Diterbitkan oleh : LPPM - Institut Kesenian

JSNC Volume 6 Jakarta ISSN Juni - November 2020 2580-2860 2 Jurnal Seni Nasional CIKINI Volume 6, Juni - November 2020

JSNC Jurnal Seni Nasional CIKINI

ISSN: 2580-2860 Volume 6, Juni - November 2020, 58 halaman

Jurnal Seni Nasional CIKINI, merupakan kumpulan berbagai topik kajian kesenian yang berisi gagasan, penelitian, ataupun pandangan mengenai perkembangan fenomena dan gejala kesenian serta berbagai permasalahannya. Jurnal ini bertujuan untuk memberikan sumbangan penelitian kesenian, yang diharapkan dapat mendorong perkembangan kesenian di ke arah yang lebih baik lagi, dan memiliki daya saing dengan kesenian dunia. Dewan Penyunting Jurnal Seni Nasional CIKINI, menerima tulian yang belum pernah dimuat di media lain sebelumnya, untuk diseleksi dan disunting jika terpilih untuk diikutsertakan pada jurnal edisi selanjutnya.

Penanggung Jawab Seno Gumira Ajidarma

Dewan Penyunting Marselli Sumarno Esther L. Siagian Ario Sasongko

Mitra Bebestari Afandi Fandi Bramantijo (STKW Surabaya) Husen Hendiyana (ISBI Bandung) ` Ninok Leksono

Penata Letak Nicholas Wila Adi

Alamat Penyunting dan Tata Usaha LPPM-Institut Kesenian Jakarta. Gedung Rektorat Institut Kesenian Jakarta, Jalan Cikini Raya 73, Telp/Fax: 021-2306106 email: [email protected]

Diterbitkan oleh LPPM-Institut Kesenian Jakarta, DKI Jakarta. ISSN: 2580-2860

Dicetak di percetakan IKJ PRESS 3

JSNC Jurnal Seni Nasional CIKINI

ISSN: 2580-2860 Volume 6, Juni - November 2020, 58 halaman

Setelah yang Terserak Dikumpulkan:Sejarah Seni Rupa Indonesia 7 Bambang Bujono

Membaca Pola Cliffhanger Dalam Dua Web Series Indonesia 15 Erina Adeline Tandian, A.Md.Sn., S.Psi. ; Damas Cendekia, M.Sn.

26 Gaya Liao Kongahyan Pada Lagu Dalem Kromong “Pobin Kong Ji Lok” Imam Firmansyah

Guru Sekolah Publik Mengajar Kesukacitaan Musik 38 Jimmy Philip Paät

Mangongkal Holi dan Relasi Kuasa Apparatus Adat dan Agama 45 Suzen HR Tobing

Seni Dalam Lipatan Pandemi 51 Dr. Saraswati Dewi 4 Jurnal Seni Nasional CIKINI Volume 6, Juni - November 2020

KETENTUAN PENULISAN JURNAL ISSN:2580-2860

Jurnal Seni Nasional CIKINI terbit dua (2) kali dalam setahun, yaitu di setiap bulan Juni dan Desember pada setiap tahunnya. Jurnal ini diterbitkan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Institut, Kesenian Jakarta.

Penulis yang ingin mengikutsertakan artikelnya, dapat dikirim melalui email, di: [email protected]. Konfirmasi penerimaan artikel akan disampaikan melalui alamat email yang sama, atau dapat menghubungi nomor telepon (021) 2306106.

Ketentuan penulisan Jurnal Seni Nasional CIKINI, adalah sebagai berikut:

1. Tulisan yang dikirimkan harus merupakan hasil karya penulisnya sendiri, bukan hasil plagiasi, dan belum pernah dimuat di media kumpulan jurnal lainnya. 2. Jika dikemudian hari diketahui bahwa tulisan yang dimuat merupakan hasil plagiasi tanpa sepengetahuan Jurnal Seni Nasional CIKINI, maka penulis tersebut akan bertanggung jawab penuh atas segala sanksi yang mungkin dikenakan kepadanya. 3. Tulisan yang dikirimkan harus berupa jurnal penelitan/kajian yang terkait dengan bidang seni dan budaya. 4. Tulisan yang dikirimkan harus menggunakan jenis huruf Times New Roman, ukuran font 12, berjumlah mulai dari 3.500 sampai 5000 kata, dan harus menggunakan format .doc atau .docx. 5. Jurnal Seni Nasional CIKINI, hanya menerima tulisan dalam bentuk softcopy melalui kiriman email. 6. Urutan sistematika penulisan adalah: judul artikel, nama penulis, abstaksi (dalam bahasa indonesia), kata kunci, isi artikel, dan daftar pustaka. 7. Panjang tulisan abstraksi berkisar antara 70-100 kata. 8. Jumlah kata kunci yang dicantumkan minimal 3 kata. 9. Daftar pustaka hanya memuat sumber-sumber rujukan yang disebutkan di dalam artikel. 10. Sumber rujukan harus berupa sumber primer, antara lain: buku, artikel penelitian, jurnal, dan laporan penelitian). 11. Setiap rujukan yang dicantumkan dalam tulisan, dapat berupa catatan kaki atau catatan akhir. 12. Tiap artikel yang dikirimkan akan diulas oleh dewan penyunting, dan apabila ada ketidaksesuaian dengan format yang ditentukan, artikel akan dikembalikan dan diberikan kesempatan untuk direvisi. 13. Dewan Penyunting berhak mengedit artikel tanpa mengubah pokok pikiran penulisnya. 14. Tiap tulisan yang akan dimuat wajib mengikuti arahan revisi yang disampaikan oleh dewan penyunting. 15. Selain mengirimkan tulisan, disarankan penulis mencantumkan pula biodata singkat (2-5 kalimat). 16. Penulis yang tulisannya dimuat akan mendapatkan bukti pemuatan sebanyak 2 (dua) eksemplar. 17. Penulis wajib mengikuti ketentuan penulisan ini, untuk dapat dimuat dalam Jurnal Seni Nasional CIKINI. 5

Riwayat singkat penulis

Bambang Budjono Mantan Wartawan Majalah Tempo dan Pengajar di Sekolah Pascasarjana IKJ

Damas Cendekia Pengajar di Fakultas Film dan Televisi – IKJ dengan peminatan penulisan skenario.

Imam Firmansyah Pengajar Musik Etnomusikologi di Universitas Mercu Buana

Jimmy Paat Pengajar Bahasa Perancis di Universitas Negeri Jakarta

Suzen HR Tobing Pengajar dan Wakil Rektor bidang IV/Kerjasama

Dr. Saraswati Dewi Pengajar Fakultas Ilmu Budaya – Universitas Indonesia 6 Jurnal Seni Nasional CIKINI Volume 6, Juni - November 2020

Pengantar Jurnal Cikini Edisi 6

Di bulan Juni 2020 ini, Institut Kesenian Jakarta merayakan pesta emas ulang tahun yang ke 50 tahun. Sejak didirikan pada tahun 1970 yang diresmikan oleh Ali Sadikin selaku Gubernur DKI Jakarta dengan nama Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta (LPKJ) yang kemudian berubah status menjadi Institut Kesenian Jakarta yang merupakan Perguruan Tinggi Seni tertua di Indonesia, hal ini perlu kita syukuri karena terjadi dinamika yang begitu besar baik dari para Pengelola, Pimpinan, Para Dosen, maupun individu-individu dalam mengembangkan Institut Kesenian Jakarta. Namun pada kenyataannya IKJ saat ini masih dalam proses akreditasi Institut dan dalam waktu dekat menunggu keputusannya. Selain itu, masih ada masalah sentralisasi administratif ke Rektorat serta penyempurnaan terkait Statuta. Di luar itu semua, singkat kata jalur akademik berjalan terus dengan berbagai pengembangannya.

Sementara di 2 Jalur Dharma yang lain pada Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu Penelitian dan Pengabdian Masyarakat masih perlu dikembangkan secara sedemikian rupa, seperti misalnya dari dulu sudah ada rintisan dalam membuat sebuah Jurnal Penelitian maupun kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat tetapi tidak selalu berkelanjutan dan terdokumentasikan dengan baik, beruntung bahwa dalam masa kepimpinan rektorat periode 2016 hingga 2020 ini telah terbit Jurnal Seni Nasional Cikini yang bisa hadir secara berkelanjutan yaitu dua kali terbit dalam 1 tahun sehingga dalam perkembangannya, demi mengikuti dinamika perkembangan zaman, Jurnal Seni Nasional Cikini yang awalnya hanya terbit melalui cetak fisik kemudian juga hadir dengan medium online melalui sistem OJS yang sudah berjalan pada tahun 2019. Sehingga demi keberlangsungan Jurnal Seni Nasional Cikini dalam menghadapi tantangan serba digital, mendapatkan peluang untuk mengikuti percepatan akreditasi Jurnal. Makasekiranya perlu melakukan akreditasi sehingga saat ini Jurnal Cikini resmi terakreditasi dengan peringkat SINTA 5. Peringkat SINTA dimulai dari SINTA 6 dan yang paling tertinggi merupakan SINTA 1.

Hal ini patut disyukuri karena pada akhirnya memudahkan Jurnal Seni Nasional CIKINI dapat bertukar artikel penelitian melalui Perguruan Tinggi Seni yang lain, dan juga dapat mendorong para dosen IKJ untuk terus melakukan penelitian. Sebab selama ini para dosen IKJ memiliki kecenderungan kuat di dalam penciptaan dan sebagian kecil di bidang kajian. Bahwa yang berkecimpung di dalam bidang penciptaan sebenarnya secara implisit melakukan penelitian demi mewujudkan karyanya maupun kegiatan penelitian atas karya-karya seniman yang lain. Inilah inti dari apa yang disebut dari Penelitian Artistik, yaitu penelitian yang dilakukan oleh sang seniman. Namun masalah selanjutnya adalah disiplin untuk menuliskan proses penelitian oleh para dosen penciptaan. Dapat dikatakan seseorang akan belum memulai menulis sebelum ia mulai menulis. maka untuk menuangkannya dalam bentuk tulisan perlu disiplin baru.

Berita baik lainnya bahwa dalam 3 tahun terakhir (2017/2020) IKJ PRESS telah menerbitkan 10 buku dalam bidang seni, baik dibiayai sendiri melalui IKJ maupun bekerja sama dengan pihak luar. Ternyata banyak pemikiran selama 50tahun IKJ ini tersebar dalam bentuk dokumentasi baik kliping koran, naskah skripsi, tesis maupun disertasi yang dapat dibukukan. Viva IKJ! 7

Setelah yang Terserak Dikumpulkan:Sejarah Seni Rupa Indonesia

Bambang Bujono [email protected]

Abstrak Tulisan ini bertujuan untuk memaparkan sejarah seni rupa Indonesia yang dikumpulkan dari esai dan karya SanentoYuliman, tokoh yang menaruh perhatian terhadap dunia seni rupa dengan segala keunikan gaya, kepekaan dalam perjalanannya sebagai praktisi seni. Kegigihan dan konsistensi Sanento dalam bidang seni rupa membawanya memasuki dunia redaksi dan mulai menekuni menulis esai di bidang seni rupa Indonesia, yang menjadikannya seorang penulis sejarah seni rupa Indonesia. Namun, sebelum tujuan tersebut selesai, Sanento wafat (1992), sehingga penulis dan kurator seni rupa, HendroWiyanto, yang menyusun dan menyelesaikan tulisan tersebut dengan mempelajari karya dan tulisan Sanento yang terserak. Sebagai kurator, Hendro memahami bahwa dalam diri Sanento terdapat wawasan komprehensif mengenai sejarah seni rupa di Indonesia. Berbeda dengan negara lain, Sanento memandang bahwa di Indonesia perkembangan seni rupa tidak linier. Ia membagi perkembangan seni dalam periode- periode, yaitu masa pertama (1900-1940), masa kedua (1940-1960), kelahiran seni lukis abstrak (1955-1960), kemudian masa ketiga (sesudah 1960). Di sana, Sanento memandang bahwa tiap masa dalam transformasi seni rupa di Indonesia, memiliki seni rupanya dan bukan merupakan perkembangan dari karya-karya masa sebelumnya, baik dari bentuk maupun konsep. Sanento sungguh meninggali kita dengan bahan-bahan yang layak dikembangkan untuk penulisan sejarah seni rupa Indonesia. Kata Kunci : Sanento Yuliman, Seni Rupa Indonesia, Sejarah Seni, Biografi Seniman

Abstract This paper aims to explain the history of Indonesian art which was collected from the essays and works of SanentoYuliman, a figure who pays attention to the world of fine arts with all the unique styles, sensitivity in his journey as an art practitioner. Sanento’s persistence and consistency in the field of fine arts brought him into the world of editors and began to pursue writing essays in the field of Indonesian art, which made him a writer of Indonesian art history. However, before this goal was completed, Sanento died (1992), so that the writer and curator of fine arts, HendroWiyanto, compiled and finished the writing by studying the scattered works and writings of Sanento. As a curator, Hendro understood that Sanento had a comprehensive insight into the history of art in Indonesia. Unlike other countries, Sanento views that in Indonesia the development of art is not linear. He divided the development of art in periods, namely the first period (1900-1940), the second period (1940-1960), the birth of abstract painting (1955-1960), then the third period (after 1960). There, Sanento considered that every time in the transformation of art in Indonesia, it seems that art has not been a development of previous works, both form and concept. Sanento really lives us with materials that are suitable to be developed for writing Indonesian art history. Keywords : SanentoYuliman, Indonesian Fine Arts, Art History, Artists Biographies 8 Jurnal Seni Nasional CIKINI Volume 6, Juni - November 2020

Dunia seni rupa di Indonesia memiliki 18”, grup dosen-dosen seni rupa ITB, di Taman perjalanan sejarah yang unik dan berbeda Ismail Marzuki, Jakarta, 1971. Ia kemudian dengan negara lain. Hal ini disampaikan oleh sepenuhnya mencurahkan perhatian pada Sanento Yuliman, melalui esainya. Tulisan penulisan tentang berbagai hal dalam dunia ini akan memaparkan sejarah Indonesia seni rupa Indonesia. Tulisan-tulisannya berdasarkan kacamata seorang legenda tersebut dimuat di media Bandung dan Jakarta. seniman dan praktisi seni rupa, Sanento Yuliman, melalui esai dan karya-karyanya Di pertengahan 1970-an Dewan Kesenian semasa hidup. Tulisan ini juga memaparkan Jakarta memintanya menulis sejarah seni rupa “Seni Lukis Indonesia Baru: perjalanan karir Sanento muda hingga Indonesia. Terbitlah sebuah pengantar” menjelang akhir hidupnya yang terbilang pada 1976, buku sekitar produktif dan turut mewarnai dunia seni rupa 70 halaman, yang dieditori oleh Jim Supangkat di Indonesia melalui pencapaian, prestasi, dan Goenawan Mohamad, sebelum Sanento pemikiran serta karya-karya yang ditinggal­kan. ke Prancis untuk melanjutkan studinya di tahun itu juga. Sanento kembali ke Indonesia di akhir Sanento Yuliman remaja menulis puisi 1981, setelah menyelesaikan disertasinya dan juga melukis. Ia ingin berhenti sekolah dengan judul, dalam terjemahan Indonesia: sewaktu masih di SMA, di Majenang, Cilacap, “Asal Mula Seni Lukis Kontemporer I Namun Jawa Tengah agar bisa segera belajar melukis kerja belum selesai ndonesia: Peran S. di ASRI, Yogyakarta. Entah sebab apa, selulus Sudjojono”. SMA, 1960, ia masuk Studio Seni Lukis di Departemen Perencanaan dan Seni Rupa Melihat seni rupa Indonesia masuk di dalam Institut Teknologi Bandung --institut yang baru dirinya, Sanento mencoba menemukan makna diresmikan setahun sebelumnya, yang dulunya seni rupa Indonesia lewat penyelidikan, melihat bagian dari Universitas Indonesia di Jakarta. persoalannya, mencoba menemukan sebab dasar persoalan serta mengembangkannya, Di Bandung, ia tidak hanya menekuni seni dan dalam perjalanannya ia juga melihat rupa. Ia juga bergabung dengan dunia teater, atau menemukan persoalan-persoalan baru. bekerja sebagai redaktur kebudayaan dan Ia konsisten, menyelidiki seni rupa seraya menggambar ilustrasi serta karikatur di koran mengikuti perkembangannya sejak menjadi mingguan Mahasiswa Indonesia -- koran mahasiswa di Seni Rupa ITB hingga tutup usia. yang terbit di pertengahan 1966, di masa pergantian pemerintahan dari Soekarno ke Ia selalu menyempatkan melihat pameran Soeharto. Di tengah kesibukan itu, Sanento seni rupa, yang pada 1970-an sampai 1980- menyelesaikan skripsinya, dengan judul an seringkali diadakan di Jakarta, terutama di “Beberapa Masalah dalam Kritik Seni di Taman Ismail Marzuki. Ia datang dari Bandung Indonesia” pada tahun 1968. ke ruang pameran, berkeliling di dalamnya, mencatat-catat, dan kemudian kembali ke Pencapaian-pencapaian mulai ditoreh- Bandung, sebagaimana berangkatnya, dengan kannya, hingga pada 1972 majalah sastra kendaraan umum. Penampilannya sederhana; di Jakarta, Horison, pada tahun 1968 biasanya terlihat bercelana gelap, berbaju memberikan hadiah atas salah satu esainya lengan pendek putih, tali tas kulit tersangkut yang berjudul “Di Bawah Bayangan Sang di bahu kirinya. Itulah Sanento Yuliman, yang Pahlawan”, dan puisinya yang berjudul “Laut”. meyakini bahwa untuk memahami seni rupa, Selain memberikan penghargaan, majalah ya mesti melihat karya-karya. tersebut meminta Sanento menggantikan Arief Budiman, ketua redaksi yang hendak Melihat tentu saja bukan hanya mata berangkat studi ke Amerika pada tahun 1972. yang bekerja. Melihat adalah mengamati, Bersama H.B. Jassin, Sanento sempat setahun menganalisis, menilai. Pun, ruang pameran, di Horison, hingga April 1973. Di awal 1970- bagi Sanento, tak terbatas di sebuah an itulah tampaknya ia berhenti melukis, bangunan. Penjelajahan seni rupa Sanento setelah sempat mengikuti pameran “Grup luas: karya seni rupa di tengah masyarakat, 9

Gambar 1. Buku Dua Seni Rupa, Sepilihan Tulisan Sanento Yuliman

karya yang “modern” maupun“ tradisonal, di mudah. Belum ada museum seni rupa yang ruang publik, ukir-ukiran di dinding rumah- mewakili dunia seni rupa Indonesia, hampir rumah tradisional di Kalimantan, kain-kain tidak ada buku tentang seni rupa Indonesia tenun di Lombok dan di desa-desa, pulau- yang layak baca, tak ada majalah khusus seni pulau Indonesia sisi timur. Misalnya, ia dengan rupa yang berharga dijadikan acuan, bahkan sungguh-sungguh membicarakan batik yang di pada umumnya, sampai pertengahan 1980- abad ke-17 sudah menjadi seni dan industri.1 an katalog pameran biasanya hanya berisi biografi senimannya, daftar lukisan, pengantar Dalam hal seni rupa modern Indonesia, penyelenggara, beberapa reproduksi karya. ia tak menggerutu sebagaimana umumnya Koleksi perpustakaan di fakultas seni rupa di kita bahwa keterangan tentang seni rupa ASRI dan ITB misalnya, lebih banyak buku-buku kita sangat sedikit, dan untuk melihat karya seni rupa luar Indonesia. Dalam diam, Sanento seni rupa yang baru maupun yang lama tidak terus mengunjungi pameran seni rupa modern, dan menuliskan ulasan di beberapa media. 1 Sanento Yuliman, “Batik Sang Penjelajah” dalam Estetik yang Merabunkan, bunga rampai esai dan kritik Sanento mungkin berniat mengisi kekosongan Sanento Yuliman, editor Hendro Wiyanto, DKJ, Januari itu, sebuah buku sejarah seni rupa Indonesia 2020, halaman 19. 10 Jurnal Seni Nasional CIKINI Volume 6, Juni - November 2020

yang komprehensif. Ia memiliki kemampuan tidak dengan pendapatnya – mendapatkan untuk itu sebab tecermin jelas dari tulisan- gambaran tentang karya yang dibahas. tulisan sepanjang hayatnya. Hendro Wiyanto berhasil mengumpulkan tak kurang dari 120 Cara menulis ulasan seperti itu menjadikan ulasan pameran seni rupa modern Indonesia penilaiannya tidak eksklusif. Bahkan, membaca oleh Sanento, ulasan yang ditulis dalam kurun lebih dari 120 ulasan Sanento dalam buku Estetika yang Merabunkan waktu lebih dari 20 tahun -- dan saya kira , serasa Sanento masih ada yang tercecer.2 Ulasan-ulasannya tidak memberikan penilaian. Sesungguhnya yang mencerminkan pengamatan detail, tak penilaian itu tersirat pada penggambaran sekadar menyampaikan tangkapan rasa yang karya. Dari beberapa esainya bisa disimpulkan subjektif, melainkan juga uraian pengetahuan bahwa Sanento pembela keberagaman, dan seputar karya yang menambah pengetahuan menjauhi kemutlakan dalam penilaian (kritik). pembaca. Berikut sebuah contoh. Pada esainya, “Kreativitas Seni, Subjektivisme, dan Objektivisme”, ia menulis: “… keragaman “Djoko Pekik melukis tukang becak, dan keterbukaan –komunikasi dan ihwal pedagang kecil, petani kecil atau buruh terkomunikasikan—dalam perbincangan tani, perempuan kuli, pengamen, dan lain- tentang hasil seni lukis itu, pada hemat saya, lain, yaitu mereka yang tidak mendapat akan menunjang kreativitas para seniman…”4 banyak peluang atau tidak mempunyai peluang, untuk memperbaiki nasib di Sikap itu kuat tecermin pada pandangan tengah pembangunan dan pertumbuhan Sanento tentang seni rupa di luar ruang ekonomi di negeri kita. pameran. Ia tak menjunjung salah satu rumpun seni rupa, sembari melecehkan “Gayanya emosional. Lukisannya memper- rumpun yang lain. Menurut pengamatannya, lihatkan coretan, sapuan, atau olesan yang di dalam dunia seni rupa Indonesia hidup kasar dan mengalun leluasa, Warna-warna dua seni rupa, masing-masing menempati bercampur di kanvas, ketika cat masih lapisan sosial yang berbeda. Pada lapisan cair (…) menghasilkan ‘kekumuhan’ (…) sosial kelas atas dan menengah atas hidup Digunakan terutama warna-warna hangat satu jenis seni rupa (karena itu disebutnya coklat, merah, dan oker, di sana-sini disela sebagai seni rupa “atas”). Sedangkan di hitam, hijau, dan biru. (…) mengingatkan, lapisan kelas bawah hidup pula seni rupa bahwa yang dilukis adalah orang-orang jenis lain (dinamakannya seni rupa “bawah”) yang dekat dengan tanah, lumpur, dan (Yuliman & Hasan, 2001) 5 debu… “3 Yang pertama lahir dan tumbuh di negeri Jelas, Sanento memiliki kepekaan industri maju, digerakkan oleh faktor informasi menangkap rasa dan kemampuan membaca dan konsumsi, dan berkat kemajuan teknologi pengetahuan dari unsur-unsur visual, dari teks informasi dan transportasi, menurut Sanento, – garis, warna, dan elemen yang lain dalam menyebar dari metropolis New York, Paris, lukisan. Juga, kemampuan menangkap konteks, London dan lain-lain ke seluruh dunia, segala hal di luar karya yang relevan – “orang- termasuk ke Indonesia. Yang dinamakan seni orang yang dekat dengan tanah…dst.” Semua rupa modern, termasuk golongan ini (seni lukis itu ia sampaikan dalam tulisan yang mudah modern, patung modern, seni grafis modern, dipahami. Bahasa Sanento tidak sulit, dan fotografi modern hingga desain grafis, desain segala hal yang bersifat subjektif (soal rasa, soal perabotan dan lain-lain). Yang dipelajari di penilaian) dijabarkannya dalam uraian yang sekolah dan perguruan tinggi seni rupa adalah “objektif”, yakni berangkat dari deskripsi objek seni rupa “atas” ini. Sumber penciptaan seni yang dibahas sehingga pembaca –setuju atau rupa “atas” ini adalah individu.

