ANALISIS MAKNA BUNGA SAKURA DI DALAM LAGU “SAKURA” KARYA IKIMONO GAKARI

IKIMONO GAKARI NO SAKUHIN NO “SAKURA” NO UTA NI SAKURA NO IMI NO BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang

Oleh:

VERONICA DIAN VELDA GULTOM

150708040

PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2020 ANALISIS MAKNA BUNGA SAKURA DI DALAM LAGU “SAKURA” KARYA IKIMONO GAKARI

IKIMONO GAKARI NO SAKUHIN NO “SAKURA” NO UTA NI SAKURA NO IMI NO BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang

Oleh: VERONICA DIAN VELDA GULTOM 150708040 Pembimbing

Rani Arfianty, S.S,.M.Phil

NIP: 19761110 200501 2002

PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2020 Disetujui Oleh :

Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara

Medan

Medan, 20 Januari 2020

Program Studi Sastra Jepang

Ketua,

Prof. Hamzon Situmorang, M.S.,Ph.D

NIP. 19580704 1984 12 1 001

PENGESAHAN

Diterima Oleh: Panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana dalam bidang Ilmu Sastra Jepang pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

Pada : Pukul 14.00 WIB Tanggal : 20 Januari 2020 Hari : Senin

Program Studi Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Dekan,

Dr. Budi Agustono, M.S. NIP. 19600805 198703 1 001

Panitia Tugas Akhir:

No. Nama Tanda Tangan

1. Prof. Hamzon Situmorang, M.S, Ph.D . (...... )

2. Rani Arfianty, S.S,.M.Phil (...... )

3. Alimansyar, SS., M.A., Ph.D (...... ) KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat, rahmat dan kesehatan yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan proses perkuliahan sehingga penulis juga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulisan skripsi dengan judul “ Analisis Makna Bunga Sakura Di

Dalam Lagu “Sakura” Karya Ikimono Gakari ” ini penulis susun sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana di Departemen Sastra Jepang Fakultas Ilmu

Budaya Universitas Sumatera Utara.

Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis mendapat banyak bimbingan, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Hamzon Situmorang, M.S, Ph.D., selaku Ketua Program Studi

Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Rani Arfianty, S.S.,M.Phil selaku Dosen Pembimbing yang telah

meluangkan banyak waktu untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi.

4. Bapak Zulnaidi, S.S.,M.Hum, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

telah memberikan arahan selama masa perkuliahan hingga akhir.

5. Seluruh dosen yang mengajar penulis dari awal semester hingga penulis

dapat menyelesaikan masa perkuliahan di Program Studi Sastra Jepang,

yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

i

6. Dosen penguji ujian skripsi yang telah meluangkan waktu untuk membaca,

menguji dan memberikan penilaian terhadap skripsi yang penulis susun.

7. Untuk Papa dan Mama yang sangat penulis sayang, orang tua yang

berjuang untuk memenuhi kebutuhan pendidikan penulis. Terimakasih

telah memberikan dorongan dan dukungan kepada penulis selama penulis

menyusun skripsi ini, terimakasih buat doa, didikan dan semangat yang

orangtua berikan kepada penulis.

8. Untuk teman-teman penulis yaitu Julids Squad Nurhasrat Laia, Evita Sari

Nababan, Astari Pakpahan, Rahel Tresya Pasaribu, Uli Artalina Manik,

dan juga kepada tiga sekawan Erwin Suganda Gulo, Ronaldo Napitupulu,

Frans Tarigan dan teman-teman angkatan 2015 lainnya yang tidak bisa

penulis sebutkan satu persatu, terima kasih untuk bantuan dan dukungan

yang teman-teman berikan kepada penulis. Penulis tidak akan melupakan

kebersamaan dan perjuangan penulis yang telah dilalui bersama dengan

teman-teman.

9. Untuk Roy Christian Sitorus, sahabat yang sekaligus menjadi seorang

abang terkasih bagi penulis selama masa perkuliahan, proses pengerjaan

skripsi hingga selesai, terima kasih karena selalu tanpa henti memberikan

dukungan dan semangat.

10. Dan terima kasih kepada semua pihak yang penulis tidak bisa sebutkan

satu persatu yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada

penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

Sebagai manusia biasa dengan segala kerendahan hati dan keterbatasannya, penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan

ii terdapat banyak kekurangan baik dari isi maupun teknik penulisannya, karena itu penulis mengharapkan saran-saran juga kritik dari berbagai pihak yang sifatnya membangun demi penyempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis meminta maaf jika ada kesalahan dalam penyampaian penulis, dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan bagi mahasiswa lainnya, khususnya mahasiswa Sastra Jepang.

Medan, 26 Desember 2019

Penulis,

Veronica Dian Velda Gultom

150708040

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...... i

DAFTAR ISI ...... iv

BAB I PENDAHULUAN ...... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ...... 1

1.2 Rumusan Masalah ...... 4

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan ...... 6

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori ...... 6

1.4.1 Tinjauan Pustaka ...... 6

1.4.2 Kerangka Teori ...... 8

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian ...... 15

1.5.1 Tujuan Penilitian ...... 15

1.5.2 Manfaat Penelitian ...... 15

1.6 Metode Penelitian ...... 16

BAB II GAMBARAN UMUM MENGENAI SEJARAH DAN

MAKNA BUNGA SAKURA PADA MASYARAKAT

JEPANG DAN LAGU SAKURA KARYA “IKIMONO

GAKARI” ...... 18

2.1 Sejarah Bunga Sakura dan Jenis-jenis Bunga Sakura ...... 18

iv

2.1.1 Sejarah Bunga Sakura ...... 18

2.1.2 Jenis-jenis Bunga Sakura ...... 19

2.1.3 Imaji, Majas, dan Diksi ...... 22

2.2 Makna Filosofi Bunga Sakura Pada Masyarakat Jepang ...... 27

2.2.1 Sebagai Kenangan ...... 27

2.2.2 Sebagai Harapan Kebahagiaan ...... 28

2.2.3 Sebagai Perpisahan ...... 30

2.3 Lagu Sakura Karya “Ikimono Gakari” ...... 32

2.3.1 Biografi Pengarang ...... 32

2.3.2 Setting Lagu ...... 36

2.3.3 Lirik Lagu ...... 39

BAB III MAKNA BUNGA SAKURA PADA LAGU SAKURA

KARYA IKIMONO GAKARI DALAM KEHIDUPAN

MASYARAKAT JEPANG ...... 46

3.1 Sebagai Kenangan ...... 46

3.2 Sebagai Harapan ...... 48

3.3 Sebagai Perpisahan ...... 49

v

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ...... 51

4.1 Kesimpulan ...... 51

4.2 Saran ...... 53

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR GAMBAR

ABSTRAK

vi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Setiap negara pasti memiliki kebudayaan yang diwariskan secara turun- temurun dan menjadi suatu tradisi yang menarik untuk diikuti. Jepang sebagai salah satu Negara yang mempunyai 4 musim selama 1 tahun, yaitu musim semi

(Haru), musim panas (Natsu), musim gugur (Aki), dan disusul oleh musim dingin

(Fuyu) juga memiliki kebiasaan-kebiasaan merayakan musim-musim tersebut dengan mengadakan acara-acara ataupun festival-festival.

Ada kenikmatan khusus dalam menyambut setiap musim dengan perayaan tradisional dan perubahan gaya hidup. Sama halnya dengan bunga Sakura yang menandakan datangnya perayaan musim semi di Jepang. Pohon Sakura banyak tumbuh di negara ini, dapat dikatakan hampir seluruh pelosok Jepang pasti dapat di jumpai pohon Sakura. Beberapa pohon berumur lebih dari seribu tahun, dan beberapa diantaranya baru saja cukup umur untuk berbunga pada pertama kalinya.

Bunga Sakura sangat penting bagi orang Jepang, selain bunganya yang hanya mekar setahun sekali, bunga Sakura juga banyak melahirkan cerita-cerita serta legenda di dalam kehidupan masyarakat Jepang itu sendiri. Keindahan dan kecantikan dari bunga Sakura sering diumpamakan bagi wanita Jepang yang mempunyai wajah yang cantik, putih, mulus dan segar. Kata Sakura identik dengan kata bunga. Sehingga tidak perlu lagi mengatakan bunga jenis apa, dan hal ini menunjukkan bagaimana senangnya orang Jepang terhadap Sakura dan menganggap bunganya sebagai milik mereka.

1

Keindahan Sakura telah memikat hati masyarakat Jepang sejak dahulu kala melalui tradisi atau kebiasaan menikmati mekarnya bunga sakura sambil berkumpul dengan kerabat serta keluarga dengan membawa kotak makan siang yang disebut dengan Hana-mi bento ataupun minuman alkohol yang disebut dengan Hana-mi zake dan dinikmati di bawah pohon Sakura yang sedang bermekaran. Kegiatan ini disebut Hanami. Kegiatan ini merupakan kegiatan tahunan masyarakat Jepang yang selalu ditunggu-tunggu.

Jepang tidak hanya dikenal sebagai negara Matahari terbit, akan tetapi, dikenal juga sebagai Negeri Sakura. Walaupun sebenarnya bunga Sakura berasal dari Negara China, akan tetapi, bunga Sakura lebih terkenal di Jepang. Ini dikarenakan bangsa Jepang telah berhasil mengembangkan beberapa jenis bunga

Sakura dengan menyilangkannya dengan bunga Sakura jenis lain sejak zaman Edo.

Sehingga muncullah bunga Sakura jenis baru dengan bentuk yang sangat indah dan kaya akan warna-warna yang lembut seperti warna putih, merah dan merah muda.

Keindahan bunga Sakura ini juga di ekspresikan masyarakat Jepang dalam beraneka ragam barang-barang konsumen, termasuk kimono, alat-alat tulis, peralatan dapur dan lukisan-lukisan. Tidak banyak orang yang tahu bahwa selain keindahan dari bunga Sakura, ternyata kayu dan kulit kayu atau serat kayunya dapat digunakan untuk pembuatan koto (sejenis alat musik tradisional Jepang) dan mainan bahkan di jadikan untuk balok bangunan dan alat musik piano. Ini dikarenakan kayu dari pohon Sakura mempunyai serat yang bagus, kuat, dan dapat bertahan puluhan hingga ratusan tahun.

2

Bagi masyarakat Jepang, Sakura merupakan simbol penting bagi kehidupan mereka dan kerap dikaitkan dengan wanita, kehidupan, kematian, serta juga merupakan simbol untuk mengekspresikan ikatan antar manusia, keberanian, kesedihan, dan kegembiraan. Karena umur bunga Sakura yang telah mekar tidak lama, yaitu berkisar antara 3 hari sampai 1 minggu maka bunga Sakura sering dianggap sebagai pandangan hidup bagi orang Jepang, yaitu tentang hidup yang sementara. Terutama bagi masyarakat Jepang yang beragama Buddha karena bunga Sakura juga menjadi metafora untuk ciri-ciri kehidupan yang tidak kekal dan dengan prinsip menerima kesementaraan dan ketidaksempurnaan.

Kebanggaan masyarakat Jepang akan bunga Sakura ini dapat dibuktikan melalui peninggalan-peninggalan sejarah Jepang, seperti pada catatan sejarah, barang-barang peninggalan jaman kekaisaran dulu di Jepang seperti kimono, lukisan, keramik, puisi, dan sebagainya. Sejak zaman Heian, masyarakat Jepang sudah menikmati keindahan dari bunga Sakura itu sendiri. Pada perang dunia II, pasukan angkatan udara Jepang yang dinamakan dengan pasukan “Kamikaze” akan menggambar atau men-cat pakaian dan tubuh pesawat mereka dengan gambar bunga Sakura. Umumnya, mereka dipengaruhi untuk berkorban demi bangsa dan Negara karena bagi mereka mati dalam perang merupakan suatu keindahan. Sama seperti bunga Sakura yang mekarnya tidak bertahan lama dan akan gugur, saat kelopak bunga Sakura berguguran maka akan tercipta keindahan yang tak terkatakan. Mereka juga dikatakan jikalau berkorban dan mati maka mereka akan terlahir kembali menjadi bunga Sakura.

