Secangkir Kopi Ndp

Firdaus Syam (Pagar Alam )

Kumpulan Puisi dari Kaki Langit Cilosari

i Secangkir Kopi Ndp karya Firdaus Syam (Pagar Alam) Copyright © 2018, FiS. Pagar Alam

Hak cipta dilindungi undang-undang All rights reserved

Desain Sampul: Coconut Design Penata Isi: Coconut Design

Cetakan Pertama, Mei 2018

ISBN : ......

COCONUT BOOKS Email: [email protected] Instagram: coconutbooks

Didistribusikan oleh: PT BUMI SEMESTA MEDIA Jl. Angsana Raya Pejaten Timur Pasar Minggu, Jakarta Selatan Telpn. 021-22852350 ii Sekapur Sirih Penulis

Salam untuk semua, sujud syukur ku pada Mu ya Allah ya Rabbi.

Secangkir kopi NDP Dari Kaki Langit Cilosari,

agi penulis, merupakan “ungkapan diri” melalui goresan puisi yang terkompilasi dalam buku ini. Kumpulan puisi ini, adalah bagian dari perjalanan Bhidup. Buat penulis ini kerja hasil penerawangan dan perantauan mental disela-sela aktivitas saat masa mahasiswa sampai terminal perjalanan saat ini. Seperti halnya para pembaca, ada masa penulis mengambil sejumput ruang waktu ditengah pergulatan hidup, serta menangkap makna fenomena juga “kegelisahan” dari rentakkan jiwa, terus hadir disetiap tarikan nafas ini. Lalu tergoreskan apa dan bagaimana menuliskan fenomena serta kegelisahan dalam bait-bait puisi ini. Secangkir Kopi NDP, tiada lain ya..”secangkir saja” dari Nikmatnya Dengan Puisi. Kumpulan puisi yang dihadirkan penulis, “siluet dari perjalanan”, dari teras rumah hingga di altar kampus, dari “medan laga” sebagai aktivis hingga “nyanyian kehidupan”

iii yang telah dan sedang berjalan sampai titik bait puisi ini. Rangkaian puisi ini bukan kladioskop kehidupan yang dinarasikan. Itu hanyala “noktah-noktah” yang dilihat, dirasakan kemudian tergoreskan melalui pena. Bagi penulis ini inspirasi, rahmat, juga kebaikan semoga anda menikmatinya bagai “ secangkir kopi ya nikmati dengan dengan puisi.

Selamat menikmati “secangkir kopi NDP dari kaki langir Cilosari”.

Wassalamulaikum. Jakarta, Ramadhan, Mei, 2018. Firdaus Syam Pagar Alam.

iv Daftar Isi

Lembaran Persembahan

Sekapur Sirih Penulis ~ iii Daftar isi ~ v

Bagian 1 : “ Yang Elok Dari Rumah” ~ 1 1. 19-08-2006: Enin ~ 2 2. Sajak kecil buat Ibu ~ 3 3. Ayah dan puteri puterinya ~ 15 4. 3 Puteri ayah ~ 21 5. Puteri Amanda ~ 24 6. Puteri Adinda ~ 25 7. Puteri Ananda ~ 26 8. Bunda dan 3 puterinya ~ 27 9. Keponakanku di Pekayon ~ 29 10. Sadonyo ~ 34

Bagian 2 : “ Dari Kaki Langit Cilosari “ ~ 35 1. Di kaki langit HMI ~ 36 2. Elegi Cilosari 17 ~ 40 3. Secangkir kopi NDP di Kaki Langit Sudirmar 47 ~ 44 4. Sejenak Senja di Cilosari 17 ~ 50 5. Elegi Erlangga : ‘Selamat Jalan Sang Mujahid”

v ~ 57 6. Bang Parwan :”Berteriaklah”, Selamat jalan Sang Sastrawan Kesepian ~ 61

Bagian 3 : PAK….BU…..PRESIDEN ~ 67

1. Presiden ke-1 ~ 68 2. Presiden ke-2 ~ 72 3. Presiden ke-3 ~ 76 4. Presiden ke-4 ~ 82 5. Presiden ke-5 ~ 85 6. Presiden ke-6 ~ 89 7. Terima Kasih untuk Kehadiranmu ~ 94

Bagian 4 : REFORMASI… ~ 95 1. Bedebah reformasi ~ 96 2. 10 November 45 ~ 100 3. Detak Detik ~ 103 4. ~ 108 5. kini ~ 114 6. Merah Putih Bangsa ~ 119 7. Pimpinan Curang ~ 121

Bagian 5 : MERAMBAH JALAN… ~ 125 1. Berziarah ~ 126 2. Merambah jalan Satu ~ 128 3. Merambah jalan dua ~ 133 4. Merambah jalan tiga ~ 136 5. Merambah jalan empat ~ 139 6. Merambah jalan lima ~ 141 vi 7. Dari temanku Sang Malaikat ~ 145 8. Begitu singkat ~ 148 9. Perjalanan hidup ~ 150 10. Kaya raya ~ 153

Bagian 6 : AKSI PUTIH DARI NEGERI PARA WALI ~ 155 1. Sajadah jihad ~ 156 2. Selamat Malam Teman ~ 158 3. Sajak berbait rindu ~ 160 4. Sajak dhua ~ 162 5. Sajak eligi pagi 1 ~ 164 6. Sajak subuh ~ 166 7. Sajak elegi pagi 2 ~ 170 8. Elegi 151 di Al-Azhar ~ 171 9. Jangan khianati Islam ~ 174 10. 212 Aksi Bela Rakyat ~ 177 11. Moga-Moga Allah Mengabulkan ~ 184 12. Bergerak dalam takbir ~ 186 13. Aksi damai 411 ~ 189 14. Buat semua yang melakukan aksi damai ~ 192 15. Gerakan peci putih ~ 195 16. Jayalah dengan Islam ~ 196 17. Semua sahabatku ~ 199 18. Sahabat-Sahabatku ~ 203 18. Puisi untuk ibu Sukmi ~ 205

Bagian 7 : PANCASILA DI NEGERI SURGAWI ~ 209 1. Pancasila di negeri surgawi ~ 210 2. Universitas Nasional ~ 219

vii 3. Anak SMA 28 : eh kite ketemu lagi ~ 224 4. Kita pernah satu sekolah 226

Tentang Penulis ~ 228

viii Bagian I :

“Yang Elok dari Rumah “

1 19-08-2006 : ENIN

Mamah Enin… Allahu yarham 2 minggu sebelum kepergian, Ananda bertanya, Mah…, bolehkah ananda berangkat ke negeri seberang untuk Wisuda... ? Dijawab mamah ‘Enin’; “Kenapa kamu menanyakan itu..?!” Den…, selama ini kamu merantau…dan bolak-balik 4 tahun… mamah selalu izinkan, Lanjut mamah : “apalagi ini hanya 1 minggu untuk Wisuda Doktormu…”, Mamah izinkan.., Berangkatlah… kamu…, Jiwaku... menggelegar, Seperti Ananda dibawa ombak Samudra, Kepalaku merunduk..., Pikiranku menerawang…

2 Kemudian… hatiku menjadi tegar..., Yah…, setegar ucapan STA yang selau kukenang : ”Sekali Layar Terkembang Pantang Surut ke Belakang” Ketulusan seorang Ibu..., Mamah Enin…, Emakku, Adalah keputusanku untuk berkepastian, Tak ada tolehan ke belakang, Terlawan apapun dari ‘Badai penghalang’, Mamah Enin, Emakku..., Ruang tempatku dilahirkan, dari rahim…”jendela dunia terbuka”, Kemudian… ditimang…, Tempatku meneteskan air mata..tertawa dan luka, suka cita kehidupan, ooh… Tempat sejuta harapan yang tertumpahkan, Seperti juga Ibu- Ibu yang lain, Bunda-bunda yang lain, Mother-Mother dan Umi-Umi yang lain, Bahkan lebih dari itu…, sulit ananda tuliskan dalam goresan pena…,

3 Terlalu sempit, dan terlalu sedikit pustaka “kata”- yang ananda punya, Selalu… mencintai…dan membuka jalan lurus… bagi anak-anaknya, Itulah Mamah Enin..,

Satu keistimewaan Mamah buat Ananda, Tempatku bertukar pikiran, bertanya..., dan juga berdebat pendapat… serta ilmu, “Mata air Ananda” dalam berkeputusan,

Oh…sejenak, toleh ke belakang… masa lalu yang tetap terasa, Sejak Ayah : Allahuyarham…”Apa” 1978, …28 tahun sebelum Mamah pergi, ‘Apa’, lebih dulu menemui Sang Pemilik, KHALIK Mamahlah… tempat Ananda Menguatkan motivasi, inspirasi dan cita-cita, Yang Ananda tuangkan dalam Samudra Jiwa, Lalu Ananda arungi dengan layar cita Mengalir… terus mengalir bagai darah dari hati ke

4 jiwa, dari jiwa ke otak, beranting-ranting pikiran, Berbuah tekad dan kerja…, kerja upaya - berkarya imani

Mamah Enin adalah pelabuhan hati, tempat ke-3 puriku bertandang ke kamar depan ‘Rumah Tua’ AKABRI 5A Setiap waktu... yah setiap waktu ketika itu, Mamah Enin cium, mamah Enin peluk, mamah Enin tanya... dan Kadang mamah Enin julurkan sepotong coklat atau gula-gula, Kata Mamah Enin : (dengan tegas) ! ucapnya: ”Ambil” pakai tangan kanan… yah, Lanjut Mamah Enin…:” ini hanya untuk cucu Enin...,” Tapi…, ada waktu Mamah Enin memeluk badan Zahra dan Nabila...”, Masih Ananda ingat peristiwa itu, Mamah Enin memeluk-sambil menggoyang- goyangkan cucunda..., lalu ia meneteskan air mata…, masih Ananda ingat itu,.. Dan selalu Ananda ingat….

5 Subhanallah, betapa mulianya Umi-Umi,Bunda-Bunda… Kartini- K a rti ni kita, Buat Istriku, tempatku berbagai senang, tertawa, marah, kecewa, Meminta nasi goreng-supermi internet, mie-baso, rendang, asem padeh, juga Ikan Peda Dan semua kesenanganku, mauku dan maumu bunda, 2 tahun–Bunda-yang tulus, Menyiapkan obat-membuatkan jamu godog untuk obat sakitnya Mamah Enin, Si Bunda-menemani mamah... di kala apa saja…, Mengobrol yang kadang Ananda tak pernah tahu, dan tak perlu tahu, “Apa yang mereka ceritakan”, …ananda mengerti hal itu, Kehangatan Mamah Enin dan Mantu terpadu, Kadang mendatangkan cemburu…

6 Mamah Enin, 2 tahun Kanker ... menggerogoti… ra g a .., Menguruskan badan..., tapi tabah dan selalu tersenyu m, Kadang menutup pintu menahan sakit dan….yang lain tak perlu tahu, Sering mandi, bebersih diri…, Menyisir rambut mamah yang masih panjang, Selalu berzikir dan membaca ayat-ayat Qur’an, Sehari menjelang keberangkatanku ke negeri Jiran, Mamah terbujur di bangsal Rumah Sakit dekat Simpang Pancoran... Ananda berbisik, izinkan ananda berangkat, Merajut tekad untuk sampai toga di kepala, Mamah Enin mengedipkan mata, Setelah itu…, Di tanah Semenanjung, Ketika Ananda melangkah, Podium tempat Conseller berdiri penuh Kharisma, Sultan Selangor menempatkan toga di kepala dan

7 mengucapkan: “Tahniah” Tuan Firdaus Syam, Meneteslah air mata… antara bahagia… dan .. Mamah Enin yang belum kesampaian, tuk menemani Ananda,

Lepas wisuda, ku kembali ke Hotel dengan keluarga, Semerbak wangi bunga tercium dari lorong hotel h i n g g a k a m a r, Tak lama jelang subuh nan samar, Ananda dapat kabar dari Kakak tercinta, “Den” pulang, Mamah telah tiada, Ku merenung…, meneteskan air mata, dan berdo’a bersa ma, Berpelukan dengan istri, 3 putriku, Bilal, Abusi- Nyaksi, Ku kemas seadanya, kemenuju bandara, …menunggu dalam kesendirian, Ada waktu saat itu…. sesaat tuk menerawang tentang masa lalu…dan Menerawang tentang hari esok,

8 Mata yang bersimbah, kepasrahan yang dalam, tiada lelah Semua jati tekad yang membara,

Mamah Enin telah berpersaksian, Anugerah Doktor Ananda telah terberi, Dari do’a-do’a yang tak putus hingga semerbak bunga ku-cium di hari.. Berkabung itu “Inna Lillahi Wainna Ilaihi Rojiuun…”

Mamah, 19-8-2006, Larut senja-malam pun menjelang, Ditanah kuburan Menteng Pulo, Ananda duduk tafakur sendiri di pusara Mamah Enin, Tiba-tiba berdiri sosok lelaki dan berkata: “Maaf putranya ya..? , jawabku”ya” Lalu Ia berkata:“tadi pagi Ibu-nya kesini, menengok pusara adikmu disini,” Ananda terpana….?!! Ananda belajar mengerti tentang “kerahasiaan Ilahi”

9 Mamah Enin….selalu dalam relung cinta, Berbaringlah 19-8-2006, Berbaringlah di tempat adikku terbaring…. disisi Ilahi Robbi,

Fis. Pagar alam Jakarta, ‘Kala Fajar’ Pojok Kamar Kerja, 22/3/2014

10 Sajak Kecil Buat Ibu Di tengah gelapnya malam Angin dingin menusuk Tulang badanku Seberkas bayang menyentuh Relung hatiku

Ibu, Wajahmu yang putih menua Te r ba y a n g h a ra p Di tengah jalan usia Akan cita-cita anakmu

11 Rambutmu yang telah memutih Adalah sabar, duka, dan cintamu Pa d a a n a k m u

Ibu, Ucap bibirmu setiap waktu Kala ku melangkah Banyak mengandung arti Di tengah galau hidup ini Usap tangan mu Memberikan arti kasih Dan karsa jiwa ku Pada umat di bumi ini

Ibu, Marah kata mu

12 Saat khilaf jalan ku Menjadi pembimbing Ruang nurani ku

Ibu, Doa-doa di kala malam Adalah syair indah Bagi gerak juangku

Ibu, Berikanlah makna mu Disetiap nafas cita Agar aku lebih mengerti A k a n s o rg a Di bawah kakimu Yang Tuhan ajarkan Dalam firman-firman Nya

