GEOLOGI DAERAH CIBUNTU DAN SEKITARNYA KECAMATAN PELABUHAN RATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT DAN POTENSI SUMBERDAYA BAHAN GALIAN BATUGAMPING FORMASI CITARATE DAERAH DARMASARI, KECAMATAN BAYAH, KABUPATEN LEBAK, BANTEN

Oleh: Agus Ahmad Patoni 1), Djauhari Noor 2), Muhammad Agus Karmadi 3).

Abstrak

Tujuan penelitian geologi di daerah Cibuntu dan sekitarnya, Kecamatan Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat adalah untuk mengetahui tatanan geologi yang mencangkup geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi dan sejarah geologi. Adapun tujuan analisis potensi sumberdaya batugamping Formasi Citarate daerah Darmasari, Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Banten adalah untuk menghitung cadangan batugamping serta menganalisis unsur-unsur kimiawi batugamping Formasi Citarate sebagai bahan baku industri semen.Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi literalur, pekerjaan lapangan, analisa laboratorium dan studio yang keseluruhan dituangkan dalam laporan tugas akhir. Hasil penelitian dan pemetaan daerah Cibuntu dan sekitarnya, Kecamatan Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat adalah sebagai berikut: Geomorfologi daerah penelitian dapat dibagi menjadi 2 (dua) satuan geomorfologi, yaitu: 1). Satuan geomorfologi perbukitan lipat patahan yang berstadia dewasa dan 2). Satuan geomorfologi dataran alluvial berstadia muda. Pola aliran sungai pada daerah penelitian berpola trellis dan rektangular dengan stadia erosi sungai berada pada tahapan muda dan dewasa. Tatanan batuan yang terdapat di daerah penelitian dari yang tertua ke muda adalah sebagai berikut: Satuan batuan breksi Formasi Jampang yang berumur Miosen Awal dan diendapkan pada lingkungan darat; Satuan batuan batupasir selang-seling batulempung Formasi Jampang Anggota Cikarang yang berumur N6-N8 atau Miosen Awal bagian tengah - Miosen Awal bagian akhir dan diendapkan pada kedalaman 100-200 m atau neritic luar; Satuan batuan batulempung dan batugamping Formasi Cimandiri yang berumur N11-N13 atau kala Miosen Tengah bagian tengah dan diendapkan pada kedalaman 40-90m atau neritik tepi - neritik tengah; Satuan endapan aluvial berupa material lepas berukuran lempung hingga bongkah yang menutupi satuan satuan batuan yang lebih tua. Struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian antiklin Mekarasih dan sinklin Cadasmalang sedangkan struktur sesar yang dijumpai adalah sesar mendatar Cibuntu, sesar mendatar Cibunut, dan sesar mendatar Cigadog. Keseluruhan struktur geologi daerah penelitian terjadi dalam satu periode tektonik yaitu kala Miosen Akhir - Pleistosen dengan arah gaya utama N200ºE atau berarah Timurlaut - Baratdaya. Hasil perhitungan sumberdaya bahan galian batugamping yang terdapat di daerah Darmasari, Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Banten dengan metoda konturing diperoleh cadangan batugamping terindikasi sebesar 1.065.769,53 m³ sedangkan hasil analisis kimiawi unsur-unsur SiO2, Al2O3, Fe2O3 dan MgO dari sampel batugamping yang diambil di daerah penelitian, maka batugamping di daerah penelitian dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku industri semen Portland dengan jenis II .

Kata Kunci : Geomorfologi, Stratigrafi, Struktur Geologi, Potensi Sumberdaya Batugamping

I. PENDAHULUAN Pegunungan Selatan Jawa Barat (van Bemmelen, 1.1. Latar Belakang 1949). Berdasarkan sejarah sedimentasinya daerah Daerah Cibuntu dan sekitarnya, Kecamatan penelitian termasuk kedalam Mandala Cekungan Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat yang dicirikan oleh endapan aliran merupakan perbukitan yang berada pada zona gravitasi, yang kebanyakan berupa fragmen batuan

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 1 beku dan sedimen dengan tektonik yang relatif II. GEOLOGI UMUM aktif (Soejono Martodjojo, 1984). 2.1. Geomorfologi 2.1.1. Fisiografi Jawa Barat Berdasarkan fisiografi dan sejarah Berdasarkan bentuk fisiografinya, Van sedimentasinya maka penulis tertarik melakukan Bemmelen, (1949) membagi fisiografi Jawa Barat penelitian geologi di daerah tersebut. menjadi 4 (empat) zona fisiografi, yaitu (Gambar 2.1): 1.2. Tujuan Penelitian 1. Zona Dataran Pantai Tujuan dari penelitian ini adalah untuk 2. Zona Bogor mengetahui tatanan geologi daerah Cibuntu dan 3. Zona (Zona Depresi Tengah) sekitarnya, Kecamatan Pelabuhan Ratu, Kabupaten 4. Zona Pegunungan Selatan Jawa Barat Sukabumi, Jawa Barat yang meliputi 5. Gunungapi Kuarter. geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi dan sejarah geologi. Hasil dari penelitian ini digambarkan dalam bentuk Peta Geologi, dan Peta Geomorfologi dengan skala 1:25.000.