2 Jumlah ini bisa dilihat dari daftar isi Estetik yang Merabunkan. 4 Ibid, halaman 327

3 Sanento Yuliman, “Seni Djoko Pekik”, Ibid, halaman 5 Sanento Yuliman, “Dua Seni Rupa”, Ibid, halaman 889. 167. 11

Adapun seni rupa “bawah”, yang hidup rupa “bawah” tidak. Mengapa tak ada sekolah di lapisan kelas bawah, adalah produk lokal, untuk para perupa “bawah”? Mengapa seni dengan bahan-bahan lokal, dengan teknologi rupa “bawah” tak menjadi program studi di sederhana. Sumber penciptaan seni rupa sekolah-sekolah seni? “bawah” adalah masyarakat, tepatnya masyarakat di lingkungan senimannya. Yang dibayangkan Sanento, dalam dunia Lazimnya seni rupa “bawah” berkaitan dengan seni rupa kita berlangsung pertemuan atau tradisi. Para perupanya, umumnya hidup dialog antara yang “atas” dan yang “bawah”, hanya dari menjual karyanya. Ketika seni rupa “bukan agar yang satu melenyapkan yang ini masih terkait erat dengan tradisi, penjualan lain, melainkan agar masing-masing dapat ini hampir tak bermasalah, antara pencipta mengambil manfaat proses belajar, yang dan pembeli saling memahami. Seniman niscaya penting artinya…”. Pemikirannya juga membuat karya sepenuh jiwa-raga, karena ia mengatakan bahwa dunia seni rupa bukan percaya bahwa calon pembeli akan menghargai merupakan hal yang konkret; yang konkret (mungkin lebih tepat mengapresiasi) karya adalah di antara unsur-unsurnya: seniman, tersebut sebagaimana diri. Dalam lain kalimat, karya, peristiwa, dan sebagainya. Secara makna karya itu bagi dirinya dan pembeli bulat, dunia seni rupa adalah sebuah imaji, bernilai sama, entah itu sesuatu untuk adalah konsep konsep yang hidup, tidak perlengkapan upacara keagamaan, untuk mandek, hingga terus berubah. Dan sejarah perabot sehari-hari, dan lain-lain. seni rupa adalah cerita rangkaian dulu hingga sekarang, cerita tentang berbagai hal dengan Dalam perkembangan zaman, berbeda tokoh utama seni rupa itu sendiri, untuk dengan seni rupa “atas” yang ditunjang “mengabsahkan”, “mendukung” imaji dunia teknologi maju, pendidikan modern, dan seni rupa dimaksud. pemasaran canggih, seni rupa “bawah” tak memiliki penunjang yang membuatnya tetap Senanto selalu melihat karya, berbincang bertahan, apalagi berkembang. Begitu sumber dengan perupa. Ia menyaksikan peristiwa penciptaannya berubah, para perupanya seni rupa, kadang ikut terlibat di dalamnya. Ia beralih pekerjaan atau meneruskan berkarya mencatat semua itu, kemudian menuliskannya, namun dengan semangat kerja tak lagi sepenuh mencoba menggambarkan apa sebenarnya jiwa-raga. Contoh jelas yang dikemukakan yang terjadi dengan seni rupa kita dan apa Sanento dalam esai “Dua Seni Rupa” tersebut maknanya. Dari tulisan-tulisannya, memang adalah produk-produk benda untuk upacara tecermin bahwa pemikir seni rupa yang yang dijual ke turis asing. Mungkin ada satu- berangkat dari cita-cita menjadi pelukis dua hasil karya yang tetap bernilai, pada ini memiliki kepekaan melihat rupa dan umumnya senimannya hanya membuatnya piawai menemukan artinya dalam makna untuk uang, karena ia tahu calon pembelinya yang khusus, yakni makna seni rupa, serta tak akan menggunakan karya itu sebagaimana makna yang luas, kaitan seni rupa dengan fungsi aslinya. 6 berbagai sektor kehidupan masyarakat: sosiologi, budaya, ekonomi, tradisi, politik, Yang perlu dipahami adalah, dengan religi, teknologi dan lain sebagainya. Dan adanya dua seni rupa itu, Sanento tidak harus ditegaskan adalah: Pertama, seluruh memenangkan salah satu dari mereka, atau wacana yang Senanto kemukakan selalu memihak. Hal tersirat dalam esai tersebut berangkat dan berakhir pada seni rupa. yang diharapkannya adalah “keadilan”. Kedua, Senanto selalu mencoba mengatakan, Dalam pemikiran Sanento banyak timbul membahas, dan merumuskan segalanya dalam pertanyaan seperti berikut: Kalau seni rupa “bahasa” Indonesia. “Bahasa” di sini bukan “atas” ditunjang dengan dana pemerintah hanya bermakna sempit, alat komunikasi (sekolah-sekolah seni rupa misalnya) hingga antarmanusia, melainkan bermakna luas, yakni bisa bertahan dan berkembang, mengapa seni cara pandang dan cara merumuskan adalah berdasarkan kenyataan yang ia lihat. 6 Ibid, halaman 173 12 Jurnal Seni Nasional CIKINI Volume 6, Juni - November 2020

Hal yang kedua tersebut, tecermin dari Ia meninggalkan hasil kerja kerasnya dan hasil upayanya untuk selalu berbahasa Indonesia pemikirannya yang genial, tersebar di berbagai dengan sedapat mungkin menemukan istilah media dan peristiwa. Ratusan tulisannya dalam bahasa Indonesia untuk istilah-istilah terserak (Hendro Wiyanto, penulis dan kurator seni rupa yang datang dari Barat. Ia mengulik seni rupa sangat berjasa mengumpulkan kata-kata Indonesia yang sudah hampir tak tulisan-tulisan Sanento, hingga dibukukan pernah digunakan –dan ternyata berbagai dalam judul Estetika yang Merabunkan – istilah teknis dalam seni rupa yang dari Barat Dewan Kesenian Jakarta, 2019, setebal 997 ada padanan katanya dalam bahasa kita. halaman plus pengantar dan indeks – dan Selain itu, dalam tulisan-tulisannya Sanento itu belum semua). Dari tulisan-tulisan itu hanya terdapat sedikit kutipan pendapat terlihat bahwa Sanento mengulik segala yang dari para ahli seni rupa, filsafat, dan ahli-ahli berkaitan dengan seni rupa Indonesia, dan di bidang lain dari Barat. Namun Sanento terbayangkan ia seperti sedang merencanakan bukan penganut nasionalisme sempit; ia sejarah seni rupa Indonesia. Atau lebih akan tetap menggunakan yang dari Barat tepatnya, dari tulisan-tulisan (ada 178 judul) bila belum menemukan hal serupa yang tersebut sebuah sejarah seni rupa Indonesia Indonesia. Misalnya, dalam ceramahnya yang komprehensif dapat dijadikan bahan di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, dekat untuk tulisan sejarah kita. sepulangnya dari Prancis, akhir 1981, Sanento mengambil contoh kasus Aldous Huxley untuk Sanento sendiri, sebelum tutup usia, membuktikan bahwa tidak semua orang, sudah melangkah nyata untuk menuliskan termasuk budayawan elite seperti Huxley bisa sejarah seni rupa Indonesia. Yayasan Seni memahami jenis karya seni apa pun. Huxley Rupa Indonesia (digagas oleh G. Sidharta mengaku tak bisa merasakan musik India dan dibentuk bersama beberapa orang antara yang dinyatakan sebagai musik penuh haru lain Sanento sendiri pada 1990) menugasinya itu. Budayawan Inggris itu mendengarkannya menulis sejarah seni rupa Indonesia. Apa mau sebagai musik yang “riang gembira”. dikata, Yayasan itu bubar sebelum dua tahun; sudah tentu pendanaan penulisan sejarah itu Sejauh ini, karena itu semua, Sanento dalam juga urung. Namun Sanento tidak membatalkan dunia seni rupa kita adalah penulis dan pemikir rencananya, ia mengajak dua penulis seni yang jarang. Ia, pada hemat saya, sedang rupa yang tinggal di Bandung, Herry Dim dan menyusun fondasi bangunan dunia seni rupa Maman Noor, untuk meneruskan rencana itu. Indonesia dengan bahan-bahan bangunan yang Menurut Pudja Anindita, putra ketiga Sanento kukuh, tak mudah goyah. Bahan-bahan itu yang menuliskan biografi ayahnya di Estetika juga memungkinkan ditulisnya sebuah sejarah yang Merabunkan, sebagian bahan ada di seni rupa “baru” Indonesia yang komprehensif. Maman Noor (almarhum). Makna “baru” di sini adalah seni rupa yang hidup hingga masa kini yang bukan terutama Mungkin Jim Supangkat berlebihan dalam tumbuh dari si rupa tradisional di berbagai etnis tulisan obituari untuk Sanento yang dimuat di Indonesia, melainkan yang tumbuh dari seni di Majalah Tempo; menurut Jim hampir tak ada yang bisa menggantikan Sanento dalam rupa yang dibawa dari Barat (oleh Belanda yang 7 menjajah), yang kemudian diajarkan di sekolah- menuliskan sejarah seni rupa Indonesia. sekolah seni rupa kita, yang dibicarakan dan Yang bisa kita simpulkan, berdasarkan diulas oleh penulis, kritikus seni rupa di berbagi tulisan-tulisan Sanento dalam buku yang media dan kesempatan. Inilah seni rupa “baru”, disusun Hendro Wiyanto tersebut, dalam diri satu dari dua seni rupa yang senyatanya hidup Sanento menyatu wawasan yang luas yang sampai hari ini. Sanento menyebutnya sebagai diperlukan untuk menuliskan sebuah sejarah seni rupa atas, sedangkan yang satu lagi seni seni rupa yang komprehensif. Yakni, sejarah rupa bawah. seni rupa yang tak hanya merangkai perihal

Namun kerja belum selesai, Sanento 7 Jim Supangkat, “Duka untuk Seni Rupa”, Tempo, tutup usia pada 1992 dalam usia 51 tahun. 23 Mei 1992. 13

perkembangan seni rupa dari masa lalu hingga sebagai sebab-akibat yang langsung. Tiap hari ini, dengan cara menceritakan perihal masa memiliki seni rupanya dan bukan tokoh-tokoh dan karya-karya. Barangkali cara merupakan perkembangan dari karya-karya bercerita seperti itu cocok untuk sebuah dunia masa sebelumnya, baik dari bentuk maupun seni rupa yang berkembang lurus, seperti konsep. Karya-karya seni rupa hari ini sulit, sejarah seni rupa di Eropa: dari klasikisme, atau setidaknya bermasalah, bilamana realisme, impresionisme, ekspresionisme, dianalisis sebagai perkembangan yang lurus, kubisme, nonfiguratif, dan seterusnya. perkembangan sebab-akibat. Di museum- Perkembangan seni rupa Indonesia, tidak museum seni rupa di Eropa misalnya, setahu seperti itu, tidak linier. saya kurator tak mencampur-adukkan karya realis dengan yang ekspresionis, dengan Misalnya, dalam dunia seni rupa kita di karya abstrak. Tiap isme itu memiliki ruang tahun 1950-an sampai1970-an, dari pameran- masing-masing, dan karya-karya dalam pameran kita saksikan lukisan-lukisan yang satu ruang terasa memiliki kesinambungan masih figuratif, sebagian memburu bentuk dengan karya-karya dalam ruang sebelum seperti tampak mata, atau lukisan yang dan sesudahnya. Berbeda jika dibandingkan menyajikan bentuk-bentuk nyata yang dengan karya-karya di dalam ruang pameran dideformasi, dengan gaya sapuan yang koleksi Galeri Nasional Indonesia, Jakarta. Di ekspresif, dengan latar belakang pokok lukisan mana dari satu ruang ke ruang berikutnya tidak yang seringkali “abstrak”. Lalu ada lukisan- ada kesinambungan. Ini bukan karena kurator lukisan kubistis, lukisan-lukisan dengan sapuan sengaja mengatur demikian, melainkan karena lebar yang yang lazim disebut ekspresionime perkembangan seni rupa Indonesia memang abstrak dari para perupa di Seni Rupa ITB, tak bersambung lurus. dan di pertengahan 1970-an muncul karya- karya yang menyajikan barang-barang jadi Dalam buku Seni Lukis Indonesia Baru buatan pabrik di ruang pameran (Seni Rupa itu juga Sanento menyatakan bahwa “…jiwa Baru). Adakah yang ekspresionistis model seorang seniman, dari mana karya seni lahir, Sudjojono atau Affandi kemudian melahirkan tumbuh dan memperoleh bentuknya, adalah yang kubistis, dan kemudian muncul karya- seumpama acuan yang padanya telah bekerja karya yang menyajikan barang jadi produk kekuatan-kekuatan sejarah.” Karena itu seni pabrik? Sulit, dan rasanya tidak masuk akal rupa kita tidak akan sepenuhnya dipahami melihat ragam karya seni rupa tersebut “tanpa menempatkannya dalam keseluruhan lewat perkembangan linier, mengingat satu kerangka masyarakat dan kebudayaan hal saja: proses penciptaan karya-karya Indonesia.” Unsur-unsur masyarakat dan tersebut tidak bertolak (baik yang mengikuti kebudayaan itu antara lain, warisan budaya, maupun yang melawan) dari karya-karya masalah dan peristiwa sosial yang pernah dan yang mendahuluinya. Gambaran ini tentulah sedang berlangsung, dan pengaruh Barat dari selayang pandang, tidak detail, sekadar dulu hingga sekarang (Yuliman S. , 1976).8 menggambarkan bahwa seni rupa kita tak berkembang linier. Sanento meninggali kita dengan bahan- bahan, yang layak dikembangkan dan Gambaran detail pembagian periode dilanjutkan untuk sebuah penulisan sejarah perkembangan Seni Rupa di Indonesia seni rupa Indonesia. Membahas satu per satu barangkali dapat dibaca dalam buku Seni Lukis esai, karya dan pemikiran Senanto bukan Indonesia Baru--Sebuah Pengantar (Dewan pada tempatnya pada tulisan ini. Yang jelas, Kesenian Jakarta, 1976). Di sana, Sanento siapa pun yang berniat menulis sejarah seni Yuliman membagi seni rupa Indonesia dalam rupa Indonesia, mesti bersiap kerja keras. periode-periode: masa pertama (1900-1940), Helena Spanjard, sejarawan Belanda yang masa kedua (1940-1960), kelahiran seni lukis mempelajari seni rupa Indonesia, mencatat abstrak (1955-1960), kemudian masa ketiga (sesudah 1960). Namun dari masa pertama 8 Sanento Yuliman, Seni Lukis Indonesia Baru – ke masa kedua misalnya, tidaklah dijelaskan Sebuah Pengantar, DKJ, 1976, halaman 43-44 14 Jurnal Seni Nasional CIKINI Volume 6, Juni - November 2020

dalam disertasinya (sudah diindonesiakan, dan diterbitkan sebagai buku, Cita-Cita Seni Lukis Indonesia Modern 1900-1995). Sanento Yuliman memang hanya satu, tapi ia meninggalkan warisan untuk kita semua, dan tergantung kita, untuk apa warisan itu.

DAFTAR PUSTAKA Supangkat, J. “Duka untuk Seni Rupa”, Tempo, 23 Mei 1992. Yuliman, S. (1976). Seni Lukis Indonesia Baru : sebuah pengantar. Jakarta: Dewan Kesenian Jakarta. Yuliman, S., & Hasan, A. (2001). Dua seni rupa : sepilihan tulisan Sanento Yuliman. Jakarta: Yayasan Kalam. Yuliman, S. “Seni Djoko Pekik” Yuliman, Sanento. “Batik Sang Penjelajah” dalam Estetik yang Merabunkan, bunga rampai esai dan kritik Sanento Yuliman, editor Hendro Wiyanto, DKJ, Januari 2020. 15

MEMBACA POLA CLIFFHANGER DALAM DUA WEB SERIES INDONESIA

Erina Adeline Tandian, A.Md.Sn., S.Psi. ; Damas Cendekia, M.Sn. [email protected]; [email protected]

Abstrak Internet telah melahirkan sebuahplatform naratif audio-visual baru bernama web series, yang mengadopsi cara bercerita serial televisi lewat episodisasinya, termasuk penggunaan cliffhanger. Penonton web series dapat mengikuti episode berikutnya di waktu yang bebas, sehingga diduga berdampak pada teknik cliffhanger yang digunakan. Artikel ini berisi riset kualitatif berupa studi kasus tentang pola cliffhanger dalam dua web series Indonesia. Dua web series berjudulSore: Istri dari Masa Depan dan Filosofi Kopi The Series: Ben & Jody dianalisis menggunakan teknik cliffhanger menurut James Scott Bell. Hasilnya menyatakan dua web series tersebut paling banyak mengakhiri episode dengan pengambilan keputusan oleh tokoh dan pemberian surprise.

Kata Kunci: cliffhanger, web series, episodisasi

Abstract Internet had emerged a new platform in audio-visual storytelling, called web series. It adopts the narrative structure of television series, including the usage of cliffhanger. The audiences of web series are allowed to continue watching the next episode in anytime, which could affect the cliffhanger techniques. This article provides a qualitative research, spesifically a case study about patterns of cliffhanger in two Indonesian web series. Two web series calledSore: Istri dari Masa Depan and Filosofi Kopi The Series: Ben & Jody were analysed using cliffhanger techniques by James Scott Bell. The result reveals both web series usually ended their episodes with a major decision or vow and surprise. Keywords: cliffhanger, web series, episode 16 Jurnal Seni Nasional CIKINI Volume 6, Juni - November 2020