13 Kabut malam ini Menjadi saksi Darah seorang ibu Untuk putra mu Ha mba illahi Menjadi bintang Anak tani Indonesia

Bukit Barisan 29/12/84 Fis. Pagar Alam

14 Ayah, dan Puteri Puter inya

Indahnya mencium puteriku, Ketika membangunkan untuk solat subuh… Saat akan meninggalkan daun pintu rumah Saat akan keperaduan, dan… Semakin indah , Ada saat kita bincang dengan puteri puteriku, Lalu kita sapa dengan lembut, “Anandaku”: “Ayah mau bertanya, bicara, bahkan bercanda” Kadang bernyanyi dengan piano, gitar, biola Berdendang di “istana rumah kita” My home is my castle,

15 Kadang ku dengar puteri puteriku Sedang mengaji dan bincang bincang dengan bundanya Kadang dan sering di waktu libur, Atau waktu luang puteri puteriku di beranda dapur.. Memasak, membuat kue, dan membantu bunda, Kadang puteri puteriku bercerita.. Tentang sekolah, tempa bimbel, dan kursus, Juga,… tempat dalam acara pensi dan organisasi Juga,.. ada waktu kita berlibur, Touring menjelajah ruang dan waktu, Untuk mencari tahu menanam pengalaman Untuk bekal cerita pada siapa saja,

Puteri Puteriku, Jadilah ananda mujahadah

16 Dengan pending emas dipinggang ananda, Puteri Puteriku, Berlatihlah meraih cita dengan enerji Do’a, kerja keras dan tekad kuat, Dari senyum bunda, dan…. Tatapan tajam mata ayah yang tak lupa selalu mencium kening ananda, Puteri Puteriku, Bangunlah menara masa depan, Di bawah naungan kalimat Agung.. Yang selalu berkumandang Di relung terdalam hati ananda, Apa itu..? “Iman, ihsan, dan libasuh taqwa” Puteri Puteriku, Ananda boleh pejamkan matamu

17 Ketika lelah, Tapi biasakan.. Buka matamu… Di sepertiga malam, Kelelahanmu akan sirna Indahnya berdialog dengan Robb.. Azzawazala yang Maha Agung Karena kelapangan jiwa dan Ketentraman, Akan mengalahkan kantukmu Puteri Puteriku, Siramlah kepala ananda dengan air ilmu, Basuhlah jiwa dengan menyimpan Nasehat bunda, Kuatkan langkah Sekuat ayahmu menggenggam pundak ananda, Dalam kehangatan

18 Kasih sayang Ayah, Puteri Puteriku, Waktu terus berputar, Dari buaian ayah bunda, Hingga kini telah beranjak dewasa, Ananda kini telah menjadi teman untuk bertukar fikiran Dan saatnya kamu terus Membentangkan sayap cita citamu, Terbanglah kemana ananda mau, Tuk meraih bintang masa depanmu, Tapi jangan lupa, hinggaplah di Mekah Al mukaramah, Tempat puteri puteri Rasulullah lahir Dimana kamu dapat bercermin; Dan saatnya Banyak waktu ananda harus kembali, Mencium tangan dan kening bunda,

19 Di sana ada harum surga, Merunduk hormat pada ayahanda, Di sana ada jejak bekal cerita, Yah…masa lalu dan kini, Tentang ayah dan puteri puterinya.

Jkt, 8 Agustus/016 Fis. Pagar Alam

20 3 Puteri Ayah

Masih ingat, dan Ku ingat selalu, Masih terbayang, dan selalu terbayang, Dalam gores hidup ada ceria, sedih, duka, melamun, merenung, bercanda, sepi, sunyi, mengaji, belajar, dan menyanyi Membaur dengan pesona cita, Dalam darah yang mengalir di tubuh, menembus urat.. Sampai Otak, Meramu impian dan tekad, Menginspirsikan cita dan karsa Ayah Oh, Puteri-Puteri-Puteri Ayah, Dulu kaumasih kecil, menari-nari dalam dekapan jemari, Merangkul-rangkul dalam pelukan, Berlari-lari dan berjuntai-juntai dalam

21 kehangatan Kecupan Ayah… Kekeningmu, kepipimu, Dan kejiwamu yang hangat dan suci, Puteri-Puteri-PuteriAyah, Kamu kini tumbuh menjadi remaja, menjadi gadis, menjadi dewasa, Ketika Ayah telah meranjak usia yang menyenja, Betapapun ayah tetap bertekad selalu dalam semangat mentari pagi, Ceria, membangkitkan ananda, adinda, dan amanda Tuk menyinarimu-membalut luka, mewarna kehidupan,

Membangun cita, dan Merajut air-air iman kedalam relung jiwa, Marah ayah adalah kebahagiaanmu kelak, Diam ayah, tafakur untuk ananda kini, Senyum ayah adalah makom-makom…

22 Ketika kaki citamu melangkah Puteri-Puteri-Puteriku, Saatnya kamu berlari, Dan lebih kencang lagi, Dari ilmu yang terbekali, Dari Iman yang selalu dikokohkan, Juga jangan terlupa… Amanda, Adinda, Ananda…3 Puteri Dimanapun kamu berada Di atas semua nasehat Ayah, adalah…. Jangan terpeson amegah dunia, Cintailah agamamu-cintailah negerimu,

Firdaus Syam, Pagar Alam Kala malam di Kamar Kerja – Januari 2014

23 Puteri Amanda

Amanda, beranjak dewasa,

Dunia kampus kini intimitasmu,

Gesekan biolamu,

Ada terdengar,

Nada-nada …

Seperti diamnya kamu,

Hanyut dalam sifatmu

Bagai mawar yang belum mekar

Fis, Pagar Alam Kala malam Kama rKerja - Januari 2014

24 Puteri Adinda

Adinda, yang beranjak gadis Remajamu pesonamu Dalam ambisi prestasi.. Yang tersembunyi, Bak Mutiara

Seperti senyumnya dinda yang banyak arti Seperti juga diamnya dinda Bagai bunyi cello.. Kadang tersendat.. Tetap bergerak.. Berlari ...dengan impianmu

Fis, Pagar Alam Kala malam Kamar Kerja – Januari 2014

25 Puteri Ananda

Ananda, yang beranjak remaja, Senyummu, pancaran hatimu Tulus.., Tegas pendirian Sigap mudanTekadmu, Seperti Pending Emas Anak Indoensia

Fis, Pagar Alam Kala malam Kamar Kerja - Januari 2014

26 Bunda dan 3 Puteri

Bunda dan 3 puteri adalah Umi Bunda taklah secantik bidadari Karena bunda bukan bidadari Bunda taklah secantik dewi.. dewi.. Karena bunda bukan untuk disanjung Bunda taklah secantik artis di pentas.. film.. sinetron Karena bunda bukan artis penghafal cerita peniru raga Bunda 3 puteriku, Adalah ilham… Adalah guru…. Adalah pendamping…. Adalah inspirasi… BagI anaknya Sepanjang jalan Adalah teman

27 Adalah taman Adalah angin dan air Adalah penjaga kehormatan Untuk ayah yang terus melangkah Walau hanya sepanjang galah.. Tak seperti bunda.. Sepanjang jalan Untuk anak anaknya Menanam cinta Cita dan citra kehidupan

212016 Jakarta, Fis, Pagar Alam

28 Keponakanku di Pekayon

Ananda Aria, Bilal, Kika, Sarah dan Era, Keponakanku yang soleh dan soleha Ikhlaskan yah…, Ananda harus tegar.. Kehidupan itu seperti Alam .. Yang memperlihatkan dirinya, lahir…, tumbuh berkembang.., Kadang kokoh…menjulang, Kadang rentan dan lunglai,.. Akhirnya roboh dan rebah, Tiada tanda hidup,

29 Lihat…, Tumbuhan..hewan..gunung..danau Lautan, apasaja yang hidup, Juga kita..manusia Tiada yang abadi.. Ananda, Kita semua akan berakhir Dan mati… Kita bertemu berawal dari rahim.. Lalu, Kita berpisah..masuk Yah masuk ke liang kubur Meninggalkan kehidupan Di bumi..ke alam baka Segalanya silih berganti

30 Bertemu dan berpisah

Mari berdoa, Buat Papa Utju Alimansyah Dengan khusu…merunduk, Pasrah.., Namun tabah

Jangan tak rela, Jangan biarkan Bak labirin Berputar…dalam kesulitan Beri jalan kerelaan, Ikhlas ridho Agar yang sedang berjuang Untuk menemui

31 Di atas jalan kemudahan Yang lurus, Shirotol mustaqim Agar yang akan pergi Lepas..tiada keraguan Tuk, Menoleh kebelakang

Ya Allah, Sungguh berat Sungguh letih Sungguh…melelahkan Tuk melepas diri Kami hambamu Memohon Samudra kasih sayang Mu

32 Seyum Malaikat Mu, Ya Allah..Robbi Di lorong perpisahan ini Hamba Mu Ingin rela melangkah Mengakhiri Jejak dunia yang fana ini Tuk menghadap Mu Yang Agung Laaillahailallah

4 /9/016 RSCM, Jkt Fis, Pagar Alam

33 SADONYO

Uni.. uni… uda.. uda.. adik.. adik.. Anak.. anak..salam hangat Se nagari, Pagi ini, Pagi nian rancak, Mentari nan “eloklah” Se elok uni..uni pagi ini Se elok Singgalang dan Merapi Se elok Ngarai Sianok jo danau Maninjau Seindah Bukit tinggi jo Pagaruyung Senikmat bareh Solokjo Sate Ma..sukur Sehangat Randang.. Jo senyum mu sadonya

Jkt, Agustus 016 FiS, Pagar Alam.

34 Bagian 2 :

Dari Kaki Langit Cilosar i

35 Di Kaki Langit HMI

Ikwan dan Akhwat HMI wan HMI wati Kita bersama pernah ikrar di tempat ini, HMI Kita pernah bersenda gurau Di beranda,….tanah lapang, ….dan kamar- kamar perjuangan Kita juga membangun mimpi-mimpi.. Tidak ketika tidur, Tapi…, Tatkala terjaga, Dengan matahati yang terbuka,

36 Melalui gerak roda organisasi Membincangkan hal serius dan mulia, Guna meraih Insan Cita Kita juga tegakkan ruku dan sujud Di setiap 5 lorong waktu, Juga… saat tibanya sepertiga malam Usai berdebat, berdiskusi, Menata administrasi di rayon, Di Komisariat, di Cabang hingga 16, Lalu kita tersenyum… tak sia, Sambil merebahkan badan, tak lupa berdoa .. Menguatkan mimpi-mimpi… Mata hati … Tentang hari esok, hari ini, Hari dimana kita bersama

37 Merajut tali perjuangan dalam persaudaraan, Ada perbedaan di antara kita, Tapi, Taklah… menggoyahkan ingatan kesatuan hati kita, Sungguh masa lalu itu takkan pernah “tua” di benak pelakunya, Kita... yah… kita,…. Mujahid Cilosari Kini dan esok, atas ridho iIlahi.. Atas cinta dan persaudaraan Kita Jumpa Muka… Jumpa Pikiran dan Jiwa… Kita kuatkan rajutan itu... setelah usia ditelan waktu Berganti hari dan tahun Bergerak dalam deru mesin sejarah ..., sunatullah!!

38 Dan…., kerinduan itu hadir kembali Rindu bertemu dalam silaturahmi Ikhwan dan akhwat HMI wan dan HMI wati

FiS, Pagar Alam Jkt, 7 Agustus 2016

39 Elegi Cilosari17

Ikhwan dan akhwat Kita bersama pernah berikrar di Cilosari 17 Kita pernah bersendagurau di beranda.... Tanah lapang.... dan kamar perjuangan Cilosari.... Kita juga menumbuhkan mimpi-mimpi Dalam gerak roda organisasi Membincangkan hal serius dan mulia tuk meraih Insan cita HMI... Kita juga selalu ruku’ dan sujud Di setiap lima lorong waktu atau ketika sepertiga malam Usai berdebat dan berdiskusi.... lalu kita tersenyum Untuk menguatkan mimpi-mimpi

40 Tentang hari esok.... hari-hari dimana kita bersama merajut tali perjuangan dalam persaudaraan Sungguh masa lalu itu tak pernah tua Di benak pelakunya.... kita yah kita.... Kader HMI di ranah Cilosari.... Kini atas ridho Allah... atas cinta dan persaudaraan... Kita jumpa muka.... jumpa pikiran dan jiwa.... Kita rajut kembali... setelah usia di telan waktu Setelah waktu berganti dan kerinduan itu hadir kembali Rindu bertemu dalam silaturahmi... Dalam silatuilmi.... Ikhwan dan akhwat.... Hari ini kembali kita bersaksi lalu mendoakan

41 Saudara kita yang telah pergi berjumpa Azzawazala... Kita berdiri di sini.... Bersalaman.... bertegur sapa....dan saling bercakap... Kemudian terus berjuang.... berjuang dan berjuang.... Menegakkan kebenaran di negeri ini.... hingga Persada tempat terbit dan terbenamnya matahari... Negeri ini warisan para wali dan ulama... Para pahlawan yang cinta akan kebenaran Yang Maha Kuasa... Sila Pertama Hari ini kita jumpa dan mungkin kita berpisah untuk satu tugas dan anugerah Semuanya... ya semuanya... mari !! Genggam erat... dengan gema takbir.... Allahu Akbar

42 Gema kemenangan Insan cita HMI YAKIN USAHA SAMPAI

Halal Bi Halal 2016 FiS. Pagar Alam Kado HBH 2016. Kamis/23/Musholla Akabri.

43 SECANGKIR KOPI NDP di Kaki Langit 47

Masalalu, takkanpernah “tua,”dibenak pelakunya…. Masakini, cermin “kegagalan” atau… “kesadaran” dari masalalu.., Ada yang sukses menapak cita, Ada yang belum beruntung Bahkan ada yang merasa gagal, Terjatuhdalamkegelisahan yang takhenti Itulahkader… HMI

44 Tapi,….Saudaraku, HMI wan HMI wati, Abang..Kakak, Kanda dan Yunda.. Kita adalah mujahid, Ya, Mujahid…. Bersenjatakan Pena..!! Hitam..Hijau ..dan Putih… Dalam BingkaiMerahPutih Berikrar dalam nafasTauhid, Yakin Usaha Sampai….YAKUSA Kita rajut dengan satu tarikan nafas, JUMPA MUKA JUMPA FIKIRAN DAN JIWA Dalam satu syair lagu heroik, Kader Kader HMI dan Alumni, Sudirman 47,

45 Buat “kita” Bukan sekedar kenangan dan nostalgia

Sudirman 47, Juga bukan sekedar MONUMEN PERJUANGAN Dari anak anak asuh Lafran Pane, Sudirman 47, Bukan sekedar tempat Bang YY Berteriak dengan suara lantang, Tempat Kanda Odelis memberi tentir, Atau Kanda Gunadi menempa diri.. Bermodal kursi bawa sendiri, Juga… Bukan semata tempat adik adik Menempa kawah candra di muka..

