ORANG MELAYU DI KOTA ABAD XV-XIV

The Malay People in Ternate Town in XV-XIVth Century

Usman Nomay Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Ternate Jl. Dufa-Dufa Pantai Ternate Utara Email: [email protected]

Naskah diterima tanggal 9 Mei 2014. Naskah direvisi tanggal 30 Mei 2014. Naskah disetujui tanggal 6 Juni 2014

Abstrak

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkapkan sejarah orang Melayu di Kota Ternate, kedatangan orang Melayu, dan peranan orang Melayu pada abad 15-16. Metode yang dipakai dalam mendapatkan data adalah metode sejarah, yang terdiri atas; heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Setelah heuristik maka tahap yang kedua adalah kritik atas data yang telah diperoleh. Apakah data tersebut perlu dipakai dan cocok dengan topik yang sedang diteliti atau tidak. Tahapan berikutnya adalah interpertasi. Tahap ini dimaksudkan agar tidak terjadi penerimaan data mentah, tetapi harus ada interpertasi atas data yang telah ditemukan. Kemudian tahapan yang terakhir adalah penulisan atas data yang sudah dianggap valid. Rempah-rempah sebagai komoditi utama yang menjadi salah satu penyebab kehadiraan orang Melayu ke Ternate. Rempah-rempah dibeli dengan harga yang murah di Ternate, dan dijual di wilayah lain akan mendatangkan keuntungan berlipat ganda. Nahkoda Ismail sebagai orang Melayu yang datang dan pergi dari Malaka ke Ternate untuk membawa pedagang Melayu untuk membeli rempah- rempah. Bukti yang masih terlihat hingga sekarang adalah Benteng Gamlamo atau Benteng Orangje. Yang mana benteng ini pernah menjadi gudang penyimpanan barang dagangan orang Melayu. Datuk Maula Husain, orang Melayu yang sangat berperan dalam proses masuk dan berkembangnya Islam di Ternate. Beliau mempunyai suara yang merdu dalam membaca al-Quran sehingga orang Ternate ingin untuk mengikutinya, dan diundang oleh sultan Ternate untuk mengajarkan baca-tulis al-Quran kepada orang-orang yang ada di kesultanan Ternate. Masjid kesultanan Ternate awalnya berada di kampung Melayu, namun setelah itu dipindahkan ke tempat yang sekarang.

Kata kunci: orang Melayu, islamisasi, Ternate

Abstract

This research meants to express the history of Malay people in Ternate Town, the coming of Malay people in Ternate Town, and the role of Malay people in Ternate Town in XV and XVIth century. The research method used history research method for getting the data consist of heuristic,critical,interpretation and historiography. After heuristic, the second step is criticism to the data which had been obtained. What the data require to be used and to correct with the topic that is being checked or not. The next step is interpretation. This step meants in the hope that there is not to be happened by the acceptance of incomplete data, but there is supposed to be interpretation to the data which have been found. And then the last step is writing to the data that had been considered. Spices as especially commodity becoming one cause Malay people to Ternate. Spices bought at the price of cheap in Ternate, and sold in the other region hence will get the coin money. Ismail who was sailor as incoming from Malaka and going to Ternate for bringing the Malay traders to buy the spices. One of evidence which still was seen until now is the existence fortress of Gamlamo or fortress Orangje. Which this fortress had become the stowage of malay people merchanidise. Maula Husain who was Malay people playing a part in entering process and expanding Islam in Ternate. He has the golden voice when he was reading al-Qur’an so that Ternate people want to follow him. He had been invited by sultan Ternate for teaching a reading and writing al-Qur’an to people in Ternate’s sultanate. The mosque of Ternate’s sultanate hitherto still exists and becomes the icon of Ternate’s sultanate. The mosque of Ternate’s Sultanate initially was in Malay village, whereas that the mosque had been moved to a new place until right now.

Keywords : Malay people, islamization, Ternate

Orang Melayu di Kota Ternate Abad XV-XIV - Usman Nomay | 245 PENDAHULUAN ini dimaksudkan untuk mengetahui proses kehadiran dan kedatangan orang Melayu di Kota usantara dihuni oleh ras manusia yang Ternate, dan untuk mengetahui bagaimana peranan menarik dan istimewa, yaitu ras Melayu, orang Melayu di Kota Ternate pada abad 15-16. yang tak dapat ditemui di luar jajaran Sementara kegunaan penelitian ini adalah dari sisi Nkepulauan tersebut. Karena alasan tersebut gugusan teoritis, penelitian ini diharapkan dapat mengetahui pulau ini disebut Kepulauan Nusantara (Wallace, proses kedatangan orang Melayu ke Kota Ternate. 2009:1). Ternate sebagai bandar Jalur Sutera Kemudian penelitian ini juga diharapkan dapat adalah merupakan sebuah peristiwa sejarah yang memberikan, dan menemukan teori-teori baru di dalamnya menggambarkan sebuah kota yang tentang peranan orang Melayu dalam perdagangan tersentuh oleh sebuah peradaban sejak ribuan tahun di Kota Ternate khususnya. Kegunaan praktis, yakni yang lalu. Jauh sebelum datangnya bangsa Eropa diharapkan penelitian ini dapat menjadi acuan (Spanyol, Portugis, dan Inggris) di penghujung abad bagi pemegang kebijakan dalam rangka memperat ke 14. Pedagang-pedagang Cina pada zaman Dinasti hubungan antar suku, ras etnis dan golongan di Han (206 SM-200M) dan Dinasti Tang (1618-1906) Ternate, menjadi bahan acuan bagi penulis lain yang berdasarkan perjalanan mereka menyebutkan suatu ingin menulis tentang orang Melayu, Arab, atau pulau penghasil rempah-rempah yang bernama Mi- orang China di Ternate, dalam fokus kajian yang Li-Ku, kepulauan yang tidak lain adalah Maluku. lain pada abad yang lain. Ternate menjadi tempat rempah-rempah Banyak kajian tentang kemelayuan yang diketahui oleh para pedagang Melayu. Melalui telah dilakukan di baik yang sudah terbit kemahiran akan pengetahuan agama Islam orang dalam bentuk buku maupun dalam tulisan jurnal- Melayu menjalankan fungsi ganda ketika berada jurnal ilmiah. Untuk kepentingan penelitian ini, di Ternate. Fungsi tersebut adalah berdagang beberapa teori yang berkaitan dengan kemelayuan sambil mendakwahkan Islam. Dengan kemampuan perlu diangkat agar terjadi perbedaan tentang mendakwahkan Islam kepada masyarakat di Ternate kemelayuan yang telah tertulis dengan fokus yang kala itu masih terikat dengan kepercayaan penelitian ini. terhadap roh-roh atau animisme. Olehnya itu, Urbanisasi dan adaptasi peranan misi budaya penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui Minangkabau dan Mandailing, buku yang ditulis seberapa besar pengaruh yang dilakukan oleh orang oleh Usman Pelly ini pada bab III menulis tentang Melayu terhadap masyarakat Ternate. etnik Melayu dan peranannya. Pokok pembahasan Dengan berlabuhnya kapal dagangan Arab, yang dibahas olehnya tentang peranan seorang dan Melayu inilah, pengetahuan orang Portugis sultan Melayu yang berperan ganda dalam sebuah akan asal sumber rempah-rempah telah diketahui masyarakat. Sultan Melayu selain sebagai kepala olehnya, melalui pengetahuan akan jalur ke Negara juga berperan sebagai penghulu adat dan ulil kepulauan rempah-rempah (Spice Roads) itu amri (pelindung orang beriman). Fungsi ulil amri Portugis bergegas menuju ke Ternate. Nahkoda sehari-hari dilaksanakan penting dalam birokrasi Ismail, seorang pedagang Melayu, yang mempunyai kemelayuan, tetapi kebanyakan tidak dipegang oleh banyak pengetahuan pelayaran ke Maluku pada Melayu asli, melainkan oleh Melayu pendatang umumnya dan Ternate khususnya, diminta menjadi (Pelly, 2004:51). pilot atau pemandu ekspedisi Portugis. Ismail Djohan Hanafiah dengan judul Melayu-Jawa menggunakan jung China sebagai kapal pemandu, citra budaya dan sejarah Palembang. Pada bab III yang berlayar paling depan menuntun tiga buah poin e dijelaskan tentang Geneologi Elite Melayu- kapal Portugis pimpinan d’Abreau (Amal, 2010:23). Jawa. Elite Melayu-Jawa memerlukan asal-usulnya, Perjalanan yang dipandu oleh nahkoda Ismail itu sehingga sumber kharisma yang memberikan “tuah” akhirnya sampai ke Maluku. (Melayu) atau pulung (Jawa), ternyata mempunyai Berdasarkan beberapa fakta awal yang telah nilai kekharismaan yang sama (1995:66). Orang diungkapkan di atas, maka rumusan masalah yang Melayu di kota abad XVII. Buku ini diangkat dalam penelitian tentang orang Melayu di lebih melihat tentang faktor perdagangan yang Ternate pada abad 15-16 adalah bagaimana proses merupakan motifasi utama kedatangan orang kedatangan dan kehadiran orang Melayu di Kota Melayu ke Makassar pada abad itu. Inti teori yang Ternate dan bagaimana peranan orang Melayu di diungkapkan dalam buku itu bahwa perkembangan Kota Ternate Pada Abad 15-16. Tujuan penelitian jaringan perdagangan orang Melayu bertumpuh

