PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH MELALUI PENGEMBANGAN POTENSI OBYEK WISATA PANTAI SARWANDORI KABUPATEN KEPULAUAN YAPEN PROVINSI PAPUA
SKRIPSI
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Gelar Sarjana Pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Bosowa
Disusun Oleh: ALDION ALEXANDER. WORABAI 45 16 021 036
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA UNIVERSITAS BOSOWA 2020
i
ii
iii
iv
ABSTRAK Kepulaua Yapen merupakan salah satu daerah di Provinsi Papua yag memiliki sektor pariwisata yang sangat layak dikembangkan sebagai objek daya tarik ekowisata. Objek wisata yang memiliki keunikan,sangat endemik, dan tidak terdapat di wilayah lain di Indone-sia adalah objek wisata habitat burung cenderawasih. Sesuai dengan informasi yang diterima dari masyarakat bahwa habitat burung cendrawasi di Kepulauan Yapen telah dikenal sejak tahun 1995 oleh wisatawan manca negara. Namun sesuai dengan hasil wawancara dengan
Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya Kabupaten Kepulauan Yapen didapatkan informasi bahwa sampai saat ini tingkat pengunjung yang datang berkunjung ke lokasi wisata habitat burung cendrawasi telah mengalami penurunan.
Kepulauan Yapen juga memiliki keindahan pantai yang tidak kalah dengan pantai-pantai yang ada di daerah lain. Seperti keindahan pantai Mioka,pantai inggrisau, pulau ambai, pulau aiwa dan masih banyak lagi pantai di Kepaluan
Yapen sangat memiliki keindahan yang sangat memungkinkan untuk menarik minat wisatawan berkunjung ke Kepulauan Yapen.
Melihat banyaknya objek wisata yang dimiliki oleh Kepulauan Yapen maka bukan tidak mungkin lagi pemerintah Kepulauan Yapen untuk mengembangkan dan mengelola objek wisata yang dimilikinya menjadi lebih baik sehingga mampu menarik wisatawan bukan hanya lokal saja namun juga wisatawan mancanegara untuk datang berkunjung di Kepulauan Yapen. Dengan begitu maka wisatawan yang datang juga akan banyak menyumbang bagi PAD Kepulauan Yapen.
Kata kunci: Pendapatan Asli Daerah, Obyek Wisata, Wisatawan
v
ABSTRACT
Yapen Island is one of the areas in Papua Province which has a tourism sector which is very feasible to be developed as an object of ecotourism attraction. A tourist object that is unique, very endemic, and not found in other regions in Indonesia is a tourist attraction for the bird of paradise habitat. In accordance with information received from the public that the habitat of the
Cendrawasi bird in the Yapen Islands has been known since 1995 by foreign tourists. However, according to the results of interviews with the Head of the
Tourism and Culture Office of Yapen Islands Regency, information was obtained that until now the level of visitors who came to visit tourist sites for bird of paradise habitat had decreased.
Yapen Islands also have beautiful beaches that are not inferior to beaches in other areas. Like the beauty of Mioka beach, Englishau beach, Ambon Island,
Aiwa Island and many more beaches in Kepaluan Yapen, it is very beautiful that it is possible to attract tourists to visit the Yapen Islands.
Seeing the many tourist objects owned by the Yapen Islands, it is not impossible for the Yapen Islands government to develop and manage the tourism objects it has for the better so that it is able to attract not only local tourists but also foreign tourists to come to visit the Yapen Islands. That way, tourists who come will also contribute a lot to the Yapen Islands PAD.
Keywords: Local Revenue, Tourism Object, Tourists
vi
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan atas berkat rahmat dan ridho Allah SWT yang telah memberikan Inspirasi yang tiada batas sehingga Penulis dapat menyusun sebuah karya ilmiah, sungguh maha besar karunia yang telah engkau berikan dan karena dengan izin-Mu lah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Melalui Pengembangan Potensi
Objek Wisata Kabupaten Kepulauan Yapen Provinsi Papua” karya ini ku persembahkan untuk mu Bapak dan Ibunda tercinta yang telah memberikan penulis do‟a restu serta pengorbanannya selama ini hingga penulis dapat menyelesaikan studi dari awal hingga akhir.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini.
Namun keberhasilan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari semua pihak yang senantiasa ikhlas telah membantu memberikan bimbingan, dukungan, dorongan yang tak pernah henti.
Harapan dari penulis agar kiranya skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan andil guna pengembangan lebih lanjut. Atas petunjuk - NYA, skripsi ini dapat selesai, oleh karena itu dengan segala hormat penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. M. Saleh Pallu M.Eng selaku Rektor Universitas Bosowa.
2. Bapak Arief Wicaksono S.Ip, MA. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Bosowa.
3. Ibu Nining Haslinda Zainal, S.Sos.,M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu
Administrasi Negara Fisip Universitas Bosowa yang telah memberikan
vii
bimbingan dan pengarahan kepada penulis hingga terselesaikannya Proposal
ini.
4. Bapak Dr. Syamsuddin Maldun, M.Pd, selaku Pembimbing I, yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis hingga
terselesaikannya Proposal ini.
5. Bapak Dr. Uddin B. Sore, S.H, S.Ip, M.Si, selaku Pembimbing II, yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis hingga
terselesaikannya Proposal ini.
6. Segenap Dosen Administrasi Negara, dan Staf Jurusan Administrasi
Negara FISIP Univ. Bosowa yang telah memberi bantuan dan arah tentang
hasanah ilmu yang bermanfaat untuk sarana berpijak guna kelancaran
Proposal ini.
7. Terkhus buat Sahabat Saya yang tidak bisa saya sebut satu per satu namanya,
yang telah mensupport saya dan menemani saya dari Awal perkuliahan
sampai sekarang.
8. Terima kasih banyak buat Teman-teman angkatan REFOLUSI 16 dan
Administrasi Negara 16. Atas semangat dan bantuannya dalam
menyelesaikan Proposal ini.
9. Teman-teman KKN KWU UNIBOS Angkatan 47, terima kasih atas
kebersamaan, kekonyolan dan kegilaan selama KKN, terima kasih atas segala
bantuan dan kerja samanya.
viii
10. Kanda-kanda dan adik-adik Fisip Universitas Bosowa yang terhimpun
dalam Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FISIP Univ. Bosowa & Himpunan
Mahasiswa Administrasi Negara (HIMAN) FISIP Univ. Bosowa. terima
kasih telah memberikan penulis pengalaman tentang berorganisasi selama di
kampus.
Dalam penyusunan Skripsi ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai kesempurnaan. Namun penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan, semua itu dikarenakan karena keterbatasan dan kemampuan penulis. Oleh karena itu penulis akan menerima dengan hati terbuka atas segala kritik dan saran dari berbagai pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini memiliki guna dan manfaat bagi perkembangan Ilmu Pengetahuan.
Makassar, 2021
Penulis
ALDION ALEXANDER WORABAI
ix
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ...... i
HALAMAN PENGESAHAN ...... ii
HALAMAN PENERIMAAN ...... iii
BEBAS PLAGIAT ...... iv
ABSTRAK ...... v
ABSTRACT ...... vi
KATA PENGANTAR ...... vii
DAFTAR ISI ...... x
DAFTAR TABEL ...... xiii
DAFTAR GAMBAR ...... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...... 1
B. Rumusan Masalah ...... 6
C. Tujuan ...... 6
D. Manfaat Penelitian ...... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Otonami Daerah ...... 8
B. Keuangan Daerah...... 10
C. Pendapatan Asli Daerah (PAD) ...... 12
D. Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD)...... 13
E. Obyek Wisata ...... 25
x
F. Pengembangan Obyek Wisata ...... 26
G. Kerangka Fikir ...... 32
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian ...... 35
B. Tempat dan Waktu Penelitian...... 5
C. Populasi dan Sampel ...... 37
D. Fokus Penelitian ...... 37
E. Informan ...... 37
F. Teknik Pengumpulan Data ...... 38
G. Teknik Pembahasan Data ...... 39
H. Teknik Analisis Data ...... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...... 47
A. Hasil Penelitian ...... 47
1. Gambaran Umum Penelitian ...... 47
2. Upaya yang dilakukan Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Yapen dalam Mengembangkan Obyek Wisata Pantai Sarwandori ...... 59
3. Faktor-Faktor yang mendorong pengembangan obyek Wisata pantai Sarwandori ...... 65
B. Pembahasan ...... 70
1. Upaya yang dilakukan Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Yapen dalam Mengembangkan Obyek Wisata Pantai Sarwandori ...... 70
2. Faktor-Faktor yang mendorong pengembangan obyek Wisata pantai Sarwandori ...... 72
BAB V PENUTUP ...... 77
xi
A. Kesimpulan ...... 77
B. Saran ...... 79
DAFTAR PUSTAKA ...... 81
LAMPIRAN ...... 83
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Pengunjung obyek wisata Pantai Sarwandori tahun 2015-2020 ...... 55 Tabel 4.2 Pendapatan retribusi parkir pantai Sarwandori tahun 2015-2019 ...... 56 Tabel 4.3 Pendapatan obyek wisata pantai Sarwandori tahun 2015-2019 ...... 57 Tabel 4.4 Presentase kontribusi pantai Sarwandori terhadapPendapatan Asli Daerah………………………………………………...………… ...... 58
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka konsep ...... 34
Gambar 3.1 Komponen-Komponen Analisis Data ...... 45
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan di Indonesia sesungguhnya merupakan proses
memanusiakan manusia. Namun dalam perjalanannya dihadapkan oleh
sejumlah tantangan yang multidimensi dan kompleks. Bagi Indonesia yang
terdiri dari 34 provinsi dengan kondisi geografis dan potensi sumber daya
yang berbeda-beda, tidaklah mudah untuk melaksanakan pembangunan.
Namun upaya untuk mengatasi persoalan pembangunan harus terus
dilakukan. Pemerintah bersama DPR harus terus berupaya menyusun
kebijakan nasional untuk mendukung keberhasilan pembangunan daerah yang
merupakan tolok ukur keberhasilan pembangunan secara keseluruhan.
Indonesia adalah negara kesatuan yang menganut asas desentralisasi
dalam penyelenggarahan pemerintahan dimana pemerintah pusat
menyerahkan wewenang dan keleluasaan kepada pemerintah daerah untuk
menyelenggarakan otonomi daerah. Penyerahan pengelolaan pemerintahan
dan pembangunan kepada daerah kota maupun kabupaten telah termuat dalam
Undang-undang nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.
Pelaksanaan pembangunan daerah pada dasarnya merupakan bagian
integral dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan
daerah dan menserasikan laju pertumbuhan antar daerah di Indonesia. Dalam
pengembangan daerah sudah barang tentu dibutuhkan peningkatan
pendayagunaan, potensi daerah secara optimal. Undang-undang No. 32 Tahun
1
2004 Tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu landasan yuridis bagi pengembangan otonomi daerah di Indonesia. Dalam Undang-undang ini disebutkan bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Tahun 1945, pemerintahan daerah, yang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan, diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan, pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Sesuai dengan Undang-undang nomor 32 Tahun 2014, otonomi daerah merupakan “penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerinth pusat kepada daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesi”. Tujuan dari otonomi daerah sendiri adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, keadilan dan pemerataan, demokrasi serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman tiap-tiap daerah.
Penyerahan pengelolaan pemerintah dan pembangunan kepada daerah kota maupun kabupaten desertai juga dengan pemberian kewenangan dalam mencari sumber pembiayaan dalm melaksanakan pengelolaan tersebut.
Sumber pembiayaan tersebut diperoleh dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), bantuan pemerintah pusat dan sumber-sumber lainnya. Idealnya dibanding
2
sumber pendapata lainnya, PAD harus mampu menyumbangkan bagian terbesar.
PAD merupakan suatu cerminan kemandirian dari suatu daerah dalam menyelenggarakan otonomi daerah. Namun pada kenyataannya masih terdapat banyak daerah yang mengandalkan bantuan pemerintah pusat. Hal tersebut menunjukan rendahnya kemampuan otonomi daerah tersebut. Salah satu penyebab hal ini terjadi karena kurangnya kemampuan pemerintah daerah dalam melihat potensi potensi yang dimiliki daerah tersebut yang dapat dijadikan sebagai sumber PAD.
Sumber PAD sendiri berdasarkan Undang-undang No. 32 Tahun 2014 tetang pemerintah daerah dikatakan bahwa sumber pendapatan asli daerah terdiri atas:
1. Hasil pajak daerah
2. Hasil retribusi daerah
3. Hasil perusahaan milik daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan
4. Dana perimbangan
5. Pinjaman daerah
6. Lain-lain pendapatan daerah yang sah
PAD memiliki tujuan untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi daerahnya. Memaksimalkan PAD dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan membangun suatu daerah merupakan wujud kemandirian suatu daerah.
3
Kabupaten Kepulauan Yapen sendiri merupakan salah satu daearah otonom yang terletak di Provinsi Papua yang dalam hal ini harus terus menerus menggali potensi daerah demi meningkatkan pendapatan daerahnya sehingga pembangunan yang merata dapat diwujudkan. Dengan peningkatan
PAD secara otomatis meningkatkan juga anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD). Hal tersebut akan berdampak pada terwujudnya pembangungan daerah yang lancar dan berkelanjutan yang mana akan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Salah satu potensi daerah yang mampu mneingkatkan PAD yakni sektor pariwisata. Menurut Wardiyanta (2006:47-48) bahwa berkembangnya pariwisata di suatu daerah akan mendatangkan banyak manfaat bagi masyarakat, yakni secara ekonomis, sosial dan budaya. Namun, jika pengembangannya tidak dipersiapkan dan di kelola dengan baik, justru akan menimbulkan berbagai permasalahan yang menyulitkan atau bahkan merugikan masyarakat. Untuk menjamin supaya pariwisata dapat berkembang secara baik dan berkelanjutan serta mendatangkan manfaat bagi manusia dan meminimalisasi dampak negatif yang mungkin timbul maka pengembangan pariwisata perlu didahului dengan kajian yang mendalam, yakni dengan melakukan penelitian terhadap semua sumber daya pendukungnya. Sumber daya yang dimaksud terdiri dari sumber daya alam, sumber daya budaya, dan sumber daya manusia.
Dalam pembangunan kepariwisataan tetap dijaga terpeliharanya kepribadian bangsa dan kelestarian serta mutu lingkungan hidup.
4
Pembangunan kepariwisataan dilakukan secara menyeluruh dan terpadu dengan sektor-sektor pembangunan lainnya serta antara berbagai usaha kepariwisataan yang kecil, menengah dan besar agar saling menunjang.
Kepulaua Yapen merupakan salah satu daerah di Provinsi Papua yag memiliki sektor pariwisata yang sangat layak dikembangkan sebagai objek daya tarik ekowisata. Objek wisata yang memiliki keunikan,sangat endemik, dan tidak terdapat di wilayah lain di Indone-sia adalah objek wisata habitat burung cenderawasih. Sesuai dengan informasi yang diterima dari masyarakat bahwa habitat burung cendrawasi di Kepulauan Yapen telah dikenal sejak tahun 1995 oleh wisatawan manca negara. Namun sesuai dengan hasil wawancara dengan Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya
Kabupaten Kepulauan Yapen didapatkan informasi bahwa sampai saat ini tingkat pengunjung yang datang berkunjung ke lokasi wisata habitat burung cendrawasi telah mengalami penurunan.
Kepulauan Yapen juga memiliki keindahan pantai yang tidak kalah dengan pantai-pantai yang ada di daerah lain. Seperti keindahan pantai
Mioka,pantai inggrisau, pulau ambai, pulau aiwa dan masih banyak lagi pantai di Kepaluan Yapen sangat memiliki keindahan yang sangat memungkinkan untuk menarik minat wisatawan berkunjung ke Kepulauan
Yapen.
Melihat banyaknya objek wisata yang dimiliki oleh Kepulauan Yapen maka bukan tidak mungkin lagi pemerintah Kepulauan Yapen untuk mengembangkan dan mengelola objek wisata yang dimilikinya menjadi lebih
5
baik sehingga mampu menarik wisatawan bukan hanya lokal saja namun juga
wisatawan mancanegara untuk datang berkunjung di Kepulauan Yapen.