Karena Sakura digunakan untuk mengekspresikan banyak hal, maka sejak abad 7 banyak penyair-penyair yang menceritakan bunga Sakura dalam syair-syair

3

maupun puisi yang mereka buat. Bahkan keistimewaan dan keindahan sakura juga tertuang dalam lirik-lirik lagu sejak dahulu kala. Salah satu lagu yang berjudul

“Sakura” merupakan lagu yang sangat terkenal, walaupun lagu ini telah mengalami beberapa kali perubahan dalam melodinya, akan tetapi lagu ini tetap mempunyai keistimewaan bagi orang Jepang. Pada umumnya, lagu ini dikumandangkan pada saat ada acara-acara pertemuan negara-negara internasional di Jepang. Hal ini menunjukkan bahwa lagu Sakura dianggap mengekspresikan masyarakat Jepang.

Dari hal itu, penulis melihat makna dan keistimewaan bunga Sakura bagi masyarakat Jepang sehingga penulis tertarik dan ingin meneliti lebih lanjut tentang makna Sakura ini khususnya di dalam lagu “Sakura “ karya Ikimono

Gakari dengan judul : “ANALISIS MAKNA BUNGA SAKURA DI DALAM

LAGU “SAKURA” KARYA IKIMONO GAKARI”

1.2 Rumusan Masalah

Sakura (桜, 櫻), bersama dengan bunga seruni, merupakan bunga nasional

Jepang yang mekar pada musim semi, yaitu sekitar akhir Maret hingga akhir April.

Penggambaran wujud Sakura juga dapat terlihat di kota-kota yang ada di Jepang, diperlihatkan dalam beraneka ragam barang konsumen, termasuk kimono, alat tulis, dan peralatan dapur. Bagi orang Jepang, Sakura merupakan simbol penting, yang kerap kali diasosiasikan dengan perempuan, kehidupan, kematian, serta juga merupakan simbol untuk mengeksperesikan ikatan antar manusia, keberanian, kesedihan, dan kegembiraan. Sakura juga menjadi metafora untuk ciri-ciri kehidupan yang tidak kekal.

4

Melihat banyaknya makna Sakura bagi kehidupan masyarakat Jepang dari sejak zaman dahulu sampai sekarang maka dapat dikatakan Sakura ibarat simbol kehidupan masyarakat Jepang dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Sebagian besar aktifitas masyarakat Jepang dimulai pada awal bulan April seperti upacara masuk sekolah untuk memulai tahun sekolah baru, upacara masuk perusahaan dimana perusahaan melakukan upacara untuk memulai tahun bisnis mereka yang baru serta para sarjana yang baru lulus yang bekerja di perusahaan mereka.

Salah satu bentuk keistimewaan Sakura, dituangkan masyarakat Jepang ke dalam sebuah lagu. Salah satu lagu Jepang yang bercerita tentang Sakura terdapat pada lagu “Sakura“ karya Ikimono Gakari. Lagu ini bercerita tentang seseorang yang mengenang masa lalu. Berikut adalah cuplikan syair lagu “Sakura” karya

Ikimono Gakari.

Lirik Lagu „Sakura” karya Ikimono Gakari

Sakura hirahira maiorite ochite

Yureru omoi no take wo dakishimeta

Kimi to haru ni negai shi ano yume wa

Ima mo miete iru yo sakura maichiru

Syair lagu Sakura ini menggambarkan seorang pria yang secara diam-diam ternyata menyukai teman SMU-nya. Ia dan teman perempuannya ini sudah sekian lama tidak pernah bertemu lagi, yaitu sejak mereka lulus SMU. Pada saat masih

SMU, mereka sering menghabiskan waktu bersama. Merekapun berkhayal di musim semi kala itu. Namun, ketika kelulusan SMU datang, mereka tidak dapat

5

lagi bersama. Setelah kepergian teman perempuannya ke kota lain, ia baru menyadari bahwa ia benar-benar menyukainya.

Gambaran bunga Sakura dalam lagu tersebut menggambarkan tentang kenangan akan perpisahan terhadap seorang teman dekat yang terjadi pada saat bunga sakura bermekaran pada musim semi.

Berdasarkan gambaran makna Sakura pada cuplikan lagu tersebut, maka penulis merumuskan masalah menjadi :

1. Bagaimana makna bunga Sakura bagi masyarakat Jepang?

2. Bagaimana makna Sakura digambarkan di dalam lagu “Sakura”

karya Ikimono Gakari?

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Dalam penelitian ini penulis hanya membatasi ruang lingkup pembahasan hanya pada makna bunga Sakura bagi masyarakat Jepang serta makna sakura di dalam lagu “Sakura” karya Ikimono Gakari.

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori

1.4.1 Tinjauan Pustaka

Nur Hastuti, dari Program Studi Bahasa dan Sastra Jepang FIB,

Universitas Diponegoro (2015), dalam skripsinya yang berjudul “Daya Tarik

Bunga Sakura Bagi Masyarakat Jepang” membahas, jika mendengar kata sakura pasti yang terlintas dalam pikiran kita adalah negeri Jepang. Di Jepang, Sakura adalah bunga yang menjadi kebanggaan masyarakatnya sejak zaman dulu. Bunga

Sakura selain dinikmati dengan mata oleh banyak orang, ternyata daun dan

6

buahnya dapat juga dimakan. Bunga Sakura biasanya mekar pada saat musim semi, dimulai dari daerah Jepang bagian selatan pada pertengahan Maret, kemudian terus menjalar ke bagian utara (pertengahan sampai akhir bulan April).

Selama musim semi media massa Jepang ramai melaporkan Sakura Zensen, yaitu ramalan munculnya bunga Sakura di berbagai tempat di Jepang, bersamaan dengan ramalan cuaca. Dengan adanya informasi tersebut, masyarakat Jepang dapat bersiap-siap menyambut udara yang lebih hangat di musim semi (setelah musim dingin) dan mengadakan pesta Hanami.

Rike Candra (2009), dari Jurusan Sastra Jepang, Bina Nusantara, dalam thesisnya yang berjudul “Analisis Tiga Haiku Yang Berhubungan Dengan Tiga

Makna Simbol Sakura Ditinjau Dari Segitiga Makna Ogden dan Richards”, membahas Bunga Sakura merupakan bunga nasional Negara Jepang dan bunga yang sangat dicintai oleh masyarakat Jepang. Ada istilah dalam bahasa Jepang yang mengatakan “hana to ieba, sakura no koto”, yang berarti, apabila menyebut tentang bunga, maka bagi masyarakat Jepang, yang dimaksud adalah bunga sakura. Bunga Sakura merupakan simbol negara Jepang yang familiar di seantero dunia. Kartu pos yang menggambarkan pohon-pohon sakura sedang mekar penuh, dengan latar belakang gunung Fuji, mungkin merupakan imej yang paling dikenal secara umum mengenai lansekap negara Jepang. Pada saat bunga Sakura bermekaran sempurna dimusim semi, masyarakat Jepang akan melakukan perayaan yang disebut hanami, yaitu berpesta di bawah pohon sakura sambil menikmati keindahan bunga Sakura. Bagi mayarakat Jepang, sakura menjadi simbol dari berbagai macam fenomena kehidupan. Banyak hal yang menjadi inspirasi dan dapat dipelajari dari filosofi sakura. Sejak dulu hingga sekarang,

7

perasaan yang diwakilkan oleh sakura, seringkali dituangkan ke dalam karya sastra dan kesenian seperti misalnya puisi, sajak, lukisan, dan lagu yang terinspirasi dari sakura.

Salah satu kesustraan Jepang yang paling banyak menjadikan sakura sebagai objek adalah haiku. Diperkirakan bahwa terdapat ratusan ribu lebih haiku Jepang yang berhubungan dengan sakura.

1.4.2 Kerangka Teori

1. Teori Makna

Makna merupakan suatu gagasan yang kompleks. Studi tentang makna berkaitan dengan berbagai disiplin ilmu meliputi filsafat, linguistik, neurologi, semiotik, pragmatik, dan semantik. Teori makna memilki tiga pendekatan.

Pendekatan tersebut meliputi :1). Pendekatan Referensial, 2). Pendekatan

Psikologis, dan 3). Sosial Makna (pragmatik).

Pertama, pendekatan referensial merupakan pendekatan yang dibentuk dari intuisi-intuisi dan kemudian disebut denotasional makna. Intuisi referensial tersebut berkaitan dengan kapasitas kalimat untuk mendeskripsikan berbagai keadaan di dunia. Djajasudarma (1993) menyatakan tiga aspek penting dalam hubungan referensial yaitu: 1) kata sebagai satuan fonologis, 2) kata sebagai pembentuk makna atau konsep, dan 3) kata dalam dunia kenyataan. Dengan demikian dapat sidimpulkan bahwa hubungan referensial adalah hubungan antara sebuah kata dan dunia luar bahasa yang dibentuk oleh pembicara.

Kedua, teori makna tidak lepas dari keadaan psikologis seseorang. Teori tata bahasa dipelajari sebagai bagian dari domain kognitif yang lebih luas. Dan ada

8

suatu klaim bahwa manusia memiliki representasi mental „bahasa pikiran‟.

Hipotesis relativitas kebahasaan merupakan hipotesis yang terkenal tentang

hubungan pikiran dengan bahasa. Hipotesis ini menyatakan bahwa “bahasa

mempengaruhi pikiran”, setiap bahasa memaksa atau memberikan suatu

„pandangan dunia‟ penuturnya. Akan tetapi, ada para ahli yang mengajukan suatu

„versi lemah‟ yang menyatakan bahwa ada pengaruh struktur bahasa pada cara

berpikir orang, dan sebaliknya. Hal ini berarti, melalui pikiran orang dapat juga

mempengaruhi perilakunya. Dengan demikian dapat simpulkan bahwa makna

psikologis bergantung pada makna sosial atau makna pragmatik.

Ketiga, pendekatan makna sosial juga dikenal dengan sebutan makna dalam

tindakan. Pendekatan sosial makna dikaji dalam analisis wacana dan analisis

percakapan. Kegiatan analisis tersebut merupakan integrasi pragmatik-linguistik.

Bentuk wacana itu berdasarkan karya orang yang membuat wacana meliputi (1)

text atau wacana dalam wujud tulisan atau grafis, (2) talk atau wacana dalam

wujud ucapan, (3) act atau wacana dalam wujud tindakan, dan (4) artifact atau

wacana dalam wujud ucapan.

2. Teori Simbol

Teori simbol adalah teori yang di ciptakan oleh Susanne Langer(1942) sebagai standarisasi tradisi untuk semiotika dalam kajian ilmu komunikasi,untuk membuka makna dalam pesan pesan yang disampaikan oleh manusia dalam bentuk simbol, dikarenakan perasaan manusia dimediasikan oleh konsepsi, simbol dan bahasa. Hubungan antara tanda dan makna dinamakan dengan pemaknaan

(signification). Simbol ialah sebuah instrument pemikiran. sebuah simbol bekerja menghubungkan sebuah konsep, ide umum, pola atau bentuk. Menurut

9

langer(1942) konsep adalah makna yang disepakati bersama sama diantara pelaku komunikasi. Makna adalah sebuah hubungan komplek di antara simbol, objek dan manusia yang melibatkan denotasi (makna bersama) dan konotasi (makna pribadi).

Hubungan antara simbol dengan komunikasi tidak muncul dalam ruang hampa social melainkan dalam suatu konteks atau situasi tertentu, dimana pada dasarnya konteks merupakan suatu situasi dan kondisi yang bersifat lahir dan bathin yang dialami oleh para peserta komunikasi.

Simbol adalah objek sosial dalam suatu interaksi. Ia digunakan sebagai perwakilan dan komunikasi yang ditentukan oleh orang yang menggunakannya.

Orang-orang tersebut memberi arti, menciptakan dan mengubah objek tersebut di dalam interaksi. Simbol sosial tersebut dapat mewujud dalam bentuk objek fisik

(benda-benda kasat mata) kata kata (untuk mewakili objek fisik, perasaan, ide-ide, dan nilai nilai), serta tindakan (yang dilakukan orang untuk memberi arti dalam berkomunikasi dengan orang lain berupa penyaimpaian pesan atau kesan melalui media dengan cara tertentu agar tertarik. Semua interaksi antar individu manusia melibatkan suatu pertukaran simbol. tanda dan sign adalah stimulus yang menandakan kehadiran dari suatu hal, simbol di gunakan dengan cara yang lebih komplek dengan membuat seseorang untuk berfikir tenatng suatu yang terpisah dari kehadirannya.