246 | Jurnal “Al-Qalam” Volume 20 Nomor 2 Desember 2014 pada semangat progresif, yang hampir dipraktekkan yang berkepanjangan. Kedua, tantangan para raja oleh semua pedagang Melayu (Nomay, 2009:31). lokal, terutama bagi Portugis, berkenaan dengan Kemudian, buku lain yang ditulis oleh H. sistem yang dibangunnya baik dalam perdagangan, M. Lah Husny dengan judul “Lintasan sejarah politik, maupun konversi agama (Amal: 2009:353). peradaban dan budaya penduduk Melayu-Pesisir Jaringan perdagangan orang Melayu terbentuk Deli Sumatera Timur, 1612-1950. Teori-teori ketika koneksitas “dunia Asia” terdesak oleh upaya yang dikajinya antara lain tentang implementasi kolonisasi Portugis di Malaka sejak tahun 1511. kebudayaan Melayu, dan siapa sajakah manusia Pendudukan Portugis atas Semenanjung Malaka Melayu itu. telah mendorong pedagang-pedagang Melayu Olehnya itu, dapat diberikan sebuah catatan untuk melakukan eksodus besar-besaran, mencari bahwa yang disebut orang Melayu dalam penelitian dunia baru ke kawasan utara, selatan dan belahan ini adalah orang-orang Melayu yang datang dari timur Nusantara. Penyebaran orang Melayu ke beberapa daerah di Indonesia serta luar Indonesia wilayah-wilayah tersebut termotivasi oleh harapan dengan menekuni perdagangan sebagai aktifitas untuk dapat mengembangkan jaringan perdagangan keseharian dan beragama Islam. Karena dagang dan dengan komunitas lain serta penguasa-penguasa Islam merupakan entri point bagi orang Melayu, setempat dan mendapat tempat yang nyaman dari kehadiran nahkoda Ismail dan Datu Maula/Maulana interfensi Portugis. Selain menjadi pemandu Nahkoda Ismail Husein di Ternate pada abad ke 15-16 mempunyai juga merupakan seorang pedagang ulung yang manfaat tentang pola islamisasi masyarakat Ternate memiliki pengetahuan tentang perdagangan hingga sekarang. rempah-rempah di Ternate. Dalam aktifitasnya Ismail bukan saja membeli rempah-rempah, tetapi METODE PENELITIAN terjadi pertukaran barang-dengan pakaian (barter). Proses pecarian data tentang orang Melayu Karena keuntungannya yang berlipat ganda, Ismail di Ternate pada abad 15-16 dilakukan dengan juga mengisi junknya dengan rempah-rempah, dua cara. Pertama dengan menelaah buku-buku kemudian berlayar menuju ke Hitu di Ambon untuk yang membahas tentang orang Melayu. Selain kemudian kembali ke Malaka melalui Gresik. buku, informasi tentang peranan mereka dalam Ada yang mengatakan bahwa pengunjung pembangunan masjid pertama di Ternate di masa pertama Ternate adalah orang Cina, tetapi ada pula itu melalui hasil-hasil penelitian. Misalnya hasil yang mengklaim adalah orang Melayu dan Jawa. penelitian tentang masjid kesultanan Ternate. Kedua Keterangan ini berbeda-beda dan tak ada yang adalah dengan cara mewawancarai sejarahwan dapat memberikan informasi yang pasti. Galvao Ternate yang dianggap sangat kompeten dalam sepertinya lebih cenderung kepada orang Cina, sejarah Maluku, Ternate, dan Jailolo. M. sebab mata uang yang beredar di Ternate kala itu Adnan Amal adalah sejarawan yang selain buku- adalah mata uang Cina, yang disebut fang. Dalam bukunya, namun juga karena beliau masih hidup bahasa lokal Ternate sekarang, kata fang selalu sehingga data wawancara sangat banyak didapat bermakna membayar atau bayar. Tidak sampai beliau. dua tahun setelah kedatangan Serrao di Ternate, Sultan Bayanullah memberikan hak monopoli PEMBAHASAN perdagangan rempah-rempah kepada Portugis. Kedatangan Pedagang Melayu Syahril Muhammad, ada dua alasan yang menjadi Para ahli sejarah sepakat, semua ekspedisi dasar pemberian hak tersebut; pertama, untuk yang dikirim Portugis dan Spanyol ke Maluku meningkatkan kemakmuran rakyat dan pendapatan bertumpu pada satu tujuan: menguasai perdagangan kerajaan, karena Portugis bersedia membayar rempah-rempah Maluku. Karena perlombaan dengan harga yang lebih mahal ketimbang para menemukan Maluku sarat dengan motif ekonomi, pedagang Jawa, Arab dan Melayui. Kedua, untuk sejumlah tantangan menghadang dan mereka harus membangun power bagi kerajaan Ternate dalam memutar otak mencari solusi dan meresponnya. persaingannya dengan kerajaan-kerajaan lain di Dari perjalanan sejarah, berbagai tantangan dan Maluku. Sebab, mempunyai mitra asing dipandang konflik tersebut dapat dikelompokkan ke dalam dua lebih kuat dan lebih handal ketimbang mitra lokal, karena mitra asing Portugis itu memiliki bentuk: Pertama, persaingan ketat Portugis Spanyol persenjataan modern, seperti bedil, meriam dan menyebabkan beberapa perjanjian yang disepakati kanon (Amal, 2009:25). keduanya tidak ditaati dan berakhir dengan konflik

