PENGEMBANGAN KAWASAN KOTA TUA DAHULU, SEKARANG, DAN YANG AKAN DATANG

Kelvin Haryvaldo1, Oliver Kenny2, Paramita Sherentya3, Vernando Antoni4), Carolina5) 1)Arsitektur, Universitas Agung Podomoro Email : [email protected] 2)Arsitektur, Universitas Agung Podomoro Email : [email protected] 3)Arsitektur, Universitas Agung Podomoro Email : [email protected] 4)Arsitektur, Universitas Agung Podomoro Email : [email protected] 5)Fakultas Teknik, Universitas Agung Podomoro Email: [email protected]

ABSTRAK

Kota Tua terletak di mulut Sungai di Pulau Jawa. Didirikan pada sekitar tahun 1600an oleh Pemerintah Hindia Belanda yang saat itu menduduki , Kawasan Kota Tua dipergunakan sebagai pusat perdagangan masa itu. Kota Tua yang kala itu dikenal dengan sebutan Batavia, dirancang dengan sistem infrasturktur Belanda, beserta dengan gaya arsitektur bangunan kolonial yang khas. Dengan potensi tersebut, Kawasan Kota Tua dinominasikan sebagai objek cagar budaya tingkat dunia oleh UNESCO (UNESCO, n.d.). Di dalam perkembangannya kini, Kawasan Kota Tua telah bertransformasi sebagai objek wisata baik untuk turis lokal maupun mancanegara. Tidak hanya itu, Kawasan Kota Tua juga menjadi salah satu ruang terbuka publik yang sering dikunjungi oleh masyarakat . Untuk mengakomodir hal tersebut, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta beserta dengan beberapa pihak swasta terus mengembangkan Kawasan Kota Tua agar dapat menjadi lebih baik lagi, namun tetap menjaga nilai sejarah kawasan dan bangunan. Salah satu pengembangan yang dilakukan adalah ketersediaan halte yang memudahkan pengunjung untuk mengakses area ini. Akan tetapi, di dalam perkembangannya, masih ada beberapa elemen pengembangan kawasan yang masih perlu dikaji dan diperbaiki, agar pengembangan kawasan dapat lebih terintegrasi dengan maksimal. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan kajian dan analisa dari elemen pengembangan Kawasan Kota Tua, untuk melihat aspek-aspek lainnya yang masih perlu diperbaiki, beserta proposal ide perbaikan yang dapat dilakukan.

Kata Kunci: cagar budaya, Kota Tua, pengembangan kawasan, terintegrasi, proposal desain

Berdasarkan konsep tersebut, maka 1. PENDAHULUAN Kawasan Kota Tua dilengkapi dengan kali-

kali (yang dikenal dengan nama Kali Kawasan Kota Tua didirikan pada abad Besar), dengan Plaza Fatahillah sebagai ke 17 oleh Pemerintah Belanda, dengan pusat dari kawasan. Kawasan Kota Tua menggunakan konsep pengembangan yang pertama kali mengalami revitalisasi yang serupa dengan kota-kota di Belanda yang cukup besar pada tahun 2009. Pemerintah dilengkapi dengan sistem infrastuktur Provinsi DKI Jakarta, dengan fase saluran air (Ratna Yunita, 2010).

Vol 3 │No. 1 │June 2019│86 pertamanya melakukan perubahan pada sekarang dikenal dengan nama Kota Tua area Plaza Fatahillah agar lebih menjadi Jakarta. ramah pedestrian. Kemudian revitalisasi Pada masanya, lokasi Kota Tua dilakukan kembali pada tahun 2010, hingga merupakan lokasi yang strategis dan mencapai area . Tujuan daripada menjadi pusat perdagangan aktif sehingga dilakukannya revitalisasi ini adalah untuk menimbulkan perebutan kekuasaan lebih menjaga kualitas lingkungan wilayah, mulai dari Kerajaan Pajajaran, kawasan, sehingga para pengunjung dapat Kerajaan Tarumanegara, Kesultanan merasa lebih nyaman. Banten, VOC, hingga Kekaisaran Jepang Sebenarnya, rencana revitalisasi (“Sejarah Kota Tua Jakarta dan Kawasan Kota Tua pertama kali muncul Perkembangannya,” n.d.). Pada abad ke 16, pada tahun 1966-1977, dan diinisiasi oleh Kawasan Batavia diberikan julukkan Gubernur pada masa itu, . “Permata Asia” atau “Ratu dari Timur” Sayangnya rencana tersebut tidak oleh Pelayar Eropa. Hal ini disebabkan dilanjutkan oleh gubernur-gubernur karena mereka menganggap Batavia setelahnya, dan baru kembali dilakukan sebagai pusat perdagangan Asia karena pada era Gubernur Sutiyoso di tahun 2005. lokasinya yang strategis dan sumber daya Untuk mendorong perkembangan aktivitas yang melimpah (Sudarmadji, 2011). di area tersebut, pada masa itu Pemerintah Untuk mendukung perannya DKI Jakarta bekerja sama dengan British sebagai pusat perdagangan pada masa itu, Council untuk mendukung kesenian lokal maka pemerintah VOC kemudian dalam kurun waktu 3 tahun. mendirikan banyak bangunan-bangunan yang difungsikan sebagai gedung Kota Tua Dahulu perdagangan, gedung pemerintahan, dan kantor administrasi. Hingga saat ini, masih banyak bangunan-bangunan dengan gaya arsitektur kolonial tersebut yang dapat dijumpai di Kawasan Kota Tua.

Gambar 1. Kota Tua Zaman Dahulu Sumber: https://www.idntimes.com Gambar 2. Museum Fatahillah dan Plaza Pembentukkan dan perkembangan Sumber: https://megapolitan.kompas.com

Kota Tua terkait erat dengan pembentukkan Ciri khas dari gaya arsitektur Kota Jakarta (Sudarmadji, 2011). kolonial di Kota Tua adalah perpaduan Pembentukkan Kota Jakarta dimulai pada gaya arsitektur neo klasik dengan gaya tahun 1526, ketika gabungan kekuatan dari tropis yang menyesuaikan dengan iklim di Kerajaan Demak dan Banten yang dipimpin Jakarta. Hasil dari perpaduan tersebut dapat oleh Fatahillah berhasil menduduki Sunda ditemukan pada kolom-kolom tegas yang Kelapa. Area seluas 15 ha tersebut berada di muka banguna dan bentuk atap kemudian dinamai Jayakarta pada 22 Juni pelana khas tropis yang diberikan dengan 1527. Pada tahun 1619, VOC berhasil jendela besar. menghancurkan Jayakarta, dan kemudian Beberapa bangunan yang digantikan dengan nama Batavia. Pusat menggunakan kolonial yang masih Kota Batavia inilah yang kemudian

87 │Jurnal Architecture Innovation bertahan tersebut diantaranya adaah Museum Fatahillah, Museum , Museum Bank Mandiri, Museum Seni Rupa dan Keramik, serta Museum . Semua difungsikan kembali sesuai dengan kebutuhan masa kini, dengan berorientasi menghadap ke arah plaza sentral seluas lebih dari 9.000 m2. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar 4. Suasana Kota Tua Ketika Sore Sumber: https://travel.kompas.com/

Mengunjungi kawasan ini pun terbilang cukup mudah karena dapat diakses menggunakan kendaraan umum maupun kendaraan pribadi. Di dalam kawasan, pengunjung bisa merasakan keramaian aktivitas pengunjung terutama pada sore dan malam hari setiap harinya. Tidak hanya bangunan bersejarah, di dalam Kawasan Kota Tua pengunjung juga dapat menemukan berbagai macam atraksi, seperti cosplay, live musik, kesenian, dan lain-lain.

