PRAKTIK BIAS WACANA DARATAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH (STUDI KASUS KABUPATEN PULAU MOROTAI)

Ratnasari Paraisu Universitas Pembangunan Menado Jalan Wolter Mongonsidi VI No. 129 Bahu Ling II Menado [email protected]

Abstrak Studi ini akan mendiskusikan mengenai praktik bias wacana daratan dalam pembangunan kewilayahan Kabupaten Pulau Morotai. Minat untuk studi ini berawal dari keprihatinan penulis terhadap kehidupan masyarakat di daerah kepulauan yang kaya akan sumberdaya kelautan, namun mereka masih terbelenggu dalam kemiskinan dan keterbelakangan. Kabupaten Pulau Morotai yang kemudian menjadi lokasi studi ini karena Morotai merupakan daerah otonomi baru yang kaya akan potensi sektor kelautan. Kerangka teoritik yang dipakai adalah pembangunan kewilayahan dan bias- bias dalam pembangunan (Chambers). Kerangka ini dipakai karena dipandang bisa menjelaskan mengenai praktik bias wacana daratan yang terjadi. Pertama, dengan meminjam pemikiran Chambers mengenai bias-bias pembangunan yang terjadi, maka didapatkan ada empat bias yang mempengaruhi yaitu bias tempat, bias proyek, bias musim dan bias elit. Keempat bias ini yang kemudian berpengaruh memunculkan praktik bias wacana daratan tersebut di kabupaten Pulau Morotai.

Kata Kunci: bias wacana daratan, pembangunan wilayah, sektor kelautan, Morotai.

Abstract The study will discuss the bias practices of landward discourse on regional development in . The interest of this study came from the con- cerns of the author of the lives of the people in the islands are rich in marine resources, but they are still locked in poverty and underdevelopment. Morotai Island regency became the location of the study because of Morotai a new autonomous region rich in potential for the marine sector. The theoretical framework used is the regional de- velopment and development biases (Chambers). This framework is used because it is seen to explain the bias practices of landward discourse. First, by Chambers theory’s about the development biases of that occurs, then got four biases that affect the bias point are spatial biases, project biases, dry season biases and elite biases. The four biases which later gave rise to the bias practise discourse of landward discourse in Morotai Island regency.

Keyword: landward discourse biases, regional development, marine resources, Morotai

Studi ini mendiskusikan isu bias wacana kabupaten lainnya (Kabupaten Kepulauan daratan dalam pembangunan wilayah di Sula, Halamahera Barat, Timur, Kabupaten Pulau Morotai. Isu ini penting Halmahera Tengah, Halmahera Selatan dan untuk dikaji mengingat kondisi Kabupaten Halmahera Utara). Morotai masuk dalam Pulau Morotai yang masih tertinggal secara kelompok daerah tertinggal karena memiliki ekonomi dan pembangunan. Morotai tingkat aksesibilitas, pelayananan dasar, masuk dalam kategori daerah tertinggal infrastruktur, pertumbuhan pembangunan di Utara bersama dengan keenam yang masih rendah serta tidak memiliki 180 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan, Vol. 2 Nomor 2, Juli 2016, hlm. 179-191

