IDENTIFIKASI JENIS SEBAGAI BIOINDIKATOR KUALITAS UDARA DI KAMPUS INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Dalam Ilmu Biologi

Oleh : AGUNG LAKSONO NPM. 1211060074

Jurusan : Pendidikan Biologi

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG 1438 H/2016 M IDENTIFIKASI JENIS LICHEN SEBAGAI BIOINDIKATOR KUALITAS UDARA DI KAMPUS INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Dalam Ilmu Biologi

Oleh : AGUNG LAKSONO NPM. 1211060074

Jurusan : Pendidikan Biologi

Pembimbing I : Nurhaida Widiani, M.Biotech

Pembimbing II :Yessy Velina, M.Si

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG 1438 H/2016 M IDENTIFIKASI JENIS LICHEN SEBAGAI BIOINDIKATOR KUALITAS UDARA DI KAMPUS INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

Agung laksono

ABSTRAK

Lichen dikenal sebagai bioindikator untuk pemantauan kualitas udara. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi keanekaragaman jenis Lichen serta responnya sebagai bioindikator pencemaran udara. Lichen merupakan organisme tidak berkutikula sehingga polutan udara langsung terserap yang membuat Lichen sangat sensitif pada pencemaran udara. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Agustus hingga November 2016. Lokasi penelitian dilakukan di Kampus Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung dan di Jalan Soekarno Hatta, Way Dadi, Sukarame, Kota Bandar Lampung. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode Transek. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, spesies yang ditemukan di Kampus Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung berjumlah 16 spesies yang berasal dari 8 Family, Chrysotricaceae, Graphidaceae, Lecanoraceae, Megalosporaceae, , Physiceace, Trypethelidaceae, dan Rosellaceae. Jumlah nilai indeks keanekaragaman yaitu 2.61. Kemudian pada penelitian pembanding yang dilakukan di Jalan Soekarno Hatta, Way Dadi, Sukarame, Kota Bandar Lampung diperoleh 5 family, yaitu Graphidaceae, Lecanoraceae, Physiceace, Trypethelidaceae, dan Rosellaceae. Jumlah nilai indeks keanekaragaman yaitu H’=1.98. Lichen tidak hanya berfungsi sebagai sebagai indikator pencemar udara akan tetapi mengetahui sejauh mana tingkat pencemaran dari polutan-polutan udara. Semakin buruk kualitas udara maka tingkat keragaman Lichen semakin rendah. Dengan pembuktian bahwa lokasi pembanding ditemukan 8 spesies Lichen memiliki kelimpahan yang rendah dibandingkan penelitian yang dilaksanakan di Kampus Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung ditemukan 16 spesies Lichen. Dapat disimpulkan bahwa kualitas udara di Kampus Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung lebih baik dibandingkan lokasi penelitian pembanding.

Kata kunci : keanekaragaman, substrat, kualitas udara, Lichen

ii

MOTTO

            

Dan Apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya Kami tumbuhkan di bumi itu berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik?

(Q.S Asy-syu’ara’ :7)1

1Departemen Agama RI, “Al-Hikmah Al-Qura’an Terjemahanya”,( Jawa Barat: Penerbit Dipenogoro, 2005), h. 367

v

PERSEMBAHAN

Teriring salam dan doa semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahnya yang senantiasa diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsinya. Penulis mempersembahkan skripsi ini sebagai tanda bakti dan kasih syang penulis kepada:

1. Ayahanda Suwarsono, S.Pd dan Ibunda Maryam yang memberikan kasih sayang

yang tak ternilai oleh suatu apapun, dukungan moral, spiritual, dan material

adalah tanda kasih beliau.

2. Adik-adik ku tercinta Nurul Roh Yana, Arif Darmawan, Adiba Kanza Az-Zahra,

Isro Ar-Rosyad yang selalu memacu semangatku untuk terus belajar dan

dukungan yang selama ini diberikan, semoga kita bisa membuat orang tua kita

selalu tersenyum bahagia.

3. Keluarga Besar Subarjan dan Mardi Utomo yang senantiasa memberi dukungan

dan semangat agar penulis dapat menyelesaikan kuliahnya.

4. Almamaterku Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung yang telah

memberikan pengalaman dan pembelajaran berharga oleh dosen-dosen dan

kawan-kawan yang menjalani proses ini bersama-sama.

vi

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 2 Januari 1994 di desa Sungai Merah

Kecamatan Pelawan Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi yaitu putra pertama dari bapak Suwarsono, S.Pd dan ibu Maryam. Pendidikan yang pernah ditempuh oleh penulis adalah Sekolah Dasar Negeri 90/VII Sungai Merah II tamat dan berijazah pada tahun 2006, kemudian melanjutkan ke Maderasah Tsanawiyah Miftahul ‘Ulum

Singkut tamat dan berijazah pada tahun 2009, dilanjutkan ke Sekolah Menengah Atas

Negeri 8 Sarolangun tamat dan berijazah pada tahun 2012.

Kemudian pada tahun 2012, penulis diterima sebagai mahasiswa jurusan

Pendidikan Biologi Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Raden Intan Lampung melalui jalur SPMB-PTAIN. Pada bulan Agustus 2015 penulis Kuliah Kerja Nyata di Sendang Rejo, Kecamatan Sendang Agung Kabupaten

Lampung Tengah. Penulis melaksanakan Praktek Pengalaman Lapangan di SMP

Negeri 23 Bandar Lampung. Penulis tercatat aktif dalam beberapa organisasi yang telah terlatih dari semasa SMA yaitu Sekretaris Umum Pramuka Ambalan Buya

Shalek-Malahayati Pangkalan SMAN 8 Sarolangun tahun 2010-2011, Himpunan

Mahasiswa Biologi (Himabio) tahun 2012-2013, Senat Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan tahun 2013-2014, Sekretaris Umum UKM INKAI IAIN Raden Intan

Lampung tahun 2013-2015, Wakil Sekretaris Umum Informasi dan Teknologi HMI

Cabang Bandar Lampung Komisariat Tarbiyah, dan Departemen Diklat BPL HMI

Cabang Bandar Lampung. Prestasi yang telah di peroleh penulis yaitu Juara I

vii

PORSENI SMP/MTs Kabupaten Sarolangun Cabang Karate tahun 2007, Juara 1

O2SN SMA Kabupaten Sarolangun tahun 2010 dan 2011 , Juara 3 Kejuaraan

Nasional INKAI Sekoci Jakarta Utara, Universitas Indonesia Open Karate

Campionship di Universitas Indonesia, Juara 3 Kejuaraan Zone 1 Sumatra ( Walikota

Metro Cup), Juara 3 Walikota Bandar Lampung Cup, dan South East Asian

University Karate Championship Sebelas Maret Cup IX di Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

viii

KATA PENGANTAR

Teriring salam dan doa semoga Allah SWT, senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kita. Shalawat dan salam senantiasa selalu tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW. Berkat petunjuk dari Allah jualah akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Skripsi ini merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

IAIN Raden Intan Lampung.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, penulis merasa perlu menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan setinggi- tingginya kepada yang terhormat :

1. Bapak Dr. H. Chairul Anwar, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan

Keguruan IAIN Raden Intan Lampung.

2. Bapak Dr. Bambang Sri Anggoro, M.Pd selaku ketua jurusan pendidikan

Biologi.

3. Ibu Nurhaida Widiani, M.Biotech selaku pembimbing I dan ibu Yessy Velina,

M.Si selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan.

4. Bapak/ibu dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan yang telah mendidik dan

memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama menuntut ilmu di Fakultas

Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung.

5. UKM INKAI IAIN Raden Intan Lampung, Himpunan Mahasiswa Islam Cabang

Bandar Lampung, dan Badan Pengelola Latihan Himpunan Mahasiswa Islam

ix

Cabang Bandar Lampung yang telah menjadi wadah berproses dan menjadi

penyeimbang antara Aktifis dan Akademis.

6. Kawan 6 cm Ryo Waldi, Ratna Sari, Aris Kurniawan, Ahmad Agus Saputra, dan

Siti Anisa, Menjalani medan proses bersama menuntut ilmu selama dalam

bangku perkuliahan. Memberikan semangat dorongan, bahu membahu ketika

ikut menemani dalam penelitian.

7. Ibu Rindita Zulfikar, M.Si yang memberikan pengarahan dalam identifikasi

Lichen, serta Thofan Aradika P, Tri Anggoro, Nizron, Amanda Diah P, Cika

Dian S

8. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam rangka penyusunan skripsi ini.

Akhirnya, dengan iringan terimakasih penulis memanjatkan do’a kehadirat

Allah SWT, semoga jerih payah dan amal bapak-bapak dan ibu-ibu serta teman- teman sekalian akan mendapatkan balasan yang sebaik-baiknya dari Allah SWT dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan para pembaca pada umunya. Amin.

Bandar Lampung, Desember 2016

Agung Laksono NPM. 1211060074

x

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ...... i ABSTRAK ...... ii HALAMAN PERSETUJUAN ...... iii HALAMAN PENGESAHAN ...... iv MOTTO ...... v PERSEMBAHAN ...... vi RIWAYAT HIDUP ...... vii KATA PENGANTAR ...... ix DAFTAR ISI ...... xi DAFTAR TABEL ...... xiii DAFTAR GAMBAR ...... xiv

BAB I PENDAHULUAN ...... 1 A. LatarBelakang ...... 1 B. IdentifikasiMasalah ...... 11 C. BatasanMasalah ...... 12 D. RumusanMasalah ...... 12 E. TujuanPenelitian ...... 12 F. Manfaat Penelitian ...... 13

BAB II LANDASAN TEORI ...... 14 A. Konsep Keanekaragaman ...... 14 B. Tinjauan Umum Lichen ...... 16 C. Morfologi Lichen ...... 18 1. Foliose...... 18 2. Crustose ...... 19 3. Squamoluse ...... 19 4. Fruiticose ...... 19 D. Klasifikasi Lichen ...... 20 1. Kelas Ascolichenes ...... 20 2. Kelas Basidiolichenes ...... 22 E. Habitat Lichen ...... 23 1. Saxicolous ...... 24 2. Corticolous ...... 24 3. Torricolous ...... 24 F. Pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan Lichen ...... 25 1. Suhu Udara...... 25 2. Kelembaban Udara...... 26

xi

3. Kelembaban Tanah ...... 26 4. Suhu Tanah ...... 26 5. pHTanah ...... 26 6. Insentitas Cahaya ...... 27 7. Ketinggian ...... 27 G. Peran Lichen ...... 28 1. Lichen sebagai Bioindikator ...... 28 2. Lichen sebagai Makanan ...... 30 3. Lichen sebagai Obat-obatan ...... 31 H. Kerangka Berfikir ...... 32

BAB III METODE PENELITIAN ...... 34 A. Waktu dan Tempat Penelitian ...... 34 B. Jenis Penelitian ...... 34 C. Alat Dan Bahan ...... 34 D. Cara Kerja ...... 35 1. Lokasi Penelitian ...... 35 2. Data Pengambilan Sampel ...... 35 3. Identifikasi ...... 37 4. Pembuatan Herbarium ...... 38 E. Analisis Data ...... 38 F. Alur Kerja ...... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...... 42 A. Hasil Penelitian ...... 42 B. Pembahasan ...... 46 1. Jenis Lichen yang ditemukan ...... 46 2. Hubungan Karakteristik Lingkungan dengan Pertumbuhan Lichen ...... 50 a. Suhudan Kelembaban Udara ...... 50 b. Lichense bagai Bioindikator Kualitas Udara ...... 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...... 54 A. Kesimpulan ...... 54 B. Saran ...... 55

DAFTAR PUTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

xii

DAFTA TABEL

Tabel Halaman

4.1 Luas kulit kayu sebagai habitat Lichen ...... 46

4.1 Keberadaan vegetasi berkayu di Kampus ...... 42

4.2Keberadaan vegetasi berkayu di lokasiPembanding ...... 43

4.3Luas kulit kayu sebagai habitat Lichen ...... 44

4.4persentase penutupan talus Lichen ...... 44

4.5 Suhu Udara dan kelembaban relatif udara harian ...... 45

4.6Menunjukan nama jenis, jumlah dan lokasi ditemukannya

Lichen ...... 45

4.7 IndekskeanekaragamanShanon – Wiener (H’) ...... 56

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1Hubungan Jumlah Spesies Tumbuhan Dengan Habitus ...... 16

2.2 GambarMorfologi Talus Lichen ...... 21

2.3GambarDermatocarpon miniatum ...... 22

2.4 GambarVerrucaria nigrescens ...... 22

2.5GambarUsnea australis ...... 23

2.6GambarParmelia sulcata ...... 23

2.7 GambarCora pavonia ...... 23

2.8 BaganAlirKerangkaPemikiran ...... 23

4.1 LokasiPenelitian ...... 43

xiv

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di kawasan tropis antara dua benua (Asia dan Australia) dan dua Samudera (Samudera Hindia dan Samudera

Pasifik) yang terdiri atas sekitar 17.500 pulau dengan panjang garis pantai sekitar

95.181 km. Wilayah Indonesia luasnya sekitar 9 juta km2 (2 juta km2 daratan, dan 7 juta km2 lautan). Luas wilayah Indonesia ini hanya sekitar 1,3% dari luas bumi, namun mempunyai tingkat keberagaman kehidupan yang sangat tinggi. Untuk tumbuhan, Indonesia diperkirakan memiliki 25% dari spesies tumbuhan berbunga yang ada di dunia atau merupakan urutan negara terbesar ketujuh dengan jumlah spesies mencapai 20.000 spesies, 40% merupakan tumbuhan endemik atau asli

Indonesia.1

Kekayaan flora yang besar di Indonesia antara lain merupakan akibat dari struktur vegetasi yang kompleks.2 Keanekaragaman hayati meliputi berbagai jenis mulai dari tingkat mikroorganisme hingga makroorganisme. Keanekaragaman hayati

1Cecep Kusmana, Agus Hikmat, “ Keanekaragaman Hayati Flora di Indonesia”. Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Vol. 5No. 2 (Desember 2015), h. 187-198 2Kuswata Kartawinata, “Dua Abad Mengungkap Kekayaan Flora dan Ekosistem Indonesia”. Sarwono Prawirohardjo Memorial Lecture X, LIPI ( 23 Agustus 2010), h.23

2

dapat diartikan sebagai keanekaragaman mahluk hidup di bumi, baik daratan, lautan, maupun tempat lainnya. Pohon-pohon tinggi berfungsi sebagai kerangka menciptakan lingkungan yang memungkinkan berbagai jenis tumbuhan lain dari lumut sampai pohon kecil tumbuh di bawahnya.

Keanekaragaman hayati menunjukkan bahwa daratan dan laut-laut di

Indonesia membentuk kekayaan tumbuhan dan hewan-hewan yang paling beragam di dunia.Iklim tropis, posisi geografis yang melingkar di antara Asia dan Australia telah menghasilkan area fauna dan flora yang tidak dapat dibandingkan. Di kepulauan

Indonesia terdapat lebih dari 1.500 spesies burung, 500-600 jenis mamalia, 8.500 jenis ikan, 40.000 jenis pohon dan sejumlah bentuk-bentuk kehidupan lainnya dalam jumlah yang sangat banyak.Dari sejumlah jenis tumbuhan yang ada di beberapa wilayah Indonesia termasuk Sulawesi dapat dilihat jumlah endemiknya.3

Indonesia sangat kaya dengan berbagai jenis tumbuhan yaitu terdapat kurang lebih 30 ribu jenis dari 40 ribu jenis tumbuhan yang ada di dunia. Sekitar 26% telah dibudidayakan dan sisanya 74% masih tumbuh liar di hutan-hutan. Lebih dari 8000 jenis merupakan tumbuhan yang berkhasiat obat dan baru 800-1200 jenis saja yang baru dimanfaatkan oleh masyarakat untuk obat tradisional dan jamu”.4 Kelimpahan

3Regina Rosita Butarbutar, Soemarno, “Pengaruh Aktivitas Wisatawan Terhadap Keanekaragaman Tumbuhan Di Sulawesi”. Journal of Indonesian Tourism and Development Studies, Vol.1, No.2 (April 2013), h. 87-96. 4Irpan Fahrurozi,”Keanekaragaman Tumbuhan Obat di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dan di hutan Terfragmintasi Kebun Raya Cibodas Serta Pemanfaatnya oleh Masyarakat Lokal”. (Skripsi Sarjana Sains Bidang Biologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2014), h. 1 3

keanekaragaman hayati tidak lepas dari kondisi lingkungan yang mendukung dalam bersimbiosis antara seluruh organisme dalam suatu ekosistem yang baik.