Orang Melayu di Kota Ternate Abad XV-XIV - Usman Nomay | 247 Dengan demikian dapat dikatakan kedatangannya, hanya saja bahwa saat tiba di Ternate bahwa, jauh sebelum kedatangan orang Eropa lalu Jafar Sadiq menikah dengan seorang puteri kemungkinan telah banyak para pedagang Melayu Ternate yang bernama Nur Sifa. Tetapi apakah nama sudah melakukan kontak interaksi peragangan Islam dari puteri ini adalah merupakan nama dari dengan orang Ternate. Bukti penguasaan orang- seorang puteri Melayu pun tidak diceritakan. Hanya orang Portugis atas benteng yang dimiliki oleh saja catatan yang dikemukakan oleh Valentinj bahwa para pedagang Melayu itu sampai kini masih dimasa pemerintahan raja Ternate yang bernama terlihat. Walaupun telah dirubah bentuknya ke Comala atau Etsilli Naay (1304-1317), di Ternate bentuk sebuah benteng sebagimana yang dipahami telah ada orang Jawa dan Melayu, yang mana ibu sekarang. Wujudnya yang sebenarnya sebagai dari raja Ternate itu ternyata orang Melayu. sebuah gudang sudah tidak terlihat lagi. Kedua; adalah catatan yang dikemukakan oleh Berdasarkan beberapa keterangan di atas, Adnan Amal, bahwa setelah orang Negroid maka maka penting untuk diteliti, terutama berkaitan datang dua gelombang orang Melayu, yakni doutro dengan kedatangan orang Melayu ke Ternate. Ketika dan proto seperti telah disebutkan di atas. Hanya orang Melayu datang ke Ternate apa saja yang saja keterangan tentang kedatangan orang Negroid menjadi peran orang Melayu di abad ke 15 dan 16. itu kapan dan apa aktifitas mereka tidak diketahui. Sehingga agak sulit untuk menentukan proses Proses Kedatangan Orang Melayu di Ternate kedatangan dua prototipe orang Melayu ini dan Bernard HM Viekke dalam Nusantara a apa penyebab kedatangannya ke Ternate. Dalam History of Indonesia, yang dikutip oleh Rinto Taib, keterangan catatan itu bahwa ketika datangnya disebutkan bahwa sejak abad ke-10 telah ada orang Melayu proto di Ternate, maka orang struktur negara yang modern di kawasan Moloku Melayu doutro tereliminasikan. Lagi-lagi tidak ada Kie Raha. Semua ini terjadi karena relasi multi keterangan tentang hal ini. Ketiga adalah datangnya seorang pedagang etnik akibat jalinan perdagangan rempah-rempah Melayu dari Bukittingi untuk membeli rempah- yang terbentuk jauh sebelum era Kristus (global rempah sekaligus berdagang. Datuk Maula touch). Rute inilah yang kemudian oleh Baron Husain, merupakan orang Melayu yang banyak Verdinand Van Richthoven disebut sebagai silk sekali mempunyai peranan dalam memberikan road (jalur sutera). Karena faktor rempah-rempah pengetahuan Islam kepada penduduk Ternate. dari kepulauan Ternate yang dominan dalam rute Alfred Russel Wallace, menceritakan kisah perdagangan ini. Hanya kata sutra digunakan perjalanannya ke pulau Makian, salah satu pulau sebagai metafora atas kehalusan budi pekerti yang di Molucca (Ternate) pada tahun 1646 “merekah” terjalin antara hubungan manusia dari berbagai karena sebuah letusan dahsyat sehingga terbentuk bangsa. Sedangkan menurut A. de, Ciercq bahwa di sebuah jurang di satu sisi pulau yang memanjang abad ke-10 di Ternate telah ada pemukiman orang sampai ke jantung gunung itu. Mengutip bahasanya Melayu (Diense, 2008:xv). “ketika saya mengunjungi pulau Makian pada Kedatangan orang Melayu ke Ternate bila tahun 1860, gunung di pulau itu ditumbuhi hutan ditelusuri berdasarkan data-data yang ditemukan sampai ke puncak dan terdapat 12 suku kampung ternyata bervariasi. Hal ini diakibatkan karena Melayu (Wallace, 2009:4). Walaupun keterangan peranan dari orang Melayu itu sendiri. Kemudian dari Wallace ini sangat berbeda hampir tiga abad di sisi yang lain adalah penamaan dan klasifikasi dengan waktu pada penelitian ini, tetapi paling pun berbeda terhadap orang Malayu. Untuk tidak menjadi sebuah keterangan tambahan tentang mempermudah pengetahuan tentang proses betapa banyaknya orang Melayu di Ternate. kedatangan orang Melayu ke Ternate, maka peneliti akan menyampaikan data-data tentang kehadiran Peran Orang Melayu di Ternate Abad XV-XIV orang Melayu ke Ternate dalam tiga kategori. Tentang bagaimana peranan orang Melayu Pertama; cerita rakyat setempat tentang di Kota Ternate pada abad ke 15-16 tentunya kehadiran seseorang yang bernama Jafar Sadiq dibarengi dengan proses kedatang agama Islam. atau Jafar Nuh. Konon bahwa dengan menumpang Karena kebanyakan pedagang Melayu yang datang kapal para pedagang Cina, Jafar Sadiq tiba di ke Kota Ternate beragama Islam. Olehnya itu, untuk Ternate pada hari Senin 6 Muharam 643 H tahun menelusuri peran orang Melayu, maka tentu masuk 1250. Kehadirannya tepat di pantai Rua. Tidak dan berkembangnya agama Islam di Ternate pun digambarkan apa yang menjadi tujuan utama menjadi sasaran penelitian.

