4. ANALISIS DATA

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 4.1.1 Profil Mega Gym Pada tahun 2004, konsep mega gym ini diperkenalkan oleh Celebrity Fitness di Plaza yang merupakan pusat kebugaran dengan menggabungan urusan olah tubuh dengan hiburan musik dan film. Konsep mega gym ini selain menawarkan alat kebugaran, pusat kebugaran ini dilengkapi dengan beberapa kelas studio seperti aerobik, yoga dan RPM (bersepeda dengan mengikuti irama musik) . Konsep ini menggabungkan antara dua konsep yaitu fitness center dan shopping centre. Penggabungan antara dua konsep inilah yang menjadikan pusat kebugaran dapat hadir di tempat keramaian seperti mall atau shopping center yang mengarah pada lifestyle atau gaya hidup (Majalah SWA, 2008, p.4).

Menurut hasil wawancara pada (18 Februari 2015) dengan Abednego yang merupakan anggota APKI (Asosiasi Pelatih Kesehatan Indonesia), mengatakan bahwa konsep mega gym adalah sebuah tempat pusat kebugaran yang memiliki standart ketentuan tersendiri. Hal itu dapat dilihat mulai dari pemilihan lokasi mega gym yang selalu terletak di dalam mal atau pusat perbelanjaan dengan lokasi yang strategis. Selain itu, pusat kebugaran dengan konsep mega gym ini mempunyai luas area di atas 1.000m2 dan mempunyai spesifikasi pembagian area secara detil seperti area kardiologi, weightlifting, dan kelas (yoga, aerobik, dan combat). Di mega gym, mereka juga menyediakan jasa personal trainer yang dapat dipakai oleh setiap member yang bergabung dengan biaya tambahan khusus. Jasa personal trainer tersebut akan membantu member untuk dapat mengerti akan dasar dunia fitness, selain itu personal trainer juga mempunyai tugas untuk memotivasi trainee, mendorong trainee untuk mencapai goals-nya dan memberikan instruksi sesuai dengan kebutuhan trainee. Pusat kebugaran yang memiliki konsep mega gym di terdapat pada Celebrity Fitness dan Gold’s Gym.

30 Universitas Kristen Petra

Di kota Surabaya, terdapat dua tempat gym yang menggunakan konsep mega gym yaitu Celebrity Fitness dan Gold’s Gym.

Gambar 4.2 Celebrity Fitness Sumber: (www.celebrityfitness.co.id) Celebrity Fitness didirikan pada tahun 2003 oleh John Franklin, Mike Anderson dan JJ Sweeney. Celebrity Fitness mulai beroperasi pada bulan Februari 2004 di . Celebrity Fitness adalah tempat pusat kebugaran dengan konsep Mega Gym dimana menggabungkan antara konsep Gym dengan Entertainment. Operator pusat dengan jaringan lokasi di Asia . Pada 2014, Celebrity Fitness memiliki hampir 50 klub di tiga negara yang berbeda. Setiap klub Celebrity Fitness menawarkan pelatihan, yoga, bersepeda berputar pribadi / indoor dan program kebugaran kelompok bagi para anggotanya. Hal ini dipimpin oleh CEO Martin Darby.

Celebrity Fitness adalah perusahaan olahraga pertama dari jenisnya di Indonesia. Pada tahun 2004, Celebrity membuka gym pertamanya di Jakarta e'X Mall di . Perusahaan ini memiliki terbesar pusat kebugaran jaringan di Indonesia dan merupakan pemimpin pasar, dengan jumlah klub dan anggota. Pada 2014, Celebrity Fitness memiliki lokasi di 10 kota di Indonesia Jakarta, , , , , , , , dan Surabaya sebanyak 30 klub. Di Surabaya terdapat 2 klub Celebrity Fitness yaitu di dan Pakuwon Trade Center (PTC) dengan jumlah 56 personal trainer.

31 Universitas Kristen Petra

Gambar 4.3 Logo Gold’s Gym Sumber: (www.goldsgym.co.id)

Gold Gym International Inc adalah rantai Amerika co-ed internasional pusat kebugaran (sering disebut sebagai " gym ") awalnya dimulai di California oleh Joe Emas . Setiap gym dilengkapi beragam peralatan olahraga , kelas olahraga kelompok dan pelatih pribadi untuk membantu klien. Kantor pusatnya terletak di Dallas, US. Gold’s Gym memiliki konsep “mega gym” dimana hal itu menggabungkan konsep gym dengan entertainment.

Pertama Gold’s Gym dibuka pada musim gugur 1965 di Venice Beach, California. Dan kemudian sampai hari ini Gold’s Gym terus berkembang dan terdapat lebih dari 675 pusat kebugaran di 35 negara. Lokasi Gold Gym dilengkapi dengan kelas olahraga peralatan pelatihan kardiovaskular dan kekuatan dan menawarkan kelompok seperti kelompok bersepeda, pilates, tari Latin, yoga dan peregangan melalui GGX perusahaan Program (Gold Group Exercise).

Di Indonesia Gold’s Gym terletak pada 6 kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan, Batam dan Makassar. Di Surabaya, Gold’s Gym terdapat 2 lokasi yaitu di Grand City dan Surabaya Town Square (Sutos) dengan jumlah 49 personal trainer.

Pada tahun 2012, Gold’s Gym Indonesia mendapatkan penghargaan kategori pusat kebugaran Top Brand 2010. Hal ini ditinjau dari standar

32 Universitas Kristen Petra international untuk pusat kebugaran mulai dari pelayanan, fasilitas dan kelengkapan alat.

4.2 Uji Validitas dan Reliabilitas Pengujian validitas dan reliabilitas kuesioner dilakukan untuk mengetahui apakah indikator atau pertanyaan yang digunakan dalam mendeskripsikan variabel penelitian dapat diandalkan kebenarannya dalam artian dapat mengukur variabel yang akan diteliti secara konsisten. Pengujian validitas dan reliabilitas kuesioner dilakukan terhadap 30 responden dengan program SPSS 17.0.

4.2.1 Uji Validitas Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Sekiranya peneliti menggunakan kuesioner di dalam pengumpulan data penelitian, maka kuesioner yang disusunnya harus mengukur apa yang ingin diukurnya. Dalam menilai validitas suatu alat ukur, peneliti mempertanyakan apakah proses pengumpulan data dalam suatu penelitian, mulai dari penjabaran konsep-konsep sampai pada saat data siap untuk dianalisa (Singarimbun dan Effendi, 2011, p.122). Validitas suatu butir pertanyaan dapat dilihat pada hasil output SPSS pada tabel Item-Total Statistics. Menilai kevalidan masing-masing butir pernyataan dapat dilihat dari nilai Corrected Item-Total Statistics. Suatu butir pernyataan dikatakan valid jika nilai r-hitung yang merupakan nilai dari Corrected Item-Total Statistics>dari r-tabel (Nugroho, 2005, p.67) : a. Jika r-corrected item > r-tabel , maka pernyataan valid. b. Jika r-corrected item < r-tabel , maka pernyataan tidak valid Suatu item pertanyaan dinyatakan valid jika memiliki nilai r hitung > nilai r tabel pada n=30 yaitu 0.361. Berikut adalah hasil pengujian validitas item-item pertanyaan mengenai dimensi opini publik:

33 Universitas Kristen Petra Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Motivation Item r hitung r tabel Keterangan 1 0.824 0.361 Valid 2 0.844 0.361 Valid 3 0.852 0.361 Valid 4 0.807 0.361 Valid

Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa setiap item pertanyaan pada dimensi direction memiliki nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel 0.361, sehingga item-item pertanyaan yang mengukur motivation telah dinyatakan valid.

Berikut adalah hasil pengujian validitas item-item pertanyaan pada knowledge: Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Knowledge

Item r hitung r tabel Keterangan 1 0.641 0.361 Valid 2 0.774 0.361 Valid 3 0.874 0.361 Valid 4 0.798 0.361 Valid 5 0.671 0.361 Valid 6 0.583 0.361 Valid 7 0.705 0.361 Valid 8 0.659 0.361 Valid

Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa setiap item pertanyaan pada knowledge memiliki nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel 0.361, sehingga item-item pertanyaan yang mengukur knowledge telah dinyatakan valid. Berikut adalah hasil pengujian validitas item-item pertanyaan pada skill:

34 Universitas Kristen Petra Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Skill. Item r hitung r tabel Keterangan 1 0.752 0.361 Valid 2 0.731 0.361 Valid 3 0.582 0.361 Valid 4 0.782 0.361 Valid 5 0.672 0.361 Valid 6 0.649 0.361 Valid

Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui bahwa setiap item pertanyaan pada skill memiliki nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel 0.361, sehingga item-item pertanyaan yang mengukur skill telah dinyatakan valid.

