SKRIPSI
ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN SYARIAH DENGAN METODE RISK PROFILE, GOOD CORPORATE GOVERNANCE, EARNINGS, DAN CAPITAL DI INDONESIA DAN MALAYSIA PERIODE 2016-2018
OLEH
IFTITAH NUR EL BAROKAH 160502068
PROGRAM STUDI STRATA 1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2020
Universitas Sumatera Utara 2
2
Universitas Sumatera Utara 3
3
Universitas Sumatera Utara 4
4
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN SYARIAH DENGAN METODE RISK PROFILE, GOOD CORPORATE GOVERNANCE, EARNINGS, DAN CAPITAL DI INDONESIA DAN MALAYSIA PERIODE 2016-2018
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kinerja keuangan perbankan syariah Indonesia dan Malaysia pada tahun 2016 – 2018 dengan menggunakan metode penilaian kesehatan bank syariah yang ditetapkan Bank Indonesia, yaitu RGEC (Risk Profile, Good Corporate Governance, Earnings, dan Capital). Risk Profile menggunakan Non Performing Financing (NPF) dan Financing to Deposit Ratio (FDR), penilaian Good Corporate Governance (GCG) menggunakan ukuran dewan komisaris, ukuran komite audit, ukuran komite risiko, ukuran komite remunerasi dan nominasi dan ukuran Dewan Pengawas Syariah, Earnings menggunakan Net Operating Margin (NOM) dan Return on Asset (ROA), serta Capital menggunakan Capital Adequacy Ratio (CAR). Penelitian ini adalah penelitian komparatif dan jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh bank umum syariah di Indonesia dan Malaysia yang berjumlah 14 bank umum syariah Indonesia dan 16 bank umum syariah Malaysia. Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling meliputi 13 bank umum syariah Indonesia dan 15 bank umum syariah Malaysia yang masih beroperasi serta memiliki laporan tahunan atau laporan keuangan pada periode 2016 – 2018. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu independent sample t-test untuk data yang berdistribusi normal dan Mann-Whitney U Test untuk data yang berdistribusi tidak normal. Hasil penelitian berdasarkan Mann-Whitney U Test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio NPF, FDR, ukuran dewan komisaris, ukuran komite audit, ukuran komite risiko, ukuran komite remunerasi dan nominasi, ukuran Dewan Pengawas Syariah dan CAR. Sedangkan rasio ROA dan NOM tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Perbankan syariah Malaysia memiliki kinerja keuangan yang lebih baik ditinjau dari aspek risk profile pada rasio NPF, penilaian GCG dan aspek earnings pada rasio NOM. Sedangkan kinerja keuangan perbankan syariah Indonesia lebih baik dalam aspek risk profile pada rasio FDR, aspek earnings pada rasio ROA dan aspek capital pada rasio CAR.
Kata Kunci: Kinerja Keuangan, Risk Profile, Good Corporate Governance, Earnings, Capital.
i
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
COMPARATIVE ANALYSIS OF SHARIA BANKING FINANCIAL PERFORMANCE WITH METHOD RISK PROFILE, GOOD CORPORATE GOVERNANCE, EARNINGS, AND CAPITAL METHOD IN INDONESIA AND MALAYSIA PERIOD 2016-2018
This study aims to compare the financial performance of Islamic banking in Indonesia and Malaysia in 2016-2018 using the Islamic bank health assessment method established by Bank Indonesia, namely RGEC (Risk Profile, Good Corporate Governance, Earnings, and Capital). Risk Profile uses Non Performing Financing (NPF) and Financing to Deposit Ratio (FDR), Good Corporate Governance (GCG) assessment uses board size, audit committee size, risk committee size, remuneration and nomination committee size and Sharia Supervisory Board size, Earnings using Net Operating Margin (NOM) and Return on Assets (ROA), and Capital using Capital Adequacy Ratio (CAR). This research is a comparative study and the type of data used is quantitative data. The population of this study were all Islamic commercial banks in Indonesia and Malaysia, amounting to 14 Indonesian Islamic commercial banks and 16 Malaysian Islamic commercial banks. The sampling technique in this study used purposive sampling covering 13 Indonesian Islamic commercial banks and 15 Malaysian Islamic commercial banks which are still operating and have annual reports or financial reports for the period 2016 - 2018. The data analysis technique used in this study, namely the independent sample t- test for data that are normally distributed and the Mann-Whitney U Test for data that are not normally distributed. The results of the study based on the Mann-Whitney U Test show that there are significant differences in the NPF, FDR ratios, board size, audit committee size, risk committee size, remuneration and nomination committee size, Sharia Supervisory Board size and CAR. Meanwhile, the ROA and NOM ratios did not show a significant difference. Malaysian Islamic banking has better financial performance in terms of the risk profile aspect of the NPF ratio, GCG assessment and earnings aspects of the NOM ratio. Meanwhile, the financial performance of Indonesian Islamic banking is better in the risk profile aspect of the FDR ratio, the earnings aspect of the ROA ratio and the capital aspect of the CAR ratio.
Keywords: Financial performance, risk profile, Good Corporate Governance, earnings, capital.
ii
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Maa syaa Allah Tabarakallahu. Puji syukur kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala, karena atas berkah dan rahmat-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah dengan Metode Risk Profile, Good Corporate Governance, Earnings, dan
Capital di Indonesia dan Malaysia Periode 2016-2018”. Skripsi ini disusun dalam rangka untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi dari Program S1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Sumatera Utara.
Skripsi ini peneliti persembahkan untuk Ayahanda, Edy Noor dan Ibunda,
Nur El Hidayah. Terima kasih telah membesarkan, mendidik, dan memberikan dukungan moral dan materil serta kasih sayang dan doa yang tidak ternilai mulai dari peneliti belajar hingga dapat menyelesaikan pendidikan di Program Studi S1
Manajemen. Serta saya ucapkan Terima Kasih juga kepada kedua Adik saya,
Akbar Noor El Islam dan Annisa Nur El Falah yang selalu setia mendoakan dan membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Dalam kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Amlys Syahputra Silalahi, SE, M.Si, dan Bapak Doli Muhammad
Ja’far Dalimunthe, SE, M.Si, selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi S-1
Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
iii
Universitas Sumatera Utara
3. Ibu Dr. Khaira Amalia Fachrudin, SE, MBA, Ak, selaku Dosen Pembimbing
yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan motivasi serta saran kepada
peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Ibu Aryanti Sariartha Sianipar, SE, M.Sc, selaku Dosen Penguji I dan Bapak
Dr. Amlys Syahputra Silalahi, SE, M.Si, selaku Dosen Penguji II yang telah
memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini.
5. Kepada Bapak dan Ibu Dosen Program Studi S1 Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan
memberikan ilmunya kepada penulis selama mengikuti perkuliahan serta staf
dan pegawai yang telah membantu selama proses penulisan skripsi.
6. Sahabat terbaik, Dini, Debby, Liza, Afrizah, Rahma, Ira, Aini, Thiya, Mutia,
Aul, Nda, Tanty, Avis, teman-teman seperjuangan Golden Generation serta di
BP2M, yang selalu memberikan semangat dan nasehat kepada peneliti serta
membuat masa perkuliahan terasa sangat menyenangkan.
Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala dapat memberikan balasan atas kebaikan-kebaikan yang telah diberikan kepada peneliti baik di dunia maupun di akhirat kelak. Peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan bahan masukan bagi peneliti selanjutnya
Medan, Mei 2020 Peneliti
Iftitah Nur El Barokah 160502068
iv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK ...... i ABSTRACT ...... ii KATA PENGANTAR ...... iii DAFTAR ISI ...... v DAFTAR TABEL ...... vii DAFTAR GAMBAR ...... viii DAFTAR LAMPIRAN ...... ix BAB I PENDAHULUAN ...... 1 1.1 Latar Belakang ...... 1 1.2 Identifikasi Masalah Penelitian ...... 9 1.3 Rumusan Masalah Penelitian ...... 10 1.4 Tujuan Penelitian ...... 12 1.5 Manfaat Penelitian ...... 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...... 15 2.1 Landasan Teori ...... 15 2.1.1 Perbankan Syariah ...... 15 2.1.2 Analisis Kinerja Keuangan ...... 18 2.1.3 Analisis Rasio Keuangan ...... 20 2.1.4 Tingkat Kesehatan Bank ...... 22 2.1.5 Metode Penilaian Tingkat Kesehatan Bank .... 24 2.2 Penelitian Terdahulu ...... 39 2.3 Kerangka Konseptual ...... 45 2.4 Hipotesis Penelitiand ...... 49 BAB III METODE PENELITIAN ...... 51 3.1 Jenis Penelitian ...... 51 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ...... 51 3.3 Objek Penelitian ...... 51 3.4 Definisi Operasional Variabel ...... 52 3.5 Populasi dan Sampel Penelitian ...... 53 3.5.1 Populasi ...... 53 3.5.2 Sampel ...... 54 3.6 Jenis Data dan Sumber Data ...... 56 3.6.1 Jenis Data ...... 56 3.6.2 Sumber Data ...... 57 3.7 Metode Pengumpulan Data ...... 57 3.8 Teknik Analisis Data ...... 57 3.8.1 Analisis Statistik deskripftif ...... 58 3.8.2 Uji Normalitas ...... 58
v
Universitas Sumatera Utara
3.9 Pengujian Hipotesis ...... 59 3.9.1 Uji Parametrik (Independent Sample t-Test) ... 61 3.9.2 Uji Nonparametrik (Mann-Whitney U Test) ... 62 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...... 63 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ...... 63 4.1.1 Perbankan Syariah Indonesia ...... 63 4.1.2 Perbankan Syariah Malaysia ...... 70 4.2 Analisis Deskriptif Statistik ...... 78 4.2.1 Risk Profile (Profil Risiko) ...... 79 4.2.2 Good Corporate Governance ...... 84 4.2.3 Earnings (Rentabilitas) ...... 90 4.2.4 Capital (Permodalan) ...... 95 4.3 Uji Normalitas ...... 98 4.4 Uji Hipotesis ...... 99 4.4.1 Uji Beda Variabel NPF ...... 99 4.4.2 Uji Beda Variabel FDR ...... 100 4.4.3 Uji Beda Variabel Ukuran Dewan Komisaris. 101 4.4.4 Uji Beda Variabel Ukuran Komite Remunerasi dan Nominasi ...... 101 4.4.5 Uji Beda Variabel Ukuran Dewan Pengawas Syariah ...... 102 4.4.6 Uji Beda Variabel Ukuran Komite Audit ...... 103 4.4.7 Uji Beda Variabel Ukuran Komite Risiko ...... 103 4.4.8 Uji Beda Variabel ROA ...... 104 4.4.9 Uji Beda Variabel NOM ...... 105 4.4.10 Uji Beda Variabel CAR ...... 105 4.5 Pembahasan ...... 106 4.5.1 Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Indonesia dan Malaysia Dilihat dari Faktor Risk Profile (Profil Risiko) ...... 106 4.5.2 Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Indonesia dan Malaysia Dilihat dari Faktor Good Corporate Governance ...... 108 4.5.3 Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Indonesia dan Malaysia Dilihat dari Faktor Earnings (Rentabilitas) ...... 112 4.5.4 Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Indonesia dan Malaysia Dilihat dari Faktor Capital (Permodalan) ...... 114 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...... 116 5.1 Kesimpulan ...... 116 5.2 Saran ...... 117 DAFTAR PUSTAKA ...... 119 DAFTAR LAMPIRAN ...... 124
vi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman 1.1 Indeks Peringkat Negara Keuangan Syariah 2019 ...... 4 2.1 Kriteria Peringkat Komposit Risiko Kredit (NPF) ...... 26 2.2 Kriteria Peringkat Komposit Risiko Kredit (FDR) ...... 28 2.3 Kriteria Peringkat Komposit GCG ...... 34 2.4 Kriteria Peringkat Komposit Rentabilitas (ROA) ...... 36 2.5 Kriteria Peringkat Komposit Rentabilitas (NOM) ...... 37 2.6 Kriteria Peringkat Komposit Permodalan (CAR) ...... 39 2.7 Review Penelitian Terdahulu ...... 41 3.1 Definisis Operasional Variabel ...... 52 3.2 Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian ...... 55 3.3 Sampel Perbankan Syariah Indonesia dan Malaysia ...... 56 4.1 Statistik Deskriftif Variabel Penelitian Bank Umum Syariah Indonesia ...... 79 4.2 Statistik Deskriftif Variabel Penelitian Bank Umum Syariah Malaysia ...... 79 4.3 Hasil Uji Normalitas ...... 99 4.4 Uji Beda Mann-Whitney Variabel NPF ...... 100 4.5 Uji Beda Mann-Whitney Variabel FDR ...... 100 4.6 Uji Beda Mann-Whitney Variabel Ukuran Dewan Komesaris ... 101 4.7 Uji Beda Mann-Whitney Variabel Ukuran Komite Remunerasi Dan Nominasi ...... 102 4.8 Uji Beda Mann-Whitney Variabel Ukuran Dewan Pengawas Syariah ...... 102 4.9 Uji Beda Mann-Whitney Variabel Ukuran Komite Audit ...... 103 4.10 Uji Beda Mann-Whitney Variabel Ukuran Komite Risiko ...... 104 4.11 Uji Beda Mann-Whitney Variabel ROA ...... 104 4.12 Uji Beda Mann-Whitney Variabel NOM ...... 105 4.13 Uji Beda Mann-Whitney Variabel CAR ...... 106
vii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman 2.1 Kerangka Konseptual ...... 49 4.1 Perkembangan Mean NPF pada BUS Indonesia dan Malaysia .. 82 4.2 Perkembangan Mean FDR pada BUS Indonesia dan Malaysia .. 84 4.3 Perkembangan Mean Ukuran Dewan Komisaris pada BUS Indonesia dan Malaysia ...... 86 4.4 Perkembangan Mean Ukuran Komite Remunerasi dan Nominasi pada BUS Indonesia dan Malaysia ...... 87 4.5 Perkembangan Mean Ukuran Dewan Pengawas Syariah pada BUS Indonesia dan Malaysia ...... 88 4.6 Perkembangan Mean Ukuran Komite Audit pada BUS Indonesia dan Malaysia ...... 89 4.7 Perkembangan Mean Ukuran Komite Risiko pada BUS Indonesia dan Malaysia ...... 90 4.8 Perkembangan Mean ROA pada BUS Indonesia dan Malaysia . 92 4.9 Perkembangan Mean NOM pada BUS Indonesia dan Malaysia 94 4.10 Perkembangan Mean CAR pada BUS Indonesia dan Malaysia . 97
viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman 1. Populasi dan Sampel Penelitian ...... 124 2. Data Rasio RGEC ...... 125 3. Hasil Statistik Deskriptif Bank Umum Syariah Indonesia ...... 127 4. Hasil Statistik Deskriptif Bank Umum Syariah Malaysia ...... 128 5. Mean Variabel NPF ...... 128 6. Mean Variabel FDR ...... 129 7. Mean Variabel UDK ...... 129 8. Mean Variabel UKRN ...... 130 9. Mean Variabel UDPS ...... 130 10. Mean Variabel UKA ...... 131 11. Mean Variabel UKR ...... 131 12. Mean Variabel ROA ...... 132 13. Mean Variabel NOM ...... 132 14. Mean Variabel CAR ...... 133 15. Uji Normalitas ...... 133 16. Uji Beda Mann-Whitney Variabel NPF ...... 134 17. Uji Beda Mann-Whitney Variabel FDR ...... 134 18. Uji Beda Mann-Whitney Variabel UDK ...... 134 19. Uji Beda Mann-Whitney Variabel UKRN ...... 135 20. Uji Beda Mann-Whitney Variabel UDPS ...... 135 21. Uji Beda Mann-Whitney Variabel UKA ...... 135 22. Uji Beda Mann-Whitney Variabel UKR ...... 136 23. Uji Beda Mann-Whitney Variabel ROA ...... 136 24. Uji Beda Mann-Whitney Variabel NOM ...... 136 25. Uji Beda Mann-Whitney Variabel CAR ...... 137
ix
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keberhasilan pengelolaan pembangunan bangsa atau disebut dengan pembangunan nasional menjadi salah satu tolak ukur eksistensi suatu bangsa di mata dunia internasional. Pembangunan nasional yang termasuk didalamnya terdapat pembangunan ekonomi. Pada pembangunan ekonomi dibutuhkan peran dari lembaga keuangan dalam hal pembiayaan untuk mendukung percepatan pembangunannya.
Industri perbankan, baik syariah maupun konvensional merupakan salah satu sektor yang sangat berperan penting dalam mempengaruhi kegiatan ekonomi suatu negara. Hal ini disebabkan karena bank merupakan lembaga perantara keuangan (financial intermediary) yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau pembiayaan sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang No. 10 tahun 1998.
Semakin maju suatu negara, maka semakin besar peranan perbankan dalam mengendalikan negara tersebut (Kasmir, 2010).
Indonesia sempat mengalami krisis yang memberikan dampak negatif terhadap perekonomian negara pada tahun 2008. Indonesia mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi, dimana pada tahun 2007 laju pertumbuhan ekonomi negara mencapai 6,7% dan pada tahun 2008 hanya 6,1%. Dampak lain yang dialami adalah menurunnya kinerja neraca pembayaran, tekanan pada nilai tukar rupiah dan dorongan pada laju inflasi (Bappenas, 2009).
Ketika krisis global 2008, banyak institusi keuangan yang
1
Universitas Sumatera Utara 2
bertumbangan. Bahkan lembaga keuangan sebesar Lehman Brothers yang telah berusia lebih dari 100 tahun pun tak terselamatkan. Namun, ternyata lembaga keuangan syariah bisa bertahan dan bahkan terus tumbuh di tengah terpaan krisis yang bahkan pernah terjadi dua kali pada tahun 1998 dan 2008. (Bank
Indonesia, 2009: Bank Muamalat, 2016).
Perkembangan perbankan syariah dewasa ini tumbuh sangat pesat.
Indonesia adalah Negara ke 4 terbesar di dunia yakni sekitar 267 juta jiwa dimana
85% diantaranya adalah muslim (Badan Pusat Statistik, 2019). Populasi umat muslim yang besar di Indonesia dapat menjadi potensi yang besar bagi perkembangan perbankan syariah. Namun, realitanya industri perbankan syariah
Indonesia masih tertinggal apabila dibandingkan dengan negara tetangga
Malaysia. Hal ini dapat dilihat dari market share per Juni 2019, perbankan syariah
Malaysia sudah mencapai 28% (snapshot of Islamic finance in Malaysia, Global
Islamic Finanace Report 2019), sedangkan Indonesia masih 5,95% (Snapshot
Perbankan Syariah Indonesia , Otoritas Jasa Keuangan 2019).
Dilihat dari perkembangannya, perbankan syariah Indonesia bermula pada tahun 1991 dengan didirikannya Bank Muamalat Indonesia (BMI) dan resmi beroperasi pada tahun 1992 (Sari, Bahari, & Hamat, 2013). Pada awal masa operasinya, keberadaan bank syariah belum memperoleh perhatian yang optimal dalam tatanan sektor perbankan nasional. Landasan hukum operasi bank syariah saat itu hanya diakomodir dalam salah satu ayat tentang "bank dengan sistem bagi hasil" pada UU No. 7 Tahun 1992 yang kemudian disempurnakan menjadi UU
No. 10 tahun 1998 yang secara tegas menjelaskan bahwa terdapat dua sistem
Universitas Sumatera Utara 3
dalam perbankan di tanah air (dual banking system), yaitu sistem perbankan konvensional dan syariah. Adapun dengan telah diberlakukannya Undang-Undang
No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008, maka pengembangan industri perbankan syariah nasional semakin memiliki landasan hukum yang memadai dan akan mendorong pertumbuhannya secara lebih cepat lagi (Otoritas Jasa Keuangan, 2019).
Sementara itu, perbankan syariah Malaysia berdiri sejak tahun 1983. Akta
Bank Islam 1983 atau Undang-Undang tentang bank syariah di Malaysia yang disahkan pada 7 April 1983 memberikan kewenangan kepada Bank Negara
Malaysia sebagai bank sentral untuk memberikan izin pendirian dan melakukan pengawasan atas kegiatan operasional bank syariah. Pendirian Bank Islam
Malaysian Berhad (BIMB) pada 1 Juli 1983 sebagai bank syariah pertama merupakan langkah awal perkembangan perbankan syariah Malaysia
(Nadratuzzaman, 2013).
Indonesia dan Malaysia merupakan dua negara di Asia Tenggara yang memiliki bank syariah paling banyak diantara yang lainnya dan termasuk dalam sepuluh besar peringkat bank syariah berdasarkan Global Islamic Financial
Report 2016, namun posisi ini masih dipimpin oleh Malaysia. Meskipun perbankan syariah di Malaysia lebih dulu berdiri dibanding di Indonesia, namun selayaknya Indonesia menjadi pelopor dan kiblat perkembangan keuangan syariah di dunia. Hal ini sejalan dengan pendapat Cham (2017) yang menyatakan bahwa populasi muslim yang besar dapat mendorong kemajuan perbankan syariah, walaupun menurut Rosly & Bakar (2003) faktor religius saja tidak cukup meyakinkan
Universitas Sumatera Utara 4
untuk mendorong kaum muslim untuk menggunakan fasilitas bank syariah.
Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi global player keuangan syariah, diantaranya: (i) jumlah penduduk muslim yang besar, (ii) prospek ekonomi yang cerah, tercermin dari pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi
(kisaran 6,0%-6,5%), (iii) peningkatan sovereign credit rating Indonesia menjadi investment grade, dan (iv) melimpahnya sumber daya alam yang dapat dijadikan sebagai underlying transaksi keuangan syariah (Alamsyah, 2012)
Dalam laporan Islamic Finance Country Index 2019, Indonesia menempati peringkat yang fluktuatif selama rentang empat tahun belakangan ini di mana pada tahun 2019 Indonesia menempati peringkat pertama. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Indeks Peringkat Negara Keuangan Syariah 2019
Peringkat 2016 2017 2018 2019
1 Malaysia Malaysia Malaysia Indonesia 2 Iran Iran Iran Malaysia 3 Saudi Arab Saudi Arab Saudi Arab Iran 4 UAE UAE UAE Saudi Arab 5 Kuwait Kuwait Kuwait Sudan
6 Indonesia Pakistan Indonesia Brunei 7 Qatar Indonesia Pakistan UAE 8 Bahrain Bahrain Bahrain Bangladesh 9 Pakistan Qatar Qatar Kuwait 10 Bangladesh Bangladesh Bangladesh Pakistan Sumber : Global Islamic Financial Report 2019
Indonesia berhasil meraih peringkat pertama dalam pasar keuangan syariah global. Posisi Indonesia melonjak drastis dari sebelumnya hanya berada di peringkat 6 pada 2018. Hal itu terungkap dalam laporan Global Islamic Finanace
Universitas Sumatera Utara 5
Report (2019) yang dirilis oleh Cambridge Institute of Islamic Finance
(Cambridge IIF). Dalam keterangan resmi disebutkan, Indonesia meraih skor
81,93 melesat dari sebelumnya 57,8. Indonesia berhasil mengalahkan Malaysia dengan skor 81,05. Negeri Jiran itu telah menduduki posisi puncak sejak 2011.
Direktur Pengembangan Ekonomi Syariah dan Industri Halal Komite
Nasional Keuangan Syariah (KNKS) Afdhal Aliasar menuturkan Cambridge IIF melakukan penilaian dari multi dimensi, sehingga Indonesia tetap bisa menduduki peringkat pertama meskipun penetrasi pasar keuangan syariah di Indonesia cenderung stagnan. Director General of Cambridge IIF Humayon Dar mengungkapkan beberapa faktor yang mendorong melesatnya posisi Indonesia antara lain perkembangan regulasi yang diikuti oleh peningkatan ekosistem industri perbankan dan keuangan syariah (cnnindonesia.com, 2019).
Meskipun sudah berada pada posisi pertama di tahun 2019, tetap saja perkembangan bank syariah di Malaysia masih terhitung lebih cepat dibandingkan dengan perkembangan bank syariah di Indonesia. Dapat dilihat dari total aset bank syariah di Indonesia yang mengalami perlambatan dari pada Malaysia. Dimana
Indonesia per Juni 2019 memiliki total aset yakni sebesar Rp 322,95 (dalam
Triliun) (Otoritas Jasa Keuangan, 2019), sedangkan Malaysia sudah mencapai sekitar RM 742 Miliar (Global Islamic Finanace Report, 2019) atau setara dengan
Rp 2.488 (dalam Triliun). Hal ini dapat dijadikan evaluasi bagi Indonesia dalam meningkatkan kinerja perbankan syariah di masa mendatang.
Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan karena kinerja mencerminkan kemampuan perusahaan dalam rangka mengelola
Universitas Sumatera Utara 6
dan mengalokasikan sumber dayanya. Kinerja keuangan juga dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kesehatan bank. Kesehatan bank merupakan kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasi perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku (Tirandaru & Budisantosos,
2006). Tingkat kesehatan bank merupakan sesuatu yang sangat penting karena dibutuhkan oleh para stakeholder dalam menilai kinerja suatu lembaga perbankan tersebut (Kasmir, 2010). Hal ini terjadi karena semua institusi keuangan harus merespon realitas bahwa penyedia dana serta stakeholder yang lain memiliki harapan dan mereka tidak akan menanamkan dana atau berkontribusi dengan baik apabila ekspektasi mereka tidak terpenuhi (Setyawan, 2010).
Metode penilaian kesehatan bank dapat menjadi salah satu alat ukur dalam mengevaluasi kinerja perbankan syariah Indonesia dan Malaysia. Adapun metode penilaian kesehatan bank di Indonesia secara umum telah mengalami beberapa perubahan seiring dengan perkembangan ekonomi yang kian dinamis dan kompleks. Pada tahun 1999, Bank Indonesia menggunakan metode CAMEL yang merupakan singkatan dari Capital, Assets, Management, Earning, dan Liquidity.
Setelah ditetapkan selama beberapa tahun, metode tersebut dianggap kurang mampu menilai kemampuan bank terhadap risiko eksternal. Berdasarkan hal tersebut, pada tahun 2004, Bank Indonesia melalui Peraturan Bank Indonesia Nomor
6/10/PBI/2004 mengubah metode yang digunakan dengan menambah satu elemen yaitu Sensitivity to market risk, sehingga metodenya berubah menjadi CAMELS.
Mengingat perekonomian Indonesia yang cukup dinamis dan fluktuatif serta
Universitas Sumatera Utara 7
semakin kompleksnya risiko yang dialami perbankan, Bank Indonesia menghapus
CAMELS dan digantikan dengan menggunakan pendekatan risiko (Risk-Based
Bank Rating) dengan dikeluarkannya Peraturan Bank Indonesia PBI/13/1/PBI/2011.
Pendekatan tersebut mencakup penilaian profil risiko (Risk Profile), Good
Corporate Governance (GCG), rentabilitas (Earnings), dan permodalan (Capital) yang selanjutnya disebut dengan RGEC. Menurut Radzi & Lonik (2016) perkembangan perbankan syariah yang cepat selain dapat menimbulkan harapan, namun juga muncul kekhawatiran risiko yang menyertainya. Oleh karena itu, metode RGEC layak digunakan dalam mengukur kinerja perbankan syariah
Indonesia dan Malaysia karena menggunakan pendekatan risiko.
Pada metode RGEC komponen risiko yang menjadi penilaian adalah risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum, risiko strategik, risiko kepatuhan, dan risiko reputasi. Faktor Good Corporate
Governance menilai kualitas manajemen bank atas pelaksanaan prinsip-prinsip
Good Corporate Governance yang telah ditetapkan Bank Indonesia. Faktor rentabilitas menilai kemampuan bank dalam menghasilkan laba dalam satu periode. Faktor permodalan merupakan evaluasi kecukupan permodalan dan kecukupan pengelolaan permodalan (Mailani, 2018). Bank Indonesia berharap bank mampu mengidentifikasi permasalahan secara lebih dini, melakukan tindak lanjut perbaikan yang sesuai dan lebih cepat, serta menerapkan Good Corporate
Governance (GCG) dan manajemen risiko yang lebih baik sehingga bank lebih tahan dalam menghadapi krisis melalui penilaian kesehatan dengan menggunakan
RGEC tersebut (Putri & Damayanti, 2013). Adapun pada tahun 2014, metode
Universitas Sumatera Utara 8
RGEC ini mulai diterapkan dalam menilai tingkat kesehatan bank umum syariah dan unit usaha syariah dengan dikeluarkannya Surat Edaran OJK No.