Sebuah simbol atau kumpulan simbol bekerja dengan menghubungkan sebuah konsep, ide umum, pola, atau bentuk. Dengan kata lain, arti sebuah tanda maupun simbol tergantung pada gambaran atau pikiran seseorang dalam kaitannya dengan tanda dan benda yang direpresentasikan oleh tanda. Adapun sebutan lain dari teori ini adalah teori semiotika walaupun pada kenyataannya tanda dan simbol

10

itu berbeda maknanya. Teori simbol yang terkemuka dan sangat bermanfaat diciptakan oleh Susanne Langer. Langer, seorang filsuf, memikirkan simbolisme yang menjadi inti pemikiran filosofi karena simbolis memendasari pengetahuan dan pemahaman semua manusia. Menurut Langer(1942), semua binatang yang hidup didominasi oleh perasaan, tetapi perasaan manusia dimediasikan oleh konsepsi, simbol, dan bahasa. Binatang merespon tanda, tetapi manusia menggunakan lebih dari sekedar tanda sederhana dengan mempergunakan simbol.

Tanda dan sign adalah sebuah stimulus yang menandakan kehadiran dari suatu hal. Sebaliknya, simbol digunakan dengan cara yang lebih kompleks dengan membuat seseorang untuk berfikir tentang sesuatu yang terpisah dari kehadirannya.

Sebuah simbol adalah sebuah instrumen pemikiran. Simbol adalah konseptualisasi manusia tentang satu hal sebuah simbol ada untuk sesuatu. Sementara, tertawa adalah sebuah tanda kebahagiaan, kita dapat mengubah gelak tawa menjadi sebuah simbol dan membuat maknanya berbeda dalam banyak hal terpisah dari acuannya secara langsung. Sebuah simbol atau kumpulan simbol "simbol bekerja dengan menghubungkan sebuah konsep, ide umum, pola, atau bentuk. Menurut

Langer(1942), konsep adalah makna yang disepakati bersama sama diantara pelaku komunikasi. Bersama, makna yang disetujui adalah makna denotatif, sebaliknya gambaran atau makna pribadi adalah makna konotatif. Langer mamandang makna sebagai sebuah hubungan kompleks diantara simbol, objek, dan manusia yang melibatkan denotasi dan makna bersama dan konotasi dan makna pribadi.

Langer (1942) mencatat bahwa proses manusia secara utuh cenderung astrak.

Ini adalah sebuah proses yang mengesampingkan detail dalam mamahami objek, peristiwa,atau situasi secara umum. Dua (2) Gagasan utama dari teori simbol.

11

Konsep dasar pertama adalah yang menyatukan tradisi ini adalah tanda yang didefinisikan sebagai stimulus yang menandakan atau menunjukkan beberapa kondisi lain, seperti misalnya asap yang menunjukkan api. Konsep dasar kedua adalah simbol yang biasanya menandakan tanda yang kompleks dengan banyak arti, termasuk arti yang sangat khusus. Beberapa ahli memberikan perbedaan yang kuat antara tanda dan simbol. Tanda dalam realitasnya memiliki referensi yang jelas terhadap sesuatu, sedangkan simbol tidak. Para ahli lainnya melihat sebagai tingkat tingkat istilah yang berbeda dalam kategori yang sama. Dengan perhatian pada tanda dan simbol, semiotik menyatukan kumpulan teori teori yang sangat luas yang berkaitan dengan bahasa, wacana, dan tindakan tindakan nonverbal. Dengan kata lain, arti sebuah tanda maupun simbol tergantung pada gambaran atau pikiran seseorang dalam kaitannya dengan tanda dan benda yang direpresentasikan oleh tanda bahasa.

Pengertian simbol merupakan suatu bentuk yang sudah terkait dengan dunia penafsiran dan secara asosiatif memiliki hubungan dengan berbagai aspek di luar bentuk simbol itu sendiri. Simbol diartikan sebagai tanda yang mengacu pada objek tertentu di luar tanda itu sendiri. Hubungan antara simbol dengan sesuatu yang disimbolkan sifatnya konvensional. Berdasarkan konvensi itu pula masyarakat pemakainya menafsirkan maknanya. Dalam artian, kata merupakan salah satu bentuk simbol karena hubungan kata dengan dunia acuannya ditentukan berdasarkan kaidah kebahasaan yang secara artifisial dinyatakan berdasarkan konvensi budaya masyarakat pemakainya. Untuk itu perlu adanya penyelarasan antara yang abstrak kedalam kehidupan yang konkrit.

12

Jadi, makna simbol dapat diartikan sebagai tanda yang mengacu pada objek tertentu di luar tanda itu sendiri. Selain merujuk pada bahasa, makna simbol juga dapat berkaitan dengan karya seni, tradisi, dan religi dalam suatu masyarakat, sehingga makna simbol sangat erat hubungannya dengan kebudayaan masyarakat itu sendiri. Dimana makna simbol dalam kebudayaan ini dapat mensintesiskan etos suatu bangsa mengenai nada, watak, mutu hidup, gaya, rasa, moral, dan estetisnya, serta pandangan hidupnya.

3. Teori Semiotika

Semiotika adalah ilmu tentang tanda-tanda. Studi tentang tanda dan segala yang berhubungan dengannya, cara berfungsinya, hubungan dengan tanda-tanda lain, pengirimannya dan penerimaannya oleh mereka yang menggunakannya.

Menurut Preminger (2011), ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial atau masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Semiotik mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti (Kriyantono 2006 : 263).

Semiotika berhubungan dengan hubungan antara tanda, penanda, dan pikiran manusia. Tradisi ini sangat berpengaruh dalam membantu kita melihat bagaimana tanda dan simbol digunakan, apa maknanya, dan bagaimana mengaturnya. Biasanya terdiri atas campuran simbol-simbol yang diatur secara spasial dan kronologis untuk menciptakan sebuah kesan, menyampaikan sebuah gagasan, atau memunculkan sebuah pemaknaan pada audiens. Semiotika telah memberikan alat bantu yang kuat untuk menguji pengaruh media massa, bagi ahli semiotika, isi adalah penting, tetapi isi merupakan hasil dari penggunaan tanda-tanda (Little John

2009 : 408).

13

a. Semiotika Pragmatik (Semiotika Pragmatic)

Semiotika pragmatik menguraikan tentang asal usul tanda, kegunaan tanda oleh yang menerapkannya dan efek tanda bagi yang mengintrepretasi dalam batas perilaku subjek. Dalam arsitektur, semiotika pragmatik merupakan tinjauan tentang pengaruh arsitektur (sebagai sistem tanda) terhadap manusia dalam menggunakan bangunan. Semiotika pragmatik arsitektur berpengaruh terhadap indra manusia dan perasaan pribadi (kesinambungan, posisi tubuh, otot, dan persendian). Hasil karya arsitektur akan dimaknai sebagai suatu hasil persepsi oleh pengamatannya, hasil persepsi tersebut kemudian dapat mempengaruhi pengamat sebagai pemakai dalam menggunakan hasil karya arsitektur. Dengan kata lain, hasil karya arsitektur merupakan wujud yang dapat mempengaruhi pemakaianya.

b. Semiotika Sintaktik (Semiotika Syntactic)

Semiotika sintaksik menguraikan tentang kombinasi tanda tanpa

memperhatikan „maknanya‟ ataupun hubungannya terhadap perilaku subjek.

Semiotika sintaktik ini mengabaikan pengaruh akibat bagi subjek yang

menginterpretasikannya. Dalam arsitektur, semiotika sintaktik merupakan tinjauan

tentang perwujudan arsitektur sebagai panduan dan kombinasi dari berbagai

sistem tanda. Hasil karya arsitektur akan dapat diuraikan secara komposisional

dan ke dalam bagian-bagiannya, hubungan antara bagian dalam keseluruhan akan

dapat diuraikan seecara jelas.

c. Semiotika Sematik

Pengertian semantik dikemukakan oleh beberapa ahli, di antaranya

Kridalaksana (2001 : 19) memberi pengertian semantika sebagai sebuah sistem

dan penyelidikan makna dan arti dalam suatu bahasa atau bahasa pada umumnya.

14

Ekowardono (2013 : 2), mengemukakan bahwa semantika adalah ilmu bahasa yang mengkaji makna bahasa, sedangkan menurut Keraf (1984 : 129), semantik adalah bagian dari tatabahasa yang meneliti makna dalam bahasa tertentu, mencari asal mula dan pekembangan dari arti suatu kata.

Pengertian semantika juga dikemukakan oleh Verhaar (2006 : 13), bahwa semantik adalah cabang linguistik yang membahas arti atau makna. Menurut

Leech (2003 : 19), semantik merupakan studi tentang makna dalam pengertian yang luas yaitu „semua yang dikomunikasikan melaui bahasa‟. Filsuf Perancis,

Ricoeur (2012 : 30), mendefinisikan semantik sebagai ilmu tentang kalimat, langsung fokus pada konsep makna (yang dalam tahapan ini sinonim dengan meaning).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa semantik adalah ilmu bahasa yang menelaah lambang-lambang atau tanda-tanda yang menyatakan makna, hubungan makna yang satu dengan yang lain, serta hubungan antara kata dengan konsep atau makna dari kata tersebut.

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.5.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pembahasan di atas, adapun tujuan penelitian dari penulis adalah :

1. Untuk mengetahui lebih mendalam makna bunga Sakura bagi masyarakat

Jepang.

2. Untuk mengetahui makna sakura yang digambarkan di dalam lagu “Sakura”

karya Ikimono Gakari.

1.5.2 Manfaat Penelitian

15

Penelitian ini diharapkan agar :

1. Penulis sendiri yaitu dapat menambah wawasan dan pengetahuan

penulis tentang bunga Sakura terutama fungsi bunga Sakura dalam

pandangan maupun kehidupan masyarakat Jepang.

2. Dapat menambah informasi bagi pembelajar bahasa Jepang yang

ingin mengetahui lebih banyak tentang kebudayaan Jepang khususnya yang

berhubungan dengan bunga Sakura.

3. Dapat dijadikan sebagai bahan acuan dan tambahan informasi /

data bagi mahasiswa jurusan Sastra Jepang yang akan melakukan penelitian

yang serupa.

1.6 Metode Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif yaitu suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.

Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena-fenomena yang diselidiki (nazir, 1988:63).

Dalam pengumpulan data-data dan bahan-bahan yang berhubungan dengan topik penelitian ini, penulis mengunakan metode media elektronik yaitu melalui fasilitas internet dan metode studi kepustakaan (Library Research). Studi kepustakaan merupakan suatu aktivitas yang sangat penting untuk menunjukkan jalan dalam memecahkan masalah penelitian. Beberapa aspek yang penting yang perlu dicari dan digali dalam studi kepustakaan antara lain : masalah yang ada,

16

teori-teori dan penarikan kesimpulan serta saran (Nasution, 2001:14). Dengan kata lain, studi kepustakaan adalah pengumpulan data dengan membaca buku-buku atau referensi yang berkaitan dengan topik penelitian ini. Data yang diperoleh dari buku-buku dan referensi tersebut kemudian dianalisis untuk mendapatkan kesimpulan dan saran.

Data-data dan bahan-bahan pustaka untuk penelitian ini diperoleh dari :

• Perpustakaan Universitas Sumatera Utara

• Perpustakaan Fakultas Sastra Jurusan Sastra Jepang Universitas

Sumatera Utara

• Perpustakaan Konsulat Jenderal Jepang di Medan

• Koleksi pribadi penulis sendiri

• Dan sumber literature lainnya

17

BAB II

GAMBARAN UMUM MENGENAI SEJARAH DAN MAKNA BUNGA

SAKURA PADA MASYARAKAT JEPANG DAN LAGU SAKURA KARYA

“IKIMONO GAKARI”

2.1 Sejarah Bunga Sakura dan Jenis-jenis Bunga Sakura

2.1.1 Sejarah Bunga Sakura

Sakura pertama kali muncul dalam karya sastra Jepang yaitu Kojiki dan

Nihon-Shoki lewat tokoh Kono Hana Sakuya Hime, yaitu putri Dewa Gunung.

Dikisahkan dalam Nihon-Shoki bahwa putrid Kono Hana Sakuya Hime naik ke atas kabut dan terbang ke atas langit gunung Fuji, dari atas gunung Fuji dia menaburkan benih bunga. Bunga yang disebarkan itu diberi Sakura (diambil dari nama Sakuya dan menjadi nama Sakura). Adapun di dalam Kojiki dikisahkan bahwa putrid tersebut turun dari langit lewat sebuah gunung api, yang letaknya diperbatasan daerah Miyazaki dan Kagoshima, lalu menjadi istri Ninigi no Mikoto

(cucu dewa matahari), dalam kojiki disebut bahwa Sakuya berarti bunga Sakura itu sendiri.

Pada zaman kuno, bunga sakura yang umum ditemukan adalah bunga sakura yang mekar di gunung yang disebut Yamasakura, namun, pada masa Edo berkembang sakura jenis Someiyoshino yang menyebar ke setiap daerah di Jepang.

