Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI XI) 2017 Riset Multidisiplin untuk Menunjang Pengembangan Industri Nasional Lombok, 27-29 April 2017

ANALISIS KINERJA UKM GRESIK DENGAN PENDEKATAN IMPORTANT PERFORMANCE ANALYSIS

Fitri Agustina dan Indah Nurmalia Prodi Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Trunojoyo Madura Jl. Raya Telang PO BOX 2 Kamal, Bangkalan e-mail: [email protected]

Abstrak Pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM) dapat memperluas cakupan ekonomi dan mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan ekonomi daerah. Salah satu daerah di yang sedang mengalami perkembangan dalam bidang sektor industri adalah Kabupaten Gresik. Kegiatan industri di Kabupaten Gresik masih didominasi oleh industri kecil dan menengah. Salah satunya adalah UKM songkok, dimana kinerjanya dianggap masih rendah. Berbagai faktor penyebab telah diidentifikasi yang dikategorikan sebagai faktor utama dan pendukung. Faktor utama yaitu rendahnya kualitas sumberdaya manusia. Sedangkan faktor pendukung seperti keuangan, produksi, material dan pemasaran. Pemetaan variabel dengan menggunakan pendekatan Important Performance Analysis telah berhasil mengidentifikasikan variabel-variabel kinerja yang mempunyai prioritas untuk ditingkatkan seperti: laporan keuangan, sarana prasarana produksi, standar mutu produk, promosi produk, administrasi SDM, pelatihan SDM, misi usaha dan tujuan usaha.

Kata kunci: Kinerja, UKM, songkok, Importance Performance Analysis, Usaha Kecil Menengah (UKM)

PENDAHULUAN Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menjadi prioritas penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Hal tersebut mendorong banyak negara berupaya mengembangkan UKM, termasuk Indonesia. Pengembangan UKM dapat memperluas cakupan ekonomi dan mampu memberikan kontribusi yang signifikan mempercepat peningkatan ekonomi daerah dan pertahanan perekonomian nasional yang menjadikannya tulang punggung dari sistem ekonomi kerakyatan. Peningkatan peran dan kegiatan usaha sektor UKM semakin terlihat di Indonesia sejak tahun 1997 pada saat negara mengalami krisis ekonomi dan keuangan, perkembangan yang terus meningkat dan menjadi penopang pertumbuhan ekonomi nasional. Salah satu daerah di Indonesia yang sedang mengalami perkembangan dalam bidang sektor industri adalah Kabupaten Gresik. Kegiatan industri di Kabupaten Gresik masih didominasi oleh usaha atau industri kecil dan menengah. Industri kecil, menengah dan besar tercatat mengalami kenaikan selama periode tahun 2005–2009. Dalam kurun waktu tersebut industri skala kecil bertambah 2.385 unit, sedangkan industri menengah dan besar mengalami pertambahan 452 unit. Berdasarkan data tersebut, terlihat perkembangan pertumbuhan industri semakin signifikan. Perkembangan industri di Gresik ditunjukkan pada Gambar 1.

397 Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI XI) 2017 Riset Multidisiplin untuk Menunjang Pengembangan Industri Nasional Lombok, 27-29 April 2017

Perkembangan jumlah industri Kabupaten Gresik 8000 7471 6798 7000 6090 5617 6000 5086 5000 4000 3000 2000 982 639 708 866 1000 530 0 2005 2006 2007 2008 2009

Industri besar & sedang Industri Kecil

Gambar 1. Perkembangan jumlah industri kabupaten Gresik (Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal Kab. Gresik)