A. Web Series sebagai PlatformNaratif Baru sama-sama diunggah pada kanal YouTube. Setelah itu muncul beberapa kanal audio- Naratif merupakan sebuah fondasi yang visual lain seperti HOOQ, Viu, dan iflix yang membuat manusia dapat memahami dunia, memiliki serial orisinalnya masing-masing. karena manusia memiliki ketertarikan yang besar akan cerita (Bordwell, et. al., 2019). Platform atau medium baru bernama Medium naratif masa kini tidak hanya terbatas web series ini, secara umum mengadopsi dalam bentuk novel, serial televisi, dan film cara bercerita film, terutama dalam hal layar lebar saja, namun telah bergeser ke audio-visual, struktur tiga babak, maupun Internet. Menurut Brown (2014), revolusi penokohannya. Selain itu, web series juga digital dan Internet pada tahun 1990-an telah meminjam cara bercerita dari serial televisi mengubah dunia perfilman. Akses Internet lewat serialisasi atau episodisasinya. Kesamaan juga semakin mudah dijangkau oleh manusia, dalam hal serialisasi, membuat web series juga ada sekitar 1,4 miliar orang atau setidaknya menggunakan cliffhangerseperti serial televisi, sekitar 20 persen populasi di dunia yang bisa sebagai salah satu teknik bertuturnya. mengaksesnya (Poe, 2011). Struktur plot episodik terbentuk dari Internet telah melahirkan sebuah platform serangkaian cerita-cerita yang disatukan baru dalam naratif audio-visual, yakni web bersama oleh karakter, tempat, atau tema yang series, baik di kanal YouTube maupun kanal- sama, namun dipisahkan oleh plot, tujuan, kanal streaming lainnya. Yahoo! meluncurkan dan subteks yang individual (Schmidt, 2005). sebuah kanal video di tahun 2002, MySpace Williams (2012) mengatakan bahwa sebuah memungkinkan pengguna berbagi video penceritaan, sekalipun dalam bentuk serial singkat pada 2004, dan Vimeo juga muncul singkat, harus memiliki permulaan, bagian di tahun 2004 (Drennan, et. al., 2018). Website tengah, dan akhir. Biasanya dimulai dengan episodik sebenarnya sudah menjadi bagian membangun semesta penceritaan, pengenalan dari Internet sejak 1995, namun mengalami karakter utama, dan memperlihatkan tujuan peningkatan kualitas video online pada awal mereka dalam episode tersebut. Cerita abad ke-21, dan dikenal dengan sebutan web kemudian berkembang dengan hambatan- series, yaitu versi pendek dari gaya acara hambatan yang ditemui oleh karakter. televisi yang berkembang dari awal mula yang web series sederhana menjadi media hiburan (Letizia, Akan tetapi antara dengan 2011). serial televisi tentunya memiliki beberapa perbedaan. Salah satunya ada pada cara Kemunculan web series tidak terlepas dari penonton menyaksikan tiap episodenya. Tidak bisnis kanal video singkat YouTube yang resmi seperti serial televisi yang episodik, yang berarti dirilis pada tahun 2005. Salah satu web series penonton harus menunggu dalam waktu yang pertama muncul dalam bentuk reality show telah ditentukan untuk mengetahui kelanjutan berseri oleh akun lonelygirl15, yang pada cerita pada episode berikutnya, pada web akhirnya terungkap bahwa serial video ini series, penonton dimungkinkan untuk ternyata memiliki skrip dan diperankan oleh menonton tanpa jeda. Rasa penasaran yang aktris. Kesuksesan web series pertama lainnya dihasilkan oleh cliffhangertidak lagi dipelihara. adalah Sam Has 7 Friends yang rilis di YouTube, Penonton tidak perlu lagi menunggu lama Revver, iTunes, dan website resminya sendiri untuk mengetahui kelanjutan cerita. pada 28 Agustus 2006 (Brown, 2014). Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian Di Indonesia sendiri, web series mulai mengenai pola cliffhanger dalam dua web banyak bermunculan dan semakin digemari series Indonesia. Dua web series yang akan pada tahun 2017. Di tahun itu, ada dua web diteliti yaituSore: Istri dari Masa Depan (2017) series yang dirilis dan telah ditonton lebih dari dan Filosofi Kopi The Series: Ben & Jody(2017). satu juta kali hingga saat ini. Kedua web series Pemilihan dua web series ini karena jumlah tersebut adalah Sore: Istri dari Masa Depan viewers sudah melampaui satu juta kali, dan Filosofi Kopi The Series: Ben & Jody, yang sehingga diasumsikan bahwa mereka berhasil 17

menggunakan teknik cliffhangeruntuk menarik 2. Dangerous emotion minat penonton. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif berupa studi kasus terhadap Bahaya juga bisa dalam bentuk emosi. dua web series Indonesia. Peneliti melakukan Misalnya seperti yang dialami oleh Ask the Dust kajian dengan cara mengamati duaweb series tokoh Arturo dalam saat tersebut, untuk kemudian dianalisis hasilnya meninggalkan perempuan yang ia cintai. menggunakan teknik cliffhanger menurut 3. Portent James Scott Bell. Teknik cliffhanger lain disajikan dengan menampilkan gambaran mengerikan, genre B. Teknik CliffhangerBell yang biasanya terjadi dalam horor. Contohnya, dalam Needful Things karya Bell (2004) mengatakan bahwa akhir Stephen King, terjadi hujan lebat dengan adegan harus diakhiri dengan cliffhanger angin kencang saat tokoh Hugh Priest atau prompt agar orang bisa terus tertarik terkena mantra Leland Gaunt. mengikuti ceritanya. Terkadang beberapa 4. A mysterious line of dialogue penulis mengakhiri cerita dengan beberapa cara yang membosankan seperti ucapan Cliffhanger bisa diberikan dengan selamat tinggal, yang bisa menurunkan mengeluarkan dialog mengandung makna intensitas cerita. misteri atau hal yang belum diungkap Teknik cliffhanger biasanya digunakan secara keseluruhan. dalam opera sabun. Acara opera sabun lihai 5. A secret suddenly revealed mencampurkan beberapa alur cerita sekaligus, dan diakhiri dengan suatu cliffhanger atau Teknik lain yaitu seorang tokoh secara tiba- penemuan yang mencengangkan tiap akhir tiba mengungkapkan suatu rahasia besar segmen atau episode. Salah satu cara yang yang selama ini ditutupi. dapat dilakukan untuk meningkatkan daya 6. A major decision or vow tarik plot yaitu dengan tidak menyelesaikan permasalahan terlalu cepat. Memunculkan Bagian adegan akhir juga bisa mem- pertanyaan dalam benak penonton dan perlihatkan suatu keputusan besar oleh menunda jawabannya pun akan meningkatkan seorang tokoh yang bisa mengubah situasi. minat penonton dalam proses tersebut. Selain Bisa juga tokoh tersebut mengucapkan itu, pemindahan satu adegan yang masih suatu sumpah atau janji untuk melakukan menggantung ke adegan dari alur cerita lain hal signifikan. juga bisa menjadi strategi yang digunakan. 7. Announcement of a shattering event Berikut ini ada beberapa cara atau teknik cliffhanger yang dapat dilakukan agar cerita Teknik cliffhanger lainnya adalah dengan terus menarik untuk diikuti: kemunculan suatu berita duka secara mengejutkan. Melihat reaksi terkejut si 1. Impending disaster tokoh tentu akan memunculkan pertanyaan tentang aksi yang akan ia lakukan Ini merupakan salah satu tipe cliffhanger berikutnya. terbaik. Adegan akhir memperlihatkan suatu bencana besar yang akan datang 8. Reversal or surprise nantinya. Contohnya, tokoh Chyna di Intensity bersembunyi dari penjahat Kejutan juga bisa berupa suatu informasi dalam sebuah toko serba ada, kemudian yang mengubah jalan cerita secara drastis ia mendengar suara pintu terbuka dan ke arah lain. pembunuhnya masuk ke dalam bersamaan 9. A question left hanging in the air dengan suara deru angin kencang. Teknik terakhir yang tidak kalah efektifnya 18 Jurnal Seni Nasional CIKINI Volume 6, Juni - November 2020

adalah dengan meninggalkan suatu or vow, dilihat dari keputusan tiba- pertanyaan besar yang tidak langsung tiba dari Ben untuk Mengganti nama dijawab oleh seorang tokoh. Ini akan kedainya menjadi Filosofi Kopi. Teknik menjadi misteri sendiri dalam alur kedua adalah a question left in the air, penceritaan yang membuat orang akan yang dapat didengar dari voiceover terus mengikuti sampai akhir untuk tahu Jody dengan nada penuh keraguan jawabannya. dalam mempertanyakan keseriusan sahabatnya mengganti nama kedai mereka. C. Cliffhangerdalam Filosofi Kopi The Series: Ben & Jody Web series Filosofi Kopi The Series: Ben & Jody (2017) merupakan prekuel dari film layar lebar dengan judul yang sama. Web series ini diproduksi oleh Visinema Pictures, dan skenarionya ditulis oleh M. Irfan Ramli, Sabrina Rochelle, serta Nurita Anandita. Total keseluruhan episode dalam satu season berjumlah lima episode. Web series ini menceritakan kisah sepasang sahabat penggemar kopi, yaitu Ben dan Jody dalam usahanya mendirikan kedai kopi. Mereka ingin membuka sebuah kedai Gambar 1. Cliffhanger Episode Pertama Filosofi Kopi The Series: Ben and Jody minuman dengan konsep yang tidak biasa, yang nantinya diberi nama Filosofi Kopi. Dalam prosesnya, mereka menemui sejumlah hambatan dan konflik antar sahabat, namun 2. Episode kedua berjudul Password Hoki, semua itu bisa dilewati oleh kecerdikan Ben berdurasi 09:43, dan rilis pada 26 Maret dan keuletan Jody, sehingga akhirnya kedai 2017. Ben dan Jody melakukan voting Filosofi Kopi resmi dibuka. terhadap karyawannya, dan mereka sepakat mengganti nama kedai menjadi Berikut ini akan dipaparkan data dan Filosofi Kopi. Kemudian Jody mengundang analisis cliffhanger per episode dalam web seorang ahli feng shui bernama Koh A series Filosofi Kopi The Series: Ben and Jody. Cuh untuk melihat peluang profit yang 1. Episode pertama berjudul Pilot, bisa datang di kedai mereka, namun berdurasi 10:10, dan rilis pada Ben mencurigai orang itu. Pada adegan 10 Februari 2017. Episode ini terakhir, terungkap identitas Koh A Cuh menceritakan proses Ben dan Jody yang ternyata seorang penipu, lalu ia dalam menentukan konsep kedai langsung melarikan diri dan meninggalkan kopi yang pas. Pada adegan terakhir, boneka kucing pembawa rezeki terlihat Ben dan Jody minum kopi (manekineko) miliknya di kedai Filosofi sambil mengobrol di kedai mereka. Ben Kopi. Ben memasang boneka tersebut di mendapat inspirasi untuk mengubah bagian jendela kedainya. nama kedai mereka menjadi Filosofi Teknik cliffhanger yang digunakan pada Kopi, sedangkan Jody mempertanyakan akhir episode ini adalah a secret suddenly keseriusan hal tersebut. revealed. Tampak ketegangan (suspense) Teknik cliffhanger yang digunakan dan keterkejutan (surprise) dari sejumlah pada akhir episode ini ada dua hal. karakter saat mengetahui rahasia bahwa Yang pertama adalah a major decision Koh A Cuh itu ternyata seorang penipu. 19

Gambar 2. Cliffhanger Episode Kedua Filosofi Gambar 3. Cliffhanger Episode Ketiga Filosofi Kopi The Series: Ben and Jody Kopi The Series: Ben and Jody

3. Episode ketiga berjudul W.I.B (Waktu Indonesia Bagian Ben), berdurasi 09:49, dan rilis pada 7 Mei 2017. Ben dan Jody bertaruh soal supplier biji kopi untuk kedai mereka. Ben ingin mengambil pasokan biji kopi dari Bang Norman yang harganya lebih murah, namun Jody tidak suka dengan sifat Bang Norman yang sering terlambat. Ben menggunakan cara licik dengan mengatur jam di kedai, sehingga Bang Norman seolah- olah datang tepat waktu. Pada adegan terakhir, Jody sadar kalau Ben sudah mengelabuinya soal Gambar 4. Cliffhanger Episode Keempat Filosofi waktu. Ia tampak kesal dan masuk ke Kopi The Series: Ben and Jody dalam kedai sambil berteriak memanggil sahabatnya itu.

Teknik cliffhanger pada akhir episode ini terakhir, Jody kaget dan terharu saat ada dua. Yang pertama adalah a secret Ben menyampaikan keinginannya untuk suddenly revealed, yaitu terungkapnya tetap mempertahankan menu non-kopi rahasia bahwa Ben diam-diam mengatur di kedai mereka. jam di kedai untuk mengelabui Jody. Kemudian teknik kedua yang digunakan Teknik cliffhanger pada akhir episode adalah dangerous emotion, dilihat dari ini ada dua. Yang pertama yaitu reversal reaksi marah Jody begitu tahu bahwa Ben or surprise. Sepanjang web series sudah sudah membohonginya. diberikan informasi bahwa Ben berkarakter keras kepala dan selalu mau menang. 4. Episode keempat berjudul Coffee vs Non- Episode ini menceritakan bahwa Ben Coffee, berdurasi 06:49, dan rilis pada 27 menang taruhan dari Jody pada tes pasar, Mei 2017. Ben ingin kedai mereka hanya namun di akhir episode diberikan surprise menyajikan menu kopi saja, sedangkan bahwa Ben berubah pikiran dan mau Jody ingin ada menu non-kopi juga. mengikuti ide Jody dalam menentukan Berdasarkan hasil tes pasar, ternyata menu minuman di kedai kopi mereka. Ben yang menang. Namun di adegan Yang kedua adalah a major decision or 20 Jurnal Seni Nasional CIKINI Volume 6, Juni - November 2020

vow. Ini masih terkait dengan penjelasan D. Cliffhanger dalam Sore: Istri Dari Masa dari teknik cliffhangerpertama, yaitu ada Depan keputusan besar yang diambil oleh Ben Web series Sore: Istri dari Masa Depan dan Jody dalam menentukan menu di Filosofi Kopi. (2017) diproduksi oleh Tropicana Slim Stevia, dan skenarionya ditulis oleh Yandy Laurens. 5. Episode kelima yaitu Finale, berdurasi Total keseluruhan episode dalam satu season 07:08, dan rilis pada 1 Juli 2017. Episode berjumlah sembilan episode. Web series ini ini menceritakan Jody yang pusing soal merupakan web series Indonesia yang hampir pembayaran hutang menjelang grand keseluruhan settingceritanya berlokasi di Italia. opening, lalu Ben menyarankan untuk Web series memohon keringanan kepada si pemberi ini menceritakan Jonathan (Dion hutang. Pada adegan terakhir, Jody Wiyoko), seorang pemuda Indonesia yang terkesima melihat kecantikan Inka, adik tinggal dan bekerja di Italia. Ia terbiasa dengan dari si pemberi hutang. Jody pun mengajak gaya hidup kurang sehat, seperti sering bekerja Inka makan malam dan disoraki oleh larut malam, minum minuman beralkohol, teman-temannya. dan hampir tidak pernah olahraga. Suatu hari, seorang perempuan misterius bernama Pada episode terakhir ini terdapat satu Sore (Tika Bravani) muncul secara tiba-tiba teknik cliffhanger yaitu reversal or dan mengaku sebagai istri Jonathan dari masa surprise, dilihat dari keterkejutan Jody depan, yang hendak mengubah pola hidup dan kawan-kawan bahwa Inka ternyata Jonathan agar lebih peduli dengan kesehatan. sosok perempuan yang cantik dan ia Awalnya Jonathan tidak percaya dengan Sore pun mengajaknya makan. Bagian akhir dan menganggap ia sebagai penipu yang cerita web series ini bisa dikategorikan ingin memanfaatkannya saja, namun seiring sebagai positive/happy ending, karena Ben berjalannya waktu, mulai muncul perasaan dan Jody berhasil membuka kedai kopi cinta dalam hati Jonathan terhadap Sore. mereka dengan konsep baru. Meskipun demikian, akhir cerita yang terasa Berikut ini akan dipaparkan data dan cliffhanger web sedikit menggantung dan ambigu bisa analisis per episode dalam series Sore: Istri dari Masa Depan dikatakan sebagai open ending, sehingga . ada kemungkinan untuk dibuat season 1. Episode pertama berdurasi 12:42, dan lanjutan (season dua), yang mungkin akan rilis pada 1 Februari 2017. Jonathan, menceritakan hubungan Jody dan Inka. seorang pemuda Indonesia yang bekerja di Italia, merasa terganggu dengan kehadiran seorang perempuan bernama Sore. Sore muncul secara misterius di kamar apartemennya dan mengaku sebagai istrinya dari masa depan. Pada adegan terakhir, diceritakan bahwa Sore mengacaukan kencan Jonathan dan Elsa, kemudian Sore memasang wajah tidak bersalahnya sambil terus menguntit Jonathan. Teknik cliffhanger yang digunakan pada akhir episode ini adalah impending disaster. Menjelang akhir episode diperlihatkan petunjuk atau clue tentang Gambar 5. Cliffhanger Episode Kelima Filosofi masalah yang akan dihadapi oleh tokoh Kopi The Series: Ben and Jody utama bernama Jonathan. Di episode ini, tokoh Sore menjadi pengacau dalam 21

hidup Jonathan. Sore yang terus mengikuti malam dan bersiap-siap untuk ‘tidur’. Jonathan akan memberi kesan kalau si Jonathan salah mengira maksud Sore dan tokoh utama bisa menemui gangguan atau sempat terjadi kecanggungan di antara bencana lainnya nanti. mereka. Sore mengatakan bahwa malam pertama mereka nanti setelah menikah akan sangat berkesan karena benar-benar pertama kali. Teknik cliffhanger pada akhir episode ini adalah penggunaan a mysterious line of dialogue. Ini terlihat dari kalimat dialog tokoh Sore yang memberikan sedikit informasi dan petunjuk tentang masa depan, namun tidak diungkap secara keseluruhan sehingga terasa lebih misterius.

Gambar 6. Cliffhanger Episode Pertama Sore: Istri dari Masa Depan

2. Episode kedua berdurasi 10:48, dan rilis pada 8 Februari 2017. Sore terus mengikuti dan mulai mengatur pola makan Jonathan. Jonathan tampak kebingungan saat Sore mengatakan sejumlah hal-hal pribadi tentangnya secara benar. Tiba- tiba Sore pingsan setelah mimisan, yang dianggapnya sebagai efek samping dari perjalanan waktu (time travel) yang ia Gambar 7. Cliffhanger Episode Kedua Sore: Istri lakukan. Pada adegan terakhir episode dari Masa Depan ini, terlihat Jonathan menggendong Sore yang pingsan. Teknik cliffhanger yang digunakan pada akhir episode ini adalah portent, yaitu dengan memperlihatkan kondisi mengerikan yang dialami tokoh Sore. Sore mengalami mimisan dan pingsan secara tiba-tiba. 3. Episode ketiga berdurasi 11:32, dan rilis pada 15 Februari 2017. Jonathan sempat menuduh sahabatnya yang bernama Carlo mengirim Sore untuk mengerjainya, namun Carlo menepis tuduhan itu. Di episode ini, benih-benih cinta untuk Sore Gambar 8. Cliffhanger Episode Ketiga Sore: Istri perlahan muncul di hati Jonathan. Pada dari Masa Depan adegan terakhir, diceritakan bahwa Sore meminta Jonathan tidak bekerja larut 22 Jurnal Seni Nasional CIKINI Volume 6, Juni - November 2020

4. Episode keempat berdurasi 12:09, dan mengira Jonathan akan meninggalkan rilis pada 22 Februari 2017. Elsa berusaha Sore, namun ternyata ia melakukan hal meyakinkan Jonathan bahwa Sore adalah sebaliknya dengan kembali menemui pembohong. Pada adegan terakhir, Elsa Sore. Yang kedua yaitu a major decision bertanya ke Sore di hadapan Jonathan or vow, yang tampak dari keputusan dan Carlo, mengenai reaksi Jonathan Jonathan untuk terus bersama Sore dan di masa depan saat tahu istrinya ingin menemaninya. melakukan perjalanan waktu. Sore tidak bisa menjawab dan justru menangis. Ada dua teknik cliffhanger yang digunakan pada akhir episode ini. Yang pertama adalah a question left hanging in the air, yang tampak dari pertanyaan dari Jonathan dan Elsa terhadap Sore. Sore tidak bisa menjawabnya, sehingga terasa menggantung dan memberikan misteri tentang sesuatu yang akan terjadi di masa depan. Yang kedua adalah dangerous emotion, tampak dari intensitas dan ketegangan emosi para tokoh di akhir episode ini. Gambar 10. Cliffhanger Episode Kelima Sore: Istri dari Masa Depan

6. Episode keenam berdurasi 13:44, dan rilis pada 1 Maret 2017. Jonathan marah besar karena ia tidak suka diatur sekalipun oleh istri sendiri. Sore pun meminta Jonathan untuk tidak mendekatinya di masa depan, jika pada akhirnya ia harus meninggalkan anak dan istrinya terlalu cepat. Pada adegan terakhir, Sore memberi tahu rahasia tentang kematian Jonathan di masa depan. Kemudian Sore kembali Gambar 9. Cliffhanger Episode Keempat Sore: mimisan dan pingsan. Akhir episode ini Istri dari Masa Depan dapat dikatakan sebagai klimaks atau puncak ketegangan (suspense) yang dibalut oleh sejumlah hal mengejutkan (surprise). 5. Episode kelima berdurasi 07:22, dan rilis pada 24 Februari 2017. Jonathan memilih Episode ini memiliki banyak teknik tetap bersama Sore dibandingkan pergi cliffhanger. Ada lima teknik cliffhanger dengan Elsa dan Carlo. Pada adegan yang digunakan pada akhir episode ini. terakhir, Jonathan mengucapkan terima Teknik pertama yaitu portent, dengan kasih ke Sore karena sudah menunggunya, memperlihatkan kondisi mengerikan lalu mereka menatap matahari terbenam. Sore yang sekarat dan mimisan.Yang kedua adalah a secret suddenly revealed, Di akhir episode ini juga digunakan yang tampak dari terungkapnya rahasia cliffhanger dua teknik . Teknik pertama besar bahwa Jonathan akan meninggal reversal or surprise yaitu , dari aksi yang cepat akibat pola hidup tidak sehat. dilakukan tokoh Jonathan. Penonton 23

Terungkapnya rahasia ini juga termasuk ini menceritakan pencarian Jonathan dalam teknik announcement of a dalam menemukan Sore di Indonesia. shattering event, sebab informasi yang Setelah keduanya berkenalan, Sore diungkapkan merupakan berita duka bingung karena Jonathan tahu banyak hal yang meninggalkan trauma bagi Sore tentangnya. Pada adegan terakhir episode dan anak mereka. Teknik berikutnya ini, diperlihatkan Jonathan dan Sore yaitu dangerous emotion, terlihat dari duduk bersama di bazaar, lalu Jonathan kemarahan dan kekecewaan tokoh mengakui dirinya sebagai suami Sore dari Sore terhadap hal yang dilakukan oleh masa depan. Jonathan. Teknik terakhir yaitu reversal or surprise karena adegan terakhir Adegan terakhir ini memiliki dua teknik cliffhanger cliffhanger ini tentunya mengejutkan dan akan . Teknik pertama a major decision or vow mengubah penceritaan ke arah yang lain. adalah , yang terlihat dari keseriusan Jonathan saat mengatakan bahwa ia adalah calon suami Sore. Hal ini juga masih terkait dengan teknik kedua yaitu a mysterious line of dialogue. Kalimat Jonathan tersebut tentu menjadi misteri tersendiri bagi tokoh Sore dalam episode ini.

