KEPADATAN (MAN BITING RATE) NYAMUK DI DESA RANOKETANG TUA, KECAMATAN AMURANG KABUPATEN MINAHASA SELATAN

Joy V.I Sambuaga a), Risman S. Duka a), Djani Hermanus b) a) Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Manado, b) Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara, Indonesia E-mail : [email protected]

ABSTRACT

Malaria is the most important tropical parasitic disease in the world, and is still a major health problem. South Minahasa Regency was ranked 4th in Malaria Morbidity Rate (API) in 2017. Ranoketang Tua Village was one of the highest cases of malaria, 61 cases, based on data from the 2017 health center. This study aimed to determine the diversity and density (Man Biting Rate) of Mosquitoes Anopheles in Ranoketang Tua Village, Amurang District, South Minahasa Regency. This research is a type of descriptive research. The samples in this study were Anopheles mosquitoes that were caught through the method of insider bait (UOD) and outsider bait (UOL) identified by the species and calculated the Man Bitting Rate (the number of Mosquitoes Biting per person per night). Research Results Found three species of Anopheles namely An. barbirostis, An. tesselatus and An. flavirostris. Density of Anopheles sp mosquitoes in Ranoketang Tua Village, namely An Mosquitoes. barbirostris MBR 49, An . flavirostris MBR 3.75 and An Mosquito. tesselatus MBR 0.125. Suggestions to the public to use insecticide-treated mosquito nets, use mosquito coils or reppelant during sleep and wear long-sleeved clothing when doing outdoor activities at night. In order to avoid mosquito bites and reduce the population of Anopheles sp.

Keywords: Anopheles ; Malaria ; Diversity ; Species ; Density

ABSTRAK

Malaria merupakan penyakit parasit tropis yang terpenting di dunia, dan masih menjadi masalah kesehatan utama. Kabupaten Minahasa Selatan menduduki peringkat ke 4 Angka Kesakitan Malaria (API) pada tahun 2017. Desa Ranoketang Tua salah satu yang tertinggi kasus penyakit malaria yakni 61 kasus, berdasarkan data puskesmas 2017. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman dan kepadatan (Man Biting Rate) Nyamuk Anopheles di Desa Ranoketang Tua Kecamatan Amurang Kabupaten Minahasa Selatan. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif. Sampel dalam penelitian ini nyamuk Anopheles yang tertangkap melalui metode umpan orang dalam (UOD) dan umpan orang luar (UOL) yang diidentifikasi spesiesnya dan dihitung Man Bitting Rate (Jumlah Nyamuk Mengigit per orang per malam). Hasil Penelitian Ditemukan tiga spesies Anopheles yaitu An. barbirostis, An. tesselatus dan An. flavirostris. Kepadatan nyamuk Anopheles sp di Desa Ranoketang Tua, yaitu Nyamuk An. barbirostris MBR 49, Nyamuk An. flavirostris MBR 3,75 dan Nyamuk An. tesselatus MBR 0,125. Saran kepada masyarakat untuk menggunakan kelambu berisektisida, menggunakan obat nyamuk atau reppelant pada saat tidur dan menggunakan pakaian lengan panjang jika melakukan aktivitas di luar rumah pada malam hari.agar dapat terhindar dari gigitan nyamuk dan dapat mengurangi populasi dari nyamuk Anopheles sp.