Gambar 3 Diagram Arah Bangunan Sumber: Analisa Tim

Kota Tua Sekarang

Mengacu kepada potensi dan nilai sejarah yang dimiliki oleh Kawasan kota Tua, Pemda DKI terus berupaya untuk menjadikan Kawasan Kota Tua ini sebagai Gambar 5. Suasana Kota Tua Ketika Malam destinasi wisata (Sugihartoyo Wahyu Sumber: https://www.droidlime.com/

Agung, 2010). Saat ini, Kawasan Kota Tua Mempunyai reputasi yang cukup telah menjadi salah satu destinasi favorit baik sebagai salah satu objek wisata di pariwisata bagi masyarakat lokal dan Jakarta, sebenarnya Kawasan Kota Tua bisa mancanegara. Banyak kegiatan yang dapat menjadi lebih baik lagi dari sekarang. dilakukan di sana, baik acara kecil sebatas Sayangnya perencanaan dan proses ramah tamah komunitas hingga acara besar pengembangan yang belum terintegrasi bertaraf kenegaraan. Menurut Badan Pusat membuat penataan Kawasan Kota Tua Statistik Provinsi DKI Jakarta, tercatat cenderung lambat. Beberap ide wisatawan yang mengunjungi Kawasan pengembangan yang dapat dilakukan Kota Tua pada tahun 2016 mencapai dengan lebih baik seperti melakukan 1.224.546 orang (Badan Pusat Statistik penataan jalur pejalan kaki, penambahan Provinsi DKI Jakarta, n.d.). street furniture yang bisa menjadi elemen

pendukung, penataan pedagang kaki lima

Vol 3 │No. 1 │June 2019│88 yang berada di jalur pejalan kaki, dan lain- B. KOMPONEN PARIWISATA lain yang sesuai untuk kawasan bersejarah. Terdapat 3 komponen atau unsur-unsur penting dalam pariwisata (Yoeti, 1997): 2. KAJIAN TEORI 1. Aksesibilitas Seperti yang sudah dijelaskan pada Aksesibilitas adalah kemudahan dalam bagian pendahuluan, Kawasan Kota Tua mencapai daerah tujuan wisata baik secara bisa saja dijadikan sebagai sebuah kawasan jarak geografis atau kecepatan teknis serta wisata lebih baik lagi, namun sayangnya tersedianya sarana transportasi ke tempat kualitas ruang publik yang saat ini masih tujuan. Beberapa hal yang mempengaruhi belum maksimal. Oleh karena itu aksesibilitas suatu tempat adalah kondisi diperlukan kajian dan analisa untuk jalan, tariff angkutan jenis kendaraan, elemen-elemen pengembangan yang masih jaringan transportasi, jarak tempuh dan perlu ditingkatkan. Terkait dengan hal waktu tempuh. Semakin baik aksesibilitas tersebut, ada beberapa teori dan preseden suatu obyek wisata wisatawan yang yang akan digunakan sebagai acuan. berkunjung dapat semakin banyak Teori yang akan dipaparkan terkait jumlahnya. Sebaliknya jika dengan teori pengembangan kawasan aksesibilitasnya kurang baik, wisatawan bersejarah untuk merespon nilai kuat akan merasakan hambatan dalam sejarah di Kota Tua, teori pariwisata kunjungan yang dilakukannya dalam sebagai acuan untuk mengembangkan berwisata. kawasan sebagai obyek wisata, serta teori mengenai cagar budaya untuk melihat 2. Fasilitas metode preservasi yang paling sesuai untuk Fasilitas adalah sarana dan prasarana bangunan-bangunan peninggalan yang yang harus disediakan oleh pengelola untuk terdapat di dalam kawasan. kebutuhan wisatawan. Kebutuhan seperti prasarana perekonomian (pengangkutan, A. Kawasan Bersejarah prasarana komunikasi, kelompok, sistem perbankan) dan prasarana sosial (sistem Kawasan bersejarah merupakan sebuah pendidikan, pelayanan kesehatan, Faktor kawasan yang layak untuk dilestarikan, keamanan, dan pelayanan petugas). Sarana meskipun secara individual bangunan- prasarana sebagai berikut: bangunan yang berada di kawasan tersebut  Prasarana, semua fasilitas yang tidak memiliki kualitas untuk menjadi menungkinkan agar sarana sebuah landmark. Hal ini mengacu kepada kepariwisataan dapat hidup dan pengertian dari kawasan bersejarah yang berkembang serta dapat memberikan merupakan suatu kawasan yang dianggap pelayanan pada wisatawan untuk sebagai lingkungan cagar budaya karena memenuhi kebutuhan mereka yang keseluruhan kawasan tersebut memiliki beraneka ragam. Prasarana pariwisata karakter tertentu yang menjadikannya dapat berupa prasarana umum, jalan, air istimewa (Dwi Anugerah, Antariksa, & bersih, terminal, lapangan udara, Suharso, 2010). Selain itu, Barnett di dalam komunikasi dan listrik. Prasarana yang bukunya yang berjudul An Introduction to menyangkut ketertiban dan keamanan Urban Design juga menyatakan, agar terpenuhi dengan baik. “Individual buildings may not be of  Sarana landmark quality but whose overall o Sarana pokok, perusahaan yang character is significant”(Barnett, 1982). hidup dan kehidupannya tergantung

