PENGEMBANGAN PAKET WISATA YANG BERBASIS MASYARAKAT DI KAWASAN SEKITAR CANDI MUARO JAMBI OLEH SGP TOUR AND TRAVEL
PROYEK AKHIR
Diajukan untuk memenuhi salah satu prasyarat
penulisan Proyek Akhir
Disusun Oleh :
CINDY VETRESIA SIMAMORA Nomor Induk: 201218243
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENGATURAN PERJALANAN SEKOLAH TINGGI PARIWISATA BANDUNG 2017
Bandung, ……………………….. 2017
Menyetujui,
Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung
Dr. Anang Sutono MM.Par., CHE. NIP. 19730706 199503 1 001
ABSTRAKSI
SGP Tour and Travel adalah salah satu travel di Jambi yang memperkenalkan bahwa wisata di kawasan sekitar Candi Muaro Jambi tidak hanya cukup untuk sekedar sightseeing, tapi juga bahwa di sekitar kawasan Candi Muaro Jambi ini banyak potensi yang dapat digali dan dibentuk menjadi paket wisata. Hanya saja, pihak travel ini belum membuat paket yang siap dijual kepada wisatawan dengan berbasiskan masyarakat lokal di dalamnya. Penelitian ini dilakukan untuk membuat variasi paket wisata untuk wisatawan di dalam yang terdapat komponen terdapat atraksi wisata, tempat makan, akomodasi, dan transportasi yang berbasiskan masyarakat lokal, sehingga menciptakan paket wisata yang dapat disediakan sesuai dengan budaya lokal khas Muaro Jambi. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan teknik pengumpulan data observasi dan wawancara. Narasumber dalam penelitian ini terdiri atas pihak SGP Tour and Travel, Kepala Desa Wisata Muaro Jambi, perwakilan masyarakat setempat, dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jambi.Hasil dari penelitian ini adalah atraksi wisata yang ada di kawasan sekitar Candi Muaro Jambi telah disediakan oleh masyarakat lokal dan bersifat unik dan eksotis. Untuk akomodasi di kawasan sekitar Candi Muaro Jambi baik staff dan fasilitasnya telah disediakan masyarakat lokal. Kemudian tempat makan di kawasan sekitar Candi Muaro Jambi fasilitasnya telah disediakan masyarakat lokal dan menyajikan makanan lokal. Begitu juga dengan transportasi yang berada di kawasan sekitar Candi Muaro Jambi, telah disediakan oleh masyarakat lokal di sana. Penelitian ini juga menghasilkan paket wisata, yaitu One Day Cross Culture in Candi Muaro Jambi, 2 Days 1 Night Livelihood with Locals, Half Day Education with Saramuja (Sekolah Alam Raya Muara Jambi), Unpretentious Muaro Jambi.
Kata kunci: paket wisata, atraksi wisata, akomodasi, tempat makan, transportasi, masyarakat.
i
ABSTRACT
SGP Tour and Travel is one of travel in Jambi which introduces tourism in Muaro Jambi temple area not only for sightseeing but also around Muaro Jambi temple area, there are many potentials that can be extracted and formed into tour packages. Unfortunately, this travel has not made a package ready for sale to tourists with local community based in it. This research is conducted to make variations of tour packages for tourists inside which there are components of tourist attractions, places to eat, accommodation, and transportation based on local communities, thus creating a tour package that can be provided in accordance with the typical local culture of Muaro Jambi. This research was conducted by using descriptive qualitative research method by using observation data and interview. Resource persons in this research consist of SGP Tour and Travel, Head of Tourism Village Muaro Jambi, representatives of local community, and Department of Tourism and Culture of Jambi Province. The result of this research is tourism attraction in the area around Muaro Jambi temple has been provided by local community And are unique and exotic. For accommodation in the area around Muaro Jambi Temple both the staff and the facilities have been provided by the local community. Then the place to eat in the area around Muaro Jambi Temple has its facilities provided by local people and serves local food. Likewise with the transportation located in the area around Muaro Jambi Temple, has been provided by the local community there. This research also produces tour packages, which are One Day Cross Culture in Muaro Jambi Temple, 2 Days 1 Night Livelihood with Locals, Half Day Education with Saramuja (School of Nature of Muara Jambi), Unpretentious Muaro Jambi.
Keywords: package tour, tourist attraction, accomodation, restaurants, transportation, community.
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada kehadirat Tuhan YME, karena atas berkat dan rahmat-Nya, maka penyelesaian Proyek Akhir ini dapat diselesaikan dengan baik. Adapun judul yang akan diusulkan adalah
“Pengembangan Paket Wisata yang Berbasis Masyarakat di Kawasan Sekitar
Candi Muaro Jambi”, yang diharapkan dapat memenuhi persyaratan untuk menyusun Proyek Akhir, sebagai salah satu syarat kelulusan dari program studi
Manajemen Pengaturan Perjalanan di Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung.
Penulis menyampaikan rasa terimakasih yang besar kepada pihak-pihak yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian Proyek
Akhir ini:
1. Bapak Dr. Anang Sutono, MM.Par.,CHE., selaku Ketua Sekolah Tinggi
Pariwisata Bandung,
2. Bapak Sumaryadi, SE., MM., selaku Kepala Bagian Administrasi
Akademik dan Kemahasiswaan,
3. Kedua orang tua, kakak Widya Sundari Simamora, adik Rosyani
Sihombing yang dari dulu mendukung, membantu, dan selalu ada ketika
dibutuhkan selama penyusunan hingga penyelesaian Proyek Akhir,
4. Bapak Wisnu Prahadianto, SE. M.Sc., Selaku Ketua Prodi Manajemen
Pengaturan Perjalanan,
5. Ibu Indriyani Handyastuti, S.I.Kom., M.Sc.sebagai dosen Pembimbing I
atas bantuan dan bimbingannya dalam penulisan Proyek Akhir
iii
6. Bapak Faisal Fahdian Puksi, S.Hum., M.Sc., sebagai dosen Pembimbing II
atas bantuan dan bimbingannya dalam penulisan Proyek Akhir
7. Bapak Roy Mardianto, selaku pemilik dari travel SGP Tour and Travel
yang menjadi Narasumber dalam penyusunan Proyek Akhir ini
8. Bapak Wawan selaku Kepala Desa Wisata Muaro Jambi dan Pak Borju
selaku perwakilan dari masyarakat setempat sebagai narasumber dalam
penyusunan Proyek Akhir ini,
9. Pihak Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jambi sebagai
narasumber dalam penyelesaian Proyek Akhir ini,
10. Ibu Wida Romalia dan seluruh staff Prodi Manejemen Pengaturan
Perjalanan atas ilmu, bimbingan dan bantuannya selama 4 tahun,
11. Kepada Muhammad Revind Aldyan yang selalu memberikan baik
semangat, dukungan moral dalam penyelesaian Proyek Akhir ini,
12. Kepada Irza Putri, Cruzzyta Rizka, Agnes Aurora, dan Goesti Utomo yang
tak hentinya memberikan masukan dan komentar dalam penyusunan
Proyek Akhir ini,
13. Pihak Terkait lainnya yang tidak dapat penulis tuliskan satu persatu.
Dalam penyusunan dan penyelesaian Proyek Akhir ini, diharapkan penulis
mendapat masukan untuk penyempurnaan Proyek Akhir ini.
Bandung, Juli 2017
Penulis
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI ...... i ABSTRACT ...... ii KATA PENGANTAR ...... iii DAFTAR ISI ...... v DAFTAR TABEL ...... vii DAFTAR GAMBAR ...... viii BAB I PENDAHULUAN ...... 1 A. Latar Belakang Penelitian ...... 1 B. Perumusan Masalah dan Pembatasan Masalah ...... 7 C. Identifikasi Masalah ...... 7 D. Tujuan Penelitian ...... 8 E. Metode Penelitian ...... 9 1. Paradigma Penelitian ...... 10 2. Kerangka Pola Pikir ...... 11 3. Instrumen Penelitian ...... 13 4. Teknik dan Alat Kumpul Data ...... 14 5. Metode Pengumpulan Data Triangulasi ...... 21 6. Teknik Analisis ...... 23 F. Lokasi dan Waktu Penelitian ...... 25 BAB II TINJAUAN TEORI/KONSEP ...... 26 A. Tinjauan Pengembangan Produk ...... 26 B. Tinjauan Paket Wisata ...... 31 C. Tinjauan Community Based Tourism ...... 33 1. Pengertian Community Based Tourism (CBT) ...... 33 2. Karakteristik Community Based Tourism (CBT) ...... 35 D. Tinjauan Atraksi Wisata Berbasis Masyarakat ...... 38 E. Tinjauan Akomodasi Berbasis Masyarakat ...... 44 F. Tinjauan Tempat Makan Berbasis Masyarakat ...... 54 G. Tinjauan Transportasi Berbasis Masyarakat ...... 59 BAB III DATA TEMUAN ...... 62 A. Tinjauan Umum Lokus Penelitian ...... 62
v
B. Data Temuan ...... 64 1. Atraksi Wisata Berbasis Masyarakat ...... 64 2. Akomodasi Berbasis Masyarakat ...... 90 3. Tempat Makan Berbasis Masyarakat ...... 110 4. Transportasi Berbasis Masyarakat ...... 125 BAB IV ANALISIS PERMASALAHAN ...... 134 A. Atraksi Wisata Berbasis Masyarakat ...... 134 B. Akomodasi Berbasis Masyarakat ...... 148 C. Tempat Makan Berbasis Masyarakat ...... 167 D. Transportasi Berbasis Masyarakat ...... 180 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ...... 187 A. Kesimpulan ...... 187 B. Rekomendasi ...... 188 1. Rekomendasi untuk pengelola Desa Wisata Muaro Jambi ...... 188 2. Rekomendasi untuk SGP Tour and Travel ...... 190 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
TABEL 1 Data Kunjungan Wisatawan Domestik dan Mancanegara ke Candi Muaro Jambi...... 4
TABEL 2 Atraksi dan Aktivitas CBT...... 41
TABEL 3 Atraksi Wisata Berbasis Masyarakat...... 69
TABEL 4 Kegiatan Wisatawan yang Memastikan Pengunjung Berinteraksi dengan Alam, Budaya, dan Lingkungan...... 74
TABEL 5 Itinerary One Day Cross Culture in Candi Muaro Jambi...... 191
TABEL 6 Itinerary 2 Days 1 Night Livelihood with Locals...... 193
TABEL 7 Itinerary Half-day Education with Saramuja...... 197
TABEL 8 Itinerary Unpretentious in Muaro Jambi...... 200
vii
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 1 Paradigma Penelitian...... 12
GAMBAR 2 Kerangka Pola Pikir...... 63
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pariwisata di era modern sekarang menjadi suatu kegiatan yang menjadi
kebutuhan banyak masyarakat. Indonesia merupakan salah satu negara yang
menawarkan banyak tempat untuk memenuhi keinginan untuk berwisata
tersebut. Perkembangan yang terus meningkat akan kebutuhan untuk
melakukan suatu perjalanan atau berwisata menjadikan sektor pariwisata
sendiri menjadi salah satu pemberi devisa paling banyak di negara Indonesia
(travelkompas.com, 2015). Selain hal itu pula, sektor pariwisata ini juga telah
mendorong bagian sektor lainnya seperti sektor sosial, budaya, dan politik yang
berhubungan satu sektor dengan sektor yang lainnya.
Dalam perkembangannya di dunia industri pariwisata yang semakin
bertumbuh dan berkembang, tentu tidak terlepas dari sektor keberhasilan
pembangunan di bidang pariwisata yang salah satunya adalah jasa usaha
perjalanan wisata. Semakin berkembangnya permintaan dari masyarakat akan
kebutuhan untuk mendapatkan pelayanan jasa, membuat jasa usaha perjalanan
wisata ini memberikan perannya sebagai perencana dan penyelenggara suatu
perjalanan wisata yang dikemas dengan komponen-komponen lainnya menjadi
sebuah produk paket wisata.
Paket wisata merupakan kombinasi dari elemen-elemen yang dijual dan
dikoordinasikan yang diperuntukkan kepada rombongan atau wisatawan
1
2
individu dengan tanggal yang spesifik dengan kesatuan harga. Sependapat
dengan hal itu, Bojamic dan Calantone (2004) mengemukakan paket wisata
sebagai penggabungan atas susunan komponen-komponen yang terkait satu
sama lainnya, diantaranya penginapan, transportasi, atraksi wisata dan tempat
makan yang akan ditawarkan pada wisatawan.
Pencapaian dari pembuatan paket wisata tersebut tentunya harus selalu
berinovasi dalam tujuan untuk mencapai kepuasan dari wisatawan. Semakin
banyak permintaan dari wisatawan yang meminta paket dengan sifat tidak
hanya sekedar melihat-lihat, namun juga inginnya aktivitas lain yang membuat
ketertarikan dan paket wisata itu berbeda dari yang lain. Karena alasan itulah,
diperlukan pengembangan produk dari sebuah paket wisata yang diikuti
pengembangan dari kepariwisataan dan adanya perubahan dalam kegiatan
perjalanan wisatawan dan perubahan minat terhadap produk yang diharapkan.
Pengembangan sendiri merupakan kegiatan yang akan dilakukan atau telah
dilakukan di sebuah perusahaan secara terencana guna dalam menyempurnakan
produk yang lama atau menambah baru jenis barang/jasa yang akan dijual
(Yoeti, 2016).
` Provinsi Jambi adalah provinsi di Indonesia yang sedang gencar
melaksanakan promosi pariwisata. Seperti yang disampaikan oleh Kepala
Disbudpar Provinsi Jambi bahwa terjadi peningkatan kunjungan wisatawan di
tahun 2014 yang mencapai target 1 juta dalam kunjungan ke Jambi, naik dari
tahun sebelumnya yaitu 10.056 dan 9.919 orang di 2 tahun sebelumnya
(travelkompas.com, 2015). Ini membuktikan bahwa peningkatan wisatawan
3
dari tahun ke tahun membuktikan pariwisata Jambi semakin meningkat.
Kemudian untuk mendukung hal itu, Kepala Disbudpar Provinsi Jambi
mengatakan bahwa salah satu andalan pariwisata di sana adalah Candi Muaro
Jambi. Ia menambahkan bahwa salah satu peninggalan bersejarah ini
mempunyai potensi untuk meningkatkan jumlah wisatawan lebih banyak lagi.
(travelkompas.com, 2015).
Dalam pengembangan wisata di Candi Muaro Jambi, telah ditemukan 8
candi yang dipugar dalam kawasan seluas 12 kilometer persegi itu. 8 Candi
tersebut adalah Candi tersebut adalah Candi Kotomahligai, Candi Kedaton,
Candi Gedong Satu, Candi Gedong Duo, Candi Gumpung, Candi Tinggi,
Candi Kembar Batu, dan Candi Astano. Menurut hasil pra-survey yang telah
dilakukan sebelumnya, ditemukan bahwa masyarakat di sekitar Candi Muaro
Jambi atau penduduk lokal disana masih belum merasakan manfaat dari
pariwisata Candi Muaro Jambi. Ditambah lagi saat ini maraknya penambangan
pasir yang dilakukan oleh masyarakat lokal. Hal ini menunjukkan bahwa
belum adanya kesadaran dari masyarakat setempat untuk menjaga pariwisata
dari candi tersebut karena mereka masih menganggap bahwa Candi Muaro
Jambi belum memberikan manfaat apa-apa bagi kehidupan mereka, sehingga
mereka melakukan kegiatan lain yang menurut pandangan masyarakat itu dapat
membantu perekonomian mereka. Selain hal itu, kegiatan yang dapat dilakukan
oleh wisatawan di Candi Muaro Jambi ini hanya sekedar melihat-lihat, berfoto,
dan bersepeda, masih belum ada kegiatan lain yang dapat dilakukan oleh
wisatawan di sana sehingga hal ini membuat tingkat kunjungan ke Candi
4
Muaro Jambi menurun. Karena hal itu, diperlukanlah jasa usaha perjalanan
yang menyediakan paket wisata untuk selain memperkenalkan Candi Muaro
Jambi, juga sebagai penyedia kegiatan yang mungkin saat ini belum diketahui
oleh banyak wisatawan ketika berwisata di sana. Berikut adalah tabel yang
menunjukkan tentang tingkat kunjungan ke Candi Muaro Jambi dari tahun
2012-2016.
TABEL 1 DATA KUNJUNGAN WISATAWAN NUSANTARA & MANCANEGARA KE CANDI MUARO JAMBI TAHUN 2012 – 2016
Wisatawan 2012 2013 2014 2015 2016
Nusantara 142,390 145,340 149.603 131,218 100,555
Mancanegara 194 225 213 233 300 Sumber : SGP Tour and Travel Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa dalam 2 tahun terakhir (2015-
2016) terjadi penurunan wisatawan nusantara, namun terjadi peningkatan untuk
wisatawan mancanegara.
SGP (Surya Global Pratama) Tour and Travel merupakan jasa perjalanan
berupa biro perjalanan wisata (BPW) yang menyediakan paket wisata di Jambi
yang mana juga berperan sebagai promotor Candi Muaro Jambi sebagai wisata
andalan di Jambi. Biro perjalanan ini menyediakan produk berupa paket wisata
yang mana kegiatannya tidak hanya menikmati Candi Muaro Jambi sebagai
suatu obyek warisan budaya untuk sightseeing (melihat-lihat), tetapi juga
mengenalkan potensi-potensi yang ada di sekitar kawasan Candi Muaro Jambi
5
menjadi salah satu pilihan wisatawan untuk dinikmati saat berwisata di sana.
Tetapi sayangnya, sampai saat ini SGP baru memiliki 2 jenis paket wisata yang
bersifat ready made dan masih kurangnya minat dari wisatawan untuk
mengikuti paket-paket tersebut. Paket yang pertama adalah 4 hari 3 malam
mengelilingi kawasan Candi Muaro Jambi, dan paket kedua adalah satu hari di
Muaro Jambi. Namun, berseberangan dengan hal tersebut, SGP sendiri saat ini
bertindak selain sebagai usaha penyedia jasa tetapi juga bergerak sebagai
komunitas sektor penggerak kawasan pariwisata di Muaro Jambi yang bernama
Padmasana Foundation. Hasil dari adanya komunitas ini adalah bahwa mereka
dapat melihat potensi wisata di Candi Muaro Jambi yang dapat diangkat
menjadi sebuah kegiatan berwisata yang nantinya akan dapat dibuat menjadi
sebuah produk paket wisata. Hal ini dibuktikan bahwa di beberapa bulan
terakhir ini, komunitas ini telah berhasil mengajak masyarakat lokal yang
tinggal di sekitar Candi Muaro Jambi, yang mana sebelumnya mereka belum
banyak berkontribusi dalam pariwisata Candi Muaro Jambi dan bahkan
beberapa masyarakat melakukan penambangan pasir, kemudian diajak untuk
bekerja di sektor pariwisata seperti contohnya desa wisata. Tidak hanya sampai
di sana, komunitas ini juga melakukan pelatihan untuk masyarakat sebagai
pemandu wisata, penyedia homestay, bahkan menyajikan pertunjukan lokal
(tari topeng, rebana hadrah, rebana siam) dan menyajikan makanan dan
minuman lokal (tempoyak dan sepang).
Dan menurut hasil pra-survey yang telah dilakukan kepada pihak SGP
Tour and Travel ini, bahwa ke depannya tidak hanya sebatas desa wisata saja
6
yang akan dikembangkan, tetapi juga masih akan ada penambahan-
penambahan kegiatan yang akan melibatkan masyarakat sekitar, guna untuk
menambah variasi wisata yang dapat dilakukan di sekitar kawasan Candi
Muaro Jambi ini.
Karena alasan tersebut, perlunya penelitian untuk mengajak masyarakat
lokal untuk berkontribusi dalam pengembangan pariwisata melalui pembuatan
paket wisata sangat diperlukan. Mengingat bahwa saat ini pariwisata berbasis
masyarakat atau Community Based Tourism sedang menjadi perhatian untuk
dikembangkan terutama untuk daerah-daerah pedesaan yang masih kental adat
dan istiadat serta kehidupan tradisionalnya. Tujuan dari pariwisata berbasis
masyarakat ini tentunya adalah untuk selain untuk mengembangkan pariwisata
tapi juga sebagai strategi pembangunan dalam bidang sosial-ekonomi dan
budaya yang diimplemantasikan dalam usaha pertumbuhan kepariwisataan
yang tujuannya akan ditempatkan pada rakyat, yang sasarannya tidak hanya
menumbuhkan nilai tambah ekonomi, tapi juga diharapkan untuk tolak ukur
peningkatan sosial-budaya (Sunaryo, 2002). Mengingat bahwa di Muaro
Jambi, tingkat kemiskinan menurut data Badan Pusat Statistik tahun 2016,
Muaro Jambi mempunyai 11.952 jumlah rumah tangga yang masih kurang
mampu menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi.
Dalam tujuan untuk mengembangkan paket wisata di SGP Tour and
Travel yang mana di dalam paket tersebut adanya keikutsertaan masyarakat
sebagai atraksi yang akan ditunjukkan kepada wisatawan di Candi Muaro
Jambi maka topik yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah
7
“Pengembangan Paket Wisata yang Berbasis Masyarakat di Sekitar
Kawasan Candi Muaro Jambi Oleh SGP Tour and Travel.”
B. Perumusan Masalah dan Pembatasan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang yang telah disampaikan sebelumnya
menghasilkan rumusan masalah yaitu “Bagaimanakah pengembangan paket
wisata yang berbasiskan masyarakat sekitar kawasan Candi Muaro Jambi oleh
SGP Tour and Travel?”
Sedangkan untuk pembatasan masalah, dibatasi hanya pada atraksi wisata di
sekitar kawasan Candi Muaro Jambi, akomodasi di sekitar kawasan Candi
Muaro Jambi, tempat makan di sekitar kawasan Candi Muaro Jambi, dan
transportasi di sekitar kawasan Candi Muaro Jambi yang semuanya
berbasiskan masyarakat.
C. Identifikasi Masalah
Sesuai dengan latar belakang, maka dalam penelitian ini permasalahan
yang akan di analisis dan dibahas dengan beberapa identifikasi masalah berikut
ini:
1. Bagaimana atraksi wisata di kawasan Candi Muaro Jambi yang berbasis
masyarakat?
2. Bagaimana akomodasi di kawasan Candi Muaro Jambi yang berbasis
masyarakat?
8
3. Bagaimana tempat makan di kawasan Candi Muaro Jambi yang berbasis
masyarakat?
4. Bagaimanakah transportasi di kawasan Candi Muaro Jambi yang berbasis
masyarakat?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian yang akan dibahas di sini dibagi menjadi 2
(dua) yaitu formal dan operasional sebagai berikut:
1. Tujuan formal: Menemukan suatu permasalahan di suatu lokasi penelitian,
menganalisa, dan menemukan solusi dari masalah tersebut dengan
kompetensi yang selama ini telah dipelajari.
2. Tujuan operasional: Memberikan opsi paket wisata kepada pihak SGP Tour
and Travel dalam rencana pengembangan kawasan Candi Muaro Jambi.
Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu:
1. Memudahkan SGP Tour and Travel dalam pengembangan paket wisata
yang sudah ada atau menambah jenis paket wisata baru dengan bidik untuk
mendapat jumlah wisatawan yang menggunakan paket wisata di SGP Tour
and Travel ini meningkat.
2. Memberikan kesejahteraan bagi masyarakat sekitar dengan dibangunnya
sektor pariwisata yang melibatkan penduduk lokal, dengan tetap menjaga
budaya dan memperkenalkannya pada wisatawan.
9
E. Metode Penelitian
Penelitian merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
memecahkan sebuah masalah. Tujuan akhir dari penelitian ini adalah untuk
mendapat sebuah jawaban dari fenomena yang akan diteliti. Sedangkan untuk
mengetahui langkah-langkah dalam suatu penelitian, diperlukan sebuah metode
penelitian. Menurut Sugiyono (2012) mendefinisikan pengertian mengenai
langkah-langkah penelitian/ metode penelitian tersebut sebagai suatu cara atau
langkah ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.
Langkah ilmiah/metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian
ini adalah metode deskriptif analitis, yaitu memecahkan suatu masalah dengan
kenyataan yang ada dan memusatkan pada hal-hal aktual saat penelitian
dilaksanakan. Hal ini dipertegas oleh Ali (2010) bahwa tujuan dari metode ini
adalah untuk mendapatkan sebuah jawaban dengan data empirik atas
riset/penelitian yang sedang ditelitik dengan mendeskripsikan kebenaran atas
fenomena yang ada.
Penelitian ini melakukan pendekatan dengan metode pendekatan
kualitatif. Menurut Sugiyono (2008) metode kualitatif adalah suatu metode
pendekatan untuk meneliti/menelaah dari suatu kondisi obyek penelitian yang
sifatnya alamiah, dimana instrumen kunci dari penelitian ini adalah peneliti itu
sendiri, dan teknik pengumpulan data dalam pendekatan ini menggunakan
teknik triangulasi (gabungan), analisis datanya bersifat induktif, hasil dari
pendekatan ini lebih mementingkan makna di baliknya daripada generalisasi.
10
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis yang
menggambarkan apa yang terjadi pada saat pelaksanaan dengan fenomena-
fenomana di dalamnya menggunakan pendekatan metode kualitatif yang berarti
hasil dari penelitian ini lebih mengandung makna dan analisis datanya besifat
induktif karena dilakukan berdasarkan fakta yang ada dan dikonstruksikan
menjadi hipotesis atau teori.
1. Paradigma Penelitian
Paradigma penelitian menurut Kutha Ratna (2011) adalah suatu
keyakinan mendasar atas pandangan-pandangan terhadap dunia maupun
dalam penelitian untuk menuntun baik dalam bersikap atau menentukan
pilihan dalam kehidupannya sehari-hari. Fungsi paradigma dalam sebuah
penelitian, paradigma ini berperan sebagai elemen kunci yang memberikan
posisi bagaimana dunia yang akan ditelitinya dari sudut pandang yang akan
digunakan sang peneliti.
Moleong (2006) menambahkan bahwa paradigma penelitian adalah
tahap atau cara yang paling dasar untuk berpikir, menilai, mempersepikan
sesuatu yang secara khusus berkaitan dengan realitas.
Sependapat dengan para ahli yang mengemukakan mengenai paradigma
penelitian di atas, dalam penelitian ini topik yang akan diajukan adalah
Pengembangan Paket Wisata yang Berbasis Masyarakat di Sekitar
Kawasasan Candi Muaro Jambi Oleh SGP Tour and Travel. Topik ini
diangkat berdasarkan potensi yang terdapat di Muaro Jambi masih belum
tergali dan SGP Tour and Travel sebagai pelaku usaha perjalanan dan
11
bertindak sebagai sektor pengembang kawasan Muaro Jambi untuk
memperluas wisata di sana dengan pelibatan masyarakat.
Topik ini mempunyai 4 variabel yang terdiri dari: atraksi wisata,
akomodasi, tempat makan, dan transportasi
GAMBAR 1
PARADIGMA PENELITIAN
ATRAKSI WISATA
AKOMODASI PAKET WISATA PAKET WISATA YANG BERBASIS MASYARAKAT TEMPAT MAKAN
TRANSPORTASI
Sumber: Bojamic dan Calantone (2004)
2. Kerangka Pola Pikir
Kerangka pola pikir menurut Riduwan (2004) adalah pemikiran dasar
mengenai penelitian yang disintesiskan dari fakta, teori, observasi dan telaah
yang dilakukan oleh peneliti dan dijadikan pula sebagai dasar dari penelitian.
Adapun kerangka pola pikir yang digunakan dalam penyelesaian
penelitian ini ditunjukan dalam gambar di bawah ini:
12
GAMBAR 1
KERANGKA POLA PIKIR
Pariwisata yang berbasis masyarakat yang ciri/karakteristiknya: - Kelestarian lingkungan - Partisipasi masyarakat - Pemerataan keuntungan finansial - Pemberdayaan masyarakat - Peningkatan sumber hidup
Paket Wisata Community Based Tourism
Tempat Makan Atraksi yang Akomodasi Transportasi berbasis yang berbasis yang berbasis yang berbasis masyarakat masyarakat masyarakat masyarakat
Analisis Data
Paket Wisata yang berbasis Community
Based Tourism
Sumber: COMCEC (2013) dan Bojamic&Calantone (2004)
Dari gambar di atas, menunjukkan bahwa dibutuhkannya sebuah paket
wisata yang berbeda dengan paket wisata lainnya, lalu saat ini sedang
maraknya komunitas yang berbasis masyarakat (Community Based Tourism)
yang mana dalam paket tersebut kegiatan dan atraksi di dalamnya
mengandung pelibatan masyarakat yang tidak hanya menyediakan, tetapi
mereka juga selaku atraksi wisata itu sendiri yang dapat dinikmati oleh
pengunjung dari kehidupan lokalnya. Dari kedua hal ini diharapkan dapat
13
memajukan pariwisata yang berbasis masyarakat untuk memajukan baik
wisata lokal dan meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat itu sendiri.
Dibutuhkannya 4 komponen dalam pembuatan paket wisata yang terdiri dari
atraksi, akomodasi, tempat makan dan transportasi yang semuanya berbasis
masyarakat. Setelah melakukan penelitian, dilakukan analisis data untuk
memilah data apa yang akan digunakan dalam penelitian ini untuk memenuhi
paket wisata yang sesuai dengan masyarakat. Hasil dari analisis tersebut
adalah paket wisata yang telah berbasis masyarakat atau Community Based
Tourism.
3. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian biasanya disiapkan matang-matang sebelum
penelitian ini terjun ke lapangan. Adapun dalam penelitian kualitatif ini,
instrumen penelitian yang dimaksud adalah peneliti itu sendiri. Sebagai salah
satu orang yang akan meneliti sebuah kasus/permasalahan, maka tentunya
para peneliti harus mempersiapkan dengan baik persiapan seperti; teori
mengenai kasus yang dipelajari, metode penelitian yang digunakan, hingga
pengetahuan dan wawasan mengenai kasus yang akan dipelajari. Sehingga
“validasi” yang harus peneliti miliki adalah ketentuan-ketentuan yang harus
dikuasai sebelum mengetahui dan setelah bertemu langsung dengan
masalah/kondisi yang ditemukan di lapangan. (Sugiyono,2006).
14
4. Teknik dan Alat Kumpul Data
Berikut teknik dan alat pengumpulan data yang akan menjadi acuan dalam
penelitian ini adalah :
a. Teknik Kumpul Data
Menurut Maryadi et.al (2010:14) mengatakan bahwa dalam mengumpulkan
data dengan menggunakan teknik kualitatif ini, memungkinkan waktu yang
relatif lama untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Pengertian lain
dijabarkan oleh Sugiyono (2005:62), bahwa untuk mendapatkan suatu
jawaban atau memecahkan masalah, pengumpulan data merupakan cara
paling tepat dalam mendapatkan data.
Dalam penelitian kualitatif, terdapat 4 macam teknik dalam mengumpulkan
data yaitu dengan teknik: observasi, wawancara, dokumentasi dan kajian
pustaka. Sependapat dengan hal itu, Marshall dan Rossman menyatakan
bahwa:
“The fundamental methods relied on by qualitative researchers for gathering information are, participation in the setting, direct observation, in-depth interview, document interview”.
Berikut adalah teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini:
1) Observasi
Observasi diartikan oleh Narimawati (2007) adalah suatu pengamatan
langssung atas kejadian yang sedang diteliti dengan pengamatan atau pencatatan
atas obyek penelitian di lapangan/lokasi tersebut.
15
Berdasarkan pengertian di atas, maka dalam penelitian ini akan
digunakan teknik observasi atau pengamatan langsung ke lapangan
dengan melihat keadaan di Candi Muaro Jambi dan desa wisata yang saat
ini sedang dibangun di sana. Pengamatan ini bertujuan untuk melihat
apakah ada aktivitas atau wisata lain di Candi Muaro Jambi maupun desa
wisata yang dapat dijadikan paket wisata baru yang akan disediakan
dalam penelitian ini bersama pihak SGP Tour and Travel. Menurut
Sugiyono (2013) terdapat macam-macam observasi yaitu:
a) Observasi partisipatif
Ada 4 jenis oberservasi :
- Partisipasi pasif : yaitu bahwa pengamat/peneliti melihat langsung
di tempat kejadian mengenai kondisi/kegiatan sesuatu yang ingin
dipelajari tanpa ikut terlibat di dalamya.
- Partisipasi moderat: yaitu keikutsertaan peneliti dalam mengamati
kejadian/kegiatan dan menjadi orang dalam yang ikut terlibat tetapi
tidak sepenuhnya dan berperan juga sebagai orang luar (pengamat).
- Partisipasi aktif : yaitu peneliti ikut serta dalam kegiatan yang
disampaikan oleh narasumber, tetapi hanya mengikuti sesuai
dengan informasi/data yang dibutuhkan.
- Partisipasi lengkap: yaitu peneliti terjun langsung dan sepenuhnya
terlibat atas apa yang dilakukan di tempat tersebut dan tidak terlihat
lagi seperti seorang peneliti yang ingin mendapatkan data.
16
b) Observasi terus terang atau tersamar
Penelitian menggunakan observasi terus terang atau tersamar adalah
bahwa pihak peneliti mengatakan dengan terus terang akan mencari
data dalam suatu kumpulan atau daerah tertentu dan meminta izin
pada narasumber untuk mengumpulkan data di sana.
c) Observasi tak berstruktur
Observasi jenis ini berbeda dengan yang lainnya, bahwa peneliti
turun/terjun ke lapangan tanpa persiapan yang telah dilakukan
sebelumnya dikarenakan alasan bahwa untuk menemukan masalahnya
apa, maka dilakukannya teknik observasi ini.
(Sugiyono, 2013:257)
Sesuai dengan pendapat tersebut, maka dalam penelitian ini teknik
observasi yang digunakan adalah teknik observasi partisipasi yang bersifat
aktif. Karena dalam pengumpulan data, peneliti harus ikut dalam beberapa
kegiatan untuk mendapatkan data/informasi yang pasti dengan narasumber
yang mempunyai pengetahuan mengenai kondisi dari kasus yang ingin diteliti
dengan baik.
Dalam melakukan observasi, tentunya peneliti membutuhkan narasumber
untuk memberikan infromasi yang dibutuhkan dalam kasus yang dipelajari.
Spradley dalam Sugiyono (2013:258) mengatakan bahwa 3 komponen dalam
melakukan mengamati dalam teknik observasi:
a) Actor, yaitu orang-orang sebagai pelaku utama dalam obyek observasi.
b) Place, yaitu tempat dimana kasus atau kondisi sosial berlangsung terjadi
17
c) Activity, atau aktivitas yang akan dilakukan dalam kasus yang ingin
dipelajari.
Komponen dalam obyek observasi diterapkan dalam penelitian ini
terdiri dari actor yaitu pihak travel agent dan masyarakat dalam desa wisata
Muaro Jambi, yang mana place atau tempat berlangsungnya adalah di
kawasan sekitar Candi Muaro Jambi, dan activity yang dimaksud adalah
kegiatan wisata oleh masyarakat-masyarakat lokal di sana.
2) Wawancara
Menurut Sugiyono (2008) bahwa wawancara adalah pengumpulan data
yang berupa teknik tanya-jawab dengan pihak-pihak yang terkait yang
sifanya mendalam untuk mendapatkan dan memastikan jawaban dari
masalah yang akan diteliti.
Sugiyono (2013) menambahkan bahwa dalam wawancara terdapat 3 jenis,
yaitu:
a) Wawancara terstruktur yaitu wawancara yang baik pertanyaan dan
jawaban alternatif sudah disiapkan dengan baik oleh peneliti. Hal ini
dikarenakan bahwa pengumpul data telah mengetahui dengan baik
informasi yang akan diperoleh.
b) Wawancara semi-struktur yaitu wawancara yang lebih menekankan pada
in-depth interview yang mana baik narasumber dan peneliti menemukan
permasalahan secara lebih bebas dan mendalam. Baik dari narasumber
dibutuhkan pendapat maupun ide-idenya dan dalam pelaksanaannya pun
harus didengarkan baik-baik untuk mendaptkan hasil yang maksimal.
18
c) Wawancara tak berstruktur yaitu wawancara bebas dimana peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara ketika dilaksanakannya teknik ini.
Hal ini dikarenakan bahwa peneliti belum mengetahui secara pasti
mengenai permasalahan di sana, dan peneliti mendengarkan dengan baik
apa yang dikatakan oleh narasumber.
Berdasarkan hal di atas, wawancara yang akan digunakan dalam
penelitian ini menggunakan wawancara semi-struktur, dimana dilakukan
secara mendalam untuk mendapatkan informasi sedalam-dalamnya dari
narasumber. Dalam penelitian kualitatif, adanya penggabungan teknik
observasi partisipatif dengan wawancara mendalam, yang harus melibatkan
selain peneliti, juga interview kepada pihak-pihak atau narasumber dari pusat
permasalahan tersebut. Supaya dalam pelaksanaan wawancara dapat berjalan
dengan lancar, diperlukan alat-alat dalam mengumpulkan data sebagai
berikut:
a) Catatan: berfungsi mencatat semua percakapan dengan sumber data.
Notebook juga dapat digunakan untuk mencatat data hasil wawancara.
b) Tape recorder: berfungsi sebagai alat untuk menyimpan hasil rekaman
pertanyaan dan jawaban yang dilakukan dalam wawancara dengan
narasumber.
c) Camera: untuk bukti berupa gambar ketika sedang melakukan tanya-
jawab dengan narasumber/responden untuk meningkatkan keabsahan
peneliti semakin terjamin. (Sugiyono, 2008: 81-82).
19
Dalam penelitian ini akan dilaksanakan teknik wawancara dengan
narasumber berjumlah 5 orang, yaitu yang pertama dari pihak SGP Tour and
Travel dan kedua adalah kepala desa wisata Muaro Jambi, yang ketiga adalah
Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya Kabupaten Muaro Jambi, dan terakhir
adalah 1 orang masyarakat setempat sebagai perwakilan.
3) Kajian Dokumentasi
Menurut Arikunto (2006:231) dokumentasi merupakan pengumpulan data
dengan variabel yang berupa tulisan dan catatan, media cetak, notulen rapat
hingga agenda. Hal yang sama juga disampaikan oleh Sugiyono (2013)
bahwa dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya menoumental dari
seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian,
sejarah kehidupan, kriteria, biografi, peraturan, kebijakan studi
dokumentasi merupakan pendukung dari pengumpulan data berupa
wawancara dan observasi.
Dalam penelitian ini dalam pengumpulan data berupa dokumentasi akan
diperoleh dari gambar, catatan dari perusahaan, dan berupa foto yang akan
didapatkan dari lapangan.
4) Kajian Pustaka
Kajian pustaka merupakan salah satu pengumpulan data yang menjadi
pelengkap dalam sebuah penelitian. Nazir (2005) menyatakan bahwa kajian
pustaka merupakan pengumpulan data sekunder yang mengantarkan data
sampai ke mana ilmu yang terhubung dengan penelitian hingga menuju
20
kesimpulan dan generalisasi yang pernah dibuat sehingga kondisi/situasi
sosial terjadi. Sependapat dengan hal itu, Ratna dalam Prastowo (2012)
menyatakan bahwa kajian pustaka merupakan pengumpulan data yang
bersumber dari buku-buku yang yang pernah dibaca dan berhubungan
langsung dengan kepentingan penelitian yang dibutuhkan
b. Alat Kumpul Data
Adapun dalam penelitian ini, alat kumpul untuk mendapatkan data
adalah sebagai berikut:
1) Pedoman Wawancara
Wawancara merupakan suatu pedoman yang berupa susunan pertanyaan-
pertanyaan yang akan diajukan kepada narasumber guna mendapatkan
jawaban dari penelitian yang akan dilakukan. Wawancara ini akan
dilakukan secara mendalam, dan terus menerus hingga mendapatkan
jawaban yang pas.
2) Daftar Periksa (Checklist)
Menurut Hadi (2000) checklist atau daftar periksa merupakan susunan
dari daftar poin-poin yang dibutuhkan unruk mengumpulkan data berisi
faktor yang akan diselidiki. Daftar periksa akan digunakan untuk
mempermudah tim peneliti pada saat observasi dan juga pada saat studi
dokumentasi.
21
5. Metode Pengumpulan Data Triangulasi
Teknik triangulasi merupakan suatu teknik yang menggabungkan
pencarian dan pengumpulan data lainnya dan sumber data yang telah ada.
Sehingga sebenarnya dalam penelitian ini ingin menggunakan triangulasi ini
sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu megecek data yang telah
dikumpulkan dengan berbagai upaya pengumpulan data yang ada dan dari
berbagai sumber.
Dalam pendekatan kualitatif dalam penelitian ini menggunakan teknik
wawancara mendalam, observasi, teknik dokumentasi dan kajian pustaka
yang berarti walaupun mengumpulkan data dari sumber yang berbeda tapi
dengan teknik yang sama. Triangulasi ini berguna untuk memusatkan kembali
hasil data yang telah diperoleh, yang pada awalnya masih bersifat meluas,
tidak konsisten, dan kontradiksi, menjadi sebuah data yang bermakna lebih
konsisten, tuntas, dan pasti (Sugiyono, 2008). Denzin dalam Moleong (2010)
menambahkan bahwa teknik triangulasi ini merupakan gabungan dari
metode-metode pengumpulan data lainnya untuk mengkaji fenomena yang
terjadi dalam sebuah penelitian
Denzin dalam Moleong (2010) kemudian membedakan bahwa terdapat
4 hal dalam triangulasi, yaitu:
a. Triangulasi metode: triangulasi ini dilakukan dengan cara mengumpulkan
informasi dengan berbagai teknik dan data. Dalam penelitian kualitatif,
terdapat teknik wawancara, observasi, dan kajian pustaka. Di sini peneliti
bisa menggunakan 2 teknik untuk membandingkan kebenaran dari hasil
22
tiap narasumber yang didapatkan. Misalnya wawancara bebas dan
wawancara terstruktur. Ini dilakukan jika kebenaran dari hasil yang
didapat masih diragukan.
b. Triangulasi antar peneliti: triangulasi jenis ini dilakukan untuk
mendapatkan kebenaran dan khasanah dari jawaban dari pertanyaan yang
diajukan oleh peneliti. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa
orang yang dipilih untuk menjadi narasumber adalah orang-orang yang
memiliki pengetahuan yang baik dan jauh dari konflik permasalahan agar
tidak menambah konflik baru.
c. Triangulasi sumber data: Penelitian ini menjadikan objek dalam
triangulasi adalah: penggabungan pengumpulan data yang ada. Misalnya
dalam penelitian tidak hanya menggunakan teknik wawancara dan
observasi, tetapi juga menggunakan studi pustaka/kajian pustaka dan
dokumentasi yang semakin memperluas pengetahuan dan kebenaran dari
jawaban yang didapatkan dan tidak berasal dari 1 perspektif saja.
d. Triangulasi teori: mengingat bahwa hasil dari penelitian kualitatif ini
adalah menjadi sebuah teori, maka diperlukanlah pengumpulan teori
yang mendalam untuk akhirnya bisa dibandingkan dengan teori yang
relevan dan lebih mengerucutkan hasil akhir agar tidak menjadi bias.
Atas dasar teori yang di atas, maka untuk menyimpulkan hasil dari
pengumpulan data yaitu menggunakan teknik triangulasi sumber data dan
yang mana dalam penelitian ini menggunakan berbagai macam teknik yaitu
observasi (partisipasi aktif), wawancara (semi-terstruktur), kajian pustaka,
23
dan studi dokumentasi untuk mendapatkan hasil yang benar-benar terbukti
keabsahannya dan agar tidak membuat hasil yang bias dan triangulasi
metode karena dalam penelitian menggunakan wawancara bebas dan
wawancara menggunakan checklist.
6. Teknik Analisis
Analisis menurut Sugiyono (2008:89) adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara
catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke
dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa,
menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan
dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri
sendiri maupun orang lain.
Sugiyono (2008) kemudian menambahkan bahwa dalam penelitian
kualitatif ini bersifat induktif, yang artinya adalah analisis ini bersumber
dari data yang dikumpulkan untuk kemudiann dikembangkan lagi menjadi
hasil. Setelah itu, hasil tersebut kembali dilakukan pencariannya untuk
disimpulkan apakah dari hasil tersebut dapat diterima atau tidak dari data
yang dikumpulkan.
Miles dan Huberman dalam Silalahi (2010) berpendapat bahwa dalam
kegiatan analisis terdapat 3 kegiatan yang berkaitan satu sama lainnya.
Diantaranya adalah: reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan/verifikasi. Ketiganya dilakukan bersamaan dalam kegiatan
24
analisis yang interaktif pada saat sebelum, selama, dan sesudah
pengumpulan data dan berkumpul untuk membentuk sebuah “analisis”.
a. Reduksi Data
Reduksi data merupakan kegiatan penyimpulan, penggolongan,
penyederhanaan, dan dan transformasi atas hasil-hasil atau data kasar
yang didapatkan selama dari lapangan.
Kegiatan dalam reduksi data ini juga mencakup: membuang data yang
tidak perlu, menajamkan, dan mengorganisir data yang kemudian nanti
hasil akhirnya dapat diverifikasi dan disimpulkan.
b. Penyajian Data
Dalam proses ini, data-data yang telah di reduksi kemudian disajikan
untuk kemudian mengambil langkah untuk penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan lebih jauh. Menemukan masalah mengenai apa
dan akan terjadi dapat dilihat dari proses ini dan dari hal ini dapat ditarik
kesimpulan untuk mengambil tindakan.
c. Menarik kesimpulan
Selama pelaksanaan penelitian ini, peneliti akan mulai mencari arti dari
benda-benda, alur sebab-akibat, dan pola-pola yang terjadi. Kesimpulan
akhir yang akan dibangun tidak akan selesai jika pengumpulan data
berakhhir pula. Hal ini bergantung pada kecakapan peneliti untuk
mencari berulang-ulang hasil data untuk menguji kebenarannya.
25
F. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi/tempat penelitian yang dilakukan adalah di SGP Tour and
Travel Kabupaten Muaro Jambi dengan fokus di desa wisata Muaro Jambi.
Sedangkan untuk waktu penelitian akan dilakukan pada bulan Februari-Juni
2017.