Dengan begitu maka wisatawan yang datang juga akan banyak menyumbang
bagi PAD Kepulauan Yapen.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana upaya yang dilakukan Pemda Kabupaten Kepulauan
Yapen dalam rangka mengembangkan potensi obyek wisata Pantai
Sarwandori Kabupaten Kepulauan Yapen?
2. Faktor apa yang mempengaruhi pengembangan potensi obyek wisata
Pantai Sarwandori Kabupaten Kepualuan Yapen?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan pemerintah daerah
Kabupaten Kepulauan Yapen dalam mengembangkan obyek wisata
Pantai Sarwandori Kabupaten Kepulauan Yapen.
2. Untuk mengetahui Faktor yang mempengaruhi pengembangan potensi
obyek wisata Pantai Sarwandori Kabupaten Kepualuan Yapen
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
bagi pengembangan ilmu pengetahuan tentang pendapatan asli daerah
(PAD) yang dimiliki oleh Kabupaten Yapen.
2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian,
masukan dan sumbangan pemikiran yang diharapkan dapat bermanfaat
6
baik bagi Pemerintah dalam merumuskan kebijakan serta strategi dalam meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) Kepulauan Yapen
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Otonomi Daerah
Otonomi Daerah berdasarkan pasal I huruf h UU No 22 Tahun 1999
Otonomi Daerah adalah kewenangan daerah otonomi untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Sedangkan Otonomi Daerah berdasarkan pasal I poin 5 UU No. 32
Tahun 2004 Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
Daerah sebagai badan hukum publik yang mengatur dan mengurus
rumah tangganya sendiri, mempunyai organisasi pemerintahan sendiri yang
disebut pemerintahan daerah.
Menurut UU No. 22 Tahun 1999 Tentang Otonomi Daerah bahwa
daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai
batas tertentu berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam
ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. (UU No. 22 Tahun 1999 pasal 1
poin 1)
8
Sedangkan menurut UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Otonomi Daerah bahwa daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi dalam sistem Negara Kesatuan Republik
Indonesia. (UU No. 32 Tahun 2004 pasal I poin 6)
Otonomi daerah kemudian membentuk suatu daerah yang disebut daerah otonom. Daerah otonom dalam wilayah Kesatuan Republik Indonesia menekankan pada prinsip-prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan suatu daerah. Penyelenggaraan otonomi daerah seperti sekarang ini menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintah yang ditetapkan dalam Undang-Undang. Daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan rakyat.
Sejalan dengan prinsip tersebut dilaksanakan pula prinsip otonomi yang nyata dan bertanggungjawab. Prinsip otonomi nyata adalah suatu prinsip bahwa untuk menangani urusan pemerintahan dilaksanakan berdasrkan tugas, wewenang, dan kewajiban yang senyatanya telah ada dan berpotensi untuk tumbuh , hidup, dan berkembang sesuai dengan potensi dan kekhasan daerah. Otonomi daerah yang bertanggungjawab adalah otonomi yang dalam penyelenggaraannya harus benar- benar sejalan dengan tujuan dan
9
maksud pemberian otonomi, yang pada dasarnya untuk memberdayakan
daerah termasuk meningkatkan kesejahteraan rakyat yang merupakan bagian
utama dari tujuan nasional. Penyelenggaraan otonomi daerah harus selalu
berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan selalu
memperhatikan kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat.
Selain itu penyelenggaraan otonomi juga harus menjamin keserasian
hubungan antar Daerah dengan Daerah lainnya, artinya mampu membangun
kerjasama antar Daerah untuk meningkatkan kesejahteraan bersama dan
mencegah ketimpangan antar Daerah. (Penjelasan Umum UU No. 32 Tahun
2004).
B. Keuangan Daerah
Keuangan daerah sangat dibutuhkan dalam rangka penyelenggaraan otonomi
daerah. Menurut penjelasan Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 yaitu
penjelasan umum No. 8 menyebutkan bahwa: dalam rangka penyelenggaraan
otonomi daerah kewenangan keuangan yang melekat pada setiap kewenangan
pemerintah menjadi kewenangan daerah.
Di dalam UU No. 22 Tahun 1999 disebutkan bahwa :
1. Untuk menyelenggarakan otonomi daerah yang luas, nyata, dan
bertanggung jawab diperlukan kewenangan dan kemampuan menggali
sumber keuangan sendiri yang didukung oleh perimbangan keuangan
pemerintah pusat dan daerah serta antara propinsi dan kabupaten atau kota
yang merupakan prasyarat dalam sistem pemerintah daerah.
10
2. Dalam rangka menyelenggarakan otonomi daerah, kewenangan keuangan
yang melekat pada setiap kewenangan pemerintah menjadi kewenangan
daerah.
Sedangkan menurut penjelasan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004
yaitu penjelasan umum No. 6 menyebutkan bahwa: Penyelenggaraan fungsi
pemerintahan daerah akan terlaksana secara optimal apabila penyelenggaraan
urusan pemerintahan diikuti dengan pemberian sumber-sumber penerimaan
yang cukup kepada daerah, dengan mengacu kepada Undang-Undang tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah,
dimana besarnya disesuaikan dan diselaraskan dengan pembagian
kewenangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Semua sumber keuangan
yang melekat pada setiap urusan pemerintah yang diserahkan kepada
daerah menjadi sumber keuangan daerah.
Daerah diberikan hak untuk mendapatkan sumber keuangan yang antara
lain berupa : Kepastian tesedianya pendanaan dari Pemerintah sesuai dengan
urusan pemerintah yang diserahkan;kewenangan memungut dan
mendayagunakan pajak dan retribusi daerah dan hak untuk mendapatkan bagi
hasil dari sumber-sumber daya nasional yang berada di daerah dan dana
perimbangan lainnya;hak untuk mengelola kekayaan Daerah dan
mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah serta sumber-sumber
pembiayaan. Dengan pengaturan tersebut,dalam hal ini pada dasarnya
Pemerintah menerapkan prinsip “uang mengikuti fungsi”.
11
Adanya kewenangan baru yang diberikan kepada daerah untuk
menyelenggarakan otonomi daerah diharapkan mampu menggali sumber
Pendapatan Asli Daerah. Kebijaksanaan tersebut merupakan
pengejawantahan dari upaya pemerintah agar daerah dapat secara kreatif
mencari peluang-peluang sumber investasi di luar daerah agar lumbung
keuangan daerah dapat terpenuhi yang pada gilirannya urusan-urusan
pemerintahan dapat berjalan dengan baik dan lancar.
C. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan pendapatan daerah yang
bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retrebusi daerah, hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang
sah, yang bertujuan untuk memberikan kelulusan pada daetah dalam
menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan
asas disentralisasi.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah pasal 1 angka 18 tertulis “
Pendapatan asli daerah, selanjutnya disebut PAD adalah pendapatan yang
diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan‟‟.
Menurut Halim (2011) pendapatan asli daerah sebagai semua penerimaan
daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Pendapatan ini
bersumber dari empat jenis pemasukan seperti pajak daerah, retribusi daerah,
pengelolaan kekayaan yang dipisah, dan pendapatan sah lainnya.
12
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia NO. 28 tahun 2009 tentang
pajak daerah dan retribusi daerah pendapatan asli daerah yaitu sumber
keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah yang bersangkutan yang
terdiri dari hasil pajak daerah, retrebusi daerah, pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
Salah satu upaya untuk melihat kemampuan daerah dari segi keuangan
daerah dalam rangka mengurangi ketergantungan tehadap pemerintah
pusatadalah dengan melihat komposisi dari penerimaan daerah yang
ada.Semakin besar komposisi pendapatan asli daerah, maka semakin pula
kemampuan pemerintah daerah untuk memikul tanggungjawab yang lebih
besar.Tetapi semakin kecil komposisi pendapatan asli daerah terhadap
penerimaan daerah maka ketergantungan terhadap pusat semakin
besar.Sedangkan dampak yang dirasakan masyarakaat dengan adanya
peningkatan penerimaan pendapatan asli daerah adalah kelancaran
pembangunan.Pembangunan meliputi berbagai sektor diantaranya adalah
pembangunan jalan, pembangunan fasilitas umum dan fasilita lainnya.
D. Sumber Pendapatan Asli Daerah
Dalam upaya memperbesar peran pemerintah daerah dalam
pembangunan, pemerintah daerah dituntut untuk lebih mandiri dalam
membiayai kegiatan operasional rumah tangganya.Berdasarkan hal tersebut
dapat dilihat bahwa pendapatan asli daerah tidak dapat dipisahkan dengan
belanja daerah, karena adanya saling terkait dan merupakan satu alokasi
anggaran yang disusun dan dibuat untuk melancarkan roda pemerintah
13
daerah. Sebagaimana dengan Negara, maka daerah dimana masing-masing pemerintah daerah mempunyai fungsi dan tanggung jawab untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan jalan melaksanakan pembangunan disegala bidang. Sumber pendapatan asli daerah merupakan sumber keuangan daerah yang digali dalam daerah yang bersangkutan, yang terdiri:
1. Pajak Daerah
Pajak daerah adalah kontribusi wajib pada daerah yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-
Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.4 Jenis pajak yang terdapat di kabupaten /kota terdiri dari:
a) Pajak Hotel
Pajak hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh
hotel. Hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan
termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang
mencakup juga, hotel, losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata,
pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta rumah kos
dengan jumlah kamar lebih dari 10.
Objek pajak hotel adalah pelayanan yang disediakan oleh hotel
dengan pembayaran, termasuk jasa penunjang sebagai kelengkapan
hotel yang sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan,
termasuk fasilitas olahraga dan hiburan.Yang dimaksud dengan jasa
penunjang adalah fasilitas telepon, facsimile, teleks, internet, fotokopi,
14
pelayanan cuci, setrika, transportasi, dan fasilitas sejenis lainnya yang
disediakan atau dikelola Hotel.
Mengacu Pendapatan Asli Daerah ketentuan pasa 32 ayat UU 28
Tahun 2009 tersebut, apabila ada fasilitas hiburan yang menyatu
sebagai fasilitas hotel, seperti diskotek,spa,fitness center dll, maka
dapat dikenakan pajak hotel. Sedangkan pendapat terjadi antara
pemerintahan daerah sebagai fiskus dengan pengusaha hotel yang
terdapat fasilitas hiburan yang disebabkan tariff pajak hiburan dapat
dikenakan sampai 75% sedangkan pajak hotel hanya dapat dikenakan
maksimal 10%. b) Pajak restoran
Pajak restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh
restoran. Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau
minuman dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga rumah
makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dan sejenisnya termasuk jasa
boga/catering. Objek pajak restoran adalah pelayanan yang disediakan
oleh restoran. Pelayanan yang disediakan restoran meliputi pelayanan
penjualan makanan dan/atau minuman yang dikondisikan oleh
pembeli, baik dikonsumsi di tempat pelayanan maupun ditempat lain.
Berdasarkan ketentuan ini, maka layanan antar (delivery service) atau
pemesanan dibawa ( take away order), tetap dikenakan pajak restoran
walaupun tidak menikmati fasilitas sarana restoran.
15
c) Pajak Hiburan
Pajak hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan
hiburan.Hiburan adalah semua jeis tontonan, pertunjukan, permainan,
dan/atau keramaian yang dinikmati dengan dipungut bayaran.Objek
pajak hiburan adalah jasa penyelenggaraan hiburan dengan dipungut
bayaran.Bentuk hiburan yang dikenakan pajak adalah terbatas
Pendapatan Asli Daerah. d) Pajak Reklame
Pajak reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame.
Reklame adalah benda,alat,perbuatan, atau media yang bentuk dan
corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial memperkenalkan,
mengajukan, mempromosikan, atau untuk menarik perhatian umum
terhadap barang, jasa, orang, atau badan, yang dapat dilihat, dibaca,
didengar, dirasakan, dan/atau dinikmati oleh umum. e) Pajak penerangan jalan
pajak penerangan jalan adalah pajak yang dipungut dari hasil
penggunaan tenaga listrik. Objek pajak penerangan jalan adalah
penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun yang
diperoleh dari lain. Listrik yang dihasilkan sendiri meliputi seluruh
pembangkit listrik. Yang dimaksud penggunaan tenaga listrik dari
sumber lain adalah konsumen memproleh tenaga listrik yang
didistribusikan dari penyediaa tenaga listrik, diantaranya yaitu PLN.
Sedangkan yang dimaksud dengan tenaga listrik diperoleh tenaga
16
listrik dari pembangkit listrik yang dimiliki dan dioprasionalkan
secara mandiri oleh pengguna tenaga listrik. Pusat perbelanjaan, took
swalayan, mall, rumah sakit, hotel dan gedung-gedung yang biasa
dikunjungi masyarakat luas banyak menggunakan generator set
(genset) sebagai sumber listrik cadangan saat pemadaman listrik
terjadi.
f) Pajak pengambilan bahan galian golongan
g) Pajak parkir
2. Retribusi daerah
Sumber pendapatan daerah yang penting lainnya adalah retribusi
daerah.Retribusi daerah merupakan pungutan daerah sebagai pembayaran
pemakaian atau karena memproleh jasa atau pekerjaan atau pelayanan
pemerintah daerah dan jasa usaha milik daerah bagi yang berkepentingan
atas jasa yang diberikan oleh daerah baik langsung maupun tidak
langsung. Retribusi daerah dibagi tiga golongan:
a) Retribusi jasa umum
Retribusi yang dikenakan atas jasa umum digolongkan sebagai
retribusi jasa umum. Obyek retribusi jasa umum adalah pelayanan
yang disediakan atau diberikan pemerintah daerah untuk tujuan
keoentingan dan kemanfaatn umum serta dapat dinikmati oleh orang
atau pribadi.
17
b) Retribusi jasa usaha
Retribusi jasa usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh
pemerintah daerah:
1) Perizinan tertentu
Obyek Retribusi perizinan Tertentu adalah pelayanan
prizinan oleh pemerintah daerah kepada orang pribadi atau badan
yang dimaksudkan untuk pengaturan dan pengawasan atas
kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam,
barang, prasarana, saran atau kelestarian lingkungan.
2) Perusahaan daerah
Pemerintahan daerah juga diberikan hak untuk mengelola
perusahaan sendiri sebagai salah satu sumber pendapatan yang
disebut perusahaan daerah.Sifat perusahaan daerah sesuai dengan
motif pendirian dan pengelolaan adalah kesatuan produki untuk
menambah penghasilan daerah, member jasa, penyelenggarakan
kemanfaatan umum dan memperkembangkan perekonomi
daearah.
Prinsip pengolaan perusahaan daerah tentunya harus tetap
berdasarkan tujuan ekonomis perusahaan yaitu mencari
keuntungan. Dari situlah keuntungan itulah sebagai disetorkan
kepada kas daerah.Perusahaan daerah dapat beroperasi dalam
bidang kontruksi, transpormasi, pembuatan barang dan lain
18
sebagainya.Perusahaan daerah digolongkan dalam tiga macam,
yaitu:
a. Perusahaan yang diperoleh berdasarkan penyerahan dari
pemerintah berupa perusahaan yang berasal dari nasional
perusahaan asing.
b. Perusahaan yang berasal dari perusahaan Negara yang
diserahkan kepada pemerintah daerah.
c. Perusahaan yang didirikan oleh pemerintah daerah dengan
modal seluruh atau sebagian merupakan milik daerah.
Salah satu maksud yang didirikan perusahaan daerah adalah didasarkan pada pelayanan dan pemberian jasa kepada masyarakat.Namun bukan berarti bahwa perusahaan tidak memberikan kontribusi pada pendapatan asli daerah. Perusahaan daerah mempunyai dua fungsi yang berjalan secara bersamaan, dimana satu pihak dituntut untuk menyelenggarakan fungsi-fungsi sosial, yaitu memberikan pelayanan dan jasa kepada masyarakat dan pihak lain. perusahaan daerah menjalankan fungsi ekonomi yaitu memperoleh keuntungan dari kinerja. Keuntungan yang didapat inilah yang disebut dengan laba bagian badan usaha milik daerah.
