Mabasan : Masyarakat Bahasa & Sastra Vita Nirmala Nusantara http://mabasan.kemdikbud.go.id/index.php/MABASAN

p-ISSN: 2085-9554 e-ISSN: 2621-2005

AWALAN {N-} DALAM BAHASA KOMERING: ANALISIS BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA

PREFIX {N-} IN KOMERING: ANALYSIS OF FORMS, FUNCTIONS, AND MEANINGS

Vita Nirmala Balai Bahasa Sumatera Selatan Ponsel: 082182413693; Pos-el: [email protected]

Naskah Diterima Tanggal: 23 Desember 2019; Direvisi Akhir Tanggal: 23 Juni 2020; Disetujui Tanggal: 24 Juni 2020 DOI: https://doi.org/10.26499/mab.v1 4i1.309

Abstrak Penelitian ini mengkaji tentang tataran morfologi bahasa Komering, khususnya awalan {N-}, yang menekankan pada bentuk, fungsi, dan makna. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan bentuk, fungsi, dan makna awalan {N-} dalam bahasa Komering. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Artinya, penelitian ini dilakukan seobjektif mungkin berdasarkan data yang diperoleh di lapangan. Pengumpulan data dilakukan secara langsung dari penutur asli di lapangan dengan menggunakan daftar tanya berupa daftar kata kerja. Selain itu, dalam penjaringan data di lapangan, teknik pencatatan dan perekaman digunakan melalui wawancara dengan informan. Perekaman dilakukan dengan menggunakan alat perekam MP3. Hasil penelitian menunjukkan awalan {N-} dalam bahasa Komering memiliki empat bentuk yakni {m-}, {ng-}, {ny-}, dan {n-}. Awalan {N-} berfungsi membentuk kata kerja aktif, yaitu kata kerja aktif transitif dan intransitif. Kata kerja aktif transitif merupakan kata kerja yang mampu menghadirkan kata benda yang berfungsi sebagai objek atau dengan kata lain kata kerja yang membutuhkan objek. Sementara itu, kata kerja aktif intransitif merupakan kata kerja yang tidak dapat menghadirkan objek. Kata kerja aktif transitif merupakan kata kerja yang mampu menghadirkan kata benda yang berfungsi sebagai objek atau dengan kata lain kata kerja yang membutuhkan objek. Ada lima makna awalan {N-} dalam bahasa Komering, yakni melakukan artinya mengerjakan suatu tindakan atau perbuatan; menggunakan/memakai artinya mengenakan atau mengunakan benda dalam melakukan sesuatu: membuat/menghasilkan artinya menjadikan sesuatu, menjadi artinya berubah keadaan menjadi, dan memberi/melengkapi artinya menambah sesuatu supaya lengkap. Kata Kunci: bahasa Komering; awalan {N-}; bentuk; fungsi; makna

Abstract This study discusses the aspect of morphology of the Komering language, especifically the prefix {N-} which emphasizes the form, function, and meaning. The purpose of this study is to describe the form, function, and meaning of the prefix {N-} in the Komering language. The method used is descriptive method. That is, this research was carried out as objectively as possible based on data obtained in the field. Data is collected directly

©2020, Mabasan 14 (1), 31—44 31

Awalan {N-} dalam Bahasa Komering…

from native speakers in the field using a list of questions in the form of a verb list. In additionto the data collection, recording and recording techniques are used through interviews with informants. The recording is using an MP3 recording device. The results showed the prefix {N-} has four allomorphs, namely {m-}, {ng-}, {ny-}, and {n-}. The prefix {N-} functions to form active verbs, which are active transitive and intransitive active verbs. Transitive active verbs are verbs that are able to present nouns that function as objects or in other words verbs that require objects. Meanwhile, intransitive active verbs are verbs that cannot represent objects. Transitive active verbs are verbs that are able to present nouns that function as objects or in other words verbs that require objects. There are five prefix {N-} meanings in the Komering language, the first is “to do” meaning of doing an action; the second meaing is “touse” meaning to wear or use objects in doing something; the third is “tomake/produce” meaning to make something; the fourth is “to change the state of being”; the last is “to give/complete meaning to add something to be complete. Keywords: Komering language; prefix {N-}; form, function; meaning