BAB II
TINJAUAN TEORI/KONSEP
A. Tinjauan Pengembangan Produk
Dalam tinjauannya, definisi mengenai pengembangan produk dijabarkan
menurut beberapa para ahli adalah sebagai berikut:
“The tourism product may beseen as be seen as a bundle or package of tangible and intangible components, including destination, attraction and facilities, accessibility, image, and price, which combined to form the overall experience”. (Middleton ,2001:86)
Pengembangan menurut Ramly (2007:45) adalah suatu usaha dan upaya
untuk memunculkan dan meningkatkan suatu kemampuan, dalam suatu
perusahaan, yang mana bertujuan untuk menjadikan produk lebih baik dari
sebelumnya agar produk tersebut menjadi lebih kompleks.
Cannon dan Wichert dalam Alma (2002) mengemukakan bahwa
pengembangan produk adalah kegiatan yang dilakukan oleh suatu pihak
produsen atau perusahaan yang tujuannya adalah untuk
mengembangkan,memperbaiki produk lama, dan mengurangi atas biaya-biaya
yang dianggap tidak diperlukan dalam produksi.
Pengertian pengembangan produk baru diperkuat oleh Tjiptono (2008)
yang mengatakan bahwa pengertian pengembangan produk baru meliputi
produk lama diubah menjadi produk yang disempurnakan dan yang telah
dimodifikasi menjadi produk dengan merk baru karena hasil dari penelitian dan
pengembangan.
26 * 27
Dari pengertian dari beberapa ahli mengenai pengembangan
produk/barang/jasa di atas, didapatkan bahwa pengembangan produk
merupakan upaya kegiatan untuk menyempurnakan dan memperbaiki dari
produk yang lama dengan riset oleh pihak produsen atau perusahaan yang
menyelenggarakannya.
Dalam dunia pariwisata, terdapat beberapa macam produk industri yang
terdiri dari berbagai macam produk, dikemukakan oleh Suwantoro (1997)
antara lain:
1. Produk nyata (Tangible Product) yaitu:
a. Daya tarik wisata yang terbagi menjadi daya tarik wisata alam, sejarah,
budaya, dan sumber daya di dalamnya.
b. Sarana pendukung pariwisata (superstruktur) seperti hotel, restoran,
transportasi, dan lainnya.
c. Prasarana pariwisata (infrastruktur) yang meliputi: jalanan, bandara,
telekomunikasi, pelabuhan, air bersih, listrik, dan lainnya.
2. Produk tidak nyata (Intangible Product) yaitu:
a. Pelayanan (Service) suatu jasa yang memberikan produk berypa sesuatu
yang tidak dapat dilihat tapi dirasakan dan lebih menampilkan sumber
daya/kemampuan yang dimiliki.
b. Sapta pesona.
Produk Wisata dapat dilihat sebagai sebuah paket yang komponen yang
nyata (tangible) dan tidak nyata (intangible) termasuk tujuan wisata,
27
28
atraksi dan fasilitas, aksesibilitas, citra, dan harga yang kemudian
dikombinasikan sebagai bentuk suatu pengalaman.
Produk wisata ini berkembang pula menjadi bermacam-macam bentuk.
Hal ini diperjelas oleh Suwantoro (1997) yang menyebutkan bahwa terdapat
beberapa produk pariwisata yang dapat dikembangkan yaitu: wisata budaya
(culture), wisata bahari (marine), ekowisata (ecotourism), wisata bertualang
(adventure), desa wisata (village tourism), kuliner/gastronomi (culinary),
wisata spiritual (spritual tourism), agrowisata (agro-tourism).
Sunaryo (2002) kemudian menambahkan, bahwa pengembangan
pariwisata butuh beberapa aspek yang perlu diperhatikan yaitu:
1. Atraksi/obyek wisata
Merupakan salah satu aspek yang memiliki posisi paling penting dari
aspek-aspek lainnya, dikarenakan fungsi dari atraksi ini adalah sebagai
penarik atau magnet wisatawan untuk mengunjungi suatu destinasi. Dimana
atraksi/objek wisata ini dibagi menjadi 3, yaitu:
a. Atraksi Daya Tarik Wisata Alam
Pengembangan untuk wisata alam ini diutamakan dalam keunikan dan
keindahan yang telah ada di dalam. Seperti contohnya, Pantai, Laut,
Danau, Gunung, Hutan, Sungai, dan Air Terjun.
b. Atraksi Daya Tarik Wisata Budaya
Wisata Budaya diperbaharui/dikembangkan dengan menitikberatkan
pada segala sesuatu yang bebasis hasil karya manusia, baik berupa
budaya yang masih hidup (situs/heritage), maupun nilai budaya yang
29
masih hidup (the living culture) berupa; seni-kriya, seni-sastra, seni-rupa,
hingga keunikan yang masyarakat miliki di dalamnya.
c. Daya Tarik Wisata Buatan
Daya tarik wisata buatan ini mempunyai perbedaan dengan wisata
budaya, karena merupakan hasil rekayasa dari manusia yang baru dengan
tujuan kurun waktu yang akan datang, sedangkan wisata budaya dibuat
karena rekayasa manusia di masa lampau.
2. Transportasi dan Aksesibilitas
Aspek selanjutnya yang perlu mendapat perhatian dalam
pengembangan adalah transportasi dan aksesibilitas. Dimana dalam hal ini
yang dimaksud untuk kedua aspek itu adalah segenap fasilitas transportasi
dan aksesibilitas yang memudahkan dan membuat kenyamanan untuk
wisatawan menuju destinasi.
3. Amenitas atau Akomodasi
Amenitas atau Akomodasi merupakan salah satu aspek yang
dibutuhkan dalam pengembangan pariwisata. Fasilitas ini mengutamakan
kenyamanan pada wisatawan dengan memanfaatkan waktu santai mereka
untuk beristirahat selama kunjungan di destinasi.
30
4. Infrastruktur Pendukung Informasi dan promosi
Keseluruhan jenis fasilitas umum berupa prasarana adalah yang
dimaksud dengan infrastruktur pendukung informasi dan promosi untuk
pengembangan suatu destinasi. Prasarana tersebut merupakan fasilitas
pendukung yang tidak berdiri sendiri, melainkan berkesinambungan dengan
sarana/komponen lainnya, contohnya pelabuhan, bandara, terminal, jaringan
telekomunikasi, dan komponen/sarana yang bersifat fisik: ketersediaan
listrik, adanya air minum, tersedianya toilet dan lainnya.
5. Fasilitas Pendukung Wisata Lainnya
Selain sarana dan fasilitas di atas, masih ada beberapa komponen
produk yang mendukung pengembangan, yaitu: usaha perjalanan, pusat
informasi di tempat wisata, tempat makan, pusat dan fasilitas perbelanjaan,
rambu/sign wisata, hiburan malam, dan perbankan yang dibuat dengan
tujuan untuk memudahkan dan memberikan kenyamanan kepada
wisatawan.
6. Kelembagaan Sumberdaya Manusia Pariwisata
Aspek ini meliputi keseluruhan dari unsur organisasi dan pengelola
wisata dan termasuk sumber daya manusia pendukungnya, yang menjadi
bagian dalam pengembangan destinasi tersebut, seperti Pemerintah,
Swasta/Industri, dan Masyarakat. Contoh dari kelembagaan dan pengelola
yang memegang peran penting dalam pengembangan ini adalah: Dinas
31
Pariwisata, Asosiasi Industri Perjalanan Wisata (ASITA), Persatuan Hotel
dan Restoran Indonesia (PHRI), Asosiasi Jasa Pemandu Wisata, Kelompok
Sadar Wisata maupun Masyarakat Pariwisata yang terlibat di dalamnya,
baik sebagai tenaga kerja, pelaku usaha, maupun sebagai tuan rumah (host)
dalam suatu destinasi.
B. Tinjauan Paket Wisata
Paket wisata menurut Muljadi (2009) merupakan suatu kegiatan
perjalanan yang telah direncakan dan diprogramkan oleh suatu pelayanan jasa
dengan kumpulan penyedia jasa lainnya yang membentuk suatu harga dan
susunan acara dalam kegiatan tersebut.
Pengertian dari paket wisata kemudian dijabarkan kembali oleh Nuriata
(2011) bahwa paket wisata merupakan gabungan suatu sistem yang merupakan
kumpulan dari komponen-komponen penyusunan yang berkaitan satu sama
lain diantaranya adalah: wisatawan, atraksi wisata, fasilitas wisata, dan waktu.
Bojamic dan Calantone (2004) menambahkan bahwa paket wisata
sebagai kumpulan/gabungan atas susunan komponen yang terkait satu sama
lainnya, diantaranya atraksi wisata, akomodasi, tempat makan, dan
transportasi.
Dari pengertian di atas, paket wisata merupakan suatu susunan program
perjalanan yang di dalamnya terdapat komponen yang berkaitan satu sama
lainnya seperti: atraksi wisata, fasilitas (penginapan, makanan-minuman) dan
32
aktivitas wisata yang diberikan kepada wisatawan dengan harga yang sudah
ditetapkan di dalamnya.
Beberapa point penting yang harus menjadi perhatian dalam pembuatan
paket wisata menurut Suyitno (2001) adalah sebagai berikut:
1. Rute perjalanan: Dalam suatu perjalanan, sebaiknya dibuat dengan pola
berbentuk putaran atau circle route kecuali jika dalam keadaan yang
sulit/tidak memungkinkan seperti jarak antar tempat/daerah yang terlalu
dekat. Jika suatu tempat dinyatakan dalam satuan jarak, maka
ditransformasikan ke dalam satuan waktu (menit).
2. Variasi Objek: Penyusunan objek yang akan dikunjungi dalam paket wisata
ini harus bervariasi dan tidak dalam pola yang sama (monoton).
3. Tata Urutan Kunjungan: Tata urutan kunjungan pada suatu objek wisataini
berpengaruh dalam penempatan waktu yang akan dikunjungi,apakah di
posisi awal atau di posisi kunjungan akhir, tergantung pada kondisi dan
kebutuhan wisatawan. Tata Urutan Kunjungan ini pula harus
memperhatikan beberapa hal berikut:
a) Titik awal (starting point)
Titik awal yang dimaksud di sini adalah tempat yang dikunjungi pertama
kali ketika tiba di suatu destinasi/objek wisata. Biasanya titik awal dalam
memulai sebuah tour berupa hotel, airport, villa, atau tempat manapun
yang sesuai kesepakatan.
33
b) Titik akhir (finishing point)
Titik akhir ini hampir sama seperti dengan titik awal yaitu tempat
terakhir untuk mengakhiri suatu tour, seperti halnya hotel, airport, villa,
atau tempat manapun yang disepakati antara wisatawan dengan pemandu
wisatanya.
c) Waktu Tempuh Antar Objek Wisata
Waktu tempuh antar objek wisata ini diartikan sebagai waktu dalam
mencapai objek wisata, dimana diharapkan dalam perjalanannya tidak
ada hambatan seperti kemacetan, kerusakan
C. Tinjauan Community Based Tourism
1. Pengertian Community Based Tourism (CBT)
Community Based Tourism (CBT) atau komunitas berbasis
masyarakat adalah suatu konsep baru dalam rangka mengembangkan
pariwisata yang di dalamnya dilibatkan masyarakat, dimana dalam
pengembangan tersebut masyarakat harus berangkat dari kesadarannya
sendiri untuk meningkatkan nilai kehidupan mereka (COMCEC,2013:277).
Konsep pengembangan pariwisata melalui CBT ini awalnya
dibentuk untuk mengentaskan kemiskinan dari masyarakat-masyarakat di
destinasi yang masih belum merasakan keuntungan dari pariwisata di sekitar
mereka. Maka dari itu,tujuan utama dari CBT ini adalah untuk
meningkatkan nilai sosial-ekonomi dari suatu masyarakat melalui dunia
pariwisata, masyarakat lokal diajak untuk meningkatkan dalam
34
perencanaan, pengembangan, kapasitas kemampuan masyarakat hingga
taraf kehidupan mereka sehari-hari. (COMCEC,2013:70).
Dengan menggaris bawahi alasan di atas, bahwa penerapan CBT
biasanya umumnya berskala kecil dan melibatkan interaksi antara
pengunjung dan komunitas tuan rumah, terutama cocok untuk area di desa
dan daerah-daerah. CBT biasanya dimengerti untuk diatur dan dimiliki oleh
komunitas, untuk komunitas. Bentuk dari pariwisata ‘lokal’ di sini adalah
bahwa baik penyedia bahan baku dan pemberi layanan diberikan oleh
masyarakat lokal, dan mereka juga fokus dalam interpretasi dan komunikasi
mengenai budaya mereka. (Asker et al. , 2010:2)
Model pengembangan CBT ini lebih menekankan pada hal-hal yang
bersifat budaya dan mempelajari kehidupan-kehidupan tradisional di dalam
masyarakat. Hal ini ditunjukkan bahwa dalam konsep CBT ada nilai tukar
antara pengunjung (tourist) dan tuan rumah (host) yang dapat diterima satu
sama lain. Pengunjung dapat menikmati kesenangan dari budaya dan alam
di destinasi yang mereka kunjungi mengingat bahwa masyarakat lokal
disana masih memegang teguh budaya dan menjaga alam sekitar mereka
kepada pengunjung. (Asli et.al dalam COMCEC,2013:9).
Contoh dari kegiatan/aktivitas dengan penerapan CBT ini seperti: seni
dan kerajinan lokal, makanan lokal, ritual/upacara lokal, tarian tradisional.
Untuk akomodasi, home-stay lokal biasanya disediakan untuk pengunjung
untuk mencoba pengalaman kehidupan lokal (seperti contohnya di
Kyrgyzstan; Bario, Malaysia; Chambok Eco-tourism Site, Cambodia; Koh
35
Yao Noi, Thailand). (Kyrgyz Community Based Tourism Association,
2016).
2. Karakteristik Community Based Tourism (CBT)
Pelibatan masyarakat atau terkaitnya masyarakat dalam pengembangan
pariwisata melalui Community Based Tourism tentunya memiliki beberapa
ciri/karakteristik seperti: Kelestarian lingkungan, partisipasi masyarakat,
pemerataan keuntungan finansial, pemberdayaan masyarakat, peningkatan
standar hidup, dan pengelolaan masyarakat, pengendalian, dan pemilikan
proyek pariwisata. (Kontogeorgopoulos et.al, 2014:108).
Suansri (2003) menambahkan beberapa elemen CBT. Elemen ini
termasuk pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan, promosi
tradisi budaya yang unik untuk tujuan komunitas tertentu, dimasukkannya
semua kelompok masyarakat dalam perencanaan pariwisata, alokasi
keuntungan wisata ke dana masyarakat yang dimaksudkan untuk
pembangunan sosial dan ekonomi, keadilan dan distribusi manfaat yang
merata, dan promosi pengalaman pendidikan bersama antara wisatawan dan
tuan rumah.
Dalam kasus ini, Boonratana (2010) menyebutkan bahwa Thailand
terutama Mae Kampong merupakan contoh terbaik dari pencapaian
karakteristik dari CBT seperti keterlibatan masyarakat, peluang
menghasilkan pendapatan yang setara, pemberdayaan masyarakat, manfaat
kolektif, dan retensi gaya hidup dan budaya tradisional., Peluang
36
menghasilkan pendapatan yang sama, pemberdayaan masyarakat, manfaat
kolektif, dan retensi gaya hidup tradisional dan budaya.
Semakin berkembangnya penerapan CBT, Suansri (2003:21-22)
kemudian menekankan bahwa untuk pengembangan dalam CBT terdapat 5
dimensi utama: 1) dimensi ekonomi, dengan indikator berupa adanya dana
untuk pengembangan komunitas, terciptanya lapangan pekerjaan di sektor
pariwisata, timbulnya pendapatan masyarakat lokal dari sektor pariwisata;
2) dimensi sosial dengan indikator meningkatnya kualitas hidup,
peningkatan kebanggaan komunitas, pembagian peran yang adil antara laki -
laki perempuan, generasi muda dan tua, membangun penguatan organisasi
komunitas; 3) dimensi budaya dengan indikator berupa mendorong
masyarakat untuk menghormati budaya yang berbeda, membantu
berkembangnya pertukaran budaya, budaya pembangunan melekat erat
dalam budaya lokal; 4) dimensi lingkungan, dengan indikator mempelajari
carrying capacity area, mengatur pembuangan sampah, meningkatkan
keperdulian akan perlunya konservasi; 5) dimesi politik, dengan indikator:
meningkatkan partisipasi dari penduduk lokal, peningkatan kekuasaan
komunitas yang lebih luas, menjamin hak-hak dalam pengelolaan SDA.
Semua karakteristik dalam CBT tersebut akhirnya diulas dan dipersempit
kembali oleh Hatton, 1999; The Mountain Institute, 2000; Rozemeijer,
2001; Suansri, 2003; Blackstock, 2005; Goodwin and Santilli, 2009;
Tourism Concern, 2009) and the sites visited (Boonratana, 2009) sebagai
berikut:
37
a. Komunitas tuan rumah mempertahankan cara hidup dan budaya tradisional
yang menarik bagi wisatawan;
b. Pariwisata di masyarakat tuan rumah direncanakan, dikembangkan, dan
dikelola dengan persetujuan mereka;
c. Komunitas tuan rumah secara aktif terlibat dalam perencanaan,
pengembangan, dan pengelolaan produk dan aktivitas pariwisata;
d. Proses perencanaan, pengembangan, dan pengelolaan pariwisata membantu
menyatukan, memberdayakan, dan menanamkan kebanggaan pada
masyarakat tuan rumah;
e. Komunitas tuan rumah diberdayakan untuk merencanakan,
mengembangkan, dan mengelola pariwisata yang melengkapi gaya hidup
mereka;
f. Semua penduduk masyarakat tuan rumah memiliki kesempatan yang sama
untuk mendapatkan penghasilan sebagai pengelola lahan, pengusaha,
penyedia layanan dan produksi, dan karyawan;
g. Penghasilan yang dihasilkan adalah sumber tambahan atau alternatif, atau
digunakan untuk pengentasan kemiskinan;
h. Bagian dari pendapatan wisatawan dicadangkan untuk proyek-proyek yang
secara kolektif menguntungkan masyarakat tuan rumah;
i. Pariwisata di masyarakat tuan rumah berkontribusi terhadap pelestarian
warisan budaya dan konservasi warisan alam;
38
j. Komunitas tuan rumah, pengunjung, dan pemangku kepentingan lainnya
menyadari dampak negatif pariwisata, dan memiliki langkah-langkah untuk
mengurangi dampak tersebut;
k. Pengunjung diberi tahu tentang norma sosial dan budaya masyarakat tuan
rumah sebelum atau sesudah kedatangan, oleh karena itu mendorong
perilaku yang bertanggung jawab;
l. Pertukaran antara pengunjung dan komunitas tuan rumah mendorong
toleransi, pemahaman, dan pembelajaran lintas budaya; dan
m. Komunitas tuan rumah, pengunjung, dan pemangku kepentingan lainnya
berkewajiban menghindari ritual dan upacara yang bersifat komoditi
(terutama suci dan / atau religius).
D. Tinjauan Atraksi Wisata Berbasis Masyarakat
Menurut Undang-Undang Kepariwisataan No. 10 tahun 2009 Pasal 1
mengatakan bahwa daya tarik wisata adalah sesuatu yang memiliki keunikan,
keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan
hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.
Daya tarik atraksi wisata menurut Yoeti (2002) adalah sesuatu yang
tujuannya adalah untuk mendorong wisatawan datang ke satu tempat/daerah
yang mempunyai pesona wisata. Dimana daya tarik wisata ini dapat dibagi
menjadi:
1. Natural attraction: termasuk di dalamnya adalah pemandangan, laut, pantai,
iklim dan semua yang berhubungan dengan alam di suatu destinasi.
39
2. Cultural attraction: termasuk di dalamnya adalah budaya dan kesenian,
agama, festival, dan segala acara budaya.
3. Social attractions: termasuk di dalamnya adalah jalan hidup populasi
penduduk, bahasa, dan kesempatan untuk pertemuan sosial.
4. Built attraction: termasuk di dalamnya adalah bangunan bersejarah,
arsitektur modern, monumen, taman dan sebagainya.
Lalu menurut Mariotti dan Yoeti dalam Sunaryo,2002 mengatakan
dikarenakan daya tarik wisata ini adalah faktor penting untuk menarik
wisatawan ke suatu destinasi. Untuk hal itu, diperlukan 3 faktor utama untuk
menarik wisatawan,yaitu:
1. Something to see. Dalam suatu daya tarik wisata, diharapkan bahwa
wisatawan dapat menikmati dengan melihat sesuatu yang mempunyai daya
tarik khusus di daya tarik wisata tersebut.
2. Something to do. Daya tarik wisata selain bisa dinikmati dan dilihat, harus
menyediakan sesuatu untuk dapat melakukan aktivitas di dalamnya, seperti
olahraga, kesenian, atau apapun yang bisa membuat betah wisatawan.
3. Something to buy. Di suatu daya tarik wisata harus tersedia barang-barang
cindera mata (souvenir) seperti halnya kerajinan tangan yang disediakan
oleh masyarakat setempat untuk dapat dibawa pulang oleh wisatawan.
(Mariotti dan Yoeti dalam Sunaryo,2002).
Dalam suatu pemilihan suatu atraksi wisata untuk menjadi sebuah pilihan
dalam paket wisata disampaikan oleh Nuriata (2014:50) sebagai berikut:
1. Keunikan, hal yang bersifat eksotik dari atraksi wisata
40
2. Memenuhi selera wisatawan
3. Bersifat santai dilakukan tidak tergesa-gesa. Dinikmati dengan baik.
4. Mengandung unsur pendidikan/edukasi
5. Mempunyai daya dukung lahan yang memadai
6. Aksesibilitas, kemudahan mncapai tempat atraksi wisata
Atraksi wisata yang biasanya melibatkan masyarakat biasanya berbeda
dengan pemilihan atraksi wisata yang biasa. Tipikal dari atraksi wisata tersebut
mengajak pengunjung/tamu berinteraksi dengan; kehidupan lokal, cerita rakyat
dan budaya, baju, makanan dan minuman tradisional, hingga upacara adat di
sekitar. Semua hal tersebut disebutkan bahwa atraksi wisata yang sesuai
dengan masyarakat harus bersifat baru, eksotis, unik, dan menyenangkan yang
disatupadankan dengan kehangatan dan keramahan dari masyarakat lokal
tersebut sebagai hasil dari pertukaran cross-culture antara pengunjung dan
masyarakat lokal (COMCEC,2013:11). Dolezal dalam COMCEC (2013:51)
menambahkan bahwa penelitian menjelaskan bahwa motivasi wisatwan untuk
berpartisipasi dalam kegiatan yang berkaitan dengan masyarakat harus
memiliki keinginan untuk memiliki pengalaman yang unik dan asli, yang mana
hanya ditemukan di kegiatan sehari-hari masyarakat lokal di balik pariwisata.
Asean Community Based Tourism Standard (2016:8) menambahkan juga
bahwa dalam suatu atraksi harus memastikan bahwa pengunjung dapat
berinteraksi dengan alam, budaya, dan lingkungan di sekitarnya. Produk/atraksi
wisata dalam hal ini menurut COMCEC tidak harus berupa atraksi alam, tetapi
41
lebih menekankan pada pendekatan antara tamu dan pengunjung yang mana
penduduk lokal mempunyai potensi dalam atraksi seperti:
1. Produk yang membuat untuk kebutuhan dasar manusia lainnya dengan
perbedaan lokal mereka (contohnya membuat roti)
2. Demonstrasi lokal untuk pembuatan produk lokal (contoh:membuat
tembikar/pottery)
3. Pengolahan produk pertanian primer (contoh: proses membuat tebu)
4. Aktivitas unik yang bersangkutan dengan daya tarik alam (contoh:melihat
paus)
5. Event yang terorganisasi dengan baik (contoh: seafood dinner)
(COMCEC,2013:36).
Tabel di bawah ini menunjukkan beberapa contoh dari atraksi dan aktivitas
dari CBT:
TABEL 2
ATRAKSI DAN AKTIVITAS CBT
Single activity or objects Culture tours/ Nature/ wildlife/ Significant sites Dailychores/ production/ walks/ visits/ outdoor activities products events/ classes drumming village tours bird watching hot springs dance agriculture tours medicinal use of plants falls hair braiding history tours thatching grass rainforest craft work guided walks herbal tea collection volcanos handicraft production school visits trophy hunting lakes cookery language classes campsite management rivers meal sharing seafood event jungle trekking ancient sites storytelling cooking classes traditional fishing production natural dying safaris facilities bread turtles mountains basket flowers
Sumber : COMCEC, 2013:11
42
Kesuksesan penerapan CBT dalam berbagai destinasi terutama beberapa
daerah terpencil yang serupa dengan tujuan pembentukan CBT yaitu untuk
mengenalkan budaya mereka, tetapi lebih untuk meningkatkan pendapatan
mereka. COMCEC (2013:12) menyampaikan bahwa ketika wisatawan masuk
ke dalam suatu daerah dengan masyarakat lokal di sekelilingnya, maka
wisatawan harus peka terhadap nilai perilaku dan nilai kritis agar tidak
mengganggu masyarakat sekitar, dan bagi masyarakat harus diajarkan untuk
memberi toleransi kepada wisatawan yang melakukan kesalahan beberapa kali.
Beberapa dari negara yang sukses menerapkan CBT adalah Malaysia. Seperti
contohnya adalah Bario Homestay. Committee for Economic and Commercial
Cooperation of the Organization of Islamic Cooperation (COMCEC)
memberikan alasan mengapa Bario Homestay menjadi salah satu penerapan
CBT yang baik adalah salah satunya bahwa masyarakat lokal di sana,
menyediakan toko kerajinan lokal dan galeri seni yang ditampilkan oleh
masyarakat yang ahli di bidang tersebut. Untuk penyediaan souvenir, menurut
Seneviratne et.al (2010:4) yang mengatakan bahwa kerajinan-kerajinan lokal
yang paling terkenal termasuk perak, produk sabut, tembikar, lacquer ware,
topeng, renda, batik, handloom dan berbagai ukiran kayu artefak megah yang
terbuat dari bahan asli alami dan bahan oleh pengrajin dan wanita yang
keterampilannya diturunkan dari generasi ke generasi. Xin-ting (2004)
mengatakan bahwa untuk penyediaan souvenir, tidak hanya memperhatikan
43
keindahan dan penampilan yang mencolok, tetapi juga harus memberikan
kesan tentang karakter dan kekayaan suatu daerah.
Lalu selain hal itu Boonratana (2010:286) menambahkan bahwa jika
dalam suatu menerapkan CBT, alangkah baiknya bahwa pengunjung dapat
kesempatan dengan mempunyai pengalaman dari belajar kehidupan tradisional
melalui interaksi yang dekat antara tamu dan tuan rumah dam mengikuti
aktivitas yang dilakukan oleh tuan rumah sehari-hari. Wei (2013:16)
mengungkapkan bahwa salah satu alasan dalam Best Practice adalah bahwa
salah satu hal yang bisa dicontoh dalam penerapan CBT adalah bahwa
masyarakat lokal yang bekerja sebagai pemandu lokal (local guides)
membagikan pengetahuan mengenai budaya, alam, dan sejarah dari mereka.
Sependapat dengan hal itu, Asean Community Based Tourism Standard
(2003:8) yang menyebutkan salah satunya adalah bahwa guide harus memiliki
dan menunjukkan kemampuan mereka mengenai pengetahuan mengenai
lingkungan dan budaya setempat yang meliputi; sejarah, budaya, tradisi,
geografi, flora dan fauna dan situs budaya/warisan budaya dan prinsip
pariwisata berkelanjutan.
Penyusunan paket wisata tentunya tidak terlepas dari penentuan waktu.
Nuriata (2014) menyampaikan bahwa penggunaan waktu untuk pelaksaan tour
harus lebih lama daripada pencapaian waktu untuk menuju ke suatu atraksi
wisata. Hal ini dimaksudkan agar wisatawan tetap merasakan kegiatan tour
dengan baik. Atraksi yang baik juga harus memiliki tempat/lokasi yang
strategis. Selain untuk menjadi pertimbangan bagi wisatawan, juga karena
44
lokasi merupakan salah satu aspek penting dalam pembentukan suatu paket
wisata. Lokasi dalam sebuah destinasi merupakan salah satu faktor yang
penting karena hal itu menetapkan dekatnya antara satu destinasi dengan
destinasi lainnya yang dapat dicapai oleh transportasi (COMCEC, 2013:26).
E. Tinjauan Akomodasi Berbasis Masyarakat
Akomodasi merupakan salah satu fasilitas penunjang dalam suatu paket
wisata. Pengertian dari penginapan ini dijabarkan oleh beberapa ahli di bawah
ini:
Menurut SK Menteri Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi No. KM
37/PW. 340/MPPT-86 dalam Sulastiyono (2011:6), adalah "Suatu jenis
akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk
menyediakan jasa penginapan, makanan dan minuman, serta jasa penunjang
lainnya bagi umum yang dikelola secara komersial.
Dalam pelaksanaan suatu paket wisata, penginapan (accomodation) ini
merupakan salah satu sarana yang diperlukan oleh wisatawan yang biasanya
menghabiskan waktu di suatu tempat dengan waktu lebih dari 24 jam untuk
bersantai disana. Jenis-jenis sarana akomodasi tersebut dibagi menjadi:
1. Inn atau Hotel
Dulunya hotel dikenal sebagai pondok yang menyediakan makanan dan
awalnya diciptakan untuk melayani masyarakat. Hingga sekarang definisi
dari hotel adalah akomodasi komersial yang sebagian atau seluruh
45
bangunannya dipergunakan menjadi suatu tempat tinggal sementara dan
disediakan berbagai layanan seperti makan-minum, cuci pakaian, dan
relaksasi lainnya.
2. Motel
Motel merupakan gabungan dari motor hotel. Fungsi dari hotel ini
ditujukan pada pengguna motor yang ingin beristirahat di tengah perjalanan
mereka menuju ke suatu daerah.
3. Resort
Akomodasi yang lokasinya di tempat-tempat untukn relaksasi seperti
pegunungan atau di pinggir pantai.
4. Pondok wisata atau homestay
Suatu usaha akomodasi yang biasanya dimiliki oleh perorangan yang
menggunakan sebagian atau seluruh dari rumah tempat tinggal mereka
dengan biaya harian. (Ismayanti,2010)
Pengertian tersebut ditambahkan kembali oleh ASEAN Tourism Standard
(2007) bahwa homestay merupakan suatu penginapan rumah tinggal yang
fungsinya memberikan kesempatan bagi para tamunya untuk menikmati
kehidupan sehari-hari masyarakat dan komunitas disana sebagai daya tarik. Di
dalamnya, terdapat beberapa kriteria yang menyebutkan bahwa penyedia
akomodasi memiliki akses terhadap pengembangan kapasitas yang
berkelanjutan dan kesempatan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan dan
pengetahuan mereka tentang:
46
1. Akomodasi dan layanan rumah tangga,
2. Kebersihan persiapan makanan,
3. Standar perhotelan dan layanan,
4. Pariwisata berkelanjutan,
5. Manajemen kelompok,
6. Layanan / layanan pelanggan,
7. komunikasi (termasuk kesadaran / komunikasi lintas budaya dan
komunikasi verbal dan non-verbal)
8. Pertolongan pertama dan keamanan,
9. Tradisi budaya, integritas,
10. Identitas dan nilai-nilai otentik,
11. Perlindungan lingkungan.
Maksud dari pengadaan homestay ini adalah tentunya untuk memberikan
tempat tinggal bagi wisatawan di suatu desa/kampung bersama keluarga yang
tinggal di dalamnya, dan karena hal itu wisatawan dapat belajar banyak hal
seperti gaya hidup lokal, budaya, dan alam setempat. Yang ciri utamanya
adalah tinggal bersama dengan host family dan melakukan aktivitas seperti
memasak, makan dan kegiatan bersama antara wisatawan dengan tuan rumah.
(Ibrahim, 2010).
Salah satu jenis akomodasi adalah homestay. Berbeda dengan hotel yang
bersifat komersial, homestay merupakan sarana penginapan yang paling cocok
dalam penerapan CBT. Homestay juga merupakan salah satu alat untuk
mengembangkan peningkatan kesadaran akan masalah kebersihan dan sanitasi
47
dalam suatu destinasi bersama masyarakat di dalamnya (Suansri,2003:18).
Karena seperti pengertian yang disampaikan oleh Suansri (2003:28) bahwa
homestay merupakan salah satu jenis wisata yang mempromosikan interaksi
antara tamu dan tuan rumah (host families). Untuk masalah jarak, Asean
Community Based Tourism Standard mengenai aksesibilitas bahwa homestay
tidak ditempatkan dalam 20 meter dari setiap daya tarik alami atau budaya atau
situs penting, kecuali secara historis di lokasi itu atau karena alasan budaya.
Dalam homestay ini sebenarnya tidak membutuhkan banyak hal seperti
layaknya membangun sebuah hotel, namun penyediaan rumah dengan keadaan
yang bersih dan higienis dengan fasilitas tentunya tersedia kamar dan tempat
tidur sudah menjadi syarat yang baik dalam menyediakan homestay. Adapun
selain hal itu, terdapat beberapa standard Internasional yang telah ditetapkan
oleh Asean Community Based Tourism Standard (2013:12) mengenai
penyediaan homestay sebagai berikut:
a. Kamar mandi dan toilet, dengan privasi dan ventilasi yang memadai,
tersedia untuk tamu digunakan dalam semua akomodasi. Semua akomodasi,
terutama kamar mandi dan toilet, dibersihkan secara menyeluruh setiap hari.
b. Kamar mandi dan toilet termasuk tangki dan air bersih harus bersih.
Termasuk juga sabun, cangkir dan tempat sampah.
c. Toilet berjongkok atau duduk, dan tipe pembilasan atau pengomposan,
dengan pertimbangan yang diberikan pada jenis klien dan aturan lokal.
48
Hal tersebut kemudian ditambah menurut Asean Homestay Standard
(2016:6-7) yang menyebutkan kriteria mengenai kriteria homestay berstandar
Internasional, untuk pemilihan rumah sebagai homestay yaitu:
1. Struktur rumah harus dalam keadaan baik, stabil dan aman seperti atap,
dinding, pintu, lantai, dll.
2. Desain dan bahan bangunan harus mencerminkan arsitektur vernakular dan
identitas lokal.
3. Penyedia homestay harus menyediakan kamar tidur tamu yang terpisah dari
kamar tidur lainnya di rumah.
4. Harus ada minimal satu (1) kamar mandi / toilet untuk tamu di dalam ruang
tamu atau di dalam rumah.
5. Disarankan agar rumah memiliki pasokan listrik.
6. Rumah harus memiliki persediaan air bersih yang memadai dan tersedia di
dalam rumah.
Selanjutnya menurut Asean Homestay Standard (2016:7) yang menyebutkan
kriteria untuk kamar tidur adalah:
1. Menyediakan fasilitas dan perabotan dasar di kamar tidur tamu seperti kipas
angin, meja, lemari mini, cermin, soket listrik, kelambu atau koil dll.
2. Maksimal empat dari jumlah total kamar tidur di rumah, yang tidak
digunakan oleh anggota penyedia homestay / host manapun dialokasikan
untuk tamu homestay.
3. Menyediakan jenis tempat tidur standar dan sesuai seperti tempat tidur
single dan tempat tidur double dengan kasur dan bantal yang nyaman.
49
4. Jika perlu, jendela harus dilengkapi dengan bingkai jala untuk menahan
nyamuk dan serangga lainnya.
5. Sprei harus diganti sesuai kebutuhan dan memenuhi kebutuhan untuk tamu,
seperti sprei bersih dan segar harus disediakan untuk tamu berikutnya.
Kemudian standard yang ditetapkan oleh Asean Homestay Standard (2016:6)
untuk kriteria toilet di dalam homestay adalah:
1. Sediakan jenis toilet duduk atau jongkok di dalam atau di luar dekat dengan
rumah.
2. Menyediakan fasilitas toilet dan kamar mandi dasar termasuk pintu dengan
kunci dalam semua toilet dan kamar mandi
3. Air bersih yang memadai dan memadai harus disediakan setiap saat
Homestay saat ini diupayakan untuk tidak hanya sebagai akomodasi, tetapi
juga dapat memberikan pengalaman kehidupan traidisional masyarakat lokal,
menurut Asean Homestay Standard (2016:7) menyebutkan kriteria bahwa
selama tinggal di homestay, sebaiknya ada beberapa kegiatan yang dilakukan
untuk memperkenalkan budaya lokal di sekitar:
1. Menyediakan kegiatan baik berupa kebudayaan lokal (bertani, industri
lokal, atau kerajinan tangan), dan kegiatan yang menyangkut dengan alam
sekitar (hutan, sungai, danau, dan gua) yang dirancang membuat interaksi
antara pengunjung dan wisatawan.
2. Mengunjungi atraksi-atraksi di sekitar homestay dengan menjadikan
homestay menjadi atraksi dasar dan juga berkolaborasi dengan desa sekitar
untuk menambah variasi kegiatan wisata.
50
3. Menunjukkan kegiatan yang masih bersifat otentik dan menunjukkan bahwa
masyarakat lokal masih menjaga dengan baik budaya yang ada di sekitar
mereka sehingga membuat pengalaman yang unik bagi wisatawan.
Hal tersebut kemudian diperjelas kembali mengenai standard bagi pemilik
homestay dalam menjaga dan menyajikan makanan, maka pemilik homestay
harus:
1. Dapur harus dalam keadaan baik, bersih dan berventilasi baik
2. Peralatan dapur harus dalam kondisi baik, bersih, dan disimpan di tempat
yang kering.
3. Piring, gelas dan mangkuk yang tidak rata, dan lain-lain tidak boleh
digunakan untuk menyajikan makanan tamu.
4. Daging, ayam, ikan dan bahan lainnya yang digunakan dalam persiapan
makanan adalah segar dan sebaiknya bersumber dari pasar / pemasok lokal.
5. Makanan yang disajikan harus ditutup dengan benar.
6. Tamu hanya dilayani dengan air minum yang aman
Asean Homestay Standard (2016:8) menambahkan lagi mengenai lokasi
yang seharusnya menempatkan homestay, dengan kriteria sebagai berikut:
1. Lokasi homestay dapat diakses oleh moda transportasi manapun.
2. Tanda papan yang jelas harus disediakan untuk membimbing tamu ke
homestay.
Selain hal itu, COMCEC (2013) mengatakan bahwa salah satu syarat
untuk menjadikan sebuah homestay adalah bahwa suatu homestay disediakan
51
oleh masyarakat lokal sendiri yang masih berbentuk rumah tradisional.
COMCEC (2013) menambahkan bahwa salah satu alasan mengapa wisatawan
tertarik tinggal di homestay adalah bahwa wisatawan dapat tinggal di dalamnya
bersama dengan keaslian baik rumah maupun kehidupan sehari-hari yang
masih dijaga dengan erat dan dapat dinikmati oleh wisatawan. Selain hal itu,
tentunya para pekerja/ staff dalam homestay ini adalah orang lokal (Kyrgyz
Community Based Tourism Association, 2016). Menambahkan pendapat
tersebut, Suansri (2003:20) menyampaikan bahwa pengertian homestay sendiri
sekarang berubah dari akomodasi lain, yang menerima wisatawan yang tidak
diketahui sebelumnya dengan tetap menampilkan budaya dan kesederhaan
yang mereka miliki dan masyarakat menetapkan biaya dari hal tersebut kepada
wisatawan.Tinggal bersama dengan penduduk lokal dalam rumah tradisional
juga diharapkan memberikan pengalaman dengan hidup di kehidupan
pedesaan, dan bertukar untuk belajar mengenai budaya dan tradisi antara
pengunjung dan tuan rumah dari homestay tersebut, dan pengunjung juga dapat
mengambil bagian dalam beberapa aktivitas sehari-hari yang biasanya
dilakukan oleh tuan rumah, seperti misalnya mencoba membuat masakan
rumahan, mengambil hasil panen dari perkebunan, dan bahkan bermain
permainan tradisional di desa tersebut. Para wisatawan juga dapat merasakan
pengalaman seperti menanam padi di sawah, ikut memancing di laut,
mengikuti pengalaman di upacara adat, dan juga dapat berpartisipasi untuk
mengikuti tarian tradisional dari desa mereka (Malaysia Homestay Program).
Sejalan dengan pandangan dari Malaysia Homestay Program, menurut
52
COMCEC (2013:6) bahwa saat ini wisatawan mencari pengalaman-
pengalaman baru dari suatu destinasi yang biasanya masih kaya akan budaya
yang dijaganya.
Hal lain yang dipersipakan oleh sebuah homestay bahwa tuan
rumah/pemilik rumah menyediakan makanan untuk para tamu untuk menjamu
mereka selama tinggal di sana. Sependapat dengan hal itu, Breugel (2013:22)
mengatakan bahwa dalam praktek kesuksesan sebuah homestay di salah satu
desa di Thailand adalah mereka menyediakan 3 kali makan dalam sehari untuk
diberikan kepada pengunjung. Ia kemudian menambahkan bahwa pelayanan
yang diberikan oleh pihak masyarakat (host families) tersebut untuk menjamu
para wisatawan adalah tentunya dengan mereka menyediakan makanan lokal
mereka, dan berasal dari bahan-bahan alami yang biasanya mereka tanam
sendiri. Hal ini kemudian ditambahkan menurut Flandrin (1995:15) bahwa
kondisi geografis merupakan salah satu pengaruh dalam pemilihan dan
penyajian makanan. Faktor untuk penyedia makanan merupakan satu hal
penting yang dapat para wisatawan. Dimana ketika makan, para tamu dapat
merasakan nikmatnya makan bersama masyarakat lokal dengan menu yang
mereka persiapkan sendiri (Aziz dan Selamat,2016:30). Untuk harga, menurut
Asean Homestay Standard (2016:6) menyatakan bahwa harga yang ditetapkan,
akan lebih memudahkan wisatawan untuk menikmati aktivitas di homestay.
Biasanya harga tersebut sudah termasuk dengan transportasi, kegiatan,makan,
dan akomodasi itu sendiri. Harga untuk penetapan harga ini biasanya
ditentukan dahulu untuk masyarakat, kemudian akan dilakukan mark-up yang
53
mana hal itu akan mendukung dalam ekonomi masyarakat lokal. Seperti
pendapat dari COMCEC (2016:47) bahwa penciptaan lapangan kerja dan
pekerjaan merupakan keuntungan ekonomi yang penting karena bagi banyak
anggota masyarakat.
Nuriata (2014) kemudian menambahkan bahwa ada faktor lain dalam
pemilihan fasilitas akomodasi yang perlu dipertimbangkan untuk penyusunan
program paket wisata, sebagai berikut:
1. Tipe dan jenis akomodasi/penginapan (Bintang/non, sistem blok, cottage,
bungalow)
2. Kapasitas kamar dan tingkat hunian
3. Harga dan kondisi sarana akomodasi tersebut
4. Fasilitas dan pelayanan yang mendukung
5. Lokasi, menyangkut:
a. Jarak dari pintu gerbang (masuk/keluar),terminal
b. Kaitan dengan atraksi wisata
c. Inti dari program perjalanan
d. Di dalam atau di luar kota
e. Hubungan dengan rute perjalanan
6. Kemudahan pencapaian/Aksesibilitas
7. Adekkuasi/persediaan-Tingkat hunian
8. Sanitasi/Hygiene
9. Keunikan
10. Seasonal
54
Dalam homestay, masyarakat lokal harus tetap menjaga sanitasi/kebersihan
sesuai dengan standard dari Asean Homestay Standard (2016:6) dengan kriteria
sebagai berikut:
1. Semua kamar, dapur dan toilet harus tetap bersih dan bebas dari kotoran
debu, jaring laba-laba dll
2. Lantai dapur harus dibersihkan secara teratur dan bebas dari noda tumpahan
3. Toilet, bak mandi, sumur dan bak cuci harus secara teratur dibersihkan dan
dibiarkan bebas dari kotoran dan noda.
4. Desinfektan harus digunakan untuk menjaga toilet tetap bersih dan bebas
dari kuman
5. Sabun, shampo, tisu toilet dan handuk bersih harus disediakan oleh
penyedia homestay.
F. Tinjauan Tempat Makan Berbasis Masyarakat
Pengertian rumah makan menurut Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan
Telekomunikasi No.KN.73/PVVI05/MPPT-85 tentang Peraturan usaha Rumah
Makan, dalam peraturan ini yang dimaksud dengan pengusaha Jasa Pangan
adalah: “Suatu usaha yang menyediakan jasa pelayanan makanan dan minuman
yang dikelola secara komersial”. Sedangkan menurut peraturan Menteri
Kesehatan RI No.304/Menkes/Per/89 tentang persyaratan rumah makan, maka
yang dimaksud rumah makan adalah satu jenis usaha jasa pangan yang
bertempat di sebagian atau seluruh bangunan yang permanen dilengkapi
55
dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan dan
penjualan makanan dan minuman bagi umum ditempat usahanya.
Pengertian dari tempat makan ini diperjelas kembali menurut Ismayanti
(2010) bahwa suatu jenis usaha pangan yang menyediakan makanan, minuman,
dan dikelola yang mana dalam pembangunan tempat makan harus
menyediakan ruang untuk pengolahan makanan, penyajian, hingga akhirnya
penjualan kepada pengunjung.