Laba bagian Badan Usaha Milik Daerah ialah bagian keuntungan atau laba bersih dari perusahaan daerah atas badan lain yang merupakan badan usaha milik daerah. Keuntungan inilah yang diharapkan dapat member sumbangan bagi pendapatan asli daerah,
19
walaupun sampai saat ini kontribusi yang diberikan dari sektor
perusahaan daerah masih relative kecil bila dibandingkan dengan
sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah. c) Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah
Pajak daerah dan retribusi merupakan bagian dari Pendapatan
Asli Daerah. Pendapatan Asli Daerah merupakan salah satu sumber
pembiyaan pemerintah daerah dan pembangunan daerah yang akan
digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah dan
pembangunan daerah. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah ini
diharapkan akan memperlancar jalannya pembangunan dan
pemerintahan daerah. Pembangunan dapat berjalan dengan lancar
maka peluang untuk kesejahteraan masyarakat diharapkan akan
meningkat.
Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah selain pajak, retribusi
dan perusahaan daerah adalah lain-lain hasil usaha daerah lain yang
sah. Lain-lain usaha daerah yang sah merupakan usaha daerah
(bukan usaha perusahaan daerah) dapat dilakukan oleh satu aparat
pemerintahan daerah (dinas) yang dalam kegiatannya menghasilkan
suatu barang atau jasa dapat dipergunakan oleh masyarakat dengan
ganti rugi.
Pendapatan dari sektor ini berbeda untuk masing-masing
daerah tergantung potensi yang dimilikinya, walaupun sumbangan
sektor ini masih terbatas tetapi dibandingkan dengan laba perusahaan
20
daerah dan penerimaan dari dinas-dinas daerah, sektor ini lebih baik
dalam memberikan kontribusi pada pendapatan asli daerah dan
relative merata untuk tiap-tiap daerah.Usaha daerah sebagai sumber
pendapatan daerah tersebut harus disetorkan kepada kas daerah dan
diatur dalam peraturan daerah.Penerimaan ini mencakup sewa rumah
daerah, sewa gedung dan tanah milik daerah, jasa giro, hasil
perjualan barang-barang, bekas milik daerah pendapatan hasil
eksekusi dan jaminan, denda pajak, danpenerimaan-penerimaan lain
yang sah menurut undang-undang.
3. Dana perimbangan
Dana perimbangan merupakan sumber Pendapatan daerah yang
berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan
pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi kepada
derah, terutama dalam peningkatan pelayanan dan kesejahteraan
masyarakat yang semakin baik diantaranya :
a. Bagian daerah dari penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, Beas
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, dan penerimaan dari
sumberdaya alam.
b. Dana alokasi umum
c. Dana alokasi khusus
21
4. Pinjaman Daerah
Pinjaman daerah merupakan sebuah alternatif sumber pembiayaan
pemerintah daerah untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah dan
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, maka pemerintah daerah
dapat melakukan pinjaman.19 Pinjaman daerah bersumber dari :
a. Pemerintah Pusat, berasal dari APBN termasuk dana investasi
Pemerintah, penerusan pinjaman dalam negeri, dan/atau penerusan
Pinjaman Luar Negeri
b. Pemerintah Daerah lain
c. Lembaga keuangan bank, yang berbadan hukum Indonesia dan
mempunyai tempat kedudukan dalam wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia
d. Lembaga Keuangan Bukan Bank , yaitu lembaga pembiayaan yang
berbadan hukum Indonesia dan emmpunyai tempat kedudukan dalam
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
e. Masyarakat, berupa Obligasi Daerah yang diterbitkan melalui
penawaran kepada masyarakat di pasar modal dalam negeri.
5. Lain-lain pendapatan daerah yang sah
Lain-lain pendapatan yang sah merupakan hibah atau penerimaan
dari daerah provinsi atau daerah kabupaten/kota lainnya, dan penerimaan
lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Dengan diterapkannya otonomi daerah dalam sistem pemerintahan
daerah di Indonesia telah diatur dalam Undang-Undang No. 32 Tahun
22
2004 tentang Pemerintahan Daerah.20 Dengan kata lain, pendapatan asli daerah atau PAD dapat diartikan sebagai pendapatan yang diperoleh dari daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang undangan. Sumber pendapatan daerah, diantaranya yaitu Pendapatan asli daerah yang meliputi hasil pajak daerah, hasil restribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, antara lain haisl penjualan aset daerah dan juga giro lain-lain penerimaan daerah yang sah.
Daerah berhak mendapatkan hasil pendapatan daerah selain dari sumbersumber Pendapatan Asli Daerah seperti pajak, retribusi dan perusahaan daerah maka. Lain-lain pendapatan daerah yang sah merupakan usaha daerah (bukan usaha perusahaan daerah) dapat dilakukan oleh suatu aparat Pemerintah Daerah (dinas) yang dalam kegiatannya menghasilkan suatu barang atau jasa yang dapat dipergunakan oleh masyarakat dengan ganti rugi.
Pariwisata di era otonomi daerah merupakan sebuah wujud dari cita- cita Bangsa Indonesia untuk memajukan kesejahteraan umum dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Dalam memajukan kesejahteraan umum dalam arti bahwa pariwisata jika dikelola dengan baik, maka akan memberikan kontribusi secara langsung pada masyarakat di sekitar daerah pariwisata, terutama dari sector perekonomian. Secara tidak langsung,
23
pariwisata memberikan kontribusi signifikan kepada pendapatan asli daerah (PAD) suatu daerah dan tentu saja pemasukan devisa bagi suatu negara. Potensi dan kondisi masing-masing daerah di Indonesia tidak sama. Daerah yang kaya akan sumber daya alam otomatis menjadi “daerah basah” seiring dengan bertambahnya perolehan pendapatan asli daerahnya dari sektor migas misalnya, sedangkan daerah yang minus sumber daya alam otomatis menjadi daerah kering. Akan tetapi tidak berarti daerah yang miskin dengan sumber daya alam tidak dapat meningkatkan pendapatan asli daerahnya, karena jika dicermati ada beberapa potensi daerah yang dapat digali dan dikembangkan dari sektor lain seperti sektor pariwisata.
Usaha daerah seperti pengembangan sektor pariwisata yang nantinya menghasilkan kontribusi terhadap pendapatan daerah harus disetorkan kepada kas daerah dan diatur dalam peraturan daerah. Dalam pelaksanaan
Otonomi Daerah, kabupaten/kota melakukan berbagai upaya terobosan dalam peningkatan perolehan Pendapatan Asli Daerah, karena faktor dana sangat menentukan lancar tidaknya suatu pemerintahan daerah. Pelayanan kepada masyarakat akan terlambat akibat terbatasnya kemampuan dalam bidang pendanaan. Dengan terbatasnya sumber Pendapatan Asli Daerah tidak banyak yang dapat dilakukan dalam memberikan pelayanan maupun kemudahan bagi masyarakat.
24
E. Obyek Wisata
1. Pengeritian Obyek Wisata
Menurut Chafid Fandeli (2000: 58), obyek wisata adalah perwujudan
daripada ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya serta sejarah
bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya tarik untuk
dikunjungi wisatawan. Sedangkan obyek wisata alam adalah obyek
wisata yang daya tariknya bersumber pada keindahan sumber daya
alam dan tata lingkungannya.
2. Jenis Obyek Wisata
Penggolongan jenis obyek wisata akan terlihat dari ciri-ciri khas yang
ditonjolkan oleh tiap-tiap obyek wisata. Dalam UU No. 9 Tahun 1990
Tentang Kepariwisataan disebutkan bahwa obyek dan daya tarik wisata
terdiri dari :
Obyek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang
berwujud keadaan alam, serta flora dan fauna.
Obyek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud
museum, peninggalan sejarah, wisata agro, wisata tirta, wisata buru,
wisata petualangan alam, taman rekreasi dan tempat hiburan.
Berdasarkan hal tersebut diatas, obyek wisata dapat diklasifikasikan
menjadi dua macam yaitu wisata buatan manusia dan wisata alam. Pada
dasarnya obyek wisata yang ada di Kepulauan Yapen mempunyai dua bagian
tersebut karena selain memiliki laut dengan daya tariknya dan keindahan
alam, juga didukung oleh berbagai hasil karya manusia yang dapat menarik
wisatawan. Selain itu juga didukung oleh kondisi masyarakat setempat yang
25
masih kental dengan upacara adat seperti Tradisi Wiyaneo yakni, diawali
dengan mempersiapkan daun Aisame, Aimaranding dan batang kayu Belo.
Suku Onate menyebut Belo sebagai kayu pemanggil ikan. Di Kabupaten
Kepulauan Yapen Serig Diadakan Festifal Budaya dan di rencanakan akan di
adakan Event Sail Teluk Cendrawasih dengan berbagai kegiatan
pendukungnya yang bisa kita saksikan pada tiap bulan tertentu yang ternyata
cukup menarik minat wisatawan.
F. Pengembangan Obyek Wisata
Basis pengembangan pariwisata adalah potensi sumber daya
keragaman budaya, seni, dan alam (pesona alam). Pengembangan sumber
daya tersebut dikelola melalui pendekatan peningkatan nilai tambah
sumber daya secara terpadu antara pengembangan produk pariwisata dan
pengembangan pemasaran pariwisata melalui pendekatan pemberdayaan
masyarakat lokal dalam rangka pengembangan pariwisata.
Tujuan program ini adalah mengembangkan dan memperluas
diversifikasi produk dan kualitas pariwisata nasional yang berbasis
pada pemberdayaan masyarakat, kesenian, dan kebudayaan, dan sumber daya
alam (pesona alam) lokal dengan tetap memperhatikan kelestarian seni dan
budaya tradisional serta kelestarian lingkungan hidup setempat,
mengembangkan dan memperluas pasar pariwisata terutama pasar luar negeri.
Berdasarkan hal diatas maka pembangunan kepariwisataan memiliki 3 fungsi
atau tri-fungsi, yaitu :
26
1. Menggalakkan kegiatan ekonomi
2. Memelihara kepribadian bangsa dan kelestarian fungsi lingkungan hidup,
dan
3. Memupuk rasa cinta tanah air dan bangsa, serta menanamkan jiwa
semangat, dan nilai-nilai luhur bangsa dalam memperkokoh persatuan dan
kesatuan nasional.
Di samping itu untuk tercapainya tri-fungsi tersebut diatas maka harus ditempuh 3 macam upaya atau tri-fungsinya, yaitu :
1. Pengembangan obyek dan daya tarik wisata
2. Meningkatkan dan mengembangkan promosi dan pemasaran, dan
3. Meningkatkan pendidikan dan pelatihan kepariwisataan. (Sunardi, 2001 :
46)
Indonesia memiliki peluang yang besar dalam pengembangan pariwisata. Hal
ini dapat dirinci sebagai berikut :
1. Meskipun pernah terjadi krisis minyak dan resesi ekonomi yang
berkepanjangan ternyata wisatawan terus meningkat jumlahnya tidak
banyak berpengaruh;
2. Seiring dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakat, anggaran untuk
berlibur cenderung meningkat;
3. Tersedianya waktu berlibur yang cukup panjang di negara-negara sumber
wisatawan;
4. Kemajuan teknologi dibidang transportasi dan komunikasi mendorong
orang untuk bepergian jauh;
27
5. Meningkatnya kunjungan wisatawan ke Asia Pasifik memberikan
peluang bagi Indonesia untuk dikunjungi;
6. Diversifikasi produk wisata akan memperluas lingkup pilihan untuk
berlibur ke Indonesia;
7. Tingkat sadar wisata masyarakat semakin meningkat. Hal ini akan dapat
memberikan dukungan yang lebih nyata bagi pengembangan pariwisata;
8. Aksesibilitas ke Indonesia semakin bertambah luas akan mendorong arus
kunjungan wisatawan mancanegara;
9. Semakin mantapnya pengaturan dan kelembagaan di bidang
pariwisata akan mendukung pelaksanaan hal-hal yang berkaitan kerjasama
lintas sektoral baik disektor pemerintah maupun swasta. (Wagito,2001 :8)
Menurut Salah Wahab (2003 : 110) ada dua hal yang dapat ditawarkan kepada wisatawan sehingga menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata, dimana kedua hal tersebut dapat berupa alamiah atau buatan manusia, yaitu :
a. Sumber-sumber alam
1. Iklim: udara lembut, bersinar matahari, kering dan bersih.
2. Tata letak tanah dan pemandangan alam: dataran, pegunungan yang
berpanorama indah, danau, sungai, pantai, bentuk-bentuk
yang unik, pemandangan yang indah, air terjun, daerah gunung
berapi, gua dan lain-lain.
3. Unsur rimba: hutan-hutan lebat, pohon-pohon langka, dan sebagainya.
28
4. Flora dan fauna: tumbuhan aneh, barang-barang beragam jenis dan
warna, kemungkinan memancing, berburu dan bersafari foto binatang
buas, taman nasional dan taman suaka binatang buas dan sebagainya.
5. Pusat-pusat kesehatan: sumber air mineral alam, kolam lumpur
berkhasiat untuk mandi, sumber air panas alam untuk penyembuhan
penyakit dan sebagainya. b. Hasil karya buatan manusia yang ditawarkan
Ada 5 (lima) kategori utama yang ditawarkan, yaitu :
1. Yang berciri sejarah, budaya dan agama :
a) Monumen-monumen dan peninggalan-peninggalan bersejarah dari
peradaban masa lalu;
b) Tempat-tempat budaya seperti museum, gedung kesenian, tugu
peringatan, perpustakaan, pentas-pentas budaya rakyat, industri
seni kerajinan tangan dan lain-lain;
c) Perayaan-perayaan tradisional, pameran-pameran, eksibisi,
karnaval, upacara- upacara adat, ziarah-ziarah dan sebagainya;
d) Bangunan-bangunan raksasa dan biara-biara keagamaan.
2. Prasarana-prasarana
a) Prasarana umum yang meliputi :
Sistem penyediaan air bersih, kelistrikan, jalur-jalur lalu lintas,
sistem pembangunan limbah, sistem telekomunikasi dan lain-lain.
b) Kebutuhan pokok pola hidup modern misalnya
29
Rumah sakit, apotik, bank, pusat-pusat pembelanjaan, rumah-
rumah penata rambut, toko-toko bahan makanan, kantor-kantor
pemerintahan (polisi, penguasa setempat, pengadilan dan
sebagainya), toko-toko rokok, kedai-kedai obat, toko-toko
kacamata, warung-warung surat kabar, toko-toko buku, bengkel-
bengkel kendaraan bermotor, pompa-pompa bensin dan lain-lain. c) Prasarana wisata yang meliputi :
- Tempat-tempat penginapan wisatawan : hotel, motel,
pension, rumah susun, kamar keluarga yang disewakan,
bangunan-bangunan wisata sosial (desa wisata, tempat-
tempat kemah, tempat-tempat karavan, pondok remaja dan
sebagainya), rumah-rumah katering (restoran, kedai-kedai
minuman, rumahrumah makan sederhana, warung-warung
sate dan sebagainya)
- Tempat- tempat menemui wisatawan
Untuk pengurusan perjalanan
Agen-agen perjalanan, badan usaha perjalanan, usaha
sewa- menyewa kendaraan serta agen-agen yang
mengatur ekskursi dan jalan-jalan keliling kota
Untuk menyampaikan informasi dan propaganda
Kantor-kantor penerangan wisata di pintu-pintu masuk
suatu negara, kota atau daerah tertentu
30
Organisasi- organisasi lokal atau sekitarnya yang
mengurus pariwisata
Komite-komite upacara perayaan-perayaan khusus
- Tempat-tempat rekreasi dan sport : fasilitas sport untuk musim
dingin dan panas, fasilitas perlengkapan sport darat dan air
dan lain-lain
3. Sarana pencapaian dan alat transportasi penunjang meliputi :
pelabuhan udara, laut bagi negara-negara yang berbatasan dengan laut,
sungai,atau danau multinasional, kereta api dan alat transportasi darat
lainnya, kapal-kapal, sistem angkutan udara, angkutan di pegunungan
dan lain-lain.