1.3. Letak, Luas dan Kesampaian Daerah Secara administratif daerah penelitian berada di wilayah Kecamatan Pelabuhan Ratu dan Kecamatan Warungkiara yang termasuk wilayah Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Batas- batas geografis daerah penelitian pada 106° 34’ 00” BT - 106° 39’ 00” BT dan 07° 00’ 00” LS - Gambar 2.1 Fisiografi Jawa Barat (Van 07° 04’ 00” LS. Luas daerah penelitian 7x7km Bemmelen,1949). atau 49km2. Daerah penelitian berjarak ± 52 km sebelah 2.1.2. Geomorfologi Daerah Penelitian baratdaya kota Bogor. Daerah penelitian dapat Berdasarkan pembagian zona fisiografi Van ditempuh sekitar 3-4 jam perjalanan dengan Bemmelen (1949) sebagaimana yang telah menggunakan kendaraan roda dua maupun roda diuraikan diatas dan memperhatikan bentuk- empat melalui jalur Bogor-Sukabumi-Pelabuhan bentuk bentangalam dan batuan-batuan yang Ratu. menyusun bentangalam yang ada di daerah penelitian dapat dimasukan ke dalam Zona Pegunungan Selatan Jawa Barat.

1. Satuan Geomorfologi Perbukitan Lipat Patahan Satuan geomorfologi perbukitan lipat patahan dikontrol oleh struktur perlipatan. Satuan ini dicirikan oleh perbukitan memanjang baratlaut

- tenggara. Satuan geomorfologi ini disusun oleh Gambar 1.1 Peta Lokasi Daerah Penelitian batuan-batuan sedimen yang terlipat yang 1.4. Metodologi Penelitian memperlihatkan bentuk gawir-gawir terjal dan Metode penelitian dan pemetaan geologi kuesta. Satuan geomorfologi ini menempati 80% yang dipakai dalam penelitian ini melalui beberapa dari luas daerah penelitian menyebar di baratlaut tahapan sebagai berikut: (1). Tahap Persiapan sampai tenggara daerah penelitian. Berada pada (Studi Pustaka, Persiapan Lapangan dan ketinggian 250-400m dengan kelerengan berkisar Penyusunan Proposal); (2). Tahap Pekerjaan 10°- 45°. Lapangan (Tahap Pengambilann Data Lapangan); Proses geomorfologi yang bekerja pada (3). Tahap Analisis Laboratorium dan Studio; (4). satuan ini adalah pelapukan berupa lapisan tanah Tahap Penyusunan Laporan Akhir. dengan ketebalan berkisar dari 50cm-3m, hasil

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 2 erosi/denudasi bentangalam menghasilkan bentuk c. Bentuk sungai umumnya lurus dan arusnya alur-alur hingga bentuk lembah hasil torehan air. cenderung deras serta kadang kadang Hasil Pelapukan umumnya masuk kedalam sistem berjeram. sungai di daerah penelitian dan diendapkan sebaga Sungai-sungai yang berada dalam stadia endapan aluvial muda di daerah penelitian terutama terdapat pada Jentera geomorfik satuan geomorfologi anak-anak sungainya. perbukitan lipatan berada dalam tahapan dewasa Sedangkan sungai-sungai dalam stadia erosi yang ditandai oleh bentuk-bentuk bentangalam dewasa di daerah penelitian memiliki ciri-ciri berupa alur-alur dan bentuk lembah dengan relief sebagai berikut: topografi bertekstur kasar dan puncak-puncak a. Erosi ke arah lateral sudah sebanding dengan bukitnya sudah mulai membundar dan melandai. arah vertikal. b. Profil lembah sungai berbentuk menyerupai 2. Satuan Geomorfologi Dataran Aluvial huruf “U” Satuan geomorfologi dataran aluvial c. Bentuk sungai sudah mulai bermeander dan dibentuk oleh hasil pengendapan sungai. Satuan pada saluran sungai sudah dijumpai gosong ini menempati 20 % dari luas daerah penelitian. pasir dan endapan point bar. Satuan ini memiliki relief datar dengan persentase Sungai-sungai yang memiliki tahapan dewasa kelerengan 0°-15°, dengan elevasi berkisar 50- pada daerah penelitian umumnya sungai-sungai 75mdpl. utama. Proses-proses geomorfologi yang teramati pada satuan ini adalah erosi dan sedimentasi 2.2. Stratigrafi membentuk dataran banjir dan point bar. 2.2.1. Stratigrafi Mandala Cekungan Bogor Jentera geomorfik pada satuan ini termasuk Mandala cekungan Bogor berbatasan kedalam stadia muda dikarenakan proses-proses dengan mandala paparan kontinen di utara dan erosi dan sedimentasi masih berlangsung hingga mandala cekungan Banten di bagian barat dan saat ini. batas selatan mandala ini diperkirakan dengan deretan anomali gravitasi positif di lepas Pantai 3. Pola Aliran Sungai dan Stadia Erosi Selatan Pulau Jawa, dan di bagian timurnya Sungai berbatasan dengan cekuang Serayu Selatan. Ditinjau dari aspek geologi yang Mandala cekungan Bogor disusun oleh mempengaruhi seperti kekerasan batuan dan singkapan batuan tertua, berupa komplek melange, struktur geologi yang mengontrol pola pengaliran ditutupi oleh Formasi Ciletuh berupa batulempung, sungai, maka pola aliran sungai di daerah batupasir dengan sisipan breksi, di atasnya secara penelitian berpola trellis. Pola aliran sungai trellis selaras ditutupi Formasi Bayah barupa umumnya dikontrol oleh struktur perlipatan dan di konglomerat, batugamping, batupasir kuarsa, daerah penelitian yang disusun oleh batuan batulempung dengan sisipan batubara. Tidak sedimen dari Formasi Jampang, Anggota Cikarang selaras di atasnya diendapkan Formasi Batuasih, Formasi Jampang dan Formasi Cimandiri yang selanjutnya diendapkan Formasi Rajamandala terlipat dan terpatahkan. berupa batugamping yang berumur Oligo-Miosen. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan Di atas Formasi Rajamandala diendapkan terhadap sungai-sungai yang terdapat di daerah Formasi Citarum yang merupakan bagian luar dari penelitian, maka proses erosi sungai yang sistem kipas aluvial kala Miosen Awal. berkembang di daerah penelitian secara umum Selanjutnya diatasnya diendapkan Formasi berada pada tahapan muda dan tahapan dewasa. Saguling, berupa breksi (endapan turbidit) yang Sungai-sungai dengan proses erosi berada berumur Miosen Tengah. Pada akhir Miosen pada tahapan muda memiliki ciri-ciri sebagai tengah diendapkan secara tidak selaras Formasi berikut: Bojonglopang berupa batugamping dan Formasi a. Proses erosi sungai lebih intensif ke arah Cimandiri berupa batupasir dan batulempung. vertikal dibanding arah lateral. b. Profil lembah sungai yang berbentuk menyerupai huruf “V”.