248 | Jurnal “Al-Qalam” Volume 20 Nomor 2 Desember 2014 Tentang masuknya agama Islam di kota tinggal di kawasan dua kelurahan ini, Karena antara Ternate, terdapat beberapa keterangan. Ada kelurahan Gamalama tempat beradanya Benteng keterangan bahwa pada abad ke 13 di Maluku sudah Gamlamo (Fort Orangje) dengan kelurahan berdiri kerajaan Ternate yang ibu kotanya terletak di kampung Makassar sangat berdekatan. Dan Sampalu, (pulau Ternate). Selain kerajaan Ternate, kemungkinan sering terjadi kontak dagang antara di Maluku juga telah berdiri kerajaan-kerajaan lain pedagang Melayu dengan pedagang Makassar yang seperti kerajaan Jailolo, Tidore dan Bacan. Di antara berada di kelurahan di mana sekarang masjid an- kerajaan-kerajaan itu, kerajaan Ternate yang paling Nur (sigi cim). Mungkinkah masjid an-Nur (sigi maju. cim) ini adalah merupakan awal mulanya berdiri Dari penulis-penulis Barat menjelaskan masjid kesultanan yang merupakan karya dari orang bahwa agama Islam masuk ke Ternate, pada Melayu. Sebab ketika peneliti melakukan wawancara paruh kedua abad ke-15. Tome Pires yang menulis dengan Raden Samsudin Bahtiar; warga keturunan catatan perjalanannya antara tahun (1521-1515) Melayu asal Palembang, mengatakan bahwa mengatakan bahwa agama Islam telah terdapat di dahulu wilayah pasar Gamalama adalah tempat Maluku sekitar lima puluh tahun yang lalu. Antonio bermukimnya orang Melayu asal Palembang. Sering Galvao yang pernah menjadi kepala orang Portugis disebut dengan kampung Melayu. Namun sekarang di Ternate (1536-1539) dan pengalamannya itu tempat itu tidak lagi menjadi perkampungan orang telah dicatat dalam Histoa das Molucas (1544), Melayu dan telah banyak berdomisili oleh pedagang menyatakan bahwa Islam telah masuk ke kepulauan Cina dan Arab, serta sudah menjadi pusat kota ini delapan puluh tahun yang lalu. Antonio Pegafetta dagang Ternate. yang tiba di Tidore pada tahun 1521, menyebutkan Menjelang beberapa puluh tahun kemudian, bahwa orang-orang Islam itu telah ada di Maluku sebelum masa pemerintahan ayah dari Sultan Zainal kira-kira lima puluh tahun yang lalu. Abidin Syah yang biasa disebut sebagai Kolana Gapi Ada yang mengatakan bahwa agama Islam Baguna yang memerintah dari tahun 1465-1480 masuk di kota Ternate di bawah oleh empat orang datang seorang pedagang dari pulau Sumatera syeh dari Irak, yaitu syeh Mansur, syeh Yakub, syeh (Bukitinggi) yang bernama Datuk Maulana Husain. Umar dan syeh Amin. Dan keempat orang syeh Karena Datuk Maulana Husain mempunyai inilah yang menyiarkan agama Islam di kota Ternate kelebihan dalam menulis ayat-ayat al-Quran dan di pulau dan sekitarnya. Hanya saja dengan huruf yang indah (kaligrafi), sehingga raja tidak diberikan keterangan tentang bagaimana dan keluarganya ingin untuk belajar menulis tulisan proses yang dilakukan dalam menyampaikan ajaran indah yang ditulisnya. Kemudian Datuk Maula Islam ke penduduk Ternate. Husain menyampaikan bahwa sebaiknya bukan saja Ada juga yang mengaitkan dengan kehadiran belajar menulis tulisan indah al-Quran tetapi belajar Jafar Sadiq atau Jafar Nur, yang tiba di Ternate pada juga tentang Islam. Dengan cara demikian banyak hari Senin tanggal 6 Muharam 643 H atau 1250 M penduduk Ternate yang mengikuti dan mendalami dan menikah dengan seorang puteri setempat yang Islam (Abdulrahman, 2001:21). bernama Nur Sifa. Jika alasan ini dipakai sebagai Francois Falentijn memberitakan masuknya awal-mula kedatangan orang Islam ke Ternate, Islam di Ternate pada tahun 1465 bertepatan maka Jafar Sadiq adalah orang yang pertama, dan dengan mulainya Datu Maula Husain, seorang ini diperkirakan sekitar abad ke 13. pedagang Melayu dan dai’ Islam melakukan kegiatan Berkaitan dengan lahirnya kota Ternate, dakwahnya (Ahmad, 2000:16). Datuk Maula Husain dapat dikatakan bahwa pada tahun 1304 telah yang menunjukan jalan kepada sulatan Zainal bermukimnya saudagar dari Jawa dan Sumatera di Abidin Syah untuk menutut ilmu agama Islam di kampung Melayu. Tentang kampung Melayu, ketika Sunan Giri, (Ambari, 1998:63). Penulis Belanda dan peneliti wawancara dengan sejarawan Ternate; Portugis yang menentukan masuknya agama Islam Adnan Amal, beliau katakan bahwa kampung di Ternate pada tahun 1468 berdasarkan tarikh Melayu dulu terletak di kelurahan Santiong yang dikaitkan dengan dinobatkannya sultan Zainal sekarang (depan Ternate Mall). Ini berarti bahwa Abidin Syah sebagai sultan Ternate. komunitas orang Melayu memang jauh sebelum Datu Maula Husain, adalah seorang Muslim itu telah ada di Ternate. Hanya saja peran aktifnya yang berpengetahuan Islam yang luas. Pada dalam penyebaran Islam belum berlaku secara waktu-waktu senggang terutama di malam hari ia terbuka. Mungkin awalnya komunitas Melayu membaca al-Quran dengan tilawah yang merdu.

