Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

BAB 4 RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR

4.1 Petunjuk Umum

Perumahan dan permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar masyarakat yang memiliki fungsi strategis sebagai pusat pendidikan keluarga, persemaian budaya dan peningkatan kualitas generasi yang akan datang. Terwujudnya kesejahteraan masyarakat dapat ditandai dengan meningkatnya kualitas kehidupan yang layak, antara lain melalui pemenuhan perumahan. Dengan demikian upaya menempatkan bidang perumahan dan permukiman sebagai salah satu prioritas dalam pembangunan di daerah adalah sangat strategis. Pertumbuhan penduduk telah menimbulkan tekanan terhadap ruang dan lingkungan untuk kebutuhan perumahan permukiman. Masih banyaknya masyarakat yang tinggal di permukiman yang kurang layak huni.

Pembangunan perumahan dan permukiman merupakan kegiatan yang bersifat multi sektor, hasilnya langsung menyentuh kebutuhan masyarakat. Demikian pula Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah mengisyaratkan bahwa pembangunan perumahan dan permukiman akan menjadi salah satu urusan wajib yang harus dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah.

Demikian halnya dengan pembangunan perumahan dan permukiman di Kota Pematangsiantar, sesungguhnya tidak terlepas dari dinamika kehidupan masyarakat yang semakin komplek sehingga perlu pengaturan dan penanganan yang lebih terintegrasi sebagai satu kesatuan dengan sektor lainnya.

4-1

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Pengembangan Permukiman di Kota Pematangsiantar pada hakekatnya adalah untuk mewujudkan kondisi yang layak huni, aman, nyaman berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dengan memperhatikan aspek sosial budaya dan kondisi masyarakat setempat. Adapun jenis kegiatan Pengembangan Kawasan Permukiman dan Perbatasan atau Bangkim adalah:

A. Pembinaan Teknis Pengembangan Permukiman; (SPPIP dan RPKPP)

SPPIP merupakan terjemahan arahan pengembangan kota untuk pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan selama jangka waktu 20 tahun sebagaimana arahan dalam RTRW dan RPJPD. Adapun untuk lima tahun pertama didasarkan pada arahan dalam RPJMD dan KSPD. Adapun lima tahun pertama dalam SPPIP akan menjadi acuan bagi penyusunan RPKPP dan RPIJM. Selain itu, secara khusus dalam kaitannya dengan RPIJM yang dikeluarkan oleh Direktorat Jendral Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum, SPPIP dan RPKPP ini juga akan menjadi penjebatan dengan RPIJM Bidang Cipta Karya. SPPIP akan menjadi acuan kebijakan dan program investasi bidang cipta karya yang tertuang dalam RPIJM, sedangkan RPKPP akan menjadi alat operasionalisasi RPIJM sebagaimana yang dapat lihat pada gambar 4.1.

Dalam hal ini, program lima tahunan yang dihasilkan dalam SPPIP akan menjadi acuan dan dasar dalam penyusunan program, indikasi kegiatan, serta alokasi pendanaannya di dalam RPIJM. Adapun program, indikasi kegiatan, serta alokasi pendanaan di dalam RPIJM tersebut akan dirinci dalam program dan kegiatan yang terukur dari sisi volume, biaya dan lokasinya di tiap kawasan prioritas.

4-2

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Gambar 4.1 Ilustrasi Keterkaitan SPPIP, RPKPP dan RPIJM

STRATEGI PEMBANGUN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN (SPPIP) Sebagai arah dan kebijakan program investasi Bidang Cipta Karya

STRATEGI PROGRAM

PEMBANGU NAN

SKALA KOTA RENCANA PROGRAM INVESTASI

JANGKA MENENGAH (RPIJM) RPKPP merupakan

PROGRAM KEGIATAN acuan RPIJM pada PENANGANAN Kawasan Prioritas dan Renacana Detail SKALA Desain Tahun I KAWASAN RENCANA PEMBANGUNAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP

Sumber : Direktorat Jenderal CiptaRENCANA Karya Kementerian PEMBANGUNAN Pekerjaan umum KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS 1. Penyediaan Infrastruktur Perkotaan (PKP-Kota); Peningkatan Kualitas Permukiman(RPKPP) . Infrastruktur Permukiman Perkotaan Kumuh/Nelayan. . Infrastruktur Permukiman Perkotaan/Urban Renewal (peremajaan kembali Rusunawa). Kriteria penanganan kawasan kumuh adalah: . Kota metropolitan dan besar serta kota-koata yang berfungsi strategis (Ibu Kota Provinsi/Kabupaten/Kota atau kota-kota yang berfungsi khusus. . Kondisi lingkungan permukiman masuk kategori kumuh berat atau sangat kumuh (kawasan yang masih kurang sarana dan prasarana namun telah telah ada jaringan jalan lokal walaupun belum diperkeras). 4-3

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

. Kepadatan penduduk antara 250-750 jiwa per Ha. . Lebih dari 60 % rumah tidak layak huni. . Luas kawasan antara 20 s/d 40 Ha. Sedangkan penanganan untuk pembangunan dan penyediaan PSD Rusunawa adalah sebagai berikut: . Untuk Rusunawa yang diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan rendah/buruh. . Sebagai salah satu solusi penanganan kawasan kumuh perkotaan (peremajaan kawasan permukiman perkotaan/urban renewal) dan diusulkan apabila sudah menjadi permasalahan bagi pemerintah daerah setempat. . Hanya dibangun pada lokasi ynag memenuhi syarat administrasi, fisik, ekologi, dan tidak berdampak sosial negatif. . Dibangun diatas tanah pemerintah. . Bukan merupakan bantuan bagi salah satu perusahaan/Pabrik.

Pengembangan Kawasan Permukiman Baru/MBR a) Infrastrutur Permukiman Skala Kawasan/RSH (70% RSH sudah terbangun). Adapun target yang termasuk dalam penyediaan PSD Kawasan RSH adalah: - Dukungan PSD dalam pembangunan RSH yang diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan rendah, PNS, TNI/Polri. - Sesuai dengan RTRW dan Renstra Pemerintah Daerah. - Diprioritaskan pada kawasan-kawasan skala besar dan yang dapat segera mendorong perkembangan wilayah. b) Infrastruktur Permukiman Skala Kawasan/Kasiba, Lisiba/BS. Untuk pengembangan Infrastruktur Kasiba/Lisiba/Lisiba BS adalah: - Pengembang/REI/Perumnas menyiapkan lahan, kemudian Kab/Kota menerbitkan SK Kasiba/Lisiba/Lisiba BS. - Adanya MOU untuk alokasi dana DDUB APBD – APBN – Pengembang/ REI. - Kasiba untuk kawasan siap bangun direncanakan peruntukannya > 1000 kapling, sedangkan Lisiba < 1000 kapling.

4-4

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

2. Penyediaan Infrastruktur Perdesaan (PKP-Desa); Sasaran dan penanganan untuk penyedian infrastruktur permukiman perdesaan adalah: a) Pengembangan PS Kawasan Agropolitan dan Minapolitan Merupakan kawasan komoditi unggulan penghasil produksi pertanian (buah, sayur, tanaman hias) dan komoditi unggulan penghasil ikan, udang dll tangkapan maupun tambak. Kawasan sudah memiliki SK KDH penetapan kawasan. b) Pengembangan PS Kawasan Rawan Bencana Kawasan merupakan lokasi daerah bencana yang mengalami kerusakan prasarana dan sarana dasar permukiman. Kawasan sudah ditetapkan oleh Kepala Pemerintah Daerah dan sudah memilik SK KDH Kawasan Rawan Bencana. c) Pengembangan PS Kawasan Perbatasan dan Pulau – Pulau Terpencil Adapun target pengembangan PS Kawasan Perbatasan dan pulau-pulau terpencil adalah: - Kawasan berbatasa dengan Negara lain (kepulauan dan daratan) sesuai dengan Jakstra Pengembangan Kawasan Perbatasan. - Kawasan merupakan rawan isu hankamnas, ekonomi, politik, sosial dan budaya.

3. Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP) Adapun target yang ditangani Program PPIP adalah pembangunan jalan poros, jembatan desa, saluran drainase, talud, gorong-gorong, plat beton, air minum (sumur bor, hidran umum) irigasi desa dan MCK komunal. Kawasan sudah memililki SK KDH Penetapan Desa oleh Menteri PU berdasarkan usulan dari Kepala Daerah.

4-5

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

4. PNPM PISEW (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Pembangunan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah) Adapun target yang ditangani Program PNPM PISEW adalah pembangunan jalan poros, jembatan desa, saluran drainase, talud, gorong-gorong, plat beton, air minum (sumur bor, hidran umum) irigasi desa dan MCK komunal, composting, pasar desa, rehab gedung sekolah dan fasilitas kesehatan. Kawasan sudah memiliki SK KDH Penetapan KSK (Kawasan Strategi Kabupaten) berdasarkan usulan dari Kepala Daerah.

4.2 Sektor Pengembangan Permukiman dan Perbatasan

4.2.1. Kondisi Umum

A. Gambaran Umum

Penduduk Kota Pematangsiantar tersebar pada 8 kecamatan, dimana Kecamatan Siantar Utara merupakan kawasan yang menampung jumlah penduduk terbesar, yaitu 51.431 jiwa, sementara Kecamatan Siantar Marimbun merupakan kawasan yang menampung jumlah penduduk terkecil, yaitu 13.294 jiwa. Adapun kepadatan penduduk tertinggi terjadi di Kecamatan Siantar Barat dan Siantar Utara, yaitu masing-masing 15.142 jiwa/km2 dan 14.091 jiwa/km2, dimana hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi penduduk tertinggi di Kota Pematangsiantar berlangsung pada kedua kecamatan tersebut. Angka kemiskinan Kota Pematangsiantar diketahui mencapai angka 7,31% dari jumlah penduduk. Dengan angka 7.31% berarti kondisi kemiskinan masyarakat di Kota Pematangsiantar sebetulnya tidak terlalu mencemaskan, namun harus tetap menjadi perhatian pemerintah kota.

Kota Pematangsiantar mengalami pertambahan pertumbuhan yang lambat hal ini disebabkan adanya arus migrasi keluar (out-migration) yang cukup kuat menuju kota-kota besar seperti atau kota-kota di Pulau Jawa. Penduduk Kota Pematangsiantar terkonsentrasi pada 4 kecamatan yang memiliki status 4-6

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

kepadatan tinggi/sedang yaitu Siantar Selatan, Siantar Barat, Siantar Utara dan Siantar Timur. Hal ini mencerminkan bahwa ke-4 kecamatan tersebut mengalami konsentrasi kegiatan ekonomi perkotaan dan sekaligus mengalami permasalahan permukiman tertinggi.

B. Prasaran dan Sarana Permukiman

Pengembangan permukiman di wilayah Kota Pematangsiantar hakekatnya adalah untuk mewujudkan kondisi perkotaan yang layak huni (liveable), aman, nyaman, damai dan sejahtera serta berkelanjutan. Di Kota Pematangsiantar bangunan-bangunan yang ada terdiri dari bangunan perumahan, perdagangan, pertokoan, jasa perkantoran, pendidikan dan peribadatan. Bangunan-bangunan tersebut hampir terkonsentrasi, sehingga kepadatan bangunan sangat tinggi. Sebagian besar bangunan rumah yang terdapat di Kota Pematangsiantar terdiri dari bangunan dengan konstruksi batu namun masih banyak terdapat kawasan permukiman yang masih minim akan sarana dan prasarananya.

Keberadaan kawasan kumuh di Kota Pematangsiantar tersebar hampir merata disetiap kecamatan terutama di kawasan bantaran sungai yang terdapat di Kecamatan Siantar Utara, hal ini disebabkan tidak seimbangnya pertambahan penduduk dengan pembangunan, tingkat penghasilan yang masih rendah dan luas kawasan permukiman yang semangkin padat.

4-7

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Gambar 4.2 Kawasan Permukiman Kumuh di Bantaran Sungai Kecamatan Siantar Utara

Kota Pematangsiantar memiliki 3 (tiga) wilayah yang ditetapkan Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) RI Cq Deputi Bidang Pengembangan Kawasan sebagai Lokasi Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh Berbasis Kawasan (PLP2KBK). Ketiganya adalah Kelurahan Martoba Siantar Utara, Banjar di Siantar Barat, dan Tomuan di Siantar Timur, yang dikuatkan Keputusan Walikota Nomor 050-13/090/2011. Ketiga daerah kumuh ini akan segera diperbaiki melalui penanganan kawasan berbasis lingkungan.

Gambar 4.3 Kawasan Kumuh dan Padat di Kota Pematangsiantar

1. Kelurahan Martoba Siantar Utara, 2. Kelurahan Banjar Siantar Barat, 3. Kelurahan

Tomuan di Siantar Timur

Sumber : RTRW Kota Pematangsiantar 2012-2032

4-8

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

C. Prasarana dan Sarana Permukiman

Permukiman di Kota Pematangsiantar lokasinya tersebar di seluruh kecamatan dan kecamatan yang relatif prosentasenya terbesarnya didominasi perumahan dan permukiman adalah Siantar Barat dan siantar Utara sedangkan daerah dengan prosentase permukiman terendah terletak di wilayah administrasi Kecamatan Siantar Marimbun.

Permukiman yang dibangun secara swadaya oleh penduduk berpendapatan rendah cenderung berkembang di sekitar dan pinggiran sungai, tebing dan parit. Umumnya permukiman tersebut kurang baik penataannya dan prasarana permukiman yang dimiliki pun kurang memadai, sebagaimana terdapat di sebagian Kecamatan Siantar Barat, Kecamatan Siantar Utara, yang berlokasi di pinggiran Sungai. Kawasan permukiman di Kecamatan Siantar Barat, umumnya memiliki kepadatan bangunan yang lebih tinggi dibandingkan Kecamatan lainnya. Sebaliknya, permukiman yang dibangun secara swadaya oleh penduduk berpendapatan menengah ke atas dan perusahaan pengembang dapat tertata dengan baik serta dilengkapi dengan prasarana permukiman yang memadai. Kawasan permukiman seperti ini berlokasi di sebagian besar Kecamatan Siantar Barat. Beberapa kompleks perumahan (yang dibangun oleh developer) tampak mulai dikembangkan ke arah Kecamatan Siantar Barat.

4.2.2 Parameter Teknis Wilayah

Hal-hal yang menjadi parameter teknis wilayah pada bidang pengembangan/ pembangunan permukiman adalah: 1. Jumlah penduduk 2. Tingkat Kepadatan Penduduk 3. Jumlah penduduk di kawasan kumuh pada kelurahan 4. Jarak permukiman terhadap akses ekonomi dan sosial 5. Kondisi dan ketersediaan jaringan prasarana dan sarana permukiman.

4-9

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

4.2.3 Aspek Pendanaan

Pembiayaan untuk Pengembangan Permukiman di Kota Pematangsiantar direncanakan diperoleh dari APBN, APBD Provinsi untuk Tahun Anggaran 2013 – 2017, disamping itu Pemerintah Kota Pematangsiantar menyediakan dana pendamping untuk setiap usulan program dan kegiatan bidang PU/Cipta Karyaan.

4.2.4 Sasaran

Sasaran yang harus dicapai dalam pembangunan PSD permukiman, adalah 1. Target Nasional antara lain: . Terkendalinya pertumbuhan di Kota Pematangsiantar dalam suatu sistem wilayah pembangunan yang nyaman, efisien dalam pengelola serta pembangunan berkelanjutan. . Penurunan luasan kawasan kumuh dipermukiman. . Tercapainya kebutuhan hunian bagi masyarakat yang sehat, efisien, akuntabel. . Menurunkan tingkat kemiskinan di wilayah permukiman . Pengembangan kawasan yang berpotensial berkembangan dan nilai lebih dari kawasan lainnya 2. Kebijakan dan strategi pembangunan PSD permukiman segi teknis pendanaan dan pelaksanaan.

4.2.5 Permasalahan Pengembangan Permukiman

Berdasarkan hasil survey di lapangan, permasalahan yang dijumpai di Kota Pematangsiantar salah satunya adalah jalan lingkungan/setapak yang telah mengalami kerusakan dapat di temui di hampir setiap kecamatan. Kerusakan tersebut banyak dijumpai di kawasan-kawasan yang padat penduduknya sehingga kawasan tampak kumuh. Permukiman yang tidak tertata juga menjadi penyebab terjadinya kekumuhan sehingga perlu adanya penataan pada kawasan permukiman atau dapat disimpulkan sebagai berikut:

4-10

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

- Luas Permukiman berpusat di pusat Kota Pematangsiantar dengan luas kawasan yang relatif sempit mengakibatkan tingkat kepadatan yang tinggi; - Backlog rumah mencapai 6.593 unit (2008); - Kawasan permukiman kumuh di pusat kota dengan 758 unit (1.4%) rumah kumuh (2008); - Terdapat sekitar 21% atau 10.905 uniy rumah yang tergolong rumah tidak sehat; - Ketersediaan lahan untuk pembangunan permukiman baru (eks HGU) - Sulitnya relokasi penataan kawasan kumuh terutama di kawasan bantaran sungai; - Konflik pemanfaatan lahan permukiman dengan lahan pertanian. - Terbatasnya lahan untuk pembangunan infrastruktur.

Permukiman tersebar di seluruh wilayah Kota Pematangsiantar, namun terkosentrasi di bagian inti kota (Kecamatan Siantar Utara, Siantar Selatan, Siantar Timur, dan Siantar Barat) serta di sekitar jarinagn jalan arteri primer (Jl. Medan, Jl. , Jl. Asahan, Jl. Melanton Siregar). Luas Kawasan Permukiman mencapai 2.008,16 Ha (25,11%). Terdapat 3 lokasi kawasan permukiman kumuh yang tersebar di Kelurahan Banjar dengan luas 36 Ha total 6.390 jiwa, Kelurahan Martoba dengan luas 32 Ha total 10.089 jiwa, dan Kelurahan Tomuan dengan luas 91 Ha total 9.405 Ha.

A. Analisa Permasalahan, Alternatif Pemecahan Dan Rekomendasi.

1). Analisa Permasalahan dan Alternatif Pemecahan Masalah Dengan melihat kondisi permukiman di Kota Pematangsiantar maka kondisi permukiman yang ada masih jauh dari tujuan dan sasaran yang ingin dicapai dalam pengembangan permukiman. Kebutuhan akan prasarana dan sarana permukinan menjadi kebutuhan yang sangat mendesak untuk menciptakan lingkungan permukiman yang layak huni dan memenuhi standar kesehatan. Kebutuhan sarana air minum, perbaikan sanitasi dan perbaikan jalan-jalan permukiman merupakan kebutuhan yang sangat mendesak untuk meningkatkan kegiatan perekonomian dan memperbaiki kualitas lingkungan permukiman di Kota Pematangsiantar.

