SKRIPSI

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN SYARIAH DENGAN METODE RISK PROFILE, GOOD CORPORATE GOVERNANCE, EARNINGS, DAN CAPITAL DI DAN MALAYSIA PERIODE 2016-2018

OLEH

IFTITAH NUR EL BAROKAH 160502068

PROGRAM STUDI STRATA 1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2020

Universitas Sumatera Utara 2

2

Universitas Sumatera Utara 3

3

Universitas Sumatera Utara 4

4

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN SYARIAH DENGAN METODE RISK PROFILE, GOOD CORPORATE GOVERNANCE, EARNINGS, DAN CAPITAL DI INDONESIA DAN MALAYSIA PERIODE 2016-2018

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kinerja keuangan perbankan syariah Indonesia dan Malaysia pada tahun 2016 – 2018 dengan menggunakan metode penilaian kesehatan bank syariah yang ditetapkan , yaitu RGEC (Risk Profile, Good Corporate Governance, Earnings, dan Capital). Risk Profile menggunakan Non Performing Financing (NPF) dan Financing to Deposit Ratio (FDR), penilaian Good Corporate Governance (GCG) menggunakan ukuran dewan komisaris, ukuran komite audit, ukuran komite risiko, ukuran komite remunerasi dan nominasi dan ukuran Dewan Pengawas Syariah, Earnings menggunakan Net Operating Margin (NOM) dan Return on Asset (ROA), serta Capital menggunakan Capital Adequacy Ratio (CAR). Penelitian ini adalah penelitian komparatif dan jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh bank umum syariah di Indonesia dan Malaysia yang berjumlah 14 bank umum syariah Indonesia dan 16 bank umum syariah Malaysia. Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling meliputi 13 bank umum syariah Indonesia dan 15 bank umum syariah Malaysia yang masih beroperasi serta memiliki laporan tahunan atau laporan keuangan pada periode 2016 – 2018. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu independent sample t-test untuk data yang berdistribusi normal dan Mann-Whitney U Test untuk data yang berdistribusi tidak normal. Hasil penelitian berdasarkan Mann-Whitney U Test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio NPF, FDR, ukuran dewan komisaris, ukuran komite audit, ukuran komite risiko, ukuran komite remunerasi dan nominasi, ukuran Dewan Pengawas Syariah dan CAR. Sedangkan rasio ROA dan NOM tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Perbankan syariah Malaysia memiliki kinerja keuangan yang lebih baik ditinjau dari aspek risk profile pada rasio NPF, penilaian GCG dan aspek earnings pada rasio NOM. Sedangkan kinerja keuangan perbankan syariah Indonesia lebih baik dalam aspek risk profile pada rasio FDR, aspek earnings pada rasio ROA dan aspek capital pada rasio CAR.

Kata Kunci: Kinerja Keuangan, Risk Profile, Good Corporate Governance, Earnings, Capital.

i

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

COMPARATIVE ANALYSIS OF SHARIA BANKING FINANCIAL PERFORMANCE WITH METHOD RISK PROFILE, GOOD CORPORATE GOVERNANCE, EARNINGS, AND CAPITAL METHOD IN INDONESIA AND MALAYSIA PERIOD 2016-2018

This study aims to compare the financial performance of Islamic banking in Indonesia and Malaysia in 2016-2018 using the Islamic bank health assessment method established by Bank Indonesia, namely RGEC (Risk Profile, Good Corporate Governance, Earnings, and Capital). Risk Profile uses Non Performing Financing (NPF) and Financing to Deposit Ratio (FDR), Good Corporate Governance (GCG) assessment uses board size, audit committee size, risk committee size, remuneration and nomination committee size and Sharia Supervisory Board size, Earnings using Net Operating Margin (NOM) and Return on Assets (ROA), and Capital using Capital Adequacy Ratio (CAR). This research is a comparative study and the type of data used is quantitative data. The population of this study were all Islamic commercial banks in Indonesia and Malaysia, amounting to 14 Indonesian Islamic commercial banks and 16 Malaysian Islamic commercial banks. The sampling technique in this study used purposive sampling covering 13 Indonesian Islamic commercial banks and 15 Malaysian Islamic commercial banks which are still operating and have annual reports or financial reports for the period 2016 - 2018. The data analysis technique used in this study, namely the independent sample t- test for data that are normally distributed and the Mann-Whitney U Test for data that are not normally distributed. The results of the study based on the Mann-Whitney U Test show that there are significant differences in the NPF, FDR ratios, board size, audit committee size, risk committee size, remuneration and nomination committee size, Sharia Supervisory Board size and CAR. Meanwhile, the ROA and NOM ratios did not show a significant difference. Malaysian Islamic banking has better financial performance in terms of the risk profile aspect of the NPF ratio, GCG assessment and earnings aspects of the NOM ratio. Meanwhile, the financial performance of Indonesian Islamic banking is better in the risk profile aspect of the FDR ratio, the earnings aspect of the ROA ratio and the capital aspect of the CAR ratio.

Keywords: Financial performance, risk profile, Good Corporate Governance, earnings, capital.

ii

Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR

Maa syaa Allah Tabarakallahu. Puji syukur kepada Allah Subhanahu wa

Ta’ala, karena atas berkah dan rahmat-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah dengan Metode Risk Profile, Good Corporate Governance, Earnings, dan

Capital di Indonesia dan Malaysia Periode 2016-2018”. Skripsi ini disusun dalam rangka untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana

Ekonomi dari Program S1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Sumatera Utara.

Skripsi ini peneliti persembahkan untuk Ayahanda, Edy Noor dan Ibunda,

Nur El Hidayah. Terima kasih telah membesarkan, mendidik, dan memberikan dukungan moral dan materil serta kasih sayang dan doa yang tidak ternilai mulai dari peneliti belajar hingga dapat menyelesaikan pendidikan di Program Studi S1

Manajemen. Serta saya ucapkan Terima Kasih juga kepada kedua Adik saya,

Akbar Noor El Islam dan Annisa Nur El Falah yang selalu setia mendoakan dan membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Dalam kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Amlys Syahputra Silalahi, SE, M.Si, dan Bapak Doli Muhammad

Ja’far Dalimunthe, SE, M.Si, selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi S-1

Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

iii

Universitas Sumatera Utara

3. Ibu Dr. Khaira Amalia Fachrudin, SE, MBA, Ak, selaku Dosen Pembimbing

yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan motivasi serta saran kepada

peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Aryanti Sariartha Sianipar, SE, M.Sc, selaku Dosen Penguji I dan Bapak

Dr. Amlys Syahputra Silalahi, SE, M.Si, selaku Dosen Penguji II yang telah

memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini.

5. Kepada Bapak dan Ibu Dosen Program Studi S1 Manajemen Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan

memberikan ilmunya kepada penulis selama mengikuti perkuliahan serta staf

dan pegawai yang telah membantu selama proses penulisan skripsi.

6. Sahabat terbaik, Dini, Debby, Liza, Afrizah, Rahma, Ira, Aini, Thiya, Mutia,

Aul, Nda, Tanty, Avis, teman-teman seperjuangan Golden Generation serta di

BP2M, yang selalu memberikan semangat dan nasehat kepada peneliti serta

membuat masa perkuliahan terasa sangat menyenangkan.

Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala dapat memberikan balasan atas kebaikan-kebaikan yang telah diberikan kepada peneliti baik di dunia maupun di akhirat kelak. Peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan bahan masukan bagi peneliti selanjutnya

Medan, Mei 2020 Peneliti

Iftitah Nur El Barokah 160502068

iv

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK ...... i ABSTRACT ...... ii KATA PENGANTAR ...... iii DAFTAR ISI ...... v DAFTAR TABEL ...... vii DAFTAR GAMBAR ...... viii DAFTAR LAMPIRAN ...... ix BAB I PENDAHULUAN ...... 1 1.1 Latar Belakang ...... 1 1.2 Identifikasi Masalah Penelitian ...... 9 1.3 Rumusan Masalah Penelitian ...... 10 1.4 Tujuan Penelitian ...... 12 1.5 Manfaat Penelitian ...... 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...... 15 2.1 Landasan Teori ...... 15 2.1.1 Perbankan Syariah ...... 15 2.1.2 Analisis Kinerja Keuangan ...... 18 2.1.3 Analisis Rasio Keuangan ...... 20 2.1.4 Tingkat Kesehatan Bank ...... 22 2.1.5 Metode Penilaian Tingkat Kesehatan Bank .... 24 2.2 Penelitian Terdahulu ...... 39 2.3 Kerangka Konseptual ...... 45 2.4 Hipotesis Penelitiand ...... 49 BAB III METODE PENELITIAN ...... 51 3.1 Jenis Penelitian ...... 51 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ...... 51 3.3 Objek Penelitian ...... 51 3.4 Definisi Operasional Variabel ...... 52 3.5 Populasi dan Sampel Penelitian ...... 53 3.5.1 Populasi ...... 53 3.5.2 Sampel ...... 54 3.6 Jenis Data dan Sumber Data ...... 56 3.6.1 Jenis Data ...... 56 3.6.2 Sumber Data ...... 57 3.7 Metode Pengumpulan Data ...... 57 3.8 Teknik Analisis Data ...... 57 3.8.1 Analisis Statistik deskripftif ...... 58 3.8.2 Uji Normalitas ...... 58

v

Universitas Sumatera Utara

3.9 Pengujian Hipotesis ...... 59 3.9.1 Uji Parametrik (Independent Sample t-Test) ... 61 3.9.2 Uji Nonparametrik (Mann-Whitney U Test) ... 62 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...... 63 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ...... 63 4.1.1 Perbankan Syariah Indonesia ...... 63 4.1.2 Perbankan Syariah Malaysia ...... 70 4.2 Analisis Deskriptif Statistik ...... 78 4.2.1 Risk Profile (Profil Risiko) ...... 79 4.2.2 Good Corporate Governance ...... 84 4.2.3 Earnings (Rentabilitas) ...... 90 4.2.4 Capital (Permodalan) ...... 95 4.3 Uji Normalitas ...... 98 4.4 Uji Hipotesis ...... 99 4.4.1 Uji Beda Variabel NPF ...... 99 4.4.2 Uji Beda Variabel FDR ...... 100 4.4.3 Uji Beda Variabel Ukuran Dewan Komisaris. 101 4.4.4 Uji Beda Variabel Ukuran Komite Remunerasi dan Nominasi ...... 101 4.4.5 Uji Beda Variabel Ukuran Dewan Pengawas Syariah ...... 102 4.4.6 Uji Beda Variabel Ukuran Komite Audit ...... 103 4.4.7 Uji Beda Variabel Ukuran Komite Risiko ...... 103 4.4.8 Uji Beda Variabel ROA ...... 104 4.4.9 Uji Beda Variabel NOM ...... 105 4.4.10 Uji Beda Variabel CAR ...... 105 4.5 Pembahasan ...... 106 4.5.1 Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Indonesia dan Malaysia Dilihat dari Faktor Risk Profile (Profil Risiko) ...... 106 4.5.2 Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Indonesia dan Malaysia Dilihat dari Faktor Good Corporate Governance ...... 108 4.5.3 Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Indonesia dan Malaysia Dilihat dari Faktor Earnings (Rentabilitas) ...... 112 4.5.4 Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Indonesia dan Malaysia Dilihat dari Faktor Capital (Permodalan) ...... 114 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...... 116 5.1 Kesimpulan ...... 116 5.2 Saran ...... 117 DAFTAR PUSTAKA ...... 119 DAFTAR LAMPIRAN ...... 124

vi

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman 1.1 Indeks Peringkat Negara Keuangan Syariah 2019 ...... 4 2.1 Kriteria Peringkat Komposit Risiko Kredit (NPF) ...... 26 2.2 Kriteria Peringkat Komposit Risiko Kredit (FDR) ...... 28 2.3 Kriteria Peringkat Komposit GCG ...... 34 2.4 Kriteria Peringkat Komposit Rentabilitas (ROA) ...... 36 2.5 Kriteria Peringkat Komposit Rentabilitas (NOM) ...... 37 2.6 Kriteria Peringkat Komposit Permodalan (CAR) ...... 39 2.7 Review Penelitian Terdahulu ...... 41 3.1 Definisis Operasional Variabel ...... 52 3.2 Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian ...... 55 3.3 Sampel Perbankan Syariah Indonesia dan Malaysia ...... 56 4.1 Statistik Deskriftif Variabel Penelitian Bank Umum Syariah Indonesia ...... 79 4.2 Statistik Deskriftif Variabel Penelitian Bank Umum Syariah Malaysia ...... 79 4.3 Hasil Uji Normalitas ...... 99 4.4 Uji Beda Mann-Whitney Variabel NPF ...... 100 4.5 Uji Beda Mann-Whitney Variabel FDR ...... 100 4.6 Uji Beda Mann-Whitney Variabel Ukuran Dewan Komesaris ... 101 4.7 Uji Beda Mann-Whitney Variabel Ukuran Komite Remunerasi Dan Nominasi ...... 102 4.8 Uji Beda Mann-Whitney Variabel Ukuran Dewan Pengawas Syariah ...... 102 4.9 Uji Beda Mann-Whitney Variabel Ukuran Komite Audit ...... 103 4.10 Uji Beda Mann-Whitney Variabel Ukuran Komite Risiko ...... 104 4.11 Uji Beda Mann-Whitney Variabel ROA ...... 104 4.12 Uji Beda Mann-Whitney Variabel NOM ...... 105 4.13 Uji Beda Mann-Whitney Variabel CAR ...... 106

vii

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman 2.1 Kerangka Konseptual ...... 49 4.1 Perkembangan Mean NPF pada BUS Indonesia dan Malaysia .. 82 4.2 Perkembangan Mean FDR pada BUS Indonesia dan Malaysia .. 84 4.3 Perkembangan Mean Ukuran Dewan Komisaris pada BUS Indonesia dan Malaysia ...... 86 4.4 Perkembangan Mean Ukuran Komite Remunerasi dan Nominasi pada BUS Indonesia dan Malaysia ...... 87 4.5 Perkembangan Mean Ukuran Dewan Pengawas Syariah pada BUS Indonesia dan Malaysia ...... 88 4.6 Perkembangan Mean Ukuran Komite Audit pada BUS Indonesia dan Malaysia ...... 89 4.7 Perkembangan Mean Ukuran Komite Risiko pada BUS Indonesia dan Malaysia ...... 90 4.8 Perkembangan Mean ROA pada BUS Indonesia dan Malaysia . 92 4.9 Perkembangan Mean NOM pada BUS Indonesia dan Malaysia 94 4.10 Perkembangan Mean CAR pada BUS Indonesia dan Malaysia . 97

viii

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman 1. Populasi dan Sampel Penelitian ...... 124 2. Data Rasio RGEC ...... 125 3. Hasil Statistik Deskriptif Bank Umum Syariah Indonesia ...... 127 4. Hasil Statistik Deskriptif Bank Umum Syariah Malaysia ...... 128 5. Mean Variabel NPF ...... 128 6. Mean Variabel FDR ...... 129 7. Mean Variabel UDK ...... 129 8. Mean Variabel UKRN ...... 130 9. Mean Variabel UDPS ...... 130 10. Mean Variabel UKA ...... 131 11. Mean Variabel UKR ...... 131 12. Mean Variabel ROA ...... 132 13. Mean Variabel NOM ...... 132 14. Mean Variabel CAR ...... 133 15. Uji Normalitas ...... 133 16. Uji Beda Mann-Whitney Variabel NPF ...... 134 17. Uji Beda Mann-Whitney Variabel FDR ...... 134 18. Uji Beda Mann-Whitney Variabel UDK ...... 134 19. Uji Beda Mann-Whitney Variabel UKRN ...... 135 20. Uji Beda Mann-Whitney Variabel UDPS ...... 135 21. Uji Beda Mann-Whitney Variabel UKA ...... 135 22. Uji Beda Mann-Whitney Variabel UKR ...... 136 23. Uji Beda Mann-Whitney Variabel ROA ...... 136 24. Uji Beda Mann-Whitney Variabel NOM ...... 136 25. Uji Beda Mann-Whitney Variabel CAR ...... 137

ix

Universitas Sumatera Utara

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberhasilan pengelolaan pembangunan bangsa atau disebut dengan pembangunan nasional menjadi salah satu tolak ukur eksistensi suatu bangsa di mata dunia internasional. Pembangunan nasional yang termasuk didalamnya terdapat pembangunan ekonomi. Pada pembangunan ekonomi dibutuhkan peran dari lembaga keuangan dalam hal pembiayaan untuk mendukung percepatan pembangunannya.

Industri perbankan, baik syariah maupun konvensional merupakan salah satu sektor yang sangat berperan penting dalam mempengaruhi kegiatan ekonomi suatu negara. Hal ini disebabkan karena bank merupakan lembaga perantara keuangan (financial intermediary) yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau pembiayaan sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang No. 10 tahun 1998.

Semakin maju suatu negara, maka semakin besar peranan perbankan dalam mengendalikan negara tersebut (Kasmir, 2010).

Indonesia sempat mengalami krisis yang memberikan dampak negatif terhadap perekonomian negara pada tahun 2008. Indonesia mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi, dimana pada tahun 2007 laju pertumbuhan ekonomi negara mencapai 6,7% dan pada tahun 2008 hanya 6,1%. Dampak lain yang dialami adalah menurunnya kinerja neraca pembayaran, tekanan pada nilai tukar rupiah dan dorongan pada laju inflasi (Bappenas, 2009).

Ketika krisis global 2008, banyak institusi keuangan yang

1

Universitas Sumatera Utara 2

bertumbangan. Bahkan lembaga keuangan sebesar Lehman Brothers yang telah berusia lebih dari 100 tahun pun tak terselamatkan. Namun, ternyata lembaga keuangan syariah bisa bertahan dan bahkan terus tumbuh di tengah terpaan krisis yang bahkan pernah terjadi dua kali pada tahun 1998 dan 2008. (Bank

Indonesia, 2009: , 2016).

Perkembangan perbankan syariah dewasa ini tumbuh sangat pesat.

Indonesia adalah Negara ke 4 terbesar di dunia yakni sekitar 267 juta jiwa dimana

85% diantaranya adalah muslim (Badan Pusat Statistik, 2019). Populasi umat muslim yang besar di Indonesia dapat menjadi potensi yang besar bagi perkembangan perbankan syariah. Namun, realitanya industri perbankan syariah

Indonesia masih tertinggal apabila dibandingkan dengan negara tetangga

Malaysia. Hal ini dapat dilihat dari market share per Juni 2019, perbankan syariah

Malaysia sudah mencapai 28% (snapshot of Islamic finance in Malaysia, Global

Islamic Finanace Report 2019), sedangkan Indonesia masih 5,95% (Snapshot

Perbankan Syariah Indonesia , Otoritas Jasa Keuangan 2019).

Dilihat dari perkembangannya, perbankan syariah Indonesia bermula pada tahun 1991 dengan didirikannya Bank Muamalat Indonesia (BMI) dan resmi beroperasi pada tahun 1992 (Sari, Bahari, & Hamat, 2013). Pada awal masa operasinya, keberadaan bank syariah belum memperoleh perhatian yang optimal dalam tatanan sektor perbankan nasional. Landasan hukum operasi bank syariah saat itu hanya diakomodir dalam salah satu ayat tentang "bank dengan sistem bagi hasil" pada UU No. 7 Tahun 1992 yang kemudian disempurnakan menjadi UU

No. 10 tahun 1998 yang secara tegas menjelaskan bahwa terdapat dua sistem

Universitas Sumatera Utara 3

dalam perbankan di tanah air (dual banking system), yaitu sistem perbankan konvensional dan syariah. Adapun dengan telah diberlakukannya Undang-Undang

No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008, maka pengembangan industri perbankan syariah nasional semakin memiliki landasan hukum yang memadai dan akan mendorong pertumbuhannya secara lebih cepat lagi (Otoritas Jasa Keuangan, 2019).

Sementara itu, perbankan syariah Malaysia berdiri sejak tahun 1983. Akta

Bank Islam 1983 atau Undang-Undang tentang bank syariah di Malaysia yang disahkan pada 7 April 1983 memberikan kewenangan kepada Bank Negara

Malaysia sebagai bank sentral untuk memberikan izin pendirian dan melakukan pengawasan atas kegiatan operasional bank syariah. Pendirian Bank Islam

Malaysian Berhad (BIMB) pada 1 Juli 1983 sebagai bank syariah pertama merupakan langkah awal perkembangan perbankan syariah Malaysia

(Nadratuzzaman, 2013).

Indonesia dan Malaysia merupakan dua negara di Asia Tenggara yang memiliki bank syariah paling banyak diantara yang lainnya dan termasuk dalam sepuluh besar peringkat bank syariah berdasarkan Global Islamic Financial

Report 2016, namun posisi ini masih dipimpin oleh Malaysia. Meskipun perbankan syariah di Malaysia lebih dulu berdiri dibanding di Indonesia, namun selayaknya Indonesia menjadi pelopor dan kiblat perkembangan keuangan syariah di dunia. Hal ini sejalan dengan pendapat Cham (2017) yang menyatakan bahwa populasi muslim yang besar dapat mendorong kemajuan perbankan syariah, walaupun menurut Rosly & Bakar (2003) faktor religius saja tidak cukup meyakinkan

Universitas Sumatera Utara 4

untuk mendorong kaum muslim untuk menggunakan fasilitas bank syariah.

Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi global player keuangan syariah, diantaranya: (i) jumlah penduduk muslim yang besar, (ii) prospek ekonomi yang cerah, tercermin dari pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi

(kisaran 6,0%-6,5%), (iii) peningkatan sovereign credit rating Indonesia menjadi investment grade, dan (iv) melimpahnya sumber daya alam yang dapat dijadikan sebagai underlying transaksi keuangan syariah (Alamsyah, 2012)

Dalam laporan Islamic Finance Country Index 2019, Indonesia menempati peringkat yang fluktuatif selama rentang empat tahun belakangan ini di mana pada tahun 2019 Indonesia menempati peringkat pertama. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Indeks Peringkat Negara Keuangan Syariah 2019

Peringkat 2016 2017 2018 2019

1 Malaysia Malaysia Malaysia Indonesia 2 Iran Iran Iran Malaysia 3 Saudi Arab Saudi Arab Saudi Arab Iran 4 UAE UAE UAE Saudi Arab 5 Kuwait Kuwait Kuwait Sudan

6 Indonesia Pakistan Indonesia Brunei 7 Qatar Indonesia Pakistan UAE 8 Bahrain Bahrain Bahrain Bangladesh 9 Pakistan Qatar Qatar Kuwait 10 Bangladesh Bangladesh Bangladesh Pakistan Sumber : Global Islamic Financial Report 2019

Indonesia berhasil meraih peringkat pertama dalam pasar keuangan syariah global. Posisi Indonesia melonjak drastis dari sebelumnya hanya berada di peringkat 6 pada 2018. Hal itu terungkap dalam laporan Global Islamic Finanace

Universitas Sumatera Utara 5

Report (2019) yang dirilis oleh Cambridge Institute of Islamic Finance

(Cambridge IIF). Dalam keterangan resmi disebutkan, Indonesia meraih skor

81,93 melesat dari sebelumnya 57,8. Indonesia berhasil mengalahkan Malaysia dengan skor 81,05. Negeri Jiran itu telah menduduki posisi puncak sejak 2011.

Direktur Pengembangan Ekonomi Syariah dan Industri Halal Komite

Nasional Keuangan Syariah (KNKS) Afdhal Aliasar menuturkan Cambridge IIF melakukan penilaian dari multi dimensi, sehingga Indonesia tetap bisa menduduki peringkat pertama meskipun penetrasi pasar keuangan syariah di Indonesia cenderung stagnan. Director General of Cambridge IIF Humayon Dar mengungkapkan beberapa faktor yang mendorong melesatnya posisi Indonesia antara lain perkembangan regulasi yang diikuti oleh peningkatan ekosistem industri perbankan dan keuangan syariah (cnnindonesia.com, 2019).

Meskipun sudah berada pada posisi pertama di tahun 2019, tetap saja perkembangan bank syariah di Malaysia masih terhitung lebih cepat dibandingkan dengan perkembangan bank syariah di Indonesia. Dapat dilihat dari total aset bank syariah di Indonesia yang mengalami perlambatan dari pada Malaysia. Dimana

Indonesia per Juni 2019 memiliki total aset yakni sebesar Rp 322,95 (dalam

Triliun) (Otoritas Jasa Keuangan, 2019), sedangkan Malaysia sudah mencapai sekitar RM 742 Miliar (Global Islamic Finanace Report, 2019) atau setara dengan

Rp 2.488 (dalam Triliun). Hal ini dapat dijadikan evaluasi bagi Indonesia dalam meningkatkan kinerja perbankan syariah di masa mendatang.

Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan karena kinerja mencerminkan kemampuan perusahaan dalam rangka mengelola

Universitas Sumatera Utara 6

dan mengalokasikan sumber dayanya. Kinerja keuangan juga dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kesehatan bank. Kesehatan bank merupakan kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasi perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku (Tirandaru & Budisantosos,

2006). Tingkat kesehatan bank merupakan sesuatu yang sangat penting karena dibutuhkan oleh para stakeholder dalam menilai kinerja suatu lembaga perbankan tersebut (Kasmir, 2010). Hal ini terjadi karena semua institusi keuangan harus merespon realitas bahwa penyedia dana serta stakeholder yang lain memiliki harapan dan mereka tidak akan menanamkan dana atau berkontribusi dengan baik apabila ekspektasi mereka tidak terpenuhi (Setyawan, 2010).

Metode penilaian kesehatan bank dapat menjadi salah satu alat ukur dalam mengevaluasi kinerja perbankan syariah Indonesia dan Malaysia. Adapun metode penilaian kesehatan bank di Indonesia secara umum telah mengalami beberapa perubahan seiring dengan perkembangan ekonomi yang kian dinamis dan kompleks. Pada tahun 1999, Bank Indonesia menggunakan metode CAMEL yang merupakan singkatan dari Capital, Assets, Management, Earning, dan Liquidity.

Setelah ditetapkan selama beberapa tahun, metode tersebut dianggap kurang mampu menilai kemampuan bank terhadap risiko eksternal. Berdasarkan hal tersebut, pada tahun 2004, Bank Indonesia melalui Peraturan Bank Indonesia Nomor

6/10/PBI/2004 mengubah metode yang digunakan dengan menambah satu elemen yaitu Sensitivity to market risk, sehingga metodenya berubah menjadi CAMELS.

Mengingat perekonomian Indonesia yang cukup dinamis dan fluktuatif serta

Universitas Sumatera Utara 7

semakin kompleksnya risiko yang dialami perbankan, Bank Indonesia menghapus

CAMELS dan digantikan dengan menggunakan pendekatan risiko (Risk-Based

Bank Rating) dengan dikeluarkannya Peraturan Bank Indonesia PBI/13/1/PBI/2011.

Pendekatan tersebut mencakup penilaian profil risiko (Risk Profile), Good

Corporate Governance (GCG), rentabilitas (Earnings), dan permodalan (Capital) yang selanjutnya disebut dengan RGEC. Menurut Radzi & Lonik (2016) perkembangan perbankan syariah yang cepat selain dapat menimbulkan harapan, namun juga muncul kekhawatiran risiko yang menyertainya. Oleh karena itu, metode RGEC layak digunakan dalam mengukur kinerja perbankan syariah

Indonesia dan Malaysia karena menggunakan pendekatan risiko.

Pada metode RGEC komponen risiko yang menjadi penilaian adalah risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum, risiko strategik, risiko kepatuhan, dan risiko reputasi. Faktor Good Corporate

Governance menilai kualitas manajemen bank atas pelaksanaan prinsip-prinsip

Good Corporate Governance yang telah ditetapkan Bank Indonesia. Faktor rentabilitas menilai kemampuan bank dalam menghasilkan laba dalam satu periode. Faktor permodalan merupakan evaluasi kecukupan permodalan dan kecukupan pengelolaan permodalan (Mailani, 2018). Bank Indonesia berharap bank mampu mengidentifikasi permasalahan secara lebih dini, melakukan tindak lanjut perbaikan yang sesuai dan lebih cepat, serta menerapkan Good Corporate

Governance (GCG) dan manajemen risiko yang lebih baik sehingga bank lebih tahan dalam menghadapi krisis melalui penilaian kesehatan dengan menggunakan

RGEC tersebut (Putri & Damayanti, 2013). Adapun pada tahun 2014, metode

Universitas Sumatera Utara 8

RGEC ini mulai diterapkan dalam menilai tingkat kesehatan bank umum syariah dan unit usaha syariah dengan dikeluarkannya Surat Edaran OJK No.

