PENGEMBANGAN PAKET WISATA YANG BERBASIS MASYARAKAT DI KAWASAN SEKITAR CANDI MUARO JAMBI OLEH SGP TOUR AND TRAVEL

PROYEK AKHIR

Diajukan untuk memenuhi salah satu prasyarat

penulisan Proyek Akhir

Disusun Oleh :

CINDY VETRESIA SIMAMORA Nomor Induk: 201218243

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENGATURAN PERJALANAN SEKOLAH TINGGI PARIWISATA BANDUNG 2017

Bandung, ……………………….. 2017

Menyetujui,

Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung

Dr. Anang Sutono MM.Par., CHE. NIP. 19730706 199503 1 001

ABSTRAKSI

SGP Tour and Travel adalah salah satu travel di Jambi yang memperkenalkan bahwa wisata di kawasan sekitar Candi Muaro Jambi tidak hanya cukup untuk sekedar sightseeing, tapi juga bahwa di sekitar kawasan Candi Muaro Jambi ini banyak potensi yang dapat digali dan dibentuk menjadi paket wisata. Hanya saja, pihak travel ini belum membuat paket yang siap dijual kepada wisatawan dengan berbasiskan masyarakat lokal di dalamnya. Penelitian ini dilakukan untuk membuat variasi paket wisata untuk wisatawan di dalam yang terdapat komponen terdapat atraksi wisata, tempat makan, akomodasi, dan transportasi yang berbasiskan masyarakat lokal, sehingga menciptakan paket wisata yang dapat disediakan sesuai dengan budaya lokal khas Muaro Jambi. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan teknik pengumpulan data observasi dan wawancara. Narasumber dalam penelitian ini terdiri atas pihak SGP Tour and Travel, Kepala Desa Wisata Muaro Jambi, perwakilan masyarakat setempat, dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jambi.Hasil dari penelitian ini adalah atraksi wisata yang ada di kawasan sekitar Candi Muaro Jambi telah disediakan oleh masyarakat lokal dan bersifat unik dan eksotis. Untuk akomodasi di kawasan sekitar Candi Muaro Jambi baik staff dan fasilitasnya telah disediakan masyarakat lokal. Kemudian tempat makan di kawasan sekitar Candi Muaro Jambi fasilitasnya telah disediakan masyarakat lokal dan menyajikan makanan lokal. Begitu juga dengan transportasi yang berada di kawasan sekitar Candi Muaro Jambi, telah disediakan oleh masyarakat lokal di sana. Penelitian ini juga menghasilkan paket wisata, yaitu One Day Cross Culture in Candi Muaro Jambi, 2 Days 1 Night Livelihood with Locals, Half Day Education with Saramuja (Sekolah Alam Raya Muara Jambi), Unpretentious Muaro Jambi.

Kata kunci: paket wisata, atraksi wisata, akomodasi, tempat makan, transportasi, masyarakat.

i

ABSTRACT

SGP Tour and Travel is one of travel in Jambi which introduces tourism in Muaro Jambi temple area not only for sightseeing but also around Muaro Jambi temple area, there are many potentials that can be extracted and formed into tour packages. Unfortunately, this travel has not made a package ready for sale to tourists with local community based in it. This research is conducted to make variations of tour packages for tourists inside which there are components of tourist attractions, places to eat, accommodation, and transportation based on local communities, thus creating a tour package that can be provided in accordance with the typical local culture of Muaro Jambi. This research was conducted by using descriptive qualitative research method by using observation data and interview. Resource persons in this research consist of SGP Tour and Travel, Head of Tourism Village Muaro Jambi, representatives of local community, and Department of Tourism and Culture of Jambi Province. The result of this research is tourism attraction in the area around Muaro Jambi temple has been provided by local community And are unique and exotic. For accommodation in the area around Muaro Jambi Temple both the staff and the facilities have been provided by the local community. Then the place to eat in the area around Muaro Jambi Temple has its facilities provided by local people and serves local food. Likewise with the transportation located in the area around Muaro Jambi Temple, has been provided by the local community there. This research also produces tour packages, which are One Day Cross Culture in Muaro Jambi Temple, 2 Days 1 Night Livelihood with Locals, Half Day Education with Saramuja (School of Nature of Muara Jambi), Unpretentious Muaro Jambi.

Keywords: package tour, tourist attraction, accomodation, restaurants, transportation, community.

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada kehadirat Tuhan YME, karena atas berkat dan rahmat-Nya, maka penyelesaian Proyek Akhir ini dapat diselesaikan dengan baik. Adapun judul yang akan diusulkan adalah

“Pengembangan Paket Wisata yang Berbasis Masyarakat di Kawasan Sekitar

Candi Muaro Jambi”, yang diharapkan dapat memenuhi persyaratan untuk menyusun Proyek Akhir, sebagai salah satu syarat kelulusan dari program studi

Manajemen Pengaturan Perjalanan di Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung.

Penulis menyampaikan rasa terimakasih yang besar kepada pihak-pihak yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian Proyek

Akhir ini:

1. Bapak Dr. Anang Sutono, MM.Par.,CHE., selaku Ketua Sekolah Tinggi

Pariwisata Bandung,

2. Bapak Sumaryadi, SE., MM., selaku Kepala Bagian Administrasi

Akademik dan Kemahasiswaan,

3. Kedua orang tua, kakak Widya Sundari Simamora, adik Rosyani

Sihombing yang dari dulu mendukung, membantu, dan selalu ada ketika

dibutuhkan selama penyusunan hingga penyelesaian Proyek Akhir,

4. Bapak Wisnu Prahadianto, SE. M.Sc., Selaku Ketua Prodi Manajemen

Pengaturan Perjalanan,

5. Ibu Indriyani Handyastuti, S.I.Kom., M.Sc.sebagai dosen Pembimbing I

atas bantuan dan bimbingannya dalam penulisan Proyek Akhir

iii

6. Bapak Faisal Fahdian Puksi, S.Hum., M.Sc., sebagai dosen Pembimbing II

atas bantuan dan bimbingannya dalam penulisan Proyek Akhir

7. Bapak Roy Mardianto, selaku pemilik dari travel SGP Tour and Travel

yang menjadi Narasumber dalam penyusunan Proyek Akhir ini

8. Bapak Wawan selaku Kepala Desa Wisata Muaro Jambi dan Pak Borju

selaku perwakilan dari masyarakat setempat sebagai narasumber dalam

penyusunan Proyek Akhir ini,

9. Pihak Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jambi sebagai

narasumber dalam penyelesaian Proyek Akhir ini,

10. Ibu Wida Romalia dan seluruh staff Prodi Manejemen Pengaturan

Perjalanan atas ilmu, bimbingan dan bantuannya selama 4 tahun,

11. Kepada Muhammad Revind Aldyan yang selalu memberikan baik

semangat, dukungan moral dalam penyelesaian Proyek Akhir ini,

12. Kepada Irza Putri, Cruzzyta Rizka, Agnes Aurora, dan Goesti Utomo yang

tak hentinya memberikan masukan dan komentar dalam penyusunan

Proyek Akhir ini,

13. Pihak Terkait lainnya yang tidak dapat penulis tuliskan satu persatu.

Dalam penyusunan dan penyelesaian Proyek Akhir ini, diharapkan penulis

mendapat masukan untuk penyempurnaan Proyek Akhir ini.

Bandung, Juli 2017

Penulis

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI ...... i ABSTRACT ...... ii KATA PENGANTAR ...... iii DAFTAR ISI ...... v DAFTAR TABEL ...... vii DAFTAR GAMBAR ...... viii BAB I PENDAHULUAN ...... 1 A. Latar Belakang Penelitian ...... 1 B. Perumusan Masalah dan Pembatasan Masalah ...... 7 C. Identifikasi Masalah ...... 7 D. Tujuan Penelitian ...... 8 E. Metode Penelitian ...... 9 1. Paradigma Penelitian ...... 10 2. Kerangka Pola Pikir ...... 11 3. Instrumen Penelitian ...... 13 4. Teknik dan Alat Kumpul Data ...... 14 5. Metode Pengumpulan Data Triangulasi ...... 21 6. Teknik Analisis ...... 23 F. Lokasi dan Waktu Penelitian ...... 25 BAB II TINJAUAN TEORI/KONSEP ...... 26 A. Tinjauan Pengembangan Produk ...... 26 B. Tinjauan Paket Wisata ...... 31 C. Tinjauan Community Based Tourism ...... 33 1. Pengertian Community Based Tourism (CBT) ...... 33 2. Karakteristik Community Based Tourism (CBT) ...... 35 D. Tinjauan Atraksi Wisata Berbasis Masyarakat ...... 38 E. Tinjauan Akomodasi Berbasis Masyarakat ...... 44 F. Tinjauan Tempat Makan Berbasis Masyarakat ...... 54 G. Tinjauan Transportasi Berbasis Masyarakat ...... 59 BAB III DATA TEMUAN ...... 62 A. Tinjauan Umum Lokus Penelitian ...... 62

v

B. Data Temuan ...... 64 1. Atraksi Wisata Berbasis Masyarakat ...... 64 2. Akomodasi Berbasis Masyarakat ...... 90 3. Tempat Makan Berbasis Masyarakat ...... 110 4. Transportasi Berbasis Masyarakat ...... 125 BAB IV ANALISIS PERMASALAHAN ...... 134 A. Atraksi Wisata Berbasis Masyarakat ...... 134 B. Akomodasi Berbasis Masyarakat ...... 148 C. Tempat Makan Berbasis Masyarakat ...... 167 D. Transportasi Berbasis Masyarakat ...... 180 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ...... 187 A. Kesimpulan ...... 187 B. Rekomendasi ...... 188 1. Rekomendasi untuk pengelola Desa Wisata Muaro Jambi ...... 188 2. Rekomendasi untuk SGP Tour and Travel ...... 190 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vi

DAFTAR TABEL

TABEL 1 Data Kunjungan Wisatawan Domestik dan Mancanegara ke Candi Muaro Jambi...... 4

TABEL 2 Atraksi dan Aktivitas CBT...... 41

TABEL 3 Atraksi Wisata Berbasis Masyarakat...... 69

TABEL 4 Kegiatan Wisatawan yang Memastikan Pengunjung Berinteraksi dengan Alam, Budaya, dan Lingkungan...... 74

TABEL 5 Itinerary One Day Cross Culture in Candi Muaro Jambi...... 191

TABEL 6 Itinerary 2 Days 1 Night Livelihood with Locals...... 193

TABEL 7 Itinerary Half-day Education with Saramuja...... 197

TABEL 8 Itinerary Unpretentious in Muaro Jambi...... 200

vii

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 1 Paradigma Penelitian...... 12

GAMBAR 2 Kerangka Pola Pikir...... 63

viii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pariwisata di era modern sekarang menjadi suatu kegiatan yang menjadi

kebutuhan banyak masyarakat. merupakan salah satu negara yang

menawarkan banyak tempat untuk memenuhi keinginan untuk berwisata

tersebut. Perkembangan yang terus meningkat akan kebutuhan untuk

melakukan suatu perjalanan atau berwisata menjadikan sektor pariwisata

sendiri menjadi salah satu pemberi devisa paling banyak di negara Indonesia

(travelkompas.com, 2015). Selain hal itu pula, sektor pariwisata ini juga telah

mendorong bagian sektor lainnya seperti sektor sosial, budaya, dan politik yang

berhubungan satu sektor dengan sektor yang lainnya.

Dalam perkembangannya di dunia industri pariwisata yang semakin

bertumbuh dan berkembang, tentu tidak terlepas dari sektor keberhasilan

pembangunan di bidang pariwisata yang salah satunya adalah jasa usaha

perjalanan wisata. Semakin berkembangnya permintaan dari masyarakat akan

kebutuhan untuk mendapatkan pelayanan jasa, membuat jasa usaha perjalanan

wisata ini memberikan perannya sebagai perencana dan penyelenggara suatu

perjalanan wisata yang dikemas dengan komponen-komponen lainnya menjadi

sebuah produk paket wisata.

Paket wisata merupakan kombinasi dari elemen-elemen yang dijual dan

dikoordinasikan yang diperuntukkan kepada rombongan atau wisatawan

1

2

individu dengan tanggal yang spesifik dengan kesatuan harga. Sependapat

dengan hal itu, Bojamic dan Calantone (2004) mengemukakan paket wisata

sebagai penggabungan atas susunan komponen-komponen yang terkait satu

sama lainnya, diantaranya penginapan, transportasi, atraksi wisata dan tempat

makan yang akan ditawarkan pada wisatawan.

Pencapaian dari pembuatan paket wisata tersebut tentunya harus selalu

berinovasi dalam tujuan untuk mencapai kepuasan dari wisatawan. Semakin

banyak permintaan dari wisatawan yang meminta paket dengan sifat tidak

hanya sekedar melihat-lihat, namun juga inginnya aktivitas lain yang membuat

ketertarikan dan paket wisata itu berbeda dari yang lain. Karena alasan itulah,

diperlukan pengembangan produk dari sebuah paket wisata yang diikuti

pengembangan dari kepariwisataan dan adanya perubahan dalam kegiatan

perjalanan wisatawan dan perubahan minat terhadap produk yang diharapkan.

Pengembangan sendiri merupakan kegiatan yang akan dilakukan atau telah

dilakukan di sebuah perusahaan secara terencana guna dalam menyempurnakan

produk yang lama atau menambah baru jenis barang/jasa yang akan dijual

(Yoeti, 2016).

` Provinsi Jambi adalah provinsi di Indonesia yang sedang gencar

melaksanakan promosi pariwisata. Seperti yang disampaikan oleh Kepala

Disbudpar Provinsi Jambi bahwa terjadi peningkatan kunjungan wisatawan di

tahun 2014 yang mencapai target 1 juta dalam kunjungan ke Jambi, naik dari

tahun sebelumnya yaitu 10.056 dan 9.919 orang di 2 tahun sebelumnya

(travelkompas.com, 2015). Ini membuktikan bahwa peningkatan wisatawan

3

dari tahun ke tahun membuktikan pariwisata Jambi semakin meningkat.

Kemudian untuk mendukung hal itu, Kepala Disbudpar Provinsi Jambi

mengatakan bahwa salah satu andalan pariwisata di sana adalah Candi Muaro

Jambi. Ia menambahkan bahwa salah satu peninggalan bersejarah ini

mempunyai potensi untuk meningkatkan jumlah wisatawan lebih banyak lagi.

(travelkompas.com, 2015).

Dalam pengembangan wisata di Candi Muaro Jambi, telah ditemukan 8

candi yang dipugar dalam kawasan seluas 12 kilometer persegi itu. 8 Candi

tersebut adalah Candi tersebut adalah Candi Kotomahligai, Candi Kedaton,

Candi Gedong Satu, Candi Gedong Duo, Candi Gumpung, Candi Tinggi,

Candi Kembar Batu, dan Candi Astano. Menurut hasil pra-survey yang telah

dilakukan sebelumnya, ditemukan bahwa masyarakat di sekitar Candi Muaro

Jambi atau penduduk lokal disana masih belum merasakan manfaat dari

pariwisata Candi Muaro Jambi. Ditambah lagi saat ini maraknya penambangan

pasir yang dilakukan oleh masyarakat lokal. Hal ini menunjukkan bahwa

belum adanya kesadaran dari masyarakat setempat untuk menjaga pariwisata

dari candi tersebut karena mereka masih menganggap bahwa Candi Muaro

Jambi belum memberikan manfaat apa-apa bagi kehidupan mereka, sehingga

mereka melakukan kegiatan lain yang menurut pandangan masyarakat itu dapat

membantu perekonomian mereka. Selain hal itu, kegiatan yang dapat dilakukan

oleh wisatawan di Candi Muaro Jambi ini hanya sekedar melihat-lihat, berfoto,

dan bersepeda, masih belum ada kegiatan lain yang dapat dilakukan oleh

wisatawan di sana sehingga hal ini membuat tingkat kunjungan ke Candi

4

Muaro Jambi menurun. Karena hal itu, diperlukanlah jasa usaha perjalanan

yang menyediakan paket wisata untuk selain memperkenalkan Candi Muaro

Jambi, juga sebagai penyedia kegiatan yang mungkin saat ini belum diketahui

oleh banyak wisatawan ketika berwisata di sana. Berikut adalah tabel yang

menunjukkan tentang tingkat kunjungan ke Candi Muaro Jambi dari tahun

2012-2016.

TABEL 1 DATA KUNJUNGAN WISATAWAN NUSANTARA & MANCANEGARA KE CANDI MUARO JAMBI TAHUN 2012 – 2016

Wisatawan 2012 2013 2014 2015 2016

Nusantara 142,390 145,340 149.603 131,218 100,555

Mancanegara 194 225 213 233 300 Sumber : SGP Tour and Travel Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa dalam 2 tahun terakhir (2015-

2016) terjadi penurunan wisatawan nusantara, namun terjadi peningkatan untuk

wisatawan mancanegara.

SGP (Surya Global Pratama) Tour and Travel merupakan jasa perjalanan

berupa biro perjalanan wisata (BPW) yang menyediakan paket wisata di Jambi

yang mana juga berperan sebagai promotor Candi Muaro Jambi sebagai wisata

andalan di Jambi. Biro perjalanan ini menyediakan produk berupa paket wisata

yang mana kegiatannya tidak hanya menikmati Candi Muaro Jambi sebagai

suatu obyek warisan budaya untuk sightseeing (melihat-lihat), tetapi juga

mengenalkan potensi-potensi yang ada di sekitar kawasan Candi Muaro Jambi

5

menjadi salah satu pilihan wisatawan untuk dinikmati saat berwisata di sana.

Tetapi sayangnya, sampai saat ini SGP baru memiliki 2 jenis paket wisata yang

bersifat ready made dan masih kurangnya minat dari wisatawan untuk

mengikuti paket-paket tersebut. Paket yang pertama adalah 4 hari 3 malam

mengelilingi kawasan Candi Muaro Jambi, dan paket kedua adalah satu hari di

Muaro Jambi. Namun, berseberangan dengan hal tersebut, SGP sendiri saat ini

bertindak selain sebagai usaha penyedia jasa tetapi juga bergerak sebagai

komunitas sektor penggerak kawasan pariwisata di Muaro Jambi yang bernama

Padmasana Foundation. Hasil dari adanya komunitas ini adalah bahwa mereka

dapat melihat potensi wisata di Candi Muaro Jambi yang dapat diangkat

menjadi sebuah kegiatan berwisata yang nantinya akan dapat dibuat menjadi

sebuah produk paket wisata. Hal ini dibuktikan bahwa di beberapa bulan

terakhir ini, komunitas ini telah berhasil mengajak masyarakat lokal yang

tinggal di sekitar Candi Muaro Jambi, yang mana sebelumnya mereka belum

banyak berkontribusi dalam pariwisata Candi Muaro Jambi dan bahkan

beberapa masyarakat melakukan penambangan pasir, kemudian diajak untuk

bekerja di sektor pariwisata seperti contohnya desa wisata. Tidak hanya sampai

di sana, komunitas ini juga melakukan pelatihan untuk masyarakat sebagai

pemandu wisata, penyedia homestay, bahkan menyajikan pertunjukan lokal

(tari topeng, rebana hadrah, rebana siam) dan menyajikan makanan dan

minuman lokal ( dan sepang).

Dan menurut hasil pra-survey yang telah dilakukan kepada pihak SGP

Tour and Travel ini, bahwa ke depannya tidak hanya sebatas desa wisata saja

6

yang akan dikembangkan, tetapi juga masih akan ada penambahan-

penambahan kegiatan yang akan melibatkan masyarakat sekitar, guna untuk

menambah variasi wisata yang dapat dilakukan di sekitar kawasan Candi

Muaro Jambi ini.

Karena alasan tersebut, perlunya penelitian untuk mengajak masyarakat

lokal untuk berkontribusi dalam pengembangan pariwisata melalui pembuatan

paket wisata sangat diperlukan. Mengingat bahwa saat ini pariwisata berbasis

masyarakat atau Community Based Tourism sedang menjadi perhatian untuk

dikembangkan terutama untuk daerah-daerah pedesaan yang masih kental adat

dan istiadat serta kehidupan tradisionalnya. Tujuan dari pariwisata berbasis

masyarakat ini tentunya adalah untuk selain untuk mengembangkan pariwisata

tapi juga sebagai strategi pembangunan dalam bidang sosial-ekonomi dan

budaya yang diimplemantasikan dalam usaha pertumbuhan kepariwisataan

yang tujuannya akan ditempatkan pada rakyat, yang sasarannya tidak hanya

menumbuhkan nilai tambah ekonomi, tapi juga diharapkan untuk tolak ukur

peningkatan sosial-budaya (Sunaryo, 2002). Mengingat bahwa di Muaro

Jambi, tingkat kemiskinan menurut data Badan Pusat Statistik tahun 2016,

Muaro Jambi mempunyai 11.952 jumlah rumah tangga yang masih kurang

mampu menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi.

Dalam tujuan untuk mengembangkan paket wisata di SGP Tour and

Travel yang mana di dalam paket tersebut adanya keikutsertaan masyarakat

sebagai atraksi yang akan ditunjukkan kepada wisatawan di Candi Muaro

Jambi maka topik yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah

7

“Pengembangan Paket Wisata yang Berbasis Masyarakat di Sekitar

Kawasan Candi Muaro Jambi Oleh SGP Tour and Travel.”

B. Perumusan Masalah dan Pembatasan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang yang telah disampaikan sebelumnya

menghasilkan rumusan masalah yaitu “Bagaimanakah pengembangan paket

wisata yang berbasiskan masyarakat sekitar kawasan Candi Muaro Jambi oleh

SGP Tour and Travel?”

Sedangkan untuk pembatasan masalah, dibatasi hanya pada atraksi wisata di

sekitar kawasan Candi Muaro Jambi, akomodasi di sekitar kawasan Candi

Muaro Jambi, tempat makan di sekitar kawasan Candi Muaro Jambi, dan

transportasi di sekitar kawasan Candi Muaro Jambi yang semuanya

berbasiskan masyarakat.

C. Identifikasi Masalah

Sesuai dengan latar belakang, maka dalam penelitian ini permasalahan

yang akan di analisis dan dibahas dengan beberapa identifikasi masalah berikut

ini:

1. Bagaimana atraksi wisata di kawasan Candi Muaro Jambi yang berbasis

masyarakat?

2. Bagaimana akomodasi di kawasan Candi Muaro Jambi yang berbasis

masyarakat?

8

3. Bagaimana tempat makan di kawasan Candi Muaro Jambi yang berbasis

masyarakat?

4. Bagaimanakah transportasi di kawasan Candi Muaro Jambi yang berbasis

masyarakat?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian yang akan dibahas di sini dibagi menjadi 2

(dua) yaitu formal dan operasional sebagai berikut:

1. Tujuan formal: Menemukan suatu permasalahan di suatu lokasi penelitian,

menganalisa, dan menemukan solusi dari masalah tersebut dengan

kompetensi yang selama ini telah dipelajari.

2. Tujuan operasional: Memberikan opsi paket wisata kepada pihak SGP Tour

and Travel dalam rencana pengembangan kawasan Candi Muaro Jambi.

Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu:

1. Memudahkan SGP Tour and Travel dalam pengembangan paket wisata

yang sudah ada atau menambah jenis paket wisata baru dengan bidik untuk

mendapat jumlah wisatawan yang menggunakan paket wisata di SGP Tour

and Travel ini meningkat.

2. Memberikan kesejahteraan bagi masyarakat sekitar dengan dibangunnya

sektor pariwisata yang melibatkan penduduk lokal, dengan tetap menjaga

budaya dan memperkenalkannya pada wisatawan.

9

E. Metode Penelitian

Penelitian merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk

memecahkan sebuah masalah. Tujuan akhir dari penelitian ini adalah untuk

mendapat sebuah jawaban dari fenomena yang akan diteliti. Sedangkan untuk

mengetahui langkah-langkah dalam suatu penelitian, diperlukan sebuah metode

penelitian. Menurut Sugiyono (2012) mendefinisikan pengertian mengenai

langkah-langkah penelitian/ metode penelitian tersebut sebagai suatu cara atau

langkah ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

Langkah ilmiah/metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian

ini adalah metode deskriptif analitis, yaitu memecahkan suatu masalah dengan

kenyataan yang ada dan memusatkan pada hal-hal aktual saat penelitian

dilaksanakan. Hal ini dipertegas oleh Ali (2010) bahwa tujuan dari metode ini

adalah untuk mendapatkan sebuah jawaban dengan data empirik atas

riset/penelitian yang sedang ditelitik dengan mendeskripsikan kebenaran atas

fenomena yang ada.

Penelitian ini melakukan pendekatan dengan metode pendekatan

kualitatif. Menurut Sugiyono (2008) metode kualitatif adalah suatu metode

pendekatan untuk meneliti/menelaah dari suatu kondisi obyek penelitian yang

sifatnya alamiah, dimana instrumen kunci dari penelitian ini adalah peneliti itu

sendiri, dan teknik pengumpulan data dalam pendekatan ini menggunakan

teknik triangulasi (gabungan), analisis datanya bersifat induktif, hasil dari

pendekatan ini lebih mementingkan makna di baliknya daripada generalisasi.

10

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis yang

menggambarkan apa yang terjadi pada saat pelaksanaan dengan fenomena-

fenomana di dalamnya menggunakan pendekatan metode kualitatif yang berarti

hasil dari penelitian ini lebih mengandung makna dan analisis datanya besifat

induktif karena dilakukan berdasarkan fakta yang ada dan dikonstruksikan

menjadi hipotesis atau teori.

1. Paradigma Penelitian

Paradigma penelitian menurut Kutha Ratna (2011) adalah suatu

keyakinan mendasar atas pandangan-pandangan terhadap dunia maupun

dalam penelitian untuk menuntun baik dalam bersikap atau menentukan

pilihan dalam kehidupannya sehari-hari. Fungsi paradigma dalam sebuah

penelitian, paradigma ini berperan sebagai elemen kunci yang memberikan

posisi bagaimana dunia yang akan ditelitinya dari sudut pandang yang akan

digunakan sang peneliti.

Moleong (2006) menambahkan bahwa paradigma penelitian adalah

tahap atau cara yang paling dasar untuk berpikir, menilai, mempersepikan

sesuatu yang secara khusus berkaitan dengan realitas.

Sependapat dengan para ahli yang mengemukakan mengenai paradigma

penelitian di atas, dalam penelitian ini topik yang akan diajukan adalah

Pengembangan Paket Wisata yang Berbasis Masyarakat di Sekitar

Kawasasan Candi Muaro Jambi Oleh SGP Tour and Travel. Topik ini

diangkat berdasarkan potensi yang terdapat di Muaro Jambi masih belum

tergali dan SGP Tour and Travel sebagai pelaku usaha perjalanan dan

11

bertindak sebagai sektor pengembang kawasan Muaro Jambi untuk

memperluas wisata di sana dengan pelibatan masyarakat.

Topik ini mempunyai 4 variabel yang terdiri dari: atraksi wisata,

akomodasi, tempat makan, dan transportasi

GAMBAR 1

PARADIGMA PENELITIAN

ATRAKSI WISATA

AKOMODASI PAKET WISATA PAKET WISATA YANG BERBASIS MASYARAKAT TEMPAT MAKAN

TRANSPORTASI

Sumber: Bojamic dan Calantone (2004)

2. Kerangka Pola Pikir

Kerangka pola pikir menurut Riduwan (2004) adalah pemikiran dasar

mengenai penelitian yang disintesiskan dari fakta, teori, observasi dan telaah

yang dilakukan oleh peneliti dan dijadikan pula sebagai dasar dari penelitian.

Adapun kerangka pola pikir yang digunakan dalam penyelesaian

penelitian ini ditunjukan dalam gambar di bawah ini:

12

GAMBAR 1

KERANGKA POLA PIKIR

Pariwisata yang berbasis masyarakat yang ciri/karakteristiknya: - Kelestarian lingkungan - Partisipasi masyarakat - Pemerataan keuntungan finansial - Pemberdayaan masyarakat - Peningkatan sumber hidup

Paket Wisata Community Based Tourism

Tempat Makan Atraksi yang Akomodasi Transportasi berbasis yang berbasis yang berbasis yang berbasis masyarakat masyarakat masyarakat masyarakat

Analisis Data

Paket Wisata yang berbasis Community

Based Tourism

Sumber: COMCEC (2013) dan Bojamic&Calantone (2004)

Dari gambar di atas, menunjukkan bahwa dibutuhkannya sebuah paket

wisata yang berbeda dengan paket wisata lainnya, lalu saat ini sedang

maraknya komunitas yang berbasis masyarakat (Community Based Tourism)

yang mana dalam paket tersebut kegiatan dan atraksi di dalamnya

mengandung pelibatan masyarakat yang tidak hanya menyediakan, tetapi

mereka juga selaku atraksi wisata itu sendiri yang dapat dinikmati oleh

pengunjung dari kehidupan lokalnya. Dari kedua hal ini diharapkan dapat

13

memajukan pariwisata yang berbasis masyarakat untuk memajukan baik

wisata lokal dan meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat itu sendiri.

Dibutuhkannya 4 komponen dalam pembuatan paket wisata yang terdiri dari

atraksi, akomodasi, tempat makan dan transportasi yang semuanya berbasis

masyarakat. Setelah melakukan penelitian, dilakukan analisis data untuk

memilah data apa yang akan digunakan dalam penelitian ini untuk memenuhi

paket wisata yang sesuai dengan masyarakat. Hasil dari analisis tersebut

adalah paket wisata yang telah berbasis masyarakat atau Community Based

Tourism.

3. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian biasanya disiapkan matang-matang sebelum

penelitian ini terjun ke lapangan. Adapun dalam penelitian kualitatif ini,

instrumen penelitian yang dimaksud adalah peneliti itu sendiri. Sebagai salah

satu orang yang akan meneliti sebuah kasus/permasalahan, maka tentunya

para peneliti harus mempersiapkan dengan baik persiapan seperti; teori

mengenai kasus yang dipelajari, metode penelitian yang digunakan, hingga

pengetahuan dan wawasan mengenai kasus yang akan dipelajari. Sehingga

“validasi” yang harus peneliti miliki adalah ketentuan-ketentuan yang harus

dikuasai sebelum mengetahui dan setelah bertemu langsung dengan

masalah/kondisi yang ditemukan di lapangan. (Sugiyono,2006).

14

4. Teknik dan Alat Kumpul Data

Berikut teknik dan alat pengumpulan data yang akan menjadi acuan dalam

penelitian ini adalah :

a. Teknik Kumpul Data

Menurut Maryadi et.al (2010:14) mengatakan bahwa dalam mengumpulkan

data dengan menggunakan teknik kualitatif ini, memungkinkan waktu yang

relatif lama untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Pengertian lain

dijabarkan oleh Sugiyono (2005:62), bahwa untuk mendapatkan suatu

jawaban atau memecahkan masalah, pengumpulan data merupakan cara

paling tepat dalam mendapatkan data.

Dalam penelitian kualitatif, terdapat 4 macam teknik dalam mengumpulkan

data yaitu dengan teknik: observasi, wawancara, dokumentasi dan kajian

pustaka. Sependapat dengan hal itu, Marshall dan Rossman menyatakan

bahwa:

“The fundamental methods relied on by qualitative researchers for gathering information are, participation in the setting, direct observation, in-depth interview, document interview”.

Berikut adalah teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini:

1) Observasi

Observasi diartikan oleh Narimawati (2007) adalah suatu pengamatan

langssung atas kejadian yang sedang diteliti dengan pengamatan atau pencatatan

atas obyek penelitian di lapangan/lokasi tersebut.

15

Berdasarkan pengertian di atas, maka dalam penelitian ini akan

digunakan teknik observasi atau pengamatan langsung ke lapangan

dengan melihat keadaan di Candi Muaro Jambi dan desa wisata yang saat

ini sedang dibangun di sana. Pengamatan ini bertujuan untuk melihat

apakah ada aktivitas atau wisata lain di Candi Muaro Jambi maupun desa

wisata yang dapat dijadikan paket wisata baru yang akan disediakan

dalam penelitian ini bersama pihak SGP Tour and Travel. Menurut

Sugiyono (2013) terdapat macam-macam observasi yaitu:

a) Observasi partisipatif

Ada 4 jenis oberservasi :

- Partisipasi pasif : yaitu bahwa pengamat/peneliti melihat langsung

di tempat kejadian mengenai kondisi/kegiatan sesuatu yang ingin

dipelajari tanpa ikut terlibat di dalamya.

- Partisipasi moderat: yaitu keikutsertaan peneliti dalam mengamati

kejadian/kegiatan dan menjadi orang dalam yang ikut terlibat tetapi

tidak sepenuhnya dan berperan juga sebagai orang luar (pengamat).

- Partisipasi aktif : yaitu peneliti ikut serta dalam kegiatan yang

disampaikan oleh narasumber, tetapi hanya mengikuti sesuai

dengan informasi/data yang dibutuhkan.

- Partisipasi lengkap: yaitu peneliti terjun langsung dan sepenuhnya

terlibat atas apa yang dilakukan di tempat tersebut dan tidak terlihat

lagi seperti seorang peneliti yang ingin mendapatkan data.

16

b) Observasi terus terang atau tersamar

Penelitian menggunakan observasi terus terang atau tersamar adalah

bahwa pihak peneliti mengatakan dengan terus terang akan mencari

data dalam suatu kumpulan atau daerah tertentu dan meminta izin

pada narasumber untuk mengumpulkan data di sana.

c) Observasi tak berstruktur

Observasi jenis ini berbeda dengan yang lainnya, bahwa peneliti

turun/terjun ke lapangan tanpa persiapan yang telah dilakukan

sebelumnya dikarenakan alasan bahwa untuk menemukan masalahnya

apa, maka dilakukannya teknik observasi ini.

(Sugiyono, 2013:257)

Sesuai dengan pendapat tersebut, maka dalam penelitian ini teknik

observasi yang digunakan adalah teknik observasi partisipasi yang bersifat

aktif. Karena dalam pengumpulan data, peneliti harus ikut dalam beberapa

kegiatan untuk mendapatkan data/informasi yang pasti dengan narasumber

yang mempunyai pengetahuan mengenai kondisi dari kasus yang ingin diteliti

dengan baik.

Dalam melakukan observasi, tentunya peneliti membutuhkan narasumber

untuk memberikan infromasi yang dibutuhkan dalam kasus yang dipelajari.

Spradley dalam Sugiyono (2013:258) mengatakan bahwa 3 komponen dalam

melakukan mengamati dalam teknik observasi:

a) Actor, yaitu orang-orang sebagai pelaku utama dalam obyek observasi.

b) Place, yaitu tempat dimana kasus atau kondisi sosial berlangsung terjadi

17

c) Activity, atau aktivitas yang akan dilakukan dalam kasus yang ingin

dipelajari.

Komponen dalam obyek observasi diterapkan dalam penelitian ini

terdiri dari actor yaitu pihak travel agent dan masyarakat dalam desa wisata

Muaro Jambi, yang mana place atau tempat berlangsungnya adalah di

kawasan sekitar Candi Muaro Jambi, dan activity yang dimaksud adalah

kegiatan wisata oleh masyarakat-masyarakat lokal di sana.

2) Wawancara

Menurut Sugiyono (2008) bahwa wawancara adalah pengumpulan data

yang berupa teknik tanya-jawab dengan pihak-pihak yang terkait yang

sifanya mendalam untuk mendapatkan dan memastikan jawaban dari

masalah yang akan diteliti.

Sugiyono (2013) menambahkan bahwa dalam wawancara terdapat 3 jenis,

yaitu:

a) Wawancara terstruktur yaitu wawancara yang baik pertanyaan dan

jawaban alternatif sudah disiapkan dengan baik oleh peneliti. Hal ini

dikarenakan bahwa pengumpul data telah mengetahui dengan baik

informasi yang akan diperoleh.

b) Wawancara semi-struktur yaitu wawancara yang lebih menekankan pada

in-depth interview yang mana baik narasumber dan peneliti menemukan

permasalahan secara lebih bebas dan mendalam. Baik dari narasumber

dibutuhkan pendapat maupun ide-idenya dan dalam pelaksanaannya pun

harus didengarkan baik-baik untuk mendaptkan hasil yang maksimal.

18

c) Wawancara tak berstruktur yaitu wawancara bebas dimana peneliti tidak

menggunakan pedoman wawancara ketika dilaksanakannya teknik ini.

Hal ini dikarenakan bahwa peneliti belum mengetahui secara pasti

mengenai permasalahan di sana, dan peneliti mendengarkan dengan baik

apa yang dikatakan oleh narasumber.

Berdasarkan hal di atas, wawancara yang akan digunakan dalam

penelitian ini menggunakan wawancara semi-struktur, dimana dilakukan

secara mendalam untuk mendapatkan informasi sedalam-dalamnya dari

narasumber. Dalam penelitian kualitatif, adanya penggabungan teknik

observasi partisipatif dengan wawancara mendalam, yang harus melibatkan

selain peneliti, juga interview kepada pihak-pihak atau narasumber dari pusat

permasalahan tersebut. Supaya dalam pelaksanaan wawancara dapat berjalan

dengan lancar, diperlukan alat-alat dalam mengumpulkan data sebagai

berikut:

a) Catatan: berfungsi mencatat semua percakapan dengan sumber data.

Notebook juga dapat digunakan untuk mencatat data hasil wawancara.

b) Tape recorder: berfungsi sebagai alat untuk menyimpan hasil rekaman

pertanyaan dan jawaban yang dilakukan dalam wawancara dengan

narasumber.

c) Camera: untuk bukti berupa gambar ketika sedang melakukan tanya-

jawab dengan narasumber/responden untuk meningkatkan keabsahan

peneliti semakin terjamin. (Sugiyono, 2008: 81-82).

19

Dalam penelitian ini akan dilaksanakan teknik wawancara dengan

narasumber berjumlah 5 orang, yaitu yang pertama dari pihak SGP Tour and

Travel dan kedua adalah kepala desa wisata Muaro Jambi, yang ketiga adalah

Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya Kabupaten Muaro Jambi, dan terakhir

adalah 1 orang masyarakat setempat sebagai perwakilan.

3) Kajian Dokumentasi

Menurut Arikunto (2006:231) dokumentasi merupakan pengumpulan data

dengan variabel yang berupa tulisan dan catatan, media cetak, notulen rapat

hingga agenda. Hal yang sama juga disampaikan oleh Sugiyono (2013)

bahwa dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen

bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya menoumental dari

seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian,

sejarah kehidupan, kriteria, biografi, peraturan, kebijakan studi

dokumentasi merupakan pendukung dari pengumpulan data berupa

wawancara dan observasi.

Dalam penelitian ini dalam pengumpulan data berupa dokumentasi akan

diperoleh dari gambar, catatan dari perusahaan, dan berupa foto yang akan

didapatkan dari lapangan.

4) Kajian Pustaka

Kajian pustaka merupakan salah satu pengumpulan data yang menjadi

pelengkap dalam sebuah penelitian. Nazir (2005) menyatakan bahwa kajian

pustaka merupakan pengumpulan data sekunder yang mengantarkan data

sampai ke mana ilmu yang terhubung dengan penelitian hingga menuju

20

kesimpulan dan generalisasi yang pernah dibuat sehingga kondisi/situasi

sosial terjadi. Sependapat dengan hal itu, Ratna dalam Prastowo (2012)

menyatakan bahwa kajian pustaka merupakan pengumpulan data yang

bersumber dari buku-buku yang yang pernah dibaca dan berhubungan

langsung dengan kepentingan penelitian yang dibutuhkan

b. Alat Kumpul Data

Adapun dalam penelitian ini, alat kumpul untuk mendapatkan data

adalah sebagai berikut:

1) Pedoman Wawancara

Wawancara merupakan suatu pedoman yang berupa susunan pertanyaan-

pertanyaan yang akan diajukan kepada narasumber guna mendapatkan

jawaban dari penelitian yang akan dilakukan. Wawancara ini akan

dilakukan secara mendalam, dan terus menerus hingga mendapatkan

jawaban yang pas.

2) Daftar Periksa (Checklist)

Menurut Hadi (2000) checklist atau daftar periksa merupakan susunan

dari daftar poin-poin yang dibutuhkan unruk mengumpulkan data berisi

faktor yang akan diselidiki. Daftar periksa akan digunakan untuk

mempermudah tim peneliti pada saat observasi dan juga pada saat studi

dokumentasi.

21

5. Metode Pengumpulan Data Triangulasi

Teknik triangulasi merupakan suatu teknik yang menggabungkan

pencarian dan pengumpulan data lainnya dan sumber data yang telah ada.

Sehingga sebenarnya dalam penelitian ini ingin menggunakan triangulasi ini

sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu megecek data yang telah

dikumpulkan dengan berbagai upaya pengumpulan data yang ada dan dari

berbagai sumber.

Dalam pendekatan kualitatif dalam penelitian ini menggunakan teknik

wawancara mendalam, observasi, teknik dokumentasi dan kajian pustaka

yang berarti walaupun mengumpulkan data dari sumber yang berbeda tapi

dengan teknik yang sama. Triangulasi ini berguna untuk memusatkan kembali

hasil data yang telah diperoleh, yang pada awalnya masih bersifat meluas,

tidak konsisten, dan kontradiksi, menjadi sebuah data yang bermakna lebih

konsisten, tuntas, dan pasti (Sugiyono, 2008). Denzin dalam Moleong (2010)

menambahkan bahwa teknik triangulasi ini merupakan gabungan dari

metode-metode pengumpulan data lainnya untuk mengkaji fenomena yang

terjadi dalam sebuah penelitian

Denzin dalam Moleong (2010) kemudian membedakan bahwa terdapat

4 hal dalam triangulasi, yaitu:

a. Triangulasi metode: triangulasi ini dilakukan dengan cara mengumpulkan

informasi dengan berbagai teknik dan data. Dalam penelitian kualitatif,

terdapat teknik wawancara, observasi, dan kajian pustaka. Di sini peneliti

bisa menggunakan 2 teknik untuk membandingkan kebenaran dari hasil

22

tiap narasumber yang didapatkan. Misalnya wawancara bebas dan

wawancara terstruktur. Ini dilakukan jika kebenaran dari hasil yang

didapat masih diragukan.

b. Triangulasi antar peneliti: triangulasi jenis ini dilakukan untuk

mendapatkan kebenaran dan khasanah dari jawaban dari pertanyaan yang

diajukan oleh peneliti. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa

orang yang dipilih untuk menjadi narasumber adalah orang-orang yang

memiliki pengetahuan yang baik dan jauh dari konflik permasalahan

tidak menambah konflik baru.

c. Triangulasi sumber data: Penelitian ini menjadikan objek dalam

triangulasi adalah: penggabungan pengumpulan data yang ada. Misalnya

dalam penelitian tidak hanya menggunakan teknik wawancara dan

observasi, tetapi juga menggunakan studi pustaka/kajian pustaka dan

dokumentasi yang semakin memperluas pengetahuan dan kebenaran dari

jawaban yang didapatkan dan tidak berasal dari 1 perspektif saja.

d. Triangulasi teori: mengingat bahwa hasil dari penelitian kualitatif ini

adalah menjadi sebuah teori, maka diperlukanlah pengumpulan teori

yang mendalam untuk akhirnya bisa dibandingkan dengan teori yang

relevan dan lebih mengerucutkan hasil akhir agar tidak menjadi bias.

Atas dasar teori yang di atas, maka untuk menyimpulkan hasil dari

pengumpulan data yaitu menggunakan teknik triangulasi sumber data dan

yang mana dalam penelitian ini menggunakan berbagai macam teknik yaitu

observasi (partisipasi aktif), wawancara (semi-terstruktur), kajian pustaka,

23

dan studi dokumentasi untuk mendapatkan hasil yang benar-benar terbukti

keabsahannya dan agar tidak membuat hasil yang bias dan triangulasi

metode karena dalam penelitian menggunakan wawancara bebas dan

wawancara menggunakan checklist.

6. Teknik Analisis

Analisis menurut Sugiyono (2008:89) adalah proses mencari dan

menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara

catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke

dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa,

menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan

dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri

sendiri maupun orang lain.

Sugiyono (2008) kemudian menambahkan bahwa dalam penelitian

kualitatif ini bersifat induktif, yang artinya adalah analisis ini bersumber

dari data yang dikumpulkan untuk kemudiann dikembangkan lagi menjadi

hasil. Setelah itu, hasil tersebut kembali dilakukan pencariannya untuk

disimpulkan apakah dari hasil tersebut dapat diterima atau tidak dari data

yang dikumpulkan.

Miles dan Huberman dalam Silalahi (2010) berpendapat bahwa dalam

kegiatan analisis terdapat 3 kegiatan yang berkaitan satu sama lainnya.

Diantaranya adalah: reduksi data, penyajian data, dan penarikan

kesimpulan/verifikasi. Ketiganya dilakukan bersamaan dalam kegiatan

24

analisis yang interaktif pada saat sebelum, selama, dan sesudah

pengumpulan data dan berkumpul untuk membentuk sebuah “analisis”.

a. Reduksi Data

Reduksi data merupakan kegiatan penyimpulan, penggolongan,

penyederhanaan, dan dan transformasi atas hasil-hasil atau data kasar

yang didapatkan selama dari lapangan.

Kegiatan dalam reduksi data ini juga mencakup: membuang data yang

tidak perlu, menajamkan, dan mengorganisir data yang kemudian nanti

hasil akhirnya dapat diverifikasi dan disimpulkan.

b. Penyajian Data

Dalam proses ini, data-data yang telah di reduksi kemudian disajikan

untuk kemudian mengambil langkah untuk penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan lebih jauh. Menemukan masalah mengenai apa

dan akan terjadi dapat dilihat dari proses ini dan dari hal ini dapat ditarik

kesimpulan untuk mengambil tindakan.

c. Menarik kesimpulan

Selama pelaksanaan penelitian ini, peneliti akan mulai mencari arti dari

benda-benda, alur sebab-akibat, dan pola-pola yang terjadi. Kesimpulan

akhir yang akan dibangun tidak akan selesai jika pengumpulan data

berakhhir pula. Hal ini bergantung pada kecakapan peneliti untuk

mencari berulang-ulang hasil data untuk menguji kebenarannya.

25

F. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi/tempat penelitian yang dilakukan adalah di SGP Tour and

Travel Kabupaten Muaro Jambi dengan fokus di desa wisata Muaro Jambi.

Sedangkan untuk waktu penelitian akan dilakukan pada bulan Februari-Juni

2017.