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 3

Tabel 2.1. Stratigrafi Mandal Cekungan Bogor 1. Satuan Batuan Breksi (Formasi (Soejono Martodjojo, 1984) Jampang) Lingkungan Umur Martodjodjo,1984 Pengendapam K Satuan ini menempati sekitar 35% dari luas u Holosen Aluvial Darat a daerah penelitian, penyebaran satuan ini berada di r bagian tengah daerah penelitian, menyebar dari t Plistosen e barat ke timur. Tersingkap baik di sungai Cibuntu, r Pliosen Formasi Bentang sungai Cilangkap, dan sungai Cipanas. Ketebalan Formasi Beser Darat K Akhir satuan ini dari hasil pengukuran pada penampang E Laut Dangkal geologi ± 500 m. N Formasi Bojonglopang Laut Dangkal O M Z i Tengah Satuan batuan ini dicirikan oleh batu breksi O T o I e s dengan fragmen batuan beku berkomposisi andesi K r e n U s Formasi Lengkong Laut Dalam – basaltis dengan ukuran kerikil hingga bongkah. M i Masa dasar berukuran pasir sedang - pasir kasar. e Awal Laut Dalam r Formasi Jampang Pemerian megaskopis batuan breksi berwarna abu- abu kecoklatan, jenis fragmen polimik, ukuran Oligosen Formasi Bayah Darat- Transisi fragmen 1cm-35cm, bentuk fragmen menyudut- Eosen Formasi Ciletuh Laut dalam menyudut tanggung, kemas terbuka, pemilahan Paleosen Melange Ciletuh Laut Dalam buruk, semen silika, dengan komposisi fragmen Pra Tersier terdiri dari batuan beku dan batuan sedimen. Hasil

analisa petrografi dari fragmen breksi yang 2.2.2. Stratigrafi Daerah Penelitian diambil di LP-04 diketahui fragmen batuan Berdasarkan hasil pengamatan, pengukuran bekunya adalah andesit (William, 1953). dan pengambilan sampel batuan yang tersingkap di daerah penelitian maka secara litostratigrafi di Penentuan umur satuan batuan ini daerah penelitian dapat dikelompokan menjadi 4 didasarkan pada posisi stratigrafinya dimana satuan batuan, yaitu: satuan batuan breksi ditindih secara tidak selaras 1. Satuan Batuan Breksi oleh satuan batuan batupasir selang-seling 2. Satuan Batuan Batupasir Selang Seling batulempung yang berumur Miosen Awal bagian Batulempung tengah - Miosen Awal bagian akhir. Dengan 3. Satuan Batuan Batupasir Selang Seling demikian dapat disimpulkan bahwa umur satuan Batulempung dan Sisipan Batugamping breksi adalah lebih tua dari Miosen Awal bagian 4. Satuan Endapan Aluvial tengah - Miosen Awal bagian akhir. Lingkungan pengendapan satuan batuan breksi ditentukan Tabel 2.2. Stratigrafi Daerah Penelitian dengan melihat ciri litologinya dimana batuan breksi yang ada di daerah penelitian merupakan batuan piroklastik hasil dari aktivitas vulkanisme kala Oligosen Akhir - Awal Miosen. Dengan demikian dapat ditafsirkan bahwa satuan batuan breksi yang ada di daerah penelitian adalah endapan darat.

Kedudukan stratigrafi satuan batuan breksi dengan satuan batuan dibawahnya tidak dijumpai maka dengan demikian satuan batuan breksi yang ada di daerah penelitian merupakan satuan batuan yang tertua, sedangkan hubungan dengan satuan batuan diatasnya yaitu satuan batuan batupasir selang-seling batulempung adalah berubah facies (menjemari).

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 4

Satuan batuan breksi yang tersingkap di menunjukan kisaran kedalaman 500 - 800 meter daerah penelitian memiliki ciri litologi yang sama atau Bathyal Tengah. dengan ciri litologi Formasi Jampang. Dengan Kedudukan stratigrafi satuan batuan demikian maka satuan batuan breksi adalah batupasir selang-seling batulempung dengan sebanding atau sama dengan Formasi Jampang. satuan batuan diatasnya yaitu satuan batuan batulempung selang-seling batupasir sisipan 2. Satuan Batupasir Selang Seling batugamping adalah tidak selaras yang dibuktikan Batulempung. oleh kedudukan lapisan batuan yang tidak sama.