4.2.2 Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih. Uji reliabilitas menyangkut masalah ketepatan (accuracy) alat ukur (daftar pertanyaan, wawancara atau alat-alat penelitian lainnya). Ketepatan ini dapat dinilai denan analisa statistik untuk mengetahui measurement error atau salah ukur (Singarimbun dan Effendi, 2011,p.122-123). Pengukuran reliabilitas dilakukan dengan program SPSS for Windows version 17.0 yang akan diukur dengan uji statistik alpha Cronbach (α) dengan ketentuan bahwa variabel yang diteliti dinyatakan reliabel apabila nilai alpha Cronbach (α) adalah di atas 0,6. (Ghozali, 2005). Berikut adalah hasil pengujian reliabilitas untuk masing-masing konsep atau variabel di dalam kuesioner:

Tabel 4.4 Hasil Uji Reliabilitas Alpha Nilai Dimensi Cronbach Kritis Keterangan

Motivation 0.847 0.6 Reliabel Knowledge 0.862 0.6 Reliabel Skill 0.785 0.6 Reliabel

35 Universitas Kristen Petra

Berdasarkan Tabel 4.4 diketahui bahwa motivation, knowledge, dan skill telah memiliki nilai alpha cronbach lebih besar dari nilai kritis 0.6, sehingga kuesioner yang dipergunakan untuk mengukur setiap variabel dalam penelitian dinyatakan reliabel.

4.3 Deskripsi Data 4.3.1 Deskripsi Identitas Responden Berikut ini akan dideskripsikan identitas dari responden penelitian yang meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, menjadi member dan menggunakan personal trainer.

4.3.1.1 Pernah Menggunakan Jasa Personal Trainer Tabel 4.5 Menggunakan Jasa Personal Trainer (dengan n = 100) Keterangan Frekuensi Persentase Ya 100 100.0 Tidak 0 0.0 Total 100 100.0

Berdasarkan Tabel 4.3.1.1 diperoleh informasi bahwa keseluruhan responden pernah menggunakan jasa personal trainer.

4.3.1.2 Terakhir Menggunakan Jasa Personal Trainer Tabel 4.6 Terakhir Menggunakan Jasa Personal Trainer (dengan n = 100)

Keterangan Frekuensi Persentase Dalam bulan ini 57 57.0 2 bulan yang lalu 43 43.0 3 bulan yang lalu 0 0.0 Total 100 100.0

36 Universitas Kristen Petra Berdasarkan Tabel 4.6 diperoleh informasi bahwa responden yang paling banyak mengisi kuesioner mengenai terakhir menggunakan jasa personal trainer adalah responden yang menggunakan jasa personal trainer dalam bulan Maret dengan jumlah 57 orang (57%), sedangkan untuk responden yang menggunakan jasa personal trainer 2 bulan yang lalu berjumlah sebanyak 43 orang (43%)

4.3.1.3 Jenis Kelamin Tabel 4.7 Jenis Kelamin Responden (dengan n = 100) Jenis Kelamin Frekuensi Persentase Pria 24 24.0 Wanita 76 76.0 Total 100 100.0

Berdasarkan Tabel 4.7 diperoleh informasi bahwa responden yang paling banyak mengisi kuesioner personal trainer adalah responden berjenis kelamin wanita dengan jumlah 76 orang (76%), sedangkan untuk responden pria berjumlah sebanyak 24 orang (24%). Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Yusuf selaku manager dari Gold’s Gym mengatakan bahwa “Wanita cenderung lebih banyak menggunakan jasa personal trainer karena kebanyakan dari wanita tidak memahami bagaimana penggunaan alat dan teknik latihan yang bagus bagi tubuh, selain itu wanita merasa lebih canggung dibandingkan pria ketika mereka berlatih sendirian”.

4.3.1.4 Usia Tabel 4.8 Usia Responden (dengan n = 100) Usia Frekuensi Persentase <30 tahun 12 12.0 31-40 tahun 35 35.0 >40 tahun 53 53.0 Total 100 100.0

37 Universitas Kristen Petra Berdasarkan Tabel 4.8 diperoleh informasi bahwa responden yang paling banyak diperoleh terdapat pada usia antara > 40 tahun yaitu berjumlah sebanyak 53 orang (53%). Selain itu, responden sebanyak 35 orang (35%) berusia 31-40 tahun, sedangkan untuk responden yang berusia antara < 30 tahun diperoleh sebanyak 12 orang (12%). Menurut Hurlock (1997.p.146), penggolongan usia 18 – 40 masih tergolong dengan usia dalam masa dewasa dini, dimana seseorang mulai memantapkan diri dalam dunia kerja dan memantapkan letak kedudukan dalam pola hidup. Berikut merupakan tahapan kelompok usia berdasarkan tingkat kedewasaannya (Kasali, 1998. p.200-201), yaitu pada usia 17-23 tahun : masuk masa transisi, Usia 24-30 tahun : masa pembentukan keluarga, Usia 31-40 tahun : masa peningkatan karier, Usia 41-50 tahun : masa kemapanan, Usia 51-60 tahun : persiapan pensiun. Dari tabel usia di atas, dapat dilihat bahwa responden yang paling banyak diperoleh terdapat pada pengunjung dengan usia >40 tahun, yang mana menurut (Hurlock 1997,p.146) usia ini merupakan masa di mana seseorang mengalami kemapanan dalam dunia kerja. Berkaitan dengan biaya jasa personal trainer yang tergolong mahal berkisar 300-400 ribu/sesi. Menurut Ninik (37 tahun, Wirausaha) selaku pengguna jasa trainer dengan 48x sesi mengungkapkan bahwa “Saya selalu menyisihkan sebagian uang setiap bulannya untuk membayar jasa personal trainer, meskipun tergolong mahal tetapi saya merasa worth it dengan hasilnya”

4.3.1.5 Pendidikan Tabel 4.9 Pendidikan Responden (dengan n = 100) Pendidikan Frekuensi Persentase SMA 39 39.0 Diploma 2 2.0 S1 50 50.0 S2 7 7.0 S3 2 2.0 Total 100 100.0

38 Universitas Kristen Petra Berdasarkan Tabel 4.9 diperoleh informasi bahwa responden yang paling banyak diperoleh terdapat pada pendidikan S1 yaitu berjumlah sebanyak 50 orang (50%). Selain itu, responden sebanyak 39 orang (39%) pendidikan SMA, sedangkan untuk responden yang berpendidikan S2 diperoleh sebanyak 7 orang (7%). Responden yang diperoleh dengan jumlah paling minimal sebanyak 2 orang (2%) dengan pendidikan S3 dan diploma. Menurut Bodhikirti (2009.p.3) bahwa perubahan gaya hidup masyarakat Indonesia khususnya dalam perkotaan besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan yang semakin berkembang yang menjadikan olahraga menjadi bagian dari gaya hidup mereka.

4.3.1.6 Pekerjaan Tabel 4.10 Pekerjaan Responden (dengan n = 100) Pekerjaan Frekuensi Persentase Mahasiswa 17 17.0 Wiraswasta 37 37.0 Ibu rumah tangga 46 46.0 Total 100 100.0

Berdasarkan Tabel 4.10 diperoleh informasi bahwa responden yang paling banyak diperoleh terdapat pada pekerjaan ibu rumah tangga yaitu berjumlah sebanyak 46 orang (46%). Selain itu, responden sebanyak 37 orang (37%) bekerja sebagai wiraswasta, sedangkan untuk responden mahasiswa diperoleh sebanyak 17 orang (17%). Menurut Ninik (37 tahun, Ibu rumah tangga) selaku pengguna jasa PT mengungkapkan bahwa “alasan saya menggunakan jasa PT karena saya merasa senang ketika ada seseorang yang menemani saya ketika berolahraga sehingga membuat saya lebih fokus dan maksimal ketika berlatih. Karena saya sebelumnya tidak pernah berolahraga, sehingga menggunakan jasa PT ini juga membantu saya mengerti teknik dan gerakan latihan dengan benar tanpa cidera”

39 Universitas Kristen Petra 4.3.1.7 Menjadi Member

Tabel 4.11 Menjadi Member Responden (dengan n = 100) Member Frekuensi Persentase < 1 bulan 11 11.0 1-2 bulan 42 42.0 3-5 bulan 35 35.0 6 bulan - 1 tahun 12 12.0 Total 100 100.0

Berdasarkan Tabel 4.11 diperoleh informasi bahwa responden yang paling banyak diperoleh menjadi member 1-2 bulan yaitu berjumlah sebanyak 42 orang (42%). Selain itu, responden sebanyak 35 orang (35%) menjadi member 3- 5 bulan, sedangkan untuk responden yang menjadi member 6 bulan – 1 tahun diperoleh sebanyak 12 orang (12%). Responden yang diperoleh dengan jumlah paling minimal sebanyak 11 orang (11%) dengan menjadi member <1 bulan. Sedangkan responden yang diperoleh dengan jumlah terbanyak menjadi member adalah 1-2 bulan sebanyak 42 orang (42%)

4.3.1.8 Jenis Kelamin Personal Trainer Tabel 4.12 Menggunakan Personal Trainer (dengan n = 100) Personal Frekuensi Persentase trainer Pria 64 64.0 Wanita 36 36.0 Total 100 100.0

Berdasarkan Tabel 4.12 diperoleh informasi bahwa responden yang paling banyak diperoleh terdapat menggunakan personal trainer pria yaitu berjumlah sebanyak 64 orang (64%), sedangkan untuk responden yang menggunakan personal trainer wanita diperoleh sebanyak 36 orang (36%). Menurut Soler dan Jorda (2007) mengungkapkan bahwa wanita memiliki

40 Universitas Kristen Petra kemampuan bahasa dan komunikasi yang lebih baik daripada pria, sedangkan pria memiliki kemampuan mendengar dan ketelitian yang lebih baik daripada wanita. 4.3.1.9 Frekuensi Latihan dalam Seminggu Tabel 4.13 Frekuensi Latihan dalam Seminggu (dengan n = 100) Latihan Frekuensi Persentase 1 kali 14 14.0 2 kali 45 45.0 3 kali 35 35.0 >4 kali 6 6.0 Total 100 100.0

Berdasarkan Tabel 4.13 diperoleh informasi bahwa responden yang paling banyak diperoleh terdapat frekuensi latihan dalam seminggu 2 kali yaitu berjumlah sebanyak 45 orang (45%). Selain itu, responden sebanyak 35 orang (35%) frekuensi latihan dalam seminggu 3 kali, sedangkan untuk responden yang frekuensi latihan dalam seminggu 1 kali diperoleh sebanyak 14 orang (14%). Responden yang diperoleh dengan jumlah paling minimal sebanyak 6 orang (6%) dengan frekuensi latihan dalam seminggu >4 kali.