1. Pendahuluan Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan Bahasa Komering yang biasa (OKUS). Menurut Ben, ada 56 desa yang disebut Kumoring oleh penduduk setempat dihuni oleh penutur bahasa Komering adalah salah satu dari beberapa kelompok dalam berkomunikasi sehari-hari di bahasa di Selatan. Menurut Irsan sepanjang sungai dan jalan desa-desa dkk (2013:26), ada lima kelompok bahasa tersebut. Desa-desa itu terletak di di Sumatra Selatan, yakni kelompok perbatasan antara OKU dan OKUS, yakni bahasa Melayu, kelompok bahasa mulai dari Desa Jambu Ilir, Tanjung Komering, kelompok bahasa Bugis, Lubuk, Cempaka, Campang Tiga, kelompok bahasa Bali, dan kelompok Minanga, Botung, Muncak Kabau, bahasa Jawa. Berdasarkan pernyataan itu, Martapura, sampai dengan Desa Simpang dapat diketahui bahwa ada dua kelompok yang terletak di Kabupaten OKUS (Ben bahasa besar milik Sumatra Selatan, yakni dkk, 2011:9). kelompok bahasa Melayu dan kelompok Sartika dkk. (2008) pada penelitian bahasa Komering. “Lokabasa Sumatera Selatan” Di Sumatra Selatan, bahasa menyebutkan bahwa jumlah penutur Komering digunakan oleh masyarakat bahasa Komering di tujuh desa Komering yang berada pada lebih dari 56 pengamatan lebih kurang 12.000 orang. desa dari tiga kabupaten, yakni Kabupaten Bahasa Komering memiliki dua dialek, Ogan Komering Ilir (OKI), Kabupaten yakni dialek Pulau Negara dan dialek Aji. Ogan Komering Ulu Timur (OKUT), dan Dialek Pulau Negara dituturkan di

©2020, Mabasan 14 (1), 31—44 32

Vita Nirmala

Kabupaten OKU Timur dan OKU Induk, leksikal dengan Kalianda sebesar 70% dan sedangkan dialek Aji dituturkan di dengan Sungkai sebanyak 74%. SIL Kabupaten OKU Selatan. Dialek Aji memperkirakan jumlah penutur bahasa dituturkan di daerah pengamatan Desa Komering sebanyak 20.000 orang yang Negeri Batin. Dialek Pulau Negara tersebar di Sumatera sebelah tenggara, dituturkan di Kabupaten OKU Timur, Martapura, Kangkung, Kayuagung, bagian yakni Pulau Negara, Tanjung Raya, dan timur ke arah pantai, dan Jakarta (Irsan, Desa Sriwangi dan di Kabupaten OKU 2016). Induk pada tiga daerah pengamatan, yakni Bahasa Komering berbeda dari Desa Campang Tiga, Sukaraja, dan Baru bahasa-bahasa pengakuan lainnya yang Raja Bungin (Irsan, 2016). termasuk ke dalam rumpun bahasa Bahasa Komering digunakan Melayu. Berdasarkan analisis Tim secara konsisten oleh masyarakat sebagai Pemetaan Balai Bahasa Sumatera Selatan, sarana komunikasi. Semua kelompok ada 52 bahasa pengakuan dari 400 desa masyarakat, tua dan muda, menggunakan yang menjadi sampel penelitian mereka bahasa Komering untuk berkomunikasi terhadap 2.589 desa yang ada di seluruh sehari-hari. Mereka menggunakan bahasa wilayah Sumatra Selatan. Di antara itu dalam lingkungan keluarga, teman- bahasa-bahasa pengakuan tersebut, bahasa teman, dan masyarakat. Bahkan, Komering sangat berbeda dari bahasa- masyarakat Komering yang berdiam di bahasa tersebut sehingga bahasa ini luar wilayah Komering, seperti di dikelompokkan sebagai bahasa tersendiri , Jakarta, dan di luar oleh Tim Pemetaan Balai Bahasa Sumatra cenderung konsisten menggunakan bahasa Selatan (Irsan, 2016). Komering untuk berkomunikasi ketika Keberadaan bahasa Komering bertemu dengan sesama orang Komering. perlu dilestarikan secara terus-menerus Komering sebagai bahasa yang dianggap oleh berbagai pihak, termasuk peneliti. masuk ke dalam rumpun Lampungic, oleh Salah satu usaha yang dilakukan oleh Summer Institute of Linguistics (SIL) peneliti untuk melestarikan dan dimasukkan ke dalam kelompok bahasa mempertahankan bahasa Komering adalah Austronesia, Melayu Polinesia, , dengan melakukan berbagai penelitian dan Pesisir. SIL menyatakan bahasa yang berkaitan dengan bahasa Komering. Komering memiliki persentase kesamaan Sehubungan dengan itu, peneliti tertarik