Di dalam Al-Qur’an Allah berfirman:

                 

Artinya: “Dia-lah, yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman dan sebahagiannya (menyuburkan) tumbuh- tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu”(Q.S:An-Nahl:10).5

Ayat di atas mejelaskan Allah SWT menyebutkan nikmat-Nya yang dapat dirasakan oleh Manusia di permukaan bumi air yang langsung turun dari langit agar dapat dijadikan air minum, dan keperluan sehari-hari seperti mandi, mencuci dan lain sebagainya serta dengan air juga udara yang panas menjadi sejuk menyegarkan badan. Sedangkan nikmat Allah yang diperoleh secara tidak langsung dari air hujan dapat mengairi segala macam tumbuhan, pohon-pohonan dan rerumputan yang manfaatnya akan dirasakan oleh manusia.

Jenis Lichen di Indonesia berjumlah sekitar 40.000 spesies, namun belum banyak peneliti yang menekuni penelitian mengenai jenis Lichen. Lichen merupakan tumbuhan yang mampu hidup di daerah ekstrem di permukaan bumi. Mereka dapat tumbuh di permukaan tanah, bebatuan, pepohonan bahkan permukaan - permukaan

5Departemen Agama RI, “Al-Hikmah Al-Qura’an Terjemahanya”,( Jawa Barat: Penerbit Dipenogoro, 2005), h. 268 4

benda buatan manusia. Sehingga peluang untuk meneliti jenis-jenis Lichen di

Indonesia masih terbuka luas.6

Lichen yang lazim dikenal dengan nama lumut kerak merupakan jenis lumut yang belum banyak diketahui oleh sebagian orang, dan sesungguhnya berbeda dari lumut yang biasa dilihat. Lichen merupakan gabungan antara fungi dan alga sehingga secara morfologi dan fisiologi merupakan satu kesatuan. Organisme ini biasanya hidup secara epifit pada pohon-pohon, di atas tanah terutama di daerah sekitar kutub utara, di atas batu, di tepi pantai atau gunung-gunung yang tinggi.7

Lichen dapat digunakan sebagai bioindikator adanya pencemaran udara karena mudah menyerap zat-zat kimia yang ada di udara dan air hujan. Talus Lichen tidak memiliki kutikula sehingga mendukung Lichen dalam menyerap semua unsur senyawa di udara termasuk SO² yang akan diakumulasikan dalam talusnya.

Kemampuan tersebut yang menjadi dasar penggunaan Lichen untuk pemantauan pencemaran udara. Lichen adalah spesies indikator terbaik yang menyerap sejumlah zat kimia dari air hujan dan polusi udara. Adanya kemampuan ini menjadikan Lichen sebagai bioindikator yang baik untuk melihat adanya suatu kondisi udara pada suatu daerah yang tercemar atau sebaliknya.

6Efri Roziaty, “Kajian Lichen : Morfologi, Habitat Danbioindikator Kualitas Udara Ambien Akibat Polusi Kendaraan Bermotor”. Bioeksperimen, Vol 2 No. 1, (Maret 2016). h. 54-66 7Rosna Yalang, Sari Rahayu Rahman, Wirnangsi D.Uno, “Identifikasi Jenis Lichenes Di Kawasan Pegununganduasen Tohupodaa Desa Molanihu Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo”. Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Gorontalo. h. 1-9 5

Lichen sangat berguna dalam menunjukkan beban polusi yang terjadi dalam waktu yang lama. Untuk melihat apakah udara pada suatu daerah telah tercemar atau tidak, dapat di lihat dari pertumbuhan Lichen yang menempel di pohon-pohon atau batu. Lichen memiliki ketahanan terhadap suhu dan kelembaban yang ekstrim.

Pertumbuhan Lichen di pengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan, antara lain suhu udara, kelembaban udara dan intensitas cahaya.8

Lichen yang berada pada suatu daerah yang telah tercemar akan menunjukkan respon pertumbuhan yang kurang baik dibandingkan dengan Lichen yang tumbuh subur di daerah yang tidak tercemar.9 Lichen diketahui merupakan tumbuhan yang peka terhadap pencemaran udara. Jika kulitas udara di suatu lingkungan telah menurun maka beberapa jenis Lichen akan menghilang seiring dengan meningkatnya konsentrasi polusi di udara. Kematian Lichen yang sensitif dan peningkatan dalam jumlah spesies yang lebih tahan dalam suatu daerah dapat dijadikan peringatan dini akan kualitas udara yang memburuk.10 Lichen dapat mengindikasikan atau mencirikan polusi udara khususnya yang berasal dari emisi kendaraan bermotor.

Dengan adanya pencemar di udara akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan

8Rosna Yalang, Sari Rahayu Rahman, Wirnangsi D.Uno, Op. Cit, h. 7 9Dewi W. K. Baderan, Wirnangsi D. Uno, Yuliani Usuli, “Lumut Kerak Sebagai Bioindikator Pencemaran Udara (Studi Kasus Di Jalan H.B. Jasin Kelurahan Dulalowo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo)”. Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Gorontalo. h. 1-11 10Ahmad Bashri, et al. “Keragaman Dan Kemampuan Lichen Menyerap Air Sebagai Bioindikator Pencemaran Udara Di Kediri”. Prodi Pendidikan Biologi Universitas Nusantara PGRI Kediri 6

lichen. Selain itu, terjadi juga penurunan jumlah jenis () Lichen yang dapat dijadikan indikator pencemaran udara.11

Penggunaan Lichen sebagai bioindikator12 dinilai lebih efisien dibandingkan menggunakan alat atau mesin indikator ambien yang dalam pengoperasiannya memerlukan biaya yang besar dan penanganan khusus. Karna Lichen tidak memiliki katikula sehingga zat-zat dan dari air hujan dan polusi udara akan terserap oleh

Lichen. Identifikasi udara suatu daerah tercemar atau tidak, dapat dilihat dari pertumbuhan Lichen yang menempel di batang pohon. Perubahan kondisi lingkungan akibat pencemaran udara menyebabkan penghambatan pertumbuhan dan kesuburan

Lichen.

Sumber polusi udara dapat berasal dari sumber alami, seperti gunung berapi dan sumber buatan oleh perbuatan manusia, seperti gas buangan industri dan kendaraan bermotor. Di perkotaan, masalah pencemaran udara lebih banyak berasal dari sumber buatan. Masalah pencemaran buatan di perkotaan semakin lama akan semakin bertambah seiring dengan proses urbanisasi yang pesat.13

11Efri Roziaty, Op Cit. h. 55 12Bioindikator atau biologiindikator atau Biological indicator merupakan organisme atau komunitas, yang reaksinya dianggap mampu mengevaluasi situasi atau kondisi yang memberitahukan adanya “sesuatu” dalam suatu ekosistem. Bioindikator mengidikasikan bahwa adanya benda – benda asing seperti bahan – bahan fi sika dan kimia yang mengalami perubahan jika ada ataupun tiada, jumlah, morfologi,fisiologi atau tingkah laku dimana spesies tersebut mengindikasikan adanya “sesuatu” di luar batas 13Kwanda Timoticin, “Pembangunan Permukiman Yang Berkelanjutan Untuk Mengurangi Polusi Udara.” Dimensi Teknik Arsitektur Vol. 31, No. 1, Juli 2003.h. 20-27 7

Pencemaran udara merupakan masuknya makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain ke udara oleh kegiatan manusia atau proses alam sehingga terjadi penurunan kualitas udara sampai tingkat tertentu yang menyebabkan udara menjadi kurang atau tidak berfungsi sesuai dengan peruntukannya.14

Dalam lingkup kajian ekologi Lichen berada pada posisi penting dalam ranah ekologi, Lichen memiliki nilai penting bagi kelestarian ekosistem. Lichen merupakan komponen penting dari vegetasi di banyak wilayah di dunia. Mereka memainkan peran penting Dalam kehidupan Lichen mempunyai beberapa peranan, yaitu sebagai tumbuhan perintis, sebagai indikator adanya polusi udara, sebagai bahan penyamak kulit, bahan pewarna, dan bahan kosmetik serta di daerah tundra berperan sebagai bahan makanan untuk rusa kutub.

Berkenaan dengan ekologi, lingkungan merupakan gabungan dari berbagai komponen fisik maupun hayati yang berpengaruh terhadap kehidupan organism yang ada di dalamnya. Manusia seperti halnya mahluk hidup lainnya selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Interaksi antara manusia dengan lingkungannya, demikian juga interaksi antara organisme dengan lingkungannya merupakan proses yang tidak sederhana melainkan suatu proses yang kompleks, karena di dalam lingkungan hidup terdapat banyak komponen yang disebut komponen lingkungan biotik dan abiotik.

14Anikhotul Ihrom, Ani Sulistyarsi, “Biomonitoring Pencemaran Udara Menggunakan Bioindikator Lichenes Di Kota Madiun.” Florea Vol. 2 No. 2, Nopember 2015 h.43-46 8

Dalam konsep sentral dalam ekologi ialah ekosistem, yaitu suatu unit

Komponen lingkungan tidak berdiri sendiri, melainkan selalu berhubungan dan saling mempengaruhi baik secara langsung maupun secara tidak langsung.15 Tumbuhan

Lichen merupakan salah satu bagian dari ranah ekologi. Lichen sebagai faktor biotik mempunyai peranan dalam suatu ekosistem, menjaga keseimbangan lingkungan merupakan peranannya secara umum.

Manusia sebagai makhluk yang berakal budi (mampu menguasai orang lain) dengan makhluk hidup yang lain dalam konteks tertentu yang mampu berinteraksi dengan alam sekitarnya.16 Di dalam ekosistem manusia merupakan keadaan lingkungan yang berhubungan dengan kehidupan manusia. Pengaruh manusia terhadap lingkungan dapat mengakibatkan dua kemungkinan, yaitu alam tetap lestari atau sebaliknya, alam menjadi rusak (deteriorasi)

Dalam Ayat Al Quran Allah berfirman :

               



Artinya: Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan Karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian

15Lingkungan memiliki arti luas mencakup semua hal yang ada di luar organism yang bersangkutan, misalnya radiasi matahari, suhu, curah hujan, kelembaban, tepografi, parasit, predator dan kometitor, interaksi-interaksi yang terjalin itu adalah bagian dari Ekologi ekosistem yakni cabang ekologi yang berkenaan dengan analisis ekosistem dipandang dari sudut struktural dan fungsional termasuk hubungan antara unsur-unsur biotik dan abiotik. 16Departemen Pendidikan Naional, “Kamus Besar Bahasa Indonesia”,(Jakarta: Balai Pustaka,2010) 9

dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar) (Q.S. Ar-Rum: 41).17 Dampak perubahan kondisi ekologi suatu lingkungan, mampu mempengaruhi kelestarian keanekaragaman hayati termasuk ancaman bagi keanekaragaman tumbuhan Lichen. Pengetahuan tentang dunia tumbuhan tingkat rendah, dan ekologi lingkungan merupakan suatu kajian yang penting sebagai wawasan pengetahuan untuk mengetahui dan menjaga kelestarian keanekaragaman hayati. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya jumlah populasi manusia semakin bertambah yang berdampak pada aspek lingkungan, ekonomi, aspek sosial dan budaya. Ekosistem itu mempunyai keteraturan sebagai perwujudan dari kemampuan ekosistem untuk memelihara diri sendiri dan dengan sendirinya mengadakan keseimbangan.18 Gangguan yang melebihi daya lenting suatu ekosistem, menciptakan suatu dinamika yang mengarah kepada terbentuknya kondisi ekosistem yang menyimpang.

Proses pembelajaran Biologi tidak terlepas dari pembahasan mengenai materi dunia tumbuhan Lichen dan lingkungan (Ekologi). Dalam proses pembelajaran mengenai pembahasan tersebut, kegiatan praktikum menggunakan lingkungan sekitar sebagai bahan acuan belajar peserta didik, diharapkan bukan hanya sekedar teori yang disampaikan guru dalam kelas.

17Departemen Agama RI, Op.Cit, h. 408 18Indriyanto, Op.Cit, h. 24. 10

Guru berperan dalam menciptakan situasi dialog dengan dasar saling mempercaayai dan saling membantu. bahan ajar diambil dari lingkungan social dan budaya yang dihadapi peserta didik.19 Kegiatan praktikum juga, terkadang membuat efek kejenuhan bagi peserta didik sehingga perlu adanya solusi yang efektif dan inovatif, dimana ruang lingkup pembelajaran dilakukan di dalam ruangan atau di luar ruangan.

Salah satu metode yang ditawarkan dalam kegiatan praktikum adalah dengan memanfaatkan lingkungannya, proses kegiatan yang lebih mengeksplor pengetahuan peserta didik dengan belajar memanfaatkan lingkungan alam di sekitarnya.20 Adanya penelitian ini, diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif Guru dalam mengembangkan keterampilan peserta didik dalam proses pembelajaran pada materi sub konsep Lichen.

Menyimak gejala-gejala tersebut di atas diperlukan peningkatan pemahaman konsep keanekaragaman tumbuhan pada siswa. dan pelaksanaannya dalam pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar.

Lingkungan sekolah adalah segala sesuatu yang berada di sekitar sekolah, meliputi

19 Widyastono. Herry, “Pengembangan Kurikulum di Era Otonomi Daerah dari Kurikulum 2004,2006,ke Kurikulum 2013 ”, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), h. 16. 20penerapan keterampilan proses siswa secara teori sangat kurang sehingga siswa menunjukkan ketidakmampuan mengekspresikan ide-ide dengan cara mereka sendiri, namun saat ada penambahan proses pembelajaran melalui Pemanfaatan lingkungan sekolah dalam pembelajaran biologi dapat meningkatkan pemahaman konsep keanekaragaman tumbuhan pada siswa. 11

lingkungan hidup (biotik) seperti tumbuh-tumbuhan dan hewan serta lingkungan yang tidak hidup (abiotik) seperti tanah, air, udara, iklim dan sinar matahari.21

Maka dari itu, penulis melakukan penelitian mengenai “Identifikasi Jenis

Lichen Sebagai Bioindikator Kualitas Udara di Kampus Institut Agama Islam Negeri

Raden Intan Lampung”. Penelitian Lichen sebagai bioindikator pencemaran udara masih sedikit dilakukan sehingga pada penelitian ini akan dikaji lebih mendalam mengenai keragaman morfologi talus, dan penutupan talus. Lokasi Penelitian dilakukan di Kota Bandar Lampung sebagai daerah yang diduga mengalami pencemaran udara. Lokasi yang dipilih dalam penelitian ini yaitu Kampus IAIN

Raden Intan Lampung dan Jalan Soekarno Hatta, Way Dadi, Sukarame, Kota Bandar

Lampung sebagai pembanding.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai keragaman morfologi talus, penutupan talus dan kemampuan Lichen menyerap air di Kampus

IAIN Raden Intan Lampung yang dapat dijadikan sebagai bioindikator pencemaran udara.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas ada beberapa masalah yang diidentifikasi yakni sebagai berikut :

1. Bagaimana keanekaragaman Lichen Sebagai Bioindikator Kualitas Udara Di

Kampus Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung.

21I Ketut Ardana, “Pemahaman Konsep Keanekaragaman Tumbuhan Dengan Memanfaatkan Lingkungan Sekolah Dalam Pembelajaran Biologi Di SLTP”, Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXVII (Juli 2004), h. 96-108 12

2. Belum adanya penelitian tentang keanekaragaman Lichen pada daerah Kampus

Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung.