pada kedatangan wisatawan,

89 │Jurnal Architecture Innovation

termasuk travel agen, transportasi, agama, dan/atau kebudayaan melalui akomodasi dan restoran. proses penetapan. o Sarana pelengkap, perusahaan yang  Bangunan cagar budaya adalah susunan menyediakan fasilitas-fasilitas binaan yang terbuat dari benda alam untuk rekreasi yang fungsinya tidak atau benda buatan manusia untuk hanya melengkapi sarana pokok memenuhi kebutuhan ruang berdinding saja, tetapi agar wisatawan bisa dan/atau tidak berdinding, dan beratap. tinggal lebih lama. o Sarana penunjang, perusahaan yang Dalam mempertahankan bangunan menunjang sarana lengkap dan Cagar Budaya, terdapat peraturan dan sarana pokok serta berfungsi agar kebijakan yang perlu untuk diikuti yang wisatawan bisa tinggal lebih lama diatur dalam perundang-undangan. Berikut dan lebih banyak mengeluarkan adalah hal-hal yang dapat dilakukan untuk uangnya di obyek wisata mempertahankan bangunan bersejarah, berdasarkan Undang-undang Nomor 11 3. Atraksi Tahun 2010 tentang Cagar Budaya Yang dimaksud dengan atraksi adalah (Kemendikbud, 2010): segala sesuatu yang terdapat di daerah a) Pemanfaatan, yaitu pendayagunaan tujuan wisata yang merupakan daya tarik Cagar Budaya untuk kepentingan agar orang ingin berkunjung, Atraksi dapat kesejahteraan rakyat dengan tetap berupa benda ciptaan manusia atau benda mempertahankan kelestariannya. yang tersedia dari alam. Adapun jenis-jenis b) Revitalisasi, yaitu kegiatan atraksi wisata diantaranya: pengembangan yang ditujukan untuk o Iklim, misalnya cuaca cerah, menumbuhkan kembali nilai-nilai banyak cahaya matahari, sejuk, penting Cagar Budaya dengan kering, panas, hujan dan penyesuaian fungsi ruang baru yang sebagainya. tidak bertentangan dengan prinsip o Bentuk tanah dan pemandangan. pelestarian dan nilai budaya o Hutan belukar misalnya hutan yang masyarakat. luas, banyak pohon-pohon. c) Adaptasi, yaitu upaya pengembangan o Fauna dan flora, seperti tanaman- Cagar Budaya untuk kegiatan yang tanaman yang aneh, burung-burung, lebih sesuai dengan kebutuhan masa ikan, binatang buas, cagar alam, kini dengan melakukan perubahan daerah perburuan dan sebagainya. terbatas yang tidak akan mengakibatkan kemerosotan nilai pentingnya atau C. CAGAR BUDAYA kerusakan pada bagian yang mempunyai nilai penting. Berdasarkan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 (Kemendikbud, 2010) Berdasarkan Perda no. 5 tahun 1999, tentang Cagar Budaya: kawasan Cagar Budaya di Kota Tua terbagi menjadi 3 bagian (Firdaus, Purwantiasning,  Cagar Budaya adalah warisan budaya & Prayogi, 2018), yaitu: yang bersifat kebendaan berupa Benda  Lingkungan Golongan I, di sekitar Cagar Budaya, Bangunan Cagar Taman Fatahillah dan Jalan Cengkeh; Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs  Lingkungan Golongan II, di sepanjang Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Kali Besar, Jalan Pintu Besar Utara dan Budaya di darat dan/atau di air yang sekitar Taman Beos; perlu dilestarikan keberadaannya  Lingkungan Golongan III, di luar karena memiliki nilai penting bagi Golongan I dan II yaitu area yang sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, berdekatan dengan Sungai Ciliwung di

Vol 3 │No. 1 │June 2019│90

sisi Timur dan area di dekat Sungai sedang terjadi supaya fungsi aslinya Krukut (Jelakeng) di sisi Barat. dapat terjaga dengan baik. Tujuan dari revitalisasi Kawasan Kota Tua sendiri adalah (Prakosa, 2011): 3. Konservasi 1. Identifikasi bangunan bersejarah di Konservasi merupakan kegiatan Kawasan Kota Tua pengelolaan suatu kawasan atau 2. Meningkatkan citra kawasan secara bangunan maupun lingkungan sehingga menyeluruh nilai budayanya terjaga dengan baik. 3. Memaksimalkan potensi kawasan dan Hal ini termasuk tindakan preservasi, bangunan yang tersebar di Kota Tua restorasi, rekonstruksi, konsolidasi, sebagai aset dan potensi obyek wisata. vitalisasi, serta pemeliharaan. Kegiatan konservasi biasanya merupakan Konservasi itu sendiri terbagi menjadi 7 kegiatan yang dikombinasikan dari cara, yaitu (Peraturan Pemerintah Republik beberapa tindakan yang telah Indonesia No. 36 Tahun 2005) disebutkan di atas.

1. Restorasi. Dalam konteks yang lebih sempit, Restorasi merupakan kegiatan konservasi merupakan kegiatan pengembalian bentukan fisik suatu perbaikan yang dikhususkan kepada kawasan atau bangunan sesuai dengan pemugaran dan berfokus kepada kondisi sebelumnya, hal ini bisa kegiatan pembersihan dan pengawasan dilakukan dengan menghilangkan atau material yang digunakan dalam proses menambahkan komponen eksisting konstruksi bangunan supaya yang sudah ada, baik menggunakan persyaratan teknis bangunan dapat material baru maupun material lama. terpenuhi. Jika dalam konteks yang lebih sempit kegiatan restorasi adalah 4. Rekonstruksi pemugaran yang berusaha untuk Rekonstruksi merupakan kegiatan mengembalikan kawasan atau pembangunan kembali maupun bangunan maupun lingkungan semirip perbaikan kawasan atau bangunan mungkin dengan bentuk aslinya dan maupun lingkungan hingga semirip didukung dengan data-data yang valid, mungkin dengan aslinya. Material atau mulai dari bentuk arsitektur sampai bahan konstruksi yang digunakan bisa dengan strukturnya. berasal dari material sisa yang terselamatkan dengan penambahan 2. Preservasi bangunan baru. Bangunan baru yang Preservasi merupakan suatu telah dibuat haruslah bisa berfungsi kegiatan yang hanya terbatas pada dengan baik. pemeliharaan bentukan fisik suatu kawasan atau bangunan maupun 5. Konsolidasi lingkungan dalam kondisi yang saat ini Konsolidasi merupakan kegiatan sedang terjadi dan berusaha untuk pemugaran yang berfokus kepada memperlambat proses perusakan struktur kawasan atau bangunan terhadap bentuk fisiknya. maupun lingkungan. Pekerjaan yang dilakukan mulai dari memperkuat dan Dalam konteks yang lebih sempit, memperkokoh struktur yang sudah preservasi menjadi bagian dari rusak maupun melemah supaya pemeliharaan maupun perawatan yang persyaratan teknis bangunan dapat berusaha untuk mempertahankan terpenuhi dan bangunan menjadi layak keadaan suatu kawasan atau bangunan fungsi. Kegiatan konsolidasi juga dapat maupun lingkungan yang saat ini disebut dengan stabilisasi struktur.