10/SEOJK.03/2014.
Penelitian sebelumnya yang mengangkat isu tentang kinerja keuangan perbankan syariah Indonesia dan Malaysia sudah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti baik di Indonesia maupun di luar negeri dan menjadi referensi dalam penelitian ini, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Puspita dan Saryadi
(2018), menunjukkan hasil bahwa terdapat perbedaan kinerja perbankan syariah
Indonesia dan Malaysia pada indikator FDR, NPF, BOPO, dan ROE namun tidak terdapat perbedaan pada indikator ROA dan CAR. Adapun penelitian yang dilakukan oleh Iriyanto (2015) menunjukan tidak adanya perbedaan pada aspek
Good Corporate Governance dan Capital. Sedangkan pada aspek Risk profile
Indonesia lebih baik dari Malaysia dan pada faktor earning Malaysia lebih baik dari Indonesia. Lalu pada penelitian Hendratmi, Sukmaningrum, & Hasib (2017) menunjukan adanya perbedaan pada aspek earning (ROE) dan capital (CAR) dan tidak terdapat perbedaan pada aspek risk profile (FDR) serta aspek earning pada indikator ROA antara perbankan syariah Indonesia dan Malaysia. Namun, penelitian Rizkiyah dan Suhadak (2017), menunjukkan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan kinerja perbankan syariah Indonesia dan Malaysia dengan perbandingan predikat rasio sebagai berikut: (1) NPL dan CAR sangat baik, (2)
ROA baik, dan (3) LDR cukup baik.
Dalam penelitian Wibowo (2015) yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan CAMEL untuk meninjau kinerja keuangan perbankan syariah di
Universitas Sumatera Utara 9
ketiga negara ASEAN, yaitu Indonesia, Malaysia dan Thailand. Dari penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa rasio rata-rata perbankan islam di Indonesia yang lebih baik adalah ROA, ROE. Yang baik adalah EEA, LDR, serta AGR dibandingkan dengan dua Negara lainnya.
Penelitian tentang perbandingan kinerja keuangan bank syariah di
Indonesia dan Malaysia memang sudah banyak dilakukan baik dengan menggunakan metode CAMELS maupun RGEC. Namun, dalam penelitian- penelitian tersebut masih terdapat beberapa kekurangan yang masih memungkinkan untuk dilakukannya penelitian lanjutan dalam membandingkan kinerja keuangan perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia seperti periode penelitian yang singkat, dimana dalam penelitian ini dilakukan dalam rentang waktu 3 periode. Lalu jumlah bank syariah atau jumlah rasio pengukuran kinerja yang masih sedikit, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan hampir seluruh bank syariah di Indonesia dan Malaysia serta ada 10 indikator dari aspek perhitungan kinerja keuangan dengan metode RGEC (Risk Profile, Good
Corporate Governance, Earnings, dan Capital).
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melihat lebih dalam dengan mengambil judul penelitian “Analisis
Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah dengan Metode Risk
Profile, Good Corporate Governance, Earnings, dan Capital di Indonesia dan Malaysia Periode 2016-2018.”
1.2 Identifikasi Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka masalah penelitian ini dapat
Universitas Sumatera Utara 10
diidentifikasi sebagai berikut:
1. Indonesia memiliki potensi besar dalam perkembangan perbankan syariah.
Namun sayangnya potensi tersebut belum mampu digali lebih jauh. Hal ini
dapat dilihat dari prestasi perbankan syariah Indonesia yang belum mampu
menyaingi Malaysia berdasarkan Global Islamic Finance Report (2019) dan
perbandingan market share yang relatif cukup jauh, yaitu Indonesia 5,95% dan
Malaysia 28%. Kondisi ini tentu kontradiktif, mengingat mayoritas penduduk
Indonesia adalah pemeluk agama Islam (Fasa, 2013).
2. Perkembangan perbankan syariah yang cepat dapat menimbulkan harapan yang
baik, namun juga memunculkan kekhawatiran risiko yang dapat menyertainya
(Radzi & Lonik, 2016). Oleh karena itu, diperlukan pengukuran kinerja
perbankan syariah dengan menggunakan pendekatan risiko yang mencakup
penilaian profil risiko (Risk Profile), Good Corporate Governance (GCG),
rentabilitas (Earnings), dan permodalan (Capital) yang selanjutnya disebut
dengan RGEC.
3. Keberhasilan negara Malaysia dalam perbankan syariah dapat menjadi suatu
pelajaran bagi Indonesia demi perkembangan perbankan syariah yang lebih
baik. Oleh karena itu, diperlukan suatu perbandingan kinerja antara
perbankan syariah Indonesia dan Malaysia.
1.3 Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang dalam melihat perbandingan kinerja keuangan perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia dengan metode RGEC tersebut, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara 11
1. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank
umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari rasio
NPF periode 2016-2018 ?
2. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank
umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari rasio
FDR periode 2016-2018 ?
3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank
umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari
Ukuran Dewan Komesaris periode 2016-2018 ?
4. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank
umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari
Ukuran Komite Remunerasi dan nominasi periode 2016-2018 ?
5. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank
umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari
Ukuran Dewan Pengawas Syariah periode 2016-2018 ?
6. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank
umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari
Ukuran Komite Audit periode 2016-2018 ?
7. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank
umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari
Ukuran Komite Risiko periode 2016-2018 ?
8. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank
umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari rasio
Universitas Sumatera Utara 12
ROA periode 2016-2018 ?
9. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank
umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari rasio
NOM periode 2016-2018 ?
10. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank
umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari rasio
CAR periode 2016-2018 ?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dalam melihat perbandingan kinerja keuangan perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia dengan metode RGEC tersebut, maka tujuan penulisan dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan menganalisis apakah terdapat perbedaan kinerja
antara perbankan syariah Indonesia dan Malaysia dilihat dari rasio NPF
periode 2016-2018.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis apakah terdapat perbedaan kinerja
antara perbankan syariah Indonesia dan Malaysia dilihat dari rasio FDR
periode 2016-2018.
3. Untuk mengetahui dan menganalisis apakah terdapat perbedaan kinerja
antara perbankan syariah Indonesia dan Malaysia dilihat dari Ukuran
Dewan Komesaris periode 2016-2018.
4. Untuk mengetahui dan menganalisis apakah terdapat perbedaan kinerja
antara perbankan syariah Indonesia dan Malaysia dilihat dari Ukuran
Komite Remunersi dan Nominasi periode 2016-2018.
Universitas Sumatera Utara 13
5. Untuk mengetahui dan menganalisis apakah terdapat perbedaan kinerja
antara perbankan syariah Indonesia dan Malaysia dilihat dari Ukuran
Dewan Pengawas Syariah periode 2016-2018.
6. Untuk mengetahui dan menganalisis apakah terdapat perbedaan kinerja
antara perbankan syariah Indonesia dan Malaysia dilihat dari Ukuran
Komite Audit periode 2016-2018.
7. Untuk mengetahui dan menganalisis apakah terdapat perbedaan kinerja
antara perbankan syariah Indonesia dan Malaysia dilihat dari Ukuran
Komite Risiko periode 2016-2018.
8. Untuk mengetahui dan menganalisis apakah terdapat perbedaan kinerja
antara perbankan syariah Indonesia dan Malaysia dilihat dari rasio ROA
periode 2016-2018.
9. Untuk mengetahui dan menganalisis apakah terdapat perbedaan kinerja
antara perbankan syariah Indonesia dan Malaysia dilihat dari rasio NOM
periode 2016-2018.
10. Untuk mengetahui dan menganalisis apakah terdapat perbedaan kinerja
antara perbankan syariah Indonesia dan Malaysia dilihat dari rasio CAR
periode 2016-2018.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Pihak Bank
Hasil penelitian ini juga berguna untuk manajemen bank dalam meningkatkan
performa kinerja keuangan serta dapat digunakan untuk melihat kesiapan
Universitas Sumatera Utara 14
bank dalam menghadapi persaingan secara global.
2. Bagi Akademisi
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi akademisi yang
akan melakukan penelitian selanjutnya dan sebagai penambah informasi.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan di bidang
perbankan tentang analisis kinerja keuangan dengan metode RGEC dan juga
digunakan untuk menambah motivasi peneliti dalam memperdalam ilmu
pengetahuan.
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Perbankan Syariah
Pengertian perbankan secara umum menurut Undang-Undang No.10
Tahun 1998 adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank yang mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Fungsi utama perbankan adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat serta bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan taraf hidup rakyat banyak (Otoritas Jasa Keuangan, 2019).
Adapun pengertian bank secara umum menurut Undang-Undang No.10
Tahun 1998 adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia bank diartikan sebagai lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.
Terdapat beberapa pengertian lain dari bank menurut para ahli yaitu sebagai berikut : Bank adalah badan usaha yang kekayaannya terutama dalam bentuk asset keuangan (financial assets) serta bermotif profit dan juga sosial, jadi bukan hanya mencari keuntungan saja (Hasibuan, 2005).
15
Universitas Sumatera Utara 16
Bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan kemudian menyalurkan kembali ke masyarakat, serta memberikan jasa-jasa bank lainnya (Kasmir, 2008). Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa bank adalah suatu badan usaha yang berbentuk lembaga keuangan bermotif profit dan sosial yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat serta memberikan jasa-jasa keuangan lainnya demi meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Pengertian bank syariah atau bank Islam dalam bukunya Wibowo (2005) adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam. Bank ini tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan al-Quran dan hadits.
Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam maksudnya adalah bank yang dalam beroperasinya itu mengikuti ketentuan- ketentuan syariah Islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalah secara Islam. Dalam tata cara bermuamalat itu dijauhi praktik-praktik yang dikhawatirkan mengandung unsur-unsur riba, untuk diisi dengan kegiatan- kegiatan investasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan atau praktik- praktik usaha yang dilakukan di zaman Rasulullah atau bentuk-bentuk usaha yang telah ada sebelumnya, tetapi tidak dilarang oleh beliau.
Sedangkan menurut Sutan (2007) Bank Syariah adalah lembaga yang berfungsi sebagai intermediasi yaitu mengerahkan dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana-dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkan dalam bentuk pembiayaan tanpa berdasarkan prinsip bunga, melainkan berdasarkan prinsip syariah. Perbankan syariah secara khusus menurut Undang-
Universitas Sumatera Utara 17
Undang No.21 Tahun 2008 yang mengatur tentang perbankan syariah menyatakan bahwa perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank syariah dan unit usaha syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya berasaskan prinsip syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-hatian.
Sementara itu pengertian bank syariah secara khusus menurut Undang-
Undang No.21 Tahun 2008 adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah, di dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 yang dimaksud dengan prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum
Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah islam.
Jadi, penulis berkesimpulan bahwa bank syariah adalah bank yang operasionalnya menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kepada masyarakat berupa pembiayaan dengan sistem bagi hasil yang berdasarkan ketentuan-ketentuan syariat Islam.
1. Fungsi dan Peran Bank Syariah
Bank syariah adalah bank yang menjalankan fungsi intermediasinya
berdasarkan prinsip-prinsip syariat Islam. Peran dan fungsi bank syariah, di
antaranya sebagai berikut (Arifin, 2007).
a. Sebagai tempat menghimpun dana dari masyarakat atau dunia usaha
dalam bentuk tabungan (mudharabah), dan giro (wadiah), serta
menyalurkannya kepada sektor rill yang membutuhkan.
Universitas Sumatera Utara 18
b. Sebagai tempat investasi bagi dunia usaha (baik dana modal maupun
dana rekening investasi) dengan menggunakan alat-alat investasi yang
sesuai dengan syariah.
c. Menawarkan berbagai jasa keuangan berdasarkan upah dalam sebuah
kontrak perwakilan atau penyewaan.
d. Memberikan jasa sosial seperti pinjaman kebajikan, zakat dan dana sosial
lainnya yang sesuai dengan ajaran Islam.
2. Tujuan Bank Syariah
Upaya percapaian keuntungan yang setinggi-tingginya (profit maximization)
adalah tujuan yang biasa dicanangkan oleh bankkomersial, terutama bank
konvensional. Berbeda dengan tujuan bank konvensional, bank syariah berdiri
untuk menggalakkan, memelihara dan mengembangkan jasa-jasa serta produk-
produk perbankan yang berdasarkan prinsip-prinsip syariat Islam. Bank syariah
juga memiliki kewajiban untuk mendukung aktivitas investasi dan bisnis yang
ada di lembaga keuangan sepanjang aktifitas tersebut tidak dilarang dalam
Islam. Selain itu, bank syariah harus lebih menyentuh kepentingan masyarakat
kecil.
2.1.2 Analisis Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan oleh suatu perusahaan untuk menilai sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Separti dengan membuat suatu laporan keuangan yang telah memenuhi standar dan ketentuan dalam SAK (Standar Akuntansi Keuangan) atau GAAP
Universitas Sumatera Utara 19
(General Accepetd Acounting Principle), dan lainnya (Fahmi I. , 2010)
Pengertian kinerja menurut Bastian (2006) adalah gambaran pencapaian pelaksanaan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi suatu organisasi. Konsep kinerja keuangan menurut Agus & Basri (2002) adalah rangkaian aktivitas keuangan pada suatu periode tertentu yang dilaporkan dalam laporan keuangan diantaranya laporan laba rugi dan neraca. Menurut Fahmi I.
(2011) kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan- aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu. Hal ini sangat penting agar sumber daya digunakan secara optimal dalam menghadapi perubahan lingkungan. Penilaian kinerja keuangan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya terhadap para penyandang dana dan juga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Kinerja bank secara keseluruhan merupakan gambaran presentasi yang dicapai bank dalam operasionalnya, baik menyangkut aspek keuangan, pemasaran pengimpunan dan penyaluran dana, teknologi maupun sumber daya manusia (Jumingan, 2009).
Penilaian kinerja perbankan meliputi seluruh aspek operasional maupun nonoperasional bank tersebut. Kinerja bank menunjukkan keberhasilan bank
Universitas Sumatera Utara 20
dalam menarik dana masyarakat dan menyalurkan kembali melalui pelaksanaan manajemen yang telah ditentukan (Veithzal, S, S, & AP, 2013).
2.1.3 Analisis Rasio Keuangan
1. Pengertian Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan adalah alat analisis yang digunakan untuk
mengukur kinerja suatu perusahaan menggunakan data dari laporan
keuangan perusahaan tersebut, perhitungan rasio dapat mengevaluasi
keadaan finansial pada masa yang lalu, sekarang dan memproyeksikan
hasil yang akan datang. Rasio keuangan bank secara eksplisit
direpresentasikan oleh rasio-rasio seperti permodalan, aktiva produktif,
rentabilitas dan likuiditas, bentuk rasio tersebut dapat menjadi dasar dalam
menilai kinerja suatu bank (Taswan, 2010). Rasio dapat dihitung
berdasarkan laporan keuangan yang telah tersedia yang terdiri dari :
a. Balance sheet atau neraca yang menunjukkan posisi perusahaan pada
periode tertentu.
b. Income statement atau rugi laba yang merupakan laporan operasional
perusahaan selama periode tertentu (Alwi, 1993).
Untuk mengetahui sejauh mana kondisi kinerja keuangan bank syariah di
Indonesia dan Malaysia saat ini diperlukan suatu cara evaluasi, dalam hal ini
ada tipe evaluasi kinerja keuangan yang dapat memberikan gambaran tentang
sejauh mana kondisi kinerja keuangan saat ini, yaitu:
a. Analisis perkembangan rasio keuangan perusahaan dalam beberapa
perkembangan antara suatu rasio pada masa sekarang dengan rasio pada
Universitas Sumatera Utara 21
waktu yang lampau. Analisis ini sering disebut dengan analisis historis
(historical analysis).
b. Rata-rata rasio yang dihasilkan dari beberapa perusahaan yang sejenis
yang dapat dijadikan sebagai pembanding bagi perusahaan yang
bersangkutan, rasio ini disebut sebagai rasio industri.
2. Tujuan dan Kegunaan Analisis Rasio
Tujuan analisis rasio adalah untuk membantu memahami apa yang perlu
dilakukan oleh perusahaan berdasarkan informasi yang tersedia yang sifatnya
terbatas yang berasal dari laporan keuangan. Adapun kegunaan dari rasio ini
tergantung pada pihak-pihak yang berkepentingan, yaitu :
a. Bagi pemegang saham dan calon pemegang saham, analisis rasio
memberikan keuntungan baik sekarang maupun pada masa yang akan
datang sehingga secara langsung akan berpengaruh terhadap harga saham
yang mereka miliki.
b. Bagi kreditur, analisis rasio memberikan keuntungan bagi yang
berkepentingan terhadap kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajiban-kewajiban finansial baik jangka pendek maupun jangka panjang.
c. Bagi manajemen perusahaan, analisis rasio memberikan keuntungan bagi
yang berkepentingan dengan seluruh keadaan keuangan perusahaan
karena menyadari hal-hal tersebut yang akan dinilai oleh para pemilik
perusahaan maupun kreditur, sehingga dapat membuat keputusan-
keputusan penting bagi kepentingan perusahaan di masa yang akan
datang.
Universitas Sumatera Utara 22
Penganalisis finansial dalam mengadakan analisis rasio pada dasarnya dapat melakukannya dengan dua macam perbandingan (Riyanto, 1992) yaitu :
1. Membandingkan rasio sekarang dengan rasio-rasio dari waktu yang lalu atau
dengan rasio-rasio yang diperkirakan untuk waktu-waktu yang akan datang
dari perusahaan tersebut, dengan cara perbandingan tersebut akan dapat
diketahui perubahan-perubahan dari rasio tersebut dari tahun ke tahun.
2. Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan dengan rasio-rasio sejenis
dari perusahaan lain yang sejenis atau seindustri untuk waktu yang sama,
dengan membandingkan rasio perusahaan dengan rasio industri akan dapat
diketahui apakah perusahaan yang bersangkutan itu dalam aspek finansial
tertentu berada di atas rata-rata industri, berada pada rata-rata atau terletak di
bawah rata-rata.
2.1.4 Tingkat Kesehatan Bank
Kesehatan atau kondisi keuangan dan nonkeuangan bank merupakan kepentingan semua pihak terkait, baik pemilik, manajemen bank, bank pemerintah
(melalui Bank Indonesia) dan pengguna jasa bank. Dengan diketahuinya kondisi suatu bank dapat digunakan oleh pihak-pihak tersebut untuk mengevaluasi kinerja bank dalam menerapkan prinsip kehati-hatian, kepatuhan terhadap ketentuan- ketentuan yang berlaku dan manajemen risiko. Perkembangan industri perbankan, terutama produk dan jasa yang semakin kompleksdan beragam akan meningkatkan eksposur risiko yang dihadapi bank. Perubahan eksposur risiko bank dan penerapan manajemen risiko akan memengaruhi profil risiko bank yang selanjutnya berakibat pada kondisi bank secara keseluruhan (Veithzal, S, S, & AP,
Universitas Sumatera Utara 23
2013).
Penilaian kesehatan bank adalah muara akhir atau hasil dari aspek pengaturan dan pengawasan perbankan yang menunjukkan kinerja perbankan nasional. Berorientasi risiko, proporsionalitas, materialitas dan signifikansi serta komprehensif dan terstruktur merupakan prinsip-prinsip umum yang harus diperhatikan manajemen bank dalam menilai tingkat kesehatan bank (SE BI No.
13/24/DPNP).
Bagi investor penilaian dan informasi kesehatan bank menjadi bagian penting yang menggambarkan kondisi kesehatan bank tersebut. Jika bank tersebut baik maka akan memberi sinyal positif, namun jika kondisinya tidak baik akan memberi sinyal negatif. Sinyal negatif jelas akan menurunkan reputasi bank tersebut di mata investor (Fahmi, 2015).
Penilaian terhadap kinerja keuangan bank telah di atur oleh Bank
Indonesia, dimana pada awalnya digunakan metode CAMELS. Metode ini merupakan suatu alat ukur yang digunakan untuk menentukan suatu kondisi Bank sebagaimana tertera pada Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/1/PBI/2007 tentang sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum berdasarkan prinsip syariah, terdiri dari aspek permodalan (Capital), aspek kualitas asset (Assets), aspek kualitas manajemen (Management), aspek rentabilitas (Earnings), aspek likuiditas
(Liquidity), aspek sensitifitas pada risiko pasar (Sensitivity to Market Ratio). Jika dibandingkan dengan sistem penilaian kesehatan sebelumnya yaitu dengan metode CAMEL (tanpa faktor S yaitu Sensitivity to Market Risk) sistem ini memang lebih komprehensif, atau bisa diartikan lebih banyak komponen atau
Universitas Sumatera Utara 24
rasio-rasio yang dinilainya, termasuk penambahan komponen baru yaitu
Sensitivity to market risk. Sebagai lembaga keuangan yang juga mengambil alih resiko dalam pengelolaan dana masyarakat, kepekaaan terhadap resiko pasar tidak bisa dipungkiri merupakan prinsip perbankan yang tidak bisa ditawar. Namun, metode ini sudah tidak digunakan lagi karena bank Indonesia mengeluarkan metode perhitungan baru guna menyempurnakan metode penilaian tingkat kesehatan bank yang sebelumnya.
Bank Indonesia selaku pemegang payung hukum perbankan di Indonesia pada saat itu terus melakukan penyempurnaan-penyempurnaan dalam menetapkan standar untuk sistem penilaian tersebut. Pada tahun 2011 kembali Bank Indonesia memperbarui peraturan tentang penilaian tingkat kesehatan bank di Indonesia.
Penyempurnaan penilaian kesehatan bank dilatar belakangi oleh perubahan kompleksitas usaha dan profil risiko, penerapan pengawasan secara konsolidasi, serta perubahan pendekatan penilaian kondisi Bank yang diterapkan secara internasional mempengaruhi pendekatan penilaian tingkat kesehatan bank untuk mengetahui kinerja keuangan bank.
Penilaian terhadap kinerja keuangan bank dapat diukur dengan beberapa indikator. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011 tentang
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank dengan menggunakan pendekatan berdasarkan risiko merupakan penilaian komprehensif dan terstruktur terhadap hasil integrasi profil risiko dan kinerja yang meliputi penerapan tata kelola yang baik, rentabilitas, dan permodalan. Bank wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan menggunakan pendekatan Risiko (Risk-based Bank Rating) yang terdiri dari Risk
Universitas Sumatera Utara 25
Profile, Good Corporate Governance, Earning, dan Capital.
2.1.5 Metode Pendekatan Risiko (Risk-based Bank Rating)
1. Profil Risiko (Risk Profile)
Pada Bab II pasal 4 butir 1 PBI No.5/8/PBI/2003 disebutkan bahwa risiko-
risiko yang terdapat pada perbankan, antara lain (Kristin, 2015) :
a. Risiko Kredit (Credit Risk)
Risiko Kredit adalah risiko yang timbul sebagai akibat kegagalan pihak
memenuhi kewajibannya. Pada bank umum, pembiayaan disebut
pinjaman, sementara di bank syariah disebut pembiayaan, sedangkan
untuk balas jasa yang diberikan atau diterima pada bank umum berupa
bunga (interest loan atau deposit) dalam presentase yang sudah
ditentukan sebelumnya. Pada bank syariah, tingkat return/ balas jasa
terukur oleh sistem bagi hasil dari usaha. Selain itu, persyaratan
pengajuan kredit pada perbankan syariah lebih ketat dari perbankan
konvensional sehingga risiko kredit dari perbankan syariah lebih kecil
dari perbankan konvensional. Oleh sebab itu pada sisi kredit, dalam
aturan syariah, bank bertindak sebagai penjual, sementara nasabah
sebagai pembeli murabahah. Mekanisme ini akan mencegah
kemungkinan dana kredit digunakan untuk transaksi spekulasi, atau
untuk jual beli valas. Jika terjadi default, bank mudah mendapatkan
dananya kembali karena ada aset yang nilainya jelas berupa sejumlah
kredit yang dikucurkan. Dalam bank syariah, karakter nasabah (personal
garansi) lebih dinomorsatukan, ketimbang cover guarantee berupa aset
Universitas Sumatera Utara 26
(Karim, 2003).
Dengan demikian debitor yang dinilai tidak cacat hukum dan kegiatan
usahanya berjalan baik akan mendapat prioritas. Sehigga risiko bank syariah
lebih kecil dibanding bank konvensional. Bank syariah tidak akan
mengalami negative spread, karena dari dana yang dikucurkan untuk
pembiayaan akan diperoleh pendapatan, bukan bunga seperti di bank biasa.
Untuk menghitung Rasio Kredit rumus yang digunakan adalah :
Tabel 2.1 Kriteria Peringkat Komposit Risiko Kredit (NPF/Non Performing Financing)
PK Bobot Keterangan 1 0% < NPF < 2% Sangat Baik 2 2% ≤ NPF< 3,5% Baik 3 3,5% ≤ NPF < 5% Cukup Baik 4 5% < NPF ≤ 8% Kurang Baik 5 NPF > 8% Tidak Baik Sumber: SE BI No.13/24/DPNP/2011 b. Risiko Pasar
Risiko pasar adalah risiko yang timbul karena adanya pergerakan variabel
pasar dari portofolio yang dimiliki oleh bank, yang dapat merugikan bank.
Variabel pasar antara lain adalah suku bunga dan nilai tukar. Pada
perbankan syariah tidak terdapat risiko pasar dikarenakan perbakan syariah
tidak melandaskan operasionalnya berdasar risiko pasar. c. Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas adalah risiko yang antara lain disebabkan bank tidak
Universitas Sumatera Utara 27
mampu memenuhi kewajiban yang telah jatuh tempo. Bank memiliki dua sumber utama bagi likuiditasnya, yaitu aset dan liabilitas. Apabila bank menahan aset seperti surat-surat berharga yang dapat dijual untuk memenuhi kebutuhan dananya, maka risiko likuiditasnya bisa lebih rendah. Sementara menahan aset dalam bentuk surat-surat berharga membatasi pendapatan, karena tidak dapat memperoleh tingkat penghasilan lebih tinggi dibandingkan pembiayaan. Bank tidak dapat leluasa memaksimumkan pendapatan karena adanya desakan kebutuhan likuiditas. Oleh karena itu bank harus memperhatikan jumlah likuiditas yang tepat. Terlalu banyak likuiditas akan mengorbankan tingkat pendapatan dan terlalu sedikit akan berpotensi untuk meminjam dana dengan harga yang tidak dapat diketahui sebelumnya, yang akan berakibat meningkatnya biaya dan akhirnya penurunan profatibilitas.
Pada bank syariah, dana nasabah dikelola dalam bentuk titipan maupun investasi. Cara titipan dan investasi jelas berbeda dengan deposito pada bank konvensional dimana deposito merupakan upaya membungakan uang. Konsep dana titipan berarti kapan saja nasabah membutuhkan, maka bank syariah harus dapat memenuhinya, akibatnnya dana titipan menjadi likuid. Likuiditas yang tinggi inilah membuat dana titipan kurang memenuhi syarat suatu investasi yang membutuhkan pengendapan dana. Karena pengendapan dananya tidak lama alias cuma titipan maka bank boleh saja tidak memberikan timbal hasil. Sedangkan jika dana nasabah tersebut diinvestasikan,
Universitas Sumatera Utara 28
maka karena konsep investasi adalah usaha yang menanggung risiko,
artinya setiap kesempatan untuk memperoleh keuntungan dari usaha
yang dilaksanakan, didalamnya terdapat pula risiko untuk menerima
kerugian, maka antara nasabah dan banknya sama-sama saling berbagi
baik keuntungan maupun risiko.