4.3.2 Kompetensi Komunikasi 4.3.2.1 Motivation Berikut ini merupakan deskripsi kompetensi komunikasi yang terdapat dalam motivation. Tabel 4.14. Personal Trainer terlihat percaya diri (tidak gugup) ketika berkomunikasi dengan Trainee No. Kategori Jawaban Jumlah % 1 Sangat tidak setuju 1 1,0 2 Tidak setuju 2 2,0 3 Netral 2 2,0 4 Setuju 60 60,0 5 Sangat setuju 35 35,0

41 Universitas Kristen Petra Total 100 100

Berdasarkan tabel 4.14 dapat diketahui bahwa sebanyak 60% responden menyatakan setuju terhadap pernyataan mengenai Personal Trainer (PT) terlihat percaya diri (tidak gugup) ketika berkomunikasi dengan trainee, selain itu responden yang menyatakan sangat setuju mempunyai persentase sebesar 35%. Sedangkan 1% dari responden bersikap netral jawaban tersebut lebih mengarah ke positif. Hal ini menunjukkan bahwa sebanyak 60% trainee telah setuju bahwa Personal Trainer (PT) terlihat percaya diri (tidak gugup) ketika berkomunikasi dengan trainee hal itu terbukti dengan selalu adanya eye contact, dan meyakinkan. Sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Hurlock (1999,p.211) menyatakan bahwa kepercayaan diri (self confidence) adalah suatu keyakinan seseorang untuk mampu berperilaku sesuai dengan harapan dan keinginannya. Dimana kepercayaan diri yang dimiliki seorang Personal Trainer (PT) akan dapat mempengaruhi kompetensi komunikasinya ketika berhadapan dengan trainee. Percaya diri merupakan salah satu aspek yang penting dalam kompetensi seorang komunikator dalam menyampaikan informasi secara interpersonal kepada lawan bicaranya. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Bandura (1977. p.13) bahwa kepercayaan diri adalah suatu keyakinan yang dimikiki seseorang bahwa dirinya mampu berperilaku seperti yang dibutuhkan untuk memperoleh hasil seperti yang diharapkan. Jadi, ketika seseorang Personal Trainer (PT) mempunyai kepercayaan diri maka hal itu akan memberi pengaruh positif kepada trainee.

Tabel 4.15. Personal Trainer tidak canggung ketika berbicara tatap muka dan one-on-one dengan Trainee No. Kategori Jawaban Jumlah % 1 Sangat tidak setuju 1 1,0 2 Tidak setuju 3 3,0 3 Netral 4 4,0 4 Setuju 61 61,0 5 Sangat setuju 31 31,0

42 Universitas Kristen Petra Total 100 100

Berdasarkan tabel 4.14 dapat diketahui bahwa responden menyatakan setuju terhadap pernyataan Personal Trainer (PT) tidak canggung ketika berbicara tatap muka dan one-on-one dengan trainee sebesar 61%. Responden yang menyatakan sangat setuju mempunyai persentase sebesar 31%, sedangkan responden yang menyatakan netral mempunyai persentase sebesar 4%. Hal ini menunjukkan bahwa trainee merasa PT dapat melakukan percakapan one-on-one dengan nyaman terkait dengan adanya perbedaan gender, usia atau status sosial. Menurut Lili Aloweri (1991,p. 15), bahwa komunikasi interpersonal atau antar pribadi adalah komunikasi antar orang secara tatap muka yang memungkinkan tiap komunikannya dapat menangkap langsung respon atau reaksi yang langsung diberikan oleh lawan bicaranya. Menurut Ellis (1995) dalam Spitzberg (2007,p36) banyak dari kita yang mahir berbicara one-on-one tetapi mengalami sebuah kecemasan ketika berbicara di hadapan publik atau sebaliknya. Dalam hal ini PT dituntut untuk dapat berkomunikasi interpersonal (one-on-one) dengan trainee pada saat sesi latihan

Tabel 4.16. Personal Trainer masih dapat berkomunikasi dengan nyaman kepada trainee meski di luar jam latihan No. Kategori Jawaban Jumlah % 1 Sangat tidak setuju 1 1,0 2 Tidak setuju 9 9,0 3 Netral 1 1,0 4 Setuju 62 62,0 5 Sangat setuju 27 27,0 Total 100 100

Berdasarkan Tabel 4.16. diatas dapat diketahui bahwa responden yang menyatakan setuju terhadap pernyataan Personal Trainer (PT) masih dapat berkomunikasi dengan nyaman kepada trainee meski di luar jam latihan sebesar 62%. Responden yang menyatakan sangat setuju mempunyai persentase sebesar

43 Universitas Kristen Petra 27%, dan responden yang menyatakan tidak setuju mempunyai persentase sebesar 9%. Motivasi tinggi Personal Trainer (PT) untuk berkomunikasi dengan trainee walaupun di luar jam training terlihat dari hasil survey di atas. Kebanyakan dari responden masih berhubungan dengan personal trainer meskipun di luar jam latihan seperti makan siang bersama, belanja kebutuhan makanan dan melakukan percakapan melalui SMS, BBM, Facebook, twitter untuk mengingatkan jam makan dan sebagainya. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Ninik, 37 tahun, pada 24 Maret 2015. Ada pula responden yang merasa bahwa motivasi berkomunikasi PT di luar jam training rendah. Hal ini dapat dibuktikan dari salah satu wawancara terhadap responden bernama Yessi, 41 tahun yang menyatakan tidak setuju mengungkapkan bahwa “Saya kecewa terhadap personal trainer nya karena hanya enak diajak untuk diskusi ketika jam latihan. Tetapi di luar jam latihan cukup susah untuk dimintain tolong atau ditanya, misalnya trainee meminta tolong untuk merubah jam latihan, bertanya mengenai kandungan gizi dan supplemen”.

Tabel 4.17. Personal Trainer tidak malu-malu membuka percakapan untuk menceritakan berbagai pengalaman dan tips kepada trainee No. Kategori Jawaban Jumlah % 1 Sangat tidak setuju 1 1,0 2 Tidak setuju 5 5,0 3 Netral 8 8,0 4 Setuju 62 62,0 5 Sangat setuju 24 24,0 Total 100 100

Berdasarkan Tabel 4.17 dapat diketahui responden menyatakan setuju terhadap pernyataan Personal Trainer (PT) tidak malu-malu membuka percakapan untuk menceritakan berbagai pengalaman dan tips kepada trainee sebanyak 62 orang (62%), responden menyatakan sangat setuju sebanyak 24 orang (24%) dan responden yang menyatakan netral sebanyak 8 orang (8%) karena mereka merasa tidak terlalu peduli dengan berbagai pengalaman. Terkait

44 Universitas Kristen Petra dengan ungkapan Kim (1999) mengenai teori shyness adalah sebuah kecendurangan untuk menarik diri dari aktivitas sosial, orang yang pemalu tidak akan memulai sebuah percakapan. Dimana hal ini, menurut jawaban responden tidak dialami oleh PT ketika berhadapan dengan trainee karena responden yang menyatakan setuju lebih besar dibandingkan yang lain. Menurut Babe, 44 tahun mengungkapkan “waktu sesi latihan kan pasti ada sedikit waktu untuk sharing sambil istirahat, disaat itu PT saya berbagi pengalaman nya pada waktu mengikuti kontes body builder dan L-men. Darisitu saya menjadi tahu bahwa pengorbanan seseorang ketika mau ikut kontes seperti itu sangatlah berat”. Sedangkan menurut responden yang menyatakan tidak setuju (5%) dan sangat tidak setuju (1%) mengungkapkan bahwa “ketika bercerita mengenai pengalaman dan tips maka akan terbawa suasana dan hanya akan menghabiskan waktu untuk bercerita”

Tabel 4.18. Mean Indikator Motivation No. Indikator Mean 1 Personal Trainer terlihat percaya diri (tidak gugup) ketika 4,260 berkomunikasi dengan trainee 2 Personal Trainer tidak canggung ketika berbicara tatap muka dan 4,180 one-on-one dengan trainee 3 Personal Trainer masih dapat berkomunikasi dengan nyaman 4,050 kepada trainee meski di luar jam latihan 4 Personal Trainer tidak malu-malu membuka percakapan untuk 4,030 menceritakan berbagai pengalaman dan tips kepada trainee Mean 4,130