Nuriata (2014) kemudian menyampaikan bahwa ada faktor yang harus
dipertimbangkan dalam memilih suatu tempat makan dalam paket wisata, di
antaranya:
1. Bentuk tempat makan berada di dalam/luar hotel, warung, cafe, restoran,
dll,
2. Kapasitas pengunjung/meja yang tersedia,
3. Harga, menu dan kondisi dari sarana restoran tersebut,
4. Fasilitas dan pelayanan yang mendukung,
5. Lokasi, menyangkut:
a. Jarak dari pintu gerbang (masuk/keluar), terminal
b. Kaitan dengan atraksi termasuk topografi/contour
c. Inti dari program perjalanan
Tempat yang tepat sesuai dengan waktu perjalanan:
a. Di dalam/luar kota
b. Hubungan dengan rute perjalanan
6. Kemudahan pencapaian/Aksesibilitas,
56
7. Adekuasi/Persediaan,
8. Pelayanan:
a. Self-service
b. Table Set
c. Buffet
d. Drive through
9. Keunikan,
10. Sanitasi/Hygiene,
11. Seasonal,
12. Jam Kerja/Operasional,
Berkaitan dengan CBT, tempat makan yang dimaksud di sini adalah lebih
mengarah kepada food tourism yang menekankan ‘rasa’ yang melekat pada
lingkungan pedesaan/tradisional. Sependapat dengan hal ini Rifai (2012) dalam
African Journal of Hospitality, Tourism and Leisure Volume 5 (2016)
mengatakan bahwa saat ini para wisatawan kembali ke tempat yang sudah
mereka kenal dan mereka telah puas dengan hasil sebuah masakan dan teruji
resepnnya, dan mereka juga dapat pergi ke tempat lain untuk mencari tempat
yang mempunyai keahlian dan resep makanan yang baru, sehingga itu menjadi
pengalaman tersendiri bagi mereka. Hal tersebut ditambahkan menurut Sims
(2012:326) ada hubungan vital antara makanan lokal, pariwisata, dan pertanian
dan keamanan pangan. Makanan lokal berpotensi memainkan peran sentral
dalam agenda pariwisata yang berkelanjutan, dengan mencakup segala hal.Dari
kekhawatiran tentang keamanan pangan dan dampak pertanian terhadap
57
lingkungan pedesaan terhadap permintaan pengunjung akan lebih banyak
pengalaman wisata "asli".
Seperti halnya pengertian di atas, bahwa untuk memenuhi kebutuhan
wisatawan yang seperti itu, maka menyiapakan makanan dan membuatnya
menjadi sebuah pengalaman dalam sebuah perjalanan dapat dilakukan di suatu
pedesaan yang memenuhi syarat bahwa mereka mempunyai resep/makanan
lokal yang dapat menarik minat wisatawan (Dougherty and Green dalam
African Journal of Hospitality, Tourism and Leisure Volume 5 (2016). Hal ini
juga berkaitan langsung dengan CBT yang mana penggabungan atas keduanya
disampaikan oleh African Journal of Hospitality (2016) sebagai CBTF atau
Community Based-Food Tourism. Hal ini ditambah dengan pengertian menurut
Asean Community Based Tourism (2016:6) bahwa dalam penyediaan
makanan, tuan rumah harus memperhatikan standard berikut:
1. Menu tersedia dengan harga yang sesuai (jika sesuai).
2. Makanan disediakan pada waktu yang disepakati yang diidentifikasi melalui
konsultasi antara makanan dan penyedia minuman
3. Makanan yang cukup disediakan untuk kebutuhan pengunjung, termasuk
makanan ringan antara makanan.
4. Menu bervariasi setiap hari dan termasuk setidaknya satu makanan
tradisional pada setiap makan periode.
5. Penggunaan maksimum dibuat dari makanan segar dan organik, bahan-
bahan lokal,termasuk daging dan sayuran segar, tapi tidak ada daging
langka yang dilarang oleh peraturan pemerintah.
58
6. Makanan penutup atau buah merupakan bagian dari setiap makanan.
7. Persiapan makanan dan area makan dijaga dalam keadaan bersih setiap saat.
8. Persiapan makanan dan peralatan makan dibersihkan secara menyeluruh
sebelum digunakan (misalnya dibersihkan segera setelah makan).
9. Penyedia layanan makanan mencuci tangan dengan sabun di air bersih
sebelumnya dan teratur selama persiapan makanan.
10. Makanan disimpan dalam wadah bersih, yang disimpan dengan baik.
11. Hewan dan hama dijauhkan dari penyimpanan makanan, memasak dan area
makan.
12. Peluang ada bagi wisatawan untuk berpartisipasi dalam persiapan makan
dan makan belajar teknik memasak tradisional
13. Preferensi diet pengunjung diakomodasi.
14. Penggunaan maksimum dibuat dari produk bio-degradable alami saat
disajikan dan makanan kemasan (misalnya daun pisang).
Salah satu hal dalam penerapan CBT dalam pelayanan food tourism yang
berkaitan langsung dengan CBT ini, bahwa setiap pelayanan yang diberikan
oleh tamu, harus mempekerjakan masyarakat lokal di sana dan menggunakan
bahan-bahan dari desa tersebut. Sehingga hal ini berguna untuk meningkatkan
ekonomi lokal dan tentunya memberikan pengalaman tersendiri bagi para tamu
(Wei,2012). Sependapat dengan hal tersebut, KYN CBT-Club dalam
COMCEC (2013:48) menyatakan bahwa tentunya dalam mempekerjakan
masyarakat tersebut bertujuan untuk memberikan kesempatan dan membuka
lapangan kerja seluas-luasnya untuk masyarakat lokal.
59
African Journal of Hospitality (2016) menyampaikan bahwa terdapat Food
Standard CBT yang dipersiapkan dalam menentukan makanan yang
diperuntukkan untuk di daerah pedesaan:
1. Menggunakan bahan/kemasan yang biodegradable (bahan alami) seperti
misalnya daun pisang.
2. Menggunakan bahan-bahan/ingredients alami (tidak menggunakan daging
hewan langka/bushmeat)
3. Menyediakan masakan spesial lokal
4. Keanekaragaman jenis masakan lokal
5. Menyediakan makanan untuk vegetarian
6. Menggunakan bahan-bahan lokal yang berasal dari perkebunan masyarakat
sendiri
7. Pengunjung dapat mengikuti kegiatan memasak bersama masyarakat lokal
G. Tinjauan Transportasi Berbasis Masyarakat
Menurut Gunawan (2014) transportasi adalah suatu usaha atau kegiatan
mengangkut barang/penumpang dari satu tempat ke tempat lain. Pemilihan
moda transportasi dalam pembentukan paket wisata disampaikan kembali oleh
Nuriata (2014) yaitu:
1. Moda transportasi yang dipilih termasuk kelompok dari setiap moda
2. Kondisi dan fasilitas yang ada:
a. Kapasitas tempat duduk
b. Pelayanan di darat (Ground Service)
60
c. Pelayanan di atas kendaraan (On-board service)
d. Bentuk transport
e. Kecepatan jelajah
f. Load factor
3. Harga/biaya termasuk kelas
4. Waktu, menyangkut jadwal perjalanan dan lama tempuh
5. Lokasi dan topografi
a. Titik awal dan titik tujuan
b. Jarak tempuh
c. Rute
6. Kemudahan pencapaian/ aksesibilitas
7. Adekuasi/ persediaan
8. Keunikan
9. Seasonal
Transportasi merupakan salah satu elemen penting dalam sebuah perjalanan.
Pada kenyataannya, kebutuhan orang-orang yang ingin bepergian dan
melakukan aktivitas di tempat yang berbeda, memerlukan aksesibilitas yang
baik dan kecepatan untuk mencapainya. Karena banyak orang beranggapan
bahwa suatu kecepatan dalam suatu transportasi untuk mencapai suatu tempat
itu sangat membantu dalam menghabiskan waktu tidak terlalu lama dalam
perjalanan dan itu memudahkan untuk mencapai destinasi/ tujuan berbeda yang
lebih luas (Goodwin et.al,2012:5)
61
Dalam hubungannya dengan pelibatan masyarakat, Wei (2012:16)
memaparkan salah satu desa Bedouin, masyarakat lokal mengambil bagian
sebagai pekerja dalam pelayanan transportasi disana dan menjadikannya
sebagai peningkatan ekonomi.
Fei (2012) juga menambahkan bahwa dalam transportasi diharapkan untuk
berada dalam keadaan aman dan memungkinkan untuk selalu digunakan dalam
mengantar wisatawan.
BAB III
DATA TEMUAN
A. Tinjauan Umum Lokus Penelitian
1. SGP Tour and Travel (Surya Global Pratama)
SGP Tour&Travel berada di Provinsi Jambi, Sumatera, Indonesia.
Perusahaan ini menyediakan perjalanan dan paket wisata untuk mengelilingi
Jambi dan sekitarnya, dan tempat lain di Indonesia.SGP Tour and Travel ini
berada di alamat Jalan Yuka No 22 Palmerah Lama - Kota Jambi, Indonesia
3619. Telepon: +6741 755 3507. Email: [email protected].
2. Sejarah Perusahaan
. Berdiri tahun 2006 dengan nama PT. Surya Global Pratama. SGP ini
membuka divisi tiketing dari tahun 2006-2009. Awal 2009 membuka divisi
tour. Tahun 2011, divisi tiketing ditutup dikarenakan persaingan tidak sehat
antara travel agent dengan calo-calo di bandara yang tanpa mempunyai izin
untuk usaha tetapi mendapatkan keuntungan lebih banyak. Tahun 2012,
akhirnya kantor SGP mulai fokus untuk menyediakan jasa baik pemandu
wisata hingga paket tour di Provinsi Jambi dengan tujuan Muaro Jambi,
Kerinci, Merangin, dan Kota Jambi, mengingat bahwa keuntungan yang
didapat dari penyediaan bidang paket tour lebih baik dibandingan hanya
menjual tiket saja. Target pasar dari SGP Tour and Travel ini sendiri mengacu
62
63
pada inbound, dimana di Provinsi Jambi, mereka satu-satunya yang fokus
untuk Inbound.
3. Logo Perusahaan
GAMBAR 2 LOGO SGP TOUR AND TRAVEL
Sumber : SGP Tour and Travel (2017)
Awalnya logo pihak SGP Tour hanya S di depan dengan background
hitam, kemudian berubah warna menjadi warna-warni yang melambangkan
bahwa perkembangan wisata Jambi yang semakin baik, mengingat mereka
menyediakan paket tour untuk Provinsi Jambi.
4. Visi dan Misi Perusahaan
Adapun Visi yang dimiliki oleh SGP Tour and Travel adalah menjadi
perusahaan yang menjadi pilihan setiap wisatawan yang akan berkunjung ke
Provinsi Jambi dan dapat memberikan kontribusi kepada masyarakat dan
lingkungan sekitar.
64
Untuk mencapai visi dari perusahaan, maka misi dari perusahaan SGP
Tour and Travel adalah sebagai berikut:
- Mempunyai tenaga ahli dan profesional di bidang penyediaan jasa
- Mengutamakan kepuasan dan keselamatan baik wisatawan dan
karyawannya
- Menjadi perusahaan yang selain memberikan pengalaman pada wisatawan,
juga dapat memberikan nilai lebih kepada masyarakat di sekitar destinasi.
B. Data Temuan
Untuk mempermudah penulisan dilakukan coding untuk narasumber yang
diwawancara. Adapun coding tersebut meliputi:
• Narasumber pertama yaitu pihak SGP Tour and Travel : R1
• Narasumber kedua yaitu Kepala Desa Wisata Muaro Jambi : W2
• Narasumber ketiga yaitu perwakilan masyarakat setempat : B3
• Narasumber keempat yaitu pihak Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Provinsi Jambi : R4
1. Atraksi Wisata Berbasis Masyarakat
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan
untuk melihat indikator atraksi wisata yang disediakan oleh masyarakat
lokal di kawasan sekitar Candi Muaro Jambi akan dianalisa dengan
menggunakan indikator-indikator seperti di bawah ini:
65
a. Atraksi yang bersifat eksotis dan unik yang disediakan oleh masyarakat lokal
Berdasarkan dari hasil data temuan yang telah dipaparkan sebelumnya
ditemukan bahwa selain dapat menikmati Candi Muaro Jambi, wisatawan
dapat menikmati beberapa atraksi wisata yang disediakan oleh masyarakat
lokal. Adapun atraksi yang paling menarik jika diurutkan yaitu tari topeng,
tari, bayangan, desa wisata, sekolah alam raya Muara Jambi (Saramuja),
rebana hadrah, rebana siam.
Pendapat tersebut sesuai dengan pernyataan yang diberikan oleh R1
melalui hasil wawancara yang telah dilakukan bahwa potensi di sekitar
kawasan Candi Muaro Jambi ini memang sudah berbasis masyarakat lokal.
Selain Candi Muaro Jambi yang memang menjadi core attraction disana,
atraksi budaya yang disajikan oleh masyarakat lokal sekitar pun menjadi
salah satu penarik bagi wisatawan. Ia menambahkan selain desa wisata, ada
beberapa atraksi budaya lokal yang disediakan masyarakat lokal seperti tari
topeng, tari bayangan, melihat pernikahan adat desa Muaro Jambi, trekking
mengelilingi kawasan candi, dan kegiatan bersama masyarakat dalam desa
wisata itu sendiri. Hal itu juga didukung bahwa dalam setiap pelaksaan tour
sebelumnya, selain menikmati candi, wisatawan disuguhkan banyak atraksi
budaya seperti tarian yang dilakukan untuk menyambut tamu di dermaga, dan
workshop membuat topeng oleh pemuda-pemudi di kawasan Candi Muaro
Jambi.
66
Kemudian sependapat dengan pernyataan tersebut, berdasarkan hasil
wawancara kepada W2 mengatakan bahwa atraksi-atraksi ini bersifat unik
dan eksotis, karena selain Candi dengan segala kemegahan sejarahnya
tersebut, masyarakat lokal juga menyediakan berbagai atraksi lokal seperti
tari topeng, tari bayangan, melihat persiapan dan pernikahan adat desa Muaro
Jambi, rebana hadrah, rebana siam, tari pencak silat, sekolah alam raya muara
jambi (Saramuja), membuat topeng, melukis, pembuatan anyaman tikar.
Kepala Desa Wisata menambahkan kembali bahwa keunikan-keunikan
dari atraksi ini dapat dilihat dari sejarahnya bahwa seperti tari topeng, tarian
ini berasal ketika dahulu ada warga desa yang menderita penyakit kusta dan
diasingkan ke hutan, lalu ketika hendak ingin merayakan hari raya lebaran, ia
kembali ke rumahnya tetapi menggunakan topeng. Warga yang merasa
terhibur karena tarian tersebut, akhirnya memberikan bekal/makanan kepada
penari tersebut, lalu ia kembali ke hutan. Lalu hingga saat ini, tarian topeng
tersebut dijadikan salah satu atraksi yang dilakukan oleh masyarakat lokal
sebagai budaya mereka. Pembuatan dari topeng ini sendiri terbilang unik,
karena topeng ini terbuat dari labu siam yang telah dikeringkan selama
setahun hingga mengeras lalu kemudian untuk dijadikan berbagai macam
topeng untuk dipertunjukkan. Ditambah lagi bahwa gerakan dari tari topeng
ini tidak beraturan, sehingga siapapun yang ingin mengikuti di dalamnya,
tidak perlu kesulitan mengikutinya. Dan kemudian wisatawan yang
berkunjung ke sana, diajak untuk membuat topeng dengan kreasi mereka.
67
Hasil dari topeng tersebut dapat dibawa pulang kerumah atau ditinggal dalam
Sekolah Alam Raya Muara Jambi untuk dijadikan kenangan-kenangan.
Selain hal itu, ada tari bayangan yang biasanya dilakukan di Candi
Gedong pada saat malam hari. Biasanya dilakukan oleh 1 wanita yang
dikelillingi oleh api dari sabut kelapa. Kemudian ada Sekolah Alam Raya
Muara Jambi (Saramuja) yang biasanya dilakukan oleh Pemuda Peduli
Lingkungan Muara Jambi (PPLMJ) untuk anak-anak di desa. Kegiatan ini
dilakukan di hari Minggu dan bertujuan untuk mengajarkan anak-anak di
sekitar untuk mengenal candi dan tidak merusak candi, juga diajak untuk
melakukan trekking dari wilayah timur ke barat. Namun dalam hal ini,
wisatawan juga ikut belajar dan bahkan mengajar di sana. Wisatawan juga
dapat mengikuti permainan tradisional dan aktivitas masyarakat, tetapi untuk
beberapa atraksi masih bersifat relatif dan hanya disediakan jika ada
permintaan dari travel.
Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber B3 juga mengatakan
ada banyak jenis atraksi di sekitar kawasan Candi Muaro Jambi yang bersifat
budaya. Diantaranya adalah rebana hadrah, rebana siam, kesenian tari topeng,
tari kreasi, pencak silat, dan musik melayu. Tetapi untuk atraksi-atraksi yang
sering dipertunjukkan kepada tamu adalah tari topeng, pencak silat, tari kreasi
daerah, rebana hadrah dan rebana siam. Atraksi rebana hadrah ini bisa
dinikmati ketika menyambut tamu datang ke Candi Muaro Jambi, dan
beberapa tarian yang dipertunjukkan ketika pelaksanaan pernikahan adat
Muaro Jambi. Tetapi sayangnya, pertunjukan seperti menikmati pernikahan
68
hanya bersifat sementara/seasonal. Sedangkan atraksi rebana siam
dipertunjukkan untuk melantunkan salawat kepada Nabi.
Hasil wawancara dengan R4 juga menjelaskan bahwa atraksi-atraksi
yang berada di kawasan sekitar Candi Muaro Jambi ini sangat eksotis dan
unik, terlebih dikarenakan oleh masyarakat lokal di sekitar kawasan Candi
Muaro Jambi. Atraksi-atraksi tersebut bersifat budaya seperti Candi dengan
sejarah dan budayanya, tari topeng, batik, sekolah alam raya, dan beberapa
aktivitas yang bisa dilakukan dengan kehidupan masyarakat seperti berkebun,
memanen buah durian atau duku, bermain permainan tradisional di atas
perahu dan sebagainya.
Ia menambahkan bahwa atraksi-atraksi ini dikatakan unik, karena
menurutnya, bahwa atraksi ini dapat melihat langsung, selain belajar sejarah
dan budaya dari Candi Muaro Jambi sendiri, mereka juga belajar kebudayaan
dengan masyarakat lokal sekitar. Misalnya wisatawan dapat mengikuti
memanen buah duku, yang mana cara memetik buah ini, harus digugurkan
terlebih dahulu, lalu untuk buah durian, memanen dengan waktu terbaik
adalah malam hari. Selain hal itu, juga bahwa kehidupan masyarakat yang
masih kental dengan agama Islam, seperti pergi ke masjid/mushola ketika
maghrib, ini menjadi salah satu penarik bagi beberapa wisatawan seperti
Malaysia. Kemudian untuk sekolah alam raya, ini juga menjadi salah satu
atraksi yang unik, karena ini hanya diadakan oleh pemuda sekitar candi untuk
anak-anak di desa dan wisatawan jika ada permintaan. Sekolah alam raya ini
dilakukan dalam rangka untuk mengenalkan baik untuk anak-anak di desa
69
dan wisatawan mengenai betapa pentingnya menjaga candi dan sejarahnya,
dan belajar mengenai tentang apa yang dapat mereka temukan di lingkungan
alam bebas dan mempelajari kegunaan dari alam.
Dari hasil wawancara kepada 4 narasumber didapatkan kesimpulan
bahwa atraksi-atraksi di kawasan sekitar Candi Muaro Jambi banyak
memiliki atraksi yang sifat yang eksotis dan unik, dan tentunya disediakan
oleh masyarakat lokal.
Sedangkan untuk atraksi wisata yang disediakan oleh masyarakat lokal
mempunyai beraneka macam jenis dan kegiatan di dalamnya. Atraksi-atraksi
tersebut diantaranya adalah:
TABEL 3
ATRAKSI WISATA BERBASIS MASYARAKAT
Nama Foto Deskripsi atraksi/Jenis Atraksi 1. Tari Saat ini, tarian topeng ini menjadi salah satu andalan Topeng/ yang diberikan oleh masyarakat lokal untuk menjamu Buatan tamu untuk memperkenalkan budaya lokal sekitar. Adapun keunikan dari tari topeng ini yaitu pada sejarah, pembuatan, dan gerakannya. Sejarah dari tarian topeng ini berasal dari ketika ada seseorang dari desa yang menderita masyarakat lokal kemudian diasingkan ke hutan. Kemudian ketika hari Lebaran tiba, ia menginginkan berkumpul bersama keluarganya seperti warga desa lainnya, kemudian ia menggunakan topeng untuk menutupi mukanya yang menderita penyakit kusta, lalu ia masuk ke dalam desa. Kemudian, warga desa yang kaget melihat ia menari- nari dan akhirnya warga desa memutuskan untuk memberikannya bekal untuk dibawa ke hutan. Sedangkan keunikan dari pembuatannya dapat dilihat dari bahan baku yang terbuat dari labu siam yang
70
Nama Foto Deskripsi Atraksi/ Jenis
sudah dikeringan selama setahun, kemudian di cat dan dikeringkan sebelum dipakai. Lalu untuk segi gerakannya, tarian ini biasanya tidak ada gerakan monoton, sehingga siapapun yang melihat dan ikut dapat mengikuti gerakannya karena gerakan tarian ini bersifat bebas
2. Tari Berbeda seperti tari topeng, tari bayangan ini biasanya Bayangan dilakukan pada malam hari dan dilaksanakan di tempat terbuka (outdoor) dan memiliki lahan yang luas. Karena tari bayangan ini merupakan salah satu tarian yang bersifat extreme karena dilakukan menggunakan sabut kelapa yang dibakar dan dibentuk menjadi sebuah lingkaran, dan di dalamnya ada 1 penari wanita yang akan menari tarian melayu. Tarian ini biasanya diiringi dengan musik-musik melayu dan tari topeng diluar mengiringi penari wanita tersebut. Tarian ini menggambarkan saat pemunculan gerhana matahari ke atas bumi. Penari wanita tersebut menggambarkan bumi di saat gerhana matahari muncul. 3. Rebana Rebana siam ini biasanya suatu pelantunan musik Siam/ melayu yang digunakan untuk mengiringi upacara Buatan pernikahan adat Muaro Jambi. Kegiatan ini biasanya dapat dinikmati wisatawan ketika warga desa ada yang melakukan upacara pernikahan, dan dilakukan latihan rebana hadrah di malam sebelumnya. Rebana siam ini biasanya diikuti oleh pemuda-pemuda atau pemain yang sudah terbiasa memainkan musik-musik melayu, dan mereka sudah menyiapkan alat-alat musik rebana di rumah masing-masing untuk digunakan kapan pun 4. Rebana Rebana hadrah ini biasanya digunakan untuk Hadrah/ mengarak tamu/ menyambut tamu yang datang ke Buatan Muaro Jambi, biasanya juga sekalian diiringi dengan tari Sekapur Sirih yang memang bertujuan untuk menyambut tamu. Untuk rebana hadrah, rebana yang digunakan terbuat dari rotan, karena itu harus dibuat terlebih dahulu sebelum menampilkan.Rebana hadrah sendiri biasanya digunakan untuk puji-pujian atau salawat kepada Nabi Swt,jika masyarakat ingin turun ke ladang sebelum memanen dan syukuran atas musim panen yang melimpah dan dilakukan pada jam 08.00 malam hingga 03.00 subuh dini hari. Biasanya dalam pelaksanaan rebana hadrah ini, salah satu pemain akan menjelaskan mengenai fungsi dari rebana yang terbuat dari rotan, dan mengenai arti dari ketukan-ketukan dari rebana tersebut.
71
Nama Foto Deskripsi Atraksi/ Jenis 5. Pencak Pencak silat biasanya dilaksanakan pada malam hari di silat/ Buatan kawasan Candi Muaro Jambi. Pencak silat ini sebenarnya lebih mengacu kepada ke tarian dengan gerakan-gerakan cepat tapi berirama dan bersifat tarian melayu berbeda dengan pencak silat yang mengacu ke olahraga bela diri. Pencak silat ini biasanya dibawah paguyuban kesenian, sehingga baik untuk latihan maupun alat-alat yang digunakan disimpan di paguyuban tersebut. Wisatawan setelah ditampilkan tarian pencak silat ini, biasanya akan disuguhkan video-video oleh pihak masyarakat untuk menjelaskan mengenai gerakan dari setiap pencak silat ini.
6. Sekolah Sekolah Alam Raya Muara Jambi atau biasa disebut Alam Raya Saramuja adalah sekolah yang didirikan oleh pemuda- Muara pemuda di desa Muara Jambi untuk anak-anak desa. Jambi/ Sekolah ini dilakukan pada hari Minggu, dimana anak- Buatan anak desa tidak ada kegiatan sekolah. Pelajaran yang dapat diambil di sekolah ini adalah, anak-anak di desa akan diajarkan bagaimana cara merawat dan menyayangi candi, dan bagaimana anak-anak mempelajari lingkungan-lingkungan sekitar dan merawat lingkungan sekitar. Biasanya yang dilakukan oleh sekolah alam raya ini juga tidak hanya berkeliling, tetapi juga melakukan kegiatan seperti melukis dan mewarnai. Wisatawan yang ikut dalam Saramuja ini belum terlalu banyak, tetapi memungkinkan untuk ikut ke dalam baik untuk mengajar atau ikut belajar di dalamnya.
Sumber : Data hasil observasi peneliti,2017
Dari atraksi-atraksi tersebut, dapat disimpulkan bahwa atraksi-atraksi
tersebut bersifat unik dan eksotis karena banyak atraksi yang hanya
ditampilkan oleh masyarakat desa Muara Jambi dan tentunya Candi Muara
Jambi yang mempunyai sejarah dan kemegahannya sendiri.
72
b. Kegiatan wisata harus memastikan pengunjung untuk berinteraksi dengan
alam, budaya, dan lingkungan
Menurut hasil wawancara yang dilakukan kepada R1 mengatakan bahwa
kegiatan wisata yang dapat dilakukan memastikan pengunjung berinteraksi
dengan alam, budaya, dan lingkungan seperti misalnya menikmati tarian, dan
jungle trekking atau day-walking yang mengitari dari Candi Sialang menuju
Bukit Perak sepanjang 18 kilometer. Di sana wisatawan dapat melihat
berbagai macam jenis satwa liar. Kegiatan lainnya yang pernah dilakukan
oleh pihak travel adalah sehabis melakukan day-walking, pada malam harinya
mereka menginap di kebun durian milik masyarakat menggunakan tenda dan
juga menanam pohon di pinggir sungai batanghari.
Sedangkan menurut narasumber W2 menambahkan bahwa ada banyak
sekali kegiatan yang memastikan pengunjung untuk berinteraksi dengan
alam,budaya, dan lingkungan. Kegiatan tersebut meliputi; sekolah alam raya
Muara Jambi yang mana dalam kegiatan tersebut, wisatawan atau anak-anak
desa belajar mengenai sejarah candi Muaro Jambi, dan belajar tentang
lingkungan di sekitar Candi Muaro Jambi. Selain hal itu, masyarakat dapat
melukis topeng, mengikuti aktivitas masyarakat seperti mencongkel pinang
dan bermain gasing/permaianan tradisional. Beberapa kegiatan juga yang
boleh diikuti seperti mengikuti tarian seperti tarian topeng, membuat proses
pembuatan topeng.
Sependapat dengan pernyataan tersebut, menurut hasil wawancara
kepada B3 mengatakan kegiatan wisata yang memastikan pengunjung untuk
73
berinteraksi dengan alam, budaya, dan lingkungan adalah seperti wisatawan
disambut dengan rebana hadrah, wisatawan dapat melihat pelatihan rebana
siam yang dilakukan malam hari dan pencak silat, atau wisatawan dapat
mengikuti musik melayu yang dipertunjukkan oleh masyarakat lokal.
Berdasarkan hasil wawancara kepada R2 bahwa kegiatan wisata yang dapat
dilakukan wisatawan ketika berkunjung ke Candi dan sekitarnya adalah
seperti trekking, dimana dalam pelaksanaan trekking ke Candi ini, selama
wisatawan melakukan perjalanan, wisatawan akan berinteraksi langsung
dengan alam karena melakukannya di alam bebas dan berinteraksi langsung
dengan budaya karena dalam melakukan trekking tersebut, wisatawan akan
bertemu dengan menapo-menapo di sepanjang perjalanan trekking terserbut.
Kemudian ia menambahkan wisatawan juga dapat melihat aktivitas berkebun
yang dilakukan oleh masyarakat, dan menikmati kebudayaan-kebudayaan asli
yang disediakan oleh masyarakat seperti tari topeng yang biasanya dilakukan
untuk menyambut tamu ketika datang ke Candi Muaro Jambi, dan ada
permainan tradisional yang dapat dilakukan wisatawan sambil menaiki
perahu. Menurutnya atraksi-atraksi ini sudah memastikan pengunjung untuk
berinteraksi baik dengan alam, budaya, maupun lingkungan.
Pemaparan kegiatan dari hasil wawancara dan observasi dapat
disimpulkan melalui tabel berikut:
74
TABEL 4
KEGIATAN WISATAWAN YANG MEMASTIKAN PENGUNJUNG
BERINTERAKSI DENGAN ALAM, BUDAYA, DAN LINGKUNGAN
Jenis Kegiatan Deskripsi Foto
1.Day-walking Kegiatan menelusuri kawasan Candi Muaro Candi Muaro Jambi dengan berjalanan kaki. Biasanya Jambi kegiatan ini dilakukan selama 2 hari 1 malam dengan menyusuri dari Candi Sialang menuju ke Bukit Perak sejauh 18 kilometer. Selama kegiatan ini, wisatawan dapat mengenal alam-
alam dan lingkungan di sepanjang jalanan yang masih mayoritas hutan ini. Wisatawan dapat mempelajari banyak pohon yang mempunyai khasiat-khasiat dan juga ketika melewati desa wisata, mereka juga dapat melihat kegiatan masyarakat yang sambil berkebun dan terkadang mereka tertarik ketika melihat kebudayaan masyarakat seperti menjemur pinang, menjemur buah coklat, dan juga mereka dapat melihat menappo-menappo yang terkadang ditemukan di tengah hutan ketika menyusuri hutan.
2.Workshop Kegiatan workshop membuat topeng ini membuat topeng biasanya dilakukan di Sekolah Alam Raya Muara Jambi. Wisatawan boleh melukis topeng dengan menggunakan bahan topeng dari labu siam yang telah dipersiapkan oleh masyarakat. Topeng ini sendiri selain menggunakan bahan dari labu siam, tetapi juga berasal dari rumbai dari pohon Nau yang biasanya digunakan untuk sapu ijuk. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan membuat topeng ini dapat memastikan pengunjung berinteraksi selain dengan sejarah, tetapi juga memanfaatkan bahan-bahan dari lingkungan sekitar. Biasanya setelah wisatawan membuat topeng ini, boleh dibawa pulang untuk kenang-kenangan, boleh juga disimpan di sanggar Saramuja dan dikenakan ketika tarian topeng dilakukan oleh masyarakat, dan wisatawan ikut di dalamnya menggunakan topeng buatan mereka.
75
Nama Atraksi/ Deskripsi Foto Jenis 3. Workshop Kegiatan workshop membuat anyaman tikar membuat ini dilakukan di rumah masyarakat bernama anyaman tikar Nyai Gandu yang memang terkenal sebagai pengrajin pembuat anyaman tikar yang terbuat dari daun pandan dan rumbai. Biasanya kegiatan ini akan didampingi oleh masyarakat lokal yang bekerja sebagai
pemandu, untuk menerjemahkan bahasa dari si pengrajin ke wisatawan. Tapi sayangnya, kegiatan membuat anyaman tikar ini tidak dapat dibuat hingga menjadi tikar utuh, tetapi hanya sebatas kecil sekitar 20x20cm, dimana ukuran tersebut sudah membentuk pola atau motif dari tikar dan menunjukkan tingkat kesulitan membuat tikar tersebut. Hal ini
dikarenakan karena bahan-bahan baku membuat anyaman tikar saat ini sudah jarang ditemukan. Kegiatan ini juga memastikan pengunjung untuk berinteraksi dengan budaya lokal dan menggunakan bahan-bahan lokal di sekitar mereka.
4. Melihat sunset Kegiatan ini dilakukan biasanya di atas di pinggir perahu ketika melewati sungai Batanghari. batanghari Wisatawan akan menaiki perahu getek lalu menggunakan disediakan kopi/cemilan di atas perahu perahu tersebut sambil menikmati sumset atau matahari terbenam. Kegiatan ini memang masih jarang dilakukan, tetapi kegiatan ini sudah memastikan pengunjung menikmati lingkungan baik di alam, maupun budaya seperti menikmati sajian makanan lokal yang diberikan oleh masyarakat.
76
Nama Atraksi/ Deskripsi Foto Jenis
5. Menikmati Masyarakat menyediakan atraksi seperti pertunjukkan dan pertunjukan seperti rebana hadrah,rebana mengikuti tari- siam, pencak silat, dan tari kreasi daerah, tarian budaya oleh hingga tari topeng dan tari bayangan. masyarakat lokal Wisatawan dapat berinteraksi dengan budaya lokal selain menikmati pertunjukan- pertunjukan tersebut, tetapi juga wisatawan dapat ikut di dalamnya. Seperti misalnya ketika tari topeng dilakukan, wisatawan dapat ikut ke dalam kumpulan-kumpulan penari topeng, dan begitu juga dengan menikmati musik rebana hadrah atau siam, wisatawan selain menikmati dan melihat dari pertunjukan musik tersebut, mereka juga dapat melihat latihan-latihan yang dilakukan dan ikut mencoba memainkan alat musik rebana tersebut bersama pemain-pemain rebana tersebut. Kegiatan ini sudah sudah memastikan pengunjung berinteraksi dengan budaya lokal setempat
Sumber : Data observasi Peneliti, 2017
c. Menjual Souvenir dan kerajinan tangan oleh masyarakat lokal
Berdasarkan hasil wawancara dengan R1 bahwa masyarakat lokal
menjual souvenir dan kerajinan tangan dengan berbagai macam bentuk.
Kerajinan tangan yang sampai saat ini sering dijual adalah gelang sebalik
sumpah, gelang-manik-manik, gelang jamble, gelang batik, anyaman tikar,
dan sepang yaitu semacam kayu sepang yang dikemas untuk dikonsumsi
sebagai minuman. Biasanya kayu sepang ini berguna untuk mengobati
penyakit panas dalam, dan masih banyak lagi souvenir-souvenir dari Muaro
Jambi. Adapun tambahnya, wisatawan dapat mengikuti beberapa kegiatan
77
dalam pembuatan kerajinan lokal dan souvenir seperti, workshop pembuatan
tikar dari anyaman dan membuat topeng. Ia memperjelas lagi bahwa untuk
kegiatan mengikuti pembuatan souvenir sendiri bisa dibuat sesuai
permintaan, tapi saat ini masih belum ada dilakukan aktivitas seperti itu.
Sedangkan menurutnya untuk penetapan haga, semua tergantung pada
masyarakat yang memberi harga, atau minimal memberikan donasi pada
masyarakat yang telah berinteraksi dengan masyarakat.
Sedangkan menurut W2 menyampaikan mengenai kerajinan lokal dan
souvenir yang disediakan oleh masyarakat lokal beraneka macam, sama
seperti yang telah disampaikan narasumber dari pihak R1. Diantaranya
adalah miniatur rumah yang terbuat dari ranting, gantungan kunci daun
body, gelang balik sumpah yang berasal dari buah balik sumpah, anyaman
tikar yang dibuat oleh salah satu pengrajin yang ada di desa Muaro Jambi.
Biasanya diadakan workshop cara membuat tikar, tapi kekurangannya
adalah belum ada kegiatan yang membuat wisatawan membuat tikar
langsung dikarenakan bahan baku yang sudah sangat jarang ditemukan,
yaitu daun pandan dan rumbai dan tikar-tikar yang tersedia disana tidak
diperjualbelikan, karena tikar-tikar tersebut sudah menjadi pesanan orang
untuk digunakan di upacara pernikahan dan cukuran. Sedangkan untuk
harga itu bermacam,dimulai dari harga Rp. 2500,- untuk gelang, Rp.
10.000,- untuk gelang batik, miniatur rumah Rp 250.000.
Pendapat lainnya ditambahkan kembali oleh B3 bahwa kerajinan lokal
dan souvenir yang dijual oleh masyarakat hampir sama seperti yang
78
dikatakan oleh W2 sebelumnya. Sependapat dengan yang dikatakan oleh
W2 mengenai tikar anyaman, masyarakat setempat berpendapat bahwa
anyaman tikar masih belum bisa dijadikan souvenir. Beliau menambahkan
bahwa wisatawan hanya diperbolehkan mengikuti langkah-langkah dalam
pembuatan anyaman tikar hanya sampai menggambarkan 1 motif saja dan
itu dijadikan souvenir untuk dibawa pulang oleh wisatawan. Tapi
menurutnya, sampai saat ini belum ada aktivitas yang bisa diikuti oleh
wisatawan untuk membuat kerajinan lokal lain dikarenakan pembuatan
souvenir ini adalah hasil dari kerajinan rumah tangga dan belum diproduksi
secara massal. Untuk harga, ia menyampaikan bahwa untuk gelang/kalung
dimulai dari harga Rp. 30.000- Rp. 50.000, sedangkan untuk lacak harga
dimulai dari harga Rp. 50.000- Rp.80.000 berdasarkan bahan kainnya.
Sedangkan menurut R4 bahwa masyarakat lokal disana sudah bisa
memproduksi souvenir dan kerajinan lokal khas daerah mereka. Hal ini
dibuktikan bahwa souvenir-souvenir dijual memang hasil karya dari
masyarakat, terutama pemuda-pemuda desa di sekitar kawasan Candi Muaro
Jambi. Seperti misalnya gelang sebalik sumpah dan sepang yang dikemas
untuk kemudian dapat diseduh dan diminum. Menurutnya, gelang sebalik
sumpah maupun sepang ini, merupakan hasil dari kreasi dari pemuda-
pemuda desa yang bernama PPLMJ (Pemuda Peduli Lingkungan Muara
Jambi) untuk mengenalkan kerajinan lokal dan mengenalkan budaya dari
desa Muara Jambi ini sendiri. Ditambahnya lagi, ada beberapa kerajinan
yang memang banyak diminati oleh beberapa wisatawan seperti anyaman
79
tikar yang terbuat dari daun pandan rumbai, menjadi salah satu souvenir
yang menjadi salah satu kewajiban aktivitas yang dilakukan ketika
mengunjungi desa wisata Muaro Jambi. Aktivitas itu berupa workshop, dan
diajarkan mengenai cara membuat tikar menggunakan daun pandan dan
rumbai yang biasanya digunakan oleh masyarakat sekitar ketika
mengadakan upacara pernikahan atau cukuran, tapi sayangnya pembuatan
anyaman ini belum bisa dilakukan hingga membuat tikar utuh, tetapi hanya
sebatas motif kecil untuk dijadikan salah satu souvenir dan tujuannya
adalah memberikan pengalaman membuat tikar anyamanan tersendiri
dengan masyarakat. Hal ini dikarenakan, bahwa bahan baku pembuatan
daun pandan dan tikar ini masih sulit ditemukan.
Berdasarkan hasil observasi pun diketahui bahwa dalam penyediaan
souvenir dan kerajinan lokal, masyarakat sudah banyak membuat jenis
souvenir dan kerajinan tangan yang mereka buat sendiri dengan bahan-
bahan yang ada di sekitar mereka.
Berikut adalah beberapa jenis macam souvenir dan kerajinan tangan
oleh masyarakat lokal yang disimpulkan berdasarkan hasil wawancara dan
observasi:
1) Gelang sebalik sumpah merupakan salah satu souvenir yang dijual oleh
masyarakat lokal ketika ada wisatawan yang datang. Gelang ini
sebenarnya awalnya dibuat oleh suku anak dalam. Mereka mengenalnya
dengan sebutan ‘kalung sebalik sumpah’ yang dibuat dari suatu pohon
yang amat susah dicari di dalam hutan. Biasanya gelang itu digunakan
80
untuk menjadi sebuah penangkal sumpah serapah yang ditujukan kepada
orang yang menggunakan gelang tersebut tetapi menjadi berbalik kepada
orang yang menyumpahi. Di desa Muaro Jambi kalung tersebut dijadikan
gelang dan menjadi oleh-oleh khas di desa Muaro Jambi.
2) Sepang merupakan salah satu jenis souvenir dalam bentuk minuman.
Sepang ini berasal dari kayu sepang yang kemudian diubah menjadi
bubuk dalam kemasan dan kemudian diseduh untuk dinikmati. Biasanya
sepang ini juga berkhasiat untuk mengobati penyakit panas dalam dan
obat sakit perut.
3) Lacak merupakan souvenir berupa pengikat kepala yang biasanya
digunakan untuk laki-laki. Kain ini bermotifkan batik Jambi dan dijual
dengan harga berbeda-beda berdasarkan jenis kain yang digunakan.
4) Miniatur rumah panggung merupakan souvenir unik yang membuat
miniatur rumah panggung yang dibuat dari ranting. Untuk pembuatan
miniatur rumah panggung sendiri masih sangat langka dan jarang karena
hanya dibuat per orangan sehingga miniatur rumah ini terkadang dijual
dengan harga yang lumayan mahal.
5) Gantungan kunci daun bodhi merupakan salah satu jenis souvenir yang
tergolong masih baru dibuat dan dipasarkan oleh masyarakat lokal. Daun
bodhi sendiri merupakan salah satu daun yang mempunyai nilai history
yang sangat tinggi, yaitu daun ini dipercaya oleh umat Buddha untuk
mendapat pencerahan,mengingat bahwa dulu Siddharta Gautama pernah
mendapat pencerahan di bawah pohon bodhi ini. Daun bodhi yang
81
berbentuk hati ini akan dikeringkan lalu dicap dengan aneka gambar
sesuai keinginan lalu kemudian di-laminating dan dijadikan gantungan
kunci.
6) Gelang manik-manik
7) Gelang batik
8) Kaos bertuliskan Candi Muaro Jambi
d. Lokasi yang strategis antara atraksi satu dengan yang lainnya dan dapat
dicapai oleh transportasi
Lokasi yang strategis antara satu dengan yang lainnya dan dapat dicapai
oleh transportasi, hal ini disetujui dengan pernyataan R1 melalui hasil
wawancara yang telah dilakukan sebelumnya. Beliau menegaskan bahwa
untuk lokasi dari Candi menuju ke desa wisata sangat dekat, dikarenakan
Candi sendiri merupakan masuk dalam lahan tanah penduduk sekitar. Tetapi
untuk transportasi, ia mengakui ada beberapa kekurangan yang ditemui. Bus
besar/elf tidak dapat memasuki zona inti kawasan hingga masuk desa, tetapi
hal tersebut ditutupi dengan penyediaan transportasi lain seperti bentor dan
sepeda yang disediakan oleh masyarakat untuk dapat diakses menuju ke
Candi hingga ke desa.
Hal tersebut juga disampaikan kembali oleh narasumber dari W2 yang
menyampaikan bahwa untuk masalah lokasi, jarak antara candi ke desa sangat
dekat, bahkan jika wisatawan selesai menikmati wisatawan seperti tari-tarian
tradisional, wisatawan dapat menikmati makan siang di rumah masyarakat
yang telah disediakan. Namun ia memberi pengecualian jika lokasi antar
82
candi seperti Candi Gumpung menuju Candi Kedaton lebih baik ditempuh
menggunakan motor.
Pendapat lain kemudian ditambahkan oleh B3 yang mengatakan bahwa
misalnya jika menyambut tamu datang dari pintu parkir akan diarak hingga
ke zona inti, dan jika tamu datang menggunakan perahu akan disambut dari
dermaga untuk dibawa ke zona inti. Untuk lokasi, R4 menjelaskan bahwa
untuk lokasi menuju desa wisata tidaklah jauh, namun berbeda hal nya untuk
lokasi menuju tiap candi. Ia menambahkan bahwa untuk menjalankan
aktivitas trekking mengelilingi candi, membutuhkan waktu 3 hari dengan
mengitari kawasan candi sekitar kurang lebih 3000 hektar.
Dari tiap pernyataan tiap narasumber dapat disimpulkan bahwa jarak
untuk menempuh tiap atraksi berdekatan dikarenakan lokasi yang masih
berada dalam satu kawasan antara desa wisata Muaro Jambi dengan beberapa
Candi seperti Candi Gumpung-Candi Tinggi-dan Candi Astano.
e. Aksesibilitas dan kemudahan dalam mencapai tempat atraksi
Berdasarkan hasil wawancara kepada R1, beliau menyampaikan bahwa
untuk aksesibilitas belum dapat dikatakan baik dalam standard Internasional,
tetapi sudah cukup dan sesuai standard lokal.Tapi hal itu dapat ditutupi
dengan mencari alternatif lain jika kondisi jalan tidak memungkinkan untuk
dicapai menggunakan bus besar/ELF. Sesuai paket/itinerary, wisatawan dapat
berpindah dari Candi Gumpung ke kedaton menggunakan motor, dan dari
Candi Koto Mahligai ke Bukit Perak menggunakan mobil pribadi. Untuk
83
kemudahan pencapaian menuju tempat atraksi wisata ini, menurutnya dapat
diatur sesuai dengan paket dan dikondisikan sesuai dengan keadaan di
lapangan.
Sependapat dengan hal itu, W2 dan B3 mengatakan bahwa untuk akses
dan kemudahan pencapaian untuk tiap candi memang agak sulit. Kondisi
jalan yang masih rusak menjadi hambatan bagi wisatawan jika ingin
mengelilingi kawasan luas ini, berbeda halnya dengan kondisi jalan menuju
desa dan jalan sepanjang desa yang saat ini sudah diperbaiki. Untuk
penggunaan transportasi pun ia menambahkan bahwa bus besar/ELF hanya
bisa mengantar sampai ke parkiran, wisatawan dapat masuk dari parkiran
menuju zona inti menggunakan becak/bentor (becak motor) dan melanjutkan
mengelilingi kawasan menggunakan sepeda. Dan memang tidak disarankan
sebenarnya untuk menerima wisatawan jumlah besar untuk sekaligus datang
dan masuk ke zona inti kawasan Candi Muaro Jambi.
Menurut hasil wawancara dengan R4, ia menjelaskan bahwa aksesibilitas
di atraksi wisata masih kurang. Ia menambahkan, untuk menuju satu atraksi
wisata hanya dapat dilalui satu akses saja. Terutama jika ada wisatawan
dalam jumlah besar menggunakan bus, itu akan sangat sulit dilalui
dikarenakan kondisi jalan yang kecil, dan belum adanya alternatif lain yang
membawa wisatawan dari jalan utama menuju jalan ke Candi.
Sehingga ditarik kesimpulan berdasarkan hasil wawancara dan observasi
yang telah dilakukan, aksesibilitas untuk mencapai tempat atraksi di kawasan
84
Candi Muaro Jambi dapat terbilang sudah dalam kondisi cukup baik dan
layak.
f. Mengandung unsur pendidikan budaya
Berdasarkan hasil wawancara pada R1, unsur pendidikan yang mereka
dapatkan selama mengunjungi kawasan sekitar Candi Muaro Jambi adalah
tentunya pendidikan budaya. Selama ini, tamu dari mancanegara dapat
mempelajari budaya-budaya dan sejarah yang tersimpan dalam Candi Muaro
Jambi, seperti misalnya wisatawan dapat mengetahui dan mempelajari
manuscript yang berbeda baik di Jambi dan negara mereka. Hal lain yang
dapat mereka terima selama berkunjung ke sana adalah adanya unsur
penyelamatan, bagaimana mereka bertahan hidup di dalam kawasan Candi
yang masih didominasi dengan hutan di sekitarnya.