Untuk menghitung Risiko Likuiditas rumus yang digunakan adalah :
Tabel 2.2 Kriteria Peringkat Komposit Risiko Kredit (FDR/Financing to Deposit Ratio)
PK Bobot Keterangan 1 70% < FDR ≤ 85% Sangat Baik 2 60% < FDR ≤ 70% Baik 3 85% < FDR ≤ 100% Cukup Baik 4 100% < FDR ≤ 120% Kurang Baik
5 FDR > 120% : FDR < 60% Tidak Baik Sumber: SE BI No.13/24/DPNP/2011 d. Risiko Operasional (Operational Risk)
Menurut definisi Basel Committe, risiko operasional adalah risiko akibat
dari kurangnya sistem informasi atau sistem pengawasan internal yang
akan menghasilkan kerugian yang tidak diharapkan. Risiko ini lebih
dekat dengan kesalahan manusiawi (human error), adanya
ketidakcukupan dan atau tidak berfungsinya proses internal, kegagalan
sistem atau adanya problem eksternal yang mempengaruhi operasional
bank. Tidak ada perbedaan yang cukup signifikan antara bank syariah
dan bank konvensional terkait dengan risiko operasional.
Universitas Sumatera Utara 29
e. Risiko Hukum
Risiko yang disebabkan oleh adanya kelemahan aspek yuridis.
Kelemahan aspek yuridis antara lain disebabkan adanya tuntutan hukum,
ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendukung atau
lemahnya perikatan seperti tidak terpenuhinya syarat sahnya kontrak.
Tidak ada perbedaan yang cukup signifikan antara bank syariah dan bank
konvensional terkait dengan risiko hukum.
f. Risiko Stratejik
Risiko yang antara lain disebabkan adanya penetapan dan pelaksanaan
strategi bank yang tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis yang tidak
tepat atau kurang responsifnya bank terhadap perubahan eksternal. Tidak
ada perbedaan yang cukup signifikan antara bank syariah dan
konvensional terkait dengan risiko stratejik.
g. Risiko Kepatuhan
Risiko yang disebabkan bank tidak memenuhi atau tidak melaksanakan
peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku. Tidak
ada perbedaan yang cukup signifikan antara bank syariah dan bank
konvensional terkait dengan risiko kepatuhan.
2. Good Corporate Governance
Good Corporate Governance, yang selanjutnya disebut GCG adalah suatu
tata kelola bank syariah yang menerapkan prinsip-prinsip keterbukaan
(transparency), akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban
(responsibility), Independensi (independency), dan kewajaran (fairness)
Universitas Sumatera Utara 30
(Rustam, 2013). Dalam bagian penjelasan umum PBI No. 8/4/PBI/2006 dikemukakan sebagai berikut (Amir & Rukmana, 2010): a. Transparansi (transparency), yaitu Perusahaan memiliki inisiatif dalam
pengungkapan informasi material dan relevan baik yang diisyaratkan
oleh peraturan perundang-undangan serta informasi penting lainnya yang
dapat mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pemegang saham,
kreditur dan stakeholders lainnya. Informasi tersebut disampaikan
dengan cepat, akurat, dan mudah diakses oleh siapapun dan kepada
pihak-pihak lainnya sebagaimana ketentuan hukum yang berlaku secara
tepat waktu. b. Akuntabilitas (accountability), yaitu jajaran manajemen memastikan
pengelolaan perusahaan dilakukan secara benar, terukur dan sesuai
dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan
kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. c. Pertanggungjawaban (responsibility), yaitu bank memastikan
pengelolaan usaha Bank telah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, prinsip-prinsip pengelolaan Bank yang sehat,
termasuk juga prinsip-prinsip Syariah. Selain itu Pertanggungjawaban
Bank juga berbentuk kepedulian terhadap lingkungan dan masyarakat
sekitar. Bank dan pengurusnya senantiasa bertindak dengan prinsip
kehati-hatian, dan berpegang teguh pada hukum yang berlaku. d. Independensi (independency) diartikan bahwa manajemen dan seluruh
individu dalam Bank memiliki kompetensi, mampu bertindak obyektif,
Universitas Sumatera Utara 31
dan bebas dari pengaruh/tekanan dari pihak manapun (independen) serta
memiliki komitmen yang tinggi untuk mengembangkan Bank Syariah. e. Kewajaran (fairness), yaitu bahwa setiap keputusan yang diambil
senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham mayoritas dan
memberikan perlindungan kepada pemegang saham minoritas dan
stakeholders lainnya dari rekayasa dan transaksi yang bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam ketentuan Pasal 2 ayat (1) PBI No. 11/33/2009 tentang Pelaksanaan
Good Corporate Governance bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah disebutkan bahwa Bank wajib melaksanakan prinsip-prinsip Good
Corporate Governance dalam setiap kegiatan usahanya pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi. Pelaksanaan prinsip-prinsip good corporate governance oleh sebuah bank dibagi dalam dua golongan, yaitu Bank Umum
Syariah dan Unit Usaha Syariah. Terkhusus dalam pelaksanaan GCG bagi
BUS paling kurang diwujudkan dalam (Umam, 2016):
Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris dan Direksi; a. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite-komite dan satuan kerja
yang menjalankan fungsi pengendalian intern Bank Umum Syariah; b. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah; c. Penerapan fungsi kepatuhan, audit intern dan audit ekstern; d. Batas maksimum penyaluran dana; dan e. Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan BUS.
GCG merupakan tata kelola manajemen bank yang telah sesuai dengan aturan
Universitas Sumatera Utara 32
Bank Indonesia. Good Corporate Governance ini menggunakan lima prinsip dasar Good Corporate Governance yang telah ditetapkan dalam SE BI No.
15/15/DNPN/2013. Penentuan tingkat kesehatan dari Good Corporate
Governance ditentukan menggunakan Peringkat Komposit good corporate governance. Dalam SE No. 15/15/DPNP mengenai Pelaksanaan GCG Bank
Umum, manajemen memastikan untuk menerapkan 5 (lima) prinsip dasar
GCG Bank dilakukan secara professional, dengan melakukan penilaian sendiri (self assessment) secara berkala mengenai sebelas Faktor Penilaian
Pelaksanaan GCG yaitu: Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi,
Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris, Penanganan benturan kepentingan, Kelengkapan dan pelaksanaan tugas Komite,
Penerapan fungsi audit intern, Penerapan fungsi kepatuhan, Penerapan manajemen risiko termasuk sistem pengendalian intern, Penerapan fungsi audit ekstern, Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan Bank,
Penyediaan dana kepada pihak terkait (related party) dan penyediaan dana besar (large exposures), Rencana strategis bank, dan laporan pelaksanaan
GCG dan pelaporan internal.
Ada 5 indikator yang sama di dalam perhitungan penilaian good corporate governance antara bank umum syariah Indonesia dan bank umum syariah
Malaysia, yaitu: a. Ukuran dewan komesaris b. Ukuran komite remunerasi dan nominasi c. Ukuran dewan pengawas syariah
Universitas Sumatera Utara 33
d. Ukuran komite audit e. Ukuran komite risiko
Dewan Komisaris adalah organ perseorangan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada direksi sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas: Jumlah, komposisi, kriteria,rangkap jabatan, hubungan keluarga, dan persyaratan lain bagi anggota dewan komisaris tunduk kepada ketentuan otoritas terkait. Dan
Ukuran dewan komisaris adalah jumlah seluruh anggota dewan komisaris dalam suatu perusahaan (Sembiring, 2005).
Komite nominasi dan remunerasi adalah komite yang bertugas untuk menyusun kriteria pemilihan komisaris dan direksi serta mengusulkan besaran remunerasi komisaris dan direksi. Agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, komite nominasi dan remunerasi harus mampu memberikan penilaian secara objektif terhadap kompetensi yang dimiliki calon pemangku jabatan, sehingga besaran remunerasi yang ditetapkan mampu mencerminkan kontribusi yang telah disumbangkan kepada perusahaan. Hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan efektivitas pengambilan keputusan oleh perusahaan, yang secara tidak langsung akan berimplikasi kepada meningkatnya kinerja perusahaan (Puteri, 2013).
Dewan Pengawas Syariah adalah suatu fungsi dalam organisasi bank syariah yang secara internal merupakan badan pengawas syariah, dan secara eksternal dapat menjaga serta meningkatkan kepercayaan masyarakat (Rustam, 2013).
Universitas Sumatera Utara 34
Komite Audit adalah komite yang dibentuk oleh dan bertanggung jawab
kepada Dewan Komisaris dalam membantu melaksanakan tugas dan fungsi
Dewan Komisaris. Anggota Komite Audit setidaknya terdiri atas : seorang
komisaris independen, seorang pihak independen yang memiliki keahlian
dalam bidang akuntansi keuangan,dan seorang pihak indepenen yang
memiliki keahlian di bidang perbankan syariah (Otoritas Jasa Keuangan,
2019).
Komite Risiko dibentuk untuk membantu Dewan Komisaris dalam
memastikan terlaksananya pengawasan dan pemberian nasehat kepada
Direksi serta kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan
peraturan internal Bank (Otoritas Jasa Keuangan, 2019). GCG Bank dapat
dinilai melalui laporan keuangan yang diterbitkan setiap tahunnya dengan
memperhatikan besarnya nilai komposit atau kesesuain pelaksanaan GCG
dengan kriteria setiap indikatornya.
Tabel 2.3 Kriteria Peringkat Komposit GCG
PK Bobot Keterangan 1 Nilai Komposit < 1,50 Sangat Baik 2 1,50 ≥ Nilai Komposit < 2,50 Baik 3 2,50 ≥ Nilai Komposit < 3,50 Cukup Baik 4 3,50 ≥ Nilai Komposit < 4,50 Kurang Baik 5 4,50 ≥ Nilai Komposit < 5,00 Tidak Baik Sumber: SE BI No.13/24/DPNP/2011
3. Rentabilitas (Earnings)
Rasio rentabilitas adalah perbandingan laba (setelah pajak) dengan modal
(modal inti) atau laba (sebelum pajak) dengan total aset yang dimiliki bank
Universitas Sumatera Utara 35
pada periode tertentu. Agar hasil perhitungan rasio mendekati pada kondisi yang sebenarnya (real), maka posisi modal atau aset dihitung secara rata-rata selama periode tersebut (Riyadi, 2006).
Rasio rentabilitas mengukur efektivitas bank memperoleh laba. Disamping dapat dijadikan sebagai ukuran kesehatan keuangan, rasio rentabilitas ini sangat penting untuk diamati mengingat keuntungan yang memadai diperlukan untuk mempertahankan arus sumber-sumber modal bank. Teknik analisis rentabilitas ini melibatkan hubungan antara pos-pos tertentu dalam laporan perhitungan laba rugi untuk memperoleh ukuran-ukuran yang dapat digunakan sebagai indikator untuk menilai efisiensi dan kemampuan bank memperoleh laba (Siamat, 2005).
Dari semua pengertian rentabilitas di atas, penulis menyimpulkan bahwa rentabilitas (earnings) adalah suatu alat untuk mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan laba dengan membandingkan laba dengan aktiva atau modal dalam periode tertentu. Rentabilitas juga menunjukkan bagaimana manajemen perusahaan mempertanggungjawabkan modal yang diserahkan pemilik modal kepadanya, hal itu ditunjukkan dengan berapa besarnya deviden
(Pandia, 2012).
Untuk menghitung atau menilai rentabilitas sebuah lembaga perbankan maka dapat dipergunakan rumus return on asset (ROA) dan Net Operating Margin
(NOM). Return On Asset (ROA) menurut Santoso (1997) adalah rasio yang menunjukan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan. Dengan kata lain, rasio ini digunakan
Universitas Sumatera Utara 36
untuk menggambarkan produktivitas bank bersangkutan (berapa banyak kekayaan yang harus dikumpulkan dan dipakai untuk menghasilkan sejumlah tertentu laba). Besarnya ratio ROA diperoleh dengan membagi seluruh laba yang diperoleh bank (sebelum pajak) dengan total asset bank tersebut. Semakin besar
ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai Bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. ROA (Return
On Asset) meruapakan rasio antara laba sebelum pajak terhadap total asset.
Semakin besar ROA menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik, karena tingkat kembalian semakin besar. Apabila ROA meningkat, berarti profitabilitas perusahaan meningkat, sehingga dampak akhirnya adalah peningkatan profitabilitas yang dinikmati oleh pemegang saham. Lalu Net Operating Margin
(NOM) Menurut Pandia (2012), bahwa Net Operating Margin (NOM) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bagi hasil bersih.
Pendapatan bagi hasil bersih diperoleh dari pendapatan penyaluran dana dikurangi beban operasional. Semakin besar rasio ini maka meningkatkan pendapatan bagi hasil atas aktiva produktif yang dikelola bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. NOM dirumuskan dengan pendapatan penyaluran dana setelah bagi hasil dikurang beban operasional di bagi rata-rata aktiva produktif dikali seratus persen. Berikut merupakan rumus yang digunakan dalam mengukur Return On Asset (Ikatan
Bankir Indonesia, 2016). Adapun rumusnya adalah:
Universitas Sumatera Utara 37
Tabel 2.4 Kriteria Peringkat Komposit Rentabilitas (ROA/Return On Asset)
PK Bobot Keterangan 1 ROA > 2% Sangat Baik 2 1,25% < ROA ≤ 2% Baik 3 0,5% < ROA ≤ 1,25% Cukup Baik 4 0% < ROA ≤ 0,5% Kurang Baik 5 ROA ≤ 0% Tidak Baik Sumber: SE BI No.13/24/DPNP/2011
Rasio NOM dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut
(Ikatan Bankir Indonesia, 2016):
%
Tabel 2.5 Kriteria Peringkat Komposit Rentabilitas (NOM/Net Operating Margin)
PK Bobot Keterangan 1 NOM > 3% Sangat Baik 2 2% < NOM ≤ 3% Baik 3 1,5% < NOM ≤ 2% Cukup Baik 4 1% < NOM ≤ 1,5% Kurang Baik 5 NOM ≤ 1% Tidak Baik Sumber: SE BI No.13/24/DPNP/2011
4. Permodalan (Capital)
Secara umum pengertian modal adalah uang yang ditanamkan oleh
pemiliknya sebagai pokok untuk memulai usaha maupun untuk memperluas
(besar) usahanya yang dapat menghasilkan sesuatu guna menambah
kekayaan. Pengelolaan modal bagi bank agak berbeda pada usaha industri
maupun bisnis perdagangan lainnya.
Modal merupakan faktor penting dalam bisnis perbankan, namun modal
Universitas Sumatera Utara 38
hanya membiayai sebagian kecil dari harta bank. Modal bank terdiri dari dua elemen yaitu modal sendiri (primary capital) dan modal tambahan (secondary capital). Modal sendiri adalah modal yang digolongkan sebagai “senior capital” yakni modal yang diperoleh dari saham preferen dan obligasi.
Titipan tidak termasuk dalam pengertian modal, walaupun sebagia besar harta bank dibiayai dengan titipan/simpanan masyarakat.
Keberhasilan suatu bank bukan terletak pada jumlah modal yang dimilikinya, tetapi lebih didasarkan kepada bagaimana bank tersebut mempergunakan modal itu untuk menarik sebanyak mungkin dana/simpanan masyarakat yang kemudian disalurkannya kembali kepada masyarakat yang membutuhkannya sehingga membentuk pendapatan bagi bank tersebut (Pandia, 2012).
Rasio yang dapat digunakan untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank adalah Capital Adequency Ratio (CAR). CAR (Capital Adequacy Ratio) adalah ratio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari modal sendiri disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank. CAR (Capital Adequacy Ratio) adalah merupakan permodalan yang menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha dan menanpung risiko kerugian dana yang diakibatkan oleh kegiatan operasi bank. CAR
(Capital Adequacy Ratio) menunjukkan sejauh mana penurunan aset bank masih dapat ditutup oleh equity bank yang tersedia, semakin tinggi CAR semakin baik kondisi sebuah bank (Ali, 2004). Berdasarkan SE BI No
Universitas Sumatera Utara 39
26/2/BPPP mengatur bahwa kewajiban penyediaan modal minimum atau
CAR diukur dari presentase tertentu terhadap Aktiva Tertimbang Menurut
Risiko (ATMR) sebesar 8% dari ATMR (Fahmi, 2015). Rumus yang
digunakan adalah (Ikatan Bankir Indonesia, 2016) :
Tabel 2.6 Kriteria Peringkat Komposit Permodalan (CAR/Capital Adequency Ratio)
PK Bobot Keterangan 1 CAR ≥ 12% Sangat Baik 2 9% ≤ CAR < 12% Baik 3 8% ≤ CAR < 9% Cukup Baik 4 6% ≤ CAR < 8% Kurang Baik 5 CAR ≤ 6% Tidak Baik Sumber: SE BI No.13/24/DPNP/2011
2.2 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu mengenai analisis perbandingan kinerja keuangan perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia :
1. Puspita & Saryadi (2018) dengan judul “Uji Tingkat Kesehatan Bank antara
Perbankan Syariah Indonesia dengan Perbankan Syariah Malaysia”
menyatakan bahwa terdapat perbedaan pada FDR, NPF, BOPO dan ROE
antara Bank Umum Syariah di Indonesia dan Malaysia. Sedangkan variable
ROA dan CAR menunjukan tidak ada perbedaan antara Bank Umum Syariah
Universitas Sumatera Utara 40
Indonesia dengan Malaysia.
2. Hosen & Syafaat (2018) dengan judul “The Comparison of Soundness
Level of Islamic Banks in Indonesia and Malaysia” menyatakan bahwa
bank syariah Malaysia relatif lebih siap dan cenderung lebih sehat
dibandingkan bank syariah Indonesia selama periode 2012-2014 dengan
menggunakan Metode CAMEL.
3. Karini & Filianti (2018) dengan judul “Analisis Perbandingan Kinerja
Keuangan Bank Syariah di Indonesia, Malaysia, Brunei dan Thailand
Periode 2011-2016” menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan pada variable NPF, FDR, ROA dan CAR antara bank syariah di
Indonesia, Malaysia, Brunei, dan Thailand.
4. Hendratmi, Sukmaningrum, & Hasib (2017) dengan judul “Comparative
Analysis between Islamic Banks in Indonesia and Malaysia Using RGEC
Method and Sharia Conformity Indicator Period 2011-2015” menyatakan bahwa
tidak terdapat perbedaan pada variabel FDR dan ROA antara Bank Umum
Syariah di Indonesia dan Malaysia. Sedangkan variable ROE dan CAR
menunjukan adanya perbedaan antara Bank Umum Syariah Indonesia dengan
Malaysia.
5. Rizkiyah & Suhadak (2017) dengan judul “Analisis Perbandingan Tingkat
Kesehatan Bank Berdasarkan Risk Profile, Good Corporate Governance,
Earnings, dan Capital (RGEC) pada Bank Syariah (Studi pada Bank Syariah
di Indonesia, Malaysia, United Arab Emirates, dan Kuwait Periode 2011-
2015)” menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan kinerja perbankan
Universitas Sumatera Utara 41
syariah Indonesia dan Malaysia dengan perbandingan predikat rasio sebagai
berikut: (1) NPL dan CAR sangat baik, (2) ROA baik, dan (3) LDR cukup
baik.
6. Wibowo (2015) dengan judul “Analisi Perbaningan Kinerja Keuangan
Perbankan Syariah dengan Metode CAMEL di ASEAN (Studi Komparatif:
Indonesia, Malaysia, Thailand)” menyatakan bahwa rasio dari semua
indicator keuangan perbankan islam di Indonesia berbeda secara signifikan
dengan di Malaysia dan Thailand dengan perbandingan predikat rasio ROA
dan ROE sangat baik sedangkan EEA, LDR dan AGR baik.
7. Iriyanto (2015) dengan judul “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan
Perbankan Syariah di Indonesia dan Malaysia Periode 2014” menyatakan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dikedua rasio yaitu rasio FDR
perbankan syariah jauh lebih baik dan rasio ROA menunjukan perbankan
Malaysia lah yang jauh lebih baik. Sedangkan kedua penilaian yang lain yaitu
GCG dan CAR tidak menunjukkan perbedaan.
8. Hayati, Irawati, & Oktaviani (2010) dengan judul “Comparison Analysis of
Financial Performance on Shariah Banking (Case Study in Indonesia and
Malaysia)” menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara kinerja keuangan bank syariah Indonesia dan Malaysia.
Tabel 2.7 Review Penelitian Terdahulu
Teknik Peneliti Judul No Variabel Analis Hasil Penelitian (Tahun) Penelitian Data
Universitas Sumatera Utara 42
1. Adytya Uji Tingkat 1. FDR Uji 1. Terdapat Ratna Kesehatan Bank Kolmogoro perbedaan 2. NPF Puspita antara Perbankan vSmirnov, pada variabel & Syariah Indonesia 3. BOPO Uji FDR, NPF, Saryadi dengan Perbankan Statistik BOPO, dan 4. ROA (2018) Syariah Malaysia Deskriptif, ROE antara 5. ROE dan Mann- Bank Umum Whitney U Syariah di 6. CAR Test Indonesia dan Malaysia.
2. Sedankan pada variabel ROA dan CAR menunjukan tidak ada perbedaan antara Bank Umum Syariah Indonesia dengan Malaysia.
Lanjutan Tabel 2.7 Peneliti Judul Teknik No Variabel Hasil Penelitian (Tahun) Penelitian Analis Data 2. Muham The 13 rasio Kuantitatif- Hasil penelitian mad Comparison of keuangan positivistic menunjukkan bahwa Nadratuz Soundness untuk atau Bank Islam di Malaysia zaman Level of memproks Merating cenderung lebih sehat Hosen & Islamic Banks ikan nilai bank daripada Bank Islam di Syafaat in Indonesia Camel berdasarkn Indonesia selama Muhari and Malaysia nilai rata- periode 2012 hingga (2018) rata rasio 2014. Bank Islam di Camel Malaysia menunjukkan (Deskriptif) peningkatan yang lebih baik daripada Indonesia selama periode penelitian. Penelitian Ini menunjukkan pertumbuhan skor CAMEL Malaysia yang mewakili tingkat kesehatan bank, sebaliknya, skor CAMEL dari bank syariah di Indonesia
Universitas Sumatera Utara 43
menurun pada periode yang sama. Hasil ini menunjukkan bahwa bank syariah di Indonesia kurang kompetitif di kawasan ASEAN daripada rekan-rekan mereka di Malaysia.
3. Adyagun Analisis 1. NPF One-Way Hasil penelitian ini ita Karini Perbandingan 2. FDR ANOVA menunjukan bahwa & Dian Kinerja 3. ROA terdapat perbedaan Filianti Keuangan yang signifikan pada 4. CAR (2018) Bank Syariah variabel NPF, FDR, di Indonesia, ROA dan CAR antara Malaysia, Bank Umum Syariah di Brunei dan Indonesia dan Thailand Malaysia. Periode 2011- 2016
Lanjutan Tabel 2.7 Teknik Peneliti Judul No Variabel Analis Hasil Penelitian (Tahun) Penelitian Data
Universitas Sumatera Utara 44
4. Achsania Comparative 1. FDR Independe 1. Penelitian ini Hendrat Analysis between 2. ROA nt samples menunjukkan mi, Puji Islamic Banks in 3. ROE T-test and bahwa tidak ada Sucia, Indonesia and Mann perbedaan dalam CAR Fatin Malaysia Using Whitney kinerja bisnis bank Fadhilah RGEC Method Test syariah Indonesia (2017) and Sharia dan Malaysia Conformity dilihat dari aspek Indicator Period profil Risiko (FDR) 2011-2015 dan Penghasilan (ROA) 2. Sementara ada perbedaan kinerja bisnis dan sosial seperti yang terlihat dari Penghasilan (ROE), modal (CAR). 5. Khabibat Analisis 1. NPL Deskriptif Hasil penelitian ini ur Perbandingan 2. LDR dengan menunjukan bahwa Rizkiyah Tingkat 3. ROA pendekatan tidak terdapat & Kesehatan Bank kuantitatif perbedaan kinerja 4. CAR Suhadak Berdasarkan Risk perbankan syariah (2017) Profile, Good Indonesia dan Malaysia Corporate dengan perbandingan Governance, predikat rasio sebagai Earnings, dan berikut: (1) NPL dan Capital (RGEC) CAR sangat baik, (2) pada Bank ROA baik, dan (3) Syariah (Studi LDR cukup baik. pada Bank Syariah di Indonesia, Malaysia, United Arab Emirates, dan Kuwait Periode 2011- 2015)
Lanjutan Tabel 2.7 Teknik Peneliti Judul No Variabel Analis Hasil Penelitian (Tahun) Penelitian Data
Universitas Sumatera Utara 45
6. Susanto Analisi 1. CCA One-Way 1. Hasil uji statistik Wibowo Perbaningan 2. CAR ANOVA menunjukkan (2015) Kinerja Keuangan 3. NPL bahwa rasio dari Perbankan semua indikator 4. EEA Syariah dengan keuangan Metode CAMEL 5. LDR perbankan Islam di di ASEAN (Studi 6. ROA Indonesia berbeda Komparatif: 7. ROE secara signifikan Indonesia, AGR dengan di Malaysia Malaysia, dan Thailand Thailand) 2. Rasio rata-rata perbankan Islam di Indonesia yang lebih baik adalah ROA, ROE. Yang baik adalah EEA, LDR, & AGR. 7. Guruh Analisis 1. FDR Uji Beda 1. Terdapat perbedaan Iriyanto Perbandingan 2. GCG Mann yang signifikan (2015) Kinerja Keuangan 3. ROA Whitney dikedua rasio yaitu Perbankan Test rasio FDR CAR Syariah di perbankan syariah Indonesia dan Indonesia jauh Malaysia Periode lebih baik 2014 dibandingkan perbankan syariah di Malaysia. 2. rasio ROA menunjukan bahwa perolehan laba dari perbankan Malaysia jauh lebih baik kedua penilaian yang lain yaitu GCG dan CAR, tidak menunjukan perbedaan. 8. Neungne Comparison 1. CAR F-test Seluruh varibel tidak ung Analysis of 2. RORA dan T- memiliki perbedaan Ratna Financial 3. ROA test yang signifikan. Hayati, Performance on 4. BOPO Tanti Shariah Banking 4. LDR Irawati & (Case Study in Farah Indonesia and Oktafiani Malaysia) (2010)
2.3 Kerangka Konseptual
Sinyal-sinyal yang disampaikan oleh manajemen berupa laporan keuangan
Universitas Sumatera Utara 46
dapat digambarkan melalui rasio keuangan. Analisis laporan keuangan bermanfaat membantu mengantisipasi kondisi-kondisi di masa depan, serta yang lebih penting lagi adalah sebagai titik awal untuk melakukan perencanaan langkah-langkah peningkatan kinerja perusahaan.
Penelitian ini menggunakan alat analisis laporan keuangan dengan metode
RGEC sedangkan yang diteliti adalah rasio Non Performing Financing (NPF) dan
Financing to Deposit Ratio (FDR) untuk mengukur Risk Profile, Self Assesment
Bank digunakan untuk mengukur Good Corporate Governance (GCG), rasio
Return On Asset (ROA) dan Net Operating Margin (NOM) untuk mengukur
Earning, dan rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) untuk mengukur Capital. Dari hasil analisis tersebut lalu dilakukan perbandingan antara kinerja bank umum syariah di Indonesia dengan bank umum syariah di Malaysia.
Analisis laporan keuangan merupakan proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevalusi posisi keuangan dan hasil operasi perbankan pada masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan untuk menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai tingkat kesehatan dan kinerja perbankan mendatang. Menurut Munawir (2010), analisis laporan keuangan adalah analisis laporan keuangan yang terdiri dari penelaahan atau mempelajari daripada hubungan dan tedensi atau kecenderungan untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan perusahaan yang bersangkutan.
Bank konvensional maupun bank syariah memiliki fungsi utama seperti dinyatakan Undang-undang No. 7 Tahun 1992, pasal 3 tentang perbankan
Universitas Sumatera Utara 47
menyatakan bahwa fungsi perbankan Indonesia antara lain sebagai peghimpun dana dan menyalurkan dana masyarakat. Sedangkan menurut Kasmir (2012)
Bank diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa lainnya. Definisi Bank syariah menurut
Kasmir (2014) bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah adalah bank yang menggunakan aturan perjanjian berdasarkan hukum islam anatra bank dengan pihak-pihak lain untuk menghimpun dana atau pembiaayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya. Bank berdasarkan prinsip syariah mendasarkan kegiatan utamnya pada sistem imbalan atau bagi hasil.