Menurut sejarah, kebiasaan hanami dipengaruhi oleh raja-raja Cina yang gemar menanam pohon plum yang dalam bahasa Jepang dikenal dengan “Ume” di sekitar istana mereka. Kemudian kebiasaan ini ditiru oleh Kaisar, Shogun dan para bangsawan di Jepang juga mulai menikmati bunga Ume (plum) ini. Namun

18

pada abad ke-8 atau awal periode Heian, obyek bunga yang dinikmati bergeser ke bunga sakura.

Di masa pemerintahan Kaisar Saga pada jaman Edo, gemar menyelenggarakan pesta hanami di taman Shinsenen di Kyoto. Para bangsawan pun menikmati hanami di sekitar istana mereka, sedangkan para petani masa itu melakukannya dengan mendaki gunung terdekat di awal musim semi untuk menikmati bunga sakura yang tumbuh di sana sambil membawa bekal untuk makan siang. Hingga sekarang hanami menjadi kebiasaan di seluruh masyarakat

Jepang. Bahkan telah di terima sebagai salah satu kekhasan kebiasaan bangsanya.

Bunga ini hanya berbunga 1 kali dalam 1 tahun. Oleh karena, itu masyarakat

Jepang tidak mau melewatkan kesempatan baik untuk menikmati indahnya bunga

Sakura. Selama musim ini media massa di Jepang juga ramai melaporkan sakura zensen, yaitu ramalan munculnya bunga sakura di berbagai tempat di Jepang, yang bisanya di mulai dari dari wilayah Jepang bagian selatan pada pertengahan

Maret, kemudian terus menjalar ke bagian wilayah Utara pada pertengahan April hingga akhir April.

2.1.2 Jenis-jenis Bunga Sakura

Bunga Sakura memiliki berbagai varian jenis pohon. Sebagian besar jenis pohon sakura merupakan hasil persilangan, misalnya jenis someiyoshino yang tersebar di seluruh Jepang sejak zaman Meiji adalah hasil persilangan pohon sakura di akhir zaman Edo. Sakura jenis someiyoshino inilah yang banyak tersebar luas, sehingga kebanyakan orang hanya mengenal someiyoshino (yang merupakan salah satu jenis sakura) sebagai sakura. Sakura jenis someiyoshino memiliki ciri khas sendiri dibandingkan dengan bunga sakura yang lain yaitu, bunganya yang

19

lebih dahulu mekar sebelum daun-daunnya mulai keluar, dan bunganya mulai mekar secara serentak dan rontok satu per satu pada saat yang hampir bersamaan.

Bunga sakura jenis someiyoshino ini hanya dapat bertahan kurang lebih 7 sampai 10 hari dihitung mulai dari kuncup bunga terbuka hingga bunga mulai rontok. Rontoknya bunga sakura tergantung pada keadaan cuaca dan biasanya dipercepat oleh hujan lebat dan angin kencang. Beberapa jenis burung dikenal suka memakan bagian bunga ini yang berasa manis, sedangkan burung merpati memakan seluruh bagian bunga.

Pada zaman dulu, sebelum ada jenis someiyoshino, orang Jepang mengenal bunga sakura yang mekar di pegunungan dengan nama yamazakura dan yaezaki no sakura sebagai sakura. Di saat mekarnya bunga Sakura, ribuan batang pohon

Yamazakura yang tumbuh di Pegunungan Yoshino (Prefektur Nara) menciptakan pemandangan menakjubkan warna putih, hijau muda, dan merah jambu. Tidak mengherankan jika bunga sakura disanjung banyak orang tidak hanya oleh masyarakat Jepang namun juga wisatawan asing yang berkunjung ke Jepang karena keindahannya.

Adapun beberapa jenis dari bunga sakura adalah sebagai berikut:

1.Yamazakura

Yamazakura adalah bunga yang pertama kali dan tumbuh liar di Jepang.

Dahulu sebelum ada sakura persilangan, orang Jepang hanya mengenal sakura yang tumbuh liar. Yamazakura tumbuh pada akhir bulan Maret sampai awal April.

Warna bunganya pink dan bermahkota 5.

20

2.Someiyoshino

Bunga ini di kembangkan pada jaman Edo. Jumlah mahkotanya 5, bunganya berwarna putih dan rantingnya berwarna pink. Bunganya terlebih dahulu mekar sebelum daunnya muncul.

3.Shidarezakura

Sidarezakura bunga dan rantingnya menghadap kebawah seperti sedang berjatuhan. Dalam bahasa Inggris di sebut “ Weeping Cherry Trees” . Sama halnya dengan Yamazakura, Shidarezakura tumbuh pada akhir Maret sampai awal

April. Biasanya mahkota berjumlah lima atau lebih dari 5.

4.Kikuzakura

Bunga ini mekar pada akhir April sampai dengan awal Mei, berrmahkota

100. Dan sebelum daunnya muncul bunganya mekar terlebih dahulu. Bunganya berwarna pink. Dalam bahasa Inggris disebut “Chrysanthemum Cherry”

5.Hikanzakura

Bunga sakura ini banyak tumbuh di daerah Okinawa dan pulau Honshu. Di

Okinawa, kuncup bunga Hikanzakura mulai terbuka sekitar bulan Januari atau

Februari. Adapun di Pulau Honshu, Hikanzakura banyak ditanam mulai dari wilayah Kanto sampai ke Kyushu dan biasanya mulai mekar sekitar bulan

Februari atau Maret dan lain-lain.

Periode mekarnya bunga sakura sangat pendek, hanya kurang lebih 1 minggu.

Di jepang masa mekar bunga sakura ini dikenal dengan suatu kata kiasan yakni “7 hari bunga sakura”, yang artinya bahwa sejak sakura mulai mekar sampai gugur waktunya kurang lebih 7 hari. , dan keseluruhan pohon sakura sejak bunga pertama mulai mekar hingga seluruh bunganya gugur kurang lebih memakan

21

waktu 2 minggu. Namun, terkadang lamanya bunga sakura dapat bertahan mekar juga dipengaruhi oleh faktor cuaca. Apabila cuaca terlalu hangat, maka bunganya akan cepat gugur. Hujan deras dan angin kencang membuat kelopak-kelopak bunga ini cepat sekali rontok

2.2 Imaji, Majas, dan Diksi  Imaji Dalam puisi maupun lirik lagu, untuk memberi gambaran yang jelas, untuk menimbulkan suasana yang khusus, untuk membuat hidup gambaran dalam pikiran dan penginderaan dan juga agar suatu karya lebih menarik, penulis puisi ataupun lirik lagu menggunakan gambaran-gambaran angan (pikiran), disamping alat kepuitisan yang lain. Gambaran-gambaran angan dalam kalimat disebut citraan atau imagery (Pradopo, 1995:79). Imaji juga dapat dibatasi dengan pengertian kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris, seperti pengelihatan, pendengaran dan perasaan (Waluyo, 1995:78).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa imaji adalah gambaran–gambaran angan dalam suatu karya sastra guna menambah nilai estetika yang ada dalam karya sastra tersebut.

Citraan atau imaji merupakan unsur yang penting dalam sebuah lirik lagu maupun puisi. Dengan citraan atau imaji, pembaca atau pendengar dapat membantu menafsirkan dan menghayati lirik secara menyeluruh dan tuntas.

Citraan atau imaji juga berfungsi untuk membangun keutuhan lirik, karena dapat mengkomunikasikan pengalaman keinderaan pengarang kepada pembaca atau pendengarnya. Sehingga dapat mendukung proses penghayatan objek yang

22

dikomunikasikan suasana yang dibangun dalam lirik lagu maupun puisi kepada pendengar maupun pembaca melalui imaji yang ditulis.

Imaji itu ada bermacam-macam, dihasilkan oleh indera penglihatan, indera pendengaran, indera perabaan, indera pengecapan, dan indera penciuman

(Pradopo, 1995:81). Dalam Pengkajian Puisi secara garis besar dijelaskan beberapa jenis imaji dan pengertiannya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1) Imaji penglihatan

Menurut Pradopo (1995:81) dapat disimpulkan imaji penglihatan adalah

imaji yang berhubungan dengan indera penglihatan dan menggunakan

kata-kata atau frase yang berhubungan dengan indera penglihatan, seperti

indah, cantik, berkilauan, gelap dan sebagainya. Imaji penglihatan

menyebabkan pembaca seolah-olah seperti melihat sendiri apa yang

dikemukakan atau diceritakan dalam kalimat yang ditulis oleh penyair.

Contoh imaji penglihatan adalah: “Kau depanku bertudung merah sutra

senja” (Anwar dalam Pradopo, 1995:83). Ketika kita membaca kalimat

tersebut, membuat kita dapat mengimajinasikan sedang melihat

langsungseorang yang menggunakan tudung berwarna merah

senja.Sehingga kalimat tersebut merupakan imaji penglihatan.

2) Imaji pendengaran

Menurut Pradopo (1995:82) dapat disimpulkan imaji pendengaran adalah

imaji yang berhubungan dengan indera pendengaran dan menggunakan

katakata atau frase yang berhubungan dengan indera pendengaran, seperti

bising, berisik, sunyi dan sebagainya. Imaji pendengaran menyebabkan

pembaca seolah-olah seperti mendengar sendiri apa yang dikemukakan

23

atau diceritakan dalam kalimat yang ditulis oleh penyair. Contoh imaji

pendengaran adalah: “Di layar kembang bertukar pandang, hanya selagu,

sepanjang dendang” (Hamzah dalam Pradopo, 1995:82). Dalam kalimat

tersebut apabila kita baca, akanmembuat kita dapat mengimajinasikan

kita sedang mendengar sebuah lagu yang sedang berdendang, sehingga

kalimat tersebut termasuk dalam imaji pendengaran.

3) Imaji perabaan

Menurut Pradopo (1995:83) dapat disimpulkan imaji perabaan adalah

imaji yang berhubungan dengan indera perabaan dan menggunakan kata-

kata atau frase yang berhubungan dengan indera perabaan, seperti kasar,

halus, lembut dan sebagainya. Imaji perabaan menyebabkan pembaca

seolah-olah seperti merasakan pada tubuhnya sendiri apa yang

dikemukakan atau diceritakan dalam kalimat yang ditulis oleh penyair.

Contoh imaji perabaan adalah: “Menggaruki rasa gatal di sukmanya”

(Rendra dalam Pradopo 1995:84). Apabila kita membaca kalimat tersebut,

kita akanmengimajinasikan rasa gatal pada tubuh kita dan menggaruk

tubuh kita.Sehingga kalimat tersebut termasuk imaji perabaan.

4) Imaji penciuman

Menurut Pradopo (1995:85) dapat disimpulkan imaji penciuman adalah

imaji yang berhubungan dengan indera penciuman dan menggunakan

kata-kata atau frase yang berhubungan dengan indera penciuman, seperti

bau busuk, harum, wangi dan sebagainya. Imaji penciuman menyebabkan

pembaca seolah-olah seperti mencium sendiri apa yang dikemukakan atau

diceritakan dalam kalimat yang ditulis oleh penyair.

24

Contoh imaji penciuman adalah: “Tubuhmu menguapkan bau tanah” (Rendra dalam Pradopo, 1995:85). Apabila kita membaca kalimat tersebut, dapat membuat kita mengimajinasikan sedang mencium bau tanah yang keluar dari tubuh seseorang, sehingga kalimat tersebut termasuk imaji penciuman.

 Majas

Majas juga biasa disebut dengan bahasa figuratif atau bahasa kiasan. Seorang penyair biasanya menggunakan bahasa yang bersusun-susun atau berpigura sehingga disebut bahasa figuratif. Majas menyebabkan lirik lagu menjadi prismatik, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Majas ialah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak langsung mengungkapkan makna (Waluyo,

1995:83).

Penggunaan majas sering dijumpai dalam karya sastra, seperti puisi, cerpen, novel bahkan lirik lagu. Dengan adanya majas ini, menyebabkan lirik lagu maupun puisi menjadi menarik perhatian, menimbulkan kesegaran, hidup dan terutama menimbulkan kejelasan gambaran angan.

 Diksi

Penyair hendak mencurahkan perasaan dan isi pikirannya dengan setepattepatnya seperti yang dialami batinnya. Selain itu, juga ia ingin mengekspresikan dengan ekspresi yang dapat menjelmakan pengalaman jiwanya tersebut, untuk itu haruslah dipilih kata setepatnya. Pemilihan kata dalam sajak tersebut disebut diksi (Pradopo, 1995:54).Dengan memilih kata yang tepat, dengan berarti membuat kejelasan makna sebuah kata untuk menimbulkan

25

gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca seperti yang dipikirkan dan dirasakan penulis pada saat menciptakan puisinya (Rokhmansyah, 2014: 15).