BAB II

TINJAUAN TEORI/KONSEP

A. Tinjauan Pengembangan Produk

Dalam tinjauannya, definisi mengenai pengembangan produk dijabarkan

menurut beberapa para ahli adalah sebagai berikut:

“The tourism product may beseen as be seen as a bundle or package of tangible and intangible components, including destination, attraction and facilities, accessibility, image, and price, which combined to form the overall experience”. (Middleton ,2001:86)

Pengembangan menurut Ramly (2007:45) adalah suatu usaha dan upaya

untuk memunculkan dan meningkatkan suatu kemampuan, dalam suatu

perusahaan, yang mana bertujuan untuk menjadikan produk lebih baik dari

sebelumnya agar produk tersebut menjadi lebih kompleks.

Cannon dan Wichert dalam Alma (2002) mengemukakan bahwa

pengembangan produk adalah kegiatan yang dilakukan oleh suatu pihak

produsen atau perusahaan yang tujuannya adalah untuk

mengembangkan,memperbaiki produk lama, dan mengurangi atas biaya-biaya

yang dianggap tidak diperlukan dalam produksi.

Pengertian pengembangan produk baru diperkuat oleh Tjiptono (2008)

yang mengatakan bahwa pengertian pengembangan produk baru meliputi

produk lama diubah menjadi produk yang disempurnakan dan yang telah

dimodifikasi menjadi produk dengan merk baru karena hasil dari penelitian dan

pengembangan.

26 * 27

Dari pengertian dari beberapa ahli mengenai pengembangan

produk/barang/jasa di atas, didapatkan bahwa pengembangan produk

merupakan upaya kegiatan untuk menyempurnakan dan memperbaiki dari

produk yang lama dengan riset oleh pihak produsen atau perusahaan yang

menyelenggarakannya.

Dalam dunia pariwisata, terdapat beberapa macam produk industri yang

terdiri dari berbagai macam produk, dikemukakan oleh Suwantoro (1997)

antara lain:

1. Produk nyata (Tangible Product) yaitu:

a. Daya tarik wisata yang terbagi menjadi daya tarik wisata alam, sejarah,

budaya, dan sumber daya di dalamnya.

b. Sarana pendukung pariwisata (superstruktur) seperti hotel, restoran,

transportasi, dan lainnya.

c. Prasarana pariwisata (infrastruktur) yang meliputi: jalanan, bandara,

telekomunikasi, pelabuhan, air bersih, listrik, dan lainnya.

2. Produk tidak nyata (Intangible Product) yaitu:

a. Pelayanan (Service) suatu jasa yang memberikan produk berypa sesuatu

yang tidak dapat dilihat tapi dirasakan dan lebih menampilkan sumber

daya/kemampuan yang dimiliki.

b. Sapta pesona.

Produk Wisata dapat dilihat sebagai sebuah paket yang komponen yang

nyata (tangible) dan tidak nyata (intangible) termasuk tujuan wisata,

27

28

atraksi dan fasilitas, aksesibilitas, citra, dan harga yang kemudian

dikombinasikan sebagai bentuk suatu pengalaman.

Produk wisata ini berkembang pula menjadi bermacam-macam bentuk.

Hal ini diperjelas oleh Suwantoro (1997) yang menyebutkan bahwa terdapat

beberapa produk pariwisata yang dapat dikembangkan yaitu: wisata budaya

(culture), wisata bahari (marine), ekowisata (ecotourism), wisata bertualang

(adventure), desa wisata (village tourism), kuliner/gastronomi (culinary),

wisata spiritual (spritual tourism), agrowisata (agro-tourism).

Sunaryo (2002) kemudian menambahkan, bahwa pengembangan

pariwisata butuh beberapa aspek yang perlu diperhatikan yaitu:

1. Atraksi/obyek wisata

Merupakan salah satu aspek yang memiliki posisi paling penting dari

aspek-aspek lainnya, dikarenakan fungsi dari atraksi ini adalah sebagai

penarik atau magnet wisatawan untuk mengunjungi suatu destinasi. Dimana

atraksi/objek wisata ini dibagi menjadi 3, yaitu:

a. Atraksi Daya Tarik Wisata Alam

Pengembangan untuk wisata alam ini diutamakan dalam keunikan dan

keindahan yang telah ada di dalam. Seperti contohnya, Pantai, Laut,

Danau, Gunung, Hutan, Sungai, dan Air Terjun.

b. Atraksi Daya Tarik Wisata Budaya

Wisata Budaya diperbaharui/dikembangkan dengan menitikberatkan

pada segala sesuatu yang bebasis hasil karya manusia, baik berupa

budaya yang masih hidup (situs/heritage), maupun nilai budaya yang

29

masih hidup (the living culture) berupa; seni-kriya, seni-sastra, seni-rupa,

hingga keunikan yang masyarakat miliki di dalamnya.

c. Daya Tarik Wisata Buatan

Daya tarik wisata buatan ini mempunyai perbedaan dengan wisata

budaya, karena merupakan hasil rekayasa dari manusia yang baru dengan

tujuan kurun waktu yang akan datang, sedangkan wisata budaya dibuat

karena rekayasa manusia di masa lampau.

2. Transportasi dan Aksesibilitas

Aspek selanjutnya yang perlu mendapat perhatian dalam

pengembangan adalah transportasi dan aksesibilitas. Dimana dalam hal ini

yang dimaksud untuk kedua aspek itu adalah segenap fasilitas transportasi

dan aksesibilitas yang memudahkan dan membuat kenyamanan untuk

wisatawan menuju destinasi.

3. Amenitas atau Akomodasi

Amenitas atau Akomodasi merupakan salah satu aspek yang

dibutuhkan dalam pengembangan pariwisata. Fasilitas ini mengutamakan

kenyamanan pada wisatawan dengan memanfaatkan waktu santai mereka

untuk beristirahat selama kunjungan di destinasi.

30

4. Infrastruktur Pendukung Informasi dan promosi

Keseluruhan jenis fasilitas umum berupa prasarana adalah yang

dimaksud dengan infrastruktur pendukung informasi dan promosi untuk

pengembangan suatu destinasi. Prasarana tersebut merupakan fasilitas

pendukung yang tidak berdiri sendiri, melainkan berkesinambungan dengan

sarana/komponen lainnya, contohnya pelabuhan, bandara, terminal, jaringan

telekomunikasi, dan komponen/sarana yang bersifat fisik: ketersediaan

listrik, adanya air minum, tersedianya toilet dan lainnya.

5. Fasilitas Pendukung Wisata Lainnya

Selain sarana dan fasilitas di atas, masih ada beberapa komponen

produk yang mendukung pengembangan, yaitu: usaha perjalanan, pusat

informasi di tempat wisata, tempat makan, pusat dan fasilitas perbelanjaan,

rambu/sign wisata, hiburan malam, dan perbankan yang dibuat dengan

tujuan untuk memudahkan dan memberikan kenyamanan kepada

wisatawan.

6. Kelembagaan Sumberdaya Manusia Pariwisata

Aspek ini meliputi keseluruhan dari unsur organisasi dan pengelola

wisata dan termasuk sumber daya manusia pendukungnya, yang menjadi

bagian dalam pengembangan destinasi tersebut, seperti Pemerintah,

Swasta/Industri, dan Masyarakat. Contoh dari kelembagaan dan pengelola

yang memegang peran penting dalam pengembangan ini adalah: Dinas

31

Pariwisata, Asosiasi Industri Perjalanan Wisata (ASITA), Persatuan Hotel

dan Restoran Indonesia (PHRI), Asosiasi Jasa Pemandu Wisata, Kelompok

Sadar Wisata maupun Masyarakat Pariwisata yang terlibat di dalamnya,

baik sebagai tenaga kerja, pelaku usaha, maupun sebagai tuan rumah (host)

dalam suatu destinasi.

B. Tinjauan Paket Wisata

Paket wisata menurut Muljadi (2009) merupakan suatu kegiatan

perjalanan yang telah direncakan dan diprogramkan oleh suatu pelayanan jasa

dengan kumpulan penyedia jasa lainnya yang membentuk suatu harga dan

susunan acara dalam kegiatan tersebut.

Pengertian dari paket wisata kemudian dijabarkan kembali oleh Nuriata

(2011) bahwa paket wisata merupakan gabungan suatu sistem yang merupakan

kumpulan dari komponen-komponen penyusunan yang berkaitan satu sama

lain diantaranya adalah: wisatawan, atraksi wisata, fasilitas wisata, dan waktu.

Bojamic dan Calantone (2004) menambahkan bahwa paket wisata

sebagai kumpulan/gabungan atas susunan komponen yang terkait satu sama

lainnya, diantaranya atraksi wisata, akomodasi, tempat makan, dan

transportasi.

Dari pengertian di atas, paket wisata merupakan suatu susunan program

perjalanan yang di dalamnya terdapat komponen yang berkaitan satu sama

lainnya seperti: atraksi wisata, fasilitas (penginapan, makanan-minuman) dan

32

aktivitas wisata yang diberikan kepada wisatawan dengan harga yang sudah

ditetapkan di dalamnya.

Beberapa point penting yang harus menjadi perhatian dalam pembuatan

paket wisata menurut Suyitno (2001) adalah sebagai berikut:

1. Rute perjalanan: Dalam suatu perjalanan, sebaiknya dibuat dengan pola

berbentuk putaran atau circle route kecuali jika dalam keadaan yang

sulit/tidak memungkinkan seperti jarak antar tempat/daerah yang terlalu

dekat. Jika suatu tempat dinyatakan dalam satuan jarak, maka

ditransformasikan ke dalam satuan waktu (menit).

2. Variasi Objek: Penyusunan objek yang akan dikunjungi dalam paket wisata

ini harus bervariasi dan tidak dalam pola yang sama (monoton).

3. Tata Urutan Kunjungan: Tata urutan kunjungan pada suatu objek wisataini

berpengaruh dalam penempatan waktu yang akan dikunjungi,apakah di

posisi awal atau di posisi kunjungan akhir, tergantung pada kondisi dan

kebutuhan wisatawan. Tata Urutan Kunjungan ini pula harus

memperhatikan beberapa hal berikut:

a) Titik awal (starting point)

Titik awal yang dimaksud di sini adalah tempat yang dikunjungi pertama

kali ketika tiba di suatu destinasi/objek wisata. Biasanya titik awal dalam

memulai sebuah tour berupa hotel, airport, villa, atau tempat manapun

yang sesuai kesepakatan.

33

b) Titik akhir (finishing point)

Titik akhir ini hampir sama seperti dengan titik awal yaitu tempat

terakhir untuk mengakhiri suatu tour, seperti halnya hotel, airport, villa,

atau tempat manapun yang disepakati antara wisatawan dengan pemandu

wisatanya.

c) Waktu Tempuh Antar Objek Wisata

Waktu tempuh antar objek wisata ini diartikan sebagai waktu dalam

mencapai objek wisata, dimana diharapkan dalam perjalanannya tidak

ada hambatan seperti kemacetan, kerusakan

C. Tinjauan Community Based Tourism

1. Pengertian Community Based Tourism (CBT)

Community Based Tourism (CBT) atau komunitas berbasis

masyarakat adalah suatu konsep baru dalam rangka mengembangkan

pariwisata yang di dalamnya dilibatkan masyarakat, dimana dalam

pengembangan tersebut masyarakat harus berangkat dari kesadarannya

sendiri untuk meningkatkan nilai kehidupan mereka (COMCEC,2013:277).

Konsep pengembangan pariwisata melalui CBT ini awalnya

dibentuk untuk mengentaskan kemiskinan dari masyarakat-masyarakat di

destinasi yang masih belum merasakan keuntungan dari pariwisata di sekitar

mereka. Maka dari itu,tujuan utama dari CBT ini adalah untuk

meningkatkan nilai sosial-ekonomi dari suatu masyarakat melalui dunia

pariwisata, masyarakat lokal diajak untuk meningkatkan dalam

34

perencanaan, pengembangan, kapasitas kemampuan masyarakat hingga

taraf kehidupan mereka sehari-hari. (COMCEC,2013:70).

Dengan menggaris bawahi alasan di atas, bahwa penerapan CBT

biasanya umumnya berskala kecil dan melibatkan interaksi antara

pengunjung dan komunitas tuan rumah, terutama cocok untuk area di desa

dan daerah-daerah. CBT biasanya dimengerti untuk diatur dan dimiliki oleh

komunitas, untuk komunitas. Bentuk dari pariwisata ‘lokal’ di sini adalah

bahwa baik penyedia bahan baku dan pemberi layanan diberikan oleh

masyarakat lokal, dan mereka juga fokus dalam interpretasi dan komunikasi

mengenai budaya mereka. (Asker et al. , 2010:2)

Model pengembangan CBT ini lebih menekankan pada hal-hal yang

bersifat budaya dan mempelajari kehidupan-kehidupan tradisional di dalam

masyarakat. Hal ini ditunjukkan bahwa dalam konsep CBT ada nilai tukar

antara pengunjung (tourist) dan tuan rumah (host) yang dapat diterima satu

sama lain. Pengunjung dapat menikmati kesenangan dari budaya dan alam

di destinasi yang mereka kunjungi mengingat bahwa masyarakat lokal

disana masih memegang teguh budaya dan menjaga alam sekitar mereka

kepada pengunjung. (Asli et.al dalam COMCEC,2013:9).

Contoh dari kegiatan/aktivitas dengan penerapan CBT ini seperti: seni

dan kerajinan lokal, makanan lokal, ritual/upacara lokal, tarian tradisional.

Untuk akomodasi, home-stay lokal biasanya disediakan untuk pengunjung

untuk mencoba pengalaman kehidupan lokal (seperti contohnya di

Kyrgyzstan; Bario, Malaysia; Chambok Eco-tourism Site, Cambodia; Koh

35

Yao Noi, Thailand). (Kyrgyz Community Based Tourism Association,

2016).

2. Karakteristik Community Based Tourism (CBT)

Pelibatan masyarakat atau terkaitnya masyarakat dalam pengembangan

pariwisata melalui Community Based Tourism tentunya memiliki beberapa

ciri/karakteristik seperti: Kelestarian lingkungan, partisipasi masyarakat,

pemerataan keuntungan finansial, pemberdayaan masyarakat, peningkatan

standar hidup, dan pengelolaan masyarakat, pengendalian, dan pemilikan

proyek pariwisata. (Kontogeorgopoulos et.al, 2014:108).

Suansri (2003) menambahkan beberapa elemen CBT. Elemen ini

termasuk pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan, promosi

tradisi budaya yang unik untuk tujuan komunitas tertentu, dimasukkannya

semua kelompok masyarakat dalam perencanaan pariwisata, alokasi

keuntungan wisata ke dana masyarakat yang dimaksudkan untuk

pembangunan sosial dan ekonomi, keadilan dan distribusi manfaat yang

merata, dan promosi pengalaman pendidikan bersama antara wisatawan dan

tuan rumah.

Dalam kasus ini, Boonratana (2010) menyebutkan bahwa Thailand

terutama Mae Kampong merupakan contoh terbaik dari pencapaian

karakteristik dari CBT seperti keterlibatan masyarakat, peluang

menghasilkan pendapatan yang setara, pemberdayaan masyarakat, manfaat

kolektif, dan retensi gaya hidup dan budaya tradisional., Peluang

36

menghasilkan pendapatan yang sama, pemberdayaan masyarakat, manfaat

kolektif, dan retensi gaya hidup tradisional dan budaya.

Semakin berkembangnya penerapan CBT, Suansri (2003:21-22)

kemudian menekankan bahwa untuk pengembangan dalam CBT terdapat 5

dimensi utama: 1) dimensi ekonomi, dengan indikator berupa adanya dana

untuk pengembangan komunitas, terciptanya lapangan pekerjaan di sektor

pariwisata, timbulnya pendapatan masyarakat lokal dari sektor pariwisata;

2) dimensi sosial dengan indikator meningkatnya kualitas hidup,

peningkatan kebanggaan komunitas, pembagian peran yang adil antara laki -

laki perempuan, generasi muda dan tua, membangun penguatan organisasi

komunitas; 3) dimensi budaya dengan indikator berupa mendorong

masyarakat untuk menghormati budaya yang berbeda, membantu

berkembangnya pertukaran budaya, budaya pembangunan melekat erat

dalam budaya lokal; 4) dimensi lingkungan, dengan indikator mempelajari

carrying capacity area, mengatur pembuangan sampah, meningkatkan

keperdulian akan perlunya konservasi; 5) dimesi politik, dengan indikator:

meningkatkan partisipasi dari penduduk lokal, peningkatan kekuasaan

komunitas yang lebih luas, menjamin hak-hak dalam pengelolaan SDA.

Semua karakteristik dalam CBT tersebut akhirnya diulas dan dipersempit

kembali oleh Hatton, 1999; The Mountain Institute, 2000; Rozemeijer,

2001; Suansri, 2003; Blackstock, 2005; Goodwin and Santilli, 2009;

Tourism Concern, 2009) and the sites visited (Boonratana, 2009) sebagai

berikut:

37

a. Komunitas tuan rumah mempertahankan cara hidup dan budaya tradisional

yang menarik bagi wisatawan;

b. Pariwisata di masyarakat tuan rumah direncanakan, dikembangkan, dan

dikelola dengan persetujuan mereka;

c. Komunitas tuan rumah secara aktif terlibat dalam perencanaan,

pengembangan, dan pengelolaan produk dan aktivitas pariwisata;

d. Proses perencanaan, pengembangan, dan pengelolaan pariwisata membantu

menyatukan, memberdayakan, dan menanamkan kebanggaan pada

masyarakat tuan rumah;

e. Komunitas tuan rumah diberdayakan untuk merencanakan,

mengembangkan, dan mengelola pariwisata yang melengkapi gaya hidup

mereka;

f. Semua penduduk masyarakat tuan rumah memiliki kesempatan yang sama

untuk mendapatkan penghasilan sebagai pengelola lahan, pengusaha,

penyedia layanan dan produksi, dan karyawan;

g. Penghasilan yang dihasilkan adalah sumber tambahan atau alternatif, atau

digunakan untuk pengentasan kemiskinan;

h. Bagian dari pendapatan wisatawan dicadangkan untuk proyek-proyek yang

secara kolektif menguntungkan masyarakat tuan rumah;

i. Pariwisata di masyarakat tuan rumah berkontribusi terhadap pelestarian

warisan budaya dan konservasi warisan alam;

38

j. Komunitas tuan rumah, pengunjung, dan pemangku kepentingan lainnya

menyadari dampak negatif pariwisata, dan memiliki langkah-langkah untuk

mengurangi dampak tersebut;

k. Pengunjung diberi tahu tentang norma sosial dan budaya masyarakat tuan

rumah sebelum atau sesudah kedatangan, oleh karena itu mendorong

perilaku yang bertanggung jawab;

l. Pertukaran antara pengunjung dan komunitas tuan rumah mendorong

toleransi, pemahaman, dan pembelajaran lintas budaya; dan

m. Komunitas tuan rumah, pengunjung, dan pemangku kepentingan lainnya

berkewajiban menghindari ritual dan upacara yang bersifat komoditi

(terutama suci dan / atau religius).

D. Tinjauan Atraksi Wisata Berbasis Masyarakat

Menurut Undang-Undang Kepariwisataan No. 10 tahun 2009 Pasal 1

mengatakan bahwa daya tarik wisata adalah sesuatu yang memiliki keunikan,

keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan

hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.

Daya tarik atraksi wisata menurut Yoeti (2002) adalah sesuatu yang

tujuannya adalah untuk mendorong wisatawan datang ke satu tempat/daerah

yang mempunyai pesona wisata. Dimana daya tarik wisata ini dapat dibagi

menjadi:

1. Natural attraction: termasuk di dalamnya adalah pemandangan, laut, pantai,

iklim dan semua yang berhubungan dengan alam di suatu destinasi.

39

2. Cultural attraction: termasuk di dalamnya adalah budaya dan kesenian,

agama, festival, dan segala acara budaya.

3. Social attractions: termasuk di dalamnya adalah jalan hidup populasi

penduduk, bahasa, dan kesempatan untuk pertemuan sosial.

4. Built attraction: termasuk di dalamnya adalah bangunan bersejarah,

arsitektur modern, monumen, taman dan sebagainya.

Lalu menurut Mariotti dan Yoeti dalam Sunaryo,2002 mengatakan

dikarenakan daya tarik wisata ini adalah faktor penting untuk menarik

wisatawan ke suatu destinasi. Untuk hal itu, diperlukan 3 faktor utama untuk

menarik wisatawan,yaitu:

1. Something to see. Dalam suatu daya tarik wisata, diharapkan bahwa

wisatawan dapat menikmati dengan melihat sesuatu yang mempunyai daya

tarik khusus di daya tarik wisata tersebut.

2. Something to do. Daya tarik wisata selain bisa dinikmati dan dilihat, harus

menyediakan sesuatu untuk dapat melakukan aktivitas di dalamnya, seperti

olahraga, kesenian, atau apapun yang bisa membuat betah wisatawan.

3. Something to buy. Di suatu daya tarik wisata harus tersedia barang-barang

cindera mata (souvenir) seperti halnya kerajinan tangan yang disediakan

oleh masyarakat setempat untuk dapat dibawa pulang oleh wisatawan.

(Mariotti dan Yoeti dalam Sunaryo,2002).

Dalam suatu pemilihan suatu atraksi wisata untuk menjadi sebuah pilihan

dalam paket wisata disampaikan oleh Nuriata (2014:50) sebagai berikut:

1. Keunikan, hal yang bersifat eksotik dari atraksi wisata

40

2. Memenuhi selera wisatawan

3. Bersifat santai dilakukan tidak tergesa-gesa. Dinikmati dengan baik.

4. Mengandung unsur pendidikan/edukasi

5. Mempunyai daya dukung lahan yang memadai

6. Aksesibilitas, kemudahan mncapai tempat atraksi wisata

Atraksi wisata yang biasanya melibatkan masyarakat biasanya berbeda

dengan pemilihan atraksi wisata yang biasa. Tipikal dari atraksi wisata tersebut

mengajak pengunjung/tamu berinteraksi dengan; kehidupan lokal, cerita rakyat

dan budaya, baju, makanan dan minuman tradisional, hingga upacara adat di

sekitar. Semua hal tersebut disebutkan bahwa atraksi wisata yang sesuai

dengan masyarakat harus bersifat baru, eksotis, unik, dan menyenangkan yang

disatupadankan dengan kehangatan dan keramahan dari masyarakat lokal

tersebut sebagai hasil dari pertukaran cross-culture antara pengunjung dan

masyarakat lokal (COMCEC,2013:11). Dolezal dalam COMCEC (2013:51)

menambahkan bahwa penelitian menjelaskan bahwa motivasi wisatwan untuk

berpartisipasi dalam kegiatan yang berkaitan dengan masyarakat harus

memiliki keinginan untuk memiliki pengalaman yang unik dan asli, yang mana

hanya ditemukan di kegiatan sehari-hari masyarakat lokal di balik pariwisata.

Asean Community Based Tourism Standard (2016:8) menambahkan juga

bahwa dalam suatu atraksi harus memastikan bahwa pengunjung dapat

berinteraksi dengan alam, budaya, dan lingkungan di sekitarnya. Produk/atraksi

wisata dalam hal ini menurut COMCEC tidak harus berupa atraksi alam, tetapi

41

lebih menekankan pada pendekatan antara tamu dan pengunjung yang mana

penduduk lokal mempunyai potensi dalam atraksi seperti:

1. Produk yang membuat untuk kebutuhan dasar manusia lainnya dengan

perbedaan lokal mereka (contohnya membuat roti)

2. Demonstrasi lokal untuk pembuatan produk lokal (contoh:membuat

tembikar/pottery)

3. Pengolahan produk pertanian primer (contoh: proses membuat tebu)

4. Aktivitas unik yang bersangkutan dengan daya tarik alam (contoh:melihat

paus)

5. Event yang terorganisasi dengan baik (contoh: seafood dinner)

(COMCEC,2013:36).

Tabel di bawah ini menunjukkan beberapa contoh dari atraksi dan aktivitas

dari CBT:

TABEL 2

ATRAKSI DAN AKTIVITAS CBT

Single activity or objects Culture tours/ Nature/ wildlife/ Significant sites Dailychores/ production/ walks/ visits/ outdoor activities products events/ classes drumming village tours bird watching hot springs dance agriculture tours medicinal use of plants falls hair braiding history tours thatching grass rainforest craft work guided walks herbal tea collection volcanos handicraft production school visits trophy hunting lakes cookery language classes campsite management rivers meal sharing seafood event jungle trekking ancient sites storytelling cooking classes traditional fishing production natural dying safaris facilities bread turtles mountains basket flowers

Sumber : COMCEC, 2013:11

42

Kesuksesan penerapan CBT dalam berbagai destinasi terutama beberapa

daerah terpencil yang serupa dengan tujuan pembentukan CBT yaitu untuk

mengenalkan budaya mereka, tetapi lebih untuk meningkatkan pendapatan

mereka. COMCEC (2013:12) menyampaikan bahwa ketika wisatawan masuk

ke dalam suatu daerah dengan masyarakat lokal di sekelilingnya, maka

wisatawan harus peka terhadap nilai perilaku dan nilai kritis agar tidak

mengganggu masyarakat sekitar, dan bagi masyarakat harus diajarkan untuk

memberi toleransi kepada wisatawan yang melakukan kesalahan beberapa kali.

Beberapa dari negara yang sukses menerapkan CBT adalah Malaysia. Seperti

contohnya adalah Bario Homestay. Committee for Economic and Commercial

Cooperation of the Organization of Islamic Cooperation (COMCEC)

memberikan alasan mengapa Bario Homestay menjadi salah satu penerapan

CBT yang baik adalah salah satunya bahwa masyarakat lokal di sana,

menyediakan toko kerajinan lokal dan galeri seni yang ditampilkan oleh

masyarakat yang ahli di bidang tersebut. Untuk penyediaan souvenir, menurut

Seneviratne et.al (2010:4) yang mengatakan bahwa kerajinan-kerajinan lokal

yang paling terkenal termasuk perak, produk sabut, tembikar, lacquer ware,

topeng, renda, batik, handloom dan berbagai ukiran kayu artefak megah yang

terbuat dari bahan asli alami dan bahan oleh pengrajin dan wanita yang

keterampilannya diturunkan dari generasi ke generasi. Xin-ting (2004)

mengatakan bahwa untuk penyediaan souvenir, tidak hanya memperhatikan

43

keindahan dan penampilan yang mencolok, tetapi juga harus memberikan

kesan tentang karakter dan kekayaan suatu daerah.

Lalu selain hal itu Boonratana (2010:286) menambahkan bahwa jika

dalam suatu menerapkan CBT, alangkah baiknya bahwa pengunjung dapat

kesempatan dengan mempunyai pengalaman dari belajar kehidupan tradisional

melalui interaksi yang dekat antara tamu dan tuan rumah dam mengikuti

aktivitas yang dilakukan oleh tuan rumah sehari-hari. Wei (2013:16)

mengungkapkan bahwa salah satu alasan dalam Best Practice adalah bahwa

salah satu hal yang bisa dicontoh dalam penerapan CBT adalah bahwa

masyarakat lokal yang bekerja sebagai pemandu lokal (local guides)

membagikan pengetahuan mengenai budaya, alam, dan sejarah dari mereka.

Sependapat dengan hal itu, Asean Community Based Tourism Standard

(2003:8) yang menyebutkan salah satunya adalah bahwa guide harus memiliki

dan menunjukkan kemampuan mereka mengenai pengetahuan mengenai

lingkungan dan budaya setempat yang meliputi; sejarah, budaya, tradisi,

geografi, flora dan fauna dan situs budaya/warisan budaya dan prinsip

pariwisata berkelanjutan.

Penyusunan paket wisata tentunya tidak terlepas dari penentuan waktu.

Nuriata (2014) menyampaikan bahwa penggunaan waktu untuk pelaksaan tour

harus lebih lama daripada pencapaian waktu untuk menuju ke suatu atraksi

wisata. Hal ini dimaksudkan agar wisatawan tetap merasakan kegiatan tour

dengan baik. Atraksi yang baik juga harus memiliki tempat/lokasi yang

strategis. Selain untuk menjadi pertimbangan bagi wisatawan, juga karena

44

lokasi merupakan salah satu aspek penting dalam pembentukan suatu paket

wisata. Lokasi dalam sebuah destinasi merupakan salah satu faktor yang

penting karena hal itu menetapkan dekatnya antara satu destinasi dengan

destinasi lainnya yang dapat dicapai oleh transportasi (COMCEC, 2013:26).

E. Tinjauan Akomodasi Berbasis Masyarakat

Akomodasi merupakan salah satu fasilitas penunjang dalam suatu paket

wisata. Pengertian dari penginapan ini dijabarkan oleh beberapa ahli di bawah

ini:

Menurut SK Menteri Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi No. KM

37/PW. 340/MPPT-86 dalam Sulastiyono (2011:6), adalah "Suatu jenis

akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk

menyediakan jasa penginapan, makanan dan minuman, serta jasa penunjang

lainnya bagi umum yang dikelola secara komersial.

Dalam pelaksanaan suatu paket wisata, penginapan (accomodation) ini

merupakan salah satu sarana yang diperlukan oleh wisatawan yang biasanya

menghabiskan waktu di suatu tempat dengan waktu lebih dari 24 jam untuk

bersantai disana. Jenis-jenis sarana akomodasi tersebut dibagi menjadi:

1. Inn atau Hotel

Dulunya hotel dikenal sebagai pondok yang menyediakan makanan dan

awalnya diciptakan untuk melayani masyarakat. Hingga sekarang definisi

dari hotel adalah akomodasi komersial yang sebagian atau seluruh

45

bangunannya dipergunakan menjadi suatu tempat tinggal sementara dan

disediakan berbagai layanan seperti makan-minum, cuci pakaian, dan

relaksasi lainnya.

2. Motel

Motel merupakan gabungan dari motor hotel. Fungsi dari hotel ini

ditujukan pada pengguna motor yang ingin beristirahat di tengah perjalanan

mereka menuju ke suatu daerah.

3. Resort

Akomodasi yang lokasinya di tempat-tempat untukn relaksasi seperti

pegunungan atau di pinggir pantai.

4. Pondok wisata atau homestay

Suatu usaha akomodasi yang biasanya dimiliki oleh perorangan yang

menggunakan sebagian atau seluruh dari rumah tempat tinggal mereka

dengan biaya harian. (Ismayanti,2010)

Pengertian tersebut ditambahkan kembali oleh ASEAN Tourism Standard

(2007) bahwa homestay merupakan suatu penginapan rumah tinggal yang

fungsinya memberikan kesempatan bagi para tamunya untuk menikmati

kehidupan sehari-hari masyarakat dan komunitas disana sebagai daya tarik. Di

dalamnya, terdapat beberapa kriteria yang menyebutkan bahwa penyedia

akomodasi memiliki akses terhadap pengembangan kapasitas yang

berkelanjutan dan kesempatan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan dan

pengetahuan mereka tentang:

46

1. Akomodasi dan layanan rumah tangga,

2. Kebersihan persiapan makanan,

3. Standar perhotelan dan layanan,

4. Pariwisata berkelanjutan,

5. Manajemen kelompok,

6. Layanan / layanan pelanggan,

7. komunikasi (termasuk kesadaran / komunikasi lintas budaya dan

komunikasi verbal dan non-verbal)

8. Pertolongan pertama dan keamanan,

9. Tradisi budaya, integritas,

10. Identitas dan nilai-nilai otentik,

11. Perlindungan lingkungan.

Maksud dari pengadaan homestay ini adalah tentunya untuk memberikan

tempat tinggal bagi wisatawan di suatu desa/kampung bersama keluarga yang

tinggal di dalamnya, dan karena hal itu wisatawan dapat belajar banyak hal

seperti gaya hidup lokal, budaya, dan alam setempat. Yang ciri utamanya

adalah tinggal bersama dengan host family dan melakukan aktivitas seperti

memasak, makan dan kegiatan bersama antara wisatawan dengan tuan rumah.

(Ibrahim, 2010).

Salah satu jenis akomodasi adalah homestay. Berbeda dengan hotel yang

bersifat komersial, homestay merupakan sarana penginapan yang paling cocok

dalam penerapan CBT. Homestay juga merupakan salah satu alat untuk

mengembangkan peningkatan kesadaran akan masalah kebersihan dan sanitasi

47

dalam suatu destinasi bersama masyarakat di dalamnya (Suansri,2003:18).

Karena seperti pengertian yang disampaikan oleh Suansri (2003:28) bahwa

homestay merupakan salah satu jenis wisata yang mempromosikan interaksi

antara tamu dan tuan rumah (host families). Untuk masalah jarak, Asean

Community Based Tourism Standard mengenai aksesibilitas bahwa homestay

tidak ditempatkan dalam 20 meter dari setiap daya tarik alami atau budaya atau

situs penting, kecuali secara historis di lokasi itu atau karena alasan budaya.

Dalam homestay ini sebenarnya tidak membutuhkan banyak hal seperti

layaknya membangun sebuah hotel, namun penyediaan rumah dengan keadaan

yang bersih dan higienis dengan fasilitas tentunya tersedia kamar dan tempat

tidur sudah menjadi syarat yang baik dalam menyediakan homestay. Adapun

selain hal itu, terdapat beberapa standard Internasional yang telah ditetapkan

oleh Asean Community Based Tourism Standard (2013:12) mengenai

penyediaan homestay sebagai berikut:

a. Kamar dan toilet, dengan privasi dan ventilasi yang memadai,

tersedia untuk tamu digunakan dalam semua akomodasi. Semua akomodasi,

terutama kamar mandi dan toilet, dibersihkan secara menyeluruh setiap hari.

b. Kamar mandi dan toilet termasuk tangki dan air bersih harus bersih.

Termasuk juga sabun, cangkir dan tempat sampah.

c. Toilet berjongkok atau duduk, dan tipe pembilasan atau pengomposan,

dengan pertimbangan yang diberikan pada jenis klien dan aturan lokal.

48

Hal tersebut kemudian ditambah menurut Asean Homestay Standard

(2016:6-7) yang menyebutkan kriteria mengenai kriteria homestay berstandar

Internasional, untuk pemilihan rumah sebagai homestay yaitu:

1. Struktur rumah harus dalam keadaan baik, stabil dan aman seperti atap,

dinding, pintu, lantai, dll.

2. Desain dan bahan bangunan harus mencerminkan arsitektur vernakular dan

identitas lokal.

3. Penyedia homestay harus menyediakan kamar tidur tamu yang terpisah dari

kamar tidur lainnya di rumah.

4. Harus ada minimal satu (1) kamar mandi / toilet untuk tamu di dalam ruang

tamu atau di dalam rumah.

5. Disarankan agar rumah memiliki pasokan listrik.

6. Rumah harus memiliki persediaan air bersih yang memadai dan tersedia di

dalam rumah.

Selanjutnya menurut Asean Homestay Standard (2016:7) yang menyebutkan

kriteria untuk kamar tidur adalah:

1. Menyediakan fasilitas dan perabotan dasar di kamar tidur tamu seperti kipas

angin, meja, lemari mini, cermin, soket listrik, kelambu atau koil dll.

2. Maksimal empat dari jumlah total kamar tidur di rumah, yang tidak

digunakan oleh anggota penyedia homestay / host manapun dialokasikan

untuk tamu homestay.

3. Menyediakan jenis tempat tidur standar dan sesuai seperti tempat tidur

single dan tempat tidur double dengan kasur dan bantal yang nyaman.

49

4. Jika perlu, jendela harus dilengkapi dengan bingkai jala untuk menahan

nyamuk dan serangga lainnya.

5. Sprei harus diganti sesuai kebutuhan dan memenuhi kebutuhan untuk tamu,

seperti sprei bersih dan segar harus disediakan untuk tamu berikutnya.

Kemudian standard yang ditetapkan oleh Asean Homestay Standard (2016:6)

untuk kriteria toilet di dalam homestay adalah:

1. Sediakan jenis toilet duduk atau jongkok di dalam atau di luar dekat dengan

rumah.

2. Menyediakan fasilitas toilet dan kamar mandi dasar termasuk pintu dengan

kunci dalam semua toilet dan kamar mandi

3. Air bersih yang memadai dan memadai harus disediakan setiap saat

Homestay saat ini diupayakan untuk tidak hanya sebagai akomodasi, tetapi

juga dapat memberikan pengalaman kehidupan traidisional masyarakat lokal,

menurut Asean Homestay Standard (2016:7) menyebutkan kriteria bahwa

selama tinggal di homestay, sebaiknya ada beberapa kegiatan yang dilakukan

untuk memperkenalkan budaya lokal di sekitar:

1. Menyediakan kegiatan baik berupa kebudayaan lokal (bertani, industri

lokal, atau kerajinan tangan), dan kegiatan yang menyangkut dengan alam

sekitar (hutan, sungai, danau, dan gua) yang dirancang membuat interaksi

antara pengunjung dan wisatawan.

2. Mengunjungi atraksi-atraksi di sekitar homestay dengan menjadikan

homestay menjadi atraksi dasar dan juga berkolaborasi dengan desa sekitar

untuk menambah variasi kegiatan wisata.

50

3. Menunjukkan kegiatan yang masih bersifat otentik dan menunjukkan bahwa

masyarakat lokal masih menjaga dengan baik budaya yang ada di sekitar

mereka sehingga membuat pengalaman yang unik bagi wisatawan.

Hal tersebut kemudian diperjelas kembali mengenai standard bagi pemilik

homestay dalam menjaga dan menyajikan makanan, maka pemilik homestay

harus:

1. Dapur harus dalam keadaan baik, bersih dan berventilasi baik

2. Peralatan dapur harus dalam kondisi baik, bersih, dan disimpan di tempat

yang kering.

3. Piring, gelas dan mangkuk yang tidak rata, dan lain-lain tidak boleh

digunakan untuk menyajikan makanan tamu.

4. Daging, ayam, ikan dan bahan lainnya yang digunakan dalam persiapan

makanan adalah segar dan sebaiknya bersumber dari pasar / pemasok lokal.

5. Makanan yang disajikan harus ditutup dengan benar.

6. Tamu hanya dilayani dengan air minum yang aman

Asean Homestay Standard (2016:8) menambahkan lagi mengenai lokasi

yang seharusnya menempatkan homestay, dengan kriteria sebagai berikut:

1. Lokasi homestay dapat diakses oleh moda transportasi manapun.

2. Tanda papan yang jelas harus disediakan untuk membimbing tamu ke

homestay.

Selain hal itu, COMCEC (2013) mengatakan bahwa salah satu syarat

untuk menjadikan sebuah homestay adalah bahwa suatu homestay disediakan

51

oleh masyarakat lokal sendiri yang masih berbentuk rumah tradisional.

COMCEC (2013) menambahkan bahwa salah satu alasan mengapa wisatawan

tertarik tinggal di homestay adalah bahwa wisatawan dapat tinggal di dalamnya

bersama dengan keaslian baik rumah maupun kehidupan sehari-hari yang

masih dijaga dengan erat dan dapat dinikmati oleh wisatawan. Selain hal itu,

tentunya para pekerja/ staff dalam homestay ini adalah orang lokal (Kyrgyz

Community Based Tourism Association, 2016). Menambahkan pendapat

tersebut, Suansri (2003:20) menyampaikan bahwa pengertian homestay sendiri

sekarang berubah dari akomodasi lain, yang menerima wisatawan yang tidak

diketahui sebelumnya dengan tetap menampilkan budaya dan kesederhaan

yang mereka miliki dan masyarakat menetapkan biaya dari hal tersebut kepada

wisatawan.Tinggal bersama dengan penduduk lokal dalam rumah tradisional

juga diharapkan memberikan pengalaman dengan hidup di kehidupan

pedesaan, dan bertukar untuk belajar mengenai budaya dan tradisi antara

pengunjung dan tuan rumah dari homestay tersebut, dan pengunjung juga dapat

mengambil bagian dalam beberapa aktivitas sehari-hari yang biasanya

dilakukan oleh tuan rumah, seperti misalnya mencoba membuat masakan

rumahan, mengambil hasil panen dari perkebunan, dan bahkan bermain

permainan tradisional di desa tersebut. Para wisatawan juga dapat merasakan

pengalaman seperti menanam padi di sawah, ikut memancing di laut,

mengikuti pengalaman di upacara adat, dan juga dapat berpartisipasi untuk

mengikuti tarian tradisional dari desa mereka (Malaysia Homestay Program).

Sejalan dengan pandangan dari Malaysia Homestay Program, menurut

52

COMCEC (2013:6) bahwa saat ini wisatawan mencari pengalaman-

pengalaman baru dari suatu destinasi yang biasanya masih kaya akan budaya

yang dijaganya.

Hal lain yang dipersipakan oleh sebuah homestay bahwa tuan

rumah/pemilik rumah menyediakan makanan untuk para tamu untuk menjamu

mereka selama tinggal di sana. Sependapat dengan hal itu, Breugel (2013:22)

mengatakan bahwa dalam praktek kesuksesan sebuah homestay di salah satu

desa di Thailand adalah mereka menyediakan 3 kali makan dalam sehari untuk

diberikan kepada pengunjung. Ia kemudian menambahkan bahwa pelayanan

yang diberikan oleh pihak masyarakat (host families) tersebut untuk menjamu

para wisatawan adalah tentunya dengan mereka menyediakan makanan lokal

mereka, dan berasal dari bahan-bahan alami yang biasanya mereka tanam

sendiri. Hal ini kemudian ditambahkan menurut Flandrin (1995:15) bahwa

kondisi geografis merupakan salah satu pengaruh dalam pemilihan dan

penyajian makanan. Faktor untuk penyedia makanan merupakan satu hal

penting yang dapat para wisatawan. Dimana ketika makan, para tamu dapat

merasakan nikmatnya makan bersama masyarakat lokal dengan menu yang

mereka persiapkan sendiri (Aziz dan Selamat,2016:30). Untuk harga, menurut

Asean Homestay Standard (2016:6) menyatakan bahwa harga yang ditetapkan,

akan lebih memudahkan wisatawan untuk menikmati aktivitas di homestay.

Biasanya harga tersebut sudah termasuk dengan transportasi, kegiatan,makan,

dan akomodasi itu sendiri. Harga untuk penetapan harga ini biasanya

ditentukan dahulu untuk masyarakat, kemudian akan dilakukan mark-up yang

53

mana hal itu akan mendukung dalam ekonomi masyarakat lokal. Seperti

pendapat dari COMCEC (2016:47) bahwa penciptaan lapangan kerja dan

pekerjaan merupakan keuntungan ekonomi yang penting karena bagi banyak

anggota masyarakat.

Nuriata (2014) kemudian menambahkan bahwa ada faktor lain dalam

pemilihan fasilitas akomodasi yang perlu dipertimbangkan untuk penyusunan

program paket wisata, sebagai berikut:

1. Tipe dan jenis akomodasi/penginapan (Bintang/non, sistem blok, cottage,

bungalow)

2. Kapasitas kamar dan tingkat hunian

3. Harga dan kondisi sarana akomodasi tersebut

4. Fasilitas dan pelayanan yang mendukung

5. Lokasi, menyangkut:

a. Jarak dari pintu gerbang (masuk/keluar),terminal

b. Kaitan dengan atraksi wisata

c. Inti dari program perjalanan

d. Di dalam atau di luar kota

e. Hubungan dengan rute perjalanan

6. Kemudahan pencapaian/Aksesibilitas

7. Adekkuasi/persediaan-Tingkat hunian

8. Sanitasi/Hygiene

9. Keunikan

10. Seasonal

54

Dalam homestay, masyarakat lokal harus tetap menjaga sanitasi/kebersihan

sesuai dengan standard dari Asean Homestay Standard (2016:6) dengan kriteria

sebagai berikut:

1. Semua kamar, dapur dan toilet harus tetap bersih dan bebas dari kotoran

debu, jaring laba-laba dll

2. Lantai dapur harus dibersihkan secara teratur dan bebas dari noda tumpahan

3. Toilet, bak mandi, sumur dan bak cuci harus secara teratur dibersihkan dan

dibiarkan bebas dari kotoran dan noda.

4. Desinfektan harus digunakan untuk menjaga toilet tetap bersih dan bebas

dari kuman

5. Sabun, shampo, tisu toilet dan handuk bersih harus disediakan oleh

penyedia homestay.

F. Tinjauan Tempat Makan Berbasis Masyarakat

Pengertian rumah makan menurut Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan

Telekomunikasi No.KN.73/PVVI05/MPPT-85 tentang Peraturan usaha Rumah

Makan, dalam peraturan ini yang dimaksud dengan pengusaha Jasa Pangan

adalah: “Suatu usaha yang menyediakan jasa pelayanan makanan dan minuman

yang dikelola secara komersial”. Sedangkan menurut peraturan Menteri

Kesehatan RI No.304/Menkes/Per/89 tentang persyaratan rumah makan, maka

yang dimaksud rumah makan adalah satu jenis usaha jasa pangan yang

bertempat di sebagian atau seluruh bangunan yang permanen dilengkapi

55

dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan dan

penjualan makanan dan minuman bagi umum ditempat usahanya.

Pengertian dari tempat makan ini diperjelas kembali menurut Ismayanti

(2010) bahwa suatu jenis usaha pangan yang menyediakan makanan, minuman,

dan dikelola yang mana dalam pembangunan tempat makan harus

menyediakan ruang untuk pengolahan makanan, penyajian, hingga akhirnya

penjualan kepada pengunjung.