4. Sarana pelengkap : seperti halnya prasarana, ,maka sarana pelengkap
ini berbeda menurut keadaan perkembangan suatu negara. Pada
umumnya sarana ini meliputi gedung-gedung yang menjadi sumber
produksi jasa-jasa yang cukup penting tetapi tidak mutlak
diperlukan oleh wisatawan. Umumnya sarana pelengkap ini bersifat
rekreasi dan hiburan seperti misalnya : gedung-gedung sandiwara,
bioskop, kasino, nightclub, kedai-kedai minum, warung-warung kopi,
klub-klub dan lain-lain,
5. Pola hidup masyarakat yang sudah menjadi salah satu khasanah
wisata yang sangat penting. Cara hidup bangsa, sikap, makanan dan
sikap pandangan hidup, kebiasaannya, tradisinya, adat istiadatnya,
semua itu menjadi kekayaan budaya yang menarik wisatawan ke
31
negara mereka. Hal ini berlaku khususnya bagi negara-negara
sedang berkembang yang masyarakat tradisionalnya berbeda dari
masyarakat tempat wisatawan itu berasal. Modal dasar yang penting
lainnya yakni sikap bangsa dari negara tersebut terhadap wisatawan;
keramah tamahan, keakraban, rasa suka menolong dan tidak bertindak
mengeksploitasi dan lain-lain.
G. Kerangka Konsep
Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang terdiri dari hasil pajak daerah,
hasil retribusi daerah, hasil perusahaan daerah, dan hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatam asli daerah yang
sah. Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan gambaran potensi keuangan
daerah yang pada umumnya mengandalkan unsur pajak daerah dan retribusi
daerah . Berkaitan dengan pendapatan asli daerah dari sektor retribusi, maka
daerah dapat menggali potensi sumber daya alam yang berupa obyek wisata.
Pariwisata bukanlah merupakan sektor penyumbang terbesar dalam
pendapatan daerah, tetapi berpotensi dalam meningkatkan Pendapatan Asli
daerah (PAD). Dalam era globalisasi sekarang ini, bidang pariwisata
merupakan salah satu kegiatan yang mempunyai peranan yang sangat
strategis untuk menunjang pembangunan perekonomian nasional. Untuk
itulah maka ditempuh salah satu kebijakan, yaitu menggali,
menginventarisir dan mengembangkan obyek-obyek wisata yang ada dalam
hal ini Pantai Sarwandori sebagai daya tarik utama bagi wisatawan.
32
Suatu daerah dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan cara mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki oleh daerah tersebut. Salah satu cara untuk meningkatkan PAD itu, salah satunya dengan mengembangkan potensi obyek wisata. Pengembangan disini yakni suatu proses, cara, perbuatan mengembangkan atau pembangunan secara bertahap dan teratur yang menjurus kepada sasaran yang dikehendaki. Pengembangan disini mengandung pengertian perbuatan mengembangkan obyek wisata
Pantai Sarwandori yang dimiliki oleh daerah dalam rangka meningkatkan
Pendapatn Asli Derah. Proses peningkatan Pendapatan Asli Daerah sangat berkaitan dengan upaya-upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah setempat, sehingga dengan adanya upaya-upaya tersebut maka diharapkan Pendapatan Asli Daerah akan meningkat.Untuk lebih jelas kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat dilihat dalam bagan dibawah ini
33
Kerangka Konsep
Upaya Yang Dilakukan Pemda Dalam Mengembangkan Potensi Objek Wisata 1. Pendidikan dan Pelatihan 2. Promosi dan Pendanaan 3. Program Perencanaan Pengembangan
Peningkatan PAD Melalui Pengembangan PAD Potensi Objek Meningkat Wisawa Pantai Sarwandori
Faktor Yang Mempengaruhi Pengembangan Objek Wisata 1. Daya Tarik 2. Pengelolaan 3. Saran dan Prasarana
Gambar 2.1 : Kerangka Konsep
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Dasar Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif
dimana dalam penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif yaitu untuk
mengetahui atau menggambarkan kenyataan dari kejadian yang diteliti
sehingga memudahkan penulis untuk mendapatkan data yang objektif dalam
rangka mengetahui dan memahami mengenai fakta bagaimana Peningkatan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Melalui Pengembangan Potensi Obyek
Wisata Pantai Sarwandori Kabupaten Kepulauan Yapen Provinsi Papua.
Metode penelitian kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang
mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang
sebenarnya, data yang pasti merupakan suatu nilai dibalik data yang tampak
(Sugiono, 2007:3)
B. Fokus Penelitian
Penentuan fokus suatu penelitian memiliki dua tujuan. Pertama
penetapan fokus dapat membatasi studi, jadi dalam hal ini fokus akan
membatasi bidang inquiry. Kedua penetapan fokus itu berfungsi untuk
memenuhi kriteria inklusi-eksklusi atau memasukan mengeluarkan suatu
informasi yang baru diperoleh di lapangan. (Moleong : 2002 : 62)
Mengingat pentingnya fokus penelitian tersebut, maka yang dijadikan fokus
dalam penelitian ini adalah:
35
1. Upaya-upaya yang dilakukan oleh Pemda Kabupaten Kepulauan Yapen
dalam mengembangkan obyek wisata pantai Sarwandori, dengan
indikator
a. Pengembangan obyek wisata pantai Sarwandori
b. Sarana dan prasarana
c. Pendidikan dan pelatihan
d. Promosi
e. Pendanaan
f. Program perancangan pengembangan
2. Faktor-faktor yang mendorong dan menghambat dalam upaya
peningkatan PAD, dengan indikator
a. Faktor pendorong
Daya tarik
Sarana perhubungan
Pengelolaan
Akomodasi
Sarana dan prasarana
b. Faktor penghambat
Faktor internal
Faktor eksternal
36
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Berdasarkan judul penelitian, maka penelitian dilaksanakan pada Kantor
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kepulauan Yapen dan
Obyek Wisata Pantai Sarwandori.
2. Waktu Penelitian
Waktu yang dibutuhkan dalam penelitian yaitu selama 2 bulan, pada tahun
2020.
D. Sumber Data Penelitian
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas dua sumber data,
yaitu:
a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara
dengan narasumber atau informan yang dianggap berpotensi dalam
memberikan informasi yang relevan dan sebenarnya di lapangan.
b. Data Sekunder, yaitu data yang bersumber dari hasil olahan instasi atau
suatu lembaga tertentu bukan saja untuk kepentingan lembaganya tetapi
juga untuk pihak lain yang membutuhkan. Seperti, dokumen atau catatan,
literatur-literatur, serta arsip-arsip resmi.hal ini bertujuan untuk
memperoleh landasan atau kerangka pemikiran yang digunakan untuk
membahas hasil penelitian.
E. Informan
Informan adalah orang-orang yang betul-betul paham Atau pelaku yang
terlibat langsung dengan permasalahan peneliti. Informan dalam penelitian ini
37
dipilih karena paling banyak mengetahui atau terlibat langsung dalam urusan
pelayanan publik.
Pemilihan informan dalam penelitian ini dengan cara purposive
sampling. Yaitu, teknik penarikan sampel secara subjektif dengan maksud atau
tujuan tertentu, yang menganggap bahwa informan yang dipilih tersebut
memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitian yang sedang dilakukan.
Adapun yang menjadi informan pada penelitia ini adalah :
1. Kepala Dinas Pariwisata Kepulauan Yapen : 1 Orang
2. Pengelolah Obyek Wisata Pantai Sarwandori : 1 Orang
3. Pegawai Dinas Pariwisaya Kepulauan Yapen : 12 Orang
Jumlah Responden : 14 Orang
F. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan, teknik yang digunakan penulis
adalah sebagai berikut:
a. Observasi
Menurut Moleong (2006:173) observasi adalah teknik pengumpulan data
melalui proses pengamatan secara langsung di lapangan atau di lokasi
b. Wawancara
Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2013:72) wawancara adalah
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya
jawab sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu.
38
c. Studi Kepustakaan
Menurut Ari Kunto (2006) studi kepustakaan adalah metode
pengumpulan data dengan mencari informasi lewat buku, majalah, koran,
dan literatur lainnya yang bertujuan untuk membentuk sebuah landasan
teori
G. Teknik Pengabsahan Data
Pemeriksaan terhadap keabsahan data pada dasarnya, selain digunakan
untuk menyanggah balik yang dituduhkan kepada penelitian kualitatif yang
mengatakan tidak ilmiah, juga merupakan sebagai unsur yang tidak
terpisahkan dari tubuh pengetahuan penelitian kualitatif (Moleong, 2007:320).
Keabsahan data dilakukan untuk membuktikan apakah penelitian yang
dilakukan benar-benar merupakan penelitian ilmiah sekaligus untuk menguji
data yang diperoleh. Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi
uji, credibility, transferability, dependability, dan confirmability (Sugiyono,
2007:270).
Agar data dalam penelitian kualitatif dapat dipertanggungjawabkan
sebagai penelitian ilmiah perlu dilakukan uji keabsahan data. Adapun uji
keabsahan data yang dapat dilaksanakan.
1. Credibility
Uji credibility (kredibilitas) atau uji kepercayaan terhadap data hasil
penelitian yang disajikan oleh peneliti agar hasil penelitian yang
dilakukan tidak meragukan sebagai sebuah karya ilmiah dilakukan.
39
a. Perpanjangan
Pengamatan Perpanjangan pengamatan dapat meningkatkan
kredibilitas/ kepercayaan data. Dengan perpanjangan pengamatan
berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan,
wawancara lagi dengan sumber data yang ditemui maupun sumber data
yang lebih baru. Perpanjangan pengamatan berarti hubungan antara
peneliti dengan sumber akan semakin terjalin, semakin akrab, semakin
terbuka, saling timbul kepercayaan, sehingga informasi yang diperoleh
semakin banyak dan lengkap.
Perpanjangan pengamatan untuk menguji kredibilitas data penelitian
difokuskan pada pengujian terhadap data yang telah diperoleh. Data
yang diperoleh setelah dicek kembali ke lapangan benar atau tidak, ada
perubahan atau masih tetap. Setelah dicek kembali ke lapangan data
yang telah diperoleh sudah dapat dipertanggungjawabkan/benar berarti
kredibel, maka perpanjangan pengamatan perlu diakhiri. b. Meningkatkan kecermatan dalam penelitian
Meningkatkan kecermatan atau ketekunan secara berkelanjutan maka
kepastian data dan urutan kronologis peristiwa dapat dicatat atau
direkam dengan baik, sistematis. Meningkatkan kecermatan
merupakan salah satu cara mengontrol/mengecek pekerjaan apakah
data yang telah dikumpulkan, dibuat, dan disajikan sudah benar atau
belum.
40
Untuk meningkatkan ketekunan peneliti dapat dilakukan dengan cara
membaca berbagai referensi, buku, hasil penelitian terdahulu, dan
dokumen-dokumen terkait dengan membandingkan hasil penelitian
yang telah diperoleh. Dengan cara demikian, maka peneliti akan
semakin cermat dalam membuat laporan yang pada akhirnya laporan
yang dibuat akan smakin berkualitas. c. Triangulasi
Wiliam Wiersma (1986) mengatakan triangulasi dalam pengujian
kredibilitas diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber
dengan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber,
triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu (Sugiyono, 2007:273).
i. Triangulasi Sumber
Untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek
data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Data yang
diperoleh dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu
kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan (member check)
dengan tiga sumber data (Sugiyono, 2007:274).
ii. Triangulasi Teknik
Untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek
data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
Misalnya untuk mengecek data bisa melalui wawancara, observasi,
dokumentasi. Bila dengan teknik pengujian kredibilitas data tersebut
menghasilkan data yang berbeda, maka peneliti melakukan diskusi
41
lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan untuk
memastikan data mana yang dianggap benar (Sugiyono, 2007:274). iii. Triangulasi Waktu
Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada
saat narasumber masih segar, akan memberikan data lebih valid
sehingga lebih kredibel. Selanjutnya dapat dilakukan dengan
pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam
waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data
yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga
sampai ditemukan kepastian datanya (Sugiyono, 2007:274). d. Analisis Kasus Negatif
Melakukan analisis kasus negatif berarti peneliti mencari data yang
berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang telah ditemukan.
Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan dengan
temuan, berarti masih mendapatkan data-data yang bertentangan
dengan data yang ditemukan, maka peneliti mungkin akan mengubah
temuannya (Sugiyono, 2007:275). e. Menggunakan Bahan Referensi
Yang dimaksud referensi adalah pendukung untuk membuktikan data
yang telah ditemukan oleh peneliti. Dalam laporan penelitian,
sebaiknya data-data yang dikemukakan perlu dilengkapi dengan foto-
foto atau dokumen autentik, sehingga menjadi lebih dapat dipercaya
(Sugiyono, 2007:275).
42
f. Mengadakan Membercheck
Tujuan membercheck adalah untuk mengetahui seberapa jauh data
yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.
Jadi tujuan membercheck adalah agar informasi yang diperoleh dan
akan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang
dimaksud sumber data atau informan (Sugiyono, 2007:276).
2. Transferability
Transferability merupakan validitas eksternal dalam penelitian
kualitatif. Validitas eksternal menunjukkan derajat ketepatan atau dapat
diterapkannya hasil penelitian ke populasi di mana sampel tersebut
diambil (Sugiyono, 2007:276). Pertanyaan yang berkaitan dengan nilai
transfer sampai saat ini masih dapat diterapkan/dipakai dalam situasi lain.
Bagi peneliti nilai transfer sangat bergantung pada si pemakai, sehingga
ketika penelitian dapat digunakan dalam konteks yang berbeda di situasi
sosial yang berbeda validitas nilai transfer masih dapat
dipertanggungjawabkan.
3. Dependability
Reliabilitas atau penelitian yang dapat dipercaya, dengan kata lain
beberapa percobaan yang dilakukan selalu mendapatkan hasil yang sama.
Penelitian yang dependability atau reliabilitas adalah penelitian apabila
penelitian yang dilakukan oleh orang lain dengan proses penelitian yang
sama akan memperoleh hasil yang sama pula. Pengujian dependability
dilakukan dengan cara melakukan audit terhadap keseluruhan proses
43
penelitian. Dengan cara auditor yang independen atau pembimbing yang
independen mengaudit keseluruhan aktivitas yang dilakukan oleh peneliti
dalam melakukan penelitian. Misalnya bisa dimulai ketika bagaimana
peneliti mulai menentukan masalah, terjun ke lapangan, memilih sumber
data, melaksanakan analisis data, melakukan uji keabsahan data, sampai
pada pembuatan laporan hasil pengamatan.
4. Confirmability
Objektivitas pengujian kualitatif disebut juga dengan uji
confirmability penelitian. Penelitian bisa dikatakan objektif apabila hasil
penelitian telah disepakati oleh lebih banyak orang. Penelitian kualitatif
uji confirmability berarti menguji hasil penelitian yang dikaitkan dengan
proses yang telah dilakukan. Apabila hasil penelitian merupakan fungsi
dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah
memenuhi standar confirmability. Validitas atau keabsahan data adalah
data yang tidak berbeda antara data yang diperoleh oleh peneliti dengan
data yang terjadi sesungguhnya pada objek penelitian sehingga keabsahan
data yang telah disajikan dapat dipertanggungjawabkan.
H. Teknik Analisis Data
Menurut sugiyono (2007 : 89) analisi data adalah proses mencari dan
menyusun data secara sistematis data yang di peroleh dari hasil wawancara,
catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke
dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit melakukan sintesa, menyusun
kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan di pelajari, dan
44
membuat kesimpulan sehingga mudah di pahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Miles dan Huberman (Sugiyono,2012 : 246) mengemukakan terdapat 3 langkah dalam analisis data, yaitu reduksi data, displaydata, dan verifikasi data.
Gambar. 3.1 Komponen-Komponen Analisis Data Sumber : Miles dan Huberman (2010 : 339)
1. Reduksi data
Menurut sugiyono (2007:92) mereduksi data berarti merangkum,
memilih hal-hal yang pokok, menfokuskan pada hal-hal penting, dicari
tema dan polanya. Sehingga data yang telah di reduksi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data. Dengan demikian data yang telah di reduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas, mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila di
perlukan.
45
2. Display Data
Setelah data direduksi, maka langka selanjutnya dalam analisis data
ini adalah display data atau penyajian data. Miles dan Huberman
(Sugiyono 2012 :95) menyatakan bahwa yang paling sering digunakan
untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah teks yang
bersifat naratif. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan
untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya
berdasarkan apa yang telah di pahami tersebut.