91 │Jurnal Architecture Innovation

Tujuan akhir dari revitalisasi adalah 6. Revitalisasi meningkatnya dampak positif yang Revitalisasi merupakan kegiatan menular ke lingkungan sosial dari pemugaran yang berfokus kepada pengguna ruang publik, hal ini dapat penambahan nilai ekonomi, sosial, dan menciptakan lingkungan sosial yang lingkungan sehingga kawasan atau berjati diri. bangunan maupun lingkungan cagar budaya tidak hilang. Meningkatnya Dari hasil pemaparan teori di atas, produktivitas diharapkan dapat untuk meningkatkan Kawasan Kota Tua mencegah hilangnya aset-aset kota sebagai obyek wisata, ada beberapa hal yang bernilai sejarah. yang harus dilakukan, yaitu: 1. Memperkuat keberadaan landmark 7. Pemugaran kawasan. Pemugaran merupakan kegiatan 2. Ketersediaan aksesibilitas, fasilitas, perbaikan atau pemulihan kawasan atau dan atraksi sebagai komponen bangunan maupun lingkungan cagar penting pariwisata. budaya ke bentuk aslinya. Pekerjaan 3. Mempertimbangkan keberadaan yang dilakukan mencakup perbaikan aset cagar budaya di dalam struktur sampai dengan bentuk fisik dan Kawasan Kota Tua, maka perlu bisa dipertanggungjawabkan dari segi diperhatikan sifat pemanfaatan, arkeologis, historis, dan teknis. revitalisasi, dan adaptasi daripada aset cagar budaya agar dapat Berdasarkan data mengenai konservasi menyesuaikan dengan kawasan wisata bersejarah, Kawasan Kota perkembangan kebutuhan Tua memerlukan hal baru yang dapat masyarakat. meningkatkan nilai kawasan itu sendiri, 4. Elemen kota yang dapat namun dengan tetap mempertahankan nilai dikembangkan dalam rangka historis yang ada. Sebagai suatu kegiatan revitalisasi kawasan adalah yang memiliki tingkat kompleksitas yang intervensi fisik, rehabilitasi tinggi, ada beberapa kegiatan revitalisasi ekonomi, dan revitalisasi sosial. yang dapat terjadi, yaitu (Jefrizon, Rimadewi, Perencanaan, Teknik, & Teknologi, 2012): D. PRESEDEN

1. Intervensi Fisik A. Tower of Pisa dan Piazza del Uomo Citra suatu kawasan sangat erat kaitannya dengan kondisi visual yang bersinggungan langsung dengan manusia. Oleh karena itu, perlu adanya perbaikan ruang publik, seperti jalur pejalan kaki. 2. Rehabilitasi Ekonomi Setelah melakukan perbaikan fisik kawasan yang bersifat jangka pendek, selanjutnya diharapkan hal tersebut bisa mengakomodasi kegiatan ekonomi informal dan formal (local economic Gambar 6. Menara Pisa (Sumber: www.popsci.com) development), sehingga mampu memberikan nilai tambah bagi kawasan Menara Pisa, yang dalam bahasa kota. Italia disebut Torre Pendente di Pisa, 3. Revitalisasi Sosial

Vol 3 │No. 1 │June 2019│92 berlokasi di Piazza del Uomo, Kota Pisa, Italia. Diarsiteki Bonanno Pisano pada tahun 1173M, Menara Pisa termasuk salah satu dari tujuh keajaiban dunia pada tahun 2000-an. Menara Pisa dikenal akibat kemiringan yang terjadi pada seluruh struktur bangunan sebanyak 10 derajat ke arah Selatan. Hal ini sebagai dampak dari interaksi antara pondasi dengan tanah yang terlalu lembut untuk bangunan tersebut Gambar 8. Alfresco Dining di Via Santa Maria didirikan. (Sumber: maps.google.com)

Untuk memberikan pengalaman dan suasana Eropa, restoran-restoran memberikan fasilitas Alfresco Dining di samping jalur kendaraan yang semakin menarik wisatawan-wisatawan lokal maupun mancanegara.

Gambar 7. Piazza del Uomo (Sumber: maps.google.com)

Menara Pisa berada dalam satu kawasan yang tidak hanya terdiri dari satu bangunan. Kawasan yang dikenal sebagai The Square of Miracles ini diisi berbagai Gambar 9. Bazaaar Makanan Via Cardinale Pietro Maffi bangunan religius, dengan urutan (Sumber: maps.google.com) pembangunan mulai dari Gereja Katedral Duomo di Pisa, bangunan baptisan Bazaar-bazaar non-permanen juga Battistero di Pisa, bangunan lonceng, dan terdapat di jalan-jalan yang berhubungan yang terakhir pemakaman Campo Santo. langsung dengan kawasan pariwisata Bangunan lonceng kini dikenal sebagai tersebut, memberikan keuntungan bagi Menara Pisa. wisatawan dengan budget terbatas dan Keberadaan Kawasan Piazza del warga lokal yang ingin mencari nafkah. Uomo dan Menara Pisa yang saat ini dimanfaatkan sebagai tempat pariwisata ini B. Louvre Museum memberikan banyak dampak bagi bangunan sekitarnya. Banyak orang-orang Pada tahun 1981, Presiden Prancis sekitar yang memanfaatkan peluang dengan yang baru terpilih, Francois Mitterrand, membuka restoran dan bazaar-bazaar meluncurkan kampanye untuk makanan yang memenuhi kebutuhan para merevitalisasi institusi budaya di seluruh wisatawan. Prancis. Salah satu proyek yang paling menguntungkan adalah revitalisasi dan reorganisasi Louvre. Louvre sendiri merupakan suatu bangunan yang menjadi salah satu landmark negara Perancis. Piramida Louvre merupakan sebuah piramida kaca dan besi besar, yang

93 │Jurnal Architecture Innovation dikelilingi oleh 3 piramida kecil, di taman Museum Louvre (Musée du Louvre) di Paris, Perancis. Piramida utama berperan sebagai pintu masuk utama ke museum. Louvre sendiri pada awalnya merupakan penjara bawah tanah dan benteng yang dibangun sebagai pertahanan dari pemerintahan Raja Philip II. Pada tahun 1546, di bawah kepemimpinan Raja Francis I, Louvre dialih fungsikan menjadi istana. Pada tahun 1793 Louis XVI Gambar 11. Atraksi Louvre yang Dilengkapi mengubah Louvre menjadi museum. dengan Air Mancur (Sumber: googleimages) Louvre telah berakar dalam dalam sejarah dan budaya orang-orang Paris. Penampilan monumental dari kaca dan piramida baja yang dipasang di tengah- tengah lapangan memberikan titik fokus sentral yang melengkapi skala dan desain Louvre. Dengan sejarah Louvre yang berasal dari abad ke-12, orang dapat membayangkan bahwa desain modern yang diterapkan oleh Pei tidak akan sepenuhnya diterima oleh penduduk Paris yang terpesona secara historis. Pada tahun 1793 Louvre yang tadinya merupakan bekas Gambar 10. The Louvre istana dialokasikan menjadi sebuah (Sumber: googleimages) museum. Sehingga sampai sekarang,

Pada tahun 1989, I.M. Pei selesai Louvre masih menjadi salah satu wisata melakukan revitalisasi istana utama bersejarah yang masih diminati para Louvre, Cour Napoleon yang difungsikan pengunjung karena Louvre bisa beradaptasi untuk mengurangi kemacetan karena dengan perkembangan zaman. padatnya pengunjung. Pintu masuk yang Louvre terletak di tengah Paris, di baru memiliki lobby yang besar yang sepanjang Tepi Barat, di lingkungan yang terpisah dengan galeri sehingga dikenal sebagai arondisemen 1. Terdapat pengunjung memiliki pengalaman ruang tiga pintu masuk: pintu masuk utama di yang berbeda. piramida, pintu masuk dari mall Desain Pei berupa penambahan perbelanjaan bawah tanah Carrousel du Louvre mengimplementasikan kaca besar Louvre, dan pintu masuk di Porte des Lions dan piramida baja yang dikelilingi oleh tiga (dekat ujung barat sayap Denon). segitiga yang lebih kecil yang memberikan cahaya ke ruang di bawah Cour Napoleon. Piramida kaca yang dimaksudkan mempunyai vokal point simbolis yang memiliki kepentingan historis dan figural yang memperkuat entri utama.