indikator kemajuan yang ditetapkan oleh pesisir sangat luas dan memiliki potensi pemerintah pusat.1 sumberdaya kelautan dan perikanan Padahal secara geopolitik, yang sangat potensial, namun tingkat daerah yang terletak di bibir pasifik ini kesejahteraan masyarakat relatif sangat merupakan wilayah strategis sebagai rendah, maka sudah selayaknya diberikan pintu gerbang perdagangan Indonesia perhatian yang lebih besar karena sasaran di kawasan Asia Pasifik. Kondisi yang pembangunan yang dicapai lebih besar. seharusnya menjadikan Kabupaten Pulau Dalam hal ini, pihak eksekutif maupun Morotai unggul dalam perekonomian legislatif daerah mempunyai posisi yang dan pembangunan. Sehingga kegagalan sangat strategis dalam menentukan dalam pembangunan wilayah merupakan dilaksanakannya pembangunan wilayah pokok permasalahan di daerah ini dan pesisir.2 menjadi sorotan utama dalam studi ini Untuk mengetahui apa saja menyangkut praktik bias wacana daratan faktor-faktor yang membuat bias dalam dalam pembangunan wilayah yang dibentuk pembangunan kewilayahan, kerangka pikir baik oleh elit maupun kultur masyarakat dari Robert Chambers tentang konteks secara umum. pembangunan masyarakat desa dipakai Tulisan ini meyakini bahwa letak dalam tulisan ini. Menurut Chambers, permasalahan dalam pembangunan di kegagalan dalam pembangunan masyarakat Kabupaten Morotai terletak pada bias desa justru terletak pada kelemahan aktor- wacana daratan dalam pembangunan aktor yang berperan dalam pembangunan wilayah. Pembangunan wilayah yang kewilayahan itu sendiri. Ia menyebutnya bias dibentuk dari praktik-praktik bias sebagai “Orang Luar” (the outsiders).3 yang dilakukan oleh elit di satu sisi, dan Mereka biasanya memiliki persepsi serta cara masyarakat di sisi yang lainnya. Studi ini pandang berbeda dengan masyarakat atau fokus untuk membahas bagaimana praktik konteks suatu daerah sehingga gagal dalam bias wacana daratan dalam pembangunan mewujudkan pembangunan kewilayahan wilayah di Kabupaten Pulau Morotai. yang sesuai dengan harapan. Terdapat empat Dalam konteks Kabupaten Pulau bentuk bias yang melatarbelakangi perilaku Morotai sebagai daerah kepulauan yang 2 Adisasmita, Rahardjo. 2013. Pembangunan Eko- nomi Maritim. Grha Ilmu. Yogyakarta. hlm. 100. mempunyai wilayah pesisir, pembangunan 3 Orang luar (the outsiders) yang dimaksud Cham- wilayah pesisir merupakan hal yang paling bers merujuk pada aktor-aktor seperti para birokrat, teknokrat, bahkan lembaga-lembaga swadaya ma- rasional untuk dilaksanakan. Wilayah syarakat. Dalam kedudukannya itu, mereka ter- hambat secara kultural dan struktural sehingga 1 “Tujuh Kabupaten di Maluku Utara masuk Kelom- pemikiran dan tindakan yang mereka lakukan pok Daerah Tertinggal”, diunduh dalam http://nasi- cenderung bias dalam merancang pembangunan onal.tempo.co/read/news/2011/03/26/179323004/ di suatu daerah. Selengkapnya lihat pengantar M. tujuh-kabupaten-di-maluku-utara-masuk-kelom- Dawan Rahardjo dalam buku Chambers, Robert. pok-daerah-tertinggal pada tanggal 21 Agustus 1987. Pembangunan Desa, Mulai dari Belakang. 2015. LP3ES. Jakarta. hlm. xiii-xx. Paraisu, Praktik Bias Wacana Daratan dalam Pembangunan Wilayah (Studi Kasus... 181 tersebut, yakni: bias tempat (spatial biases), Bias Tempat ( Spatial Biases) dalam bias proyek (project biases), bias elit (elite Pembangunan Wilayah biases) dan bias musim ( season biases). Bias tempat yang dimaksudkan Untuk meneliti kasus tersebut, dalam pembahasan ini adalah fokus pada metode penelitian kualitatif digunakan bias pembangunan seperti jalan dan dalam tulisa ini. Yin memberikan definisi terminal yang hanya dibangun di daerah yang cukup jelas bahwa studi kasus yang mudah dijangkau maupun dekat dimaknai sebagai suatu inkuiri empiris yang dengan ibukota kabupaten. Hal yang harus menyelidiki fenomena di dalam konteks digarisbawahi adalah bagaimana fokus kehidupan nyata bilamana batasan antara pembangunan seperti jalan dan terminal fenomena dan konteks tidak tampak dengan tersebut memunculkan wacana bias daratan tegas dan di mana multisumber bukti yang berpengaruh pada pembangunan dimanfaatkan.4 kewilayahan kabupaten Pulau Morotai. Studi kasus diyakini dapat Sebagai daerah dengan pembangunan membantu peneliti untuk menjawab kewilayahan pesisir (kelautan), seharusnya pertanyaan penelitian secara tepat. infrastruktur yang menunjang sektor Alasannya pertanyaan penelitian berangkat kelautan menjadi fokus utama dalam dari pertanyaan how.5 Tipe pertanyaan pembangunan. Dalam pembahasan ini how membutuhkan pendalaman terhadap akan diurai bagaimana praktik-praktik realita yang terjadi. Termasuk dalam hal bias wacana daratan yang muncul akibat ini, studi kasus dipilih sebagai metode bias tempat seperti jalan dan terminal yang penelitian untuk meneliti secara mendalam dibangun di Morotai. bagaimana praktik bias wacana daratan Dalam masalah pembangunan akses dalam pembangunan wilayah di Kabupaten jalan, selain bias tempat yang memunculkan Pulau Morotai? wacana bias daratan, terdapat pengabaian Selanjutnya, penelitian ini hanya daerah-daerah pinggiran atau pelosok yang memiliki sedikit peluang untuk mengontrol jauh dari ibukota kabupaten. Seperti dalam peristiwa yang akan diselidiki, yakni kasus pembangunan akses jalan darat yang terbatas pada sisi pembangunan wilayah menghubungkan antar desa kecamatan dan dari sisi kultur mata pencaharian dan kabupaten. Pertama, jaringan jalan masyarakat yang terkait dengan bias wacana sabuk timur-utara yaitu jaringan jalan yang daratan yang ada di Kabupaten Pulau menghubungkan kecamatan Morotai Utara Morotai. Sedangkan fokus penelitian ini (Bere-Bere) dan kecamatan Morotai Jaya terletak pada fenomena kontemporer (masa (Sopi) belum memiliki keterhubungan kini), yakni pada era desentralisasi pasca aksesibilitas jalan. Kedua, jaringan jalan reformasi. sabuk utara-barat yaitu jaringan jalan yang 4 Lihat Yin, Robert K. 2006. Studi Kasus: Desain menghubungkan kecamatan Morotai Jaya dan Metode. Rajawali Press. Jakarta. hlm. 18. 5 Ibid, hlm. 1. 182 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan, Vol. 2 Nomor 2, Juli 2016, hlm. 179-191 (Sopi) dan kecamatan Morotai Selatan Barat diharapkan menjadi salah satu daya tarik (Wayabula) yang juga belum memiliki bagi investor untuk menanamkan modal.7 keterhubungan aksesibilitas jalan. Lain Selain itu, perhatian lain yang halnya dengan jaringan sabuk selatan-timur masih menyangkut pembangunan daratan yaitu jaringan jalan yang menghubungkan berupa jalan, adalah perhatian mengenai ibukota kabupaten yaitu Daruba, kecamatan alokasi dana yang dibutuhkan. Untuk Morotai Timur (Sangowo) dan kecamatan membangun infrastruktur jalan di lima Morotai Utara (Bere-Bere) yang telah kecamatan di kabupaten pulau Morotai, terhubung dengan aksesibilitas jalan yang membutuhkan dana sedikitnya 30 milyar relatif bagus.6 Dari hal tersebut sudah pada APBD 2013. Dinas Pekerjaan Umum terlihat bahwa daerah yang dekat dengan dan Tatakota Kabupaten Pulau Morotai kabupaten memiliki akses jalan yang baik, menyatakan bahwa pembangunan tersebut namun berbeda dengan daerah yang jauh merupakan bagian terpenting dalam dengan kabupaten seperti Sopi yang sama penataan infrastruktur pembangunan jalan sekali belum terhubung akses jalan yang khusus di lima ibukota kecamatan yakni baik. Daerah yang menjadi pinggiran Bere-Bere, Sopi, Wayabula, Sangowo dan atau jauh dari kabupaten yang akhirnya Daruba.8 diabaikan dan membuat kesulitan akses Dari hal tersebut terlihat bahwa untuk ke daerah lain di sekitar kabupaten. bias wacana daratan yang muncul Selanjutnya, bias wacana daratan akibat prioritas yang lebih mengarah lainnya, terdapat dalam penargetan ke infrastruktur jalan darat dan kurang pembangunan jalan lingkar Pulau Morotai memperhatikan infrastruktur penunjang yang selesai pada tahun 2017. Para outsiders sektor kelautan seperti dermaga, pelabuhan (Balai Jalan Nasional Wilayah Maluku dan sebagainya. Padahal sektor kelautan ini dan Maluku Utara) memberikan prioritas yang mempunyai potensi besar dan sebagai terhadap pembangunan jalan tersebut. basis pembangunan kewilayahan kabupaten Mereka optimistis dapat mencapai target pulau Morotai sebagai daerah pesisir. yang masih tersisa 50 km yang belum Selain pembangunan infrastruktur dikerjakan, dan sudah pula diprogramkan yang mengarah ke daratan seperti pada tahun 2015 dan 2016. Mereka beralasan pembangunan jalan, pembangunan terminal