Kondisi demikian menyebabkan persaingan antar UKM semakin meningkat. Oleh karena itu untuk menghadapi persaingan, UKM dituntut untuk meningkatkan kinerja. Salah satunya adalah UKM songkok yang telah menjadi industri yang bereputasi nasional sejak tahun 1970-an. Songkok atau biasa disebut juga dengan peci atau kopiah merupakan penutup kepala untuk pria yang terbuat dari kain atau bahan lain yang dibentuk meruncing pada kedua ujungnya. Pada mulanya industri Songkok berpusat di desa Bedilan, Pekauman, Karangpoh, Kauman, Kemuteran dan kecamatan Bungah. Namun sekarang sudah berkembang di wilayah lainnya. Perkembangan tersebut disebabkan karena Kabupaten Gresik dikenal sebagai kota sehingga kehidupan sehari-hari mencerminkan budaya muslim. Seperti Songkok yang menjadi simbol orang muslim dan menjadikannya sebuah industri kreatif untuk kerajinan daerah. UKM songkok selama ini masih memiliki kinerja rendah hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu tingkat produksi masih rendah, proses produksi belum mempunyai standar baku mutu, rendahnya kualitas SDM, produk belum terdistribusi dengan baik, kualitas bahan baku tidak standar, pendapatan rendah dan lain-lain. Menurut Endri (2010) selama ini peningkatan kinerja banyak dikaitkan dengan sumber daya fisik. Peningkatan kinerja UKM yang didasarkan dari perspektif fisik (keuangan) dinilai akurat, yang sebenanya menjadi penggerak perspektif merupakan kemampuan yang dimiliki oleh SDM itu sendiri. Sesuai dengan salah satu permasalahan yang dialami UKM menurut Sudarno (2012), yaitu kurang terampilnya sumber daya manusia. Permasalahan mengenai sumber daya manusia tersebut perlu diteliti lebih, disertai pengembangan sebuah model yang dapat membantu meningkatkan kinerja UKM songkok. Berdasarkan uraian diatas maka diperlukan adanya analisis lebih lanjut untuk meningkatkan kinerja UKM songkok daerah Gresik dengan menggunakan Importance Performance Analysis (IPA) yang terdiri atas analisis kuadran dan analisis kesenjangan kinerja UKM songkok di daerah Gresik.

METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus, yaitu pada UKM Songkok di Kabupaten Gresik. Penelitian ini menggunakan sampel 14 UKM yang telah terdaftar resmi di Diskoperindag Gresik.

398 Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI XI) 2017 Riset Multidisiplin untuk Menunjang Pengembangan Industri Nasional Lombok, 27-29 April 2017

Kinerja UKM diartikan menjadi suatu pencapaian hasil kerja yang sesuai dengan aturan atau standar pada masing-masing organisasi. Kinerja UKM dijabarkan dalam variabel penelitian dengan menggunakan beberapa indikator ditunjukkan pada Tabel 1. (Wahyuningrum, 2014):

Tabel 1. Variabel penelitian No. Variabel Indikator a. Laporan keuangan. Laporan keuangan dibuat secara berkala tiap bulannya untuk memudahkan pemilik atau pengelola melakukan pengecekan dan pengawasan laba rugi 1. Sistem administrasi yang diterima UKM. b. Pencatatan keuangan harian Pencatatan laporan keuangan dibuat secara rinci dan dicatat pada saat ada pengeluaran dan pemasukan. a. Sarana prasarana UKM memiliki sarana dan prasarana produksi yang baik seperti tempat produksi dan alat-alat produksi lainnya. b. Standar pelaksanaan produksi. Memiliki standar pelaksanaan produksi barang, seperti melakukan pengawasan atau mengecek keadaan produk, kualitas produk, jumlah produk dan bahan baku yang akan diproduksi sebelum dan setelah proses produksi. c. Standar mutu Memproduksi produk bebas dari cacat dan kesalahan, produk telah memenuhi spesifikasi. Memiliki standart mutu produk, seperti bahan baku 2. Proses produksi yang digunakan untuk membuat songkok terbuat dari bahan yang berkualitas. Produk songkok nyaman digunakan, awet dan tahan lama. d. Sistem pengendalian mutu. Mendeteksi dan mengeliminasi produk gagal yang tidak sesuai dengan standar. Dilakukan dengan mengecek satu persatu songkok setelah selesai produksi. e. Inovasi produk. UKM melakukan inovasi pada produk songkok, seperti membuat songkok dengan berbagai warna, bentuk atau motif. f. Inovasi teknik produksi. Melakukan inovasi teknik produksi untuk menghemat waktu atau mempersingkat waktu agar lebih efisien. a. Target pasar. UKM memiliki target pasar yang jelas seperti mentargetkan para santri daerah Gresik karena banyak pondok . Seperti songkok bermotif untuk anak muda dan songkok hitam polos untuk orang dewasa. b. Promosi produk 3. Proses pemasaran Melakukan promosi produk dengan menggunakan sosial media, media online, media cetak atau tv. c. Jaringan distribusi Mengembangkan jaringan distribusi produk, tidak hanya daerah Gresik dan Surabaya. Produk songkok dapat didistribusikan sampai keluar Jawa atau seluruh Indonesia. a. Administrasi SDM UKM memiliki sistem administrasi yang baik seperti menyeleksi, merekrut, memberhentikan karyawan, penyusunan struktur organisasi, mengadakan pelatihan pada karyawan dll. b. Pelatihan SDM 4. Sistem organisasi Memberikan pengetahuan yang lebih matang pada setiap karyawan, sehingga karyawan memiliki modal pengetahuan yang memadai untuk mengelola UKM. Perusahaan mengadakan pelatihan pada SDM setiap 1 atau 2 bulan sekali untuk meningkatkan kompetensi SDM atau tenaga kerja dalam memproduksi songkok.

