DEIKSIS WAKTU BAHASA DI KECAMATAN BOLO KABUPATEN BIMA

JURNAL SKRIPSI

Oleh:

Iwan Fadillah E1C014031

UNIVERSITAS FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIDKAN JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA DAN DAERAH 2018

i

ii

Iwan Fadillah E1C 014 031

Universitas Mataram Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia Dan Daerah Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Jl. Majapahit No. 62 Mataram NTB 83125 Telp. (0370) 623873 [email protected]

ABSTRAK Permasalahan dalam penelitian ini adalah (1) bagaimanakah bentuk lingual deiksis penanda waktu bahasa Bima di Kecamatan Bolo Kabupaten Bima? (2) bagaimanakah jenis deiksis penanda waktu bahasa Bima di Kecamatan Bolo Kabupaten Bima ? (3) bagaimanakah makna deiksis penanda waktu bahasa Bima di Kecamatan Bolo Kabupaten Bima? Penelitian ini bertujuan (1) untuk mendeskripsikan bentuk lingual deiksis penanda waktu dalam bahasa Bima di Kecamatan Bolo Kabupaten Bima, (2) untuk mendeskripsikan jenis deiksis penanda waktu dalam bahasa Bima di Kecamatan Bolo Kabupaten Bima. (3) untuk mendeskripsikan makna deiksis penanda waktu dalam bahasa Bima di Kecamatan Bolo Kabupaten Bima. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode cakap, metode introspeksi, dan metode simak. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode formal dan informal. Hasil penelitian ini adalah (1) bentuk lingual deiksis waktu bahasa Bima di Kecamatan Bolo Kabupaten Bima yaitu berbentuk kata dan frasa. (2) jenis deiksis waktu bahasa Bima di Kecamatan Bolo Kabupaten Bima yaitu deiksis waktu kini, deiksis waktu yang akan datang, dan deiksis waktu lampau. Macam-macam deiksis waktu tersebut diklasifikasikan menjadi dua yaitu deiksis waktu kini dibagi menjadi deiksis waktu kini takrif dan deiksis waktu kini taktakrif. Deiksis waktu akan datang dibagi menjadi deiksis waktu akan datang takrif dan waktu akan datang taktakrif. Deiksis waktu deiksis waktu lampau takrif dan deiksis waktu lampau taktakrif. (3) makna deiksis waktu bahasa Bima di Kecamatan Bolo Kabupaten Bima tiga macam makna yaitu (a) makna deiksis waktu yang menyatakan sedang terjadinya peristiwa, (b) makna deiksis waktu yang menyatakan akan terjadinya peristiwa, dan (c) makna deiksis waktu yang menyatakan telah terjadinya persitiwa. Macam-macam makna deiksis waktu tersebut terbagi menjadi dua bagian yaitu, deiksis waktu yang menyatakan sedang terjadinya peristiwa tentu (takrif) dan deiksis waktu yang menyatakan sedang terjadinya peristiwa tak tentu (taktakrif), deiksis waktu yang menyatakan akan terjadinya peristiwa tentu (takrif) dan deiksis waktu yang menyatakan sedang terjadinya peristiwa tak tentu tentu (taktakrif), serta deiksis waktu yang menyatakan telah terjadinya peristiwa tentu (takrif) dan deiksis waktu yang menyatakan telah terjadinya peristiwa tak tentu (taktakrif). Kata kunci: bentuk deiksis waktu, jenis deiksis waktu, makna deiksis waktu.

1

ABSTRACT The problems in this research are (1) how are the deixis forms of Bima language time markers in Bolo Subdistrict, Bima ? (2) how is the deixis type of Bima language time marker in Bolo District, Bima Regency? (3) how is the meaning of deixis of the Bima language time marker in Bolo District, Bima Regency? This research aims (1) to describe the form of time marker deixis in Bima language in Bolo Subdistrict, Bima Regency, (2) to describe the type of time marker deixis in Bima in Bolo Subdistrict, Bima Regency. (3) to describe the meaning of the time marker deixis in Bima in Bolo Subdistrict, Bima Regency. Data collection methods used in this research are proficient methods, introspection methods, and refer method. Data analysis methods used are formal and informal methods. The results of this research are (1) the lingual deixis form in Bima language in Bolo Subdistrict, Bima Regency, in the form of words and phrases. (2) deixis type of Bima language time in Bolo Subdistrict, Bima Regency, which is deixis at the present time, future deixis, and past deixis. The various types of deixis that are classified into two, namely deixis, which is now divided into deixis, are now tense and time deixis is now tactile. Deixis in the future are divided into deixis, the time will come when the decree and the time to come, the tactile. Deixis dexis time tympanic and past time dexicactactrif. (3) deixis meaning of Bima language time in Bolo Subdistrict, Bima Regency, three kinds of meanings namely (a) time deixis meaning which states the occurrence of an event, (b) time deixis meaning stating the occurrence of an event, and (c) time deixis meaning stating events have occurred. The kinds of deixis meanings are divided into two parts, namely, the time deixis which states the occurrence of a certain event (definitive) and the time deixis which states that the occurrence of an indeterminate event (indefinitive), the time deixis which states the occurrence of an event (definitive) and deiksis time which states that the occurrence of an uncertain event (indefinitive), and the time deixis which states the occurrence of a certain event (definitive) and time deixis which states there has been an indeterminate event (indefinitive). Keywords: time deixis form, time deixis type, time deixis meaning.

2

I PENDAHULUAN teori, metode, dan analisis yang mendalam. Selanjutnya penelitian terdahulu meneliti 1.1 Latar Belakang penggunaan deiksis waktu bahasa Sasak. Jadi perbedaan antara penelitian ini dengan Salah satu hal yang melatarbelakangi penelitian sebelumnya terdapat pada objek dilakukannya penelitian ini adalah penelitiannya. Oleh karena itu, peneliti perbedaan penggunaan deiksis waktu bahasa berusaha menyempurnakan penelitian- Bima dengan bahasa Indonesia. Berkaitan penelitian tersebut dengan menggunakan dengan penggunaan deiksis waktu, terdapat teori, metode, dan analisis yang mendalam persamaan deiksis waktu bahasa Bima mengenai deiksis waktu bahasa Bima. dengan deiksis waktu dalam bahasa Indonesia, misalnya kata ake „sekarang‟, 1.2 Rumusan Masalah didisi „lusa‟ dan awina „kemarin‟. Selain itu, deiksis waktu dalam bahasa Bima memiliki Penelitian ini hendak menjawab dua perbedaan dengan bahasa Indonesia. permasalahan pokok mengenai sistem waktu Perbedaan ini, salah satunya dalam dalam bahasa Bima. Adapun permasalahan penggunaan deiksis waktu lampau dan tersebut adalah sebagai berikut. waktu akan datang yang ditunjukkan dengan kata didina „dua hari yang lalu‟, toludina 1. Bagaimanakah bentuk lingual deiksis „tiga hari yang lalu‟, upadina „empat hari penanda waktu bahasa Bima di yang lalu‟, limadina „lima hari yang lalu‟. Kecamatan Bolo Kabupaten Bima ? Misalnya dalam penggunan deiksis waktu 2. Bagaimanakah Jenis deiksis waktu lampau kata didina, dalam bahasa Indonesia bahasa Bima di Kecamatan Bolo tidak terdapat istilah untuk menyatakan Kabupaten Bima ? waktu dua hari yang lalu, melainkan dalam 3. Bagaimanakah makna deiksis penanda bahasa Indonesia hanya menggunakan kata waktu dalam bahasa Bima di kemarin lusa atau kemarin untuk Kecamatan Bolo Kabupaten Bima ? menyatakan waktu dua hari yang telah berlalu. 1.3 Tujuan Penelitian

Perbedaan deiksis waktu bahasa Bima 1. Untuk mendeskripsikan bentuk deiksis dengan deiksis waktu bahasa Indonesia, penanda waktu dalam bahasa Bima di menyebabkan penutur bahasa Bima kurang Kecamatan Bolo Kabupaten Bima. memahami waktu yang tepat dalam 2. Untuk mendeskripsikan jenis deiksis penggunaan bahasa Indonesia dalam proses waktu bahasa Bima di Kecamatan komunikasi sehari-hari. Selain itu, penelitian Bolo Kabupaten Bima tentang deiksis dan kala sudah pernah diteliti 3. Untuk mendeskripsikan makna deiksis oleh penelitian sebelumnya, akan tetapi penanda waktu dalam bahasa Bima di dalam penelitian tersebut hanya membahas Kecamatan Bolo Kabupaten Bima. deiksis secara umum dan mengaitkan dengan pembelajaran, sedangkan dalam II KAJIAN PUSTAKA penelitian ini meneliti tentang deiksis waktu 2.1 Penelitian Yang Relevan secara khusus yaitu deiksis waktu bahasa Bima. Selain itu penelitian terdahulu tentang Ada beberapa penelitian terdahulu kala juga menyinggung mengenai waktu yang relevan dengan penelitian ini, di lampau, kini, dan akan datang, tetapi dalam antaranya penelitian yang dilakukan oleh penelitian tersebut belum menggunakan Julkifli (1999) tentang klitik dan sistem kala

1

bahasa Bima. Dalam penelitiannya, Julkifli konteks yang ada saat tuturan tersebut membahas macam-macam klitik yang berlangsung. Maka kita dapat mengetahui digunakan dalam bahasa Bima dan sistem makna yang diinginkan oleh pembicara waktu yang dipergunakan dalam dnegan memperhatikan konteks yang komunikasi. Selanjutnya penelitian oleh melingkupi peristiwa tutur tersebut. Suaidin (2012) tentang klitik dan deiksis bahasa Mbojo. Kemudian dari kata klitik 2.2.2 Konteks dan deiksis dianggap memiliki konstrubusi Konteks adalah bagian suatu uraian terhadap pembelajaran bahasa Mbojo dalam atau kalimat yang dapat mendukung atau muatan lokal. Kemudian ditemukan juga menambah kejelasan makna situasi yang ada pada penelitian yang dilakukan oleh hubungannya dengan kejadian. Sementara Khotimah (2017) tentang penggunaan Purwo (1984:4) menjelaskan konteks adalah deiksis waktu bahasa Sasak di desa Lajut pijakan utama dalam analisis pragmatik. Tengah. Dalam penelitian Konteks ini meliputi penutur dan petutur, membahas bentuk dan makna deiksis waktu tempat, waktu, dan segala yang telibat di di desa lajut lambok tengah. Bentuk deiksis dalam ujaran tersebut. Dengan demikian, waktu tersebut dibagi menjadi tiga macam hal-hal seperti situasi, jarak tempat dapat yaitu deiksis waktu lampau, deiksis waktu merupakan konteks pemakaian bahasa. Hal kini, dan deiksis waktu akan datang. ini menekankan pentingnya konteks dalam 2.2 Landasan Teori bahasa, yaitu dapat menetukan makna dan 2.2.1 Pragmatik maksud suatu ujaran. Pragmatik merupakan salah satu 2.2.3 Pengertian Deiksis cabang linguistik yang mempelajari bahasa Menurut Yule (2014:13) deiksis secara eksternal, yaitu bagaimana adalah istilah teknis ( dari bahasa yunani) penggunaan satuan kebahasaan di dalam untuk salah satu hal mendasar yang peristiwa komunikasi, dimana makna yang dilakukan dengan tuturan. Deiksis berarti dikaji ilmu pragmatik merupakan makna penunjukkan melalui bahasa yang mengacu yang terkait dengan konteks atau dengan pada bentuk yang terkait dengan konteks kata lain mengkaji penutur dalam peristiwa penutur. Sedangkan menurut Purwo komunikasi. Menurut Yule (2014: 3) (1984:1) deiksis adalah sebuah kata memjelaskan bahwa pragmatik sebagai dikatakan bersifat deiksis apabila referennya cabang ilmu bahasa yang mempelajari studi berganti-ganti tergantung pada siapa yang tentang makna yang disampaikan oleh menjadi si pembicara dan tergantung pada penutur (atau penulis) dan ditafsirkan oleh saat dan tempat dituturkannya kata itu. pendengar (atau pembaca). Penjelasan Perpindahan leksem deiksis disebabkan oleh tersebut mengarah pragmatik pada aspek pengutaran leksem tersebut oleh si maknanya yaitu dimaksud yang akan pembicara, bukan oleh apa yang disampaikan penutur melalui hadirnya dimaksudkan si pembicara. Berdasarkan konteks. beberapa batasan deiksis tersebut dapat Bedasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa deiksis adalah kata yang disimpulkan bahwa pragmatik adalah ilmu memiliki referen atau acuan yang berubah- yang mempelajari bahasa dalam ubah bergantung dari pembicara saat pemakaiannya serta makna dihasilkan oleh mengutarakan ujaran tersebut dan kalimat yang dapat diketahui dengan melihat dipengaruhi oleh konteks dan situasi yang terjadi saat tuturan berlangsung. Dengan

