Nasionalismed alam Dunia Seni Pertunjukan: Sandiwara Dardanella Kiprahd an Karyanya 1926-1935

Dyah Ayu Setyorini1) Ikhsan Rosyid Mujahidul Anwari2) Abstrak This articel discussed about nasionalism of Dardanella's theater group in the creation and their work for Nederland Indies in 1926-1935. A discussion of the creation and the work of Dardanella restricted in some authentic original scripts and Dardanella's role in the social life, especially in the realm of culture and nationalism. This study discussed the performing arts as the main topic because the performing arts (theater) was a complex art and effective media for spreading an idea. This study used historical research method which consists of heuristics, source verification, interpretation and historiography. These results indicate that the group of theater or theatrical Dardanella is a group that plays an active role in efforts to enhance the degree of cultural and artistic move straightly line with intellectuals and nationalist struggles in the Nederlands Indies for the independence of Indonesia.

Kata kunci : Dardanella, Nasionalism, Theatrical, Theater Abstract Artikel ini membahas tentang nasionalisme kelompok teater atau sandiwara Dardanella dalam karya dan kiprahnya bagi Hindia Belanda pada tahun 1926- 1935. Pembahasan tentang karya dan kiprah Dardanella dibatasi dalam beberapa naskah asli otentik dan pementasannya serta peran Dardanella terhadap kehidupan sosial khususnya dalam ranah kebudayaan dan nasionalisme. Penelitian ini membahas seni pertunjukan sebagai bahasan utama karena seni pertunjukan (teater) adalah seni yang komplek dan media yang efektif dalam menyebarkan suatu gagasan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang terdiri atas heuristik, verifikasi sumber, interpretasi dan historiografi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kelompok teater atau sandiwara Dardanella merupakan kelompok yang berperan aktif dalam upaya mempertinggi derajat kebudayaan dan kesenian Indonesia yang bergerak segaris lurus dengan perjuangan kaum intelektual dan nasionalis di Hindia Belanda untuk kemerdekaan Indonesia.

Keywords : Dardanella, Nasionalisme, Sandiwara, Teater

1) Mahasiswi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga, NIM 121211431075, email:[email protected] , alamat Jl. Musi Bm 14 Wisma Tropodo Waru Sidoarjo. 2) Dosen Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga, NIP. 198110092008121002, email: [email protected]

1 PENDAHULUAN kegiatan sosial dua arah. Penelitian ini Di Hindia Belanda, tiga membahas seni pertunjukan sebagai dasawarsa pertama abad ke-20 bahasan utama karena seni teater merupakan masa yang hiruk-pikuk (pertunjukan) adalah seni yang dalam memperjuangkan cita-cita mengkombinasikan semua bidang seni kemerdekaan bangsa (Ricklefs 2001: (musik, tari, dan rupa) yang 260). Mahasiswa-mahasiswa dipertunjukan di depan khalayak umum bumiputera yang telah mendapatkan dan kerap kali memiliki pengadeganan pendidikan tinggi di Belanda dan institut fantastis serta daya tawar yang ada di Hindia Belanda bergerak pemanggungan yang menyinggung sebagai penggagas kemerdekaan realita sosial sebagai peristiwa teater Indonesia yang didasari atas kompensasi (Saini Kosim 1998: 177). Kekhasan dari Politik Etis. Sebagaian dari itulah yang membuat teater atau kalangan intelektual berpendapat bahwa sandiwara atautooneel ini sangat kemerdekaan harus dicapai dengan diminati berbagai golongan masyarakat revolusi kekerasan. Sebagian lagi dan menjadi sarana efektif dalam berpendapat bahwa jalan untuk menyebarkan semangat nasionalisme menempuh kemerdekaan haruslah karena pada tiga darsawarsa pertama melalui upaya menekankan pentingnya abad 20 peminat seni pertunjukan mulai pendidikan secara bertahap dan hadir dari kalangan intelektual. mempertinggi derajat kebudayaan serta Menyikapi berkembangnya kesenian bagi masyarakat Indonesia dan pengetahuan dan semangat pencarian mempersiapkan mereka untuk menjadi identitas suatu bangsa, Dardanella yang bangsa yang merdeka. Pendapat kedua didirikan pada tanggal 21 Juni 1926 oleh ini yang nantinya berhasil dibawa Willy Klimanoff berlahan-lahan hadir sebagai strategi menuju kemerdekaan sebagai kelompok teater yang berusaha Indonesia. Langkah-langkah merebut dan berkomitmen untuk bergerak segaris kemerdekaan tanpa kekerasan ini lurus perkembangan pergerakan merupakan strategi yang efektif dalam tersebut. Dardanella mewakili menumbuhkan rasa nasionalisme di modernitas berpikir dan bertindak dalam diri masyarakat Indonesia. dengan semangat multikultur, Pergerakan-pergerakan kaum intelektual perombakan konsepstambulan , dan dan nasionalis memiliki pengaruh perbaikan mutu disegala lini, baik hampir di semua lini kehidupan pada pernaskahan, permainan aktor, saat itu, termasuk bidang kesenian. Dunia seni pertunjukan dramaturgi, sistem managerial, serta merupakan sebuah arena pergulatan berfokus pada pentingnya memajukan kultural yang memungkinkan terjadinya kesenian Indonesia. Dardanella telah filtrasi nilai-nilai sosial yang terjadi menggunakan bahasa Melayu-rendah dalam lingkup masyarakatnya. Resapan yang dapat dipahami oleh semua lapisan dari nilai-nilai sosial tersebut kemudian masyarakat, bahasa yang kelak dikemas dalam bentuk pertunjukan digunakan sebagai bahasa Indonesia. dengan segala atributnya, termasuk Impresiatau kesan nasionalisme naskah, kostum, dan hal-hal yang Dardanella juga dapat dilihat dalam bersifat interen seperti sistem perjalanan petunjukannya. Naskah- keanggotaan dan manajemen naskah ini menujukkan adanya impresi pementasan. Dalam hal-hal tertentu, tentang kesadaran humanis masyarakat kemasan nilai-nilai sosial tersebut tidak Hindia Belanda. Bahkan cerita-cerita selalu mutlak dimunculkan secara yang sering dibawakan oleh Dardanella eksplisit tetapi impresinya terlihat dalam adalah cerita yang memiliki tendensi

