KAJIAN BEBERAPA ASPEK EKOLOGI CENDANA (Santalum album Linn.) PADA LAHAN MASYARAKAT DI PULAU (Some Aspects of Ecology of Cendana (Santalum album Linn.) on Private Lands in Timor Island)* Hery Kurniawan1, Soenarno2, dan/and Nurhuda Adi Prasetiyo1 1Balai Penelitian Kehutanan Jln. Untung Suropati No. 7 (Belakang) PO BOX 69 Kupang 85115 NTT Tlp. (0380) 823357, Fax. (0380) 831068; email [email protected], [email protected] 2Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan Jl. Gunung Batu No. 5 P.O. BOX 182 Bogor-16610Tlp. (0251) 8633378, 8633198, Fax. (0251) 8633413; email [email protected] *Diterima : 11 Juli 2011; Disetujui : 7 Februari 2013

Abdullah; Maman; Hesti; Fauzi ABSTRACT Sandalwood (cendana, Santalum album Linn.) is an endemic species of Province, which not only has economic value, but also as a symbol that the united of people or community and culture wisdom in East Nusa Tenggara Province. Sandalwood management had been strated many years ago; it has experienced ups and downs due to various factors, such as unsupported regional regulation on the efforts of developing sandalwood plantation. This research aimed to study sandalwood habitat and its population distribution in private land. Data were analysed with descriptive quantitative analysis. Sampling plots were placed purposively to determine important value index (IVI) and competition index (CI). Data were collected through interview with the stakeholders, direct survey, and desk study of secondary data. The result showed that sapling and seedling stages dominated the structure of sandalwood plantation in Timor Tengah Selatan (TTS), Timor Tengah Utara (TTU), and Belu Regencies. Then followed by poles and trees. IVI was high on every growth level of sandalwood in the three regencies, but CI was low with 0.18 for TTS, 0.07 for TTU, and 0.10 for Belu Regency. Keywords: Habitat, distribution, population, cendana, NTT

ABSTRAK Cendana (Santalum album Linn.) merupakan spesies endemik asal Nusa Tenggara Timur (NTT) yang bukan hanya bernilai ekonomi namun juga sebagai lambang pemersatu masyarakat dan kearifan lokal di Provinsi NTT. Pengelolaan cendana telah mengalami pasang-surut dalam periode panjang yang disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya adalah peraturan daerah yang tidak mendukung bagi upaya pengembangan tanaman cendana. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang habitat, populasi, dan sebaran cendana di lahan masyarakat. Metode penelitian secara deskriptif kuantitatif berdasarkan pengamatan secara langsung di lapangan. Plot sampel ditempatkan secara purposive untuk mendapatkan Indeks Nilai Penting (INP) dan Indeks Kompetisi (IK). Data dikumpulkan melalui tiga cara, yakni wawancara dengan stakeholder, survei lapangan, dan penelusuran data sekunder. Hasil menunjukkan bahwa tingkat sapih (sapling) dan semai (seedling) mendominasi struktur tanaman cendana di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Timor Tengah Utara (TTU), dan Belu. Selanjutnya diikuti oleh tingkat tiang (poles) dan pohon (trees). INP pada setiap level pertumbuhan dan kabupaten adalah tinggi, namun IK rendah dengan nilai 0,18 untuk Kabupaten TTS; 0,07 untuk Kabupaten TTU; dan 0,1 untuk Kabupaten Belu. Kata kunci: NTT, habitat, distribusi, populasi, cendana

I. PENDAHULUAN ripto, 1992 dalam Anonim, 2010). Saat Sejak lama cendana mampu memain- ini, kondisi cendana, baik di habitat alam kan peranan penting dalam struktur eko- maupun hasil tanaman telah mengalami nomi NTT sebagai andalan utama sumber banyak perubahan yang mengarah pada pendapatan asli daerah (PAD), yaitu se- kemerosotan populasi karena adanya eks- besar 28,20-47,60% setiap tahunnya (Su- ploitasi yang berlebih. Potensi, sebaran, 33

Vol. 10 No. 1, April 2013 : 33-49 dan komposisi umur tanaman cendana ju- habitat cendana pada lahan masyarakat di ga berubah, sehingga perlu pemutakhiran Pulau Timor. data. International Union for Conservation of Natural Forest (IUCN), sejak tahun II. BAHAN DAN METODE 1997 sudah memasukkan cendana ke da- lam jenis yang hampir punah (vulner- A. Waktu dan Lokasi Penelitian able). Bahkan CITES (Convention on In- Penelitian ini dilakukan di Pulau Ti- ternational Trade in Endangered Spe- mor meliputi tiga kabupaten, yakni Kabu- cies of Wild Fauna and Flora) telah me- paten Timor Tengah Selatan (TTS) (Desa masukkan cendana dalam jenis Appendix Binaus, Oebesi, Eonbesi, Oelbubuk, Nau- II World Wide Fund for Nature (WWF) - kae, Baki, Kesetnana, Noinbila, Bikekne- , 2008 dalam Anonim 2010). no, Babuin, Haunobenak); Kabupaten Ti- Appendix II memuat daftar spesies yang mor Tengah Utara (TTU) (Desa Upfaon, tidak terancam kepunahan, tetapi dipasti- Eban, Supun, Teba, Oenbit, Lokomea, kan akan terancam punah apabila perda- Lapeom, Bijeli, Noebaun, Letmafo); dan gangan terus berlanjut tanpa adanya Kabupaten Belu (Desa Fatulotu, Dirun, pengaturan. Menurut Dinas Kehutanan Tialai, Derok, Bisesmus, Umutnana, La- dan Perkebunan Kabupaten Timor Te- leten, Tukuneno). Lokasi penelitian dapat ngah Selatan (2010), penurunan populasi dilihat pada Gambar 1. Waktu penelitian cendana disebabkan oleh penetapan target adalah bulan Maret hingga November penebangan tahunan yang tinggi, tinggi- 2010. nya pencurian, serta kurang diimbangi dengan keberhasilan permudaan yang ba- B. Bahan dan AlatPenelitian ik melalui regenerasi hutan tanaman mau- Bahan yang digunakan dalam peneliti- pun alam. Pada tahun 1999 penebangan an adalah populasi tanaman cendana di cendana dari kawasan hutan dihentikan lahan masyarakat Kabupaten TTS, TTU, dan kayu cendana yang beredar sekarang dan Belu serta sampel tanah. Alat yang berasal dari kayu cendana yang ada di la- digunakan adalah kompas, GPS, tali han milik masyarakat (Dinas Kehutanan ukur, pita meter, haga meter, pH meter, dan Perkebunan Kabupaten Timor Te- luxmeter, dan alat pengukur kelembaban ngah Selatan, 2010). tanah. Berdasarkan hal-hal tersebut, maka pe- mutakhiran data dan informasi habitat, C. Metode Penelitian potensi dan sebaran cendana terutama pa- da lahan masyarakat menjadi penting, un- 1. Rancangan Penelitian tuk mengetahui ketersediaan sumber be- Rancangan penelitian yang digunakan nih dan penyiapan data kesesuaian tempat dalam penelitian ini adalah metode des- tumbuh cendana. Ini berarti secara lang- kriptif kuantitatif melalui penelitian la- sung dapat mendukung tercapainya mas- pangan secara langsung. Sampling diten- ter plan pengembangan dan pelestarian tukan secara purposive berdasarkan ke- cendana Provinsi Nusa Tenggara Timur pentingan yang terkait dengan habitat dan tahun 2010-2030, yang menyebutkan per- sebaran cendana di lahan masyarakat. lu adanya upaya pelestarian sumberdaya Menurut Dumbois dan Ellenberg genetik cendana, baik melalui konservasi (1974) dalam metode ordinasi peng- in-situ maupun ex-situ agar tidak terjadi ambilan plot dapat dilakukan secara kepunahan. Penelitian ini bertujuan untuk random, sistematik atau secara sub- memperoleh informasi tentang peta se- jektif atau gradien faktor lingkungan baran populasi dan informasi mengenai tertentu. Sebanyak 67 petak ukur utama

34

Kajian Beberapa Aspek Ekologi Cendana.…(H. Kurniawan, dkk.)