2

kata lain, sebuah kata dapat ditafsirkan jarak waktu yang dipandang dari waktu acuannya dengan memperhitungkan situasi sesuatu ungkapan dibuat (Agustina, pembicaraan. 1995:46). 2.2.4 Macam-Macam Deiksis 2.2.5 Deiksis Waktu a. Deiksis Persona 1. Pengertian Deiksis Waktu Deiksis persona menunjuk peran dari Deiksis waktu adalah pemberian partisipan dalam peristiwa percakapan. bentuk rentang waktu seperti yang misalnya pembicara, yang dibicarakan, dan dimaksudkan pembicara dalam peristiwa istilah persona berasal dari kata Latin berbahasa. Deiksis waktu mengacu ke waktu persona sebagai terjemahan dari kata Yunani berlangsungnya kejadian, baik masa lampau, “p rosop on” yang artinya top eng (topeng kini, maupun mendatang. yang dipakai seorang pemain sandiwara). Berarti juga peranan atau watak yang 2. Bentuk Lingual Deiksis waktu dibawakan oleh pemain drama, Bentuk deiksis waktu dalam bahasa (Purwo,2001:1). Bima dapat berupa kata dan frasa. Dalam b. Deiksis Tempat penelitian ini akan dipaparkan bentuk- bentuk lingual deiksis waktu yang berupa Menunjuk pada lokasi, dalam bahasa kata dan frasa. Inggris ada kata keterangan tempat here dan there. Deiksis tempat digunakan untuk 3. Jenis Deiksis Waktu mengacu tempat berlangsungnya kejadian, Adapun penjelasan lebih jelas baik dekat (proksimal), agak jauh (semi mengenai jenis deiksis waktu lampau adalah proksimal), maupun jauh (distal). Sifatnya sebagai berikut. bisa statis maupun dinamis (Sudaryat, 2009:123). 1. Deiksis Waktu Kini c. Deiksis Wacana Jenis deiksis waktu kini adalah jenis deiksis waktu yang memiliki jarak yang Dalam Cahyono (2002:218) deiksis tidak lama dengan saat tuturan baik kegiatan wacana adalah rujukan pada bagian-bagian yang dimaksud sebelum atau sesudah tertentu dalam wacana yang telah diberikan tuturan dan menyatakan sesuatu yang atau sedang dikembangkan. Deiksis wacana sedang belangsung. Bentuk deiksis waktu mencakup anaphora dan katafora. kini dalam bahasa Bima di Kecamatan Bolo d. Deiksis Sosial Kabupaten Bima dapat berbentuk kata dan frasa. Deiksis social menunjuk pada hubungna sosial atau perbedaan-perbedaan 2. Deiksis Waktu Akan Datang sosial. Deiksis didefinisikan sebagai Deiksis waktu akan datang adalah ungkapan yang terkait dengan konteksnya. deiksis waktu yang memiliki jarak dengan e. Deiksis Waktu pastisipan. Sesuatu yang terjadi atau berlangsung di waktu yang akan datang, Deiksis waktu adalah pengungkapan diperlakukan secara khusus sebagai jauh atau pemberian bentuk kepada titik atau dari situasi arah penutur, dalam artian

3

tuturan berlangsung sebelum kejadian Kridalaksana menjelaskan leksemlah yang berlalu. Deiksis waktu akan datang dapat merupakan bahan dasar yang mengalami berbentuk kata dan frasa. pengolahan gramatikal menjadi kata dalam subsistem gramatika. Pengertian leksem 3. Deiksis waktu lampau tersebut terbatas pada satuan yang diwujudkan dalam gramatika dalam bentuk Deiksis waktu lampau adalah deiksis morfem dasar atau kata. waktu yang menunjuk kepada sesuatu yang telah terjadi pada masa lampau. Deiksis 2.2.7 Waktu Takrif dan Taktakrif waktu lampau ini menerangkan suatu pekerjaan/perbuatan telah terjadi atau Bentuk waktu taktif atau definit adalah berlangsung pada masa lampau. Jadi, tuturan bentuk waktu tertentu atau pasti, sedangkan berlangsung setelah peristiwa berlalu. bentuk waktu taktakrif adalah bentuk waktu Dalam bahasa Bima deiksis waktu lampau tidak tentu atau tidak pasti. Veerhar (dalam dapat berupa kata dan frasa. Muliani 2013). Dalam penelitian mengenai deiksis waktu bahasa Bima ini, dapat 4. Makna Deiksis Waktu ditemukan kata takrif dan takrakrif dalam bahasa Bima. Kata takrif seperti ake Jenis-jenis deiksis waktu tersebut „sekarang‟, awina „kemarin‟, naisi „besok‟, dapat menyatakan beberapa makna yang didisi „lusa‟. sedangkan kata taktaktif berbeda. Makna deiksis waktu sebagai ditunjukkan dengan kata pede „nanti‟dan pea berikut: (1) deiksis waktu yang menyatakan „nanti‟. mulai terjadinya peristiwa, (2) deiksis waktu yang menyatakan akhir terjadinya peristiwa, 3.2.8 Bahasa Bima (3) deiksis waktu yang menyatakan mulai dan akhir terjadinya peristiwa, (4) deiksis Jafar (dalam Fajrin 2015: 22) bahasa waktuyang menyatakan terjadinya peristiwa Bima merupakan salah satu bahasa daerah pada waktu tertentu, (5) deiksis waktu yang yang terdapat di wilayah provinsi Nusa menyatakan terjadinya peristiwa pada waktu Tenggara Barat. Bahasa Bima dipakai oleh tidak tentu, (6) deiksis waktu yang masyarakat suku Bima yang bermukim di meenyatakan terjadinya peristiwa sebelum wilayah Kabupaten Bima, Kota Bima dan peristiwa lain berlangsung, (7) deiksis waktu Kabupaten . Dalam masyarakat yang menyatakan terjadinya peristiwa pemakaiannya bahasa Bima dikenal dengan setelah peristiwa lain berlangsung, (8) sebutan nggahi mbojo yang dapat diartikan deiksis waktu yang menyatakan terjadinya „bertutur/berbicara bahasa Bima‟ atau secara peristiwa secara periodik, (9) deiksis waktu luas dimaknai „bahasa Bima‟. yang menyatakan lamanya waktu terjadinya peristiwa. Menurut Toyib Abdullah (dalam Fajrin, 2015 : 22), secara historis orang 2.2.6 Leksem Bima atau dou Mbojo dibagi atas dua kelompok penduduk asli disebut dou Menurut Kridalaksana (1989:9) Donggo yang menghuni kawasan bagian leksem merupakan bahan dasar yang telah barat teluk, tersebar di gunung dan lembah. mengalami pengolahan gramatikal menjadi Kelompok kedua yang lazim disebut orang kata dalam subsistem gramatika. Pengertian Bima atau dou Mbojo menghuni kawasan leksem tersebut terbatas pada satuan yang pesisir pantai dan merupakan suatu ras diwujudkan dalam gramatika dalam bentuk bangsa campuran dengan Bugis-Makassar. morfem dasar atau kata. Lebih lanjut, Menurut Toyib sejarah perkembangan

4

bahasa Bima dibagi menjadi dua kelompok 3.3.2 Sampel yaitu: (1) Kelompok bahasa Bima lama terdiri atas bahasa Donggo, Tarlawi, dan Sampel pada penelitian ini yaitu Kolo. (2) Kelompok bahasa Bima baru berjumlah tujuh desa yang terdiri dari desa dipergunakan oleh masyarakat umum di Timu, Nggembe, Tambe, Sanolo, Tumpu, Bima dan berfungsi sebagai bahasa Ibu. Kara dan Rato. Pada masing-masing desa Bahasa Bima dipergunakan pula oleh tersebut akan diambil 5 orang sebagai masyarakat Dompu sebagai bahasa ibu. perwakilan informan dan infoman dalam penelitian ini berjumah sebanyak 35 orang. III METODE PENELTIAN 3.4 Metode Pengumpulan Data 3.1 Jenis Penelitian Untuk memperoleh data yang relevan Jenis penelitian ini adalah penelitian dalam penelitian ini, maka pengumpulan kualitatif, yaitu penelitian yang dara dilakukan dengan menggunakan menggambarkan data-data berupa kata-kata metode cakap, simak, dan introspeksi. bukan angka. Data-data yang dimaksud adalah ujaran mengenai deiksis waktu dalam 3.4.1 Metode Cakap bahasa Bima di Kecamatan Bolo Kabupaten Metode cakap adalah metode Bima. pengumpulan data berupa percakapan antara 3.2 Sumber Data dan Data peneliti dengan informan (Mahsun, 2012: 3.2.1 Data 95). Peneliti menggunakan metode cakap dikarenakan penelitian ini merupakan Data penelitian ini yaitu berupa kata penelitian bahasa tutur/lisan dan bukan atau leksem yang dituturkan oleh penutur bahasa tulis. asli bahasa Bima di Kecamatan Bolo Kabupaten Bima mengenai deiksis waktu. a. Teknik Dasar Pancing

3.2.2 Sumber Data Teknik dasar pancing dilakukan untuk memberikan stimulasi atau pancingan pada Sumber data dalam penelitian ini informan untuk memunculkan gejala adalah kata-kata yang diperoleh dari tuturan kebahasaan yang diharapkan oleh peneliti. masyarakat Bima asli. Dalam pengambilan Pancingan atau stimulasi itu dapat berupa data, peneliti memanfaatkan informan yang bentuk atau makna-makna yang biasanya berasal dari wilayah Kecamatan Bolo tersusun dalam bentuk daftar pertanyaan Kabupaten Bima. Pemilihan informan ini (Mahsun, 2014:95). Dari daftar pertanyaan bertujuan untuk memudahkan peneliti tersebut, peneliti bisa mendapatkan jawaban memperoleh informasi mengenai deiksis dari informan mengenai deiksis waktu waktu bahasa Bima. bahasa Bima di Kecamatan Bolo Kabupaten Bima. 3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi b. Teknik Lanjutan Cakap Semuka Populasi dalam penelitian ini adalah Teknik lanjutan cakap semuka deiksis waktu yang dituturkan oleh seluruh dilakukan dengan melakukan percakapan masyarakat Kecamatan Bolo di wilayah secara langsung antara informan dan Kabupaten Bima asli yang terdiri dari empat peneliti. Dalam melakukan percakapan belas desa. dengan informan, peneliti bersumber pada

5

pancingan yang berupa daftar pertanyaan. terlibat percakapan dengan informan, pada Daftar pertanyaan yang akan diberikan teknik lanjutan ini peneliti akan terlibat kepada informan adalah terkait dengan langsung dalam penentuan pembentukan dan deiksis waktu pada desa masing-masing pemnuculan calon data. Agar memperoleh informan. banyak dari informan, peneliti sesekali ikut terlibat dalam percakapan untuk 3.4.2 Metode Inrospeksi mendapatkan lebih banyak data mengenai deiksis waktu bahasa Bima. Metode introspeksi melibatkan atau memanfaatkan sepenuh-penuhnya, secara b. Teknik Simak Bebas Libat Cakap optimal peran peneliti sebagai penutur bahasa tanpa meleburlenyapkan peran Pada teknik ini peneliti hanya berperan kepenelitian itu (Sudaryanto 1993 a dan sebagai pengamat penggunaan bahasa oleh 1993 b di dalam Mahsun, 2012: 103). para informan. Peneliti tidak telibat Dilihat dari faktor utama penentu wujud langsung dalam peristiwa pertuturan yang metode yaitu metode pandangan peneliti bahasanya sedang diteliti. Jadi peneliti terhadap dirinya sendiri dalam berhadapan hanya menyimak dialog yang terjadi antara dengan objek ilmiah atau berkaitan dengan informan (Mahsun, 2014: 93). Dengan penelitian bahasa ibu peneliti, maka dalam demikian, dalam penelitian ini, tidak terlibat penelitian ini peneliti memandang dirinya secara langsung dengan informan akan selain sebagai pengamat juga terlibat dalam tertapi hanya menyimak untuk mendapatkan penggunaan bahasa yang diteliti dan peneliti data yang berkaitan dengan deiksis waktu sendiri memang menguasai bahasa tersebut bahasa Bima di Kecamatan Bolo Kabupaten dan dapat menggunakan bahasa yang diteliti Bima. karena bahasa yang diteliti tersebut adalah bahasa peneliti sendiri. Dengan demikian , c. Teknik Catat metode yang digunakan juga adalah metode Teknik catat ini merupakan teknik introspeksi data. lanjutan yang dilakukan ketika menerapkan 3.4.3 Metode Simak metode simak, yaitu mencatat sesuatu yang didapatkan dan informan pada kartu data. Metode simak adalah metode yang Setelah melakukam pencatatan , peneliti digunakan untuk memperoleh data melakukan klasifikasi atau pengelompokkan dilakukan dengan menyimak penggunaan (Mahsun, 2014 : 93). Dalam penelitian ini, bahasa. Istilah menyimak disini tidak hanya peneliti mencatat data berupa ujaran-ujaran berkaitan dengan penggunaan bahasa secara yang dituturkan oleh penutur atau informan. lisan, tetapi juga penggunaan bahasa secara Data yang dicatat tersebut berkaitan dengan tertulis (Mahsun, 2014: 92). Dengan deiksis waktu bahasa Bima di Kecamatan memakai metode ini penulis berharap dapat Bolo Kabupaten Bima. memperoleh data bahasa berupa kata atau leksem yang dituturkan oleh penutur bahasa 3.5 Metode Analisis Data Bima yang berkaitan dengan waktu. a. Metode Padan Intralingual a. Teknik Simak Libat Cakap Dalam pelaksaan metode ini terdapat Praktik selanjutnya, akan dilikuti teknik-teknik yang digunakan yaitu teknik dengan teknik lanjutan yang berupa teknik hubung banding menyamakan (HBS) dan simak libat cakap. Artinya peneliti akan hubung banding membedakan (HBB), dan