Nuriata (2014) kemudian menyampaikan bahwa ada faktor yang harus

dipertimbangkan dalam memilih suatu tempat makan dalam paket wisata, di

antaranya:

1. Bentuk tempat makan berada di dalam/luar hotel, warung, cafe, restoran,

dll,

2. Kapasitas pengunjung/meja yang tersedia,

3. Harga, menu dan kondisi dari sarana restoran tersebut,

4. Fasilitas dan pelayanan yang mendukung,

5. Lokasi, menyangkut:

a. Jarak dari pintu gerbang (masuk/keluar), terminal

b. Kaitan dengan atraksi termasuk topografi/contour

c. Inti dari program perjalanan

Tempat yang tepat sesuai dengan waktu perjalanan:

a. Di dalam/luar kota

b. Hubungan dengan rute perjalanan

6. Kemudahan pencapaian/Aksesibilitas,

56

7. Adekuasi/Persediaan,

8. Pelayanan:

a. Self-service

b. Table Set

c. Buffet

d. Drive through

9. Keunikan,

10. Sanitasi/Hygiene,

11. Seasonal,

12. Jam Kerja/Operasional,

Berkaitan dengan CBT, tempat makan yang dimaksud di sini adalah lebih

mengarah kepada food tourism yang menekankan ‘rasa’ yang melekat pada

lingkungan pedesaan/tradisional. Sependapat dengan hal ini Rifai (2012) dalam

African Journal of Hospitality, Tourism and Leisure Volume 5 (2016)

mengatakan bahwa saat ini para wisatawan kembali ke tempat yang sudah

mereka kenal dan mereka telah puas dengan hasil sebuah masakan dan teruji

resepnnya, dan mereka juga dapat pergi ke tempat lain untuk mencari tempat

yang mempunyai keahlian dan resep makanan yang baru, sehingga itu menjadi

pengalaman tersendiri bagi mereka. Hal tersebut ditambahkan menurut Sims

(2012:326) ada hubungan vital antara makanan lokal, pariwisata, dan pertanian

dan keamanan pangan. Makanan lokal berpotensi memainkan peran sentral

dalam agenda pariwisata yang berkelanjutan, dengan mencakup segala hal.Dari

kekhawatiran tentang keamanan pangan dan dampak pertanian terhadap

57

lingkungan pedesaan terhadap permintaan pengunjung akan lebih banyak

pengalaman wisata "asli".

Seperti halnya pengertian di atas, bahwa untuk memenuhi kebutuhan

wisatawan yang seperti itu, maka menyiapakan makanan dan membuatnya

menjadi sebuah pengalaman dalam sebuah perjalanan dapat dilakukan di suatu

pedesaan yang memenuhi syarat bahwa mereka mempunyai resep/makanan

lokal yang dapat menarik minat wisatawan (Dougherty and Green dalam

African Journal of Hospitality, Tourism and Leisure Volume 5 (2016). Hal ini

juga berkaitan langsung dengan CBT yang mana penggabungan atas keduanya

disampaikan oleh African Journal of Hospitality (2016) sebagai CBTF atau

Community Based-Food Tourism. Hal ini ditambah dengan pengertian menurut

Asean Community Based Tourism (2016:6) bahwa dalam penyediaan

makanan, tuan rumah harus memperhatikan standard berikut:

1. Menu tersedia dengan harga yang sesuai (jika sesuai).

2. Makanan disediakan pada waktu yang disepakati yang diidentifikasi melalui

konsultasi antara makanan dan penyedia minuman

3. Makanan yang cukup disediakan untuk kebutuhan pengunjung, termasuk

makanan ringan antara makanan.

4. Menu bervariasi setiap hari dan termasuk setidaknya satu makanan

tradisional pada setiap makan periode.

5. Penggunaan maksimum dibuat dari makanan segar dan organik, bahan-

bahan lokal,termasuk daging dan sayuran segar, tapi tidak ada daging

langka yang dilarang oleh peraturan pemerintah.

58

6. Makanan penutup atau buah merupakan bagian dari setiap makanan.

7. Persiapan makanan dan area makan dijaga dalam keadaan bersih setiap saat.

8. Persiapan makanan dan peralatan makan dibersihkan secara menyeluruh

sebelum digunakan (misalnya dibersihkan segera setelah makan).

9. Penyedia layanan makanan mencuci tangan dengan sabun di air bersih

sebelumnya dan teratur selama persiapan makanan.

10. Makanan disimpan dalam wadah bersih, yang disimpan dengan baik.

11. Hewan dan hama dijauhkan dari penyimpanan makanan, memasak dan area

makan.

12. Peluang ada bagi wisatawan untuk berpartisipasi dalam persiapan makan

dan makan belajar teknik memasak tradisional

13. Preferensi diet pengunjung diakomodasi.

14. Penggunaan maksimum dibuat dari produk bio-degradable alami saat

disajikan dan makanan kemasan (misalnya daun pisang).

Salah satu hal dalam penerapan CBT dalam pelayanan food tourism yang

berkaitan langsung dengan CBT ini, bahwa setiap pelayanan yang diberikan

oleh tamu, harus mempekerjakan masyarakat lokal di sana dan menggunakan

bahan-bahan dari desa tersebut. Sehingga hal ini berguna untuk meningkatkan

ekonomi lokal dan tentunya memberikan pengalaman tersendiri bagi para tamu

(Wei,2012). Sependapat dengan hal tersebut, KYN CBT-Club dalam

COMCEC (2013:48) menyatakan bahwa tentunya dalam mempekerjakan

masyarakat tersebut bertujuan untuk memberikan kesempatan dan membuka

lapangan kerja seluas-luasnya untuk masyarakat lokal.

59

African Journal of Hospitality (2016) menyampaikan bahwa terdapat Food

Standard CBT yang dipersiapkan dalam menentukan makanan yang

diperuntukkan untuk di daerah pedesaan:

1. Menggunakan bahan/kemasan yang biodegradable (bahan alami) seperti

misalnya daun pisang.

2. Menggunakan bahan-bahan/ingredients alami (tidak menggunakan daging

hewan langka/bushmeat)

3. Menyediakan masakan spesial lokal

4. Keanekaragaman jenis masakan lokal

5. Menyediakan makanan untuk vegetarian

6. Menggunakan bahan-bahan lokal yang berasal dari perkebunan masyarakat

sendiri

7. Pengunjung dapat mengikuti kegiatan memasak bersama masyarakat lokal

G. Tinjauan Transportasi Berbasis Masyarakat

Menurut Gunawan (2014) transportasi adalah suatu usaha atau kegiatan

mengangkut barang/penumpang dari satu tempat ke tempat lain. Pemilihan

moda transportasi dalam pembentukan paket wisata disampaikan kembali oleh

Nuriata (2014) yaitu:

1. Moda transportasi yang dipilih termasuk kelompok dari setiap moda

2. Kondisi dan fasilitas yang ada:

a. Kapasitas tempat duduk

b. Pelayanan di darat (Ground Service)

60

c. Pelayanan di atas kendaraan (On-board service)

d. Bentuk transport

e. Kecepatan jelajah

f. Load factor

3. Harga/biaya termasuk kelas

4. Waktu, menyangkut jadwal perjalanan dan lama tempuh

5. Lokasi dan topografi

a. Titik awal dan titik tujuan

b. Jarak tempuh

c. Rute

6. Kemudahan pencapaian/ aksesibilitas

7. Adekuasi/ persediaan

8. Keunikan

9. Seasonal

Transportasi merupakan salah satu elemen penting dalam sebuah perjalanan.

Pada kenyataannya, kebutuhan orang-orang yang ingin bepergian dan

melakukan aktivitas di tempat yang berbeda, memerlukan aksesibilitas yang

baik dan kecepatan untuk mencapainya. Karena banyak orang beranggapan

bahwa suatu kecepatan dalam suatu transportasi untuk mencapai suatu tempat

itu sangat membantu dalam menghabiskan waktu tidak terlalu lama dalam

perjalanan dan itu memudahkan untuk mencapai destinasi/ tujuan berbeda yang

lebih luas (Goodwin et.al,2012:5)

61

Dalam hubungannya dengan pelibatan masyarakat, Wei (2012:16)

memaparkan salah satu desa Bedouin, masyarakat lokal mengambil bagian

sebagai pekerja dalam pelayanan transportasi disana dan menjadikannya

sebagai peningkatan ekonomi.

Fei (2012) juga menambahkan bahwa dalam transportasi diharapkan untuk

berada dalam keadaan aman dan memungkinkan untuk selalu digunakan dalam

mengantar wisatawan.

BAB III

DATA TEMUAN

A. Tinjauan Umum Lokus Penelitian

1. SGP Tour and Travel (Surya Global Pratama)

SGP Tour&Travel berada di Provinsi Jambi, Sumatera, Indonesia.

Perusahaan ini menyediakan perjalanan dan paket wisata untuk mengelilingi

Jambi dan sekitarnya, dan tempat lain di Indonesia.SGP Tour and Travel ini

berada di alamat Jalan Yuka No 22 Palmerah Lama - Kota Jambi, Indonesia

3619. Telepon: +6741 755 3507. Email: [email protected].

2. Sejarah Perusahaan

. Berdiri tahun 2006 dengan nama PT. Surya Global Pratama. SGP ini

membuka divisi tiketing dari tahun 2006-2009. Awal 2009 membuka divisi

tour. Tahun 2011, divisi tiketing ditutup dikarenakan persaingan tidak sehat

antara travel agent dengan calo-calo di bandara yang tanpa mempunyai izin

untuk usaha tetapi mendapatkan keuntungan lebih banyak. Tahun 2012,

akhirnya kantor SGP mulai fokus untuk menyediakan jasa baik pemandu

wisata hingga paket tour di Provinsi Jambi dengan tujuan Muaro Jambi,

Kerinci, Merangin, dan Kota Jambi, mengingat bahwa keuntungan yang

didapat dari penyediaan bidang paket tour lebih baik dibandingan hanya

menjual tiket saja. Target pasar dari SGP Tour and Travel ini sendiri mengacu

62

63

pada inbound, dimana di Provinsi Jambi, mereka satu-satunya yang fokus

untuk Inbound.

3. Logo Perusahaan

GAMBAR 2 LOGO SGP TOUR AND TRAVEL

Sumber : SGP Tour and Travel (2017)

Awalnya logo pihak SGP Tour hanya S di depan dengan background

hitam, kemudian berubah warna menjadi warna-warni yang melambangkan

bahwa perkembangan wisata Jambi yang semakin baik, mengingat mereka

menyediakan paket tour untuk Provinsi Jambi.

4. Visi dan Misi Perusahaan

Adapun Visi yang dimiliki oleh SGP Tour and Travel adalah menjadi

perusahaan yang menjadi pilihan setiap wisatawan yang akan berkunjung ke

Provinsi Jambi dan dapat memberikan kontribusi kepada masyarakat dan

lingkungan sekitar.

64

Untuk mencapai visi dari perusahaan, maka misi dari perusahaan SGP

Tour and Travel adalah sebagai berikut:

- Mempunyai tenaga ahli dan profesional di bidang penyediaan jasa

- Mengutamakan kepuasan dan keselamatan baik wisatawan dan

karyawannya

- Menjadi perusahaan yang selain memberikan pengalaman pada wisatawan,

juga dapat memberikan nilai lebih kepada masyarakat di sekitar destinasi.

B. Data Temuan

Untuk mempermudah penulisan dilakukan coding untuk narasumber yang

diwawancara. Adapun coding tersebut meliputi:

• Narasumber pertama yaitu pihak SGP Tour and Travel : R1

• Narasumber kedua yaitu Kepala Desa Wisata Muaro Jambi : W2

• Narasumber ketiga yaitu perwakilan masyarakat setempat : B3

• Narasumber keempat yaitu pihak Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Provinsi Jambi : R4

1. Atraksi Wisata Berbasis Masyarakat

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan

untuk melihat indikator atraksi wisata yang disediakan oleh masyarakat

lokal di kawasan sekitar Candi Muaro Jambi akan dianalisa dengan

menggunakan indikator-indikator seperti di bawah ini:

65

a. Atraksi yang bersifat eksotis dan unik yang disediakan oleh masyarakat lokal

Berdasarkan dari hasil data temuan yang telah dipaparkan sebelumnya

ditemukan bahwa selain dapat menikmati Candi Muaro Jambi, wisatawan

dapat menikmati beberapa atraksi wisata yang disediakan oleh masyarakat

lokal. Adapun atraksi yang paling menarik jika diurutkan yaitu tari topeng,

tari, bayangan, desa wisata, sekolah alam raya Muara Jambi (Saramuja),

rebana hadrah, rebana siam.

Pendapat tersebut sesuai dengan pernyataan yang diberikan oleh R1

melalui hasil wawancara yang telah dilakukan bahwa potensi di sekitar

kawasan Candi Muaro Jambi ini memang sudah berbasis masyarakat lokal.

Selain Candi Muaro Jambi yang memang menjadi core attraction disana,

atraksi budaya yang disajikan oleh masyarakat lokal sekitar pun menjadi

salah satu penarik bagi wisatawan. Ia menambahkan selain desa wisata, ada

beberapa atraksi budaya lokal yang disediakan masyarakat lokal seperti tari

topeng, tari bayangan, melihat pernikahan adat desa Muaro Jambi, trekking

mengelilingi kawasan candi, dan kegiatan bersama masyarakat dalam desa

wisata itu sendiri. Hal itu juga didukung bahwa dalam setiap pelaksaan tour

sebelumnya, selain menikmati candi, wisatawan disuguhkan banyak atraksi

budaya seperti tarian yang dilakukan untuk menyambut tamu di dermaga, dan

workshop membuat topeng oleh pemuda-pemudi di kawasan Candi Muaro

Jambi.

66

Kemudian sependapat dengan pernyataan tersebut, berdasarkan hasil

wawancara kepada W2 mengatakan bahwa atraksi-atraksi ini bersifat unik

dan eksotis, karena selain Candi dengan segala kemegahan sejarahnya

tersebut, masyarakat lokal juga menyediakan berbagai atraksi lokal seperti

tari topeng, tari bayangan, melihat persiapan dan pernikahan adat desa Muaro

Jambi, rebana hadrah, rebana siam, tari pencak silat, sekolah alam raya muara

jambi (Saramuja), membuat topeng, melukis, pembuatan anyaman tikar.

Kepala Desa Wisata menambahkan kembali bahwa keunikan-keunikan

dari atraksi ini dapat dilihat dari sejarahnya bahwa seperti tari topeng, tarian

ini berasal ketika dahulu ada warga desa yang menderita penyakit kusta dan

diasingkan ke hutan, lalu ketika hendak ingin merayakan hari raya lebaran, ia

kembali ke rumahnya tetapi menggunakan topeng. Warga yang merasa

terhibur karena tarian tersebut, akhirnya memberikan bekal/makanan kepada

penari tersebut, lalu ia kembali ke hutan. Lalu hingga saat ini, tarian topeng

tersebut dijadikan salah satu atraksi yang dilakukan oleh masyarakat lokal

sebagai budaya mereka. Pembuatan dari topeng ini sendiri terbilang unik,

karena topeng ini terbuat dari labu siam yang telah dikeringkan selama

setahun hingga mengeras lalu kemudian untuk dijadikan berbagai macam

topeng untuk dipertunjukkan. Ditambah lagi bahwa gerakan dari tari topeng

ini tidak beraturan, sehingga siapapun yang ingin mengikuti di dalamnya,

tidak perlu kesulitan mengikutinya. Dan kemudian wisatawan yang

berkunjung ke sana, diajak untuk membuat topeng dengan kreasi mereka.

67

Hasil dari topeng tersebut dapat dibawa pulang kerumah atau ditinggal dalam

Sekolah Alam Raya Muara Jambi untuk dijadikan kenangan-kenangan.

Selain hal itu, ada tari bayangan yang biasanya dilakukan di Candi

Gedong pada saat malam hari. Biasanya dilakukan oleh 1 wanita yang

dikelillingi oleh api dari sabut kelapa. Kemudian ada Sekolah Alam Raya

Muara Jambi (Saramuja) yang biasanya dilakukan oleh Pemuda Peduli

Lingkungan Muara Jambi (PPLMJ) untuk anak-anak di desa. Kegiatan ini

dilakukan di hari Minggu dan bertujuan untuk mengajarkan anak-anak di

sekitar untuk mengenal candi dan tidak merusak candi, juga diajak untuk

melakukan trekking dari wilayah timur ke barat. Namun dalam hal ini,

wisatawan juga ikut belajar dan bahkan mengajar di sana. Wisatawan juga

dapat mengikuti permainan tradisional dan aktivitas masyarakat, tetapi untuk

beberapa atraksi masih bersifat relatif dan hanya disediakan jika ada

permintaan dari travel.

Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber B3 juga mengatakan

ada banyak jenis atraksi di sekitar kawasan Candi Muaro Jambi yang bersifat

budaya. Diantaranya adalah rebana hadrah, rebana siam, kesenian tari topeng,

tari kreasi, pencak silat, dan musik melayu. Tetapi untuk atraksi-atraksi yang

sering dipertunjukkan kepada tamu adalah tari topeng, pencak silat, tari kreasi

daerah, rebana hadrah dan rebana siam. Atraksi rebana hadrah ini bisa

dinikmati ketika menyambut tamu datang ke Candi Muaro Jambi, dan

beberapa tarian yang dipertunjukkan ketika pelaksanaan pernikahan adat

Muaro Jambi. Tetapi sayangnya, pertunjukan seperti menikmati pernikahan

68

hanya bersifat sementara/seasonal. Sedangkan atraksi rebana siam

dipertunjukkan untuk melantunkan salawat kepada Nabi.

Hasil wawancara dengan R4 juga menjelaskan bahwa atraksi-atraksi

yang berada di kawasan sekitar Candi Muaro Jambi ini sangat eksotis dan

unik, terlebih dikarenakan oleh masyarakat lokal di sekitar kawasan Candi

Muaro Jambi. Atraksi-atraksi tersebut bersifat budaya seperti Candi dengan

sejarah dan budayanya, tari topeng, batik, sekolah alam raya, dan beberapa

aktivitas yang bisa dilakukan dengan kehidupan masyarakat seperti berkebun,

memanen buah atau duku, bermain permainan tradisional di atas

perahu dan sebagainya.

Ia menambahkan bahwa atraksi-atraksi ini dikatakan unik, karena

menurutnya, bahwa atraksi ini dapat melihat langsung, selain belajar sejarah

dan budaya dari Candi Muaro Jambi sendiri, mereka juga belajar kebudayaan

dengan masyarakat lokal sekitar. Misalnya wisatawan dapat mengikuti

memanen buah duku, yang mana cara memetik buah ini, harus digugurkan

terlebih dahulu, lalu untuk buah durian, memanen dengan waktu terbaik

adalah malam hari. Selain hal itu, juga bahwa kehidupan masyarakat yang

masih kental dengan agama Islam, seperti pergi ke masjid/mushola ketika

maghrib, ini menjadi salah satu penarik bagi beberapa wisatawan seperti

Malaysia. Kemudian untuk sekolah alam raya, ini juga menjadi salah satu

atraksi yang unik, karena ini hanya diadakan oleh pemuda sekitar candi untuk

anak-anak di desa dan wisatawan jika ada permintaan. Sekolah alam raya ini

dilakukan dalam rangka untuk mengenalkan baik untuk anak-anak di desa

69

dan wisatawan mengenai betapa pentingnya menjaga candi dan sejarahnya,

dan belajar mengenai tentang apa yang dapat mereka temukan di lingkungan

alam bebas dan mempelajari kegunaan dari alam.

Dari hasil wawancara kepada 4 narasumber didapatkan kesimpulan

bahwa atraksi-atraksi di kawasan sekitar Candi Muaro Jambi banyak

memiliki atraksi yang sifat yang eksotis dan unik, dan tentunya disediakan

oleh masyarakat lokal.

Sedangkan untuk atraksi wisata yang disediakan oleh masyarakat lokal

mempunyai beraneka macam jenis dan kegiatan di dalamnya. Atraksi-atraksi

tersebut diantaranya adalah:

TABEL 3

ATRAKSI WISATA BERBASIS MASYARAKAT

Nama Foto Deskripsi atraksi/Jenis Atraksi 1. Tari Saat ini, tarian topeng ini menjadi salah satu andalan Topeng/ yang diberikan oleh masyarakat lokal untuk menjamu Buatan tamu untuk memperkenalkan budaya lokal sekitar. Adapun keunikan dari tari topeng ini yaitu pada sejarah, pembuatan, dan gerakannya. Sejarah dari tarian topeng ini berasal dari ketika ada seseorang dari desa yang menderita masyarakat lokal kemudian diasingkan ke hutan. Kemudian ketika hari Lebaran tiba, ia menginginkan berkumpul bersama keluarganya seperti warga desa lainnya, kemudian ia menggunakan topeng untuk menutupi mukanya yang menderita penyakit kusta, lalu ia masuk ke dalam desa. Kemudian, warga desa yang kaget melihat ia menari- nari dan akhirnya warga desa memutuskan untuk memberikannya bekal untuk dibawa ke hutan. Sedangkan keunikan dari pembuatannya dapat dilihat dari bahan baku yang terbuat dari labu siam yang

70

Nama Foto Deskripsi Atraksi/ Jenis

sudah dikeringan selama setahun, kemudian di cat dan dikeringkan sebelum dipakai. Lalu untuk segi gerakannya, tarian ini biasanya tidak ada gerakan monoton, sehingga siapapun yang melihat dan ikut dapat mengikuti gerakannya karena gerakan tarian ini bersifat bebas

2. Tari Berbeda seperti tari topeng, tari bayangan ini biasanya Bayangan dilakukan pada malam hari dan dilaksanakan di tempat terbuka (outdoor) dan memiliki lahan yang luas. Karena tari bayangan ini merupakan salah satu tarian yang bersifat extreme karena dilakukan menggunakan sabut kelapa yang dibakar dan dibentuk menjadi sebuah lingkaran, dan di dalamnya ada 1 penari wanita yang akan menari tarian melayu. Tarian ini biasanya diiringi dengan musik-musik melayu dan tari topeng diluar mengiringi penari wanita tersebut. Tarian ini menggambarkan saat pemunculan gerhana matahari ke atas bumi. Penari wanita tersebut menggambarkan bumi di saat gerhana matahari muncul. 3. Rebana Rebana siam ini biasanya suatu pelantunan musik Siam/ melayu yang digunakan untuk mengiringi upacara Buatan pernikahan adat Muaro Jambi. Kegiatan ini biasanya dapat dinikmati wisatawan ketika warga desa ada yang melakukan upacara pernikahan, dan dilakukan latihan rebana hadrah di malam sebelumnya. Rebana siam ini biasanya diikuti oleh pemuda-pemuda atau pemain yang sudah terbiasa memainkan musik-musik melayu, dan mereka sudah menyiapkan alat-alat musik rebana di rumah masing-masing untuk digunakan kapan pun 4. Rebana Rebana hadrah ini biasanya digunakan untuk Hadrah/ mengarak tamu/ menyambut tamu yang datang ke Buatan Muaro Jambi, biasanya juga sekalian diiringi dengan tari Sekapur Sirih yang memang bertujuan untuk menyambut tamu. Untuk rebana hadrah, rebana yang digunakan terbuat dari rotan, karena itu harus dibuat terlebih dahulu sebelum menampilkan.Rebana hadrah sendiri biasanya digunakan untuk puji-pujian atau salawat kepada Nabi Swt,jika masyarakat ingin turun ke ladang sebelum memanen dan syukuran atas musim panen yang melimpah dan dilakukan pada jam 08.00 malam hingga 03.00 subuh dini hari. Biasanya dalam pelaksanaan rebana hadrah ini, salah satu pemain akan menjelaskan mengenai fungsi dari rebana yang terbuat dari rotan, dan mengenai arti dari ketukan-ketukan dari rebana tersebut.

71

Nama Foto Deskripsi Atraksi/ Jenis 5. Pencak Pencak silat biasanya dilaksanakan pada malam hari di silat/ Buatan kawasan Candi Muaro Jambi. Pencak silat ini sebenarnya lebih mengacu kepada ke tarian dengan gerakan-gerakan cepat tapi berirama dan bersifat tarian melayu berbeda dengan pencak silat yang mengacu ke olahraga bela diri. Pencak silat ini biasanya dibawah paguyuban kesenian, sehingga baik untuk latihan maupun alat-alat yang digunakan disimpan di paguyuban tersebut. Wisatawan setelah ditampilkan tarian pencak silat ini, biasanya akan disuguhkan video-video oleh pihak masyarakat untuk menjelaskan mengenai gerakan dari setiap pencak silat ini.

6. Sekolah Sekolah Alam Raya Muara Jambi atau biasa disebut Alam Raya Saramuja adalah sekolah yang didirikan oleh pemuda- Muara pemuda di desa Muara Jambi untuk anak-anak desa. Jambi/ Sekolah ini dilakukan pada hari Minggu, dimana anak- Buatan anak desa tidak ada kegiatan sekolah. Pelajaran yang dapat diambil di sekolah ini adalah, anak-anak di desa akan diajarkan bagaimana cara merawat dan menyayangi candi, dan bagaimana anak-anak mempelajari lingkungan-lingkungan sekitar dan merawat lingkungan sekitar. Biasanya yang dilakukan oleh sekolah alam raya ini juga tidak hanya berkeliling, tetapi juga melakukan kegiatan seperti melukis dan mewarnai. Wisatawan yang ikut dalam Saramuja ini belum terlalu banyak, tetapi memungkinkan untuk ikut ke dalam baik untuk mengajar atau ikut belajar di dalamnya.

Sumber : Data hasil observasi peneliti,2017

Dari atraksi-atraksi tersebut, dapat disimpulkan bahwa atraksi-atraksi

tersebut bersifat unik dan eksotis karena banyak atraksi yang hanya

ditampilkan oleh masyarakat desa Muara Jambi dan tentunya Candi Muara

Jambi yang mempunyai sejarah dan kemegahannya sendiri.

72

b. Kegiatan wisata harus memastikan pengunjung untuk berinteraksi dengan

alam, budaya, dan lingkungan

Menurut hasil wawancara yang dilakukan kepada R1 mengatakan bahwa

kegiatan wisata yang dapat dilakukan memastikan pengunjung berinteraksi

dengan alam, budaya, dan lingkungan seperti misalnya menikmati tarian, dan

jungle trekking atau day-walking yang mengitari dari Candi Sialang menuju

Bukit Perak sepanjang 18 kilometer. Di sana wisatawan dapat melihat

berbagai macam jenis satwa liar. Kegiatan lainnya yang pernah dilakukan

oleh pihak travel adalah sehabis melakukan day-walking, pada malam harinya

mereka menginap di kebun durian milik masyarakat menggunakan tenda dan

juga menanam pohon di pinggir sungai batanghari.

Sedangkan menurut narasumber W2 menambahkan bahwa ada banyak

sekali kegiatan yang memastikan pengunjung untuk berinteraksi dengan

alam,budaya, dan lingkungan. Kegiatan tersebut meliputi; sekolah alam raya

Muara Jambi yang mana dalam kegiatan tersebut, wisatawan atau anak-anak

desa belajar mengenai sejarah candi Muaro Jambi, dan belajar tentang

lingkungan di sekitar Candi Muaro Jambi. Selain hal itu, masyarakat dapat

melukis topeng, mengikuti aktivitas masyarakat seperti mencongkel pinang

dan bermain gasing/permaianan tradisional. Beberapa kegiatan juga yang

boleh diikuti seperti mengikuti tarian seperti tarian topeng, membuat proses

pembuatan topeng.

Sependapat dengan pernyataan tersebut, menurut hasil wawancara

kepada B3 mengatakan kegiatan wisata yang memastikan pengunjung untuk

73

berinteraksi dengan alam, budaya, dan lingkungan adalah seperti wisatawan

disambut dengan rebana hadrah, wisatawan dapat melihat pelatihan rebana

siam yang dilakukan malam hari dan pencak silat, atau wisatawan dapat

mengikuti musik melayu yang dipertunjukkan oleh masyarakat lokal.

Berdasarkan hasil wawancara kepada R2 bahwa kegiatan wisata yang dapat

dilakukan wisatawan ketika berkunjung ke Candi dan sekitarnya adalah

seperti trekking, dimana dalam pelaksanaan trekking ke Candi ini, selama

wisatawan melakukan perjalanan, wisatawan akan berinteraksi langsung

dengan alam karena melakukannya di alam bebas dan berinteraksi langsung

dengan budaya karena dalam melakukan trekking tersebut, wisatawan akan

bertemu dengan menapo-menapo di sepanjang perjalanan trekking terserbut.

Kemudian ia menambahkan wisatawan juga dapat melihat aktivitas berkebun

yang dilakukan oleh masyarakat, dan menikmati kebudayaan-kebudayaan asli

yang disediakan oleh masyarakat seperti tari topeng yang biasanya dilakukan

untuk menyambut tamu ketika datang ke Candi Muaro Jambi, dan ada

permainan tradisional yang dapat dilakukan wisatawan sambil menaiki

perahu. Menurutnya atraksi-atraksi ini sudah memastikan pengunjung untuk

berinteraksi baik dengan alam, budaya, maupun lingkungan.

Pemaparan kegiatan dari hasil wawancara dan observasi dapat

disimpulkan melalui tabel berikut:

74

TABEL 4

KEGIATAN WISATAWAN YANG MEMASTIKAN PENGUNJUNG

BERINTERAKSI DENGAN ALAM, BUDAYA, DAN LINGKUNGAN

Jenis Kegiatan Deskripsi Foto

1.Day-walking Kegiatan menelusuri kawasan Candi Muaro Candi Muaro Jambi dengan berjalanan kaki. Biasanya Jambi kegiatan ini dilakukan selama 2 hari 1 malam dengan menyusuri dari Candi Sialang menuju ke Bukit Perak sejauh 18 kilometer. Selama kegiatan ini, wisatawan dapat mengenal alam-

alam dan lingkungan di sepanjang jalanan yang masih mayoritas hutan ini. Wisatawan dapat mempelajari banyak pohon yang mempunyai khasiat-khasiat dan juga ketika melewati desa wisata, mereka juga dapat melihat kegiatan masyarakat yang sambil berkebun dan terkadang mereka tertarik ketika melihat kebudayaan masyarakat seperti menjemur pinang, menjemur buah coklat, dan juga mereka dapat melihat menappo-menappo yang terkadang ditemukan di tengah hutan ketika menyusuri hutan.

2.Workshop Kegiatan workshop membuat topeng ini membuat topeng biasanya dilakukan di Sekolah Alam Raya Muara Jambi. Wisatawan boleh melukis topeng dengan menggunakan bahan topeng dari labu siam yang telah dipersiapkan oleh masyarakat. Topeng ini sendiri selain menggunakan bahan dari labu siam, tetapi juga berasal dari rumbai dari pohon Nau yang biasanya digunakan untuk sapu ijuk. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan membuat topeng ini dapat memastikan pengunjung berinteraksi selain dengan sejarah, tetapi juga memanfaatkan bahan-bahan dari lingkungan sekitar. Biasanya setelah wisatawan membuat topeng ini, boleh dibawa pulang untuk kenang-kenangan, boleh juga disimpan di sanggar Saramuja dan dikenakan ketika tarian topeng dilakukan oleh masyarakat, dan wisatawan ikut di dalamnya menggunakan topeng buatan mereka.

75

Nama Atraksi/ Deskripsi Foto Jenis 3. Workshop Kegiatan workshop membuat anyaman tikar membuat ini dilakukan di rumah masyarakat bernama anyaman tikar Nyai Gandu yang memang terkenal sebagai pengrajin pembuat anyaman tikar yang terbuat dari daun pandan dan rumbai. Biasanya kegiatan ini akan didampingi oleh masyarakat lokal yang bekerja sebagai

pemandu, untuk menerjemahkan bahasa dari si pengrajin ke wisatawan. Tapi sayangnya, kegiatan membuat anyaman tikar ini tidak dapat dibuat hingga menjadi tikar utuh, tetapi hanya sebatas kecil sekitar 20x20cm, dimana ukuran tersebut sudah membentuk pola atau motif dari tikar dan menunjukkan tingkat kesulitan membuat tikar tersebut. Hal ini

dikarenakan karena bahan-bahan baku membuat anyaman tikar saat ini sudah jarang ditemukan. Kegiatan ini juga memastikan pengunjung untuk berinteraksi dengan budaya lokal dan menggunakan bahan-bahan lokal di sekitar mereka.

4. Melihat sunset Kegiatan ini dilakukan biasanya di atas di pinggir perahu ketika melewati sungai Batanghari. batanghari Wisatawan akan menaiki perahu getek lalu menggunakan disediakan kopi/cemilan di atas perahu perahu tersebut sambil menikmati sumset atau matahari terbenam. Kegiatan ini memang masih jarang dilakukan, tetapi kegiatan ini sudah memastikan pengunjung menikmati lingkungan baik di alam, maupun budaya seperti menikmati sajian makanan lokal yang diberikan oleh masyarakat.

76

Nama Atraksi/ Deskripsi Foto Jenis

5. Menikmati Masyarakat menyediakan atraksi seperti pertunjukkan dan pertunjukan seperti rebana hadrah,rebana mengikuti tari- siam, pencak silat, dan tari kreasi daerah, tarian budaya oleh hingga tari topeng dan tari bayangan. masyarakat lokal Wisatawan dapat berinteraksi dengan budaya lokal selain menikmati pertunjukan- pertunjukan tersebut, tetapi juga wisatawan dapat ikut di dalamnya. Seperti misalnya ketika tari topeng dilakukan, wisatawan dapat ikut ke dalam kumpulan-kumpulan penari topeng, dan begitu juga dengan menikmati musik rebana hadrah atau siam, wisatawan selain menikmati dan melihat dari pertunjukan musik tersebut, mereka juga dapat melihat latihan-latihan yang dilakukan dan ikut mencoba memainkan alat musik rebana tersebut bersama pemain-pemain rebana tersebut. Kegiatan ini sudah sudah memastikan pengunjung berinteraksi dengan budaya lokal setempat

Sumber : Data observasi Peneliti, 2017

c. Menjual Souvenir dan kerajinan tangan oleh masyarakat lokal

Berdasarkan hasil wawancara dengan R1 bahwa masyarakat lokal

menjual souvenir dan kerajinan tangan dengan berbagai macam bentuk.

Kerajinan tangan yang sampai saat ini sering dijual adalah gelang sebalik

sumpah, gelang-manik-manik, gelang jamble, gelang batik, anyaman tikar,

dan sepang yaitu semacam kayu sepang yang dikemas untuk dikonsumsi

sebagai minuman. Biasanya kayu sepang ini berguna untuk mengobati

penyakit panas dalam, dan masih banyak lagi souvenir-souvenir dari Muaro

Jambi. Adapun tambahnya, wisatawan dapat mengikuti beberapa kegiatan

77

dalam pembuatan kerajinan lokal dan souvenir seperti, workshop pembuatan

tikar dari anyaman dan membuat topeng. Ia memperjelas lagi bahwa untuk

kegiatan mengikuti pembuatan souvenir sendiri bisa dibuat sesuai

permintaan, tapi saat ini masih belum ada dilakukan aktivitas seperti itu.

Sedangkan menurutnya untuk penetapan haga, semua tergantung pada

masyarakat yang memberi harga, atau minimal memberikan donasi pada

masyarakat yang telah berinteraksi dengan masyarakat.

Sedangkan menurut W2 menyampaikan mengenai kerajinan lokal dan

souvenir yang disediakan oleh masyarakat lokal beraneka macam, sama

seperti yang telah disampaikan narasumber dari pihak R1. Diantaranya

adalah miniatur rumah yang terbuat dari ranting, gantungan kunci daun

body, gelang balik sumpah yang berasal dari buah balik sumpah, anyaman

tikar yang dibuat oleh salah satu pengrajin yang ada di desa Muaro Jambi.

Biasanya diadakan workshop cara membuat tikar, tapi kekurangannya

adalah belum ada kegiatan yang membuat wisatawan membuat tikar

langsung dikarenakan bahan baku yang sudah sangat jarang ditemukan,

yaitu daun pandan dan rumbai dan tikar-tikar yang tersedia disana tidak

diperjualbelikan, karena tikar-tikar tersebut sudah menjadi pesanan orang

untuk digunakan di upacara pernikahan dan cukuran. Sedangkan untuk

harga itu bermacam,dimulai dari harga Rp. 2500,- untuk gelang, Rp.

10.000,- untuk gelang batik, miniatur rumah Rp 250.000.

Pendapat lainnya ditambahkan kembali oleh B3 bahwa kerajinan lokal

dan souvenir yang dijual oleh masyarakat hampir sama seperti yang

78

dikatakan oleh W2 sebelumnya. Sependapat dengan yang dikatakan oleh

W2 mengenai tikar anyaman, masyarakat setempat berpendapat bahwa

anyaman tikar masih belum bisa dijadikan souvenir. Beliau menambahkan

bahwa wisatawan hanya diperbolehkan mengikuti langkah-langkah dalam

pembuatan anyaman tikar hanya sampai menggambarkan 1 motif saja dan

itu dijadikan souvenir untuk dibawa pulang oleh wisatawan. Tapi

menurutnya, sampai saat ini belum ada aktivitas yang bisa diikuti oleh

wisatawan untuk membuat kerajinan lokal lain dikarenakan pembuatan

souvenir ini adalah hasil dari kerajinan rumah tangga dan belum diproduksi

secara massal. Untuk harga, ia menyampaikan bahwa untuk gelang/kalung

dimulai dari harga Rp. 30.000- Rp. 50.000, sedangkan untuk lacak harga

dimulai dari harga Rp. 50.000- Rp.80.000 berdasarkan bahan kainnya.

Sedangkan menurut R4 bahwa masyarakat lokal disana sudah bisa

memproduksi souvenir dan kerajinan lokal khas daerah mereka. Hal ini

dibuktikan bahwa souvenir-souvenir dijual memang hasil karya dari

masyarakat, terutama pemuda-pemuda desa di sekitar kawasan Candi Muaro

Jambi. Seperti misalnya gelang sebalik sumpah dan sepang yang dikemas

untuk kemudian dapat diseduh dan diminum. Menurutnya, gelang sebalik

sumpah maupun sepang ini, merupakan hasil dari kreasi dari pemuda-

pemuda desa yang bernama PPLMJ (Pemuda Peduli Lingkungan Muara

Jambi) untuk mengenalkan kerajinan lokal dan mengenalkan budaya dari

desa Muara Jambi ini sendiri. Ditambahnya lagi, ada beberapa kerajinan

yang memang banyak diminati oleh beberapa wisatawan seperti anyaman

79

tikar yang terbuat dari daun pandan rumbai, menjadi salah satu souvenir

yang menjadi salah satu kewajiban aktivitas yang dilakukan ketika

mengunjungi desa wisata Muaro Jambi. Aktivitas itu berupa workshop, dan

diajarkan mengenai cara membuat tikar menggunakan daun pandan dan

rumbai yang biasanya digunakan oleh masyarakat sekitar ketika

mengadakan upacara pernikahan atau cukuran, tapi sayangnya pembuatan

anyaman ini belum bisa dilakukan hingga membuat tikar utuh, tetapi hanya

sebatas motif kecil untuk dijadikan salah satu souvenir dan tujuannya

adalah memberikan pengalaman membuat tikar anyamanan tersendiri

dengan masyarakat. Hal ini dikarenakan, bahwa bahan baku pembuatan

daun pandan dan tikar ini masih sulit ditemukan.

Berdasarkan hasil observasi pun diketahui bahwa dalam penyediaan

souvenir dan kerajinan lokal, masyarakat sudah banyak membuat jenis

souvenir dan kerajinan tangan yang mereka buat sendiri dengan bahan-

bahan yang ada di sekitar mereka.

Berikut adalah beberapa jenis macam souvenir dan kerajinan tangan

oleh masyarakat lokal yang disimpulkan berdasarkan hasil wawancara dan

observasi:

1) Gelang sebalik sumpah merupakan salah satu souvenir yang dijual oleh

masyarakat lokal ketika ada wisatawan yang datang. Gelang ini

sebenarnya awalnya dibuat oleh suku anak dalam. Mereka mengenalnya

dengan sebutan ‘kalung sebalik sumpah’ yang dibuat dari suatu pohon

yang amat susah dicari di dalam hutan. Biasanya gelang itu digunakan

80

untuk menjadi sebuah penangkal sumpah serapah yang ditujukan kepada

orang yang menggunakan gelang tersebut tetapi menjadi berbalik kepada

orang yang menyumpahi. Di desa Muaro Jambi kalung tersebut dijadikan

gelang dan menjadi oleh-oleh khas di desa Muaro Jambi.

2) Sepang merupakan salah satu jenis souvenir dalam bentuk minuman.

Sepang ini berasal dari kayu sepang yang kemudian diubah menjadi

bubuk dalam kemasan dan kemudian diseduh untuk dinikmati. Biasanya

sepang ini juga berkhasiat untuk mengobati penyakit panas dalam dan

obat sakit perut.

3) Lacak merupakan souvenir berupa pengikat kepala yang biasanya

digunakan untuk laki-laki. Kain ini bermotifkan batik Jambi dan dijual

dengan harga berbeda-beda berdasarkan jenis kain yang digunakan.

4) Miniatur rumah panggung merupakan souvenir unik yang membuat

miniatur rumah panggung yang dibuat dari ranting. Untuk pembuatan

miniatur rumah panggung sendiri masih sangat langka dan jarang karena

hanya dibuat per orangan sehingga miniatur rumah ini terkadang dijual

dengan harga yang lumayan mahal.

5) Gantungan kunci daun bodhi merupakan salah satu jenis souvenir yang

tergolong masih baru dibuat dan dipasarkan oleh masyarakat lokal. Daun

bodhi sendiri merupakan salah satu daun yang mempunyai nilai history

yang sangat tinggi, yaitu daun ini dipercaya oleh umat Buddha untuk

mendapat pencerahan,mengingat bahwa dulu Siddharta Gautama pernah

mendapat pencerahan di bawah pohon bodhi ini. Daun bodhi yang

81

berbentuk hati ini akan dikeringkan lalu dicap dengan aneka gambar

sesuai keinginan lalu kemudian di-laminating dan dijadikan gantungan

kunci.

6) Gelang manik-manik

7) Gelang batik

8) Kaos bertuliskan Candi Muaro Jambi

d. Lokasi yang strategis antara atraksi satu dengan yang lainnya dan dapat

dicapai oleh transportasi

Lokasi yang strategis antara satu dengan yang lainnya dan dapat dicapai

oleh transportasi, hal ini disetujui dengan pernyataan R1 melalui hasil

wawancara yang telah dilakukan sebelumnya. Beliau menegaskan bahwa

untuk lokasi dari Candi menuju ke desa wisata sangat dekat, dikarenakan

Candi sendiri merupakan masuk dalam lahan tanah penduduk sekitar. Tetapi

untuk transportasi, ia mengakui ada beberapa kekurangan yang ditemui. Bus

besar/elf tidak dapat memasuki zona inti kawasan hingga masuk desa, tetapi

hal tersebut ditutupi dengan penyediaan transportasi lain seperti bentor dan

sepeda yang disediakan oleh masyarakat untuk dapat diakses menuju ke

Candi hingga ke desa.

Hal tersebut juga disampaikan kembali oleh narasumber dari W2 yang

menyampaikan bahwa untuk masalah lokasi, jarak antara candi ke desa sangat

dekat, bahkan jika wisatawan selesai menikmati wisatawan seperti tari-tarian

tradisional, wisatawan dapat menikmati makan siang di rumah masyarakat

yang telah disediakan. Namun ia memberi pengecualian jika lokasi antar

82

candi seperti Candi Gumpung menuju Candi Kedaton lebih baik ditempuh

menggunakan motor.

Pendapat lain kemudian ditambahkan oleh B3 yang mengatakan bahwa

misalnya jika menyambut tamu datang dari pintu parkir akan diarak hingga

ke zona inti, dan jika tamu datang menggunakan perahu akan disambut dari

dermaga untuk dibawa ke zona inti. Untuk lokasi, R4 menjelaskan bahwa

untuk lokasi menuju desa wisata tidaklah jauh, namun berbeda hal nya untuk

lokasi menuju tiap candi. Ia menambahkan bahwa untuk menjalankan

aktivitas trekking mengelilingi candi, membutuhkan waktu 3 hari dengan

mengitari kawasan candi sekitar kurang lebih 3000 hektar.

Dari tiap pernyataan tiap narasumber dapat disimpulkan bahwa jarak

untuk menempuh tiap atraksi berdekatan dikarenakan lokasi yang masih

berada dalam satu kawasan antara desa wisata Muaro Jambi dengan beberapa

Candi seperti Candi Gumpung-Candi Tinggi-dan Candi Astano.

e. Aksesibilitas dan kemudahan dalam mencapai tempat atraksi

Berdasarkan hasil wawancara kepada R1, beliau menyampaikan bahwa

untuk aksesibilitas belum dapat dikatakan baik dalam standard Internasional,

tetapi sudah cukup dan sesuai standard lokal.Tapi hal itu dapat ditutupi

dengan mencari alternatif lain jika kondisi jalan tidak memungkinkan untuk

dicapai menggunakan bus besar/ELF. Sesuai paket/itinerary, wisatawan dapat

berpindah dari Candi Gumpung ke kedaton menggunakan motor, dan dari

Candi Koto Mahligai ke Bukit Perak menggunakan mobil pribadi. Untuk

83

kemudahan pencapaian menuju tempat atraksi wisata ini, menurutnya dapat

diatur sesuai dengan paket dan dikondisikan sesuai dengan keadaan di

lapangan.

Sependapat dengan hal itu, W2 dan B3 mengatakan bahwa untuk akses

dan kemudahan pencapaian untuk tiap candi memang agak sulit. Kondisi

jalan yang masih rusak menjadi hambatan bagi wisatawan jika ingin

mengelilingi kawasan luas ini, berbeda halnya dengan kondisi jalan menuju

desa dan jalan sepanjang desa yang saat ini sudah diperbaiki. Untuk

penggunaan transportasi pun ia menambahkan bahwa bus besar/ELF hanya

bisa mengantar sampai ke parkiran, wisatawan dapat masuk dari parkiran

menuju zona inti menggunakan becak/bentor (becak motor) dan melanjutkan

mengelilingi kawasan menggunakan sepeda. Dan memang tidak disarankan

sebenarnya untuk menerima wisatawan jumlah besar untuk sekaligus datang

dan masuk ke zona inti kawasan Candi Muaro Jambi.

Menurut hasil wawancara dengan R4, ia menjelaskan bahwa aksesibilitas

di atraksi wisata masih kurang. Ia menambahkan, untuk menuju satu atraksi

wisata hanya dapat dilalui satu akses saja. Terutama jika ada wisatawan

dalam jumlah besar menggunakan bus, itu akan sangat sulit dilalui

dikarenakan kondisi jalan yang kecil, dan belum adanya alternatif lain yang

membawa wisatawan dari jalan utama menuju jalan ke Candi.

Sehingga ditarik kesimpulan berdasarkan hasil wawancara dan observasi

yang telah dilakukan, aksesibilitas untuk mencapai tempat atraksi di kawasan

84

Candi Muaro Jambi dapat terbilang sudah dalam kondisi cukup baik dan

layak.

f. Mengandung unsur pendidikan budaya

Berdasarkan hasil wawancara pada R1, unsur pendidikan yang mereka

dapatkan selama mengunjungi kawasan sekitar Candi Muaro Jambi adalah

tentunya pendidikan budaya. Selama ini, tamu dari mancanegara dapat

mempelajari budaya-budaya dan sejarah yang tersimpan dalam Candi Muaro

Jambi, seperti misalnya wisatawan dapat mengetahui dan mempelajari

manuscript yang berbeda baik di Jambi dan negara mereka. Hal lain yang

dapat mereka terima selama berkunjung ke sana adalah adanya unsur

penyelamatan, bagaimana mereka bertahan hidup di dalam kawasan Candi

yang masih didominasi dengan hutan di sekitarnya.