C. Batasan Masalah

Bedasarkan latar belakang masalah diatas maka permasalahan dalam penelitian ini dibatasi oleh:

1. Mengkaji keanekaragaman spesies Lichen yang berada di Kampus Institut

Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung.

2. Keanekaragaman Lichen diidentifikasi bedasarkan karakteristik morfologi.

D. Rumusan Masalah

Rumusan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana keanekaragaman Lichen di Kampus Institut Agama Islam Negeri

Raden Intan Lampung?

2. Bagaimana keanekaragaman Lichen sebagai Bioindikator kualitas udara di

Kampus Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung?

E. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui keanekaragaman Lichen di Kampus Institut Agama Islam Negeri

Raden Intan Lampung.

2. Mengetahui kualitas udara di Kampus Institut Agama Islam Negeri Raden Intan

Lampung.

13

F. Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini sebagai Sumbangan pemikiran ilmiah dan pembendaharaan karya

ilmiah berkaitan dalam ilmu taksonomi tumbuhan tingkat rendah.

2. Penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi bagi pelajar, mahasiswa,

atau masyarakat tentang keanekaragaman Lichen di Kampus Institut Agama

Islam Negeri Raden Intan Lampung.

3. Menjadi salah satu sumber rujukan dalam kegiatan praktikum khususnya yang

berkaitan dengan materi sub bab Lichen.

4. Sebagai bahan masukan untuk menambah kepustakaan dan acuan untuk

melanjutkan penelitian yang sejenis dan lebih mendalam.

15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keanekaragaman

Konsep keanekaragaman jenis (species diversity) berawal dari apa yang disebutkan sebagai keanekaragaman hayati (biodiversity). Dalam definisi yang luas keanekaragaman hayati merupakan keanekaragaman kehidupan dalam semua bentuk dan tingkatan organisasi, termasuk struktur, fungsi dan proses-proses ekologi disemua tingkatan. Suatu komunitas dikatakan memiliki keanekaragaman spesies yang tinggi jika komunitas itu disusun oleh banyak spesies. Sebaliknya, suatu komunitasdikatakan memiliki keanekaragaman spesies yang rendah jika komunitas itu disusun oleh sedikit spesies dan jika hanya ada sedikit saja spesies yang dominan.

Karakteristik komunitas pada suatu lingkungan adalah keanekaragaman. Makin beranekaragaman komponen biotik (Biodiversitas) maka makin tinggi keanekaragaman, makin kurang beranekaragaman maka dikatakan keanekargaman rendah.

Tumbuhan yang dimanfaatkan masyarakat jika ditinjau dari habitusnya sangat beragam sehingga dikelompokkan spesies-spesies tumbuhan berguna yang ditemukan berdasarkan tingkat habitusnya masing-masing seperti yang terekapitulasi pada diagram di bawah ini.1

1Bitenia Elen Kuni, Gusti Hardiansyah dan Idham, “Etnobotani Masyarakat Suku Dayak Kerabat Di Desa Tapang Perodah Kecamatan Sekadau Hulu Kabupaten Sekadau”. Jurnal Hutan Lestari. Vol. 3 (3) (2015). h. 383–400 16

Gambar 2.1. Hubungan Jumlah Spesies Tumbuhan Dengan Habitus2

ketinggian mempengaruhi keanekaraman hayati. Pada dataran rendah keanekaragaman hayati lebih tinggi dibanding dengan dataran tinggi. Dengan semakin bertambahnya ketinggian, kelimpahan spesies akan berkurang secara bertahap. Ketinggian bersama faktor lain seperti iklim dan kesuburan tanah akan menentukan kekayaan spesies pada tinggat habitat.

Keanekaragaman jenis yang terdapat dalam komunitas dapat diketahui dari indeks keanekaragaman (Diversity) dengan menggunakan persamaan Shannon-

Wienner dengan rumus sebagai berikut:

H’ = -Σni/N log ni/N

Keterangan3:

H = indeks Shannon= indeks Keragaman Shannon n.i = nilai pentingdari setiap spesies N = total nilai penting

2Ibid 3 Indriyanto, Ekologi Hutan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 146 17

B. Tinjauan Umum Lichen

Lichen merupakan suatu organisme hasil asosiasi simbiosis antara jamur dan algae dalam bentuk simbiosis mutualistik dan helotisme yang dapat membentuk kesatuan morfologi yang berbeda dengan spesies lain pada komponen – komponenya.

Alga memiliki klorofil untuk melakukan fotosintesis sedangkan fungi mengambil air dan mineral lainnya dari lingkungan. Sedangkan helotisme maksudnya pada awalnya menguntungkan tapi selanjutnya fungi bersifat parasit pada alga dikarenakan hanya fungi yang memiliki alat perkembangbiakan berupa badan buah/thalus.4

Lichen merupakan gabungan antara fungi dan alga sehingga secara morfologi dan fisiologi merupakan satu kesatuan.5 Misalnya ganggang memberikan hasil-hasil fotosintesis terutama yang berupa karbohidrat kepada cendawan, dan sebaliknya cendawan memberikan air dan garam-garam kepada ganggang. Dapat juga hubungan antara ganggang dan jamur itu dianggap sebagai suatu helotisme. Keuntungan yang timbal balik itu hanya sementara, yaitu pada permulaannya saja Fungi dan alga bersimbiosis membentuk Lichen baru hanya jika bertemu dengan jenis yang tepat.

Berdasarkan fungsinya Lichen memiliki nilai ekonomis diantaranya sebagai bahan obat – obatan (Parmelia sulcata) dan beberapa spesies Usnea untuk obat batuk, dan Cetraria islandica untuk obat diabetes, paru – paru dan katarak. Fungsi lainnya

4Efri Roziaty, “Kajian Lichen : Morfologi, Habitat Danbioindikator Kualitas Udara Ambien Akibat Polusi Kendaraan Bermotor”. Bioeksperimen, Vol 2 No. 1, (Maret 2016). h. 54-66 5Dina Astuti B.Lawira, Marini S. Hamidun, Sari Rahayu Rahman, “Keanekaragaman Jenis Lichen Corticolous Di Dataran Rendah Suaka Margasatwa Nantu Kabupaten Gorontalo”. Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Gorontalo 18

dari lichen adalah sebagai indikator, misal dari genus Cetraria sebagai indikator adanya.

Lichen sekilas setipe dengan tumbuhan lumut. Tapi jika diperhatikan dengan seksama maka lichen merupakan suatu bentuk life form yang unik (khas). Lichen merupakan suatu komposisi organisme yaitu jamur dan alga atau cyanobakteri. Dua jenis organisme ini hidup saling berhubungan yang dinamakan simbiosis, alga menyediakan energi melalui proses fotosintesis dan jamur menyediakan tempat perlindungan bagi alga.

Komponen Lichen yang terbanyak adalah dari kelompok Ascomycetes (96%), selanjutnya diikuti oleh Basidiomycetes, dan Deuteromycetes. Jamur berperan menyerap air dan mineral dari udara, proteksi dari perubahan fisik, suhu, dan intensitas sinar matahari tinggi. Dengan menyerap mineral dari udara sehingga Lichen dapat digunakan untuk indikator biologi pencemaran udara.

Lichen dapat hidup bergantung pada kelembaban atmosfer: hujan, kabut & embun untuk pertumbuhan. Karena lichen menyerap udara untuk kelangsungan kehidupannya tetapi udara yang mengandung air telah bercampur dengan polutan yang terlarut, sehingga polutan yang terlarut merusak jaringan pada Lichen.

Untuk biomonitoring udara dengan indikator biologi Lichen menggunakan beberapa metode yaitu perubahan komunitas dan perubahan fisiologi. Untuk perubahan komunitas memerlukan respon yang lama. Berbeda dengan perubahan fisiologi yang memerlukan respon yang cepat. Cara paling mudah melihat suatu 19

daerah tercemar atau tidak dapat diketahui dari Lichen di daerah tersebut. Sehingga indikator biologi Lichen dapat diketahui dengan mudah oleh semua orang.

C. Morfologi Lichen

Tubuh Lichen dinamakan Thallus yang secara vegetatif mempunyai kemiripan dengan alga dan jamur. Thallus ini berwarna abu-abu atau abu-abu kehijauan. bagian utama lichen adalahtalus yang merupakan jaringan vegetatif. Keberadaan talus dapat terangkat atau tegak lurus dari substratnya, terjumbai, tergantung atau talus juga dapat terlihat tubuh secara rapat atau jarang pada substrat. Struktur morfologi Lichen yang tidak memiliki lapisan kutikula, stomata dan organ absorptif, memaksa Lichen untuk bertahan hidup di bawah cekaman polutan yang terdapat di udara. Jenis Lichen yang toleran dapat bertahan hidup di daerah dengan kondisi lingkungan yang udaranya tercemar.

Talus Lichen terdiri dari empat bentuk tubuh utama yaitu foliose, crustose, squamulose, dan fructicose

1. Foliose

Talus Foliose bentuknya seperti daun. Korteks bagian atas adalah bagian lapisan

terlindung yang terlapis dengan gelatin dan terlihat seperti

pseudoparenchymatous. Dibawahnya ada lapisan alga yang terdiri dari sel-sel

alga yang dibungkus oleh hifa dan pada banyak spesies terpenetrasi oleh jamur

haustoria. Medulla menempati bagian terbesar dari talus dan terletak persis

dibawah lapisan alga. Medula terdiri dari dari hifa yang beranyaman ke

prosenkim lebar dengan individu hifa yang berbeda. Korteks bawah, bila ada 20

terletak dibawah talus dan strukturnya menyerupai korteks atas namun lebih tipis

dan sering tertutup dengan hifa rhizoidal atau rambut-rambut yang membentuk

tomentum. Jadi struktur talus lichen foliose mirip dengan struktur daun, dengan

korteks atas dan bawah mewakili lapisan epidermal daun dan dengan lapisan alga

dan medulla mewakili mesofil. Contoh : Xantoria elegans, Physcia apolia,

Peltigera malacea, Parmelia sulcata dll.

2. Crustose

Talus crustose bentuknya mirip dengan cangkang (crust) yang permukaannya

keras.Crustose bentuknya datar seperti kerak. Tumbuh pada kulit batang pohon.

Berbentuk seperti coret coret kecil dan pada batang kayu yang sudah mati.

Lichen yang memiliki thallus yang berukuran kecil, datar, tipis dan selalu

melekat ke permukaan batu, kulit pohon atau di tanah. Jenis ini susah untuk

mencabutnya tanpa merusak substratnya. Contoh : Graphis scipta, Haematomma

puniceum, carospora atau Pleopsidium.

3. Squamoluse

Talus squamoluse bentuknya seperti neraca atau timbangan yang berbentuk dari

banyak lubang-lubang yang kecil (squamules). Talus ini memiliki bentuk seperti

talus crustose dengan pingiran yang terangkat ke atas di atas tempat hidupnya.

Contoh : Psora pseudorusselli, Cladonia carneola

4. Fruticose

Talus fruticose bentuknya seperti silinder, tegak dan bercabang. Pada tipe ini

mempunyai struktur umum yang hampir sama namun jaringannya cenderung 21

membentuk silinder dan bukan lapisan horizontal.Tumbuh menempel pada

substrat oleh satu atau lebih akar. Beberapa jenis dari lichen ini mempunyai

kandungan antibiotik dan anti kanker. Hidup bergelantungan di udara, menempel

pada pohon-pohon di pegunungan. Contoh : Usnea longissima, Ramalina

stenospora.

Gambar 2.2. Morfologi Talus Lichen

D. Klasifikasi Lichen

Lichen diklasifikasikan menurut cendawan yang menyusunnya dan dibedakan dalam dua kelas, yaitu :

1. Kelas Ascolichenes

a. Pyrenomucetales yang menghasilkan tubuh buah berupa perisetium, yang

berumur pendek dan dapat hidup bebas, misalnya Dermatocarpon (Gambar 2.3)

dan Verrucaria (Gambar 2.4), dengan klasifikasi sebagai berikut :

22

Regnum : Fungi

Devisi : Lichenes

Kelas : Ascholicenes

Ordo : Verrucariales

Family : Verrucariaceae

Genus : Dermatocarpon Gambar 2.3. Dermatocarpon miniatum Spesies: Dermatocarpon miniatum Sumber : http://www.discoverlife.org

Regnum : Fungi

Devisi : Lichenes

Class : Ascolichenes

Ordo : Verrucariales

Family : Verrucariaceae

Genus : Verrucaria Gambar 2.4. Verrucaria nigrescens Sumber : http://www.dry-stone-wallflora. Spesies : Verrucaria nigrescens co.uk b. Discomycetales yang membentuk tubuh buah berupa aposetium. Aposetium pada

Lichen ini berumur panjang, bersifat seperti tulang rawan dan mempunyai aksus

yang berdinding tebal, contoh : Usnea yang berbentuk semak kecil dan banyak

terdapat pada pohon-pohon dalam hutan, lebih-lebih di daerah pegunungan

(Gambar 2.5), dan Parmelia yang berupa lembaran-lembaran seperti kulit yang

hidup pada pohon-pohon dan batu-batu (Gambar 2.6), dengan klasifikasi sebagai

berikut : 23

Regnum : Fungi

Devisi : Lichenes

Kelas : Ascolichenes

Ordo : Lecanorales

Family : Usneaseae

Genus : Usnea

Spesies : Usnea australis Gambar 2.5. Usnea australis Sumber : http://farm6.staticflickr.com Regnum : Fungi

Devisi : Lichenes

Class : Ascolichenes

Ordo : Lecanorales

Family : Parmeliaceae

Genus : Parmelia

Spesies : Parmelia sulcata Gambar 2.6. Parmelia sulcata

2. Kelas Basidiolichenes

Kebanyakan Lichen ini mempunyai talus yang berbentuk lembaran-lembaran.

Pada tubuh buah terbentuk lapisan himenium yang mengandung basidium, yang sangat menyerupai tubuh buah Hymenomycetales, contohnya adalah Cora pavonia

(Gambar 2.7). Lichen dipisahkan dari fungi dan dijadikan suatu golongan yang beridiri sendiri. Berasal dari jamur Basidiomycetes dan alga Mycophyceae, 24

Basidiomycetes yaitu dari famili : Thelephoraceae dengan tiga genus Cora, Corella dan Dyctionema. Mycophyceae berupa filament yaitu Scytonema dan tidak berbentuk filamen yaitu Chrococcus. Klasifikasi dari Cora pavonia adalah :

Regnum : Fungi

Devisi : Lichenes

Class : Basidiolichenes

Ordo : Polyporales

Family : Thelephoraceae

Genus : Cora Gambar 2.7. Cora pavonia Sumber : http://luirig.altervista.org Spesies : Cora pavonia

selain kedua golongan tersebut terdapat golongan tersendiri, yaitu Lichen

Imperfecti (Deuterolichens). Golongan ini tidak membentuk spora fungi dan talus tersusun dari hifa atau massa padat yang seringkali terlihat menyerupai sebuk atau bubuk pada substrat yang ditumbuhinya.

E. Habitat Lichen

Lichen terdapat dalam jumlah yang berlimpah pada habitat yang berbedabeda, biasanya dalam lingkungan yang agak kering. Lichen tumbuh pada batang dan cabang-cabang pohon, batu-batu dan tanah-tanah gundul dengan permukaanyang stabil.

habitat Lichen dapat dibagi menjadi 3 katagori, yaitu : Saxicolous,

Corticolous, Terricolous. 25

1. Saxicolous

Saxicolous adalah jenis Lichen yang hidup di batu. Menempel pada substrat

yang padat dan di daerah dingin.

2. Corticolous

Corticolous adalah jenis Lichen yang hidup pada kulit pohon. Jenis ini sangat

terbatas pada daerah tropis dan subtropis, yang sebagian besar kondisi

lingkungannya lembab.

3. Terricolous

Terricolous adalah jenis Lichen terestrial, yang hidup pada permukaan tanah.