Barfield dalam Pradopo (1995:54) mengemukakan bahwa bila kata-kata dipilih dan disusun dengan cara yang sedemikian rupa hingga artinya menimbulkan atau dimaksudkan untuk menimbulkan imaginasi estetik, maka hasilnya disebut diksi puitis. Sehingga dapat dikatakan diksi juga untuk mendapatkan kepuitisan dan mendapatkan nilai estetik.Dalam memilih kata yang tepat, dan untuk menimbulkan makna serta gambaran yang jelas, penyair harus mengerti sebuah denotasi dan konotasi sebuah kata .

Pembicaraan diksi tidak lepas dari makna denotasi dan konotasi. Menurut

Waluyo (1995:73), makna denotasi artinya makna yang menunjuk pada arti sebenarnya dalam kamus, sedangkan makna konotasi artinya kata yang memiliki kemungkinan makna lebih dari satu. Waluyo (1995:73) juga menjabarkan kalau sebuah puisi tidak hanya menggunakan makna denotasi saja, puisi lebih bersifat konotatif artinya memiliki kemungkinan makna yang lebih dari satu. Kata-kata dalam puisi dipilih dengan mempertimbangkan berbagai aspek estetis dan juga puitis artinya mempunyai efek keindahan yang berbeda dari kata-kata yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari.

Sehingga dapat dismpulkan bahwa diksi adalah pemilihan kata yang tepat, padat dan kaya akan nuansa makna yang diusahakan secermat dan seteliti mungkin dengan mempertimbangkan arti sekecil kecil baik makna denotatif maupun makna konotatif sehingga mempengaruhi imajinasi pembacanya

(Rokhmansyah, 2014:16).

26

2.3 Makna Filosofi Bunga Sakura Pada Masyarakat Jepang

2.3.1 Sebagai Kenangan

Bunga Sakura sangat disukai dan dikagumi oleh orang Jepang. Banyak dari orang Jepang yang jika ditanya bunga apa yang paling disukai, mereka akan menjawab bunga Sakura.

Bagi masyarakat Jepang, bunga Sakura menyimbolkan musim semi karena bunga Sakura mekar di musim semi. Musim semi di Jepang dianggap sebagai musim pertama dalam satu tahun, walaupun musim semi bukan dimulai pada bulan Januari pertama tahun masehi. Musim Sakura sebagai pertanda masa mulainya aktivitas orang Jepang berkaitan dengan masa kegiatan bertani di Jepang.

Selain itu, masyarakat Jepang juga mengimajinasikan Sakura sebagai kenangan. Sejak periode Heian, banyak kaum cendekiawan dan seniman Jepang yang mengabadikan bunga sakura dalam berbagai bentuk mulai dari puisi, cerita rakyat, dan lukisan. Cendekiawan kuno Jepang, Norinaga Motoori menyebutkan jika bunga Sakura adalah semangat masyarakat Jepang dalam puisinya.

Bunga cantik ini juga menjadi lambang keberanian bagi para samurai Jepang.

Seorang samurai diwajibkan untuk tidak takut terhadap apapun termasuk kematian. Saat ajal menjemput, mereka harus menghadapinya dengan gagah berani dan tumbang seperti bunga sakura yang berguguran. Filosofi ini pun dipakai tentara Jepang dalam melakukan aksi kamikaze atau bunuh diri saat perang dunia kedua. Pesawat dengan misi bunuh diri akan ditandai dengan lukisan bunga sakura pada badan pesawat.

27

Hingga sekarang, bunga dengan 600 jenis ini sering membawa kenangan indah untuk masyarakat Jepang. Mekarnya bunga sakura yang dinikmati bersama kerabat atau keluarga saat hanami maupun yozukara, menjadi momen yang tak terlupakan saat musim semi. Meski pohon ini sudah mulai ditanam di luar Jepang, namun momen indah tersebut tetap tidak tergantikan.

2.2.2 Sebagai Harapan Kebahagiaan

Bunga Sakura diasosiasikan dengan simbol pengharapan akan sebuah kebahagiaan dan keberuntungan dimasa depan. Bunga Sakura sebagain simbol harapan ini sesuai dengan pernyataan yang tertera pada Kamus Simbol Sekai

Shinboru Daijiten, yaitu :

最も一般的な品種のサクラの開花が春分の日にあたることにも注目す

べきである。それは不作を遠ざけ、よき収穫を願うためのさまざまな宗教

行事、儀式が行われるときである。なぜならサクラの開花は稲の開花の予

示となり、したがって花の量と開花時間はきたるべき収穫の豊かさの一つ

の指標となりうるからである。サクラの花はとにかく現世の繁栄と幸福の

イメージである。そしてその繁栄と幸福はたとえすぐに気づかれなくとも、

実は時を超えた至福の予示なのである。

Mottomo ippan teki na hinshu no sakura ga shunbun no hi ni ataru koto nimo chūmoku subeki dearu. Sore wa fusaku wo tōzake, yoki shūkaku wo negau tame no samazama na shūkyōgyōji, gishiki ga okonawareru toki dearu. Nazenara sakura no kaika wa ine no kaika yoji tonari, shitagatte hana no ryō to kaika jikan wa kitarubeki shūkaku no yutakasa no hitotsu shihyō tonariurukara dearu. Sakura

28

no hana wa tonikaku gense no hanei to kōfuku no ime-ji de aru. Soshite sono hanei to kōfuku wa tatoe suguni kidzukarenakutomo, jitsuwa toki wo koeta shifuku no yoji nano dearu.

Terjemahan :

Perlu diperhatikan bahwa pada umumnya mekarnya bunga Sakura ketika ekuinoks musim semi. Pada saat itu, berbagai macam ritual dan kegiatan keagamaan diadakan untuk memohon keberhasilan hasil panen dan agar jauh dari kegagalan panen. Karena bunga Sakura yang mekar menjadi tanda tumbuhnya tanaman padi, bersamaan dengan itu, jumlah bunga yang mekar juga menjadi suatu indikasi melimpahnya hasil panen yang akan datang. Bunga Sakura bagaimanapun juga memiliki citra kebahagiaan dan kemakmuran di hidup ini.

Dan seandainya kebahagiaan dan kemakmuran seperti itu tidak segera disadari, sebenarnya Sakura juga memberikan kebahagiaan karena telah melalui waktu.

Musim cocok panen di Jepang bersamaan dengan mekarnya bunga Sakura di musim semi. Pada saat itu dilakukan berbagai macam ritual keagamaan yang dilakukan untuk memohon atas kesuksesan hasil panen yang akan diraih pada musim gugur nanti. Kemudian banyaknya jumlah bunga yang bermekaran menjadi tanda atas banyaknya kekayaan hasil panen tersebut.

Bunga Sakura yang diasosiasikan dengan kemakmuran berkaitan juga dengan bunga Sakura yang akan selalu tumbuh dan berkembang. Walaupun bunga sakura akan berguguran, tetapi bunga akan tumbuh lagi di tahun berikutnya dan mengalami pertumbuhan generasi baru. Istilah sakura juga digunakan untuk nama semua bank di Jepang, yaitu Sakura Bank. Bank Sakura merupakan bank kedua

29

terbesar di dunia dalam perihal deposit. Pada awalnya, bank yang dibangun pada bulan April 1990 ini, merupakan gabungan antara Bank Mitsui dan Bank Taiyō

Kōbe dan dikenal dengan nama Bank Mitsui Taiyō Kōbe. Akan tetapi, pada tahun

1992 bank ini berganti nama menjadi Bank Sakura. Salah satu faktor pemilihan dan penggunaan istilah sakura ini adalah bunga sakura dianggap sesuai dengan makna pertumbuhan dan juga sebagai lambang kemakmuran.

Masyarakat Jepang sering memilih hari pernikahan pada waktu musim semi.

Bahkan ada juga yang melakukan pesta pernikahannya di bawah pohon sakura.

Ada anggapan bahwa pernikahan yang dilakukan pada waktu musim semi, yaitu pada saat bunga sakura mekar, dapat membawa kebahagiaan bagi kedua mempelai di masa kehidupan mereka selanjutnya.

Hal mengenai musim semi dan kemakmuran dapat menjadi wujud dari penyemangat serta harapan untuk memulai kehidupan baru pada masyarakat

Jepang. Oleh, karena itu bunga sakura dapat dikatakan sebagai simbol harapan kebahagiaan.

2.2.3 Sebagai Perpisahan

Pada saat musim semi tiba, bunga-bunga Sakura bermekaran beraneka warna, ada yang merah, merah muda, putih dan yang paling banyak adalah warna putih abu-abu. Bunga-bunga tersebut tumbuh hampir di seluruh tempat, seperti ditaman-taman, pinggir jalan, tepi sungai, dan hutan. Sakura bermekaran membuat semuanya tampak indah dan berwarna.

Orang-orang Jepang sangat antusias melihat dan mencium bunga-bunga

Sakura tersebut. Bagi masyarakat yang bukan tinggal di Jepang sangat heran

30

menyaksikan masyarakat Jepang ketika menikmati keindahan dan wangi bunga

Sakura. Mereka seperti orang yang pertama sekali melihat sesuatu yang indah dan luar biasa, padahal tiap musim semi sepanjang tahun hidup mereka selalu dimulai dengan mekarnya bunga-bunga sakura ini.

Bagi orang Jepang, bunga Sakura bukanlah sekedar bunga yang mekar berwarna-warni. Bunga-bunga Sakura merupakan lambang kehidupan dan kematian, lambang kesementaraan dan kefanaan hidup. Bunga Sakura indah bermekaran hanya dua minggu saja, setelah itu akan layu berguguran tertiup angin, mati lalu hilang. Hal ini melambangkan kehidupan manusia yang begitu singkat.

Lahir, hidup lalu mati.

Sakura memang sudah menjadi ikon negeri matahari terbit. Kedatangan musim semi yang merupakan kebahagiaan tersendiri bagi masyarakat Jepang setelah menjalani kehidupan yang berat dalam musim dingin. Untuk itu, masyarakat Jepang punya cara tersendiri untuk merayakan datangnya musim semi, yaitu dengan mengadakan acara Hanami yaitu acara berkumpul bersama keluarga atau teman dengan menggelar tikar di bawah pohon-pohon Sakura. Mereka berbahagia, sambil makan dan minum. Saat-saat romantis berkumpul dengan orang orang tercinta, sejenak merenungi keindahan dan singkatnya hidup.

Dan pada saat mekarnya bunga Sakura, juga dapat diartikan atau disimbolkan dengan adanya perpisahan. Karena, peristiwa yang terjadi bersamaan dengan mekarnya bunga Sakura adalah adanya kelulusan atau wisuda di Jepang yang dilaksanakan pada saat musim semi yaitu sewaktu bunga-bunga Sakura bermekaran.

31

2.3 Lagu Sakura Karya “Ikimono Gakari”

2.3.1 Biografi Pengarang

Ikimono Gakari (いきものがか atau "Ikimonogakari") adalah sebuah band asal Jepang yang dibentuk pada tahun 1999. Ikimono Gakari sempat mengeluarkan satu Album Indie di bawah label Thunder Snake Record dan dua

Album Indie di bawah label Cubit Club dan akhirnya bergabung dengan label

Sony Music. Pada tahun 2006, bersama dengan Mihimaru GT, mereka dipilih sebagai Young Guns di acara Music Station.

Band ini dibentuk di Prefektur Kanagawa pada bulan Februari 1999 oleh

Hotaka Yamashita dan Yoshiki Mizuno sebagai band berbasis indie, dan kemudian Kiyoe Yoshioka bergabung sebagai vokalis pada bulan Desember tahun yang sama. Ikimono-gakari mengacu pada sekelompok anak-anak yang bertanggung jawab untuk menjaga tanaman dan hewan di sekolah dasar Jepang.

Pada tahun 2006, Ikimono-gakari merilis single pertamanya dengan label

Epic Records, Sony Music Entertainment Japan. Beberapa albumnya meraih peringkat satu pada peringkat mingguan Oricon, dan lagu mereka telah dipilih pada berbagai media: dari iklan TV, anime seperti Naruto Shippuuden, Drama TV

Jepang seperti Women Won't Allow This (「女はそれを許さない」, "Onna wa sore wo yurusanai"), film live action seperti Time Traveler: The Girl Who Leapt

Through Time (2010) (『映画:時をかける少女』(2010 年 , "Eiga: Toki wo

Kakeru Shoujo (2010), lagu tema siaran Olimpiade 2012 untuk NHK, dan set lagu untuk kompetisi musik nasional tingkat SMP.