Kata kunci: Anopheles, Malaria, Keragaman, Spesies, Kepadatan

ketinggian 2850 m sampai dengan daerah yang PENDAHULUAN letaknya 400 m di bawah permukaan laut. Malaria dapat ditemukan mulai dari Keadaan malaria di dunia saat ini diperkirakan belahan bumi utara (Amerika Utara sampai terdapat 300-500 juta kasus malaria Eropa dan Asia) ke belahan bumi selatan klinis/tahun dengan 1,5-2,7 juta kematian, (Amerika Selatan); mulai dari daerah dengan terutama negara-negara benua Afrika. Risiko tinggi penularan malaria di Afrika dengan 100 jumlah estimasi kasus pada tahun 2010 sekitar daerah pantai yang menderita gejala gejala 174 kasus dengan estimasi kematian sebanyak malaria yaitu demam tinggi, menggigil, dan 596.000 kasus (Arsin, 2012). berkeringat (Santjaka, 2013). Sebanyak 90% kematian terjadi pada Malaria adalah penyakit infeksi yang di anak-anak dengan rasio 1: anak balita di sebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup Afrika meninggal karena malaria (Arsin, dan berkembang biak dalam sel darah merah 2012). manusia. Penyakit ini secara alami ditularkan Negara yang termasuk wilayah melalui gigitan nyamuk Anopheles betina endemis malaria di Asia Tenggara adalah : (Depkes RI, 2008). , Bhutan, , Indonesia, Gejala malaria terdiri dari beberapa , , , Srilanka, dan serangan demam dengan interval tertentu (Arsin, 2012). Menurut Survey (disebut parokisme), diselingi oleh suatu Kesehatan Rumah Tangga Tahun 2001, periode yang penderitanya bebas sama sekali terdapat 15 juta kasus malaria dengan 38.000 dari demam disebut periode laten. Gejala yang kematian setiap tahunnya. Dipekirakan 35 % khas tersebut biasanya ditemukan pada penduduk Indonesia tinggal didaerah yang penderita non imun. Sebelum timbulnya beresiko tertular malaria. Dari 484 demam, biasanya penderita merasa lemah, Kabupaten/Kota yang ada di Indonesia, 388 mengeluh sakit kepala, kehilangan nafsu Kabupaten/Kota merupakan wilayah endemis makan, merasa mual, di ulu hati, atau muntah malaria (Depkes RI, 2008). semua gejala awal ini disebut gejala Data Dinas Kesehatan Provinsi prodormal (Arsin, 2012). Sulawesi Utara (Annual Parasite Insidence) Plasmodium yang dapat menimbulkan Malaria tahun 2017 adalah 0,72 % , bila di penyakit ini ada 4 yaitu Plasmodium bandingkan dengan (API) Malaria pada tahun falciparum yang menyebabkan malaria sebelumnya 0,74%. Kabupaten Minahasa tropika, Plasmodium vivax yang menyebabkan Selatan adalah salah satu Kabupaten yang malaria tertiana, Plasmodium malariae yang Endemis Malaria, Kabupaten Minahasa menyebabkan malaria Quartana dan Selatan menduduki peringkat ke 4 Angka Plasmodium ovale menyebabkan malaria ovale Kesakitan Malaria (API) pada tahun 2017, (Santjaka, 2013). yaitu 0,72 %. (Provinsi Sulut, 2017). Desa Plasmodium, mempunyai dua fase Ranoketang Tua adalah salah satu yang perkembangan yaitu satu fase pada tubuh tertinggi kasus penyakit malaria yakni 61 nyamuk (fase seksual) dan fase pada tubuh kasus, berdasarkan data puskesmas 2017. manusia (fase aseksual). Berdasarkan uraian permasalahan diatas dan data survei sementara yang pernah Tabel 1. Masa Inkubasi Penyakit Malaria penulis lakukan, maka penulis tertarik untuk mengetahui Keragaman dan Kepadatan Plasmodium Masa Inkubasi Nyamuk Anopheles di Desa Ranoketang Tua, (hari) Kecamatan Amurang Kabupaten Minahasa Plasmodium falciparum 9 – 14 Selatan. Karena Desa tersebut merupakan desa Plasmodium vivax 12 – 17 yang memiliki kasus malaria yang cukup Plasmodium ovale 16 – 18 tinggi dan diperkirakan banyak tempat Plasmodium malariae 18 - 40 berkembang biak (breeding place) nyamuk Anopheles, karena sebagian besar atau sekitar Fase pada tubuh nyamuk disebut fase 40% daerah tersebut terdiri dari rawa, ekstrinsik karena terjadi diluar manusia atau perkebunan serta sawah dan kolam ikan yang fase seksual karena terjadi proses perkawinan tidak terawat. antara mikrogamet (jantan) dan makrogamet Penyakit malaria awalnya di kenal sebagai (betina), fase akhir siklus ini berupa sporozoid, penyakit akibat udara buruk (mala: buruk; aia: sehingga disebut juga siklus sporogoni, udara), sehingga penyakit ini sering terjadi di sedangkan pada tubuh manusia disebut fase daerah rawa, karena banyaknya penduduk intrinsik atau aseksual dimana fase akhir 101 siklus ini berupa gamet sehingga disebut juga dalam 1-2 hari menjadi nyamuk, dan pada siklus gametogoni (Santjaka, 2013). umumnya nyamuk jantan lebih dulu menetas Nyamuk Anopheles dewasa adalah daripada nyamuk betina. Lamanya dari telur vektor penyebab malaria. Siklus hidup nyamuk berubah menjadi nyamuk dewasa bervariasi Anopheles menurut (Arsin, 2012) yaitu; tergantung spesiesnya dan dipengaruhi oleh a. Telur panasnya suhu. Nyamuk bisa berkembang dari Nyamuk betina meletakkan telurnya telur ke nyamuk dewasa paling sedikit sebanyak 50-200 butir sekali bertelur. Telur- membutuhkan waktu 10-14 hari. telur itu diletakkan di dalam air dan mengapung di tepi air. Telur tersebut tidak dapat bertahan di tempat yang kering dan dalam 2-3 hari akan menetas menjadi larva.

Gambar 1. Telur Nyamuk Anopheles b. Larva Gambar 3. Pupa Nyamuk Anopheles Larva nyamuk memiliki kepala dan mulut yang digunakan untuk mencari makan, d. Nyamuk dewasa sebuah torak dan sebuah perut. Mereka belum Semua nyamuk, khususnya Anopheles memiliki kaki. Dalam perbedaan nyamuk dewasa memiliki tubuh yang kecil dengan 3 lainnya, larva Anopheles tidak mempunyai bagian : kepala, torak dan abdomen (perut). saluran pernafasan dan untuk posisi badan Kepala nyamuk berfungsi untuk memperoleh mereka sendiri sejajar dipermukaan air. informasi dan untuk makan. Pada kepala Larva berkembang melalui 4 tahap atau terdapat mata dan sepasang antena. Antena stadium, setelah larva mengalami metamorfisis nyamuk sangat penting untuk mendeteksi bau menjadi kepompong. Disetiap akhir stadium host dari tempat perindukan dimana nyamuk larva berganti kulit, larva mengeluarkan betina meletakkan telurnya. exokeleton atau kulit ke pertumbuhan lebih Perilaku vektor menurut (Santjaka, 2013) lanjut. meliputi:

Gambar 2. Larva Nyamuk Anopheles Gambar 4. Nyamuk Anopheles Dewasa c. Kepompong a. Perilaku mencari darah Kepompong terdapat dalam air dan Nyamuk betina yang mempunyai telur tidak memerlukan makanan tetapi memerlukan pada tingkat pertumbuhan saja yang aktif udara. Pada kepompong belum ada perbedaan mencari darah. Nyamuk ini akan terbang antara jantan dan betina. Kepompong menetas 102 menuju sumber rangsangan, rangsangan ini dengan tanaman rumput di tepinya. menjadi indikator keberadaan host kemudian Perilaku nyamuk dewasa yakni zoofilik baru menggigit hostnya. lebih banyak dari antropofilik menggigit b. Perilaku istirahat di waktu senja sampai dini hari. Waktu istirahat nyamuk dapat 2. Anopheles farauti dibedakan menjadi dua yaitu waktu istirahat Tempat perindukan larva pada sebenarnya, yaitu waktu dimana nyamuk kebun kangkung, kolam genangan air istirahat sambil menunggu poses pematangan dalam perahu, genangan air hujan, rawa telur untuk kemudian siap bertelur breeding dan saluran air. Perilaku nyamuk dewasa site, sedangkan istirahat sementara adalah yaitu antropofilik lebih banyak dari waktu yang sebelum dan sesudah nyamuk zoofilik menggigit di waktu malam tempat mencari darah. istirahat tetap didalam dan diluar rumah. Tempat yang disenangi nyamuk untuk 3. Anopheles balanbacensis istirahat adalah tempat yang teduh dengan Tempat perindukan larva pada bekas intensitas cahaya rendah, lembab, sedikit roda yang tergenang air, bekas jejak kaki angin, gelap. Tempat seperti ini mirip binatang pada tanah berlumpur yang ekosistem hutan dimana belukar ada dibawah berair, tepi sungai pada musim kemarau, pohon yang besar. Kanopi antara pohon dan kolam atau kali yang berbatu atau daerah keberadaan belukar menghalangi sinar pedalaman. Perilaku nyamuk dewasa matahari masuk menembus permukaan tanah, yakni antrofilik lebih banyak dari zoofilik. sehingga relatif lebih lembab. Menggigit diwaktu malam hari, tempat c. Perilaku Berkembang Biak istirahat tepat diluar rumah (di sekitar Perkembangbiakan nyamuk selalu kandang ternak). menggunakan media air genangan untuk 4. Anopheles punctulatus melalui siklus aquanticnya, namun demikian Tempat perindukan larva pada air di kebutuhan akan air ini tidak harus banyak, tempat terbuka dan terkena langsung sinar hanya sedikit saja ada air, pasti digunakan matahari, pantai dalam musim penghujan nyamuk sebagai tempat perindukan. Nyamuk dan tepi sungai. Perilaku nyamuk dewasa Anopheles Sp betina mempunyai kemampuan yakni antrofilik lebih banyak dari zoofilik, memilih tempat perindukan atau tempat tempat istirahat tetap diluar rumah. perkembang biak sesuai dengan kesenangan 5. Anopheles barbirostis dan kebutuhannya. Meskipun yang disukainya Tempat perindukan larva pada genangan yang kontak dengan tanah, namun kumpulan air yang permanen atau jika hal tersebut tidak ditemukan, ternyata sementara, celah tanah bekas kaki nyamuk Anopheles Sp juga akan menggunakan binatang tambak ikan dan bekas galian di genangan air yang ada meskipun tidak pantai. Perilaku nyamuk dewasa yakni bersentuhan langsung dengan tanah. antrofilik lebih banyak dari zoofilik, Jenis nyamuk Anopheles di Indonesia menggigit diwaktu malam tempat lebih dari 80 jenis sekitar 16 jenis yang istirahatnya tetap diluar rumah. menjadi nyamuk penyebaran malaria di 6. Anopheles sundaicus Indonesia. Beberapa vektor mempunyai Tempat perindukan di pinggir pantai potensi untuk menularkan malaria, antara lain atau air payau menggigit di waktu malam Anopheles aconitus, Anopheles farauti, hari tempat istirahatnya diluar rumah. Anopheles balanbacensis, Anopheles Untuk mengidentifikasi Anopheles sampai punclutatus, dan Anopheles barbirostis. Dan pada tingkatan spesies dengan cara melihat ciri diantaranya yang dikemukakan oleh (Arsin, morfologi dan dibandingkan dengan kunci 2012) adalah : identifikasi anopheles. 1. Anopheles aconitus 1. Morfologi Sub Genus Anopheles Tempat perindukan larva pada Merupakan Subgenus anopheles jika costa persawahan dengan saluran irigasi tepi dan urat 1 sayap terdapat tiga noda pucat sungai pada musim kemarau, kolam ikan atau kurang. Setelah itu diamati pada 103