Gambar(Figure) 1. Peta lokasi penelitian (Map of research location)

T

20 m

5 m 10 m Sp 5 m Sd

2 m Gambar (Figure) 2. Petak ukur untuk pengambilan data di lapangan (Sampling plot for measurement in the field)

ditempatkan secara sengaja pada lokasi di 2. Analisis Data mana ditemukan tumbuhan cendana de- Metode pengambilan data dilakukan ngan luas masing-masing petak ukur se- melalui tiga cara: 1) wawancara dengan suai dengan tingkat pertumbuhan cenda- stakeholder terkait, baik masyarakat seki- na (Gambar 2), yaitu: tar hutan, dinas atau instansi terkait me- a. Semai (seedlings, Sd) dengan ukuran ngenai keberadaan dan lokasi cendana petak 2 m x 2 m. yang tumbuh secara alami, jumlah res- b. Sapihan (saplings,Sp) dengan ukuran ponden adalah 63 responden yang terse- petak 20 m x 20 m. bar merata pada seluruh lokasi dan me- c. Tiang (poles, P) dengan ukuran petak wakili kalangan birokrat, praktisi, dan pe- 20 m x 20 m. tani; 2)melalui pengamatan lapangan se- d. Pohon (trees,T) dengan ukuran petak cara langsung untuk data pertumbuhan, 20 m x 20 m. biofisik, dan dinamika tegakan; 3) peng- 35

Vol. 10 No. 1, April 2013 : 33-49

36

Kajian Beberapa Aspek Ekologi Cendana.…(H. Kurniawan, dkk.)

Tabel (Table) 1. Distribusi cendana menurut desa dan tingkat pertumbuhan di Kabupaten Timor Tengah Se- latan (Sandalwood distribution and its growth stages in 11 villages of Timor Tengah Se- latan Regency) Pohon (Tree) Tiang (Pole) Sapih (Sapling) Semai (Seedling) Rerata Rerata Rerata Rerata Rerata Rerata Rerata Rerata tinggi tinggi tinggi diameter tinggi Desa diameter diameter diameter (Height N (Height n (Height n (Diameter (Height n (Village) (Diameter (Diameter (Diameter mean) mean) mean) mean) mean) mean) (cm) mean) (cm) mean) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) Binaus 30,2 850 2 14,7 723,3 15 4,4 303,8 25 1,79 115 68 Oebesi 30,6 700 1 14,6 757,7 5 7,0 285,5 14 2,2 100 25 Eonbesi 30,3 698,0 1 13,7 659,6 7 6,5 275,0 11 3,2 123,0 37 Oelbubuk 25 498,3 6 12,60 620 11 3,65 359,8 40 1,32 114 53 Baki 24,2 871,4 7 15,9 703,6 11 7,6 416,7 3 - - Naukae - - - 13,5 575 2 4,7 282 10 - - - Kesetnana - - - 11,9 600 2 5,6 460,9 27 - - - Noinbila - - - 11,9 726,7 12 5,6 423,4 49 2,9 100,0 1 Bikekneno 26,1 600,0 8 13,8 617,2 42 7,4 558,3 18 3,1 125,0 32 Haunobenak 26,5 608 23 14,6 620,0 42 6,4 439,0 37 2,1 130 52 Babuin 32,1 768,3 28 15,4 690,0 39 7,3 459,2 21 3,2 141 40 Jumlah n 76 188 255 308 Sumber (Source): Analisis data primer (Primary data analysis)

masyarakat tetap memilih cendana dita- nam di pekarangan rumah, karena pertim- bangan keamanan, kesulitan bibit, dan belum dikuasainya teknik persemaian se- cara mandiri. Potensi pohon induk yang dapat di- manfaatkan untuk kegiatan lebih lanjut (misalnya pemuliaan cendana) dapat dite- mui setidaknya di tiga desa, yakni di De- sa Upfaon, Desa Lokomea, dan Desa Bi- jeli. Rendahnya potensi pohon induk le- bih diakibatkan karena pencurian. Rata- rata umur pohon induk adalah sekitar 30 Gambar (Figure) 3. Pohon cendana di Desa Ba- tahun. ki, Kabupaten TTS (Sandalwood tree in Baki Apabila dirata-ratakan masing-masing Village, TTS Regency) tingkat pertumbuhan cendana di 10 desa yang diteliti, maka diperoleh nilai rata- Tualele dan Desa Lapeom Kec. Insana rata 1 pohon, 3 tiang, 16 sapihan, dan 130 Barat, Desa Bijeli dan Noebaun Kec. semai, sehingga perbandingannya adalah Noemuti. tetap 1 : 3 : 16 : 130. Nilai rata-rata dan Berdasarkan hasil pengamatan (Tabel perbandingan ini dapat berarti bahwa 2) dapat disimpulkan bahwa mayoritas untuk Kabupaten TTU, tindakan pemeli- populasi cendana di Kabupaten TTU ada- haraan dan penyelamatan sebaiknya di- lah tingkat sapling dan semai. Potensi prioritaskan pada cendana tingkat sapihan cendana tingkat semai yang ditanam oleh dan semai, mengingat potensinya yang masyarakat terdapat pada beberapa loka- cukup besar, di samping tetap melakukan si. Namun, yang terbanyak terdapat di de- pemeliharaan pada tingkat pohon dan ti- sa Upfaon (400 tanaman) dan di Desa Te- ang. Tingginya angka tingkat semai cen- ba (582 tanaman). Terdapat tokoh masya- dana di Kabupaten TTU berupa tanaman rakat yang telah mengetahui teknik perse- menunjukkan bahwa masyarakat mulai maian cendana di kedua desa tersebut. menyadari dan mengerti nilai ekonomi

cendana.