Hal tersebut kemudian ditegaskan kembali oleh W2 yang mengatakan
bahwa wisatawan dapat menerima unsur pendidikan terutama budaya lokal di
sekitar. Seperti misalnya menonton tarian, kehidupan tradisional, dan
menikmati baik makanan dan minuman yang disajikan oleh masyarakat lokal
disana.
Berbeda dengan narasumber-narasumber lainnya, B3 yang berperan
sebagai pemandu lokal menyatakan bahwa unsur pendidikan tersebut lebih
didominasi oleh pemandu, yang mana bahwa mereka harus banyak mencari
tahu dan mempelajari sejarah-sejarah yang ada di sekitar. Hal itu nantinya
akan digunakan ketika membawa tamu yang bersifat special interest seperti
misalnya arkeolog. Dalam hal ini, nantinya akan terjadi pertukaran
85
pengetahuan antara pemandu lokal dan wisatawan mengenai apa yang
masing-masing mereka ketahui.
Tetapi narasumber R4 menyampaikan kembali seperti jawaban dari
narasumber dari R1 dan W2 yang mengatakan bahwa unsur pendidikan yang
didapat adalah; tentunya yang pertama adalah sejarah dan pengetahuan dari
Candi Muaro Jambi sendiri, kehidupan pedesaan yang meliputi kebiasaan
sehari-hari dan budaya sekitarnya.
g. Waktu cukup untuk menikmati atraksi wisata
Hasil wawancara yang telah dilakukan kepada R4 mengatakan bahwa
waktu yang cukup untuk menikmati tiap atraksi beraneka jenis, misalnya
seperti menikmati tarian topeng, dapat menghabiskan waktu sekitar 30 menit-
1 jam, begitu juga halnya seperti membatik atau sekedar minum kopi di
rumah masyarakat. Ia juga menjelaskan ada kegiatan yang dilakukan malam
hari seperti misalnya meditasi dan mengunjungi persiapan pernikahan adat
desa Muaro Jambi. Dua kegiatan ini sudah sering dilakukan tetapi biasanya
tidak diberi batas waktu untuk meditasi, sedangkan ketika mengunjungi
persiapan pernikahan adat, wisatawan dapat melihat aktivitas seperti latihan
rebana hadrah, masak-masak yang dilakukan oleh ibu-ibu sekitar.
Kemudian sama halnya dengan pernyataan yang disampaikan oleh R1,
W2 juga mengatakan bahwa untuk menikmati tiap atraksi itu memiliki
beragam macam jenis. Misalnya untuk menikmati tari topeng sekitar 30
menit-1 jam, 15 menit untuk menikmati musik melayu dan sebagainya.
86
Sedangkan dari narasumber B3, menjelaskan mengenai waktu yang
biasanya dihabiskan oleh wisatawan untuk menikmati tiap atraksi dipaparkan
sebagai berikut: berangkat jam 6 pagi dari kota Jambi dan menghabiskan
waktu 2 jam perjalanan menggunakan boat air/getek, lalu dilanjutkan
mengelilingi candi dari jam 08.00-12.00 kemudian dilanjutkan makan siang
di homestay/rumah masyarakat jam 14.00, sorenya adalah jadwal untuk
mengelilingi desa.
Pendapat lain disampaikan oleh R4 yang menjelaskan bahwa waktu yang
cukup untuk menikmati seluruh kawasan Candi, tidak hanya desa saja itu 3
hari sudah cukup. Tetapi jika hanya ingin menikmati kehidupan tradisional
masyarakat disana, 2 hari 1 malam sudah dapat menikmati semua budaya
yang disajikan oleh masyarakat. Jika dihitung per atraksi pun, biasanya untuk
per tarian dapat dinikmati selama 30 menit, tetapi jika digabungkan dengan
beberapa tarian dapat menghabiskan waktu selama 2 jam.
Berdasarkan uraian hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa
waktu yang cukup untuk menikmati tiap atraksi jika untuk atraksi budaya
maka dibutuhkan waktu sekitar 30 menit - 1 jam di tiap tempat atraksi.
Berbeda dengan menikmati untuk melihat dan mengunjungi tiap candi di
Muaro Jambi, sekitar 30 menit – 1 jam untuk mendengarkan penjelasan dari
pemandu lokal dan menikmati untuk melihat-lihat dan berfoto di dalam candi
atau kegiatan lainnya seperti mengikuti aktivitas seperti melukis topeng atau
bermain alat musik tradisional sekitar 1-2 jam.
87
h. Daya dukung lahan yang memadai (penyediaan untuk atraksi dan lahan
parkir)
Berdasarkan hasil wawancara, menurut R1 bahwa daya dukung lahan di
kawasan sekitar Candi Muaro Jambi masih tergolong standard. Misalnya
untuk lahan parkir, lahan yang disediakan untuk parkir masih belum bisa
menampung bus-bus besar dalam jumlah yang besar. Beliau menyampaikan
bahwa untuk kondisi lahan sendiri masih perlu pembenahan, terutama untuk
lahan parkir yang diharapkan untuk lebih diperluas, karena berdasarkan
pengalaman ketika festival candi yang telah dilaksanakan beberapa waktu
lalu, mereka kesulitan menemukan tempat parkir dan kondisi jalan yang tidak
memungkinkan untuk membawa rombongan dalam jumlah besar. Tetapi jika
dibandingkan untuk menampung wisatawan dalam jumlah besar di kawasan
inti sekitar Candi Muaro Jambi sendiri sangat memungkinkan untuk
menerima mass tourism.
Berdasarkan hasil wawancara dengan W2 beliau juga menyampaikan
bahwa untuk kondisi lahan parkir sendiri hanya mampu menampung bus
besar dengan jumlah maksimal 15. Untuk 15 ke atas, pihak pengelola masih
kebingungan dan mencari alternatif lain untuk menyediakan lahan parkir,
seperti memarkir bus di lahan Sekolah Dasar sekitar.
Sedangkan hasil wawancara dengan B3 juga mengatakan hal yang sama,
bahwa jika membawa rombongan besar menggunakan bus, masih belum
memadai untuk kondisi parkirnya. Tetapi untuk atraksi daya tarik sudah
cukup, misal masyarakat akan menampilkan atraksi tari bayangan di Candi
88
Gedong, karena kawasan yang luas dan mampu menampung wisatawan
dalam jumlah besar.
Pendapat lain disampaikan oleh R4 yang menyampaikan bahwa memang
tidak seharusnya menerima wisatawan dalam jumlah besar, karena itu adalah
kawasan cagar budaya. Kemudian beliau menambahkan bahwa untuk
menerima rombongan besar dalam kawasan memang mampu menampung,
tetapi masih kurang dalam penyediaan lahan parkir yang memadai dan masih
kurang lebarnya jalan menuju Candi.
Sesuai dengan hasil wawancara dan obersevasi yang dilakukan daya
dukung lahan di kawasan sekitar Candi Muaro Jambi diketahui bahwa lahan
untuk penyediaan untuk atraksi sudah sangat baik dan memadai, tetapi masih
sangat kurang jika membicarakan mengenai daya dukung untuk lahan parkir.
Sedangkan untuk menikmati candi dan melihat pertunjukan-pertunjukan di
dalam kawasan candi pun sangat memadai dikarenakan kondisi lahan yang
sangat luas dan kebanyakan dilakukan di luar ruangan (outdoor), kecuali
seperti menikmati pembuatan anyaman tikar atau membuat lukisan topeng
yang dilakukan di rumah masyarakat sekitar, masih dibutuhkan kondisi
ruangan yang lebih luas jika menerima wisatawan dengan sifat mass tourism.
Tapi dengan pengalaman yang telah dilakukan sebelumnya, wisatawan yang
datang tidak dalam jumlah besar.
89
i. Guide lokal yang berasal dari masyarakat membagi pengalamannya mengenai
sejarah, lingkungan, dan budaya di sekitarnya.
Mengenai pembahasan guide lokal, R1 menyampaikan hasil wawancara
mereka bahwa untuk penyediaan guide, mereka mengutamakan masyarakat
lokal untuk menjadi pemandu lokal bagi wisatawan di kawasan sekitar Candi
Muaro Jambi yang tentunya punya standard di bidang pariwisata. Tentunya
karena guide lokal berkaitan dengan pengetahuan yang dimiliki, masyarakat
yang berperan sebagai guide pun sudah dan harus menguasai baik sejarah,
lingkungan, dan budaya di sekitar mereka. Menurut R1 sendiri mereka
menilai bahwa masyarakat sudah mampu menangani wisatawan yang ingin
berkeliling di kawasan, tetapi mereka masih kekurangan dalam hal jumlah
ketersediaan guide, jika wisatawan datang dalam rombongan besar dan
membutuhkan pemandu lokal dengan bahasa asing.
Sependapat dengan hal itu, W2 juga mengatakan bahwa pemandu
lokal/guide lokal di sana merupakan pemuda-pemuda yang memang sudah
tertarik dan menguasai pengetahuan-pengetahuan mengenai
lingkungan,sejarah,dan budaya sekitar. Mereka berawal dari porter dan
translator sehingga pengalaman-pengalaman tersebut yang membawa mereka
menjadi pemandu/guide lokal sekarang di Muaro Jambi.
Hasil wawancara dari B3 juga mengatakan bahwa untuk ketersediaan
pemandu lokal, mereka banyak menggunakan masyarakat lokal sebagai ujung
tombak yang memperkenalkan budaya,lingkungan,dan sejarah milik mereka.
Adapun pemandu lokal di sana dibagikan menurut minat
90
pengunjung,sehingga pembagiannya rata sesuai dengan tingkat kemampuan
masing-masing guide.
Begitu pula dengan hasil wawancara yang disampaikan oleh R4 yang
berpendapat bahwa masyarakat lokal di sana sudah sangat siap untuk
menerima wisatawan. Untuk standard menjadi guide lokal pun mereka
mengutamakan pemuda-pemudi disana, dan pilihan menjadi guide sendiri
pun itu merupakan dedikasi dari masyarakat sendiri untuk berperan sebagai
pemandu yang memperkenalkan budaya,sejarah,dan lingkungan mereka.
Bahkan ia menambahkan bahwa pelatihan-pelatihan untuk me-regenerasi
pemandu kepada anak-anak desa sudah dilakukan oleh masyarakat lokal
sendiri untuk menambah guide yang baik di masa mendatang.
Dalam kawasan sekitar Candi Muaro Jambi, berdasarkan hasil
wawancara baik pihak dari travel dan pihak masyarakat setempat, pemandu
lokal yang memandu wisatawan biasanya memang menggunakan pemuda
lokal sekitar sana.
2. Akomodasi Berbasis Masyarakat
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan untuk
melihat indikator akomodasi yang disediakan oleh masyarakat lokal di
kawasan sekitar Candi Muaro Jambi akan dianalisa dengan menggunakan
indikator-indikator seperti di bawah ini:
a. Disediakan oleh masyarakat lokal yaitu di dalam rumah tradisional
91
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan kepada R1 bahwa
akomodasi yang digunakan di kawasan sekitar Candi Muaro Jambi adalah
homestay, yang mana kebanyakan adalah rumah penduduk yang tinggal di
sana dijadikan untuk tempat menginap wisatawan. Beliau menjelaskan bahwa
sampai saat ini ada 25 homestay yang dapat digunakan untuk wisatawan,
tetapi hanya 10 homestay yang di-prioritaskan. Homestay prioritas di sini
maksudnya adalah bahwa homestay-homestay ini yang paling sering
digunakan dalam hal menerima tamu dan segala keperluan tamu selama
tinggal di sana. Adapun penentuan standard penetapan homestay itu
berdasarkan penetapan dari desa wisata Muaro Jambi sendiri. Masyarakat
yang sudah siap menjadikan rumah mereka sebagai homestay juga sudah siap
menerima segala macam budaya yang akan mereka temui selama berinteraksi
dengan wisatawan.
Sejalan dengan jawaban dari narasumber dari R1, W2 juga
menyampaikan bahwa akomodasi/homestay yang digunakan untuk menerima
wisatawan adalah hampir semuanya rumah masyarakat yang masih bersifat
tradisional/ rumah panggung. Jumlah homestay yang digunakan sampai saat
ini 25, dengan 10 prioritas homestay utama untuk digunakan. Beliau
menambahkan bahwa selain 10 prioritas, 15 lainnya dipersiapkan atau
dijadikan cadangan untuk menerima wisatawan dalam jumlah besar dan
event-event yang mengharuskan menerima banyak wisatawan. Standard yang
dikenakan dalam penetapan menjadi homestay menurut beliau adalah selain
masih bersifat rumah tradisional, adalah fasilitas di dalam rumah seperti
92
kamar tidur, ketersediaan toilet di dalam rumah, dan kebersihan yang dijaga
di dalamnya.
B3 yang telah diwawancara pun sependapat dengan hal-hal tersebut.
Mengenai jumlah homestay yang sering digunakan untuk disediakan bagi
wisatawan berjumlah 5, dengan paling banyak penggunaan yaitu dengan
jumlah 3. Adapun standard yang digunakan dalam homestay yang sering
digunakan adalah masyarakat/tuan rumah yang sudah siap menerima tamu
dengan segala keramahan-keramahan yang harus diberikan dan sudah paham
mengenai makanan/kuliner yang harus diberikan selama tinggal di homestay,
bagaimana penyajian dan cita rasanya, dan ketersediaan fasilitas seperti toilet
yang sudah memadai. Mengenai wisatawan pun menurut mereka, masyarakat
sudah siap menerima wisatawan dengan segala budaya mereka.
Hal lain diperjelas kembali oleh R4 mengenai homestay di desa wisata
Muaro Jambi. Untuk penyediaan homestay sampai saat ini sudah berjumlah 6
rumah dengan kondisi yang sudah cukup dan layak. Beliau menjelaskan
memang ada beberapa standard yang harus dipenuhi sebagai homestay yang
siap menerima tamu, diantaranya adalah tentunya masyarakat yang sudah siap
welcome dengan tamu, penyediaan fasilitas seperti toilet yang sudah bersih
dan layak, standard dalam kamar seperti ukuran kamar, dan alas tempat tidur
yang tidak bermotif. Pelatihan mengenai homestay yang memenuhi standard
dan bagaimana cara memperlakukan wisatawan sebagai tamu pun sudah
dilakukan oleh pihak dinas untuk memperlancar kinerja masyarakat sebagai
penyedia homestay.
93
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa masyarakat sudah menyediakan homestay dengan 25 rumah yang
sudah siap untuk digunakan sebagai akomodasi, dengan 10 prioritas untuk
penggunaan akomodasi utama.
Adapun standard yang telah ditetapkan rumah masyarakat sebagai
homestay adalah karena yang pertama adalah rumah tersebut masih bersifat
tradisional yaitu masih berbentuk rumah panggung, yang kedua adalah
fasilitas yang telah memadai di dalam rumah (toilet sudah berada di dalam
rumah), kemudian karena dalam tuan rumah sendiri sudah siap dalam
menyambut tamu dan menjadikan rumah mereka sebagai salah satu
akomodasi untuk menerima wisatawan untuk menginap di dalamnya.
b. Semua staff/ pekerja dalam akomodasi adalah orang lokal
Berdasarkan hasil wawancara, menurut pendapat R1 bahwa walaupun
mereka sebagai penyedia jasa dan mencari tamu, tetapi jika tamu sudah
berada dalam homestay, masyarakat lah yang memegang kendali. Baik
sebagai penyedia homestay nya sendiri, hingga penyediaan makanan. Pihak
dari R1 sendiri hanya mengontrol selama kegiatan di homestay atau selalu
siap jika memang ada keperluan mendesak oleh tamu dan ikut tinggal di
homestay.
W2 juga menyampaikan hal yang sama. Masyarakat yang berperan
dalam homestay, tidak hanya berperan sebagai penyedia homestay saja tetapi
ikut terjun langsung untuk melayani tamu seperti penyediaan makanan dan
menyambut wisatawan. Adapun yang masyarakat dapatkan sebagai penyedia
94
homestay, selain untuk mendapatkan penghasilan, juga karena ada pride
bahwa rumahnya telah dijadikan sebagai salah satu tempat tinggal tamu
mancanegara.
Hal tersebut kemudian ditambah dengan pernyataan dari B3 berdasarkan
hasil wawancara bahwa memang masyarakatlah bekerja di dalam homestay,
terutama untuk penyediaan makanan 3x sehari dalam homestay. Mereka
menyediakan sarapan, makan siang, makan malam dan cemilan-cemilan
seperti pisang goreng dan teh/kopi sebagai coffe break mereka.
Kemudian dari R4 bahwa memang seharusnya memang masyarakat yang
bekerja dalam homestay ini. Pihak R4 pun selalu memberikan pelatihan-
pelatihan kepada masyarakat bagaimana cara menyediakan homestay yang
baik dan menyediakan makanan di dalamnya.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, didapatkan kesimpulan
bahwa selain sebagai penyedia homestay, tetapi mereka juga ikut tetap
menginap dan tinggal di sana sambil melayani wisatawan seperti misalnya
menyambut tamu dan menyiapkan makanan serta kebutuhan-kebutuhan
wisatawan selama mereka menginap di homestay tersebut.
c. Memberikan pengalaman hidup di pedesaan atau kehidupan tradisional
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan kepada R1 bahwa
wisatawan dapat memberikan pengalaman hidup di pedesaan tradisional.
Homestay sendiri bisa menjadi salah satu akomodasi yang layak tapi masih
perlu pengembangan dan stimulan dari pemerintah mengenai pembangunan
homestay yang benar.
95
Sedangkan menurut W2, pengalaman hidup di pedesaan atau kehidupan
tradisional pasti didapatkan oleh wisatawan selama tinggal di homestay.
Mereka menikmati dengan kehidupan apa adanya di pedesaan dengan
lingkungan yang jauh berbeda dengan kehidupan kota/negara biasanya, begitu
juga dengan mencicipi makanan dan kebiasaan-kebiasaan yang harus diikuti
bersama masyarakat disana.
Pendapat lain disampaikan oleh B3 melalui hasil wawancara bahwa
wisatawan dapat belajar dan pengalaman dari arsitektur rumah tradisional
yang mereka temui selama menginap di desa wisata Muaro Jambi. Misalnya,
kenapa rumah panggung menggunakan tiang-tiang dan bersifat tinggi, itu
dikarenakan untuk mengantisipasi banjir tahunan yang selalu terjadi di daerah
mereka. Lalu penamaan-penamaan dalam sekat/batas di dalam rumah
masyarakat, dan juga kebiasan menaruh pisang lebak manis dengan kelapa
yang menandakan siapapun yang tinggal disana berharap akan bahagia di
dalamnya.
Sedangkan menurut R4 bahwa pengalaman yang di dapatkan oleh
wisatawan adalah seperti belajar bahasa baru dan tentunya banyak
pengalaman mengenai kehidupan di pedesaan.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dapat disimpulkan bahwa
wisatawan yang selama ini tinggal dan beinteraksi dengan masyarakat,
mengaku memberi banyak pengalaman seperti mengetahui kehidupan
tradisional di sana, belajar bahasa baru, mencicipi citarasa makanan
tradisional, dan mengetahui mengenai arsitektur rumah.
96
d. Memberikan excahange pengalaman antara pengunjung dan host
Menurut pihak R1 bahwa banyak exchange yang dapat didapatkan baik
wisatawan dan tuan rumah selama mereka melakukan interaksi di dalam
homestay. Seperti tour bersama Mahasiswa NASAL Institute Singapore, saat
itu mereka merasakan pengalaman seperti mencoba makanan tradisional
seperti pohon pisang yang direbus, dan dijadikan lalapan dalam makanan, lalu
mereka melakukan aktivitas bersama seperti grafiti dan melukis bersama.
Tentu bagi tuan rumah pemilik homestay, mereka merasa mendapatkan
keluarga baru dan pengalaman bersama orang asing dan mempelajari budaya
mereka selama menginap di sana.
Hal tesebut juga ditambahkan kembali oleh W2 yang mengatakan
bahwa terjadi pertukaran budaya yang didapat selama tinggal di homestay.
Seperti contohnya jika wisatawan menyukai makanan tradisional yang
disediakan masyarakat, mereka bahkan mencatat bahan-bahan bakunya dan
meminta langsung untuk cara pembuatannya kepada si penyedia makanan.
Sedangkan bagi tuan rumah, tentu mereka merasa memiliki kebanggan
rumahnya pernah disinggahi selain wisatawan asing, juga beberapa mendapat
kehormatan untuk menerima tamu istri dari Kedubes Australia dan mereka
berbagi pengalaman mengenai kehidupan di negara Australia tersebut.
Sedangkan pengalaman yang di dapat oleh B3 langsung telah
disampaikan melalui hasil wawancara adalah mereka tentunya mendapat
pengalaman, bahasa, dan tentunya keluarga baru karena mereka menerima
orang-orang dari luar tempat tinggal mereka. Bahkan beberapa wisatawan
97
memberikan cinderamata berasal dari negara mereka, dan memberikan saran
seperti di daerah Muara Jambi bisa menggunakan cinderamata seperti daerah
asal mereka.
Pandangan berbeda disampaikan oleh R4 bahwa exchange yang didapat
adalah bahwa ikatan yang dirasakan selama menginap di homestay bisa
hingga membuat wisatawan tidak mau pulang dan memutuskan tinggal lebih
lama di desa wisata Muara Jambi,dan tentunya karena kebanyakan selain
tamu wisatawan yang datang tetapi juga arkeolog, tuan rumah juga mendapat
pengalaman seperti mendapat pengetahuan mengenai arkeologi.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan maka
dapat disimpulkan bahwa terjadi exchange pengalaman yang didapat baik itu
wisatawan maupun pemilik homestay. Pengalaman tersebut pun berbeda-
beda, tetapi tetap mencerminkan bahwa hal ini memberikan dampak positif
selama kegiatan interaksi antara wisatawan dan pengunjung berlangsung.
e. Menyediakan ruang dan tempat tidur khusus untuk pengunjung
Menurut hasil wawancara kepada R1 bahwa masyarakat menyediakan
dalam rumah tersebut 1-2 kamar yang akan ditempati oleh wisatawan. Tapi
dalam beberapa kegiatan tour yang telah dilaksanakan, ada beberapa
wisatawan yang tidak ingin tidur di dalam kamar, sehingga para wisatawan
tersebut memasang tenda diluar kamar atau diluar rumah untuk mereka
beristirhat. Sedangkan wisatawan yang menginap di dalam kamar,
pembagiannya berdasarkan 1 kamar 2 orang tetapi juga jika ada yang
meminta permintaan untuk tinggal sendirian dalam kamar, akan dikondisikan
98
sesuai permintaan oleh pihak R1. Tetapi masih butuh dalam perbaikan karena
jika dalam pembuatan standarisasi Internasional, masih belum cukup, seperti
ukuran untuk pintu WC yang sesuai dengan tinggi wisatawan asing.
Sedangkan menurut W2 menjelaskan bahwa penyediaan kamar untuk
wisatawan dalam 1 rumah sekitar 1-2 kamar. Dimana di dalam kamar tersebut
disediakan fasilitas seperti tempat tidur,kipas angin,bantal dan sprei. Atau
misalnya jika ada permintaan yang meminta bahwa wisatawan tidak mau
dipisahkan, masyarakat akan menggelar anyaman tikar sebagai alas dan
mereka tidur di ruang keluarga.
Pernyataan tersebut ditambahkan oleh masyarakat setempat mengenai
jumlah kamar yang disediakan masyarakat, paling banyak disediakan 2 kamar
di dalamnya dengan fasilitas yang hampir sama disebutkan oleh Kepala Desa
Wisata Muaro Jambi. Masyarakat juga mengantisipasi menyiapkan sleeping
bag jika ada wisatawan ada yang meminta tidur di luar kamar.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan,
narasumber mengatakan bahwa salah satu syarat untuk menjadikan suatu
rumah masyarakat menjadi suatu homestay adalah menyediakan ruang dan
tempat tidur khusus untuk pengunjung/wisatawan.
Rata-rata dalam satu homestay mereka menyediakan 1-2 kamar yang
memang tidak digunakan sehingga kamar itu dipersilahkan untuk digunakan
oleh wisatawan yang datang. Standard yang harusnya disediakan di dalam
kamar tersebut sudah diisi dengan tempat tidur, sprei, bantal, dan kipas.
99
Sampai saat ini, untuk homestay di desa Muaro Jambi sendiri dapat dikatakan
memenuhi standard layak untuk menerima wisatawan.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, maka dapat disimpulkan
bahwa 10 rumah yang ditunjuk untuk dijadikan homestay, memiliki ruang
khusus untuk wisatawan beserta dengan tempat tidur di dalamnya dan
fasilitas-fasilitas seperti bantal,sprei, dan kipas angin.
Dalam homestay di desa wisata Muaro Jambi sendiri sebenarnya sudah
berusaha memenuhi standard seperti misalnya kondisi motif sprei yang tidak
bermotif dan harus selalu tetap dijaga kebersihannya, agar siap menerima
wisatawan kapanpun di saat yang diperlukan.
f. Kapasitas pengunjung
Pembatasan kapasitas pengunjung dalam homestay menurut R1
menurut hasil wawancara tersebut dikatakan bahwa hal itu dikondisikan oleh
masyarakat. R1 ini berusaha sebisa mungkin untuk menjadikan homestay
sebagai akomodasi yang digunakan selama dalam Muaro Jambi walaupun
wisatawan ada dalam mass tourism. Dalam pengalamannya, mereka juga
menyediakan pilihan akomodasi hotel di kota Jambi, dikarenakan jarak yang
relatif juga sehingga dapat ditempuh dengan motor/mobil. Tetapi mereka
mengusahan sebisa mungkin menggunakan akomodasi yang difasilitasi oleh
masyarakat. Adapun jika ada permintaan atau overload wisatawan, pihak dari
R1 akan menyediakan tenda untuk wisatawan.
Berdasarkan hasil wawancara dari W2 mengatakan bahwa untuk
kapasitas pengunjung dalam 1 rumah dapat menampung 5 orang dalam 1
100
rumah, mengingat jumlah toilet kebanyakan hanya berjumlah 1 sehingga
kurang kondusif jika menerima tamu berjumlah di atas 5. Tetapi beliau
menambahkan bahwa jika menerima wisatawan berjumlah 100 dan dadakan,
masyarakat sudah siap untuk menerima kapanpun juga.
Begitu juga dengan masyarakat setempat, berdasarkan hasil wawancara
menyampaikan bahwa kapasitas pengunjung dalam 1 rumah mampu
menampung maksimal 7 orang. Penanganan jika dalam 1 rumah tidak dapat
menampung kebanyakan wisatawan yaitu membagi dengan homestay lainnya,
walaupun terkadang jarak 1 homestay ke homestay lainnya agak jauh, tapi
langkah yang diambil adalah jika nanti wisatawan akan disuguhkan atraksi
budaya, akan diminta untuk berkumpul dalam 1 spot untuk melihat
pertunjukkan tersebut bersama-sama.
Hal itu kemudian dijabarkan kembali oleh R4 bahwa menurut beliau
kapasitas pengunjung hanya dapat menampung 4, karna dalam 1 kamar untuk
2 orang dengan ketentuan-ketentuan dalam 1 kamar sudah berkeluarga atau
berkelamin jenis sama.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dapat disimpulkan bahwa
dalam satu rumah, penyedia homestay mampu menampung wisatawan
maksimal 4 orang yang berukuran rumah yang standard, tetapi jika rumah
dengan kapasitas besar dapat menampung wisatawan maksimal hingga 7
orang. Hal itu dapat dibuktikan ketika pihak travel dan masyarakat menerima
wisatawan yang meminta permintaan agar tidak dipisahkan satu dengan yang
lainnya di homestay lain, sehingga pada akhirnya alternatif yang digunakan
101
adalah masyarakat menggelar anyaman tikar di sebuah ruang keluarga untuk
memenuhi kebutuhan wisatawan.
g. Mengikuti aktivitas yang dilakukan oleh tuan rumah
Berdasarkan hasil wawancara kepada R1, ada beberapa kegiatan yang
dapat dilakukan oleh wisatawan selama tinggal di homestay. Diantaranya
adalah panen pohon durian, menjemur pinang, memakan buah pohon cokelat.
Aktivitas yang dapat diikuti bersama masyarakat kebanyakan adalah karena
wisatawan biasanya tidak sengaja melihat atau tertarik ketika mereka
melakukan perjalanan menyusuri desa dan melihat masyarakat melakukan
aktivitas seperti memanen buah-buahan.
Berbeda dengan jawaban dari W2 yang mengatakan bahwa untuk
aktivitas bersama masyarakat belum pernah dilakukan sebelumnnya seperti
misalnya ke kebun, ke sawah, mengikuti aktivitas memasak bersama
masyarakat. Karena menurutnya, selama ini wisatawan yang datang hanya
terfokus menghabiskan waktu di Candi Muaro Jambi, dan homestay hanya
baru dijadikan sebagai tempat tinggal. Tetapi bukan sesuatu yang tidak
mungkin jika dikembangkan aktivitas yang membuat wisatawan berinteraksi
dengan mengikuti aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat. Beliau
menambahkan lagi, aktivitas yang biasanya dilakukan oleh wisatawan
bersama masyarakat hanya sebatas menonton pertunjukkan dan tarian budaya
lokal saja.
Sedangkan menurut hasil wawancara bersama B3 bahwa aktivitas yang
selama ini dapat dilakukan bersama wisatawan adalah ketika memanen buah
102
durian. Ketika musim durian tiba, mereka akan mendirikan tenda di kebun
milik masyarakat setempat, dan menunggu semalaman hingga durian itu
jatuh. Jika memang ada aktivitas bersama masyarakat seperti memasak, hanya
dilakukan sebatas foto bersama atau wisatawan mengambil foto kegiatan
ketika masyarakat melakukan aktivitas memasak besar-besaran ketika ada
yang akan menggelar upacara pernikahan.
Menurut hasil wawancara yang dilakukan kepada R4 bahwa kegiatan
yang dapat diikuti oleh wisatawan adalah seperti ikut masyarakat ke masjid,
ikut menanam pohon, atau mereka pernah ikut dalam kegiatan masak
memasak besar untuk upacara pernikahan, tetapi hanya sebatas mengambil
bagian sedikit dari kegiatan tersebut. Kemudian beliau menambahkan bahwa
jika ada aktivitas yang dapat dilakukan bersama masyarakat dan diikuti oleh
wisatawan, itu sangat memungkinkan.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi maka dapat disimpulkan
bahwa aktivitas yang dilakukan yang dapat diikuti oleh wisatawan selama
menginap di homestay sesuai dengan hasil wawancara yang telah dilakukan
oleh beberapa narasumber adalah wisatawan dapat ikut memanen hasil buah-
buahan dari perkebunan milik masyarakat seperti dukuh dan durian tetapi
kekurangan dari aktivitas ini adalah masih secara musiman dan tidak dapat
dijadikan kegiatan yang reguler dalam paket wisata. kegiatan ikut melihat
memasak yang dilakukan oleh masyarakat jika ada upacara pernikahan oleh
masyarakat desa. Kegiatan ini biasanya dilakukan secara besar-besaran oleh
masyarakat desa terutama ibu-ibu.
103
h. Menyediakan makanan untuk pengunjung oleh masyarakat
Menurut hasil wawancara yang dilakukan kepada R1 mereka
menyatakan bahwa mereka menyediakan makanan yang bersifat lokal oleh
masyarakat. Untuk penyediaannya sendiri, pihak R1 telah menekankan bahwa
makanan lokal berbeda dengan makanan yang biasa dimakan oleh wisatawan,
maka dari itu jika memang ada permintaan khusus penyediaan makanan
diluar yang disediakan oleh masyarakat lokal, travel menyesuaikan dengan
budget yang diberikan. Tetapi mereka sebisa mungkin menggunakan
makanan lokal untuk disajikan pada wisatawan.
Menurut hasil wawancara kepada W2 menyatakan bahwa penyediaan
makanan di homestay kepada wisatawan biasanya makanan-makanan lokal.
Selain memperkenalkan baik citarasa dan keanekaragaman makanan,
wisatawan juga diajak untuk mengikuti cara makan masyarakat dengan cara
menggunakan tangan dan duduk secara lesehan. Jika ada permintaan-
permintaan khusus seperti vegetarian atau permintaan khusus lainnya, sebisa
mungkin dipenuhi oleh masyarakat setempat atau penyedia homestay.
Sedangkan menurut hasil wawancara dengan B3 dan R4 mereka
menjawab bahwa dalam pelayanan homestay, mereka menyediakan baik
makanan utama hingga makanan cemilan tradisional seperti gulo komojo, ada
padamaran,ketan jando, bubur ayap. Termasuk ikan senggung, yang
merupakan makanan istimewa oleh masyarakat desa Muaro Jambi dan juga
pindang. Masyarakat selalu menyediakan makanan-makanan lokal, lebih
tepatnya makanan sehari-hari masyarakat makan untuk disajikan dan
104
diperkenalkan kepada wisatawan, tetapi untuk beberapa standard seperti
dikurangi citarasa pedas, untuk mengantisipasi wisatawan yang belum
terbiasa dengan makanan yang bersifat pedas.
Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam
penyediaan makanan untuk pengunjung/wisatawan selalu disediakan oleh
masyarakat. Mereka menekankan bahwa jika menginap di dalam homestay,
menyediakan makanan bagi pengunjung sudah otomatis sudah termasuk
pelayanan oleh masyarakat. Biasanya makanan yang disediakan sudah
termasuk 3x makanan.
Makanan-makanan yang disediakan oleh masyarakat sendiri adalah
makanan lokal dan disediakan baik itu makanan utama beserta lauk pauk serta
jajanan atau cemilan lokal untuk mengenalkan citarasa baru kepada
wisatawan.
i. Harga
Menurut hasil wawancara dengan R1 bahwa harga yang ditetapkan
dalam homestay ditetapkan oleh masyarakat lokal. Tetapi pada dasarnya,
masyarakat lokal belum terlalu menetapkan harga untuk akomodasi, jadi hal
itu dimasukkan sebagai bentuk donasi untuk masyarakat penyedia homestay.
Harga yang diberikan kepada wisatawan pun sudah di mark-up sekitar 2-5
persen.
Berdasarkan hasil wawanacara dengan W2, mereka menetapkan harga
untuk homestay Rp 150.000 yang sudah termasuk dengan sarapan pagi.
Sedangkan untuk penambahan permintaan khusus, akan diberikan kebebasan
105
bagi pihak travel dan wisatawan memberikan harga yang akan diberikan
kepada pihak penyedia homestay. Adapun yang disediakan dalam harga
tersebut sudah termasuk harga kamar dan sarapan.
Hal itu berbeda kembali dengan B3 yang memberikan harga Rp
300.000 yang sudah termasuk dengan 3x makan di dalamnya. Tetapi
sayangnya harga tersebut diberikan kepada 1 orang per malam di homestay.
Sedangkan untuk harga coffe break dikenakan harga Rp.10.000/orang yang
berisikan 1 potong kue dan kopi. Biasanya dilakukan di homestay atau di
boat/getek. Ia menambahkan jika nanti ada aktivitas tambahan, itu diluar
biaya homestay.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, dapat diketahui bahwa
harga ditetapkan sesuai dengan negosiasi antara pemilik rumah/penyedia
homestay dengan pihak travel. Tetapi sampai saat ini harga yang ditetapkan
masyarakat untuk sehari menginap per orang adalah sekitar Rp150.000 – Rp.
300.000 yang mana di dalamnya sudah termasuk biaya menginap dan makan
di dalamnya beserta coffe break.
j. Kondisi sarana
Kondisi sarana dari setiap homestay yang digunakan dalam pelaksanaan
tour oleh pihak R1 adalah sudah cukup. Menurutnya masih perlu dibenahi
dan perlu pelatihan-pelatihan lagi bagaimana cara menerapkan standarisasi
dari homestay yang sudah bersifat Internasional, sudah mampu menampung
wisatawan baik nusantara dan mancanegara. Tapi ia menegaskan, bahwa
106
sampai saat ini homestay yang telah digunakan selama ini sudah terbilang
cukup dan layak.
Sedangkan berdasarkan hasil wawancara kepada pihak W2 menjelaskan
dalam hasil wawancara adalah bahwa kondisi sarana dari tiap sarana di
homestay sendiri sudah cukup baik dan bersih. Tapi masih perlu pelatihan
lagi bahwa harus ada kesadaran dari masyarakatnya sendiri seperti penyiapan
jemuran yang jangan diletakkan di depan rumah, dan harus siap
membersihkan rumah setiap saat ketika nanti ada wisatawan yang datang
tiba-tiba.
Sependapat dengan hal itu, hasil wawancara yang telah dilakukan
kepada B3 adalah, bahwa mereka masih perlu pembinaan dalam penyediaan
kondisi sarana. Seperti kondisi bawah rumah karena rumah panggung, harus
dalam keadaan steril dan harus ada penanganan jika ada banyak nyamuk
dalam rumah. Tetapi dari semua itu kondisi sarana sudah dianggap cukup dan
layak.
Sedangkan pendapat dari R4 menyatakan bahwa homestay yang
disediakan oleh masyarakat lokal sudah cukup dan layak. Tetapi masih perlu
ditingkatkan kualitasnya baik untuk pelayanan dari masyarakat dan kondisi
dari homestay hingga fasilitasnya.
Berdasarkan hasil dari wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa
kondisi sarana yang ditampilkan oleh pihak masyarakat sebagai penyedia
homestay, masih dikatakan cukup. Sampai saat ini,standard seperti harus
107
bersih dan rapi menjadi suatu kewajiban yang harus dipenuhi oleh masyarakat
penyedia homestay untuk menyambut tamu.
k. Sanitasi/Hygiene
Berdasarkan hasil wawancara, menurut R1 bahwa tingkat
sanitasi/hygiene yang diberikan oleh pihak penyedia homestay, tergolong
sudah layak dan secukupnya. Tapi sampai saat ini, sudah terbilang cukup dan
layak.
Sedangkan dari W2 menyatakan bahwa tingkat kebersihan yang dijaga
oleh masyarakat masih berdasarkan inisiatif dari masyarakat. Belum ada
penetapan standarisasi untuk homestay yang memadai seperti apa, tapi sejauh
ini sudah dibilang cukup.
Hal itu kemudian ditambahkan oleh B3 berdasarkan hasil wawancara
bahwa untuk kebersihan, masyarakat masih berdasarkan inisiatif, padahal
masih belum ada standarisasi mengenai penyiapann kamar khusus untuk tamu
yang harus selalu dibersihkan setiap hari.
Begitu pula dengan pihak R4 yang mengatakan bahwa masih perlu
adanya pembinaan lagi mengenai kebersihan dan standard-standard yang
harus dijaga kebersihannya.
Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa mengenai kebersihan dan
sanitasi di dalam homestay menilai bahwa dalam homestay, masyarakat
masih ber-inisiatif sendiri dalam menjaga kebersihan dan selama ini dalam
penyediaan homestay pun sudah dapat dikatakan cukup baik dan layak untuk
menerima tamu dalam homestay mereka.
108
l. Aksesibilitas
Aksesibilitas dari homestay dari menurut R1 menyatakan bahwa sudah
dalam keadaan baik dan mudah untuk dicapai. Biasanya wisatawan yang
ingin menginap di homestay dapat mencapai kesana dengan jalan kaki atau
menggunakan sepeda. Jalan menuju desa wisata sudah baik dan terdapat
beberapa sign penunjuk untuk menuju desa wisata Muaro Jambi.
Penjelasan dari pihak W2 juga memaparkan bahwa untuk aksesibilitas
menuju desa wisata sudah baik, karena kebetulan jalan di sepanjang desa baru
saja diperbaiki sehingga wisatawan dapat menelusuri dan mencapai desa
dengan mudah.
Sedangkan menurut B3, aksesibilitas baik menggunakan becak dan
bentor sudah dapat dicapai dengan mudah, begitu juga dengan perahu/getek.
Hasil wawancara yang dilakukan kepada pihak R4 menyampaikan
bahwa aksesibilitas untuk sepeda,becak,perahu sudah terbilang baik, tapi
tidak berlaku untuk banjir. Jika banjir, wisatawan maupun masyarakat lokal
menggunakan perahu-perahu untuk berpindah-pindah tempat, tapi ini menjadi
salah satu daya tarik wisata di desa wisata jika pada musim hujan dan
mengakibatkan hujan tahunan.
Menurut hasil wawancara yang telah dilakukan kepada 4 narasumber
yang berbeda, didapatkan pernyataan bahwa aksesibilitas menuju homestay
sudah dikatakan baik. Pernyataan ini didukung dengan hasil observasi dimana
ditemukan bahwa untuk jarak dan lokasi dari atraksi utama menuju ke
109
homestay ini hanya berjarak beberapa menit dan dapat ditempuh dengan jalan
kaki ataupun sepeda.
m. Lokasi yang tidak jauh dari atraksi wisata utama
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh R1 menurut mereka
lokasi desa wisata tidak jauh dari atraksi utama karena desa wisata/homestay
ini masih dalam kawasan sekitar Candi Muaro Jambi. Untuk lokasi menuju
bandara hanya berjarak 40 menit menggunakan motor/mobil.
Sedangkan berdasarkan hasil wawancara dari W2 juga menjelaskan
bahwa lokasi homestay ini tidak berada jauh dari atraksi utama yaitu Candi
Muaro Jambi maupun untuk menikmati tari-tarian tradisional oleh masyarakat
setempat. Ia menambahkan bahwa waktu yang ditempuh dari pusat kota
untuk menuju homestay ini sekitar 45 menit menggunakan motor/mobil.
Hasil wawancara yang disampaikan oleh B3 setempat juga
menyampaikan bahwa homestay dari masyarakat tidak berada jauh dari lokasi
utamanya Candi, dapat ditempuh dengan menggunakan sepeda dan bentor
sekitar 10-15 menit. Sedangkan jarak menuju pusat kota sendiri
menghabiskan waktu 45 menit.
Berdasarkan paparan dari hasil wawancara dan juga hasil observasi
dapat disimpulkan bahwa lokasi akomodasi/homestay ini tidak jauh dari
atraksi utamanya yaitu Candi Muaro Jambi, kecuali beberapa titik seperti
Candi Tinggi 1, Candi Tinggi 2, Candi Kedaton, dan Candi Koto Mahligai.
110
n. Fasilitas dan Pelayanan
Pelayanan yang diberikan masyarakat di homestay menurut hasil
wawancara dengan R1 dan W2 belum bisa dikatakan baik karena masih harus
banyak pembenahan untuk masyarakat dan pembinaan lebih detail lagi.
Sedangkan dari masyarakat setempat, pelayanan yang mereka berikan
sudah baik. Mereka sudah bersifat welcome dan memberikan pelayanan yang
ramah tamah kepada setiap tamu yang menginap.
Sependapat dengan hal itu, pihak R4 mengatakan bahwa pelayanan yang
diberikan oleh masyarakat di homestay sudah baik. Masyarakat sudah mampu
menerima wisatawan, sesuai dengan pelatihan-pelatihan yang diberikan oleh
pihak yang terkait.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan maka
dapat disimpulkan bahwa untuk fasilitas dan pelayanan yang diberikan pihak
homestay dapat dikatakan baik dalam standard lokal, tetapi masih butuh
pembinaan lagi mengingat bahwa wisatawan yang akan dilayani adalah
mancanegara.
3. Tempat Makan Berbasis Masyarakat
Adapun data tempat makan yang digunakan oleh masyarakat biasanya
digunakan dalam pemilihan paket wisata didasarkan dengan beberapa kriteria
seperti berikut:
111
a. Mempekerjakan masyarakat lokal dalam pelayanan
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan kepada R1,
mereka biasanya menyediakan tempat makan dalam paket tur di dalam
tempat makan yang biasanya dimiliki oleh masyarakat desa wisata Muaro
Jambi yang di dalamnya tentunya masyarakat lokal bekerja dalam pelayanan
tempat makan tersebut. Biasanya, walaupun tempat makan yang disediakan
masyarakat terletak di pinggir sungai, tempat makan milik Bu Asmiah ini
hanya digunakan di saat-saat kondusif. Pihak travel biasanya menggunakan
homestay untuk menyajikan makanan selama wisatawan dalam pelaksanaan
tur, atau memang sudah ter-include dengan biaya homestay.
Sependapat dengan hal itu, W2 juga mengatakan bahwa di dalam desa
wisata hanya memiliki beberapa tempat makan yang disediakan masyarakat
lokal dan tentunya mereka bekerja di dalamnya, tetapi masih bersifat
seadanya saja dan berlokasi di pinggir sungai Batanghari. Kebanyakan
selama ini mereka melayani tamu dalam hal pelayanan makanan itu telah
termasuk dengan pelayanan di homestay. Makanan yang disajikan dalam
rumah makan maupun homestay ini pun tentunya makanan-makanan lokal
atau makanan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat desa Muaro Jambi
itu sendiri.
Berdasarkan hasil wawancara oleh B3, mereka mengatakan bahwa ada
3 jenis rumah makan yang berlokasi di pinggir sungai. Tetapi di antara 3 itu
hanya ada 1 tempat makan milik Bu Asmiah yang sering digunakan untuk
menyambut wisatawan-wisatawan yang berkunjung kesana. Beliau
112
menambahkan bahwa biasanya masyarakat lokal sebagai pemilik tempat
makan ini, menyarankan dalam penyajiannya, jika tempat makan tidak
memenuhi untuk menampung wisatawan, maka akan dilangsungkan di
depan rumah atau halaman rumah pemilik tempat makan tersebut.