Vol 3 │No. 1 │June 2019│94

C. Hiroshima Memorial Park

Gambar 12. Hiroshima Memorial Park Gambar 14. Memorial Cenotaph (Sumber: www.voanews.com) (Sumber: www.mstecker.com)

Merupakan sebuah taman untuk Hiroshima Memorial Park memperingati dan perdamaian Hiroshima, dirancang sesuai aksis yang yang terletak di jantung kota Hiroshima. Di menghubungkan antara A-Bomb Dome dan dalam kawasan ini terdapat beberapa Peace Museum dan dikelilingi oleh monumen dan museum yang digunakan beberapa monumen (Memorial Cenotaph) oleh warga dan turis untuk mengenang dalam lansekapnya. Beberapa bangunan cerita para korban bom atom pada masa dibuat dengan gaya pilotis dan tinggi lampau. sehingga dapat digunakan sebagai ruang sosial maupun upacara untuk memperingati perdamaian. Bangunan yang dibangun menyesuaikan aksis sehingga ketika menyusuri tempat tersebut secara tidak langsung dapat menceritakan kisah pada masa lampau hingga masyarakat hiroshima masa kini.

Gambar 13. Hiroshima Peace Centre (Sumber: www.flickr.com)

Arsitek Kenzo Tange merupakan seseorang yang ditugaskan untuk merancang kawasan tersebut, dengan merancang kembali kawasan tersebut diharapkan dapat mengingatkan semua Gambar 15. A-Bomb Dome umat manusia untuk berkomitmen pada (Sumber: www.kelley.com) perdamaian. Semua elemen dan infrastruktur didalamnya memberikan simbolik yang kuat sehingga memberikan citra perdamaian bagi masyarakat sekitar maupun turis yang berkunjung. Infrastruktur dapat menjadi pengantar maupun menjalin koneksi dengan perasaan pada setiap orang yang berkunjung.

95 │Jurnal Architecture Innovation

Dari hasil paparan preseden dapat melakukan pengamatan intensif terhadap dilihat bahwa setiap Kawasan memiliki hal-hal atau fenomena apa yang terjadi di landmark sebagai magnet kawasan. Selain Kawasan Kota Tua. Selain fenomena, itu, elemen komponen pariwisata juga penulis juga melakukan survei terhadap dikembangkan dengan baik sehingga kualitas dari fasos-fasom yang sudah ada, pengunjung merasa nyaman. Apresiasi seperti jalur pejalan kaki, tempat duduk, terhadap aset cagar budaya juga pohon, sampai dengan tempat disampaikan melalui perpaduan elemen pemberhentian bus. modern dan tradisional dengan Untuk studi kasus, pada penelitian pemanfaatan, revitasisasi, dan adaptasi ini digunakan 3 tiga studi kasus yang bangunan cagar budaya menjadi fungsi dianggap relevan, seperti Kawasan Tower baru sesuai kebutuhan masyarakat. Detail of Pisa dan Piazza del Uomo, Kawasan The hasil perbandingan dapat dilihat pada tabel Louvre, dan Kawasan Hiroshima Memorial di bawah ini: Park. Pertimbangan yang digunakan di dalam pemilihan studi kasus adalah bentuk Tabel 1. Perbandingan Studi Preseden dengan kawasan bersejarah, keberadaan landmark Kajian Teori dari kawasan, elemen wisata yang Tower of Pisa Hiroshima disediakan, dan bagaimana pengembangan The Parameter dan Piazza del Memorial Louvre kawasan tetap mengapresiasi aset cagar Uomo Park Pisa Tower dan budaya yang ada. The Memorial Landmark Piazza del Louvre Cenotaph Di dalam analisa studi kasus, ada Uomo Aksesibilitas Jaringan transportasi publik dan pedestrian beberapa tahapan yang digunakan, yaitu: Fasilitas Sesuai dengan standard ruang kota 1. Pemilihan studi kasus, disini Museum dan Museum Atraksi Alfresco Museum dan taman penulis melakukan pembekalan Dining terbuka pengetahuan dan keterampilan serta Cagar Dijaga Perpaduan tradisional dan Budaya keasliannya modern melakukan pengembangan dan pengkajian ulang penelitian. 2. Analisa studi kasus, disini penulis 3. METODE PENELITIAN melakukan pengumpulan data dan melakukan analisis terhadap bukti Metode deskriptif dirasa sesuai studi kasus yang terkumpul. untuk digunakan dalam penyusunan 3. Pengembangan, implikasi, maupun laporan ini. Dalam metode deskriptif, saran terhadap studi kasus yang metode penelitiannya ditujukan khusus sudah dipilih dan coba untuk untuk menggambarkan fenomena- diterapkan di Kawasan Kota Tua. fenomena yang ada. Tujuannya adalah membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis namun faktual dan akurat 4. HASIL DAN PEMBAHASAN mengenai fakta-fakta yang terdapat di lapangan. Analisa Land-Use Dalam metode deskriptif, terdapat beberapa jenis penelitian yang dapat Melalui diagram di bawah, dapat digunakan, seperti metode survei, metode dilihat bahwa pada Kawasan Kota Tua, deskriptif kesinambungan, metode studi Plaza Taman Fatahillah berkembang kasus, dan lain-lain. Jenis metode menjadi pusat Kawasan Kota Tua, dan penelitian yang penulis gunakan adalah berdiri di atas lahan yang sesuai dengan tata metode survei dan metode studi kasus. guna sebagai ruang hijau. Di sekitarnya, Dalam metode survei, survei yang plaza tersebut dikelilingi oleh berbagai dilakukan berupa datang langsung ke macam jenis bagunan, seperti Komersial, lapangan, yaitu Kawasan Kota Tua, dan Fasilitas Umum, sampai Bangunan Pemerintahan. Menerawang lebih jauh

Vol 3 │No. 1 │June 2019│96 dalam jarak 500 meter, Kawasan Kota Tua dikelilingi lahan komersial, perumahan atau pemukiman, dan juga beberapa fasilitas umum.