2 V:ERLEDEN Jurnal Kesejarahan, Vol.10 No.1, Juni 2017

nasional dan sosial seperti,Dr. Samsi , tiga menurut pembabakan waktu dan Mait Idup, dan Perantaian 99 . Hal ini bentuknya, yakni: 1. Teater Etnik atau pun juga sejalan dengan semangat teater tradisional, 2. Teater trans-etnik pencarian identitas kebangsaan dan atau teater yang telah melepaskan langkah-langkah pergerakan pembakuan teater tradisional dan teater kemerdekaan yang digagas oleh kaum yang berperan sebagai teater transisi, nasionalis. Berdasarkan uraian tersebut, serta 3. Teater Indonesia, teater yang secara umum kelompok sandiwara terbetuk dari ekspresi kesadaran dan Dardanella telah mengisyaratkan aspirasi kebangsaan (Saini Kosim 1998: tentang dinamika peran dan kepentingan 182). Dardanella hadir sebagai salah satu seni pertunjukan pada zamankolonia l, kelompok teater trans-etnik. Dardanella masalah yang akan dikaji adalah latar tidak hanya menjadi kelompok teater yang multikultur dan multi etnis, belakang berdirinya, kiprah dan melainkan juga hadir sebagai pelepas karyanya serta penyikapan kelompok pembakuan nilai-nilai kesenian sandiwara Dardanella terhadap masa tradisional. Teater trans-etnik pergerakan tahun 1926-1935. merupakan teater yang membawa METODE PENELITIAN embrio semangat nasioanalisme karena masa-masa teater trans-etnik merupakan Penyusunan penelitian ini masa pencarian identitas kebangsaan, menggunakan metode historis yang masa yang mana bangsa masih menjadi meliputi beberapa tahapan konsep yang dibayangkan, sehingga (Kuntowijoyo 2000:5) yaitu : pemilihan teater trans-etnik juga dikenal sebagai topik, pengumpulan sumber data teater transisi yang menjadi pintu (heuristik ) yang dibagi menjadi dua gerbang untuk terwujudnya teater yakni sumber tertulis da tidak tertulis.. Indonesia. Sumber-sumber artikel primer sezaman Dardanella juga lahir ditengah- tersebut bisa didapatkan di Majalah tengah kebudayaan Indis, sebuah masa Doenia Film,, Dardanella Revue Sin Po, dimana kebudayaan Belanda berbaur dan sebagainya. Surat kabar sezaman atau terakulturasi dengan kebudayaan yang peneliti temukan di Perpusnas, pribumi. Masyarakat Indis inilah yang Anri, Perpustakaan HB. Jassin, kemudian menjadi penggerak kesenian Perpusda,www.delpher.nl , www.kitlv.nl teater. Modernitas yang terjadi di dan sebagainya. Tahapan berikutnya kebudayaan Indis membawa dampak adalah verifikasi data, interpretasi, yang signifikan dalam dunia teater. analisis dan sintesis, kemudian diakhiri Berorientasi pada kemajuan dan dengan penulisan, sehingga hasil modernitas, kaum indis, baik dari penelitian dapat disajikan secara kalangan Belanda, priyayi, elit birokrasi, sistematis dan kronologis. hingga kelompok intelektual pribumi Seni Teater, Masyarakat dan menjadikan gaya hidup mereka menjadi Nasionalisme Tahun1926-1935 tuntutan yang tidak bisa dipungkiri oleh penyaji seni dan hiburan. Kesenian yang Melalui kesenian manusia memiliki standar-standar modern mampu mewujudkan sebuah ikatan menjadi sangat diminati, oleh karena itu antar manusia maupun manusia dengan Dardanella sejak awal berkomitmen alam, lingkungan dan kekuatan di menghadirkan pementasan yang modern atasnya. Bentuk seni pertunjukan pada disegala lini dan memiliki standar teater awalnya merupakan kegiatan Eropa, seperti: penggunaan panggung komunikasi yang teatral sehingga seni prosenium, perkakas dan properti mahal, pertunjukan juga diidentikan dengan wardrobe glamour yang disesuaikan seni teater. Seni teater dibagi menjadi