Satuan ini menempati sekitar 50 % dari luas Satuan batuan batupasir selang-seling daerah penelitian, penyebaran satuan ini berada di batulempung yang terdapat di daerah penelitian bagian utara dan selatan lembar peta, tersingkap di memiliki ciri litologi yang sama dengan ciri sungai Cibunut, Ciawi, Cadasmalang dan Cijeruk. litologi Anggota Cikarang Formasi Jampang. Ketebalan satuan ini berdasarkan hasil pengukuran Dengan demikian maka satuan batuan breksi penampang geologi sekitar 765 m. adalah sebanding atau sama dengan Formasi Jampang Anggota Cikarang. Satuan batuan ini dicirikan oleh perselingan batupasir dan batulempung. Mulai dari bagian 3. Satuan Batulempung Selang Seling bawah ke arah bagian atas satuan batuan ini Batupasir Sisipan Batugamping memiliki ketebalan batupasir 5-20cm sedangkan batulempung memiliki ketebalan 5-10 cm. Satuan ini menempati sekitar 10 % dari luas Pemerian secara megaskopis, batupasirnya daerah penelitian, penyebaran satuan ini berada di umumnya berwarna abu-abu terang, bertekstur bagian timur laut dan barat daya daerah penelitian, klastik dengan ukuran butir sedang-kasar, bentuk tersingkap baik di sungai Cipanca, Cisaat dan butir menyudut tanggung – membundar tanggung, Cihaur. Ketebalan satuan ini berdasarkan terpilah baik, kemas terbuka, semen non karbonat, penampang geologi sekitar 475 m. struktur sedimen yang dijumpai berupa laminasi sejajar dan silang siur. Komposisi mineral Ciri litologi satuan batuan ini pada bagian batupasir terdiri dari mineral kuarsa, feldspar dan bawah satuan ini umumnya didominasi oleh fragmen batuan. Batulempung berwarna abu-abu, batulempung, umumnya bersifat karbonatan berukuran lempung, kompak, tersusun dari mineral dengan ketebalan batulempung berkisar 20-40 cm lempung. Berdasarkan hasil analisa petrografi sedangkan batupasir hanya tersingkap di beberapa sayatan tipis batupasir adalah Arcoussic Arenite tempat dengan ketebalan berkisar 5-10 cm. Pada (William, Turner, dan Gilbert, 1954). bagian tengah satuan ini batupasir dan batulempung mulai terlihat berselingan dengan Umur satuan batuan ini berdasarkan ketebalan batupasir berkisar 20 – 80 cm dan persebaran kisaran umur dari fosil foraminifera batulempung berkisar 10-15 cm. Pada bagian atas planktonik dari sampel LP-11 dan LP-38 yang satuan batuan ini perselingan batupasir dan mewakili bagian atas dan bawah satuan diperoleh batulempung dan sisipan batugamping kisaran umur N6-N8.atau Miosen Bawah Bagian memperlihatkan bahwa batupasirnya semakin tebal Tengah - Miosen Bawah Bagian Atas. Umur dan batulempungnya semakin berkurang. kisaran ini ditentukan berdasarkan awal Ketebalan batupasir berkisar 15-60 cm sedangkan kemunculan fosil Globigerinoides Immaturus dan ketebalan batulempung berkisar 5-15 cm. Struktur punahnya Globigerinoides Obliqus. sedimen yang umum dijumpai pada satuan ini adalah struktur sedimen “graded bedding”, struktur Hasil analisa foraminifera benthonik pada “parallel lamination”, struktur “plannar contoh batuan yang diambil di lokasi pengamatan crossbedding” dan struktur “hearing bones”. LP-11 dan LP-38 diperoleh sebaran fosil foraminifera benthonik berupa Robulus sp, Secara megaskopis batulempung berwarna Bolimina spicula, Eponides turcidus yang abu-abu gelap, ukuran butir lempung, komposisi mineral lempung. Batupasir berwarna abu-abu

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 5 kehitaman, ukuran butir pasir halus (1-1,5mm), material hasil pelapukan batuan yang lebih tua bentuk butir membundar tanggung sampai yang diangkut sungai. menyudut tanggung, pemilahan sedang, kemas tertutup, sementasi karbonat. Berdasarkan hasil 2.3. Struktur Geologi analisa petrografi sayatan tipis batupasir adalah Arcoussic Arenite (William, Turner, dan Gilbert, 2.3.1. Struktur Geologi Daerah Penelitian 1954). Batugamping secara megaskopis berwarna Berdasarkan hasil pengamatan lapangan abu-abu keputihan, konstitusi utama berupa yang meliputi pengukuran strike dan dip lapisan butiran/klastik, kemas terbuka, ukuran butir pasir batuan serta adanya indikasi-indikasi struktur, halus - sedang, bentuk butir membundar - maka struktur geologi yang ada di daerah menyudut tangung, masa dasar mikrit. penelitian berupa struktur lipatan dan struktur Berdasarkan hasil analisa petrografi maka nama sesar. batuannya yaitu Wackestone (Dunham, 1962). Umur satuan batuan ini ditentukan 1. Antiklin Mekarasih berdasarkan persebaran kisaran umur dari fosil Penamaan antiklin ini didasarkan pada foraminifera planktonik yang diambil pada lokasi sumbu antiklin yang melewati desa Mekarasih pengamatan LP-61 diperoleh umur kisaran N11-N13 yang berada di bagian tengah daerah penelitian. yang ditentukan oleh awal kemunculan Antiklin ini berarah relatif barat - timur, dengan Globorotalia Mayeri dan punahnya panjang sumbu antiklin 5,5 km. Globigerinoides Subquadratus. Dengan demikian Bukti adanya antiklin Mekarsari di lapangan dapat disimpulkan bahwa umur Satuan batuan berupa pembalikan kedudukan batuan dimana batulempung selang-seling batupasir sisipan kemiringan lapisannya yang saling berlawanan, batugamping adalah N11-N13 atau kala Miosen dimana kedudukan sayap bagian utara berkisar Tengah Bagian tengah - Miosen Tengah Bagian N275ºE-N285ºE dengan besar kemiringan berkisar akhir. 33º-39º sedangkan kedudukan batuan pada sayap bagian selatan berkisar N90º-N125ºE dengan besar Lingkungan pengendapan satuan batupasir kemiringan berkisar 25º - 35º. selang-seling batulempung sisipan batugamping Berdasarkan besar kemiringan pada kedua yang terdapat di daerah penelitian ditentukan sayapnya yang relatif sama, maka antiklin berdasarkan analisa formaminifera bentonik dari Mekarsari diklasifikasikan sebagai antiklin sampel yang diambil pada lokasi pengamatan LP- simetri. 61 dan struktur-struktur sedimen yang dijumpai pada satuan batuan ini. 2. Sinklin Cadasmalang Penamaan sinklin ini berdasarkan sumbu Hasil analisa fosil foraminifera bentonik lipatan yang melewati desa Cadasmalang yang yang terdapat pada lokasi pengamatan LP-61 terletak di bagian selatan daerah penelitian. Sinklin diperoleh kumpulan fosil-fosil Ammonia beccari, ini berarah relatif barat-timur dengan panjang Hyperammina elongata, dan Rotalia beccari sumbu sekitar 3,2km. yang menunjukan kedalaman 40-90 meter dibawah muka air laut atau pada zona neritik tengah - Bukti adanya sinklin Cadasmalang di neritik luar. lapangan berupa pembalikan kedudukan lapisan batuan dimana kemiringan lapisannya yang saling 4. Satuan Endapan Aluvial berhadapan dimana kedudukan lapisan batuan pada sayap bagian utara N90ºE-N125ºE dengan Satuan ini menempati sekitar 5% dari luas besar kemiringan berkisar daerah penelitian dan tersebar di sepanjang sungai 25º-35º. Sedangkan kedudukan batuan pada sayap Cimandiri. Satuan endapan aluvial terdiri dari bagian selatan berkisar N250º-N270º dengan besar material lepas ukuran lempung hingga bongkah kemiringan berkisar 19º-28º. dengan ketebalan endapan berkisar 1-3 meter. Satuan endapan aluvial merupakan endapan dari Berdasarkan besar kemiringan pada kedua sayapnya yang relatif sama, maka sinklin