10/SEOJK.03/2014.

Penelitian sebelumnya yang mengangkat isu tentang kinerja keuangan perbankan syariah Indonesia dan Malaysia sudah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti baik di Indonesia maupun di luar negeri dan menjadi referensi dalam penelitian ini, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Puspita dan Saryadi

(2018), menunjukkan hasil bahwa terdapat perbedaan kinerja perbankan syariah

Indonesia dan Malaysia pada indikator FDR, NPF, BOPO, dan ROE namun tidak terdapat perbedaan pada indikator ROA dan CAR. Adapun penelitian yang dilakukan oleh Iriyanto (2015) menunjukan tidak adanya perbedaan pada aspek

Good Corporate Governance dan Capital. Sedangkan pada aspek Risk profile

Indonesia lebih baik dari Malaysia dan pada faktor earning Malaysia lebih baik dari Indonesia. Lalu pada penelitian Hendratmi, Sukmaningrum, & Hasib (2017) menunjukan adanya perbedaan pada aspek earning (ROE) dan capital (CAR) dan tidak terdapat perbedaan pada aspek risk profile (FDR) serta aspek earning pada indikator ROA antara perbankan syariah Indonesia dan Malaysia. Namun, penelitian Rizkiyah dan Suhadak (2017), menunjukkan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan kinerja perbankan syariah Indonesia dan Malaysia dengan perbandingan predikat rasio sebagai berikut: (1) NPL dan CAR sangat baik, (2)

ROA baik, dan (3) LDR cukup baik.

Dalam penelitian Wibowo (2015) yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan CAMEL untuk meninjau kinerja keuangan perbankan syariah di

Universitas Sumatera Utara 9

ketiga negara ASEAN, yaitu Indonesia, Malaysia dan Thailand. Dari penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa rasio rata-rata perbankan islam di Indonesia yang lebih baik adalah ROA, ROE. Yang baik adalah EEA, LDR, serta AGR dibandingkan dengan dua Negara lainnya.

Penelitian tentang perbandingan kinerja keuangan bank syariah di

Indonesia dan Malaysia memang sudah banyak dilakukan baik dengan menggunakan metode CAMELS maupun RGEC. Namun, dalam penelitian- penelitian tersebut masih terdapat beberapa kekurangan yang masih memungkinkan untuk dilakukannya penelitian lanjutan dalam membandingkan kinerja keuangan perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia seperti periode penelitian yang singkat, dimana dalam penelitian ini dilakukan dalam rentang waktu 3 periode. Lalu jumlah bank syariah atau jumlah rasio pengukuran kinerja yang masih sedikit, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan hampir seluruh bank syariah di Indonesia dan Malaysia serta ada 10 indikator dari aspek perhitungan kinerja keuangan dengan metode RGEC (Risk Profile, Good

Corporate Governance, Earnings, dan Capital).

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melihat lebih dalam dengan mengambil judul penelitian “Analisis

Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah dengan Metode Risk

Profile, Good Corporate Governance, Earnings, dan Capital di Indonesia dan Malaysia Periode 2016-2018.”

1.2 Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka masalah penelitian ini dapat

Universitas Sumatera Utara 10

diidentifikasi sebagai berikut:

1. Indonesia memiliki potensi besar dalam perkembangan perbankan syariah.

Namun sayangnya potensi tersebut belum mampu digali lebih jauh. Hal ini

dapat dilihat dari prestasi perbankan syariah Indonesia yang belum mampu

menyaingi Malaysia berdasarkan Global Islamic Finance Report (2019) dan

perbandingan market share yang relatif cukup jauh, yaitu Indonesia 5,95% dan

Malaysia 28%. Kondisi ini tentu kontradiktif, mengingat mayoritas penduduk

Indonesia adalah pemeluk agama Islam (Fasa, 2013).

2. Perkembangan perbankan syariah yang cepat dapat menimbulkan harapan yang

baik, namun juga memunculkan kekhawatiran risiko yang dapat menyertainya

(Radzi & Lonik, 2016). Oleh karena itu, diperlukan pengukuran kinerja

perbankan syariah dengan menggunakan pendekatan risiko yang mencakup

penilaian profil risiko (Risk Profile), Good Corporate Governance (GCG),

rentabilitas (Earnings), dan permodalan (Capital) yang selanjutnya disebut

dengan RGEC.

3. Keberhasilan negara Malaysia dalam perbankan syariah dapat menjadi suatu

pelajaran bagi Indonesia demi perkembangan perbankan syariah yang lebih

baik. Oleh karena itu, diperlukan suatu perbandingan kinerja antara

perbankan syariah Indonesia dan Malaysia.

1.3 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang dalam melihat perbandingan kinerja keuangan perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia dengan metode RGEC tersebut, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara 11

1. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank

umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari rasio

NPF periode 2016-2018 ?

2. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank

umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari rasio

FDR periode 2016-2018 ?

3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank

umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari

Ukuran Dewan Komesaris periode 2016-2018 ?

4. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank

umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari

Ukuran Komite Remunerasi dan nominasi periode 2016-2018 ?

5. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank

umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari

Ukuran Dewan Pengawas Syariah periode 2016-2018 ?

6. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank

umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari

Ukuran Komite Audit periode 2016-2018 ?

7. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank

umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari

Ukuran Komite Risiko periode 2016-2018 ?

8. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank

umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari rasio

Universitas Sumatera Utara 12

ROA periode 2016-2018 ?

9. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank

umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari rasio

NOM periode 2016-2018 ?

10. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank

umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari rasio

CAR periode 2016-2018 ?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dalam melihat perbandingan kinerja keuangan perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia dengan metode RGEC tersebut, maka tujuan penulisan dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis apakah terdapat perbedaan kinerja

antara perbankan syariah Indonesia dan Malaysia dilihat dari rasio NPF

periode 2016-2018.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis apakah terdapat perbedaan kinerja

antara perbankan syariah Indonesia dan Malaysia dilihat dari rasio FDR

periode 2016-2018.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis apakah terdapat perbedaan kinerja

antara perbankan syariah Indonesia dan Malaysia dilihat dari Ukuran

Dewan Komesaris periode 2016-2018.

4. Untuk mengetahui dan menganalisis apakah terdapat perbedaan kinerja

antara perbankan syariah Indonesia dan Malaysia dilihat dari Ukuran

Komite Remunersi dan Nominasi periode 2016-2018.

Universitas Sumatera Utara 13

5. Untuk mengetahui dan menganalisis apakah terdapat perbedaan kinerja

antara perbankan syariah Indonesia dan Malaysia dilihat dari Ukuran

Dewan Pengawas Syariah periode 2016-2018.

6. Untuk mengetahui dan menganalisis apakah terdapat perbedaan kinerja

antara perbankan syariah Indonesia dan Malaysia dilihat dari Ukuran

Komite Audit periode 2016-2018.

7. Untuk mengetahui dan menganalisis apakah terdapat perbedaan kinerja

antara perbankan syariah Indonesia dan Malaysia dilihat dari Ukuran

Komite Risiko periode 2016-2018.

8. Untuk mengetahui dan menganalisis apakah terdapat perbedaan kinerja

antara perbankan syariah Indonesia dan Malaysia dilihat dari rasio ROA

periode 2016-2018.

9. Untuk mengetahui dan menganalisis apakah terdapat perbedaan kinerja

antara perbankan syariah Indonesia dan Malaysia dilihat dari rasio NOM

periode 2016-2018.

10. Untuk mengetahui dan menganalisis apakah terdapat perbedaan kinerja

antara perbankan syariah Indonesia dan Malaysia dilihat dari rasio CAR

periode 2016-2018.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Pihak Bank

Hasil penelitian ini juga berguna untuk manajemen bank dalam meningkatkan

performa kinerja keuangan serta dapat digunakan untuk melihat kesiapan

Universitas Sumatera Utara 14

bank dalam menghadapi persaingan secara global.

2. Bagi Akademisi

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi akademisi yang

akan melakukan penelitian selanjutnya dan sebagai penambah informasi.

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan di bidang

perbankan tentang analisis kinerja keuangan dengan metode RGEC dan juga

digunakan untuk menambah motivasi peneliti dalam memperdalam ilmu

pengetahuan.

Universitas Sumatera Utara

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Perbankan Syariah

Pengertian perbankan secara umum menurut Undang-Undang No.10

Tahun 1998 adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank yang mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Fungsi utama perbankan adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat serta bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan taraf hidup rakyat banyak (Otoritas Jasa Keuangan, 2019).

Adapun pengertian bank secara umum menurut Undang-Undang No.10

Tahun 1998 adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia bank diartikan sebagai lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.

Terdapat beberapa pengertian lain dari bank menurut para ahli yaitu sebagai berikut : Bank adalah badan usaha yang kekayaannya terutama dalam bentuk asset keuangan (financial assets) serta bermotif profit dan juga sosial, jadi bukan hanya mencari keuntungan saja (Hasibuan, 2005).

15

Universitas Sumatera Utara 16

Bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan kemudian menyalurkan kembali ke masyarakat, serta memberikan jasa-jasa bank lainnya (Kasmir, 2008). Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa bank adalah suatu badan usaha yang berbentuk lembaga keuangan bermotif profit dan sosial yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat serta memberikan jasa-jasa keuangan lainnya demi meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Pengertian bank syariah atau bank Islam dalam bukunya Wibowo (2005) adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam. Bank ini tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan al-Quran dan hadits.

Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam maksudnya adalah bank yang dalam beroperasinya itu mengikuti ketentuan- ketentuan syariah Islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalah secara Islam. Dalam tata cara bermuamalat itu dijauhi praktik-praktik yang dikhawatirkan mengandung unsur-unsur riba, untuk diisi dengan kegiatan- kegiatan investasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan atau praktik- praktik usaha yang dilakukan di zaman Rasulullah atau bentuk-bentuk usaha yang telah ada sebelumnya, tetapi tidak dilarang oleh beliau.

Sedangkan menurut Sutan (2007) Bank Syariah adalah lembaga yang berfungsi sebagai intermediasi yaitu mengerahkan dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana-dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkan dalam bentuk pembiayaan tanpa berdasarkan prinsip bunga, melainkan berdasarkan prinsip syariah. Perbankan syariah secara khusus menurut Undang-

Universitas Sumatera Utara 17

Undang No.21 Tahun 2008 yang mengatur tentang perbankan syariah menyatakan bahwa perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank syariah dan unit usaha syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya berasaskan prinsip syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-hatian.

Sementara itu pengertian bank syariah secara khusus menurut Undang-

Undang No.21 Tahun 2008 adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah, di dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang

Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 yang dimaksud dengan prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum

Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah islam.

Jadi, penulis berkesimpulan bahwa bank syariah adalah bank yang operasionalnya menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kepada masyarakat berupa pembiayaan dengan sistem bagi hasil yang berdasarkan ketentuan-ketentuan syariat Islam.

1. Fungsi dan Peran Bank Syariah

Bank syariah adalah bank yang menjalankan fungsi intermediasinya

berdasarkan prinsip-prinsip syariat Islam. Peran dan fungsi bank syariah, di

antaranya sebagai berikut (Arifin, 2007).

a. Sebagai tempat menghimpun dana dari masyarakat atau dunia usaha

dalam bentuk tabungan (mudharabah), dan giro (wadiah), serta

menyalurkannya kepada sektor rill yang membutuhkan.

Universitas Sumatera Utara 18

b. Sebagai tempat investasi bagi dunia usaha (baik dana modal maupun

dana rekening investasi) dengan menggunakan alat-alat investasi yang

sesuai dengan syariah.

c. Menawarkan berbagai jasa keuangan berdasarkan upah dalam sebuah

kontrak perwakilan atau penyewaan.

d. Memberikan jasa sosial seperti pinjaman kebajikan, zakat dan dana sosial

lainnya yang sesuai dengan ajaran Islam.

2. Tujuan Bank Syariah

Upaya percapaian keuntungan yang setinggi-tingginya (profit maximization)

adalah tujuan yang biasa dicanangkan oleh bankkomersial, terutama bank

konvensional. Berbeda dengan tujuan bank konvensional, bank syariah berdiri

untuk menggalakkan, memelihara dan mengembangkan jasa-jasa serta produk-

produk perbankan yang berdasarkan prinsip-prinsip syariat Islam. Bank syariah

juga memiliki kewajiban untuk mendukung aktivitas investasi dan bisnis yang

ada di lembaga keuangan sepanjang aktifitas tersebut tidak dilarang dalam

Islam. Selain itu, bank syariah harus lebih menyentuh kepentingan masyarakat

kecil.

2.1.2 Analisis Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan oleh suatu perusahaan untuk menilai sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Separti dengan membuat suatu laporan keuangan yang telah memenuhi standar dan ketentuan dalam SAK (Standar Akuntansi Keuangan) atau GAAP

Universitas Sumatera Utara 19

(General Accepetd Acounting Principle), dan lainnya (Fahmi I. , 2010)

Pengertian kinerja menurut Bastian (2006) adalah gambaran pencapaian pelaksanaan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi suatu organisasi. Konsep kinerja keuangan menurut Agus & Basri (2002) adalah rangkaian aktivitas keuangan pada suatu periode tertentu yang dilaporkan dalam laporan keuangan diantaranya laporan laba rugi dan neraca. Menurut Fahmi I.

(2011) kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan- aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu. Hal ini sangat penting agar sumber daya digunakan secara optimal dalam menghadapi perubahan lingkungan. Penilaian kinerja keuangan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya terhadap para penyandang dana dan juga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

Kinerja bank secara keseluruhan merupakan gambaran presentasi yang dicapai bank dalam operasionalnya, baik menyangkut aspek keuangan, pemasaran pengimpunan dan penyaluran dana, teknologi maupun sumber daya manusia (Jumingan, 2009).

Penilaian kinerja perbankan meliputi seluruh aspek operasional maupun nonoperasional bank tersebut. Kinerja bank menunjukkan keberhasilan bank

Universitas Sumatera Utara 20

dalam menarik dana masyarakat dan menyalurkan kembali melalui pelaksanaan manajemen yang telah ditentukan (Veithzal, S, S, & AP, 2013).

2.1.3 Analisis Rasio Keuangan

1. Pengertian Analisis Rasio Keuangan

Analisis rasio keuangan adalah alat analisis yang digunakan untuk

mengukur kinerja suatu perusahaan menggunakan data dari laporan

keuangan perusahaan tersebut, perhitungan rasio dapat mengevaluasi

keadaan finansial pada masa yang lalu, sekarang dan memproyeksikan

hasil yang akan datang. Rasio keuangan bank secara eksplisit

direpresentasikan oleh rasio-rasio seperti permodalan, aktiva produktif,

rentabilitas dan likuiditas, bentuk rasio tersebut dapat menjadi dasar dalam

menilai kinerja suatu bank (Taswan, 2010). Rasio dapat dihitung

berdasarkan laporan keuangan yang telah tersedia yang terdiri dari :

a. Balance sheet atau neraca yang menunjukkan posisi perusahaan pada

periode tertentu.

b. Income statement atau rugi laba yang merupakan laporan operasional

perusahaan selama periode tertentu (Alwi, 1993).

Untuk mengetahui sejauh mana kondisi kinerja keuangan bank syariah di

Indonesia dan Malaysia saat ini diperlukan suatu cara evaluasi, dalam hal ini

ada tipe evaluasi kinerja keuangan yang dapat memberikan gambaran tentang

sejauh mana kondisi kinerja keuangan saat ini, yaitu:

a. Analisis perkembangan rasio keuangan perusahaan dalam beberapa

perkembangan antara suatu rasio pada masa sekarang dengan rasio pada

Universitas Sumatera Utara 21

waktu yang lampau. Analisis ini sering disebut dengan analisis historis

(historical analysis).

b. Rata-rata rasio yang dihasilkan dari beberapa perusahaan yang sejenis

yang dapat dijadikan sebagai pembanding bagi perusahaan yang

bersangkutan, rasio ini disebut sebagai rasio industri.

2. Tujuan dan Kegunaan Analisis Rasio

Tujuan analisis rasio adalah untuk membantu memahami apa yang perlu

dilakukan oleh perusahaan berdasarkan informasi yang tersedia yang sifatnya

terbatas yang berasal dari laporan keuangan. Adapun kegunaan dari rasio ini

tergantung pada pihak-pihak yang berkepentingan, yaitu :

a. Bagi pemegang saham dan calon pemegang saham, analisis rasio

memberikan keuntungan baik sekarang maupun pada masa yang akan

datang sehingga secara langsung akan berpengaruh terhadap harga saham

yang mereka miliki.

b. Bagi kreditur, analisis rasio memberikan keuntungan bagi yang

berkepentingan terhadap kemampuan perusahaan dalam membayar

kewajiban-kewajiban finansial baik jangka pendek maupun jangka panjang.

c. Bagi manajemen perusahaan, analisis rasio memberikan keuntungan bagi

yang berkepentingan dengan seluruh keadaan keuangan perusahaan

karena menyadari hal-hal tersebut yang akan dinilai oleh para pemilik

perusahaan maupun kreditur, sehingga dapat membuat keputusan-

keputusan penting bagi kepentingan perusahaan di masa yang akan

datang.

Universitas Sumatera Utara 22

Penganalisis finansial dalam mengadakan analisis rasio pada dasarnya dapat melakukannya dengan dua macam perbandingan (Riyanto, 1992) yaitu :

1. Membandingkan rasio sekarang dengan rasio-rasio dari waktu yang lalu atau

dengan rasio-rasio yang diperkirakan untuk waktu-waktu yang akan datang

dari perusahaan tersebut, dengan cara perbandingan tersebut akan dapat

diketahui perubahan-perubahan dari rasio tersebut dari tahun ke tahun.

2. Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan dengan rasio-rasio sejenis

dari perusahaan lain yang sejenis atau seindustri untuk waktu yang sama,

dengan membandingkan rasio perusahaan dengan rasio industri akan dapat

diketahui apakah perusahaan yang bersangkutan itu dalam aspek finansial

tertentu berada di atas rata-rata industri, berada pada rata-rata atau terletak di

bawah rata-rata.

2.1.4 Tingkat Kesehatan Bank

Kesehatan atau kondisi keuangan dan nonkeuangan bank merupakan kepentingan semua pihak terkait, baik pemilik, manajemen bank, bank pemerintah

(melalui Bank Indonesia) dan pengguna jasa bank. Dengan diketahuinya kondisi suatu bank dapat digunakan oleh pihak-pihak tersebut untuk mengevaluasi kinerja bank dalam menerapkan prinsip kehati-hatian, kepatuhan terhadap ketentuan- ketentuan yang berlaku dan manajemen risiko. Perkembangan industri perbankan, terutama produk dan jasa yang semakin kompleksdan beragam akan meningkatkan eksposur risiko yang dihadapi bank. Perubahan eksposur risiko bank dan penerapan manajemen risiko akan memengaruhi profil risiko bank yang selanjutnya berakibat pada kondisi bank secara keseluruhan (Veithzal, S, S, & AP,

Universitas Sumatera Utara 23

2013).

Penilaian kesehatan bank adalah muara akhir atau hasil dari aspek pengaturan dan pengawasan perbankan yang menunjukkan kinerja perbankan nasional. Berorientasi risiko, proporsionalitas, materialitas dan signifikansi serta komprehensif dan terstruktur merupakan prinsip-prinsip umum yang harus diperhatikan manajemen bank dalam menilai tingkat kesehatan bank (SE BI No.

13/24/DPNP).

Bagi investor penilaian dan informasi kesehatan bank menjadi bagian penting yang menggambarkan kondisi kesehatan bank tersebut. Jika bank tersebut baik maka akan memberi sinyal positif, namun jika kondisinya tidak baik akan memberi sinyal negatif. Sinyal negatif jelas akan menurunkan reputasi bank tersebut di mata investor (Fahmi, 2015).

Penilaian terhadap kinerja keuangan bank telah di atur oleh Bank

Indonesia, dimana pada awalnya digunakan metode CAMELS. Metode ini merupakan suatu alat ukur yang digunakan untuk menentukan suatu kondisi Bank sebagaimana tertera pada Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/1/PBI/2007 tentang sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum berdasarkan prinsip syariah, terdiri dari aspek permodalan (Capital), aspek kualitas asset (Assets), aspek kualitas manajemen (Management), aspek rentabilitas (Earnings), aspek likuiditas

(Liquidity), aspek sensitifitas pada risiko pasar (Sensitivity to Market Ratio). Jika dibandingkan dengan sistem penilaian kesehatan sebelumnya yaitu dengan metode CAMEL (tanpa faktor S yaitu Sensitivity to Market Risk) sistem ini memang lebih komprehensif, atau bisa diartikan lebih banyak komponen atau

Universitas Sumatera Utara 24

rasio-rasio yang dinilainya, termasuk penambahan komponen baru yaitu

Sensitivity to market risk. Sebagai lembaga keuangan yang juga mengambil alih resiko dalam pengelolaan dana masyarakat, kepekaaan terhadap resiko pasar tidak bisa dipungkiri merupakan prinsip perbankan yang tidak bisa ditawar. Namun, metode ini sudah tidak digunakan lagi karena bank Indonesia mengeluarkan metode perhitungan baru guna menyempurnakan metode penilaian tingkat kesehatan bank yang sebelumnya.

Bank Indonesia selaku pemegang payung hukum perbankan di Indonesia pada saat itu terus melakukan penyempurnaan-penyempurnaan dalam menetapkan standar untuk sistem penilaian tersebut. Pada tahun 2011 kembali Bank Indonesia memperbarui peraturan tentang penilaian tingkat kesehatan bank di Indonesia.

Penyempurnaan penilaian kesehatan bank dilatar belakangi oleh perubahan kompleksitas usaha dan profil risiko, penerapan pengawasan secara konsolidasi, serta perubahan pendekatan penilaian kondisi Bank yang diterapkan secara internasional mempengaruhi pendekatan penilaian tingkat kesehatan bank untuk mengetahui kinerja keuangan bank.

Penilaian terhadap kinerja keuangan bank dapat diukur dengan beberapa indikator. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011 tentang

Penilaian Tingkat Kesehatan Bank dengan menggunakan pendekatan berdasarkan risiko merupakan penilaian komprehensif dan terstruktur terhadap hasil integrasi profil risiko dan kinerja yang meliputi penerapan tata kelola yang baik, rentabilitas, dan permodalan. Bank wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan menggunakan pendekatan Risiko (Risk-based Bank Rating) yang terdiri dari Risk

Universitas Sumatera Utara 25

Profile, Good Corporate Governance, Earning, dan Capital.

2.1.5 Metode Pendekatan Risiko (Risk-based Bank Rating)

1. Profil Risiko (Risk Profile)

Pada Bab II pasal 4 butir 1 PBI No.5/8/PBI/2003 disebutkan bahwa risiko-

risiko yang terdapat pada perbankan, antara lain (Kristin, 2015) :

a. Risiko Kredit (Credit Risk)

Risiko Kredit adalah risiko yang timbul sebagai akibat kegagalan pihak

memenuhi kewajibannya. Pada bank umum, pembiayaan disebut

pinjaman, sementara di bank syariah disebut pembiayaan, sedangkan

untuk balas jasa yang diberikan atau diterima pada bank umum berupa

bunga (interest loan atau deposit) dalam presentase yang sudah

ditentukan sebelumnya. Pada bank syariah, tingkat return/ balas jasa

terukur oleh sistem bagi hasil dari usaha. Selain itu, persyaratan

pengajuan kredit pada perbankan syariah lebih ketat dari perbankan

konvensional sehingga risiko kredit dari perbankan syariah lebih kecil

dari perbankan konvensional. Oleh sebab itu pada sisi kredit, dalam

aturan syariah, bank bertindak sebagai penjual, sementara nasabah

sebagai pembeli murabahah. Mekanisme ini akan mencegah

kemungkinan dana kredit digunakan untuk transaksi spekulasi, atau

untuk jual beli valas. Jika terjadi default, bank mudah mendapatkan

dananya kembali karena ada aset yang nilainya jelas berupa sejumlah

kredit yang dikucurkan. Dalam bank syariah, karakter nasabah (personal

garansi) lebih dinomorsatukan, ketimbang cover guarantee berupa aset

Universitas Sumatera Utara 26

(Karim, 2003).

Dengan demikian debitor yang dinilai tidak cacat hukum dan kegiatan

usahanya berjalan baik akan mendapat prioritas. Sehigga risiko bank syariah

lebih kecil dibanding bank konvensional. Bank syariah tidak akan

mengalami negative spread, karena dari dana yang dikucurkan untuk

pembiayaan akan diperoleh pendapatan, bukan bunga seperti di bank biasa.

Untuk menghitung Rasio Kredit rumus yang digunakan adalah :

Tabel 2.1 Kriteria Peringkat Komposit Risiko Kredit (NPF/Non Performing Financing)

PK Bobot Keterangan 1 0% < NPF < 2% Sangat Baik 2 2% ≤ NPF< 3,5% Baik 3 3,5% ≤ NPF < 5% Cukup Baik 4 5% < NPF ≤ 8% Kurang Baik 5 NPF > 8% Tidak Baik Sumber: SE BI No.13/24/DPNP/2011 b. Risiko Pasar

Risiko pasar adalah risiko yang timbul karena adanya pergerakan variabel

pasar dari portofolio yang dimiliki oleh bank, yang dapat merugikan bank.

Variabel pasar antara lain adalah suku bunga dan nilai tukar. Pada

perbankan syariah tidak terdapat risiko pasar dikarenakan perbakan syariah

tidak melandaskan operasionalnya berdasar risiko pasar. c. Risiko Likuiditas

Risiko likuiditas adalah risiko yang antara lain disebabkan bank tidak

Universitas Sumatera Utara 27

mampu memenuhi kewajiban yang telah jatuh tempo. Bank memiliki dua sumber utama bagi likuiditasnya, yaitu aset dan liabilitas. Apabila bank menahan aset seperti surat-surat berharga yang dapat dijual untuk memenuhi kebutuhan dananya, maka risiko likuiditasnya bisa lebih rendah. Sementara menahan aset dalam bentuk surat-surat berharga membatasi pendapatan, karena tidak dapat memperoleh tingkat penghasilan lebih tinggi dibandingkan pembiayaan. Bank tidak dapat leluasa memaksimumkan pendapatan karena adanya desakan kebutuhan likuiditas. Oleh karena itu bank harus memperhatikan jumlah likuiditas yang tepat. Terlalu banyak likuiditas akan mengorbankan tingkat pendapatan dan terlalu sedikit akan berpotensi untuk meminjam dana dengan harga yang tidak dapat diketahui sebelumnya, yang akan berakibat meningkatnya biaya dan akhirnya penurunan profatibilitas.

Pada bank syariah, dana nasabah dikelola dalam bentuk titipan maupun investasi. Cara titipan dan investasi jelas berbeda dengan deposito pada bank konvensional dimana deposito merupakan upaya membungakan uang. Konsep dana titipan berarti kapan saja nasabah membutuhkan, maka bank syariah harus dapat memenuhinya, akibatnnya dana titipan menjadi likuid. Likuiditas yang tinggi inilah membuat dana titipan kurang memenuhi syarat suatu investasi yang membutuhkan pengendapan dana. Karena pengendapan dananya tidak lama alias cuma titipan maka bank boleh saja tidak memberikan timbal hasil. Sedangkan jika dana nasabah tersebut diinvestasikan,

Universitas Sumatera Utara 28

maka karena konsep investasi adalah usaha yang menanggung risiko,

artinya setiap kesempatan untuk memperoleh keuntungan dari usaha

yang dilaksanakan, didalamnya terdapat pula risiko untuk menerima

kerugian, maka antara nasabah dan banknya sama-sama saling berbagi

baik keuntungan maupun risiko.