bahwa pembangunan jalan daratan harus 7 “Jalan Lingkar Pulau Morotai Ditargetkan menjadi prioritas dan cepat diselesaikan Tuntas 2017” dalam http://m.elshinta.com/ news/24145/2015/08/29/jalan-lingkar-pulau-mo- karena akan melancarkan aktifitas sosial rotai-ditargetkan-tuntas-2017, diunduh pada tang- dan ekonomi masyarakat Morotai serta gal 24 September 2015. 8 ”Bangun Infrastruktur Morotai Perlu 30 M” dalam 6 Data diambil dari Laporan Buku Rencana Penyu- www.indonesiainfrastrucuturenews.com/2013/08/ sunan RTRW Morotai tahun 2010-2030, Op.cit., bangun-infrastruktur-morotai-perlu-30-m/, diun- hlm. 56. duh pada tanggal 24 September 2015. Paraisu, Praktik Bias Wacana Daratan dalam Pembangunan Wilayah (Studi Kasus... 183 juga menjadi praktik bias wacana daratan onal pemerintah pusat dan daerah terkait yang ada di Morotai. Terminal yang yang diadakan dalam rangka percepatan dibangun lebih mengutamakan aksesibilitas pembangunan dan pengembangan potensi di daratan. Pembangunan terminal angkutan sumberdaya kelautan Indonesia serta meny- darat sangat bias pada daerah-daerah emarakan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan yang dekat dengan pusat ibukota maupun Republik Indonesia ke 67.10 pusat ibukota itu sendiri. Hal tersebut Morotai dipilih menjadi tuan rumah terbukti dengan terminal permanen yang Sail 2012 dikarenakan letak pulau Morotai berada di Daruba dan Sangowo. Terminal yang strategis di Samudera Pasifik dapat tersebut sudah dilengkapi prasarana dijadikan sebagai pintu masuk negara- dan sarana berupa toko atau pun pasar negara Asia-Pasifik dan diharapkan akan yang berdekatan sehingga memudahkan menjadi salah satu tujuan wisata bahari aksesibilitas perdagangan dan jasa di dua sekaligus wisata sejarah Perang Dunia II tempat tersebut. Berbeda dengan tiga yang menjanjikan.11 kecamatan lain seperti di Sopi, Bere- Sail Morotai bertujuan untuk pem- Bere dan Wayabula yang belum memiliki bangunan dan pengembangan potensi terminal permanen yang dilengkapi toko sektor kelautan, namun praktiknya justru ataupun pasar, aksesibilitas perdagangan lebih mengarah ke pembangunan daratan. dan jasa di ketiga kecamatan tersebut Dalam hal proyek pembangunan jalan menjadi tertinggal jauh dibandingkan misalnya, Pemerintah Daerah Morotai dengan Daruba dan Sangowo.9 lebih fokus untuk pembenahan dan pem- bangunan berbagai infrastruktur terutama Bias Proyek(Project Bias) dalam Pem- jalan di Daruba. Mereka mengintensifkan bangunan Wilayah perluasan jalan dan pembenahan taman di Bias proyek ini lebih menekankan pusat kota. Pembenahan juga difokuskan pada proyek-proyek yang lebih mengarah pada perbaikan fasilitas umum, seperti pada pembangunan daratan daripada sektor pasar rakyat, rumah sakit, air bersih dan kelautan. Sehingga dalam hal ini memun- rehabilitasi setidaknya 500 rumah warga culkan praktik bias wacana daratan dalam yang ada di berbagai lokasi di Daruba, pembangunan wilayah Morotai sebagai ibukota kabupaten pulau Morotai.12 Dalam daerah pesisir. Beberapa bias proyek hal ini terlihat jelas bahwa wacana daratan tersebut seperti mega proyek Sail Morotai 10 yang awalnya untuk pembangunan di sektor Lihat Keppres No.4 tahun 2012 tentang Panitia Nasional Penyelenggara Sail Morotai 2012. kelautan, namun dijalankan justru pemban- 11 “Sail Morotai 2012”, diunduh dalam http://2010. gunan untuk ‘daratan’. Sail Morotai sendiri kemenkopmk.go.id/node/531, pada tanggal 11 September 2015. merupakan bagian dari agenda internasi- 12 “Morotai Benahi Pembangunan Berbagai Infras- 9 Data diambil dari Laporan Buku Rencana Penyu- truktur” dalam http://2010.Kemenkopmk.go.id/ sunan RTRW Morotai tahun 2010-2030, Op.cit., content /morotai-benahi-pembangunan-berbagai- hlm 57. infrastruktur, diunduh pada tanggal 25 September 2015. 184 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan, Vol. 2 Nomor 2, Juli 2016, hlm. 179-191