Dari Tabel 4.18 di atas, diperoleh bahwa nilai rata-rata total jawaban responden mengenai motivation sebesar 4,130. Hal ini berarti mayoritas responden setuju terhadap pernyataan-pernyataan mengenai motivation Personal Trainer dalam berkomunikasi interpersonal dengan mereka. Nilai tertinggi pada motivation adalah Personal Trainer terlihat percaya diri (tidak gugup) ketika berkomunikasi dengan trainee (4,260). Hal ini berarti, sebagian besar responden merasa bahwa Personal Trainer di Mega Gym memiliki motivasi yang tinggi

45 Universitas Kristen Petra dalam berkomunikasi interpersonal dengan trainee mereka. Menurut Monica Rusdianto (2006) dalam berkomunikasi di ranah olahraga, seorang pelatih harus mempunyai kepercayaan diri yang tinggi untuk memotivasi atlit yang dilatih sehingga menumbuhkan dan meningkatkan rasa percaya diri, dimana hal ini terkait bahwa Personal Trainer harus memiliki rasa percaya diri yang baik agar dapat memberikan motivasi dan energi yang positif ke trainee. Nilai rata-rata terendah pada motivation adalah Personal Trainer tidak malu-malu membuka percakapan untuk menceritakan berbagai pengalaman dan tips kepada trainee (4,030). Berdasarkan wawancara dengan 6 responden yang menyatakan tidak setuju terhadap pertanyaan ini menyatakan bahwa responden merasa tidak terlalu nyaman ketika membuka diri untuk berbagi cerita, responden juga takut jika akan menghabiskan banyak waktu dengan bercerita dan responden merasa hal tersebut dapat menganggu fokus dari latihan. Menurut, Yessi (28 tahun) mengungkapkan “kalau saya sih ga terlalu suka untuk terlalu banyak bercerita. Menurut saya kalau latihan ya fokus latihan saja jadi biar dalam waktu 1 jam itu mencapai intensitas maksimal”.

4.3.2.2 Knowledge Dalam kategori kompetensi komunikasi knowledge, menurut Spitzberg dan Cupach dalam Morealle (2007, p.35-38) terdapat dua jenis pengetahuan yaitu content knowledge yang artinya pengetahuan dalam memahami isi dari sebuah topik, kata-kata, arti yang diperlukan dalam sebuah situasi. Sedangkan, Procedural knowledge memberi tahu kita bagaimana untuk memasang, merencanakan dan menampilkan content knowledge dalam situasi tertentu. Pada penjelasan kuesioner ini, tabel 4.19 hingga 4.23 merupakan hasil survei mengenai content knowledge, sementara tabel 4.24 hingga 4.26 merupakan hasil survei mengenai procedural knowledge.

Tabel 4.19. Personal Trainer (PT) mengerti tentang jenis latihan yang sesuai dengan kebutuhan Trainee (Misal : untuk usia lanjut, program diet, pembentukan badan, dan lainnya) No. Kategori Jawaban Jumlah %

46 Universitas Kristen Petra 1 Sangat tidak setuju 1 1,0 2 Tidak setuju 9 9,0 3 Netral 8 8,0 4 Setuju 59 59,0 5 Sangat setuju 23 23,0 Total 100 100

Pada pernyataan PT mengerti tentang jenis latihan yang sesuai dengan kebutuhan trainee (Misal: untuk usia lanjut, program diet, pembentukan badan, dan lainnya) menunjukkan bahwa yang menyatakan sangat tidak setuju 1%, menyatakan tidak setuju sebanyak 9% dikarenakan responden merasa bahwa Personal Trainer (PT) tersebut kurang dapat menjawab sesuai dengan harapan responden, menyatakan netral sebanyak 8 orang (8%), menyatakan setuju sebanyak 59 orang (59%), dan menyatakan sangat setuju sebanyak 23 orang (23%). Menurut Veldhuis (1998,p.49-54) mengungkapkan bahwa adanya perbedaan hormon yang dimiliki pria dan wanita. Pada wanita memiliki hormon yang dominan adalah estrogen dimana hormon ini menyebabkan wanita lebih dapat fokus ketika latihan, memiliki recovery yang lebih cepat, mengalami menstruasi dan memiliki hormon yang lebih banyak serta complex dibandingkan pria. Sedangkan pada pria memiliki hormon testosterone dimana hormon ini membuat badan pria menjadi lebih besar daripada wanita, memiliki suara yang besar dan membuat otot yang lebih kencang. Sehingga Personal Trainer (PT) harus dapat memberikan jenis latihan yang sesuai dengan kebutuhan trainee terkait adanya perbedaan kebutuhan antara pria dan wanita. Responden yang memberikan jawaban setuju atau sangat setuju merasa bahwa Personal Trainer (PT) tersebut dapat mengerti akan jenis latihan sesuai dengan kebutuhan responden. Hasil survei di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden merasa bahwa knowledge atau pengetahuan yang dimiliki oleh Personal Trainer (PT) tentang jenis latihan yang sesuai dengan kebutuhan trainee telah dapat dikomunikasikan oleh Personal Trainer (PT) kepada Trainee’nya.

47 Universitas Kristen Petra Tabel 4.20. PT mengerti tentang sistem kerja tubuh (fisiologi) dan struktur tubuh (anatomi) manusia No. Kategori Jawaban Jumlah % 1 Sangat tidak setuju 2 2,0 2 Tidak setuju 5 5,0 3 Netral 2 2,0 4 Setuju 69 69,0 5 Sangat setuju 22 22,0 Total 100 100

Pada pernyataan Personal Trainer (PT) mengerti tentang sistem kerja tubuh (fisiologi) dan struktur tubuh (anatomi) manusia menunjukkan bahwa yang menyatakan sangat tidak setuju 2%, menyatakan tidak setuju sebanyak 5%, menyatakan netral sebanyak 2 orang (2%), menyatakan setuju sebanyak 69 orang (69%), dan menyatakan sangat setuju sebanyak 22 orang (22%). Berdasarkan wawancara dengan Yusuf selaku manager Gold’s Gym menyatakan bahwa “Pada dasarnya setiap Personal Trainer (PT) harus memiliki pengetahuan untuk mengerti dan menguasai tentang fisiologi serta struktur tubuh manusia untuk dapat memberikan penjelasan secara mendetil bagaimana cara tubuh bekerja, otot berkembang dan pentingnya istirahat kepada trainee”. Hal tersebut didukung dengan pernyataan Charles, 37 tahun selaku pengguna jasa Personal Trainer (PT) yang menyatakan setuju mengungkapkan bahwa “salah satu benefit pakai Personal Trainer (PT) adalah kita diberi tahu banyak gimana cara otot bekerja supaya maksimal, seperti ada repetisi gerakan, menggunakan momentum dan tempo tertentu”.

Berdasarkan wawancara kepada Diana, 44 tahun yang menyatakan tidak setuju berpendapat bahwa “Personal Trainer (PT) yang melatih saya kurang mengerti atau menguasai sistem kerja tubuh, buktinya saya pernah berlatih dengan PT, kemudian malamnya saya tidak bisa tidur sampai 2 hari terasa kaku atau (fatigue)”. Karena ketika kita melakukan sebuah teknik atau latihan maka seluruh bagian tubuh akan terkait. Dari hasil di atas menunjukkan bahwa Personal

48 Universitas Kristen Petra Trainer (PT) telah mampu mengkomunikasikan aspek training yang penting yaitu bagaimana sistem kerja tubuh dan struktur tubuh manusia.

Tabel 4.21. Personal Trainer (PT) selalu membuat penilaian yang sesuai dengan standart gym pada setiap sesi latihan dengan Trainee No. Kategori Jawaban Jumlah % 1 Sangat tidak setuju 1 1,0 2 Tidak setuju 7 7,0 3 Netral 4 4,0 4 Setuju 67 67,0 5 Sangat setuju 21 21,0 Total 100 100

Pada pernyataan Personal Trainer (PT) selalu membuat penilaian yang sesuai dengan standart gym pada setiap sesi latihan dengan trainee menunjukkan bahwa yang menyatakan sangat tidak setuju 1%, menyatakan tidak setuju sebanyak 7% karena berdasarkan wawancara dengan responden yang bernama Ninik (37 tahun), menyatakan bahwa Personal Trainer (PT) tersebut tidak terlalu mengurusi akan penilaian, menyatakan netral sebanyak 4 orang (4%) dengan jawaban yang mengarah ke positif berdasarkan pertanyaan secara langsung antara peneliti dengan responden, menyatakan setuju sebanyak 67 orang (67%), dan menyatakan sangat setuju sebanyak 21 orang (21%) Menurut Pedersen dalam bukunya Handbook of Sport Communication (2013.p.80) menyatakan bahwa assessment atau penilaian merupakan suatu tolak ukur keberhasilan atau kegagalan akan kualitas seorang atlit dalam kurun waktu tertentu. Assessment ini merupakan salah bentuk komunikasi hubungan antara pelatih dengan atlit, dimana ketika pelatih dan atlit melihat ada-nya sebuah kekurangan pada bagian tertentu maka mereka akan berdiskusi untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam hal ini, penilaian (assessment) merupakan kewajiban dan pengetahuan dari seorang Personal Trainer (PT) terhadap trainee. Antara PT dan trainee juga saling terkait untuk mencapai tujuan tertentu yang di-diskusikan bersama. Beberapa assessment antara Personal Trainer (PT) dan trainee tersebut

49 Universitas Kristen Petra diukur melalui hasil penimbangan yang detil dimana akan mengeluarkan hasil berat badan yang terbagi dari kadar lemak, massa otot, bone structure, lingkar pinggang, diameter tangan dan bentuk tubuh. Hasil tersebut dibandingkan dari pertama trainee berlatih hingga sekitar 3 bulan, kemudian didiskusikan bersama antara Personal Trainer (PT) dengan trainee terkait hasilnya.