bagian palpusnya. Jika terdapat 4 gelang terdapat sedikit bagian pucat maka pucat maka menuju kunci identifikasi termasuk Anopheles vagus, sedangkan jika Anopheles hyrcanus group. Jika pada probosis gelap, gelang pucat sub apical palpus tidak terdapat belang pucat maka palpus ≥ gelang sub apical maka termasuk diamati pada bagian sternit abdomen Anopheles indefinitus. Jika probosis gelap, ketujuh. Jika terdapat kumpulan sisik atau gelang pucat sub apical palpus ≤ ⅓ gelang sikat gelap maka termasuk Anopheles sub apical gelap maka termasuk Anopheles barbirostris group, dan Jika sternit abdomen subpictus. Apabila setengah ujung ketujuh tidak terdapat kumpulan sisik (sikat proboscis pucat dan terdapat jumbai pucat gelap) maka termasuk Anopheles umbrosus pada urat sayap no. 6 maka termasuk group. Anopheles aconitus, sedangkan Jika 2. Morfologi Anopheles hyrcanus Group setengah ujung proboscis bagian bawah Apabila gelang pucat, tarsus kaki belakang pucat, tidak ada jumbai pucat pada ujung sempit dan apabila tanda gelap pada urat sayap no. 6 maka termasuk Anopheles pangkal urat 5 panjang, dan jumbai pucat minimus. Apabila jika tarsus 5 kaki pada sayap sempi maka termasuk belakang seluruhnya pucat maka termasuk Anopheles lesteri paraliae. Jika tanda gelap Anopheles karwari, dan Jika tarsus 3, 4 dan pangkal urat ke-5 pendek dan jumbai pucat 5 kaki belakang pucat maka termasuk pada pada ujung sayap lebar maka termasuk Anopheles annularis. Apabila kaki Anopheles sinensis (ujung urat 1 gelap dan berbercak bintik-bintik pucat atau belang jika ada jumbai pucat pada urat 5.2) dan maka diamati pada bagian persambungan merupakan Anopheles crawfordi (apabila tibia-tarsusnya, jika persambungan tibia- ujung urat 1 pucat dan tidak ada jumbai tarsus kaki belakang terdapat gelang pucat pucat pada urat 5.2). Apabila gelang pucat, lebar maka menuju kunci identifikasi tarsus kaki belakang : sedang atau sangat Anopheles leucosphyrus group, namun jika lebar dan Apabila tanda gelap pada pangkal persambungan tibia-tarsus kaki belakang urat 5 pendek, dan ada jumbai pucat urat tidak terdapat gelang pucat lebar maka 5.2 merupakan Anopheles nitidus /indiensis, diamati lagi bagian palpusnya kemudian sedangkan tanda gelap pangkal urat 5 jika palpus dengan 3 cincin pucat dan panjang maka menuju identifikasi proboscis seluruhnya gelap maka diamati selanjutnya. Apabila terdapat gelang pucat lagi pada bagian tarsus 5 kaki belakang tarsus 3 kaki belakang ≥ tarsus 4, tidak ada sebagian atau seluruhnya gelap maka jumbai pucat pada urat 5.2 merupakan termasuk Anopheles sundaicus. Jika tarsus Anopheles argyropus. Apabila gelang pucat 5 kaki belakang pucat maka termasuk tarsus 3 kaki belakang ˃ tarsus 5, tidak ada Anopheles maculatus. Apabila palpus jumbai pucat pada urat 5.2 merupakan dengan 4 cincin pucat atau lebih setengah Anopheles peditaenatus. jika gelang pucat proboscis bagian ujung pucat maka diamati tarsus 3 kaki belakang < tarsus 5, ada pada bagian sternit abdomen II-IV jika jumbai pucat pada urat 5.2 merupakan terdapat kumpulan sisik (sikat) gelam maka Anopheles nigerrimus. termasuk Anopheles kochi dan Jika sternit 3. Morfologi Sub genus Cellia abdomen II-IV tidak terdapat kumpulan Termasuk kedalam sub genus Cellia jika sisik (sikat gelap) maka termasuk costa dan urat 1 sayap terdapat empat noda Anopheles tessellatus. pucat atau lebih. Diamati pada bagian 4. Morfologi leucospyrus group kakinya, jika kaki tidak berbercak bintik- Apabila Proboscis lebih panjang dari pada bintik pucat atau tidak belang, kemudian palpus maka Presector gelap (urat 1 sayap) diamati pada bagian tarsus 5 kaki belakang ada 1 atau lebih tanda pucat maka termasuk maka menuju kunci selanjutnya. Jika tarsus Anopheles Sulawesi. Apabila presector 5 kaki belakang gelap maka selanjutnya gelap (urat 1 sayap) tidak ada tanda pucat diamati pada bagian ujung probosisnya dan gelang pucat ujung palpus sangat maka menuju kunci selanjutnya, apabila sempit maka termasuk Anopheles hacker. 104