32

Klub fan resmi mereka dinamai Ikimonogakari Fan Class 1-2 (いきものがか

りファンクラス 1 年 2 組 , "Ikimonogakari Fan Kurasu 1-nen 2-kumi").

Mizuno adalah yang paling sering mengkomposisikan lagu di antara mereka, sedangkan Yamashita di peringkat kedua. Yoshioka juga mengkontribusikan lirik untuk beberapa lagu, tetapi Namida ga Kieru Nara adalah lagu satu-satunya dimana mereka bertiga berkolaborasi untuk mengkomposisikannya.

Pada tahun 1989, Mizuno dan Yamashita bertemu secara kebetulan ketika mereka berada di kelas pertama; mereka berdua ditugaskan menjadi Ikimono- gakari (生き物 係 ), yang merupakan perawat tanaman dan hewan di sekolah.

Yamashita kemudian mengatakan bahwa dia benar-benar ingin menjadi "monitor papan". Yamashita dan Mizuno membentuk band mereka pada tanggal 1 Februari

1999, dan mulai melakukan penampilan di jalan; tidak mengambil terlalu serius, mereka menamakannya "Ikimono-gakari" setelah pengalaman mereka bersama di kelas pertama. Pada awalnya, mereka melakukan kover dari lagu Masayoshi

Yamazaki. Pada bulan Desember 1999, Yoshioka bergabung dengan band. Pada masa itu, Mizuno dan Yamashita merencanakan untuk membuat grup dengan vokalis wanita, yang akan menjadi suara yang tidak biasa untuk pertunjukan jalanan yang mereka lakukan. Yoshioka adalah adik perempuan dari salah satu teman sekelas mereka; dia dimasukkan sebagai penyanyi utama dan band mengambil bentuknya yang sekarang. Ketika mereka kemudian tampil dengan tiga anggota, band melakukan kover dari single Yuzu, "Natsuiro" (夏 色"Warna

Musim Panas").

33

Pada September 2000, mereka menangguhkan band untuk fokus pada ujian masuk perguruan tinggi untuk Yamashita dan Mizuno. Pada Maret 2003,

Yoshioka pulih dari kemerosotan di mana ia hampir berpikir tidak bernyanyi lagi; dia melihat ini sebagai kesempatan kedua untuk tumbuh sebagai pribadi. Sekali lagi, band ini terbentuk kembali, tetapi kemudian, mereka melakukan dengan maksud mendorong ketenaran mereka meningkat. Sebagai gaya musik mereka bergerak lebih ke arah fokus akustik, mereka berencana untuk memperluas cakupan mereka untuk tidak menutupi hanya pertunjukan jalanan tetapi konser live house juga. Selain itu, mereka melakukan upaya yang lebih besar untuk menulis musik yang lebih asli dan kurang mengandalkan kover.

Pada April 2003, band ini kembali bermain pada pertunjukkan jalan di depan

Stasiun Hon-Atsugi di Jalur Odakyū Odawara. Pada bulan Juni, mereka melakukan pertunjukan satu band di tempat live Thunder Snake Atsugi untuk pertama kalinya.

Seseorang yang kebetulan menghadiri kinerja ini akhirnya menjadi manajer mereka; ini menjadi dorongan bagi mereka untuk memulai tur jalan besar. Pada tanggal 25 Agustus, mereka merilis album indie pertama mereka, “Makoto ni

Senetsu Nagara wo Koshirae Mashita”. Pada tanggal 26 Maret 2005, band ini mengadakan pertunjukkan di aula kecil di Gedung Budaya Kota Atsugi (Atsugi- shi Bunka Kaikan); ini adalah pertama kalinya band ini pernah melakukan pertunjukan tunggal band di aula.

Pada tanggal 15 Maret 2006, band ini merilis single pertama mereka,

SAKURA, diproduksi oleh Masanori Shimada. Ini adalah debut major label

34

mereka dengan Epic Records Jepang dari Sony. Single kedua mereka "Hanabi" dirilis pada tanggal 31 Mei 2006, penghasilan band penampilan pertama mereka di Oricon top 10 chart dengan debut nomor 5. Antara tanggal 10 November dan

30 November mereka mengadakan tur live pertama mereka, yang disebut

"Ikimonogakari no Minna-san, Konni-Tour! 2006".

Berikut ini adalah nama-nama anggota Ikimono Gakari:

 Kiyoe Yoshioka (吉岡聖恵 Yoshioka Kiyoe; lahir 29 Februari 1984; umur

35 tahun) adalah vokalis Ikimonogakari. Dia lahir di kota Shizuoka, dan

kemudian pindah ke Atsugi, Kanagawa ketika dia berumur lima tahun.

Dijuluki "Kiyoe", "Kiyo-chan" "Se-Ki", "Kiyo Las", dan "Ponyo Megumi".

Pendidikan: sekolah Dasar Kota Minami Mouri Atsugi, SMA Ebina,

Prefektur Kanagawa, Lulusan Showa University of Music College of

Music School. Kakaknya adalah teman sekelas sekolah tinggi Mizuno dan

Yamashita. Dia juga menjadi salah satu host dari All Nippon Malam 2009-

2010.

 Yoshiki Mizuno (水野良樹 Mizuno Yoshiki; lahir 17 Desember 1982;

umur 36 tahun) adalah anggota, ketua band, dan gitaris. Dia terutama

menggunakan gitar listrik. Lahir di Hamamatsu, Prefektur Shizuoka, ia

pindah ke kota Ebina, Prefektur Kanagawa, pada usia dini. Panggilan

akrabnya ialah "Yocchan", "Yoshiki", "Mūmin", "Erikku". Pendidikan:

SMP Otani Sugikubo Kota Ebina, SMA Prefektur Atsugi, Kanagawa.

Setelah menjadi Ronin di bidang Ekonomi, Politik, Universitas Meiji,

lulus dari Departemen Sosiologi, Universitas Hitotsubashi.

35

 Hotaka Yamashita (山下穂尊 Yamashita Hotaka; lahir 27 Agustus 1982;

umur 37 tahun) adalah gitaris dan harmonica. Ia lahir di Ebina City,

Prefektur Kanagawa. Nama akrabnya "Hocchi", "Yamachan", "Hochin gu

sutairu". Pendidikan: SMP Otani Sugikubo Ebina Kota, sekolah yang lebih

tinggi Atsugi, Prefektur Kanagawa, lulus dari Departemen Sosiologi,

Universitas Hosei.

2.3.2 Setting Lagu

Dalam lirik lagu Sakura yang dinyanyikan oleh Ikimono Gakari, penulis dapat mengutip sedikit settingan lagu yang ingin disampaikan oleh pengarang lagu menurut beberapa penggalan liriknya, penulis mengutipnya dalam bentuk imaji penglihatan. Berikut analisisnya :

桜ひらひらまい降りて 落ちて (Sakura hirahira maiorite ochite)

ゆれるおもいのたけを抱きしめた (Yureru omoino take wo dakishimeta)

君と春に願いしあの夢は (Kimi to haru negaishi anoyumeiwa)

今も見えているよ桜まい散る (Ima mo miete iru yo sakura maichiru)

Bunga sakura jatuh, menari di udara

Merangkul perasaan yang bergoyang

Impian yang kita impikan di musim semi kala itu

Hingga kini aku masih bisa melihatnya bunga sakura yang tetap berjatuhan

36

Pada penggalan lirik di atas, pendengar lagu tersebut bisa membayangkan kejadiannya ketika melihat dalam kalimat: 桜ひらひらまい降りて落ちて

(sakura hirahira maiorite ochite) yang artinya “bunga sakura jatuh, menari di udara”. Penggalan lirik tersebut menggambarkan kondisi bunga sakura yang sedang jatuh. Kalimat tersebut akan membuat pembaca maupun pendengar seolah-olah berimajinasi melihat sendiri apa yang dikemukakan atau diceritakan dalam kalimat yang ditulis oleh penyair tersebut, yaitu melihat bunga sakura yang sedang berjatuhan. Hal yang seolah-olah dilihat oleh pendengar maupun pembaca tersebut adalah bukti bahwa kalimat ini mengandung imaji penglihatan.

Selain itu, imaji penglihatan juga terdapat dalam kalimat 今も見えているよ

桜まい散る(ima mo miete iru yo sakura maichiru) yang artinya “Hingga kini aku masih bisa melihatnya bunga sakura yang tetap berjatuhan”. Dalam teori tentang imaji penglihatan disebutkan, bahwa salah satu ciri dari imaji penglihatan di dalamnya mengandung kata kerja yang berhubungan dengan indra penglihatan.

Dalam kalimat di atas dapat dilihat adanya kata kerja “見えている”

(mieteiru) yang artinya “kelihatan”, dimana pembaca maupun pendengar akan berimajinasi seolah-olah melihat bunga sakura yang sedang berguguran tersebut.

電車から見えたのは (Densya kara mieta no wa)

いつかのおもかげ (Itsuka no omokage)

二人で通った春のおおはし (Futari de kayotta haru no oohashi)

Yang terlihat dari kereta api

37

Jejak disuatu ketika

Jembatan besar musim semi yang dulu kita seberangi bersama

Pada penggalan lirik di atas, imaji penglihatan ditunjukkan dalam kalimat 電

車から見えたのは(densya kara mieta no wa) yang artinya “yang terlihat dari dalam kereta api ”. Kalimat tersebut menggambarkan sesuatu yang terlihat oleh tokoh dari kereta api. Dalam kalimat di atas, kata yang mengandung imaji penglihatan adalah “見えたのは” (mieta no wa), yang mengandung arti “yang terlihat”. Kalimat tersebut membuat pembaca maupun pendengar akan berimajinasi seolah-olah melihat apa yang diceritakan dalam lirik tersebut.

卒 業の時がきて (Sotsugyou no toki ga kite)

君はまちをでた (Kimi wa machi o deta)

色ずく川べにあの日をさがすの (Iro zuku kawabeni ano hi o sagasu no)

Saat kelulusan kita datang

Dan kau meninggalkan kota ini

Di tepi sungai yang penuh warna, aku mencari hari itu

Dalam penggalan lirik di atas, imaji penglihatan dapat dilihat pada kalimat 色

ずく川べにあの日をさがすの (Irozuku kawabe ni ano hi wo sagasu no) yang artinya “di tepi sungai yang penuh warna, aku mencari hari itu”. Kalimat tersebut membuat pembaca maupun pendengar berimajinasi seolah-olah melihat sendiri

38

apa yang dikemukakan atau diceritakan dalam kalimat yang ditulis oleh penyair tersebut, yaitu melihat sungai yang penuh warna.