399 Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI XI) 2017 Riset Multidisiplin untuk Menunjang Pengembangan Industri Nasional Lombok, 27-29 April 2017

No. Variabel Indikator c. Sistem kompensasi. Untuk memacu karyawan bekerja lebih giat dapat dilakukan dengan memberikan kompensasi atau bonus pada karyawan yang berprestasi. Misalnya karyawan yang dapat menghasilkan output produk lebih dari standart harian atau bulanan yang ditetapkan. d. Rencana jangka pendek. Perusahaan memiliki target atau rencana jangka pendek pertahun e. Rencana jangka menengah Perusahaan memiliki rencana atau target jangka menengah dalam waktu 3 tahun atau lebih f. Rencana jangka panjang Perusahaan memiliki rencana jangka panjang dalam kurun waktu 5 tahun atau lebih. g. Visi usaha. Visi adalah apa yang diinginkan oleh perusahaan dimasa depan dan harus dapat memberikan aspirasi dan motivasi pada seluruh karyawan, selain itu juga sebagai panduan atau rambu-rambu dalam menyusun strategi perusahaan, bagaimana perusahaan dimasa mendatang, apakah usaha bisa tetap eksis bertahan dalam 10 tahun, 20 tahun atau 50 tahun yang akan datang. h. Misi usaha. Misi menjelaskan mengapa perusahaan tersebut harus tetap ada dan eksis, apa yang akan dilakukan perusahaan dan bagaimana cara melakukannya. Misi adalah kegiatan yang harus dilakukan untuk merealisasikan visi yang telah ditetapkan. i. Tujuan usaha. Tujuan menjadi hasil akhir yang ingin dicapai UKM. j. Budaya organisasi. Perusahaan terbiasa dengan budaya organisasi atau adanya struktur organisasi formal yang ada pada perusahaan. k. Struktur organisasi formal. Perusahaan memiliki struktur organisasi formal yang jelas seperti adanya, manajer, asisten manajer, kordinator, sekertaris, bendahara, anggota dll.

Analisis data menggunakan beberapa metode yaitu: 1. Diagram Ishikawa: Konsep dari diagram ini yaitu yang menjadi permasalahan mendasar diletakan dibagian kanan diagram sementara penyebab permasalahan digambarkan pada sirip dan durinya. 2. Importance Performance Analysis (IPA): Importance-Performance Analysis (IPA) menggambarkan kinerja yang diharapkan atau tingkat kepentingan yang dipersepsikan seseorang (Wong et al, 2011) (Martilla, 1977). 3. Crostabb analysis Crosstab atau tabulasi silang merupakan sebuah metode yang digunakan untuk menghitung atau menggambarkan keterkaitan antar variabel secara sederhana. Tabulasi silang mentabulasikan beberapa variabel berbeda dalam suatu matriks, hasilnya disajikan dalam tabel dengan variabel tersusun dalam baris serta kolom. Kategori data yang digunakan adalah data nominal. Sedangkan pendekatan yang digunakan pendekatan kontingensi hanya membandingkan dua variabel. Variabel kinerja dengan variabel lain yaitu lama berdiri UKM, Omset, Jumlah tenaga kerja, tingkat pendidikan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Kinerja UKM merupakan penggabungan dari dua hal yaitu kompetensi dan produktifitas. Kompetensi UKM menunjukkan kemampuan untuk mengidentifikasikan