Tabel 4.22. Personal Trainer (PT) memahami pola makan yang sehat sesuai dengan kebutuhan Trainee No. Kategori Jawaban Jumlah % 1 Sangat tidak setuju 1 1,0 2 Tidak setuju 10 10,0 3 Netral 4 4,0 4 Setuju 62 62,0 5 Sangat setuju 23 23,0 Total 100 100

Berdasarkan table di atas Personal Trainer (PT) memahami pola makan yang sehat sesuai dengan kebutuhan trainee menunjukkan bahwa yang menyatakan sangat tidak setuju 1%, menyatakan tidak setuju sebanyak 10%. Berdasarkan wawancara dengan responden Ardi (21 tahun) merasa bahwa “PT yang saya dapat ini tidak menjelaskan detil pola asupan makanan terkait nutrisi (protein, karbohidrat, lemak, dll)”, menyatakan netral sebanyak 4 orang (4%), menyatakan setuju sebanyak 62 orang (62%), dan menyatakan sangat setuju sebanyak 23 orang (23%). Responden yang menyatakan setuju merasa bahwa Personal Trainer (PT) tersebut dapat memberikan saran terhadap pola makan yang sesuai kebutuhan trainee berdasarkan dari tujuan trainee seperti menguruskan badan, penggemukan badan atau meningkatkan massa otot.

Menurut Pedersen (2013, p.2014), konsumsi makanan merupakan peranan yang vital dalam dunia fitness dimana terkait dengan nutrisi, supplement dan lainnya. Konsumsi makanan tersebut dapat menentukan bentuk tubuh seseorang

50 Universitas Kristen Petra seperti bulking (pembesaran badan), leaning (pengeringan badan), muscles (berotot) dan fit.

Tabel 4.23. Personal Trainer (PT) mampu memberikan contoh setiap gerakan dengan jelas dan mudah dipahami

No. Kategori Jawaban Jumlah % 1 Sangat tidak setuju 1 1,0 2 Tidak setuju 8 8,0 3 Netral 4 4,0 4 Setuju 74 74,0 5 Sangat setuju 13 13,0 Total 100 100

Tabel di atas menunjukkan hasil survey pada pernyataan Personal Trainer (PT) mampu memberikan contoh setiap gerakan dengan jelas dan mudah dipahami menunjukkan bahwa yang menyatakan sangat tidak setuju 1%, menyatakan tidak setuju sebanyak 8%. Berdasarkan wawancara dengan Yenny, 48 tahun yang menyatakan tidak setuju merasa bahwa “Saya mendapat PT yang mengkomunikasikan instruksi dengan terlalu cepat dan tidak berurutan, sampai terkadang saya meminta diulang kembali instruksinya”, menyatakan netral sebanyak 4 orang (4%), menyatakan setuju sebanyak 74 orang (74%), dan menyatakan sangat setuju sebanyak 13 orang (13%). Hasil wawancara dengan Babe, 37 tahun yang menyatakan setuju merasa bahwa “ketika PT menyuruh melakukan gerakan, ya diberikan contoh terlebih dahulu secara perlahan kadang sampai diulang 2x gerakannya. Kalau saya kurang ngerti maka saya tanya langsung, nanti PT tersebut jelasin ulang lagi” Menurut Pedersen (2013,p. 200), personal fitness communication adalah bentuk komunikasi timbal-balik dalam dunia olahraga antara dua orang. Dimana dalam hal ini sangatlah penting bagi Personal Trainer (PT) dengan trainee untuk saling mengerti isi pesan yang disampaikan.

51 Universitas Kristen Petra Tabel 4.24. PT dapat menjelaskan setiap pemilihan agenda latihan kepada trainee disertai alasan dan pentingnya

No. Kategori Jawaban Jumlah % 1 Sangat tidak setuju 1 1,0 2 Tidak setuju 13 13,0 3 Netral 6 6,0 4 Setuju 68 68,0 5 Sangat setuju 12 12,0 Total 100 100

Tabel di atas merupakan hasil survei pada pernyataan Personal Trainer (PT) dapat menjelaskan setiap pemilihan agenda latihan kepada trainee disertai alasan dan pentingnya menunjukkan bahwa yang menyatakan sangat tidak setuju 1%, menyatakan tidak setuju sebanyak 13%, menyatakan netral sebanyak 6 orang (6%), menyatakan setuju sebanyak 68 orang (68%), dan menyatakan sangat setuju sebanyak 12 orang (12%). Salah satu responden Adriana, 24 tahun yang menjawab tidak setuju mengungkapkan bahwa “Saya baru memakai jasa Personal Trainer (PT) kurang lebih 5x an, tetapi PT saya ini memberikan agenda latihan yang menurut saya agak asal karena pernah saya sampai mual dan kepingin muntah ketika terlalu capek”. Sedangkan, responden yang menjawab setuju Weni, 46 tahun menyatakan bahwa “Kalau saya dapat PT-nya sih sudah enak karena agenda latihannya pas dengan usia saya jadi tidak terlalu banyak angkat beban yang berat-berat tetapi lebih mengarah kepada gerakan seperti naik tangga, jongkok”. Menurut Pedersen (2013, p.80), assessment atau penilaian merupakan suatu tolak ukur keberhasilan atau kegagalan akan kualitas seorang atlit dalam kurun waktu tertentu dimana terkait hal ini juga sangatlah penting bagi seorang PT dalam menentukan jenis latihan yang sesuai dengan kemampuan trainee.

52 Universitas Kristen Petra Tabel 4.25. PT dapat menyampaikan agenda latihan dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh trainee No. Kategori Jawaban Jumlah % 1 Sangat tidak setuju 1 1,0 2 Tidak setuju 8 8,0 3 Netral 4 4,0 4 Setuju 75 75,0 5 Sangat setuju 12 12,0 Total 100 100

Tabel di atas merupakan hasil survey pada pernyataan Personal Trainer (PT) dapat menyampaikan agenda latihan dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh trainee menunjukkan bahwa yang menyatakan sangat tidak setuju 1%, menyatakan tidak setuju sebanyak 8% hal ini disebabkan responden merasa tidak mengerti akan penjelasan PT terhadap setiap gerakan karena berdasarkan observasi peneliti di mega gym PT terkadang menjelaskan dengan sedikit berbahasa inggris atau menggunakan istilah-istilah fisiologi dan anatomi tubuh.

Responden yang menyatakan netral sebanyak 4 orang (4%), menyatakan setuju sebanyak 75 orang (75%), dan menyatakan sangat setuju sebanyak 12 orang (12%). Berdasarkan wawancara dengan Ayu (24 tahun) yang telah menggunakan jasa PT selama 2 tahun menyatakan “saya awalnya bergabung di gym ini tanpa ada pengalaman sedikitpun mengenai dunia olahraga dan fitness, jadi saya memutuskan untuk memakai jasa PT. Untungnya saya mendapatkan PT yang tepat, jadi PT tersebut sabar dalam menjelaskan dan detil. Termasuk ketika dia menjelaskan sesuatu seperti gerakan “lunges (posisi jongkok menggunakan satu kaki), plank (posisi menahan berat tubuh dengan menggunakan otot perut)” atau jenis otot seperti “tricep (otot lengan belakang), deltoids (otot punggung bagian atas)” yang saya tidak mengerti, maka dia jelaskan satu persatu sampai saya mengerti” (Ayu, personal communication, 04-03-2015)

53 Universitas Kristen Petra Tabel 4.26. Personal Trainer (PT) memberikan panduan akan pola makan yang sehat sesuai dengan kebutuhan trainee No. Kategori Jawaban Jumlah % 1 Sangat tidak setuju 1 1,0 2 Tidak setuju 7 7,0 3 Netral 7 7,0 4 Setuju 72 72,0 5 Sangat setuju 13 13,0 Total 100 100

Tabel di atas merupakan hasil survey pada pernyataan Personal Trainer (PT) memberikan panduan akan pola makan yang sehat sesuai dengan kebutuhan trainee menunjukkan bahwa yang menyatakan sangat tidak setuju 1%, menyatakan tidak setuju sebanyak 7% Menurut responden, hal ini disebabkan karena responden tidak mendapat meal plan atau panduan makanan dari Trainer.