Gambar 11. Cliffhanger Episode Keenam Sore: Istri dari Masa Depan

7. Episode ketujuh berdurasi 07:54, dan rilis pada 8 Maret 2017. Sore menghilang di pagi berikutnya setelah berdamai dengan Gambar 12. Cliffhanger Episode Ketujuh Sore: Istri dari Masa Depan Jonathan. Kemudian Jonathan berpamitan dengan Carlo karena memutuskan untuk kembali ke Indonesia. Pada adegan terakhir, diperlihatkan Jonathan duduk sendirian di bandara. Adegan terakhir ini menggunakan teknik cliffhanger a major decision or vow. Hal ini terlihat dari keputusan besar Jonathan untuk kembali ke Indonesia dan mencari Sore. 8. Episode kedelapan yaitu Final, berdurasi 14:11, dan rilis pada 15 Maret 2017. Mulanya episode ini dikatakan sebagai episode terakhir dalam satu season, sebelum akhirnya dirilis satu episode Gambar 13. Cliffhanger Episode Kedelapan Sore: Istri dari Masa Depan spesial sebagai tambahan. Episode 24 Jurnal Seni Nasional CIKINI Volume 6, Juni - November 2020

9. Episode kesembilan disebut sebagai The Series: Ben & Jody. Hal ini berbeda dengan Special Episode, berdurasi 16:13, dan rilis Sore: Istri dari Masa Depan yang menggunakan pada 22 Maret 2017. Jonathan hendak kesembilan teknik cliffhangersecara bergantian, memberikan kejutan saat melamar Sore, bahkan ada satu episode yang menggunakan namun rencananya gagal dan Sore justru lima teknik cliffhangersekaligus. senang karena dilamar dengan cara yang cliffhanger biasa. Pada adegan terakhir, diperlihatkan Tipe teknik yang paling web series Jonathan yang tampak senang lamarannya dominan digunakan pada dua itu a major decision or vow diterima Sore. adalah . Seringkali diperlihatkan adegan akhir setiap episode Tidak terdapat cliffhanger pada akhir dengan diambilnya sebuah keputusan besar episode ini. Adegan yang ditampilkan cukup oleh tokoh utama, yang nantinya akan menjadi jelas dalam menutup akhir web series, plot pada episode-episode berikutnya. Selain dan kecil kemungkinan untuk dibuatnya itu, teknik cliffhanger reversal or surprise season lanjutan. Seandainya season dua juga menempati urutan kedua paling sering dibuat, mungkin akan menceritakan digunakan pada dua web series. plot lain, karena akhir season satu tidak cliffhanger terasa menggantung. Akhir cerita web Sedangkan teknik yang paling web series series ini bisa dikategorikan sebagai jarang digunakan oleh dua tersebut impending disaster announcement positive/happy endingdan closed ending, adalah dan of a shattering event karena protagonis berhasil mendapatkan . Bahkan dua teknik cliffhanger tujuannya dan cerita pun selesai. ini tidak digunakan sama sekali pada Filosofi Kopi The Series: Ben & Jody. Begitu pula dengan teknik portent dan a mysterious line of dialogue yang juga tidak digunakan sama sekali oleh web series ini. Penggunaan teknik cliffhangerpada Filosofi Kopi The Series: Ben & Jody tidak sebanyakSore: Istri dari Masa Depan bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor pertama yaitu jumlah episode yang berbeda dalam satu season. Sore: Istri dari Masa Depan memiliki jumlah episode yang lebih banyak yaitu sembilan episode, sedangkan Filosofi Kopi The Series: Ben & Jody hanya memiliki lima episode. Gambar 14. Adegan Penutup Episode Faktor kedua adalah perbedaan genre dan Kesembilan Sore: Istri dari Masa Depan style kedua web series tersebut. Filosofi Kopi The Series: Ben & Jody merupakan web series drama persahabatan yang ringan, sedangkan E. Pola Cliffhanger Web Series Indonesia Sore: Istri dari Masa Depan merupakan web series drama percintaan dengan topik yang Berdasarkan hasil analisis yang telah lebih serius. Perbedaan tersebut menjadikan dilakukan terhadap dua web series Indonesia, ketegangan (suspense) dan unsur-unsur yaitu Filosofi Kopi The Series: Ben & Jody keterkejutan (surprise) yang dibalut pada (2017) dan Sore: Istri dari Masa Depan (2017), Sore: Istri dari Masa Depan lebih tinggi dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam satu dibandingkan Filosofi Kopi The Series: Ben episode bisa saja menggunakan lebih dari & Jody. Hal ini berdampak pada pemilihan satu tipe teknik cliffhanger menurut James adegan cliffhanger yang lebih berat juga. Scott Bell. Meskipun demikian, tidak semua Bahkan episode klimaks dalam Sore: Istri teknik cliffhangerdigunakan dalam suatu web dari Masa Depan menggunakan lima teknik series, seperti yang terjadi dalam Filosofi Kopi cliffhanger sekaligus. 25

Konsep Filosofi Kopi The Series: Ben & web series yang mereka ikuti. Pengaplikasian Jody sebagai drama persahabatan dengan cliffhangerpada bagian akhir episode tentunya sedikit sentuhan komedi juga berpengaruh akan meningkatkan antisipasi dan minat terhadap pemilihan teknik cliffhanger. Teknik para penonton untuk terus setia menantikan cliffhanger portent yang memperlihatkan episode berikutnya. gambaran mengerikan serta announcement of a shattering eventyang bisa menimbulkan kesedihan mendalam tidak digunakan dalam DAFTAR PUSTAKA web series ini. Keputusan itu sudah tepat karena penggunaan dua teknik cliffhanger Bell, J. S. (2004). Plot and structure: Techniques tersebut bisa mengacaukan konsep yang telah and exercises for crafting a plot that dibangun. grips readers from start to finish. F+W Publications, Inc. Dua web series dalam penelitian ini juga menggunakan positive ending, yaitu akhir Bordwell, D., Thompson, K., & Smith, J. (2019). cerita yang menyenangkan karena protagonis Film art: An introduction. McGraw-Hill berhasil memperoleh tujuannya. Mungkin Education. saja ini dikarenakan karakteristik penonton Brown, R. (2014). Create your own tv series Indonesia yang menyukai happy ending. for the internet (2nd ed.). Michael Wiese Apalagi jika mereka sudah mengorbankan Productions. waktu sekian lama dalam mengikuti suatu serial dan merasa teridentifikasi dengan Drennan, M., Baranovsky, Y., & Baranovsky, protagonisnya, tentu saja akan lebih bisa V. (2018). Scriptwriting for web series: menerima akhir yang bahagia dibandingkan Writing for the digital age (2nd ed.). bila protagonisnya gagal. Routledge. Penelitian lanjutan tentang cliffhanger Letizia, A. (2011).Introduction to the webseries: pada web series Indonesia berdasarkan A collection of reviews. CreateSpace genre juga menarik untuk dilakukan. Hal Independent Publishing Platform. ini bertujuan untuk melihat pemetaan pola dari masing- masing genre. Selain itu, karena Poe, M. T. (2011). A history of communications: platform penceritaan ini termasuk masih Media and society from the evolution baru, bisa dilakukan penelitian-penelitian of speech to the internet. Cambridge lain, misalnya penelitian tentang web series University Press. Indonesia berbentuk antologi atau serial yang Schmidt, V. L. (2005). Story structure architect. hampir tidak memiliki cliffhanger di akhir F+W Publications, Inc. setiap episode. Tujuannya untuk mengetahui unsur yang menjadi daya tarik dari sebuah Williams, D. (2012). Web tv series: How to make web series, sehingga penonton tetap setia and market them. Oldcastle Books. untuk mengikutinya. Penelitian tentang pola struktur dramatik web series Indonesia juga menarik untuk dilakukan. DAFTAR FILM Naratif dalam web series akan menjadi Tropicana Slim. (2017, Februari 1). SORE – lebih baik jika penulis skenario memperhatikan Istri dari Masa Depan [Web series]. cliffhanger pada setiap akhir episode. YouTube. https://www.youtube.com/ Cliffhanger menjadi penting terutama untuk watch?v=PY3_jveYQSI web series yang memiliki jeda waktu cukup lama antar episodenya. Bila memperhatikan Visinema Pictures. (2017, Februari 10). kolom komentar pada dua web series Indonesia FILOSOFI KOPI THE SERIES: Ben & Jody dalam penelitian ini, banyak penonton yang [Web series]. YouTube. https://www. tidak sabar menantikan kelanjutan cerita dari youtube.com/watch?v=hR3uvOGFkXE 26 Jurnal Seni Nasional CIKINI Volume 6, Juni - November 2020

GAYA LIAO KONGAHYAN PADA LAGU DALEM GAMBANG KROMONG “POBIN KONG JI LOK”

Imam Firmansyah [email protected]

Abstrak Keberadaan lagu dalem gambang kromong pada masa kini dirasakan memprihatinkan. Lagu- lagu yang termasuk dalam repertoar klasik ini sudah sangat jarang terdengar karena dianggap sudah tidak menarik lagi bagi masyarakat pendukungnya. Kini lagu dalem yang tersisa hanya lagu “Pobin Kong Ji Lok”. Lagu ini dimainkan oleh tiga alat musik pembawa melodi utama, yaitu kongahyan, gambang, dan kromong. Ketiganyamempunyai gaya khas yang disebut dengan liao, yaitu gaya melodi yang sifatnya bebas dan menyerupai improvisasi. ‘ Penelitian ini akan menjelaskan gaya liao pada salah satu alatmusikpembawa melodi yang utama, yaitu kongahyan. Gaya melodi Liao kongahyan didokumentasikan dalam bentuk audio visual, dan kemudian mentranskripsikannya dalam bentuk notasi, kemudian menganalisa gaya musiknya melalui elemen musik yang paling menonjol, diantaranya adalah tangga nada, harmoni, sistem penalaan, ritem, dan warna suara alat musik. Kata kunci: Adaptasi, Komparasi, Karakterisasi, Penyuntingan, Intertekstualitas

Abstract The existing repertoire of the classic songs of gambang kromong is very apprehensive. Many song from classical songs category are very rarely heard because they are no longer attractive to the community. Now there is only one song that is still possible to play, namely “Pobin Kong Ji Lok”. This song played by three main instrument, kongahyan, gambang, and kromong. They have a distinctive style called liao, which is the free style of melody smiliar with improvitation. This research will explain the liao style of one of the main melody-carrying instruments, namely kongahyan. The kongahyans’s melodic style are documented in the form of audiovisual, transcribed in the form of notation, then analyzed its style of music through the most prominent musical elements, including the musical scale, harmony, tuning system, rhythm, and the timbre of musical instruments. Keywords: liao, kongahyan, gambangkromong 27

PENDAHULUAN pengaruh budaya Tionghoa pada lagu dalem gambang kromong. Gambang kromong merupakan sebuah ansambel musik tradisional yang berkembang ’Lagu dalem’ kadang disebut juga ’lagu dalam masyarakat Betawi. Nama gambang klasik’ atau ’lagu lama’. Istilah lagudalem dan kromong diambil dari dua alat musiknya, lagu klasik didapatkan dari pemain gambang yaitu gambang dan kromong. Selain kedua kromong untuk menyebutkan kumpulan lagu alat musik tersebut dalam gambang kromong dengan sebuah gaya musiknya cenderung lebih juga terdapat gendang, kecrek, , , tenang dan instrumentasi yang lebih sedikit. dan alat musik gesek yang terdiri dari tiga jenis, Sementara istilah lagu lama disebutkan oleh yaitu tehyan, kongahyan, dan sukong. Yampolsky yang juga didapatkan dari pemain- pemain gambang kromong pada penelitiannya Repertoar lagu gambang kromong di tahun 1990. Untuk selanjutnya dalam tulisan diklasifikasikan menjadi tiga berdasarkan masa ini akan menggunakan istilah ’lagu dalem’ perkembangannya, yaitu modern, lagu sayur karena istilah ini yang masih sering disebut dalem dan lagu . oleh pemain-pemain gambang kromong di Lagu modern merupakan repertoar baru masa sekarang. yang muncul di sekitar tahun 60-an dan 70- Yampolsky (1999: 19-20) menyebutkan an yang dipopulerkan oleh Benyamin Sueb, bahwa gaya musik lagu dalem mempunyai seorang penyanyi Betawi yang juga dikenal ciri antara lain: jumlah instrumentasinya sebagai aktor film dan televisi bergenre cenderung lebih sedikit, kendangan komedi. Lagu-lagu ini bergaya pop dengan (permainan gendang) hampir tidak ada, sering ansambel gambang kromong murni, atau terdapatnya saat-saat kosong, dimana semua dengan ansambel musik pop, atau campuran intrumen menyatu sebentar pada satu nada. keduanya. Benyamin Sueb membawakan Semua instrumen secara kontinyu terlibat repertoar ini sebagai sarana untuk menyajikan dalam memainkan melodi utama. Sehingga realitas sosial dengan gaya humor yang garis melodi dalam lagu dalem hanya ada dibawakan dengan dialek Betawi. satu dengan jalinan antar alat-alat pembawa Lagu sayur merupakan repertoar yang melodi yang lebih ketat. Ia juga menyimpulkan berasal dari masyarakat Betawi, misalnya bahwa tekstur musiknya cenderung lebih lagu ”Jali-jali”, ”Stambul”, ”Cente Manis”, heterofonis sehingga mengingatkan kita pada “Kicir-kicir”, “Onde-onde”, dan lain-lain. musik Tionghoa. Repertoar ini disebut dengan lagu sayur Dalam pertunjukan-pertunjukan gambang karena sangat sering dimainkan dalam kromong di masa sekarang ini lagu sayur dan berbagai acara, sehingga ’seperti makanan lagu modern masih sering dibawakan oleh sehari-hari’ bagi para pemainnya, sama kelompok-kelompok musik gambang kromong. seperti mereka makan sayur. Lagu “Jali-Jali Ujung Menteng”, “Kicir-Kicir”, Lagu dalem merupakan repertoar klasik “Ujan Gerimis” masih sering terdengar apabila yang diperkirakan berasal dari masyarakat gambang kromong dipentaskan dalam pesta Tionghoa peranakan yang tinggal di Jakarta. perkawinan Betawi. Lagu-lagu tersebut Repertoar ini mempunyai hubungan yang biasa dimainkan pada awal pertunjukannya, erat sekali dengan musik Tionghoa. Judul lagu kemudian dilanjutkan dengan memainkan yang masuk dalam kalasifikasi ini antara lain lagu-lagu dangdut dengan alat-alat musik adalah ”Pobin Poa Si Litan”, ”Pobin Kong Ji gambang kromong. Lok”, ”Pobin Mas Nona”, ”Pobin Pe Pantau”, Sementara itu lagu-lagu dalem sudah dan lain sebagainya. Menurut Kuohuang dalam sangat jarang dimainkan karena lagu-lagu Yampolsky (1999: 18-19) judul lagu-lagu pobin tersebut dianggap tidak bisa digunakan untuk merupakan versi Indonesia dari judul-judul ngibing (tari dengan gerak bebas sejalanan repertoar lagu Tionghoa kuno yang disebut dengan alunan musik gambang kromong). qupai. Hal ini mengisyaratkan sangat kentalnya 28 Jurnal Seni Nasional CIKINI Volume 6, Juni - November 2020

Para penanggap (orang yang mengundang dimana peneliti terjun langsung ke lapangan kelompok gambang kromong untuk untuk mempelajari permainan alat musik mengadakan pertunjukan) lebih menyukai kongahyan lagu “Pobin Kong Ji Lok” pada lagu sayur dan lagu modern dibandingkan narasumber yang kompeten, yaitu Bapak dengan lagu dalem. Hal tersebut menunjukan Ukar, seorang pemain gambang kromong bahwa lagu-lagu dalem gambang kromong senior pimpinan kelompok gambang kromong dirasakan sudah tidak diperlukan lagi oleh Sinar Baru. masyarakat pemiliknya. Akibatnya adalah panjak (pemain musik) yang lebih sepuh Observasi partisipasi berarti peneliti belajar merasa tidak perlu mewariskan repertoar memainkan kongahyan dengan mendekati klasik tersebut tersebut kepada panjak yang gaya permaianan nara sumber. Hal ini lebih muda karena tidak akan ada permintaan memudahkan untuk melakukan transkripsi dari penanggap. Kondisi ini menyebabkan musik secara terperinci. Selain itu kerja lagu-lagu dalem gambang kromong menjadi laboratorium juga akan digunakan untuk sangat langka pada masa kini. mengolah data terutama data audio visual dan menterjemahkannya ke dalam tulisan. Di masa sekarang lagu dalem yang masih bisa dimainkan hanya tinggal satu lagu, yaitu Selain mempelajari musik secara langsung, “Pobin Kong Ji Lok”. Lagu ini masih sering peneliti juga mendokumentasikan Audio dan dibawakan oleh beberapa kelompok gambang Video Bapak Ukar dalam memainkan lagu kromong sebagai pembuka pertunjukan “Pobin Kong Ji Lok”. Peralatan perekam audio home terutama di wilayah Tangerang. Akan tetapi yang digunakan merupakan peralatan recording hanya panjak-panjak tertentu saja yang . bisa memainkan lagu ini dan sebagian telah Hasil dari rekaman inilah yang kemudian berusia sepuh dan jumlahnya hanya tinggal ditranskripsikan ke dalam bentuk notasi balok sedikit, diantaranya adalah Bapak Ukar dengan yang hasilnya dianalisa untuk mendeskripsikan kelompoknya yang bernama Sinar Baru yang gaya liao kongahyan pada lagu “Pobin Kong berdomisili di Gunung Sindur, Bogor (dekat Ji Lok”. perbatasan Tangerang). Analisa gaya musik yang digunakan Salah satu gaya musik yang menarik dari mengacu pada pendekatan yang diungkapkan lagu dalem adalah liao, yaitu sebuah gaya oleh Slobin dan Titon (1985: 7-13) yang melodi yang sifatnya bebas, menyerupai terdapat dalam komponen ketiga dari empat improvisasi, dan terikat oleh jatuhnya nada komponen kebudayaan musik.1 pada ketukan-ketukan kuat. Gaya liao ini dimainkan oleh alat-alat musik pembawa “Style includes everything related to the melodi, diantaranya adalah kongahyan, organization of musical sound its self: pitch gambang, dan kromong. Dari ketiganya, element (scale, mode, melody, harmony, koanghyan merupakan pembawa melodi tuning system), time elements (rhythm, yang utama yang diiringi oleh gambang dan meter), timbre elements (voice quality, kromong yang kadang mengiringi dan kadang instrumental tone color), and sound juga memainkan gaya liao. Oleh karena itu intensity (loudness and softness)” (Slobin penelitian ini membahasa mengenai gaya liao dan Titon, 1985: 10). kongahyan pada lagu dalem gambang kromong Gaya mencakup segala sesuatu yang “Pobin Kong Ji Lok” membentuk bunyi musik, diantaranya adalah elemen nada (tangga nada, modus, melodi, harmoni, sistem penalaan), elemen waktu Metodologi Penelitian 1 Empat komponen kebudayaan musik yang Metode yang digunakan dalam penelitian dikemukakan oleh Slobin dan Titon antara lain: (1) ini adalah metode penelitian kualitatif dengan gagasan mengenai musik, (2) organisasi sosial, (3) repertoar musik, (4) kebudayaan material musik (1985: menekankan kepada observasi partisipasi, 7-13). 29

(ritem, meter), elemen timbre (kualitas suara, bungan dengan waktu. Ritem dapat berbentuk warna suara alat musik), dan intensitas suara bebas, fleksibel, terukur, dan teratur (the (keras dan lembut). organisation of music in respect to time. Rhythm may be free, flexible, measured, and Dalam tulisan ini yang dianalisa adalah metrical) (Westrup dan Harison, 1959: 545). elemen-elemen musik yang paling menonjol Hal ini untuk membahas irama dalam lagu dalam gaya liao kongahyan lagu “Pobin Kong “Pobin Kong Ji Lok”. Ji Lok” diantaranya adalah tangga nada, harmoni, sistem penalaan, ritem, dan warna Elemen timbre, yaitu warna suara alat suara alat musik. musik dan berhubungan dengan karakter bunyi dari alat musik yang dimainkan. Penekanan scale Tangga nada (Inggris: , Indonesia: konsep timbre dalam tulisan ini lebih mengacu titi laras laras2 atau ) adalah sebuah kepada perpaduan warna suara alat musik pengembangan nada-nada yang meliputi dapat mewakili gaya sebuah tradisi musik. semua [nada-nada] yang tersedia untuk komposer atau musisi sehubungan dengan Selain merekam audio visual peneliti tradisi terkait dimana ia bekerja (a progression juga akan melakukan wawancara mendalam of notes that comprises all those available terhadap narasumber utama, yaitu Bapak to the composers or musician according to Ukar dan narasumber pendukung untuk the tradition within which he is working) kelengkapan data. Hal ini dilakukakan untuk (Hindley, 1971: 544). Pendekatan ini dipakai mendapatkan data-data tambahan terutama untuk melihat tangga nada apa yang digunakan mengenai pengetahuan, sejarah, dan juga dalam lagu “Pobin Kong Ji Lok”. perkembangan lagu klasik gambang kromong di masa kini. Harmoni menurut pengertian modern berarti struktur, fungsi, dan keterkaitan antar akor-akor3 (in the modern sense harmoni means the structure, functions and relationship between Hasil Penelitian chords) (Westrup dan Harison, 1959: 302). Observasi partisipasi, pendokumentasian, Pendekatan ini akan digunakan untuk melihat dan wawancara dilakukan pada tanggal konsep harmoni yang khas dalam dalam lagu Oktober 2019 di rumah kediaman Bapak Ukar, “Pobin Kong Ji Lok”. di Gunung Sindur, Bogor. Sistem penalaan (Inggris: tunning system) Observasi partisipasi dilakukan dengan cara adalah cara untuk menala atau menyetem belajar memainkan alat musik kongahyan pada ketinggian nada pada alat musik agar sesuai Bapak Ukar yang dibantu oleh anaknya, yaitu dengan alat musik lain. Hal ini merupakan Marta. Proses belajar ini khusus dilakukan hal yang penting untuk dianalisa sehubungan pada lagu klasik “Pobin Kong Ji Lok”. dengan nada dasar yang digunakan dalam lagu “Pobin Kong Ji Lok”. Pendokumentasian berupa perekaman audio dan video dilakukan dengan 4 Ritem (Inggris: rhytem, Indonesia: irama) mendokumentasikan permainan Bapak Ukar. merupakan pengaturan sebuah musik sehu- Ia memainkan lagu “Pobin Kong Ji Lok” dengan alat musik gambang, kromong, dan kongahyan 2 Dalam tulisan ini selanjutnya akan menggunakan yang direkam satu persatu. istilah laras untuk menyatakan tangga nada Jawa yaitu pelog dan selendro dan menggunakan istilah tangga Wawancara terbuka dilakukan pada Bapak nada untuk menyatakan tangga nada musik Barat. Ukar dan anaknya Marta. Wawancara ini 3 Akor (chord) adalah paduan bebeapa nada yang direkam audio-nya dengan menggunakan dibunyikan bersamaan paling sedikit terdiri dari tiga smartphone sebagai alat untuk untuk nada (Banoe, 2003: 83) yang lazimnya berfungsi sebagai pengiring melodi. membantu mengingat.