©2020, Mabasan 14 (1), 31—44 33

Awalan {N-} dalam Bahasa Komering…

untuk meneliti tataran morfologi bahasa mempelajari tentang struktur dan bentuk Komering, khususnya awalan meng-. klasifikasinya. Dengan kata lain, Kajian ini menekankan pada bentuk, perubahan bentuk sebuah kata menjadi fungsi dan makna awalan meng- dalam bermacam-macam bentukan dengan bahasa Komering. makna yang berbeda (Alwasilah, 2011). Penelitian ini bertujuan untuk Lebih lanjut, Soeparno menyebutkan mendeskripsikan variasi bentuk awalan bahwa morfologi merupakan subdisiplin meng- dalam bahasa Komering beserta linguistik yang menelaah bentuk, proses, fungsi dan maknanya. dan prosedur pembentukan kata (Soeparno, 2002:24). Dari berbagai 2. Landasan Teori pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan 2.1 Morfologi bahwa morfologi merupakan ilmu yang Kata Morf berarti wujud konkret mempelajari tidak hanya bentuk kata, fonemis dari sebuah morfem, sedangkan tetapi juga fungsi dan makna. Logy (logos) artinya ilmu. Kata tersebut 2.2 Morfem berasal dari bahasa Inggris. Morfologi Menurut Mulyono (2013), morfem merupakan bidang ilmu linguistik yang merupakan bentuk linguistik yang paling mempelajari morfem dan kombinasi- kecil dan memiliki makna. Hal ini kombinasinya (Kridalaksana, 2008:159). didukung oleh pernyataan Bloomfield Sementara itu, Crystal (1980) menyatakan (1933) yang merumuskan bahwa, bahwa morfologi mengkaji tentang “Morpheme is the smallest linguistics struktur dan bentuk kata, khususnya form.” Dari pernyataan tersebut morfem morfem (Ba’dulu & Herman, 2005:1). bisa berupa kata dasar, preposisi, kata Selanjutnya, Pateda menyatakan morfologi ganti penunjuk, kata ulang, kata mempelajari tentang bentuk kata dan keterangan, dan afiks. Dari pertanyataan perubahannya dan makna yang muncul tersebut dapat disimpulkan bahwa morfem akibat perubahan tersebut (Pateda, adalah unsur terkecil dalam linguistik yang 2011:81). Ramlan (dalam Ahmad, 2019) memiliki makna yang tidak bisa dibagi juga menyatakan morfologi merupakan dalam unsur yang lebih kecil lagi. kajian tentang pembentukan kata dan 2.3 Morf dan Alomorf perubahan-perubahannya terhadap makna/ Mulyono (2013) menyebutkan arti kata tersebut. Sementara itu, Alwasilah bahwa morf adalah fonem atau susunan menyebutkan morfologi itu ilmu yang ©2020, Mabasan 14 (1), 31—44 34

Vita Nirmala

fonem yang berpadu dengan makna. kata lut memiliki makna inti ‘lentur’, Misalnya –i dalam tandai adalah morf, misalnya, dalam kata belut, kalut, lulut. afiks –i merupakan sebuah morfem. Sementara itu, pokok kata merupakan Demikian juga tanda merupakan morf istilah morfologi yang makna bentukan yang sekaligus juga sebuah morfem. Jadi, terikatnya tidak sama dengan afiks, tandai terdiri atas dua buah morf dan dua preposisi, konjungsi, dan kata-kata buah morfem. keterangan. Bentukan pokok kata ini bisa Sementara itu, alomorf merupakan terdiri atas satu morfem atau lebih. morfem yang posisinya telah ditentukan. Kata dasar adalah semua kata Dengan kata lain, alomorf sebagai morfem (bentuk bebas) yang belum mengalami yang saling melengkapi keberadaannya. proses morfologi baik afiksasi, Alomorf juga disebut morfem dalam reduplikasi, maupun komposisi. Kata variasi yang berbeda. Dalam hal ini, bunga, pulang, tidur merupakan kata dasar peneliti memfokuskan pada variasi bentuk yang bisa juga disebut bentuk dasar dari awalan meng- dalam bahasa komering bentukan bunga-bunga, kepulangan, dan beserta fungsi dan maknanya tiduran. 2.4 Kata, Akar Kata, Pokok Kata, dan 2.5 Afiksasi Kata Dasar Mulyono (2013:6) menyatakan Mulyono (2013) menyebutkan bahwa afiksasi merupakan proses bahwa kata adalah sebuah proses pembentukan kata pada kata dasar dengan morfologis yang bersifat bebas yang terdiri menambahkan afiks. Proses pembentukan atas satu morfem atau lebih. Bentukan ini juga terjadi pada pokok kata, kata asal, terkecil seperti pergi, mereka, kura-kura, maupun bentuk-bentuk kata lainnya. Sama dan buruk merupakan bentukan halnya dengan pernyataan tersebut, Arifin morfologis yang disebut morfem. & Junaiyah (2009:4) menyatakan bahwa Bentukan ini memiliki sifat bebas. afiksasi adalah salah satu proses Artinya, bentukan ini bisa hadir dalam pembentukan kata turunan dari kata dasar tuturan biasa secara mandiri. Bentukan ini melalui penambahan afiks. Penambahan terdiri atas satu morfem. afiks dapat berupa prefiks, infiks, sufiks, Akar kata atau istilah dalam bahasa atau konfiks. Lebih lanjut, disebutkan Inggris root of a word dapat disamakan bahwa ada empat jenis imbuhan dalam dengan inti kata. Akar kata memiliki bahasa Indonesia, yaitu awalan (prefiks), makna inti. Dalam bahasa Indonesia, akar