Jika gelang pucat ujung palpus lebar ≥ c. Memberi vaksinasi (belum diterapkan preapical gelap maka menuju kunci secara luas dan masih dalam tahap riset selanjutnya pada preapical gelap urat 1 atau percobaan di lapangan). sayap ada 1 tanda pucat dan pangkal tarsus 4 kaki belakang ada gelang pucat lebar maka termasuk Anopheles elegans dan BAHAN DAN METODE apabila pada preapical gelap urat 1 sayap Penelitian ini merupakan penelitian ada 2 atau lebih tanda pucat dan pangkal deskriptif untuk menggambarkan keragaman tarsus 4 kaki belakang ada gelang pucat dan kepadatan (Man Biting Rate) nyamuk sempit/ tidak ada maka termasuk Anopheles Anopheles di Desa Ranoketang Tua pujutensis. Jika proboscis sama / lebih Kecamatan Amurang Kabupaten Minahasa pendek daripada palpus Pangkal presector Selatan. Populasi dalam penelitian ini adalah gelap urat 1 sayap, memanjang, melebihi nyamuk Anopheles di Desa Ranoketang Tua gelap humeral pada costa maka termasuk Kecamatan Amurang Kabupaten Minahasa Anopheles leucosphyrus dan Presector Selatan. gelap urat 1 sayap sama panjang dengan Sampel dalam penelitian ini nyamuk tanda gelap humeral pada costa maka Anopheles yang tertangkap melalui metode termasuk Anopheles balabacensis. umpan orang dalam (UOD) dan umpan orang (Nuryadi, 2013) luar (UOL) yang diidentifikasi spesiesnya dan Pencegahan malaria secara garis besar dihitung Man Bitting Rate (Jumlah Nyamuk mencakup tiga aspek sebagai berikut yang di Mengigit per orang per malam) dengan rumus kemukakan (Arsin, 2012): : 1. Mengurangi pengandung gametosit yang merupakan sumber infeksi (reservoar). MBR adalah jumlah nyamuk yang tertangkap Hal tersebut dapat dicegah dengan jalan per spesies / jumlah perangkap X waktu mengobati penderita malaria akut dengan penangkapan (Jam) obat yang efektif terhadap fase awal dari siklus eritrosit aseksual sehingga Data hasil penelitian dianalisis secara gametosit tidak sempat terbentuk didalam deskripitf, berupa angka kepadatan dan jenis darah penderita. Selain itu, jika gametosit spesies disajikan dalam bentuk tabel dan grafik telah terbentuk dapat dipakai jenis obat kemudian dinarasikan dan disimpulkan. yang secara spesifik dapat membunuh gametosit (obat gametosida). HASIL 2. Memberantas nyamuk sebagai vektor 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian malaria Memberantas nyamuk dapat Desa Ranoketang Tua merupakan salah dilakukan dengan menghilangkan tempat- satu Desa yang berada dalam wilayah tempat perindukan nyamuk, membunuh administratif Kecamatan Amurang, larva atau jentik dan membunuh nyamuk Kabupaten Minahasa Selatan. Desa dewasa. Pengendalian tempat perindukan Ranoketang Tua merupakan daerah endemis dapat dilakukan dengan menyingkirkan malaria dan sering dilakukan kegiatan tumbuhan air yang menghalangi aliran air, penelitian dan pengendalian malaria oleh melancarkan aliran saluran air dan Badan Penelitian Dan Pengembangan menimbun lubang-lubang yang meng- Kementerian Kesehatan RI seperti Survei andung air. Longitudinal Vektor Malaria dan 3. Melindungi orang yang rentan dan berisiko penyemprotan insektisida dengan metode terinfeksi malaria. Indoor Residual Spraying (IRS) serta Secara prinsip upaya ini dikerjakan dengan pembagian kelambu berinsektisida. Secara cara sebagai berikut: geografis Desa Ranoketang Tua merupakan a. Mencegah gigitan nyamuk daerah perkebunan kelapa, berbukit-bukit serta b. Memberikan obat-obat untuk mencegah banyak terdapat kolam ikan dengan ketinggian penularan malaria antara kira-kira 275m.di atas permukaan laut.