46 Lantas almarhum Nurdin Bone.. Menari..nari…membongkar otak sekuler kader HMI Dengan Secangkir Kopi NDP Atau shohib Wahab mengatur strategi HMI Cabang Dengan teman Andri, Bisrun, Badrun, Taufik dan… masih banyak lagi Sahabat ku disini, di era 80-an, Hanya bermodalkan semangat, Tekad kuat membaja Hanya menerima kiriman beras, Menanam kangkung, Sedikit supermi dan telur, Merekasemua bahagia dengan HMI, Persaudaraan disini, Bukan kata pernyataan, Tapi kata kerja,

47 Sahabatku, Biladulu drama perjuangan kita Cukup bedahbuku, berdebat, berteriak Lalu menantang hidup dengan.. Gerak Sentripugal….!!hanya dengan cara itu… Kita bisa sukses serta optimis Dan tau rasa bersyukur, Tapi…, kini Sunatullah..berkatalain, Hari…tahun…masa berganti, Keadaan negeri ini dan HMI Dengan pelakunya juga banyak berubah, SECANGKIR KOPI NDP Ku hidangkan dalam bait puisi ini, Ayoo…Jadikanlah Sudirman 47, Ya.., Sudirman 47 di Bandar Lampung, Menjadi “Inspirator” dan…

48 ATMOSFIR PERJUAGAN Kader Kader HMI Yang kitapersembahkan untuk umat, Dan anaknegeriini Negeri paraWali, Pandita, Empu, Ulama Dan paraPujangga, Nusantara negeri Sorgawi… Atlantis yang tenggelam kata Plato

KINI dan ESOK… Secangkir Kopi NDP

Di Kaki Langit Sudirman 47, FiS, PagarAlam 17 Agustus 2016,Jkt.

49 Sejenak Senja Di CILOSARI 17

Ahad pagi ini, 7 Agustus... Satu... Dua teman...,

Melangkah,

Melintas pagar tua dan gedung kumuh,

Menatap duka tiada,

Tiada Kepastian,

Gedung Cabang HMI Jakarta, Cilo 17,

Kokoh, tapi… demikian renta

Menadah harapan,

50 Bagai secercah harapan anak HMI era 80 - an..

Mereka rindu… bahagia… membalut kenangan,

Membongkar mimpi kemujahidan…

Yakin… Usaha… Sampai

YAKUSA,

Namun semua menebar kecewa,

Gedung perkaderan heroik..

Telah kotor…berdebu

Berlukis vandalis pada dinding... dinding tua…

Semua gelisah… merasa bersalah

Sofian Panigoro... sahabatku...

Bekerja dan berkisah

51 Di atas podium tua,

Tentang HBH dan Harapan…

Bang Fahmi Idris, Darul Siska, MSK, Karim, Bursa, Egi, Taufik dan semua teman-teman

Menumpahkan romantisme

Dan kegelisahan gedung Cilo

Serta masa depan adik-adik HMI

Semua terpana,

Dan Sajak-Sajakku yang dibacakan

Manimbang Hari Jadi

Adalah barisan kalimat

Yang membuncahkan kisah anak Cilo

Yang kini terus bergerak ,

Seperti pusaran sentripetal

52 Merambah dinamika perubahan negeri

Dengan segala daya dan prestasi diri

Bergerak tanpa henti,

Ada yang sukses... atau belum beruntung,

Ada yang terjatuh…

Tapi, Ku pandang dengan mata hati

Semua teman datang dengan berbalut penuh kerinduan,

Kebahagiaan dan harapan,

Bergerak berkeliling dan

Dalam gerak setripugal,

Merajut persaudaraan

Membangun kohesifitas dengan tulus…

53 Dalam suara hari,

Menilam kesamaan dan menyimpan perbedaan,

Wahai Saudaraku, Ikhwan, Akhwan

Siapapun yang hadir,

Dari perak pagi hingga cahaya senja Cilosari

Furqon, Muhsin, Matar, Kamal, Bambamg SS, Wemar,

Zainal Arifin, GesKhalifa, Valina, Lies, Nani, Nunung, Dinar, Mansur, Anwar Esva, Zainul, Dudung Badrun, Topan, Ivan, Hardi, dan... semua alumni HMI yang hadir

Jangan biarkan kebahgiaan Ahad ini terhenti,

Di perak cahaya senja Cilosari

54 Mari…!!! Bangun kerinduan HBH

Nan indah, penuh senyum dan kenangan,

Di bawah tenda Hijau Putih ini

Di tanah lapang tempat kita membangun mimpi-mimpi

Menjadi tonggak... menjadi monumen

Bahwa kita hadir

Tuk kembali membangunkan kekuatan

Mengumpulkan tulang kuat yang berserakan

CILOSARI ADALAH MONUMEN PERJUANGAN

Dari anak-anak HMI,

55 Yang harus dijaga… dirawat

Tetap Menjadi ATMOSFIR PERGERAKKAN umat

Allahu Akabar…..

FiS,Pagar Alam Cilosari Senja, 7/8/016

56 ELEGI ERLANGGA: SELAMAT JALAN SANG MUJAHID

Saudaraku... sahabatku… seniorku

“Erlangga”; “kamu menyaksikan,

Dan menjadi saksi dari tempatmu,

Kamu melihat “kami semua”

Dari tempat yang kami tidak dapat melihat..

Tentang pertukaran fikiran... perdebatan,

Kadang penghujatan..dan kesombongan..”bergibah”

Merasa paling benar dan paling tahu,

Nafsu menggoda jiwa,

Menjadi lupa, hingga kepala dan urat leher,

57 Termuntahkan melalui suara... suara

Dalam wacana di atas majelis fikir dan zikir

Tentang “pesan pesan illahi”

“Erlangga”; “ kini kamu menyaksikan hitam... putih...

Dan merahnya saudara mu,

Kita juga saling mendoakan serta bernasehat

Dengan segala yang mungkin masih “merasa hebat”

Namun sungguh

Kita sebenarnya patut malu..dan harus malu

Benarkah kita telah tunduk,..merunduk..

Melembutkan hati kita,

Merendahkan suara kita,

Menundukkan keegoan fikiran kita untuk melapangkan jalan

58 Bahwa perbedaan pandangan itu sesungguhnya

Rahmat, dan kasanah karena ramadhan adalah

“sang pembakar” yang meluluh lantahkan

Kesombongan hati kita dalam beriman dan beragama

“Sahabatku Erlangga”;” kamu telah pergi” dan “kami telah mengiringi dengan do’a dan air mata hikmah”

Kami percaya dan meyakini, dalam semangat jihad,

Betapa antara kita dan semua teman,

Selalu ada “jarak ruang dan waktu”

Memang itulah keniscayaan hidup

Namun, Insya Allah akan ada selalu yang menghubungkan jarak itu, yakni; “Esa hilang…dua terbilang”

Erlangga sahabat kita

59 Selamat melepas titian dunia tempat kami disini..

terus “berjihad”..Insya Allah

Cianjur, 4/7/016 Fis, PagarAlam

60 Bang Parwan: "Berteriaklah" "SELAMAT JALAN SASTRAWAN KESEPIAN"

Mungkin lepas sebulan sebelum kepulangan Abangku ….selama lamanya Aku sempat menjenguknya, Di senja hari, Kala mentari turun.. di balik jendela Lembanyung…rona.. kuning.. kemerahan.. Menyeruai..keheningan ruang.. Rumah Sakit Koja….. Bersama istri, melangkah menuju ruang ICU, Dalam lorong waktu,

61 Antara kerinduan, gelisah,… dan menerawang..panjang.. bertanya dalam hati “Sudah berapakah usia abangku ini”,

Belum lagi aku berdiri samping pembaringan, terkenanglah suara yang menghentak, Intonasi yang kadang berat, lalu naikkk… Kemudian turun…..menggelegar…. Lalu,… tersenyum Dengan mata melotot,.. Membawa pesan menggugat, Itulah bang Parwan.. “Sang Sastrawan Kesepian”

Bang Parwan sangat HMI,

62 Sangat Nasionalis, Ia juga sangat sosialis, “berdamai dengan borjuis”, tapi cinta dengan perjuangan.. Cinta kepada umat… kegelisahannya ..adalah samudra penerawangannya Terhadap detak, denyut..umat, dan nafas negeri ini

Sampaiku dipembaringan, Ketika ku lekatkan tangan diatas kepalanya, Lalu ku..uu….sap .. Dengan ziqir dan do’a.. Sekhusu ku.. Dalam keadaan ‘koma’,.. Menggeliatlah ia, mendesah,.. ku sentuh jemarinya,

63 masih ada resonansi.. Mengggeliat… LALU..hening..

Seiring gema azan segera berkumandang.. Masih kuingat ditaun 80-an, ucapnya : “Fir”, “..andaikata dinding-dinding ..” gedung, kamar, masjid r Cilosari 17 ini bisa berbicara” ya…kau akan paham..” “disini ada persaksian sejarah”

Suatu ketika di tahun 2010 Bertemulah dengan bang Parwan, Saat konser seniman troubadur Leo Kristi Di Balkon Gedung Galeri Taman Ismail Marjuki.. Dalam keheningan pengunjung.. Bang Parwan berteriak bersamaku:

64 “Leo Kristi” …. Mainkan…!!! “Nyanyian Tanah Merdeka”.. Dan… “Salam Dari Desa” Suara lantang itu mengalun: ‘Kalau ke kota esok pagi Sampaikanla salam rinduku Katakan padanya..’ Padi-padi telah masak… Kuning-kuning seluas padang Roda lori berputar- putar….. Tapi bukan kami punya…”

Bang Parwan.., Kamu tidak tidur panjang..,

65 Tiada lagi suaramu, hentakkanmu Obsesimu…maumu, cita-cita, Seperti lantangnya Sang Maestro troubadour Leo Kristi…

Selamat jalan..bang.. Di ruang keabadian

Berteriaklah……

Bilik kerja, Sekolah Pasca Ragunan, 16/1/2018. Fis Pagar Alam.

66 Bagian 3 :

Pak... Bu... Presiden

67 ‘Pak Presiden 1’

Kau hadir dimasa pergerakkan

Kau sadarkan anak Nusantara dalam Satu …

Satu Tanah Air, Satu Bangsa, Satu Bahasa

Indonesia….

Dengan sesama anak bangsa, kau rajut beratus suku, beratus bahasa,

berbilang agama..

Beribu-ribu pulau nan terbentang bak ratna mutu manikam

Dari Pulau We sampai Merauke

68 Dari Pulau Mianggas sampai Pulau Rote

Dengan pikiran, dengan kesadaran, dengan jiwa raga,

Dalam Roh kesatuan,

Dalam Rahmat Allah…,

Dengan dorongan yang luhur..,

Di langit Gagahnya Burung Garuda,

Di atas alas Pancasila..

Tergenggam khasanah Bhineka Tunggal Ika

Kau bangkitkan, kau tekadkan, kau perjuangkan

Dan kau rebut… Merdeka.., Merdeka…dan Merdeka,

69 Gemuruh suaramu kala itu….

Adalah ‘lintar’ dari jeritan rakyat

Namun… Diujung 20 tahun berlalu Indonesia tegak

Wibawamu, Gagahmu…

‘”Terkoyak... ya... Terkoyak”

Tergoda untuk tak terbatas kuasa

Hukum sejarah “Heroikmu”…,

runtuh oleh... TRITURA!!!

Pak Presiden…

Sejak saat itu terisolasi dalam “Kesendirian”

70 Hingga wafatmu BUNG…!

Tenang… tenanglah, kau selalu kita kenang

Pak presiden…

Kini kita masih disimpangan jalan dari OTORITARIAN,

FiS, Pagar Alam Pojok Kamar, 11 Maret 2014

71 ‘Pak Presiden 2’

Kau ‘Smilling General’

Pesonamu pada senyum, pandangan mata, dan

‘batukmu’banyak arti dan menggegerkan

Berkarir sebagai perajurit, bukan sembarang perajurit,

Jenderal berbintang lima dipundak,

telah teruji di Medan laga,

Dari hingga Mandala

Dari reruntuhan Orla kau berdiri memimpin Orba (Orde Baru)

Hingga Tokoh Senior Asia Tenggara

Sebagai Pemimpin Non Blok hingga Jajaran pemimpin negara besar dunia,

Kau hadirkan citra Indonesia

72 Demi perdamaian kau datang ke Bosnia,

Dan berdiri Masjid nan megah simbol Ketuhanan dan kemanusiaan

Karya-karyamu, dan pesona ‘Batikmu’ mendunia

Semua !

Tergores dalam gagasan yang terumuskan dengan penuh pertimbangan, sederhana dalam penyampaian, namun nyata,,

Bagi setiap anak bangsa…..

Kau rajut dalam Pelita demi Pelita,

Hingga Tinggal landas PJPT I dalam 6 Pelita,

Dari swasembada pangan, meretas jalan pengamalan Pancalia (P4)…

hingga Industri Strategis

Pak Presiden, Pak Jenderal, Pak Arsitektur Pembangunan

Dari pikiran, pernyataan dan langkah mu

73 yang pasti dan tegas!

Dalam nafas panjang perjalanan perjuangan mu

Ternyata, ‘terkoyakan’ para pembisik- pembisik yang ambisius..!

Para ‘Penjilat’ kuasa dan harta,

Walau ada diantara sahabat-sahabatmu yang mengingatkan,

Namun terlambat, ..yah terlambat..!

Hingga peluru itu harus menembus anak- anak muda, anak-anakmu

Harapan peminpin bagi masa depan bangsa

Di sepanjang jalan sejarah 98’

Kekacauan dan ketidak pastian,

Keterpurukan dan panasnya isu-fitnah

Serta pengkultuskan yang berlebihan

74 Dari sahabat-sahabatmu

32 tahun langkah Pak Presiden cukup !

Dan harus terhenti,

Reformasi !Reformasi !!Reformasi !!!