Orang Melayu di Kota Ternate Abad XV-XIV - Usman Nomay | 249 Orang Ternate yang mendengar tilawahnya sangat Atas dasar pengajaran Islam yang diajarkan tertarik dan jumlah pengagumnya makin lama- kepada sultan dan para pengikutnya, maka Datu makin bertambah banyak. Mula-mula mereka hanya Maula Husain bukan saja diangkat sebagai guru mengagumi suara merdu Datu Maula Husain, tetapi mengaji di kerajaan Ternate saat itu, tetapi sultan makin lama timbul kesan dan keinginan untuk mengangkat beliau juga sebagai penasihat di belajar agar mereka juga dapat membaca al-Quran kesultanan Ternate. Sasaran utama tugas penasihat dengan tilawah seperti yang dilakukan oleh Datu adalah memberikan bimbingan pendidikan agama Maula Husein. berupa ibadah syariat (akhirat) dan pendidikan Beberapa di antara pribumi Ternate itu pemerintahan, hal-hal keduniaan (dunia). Inilah menemui Datu Maula Husain dan mengemukakan yang ada dalam struktur susunan lembaga adat hasrat dan keinginan mereka untuk mempelajari Ternate hingga sekarang. Dalam penyebutannya al-Quran. Datu Maula Husain sangat menghargai sering diistilahkan dengan bobato dunia dan bobato keinginan itu dan menyatakan sangat gembira akhirat. apabila mereka juga dapat membaca al-Quran Bobato dunia adalah semua lembaga, badan seperti dirinya. Akan tetapi Datu Maula Husain dan jabatan yang berhubungan dengan urusan menjelaskan bahwa al-Quran adalah kalam Allah keduniaan yang bersifat politik, ekonomi, sosial yang suci, ia adalah firman Tuhan pencipta alam buadaya dan pertahanan keamanan. Sedangkan dari semesta, dan bagi orang Islam al-Quran adalah kitab segi spiritual dan urusan keagamaan ditangan oleh suci yang untuk mempelajarinya orang tersebut Jou Lebe (badan syara). Badan ini dikepalai oleh haruslah lebih dahulu mengucapkan dua kalimah seorang yang menjabat sebagai Khadi. Anggoatanya syahadat dan menghafalnya di luar kepala (Ahmad, terdiri dari para imam, khatib dan para staf 2000:17). pelaksana. Para pejabat di bidang keagamaan terdiri Orang Ternate tidak keberatan dengan dari Khadi atau Qalem, yaitu pejabat tertinggi persyaratan yang diajukan Datu Maula Husain dan dalam urusan keagamaan, yang membawa empat sejak itulah mereka mulai berbondong-bondong orang imam kesultanan; imam Jiko, imam Jawa masuk Islam. Pengajian yang diselenggarakan oleh dan Melayu, imam Sangaji, imam Moti dan imam Datu Maula Husain makin marak di mana-mana Bangsa. dan pelajaran keislaman mulai menyerap lapisan Jabatan lainnya adalah para Khatib, yaitu bawah masyarakat Ternate. Berita pengislaman pejabat pelaksana dakwah dan syariat Islam di bawah orang-orang Ternate melalui tilawah al-Quran dan imam, terdapat enam jabatan Khatib dalam struktur pengajian-pengajian akhirnya sampai juga pada kesultanan Ternate. Tiap Khatib membawahi kalangan istana. Kaicil Marhum mulai mengundang beberapa orang modim (muazin). Keenam orang Datu Maula Husain untuk suatu audensi di istana Khatib tersebut terdiri dari; Khatib Jiko, Khatib Jawa yang dihadiri para Bobato (suatu nama kolektif dan Melayu, Khatib Sangaji, Khatib Moti, Khatib dari para kepala pemerintahan) dan pembesar- Bangsa dan Khatib Juru Tulis (Syah, 2005:100-101). pembesar kerajaan lainnya. Datu Maula Husain Dengan demikian dapat dikatakan bahwa diminta untuk membacakan ayat-ayat suci al- peranan orang Melayu dalam proses islamisasi Quran yang dibawakannya dengan sangat bagus. di Ternate adalah berawal dari contoh yang Baginda sangat terkesan atas tilawah al-Quran oleh ditampakkan oleh orang Melayu sendiri dalam Datu Maula Husain dan dengan spontan baginda penguasaan atas pengetahuan membaca al- dengan diikuti oleh para bobato dan hadirin yang Quran itulah yang dipakai untuk mengajarkan ada mengucapkan dua kalimat syahadat (beragama agama Islam kepada masyarakat Ternate, dengan Islam) yang dipandu oleh Datu Maula Husain. Raja, menjadikan mereka Islam. Ini berarti bahwa ada bobato dan pembesar tinggi kerajaan resmi telah perbedaan dengan daerah-daerah lain dalam memeluk agama Islam. Tidak ada catatan yang proses penerimaan agama Islam. Yang mana kalau memastikan kapan kalangan istana kesultanan di Ternate melalui para pedagang Islam kepada Ternate memeluk Islam. Akan tetapi Kaicil Marhum masyarakat dan kemudian baru dilanjutkan ke raja memegang kekuasaan antara tahun 1465-1486. atau sultan. Mungkin sekitar tahun 1470 Kaicil Marhum telah Pranata-pranata Islam dipadukan dengan beraudensi dengan Datu Maula Husain dan pada lembaga-lembaga adat dan tradisi rakyat. tahun itu juga Kaicil Marhum telah memeluk Islam Adopsi paling mendasar atas institusi Islam (Ahmad, 2000:17). adalah pergantian predian kolano (raja) dengan