3. Verrifikasi data
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan
kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan mungkin dapat menjawab
rumusan masalah yang di rumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga
tidak, karena masalah dan rumusan masalah bersifat sementara dan akan
berkembang setelah peneliti berada di lapangan. Apabila kesimpulan yang
di kemukakan pada tahap awal , didukung oleh bukti-bukti yang valid dan
konsisten saat penelitian kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka
kesimpulan yang di kemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Penelitian
1. Letak Geografis
Provinsi Papua memiliki 29 kabupaten salah satunya adalah
Kabupaten Kepulauan Yapen dengan karakteristik Kabupaten
Kepulauan berada di pertengahan Teluk Cendrawasih dengan
Ibukotanya Serui. Kabupaten ini dahulu bernama Kabupaten Yapen
Waropen berdasarkan Undang-undang Nomor 12 tahun 1969 tentang
pembentukan Provinsi Otonom Irian Barat dan Kabupaten-kabupaten
otonom di Provinsi Irian Barat. Dalam perkembangannya terdapat
aspirasi masyarakat Kabupaten Yapen Waropen yang menginginkan
adanya perubahan nama dari Kabupaten Yapen Waropen menjadi
Kabupaten Kepulauan Yapen karena adanya pemekaran. Keinginan
perubahan nama menjadi Kabupaten Kepulauan Yapen
dilatarbelakangi terbentuknya Kabupaten Otonom Waropen sebagai
pemekaran dari Kabupaten Yapen Waropen berdasarkan Undang-
Undang Nomor 26 Tahun 2002, sehingga tidak terjadi duplikasi nama.
Perubahan nama Kabupaten Yapen Waropen menjadi Kabupaten
Kepulauan Yapen, karena secara geografis merupakan wilayah yang
terdiri dari gugusan pulau. Akhirnya berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 40 Tahun 2008, nama Kabupaten Yapen Waropen diubah
47
namanya menjadi Kabupaten Kepulauan Yapen memiliki karateristik sebagai Kabupaten Kepulauan, terletak pada pertengahan Teluk
Cederawasih.
Letak geografis Kabupaten Kepulauan Yapen berada pada
Bujur Timur 134o56‟21,708” dan 137o4,2‟20,592”, Lintang Selatan -
2o2,4‟8,424” dan -1o23,4‟19,548”. Dengan wilayah administratif adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan : Kabuten Biak Numfor di Selat
Sorenarwai;
Sebelah Selatan berbatasan : Kabupaten Waropen di Selat Saireri;
Sebelah Barat berbatasan : Kabupaten Manokwari di Selat Gelvink
Bay;
Sebelah Timur berbatasan : Kabupaten Sarmi dan Jayapura di
Sungai Mamberamo.
Kabupaten Kepulauan Yapen mempunyai luas wilayah sebesar
±7.146,16 Km2, luasan wilayah ini mencakup luas wilayah daratan dan perairan. Luas wilayah daratan adalah 2.432,485 km2 (34,04%) sedangkan luas wilayah perairan 4.713,672 km2 (65,96%). Jika diprosentasekan, luas wilayah kabupaten ini adalah 2,25% dari luas wilayah Provinsi Papua yakni 317,062 km2.
Secara adminstrasi Kabupaten Kepulauan Yapen awalnya terdiri atas 7 wilayah distrik (setingkat kecamatan) yang berjauhan dan mengingat rentang kendali pemerintahan yang selama ini menjadi
48
kendala bagi pelayanan kepada masyarakat yang berada di kampung-
kampung, maka saat ini telah dimekarkan menjadi 12 distrik, 5
kelurahan dan 106 kampung.
Sebagian besar Wilayah Kabupaten Kepulauan Yapen berbukit
dan bergunung-gunung dan sebagian kecil wilayah dengan kondisi
datar dan landai terutama pada bagian Timur dan bagian Barat pulau
Yapen. Tingkat kemiringan lahan sangat bervariasi mulai dari yang
datar, bergelombang hingga pada berbukit. Tingkat kemiringan lahan
antara 0 – 40% yang disebut sebagai daerah pantai, sedangkan
kemiringan lahan antara 40 – 60% adalah kemiringan lahan yang
disebut sebagai daerah bergelombang hingga berbukit, lahan ini lebih
dominan sekitar pulau Yapen. Ketinggian wilayah pantai berada pada
kisaran 0 – 10 m diatas permukaan laut, sedangkan bagian tengah
berada pada ketinggian 200 – 1.500 m diatas permukaan laut.
Berdasarkan pembagian wilayah administrasi, dari jumlah 111
kampung yang di wilayah kabupaten ini, lebih dari 85% (95 kampung)
berada dalam jarak 1 km dari garis pantai, sekitar 13% (14 kampung)
berada dari garis pantai antara kisaran 1-5 km dan sisanya berjarak
lebih dari 10 km dari garis pantai, yaitu 2 kampung di Distrik Kosiwo
yakni Kampung Mambo dan Kampung Ambaidiru.
2. Sumber Pendapatan Daerah
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 : Pendapatan
daerah adalah semua hak daerah yang diakui sebagai penambah nilai
49
kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan.
(UU Sumber pendapatan daerah terdiri atas :
a. Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disebut PAD, yaitu :
1) Hasil pajak daerah
2) Hasil retribusi daerah
3) Hasil pengelolaan kekayaan; dan Yang dimaksud dengan
hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
antara lain bagian laba dari BUMD, hasil kerjasama dengan
pihak ketiga.
4) Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah antara lain
penerimaan daerah diluar pajak dan retribusi daerah seperti
jasa giro, hasil penjualan aset daerah.
b. Dana Perimbangan
Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari
APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai
kebutuhan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi.
c. Lain-lain pendapatan daerah yang sah
Yang dimaksud dengan lain-lain pendapatan daerah yang
sah antara lain hibah atau dana darurat dari pemerintah
3. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Kepulauan Yapen
No. 5 Tahun 2015 Tentang Perangkat Daerah, bahwa Dinas Pariwisata
dan Kebudayaan Kabupaten Kepulauan Yapen adalah unsur pelaksana
50
pemerintah daerah bidang kepariwisataan dan sebagian kewenangan bidang pendidikan dan kebudayaan, yang dipimpin oleh Kepala Dinas berada di bawah dan bertanggung Jawab kepada Bupati melalui
Sekretaris Daerah
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten (Diparbud)
Kepulauan Yapen mempunyai tugas pokok yaitu melaksanakan daerah bidang kepariwisataan dan sebagian kewenangan bidang pendidikan dan kebudayaan khususnya meliputi aspek yang terkait dengan sektor kebudayaan.
Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, maka Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten (Diparbud) Kabupaten
Kepulauan Yapen mempunyai fungsi:
Perumusan kebijakan teknis pelaksanaan dan
pengendalian kegiatan pengelolaan kepariwisataan dan
kebudayaan
Pelaksanaan fasilitasi pengelolaan kepariwisataan dan
kebudayaan
Pelaksanaan perizinan dan pelayanan umum bidang
kepariwisataan dan kebudayaan
Pembinaan terhadap Cabang Dinas dan Unit Pelaksana Teknis
Dinas (UPTD)
Pelaksanaan tugas yang ditetapkan oleh Bupati
51
4. Potensi Kepariwisataan Kabupaten Kepulauan Yapen
Potensi-potensi pariwisata di Kabupaten Kepulauan yapen
merupakan obyek wisata yang mempunyai prospek cukup baik
sebagai daerah tujuan wisata di Papua karena mempunyai potensi
alam yang sangat mendukung. Berdasarkan wawancara dengan Kepala
Bidang Pariwisata Dinas Pariwisata Kepulauan Yapen Jenis obyek dan
daya tarik wisata di Kabupaten Kepulauan Yapen dikelompokan ke
dalam 3 (tiga) jenis, yaitu :
1) Obyek dan daya tarik wisata budaya, terdiri dari: Festival Saireri,
Festival Raiwoming, Festival Asmedo;
2) Obyek dan daya tarik wisata alam, terdiri dari : Pantai
Sarwandori, Pantai Mariadei, Air Terjun Mantembu, Pulau
Ambai, Pulau Miosindi, Pantai Mioka, Pantai Inggrisau,
Kampung Papuma, Teluk Pamoi, Pulau Aiwai;
3) Obyek dan daya tarik wisata tempat – tempat menarik, terdiri
dari : Tugu Perjuangan, Monumen Sam Ratulangi, Tugu Salib.
5. Perkembangan Obyek Wisata Pantai Sarwandori
Salah satu obyek wisata yang menjadi andalan Kabupaten
Kepulauan Yapen adalah obyek wisata pantai Sarwandori. Obyek
wisata ini telah mulai dikelola secara tradisional sejak tahun 1990- an.
Berkaitan Hal di atas maka peneliti melakukan wawancara dengan
Bapak MA selaku Pengelola Pantai Sarwandori yang menyatakan
bahwa Perkembangan pengelolaan pantai Sarwandori yaitu:
52
1) Tahun 1990, pantai Sarwandori sudah ada, akan tetapi masih
dikelola oleh Distrik setempat, yaitu Distrik Kosiwo.
2) Tahun 1995, pengelolaan pantai Sarwandori diberikan
kewenangannya ke Dinas Pariwisata dan kebudayaan
(Diparbud).
3) Sejak saat itu pantai Sarwandori sudah dijadikan tempat
tamasya.
4) Tahun 2012, pantai Sarwandori ditetapkan sebagai salah satu
kawasan andalan di Kepulauan Yapen.
6. Letak dan Kondisi Fisik Pantai Sarwandori
Obyek wisata Pantai Sarwandori merupakan primadona obyek
wisata pantai di Kepulauan Yapen, terletak di Kampung Sarwandori
Distrik Kosiwo, Kabupaten Kepulauan Yapen, Papua. Sekitar 10
kilometer dari Kota Serui. Estimasi perjalanan sekitar 15-20 menit
menggunakan mobil maupun motor. Berdasarkan dari data Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan (Diparbud) Kabupaten Kepulauan Yapen
tahun 2020 luas kawasan wisata ini meliputi kurang lebih 136 Ha.
Jalan yang menuju ke lokasi obyek wisata pantai Sarwandori dalam
kondisi sudah baik dan sudah beraspal.
Wisatawan yang akan masuk ke lokasi obyek wisata pantai
Sarwandori harus membayar karcis harga tanda masuk pengunjung
sebesar Rp. 10.000,00 dengan perincian Rp. 8.000,00 untuk retribusi,
53
Rp. 1.000,00 untuk sampah dan Rp. 1.000,00 untuk asuransi.
Sedangkan untuk setiap kendaraan yang memasuki lingkungan obyek wisata dikenakan retribusi sebagai berikut:
1) Sepeda Motor sebesar Rp 5.000,00
2) Mobil Rp 10.000,00
3) Bus Rp 20.0000,00
Fasilitas yang tersedia di obyek wisata pantai Sarwandori adalah
Penjualan karcis, lahan parkir, pasar wisata, hotel dan rumah makan, kios cinderamata dan kios makanan dan minuman, MCK/ kamar mandi, pelayanan telekomunikasi dan money changer, pasar ikan, TIC
(Tourist Information Centre), kantor pos, rumah sakit, sewa/rental perahu pesiar, sepeda, ban, papan selancar, jetski, para sailing. Diving, masjid dan mushola, tim penyelamat wisata pantai, tim SAR, pramu wisata, pasar tradisional.
Obyek wisata pantai Sarwandori dan lingkungan sekitarnya mempunyai kondisi alam yang masih alami dan asri. Flora yang dimiliki cukup beragam yang terdapat pada kawasan hutan yang masih asri, daerah konservasi terumbu karang serta taman laut. Sedangkan berbagai jenis fauna yang ada adalah lutung, ular, biawak yang bisa didapatkan di daerah konservasi ujung Sarwandori yang terletak diantara pantai barat dan pantai timur.
Berdasarkan data Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Diparbud)
Kabupaten Kepulauan Yapen dari tahun 2015 sampai tahun 2020,
54
jumlah wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata pantai
Sarwandori tercatat sebanyak 8.846.698 orang, yang terdiri dari
wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara. Untuk mendapatkan
gambaran yang lebih jelas mengenai jumlah pengunjung obyek wisata
pantai Sarwandori dapat di lihat pada Tabel 4.1 berikut ini.
Tabel 4.1. Pengunjung obyek wisata Pantai Sarwandori tahun 2015 sampai 2020
Tahun Pengunjung Perkembangan Perubahan (%) 2015 819.986 (487.853) (37,30) 2016 1.559.733 739.747 90,21 2017 1.514.414 (45.319) (2,90) 2018 1.671.712 157.298 10,38 2019 1.973.014 301.302 18,02 Jumlah 8.846.698 665.175 78,41 Rata-rata 1.474.449 110.862 15,68 Sumber : Diparbud Kabupaten Kepulauan Yapen
Dengan melihat tabel 4.1 tersebut diatas, dapat diketahui
perkembangan pengunjung di obyek wisata pantai Sarwandori secara
umum meningkat rata-rata 15.68% setiap tahunnya atau rata-rata
pengunjung sebanyak 1.474.449 orang pertahunnya. Peningkatan yang
cukup menonjol terjadi pada tahun 2016 yaitu sebesar 90,21% hal ini
disebabkan karena kondisi politik yang sudah kondusif. Sedangkan
penurunan yang cukup menonjol terjadi pada tahun 2015 yaitu sebesar
37,30% hal ini disebabkan karena kondisi politik nasional, dimana
pada waktu itu menjelang Pemilihan Umum, sehingga banyak
masyarakat yang turun kejalan untuk berkampanye.
55
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Diparbud) sebagai pengelola
obyek wisata yang berusaha melayani masyarakat melalui sarana
rekreasi telah memperoleh pendapatan atas penyelenggaraan jasa
pariwisata yang telah diberikan. Dengan demikian, yang dimaksud
pendapatan obyek wisata pantai Sarwandori adalah jumlah pendapatan
yang diperoleh dari hasil penjualan karcis kepada para wisatawan
yaitu berupa retribusi wisatawan dan parkir kendaraan wisatawan.
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai pendapatan
retribusi parkir di Obyek wisata pantai Sarwandori dapat dilihat pada
tabel 4.2 berikut ini :
Tabel 4.2. Pendapatan retribusi parkir pantai Sarwandori Tahun 2015 sampai 2019
Tahun Pendapatan parkir (Rp) Perkembangan (Rp) Perubahan (%) 2015 327.994.400 (195.141.200) (37,30) 2016 623.893.200 295.898.800 90,21 2017 605.765.600 (18.127.600) (2,90) 2018 668.684.800 62.919.200 10,38 2019 789.205.600 120.520.800 18,02 Jumlah 3.538.679.200 266.070.000 78,41 Rata-rata 589.779.867 44.345.000 15,68 Sumber Diparbud Kabupaten Kepulauan Yapen Dengan melihat tabel 4.2 tersebut diatas, dapat diketahui
perkembangan retribusi parkir secara umum meningkat rata-rata
15,68% pertahunnya atau rata- rata sebesar Rp 589.779.867
pertahunnya. Pendapatan retribusi obyek wisata pantai Sarwandori
56
yang paling tinggi adalah pada tiap tahunnya dipengaruhi oleh adanya
hari libur bagi para pelajar dan Hari Raya Natal dan hari Raya lainya.
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai
pendapatan retribusi obyek wisata pantai Sarwandori dapat dilihat
pada tabel 4.3 berikut ini:
Tabel 4.3. Pendapatan obyek wisata pantai Sarwandori Tahun 2015 Sampai 2019
Tahun Pendapatan(Rp) Perkembangan(Rp) Perubahan (%) 2015 1.696.054.123 (1.073.076.315) (38,75) 2016 3.122.085.424 1.426.031.301 84,07 2017 2.333.115.090 (788.970.334) (25,27) 2018 2.631.528.782 298.413.692 12,79 2019 3.562.406.649 930.877.867 35,37
Jumlah 16.114.320.506 793.276.211 68,21 Rata-rata 2.685.720.083 132.212.701 13,64 Sumber : Diparbud Kabupaten Kepulauan Yapen
Dengan melihat tabel 4.3 tersebut diatas, dapat diketahui bahwa
perkembangan pendapatan dari obyek wisata pantai Sarwandori secara
umum meningkat rata-rata 13,64% pertahunnya atau rata-rata
pendapatan sebesar Rp. 2.685.720.083 pertahunnya. Peningkatan yang
cukup menonjol terjadi pada tahun 2016 yaitu sebesar 84,07% hal ini
disebabkan karena kondisi politik yang sudah kondusif. Sedangkan
penurunan terjadi pada tahun 2015 yaitu sebesar 38,75% hal ini
disebabkan karena kondisi politik nasional dimana pada waktu itu
menjelang Pemilihan Umum, sehingga banyak masyarakat yang turun
kejalan untuk berkampanye.