4 Dalam tulisan ini selanjutnya akan menggunakan Hasil dari wawancara tersebut mendapati istilah irama untuk menyatakan ritem. bahwa lagu-lagu klasik gambang kromong 30 Jurnal Seni Nasional CIKINI Volume 6, Juni - November 2020

Gambar 1. Mendokumentasikan Permainan Kongahyan Bapak Ukar (sumber: dokumentasi pribadi)

di masa kini yang masih mungkin dimainkan Yang menentukan biasanya adalah siapa hanya lagu “Pobin Kong Ji Lok”. Menurutnya gurunya. Misalnya apabila ada dua orang di masa lalu pernah ditemukan transkrispsi pemain berguru pada orang yang sama, besar lagu-lagu klasik gambang kromong dalam kemungkinan keduanya mempunyai gaya liao sebuah buku berbahasa Tionghoa dengan yang mirip meskipun tidak sama persis. notasi Tionghoa. Akan tetapi di masa kini buku tersebut tidak diketahui keberadaannya. Meskipun ada belum tentu ada orang yang Pembahasan Penelitian bisa membacanya. Alat Musik Kongahyan Bapak Ukar juga sebenarnya masih mengingat beberapa lagu klasik lain, misalnya Pembahasan penelitian memfokuskan pada Pobin Poa Si Litan, dan Pobin Mas Nona. Akan gaya liao kongahyan pada lagu “Pobin Kong Ji tetapi dikarenakan tidak ada lagi partner untuk Lok” dengan membedah lima elemen-elemen bermain bersamanya maka hal tersebut sulit musik yang menonjol yang dikemukakan oleh dilakukan. Banyak pemain gambang kromong Slobin dan Titon (1985: 7-13). Kelima elemen seusianya yang sudah meningal, sementara tersebut antara lain sistem penalaan, warna pemain-pemain yang lebih muda tidak bisa suara alat musik, irama atau ritem, tangga memainkan lagu-lagu klasik tersebut. nada, dan harmoni. Liao pada alat musik kongahyan menurut Akan tetapi sebelum membahas lebih Bapak Ukar adalah sebuah gaya permainan dalam mengenai gaya liao kongahyan pada improvisasi yang dihasilkan beradasarkan lagu “Pobin Kong Ji Lok”, ada baiknya mengenal interprestasi seorang pemain. Setiap pemain alat musik kongahyan terlebih dahulu. mempunyai gaya liao yang berbeda-beda. Kongahyan merupakan sebuah alat musik 31

bersenar yang dimainkan dengan cara digesek. dikaitkan dengan kayu atau dalam biola Ruang resonansinya terbuat dari batok kelapa disebut pegs. yang ditutup dengan papan yang terhubung bow dengan leher (neck) yang terbuat dari kayu. Alat untuk menggeseknya ( ) disebut gesekan Di atas ruang resonansi terdapat kuda-kuda dengan . Terbuat dari bambu yang (bridge) untuk meletakkan senar yang terbuat diikatkan dengan kumpulan benang nylon dari baja. Senar yang digunakan merupakan tipis yang bisa dibuka. Posisi gesekan nilon senar gitar biasa yaitu senar nomer 1 dan ini terdapat di antara kedua buah senar nya. nomer 2. Pada ujung senar yang satunya

Gambar 2. Alat Musik Kongahyan (sumber: dokumentasi pribadi)

Gambar 3. Skema Nada Penjarian Alat Musik Kongahyan 32 Jurnal Seni Nasional CIKINI Volume 6, Juni - November 2020

Sistem Penalaan Penggabungan warna bunyi kongahyan, gambang, dan kromong menghasilkan Kongahyan ditala dengan memutar kesatuan yang berciri Tionghoa sekaligus bagian atasnya. Apabila memainkan nada Indonesia. Gaya Tionghoa terasa karena dasar C senar yang belakang bernada (kiri) kongahyan yang berfungsi sebagai pembawa G menggunakan senar gitar no. 2, dan senar melodi diiringi oleh alat musik yang pribumi depan bernada D (kanan) menggunakan senar yaitu gambang dan kromong yang juga sering gitar no. 1. muncul untuk berimprovisasi.

Warna Suara Alat Musik Irama Lagu Pobin Kong Ji Lok yang dimainkan Lagu “Pobin Kong Ji Lok” secara garis besar pak Ukar menggabungkan tiga alat musik menggunakan tiga jenis irama yang berbeda melodis utama yaitu kongahyan, gambang, dalam satu lagu tersebut, yaitu pembuka, dan kromong. bagian inti, dan lopan. Kongahyan yang merupakan alat musik Bagian pembuka atau biasa disebut dengan gesek adaptasi dari musik Tionghoa mempunyai angkatan menggunakan irama dengan tempo warna suara lembut. Sebagai pembawa bebas. Bagian ini merupakan permainan melodi utama permainan melodinya banyak solo gambang yang memainkan frase melodi berimprovisasi dengan mengunakan prinsip pendek yang kemudian memancing kromong liao dan banyak menggunakan nada panjang dan tehyan pada ujung-ujung frase untuk yang disertai dengan vibrasi yang berlebihan. memainkan nada yang sama. Tepat sesaat Secara sekilas warna suara alat musik ini sangat sebelum jatuhnya nada yang sama tersebut kental dengan budaya Tionghoa. gambang memainkan tehnik slide atau Gambang merupakan xilofon Indonesia menyerupai glisando pada teknik piano. yang terbuat dari kayu. Alat musik ini Pada bagian ini gambang menjadi pembawa mempunyai warna suara yang lembut dan melodi utama meskipun pada bagian-bagian- empuk serta mempunyai dan dengan gain yang bagian tertentu ada melodi yang bertabrakan pendek. Fungsinya adalah sebagai pengiring sebelum jatuhnya nada. dengan banyak menggunakan nada-nada yang rendah. Mesekipun sebagai pengiring, Irama dengan tempo bebas dimainkan gambang juga mempunyai kebebasan dalam pada bagian angkatan, yang merupakan berimprovisasi dengan menggunakan prinsip bagian pembuka lagu, mirip dengan bagian liauw. Bunyi khas pribumi sangat jelas terasa intro dalam musik Barat. Bagian ini merupakan dari gambang. Hal ini terdengar dari warna frase melodi pendek yang dimainkan secara suaranya yang empuk dan penggunaan tangga tunggal oleh gambang dengan tempo bebas nada pentatonis. yang diikuti dengan aksen oleh kromong dan gambang pada nada yang sama dibagian akhir Kromong merupakan metalofon berpencu frase melodinya. melodis yang terbuat dari logam. Alat musik ini mempunyai warna suara yang tinggi, panjang, Bagian Inti menggunakan irama dengan dan nyaring. Fungsinya adalah sebagai tempo yang cenderung lambat. Hal ini pengiring yang juga mempunyai kebebasan terjadi pada bagian inti yang merupakan berimprovisasi dengan menggunakan prinsip bagian pertengahan lagu yang berisi dengan liauw. Bunyi kromong sangat identik dengan permainan bersama antara gambang, Indonesia karena banyak alat musik sejenis kromong, dan kongahyan. Pada bagian ini, yang tersebar di beberapa daerah, misalnya ketiga alat musik tersebut memainkan melodi Jawa, Bali, Sunda, Lampung, Palembang, yang kurang lebih sama dengan versi dan Kalimantan, dan lain-lain. Nada. interpretasi masing-masing pemain seperti yang telah dijelaskan dalam bagian harmoni. 33

Bagian Lopan menggunakan Irama dengan Harmoni menggunakan tempo yang lebih cepat terjadi di bagian yang disebut dengan lopan. Lopan Perbedaan tangga nada kongahyan dengan merupakan bagian akhir lagu yang ditandai gambang dan kromong menghasilkan jalinan dengan permainan yang menggunakan tempo sistem harmoni yang sangat khas. Keunikannya yang lebih cepat dari bagian sebelumnya. terletak pada ketiga alat musik tersebut Kemudian menurun secara bertahap dan memainkan melodi yang sama dengan tangga akhirnya berhenti. nada yang berbeda-beda dan dengan versinya masing-masing. Melodi utama yang dimainkan secara diatonis oleh kongahyan dipadukan dengan gambang kromong yang memainkan Tangga Nada melodi dengan jalurnya sendiri dan dengan Tangga nada yang dimiliki oleh kongahyan, tangga nada pentatonis miliknya menghasilkan gambang, dan kromong yang dimainkan jalinan yang menarik. Ketiganya memainkan Bapak Ukar pada lagu Pobin Kong Ji Lok melodi utama dengan versinya masing-masing berbeda-beda. secara bersamaan dan kadang memberikan sisipan-sisipan improvisasi. Notasi 1 Tangga Nada Kongahyan Improvisasi melodi kongahyan disebut dengan liao. Improvisasi ini mempunyai sifat yang relatif bebas tergantung dari pemainnya. Liao yang dimainkan kongahyan berbeda dengan gambang dan kromong. Akan tetapi perbedaan tersebut akan menuju satu nada yang sama yang biasanya terjadi di setiap 1 Tangga nada kongahyan yang dimainkan ataupun 2 bar, dan terutama pada ketukan- dalam lagu “Pobin Kong Ji Lok” merupakan ketukan kuat. Persamaan jatuhnya nada yang tangga nada diatonis, terdiri dari nada C-D- sama tersebut disebut dengan ceh. E-F-G-A-Bb. Adanya nada Bb dalam tangga ini menjadikannya permainan kongahyan Pada notasi diatas yang terletak di garis menjadi sangat khas dan lazim ditemukan paranada paling atas adalah kongahyan, yang dalam lagu-lagu gambang kromong. Baik lagu kedua adalah kromong, dan ketiga adalah dalem maupun lagu sayur. gambang. Dari notasi tersebut dapat terlihat bahwa semua alat musik memainkan nada Berbeda dengan kongahyan, gambang yang sama (ditandai dengan kotak berwarna dan kromong menggunakan tangga nada merah) pada setiap satu atau dua bar setelah pentatonis. memainkan liao nya masing-masing (ditandai Notasi 2 Tangga Nada Gambang dan dengan gairs berwarna hijau). Kromong Secara garis besar kongahyan, gambang, dan kromong memainkan melodi yang cenderung sama atau sejalan. Mirip dengan musik shifan dari propinsi Fujian, Tionghoa dimana instrumen-intsrumen melodis memainkan melodi yang sama persis akan tetapi dengan warna suara dan ketinggian nada yang berbeda-beda. Perbedaannya dengan ansambel gambang kromong adalah terletak Tangga nada yang terdiri dari nada C-D-E- pada keterbatasan tangga nada gambang dan G-A (atau DO-RE-MI-SOL-LA) juga disebut oleh kromong. Nada-nada yang dimiliki keduanya Banoe sebagai tangga nada Yo yang berasal tidak sebanyak kongahyan sehingga tidak dari musik Cina dan Jepang (2003: 331). memungkinkan untuk memainkan melodi 34 Jurnal Seni Nasional CIKINI Volume 6, Juni - November 2020

Notasi 3 Prinsip Liao Kongahyan 1

Notasi 4 Prinsip Liao Kongahyan 2 35

yang sama persis dengan kongahyan. Hal ini yang lebih leluasa dibandingkan alat musik memunculkan sebuah teknik liao sehingga yang lain, sehingga ia terdengar mendominasi gaya melodi ketiga instrumen tersebut lebih dalam ansambel tersebut. Hal ini didukung cocok disebut ‘sejalan’ daripada ‘sama’. pula dengan warna suara dan register nada yang lebih tinggi dibandingkan dengan alat musik yang lain. Gaya Liao Kongahyan Gaya lain yang menjadi ciri khas adalah liao Kongahyan yang menggunakan tangga nada kongahyan adalah perjalanan liao itu sendiri diatonis mempunyai kemampuan ngeliao5 mempunyai frase melodi yang berbeda-beda tergantung nada mana yang akan dituju. 5 Ngeliao adalah bentuk kata kerja dari liao.

Notasi 6 Perjalanan Liao Kongahyan Menuju Nada C (DO)

Notasi 7 Perjalanan Liao Kongahyan Menuju Nada D (RE)

Notasi 8 Perjalanan Liao Kongahyan Menuju Nada E (MI)

Notasi 9 Perjalanan Liao Kongahyan Menuju Nada G (SOL)

Notasi 10 Perjalanan Liao Kongahyan Menuju Nada A (LA) 36 Jurnal Seni Nasional CIKINI Volume 6, Juni - November 2020

Dari notasi diatas semua nada tujuan ataupun di tengah bar, yaitu pada ketukan mempunyai jalur liao-nya masing-masing. ketiga, seperti yang terlihat pada notasi di Tergantung keberangkatannya dari nada apa bawah ini. dan akan menuju nada apa. Persinggahan nada tersebut menjadi- Nada G (SOL) sering menjadi nada per- kannya frase melodi ini menjadi frase melodi singgahan liao kongahyan. Ia terdengar singgah yang paling sering dijumpai pada permainan pada nada G (SOL) terlebih dahulu sebelum liao kongahyan dan menjadikannya sebagai ahirnya jatuh ke nada berikutnya. Hal ini terjadi salah satu gaya permaianan liao kongahyan ada awal bar, yaitu pada ketukan pertama; yang khas.

Notasi 11 Frase Melodi yang Paling Sering Dimainkan

Kesimpulan Lagu “Pobin Kong Ji Lok” merupakan lagu mempunyai gaya melodi yang menyerupai klasik terakhir gambang kromong yang masih improvisasi yang disebut dengan liao. bisa dimainkan. Lagu ini menjadi penting untuk Penelitian ini menganalisa gaya permainan didokumentasikan dan dianalisa gaya musiknya liao kongahyan pada lagu “Pobin Kong Ji Lok” karena lagu ini merupakan awal dari sejarah melalui lima elemen musik, yaitu sistem perkembangan gambang kromong yang masih penalaan, warna suara alat musik, irama, terdengar kental budaya Tionghoa-nya. Hal ini tangga nada, dan harmoni. terjadi sebelum sebelum gambang kromong bertransformasi ke gaya yang lebih mengikuti Sistem penalaan kongahyan dilakukan selera masyarakat pribumi. dengan cara memutar bagian steman (pegs) yang berfungsi untuk mengikat senar baja Penelitian ini dilakukan dengan mendoku- bernada G (SOL) dan D (RE) untuk memainkan mentasikan permainan kongahyan, gambang, lagu dalam nada dasar C=DO. dan kromong Bapak Ukar. Ia adalah seorang pemain gambang kromong senioryang Kongahyan mempunyai warna suara yang merupakan pendiri sekaligus pimpinan dari tinggi dalam register nada yang tinggi. Hal kelompok Sinar Baru yang berdomisili di ini menjadikannya alat musik yang terdengar Gunung Sindur, Bogor. mendominasi dalam ansambel tersebut. Pendokumentasian dilakukan dengan Irama lagu “Pobin Kong Ji Lok” secara garis merekam audio dan video permainan lagu besar terbagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian “Pobin Kong Ji Lok” yang direkam satu persatu angkatan yang betempo bebas, bagian inti dengan menekankan pada gaya musik yang dengan tempo lambat, dan bagian lopan yang menjadi ciri khas lagu tersebut. Salah satu bertempo cepat. gaya musik yang paling menonjol dari lagu ini adalah permainan improvisasi alat musik Tangga nada yang digunakan alat musik kongahyan yang disebut dengan liao. Alat kongahyan dalam lagu “Pobin Kong Ji Lok” musik ini merupakan alat musik pembawa merupakan tangga nada diatonis yang terdiri melodi utama dalam gambang kromong. Ia dari C-D-E-F-G-A-Bb. Sedangkan gambang 37

dan kromong menggunakan tangga nada pentatonis dengan nada C-D-E-G-A. Perbedaan tangga nada antara kongahyan dengan gambang kromong menghasilkan jalinan harmoni yang khas. Ketiganya memainkan tema melodi yang sejalan yang dilengkapi dengan sisipan liao masing-masing alat musiknya.

DAFTAR PUSTAKA Banoe, Pono. 2003. Kamus Musik. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Sugihartati, Risma. 2014.Cokek: Milik Betawi Namun Asli Cina Benteng. Jakarta: Komite Tari Dewan Kesenian Jakarta. Hindley, Geofrey. 1971. Larousse Encylopedia of Music. The Hamlyn Publishing Group Limited. Titon, Jeff Todd dan Mark Slobin. 1985. “The Music-Culture as a World of Music”, dalam World of Music (Jeff Todd Titon ed.), 2nd edition. New York: Schirmer Books. Westrup, J. A., dan Harison, L. L. 1959. Collins Music Enyclopedia. Collins London and Glasgow. Yampolsky, Phillip. 1999. Musik dari Daerah Pinggiran Jakarta: Gambang Kromong. Jakarta: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia. 38 Jurnal Seni Nasional CIKINI Volume 6, Juni - November 2020

Guru Sekolah Publik Mengajar Kesukacitaan Musik

Jimmy Philip Paät [email protected]

Abstrak Artikel ini bertujuan menjabarkan betapa pentingnya unsur pedagogik dalam sekolah sebagai landasan pendidikan dan kesukacitaan terhadap musik. Dimana pada dasarnya pedagogik merupakan ilmu praktis/ relasi timbal balik antara refleksi dan aksi yang berkaitan dengan pendidikan di kelas, di sekolah maupun di luar sekolah. Salah satu sarjana Pendidikan Perancis, Georges Snyders, menggambarkan sekolah tempat bertemu une culture première, diperoleh siswa dalam kehidupan sehari-hari,dan une culture élaboré, budaya yang terstruktur. Fungsi utama sekolah pada dasarnya adalah membantu murid yang membawa budayanya, budaya pertama untuk menyeberangi jembatan dengan budaya terstruktur. Sekolah harus memikirkan bagaimana sekolah mengantar mereka yang akan menolak budaya, terstruktur, terpelajar (une culture élaborée). Budaya terstruktur bukan sekedar membawa kesukacitaan tetapi juga membuka mata, untuk memperluas keberadaan seseorang, Di mana kesukacitaan yang ada di sekolah adalah kesukacitaan budaya. Kesukacitaan harus ditemukan sendiri oleh siswa selama sekolah melalui guru dan bersama karya-karya besar (les chefs-d’œuvre). Menurut Snyders kesukacitaan musik yang sangat kuat dapat dicapai dengan menyimak dengan teliti karya musik yang . Namun pencarian kesukacitaan siswa dengan karya besar bukanlah persoalan mudah, karena antara lain siswa telah memiliki budayannya sendiri yang memiliki jaraj dengan karya-karya besar. Di sinilah pedagogik musik berperan dengan mempersiapkan pertemuan tersebut. Sehingga bagaimana pun, guru musik yang akan mengajar kesukacitaan perlu menguasai pengetahuan akan karya agung dan harus memiliki pengetahuan budaya musik siswa yang masih remaja, misalnya musik rock, pop. Patut diingat para guru musik di sekolah formal bahwa dalam mengajarkan kesukacitaan musik sesungguhnya juga pengembangan kesadaran estetika murid yang tidak dapat diukur dengan menggunakan ujian akhir. Kata kunci : Pedagogik, Pendidikan Musik, Kesukacitaan Musik, Budaya Sekolah 39

Abstract This article aims to describe how important pedagogical elements are in schools asthe foundation of education and joy in music. Where basically pedagogic is a practical science / reciprocal relationship between reflection and action related to education in the classroom, in school and outside school. One of the French Education scholars, Georges Snyders, described the school where une culture première was met, obtained by students in everyday life, and une culture élaboré, structured culture. The primary function of schools is basically to help students who carry their culture, the first culture to cross the bridge with a structured culture. Schools must think about how the school will deliver those who will reject culture, structure, and education (une culture élaborée). Structured culture is not just bringing joy but also opening eyes, to expand one’s existence, Where the joy that is at school is cultural joy. Joy must be discovered by students during school through the teacher and with great works (les chefs- d’oeuvre). According to Snyders the excitement of very strong music can be achieved by carefully listening to the great works of music. But the search for student excitement with large works is not an easy problem, because among others students already have their own culture that has jaraj with great works. This is where the music pedagogic comes into play by preparing for the meeting. So after all, music teachers who will teach joy need to master the knowledge of masterpieces and must have knowledge of the music culture of students who are still teenagers, such as rock music, pop. It is worth remembering that music teachers in formal schools that in teaching the joy of music actually also develops aesthetic awareness of students that cannot be measured using the final exam. Keywords : Pedagogic, Music Education, Music Joy, School Culture 40 Jurnal Seni Nasional CIKINI Volume 6, Juni - November 2020

Mungkin ini tulisan yang terlalu berani dari saya mengajar atau melalui mengajar saya seorang yang sesungguhnya tidak mengajar mendidik”. kesenian baik musik maupun kesenian lain. Saya, sebagai penulis, adalah seorang Judul teks singkat ini, jelas menunjukkan guru, yang pekerjaannya berurusan dengan bahwa saya lebih bicara kepada guru daripada pendidikan calon guru Bahasa Perancis, bisa kepada murid. Konsep kesukacitaan seni dan dikatakan sejak kecil tidak pernah lepas dari kesukaan musik (atau mungkin lebih luas dunia kesenian, musik terutama. Walaupun kesukaan seni) yang menjadi perhatian utama bukan sebagai pemusik, tetapi lebih sebagai saya. amatir1 musik. Dengan kata lain bunyi-bunyi Sepengetahuan saya, belum banyak di yang terstruktur dengan indah, mungkin bisa paguyuban sarjana pendidikan maupun dikatakan seperti itu sebutan lain untuk musik sarjana pendidikan musik (termasuk sarjana secara sederhana, selalu menemani saya baik pendidikan seni) Indonesia mendiskusikan, dengan diniatkan atau tidak. Pengalaman meneliti persoalan kesukacitaan musik di bergaul dengan musik ini yang mengantar saya sekolah atau bahkan di ruang kelas, artinya “masuk” ke dunia pedagogik musik. Mungkin dalam pendidikan di sekolah. Untuk ini, bisa dikatakan keterkaitan saya dengan saya merujuk kepada Georges Snyder, ahli pedagogik musik lebih karena pergaulan saya pedagogik Perancis yang sepanjang hidupnya dengan pedagogik sejak saya masih pelajar sebagai pengajar di fakultas Pedagogik pedagogik di lembaga penyiap calon guru di Universitas Sorbonne, kalau boleh disebut tengah kedua dekade 70 hingga sekarang. seperti itu, bergumul dengan kesukacitaan di Berangkat dari bidang pedagogik yang telah sekolah. Lebih khusus lagi rujukan utama saya saya tekuni lebih dari empat dekade inilah saya pada Snyders yang membahas “la joie de la memberanikan diri untuk berbicara pedagogik musique.2 Tulisan ini tentu masih dalam posisi musik atau lebih luas pedagogik seni. yang sangat pengantar, sekalipun begitu saya Selama ini ketika kita bicara pendidikan, berharap para sarjana pendidikan musik (seni) baik dengan gaya warung kopi hingga dengan untuk lebih jauh meneliti persoalan pendidikan gaya “serius” seperti dalam diskusi-diskusi, kesukacitaan musik ini. seminar-seminar pendidikan di universitas, Untuk ini tulisan ini dibagi menjadi konsep tersebut dirujuk ke penyampaian ilmu beberapa bagian, pengertian pedagogik. pengetahuan entah di ruang kelas atau di Hal ini perlu disampaikan karena seperti layar kaca, yang sekarang disebut pendidikan saya katakan di atas teks singkat ini berada digital. Pengertian ini biasanya dikenal dengan pada posisi pedagogik, artinya berada pada bahasa awam sebagai kegiatan mengajar. Ini posisi landasan pendidikan. Kemudian diikuti adalah pengertian untuk mereka yang selalu dengan uraian tentang sekolah dari sisi memisah-misahkan konsep mendidik dan budaya menurut Snyders, dan di akhir dengan mengajar. Saya sendiri tidak terlalu tertarik pedagogi kesukacitaan musik menurut ahli memisah-misahkan dua kegiatan yang pedagogik Perancis. sesungguhnya tidak bisa dipisahkan saat kita berkegiatan di dalam kelas atau lebih luas di sekolah. Di dalam kelas saat berhadapan Pedagogik dengan murid sang guru selalu dengan tujuan- tujuan, atau diniatkan dengan tujuan tertentu, Tentu saja pengertian pedagogik (ilmu yang biasa disebut tujuan pendidikan atau pendidikan) begitu banyak, Mungkin sebayak tujuan pedagogis. Mungkin posisi saya dapat jumlah ahli pedagogik itu sendiri. Saya memilih digambarkan dalam kalimat “sambil mendidik pengertian yang secara historis di ranah ilmu pendidikan di Indonesia pernah begitu 1 Konsep amatir berasal dari bahasa Perancis pengaruh selama paling tidak tiga dekade, “amateur” yang bermakna “yang mencintai” (celui qui aime). Tampak ada “kekeliruan” pemaknaan yaitu pengertian yang ditawarkan Martinus amatir selama ini, karena itu ada baiknya kita melihat asal kata tersebut. 2 Lihat catatan kaki no. 1 41