©2020, Mabasan 14 (1), 31—44 35

Awalan {N-} dalam Bahasa Komering…

sisipan (infiks), akhiran (sufiks), dan diperoleh di lapangan. Data diperoleh dari imbuhan berupa awalan dan akhiran pengumpulan data di lapangan dengan (konfiks). menggunakan daftar tanyaan berupa daftar Ramlan (2001) menyebutkan kata kerja sebagai pertanyaan arahan. beberapa makna yang timbul akibat Pertanyaan diberikan kepada penutur asli pertemuan awalan {N-} dengan bentuk secara langsung berdasarkan daftar dasarnya, antara lain: (1) awalan {N-} tanyaan yang sudah disiapkan. Selain itu, menyatakan bentuk makna ‘suatu dalam penjaringan data di lapangan teknik perbuatan yang aktif lagi transitif, apabila pencatatan dan perekaman digunakan bentuk dasarnya berupa pokok kata. melalui wawancara dengan informan. Maksudnya perbuatan itu dilakukan oleh Perekaman dilakukan dengan meng- pelaku yang menduduki fungsi subjek dan gunakan alat perekam MP3. Data yang menuntut adanya objek; (2) awalan {N-} dikumpulkan berdasarkan daftar kata kerja menyatakan makna ‘menjadi seperti yang sudah disiapkan peneliti. Peneliti keadaan yang tersebut pada bentuk mengumpulkan semua kata kerja dalam dasarnya atau proses apabila bentuk bahasa Indonesia dalam daftar tanyaan dan dasarnya berupa kata sifat; (3) awalan informan menjawab dalam bahasa {N-} menyatakan ‘melakukan tindakan Komering. Setelah data terkumpul, berhubungan dengan apa yang tersebut peneliti mengklasifikasi kata kerja secara bentuk dasar apabila bentuk dasarnya alpabetis dalam bahasa Komering dan nomnal; dan awalan {N-} mengandung mengamati proses afiksasi yang terjadi. makna ‘statif’ atau ‘dalam keadaan’ pada Kemudian, peneliti menganalisisnya satu kata tertentu seperti: mengantuk dan per satu. Langkah terakhir, peneliti menyendiri. Dalam hal ini, peneliti mengkaji bentuk, fungsi, serta makna. memfokuskan pada variasi bentuk awalan meng- dalam bahasa komering, beserta 4. Pembahasan fungsi dan maknanya. Vokal yang terdapat dalam bahasa Komering, yakni a, i, u, dan o dengan 3. Metode Penelitian tujuh variasi bunyi vokal dalam yakni /a/, Metode deskriptif digunakan dalam /i/,/u/, dan /o/. Sementara itu, konsonan penelitian ini. Penelitian ini dilakukan yang terdapat dalam bahasa Komering seobjektif mungkin berdasarkan data yang meliputi 20 bunyi konsonan antara lain:

©2020, Mabasan 14 (1), 31—44 36

Vita Nirmala

/b/, /h/, /l/, /w/, /n/,/j/, /m/, /p/, /r/, /ng/,/d/, mbasuh ‘mencuci’, mbukik ‘membukit’, /s/, /k/, /h/, /g/, /ny/, /t/, /k/, /w/, dan /y/ dan mbalak ‘membesar’. Sementara itu, (Nirmala, 2014). Berikut variasi bentuk kata dasar yang berawalan dengan fonem awalan {N-} dalam bahasa Komering. /p/, ketika mendapat awalan {N-} akan 4.1 Bentuk awalan {N-} berubah menjadi{m-} dan fonem /p/ akan Dalam bahasa Komering, awalan {N-} melesap, seperti: maku ‘memaku’, mikul memiliki empat alomorf, yakni {m-}, ‘memikul’, dan maway ‘menjemur’ {ng-}, {ny-}, dan {n-}. Berikut ini b. Alomorf {ng-} dalam bahasa penjelasan tiap-tiap alomorf. Komering antara lain a. Alomorf {m-} dalam bahasa Komering ngimbit ‘menggeser’ antara lain ngacung ‘mengacung’ mbalik ‘membalik’ ngudok ‘memungut’ mbalos ‘membalas’

mbasuh ‘mencuci’ Kata ngimbit ‘menggeser’, ngacung mbukik ‘membukit’ ‘mengacung’, dan ngudok ‘memungut’ mbalak ‘membesar’ berasal dari kata dasar imbit ‘geser’, acung maku ‘memaku’ ‘acung’, dan udok ‘pungut’. Kata dasar mikul ‘memikul’ yang berawalan dengan fonem vokal /u/, maway ‘menjemur’ /i/, dan /a/, ketika mendapat awalan {N-},

akan berubah menjadi {ng-}, seperti: Kata mbalik ‘membalik’, mbalos ngimbit, ngacung, dan ngudok. ‘membalas’, mbasuh ‘mencuci’, mbukik