Untuk Kabupaten TTU pada umumnya,

37

Vol. 10 No. 1, April 2013 : 33-49

Tabel (Table) 2. Distribusi cendana menurut desa dan tingkat pertumbuhan di Kabupaten Timor Tengah Utara (Sandalwood distribution and its growth stages in six villages of Timor Tengah Utara Regency) Pohon (Tree) Tiang (Pole) Sapih (Sapling) Semai (Seedling) Rerata Rerata Rerata Rerata Rerata Rerata Rerata Rerata diameter tinggi diameter tinggi diameter tinggi diameter tinggi Desa (Village) (Diameter (Height n (Diameter (Height n (Diameter (Height n (Diameter (Height n mean) mean) mean) mean) mean) mean) mean) mean) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) Upfaon & Supun 24,04 450 1 12,65 592,73 14 5,41 371,5 41 1,29 52 423 Eban - - - 11,46 475 2 4,92 293,3 14 2,40 132 41 Teba & Oenbit - - - 10,191 800 1 5,475 307,6 21 3,70 149 620 Lokomea & Lapeom 21,00 670 2 14,12 933,33 3 5,217 473,3 46 1,035 90 170 Bijeli & Noebaun 20,86 800 3 14,15 717,5 4 6,453 437,3 23 6,369 110 26 Letmafo - - - 14,62 698 5 7,8 482,23 11 5,61 92,4 23 Jumlah n 6 29 156 1303 Sumber (Source): Analisis data primer (Primary data analysis)

3. Kabupaten Belu cendana yang tumbuh atau ditanam di ke- bun. Rata-rata umur pohon induk adalah Jumlah desa yang dapat dijangkau un- sekitar 30 tahun. tuk kegiatan eksplorasi di Kabupaten Be- Apabila dirata-ratakan masing-masing lu ada delapan desa, yaitu: Desa Tialai tingkat pertumbuhan cendana pada dela- Kec. Tasifeto Timur; Desa Derok Fature- pan desa yang disurvei, maka akan diper- ne dan Desa Tukuneno Kec. Tasifeto Ba- oleh nilai rata-rata 2 pohon, 6 tiang, 18 rat, Desa Bisesmus Kec. Laenmanen, De- sapihan, dan 54 semai, sehingga perban- sa Umutnana Kec. Sasitamean, Desa La- dingannya adalah 1 : 3 : 9 : 27. Nilai rata- leten Kec. Weliman, Desa Fatulotu dan rata dan perbandingan ini berarti bahwa Desa Dualasi Kec. Lasiolat, Desa Dirun untuk Kabupaten Belu, tindakan pemeli- Kec. Lamaknen. haraan dan penyelamatan sebaiknya difo- Berdasarkan hasil pengamatan (Tabel kuskan secara merata pada tingkat pohon, 3), dapat disimpulkan bahwa mayoritas tiang, sapihan, dan semai, mengingat po- populasi cendana yang terdapat di tensinya yang cukup proporsional. Kabupaten Belu merupakan tingkat sa- pihan dan semai. Potensi permudaan atau B. Pola Komunitas tingkat semai dijumpai pada lokasi pena- Indeks Nilai Penting (INP) tanaman naman Dinas Kehutanan Kabupaten Belu, cendana di Kabupaten TTS ditabulasikan di antaranya di Desa Tialai Kecamatan pada Tabel 4. Untuk tingkat pohon nilai Tasifeto Timur. Potensi cendana yang di- INP adalah 202%, tingkat tiang 223,85%, tanam oleh masyarakat, jumlahnya relatif dan tingkat sapihan 178,53%. Indeks Ni- sedikit, dapat ditemukan di beberapa lo- lai Penting tanaman cendana di Kabupa- kasi, khususnya di Desa Tialai dan Umut- ten TTU untuk tingkat pohon 60%, nana. tingkat tiang 234%, dan tingkat sapih Sebagian besar tanaman cendana di 233,41%. Indeks Nilai Penting tanaman pekarangan rumah atau kebun yang rela- cendana di Kabupaten Belu, untuk tingkat tif dekat dengan rumah karena pertim- pohon 209,31%, tingkat tiang 194,85%, bangan keamanan, kesulitan bibit, dan ti- dan tingkat sapihan 208,43%. dak dikuasainya teknik persemaian cen- Semakin tinggi nilai INP, semakin ba- dana. Potensi pohon induk dapat ditemui nyak jenis tersebut ditemui pada suatu setidaknya di empat desa, yakni di Desa areal. Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa Tialai, Desa Bisesmus, Desa Derok Fatu- jumlah cendana tingkat pohon di Kabupa- rene, dan Desa Umutnana. Rendahnya ten Belu adalah yang tertinggi dibanding- potensi pohon induk, lebih disebabkan kan dengan di Kabupaten TTS dan TTU. oleh faktor pencurian, terutama tanaman Jumlah cendana tingkat tiang di Kabupaten

38

Tabel (Table) 3. Distribusi cendana menurut desa dan tingkat pertumbuhan di Kabupaten Belu (Sandalwood distribution and its growth stages in eight villages of Belu Regency) Pohon (Tree) Tiang (Pole) Sapih (Sapling) Semai (Seedling) Rerata Rerata Rerata Rerata Rerata Rerata Rerata Rerata Desa diameter tinggi diameter tinggi diameter tinggi diameter tinggi (Villages) (Diameter (Height n (Diameter (Height n (Diameter (Height n (Diameter (Height n mean) mean) mean) mean) mean) mean) mean) mean) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) Fatulotu - - - 11,78 500 1 4,1 276,1 49 2,1 85,6 26 Dirun - - - 12,3 563 9 342,9 195 18 - - 21 Tialai 79,5 675,0 3 15,5 666,7 3 4,6 334,1 41 2,7 110,0 40 Derok - - - 13,4 605,6 30 6,3 425,7 9 - - 15 Bisesmus 37,2 529 4 13,7 750 2 7,4 508 5 - - - Umutnana 31 530 3 19,7 700 1 3,1 289,5 5 1,9 115 30 Laleten 28,0 700 2 11,5 500 1 3,8 308,2 11 1,6 120 20 Tukuneno ------7,95 675 2 - - 276 Jumlah n 12 47 140 428 Sumber (Source): Analisis data primer (Primary data analysis)

Tabel (Table) 4. Indeks Nilai Penting cendana di pada Kabupaten TTU, di mana tingkat tiga kabupaten di Pulau Timor (Importance Value pohon memiliki jumlah lebih sedikit, se- Index of sandalwood at three regencies in Timor Island) dangkan tingkat sapihan dan semai me- miliki jumlah yang lebih banyak diban- INP cendana (IVI of sandalwood) Kabupaten dingkan dengan dua kabupaten lainnya. Pohon Tiang Sapihan (Regencies) (Tree) (Pole) (Sapling) Kondisi demikian kemungkinan besar Belu 209,31 194,85 208,43 menunjukkan bahwa tingkat kesadaran TTS 202 223,85 178,53 menanam cendana yang tinggi pada ma- TTU 60 234 233,41 syarakat di Kabupaten TTU. Sumber(Source): Analisis data primer (Primary data analysis) C. Analisis Biofisik