Responden yang menyatakan netral sebanyak 7 orang (7%), menyatakan setuju sebanyak 72 orang (72%), dan menyatakan sangat setuju sebanyak 13 orang (13%). Salah satu responden yang menyatakan setuju Adriana, 24 tahun mengungkapkan bahwa “kalau saya sejak awal menggunakan Personal Trainer (PT) saya sudah minta dibuatkan jadwal makan (meal plan) yang cocok dengan program diet saya, alhasil saya dibuatkan oleh PT saya dan dapat bermanfaat buat saya”. Menurut American Council on Exercise (www.acefitness.org) mengatakan bahwa berolahraga dengan menggunakan personal trainer akan membuat seseorang menjadi termotivasi lebih giat dan juga membantu kita lebih fokus ketika berlatih. Sehingga sudah menjadi kewajiban seorang Personal Trainer (PT) untuk membantu memonitoring asupan makanan yang sehari-hari dikonsumsi oleh member.

Tabel 4.27. Mean Indikator knowledge No. Indikator Mean 1 PT mengerti tentang jenis latihan yang sesuai dengan kebutuhan 3,940 trainee (Misal : untuk usia lanjut, program diet, pembentukan

54 Universitas Kristen Petra badan, dan lainnya) 2 PT mengerti tentang sistem kerja tubuh (fisiologi) dan struktur 4,040 tubuh (anatomi) manusia 3 PT selalu membuat penilaian yang sesuai dengan standart gym 4,00 pada setiap sesi latihan dengan trainee 4 PT memahami pola makan yang sehat sesuai dengan kebutuhan 3,960 trainee 5 PT mampu memberikan contoh setiap gerakan dengan jelas dan 3,900 mudah dipahami 6 PT dapat menjelaskan setiap pemilihan agenda latihan kepada 3,770 trainee disertai alasan dan pentingnya 7 PT dapat menyampaikan agenda latihan dengan bahasa yang 3,890 mudah dimengerti oleh trainee 8 PT memberikan panduan akan pola makan yang sehat sesuai 3,890 dengan kebutuhan trainee Mean 3,923

Dari Tabel 4.27 di atas, diperoleh bahwa nilai rata-rata total jawaban responden mengenai kompetensi komunikasi knowledge sebesar 3,923.

Hal ini berarti responden setuju terhadap pernyataan-pernyataan mengenai kompetensi komunikasi knowledge. Nilai rata-rata terendah pada knowledge adalah PT dapat menjelaskan setiap pemilihan agenda latihan kepada trainee disertai alasan dan pentingnya (3,770). Berdasarkan hasil wawancara dengan Ardi selaku PT di Celebrity Fitness menyatakan bahwa kebanyakan trainee tidak terlalu mengurusi akan pemilihan jenis latihan tetapi kebanyakan trainee hanya berfokus pada tujuan seperti ingin terlihat kurus atau badan bagus entah bagaimana cara latihannya.

Nilai tertinggi pada knowledge adalah Personal Trainer (PT) mengerti tentang sistem kerja tubuh (fisiologi) dan struktur tubuh (anatomi) manusia (4,040). Menurut Twitalyzer (2012) dalam Pedersen (2013, p.201), dalam dunia Personal Fitness Communication seorang personal trainer harus dapat menjual

55 Universitas Kristen Petra setiap teknik latihan termasuk di dalamnya mengerti akan pola tubuh berolahraga, diet, nutrisi dan produk. Dari hasil mean di atas, tampak bahwa dari sisi trainee di mega gym, kompetensi komunikasi dalam hal knowledge, baik secara konten maupun secara procedural pada Personal Trainer (PT) termasuk dalam kategori interval tinggi. Hal ini berarti responden merasa bahwa dari sisi komunikasi mengenai pengetahuan tentang fitness dan kesehatan oleh Personal Trainer (PT) sudah dapat dikatakan kompeten.

Kompetensi dalam hal knowledge sangat penting karena menurut Spitzberg (2007, p.37) pengetahuan (knowledge) dalam berkomunikasi merupakan sebuah panduan tentang apa yang akan kita ucapkan dan lakukan dan memberi tahu kita prosedur pelaksanaannya.

4.3.2.3 Skill Tabel 4.28. PT mampu bertanya tentang perkembangan trainee dengan baik (Contoh : menanyakan penurunan kadar lemak atau mengecilnya ukuran pinggang) No. Kategori Jawaban Jumlah % 1 Sangat tidak setuju 1 1,0 2 Tidak setuju 2 2,0 3 Netral 7 7,0 4 Setuju 62 62,0 5 Sangat setuju 28 28,0 Total 100 100

Tabel di atas merupakan hasil survey pada pernyataan PT mampu bertanya tentang perkembangan trainee dengan baik menunjukkan bahwa yang menyatakan sangat tidak setuju 1%, menyatakan tidak setuju sebanyak 2%. Berdasarkan salah satu wawancara terhadap responden yang menyatakan tidak setuju (Ninik, 37 tahun) menyatakan bahwa “Saya sudah latihan sama PT saya ini sekitar sebulan, tetapi hasil nya ya sama aja seperti waktu saya latihan sendiri”, menyatakan netral sebanyak 7 orang (7%) dimana jawaban responden lebih mengarah ke positif

56 Universitas Kristen Petra berdasarkan wawancara langsung, menyatakan setuju sebanyak 62 orang (62%), dan menyatakan sangat setuju sebanyak 28 orang (28%).

Menurut Pedersen (2013,p21), bahwa dalam dunia fitness pola diet, konsumsi makanan yang sehat dan nutrisi mempunyai peranan penting dalam performa atlit dimana hal itu menjadi tugas seorang pelatih untuk memonitor atlit. Terkait dengan hal itu, responden yang menyatakan setuju mengatakan bahwa PT tersebut mempunyai kemampuan (skills) sebagai layaknya seorang PT dimana sudah menjadi kewajiban untuk mengetahui perkembangan trainee dan mereka dapat merasakan perubahan pada performa mereka.

Tabel 4.29. Ekspresi Personal Trainer (PT) ketika memberikan instruksi latihan selalu tegas dan dapat meyakinkan Trainee.

No. Kategori Jawaban Jumlah % 1 Sangat tidak setuju 1 1,0 2 Tidak setuju 1 1,0 3 Netral 2 2,0 4 Setuju 61 61,0 5 Sangat setuju 35 35,0 Total 100 100

Tabel di atas merupakan hasil survey pada pernyataan ekspresi PT ketika memberikan instruksi latihan selalu tegas dan dapat meyakinkan trainee menunjukkan bahwa yang menyatakan sangat tidak setuju 1%, menyatakan tidak setuju sebanyak 1%. Menurut Melanie (56 tahun) mengatakan “Saya malah tidak fokus terkadang ketika PT memberi instruksi dengan terlalu keras”. (Melanie, personal communication, 4 Maret 2015). Responden yang menyatakan netral sebanyak 2 orang (2%) dengan jawaban positif, menyatakan setuju sebanyak 61 orang (61%), dan menyatakan sangat setuju sebanyak 35 orang (35%). Menurut McWhotter (1999,p.xix) dalam Pedersen (2013, p.34) mengungkapkan bahwa dengan adanya ekspresi atau

57 Universitas Kristen Petra bahasa tubuh itu akan membuat kita lebih terhubung antar satu sama lain. Hal ini terbukti dengan responden yang menjawab setuju mengungkapkan bahwa PT tersebut memiliki kemampuan (skills) untuk selalu memberikan instruksi latihan dengan tegas. Dimana hal tersebut dapat membantu trainee untuk berlatih sampai titik maksimal.

Tabel 4.30. Personal Trainer (PT) selalu mengucapkan salam pembuka pada saat memulai sesi latihan (menanyakan kabar, mengucapkan selamat pagi/ siang /malam dan mengatakan halo/hai) No. Kategori Jawaban Jumlah % 1 Sangat tidak setuju 1 1,0 2 Tidak setuju 1 1,0 3 Netral 2 2,0 4 Setuju 66 66,0 5 Sangat setuju 30 30,0 Total 100 100

Tabel di atas merupakan hasil survey pada pernyataan Personal Trainer (PT) selalu mengucapkan salam pembuka pada saat memulai sesi latihan menunjukkan bahwa yang menyatakan sangat tidak setuju 1%, menyatakan tidak setuju sebanyak 1% karena responden merasa tidak mendapat ucapan salam pembuka dari PT. menyatakan netral sebanyak 2 orang (2%), menyatakan setuju sebanyak 66 orang (66%), dan menyatakan sangat setuju sebanyak 30 orang (30%).

Menurut Devito (2007,p10) Saat komunikasi sedang berjalan selama awal pertemuan, Personal Trainer (PT) memberikan feedforward ketika memberikan sapaan kepada trainee. Sapaan tersebut merupakan pesan yang diberikan sebelum pesan yang sesungguhnya disampaikan. Pesan yang sesungguhnya adalah materi belajar pada hari itu. Feedfoward berisikan informasi pesan sebelum atau yang sedang disampaikan. Dalam hal ini responden yang menyatakan setuju atau sangat setuju mengatakan bahwa Personal Trainer (PT) selalu mengucapkan salam

58 Universitas Kristen Petra pembuka ketika akan memulai sesi latihan dimana hal ini merupakan sebuah kemampuan (skills) dari seorang Personal Trainer (PT) untuk dapat membuat suasana menjadi nyaman sebelum memasuki sesi latihan.