‘membukit’, mbalak ‘membesar’, maku nggambar ‘menggambar’ ‘memaku’, mikul ‘memikul’, dan maway nggunting ‘menggunting’ ‘menjemur’ berasal dari kata dasar balik nggolgol ‘memukul’ ‘balik’, balos ‘balas’, basuh ‘cuci’, bukik

‘bukit’, balak ‘besar’, paku ‘paku’, pikul Kata nggambar ‘menggambar’, ‘pikul’, dan pawai ‘jemur’. Kata dasar nggunting ‘menggunting’, dan nggolgol yang berawalan dengan fonem /b/ tersebut ‘memukul’ berasal dari kata dasar gambar akan berubah menjadi {m-}, ketika ‘gambar’, gunting ‘gunting’, dan golgol mendapat awalan {N-}, seperti: kata ‘pukul’. Kata dasar yang berawalan mbalik ‘membalik’, mbalos ‘membalas’, dengan fonem /g/, ketika mendapat awalan ©2020, Mabasan 14 (1), 31—44 37

Awalan {N-} dalam Bahasa Komering…

{N-} akan berubah menjadi {ng-}, seperti ngahaning, ngahija, ngalailai, ngalayos, nggunting, nggolgol, dan nggambar. ngaramos, dan ngarawak. c. Alomorf {ny-}dalam bahasa ngarih ‘mengaduk’ Komering antara lain ngali ‘menggali’ nyabut ’mencabut’ ngait ‘mengait’ nyamcam ‘mencicip’

nyamol ‘mencolek’ Kata ngarih ‘mengaduk’, ngali nyalok ‘menutup’ ‘menggali’, dan ngait ‘mengait’ berasal nyayak ‘mengiris’ dari kata dasar karih ‘aduk’, kali 'gali’, nyipak ‘menendang’ dan kait ‘kait. Kata dasar yang berawalan Kata nyabut ’mencabut’, nyamcam dengan fonem /k/, ketika mendapat awalan ‘mencicip’, nyamol ‘mencolek’, nyalok {N-} akan berubah menjadi {ng-} dan ‘menutup’, nyayak ‘mengiris’, dan nyipak fonem /k/ akan luluh, seperti pada contoh: ‘menendang’ berasal dari kata dasar cabut ngarih, ngali, dan ngait. ‘cabut’, camcam ‘cicip’, camol ‘colek’,

salok ‘tutup’, sayak ‘iris’, dan sipak ngahaning ‘mendengar’ ‘tendang. Kata dasar yang berawalan ngahija ‘mengeja’ dengan fonem /c/ dan /s/, ketika mendapat ngalailai ‘menjemur’ awalan {N-} akan berubah menjadi {ny-} ngalayos ‘menyusut’ dan fonem /c/ dan /s/ akan akan luluh, ngaramos ‘meremas’ seperti nyabut, nyamcam, nyamol, nyalok, ngarawak ‘melempar’ nyayak, dan nyipak. Kata ngahaning ‘mendengar’, d. Alomorf {n-} dalam bahasa Komering ngahija ‘mengeja’, ngalailai ‘menjemur’, antara lain ngalayos ‘menyusut’, dan ngaramos ‘meremas’ berasal dari kata dasar haning ndongi ‘mendengar’ ‘dengar’, hija ‘eja’, lailai ‘jemur’, layos njukuk ‘merumput’ ‘susut’, dan ramos ‘remas’. Kata dasar njawoh ‘menjauh’ yang berawalan dengan fonem /h/, /l/, dan njual ‘menjual’ /r/, ketika mendapat awalan {N-} akan Kata ndongi ‘mendengar’, njukuk berubah menjadi {nga-}, seperti: ‘merumput’, njawoh ‘menjauh’, dan njual ‘menjual’ berasal dari kata dasar dongi