Begitu pula halnya dengan jawaban dari R4 yang mengatakan bahwa
memang ada beberapa tempat makan yang disediakan oleh masyarakat,
tetapi tempat makan tersebut belum kondusif untuk tempat makan bagi
wisatawan yang berkunjung kesana dikarenakan ukuran tempat makan yang
belu memadai dan lebih sering menggunakan rumah masyarakat sekitar jika
memang ingin membeli makanan di tempat makan tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan kepada 4
narasumber, mereka mengatakan bahwa tempat makan yang berada di
kawasan sekitar Candi Muaro Jambi berjumlah 3,tetapi yang paling layak
dikunjungi adalah 1 yaitu tempat makan Ibu Asmiah. Selain tempat makan ini
disediakan oleh masyarakat lokal, pekerja yang bekerja di dalam rumah
makan tersebut adalah masyarakat lokal. Begitu juga dengan penyajian
bahan-bahan makanan berasal dari hasil dari desa Muaro Jambi dan disajikan
di dalam tempat makan tersebut.
b. Menggunakan bahan-bahan/ingredients alami (tidak menggunakan daging
hewan langka/bushmeat).
Berdasarkan hasil wawancara kepada R1 menyatakan bahwa tempat
makan di sekitar kawasan Candi Muaro Jambi ini menyediakan jenis
makanan apapun, termasuk ayam maupun daging. Jika ada permintaan dari
113
wisatawan yang bersifat special request mereka memang berusaha
menyediakannya, tetapi sampai saat ini belum ada penyajian atau permintaan
yang menggunakan heewan-hewan langka, kebanyakan menyediakan ikan
karena mengingat kondisi dan letak desa Muaro Jambi berada di pinggir
sungai Batanghari.
Sedangkan jawaban hasil wawancara dari W2 dan B3 mengenai
penggunaan bahan-bahan alami, sampai saat ini masyarakat memang belum
menggunakan bahan-bahan lain selain ayam dan ikan. Ia menambahkan
bahwa dalam kawasan sendiri pun, mereka tidak pernah beternak ayam
potong, sehingga jika ingin memesan ayam, harus membeli ke pasar dalam
jumlah banyak. Maka dari itu kebanyakan makanan atau masakan yang
disajikan berupa ikan-ikan di sungai Batanghari.
Berdasarkan hasil wawancara kepada R4 pun mengatakan bahwa selama
ini penyediaan makanan hanya sebatas ayam dan ikan untuk disediakan,
tergantung budget yang dimiliki dan request-request dari wisatawan dan
pihak Travel.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan kepada para
narasumber dapat disimpulkan bahwa makanan yang disediakan baik di
tempat makan atau homestay, mereka menggunakan bahan-bahan alami
seperti tumbuh-tumbuhan yang ada di sekitar, dan untuk penyediaan
mayoritas menyediakan makanan dengan menggunakan ikan, mengingat desa
tersebut berada di pinggir sungai Batanghari.
114
Mereka menambahkan jika untuk penyediaan daging ayam, masyarakat
harus memesan terlebih dahulu kepada penjual di pasar karena masyarakat
lokal tidak ada beternak ayam. Bahkan untuk penyediaan daging sapi,
masyarakat harus pergi ke Kota Jambi untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
c. Menyediakan masakan lokal spesial
Berdasarkan hasil wawancara menurut R1 penyediaan makanan baik di
tempat makan dan homestay yang disediakan oleh masyarakat, memiliki
beraneka macam jenis masakan lokal. Tentunya di setiap masakan tersebut
terdapat makanan lokal yang spesial yang menjadi ke-khasan setiap daerah.
Menurut beliau, ikan senggung merupakan salah satu menu andalan atau
masakan lokal spesial yang dihidangkan biasanya kepada wisatawan-
wisatawan yang datang. Makanan ini dikatakan spesial dikarenakan
pembuatannya yang dimasak dalam bambu dan diasapi selama 8 jam. Ikan ini
merupakan jenis ikan tomang yang besar, sehingga ini merupakan porsi besar
untuk sekali hidangan.Biasanya dalam pelaksanaan tour, pihak travel selalu
menyediakan menu ikan senggung dalam setiap menu yang disediakan oleh
masyarakat.
Berdasarkan hasil wawancara dengan W2, masakan lokal spesial yang
dihidangkan merupakan tempoyak yaitu jenis makanan menggunakan ikan
patin dengan kuah duren hasil fermentasi, dan sambal jengkol. Ia
menambahkan menu ini sering mereka sajikan jika ada wisatawan dari
Perancis,walaupun memang tidak semua wisatawan akan menyukainya. Ia
juga menambahkan bahwa memang ikan senggung merupakan menu spesial
115
andalan jika memang ada tamu dengan permintaan khusus, biasanya dari
travel untuk menyajikan makanan tersebut kepada wisatawan. Lalu ada
batang pohon pisang yang biasanya disajikan kepada petinggi-petinggi yang
datang dan dijadikan sebagai sayur dan merupakan makanan wajib untuk
disajikan.
Kemudian dari pihak B3 dan R4 menjelaskan bahwa ikan senggung
merupakan masakan spesial yang menjadi salah satu menu andalan untuk
disajikan kepada wisatawan. Ikan yang dimasak selama 8 jam dan kemudian
dibumbui untuk kemudian disajikan bersama dengan nasi dan juga ada
masakan khas bernama lahang.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan kepada beberapa
pihak narasumber mengatakan bahwa desa Muaro Jambi memiliki masakan
lokal spesial yaitu ikan senggung.
d. Keanekaragaman jenis masakan
Keanekaragaman jenis masakan menurut pihak R1 yang disediakan oleh
masyarakat memang beraneka macam. Beliau menyebutkan makanan yang
jarang ditemui dapat disajikan oleh masyarakat lokal seperti batang pohon
pisang yang direbus kemudian disajikan menjadi sayur, ada juga ketan bakar
atau ketan jando. Kebanyakan makanan yang disajikan ini adalah bersifat
tradisional karena menurut beliau, setiap penyajian memang harus
memanfaatkan lingkungan dan potensi yang ada. Dikarenakan penyediaan
makanan yang beraneka macam, tentunya mereka menemukan permintaan-
permintaan yang bersifat special request yang sebisa mungkin mereka
116
penuhi. Tapi untuk sampai saat ini, penanganan seperti makanan yang
vegetarian yang paling sering diminta oleh beberapa wisatawan seperti biksu
yang mengunjungi Candi Muaro Jambi dan selalu akan dipenuhi oleh pihak
travel mengenai hal itu. Travel akan menghubungi pihak masyarakat lokal
untuk menyediakan makanan vegetarian tanpa ada unsur hewan di dalamnya.
Atau biasanya travel akan membeli makanan dari restoran yang menyediakan
special request tersebut. Jika memang ada permintaan khusus, maka pihak
travel akan membawa wisatawan ke kota Jambi, dibawa ke restoran yang
mampu memenuhi selera wisatawan.
Kemudian dari W2 menjelaskan bahwa ada beberapa jenis makanan yang
beraneka macam yang disajikan oleh masyarakat. Seperti halnya tempoyak,
batang pohon pisang, pucuk rotan, dan beberapa kue lokal yang akan
disajikan untuk menjadi appetizer dalam makanan. Beliau juga
menambahkan terkadang dilakukan coffee break dan disajikan kopi dengan
merk lokal yaitu kopi AA. Tapi untuk penyajian makanan, masyarakat lokal
mayoritas menyajikan makanan halal. Masyarakat sendiri dalam menyajikan
makanan untuk mengantisipasi wisatawan yang tidak dapat makan jenis
masakan yang terlalu pedas. Jika dalam pelaksanaan ada wisatawan yang
ingin meminta special request, maka masyarakat mencoba sebisa mungkin
untuk dipenuhi, sampai saat ini permintaan khusus seperti itu hanya sebatas
vegetarian untuk biksu-biksu yang berkunjung, maka masyarakat akan
menyediakan makanan berupa sayuran yang direbus dan diberi garam tanpa
ada unsur daging di dalamnya.
117
Sedangkan keanekaragaman jenis masakan oleh B3 adalah tempoyak,
dandang kelapa yaitu makanan yang hampir sama seperti pindang tetapi tidak
dibuat menggunakan kelapa, tetapi menggunakan belimbing. Selain hal itu
makanan sejenis cemilan tradisional yang disediakan oleh masyarakat untuk
coffee break akan disediakan.
Berbeda dengan R4, menurut mereka keanekagaraman jenis masakan
selain ikan senggung dan lahang yang menjadi menu andalan, untuk
penyediaan makanan baik di homestay dan tempat makan biasanya memang
hanya disajikan makanan-makanan lokal yang biasa mereka sajikan sehari-
hari, hanya ditambah buah saja.
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa desa Wisata Muaro
Jambi memiliki banyak keanekaragaman jenis makanan di dalamnya. Baik itu
pindang, tempoyak, lalapan, dandang kelapa, hingga jajanan tradisional.
Makanan-makanan tersebut biasanya yang paling sering disajikan oleh
masyarakat baik di tempat makan atau homestay.
Tapi pada dasarnya, makanan yang disajikan oleh masyarakat adalah
kebanyakan makanan-makanan yang sering dimakan sehari-hari oleh
masyarakat, bahkan seperti sambal jengkol pun terkadang disajikan untuk
mengenalkan budaya makanan kepada wisatawan yang datang.
e. Menggunakan bahan-bahan lokal yang berasal dari perkebunan masyarakat
Berdasarkan hasil wawancara dengan R1, masyarakat sudah
menggunakan bahan-bahan lokal yang berasal dari perkebunan masyarakat.
Baik untuk bahan baku ikan maupun sayuran, hanya saja untuk beberapa
118
bumbu, masyarakat harus membeli ke pasar sekitar desa wisata Muaro Jambi.
Hal ini menunjukkan bahwa dalam penyiapan mulai dari bahan-bahan lokal
dari perkebunan masyarakat bisa dibuktikan bahwa kualitas dari bahan-bahan
baku yang disediakan bisa terjamin baiknya. Jika memang ada beberapa
bahan baku yang tidak terdapat di sana, masyarakat sebisa mungkin
mencarinya.
Sependapat dengan hal itu, W2 mengatakan bahwa dalam penyediaan
makanan baik untuk bahan bakunya semuanya berasal dari perkebunan
masyarakat, kecuali untuk bahan-bahan bumbu yang harus dibeli dahulu ke
pasar. Bahan bakunya yang belum tersedia adalah ayam potong, masyarakat
harus memesan daging ayam kepada penjual sayur minimal 5 kg untuk
dipesan. Sedangkan untuk pembelian daging sapi, masyarakat harus membeli
langsung ke Kota Jambi. Kemudian ia menambahkan,bahwa wisatawan bisa
dapat memberikan donasi tapi sejauh ini hanya sebatas memberikan cemilan
kepada masyarakat.
Begitu juga dengan hasil wawancara dengan B3. Mereka mengatakan
bahwa untuk bahan-bahan makanan mereka memang kebanyakan berasal dari
perkebunan sendiri, atau berbelanja ke pasar 46, yaitu pasar yang dibuka pada
jam 04.00-06.00 sore. Beliau juga sependapat bahwa jika wisatawan ingin
memberikan donasi, sejauh ini hanya diberikan sebatas cemilan, seperti coklat
dan minuman bersoda yang mana itu menjadi makanan sehari-hari/cemilan
mereka.
119
Sedangkan hasil wawancara kepada R4 mengatakan bahwa semua
bahaan baku telah disediakan dan berasal dari perkebunan mereka sendiri,
adapun jika ada bahan baku yang harus dibeli, masyarakat dapat berbelanja di
pasar sekitar tetapi tidak sampai berbelanja di Kota Jambi.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, tempat makan atau
homestay yang menyediakan makanan kepada wisatawan memang
menyediakan bahan-bahan baku berasal dari lokal atau perkebunan
masyarakat sendiri.
Jika memang mengharuskan membeli bahan-bahan, biasanya masyarakat
membeli bumbu-bumbu masak ataupun daging ayam dan daging sapi yang
memang tidak masyarakat pelihara/ternak di kawasan desa tersebut. Untuk
menghadapi hal tersebut, masyarakat biasanya berbelanja di pasar terdekat
untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
f. Pengunjung dapat mengikuti kegiatan memasak bersama masyarakat lokal
Berdasarkan hasil wawancara dengan R1, diketahui bahwa aktivitas yang
dapat diikuti oleh wisatawan seperti memasak bersama masyarakat lokal
sampai saat ini belum pernah dilakukan. Jika memang pernah, itu hanya
sebatas aktivitas tambahan dalam free program. Karena menurut beliau,
belum ada paket khusus yang mengajak wisatawan mengikuti kegiatan untuk
memasak bersama masyarakat di dalamnya.
Sependapat dengan hal itu, W2 menyatakan selama ini belum ada
kegiatan memasak yang diikuti oleh wisatawan selama mereka berkunjung
atau menginap. Mereka hanya melihat ketika penyedia homestay melakukan
120
aktivitas seperti masak memasak yang biasa mereka lakukan di bawah rumah
(jika ada acara pernikahan), wisatawan hanya sekedar melihat dan ikut
berfoto atas aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat juga.
Berdasarkan hasil wawancara kepada B3 juga mengatakan bahwa selama
ini wisatawan belum pernah ikut melakukan aktivitas yang dilakukan oleh
masyarakat seperti memasak, baik itu memasak di rumah ataupun kegiatan
yang biasanya dilakukan untuk upacara pernikahan (masyarrakat membuat
bumbu-bumbu beramai-ramai).
Berdasarkan hasil wawancara, dapat disimipulan bahwa aktivitas yang
biasanya dilakukan oleh wisatawan ketika berkunjung ke desa wisata Muaro
Jambi adalah hanya sekedar melihat dan diberi kesempatan untuk berfoto
ketika masyarakat melakukan masak-masak besar untuk upacara pernikahan
adat.
g. Sanitasi/hygiene
Berdasarkan hasil wawancara dengan R1, diketahui bahwa tempat makan
atau homestay yang menyediakan makanan sudah memenuhi standard
kebersihan lokal. Pihak travel juga menghargai sebatas mana kebersihan yang
dilakukan oleh masyarakat dalam hal penyajian makanan kepada wisatawan.
Tetapi untuk pihak travel sendiri, mereka menyediakan minuman atau air
mineral dengan minuman yang sudah teruji kebersihannya.
Sedangkan menurut W2, masyarakat yang mempunyai usaha tempat
makan ataupun homestay, mereka sudah menjaga kebersihan sebaik mungkin
selama menjamu wisatawan yang datang kesana. Adapun mereka menjaga
121
kebersihan yaitu seperti di dapur rumah mereka, harus selalu dibersihkan dan
dapur juga harus selalu dijauhkan juga dari hewan-hewan untuk tetap
menjaga kesterilan dan kebersihannya.
Kemudian hal itu ditambahkan oleh pihak masyarakat setempat, mereka
selalu menjaga kebersihan atas makanan yang mereka sajikan. Seperti
misalnya dalam persiapan masak-masak dalam upacara pernikahan, mereka
mengundang seorang ‘dukun masak’ untuk mengontrol setiap makanan yang
akan dibuat. Bahkan ‘dukun’ tersebut yang terus memantau baik jumlah
garam, jumlah kelapa, hingga melihat cara penggorengan atau perebusanya
harus sesuai dengan izinnya.
Sedangan hasil dari wawancara dengan R4 bahwa untuk hygiene atau
sanitasi sendiri memang masih dalam standard lokal. Jika memang wisatawan
ingin melihat cara pembuatan untuk melihat tingkat kebersihannya, biasanya
dipersilahkan dan mengatakan bahwa untuk urusan kebersihan, masyaraakat
sudah sangat menjaganya.
Untuk masalah kebersihan dan sanitasi, berdasarkan hasil wawancara
kepada 4 pihak narasumber, dapat disimpulkan bahwa tingkat kebersihan baik
untuk tempat makan dan homestay yang menyediakan makanan kepada
wisatawan dianggap dinilai cukup.
h. Kapasitas pengunjung
Berdasarkan hasil wawancara dengan R1, diketahui bahwa tempat makan
yang sering digunakan untuk melayani wisatawan biasanya tergantung oleh
pola makan dan jumlah wisatawan yang akan dilayani. Biasanya sampai saat
122
ini mereka tidak pernah kewalahan untuk mencari tempat makan jika jumlah
wisatawan yang kebanyakan atau misalnya tempat makan yang tidak cukup
menampung wisatawan, karena mereka mempunyai banyak alternatif lain
yang digunakan. Misalnya mereka melakukan lesehan besar-besaran,
menggelar tikar dan makan bersama. Ini biasanya dilakukan di homestay atau
juga bisa dilakukan di sekitar Candi.
Sedangkan menurut W2 bahwa kapasitas tempat makan yang dapat
menampung wisatawan adalah maksimal berjumlah 10-15 orang. Kalaupun
memang tidak cukup atau tidak memadai, biasanya wisatawan akan diajak
makan di halaman homestay yang ukurannya besar dan mereka menggelar
tikar dan makan di atasnya. Hal itu ditambahkan oleh pihak masyarakat,
tempat makan WKS dapat menampung wisatawan sekitar 10 orang dengan
cara duduk yaitu lesehan.
Berbeda halnya dengan hasil wawancara dengan R4 yang
mengungkapkan bahwa kapasitas tempat makan Ibu Asmiah ini dapat
menampung sekitar 5 orang di dalamnya. Jika memang tidak dapat
menampung wisatawan, maka homestay yang biasa digunakan (homestay di
depan tempat makan Ibu Asmiah yang memiliki space besar untuk
menampung wisatawan makan di halaman).
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, maka dapat disimpulkan
bahwa untuk kapasitas pengunjung untuk tempat makan hanya mampu
menampung di bawah 10 orang, dikarenakan kondisi tempat makan yang
masih kurang memadai untuk menampung wisatawan dalam jumlah besar.
123
Begitu juga dengan homestay, kapasitas menerima wisatawan untuk
menyajikan makanan sekitar 5-7 orang di dalam rumah. Alternatif lain yang
digunakan untuk menutupi kekurangan tersebut adalah biasanya masyarakat
menggunakan halaman rumah masyarakat yang mempunyai kondisi beranda
rumah yang agak besar untuk menampung tamu dan menyajikan makanan di
atas tikar.
i. Harga
Berdasarkan hasil wawancara dengan R1, bahwa harga berasal dari
masyarakat yang menetapkan. Untuk penghitungannya pun mereka
menyediakan harga tersendiri untuk makan, dan harga-harga yang tidak dapat
diduga, guna mengantisipasi kejadian yang tidak diinginkan. Makanan seperti
ikan senggung biasanya di hargai sekitar Rp.300.000- Rp.500.000 mengingat
menangkap ikan untuk membuat ikan senggung sangat sulit dan nilai history
yang ada di balik penyajian ikan tersebuut. Untuk coffee break pihak travel
menetapkan harga Rp. 10.000 untuk 1 potong kue dan 1 gelas kopi yang
biasanya disajikan 2x dalam sehari kepada wisatawan.
Sedangkan menurut W2 dan B3, harga yang mereka tetapkan untuk
makanan standard seperti nasi bungkus itu seharga Rp. 15.000, lalu untuk
menu makanan ikan senggung dimulai dari harga Rp. 50.000. Biasanya untuk
menu mereka tidak menetapkan kecuali untuk menu-menu spesial seperti ikan
senggung, harga yang biasanya ditetapkan biasanya termasuk untuk
appetizer,main course,dan dessert dan dihitung dalam 1 biaya per orang.
Beliau juga menambahkan bahwa mereka juga akan menjamu wisatawan,
124
sesuai dengan budget atau permintaan dari travel saja, sehingga untuk
mematok harga dengan beberapa menu, belum ditetapkan seutuhnya.
Biasanya mereka bernegosiasi kepada pihak travel atau wisatawan, mereka
mempunyai budget berapa, maka masyarakat akan memenuhi makanan sesuai
dengan budget yang ada.
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa untuk permintaan khusus
baik untuk tempat maka atau homestay untuk menyediakan ikan senggung,
harga yang ditetapkan biasanya dimulai dari Rp. 300.000- Rp. 500.000,
dikarenakan alasan ikan gabus yang digunakan memang merupakan salah
satu ikan yang mahal disana.
Sedangkan untuk penyediaan seperti coffee break yang di dalamnya
berisikan makanan atau cemilan lokal dengan minuman teh/kopi khas lokal
diberikan harga Rp.10.000 untuk sekali penyediaan.
j. Kondisi dari sarana
Berdasarkan hasil wawancara dengan R1 diketahui bahwa untuk kondisi
dan sarana tiap tempat makan sudah memenuhi standard lokal yang ada.
Tetapi masih perlu pembenahan seperti harus disediakannya toilet yang layak
dan beberapa fasilitas lain seperti wastafel dan lainnya.
Begitu juga dengan pihak W2, B3, dan R4 yang mengatakan bahwa
untuk kondisi sarana tiap tempat makan hanya memenuhi standard lokal,
masih perlu penambahan fasilitas yang layak untuk menerima tamu. Tetapi
untuk homestay sejauh ini sudah cukup layak fasilitasnya seperti toilet yang
tersedia di dalam rumah.
125
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa kondisi dari sarana tempat makan yang biasanya
digunakan untuk menyambut tamu menurut hasil wawancara masih terbilang
cukup dan perlu pembenahan kembali. Mengingat bahwa tempat makan ini
masih dalam kondisi sarana dan belum siap untuk menyambut tamu,
walaupun lokasinya strategis karena berada di pinggir sungai batanghari.
k. Pelayanan
Berdasarkan hasil wawancara kepada W2 diketahui bahwa selama ini
masyarakat menyediakan makanan seperti langsung dihidangkan dan
wisatawan hanya tinggal duduk dan memilih ingin memakan apa saja. Begitu
juga halnya dengan masyarakat, bahwa mereka hanya tinggal menyajikan
makanan kepada wisatawan.
Menurut hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa pelayanan yang
biasanya digunakan untuk menyajikan makanan kepada wisatawan berbentuk
self-service tetapi tidak sepenuhnnya wisatawan melayani dirinya sendiri.
Biasanya makanan yang disajikan oleh masyarakat akan diberikan oleh
baik pihak tempat makan atau penyedia homestay kepada wisatawan dengan
segala menu untuk lauk dan sayuran, sehingga wisatawan hanya tinggal
memilih ingin makanan yang mana saja.
4. Transportasi Berbasis Masyarakat
Berikut akan dipaparkan data temuan mengenai penyediaan transportasi
yang berbasiskan masyarakat
126
a. Masyarakat lokal bekerja dalam penyediaan transportasi
Berdasarkan hasil wawancara kepada R1 diketahui bahwa mereka
menyediakan moda transportasi beraneka macam sesuai dengan kebutuhan
paket. Diantaranya adalah perahu, becak, sepeda yang mana baik di dalam
penyediaan transportasi hingga dalam penggunaannya disediakan oleh
masyarakat. Misal di perahu, masyarakat yang mengayuh dan membawa
wisatawan berjalan menyusuri kanal kuno menggunakan perahu. Begitu
juga dengan becak, masyarakat menyediakan dan mengayuh becak untuk
mengantarkan wisatawan.
W2 juga mengatakan bahwa dalam penyediaan transportasi,
masyarakat menyediakan baik becak, sepeda, dan perahu. Biasanya
masyarakat ikut bekerja dalam pelayanan di dalamnya, tapi jika memang
ada wisatawan seperti moda transportasi perahu ingin mengayuh sendiri itu
diperbolehkan walaupun masih tetap harus dalam pengawasan masyarakat.
Berbeda halnya dengan becak, transportasi ini memang hanya boleh
masyarakat yang mengayuh. Beliau juga menjelaskan bahwa untuk
penyediaan transportasi sendiri seperti sepeda misalnya, hanya berawal dari
3 buah sepeda yang disewakan kepada pengunjung yang datang ke candi,
tetapi sekarang masyarakat sangat berinisiatif untuk menambah jumlah
sepeda tersebut hingga saat ini tiap masyarakat mempunyai hampir 20
sepeda per orang.
Sependapat dengan hal itu, B3 juga mengatakan bahwa memang
dalam penyediaan transportasi, mereka menyediakan baik itu sepeda,
127
perahu, dan becak motor (bentor). Tapi untuk transportasi seperti perahu
dan getak, masyarakat bekerja di dalamnya untuk mengayuh, mengingat
bahwa memang masyarakat sehari-hari bekerja sebagai tukang service
kapal/perahu maka dari itu memang lebih baik masyarakat yang mengayuh
transportasi perahu. Ia menambahkan memang untuk masalah transportasi
saat ini masyarakat banyak bekerja di bidang penyewaan sepeda di dalam
kawasan Candi Muaro Jambi. Ia menjelaskan bahwa sampai saat ini sudah
hampi ada 700 macam sepeda di dalam kawasan untuk digunakan dan
disewakan oleh wisatawan.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada R4 diketahui
bahwa masyarakat memang menyediakan bermacam-macam transportasi
untuk menunjang kebutuhan wisatawan. Seperti misalnya getek/perahu air
yang biasanya digunakan untuk menjemput tamu dari Kota Jambi menuju
Muaro Jambi, sepeda untuk berkeliling kawasan, perahu kecil untuk
digunakan di atas kanal kuno, dan becak yang digunakan biasanya untuk
berkeliling dan memutari desa.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan
dapat disimpulkan bahwa masyarakat memang bekerja sebagai selain
penyedia transportasi, mereka juga bekerja di dalamnya. Adapun
transportasi yang biasanya digunakan dan disediakan oleh masyarakat
adalah:
a. Perahu kecil di kanal
b. Getek/boat
128
c. Sepeda
d. Bentor (becak motor)
b. Kondisi fasilitas (kapasitas tempat duduk dan bentuk transport)
Berdasarkan hasil wawancara kepada R1 mengenai kondisi fasilitas
transportasi yang digunakan sudah baik, walaupun harus perlu banyak
pembenahan lagi ke depannya. Untuk kapasitas per transportasi, beliau
menjelaskan bahwa untuk perahu dapat berisikan 8 orang, sudah termasuk
masyarakat dan tamu, sepeda 1 orang, dan becak untuk maksimal 2 orang.
Terdapat alternatif lain yaitu misalnya jika pada hari-hari biasanya untuk
menuju ke desa dapat menggunakan jalur darat seperti sepeda/becak, jika
sudah musim penghujan dan mengakibatkan banjir, maka wisatawan akan
menggunakan perahu yang biasanya menunggu atau start di depan Candi
Astano.
Sedangkan menurut W2 juga mengungkapkan bahwa untuk kondisi
fasilitas tiap transportasi sudah lumayan dan cukup layak. Untuk
kapasitasnya, beliau menjelaskan bahwa untuk perahu besar di kanal kuno
sekitar 5 orang di dalam, tetapi jika perahu tersebut kecil,hanya mampu
menampung 3 orang di dalamnya. Untuk getek, dapat menampung sekitar
13 orang di dalamnya. Tetapi jika menjemput tamu dari Kota Jambi menuju
Jambi, masyarakat menyediakan 2 perahu untuk menampung walaupun
jumla wisatawan sekitar 15 orang untuk alasan keselamatan. Sedangkan
untuk becak dapat menampung sekitar 2 orang di dalamnya.
129
Pernyataan tersebut kemudian ditambahkan oleh B3 mengenai kondisi
dari sarana tiap transportasi. Untuk kondisi memang sudah cukup, walaupun
memang harus diperhatikan kembali mengenai kebersihan di dalam
transportasi seperti getek, harus dibersihkan dari minyak-minyak, dan juga
harus diperhatikan mengenai penampilan masyarakat yang bekerja di
dalamnya, harus berpenampilan rapi dan bersih, mengingat bahwa sekarang
mereka sudah bekerja di bidang pariwisata. Untuk kapasitas pengunjungnya,
menurut beliau untuk perahu tergantung ukurannya, dapat menampung 2-5
orang di dalamnya, untuk getek sekitar 10 orang, becak 2 orang, dan sepeda
tentunya 1 orang.
Sedangkan menurut hasil wawancara dengan pihak R4, mereka
mengatakan bahwa untuk kondisi dari sarana memang harus dilakukan
pelatihan lagi untuk tetap menjaga kebersihan tiap transportasi. Kapasitas
untuk tiap transportasi, untuk getak sekitar 10 orang, untuk perahu di kanal
sekitar 3-5 orang, becak untuk 2 orang, dan sepeda untuk 1 orang.
Berdasarkan hasil paparan di atas dan observasi yang dilakukan, maka
dapat disimpulkan bahwa bentuk transport yang digunakan adalah perahu,
getek, becak motor, dan sepeda. Dimana masing-masing transportasi
memiliki kapasitas: perahu 3-5 orang, getek >10 orang, becak motor 2
orang, dan sepeda 1 orang.
c. Harga/Biaya
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan kepada R1, harga
yang ditetapkan untuk penggunaan transportasi ini bermacam-macam.
130
Mereka biasa menggunakan mobil jika tamunya memungkinkan untuk
dijemput menggunakan itu dengan harga Rp. 150.000- Rp. 300.000.
Biasanya transportasi ini digunakan jika menjemput tamu dari bandara
menuju hotel, atau dari hotel menuju Muaro Jambi.
Sedangkan hasil wawancara dengan pihak W2 memaparkan mengenai
harga transportasi di dalam kawasan sekitar Candi Muaro Jambi. Untuk
getek, ditetapkan harga Rp. 500.000/kapal. Kalau untuk becak sekitar
Rp.10.000,- hanya untuk diantar sampai ke dalam kawasan zona inti,
sedangkan jika ingin memutar dari parkiran melewati desa, akan dikenakan
biaya sekitar Rp.50.000,-. Berbeda halnya dengan sepeda dikenakan biaya
Rp.10.000 sepuasnya. Harga-harga tersebut biasanya sudah termasuk
dengan life jacket untuk perahu/getek yang disediakan oleh masyarakat,
tetapi untuk biaya asuransi, biasanya tidak termasuk di dalamnya.
Kemudian hal tersebut diperjelas oleh R4 melalui hasil wawancara
yaitu, untuk harga getek dikenakan biaya Rp. 500.000-Rp. 600.000 dengan
penyediaan life jacket di dalamnya, untuk bentor dikenakan biaya Rp.
50.000, untuk sepeda Rp.10.000, dan untuk perahu sekitar Rp.10.000
berdasarkan ukuran perahunya.
Harga-harga tersebut dirangkum sesuai dengan hasil wawancara sebagai
berikut:
1) Perahu kecil di kanal dikenakan biaya Rp. 50.000 dengan life jacket
2) Getek/boat dikenakan biaya Rp. 500.000-Rp.600.000/perahu dengan life
jacket
131
3) Sepeda dikenakan biaya Rp. 10.000 sepuasnya
4) Bentor dikenakan biaya Rp. 10.000 dengan sekali putaran dari timur ke
barat melewati desa.
d. Waktu/jadwal
Berdasarkan hasil wawancara, menurut R1 dan W2 pengguanaan
transportasi, biasanya mereka akan menyesuaikan dengan masyarakat yang
menyediakan pihak transportasi. Jika memang akan menggunakan
perahu/getek untuk menjemput tamu dari Kota Jambi menuju Muaro Jambi,
lebih baik di-booking terebih dahulu karena pada dasarnya memang getek
ini biasanya digunakan untuk masyarrakat mencari mata pencaharian yaitu
mengantar para pekerja batubara yang di seberang desa Muaro Jambi.
Biasanya untuk penggunaaan getek, masyarakat siap untuk menjemput
masyarakat subuh-subuh menuju Kota Jambi.
B3 sependapat dengan hal itu, mengatakan bahwa untuk
menggunakan transportasi seperti perahu,lebih baik dipesan terlebih dahulu
sebelum menjemput tamu. Biasanya mereka selalu menjemput tamu subuh-
subuh, sekitar jam 06.00 pagi, transportasi perahu/getek sudah harus tiba di
Kota Jambi.
R4 mengatakan bahwa untuk jadwal, jika mengelilingi kawasan Candi
sekitar 3 hari menggunakan sepeda.
Hal ini dapat disimpulkan, bahwa untuk penggunaan transportasi
getek, maka harus dipesan terlebih dahulu untuk bersiap-siap. Sedangkan
132
untuk transportasi lain seperti bentor, sepeda, dan perahu di kanal kuno akan
selalu standby.
e. Lokasi (titik awal&titik tujuan)
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, maka di dapat
kesimpulan mengenai lokasi titik awal dan titik tujuan dari tiap transportasi
akan dijelaskan sebagai berikut:
1) Perahu kanal dimulai dari kanal di depan Candi Astano dan berakhir di
kanal di depan Candi Kedaton
2) Getek/boat dimulai dari dermaga Ancol Kota Jambi menuju dermaga
desa Muaro Jambi
3) Sepeda dimulai dari parkir/kawasan inti Candi dan berakhir pula di
tempat yang sama.
4) Bentor dimulai dari parkiran depan melewati beberapa candi dan desa
dan berakhir di tempat parkiran yang sama.
f. Aksesibilitas
Berdasarkann hasil wawancara dengan R1 diketahui jika
menggunakan transportasi air, aksesibilitas tergantung kondisi air di sungai
apakah surut atau sedang pasang yang akan mempengaruhi lajunya
perahu/getek. Berbeda halnya dengan transportasi darat di dalam kawasan
yang memang harus perlu pembenahan untuk kondisi jalannya.
Kemudian hal yang sama dikatakan oleh W2 dan B3 yang mengatakan
bahwa untuk transportasi air, tergantung kondisi air ketika berada di sungai,
dan biasanya waktunya akan menghabiskan lebih lama ketika pulang
133
dikarenakan perahu yang harus melawan arus. Berbeda dengan transportasi
darat, masih harus dibenahi kembali untuk kondisi jalan baik sepeda dan
bentor.
Pernyataan ditambahkan kembali melalui hasil wawancara kepada R4
mengenai kondisi jalan untuk transportasi darat masih sangat kurang,
mengingat perhatian pemerintah untuk penyediaan kondisi jalan di dalam
kawasan Candi Muaro Jambi masih belum baik, dan regulasi baik
pemerintah daerah dan BPCB masih belum jelas.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi aksesibilitas untuk
beberapa transportasi di dalam kawasan seperti sepeda/bentor sudah cukup
baik, tetapi masih perlu pembenahan karena belum ada jalan yang
dibedakan untuk pejalan kaki dan sepeda. Sedangkan aksesibilitas untuk
perahu sudah baik, hanya terdapat kekurangan di kanal kuno, karena jika
pada musim kemarau, tidak bisa menggunakan perahu di atas kanal karena
airnya surut.
BAB IV
ANALISIS PERMASALAHAN
A. Atraksi Wisata Berbasis Masyarakat
Berdasarkan hasil paparan dari data temuan sebelumnya, maka akan di
analisa pembahasan untuk menjawab identifikasi masalah berdasarkan hasil
wawancara dan observasi apakah sudah berbasiskan masyarakat sesuai dengan
indikator berikut:
1. Atraksi yang bersifat eksotis, unik yang disediakan oleh masyarakat lokal
Berdasarkan dari hasil data temuan yang telah dipaparkan
sebelumnya, ditemukan bahwa selain dapat menikmati Candi Muaro Jambi,
wisatawan dapat menikmati beberapa atraksi wisata yang disediakan oleh
masyarakat lokal. Adapun atraksi yang paling menarik jika diurutkan yaitu
tari topeng, desa wisata, sekolah alam raya Muara Jambi (Saramuja), tari
bayangan, rebana hadrah, rebana siam.
Pemilihan atraksi tersebut diurutkan berdasarkan hasil kesimpulan
dari wawancara yang menyatakan bahwa saat ini tari topeng sedang
digalakkan untuk menarik wisatawan karena tari topeng ini terbilang unik
dan jarang ditemukan di tempat lain dan juga dikarenakan karena sejarah
yang unik dan pembuatan bahan baku dari topeng itu sendiri. Hal tersebut
ditegaskan oleh Kepala Desa Wisata Muaro Jambi yang mengatakan bahwa
sejarah tari topeng ini sendiri mengangkat keunikan dari penampilan tiap
134
135
tariannya, dan karena gerakannya yang tidak monoton sehingga membuat
siapapun yang melihat dapat ikut dan mengikuti ke dalam tarian tersebut,
juga karena bahan baku dari topeng ini yang berasal dari labu siam yang
dikeringkan selama setahun sehingga kemudian di-cat dan dibentuk seperti
topeng.
Dari hasil wawancara kepada 4 narasumber didapatkan kesimpulan
bahwa atraksi-atraksi di kawasan sekitar Candi Muaro Jambi banyak
memiliki atraksi yang sifat yang eksotis dan unik, dan tentunya disediakan
oleh masyarakat lokal. Sesuai dengan penyampaian oleh Nuriata (2014:50)
bahwa dalam pemilihan atraksi wisata untuk paket wisata harus memiliki
karakteristik memiliki keunikan yang bersifat eksotik. Hal ini ditambahkan
menurut COMCEC (2013:11) bahwa atraksi wisata yang sesuai dengan
masyarakat harus bersifat baru, eksotis, unik, dan menyenangkan yang
disatupadankan dengan kehangatan dan keramahan dari masyarakat lokal
tersebut sebagai hasil dari pertukaran cross-culture antara pengunjung dan
masyarakat lokal. Kemudian pernyataan Dolzel dalam COMCEC (2013:51)
menambahkan bahwa bahwa motivasi wisatwan untuk berpartisipasi dalam
kegiatan yang berkaitan dengan masyarakat harus memiliki keinginan untuk
memiliki pengalaman yang unik dan asli, yang mana hanya ditemukan di
kegiatan sehari-hari masyarakat lokal di balik pariwisata. Hal ini juga sesuai
dengan pernyataan oleh Mariotti (1985) dan Yoeti (1987) bahwa dalam
suatu daya tarik wisata harus terdapat Something to see: yang mana dalam
suatu daya tarik wisata, diharapkan bahwa wisatawan dapat menikmati
136
dengan melihat sesuatu yang mempunyai daya tarik khusus di daya tarik
wisata tersebut.
Sehingga atraksi-atraksi yang dipertunjukkan oleh masyarakat lokal
kepada wisatawan tersebut berfungsi untuk memperkenalkan
budayamereka. Tetapi juga untuk meningkatkan tingkat ekonomi dan
kesejahteraan penduduk lokal dengan sering berkunjungnya wisatawan
untuk menikmati atraksi yang disediakan oleh masyarakat lokal.
Atraksi-atraksi yang disediakan oleh masyarakat lokal di kawasan
sekitar Candi Muaro Jambi ini sendiri sudah sangat memenuhi kriteria untuk
dibuat paket wisata yang berbasiskan masyarakat dan layak untuk dijual.
2. Kegiatan wisata yang memastikan pengunjung untuk berinteraksi dengan
alam, budaya, dan lingkungan
Berdasarkan dengan data temuan yang telah dipaparkan sebelumnya,
bahwa terdapat beberapa kegiatan yang memastikan pengunjung untuk
berinteraksi dengan alam, budaya, dan lingkungan selama wisatawan
mengunjungi kawasan sekitar Candi Muaro Jambi. Kegiatan yang paling
mencolok atau paling menarik dapat diurutkan sebagai berikut,yaitu
mengikuti workshop membuat anyaman tikar, membuat topeng, menikmati
pertunjukan dan tarian lokal yang disediakan oleh masyarakat lokal, melihat
sunset di pinggir sungai Batanghari di atas perahu, dan day-walking
menelusuri kawasan Candi Muaro Jambi.
Dari paparan yang disampaikan di atas, kegiatan-kegiatan yang
dilakukan selama mengunjungi kawasan sekitar Candi Muaro Jambi sudah
137
sesuai dengan teori Asean Community Based Tourism (2016:8) yang
berpendapat bahwa suatu atraksi harus memastikan bahwa pengunjung
dapat berinteraksi dengan alam, budaya, dan lingkungan di sekitarnya.
Beberapa kegiatan lain seperti berhubungan dengan pertanian seperti
memanen buah duku dan buah durian juga sesuai dengan teori COMCEC
(2013:36) yang menyatakan bahwa dalam suatu atraksi yang berbasis
masyarakat, kegiatan yang dilakukan adalah seperti pengolahan produk
pertanian primer contohnya membuat anyaman tikar dan day-walking yang
mengelilingi Candi Muaro Jambi juga sesuai dengan teori COMCEC
(2013:36) yang menyebutkan bahwa harus ada aktivitas unik yang
bersangkutan dengan daya tarik alam. Hal ini menyebabkan bahwa
aktivitas/kegiatan tersebut mengajak wisatawan untuk mengenal alam
sekitarnya. Dalam COMCEC (2013:11) juga menyebutkan bahwa kegiatan-
kegiatan yang terdapat dalam kawasan sekitar Candi Muaro Jambi sudah
termasuk dalam pariwisata berbasis masyarakat seperti traditional dance,
village tours, guided walks, rivers dan ancient sites.
Tetapi menurut dari hasil wawancara dan observasi yang telah
dilakukan, terdapat beberapa kekurangan dalam melakukan kegiatan yang
selama ini telah dijalankan yaitu bahwa beberapa kegiatan masih bersifat
seasonal/musiman, seperti misalnya kegiatan untuk memanen buah duku
dan buah durian hanya dapat dilakukan pada bulan-bulan tertentu seperti
Oktober-Desember. Dan juga pada bulan Juli-September selalu terjadi hujan
tahunan sehingga untuk beberapa kegiatan tidak dapat dilakukan. Tetapi
138
alternatif lain untuk menggantikannya adalah seperti kegiatan mengunjungi
setiap candi menggunakan perahu kecil sambil dapat menikmati jajanan
lokal sekitar dan menjelaskan mengenai sejarah Candi Muaro Jambi di atas
perahu, atau bahkan melakukan traditional fishing yang mana memancing
di desa wisata Muaro Jambi ini sangat unik karena menggunakan jaring
tradisional untuk menangkap ikan.
3. Menjual souvenir dan kerajinan tangan oleh masyarakat lokal
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah disajikan di
bab sebelumnya, diketahui bahwa masyarakat lokal di kawasan sekitar
Candi Muaro Jambi menjual souvenir dan kerajinan tangan untuk dijadikan
kenang-kenangan kepada wisatawan.
Dalam pelaksanaan suatu paket wisata pun, tentu wisatawan akan
mencari suatu souvenir atau kenang-kenangan yang mengingatkan
wisatawan pernah mengunjungi suatu destinasi, memenuhi aspek something
to buy seperti halnya kerajinan tangan yang dapat dibawa pulang oleh
wisatawan (Sunaryo,2002). Hal ini telah sesuai dengan pernyataan
COMCEC (2013:67) yang menyatakan bahwa salah satu kesuksesan
penerapan pariwisata berbasis masyarakat adalah terdapatnya produksi hasil
buatan tangan untuk dijadikan kenang-kenangan pada wisatawan ketika
mengunjungi suatu tempat wisata. Sesuai dengan teori menurut
Senevirathne et.al (2010:4) yang mengatakan bahwa kerajinan-kerajinan
lokal yang paling terkenal termasuk perak, produk sabut, tembikar, topeng,
renda, batik, handloom dan berbagai ukiran kayu artefak megah yang
139
terbuat dari bahan asli alami dan bahan oleh pengrajin dan wanita yang
keterampilannya diturunkan dari generasi ke generasi ini sesuai dengan
salah satu souvenir di desa wisata Muaro Jambi yaitu anyaman tikar.
Souvenir dan kerajinan tangan yang dihasilkan oleh masyarakat lokal ini
pula telah sesuai dengan pernyataan Xin-ting (2004) bahwa untuk
penyediaan souvenir, tidak hanya memperhatikan keindahan dan
penampilan yang mencolok, tetapi juga harus memberikan kesan tentang
karakter dan kekayaan suatu daerah. Pendapat ini dapat dilihat dari jenis-
jenis souvenir yang khas Muaro Jambi seperti gelang sebalik sumpah,
sepang, lacak, dan anyaman tikar.
Tetapi berdasarkan hasil observasi dan wawancara terdapat
kekurangan di salah satu souvenir atau kerajinan utama yang merupakan
salah satu daya tarik utama ketika mengunjungi desa wisata Muaro Jambi,
yaitu membuat anyaman tikar. Menurut hasil wawancara kepada Kepala
Desa Wisata Muaro Jambi, beliau menegaskan bahwa dalam penyediaan
anyaman tikar untuk dijadikan souvenir kepada wisatawan masih sangat
minim, dikarenakan bahan baku yang mulai susah dicari di sekitar desa. Dan
juga terdapat masalah pula bahwa masih kurangnya tenaga kerja yang
sanggup untuk membuat anyaman tersebut.
Karena hal tersebut, terkadang permintaan untuk membeli dan
membawa anyaman tikar sebagai souvenir dan kerajinan tangan untuk
wisatawan oleh pihak masyarakat tidak dapat dipenuhi. Hal ini sangat
140
disayangkan, mengingat bahwa hal ini adalah salah satu kerajinan khas dari
desa wisata Muaro Jambi itu sendiri.
Tetapi di luar dalam kurangnya penyediaan anyaman tikar tersebut,
penyediaan dan penjualan souvenir dan kerajinan tangan dalam bentuk lain
oleh masyarakat lokal sudah baik. Hal ini juga dapat dilihat dari hasil
wawancara kepada masyarakat setempat yang menegaskan bahwa mereka
telah menyediakan beberapa souvenir dan kerajinan tangan yang bahan-
bahan bakunya berasal dari lingkungan sekitar seperti gantungan kunci daun
body dan lacak. Hal ini menunjukkan bahwa usaha menjual souvenir ini
sebagai salah satu usaha masyarakat lokal yaitu untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal denga bekerja
di bawah dunia pariwisata.
4. Lokasi yang strategis antara atraksi satu dengan yang lainnya dan dapat
dicapai oleh transportasi.
Menurut pernyataan dari COMCEC (2013:26) yang menyatakan
bahwa lokasi dalam sebuah destinasi merupakan salah satu faktor yang
penting karena hal itu menetapkan dekatnya antara satu destinasi dengan
destinasi lainnya yang dapat dicapai oleh transportasi.
Berdasarkan dengan data temuan yang telah dipaparkan sebelumnya,
bahwa lokasi untuk mencapai satu atraksi ke atraksi lainnya berdekatan. Hal
ini dibuktikan dari hasil observasi yang diketahui bahwa untuk mencapai
atraksi wisata jika wisatawan datang dari gerbang Candi Muaro Jambi atau
dermaga di desa wisata Muaro Jambi hanya berkisar 2 kilometer.
141
Dalam pembuatan paket wisata, karena semua atraksi masih dalam
satu kawasan, hal ini memudahkan untuk menentukan jarak dan penentuan
atraksi yang akan dikunjungi dalam sehari, mengingat bahwa lokasi yang
strategis untuk menikmati beberapa atraksi seperti menikmati pertunjukan
tradisional atau kegiatan di desa wisata, tetapi sulit untuk menuju ke
beberapa candi seperti Candi Kedaton, Candi Gedong I-Candi Gedong II,
dan Candi Koto Mahligai.