2.3.3 Lirik Lagu

Sakura – Ikimono Gakari (いきものがかり)

さくら ひらひら 舞い降りて落ちて (Sakura hirahira maiorite ochite)

揺れる 想いのたけを 抱きしめた (Yureru omoi no take wo dakishimeta)

君と 春に 願いし あの夢は (Kimi to haru ni negai shi ano yume wa)

今も見えているよ さくら舞い散る (Ima mo miete iru yo sakura maichiru)

電車から 見えたのは いつかのおもかげ (Densha kara mieta no wa itsuka no omokage)

ふたりで通った 春の大橋 (Futari de kayotta haru no oohashi)

卒業の ときが来て 君は故郷(まち)を出た (Sotsugyou no toki ga kite kimi wa machi wo deta)

色づく川辺に あの日を探すの (Irozuku kawabe ni ano hi wo sagasu no)

39

それぞれの道を選び ふたりは春を終えた (Sorezore no michi wo erabi futari wa haru wo oeta)

咲き誇る明日(みらい)は あたしを焦らせて (Sakihokoru mirai wa atashi wo aserasete)

小田急線の窓に 今年もさくらが映る (Odakyuusen no mado ni kotoshi mo sakura ga utsuru)

君の声が この胸に 聞こえてくるよ (Kimi no koe ga kono mune ni kikoete kuru yo)

さくら ひらひら 舞い降りて落ちて (Sakura hirahira maiorite ochite)

揺れる 想いのたけを 抱きしめた (Yureru omoi no take wo dakishimeta)

君と 春に 願いし あの夢は (Kimi to haru ni negai shi ano yume wa)

今も見えているよ さくら舞い散る (Ima mo miete iru yo sakura maichiru)

書きかけた 手紙には 「元気でいるよ」と (Kaki kaketa tegami ni wa

“Genki de iru yo” to)

小さな嘘は 見透かされるね (Chiisa na uso wa misukasareru ne)

めぐりゆく この街も 春を受け入れて (Meguriyuku kono machi mo haru wo ukeirete)

40

今年もあの花が つぼみをひらく (Kotoshi mo ano hana ga tsubomi wo hiraku)

君がいない日々を超えて あたしも大人になっていく (Kimi ga inai hibi wo koete atashi mo otona ni natte iku)

こうやって全て忘れていくのかな (Kouyatte subete wasurete iku no kana)

「本当に好きだったんだ」 さくらに手を伸ばす (“Hontou ni suki dattan da” Sakura ni te wo nobasu)

この想いが 今 春に つつまれていくよ (Kono omoi ga ima haru ni tsutsumarete iku yo)

さくら ひらひら 舞い降りて落ちて (Sakura hirahira maiorite ochite)

揺れる 想いのたけを 抱き寄せた (Yureru omoi no take wo dakiyoseta)

君が くれし 強き あの言葉は (Kimi ga kureshi tsuyoki ano kotoba wa)

今も 胸に残る さくら舞いゆく (Ima mo mune ni nokoru sakura maiyuku)

さくら ひらひら 舞い降りて落ちて (Sakura hirahira maiorite ochite)

揺れる 想いのたけを 抱きしめた (Yureru omoi no take wo dakishimeta)

41

遠き 春に 夢見し あの日々は (Tooki haru ni yume mi shi ano hibi wa)

空に消えていくよ (Sora ni kiete iku yo)

さくら ひらひら 舞い降りて落ちて (Sakura hirahira maiorite ochite)

春のその向こうへと歩き出す (Haru no sono mukou e to aruki dasu)

君と 春に 誓いし この夢を 強く (Kimi to haru ni chikai shi kono yume wo tsuyoku)

胸に抱いて さくら舞い散る (Mune ni daite sakura maichiru)

INDONESIA:

Kelopak bunga sakura jatuh berguguran

Memeluk setiap perasaan yang berdebar

Mimpi bersamamu di musim semi yang kuharapkan itu

Bahkan kini masih terlihat, bunga sakura pun bertebaran

Dari kereta aku dapat melihatnya

Bayangan di hari itu

Jembatan besar yang kita lewati di musim semi

Waktu kelulusan pun datang

Dan kau meninggalkan kota ini

Di tepian sungai yang penuh warna, aku mencari hari itu

42

Kita memilih jalan masing-masing

Membawa musim semi menuju akhir

Masa depan yang mekar sempurna

Membuatku merasa tergesa-gesa

Di jendela kereta pada jalur Odakyuu

Tahun ini bunga sakura pun terbayang

Suaramu tersimpan di dalam hatiku

Dan aku dapat mendengarnya

Kelopak bunga sakura jatuh berguguran

Memeluk setiap perasaan yang berdebar

Mimpi bersamamu di musim semi yang kuharapkan itu

Bahkan kini masih terlihat, bunga sakura pun bertebaran

Kalimat yang kuucapkan di awal surat

Adalah "aku baik-baik saja"

Kau tahu bahwa aku berbohong, iya kan?

Bahkan kota yang berlalu ini

Berbicara kepada musim semi

Tahun ini bunga-bunga akan membuka kuncupnya lagi

Melewati hari-hari tanpa dirimu

Bahkan aku juga sudah tambah dewasa

Dengan begitu, apakah aku akan melupakan segalanya?

43

"Aku benar-benar mencintaimu"

Aku mencoba meraih bunga sakura

Sekarang perasaanku terbungkus di dalam musim semi

Kelopak bunga sakura jatuh berguguran

Mendekap setiap perasaan yang berdebar

Kata-kata yang kau berikan kepadaku dengan kuat itu

Bahkan kini masih tersisa, bunga sakura pun menari-nari

Kelopak bunga sakura jatuh berguguran

Memeluk setiap perasaan yang berdebar

Hari yang kumimpikan dalam musim semi yang jauh itu

Kini menghilang di udara

Kelopak bunga sakura jatuh berguguran

Dan aku mulai melangkah ke seberang musim semi

Menggenggam erat mimpi yang kujanjikan di musim semi itu

Menyimpannya dalam hati, bunga sakura pun menari-nari

44

BAB III

MAKNA BUNGA SAKURA PADA LAGU SAKURA KARYA

“IKIMONO GAKARI” DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT

JEPANG

Lirik lagu gubahan Mizuno Yoshiki ini menggambarkan seorang pria yang

secara diam-diam ternyata menyukai teman SMU nya. Ia dan teman

perempuannya ini sudah sekian lama tidak pernah bertemu lagi, yaitu sejak

mereka lulus SMU.

Pada saat masih SMU, mereka sering menghabiskan waktu bersama,

misalnya mereka selalu melewati (jembatan) Ohashi berdua. Merekapun

berkhayal dimusim semi kala itu. Namun, ketika kelulusan SMU datang, mereka

tidak dapat lagi bersama. Setelah kepergian teman perempuannya ke kota lain, ia

baru menyadari bahwa ia benar-benar menyukainya.

3.1 SEBAGAI KENANGAN

Makna Sakura sebagai kenangan dalam lirik lagu Sakura karya Ikimono

Gakari, terlihat pada lirik berikut:

kotoshi mo sakura ga utsuru // kimi no koe ga kono mune ni kikoetekuru yo,

kouyatte subete wasurete iku no ka na, ima mo mune ni nokoru sakura mai yuku

dan mune ni daite sakura mai chiru.

Lirik tersebut menggambarkan perasaan penggubah lagu melalui istilah

sakura. Dalam baris tersebut, sakura mengingatkan kenangan indah, seperti suara

temannya yang dicintai yang terasa terdengar di dada. Dengan demikian, dapat

dikatakan bahwa sakura menyimbolkan kenangan yang tidak bisa hilang dan

masih tersimpan di dada.

45

Kemudian, dalam lirik: 揺れる思いのだけを抱きしめた (yureru omoi no dake wo dakishimeta) yang artinya “ merangkul kenangan yang bergetar”.

Kalimat tersebut menggambarkan tokoh cerita yang merangkul kenangan. Penyair menceritakan bahwa tokoh cerita masih menyimpan kenangan tersebut. Penyair menggunakan kiasan dengan mengibaratkan kenangan menyerupai manusia yang bisa merangkul atau dirangkul guna menambah kepuitisan dalam lagu.

本当にすきだったんだ (Hontou ni suki dattanta)

桜に手をのばす (Sakura ni te wo nobasu)

このおもいがいま春につつまれていくよ (Kono omoi ga ima haru ni tsutsumarete iku yo)

Dulu aku benar-benar menyukaimu

Aku menjulurkan tanganku ke arah bunga sakura

Kenangan dimusim ini pun tetap menyelimutiku

Pada penggalan lirik di atas, この思いが今春につつまれて行くよ (Kono omoiga ima haru ni tsutsumarete iku yo) yang artinya “kenangan di musim ini pun tetap menyelimutiku”. Sebagaimana dalam KBBI kata menyelimuti adalah memberi selimut; menyelubungi: ibu itu menyelimuti tubuh anaknya yang menggigil kedinginan. Sedangkan dalam kalimat tersebut yang menyelimuti adalah kenangan. Sebenarnya dalam kalimat tersebut penyair ingin menceritakan bahwa kenangan tersebut masih tetap bersamanya. Penyair mengibaratkan kenangan menyerupai manusia yang bisa menyelimuti guna menambah kepuitisan lirik tersebut.

46

Berbagai macam hal kehidupan yang kita jalani tidak akan lepas dari yang dikatakan “kenangan”. Singkat untuk sebuah kata tetapi banyak arti dalam sebuah makna, kita dan setiap individu mempunyai kenangan tersendiri. Indah atau buruk itu adalah sebuah kenangan dan kenangan akan terus berputar dalam otak dan hati.

Sebuah kenangan yang teringat menjadi salah satu hal yang akan terus menemani setiap hidup individu. Banyak yang bertanya kenapa sebuah kenangan menjadi hambatan pikiran, ada satu alasan kenapa kita berhenti berpikir karena sebuah kenangan. Jawabannya sangat singkat, ketika kita mengenang sesuatu yang pernah kita alami secara otomatis hati dan otak akan bergerak kemasa dimana kita kembali kesebuah kenangan seakan-akan kita berada dikeadaan pada saat itu dan tandanya kita tidak bisa melupakan kenangan tersebut.

Pada dasarnya kenangan tidak akan bisa terlupakan, mungkin hal kecil pada keadaan saat itu tetapi akan menjadi besar ketika kita mengenangnya. Ketika kita mengingat kenangan lewat hati dan pikiran bukan tidak mungkin setetes air mata jatuh. Ada dimana saat kita mengenang sesuatu dan ada setetes air mata yang jatuh yang menandakan kita merindukan masa-masa itu. Biasanya ada tangisan dalam sebuah kenangan dan ada senyuman disebuah cerita dalam kenangan.

3.2 SEBAGAI HARAPAN

Secara umum, harapan ialah keadaan mental positif pada seseorang dengan kemampuan yang dimilikinya dalam upaya tujuan pada masa depan.

Sakura juga menyimbolkan harapan, seperti yang terdapat dalam lirik lagu

Sakura karya Ikimono Gakari berikut ini :

47

sakura hirahira mai orite ochite // yureru omoi no take wo dakishima //

tooki haru ni yumemi shi ano hibi wa // sora ni kiete iku yo.

Lirik tersebut selain menggambarkan adanya kenangan akan mimpi-mimpi

yang pernah dirajut pada saat musim semi yang telah berlalu. Kenangan mimpi itu

menimbulkan harapan untuk dapat bertemu kembali dengan seseorang yang

dicintainya. Ia senantiasa berharap akan datang pertemuan dengan temannya

setiap sakura mekar. Namun, harapannya sepertinya hanya mimpi yang selalu

datang berulang setiap sakura mekar. Pada kenyataannya mimpi-mimpinya hilang

bagaikan tertelan awan dan ia hanya bisa mendekap mimpinya erat dalam hatinya.

Harapan atau asa adalah bentuk dasar dari kepercayaan akan sesuatu yang

diinginkan akan didapatkan atau suatu kejadian akan bebuah kebaikan di waktu

yang akan datang. Pada umumnya harapan berbentuk abstrak, tidak tampak, tetapi

diyakini bahkan terkadang, dibatin dan dijadikan sugesti agar terwujud. Namun

adakalanya harapan tertumpu pada seseorang atau sesuatu. Pada praktiknya

banyak orang mencoba menjadikan harapannya menjadi nyata dengan cara berdoa

atau berusaha. Beberapa pendapat menyatakan bahwa esensi harapan berbeda

dengan "berpikir positif" yang merupakan salah satu cara terapi/ proses sistematis

dalam psikologi untuk menangkal "pikiran negatif" atau "berpikir pesimis".

3.3 SEBAGAI PERPISAHAN

Makna perpisahan dalam lirik lagu lagu sakura karya Ikimono Gakari, yaitu :

sotsugyou no toki ga kite // kimi wa machi wo deta .

Lirik tersebut menggambarkan perpisahan antara ia dan sahabatnya pada saat

musim sakura. Hal ini mengandung dua hal; hal pertama bahwa sakura

48

menyimbolkan perpisahan. Kedua, bahwa musim-musim di Jepang dijadikan tanda akan peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari orang Jepang.

Dalam hal ini peristiwa yang terjadi adalah wisuda atau kelulusan di Jepang dilaksanakan pada saat musim semi. Baris tersebut menandakan bahwa orang

Jepang memiliki hubungan yang dekat terhadap alam, khususnya musim.

Pada umumnya perpisahan sangatlah tidak diinginkan, tetapi karena banyak faktor yang harus memungkinkan kata berpisah harus terjadi. Pada kata “berpisah” akan muncul dengan kesepakatan kedua pihak atau kadang hanya satu pihak yang setuju. Perpisahan pada percintaan bisa juga berakibat permusuhan ataupun pertemanan tergantung orang yang menjalankan atau mungkin saja pada perpisahan ini hanya sementara dan mungkin nantinya akan disatukan lagi oleh takdirnya. Perpisahan mempunyai kenangan, yaitu kenangan yang berarti, kenangan yang mempunyai makna yang indah, kenangan yang membahagiakan, kenangan yang pahit, kenangan duka atupun suka dan kenangan membuat kita menjadi dewasa. Di awal pertemuan dan di akhir ada perpisahan, dan di dalamnya itu ada sebuah kenangan yang akan menjadi sejarah.