57
Kontribusi pantai Sarwandori terhadap Pendapatan Asli Daerah
pertahunnya rata-rata sebesar Rp 2.685.720.083 atau 25.21% Untuk
mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai prosentase
pendapatan pantai Sarwandori terhadap Pendapatan Asli Daerah dapat
dilihat pada tabel 4.4 berikut ini :
Tabel 4.4 Presentase kontribusi pantai Sarwandori terhadap Pendapatan Asli Daerah
Tahun PAD (Rp) Pendapatan (Rp) Prosentase (%) 2014 5.684.725.589 2.769.130.438 48,71 2015 8.973.521.056 1.696.054.123 18,90 2016 8.344.521.321 3.122.085.424 37,41 2017 12.781.513.019 2.333.115.090 18,25 2018 17.253.015.261 2.631.528.782 15,25 2019 27.856.974.088 3.562.406.649 12,78 Jumlah 80.894.270.334 16.114.320.506 151,30 Rata-rata 13.482.378.389 2.685.720.083 25,21 Sumber Diparbud Kabupaten Kepulauan Yapen
Kenaikan dan penurunan pendapatan disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu jumlah wisatawan serta besarnya tarif masuk wisatawan
dan parkir kendaraan di obyek wisata. Bila jumlah wisatawan
meningkat, maka pendapatan juga cenderung meningkat. Demikian
juga jika tarif masuk wisatawan dari parkir kendaraan di obyek wisata
naik maka pendapatan juga meningkat.
58
B. Hasil penelitian
1. Upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten
Kepulauan Yapen dalam mengembangkan obyek wisata pantai
Sarwandori
a. Pendidikan dan Pelatihan
Pendidikan dan pelatihan sebagai media yang ampuh untuk
menyiapkan masyarakat untuk melayani dan memenuhi kebutuhan
informasi bagi wisatawan, baik informasi mengenai kondisi fisikal
pantai sarwandori maupun kultural yang berkembang di masyarakat.
Pendidikan yang ditekankan adalah pendidikan yang dapat memelihara
kelestarian pantai sarwandori dan budaya, agar menjadi aset dan jasa
yang dapat menunjang Pendapatan asli Daerah. Sunaryo (2001: 75).
Banyak informasi yang terkandung di lokasi pariwisata pantai
sarwandori tidak dapat dijual karena keterbatasan pendidikan yang
dimiliki oleh masyarakat pariwisata. Bentuk pendidikan yang
dikembangkan baik berupa pendidikan formal maupun pendidikan non
formal. Untuk dapat menjelaskan kepada wisatawan secara lengkap
dan benar maka diperlukan pengetahuan dan ilmu yang cukup
mengenai berbagai kondisi alam dan historisnya, sehingga menjadi
bekal dan pengetahuan yang berguna bagi pengunjung. Hal ini senada
dengan yang dikatakan salah satu informan yaitu Bapak (SR) salah satu
pegawai Dinas Parawisata Kepulauan Yapen yang mengatakan bahwa:
“Semua masyarakat/pegawai objek wisata sarwandori, telah dibekali pendidikan berbicara atau presentasi dek, mereka sudah
59
dibekali bagaimana tata cara menyampaikan sejarah dan menjelaskan potensi-potensi yang ada disini dek, dari yang bahasa Indonesia sampai yang bahasa inggris, mereka sudah diajari dan disuruh menghafalkan, sudah banyak program yang kami lakukan untuk membekali semua anggota dek, dari pendidikan bahasa inggris dasar, bahasa Indonesia baku, dan penyambutan tamu yang baik, cara berpenampilan yang sopan dan enak dilihat” (wawancara, 28 November 2020)
Pendidikan di sini merupakan pendidikan dalam berbahasa
Indonesia dengan baik yang benar, dan penggunaan bahasa inggris yang
meskipun warga masyarakat desa rata-rata berusia lanjut dan produktif tapi
mereka tetap sedikit demi sedikit bisa menggunakan bahasa inggris,
walaupun dalam pengucapanya cukup berantakan. Selain itu tingkat
pendidikan masyarakat juga mengalami perkembangan, hal ini disebabkan
karena akibat adanya aktivitas pariwisata di pantai sarwandori, ada
sebagian masyarakat yang mempunyai tambahan penghasilan sehingga
mereka mempunyai kemampuan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang
yang lebih tingggi. b. Promosi dan Pendanaan
Promosi dan Pendanaan Pantai Sarwandori sudah dilakukan oleh
pengelola dan pemerintah setempat. Baik secara digital maupun secara
manual. Banyaknya wisatawan yang datang ke Pantai Sarwandori karena
info dari promosi tersebut baik secara langsung maupun online, ataupun
pengetahuan dari pengunjung tersebut. Promosi Pengelola mengharapkan
promosi dilakukan secara terus menerus. Hal tersebut didukung oleh salah
60
satu Informan yaitu bapak (DT) yang merupakan Pegawai Di Dinas
Pariwisata Kepulauan yapen yang mengatakan sebgai berikut :
“untuk publikasi kami mempublikasikan, karena ini sudah lumayan bagus. Kami selaku pengelola akan mempublikasikan secara terus menerus apalagi kalua jalanya sudah lebar. karena selama ini hanya jalan masuk yang sering menghambat promosi kami. (Wawancara, 28 November 2020)
Tata ruang Pantai Sarwandori sudah lumayan bagus, dari tempat parkir, toko, warung makan, sudah tertata selayaknya pantai–pantai yang lain. Hal ini membuat pengelola berani dan merasa layak untuk dipublikasikan. Disisi lain pemerintah melalui dinas pariwisata dan kebudayaan mempunyai rencana sendiri dalam pengembangannya untuk meningkatkan pendapatan asli daerah melalui pajak dan retribusi dari wisatawan pantai sarwandori, hal ini tercantum dalam DED tahun 2019 ini. Berbagai macam promosi untuk menarik wisatawan berkunjung
1) Mengadakan acara tahunan
Acara tahunan wajib diadakan untuk menarik para wisatawan
setiap tahunnya. Acara tahunan ini berfungsi sebagai sarana menjaga
memori dan berkelanjutan kunjungan pengunjung, sehingga setiap
tahunnya Pantai Sarwandori mendapatkan pengunjung tetap atau
bahkan lebih banyak. Acara tahunan tersebut dapat berupa festival
layang – layang atau lomba voli pantai. Festival layangan dipilih karena
pantai cenderung lebar dan luas. Sedangkan lomba bola voli dipilih
61
karena pengadaan sarana dan prasarannya cenderung lebih mudah
dan praktis selain itu, segala golongan dapat mengikutinya.
2) Mengadakan Lomba Jingle Pantai Sarwandori
Musik merupakan sarana promosi yang paling bagus, karena
hampir semua manusia menyukai musik. Beberapa brand besar
menggunakan teknik jingle ini untuk lebih mempromosikan brand
mereka. Jingle Pantai Sarwandori nantinya bisa disebar di
berbagai media sebagai bentuk kerjasama mempromosikan Pantai
Sarwandori. Lomba jingle tersebut dapat menarik masa anak – anak
muda yang lebih aktif dalam bermusik. Keuntungan lain dari banyaknya
anak muda yang mengikuti kompetisi ini adalah tersebarnya informasi
dari mulut ke mulut, seperti yang kita ketahui bahwa penyebaran
informasi “ala anak muda” lebih memiliki skala luas.
3) Mengadakan Lomba Desain Icon Pantai Sarwandori
Dengan diadakan lomba desain ini, diharapkan mampu
memperkenalkan Pantai Sarwandori secara lebih luas. Lomba desain
biasanya banyak diminati oleh kalangan muda. Lomba yang menarik
target anak – anak muda seperti ini sangat efektif untuk penyebaran.
Selain anak muda, orang tua pun banyak yang akan mengikuti
karena lomba desain icon tidak memandang muda maupun tua.
4) Website dan Jejaring Sosial
Website dan jejaring sosial akan sangat membantu dalam
mempromosikan Pantai Sarwandori. Perlu diingat dalam pengendalian
62
jejaring social ini harus bersifat dinamis dan supel, sehingga dapat
menjangkau semua kalangan. Untuk pengelola sekarang, website dan
jejaring social dianggap tabu, karena kurangnya pengetahuan tentang
hal tersebut. Jadi dalam penggunakan website dan jejaring sosial
harus ada pelatihan terlebih dahulu, agar hasil yang didapat seperti
yang diharapkan.
5) Promo penginapan
Adanya promo penginapan akan sangat membantu dalam
mempromosikan Pantai Sarwandori. Pihak pengelola dan pengembang
penginapan pasti akan mempromosikan penginapan mereka ke
masyarakat luas untuk menarik pengunjung. Promosi yang dilakukan
pihak penginapan secara otomatis akan memasukan features Pantai
Sarwandori sebagai kunci daya tarik penginapan. Dengan demikian,
info mengenai Pantai Sarwandori secara tidak langsung akan tersebar.
6) Bekerjasama dengan Perusahaan Penyedia Jasa Pariwisata dan
Transportasi
Bekerjasama dengan pihak penyedia jasa pariwisata dan
transportasi akan sangat menguntungkan. Pantai Sarwandori dapat
dijadikan salah satu pilihan berwisata bagi para wisatawan
melalui jasa penyedianya. Adanya Pantai Sarwandori sebagai pilihan
lokasi berwisata di setiap perusahaan rekanan akan membantu
mendatangkan pengunjung dan menyebarkan info mengenai Pantai
Sarwandori.
63
c. Program Perencanaan Pengembangan
Perencanaan adalah proses kumpulan kebijakan dan bagaimana
mengimplementasikannya. Pendapat yang sama dikemukakannya juga
oleh Claire A. Gunn dalam Marceilla Hidayat (2011) yang menegaskan
bahwa ada beberapa hal penting di dalam fungsi kebijakan regional dan
lokal sebagai alat yang sangat penting di dalam fungsi kebijakan
regional dan lokal sebagai alat yang sangat penting di dalam kegiatan
kepariwisatawan, yang antara lain: pertama, perencana harus mampu
meningkatkan pertumbuhan yang berkualitas, membutuhkan
perubahan-perubahan yang membangun, disamping pengembangan
lokasi yang potensial untuk mengembangkan kualitas atraksi yang dapat
dijual.
Agar sasaran tersebut dapat tercapai maka program yang diambil adalah
Melengkapi sarana dan prasarana di setiap obyek wisata terutama
pelebaran jalan. Sosialisasi yang intensif terhadap para pelaku jasa
usaha pariwisata untuk lebih mematuhi segala kewajibannya dalam
melaksanakan usahanya. Sosialisasi Badan/Lembaga pemerintah
dan swasta lingkup pemerintah Kepulauan Yapen agar mengetahui
pentingnya mendukung keberhasilan sektor kepariwisataan. Upaya
dilakukan juga meningkatkan kerjasama dengan Biro perjalanan.
Sekolah, kampus, perusahaan, Dinas, Instansi, lembaga, Badan
pemerintah maupun swasta se Papua
64
Berdasarkan hal diatas maka Kepala Bidang Pariwisata Kepulauan
Yapen menyatakan dalam wawancaranya dengan peneliti bahwa:
“Dalam pengembangan obyek wisata pantai Sarwandori sendiri, pihak Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Diparbud) Kabupaten Kepulauan Yapen mempunyai beberapa program kedepan, yaitu Meningkatkan sumber daya manusia pengelola kepariwisataan dengan melaksanakan pembinaan, penataran dan pelatihan bagi pengelola pariwisata, Meningkatkan sarana dan prasarana pengelolaan obyek wisata, Pembangunan untuk pengembangan sarana dan penataan lingkungan di obyek wisata, meliputi mengoperasikan kembali gedung kesenian, pembangunan pos pengamanan pantai, pembangunan taman di Sarwandori jalan/pinggir pantai serta penanaman pohon kelapa di Sarwandori pantai” (Wawancara,16 November 2020)
Sedangkan program Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Diparbud)
untuk mengembangkan obyek wisata pantai Sarwandori yang sudah
terlaksana diantaranya yaitu pembangunan berbagai fasilitas wisata seperti
pintu gerbang masuk obyek wisata, tempat penjualan karcis, tempat parkir,
hotel, rumah makan dan cafe, panggung terbuka, gedung kesenian, pondok
wisata, MCK/ kamar mandi, mesjid dan mushola, kios cinderamata, pasar
ikan, kantor pos, rumah sakit, dan pasar tradisional. Pementasan seni di
kawasan obyek wisata pantai Sarwandori untuk menarik minat wisatawan.
2. Faktor yang mempengaruhi pengembangan potensi obyek wisata
pantai Sarwandori
Objek wisata adalah perwujudan daripada ciptaan manusia, tata
hidup, seni budaya serta sejarah bangsa dan tempat atau keadaan alam
yang mempunyai daya tarik untuk dikunjungi wisatawan. Sedangkan
65
obyek wisata alam adalah obyek wisata yang ada daya tariknya
bersumber pada keindahan sumber daya alam dan tata lingkungannya.