3 dengan adengan-adengan pada naskah, ini yang terpengaruh oleh aliran cerita-cerita yang diminati seperti epos stambulan sehingga untuk selanjutnya kepahlawanan, Arabian Night serta akan disebut dengan Dardanella. roman-roman indis, dan lain sebagainya. Pemberian nama The Malay Opera Tahun 1926-1935 merupakan 'Dardanella' merujuk ke beberapa hal, masa-masa pergerakan dalam mencari seperti penggunaan kata malay, opera, identitas kebangsaan. Periode dandardenella. Malay merujuk pada pergerakan nasional ini bermula dari Malaya atau semenajung Melayu yang timbulnya kesadaran politik dari para mana merupakan tempat yang disinyalir mahasiswa yang mengeyam pendidikan sebagai awal berkembanganya bentuk di Belanda sebagai upaya realisasi teaterstambulan . Sedangkan opera politik etis. Terbukanya kesempatan merupakan salah satu bentuk seni untuk mendapatkan pendidikan lebih pertunjukan yang masuk dalam kategori baik telah membawa pemuda-pemuda drama musikal. Hal ini menunjukan bumiputera ke arena intelektual dan bahwapada awal nya Dardanella politik yang lebih tinggidan b erujung sengaja dikonsep sebagai rombongan pada pemikiran tentang persatuan dan pertunjukan yang sarat dengan nyanyian kesatuan bangsa, sebagai suatu negara dan tarian. yang mandiri dan bebas dari penjajahan, Sebagai rombongan sebuah negara yang merdeka. Namun pertunjukan, The Malay Opera kesadaran akan pentingnya kesatuan dan Dardanella bukanlah sebuah kelompok persatuan tidak hanya terikat pada pekerja seni yangsettle atau menetap. masalah politik saja melainkan Pada tahun-tahun dikenalnya seni kesadaran dalam persatuan kebudayaan pertunjukan bergayastambulan ataupun menjadi budaya Indonesia. Kesadaran yang bergaya bangsawan, kelompok- ini merupakan konsekuensi logis dari kelompok ini lebih memilih pelakukan modernisasi dan perkembangan pementasan keliling dari kota ke kota, intelektualyang melahirkan sebuah begitu pula dengan The Malay Opera tuntutan kritisyakni “mempertinggi Dardanella. Pada awal berdirinya derajat kemanusian Indonesia” melalui Dardanella tidak bisa dipastikan siapa kebudayaan dan kesenianserta sudah saja dan berapa banyak anggotanya, semestinya pemerintah Hindia Belanda setidaknya hingga sebelum tahun 1927. Beberapa anggota yang dikenal telah mengurus kebudayaan bangsa bergabung dengan Dardanella sejak jajahannya. Gerakan “mempertinggi awal berdiri adalah Miss Riboet Doea derajat kemanusian Indonesia”ini dan Pigie. Tahun 1927, seorang bernama merupakan bentuk kesadaran Sutidjah atau yang kemudian dikenal nasionalisme dalam lini kesenian dengan Miss Dja atau Devi Dja sehingga beberapa intelektual penggiat bergabung dengan Dardanella. Pada teater merasa berkewajiban berjalan tahun yang sama bersama pada visi yang sama. istrinya Muniati serta Tan Tjeng Bok Pada tanggal 21 Juni 1926 juga bergabung dengan Dardanella. sebuah kelompok seni pertunjukan Pada tahun 1930, seorang wartawan didirikan di Sidoarjo dengan nama The bernama pena Andjar Asmara juga ikut Malay Opera Dardanella oleh Willy bergabung serta pada tahun-tahun Klimanoff, seorang Rusia kelahiran setelahnya nama-nama besar yang Penang(Varia, 24 September 1958) . bergabung dengan Dardanella yakni: Penyebutan The Malay Opera Nyoo Cheong Seng dan istrinya Fifi Dardanella digunakan peneliti untuk Young, Ferry Kock atau Frederik de menunjukkan konsep awal kelompok Kock beserta istrinya Magdalena dan

4 V:ERLEDEN Jurnal Kesejarahan, Vol.10 No.1, Juni 2017

adikknya Eduard de Kock atau Eddy Karya, Kiprah Dan Nasionalisme Kock, Subandi, Dulgani, Maya, Leila, Dardanella 1926-1935 dan istrinya Suhara, Dardanella, sebagai mana yang Soeska atau Soetan Oesman Karim, dan sudah diketahui sebelumnya, merupakan beberapa lainnya. Tercatat ada 150 kelompok seni pertunjukan beraliran anggota yang bergabung sebagai anak stambulan yang mengadakan wayang Dardanella (Ramadhan Kh pembaharuan-pembaharuan sebagai 1982: 139). upaya meningkatan mutu kesenian. Dardanella yang pada awalnya Transformasi konsep, kemasan didirikan sebagai rombongan komedi pementasan dan gagasan yang mendapat hingga sebelum dibetuknyascript atau sambutan baik dari berbagai pihak naskah pada kisaran tahun 1930, maka merupakan wujud berhasilnya konsep pementasan masih beraliran Dardanella menapaki era baru seni stambulan, yakni diselingi dengan pertunjukan dengan bentuk teater yang nyanyiandan lawakan, satu lakon terdiri pada saat itu biasa disebuttooneel atau dari 8-9 babak, membawakan cerita- sandiwara. Naskah-naskah yang cerita ArabianN ight, ataupun epos dibawakan Dardanella pada awal kepahlawanan dan cerita-cerita yang berdirinya tidaklah dapat dilacak dengan sudah difilmkan. Warisan gaya mudah hal ini dikarenakan minimnya stambulandari Komedie Stamboel ini budaya literasi dan dokumentasi. Selama kurun waktu 1926-1929 setidaknya dipakai oleh hampir semua kelompok Dardanella masih mengandalkan cerita teater pada saat itu, tidak terkecuali kepahlawanan karena salah satu aktor Dardanella. Namun, Dardanella telah atau bintang panggung Dardanella, Tan melakukan perubahan yang signifikan Tjeng Bok merupakan aktor yang mahir pada rentang tahun 1929 hingga 1935. bermain anggar yang mampu dan Perebuhan-perubahan tersebut meliputi senantiasa memerankan tokoh Douglas penggunaan naskah realis yang Fairbanks, oleh karenanya ia mendapat menggambil setting kehidupan sebutan Douglas Fairbanks van Java. masyarakat Hindia Belanda, tidak lagi Merujuk pada aktivitas Dardanella mementaskan naskah arabian night dan sebelum tahun 1929, ketika cerita-cerita saduran film-film Hollywood, serta sepertiZoro , The Thief of Bagdad , De perbaikan mutu disegala lini. Namun, Graff Montecristo menjadi pementasaan pada akhir tahun 1934, Dardanella telah andalan. Pementasan Dardanella saat itu menonjolkan tari-tarian dalam masih difokuskan pada kota-kota kecil. pementasan sandiwaranya, dengan Pada tahun 1929, pemberitaan iklan-iklan Miss Dja menari yang tentang Dardanella telah banyak dicetak dalam ukuran besar di surat- dituliskan di berbagai surat kabar. surat kabar. Hal inimerupakan upaya Naskah-naskah yang dipentaskan pada Dardanella memperkenalkan secara tahun 1929 meliputi cerita-cerita dari perlahan visi dan fokus pementasan film, Arabian Night dan naskah-naskah yang akan berubah ke arena tarian realis berdasarkan keadaan masa itu, tradisional. Kelak pada tahun 1935, antara lain yakni: Graaf de Monte ketika melakukan perjalanan Cristo,, Merry Widow The Thief of pementasan ke Luar Negeri, Rangoon, Bagdad,, Mariam of Arabi Roos van Calcuta, Eropa, dan Amerika, Tjikembang dan lain sebagainya Dardanella mem fokuskan diri dalam (Doenia Film tahun ke 1, edisi 2. 1929). Naskah-naskah ini dibawakan saat dunia tari tradisional dan mengubah pertama kali Dardanella bermain di namanya menjadi The Royal Balinese Batavia.Selain itu Dardanella juga selalu Dancers.