Turun..Turun…

Kau berhenti…. Kau tetap tegar dengan segala catatan sejarah

Putih, Kuning, Merah dan Hitam catatan,

Dari ribuan literatur yang mengalir tentangmu

Sejarah tetap mengenang,

Pak Presiden …, ternyata

Kini kita masih disimpangan jalan OLIGARKI,

FiS, Pagar Alam Pojok Kamar, 11 Maret 2014

75 ‘Pak Presiden 3’

Kau hadir dalam persaksian 2 Presiden,

‘Gagasanmu sesungguhnya mata rantai

Dan Cita sang pendahulu

Indonesia,…. menjadi Garuda Dunia

Terbang mengangkasa menembus awan dan…

menukik hingga dalamnya batas samudra,

Gagasan Pak Presiden adalah sang teknolog

Menggerakaan industri Strategis kedirgantaraan

‘Garuda Bersayap’

Menjadi jembatan anak-anak Nusantara di ribuan pulau yang terpencar

76 Indonesia di tangga sejajar Negara berteknologi tinggi,

Pak Presiden rumuskan konsep ekonomi berdaya saing tinggi,

Bernilai tambah dengan rekayasa teknologi,

Kamu dorong Reformasi dalam ruang demokrasi yang terbuka..

Dan nyata, tidak ada tedeng aling-aling kamu bicara,

Tidak terluka kamu di caci maki dan dihujat,

Tidak membisu ketika kamu harus berdebat dan bertukar pikiran,

Kehangatanmu dalam bertegur sapa..dengan tangan tangan terbuka,

Matamu yang membelalak, langkahmu yang cepat,

77 Adalah ketulusan dan kejujuranmu

Tentang isi hati dan pikiranmu,

Pak Presiden Kamu banyak bicara, dan senang bicara,

Dengan gagasan dan ungkapan yang energi… energik dan energik !

Penuh keoptimisan dan teguh dengan apa yang kamu yakini,

Takada basa-basi,

Semua orang menjadi mengerti, dibingkai kecerdasan

Dalam masamu Presiden yang singkat itu,

Regulasi peraturan perundang-undangan yang progresif,

Penguatan nilai mata uang rupiah dari 15.000

78 rupiah per-dollar..

kita terpuruk..saat itu..!

Kau ubah mencapai point hanya 7000 rupiah per-dollar

Prestasi yang tak terkejar oleh sang presiden lainnya hingga saat ini,

Namun,

Pak Presiden umur kuasamu demikian singkat saja,

Tidak sampai dua tahun atau……. dua tahun kurang sedikit,

Banyak reformator ‘bersahwat kuat ingin kekuasaan”

Pak Presiden tidak diberi waktu yang cukup,

Kecuali sinistis, dan ……fitnah sebagai bagaian masa lalu..yang runtuh !

79 Kamu tak marah, kamu tak benci,

Kamu presiden tegar, rasional menghadapi …

Tapi juga….kamu cukup mengerti emosi rakyat..

Kamu punya pendirian yang sangat terbuka,

Yang tidak senangpun menjadi suka untuk menggoyahkan keperisidenanmu,

Awan pun ber-arak, tidak selalu putih,

Ada awan hitam kelam melepaskan kepergian mu

Seperti Pesawat dari karyamu yang melesat keudara..,

Kini menghilang…di celah

awan hitam melingkupi Nusantara,

Kamu pergi meninggalkan panggung politik yang penuh caci – maki dan iri

80 Pak Presiden,ber-otak genius, ternyata kini kita masih di simpang jalan REFORMASI

FiS, Pagar Alam Pojok Kamar, 11 Maret 2014

81 ‘Pak Presiden 4’

Pak Presiden,

Kau hadirkan Pesona Baru,

Gagasan pluralis,HAM, Kebebasan,

Dan dengan penuh gelak tawa dalam memimpin Indonesia,

Dari pembelaan terhadap kaum minoritas

Hingga ‘ANAK TK’ bagi Anggota Dewan (Pewakilan Rakyat)

Dari Bola sampai urusan Jihad- Jahit

Semua dibikin ‘ringan’, ‘cerdas’ namun…penuh kebingungan,

Eramu, era konflik, kebebasan, dinamika anak bangsa,

82 Geger politik, geger sosial, geger keyakinan dan geger-gegeran !!

Semua menjadi,kaget’, risau dan ‘kacau’

Menyeruak dan melimpah dalam kanal-kanal kehidupan sosial….

Dalam layar ketidak pastian kapal anak bangsa

Pak Presiden di ’Gusur’

Dengan masa tugas yang belum ‘uzur’

Pak Presiden meninggalkan istana,

di tengah hingar-bingar yang belum usai

Ia, bak…

Meninggalkan pesantren dengan kesederhanaan dan keunikannya,

Meninggalkan Istana dalam kenangan dan kenyetrikannya,

83 Pak Presiden,

kini kita masih di simpang jalan ..

Dalam Indonesia yang “BERKEBIMBANGAN”

FiS, Pagar Alam Pojok Kamar, 11 Maret 2014

84 ‘Bu Presiden 5’

Bu Presiden, Bu Presiden….,

Padamu …harapan demikian besar,

Sebesar dukungan padamu melalui pintu pemilu

dan kemenangan suaramu,

Bu Presiden,

‘Mencuci piring-piring persoalan bangsa yang tertinggal

namunmasih belum terurai,

Disana-sini, menarik-narik tali reformasi yang “pagujud”,

Dengan cara dan maunya sendiri,

85 ‘Bu, yang kadang berbicara dengan ber-api-api, bernada tinggi !!

Kadang juga tersenyum-dengan pandangan mata penuh arti,

Kadang diam-membuat kita menunggu dan tak mengerti..

Bu Presiden, yang sabar meniti onak duri politik

Dalam rimba penuh intrik,

Dalam dekapan kehangatan sahabat,

Yang bisa jadi ‘musuh dalam selimut’

Dalam dukungan, simpatik

Atas perjuangan yang panjang dari …

Seorang Bu Presiden,

Dimasamu, harapan ‘Wong Cilik……’ seperti tenggelam

86 Oleh luapan kebebasan berdemokrasi yang penuh anarkis dan arogan,

Sentuhan kemanusiaan seperti hilang di telan

Pertarungan dan konflik politik yang tak berkesudahan

Di tanah-tanah subur Nusantara,

Dalam langkah reformasi yang terlalu - cepat,

Bagai kuda lepas kandang,

Lari tunggang –langgang tak beraturan !

‘Bu Presiden,

Hari-harimu mengakhiri masa tersisa di Istana,

Hari yang penuh pergulatan kepentingan,

Bu Presiden berada dalam titian tangga

Yang terus bergoyang,

Jargon Demokrasi hanyut dalam…

Kebebasan yang tak terkendali,

87 ‘Bu Presiden ‘Diam’

Penuh kesabaran, penuh kehati-hatian,

Tapi rakyat cemas…..dalam Pemilu yang terkalahkan,

Kini Demokrasi kita masih di “Simpang-Jalan”

Dalam Indonesia yang “Ber-Eforia”

FiS, Pagar Alam Pojok Kamar, 11 Maret 2014

88 ‘Pak Presiden 6’

Pak Presiden, Masamu cukup duduk disinggasana,..10 Tahun Keberadaanmu… kuat Dalam Legalitas Demokrasi, Kamu terpilih, Dengan harapan besar dari seluruh rakyat, Ketenangan lahiriyahmu, Kegagahanmu, Karir dan pendidikanmu… Sungguh Modal Kepemimpinan yang cukup memukau, Janjimu tentang Indonesia ke depan lebih baik.., Adalah “jaring-jaring optimism” untuk Indonesia yang lebih baik, Pak Presiden, Awal kerjamu diawali Tsunami besar

89 Indonesia di ‘Tanah Rencong’, Adalah ujian bagimu dan kita semua, Kini bencana demi bencana mengiringi perjalanan tugas Pak Presiden, Dari bencana Alam karena ulah manusia dalam KuasaNya,.. Hingga bencana moral ….Hutan negeri ini semakin berkurang.. Berganti alam yang tak bersahabat, banjir… banjir dan Kebakaran hutan yang berterusan, musibah demi musibah Hutang Negara bertambah bertrilyun- trilyun..ratusan..hingga ribuan, Institusi Negara hilang wibawa,…hilang tauladan..dan.., Yang muncul gaya-gaya pencitraan…

Pak Presiden, yang kalem,

90 Kita semua rindu kejujuran, ketegasan dan kepastian, Bukan keluhan, kebimbangan,..dan membiarkan kerakusan…disana-sini

Pak Presiden kita butuh empati kebersamaan, Bukan empati untuk rakyat yang harus mengerti,

Tabuh Pemilu Reformasi telah di gendrangkan Tontonan moralitas para elit sungguh menyakitkan Hilangnya vitalitas tuntunan watak bangsa... yang berbalut moralitas agama dan nilai budaya luruh bangsa, Berganti serba ‘Kebabblasan” dalam melakoni arena kehidupan bernegara ….berbudaya,

91 Pak Presiden sungguh Ironi, Ketika ‘Kuasa’ dan kewenangan ada dalam genggammu, Kau biarkan kesempatan itu hilang tergeletak diatas ‘Kursi-Kursi’ otoritas yang memang Presiden miliki,

Pak Presiden Bukan waktunya berwacana dengan berbekal alasan, Ada waktu ‘tersisa’...mungkin… ini belum terlambat, Jangan biarkan hiruk pikuk 15 tahun reformasi ini, Memalingkan kesadaran segenap elit bangsa .. Untuk jadi tidak mengerti….bahwa negeri ini Telah ‘tergadaikan’ oleh hutang yang semakin menjulang dan kerakusan pemilik

92 modal besar untuk terus bergentayangan di sudut-sudut lahan Nusantara… yang Sorgawi,

Pak Presiden, kini kita semakin di simpang jalan .. Hilangnya “Karakater Keindonesia dalam sanubari kebijakan Negara …

serta “ambigu Pemimpin”

FiS, Pagar Alam Pojok Kamar, 11 Maret 2014

93 Terima Kasih Untuk Keindahanmu

Terima kasih untuk keindahanmu hari ini

yang kau sematkan pada hujan

pada tarian rerumputan yang itu semua

aku artikan sebagai kenang

Terima kasih untuk keindahanmu hari ini

yang melebihi bait-bait puisi

yang menyimpan

seribu pesan.

Terima kasih untuk keindahanmu hari ini

yang senantiasa hadir bagai matahari.

94 Bagian 4:

Reformasi…

95 Bedebah Reformasi

“Ketika air bah pemuda merangsek”

Tak peduli lagi raga dan jiwa

Mengeram menahan penderitaan, karena ….

Amarah telah sampai ketulang sum-sum

Tanah air merah putih, dan Ibu pertiwi

Merestui untuk suatu perubahan

Maka, berakhirlah kekuasaan Tirani Lama,

Dan memulai kekuasaan dengan harapan baru

96 Mahasiswa, pelajar, anak pesantren, anak jalanan

Anak-anak kampung, kaum marjinal, ibu, bapak, tua, renta, semuanya..

Mereka yang tak minta balas budi kembali ke kampus-kampus,

Kesekolah dan pesantren kekampung- kampung,

kelorong-lorong kumuh

Untuk merapikan kembali impian-impian masa depan yang belum selesai dirajut

Kemudian,

Catatan sejarah bertutur

Herois yang telah kubuktikan dengan tumpah ruah di jalan,

Melangkah dengan modal keyakinan,

Mengayunkan bendera kebenaran,

97 Mendobrak dan meruntuhkan kedzaliman, kemudian…

Kata mahasiswa:

“Aku” kembali pulang ke peraduanku

Tempat buku dan idealism bersemayam

Kubukukan kisah indah dan berani itu

Gerbang reformasi telah kubuka lebar

Selebarnya kebebasan yang kita nikmati saat ini,

Kuikhlaskan siapa pun masuk

Merangsek sambil ugal-ugalan

Mengambil sumber alam negeri ini

Namun,

Kini, kuterpana

Menatap bendera reformasi itu kembali terkoyak

98 Robek sana sini

Berkibar tak tentu sana-sini

“Telahkah rakyat sadar ..!!!”

Salah memilah dan memilih siapa sebenarnya yang berhak melangkah berdiri,

Menjadi pemimpin sejati Reformasi

Salah memilih dan memilah!!

Lalu ucap mahasiswa dan pelajar hari ini

Sambil menatap dengan kegelisahan dan kemarahannya,

Berucap: “BEDEBAH REFORMASI KALIAN”

FiS, Pagar Alam Maret 2012

99 10 November 45

100 manusia berdiri

1000 manusia berbaris

10.000 manusia melangkah

100.000 manusia berlari

Berjuta-juta

Putera puteri Indonesia

Berteriak lantang

Dalam SATU TEKAD

MERDEKA…!!!

100 10 November 45,

Gema rakyat,

Denyut nadi,

Detak jantung

Dan… tarikan nafas

Memompa semangat dan tekad

Tetes darah dan peluh keringat

Merembes…,

Sebagai mesiu jiwa

101 Untuk tiada kata

Pantang Surut Ke Belakang

FiS, Pagar Alam, 10 /11/015. Pojok Kamar AKABRI 5A 100 manusia berdiri

102 DETAK DETIK

Detak jantung terpacu,

Seperti ingin berlari,

Detak jam di dinding,

Seperti tak lagi beraturan,

Dan

Detak sepatu menghentak

Demikian cepat

Detak demi detak

Seperti beratus ribu bertautan

Merdeka !! atau Mati…,

103 Allahu… Akbar…!!

Kami berjuang

Untuk suatu kemerdekaan

Bung…!!!