250 | Jurnal “Al-Qalam” Volume 20 Nomor 2 Desember 2014 sultan. Tokoh yang harus disebut karena jasanya merupakan tokoh yang dipandang terpelajar. Pada mentransformasikan Islam ke dalam kelembagaan masa kekuasaannya peradaban Islam (civilisasi kerajaan adalah Zainal Abidin, raja Ternate pertama Islam) diterapkan dalam pemerintahan kesultanan yang menggantikan predikat kolano dengan Ternate. Ia menyadari kelemahan-kelemahan sultan. Beliau adalah murid dari Sunan Ampel dan rakyatnya pada umumnya. Sebagai terpelajar ia jebolan sekolah agama Islam Gresik asuhan wali ingin memperbaikinya melalui langkah-langkah yang terkenal itu. Ia adalah sultan Ternate pertama kongkrit dan strategis. Antara lain diterapkannya yang membentuk institusi Islam dalam struktur peraturan (regulasi) sejak tahun 1500 yang pimpinan tertinggi agama Islam di bawah sultan. bertujuan untuk memperbaiki syariat Islam dalam Ia pula menciptakan lembaga baru dalam struktur 4 (empat) hal: 1) Pembatasan poligami, dimana pemerintahan, yaitu hukum bobato dengan tugas rakyat Ternate, yang sudah beragama maupun hakim sekaligus magistraat yang menjadi pembantu belum, seperti yang dikeluhkan oleh Franciscus sultan. Dalam melaksanakan tugas-tugas keseharian Xaverius, bahwa mereka tidak dapat hidup tanpa sultan selalu dibantu oleh pembantu-pembantunya. poligami. Sultan Bayanullah mengenakan sejumlah Gairah keislaman yang ditanamkan oleh Datu persyaratan berat. Sehingga secara formal hampir Maula Husein pada Zainal Abidin Syah terlihat tidak ada celah lagi yang dapat membawa seseorang nyata dengan antusiasnya sang sultan pertama untuk berpoligami. 2) Larangan kumpul kebo menimba ilmu di pulau Jawa, tepatnya di Gresik dan pergundian. Kedua kebiasaan ini terutama pada Sunan Giri. Bahkan sekembali dari Jawa, dilakukan para bobato. Ada bobato yang memelihara sultan membawa beberapa ulama yang kemudian gundik hingga puluhan orang. Sultan Bayanullah berdomisili di sebuah tempat di Ternate yang membuat peraturan; bobato yang memelihara bernama Fala Jawa (rumah Jawa). Secara garis besar gundik tanpa persetujuannya akan dipecat. Sampai etnis yang mendiami Fala Jawa terdir dari orang akhir hayatnya, Bayanullah hanya hidup dengan Melayu, peranakan Arab dan Cina yang telah lama seorang isteri, yaitu Nyai Cili Boki Raja Nukila putri menjadi muslim. Peranan sultan Zainal Abidin tidak Al-Mansyur sultan Tidore, dengan dua orang putera hanya sampai di sini, tetapi sultan Zainal Abidin masing-masing Deyalo dan Boheyat. 3) Biaya dan juga mendirikan pendidikan sekolah agama dan peningset dalam perkawinan yang berlebihan mewajibkan pegawai daerah untuk belajar syariat dipangkas. Peningset yang memberatkan dan Islam di Ternate (Puslitbang Lektur Keagamaan, permintaan-permintaan dalam keluarga perempuan 2010:80). yang berlebihan dilarang. Ia menerapkan syarat Zainal Abidin Syah adalah sultan yang ketika “ijab-kabul” perkawinan baik hal itu dilakukan menduduki tahta kekuasaan menggantikan ayahnya; secara Islam maupun adat. 4) Perempuan wajib maka ada beberapa langkah yang dilakukannya berpakaian secara pantas. Pemakaian “cidaku” atau tentang penyebaran dan permurnian atas Islam di cawat di kalangan laki-laki dilarang, yang ketahuan Ternate. Pertama, sultan Zainal Abidin Syah yang memakai cidaku akan dihukum (Amal, 2003:39). menukar agama Jahiliyah kepada agama Islam di Ternate, dengan menggantikan jabatan Kolano Bangunan Keagamaan Orang Melayu dengan nama jabatan Islam yaitu sultan. Dan yang Peran orang Melayu di Ternate pada abad ke kedua adalah menginstruksikan kepada semua 15 dan 16 dalam bentuk bangunan keagamaan yang penduduk Ternate untuk bergaul dan berbusana hingga sekarang masih terlihat adalah masjid sultan sesuai dengan ajaran Islam. Dan yang ketiga adalah atau dalam bahasa lokal Ternate biasanya disebut menjadikan agama Islam sebagai agama kerajaan “Sigi Lamo”. Sigi terjemahan dari masjid, sedangkan untuk Ternate dan sekitarnya. Dan melalui tiga Lamo maksudnya besar. Ada beberapa versi tentang keputusannya itu, Sultan Zainal Abidin Syah lokasi dimana masjid ini dibangun. Dalam sebuah berkata “agama Islam adalah agama yang benar catatan yang ditulis oleh M. Adnan Amal, bahwa maka saya telah masuk, dan akan mengabdikan diri masjid agung ini dibangun dalam tiga tahapan. kepada agama Islam”. Inilah yang disebut sebagai Sigi Lamo (Masjid Agung) pertama dibangun penerimaan Islam oleh kesultanan Ternate secara ketika Portugis datang ke Ternate dan berhasil resmi, atas jasa dan peranan dari orang Melayu. menjalin kerjasama dengan kesultanan Ternate, Pengganti sultan Zainal Abidin Syah, adalah maka kepada orang Portugis diberikan kesempatan sultan Bayanullah. Di kalangan orang barat, ia untuk membangun Benteng Gamlamo. Di dekat dikenal dengan nama Abu Lais, atau sultan Boleif. Ia lokasi benteng itu telah berdiri sebuah masjid yang

Orang Melayu di Kota Ternate Abad XV-XIV - Usman Nomay | 251 menjadi tempat shalat orang Ternate kala itu. Dan ini berdiri di tengah-tengah kampung Melayu. Masjid merupakan masjid pertama dalam masa kesultanan ini dengan berbentuk segi empat dengan atap lima Ternate yang berbahan kayu. tumpang. Melihat kolasi di mana masjid itu beridiri Pada masa pemerintahan sultan Khaerun, yakni di perkampungan orang Melayu, maka dapat Gubernur Portugis Antonio Galvao (1536-1540) ditarik kesimpulan bahwa masjid tersebut dibangun meminta kepada sultan untuk memindahkan Sigi oleh orang Melayu. Masjid yang dibangun oleh Lamo kira-kira 100 meter dari Benteng Gamlamo. orang Melayu serta kedaton kesultanan Ternate Sultan Khaerun mengabulkan permintaan itu. Tidak merupakan dua bangunan yang memberikan ciri ada keterangan mengapa orang Portugis enggan khas kepada ibu kota kerajaan pada masa kekuasaan untuk berdekatan dengan Benteng Gamlamo sultan Zainal Abidin Syah (Amal, 2009:9). dengan Masjid. Naman menurut peneliti bahwa Salah satu bendera atau petaka kesultanan kebijakan pemindahan masjid ini ke tempat yang Ternate hingga saat ini pun masih terlihat. Pada agak jauh dari benteng karena faktor agama Islam. bendera atau petaka terlihat huruf Arab berbahasa Dan di sisi yang lain yaitu agar komunitas Melayu Melayu yang dapat dibaca. “Almulk Buldan Ternate” yang Islam itu tidak lagi berdekatan dengan pusat . Bendera ini untuk pertama kali digunakan oleh perdagangan Ternate. Bila dibandingkan dengan sultan Zainal Abidin Syah. Tentang siapa yang kondisi kekinian untuk masjid yang dekat dengan memprakarsai bendera yang menjadi ciri khas Benteng Gamlamo adalah masjid an-Nur (masjid dari kesultanan Ternate tidak ada keterangan yang Cim), sekitar 50 meter, yang berada di kelurahan didapat. Kampung Makassar Barat. Sebelum datangnya Portugis dan Belanda orang Melayu telah membuat Budaya Melayu Dalam Tradisi Ternate dan memiliki gudang yang merupakan tempat Budaya Melayu yang mentradisikan di penyimpanan barang dagangan. Yang mana benteng Ternate adalah fenomena kegiatan yang menjadi ini tentunya dibangun oleh pedagang Melayu. adat kebiasaan di Ternate yang bercirikan Islam. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa yang Yang mana dalam praktek kegiatan itu budaya lokal berperan dalam pembangunan Sigi Lamo (masjid selalu dipadukan dengan budaya Islam. Untuk agung) ini adalah orang Melayu. Alasannya karena kejelasannya peneliti mengutip beberapa budaya pedagang Melayu itu adalah pedagang-pedagang yang sampai sekarang masih eksis. Tradisi-tradisi Islam, yang tentunya menginginkan jarak antara ini pada esensinya menampilkan sifat humanis dan tempat beribadah dan tempat dagangan itu tidak sifat religius. Ciri dan nama dari adat dan kebiasaan terlalu jauh. itu menunjukan adanya elaborasi antara bahasa Sigi Lamo yang kedua, adalah sekitar tahun lokal dan bahasa Melayu ala Islam. Untuk lebih jelas 1550-an, Sultan Khaerun melakukan renovasi peneliti mengutip enam tradisi yang ditulis oleh besar-besaran terhadap bangunan masjid pertama. Amas Diense dan Rinto Thaib (Diense,2008:123). Yang lokasinya sudah tidak lagi berdekatan dengan Benteng Gamlamo. Selain diperbesar, bahan Adat Se Atorang bangunan masjid itu telah menggunakan batu Adat Se Atorang dapat dikonotasikan dengan untuk membuat dindingnya. Arsitektur masjid ini kata “akhlakul karimah” dalam konteks doktrin masih sama seperti masjid pertama hanya saja atap ajaran agama Islam. Untuk memahami sejauh telah berubah menjadi tiga tumpang atau tiga susun. mana konsepsi Adat Se Atorang ini ditetapkan Setelah proses renovasi selesai maka sultan Khaerun atau diimplementasikan dalam kehidupan rakyat membentuk badan pengurus masjid. Yang terdiri (masyarakat lokal), masih eksis dalam realitas dari dua orang imam, empat orang khatib, dan kehidupan masyarakat melalui berbagai corak empat belas moding. Tentunya jabatan pengurus aktifitas kehidupan sehari-hari. Salah satu contoh masjid ini merupakan jabatan yang diwarisi oleh yaitu pakaian. Sebagai seseorang yang kebetulan para pedagang Melayu, yang eksis di kota Ternate dipercayakan memangku salah satu jabatan sebagai kala itu. petugas syara di mesjid, pakaian sebagai imam tidak Sigi Lamo yang ketiga, adalah berdasarkan sama dengan pakaian seorang khatib atau modem. laporan yang dibuat oleh Wolter Schouten (Belanda), yang mengunjungi Ternate pada tahun Galep Se Lakudi 1659 menyatakan bahwa ia menemukan sebuah Galep Se Lakudi yang telah berakar pada masjid besar satu-satunya yang ada di Kota Ternate, masyarakat Ternate tidak lain adalah keterikatan