6

teknik hubung banding menyamakan hal pemaparan dari masing-masing metode pokok dari pembedaan dan penyamaan yang penyajian tersebut. dilakukan dengan menerapkan teknik HBS dan HBB. Jadi, dengan menggunakan IV PEMBAHASAN metode ini peneliti dapat menghubung- 4.1 Jenis dan Bentuk Lingual Deiksis bandingkan unsur-unsur yang bersifat Waktu Bahasa Bima di Kecamatan lingual yang terdapat dalam bahasa yang Bolo Kabupaten Bima diteliti yaitu berkaitan dengan deiksis waktu bahasa Bima di Kecamatan Bolo Kabupaten Jenis deiksis waktu bahasa Bima di Bima. kecamatan Bolo kabupaten Bima terbagi menjadi tiga macam yaitu deiksis waktu b. Metode Padan Ekstralingual kini, deiksis waktu akan datang dan deiksis Berbeda dengan metode padan intralingual, waktu lampau yang berbentuk kata dan metode padan ekstralingual ini digunakan frasa. Berikut ini akan diuraikan secara jelas untuk menganalisis unsur yang bersifat mengenai deiksis waktu kini, deiksis waktu ekstralingual.,seperti menghubungkan akan datang dan deiksis waktu lampau. masalah bahasa dengan hal yang berada 4.1.1 Deiksis Waktu Kini diluar bahasa seperti hal-hal yang menyangkut makna, konteks tuturan, dan Adapun deiksis waktu kini berupa lain-lain (Mahsun: 2014:120). Dengan kata dan frasa akan dijelaskan sebagai menggunakan metode ini peneliti dapat berikut. meneliti deiksis waktu bahasa Bima Kecamatan Bolo Kabupaten Bima dari 4.1.1.1 Deiksis Waktu Kini Berbentuk unsur-unsur diluar bahasa yaitu berkaitan Kata dengan konteks pembicaraan. Adapun deiksis waktu kini berbentuk 3.6 Metode Penyajian Data kata di Kecamatan Bolo Kabupten Bima adalah sebagai berikut. Penyajian dari hasil data dalam penelitian ini menggunakan dua cara, yaitu (1) ake [ake] „sekarang‟ metode formal dan metode informal (2) wunga [wunga] „sedang‟ (Mahsun, 2014 :123). Metode formal adalah metode penyajian hasil analisis data melalui 4.1.1.2 Deiksis Waktu Kini Berbentuk perumusan dengan menggunakan tanda- Frasa tanda atau lambang-lambang, sedangkan metode informal adalah perumusan dengan Deiksis waktu kini berbentuk frasa menggunakan kata-kata biasa. Penggunaan merupakan segala bentuk frasa yang metode informal ini dimaksudkan untuk menunjuk kepada sesuatu yang sedang penyajian data-data berupa kata dan frasa terjadi atau deiksis waktu yang memiliki yang termasuk deiksis waktu dalam bahasa jarak yang tidak lama saat tuturan Bima. Penggunaan metode formal dan berlangsung. Adapun frasa yang termasuk informal ini pada penyajian hasil analisis dalam deiksis waktu kini di Kecamatan data berdasarkan perumusan dengan Bolo Kabupaten Bima adalah sebagai menggunakan kata-kata atau kalimat dan berikut. penggunaan lambang-lambang (symbol). (3) sanai ake [sanai ake] „hari ini‟ Ikhwal penggunaan kata-kata dan tanda (4) minggu ake [migu ake] „minggu ini‟ (lambang) merupakan teknik hasil

7

(5) wura ake [wura ake] „bulan ini‟ „si beti sedang mencuci piring, (6) mba’a ake [mbaɁa ake] „tahun ini‟ tunggu sebentar dik ! Berdasarkan data-data di atas deiksis Kata yang bercetak tebal di atas waktu kini dapat diklasifikasikan merupakan deiksis waktu kini takrif, karena berdasarkan bentuk waktu kini yang tentu kata wunga pada kalimat di atas adalah kata dan waktu kini yang tidak tentu. Deiksis yang sudah pasti kejadiannya dikarenakan waktu kini yang tentu disebut waktu kini peristiwa tersebut sedang berlangsung dan takrif, sedangkan deiksis waktu kini yang dituturkan pada saat itu juga. Oleh karena tak tentu disebut waktu kini taktakrif. itu, kata wunga termasuk deiksis waktu kini Berikut ini uraian yang lebih jelas mengenai takrif dalam bahasa Bima di Kecamatan bentuk deiksis waktu kini definit dan Bolo Kabupaten Bima. indefinit adalah sebagai berikut. 3a. sanai ake [sanai ake] ‘hari ini’ 1. Bentuk Deiksis Waktu Kini Takrif Contoh penggunaan frasa sanai ake dalam Adapun kata dan frasa dalam bahasa kalimat dipaparkan di bawah ini. Bima di Kecamatan Bolo Kabupaten Bima yang termasuk deiksis waktu kini takrif (3b) nahu wati loaku lao batu gomi doho adalah sebagai berikut. sanai ake, auja nahu harusi lao sambea jama’a ta sigi 1a. ake [ake] ‘sekarang’ „saya tidak bisa ikut kalian hari ini, Contoh penggunaan kata ake dalam kalimat karena saya harus pergi sholat jumaat dipaparkan di bawah ini. hari ini‟ (1b) Mai talao lalo ake, pede ndai ngeri Frasa yang bercetak tebal di atas wali rongga ta aka. merupakan deiksis waktu kini takrif, karena pada frasa sanai ake menggunakan „Ayo kita pergi sekarang, nanti kita demontrativa “ini” sebagai penunjuk deiksis telat sampai ke sana‟ waktu. Selain itu, dalam konteks kalimat di atas juga menunjukan bahwa kata hari ini Kata yang bercetak tebal di atas dituturkan dengan meilhat konteks merupakan kata yang termasuk deiksis pembicaraannya yaitu frasa hari ini ysng waktu kini takrif, karena kata ake dilengkapi dengan sholat jumat yang sudah menyatakan deiksis waktu yang sedang tentu waktunya. Oleh karena itu, frasa sanai terjadi secara tentu dan pasti waktu ake termasuk deiksis waktu kini takrif kejadiannya. kata ake menerangkan bahwa dalam bahasa Bima di Kecamatan Bolo kejadian tersebut terjadi pada saat tuturan Kabupaten Bima. itu berlangsung. 2. Bentuk Deiksis Waktu Kini 2a. wunga [wunga] ‘sedang’ Taktakrif Contoh penggunaan kata wunga dalam Kata dan frasa dalam bahasa Bima di kalimat dipaparkan di bawah ini. Kecamatan Bolo Kabupaten Bima yang (2b) la beti wunga alona pingga, ngena termasuk deiksis waktu kini taktakrif adalah wau samporo ari ! sebagai berikut.

8

4a. minggu ake [migu ake] ‘minggu ini’ (6b) Mbora akaku babauku bona ipi kai hasi pane ndai mba’a ake. Padaha Contoh penggunaan frasa minggu ake tahompa edaku bibi labo lanca oi na dalam kalimat dipaparkan di bawah ini. „Saya heran kenapa hasil panen kita (4b) Nahu ku dula ra ta mataram minggu tahun ini sangat buruk. Padahal kalo ake, auja samporo wali re na luu ra saya lihat bibit dan kelancarannya kulia airnya baik-baik saja‟ „Saya akan pulang ke mataram Frasa yang bercetak tebal di atas minggu ini, karena sebentar sebentar merupakan deiksis waktu kini takrif, karena lagi akan masuk kuliah‟ frasa mba’a ake dalam kalimat di atas menyatakan sesuatu yang pasti sesuatu Frasa yang bercetak tebal di atas dengan kondisi yang sebenarnya, bahwa merupakan deiksis waktu kini taktakrif, hasil panen pada tahun ini sangat rendah karena tuturan tersebut berlangsung pada yang dihadapi oleh penutur. Selain itu, frasa hari jumat bulan agustus dan frasa minggu mba’a ake menyatakan peristiwa yang ake yang menerangkan bahwa tuturan terjadi pada bulan dan tahun yang sama saat tersebut terjadi hari sabtu pada minggu saat tuturan berlangsung. tuturan berlangsung. 4.1.2 Deiksis Waktu Akan Datang 5a. wura ake [wura ake] ‘bulan ini’ 1.1.2.1 Deiksis Waktu Akan Datang Contoh penggunaan frasa wura ake dalam Berbentuk Kata kalimat dipaparkan di bawah ini. Adapun deiksis waktu akan datang (5b) Pala sih wura ake ku cola piti sakola berbentuk kata di Kecamatan Bolo gomi, kacei nahu wura ma kento ku Kabupten Bima adalah sebagai berikut. „Ternyata bulan ini bayar uang sekolah mu, saya kira bulan depan‟ (7) pea [pa] „nanti‟ (8) pede [pde] „nanti‟ Frasa yang bercetak tebal di atas (9) naisi [naisi] „besok‟ merupakan deiksis waktu lampau taktakrif, (10) didisi [ḏiḏisi] „lusa‟ karena tuturan berlangsung pada hari jumat (11) toludisi [tͻluḏisi] „tiga hari akan bulan juli dan kata wura ake yang dimaksud datang‟ adalah beberapa hari kedepan pada bulan (12) upadisi [upaḏisi] „empat hari akan juli. Oleh karena itu, frasa wura ake disebut datang „ deiksis waktu taktakrif karena peristiwa (13) limadisi [limaḏisi] „lima hari akan tersebut sudah pasti dilakukan akan tetapi datang‟ tidak ditetapkan waktu yang pasti dalam melakukannya. 1.1.2.2 Deiksis Waktu Akan Datang Berbentuk Frasa 6a. mba’a ake [mbaɁa ake] ‘tahun ini’ Deiksis waktu kini berbentuk frasa Contoh penggunaan frasa mba’a ake dalam merupakan segala bentuk frasa yang kalimat dipaparkan dibawah ini. menyatakan sesuatu yang akan terjadi terjadi atau belum terjadi. Adapun frasa yang termasuk dalam deiksis waktu akan

9

datang di Kecamatan Bolo Kabupaten Bima „antar saya pergi ke kantor besok jam adalah sebagai berikut. tujuh, takutnya tidak ada yang antar karena kakak saya sedang sakit tidak (14) samporo wali [sampͻro wali] bisa antar‟ „sebentar lagi‟ (15) pea wa’u [pa waɁu] „nanti dulu‟. Kata yang bercetak tebal di atas (16) nai sidi [nai siḏi] „besok pagi‟. merupakan deiksis waktu lampau takrif, (17) nai sarai [nai sarai] „besok siang‟. karena tuturan tersebut berlangsung pada (18) nai sambia [nai sambia] ‘besok sore‟. hari senin bulan agustus dan kata naisi (19) nai sangadi [nai sangaḏi] ‘besok menerangkan bahwa akan dilakukan sehari malam‟. setelah tuturan berlangsung yaitu pada hari (20) minggu ma kento [migu ma kento] hari selasa bulan agustus. „minggu depan‟. (8a) ḏidisi [didisi] ‘lusa’ (21) wura ma kento [wura ma kento] „bulan depan‟. Contoh penggunaan kata didisi dalam (22) mba’a ma kento [mbaɁa ma kento] kalimat dipaparkan di bawah ini. „tahun depan‟ (8b) gomi ke mbei haba talu rero, labo Berdasarkan data-data di atas deiksis didisi ku acara nika la Reni labo la waktu akan datang dapat diklasifikasikan Sam berdasarkan bentuk waktu akan datang tentu dan waktu akan datang yang tak tentu. „kamu ini beri informasi yang salah, Deiksis waktu akan datang yang tentu padahal lusa acara nikahnya si Reni disebut waktu akan datang takrif, sedangkan dan Sam deiksis waktu akan datang yang tidak tentu Kata yang bercetak tebal di atas disebut waktu akan datang takrif. Berikut merupakan deiskis waktu akan datang ini uraian yang lebih jelas mengenai bentuk takrif, karena tuturan tersebut berlangsung deiksis waktu akan datang takrif dan pada hari kamis bulan agustus dan kata taktakrif adalah sebagai berikut. didisi yang dimaksud adalah dua hari yang 1. Bentuk Deiksis Waktu Akan Datang akan datang setelah tuturan berlangsung Takrif yaitu pada hari sabtu bulan agustus. Kata dan frasa dalam bahasa Bima di (9a). toludisi [tͻludisi] ‘tiga hari yang Kecamatan Bolo Kabupaten Bima yang akan datang’ termasuk deiksis waktu akan datang takrif Contoh penggunaan kata toludisi dalam adalah sebagai berikut kalimat dipaparkan di bawah ini. (7a) naisi [naisi] ‘besok’ (9b) lenga nahu ke wati loana lao kalo Contoh penggunaan kata naisi dalam didisi , sia ampo na loa janji re lao kalimat dipaparkan di bawah ini. toludisi ku. (7b) lao oto japu nahu naisi aka kanto jam „teman saya tidak bisa pergi kalau pidu, dahu adeku tiwara douma otoku lusa, dia baru bisa pergi pada tiga auja sa’eku mahengge wati loana lao hari yang akan datang‟. oto.