Hal ini mengakibatkan beberapa kekurangan dan kelebihan karena
masalah jarak yang jauh untuk beberapa candi, bahwa hal itu dapat
membuat beberapa kegiatan dapat dilaksanakan di dalamnya seperti day-
walking untuk mengitari beberapa titik Candi dengan menyusuri hutan dan
dalam kegiatan tersebut, wisatawan dapat menemukan hal-hal yang tidak
akan mereka temukan ketika mereka melewati candi-candi tersebut
menggunakan transportasi seperti motor atau sepeda. Sedangkan
kekurangannya sendiri adalah bahwa ada beberapa wisatawan yang merasa
tidak nyaman dikarenakan lokasi yang jauh dan karena kondisi jalan yang
ditemukan ketika observasi, masih banyak lubang dan konblok yang hancur
tak terawat.
5. Aksesibilitas dan kemudahan mencapai tempat atraksi wisata
Menurut pernyataan dari Nuriata (2014:50) yang mengemukakakn
bahwa dalam pemilihan atraksi wisata dalam sebuah paket harus memenuhi
unsur aksesibilitas yang memudahkan untuk mencapai suatu atraksi. Teteapi
kenyataannya, masih perlu pembenahan untuk kondisi jalan, tetapi sebagian
142
besar semua atraksi dapat dicapai dengan mudah dengan aksesibilitas yang
masih seadanya. Tetapi untuk penyediaan paket wisata untuk mengunjungi
kawasan sekitar Candi Muaro Jambi sudah baik dengan kondisi jalan untuk
beberapa titik dan ada yang masih kurang dan butuh pembenahan. Ini
mengakibatkan kemudahan untuk pencapaian terutama untuk menuju tiap
candi susah dicapai karena kondisi jalan yang sulit dijangkau, untuk bentor
atau sepeda dan ini berdampak ke waktu yang dihabiskan selama perjalanan
untuk mencapai suatu atraksi tersebut. Masih ditemukan jalan yang becek
dan berlubang, dan masih kurangnya tanda penunjuk jalan sehingga kadang
membuat sulit wisatawan untuk mengetahui lokasi atraksi-atraksi terutama
candi.
6. Mengandung unsur pendidikan budaya
Sesuai dengan hal itu, atraksi-atraksi yang disediakan baik masyarakat
lokal dan Candi Muaro Jambi sendiri sudah memenuhi unsur pendidikan
budaya dan edukasi oleh Nuriata (2014:50). Pandangan dari SGP Tour and
Travel menyampaikan bahwa atraksi-atraksi yang berada di kawasan sekitar
Candi Muaro Jambi ini memiliki unsur penyelamatan ketika melakukan
trekking, sedangkan perwakilan masyarakat setempat tentunya meyakinkan
bahwa unsur pendidikan budaya yang merea berikan kepada wisatawan
guna untuk mengenalkan baik setiap atraksi yang mereka sediakan seperti
tarian-tarian dan pertunjukan tradisional memiliki makna dan sejarah
tersendiri, dan pernyataan lain disampaikan oleh Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Provinsi Jambi tentunya mempelajari apa yang mereka temui
143
seperti mencoba makanan dengan citarasa baru di desa wisata dan
kehidupan pedesaan disana. Tetapi walaupun seperti itu, COMCEC
(2013:12) menyampaikan bahwa ketika wisatawan masuk ke dalam suatu
daerah dengan masyarakat lokal di sekelilingnya, maka wisatawan harus
peka terhadap nilai perilaku dan nilai kritis agar tidak mengganggu
masyarakat sekitar, dan bagi masyarakat harus diajarkan untuk memberi
toleransi kepada wisatawan yang melakukan kesalahan beberapa kali.
Unsur pendidikan budaya / edukasi dianalisa sudah mencukupi dalam
setiap atraksi. Ketika wisatawan belajar dan mengetahui tentang Candi
Muaro Jambi, mereka akan mendapat edukasi baik sejarah dan budaya.
Seperti halnya ketika melakukan kegiatan trekking, maka wisatawan juga
akan menemukan menappo-menappo yang ditemukan di perjalanan dan
mengetahui bahwa peninggalan-peninggalan Candi Muaro Jambi ini
tersebar luas dalam kawasan 39.000 hektar dan belum semuanya ter-
eskapasi seutuhnya.
Kemudian juga ada unsur untuk pendidikan budaya seperti tidak
hanya belajar mengenai sejarah, tetapi juga akan mengetahui banyak unsur
pendidikan lain seperti arkeologi. Tentang bagaimana cara arkeolog
melakukan eskapasi dan pencarian peninggalan-peninggalan sejarah dari
Candi Muaro Jambi yang sudah terkubur lama sampai akhirnya ditemukan
kembali. Selain itu terdapat unsur penyelamatan ketika melaksanakan
kegiatan trekking. Wisatawan dapat belajar mengenai bagaimana
penyelamatan jika bertemu dengan hewan-hewan liar atau terjadi
144
kecelakaan dalam perjalanan. Hal tersebut didukung ketika dalam
pelaksanaan treking, wisatawan akan melakukan camping ground di kebun
durian milik masyarakat yang masih dikelilingi oleh hutan.
Lalu tentu saja unsur pendidikan budaya yang didapat wisatawan
ketika menonton baik pertunjukan musik dan tarian tradisional yaitu
budaya-budaya lokal yang selama ini belum pernah ditemukan di daerah
bahkan negara lain.Seperti misalnya tarian topeng, wisatawan akan sangat
excited dengan penampilan-penampilan yang dipertunjukkan oleh
masyarakat dan tarian bayangan yang merupakan salah satu tarian yang
extreme karena membuat penari harus menari dalam lingkaran api di
dalamnya.
7. Waktu cukup untuk menikmati atraksi wisata
Untuk menikmati atraksi wisata menurut Nuriata (2014:50) yang
menyatakan bahwa dalam pemilihan atraksi wisata, dapat dinikmati dengan
santai dan tidak tergesa-gesa. Nuriata (2014) kemudian menambahkan
bahwa penggunaan waktu untuk pelaksaan tour harus lebih lama daripada
pencapaian waktu untuk menuju ke suatu atraksi wisata. Hal ini
dimaksudkan agar wisatawan tetap merasakan kegiatan tour dengan baik
Berdasarkan dengan data yang telah dipaparkan berdasarkan
wawancara dan observasi, untuk unsur waktu sebenarnya dapat
diperpanjang kembali mengingat banyak kegiatan yang dapat dilakukan
ketika misalnya menikmati pertunjukan musik tradisional atau tari-tarian,
145
wisatawan dapat ikut berinteraksi seperti mengikuti tarian-tarian tersebut
atau membiarkan wisatawan boleh mengikuti latihan untuk tarian maupun
musik tradisional.Ini dimaksudkan agar menambah lama tinggal wisatawan
di kawasan sekitar Muaro Jambi.
Hal itu berkaitan jika misalnya jika dalam suatu paket wisata
menggunakan perahu atau getek yang menghabiskan waktu sekali pergi bisa
hingga 2 jam, lalu untuk kegiatan lainnya diusahakan dalam pemilihan
atraksi gunakan untuk menikmati atraksi yang tidak terlalu menghabiskan
waktu seperti berkeliling candi tetapi lebih baik menyaksikan atraksi yang
hanya sekedar duduk dan menonton seperti pertunjukan seperti rebana siam
yang disediakan oleh masyarakat lokal.
Berbeda misalnya jika melakukan kegiatan seperti melukis, atau
memanen buah dari perkebunan dan kegiatan lainnya seperti Sekolah Alam
Raya Muara Jambi, maka dapat dihabiskan waktu sekitar 2-3 jam untuk
melakukan kegiatan tersebut. Begitu juga dengan kegiatan lain seperti
kegiatan menganyam tikar, akan dilakukan sekitar 1-2,5 jam sesuai dengan
jumlah wisatawan dan hanya ada 1 pengrajin yang memberikan instruksi.
8. Daya dukung lahan yang memadai (penyediaan untuk atraksi dan lahan
parkir)
Menurut Nuriata (2014:50) bahwa dalam paket wisata harus
mengandung daya dukung lahan yang memadai. Untuk kondisi lahan untuk
penyediaan atraksi memang sudah memadai, tetapi dalam pengamatan
146
langsung ditemukan masih kurangnya kebersihan dan kelayakan dari lahan
tersebut untuk digunakan untuk menampilkan sebuah pertunjukan. Misalnya
ketika menyambut tamu di dermaga, kondisi dermaga yang masih kecil dan
berada di kondisi yang belum siap untuk menerima wisatawan, dan kondisi
lahan untuk menampilkan tarian bayangan di Candi Kedaton, kondisi sekitar
kawasan candi tersebut masih terdapat sampah yang berserakan. Hal ini
berdampak kepada kenyamanan wisatawan yang menikmati atraksi-atraksi
tersebut.
Permasalahan ditemukan jika terjadi pada event-event besar, kondisi
untuk atraksi yang menampung wisatawan hampir lebih dari 1000 orang, di
dalam kawasan candi sendiri masih dapat ditanggulangi karena kawasan
candi yang luas dan membuat wisatawan terlihat sedikit jika menyebar.
Permasalahan yang ada adalah bahwa adanya gangguan pada cagar budaya
yang tidak seharusnya tidak didatangi wisatawan dalam jumlah banyak
karena akan merusak benda cagar budaya tersebut.
Sedangkan untuk kondisi lahan parkir sendiri, sebenarnya dapat
dikatakan sudah baik jika menyediakan lahan parkir untuk bus besar/ELF
dengan jumlah maksimal 15 bus.
9. Guide lokal yang berasal dari masyarakat lokal membagikan pengalaman
baik sejarah, lingkungan dan budaya sekitar mereka.
Ketersediaan guide lokal yang berasal dari masyarakat lokal yang siap
membagikan pengalaman baik sejarah,budaya, dan lingkungan di kawasan
147
sekitar Candi Muaro Jambi sudah memadai sesuai dengan pernyataan Wei
(2013:16).
Berdasarkan hasil wawancara dengan 4 narasumber diketahui bahwa
kebanyakan pemandu lokal yang bekerja adalah pemuda dari masyarakat di
desa Muara Jambi, mereka berinisiatif untuk mencari seluk beluk baik
mengenai sejarah dimulai dari candi, budaya-budaya seperti musik dan
tarian tradisional dengan tetua-tetua adat yang mengetahui dengan baik
budaya-budaya yang berada di sekitar mereka, sehingga akhirnya nanti
mereka akan memberikan hasil yang maksimal yang akan disampaikan
kepada wisatawan. Kondisi guide di sini telah sesuai dengan kriteria
menurut Asean Community Based Tourism Standard (2003:8) yang
menyebutkan salah satunya adalah bahwa
guide harus memiliki dan menunjukkan kemampuan mereka mengenai
pengetahuan mengenai lingkungan dan budaya setempat yang meliputi;
sejarah, budaya, tradisi, geografi, flora dan fauna dan situs budaya/warisan
budaya dan prinsip pariwisata berkelanjutan.
Kekurangan yang di dapat dari pemandu lokal yang berasal dari
masyarakat ini adalah masih kurangnya jumlah masyarakat yang mau
berkontribusi untuk menjadi pemandu lokal dan masih sangat sedikit jumlah
guide atau pemandu lokal yang berbahasa asing untuk memandu wisatawan
mancanegara. Hal ini menjadi satu kekurangan bagi pihak travel ataupun
pihak masyarakat bahwa jika didatangkan wisatawan dengan jumlah banyak
dan besar setiap hari, jumlah pemandu untuk memandu wisatawan masih
148
sangat kurang untuk menemani wisatawan mengelilingi kawasan sekitar
Candi Muaro Jambi.
Hal ini berakibat kurangnya komunikasi antara wisatawan dan
pemandu lokal. Ini juga menjadi salah satu penghambat jika suatu waktu
masyarakat akan diminta untuk membawa wisatawan mancanegara dalam
jumlah besar dan tidak menutup kemungkinan bahwa akan banyaknya
wisatawan di luar wisatawan seperti Prancis, Cina, dan Inggris yang akan
datang untuk berkunjung ke kawasan sekitar Candi Muaro Jambi. Hal ini
tidak sesuai dengan pernyataan Hatton dalam COMCEC (2013:56) bahwa
dalam penerapan wisata berbasis masyarakat ini membutuhkan antusias dari
pemandu wisata. Adapun pemandu wisata merupakan salah satu sumber
daya manusia yang perlu diperhatikan untuk diberikan pelatihan, mengingat
bahwa pemandu wisata selalu bertatap muka dengan wisatawan, sehingga
mereka harus memiliki beberapa kriteria: memiliki keahlian khusus (tour
guiding,interpersonal skills, dan kepuasan pelanggan), cross-cultural
communication (personal space, eye contact, mimics and gesture), dan
kemampuan berbahasa. (COMCEC, 2013:33).
B. Akomodasi Berbasis Masyarakat
Berdasarkan hasil dari data temuan yang di dapatkan melalui hasil
wawancara dan observasi akan dibuktikan melalui analisa, apakah akomodasi
149
yang disediakan di kawasan sekitar Candi Muaro Jambi sudah berbasiskan
masyarakat melalui indikator berikut:
1. Disediakan oleh masyarakat lokal yaitu di dalam rumah tradisional
Berdasarkan data temuan temuan hasil wawancara diketahui yang telah
dijelaskan di bab sebelumnya, diketahui bahwa penyediaan
akomodasi/homestay telah disediakan masyarakat lokal yaitu di dalam
rumah tradisional (rumah panggung) sesuai dengan pernyataan oleh
COMCEC (2013) bahwa suatu homestay disediakan oleh masyarakat lokal
sendiri yang masih berbentuk rumah tradisional.
Dengan demikian, wisatawan dapat mengetahui pengalaman hidup di
pedesaan dalam rumah tradisional yang sampai saat ini masih digunakan
dan dirawat dengan baik oleh masyarakat. Ini juga menjadi salah satu alasan
wisatawan tertarik untuk tinggal di pedesaan yang masih minim listrik dan
teknologi, tetapi dapat menikmati kehidupan sekitar. Kriteria ini memenuhi
pernyataan dari COMCEC (2013) yang menyatakan bahwa salah satu alasan
mengapa wisatawan tertarik tinggal di homestay adalah bahwa wisatawan
dapat tinggal di dalamnya bersama dengan keaslian baik rumah maupun
kehidupan sehari-hari yang masih dijaga dengan erat dan dapat dinikmati
oleh wisatawan
Selain hal itu, sampai saat ini pun penyedia homestay sendiri sudah
menyiapkan kondisi rumah dalam kondisi baik dan siap digunakan
kapanpun. Telah dilakukan pelatihan-pelatihan mengenai bagaimana
150
menyiapkan rumah sebagai homestay untuk wisatawan, dan menurut hasil
wawancara, berdasarkan pengalaman-pengalaman yang dilakukan oleh
masyarakat dalam penyediaan homestay sudah baik, tetapi memang masih
perlu pembenahan kembali untuk terus menyiapkan standard ASEAN,
mengingat bahwa kebanyakan wisatawan yang datang berkunjung adalah
wisatawan mancanegara. Seperti yang ditegaskan oleh pihak SGP Tour and
Travel bahwa penyediaan homestay di desa wisata Muaro Jambi ini masih
bersifat standard menurut lokal, diharapkan untuk dapat dikembangkan
kembali sesuai taraf Internasional menurut Asean Community Based
Tourism (2016:11) mengenai pelatihan untuk peningkatan keterampilan dan
pengetahuan mengenai:
a. Akomodasi dan layanan rumah tangga,
b. Kebersihan persiapan makanan,
c. Standar perhotelan dan layanan,
d. Pariwisata berkelanjutan,
e. Manajemen kelompok,
f. Layanan / layanan pelanggan,
g. komunikasi (termasuk kesadaran / komunikasi lintas budaya dan
komunikasi verbal dan non-verbal)
h. Pertolongan pertama dan keamanan,
i. Tradisi budaya, integritas,
j. Identitas dan nilai-nilai otentik,
k. Perlindungan lingkungan.
151
Berdasarkan analisa di atas, ada 6 homestay yang dapat sudah dapat
memenuhi standard untuk dapat dijadikan sebagai akomodasi/tempat tinggal
wisatawan jika mereka berkunjung ke desa wisata Muaro Jambi, karena
kesiapan baik dari pemilik homestay sendiri, dan tingkat kebersihan yang
selalu dijaga untuk menyambut wisatawan.
2. Semua staff/pekerja dalam akomodasi adalah dari masyarakat lokal
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, ditemukan memang
bahwa masyarakat lokal memang bekerja sebagai pekerja di dalamnya. Hal
ini ditegaskan kembali oleh Kepala Desa Wisata Muaro Jambi yang
mengatakan bahwa selama wisatawan tinggal dalam suatu homestay, maka
pemilik homestay tersebut akan bertanggung jawab penuh atas kenyamanan
dan keamanan wisatawan.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan oleh Kyrgyz Community Based
Tourism Association (2016) yang menyatakan bahwa dalam penyediaan
akomodasi, pekerja di dalamnya tentu berasal dari masyarakat lokal. Adapun
pengaruh akibat hal itu adalah meningkatnya penghasilan masyaraakat yang
bekerja sebagai pemandu lokal dan juga meninggikan harga diri mereka
ketika mereka menjelaskan mengenai daerah mereka sendiri kepada
wisatawan. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Suansri (2003:20) bahwa
pengertian homestay sendiri sekarang berubah dari akomodasi lain, yang
menerima wisatawan yang tidak diketahui sebelumnya dengan tetap
menampilkan budaya dan kesederhaan yang mereka miliki dan masyarakat
menetapkan biaya dari hal tersebut kepada wisatawan.
152
Selain hal itu, masyarakat sendiri memiliki perasaan bangga dan
senang ketika rumah mereka dijadikan sebagai tempat menginap wisatawan
asing. Hal ini sesuai dengan pernyataan oleh Hall dan Lew dalam Breugel
(2013:10) yang menyatakan bahwa dalam beberapa kasus dalam
pemeliharaan budaya, masyarakat masih bangga untuk tetap
menunjukkannya. Dan untuk menjaga hal itu, dengan mempekerjakan
masyarakat lokal dalam homestay ini, selain menambah rasa kekeluargaan
agar wisatawan ketika tinggal di homestay, pengalaman yang tidak di dapat
tidak seperti menginap di hotel yang hanya dapat menikmati fasilitas, tetapi
lebih karena dengan kesederhanaan fasilitas yang disediakan oleh masyarakat,
akan menjadi nilai plus dan pengalaman yang tidak akan didapatkan di hotel
seperti selain mengobrol dengan masyarakat lokal, tetapi juga dapat melihat
kebiasaan yang dilakukan oleh pemilik rumah tersebut. Dan juga untuk
meningkatkan perekonomian masyarakat lokal.
3. Memberikan pengalaman hidup di pedesaan atau kehidupan tradisional
Berdasarkan paparan data temuan dari hasil wawancara dan observasi
yang telah dijelaskan di bab sebelumnya, bahwa pengalaman yang didapat
oleh wisatawan selama menginap di homestay ini merupakan salah satu
yang paling penting untuk menjadi sebuah penilaian mencapai kepuasan
wisatawan. Karena wisatawan selain disediakan homestay untuk menginap,
juga diharapkan untuk mengenal lebih baik mengenai kehidupan pedesaan
dengan tinggal dalam rumah tradisional bersama masyarakat dengan
penyediaan makanan-makanan lokal yang disajikan tentu oleh masyarakat
153
lokal itu sendiri. Hal ini sesuai dengan Kyrgyz Community Based Tourism
Association (2016) yang menyatakan bahwa tinggal bersama dengan
penduduk lokal dalam rumah tradisional juga diharapkan memberikan
pengalaman dengan hidup di kehidupan pedesaan. Hal ini sesuai dengan
kriteria menurut Asean Homestay Standard (2016:6) yang menyebutkan
bahwa dalam menginap di homestay, masyarakat lokal akan menunjukkan
kegiatan yang masih bersifat otentik dan menunjukkan bahwa masyarakat
lokal masih menjaga dengan baik budaya yang ada di sekitar mereka
sehingga membuat pengalaman yang unik bagi wisatawan.
Hal ini dapat dilihat bahwa kehidupan tradisional di sini maksudnya
adalah wisatawan dapat menikmati suasana kekeluargaan dengan keadaan
rumah yang sederhana dengan fasilitas seadanya dan jauh dari hiruk pikuk
kota. Ini menjadi salah satu nilai plus atau tambahan mengingat bahwa
banyak orang saat ini untuk membebaskan kepenatan atas kerja dan ibukota,
mereka mencari tempat-tempat yang menyediakan ketenangan, walaupun
masih minim baik itu untuk listrik, fasilitas seperti toilet, dan hal lainnya
yang masih bersifat sederhana dan pedesaan. Sesuai Keadaan ini telah
sesuai dengan pengertian dari Ibrahim (2010) bahwa maksud dari
pengadaan homestay ini adalah tentunya untuk memberikan tempat tinggal
bagi wisatawan di suatu desa/kampung bersama keluarga yang tinggal di
dalamnya, dan karena hal itu wisatawan dapat belajar banyak hal seperti
gaya hidup lokal, budaya, dan alam setempat
154
4. Memberikan exchange pengalaman belajar baik tuan rumah dan
pengunjung
Berdasarkan data yang telah dipaparkan sebelumnya, bahwa
banyak pengalaman yang di dapat baik pemilik rumah dan wisatawan ketika
mereka melakukan interaksi. Baik tuan rumah yaitu bahwa mereka selain
belajar untuk mempunyai kenalan dengan orang baru dengan latar belakang
yang berbeda, tetapi juga belajar untuk bagaimana menangani kebutuhan-
kebutuhan mereka selama tinggal disana. Terutama untuk menyediakan
makanan, pemilik homestay harus menyediakan makanan lokal tetapi yang
sesuai dengan lidah wisatawan asing. Hal ini berakibat agar untuk
wisatawannya juga merasa dihargai dan mereka juga berusaha untuk
mencoba pengalaman yang belum pernah mereka alami sebelumnya.
Hal ini akan terus dilakukan mengingat bahwa ini merupakan salah
satu pengalaman yang penting yang harus dijaga. Terutama untuk penyedia
homestay, mereka harus tetap menjaga baik budaya hingga pelayanan yang
ramah yang membuat betah para wisatawan selama menginap di sana, dan
juga dari pihak wisatawan diharapkan bahwa agar mereka selalu
menghargai atas apa yang mereka temukan selama mereka menginap di
sana, menjaga dan turut meng-apresiasi atas budaya yang masyarakat miliki.
Sedangkan kepada wisatawan, mereka tentu mendapat pengalaman
baru seperti kehidupan tradisional di pedesaan di negara atau daerah
berbeda. Mereka belajar mengenai adat istiadat setempat, kebiasaan
masyarakat lokal contohnya cara penggunaan makanan menggunakan
155
tangan yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya, larangan-larangan
berupa selama berada di homestay, wisatawan harus menggunakan baju
yang sopan dan pantas untuk menghargai masyarakat sekitar, hingga
perbedaan citarasa dari makanan lokal seperti lauk yang menggunakan
durian yang di-fermentasi (tempoyak).
Dengan demikian, hal tersebut telah sesuai dengan pernyataan
menurut COMCEC (2013:6) bahwa saat ini wisatawan mencari
pengalaman-pengalaman baru dari suatu destinasi yang biasanya masih kaya
akan budaya yang dijaganya. Hal tersebut juga sesuai dengan pernyataan
menurut Kyrgyz Community Based Tourism Association (2016) yang
mengatakan bahwa mengenai budaya dan tradisi antara pengunjung dan
tuan rumah dari homestay tersebut. COMCEC (2013:4) sependapat dengan
hal tersebut dengan menyebutkan bahwa salah satu kelebihan sosial dalam
penerapan CBT adalah bahwa selama interaksi antara wisatawan dan
masyarakat lokal akan muncul pertukaran budaya di antara keduanya.
5. Menyediakan ruang dan tempat khusus untuk pengunjung
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, didapatkan hasil bahwa
setiap homestay yang akan digunakan untuk tempat tinggal wisatawan,
wajib mempunyai ruangan khusus di luar ruangan untuk keluarga dengan
fasilitas tempat tidur di dalamnya. Tetapi masih banyak pula kekurangan-
kekurangan seperti belum adanya standarisasi atau ketentuan-ketentuan
yang menetapkan seperti ukuran kamar harus berapa, penyediaan fasilitas
156
harus apa saja, ukuran tempat tidur hingga ukuran seperti tinggi pintu yang
menyesuaikan dengan tinggi wisatawan mancanegara.
Berdasarkan penjelasan dari beberapa narasumber, maka homestay ini
sudah sesuai dengan pandangan oleh Suansri (2003) bahwa dalam
penyediaan homestay harus menyediakan ruang dan tempat tidur khusus
yang menjadi standard dalam penyediaan homestay. Ia menambahkan
bahwa mengorganisasi sebuah homestay sebaiknya menyiapkan beberapa
fasilitas seperti tempat tidur beserta bantalnya, dan kelambu (jaring
nyamuk) yang merupakan items yang harus dimiliki di pedesaan ketika
akan menyambut keluarga yang akan berkunjung. Standard lokal ini telah
sesuai dengan keadaan homestay di desa wisata Muaro Jambi.
Sayangnya walaupun belum ada standarisasi yang ditetapkan, hal
yang pasti yang telah dilakukan oleh masyarakat lokal untuk menyediakan
ruangan kepada wisatawan mutlak adalah rapih dan bersih. Hal ini juga
harus dipastikan seperti harus selalu dijaganya kebersihan dan kerapihan
tersebut, bahkan jika tidak ada wisatawan di dalamnya. Sehingga mereka
akan siap untuk menyambut dan membiarkan wisatawan tinggal di rumah
mereka. Standarisasi tersebut belum sesuai dengan penjelasan dari Asean
Homestay Standard (2016:6) mengenai standard untuk kamar tidur dan
toilet.
6. Kapasitas pengunjung
Menurut Nuriata (2014) bahwa penting untuk menentukan dan
memilih berapa tingkat hunian dan kapasitas dalam sebuah penginapan
157
untuk menampung wisatawan. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi,
didapatkan hasil bahwa dalam homestay di desa wisata Muaro Jambi, dapat
menampung wisatawan dengan maksimal 4 orang di dalamnya. Adapun
jumlah wisatawan yang dapat ditampung sebanyak 4 pun harus disesuaikan
dengan bentuk kamar atau ukuran ruangan yang memadai jika ada beberapa
permintaan khusus seperti ingin bersama-sama dengan beberapa orang
lainnya.
Adapun jika memang terjadi overload wisatawan, maka keputusan
yang diambil oleh pihak masyarakat adalah menyebar wisatawan ke
beberapa homestay yang siap menampung dengan jarak yang berdekatan
atau menyediakan alternatif memasang tenda di luar rumah (jika ada
permintaan khusus).
Terdapat beberapa kekurangan yang ditemukan seperti jika terdapat
beberapa permintaan khusus seperti misalnya wisatawan ingin tidur di luar
kamar, maka masyarakat lokal harus menyediakan fasilitas yang memadai
seperti tikar dan bantal yang cukup dengan kipas yang cukup atau selimut di
dalamnya.
7. Mengikuti aktivitas yang dilakukan oleh tuan rumah
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan,
aktivitas yang dapat dilakukan biasanya di desa wisata Muaro Jambi adalah
seperti memanen buah durian, buah duku, melihat kegiatan masyarakat
seperti menjemur pinang, atau sekedar melihat permainan tradisional yang
terkadang mereka temui ketika mengitari desa wisata tersebut.
158
Berdasarkan paparan penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa
homestay di kawasan sekitar Candi Muaro Jambi ini belum memenuhi
pernyataan dari Malaysia Program yang mengatakan bahwa pengunjung
juga dapat mengambil bagian dalam beberapa aktivitas sehari-hari yang
biasanya dilakukan oleh tuan rumah, seperti misalnya mencoba membuat
masakan rumahan, mengambil hasil panen dari perkebunan, dan bahkan
bermain permainan tradisional di desa tersebut. Hal ini juga belum sesuai
dengan pernyataan dari Asean Community Based Standard (2013:8) bahwa
terdapatnya peluang ada bagi wisatawan untuk berkontribusi pada kegiatan
lokal bersama anggota masyarakat. Dan tentunya belum memenuhi standard
oleh Asean Homestay Standard (2016:6) mengenai lebih rincinya kriteria
dalam kegiatan yang dapat dilakukan wisatawan selama tinggal di
homestay.
Terdapat beberapa kekurangan dan kesenjangan yang ditemukan
selama wawancara yaitu bahwa pihak SGP Tour and Travel mengatakan
bahwa mereka telah sering mengadakan kegiatan untuk melihat kehidupan
masyarakat lokal seperti memanen buah duku, buah durian, dan menjemur
pinang/coklat, tetapi dari pihak masyarakat mengatakan bahwa biasanya
wisatawan hanya datang dan melihat-lihat saja, belum sampai mengikuti
aktivitas tersebut. Tetapi setelah dilakukannya observasi, ditemukan bahwa
banyak wisatawan telah mengikuti beberapa aktivitas yang dilakukan oleh
masyarakat ketika mereka berkunjung ke sana, misalnya ikut memanen
buah durian ketika malam hari lalu ikut menjemur pinang dan coklat
159
bersama masyarakat. Hanya saja ini tergantung permintaan dari travel
kepada masyarakat.
Lalu kekurangan lainnya ditemukan adalah bahwa kegiatan yang
dapat diikuti oleh wisatawan ini hanya bersifat seasonal atau musiman,
sehingga wisatawan harus menunggu di bulan-bulan tertentu jika ingin
memanen buah durian atau duku di bulan September-Desember. Hal ini
merupakan salah satu pertimbangan dalam pemilihan paket wisata menurut
Nuriata (2014) bahwa salah satu kriteria dalam pemilihan atraksi adalah
mengikuti musimnya atau seasonal. Jika ingin melihat proses penjemuran
coklat atau pinang harus dilakukan siang hari dan harus meng-konfirmasi
masyarakat setempat dahulu untuk ikut kegiatan tersebut. Dan kekurangan
lain yang ditemukan bahwa sampai saat ini wisatawan belum pernah
merasakan ikut memasak atau membeli langsung bahan-bahan baku yang
diperlukan untuk memasak, wisatawan hanya mengikuti sebatas melihat apa
yang dikerjakan oleh masyarakat dan berfoto mengenai bagaimana cara
memasak dan bahan-bahan yang diperlukan yang biasanya digunakan dalam
memasak. Tetapi jika ke depannya memang ada aktivitas yang akan
memastikan pengunjung untuk ikut memasak bersama masyarakat, hal itu
tidak menutup kemungkinan dapat dilakukan. Karena menurut beberapa
narasumber, kegiatan-kegiatan tersebut memang masih perlu dikembangkan
dan bersifat fleksibel jika digunakan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan.
Tetapi kegiatan-kegiatan yang belum pernah dilakukan sebelumnya
itu, berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Desa Wisata Muaro Jambi,
160
beliau mengatakan bahwa ada kemungkinan jika ada permintaan atau mulai
dilaksanakannya kegiatan sehari-hari masyarakat menjadi salah satu daya
tari wisatawan ketika berkunjung ke homestay di desa wisata Muaro Jambi.
Kegiatan yang dapat dilakukan pun dapat terdiri dari: ikut memasak di
dalam rumah bersama masyarakat, mengambil bahan-bahan dari
perkebunan, berbelanja di pasar, hingga melakukan masak besar-besaran di
suatu lahan yang luas dan makan bersama masyarakat. Sesuai dengan
kriteria berdasarkan Asean Homestay Standard (2016:6) yang salah satunya
menyebutkan bahwa menyediakan kegiatan baik berupa kebudayaan lokal
(bertani, industri lokal, atau kerajinan tangan) dan kegiatan yang
menyangkut dengan alam sekitar (hutan, sungai, danau, dan gua) yang
dirancang membuat interaksi antara pengunjung dan wisatawan.
8. Menyediakan makanan untuk pengunjung oleh masyarakat
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, didapatkan hasil bahwa
selama wisatawan menginap di homestay, maka mereka akan dipastikan
untuk mendapatkan makanan yang disediakan oleh masyarakat lokal dengan
citarasa dan menu yang khas dari desa Muaro Jambi seperti misalnya gulo
kumojo dan ketan bakar. 6 Homestay yang biasa digunakan pun sudah wajib
menyediakan makanan untuk sarapan, makan siang, dan makan malam
hingga cemilan lokal ketika wisatawan datang dan berkunjung di atas 2
malam di sana. Hal ini sesuai dengan pernyataan oleh Breugel (2013:22)
bahwa salah satu faktor dalam homestay adalah penyediaan makanan lokal
sebanyak 3 kali kepada wisatawan.
161
Penyediaan makanan sendiri disesuaikan dengan budget yang dimiliki
wisatawan dan pemintaan dari travel, masyarakat akan mengikuti dan
berusaha sebisa mungkin menyediakan makanan lokal tetapi untuk
penyediaannya sendiri pun masyarakat menyadari untuk mengikuti selera
wisatawan seperti misalnya mengurangi rasa pedas pada setiap makanan dan
menikmati bersama-sama makanan tersebut bersama masyarakat dan
wisatawan, sesuai dengan pandangan oleh Aziz dan Selamat (2016:30)
bahwa faktor untuk penyedia makanan merupakan satu hal penting yang
dapat para wisatawan. Dimana ketika makan, para tamu dapat merasakan
nikmatnya makan bersama masyarakat lokal dengan menu yang mereka
persiapkan sendiri, seperti hasil dari tangkapan nelayan dari sungai
Batanghari dan makanan-makanan dari perkebunan mereka sendiri. Dengan
demikian hal ini sesuai dengan pernyataan oleh Flandrin (1995:15) bahwa
kondisi geografis merupakan salah satu pengaruh dalam pemilihan dan
penyajian makanan.
Makanan-makanan yang disediakan pun beragam. Untuk makanan
pagi biasanya disediakan nasi gemuk (semacam nasi uduk) yang biasanya
dimakan masyarakat sebagai sarapan, sedangkan makan siang dan makan
malam akan dihidangkan makanan berat dengan khas lokal misalnya ikan
senggung dan ikan tempoyak secara bergantian.
9. Harga
Hal ini sudah sesuai dengan pemenuhan pemilihan tempat penginapan
yang disampaikan oleh Nuriata (2014) mengenai harga yang harus dipenuhi
162
untuk menentukan budget dalam paket wisata. Ketetapan harga sendiri
menurut pendapat dari Asean Homestay Standard (2016:6) menyatakan
bahwa harga yang ditetapkan, akan lebih memudahkan wisatawan untuk
menikmati aktivitas di homestay. Biasanya harga tersebut sudah termasuk
dengan transportasi, kegiatan,makan, dan akomodasi itu sendiri. Harga
untuk penetapan harga ini biasanya ditentukan dahulu untuk masyarakat,
kemudian akan dilakukan mark-up yang mana hal itu akan mendukung
dalam ekonomi masyarakat lokal. Seperti pendapat dari COMCEC
(2016:47) bahwa penciptaan lapangan kerja dan pekerjaan merupakan
keuntungan ekonomi yang penting karena bagi banyak anggota masyarakat.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dipaparkan di bab
sebelumnya, bahwa untuk penetapan harga,pihak masyarakat dan travel
akan melakukan negosiasi terlebih dahulu. Tetapi jika dalam
pelaksanaannya ditemukan seperti masyarakat harus memenuhi kebutuhan-
kebutuhan khusus wisatawan misalnya dalam hal penyediaan makanan,
biaya yang diberikan biasanya berbentuk donasi atau sukarela kepada
masyarakat, karena pihak homestay sendiri belum menetapkan secara pasti
harga untuk hal tersebut.
Berbeda halnya dengan pihak travel yang telah memberikan harga
mark-up ketika diberikan kepada wisatawan. Harga tersebut biasanya sudah
di-mark up sekitar 2-5 persen, biasanya harga tersebut digunakan untuk
menutupi biaya tak terkira dalam pelaksanaan tour.
163
Harga yang akan diperkirakan dalam pembuatan paket wisata untuk
biaya homestay sendiri berkisar antara Rp.150.000 (jika hanya untuk
sarapan) dan Rp.300.000 (termasuk makan pagi,siang,dan malam). Harga
tersebut bisa berubah sewaktu-waktu mengingat bahwa beberapa kebutuhan
atau permintaan khusus yang diinginkan oleh wisatawan ketika menginap di
homestay atau jika ada perubahan harga dari pihak masyarakat lokal itu
sendiri.
10. Kondisi Sarana
Berdasarkan hasil dari data temuan yang di dapat melalui wawancara
dan observasi, bahwa kondisi sarana dalam homestay di desa wisata Muaro
Jambi ini sudah baik dalam standard lokal.
Dan hasil wawancara oleh 4 narasumber didapatkan jawaban bahwa
masyarakat sampai saat ini memang sudah cukup menjaga kondisi sarana
dalam rumah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nuriata (2014) bahwa
pertimbangan mengenai kondisi sarana dari tempat penginapan dalam
pemilihan paket wisata.
Tetapi ditemukan kekurangan dalam observasi yaitu masih kurangnya
penyiapan untuk kondisi seperti toilet yang seharusnya bersih dan
memenuhi standard Internasional seperti ukuran toilet yang harus sesuai
dengan ukuran wisatawan asing masih belum terpenuhi. Tapi untuk saat ini,
kondisi sarana dari homestay di desa wisata Muaro Jambi ini sendiri masih
bernilai cukup dan layak. Sedangkan sampai saat ini, hanya masih ada 1
164
homestay yang sudah memenuhi kondisi sarana yang baik yaitu toiletnya
sudah menggunakan shower. Hal ini seharusnya seperti telah dipaparkan
sebelumnya bahwa harus ada penetapan atau standarisasi dari pihak desa
wisata untuk homestay yang baik dan benar atau dari pihak Dinas Pariwisata
dan Kebudayaan yang harus memberi pelatihan dna arahan mengenai
homestay dengan standard Internasional seperti apa.
11. Sanitasi / Hygiene
Sesuai dengan pernyataan Nuriata (2014) mengenai sanitasi dan
hygiene yang harus diperhatikan ketika membawa wisatawan ke dalam
sebuah homestay. Homestay juga merupakan salah satu alat untuk
mengembangkan peningkatan kesadaran akan masalah kebersihan dan
sanitasi dalam suatu destinasi bersama masyarakat di dalamnya
(Suansri,2003:18). Ini berarti bahwa kebersihan dalam homestay harus
diperhatikan dan dijaga baik oleh masyarakat dalam penyajiannya kepada
wisatawan.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, ditemukan bahwa
homestay di desa wisata Muaro Jambi sudah dikatakan baik dalam standard
lokal. Kebanyakan masyarakat atau pemilik homestay masih berinisiatif
sendiri untuk selalu menjaga kebersihan dalam homestay, mengingat bahwa
rumah mereka dijadikan sebagai tempat tinggal untuk wisatawan menginap
dan hal itu harus selalu dijaga kebersihannya.
Untuk ke depannya, alangkah baiknya apabila pihak desa wisata yang
seharusnya menaungi homestay di desa wisata Muaro Jambi sudah mulai
165
menerapkan beberapa standarisasi kebersihan, terutama juga untuk
pemerintah yang seharusnya menaruh perhatian terhadap hal ini suatu
pertimbangan bahwa mengingat fasilitas dalam homestay berbeda dengan
standard hotel yang berbintang, maka dari itu untuk kebersihan di dalam
homestay sudah tergolong cukup baik, bagaimana masyarakat sudah
memiliki perasaan untuk sadar akan kebersihan mengingat bahwa rumah
mereka akan digunakan oleh wisatawan untuk menginap di dalamnya.
12. Aksesibilitas
Untuk di beberapa titik, aksesibilitas menuju desa wisata sesuai
dengan pernyataan Nuriata (2014) mengenai suatu tempat penginapan
dinilai mudah untuk dicapai atau tidak. Asean Homestay Standard (2016:8)
menambahkan lagi mengenai lokasi yang seharusnya menempatkan
homestay, dengan kriteria sebagai berikut:
a. Lokasi homestay dapat diakses oleh moda transportasi manapun.
b. Tanda papan yang jelas harus disediakan untuk membimbing tamu ke
homestay.
Karena mengingat bahwa kondisi geografis dari homestay ini sendiri
masih berada dalam kawasan Candi Muaro Jambi, dan dapat ditempuh oleh
transportasi seperti sepeda ataupun bentor (becak motor). Terdapat pula
papan yang jelas yang tersedia di gerbang depan Candi Muaro Jambi untuk
mengarahkan homestay, begitu juga dari arah belakang yaitu di depan Candi
Astano.
166
13. Lokasi yang tidak jauh dari atraksi utama
Menurut pernyataan oleh Nuriata (2014) mengenai lokasi yang
menyangkut kaitan dengan atraksi wisata, ditemukan beberapa jawaban
menurut beberapa narasumber mengenai lokasi yang tidak jauh dari atraksi
utama. Sependapat dengan hal tersebut, Asean Community Based Tourism
Standard mengenai aksesibilitas bahwa homestay tidak ditempatkan dalam
20 meter dari setiap daya tarik alami atau budaya atau situs penting, kecuali
secara historis di lokasi itu atau karena alasan budaya.
Berdasarkan hasil wawancara, didapatkan pendapat dari narasumber
yang mengatakan bahwa lokasi homestay ini tidak berada jauh pada atraksi
wisata utama. Hal ini dapat dibuktikan bahwa untuk mencapai homestay jika
wisatawan masih berada dalam kawasan zona inti dari Candi Tinggi dan
Candi Gumpung dapat berjarak 5 kilometer.
Tetapi ditemukan kekurangan jika misalnya kegiatan mengitari candi
hingga ke Candi Koto Mahligai, maka jarak dari homestay menuju ke candi
tersebut masih sangat jauh dan biasanya yang dilakukan adalah wisatawan
tidak menginap di homestay tetapi mendirikan camping ground di sekitar
sana.
14. Fasilitas dan Pelayanan
Fasilitas yang disediakan oleh masyarakat dalam homestay sudah
mencakup; penyediaan toilet, fasilitas di dalam kamar yang berisikan tempat
tidur,bantal dan sprei, dan kipas angin.
167
Pelayanan yang diberikan oleh pihak penyedia homestay dikatakan
bahwa masyarakat sudah memberikan pelayanan yang cukup baik untuk
melayani wisatawan. Mengingat bahwa selama ini masyarakat sudah
diberikan pelatihan-pelatihan mengenai cara melayani tamu, mengenalkan
hospitality dalam menyambut tamu, dan berusaha seramah mungkin dalam
pelayanannya.
Sampai saat ini, pihak travel belum menemukan komplain mengenai
pelayanan yang diberikan masyarakat yang mengecewakan, ini berarti
bahwa untuk standard homestay, masyarakat sudah dapat melayani tamu
dengan baik dengan kondisi fasilitas yang masih sesuai dengan standard
untuk melayani wisatawan walaupun belum maksimal. Tapi hal ini sudah
sesuai kriteria dari Nuriata (2014) mengenai pemilihan tempat penginapan
yang menilai baik untuk fasilitas dan pelayanan yang mendukung.
C. Tempat Makan Berbasis Masyarakat
Berdasarkan paparan data temuan dari hasil wawancara dan observasi yang
telah dilakukan, maka di pembahasan ini akan dilakukan analisa tempat makan
di kawasan sekitar Candi Muaro Jambi sudah berbasis masyarakat atau tidak.
1. Mempekerjakan masyarakat lokal dalam pelayanan
Pernyataan dari Wei (2012) yang mengatakan bahwa setiap pelayanan
yang diberikan oleh tamu, harus mempekerjakan masyarakat lokal di sana
dan menggunakan bahan-bahan dari desa tersebut. Tresilian dalam African
Journal (2016) mengatakan bahwa membantu mengurangi migrasi dari desa
168
ke kota dan memperkuat masyarakat lokal dengan memberi para remaja
keterampilan nyata dan prospek pekerjaan lokal, membiarkan mereka
tinggal di desa mereka dan menggunakan keterampilan dan pengetahuan
mereka. Tentunya dalam mempekerjakan masyarakat tersebut bertujuan
untuk memberikan kesempatan dan membuka lapangan kerja seluas-luasnya
untuk masyarakat lokal (KYN CBT Club dalam COMCEC, 2013:48).
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan,
bahwa dalam penyediaan tempat makan di kawasan sekitar Candi Muaro
Jambi mempekerjakan masyarakat lokal baik dalam kepemilikan tempat,
penyediaan, hingga penyajian makanan kepada wisatawan. Terutama untuk
tempat makan Ibu Asmiah, diketahui bahwa tempat makan atau lebih
tepatnya warung ini, mempekerjakan masyarakat sekitar desa Muaro Jambi
untuk menyajikan makanan-makanan kepada pengunjung. Tempat makan
Ibu Asmiah ini pun menjual aneka masakan rumahan yang kebanyakan
bahan-bahan-bahan bakunya pun berasal dari desa Muaro Jambi itu sendiri
seperti penyediaan ikan dan sayur.
Adapun kekurangan yang ditemukan selama observasi bahwa masih
kurangnya tenaga kerja dalam rumah makan tersebut sehingga jika
wisatawan datang untuk memesan atau berkunjung ke sana akan kesulitan
karena kurangnya tenaga kerja.
169
2. Menggunakan bahan-bahan/ingredients alami (tidak menggunakan daging
hewan yang langka/bushmeat)
Pernyataan dari African Journal of Hospitality (2016) mengenai
penggunaan bahan-bahan untuk penyediaan makanan berasal dari bahan-
bahan alami (tidak menggunakan bahan-bahan yang terbuat dari hewan-
hewan langka/bushmeat). Hal tersebut kemudian diperjelas kembali oleh
Aseean Community Based Tourism (2016:10) bahwa salah satu kriteria
untuk penyediaan makanan bahwa penggunaan maksimum dibuat dari
makanan segar dan organik, dan bahan-bahan lokal,termasuk daging dan
sayuran segar, tapi tidak ada daging langka yang dilarang oleh peraturan
pemerintah.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, bahwa dalam
penyediaan lauk dari baik tempat makan ataupun homestay, mereka
menyediakan daging hanya sebatas ikan dan ayam. Sampai saat ini, mereka
belum pernah menggunakan hewan-hewan langka untuk dijadikan lauk dan
dihidangkan kepada wisatawan, mengingat bahwa desa ini terletak di
pinggir sungai, maka makanan utama mereka adalah ikan. Berbeda halnya
dengan ayam, mereka bahkan harus membeli dari pasar atau memesan
terlebih dahulu daging ayam tersebut (jika ada permintaan khusus),
mengingat bahwa masyarakat di sana pun tidak beternak ayam. Hal ini
dapat dibuktikan bahwa ketika melakukan observasi, tidak ditemukan
seekor pun ayam di sekitar desa Muaro Jambi tersebut. Keadaan ini sesuai
dengan penyampaian oleh Asean Community Based Tourism (2016:10)
170
bahwa dalam penyajian makanan kepada wisatawan daging, ayam, ikan dan
bahan lainnya yang digunakan dalam persiapan makanan adalah segar dan
sebaiknya bersumber dari pasar/pemasok lokal.