4-11

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Sasaran yang ingin dicapai adalah meningkatkan derajat kesejahteraan dan keselamatan masyarakat, meningkatnya kemudahan bagi masyarakat dalam mendapatkan pelayanan prasarana dan sarana permukiman, meningkatnya investasi swasta secara nyata dalam pembiayaan prasarana dan sarana permukiman.

Di Kota Pematangsiantar ada beberapa jenis kawasan permukiman yang tersebar di beberapa kecamatan dan butuh penanganan yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.1 Sebaran Kawasan Permukiman

JENIS PERMUKIMAN 1 PERMUKIMAN BARU 1. Kawasan Permukiman Pengembangan Baru Tanjung Pinggir-Gurilla 2. Kawasan Permukiman baru Tozai 2 PERMUKIMAN INDUSTRI 1. Kawasan Permukiman Pendukung Industri Siantar Martoba 3 PERMUKIMAN PERTANIAN 1. Kawasan Pendukung kegiatan Agribisnis Marihat-Marimbun 4 PERMUKIMAN PUSAT KOTA 1. Kawasan Permukiman Kumuh Banjar 2. Kawasan Permukiman Kumuh Martoba 3. Kawasan Permukiman Kumuh Tomuan 4. Kawasan Permukiman Kumuh Bantan 5. Kawasan Permukiman Kumuh Melayu 6. Kawasan Permukiman Kumuh Kebun Sayur 7. Kawasan Permukiman Kumuh Baru 8. Kawasan Permukiman Kumuh Pardomuan 9. Kawasan Permukiman Perdagangan Megaland

Sumber : SPPIP Kota Pematangsiantar 2012

4-12

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Selain pemenuhan kebutuhan prasarana dan sarana permukiman, pemberian sosialisasi dapat dilakukan untuk memberikan kesadaran kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga kebesihan dan kesehatan lingkungan.

2). Rekomendasi Setelah mempertimbangkan kemampuan pembiayaan dan skala prioritas, maka direkomendasikan bahwa kegiatan yang perlu dilaksanakan adalah: 1. Dilakukan pembangunan sarana dan prasarana dasar permukiman untuk meningkatkan kualitas permukiman kumuh. Langkah ini difokuskan pada kawasanseluruh kecamatan terutama Kecamatan Siantar Utara dan Siantar Barat. 2. Dilakukan pembangunan RUSUNAWA pada kawasan padat dan kumuh, dalam hal ini diutamakan pada kawasan yang telah tersedia lahannya. Dilakukan pembangunan KASIBA - LISIBA, diutamakan pada kawasan yang telah tersedia lahannya.

4.2.6 Usulan Pengembangan Permukiman

A. Sistem Infrastruktur Permukiman yang diusulkan 1. Penataan/peningkatan infrastruktur RSH 2. Pembangunan Rusunawa 3. Penataan/Peningkatan infrastruktur Kawasan Kumuh Perkotaan

B. Usulan dan Prioritas Proyek Pembangunan Infrastruktur Permukiman

Disusun dengan memperhatikan fungsionalisme proyek yang akan dilaksanakan, disusun berdasarkan urutan prioritas penanganan, sehingga diperoleh paket-paket proyek fungsional antara lain: a. Penyediaan/peningkatan kawasan kumuh dan perkotaan yang berada di Kawasan Bantaran Sungai . Pembangunan, pemeliharaan jalan akses . Pembangunan saluran; 4-13

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

. Pengadaan jaringan air minum; . Penyediaan fasilitas persampahan; dll b. Penataan/peningkatan infrastruktur RSH . Peningkatan jalan lingkungan; . Perbaikan saluran; . Pengolahan limbah; . Pengadaan jaringan air minum; c. Pembangunan Rusunawa d. Penyediaan Kasiba/Lisiba permukiman RSH.

Pembiayaan proyek pengembangan permukiman di Kota Pematangsiantar diharapkan berdasarkan klasifikasi dan tanggung jawab dari masing - masing pemerintah baik pemerintah kabupaten/kota, provinsi, pusat dan swasta maupun masyarakat.

4.3 Sektor Penataan Bangunan Dan Lingkungan (PBL)

4.3.1 Petunjuk Umum

Sesuai dengan Visi Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan yaitu terwujudnya Bangunan Gedung dan Lingkungan yang berjati diri, layak huni, dengan misi memperdayakan masyarakat dalam penyelenggara bangunan gedung yang tertib, layak huni, berjati diri, serasi dan selaras dengan lingkungan, sehingga masyarakat lebih mandiri dalam penataan lingkungan yang produktif dan berkelanjutan. Program Penataan Bangunan dan Lingkungan itu meliputi: a. Penyelenggaraan penataan bangunan gedung dan lingkungan yang tertib, fungsional, andal dan efisien; b. Penyelenggaraan penataan lingkungan permukiman agar produktif dan berjati diri; c. Penyelenggaraan penataan dan revitalisasi kawasan dan bangunan agar dapat memberikan nilai tambah fisik, sosial dan ekonomi; d. Penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan untuk mewujudkan dan melestasrikan arsitektur dan ciri khas budaya lokal; 4-14

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

e. Pengembangan teknologi dan rekayasa arsitektur untuk menunjang investasi dan pembangunan yang berkelanjutan.

Dalam kondisi keadaan penduduk suatu kawasan yang bercampur baur maka penataan bangunan dan lingkungan permukiman harus disesuaikan dengan kondisi fisik, ekonomi dan sosial budaya suatu kawasan. Penataan Bangunan dan Lingkungan merupakan upaya yang diperlukan untuk pemanfaatan ruang di perkotaan maupun di perdesaan. Hal yang akan dicapai dalam penataan bangunan dan lingkungan adalah terwujudnya bangunan dan lingkungan yang berwawasan ramah lingkungan, fungsionalnya tercapai, dapat dilihat efisiensinya dan bentuk fisiknya berjati diri. Bangunan yang ditata dengan baik sesuai dengan fungsinya dan memenuhi kaidah-kaidah dan nilai arsitektur menjadikan kawasan dan lingkungan tersebut berjati diri, dapat memberikan nilai tambah sosial dan ekonomi yang mendominasi lingkungan tersebut. Pelestarian bangunan-bangunan bersejarah yang dilindungi dan dilestarikan dengan tetap memanfaatkan dan mengembangkan teknologi rekayasa bangunan dapat menunjang peningkatan perekonomian di Kota Pematangsiantar.

Departemen Pekerjaan Umum sebagai lembaga pembina teknis Penataan Bangunan dan Lingkungan mempunyai kewajiban untuk meningkatkan kemampuan kabupaten/kota agar mampu melaksanakan amanat UU No. 28/2002 tentang Bangunan Gedung. Di samping hal tersebut, Undang-undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman menggariskan bahwa peningkatan kualitas lingkungan permukiman dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan bertahap, mengacu kepada Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai penjabaran Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang harus disusun oleh pemerintah secara komprehensif, akomodatif dan responsif.

4.3.2 Penataan Bangunan

Gambaran secara umum penataan bangunan yang ada di kabupaten/kota antara lain: - Pendataan Harga Satuan Bangunan Gedung Negara (HSBGN) - Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK) - Rancangan Bangunan Gedung - Pengelolaan Bangunan Gedung 4-15

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

- Aksesibilitasi Pada Bangunan Gedung - Sistem Informasi Bangunan Gedung dan Arsitektur - Rehabilitas Bangunan Gedung Negara - Pusat Informasi Pengembangan Permukiman dan Bangunan (PIP2B).

4.3.3 Penataan Lingkungan Permukiman

Gambaran secara umum penataan lingkungan permukiman antara lain: - Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) - Ruang Terbuka Hijau (RTH) - Prasarana dan Sarana peningkatan lingkungan permukiman kumuh dan negara. - Dukungan PSD penataan dan revitalisasi kawasan

4.3.4 Pencapaian Penataan Bangunan dan Lingkungan

Pencapaian penataan bangunan, gedung dan lingkungan, yaitu: - Grand Strategi 1: Menyelenggarakan penataan bangunan gedung agar tertib, fungsional, andal dan efisien. - Grand Strategi 2: Menyelenggarakan penataan lingkungan permukiman agar produktif dan berjati diri. - Grand Strategi 3: Menyelenggarakan penataan dan revitalisasi kawasan dan bangunan agar dapat memberikan nilai tambah fisik, sosial dan ekonomi. - Grand Strategi 4: Menyelenggarakan penataan bangunan dan lingkungan untuk mewujudkan arsitektur perkotaan dan pelestarian arsitektur bangunan gedung yang dilindungi dan dilestarikan untuk menunjang kearifan budaya lokal. - Grand Strategi 5: Mengembangkan teknologi dan rekayasa arsitektur bangunan gedung untuk menunjang pembagunan Regional/Internasional yang berkelanjutan.

4-16

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

4.3.5 Kebijakan Penataan Bangunan dan Lingkungan

Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan yaitu: a. Meningkatkan pembinaan penyelenggaraan Bangunan Gedung, termasuk bangunan gedung dan rumah negara; b. Meningkatkan pemahaman, kesadaran dan kemampuan masyarakat untuk memenuhi persyaratan Bangunan Gedung dan Penataan Lingkungan Permukiman; c. Meningkatkan kapasitas penyelenggara dalam penataan lingkungan dan permukiman; d. Meningkatkan kualitas lingkungan untuk mendukung pengembangan jatidiri dan produktivitas masyarakat; e. Mengembangkan kawasan yang memiliki peran dan potensi strategis bagi pertumbuhan kota; f. Mengembangkan kemitraan antara pemerintah, swasta dan lembaga nasional maupun internasional lainnya di bidang Bangunan Gedung dan Penataan Lingkungan Permukiman; g. Mewujudkan arsitektur perkotaan yang memperhatikan/mempertimbangkan khasanah arsitektur lokal dan nilai tradisional; h. Menjaga kelestarian nilai-nilai arsitektur Bangunan Gedung yang dilindungi dan dilestarikan serta keahlian membangun (seni dan budaya); i. Mendorong upaya penelitian dan pengembangan teknologi rekayasa arsitektur Bangunan Gedung melalui kerjasama dengan pihak-pihak yang kompeten.

4.3.6 Profil Rinci Penataan Bangunan dan Lingkungan

A. Gambaran Umum Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan

Kota Pematangsiantar merupakan kota terbesar ke dua di Sumatera Utara setelah Medan. Pematangsiantar sekaligus menjadi kota penghubung menuju utara (Medan dan ), ke selatan (), ke barat (Kabanjahe dan Kutacane), serta ke timur ( dan Kisaran). Bisa dikatakan posisi Kota Pematangsiantar berada di tengah-tengah Sumatera Utara. Bahkan sering

4-17

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

kali kota ini menjadi kota transit untuk bepergian ke kota lain di Sumatera Utara dan Sumatera Barat.

Meskipun Kota Pematangsiantar menjadi kota terbesar kedua di Sumatera Utara, sebagai pusat kota, hanya ada dua ruas jalan yaitu Jln. Dr. Sutomo dan Jln. Merdeka. Kedua ruas jalan tersebut bahkan bersebelahan, dan merupakan pusat keramaian. Bila diperhatikan, di Kota Pematangsiantar masih sedikit terdapat bangunan tinggi. Trotoar untuk pejalan kaki juga lumayan berfungsi, tidak terlalu penuh dengan pedagang kaki lima.

Gambar 4.4 Situasi Kawasan Kota Pematangsiantar

Selain itu beberapa kawasan wilayah rawan bencana di Kota Pematangsiantar umumnya adalah kawasan yang terletak di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) yang sering mengalami kebanjiran dan longsor pada musim hujan, yang perlu perencanaan dan penanganan yang terpadu dengan meminimalisir pembangunan (built up area) pada kawasan rawan bencana tersebut.

4-18

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Gambar 4.5 Kawasan Permukiman Padat dan Kumuh di Daerah Bantaran Sungai Kecamatan Siantar Timur

B. Kondisi Penataan Bangunan dan Lingkungan Pemerintah Kota Pematangsiantar belum memiliki Peraturan Daerah (PERDA) untuk bangunan gedung, namun demikian peraturan daerah mengenai izin mendirikan bangunan telah disusun dalam Peraturan Daerah Nomor 5 tahun 2003. Tetapi dalam pemberian izin bangunan pelaksanaannya belum efektif. Hal ini terlihat dengan masih banyaknya bangunan gedung yang tidak memiliki IMB.

C. Permasalahan Yang Dihadapi Adapun permasalahan yang sering dihadapi Pemerintah Kota Pematangsiantar dalam penataan bangunan adalah: 1. Belum adanya penanganan untuk pencegahan dan penaggulangan bahaya kebakaran pada kawasan permukiman padat penduduk dan kawasan- kawasan yang jauh dari prasarana dan sarana pemadam kebakaran. 2. Penanganan untuk kawasan kumuh dan kawasan permukiman belum dapat teratasi dengan baik. Misalnya bangunan permukiman di bantaran sungai.

4-19

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

3. Pembangunan bangunan gedung belum memperhatikan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) dan belum semua kawasan di Kota Pematangsiantar memiliki dokumen RTBL. 4. Bangunan lama yang sudah ketinggalan dan tidak bernilai ekonomis serta tidak pula sejalan dengan perkembangan permukiman dan perluasan lahan dibiarkan tidak tertata. 5. Masih banyak kawasan cagar budaya dan wisata alam di Kota Pematangsiantar yang tidak tertata dengan baik. 6. Hampir setiap bantaran sungai di Kota Pematangsiantar masih terlihat kumuh. Hal ini terjadi karena sebagian masyarakat membangun permukiman ke arah bantaran sungai yang berdampak pada lingkungan tidak sehat sehingga perlu adanya penataan ulang. 7. Masih kurangnya ruang terbuka hijau dan ruang terbuka publik di Kota Pematangsiantar.

D. Analisa Permasalahan dan Rekomendasi Analisa Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan Setelah ditelusuri dan dianalisa ditemukan bahwa permasalahan penataan bangunan dan lingkungan yang sesungguhnya adalah: 1. Perlu dilakukan penyusunan Peraturan Penataan Bangunan dan Lingkungan. 2. Perlu dilakukan penyusunan Laporan Pembinaan Pelaksanaan Penataan Bangunan dan Lingkungan, Pengelolaan Gedung dan Rumah Negara. 3. Dilakukan Rencana Tindak Kawasan Tradisional dan Bersejarah yang Meningkat Kualitasnya. 4. Pemerintah Kota Pematangsiantar memerlukan dana yang besar untuk penataan dan revitalisasi kawasan akibat ketidakmampuan masyarakat daerah hunian yang secara umum tidak mampu. Dilain pihak Pemerintah memiliki dana yang terbatas. 5. Perlu adanya penyusunan RTBL bagi kawasan - kawasan yang pesat pertumbuhannya seperti Kecamatan Siantar Utara dan sebagainya.

4-20

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

E. Rekomendasi Dari analisis permasalahan diperoleh beberapa keluaran antara lain: 1. Perlunya pengusulan dana kepada Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi perihal bantuan dana untuk penataan bangunan dan lingkungan di Kota Pematangsiantar. 2. Sosialisasi pemahaman tentang Penataan Bangunan dan Lingkungan kepada masyarakat terutama masyarakat pemilik gedung dan lahan yang akan ditata untuk meningkatkan partisipasi masyarakat.

F. Usulan dan Prioritas Program Berdasarkan permasalahan yang ada, untuk terwujudnya Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kota Pematangsiantar, maka pemerintah telah membuat suatu program penataan lingkungan yang meliputi: 1. Perencanaan Tata Bangunan dan Lingkungan. 2. Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK). 3. Penyusunan Ranperda Bangunan Gedung 4. Infrastruktur Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran 5. Dukungan Prasarana Dasar Penataan dan Revitalisasi Kawasan 6. Rehabilitasi Gedung Negara/Bersejarah 7. Rencana Tindak Penanganan Lingkungan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Ruang Terbuka Publik

4-21

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Gambar 4.6 Rencana Jaringan Jalur Pejalan Kaki

Perlu adanya RTBL

Sumber : RTRW Kota Pematangsiantar 2012-2032

Gambar 4.7 Rencana Kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan Di Kota Pematangsiantar

Revitalisasi Kawasan Taman Revitalisasi Kawasan Bersejarah Bunga - Satasiun KA Makam Raja Sangnawaluh

Rencana Jaringan Jalan Pejalan Kaki

4-22

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

G. Aspek Pendanaan Pembiayaan untuk Penataan Bangunan dan Lingkungan Kota Pematangsiantar direncanakan diperoleh dari APBN dan APBD Provinsi untuk Tahun Anggaran 2013 – 2017.

4.4 Sub Bidang Air Limbah

4.4.1 Petunjuk Umum Pengelolaan Air Limbah.

Semua program/ kegiatan pada Sub Bidang Air Limbah bertujuan untuk mencapai kondisi masyarakat hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang bebas dari pencemaran air limbah permukiman. Air limbah yang dimaksud adalah air limbah permukiman (municipal wasterwater) yang terdiri atas air limbah domestik (rumah tangga) yang berasal dari air sisa mandi, cuci, dapur dan tinja manusia dari lingkungan permukiman serta air limbah industri rumah tangga yang tidak mengandung Bahan Beracun dan Berbahaya (B3). Air limbah permukiman ini perlu dikelola agar tidak menimbulkan dampak seperti mencemari air permukaan dan air tanah, di samping sangat beresiko menimbulkan penyakit, seperti: diare, thypus, kolera dll.

Sasaran program/kegiatan pengelolaan air limbah permukiman mengacu pada Rencana Program Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2010 – 2014, yaitu: a. Pencapaian open defecation free hingga akhir tahun 2009 di semua Kabupaten/Kota; b. Peningkatan utilitas IPLT dan IPAL yang telah dibangun; c. Pengembangan lebih lanjut pelayanan sistem pembuangan air limbah; d. Berkurangnya pencemaran sungai akibat pembuangan tinja hingga 50% pada akhir tahun 2014.

4-23

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Upaya pencapaian sasaran RPJMN tahun 2010 - 2014, kebijakan dan strategi yang dapat dilakukan meliputi: . Peningkatan akses pelayanan air limbah baik melalui sistem on-site maupun off-site di perkotaan dan perdesaan; . Peningkatan pembiayaan pembangunan prasarana dan sarana air limbah permukiman; . Meningkatkan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukiman; . Penguatan kelembagaan; . Pengembangan perangkat peraturan perundang-undangan.