TTS paling banyak dibandingkan dengan Dalam pengelolaan hutan, kualitas ta- di Kabupaten TTU dan Kabupaten Belu. pak merupakan penjumlahan dari banyak Jumlah cendana tingkat sapihan di Kabu- faktor lingkungan, yaitu kedalaman ta- paten TTU paling banyak dibandingkan nah, tekstur tanah, struktur tanah, karak- di Kabupaten Belu dan TTS. Rendahnya teristik profil, komposisi mineral, kecu- cendana tingkat pohon di Kabupaten TTS raman lereng, arah lereng, iklim mikro, dan TTU disebabkan tingginya tingkat jenis tanah, dan lain-lain (Daniel et al., penebangan pohon cendana. Selain itu, di 1950). Menurut The Society of American Kabupaten Belu, lokasi tempat tumbuh Foresters dalam Davis (1966) tapak (site) cendana tingkat pohon posisinya jauh da- adalah suatu area yang terdiri atas faktor- ri jalan utama. Aksesibilitas yang lebih faktor ekologi yang mempunyai kemam- rendah ini berakibat pada kurang terde- puan untuk menghasilkan hutan dan teksinya keberadaan pohon cendana di vegetasi yang lain, atau merupakan kom- Kabupaten Belu. Bahkan, di desa tertentu binasi antara kondisi biotik, iklim, dan seperti Derok, masyarakat cenderung me- kondisi tanah area tersebut. Sasongko nutup-nutupi keberadaan pohon cendana (1994) menyatakan bahwa keadaan tem- yang mereka miliki. pat tumbuh dicirikan oleh sifat-sifat tem- Secara umum, berdasarkan nilai INP pat tumbuh itu sendiri, yaitu antara lain cendana menunjukkan bahwa dominasi sifat tanah dan bentuk fisiografi lapangan. tanaman cendana pada tiap kabupaten cu- 1. Fisik dan Kimia Tanah kup merata meskipun pada tingkat klasi- fikasi tingkat pertumbuhan pohon yang Analisis dilakukan terhadap sampel ta- berbeda. Rendahnya perbedaan pola se- nah yang diambil secara purposive pada baran tingkat pertumbuhan hanya terlihat plot yang dibuat. Pengambilan sampel ta- 39

Vol. 10 No. 1, April 2013 : 33-49 nah dilakukan secara langsung di dalam mampu menyerap zat-zat hara, dan ke- plot menggunakan ring sampel hingga lembaban tanah berlebihan dapat menye- kedalaman 20 cm, berdasarkan pertim- babkan tanaman mudah terserang penya- bangan kedalaman solum tanah di Pulau kit layu, busuk leher akar (Baret, 1985; Timor. Analisis meliputi pH tanah, teks- Radomiljac, 1995). Di samping itu kele- tur, struktur, kandungan C, N, P, K. Ana- bihan air di dalam tanah juga menyebab- lisis dilakukan di laboratorium tanah Uni- kan sirkulasi udara (aerasi) di dalam ta- versitas Nusa Cendana. Hasil analisis fi- nah kurang baik karena oksigen di dalam sik tanah pada lokasi tumbuh cendana se- tanah berkurang dan tanah menjadi an- cara lengkap dapat dilihat pada Tabel 5. aerob yang menyebabkan proses oksidasi Secara fisik, hasil analisis menunjuk- berubah menjadi proses reduksi. Keadaan kan bahwa mayoritas tanah tempat tum- ini akan menghambat pertumbuhan haus- buh cendana mengandung fraksi pasir, toria pada akar cendana dan dapat menye- bahkan pada beberapa tempat seperti di babkan tanaman mati keracunan (Surata, Bijeli, Naukae, dan Kesetnana fraksi pa- 2006). sir adalah dominan. Kondisi demikian Hasil analisis kimia tanah pada lokasi terjadi pada 80,7% lokasi di tiga kabupa- tumbuh cendana ditabulasikan pada Tabel ten lokasi penelitian. Berdasarkan peng- 6, di mana terlihat bahwa pada lokasi amatan secara langsung, maka pertum- yang memiliki tampilan pertumbuhan buhan cendana pada tanah yang memiliki cendana yang baik, rata-rata memiliki pH kelas tekstur lempung berpasir atau pasir di atas 7,5 sampai dengan 8. Keadaan ini berlempung memberikan hasil pertum- menunjukkan, cendana menyukai ta-nah buhan yang baik. Pada tanah-tanah yang dengan tingkat pelapukan yang tinggi dan terletak di daerah yang agak tinggi, di- tingkat perlindungan unsur hara yang jumpai adanya fraksi liat di dalamnya. rendah. Menurut Assman (1970), tanah harus Tanah yang mengandung unsur-unsur cukup lunak dan cukup memungkinkan hara yang optimum untuk nutrisi tanaman untuk terjadinya perkecambahan dan per- dan tidak terlalu masam atau alkalin serta kembangan akar yang baik. Tanah perlu bebas dari unsur-unsur hara toksik mem- memiliki distribusi ukuran pori yang me- punyai kesuburan kimia yang baik. Na- rata sehingga mudah terjadi gerakan dan mun kesesuaian tanah selaku media untuk penahanan udara maupun air yang me- pertumbuhan tanaman tergantung tidak nunjang perkembangan akar. Suhu di da- hanya pada kesuburan kimia. Hal ini juga erah perakaran harus tetap berkisar pada terikat pada status atau keadaan air dan batas-batas tertentu yang tidak berbahaya. udara serta mekanika dan suhu tanahnya. Hal ini berarti, tanah pun harus memiliki Menurut Assman (1970), keadaan de- kesuburan fisik yang baik, karena kedua- mikian terkait dengan proses pematangan nya secara seimbang penting bagi kesu- tanah. Di bawah kombinasi pengaruh buran tanah keseluruhan. Pada kasus ta- iklim, tanah, dan tumbuhan penutup, pro- naman cendana, berdasarkan hasil anali- ses pematangan tanah terjadi, tahap-tahap sis fisik tanah dapat diketahui bahwa ke- individual dari proses ini dapat dibedakan lembaban dan kerapatan ini adalah ber- dalam profil tanah dan digunakan sebagai banding terbalik dengan tingkat pertum- bagian-bagian untuk perbedaan tipe-tipe buhan dan kesehatan tanaman. tanah. Di bawah pengaruh iklim dan kon- Pada beberapa tempat, tanaman cenda- disi tanah yang sesuai, satu keseimbangan na yang memiliki pertumbuhan cepat dan (equilibrium) tercapai antara kehilangan sehat, tanahnya memiliki kelembapan dan nutrisi-nutrisi yang tercuci oleh drainase kerapatan isi yang rendah. Pemberian air dan pelepasan nutrisi-nutrisi selanjutnya yang berlebihan pada tanaman cendana oleh pelapukan, juga antara kehilangan dapat menyebabkan tanaman kurang 40

Kajian Beberapa Aspek Ekologi Cendana.…(H. Kurniawan, dkk.) humus dan pembaharuannya dengan pela- akan bereaksi terhadap perubahan ling- pukan sederhana dari seresah yang jatuh. kungan dengan tingkat tanggapan tergan- Hubungan antara organisme dan faktor tung jenis tanaman dan tingkat perubahan lingkungan dijelaskan pula oleh Assman lingkungan. Setiap jenis tanaman mem- (1970), bahwa sifat turunan dan ling- punyai kondisi optimal bagi pertumbuh- kungan bekerjasama untuk kemudian me- annya. Pada keadaan lingkungan yang lalui proses fisiologi yang terjadi menen- kurang optimal, manipulasi lingkungan tukan pertumbuhan pohon, baik secara sering dilakukan untuk menciptakan ke- kualitatif maupun kuantitatif. Tanaman adaan yang mendekati kondisi optimal