10

Tuturan yang bercetak tebal diatas Kata yang bercetak tebal di atas merupakan deiksis waktu akan datang merupakan deiksis waktu akan datang takrif, karena kata toludisi tersebut taktakrif, karena tuturan tersebut berlangsung pada hari selasa bulan agustus berlangsung pada hari rabu dan kata dan kata toludisi hanya digunakan untuk limadina adalah kata yang menerangkan menerangkan waktu tiga hari yang akan deiksis waktu akan yang terjadi lima hari datang. yang akan datang dalam bahasa Bima di kecamatan Bolo kabupaten Bima. (10a). upadisi [upadisi] ‘empat hari yang akan datang’ (16a). nai sidi [nai siḏi] ‘besok pagi’ Contoh penggunaan kata upadisi dalam Contoh penggunaan frasa nai sidi dalam kalimat dipaparkan di bawah ini. kalimat dipaparkan di bawah ini. (10b) Rencana mada labo dae re lao (16b) lao wa’a pu oha ru’u dou ma karawi lalompa upadisi, auja dae nalao wau aka tolo nai sidi re ana e. ese Sape tolu nai. „pergi antarkan nasi untuk orang yang „Saya dan bapak berencana untuk bekerja di sawah besok pagi nak‟. pergi empat hari yang akan datang, karena bapak akan pergi ke Sape Frasa yang bercetak tebal di atas selama tiga hari. merupakan deiksis waktu akan datang takrif, karena tuturan tersebut berlangsung Tuturan yang bercetak tebal di atas pada malam hari sehari sehari sebelum merupakan deiksis waktu akan datang peristiwa dan peristiwa yang direncanakan takrif, karena kata upadisi tersebut akan berlangsung besok pagi. Disebut berlangsung pada hari rabu bulan agustus definit, karena frasa nai sidi tersebut sudah dan kata upadisi hanya digunakan untuk jelas dan telah ditentukan waktu akan menerangkan waktu empat hari yang akan terjadinya peristiwa yaitu besok pagi. datang. Oleh karena itu kata upadisi yang dimaksud adalah hari minggu setelah (17a). nai sarai [nai sarai] ‘besok siang’. tuturan berlangsung. Contoh penggunaan frasa nai sarai dalam (11a). limadisi [limaḏisi] ‘lima hari yang kalimat di bawah ini. akan datang’ (17b) mada wati loaku lao batu, auja mada Contoh penggunaan kata limadina dalam wara janji ku labo lenga nai sarai re. kalimat dipaparkan di bawah ini. „saya tidak bisa ikut, karena saya ada (11b) nahu malao lampa-lampa awa janji dengan teman besok siang‟. mataram limadisi re ari tangga 22 re. Frasa yang bercetak tebal di atas pede nahu ma kahaba lalo nggomi. merupakan deiksis waktu akan datang „saya mau pergi jalan-jalan ke takrif, hal tersebut dikarenakan frasa nai mataram lima hari yang akan sarai tersebut sudah pasti dan telah datang tanggal 22 itu. Nanti saya ditentukan waktu akan terjadinya peristiwa akan mengabarimu‟. yaitu besok siang.

11

(18a). nai sambia [nai sambia] ‘besok 2. Bentuk Deiksis Waktu Akan Datang sore’ Taktakrif Contoh penggunaan frasa nai sambia dalam Kata dan frasa dalam bahasa Bima di kalimat dipaparkan di bawah ini. Kecamatan Bolo Kabupaten Bima yang termasuk deiksis waktu yang akan datang (18b) talao weha piti ese kananga nai taktakrif adalah sebagai berikut. sambia si, na waraku ra piti di balanjamu. (12a). samporo wali [sampͻro wali] ‘sebentar lagi’ „kita pergi ambil uang di Kananga besok sore itu, biar ada uang untuk Contoh penggunaan frasa samporo wali belanjamu. dalam kalimat dipaparkan dibawah ini. Frasa yang bercetak tebal di atas (12b) Taha wau hido samporo anak, merupakan deiksis waktu akan datang namami ra uta mbeca samporo wali takrif, karena tuturan tersebut berlangsung re. sehari sebelum peristiwa dan peristiwa akan terjadi sehari setelah tuturan yaitu besok „Tahan laparnya sebentar nak, sayur sore. Frasa ini merupakan sesuatu yang akan matang sebentar lagi‟. pasti dan tentu kejadiaannya. Oleh karena Frasa yang bercetak tebal di atas itu, frasa nai sambia termasuk deiksis merupakan deiksis waktu akan datang waktu akan datang takrif dalam bahasa taktakrif, karena frasa samporo wali Bima di Kecamatan Bolo Kabupaten Bima. tersebut berlangsung pada hari rabu bulan (19a). nai sangadi [nai sangaḏi] ‘besok agustus dan frasa samporo wali ini malam’. merupakan deiksis waktu akan datang jangka pendek dan waktunya tidak (19b) nemba ja na Umi Kaliso, wara acara dijelaskan secara rinci. Biasanya jangka Peta Kapanca ana na nai sangadi si waktu kata samporo wali ini sekitar 1-10 menit yang akan datang setelah tuturan „salam dari Umi Kalisom, ada acara berlangsung. Peta Kapanca anaknya besok malam‟. (13a). pede [pde] ‘nanti’ Frasa yang bercetak tebal di atas Contoh penggunaan kata pede dalam merupakan deiksis waktu akan datang kalimat dipaparkan di bawah ini. takrif, hal tersebut dikarenakan frasa nai sangadi tersebut sudah pasti dan telah (13b) ndai talao ndiha pede re, ta ngena ditentukan waktu akan terjadinya peristiwa wau la fudi ma dula ta kantor. yaitu besok malam. Oleh karena itu, frasa „kita akan pergi piknik nanti itu, kita nai sangadi termasuk deiksis waktu akan tunggu dulu si fudi pulang dari kantor. datang takrif dalam bahasa Bima di Kecamatan Bolo Kabupaten Bima. Kata yang bercetak tebal di atas merupakan deiksis waktu yang akan datang taktakrif, karena kata pede tersebut berlangsung pada hari sabtu bulan agustus dan kata pede ini merupakan deiksis waktu akan datang yang belum jelas dan rentang

12

waktu yang lebih panjang setelah tuturan (20a). minggu ma kento [migu ma kento] dibandingkan dengan kata samporo wali. ‘minggu depan’.

(14a). pea [pa] ‘nanti’ Contoh penggunaan frasa minggu ma kento dalam kalimat dipaparkan di bawah ini. Contoh penggunaan kata pea dalam kalimat dipaparkan di bawah ini. (20b) nggara minggu ma kento si kombi nahu wati loaku, auja mbuipu mboto (14b) Gomi ma losa si pea re, aina nefa poda di karawiku.\ weli sai pu minasarua tolu mpuru riwu. „Jika kamu keluar nanti, jangan „kalau minggu depan mungkin saya lupa belikan Minasarua sebanyak tiga tidak bisa, karena masih banyak sekali puluh ribu‟ yang harus dikerjakan‟. Kata yang bercetak tebal diatas Frasa yang bercetak tebal diatas merupakan deiksis waktu akan datang merupakan deiksis waktu akan datang taktakrif, karena tuturan tersebut taktakrif , dikarenakan frasa ini pada berlangsung pada hari sabtu bulan agustus kalimat di atas merupakan waktu yang tidak dan kata pea ini merupakan deiksi waktu tentu waktu akan terjadinya peristiwa akan datang yang belum jelas waktunya dan tersebut. Oleh karena itu, frasa minggu ma rentan waktu yang lebih panjang setelah kento termasuk deiksis waktu akan datang tuturang berlangsung dibandingkan dengan taktakrif dalam bahasa Bima di Kecamatan kata pede. Oleh karena itu, kata pea Bolo Kabupaten Bima. termasuk deiksis waktu akan datang taktakrif dalam bahasa Bima di Kecamatan (21a). wura ma kento [wura ma kento] Bolo Kabupaten Bima. ‘bulan depan’. Contoh penggunaan frasa wura ma kento (15a). pea wa’u [pa waɁu] ‘nanti dulu’. dalam kalimat dipaparkan di bawah ini. Contoh penggunaan frasa pea wa’u dalam kalimat dipaparkan di bawah ini. (21b) nggahi la Jia, wura ma kento ku losa piti arisa nahu. (15b) lenga, pea wa’u lao, ngena wa’u ja ina nahu ma dula samporo wali re ni. „kata si Jia, bulan depan keluar uang arisan saya‟. „kawan, nanti dulu pergi, tunggu dulu ibu saya yang pulang sebentar Frasa yang bercetak tebal diatas lagi‟. merupakan deiksis waktu akan datang taktakrif, dikarenakan frasa ini pada kalimat Frasa yang bercetak tebal diatas di atas merupakan waktu yang belum jelas merupakan deiksis waktu akan datang atau tidak tentu waktu akan terjadinya taktakrif, karena frasa pea wa’u dalam peristiwa tersebut. Oleh karena itu, frasa kalimat di atas merupakan waktu yang wura ma kento termasuk deiksis waktu akan belum jelas atau tidak tentu waktu akan datang taktakrif dalam bahasa Bima di terjadinya peristiwa tersebut. Oleh karena Kecamatan Bolo Kabupaten Bima. itu, frasa pea wa’u termasuk deiksis waktu akan datang taktakrif dalam bahasa Bima di Kecamatan Bolo Kabupaten Bima.

13

(22a). mba’a ma kento [mbaɁa ma kento] 4.1.3.2 Deiksis Waktu Lampau ‘tahun depan’ Berbentuk Frasa Contoh penggunaan frasa mba’a ma Adapun frasa yang termasuk dalam kento dalam kalimat dipaparkan di deiksis waktu lampau dalam bahasa Bima di bawah ini. Kecamatan Bolo Kabupaten Bima adalah sebagai berikut. (22b) wati si lulu ake, batu wali mpa mba’a ma kento ori ndon?!. (29) bou mpara [ḇou mpara] „baru saja‟. (30) akana wa’u [akana waɁu] „dari tadi‟ „kalo tidak lulus sekarang, ikut lagi (31) akana subu [akana subu] „tadi subuh‟ tahun depan paman ya ?!. (32) akana sidi [akana siḏi] „tadi pagi‟ (33) akana sarai [akana sarai] „tadi siang‟ Frasa yang bercetak tebal diatas (34) akana sambia [tadi sore] „tadi sore‟ merupakan deiksis waktu akan datang (35) akana sangadi [akana sangaḏi] „tadi taktakrif, karena frasa mba’a ma kento malam‟ menyatakan waktu yang tidak tentu karena (36) awina saboha [awina saḇoha] tidak ditentukan waktu akan terjadinya „kemarin dini hari‟ peristiwa tersebut. Oleh karena itu, frasa (37) awina subu [awina subu] „kemarin mba’a ma kento termasuk deiksis waktu subuh‟ akan datang taktakrif dalam bahasa Bima di (38) awina siḏi [awina siḏi] „kemarin pagi‟ Kecamatan Bolo Kabupaten Bima. (39) awina sangaḏi [awina sangaḏi] 4.1.2 Deiksis Waktu Lampau „kemarin malam‟ (40) awina sarai [awina sarai] „kemarin Adapun deiksis waktu bahasa Bima di siang‟ Kecamatan Bolo Kabupaten Bima adalah (41) awina sambia [awina sambia] sebagai berikut. „kemarin sore‟ (42) minggu ma uluna [mi gu ma uluna] 4.1.3.1 Deiksis Waktu Lampau  Berbentuk Kata „minggu kemarin‟ (43) wura ma uluna [wura ma uluna] Adapun kata yang termasuk deiksis „bulan kemarin‟ waktu lampau di Kecamatan Bolo (44) mba’a ma uluna [aɁa a uluna] Kabupaten Bima adalah sebagai berikut. „tahun yang lalu. (23) awina [awina] „kemarin‟ Berdasarkan data-data di atas deiksis (24) didina [ḏiḏina] „dua hari yang lalu‟ waktu dapat diklasifikasikan berdasarkan (25) toludina [tͻluḏina] „tiga hari yang bentuk waktu lampau yang pasti dan waktu lalu‟ lampau yang tidak pasti. Deiksis waktu (26) upadina [upaḏina] „empat hari yang lampau secara tentu disebut waktu lampau lalu‟ takrif sedangkan deiksis waktu lampau yang (27) limadina [limaḏina] „lima hari yang tak tentu disebut waktu lampau taktakrif. lalu‟ Berikut ini uraian yang lebih jelas mengenai (28) kandena [kandena] „tadi‟ bentuk deiksis waktu lampau takrif dan taktakrif adalah sebagai berikut.