Gambar 17. Diagram Analisa Sirkulasi dan Parkir Sumber: Analisa Tim

Gambar 16. Diagram Analisa Tata Guna Lahan Sumber: Analisa Tim

Analisa Sirkulasi dan Parkir

Untuk sirkulasi dan parkir, Kawasan Kota Tua sudah memiliki fasilitas yang sangat baik. Berbagai macam moda transportasi dapat digunakan untuk bisa menuju Kawasan Kota Tua. Diagram di bawah menunjukkan adanya sebuah akses jalan raya yang Gambar 18. Stasiun Jakarta Kota mengitari Kawasan Kota Tua. Jalan ini Sumber: Dokumentasi Tim dapat dimanfaatkan bagi mereka yang menggunakan kendaraan pribadi untuk menuju ke lokasi parkir di Jalan Cengkeh. Bagi mereka yang menggunakan fasilitas umum, Kawasan Kota Tua diapit oleh dua halte, yaitu Halte Kota dan Taman Fatahillah, serta salah satu stasiun tertua di Jakarta, yaitu Stasiun Jakarta Kota.

Gambar 19. Halte Kota Sumber: Dokumentasi Tim

97 │Jurnal Architecture Innovation

Gambar 20. Parkir Jalan Cengkeh Sumber: Google Maps Gambar 22. Penghijauan di Pinggir Jalan Sumber: Dokumentasi Tim Analisa Kualitas Lingkungan

Seperti yang dapat dilihat pada diagram di atas, kondisi lingkungan di sekitar Kawasan Kota Tua memiliki cukup vegetasi yang digunakan sebagai peneduh, khususnya untuk pejalan kaki. Selain vegetasi, Kawasan Kota Tua juga diapit dua sungai, yaitu Kali Krukut yang menyatu dengan Pelabuhan disebelah utara. Gambar 23. Jembatan Kali Krukut Sumber: Google Maps

Analisa Building Form & Massing

Kawasan Kota Tua ini terletak dalam kawasan yang termasuk dalam kategori cagar budaya. Hal ini menyebabkan banyak bangunan tua yang masih dipertahankan dengan baik, mulai dari ketinggian bangunan sampai dengan bentuk bangunan itu sendiri.

Gambar 21. Diagram Analisa Kualitas Lingkungan Sumber: Analisa Tim

Gambar 24. Diagram Solid Void Sumber: Analisa Tim

Vol 3 │No. 1 │June 2019│98

Diagram solid dan void tersebut menunjukkan banyaknya open space di antara bangunan-bangunan sejarah, hampir setiap bangunan memiliki sebuah open space. Selain open space, jalan arteri pada Kota Tua juga bisa dibilang sangat besar dengan lebar jalan ratat-rata 15 meter. Dari diagram itu juga bisa diidentifikasi bahwa Kota Tua menggunakan pola grid yang teratur untuk menyusun tata ruang perkotaan.

Gambar 27. Diagram Pemetaan Museum Eksisting Sumber: Analisa Tim

Selain museum, Kawasan Kota Tua juga terdapat beberapa bangunan bersejarah yang tidak kalah terkenal dibandingkan museum-museum tersebut, sebut saja Café Gambar 25. Open Space Antara Bangunan Sumber: Dokumentasi Tim Batavia yang menjadi primadona bagi orang yang ingin merasakan sentuhan arsitektur Neo-Klasik.

Gambar 26. Jalan Arteri Kota Tua Sumber: Dokumentasi Tim

Sebagai Kawasan bersejarah di Gambar 28. Museum Fatahillah Jakarta, tidak heran jika banyak landmark Sumber: Dokumentasi Tim yang berada di sekitar Kawasan Kota Tua ini. Tercatat, setidaknya terdapat 5 museum terkenal yang berada di tempat ini, lokasi- lokasi museum tersebut bisa dilihat pada diagram di bawah ini.

99 │Jurnal Architecture Innovation

Gambar 29. Café Batavia Sumber: Dokumentasi Tim

Gambar 31. Diagram Pemetaan Aset Cagar Budaya Sumber: Analisa Tim

Seperti yang terlihat pada diagram di atas, banyak bangunan cagar budaya yang berada dalam kawasan Kota Tua ini. Gambar 30. Interior Café Batavia Sumber: jakartahariini.com

Seperti yang sudah disinggung Gambar 32. Diagram Skyline Kota Tua sebelumnya, Kawasan Kota Tua berdiri di Sumber: Analisa Tim sebuah kawasan yang termasuk dalam kategori cagar budaya. Oleh karena hal ini, Berdasarkan yang terlihat pada hampir semua bangunan peninggalan diagram di atas, terlihat bahwa skyline Kota terdahulu tetap dijaga kelestariannya dan Tua sangatlah teratur dan seragam, selain menyebabkan ketinggian bangunan pada itu, Kota Tua juga tetap menjaga skala Kawasan Kota Tua tidak terlalu tinggi dan bangunan dengan manusianya. Jumlah tidak terlalu beragam. lantai dan ketinggian bangunan juga sama pada satu blok, hal ini bisa menciptakan skyline kota yang teratur dan seragam. Untuk tetap terjaga dengan skala manusia, bangunan-bangunan di Kawasan Kota Tua tidak terlalu tinggi, tiap bangunan hanya mempunyai sekitar 2-3 lantai. Jika terlihat lebih dari 3 lantai, biasanya itu hanyalah atap pelana bangunan yang mempunyai ketinggian mencapai 3 meter. Kawasan Kota Tua terletak di sebelah timur Sungai Krukut yang terletak membentang di Kawasan Kota Tua. Kawasan Kota Tua memiliki lumayan besar area hijau yang biasanya tersebar di sepanjang jalan yang berada di dalam kawasan ini. Area hijau ini digunakan

Vol 3 │No. 1 │June 2019│100 sebagai pelindung dari sinar matahari, karena suhu di kawasan Kota Tua yang cenderung panas.

Gambar 35. Pohon Sebagai Buffer Matahari Sumber: Dokumentasi Tim

Selain itu, Kawasan Kota Tua juga memiliki banyak area terbuka. Area-area tersebut sering digunakan sebagai tempat edukasi maupun pertunjukkan.

Gambar 33. Diagram Ruang Hijau dan Jalur Pejalan Kaki Sumber: Analisa Tim

Pedestrian way yang berada Kota Tua didesain secara mengeliling terhubung dengan pintu masuk yang tersebar di beberapa sisi dengan pohon di kiri dan kanan. Tipe pohon yang terletak di kawasan ini adalah penyejuk dan pengarah sehingga pohon-pohon ini menyambut kita saat mengunjungi Kawasan Kota Tua.

Gambar 36. Diagram Open Space Sumber: Analisa Tim

Selain itu area terbuka tadi juga digunakan sebagai area komersial maupun hiburan, salah satunya adalah tempat penyewaan sepeda yang digunakan penduduk setempat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selain jasa, Gambar 34. Green Space di Sepanjang Jalan pedagang di sekitar Kota Tua juga menjual Sumber: Dokumentasi Tim berbagai macam buah tangan khas Jakarta dan makanan-makanan khas betawi.

101 │Jurnal Architecture Innovation

Seperti yang dapat dilihat pada diagram di atas, bangunan yang beralih fungsi terletak dekat dengan Plaza Taman Fatahillah, hal ini dilakukan karena plaza tersebut merupakan pusat aktivitas utama Kawasan Kota Tua. Selain alih fungsi, bangunan baru juga dibuat berdekatan dengan Plaza Taman Fatahillah.