Hal tersebut kemudian ditegaskan kembali oleh W2 yang mengatakan

bahwa wisatawan dapat menerima unsur pendidikan terutama budaya lokal di

sekitar. Seperti misalnya menonton tarian, kehidupan tradisional, dan

menikmati baik makanan dan minuman yang disajikan oleh masyarakat lokal

disana.

Berbeda dengan narasumber-narasumber lainnya, B3 yang berperan

sebagai pemandu lokal menyatakan bahwa unsur pendidikan tersebut lebih

didominasi oleh pemandu, yang mana bahwa mereka harus banyak mencari

tahu dan mempelajari sejarah-sejarah yang ada di sekitar. Hal itu nantinya

akan digunakan ketika membawa tamu yang bersifat special interest seperti

misalnya arkeolog. Dalam hal ini, nantinya akan terjadi pertukaran

85

pengetahuan antara pemandu lokal dan wisatawan mengenai apa yang

masing-masing mereka ketahui.

Tetapi narasumber R4 menyampaikan kembali seperti jawaban dari

narasumber dari R1 dan W2 yang mengatakan bahwa unsur pendidikan yang

didapat adalah; tentunya yang pertama adalah sejarah dan pengetahuan dari

Candi Muaro Jambi sendiri, kehidupan pedesaan yang meliputi kebiasaan

sehari-hari dan budaya sekitarnya.

g. Waktu cukup untuk menikmati atraksi wisata

Hasil wawancara yang telah dilakukan kepada R4 mengatakan bahwa

waktu yang cukup untuk menikmati tiap atraksi beraneka jenis, misalnya

seperti menikmati tarian topeng, dapat menghabiskan waktu sekitar 30 menit-

1 jam, begitu juga halnya seperti membatik atau sekedar minum kopi di

rumah masyarakat. Ia juga menjelaskan ada kegiatan yang dilakukan malam

hari seperti misalnya meditasi dan mengunjungi persiapan pernikahan adat

desa Muaro Jambi. Dua kegiatan ini sudah sering dilakukan tetapi biasanya

tidak diberi batas waktu untuk meditasi, sedangkan ketika mengunjungi

persiapan pernikahan adat, wisatawan dapat melihat aktivitas seperti latihan

rebana hadrah, masak-masak yang dilakukan oleh ibu-ibu sekitar.

Kemudian sama halnya dengan pernyataan yang disampaikan oleh R1,

W2 juga mengatakan bahwa untuk menikmati tiap atraksi itu memiliki

beragam macam jenis. Misalnya untuk menikmati tari topeng sekitar 30

menit-1 jam, 15 menit untuk menikmati musik melayu dan sebagainya.

86

Sedangkan dari narasumber B3, menjelaskan mengenai waktu yang

biasanya dihabiskan oleh wisatawan untuk menikmati tiap atraksi dipaparkan

sebagai berikut: berangkat jam 6 pagi dari kota Jambi dan menghabiskan

waktu 2 jam perjalanan menggunakan boat air/getek, lalu dilanjutkan

mengelilingi candi dari jam 08.00-12.00 kemudian dilanjutkan makan siang

di homestay/rumah masyarakat jam 14.00, sorenya adalah jadwal untuk

mengelilingi desa.

Pendapat lain disampaikan oleh R4 yang menjelaskan bahwa waktu yang

cukup untuk menikmati seluruh kawasan Candi, tidak hanya desa saja itu 3

hari sudah cukup. Tetapi jika hanya ingin menikmati kehidupan tradisional

masyarakat disana, 2 hari 1 malam sudah dapat menikmati semua budaya

yang disajikan oleh masyarakat. Jika dihitung per atraksi pun, biasanya untuk

per tarian dapat dinikmati selama 30 menit, tetapi jika digabungkan dengan

beberapa tarian dapat menghabiskan waktu selama 2 jam.

Berdasarkan uraian hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa

waktu yang cukup untuk menikmati tiap atraksi jika untuk atraksi budaya

maka dibutuhkan waktu sekitar 30 menit - 1 jam di tiap tempat atraksi.

Berbeda dengan menikmati untuk melihat dan mengunjungi tiap candi di

Muaro Jambi, sekitar 30 menit – 1 jam untuk mendengarkan penjelasan dari

pemandu lokal dan menikmati untuk melihat-lihat dan berfoto di dalam candi

atau kegiatan lainnya seperti mengikuti aktivitas seperti melukis topeng atau

bermain alat musik tradisional sekitar 1-2 jam.

87

h. Daya dukung lahan yang memadai (penyediaan untuk atraksi dan lahan

parkir)

Berdasarkan hasil wawancara, menurut R1 bahwa daya dukung lahan di

kawasan sekitar Candi Muaro Jambi masih tergolong standard. Misalnya

untuk lahan parkir, lahan yang disediakan untuk parkir masih belum bisa

menampung bus-bus besar dalam jumlah yang besar. Beliau menyampaikan

bahwa untuk kondisi lahan sendiri masih perlu pembenahan, terutama untuk

lahan parkir yang diharapkan untuk lebih diperluas, karena berdasarkan

pengalaman ketika festival candi yang telah dilaksanakan beberapa waktu

lalu, mereka kesulitan menemukan tempat parkir dan kondisi jalan yang tidak

memungkinkan untuk membawa rombongan dalam jumlah besar. Tetapi jika

dibandingkan untuk menampung wisatawan dalam jumlah besar di kawasan

inti sekitar Candi Muaro Jambi sendiri sangat memungkinkan untuk

menerima mass tourism.

Berdasarkan hasil wawancara dengan W2 beliau juga menyampaikan

bahwa untuk kondisi lahan parkir sendiri hanya mampu menampung bus

besar dengan jumlah maksimal 15. Untuk 15 ke atas, pihak pengelola masih

kebingungan dan mencari alternatif lain untuk menyediakan lahan parkir,

seperti memarkir bus di lahan Sekolah Dasar sekitar.

Sedangkan hasil wawancara dengan B3 juga mengatakan hal yang sama,

bahwa jika membawa rombongan besar menggunakan bus, masih belum

memadai untuk kondisi parkirnya. Tetapi untuk atraksi daya tarik sudah

cukup, misal masyarakat akan menampilkan atraksi tari bayangan di Candi

88

Gedong, karena kawasan yang luas dan mampu menampung wisatawan

dalam jumlah besar.

Pendapat lain disampaikan oleh R4 yang menyampaikan bahwa memang

tidak seharusnya menerima wisatawan dalam jumlah besar, karena itu adalah

kawasan cagar budaya. Kemudian beliau menambahkan bahwa untuk

menerima rombongan besar dalam kawasan memang mampu menampung,

tetapi masih kurang dalam penyediaan lahan parkir yang memadai dan masih

kurang lebarnya jalan menuju Candi.

Sesuai dengan hasil wawancara dan obersevasi yang dilakukan daya

dukung lahan di kawasan sekitar Candi Muaro Jambi diketahui bahwa lahan

untuk penyediaan untuk atraksi sudah sangat baik dan memadai, tetapi masih

sangat kurang jika membicarakan mengenai daya dukung untuk lahan parkir.

Sedangkan untuk menikmati candi dan melihat pertunjukan-pertunjukan di

dalam kawasan candi pun sangat memadai dikarenakan kondisi lahan yang

sangat luas dan kebanyakan dilakukan di luar ruangan (outdoor), kecuali

seperti menikmati pembuatan anyaman tikar atau membuat lukisan topeng

yang dilakukan di rumah masyarakat sekitar, masih dibutuhkan kondisi

ruangan yang lebih luas jika menerima wisatawan dengan sifat mass tourism.

Tapi dengan pengalaman yang telah dilakukan sebelumnya, wisatawan yang

datang tidak dalam jumlah besar.

89

i. Guide lokal yang berasal dari masyarakat membagi pengalamannya mengenai

sejarah, lingkungan, dan budaya di sekitarnya.

Mengenai pembahasan guide lokal, R1 menyampaikan hasil wawancara

mereka bahwa untuk penyediaan guide, mereka mengutamakan masyarakat

lokal untuk menjadi pemandu lokal bagi wisatawan di kawasan sekitar Candi

Muaro Jambi yang tentunya punya standard di bidang pariwisata. Tentunya

karena guide lokal berkaitan dengan pengetahuan yang dimiliki, masyarakat

yang berperan sebagai guide pun sudah dan harus menguasai baik sejarah,

lingkungan, dan budaya di sekitar mereka. Menurut R1 sendiri mereka

menilai bahwa masyarakat sudah mampu menangani wisatawan yang ingin

berkeliling di kawasan, tetapi mereka masih kekurangan dalam hal jumlah

ketersediaan guide, jika wisatawan datang dalam rombongan besar dan

membutuhkan pemandu lokal dengan bahasa asing.

Sependapat dengan hal itu, W2 juga mengatakan bahwa pemandu

lokal/guide lokal di sana merupakan pemuda-pemuda yang memang sudah

tertarik dan menguasai pengetahuan-pengetahuan mengenai

lingkungan,sejarah,dan budaya sekitar. Mereka berawal dari porter dan

translator sehingga pengalaman-pengalaman tersebut yang membawa mereka

menjadi pemandu/guide lokal sekarang di Muaro Jambi.

Hasil wawancara dari B3 juga mengatakan bahwa untuk ketersediaan

pemandu lokal, mereka banyak menggunakan masyarakat lokal sebagai ujung

tombak yang memperkenalkan budaya,lingkungan,dan sejarah milik mereka.

Adapun pemandu lokal di sana dibagikan menurut minat

90

pengunjung,sehingga pembagiannya rata sesuai dengan tingkat kemampuan

masing-masing guide.

Begitu pula dengan hasil wawancara yang disampaikan oleh R4 yang

berpendapat bahwa masyarakat lokal di sana sudah sangat siap untuk

menerima wisatawan. Untuk standard menjadi guide lokal pun mereka

mengutamakan pemuda-pemudi disana, dan pilihan menjadi guide sendiri

pun itu merupakan dedikasi dari masyarakat sendiri untuk berperan sebagai

pemandu yang memperkenalkan budaya,sejarah,dan lingkungan mereka.

Bahkan ia menambahkan bahwa pelatihan-pelatihan untuk me-regenerasi

pemandu kepada anak-anak desa sudah dilakukan oleh masyarakat lokal

sendiri untuk menambah guide yang baik di masa mendatang.

Dalam kawasan sekitar Candi Muaro Jambi, berdasarkan hasil

wawancara baik pihak dari travel dan pihak masyarakat setempat, pemandu

lokal yang memandu wisatawan biasanya memang menggunakan pemuda

lokal sekitar sana.

2. Akomodasi Berbasis Masyarakat

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan untuk

melihat indikator akomodasi yang disediakan oleh masyarakat lokal di

kawasan sekitar Candi Muaro Jambi akan dianalisa dengan menggunakan

indikator-indikator seperti di bawah ini:

a. Disediakan oleh masyarakat lokal yaitu di dalam rumah tradisional

91

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan kepada R1 bahwa

akomodasi yang digunakan di kawasan sekitar Candi Muaro Jambi adalah

homestay, yang mana kebanyakan adalah rumah penduduk yang tinggal di

sana dijadikan untuk tempat menginap wisatawan. Beliau menjelaskan bahwa

sampai saat ini ada 25 homestay yang dapat digunakan untuk wisatawan,

tetapi hanya 10 homestay yang di-prioritaskan. Homestay prioritas di sini

maksudnya adalah bahwa homestay-homestay ini yang paling sering

digunakan dalam hal menerima tamu dan segala keperluan tamu selama

tinggal di sana. Adapun penentuan standard penetapan homestay itu

berdasarkan penetapan dari desa wisata Muaro Jambi sendiri. Masyarakat

yang sudah siap menjadikan rumah mereka sebagai homestay juga sudah siap

menerima segala macam budaya yang akan mereka temui selama berinteraksi

dengan wisatawan.

Sejalan dengan jawaban dari narasumber dari R1, W2 juga

menyampaikan bahwa akomodasi/homestay yang digunakan untuk menerima

wisatawan adalah hampir semuanya rumah masyarakat yang masih bersifat

tradisional/ rumah panggung. Jumlah homestay yang digunakan sampai saat

ini 25, dengan 10 prioritas homestay utama untuk digunakan. Beliau

menambahkan bahwa selain 10 prioritas, 15 lainnya dipersiapkan atau

dijadikan cadangan untuk menerima wisatawan dalam jumlah besar dan

event-event yang mengharuskan menerima banyak wisatawan. Standard yang

dikenakan dalam penetapan menjadi homestay menurut beliau adalah selain

masih bersifat rumah tradisional, adalah fasilitas di dalam rumah seperti

92

kamar tidur, ketersediaan toilet di dalam rumah, dan kebersihan yang dijaga

di dalamnya.

B3 yang telah diwawancara pun sependapat dengan hal-hal tersebut.

Mengenai jumlah homestay yang sering digunakan untuk disediakan bagi

wisatawan berjumlah 5, dengan paling banyak penggunaan yaitu dengan

jumlah 3. Adapun standard yang digunakan dalam homestay yang sering

digunakan adalah masyarakat/tuan rumah yang sudah siap menerima tamu

dengan segala keramahan-keramahan yang harus diberikan dan sudah paham

mengenai makanan/kuliner yang harus diberikan selama tinggal di homestay,

bagaimana penyajian dan cita rasanya, dan ketersediaan fasilitas seperti toilet

yang sudah memadai. Mengenai wisatawan pun menurut mereka, masyarakat

sudah siap menerima wisatawan dengan segala budaya mereka.

Hal lain diperjelas kembali oleh R4 mengenai homestay di desa wisata

Muaro Jambi. Untuk penyediaan homestay sampai saat ini sudah berjumlah 6

rumah dengan kondisi yang sudah cukup dan layak. Beliau menjelaskan

memang ada beberapa standard yang harus dipenuhi sebagai homestay yang

siap menerima tamu, diantaranya adalah tentunya masyarakat yang sudah siap

welcome dengan tamu, penyediaan fasilitas seperti toilet yang sudah bersih

dan layak, standard dalam kamar seperti ukuran kamar, dan alas tempat tidur

yang tidak bermotif. Pelatihan mengenai homestay yang memenuhi standard

dan bagaimana cara memperlakukan wisatawan sebagai tamu pun sudah

dilakukan oleh pihak dinas untuk memperlancar kinerja masyarakat sebagai

penyedia homestay.

93

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, dapat disimpulkan

bahwa masyarakat sudah menyediakan homestay dengan 25 rumah yang

sudah siap untuk digunakan sebagai akomodasi, dengan 10 prioritas untuk

penggunaan akomodasi utama.

Adapun standard yang telah ditetapkan rumah masyarakat sebagai

homestay adalah karena yang pertama adalah rumah tersebut masih bersifat

tradisional yaitu masih berbentuk rumah panggung, yang kedua adalah

fasilitas yang telah memadai di dalam rumah (toilet sudah berada di dalam

rumah), kemudian karena dalam tuan rumah sendiri sudah siap dalam

menyambut tamu dan menjadikan rumah mereka sebagai salah satu

akomodasi untuk menerima wisatawan untuk menginap di dalamnya.

b. Semua staff/ pekerja dalam akomodasi adalah orang lokal

Berdasarkan hasil wawancara, menurut pendapat R1 bahwa walaupun

mereka sebagai penyedia jasa dan mencari tamu, tetapi jika tamu sudah

berada dalam homestay, masyarakat lah yang memegang kendali. Baik

sebagai penyedia homestay nya sendiri, hingga penyediaan makanan. Pihak

dari R1 sendiri hanya mengontrol selama kegiatan di homestay atau selalu

siap jika memang ada keperluan mendesak oleh tamu dan ikut tinggal di

homestay.

W2 juga menyampaikan hal yang sama. Masyarakat yang berperan

dalam homestay, tidak hanya berperan sebagai penyedia homestay saja tetapi

ikut terjun langsung untuk melayani tamu seperti penyediaan makanan dan

menyambut wisatawan. Adapun yang masyarakat dapatkan sebagai penyedia

94

homestay, selain untuk mendapatkan penghasilan, juga karena ada pride

bahwa rumahnya telah dijadikan sebagai salah satu tempat tinggal tamu

mancanegara.

Hal tersebut kemudian ditambah dengan pernyataan dari B3 berdasarkan

hasil wawancara bahwa memang masyarakatlah bekerja di dalam homestay,

terutama untuk penyediaan makanan 3x sehari dalam homestay. Mereka

menyediakan sarapan, makan siang, makan malam dan cemilan-cemilan

seperti dan teh/kopi sebagai coffe break mereka.

Kemudian dari R4 bahwa memang seharusnya memang masyarakat yang

bekerja dalam homestay ini. Pihak R4 pun selalu memberikan pelatihan-

pelatihan kepada masyarakat bagaimana cara menyediakan homestay yang

baik dan menyediakan makanan di dalamnya.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, didapatkan kesimpulan

bahwa selain sebagai penyedia homestay, tetapi mereka juga ikut tetap

menginap dan tinggal di sana sambil melayani wisatawan seperti misalnya

menyambut tamu dan menyiapkan makanan serta kebutuhan-kebutuhan

wisatawan selama mereka menginap di homestay tersebut.

c. Memberikan pengalaman hidup di pedesaan atau kehidupan tradisional

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan kepada R1 bahwa

wisatawan dapat memberikan pengalaman hidup di pedesaan tradisional.

Homestay sendiri bisa menjadi salah satu akomodasi yang layak tapi masih

perlu pengembangan dan stimulan dari pemerintah mengenai pembangunan

homestay yang benar.

95

Sedangkan menurut W2, pengalaman hidup di pedesaan atau kehidupan

tradisional pasti didapatkan oleh wisatawan selama tinggal di homestay.

Mereka menikmati dengan kehidupan apa adanya di pedesaan dengan

lingkungan yang jauh berbeda dengan kehidupan kota/negara biasanya, begitu

juga dengan mencicipi makanan dan kebiasaan-kebiasaan yang harus diikuti

bersama masyarakat disana.

Pendapat lain disampaikan oleh B3 melalui hasil wawancara bahwa

wisatawan dapat belajar dan pengalaman dari arsitektur rumah tradisional

yang mereka temui selama menginap di desa wisata Muaro Jambi. Misalnya,

kenapa rumah panggung menggunakan tiang-tiang dan bersifat tinggi, itu

dikarenakan untuk mengantisipasi banjir tahunan yang selalu terjadi di daerah

mereka. Lalu penamaan-penamaan dalam sekat/batas di dalam rumah

masyarakat, dan juga kebiasan menaruh pisang lebak manis dengan kelapa

yang menandakan siapapun yang tinggal disana berharap akan bahagia di

dalamnya.

Sedangkan menurut R4 bahwa pengalaman yang di dapatkan oleh

wisatawan adalah seperti belajar bahasa baru dan tentunya banyak

pengalaman mengenai kehidupan di pedesaan.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dapat disimpulkan bahwa

wisatawan yang selama ini tinggal dan beinteraksi dengan masyarakat,

mengaku memberi banyak pengalaman seperti mengetahui kehidupan

tradisional di sana, belajar bahasa baru, mencicipi citarasa makanan

tradisional, dan mengetahui mengenai arsitektur rumah.

96

d. Memberikan excahange pengalaman antara pengunjung dan host

Menurut pihak R1 bahwa banyak exchange yang dapat didapatkan baik

wisatawan dan tuan rumah selama mereka melakukan interaksi di dalam

homestay. Seperti tour bersama Mahasiswa NASAL Institute Singapore, saat

itu mereka merasakan pengalaman seperti mencoba makanan tradisional

seperti pohon pisang yang direbus, dan dijadikan lalapan dalam makanan, lalu

mereka melakukan aktivitas bersama seperti grafiti dan melukis bersama.

Tentu bagi tuan rumah pemilik homestay, mereka merasa mendapatkan

keluarga baru dan pengalaman bersama orang asing dan mempelajari budaya

mereka selama menginap di sana.

Hal tesebut juga ditambahkan kembali oleh W2 yang mengatakan

bahwa terjadi pertukaran budaya yang didapat selama tinggal di homestay.

Seperti contohnya jika wisatawan menyukai makanan tradisional yang

disediakan masyarakat, mereka bahkan mencatat bahan-bahan bakunya dan

meminta langsung untuk cara pembuatannya kepada si penyedia makanan.

Sedangkan bagi tuan rumah, tentu mereka merasa memiliki kebanggan

rumahnya pernah disinggahi selain wisatawan asing, juga beberapa mendapat

kehormatan untuk menerima tamu istri dari Kedubes Australia dan mereka

berbagi pengalaman mengenai kehidupan di negara Australia tersebut.

Sedangkan pengalaman yang di dapat oleh B3 langsung telah

disampaikan melalui hasil wawancara adalah mereka tentunya mendapat

pengalaman, bahasa, dan tentunya keluarga baru karena mereka menerima

orang-orang dari luar tempat tinggal mereka. Bahkan beberapa wisatawan

97

memberikan cinderamata berasal dari negara mereka, dan memberikan saran

seperti di daerah Muara Jambi bisa menggunakan cinderamata seperti daerah

asal mereka.

Pandangan berbeda disampaikan oleh R4 bahwa exchange yang didapat

adalah bahwa ikatan yang dirasakan selama menginap di homestay bisa

hingga membuat wisatawan tidak mau pulang dan memutuskan tinggal lebih

lama di desa wisata Muara Jambi,dan tentunya karena kebanyakan selain

tamu wisatawan yang datang tetapi juga arkeolog, tuan rumah juga mendapat

pengalaman seperti mendapat pengetahuan mengenai arkeologi.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan maka

dapat disimpulkan bahwa terjadi exchange pengalaman yang didapat baik itu

wisatawan maupun pemilik homestay. Pengalaman tersebut pun berbeda-

beda, tetapi tetap mencerminkan bahwa hal ini memberikan dampak positif

selama kegiatan interaksi antara wisatawan dan pengunjung berlangsung.

e. Menyediakan ruang dan tempat tidur khusus untuk pengunjung

Menurut hasil wawancara kepada R1 bahwa masyarakat menyediakan

dalam rumah tersebut 1-2 kamar yang akan ditempati oleh wisatawan. Tapi

dalam beberapa kegiatan tour yang telah dilaksanakan, ada beberapa

wisatawan yang tidak ingin tidur di dalam kamar, sehingga para wisatawan

tersebut memasang tenda diluar kamar atau diluar rumah untuk mereka

beristirhat. Sedangkan wisatawan yang menginap di dalam kamar,

pembagiannya berdasarkan 1 kamar 2 orang tetapi juga jika ada yang

meminta permintaan untuk tinggal sendirian dalam kamar, akan dikondisikan

98

sesuai permintaan oleh pihak R1. Tetapi masih butuh dalam perbaikan karena

jika dalam pembuatan standarisasi Internasional, masih belum cukup, seperti

ukuran untuk pintu WC yang sesuai dengan tinggi wisatawan asing.

Sedangkan menurut W2 menjelaskan bahwa penyediaan kamar untuk

wisatawan dalam 1 rumah sekitar 1-2 kamar. Dimana di dalam kamar tersebut

disediakan fasilitas seperti tempat tidur,kipas angin,bantal dan sprei. Atau

misalnya jika ada permintaan yang meminta bahwa wisatawan tidak mau

dipisahkan, masyarakat akan menggelar anyaman tikar sebagai alas dan

mereka tidur di ruang keluarga.

Pernyataan tersebut ditambahkan oleh masyarakat setempat mengenai

jumlah kamar yang disediakan masyarakat, paling banyak disediakan 2 kamar

di dalamnya dengan fasilitas yang hampir sama disebutkan oleh Kepala Desa

Wisata Muaro Jambi. Masyarakat juga mengantisipasi menyiapkan sleeping

bag jika ada wisatawan ada yang meminta tidur di luar kamar.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan,

narasumber mengatakan bahwa salah satu syarat untuk menjadikan suatu

rumah masyarakat menjadi suatu homestay adalah menyediakan ruang dan

tempat tidur khusus untuk pengunjung/wisatawan.

Rata-rata dalam satu homestay mereka menyediakan 1-2 kamar yang

memang tidak digunakan sehingga kamar itu dipersilahkan untuk digunakan

oleh wisatawan yang datang. Standard yang harusnya disediakan di dalam

kamar tersebut sudah diisi dengan tempat tidur, sprei, bantal, dan kipas.

99

Sampai saat ini, untuk homestay di desa Muaro Jambi sendiri dapat dikatakan

memenuhi standard layak untuk menerima wisatawan.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, maka dapat disimpulkan

bahwa 10 rumah yang ditunjuk untuk dijadikan homestay, memiliki ruang

khusus untuk wisatawan beserta dengan tempat tidur di dalamnya dan

fasilitas-fasilitas seperti bantal,sprei, dan kipas angin.

Dalam homestay di desa wisata Muaro Jambi sendiri sebenarnya sudah

berusaha memenuhi standard seperti misalnya kondisi motif sprei yang tidak

bermotif dan harus selalu tetap dijaga kebersihannya, agar siap menerima

wisatawan kapanpun di saat yang diperlukan.

f. Kapasitas pengunjung

Pembatasan kapasitas pengunjung dalam homestay menurut R1

menurut hasil wawancara tersebut dikatakan bahwa hal itu dikondisikan oleh

masyarakat. R1 ini berusaha sebisa mungkin untuk menjadikan homestay

sebagai akomodasi yang digunakan selama dalam Muaro Jambi walaupun

wisatawan ada dalam mass tourism. Dalam pengalamannya, mereka juga

menyediakan pilihan akomodasi hotel di kota Jambi, dikarenakan jarak yang

relatif juga sehingga dapat ditempuh dengan motor/mobil. Tetapi mereka

mengusahan sebisa mungkin menggunakan akomodasi yang difasilitasi oleh

masyarakat. Adapun jika ada permintaan atau overload wisatawan, pihak dari

R1 akan menyediakan tenda untuk wisatawan.

Berdasarkan hasil wawancara dari W2 mengatakan bahwa untuk

kapasitas pengunjung dalam 1 rumah dapat menampung 5 orang dalam 1

100

rumah, mengingat jumlah toilet kebanyakan hanya berjumlah 1 sehingga

kurang kondusif jika menerima tamu berjumlah di atas 5. Tetapi beliau

menambahkan bahwa jika menerima wisatawan berjumlah 100 dan dadakan,

masyarakat sudah siap untuk menerima kapanpun juga.

Begitu juga dengan masyarakat setempat, berdasarkan hasil wawancara

menyampaikan bahwa kapasitas pengunjung dalam 1 rumah mampu

menampung maksimal 7 orang. Penanganan jika dalam 1 rumah tidak dapat

menampung kebanyakan wisatawan yaitu membagi dengan homestay lainnya,

walaupun terkadang jarak 1 homestay ke homestay lainnya agak jauh, tapi

langkah yang diambil adalah jika nanti wisatawan akan disuguhkan atraksi

budaya, akan diminta untuk berkumpul dalam 1 spot untuk melihat

pertunjukkan tersebut bersama-sama.

Hal itu kemudian dijabarkan kembali oleh R4 bahwa menurut beliau

kapasitas pengunjung hanya dapat menampung 4, karna dalam 1 kamar untuk

2 orang dengan ketentuan-ketentuan dalam 1 kamar sudah berkeluarga atau

berkelamin jenis sama.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dapat disimpulkan bahwa

dalam satu rumah, penyedia homestay mampu menampung wisatawan

maksimal 4 orang yang berukuran rumah yang standard, tetapi jika rumah

dengan kapasitas besar dapat menampung wisatawan maksimal hingga 7

orang. Hal itu dapat dibuktikan ketika pihak travel dan masyarakat menerima

wisatawan yang meminta permintaan agar tidak dipisahkan satu dengan yang

lainnya di homestay lain, sehingga pada akhirnya alternatif yang digunakan

101

adalah masyarakat menggelar anyaman tikar di sebuah ruang keluarga untuk

memenuhi kebutuhan wisatawan.

g. Mengikuti aktivitas yang dilakukan oleh tuan rumah

Berdasarkan hasil wawancara kepada R1, ada beberapa kegiatan yang

dapat dilakukan oleh wisatawan selama tinggal di homestay. Diantaranya

adalah panen pohon durian, menjemur pinang, memakan buah pohon cokelat.

Aktivitas yang dapat diikuti bersama masyarakat kebanyakan adalah karena

wisatawan biasanya tidak sengaja melihat atau tertarik ketika mereka

melakukan perjalanan menyusuri desa dan melihat masyarakat melakukan

aktivitas seperti memanen buah-buahan.

Berbeda dengan jawaban dari W2 yang mengatakan bahwa untuk

aktivitas bersama masyarakat belum pernah dilakukan sebelumnnya seperti

misalnya ke kebun, ke sawah, mengikuti aktivitas memasak bersama

masyarakat. Karena menurutnya, selama ini wisatawan yang datang hanya

terfokus menghabiskan waktu di Candi Muaro Jambi, dan homestay hanya

baru dijadikan sebagai tempat tinggal. Tetapi bukan sesuatu yang tidak

mungkin jika dikembangkan aktivitas yang membuat wisatawan berinteraksi

dengan mengikuti aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat. Beliau

menambahkan lagi, aktivitas yang biasanya dilakukan oleh wisatawan

bersama masyarakat hanya sebatas menonton pertunjukkan dan tarian budaya

lokal saja.

Sedangkan menurut hasil wawancara bersama B3 bahwa aktivitas yang

selama ini dapat dilakukan bersama wisatawan adalah ketika memanen buah

102

durian. Ketika musim durian tiba, mereka akan mendirikan tenda di kebun

milik masyarakat setempat, dan menunggu semalaman hingga durian itu

jatuh. Jika memang ada aktivitas bersama masyarakat seperti memasak, hanya

dilakukan sebatas foto bersama atau wisatawan mengambil foto kegiatan

ketika masyarakat melakukan aktivitas memasak besar-besaran ketika ada

yang akan menggelar upacara pernikahan.

Menurut hasil wawancara yang dilakukan kepada R4 bahwa kegiatan

yang dapat diikuti oleh wisatawan adalah seperti ikut masyarakat ke masjid,

ikut menanam pohon, atau mereka pernah ikut dalam kegiatan masak

memasak besar untuk upacara pernikahan, tetapi hanya sebatas mengambil

bagian sedikit dari kegiatan tersebut. Kemudian beliau menambahkan bahwa

jika ada aktivitas yang dapat dilakukan bersama masyarakat dan diikuti oleh

wisatawan, itu sangat memungkinkan.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi maka dapat disimpulkan

bahwa aktivitas yang dilakukan yang dapat diikuti oleh wisatawan selama

menginap di homestay sesuai dengan hasil wawancara yang telah dilakukan

oleh beberapa narasumber adalah wisatawan dapat ikut memanen hasil buah-

buahan dari perkebunan milik masyarakat seperti dukuh dan durian tetapi

kekurangan dari aktivitas ini adalah masih secara musiman dan tidak dapat

dijadikan kegiatan yang reguler dalam paket wisata. kegiatan ikut melihat

memasak yang dilakukan oleh masyarakat jika ada upacara pernikahan oleh

masyarakat desa. Kegiatan ini biasanya dilakukan secara besar-besaran oleh

masyarakat desa terutama ibu-ibu.

103

h. Menyediakan makanan untuk pengunjung oleh masyarakat

Menurut hasil wawancara yang dilakukan kepada R1 mereka

menyatakan bahwa mereka menyediakan makanan yang bersifat lokal oleh

masyarakat. Untuk penyediaannya sendiri, pihak R1 telah menekankan bahwa

makanan lokal berbeda dengan makanan yang biasa dimakan oleh wisatawan,

maka dari itu jika memang ada permintaan khusus penyediaan makanan

diluar yang disediakan oleh masyarakat lokal, travel menyesuaikan dengan

budget yang diberikan. Tetapi mereka sebisa mungkin menggunakan

makanan lokal untuk disajikan pada wisatawan.

Menurut hasil wawancara kepada W2 menyatakan bahwa penyediaan

makanan di homestay kepada wisatawan biasanya makanan-makanan lokal.

Selain memperkenalkan baik citarasa dan keanekaragaman makanan,

wisatawan juga diajak untuk mengikuti cara makan masyarakat dengan cara

menggunakan tangan dan duduk secara lesehan. Jika ada permintaan-

permintaan khusus seperti vegetarian atau permintaan khusus lainnya, sebisa

mungkin dipenuhi oleh masyarakat setempat atau penyedia homestay.

Sedangkan menurut hasil wawancara dengan B3 dan R4 mereka

menjawab bahwa dalam pelayanan homestay, mereka menyediakan baik

makanan utama hingga makanan cemilan tradisional seperti gulo komojo, ada

padamaran,ketan jando, bubur ayap. Termasuk ikan senggung, yang

merupakan makanan istimewa oleh masyarakat desa Muaro Jambi dan juga

. Masyarakat selalu menyediakan makanan-makanan lokal, lebih

tepatnya makanan sehari-hari masyarakat makan untuk disajikan dan

104

diperkenalkan kepada wisatawan, tetapi untuk beberapa standard seperti

dikurangi citarasa pedas, untuk mengantisipasi wisatawan yang belum

terbiasa dengan makanan yang bersifat pedas.

Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam

penyediaan makanan untuk pengunjung/wisatawan selalu disediakan oleh

masyarakat. Mereka menekankan bahwa jika menginap di dalam homestay,

menyediakan makanan bagi pengunjung sudah otomatis sudah termasuk

pelayanan oleh masyarakat. Biasanya makanan yang disediakan sudah

termasuk 3x makanan.

Makanan-makanan yang disediakan oleh masyarakat sendiri adalah

makanan lokal dan disediakan baik itu makanan utama beserta lauk pauk serta

jajanan atau cemilan lokal untuk mengenalkan citarasa baru kepada

wisatawan.

i. Harga

Menurut hasil wawancara dengan R1 bahwa harga yang ditetapkan

dalam homestay ditetapkan oleh masyarakat lokal. Tetapi pada dasarnya,

masyarakat lokal belum terlalu menetapkan harga untuk akomodasi, jadi hal

itu dimasukkan sebagai bentuk donasi untuk masyarakat penyedia homestay.

Harga yang diberikan kepada wisatawan pun sudah di mark-up sekitar 2-5

persen.

Berdasarkan hasil wawanacara dengan W2, mereka menetapkan harga

untuk homestay Rp 150.000 yang sudah termasuk dengan sarapan pagi.

Sedangkan untuk penambahan permintaan khusus, akan diberikan kebebasan

105

bagi pihak travel dan wisatawan memberikan harga yang akan diberikan

kepada pihak penyedia homestay. Adapun yang disediakan dalam harga

tersebut sudah termasuk harga kamar dan sarapan.

Hal itu berbeda kembali dengan B3 yang memberikan harga Rp

300.000 yang sudah termasuk dengan 3x makan di dalamnya. Tetapi

sayangnya harga tersebut diberikan kepada 1 orang per malam di homestay.

Sedangkan untuk harga coffe break dikenakan harga Rp.10.000/orang yang

berisikan 1 potong dan kopi. Biasanya dilakukan di homestay atau di

boat/getek. Ia menambahkan jika nanti ada aktivitas tambahan, itu diluar

biaya homestay.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, dapat diketahui bahwa

harga ditetapkan sesuai dengan negosiasi antara pemilik rumah/penyedia

homestay dengan pihak travel. Tetapi sampai saat ini harga yang ditetapkan

masyarakat untuk sehari menginap per orang adalah sekitar Rp150.000 – Rp.

300.000 yang mana di dalamnya sudah termasuk biaya menginap dan makan

di dalamnya beserta coffe break.

j. Kondisi sarana

Kondisi sarana dari setiap homestay yang digunakan dalam pelaksanaan

tour oleh pihak R1 adalah sudah cukup. Menurutnya masih perlu dibenahi

dan perlu pelatihan-pelatihan lagi bagaimana cara menerapkan standarisasi

dari homestay yang sudah bersifat Internasional, sudah mampu menampung

wisatawan baik nusantara dan mancanegara. Tapi ia menegaskan, bahwa

106

sampai saat ini homestay yang telah digunakan selama ini sudah terbilang

cukup dan layak.

Sedangkan berdasarkan hasil wawancara kepada pihak W2 menjelaskan

dalam hasil wawancara adalah bahwa kondisi sarana dari tiap sarana di

homestay sendiri sudah cukup baik dan bersih. Tapi masih perlu pelatihan

lagi bahwa harus ada kesadaran dari masyarakatnya sendiri seperti penyiapan

jemuran yang jangan diletakkan di depan rumah, dan harus siap

membersihkan rumah setiap saat ketika nanti ada wisatawan yang datang

tiba-tiba.

Sependapat dengan hal itu, hasil wawancara yang telah dilakukan

kepada B3 adalah, bahwa mereka masih perlu pembinaan dalam penyediaan

kondisi sarana. Seperti kondisi bawah rumah karena rumah panggung, harus

dalam keadaan steril dan harus ada penanganan jika ada banyak nyamuk

dalam rumah. Tetapi dari semua itu kondisi sarana sudah dianggap cukup dan

layak.

Sedangkan pendapat dari R4 menyatakan bahwa homestay yang

disediakan oleh masyarakat lokal sudah cukup dan layak. Tetapi masih perlu

ditingkatkan kualitasnya baik untuk pelayanan dari masyarakat dan kondisi

dari homestay hingga fasilitasnya.

Berdasarkan hasil dari wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa

kondisi sarana yang ditampilkan oleh pihak masyarakat sebagai penyedia

homestay, masih dikatakan cukup. Sampai saat ini,standard seperti harus

107

bersih dan rapi menjadi suatu kewajiban yang harus dipenuhi oleh masyarakat

penyedia homestay untuk menyambut tamu.

k. Sanitasi/Hygiene

Berdasarkan hasil wawancara, menurut R1 bahwa tingkat

sanitasi/hygiene yang diberikan oleh pihak penyedia homestay, tergolong

sudah layak dan secukupnya. Tapi sampai saat ini, sudah terbilang cukup dan

layak.

Sedangkan dari W2 menyatakan bahwa tingkat kebersihan yang dijaga

oleh masyarakat masih berdasarkan inisiatif dari masyarakat. Belum ada

penetapan standarisasi untuk homestay yang memadai seperti apa, tapi sejauh

ini sudah dibilang cukup.

Hal itu kemudian ditambahkan oleh B3 berdasarkan hasil wawancara

bahwa untuk kebersihan, masyarakat masih berdasarkan inisiatif, padahal

masih belum ada standarisasi mengenai penyiapann kamar khusus untuk tamu

yang harus selalu dibersihkan setiap hari.

Begitu pula dengan pihak R4 yang mengatakan bahwa masih perlu

adanya pembinaan lagi mengenai kebersihan dan standard-standard yang

harus dijaga kebersihannya.

Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa mengenai kebersihan dan

sanitasi di dalam homestay menilai bahwa dalam homestay, masyarakat

masih ber-inisiatif sendiri dalam menjaga kebersihan dan selama ini dalam

penyediaan homestay pun sudah dapat dikatakan cukup baik dan layak untuk

menerima tamu dalam homestay mereka.

108

l. Aksesibilitas

Aksesibilitas dari homestay dari menurut R1 menyatakan bahwa sudah

dalam keadaan baik dan mudah untuk dicapai. Biasanya wisatawan yang

ingin menginap di homestay dapat mencapai kesana dengan jalan kaki atau

menggunakan sepeda. Jalan menuju desa wisata sudah baik dan terdapat

beberapa sign penunjuk untuk menuju desa wisata Muaro Jambi.

Penjelasan dari pihak W2 juga memaparkan bahwa untuk aksesibilitas

menuju desa wisata sudah baik, karena kebetulan jalan di sepanjang desa baru

saja diperbaiki sehingga wisatawan dapat menelusuri dan mencapai desa

dengan mudah.

Sedangkan menurut B3, aksesibilitas baik menggunakan becak dan

bentor sudah dapat dicapai dengan mudah, begitu juga dengan perahu/getek.

Hasil wawancara yang dilakukan kepada pihak R4 menyampaikan

bahwa aksesibilitas untuk sepeda,becak,perahu sudah terbilang baik, tapi

tidak berlaku untuk banjir. Jika banjir, wisatawan maupun masyarakat lokal

menggunakan perahu-perahu untuk berpindah-pindah tempat, tapi ini menjadi

salah satu daya tarik wisata di desa wisata jika pada musim hujan dan

mengakibatkan hujan tahunan.

Menurut hasil wawancara yang telah dilakukan kepada 4 narasumber

yang berbeda, didapatkan pernyataan bahwa aksesibilitas menuju homestay

sudah dikatakan baik. Pernyataan ini didukung dengan hasil observasi dimana

ditemukan bahwa untuk jarak dan lokasi dari atraksi utama menuju ke

109

homestay ini hanya berjarak beberapa menit dan dapat ditempuh dengan jalan

kaki ataupun sepeda.

m. Lokasi yang tidak jauh dari atraksi wisata utama

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh R1 menurut mereka

lokasi desa wisata tidak jauh dari atraksi utama karena desa wisata/homestay

ini masih dalam kawasan sekitar Candi Muaro Jambi. Untuk lokasi menuju

bandara hanya berjarak 40 menit menggunakan motor/mobil.

Sedangkan berdasarkan hasil wawancara dari W2 juga menjelaskan

bahwa lokasi homestay ini tidak berada jauh dari atraksi utama yaitu Candi

Muaro Jambi maupun untuk menikmati tari-tarian tradisional oleh masyarakat

setempat. Ia menambahkan bahwa waktu yang ditempuh dari pusat kota

untuk menuju homestay ini sekitar 45 menit menggunakan motor/mobil.

Hasil wawancara yang disampaikan oleh B3 setempat juga

menyampaikan bahwa homestay dari masyarakat tidak berada jauh dari lokasi

utamanya Candi, dapat ditempuh dengan menggunakan sepeda dan bentor

sekitar 10-15 menit. Sedangkan jarak menuju pusat kota sendiri

menghabiskan waktu 45 menit.

Berdasarkan paparan dari hasil wawancara dan juga hasil observasi

dapat disimpulkan bahwa lokasi akomodasi/homestay ini tidak jauh dari

atraksi utamanya yaitu Candi Muaro Jambi, kecuali beberapa titik seperti

Candi Tinggi 1, Candi Tinggi 2, Candi Kedaton, dan Candi Koto Mahligai.

110

n. Fasilitas dan Pelayanan

Pelayanan yang diberikan masyarakat di homestay menurut hasil

wawancara dengan R1 dan W2 belum bisa dikatakan baik karena masih harus

banyak pembenahan untuk masyarakat dan pembinaan lebih detail lagi.

Sedangkan dari masyarakat setempat, pelayanan yang mereka berikan

sudah baik. Mereka sudah bersifat welcome dan memberikan pelayanan yang

ramah tamah kepada setiap tamu yang menginap.

Sependapat dengan hal itu, pihak R4 mengatakan bahwa pelayanan yang

diberikan oleh masyarakat di homestay sudah baik. Masyarakat sudah mampu

menerima wisatawan, sesuai dengan pelatihan-pelatihan yang diberikan oleh

pihak yang terkait.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan maka

dapat disimpulkan bahwa untuk fasilitas dan pelayanan yang diberikan pihak

homestay dapat dikatakan baik dalam standard lokal, tetapi masih butuh

pembinaan lagi mengingat bahwa wisatawan yang akan dilayani adalah

mancanegara.

3. Tempat Makan Berbasis Masyarakat

Adapun data tempat makan yang digunakan oleh masyarakat biasanya

digunakan dalam pemilihan paket wisata didasarkan dengan beberapa kriteria

seperti berikut:

111

a. Mempekerjakan masyarakat lokal dalam pelayanan

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan kepada R1,

mereka biasanya menyediakan tempat makan dalam paket tur di dalam

tempat makan yang biasanya dimiliki oleh masyarakat desa wisata Muaro

Jambi yang di dalamnya tentunya masyarakat lokal bekerja dalam pelayanan

tempat makan tersebut. Biasanya, walaupun tempat makan yang disediakan

masyarakat terletak di pinggir sungai, tempat makan milik Bu Asmiah ini

hanya digunakan di saat-saat kondusif. Pihak travel biasanya menggunakan

homestay untuk menyajikan makanan selama wisatawan dalam pelaksanaan

tur, atau memang sudah ter-include dengan biaya homestay.

Sependapat dengan hal itu, W2 juga mengatakan bahwa di dalam desa

wisata hanya memiliki beberapa tempat makan yang disediakan masyarakat

lokal dan tentunya mereka bekerja di dalamnya, tetapi masih bersifat

seadanya saja dan berlokasi di pinggir sungai Batanghari. Kebanyakan

selama ini mereka melayani tamu dalam hal pelayanan makanan itu telah

termasuk dengan pelayanan di homestay. Makanan yang disajikan dalam

rumah makan maupun homestay ini pun tentunya makanan-makanan lokal

atau makanan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat desa Muaro Jambi

itu sendiri.

Berdasarkan hasil wawancara oleh B3, mereka mengatakan bahwa ada

3 jenis rumah makan yang berlokasi di pinggir sungai. Tetapi di antara 3 itu

hanya ada 1 tempat makan milik Bu Asmiah yang sering digunakan untuk

menyambut wisatawan-wisatawan yang berkunjung kesana. Beliau

112

menambahkan bahwa biasanya masyarakat lokal sebagai pemilik tempat

makan ini, menyarankan dalam penyajiannya, jika tempat makan tidak

memenuhi untuk menampung wisatawan, maka akan dilangsungkan di

depan rumah atau halaman rumah pemilik tempat makan tersebut.