Kinerja keuangan dapat dirumuskan sebagai perbandingan antara nilai yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dengan menggunakan asetnya yang produktif dan nilai yang diharapkan dari pemilik aset tersebut. Menurut Fahmi
(2011), kinerja keuangan merupakan gambaran dari pencapaian keberhasilan perusahaan dapat diartikan sebagai hasil yang telah dicapai atas berbagai aktivitas yang telah dilakukan. Menilai kinerja keuangan perusahaan perlu dikaitkan dengan kinerja keuangan kualitatif dan ekonomi. Analisis kinerja keuangan didasarkan pada data keuangan yang dipublikasikan seperti tercermin dalam laporan keuangan yang dibuat sesuai prinsip-prinsip akuntansi yang lazim digunakan.
Menurut Mulyadi (2013), Penilaian kinerja adalah pendeskripsian nilai secara periodik dari efektivitas suatu organisasi dalam setiap bagian organisasi dari karyawan berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang telah ditetapkan
Universitas Sumatera Utara 48
sebelumnya. Kinerja keuangan dapat diukur melalui aktifitas analisa dan evaluasi laporan keuangan, informasi yang dihasilkan posisi keuangan dan kinerja keuangan dimasa lalu terkadang digunakan sebagai dasar dalam memprediksi posisi keuangan dan kinerja di masa yang akan datang. Sesuai dengan peraturan
Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Umum, maka penilaian kinerja keuangan bank diukur dengan metode RGEC (Risk
Profile, Good Corporate Governance, Earning dan Capital). RGEC merupakan tolak ukur obyek pemeriksaan bank yang dilakukan oleh pengawas bank.
Kinerja keuangan perusahaan dapat dilihat dari laporan keuangan dan selanjutnya dari kinerja tersebut dapat ditentukan tingkat kesehatan perbankan yaitu dengan cara melakukan analisis atau interpretasi terhadap laporan keuangan.
Kinerja keuangan perusahaan merupakan informasi yang dibutuhkan oleh pihak- pihak yang berkepentingan dalam perusahaan, untuk membantu mereka dalam proses pengambilan keputusan.
Berdasarkan penelitian terdahulu yang dikemukakan oleh Puspita &
Saryadi (2018), Karini & Filianti (2018) terdapat perbedaan Rasio Non
Performing Financing (NPF) antara Bank Umum Syariah di indoneisa dan Bank
Umum Syariah di Malaysia. Penelitian yang dilakukan oleh Rizkiyah & Suhadak
(2017), Iriyanto (2015) untuk rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) terdapat perbedaan antara Bank Umum Syariah di Indoneisa dan Bank Umum Syariah di
Malaysia. Penelitian yang dilakukan Puspita & Saryadi (2018), Karini & Filianti
(2018), Hendratmi, Sukmaningrum, & Hasib (2017) terdapat perbedaan rasio
Retrun On Asset (ROA) antara Bank Umum Syariah di indoneisa dan Bank
Universitas Sumatera Utara 49
Umum Syariah di Malaysia. Penelitian yang dilakukan Iriyanto (2015)
Menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan Good Corporate Governance (GCG) antara Bank Umum Syariah di indoneisa dan Bank Umum Syariah di Malaysia, dan penelitian yang dilakukan oleh Karini & Filianti (2018), Hendratmi,
Sukmaningrum, & Hasib (2017) untuk rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) terdapat perbedaan antara Bank Umum Syariah di indoneisa dan Bank Umum
Syariah di Malaysia, serta penelitian yang dilakukan oleh Hosen & Syafaat (2018) menyatakan bahwa Bank Umum Syariah di Malaysia cenderung lebih baik dan lebih siap dari pada Bank Umum Syariah di indoneisa sedangkan Hayati, Irawati,
& Oktaviani (2010) menyatakan bahwa pada Bank Umum Syariah di indoneisa dan Bank Umum Syariah di Malaysia tidak terdapat perbedaan pada kinerja keuangannya.
Berdasarkan uraian diatas, maka kerangka konseptual penelitian ini adalah sebagai berikut: Kinerja Keuangan Bank Syariah
Metode RGEC
Good Corporate Risk Profile Governance Earnings Capital
1. Ukuran Dewan Komesaris CAR NPF FDR 2. Ukuran Komite ROA NOM (Capital (Non (Financ Remunerasi dan (Return (Net Adequa nominasi Perform ing to On Operating cy 3. Ukuran Dewan Margin) Ratio) ing Deposit Pengawas Syariah Asset) Financi Ratio) 4. Ukuran Komite ng) Audit 5. Ukuran Komite Risiko
Universitas Sumatera Utara 50
Analisis Laporan Keuangan
Bank Umum Bank Umum Syariah Indonesia Syariah Malaysia
Perbandingan Kinerja Keuangan
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian teoritis dan kerangka konseptual, maka hipotesis penelitian ini adalah:
1. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank umum
syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari rasio NPF
periode 2016-2018
2. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank umum
syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari rasio FDR
periode 2016-2018
3. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank umum
syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari Ukuran
Dewan Komesaris periode 2016-2018
Universitas Sumatera Utara 51
4. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank umum
syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari Ukuran
Komite Remunerasi dan nominasi periode 2016-2018
5. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank umum
syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari Ukuran
Dewan Pengawas Syariah periode 2016-2018
6. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank umum
syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari Ukuran
Komite Audit periode 2016-2018
7. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank umum
syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari Ukuran
Komite Risiko periode 2016-2018
8. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank umum
syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari rasio ROA
periode 2016-2018
9. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank umum
syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari rasio NOM
periode 2016-2018
10. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank umum
syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari rasio CAR
periode 2016-2018
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode komparatif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian komparatif merupakan penelitian yang ditujukan untuk membandingkan satu atau lebih data sampel (Suryani &
Hendryadi, 2015). Penelitian komparatif dapat berupa komparatif deskriptif
(descriptive comparative) maupun komparatif korelasional (correlation comparative) (Silalahi, 2005). Penelitian ini menggunakan jenis komparatif deskriptif karena membandingkan variabel yang sama untuk sampel yang berbeda dengan menggunakan alat uji statistik independent sample t-test dan uji Mann-
Whitney.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di bank sentral negara Indonesia dan Malaysia yang diakses melalui media internet di situs www.bi.go.id dan www.bnm.gov.my serta web masing-masing perusahaan. Waktu pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2019 sampai dengan April 2020.
3.3 Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah laporan tahunan serta laporan keuangan yang berkaitan dengan kinerja keuangan perbankan syariah Indonesia dan
Malaysia periode 2016-2018 dengan menggunakan pendekatan RGEC.
Pendekatan ini menggunakan profil risiko (risk profile), Good Corporate
52
Universitas Sumatera Utara 53
Governance (GCG), rentabilitas (earnings), dan permodalan (capital).
3.4 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional menurut Erlina (2011) adalah menjelaskan karakteristik obyek ke dalam elemen-elemen yang dapat di observasi yang menyebabkan konsep dapat diukur dan dioperasionalkan ke dalam penelitian.
Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel
No. Konsep Teoritis Dimensi Indikator Skala
1. Risk Profile 1. Total Kredit Bermasalah Rasio merupakan 2. Total Kredit yang Diberikan penilaian terhadap risiko
inheren dan Non Performing kualitas Financing penerapan manajemen
risiko dalam aktivitas operasional bank 1. Total Kredit Rasio (SE.OJK 2. Dana Pihak Ketiga No.10/SEOJK.0 3/2014) Financing to Deposit Ratio
2. Good Corporate Rasio Governance adalah konsep untuk - Ukuran Dewan Komisaris peningkatan - Ukuran Komite Remunerisasi dan kinerja Nominasi perusahaan Prinsip GCG - Ukuran Dewan Pengawas Syariah melalui - Ukuran Komite Audit monitoring - Ukuran Komite Risiko kinerja
manajemen (Nasution & Setiawan, 2007).
Universitas Sumatera Utara 54
Lanjutan Tabel 3.1
No. Konsep Teoritis Dimensi Indikator Skala
3. Earnings atau 1. Laba Sebelum Pajak Rasio rentabilitas 2. Rata-Rata Total Aset merupakan 3. aspek yang Return On Asset digunakan untuk
mengukur kemampuan bank dalam meningkatkan keuntungan 1. Pendapatan Penyaluran Dana Rasio (Kusnanto, Setelah Bagi Hasil 2017) 2. Beban Operasional 3. Rata-Rata Aktiva Produktif
Net Operating
Margin
4. Capital atau 1. Modal Rasio permodalan 2. Aktiva Tertimbang Menurut Risiko merupakan dana yang
diinvestasikan Capital oleh pemilik Adequacy Ratio pada waktu pendirian bank
yang dimaksudn
untuk membiayai kegiatan usaha bank (Fitrawati & A, 2016)
Universitas Sumatera Utara 55
Sumber: diolah penulis (2019)
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian
3.5.1 Populasi
Populasi adalah gabungan dari seluruh elemen berupa peristiwa, hal atau orang dengan karakteristik serupa yang dipandang sebagai sebuah semesta penelitian yang menjadi pusat perhatian seorang peneliti (Ferdinand, 2014).
Berdasarkan pengertian populasi tersebut, maka populasi dalam penelitian ini adalah perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia, namun populasi ini dibatasi dan dipersempit sehingga Unit Usaha Syariah (UUS) yang termasuk dalam perbankan syariah tidak diteliti dan yang diteliti hanya bank-bank umum syariah yang terdaftar di Bank Sentral Indonesia dan Malaysia pada tahun 2019, di
Indonesia terdapat 14 bank umum syariah sementara di Malaysia terdapat 16 bank umum syariah.
3.5.2 Sampel
Sampel adalah himpunan bagian (subset) dari populasi atau terdiri dari beberapa anggota populasi (Ferdinand, 2014). Adapun cara pengambilan sampel disebut teknik sampling. Teknik sampling terbagi menjadi dua, yaitu random sampling dan nonrandom sampling. Pada teknik random sampling, setiap anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel, sedangkan pada nonrandom sampling tidak semua anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel (Susetyo, 2012).
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan nonrandom sampling dengan jenis purposive sampling. Dengan teknik tersebut,
Universitas Sumatera Utara 56
peneliti memilih sampel bertujuan secara subyektif karena suatu kelompok tertentu memiliki informasi yang dibutuhkan dan memenuhi kriteria yang ditentukan oleh peneliti (Ferdinand, 2014).
Dari seluruh populasi yang sudah ada yaitu 30 bank umum syariah di
Indonesia dan Malaysia, selanjutnya sampel bank dipilih secara purposive sampling yaitu sampel dipilih oleh peneliti dengan sengaja karena ada beberapa pertimbangan tertentu dengan pemilihan kriteria sebagai berikut :
1. Bank umum syariah yang terdaftar di Bank Sentral Indonesia dan Malaysia
pada tahun 2019.
2. Laporan keuangan perusahaan dapat diakses dari situs resmi perusahaan.
3. Mempublikasikan laporan keuangan pada rentang tahun 2016-2018.
4. Beroperasi sebagai bank syariah paling tidak sejak tahun 2016.
5. Laporan keuangan perusahaan perbankan syariah memiliki data-data
penelitian yang dibutuhkan.
Dalam hal ini, penulis menentukan sampel yang memenuhi kriteria purposive sampling dari populasi. Pada Tabel 3.2 berikut ini menyajikan data kriteria perusahaan perbankan syariah di negara Indonesia dan Malaysia.
Tabel 3.2 Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian
Keterangan Indonesia Malaysia Jumlah perbankan syariah terdaftar di Bank 14 16 Sentral di tiap Negara
Sampel yang dikeluarkan karena tidak (1) (0) beroperasi sebagai bank syariah sejak tahun 2016 Sampel yang dikeluarkan karena data yang (0) (1) dibutuhkan dalam penelitian tidak tersedia
Jumlah akhir perbankan syariah 13 15
Universitas Sumatera Utara 57
Sumber: Data sekunder yang diolah (2019)
Mengacu pada kriteria yang telah ditentukan maka jumlah sampel yang memenuhi kriteria tersebut berjumlah 28 bank umum syariah dimana 13 bank merupakan bank umum syariah Indonesia dan 15 merupakan bank umum syariah
Malaysia, berikut daftar bank umum syariah yang akan menjadi sampel dari penelitian ini :
Tabel 3.3 Sampel Perbankan Syariah Indonesia dan Malaysia
No. Bank Umum Syariah di Indonesia No. Bank Umum Syariah di Malaysia
1. PT Bank Aceh Syariah 1. Affin Islamic Bank Berhad Al Rajhi Banking & Investment 2. PT BCA Syariah 2. Corporation (Malaysia) Berhad 3. PT Bank Jabar Banten Syariah 3. Alliance Islamic Bank Berhad
4. PT BNI Syariah 4. AmBank Islamic Berhad
5. PT Bank BRISyariah 5. Bank Islam Malaysia Berhad
6. PT Bank Syriah Bukopin 6. CIMB Islamic Bank Berhad
7. PT Bank Syariah Mandiri 7. Hong Leong Islamic Bank Berhad
8. PT Maybank Syariah Indonesia 8. HSBC Amanah Malaysia Berhad Kuwait Finance House (Malaysia) 9. PT Bank Mega Syariah 9. Berhad Malaysia Building Society Berhad 10. PT Bank Muamalat Indonesia 10. Bank Berhad 11. PT Bank Panin Dubai Syariah 11. Maybank Islamic Berhad PT Bank Tabungan Pensiun Nasional 12. 12. OCBC Al-Amin Bank Berhad Syariah 13. PT Bank Victoria Syariah 13. Public Islamic Bank Berhad
14. RHB Islamic Bank Berhad
15. Standard Chartered Saadiq Berhad Sumber: diolah penulis (2019)
3.6 Jenis Data dan Sumber Data
Universitas Sumatera Utara 58
3.6.1 Jenis Data
Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data yang berupa laporan keuangan dari perusahaan perbankan yang telah dipublikasikan pada periode 2016 sampai 2018 dan data tersebut sangat diperlukan untuk menghitung rasio keuangan yang nantinya akan menunjukan bagaimana kinerja keuangan dari perusahaan perbankan tersebut.
3.6.2 Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data laporan keuangan yang dapat diperoleh dari situs bank sentral dimasing-masing negara, untuk laporan keuangan perbankan syariah di Indonesia dapat diperoleh dari situs www.bi.go.id atau www.ojk.go.id, sedangkan untuk data laporan keuangan perbankan syariah di
Malaysia dapat diperoleh dari situs www.bnm.gov.my.
3.7 Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data sekunder. Data sekunder merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti dari sumber-sumber yang telah ada. Data-data tersebut biasanya diperoleh dari perpustakaan atau laporan-laporan penelitian terdahulu (Hasan, 2010). Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah studi dokumentasi yang didapatkan dari data laporan tahunan dan laporan keuangan bank syariah yang menjadi sampel penelitian selama periode 2016-2018. Data tersebut diperoleh dari website masing-masing bank syariah terkait.
3.8 Teknik Analisis Data
Universitas Sumatera Utara 59
Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan menganalisis data pada laporan keuangan bank umum syariah yang menjadi sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan metode RGEC sebagaimana diatur dalam Surat Edaran
OJK No. 10/SE.OJK.03/2014. Analisis tersebut melalui prosedur mereview data laporan keuangan, menghitung rasio keuangan, kemudian diperbandingkan dengan cara analisa gabungan cross-sectional dan time series (Jumingan, 2006).
3.8.1 Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif adalah suatu metode analisis dimana data-data dikumpulkan, diklarifikasikan, dikelompokkan, dianalisis dan diinterpretasikan secara objektif sehingga dapat memberikan gambaran mengenai objek yang dibahas. Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan data atau membuat ringkasan data dalam analisis data (Sugiyono, 2014).
3.8.2 Uji Normalitas
Sebelum menganalisis data menggunakan uji statistik utama, perlu dilakukan uji normalitas data. Uji normalitas data merupakan hal yang penting untuk dilakukan sebagai proses menentukan alat uji statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis.
Apabila data berdistribusi normal, maka dapat menggunakan uji statistik parametrik.
Sebaliknya apabila data berdistribusi tidak normal, maka pengujian hipotesis lebih sesuai menggunakan alat uji statistik nonparametrik. Menurut Uyanto (2009), bentuk hipotesis untuk uji normalitas data adalah sebagai berikut:
H0 : Data berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : Data tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
Universitas Sumatera Utara 60
Uji normalitas data pada penelitian ini menggunakan uji statistik
Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan program SPSS dengan menggunakan tingkat signifikansi sebesar 5% (α=0,05). Apabila nilai probabilitas lebih besar dari tingkat signifikansi yang sudah ditentukan, maka H0 diterima dan distribusi data dinyatakan normal. Sebaliknya apabila nilai probabilitas lebih kecil dari tingkat signifikansi yang sudah ditentukan, maka H0 ditolak dan distribusi data dinyatakan tidak normal.
3.9 Pengujian Hipotesis
Uji statistik yang digunakan untuk pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan Independent Sample t-Test dan uji Mann-Whitney. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank
umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari rasio
NPF periode 2016-2018.
H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank umum
syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari rasio NPF
periode 2016-2018.
2. H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank
umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari rasio
FDR periode 2016-2018.
H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank umum
syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari rasio FDR
periode 2016-2018.
Universitas Sumatera Utara 61
3. H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank
umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari
Ukuran Dewan Komesaris periode 2016-2018.
H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank umum
syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari Ukuran
Dewan Komesaris periode 2016-2018.
4. H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank
umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari
Ukuran Komite Remunerasi dan Nominasi periode 2016-2018.
H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank umum
syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari Ukuran
Komite Remunerasi dan Nominasi periode 2016-2018.
5. H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank
umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari
Ukuran Dewan Pengawas Syariah 2016-2018.
H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank umum
syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari Ukuran
Dewan Pengawas Syariah periode 2016-2018.
6. H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank
umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari
Ukuran Komite Audit 2016-2018.
H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank umum
syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari Ukuran
Universitas Sumatera Utara 62
Komite Audit periode 2016-2018.
7. H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank
umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari
Ukuran Komite Risiko 2016-2018.
H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank umum
syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari Ukuran
Komite Risiko periode 2016-2018.
8. H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank
umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari rasio
ROA periode 2016-2018.
H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank umum
syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari rasio ROA
periode 2016-2018.
9. H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank
umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari rasio
NOM periode 2016-2018.
H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank umum
syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari rasio NOM
periode 2016-2018.
10. H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank
umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari rasio
CAR periode 2016-2018.
H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank umum
Universitas Sumatera Utara 63
syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari rasio CAR
periode 2016-2018.
3.9.1 Independent Sample t-Test
Independent Sample t-Test digunakan untuk membandingkan dua mean dari dua sampel yang independen dengan asumsi data tersebut terdistribusi normal
(Uyanto, 2009). Berdasarkan hasil uji homogenitas (equal varian assumed atau equal varian not assumed), kemudian membuat keputusan sesuai hipotesis penelitian. Dasar penentuan pengambilan keputusan dalam independent sample t-
Test adalah apabila nilai probabilitas (sig. 2-tailed) > 0,05 maka Ho diterima dan
H1 ditolak atau dapat dikatakan tidak terdapat perbedaan signifikan antara dua jenis sampel independen. Sebaliknya, apabila nilai probabilitas (sig. 2-tailed) <
0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima atau dapat dikatakan terdapat perbedaan signifikan antara dua jenis sampel independen.
3.9.2 Mann-Whitney U Test
Uji Mann-Whitney digunakan untuk menguji dua kelompok independen dari suatu populasi apabila asumsi distribusi normalitas sampel dan homogenitas tidak terpenuhi (Susetyo, 2012). Dasar penentuan pengambilan keputusan uji
Mann Whitney adalah apabila nilai probabilitas (Asymp.Sig (2-tailed)) > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak atau dapat dikatakan tidak terdapat perbedaan signifikan antara dua jenis sampel independen. Sebaliknya, apabila nilai probabilitas (Asymp.Sig (2-tailed) < 0,05 maka H1 diterima dan H0 ditolak atau dapat dikatakan terdapat perbedaan signifikan antara dua jenis sampel
Universitas Sumatera Utara 64
independen.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
4.1.1 Perbankan Syariah Indonesia
1. PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk
PT Bank Muamalat Indonesia Tbk memulai perjalanan bisnisnya sebagai
bank syariah pertama di Indonesia pada 1 November 1991 atau 24 Rabi’us
Tsani 1412 H. Pada 27 Oktober 1994, Bank Muamalat Indonesia
mendapatkan izin sebagai Bank Devisa dan terdaftar sebagai perusahaan
publik yang tidak listing di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada tahun 2003,
Bank dengan percaya diri melakukan Penawaran Umum Terbatas (PUT)
dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) sebanyak 5 (lima)
kali dan merupakan lembaga perbankan pertama di Indonesia yang
mengeluarkan Sukuk Subordinasi Mudharabah.
2. PT Bank BNI Syariah
Dengan berlandaskan pada Undang-undang No. 10 Tahun 1998, pada tanggal
29 April 2000 didirikan Unit Usaha Syariah (UUS) BNI dengan 5
kantorcabang di Yogyakarta, Malang, Pekalongan, Jepara dan Banjarmasin.
Selanjutnya UUS BNI terus berkembang menjadi 28 Kantor Cabang dan 31
Kantor Cabang Pembantu. Realisasi waktu spin off BNI Syariah sebagai
Bank Umum Syariah (BUS) pada bulan Juni 2010 tidak terlepas dari faktor
eksternal berupa aspek regulasi yang kondusif yaitu dengan diterbitkannya
UU No. 19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dan
65
Universitas Sumatera Utara 66
UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Disamping itu, komitmen
pemerintah terhadap pengembangan perbankan syariah semakin kuat dan
kesadaran terhadap keunggulan produk perbankan syariah juga semakin
meningkat.
3. PT Bank Syariah Mandiri
PT Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal
25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999. PT Bank Syariah Mandiri
hadir dan tampil dengan harmonisasi idealism usaha dengan nilai-nilai
spiritual.Bank Syariag Mandiri tumbuh sebagai bank yang mampu
memadukan keduanya, yang melandasi kegiatan operasionalnya. Harmonisasi
idealism usaha dan nilai-nilai spiritual inilah yang menjadi salah satu
keunggulan Bank Syariah Mandiri dalam kiprahnya di perbankan Indonesia
khususnya bank syariah. Perdesember 2017 Bank Syariah Mandiri memiliki
737 kantor layanan di seluruh Indonesia, dengan akses lebih dari 196.000
jaringan ATM.
4. PT Bank Mega Syariah
Bank Mega Syariah berawal dari anak usaha Asuransi Tugu yaitu PT Bank
Umum Tugu (Bank Tugu) yang berdiri pada 14 Juli 1990. Pada 2001, bank
ini diambil alih oleh CT Corp melalui Mega Corpora, pada tanggal 25 Juli
2004 di konversi menjadi Bank Syariah dengan nama PT Bank Syariah Mega
Indonesia disingkat BSMI, lalu resmi beroperasi sebagai bank syariah pada
25 Agustus 2004. Sejak 2 November 2010 sampai dengan sekarang, bank ini
berganti nama menjadi PT Bank Mega Syariah.
Universitas Sumatera Utara 67
5. PT Bank Victoria Syariah
PT Bank Victoria Syariah didirikan untuk pertama kalinya dengan nama PT.
Bank Swaguna berdasarkan Akta Nomor 9 tanggal 15 April 1996. Akta
tersebut kemudian diubah dengan Akta Perubahan Anggaran Dasar Nomor 4
tanggal 5 September 1967 yang telah memperoleh pengesahan dari Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia (d/h Menteri Kehakiman) berdasarkan Surat
Keputusan Nomor: JA.5/79/5 tanggal 7 November 1967. Perubahan kegiatan
usaha Bank Victoria Syariah dari Bank Umum Konvensional menjadi Bank
Umum Syariah telah mendapatkan izin dari Bank Indonesia berdasarkan
Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor: 12/8/KEP.GBI/DpG/2010
tertanggal 10 Februari 2010. Bank Victoria Syariah mulai beroperasi dengan
prinsip syariah sejak tanggal 1 bulan April 2010.
6. PT Bank BRI Syariah
PT Bank BRI Syariah berdiri pada 1969, dahulu bernama Bank Jasa Arta, lalu
diambil alih Bank Rakyat Indonesia, menjadi Bank Umum Syariah pada
2008. UUS Bank Bbri digabung pada 2009. BRI syariah resmi beroperasi di
Indonesia pada tanggal 17 November 2008, setalah sebelumnya mendapat
izin dari Bank Indonesia pada tanggal 16 Oktober 2008 melalui surat
Keputusan Gubernur BI No.10/67/KEP.GBI/DpG/2008.
7. PT Maybank Syariah Indonesia
Bank Maybank Syariah Indonesia adalah lembaga keuangan berjenis
perbankan konvensional di Indonesia. Bank ini dahulu bernama Bank
Maybank Indocorp/Unit Usaha Syariah Malayan Banking Berhad Indonesia
Universitas Sumatera Utara 68
yang merupakan bank joint venture antara Maybank dengan Bank Nusa
Nasional. Sejak 2010, berubah menjadi bank syariah.
8. PT Bank Jabar Banten Syariah
Pendirian bank bjb syariah diawali dengan pembentukan Divisi/Unit Usaha
Syariah oleh PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk.
pada tanggal 20 Mei 2000, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat Jawa Barat yang mulai tumbuh keinginannya untuk menggunakan
jasa perbankan syariah pada saat itu. PT Bank Pembangunan Daerah Jawa
Barat dan Banten Tbk. pada tanggal 15 Januari 2010 didirikan bank bjb
syariah berdasarkan Akta Pendirian Nomor 4 yang dibuat oleh Notaris
Fathiah Helmi dan telah mendapat pengesahan dari Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia Nomor AHU. 04317.AH.01.01 Tahun 2010 tanggal 26
Januari 2010. Hingga saat ini bank bjb syariah berkedudukan dan berkantor
pusat di Kota Bandung, Jalan Braga No 135, dan telah memiliki 8 (delapan)
kantor cabang, 44 (empat puluh empat) kantor cabang pembantu, 54 (empat
puluh enam) jaringan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) yang tersebar di
daerah Propinsi Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta dan 49.630 jaringan
ATM Bersama.
9. PT Bank Panin Dubai Syariah
PT Bank Panin Dubai Syariah Tbk (“Panin Dubai Syariah Bank”),
berkedudukan di Jakarta dan berkantor pusat di Gedung Panin Life Center, Jl.
Letjend S. Parman Kav.91, Jakarta Barat. Sesuai dengan pasal 3 Anggaran
Dasar Panin Dubai Syariah Bank, ruang lingkup kegiatan Panin Dubai
Universitas Sumatera Utara 69
Syariah Bank adalah menjalankan kegiatan usaha di bidang perbankan
dengan prinsip bagi hasil berdasarkan syariat Islam. Panin Dubai Syariah
Bank mendapat ijin usaha dari Bank Indonesia berdasarkan Surat Keputusan
Gubernur Bank Indonesia No.11/52/KEP.GBI/DpG/2009 tanggal 6 Oktober
2009 sebagai bank umum berdasarkan prinsip syariah dan mulai beroperasi
sebagai Bank Umum Syariah pada tanggal 2 Desember 2009.