©2020, Mabasan 14 (1), 31—44 38

Vita Nirmala

‘dengar’, jukuk ‘rumput’, jawoh ‘jauh’, b. Ombai nyapu lantai. ‘Nenek menyapu dan jual ‘jual’. Kata dasar yang dimulai lantai’ dengan fonem konsonan /d/ dan /j/ , Kata sapu ‘sapu’ dan nyapu ketika mendapat awalan {N-} akan ‘menyapu’ berbeda berdasarkan fungsi. berubah menjadi {n-}, seperti ndongi, Kata sapu ‘sapu’ pada kalimat Ombai njukuk, njawoh, and njuwal. ngatapko sapu sina di lom lombahan ‘Nenek meletakkan sapu itu di dalam nancop ‘menancap’ rumah’ berfungsi sebagai kata benda, nanguk ‘menangkap’ sedangkan kata nyapu ‘menyapu’ pada nari ‘menari’ kalimat Ombai nyapu lantai ‘Nenek Sementara itu, kata nancop menyapu lantai” berfungsi sebagai kata ‘menancap’, nanguk ‘menangkap’, dan kerja. Berbeda halnya dengan kalimat nari ‘menari’ berasal dari kata dasar berikut ini. Kata nyapu ‘menyapu’ dan tancop ‘tancap’, tanguk ‘tangkap’, dan tari ngelumpak ‘melompat’ merupakan dua ‘tari’. Kata kerja yang berawalan dengan kata kerja yang berfungsi sebagai predikat, fonem /t/ akan luluh ketika kata kerja tapi keduanya memiliki jenis kata kerja tersebut mendapat awalan {N-}, seperti yang berbeda, yakni kata kerja transitif nancop, nanguk, dan nari. dan intransitif. Perhatikan kedua contoh 4.2 Fungsi awalan {N-} berikut ini. Secara umum, awalan {N-} a. Hulun sina ngalumpaki batu. ‘Orang membentuk kata kerja aktif, yakni kata itu melompati batu.’ kerja aktif transitif dan intransitif. Kata b. Adik ngalumpakdi jandilo. ‘Adik sapu dan nyapu memiliki fungsi dan melompat di jendela.’ makna yang berbeda. Kedua kata tersebut berbeda karena keberadaan awalan {N-}. Kata ngalumpak ‘melompat’ pada Perbedaan tersebut membuat dua kata kalimat Adik ngalumpak di jandilo ‘Adik tersebut tidak bisa dipertukarkan. melompat di jendela’ adalah kata kerja Perhatikan contoh kalimat berikut ini. aktif yang tidak dapat menghadirkan a. Ombai ngatapko sapu sina di lom objek. Hal ini akan berbeda dari kata kerja lombahan. ‘Nenek meletakkan sapu aktif ngelumpaki ‘melompati’ yang dapat itu di dalam rumah’ menghadirkan objek, seperti pada contoh Hulun sina ngalumpaki batu ‘Orang itu

©2020, Mabasan 14 (1), 31—44 39

Awalan {N-} dalam Bahasa Komering…

melompati batu’. Kata di jandilo ‘di nancop di pinjal kukutna. ‘Paku itu jendela’ pada kalimat Adik ngalumpak di menancap di telapak kakinya’ berfungsi jandilo ‘Adik melompat di jendela’ sebagai keterangan. Keterangan dapat berfungsi sebagai keterangan. Keterangan dipindah-pindahkan letaknya tanpa dapat dipindah-pindahkan letaknya tanpa merusak makna kalimat. Namun, kukutna merusak makna kalimat. Namun, batu ‘kakinya’ yang terdapat di belakang kata ‘batu’ yang terdapat di belakang kata nancopi ‘menancapi’ berfungsi sebagai ngalumpaki ‘melompati’ berfungsi sebagai objek. Kata nancop tidak dapat dipasifkan objek. Kata ngalumpak tidak dapat menjadi ditancop, tapi kata nancopi dapat dipasifkan menjadi dilumpak, tapi kata dipasifkan menjadi ditancopi. Ini ngalumpaki dapat dipasifkan menjadi menunjukkan bahwa kata kerja berawalan dilumpaki. Ini menunjukkan bahwa kata {N-} ada yang berobjek (aktif transitif) kerja berawalan {N-} ada yang berobjek dan ada yang takberobjek (aktif (aktif transitif) dan ada yang takberobjek taktransitif). (aktif taktransitif). Contoh lainnya: Contoh lain: a. Adik nariko tarian ‘Ombai Akas’. a. Paku sina nancop di pinjal ‘Adik menarikan tarian ‘Ombai kukutna. ‘Paku itu menancap di Akas.’ telapak kakinya.’ b. Adik nari lincah nihan. ‘Adik b. Ruwi-ruwi sija nancopi kukutna. menari dengan lincah sekali.’ ‘Duri-duri itu menancapi kakinya’ Kata nari ‘menari’ pada kalimat Kata nancop ‘menancap’ pada Adik nari lincah nihan ‘Adik menari kalimat Paku sina nancop di pinjal lincah sekali’ adalah kata kerja aktif yang kukutna. ‘Paku itu menancap di telapak tidak dapat menghadirkan objek. Hal ini kakinya’ adalah kata kerja aktif yang tidak akan berbeda dari kata kerja aktif nariko dapat menghadirkan objek. Hal ini akan ‘menarikan’ yang dapat menghadirkan berbeda dari kata kerja aktif nancopi objek, seperti pada contoh Adik nariko ‘menancapi’ yang dapat menghadirkan tarian ‘Ombai Akas’ ‘Adik menarikan objek, seperti pada contoh Ruwi-ruwi sija tarian ‘Ombai Akas’. Kata lincah nihan nancopi kukutna ‘Duri-duri itu menancapi ‘lincah sekali’ pada kalimat Adik nari kakinya’. Kata di pinjal kukutna ‘di lincah nihan ‘Adik menari lincah sekali.’ telapak kakinya’ pada kalimat Paku sina berfungsi sebagai keterangan. Keterangan