Begitu pula halnya dengan jawaban dari R4 yang mengatakan bahwa

memang ada beberapa tempat makan yang disediakan oleh masyarakat,

tetapi tempat makan tersebut belum kondusif untuk tempat makan bagi

wisatawan yang berkunjung kesana dikarenakan ukuran tempat makan yang

belu memadai dan lebih sering menggunakan rumah masyarakat sekitar jika

memang ingin membeli makanan di tempat makan tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan kepada 4

narasumber, mereka mengatakan bahwa tempat makan yang berada di

kawasan sekitar Candi Muaro Jambi berjumlah 3,tetapi yang paling layak

dikunjungi adalah 1 yaitu tempat makan Ibu Asmiah. Selain tempat makan ini

disediakan oleh masyarakat lokal, pekerja yang bekerja di dalam rumah

makan tersebut adalah masyarakat lokal. Begitu juga dengan penyajian

bahan-bahan makanan berasal dari hasil dari desa Muaro Jambi dan disajikan

di dalam tempat makan tersebut.

b. Menggunakan bahan-bahan/ingredients alami (tidak menggunakan daging

hewan langka/bushmeat).

Berdasarkan hasil wawancara kepada R1 menyatakan bahwa tempat

makan di sekitar kawasan Candi Muaro Jambi ini menyediakan jenis

makanan apapun, termasuk ayam maupun daging. Jika ada permintaan dari

113

wisatawan yang bersifat special request mereka memang berusaha

menyediakannya, tetapi sampai saat ini belum ada penyajian atau permintaan

yang menggunakan heewan-hewan langka, kebanyakan menyediakan ikan

karena mengingat kondisi dan letak desa Muaro Jambi berada di pinggir

sungai Batanghari.

Sedangkan jawaban hasil wawancara dari W2 dan B3 mengenai

penggunaan bahan-bahan alami, sampai saat ini masyarakat memang belum

menggunakan bahan-bahan lain selain ayam dan ikan. Ia menambahkan

bahwa dalam kawasan sendiri pun, mereka tidak pernah beternak ayam

potong, sehingga jika ingin memesan ayam, harus membeli ke pasar dalam

jumlah banyak. Maka dari itu kebanyakan makanan atau masakan yang

disajikan berupa ikan-ikan di sungai Batanghari.

Berdasarkan hasil wawancara kepada R4 pun mengatakan bahwa selama

ini penyediaan makanan hanya sebatas ayam dan ikan untuk disediakan,

tergantung budget yang dimiliki dan request-request dari wisatawan dan

pihak Travel.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan kepada para

narasumber dapat disimpulkan bahwa makanan yang disediakan baik di

tempat makan atau homestay, mereka menggunakan bahan-bahan alami

seperti tumbuh-tumbuhan yang ada di sekitar, dan untuk penyediaan

mayoritas menyediakan makanan dengan menggunakan ikan, mengingat desa

tersebut berada di pinggir sungai Batanghari.

114

Mereka menambahkan jika untuk penyediaan daging ayam, masyarakat

harus memesan terlebih dahulu kepada penjual di pasar karena masyarakat

lokal tidak ada beternak ayam. Bahkan untuk penyediaan daging sapi,

masyarakat harus pergi ke Kota Jambi untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

c. Menyediakan masakan lokal spesial

Berdasarkan hasil wawancara menurut R1 penyediaan makanan baik di

tempat makan dan homestay yang disediakan oleh masyarakat, memiliki

beraneka macam jenis masakan lokal. Tentunya di setiap masakan tersebut

terdapat makanan lokal yang spesial yang menjadi ke-khasan setiap daerah.

Menurut beliau, ikan senggung merupakan salah satu menu andalan atau

masakan lokal spesial yang dihidangkan biasanya kepada wisatawan-

wisatawan yang datang. Makanan ini dikatakan spesial dikarenakan

pembuatannya yang dimasak dalam bambu dan diasapi selama 8 jam. Ikan ini

merupakan jenis ikan tomang yang besar, sehingga ini merupakan porsi besar

untuk sekali hidangan.Biasanya dalam pelaksanaan tour, pihak travel selalu

menyediakan menu ikan senggung dalam setiap menu yang disediakan oleh

masyarakat.

Berdasarkan hasil wawancara dengan W2, masakan lokal spesial yang

dihidangkan merupakan tempoyak yaitu jenis makanan menggunakan ikan

patin dengan kuah duren hasil fermentasi, dan jengkol. Ia

menambahkan menu ini sering mereka sajikan jika ada wisatawan dari

Perancis,walaupun memang tidak semua wisatawan akan menyukainya. Ia

juga menambahkan bahwa memang ikan senggung merupakan menu spesial

115

andalan jika memang ada tamu dengan permintaan khusus, biasanya dari

travel untuk menyajikan makanan tersebut kepada wisatawan. Lalu ada

batang pohon pisang yang biasanya disajikan kepada petinggi-petinggi yang

datang dan dijadikan sebagai sayur dan merupakan makanan wajib untuk

disajikan.

Kemudian dari pihak B3 dan R4 menjelaskan bahwa ikan senggung

merupakan masakan spesial yang menjadi salah satu menu andalan untuk

disajikan kepada wisatawan. Ikan yang dimasak selama 8 jam dan kemudian

dibumbui untuk kemudian disajikan bersama dengan nasi dan juga ada

masakan khas bernama lahang.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan kepada beberapa

pihak narasumber mengatakan bahwa desa Muaro Jambi memiliki masakan

lokal spesial yaitu ikan senggung.

d. Keanekaragaman jenis masakan

Keanekaragaman jenis masakan menurut pihak R1 yang disediakan oleh

masyarakat memang beraneka macam. Beliau menyebutkan makanan yang

jarang ditemui dapat disajikan oleh masyarakat lokal seperti batang pohon

pisang yang direbus kemudian disajikan menjadi sayur, ada juga ketan bakar

atau ketan jando. Kebanyakan makanan yang disajikan ini adalah bersifat

tradisional karena menurut beliau, setiap penyajian memang harus

memanfaatkan lingkungan dan potensi yang ada. Dikarenakan penyediaan

makanan yang beraneka macam, tentunya mereka menemukan permintaan-

permintaan yang bersifat special request yang sebisa mungkin mereka

116

penuhi. Tapi untuk sampai saat ini, penanganan seperti makanan yang

vegetarian yang paling sering diminta oleh beberapa wisatawan seperti biksu

yang mengunjungi Candi Muaro Jambi dan selalu akan dipenuhi oleh pihak

travel mengenai hal itu. Travel akan menghubungi pihak masyarakat lokal

untuk menyediakan makanan vegetarian tanpa ada unsur hewan di dalamnya.

Atau biasanya travel akan membeli makanan dari restoran yang menyediakan

special request tersebut. Jika memang ada permintaan khusus, maka pihak

travel akan membawa wisatawan ke kota Jambi, dibawa ke restoran yang

mampu memenuhi selera wisatawan.

Kemudian dari W2 menjelaskan bahwa ada beberapa jenis makanan yang

beraneka macam yang disajikan oleh masyarakat. Seperti halnya tempoyak,

batang pohon pisang, pucuk rotan, dan beberapa kue lokal yang akan

disajikan untuk menjadi appetizer dalam makanan. Beliau juga

menambahkan terkadang dilakukan coffee break dan disajikan kopi dengan

merk lokal yaitu kopi AA. Tapi untuk penyajian makanan, masyarakat lokal

mayoritas menyajikan makanan halal. Masyarakat sendiri dalam menyajikan

makanan untuk mengantisipasi wisatawan yang tidak dapat makan jenis

masakan yang terlalu pedas. Jika dalam pelaksanaan ada wisatawan yang

ingin meminta special request, maka masyarakat mencoba sebisa mungkin

untuk dipenuhi, sampai saat ini permintaan khusus seperti itu hanya sebatas

vegetarian untuk biksu-biksu yang berkunjung, maka masyarakat akan

menyediakan makanan berupa sayuran yang direbus dan diberi garam tanpa

ada unsur daging di dalamnya.

117

Sedangkan keanekaragaman jenis masakan oleh B3 adalah tempoyak,

dandang kelapa yaitu makanan yang hampir sama seperti pindang tetapi tidak

dibuat menggunakan kelapa, tetapi menggunakan belimbing. Selain hal itu

makanan sejenis cemilan tradisional yang disediakan oleh masyarakat untuk

coffee break akan disediakan.

Berbeda dengan R4, menurut mereka keanekagaraman jenis masakan

selain ikan senggung dan lahang yang menjadi menu andalan, untuk

penyediaan makanan baik di homestay dan tempat makan biasanya memang

hanya disajikan makanan-makanan lokal yang biasa mereka sajikan sehari-

hari, hanya ditambah buah saja.

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa desa Wisata Muaro

Jambi memiliki banyak keanekaragaman jenis makanan di dalamnya. Baik itu

pindang, tempoyak, lalapan, dandang kelapa, hingga jajanan tradisional.

Makanan-makanan tersebut biasanya yang paling sering disajikan oleh

masyarakat baik di tempat makan atau homestay.

Tapi pada dasarnya, makanan yang disajikan oleh masyarakat adalah

kebanyakan makanan-makanan yang sering dimakan sehari-hari oleh

masyarakat, bahkan seperti sambal jengkol pun terkadang disajikan untuk

mengenalkan budaya makanan kepada wisatawan yang datang.

e. Menggunakan bahan-bahan lokal yang berasal dari perkebunan masyarakat

Berdasarkan hasil wawancara dengan R1, masyarakat sudah

menggunakan bahan-bahan lokal yang berasal dari perkebunan masyarakat.

Baik untuk bahan baku ikan maupun sayuran, hanya saja untuk beberapa

118

, masyarakat harus membeli ke pasar sekitar desa wisata Muaro Jambi.

Hal ini menunjukkan bahwa dalam penyiapan mulai dari bahan-bahan lokal

dari perkebunan masyarakat bisa dibuktikan bahwa kualitas dari bahan-bahan

baku yang disediakan bisa terjamin baiknya. Jika memang ada beberapa

bahan baku yang tidak terdapat di sana, masyarakat sebisa mungkin

mencarinya.

Sependapat dengan hal itu, W2 mengatakan bahwa dalam penyediaan

makanan baik untuk bahan bakunya semuanya berasal dari perkebunan

masyarakat, kecuali untuk bahan-bahan bumbu yang harus dibeli dahulu ke

pasar. Bahan bakunya yang belum tersedia adalah ayam potong, masyarakat

harus memesan daging ayam kepada penjual sayur minimal 5 kg untuk

dipesan. Sedangkan untuk pembelian daging sapi, masyarakat harus membeli

langsung ke Kota Jambi. Kemudian ia menambahkan,bahwa wisatawan bisa

dapat memberikan donasi tapi sejauh ini hanya sebatas memberikan cemilan

kepada masyarakat.

Begitu juga dengan hasil wawancara dengan B3. Mereka mengatakan

bahwa untuk bahan-bahan makanan mereka memang kebanyakan berasal dari

perkebunan sendiri, atau berbelanja ke pasar 46, yaitu pasar yang dibuka pada

jam 04.00-06.00 sore. Beliau juga sependapat bahwa jika wisatawan ingin

memberikan donasi, sejauh ini hanya diberikan sebatas cemilan, seperti coklat

dan minuman bersoda yang mana itu menjadi makanan sehari-hari/cemilan

mereka.

119

Sedangkan hasil wawancara kepada R4 mengatakan bahwa semua

bahaan baku telah disediakan dan berasal dari perkebunan mereka sendiri,

adapun jika ada bahan baku yang harus dibeli, masyarakat dapat berbelanja di

pasar sekitar tetapi tidak sampai berbelanja di Kota Jambi.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, tempat makan atau

homestay yang menyediakan makanan kepada wisatawan memang

menyediakan bahan-bahan baku berasal dari lokal atau perkebunan

masyarakat sendiri.

Jika memang mengharuskan membeli bahan-bahan, biasanya masyarakat

membeli bumbu-bumbu masak ataupun daging ayam dan daging sapi yang

memang tidak masyarakat pelihara/ternak di kawasan desa tersebut. Untuk

menghadapi hal tersebut, masyarakat biasanya berbelanja di pasar terdekat

untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

f. Pengunjung dapat mengikuti kegiatan memasak bersama masyarakat lokal

Berdasarkan hasil wawancara dengan R1, diketahui bahwa aktivitas yang

dapat diikuti oleh wisatawan seperti memasak bersama masyarakat lokal

sampai saat ini belum pernah dilakukan. Jika memang pernah, itu hanya

sebatas aktivitas tambahan dalam free program. Karena menurut beliau,

belum ada paket khusus yang mengajak wisatawan mengikuti kegiatan untuk

memasak bersama masyarakat di dalamnya.

Sependapat dengan hal itu, W2 menyatakan selama ini belum ada

kegiatan memasak yang diikuti oleh wisatawan selama mereka berkunjung

atau menginap. Mereka hanya melihat ketika penyedia homestay melakukan

120

aktivitas seperti masak memasak yang biasa mereka lakukan di bawah rumah

(jika ada acara pernikahan), wisatawan hanya sekedar melihat dan ikut

berfoto atas aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat juga.

Berdasarkan hasil wawancara kepada B3 juga mengatakan bahwa selama

ini wisatawan belum pernah ikut melakukan aktivitas yang dilakukan oleh

masyarakat seperti memasak, baik itu memasak di rumah ataupun kegiatan

yang biasanya dilakukan untuk upacara pernikahan (masyarrakat membuat

bumbu-bumbu beramai-ramai).

Berdasarkan hasil wawancara, dapat disimipulan bahwa aktivitas yang

biasanya dilakukan oleh wisatawan ketika berkunjung ke desa wisata Muaro

Jambi adalah hanya sekedar melihat dan diberi kesempatan untuk berfoto

ketika masyarakat melakukan masak-masak besar untuk upacara pernikahan

adat.

g. Sanitasi/hygiene

Berdasarkan hasil wawancara dengan R1, diketahui bahwa tempat makan

atau homestay yang menyediakan makanan sudah memenuhi standard

kebersihan lokal. Pihak travel juga menghargai sebatas mana kebersihan yang

dilakukan oleh masyarakat dalam hal penyajian makanan kepada wisatawan.

Tetapi untuk pihak travel sendiri, mereka menyediakan minuman atau air

mineral dengan minuman yang sudah teruji kebersihannya.

Sedangkan menurut W2, masyarakat yang mempunyai usaha tempat

makan ataupun homestay, mereka sudah menjaga kebersihan sebaik mungkin

selama menjamu wisatawan yang datang kesana. Adapun mereka menjaga

121

kebersihan yaitu seperti di dapur rumah mereka, harus selalu dibersihkan dan

dapur juga harus selalu dijauhkan juga dari hewan-hewan untuk tetap

menjaga kesterilan dan kebersihannya.

Kemudian hal itu ditambahkan oleh pihak masyarakat setempat, mereka

selalu menjaga kebersihan atas makanan yang mereka sajikan. Seperti

misalnya dalam persiapan masak-masak dalam upacara pernikahan, mereka

mengundang seorang ‘dukun masak’ untuk mengontrol setiap makanan yang

akan dibuat. Bahkan ‘dukun’ tersebut yang terus memantau baik jumlah

garam, jumlah kelapa, hingga melihat cara penggorengan atau perebusanya

harus sesuai dengan izinnya.

Sedangan hasil dari wawancara dengan R4 bahwa untuk hygiene atau

sanitasi sendiri memang masih dalam standard lokal. Jika memang wisatawan

ingin melihat cara pembuatan untuk melihat tingkat kebersihannya, biasanya

dipersilahkan dan mengatakan bahwa untuk urusan kebersihan, masyaraakat

sudah sangat menjaganya.

Untuk masalah kebersihan dan sanitasi, berdasarkan hasil wawancara

kepada 4 pihak narasumber, dapat disimpulkan bahwa tingkat kebersihan baik

untuk tempat makan dan homestay yang menyediakan makanan kepada

wisatawan dianggap dinilai cukup.

h. Kapasitas pengunjung

Berdasarkan hasil wawancara dengan R1, diketahui bahwa tempat makan

yang sering digunakan untuk melayani wisatawan biasanya tergantung oleh

pola makan dan jumlah wisatawan yang akan dilayani. Biasanya sampai saat

122

ini mereka tidak pernah kewalahan untuk mencari tempat makan jika jumlah

wisatawan yang kebanyakan atau misalnya tempat makan yang tidak cukup

menampung wisatawan, karena mereka mempunyai banyak alternatif lain

yang digunakan. Misalnya mereka melakukan lesehan besar-besaran,

menggelar tikar dan makan bersama. Ini biasanya dilakukan di homestay atau

juga bisa dilakukan di sekitar Candi.

Sedangkan menurut W2 bahwa kapasitas tempat makan yang dapat

menampung wisatawan adalah maksimal berjumlah 10-15 orang. Kalaupun

memang tidak cukup atau tidak memadai, biasanya wisatawan akan diajak

makan di halaman homestay yang ukurannya besar dan mereka menggelar

tikar dan makan di atasnya. Hal itu ditambahkan oleh pihak masyarakat,

tempat makan WKS dapat menampung wisatawan sekitar 10 orang dengan

cara duduk yaitu lesehan.

Berbeda halnya dengan hasil wawancara dengan R4 yang

mengungkapkan bahwa kapasitas tempat makan Ibu Asmiah ini dapat

menampung sekitar 5 orang di dalamnya. Jika memang tidak dapat

menampung wisatawan, maka homestay yang biasa digunakan (homestay di

depan tempat makan Ibu Asmiah yang memiliki space besar untuk

menampung wisatawan makan di halaman).

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, maka dapat disimpulkan

bahwa untuk kapasitas pengunjung untuk tempat makan hanya mampu

menampung di bawah 10 orang, dikarenakan kondisi tempat makan yang

masih kurang memadai untuk menampung wisatawan dalam jumlah besar.

123

Begitu juga dengan homestay, kapasitas menerima wisatawan untuk

menyajikan makanan sekitar 5-7 orang di dalam rumah. Alternatif lain yang

digunakan untuk menutupi kekurangan tersebut adalah biasanya masyarakat

menggunakan halaman rumah masyarakat yang mempunyai kondisi beranda

rumah yang agak besar untuk menampung tamu dan menyajikan makanan di

atas tikar.

i. Harga

Berdasarkan hasil wawancara dengan R1, bahwa harga berasal dari

masyarakat yang menetapkan. Untuk penghitungannya pun mereka

menyediakan harga tersendiri untuk makan, dan harga-harga yang tidak dapat

diduga, guna mengantisipasi kejadian yang tidak diinginkan. Makanan seperti

ikan senggung biasanya di hargai sekitar Rp.300.000- Rp.500.000 mengingat

menangkap ikan untuk membuat ikan senggung sangat sulit dan nilai history

yang ada di balik penyajian ikan tersebuut. Untuk coffee break pihak travel

menetapkan harga Rp. 10.000 untuk 1 potong kue dan 1 gelas kopi yang

biasanya disajikan 2x dalam sehari kepada wisatawan.

Sedangkan menurut W2 dan B3, harga yang mereka tetapkan untuk

makanan standard seperti nasi bungkus itu seharga Rp. 15.000, lalu untuk

menu makanan ikan senggung dimulai dari harga Rp. 50.000. Biasanya untuk

menu mereka tidak menetapkan kecuali untuk menu-menu spesial seperti ikan

senggung, harga yang biasanya ditetapkan biasanya termasuk untuk

appetizer,main course,dan dessert dan dihitung dalam 1 biaya per orang.

Beliau juga menambahkan bahwa mereka juga akan menjamu wisatawan,

124

sesuai dengan budget atau permintaan dari travel saja, sehingga untuk

mematok harga dengan beberapa menu, belum ditetapkan seutuhnya.

Biasanya mereka bernegosiasi kepada pihak travel atau wisatawan, mereka

mempunyai budget berapa, maka masyarakat akan memenuhi makanan sesuai

dengan budget yang ada.

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa untuk permintaan khusus

baik untuk tempat maka atau homestay untuk menyediakan ikan senggung,

harga yang ditetapkan biasanya dimulai dari Rp. 300.000- Rp. 500.000,

dikarenakan alasan ikan gabus yang digunakan memang merupakan salah

satu ikan yang mahal disana.

Sedangkan untuk penyediaan seperti coffee break yang di dalamnya

berisikan makanan atau cemilan lokal dengan minuman teh/kopi khas lokal

diberikan harga Rp.10.000 untuk sekali penyediaan.

j. Kondisi dari sarana

Berdasarkan hasil wawancara dengan R1 diketahui bahwa untuk kondisi

dan sarana tiap tempat makan sudah memenuhi standard lokal yang ada.

Tetapi masih perlu pembenahan seperti harus disediakannya toilet yang layak

dan beberapa fasilitas lain seperti wastafel dan lainnya.

Begitu juga dengan pihak W2, B3, dan R4 yang mengatakan bahwa

untuk kondisi sarana tiap tempat makan hanya memenuhi standard lokal,

masih perlu penambahan fasilitas yang layak untuk menerima tamu. Tetapi

untuk homestay sejauh ini sudah cukup layak fasilitasnya seperti toilet yang

tersedia di dalam rumah.

125

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan, dapat

disimpulkan bahwa kondisi dari sarana tempat makan yang biasanya

digunakan untuk menyambut tamu menurut hasil wawancara masih terbilang

cukup dan perlu pembenahan kembali. Mengingat bahwa tempat makan ini

masih dalam kondisi sarana dan belum siap untuk menyambut tamu,

walaupun lokasinya strategis karena berada di pinggir sungai batanghari.

k. Pelayanan

Berdasarkan hasil wawancara kepada W2 diketahui bahwa selama ini

masyarakat menyediakan makanan seperti langsung dihidangkan dan

wisatawan hanya tinggal duduk dan memilih ingin memakan apa saja. Begitu

juga halnya dengan masyarakat, bahwa mereka hanya tinggal menyajikan

makanan kepada wisatawan.

Menurut hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa pelayanan yang

biasanya digunakan untuk menyajikan makanan kepada wisatawan berbentuk

self-service tetapi tidak sepenuhnnya wisatawan melayani dirinya sendiri.

Biasanya makanan yang disajikan oleh masyarakat akan diberikan oleh

baik pihak tempat makan atau penyedia homestay kepada wisatawan dengan

segala menu untuk lauk dan sayuran, sehingga wisatawan hanya tinggal

memilih ingin makanan yang mana saja.

4. Transportasi Berbasis Masyarakat

Berikut akan dipaparkan data temuan mengenai penyediaan transportasi

yang berbasiskan masyarakat

126

a. Masyarakat lokal bekerja dalam penyediaan transportasi

Berdasarkan hasil wawancara kepada R1 diketahui bahwa mereka

menyediakan moda transportasi beraneka macam sesuai dengan kebutuhan

paket. Diantaranya adalah perahu, becak, sepeda yang mana baik di dalam

penyediaan transportasi hingga dalam penggunaannya disediakan oleh

masyarakat. Misal di perahu, masyarakat yang mengayuh dan membawa

wisatawan berjalan menyusuri kanal kuno menggunakan perahu. Begitu

juga dengan becak, masyarakat menyediakan dan mengayuh becak untuk

mengantarkan wisatawan.

W2 juga mengatakan bahwa dalam penyediaan transportasi,

masyarakat menyediakan baik becak, sepeda, dan perahu. Biasanya

masyarakat ikut bekerja dalam pelayanan di dalamnya, tapi jika memang

ada wisatawan seperti moda transportasi perahu ingin mengayuh sendiri itu

diperbolehkan walaupun masih tetap harus dalam pengawasan masyarakat.

Berbeda halnya dengan becak, transportasi ini memang hanya boleh

masyarakat yang mengayuh. Beliau juga menjelaskan bahwa untuk

penyediaan transportasi sendiri seperti sepeda misalnya, hanya berawal dari

3 buah sepeda yang disewakan kepada pengunjung yang datang ke candi,

tetapi sekarang masyarakat sangat berinisiatif untuk menambah jumlah

sepeda tersebut hingga saat ini tiap masyarakat mempunyai hampir 20

sepeda per orang.

Sependapat dengan hal itu, B3 juga mengatakan bahwa memang

dalam penyediaan transportasi, mereka menyediakan baik itu sepeda,

127

perahu, dan becak motor (bentor). Tapi untuk transportasi seperti perahu

dan getak, masyarakat bekerja di dalamnya untuk mengayuh, mengingat

bahwa memang masyarakat sehari-hari bekerja sebagai tukang service

kapal/perahu maka dari itu memang lebih baik masyarakat yang mengayuh

transportasi perahu. Ia menambahkan memang untuk masalah transportasi

saat ini masyarakat banyak bekerja di bidang penyewaan sepeda di dalam

kawasan Candi Muaro Jambi. Ia menjelaskan bahwa sampai saat ini sudah

hampi ada 700 macam sepeda di dalam kawasan untuk digunakan dan

disewakan oleh wisatawan.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada R4 diketahui

bahwa masyarakat memang menyediakan bermacam-macam transportasi

untuk menunjang kebutuhan wisatawan. Seperti misalnya getek/perahu air

yang biasanya digunakan untuk menjemput tamu dari Kota Jambi menuju

Muaro Jambi, sepeda untuk berkeliling kawasan, perahu kecil untuk

digunakan di atas kanal kuno, dan becak yang digunakan biasanya untuk

berkeliling dan memutari desa.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan

dapat disimpulkan bahwa masyarakat memang bekerja sebagai selain

penyedia transportasi, mereka juga bekerja di dalamnya. Adapun

transportasi yang biasanya digunakan dan disediakan oleh masyarakat

adalah:

a. Perahu kecil di kanal

b. Getek/boat

128

c. Sepeda

d. Bentor (becak motor)

b. Kondisi fasilitas (kapasitas tempat duduk dan bentuk transport)

Berdasarkan hasil wawancara kepada R1 mengenai kondisi fasilitas

transportasi yang digunakan sudah baik, walaupun harus perlu banyak

pembenahan lagi ke depannya. Untuk kapasitas per transportasi, beliau

menjelaskan bahwa untuk perahu dapat berisikan 8 orang, sudah termasuk

masyarakat dan tamu, sepeda 1 orang, dan becak untuk maksimal 2 orang.

Terdapat alternatif lain yaitu misalnya jika pada hari-hari biasanya untuk

menuju ke desa dapat menggunakan jalur darat seperti sepeda/becak, jika

sudah musim penghujan dan mengakibatkan banjir, maka wisatawan akan

menggunakan perahu yang biasanya menunggu atau start di depan Candi

Astano.

Sedangkan menurut W2 juga mengungkapkan bahwa untuk kondisi

fasilitas tiap transportasi sudah lumayan dan cukup layak. Untuk

kapasitasnya, beliau menjelaskan bahwa untuk perahu besar di kanal kuno

sekitar 5 orang di dalam, tetapi jika perahu tersebut kecil,hanya mampu

menampung 3 orang di dalamnya. Untuk getek, dapat menampung sekitar

13 orang di dalamnya. Tetapi jika menjemput tamu dari Kota Jambi menuju

Jambi, masyarakat menyediakan 2 perahu untuk menampung walaupun

jumla wisatawan sekitar 15 orang untuk alasan keselamatan. Sedangkan

untuk becak dapat menampung sekitar 2 orang di dalamnya.

129

Pernyataan tersebut kemudian ditambahkan oleh B3 mengenai kondisi

dari sarana tiap transportasi. Untuk kondisi memang sudah cukup, walaupun

memang harus diperhatikan kembali mengenai kebersihan di dalam

transportasi seperti getek, harus dibersihkan dari minyak-minyak, dan juga

harus diperhatikan mengenai penampilan masyarakat yang bekerja di

dalamnya, harus berpenampilan rapi dan bersih, mengingat bahwa sekarang

mereka sudah bekerja di bidang pariwisata. Untuk kapasitas pengunjungnya,

menurut beliau untuk perahu tergantung ukurannya, dapat menampung 2-5

orang di dalamnya, untuk getek sekitar 10 orang, becak 2 orang, dan sepeda

tentunya 1 orang.

Sedangkan menurut hasil wawancara dengan pihak R4, mereka

mengatakan bahwa untuk kondisi dari sarana memang harus dilakukan

pelatihan lagi untuk tetap menjaga kebersihan tiap transportasi. Kapasitas

untuk tiap transportasi, untuk getak sekitar 10 orang, untuk perahu di kanal

sekitar 3-5 orang, becak untuk 2 orang, dan sepeda untuk 1 orang.

Berdasarkan hasil paparan di atas dan observasi yang dilakukan, maka

dapat disimpulkan bahwa bentuk transport yang digunakan adalah perahu,

getek, becak motor, dan sepeda. Dimana masing-masing transportasi

memiliki kapasitas: perahu 3-5 orang, getek >10 orang, becak motor 2

orang, dan sepeda 1 orang.

c. Harga/Biaya

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan kepada R1, harga

yang ditetapkan untuk penggunaan transportasi ini bermacam-macam.

130

Mereka biasa menggunakan mobil jika tamunya memungkinkan untuk

dijemput menggunakan itu dengan harga Rp. 150.000- Rp. 300.000.

Biasanya transportasi ini digunakan jika menjemput tamu dari bandara

menuju hotel, atau dari hotel menuju Muaro Jambi.

Sedangkan hasil wawancara dengan pihak W2 memaparkan mengenai

harga transportasi di dalam kawasan sekitar Candi Muaro Jambi. Untuk

getek, ditetapkan harga Rp. 500.000/kapal. Kalau untuk becak sekitar

Rp.10.000,- hanya untuk diantar sampai ke dalam kawasan zona inti,

sedangkan jika ingin memutar dari parkiran melewati desa, akan dikenakan

biaya sekitar Rp.50.000,-. Berbeda halnya dengan sepeda dikenakan biaya

Rp.10.000 sepuasnya. Harga-harga tersebut biasanya sudah termasuk

dengan life jacket untuk perahu/getek yang disediakan oleh masyarakat,

tetapi untuk biaya asuransi, biasanya tidak termasuk di dalamnya.

Kemudian hal tersebut diperjelas oleh R4 melalui hasil wawancara

yaitu, untuk harga getek dikenakan biaya Rp. 500.000-Rp. 600.000 dengan

penyediaan life jacket di dalamnya, untuk bentor dikenakan biaya Rp.

50.000, untuk sepeda Rp.10.000, dan untuk perahu sekitar Rp.10.000

berdasarkan ukuran perahunya.

Harga-harga tersebut dirangkum sesuai dengan hasil wawancara sebagai

berikut:

1) Perahu kecil di kanal dikenakan biaya Rp. 50.000 dengan life jacket

2) Getek/boat dikenakan biaya Rp. 500.000-Rp.600.000/perahu dengan life

jacket

131

3) Sepeda dikenakan biaya Rp. 10.000 sepuasnya

4) Bentor dikenakan biaya Rp. 10.000 dengan sekali putaran dari timur ke

barat melewati desa.

d. Waktu/jadwal

Berdasarkan hasil wawancara, menurut R1 dan W2 pengguanaan

transportasi, biasanya mereka akan menyesuaikan dengan masyarakat yang

menyediakan pihak transportasi. Jika memang akan menggunakan

perahu/getek untuk menjemput tamu dari Kota Jambi menuju Muaro Jambi,

lebih baik di-booking terebih dahulu karena pada dasarnya memang getek

ini biasanya digunakan untuk masyarrakat mencari mata pencaharian yaitu

mengantar para pekerja batubara yang di seberang desa Muaro Jambi.

Biasanya untuk penggunaaan getek, masyarakat siap untuk menjemput

masyarakat subuh-subuh menuju Kota Jambi.

B3 sependapat dengan hal itu, mengatakan bahwa untuk

menggunakan transportasi seperti perahu,lebih baik dipesan terlebih dahulu

sebelum menjemput tamu. Biasanya mereka selalu menjemput tamu subuh-

subuh, sekitar jam 06.00 pagi, transportasi perahu/getek sudah harus tiba di

Kota Jambi.

R4 mengatakan bahwa untuk jadwal, jika mengelilingi kawasan Candi

sekitar 3 hari menggunakan sepeda.

Hal ini dapat disimpulkan, bahwa untuk penggunaan transportasi

getek, maka harus dipesan terlebih dahulu untuk bersiap-siap. Sedangkan

132

untuk transportasi lain seperti bentor, sepeda, dan perahu di kanal kuno akan

selalu standby.

e. Lokasi (titik awal&titik tujuan)

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, maka di dapat

kesimpulan mengenai lokasi titik awal dan titik tujuan dari tiap transportasi

akan dijelaskan sebagai berikut:

1) Perahu kanal dimulai dari kanal di depan Candi Astano dan berakhir di

kanal di depan Candi Kedaton

2) Getek/boat dimulai dari dermaga Ancol Kota Jambi menuju dermaga

desa Muaro Jambi

3) Sepeda dimulai dari parkir/kawasan inti Candi dan berakhir pula di

tempat yang sama.

4) Bentor dimulai dari parkiran depan melewati beberapa candi dan desa

dan berakhir di tempat parkiran yang sama.

f. Aksesibilitas

Berdasarkann hasil wawancara dengan R1 diketahui jika

menggunakan transportasi air, aksesibilitas tergantung kondisi air di sungai

apakah surut atau sedang pasang yang akan mempengaruhi lajunya

perahu/getek. Berbeda halnya dengan transportasi darat di dalam kawasan

yang memang harus perlu pembenahan untuk kondisi jalannya.

Kemudian hal yang sama dikatakan oleh W2 dan B3 yang mengatakan

bahwa untuk transportasi air, tergantung kondisi air ketika berada di sungai,

dan biasanya waktunya akan menghabiskan lebih lama ketika pulang

133

dikarenakan perahu yang harus melawan arus. Berbeda dengan transportasi

darat, masih harus dibenahi kembali untuk kondisi jalan baik sepeda dan

bentor.

Pernyataan ditambahkan kembali melalui hasil wawancara kepada R4

mengenai kondisi jalan untuk transportasi darat masih sangat kurang,

mengingat perhatian pemerintah untuk penyediaan kondisi jalan di dalam

kawasan Candi Muaro Jambi masih belum baik, dan regulasi baik

pemerintah daerah dan BPCB masih belum jelas.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi aksesibilitas untuk

beberapa transportasi di dalam kawasan seperti sepeda/bentor sudah cukup

baik, tetapi masih perlu pembenahan karena belum ada jalan yang

dibedakan untuk pejalan kaki dan sepeda. Sedangkan aksesibilitas untuk

perahu sudah baik, hanya terdapat kekurangan di kanal kuno, karena jika

pada musim kemarau, tidak bisa menggunakan perahu di atas kanal karena

airnya surut.

BAB IV

ANALISIS PERMASALAHAN

A. Atraksi Wisata Berbasis Masyarakat

Berdasarkan hasil paparan dari data temuan sebelumnya, maka akan di

analisa pembahasan untuk menjawab identifikasi masalah berdasarkan hasil

wawancara dan observasi apakah sudah berbasiskan masyarakat sesuai dengan

indikator berikut:

1. Atraksi yang bersifat eksotis, unik yang disediakan oleh masyarakat lokal

Berdasarkan dari hasil data temuan yang telah dipaparkan

sebelumnya, ditemukan bahwa selain dapat menikmati Candi Muaro Jambi,

wisatawan dapat menikmati beberapa atraksi wisata yang disediakan oleh

masyarakat lokal. Adapun atraksi yang paling menarik jika diurutkan yaitu

tari topeng, desa wisata, sekolah alam raya Muara Jambi (Saramuja), tari

bayangan, rebana hadrah, rebana siam.

Pemilihan atraksi tersebut diurutkan berdasarkan hasil kesimpulan

dari wawancara yang menyatakan bahwa saat ini tari topeng sedang

digalakkan untuk menarik wisatawan karena tari topeng ini terbilang unik

dan jarang ditemukan di tempat lain dan juga dikarenakan karena sejarah

yang unik dan pembuatan bahan baku dari topeng itu sendiri. Hal tersebut

ditegaskan oleh Kepala Desa Wisata Muaro Jambi yang mengatakan bahwa

sejarah tari topeng ini sendiri mengangkat keunikan dari penampilan tiap

134

135

tariannya, dan karena gerakannya yang tidak monoton sehingga membuat

siapapun yang melihat dapat ikut dan mengikuti ke dalam tarian tersebut,

juga karena bahan baku dari topeng ini yang berasal dari labu siam yang

dikeringkan selama setahun sehingga kemudian di-cat dan dibentuk seperti

topeng.

Dari hasil wawancara kepada 4 narasumber didapatkan kesimpulan

bahwa atraksi-atraksi di kawasan sekitar Candi Muaro Jambi banyak

memiliki atraksi yang sifat yang eksotis dan unik, dan tentunya disediakan

oleh masyarakat lokal. Sesuai dengan penyampaian oleh Nuriata (2014:50)

bahwa dalam pemilihan atraksi wisata untuk paket wisata harus memiliki

karakteristik memiliki keunikan yang bersifat eksotik. Hal ini ditambahkan

menurut COMCEC (2013:11) bahwa atraksi wisata yang sesuai dengan

masyarakat harus bersifat baru, eksotis, unik, dan menyenangkan yang

disatupadankan dengan kehangatan dan keramahan dari masyarakat lokal

tersebut sebagai hasil dari pertukaran cross-culture antara pengunjung dan

masyarakat lokal. Kemudian pernyataan Dolzel dalam COMCEC (2013:51)

menambahkan bahwa bahwa motivasi wisatwan untuk berpartisipasi dalam

kegiatan yang berkaitan dengan masyarakat harus memiliki keinginan untuk

memiliki pengalaman yang unik dan asli, yang mana hanya ditemukan di

kegiatan sehari-hari masyarakat lokal di balik pariwisata. Hal ini juga sesuai

dengan pernyataan oleh Mariotti (1985) dan Yoeti (1987) bahwa dalam

suatu daya tarik wisata harus terdapat Something to see: yang mana dalam

suatu daya tarik wisata, diharapkan bahwa wisatawan dapat menikmati

136

dengan melihat sesuatu yang mempunyai daya tarik khusus di daya tarik

wisata tersebut.

Sehingga atraksi-atraksi yang dipertunjukkan oleh masyarakat lokal

kepada wisatawan tersebut berfungsi untuk memperkenalkan

budayamereka. Tetapi juga untuk meningkatkan tingkat ekonomi dan

kesejahteraan penduduk lokal dengan sering berkunjungnya wisatawan

untuk menikmati atraksi yang disediakan oleh masyarakat lokal.

Atraksi-atraksi yang disediakan oleh masyarakat lokal di kawasan

sekitar Candi Muaro Jambi ini sendiri sudah sangat memenuhi kriteria untuk

dibuat paket wisata yang berbasiskan masyarakat dan layak untuk dijual.

2. Kegiatan wisata yang memastikan pengunjung untuk berinteraksi dengan

alam, budaya, dan lingkungan

Berdasarkan dengan data temuan yang telah dipaparkan sebelumnya,

bahwa terdapat beberapa kegiatan yang memastikan pengunjung untuk

berinteraksi dengan alam, budaya, dan lingkungan selama wisatawan

mengunjungi kawasan sekitar Candi Muaro Jambi. Kegiatan yang paling

mencolok atau paling menarik dapat diurutkan sebagai berikut,yaitu

mengikuti workshop membuat anyaman tikar, membuat topeng, menikmati

pertunjukan dan tarian lokal yang disediakan oleh masyarakat lokal, melihat

sunset di pinggir sungai Batanghari di atas perahu, dan day-walking

menelusuri kawasan Candi Muaro Jambi.

Dari paparan yang disampaikan di atas, kegiatan-kegiatan yang

dilakukan selama mengunjungi kawasan sekitar Candi Muaro Jambi sudah

137

sesuai dengan teori Asean Community Based Tourism (2016:8) yang

berpendapat bahwa suatu atraksi harus memastikan bahwa pengunjung

dapat berinteraksi dengan alam, budaya, dan lingkungan di sekitarnya.

Beberapa kegiatan lain seperti berhubungan dengan pertanian seperti

memanen buah duku dan buah durian juga sesuai dengan teori COMCEC

(2013:36) yang menyatakan bahwa dalam suatu atraksi yang berbasis

masyarakat, kegiatan yang dilakukan adalah seperti pengolahan produk

pertanian primer contohnya membuat anyaman tikar dan day-walking yang

mengelilingi Candi Muaro Jambi juga sesuai dengan teori COMCEC

(2013:36) yang menyebutkan bahwa harus ada aktivitas unik yang

bersangkutan dengan daya tarik alam. Hal ini menyebabkan bahwa

aktivitas/kegiatan tersebut mengajak wisatawan untuk mengenal alam

sekitarnya. Dalam COMCEC (2013:11) juga menyebutkan bahwa kegiatan-

kegiatan yang terdapat dalam kawasan sekitar Candi Muaro Jambi sudah

termasuk dalam pariwisata berbasis masyarakat seperti traditional dance,

village tours, guided walks, rivers dan ancient sites.

Tetapi menurut dari hasil wawancara dan observasi yang telah

dilakukan, terdapat beberapa kekurangan dalam melakukan kegiatan yang

selama ini telah dijalankan yaitu bahwa beberapa kegiatan masih bersifat

seasonal/musiman, seperti misalnya kegiatan untuk memanen buah duku

dan buah durian hanya dapat dilakukan pada bulan-bulan tertentu seperti

Oktober-Desember. Dan juga pada bulan Juli-September selalu terjadi hujan

tahunan sehingga untuk beberapa kegiatan tidak dapat dilakukan. Tetapi

138

alternatif lain untuk menggantikannya adalah seperti kegiatan mengunjungi

setiap candi menggunakan perahu kecil sambil dapat menikmati jajanan

lokal sekitar dan menjelaskan mengenai sejarah Candi Muaro Jambi di atas

perahu, atau bahkan melakukan traditional fishing yang mana memancing

di desa wisata Muaro Jambi ini sangat unik karena menggunakan jaring

tradisional untuk menangkap ikan.

3. Menjual souvenir dan kerajinan tangan oleh masyarakat lokal

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah disajikan di

bab sebelumnya, diketahui bahwa masyarakat lokal di kawasan sekitar

Candi Muaro Jambi menjual souvenir dan kerajinan tangan untuk dijadikan

kenang-kenangan kepada wisatawan.

Dalam pelaksanaan suatu paket wisata pun, tentu wisatawan akan

mencari suatu souvenir atau kenang-kenangan yang mengingatkan

wisatawan pernah mengunjungi suatu destinasi, memenuhi aspek something

to buy seperti halnya kerajinan tangan yang dapat dibawa pulang oleh

wisatawan (Sunaryo,2002). Hal ini telah sesuai dengan pernyataan

COMCEC (2013:67) yang menyatakan bahwa salah satu kesuksesan

penerapan pariwisata berbasis masyarakat adalah terdapatnya produksi hasil

buatan tangan untuk dijadikan kenang-kenangan pada wisatawan ketika

mengunjungi suatu tempat wisata. Sesuai dengan teori menurut

Senevirathne et.al (2010:4) yang mengatakan bahwa kerajinan-kerajinan

lokal yang paling terkenal termasuk perak, produk sabut, tembikar, topeng,

renda, batik, handloom dan berbagai ukiran kayu artefak megah yang

139

terbuat dari bahan asli alami dan bahan oleh pengrajin dan wanita yang

keterampilannya diturunkan dari generasi ke generasi ini sesuai dengan

salah satu souvenir di desa wisata Muaro Jambi yaitu anyaman tikar.

Souvenir dan kerajinan tangan yang dihasilkan oleh masyarakat lokal ini

pula telah sesuai dengan pernyataan Xin-ting (2004) bahwa untuk

penyediaan souvenir, tidak hanya memperhatikan keindahan dan

penampilan yang mencolok, tetapi juga harus memberikan kesan tentang

karakter dan kekayaan suatu daerah. Pendapat ini dapat dilihat dari jenis-

jenis souvenir yang khas Muaro Jambi seperti gelang sebalik sumpah,

sepang, lacak, dan anyaman tikar.

Tetapi berdasarkan hasil observasi dan wawancara terdapat

kekurangan di salah satu souvenir atau kerajinan utama yang merupakan

salah satu daya tarik utama ketika mengunjungi desa wisata Muaro Jambi,

yaitu membuat anyaman tikar. Menurut hasil wawancara kepada Kepala

Desa Wisata Muaro Jambi, beliau menegaskan bahwa dalam penyediaan

anyaman tikar untuk dijadikan souvenir kepada wisatawan masih sangat

minim, dikarenakan bahan baku yang mulai susah dicari di sekitar desa. Dan

juga terdapat masalah pula bahwa masih kurangnya tenaga kerja yang

sanggup untuk membuat anyaman tersebut.

Karena hal tersebut, terkadang permintaan untuk membeli dan

membawa anyaman tikar sebagai souvenir dan kerajinan tangan untuk

wisatawan oleh pihak masyarakat tidak dapat dipenuhi. Hal ini sangat

140

disayangkan, mengingat bahwa hal ini adalah salah satu kerajinan khas dari

desa wisata Muaro Jambi itu sendiri.

Tetapi di luar dalam kurangnya penyediaan anyaman tikar tersebut,

penyediaan dan penjualan souvenir dan kerajinan tangan dalam bentuk lain

oleh masyarakat lokal sudah baik. Hal ini juga dapat dilihat dari hasil

wawancara kepada masyarakat setempat yang menegaskan bahwa mereka

telah menyediakan beberapa souvenir dan kerajinan tangan yang bahan-

bahan bakunya berasal dari lingkungan sekitar seperti gantungan kunci daun

body dan lacak. Hal ini menunjukkan bahwa usaha menjual souvenir ini

sebagai salah satu usaha masyarakat lokal yaitu untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal denga bekerja

di bawah dunia pariwisata.

4. Lokasi yang strategis antara atraksi satu dengan yang lainnya dan dapat

dicapai oleh transportasi.

Menurut pernyataan dari COMCEC (2013:26) yang menyatakan

bahwa lokasi dalam sebuah destinasi merupakan salah satu faktor yang

penting karena hal itu menetapkan dekatnya antara satu destinasi dengan

destinasi lainnya yang dapat dicapai oleh transportasi.

Berdasarkan dengan data temuan yang telah dipaparkan sebelumnya,

bahwa lokasi untuk mencapai satu atraksi ke atraksi lainnya berdekatan. Hal

ini dibuktikan dari hasil observasi yang diketahui bahwa untuk mencapai

atraksi wisata jika wisatawan datang dari gerbang Candi Muaro Jambi atau

dermaga di desa wisata Muaro Jambi hanya berkisar 2 kilometer.

141

Dalam pembuatan paket wisata, karena semua atraksi masih dalam

satu kawasan, hal ini memudahkan untuk menentukan jarak dan penentuan

atraksi yang akan dikunjungi dalam sehari, mengingat bahwa lokasi yang

strategis untuk menikmati beberapa atraksi seperti menikmati pertunjukan

tradisional atau kegiatan di desa wisata, tetapi sulit untuk menuju ke

beberapa candi seperti Candi Kedaton, Candi Gedong I-Candi Gedong II,

dan Candi Koto Mahligai.