Pengelolaan prasarana dan sarana sanitasi pada setiap daerah mempunyai karakteristik yang berbeda, baik tingkat pelayanan, jenis dan jumlah pelayanannya. Pengelolaan sanitasi dapat dilakukan dengan 2 (dua) sistem yaitu: a. Sistem Pengolahan Air Limbah Setempat (on-site system); b. Sistem Pengolahan Air Limbah Terpusat (off-site system).

Pengertian sistem pengolahan air limbah setempat (on-site syatem) adalah sistem penanganan air limbah domestik yang dilakukan secara individual/komunal dengan fasilitas dan pelayanan dari satu atau beberapa bangunan, yang pengelolaannya diselesaikan secara setempat atau di lokasi sumber, seperti: cubluk, tangki septik (septic tank) dan paket pengolahan skala kecil.

4-24

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Gambar 4.8 Sistem Pengolahan Air Limbah Komunal/Individual

Sumber : Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum

Sedangkan sistem pengelolaan air limbah terpusat (off-site system) adalah sistem penanganan air limbah domestik melalui jaringan pengumpul yang diteruskan ke Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Sistem ini adalah yang terbaik untuk memecahkan masalah sanitasi di daerah padat penduduk dalam jangka waktu lama, tetapi membutuhkan biaya investasi yang tinggi. Sistem ini dibangun berdasarkan standar kualitas yang cukup tinggi dan terdiri atas sambungan rumah, jaringan pipa pengumpul, pipa pembawa, stasiun pompa dan instalasi pengolahan air limbah yang dipusatkan pada satu atau beberapa lokasi saja untuk melayani permukiman di suatu kota. Sistem ini menganut metode self cleansing sehingga membutuhkan kemiringan saluran yang cukup.

4-25

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Gambar 4.9 Sistem Pengolahan Air Limbah Terpusat Off- Site (Skala Kota)

Sumber : Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum

4.4.2 Profil Air Limbah.

A. Gambaran Umum Pengelolaan Air Limbah Saat Ini Secara umum produksi air limbah di Kota Pematangsiantar dihasilkan dari limbah rumah tangga. Limbah rumah tangga merupakan limbah yang berasal dari kegiatan rumah tangga sehari-hari yang disebabkan kegiatan mandi, cuci, dan lainnya. Limbah rumah tangga biasanya berupa limbah cairan yang langsung dialirkan ke parit atau dibuang ke saluran yang dibuat di belakang rumah, sedangkan pembuangan limbah padat dilakukan pada cubluk dan septictank. Air limbah permukiman ini perlu dikelola agar tidak menimbulkan dampak seperti mencemari air permukaan dan air tanah, disamping sangat beresiko menimbulkan penyakit seperti diare, thypus, kolera dan lain-lain.

4-26

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Di Kota Pematangsiantar sebagian besar pembuangan air limbah disalurkan ke saluran drainase, sementara untuk limbah tinja manusia penduduk sudah menggunakan jamban dari semi permanen sampai permanen untuk pembuangannya sebahagian sudah menggunakan dengan resapan septic tank yang terletak di belakang bangunan rumah.

Gambar 4.9 Sistem Sanitasi di Permukiman Bantaran Sungai

4-27

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

B. Kondisi Sistem Sarana Dan Prasarana Pengelolaan Air Limbah Beban limbah yang semakin tidak terkontrol yang terus bertambah seiring bertambahnya jumlah penduduk kelak dapat berubah menjadi kerawanan sosial, menurunkan kualitas lingkungan hidup dan menurunkan produktifitas masyarakat, sehingga perlu pembangunan dan pengelolaan air limbah terpadu khususnya dilingkungan permukiman padat dan kumuh. Secara umum produksi air limbah di kawasan kumuh banyak dihasilkan dari limbah rumah tangga, karena masih sedikit industri di kawasan perencanaan yang beroperasi dengan memperhatikan Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).

Sampai sejauh ini cakupan pelayanan air limbah saat ini mencakup hampir semua wilayah Kota Pematangsiantar yaitu dengan menggunakan septic tank. Jumlah produksi lumpur tinja di Kota Pematangsiantar mencapai 12,44 m2/hari.

Seluruh kawasan Kota kecuali, Kel. Bah Sorma Kec. Siantar Sitalasari, Kel. Tambun Tonga Kec. Siantar Martoba, Kel. Siopat Suhu Kec. Siantar Timur, Kel. Simalungun Kec. Siantar Selatan, Kel. Marihat Jaya Kec. Siantar Marimbun, dan Kel. Suka Makmur Kec. Siantar Marihat sudah mendapat pelayanan air limbah (septic tank). Di Kecamatan Siantar Barat dan Utara seperti Martoba dan Banjar saluran drainase juga berfungsi sebagai saluran pembuangan limbah cair. Hingga saat ini belum ada sistem pembuangan limbah secara khusus (misalnya dengan sistem perpipaan) yang di salurkan dengan yang disalurkan menuju instalasi pengolahan limbah. Dalam menjalani fungsinya, baik sebagai saluran drainase maupun saluran pembuangan limbah cair, parit-parit yang ada memiliki fungsi yang berjenjang, yaitu saluran primer, saluran sekunder dan saluran tersier.

4-28

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Kebijaksanaan dalam pengelolaan sistem penyaluran air limbah kota, adalah sebagai berikut: 1). Sistem pengelolaan air limbah domestik, yang meliputi: . Sistem setempat komunal di perumahan kepadatan tinggi . Sistem perpipaan terpusat di kawasan pusat kota dimana pembuangan air limbahnya dilakukan secara kolektif melalui jaringan pengumpul dan diolah, serta dibuang secara terpusat . Sistem setempat individual melalui pengolahan dan pembuangan air limbah setempat dan dikembangkan pada kawasan-kawasan yang belum memiliki sistem terpusat . Pengembangan Instalasi Pengolahan Limbah Tinja (IPLT) di Kelurahan Siantar Martoba 2). Sistem pengelolaan air limbah industri, yang meliputi pengembangan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) di kawasan industri pengolahan hasil pertanian dan industri rumah tangga 3). Sistem pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3), yang dikembangkan di Kelurahan Simalungun.

C. Permasalahan Yang Dihadapi Dalam sektor air limbah dan sanitasi, terdapat beberapa isu dan permasalahan: 1. Pada kawasan pinggir sungai yakni sekitar 10 kelurahan membuang tinja ke sungai dan parit yang menimbulkan pencemaran sungai yang disebabkan masih minimnya IPAL dan septic tank komunal. 2. Limbah rumah tangga umumnya di buang ke parit depan rumah dan dialirkan ke sungai. 3. Belum ada pengolahan limbah yang memenuhi persyaratan teknis. 4. Hanya sebagian kecil penduduk di dekat kota yang telah membuat WC di rumahnya dengan septic tank yang memenuhi syarat teknis. 5. Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) yang berlokasi di Kompleks Kantor Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Pematangsiantar dalam kondisi rusak.

4-29

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

D. Analisa Permasalahan dan Rekomendasi 1). Analisa Permasalahan Selama ini air limbah yang dihasilkan masih terkendali, tetapi air limbah buangan ini di masa mendatang akan menjadi masalah serius di Kota Pematangsiantar yang dapat menimbulkan gejolak sosial di masyarakat dan dapat mencemari air sungai karena sebagian masyarakat yang tinggal di pinggiran sungai membuang air limbah langsung ke sungai. Sehingga perlu dipersiapkan Suatu Sistem Pengolahan Air Limbah yang terpadu dan terkoordinir.

Selain itu pembangunan dan pengelolaan air limbah yang belum terarah dan terpadu dikarenakan air limbah menyatu dengan air limpasan ke saluran drainase. Apabila saluran meluap maka akan ikut serta meluapkan air limbah ke sekitarnya sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap dan menjadikan lingkungan tidak sehat.

2). Rekomendasi Penanganan air limbah terkait juga dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat oleh karena itu analisis kebutuhan juga harus mempertimbangkan faktor ini. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka analisis kebutuhan yang diperlukan adalah: - Jaringan air limbah Pembuatan jaringan air limbah terutama untuk pembuangan air limbah pada kawasan perkotaan, ini juga menghindari terjadinya buangan air limbah pada saluran drainase. - Kendaraan pengangkut tinja Untuk peningkatan pelayanan air limbah dimasa mendatang, penambahan armada diperlukan mengingat sampai saat ini untuk pelayanan air limbah masih dilayani oleh 1 (satu) unit mobil penyedot.

4-30

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

- Perbaikan bangunan IPLT Semakin meningkatnya jumlah penduduk serta jumlah limbah yang di buang untuk menghindari terjadinya pencemaran yang disebabkan oleh limbah maka tersedianya instalasi pengolahan limbah terpadu yang dapat dimanfaatkan secara optimal menjadi kebutuhan yang harus diperhatikan. - Sanimas Untuk menjaga pencemaran lingkungan perlu dibangun septic tank komunal pada kawasan kumuh terutama kawasan yang belum memiliki sarana air limbah.

E. Usulan Dan Prioritas Program 1. Penambahan unit truk tinja mengingat hanya terdapat 1 unit truk tinja dengan siklus penyedotan rata- rata 2-3 kali sehari. 2. Penambahan fasilitas IPLT 3. Pembangunan IPAL Komunal komunal karena septic tank individu (on site sanitation) pada kawasan pusat kota sudah penuh 4. Pembangunan jaringan air limbah 5. Pembangunan Sanimas

F. Aspek Pendanaan Pembiayaan proyek pengelolaan prasarana dan sarana air limbah direncanakan dibiayai oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kota Pematangsiantar melalui dana pendamping.

4-31

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

4.5 Sub Bidang Persampahan

4.5.1. Petunjuk Umum Pengelolaan Persampahan

Sesuai arahan kebijakan pengelolaan persampahan yang tertera dalam Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengolahan Sampah bahwa penyelenggaraan pengolahan sampah, pengurangan sampah yang mencakup pembagian kewenangan pengelolaan sampah, pengurangan dan penanganan sampah, maupun sanksi terhadap penyelenggaraan pengelolaan sampah. Dan pada pasal 44 disebutkan bahwa pemerintah daerah harus menutup tempat pemprosesan akhir sampah (TPA) yang dioperasikan dengan sistem pembuangan terbuka (open dumping) paling lama 5 (lima) tahun terhitung sejak diberlakukannya undang-undang ini.

Semua Program/Kegiatan Sub Bidang Persampahan bertujuan untuk mencapai masyarakat hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang bersih dari sampah, dan mengacu pada kebijakan dan strategi yang dituangkan dalam Rencana strategis (Renstra) di Pusat maupun Provinsi dan sesuai dengan kebutuhan dan prioritas pengembangan daerah.

Sasaran program/kegiatan dalam penanganan dan pengelolaan persampahan mengacu pada Rencana Program Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2004 - 2009, yaitu: 1. Meningkatkan jumlah sampah terangkut; 2. Meningkatnya kinerja pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang berwawasan lingkungan (environmental friendly).

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor: 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP), adalah: a. Pengurangan sampah maksimal, semaksimal mungkin dimulai dari sumbernya; b. Peningkatan peran aktif masyarakat dan usaha/swasta sebagai mitra pengelolaan; c. Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas sistem pengelolaan.

4-32

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Gambar 4-10 Sistem Pengolahan Sampah

APBD 3 R Sumber sampah 3 APBN R

Sumber sampah

Sta Antara / ITF Sumber sampah 3 R TPA

Sumber : Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum

4.5.2. Profil Persampahan

A. Gambaran Umum Sistem Pengelolaan Persampahan Saat Ini Secara umum cara pembuangan sampah dapat digolongkan menjadi dua. Pertama, pembuangan secara individual, yaitu masyarakat membuat sampahnya sendiri-sendiri dengan metode dan cara yang tersendiri. Kedua, membuang secara kolektif yang dikelola oleh pemerintah setempat atau diserahkan kepada swasta. Cara pembuangan sampah di Kota Pematangsiantar diarahkan secara kolektif atau pengelolaan dengan menyediakan tempat sampah umum yang akan dibuang bersama pada lokasi yang ditentukan. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan pada tahap akhir pembuangan sampah secara individual sudah tidak efisien lagi.

Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2000 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah Kota Pematangsiantar dan Keputusan Walikota Pematangsiantar Nomor 387b Tahun 2001 tentang Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan

4-33

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Daerah Kota Pematangsiantar, instansi yang terkait dalam pengelolaan sektor persampahan di Kota Pematangsiantar adalah Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan, Sub-Dinas Kebersihan Pemerintah Kota Pematangsiantar. Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan bekerjasama dengan pihak Kecamatan, Kelurahan, UPTD Terminal, UPTD Perparkiran, Dinas Pasar, Dinas PU, dan Satuan Kerja Penanganan Persampahan/Kebersihan Kota.

Berdasarkan hasil pencatatan/pengukuran sampah oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Pemaangsiantar, jumlah timbulan sampah dari 68,47% penduduk yang terlayani di Kota Pematangsiantar pada Tahun 2007, ada sebesar 596,30 m³/hari. Dari jumlah tersebut, sampah yang dapat diangkut hanya sekitar 412,00 m³/hari atau sekitar 71,77% dari timbulan sampah setiap harinya.

Berikut berdasarkan hasil analisa, pada akhir tahun perencanaan yaitu tahun 2032, jumlah total volume sampah terbesar berada di Kecamatan Siantar Utara dengan total timbulan sampahnya yaitu 153,69 m3/hari. Sedangkan untuk timbunan sampah terkecil berada si Kecamatan Siantar Marimbun dengan total timbulan sampah yaitu 36,18 m3/hari. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

4-34

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Tabel 4.2 Proyeksi Total Timbulan Sampah dan Kebutuhan Prasarana Sampah Di Kota Pematangsiantar Jumlah Penduduk Standard KEBUTUHAN Jenis Kecamatan 2012 2017 2022 2027 2032 (L/Org/Hari) 2012 2017 2022 2027 2032 Penggunaan (jiwa) (jiwa) (jiwa) (jiwa) (jiwa) m3/hari m3/hari m3/hari m3/hari m3/hari

Domestik 18,797 19,135 20,121 23,248 24,446 2 37.59 38.27 40.24 46.5 48.89 Sarana Umum/Sosial 18,797 19,135 20,121 23,248 24,446 0.5 9.4 9.57 10.06 11.62 12.22 Komersial/lain- lain 18,797 19,135 20,121 23,248 24,446 0.25 4.7 4.78 5.03 5.81 6.11 TOTAL TIMBULAN SAMPAH 51.69 52.62 55.33 63.93 67.23 Unit Unit Unit Unit Unit Keb. Bak/Tong Sampah 18,797 19,135 20,121 23,248 24,446 1 Unit/50l Keb. Gerobak Sampah 18,797 19,135 20,121 23,248 24,446 1 Unit/2m3 25.85 26.31 27.67 31.97 33.61 Siantar Kebutuhan Marihat TPS 18,797 19,135 20,121 23,248 24,446 1 Unit/6m3 8.62 8.77 9.22 10.66 11.2

4-35

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Kebutuhan

Truk Sampah 18,797 19,135 20,121 23,248 24,446 1 Unit/18m3 2.87 2.92 3.07 3.55 3.73 JUMLAH 37.33 38 39.96 46.17 48.55 Domestik 12,745 12,267 12,899 17,326 18,219 2 25.49 24.53 25.8 34.65 36.44 Sarana Umum/Sosial 12,745 12,267 12,899 17,326 18,219 0.5 6.37 6.13 6.45 8.66 9.11 Komersial/lain- lain 12,745 12,267 12,899 17,326 18,219 0.25 3.19 3.07 3.22 4.33 4.55 TOTAL TIMBULAN SAMPAH 35.05 33.74 35.47 47.65 50.1 Unit Unit Unit Unit Unit Keb. Bak/Tong Sampah 12,745 12,267 12,899 17,326 18,219 1 Unit/50l Keb. Gerobak Sampah 12,745 12,267 12,899 17,326 18,219 1 Unit/2m3 17.52 16.87 17.74 23.82 25.05 Kebutuhan TPS 12,745 12,267 12,899 17,326 18,219 1 Unit/6m3 5.84 5.62 5.91 7.94 8.35 Kebutuhan Siantar Truk Sampah 12,745 12,267 12,899 17,326 18,219 1 Unit/18m3 1.95 1.87 1.97 2.65 2.78 Marimbun JUMLAH 25.31 24.36 25.62 34.41 36.18 Siantar Domestik 20,952 21,653 22,769 25,196 26,495 2 41.9 43.31 45.54 50.39 52.99

4-36

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Selatan Sarana

Umum/Sosial 20,952 21,653 22,769 25,196 26,495 0.5 10.48 10.83 11.38 12.6 13.25 Komersial/lain- lain 20,952 21,653 22,769 25,196 26,495 0.25 5.24 5.41 5.69 6.3 6.62 TOTAL TIMBULAN SAMPAH 57.62 59.55 62.62 69.29 72.86 Unit Unit Unit Unit Unit Keb. Bak/Tong Sampah 20,952 21,653 22,769 25,196 26,495 1 Unit/50l Keb. Gerobak Sampah 20,952 21,653 22,769 25,196 26,495 1 Unit/2m3 28.81 29.77 31.31 34.65 36.43 Kebutuhan TPS 20,952 21,653 22,769 25,196 26,495 1 Unit/6m3 9.6 9.92 10.44 11.55 12.14 Kebutuhan Truk Sampah 20,952 21,653 22,769 25,196 26,495 1 Unit/18m3 3.2 3.31 3.48 3.85 4.05 JUMLAH 41.61 43.01 45.22 50.04 52.62 Domestik 46,525 50,435 53,034 50,751 53,366 2 93.05 100.87 106.07 101.5 106.73 Sarana Umum/Sosial 46,525 50,435 53,034 50,751 53,366 0.5 23.26 25.22 26.52 25.38 26.68 Siantar Komersial/lain- Barat lain 46,525 50,435 53,034 50,751 53,366 0.25 11.63 12.61 13.26 12.69 13.34

4-37

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

TOTAL TIMBULAN SAMPAH 127.94 138.7 145.84 139.57 146.76

Unit Unit Unit Unit Unit Keb. Bak/Tong Sampah 46,525 50,435 53,034 50,751 53,366 1 Unit/50l Keb. Gerobak Sampah 46,525 50,435 53,034 50,751 53,366 1 Unit/2m3 63.97 69.35 72.92 69.78 73.38 Kebutuhan TPS 46,525 50,435 53,034 50,751 53,366 1 Unit/6m3 21.32 23.12 24.31 23.26 24.46 Kebutuhan Truk Sampah 46,525 50,435 53,034 50,751 53,366 1 Unit/18m3 7.11 7.71 8.1 7.75 8.15 JUMLAH 92.4 100.17 105.33 100.8 105.99 Domestik 49,305 53,736 56,505 53,148 55,886 2 98.61 107.47 113.01 106.3 111.77 Sarana Umum/Sosial 49,305 53,736 56,505 53,148 55,886 0.5 24.65 26.87 28.25 26.57 27.94 Komersial/lain- lain 49,305 53,736 56,505 53,148 55,886 0.25 12.33 13.43 14.13 13.29 13.9 TOTAL TIMBULAN SAMPAH 135.59 147.77 155.39 146.16 153.69 Unit Unit Unit Unit Unit Siantar Keb. Bak/Tong Utara Sampah 49,305 53,736 56,505 53,148 55,886 1 Unit/50l