14

1. Bentuk Deiksis Waktu Lampau Takrif (25b) Na’e poda mai gempa toluḏina re! Adapun kata dan frasa dalam bahasa „Besar sekali gempa tiga hari yang Bima di Kecamatan Bolo Kabupaten Bima lalu itu !‟. yang termasuk deiksis waktu lampau takrif adalah sebagai berikut. Kata yang bercetak tebal di atas merupakan deiksis waktu lampau takrif, (23a). awina [awina] ‘kemarin’ dalam bahasa Bima kata toludina ini dipergunakan khusus untuk waktu tiga hari Contoh penggunaan kata awina dalam yang lalu saja, sehingga lawan tutur dapat kalimat dipaparkan di bawah ini. mengartikan sendiri kata tersebut tanpa dijelaskan secara rinci. Selain itu, kata (23b) Sia maina ta ake awina, pala nahu toludina dituturkan tuturan pada hari rabu wati wara di uma. dan membahas mengenai suatu peristiwa „Dia datang ke sini kemarin, tapi yang terjadi pada tiga hari yang lalu yaitu saya tidak berada di rumah‟ pada hari minggu. Tuturan yang bercetak tebal di atas (26a).upadina [upaḏina] ‘empat hari yang merupakan macam deiksis waktu lampau lalu’ dalam bentuk deiksis takrif, hal tersebut Contoh penggunaan kata upaḏina dalam dikarenakan dalam tuturan ini berlangsung kalimat dipaparkan di bawah ini. satu hari setelah peristiwa dan kata awina (26b) nahu dula upaḏina sapoda kaina, menyatakan sesuatu sudah pasti terjadi dan pala kau daeku ma kau lao ndawi kejadian yang terjadi satu hari sebelum wa’u KTP. tuturan berlangsung. „saya pulang empat hari yang lalu (24a). didina [ḏiḏina] ‘dua hari yang lalu’ sebenarnya, tapi bapakku menyuruh Contoh penggunaan kata didina dalam untuk membuat KTP dulu‟. kalimat dipaparkan di bawah ini. Kata yang bercerak tebal di atas (24b) Nahu waura dula didina wau. merupakan deiksis waktu lampau takrif. Kata upadina diklasifikasikan dalam deiksis „Saya sudah pulang dari dua hari waktu lampau definit karena tuturan yang lalu‟ tersebut berlangsung pada hari rabu dan kata upadina yaitu kata yang menerangkan Tuturan yang yang bercetak tebal di deiksis waktu lampau yang terjadi empat atas merupakan deiksis waktu lampau hari yang lalu dalam bahasa Bima di takrif, hal ini disebabkan karena tuturan kecamatan Bolo kabupaten Bima. tersebut berlangsung pada hari rabu dan kata didina yaitu kata yang menerangkan (27a). limadina [limaḏina] ‘lima hari yang waktu yang telah terjadi dua hari yang lalu lalu’ sebelum berlangsungnya tuturan. Contoh penggunaan kata limadina dalam (25a). toludina [tͻluḏina] ‘tiga hari yang kalimat dipaparkan di bawah ini. lalu’ (27b) kauba mama ku dula kai pesawa Contoh penggunaan kata toludina dalam limadina re , pala nahu wati neeku. kalimat dipaparkan di bawah ini.

15

„saya disuruh oleh mama untuk (29b) Aipu wura ma uluna wau ra mbeiku pulang lima hari yang lalu, tapi saya haba ta sia ni ! tidak mau‟ „Sejak bulan kemarin saya telah Kata yang bercetak tebal di atas memberi kabar kepadanya !‟ merupakan deiksis waktu lampau takrif, karena tuturan tersebut berlangsung pada Frasa yang bercetak tebal di atas hari rabu dan kata limadina adalah kata merupakan deiksis waktu lampau yang yang menerangkan deiksis waktu yang takrif, karena tuturan tersebut berlangsung terjadi lima hari yang lalu dalam bahasa pada hari senin agustus dan frasa wura ma Bima di kecamatan Bolo kabupaten Bima. uluna menerangkan bahwa satu bulan yang Jika dalam bahasa Bima kata limadina lalu sebelum tuturan tersebut berlangsung. merupakan bentuk kata, dalam bahasa Oleh karena itu, frasa wura ma uluna Indonesia kata limadina bermakna limat termasuk deiksis waktu lampau takrif dalam hari yang lalu (frasa). bahasa Bima di Kecamatan Bolo Kabupaten Bima. (28a). minggu ma uluna [migu ma uluna] ‘minggu kemarin’ (30a). mba’a ma uluna [aɁa a uluna] ‘tahun yang lalu’ Contoh penggunaan frasa minggu ma uluna dalam kalimat dipaparkan di bawah ini. Contoh penggunaan frasa mbaa ma uluna dalam kalimat dipaparkan di bawah ini. (28b) Nahu wati kone laoku ta aka dari minggu ma uluna. (30b) Nahu ampojaku loa dula ta kampo mbaa ake, mba’a ma uluna nahu wati „Saya tidak pernah pergi ke sana dari dulaku auja wati loa paki karawi minggu kemarin. „Saya baru bisa pulang ke kampung Frasa yang bercetak tebal di atas tahun ini, tahun yang lalu saya tidak merupakan deiksis waktu lampau takrif. pulang karena tidak bisa Frase minggu ma uluna ini dalam bahasa meninggalkan pekerjaan‟. Bima bermakna minggu kemarin sebelum minggu berlangsungnya tuturan. Frasa Frasa yang bercetak tebal di atas minggu ma uluna ini disebut deksis waktu merupakan deiksis waktu lampau takrif, lampau definit, karena tuturan tersebut karena tuturan tersebut berlangung pada berlangsung pada hari senin dan frasa hari senin bulan Agustus 2018 dan frasa minggu ma uluna adalah frasa yang mbaa ma uluna menereangkan bahwa menerangkan deiksis waktu yang terjadi tuturan itu dituturkan satu tahun sebelum satu minggu yang lalu. Frasa minggu ma tuturan berlangsung yaitu pada tahun 2017. uluna juga menerangkan bahwa pembicara Oleh karena itu, frasa mba’a ma uluna tidak pernah pergi ke tempat itu dari termasuk deiksis waktu lampau takrif dalam minggu sebelum tuturan berlangsung. bahasa Bima di Kecamatan Bolo Kabupaten Bima. (29a). wura ma uluna [wura ma uluna] ‘bulan kemarin’ (31a).akana subu [akana subu] ‘tadi subuh’ Contoh pengggunaan frasa wura ma uluna dalam kalimat dipaparkan di bawah ini Contoh penggunaan frasa akana subu dalam kalimat dipaparkan di bawah ini.

16

(31b) Oeee lenga, wati ringamu toke ba Frasa yang bercetak tebal di atas nahu ncai lawa mu akana subu re ? merupakan frasa yang termasuk deiksis waktu lampau takrif, karena dalam kalimat „Hai teman, tidak kamu dengar saya tersebut kata akana sidi menyatakan bahwa yang ketuk pintu gerbangmu tadi kejadian terjadi pada tadi pagi. Selain itu, subuh itu ? kata akana sidi juga menunjuk pada suatu peristiwa yang diketahui atau dipahami oleh Frasa yang bercetak tebal di atas lawan bicaranya. merupakan deiksis waktu lampau dalam bentuk takrif, hal tersebut dikarenakan frasa (34a).akana sarai [akana sarai] ‘tadi akana subu adalah waktu yang telah terjadi siang’ yang bersifat pasti atau tentu. Jika tuturan menggunakan frasa ini, berarti tuturan Contoh penggunaan frasa akana sarai tersebut sudah jelas bahwa suatu peristiwa dalam kalimat dipaparkan di bawah ini. telah terjadi pada tadi subuh. (34b) mboto kangampu hera e, ra maruku (32a).akana saboha [akana saḇoha] akana sarai re ndadi kai wati ra ‘dinihari tadi’ hantaku hape’. „mohon maaf ipar, saya tidur tadi Contoh penggunaan frasa akana subu dalam siang itu jadinya tidak mengangkat kalimat dipaparkan di bawah ini. telepon darimu‟. (32b) akana sabohana nahu ra nifiku noto Frasa yang bercetak tebal di atas ba sawa, auku ma ndadi ? merupakan frasa yang termasuk deiksis waktu lampau takrif. Frasa akana sarai „dini hari tadi saya bermimpi dipatok menyatakan bahwa peristiwa telah terjadi ular, apa yang akan terjadi ?‟ pada tadi siang. Berarti peristiwa tersebut Frasa yang bercetak tebal di atas merupakan sesuatu yang dapat dilihat merupakan frasa yang termasuk deiksis kebenarannya dalam tuturan yang di waktu dalam bentuk takrif. Disebut dalam utarakan di atas. bentuk takrif karena tuturan menyatakan sesuatu yang telah berlalu dan sudah jelas (35a). akana sambia [akana sambia] ‘tadi waktu terjadinya suatu perisitiwa atau sore’. kejadian. Contoh penggunaan frasa akana sambia dalam kalimat dipaparkan di bawah ini. 33a. akana sidi [akana siḏi] ‘tadi pagi’ (35b) gomike babau kombi da wara kai tau Contoh penggunaan frasa akana subu dalam ma akana sambia wau, labo wara ma kalimat dipaparkan di bawah ini. penti di nuntuke’. (33b) Ori mu waura lao tei akana sidi wa’u „kamu ini kenapa tidak pernah ada di ni ana, babau ampode kaimu kambeke rumah dari tadi sore, ada sesuatu ake ?. yang peting yang harus dibicarakan‟. „Pamanmu sudah pergi mengajar dari Frasa akana sambia merupakan tadi pagi nak, kenapa baru kamu cari frasa yang termasuk deiksis waktu lampau sekarang ?‟. takrif. Hampir sama dengan frasa akana sambia akan tetapi yang membedakan adalah jangka waktu terjadinya peristiwa

17

itu. Frasa akana sambia juga termasuk (38a). awi saraina [awi saraina] ‘kemarin sesuatu yang pasti terjadi dan menunjuk siang’. pada sesuatu yang dietahui oleh pembicara dan lawan bicaranya. Contoh penggunaan frasa awi saraina dalam kalimat dipaparkan di bawah ini (36a). akana sangadi [akana sangaḏi] ‘tadi malam’. (38b) nahu ra eda ku sia di mcai awi sarai na re, wunga dulaku di amba. Contoh penggunaan frasa akana subu dalam kalimat dipaparkan di bawah ini. „saya lihat dia di jalan kemarin siang itu, waktu saya pulang dari pasar‟. (36b) ndiha jar a dou ma lao ngaji ta uma Haji Yunu akana sangadi. Frasa yang bercetak tebal di atas merupakan frasa yang termasuk deiksis „ramai sekali orang yang pergi ngaji waktu lampau takrif, karena sama halnya ke rumah Haji Yunus tadi malam. dengan frasa awi sidina, frasa awi saraina juga merupakan peristiwa yang pasti atau Frasa yang bercetak tebal di atas tentu terjadi. Dalam kalimat tersebut juga merupakan frasa yang termasuk deiksis pembicara menyatakan sesuatu yang nyata waktu lampau takrif, hal tersebut atau fakta. disebabkan karena frasa akana sangadi merupakan waktu yang telah berlalu tadi (39a). awi sambiana [awi sambiana ] malam dan jelas waktu terjadinya persitiwa ‘kemarin sore’. itu. Contoh penggunaan frasa awi sambiana (37a). awi siḏina [awi siḏina] ‘kemarin dalam kalimat dipaparkan di bawah ini. pagi’. (39b) irae, hido ja loko nahu mada ke Contoh penggunaan frasa awi sidina dalam watipu ngaha oha awi sambiana wau kalimat dipaparkan di bawah ini. na. (37b) be ku piti balanja ra mbei ba dae mu „aduh, laper sekali saya ini tidak awi sidina re ? ra balanja kaimu au makan nasi dari kemarin sore‟. lalo ? Frasa yang bercetak tebal di atas „mana uang jajan yang dikasih oleh merupakan frasa yang termasuk deiksis bapak mu kemarin pagi itu ? kamu waktu lampau takrif, karena frasa awi belanja pakai apa saja ? sambiana merupakan bentuk kata lampau yang pasti atau tentu. Frasa awi sambiana Frasa yang bercetak tebal di atas dituturkan sehari setelah kejadian merupakan frasa yang termasuk deiksis berlangsung. waktu lampau takrif, karena menggunakan nomina pengacu (bapak) dan demontrativa (40a). awi sangaḏina [awi sangaḏina] (itu) pada kalimat nya. Selain itu, frasa awi ‘kemarin malam’. sidina juga merupakan sesuatu yang pasti atau tentu terjadi. Contoh penggunaan frasa awi sangadina dalam kalimat dipaparkan di bawah ini.

18

(40b) gomi dohoke cence ntuwu, labo (29a). bou mpara [ḇou mpara] ‘baru saja’ waura ngoa ba nahu la Rati dulana akana sangadina. Contoh penggunaan frasa ḇou mpara dalam kalimat dipaparkan di bawah ini. ‘kalian ini berdebat terus, saya sudah bilang bahwa Ratih sudah pulang (29b) Nahu ḇou mpara rongga ta uma tadi malam. gomike, pala gomi wati wara ta uma gahi daemu. Frasa yang bercetak tebal di atas merupakan deiksis waktu lampau takrif, „Saya baru saja sampai di rumahmu, karena frasa awina sangadi merupakan tapi kamu tidak ada ada dirumah kata frasa yang menyatakan waktu kemarin ayahmu‟ malam dan tuturan tersebut dituturkan pada Tuturan yang bercetak tebal di atas keesokan hari setelah peristiwa merupakan deiksis waktu lampau taktakrif, berlangsung. Selain itu pada kalimat di atas karena tuturan tersebut berlangsung pada juga menggunakan pronomina „kalian‟ dan hari jumat pukul 16.27 WIB dan kata bou demnontrasi „itu‟ yang mencirikan mpara menerangkan bahwa tuturan tersebut kedefinitifan sebuah kata dan frasa. terjadi beberapa saat yang lalu di hari yang 2. Bentuk Deiksis Waktu Lampau sama sebelum tuturan berlangsung yaitu Taktakrif pada hari jumat pukul 16.25 WIB (sekitar satu atau dua menit yang lalu). Adapun kata dalam bahasa Bima di Kecamatan Bolo Kabupaten Bima yang (30a). akana wa’u [akana waɁu] ‘dari termasuk deiksis waktu lampau indefinit tadi’ adalah sebagai berikut. Contoh penggunaan frasa akana wa’u (28a). kandena [kandena] ‘tadi’ dalam kalimat sebagai berikut. Contoh penggunaan kata kandena dalam (30b) Sa Tia ke tiwara da ngeri kai ambina, kalimat dipaparkan di bawah ini. labo nahu ma ngena akana wau ta arike. (28b) Nahu ra roduku gomi di malao ta „Si Tia ini selalu telat kalau siap-siap, amba kandena re, pala gomi caru padahal saya tunggu dari tadi di ademu maru wati neemu tu’u. luar‟. „Saya sudah bangunkan kamu untuk Frasa yang bercetak tebal di atas pergi ke pasar tadi , tapi kamu sedang merupakan frasa yang termasuk deiksis tidur lelap tidak mau bangun‟ waktu lampau taktakrif, karena frasa akana wa’u ini menyatakan waktu yang terjadi Tuturan yang bercetak tebal di atas akan tetapi tidak pasti waktu terjadinya. merupakan deiksis waktu lampau taktakrif, Akibatnya penggunaan frasa ini masih karena tuturan tersebut berlangsung pada belum jelas dan masih dipertanyakan waktu hari minggu pukul 07.33 WIB dan kata terjadinya peristiwa. kandena yang dimaksud menunjuk beberapa menit atau beberapa jam lebih jauh ke belakang dibandingkan dengan frasa bou mpara sebelum tuturan berlangsung.