Tabel 4.31. Personal Trainer (PT) dapat memberikan nasihat mengenai diet atau pola makan dengan bercerita tanpa membuat trainee tersinggung No. Kategori Jawaban Jumlah % 1 Sangat tidak setuju 0 0,0 2 Tidak setuju 5 5,0 3 Netral 3 3,0 4 Setuju 62 62,0 5 Sangat setuju 30 30,0 Total 100 100

Tabel di atas merupakan hasil survey pada pernyataan Personal Trainer (PT) dapat memberikan nasihat mengenai diet atau pola makan dengan bercerita tanpa membuat trainee tersinggung menunjukkan bahwa yang menyatakan sangat tidak setuju 0%, menyatakan tidak setuju sebanyak 5% . Berdasrkan wawancara dengan Nova (37 tahun) mengungkapkan bahwa “Pola diet yang disarankan oleh Personal Trainer (PT) tidak cocok dengan tubuhnya karena saya sudah memberitahu PT saya bahwa saya memiliki alergi dan beberapa makanan yang saya tidak suka tetapi Personal Trainer (PT) saya tetap saja memaksa”. (Nova, personal communication, 07 Maret 2015). Responden yang menyatakan netral sebanyak 3 orang (3%), menyatakan setuju sebanyak 62 orang (62%), dan menyatakan sangat setuju sebanyak 30 orang (30%). Menurut Claudia (43 tahun) salah satu responden yang menjadi setuju dan pengguna jasa Personal Trainer (PT) mengatakan bahwa “PT saya menganjurkan saya untuk merubah pola makan secara perlahan, dia mengingatkan saya untuk mulai merubah dari sisi nutrisi pola makannya kemudian jam makannya dan camilan yang sehat. Dengan mengikuti saran dari PT, saya mengalami penurunan berat badan hampir 12kg dalam waktu 4 bulan diikuti dengan rutin berolahraga 3x dalam seminggu serta mengikuti pola diet yang disarankan oleh PT”.

59 Universitas Kristen Petra Tabel 4.32. Personal Trainer (PT) mampu mendukung trainee untuk selalu menyelesaikan setiap sesi latihan sampai selesai tanpa memaksa Trainee

No. Kategori Jawaban Jumlah % 1 Sangat tidak setuju 2 2,0 2 Tidak setuju 1 1,0 3 Netral 2 2,0 4 Setuju 63 63,0 5 Sangat setuju 32 32,0 Total 100 100

Tabel di atas merupakan hasil survey pada pernyataan PT mampu mendukung trainee untuk selalu menyelesaikan setiap sesi latihan sampai selesai tanpa memaksa trainee menunjukkan bahwa yang menyatakan sangat tidak setuju 2%, menyatakan tidak setuju sebanyak 1%. menyatakan netral sebanyak 2 orang (2%), menyatakan setuju sebanyak 63 orang (63%), dan menyatakan sangat setuju sebanyak 32 orang (32%).

Menurut Yusuf selaku Manager Gold’s Gym mengatakan bahwa merupakan sebuah kewajiban dari seorang Personal Trainer (PT) untuk mendorong trainee berlatih sampai semaksimal mungkin. Karena terkadang trainee akan menyerah dengan mudah jika tidak dipaksakan untuk berlatih, tetapi tetap dengan cara yang memotivasi. Hasil wawancara dengan Widi (24 tahun,personal trainer) mengatakan bahwa “Saya selalu menyiapkan semacam agenda latihan terlebih dahulu sebelum bertemu dengan member. Misalnya pada hari ini saya akan memberikan latihan yang berfokus pada otot dada. Setiap latihan nya terdiri dari beberapa repetisi. Maka beban latihannya akan dinaikkan setiap repetisinya agar mencapai hasil yang lebih maksimal.”

60 Universitas Kristen Petra Tabel 4.33. PT dapat berdiskusi dengan baik kepada trainee untuk menentukan agenda latihan yang lebih cocok dengan kondisi trainee No. Kategori Jawaban Jumlah % 1 Sangat tidak setuju 0 0,0 2 Tidak setuju 2 2,0 3 Netral 5 5,0 4 Setuju 57 57,0 5 Sangat setuju 36 36,0 Total 100 100

Tabel di atas merupakan hasil survey pada pernyataan Personal Trainer (PT) dapat berdiskusi dengan baik kepada trainee untuk menentukan agenda latihan yang lebih cocok dengan kondisi trainee menunjukkan bahwa yang menyatakan sangat tidak setuju 0%, menyatakan tidak setuju sebanyak 2%, menyatakan netral sebanyak 5 orang (5%), menyatakan setuju sebanyak 57 orang (57%), dan menyatakan sangat setuju sebanyak 36 orang (36%). Menurut Andersen (2003b) bahwa teori decision making adalah sebuah pengambilan pilihan sesuatu alternative dari berbagai pilihan alternative yang ada. Dalam hal ini, responden yang menjawab setuju dan selaku trainee melakukan diskusi dengan Personal Trainer (PT) untuk menentukan latihan mana saja yang sesuai dan cocok dengan trainee dan akan bermanfaat ke depannya.

Tabel 4.34. Mean Indikator Skill No. Indikator Mean 1 Personal Trainer (PT) mampu bertanya tentang perkembangan 4,140 Trainee dengan baik (Contoh : menanyakan penurunan kadar lemak atau mengecilnya ukuran pinggang) 2 Ekspresi Personal Trainer (PT) ketika memberikan instruksi 4,280 latihan selalu tegas dan dapat meyakinkan trainee 3 Personal Trainer (PT) selalu mengucapkan salam pembuka pada 4,230 saat memulai sesi latihan (menanyakan kabar, mengucapkan selamat pagi/ siang /malam dan mengatakan halo/hai)

61 Universitas Kristen Petra 4 Personal Trainer (PT) dapat memberikan nasihat mengenai diet 4,170 atau pola makan dengan bercerita tanpa membuat trainee tersinggung 5 Personal Trainer (PT) mampu mendukung trainee untuk selalu 4,220 menyelesaikan setiap sesi latihan sampai selesai tanpa memaksa trainee 6 Personal Trainer (PT) dapat berdiskusi dengan baik kepada 4,270 trainee untuk menentukan agenda latihan yang lebih cocok dengan kondisi trainee Mean 4,218

Dari Tabel 4.34 di atas, diperoleh bahwa nilai rata-rata total jawaban responden mengenai kompetensi komunikasi skill sebesar 4,218. Hal ini berarti menunjukkan bahwa personal trainer sudah memiliki kemampuan skill yang tinggi.

Nilai rata-rata terendah pada skill adalah pernyataan Personal Trainer (PT) mampu bertanya tentang perkembangan Trainee dengan baik (Contoh : menanyakan penurunan kadar lemak atau mengecilnya ukuran pinggang) (4,140) dikarenakan PT masih kurang mampu bertanya tentang perkembangan trainee dengan baik (Contoh : menanyakan penurunan kadar lemak atau mengecilnya ukuran pinggang). Nilai tertinggi pada skill adalah Ekspresi Personal Trainer (PT) ketika memberikan instruksi latihan selalu tegas dan dapat meyakinkan trainee (4,280).

Dari hasil mean di atas, tampak bahwa dari sisi trainee di mega gym, kompetensi komunikasi dalam hal skill pada PT termasuk dalam kategori interval tinggi. Hal ini berarti responden merasa bahwa dari sisi komunikasi mengenai keahlian tentang fitness dan kesehatan oleh PT sudah dapat dikatakan kompeten. Kompetensi yang baik dalam hal skill sangat penting karena skills atau kemampuan merupakan seseorang dalam menerapkan motivasi dan pengetahuan mereka. Keahlian adalah sebuah kemampuan yang dapat dilakukan berulang dan merupakan sebuah perilaku yang diarahkan oleh tujuan tertentu. (Spitzberg, 1984)

62 Universitas Kristen Petra 4.4 Analisa Data Untuk mengetahui kompetensi komunikasi yang menjadi responden dalam penelitian kali ini yang merujuk pada motivation, knowledge, dan skill maka akan dilakukan pengkategorian nilai rata-rata tanggapan responden (mean) pada masing-masing kompetensi.

Indikator Mean Motivation 4.130 Knowledge 3.928 Skills 4.218 Rata-rata 4.092

Syarat Kelas Tinggi 3,68 – 5 Sedang 2,34 – 3,67 Rendah 1 – 2,33

Indikator dengan nilai terendah adalah knowledge dengan nlai 3,928. Indikator dengan nilai mean tertinggi adalah skills dengan nilai 4,218. Berdasarkan tabel di atas, PT sudah memiliki kompetensi komunikasi dalam segi motivasi, knowledge, dan skills yang tergolong tinggi hal itu dibuktikan dimana nilai mean mencapai 4,092.

4.5 Analisis Tabulasi Silang (Crosstab)

Tabel 4.36. Jenis Kelamin dan Motivation Crosstabulation

Motivation Total Negatif Netral Positif Pria 1 5 18 24 Jenis Kelamin Wanita 0 3 73 76 Total 1 8 91 100

Berdasarkan pada jenis kelamin, diketahui bahwa jenis kelamin wanita sebagian besar (73%) menyatakan hasil positif terhadap indikator motivation

63 Universitas Kristen Petra personal trainer di mega gym Surabaya. Demikian halnya, jenis kelamin pria sebagian besar (18%) menilai setuju atas indikator motivation terhadap personal trainer di mega gym Surabaya. Berdasarkan teori kompetensi komunikasi menurut (Spitzberg,1984,p.35) hasil penelitian ini menguatkan teori tersebut mengenai motivasi dimana bagi seseorang yang ingin berkomunikasi secara kompeten, maka sangatlah penting untuk memberikan sebuah performa atau tampilan yang menarik. Hal ini berarti, komunikator harus termotivasi untuk menjadi kompeten dalam memotivasi seseorang. Dapat disimpulakan bahwa motivasi yang dimiliki oleh personal trainer terbilang positif.