400 Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI XI) 2017 Riset Multidisiplin untuk Menunjang Pengembangan Industri Nasional Lombok, 27-29 April 2017 kinerjanya sedangkan produktifitas menunjukkan kegiatan yang didayagunakan untuk mencapai hasil kerja. Namun selama ini banyak UKM yang memiliki kinerja rendah. Berbagai upaya digunakan untuk mengidentifikasikan berbagai faktor penyebab masalah tersebut. Salah satunya dengan menggunakan diagram Ishikawa. Faktor-faktor penyebab rendahnya kinerja UKM songkok antara lain adalah faktor sumber daya manusia. Sumber daya manusia mencakup semua pihak yang terlibat dalam UKM. Sesuai dengan salah satu permasalahan UKM menurut Sudarno (2012) yaitu kurang terampilnya sumber daya manusia. Dengan demikian sumberdaya manusia dikategorikan sebagai masalah utama. Sedangkan permasalahan yang disebabkan karena faktor material, keuangan, pemasaran dan produksi dikategorikan sebagai faktor pendukung. Gambar 2 menunjukkan diagram ishikawa untuk mengidentifikasikan faktor-faktor penyebab rendahnya kinerja UKM songkok. Berdasarkan faktor-faktor tersebut, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis tingkat kinerja UKM songkok di Gresik. Tingkat kepentingan menunjukan derajat atau bobot suatu variabel digunakan untuk mengukur kinerja. Semakin besar nilainya (mendekati 5) maka semakin besar variabel tersebut menentukan besarnya kinerja dan sebaliknya. Sedangkan tingkat kinerja menggambarkan keadaan aktual yang telah dicapai oleh UKM tersebut. Tabel 2 menunjukkan perhitungan nilai kinerja dan kepentingan setiap variabel. Pada variabel laporan keuangan menunjukkan tingkat kinerja sebesar 2,21 sedangkan tingkat kepentingan 4,43. Perbedaan antara nilai kinerja dengan kepentingan selanjutnya disebut dengan gap, semakin besar nilai gap menunjukkan tingkat kinerja yang rendah. Pada variabel laporan keuangan memiliki gap sebesar 2,22 sedangkan variabel inovasi produk sebesar 0,43. Berarti bahwa UKM songkok lemah dalam pembuatan laporan keuangan akan tetapi tingkat inovasi produk cukup baik.

Penyebab Efek

Keuangan Produksi

Belum memiliki Modal minim standart mutu produksi Rendahnya kompetensi Belum dibuatnya pemilik laporan keuangan Masih menggunakan Tidak ada sistem seleksi teratur peralatan manual karyawan baru Rendahnya kemampuan kerja karyawan S D Rendahnya Kurangnya pelatihan pada M Kinerja karyawan Bahan Baku susah Produk belum terdistribusi UKM Tidak memiliki sistem didapat dengan baik evaluasi kinerja Bahan baku mahal Promosi produk belum maksimal Kualitas bahan baku tidak stabil

Materia Pemasaran

Gambar 2. Diagram Ishikawa penyebab rendahnya kinerja UKM songkok

Setiap variabel yang telah diukur dapat digambarkan dalam suatu diagram kartesius. Tabel 2 menunjukkan rata-rata dari skor kinerja sebesar 2,30 sedangkan rata-rata kepentingan 3,93. Angka-angka ini akan digunakan sebagai pembatas kuadran dan akan

401 Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI XI) 2017 Riset Multidisiplin untuk Menunjang Pengembangan Industri Nasional Lombok, 27-29 April 2017 membaginya dalam 4 bagian. Selanjutnya, variabel-variabel akan diplot tersebar kedalam 4 bagian tersebut. Diagram Important Performance Analysis ditunjukan pada Gambar 3.

Tabel 2. Rata-rata skor kepentingan dan kinerja UKM songkok

No Variabel Kinerja (X) Kepentingan (Y) 1 Laporan keuangan dibuat secara berkala. 4.43 2.21 Pencatatan keuangan yang rinci dan dicatat 2 ketika ada pengeluaran 3.64 2.07 Memiliki sarana dan prasarana produksi yang 3 baik 4.71 2.14 Mempunyai standar pelaksanaan produksi 4 barang 4.57 2.64 5 Memiliki standar mutu produk 4.07 1.93 6 Memiliki sistem pengendalian mutu produk 3.57 2.14 7 Inovasi terhadap produk yang dihasilkan 4.36 3.93 Inovasi terhadap teknik produksi agar lebih 8 efisien 3.43 2.14 9 Memiliki target pasar yang jelas 4.14 3.21 10 Melakukan promosi produk ke target pasar 4.00 2.07 11 Mengembangkan jaringan distribusi produk 3.79 3.50 12 Memiliki administrasi SDM yang baik 4.07 1.86 13 Melakukan pelatihan SDM secara berkala 4.14 2.14 No Variabel Kepentingan (Y) Kinerja (X) Kompensasi karyawan menggunakan dasar 14 yang rasional 3.64 2.93 Memiliki rencana keberlanjutan usaha jangka 15 pendek (per tahun) 4.14 2.79 Memiliki rencana keberlanjutan usaha jangka 16 menengah (<3 tahun) 3.64 2.00 Memiliki rencana keberlanjutan usaha jangka 17 panjang (5 tahun) 4.00 2.86 18 Memiliki Visi usaha yang didokumentasikan 4.21 2.64 19 Memiliki Misi usaha yang didokumentasikan 4.14 2.07 20 Memiliki Tujuan usaha 4.21 2.21 21 Memiliki Budaya organisasi 3.43 1.36 22 Memiliki struktur organisasi 3.43 1.57