Jan Langeveld3, dan yang kedua diturunkan Melihat dua penjelasan di atas kami oleh H.A.R. Tilaar. menyebut pedagogik sebagai ilmu mandiri merupakan ilmu praktis (tapi bukan teknis) Langeveld meletakkan pedagogik sebagai yang lahir dari relasi timbal- balik tanpa henti ilmu pengetahuan yang berdri sendiri, dan antara refleksi dan aksi yang berkaitan dengan kerjanya berurusan dengan hal-hal untuk pendidikan di kelas, di sekolah maupun di luar mengetahui bagaimana guru atau pendidik sekolah. bertindak. Ciri lain, tetap menurut langeveld, Pedagogik merupakan bagiaan dari ilmu Berangkat dari pedagogik sudah sepatutnya Humaniora. Ini berarti pedagogik lebih kegiatan di sekolah sebaiknya, merujuk kepada menggunakan verstehen sebagai metode Geert Biesta dan Carl Anders Säfstrom5, dilihat dalam penelitian pendidikan daripada dari “apa yang ada atau sedang terjadi” dan menggunakan “penjelasan” (explication/ “apa yang belum terjadi”. Memilih “apa yang erklarung)yang menjadi landasan metodologis ada” itu berarti sekolah hanya melakukan ilmu alam. Karena itu pedagogik bertumpu sosialisasi atau membawa anak murid hanya pada interpretasi maka pedagogik disebut juga untuk beradaptasi dengan masyarakat yang ilmu interpretasi. sudah ada. Akibat dari pilihan ini berarti sekolah menghilangkan yang terpenting 4 Pedagogik, merujuk ke H.A.R. Tilaar , dalam menjadi manusia yaitu kemerdekaan merupakan suatu ilmu pendidikan yang anak (manusia). Memilih “apa yang tidak praksis. Dengan kata lain pedagogik atau ilmu ada atau yang belum ada” itu berarti sekolah pendidikan yang merujuk pada hubungan jatuh ke mimpi yang berlebihan. Untuk itu, antara teori dengan praktik, atau untuk tetap merujuk kepada Biesta dan Säfstrom, menikuti Paulo Freire, hubungan timbal-balik sekolah harus berada dalam dua tujuan antara refleksi dengan tindakan. Pengertian itu. Tawaran dua ahli pedagogic ini tidak ini memperjelas bahwa ilmu pendidikan tidak mudah direalisaksikan menurut hemat saya. adapt direduksi menjadi sekeda mengajar. Sekalipun begitu tidak berarti belum ada ahli Sperti yang biasa kita dengar baik dari mereka pedagogik yang tidak memikirkan persoalan yang awam dalam persoalan pendidikan ini. Hemat saya Georges Snyders, salah satu maupun mereka yang berkecimpung dalam sarjana pendidikan Perancis yang mencoba kerja pendidikan seperti mengajar di sekolah menawarkan sekolah agar tidak berada dalam pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. satu tujuan. Diinspirasikan oleh Tilaar, kita bisa katakan prinsip praksis di dalam pendidikan ini sudah seharusnya diterapkan di ranah yang paling ‘bawah ’di dalam kegiatan pendidikan yaitu Sekolah dengan Kesukacitaan di ruang kelas. Suka atau tidak, merasakan atau tidak, 45.299.800 murid6 dari 254.409 sekolah dibawa untuk beradaptasi dengan masyarakat. 3 Mengikuti pandangan Tilaar, kami melihat bahwa Langeveld, tokoh pedagogik Belanda ini telah Dengan kata lain, mengikuti Biesta dan meguasai dunia ilmu pendidikan paling tidak sejak Säftsrom, jika pilihannya adalah sosialisasi 1945 hingga 1955. Sehingga guru Pedagogik IKIP Jakarta (UNJ sekarang) ini menyebutnya di masa pengadaptasian, maka tidak bisa diharapkan itu lahirlah langveldianisme lihat H.A.R. Tilaar, dari sekolah untuk memperhatikan pentingnya Perubahan Sosial Dan Pendidikan. Pengantar kemerdekaan. Persoalan pendidikan yang Pedagogik Transformatif untuk Indonesia, Jakarta, Grasindo, 2002, hal. 156-159. Sesungguhnya memerdekakan itu sesungguhnya juga berdasarkan pengalaman penulis sebagai pelajar pedagogik, pemikiran pedagogik Langeveld 5 Gert Biesta & Carl Anders Säfstrom, ”A masih bercokol di Lembaga Pendidikan Tenaga Manifesto for Education”, Policy Futures in Educati Kependidikan (LPTK, bekas IKIP) paling tidakhingga on Volume 9 Number 5, 2011, hal. 540-547. https:// awal dekade 70, kemudian perlahan-lahan “lenyap” doi.org/10.2304%2Fpfie.2011.9.5.540 diunduh 15 di LPTK. September.

4 H.A.R. Tilaar, Pedgogik teoritis untuk Indonesia. 6 Badan Pusta Statistik, Potret pendidikan Indonesia. Jakarta Penerbit Buku Kompas, 2015, hal. 7 Statistik Pendidikan 2018, Jakarta, hal. 15. 42 Jurnal Seni Nasional CIKINI Volume 6, Juni - November 2020

menjadi perhatian Ki Hadjar Dewantara7 sejak antaranya penemuan-penemuan ilmiah hampir 100 tahun lalu. yang besar, karya seni dan sastra yang agung. Karena itu, mengikuti komentar Isambert- Sekolah tempat yang kita lalui paling tidak Jamati atas Snyders8, budaya ini hanya bisa selama dua belas tahun, bukan waktu yang diberikan di sekolah, budaya yang memberikan singkat, bahkan bisa dikatakan sangat lama kesukacitaan, menyatukan perasaan dan (apalagi jika ditambah hingga selesai di tingkat pikiran, mengantar anak murid berhubungan S3), merupakan bagi kebanyakan pedagog dengan orang-orang besar. Pemberian adalah dikategorikan sebagai tempat berkumulnya kata lain mengantar, membimbing anak murid berbagai budaya. Yaitu budaya yang dibawa untuk masuk budaya terstruktur ini. anak murid, guru, administratur, kepala sekolah. Dengan begini dapat dibayangkan Kita ketahui dua budaya ini berjarak. kekompleksan sekolah. Karena itu tidak jarang Kesenjangan antara murid dan sekolah, dalam para ahli pedagogik, khususnya mereka yang pengertian ini, adalah kesenjangan kultural. berperspektif pedagogik kritis atau yang Guru atau sekolah tentu tidak bisa mendiamkan memegang sosiologi kritis tepatnya teori kesenjangan budaya ini berada di lembaga reproduksi sosial seperti yang dikembangkan pendidikan formal. Menurut Snyders kerja Pierre Bourdieu dan Jean-Claude Passeron, utama sekolah adalah membantu murid (kaum akan melihat sekolah sebagai tempat muda) yang membawa budayanya, budaya pertarungan budaya. Sayangnya tidak banyak pertama untuk menyeberangi jembatan guru atau sarjana pendidikan di tempat kita yang memisahkannya dengan budaya yang ini yang menggunakan kaca mata perspektif terstruktur. Sekolah harus memikirkan pedagogik kritis, sehingga sekolah dilihat, bagaimana sekolah mengantar mereka yang dianggap hanya sebagai tempat yang netral. akan menolak budaya, terstruktur, terpelajar Tentu ini kekeliruan total dari sudut padang (une culture élaborée). Snyders, seperti yang kaum pedagog kritis. dilaporkan Vigarello9, tidak menolak budaya pertama yang dibawa murid, seperti yang Mungkin bagi siapun yang bekerja di dunia biasa dilakukan sekolah pada umumnya, pendidikan, khususnya yang bekerja sebagai tetapi mencoba menghubungkannya dengan guru sebaiknya memiliki perspektif teoritis- budaya terstruktur, terpelajar. Ini berarti pedagogis untuk melihat sekolah. Perspektif ini guru, tetap merujuk keVigarello10, di sekolah tidak ubahnya kaca mata. Kaca mata yang baik perlu memahami kultur pertama murid, yaitu tentu membantu guru untuk melihat dengan dengan jalan membaca apa yang disukai murid, baik, terang sehingga dapat bertindak tidak seperti majalah, apa yang didengar seperti saja lebih tepat tetapi juga lebih baik di kelas. musik pop, musik rock. Budaya masa yang Snyders bagi saya dapat membantu kita termasuk budaya pertama juga memberi pintu sebagai guru yang berkegiatan pedagogis di kelas. Pedagog sekaligus peneliti pendidikan 8 Le point de vue de Viviane Isamber-Jamati, dalam Isambert-Jamati Viviane, Reboul Olivier, Vigarello Perancis ini menggambarkan sekolah tempat Georges, “Débat autour d’un livre – Snyders bertemu une culture première(“budaya (Georges) – La joie à l’école (Viviane Isamber-Jamat, Oliviers reboul, Georges Vigarello mendiskusikan pertama”), yaitu budaya yang diperoleh buku Georges Snyders, “Kesukacitaan di sekolah) in siswa dalam kehidupan sehari-hari, budaya Revue française de pédagogievolume 80, 1987, hal. yang berisi nilia-nilai kelompok. Budaya 99-105 (lihat. hal. 104) massa disebut jga budaya pertama. Dan une 9 Le point de vue de Georges Vigarello (Sudut pandang culture élaboré, budaya yang terstruktur, Georges Vigarello), dalam Isambert- Jamati Viviane, relatif kompleks. Budaya yang rumit ini di Reboul Olivier, Vigarello Georges, “Débat autour d’un livre – Snyders (Georges) – La joie à l’école (Viviane Isamber-Jamat, Oliviers reboul, Georges 7 Lihat Ki Hadjar Dewantara, Karya Ki Hadjar Vigarello mendiskusikan buku Georges Snyders, Dewantara, Jogjakarta, Madjelis Luhur Persatuan “Kesukacitaan di sekolah) in Revue française de taman Siswa, “Pendidikan dan Pengajaran nasional, pédagogievolume 80, 1987, hal. 99-105 (kususnya hal. 3-4; untuk pengertian kemerdekaan menurut Ki hal. 99) Hadjar Dewantara lihat, “Ketertiban, perintah dan paksaan, hal. 399-403 (khususnya, hal. 400.) 10 Ibid.hal. 100. 43

awal keterbukaan ke dunia, atau mengantar dimensi esensial pedagogi”, ujar Snyders14. anak murid terbuka ke dunia, tetapi dunia yang Dan bagi pedagog Perancis ini kesukacitaan dekat dan bersifat kontemporer, sesamannya. ini dibawa atau berada bersama karya-karya Tentu budaya pertama yang melekat pada besar, karya-karya agung (les chefs-d’œuvre). anak memberikan juga kesukacitaan tertentu, kesukacitaan yang tidak lengkap karena bersifat Pendidikan musik dengan demikian permukaan, kabur11. Budaya terstruktur ditujukan kepada siswa agar mereka membawa kesukacitaan, tetapi bukan sekedar menemukan kesukacitaan. Menurut Snyders dibawa tetapi untuk membuka mata, untuk kesukacitaan musik yang sangat kuat dicapai memperluas keberadaan seseorang12. dengan jalan menyimak dengan teliti karya musik yang agung15. Kesukacitaan yang ada di sekolah tidak sekedar kesukacitaan tetapi kesukacitaan Pertemuan dengan karya agung bagi siswa budaya. Yang terakhir ini bagi Synders, bukanlah persoalan mudah. Pertemuan yang seperti dikemukan Isambert-Jamati13, harus sulit ini disebabkan karena antara lain murid ditemukan sendiri oleh anak murid selama telah memiliki budayannya sendiri, yaitu apa bersekolah. Pada saat bersekolah mereka yang disebut di atas budaya pertama. Dan harus mengetahui kesukacitaan itu. Bagaimana budaya pertama ini berjarak dengan karya- mereka mengetahunya? Melalui apa yang karya agung. Di sinilah pedagogik musik diminta dari mereka di sekolah melalui guru. berperan artinya dia mengunakan berbagai cara untuk mempersiapkan pertemuan tersebut. Perlu dikemukakan di sini bahwa Snyders bukanlah pedagog yang ingin Kesukacitaan Musik Diajarkan di Sekolah mengsakralkan karya agung tetapi kembali ke Selama ini saat bicara persekolahan, karya agung, khususnya kekhasannya. Dengan pandangan yang dominan, kaitannya dengan demikian mau tidak mau, suka atau tidak suka, tujuan sekolah, adalah sekolah (di)fungsikan guru musik yang akan mengajar kesukacitaan untuk mempersiapkan anak atau kaum muda perlu menguasai pengetahuan akan karya memperoleh pekerjaan. Sehingga semua yang agung. Tetapi karena dia juga akan menjadi dilakukan di sekolah diarahkan ke tujuan penyambung budaya pertama siswa ke budaya tersebut. Lalu pertanyaan seperti “di mana yang tersusun dengan baik dan indah, seperti kesukacitaan?” Kesukacitaan, keriangan karya yang agung, maka diapun harus memiliki hampir dapat dikatakan tidak tampak hadir pengetahuan budaya musik siswa yang masih di sekolah. Padahal “kesukacitaan merupakan remaja, misalnya musik rock, pop. Patut diingat para guru musik di sekolah formal bahwa, searah dengan Patrick Mignon, mengajarkan kesukacitaan 11 Le point de vue de de Viviane Isambert-Jamati (sudut pandang Viviane Isambert-Jamati) dalam, musik sesungguhnya juga pengembangan Isambert-Jamati Viviane, Reboul Olivier, Vigarello kesadaran estetika murid. Dan karena itu Georges, “Débat autour d’un livre – Snyders kesadaran estetika tidak dapat diukur dengan (Georges) – La joie à l’école,op.cit , hal. 104. menggunakan ujian akhir misalnya. 12 Le point de vue de de Viviane Isambert-Jamati (sudut pandang Viviane Isambert-Jamati) dalam, Isambert-Jamati Viviane, Reboul Olivier, Vigarello 14 Georges Snyders, L’école peu-telle enseigner Georges, “Débat autour d’un livre – Snyders les joies de la musqie? (Dapatkah sekolah (Georges) – La joie à l’école,op.cit , hal. 102. mengajarkan kesukacitaan musik?), Issy-Les- Moulineaux, EAP, 1989, hal. 14. 13 Le point de vue de de Viviane Isambert-Jamati, op cit., hal. 104. 15 Ibid., hal. 19. 44 Jurnal Seni Nasional CIKINI Volume 6, Juni - November 2020

DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik, Potret pendidikan Indonesia. Statistik Pendidikan 2018, Jakarta. Biesta, Gert & Säfstrom, Carl Anders ”A Manifesto for Education”, Policy Futures in Educati on Volume 9 Number 5, 2011, hal. 540-547. https://doi. org/10.2304%2Fpfie.2011.9.5.540 diunduh 15 September 2018. Ki Hadjar Dewantara, Karya Ki Hadjar Dewantara, Jogjakarta, Madjelis Luhur Persatuan Taman Siswa, Jogjakarta, 1962. Snyders, Georges, L’école peut-elle enseigner les joies de la musique, Éditions, EAP. Issy, Les Moulineaux, France, 1989. Tilaar, H.A.R. Perubahan Sosial Dan Pendidikan. Pengantar Pedagogik Transformatif untuk Indonesia, Jakarta, Grasindo, 2002 Tilaar, H.A.R., Pedgogik teoritis untuk Indonesia. Jakarta Penerbit Buku Kompas, 2015. Isambert-Jamati Viviane, Reboul Olivier, Vigarello Georges in Débat autour d’un livre - Snyders (Georges). — La Joie à l’école Mme Viviane Isambert-Jamati, Olivier Reboul, M. Georges Vigarello. 45

Mangongkal Holi dan Relasi Kuasa Apparatus Adat dan Agama

Suzen HR Tobing

Abstrak Penelitian ini ingin melakukan pembedahan ritual mangongkal holi dengan pendekatan relasi kuasa Michel Foucault. Diketahui ada dua lembaga yang saling berkompetisi untuk mengontrol ritual ini, yaitu lembaga adat dan juga agama. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan referensi dari data sekunder. Studi ini menyimpulkan meskipun ada kalangan yang menolak pelaksanaan ritual ini, mangongkal holi tetap dilaksanakan dikerenakan dominasi kalangan adat dalam gereja serta dukungan dari pemerintah daerah. Kalangan adat menguatkan diri melalui Perda Kabupaten Tapanuli tahun 1990 yang mendorong pembentukan lembaga adat Dalihan Natolu. Pada tahun-tahun berikutnya eksistensi mengokal holi semakin kuat dikalangan Orang Toba. Kata Kunci : Mangongkal holi, relasi kuasa, apparatus adat, apparatus agama

Abstract This research intends to carry out dissection of the mangongkal holi ritual using Michel Foucault’s power relations approach. It is known that there are two institutions that compete with each other to control this ritual, namely traditional and religious institutions. This research uses a qualitative approach. Data collection is done by using references from secondary data. This study concludes that although there are those who reject the implementation of this ritual, mangoly holi are still carried out due to the dominance of indigenous groups in the church as well as support from the local government. The adat community strengthened themselves through the Tapanuli District Regulation in 1990 which encouraged the formation of the Dalihan Natolu adat institution. In the following years the existence of holi became stronger among the Toba Batak people. Keywords : Mangongkal holi, power relations, adat apparatus, religious apparatus 46 Jurnal Seni Nasional CIKINI Volume 6, Juni - November 2020

Pendahuluan lembaga perbato (Persatuan Batak Toba) untuk mengisi kekosongan lembaga adat di Mangongkal Holi ialah ritual pemindahan Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis. tulang belulang dari pemakaman ke tugu Dalam pembetukan perbato ini, turut keluarga atau batu napir yang bertujuan untuk diundang tokoh adat dan juga pemerintah menghormati orang tua yang sudah meninggal daerah dari kabupaten . Dengan dunia (Simatupang, 2016). Bagi masyarakat demikian, kaum rantau di wilayah tersebut Mangongkal Holi Batak Toba, melaksanakan dapat menyelenggarakan berbagai upacara bertujuan untuk mepertahankan silsilah garis adat termasuk Manggokal Holi secara absah. keturunan marga sekaligus memiliki fungsi untuk menunjukan status sosial ekonomi Dengan diakuinya penghayat kepercayaan dari keluarga yang melakukan ritual ini setara dengan enam agama yang ada di (Paringotan, 2017). Orang Batak Toba Indonesia setelah adanya keputusan MK menganggap tradisi Mangongkal Holi sebagai tahun 2017, tentunya semakin menguatkan ritual yang paling sakral, hal ini terlihat dari kelekatan masyarakat dengan tradisi di Tanah sisi kompleksitas kegiatan, jumlah peserta Toba. Harahap (2000) menjelaskan fenomena yang hadir, dan juga durasi kegiatan (David, meningkatnya jumlah penganut kepercayaan Silalahi, and Sibarani 2016). asli Batak, yaitu Parmalim. Fenomena ini dinamakan sebagai proses rasionalisasi Semenjak awal abad ke 20, lembaga agama religious, yaitu situasi hadirnya kesadaran dalam hal ini gereja dan para misionaris asal baru dikalangan masyarakat Batak Toba untuk Mangongkal Holi Jerman menolak ritus tidak lagi tunduk pada kekuatan struktural karena tidak sesuai dengan ajaran Kristen negara dalam hal keagamaan. dan akan mengembalikan masyarakat kepada penyembahan roh leluhur (Schreiner, 2003). Studi ini ingin melihat relasi kuasa antara Studi (Purba 2014) menjelaskan proses apparatus Agama dan apparatus Adat, dalam panjang bagaimana gereja HKBP (Huria Kristen dalam konteks Mangongkal Holi. Konsep yang Batak Protestan) yang pada awal abad ke 20 digunakan ialah apparatus atau dispositif melarang segala bentuk acara adat, namun yang dijelaskan oleh Foucault dalam Sexuality dalam Sinode tahun 1952 mulai menerima and Power (1970) dan Discipline and Punish Mangongkal Holi dengan beberapa persyaratan (1975). Aparatus menurut Foucault (1970) yaitu dihilangkannya prosesi mengiring tulang merupakan elemen kuasa yang menunjang belulang ke kampung, ratapan keluarga, dan pengetahuan (knowledge). Lebih jauh, dalam juga memberi makan tulang belulang dengan Foucault (2001), ia menjelaskan bagaimana sirih pinang. Penghilangan ritual tersebut pertentangan antara Pastoral (apparatus dilakukan karena dianggap tidak sesuai dengan agama) dan Government (apparatus ajaran Kristen, khususnya tentang kehidupan Spiritualitas/adat) menjelma dalam konflik setelah mati. politik pada abad ke 20. Studi Putri (2017) melakukan kajian Mangongkal Holi dengan perspektif sosial budaya dalam konteks kekinian di tanah Batak. Metodologi Berdasarkan penelitian tersebut diketahui Penelitian ini akan menggunakan metode bahwa tidak ada standar yang baku mengenai kualitiatif. Creswell (2009) menjelaskan teknis upacara diberbagai daerah. Dengan bahwa ada tiga teknik pengumpulan data, demikian, setiap wilayah memiliki keragaman yaitu melalui; observasi, wawancara, dan versi antara satu wilayah dengan wilayah studi dokumen atau data sekunder. Peneliti lainnya. Pada sisi yang lain, studi Nainggolan akan melakukan pengamatan langsung (2017) membahas mengenai permasalahan ritual Mangongkal Holi di wilayah Danau keterbatasan perangkat adat masyarakat Toba. Kemudian, wawancara dilakukan batak di lokasi peratauan. Studi tersebut kepada beberapa tokoh adat, tokoh agama, menjelaskan bagaimana terbentuknya pemerintah daerah, pemerintah pusat, dan 47