5 mendefinisikan pertunjukan mereka pementaskan naskah-naskah sebagai sesuatu yang modern dapat andalannya, sepertiHaida , Perantaian dibaca dari iklan, perkakas, pakaian, 99, dan lainnya ( Doenia Film , no. 22, permainan dan peraturan yang modern. tahun ke 3, 15 Oktober 1931). Nampaknya pada waktu itu, sesuatu Pementasan besar kedua di Batavia ini yang dilabeli modern memiliki daya Dardanella mendapatkan sambutan yang tarik khusus untuk memikat kelas sangat baik (Het Nieuws Van Den Dag , penonton. Walaupun pada saat itu 31 Oktober 1931). Pada tahun 1932 Dardanella belum menggunakan naskah pemberitaan dan iklan Dardanella di realis otentik atau naskah realis yang surat kabar gencar dilakukan ketika diciptakan oleh anggota Dardanella Dardanella melakukan pemetasan di sendiri tetapi Dardanella telah mendapat pada kisaran bulan Agustus. perhatian yang besar dari perkumpulan Dardanella melakukan pementasan di atau perserikatan pemuda seperti, Stadstuin Bioscoop dengan THHK, Reko Dojo, HSBK, dan lain mementaskan naskah-naskah realis sebagainya. Hal ini menunjukan bahwa andalannya. Dardanella membandrol perubahan dan modernisasi telah dilihat dua kelas tiket, yakni: kelas 1 sebesar f sebagai langkah awal yang menjanjikan 2,4 dan kelas 2 sebesarf 1,8 ( De Indische bagi perubahan kesenian Indonesia Courant, 23 Agustus 1932). Gencarnya kearah yang lebih baik. iklan dan pemberitaan untuk November 1929, Dardanella pementasaan di Surabaya merupakan juga melakukan pementasannya di upaya mengikuti keberhasilan di Surabaya. Dardanella juga menampilkan Batavia dengan mementaskan naskah- jumlah naskah yang terhitung banyak, naskah realis dan problematik pada ada 15 naskah dengan genre yang tahun sebelumnya. Iklan-iklan dibuat beragam (De Indische Courant no. 48, 9 semenarik mungkin dengan testimoni November 1929). Pada akhir tahun 1930 pementasan berhasil dilakukan dan hingga awal tahun 1931, setelah sukses. Naskah-naskah tersebut diantara pementasan di Batavia, Surabaya, lain adalah:Annie van Mendoet , Buitenzorg, Sukabumi, , Tegal, Perantaian 99,, Dr Samsi Haida, Garut, dan daerah-daerah Jawa lainnya, Fatima, , Si Bongkok dan Dardanella melanjutkan pementasan ke lain sebagianya. Pemakaian naskah Sumatra. Di Sumatra, Dardanella realis telah dilakukan pada tahun 1930, melaksanakan pementasannya di daerah sejak bergabungnya Andjar Asmara Pemantang Siantar, Belawan, Kisaran, sebagai impresario dan penulis naskah, Tebing Tinggi dan daerah lainnya. penggunaan naskah realis digunakan Naskah-naskah yang dibawakan juga secara berkelanjutan. pada kisaran naskah yang sama, hanya Tahun 1933, pemberitaan saja ada beberapa naskah-naskah realis tentang Dardanella di surat kabar otentik, seperti:Perantaian 99 atau bumiputra sangat sedikit. Kemungkinan Gevangene 99, Annie van Mendoet dan besar pada tahun ini Dardanella Het Levendelijk( Het Nieuws Van Den melakukan pementasan di daerah- Dag, 23 Oktober 1930). daerah kecil, seperti Kediri, Jombang Bulan Oktober 1931, Dardanella dan sekitarnya. Hal ini dapat dibaca melakukan pementasan di Batavia, di bahwa iklan dan pemberitaan tentang Gedung Thalia. Dardanella pertunjukan teater tidak diekspos secara mementaskan naskah besar mereka yang seimbang, di kota-kota besar dengan berjudulDr. Samsi . Dardanella terus kota-kota kecil. Kemungkinan besar melakukan pementasan di Batavia karena input pemasukan dari hingga akhir tahun 1931 dengan pementasan di kota kecil tidak terlalu