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 6

Cadasmalang diklasifikasikan sebagai sinklin a. Offset batuan dengan kedudukan bidang simetri. sesar N35ºE/27º. b. Kedudukan bidang sesar N65º E/30º, 3. Sesar Mendatar Cibuntu dengan gores garis 25º, N 230º, pitch 27º. Penamaan sesar mendatar ini didasarkan pada bukti-bukti sesar yang dijumpai di Sungai Berdasarkan gerak relatif dari sesar Cigadog Cibuntu. Panjang sesar Cibuntu diperkirakan maka sesar Cigadog dikenal sebagai sesar Sinistral sekitar 7,3km, dengan arah timurlaut -baratdaya. strike slip fault. Adapun indikasi dari adanya sesar mendatar Cibuntu dilapangan berupa: 2.3.2. Umur dan Mekanisme Pembentukan Struktur Geologi Daerah Penelitian a. Bidang sesar pada breksi dengan kedudukan N220ºE/35º, dan gores garis 32º, N 210º E, Pembentukan struktur geologi yang terdapat pitch 24º. di daerah penelitian terjadi kala Miosen Akhir - b. Bidang sesar pada batupasir dengan Pleistosen dengan arah gaya utama N200ºE atau kedudukan bidang sesar N218ºE/30º, dan berarah relatif baratdaya - timurlaut. gores garis 55º, N220ºE, pitch 33º. Adapun urut-urutan pembentukan struktur Berdasarkan gerak relatif dari sesar Cibuntu dimulai dengan pembentukan struktur lipatan maka sesar Cibuntu dikenal sebagai sesar Sinistral berupa antiklin Mekarasih dan sinklin strike slip fault. cadasmalang yang selanjutnya disusul dengan pembentukan struktur sesar-sesar mendatar yaitu 4. Sesar Mendatar Cibunut sesar mendatar Cibuntu, sesar mendatar Cibunut dan sesar mendatar Cigadog. Penamaan sesar mendatar ini didasarkan pada bukti-bukti sesar yang dijumpai di Sungai 2.4. Sejarah Geologi Daerah Penelitian Cibunut. Panjang sesar ini diperkirakan sekitar 9,2 km, dengan arah memanjang dari timurlaut - Sejarah geologi daerah penelitian dimulai baratdaya. pada kala awal Miosen Bawah yaitu dengan mulai diendapkan satuan batuan breksi Formasi Jampang Adapun indikasi sesar mendatar mengiri di lingkungan laut. Pengendapan satuan batuan cibunut dilapangan berupa: breksi Formasi Jampang berakhir pada kala Miosen Bawah Bagian Tengah. a. Bidang sesar pada breksi dengan kedudukan N205ºE/15º, dengan gores garis 42º, Pada N6 atau kala Miosen Bawah Bagian N210ºE, pitch 24º. Tengah pengendapan masih terus berlangsung b. Offset batuan dengan bidang sesar berarah dengan mulai diendapkannya satuan batuan N215ºE/35º. batupasir selang-seling batulempung Formasi Berdasarkan gerak relatif dari sesar Cibunut Jampang Anggota Cikarang pada kedalaman 500- maka sesar Cibunut dikenal sebagai sesar Sinistral 800meter dibawah permukaan laut atau pada strike slip fault. bathyal atas. Pengendapan satuan batuan batupasir selang-seling batulempung Formasi Jampang 5. Sesar Mendatar Cigadog. Anggota Cikarang berakhir pada N8 atau kala Penamaan sesar mendatar ini didasarkan Miosen Bawah Bagian Akhir. pada bukti sesar yang dijumpai di Sungai Cigadog. Panjang sesar mendatar ini diperkirakan sekitar 6,3 Pada N9 atau kala awal Miosen Tengah km dengan arah timurlaut - baratdaya. daerah penelitian mulai mengalami orogenesa yang mengakibatkan satuan batuan breksi Formasi Adapun indikasi sesar mendatar Cigadog di Jampang dan satuan batuan batupasir selang-seling lapangan berupa: batulempung Formasi Jampang Anggota Cikarang