(Menurut Chafid Fandeli (2000:58). Dalam pengelolaannya agar dapat
mempertahankan daya tarik pengunjung tentu diperlukan adanya
pengembangan-pengembangan, begitupun pada obyek wisata Pantai
Sarwandori yang berada di Kabupaten Kepulauan Yapen Provinsi Papua.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari pengamatan
langsung, wawancara, dan dokumen di obyek wisata pantai Sarwandori,
maka peneliti mengidentifikasikan hasil penilaian terhadap potensi obyek
wisata. a. Daya Tarik
Daya tarik wisata memerlukan perhatian dari pihak pengelola baik
dalam menggali potensi maupun untuk melestarikan sehingga tercipta
pariwisata yang berkelanjutan dan berkesinambungan. Usaha daya
tarik merupakan fokus utama dari industri pariwisata (Ismayanti
dalam Munadhiroh, 2013). Begitupun pada obyek wisata pantai
Sarwandori, berikut informasi yang didapat peneliti berdasarkan
hasil wawancara dengan informan dalam hal ini Kepala Bidang
Pariwisata Kabupaten kepulauan Yapen:
“Tentunya kami selaku penanggung jawab atas pariwisata memperhaatikan aspek daya tarik, apalagi pantai Sarwandori ini sudah memiliki daya tarik sendiri seperti misalnya pantainya yang landau dan memiliki pasir yang putih, dengan jarak pasang-surut dan surut relatif lama maka wisatawan memungkinkan untuk berenang, berperahu, dan juga selain daripada itu wisatawan juga dapat melihat matahari terbit (Sunrise) dan terbenam (Sunset).” (Wawancara, 23 November 2020)
66
Berdasarkan wawancara diatas dapat dijelaskan bahwa daya tarik
utama yang ada di obyek pantai Sarwandori adalah Pantainya yang
landai dan pasir Putih, dengan jarak pasang-surut dan surut relatif
lama, memungkinkan untuk dilakukan kegiatan berenang, berperahu,
disamping itu kita Dapat melihat matahari terbit (sunrise) dan
terbenam (sunset). Berdasarkan temuan peneliti diatas dan dikuatkan
dengan hasil wawancara dari salah satu Informan Bapak (BK) yang
merupakan Pengelola Pantai Sarwandori menyatakan bahwa
“Pada hari-hari tertentu di kawasan obyek wisata pantai Sarwandori dapat dijumpai berbagai macam atraksi wisata seperti : pergelaran kesenian tradisional, hajat laut, festival layang-layang, pemilihan putra-putri pariwisata, helatan dan pentas seni tradisional pada sekitar bulan Maret, Juni, dan Juli”. (Wawancara, 23 November 2020)
Senada dengan Ismayanti dalam Munadhiroh (2013) bahwa daya tarik dari objek wisata memerlukan potensi yang menarik agar para wisatawan berkunjung di kawasan wisata pantai yang memiliki usaha daya tarik yang ideal. Jika dikaitkan dengan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa di Pantai Sarwandori sudah memiliki daya tarik yang kemudian menjadi perhatian untuk dapat dikembangkan oleh stakeholder yang ada di wilayah tersebut. b. Pengelolaan, perawatan dan pelayanannya
Dalam mengembangkan potensi obyek wisata tentu diperlukan suatu
pengelolaan yang baik, selain daripada itu perawatan dan sistem
pelayanannya juga harus diperhatikan dengan baik. Pada obyek
wisata Pantai Sarwandori dalam pengelolaan, perawatan dan
pelayanannya obyek wisata ini dikelola oleh Dinas Pariwisata dan
67
Kebudayaan (Diparbud) yang secara operasional dikelola oleh Unit
Pelaksana Teknis Dinas (UPTD). Hal itu berdasarkan apa yang
diungkapkan oleh Bapak (SY) selaku pegawai di Dinas Pariwisata
Kepulauan yapen yang menyatakan bahwa
“Pelayanan yang baik dan keramah tamahan dari pihak pengelola merupakan salah satu faktor yang penting dalam pariwisata, karena dengan adanya pelayanan yang baik tersebut maka wisatawan yang berkunjung akan merasa nyaman. Pelayanan di lokasi kepada wisatawan cukup baik karena ada petugas yang ditunjuk untuk memandu wisatawan yang memerlukan penjelasan atau bantuan”. ”. (Wawancara, 23 November 2020) Berdasarkan hasil penelitian melalui wawancara dengan informan, juga berdasarkan dari apa yang peneliti lihat dilapangan saat berkunjung di Pantai Sarwandori dapat disimpulkan bahwa pihak pengelola menyadari bahwasannya pelayanan yang baik harus diutamakan guna menciptakan kenyamanan wisatawan. Pelayanan di Pantai Sarwandori sendiri sudah cukup baik apalagi petugas yang dapat memandu wisatawan jika memerlukan penjelasan atau bantuan` c. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana pariwisata adalah segala sesuatu yang
memungkinkan proses kegiatan pariwisata dapat berjalan dengan
baik pula serta sumber daya alam dan sumber daya buatan manusia
mutlak dibutuhkan wisatawan dalam melakukan perjalanan
wisatanya. Menurut Wahab dalam buku Yoeti, 1982:172
mengatakan: prasarana kepariwisataan adalah semua fasilitas yang
memungkinkan agar sarana kepariwisataan dapat hidup dan
68
berkembang sehingga dapat memberikan pelayanan untuk
memuaskan kebutuhan wisatawan beraneka ragam. Dalam
pengembangan potensi obyek wisata pada obyek wisata Pantai
Sarwandori yang terletak di Kabupaten kepulauan Yapen juga
memperhatikan aspek sarana dan prasarana. Lebih lanjut mengenai
hal tersebut berikut hasil wawancara peneliti dengan informan dalam
hal ini Bapak (SL) selaku pengelola di Pantai Sarwandori, berikut
pernyataannya:
“Sarana dan prasarana yang ada di obyek wisata berupa tempat Jaringan Jalan dan Listrik, penjualan karcis, lahan parkir, pasar wisata, hotel dan rumah makan, kios cinderamata, kios makanan dan minuman, MCK/ kamar mandi, bumi perkemahan, gedung kesenian, pelayanan telekomunikasi dan, pasar ikan, TIC (tourist information centre), sewa/ rental perahu pesiar, sepeda, ban, papan selancar, jetski, para sailing, diving, tim pengnyelamat wisata pantai, tim SAR, pramuwisata, dan pasar tradisional. Fasilitas yang tersedia di obyek wisata belum optimal karena memerlukan biaya yang cukup mahal untuk memperbaiki maupun untuk penyediaannya. Air bersih yang ada di obyek wisata pantai Sarwandori berasal dari sumur. Penggunaan air bersih terutama untuk keperluan MCK wisatawan. Di samping itu, tersedianya air bersih di kawasan obyek wisata juga untuk mencukupi kebutuhan air bersih bagi yang bertempat tinggal di sekitar atau di dekat obyek wisata”. (Wawancara, 25 November 2020)
2. Dari apa yang disampaikan informan dan berdasarkan pengamatan
dilapangan dijelaskan bahwa sarana dan prasarana yang ada pada obyek
wisata Pantai Sarwandori sudah bisa dikatan lengkap, hanya saja belum
secara optimal mampu memenuhi kebutuhan seperti misalnya penyediaan
air bersih untuk wisatawan.hal tersebut merupakan salah satu persoalan
disebabkan diperlukannya banyak biaya untuk penyediaannya.
69
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa obyek wisata Pantai
Sarwandori sudah memiliki sarana dan prasarana yang mendukung
walaupun belum sepenuhnya optimal dalam pemenuhannya.
C. Pembahasan Penelitian
1. Upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten
Kepulauan Yapen dalam mengembangkan obyek wisata pantai
Sarwandori
Berbagau Upaya yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Kepulauan
Yapen dalam mengembangkan Obyek Wisata Pantai Sarwandori yang di
dalamnya Banyak informasi yang terkandung di lokasi pariwisata pantai
sarwandori namun sayangnya tidak dapat dijual karena keterbatasan
pendidikan yang dimiliki oleh masyarakat pariwisata. Maka dari itu
Pemerintah Berinisiatif membentuk pendidikan yang dikembangkan baik
berupa pendidikan formal maupun pendidikan non formal. Untuk dapat
menjelaskan kepada wisatawan secara lengkap dan benar maka
diperlukan pengetahuan dan ilmu yang cukup mengenai berbagai kondisi
alam dan historisnya, sehingga menjadi bekal dan pengetahuan yang
berguna bagi pengunjung.
Pendidikan di sini merupakan pendidikan dalam berbahasa
Indonesia dengan baik yang benar, dan penggunaan bahasa inggris yang
meskipun warga masyarakat desa rata-rata berusia lanjut dan produktif
tapi mereka tetap sedikit demi sedikit bisa menggunakan bahasa inggris,
walaupun dalam pengucapanya cukup berantakan. Selain itu tingkat
70
pendidikan masyarakat juga mengalami perkembangan, hal ini disebabkan karena akibat adanya aktivitas pariwisata di pantai sarwandori, ada sebagian masyarakat yang mempunyai tambahan penghasilan sehingga mereka mempunyai kemampuan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tingggi.
Selain pendidikan yang membantu pemerintah Kabupaten
Kepulauan Yapen ada Juga Promosi dan pendanaan yang dimana
Promosi dan Pendanaan Pantai Sarwandori sudah dilakukan oleh pengelola dan pemerintah setempat. Baik secara digital maupun secara manual. Banyaknya wisatawan yang datang ke Pantai Sarwandori karena info dari promosi tersebut baik secara langsung maupun online, ataupun pengetahuan dari pengunjung tersebut. Promosi Pengelola mengharapkan promosi dilakukan secara terus menerus
Tata ruang Pantai Sarwandori sudah lumayan bagus, dari tempat parkir, toko, warung makan, sudah tertata selayaknya pantai–pantai yang lain. Hal ini membuat pengelola berani dan merasa layak untuk dipublikasikan. Disisi lain pemerintah melalui dinas pariwisata dan kebudayaan mempunyai rencana sendiri dalam pengembangannya untuk meningkatkan pendapatan asli daerah melalui pajak dan retribusi dari wisatawan pantai sarwandori.
Dari hal hal yang di lakukan Pemerintah Kabupaten Kepulauan
Yapen mulai dari melakukan pendampingan Berupa pendidikan ke masyarakat agar kiranya bisa lebih Produktif dan menjelaskan
71
sedemikian Rupa terkait keindahan dan sejarah Pantai Sarwandori
Kabupaten Kepulauan Yapen. Pemerintah juga memiliki Program
Perencanaan Pengembangan Obyek Wisata Pantai Sarwandori
Kabupaten Kepulauan Yapen untuk menjadikan Pantai Sarwandori
sebagai Obyek wisata yang Bernilai tinggi dan terkenal ke berbagai
Daerah, Agar sasaran tersebut dapat tercapai maka program yang diambil
adalah Melengkapi sarana dan prasarana di setiap obyek wisata terutama
pelebaran jalan. Sosialisasi yang intensif terhadap para pelaku jasa usaha
pariwisata untuk lebih mematuhi segala kewajibannya dalam
melaksanakan usahanya. Sosialisasi Badan/Lembaga pemerintah dan
swasta lingkup pemerintah Kepulauan Yapen agar mengetahui
pentingnya mendukung keberhasilan sektor kepariwisataan. Upaya
dilakukan juga meningkatkan kerjasama dengan Biro perjalanan.
Sekolah, kampus, perusahaan, Dinas, Instansi, lembaga, Badan
pemerintah maupun swasta se Papua
2. Faktor yang mempengaruhi pengembangan potensi obyek wisata
pantai Sarwandori
Faktor pendorong dalam pengembangan obyek wisata pantai
Sarwandori yang terdiri dari pantainya yang landai dengan jarak pasang-
surut dan surut relatif lama, memungkinkan untuk dilakukan kegiatan
berenang, berperahu, pesona matahari terbit dan tenggelam, pantai
dengan hamparan pasir putih, terdapat taman laut dan cagar alam dengan
72
flora seperi kawasan hutan yang masih asri,terumbu karang dan taman laut sedangkan fauna yang ada seperti lutung, biawak, ular, serta goa alam dan buatan serta kegiatan nelayan mencari ikan sebisa mungkin dimanfaatkan untuk menarik minat wisatawan. Hal ini harus didukung oleh sarana dan prasarana yang menuju pantai sarwandori, Jaringan Jalan
Listrik, tempat parkir, MCK/ Kamar mandi, hotel dan rumah makan, kios cinderamata, dan ketersediaan air bersih. Tanpa adanya sarana dan prasarana yang mendukung, wisatawan akan enggan untuk datang karena merasa kurang nyaman. Selain itu budaya masyarakat setempat seperti helaran dan seni tradisional dan upacara hajat laut harus tetap dilestarikan untuk menambah daya tarik wisatawan.
Apabila dikaji dari teori yang dikemukakan oleh Salah Wahab
(2003: 110) pengembangan obyek wisata pantai Sarwandori ada yang sudah sesuai dengan teori, ada juga yang belum sesuai. Yang sudah sesuai misalnya adalah iklim yang mendukung seperti suhu udara yang berkisar antara 20- 32 C, cahaya matahari yang cukup, dan udara yang masih bersih bebas dari polusi. Adanya fenomena alam yang mempesona yaitu pantai yang landai dengan air yang jernih serta antara jarak pasang dan surut relatif lama, terdapat pantai dengan hamparan pasir putih, dan taman laut dengan ikan-ikan dan kehidupan laut yang mempesona serta pesona matahari terbit dan tenggelam
Flora dan fauna juga terdapat di kawasan obyek wisata pantai
Sarwandori, yang terdapat pada kawasan hutan yang masih asri, daerah
73
konservasi terumbu karang serta taman laut. Sedangkan fauna yang dapat dijumpai di daerah konservasi ujung Sarwandori yang terletak diantara pantai barat dan pantai timur. Hal diatas yang berkaitan dengan sumber- sumber alam.
Hasil karya manusia yang ada di kawasan obyek wisata pantai
Sarwandori yang berciri budaya adalah perayaan hajat laut pada sekitar bulan Maret, Juni, dan Juli. Sedangkan bangunan-bangunan yang berciri sejarah, budaya dan agama seperti gedung kesenian sudah ada sedangkan museum, tugu peringatan, serta biara-biara keagamaan belum ada di kawasan obyek wisata pantai Sarwandori
Segi prasarana umum yang meliputi penyediaan air bersih, kelistrikan, jalur- jalur lalu lintas sudah tersedia. Yang belum di berdayakan adalah sistem pembuangan limbah yang baik. Hal ini berakibat banyaknya sampah yang masih berserakan di lokasi pantai yang terbawa oleh ombak pada saat pasang, sampah tersebut sebagian besar terbawa oleh aliran sungai. Sistem komunikasi yang tersedia.
Segi kebutuhan pokok pola hidup modern seperti rumah sakit, apotik, bank, pusat-pusat perbelanjaan, rumah-rumah penata rambut, toko-toko bahan makanan sudah tersedia walaupun agak jauh dari kawasan obyek wisata.
Segi prasarana wisata yang meliputi hotel. motel, pension, rumah susun, atau kamar keluarga yang disewakan sudah tersedia di kawasan obyek wisata. Selanjutnya tempat-tempat menemui wisatawan untuk
74
pengurusan perjalanan seperti agen-agen perjalanan, badan usaha perjalanan atau usaha sewa menyewa kendaraan sudah tersedia di Serui seperti Bis, Ojek Dan Mobil rental. Sedangkan untuk menyampaikan informasi dan propaganda seperti kantor-kantor wisata hanya ada di
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Diparbud) Kabupaten Kepulauan
Yapen.
Segi sarana pencapaian dan alat transportasi penunjang yang meliputi pelabuhan udara dan laut yang terdekat hanya di kota Serui.
Transportasi yang mencapai kawasan obyek wisata adalah melewati darat dengan kendaraan rode empat atau roda dua.
Segi pola hidup masyarakat yang sudah menjadi salah satu khasanah wisata yang sangat penting yaitu cara hidup misalnya bergaya hidup yang sederhana, sika yang santun, ramah gotong royong, makanan dan pandangan hidup, kebiasaannya, tradisinya, adat istiadatnya seperti sedekah laut di kawasan obyek wisata pantai Sarwandori cukup menarik karena masyarakat di sekitar memiliki kebiasaan, tradisi, sikap pandangan hidup dan adat istiadat yang unik yang belum tentu dapat dijumpai di wilayah lain.
Pihak pengelola selain harus memperhatikan faktor pendorong juga harus memperhatikan faktor penghambat pengembangan obyek wisata pantai Sarwandori seperti faktor internal yaitu sarana dan prasarana yang belum memadai, khususnya di obyek wisata. Kualitas dan kuantitas sumber daya manusia serta sebagian para pengusaha usaha jasa
75
pariwisata dan masyarakat masih rendah., sehingga belum mampu berpartisipasi aktif dalam memberdayakan obyek wisata pantai
Sarwandori. Mereka perlu diberi pembinaan mengenai kepariwisataan dan pelatihan. Selama ini pembinaan kepada para pengusaha usaha jasa pariwisata dan masyarakat disekitar obyek wisata kurang rutin sehingga hasilnya kurang maksimal. Selain itu masih terdapat lahan tidur yang potensial yang belum dimanfaatkan serta terjadinya kerusakan pesisir pantai akibat abrasi yang disebabkan oleh rusaknya hutan mangrove.
Selain faktor internal, pihak pengelola juga harus memperhatikan faktor eksternal yaitu: Adanya daya saing yang semakin ketat dengan daerah lain di luar Kabupaten Kepulauan Yapen. Hal ini menimbulkan daya saing yang semakin ketat, apabila sosialisasi yang dilakukan oleh pihak pengelola kurang maka akan mengakibatkan berkurangnya pengunjung ke obyek wisata. Selain itu adanya pengaruh luar yang mempengaruhi sehingga menyebabkan melemahnya budaya daerah, padahal dengan adanya budaya daerah tersebut akan mendukung untuk menarik minat wisatawan.
Selama ini upaya yang dilakukan oleh pihak Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan (Diparbud) selaku pengelola obyek wisata pantai
Sarwandori sudah cukup baik walaupun perlu ditingkatkan. Seperti misalnya peningkatan kualitas SDM pengelola obyek wisata agar lebih profesional dalam memberikan pelayanan kepada wisatawan. Selain itu promosi juga harus lebih ditingkatkan.
76
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, analisis data, dan pembahasan hasil penelitian
tentang Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Melalui Pengembangan Potensi
Obyek Wisata Pantai Sarwandori Kabupaten Kepulauan Yapen Provinsi
Papua maka dapat diambil simpulan sebagai berikut :
1. Upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan
Yapen dalam mengembangkan obyek wisata pantai Sarwandori berupa :
a. Pengembangan Obyek wisaya dalam hal pengembangan obyek wisata
pantai Sarwandori dari hasil pembahasan diatas peneliti menarik
kesimpulan bahwa dengan di kembangkanya Obyek wisata Pantai
sarwandori masyarakat setempat memiliki mata pencaharaian baru
untuk meningkatkan Roda Perekonomian di Kabupaten kepulauan
yapen dengan menjual makanan, maupun minuman serta, Oleh Oleh
Khas Kabupaten Kepulauan Yapen dan Usaha-usaha Lainya.
b. Sarana dan Prasarana sarana dan Prasarana di Obyek Wisata Pantai
Sarwandori baik dari jaringan Jalan, Jaringan Listrik, terminal Parkir,
dan Pengelolaan Sampah sudah cukup baik dikembangkan dari tahun
ke tahun dan terjalin kerjasama antara pemerintah dan masyarakat
setempat untuk sama – sama merawat dan melestarikan obyek Wisata
Pantai Sarwandori.