4-38

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Keb. Gerobak

Sampah 49,305 53,736 56,505 53,148 55,886 1 Unit/2m3 67.8 73.89 77.69 73.08 76.84 Kebutuhan TPS 49,305 53,736 56,505 53,148 55,886 1 Unit/6m3 22.6 24.63 25.9 24.36 25.61 Kebutuhan Truk Sampah 49,305 53,736 56,505 53,148 55,886 1 Unit/18m3 7.53 8.21 8.63 8.12 8.54 JUMLAH 97.93 106.73 112.23 105.56 111 Domestik 42,254 45,692 48,046 46,343 48,731 2 84.51 91.38 96.09 92.69 97.46 Sarana Umum/Sosial 42,254 45,692 48,046 46,343 48,731 0.5 21.13 22.85 24.02 23.17 24.37 Komersial/lain- lain 42,254 45,692 48,046 46,343 48,731 0.25 10.56 11.42 12.01 11.59 12.18 TOTAL TIMBULAN SAMPAH 116.2 125.65 132.13 127.44 134.01 Unit Unit Unit Unit Unit Keb. Bak/Tong Sampah 42,254 45,692 48,046 46,343 48,731 1 Unit/50l Keb. Gerobak Sampah 42,254 45,692 48,046 46,343 48,731 1 Unit/2m3 58.1 62.83 66.06 63.72 67 Siantar Kebutuhan Timur TPS 42,254 45,692 48,046 46,343 48,731 1 Unit/6m3 19.37 20.94 22.02 21.24 22.33

4-39

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Kebutuhan

Truk Sampah 42,254 45,692 48,046 46,343 48,731 1 Unit/18m3 6.46 6.98 7.34 7.08 7.44 JUMLAH 83.92 90.75 95.43 92.04 96.78 Domestik 26,948 27,077 28,472 34,119 35,877 2 53.9 54.15 56.94 68.24 71.75 Sarana Umum/Sosial 26,948 27,077 28,472 34,119 35,877 0.5 13.47 13.54 14.24 17.06 17.94 Komersial/lain- lain 26,948 27,077 28,472 34,119 35,877 0.25 6.74 6.77 7.12 8.53 8.97 TOTAL TIMBULAN SAMPAH 74.11 74.46 78.3 93.83 98.66 Unit Unit Unit Unit Unit Keb. Bak/Tong Sampah 26,948 27,077 28,472 34,119 35,877 1 Unit/50l Keb. Gerobak Sampah 26,948 27,077 28,472 34,119 35,877 1 Unit/2m3 37.05 37.23 39.15 46.91 49.33 Kebutuhan TPS 26,948 27,077 28,472 34,119 35,877 1 Unit/6m3 12.35 12.41 13.05 15.64 16.44 Kebutuhan Siantar Truk Sampah 26,948 27,077 28,472 34,119 35,877 1 Unit/18m3 4.12 4.14 4.35 5.21 5.48 Martoba JUMLAH 53.52 53.78 56.55 67.76 71.26 Siantar Domestik 22,127 22,007 23,141 28,514 29,983 2 44.25 44.01 46.28 57.03 59.97

4-40

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Sitalasari Sarana

Umum/Sosial 22,127 22,007 23,141 28,514 29,983 0.5 11.06 11 11.57 14.26 14.99 Komersial/lain- lain 22,127 22,007 23,141 28,514 29,983 0.25 5.53 5.5 5.79 7.13 7.5 TOTAL TIMBULAN SAMPAH 60.85 60.52 63.64 78.41 82.45 Unit Unit Unit Unit Unit Keb. Bak/Tong Sampah 22,127 22,007 23,141 28,514 29,983 1 Unit/50l Keb. Gerobak Sampah 22,127 22,007 23,141 28,514 29,983 1 Unit/2m3 30.42 30.26 31.82 39.21 41.23 Kebutuhan TPS 22,127 22,007 23,141 28,514 29,983 1 Unit/6m3 10.14 10.09 10.61 13.07 13.74 Kebutuhan Truk Sampah 22,127 22,007 23,141 28,514 29,983 1 Unit/18m3 3.38 3.36 3.54 4.36 4.58 JUMLAH 43.95 43.71 45.96 56.63 59.55 TOTAL TIMBULAN SAMPAH 659.05 693.01 728.72 766.27 805.76

Sumber : RTRW Kota Pematangsiantar 2012-2032

4-41

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

B. Kondisi Sistem Sarana dan Prasarana Pengelolaan Persampahan Yang Ada Berdasarkan hasil pencatatan/ pengukuran sampah oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Pematangsiantar, jumlah timbulan sampah dari 68,47% penduduk yang terlayani di Kota Pematangsiantar pada Tahun 2007, ada sebesar 596,30 m³/hari. Dari jumlah tersebut, sampah yang dapat diangkut hanya sekitar 412,00 m³/hari atau sekitar 71,77% dari timbulan sampah setiap harinya.

Dalam melaksanakan pengelolaan persampahan di Kota Pematangsiantar, Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Pematangsiantar memiliki sarana dan parasarana sebagai berikut:

Tabel 4.3 Sarana dan Prasarana Pengelolaan Persampahan Di Kota Pematangsiantar Tahun 2007

Kapasitas Jumlah No. Sarana/ Prasarana Keterangan (m) (unit) 1. Becak Sampah 1 136 - 2. Mini truk/ Pick up Sampah 3 1 - 3. TPSS type 1 dan 2 0,5-1 535 - 4. Container 3 34 - 4 4 - 5. Dump truck 8 22 2 rit/ hari 6. Arm Roll Truck - 5 2 rit/ hari 7. TPA Sampah 2 Ha 1 TPA Tj. Pinggir 8. Bulldozer - 2 Fasilitas TPA 9. Excavator - 1 Fasilitas TPA 10 Wheel Loader - 1 Fasilitas TPA

Sumber: RPIJM Kota Pematangsiantar 2009

4-42

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Sistem pengelolaan persampahan di Kota Pematangsiantar dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu: Pewadahan, Pengumpulan, Pemindahan, Pengangkutan, dan Pembuangan Akhir. 1. Pewadahan Jenis pewadahan yang umumnya digunakan oleh masyarakat adalah kantong Plastik, drum, atau bin plastik tanpa tutup serta sebagian kecil masyarakat membuang sampah ke TPSS tanpa perwadahan. 2. Pengumpulan Pelaksanaan pengumpulan sampah dilakukan oleh petugas kebersihan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Pematangsiantar dibantu oleh petugas kebersihan dari masing-masing Kelurahan, Kecamatan, UPTD Terminal, Dinas Pasar, dan Dinas PU serta masyarakat yang secara sadar membuang sampah ke TPSS tersebut. 3. Pemindahan Pada saat ini pelaksanaan pemindahan sampah masih terbatas pada lokasi-lokasi timbulansampah tertentu, seperti kompleks perumahan, pasar, terminal, dan ruang terbuka umum dengan menggunakan becak sampah dan pick up sampah yang kemudian diangkut ke TPSS terdekat. Sedangkan lokasi-lokasi timbulansampah yang lain seperti area permukiman, perkantoran, dan pertokoan langsung diangkut dengan armada pengangkut sampah atau dengan menggunakan sistem pengumpulan langsung di TPSS terdekat. 4. Pengangkutan Pengangkutan dilakukan dengan armada pengangkut sampah yang terdir dari dump truck dan arm roll truck yang mengangkut sampah dari TPSS atau container ke TPA Tanjung Pinggir, untuk kemudian dilakukan pengolahan/ pembuangan akhir. 5. Pembuangan Akhir Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah Kota Pematangsiantar berada di daerah Tanjung Pinggir, Kecamatan Siantar Martoba yang berjarak 5 km dari Pusat Kota. TPA Tanjung Pinggir menggunakan system open dumping dengan luas total 5 Ha yang terbagi menjadi 2 (dua) lokasi penimbunan.

4-43

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Lokasi penimbunan pertama seluas 3 Ha digunakan sejak Tahun 1992 dan telah ditutup pada Tahun 2001. Sedangkan lokasi penimbunan kedua seluas 2 Ha digunakan sebagai pengganti lokasi penimbunan pertama yang mulai beroperasi sejak Tahun 2001 sampai sekarang.

Saat ini lokasi penimbunan pertama yang telah ditutup dimanfaatkan untuk pembuatan kompos dengan melibatkan para pekerja lokal. Proses pembuatan kompos dilakukan dengan cara mengumpulkan hasil pelapukan/dekomposisi sampah yang kemudian diayak untuk mendapatkan ukuran yang diinginkan dengan menggunakan peralatan sederhana. Kompos yang telah terkumpul dan kemudian dipasarkan oleh pengelola TPA.

C. Aspek Pendanaan Pembiayaan proyek pengelolaan persampahan ini direncanakan dibiayai oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kota Pematangsiantar melalui dana pendamping. Sedangkan biaya operasional dan pemeliharaan dibiayai Pemerintah Kota melalui retribusi yang dipungut dari masyarakat untuk PAD meliputi iuran yang ditentukan berdasarkan biaya operasional harian rata-rata.

D. Aspek Peran Serta Masyarakat Untuk menciptakan keadaan lingkungan yang bersih dan asri peran serta masyarakat sangat dibutuhkan untuk menciptakan hal tersebut diatas, dimana pihak Pemerintahan Kota Pematangsiantar membuat Program Jumat Bersih yakni dengan melaksanakan gotong royong yang melibatkan pemerintah dan masyarakat pada setiap hari jumat tiap bulannya.

Dalam pengelolaan persampahan dapat di lihat peran serta masyarakat dengan membayar retribusi sampah. Disamping itu peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah dilakukan dengan memberikan penyuluhan mengenai sanitasi

4-44

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

dan kesehatan. Ini dimaksudkan agar masyarakat tidak membuang sampah sembarangan khususnya di sungai atau saluran air.

Tabel 4.4 Daftar Program Layanan Yang Berbasis Masyarakat Nama Kondisi sarana saat ini Aspek PMJK Tahun Program/ Pelaksanaan No Sub sektor Mulai Tidak Proyek/ /PJ Fungsi Rusak PM JDR MBR Fungsi Layanan 1 Persampahan Pengadaan bak Dinas 2012 √ PK - - - - sampah Kebersihan K 2 Persampahan Pengadaan Bak Dinas 2011 √ - - - - - Container Kebersihan 3 Persampahan Pengadaan truk Badan 2011 √ armroll lingkungan - - - - - Hidup 4 Persampahan Pengadaan Badan 2009 √ TPSS lingkungan - - - - - Hidup Sumber : BPS Kota Pematangsiantar

Tabel 4.5 Kerjasama Terkait Sanitasi No Nama Kegiatan Jenis Kegiatan Sanitasi Mitra Kerjasama Pendapat Media 1 BRI Peduli Pembuatan tong Sampah Bank BRI Cabang Positif agar sampah di Pasar Horas Pematangsiantar tidak berserakan 2 Pembuatan tong Pembuatan Infrastruktur NV. STTC Positif sampah dan TPS tempat sampah Sumber : BPS Kota Pematangsiantar

4-45

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Partisipasi Dunia Usaha Pengelolaan Persampahan yang melibatkan dunia usaha di Kota Pematangsiantar diwujudkan dengan adanya masyarakat pemulung dan usaha jual beli barang bekas. Dimana sampah yang memiliki nilai jual dikumpulkan dan dipilah berdasarkan jenisnya kemudian dijual ke pengumpul barang bekas.

Tabel 4.6 Penyedia Layanan Pengelolaan Persampahan

Tahun Mulai No Nama Provider Jenis Kegiatan Operasi Pengumpul Besar limbah/sampah 1 CV Dalanta Horas 20xx anorganik Usaha Jual beli Barang 2 UD Purba 20xx Bekas/Sampah anorganik Sumber : BPS Kota Pematangsiantar

E. Permasalahan Yang Dihadapi Berdasarkan kondisi pengelolaan persampahan yang ada di Kota Pematangsiantar saat ini, ada beberapa permasalahan yang dihadapi yaitu: 1. Operasional TPA Tanjung Pinggir yang dikelola dengan sistem open dumping perlu segera dipikirkan untuk dicarikan alternatif sistem yang lain, karena sistem tersebut sebenarnya kurang layak dilihat dari aspek kesehatan/sanitasi lingkungan. Hal ini karena dengan sistem tersebut samapah yang terbuang dibiarkan mengalami dekomposisi atau pembusukan secara alami di lahan terbuka yang tentu saja berpengaruh terhadap manusia dan lingkungannya. 2. Adanya keterbatasan sarana dan peralatan untuk pelaksanaan pengelolaan sampah sehingga mengakibatkan pelayanan persampahan sampai saat ini baru mencakup 68,47% penduduk dengan tingkat pencapaian sebesar 71,77%.

4-46

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

3. Tempat perwadahan yang bersifat permanent (beton) dan semi permanent (drum bekas) tanpa tutup perlu dipikirkan kembali penggunaannya, karena selain tidak fleksibel dan tidak mudah dioperasikan juga sifatnya terbuka sehingga mudah menimbulkan bau dan lalat. 4. TPSS yang ada di Kota Pematangsiantar saat ini dirasakan masih kurang dapat melayani kebutuhan masyarakat, terutama di permukiman padat, sehingga masih banyak yang membuang sampah di sembarang tempat. 5. Walaupun sumber pembiayaan dari APBD sudah cukup baik, namun kontribusi masyarakat dalam pembiayaan dalam bentuk iuran retribusi dirasakan masih kurang karena masih banyak yang enggan/ tidak mau membayar. 6. Rendahnya tingkat kesadaran masyarakat terhadap kebersihan lingkungan.

F. Sasaran Penyediaan Prasarana Dan Sarana Pengelolaan Sampah Tujuan rencana pengembangan Persampahan Kota Pematangsiantar adalah menjamin kebersihan lingkungan Kota Pematangsiantar standar demi tercapainya kesehatan penduduk.

Pertimbangan-pertimbangan dalam rencana pengembangan sistem persampahan Kota Pematangsiantar adalah: 1. Kota Pematangsiantar mengalami laju pertumbuhan yang rendah dalam periode 20 tahun mendatang (2012-2032). Pertambahan penduduk selama periode tersebut diproyeksikan sebesar 43.018 jiwa, sehingga jumlah penduduk kota pada Tahun 2032 adalah sebesar 293.003 jiwa. 2. Kebutuhan sampah pada Tahun 2032 diproyeksikan sebesar 2.238.823,62 m³/hari. 3. Arah perkembangan kegiatan perkotaan yang tercermin dari rencana sistem pusat kegiatan, dimana pusat kota/sub pusat kota direncanakan berada pada kawasan Jl. Sutomo-Merdeka, Tanjung Pinggir, Tojay, Marihat, wilayah Asahan.

4-47

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

4. Untuk menampung kebutuhan sampah pada tahun akhir rencana tahun 2032, TPA saat ini yang berlokasi di Kecamatan Siantar Martoba tidak dapat menampung kebutuhan sampah pada akhir tahun rencana, oleh sebab itu direncanakan 2 TPA lagi di seluas 5 hektare yang berada di: - Kelurahan Gurilla Kecamatan Siantar Sitalasari, - Lahan eks PTPN III Kecamatan Siantar Martoba. Adapun proyeksi kebutuhan sampah Kota Pematangsiantar ditunjukkan pada tabel berikut:

4-48

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Tabel 4.7 Perkiraan Volume Sampah dan Peralatan yang Dibutuhkan di Kota Pematangsiantar Tahun 2032

Jumlah Penduduk Standard KEBUTUHAN Kecamatan Jenis Penggunaan 2012 2017 2022 2027 2032 2012 2017 2022 2027 2032 (jiwa) (jiwa) (jiwa) (jiwa) (jiwa) (L/Org/Hari) m3/hari m3/hari m3/hari m3/hari m3/hari Domestik 18,797 19,135 20,121 23,248 24,446 2 37.59 38.27 40.24 46.50 48.89 Sarana Umum/Sosial 18,797 19,135 20,121 23,248 24,446 0.5 9.40 9.57 10.06 11.62 12.22 Komersial/lain-lain 18,797 19,135 20,121 23,248 24,446 0.25 4.70 4.78 5.03 5.81 6.11 TOTAL TIMBULAN SAMPAH 51.69 52.62 55.33 63.93 67.23 Unit Unit Unit Unit Unit Siantar Keb. Bak/Tong 18,797 19,135 20,121 23,248 24,446 1 Unit/50l Marihat Sampah Keb. Gerobak Sampah 18,797 19,135 20,121 23,248 24,446 1 Unit/2m3 25.85 26.31 27.67 31.97 33.61 Kebutuhan TPS 18,797 19,135 20,121 23,248 24,446 1 Unit/6m3 8.62 8.77 9.22 10.66 11.20 Kebutuhan Truk 18,797 19,135 20,121 23,248 24,446 1 Unit/18m3 2.87 2.92 3.07 3.55 3.73 Sampah JUMLAH 37.33 38.00 39.96 46.17 48.55 Domestik 12,745 12,267 12,899 17,326 18,219 2 25.49 24.53 25.80 34.65 36.44 Siantar Sarana Umum/Sosial 12,745 12,267 12,899 17,326 18,219 0.5 6.37 6.13 6.45 8.66 9.11 Marimbun Komersial/lain-lain 12,745 12,267 12,899 17,326 18,219 0.25 3.19 3.07 3.22 4.33 4.55 4-49