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 7 terlipat dan terangkat dan orogenesa mulai eksplorasi baik yang dilakukan oleh pengusaha, berhenti pada N10. pemerintah maupun swasta dalam upaya memenuhi kebutuhan industri. Pada N atau awal Miosen Tengah di 11 Batugamping atau batukapur yang daerah penelitian mulai diendapkan satuan batuan merupakan salah satu bahan galian yang banyak batulempung selang-seling batupasir sisipan dimanfaatkan sebagai bahan baku industri sangat batugamping Formasi Cimandiri pada kedalaman ditentukan oleh sifat fisik dan kimianya. 50-120meter atau neritik tengah-neritik luar. Batugamping yang tersusun oleh mineral kalsium Pengendapan satuan batuan ini berakhir pada N 14 karbonat (CaCO ) banyak digunakan dan atau akhir Miosen Tengah. 3 dimanfaatkan sebagai bahan baku industri seperti

bahan baku industri semen, bahan baku industri Pada N atau awal Miosen Atas daerah 15 pupuk, keramik, penetral tanah, bahan bangunan, penelitian mulai mengalami orogenesa kembali ornamen, cat, bahan pemutih dan industri lainnya. yang mengakibatkan satuan batuan breksi Formasi Jampang, satuanbatuan batupasir selang-seling Berdasarkan keterdapatan batugamping batulempung Formasi Jampang Anggota Cikarang yang cukup luas di daerah penelitian, maka penulis dan satuan batuan batulempung selang-seling tertarik untuk menganalisis batugamping Formasi batupasir sisipan batugamping Formasi Cimandiri Citarate yang terdapat di daerah daerah Darmasari, mengalami perlipatan dan mengangkatan Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Banten. kembalimembentuk antiklin Mekarasih dan sinklin Cadasmalang. 3.1.1. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk Pada kala Pliosen orogenesa di daerah mengetahui potensi sumberdaya batugamping serta penelitian terus berlangsung yang mengakibatkan memberikan informasi mengenai data kandungan satuan-satuan batuan dari Formasi Jampang, kimia batugamping dan potensinya untuk bahan Formasi Jampang Anggota Cikarang dan Formasi baku industri semen. Cimandiri mengalami pensesaran menghasilkan sesar-sesar mendatar Cibuntu, Cibunut dan 3.1.2. Letak, Luas dan Kesampaian Daerah Cigadog. Daerah penelitian berada di wilayah Desa Pada kala Pleistosen orogenesa masih terus Darmasari, Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak berlangsung dan diperkirakan daerah penelitian Provinsi Banten. Secara geografis daerah sudah berupa daratan sehingga proses-proses penelitian terletak pada 106° 18’ 28’’-106º 20’ geomorfologi seperti pelapukan, erosi/denudasi 30”BT dan 06° 50’ 00’’- 06º 55’ 00”LS. Luas dan sedimentasi mulai bekerja pada satuan-satuan daerah penelitian adalah 2km x 2km atau seluas 4 2 batuan dari Formasi Jampang, Formasi Jampang km . Anggota Cikarang dan Formasi Cimandiri mulai Daerah desa Darmasari, Kecamatan Bayah, mengalami pelapukan dan erosi. Hasil pelapukan Banten dapat ditempuh dengan menggunakan batuan dan erosi kemudian masuk kedalam sistem kendaraan roda 4 atau roda 2 dengan rute Bogor- sungai yang terdapat di daerah penelitian dan Sukabumi-Pelabuhan Ratu-Bayah dengan waktu diendapkan sebagai endapan aluvial. Proses tempuh 5-6 jam perjalanan. eksogenik ini terus berlangsung hingga saat ini.

III. Potensi Sumberdaya Batugamping Formasi Citarate 3.1. Latar Belakang

Kebutuhan akan data dan informasi mengenai potensi sumberdaya bahan galian dirasakan cukup besar pada saat ini. Hal tersebut Gambar 3.1. Peta Lokasi Daerah Penelitian dapat kita ketahui dengan meningkatnya kegiatan

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 8

3.1.3. Rumusan Masalah 3.2.3. Tahap Analisis

Permasalahan yang dapat dirumuskan dalam Analisis data yang dilakukan adalah analisis penelitian geokimia batugamping Formasi komposisi unsur kimia pada contoh batuan. Wonosari adalah : 3.3. Sumberdaya Bahan Galian 1. Batugamping merupakan bahan galian Pengertian sumber daya dan cadangan industri yang banyak dibutuhkan dalam bahan galian sering kali rancu dalam penggunaan bidang industri, yang belum tersedianya dan pemahamannya. Dalam Standar Nasional data dan informasi batugamping pada (SNI) No. SNI:13-4726-1998 dari daerah penelitian. Badan Standarisasi Nasional (BSN) disebutkan 2. Dalam pemanfaatannya pada bidang industri bahwa: batugamping sangat ditentukan oleh sifat 1. Definisi Sumber Daya Mineral adalah endapan fisik dan kimia, kualitas untuk peruntukan mineral yang diharapkan dapat dimanfaatkan atau pemanfaatannya, dan kuantitas untuk secara nyata. Dengan keyakinan geologi cadangannya. tertentu sumberdaya ini dapat meningkat