Tetapi kekurangan dari penyediaan tempat makan di sini adalah
sampai saat ini penyediaan makanan oleh masyarakat lokal di desa wisata
Muaro Jambi belum menyediakan pilihan untuk menyediakan extreme
kuliner dan belum memunculkan kuliner lokal sebagai salah satu daya tarik
di desa wisata Muaro Jambi. Tidak seperti ketika mengunjungi daerah
Merangin atau wisata mengunjungi Suku Anak Dalam, wisatawan akan
disediakan makanan extreme kuliner seperti labi-labi dan biawak sebagai
makanan utama mereka. Tetapi karena hal itu pula, masyarakat desa Muaro
Jambi ini turut menjaga agar tidak punahnya hewan-hewan langka di sekitar
mereka, sehingga mereka hanya memakan makanan seadanya saja dan tidak
memaksakan untuk memakan daging hewan langka.
3. Menyediakan masakan lokal spesial
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, bahwa masakan
lokal spesial yang dimiliki oleh desa wisata Muaro Jambi yang biasanya
disediakan baik di tempat makan ataupun di homestay adalah ikan
senggung. Adapun keistimewaan dari ikan senggung ini adalah yang
pertama adalah karena harga dari jenis untuk ikan tomang ini adalah ikan
gabus toman besar dan harganya yang mahal, dan dimasak secara unik,
dimasak di dalam bambu dan diasapi selama 8 jam sebelum akhirnya diberi
bumbu dan dimakan bersama nasi dan sambal mentah.
171
Makanan unik dan spesial lainnya ialah memakan batang pohon
pisang yang direbus yang akan nantinya dijadikan lalapan saat dimakan.
Walaupun rasanya pahit, biasanya makanan ini disajikan ketika menyambut
petinggi-petinggi daerah ketika datang mengunjungi desa wisata Muaro
Jambi. Biasanya makanan-makanan seperti ini disajikan dalam homestay
dengan permintaan khusus sebelumnya kepada masyarakat.
Berdasarkan paparan tersebut, tempat makan ini sudah memenuhi
kriteria dalam African Journal of Hospitality (2016) yang menerapkan jenis
makanan untuk daerah pedesaan untuk menyediakan makanan lokal yang
spesial dan pendapat dari Sims (2012) bahwa makanan lokal berpotensi
memainkan peran sentral dalam agenda pariwisata yang berkelanjutan,
dengan mencakup segala hal,dari kekhawatiran tentang keamanan pangan
dan dampak pertanian terhadap lingkungan pedesaan terhadap permintaan
pengunjung akan lebih banyak pengalaman wisata "asli".
Hal ini memiliki efek bahwa dalam penyajian makanan pun,
wisatawan akan disuguhkan makanan-makanan spesial ketika berkunjung ke
suatu daerah, yang selama ini mungkin ke suatu daerah selain untuk
menikmati wisatanya, tetapi masakan spesial atau masakan khas yang
disediakan di tempat itu menjadi salah satu daya tarik untuk wisatawan
berkunjung ke sana. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Rifai (2012)
dalam African Journal of Hospitality, Tourism and Leisure Volume 5 (2016)
mengatakan bahwa saat ini para wisatawan kembali ke tempat yang sudah
mereka kenal dan mereka telah puas dengan hasil sebuah masakan dan teruji
172
resepnnya, dan mereka juga dapat pergi ke tempat lain untuk mencari
tempat yang mempunyai keahlian dan resep makanan yang baru, sehingga
itu menjadi pengalaman tersendiri bagi mereka.
4. Keanekaragaman jenis masakan
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, dapat dikatakan
bahwa makanan yang disediakan oleh tempat makan atau homestay di desa
wisata Muaro Jambi ini beraneka macam. Selain ikan senggung yang
menjadi masakan lokal spesial, juga terdapat tempoyak dan dandang kelapa.
Sama seperti halnya ikan senggung, makanan ini juga terbuat dari ikan
patin, tetapi dikuahi oleh durian fermentasi dan tidak menggunakan
santan/kelapa, melainkan belimbing. Selain makanan utama, masyarakat
juga selalu menyediakan makanan kecil lokal seperti ketan bakar dan
disajikan dengan kopi atau teh yang biasanya berasal dari produk lokal.
Hal ini menunjukkan bahwa makanan yang disediakan di tempat
makan di kawasan sekitar Candi Muaro Jambi memang banyak jenisnya,
tergantung permintaan dan budget yang diberikan oleh pihak travel.
Pernyataan tersebut sesuai dengan pernyataan dari African Journal of
Hospitality (2016). Dan makanan-makanan tersebut sudah sesuai dengan
kriteria menurut Asean Community Based Tourism Standard (2016:10)
bahwa makanan yang cukup disediakan untuk kebutuhan pengunjung,
termasuk makanan ringan antara makanan dan menu bervariasi setiap hari
dan termasuk setidaknya satu makanan tradisional pada setiap makan
periode.
173
Walaupun makanan yang disajikan beraneka macam, tentunya
masyarakat sebelum menyajikan makanan, memastikan terlebih dahulu jika
ada permintaan khusus atau special request dari wisatawan agar dalam
penyajian, dapat dinikmati dengan baik oleh mereka. Penanganan yang
selama ini telah dilakukan adalah bahwa mereka sebisa mungkin memenuhi
kebutuhan wisatawan seperti pemenuhan kebutuhan untuk vegetarian,
masyarakat biasanya menyediakan jika memang vegetarian yang diinginkan
wisatawan masih bisa dipenuhi oleh masyarakat, tetapi sampai saat ini
belum ada permintaan-permintaan khusus misalnya menyediakan makanan
tidak halal bagi wisatawan dan memang hal tersebut tidak akan dianjurkan
kepada wisatawan, mengingat bahwa mayoritas masyarakat di desa wisata
Muaro Jambi adalah muslim.
Sehingga untuk penyajian makanan yang akan diberikan kepada
wisatawan oleh masyarakat baik di homestay ataupun tempat makan adalah
makanan-makanan berat berupa tempoyak, dandang kelapa, dan batang
daun pisang (untuk menyambut tamu penting) dan beserta jajanan lokal
seperti ketan bakar/ketan jando dan gulo kumojo.
5. Menggunakan bahan-bahan lokal yang berasal dari perkebunan masyarakat
sendiri
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan kepada pihak
narasumber, didapatkan hasil bahwa masyarakat yang menyediakan
makanan baik di tempat makan atau homestay, mereka menggunakan
174
bahan-bahan lokal di sekitar desa atau kawasan sekitar Candi Muaro Jambi.
Berbeda halnya dengan penyediaan bahan baku untuk daging ayam, karena
masyarakat tidak ada satupun beternak ayam di desa tersebut, maka jika
mereka ingin menyajikan daging ayam kepada wisatawan, maka masyarakat
biasanya akan membeli ke pasar terdekat atau memesan ke pasar tersebut
jika ingin membeli dalam jumlah besar.
Berdasarkan hasil observasi pun diketahui bahwa ketika mengelilingi
daerah kawasan Candi Sialang, terdapat perkebunan masyarakat yang
berada tak jauh dari sana. Biasanya perkebunan tersebut berisi sayur-
sayuran yang biasanya digunakan untuk masyarakat sebagai bahan baku
untuk membuat makanan. Dan juga tidak ditemukan bahwa masyarakat desa
wisata Muaro Jambi ini memelihara ayam di sekitar desa mereka.
Berdasarkan jawaban dari seluruh narasumber menyatakan bahwa hal
ini telah sesuai dengan pernyataan oleh African Journal of Hospitality
(2016) yang menyatakan bahwa penyediaan bahan baku lokal berasal dari
perkebunan masyarakat.
Karena hal tersebut, makanan yang disajikan yang berasal dari
perkebunan mereka sendiri dapat dijamin kualitasnya karena masyarakat
tidak menggunakan bahan-bahan pengawet yang biasanya digunakan atau
dijual di pasar, sedangkan untuk penyajian daging ayam, mereka akan lebih
baik menyajikan ikan juga selain daging ayam sebagai makanan utama,
175
mengingat juga bahwa kondisi desa ini berada di pinggir sungai Batanghari,
maka pastinya daging ikan yang mereka sediakan masih segar.
6. Pengunjung dapat mengikuti kegiatan memasak bersama masyarakat lokal
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, diketahui bahwa
kegiatan yang mengikut-sertakan wisatawan untuk mengikuti masak
memasak bersama masyarakat lokal belum pernah dilakukan di desa wisata
Muaro Jambi. Selama ini, jika pun ada, hanya dilakukan ketika ada masak
besar untuk persiapan pesta pernikahan di desa Muaro Jambi. Kegiatan yang
dapat dilakukan oleh wisatawan pun hanya sekedar berfoto atau melihat
dengan saksama apa yang dikerjakan masyarakat di sana.
Karena hal tersebut, di tempat makan ini masih belum sesuai dengan
pernyataan dari African Journal of Hospitality (2016) mengenai aktivitas
memasak yang dapat diikuti oleh wisatawan. Asean Community Based
Tourism Standard menyebutkan bahwa salah satu kriteria dalam penyajian
makanan adalah peluang ada bagi wisatawan untuk berpartisipasi dalam
persiapan makan dan makan belajar teknik memasak tradisional dan
penggunaan maksimum dibuat dari produk bio-degradable alami saat
disajikan dan makanan kemasan (misalnya daun pisang).
Mengingat bahwa desa wisata Muaro Jambi ini sendiri memiliki
banyak ragam kuliner yang khas, maka sangat disayangkan jika tidak ada
kegiatan yang membuat wisatawan dapat ikut untuk membuat makanan
lokal dari desa wisata Muaro Jambi. Wisatawan mungkin dapat melihat
bagaimana cara mulai dari proses pengumpulan bahan, proses masak,
176
hingga penyajian yang mungkin selama ini wisatawan tidak ketahui,
sebenarnya sangat berpotensi untuk dijadikan salah satu kegiatan selama
mereka di desa wisata Muaro Jambi. Masyarakat mempunyai kesempatan
untuk mengikuti aktivitas memasak bersama masyarakat baik di rumah atau
di luar rumah, tetapi tidak untuk mengikuti memasak ketika untuk upacara
adat karena, dalam persiapannya pun masyrakat membutuhkan ‘dukun
masak’ yang dianggap memiliki pengetahuan untuk membuat masakan yang
baik dengan takaran-takaran bumbu yang pas dan tidak boleh sembarangan
memasak tanpa seizinnya.
7. Sanitasi/Hygiene
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, diketahui
bahwa untuk kebersihan di tempat makan seperti Ibu Asmiah masih sangat
kurang sanitasi-nya. Hal ini juga dibuktikan ketika melihat langsung ketika
observasi, bahwa tempat makan yang biasanya digunakan untuk dikunjungi
wisatawan ini masih perlu banyak pembenahan dan pelatihan terutama
untuk menjaga kebersihan. Tetapi hal ini dimaklumi, mengingat bahwa
tempat makan ini masih tergolong warung dan masih belum sadar
sepenuhnya untuk dijadikan sebagai tempat makan yang akan menyambut
wisatawan di desa wisata Muaro Jambi itu sendiri.
Hal ini berarti tempat makan ini tidak sesuai dengan pandangan
Nuriata (2014) yang menyatakan bahwa dalam tempat makan, kriteria
dalam pemilihannya adalah bagaimana tingkat sanitasi/hygiene dari tempat
makan tersebut. Seharusnya, sesuai dengan kriteria menurut Asean
177
Community Based Tourism Standard (2016:10) menyebutkan beberapa
kriteria untuk menjaga kebersihan makanan yaitu; persiapan makanan dan
peralatan makan dibersihkan secara menyeluruh sebelum digunakan
(misalnya dibersihkan segera setelah makan), penyedia layanan makanan
mencuci tangan dengan sabun di air bersih sebelumnya dan teratur selama
persiapan makanan, makanan disimpan dalam wadah bersih, yang disimpan
dengan baik, hewan (domestik dan hama) dijauhkan dari penyimpanan
makanan, memasak dan area makan.
Mengingat bahwa tingkat kebersihan masih kurang, pihak travel
ataupun masyarakat lokal lebih sering menyajikan makanan kepada
wisatawan di homestay, dikarenakan kondisi yang tidak memungkinkan
untuk kebersihannya.
Masih perlu pembenahan dan pelatihan untuk masyarakat mengenai
bagaimana cara menjaga kebersihan baik dalam pembuatan dan penyajian
makanan kepada wisatawan. Penjagaan kebersihan yang dilakukan oleh
masyarakat sampai saat ini hanya sebatas penggunaan piring yang tidak
bermotif, dan penjagaan kebersihan tidak lagi menggunakan koran untuk
menutupi makanan, tetapi menggunakan plastik untuk lebih rapi dan lebih
bersih daripada menggunakan koran.
8. Kapasitas pengunjung
Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa untuk tempat makan
Ibu Asmiah dapat menampung hingga batas 10 orang maksimal. Tetapi jika
dilihat dari tingkat kenyamanan dan space-nya, berdasarkan hasil observasi
178
tempat makan ini tidak dapat menampung wisatawan dalam jumlah lebih
dari 5 orang. Mengingat bahwa dalam menikmati makanan, butuh tempat
yang nyaman dan tidak sempit agar tidak mengganggu ketenangan saat
makan.
Hal tersebut belum bisa memenuhi sesuai dengan pernyataan dari
Nuriata (2014) mengenai pertimbangan untuk memilih tempat makan,
mengenai kapasitas pengunjung untuk menampung wisatawan di
dalamnya.Untuk menutupi hal tersebut, masyarakat lebih sering
memindahkan wisatawan untuk menikmati makanan di homestay atau
misalnya mencari tempat dengan space yang luas untuk dapat menikmati
makanan bersama-sama, walaupun hanya beralaskan tikar (lesehan), hal
tersebut lebih baik daripada makan di tempat yang masih sempit.
Berdasarkan hasil observasi, lahan atau halaman yang luas, misalnya
di depan Candi Astano dan lahan di depan Candi Gumpung yang memiliki
lahan yang luas dengan pohon di sekelilingnya, dapat menjadi alternatif lain
untuk menyajikan makanan. Bahan makanan tetap dari masyarakat lokal,
hanya saja berpindah untuk lokasi dan tempatnya.
9. Harga
Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa menu untuk makanan
spesial seperti ikan senggung adalah minimal Rp.50.000 hingga Rp.500.000
tergantung besar ikan dan jumlah tamu yang akan disuguhkan makanan
tersebut. Sedangkan untuk penyediaan lainnya disesuaikan.
179
Hal ini sudah sesuai dengan pernyataan Nuriata (2014) mengatakan
bahwa harus ada unsur harga dalam pembuatan paket untuk pemilihan dan
penghitungan harga untuk tempat makan. Hal ini berarti bahwa dalam sekali
makan, wisatawan dapat dikenakan biaya Rp.50.000 dengan menu ikan
senggung dan jajanan lokal di dalam penyediannya, berikut dengan donasi
dan untuk harga tak terduga.
Sedangkan untuk harga makanan di luar menu ikan senggung akan
dikenakan biaya Rp 30.000 sekali makan untuk 1 orang. Harga ini sudah
termasuk nasi, lauk, lalapan, minuman, dan buah serta untuk menutupi biaya
tak terduga yang akan diberikan kepada masyarakat dalam penyediaan
makanannya.
10. Kondisi sarana
Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa kondisi sarana di
tempat makan Ibu Sapiah ini masih sangat kurang. Berdasarkan hasil
observasi juga ditemukan bahwa di dalamnya belum terdapat toilet dan
wastafel sehingga tempat makan ini masih sangat kurang jika untuk
membawa wisatawan makan di sini.
Berdasarkan pernyataan dari Nuriata (2014) yang menyebutkan bahwa
pertimbangan mengenai kondisi dan sarana dari suatu tempat makan juga
menjadi salah satu kriteria dalam pemilihan tempat makan dalam sebuah
paket wisata.
Kenyataannya, masih kurangnya fasilitas pendukung seperti toilet,
wastafel, dan kelengkapan seperti kursi dan meja yang masih dalam keadaan
180
seadanya dan belum dapat dijadikan salah satu tempat makan dalam
pelaksanaan paket. Sehingga sampai saat ini wisatawan lebih sering
diarahkan untuk menikmati makanan di homestay dengan kondisi sarana
yang sudah baik walaupun belum memenuhi standard Internasional.
11. Pelayanan
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan,
diketahui bahwa dalam pelayanan baik di tempat makan ataupun di
homestay, wisatawan akan disajikan langsung
Berdasrkan pernyataan Nuriata (2014) mengenai pelayanan yang
diberikan oleh masyarakat, berrdasarkan hasil wawancara yang telah
dilakukan, pelayanan oleh masyarakat untuk menyediakan makanan
biasanya menggunakan self service tetapi tidak total, mengingat bahwa
mereka melayani dengan cara melayu sehingga pihak travel harus ikut
menghargai budaya tersebut. Mengingat bahwa pelayanan yang diberikan di
tempat makan ini berbeda dengan pelayanan untuk restoran kelas atas, maka
baik tempat makan ataupun homestay sebisa mungkin menyajikan makanan
dengan baik seperti; penyajian makanan, ramah dan ketanggapan untuk
memenuhi kebutuhan wisatawan.
D. Transportasi Berbasis Masyarakat
Berikut ini akan di-analisa data temuan dari hasil wawancara dan
observasi untuk membuktikan apakah transportasi yang digunakan di
kawasan sekitar Candi Muaro Jambi ini telah berbasis masyarakat apa tidak.
181
1. Masyarakat lokal bekerja di dalam penyediaan transportasi
Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa masyarakat lokal
bekerja baik dalam penyediaan transportasi dan untuk beberapa moda
transportasi, masyarakat juga bekerja sebagai penggerak transportasi
tersebut. Untuk beberapa transportasi yang masyarakatnya turut sebagai
penggeraknya yaitu getek,boat (mengingat bahwa masyarakat sehari-hari
bekerja sebagai penyedia perahu yang sering membawa buruh-buruh pabrik
untuk menyeberang.) dan bentor (becak motor) Begitu juga halnya dengan
bentor, biasanya bentor selalu standby di depan parkiran Candi Muaro
Jambi untuk digunakan oleh wisatawan mengelilingi candi melewati desa.
Sedangkan untuk transportasi sepeda, masyarakat hanya bekerja sebagai
penyedia saja.
Berdasarkan penjelasan di atas, transportasi yang disediakan di
kawasan sekitar Candi Muaro Jambi telah sesuai dengan pernyataan oleh
Wei (2012:16) yang menyatakan bahwa penyediaan transportasi,
masyarakat lokal mengambil bagian sebagai pekerja dalam pelayanan
transportasi disana dan menjadikannya sebagai peningkatan ekonomi.
Biasanya dalam penggunaan yang lebih signifikan, getek atau perahu besar
biasanya digunakan sebagai transportasi alternatif selain bus untuk
mencapai menuju Muaro Jambi. Ditambah lagi menurut observasi dan
wawancara, bahwa di dermaga Ancol Kota Jambi memang menyediakan
trayek untuk membawa wisatawan ke Muaro Jambi, dan dikarenakan juga di
desa Muaro Jambi tersedia dermaga untuk menurunkan penumpang disana.
182
2. Kondisi fasilitas (kapasitas tempat duduk dan bentuk transport)
Kriteria untuk pemilihan moda transportasi dalam paket wisata
menurut Nuriata (2014) mengenai kondisi dan fasilitas yang ada (kapasitas
tempat duduk) dijabarkan sesuai keadaan di kawasan sekitar Candi Muaro
Jambi sebagai berikut:
a. Perahu kecil di kanal mampu menampung 2-5 orang di dalamnya, sudah
berisikan masyarakat dan tamu. Perahu yang biasa digunakan masyarakat
awalnya untuk pergi ke kebun, kini digunakan untuk bidang pariwisata,
sudah mulai diperbaiki dan digunakan kembali dan biasanya digunakan
di kanal kuno.
b.Getek/boat mampu menampung 10-13 orang di dalamnya. Untuk kondisi
dari transportasi satu ini sendiri, masih dalam tahap pembenahan karena
mengingat biasanya dalam sehari-hari digunakan untuk membawa buruh-
buruh pabrik atau digunakan untuk layanan service untuk perahu. Tetapi
sampai saat ini pelatihan kepada masyarakat sudah dilakukan seperti jika
perahu/getek digunakan untuk membawa wisatawan, harus dalam
keadaan bersih dan rapi.
c. Sepeda mampu menampung dan dibawa oleh 1 orang saja. Untuk kondisi
sepeda biasanya selalu dalam kondisi yang baik dikarenakan memang
transportasi ini disediakan khusus untuk digunakan wisatawan selama
dalam kawasan Candi Muaro Jambi.
183
d. Bentor mampu menampung 2 orang di dalamnya. Untuk kondisi dari
transportasi bentor sendiri sudah cukup untuk bisa membawa wisatawan,
karena biasanya bentor hampir sama seperti sepeda, siap digunakan
untuk membawa wisatawan mengelilingi daerah Candi Muaro Jambi dan
melewati desa.
3. Harga/Biaya
Berdasarkan pandangan dari Nuriata (2014) mengenai transportasi,
harus ada unsur harga/biaya untuk menghitung pembiayaan paket.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan, untuk
pemberian harga disesuaikan dengan transportasi yang digunakan. Untuk
penggunaan transportasi getek yang akan mengangkut wisatawan dari Kota
Jambi ke Muaro Jambi dan sebaliknya, dikenakan biaya Rp.500.000,- per
kapal. Ini artinya bahwa penghitugan harga untuk tiap orang sebesar
Rp.50.000 dengan jumlah wisatawan 10 orang di dalamnya. Harga tersebut
pun sudah termasuk dengan life jacket yang disediakan selama perjalanan
menggunakan getek. Sama halnya dengan perahu di kanal kuno yang
dikenakan biaya Rp.50.000 per kapal, hal ini akan menjadikan harga
Rp.20.000/orang dengan kapasitas 3-5 orang di dalamnya.
Sedangkan untuk transportasi lain seperti becak motor dikenakan
biaya Rp.10.000 untuk 2 orang di dalamnya dengan sekali perjalanan trayek
dan tidak memutar seperti dijelaskan di bab sebelumnya, sedangkan untuk
becak dikenakan biaya Rp.10.000/orang.
184
Berbeda halnya dengan harga yang akan diberikan jika menggunakan
mobil pribadi untuk menjemput tamu dari bandara ke hotel atau dari hotel
menuju Muaro Jambi, dikenakan biaya Rp.150.000-Rp.300.000 dalam 1
mobil yang berisikan 2-4 orang di dalamnya.
4. Waktu (jadwal)
Berdasarkan pernyataan dari Nuriata (2014) mengenai waktu dan
jadwal setiap transportasi, penggunaan transportasi yang akan dipilih dalam
paket wisata ditentukan seperti; transportasi getek digunakan untuk
alternatif lain untuk mencapai Muaro Jambi dikarenakan karena mempunyai
kapasitas pengunjung yang paling besar, juga karena getek ini pun selalu
ada setiap saat di dermaga Ancol Kota Jambi. Tetapi tetap harus dilakukan
pemesanan terlebih dahulu jika akan membawa rombongan dalam jumlah
besar.
Pihak masyarakat selalu standby kapanpun dibutuhkan untuk
digunakan. Hanya saja untuk kekurangannya, dikarenakan masyarakat saat
ini belum terlalu bergantung pada pariwisata, jika tidak ada pesanan
menggunakan transportasi seperti perahu/getek, maka masyarakat akan
kembali ke pekerjaannya dahulu untuk mengantarkan buruh-buruh pabrik.
5. Lokasi (titik awal dan titik tujuan)
Menurut hasil wawancara, dari 4 narasumber mengatakan bahwa
untuk lokasi (titik awal dan titik tujuan) seperti perahu/getek bermula dari
Kota Jambi biasanya di dermaga Ancol, dan berakhir di dermaga desa
Muara Jambi. Biasanya perjalanan selama 2 jam. Untuk sepeda, semuanya
185
bermua dari parkiran Candi dan berakhir di parkiran Candi. Untuk perahu di
kanal akan dimulai dari kanal kuno di depan Astano dan berakhir di depan
candi Gedong.
Hal ini diperhitungkan agar sesuai dengan pernyataan Nuriata (2014)
mengenai lokasi titik awal menjemput dan titik tujuan akhir dari
transportasi. Tujuannya adalah untuk mengetahui penggunaan transportasi
dapat bermula darimana dan berakhir darimana sehingga wisatawan tidak
perlu menunggu hal tersebut.
6. Aksesibilitas
Aksesibilitas tiap transportasi dinyatakan dapat berbeda-beda
mengingat bahwa transportasi yang digunakan menggunakan transportasi air
dan darat.Hal ini perlu diperhatikan mengingat pernyataan Nuriata (2014)
yang harus memenuhi aspek mengenai transportasi harus memenuhi aspek
akssibilitas yang baik dalam destinasi/atraksi wisata itu sendiri.
Terdapat beberapa kekurangan di aksesibilitas darat terutama untuk
kemudahan pencapaian atraksi wisata di dalam kawasan Candi Muaro Jambi
menggunakan transportasi-transportasi yang tersedia. Berdasarkan hasil
observasi pun diketahui bahwa untuk kondisi jalan yang akan ditempuh baik
menggunakan sepeda ataupun bentor (becak motor) sudah ditemukan rusak
dan berlubang, dan beberapa masih berupa jalan tanah sehingga jika kondisi
sedang hujan, kondisi jalan akan sangat becek dan sulit untuk ditempuh
kecuali dengan jalan kaki.
186
Sedangkan berdasarkan hasil wawancara dan observasi, untuk
aksesibilitas di kanal kuno menggunakan perahu juga masih terdapat
kekurangan. Hal ini disebabkan karena kondisi kanal yang masih ada di
beberapa jalur tertutup, seperti di Sungai Melayu. Yang seharusnya jika
keadaan alam mendukung, perahu akan dapat melintasi jalur tersebut
sehingga memudahkan pencapaian dari kondisi area candi bagian timur
(Candi Tinggi, Candi Gumpung, Candi Astano) dapat menuju ke candi
bagian barat (Candi Tinggi 1, Candi Tinggi 2, dan Candi Kedaton).
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Atraksi wisata yang berbasis masyarakat di kawasan sekitar Candi Muaro
Jambi sudah dalam jumlah yang cukup. Untuk atraksi utama seperti candi
memang tidak bisa ditambah atau dikurangi lagi, tetapi melihat potensi atraksi
wisata yang bisa dilihat sekeliling yaitu desa-desa wisata terutama untuk desa
wisata Muaro Jambi sudah dikatakan cukup. Atraksi-atraksi tersebut sudah
berbasiskan masyarakat dan dalam keadaan baik dikarenakan semua atraksi
budaya seperti tari-tarian tradisional, pertunjukan musik, desa wisata, hingga
kuliner semuanya disediakan sendiri oleh masyarakat untuk dipertunjukan
untuk wisatawan.
Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan sebelumnya bahwa
akomodasi yang berada di kawasan sekitar Candi Muaro Jambi merupakan
homestay yang disediakan oleh masyarakat lokal dan dalam keadaan baik
untuk menyambut tamu dalam rumah mereka. Masyarakat bekerja baik dalam
penyediaan hingga pelayanan seperti menyediakan makanan bagi wisatawan.
Ketersediaan tempat makan di kawasan sekitar Candi Muaro Jambi
masih dikatakan kurang baik untuk jumlah maupun kelayakannya dalam
menerima wisatawan. Tempat makan hanya berjumlah 3 dengan paling layak
untuk digunakan hanya 1 tetapi tidak memungkinkan untuk menerima
wisatawan lebih dari 10.
187
188
Untuk transportasi di kawasan sekitar Candi Muaro Jambi sudah berbasis
masyarakat. Masyarakat menyediakan dan bekerja dalam beberapa pelayanan
transportasi untuk melayani wisatawan walaupun belum sepenuhnya bekerja
dan bergantung pada hal tersebut.
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan di pembahasan
sebelumnya, maka rekomendasi yang akan diberikan adalah berupa saran dan
rekomendasi berupa paket wisata yang mencakup 4 komponen yang berbasis
masyarakat.
1. Rekomendasi untuk pengelola Desa Wisata Muaro Jambi
a. Saran yang diberikan untuk pihak desa wisata adalah bahwa masyarakat
menyediakan kegiatan yang melibatkan langsung wisatawan untuk ikut
dan berpartisipasi untuk beberapa kegiatan misalnya, workshop yang
dapat diikuti oleh wisatawan seperti misalnya berkebun, menjemur
pinang dan cokelat, atau ikut aktivitas memasak bersama masyarakat di
homestay.
b. Penyediaan untuk bahan baku membuat topeng juga agar dipersiapkan
bahan baku yang banyak dan siap digunakan untuk dilukis.
c. Untuk pemesanan anyaman tikar, dapat dilakukan purcahse order (PO)
untuk wisatawan yang berminat. Produk anyaman akan dibuat sesuai
dengan keinginan wisatawan dan akan dikirim ke alamat wisatawan.
Harga yang akan diberikan seharusnya ditetapkan tinggi, mengingat
189
bahwa bahan baku yang sulit ditemukan, pengerjaan yang rumit, dan
kurangnya tenaga kerja.
d. Penambahan beberapa fasilitas seperti kipas angin, persediaan air bersih,
dan perawatan dalam toilet agar selalu siap untuk menerima wisatawan
kepada pemilik homestay di desa wisata Muaro Jambi
e. Sebaiknya menggabungkan 3 tempat makan tersebut menjadi 1 tempat
makan besar yang dapat menampung wisatawan dalam jumlah besar
dengan kondisi yang layak, dan penyajian makanan yang beraneka
macam lokal dan berstandar higienis.
f. Agar menjaga kebersihan baik di perahu/getek, mengecek selalu
kelayakan sepeda dan bentor, dan memperhatikan penampilan bagi
beberapa masyarakat yang bekerja sebagai kenek perahu/becak, yang
mana harus berpenampilan rapi mengingat mereka bekerja di bidang
pariwisata.
g. Ketersediaan lahan parkir yang memadai di kawasan sekitar Candi
Muaro Jambi
h. Kondisi jalan (infrastruktur jalan untuk motor atau pejalan kaki
dibedakan di dalam kawasan Candi)
i. Pelatihan guide untuk bahasa Inggris, Prancis, dan Mandarin
j. Adanya papan peringatan agar wisatawan tidak mengganggu benda
Cagar Budaya misalnya tidak menginjak Candi dan jika dalam jumlah
besar, jangan hanya berkumpul dalam satu titik saja.
190
2. Rekomendasi untuk SGP Tour and Travel
Rekomendasi yang pertama untuk diberikan kepada pihak SGP Tour and
Travel adalah supaya ada penelitian lebih lanjut mengenai cash-flow di SGP
Tour and Travel ini untuk ke depannya, untuk mengetahui keuntungan yang
didapat dari bisnis travel mereka. Rekomendasi yang ke dua adalah paket
wisata. Paket wisata ini bertujuan untuk mengenalkan budaya-budaya yang
akan dinikmati oleh wisatawan dengan mengikuti aktivitas-aktivitas bersama
masyarakat di kawasan sekitar Candi Muaro Jambi. Adapun paket-paket
tersebut adalah sebagi berikut:
a. One Day Cross Culture in Candi Muaro Jambi
Tour Highlight
Dalam paket ini, wisatawan akan belajar mengenal budaya dan sejarah dari
Candi Muaro Jambi dengan mengikuti program Sekolah Alam Raya Jambi
yang disampaikan oleh pemuda-pemuda desa Muaro Jambi, untuk
mengenalkan selain Candi tetapi juga lingkungan sekitar yang memiliki
banyak potensi seperti tumbuh-tumbuhan di sekitar candi. Setelah itu
wisatawan akan diajak untuk mengikuti kegiatan melukis topeng yang
terbuat dari labu siam khas dari desa Muaro Jambi.
Lama durasi : 1 hari
Aktivitas : Menikmati pertunjukan, melukis topeng.
Jumlah orang : 5-10 orang
191
TABEL 5
ITINERARY PAKET WISATA
ONE DAY CROSS CULTURE IN CANDI MUARO JAMBI
Hari Waktu Tempat Deskripsi Keterangan Aktivitas Melihat pemandangan Wisatawan akan dijemput di kota Jambi di 07.00- Dermaga dermaga Ancol di Kota pagi hari saat 09.00 Ancol Jambi untuk berangkat melewati menuju Muaro Jambi sungai Batanghari Wisatawan tiba di dermaga desa Muaro Jambi dengan Diberi Dermaga diberi sambutan dengan 09.00- kalung desa Muaro tarian kreasi daerah oleh 10.00 penyambuta Jambi masyarakat lokal dan diberi n oleh penari kalungan bunga untuk menyambut mereka. Berkeliling Mengikuti Sekolah Alam kawasan Candi Raya Muara Jambi yang akan Muaro Jambi diselenggarakan oleh pemuda yaitu Candi lokal. Kawasan Gumpung, 1 10.00- Kegiatan di dalamnyaadalah Candi Muaro Candi Tinggi, 12.00 wisatawan akan mengelilingi Jambi Candi Astano beberapa Candi Muaro Jambi diantaranya Candi Gumpung dan melihat dan Candi Tinggi dan Candi lingkungan Astano. dan alam sekitar Makan siang yang akan dilakukan di luar ruangan (outdoor) dilakukan di depan tanah luas di depan Candi Makan Astano. Akan digelar tikar dengan Di depan dan wisatawan beserta anak- menggunaka Makan siang 12.00- lahan terbuka anak akan makan dan n alas daun dengan menu 13.00 Candi Astano menikmati makanan lokal pisang di lokal (outdoor) yang disediakan oleh atas masyarakat lokal dan makan tembikar secara lesehan dan menggunakan daun pisang panjang sebagai alasnya.
192
Kembali ke sanggar sekolah Alam Raya Muaro Jambi Wisatawan untuk mengikuti workshop akan membuat topeng. Topeng ini mengikuti Sanggar berasal dari labu siam yang workshop 13.00- Sekolah Membuat dikeringkan selama setahun membuat 15.30 Alam Raya topeng oleh masyarakat. Alat-alat topeng yang Muaro Jambi lukis tersebut akan berbahan dipersiapkan oleh pihak baku labu travel untuk kuas dan cat siam yang airnya dikeringkan Meninggalkan desa wisata Muaro Jambi dan pulang kembali ke Kota Jambi Melihat sunset Dermaga 15.30- menggunakan getek. Selama sambil desa Muaro 17.30 di perjalanan, wisatawan menaiki Jambi akan disuguhkan sunset di perahu perjalanan menggunakan getek tersebut Tur Termasuk : Tur tidak termasuk :
− Tiket masuk atraksi wisata - Pengeluaran pribadi
− Makan siang (L) - Tip untuk guide
− Tour guide
− Alat dan bahan membuat topeng
− Transportasi Getek
− Tarian dan kalung penyambutan
a. 2 Days 1 Night Livelihood with Locals
Tour Highlight
Dalam paket ini wisatawan akan merasakan pengalaman kehidupan
tradisional di desa wisata Muaro Jambi. Wisatawan akan mengikuti beberapa
kegiatan seperti merasakan masakan tradisional dan membuat beberapa
kerajinan seperti membuat anyaman tikar dan souvenir gelang sebalik
193
sumpah yang akan dipandu dengan masyarakat lokal. Selain itu wisatawan
akan diajak untuk tetap ikut menjaga lngkungan tetap asri dengan kegiatan
menananm pohon dan mencoba mengelilingi kawasan sekitar Candi Muaro
Jambi mengunakan sepeda.
Lama durasi : 2 Hari 1 Malam
Aktivitas : Menikmati pertunjukan lokal, membuat
anyaman tikar, membuat gelang, bersepeda
Akomodasi : 1 malam di Homestay
Jumlah orang : 5-10 orang
TABEL 6
ITINERARY PAKET WISATA
2 DAYS 1 NIGHT LIVELIHOOD WITH LOCALS
Hari Waktu Tempat Deskripsi Keterangan Aktivitas Berangkat dari Kota 07.00- TBA Jambi menuju Muaro 08.00 Jambi menggunakan bus Rebana hadrah Tiba di Muaro Jambi merupakan seni Disambut dan Gerbang dan disambut dengan pertunjukan menyaksikan 08.00- Candi Muaro tarian rebana hadrah dan musik lokal yang rebana hadrah 09.00 Jambi menuju desa wisata dilaksanakan oleh masyarakat Muaro Jambi untuk menyambut lokal 1 tamu Rumah Membuat masyarakat Mendatangi rumah Membuat anyaman tikar 09.00- lokal pembuat anyaman tikar anyaman tikar di yang berasal dari 11.00 membuat untuk mengikuti rumah masyarakat daun pandan dan anyaman membuat anyaman tikar lokal rumbai tikar Homestay di Makan siang di Menikmati Makan siang di 11.00- desa wisata homestay. Disediakan makanan lokal homestay bersama 12.00 Muaro Jambi makanan lokal khas dengan menu masyarakat lokal
194
Muaro Jambi spesial ikan senggung
Free program ((jika yang beragama Muslim dapat menjalankan sholat terlebih dahulu, Melihat video jika yang tidak akan mengenai wisata Homestay di Menonton video 12.00- disajikan presentasi Jambi dan desa wisata sambil makan 14.30 mengenai Padmasana menikmati Muaro Jambi cemilan lokal dan wisata-wista Jambi jajanan lokal khas lainnya sambil Muaro Jambi menikmati jajanan lokal yang disediakan oleh masyarakat) Candi Bersepeda mengelilingi Gumpung, Melihat beberapa Candi dimulai dari 14.30- Candi candi dan bermain Candi Gumpung, Candi Bersepeda 16.30 Tinggi, dan sepeda di Tinggi, dan Candi Candi dalamnya Astano Astano Menanam pohon di sungai Batanghari dan setelah itu menikmati sunset di pinggir sungai Menanam pohon, Batanghari. Wisatawan Pinggir Menikmati 16.30- akan makan secara sungai makanan khas 17.30 lesehan dengan dilapisi batanghari lokal, Melihat anyaman tikar dan sunset mencicipi minuman khas seperti kayu sepang dan memakan ketan bakar
Homestay di Makan malam di Menikmati 17.30- desa wisata homestay dengan sajian makanan khas 19.00 Muaro Jambi makanan lokal lokal
Homestay di 19.00 desa wisata Free program Muaro Jambi
195
Sarapan dengan Homestay di 07.00- Sarapan pagi bersama nasi gemuk desa wisata Sarapan 08.00 masyarakat lokal (semacam nasi Muaro Jambi uduk)dan teh/kopi Masyarakat akan membuat Membuat salah satu souvenir dengan Homestay di 2 08.00- souvenir yaitu gelang panduan desa wisata Membuat gelang 10.00 sebalik sumpah bersama masyarakat lokal Muaro Jambi masyarakat lokal. di beranda rumah masyarakat yang luas Homestay di 10.00- Bersiap-siap untuk desa wisata pulang ke Bandara 10.30 Muaro Jambi Sultan Thaha Tur Termasuk : Tur tidak termasuk :
- Biaya Masuk Atraksi Wisata - Pengeluaran pribadi
- Biaya Transportasi (bus dan sepeda) - Asuransi
- Akomodasi Homestay (1 Night) - Pengeluarn pribadi
- 3 kali Makan&Minum (B,L,D) - Tip untuk guide
- Refreshment - Tip untuk Guide assistance
- Bibit pohon -Tip untuk pengrajin
- Bahan baku souvenir: anyaman tikar& anyaman tikar
- Gelang sebalik sumpah
- Guide
196
c. Half Day Education with Saramuja (Sekolah Alam Raya Muara Jambi)
Tour Highlight
Paket ini ditujukan kepada mahasiswa perguruan tinggi yang dalam
kegiatannya akan mengajar dan ikut belajar dalam Sekolah Alam Raya Muara
Jambi. Sebelum pelaksanaan tour, wisatawan akan membawa 1 anak sebagai
mentor selama dalam perjalanan. Biasanya paket ini hanya akan dilaksanakan
pada hari Minggu.
Lama durasi : 7 jam
Aktivitas : Sharing di alam terbuka di kawasan Candi Muaro Jambi
197
TABEL 7
ITINERARY PAKET WISATA
HALF DAY EDUCATION WITH SARAMUJA
Hari Waktu Tempat Deskripsi Keterangan Aktivitas Berangkat Wisatawan datang dan Dermaga menuju 07.00- berangkat dari Kota Jambi 1 Ancol Kota Muaro Jambi 08.00 menuju Muaro Jambi Jambi menggunaka menggunakan boat n boat Wisatawan tiba di dermaga desa Muaro Jambi dan Berkumpul 08.00- Sanggar langsun menuju sanggar bersama Briefing 09.00 Saramuja biasa tempat Saramuja anak-anak berkumpul sebelum desa sekitar berangkat sekolah Berangkat menuju kawasan Melihat inti Candi Muaro Jambi Candi dan untuk mendengarkan mengumpulk penjelasan mengenai Kawasan inti an tumbuh- 09.00- pengetahuan tentang candi Candi Muaro tumbuhan 10.00 oleh pemuda lokal, dan Jambi untuk nanti mengumpulkan beberapa dibuat tumbuh-tunbuhan lokal di menjadi dalam keranjang piknik yang ramuan obat telah disediakan Perjalanan akan berhenti di Candi Gumpung yang memiliki lahan yang luas, dan disana baik wisatawan dan anak-anak di desa akan duduk untuk mendengarkan cerita dari pemandu. Di sana Berbagi ilmu 10.00- Candi wisatawan masing-masing mengenai 12.00 Gumpung akan bercerita dan membagi sejarah pengalamannya mengenai Candi-Candi selain di Jambi dan di luar Indonesia, baik dengan sejarah dan bentuknya dengan menampilkan gambar
198
menggunakan laptop atau foto yang telah disediakan. Bersepeda, Bersepeda menuju daerah makan siang pinggir sungai yang telah dan disediakan masyarakat Pinggir menikmati 12.00- seperti tikar dan makanan- sungai makanan 13.00 makanan yang telah batanghari lokal di disediakan seperti makanan pinggiran utama lokal dan coffee break sungai seperti jajanan lokal batanghari Berkumpul di Sanggar Wisatawan akan mengakhiri 13.00- Saramuja tur dengan anak-anak desa
14.00 dan sekaligus sekitar dan akan pulang mengakhiri menggunaka bus kembali tour Tur termasuk: Tur tidak termasuk :
- Biaya Transportasi ( Bus dan Sepeda ) - Pengeluaran Pribadi
(telepon,laundry) - Optional tour
- Biaya masuk atraksi wisata - Asuransi
- Keranjang piknik - Tips untuk local guide
- Local Tour guide
- Donasi untuk masyarakat sekitar
- Makan siang
- Refreshment
199
d. Unpretentious Muaro Jambi
Tour Highlight
Wisatawan akan melakukan kegiatan-kegiatan seperti memanen buah durian
langsung dari kebun milik masyarakat dan menginap menggunakan tenda
sambil menunggu jatuhnya buah durian. Kemudian wisatawan akan
mengikuti kegiatan memasak salah satu jajanan tradisional di desa wisata
Muaro Jambi dan memancing bersama masyarakat di sungai Batanghari yang
letaknya di depan desa langsung.Setelah tur selesai, wisatawan akan
diberikan oleh-oleh berupa ikat kepala bernama lacak dan tengkuluk yang
bahannya merupakan dari batik Jambi.
Lama durasi : 2 hari 1 malam
Aktivitas : Menganyam, Memasak,memancing, dan
memanen buah durian.