10. PT Bank Syariah Bukopin
Bank Syariah Bukopin adalah lembaga keuangan yang berjenis Jasa
Keuangan Perbankan. Sebagai salah satu bank nasional di Indonesia, sejarah
Perseroan dimulai pada 1990 dengan meleburnya 2 (dua) bank pasar, yakni
BPR Gunung Sindoro dan BPR Gunung Kendeng di Samarinda, Kalimantan
Timur. Dalam perkembangannya, atas dasar pertimbangan bisnis pada akhir
2002, dengan persetujuan Bank Indonesia (BI) yang dicantumkan dalam
Surat Keputusan Nomor 5/4/KEP. DGS/2003 tanggal 24 Januari 2003 dan
dituangkan dalam Akta Nomor 109 tanggal 31 Januari 2003, PT Bank
Swansarindo International berubah nama menjadi PT Bank Persyarikatan
Indonesia. PT Bank Persyarikatan Indonesia mengubah arah bisnisnya dari
bank konvensional menjadi bank syariah.PT Bank Persyarikatan Indonesia
berubah menjadi PT Bank Syariah Bukopin.Secara resmi Perseroan
melakukan kegiatan operasional berdasarkan prinsip syariah pada Selasa, 11
Zulhijah 1430 H atau 9 Desember 2008.
11. PT Bank BCA Syariah
PT. Bank BCA Syariah berdiri dan mulai melaksanakan kegiatan usaha
Universitas Sumatera Utara 70
dengan prinsip-prinsip syariah setelah memperoleh izin operasi syariah dari
Bank Indonesia berdasarkan Keputusan Gubernur BI No.
12/13/KEP.GBI/DpG/2010 tanggal 2 Maret 2009 dan kemudian resmi
beroperasi sebagai bank syariah pada hari Senin tanggal 5 April 2010. BCA
Syariah hingga saat ini memiliki 59 jaringan cabang yang terdiri dari 11 Kantor
Cabang (KC), 12 Kantor Cabang Pembantu (KCP), 3 Kantor Fungsional (KF)
dan 33 Unit Layanan Syariah (ULS) yang tersebar di wilayah DKI Jakarta,
Tangerang, Bogor, Depok, Bekasi, Surabaya, Semarang, Bandung, Solo,
Yogyakarta, Medan, Palembang dan Malang.
12. PT Bank Aceh
Sejarah baru mulai diukir oleh Bank Aceh melalui hasil rapat RUPSLB
(Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa) tanggal 25 Mei 2015 tahun
lalu bahwa Bank Aceh melakukan perubahan kegiatan usaha dari sistem
konvensional menjadi sistem syariah seluruhnya. Maka dimulai setelah
tanggal keputusan tersebut proses konversi dimulai dengan tim konversi
Bank Aceh dengan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan. Setelah melalui
berbagai tahapan dan proses perizinan yang disyaratkan oleh OJK
akhirnya Bank Aceh mendapatkan izin operasional konversi dari Dewan
Komisioner OJK Pusat untuk perubahan kegiatan usaha dari sistem
konvensional ke sistem syariah secara menyeluruh. Izin operasional
konversi tersebut ditetapkan berdasarkan Keputusan Dewan Komisioner
OJK Nomor. KEP-44/D.03/2016 tanggal 1 September 2016 Perihal
Pemberian Izin Perubahan Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional
Universitas Sumatera Utara 71
Menjadi Bank Umum Syariah PT Bank Aceh yang diserahkan langsung
oleh Dewan Komisioner OJK kepada Gubernur Aceh Zaini Abdullah
melalui Kepala OJK Provinsi Aceh Ahmad Wijaya Putra di Banda Aceh.
Sesuai dengan ketentuan yang berlaku bahwa kegiatan operasional Bank
Aceh Syariah baru dapat dilaksanakan setelah diumumkan kepada
masyarakat selambat-lambatnya 10 hari dari hari ini. Perubahan sistem
operasional dilaksanakan pada tanggal 19 September 2016 secara serentak
pada seluruh jaringan kantor Bank Aceh. Dan sejak tanggal tersebut Bank
Aceh telah dapat melayani seluruh nasabah dan masyarakat dengan sistem
syariah murni mengutip Ketentuan PBI Nomor 11/15/PBI/2009.
13. PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah
Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah adalah anak perusahaan Bank
Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN), dengan kepemilikan saham 70% dan
merupakan bank syariah ke 12 di Indonesia. Bank beroperasi berdasarkan
prinsip inklusi keuangan dengan menyediakan produk dan jasa keuangan
kepada masyarakat terpencil yang belum terjangkau serta segmen masyarakat
pra sejahtera. Selain menyediakan akses layanan keuangan kepada
masyarakat tersebut, Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah juga
menyediakan pelatihan keuangan sederhana untuk membantu mata
pencaharian nasabahnya agar dapat terus berlanjut serta membina masyarakat
yang lebih sehat melalui program Daya-nya. Bank Sahabat didirikan pada
tahun 1991 dengan lisensi bank non-devisa. Bank BTPN kemudian
mengakuisisi 70% saham di Bank Sahabat pada 30 Januari 2014 dan
Universitas Sumatera Utara 72
mengkonversinya menjadi Bank Syariah berdasarkan keputusan Otoritas Jasa
Keuangan tertanggal 22 Mei 2014. Sejak saat itu Unit Usaha Syariah di Bank
Tabungan Pensiunan Nasional, yang dibentuk pada bulan Maret tahun
2008, spin – off ke bank syariah yang baru pada 14 Juli 2014.
4.1.2 Perbankan Syariah Malaysia
1. Affin Islamic Bank Berhad
Affin Islamic Bank Berhad (AFFIN ISLAMIC), anak perusahaan yang
sepenuhnya dimiliki Affin Bank Berhad (AFFINBANK). didirikan pada
13 September 2005 dan secara resmi beroperasi sebagai bank syariah
mandiri yang berlaku mulai 1 April 2006. Sebagai bank syariah yang
lengkap, AFFIN ISLAMIC menawarkan rangkaian lengkap produk dan
layanan Perbankan Syariah untuk pelanggan Usaha Kecil Menengah
(UKM), Institusional, Ritel, dan Korporasi.
AFFIN ISLAMIC telah berada di garis depan dalam memperkenalkan
produk-produk inovatif dan sesuai Syariah yang mengadopsi berbagai konsep
Syariah mulai dari Musharakah Mutanaqisah, Mudarabah, Istisna, Ijarah,
Murabahah dan lain-lain. Produk dan layanan Bank memberikan demarkasi
yang jelas antara deposito, akun investasi, dan pembiayaan untuk memenuhi
kebutuhan perusahaan ritel dan bisnis terbaik.
Sejalan dengan Cetak Biru Sektor Keuangan Malaysia yang bercita-cita untuk
mengubah negara menjadi pusat global untuk Layanan Keuangan Islam,
AFFIN ISLAMIC akan terus melakukan penelitian dan pengembangan
menjadi produk dan layanan keuangan baru yang mampu bersaing di arena
Universitas Sumatera Utara 73
keuangan global.
2. Bank Islam Malaysia Berhad
Bank Islam Malaysia Berhad adalah sebuah bank Islam yang berbasis di
Malaysia yang telah beroperasi sejak Juli 1983. Bank Islam didirikan
terutama untuk membantu kebutuhan keuangan populasi Muslim negara itu,
dan memperluas layanannya kepada populasi yang lebih luas. Bank saat ini
menyediakan layanan kartu yang sesuai syariah dan mobile banking, di
samping itu juga. Bank Islam didirikan dengan modal awal resmi sebesar RM
500 juta dan modal disetor sebesar RM 79,9 juta; bank secara bertahap
meningkatkan modal dasar dan disetor masing-masing menjadi RM 2 miliar
dan RM 563 juta.
3. CIMB Islamic Bank Berhad
CIMB Group didirikan di Malaysia pada tahun 1974 dan berkantor pusat di
Kuala Lumpur, operasi CIMB Group melibatkan bank konsumen yang
mapan, bank investasi regional terkemuka dan bank syariah.
CIMB Islamic adalah franchise perbankan dan layanan keuangan syariah dari
CIMB Grup dengan serangkaian luas produk dan layanan inovatif Syariah.
Solusi CIMB Islamic meliputi pembiayaan, sukuk, perbankan investasi,
perbankan transaksi, manajemen aset, layanan banca-takaful dan sekuritas
untuk pelanggan individu, komersial, perusahaan dan institusi di seluruh
ASEAN. Dengan eksekusi strategi Islamic First mereka bertujuan untuk
memperluas proposisi nilai produk-produk Islami kepada pelanggan dan
masyarakat luas. CIMB Islamic bercita-cita untuk secara progresif
Universitas Sumatera Utara 74
mengintegrasikan faktor lingkungan, sosial dan tata kelola melalui
pendekatan berbasis nilai, ciri khas keuangan Islam.
4. Maybank Islamic Berhad
Maybank Islamic Berhad berdiri pada tahun 2007 bank ini adalah anak
perusahaan dari Maybank adalah pemain perbankan syariah terbesar di
kawasan Asia Pasifik. Ini bertujuan untuk memenuhi perkembangan yang
menantang di dunia Perbankan Islam dan tentunya akan memenuhi kebutuhan
keuangan Islam Anda dengan berbagai produk dan layanannya.
5. Public Islamic Bank Berhad
Sejak tahun 1993, Public Islamic Bank telah menawarkan produk dan layanan
perbankan Islami kepada publik ketika dimulai sebagai jendela melalui Public
Bank. Kami berkontribusi pada bidang perbankan syariah secara keseluruhan,
dengan fokus pada pembiayaan konsumen dan ritel, usaha kecil dan
menengah serta pembiayaan dan pengambilan simpanan.
Perkembangan yang cepat dan peningkatan penerimaan oleh Malaysia tanpa
memandang ras dan agama membutuhkan produk dan layanan perbankan
yang tidak hanya sesuai dengan Syariah tetapi juga kompetitif. Setoran
kompetitif dan produk pembiayaan bank ini adalah yang memenuhi
panggilan.
Sebagai salah satu pemain kunci dalam industri perbankan Islam dan 5 bank
Islam teratas di Malaysia, bank ini telah tumbuh dengan mantap dengan
pertumbuhan modal yang kuat dari RM30 juta pada tahun 1993, menjadi
RM4,5 miliar pada tanggal 31 Desember 2018.
Universitas Sumatera Utara 75
6. RHB Islamic Bank Berhad
Grup Perbankan RHB secara resmi menerima lisensi untuk anak perusahaan
Perbankan Syariah pada 1 Maret 2005, menjadikannya grup perbankan
komersial pertama di Malaysia yang memiliki Bank Islam penuh. RHB
Islamic Banking menawarkan berbagai layanan dan solusi perbankan
konsumer, bisnis dan korporasi yang berbasis syariah.
7. Al Rajhi Bank
Al Rajhi Bank didirikan pada tahun 1957, dan merupakan salah satu bank
terbesar di Arab Saudi, dengan lebih dari 9.600 karyawan dan aset $ 88
miliar. Bank ini berkantor pusat di Riyadh, dan memiliki lebih dari 600
cabang, terutama di Arab Saudi, tetapi juga di Kuwait, dan Yordania, dengan
anak perusahaan di Malaysia. Bank itu dimulai oleh empat bersaudara,
Sulaiman, Saleh, Abdullah, dan Mohamed, dari keluarga Al Rajhi, salah satu
keluarga terkaya di Arab Saudi. Bank awalnya dimulai sebagai kelompok
operasi perbankan dan komersial yang, pada tahun 1978, bergabung bersama
di bawah payung Perusahaan Perdagangan dan Pertukaran Al Rajhi.
Perusahaan berubah menjadi perusahaan saham gabungan pada tahun 1987,
dan setelah dua tahun berganti nama menjadi Al Rajhi Banking and
Investment Corporation. Pada tahun 2006, bank berganti nama menjadi Bank
Al Rajhi. Ini diperdagangkan di Bursa Efek Arab Saudi (Tadawul), dan
sekitar 75% saham mereka dimiliki publik. Anggota keluarga Al Rajhi adalah
pemegang saham terbesar bank.
Pada tahun 2006, setelah hampir 50 tahun beroperasi semata-mata di Arab
Universitas Sumatera Utara 76
Saudi, bank diluncurkan di Malaysia, menandakan peluncuran pertamanya ke
perbankan internasional.
8. HSBC Amanah Malaysia Berhad
HSBC telah menawarkan layanan keuangan syariah di Malaysia sejak 1994.
HSBC memperkenalkan perbankan syariah secara global pada tahun 1998. Pada
tahun 2004, merek HSBC Amanah diluncurkan secara global dengan tujuan
menjadikan HSBC penyedia layanan perbankan syariah terkemuka di seluruh
dunia. Pada bulan November 2007, HSBC Bank Malaysia Berhad adalah bank
asing berbadan hukum lokal pertama di Malaysia yang diberikan lisensi oleh
Bank Negara Malaysia untuk mendirikan anak perusahaan perbankan syariah.
HSBC Amanah Malaysia Berhad, bank syariah yang sepenuhnya dimiliki
sepenuhnya oleh HSBC Bank Malaysia dan anggota Grup HSBC, didirikan
pada Februari 2008 dan mulai beroperasi pada Agustus 2008.
9. OCBC Al-Amin Bank Berhad
OCBC sepenuhnya memiliki OCBC Al-Amin Bank, yang menawarkan
produk dan layanan perbankan syariah di Malaysia. OCBC telah menawarkan
produk dan layanan perbankan syariah sejak 1995. Akhirnya, pada 1
Desember 2008 OCBC meluncurkan OCBC Al-Amin Bank Berhad. OCBC
Al-Amin menawarkan produk dan layanan berdasarkan kontrak Syariah yang
berlaku dan dengan persetujuan dari Komite Penasihat Syariah.
10. Standard Chartered Saadiq Berhad
Standard Chartered Saadiq Berhad, anak perusahaan Perbankan Syariah
Bank-nya yang pertama dan satu-satunya di jaringan grup ini didirikan pada
Universitas Sumatera Utara 77
November 2008. Standard Chartered Saadiq menawarkan berbagai solusi
yang sesuai dengan Syariah melalui cabang-cabang khusus serta melalui
jendela perbankan Islam di Standard Chartered ranting. Pada 2012, Bank
mendirikan Kuala Lumpur sebagai pusat global untuk perbankan ritel syariah.
11. MBSB Bank Berhad
MBSB Bank Berhad (sebelumnya dikenal sebagai Asian Finance Bank
Berhad) telah diberikan lisensi oleh Bank Negara Malaysia untuk
menjalankan bisnis Perbankan Syariah. Bank MBSB diatur dan diawasi oleh
Bank Negara Malaysia berdasarkan Undang-Undang Jasa Keuangan Islam,
2013. MBSB Bank Berhad, sebuah Bank Islam penuh yang didirikan pada
tanggal 28 November 2005 adalah anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki
oleh Malaysia Building Society Berhad.
Pada tanggal 6 November 2017, MBSB menandatangani Perjanjian Saham &
Pembelian dengan pemegang saham Asian Finance Bank Berhad
(“AFB/Vendor”) untuk usulan akuisisi oleh MBSB dari seluruh kepemilikan
saham di AFB untuk pertimbangan pembelian agregat sebesar
RM644.952.807,66 harus dipenuhi dengan uang tunai sebesar
RM396.894.036,26 dan penerbitan 225.507.974 Saham Pertimbangan dengan
harga penerbitan RM1,10 per Saham Pertimbangan ("Akuisisi").
Akuisisi ini disetujui oleh pemegang saham MBSB pada tanggal 23 Januari
2018. Para pemegang saham juga menyetujui pengalihan Aset dan Kewajiban
yang Sesuai Syariah dari MBSB ke AFB melalui Skema Pengaturan Anggota.
Berdasarkan persetujuan tersebut di atas dan setelah penyelesaian pengalihan
Universitas Sumatera Utara 78
saham dan pembayaran saldo dari pertimbangan pembelian kepada Vendor,
AFB menjadi anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki oleh Malaysia
Building Society Berhad pada tanggal 7 Februari 2018.
12. Alliance Islamic Bank Berhad
Anak perusahaan dari Alliance Bank Malaysia Berhad (ABMB), Alliance
Islamic Bank Berhad (AIS) yang berdiri pada 19 Januari 2001 berada dalam
posisi yang baik untuk memanfaatkan potensi besar dalam industri perbankan
Islam di Malaysia. AIS, dengan ruang lingkup perbankan holistik, berfokus
pada perbankan konsumen, perbankan komersial dan UKM untuk
menumbuhkan bisnis. Ini memanfaatkan penjualan perbankan konvensional
dan saluran distribusi untuk memasarkan dan mempromosikan produk dan
layanannya. Ini juga menghadirkan peluang unik bagi Alliance Financial
Group untuk fokus dan menumbuhkan segmen perbankan investasi syariah
terutama di sektor manajemen kekayaan dan pasar modal. AIS juga memiliki
tim personel khusus yang terlatih untuk menawarkan layanan konsultasi
keuangan kepada pelanggan sesuai dengan prinsip-prinsip Islam dan Syariah.
13. AmBank Islamic Berhad
Pada tahun 2006 amIslamic Bank mulai beroperasi, dengan vesting aset dan
kewajiban syariah AmBank (M) Berhad menjadi anak perusahaan dari
AmBank Group yang terpisah. AmBank Islamic Berhad adalah cabang
perbankan Islami dari AmBank Group dan menawarkan rangkaian lengkap
produk dan layanan perbankan ritel dan non-eceran yang sesuai dengan
Syariah, termasuk solusi investasi, perbendaharaan dan perdagangan.
Universitas Sumatera Utara 79
AmInvest memberikan solusi pengelolaan dana syariah sementara produk
takaful keluarga ditawarkan oleh AmMetLife Takaful Berhad.
14. Hong Leong Islamic Bank Berhad
Hong Leong Islamic Bank Berhad (HLISB) adalah anak perusahaan yang
sepenuhnya dimiliki oleh Hong Leong Bank (HLB), bagian dari Grup
Keuangan Hong Leong. HLISB secara resmi diluncurkan sebagai anak
perusahaan yang sepenuhnya dimiliki oleh HLB pada bulan Juli 2005. Bank
sekarang mengoperasikan delapan cabang dari seluruh bank syariah di
samping kemitraan jaringan di lebih dari 270 cabang HLB dan lebih dari
1.400 terminal swalayan nasional. Bank memanfaatkan jaringan distribusi
yang kuat ini dengan menawarkan produk dan layanan perbankan syariah
sebagai alternatif dari alternatif yang sesuai syariah dengan perbankan
konvensional.
Pada November 2011, HLISB menyelesaikan merger dengan EONCap
Islamic Bank Berhad sebagai bagian dari merger yang lebih besar antara
HLB dan EON Bank Berhad. Pencapaian ini menandai konsolidasi
pertama antara dua bank syariah di Malaysia dan telah memberikan
HLISB skala yang lebih besar dan pijakan yang lebih kuat dalam industri
perbankan syariah yang sangat kompetitif.
Dengan strategi yang berfokus pada menawarkan solusi holistik untuk
prinsip dan praktik Syariah, HLISB menyediakan pelanggan dengan
berbagai solusi inovatif. Ini termasuk pembiayaan terstruktur, bisnis dan
perbankan korporasi, layanan keuangan pribadi, pasar Islam global dan
Universitas Sumatera Utara 80
manajemen kekayaan. Penawaran ini didukung oleh upaya berkelanjutan
untuk mencapai keunggulan dalam penyediaan layanan. Hasil keuangan
yang kuat yang diperoleh HLISB membuktikan kompetensi inti dan
fundamental operasi bank. Selain itu, HLISB juga telah mengembangkan
ceruk pasar melalui pendapatan berbasis biaya dan Pasar Modal Islam.
15. Kuwait Finance House Malaysia Berhad
Kuwait Finance House (Malaysia) Berhad (KFH Malaysia) adalah unit
yang sepenuhnya dimiliki oleh Kuwait Finance House K.S.C. (KFH) -
salah satu bank Islam terkemuka di dunia dengan operasi bisnis di
Bahrain, Turki, Yordania, Arab Saudi, Malaysia, serta afiliasi di Uni
Emirat Arab, Oman, dan Bangladesh.
Mengikuti rencana ekspansi global strategisnya, mereka menjadi bank syariah
asing pertama yang diberi lisensi berdasarkan Undang-Undang Perbankan
Syariah (Malaysia) 1983 pada 8 Mei 2005 dan secara resmi memulai operasi
kami pada bulan Agustus tahun yang sama.
Di Malaysia, Kuwait Finance House Malaysia Berhad berkomitmen untuk
memberikan solusi keuangan inovatif sesuai Syariah kepada pelanggan yang
menawarkan rangkaian lengkap produk dan layanan keuangan berbasis
Syariah di bawah Perbankan Korporat, Investasi, Komersial, Ritel dan
Konsumer serta Keuangan dan Bisnis Internasional. Kuwait Finance House
Malaysia Berhad juga bertindak sebagai perantara dan fasilitator untuk
mempromosikan investasi dan perdagangan dua arah antara Malaysia, Asia-
Pasifik, dan Timur Tengah dengan unit Kuwait Finance House (Labuan)
Universitas Sumatera Utara 81
Berhad yang mencakup bisnis perbankan lepas pantai di Wilayah Federal
Labuan.
4.2 Analisis Deskriptif Statistik
Metode analisis deskriftif statistik digunakan untuk memberikan gambaran dari data statistik yang diperoleh dari hasil estimasi melalui software spss 22.
Deskripsi data statistik perbankan selama periode 2016 sampai dengan 2018 disajikan dalam analisis ini. Selengkapnya mengenai hasil statistik deskriptif penelitian dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.1 Statistik Deskriftif Variabel Penelitian Bank Umum Syariah Indonesia
Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation NPF 39 .02 22.04 3.230513 4.2837477 FDR 39 71.87 100.67 80.068974 22.2205219 UDK 39 1 3 1.59 .715 UKRN 39 1 3 2.05 .759 UDPS 39 1 3 1.92 .807 UKA 39 1 3 2.21 .767 UKR 39 1 3 2.03 .707 ROA 39 -10.77 11.42 .899744 3.8911671 NOM 39 -3.37 7.35 1.861795 2.6690239 CAR 39 11.51 40.91 20.255641 6.1854399 Valid N (listwise) 39 Sumber : Data sekunder yang diolah (Lampiran 3)
Tabel 4.2 Statistik Deskriftif Variabel Penelitian Bank Umum Syariah Malaysia Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation NPF 45 .15 3.75 1.708222 .9662799 FDR 45 77.31 276.18 105.009556 37.7566275
Universitas Sumatera Utara 82
UDK 45 1 2 1.31 .468 UKRN 45 1 3 1.69 .701 UDPS 45 1 2 1.47 .505 UKA 45 1 3 1.73 .618 UKR 45 1 3 1.76 .712 ROA 45 -.27 16.2 .880889 .3954676 NOM 45 .11 4.8 1.908222 1.0518172 CAR 45 13.5 30.94 18.312889 4.3621156 Valid N (listwise) 45 Sumber : Data sekunder yang diolah (Lampiran 4)
4.2.1 Risk Profile (Profil Risiko)
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa mean atau nilai rata-rata variabel NPF pada perbankan syariah Indonesia dari tahun 2016 sampai dengan
2018 adalah sebesar 3,230 persen. Nilai standard deviation NPF perbankan syariah Indonesia adalah 4,283 persen yang berarti sebagian besar nilai NPF pada sampel berjarak plus atau minus 4,2837477 persen dari mean. Hal ini menunjukkan nilai NPF perbankan syariah Indonesia cukup berfluktuasi.
Perbankan syariah Indonesia yang memiliki NPF tertinggi adalah PT Bank
Jabar Banten Syariah dengan nilai 22,04 persen pada tahun 2017. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan pembiayaan yang tidak signifikan dan pembiayaan bermasalah terus bertambah. Pemberian pembiayaan yang tidak hati-hati dan analisis risiko kredit nasabah yang tidak teliti menjadi salah satu permasalahan terbesar PT Bank Jabar Banten Syariah. Nilai NPF terendah adalah PT Bank
Tabungan Pensiun Nasional Syariah dengan nilai 0,02 persen pada tahun 2018.
Hal ini menandakan bahwa bank syariah ini fokus pada kualitas pembiayaan bukan kuantitas pembiayaan sehingga pembiayaan-pembiayaan yang disalurkan sedikit yang sampai terkategori macet.
Universitas Sumatera Utara 83
Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui mean atau nilai rata-rata variabel NPF pada perbankan syariah Malaysia dari tahun 2016 sampai dengan 2018 adalah sebesar
1,708 persen. Nilai standard deviation NPF adalah 0,966 persen yang berarti sebagian besar nilai NPF pada sampel berjarak plus atau minus 0,966 persen dari mean. Hal ini menunjukkan nilai NPF perbankan syariah Malaysia cukup berfluktuasi.
Perbankan syariah Malaysia yang memiliki nilai NPF tertinggi adalah
Affin Islamic Bank Berhad dengan nilai 3,75 persen pada tahun 2018. Hal ini bisa dilihat dari pertumbuhan pembiayaan yang tidak signifikan dan pembiayaan bermasalah yang meningkat dari tahun 2017. Nilai NPF terendah adalah RHB
Islamic Bank Berhad dengan nilai 0,15 persen pada tahun 2017. Hal ini disebabkan dalam penyaluran pembiayaan bank tersebut hanya memiliki sedikit total pembiayaan yang bermasalah dibandingkan dengan total pembiyaannya atau dengan kata lain bank tidak mengalami kesulitan untuk mengelola aktiva produktifnya.
Perkembangan kinerja keuangan bank umum syariah di Indonesia dan bank umum syariah di Malaysia berdasarkan rasio NPF dari tahun 2016 sampai dengan 2018 dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1 menunjukkan bahwa risiko pembiayaan mengalami fluktuasi dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2018. Bank Umum Syariah Indonesia mengalami kenaikan nilai risiko pembiayaan pada periode 2017 lalu mengalami penurunan pada periode berikutnya. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja bank sedang mengalami penurunan pada periode 2017 sehingga meningkatkan
Universitas Sumatera Utara 84
pembiayaan bermasalah. Namun, pada tahun berikutnya bank mampu mengatasi permasalahan ini sehingga pada periode 2018 jumlah pembiyaan bermasalahnya berkurang. Pada Bank Umum Syariah Malaysia terus mengalami penurunan nilai risiko pembiayaan dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2018. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja bank mengalami peningkatan sehingga menurunkan pembiayaan bermasalah. Rasio kredit atau pembiayaan mempunyai penilaian semakin kecil nilai dari rasio maka bank tersebut memiliki kinerja keuangan yang baik dilihat dari sisi kualitas aktiva produktif. Dalam hal ini kinerja keuangan berdasarkan indikator risiko kredit, bank umum syariah Malaysia lebih baik dibandingkan bank umum syariah Indonesia. Namun nilai rata-rata NPF kedua bank tersebut telah sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yaitu dibawah 5 persen.
4,50% 4,00% 3,97% 3,50% 3,40% 3,00% 2,50% NPF BUS Indonesia 2,31% 2,00% NPF BUS Malaysia 1,72% 1,71% 1,50% 1,67% 1,00% 0,50% 0,00% 2016 2017 2018 Sumber : Data sekunder yang diolah (Lampiran 5) Gambar 4.1 Perkembangan Mean NPF Bank Umum Syariah Indonesia dan Bank Umum Syariah Malaysia
Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui mean atau nilai rata-rata variabel FDR pada perbankan syariah Indonesia dari tahun 2016 sampai dengan 2018 adalah sebesar 80,068 persen. Nilai standard deviation FDR adalah 22,220 persen
Universitas Sumatera Utara 85
yang berarti sebagian besar nilai FDR pada sampel berjarak plus atau minus
22,220 persen dari mean. Hal ini menunjukkan nilai FDR perbankan syariah
Indonesia cukup berfluktuatif.
Perbankan syariah Indonesia yang memiliki nilai FDR tertinggi adalah PT
Bank Victoria Syariah dengan nilai 100,67 persen pada tahun 2016. Hal ini disebabkan oleh permintaan pembiayaan yang tumbuh sangat lambat tiap tahun sementara dana pihak ketiga (DPK) perbankan tumbuh lebih cepat di tahun 2016.
Nilai FDR terendah adalah PT Bank BRISyariah dengan nilai 71,87 persen pada tahun 2017. PT Bank BRISyariah merupakan bank yang memiliki nilai FDR yang sangat baik setiap tahunnya. Hal ini disebabkan permintaan pembiayaan tumbuh seimbang dengan dana pihak ketiga.
