta Utara 18 Adopsi Timur Tengah, Modern Masjid Jakarta Barat 18 Adaptasi Jawa Baru Masjid An Nawier Jakarta Barat 18 Adopsi Kolonial, Timur Pekojan Tengah Masjid Angke Jakarta Barat 18 Adaptasi Jawa Masjid Jami’ Jakarta Barat 18 Adaptasi Jawa Tambora Masjid Krukut Jakarta Barat 18 Adopsi Timur Tengah, Modern Masjid Jami’ Kebon Jakarta Barat 18 Sinergi Jawa, Kolonial, Jeruk Timur Tengah

160 Jurnal Ilmiah Desain dan Konstruksi Vol. 19 No. 2 Desember 2020

Masjid Al Jakarta Barat 18 Sinergi Jawa ,Timur Mukarromah Tengah Kampung Bandan Masjid Al Islam Jakarta Barat 18 Adaptasi Jawa Tanah Abang Masjid Jami’ At Jakarta Barat 19 Adaptasi Jawa Taibin Senen Masjid Az Zawiyah Jakarta Barat 19 Adopsi Timur Tengah, Pekojan Modern Masjid Langgar Jakarta Barat 19 Adopsi Tionghoa Tinggi Pekojan Masjid Jami’ Jakarta Pusat 19 Adopsi Timur Tengah Matraman Masjid Nurushobah Jakarta Timur 19 Adopsi Timur Tengah Bidaracina Masjid Tangkuban Jakarta 19 Adopsi Modern Perahu Setiabudi Selatan Masjid Al Ma’mur Jakarta Pusat 19 Adaptasi Jawa Cikini Masjid Ar Raudah Jakarta Barat 19 Adaptasi Betawi Pekojan Masjid Nurul Abrar Jakarta Pusat 19 Adaptasi Jawa Mangga Dua Masjid Hidayatullah Jakarta 20 Adopsi Tionghoa Setiabudi Selatan Masjid Maulana Jakarta 20 Adopsi Timur Tengah Hasanudin Cikoko Selatan Masjid Baitul Mughni Jakarta 20 Adopsi Timur Tengah Selatan Sumber: Ashadi, 2018.

Sebaran Masjid-Masjid Tua Abad XVI- melakukan penyerbuan ke Sunda Kelapa pada XX di Jakarta abad XVI (Slamet Muljana, 1980:58; Penelusuran sebaran masjid-masjid tua Lasmiyati, 2009;78). pada abad XVI-XX di Jakarta dimulai dengan Pembangunan masjid semakin menggali berapa banyak masjid yang berdiri meningkat pada masa penguasaan Pangeran pada abad tersebut dan lokasi keberadaannya. Jayakarta pada abad XVII, dimana dia telah Tahap ini dilakukan dengan mengolah dataset mengatur pola kota Jakarta seperti kota islam yang masih berupa campuran data teks dan lainnya di Jawa untuk kegiatan keagamaan, nominal, perlu diringkas dan diubah menjadi pembangunan masjid berada di tengah kota, data numerik melalui excel, dengan dan dijadikan tempat syiar agama Islam (M. melakukan perhitungan jumlah masjid Dien Majid, 1995: 84; Lasmiyati, 2009;79). berdasarkan abad berdiri dan lokasinya, Adanya orang Moor yang menyebarkan agama kemudian di representasikan menjadi sebuah Islam di abad XVII yang tidak hanya syiar grafik statistik (Gambar 1). Hasil statistik dakwah, tetapi juga mendirikan masjid di tersebut menunjukkan bahwa pembangunan pertengahan abad XVIII dengan nama masjid masjid di Jakarta telah dimulai pada abad XVI, Luar Batang (1738), Pekojan (1760), dan selaras dengan sejarah masuknya agama Islam Kebon Jeruk (1786), serta seiring dengan di Jakarta, sejak kemenangan Fatahillah ketika masuknya orang-orang Arab dari ke

Fitriandini, Hubungan Sejarah dan… 161 https://doi.org/10.35760/dk.2020.v19i2.2825