Lichen tidak membutuhkan syarat – syarat hidup yang tinggi, tahan terhadap

kondisi kekurangan air dalam jangka waktu yang lama, tahan terhadap panas

terik. Jika cuaca pana, Lichen akan berubah warna seperti kekeringan, tetapi

tidak mati. Jika disirami air maka Lichen akan hidup kembali. Pertumbuhan

thalus sangat lambat, dalam satu tahun biasanya kurang dari 1 cm. tubuh buah

baru terbentuk setelah mengadakan pertumbuhan vegetatif bertahun – tahun.6

Hubungan simbiosis tersebut memungkinkan bagi Lichen untuk hidup di

berbagai tempat/habitat dan kondisi cuaca di seluruh dunia bahkan di lingkungan

yang ekstrim. Di wilayah yang kodisi lingkungan seragam masing-masing

substrat cenderung Lichen yang tumbuh juga relatif seragam. Mereka tumbuh di

lingkungan dengan kondisi iklim yang berbeda dan dengan substrat yang

berbeda. Mereka mampu dengan cepat menyerap dan menyiapkan air dari

6Efri Roziaty, Op Cit. h. 60-61 26

banyak sumber maka memungkinkanbagi Lichen untuk hidup di lingkungan

yang “keras” seperti gurun dan kutub, dan terpapar pada suatu permukaan yang

datar, dinding, atap, dahan/ranting pohon dan material buatan manusia lainya

seperti gelas, logam dan lain sebagainya. Lichen ini merupakan vegetasi perintis

bagi habitat terestrial dari kutub utara hingga di banyak gurun.

F. Pengaruh Lingkungan Terhadap Pertumbuhan Lichen

Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan Lichen antara lain sebagai berikut :

1. Suhu Udara

Faktor kondisi tempat tumbuh sangat berpengaruh terhadap nilai kerapatan

Lichen serta jumlah jenis Lichen tersebut. Lichen memiliki kisaran toleransi suhu yang cukup luas. Lichen dapat hidup baik pada suhu yang sangat rendah atau pada suhu yang sangat tinggi. Lichen akan segera menyesuaikan diri bila keadaan lingkungannya kembali normal. Salah satu contohnya alga jenis Trebouxia tumbuh 27

baik pada kisaran suhu 12-24°C, dan fungi penyusun Lichen pada umumnya tumbuh baik pada suhu 18-21°C.

2. Kelembaban udara

Kelembaban udara adalah banyaknya air di udara. Kelembaban ini terkait dengan suhu, semakin rendah suhu umumnya akan menaikkan kelembaban.

Kelembaban udara berpengaruh terhadap transpirasi, semakin rendah kelembaban udara maka transpirasi akan semakin tinggi.

3. Kelembaban Tanah

Kelebihan dan kekurangan air mempengaruhi kelembaban tanah. Kelembaban juga dipengaruhi oleh adanya pohon pelindung terutama apabila pohonnya rapat.

4. Suhu Tanah

Suhu tanah adalah faktor yang mempengaruhi tumbuhan. Suhu yang rendah mempengaruhi rata-rata penguapan air dan pertumbuhan dari akar. Suhu udara yang rendah pada musim dingin mendorong pernafasan yang cepat. Sementara suhu tanah yang rendah mengurangi kecepatan penguapan air oleh akar. Dalam keadaan seperti ini tumbuhan yang tumbuh sangat lambat atau mati sebagai akibat kelebihan air yang keluar. Suhu tanah dipengaruhin oleh suhu udara. Intensitas cahaya matahari yang masuk ke tanah dan juga air didalam tanah.

5. pH Tanah

Tanah dikatakan netral (tidak bersifat asam atau basa) apabila memiliki pH =

7 Pada umumnya tanaman dapat tumbuh pada pH antara 5,0 – 8,0.

28

6. Intensitas Cahaya

Intensitas cahaya merupakan faktor penting yang membantu menentukan penyebaran dan pembentukan keanekaragaman. Berdasarkan adaptasinya terhadap cahaya, ada jenis-jenis tumbuhan yang memerlukan cahaya penuh, juga ada tumbuhan yang tidak memerlukan cahaya penuh.

Terlalu banyak atau terlalu sedikit intensitas cahaya sangat mempengaruhi tumbuhan dan hewan dalam lingkungan. Keseluruhan ekosistem dipengaruhi oleh campur tangannya terhadap pertumbuhan tanaman (produksi primer). Fotosintesis berbanding langsung dengan sinar sampai tingkat maksimum. Titik ini yang dibawahnya laju fotosintesis berkurang, pada saat intensitas bertambah, disebut tingkat kejenuhan sinar. Tingkat kejenuhan sinar baragam untuk tumbuh-tumbuhan yang berlainan.

7. Ketinggian

Faktor ketinggian sangat berpengaruh pada pertumbuhan suatu tanaman karena faktor ketinggian sangat berhubungan erat dengan faktor lingkungan yang lain. Ketinggian tempat ini sangat mempengaruhi iklim, terutama curah hujan dan suhu udara. Curah hujan sangat berkorelasi positif dengan ketinggian, sedangkan suhu udara sangat berkorelasi negatif dengan ketinggian.

29

G. Peranan Lichen

Lichen memiliki peranan yang penting dalam kehidupan manusia antara lain sebagai berikut :

1. Lichen Sebagai Bioindikator

Salah satu organisme tanaman yang berfungsi sebagai indikator biologi pencamaran udara adalah Lichen, ini dapat dilihat dari kepekaannya terhadap berbagai jenis polutan di udara dan reaksinya terhadap emisi-emisi polutan yang dibedakan menjadi dua hal:

Secara Morfologi kemampuan regenerasi Lichen terbatas karna pertumbuhanya lambat karna menurunya kandungan klorofil sehingga proses fotosintesis dan metabolisme terhambat. Lichen mengakumulasi berbagai material tanpa menyeleksinya sebagai akibat tidak terdapat katikula pada Lichen sehingga memudahkan polutan untuk masuk kedalam talus, hal ini mendorong Lichen untuk menyerap air dan nutrisi secara langsung serta proses regenerasi dan asimilasi terbatas sebagai akibat ketersediaan air dalam Lichen seluruhnya berfungsi untuk kelembaban.

Secara Fisiologi berkurangnya filter pada pada saat mengabsorsi dan respirasi terhadap gas CO2, terjadinya perubahan kandungan air dalam talus, menurunya fiksasi nitrogen, menurunya aktifitas enzim fospat, meningkatnya kosentrasi residu polutan, menurunya kandungan klorofil dan leaching potasium serta magnesium dari talus. 30

Jenis Lichen yang paling peka terhadap SO2 adalah dari jenis Lobaria amplissima, hal ini sejalan dengan penambahan jumlah konsentrasi SO2 yang diikuti oleh berkurangnya keberadaan jenis Lichen terutama dari jenis corticolous. Oleh karena itu kita jarang menemukan Lichen pada daerah yang tercemar. Tingkat sensitifitas jenis-jenis Lichen terhadap bahan pencemar berbeda-beda. Sensitifitas

Lichen terhadap pencemaran udara dapat dilihat melalui perubahan keanekaragamannya dan akumulasi polutan pada talusnya.

ada beberapa sifat Lichen yang ideal sebagai bioindikator antara lain :

a. Secara geografis penyebarannya luas

b. Morfologinya tetap meskipun terjadi perubahan musim

c. Tidak memiliki kutikula, sehingga mempermudah air, larutan dan logam serta

mineral diserap oleh Lichen

d. Nutrisinya tergantung dari bahan-bahan yang diendapkan dari udara

e. Mampu menimbun pencemar selama bertahun-tahun.

Secara umum, definisi dari indikator biologis yaitu spesies yang mempengaruhi faktor – faktor biotik dan abiotik di suatu lingkungan, sebagai keterwakilan dari dampak perubahan lingkungan terhadap perubahan habitat, komunitas atau ekosistem atau “mengindikasikan” keragaman taksa atau keragaman hayati secara keseluruhan dalam suatu area.

Lichen diketahui merupakan tumbuhan yang peka terhap pencemaran udara.

Jika kulitas udara di suatu lingkungan telah menurun maka beberapa jenis lichen akan 31

menghilang seiring dengan meningkatnya konsentrasi polusi di udara.7 Lichen dapat mengindikasikan atau mencirikan polusi udara khususnya yang berasal dari emisi kendaraan bermotor. Dengan adanya pencemar di udara akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan lichen. Selain itu, terjadi juga penurunan jumlah jenis

(genus) lichen yang dapat dijadikan indikator pencemaran udara.

Penelitian terdahulu tentang Jenis Lichen yang ditemukan selama penelitian sebanyak 12 jenis. Lichen yang tidak teridentifikasi terdiri atas 3 jenis Lichen, terdiri atas 2 jenis Lichen dengan tipe morfologi crustose dan 1 jenis Lichen dengan tipe morfologi foliose8, yang ditemukan talus Crustose Tipe talus Crustose merekat kuat pada substratnya, Foliose yang menyerupai daun dan mudah dilepas9, 1 jenis Lichen foliose, dan 3 jenis lichenes crustose.10

2. Lichen Sebagai Bahan Makanan

Talus dari lichen belum digunakan sebagai sumber makanan secara luas, karena lichen memiliki suatu asam yang rasanya pahit dan dapat menimbulkan gatal- gatal, khususnya asam fumarprotocetraric. Asam ini harus dibuang terlebih dahulu dengan merebusnya dalam soda.

7Efri Roziaty, Op. Cit 8Pratiwi . Mungki Eka, “Kajian Lumut Kerak Sebagai Bioindikator Kualitas Udara (Studi Kasus: Kawasan Industri Pulo Gadung, Arboretum Cibubur Dan Tegakan Mahoni Cikabayan)”. Skripsi Sarjana Kehutanan Pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan Dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, Bogor, 2006, h. 23 9Prayanka. Adinda, “Keanekaragaman Lumut Kerak Tiga Taman Kota Di Jakarta Selatan Sebagai Bioindikator Pencemaran Udara”. Skripsi Sarjana Kehutanan Pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan Dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, Bogor, 2014, h. 9 10Yalang Rosna .Wirnangsi D Uno. Sari Rahayu Rahman, “Identifikasi Jenis Lichenes Di Kawasan Pegunungan Duasen Tohupodaa Desa Molanihu Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo”. Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Gorontalo. 2015. h. 6-8 32

Tanaman ini mempunyai nilai, walaupun tidak sama dengan makanan dari biji-bijian. Pada saat makanan sulit didapat, orang-orang menggunakan lichen sebagai sumber karbohidrat dengan mencampurnya dengan tepung. di Jepang disebut

Iwatake, dimana Umbilicaria dari jenis foliose Lichen digoreng atau dimakan mentah. Lichen juga dimakan oleh hewan rendah maupun tingkat tinggi seperti siput, serangga, rusa dan lain-lain. Rusa karibu menjadikan sejumlah jenis lichenes sebagai sumber makanan pada musim dingin, yang paling banyak dimakan adalah Cladina stellaris. Kambing gunung di Tenggara Alaska memakan lichen dari jenis Lobaria linita.

3. Lichen Sebagai Obat-Obatan.

Pada abad pertengahan Lichen banyak digunakan oleh ahli pengobatan.

Lobaria pulmonaria digunakan untuk menyembuhkan penyakit paru-paru karena

Lobaria dapat membentuk lapisan tipis pada paru-paru. Selain itu lichen juga digunakan sebagai ekspektoran dan obat liver. Sampai sekarang penggunaan Lichen sebagai obat-obatan masih ada.

Dahulu di Timur Jauh, Usnea filipendula yang dihaluskan digunakan sebagai obat luka dan terbukti bersifat antibakteri. Senyawa asam usnat (yang terdapat dalam ekstrak spesis Usnea) saat ini telah digunakan pada salep antibiotik, deodoran dan herbal tincture. Spesies Usnea juga digunakan dalam pengobatan Cina, pengobatan homeopathic, obat tradisional di kepulauan Pasifik, Selandia Baru dan lain benua selain Australia. Banyak jenis Lichen telah digunakan sebagai obat-obatan, 33

diperkirakan sekitar 50% dari semua spesies lichen memiliki sifat antibiotik.

Penelitian bahan obat-obatan dari lichen terus berkembang terutama di Jepang.

Substrat dari Lichen yaitu pigmen kuning asam usnat digunakan sebagai antibiotik yang ampu menghalangi pertumbuhan mycobacterium. Cara ini telah digunakan secara komersil. Salah satu sumber dari asam usnat ini adalah Cladonia dan antibiotik ini terbukti ampuh dari penisilin. Selain asam usnat terdapat juga zat lain seperti sodium usnat, yang terbukti ampuh melawan kanker tomat. Virus tembakau dapat dibendung dan dicegah oleh ekstrak Lichen yaitu : lecanoric, psoromic dan asam usnat.

H. Kerangka Berfikir

Keanekaragaman hayati adalah bermacam-macam mahluk hidup

(organisme) yang ada dibumi, salah satunya yaitu keanekaragaman tumbuhan

Lichen. Lichen dapat dimanfaatkan sebagai indikator polusi udara.

Udara merupakan penunjang utama kehidupan. Pada saat kondisi normal, udara yang terdiri atas campuran berbagai gas dan debu memiliki komposisi yang relatif konstan dan udara normal ini berkualitas baik. Namun, bila terjadi kontaminan pada konsentrasi yang sudah melebihi ambang batas maka komposisi udara tersebut dapat berubah dan kualitasnya pun akan turun.

Apabila batas tersebut dilampaui akan timbul berbagai kerugian karena terjadi perubahan keseimbangan ekosistem. Batas toleransi tersebut sulit untuk diketahui, akan tetapi beberapa tumbuhan dan hewan yang mempunyai kepekaan terhadap perubahan lingkungan dapat dipakai sebagai petunjuk secara dini untuk mengetahui 34

adanya pencemaran udara. Tumbuhan yang peka tersebut dapat digunakan sebagai indikator biologi.

Salah satu tumbuhan yang peka terhadap kondisi lingkungan ialah Lichen.

Lichen sangat dipengaruhi fakotr-faktor biotik dan abiotik dalam kelangsungan hidupnya. Lichen tidak memiliki katikula sehingga memudahkan polutan untuk masuk kedalam talus. Talus akan mengalami kerusakan apabila polusi udara yang tinggi.

Kualitas Udara Polutan

Lichen corticolous

Luas koloni Lichen Jumlah jenis Lichen pada batang pohon pada batang pohon

Bioindikator

Gambar 2.8 Bagan Alir Kerangka Pemikiran 34

BAB III METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Agustus-November 2016. Pengambilan sampel, pengukuran suhu udara harian dan kelembaban udara dilakukan di Kampus

IAIN Raden Intan Lampung dan Jalan Soekarno Hatta, Way Dadi, Sukarame, Kota

Bandar Lampung. Selanjutnya proses identifikasi lanjutan dilakukan di Laboratorium

Biologi IAIN Raden Intan Lampung.

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode Transek1 dan pendekatan deskriptif kualitatif.

C. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis, pisau atau pinset, kamera digital, thermohygrometer, lup, pita meter, timangan digital dan buku identifikasi Key to the Lichen genera of Bogor, Cibodas and Singapore.

Sedangkan bahan yang digunakan yaitu, Sampel Lichen, kertas minyak, kertas label, selotip, kantong koleksi, tali rafia, dan amplop spesimen.

1Fachrul, Melati Ferianita. “Metode Sampling Bioekologi”, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 13-14. 35

D. Cara Kerja

1. Lokasi Penelitian

Sebelum pengumpulan data terlebih dahulu menentukan lokasi penelitian.

Lokasi penelitian Lichen ini adalah 6 plot di Kampus IAIN Raden Intan Lampung dan 6 plot Jalan Soekarno Hatta, Way Dadi, Sukarame, Kota Bandar Lampung.

2. Pengambilan Sampel

Percobaan dilakukan dengan membuat plot berukuran 10x10 meter dengan jarak antar plot sepanjang 50 m. Plot 1 dimulai dari sebelah kiri Transek garis (Line

Transect)2, Transek ditarik dari arah barat ke arah timur berada di depan kampus

IAIN Raden Intan Lampung. Jarak dari pagar pembatas ke plot 1 adalah 15 Meter, jika Transek garis menabrak gedung maka Peneliti mengambil inisiatif untuk menggeser garis Transek ke arah Tenggara karna lebih berpotensi untuk menemukan

Jenis Lichen.