muncul ketika pembangunan lebih diarah- Bias Musim dalam Pembangunan kan Pemda ke daratan yaitu pembangunan Wilayah infrastruktur dan jalan padahal jelas bahwa Kunjungan para outsiders atau Sail diperuntukkan untuk pembangunan orang luar nyatanya bergantung pada sektor kelautan. Seharusnya pembangunan suatu musim dan mereka suka memilih- dermaga, coldstorage, tempat pelelangan milih waktu kunjungan pada musim yang ikan yang menjadi fokus utama. menguntungkan bagi mereka. Hal tersebut Proyek lain selain Sail Morotai tergambarkan pada kondisi yang terjadi adalah proyek SDSM (satu desa satu mi- di kabupaten Pulau Morotai. Bias musim lyar) yang juga cenderung bias darat. Proyek bersumber dari para penyuluh yang berasal tersebut menggunakan dana sebesar 100 dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabu- milyar yang bersumber dari APBD untuk paten Pulau Morotai. Mereka cenderung tahun ke 2, yakni membangun infrastruktur datang ke daerah yang mudah dijangkau dan seperti pagar, jembatan, jalan dan jaringan tentunya menggunakan transportasi darat. listrik. Program SDSM ini merupakan hasil Kebanyakan dari mereka datang kepada kesepakatan antara Pemda dengan DPRD nelayan-nelayan Morotai hanya sesekali Morotai. Program ini bertujuan untuk saja karena bagi mereka desa-desa nelayan mengejar ketertinggalan pembangunan di sangat jauh dijangkau lewat daratan. Aki- Morotai dan kabupaten lain.13 batnya, karena mereka suka memilih-milih Rincian dari dana 1 desa 1 milyar waktu dan tempat kunjungan, para nelayan itu adalah dana sebesar 400 juta untuk pem- lah yang dirugikan. bangunan kantor desa, pembangunan sarana Bias musim berasal dari masalah ibadah di desa dan intensif imam, petugas pendampingan program perikanan dan syara dan pendeta dialokasikan 100 juta bantuan fasilitas untuk nelayan. Menurut dan bisa ditambah 25 juta. Sementara untuk penuturan beberapa masyarakat termasuk mendukung mobilitas para kepala desa juga nelayan sendiri, di Morotai jarang ditemu- dialokasikan anggaran senilai 25 juta untuk kan pendampingan maupun penyuluhan belanja kendaraan roda dua. Sementara sisa yang terkait dengan bantuan untuk nelayan. anggaran lainnya diperuntukkan bagi infra- Banyak di antara mereka yang mengeluh- struktur desa seperti yang sudah disinggung kan pendampingan dari penyuluh tersebut sebelumnya, mengenai pembangunan jalan karena tidak mendampingi sampai tuntas, dan pagar.14 hanya sesekali saja datang pada waktu per- 13 “Rusli Beberkan Program SDSM” dalam http:// tama pemberian bantuan sehingga program seputarmalut.com/index.php/seputar-kepulauan/ kab-pulau-morotai/6020-rusli-beberkan-program- menjadi terbengkalai, bantuan peralatan sdsm, diunduh pada tanggal 25 September 2015. menjadi tidak terawat bahkan rusak karena