Kami tak ingin ini terulang

Dalam fikiran,

Dalam ingatan,

Dalam hasrat yang tak berdaya

Pada setiap diri anak bangsa

Untuk terjajah dan dijajah lagi

Sudah terlalu nista…

Penderitaan kami

Sudah terlalu pahit…

104 Untuk kami kenang

Wahai generasi sesudahku

Ku kobarkan semangat

Dan tekad,

Ku eratkan Gempalan tangan

Dengan kuat,

Ku niatkan dalam dada,

Nan menyerap,

Ku tautkan niat

Dari SabangHinggaMeroke,

Kupasrahkan raga danjiwa

PadaTuhan Yang Esa,

Atasridho Mu ya…Allah

Indonesia Merdeka,

105 Tersungkurlah aku

Dalam kehangatan darah para suhada,

Di medan laga

Tersenyum bunga Melati

Pengharum bangsa

Tak… sia-sia,

Atas nama rakyat Indonesia

Sukarno - Hatta

Menyatakan tekad kemerdekaan

Seluruh rakyat Indonesia

Detak itu,

Namun… Detik ini,

Lihatlah… simaklah

Dan

tanyakan

106 Masihkah kita merdeka ?

“Tuan Pejabat”

Yang menari-nari,

Dengan tawa serta kelicikan

Dengan kebohongan

Menjadi pedang Iblis

Detik ini…,

Terus menipu Rakyat

FiS, Pagar Alam 10/11/015. Pojok Kamar AKABRI 5A

107 KI HAJAR DEWANTARA

“Sejak 1922 itu”…, namamu; “Raden Mas Soewardi Soerjaningrat” Kamu lahir di bawah gelap, kelam dan mendung..., Dari risaunya anak Nusantara… Yang terbelenggu, tersiksa…,di atas “dekapan panas” kaum kolonial, tertindas, tergilas,terbodohkan… terkapar …..menjadi bangsa jajahan,

“Matahari timur meluncurkan cahayanya.. pijar-pijar biru keperakkan, menyongsong gairah anak Nusantara yang terbangun dari tidur panjang ketakberdayaan.., dalam “penindasan”dan“adu-domba”kaum kolonial lalu, bangkit sosok anak muda, di atas altar kesadaran nan gigih menyalakan suluh.., apiperjuangan, ilmu dan kebudayaan,

108 “Wahai Ki Hajardewantara…”, Kau kumandangkan… Berdirilah Taman Siswa, Taman untuk kita mereguk air peradaban Taman kesadaran, Taman pencerahan, Taman cinta akan kemanusiaan taman yang mengantarkan kemerdekaan semua anak Indonesia,

Harumnya jiwa-raga mu, Bukan seonggok daging dan tulang yang telah berserakan, Kamu tertulis dalam batu nisan…., tempat kamu berbaring, Bukan segores nama yang tertulis dalam catatan buku sejarah, Bukan sesosok priyayi yang penuh dengan privilege- privilege sosial Ki Hajar, kamu ‘hajar’ simbol-simbol kolonial, Kamu tinggal kan simbol-simbol keningratan itu… Meski jati dirimu bagian dari warga keraton,

Kamu bukan semata aktivis pergerakkan yang herois,

109 Bukan semata kolumnis berbelati pena yang tajam, Bukan hanya politisi yang ‘Jago berteriak…’ dan ‘menghujat’,

Ki Hajar Dewantara,…..berdiri tegar di atas pendirian….!! Dan tatap bola mata mu penuh keyakinan, Sebagai pelopor pendidikan kaum pribumi, Untuk mendapatkan hak mereka…, Sama dengan teman pergerakkan Nusantara lainnya, K.H. Akhmad Dahlan dengan Mualimin dan K.H. Hasyim Ashari dengan pesantrennya, Semua untuk kaum pribumi…, rakyat jelata,

Ki Hajar, Bukan tuk di puja, bukan juga tuk dikultuskan, Dan tidak akan pernah kita memuja dan mengkultuskanmu Harumnya namamu, anak Indonesia selalu mengenangmu ditanggal kelahiranmu, menjadi Hari Pendidikan Nasional, didunia pendidikan Indonesia ada semboyan karyamu… Tut Wuri Handayani…, Dilambung Kapal Perang KRI, ada namamu, Di lembaran uang RI emisi 1998, ada potretmu,

110 Ki Hajar, adalah anak keluarga Keraton Yogyakarta yang bersekolah di sekolah Belanda, Menginjak Stovia, tapi….terhenti karena sakitmu, Jiwamu tetap bara pribumi Nusantara … Melalui penamu tergoreskan kata demi kata… perjuangan, Terompet pikirannmu berkumandang di Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer sampai Poesara, Begitu handalnya goresan penamu, Bakat politik mu sebagai progandaris di Perkumpulan Boedi Oetomo (BO) 1908, Membangun kesadaran, Merajut perlunya persatuan anak peribumi

“Ki Hajar Muda” Di Insulinde-organisasi yang multietnik kaum indo, Perlunya pemerintahan sendiri bagi Hindia Belanda, Ya tidak dijajah…tak perlu ada kolonial di negeri zamrud, Ratna mutumanikam…bagai pending emas !!

Bergabung di Indsche Partij, “Eeenvoor Allen maar Ook Allen voorEeen” ; “Satu untuk semua semua untuk satu” Ungkapnya,

111 Dalam tulisan lain Ki Hajar menggoreskan pena.. “Als ik een Nederlander was”; “seandainya Aku seorang Belanda.., aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang telah kita rampas sendiri kemerdekaannya” ucapnya… di artikel pedas dalam surat kabar De Expres Juli 1913, dalam “Tiga Serangkai”, Ki Hajar diasingkan ke Bangka dan Belanda di usia 24 tahun, Api perjuangan tak pernah padam dari anak pribumi di pengasingannya, Bergabung dalam Indische Vereeniging – Perhimpunan Hindia, Jalan dirintisnya untuk memajukan kaum pribumi,

Ki hajar mengaggumi Froebel, Montessori sang tokoh pendidikan Barat, dan pergerakan pendidikan India dari Tagore, 1-9-1-9, kembali ke tanah negeri kelahiran, 1-9-2-2, ia dirikan Nationaal Onderwijs Instituut Taman siswa,.. Perguruan Nasional Taman siswa, genap di usia 40 tahun dalam hitungan penanggalan Jawa, menjadi Ki Hadjar Dewantara,

112 “ing ngarso sung tulodo.., “ ing madyo mangun karso…, “tut wuri handayani”,

Di alam kemerdekaan, Ki Hajar duduk dalam kabinet pertama Republik Indonesia, Sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan pertama, tahun 1957 tersandang gelar doktor kehormatan dari universitas tertua..Universitas Gadjah Mada .

“Matahari pendidikan bangsa tenggelam di alam lembayung menyenja”, Ki Hajar wafat di Yogyakarta 26 April 1959, Namun ia tetap hidup bagai matahari yang selalu terbit berwarna perak pagi, Di tahun 19-59, dikukuhkan menjadi pahlawan nasional, Kini, ia “selalu terbit”… Dalam hati rakyat Indonesia… Yang cinta pendidikan bangsa,

Kala Senja, Bunker Sawo Manila Maret 15 015 FiS, PagarAlam

113 KARTINI KINI

Kartini - kini,

Adalah melihat anak-anak perempuan..

Yang sedang kesekolah dan kuliah,

Banyak buku, banyak ilmu, banyak tugas,

Belajar... belajar… dan belajar…

Kemudian bekerja-bekerja…

Merasa sukses atau merasa gagal,

Lalu untuk apa….?

Memandang Kartini kini,

Adalah menyaksikan karyawati-karyawati,

Di gedung-gedung, hotel-hotel, motel-motel, di lapangan terbang,

Di Pasar, di pelabuhan, di café, di restoran, di rumah sakit, di panti,

114 Di birokrasi, di partai, di kegiatan sosial, di pengajian, di dunia hiburan,

Di remang-remang malam sampai ke “kulitinta”,

Dari pantai hingga darat, dari darat hingga gunung-gunung,

Di kota-kota pencaka rlangit sampai pelosok desa,

Menyeberang lautan dan udara,

Bergaya penuh pesona dengan baju warna-warni,

Modes, gemerlap, mewah..,

Demikian Westernasasi…

Lalu kenapa…?

Memandang Kartini-Kartini kini,

Adalah perempuan Indonesia yang bekerja di Pabrik-Pabrik,

Di Pasar-Pasar Becek, di perkebunan teh- tembakau-sawit,sayur-mayur dan bua-buahan, di sawah, di hutan sampai bukit-cadas,

115 Memecah batu - bata, mengangkat pasir di bawah tebing dan teriknya matahari,

Lusuh, legam, berkeringat, “terpaksa” dan “terpasung”

Rawut muka yang tergores beban berat,

Mereka dikalahkan dan tiada pilihan,

Menjadi kuli di negeri sendiri dan negeri orang,

Lalu ada apa?

Memandang Kartini-Kartini kini,

Adalah anggota parlemen bak selebritis,

Selebritis bak legislator,

Bicara kuota 30 %, cari pengalaman, dapat pensiun,

Sampai apel Malang dan apel Wasington,

Ada yang berteriak lantang bersuara

Dapat dana dari ‘Asing’ dengan aspirasi yang asing dari Jati dirinya,

116 Lalu untuk apa?

Memandang Kartini-kartini,

Adalah memandang guru-guru perempuan yang mulia

Berbagai ilmu pengetahuan,

Di rumah Paud, di sekolahTK , di gedung SD sampai SMA/SMK,

Di Kampus hingga kursus-kursus, dan seminar- seminar,

Murid“ bertanya” tentang kurikulum cara berkorupsi,

Cara berbohong, cara menguntit dan cara berbuat licik…

Cara memanipulasi, berjudi dan“berkolusi”,

Cara kekerasan dan bernarkoba,

Cara mencuri, melacur dan melawan Tuhan…!

Oh….amboi…amboi itu tidak diajarkan.. tidak ada dalam kurikulum..!!

117 Lalu kenapa …dan ada apa dengan Kartini kini ??

Kartini-Kartini Kini,

Bertanyalah kembali

Apa yang di jiwai Cuk Nyak Dien, , Malahayati,

Nyi Ageng Serang, El Yunusiah, , Herlina Si Pending Emas dan masih banyak Kartini lainnya yang anak bangsa banggakan,

Dalam ucap KARTINI : “Habis Gelag Terbitlah Terang” Minal ZulumathiIlan Nur”

Lalu kenapa dan mengapa dengan Kartini kini ??

Jakarta, Pojok Kamar 24/3/014 “Selamat Pagi Indonesia” Firdaus Syam Pagar Alam.

118 MERAH-PUTIH BANGSA

Merah-putih Merah putih kibaran bendera Kibaran bendera yang tiangnya bergoyang Berkelebat tak tentu arah Ikuti tarikan angin Terhempas kesana kemari Berkibar tapi tidak tegar Bak mabuk kepayang

Merah – putih kibaran dwi warna Merah-putih rakyat yang nestapa Tergores luka, terhina, terbuai, ternodai, terkotorkan, terobek, dipermalukan,

119 Karena ulah pemimpin… Yang serakah..Kemaruk...Rakus… Haus kekuasan dan kemewahan… Hilang nurani dan hilang akal… Berjingkrak dalam bejad moral yang mudah terbeli…

Merah putih berkibar tak lagi tegar lusuh, Terombang-ambing, Jaman durjana, Ditiup angin kebebasan tanpa batas, Sang durjana tertawa dihadapan ummat,

Firdaus Syam Pagar Alam Jampang Kulon, Dini hari, 5 Syawal /21 Juli 2015,

120 PEMIMPIN CURANG

Kita tidak ingin presiden yang menang dengan kecurangan

Kita tidak ingin gubernur yang menang dengan kecurangan

Kita tidak ingin bupati dan walikota yang menang dengan kecurangan

Kita tidak ingin camat yang diangkat dengan kecurangan

Kita tidak ingin lurah dan kepala desa yang menang dengan kecurangan

121 Kita tidak ingin ketua rw yang terpilih dengan kecurangan

Kita juga tidak ingin ketua rt yang terpilih dengan kecurangan

Demokrasi itu tumbuh

Bukan karena terpenuhinya prosedur

Dan aturan

Demokrasi itu tumbuh

Seperti bunga-bunga

Yang semerbak wangi

Tiada yang busuk karena kebohongan

Tiadanya tercium bau bangkai

122 Karena manipulasi dan pencitraan

Demokrasi yang beradab

Adalah demokrasi yang melahirkan pemimpin yang beretika, bermoral, berbicara dan bersikap dalam bahasa kejujuran

Bukan bahasa kepura-puraan

Penuh manipulatif karena untuk mendapatkan simpatik dan dukungan

Demokrasi di negeri ini

Adalah demokrasi

Dimana rakyat

Demikian lelah dan rindu

123 Dimana berjuta-juta harapan rakyat

Diamanatkan dan disandarkan

Akan hadirnya pemimpin jujur bertanggung jawab

Presiden takut kepada rakyat dan takut kepada tuhan

WahaiPemimpin,

Presiden

Janganlah menang dengan curang

SYAWAL, ZAMRUD HOTEL – CIREBON – 31/7/2014 FiS, Pagar Alam

124 Bagian 5 :

Merambah Jalan…

125 BERZIARAH Kala zuhur mendekat,

Kala doa munajat tersampaikan,

Kala kepala, hati dan fikiran tertunduk..

Merunduk…bermuhasabah dan taqarub

Tuk mengambil hikmah dan i’tibar..

Bahwa kita pasti mati…dan

Kita semakin mendekat kematian

Berziarah juga seperti bersilaturahmi

Ada kenangan, ada renungan..ada koreksi…

Ada ingatan..ada evaluasi….dan..

Yang pasti juga yang mati tahu bahwa kita hadir

Di atas kuburnya…suatu saat kita mati

126 Kita pun akan menyaksikan yang hidup…

Tentang mereka yang menjenguk…mendoakan..

Mendekat ke kubur tuk mengingat…

Zuhur pun telah tiba

Usai tebar bunga sebagai tanda…

Pergi melangkah meninggalkan nisan bukan untuk pergi

Apalagi menjauh…..

Tapi pergi untuk direnungi..,

Saatnya juga kita di sana.