Hal ini mengakibatkan beberapa kekurangan dan kelebihan karena

masalah jarak yang jauh untuk beberapa candi, bahwa hal itu dapat

membuat beberapa kegiatan dapat dilaksanakan di dalamnya seperti day-

walking untuk mengitari beberapa titik Candi dengan menyusuri hutan dan

dalam kegiatan tersebut, wisatawan dapat menemukan hal-hal yang tidak

akan mereka temukan ketika mereka melewati candi-candi tersebut

menggunakan transportasi seperti motor atau sepeda. Sedangkan

kekurangannya sendiri adalah bahwa ada beberapa wisatawan yang merasa

tidak nyaman dikarenakan lokasi yang jauh dan karena kondisi jalan yang

ditemukan ketika observasi, masih banyak lubang dan konblok yang hancur

tak terawat.

5. Aksesibilitas dan kemudahan mencapai tempat atraksi wisata

Menurut pernyataan dari Nuriata (2014:50) yang mengemukakakn

bahwa dalam pemilihan atraksi wisata dalam sebuah paket harus memenuhi

unsur aksesibilitas yang memudahkan untuk mencapai suatu atraksi. Teteapi

kenyataannya, masih perlu pembenahan untuk kondisi jalan, tetapi sebagian

142

besar semua atraksi dapat dicapai dengan mudah dengan aksesibilitas yang

masih seadanya. Tetapi untuk penyediaan paket wisata untuk mengunjungi

kawasan sekitar Candi Muaro Jambi sudah baik dengan kondisi jalan untuk

beberapa titik dan ada yang masih kurang dan butuh pembenahan. Ini

mengakibatkan kemudahan untuk pencapaian terutama untuk menuju tiap

candi susah dicapai karena kondisi jalan yang sulit dijangkau, untuk bentor

atau sepeda dan ini berdampak ke waktu yang dihabiskan selama perjalanan

untuk mencapai suatu atraksi tersebut. Masih ditemukan jalan yang becek

dan berlubang, dan masih kurangnya tanda penunjuk jalan sehingga kadang

membuat sulit wisatawan untuk mengetahui lokasi atraksi-atraksi terutama

candi.

6. Mengandung unsur pendidikan budaya

Sesuai dengan hal itu, atraksi-atraksi yang disediakan baik masyarakat

lokal dan Candi Muaro Jambi sendiri sudah memenuhi unsur pendidikan

budaya dan edukasi oleh Nuriata (2014:50). Pandangan dari SGP Tour and

Travel menyampaikan bahwa atraksi-atraksi yang berada di kawasan sekitar

Candi Muaro Jambi ini memiliki unsur penyelamatan ketika melakukan

trekking, sedangkan perwakilan masyarakat setempat tentunya meyakinkan

bahwa unsur pendidikan budaya yang merea berikan kepada wisatawan

guna untuk mengenalkan baik setiap atraksi yang mereka sediakan seperti

tarian-tarian dan pertunjukan tradisional memiliki makna dan sejarah

tersendiri, dan pernyataan lain disampaikan oleh Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Provinsi Jambi tentunya mempelajari apa yang mereka temui

143

seperti mencoba makanan dengan citarasa baru di desa wisata dan

kehidupan pedesaan disana. Tetapi walaupun seperti itu, COMCEC

(2013:12) menyampaikan bahwa ketika wisatawan masuk ke dalam suatu

daerah dengan masyarakat lokal di sekelilingnya, maka wisatawan harus

peka terhadap nilai perilaku dan nilai kritis agar tidak mengganggu

masyarakat sekitar, dan bagi masyarakat harus diajarkan untuk memberi

toleransi kepada wisatawan yang melakukan kesalahan beberapa kali.

Unsur pendidikan budaya / edukasi dianalisa sudah mencukupi dalam

setiap atraksi. Ketika wisatawan belajar dan mengetahui tentang Candi

Muaro Jambi, mereka akan mendapat edukasi baik sejarah dan budaya.

Seperti halnya ketika melakukan kegiatan trekking, maka wisatawan juga

akan menemukan menappo-menappo yang ditemukan di perjalanan dan

mengetahui bahwa peninggalan-peninggalan Candi Muaro Jambi ini

tersebar luas dalam kawasan 39.000 hektar dan belum semuanya ter-

eskapasi seutuhnya.

Kemudian juga ada unsur untuk pendidikan budaya seperti tidak

hanya belajar mengenai sejarah, tetapi juga akan mengetahui banyak unsur

pendidikan lain seperti arkeologi. Tentang bagaimana cara arkeolog

melakukan eskapasi dan pencarian peninggalan-peninggalan sejarah dari

Candi Muaro Jambi yang sudah terkubur lama sampai akhirnya ditemukan

kembali. Selain itu terdapat unsur penyelamatan ketika melaksanakan

kegiatan trekking. Wisatawan dapat belajar mengenai bagaimana

penyelamatan jika bertemu dengan hewan-hewan liar atau terjadi

144

kecelakaan dalam perjalanan. Hal tersebut didukung ketika dalam

pelaksanaan treking, wisatawan akan melakukan camping ground di kebun

durian milik masyarakat yang masih dikelilingi oleh hutan.

Lalu tentu saja unsur pendidikan budaya yang didapat wisatawan

ketika menonton baik pertunjukan musik dan tarian tradisional yaitu

budaya-budaya lokal yang selama ini belum pernah ditemukan di daerah

bahkan negara lain.Seperti misalnya tarian topeng, wisatawan akan sangat

excited dengan penampilan-penampilan yang dipertunjukkan oleh

masyarakat dan tarian bayangan yang merupakan salah satu tarian yang

extreme karena membuat penari harus menari dalam lingkaran api di

dalamnya.

7. Waktu cukup untuk menikmati atraksi wisata

Untuk menikmati atraksi wisata menurut Nuriata (2014:50) yang

menyatakan bahwa dalam pemilihan atraksi wisata, dapat dinikmati dengan

santai dan tidak tergesa-gesa. Nuriata (2014) kemudian menambahkan

bahwa penggunaan waktu untuk pelaksaan tour harus lebih lama daripada

pencapaian waktu untuk menuju ke suatu atraksi wisata. Hal ini

dimaksudkan agar wisatawan tetap merasakan kegiatan tour dengan baik

Berdasarkan dengan data yang telah dipaparkan berdasarkan

wawancara dan observasi, untuk unsur waktu sebenarnya dapat

diperpanjang kembali mengingat banyak kegiatan yang dapat dilakukan

ketika misalnya menikmati pertunjukan musik tradisional atau tari-tarian,

145

wisatawan dapat ikut berinteraksi seperti mengikuti tarian-tarian tersebut

atau membiarkan wisatawan boleh mengikuti latihan untuk tarian maupun

musik tradisional.Ini dimaksudkan agar menambah lama tinggal wisatawan

di kawasan sekitar Muaro Jambi.

Hal itu berkaitan jika misalnya jika dalam suatu paket wisata

menggunakan perahu atau getek yang menghabiskan waktu sekali pergi bisa

hingga 2 jam, lalu untuk kegiatan lainnya diusahakan dalam pemilihan

atraksi gunakan untuk menikmati atraksi yang tidak terlalu menghabiskan

waktu seperti berkeliling candi tetapi lebih baik menyaksikan atraksi yang

hanya sekedar duduk dan menonton seperti pertunjukan seperti rebana siam

yang disediakan oleh masyarakat lokal.

Berbeda misalnya jika melakukan kegiatan seperti melukis, atau

memanen buah dari perkebunan dan kegiatan lainnya seperti Sekolah Alam

Raya Muara Jambi, maka dapat dihabiskan waktu sekitar 2-3 jam untuk

melakukan kegiatan tersebut. Begitu juga dengan kegiatan lain seperti

kegiatan menganyam tikar, akan dilakukan sekitar 1-2,5 jam sesuai dengan

jumlah wisatawan dan hanya ada 1 pengrajin yang memberikan instruksi.

8. Daya dukung lahan yang memadai (penyediaan untuk atraksi dan lahan

parkir)

Menurut Nuriata (2014:50) bahwa dalam paket wisata harus

mengandung daya dukung lahan yang memadai. Untuk kondisi lahan untuk

penyediaan atraksi memang sudah memadai, tetapi dalam pengamatan

146

langsung ditemukan masih kurangnya kebersihan dan kelayakan dari lahan

tersebut untuk digunakan untuk menampilkan sebuah pertunjukan. Misalnya

ketika menyambut tamu di dermaga, kondisi dermaga yang masih kecil dan

berada di kondisi yang belum siap untuk menerima wisatawan, dan kondisi

lahan untuk menampilkan tarian bayangan di Candi Kedaton, kondisi sekitar

kawasan candi tersebut masih terdapat sampah yang berserakan. Hal ini

berdampak kepada kenyamanan wisatawan yang menikmati atraksi-atraksi

tersebut.

Permasalahan ditemukan jika terjadi pada event-event besar, kondisi

untuk atraksi yang menampung wisatawan hampir lebih dari 1000 orang, di

dalam kawasan candi sendiri masih dapat ditanggulangi karena kawasan

candi yang luas dan membuat wisatawan terlihat sedikit jika menyebar.

Permasalahan yang ada adalah bahwa adanya gangguan pada cagar budaya

yang tidak seharusnya tidak didatangi wisatawan dalam jumlah banyak

karena akan merusak benda cagar budaya tersebut.

Sedangkan untuk kondisi lahan parkir sendiri, sebenarnya dapat

dikatakan sudah baik jika menyediakan lahan parkir untuk bus besar/ELF

dengan jumlah maksimal 15 bus.

9. Guide lokal yang berasal dari masyarakat lokal membagikan pengalaman

baik sejarah, lingkungan dan budaya sekitar mereka.

Ketersediaan guide lokal yang berasal dari masyarakat lokal yang siap

membagikan pengalaman baik sejarah,budaya, dan lingkungan di kawasan

147

sekitar Candi Muaro Jambi sudah memadai sesuai dengan pernyataan Wei

(2013:16).

Berdasarkan hasil wawancara dengan 4 narasumber diketahui bahwa

kebanyakan pemandu lokal yang bekerja adalah pemuda dari masyarakat di

desa Muara Jambi, mereka berinisiatif untuk mencari seluk beluk baik

mengenai sejarah dimulai dari candi, budaya-budaya seperti musik dan

tarian tradisional dengan tetua-tetua adat yang mengetahui dengan baik

budaya-budaya yang berada di sekitar mereka, sehingga akhirnya nanti

mereka akan memberikan hasil yang maksimal yang akan disampaikan

kepada wisatawan. Kondisi guide di sini telah sesuai dengan kriteria

menurut Asean Community Based Tourism Standard (2003:8) yang

menyebutkan salah satunya adalah bahwa

guide harus memiliki dan menunjukkan kemampuan mereka mengenai

pengetahuan mengenai lingkungan dan budaya setempat yang meliputi;

sejarah, budaya, tradisi, geografi, flora dan fauna dan situs budaya/warisan

budaya dan prinsip pariwisata berkelanjutan.

Kekurangan yang di dapat dari pemandu lokal yang berasal dari

masyarakat ini adalah masih kurangnya jumlah masyarakat yang mau

berkontribusi untuk menjadi pemandu lokal dan masih sangat sedikit jumlah

guide atau pemandu lokal yang berbahasa asing untuk memandu wisatawan

mancanegara. Hal ini menjadi satu kekurangan bagi pihak travel ataupun

pihak masyarakat bahwa jika didatangkan wisatawan dengan jumlah banyak

dan besar setiap hari, jumlah pemandu untuk memandu wisatawan masih

148

sangat kurang untuk menemani wisatawan mengelilingi kawasan sekitar

Candi Muaro Jambi.

Hal ini berakibat kurangnya komunikasi antara wisatawan dan

pemandu lokal. Ini juga menjadi salah satu penghambat jika suatu waktu

masyarakat akan diminta untuk membawa wisatawan mancanegara dalam

jumlah besar dan tidak menutup kemungkinan bahwa akan banyaknya

wisatawan di luar wisatawan seperti Prancis, Cina, dan Inggris yang akan

datang untuk berkunjung ke kawasan sekitar Candi Muaro Jambi. Hal ini

tidak sesuai dengan pernyataan Hatton dalam COMCEC (2013:56) bahwa

dalam penerapan wisata berbasis masyarakat ini membutuhkan antusias dari

pemandu wisata. Adapun pemandu wisata merupakan salah satu sumber

daya manusia yang perlu diperhatikan untuk diberikan pelatihan, mengingat

bahwa pemandu wisata selalu bertatap muka dengan wisatawan, sehingga

mereka harus memiliki beberapa kriteria: memiliki keahlian khusus (tour

guiding,interpersonal skills, dan kepuasan pelanggan), cross-cultural

communication (personal space, eye contact, mimics and gesture), dan

kemampuan berbahasa. (COMCEC, 2013:33).

B. Akomodasi Berbasis Masyarakat

Berdasarkan hasil dari data temuan yang di dapatkan melalui hasil

wawancara dan observasi akan dibuktikan melalui analisa, apakah akomodasi

149

yang disediakan di kawasan sekitar Candi Muaro Jambi sudah berbasiskan

masyarakat melalui indikator berikut:

1. Disediakan oleh masyarakat lokal yaitu di dalam rumah tradisional

Berdasarkan data temuan temuan hasil wawancara diketahui yang telah

dijelaskan di bab sebelumnya, diketahui bahwa penyediaan

akomodasi/homestay telah disediakan masyarakat lokal yaitu di dalam

rumah tradisional (rumah panggung) sesuai dengan pernyataan oleh

COMCEC (2013) bahwa suatu homestay disediakan oleh masyarakat lokal

sendiri yang masih berbentuk rumah tradisional.

Dengan demikian, wisatawan dapat mengetahui pengalaman hidup di

pedesaan dalam rumah tradisional yang sampai saat ini masih digunakan

dan dirawat dengan baik oleh masyarakat. Ini juga menjadi salah satu alasan

wisatawan tertarik untuk tinggal di pedesaan yang masih minim listrik dan

teknologi, tetapi dapat menikmati kehidupan sekitar. Kriteria ini memenuhi

pernyataan dari COMCEC (2013) yang menyatakan bahwa salah satu alasan

mengapa wisatawan tertarik tinggal di homestay adalah bahwa wisatawan

dapat tinggal di dalamnya bersama dengan keaslian baik rumah maupun

kehidupan sehari-hari yang masih dijaga dengan erat dan dapat dinikmati

oleh wisatawan

Selain hal itu, sampai saat ini pun penyedia homestay sendiri sudah

menyiapkan kondisi rumah dalam kondisi baik dan siap digunakan

kapanpun. Telah dilakukan pelatihan-pelatihan mengenai bagaimana

150

menyiapkan rumah sebagai homestay untuk wisatawan, dan menurut hasil

wawancara, berdasarkan pengalaman-pengalaman yang dilakukan oleh

masyarakat dalam penyediaan homestay sudah baik, tetapi memang masih

perlu pembenahan kembali untuk terus menyiapkan standard ASEAN,

mengingat bahwa kebanyakan wisatawan yang datang berkunjung adalah

wisatawan mancanegara. Seperti yang ditegaskan oleh pihak SGP Tour and

Travel bahwa penyediaan homestay di desa wisata Muaro Jambi ini masih

bersifat standard menurut lokal, diharapkan untuk dapat dikembangkan

kembali sesuai taraf Internasional menurut Asean Community Based

Tourism (2016:11) mengenai pelatihan untuk peningkatan keterampilan dan

pengetahuan mengenai:

a. Akomodasi dan layanan rumah tangga,

b. Kebersihan persiapan makanan,

c. Standar perhotelan dan layanan,

d. Pariwisata berkelanjutan,

e. Manajemen kelompok,

f. Layanan / layanan pelanggan,

g. komunikasi (termasuk kesadaran / komunikasi lintas budaya dan

komunikasi verbal dan non-verbal)

h. Pertolongan pertama dan keamanan,

i. Tradisi budaya, integritas,

j. Identitas dan nilai-nilai otentik,

k. Perlindungan lingkungan.

151

Berdasarkan analisa di atas, ada 6 homestay yang dapat sudah dapat

memenuhi standard untuk dapat dijadikan sebagai akomodasi/tempat tinggal

wisatawan jika mereka berkunjung ke desa wisata Muaro Jambi, karena

kesiapan baik dari pemilik homestay sendiri, dan tingkat kebersihan yang

selalu dijaga untuk menyambut wisatawan.

2. Semua staff/pekerja dalam akomodasi adalah dari masyarakat lokal

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, ditemukan memang

bahwa masyarakat lokal memang bekerja sebagai pekerja di dalamnya. Hal

ini ditegaskan kembali oleh Kepala Desa Wisata Muaro Jambi yang

mengatakan bahwa selama wisatawan tinggal dalam suatu homestay, maka

pemilik homestay tersebut akan bertanggung jawab penuh atas kenyamanan

dan keamanan wisatawan.

Hal tersebut sesuai dengan pernyataan oleh Kyrgyz Community Based

Tourism Association (2016) yang menyatakan bahwa dalam penyediaan

akomodasi, pekerja di dalamnya tentu berasal dari masyarakat lokal. Adapun

pengaruh akibat hal itu adalah meningkatnya penghasilan masyaraakat yang

bekerja sebagai pemandu lokal dan juga meninggikan harga diri mereka

ketika mereka menjelaskan mengenai daerah mereka sendiri kepada

wisatawan. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Suansri (2003:20) bahwa

pengertian homestay sendiri sekarang berubah dari akomodasi lain, yang

menerima wisatawan yang tidak diketahui sebelumnya dengan tetap

menampilkan budaya dan kesederhaan yang mereka miliki dan masyarakat

menetapkan biaya dari hal tersebut kepada wisatawan.

152

Selain hal itu, masyarakat sendiri memiliki perasaan bangga dan

senang ketika rumah mereka dijadikan sebagai tempat menginap wisatawan

asing. Hal ini sesuai dengan pernyataan oleh Hall dan Lew dalam Breugel

(2013:10) yang menyatakan bahwa dalam beberapa kasus dalam

pemeliharaan budaya, masyarakat masih bangga untuk tetap

menunjukkannya. Dan untuk menjaga hal itu, dengan mempekerjakan

masyarakat lokal dalam homestay ini, selain menambah rasa kekeluargaan

agar wisatawan ketika tinggal di homestay, pengalaman yang tidak di dapat

tidak seperti menginap di hotel yang hanya dapat menikmati fasilitas, tetapi

lebih karena dengan kesederhanaan fasilitas yang disediakan oleh masyarakat,

akan menjadi nilai plus dan pengalaman yang tidak akan didapatkan di hotel

seperti selain mengobrol dengan masyarakat lokal, tetapi juga dapat melihat

kebiasaan yang dilakukan oleh pemilik rumah tersebut. Dan juga untuk

meningkatkan perekonomian masyarakat lokal.

3. Memberikan pengalaman hidup di pedesaan atau kehidupan tradisional

Berdasarkan paparan data temuan dari hasil wawancara dan observasi

yang telah dijelaskan di bab sebelumnya, bahwa pengalaman yang didapat

oleh wisatawan selama menginap di homestay ini merupakan salah satu

yang paling penting untuk menjadi sebuah penilaian mencapai kepuasan

wisatawan. Karena wisatawan selain disediakan homestay untuk menginap,

juga diharapkan untuk mengenal lebih baik mengenai kehidupan pedesaan

dengan tinggal dalam rumah tradisional bersama masyarakat dengan

penyediaan makanan-makanan lokal yang disajikan tentu oleh masyarakat

153

lokal itu sendiri. Hal ini sesuai dengan Kyrgyz Community Based Tourism

Association (2016) yang menyatakan bahwa tinggal bersama dengan

penduduk lokal dalam rumah tradisional juga diharapkan memberikan

pengalaman dengan hidup di kehidupan pedesaan. Hal ini sesuai dengan

kriteria menurut Asean Homestay Standard (2016:6) yang menyebutkan

bahwa dalam menginap di homestay, masyarakat lokal akan menunjukkan

kegiatan yang masih bersifat otentik dan menunjukkan bahwa masyarakat

lokal masih menjaga dengan baik budaya yang ada di sekitar mereka

sehingga membuat pengalaman yang unik bagi wisatawan.

Hal ini dapat dilihat bahwa kehidupan tradisional di sini maksudnya

adalah wisatawan dapat menikmati suasana kekeluargaan dengan keadaan

rumah yang sederhana dengan fasilitas seadanya dan jauh dari hiruk pikuk

kota. Ini menjadi salah satu nilai plus atau tambahan mengingat bahwa

banyak orang saat ini untuk membebaskan kepenatan atas kerja dan ibukota,

mereka mencari tempat-tempat yang menyediakan ketenangan, walaupun

masih minim baik itu untuk listrik, fasilitas seperti toilet, dan hal lainnya

yang masih bersifat sederhana dan pedesaan. Sesuai Keadaan ini telah

sesuai dengan pengertian dari Ibrahim (2010) bahwa maksud dari

pengadaan homestay ini adalah tentunya untuk memberikan tempat tinggal

bagi wisatawan di suatu desa/kampung bersama keluarga yang tinggal di

dalamnya, dan karena hal itu wisatawan dapat belajar banyak hal seperti

gaya hidup lokal, budaya, dan alam setempat

154

4. Memberikan exchange pengalaman belajar baik tuan rumah dan

pengunjung

Berdasarkan data yang telah dipaparkan sebelumnya, bahwa

banyak pengalaman yang di dapat baik pemilik rumah dan wisatawan ketika

mereka melakukan interaksi. Baik tuan rumah yaitu bahwa mereka selain

belajar untuk mempunyai kenalan dengan orang baru dengan latar belakang

yang berbeda, tetapi juga belajar untuk bagaimana menangani kebutuhan-

kebutuhan mereka selama tinggal disana. Terutama untuk menyediakan

makanan, pemilik homestay harus menyediakan makanan lokal tetapi yang

sesuai dengan lidah wisatawan asing. Hal ini berakibat agar untuk

wisatawannya juga merasa dihargai dan mereka juga berusaha untuk

mencoba pengalaman yang belum pernah mereka alami sebelumnya.

Hal ini akan terus dilakukan mengingat bahwa ini merupakan salah

satu pengalaman yang penting yang harus dijaga. Terutama untuk penyedia

homestay, mereka harus tetap menjaga baik budaya hingga pelayanan yang

ramah yang membuat betah para wisatawan selama menginap di sana, dan

juga dari pihak wisatawan diharapkan bahwa agar mereka selalu

menghargai atas apa yang mereka temukan selama mereka menginap di

sana, menjaga dan turut meng-apresiasi atas budaya yang masyarakat miliki.

Sedangkan kepada wisatawan, mereka tentu mendapat pengalaman

baru seperti kehidupan tradisional di pedesaan di negara atau daerah

berbeda. Mereka belajar mengenai adat istiadat setempat, kebiasaan

masyarakat lokal contohnya cara penggunaan makanan menggunakan

155

tangan yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya, larangan-larangan

berupa selama berada di homestay, wisatawan harus menggunakan baju

yang sopan dan pantas untuk menghargai masyarakat sekitar, hingga

perbedaan citarasa dari makanan lokal seperti lauk yang menggunakan

durian yang di-fermentasi (tempoyak).

Dengan demikian, hal tersebut telah sesuai dengan pernyataan

menurut COMCEC (2013:6) bahwa saat ini wisatawan mencari

pengalaman-pengalaman baru dari suatu destinasi yang biasanya masih kaya

akan budaya yang dijaganya. Hal tersebut juga sesuai dengan pernyataan

menurut Kyrgyz Community Based Tourism Association (2016) yang

mengatakan bahwa mengenai budaya dan tradisi antara pengunjung dan

tuan rumah dari homestay tersebut. COMCEC (2013:4) sependapat dengan

hal tersebut dengan menyebutkan bahwa salah satu kelebihan sosial dalam

penerapan CBT adalah bahwa selama interaksi antara wisatawan dan

masyarakat lokal akan muncul pertukaran budaya di antara keduanya.

5. Menyediakan ruang dan tempat khusus untuk pengunjung

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, didapatkan hasil bahwa

setiap homestay yang akan digunakan untuk tempat tinggal wisatawan,

wajib mempunyai ruangan khusus di luar ruangan untuk keluarga dengan

fasilitas tempat tidur di dalamnya. Tetapi masih banyak pula kekurangan-

kekurangan seperti belum adanya standarisasi atau ketentuan-ketentuan

yang menetapkan seperti ukuran kamar harus berapa, penyediaan fasilitas

156

harus apa saja, ukuran tempat tidur hingga ukuran seperti tinggi pintu yang

menyesuaikan dengan tinggi wisatawan mancanegara.

Berdasarkan penjelasan dari beberapa narasumber, maka homestay ini

sudah sesuai dengan pandangan oleh Suansri (2003) bahwa dalam

penyediaan homestay harus menyediakan ruang dan tempat tidur khusus

yang menjadi standard dalam penyediaan homestay. Ia menambahkan

bahwa mengorganisasi sebuah homestay sebaiknya menyiapkan beberapa

fasilitas seperti tempat tidur beserta bantalnya, dan kelambu (jaring

nyamuk) yang merupakan items yang harus dimiliki di pedesaan ketika

akan menyambut keluarga yang akan berkunjung. Standard lokal ini telah

sesuai dengan keadaan homestay di desa wisata Muaro Jambi.

Sayangnya walaupun belum ada standarisasi yang ditetapkan, hal

yang pasti yang telah dilakukan oleh masyarakat lokal untuk menyediakan

ruangan kepada wisatawan mutlak adalah rapih dan bersih. Hal ini juga

harus dipastikan seperti harus selalu dijaganya kebersihan dan kerapihan

tersebut, bahkan jika tidak ada wisatawan di dalamnya. Sehingga mereka

akan siap untuk menyambut dan membiarkan wisatawan tinggal di rumah

mereka. Standarisasi tersebut belum sesuai dengan penjelasan dari Asean

Homestay Standard (2016:6) mengenai standard untuk kamar tidur dan

toilet.

6. Kapasitas pengunjung

Menurut Nuriata (2014) bahwa penting untuk menentukan dan

memilih berapa tingkat hunian dan kapasitas dalam sebuah penginapan

157

untuk menampung wisatawan. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi,

didapatkan hasil bahwa dalam homestay di desa wisata Muaro Jambi, dapat

menampung wisatawan dengan maksimal 4 orang di dalamnya. Adapun

jumlah wisatawan yang dapat ditampung sebanyak 4 pun harus disesuaikan

dengan bentuk kamar atau ukuran ruangan yang memadai jika ada beberapa

permintaan khusus seperti ingin bersama-sama dengan beberapa orang

lainnya.

Adapun jika memang terjadi overload wisatawan, maka keputusan

yang diambil oleh pihak masyarakat adalah menyebar wisatawan ke

beberapa homestay yang siap menampung dengan jarak yang berdekatan

atau menyediakan alternatif memasang tenda di luar rumah (jika ada

permintaan khusus).

Terdapat beberapa kekurangan yang ditemukan seperti jika terdapat

beberapa permintaan khusus seperti misalnya wisatawan ingin tidur di luar

kamar, maka masyarakat lokal harus menyediakan fasilitas yang memadai

seperti tikar dan bantal yang cukup dengan kipas yang cukup atau selimut di

dalamnya.

7. Mengikuti aktivitas yang dilakukan oleh tuan rumah

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan,

aktivitas yang dapat dilakukan biasanya di desa wisata Muaro Jambi adalah

seperti memanen buah durian, buah duku, melihat kegiatan masyarakat

seperti menjemur pinang, atau sekedar melihat permainan tradisional yang

terkadang mereka temui ketika mengitari desa wisata tersebut.

158

Berdasarkan paparan penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa

homestay di kawasan sekitar Candi Muaro Jambi ini belum memenuhi

pernyataan dari Malaysia Program yang mengatakan bahwa pengunjung

juga dapat mengambil bagian dalam beberapa aktivitas sehari-hari yang

biasanya dilakukan oleh tuan rumah, seperti misalnya mencoba membuat

masakan rumahan, mengambil hasil panen dari perkebunan, dan bahkan

bermain permainan tradisional di desa tersebut. Hal ini juga belum sesuai

dengan pernyataan dari Asean Community Based Standard (2013:8) bahwa

terdapatnya peluang ada bagi wisatawan untuk berkontribusi pada kegiatan

lokal bersama anggota masyarakat. Dan tentunya belum memenuhi standard

oleh Asean Homestay Standard (2016:6) mengenai lebih rincinya kriteria

dalam kegiatan yang dapat dilakukan wisatawan selama tinggal di

homestay.

Terdapat beberapa kekurangan dan kesenjangan yang ditemukan

selama wawancara yaitu bahwa pihak SGP Tour and Travel mengatakan

bahwa mereka telah sering mengadakan kegiatan untuk melihat kehidupan

masyarakat lokal seperti memanen buah duku, buah durian, dan menjemur

pinang/coklat, tetapi dari pihak masyarakat mengatakan bahwa biasanya

wisatawan hanya datang dan melihat-lihat saja, belum sampai mengikuti

aktivitas tersebut. Tetapi setelah dilakukannya observasi, ditemukan bahwa

banyak wisatawan telah mengikuti beberapa aktivitas yang dilakukan oleh

masyarakat ketika mereka berkunjung ke sana, misalnya ikut memanen

buah durian ketika malam hari lalu ikut menjemur pinang dan coklat

159

bersama masyarakat. Hanya saja ini tergantung permintaan dari travel

kepada masyarakat.

Lalu kekurangan lainnya ditemukan adalah bahwa kegiatan yang

dapat diikuti oleh wisatawan ini hanya bersifat seasonal atau musiman,

sehingga wisatawan harus menunggu di bulan-bulan tertentu jika ingin

memanen buah durian atau duku di bulan September-Desember. Hal ini

merupakan salah satu pertimbangan dalam pemilihan paket wisata menurut

Nuriata (2014) bahwa salah satu kriteria dalam pemilihan atraksi adalah

mengikuti musimnya atau seasonal. Jika ingin melihat proses penjemuran

coklat atau pinang harus dilakukan siang hari dan harus meng-konfirmasi

masyarakat setempat dahulu untuk ikut kegiatan tersebut. Dan kekurangan

lain yang ditemukan bahwa sampai saat ini wisatawan belum pernah

merasakan ikut memasak atau membeli langsung bahan-bahan baku yang

diperlukan untuk memasak, wisatawan hanya mengikuti sebatas melihat apa

yang dikerjakan oleh masyarakat dan berfoto mengenai bagaimana cara

memasak dan bahan-bahan yang diperlukan yang biasanya digunakan dalam

memasak. Tetapi jika ke depannya memang ada aktivitas yang akan

memastikan pengunjung untuk ikut memasak bersama masyarakat, hal itu

tidak menutup kemungkinan dapat dilakukan. Karena menurut beberapa

narasumber, kegiatan-kegiatan tersebut memang masih perlu dikembangkan

dan bersifat fleksibel jika digunakan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan.

Tetapi kegiatan-kegiatan yang belum pernah dilakukan sebelumnya

itu, berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Desa Wisata Muaro Jambi,

160

beliau mengatakan bahwa ada kemungkinan jika ada permintaan atau mulai

dilaksanakannya kegiatan sehari-hari masyarakat menjadi salah satu daya

tari wisatawan ketika berkunjung ke homestay di desa wisata Muaro Jambi.

Kegiatan yang dapat dilakukan pun dapat terdiri dari: ikut memasak di

dalam rumah bersama masyarakat, mengambil bahan-bahan dari

perkebunan, berbelanja di pasar, hingga melakukan masak besar-besaran di

suatu lahan yang luas dan makan bersama masyarakat. Sesuai dengan

kriteria berdasarkan Asean Homestay Standard (2016:6) yang salah satunya

menyebutkan bahwa menyediakan kegiatan baik berupa kebudayaan lokal

(bertani, industri lokal, atau kerajinan tangan) dan kegiatan yang

menyangkut dengan alam sekitar (hutan, sungai, danau, dan gua) yang

dirancang membuat interaksi antara pengunjung dan wisatawan.

8. Menyediakan makanan untuk pengunjung oleh masyarakat

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, didapatkan hasil bahwa

selama wisatawan menginap di homestay, maka mereka akan dipastikan

untuk mendapatkan makanan yang disediakan oleh masyarakat lokal dengan

citarasa dan menu yang khas dari desa Muaro Jambi seperti misalnya gulo

kumojo dan ketan bakar. 6 Homestay yang biasa digunakan pun sudah wajib

menyediakan makanan untuk sarapan, makan siang, dan makan malam

hingga cemilan lokal ketika wisatawan datang dan berkunjung di atas 2

malam di sana. Hal ini sesuai dengan pernyataan oleh Breugel (2013:22)

bahwa salah satu faktor dalam homestay adalah penyediaan makanan lokal

sebanyak 3 kali kepada wisatawan.

161

Penyediaan makanan sendiri disesuaikan dengan budget yang dimiliki

wisatawan dan pemintaan dari travel, masyarakat akan mengikuti dan

berusaha sebisa mungkin menyediakan makanan lokal tetapi untuk

penyediaannya sendiri pun masyarakat menyadari untuk mengikuti selera

wisatawan seperti misalnya mengurangi rasa pedas pada setiap makanan dan

menikmati bersama-sama makanan tersebut bersama masyarakat dan

wisatawan, sesuai dengan pandangan oleh Aziz dan Selamat (2016:30)

bahwa faktor untuk penyedia makanan merupakan satu hal penting yang

dapat para wisatawan. Dimana ketika makan, para tamu dapat merasakan

nikmatnya makan bersama masyarakat lokal dengan menu yang mereka

persiapkan sendiri, seperti hasil dari tangkapan nelayan dari sungai

Batanghari dan makanan-makanan dari perkebunan mereka sendiri. Dengan

demikian hal ini sesuai dengan pernyataan oleh Flandrin (1995:15) bahwa

kondisi geografis merupakan salah satu pengaruh dalam pemilihan dan

penyajian makanan.

Makanan-makanan yang disediakan pun beragam. Untuk makanan

pagi biasanya disediakan nasi gemuk (semacam ) yang biasanya

dimakan masyarakat sebagai sarapan, sedangkan makan siang dan makan

malam akan dihidangkan makanan berat dengan khas lokal misalnya ikan

senggung dan ikan tempoyak secara bergantian.

9. Harga

Hal ini sudah sesuai dengan pemenuhan pemilihan tempat penginapan

yang disampaikan oleh Nuriata (2014) mengenai harga yang harus dipenuhi

162

untuk menentukan budget dalam paket wisata. Ketetapan harga sendiri

menurut pendapat dari Asean Homestay Standard (2016:6) menyatakan

bahwa harga yang ditetapkan, akan lebih memudahkan wisatawan untuk

menikmati aktivitas di homestay. Biasanya harga tersebut sudah termasuk

dengan transportasi, kegiatan,makan, dan akomodasi itu sendiri. Harga

untuk penetapan harga ini biasanya ditentukan dahulu untuk masyarakat,

kemudian akan dilakukan mark-up yang mana hal itu akan mendukung

dalam ekonomi masyarakat lokal. Seperti pendapat dari COMCEC

(2016:47) bahwa penciptaan lapangan kerja dan pekerjaan merupakan

keuntungan ekonomi yang penting karena bagi banyak anggota masyarakat.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dipaparkan di bab

sebelumnya, bahwa untuk penetapan harga,pihak masyarakat dan travel

akan melakukan negosiasi terlebih dahulu. Tetapi jika dalam

pelaksanaannya ditemukan seperti masyarakat harus memenuhi kebutuhan-

kebutuhan khusus wisatawan misalnya dalam hal penyediaan makanan,

biaya yang diberikan biasanya berbentuk donasi atau sukarela kepada

masyarakat, karena pihak homestay sendiri belum menetapkan secara pasti

harga untuk hal tersebut.

Berbeda halnya dengan pihak travel yang telah memberikan harga

mark-up ketika diberikan kepada wisatawan. Harga tersebut biasanya sudah

di-mark up sekitar 2-5 persen, biasanya harga tersebut digunakan untuk

menutupi biaya tak terkira dalam pelaksanaan tour.

163

Harga yang akan diperkirakan dalam pembuatan paket wisata untuk

biaya homestay sendiri berkisar antara Rp.150.000 (jika hanya untuk

sarapan) dan Rp.300.000 (termasuk makan pagi,siang,dan malam). Harga

tersebut bisa berubah sewaktu-waktu mengingat bahwa beberapa kebutuhan

atau permintaan khusus yang diinginkan oleh wisatawan ketika menginap di

homestay atau jika ada perubahan harga dari pihak masyarakat lokal itu

sendiri.

10. Kondisi Sarana

Berdasarkan hasil dari data temuan yang di dapat melalui wawancara

dan observasi, bahwa kondisi sarana dalam homestay di desa wisata Muaro

Jambi ini sudah baik dalam standard lokal.

Dan hasil wawancara oleh 4 narasumber didapatkan jawaban bahwa

masyarakat sampai saat ini memang sudah cukup menjaga kondisi sarana

dalam rumah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nuriata (2014) bahwa

pertimbangan mengenai kondisi sarana dari tempat penginapan dalam

pemilihan paket wisata.

Tetapi ditemukan kekurangan dalam observasi yaitu masih kurangnya

penyiapan untuk kondisi seperti toilet yang seharusnya bersih dan

memenuhi standard Internasional seperti ukuran toilet yang harus sesuai

dengan ukuran wisatawan asing masih belum terpenuhi. Tapi untuk saat ini,

kondisi sarana dari homestay di desa wisata Muaro Jambi ini sendiri masih

bernilai cukup dan layak. Sedangkan sampai saat ini, hanya masih ada 1

164

homestay yang sudah memenuhi kondisi sarana yang baik yaitu toiletnya

sudah menggunakan shower. Hal ini seharusnya seperti telah dipaparkan

sebelumnya bahwa harus ada penetapan atau standarisasi dari pihak desa

wisata untuk homestay yang baik dan benar atau dari pihak Dinas Pariwisata

dan Kebudayaan yang harus memberi pelatihan dna arahan mengenai

homestay dengan standard Internasional seperti apa.

11. Sanitasi / Hygiene

Sesuai dengan pernyataan Nuriata (2014) mengenai sanitasi dan

hygiene yang harus diperhatikan ketika membawa wisatawan ke dalam

sebuah homestay. Homestay juga merupakan salah satu alat untuk

mengembangkan peningkatan kesadaran akan masalah kebersihan dan

sanitasi dalam suatu destinasi bersama masyarakat di dalamnya

(Suansri,2003:18). Ini berarti bahwa kebersihan dalam homestay harus

diperhatikan dan dijaga baik oleh masyarakat dalam penyajiannya kepada

wisatawan.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, ditemukan bahwa

homestay di desa wisata Muaro Jambi sudah dikatakan baik dalam standard

lokal. Kebanyakan masyarakat atau pemilik homestay masih berinisiatif

sendiri untuk selalu menjaga kebersihan dalam homestay, mengingat bahwa

rumah mereka dijadikan sebagai tempat tinggal untuk wisatawan menginap

dan hal itu harus selalu dijaga kebersihannya.

Untuk ke depannya, alangkah baiknya apabila pihak desa wisata yang

seharusnya menaungi homestay di desa wisata Muaro Jambi sudah mulai

165

menerapkan beberapa standarisasi kebersihan, terutama juga untuk

pemerintah yang seharusnya menaruh perhatian terhadap hal ini suatu

pertimbangan bahwa mengingat fasilitas dalam homestay berbeda dengan

standard hotel yang berbintang, maka dari itu untuk kebersihan di dalam

homestay sudah tergolong cukup baik, bagaimana masyarakat sudah

memiliki perasaan untuk sadar akan kebersihan mengingat bahwa rumah

mereka akan digunakan oleh wisatawan untuk menginap di dalamnya.

12. Aksesibilitas

Untuk di beberapa titik, aksesibilitas menuju desa wisata sesuai

dengan pernyataan Nuriata (2014) mengenai suatu tempat penginapan

dinilai mudah untuk dicapai atau tidak. Asean Homestay Standard (2016:8)

menambahkan lagi mengenai lokasi yang seharusnya menempatkan

homestay, dengan kriteria sebagai berikut:

a. Lokasi homestay dapat diakses oleh moda transportasi manapun.

b. Tanda papan yang jelas harus disediakan untuk membimbing tamu ke

homestay.

Karena mengingat bahwa kondisi geografis dari homestay ini sendiri

masih berada dalam kawasan Candi Muaro Jambi, dan dapat ditempuh oleh

transportasi seperti sepeda ataupun bentor (becak motor). Terdapat pula

papan yang jelas yang tersedia di gerbang depan Candi Muaro Jambi untuk

mengarahkan homestay, begitu juga dari arah belakang yaitu di depan Candi

Astano.

166

13. Lokasi yang tidak jauh dari atraksi utama

Menurut pernyataan oleh Nuriata (2014) mengenai lokasi yang

menyangkut kaitan dengan atraksi wisata, ditemukan beberapa jawaban

menurut beberapa narasumber mengenai lokasi yang tidak jauh dari atraksi

utama. Sependapat dengan hal tersebut, Asean Community Based Tourism

Standard mengenai aksesibilitas bahwa homestay tidak ditempatkan dalam

20 meter dari setiap daya tarik alami atau budaya atau situs penting, kecuali

secara historis di lokasi itu atau karena alasan budaya.

Berdasarkan hasil wawancara, didapatkan pendapat dari narasumber

yang mengatakan bahwa lokasi homestay ini tidak berada jauh pada atraksi

wisata utama. Hal ini dapat dibuktikan bahwa untuk mencapai homestay jika

wisatawan masih berada dalam kawasan zona inti dari Candi Tinggi dan

Candi Gumpung dapat berjarak 5 kilometer.

Tetapi ditemukan kekurangan jika misalnya kegiatan mengitari candi

hingga ke Candi Koto Mahligai, maka jarak dari homestay menuju ke candi

tersebut masih sangat jauh dan biasanya yang dilakukan adalah wisatawan

tidak menginap di homestay tetapi mendirikan camping ground di sekitar

sana.

14. Fasilitas dan Pelayanan

Fasilitas yang disediakan oleh masyarakat dalam homestay sudah

mencakup; penyediaan toilet, fasilitas di dalam kamar yang berisikan tempat

tidur,bantal dan sprei, dan kipas angin.

167

Pelayanan yang diberikan oleh pihak penyedia homestay dikatakan

bahwa masyarakat sudah memberikan pelayanan yang cukup baik untuk

melayani wisatawan. Mengingat bahwa selama ini masyarakat sudah

diberikan pelatihan-pelatihan mengenai cara melayani tamu, mengenalkan

hospitality dalam menyambut tamu, dan berusaha seramah mungkin dalam

pelayanannya.

Sampai saat ini, pihak travel belum menemukan komplain mengenai

pelayanan yang diberikan masyarakat yang mengecewakan, ini berarti

bahwa untuk standard homestay, masyarakat sudah dapat melayani tamu

dengan baik dengan kondisi fasilitas yang masih sesuai dengan standard

untuk melayani wisatawan walaupun belum maksimal. Tapi hal ini sudah

sesuai kriteria dari Nuriata (2014) mengenai pemilihan tempat penginapan

yang menilai baik untuk fasilitas dan pelayanan yang mendukung.

C. Tempat Makan Berbasis Masyarakat

Berdasarkan paparan data temuan dari hasil wawancara dan observasi yang

telah dilakukan, maka di pembahasan ini akan dilakukan analisa tempat makan

di kawasan sekitar Candi Muaro Jambi sudah berbasis masyarakat atau tidak.

1. Mempekerjakan masyarakat lokal dalam pelayanan

Pernyataan dari Wei (2012) yang mengatakan bahwa setiap pelayanan

yang diberikan oleh tamu, harus mempekerjakan masyarakat lokal di sana

dan menggunakan bahan-bahan dari desa tersebut. Tresilian dalam African

Journal (2016) mengatakan bahwa membantu mengurangi migrasi dari desa

168

ke kota dan memperkuat masyarakat lokal dengan memberi para remaja

keterampilan nyata dan prospek pekerjaan lokal, membiarkan mereka

tinggal di desa mereka dan menggunakan keterampilan dan pengetahuan

mereka. Tentunya dalam mempekerjakan masyarakat tersebut bertujuan

untuk memberikan kesempatan dan membuka lapangan kerja seluas-luasnya

untuk masyarakat lokal (KYN CBT Club dalam COMCEC, 2013:48).

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan,

bahwa dalam penyediaan tempat makan di kawasan sekitar Candi Muaro

Jambi mempekerjakan masyarakat lokal baik dalam kepemilikan tempat,

penyediaan, hingga penyajian makanan kepada wisatawan. Terutama untuk

tempat makan Ibu Asmiah, diketahui bahwa tempat makan atau lebih

tepatnya warung ini, mempekerjakan masyarakat sekitar desa Muaro Jambi

untuk menyajikan makanan-makanan kepada pengunjung. Tempat makan

Ibu Asmiah ini pun menjual aneka masakan rumahan yang kebanyakan

bahan-bahan-bahan bakunya pun berasal dari desa Muaro Jambi itu sendiri

seperti penyediaan ikan dan sayur.

Adapun kekurangan yang ditemukan selama observasi bahwa masih

kurangnya tenaga kerja dalam rumah makan tersebut sehingga jika

wisatawan datang untuk memesan atau berkunjung ke sana akan kesulitan

karena kurangnya tenaga kerja.