14 “Bupati Pulau Morotai Luncurkan Program Rp pati-pulau-morotai-luncuran-program-rp-1-milyar- 1 Milyar 1 Desa” dalam http://setda. pulaumoro- 1-desa.html, diunduh pada tanggal 26 September taikab.go.id/berita/read/berita-pemerintahan/6/bu- 2015. Paraisu, Praktik Bias Wacana Daratan dalam Pembangunan Wilayah (Studi Kasus... 185 nelayan sendiri tidak mengerti cara budi- kewilayahan yang bias. Bias yang dimak- daya yang benar maupun merawat bantuan sud adalah dengan menjadikan kepentin- peralatan dari pemerintah.15 gan para elit ini sebagai prioritas utama. Dalam kasus budidaya rumput laut Kebutuhan masyarakat pada umumnya misalnya, pendampingan yang tidak serius beserta dengan mata pencaharian mereka , pendamping yang tidak peduli terhadap yang marginal luput dari pandangan para ketidaktahuan para nelayan, dan pendamp- pengambil kebijakan. ingan yang tidak berkelanjutan menyebab- Hal seperti ini terjadi di Morotai. kan gagal panen. Pendamping dari dinas Bias elit terjadi dan mempengaruhi pemban- terkait tidak melakukan pengawasan dan gunan kewilayahan tersebut. Salah satunya pengarahan lanjutan setelah penyaluran adalah Bupati Pulau Morotai sebagai elit bantuan di awal. Karena hal tersebut, berpengaruh di Morotai yang mempunyai petani atau nelayan justru menggunakan mindset prioritas pembangunan yang bias dana tersebut untuk memenuhi kebutuhan darat. Bupati fokus dalam menyelesaikan keluarga karena mereka tidak tahu cara infrastruktur pemerintahan dan infrastruk- penggunaan dana yang benar. tur dasar. Ada beberapa fokus pembangu- Hal tersebut menguatkan per- nan menurut beliau di tahun 2015, yaitu nyataan Chambers bahwa para outsiders pembangunan enam rumah jabatan yakni atau orang luar, yakni para penyuluh atau kediaman Bupati, kediaman Wakil Bupati, pendamping hanya mau mendatangi ma- kediaman pimpinan DPRD dan kediaman syarakat nelayan hanya berdasarkan musim Sekretaris Daerah. Ada pula pembangunan tertentu ketika awal pemberian bantuan infrastruktur berupa pembangunan kantor berupa pendampingan untuk para nelayan. DPRD, RSUD, pembukaan jalan baru, Para penyuluh hanya datang pada awal termasuk trotoar maupun pembukaan ruas waktu dan menganggap desa-desa nelayan jalan baru motorpol dan pembangunan sangat jauh untuk dijangkau mereka. stadion sepak bola. Selain itu, PDAM juga mendapat perhatian khusus Bupati, se- Bias Elit dalam Pembangunan Wilayah hingga diminta untuk tahun 2015 pelayanan Kata “elit” lebih mengarah pada PDAM juga maksimal. Kebijakan Mandiri golongan tertentu yang mampu dan mem- Pangan juga menjadi fokus kebijakan orang punyai pengaruh dalam suatu daerah. nomor satu di Morotai ini. Beliau berke- Pengumpulan informasi dan aspirasi ter- inginan di tahun 2016, produksi beras dapat hadap pembangunan kewilayahan di suatu memenuhi kebutuhan konsumsi beras di daerah hanya bersumber dari mereka saja Morotai. Alokasi anggaran tersebut adalah dan akhirnya berujung pada pembangunan untuk Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar 74 milyar sedangkan untuk Dana Alokasi 15 Wakil Ketua DPRD Morotai mengakui hal terse- 16 but. Dalam kasus yang lain, ketiadaan pendampin- Umum (DAU) sebesar 588 milyar. gan mengakibatkan kegagalan panen. 16 “Inilah Program Rusli Sibua di Tahun 2015” 186 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan, Vol. 2 Nomor 2, Juli 2016, hlm. 179-191