105

No Spesies Penangkapan Total MBR Anopheles terbanyak yaitu pada penangkapan Anopheles Malam Hari Nyamuk Umpan Orang pertama (59,1%). Dalam Luar Tabel 3. Kepadatan Nyamuk Anopheles Di (UOD) (UOL) Desa Ranoketang Tua 1. An. barbirostris 113 279 392 49 2. An. tessellatus 1 - 1 0,125 3. An. flavirostris 5 25 30 3,75 Total 119 304 423 2. Hasil Survei Entomologi Nyamuk Anopheles yang paling a. Keragaman Anopheles sp. banyak tertangkap adalah dengan metode UOL Penangkapan nyamuk Anopheles sp dengan total nyamuk tertangkap 304 ekor dan pada malam hari dilaksanakan pada tanggal terendah adalah nyamuk yang tertangkap 22-24 Juni 2019 dan dilakukan 2 (dua) kali dengan metode umpan orang dalam (UOD) pengulangan dengan metode umpan orang yaitu 119 ekor. dalam (UOD) dan umpan orang luar (UOL), Spesies Anopheles tertangkap sebagian Jumlah penangkap terdiri dari 3 orang di besar adalah An. barbirostris dengan jumlah dalam rumah dan 3 orang penangkap di luar 392 ekor dan terendah yaitu An. tessellatus rumah. Waktu penangkapan selama 40 menit dengan jumlah tertangkap 1 ekor, dari 3 (tiga) untuk setiap jam penangkapan dan dilakukan spesies Anopheles yang ditemukan terdapat 1 pada jam 18.00 sampai jam 06.00 pagi. spesies yang sangat berperan dalam penularan Nyamuk Anopheles yang tertangkap kemudian penyakit malaria di Desa Ranoketang Tua diidentifikasi menggunakan mikroskop untuk yaitu An. Barbirostris. menentukan spesiesnya. Jumlah nyamuk Anopheles yang PEMBAHASAN tertangkap pada penangkapan malam hari di 1. Keragaman Spesies Nyamuk Anopheles. Desa Ranoketang Tua seluruhnya 423 ekor. Nyamuk Anopheles yang tertangkap Berdasarkan hasil identifikasi dengan pada malam hari di Desa Ranoketang Tua menggunakan acauan, O'Connor dan Soepanto Kecamatan Amurang Kabupaten Minahasa (1979) dalam Kemenkes RI (2016) dari hasil Selatan ada 3 (tiga) spesies yaitu: An. penangkapan nyamuk dewasa ditemukan 3 barbirostris, An. tessellatus, dan An. (tiga) spesies Anopheles yaitu: An. barbirostis, flavirostris. Ketiga jenis Anopheles ini An. tessellatus dan An. flavirostris (Tabel 2). biasanya ditemukan di Indonesia, penelitian Tabel 2. Hasil Tangkapan Nyamuk Anopheles yang dilakukan oleh Marpaung (2006) Pada Malam Hari Di Desa Ranoketang Tua didaerah Sukabumi juga menemukan ketiga jenis nyamuk Anopheles ini dan penelitian dari Jumlah Nyamuk (%) per Jastal (2007) yang menemukan ketiga spesies Spesies No Penangkapan Total (%) ini di daerah Sulawesi Tengah, Anopheles Penangkapan I Penangkapan II Hasil penelitian Mardiana, et al. 230 162 392 1 An. barbirostris (58,67 %) (41,32 %) (92,67 %) (2005) hasil penangkapan malam hari di 1 - 1 2 An. tessellatus Desa Buaran dengan kondisi geografis (100 %) (0,23 %) 19 11 30 berupa dataran sedikit berbukit dengan 3 An. flavirostris (63,33%) (36,67 %) (7,1%) persawahan diperoleh 6 (enam) spesies. 250 173 423 Jumlah (59,1 %) (40,9 %) (100 %) Beda dengan penelitian ini yaitu tidak ditemukan spesies An. Vagus, An. b. Kepadatan aconitus dan An. maculatus. Hasil penangkapan pada Penangkapan nyamuk malam hari malam hari dari nyamuk Anopheles sp di Desa metode UOD dan UOL, spesies nyamuk Ranoketang Tua pada Tabel 1 terlihat paling yang paling banyak tertangkap baik di dominan (banyak tertangkap) secara berurutan dalam maupun di luar rumah yaitu An. yaitu An. barbirostis (92,67%), An. flavirostris barbirostris dibandingkan dengan spesies (7,1%) dan An. tessellatus (0,23 %). lainnya. Spesies ini dapat dikatakan Berdasarkan hari penangkapan jumlah nyamuk sebagai tersangka vektor malaria di Desa Ranoketang Tua Kecamatan Amurang 106