19

4.2 Makna Deiksis Waktu Bahasa Bima (3c). sanai ake [sanai ake] ‘hari ini’ di Kecamatan Bolo Kabupaten Bima Bentuk-bentuk deiksis waktu tersebut (3d) Nahu wati loaku lao batu gomi doho pun menyatakan beberapa makna yang sanai ake, auja nahu harusi lao berbeda. Peneliti menemukan enam makna sambea jama’a ta sigi deiksis waktu, sebagai berikut. „Saya tidak bisa ikut kalian hari ini,

4.2.1 Makna Deiksis Waktu Yang karena saya harus pergi sholat jumaat Menyatakan Sedang Terjadinya hari ini‟. Peristiwa Adapun beberapa deiksis waktu yang Pada konteks kalimat di atas, frasa menyatakan sedang terjadinya peristiwa sanai ake memiliki makna “hari ini”. adalah sebagai berikut. Penggunaan kata sanai ake menyatakan deiksis waktu kini yang bermakna waktu (1c). ake [ake] ‘sekarang’ yang sedang berlangsung. Frasa sanai (1d) Mai talao lalo ake, pede ndai ngeri ake di atas menyatakan bahwa sholat wali rongga ta aka. jumat akan berlangsung pada hari ini. „Ayo kita pergi sekarang, nanti kita (4c). minggu ake [migu ake] ‘minggu ini’ telat sampai ke sana‟ (4d) Nahu ku dula ra ta mataram minggu Pada konteks kalimat di atas, kata ake ake, auja samporo wali re na luu ra memiliki makna “sekarang”. Penggunaan kulia. kata ake menyatakan deiksis waktu kini yang bermakna waktu yang sedang „Saya akan pulang ke mataram berlangsung. Oleh karena itu, kata ake minggu ini, karena sebentar sebentar termasuk deiksis waktu kini yang dapat lagi akan masuk kuliah‟. menyatakan mulai terjadinya suatu Pada konteks kalimat di atas, frasa peristiwa dalam bahasa Bima di Kecamatan minggu ake memiliki makna “minggu ini”. Bolo Kabupaten Bima. Penggunaan frasa minggu ake menyatakan deiksis waktu kini yang bermakna waktu (2c). wunga [wunga] ‘sedang’ yang sedang berlangsung. Frasa minggu ake (2d) la Beti wunga alona pingga, ngena yang menyatakan bahwa kejadian sedang wau samporo ari ! berlangsung dalam minggu yang sama atau beberapa hari lagi. „si Beti sedang mencuci piring, tunggu sebentar dik ! (5c). wura ake [wura ake] ‘bulan ini’ Pada konteks kalimat di atas, kata (5d) Pala sih wura ake ku cola piti sakola wunga memiliki makna “sedang”. gomi, kacei nahu wura ma kento ku Penggunaan kata wunga menyatakan deiksis waktu kini yang bermakna waktu „Ternyata bulan ini bayar uang yang sedang berlangsung. Pada kalimat di sekolah mu, saya kira bulan depan‟. atas kata wunga merupakan kata yang Pada konteks kalimat di atas, frasa menyatakan bahwa beti sedang wura ake memiliki makna “bulan ini”. mengerjakan pekerjaan rumah. Penggunaan frasa wura ake menyatakan deiksis waktu kini yang bermakna waktu

20

yang sedang atau segera berlangsung. frasa 1. Makna Deiksis Waktu Kini Yang wura ake di atas merupakan frasa yang Menyatakan Sedang Terjadinya menyatakan bahwa penutur akan membayar Peristiwa Tentu (Takrif) uang sekolah anaknya pada bulan ini. Adapun beberapa deiksis waktu kini yang menyatakan sedang terjadinya (6c). mba’a ake [mbaɁa ake] ‘tahun ini’ peristiwa tentu adalah sebagai berikut. Contoh penggunaan frasa mba’a ake dalam (1e). ake [ake] ‘sekarang’ kalimat dipaparkan dibawah ini. (1f) Mai talao lalo ake, pede ndai ngeri (6d) mbora akaku babauku bona ipi kai wali rongga ta aka. hasi pane ndai mba’a ake. Padaha tahompa edaku bibi labo lanca oi na „Ayo kita pergi sekarang, nanti kita telat sampai ke sana‟ „saya heran kenapa hasil panen kita tahun ini sangat buruk. Padahal kalo Pada konteks kalimat di atas kata ake saya lihat bibit dan kelancarannya bermakna “sekarang”. kata ake dapat airnya baik-baik saja‟ digunakan untuk menyatakan waktu yang sedang berlangsung secara tentu (takrif). Pada konteks kalimat di atas, frasa Disebut takrif, karena kata ake menyatakan mba‟a ake memiliki makna “tahun ini”. sesuatu yang sedang terjadi secara tentu Penggunaan frasa mba’a ake dapat waktu kejadiannya. menyatakan deiksis waktu kini yang bermakna waktu yang sedang berlangsung. (2e). wunga [wunga] ‘sedang’ Pada kalimat di atas frasa mba’a ake menyatakan waktu sedang berlangsung, (2f) la beti wunga alona pingga, ngena karena penutur mengeluh akan hasil wau samporo ari ! panennya pada tahun ini. „si beti sedang mencuci piring, tunggu sebentar dik ! Berdasarkan makna deiksis waktu yang menyatakan mulau terjadinya Pada konteks kalimat di atas kata peristiwa terbagi menjadi dua bagian yaitu wunga bermakna “sedang”. Penggunaan makna deiksis waktu kini yang menyatakan kata wunga menjadi kata yang dapat terjadinya peristiwa tentu (takrif) dan digunakan untuk menyatakan waktu kini makna deiksis waktu kini yang menyatakan takrif. Disebut takrif, karena kata wunga terjadi peristiwa tak tentu (taktakrif). menyatakan sesuatu yang sedang terjadi Berikut ini uraian secara jelas mengenai secara tentu atau pasti kejadiannya makna deiksis waktu kini yang menyatakan (3e). sanai ake [sanai ake] ‘hari ini’ terjadinya peristiwa tentu (takrif) dan makna deiksis waktu kini yang menyatakan (3f) Nahu wati loaku lao batu gomi doho terjadi peristiwa tak tentu (taktakrif) adalah sanai ake, auja nahu harusi lao sebagai berikut. sambea jama’a ta sigi „Saya tidak bisa ikut kalian hari ini, karena saya harus pergi sholat jumaat

hari ini‟.

21

Pada konteks kalimat di atas frasa sanai Pada konteks kalimat di atas, frasa ake bermakna “hari ini”. Penggunaan frasa wura ake memiliki makna “bulan ini”. sanai ake menjadi kata yang dapat Penggunaan frasa wura ake menyatakan digunakan untuk menyatakan waktu kini deiksis waktu kini yang bermakna waktu takrif. Disebut takrif, karena frasa sanai ake yang sedang berlangsung, akan tetapi dalam menyatakan sesuatu yang sedang terjadi jangka waktu yang cukup panjang dan luas secara tentu kejadiannya. Jika dilihat dari yaitu bisa terjadi beberapa hari atau minggu kalimat di atas bahwa sholat jumat itu ke depan. Pada kalimat di atas frasa wura menyatakan waktu yang tentu terjadi dan ake merujuk pada kalimat bahwa telah ditentukan waktunya. pembayaran sekolah itu belum ditentukan waktu yang pasti waktu penutur akan 2. Makna Deiksis Waktu Kini Yang membayarnya. Menyatakan Sedang Terjadinya Peristiwa Tak Tentu (Taktakrif) (6e). mba’a ake [mbaɁa ake] ‘tahun ini’ Adapun beberapa deiksis waktu kini (6f) mbora akaku babauku bona ipi kai yang menyatakan sedang terjadinya hasi pane ndai mba’a ake. Padaha peristiwa tentu adalah sebagai berikut. tahompa edaku bibi labo lanca oi na

(4e). minggu ake [migu ake] ‘minggu ini’ „saya heran kenapa hasil panen kita tahun ini sangat buruk. Padahal kalo (4f) nahu ku dula ra ta mataram minggu saya lihat bibit dan kelancarannya ake, auja samporo wali re na luu ra airnya baik-baik saja‟ kulia Pada konteks kalimat di atas, frasa „saya akan pulang ke mataram mba’a ake memiliki makna “tahun ini”. minggu ini, karena sebentar sebentar Penggunaan frasa mba’a ake menyatakan lagi akan masuk kuliah‟. deiksis waktu kini yang bermakna waktu yang sedang berlangsung, akan tetapi dalam Pada konteks kalimat di atas frasa jangka waktu yang panjang atau luas serta minggu ake bermakna “hari ini”. belum ditentukan waktu yang pasti waktu Penggunaan frasa minggu ake menjadi frasa penutur akan membayarnya. yang dapat digunakan untuk menyatakan waktu kini taktakrif. Disebut taktakrif, 1.2.1 Makna Deiksis Waktu Yang karena frasa minggu ake menyatakan Menyatakan Akan Terjadinya sesuatu yang sedang terjadi secara tidak Peristiwa. tentu kejadiannya. Jika dilihat dari kalimat di atas bahwa penutur akan kembali ke Adapun beberapa deiksis waktu akan mataram akan tetapi belum ditentukan datang yang menyatakan akan terjadinya waktu yang jelas waktu keberangkatannya. peristiwa adalah sebagai berikut.

(5e). wura ake [wura ake] ‘bulan ini’ (7c). pea [pa] ‘nanti’ (5f) pala sih wura ake ku cola piti sakola (7d) gomi ma losa si pea re, aina nefa weli gomi, kacei nahu wura ma kento ku sai pu minasarua tolu mpuru riwu. „ternyata bulan ini bayar uang „jika kamu keluar nanti, jangan lupa sekolah mu, saya kira bulan depan‟. belikan Minasarua sebanyak tiga puluh ribu‟

22

Pada konteks kalimat di atas, kata pea (10c). ḏidisi [didisi] ‘lusa’ memiliki makna “nanti”. Kata pea merupakan deiksis waktu yang menyatakan (10d) gomi ke mbei haba talu rero, labo akan terjadinya peristiwa dalam jangka didisi ku acara nika la Reni labo la waktu yang lebih lama dibandingkan Sam dengan kata pede. Kata pea dalam kalimat „kamu ini beri informasi yang salah, di atas merupakan kalimat perintah oleh padahal lusa acara nikahnya si Reni pentur ke pada lawan tuturnya. Ia meminta dan Sam‟. agar dibelikan Minasarua (makanan khas Pada konteks kalimat di atas kata Bima) jika lawan tuturnya keluar rumah didisi bermakna “lusa”. Penggunaan kata nanti. didisi menjadi kata yang dapat digunakan untuk menyatakan waktu yang akan terjadi (8c). pede [pde] ‘nanti’ atau akan datang yaitu pada waktu dua hari (8d) ndai talao ndiha pede re, ta ngena wau yang akan datang. kata didisi ini juga la fudi ma dula ta kantor. definisi nya hampir sama dengan kata „kita akan pergi piknik nanti, kita toludisi „tiga hari yang akan datang, upadisi tunggu dulu si fudi pulang dari kantor. „empat hari yang akan datang‟, dan limadina „lima hari yang akan datang‟, akan Pada konteks kalimat di atas, kata tetapi yang membedakan yaitu waktu pede memiliki makna “nanti”. Kata pede terjadinya peristiwa. merupakan deiksis waktu yang menyatakan akan terjadinya peristiwa dalam jangka (14c). samporo wali [sampͻro wali] waktu yang lebih lama. Kata pede juga ‘sebentar lagi’ merupakan deiksis waktu yang akan berlangsung untuk waktu yang akan datang. (14d) taha wau hido samporo ana, namami ra uta mbeca samporo wali re. (9c). naisi [naisi] ‘besok’ (9d) Lao oto japu nahu naisi aka kanto jam „tahan laparnya sebentar nak, sayur pidu, dahu adeku tiwara douma otoku akan matang sebentar lagi‟. auja sa’eku mahengge wati loana lao Pada konteks kalimat di atas, frasa oto. samporo wali memiliki makna “sebentar „Antar saya pergi ke kantor besok jam lagi”. Frasa samporo wali merupakan tujuh, takutnya tidak ada yang antar deiksis waktu yang menyatakan akan karena kakak saya sedang sakit tidak terjadinya peristiwa. Frasa samporo wali bisa antar‟ menyatakan deiksiswaktu akan terjadi karena penutur meminta lawan tutur untuk Pada konteks kalimat di atas kata menahan laparnya untuk sementara waktu naisi bermakna “besok”. Penggunaan kata karena sayur belum matang naisi menjadi kata yang dapat digunakan untuk menyatakan waktu yang akan terjadi Berdasarkan makna deiksis waktu atau akan datang yaitu pada waktu satu hari yang menyatakan mulai terjadinya peristiwa yang akan datang. terbagi menjadi dua bagian yaitu makna deiksis waktu akan datang yang menyatakan terjadinya peristiwa tentu (takrif) dan makna deiksis waktu akan datang yang menyatakan terjadi peristiwa