Untuk menghitung Risiko Likuiditas rumus yang digunakan adalah :

Tabel 2.2 Kriteria Peringkat Komposit Risiko Kredit (FDR/Financing to Deposit Ratio)

PK Bobot Keterangan 1 70% < FDR ≤ 85% Sangat Baik 2 60% < FDR ≤ 70% Baik 3 85% < FDR ≤ 100% Cukup Baik 4 100% < FDR ≤ 120% Kurang Baik

5 FDR > 120% : FDR < 60% Tidak Baik Sumber: SE BI No.13/24/DPNP/2011 d. Risiko Operasional (Operational Risk)

Menurut definisi Basel Committe, risiko operasional adalah risiko akibat

dari kurangnya sistem informasi atau sistem pengawasan internal yang

akan menghasilkan kerugian yang tidak diharapkan. Risiko ini lebih

dekat dengan kesalahan manusiawi (human error), adanya

ketidakcukupan dan atau tidak berfungsinya proses internal, kegagalan

sistem atau adanya problem eksternal yang mempengaruhi operasional

bank. Tidak ada perbedaan yang cukup signifikan antara bank syariah

dan bank konvensional terkait dengan risiko operasional.

Universitas Sumatera Utara 29

e. Risiko Hukum

Risiko yang disebabkan oleh adanya kelemahan aspek yuridis.

Kelemahan aspek yuridis antara lain disebabkan adanya tuntutan hukum,

ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendukung atau

lemahnya perikatan seperti tidak terpenuhinya syarat sahnya kontrak.

Tidak ada perbedaan yang cukup signifikan antara bank syariah dan bank

konvensional terkait dengan risiko hukum.

f. Risiko Stratejik

Risiko yang antara lain disebabkan adanya penetapan dan pelaksanaan

strategi bank yang tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis yang tidak

tepat atau kurang responsifnya bank terhadap perubahan eksternal. Tidak

ada perbedaan yang cukup signifikan antara bank syariah dan

konvensional terkait dengan risiko stratejik.

g. Risiko Kepatuhan

Risiko yang disebabkan bank tidak memenuhi atau tidak melaksanakan

peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku. Tidak

ada perbedaan yang cukup signifikan antara bank syariah dan bank

konvensional terkait dengan risiko kepatuhan.

2. Good Corporate Governance

Good Corporate Governance, yang selanjutnya disebut GCG adalah suatu

tata kelola bank syariah yang menerapkan prinsip-prinsip keterbukaan

(transparency), akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban

(responsibility), Independensi (independency), dan kewajaran (fairness)

Universitas Sumatera Utara 30

(Rustam, 2013). Dalam bagian penjelasan umum PBI No. 8/4/PBI/2006 dikemukakan sebagai berikut (Amir & Rukmana, 2010): a. Transparansi (transparency), yaitu Perusahaan memiliki inisiatif dalam

pengungkapan informasi material dan relevan baik yang diisyaratkan

oleh peraturan perundang-undangan serta informasi penting lainnya yang

dapat mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pemegang saham,

kreditur dan stakeholders lainnya. Informasi tersebut disampaikan

dengan cepat, akurat, dan mudah diakses oleh siapapun dan kepada

pihak-pihak lainnya sebagaimana ketentuan hukum yang berlaku secara

tepat waktu. b. Akuntabilitas (accountability), yaitu jajaran manajemen memastikan

pengelolaan perusahaan dilakukan secara benar, terukur dan sesuai

dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan

kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. c. Pertanggungjawaban (responsibility), yaitu bank memastikan

pengelolaan usaha Bank telah sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku, prinsip-prinsip pengelolaan Bank yang sehat,

termasuk juga prinsip-prinsip Syariah. Selain itu Pertanggungjawaban

Bank juga berbentuk kepedulian terhadap lingkungan dan masyarakat

sekitar. Bank dan pengurusnya senantiasa bertindak dengan prinsip

kehati-hatian, dan berpegang teguh pada hukum yang berlaku. d. Independensi (independency) diartikan bahwa manajemen dan seluruh

individu dalam Bank memiliki kompetensi, mampu bertindak obyektif,

Universitas Sumatera Utara 31

dan bebas dari pengaruh/tekanan dari pihak manapun (independen) serta

memiliki komitmen yang tinggi untuk mengembangkan Bank Syariah. e. Kewajaran (fairness), yaitu bahwa setiap keputusan yang diambil

senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham mayoritas dan

memberikan perlindungan kepada pemegang saham minoritas dan

stakeholders lainnya dari rekayasa dan transaksi yang bertentangan

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dalam ketentuan Pasal 2 ayat (1) PBI No. 11/33/2009 tentang Pelaksanaan

Good Corporate Governance bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha

Syariah disebutkan bahwa Bank wajib melaksanakan prinsip-prinsip Good

Corporate Governance dalam setiap kegiatan usahanya pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi. Pelaksanaan prinsip-prinsip good corporate governance oleh sebuah bank dibagi dalam dua golongan, yaitu Bank Umum

Syariah dan Unit Usaha Syariah. Terkhusus dalam pelaksanaan GCG bagi

BUS paling kurang diwujudkan dalam (Umam, 2016):

Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris dan Direksi; a. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite-komite dan satuan kerja

yang menjalankan fungsi pengendalian intern Bank Umum Syariah; b. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah; c. Penerapan fungsi kepatuhan, audit intern dan audit ekstern; d. Batas maksimum penyaluran dana; dan e. Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan BUS.

GCG merupakan tata kelola manajemen bank yang telah sesuai dengan aturan

Universitas Sumatera Utara 32

Bank Indonesia. Good Corporate Governance ini menggunakan lima prinsip dasar Good Corporate Governance yang telah ditetapkan dalam SE BI No.

15/15/DNPN/2013. Penentuan tingkat kesehatan dari Good Corporate

Governance ditentukan menggunakan Peringkat Komposit good corporate governance. Dalam SE No. 15/15/DPNP mengenai Pelaksanaan GCG Bank

Umum, manajemen memastikan untuk menerapkan 5 (lima) prinsip dasar

GCG Bank dilakukan secara professional, dengan melakukan penilaian sendiri (self assessment) secara berkala mengenai sebelas Faktor Penilaian

Pelaksanaan GCG yaitu: Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi,

Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris, Penanganan benturan kepentingan, Kelengkapan dan pelaksanaan tugas Komite,

Penerapan fungsi audit intern, Penerapan fungsi kepatuhan, Penerapan manajemen risiko termasuk sistem pengendalian intern, Penerapan fungsi audit ekstern, Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan Bank,

Penyediaan dana kepada pihak terkait (related party) dan penyediaan dana besar (large exposures), Rencana strategis bank, dan laporan pelaksanaan

GCG dan pelaporan internal.

Ada 5 indikator yang sama di dalam perhitungan penilaian good corporate governance antara bank umum syariah Indonesia dan bank umum syariah

Malaysia, yaitu: a. Ukuran dewan komesaris b. Ukuran komite remunerasi dan nominasi c. Ukuran dewan pengawas syariah

Universitas Sumatera Utara 33

d. Ukuran komite audit e. Ukuran komite risiko

Dewan Komisaris adalah organ perseorangan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada direksi sebagaimana dimaksud dalam Undang-

Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas: Jumlah, komposisi, kriteria,rangkap jabatan, hubungan keluarga, dan persyaratan lain bagi anggota dewan komisaris tunduk kepada ketentuan otoritas terkait. Dan

Ukuran dewan komisaris adalah jumlah seluruh anggota dewan komisaris dalam suatu perusahaan (Sembiring, 2005).

Komite nominasi dan remunerasi adalah komite yang bertugas untuk menyusun kriteria pemilihan komisaris dan direksi serta mengusulkan besaran remunerasi komisaris dan direksi. Agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, komite nominasi dan remunerasi harus mampu memberikan penilaian secara objektif terhadap kompetensi yang dimiliki calon pemangku jabatan, sehingga besaran remunerasi yang ditetapkan mampu mencerminkan kontribusi yang telah disumbangkan kepada perusahaan. Hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan efektivitas pengambilan keputusan oleh perusahaan, yang secara tidak langsung akan berimplikasi kepada meningkatnya kinerja perusahaan (Puteri, 2013).

Dewan Pengawas Syariah adalah suatu fungsi dalam organisasi bank syariah yang secara internal merupakan badan pengawas syariah, dan secara eksternal dapat menjaga serta meningkatkan kepercayaan masyarakat (Rustam, 2013).

Universitas Sumatera Utara 34

Komite Audit adalah komite yang dibentuk oleh dan bertanggung jawab

kepada Dewan Komisaris dalam membantu melaksanakan tugas dan fungsi

Dewan Komisaris. Anggota Komite Audit setidaknya terdiri atas : seorang

komisaris independen, seorang pihak independen yang memiliki keahlian

dalam bidang akuntansi keuangan,dan seorang pihak indepenen yang

memiliki keahlian di bidang perbankan syariah (Otoritas Jasa Keuangan,

2019).

Komite Risiko dibentuk untuk membantu Dewan Komisaris dalam

memastikan terlaksananya pengawasan dan pemberian nasehat kepada

Direksi serta kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan

peraturan internal Bank (Otoritas Jasa Keuangan, 2019). GCG Bank dapat

dinilai melalui laporan keuangan yang diterbitkan setiap tahunnya dengan

memperhatikan besarnya nilai komposit atau kesesuain pelaksanaan GCG

dengan kriteria setiap indikatornya.

Tabel 2.3 Kriteria Peringkat Komposit GCG

PK Bobot Keterangan 1 Nilai Komposit < 1,50 Sangat Baik 2 1,50 ≥ Nilai Komposit < 2,50 Baik 3 2,50 ≥ Nilai Komposit < 3,50 Cukup Baik 4 3,50 ≥ Nilai Komposit < 4,50 Kurang Baik 5 4,50 ≥ Nilai Komposit < 5,00 Tidak Baik Sumber: SE BI No.13/24/DPNP/2011

3. Rentabilitas (Earnings)

Rasio rentabilitas adalah perbandingan laba (setelah pajak) dengan modal

(modal inti) atau laba (sebelum pajak) dengan total aset yang dimiliki bank

Universitas Sumatera Utara 35

pada periode tertentu. Agar hasil perhitungan rasio mendekati pada kondisi yang sebenarnya (real), maka posisi modal atau aset dihitung secara rata-rata selama periode tersebut (Riyadi, 2006).

Rasio rentabilitas mengukur efektivitas bank memperoleh laba. Disamping dapat dijadikan sebagai ukuran kesehatan keuangan, rasio rentabilitas ini sangat penting untuk diamati mengingat keuntungan yang memadai diperlukan untuk mempertahankan arus sumber-sumber modal bank. Teknik analisis rentabilitas ini melibatkan hubungan antara pos-pos tertentu dalam laporan perhitungan laba rugi untuk memperoleh ukuran-ukuran yang dapat digunakan sebagai indikator untuk menilai efisiensi dan kemampuan bank memperoleh laba (Siamat, 2005).

Dari semua pengertian rentabilitas di atas, penulis menyimpulkan bahwa rentabilitas (earnings) adalah suatu alat untuk mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan laba dengan membandingkan laba dengan aktiva atau modal dalam periode tertentu. Rentabilitas juga menunjukkan bagaimana manajemen perusahaan mempertanggungjawabkan modal yang diserahkan pemilik modal kepadanya, hal itu ditunjukkan dengan berapa besarnya deviden

(Pandia, 2012).

Untuk menghitung atau menilai rentabilitas sebuah lembaga perbankan maka dapat dipergunakan rumus return on asset (ROA) dan Net Operating Margin

(NOM). Return On Asset (ROA) menurut Santoso (1997) adalah rasio yang menunjukan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan. Dengan kata lain, rasio ini digunakan

Universitas Sumatera Utara 36

untuk menggambarkan produktivitas bank bersangkutan (berapa banyak kekayaan yang harus dikumpulkan dan dipakai untuk menghasilkan sejumlah tertentu laba). Besarnya ratio ROA diperoleh dengan membagi seluruh laba yang diperoleh bank (sebelum pajak) dengan total asset bank tersebut. Semakin besar

ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai Bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. ROA (Return

On Asset) meruapakan rasio antara laba sebelum pajak terhadap total asset.

Semakin besar ROA menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik, karena tingkat kembalian semakin besar. Apabila ROA meningkat, berarti profitabilitas perusahaan meningkat, sehingga dampak akhirnya adalah peningkatan profitabilitas yang dinikmati oleh pemegang saham. Lalu Net Operating Margin

(NOM) Menurut Pandia (2012), bahwa Net Operating Margin (NOM) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bagi hasil bersih.

Pendapatan bagi hasil bersih diperoleh dari pendapatan penyaluran dana dikurangi beban operasional. Semakin besar rasio ini maka meningkatkan pendapatan bagi hasil atas aktiva produktif yang dikelola bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. NOM dirumuskan dengan pendapatan penyaluran dana setelah bagi hasil dikurang beban operasional di bagi rata-rata aktiva produktif dikali seratus persen. Berikut merupakan rumus yang digunakan dalam mengukur Return On Asset (Ikatan

Bankir Indonesia, 2016). Adapun rumusnya adalah:

Universitas Sumatera Utara 37

Tabel 2.4 Kriteria Peringkat Komposit Rentabilitas (ROA/Return On Asset)

PK Bobot Keterangan 1 ROA > 2% Sangat Baik 2 1,25% < ROA ≤ 2% Baik 3 0,5% < ROA ≤ 1,25% Cukup Baik 4 0% < ROA ≤ 0,5% Kurang Baik 5 ROA ≤ 0% Tidak Baik Sumber: SE BI No.13/24/DPNP/2011

Rasio NOM dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut

(Ikatan Bankir Indonesia, 2016):

%

Tabel 2.5 Kriteria Peringkat Komposit Rentabilitas (NOM/Net Operating Margin)

PK Bobot Keterangan 1 NOM > 3% Sangat Baik 2 2% < NOM ≤ 3% Baik 3 1,5% < NOM ≤ 2% Cukup Baik 4 1% < NOM ≤ 1,5% Kurang Baik 5 NOM ≤ 1% Tidak Baik Sumber: SE BI No.13/24/DPNP/2011

4. Permodalan (Capital)

Secara umum pengertian modal adalah uang yang ditanamkan oleh

pemiliknya sebagai pokok untuk memulai usaha maupun untuk memperluas

(besar) usahanya yang dapat menghasilkan sesuatu guna menambah

kekayaan. Pengelolaan modal bagi bank agak berbeda pada usaha industri

maupun bisnis perdagangan lainnya.

Modal merupakan faktor penting dalam bisnis perbankan, namun modal

Universitas Sumatera Utara 38

hanya membiayai sebagian kecil dari harta bank. Modal bank terdiri dari dua elemen yaitu modal sendiri (primary capital) dan modal tambahan (secondary capital). Modal sendiri adalah modal yang digolongkan sebagai “senior capital” yakni modal yang diperoleh dari saham preferen dan obligasi.

Titipan tidak termasuk dalam pengertian modal, walaupun sebagia besar harta bank dibiayai dengan titipan/simpanan masyarakat.

Keberhasilan suatu bank bukan terletak pada jumlah modal yang dimilikinya, tetapi lebih didasarkan kepada bagaimana bank tersebut mempergunakan modal itu untuk menarik sebanyak mungkin dana/simpanan masyarakat yang kemudian disalurkannya kembali kepada masyarakat yang membutuhkannya sehingga membentuk pendapatan bagi bank tersebut (Pandia, 2012).

Rasio yang dapat digunakan untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank adalah Capital Adequency Ratio (CAR). CAR (Capital Adequacy Ratio) adalah ratio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari modal sendiri disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank. CAR (Capital Adequacy Ratio) adalah merupakan permodalan yang menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha dan menanpung risiko kerugian dana yang diakibatkan oleh kegiatan operasi bank. CAR

(Capital Adequacy Ratio) menunjukkan sejauh mana penurunan aset bank masih dapat ditutup oleh equity bank yang tersedia, semakin tinggi CAR semakin baik kondisi sebuah bank (Ali, 2004). Berdasarkan SE BI No

Universitas Sumatera Utara 39

26/2/BPPP mengatur bahwa kewajiban penyediaan modal minimum atau

CAR diukur dari presentase tertentu terhadap Aktiva Tertimbang Menurut

Risiko (ATMR) sebesar 8% dari ATMR (Fahmi, 2015). Rumus yang

digunakan adalah (Ikatan Bankir Indonesia, 2016) :

Tabel 2.6 Kriteria Peringkat Komposit Permodalan (CAR/Capital Adequency Ratio)

PK Bobot Keterangan 1 CAR ≥ 12% Sangat Baik 2 9% ≤ CAR < 12% Baik 3 8% ≤ CAR < 9% Cukup Baik 4 6% ≤ CAR < 8% Kurang Baik 5 CAR ≤ 6% Tidak Baik Sumber: SE BI No.13/24/DPNP/2011

2.2 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu mengenai analisis perbandingan kinerja keuangan perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia :

1. Puspita & Saryadi (2018) dengan judul “Uji Tingkat Kesehatan Bank antara

Perbankan Syariah Indonesia dengan Perbankan Syariah Malaysia”

menyatakan bahwa terdapat perbedaan pada FDR, NPF, BOPO dan ROE

antara Bank Umum Syariah di Indonesia dan Malaysia. Sedangkan variable

ROA dan CAR menunjukan tidak ada perbedaan antara Bank Umum Syariah

Universitas Sumatera Utara 40

Indonesia dengan Malaysia.

2. Hosen & Syafaat (2018) dengan judul “The Comparison of Soundness

Level of Islamic Banks in Indonesia and Malaysia” menyatakan bahwa

bank syariah Malaysia relatif lebih siap dan cenderung lebih sehat

dibandingkan bank syariah Indonesia selama periode 2012-2014 dengan

menggunakan Metode CAMEL.

3. Karini & Filianti (2018) dengan judul “Analisis Perbandingan Kinerja

Keuangan Bank Syariah di Indonesia, Malaysia, Brunei dan Thailand

Periode 2011-2016” menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang

signifikan pada variable NPF, FDR, ROA dan CAR antara bank syariah di

Indonesia, Malaysia, Brunei, dan Thailand.

4. Hendratmi, Sukmaningrum, & Hasib (2017) dengan judul “Comparative

Analysis between Islamic Banks in Indonesia and Malaysia Using RGEC

Method and Sharia Conformity Indicator Period 2011-2015” menyatakan bahwa

tidak terdapat perbedaan pada variabel FDR dan ROA antara Bank Umum

Syariah di Indonesia dan Malaysia. Sedangkan variable ROE dan CAR

menunjukan adanya perbedaan antara Bank Umum Syariah Indonesia dengan

Malaysia.

5. Rizkiyah & Suhadak (2017) dengan judul “Analisis Perbandingan Tingkat

Kesehatan Bank Berdasarkan Risk Profile, Good Corporate Governance,

Earnings, dan Capital (RGEC) pada Bank Syariah (Studi pada Bank Syariah

di Indonesia, Malaysia, United Arab Emirates, dan Kuwait Periode 2011-

2015)” menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan kinerja perbankan

Universitas Sumatera Utara 41

syariah Indonesia dan Malaysia dengan perbandingan predikat rasio sebagai

berikut: (1) NPL dan CAR sangat baik, (2) ROA baik, dan (3) LDR cukup

baik.

6. Wibowo (2015) dengan judul “Analisi Perbaningan Kinerja Keuangan

Perbankan Syariah dengan Metode CAMEL di ASEAN (Studi Komparatif:

Indonesia, Malaysia, Thailand)” menyatakan bahwa rasio dari semua

indicator keuangan perbankan islam di Indonesia berbeda secara signifikan

dengan di Malaysia dan Thailand dengan perbandingan predikat rasio ROA

dan ROE sangat baik sedangkan EEA, LDR dan AGR baik.

7. Iriyanto (2015) dengan judul “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan

Perbankan Syariah di Indonesia dan Malaysia Periode 2014” menyatakan

bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dikedua rasio yaitu rasio FDR

perbankan syariah jauh lebih baik dan rasio ROA menunjukan perbankan

Malaysia lah yang jauh lebih baik. Sedangkan kedua penilaian yang lain yaitu

GCG dan CAR tidak menunjukkan perbedaan.

8. Hayati, Irawati, & Oktaviani (2010) dengan judul “Comparison Analysis of

Financial Performance on Shariah Banking (Case Study in Indonesia and

Malaysia)” menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan

antara kinerja keuangan bank syariah Indonesia dan Malaysia.

Tabel 2.7 Review Penelitian Terdahulu

Teknik Peneliti Judul No Variabel Analis Hasil Penelitian (Tahun) Penelitian Data

Universitas Sumatera Utara 42

1. Adytya Uji Tingkat 1. FDR Uji 1. Terdapat Ratna Kesehatan Bank Kolmogoro perbedaan 2. NPF Puspita antara Perbankan vSmirnov, pada variabel & Syariah Indonesia 3. BOPO Uji FDR, NPF, Saryadi dengan Perbankan Statistik BOPO, dan 4. ROA (2018) Syariah Malaysia Deskriptif, ROE antara 5. ROE dan Mann- Bank Umum Whitney U Syariah di 6. CAR Test Indonesia dan Malaysia.

2. Sedankan pada variabel ROA dan CAR menunjukan tidak ada perbedaan antara Bank Umum Syariah Indonesia dengan Malaysia.

Lanjutan Tabel 2.7 Peneliti Judul Teknik No Variabel Hasil Penelitian (Tahun) Penelitian Analis Data 2. Muham The 13 rasio Kuantitatif- Hasil penelitian mad Comparison of keuangan positivistic menunjukkan bahwa Nadratuz Soundness untuk atau Bank Islam di Malaysia zaman Level of memproks Merating cenderung lebih sehat Hosen & Islamic Banks ikan nilai bank daripada Bank Islam di Syafaat in Indonesia Camel berdasarkn Indonesia selama Muhari and Malaysia nilai rata- periode 2012 hingga (2018) rata rasio 2014. Bank Islam di Camel Malaysia menunjukkan (Deskriptif) peningkatan yang lebih baik daripada Indonesia selama periode penelitian. Penelitian Ini menunjukkan pertumbuhan skor CAMEL Malaysia yang mewakili tingkat kesehatan bank, sebaliknya, skor CAMEL dari bank syariah di Indonesia

Universitas Sumatera Utara 43

menurun pada periode yang sama. Hasil ini menunjukkan bahwa bank syariah di Indonesia kurang kompetitif di kawasan ASEAN daripada rekan-rekan mereka di Malaysia.

3. Adyagun Analisis 1. NPF One-Way Hasil penelitian ini ita Karini Perbandingan 2. FDR ANOVA menunjukan bahwa & Dian Kinerja 3. ROA terdapat perbedaan Filianti Keuangan yang signifikan pada 4. CAR (2018) Bank Syariah variabel NPF, FDR, di Indonesia, ROA dan CAR antara Malaysia, Bank Umum Syariah di Brunei dan Indonesia dan Thailand Malaysia. Periode 2011- 2016

Lanjutan Tabel 2.7 Teknik Peneliti Judul No Variabel Analis Hasil Penelitian (Tahun) Penelitian Data

Universitas Sumatera Utara 44

4. Achsania Comparative 1. FDR Independe 1. Penelitian ini Hendrat Analysis between 2. ROA nt samples menunjukkan mi, Puji Islamic Banks in 3. ROE T-test and bahwa tidak ada Sucia, Indonesia and Mann perbedaan dalam CAR Fatin Malaysia Using Whitney kinerja bisnis bank Fadhilah RGEC Method Test syariah Indonesia (2017) and Sharia dan Malaysia Conformity dilihat dari aspek Indicator Period profil Risiko (FDR) 2011-2015 dan Penghasilan (ROA) 2. Sementara ada perbedaan kinerja bisnis dan sosial seperti yang terlihat dari Penghasilan (ROE), modal (CAR). 5. Khabibat Analisis 1. NPL Deskriptif Hasil penelitian ini ur Perbandingan 2. LDR dengan menunjukan bahwa Rizkiyah Tingkat 3. ROA pendekatan tidak terdapat & Kesehatan Bank kuantitatif perbedaan kinerja 4. CAR Suhadak Berdasarkan Risk perbankan syariah (2017) Profile, Good Indonesia dan Malaysia Corporate dengan perbandingan Governance, predikat rasio sebagai Earnings, dan berikut: (1) NPL dan Capital (RGEC) CAR sangat baik, (2) pada Bank ROA baik, dan (3) Syariah (Studi LDR cukup baik. pada Bank Syariah di Indonesia, Malaysia, United Arab Emirates, dan Kuwait Periode 2011- 2015)

Lanjutan Tabel 2.7 Teknik Peneliti Judul No Variabel Analis Hasil Penelitian (Tahun) Penelitian Data

Universitas Sumatera Utara 45

6. Susanto Analisi 1. CCA One-Way 1. Hasil uji statistik Wibowo Perbaningan 2. CAR ANOVA menunjukkan (2015) Kinerja Keuangan 3. NPL bahwa rasio dari Perbankan semua indikator 4. EEA Syariah dengan keuangan Metode CAMEL 5. LDR perbankan Islam di di ASEAN (Studi 6. ROA Indonesia berbeda Komparatif: 7. ROE secara signifikan Indonesia, AGR dengan di Malaysia Malaysia, dan Thailand Thailand) 2. Rasio rata-rata perbankan Islam di Indonesia yang lebih baik adalah ROA, ROE. Yang baik adalah EEA, LDR, & AGR. 7. Guruh Analisis 1. FDR Uji Beda 1. Terdapat perbedaan Iriyanto Perbandingan 2. GCG Mann yang signifikan (2015) Kinerja Keuangan 3. ROA Whitney dikedua rasio yaitu Perbankan Test rasio FDR CAR Syariah di perbankan syariah Indonesia dan Indonesia jauh Malaysia Periode lebih baik 2014 dibandingkan perbankan syariah di Malaysia. 2. rasio ROA menunjukan bahwa perolehan laba dari perbankan Malaysia jauh lebih baik kedua penilaian yang lain yaitu GCG dan CAR, tidak menunjukan perbedaan. 8. Neungne Comparison 1. CAR F-test Seluruh varibel tidak ung Analysis of 2. RORA dan T- memiliki perbedaan Ratna Financial 3. ROA test yang signifikan. Hayati, Performance on 4. BOPO Tanti Shariah Banking 4. LDR Irawati & (Case Study in Farah Indonesia and Oktafiani Malaysia) (2010)

2.3 Kerangka Konseptual

Sinyal-sinyal yang disampaikan oleh manajemen berupa laporan keuangan

Universitas Sumatera Utara 46

dapat digambarkan melalui rasio keuangan. Analisis laporan keuangan bermanfaat membantu mengantisipasi kondisi-kondisi di masa depan, serta yang lebih penting lagi adalah sebagai titik awal untuk melakukan perencanaan langkah-langkah peningkatan kinerja perusahaan.

Penelitian ini menggunakan alat analisis laporan keuangan dengan metode

RGEC sedangkan yang diteliti adalah rasio Non Performing Financing (NPF) dan

Financing to Deposit Ratio (FDR) untuk mengukur Risk Profile, Self Assesment

Bank digunakan untuk mengukur Good Corporate Governance (GCG), rasio

Return On Asset (ROA) dan Net Operating Margin (NOM) untuk mengukur

Earning, dan rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) untuk mengukur Capital. Dari hasil analisis tersebut lalu dilakukan perbandingan antara kinerja bank umum syariah di Indonesia dengan bank umum syariah di Malaysia.

Analisis laporan keuangan merupakan proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevalusi posisi keuangan dan hasil operasi perbankan pada masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan untuk menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai tingkat kesehatan dan kinerja perbankan mendatang. Menurut Munawir (2010), analisis laporan keuangan adalah analisis laporan keuangan yang terdiri dari penelaahan atau mempelajari daripada hubungan dan tedensi atau kecenderungan untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan perusahaan yang bersangkutan.

Bank konvensional maupun bank syariah memiliki fungsi utama seperti dinyatakan Undang-undang No. 7 Tahun 1992, pasal 3 tentang perbankan

Universitas Sumatera Utara 47

menyatakan bahwa fungsi perbankan Indonesia antara lain sebagai peghimpun dana dan menyalurkan dana masyarakat. Sedangkan menurut Kasmir (2012)

Bank diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa lainnya. Definisi Bank syariah menurut

Kasmir (2014) bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah adalah bank yang menggunakan aturan perjanjian berdasarkan hukum islam anatra bank dengan pihak-pihak lain untuk menghimpun dana atau pembiaayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya. Bank berdasarkan prinsip syariah mendasarkan kegiatan utamnya pada sistem imbalan atau bagi hasil.