Selain itu, Pemda juga menjadi elit yaitu pembangunan jalan dan pagar desa. yang mempunyai pengaruh dalam memun- Padahal sebagian desa-desa di Morotai culkan wacana bias daratan. Hal tersebut adalah desa pesisir, namun karena pemiki- dibuktikan dengan banyaknya staf dari ran elit yang bias daratan, program SDSM Pemda yang dikirim ke Jawa untuk studi hanya menyentuh pembangunan fisik yang banding. Hal ini disebabkan karena pemer- terlihat di darat dan pembangunan sektor intah daerah selalu melihat pembangunan kelautan terabaikan. yang ada di Jawa sangat maju dilihat dari Seharusnya, sebagai daerah den- infrastruktur jalan yang bagus dan banyak gan desa pesisir terbanyak (sekitar 90 %), lahan pertanian yang cukup baik. 17 desa-desa di Morotai memprioritaskan Paradigma Pemda yang cenderung pembangunan atau perbaikan infrastruktur Jawa-sentris ini mempengaruhi mindset penunjang sektor kelautan. Dari cara pan- mereka dalam mengambil sebuah kebijakan dang para outsiders seperti Bupati Morotai, daerah. Elit pemerintah daerah menganggap Pemda maupun DPRD tentang kemajuan bahwa konsep daratan adalah konsep yang pembangunan yang dinilai dari pembangu- cukup bagus untuk diterapkan di Morotai. nan yang ada di darat berupa pembangunan Jawa sangat maju karena menggunakan fisik seperti pagar, jalan maupun jaringan konsep pembangunan yang orientasinya listrik. Hal tersebut memunculkan wacana land based. Hal ini yang membawa sampai bias daratan itu sendiri. kepada ranah output dari pembangunan Wacana bias daratan tersebut mun- di Morotai sendiri, meskipun sudah ada cul akibat kekeliruan pemahaman pemer- program KEK, visi misi kabupaten, mau- intah daerah mengenai pembangunan fisik pun RTRW yang sasaran utamanya adalah seperti infrastruktur sebagai bentuk dari mo- berbasis kelautan, tetap saja outputnya dernitas pembangunan. Kecenderungan ini sangat bias darat yang dibuktikan dengan menunjukkan bahwa pemaknaan dominan porsi APBD yang lebih besar untuk sektor atas proses pembangunan belum bisa lepas pertanian. dari mindset lama yang mengartikan pem- Terkait dengan mindset pemban- bangunan melulu sebagai pembangunan gunan yang mengarah ke daratan, Pemda prasarana fisik (bias darat).18 Kebanyakan Morotai juga meluncurkan program SDSM dari pemerintah daerah beranggapan daerah seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. sudah maju jika jalan sudah diaspal dan Elit pemerintah tersebut dalam program terdapat jaringan listrik. SDSM sarat akan pembangunan bias darat Pemahaman terhadap pembangunan seperti itu tidak lepas dari pengaruh mod- dalam http://www.pulaumorotaikab.go. id/berita/ read//98/inilah-program-rusli-sibua-ditahun-2015. 18 “Lihat Marsetio, dalam Disertasi Konstruksi html, diunduh pada tanggal 5 Oktober 2015. Marginalitas Daerah Perbatasan: Studi Kasus 17 Hasil wawancara dengan Wakil Ketua DPRD Kepulauan Natuna, Program Kajian Budaya dan Morotai Richard Samatara tanggal 2 Desember Media. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. hlm 2014. 159-162. Paraisu, Praktik Bias Wacana Daratan dalam Pembangunan Wilayah (Studi Kasus... 187 ernisasi yang dipahami secara linieristik pencaharian masyarakat dengan keadaan yang mengandaikan bahwa daerah diang- wilayah Morotai. Seharusnya masyarakat gap tertinggal ketika pembangunan infra- pesisir bermata pencaharian utama nelayan, struktur minim, sehingga corak kehidupan namun sebagian besar masyarakat justru masih tradisional dan tradisional merupakan berkebun atau bekerja sebagai petani ke- gambaran daerah yang kurang maju serta lapa. tertinggal. Oleh karena itu mereka mem- Profesi nelayan hanya sekedar hobi bayangkan kemajuan suatu daerah identik dan tidak terlalu berpengaruh pada peng- dengan modernitas, dan untuk menuju ke hasilan utama. Hasil melaut dan menangkap arah sana diperlukan proses modernisasi. ikan hanya untuk konsumsi keluarga. Hal Pemahaman warga daerah terhadap tersebut terjadi karena keterbatasan pera- modernisasi lebih bersifat fisik dan per- latan. Pekerjaan nelayan bukan yang utama, mukaan sebagai akibat dari wacana yang tetapi sebagai sampingan menunggu hasil dihembuskan kaum developmentalis di panen dari bertani atau berkebun. jajaran elit pemerintah. Di kalangan pemer- Profesi sebagai nelayan yang ada intah timbul kesadaran terhadap ketidakma- merupakan profesi nelayan yang sifatnya juan daerahnya dengan mengindentifikasi subsistem, pekerjaan sampingan selain dirinya dengan tradisonalisme. Oleh karena berkebun kelapa, sekedar hobi dan untuk itu mereka mengimajikan suatu kemajuan makan sehari-hari. Di desa pesisir Sopi yang identik dengan modernisasi, sehingga misalnya, jumlah nelayan hanya sebanyak melalui pembangunan mereka berharap 257 KK sedangkan petani 257 KK, dan akan menjadi masyarakat modern dalam yang lainnya 119 KK.19 Keadaan tersebut pengertian telah terbangunnya berbagai terjadi di Morotai pada umumnya yang infrastruktur yang ada di daratan. sebagian besar merupakan desa pantai. 20 Keempat bias yang sudah dijelaskan Kejanggalan ini menunjukan bias darat sebelumnya, yaitu bias tempat, bias proyek, yang dapat kita amati dari mayoritas mata bias musim dan bias elit berimplikasi meng- pencaharian masyarakat daerah kepulauan hasilkan bias wacana daratan. Hal tersebut Morotai. terjadi karena kabupaten Pulau Morotai Kejanggalan lain yang terkait mind- yang mempunyai pembangunan wilayah set bias darat masyarakat yang terlihat pesisir justru orientasi pembangunan lebih ketika sebagian besar masyarakat dari mengarah ke pembangunan wilayah da- segala usia yang mengatakan bahwa seka- ratan. rang Morotai sudah maju. Mereka melihat