Gambar 37. Penyewaan Sepeda Sumber: Dokumentasi Tim

Gambar 40. Bangunan Baru Sumber: Google Maps

Gambar 38. Area Komersial Sumber: Dokumentasi Tim

Berada dalam salah satu kawasan cagar budaya di Jakarta membuat banyak bangunan-bangunan peninggalan masa lalu tetap dipertahankan atau dialihfungsikan.

Gambar 41. Bangunan Alih Fungsi Sumber: khiri.com

Analisa Signage

Kawasan Kota Tua sudah mempunyai petunjuk jalan atau signage yang cukup baik. Peletakan tanda maupun petunjuk arah di kawasan Kota Tua juga sudah cukup informatif untuk menunjukkan arah suatu tempat. Selain sebagai petunjuk jalan, Kota Tua juga sudah mempunyai petunjuk dimana pengunjung harus menunggu moda transportasi umum.

Gambar 39. Diagram Pemetaan Bangunan Alih Fungsi dan Bangunan Baru Sumber: Analisa Tim

Vol 3 │No. 1 │June 2019│102

Gambar 44. Tempat Pemberhentia Transportasi Umum Sumber: Dokumentasi Tim

Analisa SWOT

Strength

Sesuai dengan perancangan awal Gambar 42. Diagram Lokasi Signage akwasan, pengembangan Kawasan Kota Sumber: Analisa Tim Tua didesain dengan konsep Seperti yang terlihat pada diagram pengembangan kota-kota di Eropa di atas, lokasi signage berada di tempat khusunya Belanda. Oleh karena itu dari yang strategis, dekat dengan pusat segi perancangan, Kawasan Kota Tua keramaian, mudah dilihat dari berbagai memiliki banyak elemen infrastruktur arah, dan juga terdapat di pintu masuk Kota menarik yang masih tersisa hingga saat ini. Tua. Signage untuk transportasi umum Beberapa contohnya adalah jalur pejalan berada tepat di pinggir jalan dan mudah kaki yang cukup layak, terdapat banyak untuk dilihat. vegetasi yang berfungsi sebagai peneduh, pola jaringan jalan berbentuk grid yang memudahkan sirkulasi kendaraan dan manusia, banyak bangunan bergaya arsitektur Eropa yang membentuk citra kawasan, keserasian antar bangunan telah tercipta dengan baik, dan banyak transportasi umum yang melewati Kawasan Kota Tua.

Weakness

Kekurangan dari Kawasan Kota Gambar 43. Petunjuk Jalan Sumber: Dokumentasi Tim Tua adalah kurangnya area hijau, sehingga masih terasa gersang. Selain itu, kurangnya pemeliharaan jalur pejalan kaki (lantai pedestrian banyak mengalami kerusakan, seperti bolong) sehingga ambience saat kita memasuki kawasan ini kurang terasa. Selain itu, fungsi Kota Tua sebagai wisata sejarah juga membuat pengunjung merasa bosan karena kurangnya fungsi yang dapat

103 │Jurnal Architecture Innovation menunjang agar kawasan ini tetap ramai memilih bekerja di dalam ruangan dan jika dikunjungi. memang ada kebutuhan untuk mengunjungi lokasi sejarah, mereka akan melakukan Opportunities kunjungan secara “visual” melalui internet yang saat ini sangat mudah untuk dicapai. Kota Tua menjadi kawasan bagi masyarakat maupun turis mancanegara Kesimpulan sebagai salah satu destinasi pariwisata di kota Jakarta. Nilai-nilai serta budaya yang Dari analisa SWOT yang telah melekat di kawasannya masih dapat dijelaskan di atas, Kawasan Kota Tua dirasakan oleh pengunjung. Sudah berpotensi menjadi salah satu destinasi selayaknya bagi Kota Tua untuk wisata bersejarah bertaraf internasional. beradaptasi dengan perkembangan zaman Namun, untuk tetap menjadi destinasi tanpa mengesampingkan tradisi yang ada, wisata yang tidak lekang oleh waktu, perlu peningkatan ruang terbuka hijau, menjadi adanya pengembangan untuk merespon wadah bagi komunitas, maupun menjadi konsumen-konsumen di masa depan, yaitu sarana acara festival rakyat dan seniman. generasi milenial yang sekarang sedang Pribadi atau sejati ini yang menjadi daya merasakan masa remaja. tarik Kota Tua tersendiri dalam Kebutuhan akan eksistensi bagi meningkatkan kuantitas pengunjung untuk mereka membuat desain dan instalasi unik datang, agar kelak masih dapat dirasakan nan berbeda akan menjadi magnet oleh generasi – generasi berikutnya. tersendiri yang mampu mengundang masyarakat “zaman now”. Kebutuhan ini Threat tentu tidak lepas dari banyaknya media sosial yang kini berkembang di gadget- Ancaman terbesar bagi masa depan gadget yang bisa juga dimanfaatkan untuk Kota Tua datang dari dalam Kawasan Kota memperkenalkan Kawasan Kota Tua ke Tua itu sendiri. Jika kita menelaah diagram wisatawan lokal dan mancanegara. peruntukan lahan, kita akan menyadari Mengundang konsumen tentu harus bahwa sebagian besar bangunan Kota Tua diimbangi dengan kenyamanan yang berdiri pada lahan dengan peruntukan tersedia. Memperbaiki jalur pejalan kaki komersial (warna ungu). Dengan melihat yang ada bisa dijadikan agenda utama agar pertumbuhan ekonomi yang pesat di pengunjung semakin tertarik untuk datang. Indonesia, khususnya Jakarta, bukan tidak Maksimalisasi area-area hijau di dalam mungkin suatu saat fungsi sejarah dari Kota kawasan dapat juga dilakukan untuk Tua akan hilang dan digantikan dengan membantu pengunjung menemukan area fungsi komersial yang lebih teduh pada siang dan sore hari. Tempat- menguntungkan bagi pihak-pihak tertentu. tempat duduk dapat disediakan di sekitar Hal ini juga didukung dengan semakin pohon sebagai fasilitas penunjang. berkurangnya jumlah lahan kosong di Perbaikan dan penambahan ini Jakarta yang dapat dimanfaatkan menjadi kemudian diharapkan bisa menjadi contoh area komersial. oleh kawasan lain dalam melakukan Ancaman lainnya dapat ditemukan pengembangan mengikuti zaman yang jika melihat berlawanannya fungsi Kota terus bergerak. Dari hasil analisa tersebut, Tua dengan kebutuhan generasi milenial. maka ada 4 aspek perancangan Kawasan Melihat perilaku generasi masa kini yang Kota Tua yang perlu dikembangkan. cenderung individualis, ada kemungkinan Keempat hal tersebut yaitu: Kawasan Kota Tua di masa depan akan menjadi sepi pengunjung karena kurangnya magnet yang dapat menarik masyarakat. Remaja-remaja milenial akan cenderung