252 | Jurnal “Al-Qalam” Volume 20 Nomor 2 Desember 2014 manusia dengan lingkungan alam sekitarnya. Baso Se Rasai Kepedulian terhadap lingkungan, membuat sultan Ketika terdengar istilah duduk sama rendah, Ternate memberikan hak kepemilikan tanah atau berat sama dipikul ringan sama dijinjing, maka untuk dijaga dan dirawat oleh sekelompok orang. itulah yang disebut baso se rasai oleh masyarakat Pembagian lahan kepada kelompok masyarakat Ternate. Baso se rasai mengandung makna toleransi yang disebut bubula kaha. Pembagian tanah ini spiritual, yaitu sikap manusia yang manusiawi. Hal dibagi dalam tiga kategori; bubula Heku, bubula ini tertuang dalam sebuah puisi rakyat: Cim, dan bubula Soa-Sio. Dalam sebuah syair: Ngoni doka dai lako, ahu ma fara-fara, si Matubu Kie Raha, Lobi yo foti sio gaman, abu rubu-rubu yo mamoi-moi, doka saya rako moi. moju fo madike, guru-guru yo nga demo, bolo wasu Artinya kita bagaikan kembang tumbuh hidup ri pada mara, ngama ri moi kari nonako. Artinya berpencar, tersimpun dalam satu genggaman, puncaknya empat gunung, kabut menutup aduhai bagaikan serangkai kembang. Prinsip-prinsip baso se rasai sangat relevan dengan ajaran Islam. Oleh kelam, selagi hidup kita mencari, guru-guru punya karena itu, jika nilai-nilai baso se rasai ditanamkan ucapan, untuk menjadi pelitaku, sebuah bintang dalam pergaulan hidup maka akan terciptalah menjadi tanda. Maksudnya betapa pentingnya kemakmuran hidup. lingkungan pada manusia. Apabila manusia menjaga keanekaragam pesona alam lingkungan, Duka Se Cinta maka manusia akan merasa betapa indahnya alam Duka se cinta mengandung makna mengenang bagi kehidupan manusia. atau turut merasakan penderitaan yang dialami oleh seseorang. Duka se cinta yang telah ditanamkan Cing Se Cingare sejak dulu, mengandung nilai dan pesan moral Ini dimaksudkan bahwa masyarakat adat serta memiliki makna religius yang cukup tinggi Ternate sadar akan nilai-nilai etika, moral dan terutama bagi keharmonisan masyarakat yang kebersamaan yang menjadi dasar kerukunan beragama Islam. hidup bermasyarakat. Sebagai contoh, bila ada Pesan ini terungkap dalam sebuah syair eli-eli seseorang yang berjalan di depan orang yang sosou nginga demo madero, afa mara cobo sala demo sedang duduk. Maka yang berjalan akan melakukan kanang. Beberapa contoh dari produk hukum adat sebuah penghormatan dengan mengangkat kedua yang bisa dipraktekkan sama baik oleh kalangan tangannya sambil berucap “suba Jou” artinya istana maupun masyarakat luas di luar istana sujudku peruntukan padamu. Dan yang dihormati selain yang disebutkan di atas adalah adat warisan akan membalas dengan ucapan “Jou suba Jou”. para leluhur yaitu joko kaha, kololi kie, dan fere kie Sifat seperti ini tertuang dalam puisi rakyat yang (Diense, 2008:80-90). berbunyi: Ino fo Makati nyinga, doka gosora se bua Dapat penulis sampaikan bahwa mengapa lawa, om doro fo ma nomote, fo ma gogoru foma orang Melayu di Makassar sangat banyak berhasil dodara. Artinya mari kita bertimbang kasih seperti dalam menjalin kerjasama dengan orang Makassar, pala dengan fulinya, jatuh bangun kita bersama, karena raja Makassar tidak pernah diajak kompromi berkasih mesra di antara kita. oleh orang Portugis maupun orang Belanda. Orang Portugis dan Belanda tidak pernah diberikan kesempatan untuk campur tangan dalam hal-hal Baso Se Hormat kerajaan Makassar. Sehingga begitu banyaknya Masyarakat adat Ternate dalam pergaulan peranan orang Melayu di Makassar sangat besar. Raja sehari-hari di dalam kenyataannya lebih banyak Makassar pun memberikan tugas-tugas ekonomi, menggunakan bahasa sapaan. Ini dimaksudkan agar politik pendidikan dan perdagangan kepada orang terjadi keharmonisan dan ke akraban baik dalam Melayu. Dan begitu eratnya hubungan orang Melayu lingkungan keluarga maupun dalam lingkungan dengan kerajaan Makassar. Dengan demikian masyarakat. informasi tentang orang Melayu berupa data-data Salah satu contoh dari sifat ini terdapat pada tertulis sangat banyak. Selain itu komunitas orang puisi rakyat (dola bololo) yang berbunyi: Dara tolefo Melayu pun hingga sekarang masih ada di Makassar. mampila, soro gudu to nonako, gudu moju si to suba, Hal seperti ini tidak berlaku di kerajaan ri jou situ nonako. Artinya; burung merpati kuberi kesultanan Ternate. Olehnya itu data dan informasi tanda, terbang jauh aku kenali, masih jauh sudah tertulis tentang orang Melayu di Ternate sangat kuberi hormat tuanku maku sudah ku kenali. terbatas. Nyaris, data dan bukti berupa bangunan atau tempat pemukiman orang Melayu pun