Kalibata, Syawal 12/7/016 FiS, Pagar Alam

127 MERAMBAH JALAN SATU

Aku berdiri penuh harap

Dari seberang Tanah Melayu

Diantara dua batas samudera dan benua

Kucoba menolehmu dengan semangat jihad

Pil tenang telah ditelan dari duta-duta

Sepanjang jalan rintih

Waktu kini ketika 14 abad telah berlalu

Dari tidur menjadi sadar

Umat meraih gema kebangkitan Islam dalam suka dan harapan tanya

Tanah dunia terasa menyatu, jiwa ini terasa bergetar

Arti larah ilang segera

128 Berganti semangat fajar kemenangan esok telah dekat

Mujahid muda telah sadar

Dari pesantren puritan sampai kampus liberal

Apa itu meredup cukup lama ..yah api kebangkitan

Empat belas abad tertidur, disembunyikan dalam lumpur-lumpur petualangan manusia

Ditutup kesenangan dan kemewahan istana

Dijaga oleh dayang-dayang jalang

Hingga mujahid muda itu lupa akan tugasnya

Mereka terperosok dalam kenikmatan kemegahan dunia

Api itu redup sejak Abbasiyah dan Umayah

Dari tanah-tanah pasir Maroko sampai rawa- rawa Merauke

Dari padang pasir Tukestan hingga hutan belantara di Kongo

129 Ummat dijajah, mujahid dibodohi

Mereka dijauhkan dari kitab kebenaran

Mereka dibutuhkan dari kitab berkeseimbangan

Mereka diasingkan dari kitab-kitab berkeadilan

Api itu, kini mulai kembali menyala dan menyalak

Ketika darah semakin tertumpah di tanah Jazirah dan Palestina

Ketika mujahid terkapar di padang Afrika

Ketika rintihan dan isak tangis menyeruai di kampung-kampung Asia

Dan ketika mujahid muda mulai bangkit di balik lorong-lorong pencakar langit kota

Mereka masih di belenggu, ditindas asing dengan tanahnya sendiri

Apa kabar saudaraku mujahid muda

Dari Maroko sampai Merauke, dari Palestina sampai Isfahan

Dari Isfahan sampai Merauke

130 Adakah jari-jari Tuhan membuka pintu kekuatan

Sementara di antara kita masih bersekretarian dan frammentaris

Ummat luluh, lemah dan reaksonis karena ulahnya

Ummat tergusur dan amrjinal Karena ulahnya

Mujahid muda, jangan terpana oleh gemerlap malam

Jangantertidurketikaterikmasihmenyala

Bangun dari lelapmu

Walau terik dan rintik menusuk kulitmu

Nyala ukhuwah

Dengan syair-syair kebajikan

Sulutkan api ilmu ditengah hedonism dan kemusyrikan

Belenggu-belenggu musuhmu semakin kuat menjepit

Semangat kebebasan Ghirahmu

131 Dan kaki-kaki terasa perih menahan untuk tetap tegak menanti jari keagungan

Illahi Rabbi

Salamku pada Maroko-Merauke

Jadilah pagar baja kebenaran

Membuka sang faja rkebudayaan baru

Penyatu akidah ummat

Pembawa rahmat manusia sedunia

Cilosari,

Pelataran Masjid ’82, Feb FiS, Pagar Alam

132 Merambah Jalan Dua

Ketika jalan malam hadir Ketika kaki-kaki menyusuri jalan Ketika sejuta bintang mewarnai semesta Dan bulan menjelmakan bagai perisai emas

Seiring perlahan lirih Terdengar gema illahi di sudut kamar mujahid Tenang, hening, juga terang cahaya Langgam firman berkumandang

Walau api lentera hanya menerang tuang

133 seluas sedepa Berbalut kain bersimpuh khusyu Rintihan suara mujahid muda menggema, menembus petala malam Senada do’a melanglang para Arsy-Mu

Hanya sepertiga malam..hanya sepertiga malam Mujahid muda berdzikir adalah kawan dekat Cinta dasar hidupnya Keteguhan perbendaharaan jiwanya Faqir adalah kebanggaannya Ilmu kendaraannya Kejujuran perantarannya

134 Ketaatan ukurannya Berjihad perangainya Tenang ciri kepribadiannya Ia merambah jalan untuk esok agamannya

Kereta biru malam Surabaya ‘83 FiS, Pagar Alam

135 MERAMBAH JALAN KETIGA

Kalaulah deburan ombak itu Suara letupan rakyat dunia Gesekan kayu hutan Adalah nyanyian sedih anak-anak desa Dan deru mesin sepanjang hari Arakan irama tambur kaum terbuang di kota

Sekuntum pesan buat mujahid muda Kaum free thinkers dan cendikia Jangan biarkan air mata itu menggenang Beriring wajah pucat kecewa…ia takkan meruntuhkan kezaliman

Bukankah Allah berkirim pesan Mengirim kalam Berkendaraan ilham

136 Mujahid muda semaikan kalam-kalam illahi Selimuti seruan dengan keteladanan Rasul Agung Agar Syuhada tersenyum tak sia-sia

Melati pengharum Sinar perak senja Mewarnai persada Mengiring langkah perjuanganmu Di bawah naungan kuubah keabadian Membuat tanah kotor negrimu Dari arakan polusi jahiliah modern Bergantian fajar tinta sejarah baru esok Mujahid muda, kau cahaya pilihan Penghujung peradaban dunia

Pada sepertiga malam Dikala bulan mas dipeluk mega pekat Mujahid muda sujud menembus rahasia illahi Bertafakur sabar menyimak arti Untuk hari kemenangan

137 Mujahid… sampai dipandang perjuangan Ketika ilmu menembus tulang

Pegangsaan malam September ‘84 FiS, PagarAlam

138 MERAMBAH JALAN KEEMPAT

Pabila kebebasan menjadi ukuran diri

Sulit dicari makna emansipasi

Kalau pun ada, hanya pelarian

Atau apologi

Kini kaum hawa berteriak akan haknya

Sebagai isyarat

Tetapi yang tertatap setiap saat

Kebanggan menampilkan aurat

Mereka menjadi pendulum diantara dua gerinda

Hanya menjadi korban kepuasan epicuarisme

Sungguh tragedy dan ironis

Kala jilbab dan hijab tampil

Yang lainnya menutup diri

139 Menafikkan kebenaran illhai

Terjerembab lumpur permisifisme

Wanita sebenarnya adalah pelembut jiwa

Pengasuh cita

Penata istana rumah tangga

Ia mutiara malam pemanis makna hidup

Kembang biru rumah tangga

Wanita tiang Negara

Ibu bangsa pengais putra

Bunga perjuangan suami

Mei ‘85 Jakarta FiS, Pagar Alam

140 MERAMBAH JALAN KELIMA

Bila tiba saat

Rohnya terlepas dari jasad

Sekarat mongering jaman pekat

Hari adalah perjuangan

Jadikan sejarah berpeluh pengabdian

Sabar, benar, taat, berkorban

Harmoni kehidupan

Mujahid muda

Jangan terpana di kepekatan jaman

Jangan tersilau megahnya peradaban

Sinar kebenaran adalah penerangan sukma

Bumikan idealism diri

141 Di tengah pertarungan ideology “tirani”

Jadilah kau rajawali, terbang mengangkasa

Siap mengahadang kemurkaan lawan

Di atas cadas-cadas penghalang, kau berdiri tegar

Pada keyakinanmu

Matamu nanar menembus kabut kebimbangan sekitar

Jadilah kau kayu besi, walaupun direndam tetapkah tegar

Hitamnya member isyarat teguhnya pada keyakinan dan ruas-ruasnya,

Tak Tembus goresan kemunafikan

Hari-harimu bagai air yang terus mengalir

Menyelusuri jeram dan lembah-lembah

Kau tak tergoda pada tempat yang tinggi

Karna jeram dan lembah adalah symbol keakraban

Pada kaum bawah yang lelah-lelah..penuh jelaga

142 Ada masanya, kau tak harus berteriak bagaigema air bah

Melaju-meradang, tapi tak mampu menghanyutkan batu di hadapanmu

Lihatlah tetesan air di gua, dentangnya teratur

Keheningan dan rentangan waktumu telah membela batu cadas tua

Kau tak harus bersorak sirai bagai hempasan ombak di tepian

Keras menerpa tapi kemudian ia kembali mundur surut perlahan..hanya

Membawa butiran pasir tak berarti

Lihatlah air ditelaga dan nagrai, tenang jernih

Membawa seribu misteri, menggelincirkan mereka yang tak bijak membawa diri

Mujahid,

Bangunlah dari lelapmu, kau tak mimpi

Tapi lihatlah jati dirimu,

143 Senjata adalah kebenaran yang kukuh bagaikan rajawali

Bukan hingar-bingar yang membuai seperti burung gereja

Kau tahu,

Diam bukanlah mati

Pandai-pandailah menangkap makna

Waktumu adalah milik kita

Sejarah bangsa sejarah pembaharuan

Maret’87 Pojok kamar pagi FiS, Pagar Alam

144 DARI TEMANKU SANG

"MALAIKAT"

Nuhun pisan barokah.. Kotemplasi...koreksi diri evaluasi... bermuhasabah.... Di ujung tahun... Di ujung perjalanan.. Nan fana... Gembira..tertawa.. Sedih..kecewa.... Marah....menggugat Bahagia ...merana... Senda gurau... Diam tafakur... Gelisah.....gundah... Sukses.....juga jatuh... terhempas.... Derita lalu bangkit... Tiada kesempurnaan..

145 Ya..fana dunia ini Kadang kabut kehidupan.. Kadang Gemerlapan..gumubyar.. Menghalangi kesadaran diri.. Tapi pertemanan dan silaturrahmi... Dengan kendaraan nasehat.. Petuah...hikmah...dan Pencerahan yg ikhlas dan.. Tulus... Sang sahabat datang Bagai malaikat.. Membisikkan pesan.. Koreksilah diri ini.. Dan... Kabut kehidupan itu sirna.. Berganti.. Renungan diri... Menyadarkan NURANI Muhasabah...muhasabah..

146 Terimakasih sahabatku..

Jumat, 22 12 016 Jkt, FiS, Pagar Alam

“Dunia kini telah tua, telah menjadi musim peradaban dengan tinta mas kemegahan dengan angan darah penderitaan. Manusia kini pada penghujung sejarah alam semesta.” (kamar senja) Maret’87, FiS, Pagar Alam

147 BEGITU SINGKAT

Hidup terlalu singkat.. Kapan atuh kita kumpul.. Ririungan..sosonoan... Saling asih..asuh.. Nasehat..menasehati... Ketika usia semakin menyenja..n Boleh canda dan tawa.. Tapi ingat.. Allah Swt..

148 Mentakdirkan kita semua.. Dapat menangis.. Untuk apa...?? Betapa pedihnya siksa Allah.. Mari tunduk..merunduk.. banyak lah.... beristigfar...

12/3/017 FiS, Pagar Alam.

149 PERJALANAN HIDUP..

Aamiin ya Allah... Hidup ini perjalanan teman Bukan tontonan... Apa yg kita lihat... Mari jadi cermin... Pelajaran.... Dan hikmah... Bahwa sanya semua itu.. Ada pesan illahi...

Hidup itu bak musafir.. Kadang .. sejenak kita berhenti. Melepas lelah dan dahaga.. Atau terlena

150 dengan pesona.. gemerlap dunia... Lalu, kita melepas kebosanan.. Atau.. kita tafakurdin... Mengumpulkan tenaga untuk bekal perjalanan.. Iah... entah ... Hari ini.. Hari esok.. Atau lusa..dan ...selanjutnya diantara kita.. Ada yg lebih dulu melanjutkan perjalanan Ke alam baka... Teman, ... hidup ini perjalanan... Sungguh... Takbir, ruku, dan sujud Adalah simbul simbul

151 Dan perjalanan.. Pada titian illahi

Selamat jalan teman..

Bojong Gede 262017.. FiS, Syam

152 Kaya Raya

Kaya harga diri,

kaya ilmu,

Kaya keturunan,

kaya sandang pangan,

kaya silaturahmi,

kaya kesehatan,

kaya kebahagiaan,

kaya ahlak,

kaya berderma,

kaya kesabaran,

153 kaya ketabahan,

kaya kerendahan hati,

Kaya senyum,

kaya kebaikan.....”

Aamiin

Mengajariku arti kehilangan juga cahaya impian

Tak usah sesali apalagi tiada arti dalam diri,

Tiadanya kau , jadikan segala kemungkinan- kemungkian

154 Bagian 6 :

Aksi Putih Dari Negeri Para Wali

155 SAJADAH JIHAD

Teman seperjuangan

Allah SWT telah bentangkan

Sajadah jihad

Hari hari menuju kemenangan

Kita kan raih…

Tiada ‘kata’ pesimis

Karena janji Allah selalu

Menjelang

Bagi mereka yang berjuang

Tulus ihlas

Ja gala h..

156 Hati..

Nafsu…

Untuk Bumi Allah

NKRI dan …

Kejayaan Umat..

Jangan pesimis..

Mereka yang istiqomah..

Mereka yang senyum tak sia

ALLAHU AKBAR…

41116 Monas, Jkt Fis, Pagar Alam

157 SELAMAT MALAM TEMAN Selamat malam teman Selamat bangun di sepertiga malam Selamat bercumbu dengan doa.. Dan tafakur.. Istirahatkan pikiran Bangunkan lubun Tuk menyelam dalam larutan Pesona cahaya Ilahi.. Tanggalkan kesenangan Pakaikan libasuh Taqwa Pada sepertiga malam Kita bertegur sapa dengan Sang Maha Kuasa Jauhkan angan dan keinginan yag terpikirkan.. Semaikan kesadaran

158 Betapa terbatasnya cakrawala indra kita Jelajah luasnya batin.. Melalui tarikan nafas dengan doa Getaran kulit dalam zikir Detak jantung dalam jalnannya darah.. Dalam kepasrahan.. Yang dalam dan khusu Kita sujud..rukuk dan takbir Tuk mengidupkan mata bathin Yang banyak tersilau dunia

1011018 FiS, Pagar Alam.

159 SAJAK BERBAIT RINDU

Setelah sepertiga jalan kulalui Setetes arti kudapat Dalam memahami gambaran hidup diri

Kucoba menyibak rahasia alami Bergaris rindu melempar tanya Di jantung nafas batin kecil ini

Mesti merangkak sambil merintih Bersujud khusu setiap waktu Mengarap raih bintang kegaiban Mu Tuhan, Pada sisi Mu kunci-kunci kegaiban Tak ada yang Tau kecuali Dia Dia tau apa yang di darat dan di laut Tiada sehelai daun yang gugur Melainkan dalam kuasa Mu Tiada sebutir biji dalam kegelapan bumi

160 Dan tiada sesuatu yang basah dan kering, Melainkan tertulisnya tak dalam catatan Mu Tuhan kujabat rindu jejak firman Mu Aamiin.

FiS, Pagar Alam 1983

161 SAJAK DHUHA

Ketika mentari berwarna keperakan Masih nafas ku berdesah Detak jantungku tetap berdenyut Darahku masih mengalir Dalam ruas-ruas tubuhku…

Ya Allah, sungguh nikmat Tiada terbilang dalam batas horizon akal ku Juga tak terbilang dengan jumlah amal ku Ibadah ku… bahkan Harapan-harapan ku,

Yaa Robbi, Engkau masih memberi kesempatan Pada hamba dan saudara hamba Dalam sisa-sisa dan kesempatan Dari jatah umur ku ini Yang hanya sedikit lagi… Sedikit lagi... Jadikanlah waktu duha Dan indahnya sinar perak pagi Adalah hamparan kasih sayang Mu Pada hamba… dan saudara hamba

162 Untuk tidak pernah bosan Dan putus asa dari harapan Juga keinginan Mengejar kebajikan dunia Dan kemuliaan akhirat Yaa Robbi, Di waktu dhuha ini Jadikanlah mata hati Membening lalu membimbing Langkah hamba Untuk hari esok yang gemilang Membingkai kehidupan dengan ilmu Amal... dan ikhlas

Jkt, 7/016 kala Dhuha FiS, Pagar Alam.