Kinerja keuangan dapat dirumuskan sebagai perbandingan antara nilai yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dengan menggunakan asetnya yang produktif dan nilai yang diharapkan dari pemilik aset tersebut. Menurut Fahmi

(2011), kinerja keuangan merupakan gambaran dari pencapaian keberhasilan perusahaan dapat diartikan sebagai hasil yang telah dicapai atas berbagai aktivitas yang telah dilakukan. Menilai kinerja keuangan perusahaan perlu dikaitkan dengan kinerja keuangan kualitatif dan ekonomi. Analisis kinerja keuangan didasarkan pada data keuangan yang dipublikasikan seperti tercermin dalam laporan keuangan yang dibuat sesuai prinsip-prinsip akuntansi yang lazim digunakan.

Menurut Mulyadi (2013), Penilaian kinerja adalah pendeskripsian nilai secara periodik dari efektivitas suatu organisasi dalam setiap bagian organisasi dari karyawan berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang telah ditetapkan

Universitas Sumatera Utara 48

sebelumnya. Kinerja keuangan dapat diukur melalui aktifitas analisa dan evaluasi laporan keuangan, informasi yang dihasilkan posisi keuangan dan kinerja keuangan dimasa lalu terkadang digunakan sebagai dasar dalam memprediksi posisi keuangan dan kinerja di masa yang akan datang. Sesuai dengan peraturan

Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

Umum, maka penilaian kinerja keuangan bank diukur dengan metode RGEC (Risk

Profile, Good Corporate Governance, Earning dan Capital). RGEC merupakan tolak ukur obyek pemeriksaan bank yang dilakukan oleh pengawas bank.

Kinerja keuangan perusahaan dapat dilihat dari laporan keuangan dan selanjutnya dari kinerja tersebut dapat ditentukan tingkat kesehatan perbankan yaitu dengan cara melakukan analisis atau interpretasi terhadap laporan keuangan.

Kinerja keuangan perusahaan merupakan informasi yang dibutuhkan oleh pihak- pihak yang berkepentingan dalam perusahaan, untuk membantu mereka dalam proses pengambilan keputusan.

Berdasarkan penelitian terdahulu yang dikemukakan oleh Puspita &

Saryadi (2018), Karini & Filianti (2018) terdapat perbedaan Rasio Non

Performing Financing (NPF) antara Bank Umum Syariah di indoneisa dan Bank

Umum Syariah di Malaysia. Penelitian yang dilakukan oleh Rizkiyah & Suhadak

(2017), Iriyanto (2015) untuk rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) terdapat perbedaan antara Bank Umum Syariah di Indoneisa dan Bank Umum Syariah di

Malaysia. Penelitian yang dilakukan Puspita & Saryadi (2018), Karini & Filianti

(2018), Hendratmi, Sukmaningrum, & Hasib (2017) terdapat perbedaan rasio

Retrun On Asset (ROA) antara Bank Umum Syariah di indoneisa dan Bank

Universitas Sumatera Utara 49

Umum Syariah di Malaysia. Penelitian yang dilakukan Iriyanto (2015)

Menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan Good Corporate Governance (GCG) antara Bank Umum Syariah di indoneisa dan Bank Umum Syariah di Malaysia, dan penelitian yang dilakukan oleh Karini & Filianti (2018), Hendratmi,

Sukmaningrum, & Hasib (2017) untuk rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) terdapat perbedaan antara Bank Umum Syariah di indoneisa dan Bank Umum

Syariah di Malaysia, serta penelitian yang dilakukan oleh Hosen & Syafaat (2018) menyatakan bahwa Bank Umum Syariah di Malaysia cenderung lebih baik dan lebih siap dari pada Bank Umum Syariah di indoneisa sedangkan Hayati, Irawati,

& Oktaviani (2010) menyatakan bahwa pada Bank Umum Syariah di indoneisa dan Bank Umum Syariah di Malaysia tidak terdapat perbedaan pada kinerja keuangannya.

Berdasarkan uraian diatas, maka kerangka konseptual penelitian ini adalah sebagai berikut: Kinerja Keuangan Bank Syariah

Metode RGEC

Good Corporate Risk Profile Governance Earnings Capital

1. Ukuran Dewan Komesaris CAR NPF FDR 2. Ukuran Komite ROA NOM (Capital (Non (Financ Remunerasi dan (Return (Net Adequa nominasi Perform ing to On Operating cy 3. Ukuran Dewan Margin) Ratio) ing Deposit Pengawas Syariah Asset) Financi Ratio) 4. Ukuran Komite ng) Audit 5. Ukuran Komite Risiko

Universitas Sumatera Utara 50

Analisis Laporan Keuangan

Bank Umum Bank Umum Syariah Indonesia Syariah Malaysia

Perbandingan Kinerja Keuangan

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian teoritis dan kerangka konseptual, maka hipotesis penelitian ini adalah:

1. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank umum

syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari rasio NPF

periode 2016-2018

2. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank umum

syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari rasio FDR

periode 2016-2018

3. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank umum

syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari Ukuran

Dewan Komesaris periode 2016-2018

Universitas Sumatera Utara 51

4. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank umum

syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari Ukuran

Komite Remunerasi dan nominasi periode 2016-2018

5. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank umum

syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari Ukuran

Dewan Pengawas Syariah periode 2016-2018

6. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank umum

syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari Ukuran

Komite Audit periode 2016-2018

7. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank umum

syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari Ukuran

Komite Risiko periode 2016-2018

8. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank umum

syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari rasio ROA

periode 2016-2018

9. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank umum

syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari rasio NOM

periode 2016-2018

10. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank umum

syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari rasio CAR

periode 2016-2018

Universitas Sumatera Utara

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode komparatif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian komparatif merupakan penelitian yang ditujukan untuk membandingkan satu atau lebih data sampel (Suryani &

Hendryadi, 2015). Penelitian komparatif dapat berupa komparatif deskriptif

(descriptive comparative) maupun komparatif korelasional (correlation comparative) (Silalahi, 2005). Penelitian ini menggunakan jenis komparatif deskriptif karena membandingkan variabel yang sama untuk sampel yang berbeda dengan menggunakan alat uji statistik independent sample t-test dan uji Mann-

Whitney.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di bank sentral negara Indonesia dan Malaysia yang diakses melalui media internet di situs www.bi.go.id dan www.bnm.gov.my serta web masing-masing perusahaan. Waktu pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2019 sampai dengan April 2020.

3.3 Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah laporan tahunan serta laporan keuangan yang berkaitan dengan kinerja keuangan perbankan syariah Indonesia dan

Malaysia periode 2016-2018 dengan menggunakan pendekatan RGEC.

Pendekatan ini menggunakan profil risiko (risk profile), Good Corporate

52

Universitas Sumatera Utara 53

Governance (GCG), rentabilitas (earnings), dan permodalan (capital).

3.4 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional menurut Erlina (2011) adalah menjelaskan karakteristik obyek ke dalam elemen-elemen yang dapat di observasi yang menyebabkan konsep dapat diukur dan dioperasionalkan ke dalam penelitian.

Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel

No. Konsep Teoritis Dimensi Indikator Skala

1. Risk Profile 1. Total Kredit Bermasalah Rasio merupakan 2. Total Kredit yang Diberikan penilaian terhadap risiko

inheren dan Non Performing kualitas Financing penerapan manajemen

risiko dalam aktivitas operasional bank 1. Total Kredit Rasio (SE.OJK 2. Dana Pihak Ketiga No.10/SEOJK.0 3/2014) Financing to Deposit Ratio

2. Good Corporate Rasio Governance adalah konsep untuk - Ukuran Dewan Komisaris peningkatan - Ukuran Komite Remunerisasi dan kinerja Nominasi perusahaan Prinsip GCG - Ukuran Dewan Pengawas Syariah melalui - Ukuran Komite Audit monitoring - Ukuran Komite Risiko kinerja

manajemen (Nasution & Setiawan, 2007).

Universitas Sumatera Utara 54

Lanjutan Tabel 3.1

No. Konsep Teoritis Dimensi Indikator Skala

3. Earnings atau 1. Laba Sebelum Pajak Rasio rentabilitas 2. Rata-Rata Total Aset merupakan 3. aspek yang Return On Asset digunakan untuk

mengukur kemampuan bank dalam meningkatkan keuntungan 1. Pendapatan Penyaluran Dana Rasio (Kusnanto, Setelah Bagi Hasil 2017) 2. Beban Operasional 3. Rata-Rata Aktiva Produktif

Net Operating

Margin

4. Capital atau 1. Modal Rasio permodalan 2. Aktiva Tertimbang Menurut Risiko merupakan dana yang

diinvestasikan Capital oleh pemilik Adequacy Ratio pada waktu pendirian bank

yang dimaksudn

untuk membiayai kegiatan usaha bank (Fitrawati & A, 2016)

Universitas Sumatera Utara 55

Sumber: diolah penulis (2019)

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian

3.5.1 Populasi

Populasi adalah gabungan dari seluruh elemen berupa peristiwa, hal atau orang dengan karakteristik serupa yang dipandang sebagai sebuah semesta penelitian yang menjadi pusat perhatian seorang peneliti (Ferdinand, 2014).

Berdasarkan pengertian populasi tersebut, maka populasi dalam penelitian ini adalah perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia, namun populasi ini dibatasi dan dipersempit sehingga Unit Usaha Syariah (UUS) yang termasuk dalam perbankan syariah tidak diteliti dan yang diteliti hanya bank-bank umum syariah yang terdaftar di Bank Sentral Indonesia dan Malaysia pada tahun 2019, di

Indonesia terdapat 14 bank umum syariah sementara di Malaysia terdapat 16 bank umum syariah.

3.5.2 Sampel

Sampel adalah himpunan bagian (subset) dari populasi atau terdiri dari beberapa anggota populasi (Ferdinand, 2014). Adapun cara pengambilan sampel disebut teknik sampling. Teknik sampling terbagi menjadi dua, yaitu random sampling dan nonrandom sampling. Pada teknik random sampling, setiap anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel, sedangkan pada nonrandom sampling tidak semua anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel (Susetyo, 2012).

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan nonrandom sampling dengan jenis purposive sampling. Dengan teknik tersebut,

Universitas Sumatera Utara 56

peneliti memilih sampel bertujuan secara subyektif karena suatu kelompok tertentu memiliki informasi yang dibutuhkan dan memenuhi kriteria yang ditentukan oleh peneliti (Ferdinand, 2014).

Dari seluruh populasi yang sudah ada yaitu 30 bank umum syariah di

Indonesia dan Malaysia, selanjutnya sampel bank dipilih secara purposive sampling yaitu sampel dipilih oleh peneliti dengan sengaja karena ada beberapa pertimbangan tertentu dengan pemilihan kriteria sebagai berikut :

1. Bank umum syariah yang terdaftar di Bank Sentral Indonesia dan Malaysia

pada tahun 2019.

2. Laporan keuangan perusahaan dapat diakses dari situs resmi perusahaan.

3. Mempublikasikan laporan keuangan pada rentang tahun 2016-2018.

4. Beroperasi sebagai bank syariah paling tidak sejak tahun 2016.

5. Laporan keuangan perusahaan perbankan syariah memiliki data-data

penelitian yang dibutuhkan.

Dalam hal ini, penulis menentukan sampel yang memenuhi kriteria purposive sampling dari populasi. Pada Tabel 3.2 berikut ini menyajikan data kriteria perusahaan perbankan syariah di negara Indonesia dan Malaysia.

Tabel 3.2 Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian

Keterangan Indonesia Malaysia Jumlah perbankan syariah terdaftar di Bank 14 16 Sentral di tiap Negara

Sampel yang dikeluarkan karena tidak (1) (0) beroperasi sebagai bank syariah sejak tahun 2016 Sampel yang dikeluarkan karena data yang (0) (1) dibutuhkan dalam penelitian tidak tersedia

Jumlah akhir perbankan syariah 13 15

Universitas Sumatera Utara 57

Sumber: Data sekunder yang diolah (2019)

Mengacu pada kriteria yang telah ditentukan maka jumlah sampel yang memenuhi kriteria tersebut berjumlah 28 bank umum syariah dimana 13 bank merupakan bank umum syariah Indonesia dan 15 merupakan bank umum syariah

Malaysia, berikut daftar bank umum syariah yang akan menjadi sampel dari penelitian ini :

Tabel 3.3 Sampel Perbankan Syariah Indonesia dan Malaysia

No. Bank Umum Syariah di Indonesia No. Bank Umum Syariah di Malaysia

1. PT Bank Aceh Syariah 1. Affin Islamic Bank Berhad Al Rajhi Banking & Investment 2. PT BCA Syariah 2. Corporation (Malaysia) Berhad 3. PT Bank Jabar Banten Syariah 3. Alliance Islamic Bank Berhad

4. PT BNI Syariah 4. AmBank Islamic Berhad

5. PT Bank BRISyariah 5. Bank Islam Malaysia Berhad

6. PT Bank Syriah Bukopin 6. CIMB Islamic Bank Berhad

7. PT Bank Syariah Mandiri 7. Hong Leong Islamic Bank Berhad

8. PT Maybank Syariah Indonesia 8. HSBC Amanah Malaysia Berhad Kuwait Finance House (Malaysia) 9. PT Bank Mega Syariah 9. Berhad Malaysia Building Society Berhad 10. PT Bank Muamalat Indonesia 10. Bank Berhad 11. PT Bank Panin Dubai Syariah 11. Maybank Islamic Berhad PT Bank Tabungan Pensiun Nasional 12. 12. OCBC Al-Amin Bank Berhad Syariah 13. PT Bank Victoria Syariah 13. Public Islamic Bank Berhad

14. RHB Islamic Bank Berhad

15. Saadiq Berhad Sumber: diolah penulis (2019)

3.6 Jenis Data dan Sumber Data

Universitas Sumatera Utara 58

3.6.1 Jenis Data

Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data yang berupa laporan keuangan dari perusahaan perbankan yang telah dipublikasikan pada periode 2016 sampai 2018 dan data tersebut sangat diperlukan untuk menghitung rasio keuangan yang nantinya akan menunjukan bagaimana kinerja keuangan dari perusahaan perbankan tersebut.

3.6.2 Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data laporan keuangan yang dapat diperoleh dari situs bank sentral dimasing-masing negara, untuk laporan keuangan perbankan syariah di Indonesia dapat diperoleh dari situs www.bi.go.id atau www.ojk.go.id, sedangkan untuk data laporan keuangan perbankan syariah di

Malaysia dapat diperoleh dari situs www.bnm.gov.my.

3.7 Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data sekunder. Data sekunder merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti dari sumber-sumber yang telah ada. Data-data tersebut biasanya diperoleh dari perpustakaan atau laporan-laporan penelitian terdahulu (Hasan, 2010). Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah studi dokumentasi yang didapatkan dari data laporan tahunan dan laporan keuangan bank syariah yang menjadi sampel penelitian selama periode 2016-2018. Data tersebut diperoleh dari website masing-masing bank syariah terkait.

3.8 Teknik Analisis Data

Universitas Sumatera Utara 59

Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan menganalisis data pada laporan keuangan bank umum syariah yang menjadi sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan metode RGEC sebagaimana diatur dalam Surat Edaran

OJK No. 10/SE.OJK.03/2014. Analisis tersebut melalui prosedur mereview data laporan keuangan, menghitung rasio keuangan, kemudian diperbandingkan dengan cara analisa gabungan cross-sectional dan time series (Jumingan, 2006).

3.8.1 Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif adalah suatu metode analisis dimana data-data dikumpulkan, diklarifikasikan, dikelompokkan, dianalisis dan diinterpretasikan secara objektif sehingga dapat memberikan gambaran mengenai objek yang dibahas. Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan data atau membuat ringkasan data dalam analisis data (Sugiyono, 2014).

3.8.2 Uji Normalitas

Sebelum menganalisis data menggunakan uji statistik utama, perlu dilakukan uji normalitas data. Uji normalitas data merupakan hal yang penting untuk dilakukan sebagai proses menentukan alat uji statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis.

Apabila data berdistribusi normal, maka dapat menggunakan uji statistik parametrik.

Sebaliknya apabila data berdistribusi tidak normal, maka pengujian hipotesis lebih sesuai menggunakan alat uji statistik nonparametrik. Menurut Uyanto (2009), bentuk hipotesis untuk uji normalitas data adalah sebagai berikut:

H0 : Data berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : Data tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal

Universitas Sumatera Utara 60

Uji normalitas data pada penelitian ini menggunakan uji statistik

Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan program SPSS dengan menggunakan tingkat signifikansi sebesar 5% (α=0,05). Apabila nilai probabilitas lebih besar dari tingkat signifikansi yang sudah ditentukan, maka H0 diterima dan distribusi data dinyatakan normal. Sebaliknya apabila nilai probabilitas lebih kecil dari tingkat signifikansi yang sudah ditentukan, maka H0 ditolak dan distribusi data dinyatakan tidak normal.

3.9 Pengujian Hipotesis

Uji statistik yang digunakan untuk pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan Independent Sample t-Test dan uji Mann-Whitney. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank

umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari rasio

NPF periode 2016-2018.

H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank umum

syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari rasio NPF

periode 2016-2018.

2. H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank

umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari rasio

FDR periode 2016-2018.

H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank umum

syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari rasio FDR

periode 2016-2018.

Universitas Sumatera Utara 61

3. H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank

umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari

Ukuran Dewan Komesaris periode 2016-2018.

H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank umum

syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari Ukuran

Dewan Komesaris periode 2016-2018.

4. H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank

umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari

Ukuran Komite Remunerasi dan Nominasi periode 2016-2018.

H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank umum

syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari Ukuran

Komite Remunerasi dan Nominasi periode 2016-2018.

5. H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank

umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari

Ukuran Dewan Pengawas Syariah 2016-2018.

H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank umum

syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari Ukuran

Dewan Pengawas Syariah periode 2016-2018.

6. H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank

umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari

Ukuran Komite Audit 2016-2018.

H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank umum

syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari Ukuran

Universitas Sumatera Utara 62

Komite Audit periode 2016-2018.

7. H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank

umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari

Ukuran Komite Risiko 2016-2018.

H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank umum

syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari Ukuran

Komite Risiko periode 2016-2018.

8. H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank

umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari rasio

ROA periode 2016-2018.

H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank umum

syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari rasio ROA

periode 2016-2018.

9. H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank

umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari rasio

NOM periode 2016-2018.

H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank umum

syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari rasio NOM

periode 2016-2018.

10. H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank

umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari rasio

CAR periode 2016-2018.

H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank umum

Universitas Sumatera Utara 63

syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari rasio CAR

periode 2016-2018.

3.9.1 Independent Sample t-Test

Independent Sample t-Test digunakan untuk membandingkan dua mean dari dua sampel yang independen dengan asumsi data tersebut terdistribusi normal

(Uyanto, 2009). Berdasarkan hasil uji homogenitas (equal varian assumed atau equal varian not assumed), kemudian membuat keputusan sesuai hipotesis penelitian. Dasar penentuan pengambilan keputusan dalam independent sample t-

Test adalah apabila nilai probabilitas (sig. 2-tailed) > 0,05 maka Ho diterima dan

H1 ditolak atau dapat dikatakan tidak terdapat perbedaan signifikan antara dua jenis sampel independen. Sebaliknya, apabila nilai probabilitas (sig. 2-tailed) <

0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima atau dapat dikatakan terdapat perbedaan signifikan antara dua jenis sampel independen.

3.9.2 Mann-Whitney U Test

Uji Mann-Whitney digunakan untuk menguji dua kelompok independen dari suatu populasi apabila asumsi distribusi normalitas sampel dan homogenitas tidak terpenuhi (Susetyo, 2012). Dasar penentuan pengambilan keputusan uji

Mann Whitney adalah apabila nilai probabilitas (Asymp.Sig (2-tailed)) > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak atau dapat dikatakan tidak terdapat perbedaan signifikan antara dua jenis sampel independen. Sebaliknya, apabila nilai probabilitas (Asymp.Sig (2-tailed) < 0,05 maka H1 diterima dan H0 ditolak atau dapat dikatakan terdapat perbedaan signifikan antara dua jenis sampel

Universitas Sumatera Utara 64

independen.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

4.1.1 Perbankan Syariah Indonesia

1. PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk

PT Bank Muamalat Indonesia Tbk memulai perjalanan bisnisnya sebagai

bank syariah pertama di Indonesia pada 1 November 1991 atau 24 Rabi’us

Tsani 1412 H. Pada 27 Oktober 1994, Bank Muamalat Indonesia

mendapatkan izin sebagai Bank Devisa dan terdaftar sebagai perusahaan

publik yang tidak listing di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada tahun 2003,

Bank dengan percaya diri melakukan Penawaran Umum Terbatas (PUT)

dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) sebanyak 5 (lima)

kali dan merupakan lembaga perbankan pertama di Indonesia yang

mengeluarkan Sukuk Subordinasi Mudharabah.

2. PT Bank BNI Syariah

Dengan berlandaskan pada Undang-undang No. 10 Tahun 1998, pada tanggal

29 April 2000 didirikan Unit Usaha Syariah (UUS) BNI dengan 5

kantorcabang di Yogyakarta, Malang, Pekalongan, Jepara dan Banjarmasin.

Selanjutnya UUS BNI terus berkembang menjadi 28 Kantor Cabang dan 31

Kantor Cabang Pembantu. Realisasi waktu spin off BNI Syariah sebagai

Bank Umum Syariah (BUS) pada bulan Juni 2010 tidak terlepas dari faktor

eksternal berupa aspek regulasi yang kondusif yaitu dengan diterbitkannya

UU No. 19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dan

65

Universitas Sumatera Utara 66

UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Disamping itu, komitmen

pemerintah terhadap pengembangan perbankan syariah semakin kuat dan

kesadaran terhadap keunggulan produk perbankan syariah juga semakin

meningkat.

3. PT Bank Syariah Mandiri

PT Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal

25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999. PT Bank Syariah Mandiri

hadir dan tampil dengan harmonisasi idealism usaha dengan nilai-nilai

spiritual.Bank Syariag Mandiri tumbuh sebagai bank yang mampu

memadukan keduanya, yang melandasi kegiatan operasionalnya. Harmonisasi

idealism usaha dan nilai-nilai spiritual inilah yang menjadi salah satu

keunggulan Bank Syariah Mandiri dalam kiprahnya di perbankan Indonesia

khususnya bank syariah. Perdesember 2017 Bank Syariah Mandiri memiliki

737 kantor layanan di seluruh Indonesia, dengan akses lebih dari 196.000

jaringan ATM.

4. PT Bank Mega Syariah

Bank Mega Syariah berawal dari anak usaha Asuransi Tugu yaitu PT Bank

Umum Tugu (Bank Tugu) yang berdiri pada 14 Juli 1990. Pada 2001, bank

ini diambil alih oleh CT Corp melalui Mega Corpora, pada tanggal 25 Juli

2004 di konversi menjadi Bank Syariah dengan nama PT Bank Syariah Mega

Indonesia disingkat BSMI, lalu resmi beroperasi sebagai bank syariah pada

25 Agustus 2004. Sejak 2 November 2010 sampai dengan sekarang, bank ini

berganti nama menjadi PT Bank Mega Syariah.

Universitas Sumatera Utara 67

5. PT Bank Victoria Syariah

PT Bank Victoria Syariah didirikan untuk pertama kalinya dengan nama PT.

Bank Swaguna berdasarkan Akta Nomor 9 tanggal 15 April 1996. Akta

tersebut kemudian diubah dengan Akta Perubahan Anggaran Dasar Nomor 4

tanggal 5 September 1967 yang telah memperoleh pengesahan dari Menteri

Hukum dan Hak Asasi Manusia (d/h Menteri Kehakiman) berdasarkan Surat

Keputusan Nomor: JA.5/79/5 tanggal 7 November 1967. Perubahan kegiatan

usaha Bank Victoria Syariah dari Bank Umum Konvensional menjadi Bank

Umum Syariah telah mendapatkan izin dari Bank Indonesia berdasarkan

Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor: 12/8/KEP.GBI/DpG/2010

tertanggal 10 Februari 2010. Bank Victoria Syariah mulai beroperasi dengan

prinsip syariah sejak tanggal 1 bulan April 2010.

6. PT Bank BRI Syariah

PT Bank BRI Syariah berdiri pada 1969, dahulu bernama Bank Jasa Arta, lalu

diambil alih , menjadi Bank Umum Syariah pada

2008. UUS Bank Bbri digabung pada 2009. BRI syariah resmi beroperasi di

Indonesia pada tanggal 17 November 2008, setalah sebelumnya mendapat

izin dari Bank Indonesia pada tanggal 16 Oktober 2008 melalui surat

Keputusan Gubernur BI No.10/67/KEP.GBI/DpG/2008.

7. PT Maybank Syariah Indonesia

Bank Maybank Syariah Indonesia adalah lembaga keuangan berjenis

perbankan konvensional di Indonesia. Bank ini dahulu bernama Bank

Maybank Indocorp/Unit Usaha Syariah Malayan Banking Berhad Indonesia

Universitas Sumatera Utara 68

yang merupakan bank joint venture antara Maybank dengan Bank Nusa

Nasional. Sejak 2010, berubah menjadi bank syariah.

8. PT Bank Jabar Banten Syariah

Pendirian bank bjb syariah diawali dengan pembentukan Divisi/Unit Usaha

Syariah oleh PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk.

pada tanggal 20 Mei 2000, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat Jawa Barat yang mulai tumbuh keinginannya untuk menggunakan

jasa perbankan syariah pada saat itu. PT Bank Pembangunan Daerah Jawa

Barat dan Banten Tbk. pada tanggal 15 Januari 2010 didirikan bank bjb

syariah berdasarkan Akta Pendirian Nomor 4 yang dibuat oleh Notaris

Fathiah Helmi dan telah mendapat pengesahan dari Kementerian Hukum dan

Hak Asasi Manusia Nomor AHU. 04317.AH.01.01 Tahun 2010 tanggal 26

Januari 2010. Hingga saat ini bank bjb syariah berkedudukan dan berkantor

pusat di Kota Bandung, Jalan Braga No 135, dan telah memiliki 8 (delapan)

kantor cabang, 44 (empat puluh empat) kantor cabang pembantu, 54 (empat

puluh enam) jaringan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) yang tersebar di

daerah Propinsi Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta dan 49.630 jaringan

ATM Bersama.

9. PT Bank Panin Dubai Syariah

PT Bank Panin Dubai Syariah Tbk (“Panin Dubai Syariah Bank”),

berkedudukan di Jakarta dan berkantor pusat di Gedung Panin Life Center, Jl.

Letjend S. Parman Kav.91, Jakarta Barat. Sesuai dengan pasal 3 Anggaran

Dasar Panin Dubai Syariah Bank, ruang lingkup kegiatan Panin Dubai

Universitas Sumatera Utara 69

Syariah Bank adalah menjalankan kegiatan usaha di bidang perbankan

dengan prinsip bagi hasil berdasarkan syariat Islam. Panin Dubai Syariah

Bank mendapat ijin usaha dari Bank Indonesia berdasarkan Surat Keputusan

Gubernur Bank Indonesia No.11/52/KEP.GBI/DpG/2009 tanggal 6 Oktober

2009 sebagai bank umum berdasarkan prinsip syariah dan mulai beroperasi

sebagai Bank Umum Syariah pada tanggal 2 Desember 2009.