Orang Melayu di Kota Ternate Abad XV-XIV - Usman Nomay | 253 tidak ada. Satu-satunya benteng yang dulunya UCAPAN TERIMA KASIH merupakan gudang para pedagang Melayu telah Hasil penelitian secara niscaya masih perlu berubah menjadi benteng milik orang Portugis penyempurnaan. Penelitian yang sama perlu dan kemudian Belanda. Saat Portugis berhasil dibahas dibagian lain untuk pengungkapan tentang dalam penyebaran agama Kristen dan berhasil sejarah Ternate lebih dalam lagi. Namun, di atas pula terlibat dalam kebijakan-kebijakan kesultanan kekurangan dari penelitian ini penulis ucapakan Ternate. Keberhasilan Portugis bukan saja dalam terima kasih kepada informan dan semua pihak penguasaan atas rempah-rempah, turut campur yang telah memberi masukan atas penelitian ini. tangan pengambilan kebijakan di kesultatan Dan terima kasih kepada Tim Redaksi jurnal Al- Ternate, berhasil menyebarkan agama Kristen. Qalam yang telah memberi kesempatan untuk Dan ini berlaku pula ketika Belanda masuk di kota terbitnya tulisan ini. Ternate. Belanda berhasil untuk menjalin kerja sama dengan kesultanan Ternate, lalu kemudian Belanda DAFTAR PUSTAKA mengambil beberapa kebijakan yang semestinya merugikan kesultanan Ternate, dan para pedagang Abdurrahman, M. Jusuf et.al. 2001. Ternate Bandar Melayu pun terkena dampak kebijakan itu. Jalur Sutera. Ternate: Lintas. Andaikan bukan Nahkoda Ismail yang Ahmad, Kasman dkk. 2000. Damai yang Terkoyak orang Melayu itu menjadi penunjuk jalan ke Catatan Kelam Dari Bumi Halmahera, Ternate, mungkinkah pedagang Eropa akan Ternate: Manadi Press. sulit atau bahkan tidak menemukan kepulauan Ambari, Hasan Muarif. 1998. Menemukan rempah-rempah. Tetapi tanpa Nahkoda Ismail Peradaban Jejak Arkeologis dan Historis Islam pun pedagang Eropa akan menemukan Ternate. Indonesia. : Logos. Dengan demikian pada sisi perdagangan Nahkoda Amal, M. Adnan. 2009. Kepulauan Rempah-Rempah Ismail menjadi tokoh dalam menemukan Ternate. Perjalanan Sejarah Maluku Utara 1250-1950. Dan dari segi penyebaran agama Islam Datu Maula Makassar: Bakti. Husein merupakan tokoh Melayu yang sangat gesit Amal, M. Adnan & Irza Arnyta Djafar. 2003. dalam membumikan Islam di Ternate. Namun perlu Maluku Utara Perjalanan Sejarah 1800-1950, diketengahkan pula bahwa selain orang Melayu, Unkhaer:Ternate. adapula pedagang Arab, yang mana mereka juga Diense, Amas H. & Rinto Thaib. 2008. Ternate mempunyai peranan dalam penyebaran Islam. (Sejarah Kebudayaan & Pembangunan Dengan demikian corak keberagamaan yang Perdamaian Maluku Utara) sosil. Ternate: sekarang dianut oleh masyarakat Maluku Utara Lekra-MKR. (Ternate) adalah merupakan saluran Islam yang di Hanafiah, Johan. 1995.Melayu-Jawa Citra Budaya bawah oleh pedagang Melayu. & Sejarah Palembang. Jakarta: Raja Grafindo. Sjah, H. Mudaffar. et.al. 2005.Moloku Kie Raha PENUTUP Dalam Perspektif Budaya & Sejarah Masuknya Datuk Maula Husain sebagai orang Melayu Islam. Ternate: HPMT Press. yang sangat berperan dalam proses masuk Nomay, Usman. 2009. Orang Melayu di Makassar dan berkembangnya Islam di Ternate. Beliau Abad XVI-XVII. Makassar: Raihan. mempunyai suara yang merdu dalam membaca Pelly, Usman. 1994. Urbanisasi dan Adaptasi Peranan al-Quran sehingga orang Ternate ingin untuk Misi Budaya Minangkabau dan Maidaling. mengikutinya. Dan diundang oleh sultan Ternate Jakarta: LP3ES. untuk mengajarkan baca-tulis al-Quran kepada Puslitbang Lektur Keagamaan. 2010. Sejarah orang-orang yang ada di kesultanan Ternate. Sosial Kesultanan Ternate;Jurnal Lektur Masjid kesultanan Ternate merupakan masjid yang Keagamaan. Jakarta: Badan Litbang & Diklat, dibangun oleh orang Melayu. Dikatakan demikian Kementerian Agama RI. karena masjid ini berada di kampung Melayu, Kementerian Agama RI Badan Litbang dan Diklat berdekatan dengan gudang para pedagang Melayu. Puslitbang Lektur Keagamaan. 2010. Sejarah Masjid ini oleh penduduk setempat biasanya disebut Sosial Kesultanan Ternate. Jakarta. masjid sigi lamo artinya masjid besar. Ekstensi Wallace, Alfred Russel. 2009. Kepulauan Nusantara masjid ini bertepatan dengan masa kekuasaan Sebuah Kisah Perjalanan, Kajian Manusia sultan Zainal Abidin Syah tahun 1486-1500. dan Alam. Jakarta: Kumunitas Bambu.

254 | Jurnal “Al-Qalam” Volume 20 Nomor 2 Desember 2014