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

TOTAL TIMBULAN SAMPAH 35.05 33.74 35.47 47.65 50.10

Unit Unit Unit Unit Unit

Keb. Bak/Tong 12,745 12,267 12,899 17,326 18,219 1 Unit/50l Sampah Keb. Gerobak Sampah 12,745 12,267 12,899 17,326 18,219 1 Unit/2m3 17.52 16.87 17.74 23.82 25.05 Kebutuhan TPS 12,745 12,267 12,899 17,326 18,219 1 Unit/6m3 5.84 5.62 5.91 7.94 8.35 Kebutuhan Truk 12,745 12,267 12,899 17,326 18,219 1 Unit/18m3 1.95 1.87 1.97 2.65 2.78 Sampah JUMLAH 25.31 24.36 25.62 34.41 36.18 Domestik 20,952 21,653 22,769 25,196 26,495 2 41.90 43.31 45.54 50.39 52.99 Sarana Umum/Sosial 20,952 21,653 22,769 25,196 26,495 0.5 10.48 10.83 11.38 12.60 13.25 Komersial/lain-lain 20,952 21,653 22,769 25,196 26,495 0.25 5.24 5.41 5.69 6.30 6.62 TOTAL TIMBULAN SAMPAH 57.62 59.55 62.62 69.29 72.86 Unit Unit Unit Unit Unit Siantar Keb. Bak/Tong 20,952 21,653 22,769 25,196 26,495 1 Unit/50l Selatan Sampah Keb. Gerobak Sampah 20,952 21,653 22,769 25,196 26,495 1 Unit/2m3 28.81 29.77 31.31 34.65 36.43 Kebutuhan TPS 20,952 21,653 22,769 25,196 26,495 1 Unit/6m3 9.60 9.92 10.44 11.55 12.14 Kebutuhan Truk 20,952 21,653 22,769 25,196 26,495 1 Unit/18m3 3.20 3.31 3.48 3.85 4.05 Sampah JUMLAH 41.61 43.01 45.22 50.04 52.62 Siantar Barat Domestik 46,525 50,435 53,034 50,751 53,366 2 93.05 100.87 106.07 101.50 106.73

4-50

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Sarana Umum/Sosial 46,525 50,435 53,034 50,751 53,366 0.5 23.26 25.22 26.52 25.38 26.68 Komersial/lain-lain 46,525 50,435 53,034 50,751 53,366 0.25 11.63 12.61 13.26 12.69 13.34 TOTAL TIMBULAN SAMPAH 127.94 138.70 145.84 139.57 146.76 Unit Unit Unit Unit Unit Keb. Bak/Tong 46,525 50,435 53,034 50,751 53,366 1 Unit/50l Sampah Keb. Gerobak Sampah 46,525 50,435 53,034 50,751 53,366 1 Unit/2m3 63.97 69.35 72.92 69.78 73.38 Kebutuhan TPS 46,525 50,435 53,034 50,751 53,366 1 Unit/6m3 21.32 23.12 24.31 23.26 24.46 Kebutuhan Truk 46,525 50,435 53,034 50,751 53,366 1 Unit/18m3 7.11 7.71 8.10 7.75 8.15 Sampah JUMLAH 92.40 100.17 105.33 100.80 105.99 Sumber : Hasil Analisa

4-51

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Untuk mencapai tujuan pengembangan dan dengan mempertimbangkan faktor-faktor pengembangan tersebut di atas, maka rencana pengembangan pengelolaan persampahan di Kota Pematangsiantar dirumuskan sebagai berikut: 1. Cakupan pelayanan seluruh sumber sampah di wilayah Kota dengan produksi timbulan sampah sebesar 805.760 meter kubik per hari. 2. Tahapan pewadahan, pengumpulan dan pengangkutan dengan menerapkan pola 3 R. 3. Pada kawasan permukiman sampah dikumpulkan secara komunal dibawa ke depo transfer untuk diangkut ke TPA. 4. Tempat Penampungan Sementara dikembangkan di setiap unit lingkungan perumahan dan pusat-pusat kegiatan yang tersebar di seluruh kelurahan. 5. Pengembangan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA), meliputi: a. Kerjasama pengelolaan TPA Regional bersama Kabupaten Simalungun yang berada di Kabupaten Simalungun seluas lebih kurang 30 hektar; b. Pengembangan TPA di Kelurahan Gurilla Kecamatan Siantar Sitalasari seluas lebih kurang 3,3 hektar; c. Peningkatan TPA di Lahan eks PTPN III di Kelurahan Tanjung Pinggir Kecamatan Siantar Martoba seluas lebih kurang 5 hektar. d. Pengelolaan TPA menggunakan metode sanitary landfill e. Pemanfaatan zona penyangga TPA sebagai ruang terbuka hijau

G. Analisa Permasalahan dan Rekomendasi I. Analisa Permasalahan Terhadap permasalahan yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya, ada beberapa alternatif pemecahan masalah dan rekomendasi yang dapat dilakukan khususnya menyangkut sistem operasional pengelolaan persampahan.

4-52

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

a. Perwadahan Perwadahan merupakan bagian awal dari sistem pengelolaan persampahan yang dapat dilakukan dengan beberapa pola, yaitu: - Disediakan oleh masyarakat dengan model bebas - Disediakan oleh masyarakat dengan model yang ditentukan oleh Pemerintah Daerah - Disediakan oleh Pemerintah Daerah - Disediakan oleh organisasi swadaya masyarakat Sedangkan berdasarkan mekanisme penggunaannya, perwadahan dapat diklasifikasikan sebagai berikut: - Tetap/Permanen Model ini contohnya tempat sampah yang dibuat dari pasangan batu bata/beton. Model ini disarankan untuk tidak lagi dipergunakan mengingat model ini secara teknis operasional menhambat kecepatan operasi, sulit dikontrol tingkat kebersihannya, dan dari sisi estetika kurang baik. - Semi Tetap/Semi Permanen Model ini contohnya tong sampah yang menggunakan tiang penyangga dengan penutup. Model ini digunakan untuk menghindari binatang dan bentuknya dianggap masih lebih baik dari bentuk tetap. Namun demikian bentuk/model ini mempunyai tingkat kesulitan dalam perawatan dan pencegahan dari pencurian (baik tutup maupun keseluruhannya). - Non Tetap Model ini sangat dianjurkan karena fleksibel. Namun demikian dalam penerapannya harus memperhatikan kondisi social ekonomi dan masyarakat.

Dalam pemilihan alternatif-alternatif di atas, maka disamping pertimbangan kemampuan keuangan Daerah dan kondisi sosial ekonomi serta budaya masyarakat, juga harus diperhatikan persyaratan-persyaratan wadah penampung seperti berikut ini, yaitu:

4-53

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

- Mempunyai permukaan luar dan dalam yang licin sehingga mudah dibersihkan; - Bersifat kedap air, sehingga air yang terkandung dalam sampah/ bak sampah tidak merembes keluar. - Mempunyai lantai dasar yang kuat, sehingga tidak mudah rusak pada waktu memindahkan sampah ke alat pengumpul/pengangkut; - Ringan dan mudah diangkat bagi model yang bersifat Non Tetap; dan - Mudah diisi dan dikosongkan serta memiliki penutup; - Volumenya cukup untuk menampung sampah selama satu periode pengumpulan; - Ditempatkan di depan rumah/bangunan.

Dalam melakukan pemilihan alternatif model/bentuk pewadahan serta kaitaannya dengan persyaratan-persyaratan diatas, berikut direkomendasikan karakteristik pewadahan untuk masing-masing pola pewadahan individual dan komunal serta jenis perwadahan.

4-54

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Tabel IV - 8 Pola dan Karakteristik Perwadahan

Pola Perwadahan No. Karakteristik Individual Komunal 1. Bentuk/ Jenis Kotak; silinder; container; bin Kotak; silinder; container; bin (tong) bertutup; dan kantong (tong) bertutup 2. Sifat Ringan; mudah dipindahkan dan Ringan; mudah dipindahkan dan dikosongkan dikosongkan 3. Bahan *) Logam; plastik; fiberglass Logam; plastic; fiberglass (GLP); kayu; bambu; rotan; (GRP); kayu; bambu; rotan kertas 4. Volume Rumah dan toko kecil= 10-40 Pinggir jalan dan taman = 30-40 liter ltr Kantor, toko besar, hotel, dan Untuk permukiman dan pasar = rumah makan = 100-500 liter 100-1000 liter 5. Pengadaan Pribadi; instansi; pengelola Instansi; pengelola *) Untuk karakteristik bahan dari kayu, bamboo, dan rotan dengan pola penggunaan untuk komunal, harus diiringi dengan disiplin dalam pemisahan antara sampah kering dan sampah basah.

4-55

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Tabel 4.9 Jenis Perwadahan Kapasitas Umur No. Jenis Wadah Pelayanan Keterangan (ltr) Wadah 1. Kantong 10 – 40 1 KK 2 – 3 hari - 2. Bin 40 1 KK 2 – 3 tahun - 3. Bin 120 2 – 3 KK 2 – 3 tahun - 4. Bin 240 4 – 6 KK 2 – 3 tahun - 5. Kontainer 500 40 KK 3 – 5 tahun Komunal 6. Kontainer 1000 80 KK 3 – 5 tahun Komunal 7. Bin 30-40 Pejalan kaki 2 – 3 tahun - taman Sumber : RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2009

b. Pengumpulan Beberapa alternative pengumpulan sampah dari sumber yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut: . Pola Individual (door to door) - Pengumpulan sampah dari rumah ke rumah dengan alat angkut jarak pendek (gerobak sampah) untuk diangkut ke container/TPSS terdekat - Pengumpulan sampah dari rumah ke rumah dengan truk untuk dibawa ke TPA . Pola Komunal Dalam pola ini sampah dikumpulkan sendiri oleh pemiliknya ke satu titik pengumpulan yang sudah ditentukan. Pola komunal ini sangat tepat untuk daerah permukiman padat dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat berpenghasilan rendah. . Pola Penyapuan Jalan Pola penyapuan jalan dilaksanakan dengan persyaratan sebagai berikut:

4-56

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

- Juru sapu harus mengetahui cara penyapuan untuk setiap daerah pelayanan (tanah, lapangan rumput, dll) - Penanganan penyapuan jalan untuk setiap daerah berbeda tergantung pada fungsi dan nilai daerah yang dilayani - Pengumpulan sampah hasil penyapuan jalan diangkut ke lokasi pemindahan untuk kemudian diangkut ke TPA - Pengendalian personil dan peralatan harus baik.

c. Pemindahan Pemindahan merupakan fase antara yang dapat melepaskan ketergantungan antara fase pengumpulan dengan fase pengangkutan dengan tujuan meningkatkan efektifitas masing-masing fase. Sedangkan alternative bentuk pemindahan adalah: - Station Transfer Type I Berupa tempat pertemuan peralatan pengumpul (gerobak) dengan peralatan pengangkutan dan dapat sekaligus menjadi tempat penyimpanan alat kebersihan, bengkel sederhana, kantor pengendali, dengan lahan yang dibutuhkan minimal seluas 200 m. - Station Transfer Type II Berupa tempat pertemuan peralatan pengumpul (gerobak) dan peralatan pengangkutan. Lahan yang dibutuhkan untuk Station Transfer II ini hanya seluas 50 m. - Station Transfer Type III Merupakan tempat pertemuan gerobak sampah dengan kontainer besar (6-10 m) atau lokasi penempatan container komunal (1-10 m).

Untuk lebih jelasnya mengenai kaitan antara masing-masing type Station Transfer dengan fungsi Stasion Transfer dan kondisi daerah/wilayah penanganan/ pengelolaan sampah, dapat dilihat pada tabel berikut:

4-57

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Tabel 4.10 Tipe Pemindahan Sampah

Tipe Station Transfer No. Uraian Tipe I Tipe II Tipe III 1. Luas  200 m 50 – 200 m 10 – 20 m Lahan 2. Fungsi Tempat pertemuan Tempat pertemuan Tempat pertemuan gerobak peralatan pengumpul dan peralatan pengumpul dan container ukuran 6 – 10 pengangkutan sebelum dan pengangkutan m; pemindahan; sebelum pemindahan; Lokasi penempatan container Tempat penyimpanan alat Tempat parkir gerobak komunal ukuran 1 – 10 m kebersihan; Bengkel sederhana; Kantor pengendali 3. Daerah Baik sekali/tepat untuk Daerah dengan lahan Daerah yang sangat sulit Pemakai daerah yang masih mudah terbatas mendapatkan lahan kosong mendapat lahan dan/atau daerah protokol Sumber : RPIJM Kota Pematangsiantar 2009

d. Pembuangan Akhir Disamping penggunaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA), sebenarnya dalam pola penanganan sampah juga dikenal Unit Pengolahan. Namun demikian pembangunan dan operasional Unit Pengolahan ini membutuhkan biaya yang sangat besar/tinggi, yang apabila dibandingkan dengan kondisi kapasitas keuangan Daerah Kota Pematangsiantar saat ini maupun dalam jangka menengah masih sangat sulit atau berada di luar kapasitas/kemampuan keuangan Daerah. Berdasarkan pertimbangan financial ini maka Unit Pengolahan masih belum dipertimbangkan dalam sistem/pola penanganan sampah untuk Kota Pematangsiantar.

4-58

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Untuk pola penanganan sampah yang menggunakan Unit Pembuangan Akhir, ada alternatif pilihan yang dapat digunakan di Kota Pematangsiantar, yang masing- masing akan diuraikan di bawah ini:

1). Open Dumping Kategori TPA metode Open Dumping ini merupakan metode pengolahan sampah yang paling sederhana, dan dipakai dalam penanganan sampah di Kota Pematangsiantar saat ini, yaitu TPA Tanjung Pinggir. Dalam metode ini sampah dibuang langsung ke lahan terbuka. Sampah yang dibuang tersebut kemudian dibiarkan mengalami atau pembusukan secara alami di lahan terbuka yang tentu saja hal ini akan berpengaruh kurang baik terhadap manusia dan lingkungannya.

Sistem open dumping yang sampai saat ini masih digunakan di Kota Pematangsiantar sebaiknya tidak lagi digunakan di masa yang akan datang. Penggunaa metode ini di Kota Pematangsiantar dikarenakan belum mampunya Kota Pematangsiantar untuk melakukan investasi dalam pembangunan metode yang lebih maju.

2). Controlled Landfill Sistem ini merupakan peningkatan dari sistem open dumping, sehingga secara umum dapat disimpulkan bahwa sistem controlled landfill ini lebih baik karena dalam sistem ini ditetapkan metode penggalian tanah dan penutupan sampah dengan lapisan tanah penutup secara sederhana.

Beberapa kriteria teknis yang harus diperhatikan dalam penerapan sistem controlled landfill ini dapat diuraikan sebagai berikut: - Jauh dari permukiman - sebaiknya terletak di luar rencana perluasan Kota (10 Km) - muka air tanah cukup dalam, dan jenis tanah kedap air - terletak pada daerah yang tidak produktif untuk pertanian

4-59

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

- dapat dipakai minimal untuk 5 – 10 tahun - bekas lokasi landfill dapat digunakan untuk taman atau lapangan oleh raga, tetapi bukan untuk permukiman - analisa dampak lingkungan perlu dilakukan untuk mengetahui sejauh mana dampak lokasi pembuangan akhir yang direncanakan terhadap lingkungan fisik, biologi, serta social budaya daerah sekitarnya.

Berdasarkan kriteria-kriteria teknis yang telah diuraikan di atas, sistem controlled landfill ini sangat sulit untuk dilakukan di Kota Pematangsiantar, khususnya mengingat: . Lokasi-lokasi di pinggiran Kota Pematangsiantar yang berada di luar rencana perluasan kota masih merupakan lahan pertanian produktif. . Wilayah Kabupaten Simalungun yang walapun secara teoritis dapat digunakan sebagai lokasi TPA melalui kerjasama antar daerah, namun mengingat bahwa sulit mencari lokasi di wilayah Kabupaten Simalungun, yang tidak hanya berada tidak terlalu jauh dari Kota Pematangsiantar namun juga tidak dekat dengan daerah permukiman dan bukan merupakan daerah pertanian produktif, maka alternative ini sangat sulit untuk diterapkan dalam penanganan sampah di Kota Pematangsiantar.

3). Sanitary Landfill Sanitary landfill merupakan sistem yang paling baik bila dibandingkan dengan dua sistem sebelumnya. Selain itu, dari segi perlindungan kualitasnya menjamin. Namun demikian system sanitary landfill ini lebih sulit dan lebih kompleks, serta membutuhkan biaya yang lebih besar baik dalam investasi maupun dalam operasional TPA dibandingkan dengan dua sistem yang telah diuraikan sebelumnya, karena memerlukan perlakuan dan konstruksi khusus.

4-60

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Pertimbangan aspek sosio-ekonomi menyebabkan system ini sulit diterapkan bagi Kota-Kota kecil dan hanya cocok digunakan untuk Kota-Kota besar. Namun demikian, walaupun Kota Pematangsiantar saat ini masih tergolong kota sedang, system ini merupakan alternatif pilihan yang paling memungkinkan untuk diterapkan di Kota Pematangsiantar. Hal ini tidak saja didasarkan pada pertimbangan bahwa pada kedua sistem yang telah diuraikan sebelumnya sulit untuk dapat memenuhi kriteria yang dibutuhkan serta besarnya dampak lingkungan yang ditimbulkan, namun juga karena alternatif sistem lainnya yaitu Improved Sanitary Landfill membutuhkan biaya investasi dan operasional yang jauh lebih besar lagi.

II. Rekomendasi Sebagai kota sedang dengan jumlah penduduk sebanyak 249.985 jiwa dan tingkat kepadatan penduduk sebesar 3.126 jiwa/km2, maka Kota Pematangsiantar masih sangat berpotensi untuk tetap menjadi Kota yang bersih dan asri dalam jangka waktu yang panjang. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, pengoptimalan koordinasi dan kerjasama lintas sektoral, kesadaran masyarakat, serta tentunya adanya suatu perencanaan yang akurat dapat menjadi titik tolak untuk mencapai tujuan tersebut.

Dalam kerangka berpikir tersebut maka arah pengembangan pengelolaan persampahan di Kota Pematangsiantar perlu disusun dengan memperhitungkan kondisi existing dan tingkat kebutuhan dana, serta kapasitas Keuangan Daerah. Untuk maksud tersebut, maka pengembangan pengelolaan persampahan akan dilakukan dalam suatu strategi sesuai dengan tahapan-tahapan berikut:

4-61

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

1. Tahap I (2013-2015) Tahapan ini merupakan tahapan jangka pendek yang pada hakekatnya bertujuan untuk megoptimalkan system yang ada saat ini serta memberikan dasar bagi upaya pencapaian target pengembangan jangka menengah. Dalam tahapan ini arahan pengembangan pengelolaan persampahan adalah sebagai berikut: . Sistem TPS pada pola penanganan persampahan sudah mulai dikurangi dan diarahkan ke sistem transfer Depo (Station Transfer) yang disesuaikan dengan kondisi daerah pemakai (lihat kembali Tabel Tipe Pemindahan Sampah), penggunaan container, dan meningkatkan penggunaan sistem door to door pada daerah pelayanan tertentu. . Cakupan daerah pelayanan mulai ditingkatkan, dengan memperhatikan kualitas pelayanan. . Penanganan sampah di TPA masih menggunakan sistem open dumping namunpemanfaatan dalam bentuk composting semakin ditingkatkan, dan dilakukan dalam bentuk pilot project. . Pemisahan untuk tujuan daur ulang sampah yang dilakukan pada lokasi/tempat sumber sudah mulai dilakukan pada beberapa lokasi/wilayah tertentu sebagai percontohan (pilot project). . Penerapan sanksi hukum sesuai Perda bagi pelanggan mulai dilakukan setidaknya pada beberapa lokasi sebagai percontohan, seperti misalnya lokasi pusat kota/bisnis di sepanjang jalan Sutomo dan jalan Merdeka.