6 V:ERLEDEN Jurnal Kesejarahan, Vol.10 No.1, Juni 2017

besar. Sedangkan pada tahun 1934, sebagai gambaran atau representasi dari Dardanella kembali mengiklankan realita kehidupan yang ada. Walaupun pementasannya secara besar-besaran. dalam naskah ini tidak terdapat simbol Januari 1934, Dardanella kembali eksplisit keberpihakan pada pribumi bermain di Stadstuin Surabaya. Mei tetapi naskah ini dengan lugas 1934, Dardanella bermain di Gedung mengatakan bahwa ada upaya Thalia, Batavia. Dalam pementasannya penyadaran bahwa keberpihakan Dardanella kembali mengusung naskah terhadap Belanda (apa-apa dalam naskah realis seperti,Fatima , Maharani , Gadis yang berbau lebih mencintai Desa,,, Ex-Sawah Loento Miss X Dr. kebudayaan asing) merupakan suatu Samsi, Tjang , dan lain sebagainya kesalahan atau penyimpangan. Dua hal (,24MeiBataviaasch Nieuwsblad yang bertolak belakang ini mempertegas 1934). Pada tahun 1935, pemberitaan bahwa adanya kecenderungan mengenai pementasan Dardanella keberpihakan pesan atau realita ambang sangat minim. Beberapa surat kabar atau horizon harapan yang ditawarkan bahwa pada 18 November, Dardanella melakukan pementasan penutup di teks. , setelah beberapa pekan bermain NaskahDr. Samsi menawarkan disana. Selama di Medan, Dardanella pandangan nasionalisme yang tidak menuliskan dalam iklannya bahwa terlalu kentara tetapi disamping itu perjalanan dari Medan akan diteruskan secara jelas menunjukan realita bahwa ke Rangoon dan Calcuta. Naskah- pada tahun 1929-1934 dimana naskah naskah yang dibawakan selama di ini dimainkan oleh Dardanella terdapat Medan antara lain;Dr. Samsi , Haida , sebuah realita masyarakat yang sangat Fatima,, Miss X Maharani , Si Bongkok menggilai status sosial atau title dari dan lainnya (De Sumatra Post , 26 negara lain, masyarakat yang secara Oktober 1935). Pemberitaan tentang emosional masih mengagung-agungkan perjalanan Dardanella dari Medan ke kebudayaan penjajahnya. Melihat Rangoon kemudian ke Calcuta fenomena tersebut naskah Dr. Samsi ini menandakan bahwa Dardanella telah dapat dibaca sebagai pemberi gambaran meninggalkan wilayah Hindia Belanda bahwa kebiasaan tersebut dapat dan mulai melakukan perjalanan ke membawa dampak yang buruk serta Eropa sehingga penelitian tentang bersifat sebagai pewarta atau pemberi naskah dan karya yang dibawakan kabar bahwa dengan semangat cinta Dardanella berhenti sampai tahun 1935. tanah air yang dipupuk bersama masyarakatnya secara keseluruhan Naskah-naskah realis yang maka cita-cita dan harapan yang baik dibawakan Dardanella beberapa untuk negara yang bebas penjajahan bisa diantaranya memiliki subtansi ideologis, terwujudkan. Naskah Dr. Samsi naskah-naskah tersebut antara lain; Dr. memilikiprestice yang tinggi. Setiap Samsi, Mait Idup dan Perantaian 99 . pementasan naskahDr. Samsi selalu NaskahDr. Samsi adalah sebuah lelakon dipenuhi penonton, bahkan tidak sedikit Indonesia dengan latar kehidupan dari kalangan Eropa, Indis dan Elit. Hal Betawi pada tahun 1930'an. Naskah ini ini menunjukkan Dardanella mampu dilihat sebagai naskah yang khas, karena mengemas sebuah pertunjukan yang naskah ini merupakan representasi dari tidak hanya subtansional tetapi juga kehidupan yang terjadi di sekitar kaum komersil. NaskahDr. Samsi dapat intelektual yang pada saat itu masih dianalisis sebagai naskah gagasan dan sedikit jumlahnya. Selebihnya dalam sebuah sandiwara yang menarik karena beberapa hal, naskah ini dinilai tidak dalam naskahDr. Samsi seakan terlalu problematik tetapi sangat terlihat memiliki 2 mata pisau yang

7 menguntungkan. Satu sisi naskah ini juga dapat ditanggapi secara utuh oleh dibaca sebagai naskah yang mendidik pembaca atau penonton. Properti, oleh kalangan Eropa sehingga naskah ini wardrobe dan artistik merupakan mendapat tanggapan yang baik. Di sisi oranamen penting yang menjadi lain naskah ini bermuatan politis yang tonggak dalam naskah realis yang dapat dibaca oleh kaum intelektual dan berfungsi untuk mewujudkan suatu nasionalis karena terdapat upaya-upaya suasana atau peristiwa di atas panggung penyadaran yang kompleks. seotentik mungkin. Dardanella selalu Kompleksitas dalam naskah inilah yang memperhitungkan ornament tersebut dirasa memiliki kemampuan sehingga penampilan Dardanella penyampaian realita ambang yang baik menjadi satu representasi teater realis di sehingga Dardanella tetap menjadi Hindia Belanda pada masa itu. kelompok teater yang diminati oleh Managerial yang baik juga ikut andil semua golongan masyarakat. dalam kesuksesan Dardanella. Piedro Selain naskah Dr. Samsi yang tidak hanya peduli pada lini depan ditulis oleh Andjar Asmara, terdapat panggung tetapi ia juga memperhatiakan pula naskahMait Idup yang ditulis oleh segala aspek belakang panggung, Kwee Tek Hoay. Naskah Mait Idup ini seperti: perekrutan anggota, proses pada dasarnya memiliki pola himbauan latian, dan pemilihan naskah. Piedro atau realita ambang yang hampir sama merupakan contoh produser sekaligus dengan naskah Dr. Samsi, hanya saja sutradara yang pandai menemukan dan naskah ini dikemas dengan lebih ringkas menggali potensi aktor-aktornya. Dalam dan mudah dipahami serta tidak terlalu sebuah pementasan ia cenderung banyak simbol yang sulit dimengerti melakukancasting secara sepihak secara awam. Naskah Mait Idup karena ia secara personal telah menunjukan bahwa kebiasaan hidup memahami kemampuan aktor yang mewah dan berhura-hura sebagai cocok dengan naskah. Proses latian kebiasaan warisan budaya kolonial tidak Dardanella merupakan proses yang ketat selamanya baik, naskah ini secara dan disiplin. Piedro selalu menetapkan terang-terangan mengajarkan budaya aturan yang tegas, ia mewajibkan semua petani sebagai simbol pribumi, simbol anggotanya bisa membaca naskah. budaya ibu yang jauh lebih baik dan Bahkan sebelum diterapkannya naskah, beradab. Kwee Tek Hoay yang bukan aktor-aktor Dardanella diwajibkan anggota Dardanella memberikan menghafal naskah dan berhati-hati naskahnya secara spesial untuk dalamimprove dialog serta dimainkan oleh Dardanella melakukannya dengan kesepakatan menunjukkan bahwa para cendekiawan terlebih dahulu. Ia tidak membiarkan dan sastrawan telah percaya bahwa anggotanya melakukan hal-hal yang Dardanella merupakan tidak sopan (merayu atau melakukan hal tooneelgezelschap yang dapat tidak senonoh kepada penonton) ketika diandalkan sebagai agen yang dapat di atas panggung, seperti yang sering menjadi mata rantai nasionalisme di dilakukan oleh anggota atau aktor dari Hindia Belanda. rombongan teater lain. Maka dari itu Teks dalam naskah, tokoh, Dardanella menjadi rombongan teater penokohan, properti,wardrobe , artistik, yang paling sopan (Dendy Sugono 2004: managerial dan simbol-simbol yang 188). melingkupinya merupakan kesatuan Dardanella pada masanya telah yang harus berjalan kelindan dan utuh dikenal sebagai kelompok kesenian dalam sebuah pementasan sehingga yang sarat dengan pembaharuan dan realita ambang atau horizon harapan modernitas. Hal ini tidak lepas dari peran