19 Data diperoleh dari Sekdes Sopi Majiko 2014 Kultur Mata Pencaharian Masyarakat 20 Data dari BPS mengenai Hasil Potensi Desa Ta- hun 2014 menyebutkan 79 Desa Pantai dan hanya yang Bias Darat 9 Desa Bukan Pantai. Data dari Dinas Pertanian Penulis menemukan hal yang jang- Kabupaten Pulau Morotai 2013 menyebutkan jumlah petani 7918 KK sedangkan nelayan hanya gal tentang hubungan antara kultur mata 1184 188 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan, Vol. 2 Nomor 2, Juli 2016, hlm. 179-191

indikator kemajuan ketika daerah atau wacana daratan justru yang muncul di kampung-kampung mereka sudah dialiri lis- tengah pembangunan kewilayahan dengan trik, jalan yang sudah diaspal, sudah diberi sektor kelautan yang seharusnya menjadi pagar-pagar beton. Apa yang mereka lihat fokus utama perhatian pemerintah daerah. di darat, jika jalan yang ada di darat kondisi Praktik bias wacana daratan meru- sudah bagus dan tidak ada jalan tanah lagi, pakan bentuk penyimpangan pembangunan mereka menganggap hal itu sebagai sebuah yang tidak sesuai dengan konteks daerah keberhasilan dari pemerintah daerah dalam yang dimiliki. Bias ini terus dipelihara, pembangunan. Tidak ada dari mereka yang dilakukan terus menerus, bahkan bias pem- menyinggung mengenai laut. Mereka bangunan ini dianggap suatu kebenaran oleh menganggap laut hanya tempat mengail, pemerintah daerah dan masyarakat sebagai bermain untuk anak-anak, tempat untuk akibat ketidaksadaran maupun ketidakpaha- membuang rumput, membuang sampah man terhadap konteks daerah sebagai dae- atau kotoran, bahkan mereka menganggap rah kepulauan (pesisir). Bias konteks dan laut itu hanya sebagai tempat di belakang bias aktor menjadi akar penyebab praktik rumah saja. bias wacana daratan dalam pembangunan Hal ini tentunya sangat kontras den- kewilayahan Kabupaten Pulau Morotai. gan kekayaan laut yang dimiliki Morotai. Bias konteks sendiri dibagi menjadi Masyarakat tidak menyadari daerah mereka tiga, pertama, pembangunan jalan dan ter- sebagai daerah kepulauan dengan segala minal yang diarahkan ke wilayah perkotaan potensi kelautan yang seharusnya men- dan merugikan dan mengabaikan daerah jadi tonggak utama penunjang kehidupan. pinggiran perkotaan. Kedua, bias penyedi- Semua itu menunjukan bahwa cara pandang aan terminal. Pembangunan terminal ang- masyarakat dalam melihat kemajuan pem- kutan darat sangat bias pada daerah-daerah bangunan daerah yang bias darat. yang dekat dengan pusat ibukota maupun pusat ibukota itu sendiri. Hal ini membuat Simpulan masyarakat desa atau pinggiran kota hanya Kabupaten Pulau Morotai yang bisa menjual hasil tangkapan ikan mereka menyimpan sejuta potensi sektor kelautan, di dalam desa karena kesulitan untuk men- dari segi perikanan dan pariwisata bahari, gakses pasar di pusat kota. ternyata tidak serta merta membawa ke- Bias konteks yang ketiga adalah baikan berarti bagi masyarakat daerah. tentang Sail Morotai yang bias proyek. Keterbelakangan dan kemiskinan masih Pemerintah daerah terkesan ‘setengah hati’ sangat terasa di tengah masyarakat. Sektor dalam menyelenggarakan kegiatan Sail dan kelautan yang digadang-gadang dalam visi hanya sekedar memperhatikan pembangu- misi kabupaten serta RTRW sebagai basis nan gedung dan infrastruktur jalan (di da- pembangunan kewilayahan pesisir ternyata ratan) yang lebih fokus diarahkan ke Daruba hanya isapan jempol belaka. Praktik bias sebagai pusat ibukota kabupaten. Selain itu, Paraisu, Praktik Bias Wacana Daratan dalam Pembangunan Wilayah (Studi Kasus... 189

Pemda lebih terlihat menghabiskan waktu Bias aktor yaitu bias elit dalam untuk mendampingi tamu-tamu asing dan pembangunan kewilayahan Morotai. Yang pemerintah pusat untuk ‘melihat-lihat’ mempunyai mindset pembangunan bias proyek Sail, daripada fokus ke tujuan utama daratan. Hal itu tercermin dalam berbagai Sail. Bias proyek Sail tersebut membuat program yang mereka luncurkan seperti banyak kekecewaan dan anggapan negatif pembangunan trotoar, rumah dinas, atau dari masyarakat Morotai, bahwa Sail tidak pagar, dan studi banding ke Jawa bukan memberikan suatu perubahan ataupun hal pembangunan infrastruktur penunjang yang bermanfaat bagi kemajuan masyarakat sektor kelautan wilayah pesisir seperti Morotai yang kondisinya masih tertinggal dermaga, pelabuhan, tempat pelelangan khususnya bagi sektor kelautan. Justru ikan, bantuan peralatan untuk nelayan dan lebih kepada pembangunan infrastruktur sebagainya. (daratan) bukan pesisir.

Daftar Pustaka Arifin, Bustanul. 2005.Pembangunan Per- Soekartawi. 2005. Pembangunan Perta- tanian: Paradigma dan Kebijakan nian. PT. Raja Grafindo Persada. Revitalisasi. PT Grasindo. Jakarta. Jakarta.