77
c. Pendidikan dan Pelatihan Banyak informasi yang terkandung di lokasi
pariwisata pantai sarwandori tidak dapat dijual karena keterbatasan
pendidikan yang dimiliki oleh masyarakat pariwisata. Bentuk
pendidikan yang dikembangkan baik berupa pendidikan formal
maupun pendidikan non formal. Untuk dapat menjelaskan kepada
wisatawan secara lengkap dan benar maka diperlukan pengetahuan
dan ilmu yang cukup mengenai berbagai kondisi alam dan historisnya,
sehingga menjadi bekal dan pengetahuan yang berguna bagi
pengunjung. d. Promosi dan Pendanaan Promosi dan Pendanaan Pantai Sarwandori
sudah dilakukan oleh pengelola dan pemerintah setempat. Baik
secara digital maupun secara manual. Banyaknya wisatawan
yang datang ke Pantai Sarwandori karena info dari promosi
tersebut baik secara langsung maupun online, ataupun pengetahuan
dari pengunjung tersebut. Promosi. Pengelola mengharapkan promosi
dilakukan secara terus menerus. e. Program Perencanaan Pengembangan obyek wisata pantai Sarwandori
sudah mengalami perkembangan baik dari segi fisik maupun dari segi
jumlah pengunjung yang pada akhirnya berpengaruh pada
peningkatan pendapatan retribusinya. Kondisi obyek wisata pantai
Sarwandori sebelum dikelola oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
(Diparbud) kurang terpelihara karena hanya dikelola oleh distrik
setempat yang baik dari segi dana maupun pengetahuan masih kurang.
78
2. Faktor yang menjadi penghambat pengembangan potensi obyek wisata
Pantai Sarwandori Kabupaten Kepualuan Yapen
Faktor Penghambat berdasarkan Penelitian diatas maka Peneliti
menarik kesimpulan bahwa Faktor yang menghambat Pengembangan
Obyek Wisata Pantai Sarwandori adalah kurangnya sumber daya manusia
yang baik yang dimiliki, kondisi infrastruktur yang belum memadai seta
minimnya anggaran yang ada. Kurangnya kesadaran akan pentingnya
sebuah inovasi dalam sebuah usaha peningkatan ekonomi menyebabkan
segala sesuatunya juga akan terhambat. Minimnya dana infrastruktur yang
diterima oleh pihak Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten
Kepulauan Yapen dalam rangka pengembangan pariwisata di daerah yang
berdampak kepada minimnya fasilitas sarana dan prasarana. Kurang
sadarnya lembaga-lembaga swasta akan pariwisata di pantai Sarwandori
sebagai salah satu destinasi pariwisata di Kabupaten Kepulauan
Yapen.
B. Saran
1. Pemerintah Kabupaten Kepulauan Yapen perlu terus meningkatkan
pelayanan publik di daerah wisata Obyek Sarwandori seperti kebersihan,
kenyamanan dan pelayanan sehingga dapat meningkatkan jumlah
wisatawan. Karena saat ini fasilitas publik Obyek Wisata Sarwandori
kurang begitu baik. Selain itu jika jumlah wisatawan dapat meningkat dari
tahun ke tahun maka diharapkan pendapatan pariwisata dapat meningkat
79
juga. Namun pemerintah juga harus dapat mengoptimalkan agar
pengeluaran yang di keluarkan tidak melebihi pendapatan yang masuk.
2. Untuk menunjang pengembangan obyek wisata, aksesibilitas menuju
ke obyek dan daya tarik wisata yang terdapat di Obyek WisataPantai
Sarwandori perlu ditingkatkan. Dan Pemanfaatan teknologi informasi
perlu ditingkatkan untuk mengenalkan dan mempromosikan potensi-
potensi wisata kepada masyarakat luas. Selain mengenalkan kepada
mayarakat luas, pemanfaatan teknologi informasi juga dapat menarik
investor-investor untuk berkontribusi aktif dalam usaha peningkatan
Obyek Wisata Pantai Sarwandori.
80
DAFTAR PUSTAKA
Devas, Nick. 1989. Keuangan Pemerintah Daerah Di Indonesia. Jakarta: UI Press.
Fandeli, Chafid. “Potensi Obyek Wisata Alam Indonesia” Dalam: Fandeli. Chafid (Ed) 2001. Dasar-dasar Manajemen Kepariwisataan Alam. Yogyakarta: Liberty
Huberman, Michael dan Miles, B. Matthew. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia Press
Joyosuharto, Sunardi, “Aspek Ketersediaan (Supply) dan Tuntutan Kebutuhan (Demand) Dalam Pariwisata” Dalam: Fandeli, Chafid (Ed) 2001. Dasar- dasar Manajemen Kepariwisataan Alam. Yogyakarta: Liberty
Moleong, Lexy. J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja RosdaKarya
Musanef, 1995. Manajemen Usaha Pariwisata di Indonesia. Jakarta: Gunung Agung
Rahman, Maman. 1999. Strategi dan Langkah-langkah Penelitian. Semarang: IKIP Semarang Press
Sitamorang, Victor, M. 1994. Hukum Administrasi Pemerintahan Di Daerah. Jakarta: Sinar Grafika
Sukahar, Anthon, „Ekosistem Pesisir Karakteristik dan Prospeknya Untuk Pembangunan Kepariwisataan Alam’’, dalam: Fandeli, Chafid (Ed) 2001. Dasar-dasar Manajemen Kepariwisataan Alam. Yogyakarta : Liberty
Sunaryo, Bambang,’Strategi Pemasaran Pariwisata,‟ dalam Fandeli, Chafid (Ed) 2001. Dasar-dasar Manajemen Kepariwisataan Alam. Yogyakarta: Liberty
Syamsi, Ibnu. 1994. Dasar-dasar Kebijaksanaan Keuangan Negara. Jakarta: Bina Aksara
Wagito, “Kebijaksanaan Pembangunan Pariwisata Nasional Indonesia,” dalam: Fandeli, Chafid (Ed) 2001. Dasar-dasar Manajemen Kepariwisataan Alam. Yogyakarta: Liberty
Wahab, Salah. 2003. Manajemen Kepariwisataan. Jakarta: Pradnya
81
Paramita
. UU No. 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintah Daerah
. UU No. 25 Tahun 2000 Tentang Program Pembangunan Nasional 2000-2004
. UU No. 34 Tahun 2000 Tentang Pajak dan Retribusi Daerah
. UU No 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
82
- L A M P I R A N -
83
Lampiran 1. Matriks Pengembangan Instrumen Penelitian
I. Judul Skripsi : PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH MELALUI PENGEMBANGAN POTENSI OBYEK WISATA PANTAI SARWANDORI KABUPATEN KEPULAUAN YAPEN PROVINSI PAPUA
II. Rumusan Masalah 1. Bagaimana upaya yang dilakukan Pemda Kabupaten Kepulauan Yapen dalam rangka mengembangkan potensi obyek wisata Pantai Sarwandori Kabupaten Kepulauan Yapen ? 2. Faktor-faktor apa yang mendorong dan menghambat dalam pengembangan potensi obyek wisata Pantai Sarwandori Kabupaten Kepualuan Yapen ?
III. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan pemerintah daerah Kabupaten Kepulauan Yapen dalam mengembangkan obyek wisata Pantai Sarwandori Kabupaten Kepulauan Yapen. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendorong dan menghambat dalam pengembangan potensi obyek wisata Pantai Sarwandori Kabupaten Kepulauan Yapen. IV. Fokus Penelitian 1. Upaya Pemerintah daerah Kabupaten Kepulauan Yapen dalam mengembangkan obyek wisata Pantai Sarwandori Kabupaten Kepulauan Yapen. 2. Faktor-Faktor yang mendorong dan menghambat dalam pengembangan potensi obyek wisata Pantai Sarwandori Kabupaten Kepulauan Yapen V. Informan penelitian
1. Kepala Dinas Pariwisata Kepulauan Yapen : 1 Orang 2. Pengelolah Obyek Wisata Pantai Sarwandori : 1 Orang 3. Pegawai Dinas Pariwisaya Kepulauan Yapen : 12 Orang
84
TABEL MATRIKS UNTUK PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENELITIAN
Teknik Rumusan Fokus Indikator Sumber No Prediktor Penelitian Pengumpulan masalah Penelitian Penelitian Informan Data 1 Bagaimana Upaya 1. Pengemban 1. Adanya Perencanaan 1. Kadis 1.observasi upaya yang Pemerintah gan obyek pengembangan obyek wisata Pariwisata dilakukan daerah wisata khususnya Pantai Sarwandori Pemuda dan 2.interviuw Pemda Kabupaten pantai oleh Pemerintah Kabupaten Olahraga Kabupaten Kepulauan Sarwandori Kepulauan Yapen Kabupaten 3.dokumen Kepulauan Yapen dalam Kepulauan Yapen dalam mengembangka 2. Sarana dan 1. Adanya fasilitas berupa sarana Yapen rangka n obyek wisata prasarana dan yang disediakan oleh mengembangk Pantai dinas Pariwisata Kabupaten 2. Kepala Bidang an potensi Sarwandori Kepulauan Yapen Pariwisata obyek wisata Kabupaten Pantai Kepulauan 3. Pendidikan 1. Adanya pengetahuan tentang 3. Pengelola Sarwandori Yapen. dan bagaimana mengelolah oyek Obyek Wisata Kabupaten pelatihan wisata dengan baik dan benar Pantai Kepulauan sehingga dapat meningkatkan Sarwandori Yapen ? PAD Kabupaten Kepulauan Yapen 2. Terjadinya sosialisasi/pelatihan bagi pengembang – pengembang obyek wisata terkhusus pantai sarwandori
4. Promosi 1. Adanya Promosi baik secara langsung maupun online yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Kepulauan Yapen
5. Pendanaan 1. Adanya Transparansi Pendanaan yang jelas dalam proses pengembangan Obyek Wisata Pantai Sarwandori 6. Program Kabupten Kepulauan yapen perancangan pengembang 1. Evaluasi Program-program an Dinas Pariwisata Kabupaten Kepulauan Yapen dalam proses pengembangan Obyek Wisata Pantai Sarwandori Kabupaten Kepulauan Yapen 2 Faktor-faktor Faktor-Faktor Faktor 1. Kadis 1.observasi apa yang yang pendorong Pariwisata mendorong mendorong dan - Daya tarik 1. Kawasan obyek wisata Pemuda dan 2.interviuw dan menghambat pantai Sarwandori dapat Olahraga menghambat dalam Kabupaten 3.dokumen dalam pengembangan dijumpai berbagai macam Kepulauan pengembangan potensi obyek atraksi wisata seperti, Yapen
85
potensi obyek wisata Pantai pergelaran kesenian wisata Pantai Sarwandori tradisional, hajat laut, dll. 2. Kepala Bidang Sarwandori Kabupaten Pariwisata Kabupaten Kepulauan 1. Kepualuan Yapen - Sarana Jalanan yang menuju ke 3. Pengelola Yapen ? perhubungan lokasi obyek wisata Obyek Wisata kondisinya cukup baik Pantai karena sudah beraspal Sarwandori walaupun belum terlalu
- Pengelolaan luas. 1. tersedia pnginapan di obyek wisata pantai Sarwandori sbagai tempat untuk peristirahatan para
wisatawan. - Akomodasi 1. tersedia berupa tempat Jaringan jalan, listrik, penjualan karcis, lahan
parkir, pasar wisata, - Sarana dan hotel, rumah makan, dsb. prasarana 2. sarana dan prasarana yang belum memadai,
khususnya di obyek wisata. Kualitas dan kuantitas sumber daya manusia serta sebagian para pengusaha usaha jasa pariwisata dan
masyarakat masih rendah, sehingga belum mampu berpartisipasi aktif dalam memberdayakan obyek wisata pantai Sarwandori. Faktor penghambat 2. Adanya daya saing yang semakin ketat dengan - Faktor daerah lain di luar internal Kabupaten Kepulauan - Faktor Yapen, selain itu adanya eksternal pengaruh luar yang mempengaruhi sehingga menyebabkan melemahnya budaya daerah.
86
Lampiran 2: Pedoman Wawancara (Interview Guide)
Judul Penelitian :
PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH MELALUI PENGEMBANGAN POTENSI OBYEK WISATA PANTAI SARWANDORI KABUPATEN KEPULAUAN YAPEN PROVINSI PAPUA
I. Upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Yapen dalam mengembangkan obyek wisata pantai Sarwandori
A. Pengembangan Proyek Wisata
1. Apa saja usaha yang dilakukan dalam mengembangan obyek wisata
pantai sarwandori?
2. Apakah ada usaha lain yang telah diterapkan mengingat perkembangan
zaman pada saat ini, dan bagaimana strategi pemasaran yang dilakukan
agar pantai sarwandori dapat mempertahankan keeksisannya?
B. Sarana dan Prasarana
1. Apakah sarana dan prasarana pantai sarwondori telah memadai?
C. Pendidikan dan Pelatihan
1. Apakah masyarakat/pegawai obyek wisata sarwondori telah dibekali
pendidikan atau telah diberikan pelatihan dalam hal berbicara indonsia
yang baik ?
D. Promosi
1. Bagaimana proses promosi yang dilakukan agar pantai sarwondori
dapa dilihat oleh masyarakat luas?
87
E. Pendanaan
1. Bagaimana proses pendanaan yang dilakukan pihak setempat agar
pantai sarwondori akan terus berkembang?
F. Program Perencanaan Pengembangan
1. Bagaimana proses pengembangan pantai sarwondori pada saat ini,
apakah telah menglami peningkatan?
II. Faktor-faktor yang Mendorong Pengembangan Obyek wisata Pantai Sarwandori
A. Daya Tarik
B. Sarana Perhubungan
C. Pengelolaan, perawatan dan pelayanannya
D. Akomodasi
E. Sarana dan Prasarana
1. Apakah ada faktor yang mendorong terjadinya pengmbangan obyek
wisata pantai sarwondori?
III. Faktor-faktor yang Menghambat Pengembangan Obyek Wisata Pantai Sarwandori
A. Faktor internal
B.Faktor eksternal
88
Lampiran 3. Panduan observasi.
Judul Penelitian : peningkatan pendapatan asli daerah melalui pengembangan potensi obyek wisata pantai sarwandori kabupaten kepulauan yapen provinsi papua
PANDUAN OBSERVASI
1. Observasi Umum Lokasi Penelitian a. Gambaran umum lokasi penelitian.
2. Upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Yapen dalam mengembangkan obyek wisata pantai Sarwandori
a. Pengembangan Proyek Wisata b. Sarana dan Prasarana c. Pendidikan dan Pelatihan d. Promosi dan Pendanaan e.Program Perencanaan Pengembangan
3. Faktor-faktor Yang Mendorong dan Menghambat Pengembangan Obyek Wisata Pantai Sarwandori 1. Faktor-faktor yang Mendorong Pengembangan Obyek wisata Pantai Sarwandori a. daya tarik b. sarana perhubungan c. pengelolaan, perawatan dan pelayanannya d. akomodasi e. sarana dan prasarana
2. Faktor-faktor yang Menghambat Pengembangan Obyek Wisata Pantai Sarwandori a. faktor internal b.faktor eksternal
89
Lampiran 4. Dokumentasi
Wawancara Dengan Kepala Bidang Pariwisata Kepulauan Yapen
Wawancara dengan Pegawai Dinas Pariwisata Kepulauan Yapen
90
Observasi Obyek Wisata Pantai Sarwandori Bersama Pengelola Sebelah Kiri dan Kepala Bidang Pariwisata Kepulauan Yapen Sebelah Kanan
Sarana dan Prasarana Obyek Wisata Pantai Sarwandori Kabupateb Kepulauan Yapen
91
Sarana Perhubungan (Jalan) menuju Pantai Sarwandori Kabupaten Kepulauan Yapen
Obyek Wisata Pantai Sarwandori Kabupaten Kepulauan Yapen
92