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa mean atau nilai rata-rata variabel FDR pada perbankan syariah Malaysia dari tahun 2016 sampai dengan
2018 adalah sebesar 105,009 persen. Nilai standard deviation FDR perbankan syariah Malaysia adalah 37,756 persen yang berarti sebagian besar nilai FDR pada sampel berjarak plus atau minus 37,756 persen dari mean. Hal ini menunjukkan nilai FDR perbankan syariah Malaysia cukup berfluktuatif.
Perbankan syariah Malaysia yang memiliki FDR tertinggi adalah
Standard Chartered Saadiq Berhad dengan nilai 276,18 persen pada tahun
2016. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan dana pihak ketiga yang tinggi sedangkan penyaluran pembiayaan bank sangat rendah. Nilai FDR terendah adalah Bank Islamic Malaysia Berhad dengan nilai 77,31 persen pada tahun
2016. Hal ini disebabkan oleh peningkatan pembiayaan dan pendaan Bank
Universitas Sumatera Utara 86
Islamic Malaysia Berhad. Strategi bank dalam penyaluran pembiayaan yang terencana dan berjalan dengan baik sehingga meningkatkan penyaluran pembiayaan sejalan dengan meningkatnya kepercayaan masyarakat dan nasabah yang ikut mendorong Dana Pihak Ketiga (DPK).
Perkembangan kinerja keuangan bank umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia berdasarkan rasio FDR dari tahun 2016 sampai dengan
2018 dapat dilihat pada Gambar 4.2.
140,00% 114,37% 120,00% 102,81% 97,83% 100,00% 83,87% 77,54% 78,78% 80,00% FDR BUS Indonesia 60,00% FDR BUS Malaysia 40,00% 20,00% 0,00% 2016 2017 2018 Sumber : Data sekunder yang diolah (Lampiran 6) Gambar 4.2 Perkembangan Mean FDR Bank Umum Syariah Indonesia dan Bank Umum Syariah Malaysia
Gambar 4.2 menunjukkan bahwa likuiditas mengalami fluktuasi dari tahun
2016 sampai dengan tahun 2018. Bank Umum Syariah Malaysia mengalami penurunan nilai FDR dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2018. Rasio likuiditas mempunyai penilaian semakin kecil nilai dari rasio likuiditas maka bank tersebut memiliki kinerja keuangan yang baik dilihat dari sisi likuiditas. Dalam hal ini kinerja keuangan berdasarkan aspek likuiditas bank umum syariah Indonesia lebih baik dibandingkan bank umum syariah Malaysia.
Berdasarkan Tabel 2.2 bank umum syariah Malaysia terkategori kurang
Universitas Sumatera Utara 87
baik karena rata-rata nilai FDR 100 persen < FDR ≤ 120 persen yaitu 102,81 persen, sedangkan bank umum syariah Indonesia terkategori sangat baik dalam aspek likuiditas karena rata-rata nilai FDR bank syariah Indonesia 70 persen <
FDR ≤ 85 persen yaitu 77,54 persen.
4.2.2 Good Corporate Governance
Berdasarkan tabel 4.1 hasil uji statistik deskriptif, besarnya GCG dari bank umum syariah Indonesia dari tahun 2016 sampai dengan 2018 yang diwakili oleh indikator ukuran dewan komisaris, ukuran komite remunerasi dan nominasi, ukuran Dewan Pengawas Syariah (DPS), komite audit serta komite risiko mempunyai nilai minimum sebesar 1,00 yang menjelaskan bahwa yang menjelaskan bahwa tata kelola perusahaan yang dilakukan bank tersebut “Sangat
Baik” atau telah sesuai dengan prinsip GCG, nilai maksimum sebesar 3,00 yang menjelaskan bahwa tata kelola perusahaan yang dilakukan bank tersebut “Cukup
Baik” atau cukup sesuai dengan prinsip GCG. Nilai rata-rata atau mean dari indikator ukuran dewan komisaris adalah 1,59, untuk ukuran komite remunerasi dan nominasi adalah 2,05, untuk ukuran Dewan Pengawas Syariah (DPS) adalah
1,92, untuk komite audit adalah 2,21, serta komite risiko adalah 2,03. Hal ini menujukkan bahwa kategori tata kelola perusahaan yang dilakukan bank tersebut
“Baik” karena berada pada rata-rata nilai komposit antara 1,5 sampai 2,5.
Berdasarkan tabel 4.2 hasil uji statistik deskriptif, besarnya GCG dari bank umum syariah Malaysia dari tahun 2016 sampai dengan 2018 yang diwakili oleh indikator ukuran dewan komisaris, ukuran komite remunerasi dan nominasi, ukuran Dewan Pengawas Syariah (DPS), komite audit serta komite risiko
Universitas Sumatera Utara 88
mempunyai nilai minimum sebesar 1,00 yang menjelaskan bahwa yang menjelaskan bahwa tata kelola perusahaan yang dilakukan bank tersebut “Sangat
Baik” atau telah sesuai dengan prinsip GCG, nilai maksimum sebesar 2,00 untuk ukuran dewan komesaris dan ukuran Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang menjelaskan bahwa tata kelola perusahaan menurut indikator tersebut “Baik” atau sesuai dengan prinsip GCG. Serta nilai maksimum sebesar 3,00 untuk ukuran komite remunerasi dan nominasi, komite audit serta komite risiko yang menjelaskan bahwa tata kelola perusahaan menurut indikator tersebut “Cukup
Baik” atau cuckup sesuai dengan prinsip GCG. Nilai rata-rata atau mean dari indikator ukuran dewan komisaris adalah 1,31, untuk ukuran komite remunerasi dan nominasi adalah 1,69, untuk ukuran Dewan Pengawas Syariah (DPS) adalah
1,47, untuk komite audit adalah 1,73, serta komite risiko adalah 1,76. Hal ini menujukkan bahwa kategori tata kelola perusahaan yang dilakukan bank tersebut
“Sangat Baik” pada indikator ukuran dewan komisaris dan ukuran Dewan
Pengawas Syariah (DPS) karena berada pada rata-rata nilai komposit dibawah 1,5.
Sedangkan untuk indikator ukuran komite remunerasi dan nominasi, ukuran komite audit serta ukuran komite risiko terkatagori “Baik”.
Perkembangan kinerja keuangan bank umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia berdasarkan indikator ukuran dewan komisaris dari tahun
2016 sampai dengan 2018 dapat dilihat pada Gambar 4.3.
Universitas Sumatera Utara 89
1,8 1,62 1,62 1,53 1,54 1,6 1,33 1,4 1,2 1,07 1 UDK Indonesia UDK Malaysia 0,8 0,6 0,4 0,2 0 2016 2017 2018
Sumber : Data sekunder yang diolah (Lampiran 7) Gambar 4.3 Perkembangan Mean Ukuran Dewan Komesaris Bank Umum Syariah Indonesia dan Bank Umum Syariah Malaysia
Gambar 4.3 menunjukkan bahwa ukuran dewan komesaris mengalami fluktuasi dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2018. Bank Umum Syariah
Malaysia mengalami penurunan nilai komposit dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2018. Peringkat komposit mempunyai penilaian semakin kecil maka bank tersebut memiliki kinerja tata kelola perusahaan yang baik atau sesuai dengan kriteria dari indikator tersebut. Dewan komisaris merupakan organ perusahaan bertugas dan bertanggungjawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada direksi serta memastikan bahwa perusahaan melaksanakan GCG. Dalam hal ini ukuran dewan komesaris bank umum syariah
Malaysia lebih baik dibandingkan bank umum syariah Indonesia, karena memiliki rata-rata peringkat komposit yang terus turun setiap tahunnya.
Perkembangan kinerja keuangan bank umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia berdasarkan indikator ukuran komite remunerasi dan nominasi dari tahun 2016 sampai dengan 2018 dapat dilihat pada Gambar 4.4.
Universitas Sumatera Utara 90
3 2,4 2,5 1,92 2 2 2 1,53 UKRN Indonesia 1,5 1,13 UKRN Malaysia 1
0,5
0 2016 2017 2018
Sumber : Data sekunder yang diolah (Lampiran 8) Gambar 4.4 Perkembangan Mean Ukuran Komite Remunerasi dan Nominasi Bank Umum Syariah Indonesia dan Bank Umum Syariah Malaysia
Gambar 4.4 menunjukkan bahwa ukuran komite remunerasi dan nominasi mengalami fluktuasi dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2018. Bank Umum
Syariah Malaysia mengalami penurunan nilai komposit ukuran komite remunerasi dan nominasi dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2018. Hal ini menunjukan bahwa setiap tahunnya ukuran komite remunerasi dan nominasi pada bank umum syariah Malaysia semakin baik. Dalam hal ini ukuran komite remunerasi dan nominasi lebih baik bank umum syariah dibandingkan bank umum syariah
Indonesia. Meskipun begitu kedua bank dalam periode 3 tahun tersebut sama- sama berada pada peringkat komposit “baik”.
Perkembangan kinerja keuangan bank umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia berdasarkan indikator ukuran Dewan Pengawas Syariah
(DPS) dari tahun 2016 sampai dengan 2018 dapat dilihat pada Gambar 4.5.
Universitas Sumatera Utara 91
2,5 2,08 2,08 2 1,67 1,62 1,53 1,5 1,2 UDPS Indonesia 1 UDPS Malaysia
0,5
0 2016 2017 2018
Sumber : Data sekunder yang diolah (Lampiran 9) Gambar 4.5 Perkembangan Mean Ukuran Dewan Pengawas Syariah Bank Umum Syariah Indonesia dan Bank Umum Syariah Malaysia
Gambar 4.5 menunjukkan bahwa ukuran dewan pengawas syariah mengalami fluktuasi dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2018. Bank Umum
Syariah Indonesia dan Malaysia mengalami penurunan nilai komposit ukuran dewan pengawas syariah pada tahun 2018. Namun tetap saja bank umum syariah
Malaysia memiliki peringkat komposit yang lebih rendah di bandingkan bank umum syariah Indonesia. Dalam hal ini kinerja ukuran dewan pengawas syariah bank umum syariah Malaysia lebih baik dibandingkan bank umum syariah
Indonesia, karena memiliki rata-rata peringkat komposit 1.
Perkembangan kinerja keuangan bank umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia berdasarkan indikator ukuran komite audit dari tahun
2016 sampai dengan 2018 dapat dilihat pada Gambar 4.6.
Universitas Sumatera Utara 92
3 2,46 2,5 2,23 2,07 1,92 2 1,6 1,53 1,5 UKA Indonesia UKA Malaysia 1
0,5
0 2016 2017 2018
Sumber : Data sekunder yang diolah (Lampiran 10) Gambar 4.6 Perkembangan Mean Ukuran Komite Audit Bank Umum Syariah Indonesia dan Bank Umum Syariah Malaysia
Gambar 4.6 menunjukkan bahwa ukuran komite audit mengalami fluktuasi dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2018. Bank Umum Syariah Indonesia dan
Malaysia mengalami penurunan nilai komposit ukuran komite audit dari tahun
2016 sampai dengan tahun 2018. Dalam hal ini ukuran komite audit bank umum syariah Malaysia lebih baik dibandingkan bank umum syariah Indonesia.
Meskipun begitu kedua bank sama-sama berada pada peringkat komposit “baik”.
Perkembangan kinerja keuangan bank umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia berdasarkan indikator ukuran komite risiko dari tahun
2016 sampai dengan 2018 dapat dilihat pada Gambar 4.7.
Universitas Sumatera Utara 93
2,5 2,31 2 2,08 2 1,73 1,69 1,53 1,5 UKR Indonesia 1 UKR Malaysia
0,5
0 2016 2017 2018
Sumber : Data sekunder yang diolah (Lampiran 11) Gambar 4.7 Perkembangan Mean Ukuran Komite Risiko Bank Umum Syariah Indonesia dan Bank Umum Syariah Malaysia
Gambar 4.7 menunjukkan bahwa ukuran komite risiko mengalami fluktuasi dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2018. Bank Umum Syariah
Indonesia dan Malaysia mengalami penurunan nilai komposit ukuran komite risiko dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2018. Dalam hal ini kinerja tata kelola perusahaan bank umum syariah Malaysia lebih baik dibandingkan bank umum syariah Indonesia. Meskipun begitu kedua bank sama-sama berada pada peringkat komposit “baik”.
4.2.3 Earnings (Rentabilitas)
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa mean atau nilai rata-rata variabel ROA pada perbankan syariah Indonesia dari tahun 2016 sampai dengan
2018 adalah sebesar 0,899 persen. Hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1 dari aset menghasilkan laba Rp 0,00899. Nilai standard deviation ROA perbankan syariah Indonesia adalah 3,891 persen yang berarti sebagian besar nilai ROA pada sampel berjarak plus atau minus 3,891 persen dari mean. Hal ini menunjukkan
Universitas Sumatera Utara 94
nilai ROA perbankan syariah Indonesia cukup berfluktuasi.
Perbankan syariah Indonesia yang memiliki ROA tertinggi adalah PT
Bank Tabungan Pensiun Nasional Syariah dengan nilai 11,42 persen pada tahun
2018. Hal ini disebabkan oleh peningkatan kinerja yang terus ditunjukkan oleh PT
Bank Tabungan Pensiun Nasional Syariah dari tahun ke tahun. Awal Mei 2018,
PT Bank Tabungan Pensiun Nasional Syariah resmi tercatat di Bursa Efek
Indonesia. Dana yang diperoleh dari IPO seluruhnya disalurkan untuk pembiayaan kepada perempuan prasejahtera produktif. Nilai ROA terendah adalah PT Bank
Panin Dubai Syariah dengan nilai -10,77 persen pada tahun 2017. Hal ini disebabkan oleh kinerja yang buruk. Pembiayaan bermasalah pada tahun 2017 mencapai angka 4,83 persen dan bank harus menanggung beban kerugian penurunan nilai jauh lebih tinggi dari tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp 1 triliun, sehingga di tahun 2017 bank mengalami kerugian sebesar Rp 974,8 miliar.
Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui mean atau nilai rata-rata variabel ROA pada perbankan syariah Malaysia dari tahun 2016 sampai dengan 2018 adalah sebesar 0,880 persen. Hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1 dari aset perusahaan mengalami keuntungan sebesar Rp 0,008. Nilai standard deviation
ROA adalah 0,395 persen yang berarti sebagian besar nilai ROA pada sampel berjarak plus atau minus 0,395 persen dari mean. Hal ini menunjukkan nilai ROA perbankan syariah Malaysia cukup berfluktuasi.
Perbankan syariah Malaysia yang memiliki nilai ROA tertinggi adalah
OCBC Al-Amin Bank Berhad dengan nilai 1,67 persen pada tahun 2017. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan bisnis, peningkatan produktivitas karyawan, dan
Universitas Sumatera Utara 95
kemampuan mengendalikan biaya operasional. Nilai ROA terendah adalah
Kuwait Finance House Malaysia Berhad dengan nilai -0,27 persen pada tahun
2016. Kuwait Finance House Malaysia Berhad mengalami rugi bersih sebesar RM
29,71 juta pada 2016. Kerugian ini menurun bila dibandingkan dengan kerugian yang dialami bank di tahun sebelumnya.
Perkembangan kinerja keuangan bank umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia berdasarkan rasio ROA dari tahun 2016 sampai dengan
2018 dapat dilihat pada Gambar 4.8.
1,80% 1,66% 1,60% 1,40% 1,20% 0,99% 0,90% 1,00% 0,74% ROA BUS Indonesia 0,80% ROA BUS Malaysia 0,60% 0,69% 0,34% 0,40% 0,20% 0,00% 2016 2017 2018
Sumber : Data sekunder yang diolah (Lampiran 12) Gambar 4.8 Perkembangan Mean ROA Bank Umum Syariah Indonesia dan Bank Umum Syariah Malaysia
Gambar 4.8 menunjukkan bahwa ROA mengalami fluktuasi dari tahun
2016 sampai dengan tahun 2018. Bank Umum Syariah Indonesia mengalami penurunan nilai ROA cukup signifikan dari tahun 2016 sampai dengan tahun
2017. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja bank sedang mengalami penurunan sehingga menurunkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aset.
Namun pada tahun 2018 nilai ROA naik secara signifikan. Berbeda dengan Bank
Universitas Sumatera Utara 96
Umum Syariah Malaysia yang mengalami kenaikan nilai ROA dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2018, walau kenaikannya memang tidak terlalu jauh. Rasio
ROA mempunyai penilaian semakin besar nilai dari rasio ROA, maka bank tersebut memiliki kinerja keuangan yang baik dilihat dari sisi rasio ROA. Dalam hal ini kinerja keuangan berdasarkan aspek earning, bank umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia hampir sama dimana rata-rata keduanya memiliki predikat cukup baik. Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa mean atau nilai rata-rata variabel NOM pada perbankan syariah Indonesia dari tahun 2016 sampai dengan 2018 adalah sebesar 1,861 persen. Nilai standard deviation NOM perbankan syariah Indonesia adalah 2,669 persen yang berarti sebagian besar nilai NOM pada sampel berjarak plus atau minus 2,669 persen dari mean. Hal ini menunjukkan nilai NOM perbankan syariah Indonesia cukup berfluktuasi.
Perbankan syariah Indonesia yang memiliki NOM tertinggi adalah PT
Bank Syariah Mandiri dengan nilai 7,35 persen pada tahun 2017. Hal ini disebabkan oleh peningkatan kinerja yang terus ditunjukkan oleh PT Bank
Syariah Mandiri dari tahun ke tahun, dan juga penurunan jumlah pembiayaan yang bermasalah pada bank. Nilai NOM terendah adalah PT Bank Victoria
Syariah dengan nilai -3,37 persen pada tahun 2016. Hal ini disebabkan oleh kinerja yang buruk. Pembiayaan bermasalah pada tahun 2016 mencapai angka
4,35 persen, ini menunjukkan kurang efektifnya bank dalam penempatan aktiva produktif dalam bentuk pembiayaan.
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa mean atau nilai rata-rata
Universitas Sumatera Utara 97
variabel NOM pada perbankan syariah Malaysia dari tahun 2016 sampai dengan
2018 adalah sebesar 1,908 persen. Nilai standard deviation NOM perbankan syariah Malaysia adalah 1,051 persen yang berarti sebagian besar nilai NOM pada sampel berjarak plus atau minus 1,051 persen dari mean. Hal ini menunjukkan nilai NOM perbankan perbankan syariah Indonesia cukup berfluktuasi.
Perbankan syariah Malaysia yang memiliki NOM tertinggi adalah Bank
Islam Malaysia Berhad dengan nilai 4,80 persen pada tahun 2018. Hal ini disebabkan oleh peningkatan kinerja yang terus ditunjukkan oleh Bank Islam
Malaysia Berhad dari tahun ke tahun, dan juga penurunan jumlah pembiayaan yang bermasalah pada bank. Yang artinya bank mampu menempatkan aktiva produktif secara efektif ke dalam bentuk pembiayaan. Nilai NOM terendah adalah
Al Rajhi Banking Malaysia Berhad dengan nilai 0,11 persen pada tahun 2016. Hal ini disebabkan oleh kurang efektifnya bank dalam memberikan pembiayaan.
Perkembangan kinerja keuangan bank umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia berdasarkan rasio NOM dari tahun 2016 sampai dengan
2018 dapat dilihat pada Gambar 4.9.
2,50% 2,33% 2,07% 2,00% 1,84% 1,80% 1,97% NOM BUS 1,28% 1,50% Indonesia
1,00% NOM BUS Malaysia 0,50%
0,00% 2016 2017 2018 Sumber : Data sekunder yang diolah (Lampiran 13) Gambar 4.9 Perkembangan Mean NOM Bank Umum Syariah Indonesia dan
Universitas Sumatera Utara 98
Bank Umum Syariah Malaysia
Gambar 4.9 menunjukkan bahwa NOM mengalami fluktuasi dari tahun
2016 sampai dengan tahun 2018. Bank Umum Syariah Indonesia mengalami kenaikan nilai NOM cukup signifikan dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2017.
Hal ini menunjukkan bahwa kinerja bank sedang mengalami kenaikan sehingga meningkatkan kemampuan perusahaan menghasil laba dari aktiva produktif dalam bemtuk pembiayaaan. Namun pada tahun 2018 nilai NOM turun kembali, walau tak serendah pada tahun 2016. Berbeda dengan Bank Umum Syariah Malaysia yang mengalami kenaikan nilai NOM dari tahun 2017 sampai dengan tahun 2018, walau kenaikannya memang tidak terlalu jauh. Rasio NOM mempunyai penilaian semakin besar nilai dari rasio NOM, maka bank tersebut memiliki kinerja keuangan yang baik dilihat dari sisi rasio NOM. Dalam hal ini kinerja keuangan berdasarkan aspek earning, bank umum syariah Indonesia lebih baik dibandingkan bank umum syariah Malaysia, dimana rata-rata bank umum syariah mendapatkan predikat baik.
4.2.4 Capital (Permodalan)
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa mean atau nilai rata-rata variabel CAR pada perbankan syariah Indonesia dari tahun 2016 sampai dengan
2018 adalah sebesar 20,255 persen. Hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1 dari
ATMR dijamin oleh modal sebesar 0,20255. Nilai standard deviation CAR perbankan syariah Indonesia adalah 6,185 persen yang berarti sebagian besar nilai
CAR pada sampel berjarak plus atau minus 6,185 persen dari mean. Hal ini menunjukkan nilai CAR perbankan syariah Indonesia cukup berfluktuasi.
Universitas Sumatera Utara 99
Perbankan syariah Indonesia yang memiliki CAR tertinggi adalah PT
Bank Tabungan Pensiun Nasional Syariah dengan nilai 40,91 persen pada tahun
2018. Hal ini disebabkan oleh kinerja perusahaan BTPN Syariah yang baik. BTPN
Syariah resmi mencatatkan dan memperdagangkan sahamnya di Bursa Efek
Indonesia pada tanggal 8 Mei 2018. Harga Penutupan Saham 2018 adalah Rp1.795.
Selain berhasil mengantarkan BTPN Syariah menjadi perusahaan publik, kinerja
Direksi dan Manajemen juga telah meningkatkan total aset BTPN Syariah mencapai
Rp12,0 triliun dan melayani 3,4 juta nasabah, naik 14,4 persen dari jumlah nasabah di tahun 2017, yaitu sejumlah 3 juta nasabah. Nilai CAR terendah adalah PT Bank
Panin Dubai Syariah dengan nilai 11,51 persen pada tahun 2017. Hal ini disebabkan oleh penurunan pendapatan dari tahun sebelumnya juga meningkatnya pembiayaan bermasalah yang mencapai 4,83 persen. Rugi bersih PT Bank Panin Dubai Syariah tahun 2017 sebesar Rp 968,85 miliar. Penurunan pendapatan yang terjadi pada tahun- tahun sebelumnya mengakibatkan modal PT Bank Panin Dubai Syariah tergerus sehingga menyebabkan nilai CAR bank ikut turun.
Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui mean atau nilai rata-rata variabel CAR pada perbankan syariah Malaysia dari tahun 2016 sampai dengan 2018 adalah sebesar 18,312 persen. Hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1 dari ATMR dijamin oleh modal sebesar 0,18312. Nilai standard deviation CAR adalah
4,362 persen yang berarti sebagian besar nilai CAR pada sampel berjarak plus atau minus 4,362 persen dari mean. Hal ini menunjukkan nilai CAR pada perbankan syariah Malaysia cukup berfluktuatif.
Perbankan syariah Malaysia yang memiliki nilai CAR tertinggi pada
Universitas Sumatera Utara 100
perbankan syariah adalah MBSB Bank Berhad dengan nilai 30,94 persen pada tahun 2017. Dibandingkan bank lainnya di industri perbankan syariah di
Malaysia, dari sisi permodalan, maka MBSB Bank Berhad menduduki posisi teratas. Hal ini disebabkan oleh peningkatan kinerja MBSB Bank Berhad. Nilai
CAR terendah juga dimiliki oleh MBSB Bank Berhad dengan nilai 13,50 persen pada tahun 2018. Hal ini disebabkan oleh MBSB menandatangani Perjanjian
Saham dan Pembelian dengan pemegang saham Asian Finance Bank Berhad
(AFB) untuk usulan akuisisi oleh MBSB dari seluruh kepemilikan saham di AFB untuk pertimbangan pembelian agregat. Akuisisi ini disetujui oleh pemegang saham MBSB pada tanggal 23 Januari 2018. Para pemegang saham juga menyetujui pengalihan Aset dan Kewajiban yang Sesuai Syariah dari MBSB ke
AFB melalui Skema Pengaturan Anggota.
Perkembangan kinerja keuangan bank umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia berdasarkan rasio CAR dari tahun 2016 sampai dengan
2018 dapat dilihat pada Gambar 4.10.
25,00% 21,77% 19,33% 19,65% 20,00% 18,95% 18,52% 17,45% CAR BUS 15,00% Indoneisia CAR BUS Malaysia 10,00%
5,00%
0,00% 2016 2017 2018
Sumber : Data sekunder yang diolah (Lampiran 14) Gambar 4.10
Universitas Sumatera Utara 101
Perkembangan Mean CAR Bank Umum Syariah Indonesia dan Bank Umum Syariah Malaysia
Gambar 4.10 menunjukkan bahwa CAR mengalami fluktuasi dari tahun
2016 sampai dengan tahun 2018. Bank Umum Syariah Indonesia terus mengalami kenaikan nilai CAR dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2018. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja bank sedang membaik sehingga meningkatkan modal. Sedangkan pada Bank Umum Syariah Malaysia sempat mengalami kenaikan rasio CAR dari tahun 2016 ke 2017, namun mengalami penurunan sedikit di tahun 2018. Rasio CAR mempunyai penilaian semakin besar nilai dari rasio CAR, maka bank tersebut memiliki kinerja keuangan yang baik dilihat dari sisi Rasio CAR. Dalam hal ini kinerja keuangan berdasarkan aspek permodalan, bank umum syariah Indonesia lebih baik dibandingkan bank umum syariah
Malaysia. Namun nilai rata-rata CAR kedua bank tersebut telah sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia dan berdasarkan Tabel 2.6 kedua bank terkategori sangat baik dalam aspek permodalan karena rata-rata nilai CAR diatas 12 persen.
4.3 Uji Normalitas
Dalam pengujian normalitas ini menggunakan uji statistik Kolmogorov-
Smirnov. Dengan pengujian Kolmogorov-Smirnov ini akan dapat diketahui apakah nilai sampel yang digunakan untuk melakukan pengujian hipotesis mempunyai distribusi normal atau tidak.
Kriteria pengujian yang digunkan dalam pengujian ini adalah pengujian dua arah (two-tailed test) dengan cara membandingkan p_value yang diperoleh dengan tingkat signifikansi sebesar 5% atau α = 0.05. Dengan ketentuan tingkat
Universitas Sumatera Utara 102
signifikansi tersebut data akan dinyatakan terdistribusi normal jika mempunyai nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar > 0.05. Namun, apabila dari hasil perhitungan data tersebut mempunyai nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar < 0.05 maka data dinyatakan tidak terdistribusi normal. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel
4.3 berikut.
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas
NPF FDR UDK UKRN UDPS UKA UKR ROA NOM CAR
N 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 934 Mean 241.5 1.44 1.86 1.68 1.95 1.88 88.9 188.6 192 Normal 3 Paramet Std. a,b 264. 196.1 534. ers Deviat 307.9 337 .608 .747 .697 .727 .718 86 8 4 ion Absol .218 .251 .385 .232 .287 0.24 .244 .3 .174 .163 Most ute Extreme Positiv .203 .251 .385 .232 .287 .236 .232 .296 .174 .163 Differen e ces Negati - - -.218 -.234 -.219 -.225 -.24 -.24 -.3 -.103 ve .221 .107 Kolmogorov- 2.001 2.29 3.525 2.12 2.63 2.20 2.24 2.74 1.59 1.48 Smirnov Z Asymp. Sig. (2- 0.001 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .013 .024 tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber: Data diolah (Lampiran 15)
Dapat dilihat pada Tabel 4.3 hasil pengujian normalitas pada pengujian terhadap 84 data menunjukkan bahwa seluruh variabel yaitu NPF, FDR, GCG,
ROA, NOM dan CAR tidak terdistribusi normal. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi pengujian Kolmogorov-Smirnov untuk variabel bank umum syariah
Indonesia dan bank umum syariah Malaysia lebih kecil dari 0,05. Maka untuk pengujian hipotesis data gabungan seluruh variabel penelitian akan menggunakan uji hipotesis Mann-Whithney U.