2. Tahap II (2013-2015): Baik Tahap I maupun Tahap II pada dasarnya merupakan suatu kesatuan Perencanaan Jangka Menengah. Bila pada Tahap I lebih sebagai tahapan darurat/tindakan sementara untuk mengoptimalkan sistem dan sarana/prasarana yang ada serta sebagai tahapan awal menuju sistem pengelolaan dan penanganan yang ingin dicapai pada akhir masa perencanaan jangka menengah, sedangkan pada Tahap II sudah merupakan fase transisi dan persiapan menuju system pengelolaan dan penanganan persampahan modern yang ingin dicapai.

4-62

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Pada Tahap II ini arahan kegiatan pengembangan pengelolaan persampahan adalah sebagai berikut: . Pola penanganan persampahan sudah menggunakan sistem transfer depo Tipe II atau Tipe I, container dan door to door. . Untuk penempatan kontainer di jalan-jalan (street container) dibuat lokasi khusus sehingga tidak mengganggu arus lalu lintas. . Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah sudah menggunakan lahan yang diusulkan, dengan menggunakan sistem sanitary landfill. . Evaluasi mengenai composting yang telah dilakukan pada Tahap I serta kemungkinannya untuk dikembangkan dalam skala besar. . Pemisahan untuk tujuan daur ulang sampah yang dilakukan pada lokasi sumber sampah dilakukan dalam bentuk skala besar atau wilayah yang lebih luas. . Evaluasi mengenai penerapan sanksi hukum bagi pelanggar Perda dan kemungkinan untuk pengembangan wilayah penerapan. . Perwadahan pada sumber sampah berupa TPS statis (beton) tidak lagi digunakan dan seluruhnya sudah menggunakan wadah yang bersifat fleksibel, dan memenuhi persyaratan kesehatan. Khusus menyangkut perwadahan komunal kelompok kecil (4-5 rumah) atau toko/pertokoan/perkantoran, bentuknya dan warnanya juga lebih diseragamkan untuk menciptakan keindahan Kota. . Penyusunan Master Plan (20 tahun) pengelolaan persampahan.

Pola Penanganan Persampahan Pola penanganan persampahan direncanakan dengan mengacu pada Rencana Tata Ruang Kota melalui pembagian berdasarkan kondisi kawasan serta memperhatikan peralatan yang sudah ada. Pola penanganan yang direncanakan tersebut secara garis besar adalah sebagai berikut: . Pola-1 : Pengumpulan sampah dilakukan secara door to door dengan menggunakan gerobak/becak sampah dan dipindahkan ke dump truck di transfer depo. Pola ini sangat sesuai untuk digunakan di Kota Pematangsiantar

4-63

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

karena topografinya yang relatif datar. Agar pengoperasian pola ini dapat berjalan dengan efektif, maka jarak antara transfer depo dengan daerah operasi gerobak tidak lebih dari 1 Km dan transfer depo akan diupayakan ditempatkan dipusat pelayanan operasi gerobak/becak sampah. Untuk daerah-daerah komersil dan industri serta perumahan yang teratur dan memiliki jalan-jalan yang lebar, pola ini dapat dimodifikasi menjadi pola pengumpulan yang dilakukan secara door to door dengan menggunakan dump truck untuk kemudian langsung diangkut ke TPA. . Pola-2 : Masyarakat atau penghasil sampah mengumpulkan sampahnya di TPS atau container untuk kemudian diangkut ke pembuangan akhir dengan menggunakan dump truck atau arm roll truck. Pola ini akan digunakan pada daerah/permukiman/kawasan yang sangat padat penduduknya dan tidak teratur, serta prasarana jalan yang tersedia kurang dari 1,5 m (gang). . Pola-3 : Petugas di lokasi dimana sampah dihasilkan mengumpulkan sampah ke dalam TPS atau container yang selanjutnya diangkut ke lokasi pembuangan akhir dengan menggunakan dump truck atau arm roll truck. Pola ini digunakan dalam melayani/menangani sampah pasar, taman, jalan, dan kawasan perkantoran dimana tersedia petugas kebersihan untuk mengumpulkan sampah.

H. Usulan dan Prioritas Program Berdasarkan kondisi eksisting, analisa permasalahan dan arahan umum pengelolaan persampahan di Kota Pematangsiantar yang telah disesuaikan pada bagian sebelumnya, dapatlah disusun uraian kebutuhan prasarana dan sarana pengelolaan persampahan seperti terlihat pada tabel di atas. Sesuai dengan uraian pada tabel tersebut, maka usulan bidang/sektor persampahan Kota Pematangsiantar dalam Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidangan PU/Cipta Karya Kkota Pematangsiantar Tahun 2013-2017 adalah Program Pengadaan Prasarana dan sarana Pengelolaan Persampahan, dengan uraian kegiatan sebagai berikut:

4-64

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

1) Cakupan pelayanan seluruh sumber sampah di wilayah Kota dengan produksi timbulan sampah sebesar 805.760 meter kubik per hari 2) Tahapan pewadahan, pengumpulan dan pengangkutan dengan menerapkan pola 3 R 3) Pada kawasan permukiman sampah dikumpulkan secara komunal dibawa ke depo transfer untuk diangkut ke TPA 4) Tempat Penampungan Sementara dikembangkan di setiap unit lingkungan perumahan dan pusat-pusat kegiatan yang tersebar di seluruh kelurahan. 5) Pengembangan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA), meliputi: a. Kerjasama pengelolaan TPA Regional bersama Kabupaten Simalungun yang berada di Kabupaten Simalungun seluas lebih kurang 30 hektar; b. Pengembangan TPA di Kelurahan Gurilla Kecamatan Siantar Sitalasari seluas lebih kurang 3,3 hektar; c. Peningkatan TPA di Lahan eks PTPN III di Kelurahan Tanjung Pinggir Kecamatan Siantar Martoba seluas lebih kurang 5 hektar. 6) Pengelolaan TPA menggunakan metode sanitary landfill 7) Pemanfaatan zona penyangga TPA sebagai ruang terbuka hijau

I. Aspek Pendanaan Pembiayaan untuk Pengembangan Permukiamn di Kota Pematangsiantar direncanakan diperoleh dari APBN, APBD Provinsi untuk Tahun Anggaran 2013 – 2017

4-65

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

4.6 Sub Bidang Drainase

4.6.1 Petunjuk Umum Sistem Drainase A. Petunjuk Umum Sesuai dengan Undang- Undang No. 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional bahwa Aksesbilitasi kualitas, maupun cakupan pelayanan sarana dan prasarana masih rendah, yaitu untuk sektor drainase cakupan pelayanan drainase baru melayani 124 juta jiwa. Dan di dalam Rencana RPJMN tahun 2010- 2014 khususnya drainase adalah menurunnya luas genangan sebesar 22.500 Ha di kawasan strategis perkotaan. Untuk itu sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang, dalam upaya pengelolaan sistem drainase perkotaan guna memenuhi SPM perlu tersedianya sistem jaringan drainase skala kawasan dan skala kota sehingga tidak terjadi genangan (lebih dari 30 cm, selama 2 jam) dan tidak lebih dari 2 kali setahun.

Adapun syarat yang di setujui program infrastruktur drainase dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 4.12 Readiness Criteria Infrastruktur Drainase

APBN APBD - Lahan - Saluran Sekunder Saluran Primer - Saluran Tertier - O & M

DRAINASE - Lahan/masalah social Polder/Kolam masyarakatsepanjang saluran Retensi/Pompa institusi pengelolaan pasca konstruksi

- O & M

Sumber : Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan

4-66

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

B. Maksud Dan Tujuan Maksud dari penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Sub Bidang Drainase adalah: a. Sebagai program pedoman/panduan dalam penyusunan program penanganan drainase. b. Penyiapan program penanganan drainase dengan sasaran individu/kelompok/ institusi terlibat langsung dalam penyeenggaraan pembangunan drainase

C. Arah Kebijakan Penanganan Drainase Banyaknya alih fungsi lahan di daerah hulu DAS sungai, yang tadinya merupakan daerah hutan/pertanian yang diharapkan dapat menyimpan dan menahan air telah berubah fungsi menjadi daerah perkebunan bahkan beberapa diantaranya menjadi daerah permukiman. Permasalahan sampah yang ada di saluran-saluran drainase tersier dan sekunder. Kondisi street inlet jalan yang tidak terawat dan tertutup sampah dan tanah, sehingga air hujan tidak menemukan jalan masuk menuju saluran drainasenya. Hal ini juga menyebabkan genangan air di jalan raya sehingga menyebabkan jalan sangat mudah mengalami kerusakan.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka rencana pengembangan jaringan drainase Kota Pematangsiantar meliputi: . Peningkatan dimensi dan rehabilitasi saluran drainase sekunder; . Pemeliharaan saluran drainase tertutup di Kelurahan Teladan, Kelurahan Proklamasi, Kelurahan Dwikora, Kelurahan Melayu, Kelurahan Baru, Kelurahan Pahlawan, Kelurahan Siopat Suhu, Kelurahan Pardomuan; . Pemeliharaan saluran dari sedimentasi dan tertutup bangunan, termasuk perawatan saluran drainase spoeleiding; dan . Melakukan perawatan saluran secara berkala terutama pada daerah-daerah rawan genangan.

4-67

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

D. Isu - Isu Srategi Dan Permasalahan Isu-isu strategis dan permasalahan dalam penanganan drainase perkotaan adalah banyaknya alih fungsi lahan di daerah hulu DAS sungai, yang tadinya merupakan daerah hutan/pertanian yang diharapkan dapat menyimpan dan menahan air telah berubah fungsi menjadi daerah perkebunan bahkan beberapa diantaranya menjadi daerah permukiman. Permasalahan sampah yang ada di saluran-saluran drainase tersier dan sekunder. Kondisi street inlet jalan yang tidak terawat dan tertutup sampah dan tanah, sehingga air hujan tidak menemukan jalan masuk menuju saluran drainasenya. Hal ini juga menyebabkan genangan air di jalan raya sehingga menyebabkan jalan sangat mudah mengalami kerusakan.

4.6.2 Profil Drainase

A. Gambaran Kondisi Sistem Drainase Saat Ini Kota Pematangsiantar yang berada pada ketinggian kurang lebih 400 m dari permukaan laut memiliki kemiringan yang bervariasi dari 0 - 40% dan kondisi topografi bergelombang/berbukit. Kondisi hidrologi di Kota Pematangsiantar dipengaruhi oleh sungai-sungai yang mengalir melintasi Kota seperti Bah Bolon, Bah Hapal, Bah Biak, Bah Sigulang-gulang, Bah Kapul, dan Bah Kadang. Dengan kondisi hidrologi tersebut dan dengan curah hujan sebesar 66-407 mm/tahun, maka perencanaan jaringan drainase dengan system pengeringan alami merupakan pilihan terbaik untuk system drainase Kota Pematangsiantar.

Dalam sistem jaringan drainase dengan system pengeringan alami tersebut, air hujan diusahakan secepatnya untuk dialirkan melalui anak sungai dan saluran drainase primer menuju badan air (sungai) terdekat untuk mengurangi lama genangan air. Penanganan saluran/jaringan drainase di atas, sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2000 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah Kota Pematangsiantar dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum Kota Pematangsiantar.

4-68

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

1). Kondisi Sistem Drainase Walaupun dari segi dimensi saluran primer dalam sistem jaringan drainase Kota pematangsiantar sudah mencukupi, namun akibat semakin meningkatnya kegiatan pembangunan dan konversi lahan yang menyebabkan berkurangnya daerah resapan air di wilayah Kota Pematangsiantar dalam beberapa tahun terakhir, serta kondisi saluran yang sudah banyak mengalami kerusakan maka muncul daerah-daerah genangan baru maupun daerah-daerah yang berpotensi/rawan banjir.

Gambar 4.13 Kondisi Drainase Primer Kota Pematangsiantar

Saluran Drainase Sekunder

Saluran Drainase Primer (Sungai Bah Biak)

Secara teknis, drainase yang terdapat di Kota Pematangsiantar dibedakan atas: a. Drainase alamiah (natural drainage) yaitu sistem drainase yang terbentuk secara alami dan tidak ada unsur campur tangan manusia, misalnya sungai. Di Kota Pematangsiantar ada beberapa sungai baik itu sungai besar maupun sungai kecil yang bermanfaat sebagai saluran drainase utama/primer dimana sebagian besar sungai-sungai tersebut mengalir dari barat ke timur. Sungai tersebut adalah Sungai Bah Bolon, Sungai Bah Kapul, Sungai Bah Sibarambang, Sungai Bah Bane, Sungai Bah Sibatu-batu, Sungai Bah Silulu, Sungai Bah Karo, Sungai Bah Kahean, Sungai Bah Sigulang-gulang, Sungai Bah Sorma, Sungai Bah Silambang, dan lainnya.

4-69

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

b. Drainase buatan, yaitu sistem drainase yang dibentuk berdasarkan analisis ilmu drainase, untuk menentukan debit akibat hujan dan dimensi saluran. Drainase buatan yang ada di Kota Pematangsiantar umumnya dibangun di sebelah kiri dan/kanan jalan yang bertujuan untuk menampung air buangan dari wilayah permukiman di sekitarnya dan juga untuk tidak menggenangi badan jalan. Secara keseluruhan dapat ditunjukkan panjang jalan dan panjang drainase di Kota Pematangsiantar per kecamatan:

Tabel 4.11 Panjang Jalan dan Drainase Tahun 2011 Panjang Drainase No Kecamatan Panjang Jalan (m) Keterangan (m) 1 Siantar Barat 16,156.00 25,849.60 2 Siantar Timur 56,386.00 90,217.60 Sudah 3 Siantar Utara 74,920.00 119,872.00 termasuk 4 Siantar Selatan 37,976.00 60,761.60 drainase 5 Siantar Martoba 42,030.00 67,248.00 lingkungan 6 Siantar Sitalasari 62,506.00 100,009.60 7 Siantar Marihat 61,432.00 98,291.20 8 Siantar Marimbun 42,855.00 68,568.00 Total 394,261.00 630,817.60

Sumber : BPS Kota Pematangsiantar 2012

Menurut konstruksi pembuatan saluran drainase yang ada di Kota Pematangsiantar, maka dapat dibedakan atas: a. Saluran terbuka, yaitu sistem saluran yang biasanya direncanakan hanya untuk menampung dan mengalirkan air hujan (sistem terpisah), namun kebanyakan sistem saluran ini berfungsi sebagai saluran campuran. Pada pinggiran kota, saluran terbuka ini biasanya tidak diberi lining (lapisan pelindung). Akan tetapi saluran terbuka di dalam kota harus diberi lining dengan beton, pasangan batu (masonry) ataupun dengan pasangan bata. Saluran drainase yang ada di Kota Pematangsiantar sebagian besar merupakan saluran terbuka, baik itu yang berada di pusat kota hingga ke pinggiran kota. Untuk kawasan permukiman, saluran yang dibangun 4-70

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

adalah saluran terbuka, sebagai contoh kawasan permukiman di Kelurahan Kampung Kristen yang merupakan kawasan permukiman lama dan Kompleks Perumahan Meranti sebagai kawasan permukiman baru. b. Saluran tertutup, yaitu saluran untuk air kotor yang mengganggu kesehatan lingkungan. Sistem ini cukup bagus digunakan di daerah perkotaan terutama dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi. Jenis saluran ini dapat dilihat pada Jalan Sutomo dan Jalan Merdeka yang merupakan daerah pusat kota dengan aktivitas yang padat dan beragam serta lahan yang terbatas sehingga untuk keamanan dan kenyamaman aktivitas yang ada maka saluran drainasenya tertutup.

Bentuk-bentuk umum saluran terbuka dan fungsinya yang ada di Kota Pematangsiantar: a. Trapesium, berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan air hujan dengan debit yang besar. Sifat alirannya terus menerus dengan fluktuasi kecil. Bentuk saluran ini dapat digunakan pada daerah yang masih cukup tersedia lahan. Hampir seluruh saluran drainase di kawasan permukiman dibangun dengan bentuk trapesium. b. Segi empat, berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan air hujan dengan debit yang besar. Sifat alirannya terus menerus dengan fluktuasi kecil. c. Kombinasi trapesium dan segi empat, berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan air hujan dengan debit yang besar dan kecil. Sifat alirannya berfluktuasi besar dan terus menerus tapi debit minimumnya masih cukup besar. d. Kombinasi segi empat dengan setengah lingkaran dimana bentuk saluran segi empat ini digunakan pada lokasi jalur saluran yang tidak mempunyai lahan yang cukup/terbatas. Fungsinya sama dengan bentuk (2&3).

4-71

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

B. Aspek Teknis Penanganan drainase di Kota Pematangsiantar masih belum terlaksana dengan baik, hal ini terlihat dari adanya genangan di beberapa lokasi. Kerbatasan anggaran pemerintah Kota Pematangsiantar dan kurangnya peranan masyarakat merupakan kendala dalam penanganan permasalahan drainase di daerah perkotaan.

C. Aspek Kelembagaan Dasar hukum yang menyatakan bahwa Dinas Tata Ruang, Perumahan dan Permukiman sebagai pengelola drainase adalah: 1) Peraturan Daerah Kota Pematangsiantar Nomor 2 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Pematangsiantar Nomor 3 Tahun 2010 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah Kota Pematangsiantar. 2) Peraturan Walikota Pematangsiantar Nomor 28 Tahun 2011 Tentang Uraian Tugas dan Fungsi Dinas–Dinas Daerah Kota Pematangsiantar.