Jakarta yang yang menetap di Betawi mulai sebuah kampong pedangan yang datang dari abad XVII-XVIII, ikut mewarnai penyebaran Arab, Persia, India Tamil dan lain sebagainya agama islam, dan telah mempengaruhi adanya Ridwiyanto, 2011;140). peningkatan pembangunan masjid di Jakarta Sejarah menyebutkan bahwa daerah pada abad XVIII ( Heuken SJ, 1678; Pekojan (Jakarta Barat) yang berperan sebagai Lasmiyati;79). wilayah permukiman pedagang Arab yang Dari hasil statisistik ini ditemukan telah datang ke Jakarta sejak abad XVI. Sunda informasi bahwa pembangunan masjid Kelapa merupakan pelabuhan yang dituju terbanyak dilakukan pada abad XVIII-XIX. pedangan muslim dari Arab, sehingga orang Statistik diatas juga menunjukkan bahwa Arab diberikan tempat pemukiman di Pekojan. sebaran masjid-masjid tua pada abad XVIII Menurut Van Den Berg, migrasi orang Arab paling banyak ditemukan lokasinya berada di Hadramaut dalam skala besar dimulai akhir Kawasan Jakarta Barat, sedangkan pada abad abad XVIII. Orang-orang Arab muncul XIX, sebaran masjid-masjid tua ini paling sebagai kelompok yang hidup di Batavia banyak berada di Kawasan Jakarta Pusat. terutama di pertengahan abad XIX, namun Saat menunggu musim pelayaran pengaruh mereka sangat besar dalam kembali ke negaranya, para pedagang muslim ekonomi-budaya Betawi. Mereka tersebuar yang datang ke pusat Jakarta (Batavia), luas di wilayah Krukut, Pekojan, Tanah biasanya tingal di perkampungan dekat Abang, Kwitang Cawang dan Jatinegara pelabuhan kota. Perkampungan jenis ini (Ridwiyanto, 2011;132-145). dinamai dengan “Pekojan”, yang berarati

Gambar 1. Sebaran masjid-masjid tua abad ke 16-20 di Jakarta Sumber: Analisis Penulis, 2020.

Hasil statistik tersebut menunjukkan di lokasi yang berdekatan dengan pelabuhan bahwa awal pembangunan masjid di Jakarta, yaitu wilayah Jakarta Barat, dan Jakarta Pusat, sesuai dengan penyebaran agama islam yang seiring dengan makin meluasnya penyebaran berawal dari kawasan pelabuhan Sunda Kelapa islam dan pemukiman orang Arab di Jakarta. diwilayah Jakarta Utara, kemudian menyebar

162 Jurnal Ilmiah Desain dan Konstruksi Vol. 19 No. 2 Desember 2020

Proses Akulturasi Arsitektur Masjid- Selanjutnya, jumlah masjid yang Masjid Tua Abad XVI-XX di Jakarta mengadopsi bentuk arsitektur Kolonial-Timur Berdasarkan Abad Berdiri dan Lokasi Tengah, Modern, serta Tionghoa, masing- Selanjutnya, kami melakukan pemetaan masing berjumlah dua (2), masjid yang masjid-masjid tua abad XVI-XX di Jakarta mengadaptasi bentuk arsitektur Betawi, Jawa- berdasarkan proses akulturasinya. Tahap ini Betawi berjumlah masing-masing satu (1), dan dilakukan dengan dengan mengolah dataset terdapat 4 masjid yang mengalami proses pada tabel 1, menjadi data baru yang dengan akulturasi arsitektur sinergi antara bentuk melakukan perhitungan jumlah masjid arsitektur lokal (Jawa dan Betawi) dan non berdasarkan proses akulturasi. lokal (Modern, Kolonial, Timur Tengah) Hasil statistik proses akulturasi (Gambar 2). arsitektur pada masjid-masjid tua di Jakarta Penelusuran hubungan proses akulturasi pada abad XVI-XX, menunjukkan bahwa arsitektur masjid-masjid tua abad XVI-XX di terdapat sepuluh (10) masjid yang mengalami Jakarta dengan sejarah islam di Jakarta proses akulturasi arsitektur adaptasi budaya dilakukan dengan pengelompokan masjid- Jawa, kemudian terdapat enam (5) masjid yang masjid tua berdasarkan proses akulturasi memiliki akulturasi arsitektur adopsi budaya arsitektur, abad berdiri dan lokasi. Hasil Timur Tengah, tiga (3) masjid yang statistik pada gambar 3 menunjukkan bahwa mengalami proses akulturasi adopsi Timur masjid tua abad XVI-XIX mengalami proses Tengah-Modern. akulturasi adaptasi arsitektur Jawa.

Gambar 2. Jumlah Masjid berdasarkan Proses Akulturasi Arsitektur Sumber: Analisis Penulis, 2020.

Fitriandini, Hubungan Sejarah dan… 163 https://doi.org/10.35760/dk.2020.v19i2.2825

Gambar 3. Proses Akulturasi Arsitektur Masjid-masjid Tua di Jakarta berdasarkan Abad Sumber: Analisis Penulis, 2020.