Kabupaten Minahasa Selatan. Nyamuk dan yang paling sedikit aktivitas Anopheles sp dapat diduga sebagai vektor menggigitnya yaitu An. tessellatus dengan malaria apabila memenuhi persyaratan jumlah 1 ekor 0,125 ekor nyamuk antara lain kontak dengan manusia cukup menggigit per orang per malam . tinggi, merupakan spesies dominan dan di Sebagian besar nyamuk Anopheles tempat lain ternyata spesies tersebut telah sp mempunyai aktivitas menggigit pada dikonfirmasi sebagai vektor (Munif & malam hari dan mempunyai fluktuasi pada Imron, 2010). jam-jam tertentu. Berdasarkan waktu Anopheles barbirostris adalah menggigit spesies nyamuk Anopheles vektor yang penyebarannya berada mempunyai aktivitas pada permulaan dilokasi pedalaman, dan biasanya sesudah matahari terbenam sampai dengan larvanya berada dikolam kecil rawa dan matahari terbit (Depkes RI, 2001). sawah (hoedojo, 1989; zulhasril,2001), Sebagian besar spesies nyamuk Ranoketang Tua adalah wilayah yang Anopheles mempunyai dua puncak gigitan akan masuk kategori pedalaman dan di pada malam hari yang berbeda diantara desa ini terdapat kolam dan sawah satu spesies dan spesies lainnya. Keadaan sehingga menjadi tempat yang ideal untuk ini dapat berubah karena adanya pengaruh habitat hidup dari nyamuk ini. An. suhu, kelembapan udara dan kecepatan barbirostris biasanya berasosiasi dengan angin, sehingga dapat menyebabkan An. Aitkenii, An.sinensis, An bertambah atau berkurangnya kehadiran Philippinensis dan An.Annularis nyamuk Anopheles di suatu tempat (Ompusunggu S dkk,1994), tapi didesa (Depkes RI, 2001). Ranoketang Tua tidak ditemukan salah Nyamuk An. barbirostris satu dari asosiasi nyamuk An. barbirostris merupakan spesies yang ditemukan paling ini. (Mandagie dkk, 2015) dominan di lokasi penelitian. Berdasarkan Anopheles flavirostris adalah aktivitas menggigit lebih suka menggigit nyamuk yang didapatkan kedua terbanyak di luar rumah atau bersifat eksofagik, hal dalam penangkapan malam hari. Nyamuk ini terbukti dengan ditemukan An. ini biasanya berada di kaki gunung, di barbirostris aktif menggigit di luar rumah pulau Jawa biasa ditemukan di daerah (sebanyak 279 nyamuk) hampir sepanjang hutan atau juga di kolam (Mandagie dkk, malam dengan kepadatan tertinggi pada 2015), Desa Ranoketang Tua adalah salah jam 21.00-22.00, tetapi juga ditemukan satu desa yang berada dikaki gunung menggigit di dalam rumah dengan jumlah Soputan dan kawasannya berada di lebih rendah yaitu sebanyak 113 nyamuk. kawasan hutan dan memiliki kolam dengan puncak aktivitas menggigit dengan keadaan seperti ini membuat Desa tertinggi di dalam rumah yaitu pada jam Ranoketang Tua menjadi tempat yang 01.00-02.00. Dalam kisaran waktu strategis untuk menjadi tempat habitat tersebut sebagian penduduk di tempat dari nyauk An.flavirostris. penelitian masih melakukan aktivitas baik 2. Kepadatan Nyamuk Anopheles sp di dalam maupun di luar rumah. Hasil Nyamuk Anopheles yang paling penelitian ini berbeda dengan penelitian aktif menggigit selama 2 kali yang dilakukan oleh Limrat, et al.(2001) penangkapan malam hari metode umpan yang menyatakan puncak kepadatan orang dalam (UOD) dan umpan orang menggigit An. barbirostris terjadi antara luar (UOL) adalah jenis An. barbirostris jam 22.00-24.00. dengan jumlah 392 ekor, MBR 49 ekor Nyamuk An. flavirostris merupa- nyamuk menggigit per orang per malam kan spesies dominan kedua setelah An. nyamuk Anopheles yang aktif menggigit barbirostris di lokasi penelitian. Hasil berikutnya adalah An. flavirostris dengan penelitian menunujukkan Puncak aktivitas jumlah gigitan 30 ekor, MBR 3,75 ekor menggigit An. flavirostris terjadi pada jam nyamuk menggigit per orang per malam 18.00- 19.00, 20.00-21.00, 23.00-24.00 107

dam 04.00-05.00. Hal ini sejalan dengan per malam dan nyamuk An. tesselatus penelitian (Warrell & Gilles, 2002) yang MBR 0,125 ekor nyamuk menggigit per menyatakan bahwa perilaku menggigit orang per malam. nyamuk Anopheles mulai senja hingga SARAN tengah malam. 1. Untuk Masyarakat Nyamuk Anopheles sp dapat Menggunakan kelambu berisektisida agar dibedakan berdasarkan tempat menggigit dapat terhindar dari gigitan nyamuk ada yang eksofagik dan endofagik. Anopheles sp dan dapat mengurangi Nyamuk yang eksofagik merupakan populasi dari nyamuk Anopheles sp, juga nyamuk yang banyak menggigit di luar disarankan menggunakan obat nyamuk rumah, tetapi dapat juga menggigit di atau reppelant pada saat tidur dan dalam rumah namun frekuensinya kecil, menggunakan pakaian lengan panjang jika sedangkan nyamuk endofagik adalah melakukan aktivitas di luar rumah pada nyamuk yang dominan menggigit di malam hari. dalam rumah, tetapi dapat juga menggigit 2. Untuk Dinas Kesehatan Kabupaten. di luar rumah namun frekuensinya kecil a. Perlu dilakukan secara rutin survei (Depkes RI, 2001). An. tessellatus dalam entomologi untuk mengetahui bionomik penelitian ini kepadatannya paling sedikit. dari nyamuk Anopheles sp karena setiap Menurut Jastal dkk (2007), An. tessellatus daerah memilki lokal spesifik yang memiliki sifat zoofagik sehingga berbeda, sehingga mempermudah dalam walaupun jumlahnya di lokasi penelitian penentuan metode atau cara untuk cukup banyak tapi An. tessellatus lebih pengendalian nyamuk Anopheles sp. cenderung akan mencari darah hewan b. Perlu ditingkatkan program penyuluhan ketimbang darah manusia. kepada masyarakat tentang bahaya dari Hasil penelitian memperlihatkan nyamuk Anopheles sp dan cara bahwa nyamuk Anopheles sp di daerah pengendaliannya. penelitian pada umumnya banyak UCAPAN TERIMA KASIH menggigit orang di luar rumah Ucapan terima kasih disampaikan kepada dibandingkan dengan yang menggigit di enumerator yang telah membantu dalam dalam rumah atau bisa dikatakan spesies pengumpulan data sehingga penelitian dapat Anopheles sp di daerah penelitian lebih diselesaikan sesuai dengan waktu yang bersifat eksofagik dibandingkan ditetapkan. endofagik. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Munif, et al. DAFTAR PUSTAKA (2007) tentang bionomik Anopheles sp di 1. Arsin A. A. (2012). Malaria di Indonesia daerah endemis malaria, Kecamatan (Tinjauan aspek epidemiologi) Masagena Lengkong, Kabupaten Sukabumi yang Press, Makassar. menyatakan nyamuk Anopheles sp pada 2. Depkes RI, 2001, Pedoman Ekologi dan umumnya banyak menggigit di luar rumah Aspek Perilaku Vektor, Ditjen PPM & PL dibandingkan dengan menggigit di dalam Depkes RI, Jakarta. rumah. Depkes RI, 2007, Vektor Malaria di KESIMPULAN Indonesia, Ditjen PP & PL Depkes RI, 1. Ditemukan 3 (tiga) spesies Anopheles di Jakarta. Desa Ranoketang Tua yaitu An. Barbi- 3. Depkes R.I. (2008). Pedoman rostis, An. tesselatus dan An. flavirostris. Penatalaksanaan Kasus Malaria di 2. Kepadatan nyamuk Anopheles sp di Desa Indonesia. Di akses Tanggal 5 Januari Ranoketang Tua tidak sesuai nilai baku 2016. mutu : Nyamuk An. barbirostris MBR 49 4. Ginandjar P., Hidayati., Gambiro (2005). ekor nyamuk menggigit per orang per Faktor Lingkungan Yang Berkaitan malam, Nyamuk An. flavirostris MBR Dengan Kejadian Malaria. Jurnal, 4 (1). 3,75 ekor nyamuk menggigit per orang Diakses tanggal 30 juni 2016. 108