Tabel (Table) 5. Sifat fisik tanah pada lokasi tumbuh cendana (Soil physics properties on sandalwood growing sites) Kerapatan isi Kelembaban %liat %pasir %debu Kelas tekstur No. Lokasi (Sites) (Bulk density) (Humidity) (Clay (Sand%) (Silt %) (Texture class) (g/cm3) (%) %) Kabupaten TTU 1. Eban 1 1,4 31,43 47,87 8,67 43,46 Liat berpasir 2. Supun 01 1,4 22,77 35,87 19,6 44,53 Liat 3. Upfaon 1 1,5 18,10 61,07 12,8 26,13 Lempung liat berpasir 4. Lokomea 5 1,6 17,44 77,33 7,6 15,07 Lempung berpasir 5. Lapeom 1 1,4 18,50 26,4 33,6 40 Lempung berliat 6. Bijeli 1 1,4 14,59 89,87 3,07 7,06 Pasir 7. Letmafo 1 1,5 11,05 Kabupaten TTS 8. Naukae 1 1,0 12,8 92,4 4,2 3,4 Pasir 9. Ds. Noinbila 0,4 36,1 55,7 7,4 36,9 Liat berpasir 10. Binaus IV 0,9 21,9 71,4 9,8 18,8 Lempung berpasir 11. Eonbesi II 1,0 24,4 58,5 5,6 35,9 Lempung liat berpasir 12. Oebesi II 1,2 14,7 96,1 2,4 1,5 Pasir 13. Oelbubuk II 1,0 18,0 14. Baki I 1,3 14,9 71,4 10,4 8,3 Pasir berlempung 15. Bikekneno I 0,9 27,2 60,1 10,4 18,2 Lempung berpasir 16. Haunobenak 1,0 17,5 74,5 9,2 29,5 Lempung liat berpasir 17. Oelbubuk I 1,0 15,5 96,5 1,75 16,3 Lempung berpasir 18. Kesetnana II 86,8 4,9 8,3 Pasir Kabupaten Belu 19 Umutnana 1,2 14,14 89,33 4 6,67 Pasir berlempung 20 Fatulotu 0,7 26,40 73,33 1,33 25,34 Lempung liat berpasir 21 Laleten 0,7 21,35 73,33 5,33 21,34 Lempung liat berpasir 22 Tialai 0,7 26,77 81,33 1,33 17,34 Lempung berpasir 23 Dirun Raimetan 0,9 23,47 81,33 2,67 16 Lempung berpasir 24 Dirun Gomok- 1,1 22,34 81,34 2,66 16 Lempung lolo berpasir 25 Bisesmus 0,7 29,04 72,13 0,53 27,34 Lempung liat berpasir 26 Derok Faturene 0,6 28,06 75,07 1,2 23,73 Lempung liat berpasir Sumber (Source): Analisis fisik tanah (Soil physic analysis)

41

Vol. 10 No. 1, April 2013 : 33-49

Tabel (Tablel) 6. Hasil analisis kimia tanah pada lokasi tumbuh cendana (Soil chemical properties on cenda- na growing sites) BO C-organik (Organic No. Lokasi (Sites) pH (Organic- N (%) P (ppm) K (me/100) matters) C) (%) (%) Kabupaten TTU 1. Eban 1 7,32 1,45 2,50 0,16 26,71 0,40 2. Supun 01 6,90 0,25 0,44 0,05 17,49 0,29 3. Upfaon 1 8,07 1,05 1,81 0,10 21,26 0,36 4. Lokomea 5 7,44 1,05 1,82 0,11 47,42 2,81 5. Lapeom 1 8,01 1,49 2,57 0,10 28,0 0,43 6. Bijeli 1 7,77 1,79 3,06 0,37 23,73 0,40 Kabupaten TTS 7. Naukae 1 8,00 3,44 1,99 0,24 41,81 0,49 8. Ds.Noinbila 7,59 15,42 8,94 0,93 85,37 1,47 9. Binaus IV 6,35 5,51 3,20 0,27 33,79 0,37 10. Eonbesi II 7,81 0,45 0,26 0,07 40,26 1,25 11. Oebesi II 7,80 2,39 1,39 0,13 57,15 0,35 12. Oelbubuk II 7,69 6,80 3,94 0,62 47,52 1,52 13. Baki I 8,10 TU TU 0,11 16,05 0,25 14. Bikekneno I 7,85 2,86 1,66 0,17 24,08 0,50 15. Haunobenak 7,84 3,18 1,85 0,21 39,72 0,36 16. Oenunu 7,82 5,29 3,07 0,67 82,71 0,82 Kabupaten Belu 17. Derok 1 7,92 7,18 12,38 0,60 54,83 1,60 18. Dirun (Raimetan) 7,78 0,68 1,17 0,20 51,87 0,55 19. Bisesmus 7,53 7,52 12,96 0,96 44,2 1,54 20. Dirun (Gomoklolo) 7,89 0,06 0,10 0,13 32,76 1,47 21. Umutnana 7,88 0,64 1,10 0,15 28,08 0,80 22. Laleten 1 7,59 4,95 8,53 0,59 62,92 1,50 23. Tialai 1 7,68 5,33 9,19 0,59 36,88 1,54 24. Fatulotu 2 7,52 13,04 22,48 1,58 66,72 1,72 25. Tukuneno 7,87 0,08 0,14 0,14 37,52 1,40 Sumber (Source): Analisis fisik dan kimia tanah (Soil chemical analysis)

agar kapasitas genetik yang dimiliki di- Kemiringan atau kelerengan lahan ber- ekspresikan sebaik mungkin. pengaruh terhadap aliran permukaan dan Untuk pengaruh unsur-unsur hara pada ketebalan solum. Arah kemiringan berpe- tanah tempat tumbuh cendana, meskipun ngaruh terhadap intensitas cahaya. Klasi- tidak terlalu tegas namun terdapat kecen- fikasi kelerengan yang digunakan meng- derungan bahwa tanah yang memiliki un- acu pada klasifikasi kelerengan lapangan sur N yang tinggi, maka pertumbuhan yang berlaku di Indonesia, berdasarkan cendananya terlihat baik pula. Demikian Keputusan Menteri Pertanian No. 837/ juga untuk kandungan bahan organik Kpts/Um/11/1980 dan No. 683/Kpts/Um/ (BO), pada lokasi-lokasi yang memiliki 8/1981, tentang kriteria dan tata cara pe- pertumbuhan cendana yang baik, pada netapan hutan lindung dan hutan produksi umumnya memiliki kandungan BO yang (kelerengan 0-8% = datar; 8-15% = lan- tinggi pula. Besarnya kandungan BO me- dai; 15-25% = agak curam; 25-40% = cu- nandakan tingginya tingkat pelapukan. ram; >40% = sangat curam). Tingkat pelapukan yang tinggi akan Tabulasi data kemiringan lahan tempat menghasilkan hara yang tersedia bagi tumbuh cendana di Kabupaten TTS dapat tumbuhan atau tanaman cendana. dilihat pada Tabel 7. Analisis dilakukan secara deskriptif berdasarkan landasan 2. Kemiringan Lahan teori dan data yang diperoleh. 42

Kajian Beberapa Aspek Ekologi Cendana.…(H. Kurniawan, dkk.)