Orang-orang Jawa banyak datang untuk masjid tua yang mulai ditemukan di abad bekerja atau berdagang setelah direbutnya VXII, hal ini sesuai dengan sejarah yang Sunda Kelapa oleh Fatahillah pada Abad XVI. menyebutkan bahwa islam awalnya mengikat Sementara itu, orang-orang Sunda di Sunda orang-orangnya dengan perkawinan campur Kelapa banyak keluar dari Sunda Kelapa dan peleburan tempat tinggal, kemudian setelah Jayakarta muncul. Heuken (2003:23), terjadi pula percampuran bahasa dan budaya di menyebutkan bahwa masjid pertama yang masyarakat yang saling mempengaruhi, dibangun di Jakarta yaitu Masjid Kasultanan sehingga membentuk sebuah etnis baru di Jayakarta menggunakan konstruksi kayu dan Batavia, yaitu Betawi. Kehadiran etnis ‘baru’ bergaya Jawa. Letaknya beberapa puluh meter Betawi ini setidaknya sudah ada sejak sebelum di sebelah selatan Hotel Omni Batavia, yakni abad XIX (Ashadi, 2018:24). di antara Jalan Kali Besar Barat dan Jalan Roa Masjid- masjid tua yang memiliki Malaka Utara, di daerah Jakarta Kota, (Ashadi, akulturasi bentuk arsitektur Jawa sebagian 2018:18). besar berada di Kawasan Jakarta Barat dan Sejarah diatas menunjukkan bahwa Jakarta Pusat. dan Hasil berikutnya penyebaran agama islam yang sudah masuk ke menunjukkan bahwa walaupun pada abad Jakarta (Jayakarta-Batavia) mulai abad XV, XVIII-XIX proses akulturasi adaptasi bentuk diiringi dengan keberadaan Suku Jawa di arsitektur Jawa lebih mendominasi, namun Jakarta pada abad XVI, telah menjadi tonggak proses akulturasi arsitektur yang mengadopsi kuatnya pengaruh budaya Jawa pada bentuk bentuk arsitektur non lokal (Timur Tengah, arsitektur masjid di Jakarta. Masjid-masjid tua Modern dan Kolonial Belanda), juga mulai yang mengalami proses akulturasi arsitektur banyak muncul di abad ini, dan keberadaan adaptasi Jawa paling banyak ditemukan pada masjid-masjid tua yang mengadopsi bentuk abad XVIII. arsitektur Timur Tengah-Modern ditemukan Kemudian adanya pengaruh budaya pada abad XVIII-XX, sebagian besar berlokasi betawi dalam proses akulturasi arsitektur di Kawasan Jakarta Barat (Gambar 4).

164 Jurnal Ilmiah Desain dan Konstruksi Vol. 19 No. 2 Desember 2020

Gambar 4. Proses Akulturasi Arsitektur Masjid-masjid Tua di Jakarta berdasarkan Lokasi Sumber: Analisis Penulis, 2020.

Pangeran Jayakarta selama memerintah Ridwiyanto, 2011;49). Wilayah pada abad XVII membuka luas pintu memiliki luas sekitar 1,3 meter yang melintasi perdagangan maritim bagi berbagi bangsa Jakarta Utara dan Jakarta Barat. seperti Negeri Keling, Bombay, Cina, Terbukanya pintu perdagangan maritim Belanda, Ingris, Gujarat, Abesina, Persia, Arab di Batavia yang sedemikian luas, dan serta bangsa-bangsa dari Asia Tenggara. berkembangnya Batavia sebagai kota dagang Demikan juga kawasan dari Nusantara seperti telah mengundang banyak pedagang dari pedagang dari , Tidore, Ternate, Hitu, Nusantara maupun asing untuk datang ke Kepulauan Maluku, Tuban, Demak, Cirebon Batavia (Jakarta), yang juga membuka peluang dan (Ahmad 2008, Ridwiyanto terjadinya transfer dan akulturasi budaya non 2011;43). lokal secara besar pada abad XVII-XX. Hal ini Saat dibawah kekuasaan Pangeran ditunjukkan dengan adanya pengaruh budaya Jayakarta inilah, orang-orang Belanda Modern, Timur Tengah, Kolonial Belanda dan diizinkan membangun pusat perdagangan. Tionghoa pada bentuk arsitektur masjid- Pada abad XVII Jan pieterszonn Coen, masjid tua di Jakarta. mengubah nama Jayakarta menjadi Batavia. Terdapat 2 bangunan masjid tua yang Pada masa itu, Batavia dijadikan sebagai pusat mendapatkan pengaruh arsitektur Kolonial perdagangan atas kekuasaan Belanda di Belanda juga ditemukan berada di Jakarta Nusantara. Batavia terbujur satu sampai dua Barat dan Jakarta Pusat. Hal ini menunjukkan kilometer diatas potongan tanah sempit yang bahwa, bentuk arsitektur Kolonial Belanda berdekatan dengan sungai yang yang diterapkan dalam bangunan balai kota, terletak di teluk Batavia. Orang-orang batavia dan kantor-kantor dagang di pusat kota berhasil membangun balai kota yang anggun Batavia yaitu di wilayah utara dan barat yang menjadi pusat pemerintahan dan menjadi Jakarta (Kota Tua) pada abad XVII, telah pusat perdagangan batavia yang saat ini lebih memberikan pengaruh juga terhadap bentuk di kenal denga sebutan kota tua (Heuken SJ; arsitektur bangunan masjid di kawasan ini