163 Sajak Elegi Pagi 1

Jadikanlah sabar sebagai kekuatan

Karena ketergesaan membuka jalan

Kekacauan

Jadikanlah musyawarah

Pengikat mufakat

Karena keegoan membuncahkan amarah

Dan pertentangan

Jadikanlah ikhtiar

Yang pantang menyerah

Sebagai energi yang tak henti dialirkan

164 Karena keputusasaan dan kebosanan

Sifat buruk yang akan meruntuhkan

Keyakinan..

Salam Yakin Usaha Sampai

Jkt.., Mentari Pagi 5/4/016 Fis, Pagar Alam

165 Sajak Subuh 1

Mari kita sambut subuh,

Basahkan tubuh,

Dengan wudhu,

Tengadahkan tangan,

Ruku’ dan sujud,

Satukan hati kita,

Hanya,

Ku memohon... berdo’a dan meminta,

Seiring kehadiran mentari,

Dari ufuk timur,

Berkahi kami…hamba..,

Tanah negeri ini… dan

166 Bangsa ini…Yaa Allah,

Pagi ini, indahnya lukisan Illahi,

Yang terberkahi bagi hamba yang mengerti,

hidup ini.., bak musafir,

Sejenak berteduh,

Di rindang kerontangnya

Pohon kehidupan duniawi,

Sejenak, kita tafakur diri

Tuk melanjutkan perjalanan

Menuju jumpa lIlahi Robbi,

Sahabat ku,

Mari kita berkaca

Pada cermin milik kita sendiri,

Pada riak gelombang…..

Ayat-ayat kauniah….

167 Mari kita menyelam,

Dalam dekap Qur’ani,

Tuk menemukan jati diri,

Sudah sampai dimanakah

Kita melangkah,

‘kata” dan “ ucap”

Yang mengalir energinya

Datang dari Illahi,

Semua,

Tangan, kulit dan kaki,

Akan menjadi saksi,

Yaa Robbi,

Jadikanlah kami ini,

Hamba yang sadar diri,

Tahu diri,

168 Agar dalam hidup ini,

Melangkah penuh bijak bestari,

Seperti para Nabi yang telah meneladani,

Membawa misi Illahi Robbi,

Jkt/25/3/ FiS, Pagar Alam.

169 Sajak Elegi Pagi 2

Jadikanlah sabar sebagai kekuatan,

Karena ketergesaan…

Membuka jalan kekacauan,

Jadikanlah musyawarah…

Pengikat mufakat,

Karena keegoaan…

Membuncahkan amarah dan pertentangan,

Jadikanlah ikhtiar pantang menyerah..

Bak energi yang tak henti dialirkan,

Karena keputusasaan dan kemalasan sifat buruk..

Yang meruntuhkan keyakinan,

Salam YAKUSA (Yakin Usaha Sampai) 5/4/016, Fis. Pagar Alam.

170 Eligi 151 Di Al-Azhar

Orang besar itu terbukti dengan dukungan tanpa bayaran..

Teruji dengan caci maki…ya, tetap tegar…

Tanpa bersandar kekuasaan

Dengan ucapan dan langkah,

Lawan ketakutan,

Satu persatu pengikut lawan yang sadar

Mengemukakan kejujuran

Bahwa ulama Bela Islam….memang luar biasa

171 Tiupan angin kejahatan mencoba menghembus

Namun, semua itu menjadikannya.

Bagai pohon pohon semakin tinggi menjulang..

Sementara yang tampil menantang..bergaya hura-hura,

Semakin keropos..tak bermakna

Kecuali menghujat tanpa henti,

Salam hormat buat para ulama, kaum cendikia

Tegak terus melangkah

Bukan menang untuk suatu pertempuran

Tapi, me….nang dalam peperangan

Menghancurkan kezaliman yang haus

172 kekuasaan

Sejarah para ulama adalah sejarah jihad

Jihad…Jihad..

Pembela NKRI dan Pancasila

Firdaus Syam Pagar Alam 17107

173 Jangan Khianati Islam

Jangan hianati Islam Islam agama damai Jangan menabur permusuhan Islam agama Cinta Jangan menyemai kebencian Islam agama akal Jangan membela dengan amarah Islam agama tak memaksa Jangan menjadi hakim kebenaran Islam menyeru dengan tabayun Jangan mengubur ketelitian Islam menanamkan keikhlasan Jangan merawat hati dengan pamrih Islam memuliakan kesahidan

174 Jangan menonjolkan ria dan takabur Islam senang akan kerendahan hati Jangan sombong dan tinggi hati Dalam memahami Islam Islam meninggikan ilmu Jangan menyuburkan perasangka Islam menghargai perbedaan sebagai sunatullah Jangan menghujat mazhab Karena itu hanya memelihara firqoh Islam agama universal Jangan membina Islam dengan cara sectarian Islam dibimbing oleh Rosul yang Agung dan lembut Jadilah pemilik Islam yang cintaakan keagungan iIlahi Dan kelembutan akan kehidupan

175 Jangan hianati Islam Hanya mengumbar kebenaran Terjebak fanatik mazhab Karena Islam milik Allah Untuk umatnya yang menebar cinta damai Bukan menebar kebencian

212016 FiS, Pagar Alam

176 212..Aksi Bela Rakyat

Bagi Mujahid Berpegang,Konstitusi Pancasila Dan UU Dasar 45... Tak Pernah .. Dan Tak Boleh Gentar,... Jika Kebenaran Yg Di Bela.... Insya Allah Menang. Sejarah Direpublik Ini Telah Membuktikan

177 “Sekali Kaki Tegap Melangkah... Pantang Mujahid Surut Kebelakang” Takbir….Takbir

Ingat Laras Senjata Sepatu...Seragam.. Topi Dan Tanda Kehormatan.. Perajurit..Jendral.. Tentara Dan Polisi.. Dari Pajak Rakyat.. Dari Hasil Bumi Pertiwi.. Bukan Dari Kantong Penguasa.... Percaya.. Perajurit Dan Polisi Teladan, Ada Dihati Rakyat.. .

178 Teman..Teman, Sahabatku, Kamu Melangkah Dijalan.. Untuk Nenyuarakan Keadilan Pada Wakil Rakyat Hari Ini.. Kuatkan Tekadmu... Hari Ini..Dan Hari Esok Tak..Sia

Suarakan...Teriakan.. Dan Katakan.... Hari Ini Banyak Ketidak Adilan.. Banyak Tontonan Pelaku Elit Politik... Penguasa Dan Penegakkan Hukum..

179 Sungguh Ironis.. Memalukkan.. Memuakkan... Mereka “Tidur Dari Ruang Kesadaran...” Umat Tidak Bodoh...

Bpk Presiden... Bpk Panglima.. Bpk Kapolri... Bpk..Penegak Hukum... Dan Wakil Rakyat.. Para Elit Partai... Bukalah Mata Hati... Terlalu Mahal,

180 Bertahan Dengan Keadaan Ini

Keteladanan Apa Yg Bisa Diambil Buat Generasi Muda.. Ketika Akhlak..Etika..Tatakrama Bahkan Nilai Agama Tak Dipeduli Dan Diinakan,

Ingat Moncong Senjata..Dan Hentakkan Sepatu Laras.. Sampai Barakuda.. Tak Boleh Membuat Aksi Surut.. Bagi Perjuang Sejati Indonesia Para Mujahid.. Hadir Sebagai Minyak Pembakar....

181 Untuk Maju Bergerak.... Aksi Hari Lalu Dan Aksi Hari Ini Adalah Aksi Kemenangan Hari Esok..

Wahai Rakyat...Umat... Mahasiswa...Kaum Profesional Dan...Mereka Yg Peduli Aksi Hari Ini.... Berjuang..Berjuang .. Tak Gentar... Ini Bukan Seremonial... Ini Pesan Mulia...Untuk Mengadabkan Demokrasi Negeri Ini.

182 Allahu Akbar...... 212.....Bergeraklah.. Tak Boleh Gentar....

Firdaus Syam Pagar Alam 212017

183 Moga..Moga Allah Mengabulkan Ya Allah.... Apa Yg Kami Dengar Dari Mu.. Sebagai Hambamu Kami Turuti.. Jauhkanlah Dalam Diri Kami.. Memperturutkan Semata.. Hawa Nafsu Dunia Bentangkanlah Rasa Sukaku.. Akan Kebahagiaan Kampung Keabadian.. Negeri Akhirat... Ya....Allah Ya....Karim Ya.....Rahman

184 Ya.....Rahim Sesungguhnya.... Sholatku, Segala Aktivitasku, Hidup Dan Matiku Hanya Demi Ridho Mu Ya...Allah.. Allah..... Maha Besar Hambamu Ini Kecil... Tiada Daya Dan Upaya Kecuali Atas.... Takdir Kuasamu....

Firdaus Syam, Pojok Kamar, 8/3/017.

185 BERGERAK DALAM TAKBIR

ALLAHU AKBAR, Di jalan ini tak ada kata untuk berhenti Mereka yang bergerak mereka yang di depan Mereka yang berhenti walau sejenak Pasti tergilas roda roda jaman

Umat harus bergerak, Kita, kamu dan saya Tak boleh lengah Walau hanya sesaat Jika tak ingin ditelan tangis buaya… Atau, Sang Naga..berwatak serakah Jadilah bagai rahib di kala malam

186 Dan bagai Singa di siang hari

Siang bagai matahari Memberi penerang Malam bagai bulan elok Memberikan keindahan Bagai pedang tajam Tegas dan melibas Bagai kapas Putih lembut Menghangatkan Bagai deburan ombak Menghancurkan karang ditepian Bagai dentang air teratur Membentur mengikis bebatuan ALLAHU AKBAR

Bangkitlah umat Hari hari perjuangan Hari ini dan esok

187 Tatap dengan mata terang Hati nan ikhlas Langkah yang tegap Tegar menghentak bumi Saat sujud menyentuh bumi Saat bangkit, Menatap langit langit kehidupan Bergeraklah ALLAHU AKBAR

Monas Jkt, 212016 Firdaus Syam Pagar Alam bersama

188 AKSI DAMAI 411

Buat semua aksi damai Aksi damai ini Aksi kejujuran Nurani Bukan semata pencitraan Mengejar ambisi duniawi Aksi damai ini Adalah.. Persaksian umat Islam Yang cinta Indonesia Cinta NKRI Tegakkan kebenaran illahi Saudaraku,

189 Para mujahid Kita bukan kaum cendikia Bak “menara gading” Hanya asik dengan dunia dan profesinya Kita bicara… Kita menulis… Tapi kita bertindak…. Dalam realitas… Arogansi …. Penista Agama Pantaskah diam… Membisu.. Atau masa bodoh.. Atau terbodohi…?

190 “Sang Pembohong” Mewartakan… Pada jalan ini Tidak ada kata untuk berhenti Tugas mulia ini.. Belum lagi selesai…

FiS, Pagar Alam, Jkt, ISTIQLAL, 411

191 Buat Semua Yg Melakukan Aksi Damai..

AKSI CINTA DAMAI INI..

CINTA KEJUJURAN NURANI

BUKAN CINTA PENCITRAAN

DAN SEMATA

MENGEJAR AMBISI DUNIAWI

AKSI DAMAl INI

ADALAH PERSAKSIAN UMAT ISLAM

YANG CINTA INDONESIA

CINTA NKRI

192 DAN TEGAKNYA KEBENARAN

SAUDARAKU..

PARA MUJAHID

KITA BUKAN KAUM CENDIKIAWAN

BAK MENARA GADING..

HANYA ASIK DENGAN DUNIA DAN

PROFESINYA

KITA BICARA DAN.KITA MEMULIS

TAPI KITA JUGA BERTINDAK

DALAM REALITAS

AROGANSI PENISTA AGAMA

PANTASKAH DIAM...?

193 TIDAK..

PADA JALAN INI

TAK ADA KATA UNTUK BERHENTI..

TUGAS MULIA INI BELUMLAH SELESAI...

FiS, Pagar Alam 411...06 Dari Istiqlal ke Istana..

194 Gerakan Peci Putih ....!!!!

KOK PECI DISALAHIN DAN DIMUSUHIN... ITU REAKSIONER ....!!! PARA ULAMA TOKOH PERGERAKKAN, MUSLIM PRIBUMI DAN ACARA RESMI KENEGARAAN MENGGUNAKAN PECI HITAM YG PELOPORNYA ADALAH MUSLIM PRIBUMI. KOK HANYA SEGELINTIR ORANG YG BERBEDA AGAMA PAKAI PECI HITAM LALU KITA TINGGALKAN PECI HITAM MILIK YANG SUDAH MENJADI TRADISI PRIBUMI MUSLIM ...... PECI HITAM…PECI PUTIH….NO PROBLEM

195 “Jayalah Indonesia dengan Islam”

INSYA ALLAH ISLAM JAYA DINEGERI PARA WA L I

TEMPAT MATAHARI BERSINAR SEPANJANG HARI

TEMPAT HADIRNYA PERADABAN ATLANTIS

INDONESIA...INDAH..

KAYA..BAK RATNAMUTU MANIKAM..

NEGERI DARI “SEBONGKAH TANAH DARI SURGA”

YANG JATUH KE BUMI

MENJADI NUSANTARA

196 NRGERI PARA SUHADA DARI TIMUR..

NEGERI YG MENGUMANDANGKAN...ALLAHU AKBAR

DALAM PERISTIWA PERJUANGAN 45

DARI PERISTIWA 10 NOVEMBER DI SURABAYA

HINGGA SEANTARO NUSANTARA...

AKU BERDIRI DITANAH MELAYU..

DENGAN SEMANGAT JIHAD

BAGAI KEAN SANTANG...

WALISONGO...

HINGGA CUY NYAK DIEN DAN PANGERAN DIPANEGORO...

HABIS GELAP TERBITLAH TERANG

RA. KARTINI DARI INSPIRASI

Q.S. ANNUR

197 TERANGLAH INDONESIA

ATAS BIMBINGAN ILAHI

DARI LANGKAH PARA MUJAHID..

410..411...212....

HINGGA GERAKAN SHOLAT SUBUH BERJAMAAH..

BANGKITLAH UMAT ISLAM

JAYALAH INDONESIA

NKRI...

Fis, Pagar Alam 212 Maulid Rasul 2016.

198 Semua Sahabatku

Buat semua sahabatku, senior ..teman teman seiman.. seperjuangan...... semoga Allah SWT meridhoi Perjalanan hidup kami...... kesabaran, persaudaraan ... dan.... kecintaan kita untuk istiqomah.... Ya Allah lindungilah islam

199 kitab al Quran...dan ummat Rasulullah... Serta..NKRI tempat kami dilahirkan dan Tempat kami berjuang dng kedamaian... Jauhkanlah kami dari cinta dunia.. kebanggaan semata pada nafsu dan ilmu, kebanggaan atas harta.. jabatan dan popularitas... Jadikanlah ilmu yg datang dari Mu ya Allah.. Untuk menjadikan kami .. Hambamu yg tdk sombong..