169

2. Menggunakan bahan-bahan/ingredients alami (tidak menggunakan daging

hewan yang langka/bushmeat)

Pernyataan dari African Journal of Hospitality (2016) mengenai

penggunaan bahan-bahan untuk penyediaan makanan berasal dari bahan-

bahan alami (tidak menggunakan bahan-bahan yang terbuat dari hewan-

hewan langka/bushmeat). Hal tersebut kemudian diperjelas kembali oleh

Aseean Community Based Tourism (2016:10) bahwa salah satu kriteria

untuk penyediaan makanan bahwa penggunaan maksimum dibuat dari

makanan segar dan organik, dan bahan-bahan lokal,termasuk daging dan

sayuran segar, tapi tidak ada daging langka yang dilarang oleh peraturan

pemerintah.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, bahwa dalam

penyediaan lauk dari baik tempat makan ataupun homestay, mereka

menyediakan daging hanya sebatas ikan dan ayam. Sampai saat ini, mereka

belum pernah menggunakan hewan-hewan langka untuk dijadikan lauk dan

dihidangkan kepada wisatawan, mengingat bahwa desa ini terletak di

pinggir sungai, maka makanan utama mereka adalah ikan. Berbeda halnya

dengan ayam, mereka bahkan harus membeli dari pasar atau memesan

terlebih dahulu daging ayam tersebut (jika ada permintaan khusus),

mengingat bahwa masyarakat di sana pun tidak beternak ayam. Hal ini

dapat dibuktikan bahwa ketika melakukan observasi, tidak ditemukan

seekor pun ayam di sekitar desa Muaro Jambi tersebut. Keadaan ini sesuai

dengan penyampaian oleh Asean Community Based Tourism (2016:10)

170

bahwa dalam penyajian makanan kepada wisatawan daging, ayam, ikan dan

bahan lainnya yang digunakan dalam persiapan makanan adalah segar dan

sebaiknya bersumber dari pasar/pemasok lokal.

Tetapi kekurangan dari penyediaan tempat makan di sini adalah

sampai saat ini penyediaan makanan oleh masyarakat lokal di desa wisata

Muaro Jambi belum menyediakan pilihan untuk menyediakan extreme

kuliner dan belum memunculkan kuliner lokal sebagai salah satu daya tarik

di desa wisata Muaro Jambi. Tidak seperti ketika mengunjungi daerah

Merangin atau wisata mengunjungi Suku Anak Dalam, wisatawan akan

disediakan makanan extreme kuliner seperti labi-labi dan biawak sebagai

makanan utama mereka. Tetapi karena hal itu pula, masyarakat desa Muaro

Jambi ini turut menjaga agar tidak punahnya hewan-hewan langka di sekitar

mereka, sehingga mereka hanya memakan makanan seadanya saja dan tidak

memaksakan untuk memakan daging hewan langka.

3. Menyediakan masakan lokal spesial

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, bahwa masakan

lokal spesial yang dimiliki oleh desa wisata Muaro Jambi yang biasanya

disediakan baik di tempat makan ataupun di homestay adalah ikan

senggung. Adapun keistimewaan dari ikan senggung ini adalah yang

pertama adalah karena harga dari jenis untuk ikan tomang ini adalah ikan

gabus toman besar dan harganya yang mahal, dan dimasak secara unik,

dimasak di dalam bambu dan diasapi selama 8 jam sebelum akhirnya diberi

bumbu dan dimakan bersama nasi dan sambal mentah.

171

Makanan unik dan spesial lainnya ialah memakan batang pohon

pisang yang direbus yang akan nantinya dijadikan lalapan saat dimakan.

Walaupun rasanya pahit, biasanya makanan ini disajikan ketika menyambut

petinggi-petinggi daerah ketika datang mengunjungi desa wisata Muaro

Jambi. Biasanya makanan-makanan seperti ini disajikan dalam homestay

dengan permintaan khusus sebelumnya kepada masyarakat.

Berdasarkan paparan tersebut, tempat makan ini sudah memenuhi

kriteria dalam African Journal of Hospitality (2016) yang menerapkan jenis

makanan untuk daerah pedesaan untuk menyediakan makanan lokal yang

spesial dan pendapat dari Sims (2012) bahwa makanan lokal berpotensi

memainkan peran sentral dalam agenda pariwisata yang berkelanjutan,

dengan mencakup segala hal,dari kekhawatiran tentang keamanan pangan

dan dampak pertanian terhadap lingkungan pedesaan terhadap permintaan

pengunjung akan lebih banyak pengalaman wisata "asli".

Hal ini memiliki efek bahwa dalam penyajian makanan pun,

wisatawan akan disuguhkan makanan-makanan spesial ketika berkunjung ke

suatu daerah, yang selama ini mungkin ke suatu daerah selain untuk

menikmati wisatanya, tetapi masakan spesial atau masakan khas yang

disediakan di tempat itu menjadi salah satu daya tarik untuk wisatawan

berkunjung ke sana. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Rifai (2012)

dalam African Journal of Hospitality, Tourism and Leisure Volume 5 (2016)

mengatakan bahwa saat ini para wisatawan kembali ke tempat yang sudah

mereka kenal dan mereka telah puas dengan hasil sebuah masakan dan teruji

172

resepnnya, dan mereka juga dapat pergi ke tempat lain untuk mencari

tempat yang mempunyai keahlian dan resep makanan yang baru, sehingga

itu menjadi pengalaman tersendiri bagi mereka.

4. Keanekaragaman jenis masakan

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, dapat dikatakan

bahwa makanan yang disediakan oleh tempat makan atau homestay di desa

wisata Muaro Jambi ini beraneka macam. Selain ikan senggung yang

menjadi masakan lokal spesial, juga terdapat tempoyak dan dandang kelapa.

Sama seperti halnya ikan senggung, makanan ini juga terbuat dari ikan

patin, tetapi dikuahi oleh durian fermentasi dan tidak menggunakan

santan/kelapa, melainkan belimbing. Selain makanan utama, masyarakat

juga selalu menyediakan makanan kecil lokal seperti ketan bakar dan

disajikan dengan kopi atau teh yang biasanya berasal dari produk lokal.

Hal ini menunjukkan bahwa makanan yang disediakan di tempat

makan di kawasan sekitar Candi Muaro Jambi memang banyak jenisnya,

tergantung permintaan dan budget yang diberikan oleh pihak travel.

Pernyataan tersebut sesuai dengan pernyataan dari African Journal of

Hospitality (2016). Dan makanan-makanan tersebut sudah sesuai dengan

kriteria menurut Asean Community Based Tourism Standard (2016:10)

bahwa makanan yang cukup disediakan untuk kebutuhan pengunjung,

termasuk makanan ringan antara makanan dan menu bervariasi setiap hari

dan termasuk setidaknya satu makanan tradisional pada setiap makan

periode.

173

Walaupun makanan yang disajikan beraneka macam, tentunya

masyarakat sebelum menyajikan makanan, memastikan terlebih dahulu jika

ada permintaan khusus atau special request dari wisatawan agar dalam

penyajian, dapat dinikmati dengan baik oleh mereka. Penanganan yang

selama ini telah dilakukan adalah bahwa mereka sebisa mungkin memenuhi

kebutuhan wisatawan seperti pemenuhan kebutuhan untuk vegetarian,

masyarakat biasanya menyediakan jika memang vegetarian yang diinginkan

wisatawan masih bisa dipenuhi oleh masyarakat, tetapi sampai saat ini

belum ada permintaan-permintaan khusus misalnya menyediakan makanan

tidak halal bagi wisatawan dan memang hal tersebut tidak akan dianjurkan

kepada wisatawan, mengingat bahwa mayoritas masyarakat di desa wisata

Muaro Jambi adalah muslim.

Sehingga untuk penyajian makanan yang akan diberikan kepada

wisatawan oleh masyarakat baik di homestay ataupun tempat makan adalah

makanan-makanan berat berupa tempoyak, dandang kelapa, dan batang

daun pisang (untuk menyambut tamu penting) dan beserta jajanan lokal

seperti ketan bakar/ketan jando dan gulo kumojo.

5. Menggunakan bahan-bahan lokal yang berasal dari perkebunan masyarakat

sendiri

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan kepada pihak

narasumber, didapatkan hasil bahwa masyarakat yang menyediakan

makanan baik di tempat makan atau homestay, mereka menggunakan

174

bahan-bahan lokal di sekitar desa atau kawasan sekitar Candi Muaro Jambi.

Berbeda halnya dengan penyediaan bahan baku untuk daging ayam, karena

masyarakat tidak ada satupun beternak ayam di desa tersebut, maka jika

mereka ingin menyajikan daging ayam kepada wisatawan, maka masyarakat

biasanya akan membeli ke pasar terdekat atau memesan ke pasar tersebut

jika ingin membeli dalam jumlah besar.

Berdasarkan hasil observasi pun diketahui bahwa ketika mengelilingi

daerah kawasan Candi Sialang, terdapat perkebunan masyarakat yang

berada tak jauh dari sana. Biasanya perkebunan tersebut berisi sayur-

sayuran yang biasanya digunakan untuk masyarakat sebagai bahan baku

untuk membuat makanan. Dan juga tidak ditemukan bahwa masyarakat desa

wisata Muaro Jambi ini memelihara ayam di sekitar desa mereka.

Berdasarkan jawaban dari seluruh narasumber menyatakan bahwa hal

ini telah sesuai dengan pernyataan oleh African Journal of Hospitality

(2016) yang menyatakan bahwa penyediaan bahan baku lokal berasal dari

perkebunan masyarakat.

Karena hal tersebut, makanan yang disajikan yang berasal dari

perkebunan mereka sendiri dapat dijamin kualitasnya karena masyarakat

tidak menggunakan bahan-bahan pengawet yang biasanya digunakan atau

dijual di pasar, sedangkan untuk penyajian daging ayam, mereka akan lebih

baik menyajikan ikan juga selain daging ayam sebagai makanan utama,

175

mengingat juga bahwa kondisi desa ini berada di pinggir sungai Batanghari,

maka pastinya daging ikan yang mereka sediakan masih segar.

6. Pengunjung dapat mengikuti kegiatan memasak bersama masyarakat lokal

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, diketahui bahwa

kegiatan yang mengikut-sertakan wisatawan untuk mengikuti masak

memasak bersama masyarakat lokal belum pernah dilakukan di desa wisata

Muaro Jambi. Selama ini, jika pun ada, hanya dilakukan ketika ada masak

besar untuk persiapan pesta pernikahan di desa Muaro Jambi. Kegiatan yang

dapat dilakukan oleh wisatawan pun hanya sekedar berfoto atau melihat

dengan saksama apa yang dikerjakan masyarakat di sana.

Karena hal tersebut, di tempat makan ini masih belum sesuai dengan

pernyataan dari African Journal of Hospitality (2016) mengenai aktivitas

memasak yang dapat diikuti oleh wisatawan. Asean Community Based

Tourism Standard menyebutkan bahwa salah satu kriteria dalam penyajian

makanan adalah peluang ada bagi wisatawan untuk berpartisipasi dalam

persiapan makan dan makan belajar teknik memasak tradisional dan

penggunaan maksimum dibuat dari produk bio-degradable alami saat

disajikan dan makanan kemasan (misalnya daun pisang).

Mengingat bahwa desa wisata Muaro Jambi ini sendiri memiliki

banyak ragam kuliner yang khas, maka sangat disayangkan jika tidak ada

kegiatan yang membuat wisatawan dapat ikut untuk membuat makanan

lokal dari desa wisata Muaro Jambi. Wisatawan mungkin dapat melihat

bagaimana cara mulai dari proses pengumpulan bahan, proses masak,

176

hingga penyajian yang mungkin selama ini wisatawan tidak ketahui,

sebenarnya sangat berpotensi untuk dijadikan salah satu kegiatan selama

mereka di desa wisata Muaro Jambi. Masyarakat mempunyai kesempatan

untuk mengikuti aktivitas memasak bersama masyarakat baik di rumah atau

di luar rumah, tetapi tidak untuk mengikuti memasak ketika untuk upacara

adat karena, dalam persiapannya pun masyrakat membutuhkan ‘dukun

masak’ yang dianggap memiliki pengetahuan untuk membuat masakan yang

baik dengan takaran-takaran bumbu yang pas dan tidak boleh sembarangan

memasak tanpa seizinnya.

7. Sanitasi/Hygiene

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, diketahui

bahwa untuk kebersihan di tempat makan seperti Ibu Asmiah masih sangat

kurang sanitasi-nya. Hal ini juga dibuktikan ketika melihat langsung ketika

observasi, bahwa tempat makan yang biasanya digunakan untuk dikunjungi

wisatawan ini masih perlu banyak pembenahan dan pelatihan terutama

untuk menjaga kebersihan. Tetapi hal ini dimaklumi, mengingat bahwa

tempat makan ini masih tergolong warung dan masih belum sadar

sepenuhnya untuk dijadikan sebagai tempat makan yang akan menyambut

wisatawan di desa wisata Muaro Jambi itu sendiri.

Hal ini berarti tempat makan ini tidak sesuai dengan pandangan

Nuriata (2014) yang menyatakan bahwa dalam tempat makan, kriteria

dalam pemilihannya adalah bagaimana tingkat sanitasi/hygiene dari tempat

makan tersebut. Seharusnya, sesuai dengan kriteria menurut Asean

177

Community Based Tourism Standard (2016:10) menyebutkan beberapa

kriteria untuk menjaga kebersihan makanan yaitu; persiapan makanan dan

peralatan makan dibersihkan secara menyeluruh sebelum digunakan

(misalnya dibersihkan segera setelah makan), penyedia layanan makanan

mencuci tangan dengan sabun di air bersih sebelumnya dan teratur selama

persiapan makanan, makanan disimpan dalam wadah bersih, yang disimpan

dengan baik, hewan (domestik dan hama) dijauhkan dari penyimpanan

makanan, memasak dan area makan.

Mengingat bahwa tingkat kebersihan masih kurang, pihak travel

ataupun masyarakat lokal lebih sering menyajikan makanan kepada

wisatawan di homestay, dikarenakan kondisi yang tidak memungkinkan

untuk kebersihannya.

Masih perlu pembenahan dan pelatihan untuk masyarakat mengenai

bagaimana cara menjaga kebersihan baik dalam pembuatan dan penyajian

makanan kepada wisatawan. Penjagaan kebersihan yang dilakukan oleh

masyarakat sampai saat ini hanya sebatas penggunaan piring yang tidak

bermotif, dan penjagaan kebersihan tidak lagi menggunakan koran untuk

menutupi makanan, tetapi menggunakan plastik untuk lebih rapi dan lebih

bersih daripada menggunakan koran.

8. Kapasitas pengunjung

Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa untuk tempat makan

Ibu Asmiah dapat menampung hingga batas 10 orang maksimal. Tetapi jika

dilihat dari tingkat kenyamanan dan space-nya, berdasarkan hasil observasi

178

tempat makan ini tidak dapat menampung wisatawan dalam jumlah lebih

dari 5 orang. Mengingat bahwa dalam menikmati makanan, butuh tempat

yang nyaman dan tidak sempit agar tidak mengganggu ketenangan saat

makan.

Hal tersebut belum bisa memenuhi sesuai dengan pernyataan dari

Nuriata (2014) mengenai pertimbangan untuk memilih tempat makan,

mengenai kapasitas pengunjung untuk menampung wisatawan di

dalamnya.Untuk menutupi hal tersebut, masyarakat lebih sering

memindahkan wisatawan untuk menikmati makanan di homestay atau

misalnya mencari tempat dengan space yang luas untuk dapat menikmati

makanan bersama-sama, walaupun hanya beralaskan tikar (lesehan), hal

tersebut lebih baik daripada makan di tempat yang masih sempit.

Berdasarkan hasil observasi, lahan atau halaman yang luas, misalnya

di depan Candi Astano dan lahan di depan Candi Gumpung yang memiliki

lahan yang luas dengan pohon di sekelilingnya, dapat menjadi alternatif lain

untuk menyajikan makanan. Bahan makanan tetap dari masyarakat lokal,

hanya saja berpindah untuk lokasi dan tempatnya.

9. Harga

Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa menu untuk makanan

spesial seperti ikan senggung adalah minimal Rp.50.000 hingga Rp.500.000

tergantung besar ikan dan jumlah tamu yang akan disuguhkan makanan

tersebut. Sedangkan untuk penyediaan lainnya disesuaikan.

179

Hal ini sudah sesuai dengan pernyataan Nuriata (2014) mengatakan

bahwa harus ada unsur harga dalam pembuatan paket untuk pemilihan dan

penghitungan harga untuk tempat makan. Hal ini berarti bahwa dalam sekali

makan, wisatawan dapat dikenakan biaya Rp.50.000 dengan menu ikan

senggung dan jajanan lokal di dalam penyediannya, berikut dengan donasi

dan untuk harga tak terduga.

Sedangkan untuk harga makanan di luar menu ikan senggung akan

dikenakan biaya Rp 30.000 sekali makan untuk 1 orang. Harga ini sudah

termasuk nasi, lauk, lalapan, minuman, dan buah serta untuk menutupi biaya

tak terduga yang akan diberikan kepada masyarakat dalam penyediaan

makanannya.

10. Kondisi sarana

Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa kondisi sarana di

tempat makan Ibu Sapiah ini masih sangat kurang. Berdasarkan hasil

observasi juga ditemukan bahwa di dalamnya belum terdapat toilet dan

wastafel sehingga tempat makan ini masih sangat kurang jika untuk

membawa wisatawan makan di sini.

Berdasarkan pernyataan dari Nuriata (2014) yang menyebutkan bahwa

pertimbangan mengenai kondisi dan sarana dari suatu tempat makan juga

menjadi salah satu kriteria dalam pemilihan tempat makan dalam sebuah

paket wisata.

Kenyataannya, masih kurangnya fasilitas pendukung seperti toilet,

wastafel, dan kelengkapan seperti kursi dan meja yang masih dalam keadaan

180

seadanya dan belum dapat dijadikan salah satu tempat makan dalam

pelaksanaan paket. Sehingga sampai saat ini wisatawan lebih sering

diarahkan untuk menikmati makanan di homestay dengan kondisi sarana

yang sudah baik walaupun belum memenuhi standard Internasional.

11. Pelayanan

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan,

diketahui bahwa dalam pelayanan baik di tempat makan ataupun di

homestay, wisatawan akan disajikan langsung

Berdasrkan pernyataan Nuriata (2014) mengenai pelayanan yang

diberikan oleh masyarakat, berrdasarkan hasil wawancara yang telah

dilakukan, pelayanan oleh masyarakat untuk menyediakan makanan

biasanya menggunakan self service tetapi tidak total, mengingat bahwa

mereka melayani dengan cara melayu sehingga pihak travel harus ikut

menghargai budaya tersebut. Mengingat bahwa pelayanan yang diberikan di

tempat makan ini berbeda dengan pelayanan untuk restoran kelas atas, maka

baik tempat makan ataupun homestay sebisa mungkin menyajikan makanan

dengan baik seperti; penyajian makanan, ramah dan ketanggapan untuk

memenuhi kebutuhan wisatawan.

D. Transportasi Berbasis Masyarakat

Berikut ini akan di-analisa data temuan dari hasil wawancara dan

observasi untuk membuktikan apakah transportasi yang digunakan di

kawasan sekitar Candi Muaro Jambi ini telah berbasis masyarakat apa tidak.

181

1. Masyarakat lokal bekerja di dalam penyediaan transportasi

Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa masyarakat lokal

bekerja baik dalam penyediaan transportasi dan untuk beberapa moda

transportasi, masyarakat juga bekerja sebagai penggerak transportasi

tersebut. Untuk beberapa transportasi yang masyarakatnya turut sebagai

penggeraknya yaitu getek,boat (mengingat bahwa masyarakat sehari-hari

bekerja sebagai penyedia perahu yang sering membawa buruh-buruh pabrik

untuk menyeberang.) dan bentor (becak motor) Begitu juga halnya dengan

bentor, biasanya bentor selalu standby di depan parkiran Candi Muaro

Jambi untuk digunakan oleh wisatawan mengelilingi candi melewati desa.

Sedangkan untuk transportasi sepeda, masyarakat hanya bekerja sebagai

penyedia saja.

Berdasarkan penjelasan di atas, transportasi yang disediakan di

kawasan sekitar Candi Muaro Jambi telah sesuai dengan pernyataan oleh

Wei (2012:16) yang menyatakan bahwa penyediaan transportasi,

masyarakat lokal mengambil bagian sebagai pekerja dalam pelayanan

transportasi disana dan menjadikannya sebagai peningkatan ekonomi.

Biasanya dalam penggunaan yang lebih signifikan, getek atau perahu besar

biasanya digunakan sebagai transportasi alternatif selain bus untuk

mencapai menuju Muaro Jambi. Ditambah lagi menurut observasi dan

wawancara, bahwa di dermaga Ancol Kota Jambi memang menyediakan

trayek untuk membawa wisatawan ke Muaro Jambi, dan dikarenakan juga di

desa Muaro Jambi tersedia dermaga untuk menurunkan penumpang disana.

182

2. Kondisi fasilitas (kapasitas tempat duduk dan bentuk transport)

Kriteria untuk pemilihan moda transportasi dalam paket wisata

menurut Nuriata (2014) mengenai kondisi dan fasilitas yang ada (kapasitas

tempat duduk) dijabarkan sesuai keadaan di kawasan sekitar Candi Muaro

Jambi sebagai berikut:

a. Perahu kecil di kanal mampu menampung 2-5 orang di dalamnya, sudah

berisikan masyarakat dan tamu. Perahu yang biasa digunakan masyarakat

awalnya untuk pergi ke kebun, kini digunakan untuk bidang pariwisata,

sudah mulai diperbaiki dan digunakan kembali dan biasanya digunakan

di kanal kuno.

b.Getek/boat mampu menampung 10-13 orang di dalamnya. Untuk kondisi

dari transportasi satu ini sendiri, masih dalam tahap pembenahan karena

mengingat biasanya dalam sehari-hari digunakan untuk membawa buruh-

buruh pabrik atau digunakan untuk layanan service untuk perahu. Tetapi

sampai saat ini pelatihan kepada masyarakat sudah dilakukan seperti jika

perahu/getek digunakan untuk membawa wisatawan, harus dalam

keadaan bersih dan rapi.

c. Sepeda mampu menampung dan dibawa oleh 1 orang saja. Untuk kondisi

sepeda biasanya selalu dalam kondisi yang baik dikarenakan memang

transportasi ini disediakan khusus untuk digunakan wisatawan selama

dalam kawasan Candi Muaro Jambi.

183

d. Bentor mampu menampung 2 orang di dalamnya. Untuk kondisi dari

transportasi bentor sendiri sudah cukup untuk bisa membawa wisatawan,

karena biasanya bentor hampir sama seperti sepeda, siap digunakan

untuk membawa wisatawan mengelilingi daerah Candi Muaro Jambi dan

melewati desa.

3. Harga/Biaya

Berdasarkan pandangan dari Nuriata (2014) mengenai transportasi,

harus ada unsur harga/biaya untuk menghitung pembiayaan paket.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan, untuk

pemberian harga disesuaikan dengan transportasi yang digunakan. Untuk

penggunaan transportasi getek yang akan mengangkut wisatawan dari Kota

Jambi ke Muaro Jambi dan sebaliknya, dikenakan biaya Rp.500.000,- per

kapal. Ini artinya bahwa penghitugan harga untuk tiap orang sebesar

Rp.50.000 dengan jumlah wisatawan 10 orang di dalamnya. Harga tersebut

pun sudah termasuk dengan life jacket yang disediakan selama perjalanan

menggunakan getek. Sama halnya dengan perahu di kanal kuno yang

dikenakan biaya Rp.50.000 per kapal, hal ini akan menjadikan harga

Rp.20.000/orang dengan kapasitas 3-5 orang di dalamnya.

Sedangkan untuk transportasi lain seperti becak motor dikenakan

biaya Rp.10.000 untuk 2 orang di dalamnya dengan sekali perjalanan trayek

dan tidak memutar seperti dijelaskan di bab sebelumnya, sedangkan untuk

becak dikenakan biaya Rp.10.000/orang.

184

Berbeda halnya dengan harga yang akan diberikan jika menggunakan

mobil pribadi untuk menjemput tamu dari bandara ke hotel atau dari hotel

menuju Muaro Jambi, dikenakan biaya Rp.150.000-Rp.300.000 dalam 1

mobil yang berisikan 2-4 orang di dalamnya.

4. Waktu (jadwal)

Berdasarkan pernyataan dari Nuriata (2014) mengenai waktu dan

jadwal setiap transportasi, penggunaan transportasi yang akan dipilih dalam

paket wisata ditentukan seperti; transportasi getek digunakan untuk

alternatif lain untuk mencapai Muaro Jambi dikarenakan karena mempunyai

kapasitas pengunjung yang paling besar, juga karena getek ini pun selalu

ada setiap saat di dermaga Ancol Kota Jambi. Tetapi tetap harus dilakukan

pemesanan terlebih dahulu jika akan membawa rombongan dalam jumlah

besar.

Pihak masyarakat selalu standby kapanpun dibutuhkan untuk

digunakan. Hanya saja untuk kekurangannya, dikarenakan masyarakat saat

ini belum terlalu bergantung pada pariwisata, jika tidak ada pesanan

menggunakan transportasi seperti perahu/getek, maka masyarakat akan

kembali ke pekerjaannya dahulu untuk mengantarkan buruh-buruh pabrik.

5. Lokasi (titik awal dan titik tujuan)

Menurut hasil wawancara, dari 4 narasumber mengatakan bahwa

untuk lokasi (titik awal dan titik tujuan) seperti perahu/getek bermula dari

Kota Jambi biasanya di dermaga Ancol, dan berakhir di dermaga desa

Muara Jambi. Biasanya perjalanan selama 2 jam. Untuk sepeda, semuanya

185

bermua dari parkiran Candi dan berakhir di parkiran Candi. Untuk perahu di

kanal akan dimulai dari kanal kuno di depan Astano dan berakhir di depan

candi Gedong.

Hal ini diperhitungkan agar sesuai dengan pernyataan Nuriata (2014)

mengenai lokasi titik awal menjemput dan titik tujuan akhir dari

transportasi. Tujuannya adalah untuk mengetahui penggunaan transportasi

dapat bermula darimana dan berakhir darimana sehingga wisatawan tidak

perlu menunggu hal tersebut.

6. Aksesibilitas

Aksesibilitas tiap transportasi dinyatakan dapat berbeda-beda

mengingat bahwa transportasi yang digunakan menggunakan transportasi air

dan darat.Hal ini perlu diperhatikan mengingat pernyataan Nuriata (2014)

yang harus memenuhi aspek mengenai transportasi harus memenuhi aspek

akssibilitas yang baik dalam destinasi/atraksi wisata itu sendiri.

Terdapat beberapa kekurangan di aksesibilitas darat terutama untuk

kemudahan pencapaian atraksi wisata di dalam kawasan Candi Muaro Jambi

menggunakan transportasi-transportasi yang tersedia. Berdasarkan hasil

observasi pun diketahui bahwa untuk kondisi jalan yang akan ditempuh baik

menggunakan sepeda ataupun bentor (becak motor) sudah ditemukan rusak

dan berlubang, dan beberapa masih berupa jalan tanah sehingga jika kondisi

sedang hujan, kondisi jalan akan sangat becek dan sulit untuk ditempuh

kecuali dengan jalan kaki.

186

Sedangkan berdasarkan hasil wawancara dan observasi, untuk

aksesibilitas di kanal kuno menggunakan perahu juga masih terdapat

kekurangan. Hal ini disebabkan karena kondisi kanal yang masih ada di

beberapa jalur tertutup, seperti di Sungai Melayu. Yang seharusnya jika

keadaan alam mendukung, perahu akan dapat melintasi jalur tersebut

sehingga memudahkan pencapaian dari kondisi area candi bagian timur

(Candi Tinggi, Candi Gumpung, Candi Astano) dapat menuju ke candi

bagian barat (Candi Tinggi 1, Candi Tinggi 2, dan Candi Kedaton).

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Atraksi wisata yang berbasis masyarakat di kawasan sekitar Candi Muaro

Jambi sudah dalam jumlah yang cukup. Untuk atraksi utama seperti candi

memang tidak bisa ditambah atau dikurangi lagi, tetapi melihat potensi atraksi

wisata yang bisa dilihat sekeliling yaitu desa-desa wisata terutama untuk desa

wisata Muaro Jambi sudah dikatakan cukup. Atraksi-atraksi tersebut sudah

berbasiskan masyarakat dan dalam keadaan baik dikarenakan semua atraksi

budaya seperti tari-tarian tradisional, pertunjukan musik, desa wisata, hingga

kuliner semuanya disediakan sendiri oleh masyarakat untuk dipertunjukan

untuk wisatawan.

Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan sebelumnya bahwa

akomodasi yang berada di kawasan sekitar Candi Muaro Jambi merupakan

homestay yang disediakan oleh masyarakat lokal dan dalam keadaan baik

untuk menyambut tamu dalam rumah mereka. Masyarakat bekerja baik dalam

penyediaan hingga pelayanan seperti menyediakan makanan bagi wisatawan.

Ketersediaan tempat makan di kawasan sekitar Candi Muaro Jambi

masih dikatakan kurang baik untuk jumlah maupun kelayakannya dalam

menerima wisatawan. Tempat makan hanya berjumlah 3 dengan paling layak

untuk digunakan hanya 1 tetapi tidak memungkinkan untuk menerima

wisatawan lebih dari 10.

187

188

Untuk transportasi di kawasan sekitar Candi Muaro Jambi sudah berbasis

masyarakat. Masyarakat menyediakan dan bekerja dalam beberapa pelayanan

transportasi untuk melayani wisatawan walaupun belum sepenuhnya bekerja

dan bergantung pada hal tersebut.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan di pembahasan

sebelumnya, maka rekomendasi yang akan diberikan adalah berupa saran dan

rekomendasi berupa paket wisata yang mencakup 4 komponen yang berbasis

masyarakat.

1. Rekomendasi untuk pengelola Desa Wisata Muaro Jambi

a. Saran yang diberikan untuk pihak desa wisata adalah bahwa masyarakat

menyediakan kegiatan yang melibatkan langsung wisatawan untuk ikut

dan berpartisipasi untuk beberapa kegiatan misalnya, workshop yang

dapat diikuti oleh wisatawan seperti misalnya berkebun, menjemur

pinang dan cokelat, atau ikut aktivitas memasak bersama masyarakat di

homestay.

b. Penyediaan untuk bahan baku membuat topeng juga agar dipersiapkan

bahan baku yang banyak dan siap digunakan untuk dilukis.

c. Untuk pemesanan anyaman tikar, dapat dilakukan purcahse order (PO)

untuk wisatawan yang berminat. Produk anyaman akan dibuat sesuai

dengan keinginan wisatawan dan akan dikirim ke alamat wisatawan.

Harga yang akan diberikan seharusnya ditetapkan tinggi, mengingat

189

bahwa bahan baku yang sulit ditemukan, pengerjaan yang rumit, dan

kurangnya tenaga kerja.

d. Penambahan beberapa fasilitas seperti kipas angin, persediaan air bersih,

dan perawatan dalam toilet agar selalu siap untuk menerima wisatawan

kepada pemilik homestay di desa wisata Muaro Jambi

e. Sebaiknya menggabungkan 3 tempat makan tersebut menjadi 1 tempat

makan besar yang dapat menampung wisatawan dalam jumlah besar

dengan kondisi yang layak, dan penyajian makanan yang beraneka

macam lokal dan berstandar higienis.

f. Agar menjaga kebersihan baik di perahu/getek, mengecek selalu

kelayakan sepeda dan bentor, dan memperhatikan penampilan bagi

beberapa masyarakat yang bekerja sebagai kenek perahu/becak, yang

mana harus berpenampilan rapi mengingat mereka bekerja di bidang

pariwisata.

g. Ketersediaan lahan parkir yang memadai di kawasan sekitar Candi

Muaro Jambi

h. Kondisi jalan (infrastruktur jalan untuk motor atau pejalan kaki

dibedakan di dalam kawasan Candi)

i. Pelatihan guide untuk bahasa Inggris, Prancis, dan Mandarin

j. Adanya papan peringatan agar wisatawan tidak mengganggu benda

Cagar Budaya misalnya tidak menginjak Candi dan jika dalam jumlah

besar, jangan hanya berkumpul dalam satu titik saja.

190

2. Rekomendasi untuk SGP Tour and Travel

Rekomendasi yang pertama untuk diberikan kepada pihak SGP Tour and

Travel adalah supaya ada penelitian lebih lanjut mengenai cash-flow di SGP

Tour and Travel ini untuk ke depannya, untuk mengetahui keuntungan yang

didapat dari bisnis travel mereka. Rekomendasi yang ke dua adalah paket

wisata. Paket wisata ini bertujuan untuk mengenalkan budaya-budaya yang

akan dinikmati oleh wisatawan dengan mengikuti aktivitas-aktivitas bersama

masyarakat di kawasan sekitar Candi Muaro Jambi. Adapun paket-paket

tersebut adalah sebagi berikut:

a. One Day Cross Culture in Candi Muaro Jambi

Tour Highlight

Dalam paket ini, wisatawan akan belajar mengenal budaya dan sejarah dari

Candi Muaro Jambi dengan mengikuti program Sekolah Alam Raya Jambi

yang disampaikan oleh pemuda-pemuda desa Muaro Jambi, untuk

mengenalkan selain Candi tetapi juga lingkungan sekitar yang memiliki

banyak potensi seperti tumbuh-tumbuhan di sekitar candi. Setelah itu

wisatawan akan diajak untuk mengikuti kegiatan melukis topeng yang

terbuat dari labu siam khas dari desa Muaro Jambi.

Lama durasi : 1 hari

Aktivitas : Menikmati pertunjukan, melukis topeng.

Jumlah orang : 5-10 orang

191

TABEL 5

ITINERARY PAKET WISATA

ONE DAY CROSS CULTURE IN CANDI MUARO JAMBI

Hari Waktu Tempat Deskripsi Keterangan Aktivitas Melihat pemandangan Wisatawan akan dijemput di kota Jambi di 07.00- Dermaga dermaga Ancol di Kota pagi hari saat 09.00 Ancol Jambi untuk berangkat melewati menuju Muaro Jambi sungai Batanghari Wisatawan tiba di dermaga desa Muaro Jambi dengan Diberi Dermaga diberi sambutan dengan 09.00- kalung desa Muaro tarian kreasi daerah oleh 10.00 penyambuta Jambi masyarakat lokal dan diberi n oleh penari kalungan bunga untuk menyambut mereka. Berkeliling Mengikuti Sekolah Alam kawasan Candi Raya Muara Jambi yang akan Muaro Jambi diselenggarakan oleh pemuda yaitu Candi lokal. Kawasan Gumpung, 1 10.00- Kegiatan di dalamnyaadalah Candi Muaro Candi Tinggi, 12.00 wisatawan akan mengelilingi Jambi Candi Astano beberapa Candi Muaro Jambi diantaranya Candi Gumpung dan melihat dan Candi Tinggi dan Candi lingkungan Astano. dan alam sekitar Makan siang yang akan dilakukan di luar ruangan (outdoor) dilakukan di depan tanah luas di depan Candi Makan Astano. Akan digelar tikar dengan Di depan dan wisatawan beserta anak- menggunaka Makan siang 12.00- lahan terbuka anak akan makan dan n alas daun dengan menu 13.00 Candi Astano menikmati makanan lokal pisang di lokal (outdoor) yang disediakan oleh atas masyarakat lokal dan makan tembikar secara lesehan dan menggunakan daun pisang panjang sebagai alasnya.

192

Kembali ke sanggar sekolah Alam Raya Muaro Jambi Wisatawan untuk mengikuti workshop akan membuat topeng. Topeng ini mengikuti Sanggar berasal dari labu siam yang workshop 13.00- Sekolah Membuat dikeringkan selama setahun membuat 15.30 Alam Raya topeng oleh masyarakat. Alat-alat topeng yang Muaro Jambi lukis tersebut akan berbahan dipersiapkan oleh pihak baku labu travel untuk kuas dan cat siam yang airnya dikeringkan Meninggalkan desa wisata Muaro Jambi dan pulang kembali ke Kota Jambi Melihat sunset Dermaga 15.30- menggunakan getek. Selama sambil desa Muaro 17.30 di perjalanan, wisatawan menaiki Jambi akan disuguhkan sunset di perahu perjalanan menggunakan getek tersebut Tur Termasuk : Tur tidak termasuk :

− Tiket masuk atraksi wisata - Pengeluaran pribadi

− Makan siang (L) - Tip untuk guide

− Tour guide

− Alat dan bahan membuat topeng

− Transportasi Getek

− Tarian dan kalung penyambutan

a. 2 Days 1 Night Livelihood with Locals

Tour Highlight

Dalam paket ini wisatawan akan merasakan pengalaman kehidupan

tradisional di desa wisata Muaro Jambi. Wisatawan akan mengikuti beberapa

kegiatan seperti merasakan masakan tradisional dan membuat beberapa

kerajinan seperti membuat anyaman tikar dan souvenir gelang sebalik

193

sumpah yang akan dipandu dengan masyarakat lokal. Selain itu wisatawan

akan diajak untuk tetap ikut menjaga lngkungan tetap asri dengan kegiatan

menananm pohon dan mencoba mengelilingi kawasan sekitar Candi Muaro

Jambi mengunakan sepeda.

Lama durasi : 2 Hari 1 Malam

Aktivitas : Menikmati pertunjukan lokal, membuat

anyaman tikar, membuat gelang, bersepeda

Akomodasi : 1 malam di Homestay

Jumlah orang : 5-10 orang

TABEL 6

ITINERARY PAKET WISATA

2 DAYS 1 NIGHT LIVELIHOOD WITH LOCALS

Hari Waktu Tempat Deskripsi Keterangan Aktivitas Berangkat dari Kota 07.00- TBA Jambi menuju Muaro 08.00 Jambi menggunakan bus Rebana hadrah Tiba di Muaro Jambi merupakan seni Disambut dan Gerbang dan disambut dengan pertunjukan menyaksikan 08.00- Candi Muaro tarian rebana hadrah dan musik lokal yang rebana hadrah 09.00 Jambi menuju desa wisata dilaksanakan oleh masyarakat Muaro Jambi untuk menyambut lokal 1 tamu Rumah Membuat masyarakat Mendatangi rumah Membuat anyaman tikar 09.00- lokal pembuat anyaman tikar anyaman tikar di yang berasal dari 11.00 membuat untuk mengikuti rumah masyarakat daun pandan dan anyaman membuat anyaman tikar lokal rumbai tikar Homestay di Makan siang di Menikmati Makan siang di 11.00- desa wisata homestay. Disediakan makanan lokal homestay bersama 12.00 Muaro Jambi makanan lokal khas dengan menu masyarakat lokal

194

Muaro Jambi spesial ikan senggung

Free program ((jika yang beragama Muslim dapat menjalankan sholat terlebih dahulu, Melihat video jika yang tidak akan mengenai wisata Homestay di Menonton video 12.00- disajikan presentasi Jambi dan desa wisata sambil makan 14.30 mengenai Padmasana menikmati Muaro Jambi cemilan lokal dan wisata-wista Jambi jajanan lokal khas lainnya sambil Muaro Jambi menikmati jajanan lokal yang disediakan oleh masyarakat) Candi Bersepeda mengelilingi Gumpung, Melihat beberapa Candi dimulai dari 14.30- Candi candi dan bermain Candi Gumpung, Candi Bersepeda 16.30 Tinggi, dan sepeda di Tinggi, dan Candi Candi dalamnya Astano Astano Menanam pohon di sungai Batanghari dan setelah itu menikmati sunset di pinggir sungai Menanam pohon, Batanghari. Wisatawan Pinggir Menikmati 16.30- akan makan secara sungai makanan khas 17.30 lesehan dengan dilapisi batanghari lokal, Melihat anyaman tikar dan sunset mencicipi minuman khas seperti kayu sepang dan memakan ketan bakar

Homestay di Makan malam di Menikmati 17.30- desa wisata homestay dengan sajian makanan khas 19.00 Muaro Jambi makanan lokal lokal

Homestay di 19.00 desa wisata Free program Muaro Jambi

195

Sarapan dengan Homestay di 07.00- Sarapan pagi bersama nasi gemuk desa wisata Sarapan 08.00 masyarakat lokal (semacam nasi Muaro Jambi uduk)dan teh/kopi Masyarakat akan membuat Membuat salah satu souvenir dengan Homestay di 2 08.00- souvenir yaitu gelang panduan desa wisata Membuat gelang 10.00 sebalik sumpah bersama masyarakat lokal Muaro Jambi masyarakat lokal. di beranda rumah masyarakat yang luas Homestay di 10.00- Bersiap-siap untuk desa wisata pulang ke Bandara 10.30 Muaro Jambi Sultan Thaha Tur Termasuk : Tur tidak termasuk :

- Biaya Masuk Atraksi Wisata - Pengeluaran pribadi

- Biaya Transportasi (bus dan sepeda) - Asuransi

- Akomodasi Homestay (1 Night) - Pengeluarn pribadi

- 3 kali Makan&Minum (B,L,D) - Tip untuk guide

- Refreshment - Tip untuk Guide assistance

- Bibit pohon -Tip untuk pengrajin

- Bahan baku souvenir: anyaman tikar& anyaman tikar

- Gelang sebalik sumpah

- Guide

196

c. Half Day Education with Saramuja (Sekolah Alam Raya Muara Jambi)

Tour Highlight

Paket ini ditujukan kepada mahasiswa perguruan tinggi yang dalam

kegiatannya akan mengajar dan ikut belajar dalam Sekolah Alam Raya Muara

Jambi. Sebelum pelaksanaan tour, wisatawan akan membawa 1 anak sebagai

mentor selama dalam perjalanan. Biasanya paket ini hanya akan dilaksanakan

pada hari Minggu.

Lama durasi : 7 jam

Aktivitas : Sharing di alam terbuka di kawasan Candi Muaro Jambi

197

TABEL 7

ITINERARY PAKET WISATA

HALF DAY EDUCATION WITH SARAMUJA

Hari Waktu Tempat Deskripsi Keterangan Aktivitas Berangkat Wisatawan datang dan Dermaga menuju 07.00- berangkat dari Kota Jambi 1 Ancol Kota Muaro Jambi 08.00 menuju Muaro Jambi Jambi menggunaka menggunakan boat n boat Wisatawan tiba di dermaga desa Muaro Jambi dan Berkumpul 08.00- Sanggar langsun menuju sanggar bersama Briefing 09.00 Saramuja biasa tempat Saramuja anak-anak berkumpul sebelum desa sekitar berangkat sekolah Berangkat menuju kawasan Melihat inti Candi Muaro Jambi Candi dan untuk mendengarkan mengumpulk penjelasan mengenai Kawasan inti an tumbuh- 09.00- pengetahuan tentang candi Candi Muaro tumbuhan 10.00 oleh pemuda lokal, dan Jambi untuk nanti mengumpulkan beberapa dibuat tumbuh-tunbuhan lokal di menjadi dalam keranjang piknik yang ramuan obat telah disediakan Perjalanan akan berhenti di Candi Gumpung yang memiliki lahan yang luas, dan disana baik wisatawan dan anak-anak di desa akan duduk untuk mendengarkan cerita dari pemandu. Di sana Berbagi ilmu 10.00- Candi wisatawan masing-masing mengenai 12.00 Gumpung akan bercerita dan membagi sejarah pengalamannya mengenai Candi-Candi selain di Jambi dan di luar Indonesia, baik dengan sejarah dan bentuknya dengan menampilkan gambar

198

menggunakan laptop atau foto yang telah disediakan. Bersepeda, Bersepeda menuju daerah makan siang pinggir sungai yang telah dan disediakan masyarakat Pinggir menikmati 12.00- seperti tikar dan makanan- sungai makanan 13.00 makanan yang telah batanghari lokal di disediakan seperti makanan pinggiran utama lokal dan coffee break sungai seperti jajanan lokal batanghari Berkumpul di Sanggar Wisatawan akan mengakhiri 13.00- Saramuja tur dengan anak-anak desa

14.00 dan sekaligus sekitar dan akan pulang mengakhiri menggunaka bus kembali tour Tur termasuk: Tur tidak termasuk :

- Biaya Transportasi ( Bus dan Sepeda ) - Pengeluaran Pribadi

(telepon,laundry) - Optional tour

- Biaya masuk atraksi wisata - Asuransi

- Keranjang piknik - Tips untuk local guide

- Local Tour guide

- Donasi untuk masyarakat sekitar

- Makan siang

- Refreshment

199

d. Unpretentious Muaro Jambi

Tour Highlight

Wisatawan akan melakukan kegiatan-kegiatan seperti memanen buah durian

langsung dari kebun milik masyarakat dan menginap menggunakan tenda

sambil menunggu jatuhnya buah durian. Kemudian wisatawan akan

mengikuti kegiatan memasak salah satu jajanan tradisional di desa wisata

Muaro Jambi dan memancing bersama masyarakat di sungai Batanghari yang

letaknya di depan desa langsung.Setelah tur selesai, wisatawan akan

diberikan oleh-oleh berupa ikat kepala bernama lacak dan tengkuluk yang

bahannya merupakan dari batik Jambi.

Lama durasi : 2 hari 1 malam

Aktivitas : Menganyam, Memasak,memancing, dan

memanen buah durian.