10. PT Bank Syariah Bukopin

Bank Syariah Bukopin adalah lembaga keuangan yang berjenis Jasa

Keuangan Perbankan. Sebagai salah satu bank nasional di Indonesia, sejarah

Perseroan dimulai pada 1990 dengan meleburnya 2 (dua) bank pasar, yakni

BPR Gunung Sindoro dan BPR Gunung Kendeng di Samarinda, Kalimantan

Timur. Dalam perkembangannya, atas dasar pertimbangan bisnis pada akhir

2002, dengan persetujuan Bank Indonesia (BI) yang dicantumkan dalam

Surat Keputusan Nomor 5/4/KEP. DGS/2003 tanggal 24 Januari 2003 dan

dituangkan dalam Akta Nomor 109 tanggal 31 Januari 2003, PT Bank

Swansarindo International berubah nama menjadi PT Bank Persyarikatan

Indonesia. PT Bank Persyarikatan Indonesia mengubah arah bisnisnya dari

bank konvensional menjadi bank syariah.PT Bank Persyarikatan Indonesia

berubah menjadi PT Bank Syariah Bukopin.Secara resmi Perseroan

melakukan kegiatan operasional berdasarkan prinsip syariah pada Selasa, 11

Zulhijah 1430 H atau 9 Desember 2008.

11. PT Bank BCA Syariah

PT. Bank BCA Syariah berdiri dan mulai melaksanakan kegiatan usaha

Universitas Sumatera Utara 70

dengan prinsip-prinsip syariah setelah memperoleh izin operasi syariah dari

Bank Indonesia berdasarkan Keputusan Gubernur BI No.

12/13/KEP.GBI/DpG/2010 tanggal 2 Maret 2009 dan kemudian resmi

beroperasi sebagai bank syariah pada hari Senin tanggal 5 April 2010. BCA

Syariah hingga saat ini memiliki 59 jaringan cabang yang terdiri dari 11 Kantor

Cabang (KC), 12 Kantor Cabang Pembantu (KCP), 3 Kantor Fungsional (KF)

dan 33 Unit Layanan Syariah (ULS) yang tersebar di wilayah DKI Jakarta,

Tangerang, Bogor, Depok, Bekasi, Surabaya, Semarang, Bandung, Solo,

Yogyakarta, Medan, Palembang dan Malang.

12. PT Bank Aceh

Sejarah baru mulai diukir oleh Bank Aceh melalui hasil rapat RUPSLB

(Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa) tanggal 25 Mei 2015 tahun

lalu bahwa Bank Aceh melakukan perubahan kegiatan usaha dari sistem

konvensional menjadi sistem syariah seluruhnya. Maka dimulai setelah

tanggal keputusan tersebut proses konversi dimulai dengan tim konversi

Bank Aceh dengan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan. Setelah melalui

berbagai tahapan dan proses perizinan yang disyaratkan oleh OJK

akhirnya Bank Aceh mendapatkan izin operasional konversi dari Dewan

Komisioner OJK Pusat untuk perubahan kegiatan usaha dari sistem

konvensional ke sistem syariah secara menyeluruh. Izin operasional

konversi tersebut ditetapkan berdasarkan Keputusan Dewan Komisioner

OJK Nomor. KEP-44/D.03/2016 tanggal 1 September 2016 Perihal

Pemberian Izin Perubahan Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional

Universitas Sumatera Utara 71

Menjadi Bank Umum Syariah PT Bank Aceh yang diserahkan langsung

oleh Dewan Komisioner OJK kepada Gubernur Aceh Zaini Abdullah

melalui Kepala OJK Provinsi Aceh Ahmad Wijaya Putra di Banda Aceh.

Sesuai dengan ketentuan yang berlaku bahwa kegiatan operasional Bank

Aceh Syariah baru dapat dilaksanakan setelah diumumkan kepada

masyarakat selambat-lambatnya 10 hari dari hari ini. Perubahan sistem

operasional dilaksanakan pada tanggal 19 September 2016 secara serentak

pada seluruh jaringan kantor Bank Aceh. Dan sejak tanggal tersebut Bank

Aceh telah dapat melayani seluruh nasabah dan masyarakat dengan sistem

syariah murni mengutip Ketentuan PBI Nomor 11/15/PBI/2009.

13. PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah

Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah adalah anak perusahaan Bank

Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN), dengan kepemilikan saham 70% dan

merupakan bank syariah ke 12 di Indonesia. Bank beroperasi berdasarkan

prinsip inklusi keuangan dengan menyediakan produk dan jasa keuangan

kepada masyarakat terpencil yang belum terjangkau serta segmen masyarakat

pra sejahtera. Selain menyediakan akses layanan keuangan kepada

masyarakat tersebut, Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah juga

menyediakan pelatihan keuangan sederhana untuk membantu mata

pencaharian nasabahnya agar dapat terus berlanjut serta membina masyarakat

yang lebih sehat melalui program Daya-nya. Bank Sahabat didirikan pada

tahun 1991 dengan lisensi bank non-devisa. Bank BTPN kemudian

mengakuisisi 70% saham di Bank Sahabat pada 30 Januari 2014 dan

Universitas Sumatera Utara 72

mengkonversinya menjadi Bank Syariah berdasarkan keputusan Otoritas Jasa

Keuangan tertanggal 22 Mei 2014. Sejak saat itu Unit Usaha Syariah di Bank

Tabungan Pensiunan Nasional, yang dibentuk pada bulan Maret tahun

2008, spin – off ke bank syariah yang baru pada 14 Juli 2014.

4.1.2 Perbankan Syariah Malaysia

1. Affin Islamic Bank Berhad

Affin Islamic Bank Berhad (AFFIN ISLAMIC), anak perusahaan yang

sepenuhnya dimiliki Affin Bank Berhad (AFFINBANK). didirikan pada

13 September 2005 dan secara resmi beroperasi sebagai bank syariah

mandiri yang berlaku mulai 1 April 2006. Sebagai bank syariah yang

lengkap, AFFIN ISLAMIC menawarkan rangkaian lengkap produk dan

layanan Perbankan Syariah untuk pelanggan Usaha Kecil Menengah

(UKM), Institusional, Ritel, dan Korporasi.

AFFIN ISLAMIC telah berada di garis depan dalam memperkenalkan

produk-produk inovatif dan sesuai Syariah yang mengadopsi berbagai konsep

Syariah mulai dari Musharakah Mutanaqisah, Mudarabah, Istisna, Ijarah,

Murabahah dan lain-lain. Produk dan layanan Bank memberikan demarkasi

yang jelas antara deposito, akun investasi, dan pembiayaan untuk memenuhi

kebutuhan perusahaan ritel dan bisnis terbaik.

Sejalan dengan Cetak Biru Sektor Keuangan Malaysia yang bercita-cita untuk

mengubah negara menjadi pusat global untuk Layanan Keuangan Islam,

AFFIN ISLAMIC akan terus melakukan penelitian dan pengembangan

menjadi produk dan layanan keuangan baru yang mampu bersaing di arena

Universitas Sumatera Utara 73

keuangan global.

2. Bank Islam Malaysia Berhad

Bank Islam Malaysia Berhad adalah sebuah bank Islam yang berbasis di

Malaysia yang telah beroperasi sejak Juli 1983. Bank Islam didirikan

terutama untuk membantu kebutuhan keuangan populasi Muslim negara itu,

dan memperluas layanannya kepada populasi yang lebih luas. Bank saat ini

menyediakan layanan kartu yang sesuai syariah dan mobile banking, di

samping itu juga. Bank Islam didirikan dengan modal awal resmi sebesar RM

500 juta dan modal disetor sebesar RM 79,9 juta; bank secara bertahap

meningkatkan modal dasar dan disetor masing-masing menjadi RM 2 miliar

dan RM 563 juta.

3. CIMB Islamic Bank Berhad

CIMB Group didirikan di Malaysia pada tahun 1974 dan berkantor pusat di

Kuala Lumpur, operasi CIMB Group melibatkan bank konsumen yang

mapan, bank investasi regional terkemuka dan bank syariah.

CIMB Islamic adalah franchise perbankan dan layanan keuangan syariah dari

CIMB Grup dengan serangkaian luas produk dan layanan inovatif Syariah.

Solusi CIMB Islamic meliputi pembiayaan, sukuk, perbankan investasi,

perbankan transaksi, manajemen aset, layanan banca-takaful dan sekuritas

untuk pelanggan individu, komersial, perusahaan dan institusi di seluruh

ASEAN. Dengan eksekusi strategi Islamic First mereka bertujuan untuk

memperluas proposisi nilai produk-produk Islami kepada pelanggan dan

masyarakat luas. CIMB Islamic bercita-cita untuk secara progresif

Universitas Sumatera Utara 74

mengintegrasikan faktor lingkungan, sosial dan tata kelola melalui

pendekatan berbasis nilai, ciri khas keuangan Islam.

4. Maybank Islamic Berhad

Maybank Islamic Berhad berdiri pada tahun 2007 bank ini adalah anak

perusahaan dari Maybank adalah pemain perbankan syariah terbesar di

kawasan Asia Pasifik. Ini bertujuan untuk memenuhi perkembangan yang

menantang di dunia Perbankan Islam dan tentunya akan memenuhi kebutuhan

keuangan Islam Anda dengan berbagai produk dan layanannya.

5. Public Islamic Bank Berhad

Sejak tahun 1993, Public Islamic Bank telah menawarkan produk dan layanan

perbankan Islami kepada publik ketika dimulai sebagai jendela melalui Public

Bank. Kami berkontribusi pada bidang perbankan syariah secara keseluruhan,

dengan fokus pada pembiayaan konsumen dan ritel, usaha kecil dan

menengah serta pembiayaan dan pengambilan simpanan.

Perkembangan yang cepat dan peningkatan penerimaan oleh Malaysia tanpa

memandang ras dan agama membutuhkan produk dan layanan perbankan

yang tidak hanya sesuai dengan Syariah tetapi juga kompetitif. Setoran

kompetitif dan produk pembiayaan bank ini adalah yang memenuhi

panggilan.

Sebagai salah satu pemain kunci dalam industri perbankan Islam dan 5 bank

Islam teratas di Malaysia, bank ini telah tumbuh dengan mantap dengan

pertumbuhan modal yang kuat dari RM30 juta pada tahun 1993, menjadi

RM4,5 miliar pada tanggal 31 Desember 2018.

Universitas Sumatera Utara 75

6. RHB Islamic Bank Berhad

Grup Perbankan RHB secara resmi menerima lisensi untuk anak perusahaan

Perbankan Syariah pada 1 Maret 2005, menjadikannya grup perbankan

komersial pertama di Malaysia yang memiliki Bank Islam penuh. RHB

Islamic Banking menawarkan berbagai layanan dan solusi perbankan

konsumer, bisnis dan korporasi yang berbasis syariah.

7. Al Rajhi Bank

Al Rajhi Bank didirikan pada tahun 1957, dan merupakan salah satu bank

terbesar di Arab Saudi, dengan lebih dari 9.600 karyawan dan aset $ 88

miliar. Bank ini berkantor pusat di Riyadh, dan memiliki lebih dari 600

cabang, terutama di Arab Saudi, tetapi juga di Kuwait, dan Yordania, dengan

anak perusahaan di Malaysia. Bank itu dimulai oleh empat bersaudara,

Sulaiman, Saleh, Abdullah, dan Mohamed, dari keluarga Al Rajhi, salah satu

keluarga terkaya di Arab Saudi. Bank awalnya dimulai sebagai kelompok

operasi perbankan dan komersial yang, pada tahun 1978, bergabung bersama

di bawah payung Perusahaan Perdagangan dan Pertukaran Al Rajhi.

Perusahaan berubah menjadi perusahaan saham gabungan pada tahun 1987,

dan setelah dua tahun berganti nama menjadi Al Rajhi Banking and

Investment Corporation. Pada tahun 2006, bank berganti nama menjadi Bank

Al Rajhi. Ini diperdagangkan di Bursa Efek Arab Saudi (Tadawul), dan

sekitar 75% saham mereka dimiliki publik. Anggota keluarga Al Rajhi adalah

pemegang saham terbesar bank.

Pada tahun 2006, setelah hampir 50 tahun beroperasi semata-mata di Arab

Universitas Sumatera Utara 76

Saudi, bank diluncurkan di Malaysia, menandakan peluncuran pertamanya ke

perbankan internasional.

8. HSBC Amanah Malaysia Berhad

HSBC telah menawarkan layanan keuangan syariah di Malaysia sejak 1994.

HSBC memperkenalkan perbankan syariah secara global pada tahun 1998. Pada

tahun 2004, merek HSBC Amanah diluncurkan secara global dengan tujuan

menjadikan HSBC penyedia layanan perbankan syariah terkemuka di seluruh

dunia. Pada bulan November 2007, HSBC Bank Malaysia Berhad adalah bank

asing berbadan hukum lokal pertama di Malaysia yang diberikan lisensi oleh

Bank Negara Malaysia untuk mendirikan anak perusahaan perbankan syariah.

HSBC Amanah Malaysia Berhad, bank syariah yang sepenuhnya dimiliki

sepenuhnya oleh HSBC Bank Malaysia dan anggota Grup HSBC, didirikan

pada Februari 2008 dan mulai beroperasi pada Agustus 2008.

9. OCBC Al-Amin Bank Berhad

OCBC sepenuhnya memiliki OCBC Al-Amin Bank, yang menawarkan

produk dan layanan perbankan syariah di Malaysia. OCBC telah menawarkan

produk dan layanan perbankan syariah sejak 1995. Akhirnya, pada 1

Desember 2008 OCBC meluncurkan OCBC Al-Amin Bank Berhad. OCBC

Al-Amin menawarkan produk dan layanan berdasarkan kontrak Syariah yang

berlaku dan dengan persetujuan dari Komite Penasihat Syariah.

10. Standard Chartered Saadiq Berhad

Standard Chartered Saadiq Berhad, anak perusahaan Perbankan Syariah

Bank-nya yang pertama dan satu-satunya di jaringan grup ini didirikan pada

Universitas Sumatera Utara 77

November 2008. Standard Chartered Saadiq menawarkan berbagai solusi

yang sesuai dengan Syariah melalui cabang-cabang khusus serta melalui

jendela perbankan Islam di Standard Chartered ranting. Pada 2012, Bank

mendirikan Kuala Lumpur sebagai pusat global untuk perbankan ritel syariah.

11. MBSB Bank Berhad

MBSB Bank Berhad (sebelumnya dikenal sebagai Asian Finance Bank

Berhad) telah diberikan lisensi oleh Bank Negara Malaysia untuk

menjalankan bisnis Perbankan Syariah. Bank MBSB diatur dan diawasi oleh

Bank Negara Malaysia berdasarkan Undang-Undang Jasa Keuangan Islam,

2013. MBSB Bank Berhad, sebuah Bank Islam penuh yang didirikan pada

tanggal 28 November 2005 adalah anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki

oleh Malaysia Building Society Berhad.

Pada tanggal 6 November 2017, MBSB menandatangani Perjanjian Saham &

Pembelian dengan pemegang saham Asian Finance Bank Berhad

(“AFB/Vendor”) untuk usulan akuisisi oleh MBSB dari seluruh kepemilikan

saham di AFB untuk pertimbangan pembelian agregat sebesar

RM644.952.807,66 harus dipenuhi dengan uang tunai sebesar

RM396.894.036,26 dan penerbitan 225.507.974 Saham Pertimbangan dengan

harga penerbitan RM1,10 per Saham Pertimbangan ("Akuisisi").

Akuisisi ini disetujui oleh pemegang saham MBSB pada tanggal 23 Januari

2018. Para pemegang saham juga menyetujui pengalihan Aset dan Kewajiban

yang Sesuai Syariah dari MBSB ke AFB melalui Skema Pengaturan Anggota.

Berdasarkan persetujuan tersebut di atas dan setelah penyelesaian pengalihan

Universitas Sumatera Utara 78

saham dan pembayaran saldo dari pertimbangan pembelian kepada Vendor,

AFB menjadi anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki oleh Malaysia

Building Society Berhad pada tanggal 7 Februari 2018.

12. Alliance Islamic Bank Berhad

Anak perusahaan dari Alliance Bank Malaysia Berhad (ABMB), Alliance

Islamic Bank Berhad (AIS) yang berdiri pada 19 Januari 2001 berada dalam

posisi yang baik untuk memanfaatkan potensi besar dalam industri perbankan

Islam di Malaysia. AIS, dengan ruang lingkup perbankan holistik, berfokus

pada perbankan konsumen, perbankan komersial dan UKM untuk

menumbuhkan bisnis. Ini memanfaatkan penjualan perbankan konvensional

dan saluran distribusi untuk memasarkan dan mempromosikan produk dan

layanannya. Ini juga menghadirkan peluang unik bagi Alliance Financial

Group untuk fokus dan menumbuhkan segmen perbankan investasi syariah

terutama di sektor manajemen kekayaan dan pasar modal. AIS juga memiliki

tim personel khusus yang terlatih untuk menawarkan layanan konsultasi

keuangan kepada pelanggan sesuai dengan prinsip-prinsip Islam dan Syariah.

13. AmBank Islamic Berhad

Pada tahun 2006 amIslamic Bank mulai beroperasi, dengan vesting aset dan

kewajiban syariah AmBank (M) Berhad menjadi anak perusahaan dari

AmBank Group yang terpisah. AmBank Islamic Berhad adalah cabang

perbankan Islami dari AmBank Group dan menawarkan rangkaian lengkap

produk dan layanan perbankan ritel dan non-eceran yang sesuai dengan

Syariah, termasuk solusi investasi, perbendaharaan dan perdagangan.

Universitas Sumatera Utara 79

AmInvest memberikan solusi pengelolaan dana syariah sementara produk

takaful keluarga ditawarkan oleh AmMetLife Takaful Berhad.

14. Hong Leong Islamic Bank Berhad

Hong Leong Islamic Bank Berhad (HLISB) adalah anak perusahaan yang

sepenuhnya dimiliki oleh Hong Leong Bank (HLB), bagian dari Grup

Keuangan Hong Leong. HLISB secara resmi diluncurkan sebagai anak

perusahaan yang sepenuhnya dimiliki oleh HLB pada bulan Juli 2005. Bank

sekarang mengoperasikan delapan cabang dari seluruh bank syariah di

samping kemitraan jaringan di lebih dari 270 cabang HLB dan lebih dari

1.400 terminal swalayan nasional. Bank memanfaatkan jaringan distribusi

yang kuat ini dengan menawarkan produk dan layanan perbankan syariah

sebagai alternatif dari alternatif yang sesuai syariah dengan perbankan

konvensional.

Pada November 2011, HLISB menyelesaikan merger dengan EONCap

Islamic Bank Berhad sebagai bagian dari merger yang lebih besar antara

HLB dan EON Bank Berhad. Pencapaian ini menandai konsolidasi

pertama antara dua bank syariah di Malaysia dan telah memberikan

HLISB skala yang lebih besar dan pijakan yang lebih kuat dalam industri

perbankan syariah yang sangat kompetitif.

Dengan strategi yang berfokus pada menawarkan solusi holistik untuk

prinsip dan praktik Syariah, HLISB menyediakan pelanggan dengan

berbagai solusi inovatif. Ini termasuk pembiayaan terstruktur, bisnis dan

perbankan korporasi, layanan keuangan pribadi, pasar Islam global dan

Universitas Sumatera Utara 80

manajemen kekayaan. Penawaran ini didukung oleh upaya berkelanjutan

untuk mencapai keunggulan dalam penyediaan layanan. Hasil keuangan

yang kuat yang diperoleh HLISB membuktikan kompetensi inti dan

fundamental operasi bank. Selain itu, HLISB juga telah mengembangkan

ceruk pasar melalui pendapatan berbasis biaya dan Pasar Modal Islam.

15. Kuwait Finance House Malaysia Berhad

Kuwait Finance House (Malaysia) Berhad (KFH Malaysia) adalah unit

yang sepenuhnya dimiliki oleh Kuwait Finance House K.S.C. (KFH) -

salah satu bank Islam terkemuka di dunia dengan operasi bisnis di

Bahrain, Turki, Yordania, Arab Saudi, Malaysia, serta afiliasi di Uni

Emirat Arab, Oman, dan Bangladesh.

Mengikuti rencana ekspansi global strategisnya, mereka menjadi bank syariah

asing pertama yang diberi lisensi berdasarkan Undang-Undang Perbankan

Syariah (Malaysia) 1983 pada 8 Mei 2005 dan secara resmi memulai operasi

kami pada bulan Agustus tahun yang sama.

Di Malaysia, Kuwait Finance House Malaysia Berhad berkomitmen untuk

memberikan solusi keuangan inovatif sesuai Syariah kepada pelanggan yang

menawarkan rangkaian lengkap produk dan layanan keuangan berbasis

Syariah di bawah Perbankan Korporat, Investasi, Komersial, Ritel dan

Konsumer serta Keuangan dan Bisnis Internasional. Kuwait Finance House

Malaysia Berhad juga bertindak sebagai perantara dan fasilitator untuk

mempromosikan investasi dan perdagangan dua arah antara Malaysia, Asia-

Pasifik, dan Timur Tengah dengan unit Kuwait Finance House (Labuan)

Universitas Sumatera Utara 81

Berhad yang mencakup bisnis perbankan lepas pantai di Wilayah Federal

Labuan.

4.2 Analisis Deskriptif Statistik

Metode analisis deskriftif statistik digunakan untuk memberikan gambaran dari data statistik yang diperoleh dari hasil estimasi melalui software spss 22.

Deskripsi data statistik perbankan selama periode 2016 sampai dengan 2018 disajikan dalam analisis ini. Selengkapnya mengenai hasil statistik deskriptif penelitian dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.1 Statistik Deskriftif Variabel Penelitian Bank Umum Syariah Indonesia

Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation NPF 39 .02 22.04 3.230513 4.2837477 FDR 39 71.87 100.67 80.068974 22.2205219 UDK 39 1 3 1.59 .715 UKRN 39 1 3 2.05 .759 UDPS 39 1 3 1.92 .807 UKA 39 1 3 2.21 .767 UKR 39 1 3 2.03 .707 ROA 39 -10.77 11.42 .899744 3.8911671 NOM 39 -3.37 7.35 1.861795 2.6690239 CAR 39 11.51 40.91 20.255641 6.1854399 Valid N (listwise) 39 Sumber : Data sekunder yang diolah (Lampiran 3)

Tabel 4.2 Statistik Deskriftif Variabel Penelitian Bank Umum Syariah Malaysia Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation NPF 45 .15 3.75 1.708222 .9662799 FDR 45 77.31 276.18 105.009556 37.7566275

Universitas Sumatera Utara 82

UDK 45 1 2 1.31 .468 UKRN 45 1 3 1.69 .701 UDPS 45 1 2 1.47 .505 UKA 45 1 3 1.73 .618 UKR 45 1 3 1.76 .712 ROA 45 -.27 16.2 .880889 .3954676 NOM 45 .11 4.8 1.908222 1.0518172 CAR 45 13.5 30.94 18.312889 4.3621156 Valid N (listwise) 45 Sumber : Data sekunder yang diolah (Lampiran 4)

4.2.1 Risk Profile (Profil Risiko)

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa mean atau nilai rata-rata variabel NPF pada perbankan syariah Indonesia dari tahun 2016 sampai dengan

2018 adalah sebesar 3,230 persen. Nilai standard deviation NPF perbankan syariah Indonesia adalah 4,283 persen yang berarti sebagian besar nilai NPF pada sampel berjarak plus atau minus 4,2837477 persen dari mean. Hal ini menunjukkan nilai NPF perbankan syariah Indonesia cukup berfluktuasi.

Perbankan syariah Indonesia yang memiliki NPF tertinggi adalah PT Bank

Jabar Banten Syariah dengan nilai 22,04 persen pada tahun 2017. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan pembiayaan yang tidak signifikan dan pembiayaan bermasalah terus bertambah. Pemberian pembiayaan yang tidak hati-hati dan analisis risiko kredit nasabah yang tidak teliti menjadi salah satu permasalahan terbesar PT Bank Jabar Banten Syariah. Nilai NPF terendah adalah PT Bank

Tabungan Pensiun Nasional Syariah dengan nilai 0,02 persen pada tahun 2018.

Hal ini menandakan bahwa bank syariah ini fokus pada kualitas pembiayaan bukan kuantitas pembiayaan sehingga pembiayaan-pembiayaan yang disalurkan sedikit yang sampai terkategori macet.

Universitas Sumatera Utara 83

Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui mean atau nilai rata-rata variabel NPF pada perbankan syariah Malaysia dari tahun 2016 sampai dengan 2018 adalah sebesar

1,708 persen. Nilai standard deviation NPF adalah 0,966 persen yang berarti sebagian besar nilai NPF pada sampel berjarak plus atau minus 0,966 persen dari mean. Hal ini menunjukkan nilai NPF perbankan syariah Malaysia cukup berfluktuasi.

Perbankan syariah Malaysia yang memiliki nilai NPF tertinggi adalah

Affin Islamic Bank Berhad dengan nilai 3,75 persen pada tahun 2018. Hal ini bisa dilihat dari pertumbuhan pembiayaan yang tidak signifikan dan pembiayaan bermasalah yang meningkat dari tahun 2017. Nilai NPF terendah adalah RHB

Islamic Bank Berhad dengan nilai 0,15 persen pada tahun 2017. Hal ini disebabkan dalam penyaluran pembiayaan bank tersebut hanya memiliki sedikit total pembiayaan yang bermasalah dibandingkan dengan total pembiyaannya atau dengan kata lain bank tidak mengalami kesulitan untuk mengelola aktiva produktifnya.

Perkembangan kinerja keuangan bank umum syariah di Indonesia dan bank umum syariah di Malaysia berdasarkan rasio NPF dari tahun 2016 sampai dengan 2018 dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 menunjukkan bahwa risiko pembiayaan mengalami fluktuasi dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2018. Bank Umum Syariah Indonesia mengalami kenaikan nilai risiko pembiayaan pada periode 2017 lalu mengalami penurunan pada periode berikutnya. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja bank sedang mengalami penurunan pada periode 2017 sehingga meningkatkan

Universitas Sumatera Utara 84

pembiayaan bermasalah. Namun, pada tahun berikutnya bank mampu mengatasi permasalahan ini sehingga pada periode 2018 jumlah pembiyaan bermasalahnya berkurang. Pada Bank Umum Syariah Malaysia terus mengalami penurunan nilai risiko pembiayaan dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2018. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja bank mengalami peningkatan sehingga menurunkan pembiayaan bermasalah. Rasio kredit atau pembiayaan mempunyai penilaian semakin kecil nilai dari rasio maka bank tersebut memiliki kinerja keuangan yang baik dilihat dari sisi kualitas aktiva produktif. Dalam hal ini kinerja keuangan berdasarkan indikator risiko kredit, bank umum syariah Malaysia lebih baik dibandingkan bank umum syariah Indonesia. Namun nilai rata-rata NPF kedua bank tersebut telah sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yaitu dibawah 5 persen.

4,50% 4,00% 3,97% 3,50% 3,40% 3,00% 2,50% NPF BUS Indonesia 2,31% 2,00% NPF BUS Malaysia 1,72% 1,71% 1,50% 1,67% 1,00% 0,50% 0,00% 2016 2017 2018 Sumber : Data sekunder yang diolah (Lampiran 5) Gambar 4.1 Perkembangan Mean NPF Bank Umum Syariah Indonesia dan Bank Umum Syariah Malaysia

Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui mean atau nilai rata-rata variabel FDR pada perbankan syariah Indonesia dari tahun 2016 sampai dengan 2018 adalah sebesar 80,068 persen. Nilai standard deviation FDR adalah 22,220 persen

Universitas Sumatera Utara 85

yang berarti sebagian besar nilai FDR pada sampel berjarak plus atau minus

22,220 persen dari mean. Hal ini menunjukkan nilai FDR perbankan syariah

Indonesia cukup berfluktuatif.

Perbankan syariah Indonesia yang memiliki nilai FDR tertinggi adalah PT

Bank Victoria Syariah dengan nilai 100,67 persen pada tahun 2016. Hal ini disebabkan oleh permintaan pembiayaan yang tumbuh sangat lambat tiap tahun sementara dana pihak ketiga (DPK) perbankan tumbuh lebih cepat di tahun 2016.

Nilai FDR terendah adalah PT Bank BRISyariah dengan nilai 71,87 persen pada tahun 2017. PT Bank BRISyariah merupakan bank yang memiliki nilai FDR yang sangat baik setiap tahunnya. Hal ini disebabkan permintaan pembiayaan tumbuh seimbang dengan dana pihak ketiga.