5. Harmendo (2008). Faktor Resiko Anopheles Di Desa Ranoketang Tua Kejadian Malaria. Universitas Kecamatan Amuran Kabupaten Minahasa Diponegoro, Semarang. Di akses tanggal Selatan, Jurnal Kesmas Unsrat Manado. 4 januari 2016. Vol. 4 No. 1 6. Marpaung, F, (2006), Penyusunan Model 13. Mardiana,, Yusniar., Aminah, A.N., & Spasial Prediksi Lingkungan sebaran Yunanto, 2005, Fauna dan Tempat Malaria, Tesis, IPB, Bandung Perkembangbiakan Potensial Nyamuk Anopheles spp di Kecamatan Mayong 7. Imbiri J.K., Suhartono., Nurjazuli. (2012). Kabupaten Jepara Jawa Tengah, Media Analisis Faktor Resiko Malaria. Jurnal, Litbang Kesehatan., 15 (2). 11(2). Diakses tanggal 30 juni 2016. 14. Munif, A., & Imron, M., 2010, Panduan 8. Jastal, Labatjo Y. Maksud M. (2007), Pengamatan Nyamuk Vektor Malaria, Bionomik Nyamuk Anopheles Sp pada Jakarta, Penerbit CV. Sagung Seto. daerah perkembunan coklat didesa 15. Munif, A., Sudomo, M., & Soekirno, Malino kecamatan Marawola Kabupaten 2007, Bionomik Anopheles spp di daerah Donggala Sulawesi Tengah, Jurnal Vektor endemis malaria di Kecamatan Lengkong, Penyakit,Litbangkes, Jakarta Vol. 1 No. 1 Kabupaten Sukabumi, Buletin Penelitian 9. Kemenkes R.I. (2015). Data dan Infomasi Kesehatan., 35(2): 57 - 80. tahun 2014 (Profil kesehatan Indonesia) 16. Nuryadi, M.M. 2013. Identifikasi Di akses Tanggal 12 Januari 2016. Morfologi : Spesies Vektor Malaria Di 10. Kemenkes RI. (2017). Peraturan Menteri B2P2VRP Salatiga. Proposal Kegiatan Kesehatan Republik Indonesia Nomor 50 Magang. Universitas Negeri Jember Tahun 2017 Tentang Standar Baku Mutu 17. Provinsi Sulut (2017). Buku Saku Profil Kesehatan Lingkungan Dan Persyaratan Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara. Di Kesehatan Untuk Vektor Dan Binatang akses Tanggal 08 Mei 2018. Pembawa Penyakit Serta 18. Puskesmas Amurang (2018). Register Pengendaliannya. Jakarta. Penderita Malaria di Unit Pelayanan 11. Limrat, D., Rojruthai, B., Apiwathnason, Kesehatan. C., Samsung, Y., & Prommongkol, S., 19. Santjaka A. (2013). Malaria (Pendekatan 2001, Anopheles barbirostris/campestris Model Kausalitas). Nuha medika, as a Probable Vektor os Malaria in Yogyakarta. Aranyaprathet, Sa Kaeo Province. 20. Soedarto (2012) Protozologi Kedokteran. Southeast Asian J. Trop Med Publich CV Karya Putra Darwati, Bandung. Health.,32(4) : 739 - 44. 21. Warrell, D.A., & Gilles H.M., 2002, 12. Mandagi C, Masalamate P.R, Rompis Essential Malariology Fourth Edition, A.H, (2015). Analisis Bionomik Nyamuk London, New York, New Delhi, Arnold.

109