Tabel 4.37. Jenis Kelamin * Knowledge Crosstabulation

Knowledge Total Negatif Netral Positif Pria 2 0 22 24 Jenis Kelamin Wanita 5 7 64 76 Total 7 7 86 100

Berdasarkan pada jenis kelamin, diketahui bahwa jenis kelamin wanita sebagian besar (64%) menyatakan hasil positif terhadap indikator knowledge personal trainer di mega gym Surabaya. Demikian halnya, jenis kelamin pria sebagian besar (22%) menilai setuju atas indikator knowledge terhadap personal trainer di mega gym Surabaya. Berdasarkan teori kompetensi komunikasi menurut (Spitzberg,1984,p.35), hasil penelitian ini menguatkan teori tersebut mengenai pengetahuan dimana pengetahuan merupakan panduan bagi kita dalam berkomunikasi mengenai apa yang harus diucapkan, dilakukan dan memberitahu kita mengenai sebuah prosedur dalam melakukan sesuatu. Maka dapat disimpulkan bahwa pengetahuan yang dimiliki oleh personal trainer terbilang positif

Tabel 4.38. Jenis Kelamin * Skill Crosstabulation

Skill Total Negatif Netral Positif Pria 0 1 23 24 Jenis Kelamin Wanita 2 7 67 76

64 Universitas Kristen Petra Total 2 8 90 100

Berdasarkan pada jenis kelamin, diketahui bahwa jenis kelamin wanita sebagian besar (67%) menyatakan hasil positif terhadap indikator Skills. personal trainer di mega gym Surabaya. Demikian halnya, jenis kelamin pria sebagian besar (23%) menilai setuju atas indikator skills terhadap personal trainer di mega gym Surabaya. Berdasarkan teori kompetensi komunikasi menurut (Spitzberg, 1984,p.35), hasil penelitian ini menguatkan teori tersebut mengenai skill dimana skill merupakan merupakan kemampuan seseorang dalam menerapkan motivasi dan pengetahuan mereka. Dapat disimpulkan bahwa responden merasa skill yang dimiliki personal trainer terbilang positif.

Tabel 4.39. Usia * Motivation Crosstabulation

Motivation Total Negatif Netral Positif <30 tahun 0 1 11 12 Usia 31-40 tahun 0 1 34 35 >40 tahun 1 6 46 53 Total 1 8 91 100

Berdasarkan pada usia, diketahui bahwa responden berusia >40 tahun sebagian besar menilai setuju (46%) menyatakan hasil positif terhadap indikator motivation personal trainer di mega gym Surabaya. Demikian halnya, responden dengan usia <30 tahun dan 31-40 tahun sebagian besar menyatakan setuju terhadap motivation personal trainer di mega gym Surabaya. Menurut Lunandi (1987) menyatakan bahwa individu yang lebih tua dikatakan dapat memiliki kemampuan berkomunikasi yang lebih baik dari individu yang lebih muda, sehingga Usia >40 tahun lebih mengerti pesan dari motivasi dibandingkan usia di bawahnya.

Tabel 4.40. Usia * Knowledge Crosstabulation

Knowledge Total Negatif Netral Positif Usia <30 tahun 0 1 11 12

65 Universitas Kristen Petra 31-40 tahun 2 2 31 35 >40 tahun 5 4 44 53 Total 7 7 86 100

Berdasarkan pada usia, diketahui bahwa responden berusia >40 tahun sebagian besar menilai setuju (44%) menyatakan hasil positif terhadap indikator knowledge personal trainer di mega gym Surabaya. Demikian halnya, responden dengan usia <30 tahun dan 31-40 tahun sebagian besar menyatakan setuju terhadap knowledge personal trainer di mega gym Surabaya. Berdasarkan teori kompetensi komunikasi menurut Spitzberg, hasil penelitian ini menguatkan teori tersebut dalam halaman 36 mengenai pengetahuan dimana pengetahuan merupakan panduan bagi kita dalam berkomunikasi mengenai apa yang harus diucapkan, dilakukan dan memberitahu kita mengenai sebuah prosedur dalam melakukan sesuatu. Dapat dilihat bahwa responden dengan usia <30tahun yang paling banyak menjawab positif.

Tabel 4.41. Usia * Skill Crosstabulation

Skill Total Negatif Netral Positif <30 tahun 1 1 10 12 Usia 31-40 tahun 1 1 33 35 >40 tahun 0 6 47 53 Total 2 8 90 100

Berdasarkan pada usia, diketahui bahwa responden berusia >40 tahun sebagian besar menilai setuju (47%) menyatakan hasil positif terhadap indikator skills personal trainer di mega gym Surabaya. Demikian halnya, responden dengan usia <30 tahun dan 31-40 tahun sebagian besar menyatakan setuju terhadap skills personal trainer di mega gym Surabaya. Hasil wawancara dengan Anna (42 tahun) mengatakan “bahwa seorang personal trainer itu wajib mempunyai kemampuan dan skill yang bagus dalam memberikan instruksinya, kalau tidak bisa berbahaya bagi membernya apalagi yang usianya sudah tua seperti kecentit, keseleo, dan terkilir.

66 Universitas Kristen Petra Tabel 4.42. Pendidikan * Motivation Crosstabulation

Motivation Total Negatif Netral Positif SMA 0 1 38 39 Diploma 0 0 2 2 Pendidikan S1 1 7 42 50 S2 0 0 7 7 S3 0 0 2 2 Total 1 8 91 100

Berdasarkan pada tingkat pendidikan, diketahui bahwa responden dengan tingkat pendidikan S1 sebagian besar menilai setuju (42%) menyatakan hasil positif terhadap indikator motivation personal trainer di mega gym Surabaya. Demikian halnya, responden dengan tingkat pendidikan SMA sebagian besar (38%) menyatakan setuju terhadap motivation personal trainer di mega gym Surabaya. Dan lainnya, responden dengan tingkat pendidikan diploma, S2, S3 sebagian besar menyatakan setuju terhadap motivation personal trainer di mega gym Surabaya. Berdasarkan teori kompetensi komunikasi menurut (Spitzberg, 1984,p.35), hasil penelitian ini menguatkan teori tersebut mengenai motivasi dimana bagi seseorang yang ingin berkomunikasi secara kompeten, maka sangatlah penting untuk memberikan sebuah performa atau tampilan yang menarik. Maka dapat disimpulkan bahwa responden dengan pendidikan SMA yang dominan menjawab positif.

Tabel 4.43. Pendidikan * Knowledge Crosstabulation

Knowledge Total Negatif Netral Positif SMA 2 2 35 39 Diploma 0 0 2 2 Pendidikan S1 4 4 42 50 S2 1 1 5 7 S3 0 0 2 2 Total 7 7 86 100

Berdasarkan pada tingkat pendidikan, diketahui bahwa responden dengan tingkat pendidikan S1 sebagian besar menilai setuju (42%) menyatakan hasil

67 Universitas Kristen Petra positif terhadap indikator knowledge personal trainer di mega gym Surabaya. Demikian halnya, responden dengan tingkat pendidikan SMA sebagian besar (35%) menyatakan setuju terhadap knowledge personal trainer di mega gym Surabaya. Dan lainnya, responden dengan tingkat pendidikan diploma, S2, S3 sebagian besar menyatakan setuju terhadap knowledge personal trainer di mega gym Surabaya. Menurut Lunandi (1987) bahwa tingkat pendidikan seseorang akan menentukan kemampuan seseorang dalam berkomunikasi, semakin tingginya tingkat pendidikan maka kemampuan dalam berkomunikasinya akan semakin baik.

Tabel 4.44. Pendidikan * Skill Crosstabulation

Skill Total Negatif Netral Positif SMA 0 2 37 39 Diploma 0 0 2 2 Pendidikan S1 1 5 44 50 S2 1 1 5 7 S3 0 0 2 2 Total 2 8 90 100

Berdasarkan pada tingkat pendidikan, diketahui bahwa responden dengan tingkat pendidikan S1 sebagian besar menilai setuju (44%) menyatakan hasil positif terhadap indikator skill personal trainer di mega gym Surabaya. Demikian halnya, responden dengan tingkat pendidikan SMA sebagian besar (37%) menyatakan setuju terhadap skill personal trainer di mega gym Surabaya. Dan lainnya, responden dengan tingkat pendidikan diploma, S2, S3 sebagian besar menyatakan setuju terhadap skill personal trainer di mega gym Surabaya. Berdasarkan teori kompetensi komunikasi menurut (Spitzberg,1984,p.35), hasil penelitian ini menguatkan teori tersebut mengenai skill dimana skill merupakan merupakan kemampuan seseorang dalam menerapkan motivasi dan pengetahuan mereka. Dapat disimpulkan bahwa responden yang dominan menyatakan positif adalah pendidikan SMA.

68 Universitas Kristen Petra