Tabel (Table) 7. Rata-rata kemiringan lahan tem- di Kabupaten TTS merupakan lokasi pat tumbuh cendana di Kabupatan Timor Tengah tumbuh alami cendana. Selatan (Land slope mean on cendana growing sites in Timor Tengah Selatan Regency) Data yang diperoleh di Kabupaten TTU menunjukkan bahwa rata-rata lokasi Rerata Desa Klasifikasi tumbuh cendana di Kabupaten TTU ada- kemiringan (Villages) (Classification) (Slope mean) (%) lah datar dan landai. Data selengkapnya Binaus 12 Landai dapat dilihat pada Tabel 8. Dibandingkan Obesi 90 Sangat curam dengan dua kabupaten lainnya, tempat Eonbesi 65 Sangat curam tumbuh cendana pada lahan masyarakat Oelbubuk 25 Agak curam di Kabupaten TTU adalah yang paling ri- Baki 9 Landai Naukae 70 Sangat curam ngan (datar/landai). Kondisi demikian di- Kesetnana 50 Sangat curam sebabkan oleh pola tanaman cendana Noinbila 10 Landai yang sebagian besar terletak pada peka- Bikekneno 35 Curam rangan rumah masyarakat yang datar atau Sumber (Source): landai. Analisis data primer (Primary data analysis) Tabel (Table) 8. Rata-rata kemiringan lahan tem- pat tumbuh cendana di Kabupaten TTU (Land

slope means on cendana growing site in Timor Tengah Utara Regency) Desa Rerata kemiringan Klasifikasi (Villages) (Slope mean) (%) (Classification)

Upfaon 5 Datar Supun 5 Datar Eban 25 Agak curam

Teba 8 Landai Oenbit 15 Landai Lokomea 12 Landai

Lapeom 5 Datar

Subun Tualele 3 Datar Bijeli 15 Landai Gambar (Figure) 4. Tanaman cendana tumbuh Noebaun 7 Landai pada kelerengan 90% (Cendana plantation grow- Sumber (Sourcer): ing on land with 90% slope) Analisis data primer (Primary data analysis)

Berdasarkan data yang diperoleh kele- rengan tempat tumbuh cendana di Kabu- paten TTS cukup bervariasi, mulai dari landai sampai dengan kelerengan 90% (sangat curam). Sebagian besar tanaman cendana di Kabupaten TTS memang tum- buh pada lahan kebun yang memiliki ke- lerengan berat. Cendana di Kabupaten TTS lebih banyak tumbuh pada kelereng- an yang cukup tinggi, diikuti oleh Kabu- paten Belu dan Kabupaten TTU yang me- miliki kelerengan paling rendah. Sebagi- an dari populasi cendana tersebut meru- pakan trubusan dari pohon cendana yang Gambar (Figure) 5. Tanaman cendana tumbuh tumbuh alami di kebun. Kondisi demiki- pada lahan landai di Kabupaten TTU (Sandal- an menunjukkan kesesuaian dengan hipo- wood plantation growing on a flat land in TTU tesis awal bahwa sebagian besar wilayah Regency)

43

Vol. 10 No. 1, April 2013 : 33-49

Hal ini menunjukkan adanya perubah- Sekitar 90% cendana yang tumbuh pa- an pola fikir masyarakat terhadap tanam- da lahan yang memiliki kemiringan tinggi an cendana. Masyarakat mulai menilai (>25%) merupakan cendana alami hasil bahwa cendana merupakan tanaman pen- trubusan maupun dari biji. Kondisi demi- ting yang perlu perhatian penuh agar ke- kian sejalan dengan dugaan awal bahwa lak dapat dirasakan hasilnya pada saat pa- lokasi tumbuh cendana di Kabupaten Be- nen. Di sisi lain, cendana yang tumbuh, lu merupakan lokasi-lokasi tempat tum- baik di lahan negara maupun di lahan mi- buh alami cendana. lik masyarakat sudah sangat sulit dijum- 3. Intensitas Cahaya pai. Berdasarkan wawancara secara lang- sung, masyarakat mengatakan bahwa Intensitas cahaya berpengaruh terha- cendana di hutan yang tumbuh alami su- dap proses fotosintesis dan kemampuan dah tidak ada lagi. Secara tidak langsung tumbuhan dalam memacu pertumbuhan- fenomena ini menguatkan kesimpulan nya. Intensitas cahaya memiliki pengaruh awal bahwa potensi permudaan di Kabu- langsung terhadap proses fotosintesis dan paten TTU pada umumnya merupakan kelembaban serta laju dekomposisi tapak. hasil penanaman yang lokasinya cende- Analisis dihubungkan dengan kondisi rung mengelompok. pertumbuhan cendana yang ada. Untuk Data kemiringan lahan rata-rata tem- menghindari bias yang disebabkan oleh pat tumbuh cendana di Kabupaten Belu waktu pengambilan yang tidak sama, ma- disajikan pada Tabel 9. Kondisi lahan ka analisis secara deskriptif kuantitatif tempat tumbuh cendana di Kabupaten terhadap jumlah intensitas cahaya pada Belu cukup bervariasi, mulai dari datar tempat tumbuh cendana dilakukan dan di- hingga mencapai kemiringan 70%. Bah- bandingkan antara waktu pengamatan kan di beberapa tempat terdapat permu- yang sama dan pengamatan okuler ting- daan alami cendana yang tumbuh pada la- kat naungan (dalam tiga skala ordinal) han atau lereng dengan kemiringan men- yang berbeda di lapangan. Data rata-rata capai 100%. Secara keseluruhan kemi- intensitas cahaya pada lokasi tumbuh ringan lahan tempat tumbuh cendana cendana di Kabupaten TTS, TTU, dan yang terdapat di Kabupaten Belu lebih ri- Belu ditabulasikan pada Tabel 10, Tabel ngan apabila dibandingkan dengan lokasi 11, dan Tabel 12. Secara umum, intensi- tempat tumbuh cendana di Kabupaten tas cahaya cukup bervariasi. TTS dan lebih berat dibandingkan di Ka- Semakin menurun intensitas cahaya bupaten TTU. pada umumnya menyebabkan penurunan bobot kering tajuk. Menurunnya intense- Tabel (Table) 9. Rata-rata kemiringan lahan tem- tas cahaya dapat berpengaruh pada bobot pat tumbuh cendana di Kabupaten Belu (Land kering tanaman. Hal ini sesuai dengan slope mean on cendana growing site in Belu Re- gency) pendapat Harjadi (1991), besarnya caha- Rerata ya yang tertangkap pada proses fotosin- Desa Klasifikasi kemiringan tesis menunjukkan biomassa, sedangkan (Villages) (Classification) (Slope mean) besarnya biomassa dalam jaringan tanam- Fatulotu 10% Landai an mencerminkan bobot kering. Dirun 30% Agak curam Berdasarkan Tabel 10, Tabel 11, dan Dualasi 25% Agak curam Derok Faturene 7% Datar Tabel 12, terlihat pada waktu pengamatan Bisesmus Landai Landai yang sama, antara pengamatan secara Umutnana Landai Landai langsung tingkat naungan dengan peng- laleten 25% Agak curam ukuran intensitas cahaya memberikan ha- Tukuneno 20% Agak curam sil yang linier. Berdasarkan pengamatan Tialai 70% Sangat curam Sumber (Source): secara langsung di lapangan diketahui Analisis data primer (Primary data analysis) bahwa pada tempat tumbuh bernaungan 44

Kajian Beberapa Aspek Ekologi Cendana.…(H. Kurniawan, dkk.)