Gambar 3. Kuadran Importance Performance Analysis

402 Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI XI) 2017 Riset Multidisiplin untuk Menunjang Pengembangan Industri Nasional Lombok, 27-29 April 2017

Pada Gambar 3 variabel-variabel terlihat menyebar secara acak di empat kuadran yaitu sebagai berikut: 1. Kuadran I prioritas utama Pada kuadran I atribut atau variabel memiliki tingkat kinerja dibawah rata-rata namun memiliki tingkat kepentingan yang tinggi. Variabel yang masuk dalam kuadran I menjadi prioritas utama yang harus ditingkatkan. Terdapat 8 variabel yang ditunjukkan oleh angka 1, 3, 5, 10, 12, 13, 19 dan 20. Angka 1 menunjukan variabel laporan keuangan dibuat secara berkala, menurut beberapa pemilik UKM laporan keuangan yang dibuat secara berkala sebenarnya penting namun karena kemampuan dan pengetahuan dalam pengelolaan keuangan yang masih rendah maka tidak dilakukan. Angka 3 sarana prasarana produksi yang baik menjadi hal penting dalam pembuatan Songkok namun masih memiliki kinerja dibawah rata-rata. Beberapa pemilik mengaku tetap menggunakan alat produksi yang lama karena untuk membeli yang baru dana masih terbatas. Angka 5 memiliki standar mutu produk, prioritas perbaikan harus dilakukan pada atribut standart mutu produk berdasarkan pengamatan para pemilik masih menjual produknya yang mengalami cacat, seperti jahitan yang kurang rapi. Angka 10 melakukan promosi produk ke target pasar, beberapa pemilik tidak melakukan promosi Songkoknya, mereka hanya terpaku pada pelanggan tetap. Berdasarkan penelitian promosi produk memiliki kepentingan yang tinggi namun kinerjanya masih rendah. Angka 12 menunjukan atribut administrasi SDM memiliki kinerja yang masih rendah, pemilik tidak melakukan seleksi dan training pada karyawan baru yang mengakibatkan kinerja rendah. Angka 13 pelatihan SDM secara berkala, pada atribut ini kinerja masih rendah, para pemilik mengaku tidak pernah melakukan pelatihan pada karyawannya. Sebenarnya karyawan yang sering mengikuti pelatihan akan terlatih dan cepat sigap dengan pekerjaannya. Angka 19 menunjukan atribut misi usaha yang didokumentasikan, pada dasarnya misi menjadi sesuatu yang penting bagi sebuah usaha. Beberapa pemilik mengaku tidak memikirkan misi usahanya. Angka 20 memiliki tujuan usaha, kinerja dibawah rata-rata. Sama halnya dengan misi usaha, tujuan usaha memiliki kinerja yang rendah. UKM hanya berfokus untuk berproduksi dan menjual Songkok sebanyak-banyaknya. Tidak ada tujuan khusus yang ingin dicapai

2. Kudran II pertahankan kinerja. Terdapat 6 variabel pada kuadran II, ditunjukkan oleh 4, 7, 9, 15, 17 dan 18. Variabel yang masuk kedalam kuadran II dinilai sudah baik yang menjadi kekuatan dan pilar organisasi. Variabel atau atribut memiliki tingkat kepentingan tinggi dan kinerja diatas rata-rata. Angka 4 menunjukkan standar pelaksanaan produksi barang, memiliki kepentingan dan kinerja diatas rata-rata hal ini menunjukan standart pelaksanaan produksi barang sudah baik pada UKM Songkok yang dapat menjadi kekuatan UKM. Angka 7 menunjukkan atribut inovasi produk yang dihasilkan sudah beragam, UKM membuat Songkok dengan berbagai macam jenis dan model. Angka 9 target pasar yang jelas, UKM telah menargetkan masing-masing jenis dan model Songkok diperuntukkan siapa, dan daerah mana saja. Angka 15 menunjukkan memiliki rencana usaha jangka pendek, beberapa UKM telah memiliki rencana usaha yang akan dilakukan dalam jangka waktu satu tahun kedepan. Angka 17 menunjukkan UKM memiliki rencana usaha jangka panjang, hal ini dinilai menjadi salah satu kekuatan UKM Songkok. Angka 18 menunjukan, UKM memiliki visi yang ingin diwujudkannya dalam beberapa tahun yang akan datang.