Dalam pengelolaan drainase di Kota Pematangsiantar, berdasarkan Peraturan Walikota Pematangsiantar Nomor 28 Tahun 2011 Tentang Uraian Tugas dan Fungsi Dinas–Dinas Daerah Kota Pematangsiantar, dibentuklah Dinas Tata Ruang, Perumahan dan Permukiman dimana salah satu tugasnya (pasal 166 ayat 13) adalah mengatur drainase lingkungan perumahan dan permukiman. Hal ini menegaskan bahwa sejak dibentuknya Dinas Tata Ruang, Perumahan dan Permukiman pada tahun 2011 maka tugas pengaturan drainase lingkungan perumahan dan permukiman menjadi tugasnya, dimana sebelumnya merupakan tugas dari Dinas Pekerjaan Umum. Namun bila dilihat secara mendalam tugas masing–masing bidang pada Dinas Tata Ruang, Perumahan dan Permukiman, maka bidang yang menangani pengaturan drainase adalah Bidang Perumahan, Permukiman, dan Bangunan, yaitu Seksi Perumahan dan Permukiman dan Seksi Air Bersih dan Lingkungan. Tetapi jaringan drainase yang ditangani adalah drainase sekunder, tersier dan lingkungan. Sedangkan untuk drainase primer menjadi tugas dari Dinas Bina Marga dan Pengairan.

4-72

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

D. Aspek Peran Serta Masyarakat Kesadaran Masyarakat Kota Pematangsiantar dalam pengelolaan drainase masih rendah. Hal ini terlihat masih banyaknya saluran drainase lingkungan yang kurang terawat akibat adanya sampah rumah tangga yang dibuang ke saluran.

Ada beberapa kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Jender dan Kemiskinan (PMJK) yang sering dilakukan di Kota Pematangsiantar seperti “Kegiatan Jumat Bersih” dengan melibatkan masyarakat khususnya ibu-ibu PKK. Selain itu juga kegiatan sosialisasi oleh kader PKK kepada masyarakat mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam hal kebersihan lingkungannya.

Partisipasi Dunia Usaha Sejauh ini pembangunan dan pengelolaan drainase lingkungan sebagaian besar dilakukan pemerintah kota melalui instansi terkait. Sebagian besar, di komplek perumahan baru yang dibangun oleh pengembang/developer drainasenya dibangun sendiri oleh pengembang tersebut.

E. Permasalahan Sistem Drainase Yang Dihadapi Hal-hal yang menyebabkan terjadinya genangan air di suatu lokasi antara lain: - Dimensi saluran yang tidak sesuai - Perubahan tata guna lahan yang menyebabkan terjadinya peningkatan debit banjir di suatu daerah aliran sistem drainase - Elevasi saluran tidak memadai - Lokasi merupakan daerah cekungan - Lokasi merupakan tempat retensi air yang diubah fungsinya misalnya menjadi permukiman. Ketika berfungsi sebagai tempat retensi (parkir alir) dan belum dihuni adanya genangan tidak menjadi masalah. Problem timbul ketika daerah tersebut dihuni. - Tanggul kurang tinggi - Kapasitas tampungan kurang besar

4-73

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

- Dimensi gorong-gorong terlalu kecil sehingga aliran balik - Adanya penyempitan saluran, kerusakan, penyalahgunaan saluran dan bangunan - Tersumbat saluran oleh endapan, sedimentasi atau timbunan sampah - Tumbuhnya tanaman liar

Dari faktor-faktor penyebab terjadinya genangan air di atas seluruhnya dapat menjadi penyebab masalah drainase di Kota Pematangsiantar. Hasil studi yang pernah dilakukan mengenai drainase, ada beberapa wilayah yang teridentifikasi menjadi areal genangan air ketika hujan turun yaitu: a. Kecamatan Siantar Timur . Kelurahan Siopat Suhu, mulai dari depan Gereja GKPS Jalan Sang Naualuh sampai simpang Jalan Justin Sihombing (Simpang Sambu) . Kelurahan Asahan, mulai dari depan SPBU Jalan Ahmad Yani sampai depan STM HKBP b. Kecamatan Siantar Martoba . Kelurahan Sumber Jaya, Simpang Kerang - Sungai Sigagal . Kelurahan Tambun Nabolon c. Kecamatan Siantar Sitalasari . Kelurahan Setia Negara . Kelurahan Bah Kapul d. Kecamatan Siantar Marihat . Kelurahan Suka Maju . Kelurahan Pardamean

Selain masalah genangan air, masalah drainase yang sering terjadi adalah tersumbat saluran oleh endapan, sedimentasi atau timbunan sampah. Hal ini sering terjadi dimana kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah ke saluran drainase masih rendah baik itu di kawasan perdagangan seperti di sekitar Pasar Horas dan Pasar Dwikora maupun di kawasan permukiman. Dengan keterbatasan pemerintah dalam membersihkan seluruh saluran drainase yang ada di Kota Pematangsiantar,

4-74

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

sudah seharusnya masyarakat terlibat untuk tidak membuang sampah ke saluran drainase atau meningkatkan keterlibatan langsung masyarakat untuk membersihkan saluran drainase.

Seperti halnya di kawasan permukiman kesadaran masyarakat untuk membersihkan saluran drainase di depan rumahnya masih rendah termasuk dalam membersihkan sampah pekarangan yang masuk ke saluran drainase. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya penyumbatan saluran drainase dan dapat menyebabkan terjadinya genangan air.

Masalah drainase lainnya yang terjadi adalah karena faktor topografi wilayah, dimana posisi badan jalan lebih tinggi dari bangunan rumah. Hal ini menyebabkan limpasan air hujan yang melintas di badan jalan yang seharusnya masuk ke saluran drainase justru memasuki pekarangan bangunan rumah bahkan masuk ke dalam rumah. Oleh karena perlu perencanaan yang matang dalam pembangunan drainase khususnya pada kawasan perumahan dengan kemiringan tertentu.

Dari aspek pembiayaan, keterbatasan dana pemerintah menyebabkan pembangunan saluran drainase baru dan pemeliharaan atau rehabilitasi drainase yang mengalami kerusakan masih sangat minim. Partisipasi dunia usaha maupun LSM (lingkungan) masih kurang, baik dalam hal penyediaan saluran drainase maupun dalam hal pembersihan saluran drainase. Kegiatan yang berbasis masyarakat yang dikelola oleh Pemerintah setempat (kelurahan) seperti kegiatan Jumat Bersih sudah mulai berkurang dan keikutsertaan masyarakat dalam kegiatan tersebut.

4-75

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

F. Sasaran Drainase Sasaran pengembangan dan pengelolaan drainase dalam Rencana jangka Menengah daerah Kota Pematangsiantar terdiri dari: a. Tersedianya tatanan regulasi tentang pengelolaan drainase. b. Tersusunnya tatanan perencanaan pengelolaan drainase. c. Terwujudnya peningkatan jangkauan masyarakat terhadap peran dan fungsi drainase. d. Terwujudnya peningkatan fungsi dan peran drainase perkotaan di Kota Pematangsiantar. e. Terwujudnya diversifikasi sumber PAD dari layanan sektor drainase. f. Meningkatnya stabilitas fungsi dan peranan konstruksi pengendalian banjir. g. Meningkatnya jangkauan masyarakat terhadap layanan pengendalian banjir. h. Terjaminnya penggelontoran air permukaan sehingga sarana dan prasarana jalan dan jembatan terbebas dari genangan air.

G. Rumusan Masalah Dari Kondisi existing dan permasalahan prasarana drainase yang ada di Kota Pematangsiantar, dapat dirumuskan permasalahan yang perlu di atasi dalam pengelolaan prasarana drainase di Kota Pematangsiantar, meliputi aspek teknis, kelembagaan, peran masyarakat dan pembiayaan.

4.6.3 Analisa Permasalahan Dan Rekomendasi

A. Analisa Kebutuhan Berdasarkan permasalahan tersebut, maka rencana pengembangan jaringan drainase Kota Pematangsiantar meliputi: . Peningkatan dimensi dan rehabilitasi saluran drainase sekunder; . Pemeliharaan saluran drainase tertutup di Kelurahan Teladan, Kelurahan Proklamasi, Kelurahan Dwikora, Kelurahan Melayu, Kelurahan Baru, Kelurahan Pahlawan, Kelurahan Siopat Suhu, Kelurahan Pardomuan;

4-76

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

. Pemeliharaan saluran dari sedimentasi dan tertutup bangunan, termasuk perawatan saluran drainase spoeleiding; dan . Melakukan perawatan saluran secara berkala terutama pada daerah-daerah rawan genangan.

B. Analisa Sistim Drainase Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, maka rencana pengembangan sistem drainase drainase Kota Pematangsiantar harus memperhatikan beberapa faktor antara lain: 1. Daerah tangkapan air (cacthment area); 2. Tata guna lahan; 3. Faktor tampungan air; 4. Waktu konsentrasi, diharapkan air limpasan dapat tertahan lahan sebelum masuk ke badan saluran, misal: ada daerah resapan, sumur resapan dll. 5. Intensitas hujan yang terjadi; 6. Debit puncak saluran; 7. Dimensi saluran dan gorong-gorong

C. Analisa Sistem Jaringan Sistem penyediaan jaringan drainase terdiri dari 4 (empat) macam, yaitu: 1) Sistem Drainase Utama: Sistem drainase perkotaan yang melayani kepentingan sebagian besar warga masyarakat kota. 2) Sistem Drainase Lokal: Sistem drainase perkotaan yang melayani kepentingan sebagian kecil warga masyarakat kota. 3) Sistem Drainase Terpisah: Sistem drainase yang mempunyai jaringan saluran pembuangan terpisah untuk air permukaan atau air limpasan. 4) Sistem Gabungan: Sistem drainase yang mempunyai jaringan saluran pembuangan yang sama, baik untuk air genangan atau air limpasan yang telah diolah.

4-77

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Berdasarkan hal tersebut di atas, kondisi drainase yang ada di Kota Pematangsiantar adalah sistem drainase utama dan sistem drainase lokal. Untuk sistem drainase utama, saluran drainase yang tersedia (drainase buatan) sudah mencakup seluruh wilayah perkotaan dan melintasi pusat kota, mencakup Kecamatan Siantar Barat, Selatan, Utara dan Timur. Saluran tersebut dapat dibedakan atas saluran primer, saluran sekunder dan saluran tersier.

Selain sistem drainase utama yang melayani sebagaian besar wilayah perkotaan, juga terdapat sistem drainase lokal. Hal ini terlihat pada wilayah perumahan baru dimana saluran drainasenya belum tersambung dengan saluran drainase utama (buatan) atau bersifat lokal. Selain faktor tersebut, penggunaan sistem drainase lokal juga dikarenakan lokasi permukiman yang dekat dengan aliran sungai (drainase alami), sehingga saluran drainase lingkungannya tidak perlu dihubungkan ke saluran drainase primer (buatan) karena dapat langsung dibuang ke sungai atau anak sungai terdekat.

Tabel 4.12 Sistem Pengelolaan Drainase Lingkungan

Penampungan Pengelolahan Pembuangan Kode/Nama Input User Interface Pengaliran Awal Akhir /Daur Ulang Aliran 1 Rumah Tangga Kamar Mandi Riol/saluran Sungai - ALD 1 Rumah Tangga Kamar Mandi - Kedalam 2 - ALD 2 Tanah 3 Rumah Tangga Kamar Mandi - Sungai - ALD 3 4 Air Hujan Pekarangan Riol/saluran Sungai - ALD 4 Kedalam 5 Air Hujan Pekarangan - - ALD 5 Tanah Bak Kedalam 6 Air Hujan Riol - ALD 6 Penampungan tanah Sumber : BPS Kota Pematangsiantar

4-78

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Tabel 4.13 Sistem Pengelolaan Drainase di Tingkatan Kota

Kelompok Teknologi Yang Jenis Data (Perkiraan) Sumber Data Fungsi Digunakan Sekunder Nilai Data User Interface Kamar Mandi Jumlah KM BPS Penampungan Saluran Primer Panjang Saluran 630.817,60 Dinas PU Awal Saluran Panjang Saluran meter Dinas Sekunder/Tersier Tarukim Pembuangan Sungai Nama Sungai 5 Sungai dan Dinas Akhir Anak Sungai Tarukim Sumber : BPS Kota Pematangsiantar

D. Alternatif Penyelesaian Masalah Penataan kembali sistem jaringan drainase - Untuk mengatasi lokasi potenis genangandi bebera kawasan, alternatif penanganan yang diusulkan berupa perubahan saluran crossing baru dengan dimensi yang sama atau lebih besar dari saluran inlet untuk mengalirkan air genangan kearah sungai Bah Kadang. Perubahan saluran crossing tersebut dapat juga bersifat sebagai saluran alternatif (tambahan) untuk mengurangi beban saluran yang ada saat ini. Untuk mengatasi masalah topografi wilayah, maka saluran baru/saluran alternatif tersebut dapat juga dibangun dalam bentuk sub drain. - Rehabilitasi saluran drainase yang ada - Pembangunan saluran drainase baru

4-79

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Gambar 4.14 Sistem Jaringan Drainase

Sumber: RTRW Kota Pematangsiantar Tahun 2012 - 2032

4-80

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

E. Rekomendasi Berdasarkan permasalahan yang ada, untuk mengatasinya Pemerintah Kota menganbil kebijakan pembangunan sub. bidang drainase antara lain: 1. Perbaikan saluran-saluran drainase kota dan membuat jaringan-jaringan baru pada daerah-daerah genangan. 2. Normalisasi sungai/sungai yang melintasi kota, melalui pengerukan, pelurusan, penyayatan bagian saluran yang sempit serta pembuatan tebing penguatan di tepi sungai/saluran drainase. 3. Pengalihfungsian tali air/sungai kecil menjadi saluran drainase dengan memperdalam dan memperpanjang saluran agar mengurangi tergenangnya air di kawasan tersebut. 4. Pengendalian sungai agar tidak menjadi tempat pembuangan sampah oleh masyarakat, sebab akan mengakibatkan pendangkalan alur sungai. 5. Penertiban bangunan-bangunan di sekitar sungai agar alur sungai tidak menyempit. 6. Penghijauan pada Daerah Aliran Sungai (DAS) agar mengurangi tingkat erosi dan sedimentasi.

4.6.4 Sistem Drainase Yang Diusulkan

A. Usulan Dan Prioritas Program Berdasarkan kondisi dan analisis permasalahan sistem drainase Kota Pematangsiantar yang ada saat ini maka secara umum pembangunan dan/atau pengembangan sistem drainase Kota Pematangsiantar diarahkan sesuai dengan tahapan-tahapan berikut: 1. Pembangunan dan optimalisasi saluran primer di Kota Pematangsiantar. 2. Pembangunan dan rehabilitasi saluran sekunder di setiap kecamatan yang belum memiliki mauapun yang sudah memiliki jaringan drainase.

4-81

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

B. Pembiayaan Proyek Penyediaan Drainase Pembiayaan Proyek Penyediaan Drainase ini dibiayai oleh Pemerintah Kota Pematangsiantar untuk Tahun Anggaran 2013-2017 direncanakan bersumber dari dana APBD, Dana Provinsi dan Dana Pusat.

4.7 Sektor Pengembangan Air Minum

4.7.1 Petunjuk Umum

Sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia, air minum seperti juga kebutuhan dasar lainnya pada mulanya telah disediakan dalam kuantitas dan kualitas yang cukup oleh alam. Namun demikian akibat pertumbuhan penduduk dan peningkatan aktivitas manusia yang telah menggangu keseimbangan alam (lingkungan), alam tidak mampu lagi menyediakan air dalam jumlah yang cukup dan dengan kualitas yang layak untuk digunakan dan dikonsumsi. Dalam kondisi demikian tentunya diperlukan prasarana, sarana, dan sistem pengelolaan yang dapat memanfaatkan dan mengolah air yang ada menjadi air yang sehat dan aman dikonsumsi serta mendistribusikannya kepada masyarakat.

Pengertian air minum menurut Permen No.18/PRT/M/2012 tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air minum adalah air minum rumah tangga yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Adapun Program Pengembangan Air Minum/Air Bersih meliputi: a. Rencana Induk Pengembangan SPAM (RISPAM) b. Penyelenggara SPAM terfasilitasi: . PDAM yang Memperoleh Pembinaan . PDAM yang Mendapatkan Pinjaman Bank c. SPAM di kawasan MBR: . SPAM di Kawasan RSH/Rusunawa . SPAM di Kawasan Kumuh/Nelayan . Optimalisasi IKK d. SPAM di Ibu Kota Kecamatan (IKK) 4-82

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

e. SPAM Perdesaan: . SPAM di Desa Rawan Air/Pesisir/Terpencil . Pamsimas f. SPAM Kawasan Khusus: . SPAM di kapet . SPAM di Kabupaten/Kota Pemekaran . SPAM di Kawasan Perbatasan . SPAM di Kawasan Pelabuhan Perikanan g. SPAM Regional

Untuk melihat bagan alir dari sistem air bersih yang didanai oleh APBN dalam kegiatan RPIJM bidang Cipta Karya dapat dilihat dari ilustrasi pada gambar 4.15 di bawah ini.

Gambar 4.15 Pola Pembangunan SPAM Lengkap

Sumber : Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum

4-83

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

4.7.2 Gambaran Kondisi Pelayanan Air Minum

A. Gambaran Umum Untuk Kota Pematangsiantar, pelayanan dan pengelolaan air minum dilakukan oleh PDAM Tirtauli. Perusahaan Daerah Air Minum ini didirikan pada tahun 1976 berdasarkan Perda Kotamadya Daerah Tingkat II Pematangsiantar Nomor 9 Tahun 1976 tanggal 8 Maret 1976 tentang Pendirian Perusahaan Daerah Air Minum Kota Pematangsiantar, dan disahkan oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara melalui Surat Keputusan Nomor: 891/I/GSU tanggal 19 April 1976.

PDAM Tirta Uli Kota Pematangsiantar telah meyediakan air bersih sebanyak 777,62 L/detik untuk melayani 234.698 jiwa atau dengan cakupan pelayanan sebanyak 78% (menurut data tahun 2010). Untuk pengawasan kualitas air bersih, PDAM bekerjasama dengan Dinas Kesehatan melakukan pemeriksaan yang dilakukan 2 kali dalam setahun. Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan Kimia dan Bakteriologis. Sampel yang diperiksa diambil dari: rumah langganan, reservoar, sumur bor, air umbul. Pengawasan kualitas air bersih ini dilakukan sesuai dengan Permenkes RI Nomor 492/MENKES/PER/ IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Uli Kota Pematangsiantar selain melayani kebutuhan masyarakat di wilayah Kota Pematangsiantar juga melayani beberapa wilayah di Kabupaten Simalungun, seperti; 1. Desa Rambung Merah 2. Desa Laras 3. Desa Dolok Marlawan 4. Desa Dolok Hataran 5. Desa Karang Sari

4-84

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Hingga tahun 2010, cakupan pelayanan air kepada penduduk dari PDAM Tirta Uli Kota Pematangsiantar telah mengalami perkembangan yang positif. Hal tersebut ditunjukkan dengan capaian target sebesar 89,04% dari penduduk kota Pematangsiantar atau sebesar 234.846 jiwa. Adapun rekapitulasi dari pelayanan PDAM Tirta Uli Kota Pematangsiantar di tiap kecamatan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.14 Cakupan Pelayanan PDAM Tirta Uli Per Kecamatan Tahun 2010 Jumlah Jumlah Jumlah Persentase No Kecamatan Penduduk Instalasi Penduduk Pelayanan Yang Dilayani 1 Siantar Marihat 5.682 17.872 16.084 90 % 2 Siantar Selatan 3.903 17.101 15.390 90 % 3 Siantar Barat 7.589 34.984 31.485 90 % 4 Siantar Utara 8.589 46.423 41.780 90 % 5 Siantar Timur 6.879 38.454 34.608 90 % 6 Siantar Martoba 5.925 38.368 34.531 90 % 7 Simalungun 9.880 - - - Siantar 26.854 8 4.484 24.168 90 % Sitalasari 9 Hankam 749 14.642 13.177 90 % 10 Peg/Pemda 161 - - - Jumlah 53.841 234.698 211.223 90% Sumber: BPS Kota Pematangsiantar

Dari Tabel tersebut dapat dilihat bahwa pada tahun 2007 kelompok pelanggan utama dari pelanggan PDAM Tirtauli adalah kelompok Rumah Tangga yang berjumlah 45.372 unit atau sebesar 90,04% dari jumlah unit pelanggan.