Di dalam tiap plot yang telah dibuat diamati vegetasi yang ada. Kemudian dilakukan pengukuran dan pengambilan sampel Lichen. Diameter dan keliling batang vegetasi berkayu diukur menggunakan pita meter. Pengukuran tersebut bertujuan untuk mengetahui luas kulit kayu yang diamati. Luas kulit kayu yang diamati diperoleh melalui penghitungan dengan menggunakan rumus:3

Luas permukaan kulit kayu (cm2) = ½ x (A+B) x C

2Ibid 3Hutajulu. Rudi Halomoan, “Keanekaragaman Jenis Lumut Kerak Yang Hidup Pada Kulit Kayu Sebagai Bioindikator Pencemaran Udara”, Skripsi Sarjana kehutanan Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan Dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, Bogor 2015, h. 4. 36

Keterangan :

A = Keliling batang atas pohon (cm)

B = Keliling batang bawah pohon (cm)

C = Tinggi batang pohon yang diamati (200 cm dari permukaan tanah)

Sampel Lichen diambil dengan cara dikerik dengan menggunakan Pisau dari permukaan kulit batang pohon. Pengambilan sampel dilakukan pada kedua sisi batang pohon. Setelah itu, sampel dimasukan kedalam amplop spesimen dengan ukuran 110 mm x 230 mm yang telah diberi kode dilakukan pengamatan langsung untuk melihat warna, bentuk dan penutupan Lichen.4 Adapun parameter yang akan diamati adalah :

a. Keanekaragaman, untuk melihat keanekaragaman dihitung jumlah jenis

Lichen yang menempel di pohon pada daerah lokasi penelitian

b. Pertumbuhan, untuk melihat pertumbuhan Lichen dengan mengamati

keadaan morfologi dan warna talusnya. Data yang diperoleh kemudian

dianalisis menggunakan analisis deskriptif yaitu dengan melihat keanekaan

dan pertumbuhan Lichen yang dijumpai menempel pada pohon.

Sampel yang diambil berupa talus Lichen dimasing-masing lokasi yang dijadikan penelitian. Pengamatan talus Lichen dilakukan secara langsung dengan pengamatan keragaman tipe morfologi talus yaitu dengan melihat penutupan Lichen, warna, bentuk dan kemampuan Lichen dalam menyerap air. Sedangkan jenis data

4Ahmad Bashri, et al. “Keragaman Dan Kemampuan Lichen Menyerap Air Sebagai Bioindikator Pencemaran Udara Di Kediri”. Prodi Pendidikan Biologi Universitas Nusantara PGRI Kediri. 37

faktor biotik yang diperoleh adalah jenis tanaman sebagai substrat bagi Lichen sedangkan jenis data faktor abiotik yang diperoleh adalah iklim mikro, terdiri dari suhu dan kelembaban udara.

Pengamatan faktor abiotik yaitu meliputi pengamatan suhu dan kelembapan udara dengan menggantung termohygrometer di ketinggian sekitar 150 cm di atas permukaan tanah. Pengukuran suhu dan kelembapan udara dilakukan di 3 titik berbeda di setiap lokasi pengamatan. Pengukuran dilakukan pada pukul 07.30; 13.30 dan 17.30 WIB.5 Pengamatan ini dilakukan pada saat cuaca sedang cerah atau cuaca yang sedang.

3. Identifikasi

Proses Identifikasi diawali dengan melakukan pengambilan gambar menggunakan kamera digital untuk semua spesies yang ditemukan di masing-masing lokasi penelitian. Sebelum diidentifikasi, dilakukan penyortiran terlebih dahulu terhadap sampel yang diperoleh untuk memisahkan antara kotoran dan Lichen, serta antara Lichen dengan Lichen yang berbeda takson. Setelah dilakukan penyortiran, dilakukan identifikasi secara morfologi kemudian sampel dimasukan dalam amplop spesimen sesuai lokasi penelitian.

Sampel yang diperoleh Selanjutnya diidentifikasi lanjutan di Laboratorium

Biologi IAIN Raden Intan Lampung. Sampel diidentifikasi menggunakan kunci H.

Sipman6 mencocokkan karakteristik spesies yang diidentifikasi.

5Ibid. 6H. Sipman, “Key to the lichen genera of Bogor, Cibodas and Singapore”, 2003 38

4. Pembuatan Herbarium

Untuk pembuatan herbarium, Lichen diambil dengan menggunakan pisau atau pencongkel. Sampel yang diambil dimasukan ke dalam amplop spesimen secara terpisah dari masing-masing spesies, kemudian diberi label yang telah diberi nomor urut dan nama kolektor yang ditulis dengan pensil. Pengoleksian sampel yang diambil dipisah dari setiap kawasan lokasi penelitian. Lichen selanjutnya diproses menjadi spesimen herbarium dengan cara diangin-anginkan. Setelah kering sampel disimpan dalam amplop kertas yang telah dilipat, kemudian diberi label dengan keterangan tentang nama jenis (apabila diketahui nama jenisnya), nama kolektor, nomor koleksi, tempat/daerah asal koleksi, dan data tanggal.

E. Analisa Data

1. Analisis persentase penutupan talus Lichen7:

Persentase Penutupan = Luas permukaan Lichen x 100% Luas permukaan pohon

Luas tutupan Lichen (cm²) = (Wt/Wi) x 1 cm²

Keterangan :

Wt = Berat total kertas minyak yang diukur bedasarkan luas kertas minyak yang

tertutup Lichen (mg)

Wi = Berat total kertas minyak dengan luas 1 cm² (0.77 mg)

7Ahmad Bashri, et al. Op.Cit 39

2. Frekuensi perjumpaan Lichen8

Frekuensi jenis = Jumlah titik pengamatan suatu jenis Lichen Jumlah seluruh titik pengamatan

3. Suhu udara harian rata-rata9

Suhu udara harian rata-rata dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai

berikut :

Suhu Udara (T) = (2 x Tpagi) + (Tsiang) + (Tsore) 4

4. Kelembaban udara harian rata-rata10

Kelembaban udara harian rata-rata dianalisis dengan menggunakan rumus

sebagai berikut:

Kelembaban udara (KU) = (2 x KUpagi) + (KUsiang) + (KUsore) 4

5. Keanekaragaman Shanon – Wiener (H’)

H’ = -Σ pi In pi

Keterangan:

H’ = indeks Shannon= indeks Keragaman Shannon Pi = Proporsi Kelimpahan Jenis (Ni/N) n.i = nilai pentingdari setiap spesies N = total nilai penting

Kriteria indeks keanekaragaman Shanon – Wiener dibagi menjadi 3 yaitu: H’<1 = keanekaragaman rendah 1< H’<2 = keanekaragaman sedang H’>3 = keanekaragaman tinggi

8Hardianto Riszki Is, Op.Cit, h.5 9Ibid 10Hutajulu. Rudi Halomoan, Loc. Cit 40

6. Bioindikator Kualitas Udara

Lichen di daerah yang tercemar pertumbuhannya akan kurang baik dengan warna menjadi pucat atau berubah. Warna lumut kerak misalnya yang berwarna hijau cerah karena terpapar terus menerus oleh zat-zat pencemar lama kelamaan akan berubah warna menjadi hijau pucat/kusam.11 Kelangkaan Lichen di wilayah yang terpolusi merupakan suatu fenomena yang telah diketahui dan secara umum dapat disimpulkan bahwa kelompok organisme-organisme ini beberapa memiliki kepekaan yang sangat tinggi terhadap pencemaran udara.12

11Dewi W. K. Baderan, Wirnangsi D. Uno, Yuliani Usuli, “Lumut Kerak Sebagai Bioindikator Pencemaran Udara (Studi Kasus Di Jalan H.B. Jasin Kelurahan Dulalowo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo)”. Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Gorontalo. h.8 12Ahmad Bashri, Et Al. “Keragaman Dan Kemampuan Lichen Menyerap Air Sebagai Bioindikator Pencemaran Udara Di Kediri”. Prodi Pendidikan Biologi Universitas Nusantara Pgri Kediri 41

F. Alur Kerja Penelitian

Menentukan Lokasi Penelitian

Membagi Lokasi Penelitian di Kampus IAIN Raden Intan Lampung

Pembuatan Plot di Kampus IAIN Raden Intan Lampung

Mendata keadaan lingkungan lokasi penelitian

Mengoleksi Lichen Yang Ditemukan Sesuai Tempat Lokasi Penelitian

Sampel di masukan dalam amplop spesimen dan diberi label sesuai

lokasi penelitian

Melakukan identifikasi lanjutan di laboratorium IAIN Raden Intan Lampung

Pembuatan Herbarium

Melakukan Inventarisasi 42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian Keberadaan vegetasi berkayu pada plot digunakan Lichen sebagai tempat tumbuh atau habitatnya. Jumlah vegetasi berkayu yang terdapat pada plot Kampus Institut

Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung berjumlah 35 pohon dengan diameter batang rata-rata 23.1 cm.

Tabel 4.1 Keberadaan vegetasi berkayu di Kampus Nama Lokal Ilmiah Presentase Mahoni Swietenia sp. 46.2% Trembesi Samanea saman 23.3% Petai Cina Leucaena leucocephala 11.8% Mangga Magnifera indica 9.1% Tanjung Mimosops elingi 6.2% Bungur Lagerstroemia indica 3.4%

Pada Plot Pembanding yakni Jalan Soekarno Hatta, Way Dadi, Sukarame, Kota

Bandar Lampung. Jumlah vegetasi sebanyak 30 pohon dengan diameter batang rata- rata 41.9 cm.

43

Tabel 4.2 Keberadaan vegetasi berkayu di lokasi pembanding Nama Lokal Ilmiah Presentase Bungur Lagerstroemia indica 40% Trembesi Samanea saman 26.7% Mahoni Swietenia sp. 23.3% Mangga Magnifera indica 9.1% Petai Cina Leucaena leucocephala 10%

A B

C D

Gambar 4.1 Lokasi Penelitian; a dan b, plot penelitian Kampus Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung. c dan d plot penelitian di Jalan Soekarno Hatta, Way Dadi, Sukarame, Kota Bandar Lampung

44

Penelitian yang telah dilakukan di Kampus Institut Agama Islam Negeri

Raden Intan Lampung ditemukan delapan Family, 16 spesies Lichen 73 individu.

Sedangkan pada lokasi penelitian pembanding di jalan Soekarno Hatta, Way Dadi

Sukarame Bandar Lampung ditemukan lima Family, 8 spesies Lichen 11 individu.

Hasil pengukuran luas kulit kayu sebagai habitat Lichen pada Kampus Institut

Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung (81.5 m²) lebih besar dibandingkan dengan di lokasi pembanding (138 m²).

Tabel 4.3 Luas kulit kayu sebagai habitat Lichen Lokasi Penelitian Kampus Pembanding Jumlah Vegetasi (individu) 35 30 Rata-rata Luas kulit kayu (m2) 81.5 138

Hasil Presentase penutupan talus Lichen pada 6 plot yang berada di Kampus Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung dan Pembanding. Tabel 4.4 persentase penutupan talus Lichen Lokasi Penelitian Plot Kampus Pembanding I 1.3 1.7 II 1.2 0.3 III 1.3 0.6 IV 0.9 1.3 V 1.3 1.1 VI 1.5 0.6

45

Hasil Rekapitulasi suhu udara dan kelembaban relatif udara harian di Kampus Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung dan Pembanding. Tabel 4.5 Suhu Udara dan kelembaban relatif udara harian Lokasi Penelitian Kampus Pembanding Kelembaban Udara (%) 81.5 71.8 Suhu udara (ºC) 28.6 30

Tabel di bawah Menunjukan nama jenis, jumlah dan lokasi ditemukannya Lichen pada kedua lokasi penelitian. Tabel 4.6 Menunjukan nama jenis, jumlah dan lokasi ditemukannya Lichen Family Spesies Tipe Lokasi Penelitian Kampus Pembanding Chrysotricaceae Chrysothrix sp. C  Graphidaceae Fissurina sp. C  Graphidaceae Graphis assimilis Nyl. C  Graphidaceae Graphis glaucescens Fee C   Graphidaceae Graphis sp. C  Graphidaceae Phaeographis sp. C  Graphidaceae Sarcographa sp. C  Lecanoraceae Lecanora helva Stizenb. C   Megalosporaceae Megalospora tuberculosa C  Sipman Parmeliaceae Parmotrema sp. F  Palmeliaceae Parmelia sulcata F  Physciaceae Amandinea sp. F  Physciaceae Dirinaria sp. F  Physciaceae Physcia sp. F  Physciaceae Physcia sp.2 F  Trypethelidaceae Trypethelium sp. C   Rosellaceae Chiodecton sp. C  Rosellaceae Chiodecton sp.2 C  Rosellaceae Chiodecton sp.3 C   Rosellaceae Dichosporidium boschianum C  Keterangan = √ : ditemukan, C : Crustose, F : Foliose 46

Indeks keanekaragaman Shanon – Wiener (H’) pada penelitian di Kampus

Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung dan lokasi Pembanding

Tabel 4.7 Indeks keanekaragaman Shanon – Wiener (H’) Lokasi Penelitian Kampus Pembanding Indeks keanekaragaman 2.61 1.98

B. Pembahasan

1. Jenis Lichen yang ditemukan

Jumlah Indeks keanekaragaman (H’) spesies Lichen di Kampus Institut

Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung yaitu 2.61. Parmelia sulcata merupakan

Lichen yang paling dominan ditemukan di kampus Institut Agama Islam Negeri

Raden Intan Lampung dengan indeks keanekaragaman 0.30. Sedangkan Jumlah

Indeks keanekaragaman (H’) spesies Lichen di lokasi Pembanding yaitu 2.61.

Lecanora helva Stizenb merupakan Lichen yang paling dominan ditemukan di lokasi pembanding dengan indeks keanekaragaman 0.35.

Parmelia sp. (Lampiran 1 h. 59 Gambar 1) Termasuk Lichen jenis foliose atau berbentuk mirip seperti lembaran daun, dengan warna putih kehijauan yang mana bentuk dari Parmelia sp. yang ditemukan berbentuk bulat seperti lingkaran, sedangkan bila dilihat dari jauh akan nampak seperti lembaran daun yang telah mengering. Parmelia sp. ditemukan di tempat yang lembab pada saat di Kampus

Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung. 47

Parmelia sp tidak membutuhkan syarat – syarat hidup yang tinggi, dan tahan kekurangan air dalam jangka waktu yang lama. Karena panas yang terik Lichen yang hidup pada batu – batu dapat menjadi kering, tetapi tidak mati, dan apabila turun hujan akan hidup kembali. Pertumbuhan talusnya sangat lambat, dalam satu tahun kurang lebih 1 cm. tubuh buah baru terbentuk setelah mengadakan pertemua vegetative bertahun – tahun.

Parmelia sp. termasuk dalam kelas Ascolichenes, karena yang menyusunnya tergolong dalam Pyrenomycetales, maka tubuh buah yang dihasilkan berupa peritesium, misalnya Dermatocarpon dan Verrucaria, selain itu Parmelia sp. juga berupa lembaran – lembaran seperti kulit yang hidup di pohon – pohon dan batu – batu. Serta memiliki manfaat Parmelia sp. untuk membantu melapukkan batu – batuan , sebagai vegetasi perintis atau tumbuhan pioneer, membantu proses pembuatan tanah, sebagai bioindikator pencemaran udara).

Lecanora helva Stizenb (Lampiran 1 h. 65 Gambar 1) merupakan salah satu spesies dari ordo Lecanorales, bagian tengahnya berwarna hijau tua dan bagian yang agak ke pinggir berwarna hijau muda, Lichen ini bentuknya tidak teratur, bagian tengah Lichen ini terdapat bagian yang menonjol seperti bintil dan memiliki permukaan yang kasar, habitatnya biasanya terdapat menempel pada pepohonan.