Fitriandini, Hubungan Sejarah dan… 165 https://doi.org/10.35760/dk.2020.v19i2.2825

(Gambar 5). Hasil statistik pada gambar 5, sejarah yang disebabkan oleh kemampuan juga menunjukkan bahwa pengaruh bentuk masyarakat ketika menangkap dan arsitektur Tionghoa pada masjid-masjid mulai merealisasikan nilai-nilai Islam yang muncul ditemukan pada abad XIX-XX yang berlokasi di suatu kawasan dan merupakan repleksi dari di Kawasan Jakarta Barat dna Jakarta Selatan. potensi kearifan lokal dalam Berdasarkan sejarahnya, keberadaan orang- mangktualisasikan nilai-nilai Islam (Ghofur, orang Tionghoa diketahui pada tahun 1619 2015;77). telah menetap di wilayah Banten, namun Keberadaan masjid-masjid tua yang adanya peningkatan jumlah masyarakat banyak ditemukan wilayah barat Jakarta, Tionghoa di Hindia Belanda baru terjadi pada menunjukkan bahwa sebagai kawasan yang pertengahan abad XIX, ketika dekat dengan pelabuhan, sebuah pusat kota diperkenalkannya Sistem Tanam Paksa. dan perdagangan, kawasan komunitas muslim, Setelah akhir abad XIX, semakin banyak serta pemukiman warga pendatang, maka imigran Tionghoa yang datang ke Indonesia. Kawasan Jakarta Barat dan Jakarta Pusat Sebelum akhir abad XIX, Masyarakat merupakan kawasan vital dan sentral Tionghoa yang datang ke Indonesia penyebaran dakwah agama islam pada abad didominasi oleh kaum pria, kemudian mereka XVI-XX di Jakarta. Proses akulturasi mengawini wanita sentempat dan arsitektur yang terjadi pada masjid-masjid- menyebabkan percampuran antara masjid tua tersebut, juga membuktikan bahwa kebudayaan Tionghoa dan kebudayaan lokal bentuk arsitektur masjid-masjid tua di Jakarta, (Dahana, 2000; 55-57). Yuwono (1996) merupakan cerminan dari sejarah dan menyebutkan bahwa keragaman bentuk pengaruh budaya lokal dan non-lokal yang ikut masjid-masjid tua di Nusantara merupakan hadir dalam ruang kehidupan masyarakat serta cerminan dari keragaman budaya dan realitas bentuk arsitekturnya.

Gambar 5. Proses Akulturasi Arsitektur Masjid-masjid Tua di Jakarta berdasarkan Abad dan Lokasi Sumber: Analisis Penulis, 2020.