Akomodasi : 1 malam di tenda
200
TABEL 8
ITINERARY PAKET WISATA
UNPRETENTIOUS IN MUARO JAMBI
Hari Waktu Tempat Deskripsi Keterangan Aktivitas Wisatawan akan makan bersama di Homestay Wisatawan akan tiba di dalam homestay desa desa Muaro Jambi dan akan dengan cara Makan 12.00-13.00 Wisata langsung makan siang di makan lesehan siang Muaro dalam homestay dengan dengan menu Jambi menu ikan senggung lokal yang disediakan
Membuat anyaman tikar Pengrajin yang akan dipandu dengan Anyaman berasal Membuat 13.00-15.00 anyaman satu-satunya pengrajin dari daun pandan anyaman tikar anyaman di desa Muaro dan rumbai tikar Jambi 1 15.00-18.00 Free Program Homestay desa Makan malam di dalam Makan 18.00-19.00 Wisata homestay dengan menu malam Muaro ayam goreng Jambi
Wisatawan akan berjalan menuju kebun durian milik Wisatawan akan Kebun masyarakat untuk menginap 1 Memanen 19.00-20.00 durian menginap menggunakan malam di dalam buah durian tenda dan menunggu durian tenda jatuh dari pohonnya
Homestay desa Berangkat kembali menuju 2 07.00-07.30 Wisata desa wisata Muaro Jambi Muaro
201
Jambi
Kue padamaran adalah kue yang Homestay Mengikuti kegiatan berasal dari desa memasak kue tradisional tepung beras dan 07.30-09.00 Wisata Memasak yaitu padamaran bersama santan, biasanya Muaro masyarakat disajikan Jambi menggunakan daun pisang
Sambil Wisatawan akan berkeliling memancing, kue Sungai menggunakan getek untuk padamaran dapat 09.00-12.00 Memancing batanghari ikut memancing ikan di dinikmati sambil sungai menunggu di dalam perahu
Wisatawan akan membakar Pinggir Membakar ikan di Memasak ikan hasil tangkapan untuk 12.00-14.00 sungai pinggir sungai dan Makan kemudian akan dimakan batanghari batanghari siang sebagai lauk makan siang
Bersiap-siap untuk pulang kembali ke Kota Jambi. Homestay Wisatawan akan Sebelum pulang, wisatawan desa dihadiahi sebuah akan dihadiahi lacak (ikat 14.00-15.00 Wisata lacak dan kepala untuk laki-laki) dan Muaro tengkuluk untuk tengkuluk (ikat kepala Jambi souvenir wanita) sebagai kenang- kenangan
Muaro Jambi Berangkat menuju Kota 15.00-16.00 menuju Jambi menggunakan bus Kota Jambi Tur termasuk: Tur tidak termasuk :
- Biaya transportasi ( Bus, getek) - Pengeluaran pribadi
202
- Biaya masuk atraksi wisata - Asuransi
- Akomodasi (peralatan tenda) - Tips untuk masyarakat
- Kegiatan memasak, memancing Barang yang harus dibawa : Jaket tebal, lotion anti dan membuat anyaman nyamuk, topi, obat-obatan pribadi. - Local Guide
- Makan (B,L,D)
- Souvenir
- P3K
203
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 2010. Metodologi dan Aplikasi. Riset Pendidikan. Bandung. Asean, 2016. Aseean Homestay Standard. Asean Secretariat. Jakarta. Asean. 2016. Asean Community Based Tourism Stamdard. Asean Secretariat. Jakarta. Asker, S., Boronyak, L., Naomi, N., and Paddon, M. (2010). Effective Community Based Tourism: A Best Practice Manual. Aziz, Farah Syazwani Hayrol dan Selamat, Nor Hafizah. 2016. Constructing Authenticity through Hospitality: Examining Host-Guest Relations of aMalay Homestay Program.19 Mei 2017. 17:24 Bessière, Jacinthe.1998. Local Development and Heritage:Traditional Food and Cuisine as Tourist Attractions in Rural Areas. 8 Mei 2017. 22:27 Boonratana, Ramesh. 2010. Community-based Tourism in Thailand: The Need and Justification for an Operational Definition. Kasetsart Journal Social Science. Last view at 6 Mei 2017, 17:10.
Breugel, van Liedewij. 2013. Community-based tourism: Local participation and perceived impacts. “A comparative study between two communities in Thailand”(Master Thesis). 22 April 2017. 13:24
Buchari, Alma. 2008. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung: Alfabeta.
Dougherty, M. L. & Green, G. P. 2011. Local Food Tourism Networks and Word of Mouth. Journal of Extension, 49(2):1-8. Ismayanti. 2010. Pengantar Wisata.Kompas Gramedia,Jakarta. Ibrahim, Y. & Razaq, A. R. 2010. Homestay program and rural community development in Malaysia. Journal of Ritsumeikan Social Sciences and Humanities, 3(2), pp. 7 – 24 Kontogeorgopoulos, Nick, Anuwat Churyen, and Varaphorn Duangsaeng. 2014. Success factors in community-based tourism in thailand: The role of luck, external support, and local leadership. Tourism Planning & Development 11. Thailand Kutha Ratna, Nyoman. 2011. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra dari Strkturalisme Hingga Postrukturalisme Perspektif Wacana Naratif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
22
Lynch, P. A. & et.al. 2009. Commercial homes in tourism – An International Perspective. 1 penyunt. s.l.:Routledge, Taylor & Francis Group. Marsum, W. 2005. Restoran dan Segala Permasalahannya. edisi 4. Yogyakarta: Andi. Middleton, V.T.C. & Clarke, J. 2001. Marketing in Travel and Tourism. Bodmin: Britain MPG BooksLtd. Mnguni, Erasmus Mzobanzi dan Giampiccoli, Andrea. 2016Community-based tourism and food: towards a relationship framework. African Journal of Hospitality, Tourism and Leisure Volume 5. 8 Mei 2017. 22:15 Muljadi, A.J., 2012. Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Naramawati, Umi. 2007. Riset Manajemen Sumber Daya Manusia. Agung Media. Jakarta. Nuriata. 2014. Paket Wisata “Penyusunan Produk dan Penghitungan Harga”. Alfabeta. Bandung. Pitana, I Gede. & Gayatri, Putu.G. 2005. Sosiologi Pariwisata:Kajian sosiologis terhadap struktur, sistem, dan dampak-dampak pariwisata. ANDI. Yogyakarta. Prastowo, A. 2012, Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Rachman, Arief.F et.al. 2013. Pemandu Wisata : teori dan praktik. Media Bangsa. Jakarta. Rifai, T. 2012. Foreword. In UNWTO, Global Report on Food Tourism, Madrid, UNWTO. Riduwan. 2004. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Cetakan Pertama. Bandung: Alfabeta. Semer & Purzycki. 2000. Travel vision. New Jersey: Upper Saddle River. Silalahi, Ulber. 2010. Metode Penelitian Sosial.PT. Refika Aditama. Bandung
Spillane,James.J. 1994. Pariwisata Indonesia: Siasat Ekonomi dan Rekayasa Kebudayaan. Kanisius&Lembaga Studi Realino.Yogyakarta. Suansri, Potjana. 2003. Community Based Tourism Handbook .REST Project. Thailand. Sugiyono. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung.
Suwantoro, Gamal. 1997. Dasar-Dasar Pariwisata. Andi Publishing. Yogyakarta.
Suwena, I Ketut dan Widyatmaja, I Gst Ngr. 2010. Pengetahuan Dasar Ilmu Pariwisata. Bali: Udayana University Pres. Tasci, Asli D.A, Semrad, Kelly.J, Yilmaz, Semih.S, 2013. COMMUNITY BASED TOURISM FINDING THE EQUILIBRIUM IN COMCEC CONTEXT (COMCEC)“Setting the Pathway for the Future. Coordiation Office. Turkey Tjiptono, Fandy. 2008. Strategi Pemasaran. Edisi Ketiga. Bandung: ANDI.
Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.
Wei, Fen. 2013. Compendium of Best Practices in Sustainable Tourism. 6 Mei 2017. 16:24 Xin-ting, W., (2004), A Study of Design for Enhancing the Value of Tourism, Journal of Nanchang University(Social Science), Volume 3. Yoeti, Oka.A. 1997. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. PT. Pradnya Paramita. Jakarta.
Yoeti, Oka.A. 2002. Perencanaan dan Perencanaan Strategis Pemasaran Daerah Tujuan Wisata.. Pradnya Paramita. Jakarta.
Yoeti, Oka.A. 2016. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. PT. Balai Pustaka. Jakarta.
Kunjungan.Wisatawan.ke.Candi.Muaro.Jambi.Meningkat\http://travel.kompas.co m/read/2015/05/19/174100227/ ( 21 Feb 2017 : 21:51) http://www.eurekapendidikan.com/2014/12/kajian-pustaka.html / 24 Mei 2017, 10:52
Kyrgyz Community Based Tourism Association. (http://cbtkyrgyzstan.kg/). Last view at 6 Mei 3027, 09:08) Phil Goodwin, Sharon Hallett, Francesca Kenny, Gordon Stokes. 2012. Transport: The New Realism. Transport Studies Unit School of Geography and the Environment. http://www.tsu.ox.ac.uk/)
LAMPIRAN
MATRIKS OPERASIONAL VARIABEL
SUB KONSEP TEORI VARIABEL VARIABEL INDIKATOR INSTRUMENT SUMBER
Atraksi yang bersifat eksotis,unik yang disediakan oleh masyarakat lokal
Kegiatan wisata harus memastikan pengunjung untuk berinteraksi dengan alam,budaya,dan lingkungan Masyarakat lokal menyediakan aktivitas yang mengikutsertakan pengunjung (membuat kerajinan tangan, tarian lokal dsb) Menjual souvenir dan kerajinan SGP Tour and Travel, Kepala tangan oleh masyarakat lokal Desa Wisata, Masyarakat setempat, Dinas Pariwisata Paket Wisata merupakan suatu Lokasi yang strategis antara atraksi dan Kebudayaan Provinsi gabungan dari susunan Atraksi Wisata satu dengan yang lainnya dan dapat Wawancara dan Jambi dan Peneliti komponen-komponen yang dicapai oleh transportasi Checklist terkait satu sama lainnya, Aksesibilitas,kemudahan mencapai Paket Wisata diantaranya atraksi, tempat atraksi wisata penginapan, tempat makan dan Mengandung unsur pendidikan transportasi. budaya ( Bojamic&Calanton:2004) Waktu cukup untuk menikmati atraksi wisata Daya dukung lahan yang memadai (penyediaan atraksi dan parkir) Guide lokal yang berasal dari masyarakatr lokal membagi pengalaman sejarah, lingkungan, dan budaya di sekitar mereka Disediakan oleh masyarakat
lokal yaitu di dalam rumah SGP Tour and Travel, Kepala tradisional Desa Wisata, Masyarakat Wawancara dan setempat, Dinas Pariwisata Semua staff/pekerja dalam Checklist dan Kebudayaan Provinsi Akomodasi akomodasi adalah dari orang Jambi dan Peneliti lokal Memberikan pengalaman hidup di pedesaan atau kehidupan tradisional Memberikan exchange pengalaman belajar baik tuan rumah ataupun pengunjung
Menyediakan ruang dan tempat tidur khusus untuk pengunjung SGP Tour and Travel, Mengikuti aktivitas yang dilakukan oleh host families Kepala Desa Wisata, Wawancara dan Akomodasi Masyarakat setempat, Menyediakan makanan untuk Checklist Dinas Pariwisata dan pengunjung oleh masyarakat Kebudayaan Provinsi Kapasitas pengunjung Jambi dan Peneliti Harga Kondisi Sarana Aksesibilitas Lokasi yang tidak jauh dari atraksi utama Pelayanan Mempekerjakan masyarakat
lokal dalam pelayanan
Menggunakan kemasan
biodegradable/mudah terurai
yang alami (daun pisang dsb)
Menggunakan bahan-
bahan/ingredients alami (tidak
menggunakan daging hewan
langka/ bushmeat)
Menyediakan masakan lokal
spesial Tempat Makan
Keanekaragaman jenis masakan
Menggunakan bahan-bahan
lokal yang berasal dari
perkebunan masyarakat sendiri
Pengunjung dapat mengikuti
kegiatan memasak bersama
masyarakat lokal SGP Tour and Travel, Kepala Wawancara dan Sanitasi/Hygiene Desa Wisata dan Peneliti Checklist Kapasitas pengunjung Harga Kondisi dari sarana
Pelayanan (self-service,table set,buffet,drive-through) Masyarakat lokal menyediakan Transportasi transportasi Kondisi fasilitas trasnportasi
Harga/Biaya SGP Tour and Travel, Kepala Wawancara dan Desa Wisata dan Peneliti Waktu (jadwal dan jarak Checklist tempuh) Lokasi (jarak&rute) Aksesibilitas Sumber; Bonjamic&Calanton(2004), Nuriata(2014), Suansri (2003), COMCEC (2013), Asker (2010), Breugel (2013), Boonratana (2010), Kyrgyz Community Based Tourism Assosiation, Kontogeorgopoulos (2014), Wei (2013), African Journal of Hospitality (2016),Dougherty (2011), Bessière (1998), Liedewij (2013).
Wawancara (pertanyaan) Sub- Indikator Checklist Variabel Kepala Desa Wisata+Masyarakat SGP Tour and Travel Kepala Dinas
Apa saja atraksi-atraksi yang di Apa saja atraksi-atraksi yang di Apa saja atraksi-atraksi yang di Foto atraksi yang kawasan sekitar Candi Muaro Jambi kawasan sekitar Candi Muaro Jambi kawasan sekitar Candi Muaro masyarakat yang disediakan oleh masyarakat yang disediakan oleh masyarakat Jambi yang disediakan oleh terlibat di lokal? lokal? masyarakat lokal? dalamnya Apakah atraksi-atraksi yang disediakan Apakah travel menyediakan atraksi Apakah atraksi-atraksi yang -Foto jadwal oleh masyarakat ini dipertunjukkan yang berbasis masyarakat ini disediakan oleh masyarakat ini atraksi dari setiap hari atau sesuai permintaan mengikuti jadwal dari masyarakat dipertunjukkan setiap hari atau masyarakat dari travel saja? atau meminta khusus untuk sesuai permintaan dari travel saja? -Foto masyarakat kepentingan paket? menjadi penari Atraksi yang atau pemegang bersifat alat musik eksotis,unik yang Atraksi Kenapa atraksi ini disebut unik dan Masyarakat berperan sebagai apa Kenapa atraksi ini disebut unik dan -Foto atraksi disediakan oleh Wisata eksotis? dalam atraksi tersebut? eksotis? berbasis masyarakat lokal masyarakat dan
foto atraksi biasa
Bagaimana masyarakat menyediakan -Foto masyarakat bahan-bahan baku dalam atraksi menyiapkan baju yang dipertunjukkan? (misal: tari dalam tarian topeng) tradisional
Apakah atraksi-atraksi di kawasan di Apakah atraksi-atraksi di kawasan di -Checklist nilai kawasan sekitar Candi Muaro kawasan sekitar Candi Muaro worth visiting Jambi ini layak untuk dijual untuk Jambi ini layak untuk dijual untuk wisatawan? wisatawan? Bagaimana latar belakang dan sejarah Apakah sejarah/ background dari Bagaimana latar belakang dan -Foto tulisan dari atraksi-atraksi yang atraksi oleh masyarakat, layak sejarah dari atraksi-atraksi yang sejarah atau foto dipertunjukkan oleh masyarakat untuk dijadikan salah satu penarik dipertunjukkan oleh masyarakat tarian dari zaman tersebut? wisatawan? tersebut? dahulu Apakah sejarah/ background dari atraksi oleh masyarakat, layak untuk dijadikan salah satu penarik wisatawan? Mengapa hal/sejarah itu dijadikan Mengapa hal/sejarah itu dijadikan sebagai suatu atraksi bagi sebagai suatu atraksi bagi masyarakat? masyarakat? Apakah itu merupakan suatu nilai jual yang tinggi? Apakah ada kegiatan yang bisa diikuti Apa sajakah kegiatan di dalam atraksi Apa sajakah kegiatan di dalam -Foto wisatawan oleh pengunjung? wisata di kawasan sekitar Candi atraksi wisata di kawasan sekitar sedang menonton (contoh:membuat kerajinan Muaro Jambi yang memastikan Candi Muaro Jambi yang tarian, naik tangan, tarian lokal dsb) pengunjung berinteraksi dengan memastikan pengunjung perahu, melewati alam, lingkungan, dan budaya? berinteraksi dengan alam, hutan lingkungan, dan budaya? Kegiatan wisata Apakah ketika masyarakat Apakah dalam memastikan wisatawan -Foto larangan harus memastikan menampilkan sebuah atraksi, ada berinteraksi dengan tertulis mengenai pengunjung untuk larangan yang tidak boleh alam,budaya,dan lingkungan, travel larangan berinteraksi dengan alam,budaya,dan dilakukan oleh tamu? Atau ada menyampaikan bahwa ada lingkungan tempat yang dilarang untuk larangan yang tidak boleh didatangi oleh wisatawan? dilakukan oleh wisatawan? Kenapa ada larangan pengunjung Bagaimana cara penyampaian dari -Foto tempat tidak diperbolehkan melakukan pihak travel menyampaikan yang dilarang/ada sesuatu? larangan tersebut? Sebelum tur larangannya atau saat pelaksanaan tur? Di paket wisata sebelumnya, kegiatan -Foto brosur seperti apa yang disediakan oleh paket wisata SGP Tour yang memastikan pengunjung berinteraksi dengan alam,budaya,dan lingkungan? Apakah travel SGP menyediakan Foto wisatawan aktivitas yang ikut serta dalam melihat/mengikut membuat kerajinan lokal dgn i aktivitas masyarakat? Dalam bagian bersama manakah pengunjung dapat ikut masyarakat. serta berpartisipasi? (dari proses atau hanya ketika saat penyajiannya)
Dalam bagian manakah pengunjung Jika dalam prosesnya, apa saja yang dapat ikut harus disediakan/dipersiapkan oleh -Foto wisatawan serta berpartisipasi? (dari proses atau pengunjung? ikut hanya ketika saat penyajiannya) menari/latihan menari/membuat kerajinan tangan
Jika dalam prosesnya, apa saja yang Jika tidak ada,apakah dari pihak travel -Foto alat-alat harus disediakan/dipersiapkan oleh menyediakan aktivitas atau yang digunakan pengunjung? Apakah bahan semacam games antara untuk bakunya disediakan oleh wisatawan? menari/memubu masyarakat? at kerajinan -Foto games dari masyarakat Berapa harga yang diberikan oleh Berapa harga yang diberikan oleh -Foto list harga masyarakat jika wisatawan penduduk jika wisatawan mengikuti aktivitas seperti itu? mengikuti aktivitas membuat kerajinan lokal? Apa saja bentuk kerajinan lokal dan Apa saja bentuk kerajinan lokal dan Apa sajakah souvenir yang -Foto souvenir souvenir tersebut? souvenir tersebut yang dapat disediakan oleh masyarakat lokal dan kerajinan dijual? Kalau tidak layak,kenapa? untuk wisatawan? tangan Terbuat dari apa kerajinan lokal atau Terbuat dari apa kerajinan lokal atau -Foto proses souvenir tersebut? souvenir tersebut? pembuatan souvenir/kerajina n lokal -Foto wisatawan Menjual souvenir mengikuti dan kerajinan pembuatan tangan oleh souvenir masyarakat lokal Apakah pengunjung dapat mengikuti Apakah pengunjung dapat mengikuti Apakah pengunjung dapat mengikuti -Foto list harga aktivitas dalam pembuatan aktivitas dalam pembuatan aktivitas dalam pembuatan souvenir ataupun kerajinan lokal souvenir ataupun kerajinan lokal souvenir ataupun kerajinan lokal tersebut bersama masyarakat? tersebut bersama masyarakat? tersebut bersama masyarakat? Berapa kisaran kerajinan lokal dan Jika wisatawan boleh mengikuti -Foto per item souvenir yang dijual oleh aktivitas memuat souvenir, travel beserta harga masyarakat? menyediakan harga berapa?
Apakah lokasi atraksi jaraknya dekat Apakah lokasi atraksi jaraknya dekat Apakah lokasi atraksi wisata jaraknya Checklist: Lokasi yang satu sama lain? satu dengan yang lainnya? dekat antara satu atraksi dengan -Jarak antara satu strategis antara atraksi lainnya? destinasi ke atraksi satu dengan destinasi lainnya yang lainnya dan dapat dicapai oleh Seberapa jauh jaraknya dari atraksi Seberapa jauh jaraknya dari atraksi transportasi utama (kawasan sekitar Candi utama (kawasan sekitar Candi Muaro Jambi? Muaro Jambi? Aksesibilitas menuju tiap tempat/ Aksesibilitas menuju tiap tempat/ Aksesibilitas menuju tiap tempat/ -Foto jalan atraksi apakah dapat dicapai atraksi apakah dapat dicapai atraksi apakah dapat dicapai menuju atraksi dengan mudah? dengan mudah? dengan mudah? -Foto tanda Aksesibilitas,kemu petunjuk jalan dahan mencapai Apakah bus besar masuk jika tamu Apakah bus besar masuk jika tamu Apakah bus besar masuk jika tamu -Foto tempat tempat atraksi dibawa ke tempat atraksi ini? dibawa ke tempat atraksi ini? dibawa ke tempat atraksi ini? parkir di atraksi wisata Diletakkan dimana transportasi wisata mengangkut tamu? Apakah penduduk terganggu dengan banyaknya wisatawan datang? Apakah setiap atraksi wisata Apakah yang akan didapat dari tamu Apakah yang akan didapat dari tamu -Foto wisatawan mempunyai unsur pendidikan setelah mengunjungi setiap atraksi setelah mengunjungi setiap mengunjungi budaya? di sini selain unsur pendidikan atraksi di sini selain unsur kawasan sekitar budaya? pendidikan budaya? kawasan sekitar Candi Muaro Jambi -Foto wisatawan sedang Mengandung unsur mendengarkan pendidikan budaya interpretasi mengenai suatu atraksi Apakah yang akan didapat dari tamu -Foto wisatawan setelah mengunjungi setiap atraksi sedang di sini selain unsur pendidikan? berinteraksi dengan masyarakat Berapa lama minimal dan maksimal Berapa lama waktu yang disediakan Berapa lama kira-kira waktu yang Checklist waktu yang disediakan oleh pihak travel untuk wisatawan dapat wisatawan nikmati selama di distribution of masyarakat untuk menampilkan menikmati per atraksi wisata? tiap atraksi? (melihat time Waktu cukup untuk sebuah atraksi wisata? candi,menonton tarian,melihat menikmati atraksi kerajinan) wisata Untuk menikmatii atraksi Apakah ada atraksi wisata yang Checklist TA wisata,enaknya siang/malam? disediakan malam hari oleh (day/night masyarakat? attraction)
Daya dukung lahan yang memadai Jika membawa wisatawan dalam Jika membawa wisatawan dalam Apakah kawasan sekitar Candi - Foto lahan (penyediaan untuk jumlah besar, apakah lahan yang jumlah besar, apakah lahan yang Muaro Jambi memungkinkan parkir atraksi dan lahan disediakan cukup? Termasuk parkir disediakan cukup? Termasuk parkir untuk menerima wisatawan dalam parkir) untuk bus/ELF? untuk bus/ELF? jumlah besar? Apakah lahannya mencukupi? Jika tidak, apakah masyarakat Travel menggunakan apa jika dalam -Foto menyediakan alternatif lain? satu kawasan tidak dapat dicapai becak/sepeda Seperti sepeda/becak? dengan transportasi? Guide lokal yang Apakah masyarakat berperan sebagai Apakah SGP Tour and Travel Apakah masyarakat lokal ada -Foto guide (dari berasal dari pemandu wisata lokal? menyediakan guide yang berasal berperan sebagai guide lokal disana? masyarakat/SGP masyarakatr lokal dari SGP sendiri atau menyediakan Tour and Travel) membagi dari masyarakat lokal? pengalaman Jika masyarakat bisa berperan sebagai Jika masyarakat berperan sebagai Bagaimana kualitasnya? sejarah, pemandu wisata, apakah mereka pemandu wisata, apakah mereka lingkungan, dan menguasai pengetahuan baik menguasai pengetahuan baik budaya di sekitar lingkungan,sejarah, dan budaya lingkungan,sejarah, dan budaya mereka setempat? setempat? Berkualitas/tidak?
Apakah baik guide dari SGP atau -Foto guide masyarakat berperan sebagai guide dengan sertifikat memiliki keahlian dalam bahasa asing?
Wawancara (pertanyaan) Dimensi Indikator Checklist Kepala Desa Wisata+Masyarakat SGP Tour and Travel Kepala Dinas
Ada berapa jumlah rumah yang dapat Apakah di kawasan sekitar Candi Apakah di kawasan sekitar Candi -Foto masing- digunakan untuk akomodasi Muaro Jambi terdapat akomodasi Muaro Jambi terdapat akomodasi masing rumah pengunjung? yang disediakan oleh masyarakat? yang disediakan oleh yang dijadikan Disediakan oleh masyarakat? akomodasi masyarakat lokal Apakah ada standard untuk rumah Apakah semua rumah yang berasal Apakah akomodasi/homestay yang -Foto rumah Akomodasi yaitu di dalam masyarakat yang layak untuk dari masyarakat untuk dijadikan disediakan oleh masyarakat akomodasi dan rumah tradisional dijadikan akomodasi? akomodasi digunakan semua, atau tersebut layak untuk diberikan foto rumah yang ada standard khusus bagi travel kepada tamu? tidak dijadikan untuk digunakan? akomodasi
Apakah selama menginap disana, ada Jika ada larangan dari masyarakat -Foto larangan larangan yang tidak boleh untuk menginap disana,bagaimana tertulis/tempat- pengunjung lakukan? Dan menyampaikannya pada tamu? tempat dilarang mengapa dilarang? Disampaikan sebelum/saat sedang dalam pelaksanaan tur? Jika rumahnya digunakan untuk -Foto masyarakat akomodasi, apakah keluarga ikut berinteraksi rumah tersebut tinggal ikut di dengan dalamnya atau pindah ke tempat masyarakat lain? Apakah dalam memberikan layanan Apakah ada pihak travel yang ikut Apakah dalam memberikan layanan -Foto masyarakat dalam homestay, para penduduk mengontrol/ikut mengontrol disana? dalam homestay, para penduduk yang mempunyai yang terlibat di dalamnya? yang terlibat di dalamnya? akomodasi, (menyambut,menyediakan (menyambut,menyediakan sedang Semua makanan) makanan) menyambut tamu, staff/pekerja menyediakan dalam akomodasi makanan adalah dari orang Siapa yang menyediakan makanan Ketika menginap di homestay, -Foto masyarakat lokal dalam homestay? masyarakat ikut makan di dalamnya sedang memasak atau makan di luar? untuk wisatawan -Foto masyarakat makan bersama wisatawan Memberikan Apakah dengan tinggal bersama Apakah dengan tinggal bersama Apakah dengan tinggal bersama -Foto masyarakat penduduk, tamu yang mengikuti penduduk, tamu yang mengikuti tour penduduk, tamu yang mengikuti sedang mengikuti pengalaman hidup tour akan mendapat pengalaman akan mendapat pengalaman dengan tour akan mendapat pengalaman kegiatan bersama di pedesaan atau dengan kehidupan kehidupan tradisional/pedesaan? dengan kehidupan masyarakat kehidupan tradisional/pedesaan? tradisional/pedesaan? -Foto masyarakat tradisional sedang brinteraksi dengan masyarakat
Dalam bentuk seperti apa pengalaman Apakah menginap bersama yang akan didapat oleh tamu masyarakat di dalam akomodasi selama menginap disana? tradisional (homestay) layak untuk dijual ke wisatawan? Karena dengan budaya yang berbeda, Pengalaman seperti apa yang akan Apa yang wisatawan dan tuan -Foto wisatawan Memberikan apakah masyarakat juga mendapat didapatkan oleh wisatawan ketika rumah harapkan setelah makan dengan exchange pertukaran lintas budaya dengan berinteraksi dengan tuan rumah di berinteraksi selama tinggal di duduk lesehan pengalaman para pengunjung? homestay? homestay? belajar baik tuan Budaya yang bagaimana yang dapat rumah ataupun diterima oleh masyarakat lokal pengunjung dengan berkunjungnya wisatawan? Apakah masyarakat menyediakan Bagaimana pembagian wisatawan -Foto kamar tidur ruang khusus untuk tamu beserta yang akan menginap di homestay? untuk wisatawan Menyediakan tempat tidur di dalam rumah Berapa jumlah wisatawan yang dan tempat tidur ruang dan tempat mereka? akan menginap di sana? tidur khusus Ada berapa kamar dalam 1 rumah Bagaimana kesiapan dari pihak travel -Foto jumlah untuk pengunjung yang disediakan tuan rumah untuk jika ada permintaan khusus dari ruangan dalam wisatawan? tamu seperti:1 kamar hanya untuk rumah sendirian? Apakah jika dalam masyarakat tidak -Foto tempat Apa saja fasilitas di dalam kamar yang mencukupi fasilitasnya, travel akan tidur,kipas disediakan oleh tuan rumah? menyediakan? Atau dari pihak angin,selimut, masyarakat yang menyediakan? bantal. Biasanya dalam satu rumah, ada Biasanya dalam satu rumah, travel Kira-kira dalam 1 rumah, mampu -Foto keadaan batasan berapa pengunjung yang membatasi berapa pengunjung menampung berapa wisatawan? rumah diperbolehkan menginap disana? yang diperbolehkan menginap Kapasitas disana? pengunjung Jika homestay tidak memungkinkan Apakah pihak travel menyediakan menampung alternatif lain jika homestay tidak wisatawan,bagaimana pihak cukup untuk wisatawan? Misalnya homestay menanganinya? menyediakan tenda? Apa saja aktivitas yang dapat diikuti Aktivitas apa saja yang wisatawan Apa saja aktivitas yang disediakan -Foto wisatawan oleh wisatawan di homestay? Jika boleh ikuti dalam homestay? Jika oleh masyarakat untuk dinikmati ke sawah tidak ada,mengapa? tidak,mengapa? selama tinggal di homestay? Jika -Foto wisatawan tidak,mengapa? ikut memasak Mengikuti Apakah pernah ada kecelakaan yang Apa yang dipersiapkan oleh pihak -Foto peralatan aktivitas yang terjadi ketika wisatawan melakukan travel jika ada wisatawan P3K dilakukan oleh aktivitas di homestay? mengalami kecelakaan selama host families aktivitas disana? Jika belum, apakah masyarakat menyediakan antisipasi untuk menangani jika hal itu terjadi? Apakah dalam penyediannya, Apakah pihak travel menyediakan Apakah tuan rumah penyedia -Foto makanan Menyediakan masyarakat menyiapkan makanan makan diluar konteks akomodasi homestay menyediakan makanan (appetizer,main makanan untuk 3x sehari pada tamu? untuk wisatawan? untuk wisatawan? course, dan pengunjung oleh dessert) masyarakat Checklist : jenis makanan Jika kurang dari 3x atau tepat 3x, Biasanya makanan lokal atau tidak? maka makanan jenis apa saja yang Atau sesuai permintaan wisatawan? disajikan? Apakah nanti jika ada permintaan khusus mengenai makanan,masyarakat dapat memenuhinya? Berapa kisaran harga yang diberikan Berapa harga yang diberikan oleh baik Checklist oleh masyarakat untuk pihak homestay/hotel lain kepada - Ada berapa menyediakan akomodasi per pihak travel? jenis kamar dan malam? harganya Harga - Harga extrabed Apakah sudah termasuk dengan harga Harga tersebut sudah termasuk apa - - Foto list harga makan dan mengikuti aktivitas di saja? Apakah sudah di mark-up? dalamnya? Bagaimana kondisi sarana akomodasi Bagaimana kondisi sarana yang Bagaimana kondisi sarana yang Foto: yang disediakan oleh masyarakat? disiapkan oleh tiap akomodasi? (rapi, disiapkan oleh tiap akomodasi? (rapi, toilet,tempat (tempat tidur,toilet,dan kebersihan bersih, dan layak huni) bersih, dan layak huni) tidur, wastafel, Kondisi Sarana dan kerapihan akomodasi) ruang tamu/lobby Checklist: kebersihan Bagaimana masyarakat menjaga Bagaimana cara pihak travel -foto homestay kebersihan dalam homestay? menyampaikan pada tamu untuk (dalam dan luar Sanitasi/Hygiene menjaga kebersihan dalam ruangan) homestay? Untuk mencapai ke akomodasi, Bagaimana aksesibilitas untuk menuju Bagaimana aksesibilitas untuk Checklist: apakah aksesibilitasnya akomodasi tersebut? Apakah dapat menuju akomodasi tersebut? -menggunakan Aksesibilitas sulit/mudah untuk ditempuh? dicapai dengan bus/elf? Apakah dapat dicapai dengan transportasi apa bus/elf? (jarak dan harga) -foto jalan menuju akomodasi -foto tanda penunjuk jalan Apakah pihak homestay menyediakan Bagaimana tindakan travel jika -foto becak fasilitas untuk menjemput tamu aksesibilitas menuju akomodasi -foto jalan yang jika tidak tersedia bus/elf? tidak dapat ditempuh dengan ditempuh untuk menggunakan jalan kaki transportasi(bus/elf?)? Berapa jauh untuk mencapai Apakah lokasi akomodasi jauh dari Apakah lokasi akomodasi jauh dari Checklist: akomodasi tersebut? atraksi utama? Seberapa jauh atraksi utama? Seberapa jauh -jarak dengan dengan pusat kota, terminal, dengan pusat kota, terminal, atraksi utama Lokasi yang tidak bandara, dan atraksi lainnya? bandara, dan atraksi lainnya? jauh dari atraksi Apakah lokasi akomodasi jauh dari Menjemput tamu dari -jarak dengan utama atraksi utama dan pusat kota? terminal/bandara untuk menuju pusat akomodasi menggunakan apa? kota,terminal,ban dara -foto bus/elf Bagaimana pelayanan yang diberikan Bagaimanakah pelayanan yang Apakah pelayanan yang diberikan -foto masyarakat oleh masyarakat kepada tamu? diberikan tiap akomodasi? Apakah oleh masyarakat sudah terorganisir ketika sudah terogarnisir dengan baik? dengan baik? menyediakan makanan Pelayanan -Foto masyarakat menyambut tamu
Wawancara (pertanyaan) Dimensi Indikator Checklist Kepala Desa Wisata SGP Tour and Travel Kepala Dinas Mempekerjakan Apakah dalam penyediaan makanan Apakah masyarakat lokal ikut terlibat masyarakat lokal dilayani oleh masyarakat lokal? dalam memberi pelayanan dalam dalam pelayanan tempat makan?
Bagaimana masyarakat mengemas Bagaimana pemilihan tempat makan Apakah dalam pengemasan di tempat Foto: penyajian makanan yang disajikan kepada yang akan disajikan kepada makan menggunakan bahan-bahan makanan wisatawan? wisatawan? yang mudah terurai? (dikemas Menggunakan Apakah perlu menurut Bapak? menggunakan kemasan daun pisang atau biodegradable/ tidak) mudah terurai Tempat yang alami (daun Makan pisang dsb) Apakah masyarakat/ tempat makan Apakah travel SGP menyediakan Foto kemasan tersebut menggunakan kemasan makanan pada wisatawan dengan snack yang alami (biodegradarable) atau kemasan yang mudah terurai? kemasan yang mudah terurai? (misal: kemasan ketika memberikan snack) Menggunakan Dalam menyajikan makanan, bahan- Tempat makan yang disediakan baik -foto daging dan bahan-bahan / bahan/ingredients tidak berasal masyarakat atau umum, ikan yang ingredients alami dari hewan-hewan yang langka? menyediakan ikan, daging disajikan (tidak sapi,ayam,kambing? menggunakan daging hewan langka/ bushmeat) Jenis makanan apa saja yang Apakah travel menyediakan layanan Apakah tempat makan yang -foto menu disediakan oleh masyarakat kepada masakan lokal yang akan diberikan disediakan masyarakat makanan wisatawan? kepada wisatawan pada setiap menyediakan masakan spesial -Foto makanan tempat makan? khas lokal? Jika ya, apa saja? Checklist: - Jenis makanan Menyediakan Apakah masyarakat menyediakan Jenis masakan apa yang biasanya -foto makanan masakan lokal masakan spesial khas lokal pada disediakan oleh tempat makan spesial spesial wisatawan? tersebut? Kenapa masakan tersebut dikatakan Apakah ada menu spesial? Kenapa -foto bahan- masakan lokal yang spesial? disebut spesial? bahan baku Terbuatb dari bahan apa saja? membuat masakan spesial Apakah masyarakat menyediakan Tempat makan yang disediakan oleh Apakah dari pihak penyedia tempat -foto menu aneka ragam jenis makanan ? travel menyediakan masakan makan menyediakan beraneka -foto makanan tradisional sajakah atau macam jenis masakan? dan minuman internasional juga? Apa saja jenis masakan yang Apakah travel menanyakan terlebih Jika ya,apa saja? disediakan oleh masyarakat? dahulu tamu memiliki alergi makanan/permintaan khusus? Keanekaragaman Apakah masyarakat menyediakan Bagaimana penangan jika ada -foto makanan jenis masakan makanan baik halal dan non halal? wisatawan yang mempunyai special halal/tidak halal Jika ya/ tidak,mengapa? request? Apakah masyarakat menyediakan Apakah travel menyediakan menu -Foto makanan makanan untuk permintaan untuk vegetarian dalam pemesanan untuk vegetarian khusus seperti vegetarian? tempat makan untuk wisatawan?
Apa saja bahan yang disediakan untuk Bagaimana tindakan travel untuk -foto bahan- vegetarian? meminta pihak tempat makan bahan dalam membuatkan menu vegetarian? vegetarian Apakah ada bahan-bahan khusus lainnya? Apakah masyarakat menyediakan Bagaimana kualitas dari bahan-bahan Apakah bahan-bahan yang -foto masyarakat bahan-bahan makanan yang yang disediakan oleh tempat makan disediakan oleh pihak tempat sedang berasal dari perkebunan sendiri? (masyarakat) tersebut? Apakah makan berasal dari perkebunan mengambil bahan Menggunakan Jika tidak, beli darimana? segar? sendiri? makanan dari bahan-bahan lokal perkebunan yang berasal dari perkebunan Apakah masyarakat menerima jika Apa saja makanan yang boleh dibawa -foto makanan masyarakat wisatawan membawa bahan- wisatawan dari luar untuk yang boleh sendiri bahan makanan dari luar? menyediakan makanan pada dibawa (mie masyarakat? Apakah itu cukup instan, teh, gula untuk sebagai sumbangan bagi dsb) masyarakat? Apakah masyarakat memperbolehkan Apakah travel menyiapkan aktivitas Apakah masyarakat diberi -Foto kegiatan wisatawan untuk ikut kegiatan untuk wisatawan mengikuti memasak kesempatan untuk mengikuti wisatawan Pengunjung dapat memasak? bersama masyarakat? kegiatan memasak bersama makan/masak masyarakat lokal? bersama mengikuti masyarakat kegiatan Dimana biasanya masyarakat Jika masyarakat tidak menyediakan -foto tempat memasak bersama melakukan aktivitas masyarakat kegiatan memasak, apakah travel memasak/dapur masyarakat lokal bersama wisatawan? menyiapkan alternatif kegiatan lain yang dapat dilakukan bersama masyarakat? Bagaimana masyarakat menjaga Bagaimana tingkat kebersihan/ Apakah tempat makan yang -Foto makanan kebersihan makanan dalam hygiene dari setiap makanan yang disediakan masyarakat dalam dan alat Sanitasi/Hygiene menyajikan makanan pada disajikan di tempat makan? tingkat kebersihan yang baik? makannya wisatawan? Berapa kapasitas Dari pihak travel, biasanya memilih Berapa kapasitas pengunjung yang -Foto tempat pengunjung/wisatawan yang tempat makan dengan kapasitas diberikan dari tempat makan makan dan disediakan oleh masyarakat di yang berapa? untuk menampung wisatawan? jumlah kursi Kapasitas tempat makan mereka? pengunjung Bagaimana jika dalam satu tempat -foto tempat makan, tempat makan tidak cukup lesehan untuk memenuhi kapasitas?Apakah menyediakan tempat lesehan? Berapa harga yang diberikan oleh Berapa harga yang diberikan oleh tiap -foto menu per masyarakat dalam tiap menu yang tempat makan untuk menu yang item+minuman Harga disediakan? disediakan? Apakah travel mengambil mark-up? Bagaimana kondisi dari sarana yang Bagaimana kondisi sarana yang Bagaimana kondisi sarana yang Foto kondisi disediakan oleh masyarakat? disediakan oleh tiap tempat disediakan oleh tiap tempat sarana (tempat (tempat makan, toilet, makan? (keseluruhan tempat makan? (keseluruhan tempat makan,toilet, Kondisi dari wastafel,alat makan) makan,toilet, wastafel, alat makan,toilet, wastafel, alat wastafel,alat sarana makan). Apakah layak untuk makan). Apakah layak untuk makan) wisatawan? wisatawan? Checklist: -interior design -fasilitas Pelayanan yang diberikan oleh Bagaimana pelayanan yang diberikan -foto masyarakat masyarakat apakah dalam bentuk self- oleh tiap tempat makan apakah sedang Pelayanan service, table set, buffet atau drive dalam bentuk self-service, table menyajikan (self-service,table through? set, buffet atau drive through? makanan pada set,buffet,drive- wisatawan through) -foto makanan yang tersaji dan wisatawan mengambil sendiri
Wawancara (pertanyaan) Dimensi Indikator Checklist Kepala Desa Wisata SGP Tour and Travel Kepala Dinas
Apakah masyarakat lokal bekerja SGP Travel menggunakan transportasi Apakah masyarakat lokal bekerja -Foto transportasi dalam penyediaan transportasi? apa saja dalam penyediaan paket dalam penyediaan transportasi? wisata? Masyarakat lokal Jenis transportasi apa yang disediakan Apakah dalam penggunaan Transportasi seperti apa? -Foto masyarakat bekerja dalam oleh masyarakat? transportasi, masyarakat terlibat di mengayuh penyediaan dalamnya? perahu transportasi -Foto masyarakat membawa becak Masyarakat berperan sebagai apa Transportasi dalam hal tersebut? Bagaimana masyarakat menyiapkan Bagaimana kondisi dari fasilitas Bagaimana kondisi fasilitas Foto kondisi kondisi fasilitas dari transportasi? transportasi yang digunakan oleh transportasi Kondisi SGP Tour? fasilitas(kapasitas Berapa kapasitas tempat duduk yang Dalam sekali perjalanan, biasanya tempat duduk, disediakan ole tiap transportasi? membutuhkan berapa transportasi bentuk transport, untuk membawa penumpang? kecepatan jelajah) Berapa maksimal membawa penumpang dalam 1 transportasi?
Dalam bentuk apa saja transport yang Dalam bentuk transport apa saja yang Foto disediakan oleh masyarakat? biasanya digunakan pihak travel perahu/becak (perahu/becak?) untuk mengangkut wisatawan? Berapa biaya yang masyarakat berikan Berapa biaya yang disediakan oleh -foto list harga kepada travel untuk penyediaan pihak transportasi? Apakah pihak transportasi? SGP mark-up dari harga yang diberikan oleh pihak transportasi? Apakah di mark-up oleh travel? Harga/Biaya Biaya yang diberikan oleh masyarakat Selain fasilitas yang diberikan oleh -foto sertifikat tersebut sudah termasuk apa saja? pihak transportasi, apakah pihak dengan pihak SGP menyediakan fasilitas asuransi lain?(asuransi) -foto brosur yang include asuransi Bagaimana waktu/jadwal yang Bagaimana pihak travel menyediakan Berapa waktu yang ditempuh oleh Checklist masyarakat berikan dalam jadwal yang disediakan oleh pihak transportasi untuk menuju tiap penyediaan transportasi? transportasi? atraksi? Waktu (jadwal dan jarak tempuh) Apakah transportasi ini selalu ada Berapa jarak tempuh yang biasanya setiap saat atau hanya jika ada transportasi gunakan untuk permintaan? mencapai 1 destinasi ke destinasi lainnya? Masyarakat menyediakan transportasi Pihak travel menggunakan Checklist from-to yang titik awalnya berawal transportasi untuk mencapai darimana, dan titik akhirnya destinasi mana saja? Lokasi (titik berada dimana? awal&titik tujuan) Berapa jarak tempuh dari transportasi Berapa jarak tempuh dari transportasi -foto kilometer tersebut? tersebut? Dan berapa lama waktunya? Bagaimana aksesibilitas selama Apakah jalan menuju semua Apakah jalan menuju semua -foto kondisi perjalanan? atraksi,tempat makan, dan atraksi,tempat makan, dan jalan akomodasi dalam keadaan baik dan akomodasi dalam keadaan baik mudah dicapai dengan dan mudah dicapai dengan transportasi? transportasi? Apakah dengan menggunakan Apakah dengan menggunakan Aksesibilitas transportasi tersebut, wisatawan transportasi tersebut, wisatawan dapat dengan mudah mencapai ke dapat dengan mudah mencapai ke suatu atraksi wisata? suatu atraksi wisata? Apakah kelebihan dari tiap-tiap Apakah kelebihan dari tiap-tiap transportasi dan kekurangannya? transportasi dan kekurangannya? Bagaimana pihak travel menutupi dari kekurangan dari transportasi ini?
LAMPIRAN FOTO
CANDI TINGGI
CANDI GUMPUNG
KONDISI JALAN ANTAR ATRAKSI DAN HOMESTAY
HOMESTAY DESA WISATA MUARO JAMBI
TRANSPORTASI
TEMPAT MAKAN
REBANA HADRAH CAMPING GROUND
GELANG MANIK KALUNG SEBALIK SUMPAH
LACAK SEPANG
IKAN SENGGUNG ANEKA MACAM MAKANAN LOKAL
OBSERVASI Kementerian Pariwisata SEKOLAH TINGGI PARIWISATA BANDUNG lalan Dr, Setiabudhi 186 Bandung 4014L, pa\ona \ T. +62 22 2011456 o F.+62 22 20L2097 lTldonG5r&' E. [email protected] . ww\'vrstp:-hms:*a;n6,m*,!#
Nomor ', 177 IADAK/aa 10112017 27 Janu an 2017 Lampiran :- ' 'i: .t Perihal ', lzin Penelitian
Kepada Yth.
Dengan ini kami beritahukan bahwa .
Nama CINDY VETRESIA S NIM 201218243 Program Diploma lV Semester Ull (Delapan)
adalah mahasiswa Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung Jurusan Perjalanan, Program Studi Manajemen
Pengaturan Perjalanan, Tahun Akademik 2016 I 2017 .
Sehubungan dengan akhir dari masa perkuliahan, yang mana para mahasiswa tersebut diwajibkan membuaUmenyusun suatu Proyek Akhir, maka kami mohon kesediaan Bapakllbu/Saudara dapat membantu mahasiswa tersebut diatas, dalam mengumpulkan data, Dan Penyebaran Kuesioner, lnformasi dan brosur mengenai perusahaan yang Bapak/lbu/Saudara pimpin,
Atas perhatian dan bantuan yang Bapak/lbu/Saudara berikan, kami sampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya.
A.n. KETUA SEKOLAH TINGGI PARIWISATA BANDUNG Basian Akademik ^Wistrasi SKepala Hahasiswaan
Drs. ALEXAND
NlP. 19630915 1
BIODATA PENULIS
A. Data Pribadi
Nama : Cindy Vetresia Simamora
NIM : 201218243
Tempat, Tanggal Lahir : Jambi, 28 Juni 1994
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Jl. Kebon Daging no.100 RT.03
Mayang Mangurai, Kota Jambi
B. Riwayat Pendidikan
Nama Sekolah Tahun Tamat Keterangan
SD Xaverius II Jambi 2006 Lulus
SMP Negeri 14 Kota Jambi 2010 Lulus
SMA Negeri 4 Kota Jambi 2013 Lulus
Sekolah Tinggi Pariwisata Jambi 2017 -
C. Pengalaman Kerja
Nama Perusahaan Tempat Periode Keterangan
PT. Jaya Prima Tours & Pekan Bandung April 2015 Travel Orientasi Kerja
Juli 2015 - PT. Asian Trails Bali Bali Job Training Januari 2016