Universitas Sumatera Utara 103
4.4 Uji Hipotesis
4.4.1 Uji Beda Variabel NPF
Berikut merupakan hasil uji beda variabel NPF dengan menggunakan
Mann-Whitney U Test.
Berdasarkan Tabel 4.4 hasil uji beda Mann-Whitney Test tersebut, diketahui bahwa nilai signifikansi dari variabel NPF adalah sebesar 0,045 lebih kecil dari 0,05 sehingga menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima yaitu terdapat perbedaan signifikan antara kinerja keuangan bank umum syariah
Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari rasio NPF.
Tabel 4.4 Uji Beda Mann-Whitney Variabel NPF Test Statisticsa NPF Mann-Whitney U 653.500 Wilcoxon W 1688.500 Z -2.009 Asymp. Sig. (2-tailed) .045 a. Grouping Variable: Negara Sumber: Lampiran 16
4.4.2 Uji Beda Variabel FDR
Berikut merupakan hasil dari uji beda variabel FDR dengan menggunakan
Mann-Whitney U Test.
Tabel 4.5 Uji Beda Mann-Whitney Variabel FDR Test Statisticsa FDR Mann-Whitney U 538.500 Wilcoxon W 1318.500 Z -3.040
Universitas Sumatera Utara 104
Asymp. Sig. (2-tailed) .002 a. Grouping Variable: Negara Sumber: Lampiran 17
Berdasarkan Tabel 4.5 hasil uji beda Mann-Whitney Test pada perbankan syariah Indonesia dan Malaysia, diketahui bahwa nilai signifikansi dari variabel
FDR adalah sebesar 0,002 yang lebih kecil dari 0,01 sehingga menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H2 diterima yaitu terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan anatara bank umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari rasio FDR.
4.4.3 Uji Beda Variabel Ukuran Dewan Komesaris
Berikut merupakan hasil dari uji beda variabel ukuran dewan komesaris dengan menggunakan Mann-Whitney U Test.
Tabel 4.6 Uji Beda Mann-Whitney Variabel Ukuran Dewan Komesaris Test Statisticsa UDK Mann-Whitney U 710.500 Wilcoxon W 1745.500 Z -1.754 Asymp. Sig. (2-tailed) .079 a. Grouping Variable: Negara Sumber: Lampiran 18
Berdasarkan Tabel 4.6 hasil uji beda Mann-Whitney Test pada perbankan syariah Indonesia dan Malaysia, diketahui bahwa nilai signifikansi dari variabel ukuran dewan komesaris adalah sebesar 0,079 yang lebih kecil pada tingkat signifikansi 0,1 sehingga menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H3 diterima yaitu terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan anatara bank umum
Universitas Sumatera Utara 105
syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari ukuran dewan komesaris.
4.4.4 Uji Beda Variabel Ukuran Komite Remunerasi dan Nominasi
Berikut merupakan hasil dari uji beda variabel Ukuran Komite Remunerasi dan Nominasi dengan menggunakan Mann-Whitney U Test.
Tabel 4.7 Uji Beda Mann-Whitney Variabel Ukuran Komite Remunerasi dan Nominasi Test Statisticsa UKRN Mann-Whitney U 649.500 Wilcoxon W 1684.500 Z -2.197 Asymp. Sig. (2-tailed) .028 a. Grouping Variable: Negara
Sumber: Lampiran 19
Berdasarkan Tabel 4.7 hasil uji beda Mann-Whitney Test pada perbankan syariah Indonesia dan Malaysia, diketahui bahwa nilai signifikansi dari variabel
Ukuran Komite Remunerasi dan Nominasi adalah sebesar 0,028 yang lebih kecil dari 0,05 sehingga menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H4 diterima yaitu terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan anatara bank umum syariah
Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari Ukuran Komite
Remunerasi dan Nominasi.
4.4.5 Uji Beda Variabel Ukuran Dewan Pengawas Syariah
Berikut merupakan hasil dari uji beda variabel ukuran dewan pengawas syariah dengan menggunakan Mann-Whitney U Test.
Tabel 4.8
Universitas Sumatera Utara 106
Uji Beda Mann-Whitney Variabel Ukuran Dewan Pengawas Syariah Test Statisticsa
UDPS Mann-Whitney U 609.000 Wilcoxon W 1644.000 Z -2.639 Asymp. Sig. (2-tailed) .008 a. Grouping Variable: Negara Sumber: Lampiran 20
Berdasarkan Tabel 4.8 hasil uji beda Mann-Whitney Test pada perbankan syariah Indonesia dan Malaysia, diketahui bahwa nilai signifikansi dari variabel ukuran dewan pengawas syariah adalah sebesar 0,008 yang lebih kecil dari 0,01 sehingga menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H5 diterima yaitu terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan anatara bank umum syariah
Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari ukuran dewan pengawas syariah.
4.4.6 Uji Beda Variabel Ukuran Komite Audit
Berikut merupakan hasil dari uji beda variabel ukuran komite audit dengan menggunakan Mann-Whitney U Test.
Tabel 4.9 Uji Beda Mann-Whitney Variabel Ukuran Komite Audit Test Statisticsa UKA Mann-Whitney U 575.500 Wilcoxon W 1610.500 Z -2.929 Asymp. Sig. (2-tailed) .003 a. Grouping Variable: Negara Sumber: Lampiran 21
Universitas Sumatera Utara 107
Berdasarkan Tabel 4.9 hasil uji beda Mann-Whitney Test pada perbankan syariah Indonesia dan Malaysia, diketahui bahwa nilai signifikansi dari variabel ukuran komite audit adalah sebesar 0,003 yang lebih kecil dari 0,01 sehingga menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H6 diterima yaitu terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan dilihat dari ukuran komite audit.
4.4.7 Uji Beda Variabel Ukuran Komite Risiko
Berikut merupakan hasil dari uji beda variabel ukuran komite risiko dengan menggunakan Mann-Whitney U Test.
Tabel 4.10 Uji Beda Mann-Whitney Variabel Ukuran Komite Risiko Test Statisticsa UKR Mann-Whitney U 699.000 Wilcoxon W 1734.000 Z -1.736 Asymp. Sig. (2-tailed) .083 a. Grouping Variable: Negara Sumber: Lampiran 22
Berdasarkan Tabel 4.10 hasil uji beda Mann-Whitney Test pada perbankan syariah Indonesia dan Malaysia, diketahui bahwa nilai signifikansi dari variabel ukuran komite risiko adalah sebesar 0,083 yang lebih kecil dari 0,1 sehingga menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H7 diterima yaitu terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan anatara bank umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari ukuran komite risiko.
4.4.8 Uji Beda Variabel ROA
Berikut merupakan hasil dari uji beda variabel ROA dengan menggunakan
Universitas Sumatera Utara 108
Mann-Whitney U Test.
Tabel 4.11 Uji Beda Mann-Whitney Variabel ROA Test Statisticsa ROA Mann-Whitney U 849.000 Wilcoxon W 1629.000 Z -.256 Asymp. Sig. (2-tailed) .798 a. Grouping Variable: Negara Sumber: Lampiran 23
Berdasarkan Tabel 4.11 hasil uji beda Mann-Whitney Test tersebut, diketahui bahwa nilai signifikansi dari variabel ROA adalah sebesar 0,798 yang lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H4 ditolak yaitu tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan antara bank umum syariah
Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari rasio ROA.
4.4.9 Uji Beda Variabel NOM
Berikut merupakan hasil dari uji beda variabel NOM dengan menggunakan Mann-Whitney U Test.
Tabel 4.12 Uji Beda Mann-Whitney Variabel NOM Test Statisticsa NOM Mann-Whitney U 707.500 Wilcoxon W 1487.500 Z -1.525 Asymp. Sig. (2-tailed) .127 a. Grouping Variable: Negara Sumber: Lampiran 24
Berdasarkan Tabel 4.12 hasil uji beda Mann-Whitney Test tersebut,
Universitas Sumatera Utara 109
diketahui bahwa nilai signifikansi dari variabel NOM adalah sebesar 0,127 yang lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H5 ditolak yaitu tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan antara bank umum syariah
Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari rasio NOM.
4.4.10 Uji Beda Variabel CAR
Berikut merupakan hasil dari uji beda variabel CAR dengan menggunakan
Mann-Whitney U Test.
Tabel 4.13 Uji Beda Mann-Whitney Variabel CAR Test Statisticsa CAR Mann-Whitney U 682.000 Wilcoxon W 1717.000 Z -1.753 Asymp. Sig. (2-tailed) .080 a. Grouping Variable: Negara Sumber: Lampiran 25
Berdasarkan Tabel 4.13 hasil uji beda Mann-Whitney Test tersebut, diketahui bahwa nilai signifikansi dari variabel CAR adalah sebesar 0,080 yang lebih kecil dari 0,1 sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H6 diterima yaitu terdapat perbedaan kinerja keuangan antara bank umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari rasio CAR.
4.5 Pembahasan
4.5.1 Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Indonesia dan Malaysia Dilihat dari Faktor Risk Profile (Profil Risiko)
Secara keseluruhan data rasio NPF dan FDR menunjukkan hasil bahwa
Universitas Sumatera Utara 110
terdapat perbedaan yang signifikan antara bank umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia. Dari hasil pengujian rasio NPF antara perbankan syariah
Indonesia dan Malaysia menunjukkan signifikan 0.045 < 0.05, berdasarkan nilai signifikansi tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara NPF perbankan syariah Indonesia dan Malaysia. Berdasarkan hasil pengujian pada hipotesis 1 (H1), menunjukkan bahwa H1 diterima.
Nilai rata-rata NPF perbankan syariah Indonesia sebesar 3.230, sedangkan nilai rata-rata NPF perbankan syariah Malaysia sebesar 1.708. Hasil analisis statistik desktiptif penelitian ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan kinerja keuangan bank umum syariah Malaysia dilihat dari rasio NPF lebih baik dibandingkan bank umum syariah Indonesia. Hal ini karena ukuran perbankan syariah Malaysia memiliki ukuran yang lebih besar dibanding perbankan syariah
Indonesia sehiangga memungkinkan mereka untuk memiliki fasilitas layanan teknologi bagi nasabah pembiayaan dalam memenuhi kewajibannya sehingga dapat menurunkan tingkat NPF. Meskipun begitu, nilai NPF kedua bank tersebut masih terkategori wajar karena berada dibawah 5 persen.
Hasil penelitian ini memperkuat hasil penelitian Puspita dan Saryadi
(2018) menunjukkan bahwa jika dilihat dari rasio kredit maka kinerja keuangan bank umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia terdapat perbedaan yang signifikan. Dalam hal ini bank umum syariah Malaysia lebih baik kinerjanya dilihat dari tingkat risiko kredit yang diwakili oleh rasio NPF (Non
Performing Financing).
Dari hasil pengujian rasio FDR antara perbankan syariah Indonesia dan
Universitas Sumatera Utara 111
Malaysia menunjukkan signifikan 0.002 < 0.01, berdasarkan nilai signifikansi tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara FDR perbankan syariah Indonesia dan Malaysia. Berdasarkan hasil pengujian pada hipotesis 2 (H2), menunjukkan bahwa H2 diterima.
Nilai rata-rata FDR perbankan syariah Indonesia sebesar 80.068, sedangkan nilai rata-rata FDR perbankan syariah Malaysia sebesar 105.009. Hasil analisis statistik desktiptif penelitian ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan kinerja keuangan bank umum syariah Indonesia dilihat dari rasio FDR lebih baik dibandingkan bank umum syariah Malaysia. Bank umum syariah Indonesia lebih likuid dibandingkan bank umum syariah Malaysia, hal ini disebabkan oleh kapasitas dana bank umum syariah Indonesia yang siap untuk dipinjamkan cukup besar. Selain itu dengan FDR yang lebih optimal bank umum syariah Indonesia mampu untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat ditagih dibandingkan dengan bank umum syariah Malaysia.
Hasil penelitian ini memperkuat hasil penelitian Wibowo (2015) pada perbankan syariah di ASEAN yang menunjukkan bahwa jika dilihat dari rasio likuiditas maka kinerja keuangan bank umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia terdapat perbedaan yang signifikan. Dalam hal ini bank umum syariah Indonesia lebih baik kinerjanya dilihat dari tingkat likuiditasnya yang diwakili oleh rasio FDR (Financing to Deposit Ratio).
4.5.2 Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Indonesia dan Malaysia Dilihat dari Faktor Good Corporate Governance
Pada indikator ukuran dewan komesaris dan ukuran komite risiko
Universitas Sumatera Utara 112
menunjukkan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara bank umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia. Dari hasil pengujian nilai komposit untuk ukuran dewan komesaris antara perbankan syariah Indonesia dan Malaysia menunjukkan signifikan 0.079 < 0.1, berdasarkan nilai signifikansi tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara ukuran dewan komesaris perbankan syariah Indonesia dan Malaysia. Berdasarkan hasil pengujian pada hipotesis 3 (H3), menunjukkan bahwa H3 diterima.
Nilai rata-rata indikator ukuran dewan komesaris perbankan syariah Indonesia sebesar 1.59, sedangkan nilai indikator ukuran dewan komesaris perbankan syariah
Malaysia sebesar 1.31. Hasil analisis statistik desktiptif penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat tipis. Berdasarkan hasil tersebut dapat dijelaskan bahwa antara perbankan syariah Indonesia dan Malaysia sama-sama memiliki kecukupan jumlah, komposisi, integritas dan kopetensi anggota dewan komesaris yang sangat sesuai dengan kriteria.
Selanjutnya pada indikator ukuran komite remunerasi dan nominasi, ukuran dewan pengawas syariah serta ukuran komite audit menunjukkan hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara bank umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia. Dari hasil pengujian nilai komposit untuk ukuran komite remunerasi dan nominasi antara perbankan syariah Indonesia dan
Malaysia menunjukkan signifikan 0.028 < 0.05, berdasarkan nilai signifikansi tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara ukuran komite remunerasi dan nominasi perbankan syariah Indonesia dan
Malaysia. Berdasarkan hasil pengujian pada hipotesis 4 (H4), menunjukkan
Universitas Sumatera Utara 113
bahwa H4 diterima.
Nilai rata-rata indikator ukuran komite remunerasi dan nominasi perbankan syariah Indonesia sebesar 2.05, sedangkan nilai indikator ukuran komite remunerasi dan nominasi perbankan syariah Malaysia sebesar 1.69. Hasil analisis statistik desktiptif penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan.
Berdasarkan hasil tersebut dapat dijelaskan bahwa antara perbankan syariah
Indonesia dan Malaysia sama-sama memiliki anggota komite remunerasi dan nominasi yang sesuai dengan kriteria. Meskipun terdapat perbedaan yang signifikan, namun kedua perbankan sama-sama mendapatkan predikat “baik” pada indikator tersebut.
Dari hasil pengujian nilai komposit untuk ukuran dewan pengawas syariah antara perbankan syariah Indonesia dan Malaysia menunjukkan signifikan 0.008 <
0.01, berdasarkan nilai signifikansi tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara ukuran dewan pengawas syariah perbankan syariah Indonesia dan Malaysia. Berdasarkan hasil pengujian pada hipotesis 5
(H5), menunjukkan bahwa H5 diterima.
Nilai rata-rata indikator ukuran dewan pengawas syariah perbankan syariah Indonesia sebesar 1.92, sedangkan nilai rata-rata indikator ukuran dewan pengawas syariah perbankan syariah Malaysia sebesar 1.47. Hasil analisis statistik desktiptif penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan.
Hal ini disebabkan karena perbankan syariah Malaysia memiliki ukuran dewan pengawas syariah yang sangat sesuai dengan kriteria indikator, sehingga mampu meraih predikat “sangat baik” pada indikator tersebut. Sedangkan perbankan
Universitas Sumatera Utara 114
syariah Indonesia memiliki ukuran dewan pengawas syariah yang sesuai dengan kriteria indikator dan hanya meraih predikat “baik”.
Dari hasil pengujian nilai komposit untuk ukuran komite audit antara perbankan syariah Indonesia dan Malaysia menunjukkan signifikan 0.003 < 0.01, berdasarkan nilai signifikansi tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara ukuran komite audit perbankan syariah
Indonesia dan Malaysia. Berdasarkan hasil pengujian pada hipotesis 6 (H6), menunjukkan bahwa H6 diterima.
Nilai rata-rata indikator ukuran komite audit perbankan syariah Indonesia sebesar 2.21, sedangkan nilai rata-rata indikator ukuran komite audit perbankan syariah Malaysia sebesar 1.73. Hasil analisis statistik desktiptif penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan. Dimana perbankan malasia terlihat lebih baik dalam ukuran indikator tersebut. Meskipun begitu, peringkat kompisit tersebut menunjukkan bahwa perbankan syariah Indonesia dan
Malaysia sama-sama memiliki ukuran komite audit yang sudah sesuai dengan kriteria. Dimana kedua perbankan sama-sama mendapatkan predikat “baik” pada indikator tersebut.
Dari hasil pengujian nilai komposit untuk ukuran komite risiko antara perbankan syariah Indonesia dan Malaysia menunjukkan signifikan 0.083 < 0.1, berdasarkan nilai signifikansi tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara ukuran komite risiko perbankan syariah
Indonesia dan Malaysia. Berdasarkan hasil pengujian pada hipotesis 7 (H7), menunjukkan bahwa H7 diterima.
Universitas Sumatera Utara 115
Nilai rata-rata indikator ukuran komite risiko perbankan syariah Indonesia sebesar 2.03, sedangkan nilai rata-rata indikator ukuran komite risiko perbankan syariah Malaysia sebesar 1.76. Hasil analisis statistik desktiptif penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Hal ini disebabkan karena perbankan syariah Indonesia dan Malaysia sama-sama memiliki ukuran komite risiko yang sudah sangat sesuai dengan kriteria. Kedua perbankan sama- sama mendapatkan predikat “baik” pada indikator tersebut.
Secara keseluruhan hasil dari pengujian aspek Good Corporate
Governance (GCG) terhadap perbedaan kinerja dilihat dari indikator ukuran dewan komesaris dan ukuran komite risiko antara perbankan syariah Indonesia dan Malaysia menunjukan tidak adanya perbedaan yang signifikan. Sedangkan untuk indikator ukuran komite remunerasi dan nominasi, ukuran dewan pengawas syariah dan ukuran komite audit terdapat perbedaan yang signifikan
Hasil analisis statistik desktiptif penelitian ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan kinerja keuangan bank umum syariah Malaysia dilihat dari penilaian ukuran dewan komesaris dan ukuran dewan pengawas syariah lebih baik dibandingkan bank umum syariah Indonesia. Sementara pada indikator ukuran komite reminerasi dan nominasi, ukuran komite audit, dan ukuran komite risiko kedua bank sama-sam memiliki predikat baik. Bank umum syariah Malaysia dalam melaksanakan penilaian sendiri (self assessment) terhadap penerapan prinsip-prinsip dasar GCG dilakukan lebih professional dibandingkan bank umum syariah Indonesia. Hal ini disebabkan perbedaan dan persamaan yang terdapat dalam peraturan tentang GCG yang diterapkan di bank syariah di kedua negara.
Universitas Sumatera Utara 116
Penerapan GCG di bank umum syariah Indonesia dan bank umum syariah
Malaysia sudah dilaksanakan dengan baik.
4.5.3 Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Indonesia dan Malaysia Dilihat dari Faktor Earnings (Rentabilitas)
Secara keseluruhan data rasio ROA dan NOM menunjukkan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara bank umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia. Dari hasil pengujian rasio ROA antara perbankan syariah Indonesia dan Malaysia menunjukkan signifikan 0.798 > 0.05, berdasarkan nilai signifikansi tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara ROA perbankan syariah Indonesia dan
Malaysia. Berdasarkan hasil pengujian pada hipotesis 4 (H4), menunjukkan bahwa H4 ditolak.
Nilai rata-rata ROA perbankan syariah Indonesia sebesar 0.899, sedangkan nilai rata-rata ROA perbankan syariah Malaysia sebesar 0.880. Hasil analisis statistik desktiptif penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat tipis. Berdasarkan hasil tersebut dapat dijelaskan bahwa antara perbankan syariah Indonesia dan Malaysia sama-sama memiliki tingkat kemampuan yang seimbang dalam mengelola aktiva untuk menghasilkan laba. Hal ini disebabkan bahwa meskipun perolehan laba bank umum syariah Indonesia lebih baik dibandingkan bank umum syariah Malaysia namun dalam hal tingkat aset yang dimiliki kedua bank cukup bersaing.
Hasil penelitian ini memperkuat hasil penelitian Puspita dan Saryadi
(2018) menunjukkan bahwa jika dilihat dari tingkat rentabilitas yang dilihat dari
Universitas Sumatera Utara 117
rasio ROA maka kinerja keuangan bank umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
Dari hasil pengujian rasio NOM antara perbankan syariah Indonesia dan
Malaysia menunjukkan signifikan 0.127 > 0.05, berdasarkan nilai signifikansi tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
NOM perbankan syariah Indonesia dan Malaysia. Berdasarkan hasil pengujian pada hipotesis 5 (H5), menunjukkan bahwa H5 ditolak.
Nilai rata-rata NOM perbankan syariah Indonesia sebesar 1.861, sedangkan nilai rata-rata NOM perbankan syariah Malaysia sebesar 1.908. Hasil analisis statistik desktiptif penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Hal ini disebabkan dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bagi hasil bersih kedua bank cukup bersaing. Peningkatan penyaluran pembiayaan kepada nasabah membuat pendapatan bank menjadi meningkat. Besarnya NOM menunjukkan bahwa pendapatan operasi dikurangi dana bagi hasil dikurangi biaya operasional lebih besar dari rata-rata aktiva produktif, sehingga dengan meningkatnya pendapatan bagi hasil atas rata-rata aktiva produktif yang dikelola bank, maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil.
4.5.4 Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Indonesia dan Malaysia Dilihat dari Faktor Capital (Permodalan)
Hasil pengujian hipotesis terhadap perbedaan kinerja dilihat dari rasio
CAR antara perbankan syariah Indonesia dan Malaysia memperlihatkan nilai
0.080 < 0.1, yang berarti terdapat perbedaan antara kinerja keuangan dilihat dari
Universitas Sumatera Utara 118
rasio CAR dari kedua perbankan syariah di negara tersebut. Berdasarkan hasil pengujian pada Hipotesis 6 (H6) menunjukkan bahwa H6 diterima.
Nilai rata-rata CAR perbankan syariah Indonesia sebesar 20.255, sedangkan nilai rata-rata CAR perbankan syariah Malaysia sebesar 18.372. Hal ini membuktikan bahwa perbankan syariah Indonesia dan Malaysia memiliki kemampuan yang tidak berbeda dalam mengelola aktiva beresiko berdasarkan modal yang tersedia. Perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia sama-sama berada pada tingkat rasio CAR yang sangat baik. Maka dapat dikatakan bahwa perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia memiliki kemampuan untuk mengembangkan dan memajukan bisnisnya kedepan. Meskipun begitu, kinerja perbankan syariah Indonesia lebih baik karena memiliki rasio CAR yang lebih tinggi dari perbankan syariah Malaysia. Hal ini karena perbankan syariah
Indonesia memiliki risiko yang lebih tinggi dibanding perbankan syariah Malaysia sehingga perlu tingkat permodalan yang lebih tinggi untuk menyanggah risiko yang ada.
Hasil ini juga didukung penelitian oleh penelitian Iriyanto (2015) pada perbankan syariah Indonesia dan Malaysia yang mengemukakan bahwa jika dilihat dari tingkat permodalan yang dilihat dari rasio CAR maka kinerja keuangan bank umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
Tingkat keuntungan yang diperoleh bank tidak terpengaruh secara nyata oleh besarnya rasio CAR, jika perusahaan perbankan hanya menggunakan sebagian besar modalnya untuk menutupi kegagalan operasional seperti
Universitas Sumatera Utara 119
pembiayaan macet. Terbukti antara perbankan syariah Indonesia dan Malaysia, rata-rata rasio CAR bank syariah Indonesia lebih beras dibandingkan rasio CAR bank syariah Malaysia. Padahal pada rasio ROA tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Hal ini terjadi karena bank syariah Indonesia menggunakan sebagian besar modalnya untuk menutupi kegagalan operasional atau kredit macet yang dicerminkan oleh besarnya rasio NPF.
Universitas Sumatera Utara
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai perbandingan kinerja keuangan perbankan syariah Indonesia dan Malaysia, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank umum
syariah di Indonesia dan bank umum syariah di Malaysia dilihat dari rasio
NPF periode 2016-2018
2. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank umum
syariah di Indonesia dan bank umum syariah di Malaysia dilihat dari rasio
FDR periode 2016-2018
3. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank umum
syariah di Indonesia dan bank umum syariah di Malaysia dilihat dari Ukuran
Dewan Komite periode 2016-2018
4. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank umum
syariah di Indonesia dan bank umum syariah di Malaysia dilihat dari Ukuran
Komite Remunerasi dan Nominasi periode 2016-2018
5. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank umum
syariah di Indonesia dan bank umum syariah di Malaysia dilihat dari Ukuran
Dewan Pengawas Syariah periode 2016-2018
6. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank umum
syariah di Indonesia dan bank umum syariah di Malaysia dilihat dari Ukuran
120
Universitas Sumatera Utara 121
Komite Audit periode 2016-2018
7. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank umum
syariah di Indonesia dan bank umum syariah di Malaysia dilihat dari Ukuran
Komite Risiko periode 2016-2018
8. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank
umum syariah di Indonesia dan bank umum syariah di Malaysia dilihat dari
rasio ROA periode 2016-2018
9. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank
umum syariah di Indonesia dan bank umum syariah di Malaysia dilihat dari
rasio NOM periode 2016-2018
10. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank umum
syariah di Indonesia dan bank umum syariah di Malaysia dilihat dari rasio
CAR periode 2016-2018
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh yang ada dalam penelitian ini, maka berikut adalah saran dari peneliti:
1. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa laporan tahunan atau
laporan keuangan yang telah dipublikasikan, sehingga penelitian ini sangat
tergantung pada data yang dipublikasikan.
2. Penggunaan jumlah rasio keuangan yang digambarkan dalam penelitian ini
masih sedikit, sehingga analisis terhadap hasil penelitian masih kurang detail.
3. Penelitian ini belum mempertimbangkan faktor-faktor kinerja bank syariah
yang lain, terutama faktor internal dan faktor eksternal yang tidak dapat
Universitas Sumatera Utara 122
dikendalikan dalam penelitian ini.
4. Perlunya dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan sampel
penelitian yang lebih luas yaitu bank syariah yang terdapat di negara-negara
ASEAN, Asia dan bahkan tingkat dunia serta perlunya menambahkan rasio-
rasio keuangan lainnya dan memperpanjang periode penelitian agar hasil
penelitian lebih tergeneralisasi.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Agus, I. G., & Basri. (2002). Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE. Alamsyah, H. (2012). Perkembangan dan Prospek Perbankan Syariah di Indonesia: Tantangan Dalam Menyongsong MEA 2015. Jakarta: Ceramah Ilmiah Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI). Ali, M. (2004). Asset Liability Management: Manyiasati Risiko Pasar dan Risiko Operasional. Jakarta: PT. Gramedia Jakarta. Alwi. (1993). Alat-alat analisis dalam pembelanjaan. Yogyakarta: Andi offset. Amir, M., & Rukmana. (2010). Bank Syariah Teori, Kebijakan dan Studi Empiris di Indonesia. Jakarta: Erlangga. Arifin, I. (2007). Membuka Cakrawala Ekonomi. Jakarta: Setia Purna Inves. Badan Pusat Statistik. (2019). Statistik Indonesia Tahun 2019. Jakarta Pusat: Badan Pusat Statistik. Bank Indonesia. (2009, Agustus 19). Stabilitas Sistem Keuangan: Bank Indonesia. Retrieved from Bank Indonesia: http://www.bi.go.id Bank Muamalat. (2016, Desember 20). Tentang Muamalat: Profil Bank Muamalat. Retrieved from Bank Muamalat: http://www.bankmuamalat. co.id/profil-bank-muamalat Bappenas. (2009). Ringkasan Eksekutif Buku Pegangan 2009 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah. Jakarta: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Bastian, I. (2006). Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga. Cham, T. (2017). Determinants of Islamic Banking Growth: an Empirical Analysis. International Journal of Islamic and Middle Eastern Finance and Management. cnnindonesia.com. (2019, Oktober 18). cnnindonesia.com. Retrieved from cnnindonesia.com: https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20191018122546-78- 440645/penyebaran-stagnan-ri-peringkat-1-keuangan-syariah-global Erlina. (2011). Metodologi Penelitian. Medan: Pusat Sistem Informasi Universitas Sumatera Utara. Fahmi, I. (2010). Analisis Kinerja Keuangan. Bandung: Alfabet. Fahmi, I. (2011). Analisis Laporan Keuangan. Bandung: Alfabeta. Fahmi, I. (2015). Manajemen Perbankan: Konvensional dan Syariah. Jakarta: Mitra Wacana Media. Fasa, M. I. (2013). Tantangan dan Strategi Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia. Jurnal Ekonomi Islam, 2(1), 19-40.