49

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 KESIMPULAN

Melihat dari uraian dan penjelasan sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Makna Bunga Sakura pada masyarakat Jepang adalah :

- Sebagai Kenangan

Mekarnya bunga sakura yang dinikmati bersama kerabat atau keluarga

saat hanami maupun yozukara, menjadi momen yang tak terlupakan

saat musim semi.

- Sebagai Harapan Kebahagiaan

Hal mengenai musim semi dan kemakmuran dapat menjadi wujud dari

penyemangat serta harapan untuk memulai kehidupan baru pada

masyarakat Jepang. Oleh, karena itu bunga sakura dapat dikatakan

sebagai simbol harapan.

- Sebagai Perpisahan

Pada saat mekarnya bunga Sakura, juga dapat diartikan atau

disimbolkan dengan adanya perpisahan. Karena, peristiwa yang terjadi

bersamaan dengan mekarnya bunga Sakura adalah adanya kelulusan

atau wisuda di Jepang yang dilaksanakan pada saat musim semi yaitu

sewaktu bunga-bunga Sakura bermekaran.

50

2. Makna Sakura di dalam lagu Sakura karya Ikimono Gakari adalah :

- Sebagai Kenangan

Makna Sakura sebagai kenangan dalam lirik lagu Sakura karya

Ikimono Gakari, terlihat pada lirik berikut:

kotoshi mo sakura ga utsuru // kimi no koe ga kono mune ni

kikoetekuru (tahun ini bunga sakura pun terbayang, suaramu tersimpan

di dalam hatiku)

Lirik tersebut menggambarkan perasaan penggubah lagu melalui

istilah sakura. Sakura mengingatkan kenangan indah, seperti suara

temannya yang dicintai yang terasa terdengar di dada.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sakura menyimbolkan

kenangan yang tidak bisa hilang dan masih tersimpan di dada.

- Sebagai Harapan

Sakura juga menyimbolkan harapan, seperti yang terdapat dalam lirik

lagu Sakura karya Ikimono Gakari berikut ini :

sakura hirahira mai orite ochite // yureru omoi no take wo dakishima

// tooki haru ni yumemi shi ano hibi wa // sora ni kiete iku yo (kelopak

bunga sakura jatuh berguguran//memeluk setiap perasaan yang

berdebar//hari yang kumimpikan dalam musim semi yang jauh itu

//kini menghilang di udara).

Adanya kenangan akan mimpi-mimpi yang pernah dirajut pada saat

musim semi yang telah berlalu. Harapan untuk dapat bertemu kembali

dengan seseorang yang dicintainya.

51

- Sebagai Perpisahan

Makna perpisahan dalam lirik lagu lagu sakura karya Ikimono Gakari,

yaitu :

sotsugyou no toki ga kite // kimi wa machi wo deta (waktu kelulusan

pun datang, dan kau meninggalkan kota ini).

Perpisahan antara ia dan sahabatnya pada saat musim sakura.

4.2 SARAN

Sebaiknya masyarakat Indonesia juga dapat menjunjung tinggi dan melestarikan kebudayaan sendiri seperti yang dilakukan oleh masyarakat Jepang terhadap bunga Sakura seperti dalam kegiatan Hana-mi yang merupakan tradisi dari nenek moyang yang tetap dipelihara dan dilestarikan sampai saat ini, walaupun dalam zaman yang serba instan dan maju ini, mereka tidak melupakan nilai-nilai kebudayaan mereka.

52

DAFTAR PUSTAKA

Arne Kalland, Pamela J. Asquith. 1997. Japanese Images of Nature Cultural

Perspectives. Richmond Surrey: Curzon Press, (hlm.195).

Arnold, Matthew. 1869. Cultue and Anarchy. New York: Macmilan.

Candra, Rike. 2009. Analisis Tiga Haiku Yang Berhubungan Dengan Tiga Makna

Simbol Sakura Ditinjau Dari Segitiga Makna Ogden dan Richards. Bina

Nusantara

Carr, A. 2004. Positive Psychology: The Science of Happiness and Human

Strengths. Brunner-Routledge: New York

Chevalier, Jean. 1982. Sekai Shinboru Daijiten. Tokyo : Orion Literary Agency,

(hlm.418-419).

Cohen, Anthony P. 1985. The Symbolic Construction of Community. New

York:Routledge.

Cooprer,J.C.1978. An Illustrated Encyclopedia of Traditional Symbol.

London:Thames and Hudson Ltd.

Danandjaja, James. 1997. Folklor Jepang. Jakarta : Pustaka Utama Grafity.

Departemen Pendidikan Nasional. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi

Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. (hlm.678)

Ekiguchi, Kunio. 1987. A Japanese Touch for The Seasons. Tokyo: Kodansha

International, (hlm.25)

Forsberg, A. Defenition of Culture CCSF Cultural Geograph

Hastuti, Nur. 2015. Daya Tarik Bunga Sakura Bagi Masyarakat Jepang.

Universitas Diponegoro

J. Lopez, S. 2009. The Encyclopedia of Positive Psychology. Blackwell

Publishing: UK

Kobayashi, Tomoaki. 1997. Guides to Japanese Culture. Tokyo: Japan Culture

Institute.

Koentjaningrat. 1982. Kebudayaan Mentalitet dan Pembangunan. Jakarta :

Gramedia

Kuroda, Momoko. 2005. Hidup dan Budaya di Jepang Panduan Per Bulan.

Majalah Nipponia No. 34. Japan : Heibonsha Ltd.

Morita, Toshitaka. 2009. Kateigaho International Spring/Summer vol.23. Tokyo :

Sekai Bunka Publishing Inc.

Nasution, M. Arief. 2001. Metode Penelitian. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Picken, Stuart D.B. 1982. Japan’s Cultural Identity. Tokyo: Kodansha Int,

(hlm.12)

Rosidi, Ajip. 1981. Mengenal Jepang. Jakarta.

Sudo, Kumiko. 2001. Omiyage. Singapur : Contemporary Books.

______. 2000. Fantasies & Flowers Origami in Fabric for Quilters. U.S.A:

The Quilt Digest Press.

Tanaka, Yukio. 1985. Nihon no Tateyoko. Tokyo Gakken

Takeuchi, Misae. 1992. Tanoshiku Yomeru Nihon no Kurashi Juunikageto.

Apurikatto

Sumber dari Internet http://Sakura-nternet/Cherry_blossom wikipedia.htm# Symbolism https://legendflowers.com/bunga-sakura/ http://nurulsyafi.blogspot.com/2012/07/keindahan-bunga-sakura- lambangkan.html https://www.kompasiana.com/maxmanroe/551f92d6813311937f9df87c/bunga- sakura-hidupnya-singkat-dan-bermakna-lalu-mati https://id.wikipedia.org/wiki/Ikimono-gakari https://alataz.wordpress.com/2015/12/03/teori-makna/ http://santricerdaz.blogspot.com/2018/01/teori-simbol-susanne-langer- membedah.html https://www.academia.edu/26099511/Semiotika https://id.wikipedia.org/wiki/Sakura http://terjemahan-lirik-lagu-jepang.blogspot.com/2016/11/ikimono-gakari- sakura.html

ABSTRAK

Kebanggaan masyarakat Jepang akan bunga Sakura ini dapat dibuktikan melalui peninggalan-peninggalan sejarah Jepang, seperti pada catatan sejarah, barang-barang peninggalan jaman kekaisaran dulu di Jepang seperti kimono, lukisan, keramik, puisi, dan sebagainya. Sejak zaman Heian, masyarakat Jepang sudah menikmati keindahan dari bunga Sakura itu sendiri. Pada perang dunia II, pasukan angkatan udara Jepang yang dinamakan dengan pasukan “Kamikaze” akan menggambar atau men-cat pakaian dan tubuh pesawat mereka dengan gambar bunga Sakura. Umumnya, mereka dipengaruhi untuk berkorban demi bangsa dan Negara karena bagi mereka mati dalam perang merupakan suatu keindahan. Sama seperti bunga Sakura yang mekarnya tidak bertahan lama dan akan gugur, saat kelopak bunga Sakura berguguran maka akan tercipta keindahan yang tak terkatakan. Mereka juga dikatakan jikalau berkorban dan mati maka mereka akan terlahir kembali menjadi bunga Sakura.

Karena Sakura digunakan untuk mengekspresikan banyak hal, maka sejak abad 7 banyak penyair-penyair yang menceritakan bunga Sakura dalam syair-syair maupun puisi yang mereka buat. Bahkan keistimewaan dan keindahan sakura juga tertuang dalam lirik-lirik lagu sejak dahulu kala. Salah satu lagu yang berjudul

“Sakura” merupakan lagu yang sangat terkenal, walaupun lagu ini telah mengalami beberapa kali perubahan dalam melodinya, akan tetapi lagu ini tetap mempunyai keistimewaan bagi orang Jepang. Pada umumnya, lagu ini dikumandangkan pada saat ada acara-acara pertemuan negara-negara internasional di Jepang. Hal ini menunjukkan bahwa lagu Sakura dianggap mengekspresikan masyarakat Jepang.

Dari hal itu, penulis melihat makna dan keistimewaan bunga Sakura bagi masyarakat Jepang sehingga penulis tertarik dan ingin meneliti lebih lanjut tentang makna Sakura ini khususnya di dalam lagu “Sakura “ karya Ikimono

Gakari dengan judul : “Analisis Makna Bunga Sakura Di Dalam Lagu “Sakura”

Karya Ikimono Gakari”.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana makna bunga Sakura bagi masyarakat Jepang dan bagaimana makna Sakura digambarkan di dalam lagu “Sakura” karya Ikimono Gakari. Dan teori yang digunakan dalam penilitian ini adalah teori makna, teori simbol, dan teori semiotika. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif yaitu suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena-fenomena yang diselidiki.

Dalam pengumpulan data-data dan bahan-bahan yang berhubungan dengan topik penelitian ini, penulis mengunakan metode media elektronik yaitu melalui fasilitas internet dan metode studi kepustakaan (Library Research). Studi kepustakaan merupakan suatu aktivitas yang sangat penting untuk menunjukkan jalan dalam memecahkan masalah penelitian. Beberapa aspek yang penting yang perlu dicari dan digali dalam studi kepustakaan antara lain : masalah yang ada, teori-teori dan penarikan kesimpulan serta saran. Dengan kata lain, studi kepustakaan adalah pengumpulan data dengan membaca buku-buku atau referensi yang berkaitan dengan topik penelitian ini. Data yang diperoleh dari buku-buku

dan referensi tersebut kemudian dianalisis untuk mendapatkan kesimpulan dan saran.

Penulisan skripsi ini menganilisis sejarah bunga Sakura, jenis-jenis bunga

Sakura, makna filosofi bunga Sakura pada masyarakat Jepang, biografi pengarang lagu, dan lirik lagu Sakura. Dan dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa makna bunga Sakura pada masyarakat Jepang adalah bunga Sakura dapat diartikan sebagai kenangan, sebagai harapan kebahagiaan, dan sebagai perpisahan.

Dan makna bunga Sakura pada lagu “Sakura” karya Ikimono Gakari dalam kehidupan masayarakat Jepang adalah sebagai kenangan, harapan, dan perpisahan.

DAFTAR GAMBAR

1. Beberapa jenis Bunga Sakura

Bunga Sakura Yamazakura

Bunga Sakura Someiyoshino

Bunga Sakura Shidarezakura

Bunga Sakura Kikuzakura

Bunga Sakura Hikanzakura

Sumber : https://bungabunga.co.id/bunga-sakura/

2. Bunga Sakura yang sedang bermekaran

Bunga sakura di Taman Maruyama. Bunga Sakura Shoseien.

Gambar Bunga Sakura yang mekar di sepanjang Sungai Komogawa saat matahari terbit.

Gambar Bunga Sakura di malam hari. Gambar Bunga Sakura yang mekar

di Ninenzaka.

Sumber : http://www.asij.ac.jp/elementary/japan/hanami/hanami.htm

3. Gambar Bunga Sakura pada beberapa media

Gambar Lukisan Bunga Sakura

Gambar Bunga Sakura Pada Kartu Pos

Gambar Kimono yang bermotif Bunga Sakura

Gambar Alat Musik Tradisional Jepang

Gambar Sakurakashi (kue Sakura)

Sumber: http://www.japaneselifestyle.com.au/japan_picture/thumbnails.php?album=6 http://en.wikipedia.org/wiki/Koto_(musical_instrument)