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa mean atau nilai rata-rata variabel FDR pada perbankan syariah Malaysia dari tahun 2016 sampai dengan

2018 adalah sebesar 105,009 persen. Nilai standard deviation FDR perbankan syariah Malaysia adalah 37,756 persen yang berarti sebagian besar nilai FDR pada sampel berjarak plus atau minus 37,756 persen dari mean. Hal ini menunjukkan nilai FDR perbankan syariah Malaysia cukup berfluktuatif.

Perbankan syariah Malaysia yang memiliki FDR tertinggi adalah

Standard Chartered Saadiq Berhad dengan nilai 276,18 persen pada tahun

2016. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan dana pihak ketiga yang tinggi sedangkan penyaluran pembiayaan bank sangat rendah. Nilai FDR terendah adalah Bank Islamic Malaysia Berhad dengan nilai 77,31 persen pada tahun

2016. Hal ini disebabkan oleh peningkatan pembiayaan dan pendaan Bank

Universitas Sumatera Utara 86

Islamic Malaysia Berhad. Strategi bank dalam penyaluran pembiayaan yang terencana dan berjalan dengan baik sehingga meningkatkan penyaluran pembiayaan sejalan dengan meningkatnya kepercayaan masyarakat dan nasabah yang ikut mendorong Dana Pihak Ketiga (DPK).

Perkembangan kinerja keuangan bank umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia berdasarkan rasio FDR dari tahun 2016 sampai dengan

2018 dapat dilihat pada Gambar 4.2.

140,00% 114,37% 120,00% 102,81% 97,83% 100,00% 83,87% 77,54% 78,78% 80,00% FDR BUS Indonesia 60,00% FDR BUS Malaysia 40,00% 20,00% 0,00% 2016 2017 2018 Sumber : Data sekunder yang diolah (Lampiran 6) Gambar 4.2 Perkembangan Mean FDR Bank Umum Syariah Indonesia dan Bank Umum Syariah Malaysia

Gambar 4.2 menunjukkan bahwa likuiditas mengalami fluktuasi dari tahun

2016 sampai dengan tahun 2018. Bank Umum Syariah Malaysia mengalami penurunan nilai FDR dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2018. Rasio likuiditas mempunyai penilaian semakin kecil nilai dari rasio likuiditas maka bank tersebut memiliki kinerja keuangan yang baik dilihat dari sisi likuiditas. Dalam hal ini kinerja keuangan berdasarkan aspek likuiditas bank umum syariah Indonesia lebih baik dibandingkan bank umum syariah Malaysia.

Berdasarkan Tabel 2.2 bank umum syariah Malaysia terkategori kurang

Universitas Sumatera Utara 87

baik karena rata-rata nilai FDR 100 persen < FDR ≤ 120 persen yaitu 102,81 persen, sedangkan bank umum syariah Indonesia terkategori sangat baik dalam aspek likuiditas karena rata-rata nilai FDR bank syariah Indonesia 70 persen <

FDR ≤ 85 persen yaitu 77,54 persen.

4.2.2 Good Corporate Governance

Berdasarkan tabel 4.1 hasil uji statistik deskriptif, besarnya GCG dari bank umum syariah Indonesia dari tahun 2016 sampai dengan 2018 yang diwakili oleh indikator ukuran dewan komisaris, ukuran komite remunerasi dan nominasi, ukuran Dewan Pengawas Syariah (DPS), komite audit serta komite risiko mempunyai nilai minimum sebesar 1,00 yang menjelaskan bahwa yang menjelaskan bahwa tata kelola perusahaan yang dilakukan bank tersebut “Sangat

Baik” atau telah sesuai dengan prinsip GCG, nilai maksimum sebesar 3,00 yang menjelaskan bahwa tata kelola perusahaan yang dilakukan bank tersebut “Cukup

Baik” atau cukup sesuai dengan prinsip GCG. Nilai rata-rata atau mean dari indikator ukuran dewan komisaris adalah 1,59, untuk ukuran komite remunerasi dan nominasi adalah 2,05, untuk ukuran Dewan Pengawas Syariah (DPS) adalah

1,92, untuk komite audit adalah 2,21, serta komite risiko adalah 2,03. Hal ini menujukkan bahwa kategori tata kelola perusahaan yang dilakukan bank tersebut

“Baik” karena berada pada rata-rata nilai komposit antara 1,5 sampai 2,5.

Berdasarkan tabel 4.2 hasil uji statistik deskriptif, besarnya GCG dari bank umum syariah Malaysia dari tahun 2016 sampai dengan 2018 yang diwakili oleh indikator ukuran dewan komisaris, ukuran komite remunerasi dan nominasi, ukuran Dewan Pengawas Syariah (DPS), komite audit serta komite risiko

Universitas Sumatera Utara 88

mempunyai nilai minimum sebesar 1,00 yang menjelaskan bahwa yang menjelaskan bahwa tata kelola perusahaan yang dilakukan bank tersebut “Sangat

Baik” atau telah sesuai dengan prinsip GCG, nilai maksimum sebesar 2,00 untuk ukuran dewan komesaris dan ukuran Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang menjelaskan bahwa tata kelola perusahaan menurut indikator tersebut “Baik” atau sesuai dengan prinsip GCG. Serta nilai maksimum sebesar 3,00 untuk ukuran komite remunerasi dan nominasi, komite audit serta komite risiko yang menjelaskan bahwa tata kelola perusahaan menurut indikator tersebut “Cukup

Baik” atau cuckup sesuai dengan prinsip GCG. Nilai rata-rata atau mean dari indikator ukuran dewan komisaris adalah 1,31, untuk ukuran komite remunerasi dan nominasi adalah 1,69, untuk ukuran Dewan Pengawas Syariah (DPS) adalah

1,47, untuk komite audit adalah 1,73, serta komite risiko adalah 1,76. Hal ini menujukkan bahwa kategori tata kelola perusahaan yang dilakukan bank tersebut

“Sangat Baik” pada indikator ukuran dewan komisaris dan ukuran Dewan

Pengawas Syariah (DPS) karena berada pada rata-rata nilai komposit dibawah 1,5.

Sedangkan untuk indikator ukuran komite remunerasi dan nominasi, ukuran komite audit serta ukuran komite risiko terkatagori “Baik”.

Perkembangan kinerja keuangan bank umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia berdasarkan indikator ukuran dewan komisaris dari tahun

2016 sampai dengan 2018 dapat dilihat pada Gambar 4.3.

Universitas Sumatera Utara 89

1,8 1,62 1,62 1,53 1,54 1,6 1,33 1,4 1,2 1,07 1 UDK Indonesia UDK Malaysia 0,8 0,6 0,4 0,2 0 2016 2017 2018

Sumber : Data sekunder yang diolah (Lampiran 7) Gambar 4.3 Perkembangan Mean Ukuran Dewan Komesaris Bank Umum Syariah Indonesia dan Bank Umum Syariah Malaysia

Gambar 4.3 menunjukkan bahwa ukuran dewan komesaris mengalami fluktuasi dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2018. Bank Umum Syariah

Malaysia mengalami penurunan nilai komposit dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2018. Peringkat komposit mempunyai penilaian semakin kecil maka bank tersebut memiliki kinerja tata kelola perusahaan yang baik atau sesuai dengan kriteria dari indikator tersebut. Dewan komisaris merupakan organ perusahaan bertugas dan bertanggungjawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada direksi serta memastikan bahwa perusahaan melaksanakan GCG. Dalam hal ini ukuran dewan komesaris bank umum syariah

Malaysia lebih baik dibandingkan bank umum syariah Indonesia, karena memiliki rata-rata peringkat komposit yang terus turun setiap tahunnya.

Perkembangan kinerja keuangan bank umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia berdasarkan indikator ukuran komite remunerasi dan nominasi dari tahun 2016 sampai dengan 2018 dapat dilihat pada Gambar 4.4.

Universitas Sumatera Utara 90

3 2,4 2,5 1,92 2 2 2 1,53 UKRN Indonesia 1,5 1,13 UKRN Malaysia 1

0,5

0 2016 2017 2018

Sumber : Data sekunder yang diolah (Lampiran 8) Gambar 4.4 Perkembangan Mean Ukuran Komite Remunerasi dan Nominasi Bank Umum Syariah Indonesia dan Bank Umum Syariah Malaysia

Gambar 4.4 menunjukkan bahwa ukuran komite remunerasi dan nominasi mengalami fluktuasi dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2018. Bank Umum

Syariah Malaysia mengalami penurunan nilai komposit ukuran komite remunerasi dan nominasi dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2018. Hal ini menunjukan bahwa setiap tahunnya ukuran komite remunerasi dan nominasi pada bank umum syariah Malaysia semakin baik. Dalam hal ini ukuran komite remunerasi dan nominasi lebih baik bank umum syariah dibandingkan bank umum syariah

Indonesia. Meskipun begitu kedua bank dalam periode 3 tahun tersebut sama- sama berada pada peringkat komposit “baik”.

Perkembangan kinerja keuangan bank umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia berdasarkan indikator ukuran Dewan Pengawas Syariah

(DPS) dari tahun 2016 sampai dengan 2018 dapat dilihat pada Gambar 4.5.

Universitas Sumatera Utara 91

2,5 2,08 2,08 2 1,67 1,62 1,53 1,5 1,2 UDPS Indonesia 1 UDPS Malaysia

0,5

0 2016 2017 2018

Sumber : Data sekunder yang diolah (Lampiran 9) Gambar 4.5 Perkembangan Mean Ukuran Dewan Pengawas Syariah Bank Umum Syariah Indonesia dan Bank Umum Syariah Malaysia

Gambar 4.5 menunjukkan bahwa ukuran dewan pengawas syariah mengalami fluktuasi dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2018. Bank Umum

Syariah Indonesia dan Malaysia mengalami penurunan nilai komposit ukuran dewan pengawas syariah pada tahun 2018. Namun tetap saja bank umum syariah

Malaysia memiliki peringkat komposit yang lebih rendah di bandingkan bank umum syariah Indonesia. Dalam hal ini kinerja ukuran dewan pengawas syariah bank umum syariah Malaysia lebih baik dibandingkan bank umum syariah

Indonesia, karena memiliki rata-rata peringkat komposit 1.

Perkembangan kinerja keuangan bank umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia berdasarkan indikator ukuran komite audit dari tahun

2016 sampai dengan 2018 dapat dilihat pada Gambar 4.6.

Universitas Sumatera Utara 92

3 2,46 2,5 2,23 2,07 1,92 2 1,6 1,53 1,5 UKA Indonesia UKA Malaysia 1

0,5

0 2016 2017 2018

Sumber : Data sekunder yang diolah (Lampiran 10) Gambar 4.6 Perkembangan Mean Ukuran Komite Audit Bank Umum Syariah Indonesia dan Bank Umum Syariah Malaysia

Gambar 4.6 menunjukkan bahwa ukuran komite audit mengalami fluktuasi dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2018. Bank Umum Syariah Indonesia dan

Malaysia mengalami penurunan nilai komposit ukuran komite audit dari tahun

2016 sampai dengan tahun 2018. Dalam hal ini ukuran komite audit bank umum syariah Malaysia lebih baik dibandingkan bank umum syariah Indonesia.

Meskipun begitu kedua bank sama-sama berada pada peringkat komposit “baik”.

Perkembangan kinerja keuangan bank umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia berdasarkan indikator ukuran komite risiko dari tahun

2016 sampai dengan 2018 dapat dilihat pada Gambar 4.7.

Universitas Sumatera Utara 93

2,5 2,31 2 2,08 2 1,73 1,69 1,53 1,5 UKR Indonesia 1 UKR Malaysia

0,5

0 2016 2017 2018

Sumber : Data sekunder yang diolah (Lampiran 11) Gambar 4.7 Perkembangan Mean Ukuran Komite Risiko Bank Umum Syariah Indonesia dan Bank Umum Syariah Malaysia

Gambar 4.7 menunjukkan bahwa ukuran komite risiko mengalami fluktuasi dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2018. Bank Umum Syariah

Indonesia dan Malaysia mengalami penurunan nilai komposit ukuran komite risiko dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2018. Dalam hal ini kinerja tata kelola perusahaan bank umum syariah Malaysia lebih baik dibandingkan bank umum syariah Indonesia. Meskipun begitu kedua bank sama-sama berada pada peringkat komposit “baik”.

4.2.3 Earnings (Rentabilitas)

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa mean atau nilai rata-rata variabel ROA pada perbankan syariah Indonesia dari tahun 2016 sampai dengan

2018 adalah sebesar 0,899 persen. Hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1 dari aset menghasilkan laba Rp 0,00899. Nilai standard deviation ROA perbankan syariah Indonesia adalah 3,891 persen yang berarti sebagian besar nilai ROA pada sampel berjarak plus atau minus 3,891 persen dari mean. Hal ini menunjukkan

Universitas Sumatera Utara 94

nilai ROA perbankan syariah Indonesia cukup berfluktuasi.

Perbankan syariah Indonesia yang memiliki ROA tertinggi adalah PT

Bank Tabungan Pensiun Nasional Syariah dengan nilai 11,42 persen pada tahun

2018. Hal ini disebabkan oleh peningkatan kinerja yang terus ditunjukkan oleh PT

Bank Tabungan Pensiun Nasional Syariah dari tahun ke tahun. Awal Mei 2018,

PT Bank Tabungan Pensiun Nasional Syariah resmi tercatat di Bursa Efek

Indonesia. Dana yang diperoleh dari IPO seluruhnya disalurkan untuk pembiayaan kepada perempuan prasejahtera produktif. Nilai ROA terendah adalah PT Bank

Panin Dubai Syariah dengan nilai -10,77 persen pada tahun 2017. Hal ini disebabkan oleh kinerja yang buruk. Pembiayaan bermasalah pada tahun 2017 mencapai angka 4,83 persen dan bank harus menanggung beban kerugian penurunan nilai jauh lebih tinggi dari tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp 1 triliun, sehingga di tahun 2017 bank mengalami kerugian sebesar Rp 974,8 miliar.

Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui mean atau nilai rata-rata variabel ROA pada perbankan syariah Malaysia dari tahun 2016 sampai dengan 2018 adalah sebesar 0,880 persen. Hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1 dari aset perusahaan mengalami keuntungan sebesar Rp 0,008. Nilai standard deviation

ROA adalah 0,395 persen yang berarti sebagian besar nilai ROA pada sampel berjarak plus atau minus 0,395 persen dari mean. Hal ini menunjukkan nilai ROA perbankan syariah Malaysia cukup berfluktuasi.

Perbankan syariah Malaysia yang memiliki nilai ROA tertinggi adalah

OCBC Al-Amin Bank Berhad dengan nilai 1,67 persen pada tahun 2017. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan bisnis, peningkatan produktivitas karyawan, dan

Universitas Sumatera Utara 95

kemampuan mengendalikan biaya operasional. Nilai ROA terendah adalah

Kuwait Finance House Malaysia Berhad dengan nilai -0,27 persen pada tahun

2016. Kuwait Finance House Malaysia Berhad mengalami rugi bersih sebesar RM

29,71 juta pada 2016. Kerugian ini menurun bila dibandingkan dengan kerugian yang dialami bank di tahun sebelumnya.

Perkembangan kinerja keuangan bank umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia berdasarkan rasio ROA dari tahun 2016 sampai dengan

2018 dapat dilihat pada Gambar 4.8.

1,80% 1,66% 1,60% 1,40% 1,20% 0,99% 0,90% 1,00% 0,74% ROA BUS Indonesia 0,80% ROA BUS Malaysia 0,60% 0,69% 0,34% 0,40% 0,20% 0,00% 2016 2017 2018

Sumber : Data sekunder yang diolah (Lampiran 12) Gambar 4.8 Perkembangan Mean ROA Bank Umum Syariah Indonesia dan Bank Umum Syariah Malaysia

Gambar 4.8 menunjukkan bahwa ROA mengalami fluktuasi dari tahun

2016 sampai dengan tahun 2018. Bank Umum Syariah Indonesia mengalami penurunan nilai ROA cukup signifikan dari tahun 2016 sampai dengan tahun

2017. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja bank sedang mengalami penurunan sehingga menurunkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aset.

Namun pada tahun 2018 nilai ROA naik secara signifikan. Berbeda dengan Bank

Universitas Sumatera Utara 96

Umum Syariah Malaysia yang mengalami kenaikan nilai ROA dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2018, walau kenaikannya memang tidak terlalu jauh. Rasio

ROA mempunyai penilaian semakin besar nilai dari rasio ROA, maka bank tersebut memiliki kinerja keuangan yang baik dilihat dari sisi rasio ROA. Dalam hal ini kinerja keuangan berdasarkan aspek earning, bank umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia hampir sama dimana rata-rata keduanya memiliki predikat cukup baik. Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa mean atau nilai rata-rata variabel NOM pada perbankan syariah Indonesia dari tahun 2016 sampai dengan 2018 adalah sebesar 1,861 persen. Nilai standard deviation NOM perbankan syariah Indonesia adalah 2,669 persen yang berarti sebagian besar nilai NOM pada sampel berjarak plus atau minus 2,669 persen dari mean. Hal ini menunjukkan nilai NOM perbankan syariah Indonesia cukup berfluktuasi.

Perbankan syariah Indonesia yang memiliki NOM tertinggi adalah PT

Bank Syariah Mandiri dengan nilai 7,35 persen pada tahun 2017. Hal ini disebabkan oleh peningkatan kinerja yang terus ditunjukkan oleh PT Bank

Syariah Mandiri dari tahun ke tahun, dan juga penurunan jumlah pembiayaan yang bermasalah pada bank. Nilai NOM terendah adalah PT Bank Victoria

Syariah dengan nilai -3,37 persen pada tahun 2016. Hal ini disebabkan oleh kinerja yang buruk. Pembiayaan bermasalah pada tahun 2016 mencapai angka

4,35 persen, ini menunjukkan kurang efektifnya bank dalam penempatan aktiva produktif dalam bentuk pembiayaan.

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa mean atau nilai rata-rata

Universitas Sumatera Utara 97

variabel NOM pada perbankan syariah Malaysia dari tahun 2016 sampai dengan

2018 adalah sebesar 1,908 persen. Nilai standard deviation NOM perbankan syariah Malaysia adalah 1,051 persen yang berarti sebagian besar nilai NOM pada sampel berjarak plus atau minus 1,051 persen dari mean. Hal ini menunjukkan nilai NOM perbankan perbankan syariah Indonesia cukup berfluktuasi.

Perbankan syariah Malaysia yang memiliki NOM tertinggi adalah Bank

Islam Malaysia Berhad dengan nilai 4,80 persen pada tahun 2018. Hal ini disebabkan oleh peningkatan kinerja yang terus ditunjukkan oleh Bank Islam

Malaysia Berhad dari tahun ke tahun, dan juga penurunan jumlah pembiayaan yang bermasalah pada bank. Yang artinya bank mampu menempatkan aktiva produktif secara efektif ke dalam bentuk pembiayaan. Nilai NOM terendah adalah

Al Rajhi Banking Malaysia Berhad dengan nilai 0,11 persen pada tahun 2016. Hal ini disebabkan oleh kurang efektifnya bank dalam memberikan pembiayaan.

Perkembangan kinerja keuangan bank umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia berdasarkan rasio NOM dari tahun 2016 sampai dengan

2018 dapat dilihat pada Gambar 4.9.

2,50% 2,33% 2,07% 2,00% 1,84% 1,80% 1,97% NOM BUS 1,28% 1,50% Indonesia

1,00% NOM BUS Malaysia 0,50%

0,00% 2016 2017 2018 Sumber : Data sekunder yang diolah (Lampiran 13) Gambar 4.9 Perkembangan Mean NOM Bank Umum Syariah Indonesia dan

Universitas Sumatera Utara 98

Bank Umum Syariah Malaysia

Gambar 4.9 menunjukkan bahwa NOM mengalami fluktuasi dari tahun

2016 sampai dengan tahun 2018. Bank Umum Syariah Indonesia mengalami kenaikan nilai NOM cukup signifikan dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2017.

Hal ini menunjukkan bahwa kinerja bank sedang mengalami kenaikan sehingga meningkatkan kemampuan perusahaan menghasil laba dari aktiva produktif dalam bemtuk pembiayaaan. Namun pada tahun 2018 nilai NOM turun kembali, walau tak serendah pada tahun 2016. Berbeda dengan Bank Umum Syariah Malaysia yang mengalami kenaikan nilai NOM dari tahun 2017 sampai dengan tahun 2018, walau kenaikannya memang tidak terlalu jauh. Rasio NOM mempunyai penilaian semakin besar nilai dari rasio NOM, maka bank tersebut memiliki kinerja keuangan yang baik dilihat dari sisi rasio NOM. Dalam hal ini kinerja keuangan berdasarkan aspek earning, bank umum syariah Indonesia lebih baik dibandingkan bank umum syariah Malaysia, dimana rata-rata bank umum syariah mendapatkan predikat baik.

4.2.4 Capital (Permodalan)

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa mean atau nilai rata-rata variabel CAR pada perbankan syariah Indonesia dari tahun 2016 sampai dengan

2018 adalah sebesar 20,255 persen. Hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1 dari

ATMR dijamin oleh modal sebesar 0,20255. Nilai standard deviation CAR perbankan syariah Indonesia adalah 6,185 persen yang berarti sebagian besar nilai

CAR pada sampel berjarak plus atau minus 6,185 persen dari mean. Hal ini menunjukkan nilai CAR perbankan syariah Indonesia cukup berfluktuasi.

Universitas Sumatera Utara 99

Perbankan syariah Indonesia yang memiliki CAR tertinggi adalah PT

Bank Tabungan Pensiun Nasional Syariah dengan nilai 40,91 persen pada tahun

2018. Hal ini disebabkan oleh kinerja perusahaan BTPN Syariah yang baik. BTPN

Syariah resmi mencatatkan dan memperdagangkan sahamnya di Bursa Efek

Indonesia pada tanggal 8 Mei 2018. Harga Penutupan Saham 2018 adalah Rp1.795.

Selain berhasil mengantarkan BTPN Syariah menjadi perusahaan publik, kinerja

Direksi dan Manajemen juga telah meningkatkan total aset BTPN Syariah mencapai

Rp12,0 triliun dan melayani 3,4 juta nasabah, naik 14,4 persen dari jumlah nasabah di tahun 2017, yaitu sejumlah 3 juta nasabah. Nilai CAR terendah adalah PT Bank

Panin Dubai Syariah dengan nilai 11,51 persen pada tahun 2017. Hal ini disebabkan oleh penurunan pendapatan dari tahun sebelumnya juga meningkatnya pembiayaan bermasalah yang mencapai 4,83 persen. Rugi bersih PT Bank Panin Dubai Syariah tahun 2017 sebesar Rp 968,85 miliar. Penurunan pendapatan yang terjadi pada tahun- tahun sebelumnya mengakibatkan modal PT Bank Panin Dubai Syariah tergerus sehingga menyebabkan nilai CAR bank ikut turun.

Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui mean atau nilai rata-rata variabel CAR pada perbankan syariah Malaysia dari tahun 2016 sampai dengan 2018 adalah sebesar 18,312 persen. Hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1 dari ATMR dijamin oleh modal sebesar 0,18312. Nilai standard deviation CAR adalah

4,362 persen yang berarti sebagian besar nilai CAR pada sampel berjarak plus atau minus 4,362 persen dari mean. Hal ini menunjukkan nilai CAR pada perbankan syariah Malaysia cukup berfluktuatif.

Perbankan syariah Malaysia yang memiliki nilai CAR tertinggi pada

Universitas Sumatera Utara 100

perbankan syariah adalah MBSB Bank Berhad dengan nilai 30,94 persen pada tahun 2017. Dibandingkan bank lainnya di industri perbankan syariah di

Malaysia, dari sisi permodalan, maka MBSB Bank Berhad menduduki posisi teratas. Hal ini disebabkan oleh peningkatan kinerja MBSB Bank Berhad. Nilai

CAR terendah juga dimiliki oleh MBSB Bank Berhad dengan nilai 13,50 persen pada tahun 2018. Hal ini disebabkan oleh MBSB menandatangani Perjanjian

Saham dan Pembelian dengan pemegang saham Asian Finance Bank Berhad

(AFB) untuk usulan akuisisi oleh MBSB dari seluruh kepemilikan saham di AFB untuk pertimbangan pembelian agregat. Akuisisi ini disetujui oleh pemegang saham MBSB pada tanggal 23 Januari 2018. Para pemegang saham juga menyetujui pengalihan Aset dan Kewajiban yang Sesuai Syariah dari MBSB ke

AFB melalui Skema Pengaturan Anggota.

Perkembangan kinerja keuangan bank umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia berdasarkan rasio CAR dari tahun 2016 sampai dengan

2018 dapat dilihat pada Gambar 4.10.

25,00% 21,77% 19,33% 19,65% 20,00% 18,95% 18,52% 17,45% CAR BUS 15,00% Indoneisia CAR BUS Malaysia 10,00%

5,00%

0,00% 2016 2017 2018

Sumber : Data sekunder yang diolah (Lampiran 14) Gambar 4.10

Universitas Sumatera Utara 101

Perkembangan Mean CAR Bank Umum Syariah Indonesia dan Bank Umum Syariah Malaysia

Gambar 4.10 menunjukkan bahwa CAR mengalami fluktuasi dari tahun

2016 sampai dengan tahun 2018. Bank Umum Syariah Indonesia terus mengalami kenaikan nilai CAR dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2018. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja bank sedang membaik sehingga meningkatkan modal. Sedangkan pada Bank Umum Syariah Malaysia sempat mengalami kenaikan rasio CAR dari tahun 2016 ke 2017, namun mengalami penurunan sedikit di tahun 2018. Rasio CAR mempunyai penilaian semakin besar nilai dari rasio CAR, maka bank tersebut memiliki kinerja keuangan yang baik dilihat dari sisi Rasio CAR. Dalam hal ini kinerja keuangan berdasarkan aspek permodalan, bank umum syariah Indonesia lebih baik dibandingkan bank umum syariah

Malaysia. Namun nilai rata-rata CAR kedua bank tersebut telah sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia dan berdasarkan Tabel 2.6 kedua bank terkategori sangat baik dalam aspek permodalan karena rata-rata nilai CAR diatas 12 persen.

4.3 Uji Normalitas

Dalam pengujian normalitas ini menggunakan uji statistik Kolmogorov-

Smirnov. Dengan pengujian Kolmogorov-Smirnov ini akan dapat diketahui apakah nilai sampel yang digunakan untuk melakukan pengujian hipotesis mempunyai distribusi normal atau tidak.

Kriteria pengujian yang digunkan dalam pengujian ini adalah pengujian dua arah (two-tailed test) dengan cara membandingkan p_value yang diperoleh dengan tingkat signifikansi sebesar 5% atau α = 0.05. Dengan ketentuan tingkat

Universitas Sumatera Utara 102

signifikansi tersebut data akan dinyatakan terdistribusi normal jika mempunyai nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar > 0.05. Namun, apabila dari hasil perhitungan data tersebut mempunyai nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar < 0.05 maka data dinyatakan tidak terdistribusi normal. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel

4.3 berikut.

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas

NPF FDR UDK UKRN UDPS UKA UKR ROA NOM CAR

N 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 934 Mean 241.5 1.44 1.86 1.68 1.95 1.88 88.9 188.6 192 Normal 3 Paramet Std. a,b 264. 196.1 534. ers Deviat 307.9 337 .608 .747 .697 .727 .718 86 8 4 ion Absol .218 .251 .385 .232 .287 0.24 .244 .3 .174 .163 Most ute Extreme Positiv .203 .251 .385 .232 .287 .236 .232 .296 .174 .163 Differen e ces Negati - - -.218 -.234 -.219 -.225 -.24 -.24 -.3 -.103 ve .221 .107 Kolmogorov- 2.001 2.29 3.525 2.12 2.63 2.20 2.24 2.74 1.59 1.48 Smirnov Z Asymp. Sig. (2- 0.001 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .013 .024 tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber: Data diolah (Lampiran 15)

Dapat dilihat pada Tabel 4.3 hasil pengujian normalitas pada pengujian terhadap 84 data menunjukkan bahwa seluruh variabel yaitu NPF, FDR, GCG,

ROA, NOM dan CAR tidak terdistribusi normal. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi pengujian Kolmogorov-Smirnov untuk variabel bank umum syariah

Indonesia dan bank umum syariah Malaysia lebih kecil dari 0,05. Maka untuk pengujian hipotesis data gabungan seluruh variabel penelitian akan menggunakan uji hipotesis Mann-Whithney U.