juga masyarakat Batak yang ada di wilayah Analisa Danau Toba dan juga di Jakarta. Mangongkal Holi dalam Dua Perspektif : Dalam melihat relasi kuasa yang terjadi Adat dan Agama dalam tradisi Mangongkal Holi, maka pisau analisa yang digunakan ialah analisis dirskursus Dikalangan Orang Batak Toba, eksistensi Mangongkal Holi (discourse analysis). Analisis diskursus melihat masih menjadi perdebatan bagaimana relasi antar elemen masyarakat yang menarik. Ritual mangongkal holi, saling bersinggungan terhadap ritual merupakan bagian dari sistem kepercayaan Mangongkal Holi dengan melihat konteks yang dianut oleh orang Batak Toba sebelum kesejarahan atau konteks sosial (Mchoul dan masuknya perkabaran injil atau yang sering juga hasipelebeguan Grece, 2002). Olehkarenanya, sangat penting disebut dengan, (Purba, 2014). Hasipelebeguan untuk melihat konteks sosial dari masing-masing Dalam kajian Purba (2014) , elemen. Dengan demikian, dapat diketahui merupakan perangkat kepercayaan orang Batak mengapa terjadi pemaknaan yang beragam yang mempercayai bahwa roh-roh leluluhur tondi dalam melihat ritual Mangongkal Holi. yang sudah meninggal ( ) memiliki kuasa atas kehidupan para penerusnya yang masih Setelah arkeologi pengetahuan itu diketahui, hidup. Dengan demikian, berbagai upacara langkah selanjutnya ialah melihat bagaimana adat seperti mangongkal holi merupakan masing-masing institusi sosial tersebut sarana untuk mendapatkan keberkahan dari menggunakan kuasanya dalam praktik sosial. para leluhur yang pada semasa hidupnya Identifikiasi yang perlu dilakukan ialah melihat sudah mencapai kesempurnaan hidup dengan sumber daya dari masing-masing elemen memiliki keturunan yang banyak (saur martua) . seperti pendidikan, hukum, ekonomi, dan juga politik dalam upaya mempengaruhi masyarakat Simatupang (2008) menjelaskan bahwa mangongkal terhadap pengetahuan yang mereka promosikan. kegiatan upacara adat seperti holi Elemen masyarakat Adat dan juga gereja, tidak dalam tradisi Batak memiliki dua fungsi selamanya seragam. Mereka tentunya memiliki yang bersifat mutualisme. Fungsi pertama ialah sahala keragaman yang khas, gereja HKBP misalnya, untuk meningkatkan derajat ( ) orang mereka bersikap melunak terhadap penetrasi tua yang sudah meninggal di alam setelah kelompok Adat yang terus menguat untuk kematian. Dalam hal ini mereka percaya menyelenggarakan berbagai tradisi Batak, bahwa arwah orang yang sudah meninggal termasuk Mangongkal Holi. membutuhkan campur tangan keturunannya untuk bisa mendapatkan tempat terbaik di Studi ini mengambil tempat di dua Provinsi alam lain melalui upacara-upacara adat. yaitu Sumatera Utara dan DKI Jakarta. Dua Fungsi kedua, ialah bagi para keturunannya provinsi tersebut dipilih karena lokasi Danau akan mendapatkan berkat dari orang tua yang Toba sebagai pusat dari budaya Batak Toba diupacarakan. yang menjadi tempat ritual Mangongkal Holi. Sedangkan Provinsi DKI Jakarta merupakan Di sisi lain, Schreiner (2003) menjelaskan mangongkal holi tempat dimana beberapa narasumber penting bahwa merupakan ritual berada, tokoh adat, dan juga masyarakat yang bertentangan dengan injil, karena ritual rantau asal Batak Toba yang jumlahnya sangat ini berakar pada kepercayaan roh-roh leluhur besar. Lama penelitian ini diperkirakan akan akan memberikan berkat kepada keluarganya memakan waktu selama 3 tahun, yang dimulai yang masih hidup. Pendapat Schreiner ini pada awal tahun 2020 dan berakhir pada awal berangsur-angsur ditinggalkan, karena Gereja tahun 2022. Namun, penelitian secara intensif HKPB kemudian mengonfirmasi ritual ini secara akan dilaksanakan pada tahun 2021 hingga bertahap (Purba, 2014). tahun 2022. Studi ini merupakan studi awal Dengan demikian, ritual ini tetap dijalankan untuk memetakan isu dari data sekunder, oleh Orang Batak meski ada beberapa seperti buku, dan juga penelitian-penelitian perbedaan antara pra Kristen dengan pasca terdahulu yang mengkaji tentang ritual Kristen. Simatupang (2016) membedakan mangongkal holi. kedua ritual sebagai berikut: 48 Jurnal Seni Nasional CIKINI Volume 6, Juni - November 2020

Perbedaan Ritual Pra dan Pasca Kristen

Elemen perbedaan Pra Kristen Pasca Kristen

Meningkatkan sahala leluhur Menguatkan persaudaraan satu Ide dan gagasan yang akan memberikan dampak marga yang banyak tersebar bagi keturunannya diperantauan

Tokoh Adat yang sudah beragama Seorang Datu yang memiliki Kristen atau dikenal dengan Raja Tokoh Ritual kesaktian magis Parhata. Dalam memimpin ritual didampingi perwakilan gereja

Waktu minimal 7 hari dengan Paling lama dilakukan 3 hari diiringi alunan musik gondang. dengan diiringi musik modern. Prosesi Ritual Makan bersama dilakukan Makan bersama dilakukan setelah sebelum pemakaman sekunder pemakaman sekunder

Bangunan modern dengan simbol Bentuk Kubur Sarkofagus dan tempayan batu salib Sumber: Simatupang (2016)

Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa batu kini berubah semakin megah. Tetapi Orang Batak tetap mempertahankan ritual selain itu, perlu diingat juga ada hal lain yang mangongkal holi meskipun sudah mengalami berkaitan yaitu dengan adanya sinode gereja beberapa perubahan. Gereja HKBP merupakan HKPB tahun 1952. Sinode itu yang akhirnya agen yang memberikan legitimasi atas mengonfirmasi berbagai ritual adat yang dilaksanakannya kembali ritual mangongal sebelumnya dilarang baik oleh gereja maupun holi dan ritual lainnya, yang awalnya dianggap oleh pemerintah kolonial (Purba, 2014). bertentangan dengan injil. Di sisi lain, beberapa Diketahui sebelumnya, gereja HKBP sangat komunitas Kristen Batak lain menolak dengan keras menolak ritual mangongkal holi melalui keras praktik ini (Sijabat, 2003). Meskipun peraturan tahun 1897, 1907, dan tahun 1924. demikian, karena gereja HKBP merupakan gereja mayoritas baik orang Kristen Batak Dengan demikian, diketahui ada Toba maka mangongkal holi tetap terus perubahan sikap gereja HKBP sebelum dan dilaksanakan. sesudah kemerdekaan Indonesia. Diketahui bahwa sebelum kemerdekaan gereja memiliki kekuatan lebih karena melekat dengan pemerintah Kolonial Belanda. Kuasa Negara dan Kesemarakan Setelah terbentuknya pemerintahan Mangongkal Holi republic Indonesia, gereja HKBP mengalami Ikegami (1997) yang juga melakukan studi proses otonomi dengan tidak lagi memiliki tentang mangongkal holi pada sebuah desa hubungan langsung dengan pemerintah di Tapanuli, melihat adanya peningkatan Kolonial Belanda. pelaksanaan ritual ini semenjak tahun 1950. Penguatan pelaksanaan mangongkal holi Ikegami melihat peran dari para rantau yang juga semakin dikuatkan dengan keberadaan memiliki kesuksesan dalam hal ekonomi Perda No. 10 Tahun 1990 tentang lembaga adat ingin menunjukannya dikalangan masyarakat di Kabupaten Tapanuli. Sebelum pemekaran, desa. Dengan demikian, maka batu napir yang Kabupaten Tapanuli merupakan kesatuan dari awalnya sederhana hanya berbentuk kubur 49

kabupaten yang berada di sekitar dabau Toba. Toba. Dengan demikian, diketahui kelompok ini Dalam perda tersebut diterangkan tentang memainkan kuasa melalui pengetahuan adat perlunya lembaga adat Dalihan Natolu yang (knowledge) yang kemudian diperkuat dengan memberikan panduan tentang mekanisme kelembagaannya (apparatus). Konfigurasi adat dalam masyarakat Toba. Lembaga adat tersebut bahkan melemahkan peran gereja ini memiliki struktur dari tingkat kabupaten HKBP yang awalnya sangat ketat melarang hingga ke tinggat desa (Pasaribu, 2008). berbagai ritual yang berbau adat, apalagi Dengan demikian, lembaga adat ini memiliki mangongkal holi. Mangongkal holi berbeda legitimasi dan otoritas untuk mengatur dengan ritual siklus hidup lain yang masih kehidupan adat pada masyarakat Batak Toba. dalam ranah gereja. Ritual ini sama sekali tidak termasuk dalam ranah gereja, karena terkait Pada perkembangan berikutnya, kelompok dengan hubungan transcendental dengan roh masyarakat Batak Toba diperantauan juga leluhur yang sudah mati. Oleh karenannya, merasa memerlukan institusi adat yang dapat yang memimpin upacara ini ialah tokoh adat, membimbing mereka untuk melaksanakan pihak gereja hanya melakukan pendampingan berbagai ritual adat. Beberapa wilayah di untuk memastikan ritual tetap berada pada Provinsi , daerah yang berbatasan langsung kelaziman sesuai dengan ajaran injil. dengan Provinsi Sumatera Utara membentuk Perbato (Pesatuan Batak Toba) yang berfungsi sebagai lembaga adat sebagaimana lembaga adat Dalihan Natolu yang ada di wilayah Toba. Kesimpulan Dengan adanya lembaga tersebut maka ritual Mangongkal holi sebagai sebuah ritual pra mangongkal holi tetap dilaksanakan oleh para Kristen masih menjadi kontrofersi dikalangan Orang Batak Toba yang berada diperantauan masyarakat Batak Toba. Ritual ini dianggap (Putri, 2017). telah keluar dari keimanan kristiani, karena Kelompok adat telah bertransformasi mempercayai adanya kekuatan dari roh yang awalnya dilakukan secara informal oleh leluhur. Terlepas dari penolakan tersebut, masing-masing keluarga, kemudian menjadi sebagian besar masyarakat Batak Toba tetap lembaga yang mendapatkan legitimasi menjalankan ritual ini. Bahkan menurut data formal melalui Perda Kabupaten Tapanuli dari penelitian Ikegami (1997) intensitas No 10 tahun 1990. Pada tahap selanjutnya, pelaksanaanya terus meningkat. lembaga adat juga dibentuk oleh para Berdasarkan diskusi di atas diketahui bahwa perantau yang ada di luar wilayah Tapanuli/ lembaga adat memiliki signifikansi untuk

Gambar 2 Perkembangan Lembaga Adat dalam setiap Pemerintahan

orde lama orde baru reformasi

• sinode tahun • perda no 10 • perbato 1952 tahun 1990 (Persatuan Batak Toba)

Sumber: diolah dari data penelitian 50 Jurnal Seni Nasional CIKINI Volume 6, Juni - November 2020

menyemarakan mangongkal holi dikalangan and Subject, New York and London: masyarakat Batak Toba. Melalui kuasa Negara Routledge. baik pusat mapun daerah, serta dalam konteks perubahan pemerintahan dapat menyokong Nainggolan, Sutri Marice. 2017. Peran Lembaga keberlangsungan mangongkal holi. Dengan Perbato Dalam Melaksanakan Upacara demikian, ritual ini semakin kokoh menghujam Manggokal Holi Pada Masyarakat dalam tradisi Batak Toba meskipun beberapa Batak Toba di Kelurahan Talang Mandi, kalangan gereja diluar HKBP menolaknya. Kecamatan Mandau, Kabupaten Mangongkal holi merupakan representasi Bengkalis. JOM FISIP UNRI Vol. 4 No superioritas lembaga adat dalam dinamika 2-Oktober 2017. sosial-budaya dikalangan masyarakat Batak Paringotan, Bob Valentino. 2017. Ulaon Adat Toba. Kondisi ini menunjukan adanya kuasa Mangongkal Holi pada Masyarakat Batak lembaga adat dalam mengatur pengetahuan Toba di Kecamatan Sipahutar: Kajian terkait adat (apparatus) sehingga ritual ini Folklor. Skripsi. Departemen Budaya dapat terus lestari. dan Sastra Batak, FIB, USU. Pasaribu, Tota. 2008. Kewenangan Dalihan DAFTAR PUSTAKA Natolu Dalam Penyelesaian Tindak Pidana Secara Hukum Adat Batak Toba: Creswel, J. W. (2009). Research design: Studi di Kec. Borbor, Kab. Toba Samosir. Qualitative, quantitative, and mixed Skripsi. Fakultas Hukum. USU. methods Approaches. Los angeles: University of Nebraska–Lincoln. Purba, Mauly. 2014. “Gereja Dan Adat: Kasus Gondang Sabangunan Dan Tortor.” David, Charles, Marudut Silalahi, and Robert Antropologi Indonesia 0(62):25–41. Sibarani. 2016. “MANGONGKAL HOLI AS THE HIGHEST LEVEL OF TRADITION IN Putri, Fransiska Dessy. 2017. Makna Simbol BATAK TOBA SOCIETY.” 5(February):1–7. Upacara Manggokal Holi Bagi Masyarakat Batak Toba Di Desa Simanindo Foucault, Michel. 1970. Sexuality and Power. Kecamatan Simanindo Kabupaten Dalam Religion and Culture diedit oleh Samosir Provinsi Sumatera Utara. JOM Jeremy R. Carrette. 1999. New York: FISIP UNRI Vol. 4 No 2-Oktober 2017. Routledge. Schreiner, Lothar. 2003. Adat dan Injil: Foucault, Michel. 1977. Discipline and Punish: Perjumpaan Adat dan Iman Kristen di the Birth of the Prison, New York: Tanah Batak. Jakarta: Gunung Mulia. Random House (Terjemahan). Foucault, Michel. 2001. The Hermeneutics of Sijabat, Marojahan S. 2003. Penggalian Tulang- the Subject. Lectures at the Collège de belulang: Sebuah Kritik Injili terhadap France 1981-1982. New York: Picador. Pembangunan Tugu di Tapanuli Utara. Jurnal Veritas. 4/1 April 2003 67-86. Harahap, Irwansyah. 2000. Rasionalisasi Religius dalam Diskursus Keagamaan di Simatupang, Defri. 2016. Pengaruh Kristen Indonesia: Kasus Parmalim Batak Toba. dalam Upacara Mangokal Holi Pada Jurnal Antropologi Indonesia 61. Masyarakat Batak: Sebuah Tinjauan Etnoarkeologi. Berkala Arkeologi Ikegami, Shigehiro. 1997. Historical Changes Sangkhakala. No 17/2016. of Toba Batak Reburial Tombs: A Case Study of Rural Community in the Central Simatupang, Defri. 2008. Upacara Saur Highland of North . Southeast Martua : Konsep Kematian Ideal Pada Asian Studies, Vol 34. No. 4 March 1997. Masyarakat Batak (Studi Etnoarkeologi). Berkala Arkeologi ‘Sangkhakala” vol 11. McHoul, Alec and Wendy Grace. 2002. A No. 21 (2008). Foucault Primer: Discourse, Power 51

seni dalam Lipatan Pandemi

Pidato Seni yang disampaikan Dr. Saraswati Dewi pada Dies Natalis ke-50 IKJ, 26 Juni 2020

I. Tubuh Yang Menjelajahi Lipatan tubuh-tubuh yang lainnya, menyanyi begitu dekat sambil berpegangan tangan, selama 3 Bapak dan Ibu yang terhormat. Semoga bulan terakhir ini tidak dapat dilakukan, dan anda dalam keadaan sehat di mana pun anda entah sampai kapan ? berada. Tetapi, tidak semuanya hampa, seperti Manusia tidak siap saat wabah datang auditorium yang hening hanya dihuni hantu- menyuruk memasuki kehidupan. Ia menyergap hantu tokoh lakon yang pernah dipentaskan. lalu menguasai rumah, jalanan, perkantoran, Orang-orang berusaha menghibur dirinya pusat perbelanjaan, sekolah, kampus. melalui layar-layar gawai. Entah menari Mencengkram seluruh tatanan yang ada, secara terpisah melalui zoom, atau menyanyi mengosongkan keramaian, melambankan di instagram live, mementaskan puisi di gerak tubuh. Segala yang kita anggap sebagai youtube. Intinya, hasrat artistik masih dapat kebiasaan yang terberi, seluruh sistem politik, dilakukan meski acapkali dibuat simpang ekonomi, hingga sosial, layuh tak berdaya, siur oleh jaringan yang buruk, koneksi tunduk pada pembatasan. Tidak terkecuali putus-sambung-putus-sambung, membuat untuk Dies Natalis IKJ tahun 2020 ini, pidato kreativitas terhambat. seni ini saya sampaikan di podium yang menghadap ke kursi-kursi kosong. Hari jadi Amat sangat wajar jika seniman merasa yang semestinya menjadi perayaan jubilasi, terperangkap, mereka terampas kebutuhannya suatu titik penting dalam hidup, saat ini untuk berinteraksi, menyentuh, mencium, menyisakan kita dengan pertanyaan yang melihat dunia dengan bebas. Masa swa- menggantung, hingga kapan pandemi ini karantina dan pembatasan sosial yang terjadi berlangsung? Dalam bayang-bayang pandemi sangat mempengaruhi psikososial, masyarakat ini, detik demi detik dilalui dengan rasa mengalami berlapis-lapis kesengsaraan, gundah, takut dan tidak menentu. Menatap kefrustasian menghadapi virus dan ancaman pemberitaan di media dengan mata yang sayu, kematian, rasa tertekan mengkhawatirkan kurva tidak kunjung landai, kita belum bisa kesinambungan ekonomi, hingga rasa terisolir melepas kewaspadaan. berjauhan dari keluarga dan sanak keluarga yang terpencar di berbagai tempat. Lantas, Pada hari-hari terberat ini, di mana waktu masih adakah yang indah di dunia ini? Atau bergulir perlahan, saya mencoba memahami masih dapatkah kita merasakan keindahan kembali tentang seni dan apa maknanya dalam dalam keadaan yang penuh ketakutan ini. kondisi wabah. Berkesenian adalah proses simultan internal dan eksternal seseorang, Dalam esainya yang berjudul “Tentang yang berurusan dengan sisi privat, refleksi dan Jatuh Sakit”1, Virginia Woolf seorang penulis ekspresi diri, namun pada sisi yang lainnya seni dan feminis dari Inggris mempersoalkan adalah intensionalitas diri dengan orang lain, mengapa sedikit sekali karya sastra yang keterlibatannya dengan dunia. Berbagai upaya didedikasikan untuk berkisah tentang penyakit. dipertahankan oleh orang-orang agar dapat Mengapa tema utama sastra seringkali berkesenian. Namun, kenikmatan berkesenian; di gedung pertunjukan, berbagi tarian dengan 1 Virginia Woolf, On Being Ill, Paris Press, Paris: 2002 52 Jurnal Seni Nasional CIKINI Volume 6, Juni - November 2020