23

tak tentu (taktakrif). Berikut ini uraian menyatakan deiksis waktu yang secara jelas mengenai makna deiksis waktu menyatakan deiksis waktu akan datang kini yang menyatakan terjadinya peristiwa yang menyatakan akan terjadinya peristiwa tentu (takrif) dan makna deiksis waktu kini tentu (takrif). Hal ini disebabkan karena yang menyatakan terjadi peristiwa tak tentu kata didisi adalah kata yang jelas waktu (taktakrif) adalah sebagai berikut. terjadinya. Selain itu, kata didisi menunjuk kepada seuatu yang dapat diketahui oleh 1. Makna Deiksis Waktu Yang pembicara dan lawan bicara. Menyatakan Akan Terjadinya Peristiwa Tentu (Takrif) 2. Makna Deiksis Waktu Akan Datang Yang Menyatakan Akan Terjadinya Adapun beberapa deiksis waktu akan Peristiwa Tidak Tentu (Taktakrif) datang yang menyatakan akan terjadinya peristiwa tentu (takrif) adalah sebagai Adapun beberapa deiksis waktu akan berikut. datang yang menyatakan akan terjadinya peristiwa tidak tentu (Taktakrif) adalah (9e). naisi [naisi] ‘besok’ sebagai berikut. (9f) Lao oto japu nahu naisi aka kanto jam (7e). pea [pa] ‘nanti’ pidu, dahu adeku tiwara douma otoku auja sa’eku mahengge wati loana lao (7f) gomi ma losa si pea re, aina nefa weli oto. sai pu minasarua tolu mpuru riwu. „Antar saya pergi ke kantor besok jam „jika kamu keluar nanti, jangan lupa tujuh, takutnya tidak ada yang antar belikan Minasarua sebanyak tiga karena kakak saya sedang sakit tidak puluh ribu‟ bisa antar‟. Pada konteks kalimat di atas, kata pea Pada konteks kalimat di atas, kata memiliki makna “nanti”. Kata pea naisi memiliki makna “besok”. Kata naisi menyatakan deiksis waktu yang menyatakan deiksis waktu yang menyatakan deiksis waktu akan datang menyatakan deiksis waktu yang yang menyatakan akan terjadinya peristiwa menyatakan akan terjadinya peristiwa tak tentu (taktakrif). Kata pea ini memiliki secara tentu (takrif). Hal ini disebabkan makna waktu yang lebih luas dibandingkan karena kata naisi merupakan deiksis waktu dengan kata pede dan samporo wali. Kata yang menjelaskan secara tentu waktu pea disebut indefinit karena kata pea adalah terjadinya. kata yang belum jelas waktu terjadinya, bisa terjadi satu jam atau sampai beberapa jam (10e). ḏidisi [didisi] ‘lusa’ ke depan. (10f) gomi ke mbei haba talu rero, labo (8e). pede [p de] ‘nanti’ didisi ku acara nika la Reni labo la  Sam (8f) ndai talao ndiha pede re, ta ngena wau „kamu ini beri informasi yang salah, la fudi ma dula ta kantor. padahal lusa acara nikahnya si Reni „kita akan pergi piknik nanti, kita dan Sam‟. tunggu dulu si fudi pulang dari kantor. Pada konteks kalimat di atas, kata Pada konteks kalimat di atas, kata didisi memiliki makna “lusa”. Kata didisi pede memiliki makna “nanti”. Kata pede

24

menyatakan deiksis waktu yang berlangsung. Makna kata awina pada menyatakan deiksis waktu akan datang kalimat di atas yaitu menceritakan atau yang menyatakan akan terjadinya peristiwa memberikan informasi sesuatu yang terjadi tak tentu (taktakrif). Hal ini disebabkan kemarin kepada temannya bahwa temannya karena kata pede adalah kata yang belum yang lain datang ke rumahnya akan tetapi jelas waktu terjadinya, bisa terjadi satu jam pada saat itu ia sedang tidak berada di atau sampai beberapa jam ke depan. rumah. (14e). samporo wali [sampͻro wali] (24c). ḏidina [didina] ‘dua hari yang lalu’ ‘sebentar lagi’ (24d) Nahu waura dula didina wau, eda (14f) taha wau hido samporo ana, namami angi mpa mba’a ma kento wali lenga ra uta mbeca samporo wali re. ndon. „tahan laparnya sebentar nak, sayur „Saya sudah pulang dari dua hari akan matang sebentar lagi‟. yang lalu, sampai ketemu lagi tahun depan kawan ya‟ Pada konteks kalimat di atas, frasa samporo wali memiliki makna “sebentar Pada konteks kalimat di atas kata lagi”. Frasa samporo wali menyatakan didina bermakna “dua hari yang lalu”. Jika deiksis waktu yang menyatakan deiksis kata didina bermakna frasa yaitu dua hari waktu akan datang yang menyatakan akan yang lalu, dalam bahasa Indonesia tidak terjadinya peristiwa tak tentu (taktakrif). terdapat kata yang menyatakan dua hari Hal ini disebabkan karena frasa samporo yang lalu. Kata didina dalam konteks wali adalah frasa yang belum jelas waktu kalimat di atas, penutur mencoba terjadinya, bisa terjadi satu menit kemudian menceritakan dan memberikan informasi atau sampai sepuluh menit ke depan. kepada sahabatnya bahwa ia telah pergi kerantauan dan tidak sempat bertemu 1.2.2 Makna Deiksis Waktu Yang dengan lawan tuturnya. Menyatakan Akhir Terjadinya Peristiwa (25c). toludina [tͻludina] ‘tiga hari yang lalu’ Adapun beberapa deiksis waktu (25d) Na’e poda mai gempa toluḏina re !. lampau yang menyatakan akhir terjadinya „Besar sekali gempa tiga hari yang peristiwa adalah sebagai berikut. lalu itu !‟. (23c). awina [awina] ‘kemarin’ Pada konteks kalimat diatas, kata toludina bermakna “tiga hari yang lalu”dan (23d) Sia maina ta ake awina re, pala nahu dapat menyatakan deiksis waktu akhir tiwara di uma. terjadinya peristiwa. Hampir sama dengan „Dia datang ke sini kemarin, tapi kata didina, kata toludina juga adalah kata saya sedang tidak berada di rumah‟. yang bermakna frasa. Dalam kalimat di atas, kata toludina menyatakan akhir Pada konteks kalimat di atas, kata terjadinya peristiwa karena penutur awina memiliki makna “kemarin”. Kata memberikan informasi kepada lawan tutur awina menyatakan deiksis waktu yang tentang gempa di Lombok yang telah terjadi menyatakan akhir terjadi peristiwa karena pada tiga hari yang lalu. tuturan terjadi setelah persitiwa tersebut

25

(26c). upadina [upaḏina] ‘empat hari „Hai teman, tidak kamu dengar saya yang lalu’ yang ketuk pintu gerbangmu tadi subuh itu ? (26d) mada dula upadina sapoda kaina, pala kau daeku ma kau lao ndawi Pada konteks kalimat di atas, frasa wa’u KTP akana subu bermakna “tadi subuh”. Frasa ini dapat menerangkan sesuatu yang jelas „saya pulang empat hari yang lalu dan pasti waktu yang telah terjadi pada sebenarnya, tapi bapakku menyuruh subuh tadi. Dalam konteks kalimat di atas, untuk membuat KTP dulu‟. penutur memberikan pertanyaan kepada lawan tutur tentang sesuatu yang Pada konteks kalimat di atas, kata dilakukannya subuh tadi yaitu penutur telah upadina bermakna “empat hari yang lalu”. mengetuk pintu gerbangnya tadi subuh. Dengan menggunakan kata upadina, dapat menerangkan secara jelas waktu yang telah (38c). awina siḏi [awina siḏi] ‘kemarin terjadi pada empat hari yang lalu. Dalam pagi’. konteks kalimat di atas penutur menjelaskan dan memberikan informasi kepada lawan (38d) be ku piti balanja ra mbei ba dae mu tuturnya karena keberangkatannya ditunda awi sidina re ? ra balanja kaimu au empat hari yang lalu dikarenakan bapaknya lalo ? yang meminta untuk membuat KTP terlebih „mana uang jajan yang dikasih oleh dahulu. bapak mu kemarin pagi itu ? kamu belanja pakai apa saja ? (27c). limadina [limaḏina] ‘lima hari yang lalu’ Pada konteks kalimat di atas, frasa awina sidi bermakna “ kemarin pagi”. Frasa (27d) kauba mama ku dula kai kapa ma ini dapat menerangkan sesuatu yang jelas ngepo limadina na re, pala nahu wati dan pasti waktu yang telah terjadi pada neeku. waktu kemarin pagi. Dalam konteks kalimat „saya disuruh oleh mamaku untuk di atas, penutur menanyakan uang yang pulang lima hari yang lalu, tapi saya kemarin yang dikasih kepada lawan tutur tidak mau‟. dan berusaha membuat lawan tutur untuk menjelaskan tentang uang yang dikasih Pada konteks kalimat di atas, kata kemarin pagi. Dalam kalimat di atas, limaḏina bermakna “lima hari yang lalu”. peristiwa tutur terjadi sehari setelah Dengan menggunakan kata limadina, dapat terjadinya peristiwa yaitu pada waktu siang menerangkan secara jelas waktu yang telah hari. terjadi pada lima hari yang lalu. Dalam konteks kalimat di atas penutur menjelaskan (42c). minggu ma uluna [migu ma uluna] dan memberikan informasi kepada lawan ‘minggu kemarin’ tuturnya karena orang tua si penutur memintanya untuk pulang akan tetapi (42d) Nahu wati kone laoku ta aka dari penutur tidak mau. minggu ma uluna. (31c).akana subu [akana subu] ‘tadi „Saya tidak pernah pergi ke sana dari subuh’ minggu kemarin. (31d) Oeee lenga, wati ringamu toke ba Pada konteks kalimat di atas, frasa nahu ncai lawa mu akana subu re ? minggu ma uluna bermakna “minggu

26

kemarin”. Dengan menggunakan frasa pulang karena tidak bisa minggu ma uluna, frasa ini dapat meninggalkan pekerjaan. menerangkan secara belum tentu waktu yang telah terjadi pada minggu kemarin. Pada konteks kalimat di atas, frasa Dalam bahasa Bima untuk menyatakan mba’a ma uluna bermakna “tahun wura yang telah berlalu hanya kemarin”. Frasa ini dapat menerangkan menggunakan frasa minggu ma uluna. belum jelas waktu yang telah terjadi pada Dalam konteks kalimat di atas penutur bulan kemarin. Dalam bahasa Bima untuk menjelaskan dan memberikan informasi menyatakan tahun yang telah berlalu hanya kepada lawan tuturnya bahwa penutur tidak menggunakan frasa mba’a ma uluna. Dalam pernah berkunjung ke tempat yang konteks kalimat di atas penutur menjelaskan dibacarakan dari minggu kemarin atau dan memberikan informasi kepada lawan selama satu minggu. tuturnya bahwa penutur baru bisa pulang ke kampong tahun ini, karena tahun kemarin (43c). wura ma uluna [wura ma uluna] pentur berhalangan pulang karena alasan ‘bulan kemarin’ masalah pekerjaannya yang tidak bisa ditinggalkan. frasa mba’a ma uluna belum (43d) Aipu wura ma uluna wau ra mbeiku menyatakan sesuatu yang jelas tahun waktu haba ta sia ni ! pasti terjadinya peristiwa tersebut. „Sejak bulan kemarin saya telah Berdasarkan makna deiksis waktu memberi kabar kepadanya !‟ terjadinya peristiwa terbagi menjadi dua bagian yaitu makna deiksis waktu lampau Pada konteks kalimat di atas, frasa yang menyatakan terjadinya peristiwa tentu wura ma uluna bermakna “bulan kemarin”. (takrif) dan makna deiksis waktu lampau Frasa ini dapat menerangkan belum jelas yang menyatakan terjadi peristiwa tak tentu waktu yang telah terjadi pada bulan (taktakrif). Berikut ini uraian secara jelas kemarin. Dalam bahasa Bima untuk mengenai makna deiksis waktu lampau menyatakan bulan yang telah berlalu hanya yang menyatakan terjadinya peristiwa tentu menggunakan frasa wura ma uluna. Dalam (takrif) dan makna deiksis waktu lampau konteks kalimat di atas penutur menjelaskan yang menyatakan terjadi peristiwa tak tentu dan memberikan informasi kepada lawan (taktakrif) adalah sebagai berikut. tuturnya bahwa penutur telah memberi kabar kepada seseorang yang dibicarakan 1. Makna Deiksis Waktu Lampau Yang dari bulan kemarin. Akan tetapi frasa wura Menyatakan Telah Terjadinya ma uluna belum menyatakan sesuatu belum Peristiwa Tentu (Takrif) yang jelas bulan dan minggu waktu pasti terjadinya peristiwa tersebut. (23e). awina [awina] ‘kemarin’