Kompas. 2006. Revitalisasi Pertanian Suhana. 2010. Redesain Kebijakan Eko- dan Dialog Peradaban. Kompas. nomi Kelautan dan Perikanan untuk Jakarta. Kesejahteraan Rakyat dan Kelestar- ian Sumberdaya. Jurnal Transisi, Kusnadi, 2007. Jaminan Sosial Nelayan. Vol 6 No.2. LKis. Yogyakarta. Syafrizal. 2008. Ekonomi Regional: Teori Nugroho, Iwan dan Rokhmin Dahuri. 2004. dan Aplikasi. Baduose Media. Pembangunan Wilayah: Perspektif Padang. Ekonomi dan Sosial. LP3ES. Ja- karta. Yin, Robert K. 2006. Studi Kasus: Desain dan Metode. Rajawali Press. Ja- Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kuali- karta. tatif. LKis. Yogyakarta.

Rahardjo, Adisasmita. 2013. Pembangu- Sumber dari internet: nan Ekonomi Maritim, Grha Ilmu. “15 Perusahan Perikanan Realisasikan Yogyakarta. Investasi di Morotai”, diunduh dalam http://www.investorpialang. Rahardjo, M. Dawan dan Robert Chambers. com/read-news-2-41-4491-15-pe- 1987. Pembangunan Desa, Mulai rusahaan-perikanan-realisasikan-in- dari Belakang. LP3ES. Jakarta. vestasi-di morotai.investor.pialang, pada tanggal 15 Oktober 2014. 190 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan, Vol. 2 Nomor 2, Juli 2016, hlm. 179-191

“Fishery and Aquaculture”, diunduh dalam Sumber dari wawancara: http://www.fao.org/ docrep/019/ Wawancara dengan anggota kelompok ne- i3507t /i3507t.pdf, pada tanggal 7 layan budidaya Kolorai rumput laut Oktober 2014. Bapak Muchsin . “Inilah Program Rusli Sibua di Tahun 2015” dalam http://www. pulaumoro- Wawancara dengan beberapa masyarakat taikab.go.id/berita/read//98/inilah- Morotai. program-rusli-sibua-ditahun-2015. html, diunduh pada tanggal 5 Ok- Wawancara dengan Dinas Kelautan Daerah tober 2015. Kabupaten Pulau Morotai.

“Jokowi Konsultasi Masalah Ekonomi Wawancara dengan Dinas Pariwisata Dae- Dengan Chairul Tanjung”, diunduh rah Kabupaten Pulau Morotai. dalam http://www.republika.co.id/ Wawancara dengan Johnny de Haas ketua berita/nasional/politik/14/10/21/ kelompok nelayan Kolorai. ndsmst-jokowi-konsultasi-masalah- ekonomi-dengan-chairul-tanjung, Wawancara dengan Kepala Desa Sopi pada tanggal 8 Oktober 2014. Majiko. “Potensi Kelautan Indonesia Mencapai 171 Miliar Dollar AS”, diunduh dalam Wawancara dengan Opa Mathius selaku http://www. tribunnews. com/bis- tua-tua adat Morotai desa Sopi. nis/2014/08/14/potensi-kelautan- indonesia-mencapai-171-miliar- Wawancara dengan Opa Yosef Sarapu se- dollar-as, pada tanggal 8 Oktober laku tokoh masyarakat desa Sopi. 2014. Wawancara dengan Richard Samatara se- “Profil KTM Morotai”, diunduh dalam laku Wakil Ketua DPRD Morotai. http://www.depnakertrans.go.id/ microsite/KTM /?show=p7, pada Wawancara dengan salah satu nelayan di tanggal 11 Oktober 2014. Sopi yakni Bapak Bena.

“Tujuh Kabupaten di Maluku Utara masuk Lainnya Kelompok Daerah Tertinggal”, di- Gambaran umum Pulau Morotai dalam unduh dalam http://nasional.tempo. Profil Potensi Sumberdaya dan PPK co/read/news/2011/03/26/17932 Kabupaten Pulau Morotai. 3004/tujuh-kabupaten-di-maluku- utara-masuk-kelompok-daerah- Keppres No.4 tahun 2012 tentang Panitia tertinggal Nasional Penyelenggara Sail Mo- rotai 2012. “Wajar Morotai jadi Perhatian Nasional maupun Internasional”, diunduh Laporan BPS mengenai Hasil Potensi Desa dalam http://www.pewarta-indone- Tahun 2014 sia.com/warta-utama/13567-wajar- morotai-jadi-perhatian-nasional- Laporan Buku Rencana Penyusunan RTRW dan-international.html, pada tanggal Kabupaten Pulau Morotai 2010- 20 Oktober 2014. Paraisu, Praktik Bias Wacana Daratan dalam Pembangunan Wilayah (Studi Kasus... 191

Laporan Data Perikanan Tangkap Dinas Laporan Konsep Masterplan Kawasan Eko- Kelautan dan Perikanan Kabupaten nomi Khusus Pulau Morotai. Pulau Morotai. Laporan Pembangunan Manusia Kabupaten Laporan Dinas Pertanian Kabupaten Pulau Pulau Morotai 2013. Morotai 2013 Laporan Profile of Investment in Pulau Laporan Fakta dan Analisis penyusunan Morotai Regency. RTRW kabupaten Pulau Morotai .