Berdasarkan morfologi talus, pada lokasi pengamatan di Kampus Institut

Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung ditemukan 16 spesies Lichen yang terdiri dari 11 spesies memiliki morfologi talus crustose dan 5 spesies Lichen talus foliose.

Sementara pada lokasi pengamatan pembanding ditemukan 8 spesies Lichen yang 48

terdiri dari 7 spesies memiliki morfologi talus crustose dan 1 spesies Lichen talus foliose.

Talus crustose memiliki ciri-ciri bentuk seperti kerak yang yang melekat pada substratnya. Tipe talus foliose memiliki ciri-ciri dengan talus mudah terkelupas dari substratnya. Perbedaan tipe morfologi talus Lichen dapat dilihat dan ditentukan secara makroskopis.1

Bentuk talus khususnya untuk talus crustose, akan ditemukan dalam bentuk yang tidak tetap serta beberapa jenis Lichen memiliki talus yang cenderung berbentuk menyerupai lingkaran tetapi juga dapat ditemukan pada keadaan tidak beraturan.

Keadaan yang tidak beraturan dapat tumbuh pada permukaan batang kayu, kayu yang sudah lapuk dan batu.

Talus foliose secara makroskopis memiliki bentuk seperti lembaran daun, sedangkan secara mikroskopis tipe talus ini memiliki batasan antar lapisan tidak terlalu terlihat jelas. bahwa lapisan dermis pada kebanyakan tipe talus foliose tidak dapat dibedakan dengan lapisan atasnya. Namun, pada tipe talus ini terlihat adanya rizoid, yaitu struktur yang terbentuk dari kumpulan hifa fungi yang berfungsi untuk memperkuat kedudukan talus sehingga dapat melekat pada substrat. Meskipun struktur ini mirip akar, akan tetapi tidak berperan penting sebagai penyalur bahan mineral seperti fungsi akar.

1 Pratiwi. Mungki Eka,” Kajian Lumut Kerak Sebagai Bioindikator Kualitas Udara (Studi Kasus: Kawasan Industri Pulo Gadung, Arboretum Cibubur Dan Tegakan Mahoni Cikabayan)”. (Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan Dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, Bogor, 2014), h. 36 49

Talus yang ditemukan beragam, terdiri atas bentuk lonjong (memanjang), melingkar/membulat serta bentuk yang tidak teratur. Bentuk talus Lichen dengan jenis yang sama dengan lokasi pengamatan yang sama dapat berbeda. (Lampiran 1 h.

59-67) Hal tersebut ditentukan oleh faktor tempat tumbuh seperti keadaan permukaan tempat tumbuh. Pada kulit permukaan batang tanaman yang tidak pecah-pecah, pertumbuhan talus Lichen dapat utuh dan batas antar koloni terlihat dengan jelas.

Secara umum perkembangan talus Lichen akan cenderung membulat. Pada kulit batang pohon yang pecah-pecah, perkembangan bentuk talus Lichen cenderung akan mengikuti pola pecahan permukaan kulit batang pohon tersebut.

Pada lokasi Kampus Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung, permukaan kulit batang angsana relatif tidak pecah-pecah sehingga memungkinkan untuk talus berkembang ke segala arah. Hal tersebut akan mempengaruhi bentuk talus

Lichen, sehingga bentuk dan keadaan talus ditentukan oleh keadaan tempat tumbuh yaitu umur dan sifat tanaman itu sendiri sebagai faktor substrat.

Gambar Parmelia sp, Permukaan kulit relatif tidak pecah-pecah

Sedangkan untuk warna termasuk kedalam kategori ciri makroskopis, akan tetapi warna talus dari suatu spesies Lichen tidak selalu memperlihatkan warna yang 50

konsisten. Hal ini dipengaruhi oleh substrat dan kondisi lingkungan sebagai tempat tumbuh talus Lichen tersebut.

Vegetasi berkayu sebagai habitat Lichen di kedua lokasi penelitian memiliki jumlah dan diameter yang berbeda. Perbedaan jumlah maupun diameter batang kayu mempengaruhi luasan kulit kayu yang diamati (Tabel 4.1). Diameter batang kayu yang semakin besar berpotensi ditemukan lebih luas tutupan Lichen. Secara umum, permukaan kulit kayu di kedua plot contoh tampak lembab dan mengalami pengelupasan. Tingkat kelembaban dan kesehatan vegetasi berkayu dapat mempengaruhi kesehatan kulit kayu sebagai tempat tumbuh Lichen.

2. Hubungan Karakteristik Lingkungan dengan Pertumbuhan Lichen

a. Suhu dan Kelembaban Udara

Kondisi iklim mikro yang diukur adalah kelembaban dan suhu udara, hal tersebut diharapkan menggambarkan kondisi lingkungan sekitar. Suhu harian pada kawasan Kampus memiliki suhu udara rata-rata yang relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan lokasi pembanding. Tumbuhan yang tinggi dan luasan yang cukup akan dapat mengurangi efek pemanasan.

Talus crustose lebih tahan terhadap kondisi lingkungan panas dibandingkan dengan talus foliose ditinjau dari faktor lingkungan yaitu kelembaban udara yang membutuhkan relatif lebih rendah. Kelembaban udara dipengaruhi oleh cahaya matahari, penggerakan udara, pohon berbanir, dan letak vegetasi batang. Jarak antara pohon yang berjauhan akan lebih cepat mengalami penguapan sehingga kelembaban 51

pohon menjadi rendah. Dengan adanya pencemar di udara akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan lichen.2

Keberadaan Lichen serta habitatnya pada lokasi penelitian dipengaruhi faktor lingkungan, yakni: suhu udara harian, dan kelembaban relatif udara harian. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa di Kampus Institut Agama Islam Negeri Raden

Intan Lampung memiliki suhu harian sebesar 28.9°C, serta kelembaban relatif udara harian sebesar 81.5%. Suhu harian di Lokasi Pembanding sebesar 30°C, serta kelembaban relatif udara harian sebesar 71.8%.

Suhu yang tinggi akan meningkatkan laju respirasi dan menurunkan laju fotosintesis. Jika hal tersebut terus berlangsung akan menyebabkan kematian pada

Lichen. Pengambilan, penahanan, dan pengeluaran air merupakan hal yang sangat penting dalam Lichen, karena Lichen dapat mengabsorbsi air hujan, air larian, dan air embun sehingga mampu menciptakan kelembaban yang diperlukan.3

Maka hasil identifikasi dari penelitian dan disesuaikan dengan teori yang telah ada pada lokasi pembanding lebih sedikit di temukan Lichen dikarenakan suhu yang tergolong tinggi dan kelembaban udara yng tergolong rendah.

b. Lichen sebagai Bioindikator Kualitas Udara

Lichen diketahui merupakan tumbuhan yang peka terhap pencemaran udara.

Jika kulitas udara di suatu lingkungan telah menurun maka beberapa jenis Lichen akan menghilang seiring dengan meningkatnya konsentrasi polusi di udara. Lichen

2Efri Roziaty, “Kajian Lichen : Morfologi, Habitat Danbioindikator Kualitas Udara Ambien Akibat Polusi Kendaraan Bermotor”. Bioeksperimen, Vol 2 No. 1, (Maret 2016). h. 64 3Pratiwi. Mungki Eka, Op Cit. h. 36 52

dapat mengindikasikan atau mencirikan polusi udara khususnya yang berasal dari emisi kendaraan bermotor. Dengan adanya pencemar di udara akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan lichen. Selain itu, terjadi juga penurunan jumlah jenis

(genus) lichen yang dapat dijadikan indikator pencemaran udara.4

Pada daerah dimana pencemaran telah terjadi, jumlah jenis yang ada sedikit dan jenis-jenis yang peka sekali akan hilang Hal tersebut juga didukung oleh hasil penelitian Pembanding yang menemukan 8 jenis Lichen5, tiga Family Lichen corticolous yang terdiri dari empat spesies Lichen corticolous dan satu pada tingkat genus Usnea6.

Bahwa pada umumnya Lichen tahan terhadap perubahan temperatur dan kekeringan. Hal ini sejalan dengan Lichen yang memperoleh nutrisi dari udara tanpa menyeleksinya terlebih dahulu, Lichen tidak terdapat katikula sehingga memudahkan polutan untuk masuk kedalam talus . sehingga akan terakumulasi dari zat-zat buangan yang tidak terurai oleh Lichen, yang diketahui berperan sebagai indikator pencemaran udara, maka untuk mengetahui tingkat pencemaran udara suatu wilayah dapat diketahui dengan melihat kondisi talus Lichen. Talus akan mengalami kerusakan apabila polusi udara yang tinggi, Lichen tidak hanya berfungsi sebagai indikator

4Efri Roziaty, Op Cit h. 64 5Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan Penelitian pada Kampus Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung untuk penguatan Penelitian Skripsi yang dilaksanakan pada bulan Agustus-November 2016. 6Dina Astuti B.Lawira, Marini S. Hamidun, Sari Rahayu Rahman, “Keanekaragaman Jenis Lichen Corticolous Di Dataran Rendah Suaka Margasatwa Nantu Kabupaten Gorontalo”. Program Studi Biologi, Fakultas Mipa, Universitas Negeri Gorontalo. H. 6-7 53

pencemaran udara akan tetapi mengetahui sampai sejauh mana tingkat pencemaran dari polutan-polutan udara.7

Semakin buruknya kualitas udara di suatu wilayah maka tingkat keanekaragaman Lichen semakin rendah. Akibat kontaminasi yang disebabkan oleh terakumulasi zat – zat buangan yang tidak dapat terurai seperti emisi kendaraan bermotor, pelebaran jalan, pembangunan pada ruang terbuka serta semakin berkurangnya gas O2 akibat penebangan pohon yang tidak di tanam kembali. Asap kendaraan bermotor merupakan sumber pencemaran udara karna banyak mengandung zat-zat berbahaya semisal NO2, HC, CO2, O3, CO, partikel debu PSP dan Timbal (Pb)8 Dengan pembuktian bahwa lokasi penelitian pembanding yang berada di jalan Soekarno Hatta, Way Dadi, Sukarame, Way Dadi, Sukarame, Kota

Bandar Lampung dengan ditemukanya delapan spesies Lichen memiliki kelimpahan yang rendah dibandingkan dengan penelitian yang dilaksanakan di Kampus Institut

Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung yang ditemukan enam belas spesies

Lichen.

Dari hasil data tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kualitas udara di

Kampus Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung lebih baik dibandingkan dengan lokasi Pembanding yaitu di jalan Soekarno Hatta, Way Dadi, Sukarame, Kota

Bandar Lampung.

7Christanti Istan. Yeane, “Respon Lumut Kerak pada vegetasi pohon sebagai indikator pencemaran udara di Kebun Raya Bogor dan Hutan Kota Manggala Wana Bhakti”.Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Institut Pertanian Bogor, 2007. H. 55-56 8Imrom, Anikhotul. Ani Sulistyarsih, “ Biomonitoring pencemaran udara menggunakan Bioindikator Lichenes dikota Madiun”. Floera Volume 2 No.2 (November 2015) h. 43 54

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan

bahwa penelitian yang dilakukan di kampus Institut Agama Islam Negeri

Raden Intan Lampung, diperoleh 8 family, 16 spesies Lichen yang terdiri

golong dalam 11 tipe crustose dan 5 tipe foliose. Jumlah nilai indeks

keanekaragaman termasuk dalam kategori sedang yaitu H’=2.61. sedangkan

penelitian di lokasi pembanding, diperoleh 5 family, 8 spesies Lichen yang

terdiri golong dalam 7 tipe crustose dan 1 tipe foliose. Jumlah nilai indeks

keanekaragaman termasuk dalam kategori sedang yaitu H’=1.98.

2. Semakin buruk kualitas udara maka tingkat keragaman Lichen semakin

rendah. Dengan pembuktian bahwa lokasi pembanding ditemukan 8 spesies

Lichen memiliki kelimpahan yang rendah dibandingkan penelitian yang

dilaksanakan di Kampus Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung

ditemukan 16 spesies Lichen. Dapat disimpulkan bahwa kualitas udara di

Kampus Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung lebih baik

dibandingkan lokasi penelitian pembanding.

55

B. SARAN

Bedasarkan penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa hal yang dapat menjadi bahan rekomendasi antara lain sebagai berikut:

1. Penelitian ini hanya membahas Lichen sebagai bioindikator dengan melihat

bentuk fisiknya saja, sehingga perlu dilakukan penelitian dengan melihat

kandungan zat pencemar yang diterima oleh Lichen.

2. Pengelompokan berdasarkan genus masih sangat terbatas terhadap spesies

yang ditemukan, sehingga diperlukan penelitian selanjutnya untuk melakukan

identifikasi pada beberapa sampel Lichen yang belum diketahui.

3. Kajian Lichen sebagai bioindikator perlu diteliti lebih lanjut dengan

memperluas daerah penelitian dan stasiun pengamatan. DAFTAR PUSTAKA

Agus, Hikmat. Cecep Kusmana, 2015. Keanekaragaman Hayati Flora di Indonesia. Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Vol. 5 No. 2.

Ahmad Bashri, et al. Keragaman Dan Kemampuan Lichen Menyerap Air Sebagai Bioindikator Pencemaran Udara Di Kediri. Kediri: Prodi Pendidikan Biologi Universitas Nusantara PGRI Kediri.

Ardana, I Ketut. 2004. Pemahaman Konsep Keanekaragaman Tumbuhan Dengan Memanfaatkan Lingkungan Sekolah Dalam Pembelajaran Biologi Di SLTP. Singaraja: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXVII.

Astuti B.Lawira., Dina. Marini S. Hamidun., dan Sari Rahayu Rahman. 2015. Keanekaragaman Jenis Lichen Corticolous Di Dataran Rendah Suaka Margasatwa Nantu Kabupaten Gorontalo. Gorontalo: Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Gorontalo.

Bitenia Elen Kuni, Gusti Hardiansyah dan Idham. 2015. Etnobotani Masyarakat Suku Dayak Kerabat Di Desa Tapang Perodah Kecamatan Sekadau Hulu Kabupaten Sekadau. Pontianak: Jurnal Hutan Lestari. Vol. 3.

Butarbutar, Regina Rosita. Soemarno. 2013. Pengaruh Aktivitas Wisatawan Terhadap Keanekaragaman Tumbuhan Di Sulawesi. Journal of Indonesian Tourism and Development Studies, Vol.1, No.2.

Christanti Istan. Yeane. 2007. Respon Lumut Kerak pada vegetasi pohon sebagai indikator pencemaran udara di Kebun Raya Bogor dan Hutan Kota Manggala Wana Bhakti.Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Institut Pertanian Bogor.

Departemen Agama RI. 2005. Al-Hikmah Al-Qura’an Terjemahanya. Jawa Barat: Penerbit Dipenogoro.

Departemen Pendidikan Naional. 2010. Kamus Besar Bahasa Indonesia,Jakarta: Balai Pustaka.

Dewi W. K. Baderan., Wirnangsi D. Uno., Yuliani Usuli. 2013 . “Lumut Kerak Sebagai Bioindikator Pencemaran Udara (Studi Kasus Di Jalan H.B. Jasin Kelurahan Dulalowo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo)”. Gorontalo: Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Gorontalo.

Fachrul, Melati Ferianita. 2007. Metode Sampling Bioekologi,(cet. I) Jakarta: Bumi Aksara.

Fahrurozi, Irpan. 2014. Keanekaragaman Tumbuhan Obat di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dan di hutan Terfragmintasi Kebun Raya Cibodas Serta Pemanfaatnya oleh Masyarakat Lokal. Jakarta : Skripsi Sarjana Sains Bidang Biologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

H. Sipman, 2003. Key to the lichen genera of Bogor, Cibodas and Singapore.

Hardianto Riszki Is, 2015. Respon Lumut Kerak Pada Vegetasi Pohon Sebagai Bioindikator Pencemaran Udara Di Kawasan Industri Jakarta Timur. Bogor: Skripsi Sarjana kehutanan Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan Dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Hutajulu. Rudi Halomoan, 2015.Keanekaragaman Jenis Lumut Kerak Yang Hidup Pada Kulit Kayu Sebagai Bioindikator Pencemaran Udara, Skripsi Sarjana kehutanan Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan Dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Herry, Widyastono. 2014. Pengembangan Kurikulum di Era Otonomi Daerah dari Kurikulum 2004,2006,ke Kurikulum 2013, Jakarta: Bumi Aksara.