Universitas Sumatera Utara 103

4.4 Uji Hipotesis

4.4.1 Uji Beda Variabel NPF

Berikut merupakan hasil uji beda variabel NPF dengan menggunakan

Mann-Whitney U Test.

Berdasarkan Tabel 4.4 hasil uji beda Mann-Whitney Test tersebut, diketahui bahwa nilai signifikansi dari variabel NPF adalah sebesar 0,045 lebih kecil dari 0,05 sehingga menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima yaitu terdapat perbedaan signifikan antara kinerja keuangan bank umum syariah

Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari rasio NPF.

Tabel 4.4 Uji Beda Mann-Whitney Variabel NPF Test Statisticsa NPF Mann-Whitney U 653.500 Wilcoxon W 1688.500 Z -2.009 Asymp. Sig. (2-tailed) .045 a. Grouping Variable: Negara Sumber: Lampiran 16

4.4.2 Uji Beda Variabel FDR

Berikut merupakan hasil dari uji beda variabel FDR dengan menggunakan

Mann-Whitney U Test.

Tabel 4.5 Uji Beda Mann-Whitney Variabel FDR Test Statisticsa FDR Mann-Whitney U 538.500 Wilcoxon W 1318.500 Z -3.040

Universitas Sumatera Utara 104

Asymp. Sig. (2-tailed) .002 a. Grouping Variable: Negara Sumber: Lampiran 17

Berdasarkan Tabel 4.5 hasil uji beda Mann-Whitney Test pada perbankan syariah Indonesia dan Malaysia, diketahui bahwa nilai signifikansi dari variabel

FDR adalah sebesar 0,002 yang lebih kecil dari 0,01 sehingga menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H2 diterima yaitu terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan anatara bank umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari rasio FDR.

4.4.3 Uji Beda Variabel Ukuran Dewan Komesaris

Berikut merupakan hasil dari uji beda variabel ukuran dewan komesaris dengan menggunakan Mann-Whitney U Test.

Tabel 4.6 Uji Beda Mann-Whitney Variabel Ukuran Dewan Komesaris Test Statisticsa UDK Mann-Whitney U 710.500 Wilcoxon W 1745.500 Z -1.754 Asymp. Sig. (2-tailed) .079 a. Grouping Variable: Negara Sumber: Lampiran 18

Berdasarkan Tabel 4.6 hasil uji beda Mann-Whitney Test pada perbankan syariah Indonesia dan Malaysia, diketahui bahwa nilai signifikansi dari variabel ukuran dewan komesaris adalah sebesar 0,079 yang lebih kecil pada tingkat signifikansi 0,1 sehingga menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H3 diterima yaitu terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan anatara bank umum

Universitas Sumatera Utara 105

syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari ukuran dewan komesaris.

4.4.4 Uji Beda Variabel Ukuran Komite Remunerasi dan Nominasi

Berikut merupakan hasil dari uji beda variabel Ukuran Komite Remunerasi dan Nominasi dengan menggunakan Mann-Whitney U Test.

Tabel 4.7 Uji Beda Mann-Whitney Variabel Ukuran Komite Remunerasi dan Nominasi Test Statisticsa UKRN Mann-Whitney U 649.500 Wilcoxon W 1684.500 Z -2.197 Asymp. Sig. (2-tailed) .028 a. Grouping Variable: Negara

Sumber: Lampiran 19

Berdasarkan Tabel 4.7 hasil uji beda Mann-Whitney Test pada perbankan syariah Indonesia dan Malaysia, diketahui bahwa nilai signifikansi dari variabel

Ukuran Komite Remunerasi dan Nominasi adalah sebesar 0,028 yang lebih kecil dari 0,05 sehingga menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H4 diterima yaitu terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan anatara bank umum syariah

Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari Ukuran Komite

Remunerasi dan Nominasi.

4.4.5 Uji Beda Variabel Ukuran Dewan Pengawas Syariah

Berikut merupakan hasil dari uji beda variabel ukuran dewan pengawas syariah dengan menggunakan Mann-Whitney U Test.

Tabel 4.8

Universitas Sumatera Utara 106

Uji Beda Mann-Whitney Variabel Ukuran Dewan Pengawas Syariah Test Statisticsa

UDPS Mann-Whitney U 609.000 Wilcoxon W 1644.000 Z -2.639 Asymp. Sig. (2-tailed) .008 a. Grouping Variable: Negara Sumber: Lampiran 20

Berdasarkan Tabel 4.8 hasil uji beda Mann-Whitney Test pada perbankan syariah Indonesia dan Malaysia, diketahui bahwa nilai signifikansi dari variabel ukuran dewan pengawas syariah adalah sebesar 0,008 yang lebih kecil dari 0,01 sehingga menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H5 diterima yaitu terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan anatara bank umum syariah

Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari ukuran dewan pengawas syariah.

4.4.6 Uji Beda Variabel Ukuran Komite Audit

Berikut merupakan hasil dari uji beda variabel ukuran komite audit dengan menggunakan Mann-Whitney U Test.

Tabel 4.9 Uji Beda Mann-Whitney Variabel Ukuran Komite Audit Test Statisticsa UKA Mann-Whitney U 575.500 Wilcoxon W 1610.500 Z -2.929 Asymp. Sig. (2-tailed) .003 a. Grouping Variable: Negara Sumber: Lampiran 21

Universitas Sumatera Utara 107

Berdasarkan Tabel 4.9 hasil uji beda Mann-Whitney Test pada perbankan syariah Indonesia dan Malaysia, diketahui bahwa nilai signifikansi dari variabel ukuran komite audit adalah sebesar 0,003 yang lebih kecil dari 0,01 sehingga menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H6 diterima yaitu terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan dilihat dari ukuran komite audit.

4.4.7 Uji Beda Variabel Ukuran Komite Risiko

Berikut merupakan hasil dari uji beda variabel ukuran komite risiko dengan menggunakan Mann-Whitney U Test.

Tabel 4.10 Uji Beda Mann-Whitney Variabel Ukuran Komite Risiko Test Statisticsa UKR Mann-Whitney U 699.000 Wilcoxon W 1734.000 Z -1.736 Asymp. Sig. (2-tailed) .083 a. Grouping Variable: Negara Sumber: Lampiran 22

Berdasarkan Tabel 4.10 hasil uji beda Mann-Whitney Test pada perbankan syariah Indonesia dan Malaysia, diketahui bahwa nilai signifikansi dari variabel ukuran komite risiko adalah sebesar 0,083 yang lebih kecil dari 0,1 sehingga menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H7 diterima yaitu terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan anatara bank umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari ukuran komite risiko.

4.4.8 Uji Beda Variabel ROA

Berikut merupakan hasil dari uji beda variabel ROA dengan menggunakan

Universitas Sumatera Utara 108

Mann-Whitney U Test.

Tabel 4.11 Uji Beda Mann-Whitney Variabel ROA Test Statisticsa ROA Mann-Whitney U 849.000 Wilcoxon W 1629.000 Z -.256 Asymp. Sig. (2-tailed) .798 a. Grouping Variable: Negara Sumber: Lampiran 23

Berdasarkan Tabel 4.11 hasil uji beda Mann-Whitney Test tersebut, diketahui bahwa nilai signifikansi dari variabel ROA adalah sebesar 0,798 yang lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H4 ditolak yaitu tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan antara bank umum syariah

Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari rasio ROA.

4.4.9 Uji Beda Variabel NOM

Berikut merupakan hasil dari uji beda variabel NOM dengan menggunakan Mann-Whitney U Test.

Tabel 4.12 Uji Beda Mann-Whitney Variabel NOM Test Statisticsa NOM Mann-Whitney U 707.500 Wilcoxon W 1487.500 Z -1.525 Asymp. Sig. (2-tailed) .127 a. Grouping Variable: Negara Sumber: Lampiran 24

Berdasarkan Tabel 4.12 hasil uji beda Mann-Whitney Test tersebut,

Universitas Sumatera Utara 109

diketahui bahwa nilai signifikansi dari variabel NOM adalah sebesar 0,127 yang lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H5 ditolak yaitu tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan antara bank umum syariah

Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari rasio NOM.

4.4.10 Uji Beda Variabel CAR

Berikut merupakan hasil dari uji beda variabel CAR dengan menggunakan

Mann-Whitney U Test.

Tabel 4.13 Uji Beda Mann-Whitney Variabel CAR Test Statisticsa CAR Mann-Whitney U 682.000 Wilcoxon W 1717.000 Z -1.753 Asymp. Sig. (2-tailed) .080 a. Grouping Variable: Negara Sumber: Lampiran 25

Berdasarkan Tabel 4.13 hasil uji beda Mann-Whitney Test tersebut, diketahui bahwa nilai signifikansi dari variabel CAR adalah sebesar 0,080 yang lebih kecil dari 0,1 sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H6 diterima yaitu terdapat perbedaan kinerja keuangan antara bank umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia dilihat dari rasio CAR.

4.5 Pembahasan

4.5.1 Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Indonesia dan Malaysia Dilihat dari Faktor Risk Profile (Profil Risiko)

Secara keseluruhan data rasio NPF dan FDR menunjukkan hasil bahwa

Universitas Sumatera Utara 110

terdapat perbedaan yang signifikan antara bank umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia. Dari hasil pengujian rasio NPF antara perbankan syariah

Indonesia dan Malaysia menunjukkan signifikan 0.045 < 0.05, berdasarkan nilai signifikansi tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara NPF perbankan syariah Indonesia dan Malaysia. Berdasarkan hasil pengujian pada hipotesis 1 (H1), menunjukkan bahwa H1 diterima.

Nilai rata-rata NPF perbankan syariah Indonesia sebesar 3.230, sedangkan nilai rata-rata NPF perbankan syariah Malaysia sebesar 1.708. Hasil analisis statistik desktiptif penelitian ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan kinerja keuangan bank umum syariah Malaysia dilihat dari rasio NPF lebih baik dibandingkan bank umum syariah Indonesia. Hal ini karena ukuran perbankan syariah Malaysia memiliki ukuran yang lebih besar dibanding perbankan syariah

Indonesia sehiangga memungkinkan mereka untuk memiliki fasilitas layanan teknologi bagi nasabah pembiayaan dalam memenuhi kewajibannya sehingga dapat menurunkan tingkat NPF. Meskipun begitu, nilai NPF kedua bank tersebut masih terkategori wajar karena berada dibawah 5 persen.

Hasil penelitian ini memperkuat hasil penelitian Puspita dan Saryadi

(2018) menunjukkan bahwa jika dilihat dari rasio kredit maka kinerja keuangan bank umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia terdapat perbedaan yang signifikan. Dalam hal ini bank umum syariah Malaysia lebih baik kinerjanya dilihat dari tingkat risiko kredit yang diwakili oleh rasio NPF (Non

Performing Financing).

Dari hasil pengujian rasio FDR antara perbankan syariah Indonesia dan

Universitas Sumatera Utara 111

Malaysia menunjukkan signifikan 0.002 < 0.01, berdasarkan nilai signifikansi tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara FDR perbankan syariah Indonesia dan Malaysia. Berdasarkan hasil pengujian pada hipotesis 2 (H2), menunjukkan bahwa H2 diterima.

Nilai rata-rata FDR perbankan syariah Indonesia sebesar 80.068, sedangkan nilai rata-rata FDR perbankan syariah Malaysia sebesar 105.009. Hasil analisis statistik desktiptif penelitian ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan kinerja keuangan bank umum syariah Indonesia dilihat dari rasio FDR lebih baik dibandingkan bank umum syariah Malaysia. Bank umum syariah Indonesia lebih likuid dibandingkan bank umum syariah Malaysia, hal ini disebabkan oleh kapasitas dana bank umum syariah Indonesia yang siap untuk dipinjamkan cukup besar. Selain itu dengan FDR yang lebih optimal bank umum syariah Indonesia mampu untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat ditagih dibandingkan dengan bank umum syariah Malaysia.

Hasil penelitian ini memperkuat hasil penelitian Wibowo (2015) pada perbankan syariah di ASEAN yang menunjukkan bahwa jika dilihat dari rasio likuiditas maka kinerja keuangan bank umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia terdapat perbedaan yang signifikan. Dalam hal ini bank umum syariah Indonesia lebih baik kinerjanya dilihat dari tingkat likuiditasnya yang diwakili oleh rasio FDR (Financing to Deposit Ratio).

4.5.2 Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Indonesia dan Malaysia Dilihat dari Faktor Good Corporate Governance

Pada indikator ukuran dewan komesaris dan ukuran komite risiko

Universitas Sumatera Utara 112

menunjukkan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara bank umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia. Dari hasil pengujian nilai komposit untuk ukuran dewan komesaris antara perbankan syariah Indonesia dan Malaysia menunjukkan signifikan 0.079 < 0.1, berdasarkan nilai signifikansi tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara ukuran dewan komesaris perbankan syariah Indonesia dan Malaysia. Berdasarkan hasil pengujian pada hipotesis 3 (H3), menunjukkan bahwa H3 diterima.

Nilai rata-rata indikator ukuran dewan komesaris perbankan syariah Indonesia sebesar 1.59, sedangkan nilai indikator ukuran dewan komesaris perbankan syariah

Malaysia sebesar 1.31. Hasil analisis statistik desktiptif penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat tipis. Berdasarkan hasil tersebut dapat dijelaskan bahwa antara perbankan syariah Indonesia dan Malaysia sama-sama memiliki kecukupan jumlah, komposisi, integritas dan kopetensi anggota dewan komesaris yang sangat sesuai dengan kriteria.

Selanjutnya pada indikator ukuran komite remunerasi dan nominasi, ukuran dewan pengawas syariah serta ukuran komite audit menunjukkan hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara bank umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia. Dari hasil pengujian nilai komposit untuk ukuran komite remunerasi dan nominasi antara perbankan syariah Indonesia dan

Malaysia menunjukkan signifikan 0.028 < 0.05, berdasarkan nilai signifikansi tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara ukuran komite remunerasi dan nominasi perbankan syariah Indonesia dan

Malaysia. Berdasarkan hasil pengujian pada hipotesis 4 (H4), menunjukkan

Universitas Sumatera Utara 113

bahwa H4 diterima.

Nilai rata-rata indikator ukuran komite remunerasi dan nominasi perbankan syariah Indonesia sebesar 2.05, sedangkan nilai indikator ukuran komite remunerasi dan nominasi perbankan syariah Malaysia sebesar 1.69. Hasil analisis statistik desktiptif penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan.

Berdasarkan hasil tersebut dapat dijelaskan bahwa antara perbankan syariah

Indonesia dan Malaysia sama-sama memiliki anggota komite remunerasi dan nominasi yang sesuai dengan kriteria. Meskipun terdapat perbedaan yang signifikan, namun kedua perbankan sama-sama mendapatkan predikat “baik” pada indikator tersebut.

Dari hasil pengujian nilai komposit untuk ukuran dewan pengawas syariah antara perbankan syariah Indonesia dan Malaysia menunjukkan signifikan 0.008 <

0.01, berdasarkan nilai signifikansi tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara ukuran dewan pengawas syariah perbankan syariah Indonesia dan Malaysia. Berdasarkan hasil pengujian pada hipotesis 5

(H5), menunjukkan bahwa H5 diterima.

Nilai rata-rata indikator ukuran dewan pengawas syariah perbankan syariah Indonesia sebesar 1.92, sedangkan nilai rata-rata indikator ukuran dewan pengawas syariah perbankan syariah Malaysia sebesar 1.47. Hasil analisis statistik desktiptif penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan.

Hal ini disebabkan karena perbankan syariah Malaysia memiliki ukuran dewan pengawas syariah yang sangat sesuai dengan kriteria indikator, sehingga mampu meraih predikat “sangat baik” pada indikator tersebut. Sedangkan perbankan

Universitas Sumatera Utara 114

syariah Indonesia memiliki ukuran dewan pengawas syariah yang sesuai dengan kriteria indikator dan hanya meraih predikat “baik”.

Dari hasil pengujian nilai komposit untuk ukuran komite audit antara perbankan syariah Indonesia dan Malaysia menunjukkan signifikan 0.003 < 0.01, berdasarkan nilai signifikansi tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara ukuran komite audit perbankan syariah

Indonesia dan Malaysia. Berdasarkan hasil pengujian pada hipotesis 6 (H6), menunjukkan bahwa H6 diterima.

Nilai rata-rata indikator ukuran komite audit perbankan syariah Indonesia sebesar 2.21, sedangkan nilai rata-rata indikator ukuran komite audit perbankan syariah Malaysia sebesar 1.73. Hasil analisis statistik desktiptif penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan. Dimana perbankan malasia terlihat lebih baik dalam ukuran indikator tersebut. Meskipun begitu, peringkat kompisit tersebut menunjukkan bahwa perbankan syariah Indonesia dan

Malaysia sama-sama memiliki ukuran komite audit yang sudah sesuai dengan kriteria. Dimana kedua perbankan sama-sama mendapatkan predikat “baik” pada indikator tersebut.

Dari hasil pengujian nilai komposit untuk ukuran komite risiko antara perbankan syariah Indonesia dan Malaysia menunjukkan signifikan 0.083 < 0.1, berdasarkan nilai signifikansi tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara ukuran komite risiko perbankan syariah

Indonesia dan Malaysia. Berdasarkan hasil pengujian pada hipotesis 7 (H7), menunjukkan bahwa H7 diterima.

Universitas Sumatera Utara 115

Nilai rata-rata indikator ukuran komite risiko perbankan syariah Indonesia sebesar 2.03, sedangkan nilai rata-rata indikator ukuran komite risiko perbankan syariah Malaysia sebesar 1.76. Hasil analisis statistik desktiptif penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Hal ini disebabkan karena perbankan syariah Indonesia dan Malaysia sama-sama memiliki ukuran komite risiko yang sudah sangat sesuai dengan kriteria. Kedua perbankan sama- sama mendapatkan predikat “baik” pada indikator tersebut.

Secara keseluruhan hasil dari pengujian aspek Good Corporate

Governance (GCG) terhadap perbedaan kinerja dilihat dari indikator ukuran dewan komesaris dan ukuran komite risiko antara perbankan syariah Indonesia dan Malaysia menunjukan tidak adanya perbedaan yang signifikan. Sedangkan untuk indikator ukuran komite remunerasi dan nominasi, ukuran dewan pengawas syariah dan ukuran komite audit terdapat perbedaan yang signifikan

Hasil analisis statistik desktiptif penelitian ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan kinerja keuangan bank umum syariah Malaysia dilihat dari penilaian ukuran dewan komesaris dan ukuran dewan pengawas syariah lebih baik dibandingkan bank umum syariah Indonesia. Sementara pada indikator ukuran komite reminerasi dan nominasi, ukuran komite audit, dan ukuran komite risiko kedua bank sama-sam memiliki predikat baik. Bank umum syariah Malaysia dalam melaksanakan penilaian sendiri (self assessment) terhadap penerapan prinsip-prinsip dasar GCG dilakukan lebih professional dibandingkan bank umum syariah Indonesia. Hal ini disebabkan perbedaan dan persamaan yang terdapat dalam peraturan tentang GCG yang diterapkan di bank syariah di kedua negara.

Universitas Sumatera Utara 116

Penerapan GCG di bank umum syariah Indonesia dan bank umum syariah

Malaysia sudah dilaksanakan dengan baik.

4.5.3 Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Indonesia dan Malaysia Dilihat dari Faktor Earnings (Rentabilitas)

Secara keseluruhan data rasio ROA dan NOM menunjukkan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara bank umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia. Dari hasil pengujian rasio ROA antara perbankan syariah Indonesia dan Malaysia menunjukkan signifikan 0.798 > 0.05, berdasarkan nilai signifikansi tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara ROA perbankan syariah Indonesia dan

Malaysia. Berdasarkan hasil pengujian pada hipotesis 4 (H4), menunjukkan bahwa H4 ditolak.

Nilai rata-rata ROA perbankan syariah Indonesia sebesar 0.899, sedangkan nilai rata-rata ROA perbankan syariah Malaysia sebesar 0.880. Hasil analisis statistik desktiptif penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat tipis. Berdasarkan hasil tersebut dapat dijelaskan bahwa antara perbankan syariah Indonesia dan Malaysia sama-sama memiliki tingkat kemampuan yang seimbang dalam mengelola aktiva untuk menghasilkan laba. Hal ini disebabkan bahwa meskipun perolehan laba bank umum syariah Indonesia lebih baik dibandingkan bank umum syariah Malaysia namun dalam hal tingkat aset yang dimiliki kedua bank cukup bersaing.

Hasil penelitian ini memperkuat hasil penelitian Puspita dan Saryadi

(2018) menunjukkan bahwa jika dilihat dari tingkat rentabilitas yang dilihat dari

Universitas Sumatera Utara 117

rasio ROA maka kinerja keuangan bank umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia tidak terdapat perbedaan yang signifikan.

Dari hasil pengujian rasio NOM antara perbankan syariah Indonesia dan

Malaysia menunjukkan signifikan 0.127 > 0.05, berdasarkan nilai signifikansi tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara

NOM perbankan syariah Indonesia dan Malaysia. Berdasarkan hasil pengujian pada hipotesis 5 (H5), menunjukkan bahwa H5 ditolak.

Nilai rata-rata NOM perbankan syariah Indonesia sebesar 1.861, sedangkan nilai rata-rata NOM perbankan syariah Malaysia sebesar 1.908. Hasil analisis statistik desktiptif penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Hal ini disebabkan dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bagi hasil bersih kedua bank cukup bersaing. Peningkatan penyaluran pembiayaan kepada nasabah membuat pendapatan bank menjadi meningkat. Besarnya NOM menunjukkan bahwa pendapatan operasi dikurangi dana bagi hasil dikurangi biaya operasional lebih besar dari rata-rata aktiva produktif, sehingga dengan meningkatnya pendapatan bagi hasil atas rata-rata aktiva produktif yang dikelola bank, maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil.

4.5.4 Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Indonesia dan Malaysia Dilihat dari Faktor Capital (Permodalan)

Hasil pengujian hipotesis terhadap perbedaan kinerja dilihat dari rasio

CAR antara perbankan syariah Indonesia dan Malaysia memperlihatkan nilai

0.080 < 0.1, yang berarti terdapat perbedaan antara kinerja keuangan dilihat dari

Universitas Sumatera Utara 118

rasio CAR dari kedua perbankan syariah di negara tersebut. Berdasarkan hasil pengujian pada Hipotesis 6 (H6) menunjukkan bahwa H6 diterima.

Nilai rata-rata CAR perbankan syariah Indonesia sebesar 20.255, sedangkan nilai rata-rata CAR perbankan syariah Malaysia sebesar 18.372. Hal ini membuktikan bahwa perbankan syariah Indonesia dan Malaysia memiliki kemampuan yang tidak berbeda dalam mengelola aktiva beresiko berdasarkan modal yang tersedia. Perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia sama-sama berada pada tingkat rasio CAR yang sangat baik. Maka dapat dikatakan bahwa perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia memiliki kemampuan untuk mengembangkan dan memajukan bisnisnya kedepan. Meskipun begitu, kinerja perbankan syariah Indonesia lebih baik karena memiliki rasio CAR yang lebih tinggi dari perbankan syariah Malaysia. Hal ini karena perbankan syariah

Indonesia memiliki risiko yang lebih tinggi dibanding perbankan syariah Malaysia sehingga perlu tingkat permodalan yang lebih tinggi untuk menyanggah risiko yang ada.

Hasil ini juga didukung penelitian oleh penelitian Iriyanto (2015) pada perbankan syariah Indonesia dan Malaysia yang mengemukakan bahwa jika dilihat dari tingkat permodalan yang dilihat dari rasio CAR maka kinerja keuangan bank umum syariah Indonesia dan bank umum syariah Malaysia tidak terdapat perbedaan yang signifikan.

Tingkat keuntungan yang diperoleh bank tidak terpengaruh secara nyata oleh besarnya rasio CAR, jika perusahaan perbankan hanya menggunakan sebagian besar modalnya untuk menutupi kegagalan operasional seperti

Universitas Sumatera Utara 119

pembiayaan macet. Terbukti antara perbankan syariah Indonesia dan Malaysia, rata-rata rasio CAR bank syariah Indonesia lebih beras dibandingkan rasio CAR bank syariah Malaysia. Padahal pada rasio ROA tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Hal ini terjadi karena bank syariah Indonesia menggunakan sebagian besar modalnya untuk menutupi kegagalan operasional atau kredit macet yang dicerminkan oleh besarnya rasio NPF.

Universitas Sumatera Utara

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai perbandingan kinerja keuangan perbankan syariah Indonesia dan Malaysia, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank umum

syariah di Indonesia dan bank umum syariah di Malaysia dilihat dari rasio

NPF periode 2016-2018

2. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank umum

syariah di Indonesia dan bank umum syariah di Malaysia dilihat dari rasio

FDR periode 2016-2018

3. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank umum

syariah di Indonesia dan bank umum syariah di Malaysia dilihat dari Ukuran

Dewan Komite periode 2016-2018

4. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank umum

syariah di Indonesia dan bank umum syariah di Malaysia dilihat dari Ukuran

Komite Remunerasi dan Nominasi periode 2016-2018

5. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank umum

syariah di Indonesia dan bank umum syariah di Malaysia dilihat dari Ukuran

Dewan Pengawas Syariah periode 2016-2018

6. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank umum

syariah di Indonesia dan bank umum syariah di Malaysia dilihat dari Ukuran

120

Universitas Sumatera Utara 121

Komite Audit periode 2016-2018

7. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank umum

syariah di Indonesia dan bank umum syariah di Malaysia dilihat dari Ukuran

Komite Risiko periode 2016-2018

8. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank

umum syariah di Indonesia dan bank umum syariah di Malaysia dilihat dari

rasio ROA periode 2016-2018

9. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank

umum syariah di Indonesia dan bank umum syariah di Malaysia dilihat dari

rasio NOM periode 2016-2018

10. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank umum

syariah di Indonesia dan bank umum syariah di Malaysia dilihat dari rasio

CAR periode 2016-2018

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh yang ada dalam penelitian ini, maka berikut adalah saran dari peneliti:

1. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa laporan tahunan atau

laporan keuangan yang telah dipublikasikan, sehingga penelitian ini sangat

tergantung pada data yang dipublikasikan.

2. Penggunaan jumlah rasio keuangan yang digambarkan dalam penelitian ini

masih sedikit, sehingga analisis terhadap hasil penelitian masih kurang detail.

3. Penelitian ini belum mempertimbangkan faktor-faktor kinerja bank syariah

yang lain, terutama faktor internal dan faktor eksternal yang tidak dapat

Universitas Sumatera Utara 122

dikendalikan dalam penelitian ini.

4. Perlunya dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan sampel

penelitian yang lebih luas yaitu bank syariah yang terdapat di negara-negara

ASEAN, Asia dan bahkan tingkat dunia serta perlunya menambahkan rasio-

rasio keuangan lainnya dan memperpanjang periode penelitian agar hasil

penelitian lebih tergeneralisasi.