123
Universitas Sumatera Utara 124
Ferdinand, A. (2014). Metode Penelitian Manajemen. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Fitrawati, S. M., & A, Z. Z. (2016). Penerapan Pendekatan RGEC (Risk Profile, Good Corporate Governance, Earning dan Capital) dalam Menganalisis Kinerja Bank untuk Mengetahui Tingkat Kesehatan Bank. Jurnal Administrasi Bisnis, 37(1), 28-36. Global Islamic Finanace Report. (2019). Islamic Finance Country Index 2019. Inggris: Cambridge Institute of Islamic Finance. Global Islamic Finanace Report. (2019). Snapshot of Islamic Finanace in Malaysia. Inggris: Cambridge Institute of Islamic Finance. Hasan, I. (2010). Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: PT Bumi Aksara. Jakarta: PT Bumi Aksara. Hasibuan, M. S. (2005). Dasar-dasar Perbankan. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Hayati, N. R., Irawati, T., & Oktaviani, F. (2010). Comparison Analysis of Financial Performance on Shariah Banking (Case Study in Indonesia and Malaysia). Jurnal Bisnis dan Manajemen. Universitas Widyatama. Hendratmi, A., Sukmaningrum, P. S., & Hasib, F. F. (2017). Comparative Analysis between Islamic Banks in Indonesia and Malaysia Using RGEC Method and Sharia Conformity Indicator Period 2011-2015. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 200-206. Hosen, M. N., & Syafaat, M. (2018). The Comparison of Soundness Level of Islamic Banks in Indonesia and Malaysia. Jurnal Etikomi, 17(1), 111 – 122. Ikatan Bankir Indonesia. (2016). Manajemen Kesehatan Bank Berbasis Risiko. Edisi Pertama. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Iriyanto, G. (2015). Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah di Indonesia dan Malaysia Periode 2014. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta. Jumingan. (2006). Analisis Laporan Keuangan. Cetakan Pertama. Jakarta: PT Bumi Aksara. Jumingan. (2009). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Bumi Aksara. Karim, A. (2003). Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan. Jakarta: IIIT Indonesia. Karini, A., & Filianti, D. (2018). Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah di Indonesia, Malaysia, Brunei dan Thailand Periode 2011-2016. Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan, 5(10), 831-843. Kasmir. (2008). Manajemen Perbankan Edisi Revisi 2008. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Universitas Sumatera Utara 125
Kasmir. (2010). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Kasmir. (2012). Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi revisi 2012. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Kasmir. (2014). Analisis Laporan Keuangan, Edisi Pertama, Cetakan Ketujuh. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. Kristin, P. A. (2015). Risiko Bank Syariah: Risiko Imbal Hasil, Risiko Investasi, Return, Tingkat Dana Pihak Ketiga dan BI Rate. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Kusnanto, A. (2017). Risk Profile, Good Corporate Governance, Earning, Capital (RGEC) Method Sebagai Instrumen Pengukur Tingkat Kesehatan Perbankan Syariah di Indonesia. Jurnal Administrasi Bisnis, 6(2), 124- 136. Mailani, I. H. (2018). Studi Komparatif Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Indonesia dan Malaysia. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Mulyadi. ( 2013). Sistem Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat. Munawir, S. (2010). Analisis laporan Keuangan. Edisi keempat. Yogyakarta: Liberty. Nadratuzzaman, M. (2013). Produk Keuangan Islam di Indonesia dan Malaysia. Jakarta: Gramedia. Nasution, M., & Setiawan, D. (2007). Pengaruh Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba di Industri Perbankan Indonesia. Makasar: SNA X. Otoritas Jasa Keuangan. (2019). Lembaga Perbankan; Institusi Perbankan Indonesia. Jakarta: Otoritas Jasa Keuangan. Otoritas Jasa Keuangan. (2019). Perbankan Syariah dan Kelembagaannya. Jakarta: Otoritas Jasa Keuangan. Otoritas Jasa Keuangan. (2019). Snapshot Perbankan Syariah Indonesia. Jakarta: Otoritas Jasa Keuangan. Pandia, F. (2012). Manajemen Dana dan Kesehatan Bank. Cetakan Pertama. Jakarta: Rineka Cipta. Puspita, A. R., & Saryadi. (2018). Uji Tingkat Kesehatan Bank antara Perbankan Syariah Indonesia dengan Perbankan Syariah Malaysia. Jurnal social dan politik Diponegoro, 1-8. Puteri, P. A. (2013). Karakteristik Good Corporate Governance dan Kinerja Perusahaan Manufaktur. Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. Putri, I. D., & Damayanti, I. G. (2013). Analisis Perbedaan Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan RGEC pada Perusahaan Perbankan Besar dan Kecil. E- Journal Akuntansi Universitas Udayana, 483-496.
Universitas Sumatera Utara 126
Radzi, R. M., & Lonik, K. A. (2016). Islamic Banks' Risks: It's Rating Methodology and Shariah Assesment Solutions. Journal of Islamic Banking and Finance, 4(2), 48-60. Radzi, R. M., & Lonik, K. A. (2016). Islamic Banks' Risks: It's Rating Methodology and Shariah Assesment Solutions. Journal of Islamic Banking and Finance, 4(2), 48-60. Riyadi, S. (2006). Banking Asset and Liability Management. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Riyanto, B. (1992). Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan Edisi 4. Yogyakarta: Gadjah mada university Press. Rizkiyah, K., & Suhadak. (2017). Analisis Perbandingan Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan Risk Profile, Good Corporate Governance, Earnings, dan Capital (RGEC) pada Bank Syariah (Studi pada Bank Syariah di Indonesia, Malaysia, United Arab Emirates, dan Kuwait Periode 2011- 2015. Jurnal Administrasi Bisnis, 43(1), 163-171. Rosly, S. A., & Bakar, M. A. (2003). Performance of Islamic and Mainstream Banks in Malaysia. International Journal of Social and Economics, 30(12), 1249-1265. Rustam, B. R. (2013). Manajemen Risiko Perbankan Syariah di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat. Santoso, R. T. (1997). Prinsip Dasar Akuntansi Perbankan. Yogyakarta: Andi Affset. Sari, M. D., Bahari, Z., & Hamat, Z. (2013). Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia. Jurnal Aplikasi Bisnis, 3(2), 120-138. Sembiring, E. R. (2005). Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial: Studi Empiris pada Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta. Solo: Simposium Nasional Akuntansi VII. Setyawan, A. B. (2010). Kesehatan Finansial dan Kinerja Sosial Bank Umum Syariah di Indonesia. Jakarta: Universitas Paramadina. Siamat, D. (2005). Manajemen Lembaga Keuangan. “Kebijakan Moneter dan Perbankan”, Edisi 1. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Silalahi, U. (2005). Metode Penelitian Sosial. Bandung: Unpar Press. Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta. Suryani, & Hendryadi. (2015). Metode Riset Kuantitatif: Teori dan Aplikasi pada Penelitian Bidang Manajemen dan Ekonomi Islam. Jakarta: Prenadamedia Group. Susetyo, B. (2012). Statistika untuk Analisis Data Penelitian. Bandung: PT Refika Aditama. Sutan, R. S. (2007). Perbankan Islam. Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti.
Universitas Sumatera Utara 127
Taswan. (2010). Manajemen Perbankan, Konsep, Teknik, dan Aplikasi. Edisi Kedua. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Tirandaru, s., & Budisantosos, T. (2006). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Yogyakarta: Salemba Empat. Umam, K. (2016). Perbankan Syariah: Dasar-Dasar dan Dinamika Perkembangannya di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Uyanto, S. (2009). Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu. Yogyakarta: Graha Ilmu. Veithzal, R., S, B., S, S., & AP, V. (2013). Commercial Bank ManageMent: Manajemen Perbankan Dari Teori Ke Praktik. Edisi 1. Cet 1. Jakarta: Rajawali Pers. wibowo, E. (2005). Mengapa Memilih Bank Syariah? Bogor: Ghalia Indonesia. Wibowo, S. (2015). Analisi Perbaningan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah dengan Metode CAMEL di ASEAN (Studi Komparatif: Indonesia, Malaysia, Thailand). Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen, 15(1), 136- 153.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Popolasi dan Sampel Penelitian
No. Nama Bank Umum Syariah Keterangan Bank Umum Syariah Indonesia 1 PT Bank Aceh Syariah Sampel 2 PT BCA Syariah Sampel 3 PT Bank Jabar Banten Syariah Sampel 4 PT BNI Syariah Sampel 5 PT Bank BRISyariah Sampel 6 PT Bank Syriah Bukopin Sampel 7 PT Bank Syariah Mandiri Sampel 8 PT Maybank Syariah Indonesia Sampel 9 PT Bank Mega Syariah Sampel 10 PT Bank Muamalat Indonesia Sampel 11 PT Bank Panin Dubai Syariah Sampel 12 PT Bank Tabungan Pensiun Nasional Syariah Sampel 13 PT Bank Victoria Syariah Sampel 14 BPD Nusa Tenggara Barat Syariah - Bank Umum Syariah Malaysia 1 Affin Islamic Bank Berhad Sampel Al Rajhi Banking & Investment Corporation 2 Sampel (Malaysia) Berhad 3 Alliance Islamic Bank Berhad Sampel 4 AmBank Islamic Berhad Sampel 5 Bank Islam Malaysia Berhad Sampel 6 CIMB Islamic Bank Berhad Sampel 7 Hong Leong Islamic Bank Berhad Sampel 8 HSBC Amanah Malaysia Berhad Sampel 9 Kuwait Finance House (Malaysia) Berhad Sampel 10 Malaysia Building Society Berhad Bank Berhad Sampel 11 Maybank Islamic Berhad Sampel 12 OCBC Al-Amin Bank Berhad Sampel 13 Public Islamic Bank Berhad Sampel 14 RHB Islamic Bank Berhad Sampel 15 Standard Chartered Saadiq Berhad Sampel 16 Bank Muamalat Malaysia -
128
Universitas Sumatera Utara 129
Lampiran 2 Data Rasio RGEC
Nama Rasio Risk Based Bank Rating (RGEC) Bank No. Umum Tahun Syariah NPF FDR UDK UKRN UDPS UKA UKR ROA NOM CAR Indonesia 2016 0,07 84,59 3 3 3 2 2 2,48 -2,13 20,74 PT Bank 1 Aceh 2017 0,04 69,44 3 3 3 2 2 2,51 1,56 21,50 Syariah 2018 0,04 71,98 3 3 3 2 2 2,38 0,91 19,67 2016 0,21 90,1 1 1 1 2 2 1,12 1,22 36,71 PT BCA 2 2017 0,04 88,5 1 1 1 2 1 1,22 1,23 29,42 Syariah 2018 0,28 89,0 1 2 1 1 1 1,24 1,24 24,31 PT Bank 2016 17,91 98,73 2 2 3 3 3 -8,09 0,12 18,25 Jabar 3 2017 22,04 91,03 2 2 2 3 3 -5,69 0,11 16,25 Banten Syariah 2018 4,58 89,85 3 2 1 3 2 0,54 0,12 16,43 2016 1,64 84,57 1 2 2 3 2 1,44 1,01 14,92 PT BNI 4 2017 1,50 80,21 1 2 2 3 3 1,31 0,71 20,14 Syariah 2018 1,52 79,62 1 2 2 3 2 1,42 0,81 19,31 2016 3,19 81,42 2 3 1 3 3 0,95 6,37 20,63 PT Bank 5 2017 4,75 71,87 1 3 2 3 2 0,51 5,84 20,05 BRISyariah 2018 4,97 75,49 2 3 1 3 2 0,43 5,36 29,72 2016 4,66 88,18 2 2 3 3 3 -1,12 -1,67 15,15 PT Bank 6 Syriah 2017 4,18 82,44 1 2 3 3 2 0,02 -0,04 19,20 Bukopin 2018 3,65 93,40 2 2 3 2 2 0,02 -0,38 19,31 2016 3,13 79,19 1 2 1 1 1 0,59 6,75 14,01 PT Bank 7 Syariah 2017 2,71 77,66 1 2 2 1 1 0,59 7,35 15,89 Mandiri 2018 1,56 77,25 1 1 1 1 1 0,88 6,56 16,26 PT 2016 2,28 88,92 2 3 2 3 3 1,60 5,18 16,77 Maybank 8 2017 1,72 88,12 2 2 2 3 2 1,48 5,17 17,53 Syariah Indonesia 2018 1,50 96,46 1 2 1 2 1 1,74 5,24 19,04 2016 3,30 95,24 2 1 1 2 2 2,63 -2,51 23,53 PT Bank 9 Mega 2017 2,95 91,05 1 1 1 1 1 1,56 3,42 22,19 Syariah 2018 2,15 90,88 1 1 1 1 1 0,93 1,61 20,54 2016 1,40 95,13 1 2 2 2 2 0,22 3,21 12,74 PT Bank 10 Muamalat 2017 2,75 84,41 2 3 2 2 3 0,11 2,48 13,62 Indonesia 2018 2,58 73,18 2 3 3 3 3 0,08 2,22 12,34 2016 1,86 91,99 2 3 2 3 3 0,37 1,44 18,17 PT Bank Panin - 11 2017 4,83 86,95 3 3 3 2 3 0,59 11,51 Dubai 10,77 Syariah 2018 3,84 88,82 2 3 1 1 2 0,26 0,01 23,15 PT Bank 2016 0,20 92,71 1 2 3 2 2 9,01 1,06 23,81 Tabungan 12 2017 0,05 92,52 1 1 2 2 2 11,21 1,38 28,91 Pensiun Nasional 2018 0,02 95,61 1 1 2 1 1 11,42 1,44 40,91
Universitas Sumatera Utara 130
Lanjutan Lampiran 2 2016 4,35 100,67 1 2 3 3 2 -2,19 -3,37 15,98 PT Bank 13 Victoria 2017 4,08 83,57 1 1 2 2 2 0,36 0,50 19,29 Syariah 2018 3,46 82,78 1 1 1 2 2 0,32 0,49 22,07 N ama Bank No. Umum Tahun NPF FDR UDK UKRN UDPS UKA UKR ROA NOM CAR Syariah Malaysia Bank 2016 0,98 77,31 1 2 1 2 2 1,37 4,66 15,52 Islam 1 2017 0,93 81,41 1 1 2 2 1 1,35 4,69 16,44 Malaysia Berhad 2018 0,92 77,71 1 1 1 2 1 1,33 4,80 17,77 CIMB 2016 3,31 95,61 2 3 2 2 2 0,75 2,63 16,21 Islamic 2 2017 3,41 90,81 1 2 2 2 2 0,90 2,63 16,82 Bank Berhad 2018 2,91 91,21 1 1 2 2 1 1,07 2,50 18,41
Maybank 2016 2,28 89,31 2 3 2 3 3 1,32 1,81 19,43 3 Islamic 2017 1,72 84,62 2 2 2 2 2 1,21 1,92 19,31 Berhad 2018 1,73 85,83 1 2 2 2 3 1,52 2,01 18,26 2016 2,91 162,21 2 2 1 1 1 0,48 1,14 24,82 MBSB 4 Bank 2017 2,11 86,41 2 2 2 1 2 0,95 0,70 30,94 Berhad 2018 2,39 131,31 1 1 2 2 2 1,42 3,55 13,50 RHB 2016 0,20 115,02 1 2 1 2 1 0,70 2,25 14,00 Islamic 5 2017 0,15 112,81 1 1 2 2 1 0,71 2,00 14,13 Bank Berhad 2018 0,22 113,21 1 1 1 2 1 0,72 2,03 16,47 Affin 2016 1,08 82,87 1 2 2 2 1 0,83 1,58 13,59 Islamic 6 2017 2,98 87,53 1 1 1 2 1 0,77 1,43 16,25 Bank Berhad 2018 3,75 84,91 1 1 1 2 2 1,37 2,45 19,43 Al Rajhi 2016 1,34 97,41 2 3 2 3 2 0,08 0,11 17,36 Banking 7 2017 1,26 85,51 2 2 2 2 2 0,16 0,28 18,44 Malaysia Berhad 2018 1,30 80,82 1 1 1 2 2 0,27 0,34 20,84 HSBC 2016 1,16 134,56 2 3 2 2 2 0,57 2,01 19,21 Amanah 8 2017 1,51 133,37 2 2 1 1 1 0,62 2,18 17,90 Malaysia Berhad 2018 0,78 123,53 1 1 1 1 1 1,10 2,04 18,67 OCBC 2016 2,77 84,99 1 2 2 2 2 1,27 2,62 18,42 Al-Amin 9 2017 2,79 86,37 1 1 2 1 2 1,62 2,57 19,81 Bank Berhad 2018 2,29 87,43 1 1 1 2 2 0,99 2,23 17,82 Public 2016 0,61 87,66 1 2 1 1 1 1,10 1,70 13,53 Islamic 10 2017 0,62 84,24 1 1 1 1 1 1,00 1,52 15,97 Bank Berhad 2018 0,61 85,06 1 1 1 1 1 1,03 1,49 15,98 Standard 2016 1,61 276,18 2 2 2 3 3 0,41 1,15 18,73 Chartered 11 2017 1,73 219,04 1 1 1 2 3 0,37 0,78 24,49 Saadiq Berhad 2018 2,43 110,48 1 1 1 1 2 0,71 1,12 27,68
Universitas Sumatera Utara 131
Lanjutan Lampiran 2 Alliance 2016 1,09 80,28 1 2 2 2 3 0,72 1,66 14,06 Islamic 12 2017 1,10 83,21 1 2 2 2 2 1,02 2,07 14,50 Bank Berhad 2018 1,07 85,04 1 1 1 1 1 1,05 2,13 15,05 2016 1,94 95,91 2 3 2 2 2 1,01 2,02 16,12 AmBank 13 Islamic 2017 1,86 95,71 1 2 1 1 1 1,01 1,98 16,30 Berhad 2018 1,70 99,61 1 1 1 1 1 0,81 2,00 16,57 Hong 2016 0,91 85,10 1 2 1 1 2 0,81 1,60 13,81 Leong 14 Islamic 2017 0,91 84,51 1 1 1 1 2 0,82 1,76 13,92 Bank 2018 0,91 86,50 1 1 1 1 1 0,94 2,02 15,51 Berhad Kuwait 2016 3,74 151,21 2 3 2 3 3 -0,27 0,78 26,97 Finance 15 House 2017 2,70 126,70 2 2 1 2 3 1,10 0,55 29,16 Malaysia 2018 2,15 124,90 2 2 1 1 2 0,55 0,38 25,96 Berhad
Lampiran 3 Hasil Statistik Deskriptif Bank Umum Syariah Indonesia Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation NPF 39 .02 22.04 3.230513 4.2837477 FDR 39 71.87 100.67 80.068974 22.2205219 UDK 39 1 3 1.59 .715 UKRN 39 1 3 2.05 .759 UDPS 39 1 3 1.92 .807 UKA 39 1 3 2.21 .767 UKR 39 1 3 2.03 .707 ROA 39 -10.77 11.42 .899744 3.8911671 NOM 39 -3.37 7.35 1.861795 2.6690239 CAR 39 11.51 40.91 20.255641 6.1854399 Valid N (listwise) 39 Sumber : Lampiran 3
Universitas Sumatera Utara 132
Lampiran 4
Hasil Statistik Deskriptif Bank Umum Syariah Malaysia Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation NPF 45 .15 3.75 1.708222 .9662799 FDR 45 77.31 276.18 105.009556 37.7566275 UDK 45 1 2 1.31 .468 UKRN 45 1 3 1.69 .701 UDPS 45 1 2 1.47 .505 UKA 45 1 3 1.73 .618 UKR 45 1 3 1.76 .712 ROA 45 -.27 16.2 .880889 .3954676 NOM 45 .11 4.8 1.908222 1.0518172 CAR 45 13.5 30.94 18.312889 4.3621156 Valid N (listwise) 45 Sumber : Lampiran 4
Lampiran 5
Mean Variabel NPF
4,50% 4,00% 3,97% 3,50% 3,40% 3,00% NPF BUS 2,50% Indonesia 2,31% 2,00% NPF BUS Malaysia 1,72% 1,71% 1,50% 1,67% 1,00% 0,50% 0,00% 2016 2017 2018 Sumber : Lampiran 5
Universitas Sumatera Utara 133
Lampiran 6
Mean Variabel FDR
140,00% 114,37% 120,00% 102,81% 97,83% 100,00% 83,87% 77,54% 78,78% 80,00% FDR BUS Indonesia
60,00% FDR BUS Malaysia
40,00%
20,00%
0,00% 2016 2017 2018
Sumber : Lampiran 6
Lampiran 7
Mean Variabel UDK
1,8 1,62 1,62 1,53 1,54 1,6 1,33 1,4 1,2 1,07 1 UDK Indonesia 0,8 UDK Malaysia 0,6 0,4 0,2 0 2016 2017 2018 Sumber : Lampiran 7
Universitas Sumatera Utara 134
Lampiran 8
Mean Variabel UKRN
3 2,4 2,5 1,92 2 2 2 1,53 1,5 UKRN Indonesia 1,13 UKRN Malaysia 1
0,5
0 2016 2017 2018
Sumber : Lampiran 8
Lampiran 9
Mean Variabel UDPS
2,5 2,08 2,08 2 1,67 1,62 1,53 1,5 1,2 UDPS Indonesia
1 UDPS Malaysia
0,5
0 2016 2017 2018 Sumber : Lampiran 9
Universitas Sumatera Utara 135
Lampiran 10
Mean Variabel UKA
3 2,46 2,5 2,23 2,07 1,92 2 1,6 1,53 1,5 UKA Indonesia UKA Malaysia 1
0,5
0 2016 2017 2018 Sumber : Lampiran 10
Lampiran 11
Mean Variabel UKR
2,5 2,31 2 2,08 2 1,73 1,69 1,53 1,5 UKR Indonesia 1 UKR Malaysia
0,5
0 2016 2017 2018
Sumber : Lampiran 11
Universitas Sumatera Utara 136
Lampiran 12
Mean Variabel ROA
1,80% 1,66% 1,60% 1,40% 1,20% 0,99% 0,90% ROA BUS 1,00% 0,74% Indonesia 0,80% ROA BUS Malaysia 0,60% 0,69% 0,34% 0,40% 0,20% 0,00% 2016 2017 2018
Sumber : Lampiran 12
Lampiran 13
Mean Variabel NOM
2,50% 2,33% 2,07% 2,00% 1,84% 1,80% 1,97% NOM BUS 1,28% 1,50% Indonesia
1,00% NOM BUS Malaysia
0,50%
0,00% 2016 2017 2018 Sumber : Lampiran 13
Universitas Sumatera Utara 137
Lampiran 14
Mean Variabel CAR
25,00% 21,77% 19,33% 19,65% 20,00% 18,95% 18,52% 17,45% CAR BUS 15,00% Indoneisia CAR BUS 10,00% Malaysia
5,00%
0,00% 2016 2017 2018
Sumber : Lampiran 14
Lampiran 15
Hasil Uji Normalitas
NPF FDR UDK UKRN UDPS UKA UKR ROA NOM CAR
N 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 934 Mean 241.5 1.44 1.86 1.68 1.95 1.88 88.9 188.6 192 Normal 3 Paramet Std. a,b 264. 196.1 534. ers Deviat 307.9 337 .608 .747 .697 .727 .718 86 8 4 ion Absol .218 .251 .385 .232 .287 0.24 .244 .3 .174 .163 Most ute Extreme Positiv .203 .251 .385 .232 .287 .236 .232 .296 .174 .163 Differen e ces Negati - - -.218 -.234 -.219 -.225 -.24 -.24 -.3 -.103 ve .221 .107 Kolmogorov- 2.001 2.29 3.525 2.12 2.63 2.20 2.24 2.74 1.59 1.48 Smirnov Z Asymp. Sig. (2- 0.001 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .013 .024 tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber : Lampiran 15
Universitas Sumatera Utara 138
Lampiran 16
Uji Beda Mann-Whitney Variabel NPF
Test Statisticsa NPF Mann-Whitney U 653.500 Wilcoxon W 1688.500 Z -2.009 Asymp. Sig. (2-tailed) .045 a. Grouping Variable: Negara Sumber : Lampiran 16
Lampiran 17
Uji Beda Mann-Whitney Variabel FDR
Test Statisticsa FDR Mann-Whitney U 538.500 Wilcoxon W 1318.500 Z -3.040 Asymp. Sig. (2-tailed) .002 a. Grouping Variable: Negara Sumber : Lampiran 17
Lampiran 18
Uji Beda Mann-Whitney Variabel UDK
Test Statisticsa UDK Mann-Whitney U 710.500 Wilcoxon W 1745.500 Z -1.754 Asymp. Sig. (2-tailed) .079 a. Grouping Variable: Negara Sumber : Lampiran 18
Universitas Sumatera Utara 139
Lampiran 19
Uji Beda Mann-Whitney Variabel UKRN
Test Statisticsa UKRN Mann-Whitney U 649.500 Wilcoxon W 1684.500 Z -2.197 Asymp. Sig. (2-tailed) .028 a. Grouping Variable: Negara Sumber : Lampiran 19
Lampiran 20
Uji Beda Mann-Whitney Variabel UDPS
Test Statisticsa UDPS Mann-Whitney U 609.000 Wilcoxon W 1644.000 Z -2.639 Asymp. Sig. (2-tailed) .008 a. Grouping Variable: Negara Sumber : Lampiran 20
Lampiran 21
Uji Beda Mann-Whitney Variabel UKA
Test Statisticsa UKA Mann-Whitney U 575.500 Wilcoxon W 1610.500 Z -2.929 Asymp. Sig. (2-tailed) .003 a. Grouping Variable: Negara Sumber : Lampiran 21
Universitas Sumatera Utara 140
Lampiran 22
Uji Beda Mann-Whitney Variabel UKR
Test Statisticsa UKR Mann-Whitney U 699.000 Wilcoxon W 1734.000 Z -1.736 Asymp. Sig. (2-tailed) .083 a. Grouping Variable: Negara Sumber : Lampiran 22
Lampiran 23
Uji Beda Mann-Whitney Variabel ROA
Test Statisticsa ROA Mann-Whitney U 849.000 Wilcoxon W 1629.000 Z -.256 Asymp. Sig. (2-tailed) .798 a. Grouping Variable: Negara Sumber : Lampiran 23
Lampiran 24
Uji Beda Mann-Whitney Variabel NOM
Test Statisticsa NOM Mann-Whitney U 707.500 Wilcoxon W 1487.500 Z -1.525 Asymp. Sig. (2-tailed) .127 a. Grouping Variable: Negara Sumber : Lampiran 24
Universitas Sumatera Utara 141
Lampiran 25
Uji Beda Mann-Whitney Variabel CAR
Test Statisticsa CAR Mann-Whitney U 682.000 Wilcoxon W 1717.000 Z -1.753 Asymp. Sig. (2-tailed) .080 a. Grouping Variable: Negara Sumber : Lampiran 25
Universitas Sumatera Utara