Akomodasi : 1 malam di tenda

200

TABEL 8

ITINERARY PAKET WISATA

UNPRETENTIOUS IN MUARO JAMBI

Hari Waktu Tempat Deskripsi Keterangan Aktivitas Wisatawan akan makan bersama di Homestay Wisatawan akan tiba di dalam homestay desa desa Muaro Jambi dan akan dengan cara Makan 12.00-13.00 Wisata langsung makan siang di makan lesehan siang Muaro dalam homestay dengan dengan menu Jambi menu ikan senggung lokal yang disediakan

Membuat anyaman tikar Pengrajin yang akan dipandu dengan Anyaman berasal Membuat 13.00-15.00 anyaman satu-satunya pengrajin dari daun pandan anyaman tikar anyaman di desa Muaro dan rumbai tikar Jambi 1 15.00-18.00 Free Program Homestay desa Makan malam di dalam Makan 18.00-19.00 Wisata homestay dengan menu malam Muaro Jambi

Wisatawan akan berjalan menuju kebun durian milik Wisatawan akan Kebun masyarakat untuk menginap 1 Memanen 19.00-20.00 durian menginap menggunakan malam di dalam buah durian tenda dan menunggu durian tenda jatuh dari pohonnya

Homestay desa Berangkat kembali menuju 2 07.00-07.30 Wisata desa wisata Muaro Jambi Muaro

201

Jambi

Kue padamaran adalah kue yang Homestay Mengikuti kegiatan berasal dari desa memasak kue tradisional tepung beras dan 07.30-09.00 Wisata Memasak yaitu padamaran bersama santan, biasanya Muaro masyarakat disajikan Jambi menggunakan daun pisang

Sambil Wisatawan akan berkeliling memancing, kue Sungai menggunakan getek untuk padamaran dapat 09.00-12.00 Memancing batanghari ikut memancing ikan di dinikmati sambil sungai menunggu di dalam perahu

Wisatawan akan membakar Pinggir Membakar ikan di Memasak ikan hasil tangkapan untuk 12.00-14.00 sungai pinggir sungai dan Makan kemudian akan dimakan batanghari batanghari siang sebagai lauk makan siang

Bersiap-siap untuk pulang kembali ke Kota Jambi. Homestay Wisatawan akan Sebelum pulang, wisatawan desa dihadiahi sebuah akan dihadiahi lacak (ikat 14.00-15.00 Wisata lacak dan kepala untuk laki-laki) dan Muaro tengkuluk untuk tengkuluk (ikat kepala Jambi souvenir wanita) sebagai kenang- kenangan

Muaro Jambi Berangkat menuju Kota 15.00-16.00 menuju Jambi menggunakan bus Kota Jambi Tur termasuk: Tur tidak termasuk :

- Biaya transportasi ( Bus, getek) - Pengeluaran pribadi

202

- Biaya masuk atraksi wisata - Asuransi

- Akomodasi (peralatan tenda) - Tips untuk masyarakat

- Kegiatan memasak, memancing Barang yang harus dibawa : Jaket tebal, lotion anti dan membuat anyaman nyamuk, topi, obat-obatan pribadi. - Local Guide

- Makan (B,L,D)

- Souvenir

- P3K

203

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 2010. Metodologi dan Aplikasi. Riset Pendidikan. Bandung. Asean, 2016. Aseean Homestay Standard. Asean Secretariat. Jakarta. Asean. 2016. Asean Community Based Tourism Stamdard. Asean Secretariat. Jakarta. Asker, S., Boronyak, L., Naomi, N., and Paddon, M. (2010). Effective Community Based Tourism: A Best Practice Manual. Aziz, Farah Syazwani Hayrol dan Selamat, Nor Hafizah. 2016. Constructing Authenticity through Hospitality: Examining Host-Guest Relations of aMalay Homestay Program.19 Mei 2017. 17:24 Bessière, Jacinthe.1998. Local Development and Heritage:Traditional Food and Cuisine as Tourist Attractions in Rural Areas. 8 Mei 2017. 22:27 Boonratana, Ramesh. 2010. Community-based Tourism in Thailand: The Need and Justification for an Operational Definition. Kasetsart Journal Social Science. Last view at 6 Mei 2017, 17:10.

Breugel, van Liedewij. 2013. Community-based tourism: Local participation and perceived impacts. “A comparative study between two communities in Thailand”(Master Thesis). 22 April 2017. 13:24

Buchari, Alma. 2008. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung: Alfabeta.

Dougherty, M. L. & Green, G. P. 2011. Local Food Tourism Networks and Word of Mouth. Journal of Extension, 49(2):1-8. Ismayanti. 2010. Pengantar Wisata.Kompas Gramedia,Jakarta. Ibrahim, Y. & Razaq, A. R. 2010. Homestay program and rural community development in Malaysia. Journal of Ritsumeikan Social Sciences and Humanities, 3(2), pp. 7 – 24 Kontogeorgopoulos, Nick, Anuwat Churyen, and Varaphorn Duangsaeng. 2014. Success factors in community-based tourism in thailand: The role of luck, external support, and local leadership. Tourism Planning & Development 11. Thailand Kutha Ratna, Nyoman. 2011. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra dari Strkturalisme Hingga Postrukturalisme Perspektif Wacana Naratif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

22

Lynch, P. A. & et.al. 2009. Commercial homes in tourism – An International Perspective. 1 penyunt. s.l.:Routledge, Taylor & Francis Group. Marsum, W. 2005. Restoran dan Segala Permasalahannya. edisi 4. Yogyakarta: Andi. Middleton, V.T.C. & Clarke, J. 2001. Marketing in Travel and Tourism. Bodmin: Britain MPG BooksLtd. Mnguni, Erasmus Mzobanzi dan Giampiccoli, Andrea. 2016Community-based tourism and food: towards a relationship framework. African Journal of Hospitality, Tourism and Leisure Volume 5. 8 Mei 2017. 22:15 Muljadi, A.J., 2012. Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Naramawati, Umi. 2007. Riset Manajemen Sumber Daya Manusia. Agung Media. Jakarta. Nuriata. 2014. Paket Wisata “Penyusunan Produk dan Penghitungan Harga”. Alfabeta. Bandung. Pitana, I Gede. & Gayatri, Putu.G. 2005. Sosiologi Pariwisata:Kajian sosiologis terhadap struktur, sistem, dan dampak-dampak pariwisata. ANDI. Yogyakarta. Prastowo, A. 2012, Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Rachman, Arief.F et.al. 2013. Pemandu Wisata : teori dan praktik. Media Bangsa. Jakarta. Rifai, T. 2012. Foreword. In UNWTO, Global Report on Food Tourism, Madrid, UNWTO. Riduwan. 2004. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Cetakan Pertama. Bandung: Alfabeta. Semer & Purzycki. 2000. Travel vision. New Jersey: Upper Saddle River. Silalahi, Ulber. 2010. Metode Penelitian Sosial.PT. Refika Aditama. Bandung

Spillane,James.J. 1994. Pariwisata Indonesia: Siasat Ekonomi dan Rekayasa Kebudayaan. Kanisius&Lembaga Studi Realino.Yogyakarta. Suansri, Potjana. 2003. Community Based Tourism Handbook .REST Project. Thailand. Sugiyono. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung.

Suwantoro, Gamal. 1997. Dasar-Dasar Pariwisata. Andi Publishing. Yogyakarta.

Suwena, I Ketut dan Widyatmaja, I Gst Ngr. 2010. Pengetahuan Dasar Ilmu Pariwisata. Bali: Udayana University Pres. Tasci, Asli D.A, Semrad, Kelly.J, Yilmaz, Semih.S, 2013. COMMUNITY BASED TOURISM FINDING THE EQUILIBRIUM IN COMCEC CONTEXT (COMCEC)“Setting the Pathway for the Future. Coordiation Office. Turkey Tjiptono, Fandy. 2008. Strategi Pemasaran. Edisi Ketiga. Bandung: ANDI.

Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.

Wei, Fen. 2013. Compendium of Best Practices in Sustainable Tourism. 6 Mei 2017. 16:24 Xin-ting, W., (2004), A Study of Design for Enhancing the Value of Tourism, Journal of Nanchang University(Social Science), Volume 3. Yoeti, Oka.A. 1997. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. PT. Pradnya Paramita. Jakarta.

Yoeti, Oka.A. 2002. Perencanaan dan Perencanaan Strategis Pemasaran Daerah Tujuan Wisata.. Pradnya Paramita. Jakarta.

Yoeti, Oka.A. 2016. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. PT. Balai Pustaka. Jakarta.

Kunjungan.Wisatawan.ke.Candi.Muaro.Jambi.Meningkat\http://travel.kompas.co m/read/2015/05/19/174100227/ ( 21 Feb 2017 : 21:51) http://www.eurekapendidikan.com/2014/12/kajian-pustaka.html / 24 Mei 2017, 10:52

Kyrgyz Community Based Tourism Association. (http://cbtkyrgyzstan.kg/). Last view at 6 Mei 3027, 09:08) Phil Goodwin, Sharon Hallett, Francesca Kenny, Gordon Stokes. 2012. Transport: The New Realism. Transport Studies Unit School of Geography and the Environment. http://www.tsu.ox.ac.uk/)

LAMPIRAN

MATRIKS OPERASIONAL VARIABEL

SUB KONSEP TEORI VARIABEL VARIABEL INDIKATOR INSTRUMENT SUMBER

Atraksi yang bersifat eksotis,unik yang disediakan oleh masyarakat lokal

Kegiatan wisata harus memastikan pengunjung untuk berinteraksi dengan alam,budaya,dan lingkungan Masyarakat lokal menyediakan aktivitas yang mengikutsertakan pengunjung (membuat kerajinan tangan, tarian lokal dsb) Menjual souvenir dan kerajinan SGP Tour and Travel, Kepala tangan oleh masyarakat lokal Desa Wisata, Masyarakat setempat, Dinas Pariwisata Paket Wisata merupakan suatu Lokasi yang strategis antara atraksi dan Kebudayaan Provinsi gabungan dari susunan Atraksi Wisata satu dengan yang lainnya dan dapat Wawancara dan Jambi dan Peneliti komponen-komponen yang dicapai oleh transportasi Checklist terkait satu sama lainnya, Aksesibilitas,kemudahan mencapai Paket Wisata diantaranya atraksi, tempat atraksi wisata penginapan, tempat makan dan Mengandung unsur pendidikan transportasi. budaya ( Bojamic&Calanton:2004) Waktu cukup untuk menikmati atraksi wisata Daya dukung lahan yang memadai (penyediaan atraksi dan parkir) Guide lokal yang berasal dari masyarakatr lokal membagi pengalaman sejarah, lingkungan, dan budaya di sekitar mereka Disediakan oleh masyarakat

lokal yaitu di dalam rumah SGP Tour and Travel, Kepala tradisional Desa Wisata, Masyarakat Wawancara dan setempat, Dinas Pariwisata Semua staff/pekerja dalam Checklist dan Kebudayaan Provinsi Akomodasi akomodasi adalah dari orang Jambi dan Peneliti lokal Memberikan pengalaman hidup di pedesaan atau kehidupan tradisional Memberikan exchange pengalaman belajar baik tuan rumah ataupun pengunjung

Menyediakan ruang dan tempat tidur khusus untuk pengunjung SGP Tour and Travel, Mengikuti aktivitas yang dilakukan oleh host families Kepala Desa Wisata, Wawancara dan Akomodasi Masyarakat setempat, Menyediakan makanan untuk Checklist Dinas Pariwisata dan pengunjung oleh masyarakat Kebudayaan Provinsi Kapasitas pengunjung Jambi dan Peneliti Harga Kondisi Sarana Aksesibilitas Lokasi yang tidak jauh dari atraksi utama Pelayanan Mempekerjakan masyarakat

lokal dalam pelayanan

Menggunakan kemasan

biodegradable/mudah terurai

yang alami (daun pisang dsb)

Menggunakan bahan-

bahan/ingredients alami (tidak

menggunakan daging hewan

langka/ bushmeat)

Menyediakan masakan lokal

spesial Tempat Makan

Keanekaragaman jenis masakan

Menggunakan bahan-bahan

lokal yang berasal dari

perkebunan masyarakat sendiri

Pengunjung dapat mengikuti

kegiatan memasak bersama

masyarakat lokal SGP Tour and Travel, Kepala Wawancara dan Sanitasi/Hygiene Desa Wisata dan Peneliti Checklist Kapasitas pengunjung Harga Kondisi dari sarana

Pelayanan (self-service,table set,buffet,drive-through) Masyarakat lokal menyediakan Transportasi transportasi Kondisi fasilitas trasnportasi

Harga/Biaya SGP Tour and Travel, Kepala Wawancara dan Desa Wisata dan Peneliti Waktu (jadwal dan jarak Checklist tempuh) Lokasi (jarak&rute) Aksesibilitas Sumber; Bonjamic&Calanton(2004), Nuriata(2014), Suansri (2003), COMCEC (2013), Asker (2010), Breugel (2013), Boonratana (2010), Kyrgyz Community Based Tourism Assosiation, Kontogeorgopoulos (2014), Wei (2013), African Journal of Hospitality (2016),Dougherty (2011), Bessière (1998), Liedewij (2013).

Wawancara (pertanyaan) Sub- Indikator Checklist Variabel Kepala Desa Wisata+Masyarakat SGP Tour and Travel Kepala Dinas

Apa saja atraksi-atraksi yang di Apa saja atraksi-atraksi yang di Apa saja atraksi-atraksi yang di Foto atraksi yang kawasan sekitar Candi Muaro Jambi kawasan sekitar Candi Muaro Jambi kawasan sekitar Candi Muaro masyarakat yang disediakan oleh masyarakat yang disediakan oleh masyarakat Jambi yang disediakan oleh terlibat di lokal? lokal? masyarakat lokal? dalamnya Apakah atraksi-atraksi yang disediakan Apakah travel menyediakan atraksi Apakah atraksi-atraksi yang -Foto jadwal oleh masyarakat ini dipertunjukkan yang berbasis masyarakat ini disediakan oleh masyarakat ini atraksi dari setiap hari atau sesuai permintaan mengikuti jadwal dari masyarakat dipertunjukkan setiap hari atau masyarakat dari travel saja? atau meminta khusus untuk sesuai permintaan dari travel saja? -Foto masyarakat kepentingan paket? menjadi penari Atraksi yang atau pemegang bersifat alat musik eksotis,unik yang Atraksi Kenapa atraksi ini disebut unik dan Masyarakat berperan sebagai apa Kenapa atraksi ini disebut unik dan -Foto atraksi disediakan oleh Wisata eksotis? dalam atraksi tersebut? eksotis? berbasis masyarakat lokal masyarakat dan

foto atraksi biasa

Bagaimana masyarakat menyediakan -Foto masyarakat bahan-bahan baku dalam atraksi menyiapkan baju yang dipertunjukkan? (misal: tari dalam tarian topeng) tradisional

Apakah atraksi-atraksi di kawasan di Apakah atraksi-atraksi di kawasan di -Checklist nilai kawasan sekitar Candi Muaro kawasan sekitar Candi Muaro worth visiting Jambi ini layak untuk dijual untuk Jambi ini layak untuk dijual untuk wisatawan? wisatawan? Bagaimana latar belakang dan sejarah Apakah sejarah/ background dari Bagaimana latar belakang dan -Foto tulisan dari atraksi-atraksi yang atraksi oleh masyarakat, layak sejarah dari atraksi-atraksi yang sejarah atau foto dipertunjukkan oleh masyarakat untuk dijadikan salah satu penarik dipertunjukkan oleh masyarakat tarian dari zaman tersebut? wisatawan? tersebut? dahulu Apakah sejarah/ background dari atraksi oleh masyarakat, layak untuk dijadikan salah satu penarik wisatawan? Mengapa hal/sejarah itu dijadikan Mengapa hal/sejarah itu dijadikan sebagai suatu atraksi bagi sebagai suatu atraksi bagi masyarakat? masyarakat? Apakah itu merupakan suatu nilai jual yang tinggi? Apakah ada kegiatan yang bisa diikuti Apa sajakah kegiatan di dalam atraksi Apa sajakah kegiatan di dalam -Foto wisatawan oleh pengunjung? wisata di kawasan sekitar Candi atraksi wisata di kawasan sekitar sedang menonton (contoh:membuat kerajinan Muaro Jambi yang memastikan Candi Muaro Jambi yang tarian, naik tangan, tarian lokal dsb) pengunjung berinteraksi dengan memastikan pengunjung perahu, melewati alam, lingkungan, dan budaya? berinteraksi dengan alam, hutan lingkungan, dan budaya? Kegiatan wisata Apakah ketika masyarakat Apakah dalam memastikan wisatawan -Foto larangan harus memastikan menampilkan sebuah atraksi, ada berinteraksi dengan tertulis mengenai pengunjung untuk larangan yang tidak boleh alam,budaya,dan lingkungan, travel larangan berinteraksi dengan alam,budaya,dan dilakukan oleh tamu? Atau ada menyampaikan bahwa ada lingkungan tempat yang dilarang untuk larangan yang tidak boleh didatangi oleh wisatawan? dilakukan oleh wisatawan? Kenapa ada larangan pengunjung Bagaimana cara penyampaian dari -Foto tempat tidak diperbolehkan melakukan pihak travel menyampaikan yang dilarang/ada sesuatu? larangan tersebut? Sebelum tur larangannya atau saat pelaksanaan tur? Di paket wisata sebelumnya, kegiatan -Foto brosur seperti apa yang disediakan oleh paket wisata SGP Tour yang memastikan pengunjung berinteraksi dengan alam,budaya,dan lingkungan? Apakah travel SGP menyediakan Foto wisatawan aktivitas yang ikut serta dalam melihat/mengikut membuat kerajinan lokal dgn i aktivitas masyarakat? Dalam bagian bersama manakah pengunjung dapat ikut masyarakat. serta berpartisipasi? (dari proses atau hanya ketika saat penyajiannya)

Dalam bagian manakah pengunjung Jika dalam prosesnya, apa saja yang dapat ikut harus disediakan/dipersiapkan oleh -Foto wisatawan serta berpartisipasi? (dari proses atau pengunjung? ikut hanya ketika saat penyajiannya) menari/latihan menari/membuat kerajinan tangan

Jika dalam prosesnya, apa saja yang Jika tidak ada,apakah dari pihak travel -Foto alat-alat harus disediakan/dipersiapkan oleh menyediakan aktivitas atau yang digunakan pengunjung? Apakah bahan semacam games antara untuk bakunya disediakan oleh wisatawan? menari/memubu masyarakat? at kerajinan -Foto games dari masyarakat Berapa harga yang diberikan oleh Berapa harga yang diberikan oleh -Foto list harga masyarakat jika wisatawan penduduk jika wisatawan mengikuti aktivitas seperti itu? mengikuti aktivitas membuat kerajinan lokal? Apa saja bentuk kerajinan lokal dan Apa saja bentuk kerajinan lokal dan Apa sajakah souvenir yang -Foto souvenir souvenir tersebut? souvenir tersebut yang dapat disediakan oleh masyarakat lokal dan kerajinan dijual? Kalau tidak layak,kenapa? untuk wisatawan? tangan Terbuat dari apa kerajinan lokal atau Terbuat dari apa kerajinan lokal atau -Foto proses souvenir tersebut? souvenir tersebut? pembuatan souvenir/kerajina n lokal -Foto wisatawan Menjual souvenir mengikuti dan kerajinan pembuatan tangan oleh souvenir masyarakat lokal Apakah pengunjung dapat mengikuti Apakah pengunjung dapat mengikuti Apakah pengunjung dapat mengikuti -Foto list harga aktivitas dalam pembuatan aktivitas dalam pembuatan aktivitas dalam pembuatan souvenir ataupun kerajinan lokal souvenir ataupun kerajinan lokal souvenir ataupun kerajinan lokal tersebut bersama masyarakat? tersebut bersama masyarakat? tersebut bersama masyarakat? Berapa kisaran kerajinan lokal dan Jika wisatawan boleh mengikuti -Foto per item souvenir yang dijual oleh aktivitas memuat souvenir, travel beserta harga masyarakat? menyediakan harga berapa?

Apakah lokasi atraksi jaraknya dekat Apakah lokasi atraksi jaraknya dekat Apakah lokasi atraksi wisata jaraknya Checklist: Lokasi yang satu sama lain? satu dengan yang lainnya? dekat antara satu atraksi dengan -Jarak antara satu strategis antara atraksi lainnya? destinasi ke atraksi satu dengan destinasi lainnya yang lainnya dan dapat dicapai oleh Seberapa jauh jaraknya dari atraksi Seberapa jauh jaraknya dari atraksi transportasi utama (kawasan sekitar Candi utama (kawasan sekitar Candi Muaro Jambi? Muaro Jambi? Aksesibilitas menuju tiap tempat/ Aksesibilitas menuju tiap tempat/ Aksesibilitas menuju tiap tempat/ -Foto jalan atraksi apakah dapat dicapai atraksi apakah dapat dicapai atraksi apakah dapat dicapai menuju atraksi dengan mudah? dengan mudah? dengan mudah? -Foto tanda Aksesibilitas,kemu petunjuk jalan dahan mencapai Apakah bus besar masuk jika tamu Apakah bus besar masuk jika tamu Apakah bus besar masuk jika tamu -Foto tempat tempat atraksi dibawa ke tempat atraksi ini? dibawa ke tempat atraksi ini? dibawa ke tempat atraksi ini? parkir di atraksi wisata Diletakkan dimana transportasi wisata mengangkut tamu? Apakah penduduk terganggu dengan banyaknya wisatawan datang? Apakah setiap atraksi wisata Apakah yang akan didapat dari tamu Apakah yang akan didapat dari tamu -Foto wisatawan mempunyai unsur pendidikan setelah mengunjungi setiap atraksi setelah mengunjungi setiap mengunjungi budaya? di sini selain unsur pendidikan atraksi di sini selain unsur kawasan sekitar budaya? pendidikan budaya? kawasan sekitar Candi Muaro Jambi -Foto wisatawan sedang Mengandung unsur mendengarkan pendidikan budaya interpretasi mengenai suatu atraksi Apakah yang akan didapat dari tamu -Foto wisatawan setelah mengunjungi setiap atraksi sedang di sini selain unsur pendidikan? berinteraksi dengan masyarakat Berapa lama minimal dan maksimal Berapa lama waktu yang disediakan Berapa lama kira-kira waktu yang Checklist waktu yang disediakan oleh pihak travel untuk wisatawan dapat wisatawan nikmati selama di distribution of masyarakat untuk menampilkan menikmati per atraksi wisata? tiap atraksi? (melihat time Waktu cukup untuk sebuah atraksi wisata? candi,menonton tarian,melihat menikmati atraksi kerajinan) wisata Untuk menikmatii atraksi Apakah ada atraksi wisata yang Checklist TA wisata,enaknya siang/malam? disediakan malam hari oleh (day/night masyarakat? attraction)

Daya dukung lahan yang memadai Jika membawa wisatawan dalam Jika membawa wisatawan dalam Apakah kawasan sekitar Candi - Foto lahan (penyediaan untuk jumlah besar, apakah lahan yang jumlah besar, apakah lahan yang Muaro Jambi memungkinkan parkir atraksi dan lahan disediakan cukup? Termasuk parkir disediakan cukup? Termasuk parkir untuk menerima wisatawan dalam parkir) untuk bus/ELF? untuk bus/ELF? jumlah besar? Apakah lahannya mencukupi? Jika tidak, apakah masyarakat Travel menggunakan apa jika dalam -Foto menyediakan alternatif lain? satu kawasan tidak dapat dicapai becak/sepeda Seperti sepeda/becak? dengan transportasi? Guide lokal yang Apakah masyarakat berperan sebagai Apakah SGP Tour and Travel Apakah masyarakat lokal ada -Foto guide (dari berasal dari pemandu wisata lokal? menyediakan guide yang berasal berperan sebagai guide lokal disana? masyarakat/SGP masyarakatr lokal dari SGP sendiri atau menyediakan Tour and Travel) membagi dari masyarakat lokal? pengalaman Jika masyarakat bisa berperan sebagai Jika masyarakat berperan sebagai Bagaimana kualitasnya? sejarah, pemandu wisata, apakah mereka pemandu wisata, apakah mereka lingkungan, dan menguasai pengetahuan baik menguasai pengetahuan baik budaya di sekitar lingkungan,sejarah, dan budaya lingkungan,sejarah, dan budaya mereka setempat? setempat? Berkualitas/tidak?

Apakah baik guide dari SGP atau -Foto guide masyarakat berperan sebagai guide dengan sertifikat memiliki keahlian dalam bahasa asing?

Wawancara (pertanyaan) Dimensi Indikator Checklist Kepala Desa Wisata+Masyarakat SGP Tour and Travel Kepala Dinas

Ada berapa jumlah rumah yang dapat Apakah di kawasan sekitar Candi Apakah di kawasan sekitar Candi -Foto masing- digunakan untuk akomodasi Muaro Jambi terdapat akomodasi Muaro Jambi terdapat akomodasi masing rumah pengunjung? yang disediakan oleh masyarakat? yang disediakan oleh yang dijadikan Disediakan oleh masyarakat? akomodasi masyarakat lokal Apakah ada standard untuk rumah Apakah semua rumah yang berasal Apakah akomodasi/homestay yang -Foto rumah Akomodasi yaitu di dalam masyarakat yang layak untuk dari masyarakat untuk dijadikan disediakan oleh masyarakat akomodasi dan rumah tradisional dijadikan akomodasi? akomodasi digunakan semua, atau tersebut layak untuk diberikan foto rumah yang ada standard khusus bagi travel kepada tamu? tidak dijadikan untuk digunakan? akomodasi

Apakah selama menginap disana, ada Jika ada larangan dari masyarakat -Foto larangan larangan yang tidak boleh untuk menginap disana,bagaimana tertulis/tempat- pengunjung lakukan? Dan menyampaikannya pada tamu? tempat dilarang mengapa dilarang? Disampaikan sebelum/saat sedang dalam pelaksanaan tur? Jika rumahnya digunakan untuk -Foto masyarakat akomodasi, apakah keluarga ikut berinteraksi rumah tersebut tinggal ikut di dengan dalamnya atau pindah ke tempat masyarakat lain? Apakah dalam memberikan layanan Apakah ada pihak travel yang ikut Apakah dalam memberikan layanan -Foto masyarakat dalam homestay, para penduduk mengontrol/ikut mengontrol disana? dalam homestay, para penduduk yang mempunyai yang terlibat di dalamnya? yang terlibat di dalamnya? akomodasi, (menyambut,menyediakan (menyambut,menyediakan sedang Semua makanan) makanan) menyambut tamu, staff/pekerja menyediakan dalam akomodasi makanan adalah dari orang Siapa yang menyediakan makanan Ketika menginap di homestay, -Foto masyarakat lokal dalam homestay? masyarakat ikut makan di dalamnya sedang memasak atau makan di luar? untuk wisatawan -Foto masyarakat makan bersama wisatawan Memberikan Apakah dengan tinggal bersama Apakah dengan tinggal bersama Apakah dengan tinggal bersama -Foto masyarakat penduduk, tamu yang mengikuti penduduk, tamu yang mengikuti tour penduduk, tamu yang mengikuti sedang mengikuti pengalaman hidup tour akan mendapat pengalaman akan mendapat pengalaman dengan tour akan mendapat pengalaman kegiatan bersama di pedesaan atau dengan kehidupan kehidupan tradisional/pedesaan? dengan kehidupan masyarakat kehidupan tradisional/pedesaan? tradisional/pedesaan? -Foto masyarakat tradisional sedang brinteraksi dengan masyarakat

Dalam bentuk seperti apa pengalaman Apakah menginap bersama yang akan didapat oleh tamu masyarakat di dalam akomodasi selama menginap disana? tradisional (homestay) layak untuk dijual ke wisatawan? Karena dengan budaya yang berbeda, Pengalaman seperti apa yang akan Apa yang wisatawan dan tuan -Foto wisatawan Memberikan apakah masyarakat juga mendapat didapatkan oleh wisatawan ketika rumah harapkan setelah makan dengan exchange pertukaran lintas budaya dengan berinteraksi dengan tuan rumah di berinteraksi selama tinggal di duduk lesehan pengalaman para pengunjung? homestay? homestay? belajar baik tuan Budaya yang bagaimana yang dapat rumah ataupun diterima oleh masyarakat lokal pengunjung dengan berkunjungnya wisatawan? Apakah masyarakat menyediakan Bagaimana pembagian wisatawan -Foto kamar tidur ruang khusus untuk tamu beserta yang akan menginap di homestay? untuk wisatawan Menyediakan tempat tidur di dalam rumah Berapa jumlah wisatawan yang dan tempat tidur ruang dan tempat mereka? akan menginap di sana? tidur khusus Ada berapa kamar dalam 1 rumah Bagaimana kesiapan dari pihak travel -Foto jumlah untuk pengunjung yang disediakan tuan rumah untuk jika ada permintaan khusus dari ruangan dalam wisatawan? tamu seperti:1 kamar hanya untuk rumah sendirian? Apakah jika dalam masyarakat tidak -Foto tempat Apa saja fasilitas di dalam kamar yang mencukupi fasilitasnya, travel akan tidur,kipas disediakan oleh tuan rumah? menyediakan? Atau dari pihak angin,selimut, masyarakat yang menyediakan? bantal. Biasanya dalam satu rumah, ada Biasanya dalam satu rumah, travel Kira-kira dalam 1 rumah, mampu -Foto keadaan batasan berapa pengunjung yang membatasi berapa pengunjung menampung berapa wisatawan? rumah diperbolehkan menginap disana? yang diperbolehkan menginap Kapasitas disana? pengunjung Jika homestay tidak memungkinkan Apakah pihak travel menyediakan menampung alternatif lain jika homestay tidak wisatawan,bagaimana pihak cukup untuk wisatawan? Misalnya homestay menanganinya? menyediakan tenda? Apa saja aktivitas yang dapat diikuti Aktivitas apa saja yang wisatawan Apa saja aktivitas yang disediakan -Foto wisatawan oleh wisatawan di homestay? Jika boleh ikuti dalam homestay? Jika oleh masyarakat untuk dinikmati ke sawah tidak ada,mengapa? tidak,mengapa? selama tinggal di homestay? Jika -Foto wisatawan tidak,mengapa? ikut memasak Mengikuti Apakah pernah ada kecelakaan yang Apa yang dipersiapkan oleh pihak -Foto peralatan aktivitas yang terjadi ketika wisatawan melakukan travel jika ada wisatawan P3K dilakukan oleh aktivitas di homestay? mengalami kecelakaan selama host families aktivitas disana? Jika belum, apakah masyarakat menyediakan antisipasi untuk menangani jika hal itu terjadi? Apakah dalam penyediannya, Apakah pihak travel menyediakan Apakah tuan rumah penyedia -Foto makanan Menyediakan masyarakat menyiapkan makanan makan diluar konteks akomodasi homestay menyediakan makanan (appetizer,main makanan untuk 3x sehari pada tamu? untuk wisatawan? untuk wisatawan? course, dan pengunjung oleh dessert) masyarakat Checklist : jenis makanan Jika kurang dari 3x atau tepat 3x, Biasanya makanan lokal atau tidak? maka makanan jenis apa saja yang Atau sesuai permintaan wisatawan? disajikan? Apakah nanti jika ada permintaan khusus mengenai makanan,masyarakat dapat memenuhinya? Berapa kisaran harga yang diberikan Berapa harga yang diberikan oleh baik Checklist oleh masyarakat untuk pihak homestay/hotel lain kepada - Ada berapa menyediakan akomodasi per pihak travel? jenis kamar dan malam? harganya Harga - Harga extrabed Apakah sudah termasuk dengan harga Harga tersebut sudah termasuk apa - - Foto list harga makan dan mengikuti aktivitas di saja? Apakah sudah di mark-up? dalamnya? Bagaimana kondisi sarana akomodasi Bagaimana kondisi sarana yang Bagaimana kondisi sarana yang Foto: yang disediakan oleh masyarakat? disiapkan oleh tiap akomodasi? (rapi, disiapkan oleh tiap akomodasi? (rapi, toilet,tempat (tempat tidur,toilet,dan kebersihan bersih, dan layak huni) bersih, dan layak huni) tidur, wastafel, Kondisi Sarana dan kerapihan akomodasi) ruang tamu/lobby Checklist: kebersihan Bagaimana masyarakat menjaga Bagaimana cara pihak travel -foto homestay kebersihan dalam homestay? menyampaikan pada tamu untuk (dalam dan luar Sanitasi/Hygiene menjaga kebersihan dalam ruangan) homestay? Untuk mencapai ke akomodasi, Bagaimana aksesibilitas untuk menuju Bagaimana aksesibilitas untuk Checklist: apakah aksesibilitasnya akomodasi tersebut? Apakah dapat menuju akomodasi tersebut? -menggunakan Aksesibilitas sulit/mudah untuk ditempuh? dicapai dengan bus/elf? Apakah dapat dicapai dengan transportasi apa bus/elf? (jarak dan harga) -foto jalan menuju akomodasi -foto tanda penunjuk jalan Apakah pihak homestay menyediakan Bagaimana tindakan travel jika -foto becak fasilitas untuk menjemput tamu aksesibilitas menuju akomodasi -foto jalan yang jika tidak tersedia bus/elf? tidak dapat ditempuh dengan ditempuh untuk menggunakan jalan kaki transportasi(bus/elf?)? Berapa jauh untuk mencapai Apakah lokasi akomodasi jauh dari Apakah lokasi akomodasi jauh dari Checklist: akomodasi tersebut? atraksi utama? Seberapa jauh atraksi utama? Seberapa jauh -jarak dengan dengan pusat kota, terminal, dengan pusat kota, terminal, atraksi utama Lokasi yang tidak bandara, dan atraksi lainnya? bandara, dan atraksi lainnya? jauh dari atraksi Apakah lokasi akomodasi jauh dari Menjemput tamu dari -jarak dengan utama atraksi utama dan pusat kota? terminal/bandara untuk menuju pusat akomodasi menggunakan apa? kota,terminal,ban dara -foto bus/elf Bagaimana pelayanan yang diberikan Bagaimanakah pelayanan yang Apakah pelayanan yang diberikan -foto masyarakat oleh masyarakat kepada tamu? diberikan tiap akomodasi? Apakah oleh masyarakat sudah terorganisir ketika sudah terogarnisir dengan baik? dengan baik? menyediakan makanan Pelayanan -Foto masyarakat menyambut tamu

Wawancara (pertanyaan) Dimensi Indikator Checklist Kepala Desa Wisata SGP Tour and Travel Kepala Dinas Mempekerjakan Apakah dalam penyediaan makanan Apakah masyarakat lokal ikut terlibat masyarakat lokal dilayani oleh masyarakat lokal? dalam memberi pelayanan dalam dalam pelayanan tempat makan?

Bagaimana masyarakat mengemas Bagaimana pemilihan tempat makan Apakah dalam pengemasan di tempat Foto: penyajian makanan yang disajikan kepada yang akan disajikan kepada makan menggunakan bahan-bahan makanan wisatawan? wisatawan? yang mudah terurai? (dikemas Menggunakan Apakah perlu menurut Bapak? menggunakan kemasan daun pisang atau biodegradable/ tidak) mudah terurai Tempat yang alami (daun Makan pisang dsb) Apakah masyarakat/ tempat makan Apakah travel SGP menyediakan Foto kemasan tersebut menggunakan kemasan makanan pada wisatawan dengan snack yang alami (biodegradarable) atau kemasan yang mudah terurai? kemasan yang mudah terurai? (misal: kemasan ketika memberikan snack) Menggunakan Dalam menyajikan makanan, bahan- Tempat makan yang disediakan baik -foto daging dan bahan-bahan / bahan/ingredients tidak berasal masyarakat atau umum, ikan yang ingredients alami dari hewan-hewan yang langka? menyediakan ikan, daging disajikan (tidak sapi,ayam,kambing? menggunakan daging hewan langka/ bushmeat) Jenis makanan apa saja yang Apakah travel menyediakan layanan Apakah tempat makan yang -foto menu disediakan oleh masyarakat kepada masakan lokal yang akan diberikan disediakan masyarakat makanan wisatawan? kepada wisatawan pada setiap menyediakan masakan spesial -Foto makanan tempat makan? khas lokal? Jika ya, apa saja? Checklist: - Jenis makanan Menyediakan Apakah masyarakat menyediakan Jenis masakan apa yang biasanya -foto makanan masakan lokal masakan spesial khas lokal pada disediakan oleh tempat makan spesial spesial wisatawan? tersebut? Kenapa masakan tersebut dikatakan Apakah ada menu spesial? Kenapa -foto bahan- masakan lokal yang spesial? disebut spesial? bahan baku Terbuatb dari bahan apa saja? membuat masakan spesial Apakah masyarakat menyediakan Tempat makan yang disediakan oleh Apakah dari pihak penyedia tempat -foto menu aneka ragam jenis makanan ? travel menyediakan masakan makan menyediakan beraneka -foto makanan tradisional sajakah atau macam jenis masakan? dan minuman internasional juga? Apa saja jenis masakan yang Apakah travel menanyakan terlebih Jika ya,apa saja? disediakan oleh masyarakat? dahulu tamu memiliki alergi makanan/permintaan khusus? Keanekaragaman Apakah masyarakat menyediakan Bagaimana penangan jika ada -foto makanan jenis masakan makanan baik halal dan non halal? wisatawan yang mempunyai special halal/tidak halal Jika ya/ tidak,mengapa? request? Apakah masyarakat menyediakan Apakah travel menyediakan menu -Foto makanan makanan untuk permintaan untuk vegetarian dalam pemesanan untuk vegetarian khusus seperti vegetarian? tempat makan untuk wisatawan?

Apa saja bahan yang disediakan untuk Bagaimana tindakan travel untuk -foto bahan- vegetarian? meminta pihak tempat makan bahan dalam membuatkan menu vegetarian? vegetarian Apakah ada bahan-bahan khusus lainnya? Apakah masyarakat menyediakan Bagaimana kualitas dari bahan-bahan Apakah bahan-bahan yang -foto masyarakat bahan-bahan makanan yang yang disediakan oleh tempat makan disediakan oleh pihak tempat sedang berasal dari perkebunan sendiri? (masyarakat) tersebut? Apakah makan berasal dari perkebunan mengambil bahan Menggunakan Jika tidak, beli darimana? segar? sendiri? makanan dari bahan-bahan lokal perkebunan yang berasal dari perkebunan Apakah masyarakat menerima jika Apa saja makanan yang boleh dibawa -foto makanan masyarakat wisatawan membawa bahan- wisatawan dari luar untuk yang boleh sendiri bahan makanan dari luar? menyediakan makanan pada dibawa (mie masyarakat? Apakah itu cukup instan, teh, gula untuk sebagai sumbangan bagi dsb) masyarakat? Apakah masyarakat memperbolehkan Apakah travel menyiapkan aktivitas Apakah masyarakat diberi -Foto kegiatan wisatawan untuk ikut kegiatan untuk wisatawan mengikuti memasak kesempatan untuk mengikuti wisatawan Pengunjung dapat memasak? bersama masyarakat? kegiatan memasak bersama makan/masak masyarakat lokal? bersama mengikuti masyarakat kegiatan Dimana biasanya masyarakat Jika masyarakat tidak menyediakan -foto tempat memasak bersama melakukan aktivitas masyarakat kegiatan memasak, apakah travel memasak/dapur masyarakat lokal bersama wisatawan? menyiapkan alternatif kegiatan lain yang dapat dilakukan bersama masyarakat? Bagaimana masyarakat menjaga Bagaimana tingkat kebersihan/ Apakah tempat makan yang -Foto makanan kebersihan makanan dalam hygiene dari setiap makanan yang disediakan masyarakat dalam dan alat Sanitasi/Hygiene menyajikan makanan pada disajikan di tempat makan? tingkat kebersihan yang baik? makannya wisatawan? Berapa kapasitas Dari pihak travel, biasanya memilih Berapa kapasitas pengunjung yang -Foto tempat pengunjung/wisatawan yang tempat makan dengan kapasitas diberikan dari tempat makan makan dan disediakan oleh masyarakat di yang berapa? untuk menampung wisatawan? jumlah kursi Kapasitas tempat makan mereka? pengunjung Bagaimana jika dalam satu tempat -foto tempat makan, tempat makan tidak cukup lesehan untuk memenuhi kapasitas?Apakah menyediakan tempat lesehan? Berapa harga yang diberikan oleh Berapa harga yang diberikan oleh tiap -foto menu per masyarakat dalam tiap menu yang tempat makan untuk menu yang item+minuman Harga disediakan? disediakan? Apakah travel mengambil mark-up? Bagaimana kondisi dari sarana yang Bagaimana kondisi sarana yang Bagaimana kondisi sarana yang Foto kondisi disediakan oleh masyarakat? disediakan oleh tiap tempat disediakan oleh tiap tempat sarana (tempat (tempat makan, toilet, makan? (keseluruhan tempat makan? (keseluruhan tempat makan,toilet, Kondisi dari wastafel,alat makan) makan,toilet, wastafel, alat makan,toilet, wastafel, alat wastafel,alat sarana makan). Apakah layak untuk makan). Apakah layak untuk makan) wisatawan? wisatawan? Checklist: -interior design -fasilitas Pelayanan yang diberikan oleh Bagaimana pelayanan yang diberikan -foto masyarakat masyarakat apakah dalam bentuk self- oleh tiap tempat makan apakah sedang Pelayanan service, table set, buffet atau drive dalam bentuk self-service, table menyajikan (self-service,table through? set, buffet atau drive through? makanan pada set,buffet,drive- wisatawan through) -foto makanan yang tersaji dan wisatawan mengambil sendiri

Wawancara (pertanyaan) Dimensi Indikator Checklist Kepala Desa Wisata SGP Tour and Travel Kepala Dinas

Apakah masyarakat lokal bekerja SGP Travel menggunakan transportasi Apakah masyarakat lokal bekerja -Foto transportasi dalam penyediaan transportasi? apa saja dalam penyediaan paket dalam penyediaan transportasi? wisata? Masyarakat lokal Jenis transportasi apa yang disediakan Apakah dalam penggunaan Transportasi seperti apa? -Foto masyarakat bekerja dalam oleh masyarakat? transportasi, masyarakat terlibat di mengayuh penyediaan dalamnya? perahu transportasi -Foto masyarakat membawa becak Masyarakat berperan sebagai apa Transportasi dalam hal tersebut? Bagaimana masyarakat menyiapkan Bagaimana kondisi dari fasilitas Bagaimana kondisi fasilitas Foto kondisi kondisi fasilitas dari transportasi? transportasi yang digunakan oleh transportasi Kondisi SGP Tour? fasilitas(kapasitas Berapa kapasitas tempat duduk yang Dalam sekali perjalanan, biasanya tempat duduk, disediakan ole tiap transportasi? membutuhkan berapa transportasi bentuk transport, untuk membawa penumpang? kecepatan jelajah) Berapa maksimal membawa penumpang dalam 1 transportasi?

Dalam bentuk apa saja transport yang Dalam bentuk transport apa saja yang Foto disediakan oleh masyarakat? biasanya digunakan pihak travel perahu/becak (perahu/becak?) untuk mengangkut wisatawan? Berapa biaya yang masyarakat berikan Berapa biaya yang disediakan oleh -foto list harga kepada travel untuk penyediaan pihak transportasi? Apakah pihak transportasi? SGP mark-up dari harga yang diberikan oleh pihak transportasi? Apakah di mark-up oleh travel? Harga/Biaya Biaya yang diberikan oleh masyarakat Selain fasilitas yang diberikan oleh -foto sertifikat tersebut sudah termasuk apa saja? pihak transportasi, apakah pihak dengan pihak SGP menyediakan fasilitas asuransi lain?(asuransi) -foto brosur yang include asuransi Bagaimana waktu/jadwal yang Bagaimana pihak travel menyediakan Berapa waktu yang ditempuh oleh Checklist masyarakat berikan dalam jadwal yang disediakan oleh pihak transportasi untuk menuju tiap penyediaan transportasi? transportasi? atraksi? Waktu (jadwal dan jarak tempuh) Apakah transportasi ini selalu ada Berapa jarak tempuh yang biasanya setiap saat atau hanya jika ada transportasi gunakan untuk permintaan? mencapai 1 destinasi ke destinasi lainnya? Masyarakat menyediakan transportasi Pihak travel menggunakan Checklist from-to yang titik awalnya berawal transportasi untuk mencapai darimana, dan titik akhirnya destinasi mana saja? Lokasi (titik berada dimana? awal&titik tujuan) Berapa jarak tempuh dari transportasi Berapa jarak tempuh dari transportasi -foto kilometer tersebut? tersebut? Dan berapa lama waktunya? Bagaimana aksesibilitas selama Apakah jalan menuju semua Apakah jalan menuju semua -foto kondisi perjalanan? atraksi,tempat makan, dan atraksi,tempat makan, dan jalan akomodasi dalam keadaan baik dan akomodasi dalam keadaan baik mudah dicapai dengan dan mudah dicapai dengan transportasi? transportasi? Apakah dengan menggunakan Apakah dengan menggunakan Aksesibilitas transportasi tersebut, wisatawan transportasi tersebut, wisatawan dapat dengan mudah mencapai ke dapat dengan mudah mencapai ke suatu atraksi wisata? suatu atraksi wisata? Apakah kelebihan dari tiap-tiap Apakah kelebihan dari tiap-tiap transportasi dan kekurangannya? transportasi dan kekurangannya? Bagaimana pihak travel menutupi dari kekurangan dari transportasi ini?

LAMPIRAN FOTO

CANDI TINGGI

CANDI GUMPUNG

KONDISI JALAN ANTAR ATRAKSI DAN HOMESTAY

HOMESTAY DESA WISATA MUARO JAMBI

TRANSPORTASI

TEMPAT MAKAN

REBANA HADRAH CAMPING GROUND

GELANG MANIK KALUNG SEBALIK SUMPAH

LACAK SEPANG

IKAN SENGGUNG ANEKA MACAM MAKANAN LOKAL

OBSERVASI Kementerian Pariwisata SEKOLAH TINGGI PARIWISATA BANDUNG lalan Dr, Setiabudhi 186 Bandung 4014L, pa\ona \ T. +62 22 2011456 o F.+62 22 20L2097 lTldonG5r&' E. [email protected] . ww\'vrstp:-hms:*a;n6,m*,!#

Nomor ', 177 IADAK/aa 10112017 27 Janu an 2017 Lampiran :- ' 'i: .t Perihal ', lzin Penelitian

Kepada Yth.

Dengan ini kami beritahukan bahwa .

Nama CINDY VETRESIA S NIM 201218243 Program Diploma lV Semester Ull (Delapan)

adalah mahasiswa Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung Jurusan Perjalanan, Program Studi Manajemen

Pengaturan Perjalanan, Tahun Akademik 2016 I 2017 .

Sehubungan dengan akhir dari masa perkuliahan, yang mana para mahasiswa tersebut diwajibkan membuaUmenyusun suatu Proyek Akhir, maka kami mohon kesediaan Bapakllbu/Saudara dapat membantu mahasiswa tersebut diatas, dalam mengumpulkan data, Dan Penyebaran Kuesioner, lnformasi dan brosur mengenai perusahaan yang Bapak/lbu/Saudara pimpin,

Atas perhatian dan bantuan yang Bapak/lbu/Saudara berikan, kami sampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya.

A.n. KETUA SEKOLAH TINGGI PARIWISATA BANDUNG Basian Akademik ^Wistrasi SKepala Hahasiswaan

Drs. ALEXAND

NlP. 19630915 1

BIODATA PENULIS

A. Data Pribadi

Nama : Cindy Vetresia Simamora

NIM : 201218243

Tempat, Tanggal Lahir : Jambi, 28 Juni 1994

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl. Kebon Daging no.100 RT.03

Mayang Mangurai, Kota Jambi

B. Riwayat Pendidikan

Nama Sekolah Tahun Tamat Keterangan

SD Xaverius II Jambi 2006 Lulus

SMP Negeri 14 Kota Jambi 2010 Lulus

SMA Negeri 4 Kota Jambi 2013 Lulus

Sekolah Tinggi Pariwisata Jambi 2017 -

C. Pengalaman Kerja

Nama Perusahaan Tempat Periode Keterangan

PT. Jaya Prima Tours & Pekan Bandung April 2015 Travel Orientasi Kerja

Juli 2015 - PT. Asian Trails Bali Bali Job Training Januari 2016