menjadi cadangan setelah dilakukan pengkajian 3.2. Metode Penelitian kelayakan tambang dan memenuhi kriteria Metode penelitian yang digunakan pada layak tambang. penelitian ini adalah sebagai berikut: 2. Definisi Cadangan adalah endapan mineral

yang telah diketahui ukuran, bentuk, sebaran, 3.2.1. Tahap Persiapan kuantitas dan kualitasnya secara ekonomis,

teknis, hukum, lingkungan dan sosial. Endapan Pada tahapan ini sebelum dilakukan mineral ini dapat ditambang pada saat estimasi pekerjaan lapangan diperlukan persiapan terlebih dilakukan. dahulu, diantaranya sebagai berikut: Perhitungan kuantitas di daerah penelitian a. Studi kepustakaan atas laporan-laporan hanya sebatas perhitungan sumber daya, karena peneliti terdahulu. tidak dilakukannya pengkajian kelayakan tambang b. Perencanaan pekerjaan lapangan. untuk memenuhi kriteria layak tambang. c. Interpretasi peta RBI Lembar Bayah, skala

1 : 25.000. 3.4. Perhitungan Sumber Daya Bahan Galian d. Peta Geologi Lembar Leuwidamar, Jawa. Dalam perhitungan sumber daya bahan skala 1 : 100.000 (P3G), Bandung. galian di daerah peneltian dibagi menjadi dua

tahapan, yaitu: 3.2.2. Tahap Pekerjaan Lapangan 1. Tahapan perhitungan luas. Dalam perhitungan

luas digunakan metode gridding, yaitu Pada tahapan ini dilakukan pengamatan perhitungan luas yang membagi area pada peta terhadap objek penelitian berupa singkapan batuan yang berbentuk bujur sangkar. yang terdapat didaerah penelitian. Untuk 2. Tahapan perhitungan volume. Dalam mendapatkan singkapan tersebut dilakukan dengan perhitungan volume digunakan metode kontur menyusuri sungai dan jalan pada daerah penelitian. menurut B.C.Craft and M.F.Hawkins (1959) Setelah singkapan didapatkan, maka dilakukan lihat. kegiatan sebagai berikut: Perhitungan cadangan batuan batugamping a. Menetukan posisi objek kedalam peta dengan memakai metoda konturing diperoleh hasil maupun GPS nilai cadangan batugamping sebagai bahan baku b. Melakukan deskripsi secara megaskopis industri semen yang terdapat di daerah penelitian terhadap singkapan batuan adalah sebagai berikut: c. Pengambilan foto dan sketsa sebagai

dokumentasi Volume Batugamping : 463.517,11 m3 d. Pengambilan conto batuan Faktor Kesalahan : 139.055,13 m3

Berat Jenis Batugamping : 2,3 Ton/m3

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 9

Volume Bersih = volume kotor Batugamping - Tabel 3.2. Komposisi Kimia Batugamping Volume Tanah Penutup Pebentuk Bahan Batu Semen (Duda, 1976) = 961.590,38 m3 - 498.073,27 m3 3 = 463.517,11m Duda Duda Duda (1976) LP-1 LP-2 LP-3 (1976) (1976) Sumberdaya Total Batugamping = Volume Bersih No – Faktor kesalahan 30% x BJ 3 3 SiO2 Al2O3 % Fe2O3 % MgO % = 463.517,11m - 139.055,13m x 2,3 3 Ton/m 1 21,4 4,75 5,88 3,61 2,61 = 1.065.769,53 m3 9 2 21,5 2,00 5,60 1,47 3,47 1,48 2,68 4 3.5. Analisa Kimiawi Batugamping Daerah 3 21,7 6,68 3,35 2,65 Penelitian 8

Berdasarkan hasil uji laboratorium terhadap Tabel 3.3. Jenis Komposisi Kimia Semen 3 (tiga) sampel batugamping yang diambil secara Portland Daerah Penelitian random di daerah penelitian diperoleh hasil analisa unsur-unsur kimiawi batugamping sebagai berikut MgO Jenis Semen (Tabel 3.1): No . SiO 2 % Al2O 3 % Fe2O 3 % % Portland 1 21,49 5,88 3,61 2,61 II Tabel 3.1. Hasil Analisa Unsur Unsur 2 21,54 5,60 3,47 2,68 II Kimiawi Batugamping Daerah Penelitian 3 21,78 6,68 3,35 2,65 II 5.

6. IV. KESIMPULAN

7. Berdasarkan hasil pembahasan dari aspek- aspek geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi dan perhitungan cadangan batuan tufa gunungapi di daerah Cibuntu dan Sekitarnya, Kecamatan Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat dan Potensi Sumberdaya Batugamping Formasi Citarate daerah Darmasari, Kecamatan Bayah, 3.5.1. Hasil analisis batugamping dengan bahan Kabupaten Lebak, Banten dapat disimpulkan baku semen menurut SNI. sebagai berikut:

Berdasarkan hasil analisis unsur-unsur 1. Geomorfologi daerah penelitian secara kimiawi batugamping sebagaimana diperlihatkan morfogenesa dapat dibagi menjadi 2 (dua) pada tabel 3.1 dibandingkan dengan persyaratan satuan geomorfologi, yaitu: (a). Satuan batugamping sebagai bahan baku semen menurut Geomorfologi Perbukitan Lipat Patahan yang Duda (1976) dan bahan baku semen portland berstadia dewasa dan (b). Satuan menurut SNI 15-2049-2004 dapat dilihat pada Geomorfologi Dataran Aluvial yang berstadia tabel 2.4.dan tabel 2.5. muda. Pola aliran sungai yang terdapat di daerah penelitian berpola dendritik dengan Berdasarkan perbandingan unsur-unsur stadia erosi sungai muda dan dewasa. kimiawi batugamping dari hasil uji laboratorium batugamping dengan persyaratan bahan baku 2. Tatanan batuan yang terdapat di daerah semen menurut Duda (1976) dan menurut SNI 15- penelitian dari yang tertua dan termuda 2049-2004 terlihat bahwa batugamping formasi adalah: Satuan batuan breksi Formasi Citarate dapat dipakai sebagai bahan baku semen Jampang, berumur Miosen Awal dan portland II.