8 V:ERLEDEN Jurnal Kesejarahan, Vol.10 No.1, Juni 2017

pekerja seni yang ada di dalamnya. Para melepaskan komedinya dari lingkup pekerja seni Dardanella dapat dikatakan bisnisprofit-oriented , karena masalah sebagai agen-agen pemikir dan dana dan pemasukan, tetapi upaya pembaharu dalam bidangnya. Piedro dalam menciptakan konsep yang Dardanella tidak hanya bekerja secara pementasan yang mampu dimengerti otoriter dalam kepemimpinan Piedro penonton sebagai ajakan tidak langsung tetapi terbentuk pula suasana dialektik di untuk memikirkan kembali nasib tanah antara anggotanya. Pembaharuan dan air dan kehidupannya dalam bentuk modernitas yang dibawa Dardanella mempertinggi derajat tooneel melayu merupakan sebuah upaya pemanaman merupakan sebuah langkah tersendiri gagasan cinta tanah air, sebagaimana yang patut diapresiasi. Usaha-usaha yang terlihat dari langkah dan sepak Piedro tidak hanya sekedar membuat terjang Dardanella dalam dunia hiburan iklan-iklan Dardanella menarik, tetapi yang diharapkan oleh Dardanella tidak juga men-setting kehidupan anggota hanyaprofit oriented melainkan juga ada Dardanella menjadi lebih baik dan tuntunan untuk kelangsungan Hindia berderajat tinggi dengan memberantas Belanda sebagai negara yang maju, buta huruf di kalangan anggota mandiri dan merdeka. Gagasan ini Dardanella. Piedro juga menerapkan secara jelas terlihat dari semangat Piedro aturan-aturan ketat mengenai sopan sebagai pemilik teater, sutradara dan santun yang terkadang tidak bisa dijaga direktur. Dalam Dardanella, Piedro oleh kalangan komedi yang lain pada dapat dikatakan sebagai agen penggerak saat itu. Ia juga mengajak anggotanya pertama, hal ini berkaitan dengan untuk peka terhadap perkembangan kesudian Piedro sebagai non-pribumi politik dan situasi Hindia Belanda menerima anggota atau kru dari dengan mengikuti dan membaca surat kalangan pribumi etnis manapun. Piedro kabar. Sehubungan dengan kepekaan membuka Dardanella sebagai Piedro terhadapa situasi politik di Hindia rombongan teater yang multi-etnis. Belanda pada saat itu, ia juga Piedro juga menggagas kemajuan menciptakan beberapa naskah yang Dardanella sebagai rombongan seni menyinggung situasi Hindia Belanda. pertunjukan yang lebih modern dan Naskah-naskah tersebut antara lain, bermutu, ia merombak aksen stambulan yaitu:Perantean 99 dan Maharani yang melekat di Dardanella dan (Doenia Film , no. 2, 1930). Usaha menjadikannya kelompok seni Piedro yang lain adalah menciptakan pertunjukan yang menerapkan majalah yang berjudul Dardanella dramaturgi, teknik bermain peran yang Revue yang terbit dua bulan sekali. baik, dan pernaskahan. Pandangannya Majalah tersebut tidak hanya memuat terhadap situasi sosial penonton dan berita-berita tentang pertunjukan pasar ia kemas sedemikian rupa Dardanella melainkan juga memuat sehingga Dardanella menjadi sangat opini dan artikel yang mengusung diterima di masyarakat. tentang pentingnya mempertinggi Gagasan Piedro tidak hanya derajat kesenian dalam konsep menjadikan Dardanella kelompok yang kebangsaan secara serius dan kritis, multi etnik melainkan juga kelompok sebagai bentuk tanggung jawab pertunjukan yang mencintai tanah intelektual Dardanella terhadap airnya, kelompok pertunjukan yang perkembangan Hindia Belanda yang mampu menginspirasi dan membuka pada saat itu memang telah bergerak dan kesadaran masyarakat akan tanah airnya berkobar ke arah nasioanlisme yang melalui pementasan-pementasaannya. lebih mapan. Walaupun Piedro tidak bisa sepenuhnya Andjar Asmara merupakan