166 Jurnal Ilmiah Desain dan Konstruksi Vol. 19 No. 2 Desember 2020

SIMPULAN XIX, sebagian besar juga berada di Kawasan Jakarta (Jayakarta-Batavia) sebagai kota Jakarta Barat. perdagangan mendapat pengaruh besar dari Keberadaan masjid-masjid tua di budaya yang dibawa oleh para pedagang Jakarta, telah menjadi bukti sejarah Nusantara dan pedagang asing. Adanya penyebaran dan dakwah agama Islam di migrasi orang Arab dalam skala besar di akhir Jakarta. Bentuk arsitektur pada masjid-masjid abad XVIII, dan terbentuknya pemukiman tersebut, di pengaruhi oleh beragam budaya arab di Batavia (Jakarta) pada abad XIX, telah dan telah mengalami proses akulturasi memberikan pengaruh besar ekonomi arsitektur adaptasi terhadap bentuk arsitektur ekonomi budaya, sekaligus merupakan masa lokal Jawa dan Betawi, serta adopsi bentuk dakwah penyebaran islam dengan jalan arsitektur non-lokal (Timur Tengah, Modern, pembangunan masjid secara masif di Jakarta. Kolonial, dan Tionghoa). Keberadaan masjid- Kawasan Kota Tua yang merupakan kawasan masjid tua tersebut merupakan simbol historis pusat perdagangan dan pemerintahan Batavia Islam yang tumbuh, berkembang dari masa ke pada abad XVII, dan terbentuknya komunitas masa sesuai dengan konteks ruang dan muslim dan pemukiman orang Arab di Jakarta waktunya. Bentuk arsitektur masjid-masjid tua pada abad XVIII-XIX, telah menjadikan abad XVI-XX di Jakarta, juga menunjukkan Kawasan Jakarta Barat dan Jakarta Pusat adanya akulturasi budaya dalam sendiri-sendi sebagai kawasan yang paling banyak memiliki kehidupan masyarakat yang terwujud dalam peninggalan bangunan masjid-masjid tua di arsitektur bangunannya. Jakarta. Kedatangan orang-orang Jawa dalam skala besar untuk bekerja atau berdagang DAFTAR PUSTAKA setelah direbutnya Sunda Kelapa oleh Ashadi (2018) Akulturasi Arsitektur Fatahillah abad XVI, dan adanya adopsi Jawa Masjid_Masjid Tua di Jakarta, dalam pembentukan pola ruang Kota Jakarta Arsitektur UMJ Press didownload dari: pada masa pemerintahan pangeran Jayakarta https://www.researchgate.net/publicatio abad XVII, telah berperan dalam memberikan n/330275740  diakses 04/01/2020. pengaruh yang kuat adanya akulturasi budaya Dahana, A. (2000) Kegiatan Awal Masyarakat Jawa pada bentuk arsitektur masjid-masjid tua Tionghoa di Indonesia. Vol.2 No.1. abad XVI-XIX. Terbukanya pintu Wacana. Hal 55-57 [online version dari perdagangan maritim di Batavia yang media.neliti] [viewed on 10/02/2020] sedemikian luas, dan berkembangnya Batavia Ghofur, Abd. (2015) Perspektif Hisoris sebagai kota dagang telah mengundang Arkeologis Tentang Keragaman Bentuk banyak pedagang dari Nusantara maupun Bentuk Masjid Tua Di Nusantara, asing untuk datang ke Batavia (Jakarta), yang Media Komunikasi Ilmu-Ilmu Sosial juga membuka peluang terjadinya akulturasi dan Budaya, Vol.2 No.1. p.69-77 [ budaya non lokal secara besar pada abad XVII- online version dari ejornal.uin- XX. Masjid-masjid yang mengalami proses suska.ac.id] [ viewed on 08/02/2020] akulturasi arsitektur adaptasi Jawa paling Khodiran. (1998) Akulturasi debagai banyak ditemukan pada abad XVIII dan Mekanisme Pengaruh Kebudayaan. berada di Kawasan Jakarta Barat dan Jakarta Humaniora No.8. p.87 [online version Pusat Sedangkan, masjid-masjid yang dari jurnal.ugm.ac.id] [viewed on mengadopsi akulturasi bentuk arsitektur Timur 4/02/20] Tengah-Modern ditemukan pada abad XVIII- Lasmiyati. (2009) Penyebaran Agama Islam di Jakarta Abad XVII-XIX. Vol 1 No.1.

Fitriandini, Hubungan Sejarah dan… 167 https://doi.org/10.35760/dk.2020.v19i2.2825

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Wahidmurni (2017) Pemaparan Metode Tradisional Bandung. pp.78-79 [ online Penelitian Kuantitatif, UIN Maulana version dari researchget.net] [viewed on Malik Ibrahim Malang. p.3 online 08/02/2020] version dari repository.uin- Prasetyo, Yudi. Dari Oud Batavia sampai malang.ac.id] viewed on 04/02/2021 Nieuwe Batavia: Sejarah Kota Batavia Zulkarnen (2018) Diaspora Masyarakat 1596-1900 [online version dari Keturunan Arab di Jakarta, Jurnal AL- lppm.stkipgri-sidoarjo.ac.id] [viewed AZHAR INDONESIA SERI on 10/02/2020] HUMANIORA, Vol. 4 No.3, pp.138-139 Ridwiyanto, Agus. (2010) Batavia Sebagai [online version dari jurnal.uai.ac.id] Kota Dagang Pada Abad XVII Sampai [viewed on 10/02/2020] Abad XVIII. Skripsi, Universitas Islam Negeri Hidayatullah

168 Jurnal Ilmiah Desain dan Konstruksi Vol. 19 No. 2 Desember 2020