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA

Agus, I. G., & Basri. (2002). Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE. Alamsyah, H. (2012). Perkembangan dan Prospek Perbankan Syariah di Indonesia: Tantangan Dalam Menyongsong MEA 2015. Jakarta: Ceramah Ilmiah Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI). Ali, M. (2004). Asset Liability Management: Manyiasati Risiko Pasar dan Risiko Operasional. Jakarta: PT. Gramedia Jakarta. Alwi. (1993). Alat-alat analisis dalam pembelanjaan. Yogyakarta: Andi offset. Amir, M., & Rukmana. (2010). Bank Syariah Teori, Kebijakan dan Studi Empiris di Indonesia. Jakarta: Erlangga. Arifin, I. (2007). Membuka Cakrawala Ekonomi. Jakarta: Setia Purna Inves. Badan Pusat Statistik. (2019). Statistik Indonesia Tahun 2019. Jakarta Pusat: Badan Pusat Statistik. Bank Indonesia. (2009, Agustus 19). Stabilitas Sistem Keuangan: Bank Indonesia. Retrieved from Bank Indonesia: http://www.bi.go.id Bank Muamalat. (2016, Desember 20). Tentang Muamalat: Profil Bank Muamalat. Retrieved from Bank Muamalat: http://www.bankmuamalat. co.id/profil-bank-muamalat Bappenas. (2009). Ringkasan Eksekutif Buku Pegangan 2009 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah. Jakarta: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Bastian, I. (2006). Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga. Cham, T. (2017). Determinants of Islamic Banking Growth: an Empirical Analysis. International Journal of Islamic and Middle Eastern Finance and Management. cnnindonesia.com. (2019, Oktober 18). cnnindonesia.com. Retrieved from cnnindonesia.com: https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20191018122546-78- 440645/penyebaran-stagnan-ri-peringkat-1-keuangan-syariah-global Erlina. (2011). Metodologi Penelitian. Medan: Pusat Sistem Informasi Universitas Sumatera Utara. Fahmi, I. (2010). Analisis Kinerja Keuangan. Bandung: Alfabet. Fahmi, I. (2011). Analisis Laporan Keuangan. Bandung: Alfabeta. Fahmi, I. (2015). Manajemen Perbankan: Konvensional dan Syariah. Jakarta: Mitra Wacana Media. Fasa, M. I. (2013). Tantangan dan Strategi Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia. Jurnal Ekonomi Islam, 2(1), 19-40.

123

Universitas Sumatera Utara 124

Ferdinand, A. (2014). Metode Penelitian Manajemen. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Fitrawati, S. M., & A, Z. Z. (2016). Penerapan Pendekatan RGEC (Risk Profile, Good Corporate Governance, Earning dan Capital) dalam Menganalisis Kinerja Bank untuk Mengetahui Tingkat Kesehatan Bank. Jurnal Administrasi Bisnis, 37(1), 28-36. Global Islamic Finanace Report. (2019). Islamic Finance Country Index 2019. Inggris: Cambridge Institute of Islamic Finance. Global Islamic Finanace Report. (2019). Snapshot of Islamic Finanace in Malaysia. Inggris: Cambridge Institute of Islamic Finance. Hasan, I. (2010). Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: PT Bumi Aksara. Jakarta: PT Bumi Aksara. Hasibuan, M. S. (2005). Dasar-dasar Perbankan. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Hayati, N. R., Irawati, T., & Oktaviani, F. (2010). Comparison Analysis of Financial Performance on Shariah Banking (Case Study in Indonesia and Malaysia). Jurnal Bisnis dan Manajemen. Universitas Widyatama. Hendratmi, A., Sukmaningrum, P. S., & Hasib, F. F. (2017). Comparative Analysis between Islamic Banks in Indonesia and Malaysia Using RGEC Method and Sharia Conformity Indicator Period 2011-2015. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 200-206. Hosen, M. N., & Syafaat, M. (2018). The Comparison of Soundness Level of Islamic Banks in Indonesia and Malaysia. Jurnal Etikomi, 17(1), 111 – 122. Ikatan Bankir Indonesia. (2016). Manajemen Kesehatan Bank Berbasis Risiko. Edisi Pertama. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Iriyanto, G. (2015). Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah di Indonesia dan Malaysia Periode 2014. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta. Jumingan. (2006). Analisis Laporan Keuangan. Cetakan Pertama. Jakarta: PT Bumi Aksara. Jumingan. (2009). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Bumi Aksara. Karim, A. (2003). Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan. Jakarta: IIIT Indonesia. Karini, A., & Filianti, D. (2018). Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah di Indonesia, Malaysia, Brunei dan Thailand Periode 2011-2016. Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan, 5(10), 831-843. Kasmir. (2008). Manajemen Perbankan Edisi Revisi 2008. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Universitas Sumatera Utara 125

Kasmir. (2010). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Kasmir. (2012). Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi revisi 2012. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Kasmir. (2014). Analisis Laporan Keuangan, Edisi Pertama, Cetakan Ketujuh. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. Kristin, P. A. (2015). Risiko Bank Syariah: Risiko Imbal Hasil, Risiko Investasi, Return, Tingkat Dana Pihak Ketiga dan BI Rate. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Kusnanto, A. (2017). Risk Profile, Good Corporate Governance, Earning, Capital (RGEC) Method Sebagai Instrumen Pengukur Tingkat Kesehatan Perbankan Syariah di Indonesia. Jurnal Administrasi Bisnis, 6(2), 124- 136. Mailani, I. H. (2018). Studi Komparatif Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Indonesia dan Malaysia. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Mulyadi. ( 2013). Sistem Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat. Munawir, S. (2010). Analisis laporan Keuangan. Edisi keempat. Yogyakarta: Liberty. Nadratuzzaman, M. (2013). Produk Keuangan Islam di Indonesia dan Malaysia. Jakarta: Gramedia. Nasution, M., & Setiawan, D. (2007). Pengaruh Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba di Industri Perbankan Indonesia. Makasar: SNA X. Otoritas Jasa Keuangan. (2019). Lembaga Perbankan; Institusi Perbankan Indonesia. Jakarta: Otoritas Jasa Keuangan. Otoritas Jasa Keuangan. (2019). Perbankan Syariah dan Kelembagaannya. Jakarta: Otoritas Jasa Keuangan. Otoritas Jasa Keuangan. (2019). Snapshot Perbankan Syariah Indonesia. Jakarta: Otoritas Jasa Keuangan. Pandia, F. (2012). Manajemen Dana dan Kesehatan Bank. Cetakan Pertama. Jakarta: Rineka Cipta. Puspita, A. R., & Saryadi. (2018). Uji Tingkat Kesehatan Bank antara Perbankan Syariah Indonesia dengan Perbankan Syariah Malaysia. Jurnal social dan politik Diponegoro, 1-8. Puteri, P. A. (2013). Karakteristik Good Corporate Governance dan Kinerja Perusahaan Manufaktur. Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. Putri, I. D., & Damayanti, I. G. (2013). Analisis Perbedaan Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan RGEC pada Perusahaan Perbankan Besar dan Kecil. E- Journal Akuntansi Universitas Udayana, 483-496.

Universitas Sumatera Utara 126

Radzi, R. M., & Lonik, K. A. (2016). Islamic Banks' Risks: It's Rating Methodology and Shariah Assesment Solutions. Journal of Islamic Banking and Finance, 4(2), 48-60. Radzi, R. M., & Lonik, K. A. (2016). Islamic Banks' Risks: It's Rating Methodology and Shariah Assesment Solutions. Journal of Islamic Banking and Finance, 4(2), 48-60. Riyadi, S. (2006). Banking Asset and Liability Management. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Riyanto, B. (1992). Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan Edisi 4. Yogyakarta: Gadjah mada university Press. Rizkiyah, K., & Suhadak. (2017). Analisis Perbandingan Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan Risk Profile, Good Corporate Governance, Earnings, dan Capital (RGEC) pada Bank Syariah (Studi pada Bank Syariah di Indonesia, Malaysia, United Arab Emirates, dan Kuwait Periode 2011- 2015. Jurnal Administrasi Bisnis, 43(1), 163-171. Rosly, S. A., & Bakar, M. A. (2003). Performance of Islamic and Mainstream Banks in Malaysia. International Journal of Social and Economics, 30(12), 1249-1265. Rustam, B. R. (2013). Manajemen Risiko Perbankan Syariah di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat. Santoso, R. T. (1997). Prinsip Dasar Akuntansi Perbankan. Yogyakarta: Andi Affset. Sari, M. D., Bahari, Z., & Hamat, Z. (2013). Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia. Jurnal Aplikasi Bisnis, 3(2), 120-138. Sembiring, E. R. (2005). Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial: Studi Empiris pada Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta. Solo: Simposium Nasional Akuntansi VII. Setyawan, A. B. (2010). Kesehatan Finansial dan Kinerja Sosial Bank Umum Syariah di Indonesia. Jakarta: Universitas Paramadina. Siamat, D. (2005). Manajemen Lembaga Keuangan. “Kebijakan Moneter dan Perbankan”, Edisi 1. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Silalahi, U. (2005). Metode Penelitian Sosial. Bandung: Unpar Press. Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta. Suryani, & Hendryadi. (2015). Metode Riset Kuantitatif: Teori dan Aplikasi pada Penelitian Bidang Manajemen dan Ekonomi Islam. Jakarta: Prenadamedia Group. Susetyo, B. (2012). Statistika untuk Analisis Data Penelitian. Bandung: PT Refika Aditama. Sutan, R. S. (2007). Perbankan Islam. Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti.

Universitas Sumatera Utara 127

Taswan. (2010). Manajemen Perbankan, Konsep, Teknik, dan Aplikasi. Edisi Kedua. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Tirandaru, s., & Budisantosos, T. (2006). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Yogyakarta: Salemba Empat. Umam, K. (2016). Perbankan Syariah: Dasar-Dasar dan Dinamika Perkembangannya di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Uyanto, S. (2009). Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu. Yogyakarta: Graha Ilmu. Veithzal, R., S, B., S, S., & AP, V. (2013). Commercial Bank ManageMent: Manajemen Perbankan Dari Teori Ke Praktik. Edisi 1. Cet 1. Jakarta: Rajawali Pers. wibowo, E. (2005). Mengapa Memilih Bank Syariah? Bogor: Ghalia Indonesia. Wibowo, S. (2015). Analisi Perbaningan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah dengan Metode CAMEL di ASEAN (Studi Komparatif: Indonesia, Malaysia, Thailand). Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen, 15(1), 136- 153.

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Popolasi dan Sampel Penelitian

No. Nama Bank Umum Syariah Keterangan Bank Umum Syariah Indonesia 1 PT Bank Aceh Syariah Sampel 2 PT BCA Syariah Sampel 3 PT Bank Jabar Banten Syariah Sampel 4 PT BNI Syariah Sampel 5 PT Bank BRISyariah Sampel 6 PT Bank Syriah Bukopin Sampel 7 PT Bank Syariah Mandiri Sampel 8 PT Maybank Syariah Indonesia Sampel 9 PT Bank Mega Syariah Sampel 10 PT Bank Muamalat Indonesia Sampel 11 PT Bank Panin Dubai Syariah Sampel 12 PT Bank Tabungan Pensiun Nasional Syariah Sampel 13 PT Bank Victoria Syariah Sampel 14 BPD Nusa Tenggara Barat Syariah - Bank Umum Syariah Malaysia 1 Affin Islamic Bank Berhad Sampel Al Rajhi Banking & Investment Corporation 2 Sampel (Malaysia) Berhad 3 Alliance Islamic Bank Berhad Sampel 4 AmBank Islamic Berhad Sampel 5 Bank Islam Malaysia Berhad Sampel 6 CIMB Islamic Bank Berhad Sampel 7 Hong Leong Islamic Bank Berhad Sampel 8 HSBC Amanah Malaysia Berhad Sampel 9 Kuwait Finance House (Malaysia) Berhad Sampel 10 Malaysia Building Society Berhad Bank Berhad Sampel 11 Maybank Islamic Berhad Sampel 12 OCBC Al-Amin Bank Berhad Sampel 13 Public Islamic Bank Berhad Sampel 14 RHB Islamic Bank Berhad Sampel 15 Standard Chartered Saadiq Berhad Sampel 16 Bank Muamalat Malaysia -

128

Universitas Sumatera Utara 129

Lampiran 2 Data Rasio RGEC

Nama Rasio Risk Based Bank Rating (RGEC) Bank No. Umum Tahun Syariah NPF FDR UDK UKRN UDPS UKA UKR ROA NOM CAR Indonesia 2016 0,07 84,59 3 3 3 2 2 2,48 -2,13 20,74 PT Bank 1 Aceh 2017 0,04 69,44 3 3 3 2 2 2,51 1,56 21,50 Syariah 2018 0,04 71,98 3 3 3 2 2 2,38 0,91 19,67 2016 0,21 90,1 1 1 1 2 2 1,12 1,22 36,71 PT BCA 2 2017 0,04 88,5 1 1 1 2 1 1,22 1,23 29,42 Syariah 2018 0,28 89,0 1 2 1 1 1 1,24 1,24 24,31 PT Bank 2016 17,91 98,73 2 2 3 3 3 -8,09 0,12 18,25 Jabar 3 2017 22,04 91,03 2 2 2 3 3 -5,69 0,11 16,25 Banten Syariah 2018 4,58 89,85 3 2 1 3 2 0,54 0,12 16,43 2016 1,64 84,57 1 2 2 3 2 1,44 1,01 14,92 PT BNI 4 2017 1,50 80,21 1 2 2 3 3 1,31 0,71 20,14 Syariah 2018 1,52 79,62 1 2 2 3 2 1,42 0,81 19,31 2016 3,19 81,42 2 3 1 3 3 0,95 6,37 20,63 PT Bank 5 2017 4,75 71,87 1 3 2 3 2 0,51 5,84 20,05 BRISyariah 2018 4,97 75,49 2 3 1 3 2 0,43 5,36 29,72 2016 4,66 88,18 2 2 3 3 3 -1,12 -1,67 15,15 PT Bank 6 Syriah 2017 4,18 82,44 1 2 3 3 2 0,02 -0,04 19,20 Bukopin 2018 3,65 93,40 2 2 3 2 2 0,02 -0,38 19,31 2016 3,13 79,19 1 2 1 1 1 0,59 6,75 14,01 PT Bank 7 Syariah 2017 2,71 77,66 1 2 2 1 1 0,59 7,35 15,89 Mandiri 2018 1,56 77,25 1 1 1 1 1 0,88 6,56 16,26 PT 2016 2,28 88,92 2 3 2 3 3 1,60 5,18 16,77 Maybank 8 2017 1,72 88,12 2 2 2 3 2 1,48 5,17 17,53 Syariah Indonesia 2018 1,50 96,46 1 2 1 2 1 1,74 5,24 19,04 2016 3,30 95,24 2 1 1 2 2 2,63 -2,51 23,53 PT Bank 9 Mega 2017 2,95 91,05 1 1 1 1 1 1,56 3,42 22,19 Syariah 2018 2,15 90,88 1 1 1 1 1 0,93 1,61 20,54 2016 1,40 95,13 1 2 2 2 2 0,22 3,21 12,74 PT Bank 10 Muamalat 2017 2,75 84,41 2 3 2 2 3 0,11 2,48 13,62 Indonesia 2018 2,58 73,18 2 3 3 3 3 0,08 2,22 12,34 2016 1,86 91,99 2 3 2 3 3 0,37 1,44 18,17 PT Bank Panin - 11 2017 4,83 86,95 3 3 3 2 3 0,59 11,51 Dubai 10,77 Syariah 2018 3,84 88,82 2 3 1 1 2 0,26 0,01 23,15 PT Bank 2016 0,20 92,71 1 2 3 2 2 9,01 1,06 23,81 Tabungan 12 2017 0,05 92,52 1 1 2 2 2 11,21 1,38 28,91 Pensiun Nasional 2018 0,02 95,61 1 1 2 1 1 11,42 1,44 40,91

Universitas Sumatera Utara 130

Lanjutan Lampiran 2 2016 4,35 100,67 1 2 3 3 2 -2,19 -3,37 15,98 PT Bank 13 Victoria 2017 4,08 83,57 1 1 2 2 2 0,36 0,50 19,29 Syariah 2018 3,46 82,78 1 1 1 2 2 0,32 0,49 22,07 N ama Bank No. Umum Tahun NPF FDR UDK UKRN UDPS UKA UKR ROA NOM CAR Syariah Malaysia Bank 2016 0,98 77,31 1 2 1 2 2 1,37 4,66 15,52 Islam 1 2017 0,93 81,41 1 1 2 2 1 1,35 4,69 16,44 Malaysia Berhad 2018 0,92 77,71 1 1 1 2 1 1,33 4,80 17,77 CIMB 2016 3,31 95,61 2 3 2 2 2 0,75 2,63 16,21 Islamic 2 2017 3,41 90,81 1 2 2 2 2 0,90 2,63 16,82 Bank Berhad 2018 2,91 91,21 1 1 2 2 1 1,07 2,50 18,41

Maybank 2016 2,28 89,31 2 3 2 3 3 1,32 1,81 19,43 3 Islamic 2017 1,72 84,62 2 2 2 2 2 1,21 1,92 19,31 Berhad 2018 1,73 85,83 1 2 2 2 3 1,52 2,01 18,26 2016 2,91 162,21 2 2 1 1 1 0,48 1,14 24,82 MBSB 4 Bank 2017 2,11 86,41 2 2 2 1 2 0,95 0,70 30,94 Berhad 2018 2,39 131,31 1 1 2 2 2 1,42 3,55 13,50 RHB 2016 0,20 115,02 1 2 1 2 1 0,70 2,25 14,00 Islamic 5 2017 0,15 112,81 1 1 2 2 1 0,71 2,00 14,13 Bank Berhad 2018 0,22 113,21 1 1 1 2 1 0,72 2,03 16,47 Affin 2016 1,08 82,87 1 2 2 2 1 0,83 1,58 13,59 Islamic 6 2017 2,98 87,53 1 1 1 2 1 0,77 1,43 16,25 Bank Berhad 2018 3,75 84,91 1 1 1 2 2 1,37 2,45 19,43 Al Rajhi 2016 1,34 97,41 2 3 2 3 2 0,08 0,11 17,36 Banking 7 2017 1,26 85,51 2 2 2 2 2 0,16 0,28 18,44 Malaysia Berhad 2018 1,30 80,82 1 1 1 2 2 0,27 0,34 20,84 HSBC 2016 1,16 134,56 2 3 2 2 2 0,57 2,01 19,21 Amanah 8 2017 1,51 133,37 2 2 1 1 1 0,62 2,18 17,90 Malaysia Berhad 2018 0,78 123,53 1 1 1 1 1 1,10 2,04 18,67 OCBC 2016 2,77 84,99 1 2 2 2 2 1,27 2,62 18,42 Al-Amin 9 2017 2,79 86,37 1 1 2 1 2 1,62 2,57 19,81 Bank Berhad 2018 2,29 87,43 1 1 1 2 2 0,99 2,23 17,82 Public 2016 0,61 87,66 1 2 1 1 1 1,10 1,70 13,53 Islamic 10 2017 0,62 84,24 1 1 1 1 1 1,00 1,52 15,97 Bank Berhad 2018 0,61 85,06 1 1 1 1 1 1,03 1,49 15,98 Standard 2016 1,61 276,18 2 2 2 3 3 0,41 1,15 18,73 Chartered 11 2017 1,73 219,04 1 1 1 2 3 0,37 0,78 24,49 Saadiq Berhad 2018 2,43 110,48 1 1 1 1 2 0,71 1,12 27,68

Universitas Sumatera Utara 131

Lanjutan Lampiran 2 Alliance 2016 1,09 80,28 1 2 2 2 3 0,72 1,66 14,06 Islamic 12 2017 1,10 83,21 1 2 2 2 2 1,02 2,07 14,50 Bank Berhad 2018 1,07 85,04 1 1 1 1 1 1,05 2,13 15,05 2016 1,94 95,91 2 3 2 2 2 1,01 2,02 16,12 AmBank 13 Islamic 2017 1,86 95,71 1 2 1 1 1 1,01 1,98 16,30 Berhad 2018 1,70 99,61 1 1 1 1 1 0,81 2,00 16,57 Hong 2016 0,91 85,10 1 2 1 1 2 0,81 1,60 13,81 Leong 14 Islamic 2017 0,91 84,51 1 1 1 1 2 0,82 1,76 13,92 Bank 2018 0,91 86,50 1 1 1 1 1 0,94 2,02 15,51 Berhad Kuwait 2016 3,74 151,21 2 3 2 3 3 -0,27 0,78 26,97 Finance 15 House 2017 2,70 126,70 2 2 1 2 3 1,10 0,55 29,16 Malaysia 2018 2,15 124,90 2 2 1 1 2 0,55 0,38 25,96 Berhad

Lampiran 3 Hasil Statistik Deskriptif Bank Umum Syariah Indonesia Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation NPF 39 .02 22.04 3.230513 4.2837477 FDR 39 71.87 100.67 80.068974 22.2205219 UDK 39 1 3 1.59 .715 UKRN 39 1 3 2.05 .759 UDPS 39 1 3 1.92 .807 UKA 39 1 3 2.21 .767 UKR 39 1 3 2.03 .707 ROA 39 -10.77 11.42 .899744 3.8911671 NOM 39 -3.37 7.35 1.861795 2.6690239 CAR 39 11.51 40.91 20.255641 6.1854399 Valid N (listwise) 39 Sumber : Lampiran 3

Universitas Sumatera Utara 132

Lampiran 4

Hasil Statistik Deskriptif Bank Umum Syariah Malaysia Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation NPF 45 .15 3.75 1.708222 .9662799 FDR 45 77.31 276.18 105.009556 37.7566275 UDK 45 1 2 1.31 .468 UKRN 45 1 3 1.69 .701 UDPS 45 1 2 1.47 .505 UKA 45 1 3 1.73 .618 UKR 45 1 3 1.76 .712 ROA 45 -.27 16.2 .880889 .3954676 NOM 45 .11 4.8 1.908222 1.0518172 CAR 45 13.5 30.94 18.312889 4.3621156 Valid N (listwise) 45 Sumber : Lampiran 4

Lampiran 5

Mean Variabel NPF

4,50% 4,00% 3,97% 3,50% 3,40% 3,00% NPF BUS 2,50% Indonesia 2,31% 2,00% NPF BUS Malaysia 1,72% 1,71% 1,50% 1,67% 1,00% 0,50% 0,00% 2016 2017 2018 Sumber : Lampiran 5

Universitas Sumatera Utara 133

Lampiran 6

Mean Variabel FDR

140,00% 114,37% 120,00% 102,81% 97,83% 100,00% 83,87% 77,54% 78,78% 80,00% FDR BUS Indonesia

60,00% FDR BUS Malaysia

40,00%

20,00%

0,00% 2016 2017 2018

Sumber : Lampiran 6

Lampiran 7

Mean Variabel UDK

1,8 1,62 1,62 1,53 1,54 1,6 1,33 1,4 1,2 1,07 1 UDK Indonesia 0,8 UDK Malaysia 0,6 0,4 0,2 0 2016 2017 2018 Sumber : Lampiran 7

Universitas Sumatera Utara 134

Lampiran 8

Mean Variabel UKRN

3 2,4 2,5 1,92 2 2 2 1,53 1,5 UKRN Indonesia 1,13 UKRN Malaysia 1

0,5

0 2016 2017 2018

Sumber : Lampiran 8

Lampiran 9

Mean Variabel UDPS

2,5 2,08 2,08 2 1,67 1,62 1,53 1,5 1,2 UDPS Indonesia

1 UDPS Malaysia

0,5

0 2016 2017 2018 Sumber : Lampiran 9

Universitas Sumatera Utara 135

Lampiran 10

Mean Variabel UKA

3 2,46 2,5 2,23 2,07 1,92 2 1,6 1,53 1,5 UKA Indonesia UKA Malaysia 1

0,5

0 2016 2017 2018 Sumber : Lampiran 10

Lampiran 11

Mean Variabel UKR

2,5 2,31 2 2,08 2 1,73 1,69 1,53 1,5 UKR Indonesia 1 UKR Malaysia

0,5

0 2016 2017 2018

Sumber : Lampiran 11

Universitas Sumatera Utara 136

Lampiran 12

Mean Variabel ROA

1,80% 1,66% 1,60% 1,40% 1,20% 0,99% 0,90% ROA BUS 1,00% 0,74% Indonesia 0,80% ROA BUS Malaysia 0,60% 0,69% 0,34% 0,40% 0,20% 0,00% 2016 2017 2018

Sumber : Lampiran 12

Lampiran 13

Mean Variabel NOM

2,50% 2,33% 2,07% 2,00% 1,84% 1,80% 1,97% NOM BUS 1,28% 1,50% Indonesia

1,00% NOM BUS Malaysia

0,50%

0,00% 2016 2017 2018 Sumber : Lampiran 13

Universitas Sumatera Utara 137

Lampiran 14

Mean Variabel CAR

25,00% 21,77% 19,33% 19,65% 20,00% 18,95% 18,52% 17,45% CAR BUS 15,00% Indoneisia CAR BUS 10,00% Malaysia

5,00%

0,00% 2016 2017 2018

Sumber : Lampiran 14

Lampiran 15

Hasil Uji Normalitas

NPF FDR UDK UKRN UDPS UKA UKR ROA NOM CAR

N 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 934 Mean 241.5 1.44 1.86 1.68 1.95 1.88 88.9 188.6 192 Normal 3 Paramet Std. a,b 264. 196.1 534. ers Deviat 307.9 337 .608 .747 .697 .727 .718 86 8 4 ion Absol .218 .251 .385 .232 .287 0.24 .244 .3 .174 .163 Most ute Extreme Positiv .203 .251 .385 .232 .287 .236 .232 .296 .174 .163 Differen e ces Negati - - -.218 -.234 -.219 -.225 -.24 -.24 -.3 -.103 ve .221 .107 Kolmogorov- 2.001 2.29 3.525 2.12 2.63 2.20 2.24 2.74 1.59 1.48 Smirnov Z Asymp. Sig. (2- 0.001 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .013 .024 tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber : Lampiran 15

Universitas Sumatera Utara 138

Lampiran 16

Uji Beda Mann-Whitney Variabel NPF

Test Statisticsa NPF Mann-Whitney U 653.500 Wilcoxon W 1688.500 Z -2.009 Asymp. Sig. (2-tailed) .045 a. Grouping Variable: Negara Sumber : Lampiran 16

Lampiran 17

Uji Beda Mann-Whitney Variabel FDR

Test Statisticsa FDR Mann-Whitney U 538.500 Wilcoxon W 1318.500 Z -3.040 Asymp. Sig. (2-tailed) .002 a. Grouping Variable: Negara Sumber : Lampiran 17

Lampiran 18

Uji Beda Mann-Whitney Variabel UDK

Test Statisticsa UDK Mann-Whitney U 710.500 Wilcoxon W 1745.500 Z -1.754 Asymp. Sig. (2-tailed) .079 a. Grouping Variable: Negara Sumber : Lampiran 18

Universitas Sumatera Utara 139

Lampiran 19

Uji Beda Mann-Whitney Variabel UKRN

Test Statisticsa UKRN Mann-Whitney U 649.500 Wilcoxon W 1684.500 Z -2.197 Asymp. Sig. (2-tailed) .028 a. Grouping Variable: Negara Sumber : Lampiran 19

Lampiran 20

Uji Beda Mann-Whitney Variabel UDPS

Test Statisticsa UDPS Mann-Whitney U 609.000 Wilcoxon W 1644.000 Z -2.639 Asymp. Sig. (2-tailed) .008 a. Grouping Variable: Negara Sumber : Lampiran 20

Lampiran 21

Uji Beda Mann-Whitney Variabel UKA

Test Statisticsa UKA Mann-Whitney U 575.500 Wilcoxon W 1610.500 Z -2.929 Asymp. Sig. (2-tailed) .003 a. Grouping Variable: Negara Sumber : Lampiran 21

Universitas Sumatera Utara 140

Lampiran 22

Uji Beda Mann-Whitney Variabel UKR

Test Statisticsa UKR Mann-Whitney U 699.000 Wilcoxon W 1734.000 Z -1.736 Asymp. Sig. (2-tailed) .083 a. Grouping Variable: Negara Sumber : Lampiran 22

Lampiran 23

Uji Beda Mann-Whitney Variabel ROA

Test Statisticsa ROA Mann-Whitney U 849.000 Wilcoxon W 1629.000 Z -.256 Asymp. Sig. (2-tailed) .798 a. Grouping Variable: Negara Sumber : Lampiran 23

Lampiran 24

Uji Beda Mann-Whitney Variabel NOM

Test Statisticsa NOM Mann-Whitney U 707.500 Wilcoxon W 1487.500 Z -1.525 Asymp. Sig. (2-tailed) .127 a. Grouping Variable: Negara Sumber : Lampiran 24

Universitas Sumatera Utara 141

Lampiran 25

Uji Beda Mann-Whitney Variabel CAR

Test Statisticsa CAR Mann-Whitney U 682.000 Wilcoxon W 1717.000 Z -1.753 Asymp. Sig. (2-tailed) .080 a. Grouping Variable: Negara Sumber : Lampiran 25

Universitas Sumatera Utara