©2020, Mabasan 14 (1), 31—44 40

Vita Nirmala

dapat dipindah-pindahkan letaknya tanpa ‘dengan tersedu-sedu’ pada kalimat Ia merusak makna kalimat. Namun, tarian miwang sog-sogan ‘Dia menangis dengan ‘Ombay Akas’‘ Tarian‘Ombay Akas’ yang tersedu-sedu’ berfungsi sebagai terdapat di belakang kata nariko keterangan. Keterangan dapat dipindah- ‘menarikan’ berfungsi sebagai objek. Kata pindahkan letaknya tanpa merusak makna nari pada Adik nari lincah nihan ‘Adik kalimat. Namun, kucingna sai mati yang menari lincah sekali’ tidak dapat terdapat di belakang kata ngahiwangi dipasifkan menjadi ditari, tapi kata nariko ‘menangisi’ berfungsi sebagai objek. Kata pada Adik nariko tarian ‘Ombai Akas’ miwang pada Ia miwang sog-sogan ‘Dia dapat dipasifkan menjadi ditariko. Ini menangis dengan tersedu-sedu’ tidak menunjukkan bahwa kata kerja berawalan dapat dipasifkan menjadi dimiwang {N-} ada yang berobjek (aktif transitif) ‘ditangis’, tapi kata ngahiwangi pada Ia dan ada yang takberobjek (aktif ngahiwangi kucingna sai mati’ dapat taktransitif). dipasifkan menjadi dihiwangi ‘ditangisi’. Contoh lainnya: Ini menunjukkan bahwa kata kerja a. Ia miwang sog-sogan ‘Dia berawalan {N-} ada yang berobjek (aktif menangis dengan tersedu-sedu’. transitif) dan ada yang takberobjek (aktif ‘Dia menangis dengan tersedu- taktransitif). sedu.’ 4.3 Makna atau Arti Awalan {N} b. Ia ngahiwangi kucingna sai mati Berdasarkan data, awalan {meng-} ‘Dia menangisi kucingnya yang memiliki beberapa makna atau arti sebagai mati.’ berikut. Kata miwang ‘menangis’ pada a. Melakukan sesuatu kalimat Ia miwang sog-sogan ‘Dia Awalan {N-} yang bermakna menangis dengan tersedu-sedu’ adalah melakukan sesuatu adalah mbaca kata kerja aktif yang tidak dapat ’membaca’, mbujuk ‘membujuk’, mutor menghadirkan objek. Hal ini akan berbeda ‘memutar’, makai ‘memakai’, ngudok dari kata kerja aktif ngahiwangi ‘mengaduk’, ngulang ‘mengulang’, ‘menangisi’ yang dapat menghadirkan ngangkat ‘mengangkat’, ngayon objek, seperti pada contoh Ia ngahiwangi ’menyuruh’, ngahiris ‘mengiris’, ngaliyak kucingna sai mati ‘Dia menangisi ‘melihat’, ngelumpak ‘melompat’, kucingnya yang mati.’ Kata sog-sogan ngalangkah ’melangkah’, ngarondom