Tabel (Table) 10. Rerata intensitas cahaya (IC) Peningkatan intensitas cahaya mening- pada lokasi tumbuh cendana di Kabupaten Timor katkan proses fotosintesis pada tanaman, Tengah Selatan (Light intensity mean on cendana growing site in Timor Tengah Selatan Regency) karena cahaya matahari merupakan sum- ber energi bagi fotosintesis (Lakitan, Rerata IC Tingkat 1996 dalam Widiastuti et al., 2004). Ha- Desa (Light intensity Waktu naungan (Villages) mean) (Time) (Shading sil fotosintesis akan ditranslokasikan ke (lux) level) seluruh jaringan tanaman melalui pembu- Binaus 258 Siang Sedang luh floem, selanjutnya energi dari hasil Oebesi 284 Pagi Sedang fotosintesis tersebut akan mengaktifkan Eonbesi 345 Siang Ringan pertumbuhan tunas, sehingga jumlah ca- Oelbubuk 208 Pagi Sedang Baki 128 Pagi Berat bang meningkat. Naukae 555 Siang Ringan Apabila dihubungkan dengan pertum- Kesetnana 91 Pagi Ringan buhan diameter dan tinggi, terdapat ke- Noinbila 54 Pagi Ringan cenderungan bahwa untuk tingkat pohon Bikekneno 127 Sore Berat dan tiang, pada tingkat naungan yang Sumber (Source): tinggi memiliki tinggi dan diameter yang Analisis data primer (Primary data analysis) lebih dibandingkan dengan tingkat na- ungan sedang atau ringan. Namun, kon- Tabel (Table) 11. Rerata intensitas cahaya (IC) disi demikian tidak dijumpai pada tingkat pada lokasi tumbuh cendana di Kabupaten Timor sapihan dan semai. Pada tempat tumbuh Tengah Utara (Light intensity mean on cendana cendana yang memiliki naungan berat, growing site in Timor Tengah Utara Regency) maka pertumbuhan tanaman tingkat sa- Rerata IC Tingkat pihan dan semai akan kekurangan cahaya, (Light Desa Waktu naungan sehingga justru menghambat pertumbuh- intensity (Villages) (Time) (Shading mean) an tinggi dan merangsang pertumbuhan level) (lux) cabang. Upfaon 236 Siang Sedang Meningkatnya pemberian intensitas Supun 267 Siang Ringan cahaya diikuti dengan semakin lambatnya Eban 243 Siang Ringan pemunculan cabang pada sebagian besar Teba 324 Siang Ringan Oenbit 365 Pagi Sedang jenis tanaman. Hal ini disebabkan sifat ta- Lokomea 320 Siang Sedang naman yang selalu tumbuh tinggi bila Lapeom 225 Sore Sedang mendapatkan intensitas cahaya matahari Subun Tualele 262 Sore Ringan yang banyak. Intensitas cahaya tinggi Bijeli 197 Pagi Berat berpengaruh terhadap aktivitas auksin pa- Sumber (Source): Analisis data primer (Primary data analysis) da meristem apikal. Apabila intensitas ca- haya tinggi, maka aktivitas auksin me- ringan sampai sedang, tanaman cendana ningkat sehingga mengakibatkan tanaman memiliki percabangan yang lebih banyak tumbuh tinggi (Widiastuti et al., 2004). dibandingkan yang tumbuh pada lokasi Teori ini dapat menjelaskan mengapa dengan tingkat naungan yang berat. Kon- tanaman cendana tingkat semai dan sa- disi demikian terjadi, baik di Kabupaten pihan akan cenderung meninggi dan ku- TTS, TTU, maupun Kabupaten Belu. rang dalam pembentukan cabang ketika Perlakuan intensitas cahaya yang ditu- mendapatkan intensitas cahaya yang cu- runkan diikuti dengan penurunan jumlah kup tinggi. Namun, keadaan yang seba- cabang tanaman. Hal ini karena dengan liknya terjadi pada tingkatan pohon dan intensitas cahaya rendah, tanaman tumbuh tiang, sehingga pertumbuhan cendana tinggi, sehingga hasil fotosintesis yang akan mengikuti teori sebelumnya yang digunakan untuk pembentukan cabang se- dikemukakan oleh Lakitan (1996) dalam Widiastuti et al. (2004). Meskipun pem- dikit, akibatnya jumlah cabang sedikit.

45

Vol. 10 No. 1, April 2013 : 33-49

46

Kajian Beberapa Aspek Ekologi Cendana.…(H. Kurniawan, dkk.) meter yakni indeks kompetisi Hegyi pok pada satu tempat, sedangkan di Ka- (1974) yang menggambarkan seberapa bupaten TTS cenderung menyebar. berat atau ringan pohon tersebut berkom- Frekuensi sapihan cendana pada lahan petisi dengan pohon tetangganya. Sema- masyarakat di Kabupaten TTS adalah kin tinggi nilainya berarti semakin berat 85%, di Kabupaten TTU adalah 61%, dan persaingan dengan pohon-pohon tetang- di Kabupaten Belu adalah 83%. Berdasar- ganya. kan hasil perhitungan diketahui bahwa Indeks kompetisi rata-rata untuk Ka- frekuensi kemunculan sapihan di masing- bupaten TTS adalah 0,18, untuk Kabupa- masing kabupaten jauh lebih tinggi dari ten TTU 0,07, dan untuk Kabupaten Belu kemunculan semainya. Apabila dihu- 0,10. Nilai indeks kompetisi ini terlihat bungkan dengan jumlah sapihan yang cukup merata dengan nilai yang relatif berhasil diteliti, diketahui jumlah sapihan rendah. Kondisi demikian menunjukkan di Kabupaten TTS adalah yang paling bahwa tanaman cendana yang terdapat tinggi, diikuti Kabupaten TTU dan Kabu- pada lahan masyarakat secara rata-rata paten Belu, namun perbedaan jumlahnya keseluruhan belum menunjukkan adanya tidak terlalu besar seperti pada perbedaan kompetisi yang tinggi. Hal ini sejalan de- jumlah semai. Sekali lagi, fenomena de- ngan hasil pengamatan secara langsung di mikian menunjukkan bahwa sebaran ting- lapangan di mana tanaman cendana pada kat sapihan cendana di Kabupaten TTS umumnya ditanam dengan jarak tanam adalah lebih merata dibandingkan Kabu- yang cukup lebar. Secara tidak langsung paten Belu dan Kabupaten TTU. Pada pula menunjukkan bahwa tanaman cenda- tingkat sapihan dan semai diketahui pula na yang terdapat di lahan masyarakat me- bahwa sebaran untuk tingkat sapihan le- nempati posisi strata tajuk tengah sampai bih merata daripada tingkat semai. atas.