Ihrom, Anikhotul. Ani Sulistyarsi, 2015 “Biomonitoring Pencemaran Udara Menggunakan Bioindikator Lichenes Di Kota Madiun.” Florea Vol. 2 No. 2.

Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan, (cet. I) Jakarta: Bumi Aksara.

Pratiwi . Mungki Eka, 2006 Kajian Lumut Kerak Sebagai Bioindikator Kualitas Udara (Studi Kasus: Kawasan Industri Pulo Gadung, Arboretum Cibubur Dan Tegakan Mahoni Cikabayan). Skripsi Sarjana Kehutanan Pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan Dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Prayanka. Adinda, Keanekaragaman Lumut Kerak Tiga Taman Kota Di Jakarta Selatan Sebagai Bioindikator Pencemaran Udara. Skripsi Sarjana Kehutanan Pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan Dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, Bogor, 2014.

Roziaty, Efri. 2016. Kajian Lichen : Morfologi, Habitat Danbioindikator Kualitas Udara Ambien Akibat Polusi Kendaraan Bermotor. Surakarta: Bioeksperimen, Vol 2 No. 1.

Kartawinata, Kuswata. 2010. Dua Abad Mengungkap Kekayaan Flora dan Ekosistem Indonesia. Jakarta: Senior Advisor for Environmental Sciences, UNESCO Office, Jakarta, Regional Science Bureau for Asia and the Pacific Dan Research Associate Botany Department, Field Museum, Chicago, Illinois, USA, &Herbarium Bogoriense, Pusat Penelitian Biologi, LIPI, Cibinong, Bogor, Indonesia.

Kwanda, Timoticin. 2003 Pembangunan Permukiman Yang Berkelanjutan Untuk Mengurangi Polusi Udara. Surabaya: Dimensi Teknik Arsitektur Vol. 31, No. 1.

Yalang, Rosna., Sari Rahayu Rahman., Wirnangsi D.Uno. 2015. Identifikasi Jenis Lichenes Di Kawasan Pegununganduasen Tohupodaa Desa Molanihu Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo. Gorontalo: Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Gorontalo.

LAMPIRAN 1

ANALISIS DATA

1.1 Dokumentasi Lichen pada Kampus IAIN Raden Intan Lampung

1.2 Dokumentasi Lichen pada lokasi Pembanding

1.3 Frekuensi Perjumpaan Lichen

1.4 Presentase tutupan Lichen

1.5 Suhu Udara dan Kelembaban Udara

1.6 Keanekaragaman Lichen

LAMPIRAN 2

SILABUS

LAMPIRAN 3

LEMBAR KERJA SISWA

LAMPIRAN 4

SURAT-SURAT

4.1 Nota Dinas

4.2 Cover untuk diseminarkan

4.3 Lembar Pengesahan Seminar

4.4 Surat Izin Penelitian

4.5 Surat Balasan Penelitian

4.6 Kartu Kendali Bimbingan

4.7 Surat Peminjaman Alat Laboratorium

4.8 Surat Bebas Laboratorium

LAMPIRAN 5

DOKUMENTASI PENELITIAN

Dokumentasi keanekaragaman jenis Lichen pada lokasi Kampus Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung

Regnum : Fungi Devisi : Lichenes Class : Ascolichenes Ordo : Lecanorales Family : Parmeliaceae Genus : Parmelia Spesies : Parmelia sp.

Gambar 1. Parmelia sp.

Regnum : Fungi Devisi : Lichenes Kelas : Ascolichenes Ordo : Trypetheliales Family : Trypethelidaceae Genus : Trypethelium Spesies : Trypethelium sp.

Gambar 2. Trypethelium sp.

Regnum : Fungi Devisi : Lichenes Kelas : Ascolichenes Ordo : Trypetheliales Family : Trypethelidaceae Genus : Megalospora Spesies : Megalospora tuberculosa

Gambar 3. Megalospora tuberculosa

Regnum : Fungi Devisi : Lichenes Class : Ascolichenes Ordo : Family : Physciaceae Genus : Dirinaria Spesies : Dirinaria sp.

Gambar 4. Dirinaria sp.

Regnum : Fungi Devisi : Lichenes Class : Ascolichenes Ordo : Lecanorales Family : Parmeliaceae Genus : Parmotrema Spesies : Parmotrema sp. Gambar 5. Parmotrema sp.

Regnum : Fungi Devisi : Lichenes Class : Ascolichenes Ordo : Arthoniales Family : Rosellaceae Genus : Chiodecton

Spesies : Chiodecton sp. Gambar 6. Chiodecton sp.

Regnum : Fungi Devisi : Lichenes Class : Ascolichenes

Ordo : Ostropales

Family : Graphidaceae Genus : Sarcographa Spesies : Sarcographa sp. Gambar 7. Sarcographa sp.

Regnum : Fungi Devisi : Lichenes Class : Ascolichenes Ordo : Arhoniales

Family : Chrysotricaceae Genus : Chrysothrix Spesies : Chrysothrix sp

Gambar 8. Chrysothrix sp

Regnum : Fungi Devisi : Lichenes Class : Ascolichenes Ordo : Teloschistales Family : Physciaceae Genus : Amandinea Spesies : Amandinea sp.

Gambar 9. Amandinea sp.

Regnum : Fungi Devisi : Lichenes Class : Ascolichenes Ordo : Arthoniales Family : Rosellaceae Genus : Chiodecton

Spesies : Chiodecton sp Gambar 10. Chiodecton sp

Regnum : Fungi Devisi : Lichenes Class : Ascolichenes Ordo : Ostropales Family : Graphidaceae Genus : Graphis

Spesies : Graphis sp. Gambar 11. Graphis sp.

Regnum : Fungi Devisi : Lichenes Class : Ascolichenes Ordo : Teloschistales Family : Physciaceae Genus : Physcia Spesies : Physcia sp. Gambar 12. Physcia sp.

Regnum : Fungi Devisi : Lichenes Class : Ascolichenes Ordo : Ostropales Family : Graphidaceae Genus : Graphis

Spesies : Graphis glaucescens Fee Gambar 13. Graphis glaucescens Fee

Regnum : Fungi Devisi : Lichenes Class : Ascolichenes Ordo : Ostropales Family : Graphidaceae Genus : Phaeographis Spesies : Phaeographis sp.

Gambar 14. Phaeographis sp.

Regnum : Fungi Devisi : Lichenes Class : Ascolichenes

Ordo : Lecanorales

Family : Lecanoraceae Genus : Lecanora

Spesies : Lecanora helva Stizenb. Gambar 15. Lecanora helva Stizenb. Regnum : Fungi Devisi : Lichenes Class : Ascolichenes Ordo : Arthoniales Family : Rosellaceae Genus : Chiodecton Spesies : Chiodecton sp Gambar 16. Chiodecton sp

Dokumentasi keanekaragaman jenis Lichen pada Jalan Soekarno Hatta, Way Dadi, Sukarame, Kota Bandar Lampung

Regnum : Fungi Devisi : Lichenes Class : Ascolichenes Ordo : Lecanorales Family : Lecanoraceae Genus : Lecanora Spesies : Lecanora helva Stizenb. Gambar 1. Lecanora helva Stizenb.

Regnum : Fungi Devisi : Lichenes Class : Ascolichenes Ordo : Ostropales Family : Graphidaceae Genus : Fissurina

Spesies : Fissurina sp. Gambar 2. Fissurina sp.

Regnum : Fungi Devisi : Lichenes Class : Ascolichenes Ordo : Ostropales Family : Graphidaceae Genus : Graphis

Spesies : Graphis assimilis Nyl. Gambar 3. Graphis assimilis Nyl.

Regnum : Fungi Devisi : Lichenes Class : Ascolichenes Ordo : Teloschistales Family : Physciaceae Genus : Physcia

Spesies : Physcia sp Gambar 4. Physcia sp

Regnum : Fungi Devisi : Lichenes Class : Ascolichenes Ordo : Arthoniales Family : Rosellaceae Genus : Dichosporidium

Spesies : Dichosporidium Gambar 5. Dichosporidium boschianum boschianum

Regnum : Fungi Devisi : Lichenes Class : Ascolichenes Ordo : Ostropales Family : Graphidaceae Genus : Graphis

Spesies : Graphis glaucescens Fee Gambar 6. Graphis glaucescens Fee

Regnum : Fungi Devisi : Lichenes Class : Ascolichenes Ordo : Trypetheliales Family : Trypethelidaceae Genus : Trypethelium

Spesies : Trypethelium sp. Gambar 7. Trypethelium sp.

Regnum : Fungi Devisi : Lichenes Class : Ascolichenes Ordo : Arthoniales Family : Rosellaceae Genus : Chiodecton

Spesies : Chiodecton sp. Gambar 8. Chiodecton sp

SILABUS PEMINATAN MATEMATIKA DAN ILMU-ILMU ALAM MATA PELAJARAN BIOLOGI SMA Satuan Pendidikan : SMA Kelas : X KI 1 : 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya KI 2 : 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia

KI 3 : 3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah

KI 4 : 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan

ALOKASI MEDIA, ALAT, KOMPETENSI DASAR MATERI POKOK PEMBELAJARAN PENILAIAN WAKTU BAHAN Jamur, ciri dan karakteristik, serta peranannya dalam kehidupan 1.1 Mengagumi Fungi/Jamur Mengamati Tugas 4 minggu  Foto/gambar keteraturan dan . Ciri-ciri  Mengamati berbagai jenis jamur di  - x 4 JP berbagai kompleksitas ciptaan kelompok jamur lingkungan yang pernah siswa macam Tuhan tentang . dalam hal lihat dari gambar/foto/bacaan Observasi jamur, baik keanekaragaman morfologi, cara tentang jamur  Performa/proses yang edibel hayati, ekosistem dan memperoleh ilmiah saat siswa dan non- lingkungan hidup. nutrisi, Menanya melakukan edibel/toksik reproduksi  Berbagai macam jamur, pengamatan  Teksbook 1.2 Menyadari dan . Pengelompokan bagaimana mengelompokkannya? dengan jamur mengagumi pola pikir jamur.  Apa ciri-ciri dan karakteristik jamur mikroskop  LKS ilmiah dalam . Manfaat jamur yang membedakannya dengan  Keselamatan pengamatan kemampuan secara ekologis, organisme lain? kerja jamur mengamati bioproses ekonomis,  Apa peranan jamur dalam  Sikap ilmiah mikroskopis 1.3 Peka dan peduli medis, dan kelangsungan hidup di bumi? dalam bekerja  LKS terhadap pengembangan pengamatan permasalahan iptek Mengumpulkan Portofolio jamur lingkungan hidup, Data(Eksperimen/Eksplorasi)  Laporan tertulis makrsokopis menjaga dan  Mengamati morfologi jamur hasil investigasi  LKS menyayangi mikroskopis dari berbagai bahan berbagai jamur pemanfaatan lingkungan sebagai (roti, kacang, jagung berjamur, edibel/toksik khamir dalam manisfestasi dll), jamur cendawan,  Sikap ilmiah industri roti pengamalan ajaran menggambar hasil pengematan,  LKS agama yang dianutnya menandai nama-nama bagian- Tes identifikasi 2.1 Berperilaku ilmiah: bagiannya  Tes tertulis berbagai teliti, tekun, jujur . Melakukan pengamatan morfologi pemahaman jamur di alam terhadap data dan mikroskopis dan makroskopis konsep dan kosa fakta, disiplin, (khamir dan kapang) kata ilmiah tanggung jawab, dan peduli dalam observasi . Melakukan pengamatan tubuh tentang dunia dan eksperimen, buah jamur makroskopis jamur berani dan santun (cendawan)  Gambaran dalam mengajukan . Melakukan percobaan fermentasi menyeluruh pertanyaan dan makanan dengan jamur. tentang berargumentasi, peduli . Mencari informasi tentang karakteristik, lingkungan, gotong berbagai jamur yang edibel/bisa morfologi, dan royong, bekerjasama, dimakan dan jamur yang pengelompokan cinta damai, toksik/beracun (PR) jamur berpendapat secara  Analisis kasus ilmiah dan kritis, Mengasosiasikan permasalahan responsif dan proaktif  Menyimpulkan hasil pengamatan peran jamur dalam dalam setiap tentang perbedaan jamur dengan dalam penyakit, tindakan dan dalam organisme lain pengobatan, melakukan  Menyimpulkan tentang ciri makanan, pengamatan dan morfologi berbagai jenis jamur keseimbangan percobaan di dalam ada yang maikroskopis, bersel ekologi kelas/laboratorium tunggal(uniseluler), multiseluler, maupun di luar dan yang memiliki tubuh buah kelas/laboratorium  Menyimpulkan bahwa jamur 2.2 Peduli terhadap memiliki peran penting dalam keselamatan diri dan kelangsungann hidup di bumi lingkungan dengan karena cara memperoleh menerapkan prinsip nutrisinya secara saprofit keselamatan kerja  Menyimpulkan bahwa di alam saat melakukan terdapat kerumitan namun juga kegiatan pengamatan tersistematis dengan rapi karena dan percobaan di kekuatan Sang Pencipta, tiada laboratorium dan di yang mampu menciptakan lingkungan sekitar. keindahan selain Tuhan YME

3.6 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk Mengkomunikasikan menggolongkan jamur  Membuat laporan hasil berdasarkan ciri-ciri pengamatan mikroskopis dan dan cara makroskopis jamur secara tertulis reproduksinya melalui sesuai kaidah penulisan yang pengamatan secara berlaku atau presentasi teliti dan sistematis.  Melaporkan peran jamur dalam kehidupan, dan memecahkan 4.6 Menyajikan data hasil masalah apabila keberadaan pengamatan ciri-ciri jamur dalam suatu ekosistem dan peran jamur terganggu dalam kehidupan dan lingkungan dalam bentuk laporan tertulis.