Vol 3 │No. 1 │June 2019│104

Re-Arrange Green Belt

Gambar 45. Diagram Penambagan Elemen Gambar 47. Green Belt Diagram Street Furniture Kawasan Kota Tua yang masih Untuk menambah kenyamanan belum memiliki penghijauan yang cukup pengguna pejalan kaki, maka di sepanjang menyebabkan suhu udara di sekitar relatif jalur pedestrian utama yang paling ramai tinggi. Hal ini membuat sedikitnya perlu diberikan penambahan street masyarakat yang mau beraktivitas pada furniture. Untuk meningkatkan kualitas siang hari. Untuk mengatasi hal maka kawasan, juga perlu dilakukan penataan dibutuhkan perancangan green belt yang Pedagang Kaki Lima. Area intervensi dapat menghubungkan seluruh area pejalan kaki dilihat pada diagram di atas dan yang berorientasi pada plaza yang berada di ditunjukkan dengan titik-titik berwarna depan Museum Fatahillah. merah. One Main Node Vocal Point

Gambar 46. Posisi Vocal Point Gambar 48. One Main Node Diagram

Dari hasil pengamatan, Plaza yang Membuat plaza yang berada di berada di depan Museum Fatahillah depan Museum Fatahillah sebagai pusat berperan sebagai nodes utama saat ini. Oleh aktivitas atau nodes utama dan didukung karena itu, perlu diberikan penambahan oleh nodes sekunder yang tersebar di Vocal Point pada area plaza agar dapat Kawasan Kota Tua. Plaza tersebut akan menjadi daya tarik bagi para pengunjung. menjadi tempat multi-aktivitas yang men Vocal point itu sendiri dapat berupa Penghubung antara nodes utama dan nodes instalasi, hasil kerajinan seni, atau bentuk- sekunder adalah jalur pejalan kaki. Selain bentuk lainnya yang sesuai dengan skala untuk pejalan kaki, pesepeda juga dan proporsi konteks vocal point berada. diperbolehkan melewati jalur tersebut. Gabungan dari keempat hal tersebut akan menciptakan sebuah satu-kesatuan yang akan membuat Kawasan Kota Tua menjadi area wisata yang kuat. Berikut site

105 │Jurnal Architecture Innovation plan yang merupakan hasil gabungan dari Retrieved January 18, 2019, from keempat poin utama sebelumnya. https://jakarta.bps.go.id/statictable/20 17/01/30/158/jumlah-kunjungan- wisatawan-ke-obyek-wisata- unggulan-menurut-lokasi-2011- 2015.html Barnett, J. (1982). An Introduction to Urban Design (First Prin). HarperCollins Publishers. Dwi Anugerah, A., Antariksa, & Suharso, T. W. (2010). Pelestarian Bangunan Dan Lingkungan Kawasan Sunda Kelapa Jakarta. Arsitektur E-Journal, 3(1), 54–62. Retrieved from https://www.academia.edu/6979037/P elestarian_Bangunan_dan_Lingkunga n_Kawasan_Sunda_Kelapa_Jakarta?a

Gambar 49. Diagram Area Intervensi uto=download Firdaus, F., Purwantiasning, A. W., & Prayogi, L. (2018). Revitalisasi 4. KESIMPULAN kawasan kota tua jakarta dengan alternatif konsep tod. Jurnal Dari hasil pemaparan di atas, dapat Arsitektur Purwarupa, 2(1), 35–44. disimpulkan bahwa sebenarnya Kawasan Jefrizon, P., Rimadewi, P. I., Perencanaan, Kota Tua memiliki kondisi yang terbilang J., Teknik, F., & Teknologi, I. (2012). cukup baik. Konsep perancangan kawasan Arahan Revitalisasi Kawasan Cagar yang matang dengan mengadopsi konsep Budaya Kota Lama Siak, 1(1), 1–4. perancangan kota-kota di Eropa, beserta Kemendikbud. UU NO. 11 Tahun 2010 dengan bangunan-bangunan bersejarah tentang Cagar Budaya (2010). peninggalan masa lalu menjadi kekuatan Retrieved from dan keistimewaan dari kawasan ini. https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ Akan tetapi, perubahan kebutuhan bpcbgorontalo/wp- dan minat dari masyarakat serta perubahan content/uploads/sites/29/2014/06/UU- dari iklim lingkungan, membuat 11-Tahun-2010-ttg-Cagar- diperlukannya evaluasi dan perancangan Budaya_BPCB-Gorontalo.pdf kembali kawasan agar dapat lebih berfungsi Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. dengan maksimal. Keempat aspek Peraturan Pemerintah Republik perancangan yang dipaparkan di atas, Indonesia tentang peraturan merupakan solusi yang muncul dari teori Pelaksanaan Undang-undang nomer dan preseden yang digunakan. Diharapkan 28 tahun 2002 tentang bangunan dengan adanya keempat aspek tersebut, gedung (2005). Kawasan Kota Tua dapat meningkatkan https://doi.org/10.1017/CBO9781107 kualitas ruangnya sehingga dapat lebih 415324.004 berfungsi secara maksimal. Prakosa, W. (2011). KOTA TUA JAKARTA : REVITALISASI MENYELURUH. PESAT (Psikologi,

Ekonomi, Sastra, Arsitektur & Sipil, 4, DAFTAR PUSTAKA 106–114. Retrieved from Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta. http://repository.gunadarma.ac.id/136 (n.d.). BPS Provinsi DKI Jakarta. /1/Kota Tua Jakarta Revitalisasi

Vol 3 │No. 1 │June 2019│106

Menyeluruh Atau Menghilang_UG.pdf Ratna Yunita. (2010). New Life for Jakarta’s Old Town. Retrieved January 18, 2019, from https://www.itdp.org/2010/03/23/new -life-for-jakartas-old-town/ Sejarah Kota Tua Jakarta dan Perkembangannya. (n.d.). Retrieved from https://sejarahlengkap.com/bangunan/ sejarah-kota-tua-jakarta Sudarmadji, M. S. (2011). POTENSI KAWASAN BERSEJARAH DALAM MENDUKUNG PROSES SEBUAH KOTA MENUJU KOTA KREATIF. Universitas Indonesia. Retrieved from http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/202 94733-S1694-Potensi kawasan.pdf Sugihartoyo Wahyu Agung, S. W. (2010). Strategi Pengembangan Wisata Kota Tua Sebagai Salah Satu Upaya Pelestarian Urban Heritage (Studi Kasus : Koridor Kali Besar, Jakarta Barat). Jurnal Planesa (Planologi), 1(Vol 1, No 1 (2010)). Retrieved from http://ejurnal.esaunggul.ac.id/index.p hp/planesa/article/view/516 UNESCO. (n.d.). The Old Town of Jakarta (Formerly old Batavia) and 4 Outlying Islands (Onrust, Kelor, Cipir dan Bidadari). Retrieved January 17, 2019, from https://whc.unesco.org/en/tentativelist s/6010/ Yoeti, O. A. (1997). Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta: PT Pradnya Paramita.

107 │Jurnal Architecture Innovation