©2020, Mabasan 14 (1), 31—44 41

Awalan {N-} dalam Bahasa Komering…

‘merendam’, ngaraba ‘meraba’, nyampur Awalan {N-} yang bermakna ‘menyampur’, nyindir ‘menyindir’, ndengi membuat atau menghasilkan yakni ‘mendengar’, njuwal ‘menjual’, nari nggambar. ’menari’, nggolgol ‘memukul’, ngurung Contoh: ‘mengurung’, nyaruk ‘menjahit’, njukuk • Sanak ronik sina nggambar batang ‘merumput’, dan nancop ‘menancap’. kayu ‘anak kecil itu menggambar Contoh: pohon’ berarti anak kecil itu Adik mbaca buku ‘Adik membaca buku’ membuat atau menghasilkan berarti adik melakukan aktifitas membaca gambar pohon’ buku. d. Menjadi Ubak mbujuk adik mari mongan ‘ayah Awalan {N-} yang bermakna membujuk adik agar makan’ berarti ayah menjadi adalah nyiyau, nyawoh, dan melakukan perbuatan membujuk agar adik nancap. makan. Contoh: b. Menggunakan atau memakai ‘benda Pudak morli sina nyiyau bak panas yang disebut dalam kata dasar’ ‘muka gadis itu memerah karena panas’ Awalan {N-} yang bermakna berarti muka gadis itu menjadi merah menggunakan atau memakai adalah karena panas. nggunting, nyapu, dan nyangkul. e. Memberi atau melengkapi Contoh: Awalan {N-} yang bermakna • nggunting kalawai ‘menggunting memberi atau melengkapi adalah kain’ berarti memotong kain ngahatok. menggunakan gunting. Contoh: • nyapu lantai ‘menyapu lantai’ Ubak ngahatok lombahan jak pagi berarti membersihkan lantai ‘ayah mengatap rumah dari pagi’ berarti menggunakan sapu. ayah melengkapi rumah dengan atap. • nyangkul jukuk ‘mencangkul rumput’ berarti membersihkan 5. Penutup rumput menggunakan cangkul. Berdasarkan analisis, awalan {N-} c. Membuat atau menghasilkan memiliki empat alomorf yakni {m-}, {ng-}, {ny-}, dan {n-}. Bentuk-bentuk itu tersebut muncul dengan melekatkan awalan

©2020, Mabasan 14 (1), 31—44 42

Vita Nirmala

{meng-} pada kata kerja dasar. Perbedaan Daftar Pustaka wujud imbuhan {m-}, {ng-}, {ny-}, dan {n-} ditentukan oleh fonem pertama yang Ahmad, M. (2019). Perbandingan Morfologi Bahasa Ternate dan mengawali kata dasar. Awalan {N-} Bahasa Indonesia. Journal of Ethnic berfungsi membentuk kata kerja aktif, Diversity and Local Wisdom, 1, 17. Retrieved from yaitu kata kerja aktif transitif dan http://www.jurnal.ummu.ac.id/index. intransitif. Kata kerja aktif transitif php/jedilwisdom%0A merupakan kata kerja yang mampu Alwasilah, C. (2011). Linguistik Suatu menghadirkan kata benda yang berfungsi Pengantar. Bandung: Angkasa Bandung. sebagai objek atau dengan kata lain kata kerja yang membutuhkan objek. Arifin, Z. & Junaiyah. (2009). Morfologi: Bentuk, Makna, dan Fungsi. Jakarta: Sementara itu, kata kerja aktif intransitif PT Gramedia. merupakan kata kerja yang tidak dapat Ba’dulu, A. M. & Herman. (2005). menghadirkan objek. Ada lima makna Morfosintaksis. 2005: PT Rineka awalan {N-} dalam bahasa Komering, Cipta. yakni melakukan, artinya mengerjakan Ben, R. dkk. (2011). Kamus Bahasa suatu tindakan atau perbuatan; Indonesia-Kumoring, Kumoring- Indonesia. Palembang. menggunakan/memakai artinya mengena- kan atau mengunakan benda dalam Irsan, M. (2016). Analisis Fonologis Bahasa Komering. Retrieved from melakukan sesuatu: membuat/ http://pustakakendee.blogspot.com/2 menghasilkan artinya menjadikan sesuatu, 016/07/analisis-fonologis-bahasa- komering.html menjadi artinya berubah keadaan menjadi, dan memberi/melengkapi artinya Irsan, M. dkk. (2013). Pemetaan Bahasa- Bahasa Daerah di Sumatera Selatan. menambah sesuatu supaya lengkap. Palembang: Noer Fikri dan Balai Bahasa Sumatera Selatan.

Kridalaksana, H. (2008). Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Mulyono, I. (2013). Ilmu Bahasa Indonesia Morfologi. Bandung: CV

Yrama Widya.

Nirmala, V. dkk. (2014). Laporan

Penyusunan Tata Bahasa Komering:

©2020, Mabasan 14 (1), 31—44 43

Awalan {N-} dalam Bahasa Komering…

Kajian Fonologi. Palembang. Tinjauan Deskriptif (12th ed.). Yogyakarta: CV Karyono. Pateda, M. (2011). Linguistik Sebuah Pengantar. Bandung: Angkasa. Soeparno. (2002). Dasar-dasar Linguistik Umum. Jogyakarta: PT Tiara Ramlan, M. (2001). Morfologi Suatu Wacana Yogya.

©2020, Mabasan 14 (1), 31—44 44