200 Hamba Mu tawadhu.. Memberi kemamfaatan Sebesar besar bagi kemuliaan islam dan kejayaan ummat di muka bumi ini....nan selalu saling menghormati adanya perbedaan, namun tak menggadaikan iman kami Hanya semata..karena Lemahnya keimanan hamba Hanya untuk mendapatkan simpatik ..dan rasa aman dihadapan mereka yg berbeda keyakinan.. Tegarkanlah hamba dan teman teman hamba..

201 Sekali Layar Terkembang Pantang Surut Kebelakang.. Al Qur’an Menjadi Penerang ..Jalan Kehidupan.. Tuk Mencapai Kemenangan November Cemerlang

Firdaus Syam Pagar Alam Jum’at 11/11/016.

202 Sahabat Sahabatku

Sebagai Muslim Cintailah Agamamu Belalah Saudaramu Seiman Dalam Berjuang Jika Kita Mengakui Pengikut Rasul Muhammad.. Yang Mewasiatkan Sesama Muslim Adalah Saudara... Jangan Gentar Terhadap Ujian Dari Siapapun Datangnya Bahwa Tipu Daya Pembenci Islam Akan Dikalahkan Dengan Tipu Daya Allah Swt.

203 Jadikan Sabar...Sholat.. Dan Jihad Senjata Kita. Allahu Akbar..

Fis, Pagar Alam

204 Puisi untuk Ibu Sukmi

Azan berkumandang.. Adalah panggilan Illahi Bagi mereka yang merunduk Menemukan keindahan Dari kehangatan

Azan berkumandang.. Adalah panggilan keagungan Illahi.. Dalam persaudaraan dan keragaman.. Merunduk damai untuk satu ikatan.. Iman…

205 Azan berkumandang … Adalah spirit tradisi anak negeri ini.. Ketika pekik merdeka digaungkan.. Maka TAKBIR menjadi MESIU DAHSYAT Membuat anak negeri berjihad untuk .. Merdeka dan berkonstitusi

Azan berkumandang Para proklamator menyatakan kemerdekaan Indonesia Dihari jum’at …9 Ramadhan.. Hari kemuliaan… Ketika semua hadir di masjid.. Berbondong rukuk dan sujud Mencium tanah bumi Nusantara. Indonesia terlepas dari penjajah Dan kehinaan martabat..

206 Azan berkumandang.. Adala suara pertama terdengar melalui telinga Ibu Sukmi ketika lahir dari Rahim ibu.. Yang dihormati dan dicintai…

IBU SUKMI, Jangan merendahkan azan, Karena saat lahir , perayaan, beribadah, dan wafat.. Ibu Sukmi diiringi azan, Sadarlah, tobatlah, meminta maaflah Allah SWT membuka pintu maaf Kecuali semua tertutup, Bila kesombongan menjadi baju Penutup tubuh yang terbiarkan Berkonde dalam umbaran aurat

207 Dengan merendahkan pakaian jilbab Libasuh taqwa atas perintah Tuhan Yang Maha Esa Dalam imanmu IBU SUKMI, tobatlah , dan meminta maaf

Pagi JKT, 4/4/018 FiS, Pagar Alam

208 Bagian 7 :

Pancasila di Negeri S ur gaw i

209 Pancasila di “Negeri Surgawi”

Pancasila, Falsafah Anak“Negeri Sorga” Indonesia, Negeri Bercita Adil Makmur Sejahtera, Raga Jiwaku Disana Dilahirkan,

Ibu Pertiwi, Tersenyum, Kala Di Tahun 45 Anak “Negeri Sorga” Merdeka Dari Yakinku Teguh Hati Ikhlas Kupenuh, Akan Karunia Mu, Tanah Air Merdeka,

210 Dengan Penderitaan, Darah, Dengan Tekad, Dengan Cita, Menggema Keseluruh Jagad Dunia, Jagad Dunia, Bahkan Menembus Petala Langit,

Bahkan Menembus Petala Langit, Kesadaran Itu, Tertulis Dalam Goresan Konstitusi Anak Negeri Negeri Ini Merdeka, Merdeka ! Merdeka !! Adalah Berkat Rahmat Allah, Bukan Karena Jargon Kebebasan Semata, Bukan Semata Karena Slogan Liberty, Fraternity Dan Equality..

211 Bukan….!!

Jangan Melupakan Cita Pahlawan Yang Mulia, Jangan Lupakan Sejarah, Jangan Lupakan Sejarah, Kata Bung Karno; ‘Jas Merah’ “Jangan Sekali-Kali Melupakan Sejarah” Indonesia,

Ujung Jariku Menuliskan Huruf Dan Kata Demi Kata Dalam Denyut Darah, Dalam Ilham Deburan Samudra, Dalam Pesona Matahari Yang Memandikan Keringat Sepanjang Hari, Dalam Rembulan Purnama Yang Genit,

212 Membuat Pesona Malam Di “Negeri Sorga”, Dalam Senyuman Hijaunya Daun Dan Kuningnya Buah Padi, Dan Dalam Dekapan Aduh Eksotiknya Dara-Dara Sepanjang Jalur Khatulistiwa,

Sungguh Indahnya Negara Bermandi Cahaya Surya Mentari, Yang Selalu Menyinar Dan Berpelangi Bhineka Tunggal Ika, Berukun 5 Dari Falsafah, Yang Menyatu Dalam NKRI, Berketuhanan Yang Maha Esa, Berprikemanusiaan,

213 Persatuan Indonesia, Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmah Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan, Yang Berkeadilan Social Bagi Seluruh…... Rakyat Indonesia,

Aneka Suku Dari ‘Seribu Pulau’, Aneka Bahasa Dari Seribu Budi Pekerti Akhlak….Mulia Dari Illahi Rab, Aneka Budaya Dari Cita Rasa Dan Karsa, Aneka Agama Dari Kehendak Sang Kuasa Aneka Tumbuhan Hewan Tanah Khatulistiwa, Mengundang Detak Jantung Wangsa-

214 Wangsa Dunia,

Pelancong, Pencuri, Penjajah, Pedagang, Sampai Ke Peneliti, Profokator, Teroris Dan Penyelusup Dating Ke Negeri Ini, “Negeri Sorga” Nusantara, Atlantis……!! Atlas Dan Tis…Tanah Dan Air

Mereka, Yah Mereka Itu, Bertopeng…, Mengambil…..,Satu Demi Satu, Dua Demi Dua, Tiga Demi Tiga Merampas, Merampok, Menikung Dan Memecah Belah,

215 Dalam Perjalanan Waktu…, Tangan- Tangan Penjajah Sang Durjana, Membuat Anak “Negeri Sorga” Mudah Hilang Ingatan, Mudah Lupa, Dan Rendah Diri, Layu Dan Silau Memandang Globalisasi Dunia …. Yang Gemerlap Dan Menyilaukan,

Di Tengahhilangingatandanlupaitu, Terpecahdanterkotaknya… Anak-Anak Di Nusantara….

Sesungguhnya, Gemuruh Kesadaran Pernah Tumbuh, Dalam ‘Kebangkitan Nasional’, Dalam ‘Sumpah Pemuda’ Dalam ‘Proklamasi,

216 Dalam ‘Reformasi, Serasa Anak Bangsa Hidup Kembali, Menyatu Dari Pulau We Sampai Merauke Pulau Mianggas Sampai Pulau Rote, Api Kemerdekaan Memancarkan Generasi Bunga Bangsa, Menggeliat Tak Henti,

Namun…, Telah Merdekakah Anak “Negeri Sorga” Di Nusantara Ini? Atau…, Falsafah Pancasila... Terbenam…. Di Lumpur-Lumpur Bobroknya Perakus Negara, Dan Jelaga Globalisasi, Yang Kini... Telah…

217 Menyilaukan ‘Mata-Hati’ Anak Negeri... Telah Terasing Dari Anugerah Sang Maha Kuasa..Rab Insani, Hari Ini, Kita Belum Cukup Mensyukuri Makna Pancasila Di “Negeri Sorga”, Kampus Perjuangan Unas, 13 Sept, 2013 FiS, Pagar Alam

218 Universitas Nasional

Unas,

Kamu Lahir Dalam Gema Revolusi Negeri

Ditengah Desingan Peluru Terbuncah…!!

Dan Bau Mesiu Bercampur Darah Para Suhada…

Dalam Kelabatan Kibaran Bendera

Dan Pekikan Merdeka …!! Pejuang Sejati Berseru

“Tak Pernah Mati”,

219 “Tak Pernah Henti”,

Kedahsyatan Setiap Tekad Jiwa- Jiwa Menggelora

Anak Bangsa, Anak Indonesia,

Yang Hidupkan Api Ilmu Nan Tak Kunjung Padam

Terlahirlah Perguruan Dari Anak Pribumi

Universitas Nasional

Universitas Perjuangan…. Ucap Soekarno

Unas

Kamu Tegak Bergerak Dan….

220 Terus …Berlari…

Dinegeri Yang Kaya Wacana…!!

Zamrud Katulistiwa…, Ucap Max Havelar

Dalam Bentangan 2 Samdura 2 Benua

Dalam Jiwa Dwi Warna -Merah Dan Putih

Kau Gemakan Ilmu

Di Tengah Deru Pembangunan,

Kau Suarakan Kebudayaan

Di Tengah Arus Modernisasi,

Bangkit Cendikia …, Mahasiswa Menjadi Ber-Arti

221 Universitas Nasional

Memajukan Ilmu Dan Kebudayaan….Ucap Sta

Unas

Diusiamu Kini, Yang ‘Mendewasa’’

Kau Tegar Dalam Seribu Tantangan…, Merajut Keinginan Untuk Seribu Kemajuan

Menyemaikan Akal-Budi Kebenaran Dalam Suluh Ilmu, Menjawab Kegelisaan Globalisasi

Da…Lam ‘Satu Tarikan Nafas Cita’ …!!

Unas,

222 Kampus Perjuangan, Kampus Pengabdian, Kampus Peradaban

Memajukan Ilmu Dan Kebudayaan

Fis,Pagar Alam Surabaya 12’10’14 Kado 65 Thn Unas

223 Anak Sma 28: Eh..Kite Ketemu Lagi

Pagi yang indah sekali

Berdoa juga bersilaturahmi

Walau hidup selalu diuji

Dan takkan pernah berhenti

Kini kau tak sendiri

Berteman sahabat sejati

Teman lama datang lagi

Di group WA 28 kita berseri

Oh indahnya..

224 Teman sejati ,

Ada disini,

Selalu menyapa,

Setiap hari..

Oh indahnya

Fis,Pagar Alam Jkt, 13/4/018.

225 KITA PERNAH SATU SEKOLAH

Kita pernah satu sekolah Kita bertemu karena satu sekolah Kita rindu karena satu sekolah Kita berpisah karena pernah bersama Dalam satu sekolah Ada perbedaan Itu bagai Bungan dalam setaman Perbedaan itu rahmat, Perbedaan itu indah, Seperti warna warni pelangi,

Kita pernah satu sekolah Kita bertemu karena satu sekolah Kebersamaan itu barokah Persaudaraan itu anugrah Bila kita mau mengubur Apa saja kesalahhan masa lalu Karena kita tidak mungkin sempurna Kelapangan dada

226 Itulah makna ikatan saudara Menjulurkan tangan adalah jembatan Yang mengubungkan kita menjadi semakin dekat

Dalam rinai gerimis yang membuat kita sejuk Dalam sinar mentari yang mengundang wajah ceria Adalah keikhlasan menerima segalanya, Dengan tangan terbuka, Dan terucap doa.

Jkt,20/4/018

Fis,Pagar Alam Jkt, 13/4/018.

227 Tentang Penulis

Bang Firdaus Syam (Pagar Alam) “Anak Kolong” merupakan anak ke lima dari delapan bersaudara, Putera dari pasangan Ayahnda Syamsudar asal Minangkabau Sumatera Barat dan Ibunda H. Siti Aisyah yang berasal dari Sukabumi Kota Periangan Jawa Barat. Ia dibesarkan dalam lingkungan komplek tentara, pernah tinggal di Komplek Kostrad Tanah Kusir Kebayoran Lama dan sekarang masih bertinggal di Perumahan Komplek Akabri Setiabudi Jakarta Selatan. Masa kecil pernah bersekolah di SDN Kodam 5 Jaya Tanah Kusir, SDN 1 Saharjo Setiabudi, dan sore harinya masih menempuh pendidikan di Madrasah Tarbiyatul Ihsan Gandaria Ilir Kebayoran Lama Jakarta Selatan. Melanjutkan pada Sekolah Menengaj Pertama di SMPN 57 Setiabudi Jakarta dan menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMAN 28 Jakarta

228 Selatan. Pada masa ini ia aktif di organisasi kepramukaan, OSIS, serta karang taruna dan remaja masjid. Kemudian melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi dengan memperoleh gelar Sarjana Muda (BA) pada bidang program studi Sosiologi dan meneruskan ke jenjang pendidikan kesarjanaan (Drs.) bidang pendidikan Ilmu Politik di Universitas Nasional. Tidak puas sampai di situ, Bang Firdaus Syam (Pagar Alam) melanjutkan pendidikan Magisternya dengan memperoleh gelar (MA.) program studi Antropologi Politik pada perguruan tinggi Universitas Indonesia. Tak cukup bekal ilmu yang dimiliki ia pun melanjutkan ke Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM) dengan program studi Political Science hingga memperoleh gelar Doktor (PhD.). Saat ini sudah memiliki tiga orang anak : Afina Putri, Adinda Zahra, dan Ananda Nabila dari seorang istri yang sering dipanggilnya Bunda Yuliantina Yunus. Dalam kehidupan dan organisasi bermasyarakat saktif sebagai pengurus AIPI DKI Jaya, Tenaga Ahli di sejumlah Kementerian pada tahun 2007, Tenaga Ahli di DPR-RI pada tahun 2000-2004, sebagai pakar di Dewan Ketahanan Nasional Kemendagri, mengabdi sebagai Dosen di lingkungan kampus dan pernah menjabat sebagai sekretaris LPPM Universitas Nasional, dan sekarang diamanahkan untuk menjabat sebagai Wakil Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Nasional. Bang Firdaus (Pagar Alam) telah menulis sejumlah 24 buku berupa biografi politik, buku

229 ajar tentang politik, kumpulan sastra dalam bentuk kumpulan puisi. Ia memiliki hobi berenang, bernyanyi sambil memainkan alat musik seperti gitar, piano, harmonika, dan biola. FIS 16/07/18

230