403 Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI XI) 2017 Riset Multidisiplin untuk Menunjang Pengembangan Industri Nasional Lombok, 27-29 April 2017

3. Kuadran III prioritas rendah. Terdapat enam variabel pada kuadran III, ditunjukkan oleh angka 2, 6, 8, 16, 21 dan 22. Atribut atau varibel yang masuk kedalam kudran III memiliki tingkat kepentingan dan kinerja dibawah rata-rata, sehingga dianggap tidak penting dan tidak menimbulkan ancaman bagi perusahaan atau organisasi. Angka 2 pencatatan keuangan yang rinci masih memiliki kinerja dan kepentingan dibawah rata-rata. Angka 6 menunjukkan sistem pengendalian mutu masih rendah. Angka 8 menunjukkan atribut inovasi teknik produksi lebih efisien memiliki kinerja dan kepentingan rendah. Angka 16 menunjukkan rencana usaha jangka menengah. Angka 21 menunjukkan budaya organisasi yang dimiliki masih kurang baik namun tidak menimbulkan ancaman untuk UKM Songkok. Angka 22 menunjukkan struktur organisasinya tidak memadai, para pemiliki tidak mementingkan struktur organisasi dalam usahanya.

4. Kudran IV kinerja berlebihan Terdapat 2 variabel pada kudran IV atribut atau variabel memiliki tingkat kepentingan yang dibawah rata-rata namun kinerja diatas rata-rata yaitu atribut nomor 11 dan 14. Fokus sumber daya dapat dialihkan ke atribut lain yang lebih diprioritaskan. Angka 11 merupakan atribut mengembangkan jaringan distribusi produk dinilai kepentingan dibawah rata-rata namun kinerja yang dicapai UKM Songkok sudah bagus. Angka 14 menunjukan kompensasi pegawai yang menggunakan dasar rasional, hal ini dinilai tidak terlalu penting namun UKM sudah memiliki kinerja yang baik dalam atribut ini.

KESIMPULAN Hasil penelitian terhadap peningkatan kinerja UKM Songkok daerah Gresik dengan importance performance analysis diperoleh hasil bahwa rata-rata skor tingkat kepentingan lebih besar dari skor rata-rata tingkat kinerja yaitu 3,99 dan 2,38. Hal tersebut menunjukkan UKM Songkok belum dapat menampilkan kinerjanya secara maksimal dan memuaskan. Berbagai faktor penyebab telah diindentifikasikan meliputi faktor utama dan pendukung. Faktor utama adalah terkait rendahnya kualitas sumberdaya manusia. Sedangkan faktor pendukung meliputi keuangan, produksi, material dan pemasaran. Pemetaan variabel kinerja telah berhasil mengidentifikasikan variabel-varibel yang diprioritaskan untuk diperbaiki yaitu laporan keuangan, sarana prasarana produksi, standar mutu produk, promosi produk, administrasi SDM, pelatihan SDM, misi usaha dan tujuan usaha.

DAFTAR PUSTAKA [1]. Dinas Perindustrian Koperasi UKM dan Perdagangan (diskoperindag) Daerah Gresik. 2015. Rekapitulasi data anggota UKM daerah Gresik. [2]. Endri. 2010. Peran Human Capital dalam Meningkatkan Kinerja Perusahaan: Suatu Tinjauan Teoritis dan Empiris. Jurnal Administrasi Bisnis. Universitas Bakrie. [3]. Martilla. James, J.C. 1977. Importance-Performance Analysis. Journal of Marketing. [4]. Sudarno. 2012. Kontribusi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dalam Penyerapan Tenaga Kerja. Penelitian dan Pengembangan Humanoria. 9(1):68-76. [5]. Wahyuningrum, P. Sukmawati, A. Kartika, L. 2014. Peningkatan Kinerja Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Kluster Kerajinan Di Kota Depok Menggunakan House model. Jurnal Manajemen. Institut Pertanian Bogor. [6]. Wong, M.S. Hideki, N. George, P. 2011. The use of impotance-performance analysis (IPA) in evaluating Japan’s e-government services. Journal of Theoretical and Applied Electronic Commerce Research.

404