2. Potensi Permudaan IV. KESIMPULAN DAN SARAN

Analisis terhadap potensi permudaan A. Kesimpulan dilakukan terhadap frekuensi dan struktur permudaan yang ada. Deskripsi kuantita- 1. Potensi cendana (Santalum album tif dan kualitatif digunakan untuk meng- Linn) pada lahan masyarakat 11 desa analisis potensi permudaan yang ada dan sampel di Kabupaten Timor Tengah dihubungkan dengan indikator lainnya se- Selatan (TTS) adalah sebanyak 76 po- perti kelembaban, intensitas cahaya, dan hon, 188 tiang, 255 sapihan, dan 308 fisik kimia tanah. semai. Nilai rata-ratanya adalah tujuh pohon, 17 tiang, 23 sapihan, dan 61 Frekuensi kemunculan semai di Kabu- semai. paten TTS adalah 40%, Kabupaten TTU 2. Potensi cendana pada lahan masyara- adalah 26%, dan di Kabupaten Belu ada- kat 10 desa yang diteliti di Kabupaten lah 50%. Apabila frekuensi kemunculan Timor Tengah Utara (TTU) adalah se- semai ini dihubungkan dengan jumlah se- banyak enam pohon, 29 tiang, 156 sa- mai yang berhasil diteliti pada masing- pihan, dan 1.303 semai. Nilai rata-ra- masing kabupaten, terlihat bahwa di Ka- tanya adalah satu pohon, tiga tiang, 16 bupaten TTU memiliki jumlah semai sapihan, dan 130 semai. yang paling banyak, kemudian diikuti 3. Potensi cendana pada lahan masyara- oleh Kabupaten Belu dan TTS. Kondisi kat delapan desa yang diteliti di Kabu- demikian sesuai dengan hasil pengamatan paten Belu adalah sebanyak12 pohon, secara langsung di lapangan, bahwa se- 47 tiang, 140 sapihan, dan 428 semai. mai yang terdapat di Kabupaten TTU dan Nilai rata-ratanya adalah dua pohon, Kabupaten Belu cenderung mengelom- enam tiang, 18 sapihan, dan 54 semai. 47

Vol. 10 No. 1, April 2013 : 33-49

4. Struktur pertumbuhan cendana di Ka- 4. Kegiatan pemeliharaan untuk penyela- bupaten Belu adalah yang paling nor- matan cendana di Kabupaten TTS ha- mal. Apabila dilihat dari potensi ting- rus diprioritaskan pada tingkat pohon kat pohon dan tiang, Kabupaten TTS dan tiang. Untuk Kabupaten TTU ha- adalah yang terbanyak. Apabila dilihat rus diprioritaskan pada tingkat semai dari potensi tingkat sapihan dan semai, dan sapihan. Untuk Kabupaten Belu Kabupaten TTU menunjukkan potensi harus diprioritaskan secara seimbang/ paling besar. merata, mengingat potensi struktur 5. Secara keseluruhan, hasil penelitian pertumbuhannya yang cukup ideal dan menunjukkan bahwa masih terdapat proporsional. potensi tanaman cendana dan sumber benih yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan tanaman cendana guna DAFTAR PUSTAKA mendukung tercapainya tujuan dan sa- Anonim. (2010). Master plan pengem- saran dalam Master Plan Pengembang- bangan dan pelestarian cendana an dan Pelestarian Cendana Provinsi (Santalum album L.) Provinsi Nusa NTT tahun 2010-2030. Tenggara Timur tahun 2010-2030. 6. Hasil yang cukup signifikan adalah pa- Kupang: Kementerian Kehutanan da tingkat naungan, di mana pada ting- dan Pemerintah Provinsi NTT. kat pertumbuhan semai dan sapihan Assman, E. (1970). The principles of fo- cendana dengan naungan ringan, tum- rest yield study. (Sabine H. Gar- buh lebih baik daripada naungan ri- diner, Trans). English: Pergamon ngan atau berat. Sebaliknya pada ting- Press. (Buku asli: Waldertrag- kat tiang dan pohon, cendana tumbuh skunde). lebih baik pada naungan sedang atau Barret, D.R. & Fox JED. (1994). Early berat. growth of Santalum album in rela-

tion to shade. Australia Journal of B. Saran Botany 42(1), 83-93. Diakses tang- 1. Untuk kegiatan pemeliharaan dan gal 10 Mei 2011 dari www.publish pembinaan terhadap lokasi tempat .csiro.au. tumbuh cendana di lahan milik masya- Barret, D.R. (1985). Santalum album (In- rakat perlu segera dilakukan secara se- dian sandalwood). (Literature re- rius dan berkesinambungan untuk me- view). Mulga Research Centre, nyelamatkan potensi plasma nutfah Western Australian Institute of yang ada. Technology. Daniel, T.W., Helms, J.A., & Baker, F.S. 2. Agar kegiatan penanaman cendana (1950). Principles of silviculture. memperoleh hasil yang baik, sebaik- (Joko Marsono dan Oemi Hani’in, nya dilakukan pada tanah-tanah yang Trans.: Prinsip-prinsip silvikultur, memiliki kandungan pasir, N, BO 1987). Yogyakarta: Gadjah Mada yang relatif tinggi, dan memiliki poro- University Press. sitas yang tinggi seperti di lahan yang Davis, K.P. (1966). Forest management, miring (agak curam-sangat curam). regulation and evaluation. London: 3. Guna memacu pertumbuhan cendana McGraw-Hill Series in Forest Re- yang lebih baik pada tingkat semai dan sources. sapihan disarankan untuk mengguna- Dishutbun Kabupaten TTS. (2010). In- kan naungan ringan (30-50%). Untuk ventarisasi tegakan cendana (San- tingkat tiang dan pohon adalah meng- talum album Linn) di Kabupaten gunakan naungan 50-80%. Timor Tengah Selatan. Kerjasama 48

Kajian Beberapa Aspek Ekologi Cendana.…(H. Kurniawan, dkk.)

Kementerian Kehutanan-ITTO (PD tation technology (pp. 259-271). 459/07 Rev.1 (F). Soe: Dishutbun. Proceeding of a regional workshop Dombois-Mueller, D. & Ellenberg, H. for Pacific Island Countries, 1-11 (1974). Aims and methods of vege- August 1994. Noumea: Regional tation ecology, New York: John Workshop for Pacific Island Wiley & Sons. Countries Committee. Harjadi, S. S. (1991). Pengantar agrono- Sasongko. (1994). Studi interaksi geno- mi. Jakarta: Gramedia. tipe lingkungan pada uji keturunan Hegyi, F. (1974). A Simulation model for Pinus merkusii Jungh. Et de Vriese. managing jack-pine stands. Sault (Tesis). Universitas Gadjah Mada, Ste. Marie, Ontario: Great Lakes Yogyakarta. Forest Research Centre, Canadian Surata, I.K. (2006). Teknik pengembang- Forestry Service. an budidaya cendana (Santalum al- Kementerian Pertanian. (1980). Keputus- bum L.) di lahan masyarakat. Ma- an Menteri Pertanian No. 837/ kalah Gelar Teknologi Cendana Kpts/Um/11/1980 tentang kriteria untuk Rakyat: pengembangan ta- dan tata cara penetapan hutan lin- naman cendana (Santalum album dung dan hutan produksi. Jakarta: L.) di lahan masyarakat, 19 Desem- Kementerian Pertanian. ber 2006. Denpasar. Kementerian Pertanian. (1981). Keputus- an Menteri Pertanian No. 683/ Tallo, P. A. (2001). Sambutan dalam se- Kpts/Um/8/1981, tentang kriteria minar cendana (Santalum album L.) dan tata cara penetapan hutan lin- sumberdaya daerah otonomi NTT. dung dan hutan produksi. Jakarta: Berita Biol.,5(5), xxi-xxii. Kementerian Pertanian. Widiastuti, L., Tohari, & Endang, S. Radomiljac, A.M. (1995). Research (2004). Pengaruh intensitas cahaya trends for santalum species an em- dan kadar daminosida terhadap ik- phasis on germplasm conservation lim mikro dan pertumbuhan tanam- and plantation establishment. In an krisan dalam pot. Jurnal Ilmu Sandalwood seed nursery and plan- Pertanian, 11(2), 35-42.

49