Jumlah pohon, jumlah pohon ditemui Lichen, Jumlah jenis Lichen dan frekuensi perjumpaan terhadap Lichen

Lokasi Penelitian Kampus Pembanding Plot Plot I II III IV V VI I II III IV V VI Jumlah Pohon 3 6 4 6 8 8 5 6 5 4 5 5 Jumlah Pohon ditemui Lichen 3 6 4 6 8 8 5 5 4 4 5 4 Jumlah jenis Lichen ditemui 6 7 4 5 8 9 1 1 1 1 2 2 Frekuensi perjumpaan (%) 100 100 100 100 100 100 100 83.3 80 100 100 80 Total Frekuensi perjumpaan (%) 100 90.6

Jumlah pohon, jumlah pohon ditemui Lichen, Jumlah jenis Lichen dan frekuensi perjumpaan terhadap Lichen

Lokasi Penelitian Kampus Pembanding Plot Plot I II III IV V VI I II III IV V VI Total Luas tutupan Lichen (m2) 1.3 1.2 1.3 0.9 1.3 1.5 1.7 0.3 0.6 1.3 1.1 0.6 Total Luas kulit kayu (m2) 98 67 76 56 79 113 176 81 125 218 98 130 Jumlah Vegetasi (ind) 3 6 4 6 8 8 5 6 5 4 5 5 Presentase tutupan Lichen 1.3 2 1.7 1.4 1.9 1.5 1 0.4 0.5 0.6 1.2 0.6 terhadap kulit kayu (%) Total Presentase tutupan Lichen 1.6 0.7 terhadap kulit kayu (%)

Substrat Lichen pada Plot Penelitian di Kampus IAIN Raden Intan Lampung

Jumlah Pohon perbagian Diameter Jumlah pada plot contoh Penelitian Presentase Nama Lokal Nama Latin Family Rata-rata Total (Individu) (%) (cm²) (Individu) I II III IV V VI Mahoni Swietenia sp. Maliaceae 1 2 3 4 3 3 21.5 16 46.2 Petai Cina Leucaena leucocephala Febaceae - 1 - - 2 1 24.2 4 11.8 Trembesi Samanea saman Febaceae 1 3 - 2 1 2 40.7 8 23.3 Bunggur Lagerstroemia indica Lythaceae 1 - - - - - 15.3 1 3.4 Mangga Magnifera indica - - 1 - 1 1 19.9 3 9.1 Tanjung Mimosops elingi Febaceae - - - - 1 1 16.8 2 6.2 Jumlah Total 3 6 4 6 8 8 23.1 35 100

Substrat Lichen pada Plot Penelitian Pembanding

Jumlah Pohon perbagian Diameter Jumlah pada plot contoh Penelitian Presentase Nama Lokal Nama Latin Family Rata-rata Total (Individu) (%) (cm²) (Individu) I II III IV V VI Mahoni Swietenia sp. Maliaceae 2 2 1 2 - - 72.5 7 23.3 Petai Cina Leucaena leucocephala Febaceae 1 1 - - 1 - 19.8 3 10 Trembesi Samanea saman Febaceae 2 2 2 1 - 1 46.9 8 26.7 Bunggur Lagerstroemia indica Lythaceae - 1 2 1 4 4 29.3 12 40 Jumlah Total 5 6 5 4 5 5 41.9 30 100

Rekapitulasi suhu udara ( C) dan kelembaban relatif udara harian pada Plot Penelitian Kampus IAIN Raden Intan Lampung

Rekapitulasi Pengulangan 3 x percobaan

07.30 WIB 13.30 WIB 17.30 WIB Plot Suhu Kelembaban Suhu Kelembaban Suhu Kelembaban ( C) (%) ( C) (%) ( C) (%) I 28 28 28 81 85 83 29 28 28 84 81 81 27 29 28 80 79 81 II 28 28 28 80 86 84 30 28 28 80 80 80 28 29 29 80 79 82 III 29 28 28 77 88 86 31 28 28 77 80 80 28 28 29 82 81 84 IV 30 28 29 75 87 85 31 29 29 71 77 77 28 28 29 83 82 84 V 28 28 28 80 87 85 30 30 30 77 75 75 29 28 30 86 81 86 VI 28 28 28 79 87 85 30 30 30 70 72 72 29 28 30 85 82 87

07.30 WIB 13.30 WIB 17.30 WIB Plot Suhu Kelembaban Suhu Kelembaban Suhu Kelembaban ( C) (%) ( C) (%) ( C) (%) I 28 83 28.3 82 28 80 II 28 83.3 28.7 80 28.7 80.3 III 28.3 83.7 29 79 28.3 82.3 IV 29 82.3 29.7 75 28.3 83 V 28 84 30 74 29 84.3 VI 28 83.7 30 71.3 29 84.7

Suhu udara harian ( C) dan Kelembaban relatif udara harian (%)

Plot Suhu ( C) Kelembaban (%) I 28.1 82 II 28.4 81.8 III 28.5 82.2 IV 29 80.7 V 28.8 81.6 VI 28.8 80.9 Total 28.6 81.5

Rekapitulasi suhu udara ( C) dan kelembaban relatif udara harian pada Plot Penelitian Pembanding

Rekapitulasi Pengulangan 3 x percobaan

07.30 WIB 13.30 WIB 17.30 WIB Plot Suhu Kelembaban Suhu Kelembaban Suhu Kelembaban ( C) (%) ( C) (%) ( C) (%) I 30 29 29 69 77 76 31 33 33 69 58 58 28 28 29 70 69 70 II 30 29 29 72 78 76 31 33 33 68 58 58 27 28 29 70 76 70 III 30 29 29 71 80 78 31 33 33 75 59 59 27 28 29 72 74 70 IV 30 29 29 69 81 78 31 33 33 77 59 59 27 29 29 73 75 70 V 31 29 29 70 82 79 31 33 33 74 60 60 27 29 29 69 70 71 VI 31 28 29 70 84 80 31 33 33 73 61 61 28 29 29 75 75 71

07.30 WIB 13.30 WIB 17.30 WIB Plot Suhu Kelembaban Suhu Kelembaban Suhu Kelembaban ( C) (%) ( C) (%) ( C) (%) I 29.7 74 32.3 61.7 28.3 69.7 II 29.7 75.3 32.3 61.3 28 72 III 29.7 76.3 32.3 64.3 28 72 IV 29.7 76 32.3 65 28.3 72.7 V 29.7 77 32.3 64.7 28.3 70 VI 29.3 78 32.3 65 28.7 73.7

Suhu udara harian ( C) dan Kelembaban relatif udara harian (%)

Plot Suhu ( C) Kelembaban (%) I 30 69.9 II 29.9 71 III 29.9 71.8 IV 30 72.4 V 30 72.2 VI 29.9 73.7 Total 30 71.8

LEMBAR KERJA SISWA

PENGAMATAN LICHEN

A. Nama:...... Kelas: ......

B. Kompetensi Dasar: Mendeskripsikan ciri-ciri dan jenis-jenis Lichen berdasarkan hasil pengamatan, percobaan, dan kajian literatur, serta peranannya bagi kehidupan. C. Tujuan Pembelajaran:  Siswa mampu menggambarkan struktur tubuh Lichen dari beberapa jenis Lichen yang bermanfaat berdasarkan pengamatan makroskopis secara langsung.  Siswa dapat membedakan beberapa jenis Lichen yang bermanfaat berdasarkan ciri-ciri morfologinya melalui pengamatan langsung. D. Alat dan Bahan:  Alat: White board, spidol, Lup, Pinset  Bahan: Parmelia sp, Trypethelium sp, Chiodecton sp, dan Graphis sp. E. Cara Kerja: a. Pengamatan Makroskopis

 Amatilah dan gambar tubuh Lichen secara keseluruhan dan sebutkan ciri- ciri morfologinya.  Catat hasilnya di tabel hasil pengamatan pada lembar kerja.

F. Tabel Hasil Pengamatan

Gambar: Ciri-ciri a. Nama: b. Ukuran: c. Bentuk: d. Warna: e. Tekstur: f. Lain-lain:

Gambar: Ciri-ciri a. Nama : b. Ukuran: c. Bentuk: d. Warna: e. Tekstur: f. Lain-lain:

G. Analisa Data ...... H. Kesimpulan ......

I. Daftar Pustaka ......

Jawablah pertanyaan di bawah ini!

1. Termasuk ke dalam kelas apa sajakah Lichen yang kalian amati di atas? 2. Bagaimana cara berkembang biak dari Lichen tersebut? 3. Buatlah siklus hidupnya! 4. Buatlah saran, pesan dan kesan pada pelajaran Biologi! Persentase Penutupan = Luas permukaan Lichen x 100% Luas permukaan pohon

Kampus IAIN Raden Intan Lampung Plot 1 1. Persentase Penutupan = 0.9 x 100% 69 = 1.3 2. Persentase Penutupan = 1.0 x 100% 67 = 1.5 3. Persentase Penutupan = 1.9 x 100% 159 = 1.2

Plot 2

1. Persentase Penutupan = 1.5 x 100% 121 = 1.2 2. Persentase Penutupan = 1.7 x 100% 98 = 1.7 3. Persentase Penutupan = 0.9 x 100% 51 = 1.8 4. Persentase Penutupan = 1.2 x 100% 40 = 3 5. Persentase Penutupan = 1.0 x 100% 58 = 1.7 6. Persentase Penutupan = 0.9 x 100% 36 = 2.5

Plot 3 1. Persentase Penutupan = 2.3 x 100% 127 = 1.8 2. Persentase Penutupan = 1.4 x 100% 96 = 1.5 3. Persentase Penutupan = 0.5 x 100% 37 = 1.4 4. Persentase Penutupan = 0.8 x 100% 43 = 1.9

Plot 4 1. Persentase Penutupan = 1.4 x 100% 95 = 1.5 2. Persentase Penutupan = 0.7 x 100% 38 = 1.9 3. Persentase Penutupan = 1.2 x 100% 70 = 1.3 4. Persentase Penutupan = 0.7 x 100% 42 = 1.7 5. Persentase Penutupan = 0.6 x 100% 42 = 1.4 6. Persentase Penutupan = 0.6 x 100% 51 = 1.0

Plot 5 1. Persentase Penutupan = 1.9 x 100% 178 = 1.1 2. Persentase Penutupan = 0.9 x 100% 45 = 1.6

3. Persentase Penutupan = 1.4 x 100% 50 = 2.8 4. Persentase Penutupan = 1.9 x 100% 149 = 1.3 5. Persentase Penutupan = 0.8 x 100% 50 = 1.6 6. Persentase Penutupan = 1.4 x 100% 59 = 2.4 7. Persentase Penutupan = 1.3 x 100% 66 = 2.0 8. Persentase Penutupan = 0.5 x 100% 36 = 2.2

Plot 6 1. Persentase Penutupan = 0.6 x 100% 31 = 1.9 2. Persentase Penutupan = 1.9 x 100% 145 = 1.3

3. Persentase Penutupan = 0.8 x 100% 42 = 1.9 4. Persentase Penutupan = 2.4 x 100% 204 = 1.2 5. Persentase Penutupan = 1.9 x 100% 175 = 1.1 6. Persentase Penutupan = 1.5 x 100% 95 = 1.6

7. Persentase Penutupan = 0.9 x 100% 64 = 1.4 8. Persentase Penutupan = 1.9 x 100% 144 = 1.5

Pembanding

Plot 1

1. Persentase Penutupan = 2.3 x 100% 193 = 1.2 2. Persentase Penutupan = 1.2 x 100% 136 = 0.9 3. Persentase Penutupan = 2.0 x 100% 205 = 1.0 4. Persentase Penutupan = 1.7 x 100% 189 = 0.9 5. Persentase Penutupan = 1.2 x 100% 159 = 0.8 Plot 2

1. Persentase Penutupan = 0.2 x 100% 61 = 0.3 2. Persentase Penutupan = 0.4 x 100% 72 = 0.6 3. Persentase Penutupan = 0.2 x 100% 77 = 0.3 4. Persentase Penutupan = 0.4 x 100% 139 = 0.3 5. Persentase Penutupan = 0.2 x 100% 68 = 0.3 6. Persentase Penutupan = 0.3 x 100% 71 = 0.4

Plot 3

1. Persentase Penutupan = 0.7 x 100% 116 = 0.6 2. Persentase Penutupan = 0.8 x 100% 134 = 0.6 3. Persentase Penutupan = 0.3 x 100% 99 = 0.3 4. Persentase Penutupan = 0.8 x 100% 182 = 0.4 5. Persentase Penutupan = 0.4 x 100% 95 = 0.4 Plot 4

1. Persentase Penutupan = 1.5 x 100% 202 = 0.7 2. Persentase Penutupan = 1.3 x 100% 169 = 0.8 3. Persentase Penutupan = 1.0 x 100% 230 = 0.4 4. Persentase Penutupan = 1.4 x 100% 271 = 0.5

Plot 5

1. Persentase Penutupan = 1.9 x 100% 182 = 1.1 2. Persentase Penutupan = 0.4 x 100% 38 = 1.1 3. Persentase Penutupan = 1.8 x 100% 122 = 1.5 4. Persentase Penutupan = 0.9 x 100% 98 = 0.9 5. Persentase Penutupan = 0.6 x 100% 50 = 1.2

Plot 6

1. Persentase Penutupan = 0.5 x 100% 92 = 0.5 2. Persentase Penutupan = 0.3 x 100% 49 = 0.6 3. Persentase Penutupan = 0.9 x 100% 290 = 0.3 4. Persentase Penutupan = 0.7 x 100% 159 = 0.4 5. Persentase Penutupan = 0.6 x 100% 63 = 1.0

Data Hasil Pengamatan Keanekaragaman Lichen dari Setiap Plot pada Kampus Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung

Plot N/ Suku Jenis p In.p H’ I II III IV V VI Plot Chrysotricaceae Chrysothrix sp. 2 2 4 0.055 -2.90 0.16 Graphidaceae Graphis glaucescens Fee 3 3 0.041 -3.20 0.13 Graphidaceae Graphis sp. 2 3 5 0.068 -2.69 0.18 Graphidaceae Phaeographis sp. 1 2 3 0.041 -3.20 0.13 Graphidaceae Sarcographa sp. 2 2 0.027 -3.61 0.10 Lecanoraceae Lecanora helva Stizenb. 1 1 0.014 -4.27 0.06 Megalosporaceae Megalospora tuberculosa Sipman 4 2 6 0.082 -2.50 0.21 Parmeliaceae Parmotrema sp. 3 2 2 7 0.096 -2.34 0.22 Palmeliaceae Parmelia sulcata 2 4 1 3 2 12 0.164 -1.81 0.30 Physciaceae Amandinea sp. 2 2 0.027 -3.61 0.10 Physciaceae Dirinaria sp. 2 3 1 6 0.082 -2.50 0.21 Physciaceae Physcia sp. 3 2 3 8 0.109 -2.22 0.24 Trypethelidaceae Trypethelium sp. 3 2 5 0.068 -2.69 0.18 Rosellaceae Chiodecton sp. 3 1 4 0.055 -2.90 0.16 Rosellaceae Chiodecton sp.2 2 2 0.027 -3.61 0.10 Rosellaceae Chiodecton sp.3 3 3 0.041 -3.20 0.13 Σni 73 0.99 -47.25 2.61

Data Hasil Pengamatan Keanekaragaman Lichen dari Setiap Plot Pembanding

Plot N/ Suku Jenis P In.p H’ I II III IV V VI Plot Graphidaceae Fissurina sp. 2 2 0.182 -1.71 0.31 Graphidaceae Graphis assimilis Nyl. 1 1 0.091 -2.40 0.22 Graphidaceae Graphis glaucescens Fee 1 1 0.091 -2.40 0.22 Lecanoraceae Lecanora helva Stizenb. 3 3 0.273 -1.30 0.35 Physciaceae Physcia sp.2 1 1 0.091 -2.40 0.22 Trypethelidaceae Trypethelium sp. 1 1 0.091 -2.40 0.22 Rosellaceae Chiodecton sp.3 1 1 0.091 -2.40 0.22 Rosellaceae Dichosporidium boschianum 1 1 0.091 -2.40 0.22 Σni 11 1.001 -17.41 1.98

Alat Dan Bahan Penelitian

Pinset Kamera Digital Thermohygrometer

lup Pita Meter Timbangan Digital

Kertas Minyak Kertas Label Tali rafia

Amplop Spesimen Selotip Sampel Lichen

KEMENTERIAN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI Alamat :Jl.Letkol H EndroSuratminSukarame Bandar Lampung 35131 Telp. (0721) 703260

KARTU KENDALI BIMBINGAN SKRIPSI MAHASISWA PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI

Nama Mahasiswa : Agung Laksono NPM : 1211060074 Fakultas/Jurusan : Tarbiyah dan Keguruan/Pendidikan Biologi Pembimbing I : Nurhaida Widiani, M.Biotech Pembimbing II : Yessy Velina, M.Si Judul Skripsi : Identifikasi Jenis Lichen sebagai Bioindikator Kualitas Udara di Kampus Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung

Paraf Pembimbing No Tanggal Hasil Konsultasi I II 1 Mei 2016 Pengajuan Judul … 2 Mei 2016 Acc Judul … 3 Juni 2016 Pengajuan BAB I-III … 4 Juni 2016 Acc BAB I-III … 5 Juni 2016 Pengajuan BAB I-III … 6 Juli 2016 Acc BAB I-III … 7 November 2016 Pengajuan BAB I-V … 8 Desember 2016 Acc BAB I-V … 9 Desember 2016 Pengajuan BAB I-V … 10 Desember 2016 Acc BAB I-V …

Bandar Lampung, Januari 2017 Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Nurhaida Widiani, M.Biotech Yessy Velina, M.Si NIP. 19840519 2011 01 2 007 NIP. 19870201 2015 03 2 003