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 10

diendapkan pada lingkungan laut; Satuan batuan batulempung selang-seling batupasir Blow, W. H. and Postuma J. A., 1969, Range Formasi Jampang Anggota Cikarang berumur Chart, Late Miosen to Recent Planktonic N6-N8 atau Miosen Bawah Bagian Tengah - Foraminifera Biostratigraphy, Proceeding Miosen Tengah Bagian Atas pada kedalaman of The First. 100-200m atau neritic luar; Satuan batuan batulempung selang-seling batupasir sisipan Bouma, Arnold, H, 1962, Sedimentology of some batugamping Formasi Cimandiri yang Flysch deposits: A graphic approach to berumur N11-N14 atau Miosen Tengah Bagian facies interpretation, Amsterdam : Elsevier, Tengah - Miosen Tengah Bagian Atas yang 168 p. diendapkan pada kedalaman 40-90meter atau neritik tepi - neritik tengah; Satuan termuda BSN., 2004. SNI 15-2049-2004, Semen Portland. adalah satuan endapan aluvial berumur Badan Standarisasi Nasional. Holosen. Duda, W. H. 1976, Cement Data Book, ed-2 Mc. 3. Struktur geologi yang dijumpai di daerah Donald dan Evans, London, 601 hal. penelitian adalah struktur lipatan berupa antiklin Mekarasih dan sinklin Cadasmalang. Dunham, R.J., 1962, Classification of Carbonat Struktur sesar berupa sesar geser jurus Rock According to Depositional Texture, Cibunut, sesar geser jurus Cibuntu dan sesar Houston, Texas, USA. geser jurus Cigadog. Struktur geologi di Lobeck, A. K., 1939. Geomorfology : An daerah penelitian terjadi dalam 1 periode Introduction To The Study Of Landscapes, tektonik, yaitu Orogenesa Miosen Akhir (N14) Mc. Graw-Hill Book Company, New York. yang melipat Formasi Jampang, Formasi Jampang Anggota Cikarang dan Formasi Martodjojo, S., dan Pulunggono, A., 1994, Cimandiri terdeformasi menghasilkan Geotektonik Pelau Jawa Sejak Akhir perlipatan, pengangkatan dan pensesaran Mesozoik Hingga Kuarter, Makalah dengan arah gaya utama N 2000 E. Seminar Geologi, Jurusan Teknik, Universitas Gajah Mada, 4. Berdasarkan hasil perhitungan cadangan batugamping dengan memakai metoda Martodjojo, S., 1984, Evolusi Cekungan Bogor konturing diperoleh hasil nilai cadangan Jawa Barat, Disertasi Doktor, ITB, batugamping sebagai bahan baku industri Bandung, Tidak Dipublikasi. semen yang terdapat di daerah penelitian sebesar 1.065.769,53 m3. Sedangkan hasil Noor, Djauhari, 2014. Geomofrologi, Edisi analisa kimiawi batugamping Formasi Pertama, Penerbit Deepublish (CV Budi Citarate cocok dan sesuai untuk bahan baku Utama), Jalan Kaliurang Km 9,3 semen jenis Portland II. Yogyakarta 55581., h.326.ISBN 602280242-6

DAFTAR PUSTAKA Noor, Djauhari, 2014. Pengantar Geologi, Edisi Pertama, Penerbit Deepublish (CV Budi Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional, Utama), Jalan Kaliurang Km 9,3 2000, Peta Rupabumi Digital Lembar Yogyakarta 55581.h.609. ISBN 602280256- Cidadap No. 1208 – 433 dan Lembar 3 Cigenja No. 1208 – 434., Edisi 1, Tahun Noor, Djauhari, 2016. Geologi Dinamis, Penerbit Bemmelen, R. W. Van, 1949, General Geology of Khalifah Mediatama, Komplek Pamulang Indonesia and Adjacent Archipelagoes, elok, Blok K1A, No. 20, Pondok Petir, Government Printing Office, The Hague Bojongsari, Depok, Jawa Barat, Martinus Nijhoff, vol. 1A, Netherlands. h.129.ISBN 978-602-7854-42-0

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 11

Penulis: Noor, Djauhari, 2016. Prinsip Prinsip Stratigrafi, Penerbit Khalifah Mediatama, Komplek 1) Agus Ahmad Patoni alumni (2019) Program Pamulang elok, Blok K1A, No. 20, Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Pondok Petir, Bojongsari, Depok, Jawa Universitas Pakuan. (Email : Barat, h.133.ISBN 978-602-7854-43-7 [email protected])

Phleger, Fred & Parker L. Frances. 1951. 2) Ir. Djauhari Noor, M.Sc. staf dosen Program Foraminifera Species, Part II, Scripps Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Institution Of Oceanography, La Jolla, Universitas Pakuan. California. 3) Ir. Muhammad Agus Karmadi, MT. staf Soekamto, Rab., 1975, Peta Geologi Lembar dosen pada Program Studi Teknik Geologi, Jampang dan Balekambang, Skala 1 : Fakultas Teknik, Universitas Pakuan. 100.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (P3G), Bandung.

Williams, H., Turner, F.J., Gilbert, C.M., 1954, Petrography, An Introduction to The Study of Rock in Thin Sections, W.H. Freeman and Company, New York.

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 12

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 13

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 14

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 15