4-85

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Dari sisi jumlah air yang terjual, kelompok pelanggan Rumah Tangga juga mendominasi penjualan air dari PDAM Tirtauli. Pada tahun 2007, jumlah air terjual ke kelompok pelanggan Rumah Tangga sebanyak 11.851.000 m atau sekitar 82,75% dari total jumlah air terjual. Sedangkan untuk tahun 2006, jumlah air terjual ke kelompok pelanggan Rumah Tangga adalah sebesar 11.240.000 m atau sekitar 82,81% dari total jumlah air terjual.

Gambar 4.15 Cakupan Pelayanan PDAM Tirta Uli Kota Pematangsiantar

Sumber: BPS Kota Pematangsiantar 4-86

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

B. Kondisi Sistem Sarana dan Prasarana Penyediaan dan Pengelolaan Air Minum

1). Sistem Sarana dan Prasana Air Minum Sistem penyediaan air bersih di Kota Pematangsiantar mempergunakan sistem perpompaan, hal ini disebabkan karena kondisi topografi yang berbukit-bukit dan juga dikarenakan sumber air yang diambil sebagian besar berasal dari sungai bawah tanah. Berikut ini adalah instalasi air minum yang dikelola oleh PDAM Tirta Uli berdasarkan lokasi dengan karakteristiknya masing-masing.

Tabel 4.15 Kondisi Sumber Air PDAM Tirta Uli

Kapasitas (l/detik) No Lokasi/Nama Sumber Jenis Sumber Terpasang Produksi I Sumber Mata Air 1 Nagahuta I – II *) Mata Air 45 35 2 Pancur Lima Mata Air 21 18 3 Nagahuta III – IV *) Mata Air 53 41 4 Mual Goit I, II, dan III Mata Air 255 249 5 Habonaran *) Mata Air 300 256 6 Silumangi Mata Air 45 10 Jumlah 719 640 II Sumur Dalam 1 Simarito Mata Air 37 37 2 Sumur Bor, Jln. Sabang Merauke Sumur Dalam 10 10 3 Sumur Bor, Jln. Patuan Anggi Sumur Dalam 10 10 4 Sumur Bor, jln. Raya Sumur Dalam 17 17 5 Sumur Bor, Jln. Asahan KM.5,5 *) Sumur Dalam 10 10 6 Sumur Bor, Jln. Kertas Sumur Dalam 10 10

4-87

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Sumur Pompa Air S. Dolok,

7 Simarimbun Mata Air 5 5 8 Sumur Bor, Jln Bambu Sumur Dalam 1,5 1,5 9 Pompa Air Bah Rahu Mata Air 3 3 Sumur Bor, Jln Asahan Komp. 10 Nomensen Sumur Dalam 5 5 11 Sumur Bor, Jln Bakung Sumur Dalam 3 3 12 Naga Huta/ Batu Tiga Mata Air 3 3 Jumlah 114,5 114,5 Total 833,78 762,87 Sumber : RTRW Kota Pematangsiantar 2012-2032 (Data PDAM Tahun 2007)

Dari sisi Produksi, dari seluruh sistem yang ada saat ini, sesuai dengan tahun pemasangannya jumlah kapasitas terpasang adalah sebesar 930,50 liter/detik. Namun demikian jumlah kapasitas terpasang saat ini adalah sebesar 833,78 liter/detik. Sedangkan jumlah kapasitas yang dioperasikan adalah sebesar 762,87 liter/detik. Hal ini berarti ada idle capacity sebesar 70,91 liter/detik. Pada saat ini operasi produksi air minum yang bersumber dari Mata Air berjalan selama 24 jam/hari, sedangkan operasi produksi dari Sumur Dalam rata-rata 16 jam/hari. Produksi air per 31 Desember 2007 mengalami peningkatan sebesar 2,91% dibandingkan dengan kondisi tahun 2006, yakni meningkat dari 21.884.169 m tahun 2006 menjadi 22.521.553 m pada tahun 2007. Dari sisi distribusi, operasi distribusi dilakukan selama 21 jam/hari. Untuk jumlah air yang didistribusikan, mengalami peningkatan dari sebesar 21.665.327 m pada tahun 2006 menjadi 22.234.553 m pada tahun 2007. Peningkatan tersebut terjadi karena optimalisasi Kapasitas Mata Air Silumangi. Data selengkapnya mengenai produksi dan distribusi air oleh PDAM Tirtauli dapat dilihat pada Tabel berikut.

4-88

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Tabel 4.16 Produksi dan Distribusi Air PDAM Tirta Uli Tahun 2006, 2007 Tahun No. Uraian 2006 2007 1 Kapasitas Terpasang (l/detik) 833,78 833,78 2 Kapasitas Dioperasikan (l/detik) 693,94 762.87 3 Kapasitas Menganggur / idle 139,84 70.91 capacity (l/detik) 4 Operasi Produksi (Jam) 24 24 5 Operasi Distribusi (Jam) 20 21 6 Jumlah Produksi Air - Produksi Instalasi PDAM (000 m3/tahun) 21.884 22.521 - Pembelian Air dari Pihak Lain (000 - - m3/tahun) 7 Jumlah air didistribusikan (000 m3/tahun) 21.665 22.348

Sumber: RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2009

Sedangkan untuk tingkat penjualan air bersih dari PDAM Tirta Uli mengalami kenaikan setiap tahunnya, sedangkan jumlah kehilangan air mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu 31,99% menjadi 31,72% pada tahun 2010. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:

4-89

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Tabel 4.17 Tingkat Penjualan dan Kehilangan Air Air yang Air yang di Tingkat Air yang Kehilangan No Tahun diproduksi distribusikan Kehilangan terjual (m3) (m3) (m3) (m3) (%) 1 2008 22.000.966 21.829.300 14.931.641 6.897.659 32,13 2 2009 22.541.798 22.351.568 15.329.839 7.021.729 31,99 3 2010 22.846.545 22.651.627 15.600.760 7.245.785 31,72 Sumber: BPS Kota Pematangsiantar

4.7.3 Aspek Pendanaan

Pembiayaan untuk Pembangunan dan Sarana Air Minum yang menjadi prioritas di Kota Pematangsiantar direncanakan diperoleh dari APBN, APBD Provinsi untuk Tahun Anggaran 2013 - 2017 .

4.7.4 Permasalahan Yang Dihadapi

Dalam pelayanan dan pengelolaan air minum yang dilakukan oleh PDAM Tirta Uli, ada beberapa permasalahan utama yang dihadapi saat ini, yaitu: 1. Jumlah kehilangan air Jumlah kehilangan air pada tahun 2010 adalah sebesar 7.245.785 m3 atau sekitar 31,72% dari jumlah produksi air. Tingkat kehilangan air tersebut telah sedikit menurun dibandingkan dengan kondisi tahun 2009 adalah sekitar 7.021.729 m3 atau sekitar 31,99 %. Tingginya jumlah kehilangan air dikarenakan beberapa hal, yaitu: a. Kondisi pipa distribusi saat ini sudah banyak mengalami kerusakan karena dibangun pada tahun 1975/ 1976 dan terbuat dari bahan ACP. b. Secara umum meter Air Produksi dan Distribusi sudah mengalami kerusakan sehingga pengukuran debit air dari sumber tidak terdeteksi/tercatat dengan baik.

4-90

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Pada saat ini dari 13 unit meter induk, yaitu 11 di unit produksi dan di unit distribusi, hanya 3 unit meter produksi yang berfungsi dengan baik. c. Meter pelanggan banyak yang mengalami kerusakan Pada saat ini meter pelanggan sebagian besar telah melewati umur 4 tahun, bahkan ada yang telah berumur 30 tahun sehingga akurasi meter air tidak akurat. Jumlah meter pelanggan yang tidak berfungsi sebanyak 2. 795 SL, Sistem Jaringan Pipa Tidak Tertata Dengan Baik, Jam Operasi Belum Mencapai 24 Jam (berdasarkan data tahun 2007), 2. Jumlah Karyawan yang ada saat ini melebihi angka Ratio Karyawan per 1000 pelanggan yang baik/efisien, yaitu 6 : 1000. Dengan jumlah karyawan tahun 2010 sebanyak 505 orang atau jumlah pelanggan (aktif dan non aktif) sebanyak 53.841 orang, berarti angka ratio karyawan per 1.000 pelanggan saat ini adalah sebesar 9,4 : 1000. 3. Kualitas SDM yang relatif rendah Berdasarkan tabel 3. dapat dilihat bahwa komposisi jumlah pegawai di PDAM Tirta Uli pada tahun 2010 terdiri atas 5 orang lulusan Sarjana (S1), sedangkan pegawai lulusan SLTA sebanyak 470 orang. Dalam upaya meningkatkan kualitas pegawai dilakukan program pendidikan terpadu yang bekerjasama dengan pihak akademisi. 4. Kemampuan/kapasitas keuangan yang rendah

4.7.5 Analisis Permasalahan dan Rekomendasi

A. Analisis Permasalahan Melihat permasalahan penyedian air minum di Kota Pematangsiantar yang ada saat ini perlu adanya analisa terhadap kebutuhan air bersih sampai tahun 2017 berdasarkan hasil proyeksi perkembangan jumlah penduduk di Kota Pematangsiantar serta mangetahui tujuan pengembangan penyediaan air bersih Kota Pematangsiantar, agar rencana pengembangan sistem air minum/bersih di kota Pematangsiantar dapat terpenuhi sesuai tujuannya yaitu: 1. Menyediakan air minum bagi seluruh penduduk dan semua kegiatan sosial- ekonomi di Kota Pematangsiantar. 2. Menjamin standar kualitas air minum demi tercapainya kesehatan penduduk. 4-91

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Maka pertimbangan dalam rencana pengembangan sistem air minum Kota Pematangsiantar berdasarkan RTRW Kota Pematangsiantar adalah: 1. Kota Pematangsiantar mengalami laju pertumbuhan yang rendah dalam periode 20 tahun mendatang (2012-2032). Pertambahan penduduk selama periode tersebut diproyeksikan sebesar 43.018 jiwa, sehingga jumlah penduduk kota pada Tahun 2032 adalah sebesar 293.003 jiwa. 2. Kebutuhan air bersih pada Tahun 2032 diproyeksikan sebesar 666,58 liter/detik. 3. Arah perkembangan kegiatan perkotaan yang tercermin dari rencana sistem pusat kegiatan, dimana pusat kota/sub pusat kota direncanakan berada pada kawasan Jl. Sutomo-Merdeka, Tanjung Pinggir, Tojay, Marihat, wilayah Asahan. 4. Ketersediaan sumber air baku air minum bagi Kota Pematangsiantar, yang umumnya merupakan mata air dan air permukaan, dan melayani wilayah Kota Pematangsiantar maupun beberapa kecamatan di Kabupaten Simalungun.

B. Rekomendasi Melihat kebutuhan Air minum bagi masyarakat Kota Pematangsiantar yang terus meningkat perlu dilakukan beberapa langkah untuk dapat menghasilkan sumber air minum yang baru. Langkah–langkah tersebut antara lain: 1. Pengembangan sumber–sumber air baru selain ditujukan untuk pemukiman padat, juga diprioritaskan untuk wilayah pengembangan baru. 2. Rehabilitasi peralatan–peralatan sistem pengambilan air pada sumber–sumber pengambilan air. 3. Pembangunan/Penambahan hydran–hydran umum untuk melayani masyarakat berpenghasilan rendah dan diutamakan pada daerah dengan kepadatan pemukiman tinggi serta kualitas air tanahnya buruk. 4. Pembangunan jaringan–jaringan pipa baru untuk diarahkan kepusat-pusat pengembangan baru. 5. Perlunya pembangunan reservoar baru di wilayah belum terlayani jaringan air minum. 6. Perbaikan jaringan distribusi yang ada guna mengurangi angka kebocoran

4-92

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

4.7.6 Usulan dan Prioritas Program

Untuk mencapai tujuan pengembangan dan dengan mempertimbangkan faktor-faktor pengembangan tersebut di atas, maka rencana penyediaan air minum dikembangkan dalam bentuk jaringan perpipaan dan non perpipaan, yang terdiri dari:

I. Penyediaan air minimum, yaitu: a. Mata air yang berada di wlayah Kota Pematangsiantar, yaitu: . Mata air Mual Goit di Kelurahan Simarimbun . Mata air Sibulak-bulak di Kelurahan Simarimbun . Mata air Pancur Lima di Kelurahan Setia Negara . Mata air Silumangi di Jalan Marihat Kelurahan Kekar Marihat . Rencana produksi dari mata air Bah Sikam di Jalan Bah Korah Kelurahan Pematang Marihat . Rencana produksi dari mata air Aek Nauli b. Sumur pompa air tanah yang berada di wlayah Kota Pematangsiantar, yaitu: . Pompa Mata Air Simarito di Kelurahan Martimbang; . Pompa Jalan Sabang Merauke di Kelurahan Simalungun; . Pompa Jalan Patuan Anggi di Kelurahan Nagapitu; . Pompa Jalan Raya dengan di Kelurahan Simarito; . Pompa Jalan Kertas di Kelurahan Siopat Suhu; . Pompa Simarimbun Dolok di Kelurahan Simarimbun; . Pompa Nomensen di Kelurahan Siopat Suhu; . Pompa Timbang Galung di Kelurahan Simarito; . Pompa Jalan Jambu; . Pompa Jalan Bah Rahu; . Pompa Jalan Bakung; . Pompa Batu III; . Pompa Kompleks SMP Negeri I.

4-93

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

c. IPA (Instalasi Pengolahan Air) Sungai Bah Bolon yang akan dibangun di Kelurahan Nagahuta menggunakan air Sungai Bah Bolon dengan kapasitas produksi sebesar 20 liter per detik. d. Instansi penyedia air minum terdapat di Kelurahan Teladan dengan kapasitas sebesar 762,87 liter per detik.

II. Reservoir penampung air minum yang berada di wilayah Kota Pematangsiantar dengan kapasitas simpan total lebih kurang 10.500 meter kubik, terdii dari: a. Reservoir di Kelurahan Simarimbun dengan kapasitas tampung 1.500 meter kubik, b. pembangunan reservoir Kelurahan Bukit Sofa c. pembangunan reservoir Kelurahan Pondok Sayur d. pembangunan reservoir Kelurahan Tanjung Tonga; e. pembangunan reservoir Kelurahan Naga Huta; dan f. pembangunan reservoir Kelurahan Merdeka.

III. Jaringan transmisi dan distribusi untuk melayani masyarakat menggunakan sistem jaringan perpipaan dengan metode gravitasi dengan pembagian 3 wilayah pelayanan sebagai berikut: a. jaringan perpipaan Mual Goit melalui Jalan Sidamanik, Jalan Parapat, Jalan DI Panjaitan, Jalan Farel Pasaribu, Jalan Kolonel Simanjuntak, Jalan Gereja, Jalan Kapten Sitorus, Jalan Merdeka, Jalan Sutomo, Jalan Diponegoro, Jalan Kartini, Jalan Ade Irma Suryani, Jalan Brawijaya, Jalan Patuan Anggi, Jalan Tuan Nagari, Jalan Sisingamangaraja, Jalan Sangnaualuh, dan rencana pembangunan pada Jalan Lingkar Luar Kota Timur, b. jaringan perpipaan Habonaran melalui Jalan Saribudolok, Sisingamangaraja, Jalan Rambung Merah, Jalan Dahlia, Jalan Jawa, Jalan Seram, dan Jalan Singosari, Jalan Pdt Wismark Saragih, Jalan Tuan Nagari, Jalan Rakuta Sembiring, Jalan Sisingamangaraja, Jalan Bombongan, Jalan Tambun Barat, dan Jalan Tambun Timur, c. jaringan perpipaan Naga Huta melalui Perumahan Tojay, Jalan Handayani, Jalan Gurila, Jalan Sibatu-batu, Jl. Tengkoh, Jalan Gurila.

4-94

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Rencana pengembangan sistem penyediaan air minum meliputi: 1) Kerjasama perlindungan dan pemeliharaan sumber mata air dengan Kabupaten Simalungun yang meliputi: a. kawasan sekitar mata air Naga Huta di Kota, mata air Naga Huta I – II, Mata air Naga Huta III - IV, dan mata air Habonaran di Kabupaten Simalungun; dan b. kawasan bangunan reservoir Simpang Pane di Kabupaten Simalungun dengan kapasitas tampung sebesar lebih kurang 2.250 meter kubik. 2) Rehabilitasi prasarana-sarana pengaliran untuk mengurangi tingkat kehilangan air hingga 20% meliputi: jaringan pipa transmisi dan distribusi di Kelurahan Martoba, Kelurahan Pahlawan, Kelurahan Tomuan, Kelurahan Merdeka, Kelurahan Setia Negara. 3) Penambahan sumber air baku meliputi mata air dan air tanah dalam di luar kawasan permukiman di Kelurahan Simarimbun, Kelurahan Tong Simarimbun, Kelurahan Mekar Marihat, Kelurahan BP Nauli, Kelurahan Sukaraja, Kelurahan Gurila, Kelurahan Tanjung Pinggir, Kelurahan Tambun Nabolon, Kelurahan Siopat Suhu; dan Pembatasan dan pengawasan pengambilan air tanah dalam oleh masyarakat di kawasan pusat kota di Kecamatan Siantar Utara, Kecamatan Siantar Barat, Kecamatan Siantar Selatan dan Kecamatan Siantar Timur.

4-95