9 orang paling penting kedua yang Andjar Asmara dalam meneruskan bergerak di balik layar panggung semangat mempertinggi derajat Dardanella. Ia menjadi teman dialektik kesenian hingga taraf Indonesia atau Piedro dalam usaha memajukan kesenian nasional yang memiliki mutu Dardanella, serta membuat Dardanella dan patut dibanggakan sangat menjadi tontonan sekaligus tuntunan mendongkrak nama Dardanella menjadi yang sinergis dengan gelora intelektual rujukan kelompok kesenian modern di Hindia Belanda. Andjar yang pada saat itu. Andjar secara singkat memiliki latar belakang seorang mengatakan dalam artikelnya yang wartawan memiliki pandangan dan visi berjudul “Tooneel Indonesia, ditengah yang jelas untuk Dardanella, memilih Perhatian Oemoem” bahwa tooneel bergabung dengan Dardanella hanya semata-mata bukan hanya untuk untuk “menolong dan menunjang hiburan, melainkan harus sudah dengan kesanggupan yang ada pada saya mengambil artian yang lebih penting guna kemajuan tooneel melayu” yakni menjadiTooneel Indonesia ( Kunst, (Doenia Film , 15 November 1930). Tooneel en Journalistiek.1935). Selain Andjar Asmara mendapat tugas sebagai itu ia juga menekankan bahwa tooneel penulis naskah atau impresario seharusnya memikirkan publik, hal ini merangkapadvance manager dan secara lebih mendalam dapat dilihat publicity man. Peranan Andjar sebagai bahwa publik atau penonton Hindia pembuat reklame atau iklan merupakan Belanda pada saat itu sudah mampu langkah yang ia pilih sendiri, karena untuk diajak berpikir bersama tentang menurutnya peran publikasi sangatlah kebangsaan dan tanah airnya, sangat penting. Jika Dardanella ingin memungkinkan bahwa pada saat itu menyentuh pola pikir masyarakat maka perkembangan intelektual, walaupun Dardanella harus dekat dengan tidak secara menyeluruh, terjadi dengan masyarakat oleh karenanya publikasi sangat pesat. yang baik dan massif adalah kunci Dewi Dja atau Devi Dja juga pertamanya, sedangkan kunci kedua merupakan salah satu anggota atau anak adalah naskah dan pertunjukan yang wayang Dardanella yang berpengaruh. bermutu. Pengaruh Dja terhadap masyarakat atau Ia membantu Piedro dalam penonton terletak di dalam menyusun dan merumuskan langkah kemampuannya mengolah peran. Dja agar Dardanella menjadi pendongkrak dianggap memiliki kemampuan naiknya derajattooneel Melayu. Ia berperan yang melebihi aktor-aktor mengambil semua kendali publikasi lainnya, sekalipun itu anggota The Big seperti dalam penerbitan Dardanella Five yang lain. Beberapa pemerhati Revue, selain itu ia bersama Mr. Muhd. kunst atau kesenian pada saat itu menilai Yamin juga menerbitkan majalah Dja sekelas dengan aktor panggung “Kunst, Tooneel en Journalistiek ” yang professional, Dja sepenuhnya cetakan pertamanya diterbitkan tahun bertransformasi pada tokoh dan karakter 1935. Dalam artikel yang ada di majalah yang ia bawakan secara penjiwaan ini, baik Andjar Asmara maupun Mr. maupun ragawi, kemampuan tersebut Muhd. Yamin menuliskan artikel yang merupakan bakat langka bagi dunia senada, yakni tentang ke-Indonesian. panggung di Hindia Belanda. Piedro DalamDardanella Revue juga terdapat menggali dan mengasah bakat Dja artikel yang senada, yakni artikel yang dengan sangat baik, ia menjadikan bakat ditulis oleh Mhd. Arif Luebis yang keaktoran itu salah satu amunisi berjudul “Tingkatkan Cultuur pamungkas yang dimiliki oleh (Kebudajaan) Indonesia”. Keseriusan Dardanella. Ia mengerti secara cermat