(44c). mba’a ma uluna [mbaɁa a uluna] (23f) Sia maina ta ake awina re, pala nahu ‘tahun yang lalu’ tiwara di uma. (44d) Nahu ampojaku loa dula ta kampo „Dia datang ke sini kemarin, tapi mbaa ake, mba’a ma uluna nahu wati saya sedang tidak berada di rumah‟. dulaku auja wati loa paki karawi Pada konteks kalimat di atas, kata „Saya baru bisa pulang ke kampung awina memiliki makna “kemarin”. Kata tahun ini, tahun yang lalu saya tidak awina menyatakan deiksis waktu yang

27

menyatakan deiksis waktu lampau yang peristiwa berlangsung. Deiksis waktu menyatakan terjadinya peristiwa tentu lampau akan subu ini hampir sama dengan (takrif). Hal ini disebabkan karena kata deiksis waktu lampau akana saboha, akana awina adalah kata yang waktunya telah sidi, akana sarai, akana sambia, akana terjadi dan jelas waktu terjadinya. Selain sangadi, hanya saja yang membedakan itu, kata awina menunjuk kepada seuatu adalah waktu kejadiannya. Oleh karena itu, yang dapat diketahui oleh pembicara dan frasa akana subu termasuk deiksis waktu lawan bicara. yang menyatakan telah terjadinya peristiwa tentu (takrif.) dalam bahasan Bima di (24e). ḏidina [didina] ‘dua hari yang lalu’ Kecamatan Bolo Kabupaten Bima. (24f) Nahu waura dula didina wau, eda (37e). awina siḏi [awina siḏi] ‘kemarin angi mpa mba’a ma kento wali lenga pagi’. ndon. (37f) be ku piti balanja ra mbei ba dae mu „Saya sudah pulang dari dua hari awi sidina re ? ra balanja kaimu au yang lalu, sampai ketemu lagi tahun lalo ? depan kawan ya‟ „mana uang jajan yang dikasih oleh bapak mu kemarin pagi itu ? kamu Pada konteks kalimat di atas kata didina bermakna “dua hari yang lalu”. belanja pakai apa saja ? Penggunaan kata didina ini menjadi salah Pada konteks kalimat di atas frasa satu istilah khusus yang bermakna dua hari awina subu bermakna “kemarin”. Frasa yang lalu. dalam bahasa Bima untuk akana subu ini dapat digunakan untuk menyatakan deiksi waktu lampau takrif. menyatakan waktu lampau definit. Frasa ini Disebut takrif, karena kata didina termasuk takrif., karena frasa ini menyatakan sesuatu yang telah terjadi tentu menyatakan sesuatu yang telah terjadi pada kejadiannya, akibatnya lawan tutur bisa waktu kemarin subuh secara tentu mengetahui dan memahami kata yang kejadiannya dan dituturkan setelah dituturkan oleh penutur peristiwa berlangsung. Deiksis waktu lampau awina subu ini hampir sama (31e). akana subu [akana subu] ‘tadi dengan deiksis waktu lampau awina subuh’ saboha, awina sidi, awina sarai, awina (31f) Oeee lenga, wati ringamu toke ba sambia, maupun awina sangadi, hanya saja nahu ncai lawa mu akana subu re ? yang membedakan adalah waktu „Hai teman, tidak kamu dengar saya kejadiannya. yang ketuk pintu gerbangmu tadi 2. Makna Deiksis Waktu Lampau Yang subuh itu ? Menyatakan Telah Terjadinya Pada konteks kalimat di atas frasa Peristiwa Tidak Tentu (Taktakrif) akana subu bermakna “tadi subuh”. Frasa Adapun beberapa deiksis waktu akana subu ini dapat digunakan untuk lampau yang menyatakan akhir terjadinya menyatakan waktu lampau definit. Frasa ini peristiwa tidak tentu (taktakrif) adalah termasuk takrif., karena frasa ini sebagai berikut. menyatakan sesuatu yang telah terjadi pada waktu subuh secara tentu atau pasti kejadiannya dan dituturkan setelah

28

(28e). kandena [kandena] ‘tadi’ (30e).akana wa’u [akana waɁu] ‘dari tadi’ (28f) Nahu ra roduku gomi di malao ta amba kandena re, pala gomi caru (30f) la Tia ke tiwara da ngeri kai ambina, ademu maru wati neemu tu’u. labo nahu ma ngena akana wa’u ta „Saya sudah bangunkan kamu untuk arike. pergi ke pasar tadi, tapi kamu sedang „si Tia ini selalu telat kalau siap-siap, tidur lelap tidak mau bangun‟ padahal saya tunggu dari tadi di luar‟. Pada konteks kalimat di atas frasa Pada konteks kalimat di atas frasa kandena bermakna “tadi”. Penggunaan kata akana wa’u bermakna “dari tadi”. kandena menyatakan deiksis waktu lampau Penggunaan frasa akana wa’u menyatakan tidak tentu (taktakrif.). Disebut taktakrif, deiksis waktu lampau tak tentu (taktakrif). karena kata kandena menyatakan sesuatu Disebut taktakrif, karena frasa ini yang telah terjadi pada beberapa saat yang menyatakan sesuatu yang telah terjadi pada lalu secara tidak tentu kejadiannya. Dalam beberapa saat yang lalu secara tidak tentu kalimat di atas penutur memberitahu kepada atau tak pasti kejadiannya. Misalnya dalam lawan tutur bahwa ia telah membangunkan kalimat di atas bahwa penutur memberitahu lawan tuturnya tadi, kata tadi memiliki kepada lawan tutur bahwa ia telah jangka waktu yang belum jelas, biasanya menunggu temannya dari tadi. Hal ini kata kandena ini memiliki angka waktu mengakibatnya frasa tersebut belum jelas yang lebih lama dibandingkan frasa bou waktu kejadiannya. mpara. Oleh karena itu, kata kandena termasuk deiksis yang menyatakan V PENUTUP terjadinya peristiwa tidak tentu (taktakrif.) 5.1 Simpulan dalam bahasan Bima di Kecamatan Bolo Kabupaten Bima. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data data dapat disimpulkan bahwa (29e). bou mpara [ḇou mpara] ‘baru saja’ terdapat jenis, bentuk lingual dan makna (29f) Nahu ḇou mpara rongga ta uma deiksis waktu bahasa Bima di Kecamatan gomike, pala gomi wati wara ta uma Bolo Kabupaten Bima. Adapun simpulan gahi daemu. dari hasil penelitian dan analisis data dalam pembahasan mengenai deiksis waktu bahasa „Saya baru saja sampai di rumahmu, Bima di Kecamatan Bolo Kabupaten Bima tapi kamu tidak ada ada dirumah kata akan dipaparkan sebagai berikut. ayahmu‟ 1. Bentuk lingual deiksis waktu bahasa Pada konteks kalimat di atas frasa bou Bima di Kecamatan Bolo Kabupaten mpara bermakna “baru saja”. Penggunaan Bima terbagi menjadi dua bentuk yaitu frasa bou mpara menyatakan deiksis waktu berbentuk kata dan frasa meliputi lampau tidak tentu (taktakrif). Disebut deiksis waktu kini berbentuk kata dan definit, karena frasa bou mpara menyatakan frasa, deiksis waktu akan datang sesuatu yang telah terjadi pada beberapa berbentuk kata dan frasa, dan deiksis saat yang lalu secara tidak tentu waktu lampau berbentuk kata dan kejadiannya. frasa. 2. Jenis deiksis waktu bahasa Bima di Kecamatan Bolo Kabupaten Bima terdapat tiga macam jenis yaitu deiksis

29

waktu kini, deiksis waktu akan datang, pelestarian dan pengembangan bahasa itu dan deiksis waktu lampau. Ketiga sendiri. Dengan demikian, peneliti berharap macam deiksis waktu tersebut adanya tindak lanjut mengenai penelitian diklasifikasikan menjadi dua bagian, bahasa daerah dalam berbagai aspek, karena yaitu deiksis waktu takrif dan deiksis bahasa daerah masih terdapat deiksis lainnya waktu taktakrif. a) deiksis waktu kini untuk dapat diteliti lebih mendalam lagi oleh takrif dan deiksis waktu kini taktakrif, penelitian selanjutnya. (b) deiksis waktu akan datang takrif dan deiksis waktu akan datang DAFTAR PUSTAKA taktakrif, dan c) deiksis waktu lampau Alwi, Hasan dkk. 2010. Tata Bahasa Baku takrif dan deiksis waktu lampau Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. taktakrif. Jakarta: 3. Makna deiksis waktu bahasa Bima di Kecamatan Bolo Kabupaten Bima Balai Pustaka. terdiri dari tiga macam makna yaitu (a) makna deiksis waktu yang menyatakan Alwi, Muhammad Tahir. 2003. Kamus Bima sedang terjadinya peristiwa, (b) makna Indonesia Inggris. Mataram: Karsa deiksis waktu yang menyatakan akan Mandiri Utama. terjadinya peristiwa, dan (c) makna deiksis waktu yang menyatakan telah Aminudin, 2015. Semantik Pengantar Studi terjadinya persitiwa. Macam-macam Tentang Makna. Bandung: Sinar makna deiksis waktu tersebut terbagi Baru Algesindo. menjadi dua bagian yaitu, deiksis Astuti, Dewi Widia. 2014. “ Kala dan Aspek waktu yang menyatakan sedang dalam Bahasa Dialek terjadinya peristiwa tentu (takrif) dan (BSDT) dan Hubungannya deiksis waktu yang menyatakan sedang dengan Pembelajaran Bahasa terjadinya peristiwa tak tentu Daerah di Sekolah”. (taktakrif), deiksis waktu yang Skripsi:Universitas Mataram. menyatakan akan terjadinya peristiwa tentu (takrif) dan deiksis waktu yang Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. menyatakan sedang terjadinya Jakarta: Rineka Cipta. peristiwa tak tentu tentu (taktakrif), serta deiksis waktu yang menyatakan Chaer, Abdul. 2002. Pengantar Semantik telah terjadinya peristiwa tentu (takrif) Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka. dan deiksis waktu yang menyatakan Hidayati, Rosyadi. 2013. “ Kedeiktisan telah terjadinya peristiwa tak tentu Waktu Bahasa Sasak Masyarakat (taktakrif). Saba Lombok Tengah”.

Skripsi:Universitas Mataram. 5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian mengenai Hoed, Benny H. 1992. Kala dalam Novel : deiksis waktu bahasa Bima di Kecamatan Fungsi dan penerjemahannya. Bolo Kabupaten Bima, peneliti merasa sadar Yogyakarta: Gadjah Mada dan termotivasi bahwa pentingnya University Press. mengetahui dan meneliti bahasa daerah yakni bahasa Bima. Penelitian terhadap Jafar, Syamsinas. 2012. “Konsep Lia „ bahasa daerah merupakan salah satu bentuk Penghormatan‟ dalam bahasa Bima

30

Sebagai Pengungkapan Budaya Yogyakarta: Universitas Negeri Kesantunan”. Mataram: Prossiding Jogjakarta. Seminar Nasional Bahasa Ibu Universitas Udayana Denpasar Bali. Sudaryanto, 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Penghantar Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kelas Kata Penelitian Wahana Kebudayaan dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Secara Linguistik. Yogyakarta: Duta Gramedia Pustaka Utama. Wahana University Press. Mahsun. 2012. Metode Penelitian Bahasa : Sudaryat, Yayat. 2009. Makna dalam Tahapan Strategi, Metode, dan Wacana: Prinsip-prinsip Semantik Tekniknya. Jakarta: Rajawali Pers. dan Pragmatik. Bandung: Yrama Widya. Mahsun, 2007. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode dan Tim Prima Pena. Kamus Besar Bahasa Tekniknya Edisi Revisi. Jakarta: PT. Indonesia. Gita Media Press. Raja Garfindo Persada. Veerhaar, J.W.M. 1996. Asas-Asas Muliani. 2015. “ Konsep Definit dan Linguistik Umum. Yogyakarta: Indefinit dalam Bahasa Sasak Desa Gadjah Mada University Press. Terara Kecamatan Terara Kabupaten Lombok Timur”. Skripsi: Universitas Wahab, Abdul. 1995. Teori Semantik. Mataram. Surabaya: Airlangga University Press. Nababan, P.W.J.1987. Ilmu Pragmatik: Yule, George. 1996. Pragmatik. Terjemahan Teori dan penerapannya, Jakarta: Wahyuni. 2014. Yogyakarta: Pustaka Departemen Pendidikan dan Pelajar. Kebudayaan. Yule, George. 2014. Pragmatik. Parera, J.D. 2001. Leksikon Istilah Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Pembelajaran Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Pateda, Mansoer. 2010. Semantik Leksikal Edisi Dua. Jakarta: Rineka Cipta. Purwo, Bambang Kaswanti. 2001. Deiksis dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Rahman Rais, Juniadin Fajrin. 2015. “Relasi Makna Homonimi dalam Bahasa Bima di Kecamatan Sape-Bima”. Skripsi: Universitas Mataram. Setiawan. 2013. “Tipe Nomina Takrift Bahasa Indonesia dalam Karangan Siswa Sekolah Dasar”. Skripsi.

31