Gambar 1. Pidato Seni yang disampaikan Dr. Saraswati Dewi pada acara Dies Natalis ke-50 IKJ, 26 Juni 2020

bercerita tentang, cinta, peperangan, atau tubuhnya lemah di ranjang tanpa kesanggupan kecemburuan, tidakkah penyakit adalah untuk beraktivitas. Ketika tubuh dipatahkan sesuatu yang umum terjadi pada semua oleh penyakit, bagi Woolf, pada situasi itulah manusia? Mari kita bayangkan novel tentang manusia diingatkan betapa angkuhnya proyek- influenza, prosa mengenai tipus, dan ode proyek kemanusiaan yang bergerak atas nama syahdu bagi radang paru-paru, demikian akal budi. Sembari tergolek dengan demam keheranan Woolf. Ia memprotes bahwa sastra tinggi, seseorang hanya bisa meratapi gagasan terlampau mengagungkan pikiran, soneta gemilang tentang pencerahan. digubah demi menggambarkan perihnya jiwa. Bilakah keringat dingin, gemeletuk gigi Bagaimana dengan tubuh? Tubuh selalu yang menggigil membentuk bahasa baru dipinggirkan. Tubuh sesekali disebut khususnya dalam memahami diri pada saat wabah? terkait dengan keserakahan dan nafsu. Padahal Bahasa yang selama ini ada terlampau menurut Woolf betapa eloknya tubuh itu, kita ambisius meletakan manusia di pertandingan merasakan tegur sapa musim demi musim untuk memenangkan tampuk kekuasaan. Di melalui tubuh, kuncup-kuncup bunga yang pertandingan ini, peradaban demi peradaban menyebabkan senyum di bibir, seluruh warna, bangkit lalu runtuh, sejarah mencatat prestasi- aroma, bentuk, gerakan, dapat dirasakan prestasi itu. Sejarah mewartakan keunggulan karena tubuh. Esai ini ditulis tahun 1925, dan manusia yang berbekal peralatan teknologis di saat itu Woolf sedang menderita depresi. Woolf satu tangannya, kitab ideologis di tangannya kerap jatuh sakit, dari influenza hingga radang yang lain, ia siap siaga menaklukan dunia. paru-paru. Rasa sakit itu, yang membuat Sedangkan, tidak ada yang menceritakan 53

ketertundukan manusia pada wabah. Woolf Woolf mengatakan dalam kondisi sehat, mengatakan, prosa tentang influenza akan seseorang sering terbelit oleh ilusi bahwa dipikir oleh pendengarnya sebagai cerita dunia sempurna adanya. Intelektualitas kita yang miskin plot! Padahal, kosa kata kita yang akan menata realitas ini penuh dengan asumsi- begitu miskin untuk menggambarkan betapa asumsi teoritis, kategorisasi, klasifikasi beserta mencekamnya teror sesak pernafasan, begitu segala penalaran tentang kerja. Berbeda sunyinya bangsal karantina, pasien hanya dengan keadaan sakit, di mana tubuh tidak ditemani kesepian. memikul predikat-predikat yang dibentuk oleh sistem sosial yang rumit. Tubuh kembali Virus Corona memupuskan rancangan pada azalinya yang primitif. Tubuh yang terlahir yang telah disusun secara apik oleh manusia; dengan pengalaman pertamanya meronta mantra modernisme produksi, konsumsi, menangis distribusi, terus menerus tanpa henti secara kekal. Virus ini meluluhlantakkan Seni terus menyala meski dalam sejarah pakem kita, khususnya soal waktu yang tergelap kehidupan manusia. Federico harus cepat, efektif dan efisien. Kita dipaksa Campagna2 seorang filsuf kelahiran Italia terbiasa dengan kelambatan, mengurung menjelaskan bagaimana kesenian Barok diri di rumah melihat waktu mengalir tanpa berkembang pada situasi zaman saat Eropa tergesa-gesa. Virginia Woolf menggambarkan diterpa berbagai macam problem; peperangan, pengalamannya menerawang dari jendela, kelaparan, dan wabah. Campagna membahas tersungkur dengan rasa sakit, ia membaca beberapa komposisi musik Barok seperti karya kembali puisi-puisi yang sudah lekat dengan Vivaldi yang berjudul La Tempesta di Mare, dirinya. Puisi-puisi itu ditiupkan nyawa baru. lalu oleh Nicola Porpora yang berjudul De Dunia di luar jendela pun tidak lagi nampak Profundis Clamavi, dua karya ini menunjukkan seperti rutinitas yang dangkal. Seolah-olah ada pertentangan eksistensial manusia yang yang retak di permukaan realitas, sehingga menghadapi kesengsaraan tidak dengan kita dapat mengintip dunia yang saturasinya lamentasi, tapi dengan gempita. Menelisik lebih penuh. Woolf melihat keindahan melalui dari kitab Mazmur 130 yang berbicara penderitaan ragawi, keindahan ini tidak harus mengenai seruan dalam kesusahan, “Dari masuk akal. Berbeda dengan bagaimana jurang yang dalam aku berseru kepadamu ya teori estetika modern mencari rasionalisasi Tuhan!” Nicola Porpora mengolah ayat suci De geometris, kesepadanan antar objek-objek. Profundis Clamavi yang biasanya begitu kelam menjadi penuh dengan sukacita. Bersumber dari rasa sakit ini, persepsi terhadap keindahan tidak lagi berkutat pada Begitupula dengan La Tempesta di Mare, jarak yang dibentuk seseorang dengan objek yang berkisah tentang sengitnya amukan tersebut. Sebaliknya, pengalaman kedirian samudra. Laut bergejolak mengerikan, seseorang digeluti kala ia sedang berjuang gelombang bergulung-gulung mengantam diliputi rasa sakit. Tidak ada lagi jarak tatkala kapal yang patah berserah pada badai itu, penyakit yang merundung tubuh. Menurut akan tetapi, simfoni Vivaldi terdengar seperti Woolf inilah kedirian yang mutlak, saat aku menyongsong marabahaya itu. Serupa dengan menyadari tubuhku yang kesakitan, rapuh, Porpora, musik Barok adalah letupan emosi dan rentan. Jika dikaitkan dengan pandemi yang mencintai hidup beserta keseluruhan yang sedang berlangsung, masa-masa bala, petaka juga kenaasannya. Para seniman penyepian ini mengasah seseorang untuk Barok adalah representasi paradoks dunia yang mempertanyakan dirinya sendiri. Ia terpojok rawan celaka, penyakit, konflik, dengan dunia dan harus bersemuka dengan kesadarannya yang ringan, indah, ranum akan harapan. sendiri, mempersoalkan tentang arti dan tujuan hidupnya. Kesenian Barok memang sangat distinktif,

Apakah pengalaman estetis semacam 2 https://www.nts.live/shows/francesco-fusaro/ ini tidak dapat dirasakan pada masa sehat? episodes/tafelmusik-w-francesco-fusaro-9th- march-2020 54 Jurnal Seni Nasional CIKINI Volume 6, Juni - November 2020

baik dari arsitektur, seni lukis, hingga musik, II. Pendidikan Seni Dan Empati bahkan membuat filosof pos-strukturalis, Gilles Deleuze terkesima. Dalam pandangan Bapak dan Ibu yang terkasih, estetikanya, yang berjudulThe Fold3, Deleuze Sukarnya membayangkan hidup seperti mengutarakan kejanggalan musik Barok sedia kala, atau mengadopsi anjuran untuk terletak pada pesona lipatan-lipatannya. Apa menjalani kenormalan baru. Kini kita harus yang dimaksud dengan lipatan ? Lipatan adalah menyesuaikan diri dengan perombakan cara Deleuze menjelaskan bahwa karya-karya besar-besaran makna institusi pendidikan, masa Barok tidak perlu terjerembab dalam begitu juga dengan intitusi pendidikan dualisme antara logika dan mitos. Pendekatan seni seperti IKJ. Saya membayangkan para ini memungkinkan subjektivitas bergerak liar dosen-dosen di Fakultas Film dan Televisi, dari satu sumbu ke sumbu yang berlawanan. Fakultas Seni Pertunjukan, Fakultas Seni Seniman dapat melompat-lompat dari dunia Rupa, hingga Sekolah Pascasarjana yang yang mistik, memasuki dunia matematis, tanpa ruwet menyelenggarakan PJJ (pembelajaran terbelenggu apapun. Memang mengherankan, jarak jauh). Selain itu pula, kegiatan-kegiatan jika kita bercermin pada kondisi pandemi ini, kesenian telah beralih wahana menjadi bagaimana membayangkan kebahagiaan saat daring. Program Studi Teater IKJ misalnya keadaan terlalu getir? telah menyelenggarakan pertunjukan teater Ada yang terbuka dalam lipatan-lipatan daring yang diambil dari naskah Sapardi Djoko Ditunggu Dogot. baru dikarenakan wabah yang sedang terjadi. Damono yang berjudul Kita sedang menyingkap hal-hal baru dalam Peralihan pertunjukan seni ke media digital kehidupan yang mungkin selama ini sempat punya tantangannya sendiri, kendala teknis terbengkalai. Lipatan yang memunculkan adalah satu hal, akan tetapi, hal lainnya adalah katastrofe Covid-19, mengharuskan kita teater sebagai suatu peristiwa, kehilangan untuk mempertimbangkan kembali hubungan penghayatan sensasinya tanpa ada interaksi manusia dengan manusia, manusia dengan langsung dengan penonton. Tidak semua alam, hingga manusia dengan tuhannya. aspek seni berhasil dipindahkan ke ruang Wabah menyadarkan kita kesia-siaan dan digital. Atmosfer pertunjukan seni pun, tidak usangnya perdebatan politik. Politik yang semudah itu dialihkan jiwanya ke dalam terbius dengan narsisisme menyebabkan peranti-peranti. Pertunjukan direduksi unsur diremehkannya peringatan para ilmuwan pentingnya yakni spontanitas, yang tidak dapat tentang virus yang asing ini. Kita perlu sungguh-sungguh dirasakan oleh penonton. mencermati lipatan yang lainnya, termasuk Para seniman mungkin bersungut-sungut harus soal minimnya pengetahuan manusia tentang beralih wahana, tetapi saat ini platform digital wabah dan penyakit. adalah pilihan yang paling memungkinkan. Manusia sedikit menaruh perhatian Mengapa kegiatan seni harus terus tentang sejarah penyakit. Hippokrates diupayakan meski dalam situasi muskil merupakan orang pertama yang menggunakan seperti pandemi ini ? Saya ingin membahas kata epidemi dalam konteks medis. dua peran seni yang justru mendasar pada Sebelumnya, kata itu dicampuradukan untuk masa-masa kritis. Pertama, seni adalah angan- menggambarkan masalah yang melanda angan tentang kebebasan, berkesenian adalah Yunani, (termasuk masalah konflik politik!), medium untuk mencari kebebasan. Lalu yang Hippokrates yang mengkhususkan epidemi kedua, seni adalah pelipur nestapa di dunia sebagai urusan penyebaran penyakit. yang kacau balau. Berkesenian adalah suatu Seberapa pahamkah kita tentang virus ikatan antara satu individu dengan individu ini? Virus yang memporak-porandakan sistem yang lainnya untuk berbagi kesengsaraan 4 kehidupan kita. ? maupun kebahagiaan. Rene Magritte seniman

3 Gilles Deleuze, The Fold, Leibniz and the Baroque, 4 Rene Magritte, Selected Writings, University The Athlone Press, London: 1993 Minnesota Press, USA: 2016 55

surealis asal Belgia mengatakan bahwa manusia Tiongkok semakin mempersulit transparansi menghidupi dunia yang inkoheren nan absurd. dan akuntabilitas negara dalam menjamin Dunia ini hingar bingar dengan kekerasan, kesehatan masyarakatnya. Sun Xun mengkritik pemusnahan, dan obsesi terhadap kepuasan kontrol yang dilakukan pemerintah terhadap material. Ia mengkritik deifikasi manusia yang media, rumah sakit, dan sekolah. Ia juga berpusat pada uang, ras, nasionalisme, bahkan menggarisbawahi keterlambatan respon seni pun ikut tersangkut di dalamnya. pemerintah yang menyebabkan ribuan nyawa menjadi korban. Surealisme bagi Magritte bukan perihal aliran, atau semata-mata gaya berkesenian. Karya terbaru Sun Xun mengambil Baginya, surealisme adalah penjelmaan tema penguasa-penguasa dunia yang kekuatan protektif cinta yang melindungi berperang menunggangi masa pandemi manusia dari sinisnya dunia modern. dan memprovokasi terpecahnya masyarakat Surealisme membangunkan kesadaraan global. Menggunakan animasi dan teknik manusia tentang kebebasan. Ia menjelaskan multimedia, Sun Xun secara terampil, metodik, karya-karyanya yang berwarna-warni mirip beramunisikan pesan yang tajam, mengajak gulali di dalam mayapada mimpi. Surealisme para audiens melihat narasi tentang Tiongkok meretas ruang-ruang baru, yang dikenal melalui matanya. Pemandangan melalui sebagai heterotopia. Ruang-ruang ini subjektivitasnya menghadirkan makhluk- menempatkan seni tanpa terpasung oleh makhluk mitologis, naga, kuda sembrani, fatamorgana yang diciptakan mesin industri. monyet sakti. Ia bahkan menjejerkan makhluk- makhluk mitologis mungil di sepanjang Wabah yang sekonyong-konyong ini tangan Mao Zedong5. Apa maksudnya? Ia memberikan kita banyak alasan untuk ingin menunjukkan arsitektur kekuasaan, merenungkan lagi kedudukan seni bagi bahwa kekuasaan bermanifestasi berulang manusia. Sebelum kita melemparkan diri kali melalui mitologi. untuk segera membuka karantina, kembali pada kebisingan rutinitas, kita perlu memaknai Kritik Sun Xun kepada pemerintah Tiongkok jeda yang telah dialami secara kritis. Agar juga ia sampaikan dengan kelakar. Karyanya berkesenian tidak terburu-buru dipecut yang berjudul Jing Bang: A Country Based on menjadi produktif demi mengisi tuntutan Whale mengandaikan negara fiksional yang manufaktur. Oleh karena itu, sukma daripada bahasa nasionalnya adalah kebohongan. pendidikan seni perlu diyakini seluas-luasanya. Warga negaranya harus mematuhi aturan Pendidikan seni bukan dalam pengertian sempit berbahasa bohong sehari-hari. Dalam salah untuk para seniman saja, namun lebih besar satu wawancara Sun Xun menjelaskan kelindan dari itu, pendidikan seni yang bercengkrama antara berkarya dan bahaya. Menjadi seniman secara timbal balik dengan masyarakat umum. bukan persoalan menjual lukisan-lukisan yang Pendidikan seni melingkupi; pembelajaran indah, itu adalah kepalsuan, cetusnya. Karya mengenai sejarah dan filsafat seni, pelatihan seni harus membuat penikmatnya penasaran, dan penguatan metode-metode seni, pada dibuat resah gelisah dengan pertanyaan- tahap kulminasinya adalah mempraktikan pertanyaan. percakapan intersubjektif dengan publik melalui karya. Selama menjadi pembelajar filsafat, saya kerap bertanya-tanya mengapa manusia harus Diskursus melalui karya dapat ditelusuri dipisahkan berdasarkan struktur; kemampuan dalam karya seni beberapa seniman semasa pemahaman tentang dunia, dibedakan dengan pandemi. Seniman kontemporer asal Tiongkok, pengalaman empiris tentang dunia. Padahal Sun Xun menyampaikan kekecewaannya melalui seni, manusia dapat melakukan pada pemerintah Tiongkok yang otoriter keduanya secara berdampingan. Demikian memberangus kebebasan informasi bagi pula dengan tujuan yang beriringan antara masyarakat. Terkait dengan pandemi global, sensor yang dilakukan oleh pemerintah 5 lihat karya Sun Xun yang berjudul Mythological Time. 56 Jurnal Seni Nasional CIKINI Volume 6, Juni - November 2020

tercapainya emosi personal, dan kesadaran teranyar Citra Sasmita yang berjudul Ode To tentang yang universal. Keserempakan ini saya The Sun, ia menggambarkan ritual purifikasi sebut sebagai kemampuan empati. Karya seni api untuk menghentikan wabah. Dalam teks yang mendidik saya tentang empati adalah Veda disebutkan mengenai ritual Agnihotra pahatan maestro Dolorosa Sinaga yang yang bertujuan untuk menyeimbangkan tubuh berjudul Solidaritas. Melalui karya itu saya yang menderita sakit. belajar tentang kerjasama perempuan untuk keluar dari subjugasi, apa makna kemandirian dan gerakan sosial untuk mengusahan III. Seni Sebagai Transfigurasi Magi keadilan gender. Bapak dan Ibu yang saya hormati, Dalam keheningan pembatasan sosial, saya merenungkan gambar-gambar karya Saya tidak pernah menempuh pendidikan Dolorosa Sinaga seperti; Ombak Liar Dari seni secara formal. Pengetahuan saya Timur, Tao Movement, dan Gerak Masa & tentang seni memang ditanamkan dalam diri Ruang. Karya-karya ini berusaha menangkap saya melalui kehidupan sehari-hari sebagai energi alam yang dinamis. Sekalinya gerakan perempuan adat Bali. Masih tersimpan dalam itu lembut, namun dalam sekejap begitu ingatan semasa kanak-kanak keseharian dahsyat. Virus Corona dalam pandangan saya dipadati oleh kesenian. Pagi hari saya umum diumpamakan sebagai monster yang akan berlatih menari, tari pendet dan tari beroposisi dengan manusia, musuh manusia panyembrama, lalu dilanjutkan dengan yang harus diberantas. Prasangka manusia matembang dan mekidung, menyanyikan memang tidak mungkin dilepaskan dari sikap lagu-lagu yang senantiasa menyertai ritual antroposentrik. Manusia merasa berada di persembahyangan di Pura, menjelang sore hari puncak hierarki, sedangkan alam beserta saya mempersiapkan canang sari, mejejarit, segala makhluk hidup lainnya di bawah semacam kerajinan tangan menggunakan kekuasaan manusia. janur untuk membuat wadah sesaji sebagai sarana persembahyangan. Menyikapi pandemi yang menimpa manusia, alih-alih kita berusaha menelusuri Wabah menurut pandangan masyarakat secara kritis penyebab dari problem, kita Bali adalah wujud dari gumi mebalik, atau tersedot dalam pusaran teori konspirasi. dunia yang semrawut. Disekuilibrium ini dapat Mengapa pandemi ini terjadi sudah semestinya dipahami menjadi tiga hal; ketidakseimbangan ditempatkan dalam suatu rantai sebab akibat. antar manusia, ketidakseimbangan dengan Keberingasan manusia menghancurkan lingkungan hidup dan ketidakseimbangan ekosistem, mengkonsumsi tanpa peduli pada dengan dunia supernatural. Penawar dari konsekuensi; limbah, kepunahan spesies, keadaan yang menyengsarakan ini diyakini krisis iklim. Manusia kesulitan mendengarkan dapat ditempuh melalui tarian kuno tuturan alam, gejala-gejala yang sewajarnya yang disebut dengan tari sanghyang. Tari diperhatikan, sama sekali tidak diindahkan. sanghyang diselenggarakan di desa-desa yang Karya seni adalah perantara untuk memahami warganya mengalami penyakit. Penyakit yang alam sebagai subjek. Kepekaan seniman dimaksud meliputi; penyakit sosial, seperti menyanggupkan narasi lingkungan hidup konflik antar warga desa, maupun penyakit tersampaikan. yang menimpa tubuh seperti influenza, disentri, malaria, dan campak. Rekonsiliasi pertikaian manusia dengan alam pun hanya mungkin dijalankan Tari sanghyang berakar pada kepercayaan melalui penghayatan seni. Karya lukis Citra animisme yang menganggap bahwa seluruh Sasmita yang berjudul The Age of Fire makhluk memiliki roh yang merupakan mengilustrasikan kemarahan Ibu Bumi yang bagian dari totalitas jagat ini. Para penari menyala menghanguskan segala sesuatu di yang terpilih untuk menjalani ritual ini akan sekitarnya. Dalam salah satu fragmen karya mengalami kerasukan atau kesurupan. Ada 57

beragam tari sanghyang; sanghyang jaran, ritual ini. Mereka menyanyikan mantra6 sanghyang dedari , sanghyang penyalin, pengiring sehingga roh dewata dapat turun sanghyang bojog, sanghyang perahu, ke dunia manusia. sanghyang sampat, sanghyang memedi dan lainnya. Meski bertujuan sama, yakni untuk “Ikut nyane kenjir kori mengeliminir wabah, tetapi forma tariannya Dangkark dikrik di pasisi berbeda-beda. Pada tarian sanghyang jaran, penari kesurupan roh dewata yang berbentuk Tepuk api dong ceburin” kuda yang agung. Oleh karena itu, penari “Buntut yang panjang tumbuh di akan menirukan gerakan kuda yang lincah, belakangnya, melompat-lompat, bahkan berlari amat sangat kencang persis mengikuti tindak tanduk seekor Ia menari seperti kuda liar di pantai kuda liar. Saat melihat api, ia melompat ke Pada sanghyang memedi, penari dirasuki dalamnya.” roh makhluk gaib penunggu sungai, pada sanghyang bojog para penari dirasuki roh monyet yang badung memanjat pepohonan, Apakah makna tari sanghyang jaran sementara itu sanghyang dedari, para penari di dunia yang menganut dromologi, suatu diyakini menjadi tempat bersemayamnya dewi paradigma hidup berlandaskan azas khayangan; Supraba dan Tunjung Biru. Masing- kecepatan? Adakah titik temu antara rasio dan masing tarian sanghyang ini menggunakan magi, khususnya di masa pandemi? Seperti tata laksana ritual yang kurang lebih sama, halnya tubuh penari yang bergerak dalam menjadikan tubuh para penari berada di dua ambivalensi dua dunia. Tari sanghyang jaran realitas, dunia sekala (dunia yang nampak, adalah seni yang memudar. Penari sanghyang atau dunia empiris) dan dunia niskala jaran di dusun Geriana Kauh, yang bernama (dunia yang halus, tidak serta merta dapat I Wayan Kisid (65 tahun). Ia adalah penari diobservasi). Ambiguitas ini menjadikan tubuh terakhir di sana, belum ada pewahyuan terkait yang kerasukan memiliki kemampuan magi, kepada siapa roh agung itu akan menitis. mereka berdaya menyembuhkan kembali Selepas merampungkan ritual dan siuman dunia yang rumpang karena wabah. dari kerasukan, saya bertanya pada I Wayan Pertama kalinya saya menyaksikan tari Kisid, apa yang ia rasakan? Ia tidak mengingat sanghyang jaran gading di Desa Geriana apapun, kecuali suatu perasaan bahagia, Kauh, Karangasem, saya sungguh-sungguh optimis, dan apapun persoalan yang mendera terhipnotis. Desa yang damai itu, yang terletak desa mereka, entah itu wabah penyakit, tepat di kaki Gunung Agung, dikeliling oleh hama atau friksi sosial akan teratasi. Ritual hutan bambu dan sawah yang membentang sanghyang jaran dalam hal ini, menjadi ruang sejauh cakrawala. Tari sanghyang jaran transfigurasi kolektif. Suatu peristiwa katarsis dipentaskan di depan Pura Pejenengan, roh yang mendorong transformasi bersama. dewata akan merasuk jika suasana khusyuk, Seni beserta kemanjuran terapetiknya, hening tanpa secercah sinar sedikit pun. Saat teramat dibutuhkan saat ini. Seni menjadi roh dewata yang agung tiba, penari akan konsolasi di tengah-tengah pemberitaan kurva berlarian menginjak bara api yang terdiri atas yang membumbung merisaukan. Seni adalah tempurung kelapa yang dibakar. Penari yang komunikasi antar batin yang mengingatkan tubuhnya telah dirasuki roh, diyakini memiliki manusia mengenai perasaan bahagia yang kekuatan super untuk melakukan berbagai pernah mereka rasakan. Karya seni adalah atraksi berbahaya tanpa terciderai. mesin waktu yang membolehkan mereka Warga yang duduk di bawah melingkari yang telah kehilangan orang-orang yang sanghyang jaran, turut berpartisipasi dalam 6 Leon Rubin dan I Nyoman Sedana, Performances in Bali, Routledge, USA: 2007 58 Jurnal Seni Nasional CIKINI Volume 6, Juni - November 2020

dicintai, sanak keluarga, teman-teman, dapat berjumpa melalui senandung lagu, atau puisi liris. Foto-foto para tenaga kesehatan dengan bekas memar di wajah mereka dikarenakan menggunakan masker terlampau lama, atau potret mereka yang tertidur di selasar rumah sakit lengkap dengan alat pelindung diri, membuat kita haru. Oleh sebab itulah, kemanusiaan harus diperjuangkan, kita harus saling menjaga, saling mengasihi. Begitu juga, seloroh para pelawak mengkritisi kebijakan- kebijakan politik semasa pandemi, membuat kita tertawa miris, namun kita harus belajar tetap tertawa, meski situasi terlalu absurd. Bukankah tawa meningkatkan kekebalan tubuh? Pandemi ini menyimpan lipatan- lipatan yang belum kita ungkap. Seniman berkemampuan untuk menguak lipatan- lipatan itu menggunakan tubuhnya. Seniman meminjamkan tubuhnya ke semesta, membagi dirinya di antara dua dunia, realitas faktual dan realitas transenden demi merangsang keberanian kita untuk terus merangkul lipatan. Seniman adalah suara nurani terdalam yang berbisik, “jangan sirna gairah, kau harus hidup untuk hari esok.”

Terima kasih.