10 V:ERLEDEN Jurnal Kesejarahan, Vol.10 No.1, Juni 2017

bahwa proses pengejawahwantahan terjadi di Hindia Belanda, sebuah pesan atau realita ambang dalam memproyeksikan karakter dan sebuah pertunjukan tidak akan berjalan pemahamannya tentang kebangsaan. dengan baik tanpa aktor yang mumpuni Melihat bahwa naskah Dr. Samsi sebagai kalatisatornya. Latar belakang merupakan karya sastra yang tidak Dja sebagai pengamen setidaknya hanya disuguhkan untuk dibaca membuat Dja mengerti apa yang melainkan juga diendapkan secara diinginkan naskah, karakternya yang visual ke dalam nalar penontonnya. sangat Jawa juga membuat naskah- Naskah ini juga menghadirkan realita naskah problematik yang diusung ambang yang tidak hanya dapat menjadi sangat sesuai dengan semangat dipahami sebagai sebuah naskah yang Dardanella. Kepiawaian tersebut digemari oleh kaum Eropa melainkan membuat Dardanella menjadi hiburan juga sebagai naskah dengan gagasan paling dinantikan, selain itu Dardanella nasionalis. Pada pembahasan juga menjadi kelompok kesenian sebelumnya disebutkan pula bahwa andalan dari beberapa kaum intelektual naskahDr. Samsi mendapat tanggapan dalam usaha pewujudan cita-cita baik dari berbagai kalangan. Hal ini kebangsaan. dapat dilihat bahwa keberpihakan Usaha Dardanella dalam Dardanella terhadap semangat mempetinggi derajat kebudayaan dan nasioanalisme tidak selalu diarahkan kesenian merupakan langkah yang dalam bentuk yang eksplisit secara sinergi dengan pergerakan kaum visual, seperti: tiket gratis untuk intelektual nasionalis. Nasionalisme bumiputera, sumbangan untuk atau rasa cinta tanah air sebuah bumiputera, atau lain sebagainya, kelompok kesenian merupakan booster melainkan dengan upaya yang lebih atau pendorong laju nasionalisme di implisit, yakni membentuk pemikiran Hindia Belanda atau Indonesia. Di cinta tanah air melalui pementasan, Eropa, sastra dan surat kabar merupakan konsistensi penggunaan bahasa melayu dua struktur dasar yang membentuk rendah yang kelak menjadi bahasa konsep pembanyangan sebuah bangsa. Indonesia, penerbitan majalan yang Sebab, kedua bentuk wahana ini bermuatan kenasioanlan atau ke- menyediakan cara-cara teknis Indonesian. 'mewujudan' jenis komunitas terbayang Selain analisi dari dua naskah yang dalam hal ini adalah suatu bangsa. pada pembahasan sebelumnya, Penulis-penulis pascarenaissance di Dardaella juga menghadirkan unsur Eropa,memberikan gambaran tentang nasionalisme secara utuh dalam karya konsep 'masyarakat' yang terikat dalam pemanggungannya. Sejak tahun 1929, suatu entitas sosiologis yang berada Dardanella secara komitmen dalam ruang dan waktu yang sama. mementaskan naskah realis dan naskah Pembaharuan-pembaharuan yang realis otentik yang bertemakan dilakukan Dardanella, terutama dalam kehidupan sosial budaya Hindia pernaskahan dapat dibaca sebagai upaya Belanda, sehingga dapat dipastikan yang sama dengan penulis-penulis sastra bahwa Dardanella menampilkan unsur- di Eropa yang notabene bergerak sebagai unsur pementasan yang sarat dengan agen pembentuk gagasan tentang kehidupan pribumi, baik dari setting nasionalisme. Merujuk pada naskah Dr. panggung, kostum, bahasa, maupun Samsidan Mait Idup yang dibawa properti. Analisis lain tentang Dardanella secara impresi dan resepsi nasionalisme Dardanella dapat dibaca secara jelas menunjukkan upaya melalui kompleksitas pemikiran pengenalan kondisi masyarakat yang tokohnya. Piedro, Andjar Asmara dan

11 Devi Dja merupakan tokoh intelektual berasal dari kaum elit dan Eropa yang bekerja dan memastikan melainkan juga dari kaum intelektual Dardanella berada pada jalur yang sama serta kelompok pergerakan seperti dengan semangat masanya, sebuah THHK, perkumpulan Reko Dojo dan semangat kemerdekaan, sebuah cita-cita sebagainya, serta peran dari tokoh-tokoh bangsa yang terbayangkan (Sin Po , 23 Dardanella yang tidak hanya Desember 1939) . memfokuskan diri pada sisi komersil Simpulan melainkan juga sisi politis, yakni upaya- Sejak kemunculan The Malay upaya menyaluran gagasan Opera Dardanella yang kemudian keIndonesiaan yang tidak hanya dikenal dengan sebutan Dardanella pada disisipkan dalam pementasan melainkan tahun 1926-1935. Pandangan dan tekat juga pada wacana dan pandangan yang Dardanella untuk mempertinggi derajat dituliskan melalui artikel-artikel kesenian Indonesia pada saat itu segaris kesenian dan kebudayaan, seperti pada lurus dengan cita-cita kebangsaan yang majalahKunts, Tooneelen Jurnalistiek . diperjuangkan oleh kaum intelektual dan kaum nasionalis. Naskah-naskah yang dimainkan oleh Dardanella merupakan DAFTRA PUSTAKA naskah yang diambil dari realita masyarakat Hindia Belanda sehingga Bataviaasch Handelsblad, 24 Mei 1934 realita ambang dari pementasan tersebut De Indische Courant no. 48, 9 dapat dibaca masyarakat sebagai bentuk November 1929, dan 23 Agustus refleksi kehidupannya. Dardanella 1932 berhasil menyeimbangkan tawaran De Sumatra Post, 26 Oktober 1935 panggung yang menarik dan cerita dengan gagasan yang berat. Penonton Doenia Film, no. 2, tahun ke 1, 1929, no. Dardanella diajak untuk berpikir tanpa 2 tahun ke II, 1930, dan no. 22 merasa dipaksa untuk berpikir. Tahun 3, 15 Oktober 1931 Anggota-anggota intelektual Het Nieuws Van Den Dag, 23 Oktober dalam tubuh Dardanella merupakan 1930, dan 31 Oktober 1931 booster agent yang mempercepat KH. Ramadhan.1982.Gelombang perkembangan Dardanella sebagai satu Hidupku: Dewi Dja dari wadah kesenian yang mampu Dardanella. : Sinar mengangkat derajat kebudayaan Harapan. Indonesia. Langkah-langkah tersebut Kosim Saini, “Teater Indonesia, Sebuah meliput sinkronisasi gagasan dengan Perjalanan dalam semangat nasionalisme yang terjadi di Multikulralisme”, dalam Jurnal Hindia Belanda pada kurun waktu 1926- Seni Pertunjukan Indonesia Th. 1935. Sinkronisasi tersebut dapat dilihat IX – 1998/1999 melalui: simbol-simbol nasionalisme Kuntowijoyo.2000.Pengantar Ilmu dan keberpihakan pada bumiputera Sejarah. Yogyakarta: Bentang dalam dialogMait Idup .Selain itu simbol Budaya nasionalisme juga dapat dilihat dari naskahDr. Samsi yang pada dasarnya M.C. Ricklefs.2001.Sejarah Indonesia menolak bentuk-bentuk pengagungan Modern. Yogjakarta: UGM terhadap budaya asing, penggunaan Press. kostum, properti dan tata panggung yang Sin Po, 23 Desember 1939 menggambarkan realita kehidupan di Sugono Dendy.2004.Ensiklopedi Sastra Hindia Belanda sebagai konsekuensi Indonesia. Bandung: Penerbit logis penggunaan naskah realis, Titian Ilmu. komponen penonton yang tidak hanya Varia no. 23, 24 September 1958.

12